KETIKA TUHAN DIAM - HABAKUK 3:17-19

Hendry Kornelius Mamen
KETIKA TUHAN DIAM - HABAKUK 3:17-19
PENDAHULUAN: 

Hidup dimana ketika seakan-akan Tuhan diam. Kira-kira itulah hidup Habakuk di saat ia menulis ayat-ayat penting yang nantinya akan di bahas di buku ini.

Habakuk mengalami hidup yang karenaNya, dia harus terus mencucurkan air mata bahagia. Habakuk hidup di dalam sebuah kondisi dimana “seakan-akan” Allah tidak merespon kepada sebuah kebenaran di dalam waktu kronos.

Kegagalan Habakuk melihat sebuah rencana Tuhan dan karya Tuhan di dalam sebuah pergolakan hatinya membuat Habakuk menjadi seorang yang berlamentasi (meratap). Habakuk berteriak kepada Allah yang bukan hanya saja adil, tetapi pada diri-Nya tidak mungkin bisa tidak adil.

Habakuk berteriak kepada Allah yang pada dirinya sangat mengenal dan mengerti diri Habakuk sebelum Habakuk sendiri mau mulai mengerti dirinya sendiri.

Orang fasik seakan-akan hidup damai, dan orang benar seakan-akan hidup dengan suatu keadaan yang sulit, itulah keadaan dimana kitab Habakuk ini ditulis. Keadaan seperti ini mengakibatkan sebuah lamentasi dari anak Tuhan yang gagal melihat rencana Tuhan. Lamentasi boleh saja, namun tenggelam di dalam sebuah ratapan, adalah suatu kebodohan. Habakuk gagal mengenal dirinya sendiri, Habakuk gagal melihat apa yang Tuhan lihat. Namun Tuhan tidak gagal, Tuhan tidak pernah gagal melihat keadaan diri Habakuk yang terus-menerus menuntut keadaan diri seperti yang selalu diingini dirinya.

Habakuk gagal membentuk sekelilingnya, namun Tuhan tidak pernah gagal untuk membentuk Habakuk. Tuhan tidak gagal menjadikan Habakuk seorang yang berlamentasi di dalam sebuah lompatan sukacita, sehingga kitab Habakuk menjadi sebuah kitab yang memang Allah sendiri tulis.


Konteks Habakuk bercerita tentang orang-orang fasik yang terlihat dibiarkan oleh Tuhan ketika melakukan kejahatan kepada orang yang benar. Karena mereka seolah-olah Allah biarkan, – sesungguhnya Allah sedang menghukum mereka ketika mereka dibiarkan Allah, dan hal ini adalah hukuman yang paling mengerikan - sehingga orang fasik bertambah jahat dan merasa dirinya benar, sebaliknya orang benar justru berteriak minta tolong kepada Tuhan dan seakan-akan tidak didengarkan, – ini adalah kebahagiaan orang benar ketika Allah justru memberikan kepercayaan kepada mereka, dan menganggap mereka pantas mendapatkan perlakuan seperti itu sebab mereka sudah dewasa rohani, atau memang ada pekerjaan Allah yang ingin dinyatakan – namun ada rencana Tuhan yang begitu indah untuk anak-anak-Nya.

Habakuk 3:17 dikatakan bahwa: Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, 

Sekalipun pohon ara tidak berbunga: Pohon ara adalah pohon yang paling banyak bertumbuh di daerah Israel pada waktu itu (Ulangan 8:8). Kemungkinan pohon ara adalah salah satu pegangan umat Israel untuk orang-orang itu hidup. Namun di sini Habakuk mengatakan bahwa sekalipun pohon ara tidak berbunga, berarti sekalipun hal yang paling sering ada di dalam hidup saya sudah tidak ada lagi, saya akan tetap bersorak-sorak kepada Allah.

Di dalam kehidupan manusia, kita mengingini hal yang kita perlukan ada. Hal pokok yang memang harusnya bukan sebuah keinginan, tetapi kebutuhan kita harus selalu ada. Kita pikir bahwa kita juga tidak meminta kepada Allah yang terlalu muluk-muluk, kita hanya meminta hal sederhana yang saya perlukan, bukan saya inginkan, dan hal itu selayaknya harus ada.

Di sini perbedaan kita dan Habakuk setelah direformasi oleh Allah. Habakuk bukan hanya tidak mempersoalkan apa yang ada lagi, saya akan tetap bersorak-sorak kepada Allah. Saya dan anda bagaimana? Apakah saya butuhkan atau apa yang saya inginkan, seperti khotbah-khotbah klasik, yang terus hanya mengkhotbahkan di dalam daerah wilayah itu saja. Tetapi Habakuk mengatakan bahwa sekalipun hal yang saya perlukan, yang harusnya menjadi pegangan hidup saya tidak yang menjadi suatu perwujudan ucapan syukur, atau bahkan kesukaan kita hari-hari ini? 

Maukah kita mengatakan seperti yang Habakuk katakan bahwa, sekalipun hal yang saya perlukan di dalam kehidupan ini pun tidak ada, saya tetap bersorak-sorak kepada Allah. Ini namanya suatu kebahagiaan yang sejati dan bukan kebahagiaan yang semu. Ini namanya kebahagiaan yang tidak terkontrol oleh apa pun, melainkan sebuah kebahagiaan yang mengontrol apa pun.

Pohon anggur tidak berbuah: Pohon anggur melambangkan kemakmuran dan damai sejahtera bagi orang Ibrani.? Hal ini mengagetkan sekali ketika Habakuk berbicara tentang sekalipun pohon anggur tidak berbuah, ini berarti Habakuk mau mengatakan bahwa sekalipun tidak ada kemakmuran dan damai sejahtera di dalam diri saya. Perkataan ini pada zaman ini bisa dianggap sebagai perkataan yang bodoh, mana ada yang tidak mau kemakmuran dan damai sejahtera, lagi pula Tuhan juga kan membawa damai sejahtera, tetapi Habakuk yang hidup ribuan tahun sebelum ini bisa mengatakan perkataan yang begitu mulianya, sekalipun tidak ada pohon anggur yang berbuah saya akan tetap bersorak-sorak kepada Allah.

Berkaca dari apa yang Habakuk katakan. Jika kita merefleksikan kehidupan kita saat ini, bagaimanakah keadaan kita? Mungkin anda akan berkata bahwa, “ Ah mengejar kemakmuran kan doktrin kemakmuran, itu mah bukan saya, itu mah orang lain. Ya anda dan saya bisa saja berbicara seperti itu dengan cepat, dan begitu lugas menolak bahwa saya bukan orang yang mengejar kemakmuran, namun apa yang kita hidupi setiap hari, demi apa kita hidup setiap hari, apa yang engkau dan saya begitu kuatirkan tidak ada di dalam hidup ini, itu semua memancarkan begitu jelas bahwa siapakah kita sebenarnya.

Hasil pohon zaitun mengecewakan: Pohon zaitun adalah pohon yang sangat disukai pada waktu itu." Ini berarti bahwa Habakuk mau mengatakan bahwa sekalipun hal yang paling disukai sekarang bukan lagi menjadi hal yang disukai, bahkan yang paling disukai itu sekarang mengecewakan. Saya akan tetap bersorak-sorak kepada Allah.

Kita hidup di dunia ini melihat keindahan-keindahan, kita menyukai satu hal dan hal lainnya, kita pecinta banyak hal. Pertanyaannya bagaimana kalau hal yang kita cintai itu justru mengecewakan? Pasangan kita mengecewakan kita? Orang tua kita mengecewakan kita? Studi kita mengecewakan kita? Dan begitu banyak hal yang anda dan saya sukai, dan hal itu mengecewakan. Lalu bagaimanakah sikap anda? Habakuk mengatakan bahwa atas hal itu dia tetap bersukacita kepada Allah.

Sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang: Ini klimaks dari Habakuk yang akan terus bersorak-sorak kepada Allah, sekalipun hal ladang tidak

menghasilkan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi di dalam kandang, Habakuk akan tetap bersorak-sorak kepada Tuhan di dalam ketidaknyamanan hidupnya.

John Calvin dengan indahnya memberikan komentarnya di ayat 17 ini seperti ini: The Prophet then teaches us what advantage it is to the faithful seasonably to submit to God.“ (Terjemahan bebas: Nabi Habakuk mengajarkan kita mempergunakan kesempatannya setia di dalam segala keadaan untuk tunduk kepada Tuhan.)

Tafsiran Alkitab masa kini mengatakan bahwa rasa kepastian Habakuk timbul dari imannya yang hidup.

Habakuk 3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

Namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN: Habakuk tetap akan bersoraksorak sekalipun yang sudah dia dikatakan di Habakuk 3: 17. Perkataan di ayat 17 itu mewakili banyak sekali kesusahan yang mungkin akan dan pernah ada di dalam diri Habakuk, dan juga di dalam diri anda dan saya.

Di Habakuk 3: 18 Habakuk mengatakan bahwa ia tetap mau bersorak-sorak kepada Allah. Bersorak-sorak di dalam bahasa Ibraninya adalah (âlaz): artinya bukan hanya beria-ria dengan senyuman dan dengan mata yang menangis untuk terus tetap tegar. Bukan itu lebih mirip orang-orang yang sebenarnya hanya menahan sebuah kekecewaan dengan pendamaian emosi psikologis yang tidak berarti, tetapi dalam bahasa Ibraninya justru Habakuk sampai mengatakan bahwa dia seperti melompat untuk bahagiah.

Hal tentang kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan buruk yang ditulis dan dikondisikan sedang dan mungkin akan saja terjadi oleh Habakuk tidak membuat Habakuk sedikit pun menjadi sedih, kecewa, dan kehilangan sukacita ilahi. Justru Habakuk bersukacita sampai melompat, sebab ia tahu bahwa kesusahan itu pun dapat dipakai Tuha untuk dia bersorak-sorak, dan dia melakukan sorak-soraknya.

Habakuk melakukan sukacita yang bahkan seseorang yang hidup nyaman, dan tidak terganggu dengan hambatan sedikit pun tidak merasakan, dan tidak bisa menikmati sukacita yang didapatkan oleh Habakuk itu.

Ini adalah cerita sukacita yang keluar dari respon kepada perkara ilahi, ini bukan aksi agamawi yang ditudungi kemunafikan, kepura-puraan, atau pun suatu perwujudan membodohi diri sendiri, dengan berpura-pura mengerti kehendak Tuhan, dan tetap belaga tenang, seperti yang mungkin kerap kali saya dan anda lakukan di masa-masa bodoh kita.

Di sini yang indah adalah bahwa Habakuk tahu harga dari sebuah sukacita sampai dia bisa melompat adalah sebuah kesusahan karena Tuhan. Sebuah kesusahan karena Tuhan akan lebih menggembirakan dibandingkan sebuah kesenangan karena diri sendiri. Sebuah kesenangan yang bukan karena Tuhan, tetapi karena diri sendiri adalah suatu kutukan. Sebaliknya suatu kesusahan karena Tuhan adalah berkat yang tak ternilai yang sering sekali kita tidak menyadarinya, dan kita gelisah karenanya.

Beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku: Habakuk di sini bahkan menyuarakan bahwa dia akan beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkannya. Ini suatu pengharapan yang pasti, pegangan kepada janji penyelamatan Allah adalah ajaran Kristen yang begitu penting. Seseorang yang percaya berpegang kepada janji Allah, seorang yang percaya tidak boleh menaruh harapan kepada yang bukan janji dari Allah, seseorang yang percaya bahkan tidak menaruh pengharapannya kepada harapan itu sendiri, melainkan kepada Tuhan. Tuhan adalah tempat keselamatannya, Tuhanlah yang akan menyelamatkan Habakuk, Habakuk adalah seseorang yang tahu bagaimana dan kepada siapa dia harus berharap. Pengharapan seperti ini bukanlah pengharapan yang sia-sia, pengharapan seperti yang dipercakapkan oleh Habakuk adalah pengharapan yang memang sebagaimana seharusnya orang percaya menaruh hatinya tanpa memikirkannya lagi.

Pengharapan kepada Tuhan saja, itulah hal yang paling penting di dalam sebuah perjalanan kehidupan orang percaya. Orang percaya boleh saja susah, orang percaya boleh saja dikecewakan, orang percaya boleh saja ditipu habis-habisan oleh orang dunia ini yang tidak bertanggung jawab, namun orang percaya tidak boleh berhenti berharap kepada Tuhan, seperti yang dilakukan oleh Habakuk. Tuhanlah satu-satunya saya berharap.

THE OXFORD BIBLE COMMENTARY

mengatakan bahwa: he has learned how to live without the answers, and how to live rejoicing. (Terjemahan bebas: Habakuk sudah belajar bagaimana hidup tanpa sebuah jawaban, dan atas hal itu dia itu tetap bersukacita) Hidup tanpa sebuah jawaban, seperti seakan-akan Tuhan diam bukanlah hidup yang mudah. Anda dan saya akan mengalami masamasa dimana seakan-akan Allah diam kepada saya dan anda? Dan apakah pilihan hidup kita? Habakuk memilih tetap berria di dalam Tuhan, yang seakan-akan diam itu.

Habakuk 3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: la membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).

ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Setelah mengatakan hal-hal di Habakuk 3:18 yang juga sangat sulit sekali dikatakan oleh orang orang yang memang sedang bersusah hati.

Lalu Habakuk sekarang mengatakan bahwa kekuatan dia ialah Allah. Habakuk tidak mengatakan bahwa kekuatannya ialah keyakinan dirinya, atau seperti yang orangorang postmoderen promosikan bahwa kekuatan saya adalah pikiran positif saya.

Habakuk tidak menaruh kekuatannya di dalam dirinya, atau di dalam pikirannya, atau di dalam keyakinannya, tetapi Habakuk mengatakan bahwa kekuatannya adalah di

dalam Allah. Motivator Kristen – kalau tidak mau dianggap bukan Kristen mengajarkan bahwa manusia harus menaruh kekuatannya di dalam sebuah atmosfer positif. Mereka tidak peduli hal itu Allah atau bukan, asalkan mereka tidak memikirkan hal yang negatif.

Tetapi jauh berbeda dengan apa yang menjadi hidup Habakuk, ia menaruh perhatian dan kondisi hatinya kepada Allah, dan Allah adalah satu-satunya sumber kekuatannya. Apakah sumber kekuatan kita saat ini? Tidak, tidak, saya tidak bertanya apakah jawaban anda ketika anda ditanya sumber kekuatan anda, tetapi saya bertanya apakah yang menjadi sumber kekuatan di dalam kehidupan nyata anda?

Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku: Ini suatu bahasa puisi untuk menunjukkan bahwa memang Allah yang membuat Habakuk menjadi kuat. Allah yang adalah kekuatan Habakuk bukan hanya ada di dalam sebuah konsep berpikir, atau “keiyaan” kognitif dari Habakuk.

Allah adalah kekuatannya. Allah adalah yang karenanya Habakuk bisa dan boleh bersorak-sorai sekalipun dia hidup di dalam sebuah kesedihan, kecewaan, dan kesusahan seumur hidupnya.

Habakuk 3:19 merupakan suatu pengakuan di ujung pergumulan yang amat melelahkan. Segala pertanyaan tentang Tuhan berakhir di sini. Penggubah atau nabi bangkit dari rasa galaunya dan mengakui apa yang dilakukan Tuhan atas umat-Nya.” Iman senantiasa mengangkat kita lebih tinggi dan membuat kita lebih berbahagia. Bahkan sekalipun anda tidak dapat bersukacita dalam hal ekonomi, anda dapat bersukacita di dalam Tuhan.

Berharap, lalu tidak mendapatkan sebuah jawaban adalah anugerah dan sarana dari

Allah, untuk manusia bisa dan boleh mengenal Tuhan lebih lagi.

Next Post Previous Post