1 SAMUEL 17:12-58 (DAUD MELAWAN GOLIAT)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 SAMUEL 17:12-58 (DAUD MELAWAN GOLIAT)
I) Asli tidaknya ayat-ayat tertentu dari bagian ini.

Adam Clarke (hal 262) mengatakan bahwa 1Samuel 17:12-31,41,54-58 dan 1Samuel 18:1-5,10-11,17-19 tidak ada dalam Septuaginta / LXX. Semua ini ada dalam manuscript yang namanya Codex Alexandrinus, tetapi anehnya manuscript dari mana Codex Alexandrinus disalin, tidak mempunyai ayat-ayat itu. Karena itu ia mengatakan bahwa ada yang meragukan keaslian ayat-ayat ini, dan ia sendiri yakin bahwa ayat-ayat ini tidak asli.

Tentang 1 Samuel 17: 12 Barnes’ Notes memberikan komentar sebagai berikut

“This and the following vv. down to the end of v. 31 are omitted in the Vatican copy of the LXX, as are vv. 55-58. The object of the omission was doubtless to avoid the apparent inconsistency with regard to Saul’s acquaintance with David” (= Ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya sampai pada akhir 1 Samuel 17: 31 dihapuskan dalam manuscript Vatican dari Septuaginta, demikian juga ayat 55-58. Tujuan dari penghapusan itu jelas untuk menghindari hal-hal yang kelihatannya tidak konsisten tentang perkenalan Saul dengan Daud) - hal 42.

Jadi jelas bahwa bertentangan dengan Clarke di atas, Barnes’ Notes menganggap bahwa ayat-ayat itu asli, tetapi dihapuskan oleh Septuaginta, untuk membuang ketidak-konsistenan.

Keil & Delitzsch: “But the notion, that the section in question are interpolations that have crept into the text, cannot be sustained on the authority of the Septuagint version; since the arbitrary manner in which the translators of this version made omissions or additions at pleasure is obvious to any one” (= Tetapi dugaan / pikiran bahwa bagian yang dibicarakan ini adalah penambahan yang telah masuk ke dalam text, tidak bisa didukung oleh otoritas dari versi Septuaginta; karena cara sewenang-wenang dengan mana penterjemah dari versi ini melakukan penghapusan atau penambahan sesukanya adalah jelas bagi siapapun) - Footnote, hal 177.

Saya sendiri lebih condong pada Barnes’ Notes dan Keil & Delitzsch yang menganggap bahwa ayat-ayat ini asli!

II) Daud diutus ke medan perang.

1) 3 anak Isai ikut perang (1 Samuel 17: 13-14).

Pulpit Commentary: “The circumstances of Israel necessitated just then that some of God’s people should devote themselves to the campaign as soldiers. ... In the Christian economy every true follower of Christ is a soldier, following the lead of the Captain of our salvation. Nevertheless, the circumstances in which Christians find themselves demand that some should be more emphatically fighting men, to undertake, in combination with others, arduous work which can never be done by Christians in a private and isolated capacity. Hence we have men, separated from various occupations, consecrating all their time and energies not merely in defence of the gospel, but in making war upon the manifold evils which obstruct the triumph of Christ” (= Keadaan Israel pada saat itu mengharuskan sebagian dari umat Allah untuk membaktikan diri mereka sendiri pada expedisi militer sebagai tentara. ... Dalam organisasi Kristen setiap pengikut Kristus adalah seorang tentara, mengikuti pimpinan dari Kapten keselamatan kita. Sekalipun demikian, keadaan dimana orang-orang Kristen itu ada, menuntut bahwa sebagian dari mereka harus dengan lebih bersungguh-sungguh menjadi orang-orang yang bertempur, bergabung dengan orang-orang lain, untuk mengerjakan, pekerjaan sulit yang tidak pernah bisa dilakukan oleh orang-orang Kristen dalam kesendirian. Karena itu, kita mempunyai orang-orang, terpisah dari bermacam-macam pekerjaan / kesibukan, menyerahkan seluruh waktu dan tenaga mereka bukan hanya untuk mempertahankan Injil, tetapi dalam membuat peperangan terhadap bermacam-macam kejahatan yang menghalangi kemenangan Kristus) - hal 320.

2) Daud tidak ikut perang; ia masih menggembalakan domba.

1 Samuel 17: 15: ‘Daud selalu pulang dari pada Saul untuk menggembalakan kambing domba ayahnya di Betlehem’. Ini menunjukkan bahwa pada saat ini Daud belum menjadi pelayan / pembawa senjata Saul (bdk. 16:21-22).

Pulpit Commentary: “the statements made in ch. 16:21-23 belong to the time immediately after the combat with Goliath, and not before” (= pernyataan yang dibuat dalam pasal 16:21-23 seharusnya terjadi segera setelah perkelahian dengan Goliat, dan bukan sebelumnya) - hal 318.

3) Isai mengutus Daud untuk mengunjungi 3 kakaknya di medan perang (1 Samuel 17: 17-22).

Pulpit Commentary: “Jesse’s forethought and David’s readiness contributed to the strength and encouragement of the absent warriors. Likewise every one in Israel could aid in the conflict by contributions of food and clothing, and by cherished sympathy and prayer. ... The means by which the scattered members of Christ’s Church can fulfil their duty to their brethren devoted entirely to the campaign against sin are varied and effective. ... By special acts and seasons of prayer. ... Even the greatest of apostles felt that he would do his work better if friends would but respond to his appeal, ‘Brethren, pray for us.’ ... Moral and material support. ... We rob devoted men of strength when we are chary of letting them know our deep interest in them” (= Perhatian Isai dan kesediaan Daud menguatkan dan membesarkan hati para pejuang / tentara yang sedang absen. Dengan cara yang sama setiap orang di Israel bisa membantu peperangan dengan menyumbangkan makanan dan pakaian, dan dengan simpati dan doa untuk menunjukkan penghargaan terhadap mereka. ... Cara dengan mana anggota-anggota Gereja Kristus yang tersebar bisa memenuhi kewajiban mereka kepada saudara-saudara mereka yang membaktikan diri sepenuhnya dalam kampanye melawan dosa adalah bervariasi dan effektif. ... Dengan tindakan khusus dan musim / saat doa. ... Bahkan rasul yang terbesar merasakan bahwa ia akan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik jika teman-temannya menanggapi permintaannya, ‘Saudara-saudara, berdoalah untuk kami’. ... Dukungan moral dan materi. ... Kita merampok kekuatan orang-orang yang membaktikan dirinya itu pada waktu kita tidak memberitahu mereka tentang perhatian kita yang dalam terhadap diri mereka) - hal 320,321.

Penerapan:

Kalau saudara sendiri tidak mau ikut perang, setidaknya jangan menghalangi yang mau perang, dan lebih-lebih jangan menyerang orang kristen yang perang, misalnya dengan mengkritik tanpa ada henti-hentinya. Dengan demikian saudara justru menjadi alat setan untuk menentang orang kristen yang perang demi Kristus. Saudara seharusnya justru mendukung dengan dukungan moril, materiel, dan khususnya dukungan doa!

4) Sampainya Daud ke medan perang merupakan pengaturan ilahi.

The New Bible Commentary Revised: “His arrival on the battle-scene was therefore due to divine overruling” (= Karena itu, kedatangannya dalam kancah pertempuran disebabkan oleh pengaturan ilahi) - hal 296.

III) Daud melawan Goliat.

1) Waktu ada di medan perang, Daud mendengar penghinaan yang dilakukan oleh Goliat (1 Samuel 17: 23 bdk. 1 Samuel 17: 8-10). Ia juga melihat bahwa dari pihak Israel bukan hanya tidak ada yang berani melawan Goliat, tetapi lebih dari itu, semua lari ketakutan (1 Samuel 17: 24).

2) Janji Saul bagi orang yang bisa mengalahkan Goliat.

Mungkin karena tidak ada yang berani menghadapi Goliat ini, maka Saul lalu menjanjikan hadiah bagi orang yang bisa mengalahkan Goliat (ay 25).

1 Samuel 17: 25: dibebaskan dari pajak.

NIV: ‘exempt ... from taxes’ (= dibebaskan dari pajak).

KJV/RSV/NASB: ‘free’ (= bebas).

Barnes mengatakan bahwa sebetulnya artinya cuma ‘free / bebas’, dan yang dimaksudkan adalah bebas dari segala kewajiban dalam 8:11-17.

Janji dalam 1 Samuel 17: 25 ini, khususnya berkenaan dengan pemberian anak perempuan raja untuk menjadi istri orang yang mengalahkan Goliat, nantinya tidak dipenuhi!

1 Samuel 17: 25 ini menunjukkan bahwa pada waktu Saul menghadapi problem Goliat ini, ia bukannya bersandar kepada Tuhan, tetapi mencari manusia yang bisa disandari.

3) Keyakinan Daud (ay 26b).

1 Samuel 17: 26b: 2 hal yang memberikan keyakinan kepada Daud.

a) Orang itu orang tak bersunat, berarti ia bukan umat Allah.

b) Israel adalah barisan dari Allah yang hidup. Ini kontras dengan Filistin yang menyembah dewa / berhala yang mati (bdk. Hab 2:17-18 1Tesalonika 1:9).

4) Eliab marah kepada Daud (1 Samuel 17: 28).

1 Samuel 17: 28: ‘sifat pemberanimu’. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘how conceited you are’ (= betapa sombongnya engkau).

KJV: ‘thy pride’ (= kesombonganmu).

RSV: ‘your presumption’ (= kepongahanmu).

NASB: ‘your insolence’ (= keangkuhanmu).

Keil & Delitzsch: “Eliab sought for the splinter in his brother’s eye, and was not aware of the beam in his own. The very things with which he charged his brother - presumption and wickedness of heart - were most apparent in his scornful reproof” (= Eliab mencari selumbar di mata saudaranya, dan tidak menyadari akan balok dalam matanya sendiri. Hal-hal yang ia tuduhkan kepada saudaranya - kesombongan dan hati yang jahat - justru terlihat dengan jelas dalam celaannya yang penuh penghinaan) - hal 181.

Eliab justru marah kepada Daud. Ia bukan hanya membalas air susu dengan air tuba (karena Daud datang membawa oleh-oleh bagi dia), tetapi juga menentang saudaranya yang ingin berjuang bagi Tuhan! Mungkin ini dilakukan karena ia iri hati melihat Daud, dan bukannya dia, yang diurapi oleh Samuel.

Memang kalau kita berkobar-kobar untuk berperang melawan setan demi Tuhan, maka hampir bisa dipastikan akan ada ‘orang dekat’ (keluarga, sesama orang kristen) yang menentang kita!

Pulpit Commentary: “The contemptuous reproach of a brother. From him at least better things might have been expected. But natural affection often vanishes before envy and anger (Gen. 4:8), and is transformed into intense hatred. ‘There is no enemy so ready or so spiteful as the domestical’ (Hall)” [= Celaan yang merendahkan / menghina dari seorang saudara. Dari dia setidaknya diharapkan hal yang lebih baik. Tetapi kasih sayang alami sering hilang di hadapan iri hati dan kemarahan (Kejadian 4:8), dan diubahkan menjadi kebencian yang hebat. ‘Tidak ada musuh yang begitu siap / tersedia atau begitu pendengki seperti musuh dalam rumah tangga’ (Hall)] - hal 333.

5) Sikap Daud menghadapi kemarahan dan penghinaan Eliab (1 Samuel 17: 29-31).

1 Samuel 17: 29: ‘Hanya bertanya saja!’.

NIV: ‘Can’t I even speak?’ (= Tidak bolehkah aku berbicara?).

RSV: ‘Was it not but a word?’ (= Bukankah itu cuma suatu perkataan?).

NASB: ‘Was it not just a question?’ (= Bukankah itu cuma suatu pertanyaan?).

KJV: ‘Is there not a cause?’ (= Tidak adakah alasan / penyebab di sana?).

Pulpit Commentary: “Is it not a word?” (= Bukankah itu adalah suatu perkataan?) - hal 323.

Maksudnya: saya cuma ngomong, tetapi tidak berbuat apa-apa.

Tetapi perhatikan 1 Samuel 17: 30-dst. Daud tidak mempedulikan kemarahan Eliab. Ia bukannya berhenti dari semangatnya untuk melawan Goliat demi Tuhan.

Penerapan:

Sikap seperti ini harus ditiru! Kalau saudara mau berjuang bagi Tuhan, dan ada orang yang menghalangi saudara, memaki saudara, menuduh saudara yang bukan-bukan, dsb, sadarilah bahwa itu merupakan cara setan untuk menggagalkan maksud saudara itu. Karena itu, jangan membiarkan hal itu menghalangi saudara dari maksud baik itu.

6) Dialog Daud dengan Saul (1 Samuel 17: 32-39).

a) 1 Samuel 17: 32: bertentangan dengan sikap seluruh Israel dan Saul, yang ketakutan melihat Goliat (1 Samuel 17: 11,24), Daud sama sekali tidak takut. Ia berani berbeda dengan orang lain!

Penerapan:

Keberanian Daud melawan Goliat harus kita tiru. Bagaimana kalau saudara berhadapan dengan seorang nabi palsu yang mempunyai gelar Ph. D.? Beranikah berdebat dengan dia? Bdk. 2Timotius 1:6-8 - ‘Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan’.

Contoh: seorang jemaat berdebat dengan seorang dokter katolik, dan ketika dokter katolik itu mau menghadapkannya dengan pastornya, maka ia mau menghadapkan pastornya itu dengan saya. Mengapa tidak berani menghadapi pastor itu sendiri? Mengapa takut?

Dari ay 26,36b,45-47 juga terlihat bahwa Daud melawan Goliat bukan karena ia senang berkelahi, ingin populer, ingin mendapatkan hadiahnya Saul / anak perempuannya Saul dsb, tetapi karena ia tidak bisa diam melihat Allah dan umatNya dihina / dihujat. Jika tidak ada orang yang menangani Goliat yang menghina Tuhan itu, maka ia yang menangani.

Penerapan:

· Kalau saudara berdebat tentang theologia, jangan sekedar karena senang berdebat, tetapi karena membela kebenaran / Tuhan!

· Kalau ada pengajar sesat, dan tidak ada orang yang mau / berani menangani, maukah saudara menanganinya?

b) 1 Samuel 17: 33: sekarang ada halangan / kata-kata yang mengecilkan hati dari Saul.

Setelah tadi gagal dalam usahanya untuk menghalangi Daud melalui Eliab, sekarang setan berusaha melalui Saul. Setan begitu tekun menghalangi dan menyerang kita, dan karena itu kita juga harus tekun dalam melawan dia!

c) 1 Samuel 17: 34-37: jawaban Daud.

1. Ia menceritakan pengalaman penggembalaannya dimana ia pernah mengalahkan singa maupun beruang.

1 Samuel 17: 34: ‘Apabila datang singa atau beruang’.

‘Stream in the Desert’, vol 1, February 23, memberikan suatu renungan tentang bagian ini yang berbunyi sebagai berikut:

“It is a source of inspiration and strength to come in touch with the youthful David, trusting God. Through faith in God he conquered a lion and a bear, and afterwards overthrew the mighty Goliath. When that lion came to despoil that flock, it came as a wondrous opportunity to David. If he had failed or faltered he would have missed God’s opportunity for him and probably would never have come to be God’s chosen king of Israel. ‘And there came a lion’. One would not think that a lion was a special blessing from God; one would think that only an occasion of alarm. The lion was God’s opportunity in disguise. Every difficulty that presents itself to us, if we receive it in the right way, is God’s opportunity. Every temptation that comes is God’s opportunity. When the ‘lion’ comes, recognize it as God’s opportunity no matter how rough the exterior. ... May God open our eyes to see Him, whether in temptations, trials, dangers, or misfortunes” (= Ini merupakan suatu sumber inspirasi dan kekuatan untuk mengingat akan Daud yang masih muda, mempercayai Tuhan. Melalui iman kepada Tuhan ia mengalahkan seekor singa dan seekor beruang, dan kemudian menaklukkan Goliat yang perkasa. Ketika singa tersebut datang untuk merampas kawanannya, itu datang sebagai sebuah kesempatan menakjubkan bagi Daud. Jika ia telah gagal atau bimbang ia pasti akan kehilangan kesempatan Tuhan baginya dan mungkin pasti tidak pernah menjadi raja Israel pilihan Tuhan. ' Dan datanglah seekor singa'. Orang tidak akan berpikir bahwa seekor singa adalah suatu berkat istimewa dari Tuhan; orang akan berpikir bahwa hanyalah suatu kejadian yang menakutkan. Singa adalah kesempatan Tuhan yang terselubung. Setiap kesukaran yang muncul dengan sendirinya kepada kita, jika kita menerimanya dengan cara yang benar, adalah kesempatan Tuhan. Setiap godaan yang datang adalah kesempatan Tuhan. Ketika 'singa' datang, mengenalinya sebagai kesempatan Tuhan tak peduli bagaimana kasar tampilan luarnya. ... Semoga Tuhan membuka mata kita untuk melihatNya, apakah di dalam godaan, pencobaan, bahaya, atau kemalangan).

1 Samuel 17: 35: ‘menangkap janggutnya’.

Pulpit Commentary: “Neither the bear nor the lion has a beard, and the word really means ‘the chin,’ ‘the place where the beard grows.’ The Chaldee translates ‘the lower jaw’, and the Septuagint ‘the throat’” (= Baik beruang maupun singa tidak mempunyai janggut, dan arti kata itu sebenarnya adalah ‘dagu’, ‘tempat dimana janggut tumbuh’. Orang Chaldee menterjemahkan ‘rahang bawah’, dan Septuaginta menterjemahkan ‘tenggorokan’) - hal 324.

2. Jelas sekali bahwa Daud mempunyai keyakinan terhadap Tuhan.

· Ini didasarkan atas pengalaman pribadinya (mengalahkan singa dan beruang).

Charles Haddon Spurgeon: “But, beloved, I would have you remember that experience does not come to people if they sit quite still. When David was young in years he was old in experience, because he had watched the hand of the Lord in its dealings with him. He had not been an idler among the hills, but a worshipper, a worker, a student, a practical, living man of God. ... And the bear - that came to David, certainly; but then he did not sit still and watch the bear, and let it come and roar, and ravin, and then retreat as it liked; but he struggled with that bear, and he slew him, and thus he gained his experience by the active discharge of his duty as a shepherd. He did what he was called upon to do with holy daring, and in so doing he learned the faithfulness of God. Many men have lions and bears, but no experience. Be alive, and get something out of all that happens around you. ... What kind of experience will some professors have when they come to be sixty or seventy years of age? They never laboured in the Sunday School to teach a child, never stood up to preach Christ, never penetrated a lodging-house, nor entered a midnight-meeting to try and find out a wanderer for Jesus. These have no experience; they are hollow as drums. They have done nothing; their spiritual life has been a blank” (= Tetapi saudara yang kekasih, saya mau mengingatkan kamu bahwa pengalaman tidak datang kepada orang-orang jika mereka duduk diam. Pada saat Daud masih muda ia sudah tua dalam pengalaman, karena ia memperhatikan tangan Tuhan dalam menanganinya. Ia bukanlah seseorang yang malas di antara bukit-bukit, tetapi seorang penyembah, seorang pekerja, seorang pelajar, seorang dari Allah yang hidup dan praktis. ... Dan tentu saja si beruangnyalah yang datang kepada Daud; tetapi ia tidak lalu duduk diam dan memperhatikan si beruang, dan membiarkannya datang dan meraung, dan memangsa, dan lalu kembali sesukanya; tetapi ia bertarung melawan beruang itu, dan membunuhnya, dan dengan demikian ia memperoleh pengalamannya oleh pelaksanaan kewajibannya sebagai gembala. Ia melakukan apa yang merupakan panggilannya dengan keberanian yang kudus, dan dengan berbuat demikian ia mempelajari kesetiaan Allah. Banyak orang mempunyai singa-singa dan beruang-beruang, tetapi tidak mempunyai pengalaman. Hiduplah, dan dapatkan sesuatu dari semua yang terjadi di sekitarmu. ... Pengalaman macam apa yang dimiliki oleh beberapa profesor pada saat mereka berusia 60 atau 70 tahun? Mereka tidak pernah bekerja di Sekolah Minggu untuk mengajar anak, tidak pernah berdiri untuk memberitakan Kristus, tidak pernah memasuki rumah pemondokan, atau memasuki pertemuan tengah malam untuk mencoba dan menemukan seorang pengembara bagi Yesus. Mereka ini tidak mempunyai pengalaman; mereka kosong seperti drum. Mereka tidak melakukan apa-apa, kehidupan rohani mereka merupakan suatu kekosongan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 61,62.

Penerapan:

Kalau saudara tidak pernah mau melayani Tuhan, tidak pernah memberitakan Injil, dan pada waktu ada pengajar sesat seperti orang-orang dari ‘gereja lokal’ (gereja Sidang Jemaat Kristus), Saksi Yehovah, Pdt. Bambang Noorsena / gereja Orthodox Syria, saudara memilih untuk diam atau bahkan lari, maka sampai matipun saudara tidak akan mempunyai pengalaman apa-apa!

· Dalam keyakinannya ini ada gabungan antara manusia (1 Samuel 17: 36 - ‘oleh hambamu ini’) dan ilahi (1 Samuel 17: 37 - ‘TUHAN yang telah melepaskan aku’).

Charles Haddon Spurgeon: “Work as if you were to be saved by your works; and then trust Christ only, since it is only by faith in him that you are capable of a single good work” (= Bekerjalah / berusahalah seakan-akan engkau akan diselamatkan oleh perbuatan / usahamu; dan lalu percayalah kepada Kristus saja, karena hanya oleh iman kepada Dia maka engkau bisa melakukan suatu perbuatan baik) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 63.

Pulpit Commentary: “The power of God is adequate to any human need. ... The people at Elah, on seeing Goliath, thought of his strength. The reverse effect produced in the mind of David by Goliath’s boast was the thought of the eternal power” (= Kuasa Allah itu cukup untuk setiap kebutuhan manusia. ... Orang-orang di Elah / Tarbantin, pada waktu melihat Goliat, memikirkan kekuatannya. Hasil sebaliknya dihasilkan dalam pikiran Daud oleh kesombongan Goliat yaitu pemikiran tentang kuasa ilahi) - hal 327.

Catatan: ay 2: ‘lembah Tarbantin’. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the valley of Elah’ (= lembah Elah).

· Keyakinan Daud didasarkan atas ketidakberubahan Allah (1 Samuel 17: 37).

Daud berbeda dengan Israel di padang gurun, yang sekalipun berulangkali mendapatkan pertolongan / pemeliharaan Tuhan, tetapi selalu takut dan bersungut-sungut pada waktu ada bahaya / kekurangan makan / minum. Daud, karena telah sering mendapatkan pertolongan Tuhan, sekarang berani menghadapi bahaya!

Charles Haddon Spurgeon: “I want you, my dear brother, to feel that if God has blessed you in the past he will bless you still. ... Are we going to be discouraged now? Here is another crisis, and there is another difficulty; are you dismayed? ... Old battles lend us new weapons. Yesterday’s griefs are the mothers of today’s joys. An old affliction may prove to be the best cure for new distress” (= Saudaraku yang kekasih, aku mau supaya engkau merasakan bahwa jika Allah telah memberkati engkau di masa lampau Ia tetap akan memberkati engkau. ... Apakah kita akan menjadi kecil hati sekarang? Di sini ada krisis yang lain, dan di sana ada kesukaran yang lain; apakah engkau cemas? ... Pertempuran yang lama memberi kita senjata yang baru. Kesedihan kemarin adalah ibu dari sukacita hari ini. Penderitaan / kesusahan lama bisa terbukti merupakan obat terbaik untuk kesukaran yang baru) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 65,66,67.

Penerapan:

Kita sudah alami krismon selama hampir 2 tahun, dan saudara masih tetap hidup / tidak mati kelaparan. Perlukah kuatir menghadapi krismon yang masih berlanjut ini atau bahkan pemilu?

· Daud berkelahi dengan Goliat boleh dikatakan karena ia diarahkan oleh Providence of God / pengaturan Allah. Ia diarahkan untuk sampai ke medan pertempuran, lalu mendengar Goliat menghina Allah dan Israel, dan tidak ada orang lain yang berani menghadapi Goliat. Jadi ia ‘terpaksa’ menghadapinya. Ini menyebabkan ia tidak boleh takut, tetapi harus yakin / percaya bahwa Allah yang mengarahkannya ke sana pasti melindungi dan menolongnya. Ini berbeda dengan orang yang masuk ke dalam problem atau bahaya, secara tidak perlu!

3. Jadi ay 34-dst menunjukkan Daud tetap tidak mau menghentikan niatnya untuk melawan Goliat sekalipun ada kata-kata yang mengecilkan hati dari Saul

d) Akhirnya Saul mengijinkan Daud untuk berkelahi melawan Goliat (ay 37b), dan ia lalu menyuruh Daud menggunakan pakaian perangnya (1 Samuel 17: 38).

Perlu diketahui bahwa membutuhkan banyak praktek / latihan untuk bisa memakai pakaian perang jaman dulu. Karena Daud tak pernah berlatih memakai pakaian itu, tentu saja ia tidak bisa menggunakannya (1 Samuel 17: 39).

7) Daud membunuh Goliat (1 Samuel 17: 40-51).

a) 1 Samuel 17: 40: Daud memilih batu yang licin, bukan yang mempunyai sudut yang tajam-tajam, supaya batu itu bisa meluncur dengan baik dari pengumbannya.

b) 1 Samuel 17: 42: jangan tiru Goliat dengan menganggap rendah lawan.

c) 1 Samuel 17: 43: Goliat hanya menyebut tongkat. Ini mungkin menunjukkan bahwa ia tidak melihat pengumban yang dibawa Daud. Mungkin Daud memang menyembunyikan pengumbannya.

d) Terjadi saling ejek antara Daud dan Goliat (1 Samuel 17: 43-47).

Kita hanya akan menyoroti kata-kata Daud saja (1 Samuel 17: 45-47).

· ‘dengan nama Tuhan’ (1 Samuel 17: 45), artinya dengan keyakinan akan pertolongan Tuhan.

Pulpit Commentary: “He did not compare himself with Goliath, but he compared Goliath with Jehovah” (= Ia tidak membandingkan dirinya sendiri dengan Goliat, tetapi ia membandingkan Goliat dengan Yehovah) - hal 336.

· Hati-hati dengan ay 45,47! Ini tak berarti bahwa Daud mengandalkan Tuhan sedemikian rupa sehingga tidak mempersiapkan diri dengan baik. Bahwa ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya terlihat dari fakta bahwa ia membawa pengumban, yang merupakan senjata terbaik menghadapi orang setinggi Goliat, dan juga dari ay 40 dimana ia memilih batu-batu terbaik untuk dipakai. Tetapi sekalipun ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, sandarannya tetap adalah Tuhan!


Dalam segala hal, kita harus berjuang / berusaha secara maximal (kecuali memang tidak ada apapun yang bisa dilakukan, atau Tuhan melarang kita melakukan apapun, seperti dalam Keluaran 14:13-14), tetapi kita tetap harus bersandar kepada Tuhan.

Bdk. juga 1 Samuel 17: 45-47 ini dengan Mazmur 44:2-8!!!

Penerapan:

Ini berlaku dalam pelayanan / penginjilan, dalam menghadapi ujian, dsb.

e) Mungkin karena Goliat melihat Daud membawa hanya tongkat, dan tak melihat pengumban, Goliat meremehkan Daud dan membuka ketopongnya, sehingga dahinya terbuka terhadap serangan Daud. Dan Daud memanfaatkan hal itu (1 Samuel 17: 48-50).

Adam Clarke: “Except his face, Goliath was everywhere covered with strong armour. Either he had no beaver to his helmet, or it was lifted up so as to expose his forehead; but it does not appear that the ancient helmets had any covering for the face. The Septuagint however supposes that the stone passed through the helmet, and sank into his forehead. ... To some this has appeared perfectly improbable; but we are assured by ancient writers that scarcely any thing could resist the force of the sling” (= Kecuali mukanya, setiap bagian dari Goliat dilindungi oleh senjata pelindung yang kuat. Atau ia tidak mempunyai penutup depan pada helm / ketopongnya, atau bagian itu telah diangkat sehingga menyebabkan dahinya terbuka; tetapi kelihatannya helm / ketopong kuno tidak mempunyai penutup untuk muka. Tetapi Septuaginta menganggap bahwa batu itu menembus helm / ketopong, dan terbenam di dahinya. ... Bagi sebagian orang ini dianggap sama sekali tidak mungkin; tetapi kami diyakinkan oleh penulis-penulis kuno bahwa hampir tidak ada benda apapun bisa menahan kekuatan dari pengumban) - hal 265.

Clarke juga mengutip kata-kata Diodorus Siculus, yang berkata sbb:

“The Baleares, in time of war, sling greater stones than any other people, and with such a force, that they seem as if projected from a catapult. Therefore, in assault made on fortified towns, they grievously wound the besieged; and in battle they break in pieces the shields, helmets, and every species of armour by which the body is defended. And they are such exact marksmen that they scarcely ever miss that at which they aim” (= Orang-orang Baleares, pada masa peperangan, mengumban batu-batu yang lebih besar dari yang dilakukan orang lain, dan dengan kekuatan sedemikian rupa, sehingga batu-batu itu kelihatannya dilontarkan dari sebuah katapel. Karena itu, dalam penyerangan yang dilakukan terhadap kota-kota berkubu, mereka memberikan luka yang menyedihkan terhadap orang yang dikepung; dan dalam pertempuran mereka menghancurkan perisai-perisai, helm-helm / ketopong-ketopong, dan setiap senjata pelindung dengan apa tubuh dipertahankan / dilindungi. Dan mereka adalah penembak jitu sedemikian rupa sehingga mereka hampir tidak pernah luput dari sasaran yang mereka tuju) - hal 265-266.

Dan tentang ketepatan dalam menggunakan pengumban ini Adam Clarke mengutip kata-kata orang yang sama yang berkata sbb:

“They attain to this perfection by frequent exercise from their childhood; for while they are young and under their mother’s care, they are obliged to learn to sling; for they fasten bread for a mark at the top of the pole; and till the child hit the bread he must remain fasting; and when he has hit it, the mother gives it to him to eat” (= Mereka mencapai kesempurnaan seperti ini oleh latihan berulangkali sejak masa kanak-kanak mereka; karena pada waktu mereka masih muda dan ada dalam perhatian / pemeliharaan ibu mereka, mereka diharuskan untuk mengumban; karena para ibu itu meletakkan roti sebagai sasaran pada puncak sebuah tiang; dan sampai anak itu mengenai roti itu ia harus tetap berpuasa; dan pada waktu ia telah mengenainya, maka sang ibu memberikan roti itu kepadanya untuk dimakan) - hal 266.

Pulpit Commentary: “And in those days, before firearms were invented, men by constant practice ‘could sling stones at a hair-breadth, and not miss’ (Judges 20:16)” [= Dan pada jaman itu, sebelum senjata api ditemukan, manusia oleh latihan terus-menerus ‘bisa mengumban batu-batu dengan tidak meleset sehelai rambutpun’ (Hakim-hakim 20:16)] - hal 325.

Pulpit Commentary: “It was just because the sling and the stone were not the weapons of Goliath that they were best fitted to David’s purpose. They could be used at a distance from the enemy; they made his superior resources of no avail; they virtually reduced him to the dimensions and condition of an ordinary man; they did more, they rendered his extraordinary size a disadvantage; the larger he was, the better for the mark. David, moreover, had been accustomed in his shepherd life to the sling; it had been the amusement of his solitary hours, and had served for his own protection and that of his flock; so that he brought to his encounter with Goliath an accuracy of aim and a strength and steadiness of arm that rendered him a most formidable opponent” (= Justru karena pengumban dan batu bukanlah senjata dari Goliat maka mereka merupakan senjata yang paling cocok untuk tujuan Daud. Mereka bisa digunakan pada suatu jarak dari musuh; mereka menyebabkan keunggulan Goliat tidak ada gunanya; mereka sebetulnya menurunkan dia kepada ukuran dan kondisi dari orang biasa; mereka bahkan melakukan lebih dari pada itu, mereka membuat ukurannya yang luar biasa sebagai suatu kerugian; makin besar ia, makin baik ia sebagai sasaran. Lebih dari itu, Daud, dalam hidupnya sebagai seorang gembala, telah terbiasa untuk mengumban; itu merupakan hiburannya pada saat sendirian dan berguna untuk perlindungan dirinya sendiri dan untuk kawanan ternaknya; sehingga ia membawa pada pertemuannya dengan Goliat suatu ketepatan menembak dan lengan yang kuat dan stabil yang membuatnya menjadi lawan yang paling berat) - hal 336.

f) 1 Samuel 17: 48-51:

Pulpit Commentary: “The deft fingers that once drew sweet music from the harp now used the stone that brought Saul’s enemy to the earth” (= Jari-jari yang cekatan yang pernah mengeluarkan musik yang manis dari kecapinya sekarang menggunakan batu yang menjatuhkan musuh Saul ke tanah) - hal 332.

Penerapan:

Orang kristen kadang-kadang bersikap sebagai penghibur (menangis bersama dengan orang yang menangis - Roma 12:15b), tetapi kadang-kadang harus bisa keras terhadap orang-orang jahat / sesat / nabi palsu.

8) 1 Samuel 17: 51-53: ketika Goliat mati, orang Filistin lari ketakutan (mereka tak mau penuhi janji Goliat dalam ay 9a), sebaliknya ketika Daud menang orang Israel yang tadinya takut menjadi berani.

Dari sini kita belajar bahwa apa yang kita lakukan mempengaruhi orang di sekitar kita. Kalau kita patah semangat dan malas melayani / perang bagi Tuhan, maka itu menyebabkan orang kristen lain juga demikian. Sebaliknya kalau kita bersemangat dan berani berperang demi Tuhan, maka orang kristen lain juga akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

Penutup:

Memang kita tidak lagi melakukan peperangan jasmani seperti yang dilakukan oleh orang Israel pada jaman Perjanjian Lama. Tetapi kita terus melakukan peperangan rohani. Beranikah dan maukah saudara ikut berperang?.1 SAMUEL 17:12-58 (DAUD MELAWAN GOLIAT).

-AMIN-
Next Post Previous Post