EKSPOSISI BILANGAN 22:1-41;23:1-19 (BILEAM)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI BILANGAN 22:1-41;23:1-19 (BILEAM)
gadget
Bilangan 22:1-41 - “(1) Kemudian berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran Moab, di daerah seberang sungai Yordan dekat Yerikho. (2) Balak bin Zipor melihat segala yang dilakukan Israel kepada orang Amori. (3) Maka sangat gentarlah orang Moab terhadap bangsa itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan takutlah orang Moab karena orang Israel. (4) Lalu berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian: ‘Tentu saja laskar besar itu akan membabat habis segala sesuatu yang di sekeliling kita, seperti lembu membabat habis tumbuh-tumbuhan hijau di padang.’ Adapun pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab. (5) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’ (7) Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak. (8) Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam. (9) Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’ (13) Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’ (14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’ (15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’ (18) Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19) Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ (20) Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’ (21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. (23) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24) Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula. (26) Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. (28) Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29) Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30) Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’ (31) Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud. (32) Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan. (33) Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’ (34) Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang.’ (35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu. (36) Ketika Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia menyongsong dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung perbatasan itu. (37) Dan berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Bukankah aku sudah mengutus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?’ (38) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.’ (39) Lalu pergilah Bileam bersama-sama dengan Balak dan sampailah mereka ke Kiryat-Huzot. (40) Balak mengorbankan beberapa ekor lembu sapi dan kambing domba dan mengirimkan sebagian kepada Bileam dan kepada pemuka-pemuka yang bersama-sama dengan dia. (41) Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel”.

I) Latar belakang pemanggilan Bileam (Bilangan 22: 1-4).

1) Moab takut, biarpun sebetulnya tidak ada alasan untuk takut.

Bilangan 22: 1-3: “(1) Kemudian berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran Moab, di daerah seberang sungai Yordan dekat Yerikho. (2) Balak bin Zipor melihat segala yang dilakukan Israel kepada orang Amori. (3) Maka sangat gentarlah orang Moab terhadap bangsa itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan takutlah orang Moab karena orang Israel”.

a) Memang Israel baru saja mengalahkan raja orang Amori yaitu Sihon (Bilangan 21:21-30) dan raja Basan yaitu Og (Bilangan 21:31-35). Bdk. Ul 2:26-3:11.

Keil & Delitzsch mengatakan bahwa pasti tadinya orang Moab percaya bahwa Sihon dan Og bisa menahan / mengalahkan orang Israel, tetapi ternyata baik Sihon maupun Og dikalahkan oleh orang Israel.

b) Bangsa Israel tidak mengambil daerah orang Moab, kecuali daerah Moab yang tadinya sudah diambil oleh Sihon dari tangan orang Moab.

Adam Clarke: “‘And pitched in the plains of Moab.’ They had taken no part of the country that at present appertained to the Moabites; they had taken only that part which had formerly belonged to this people, but had been taken from them by Sihon, king of the Amorites” (= ‘Dan berkemah di dataran Moab’. Mereka tidak mengambil bagian dari negara yang pada saat itu menjadi milik orang Moab; mereka hanya mengambil bagian yang dulunya adalah milik dari bangsa ini, tetapi telah diambil dari mereka oleh Sihon, raja orang Amori).

Bdk. Bilangan 21:21-26 - “(21) Kemudian orang Israel mengirim utusan kepada Sihon, raja orang Amori, dengan pesan: (22) ‘Izinkanlah kami melalui negerimu; kami tidak akan menyimpang masuk ke ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu, kami tidak akan minum air sumurmu, di jalan besar saja kami akan berjalan, sampai kami melalui batas daerahmu.’ (23) Tetapi Sihon tidak mengizinkan orang Israel berjalan melalui daerahnya, bahkan ia mengumpulkan seluruh laskarnya, lalu keluar ke padang gurun menghadapi orang Israel, dan sesampainya di Yahas berperanglah ia melawan orang Israel. (24) Tetapi orang Israel mengalahkan dia dengan mata pedang dan menduduki negerinya dari sungai Arnon sampai ke sungai Yabok, sampai kepada bani Amon, sebab batas daerah bani Amon itu kuat. (25) Dan orang Israel merebut segala kota itu, lalu menetaplah mereka di segala kota orang Amori, di Hesybon dan segala anak kotanya. (26) Sebab Hesybon ialah kota kediaman Sihon, raja orang Amori; raja ini tadinya berperang melawan raja Moab yang lalu, dan merebut dari tangannya seluruh negerinya sampai ke sungai Arnon”.

c) Lebih dari itu, Tuhan sendiri melarang Israel untuk menduduki daerah dari orang Edom, Moab, dan Amon (Ul 2:4-5,9,19).

Catatan: Edom adalah bangsa keturunan Esau (Kej 36:1,9), dan Moab maupun Amon adalah bangsa-bangsa keturunan Lot (Kej 19:30-38).

Ulangan 2:9 - “Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: Janganlah melawan Moab dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu apapun dari negerinya menjadi milikmu, karena Ar telah Kuberikan kepada bani Lot menjadi miliknya”.

d) Tetapi orang Moab toh merasa takut dengan kehadiran bangsa Israel.

Bilangan 22: 3: “Maka sangat gentarlah orang Moab terhadap bangsa itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan takutlah orang Moab karena orang Israel”.

1. Terjemahan dari Bilangan 22: 3.

Kata ‘muak’ tidak ada dalam terjemahan bahasa Inggris.

KJV: ‘And Moab was sore afraid of the people, because they were many: and Moab was distressed because of the children of Israel’ (= Dan orang Moab sangat takut terhadap bangsa itu, karena mereka banyak: dan orang Moab susah / kuatir karena anak-anak Israel).

RSV: ‘And Moab was in great dread of the people, because they were many; Moab was overcome with fear of the people of Israel’ (= Dan Moab berada dalam ketakutan yang besar terhadap bangsa itu, karena mereka banyak; orang Moab dikuasai oleh rasa takut terhadap bangsa Israel).

NIV: ‘and Moab was terrified because there were so many people. Indeed, Moab was filled with dread because of the Israelites’ (= dan orang Moab takut karena ada begitu banyak orang. Memang, orang Moab dipenuhi dengan rasa takut karena orang-orang Israel).

NASB: ‘So Moab was in great fear because of the people, for they were numerous; and Moab was in dread of the sons of Israel’ (= Demikianlah orang Moab berada dalam rasa takut yang besar karena bangsa itu, karena mereka banyak; dan orang Moab ada dalam ketakutan terhadap anak-anak Israel).

Tetapi menurut Jamieson, Fausset & Brown kata ‘muak’ itu sebetulnya ada.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And Moab was distressed because of the children of Israel.’ The addition of this clause being tautological, Michaelis and Hengstenberg take the verb QUWTS in its primary signification, ‘to loathe, to be disgusted, or wearied of a thing’ (Num. 21:5: cf. Gen. 27:46). The Septuagint translates PROSOOCHTHISE MOOAB, ‘was indignant,’ but Gesenius shows that the idea of loathing in several verbs is also transferred to that of fear” [= ‘dan orang Moab susah / kuatir karena anak-anak Israel’. Karena penambahan anak kalimat ini merupakan suatu pengulangan, Michaelis dan Hengstenberg mengartikan kata kerja QUWTS (?) dalam artinya yang utama, ‘muak, jijik, atau jemu terhadap sesuatu’ (Bilangan 21:5: bdk. Kejadian 27:46). Septuaginta menterjemahkan PROSOOCHTHISE MOOAB, ‘marah’, tetapi Gesenius menunjukkan bahwa gagasan dari muak dalam beberapa kata kerja juga diberikan pada rasa takut].

Bil 21:5 - “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.

Kejadian 27:46 - “Kemudian Ribka berkata kepada Ishak: ‘Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang isteri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?’”.

Mungkin sekalipun arti ‘muak’ itu ada, tetapi dianggap tidak sesuai dengan kontext, maka terjemahan-terjemahan bahasa Inggris semua membuang arti itu, dan hanya menterjemahkan ‘takut’.

2. Mengapa orang Moab tetap merasa takut?

a. Karena curiga tanpa alasan.

Matthew Henry: “They needed not to fear any harm from them if they knew (and it is probable that Moses let them know) the orders God had given to Israel not to contend with the Moabites, nor to use any hostility against them, Deut. 2:9. But, if they had any notice of this, they were jealous that it was but a sham, to make them secure, that they might be the more easily conquered. Notwithstanding the old friendship between Abraham and Lot, the Moabites resolved to ruin Israel if they could, and therefore they will take it for granted, without any ground for the suspicion, that Israel resolves to ruin them. Thus it is common for those that design mischief to pretend that mischief is designed against them; and their groundless jealousies must be the colour of their causeless malice. They hear of their triumphs over the Amorites (v. 2), and think that their own house is in danger when their neighbour’s is on fire” [= Mereka tak perlu takut ada gangguan / bahaya apapun dari orang Israel jika mereka tahu (dan adalah mungkin bahwa Musa memberitahu mereka) perintah-perintah yang diberikan Allah kepada Israel untuk tidak melawan orang-orang Moab, atau bersikap bermusuhan terhadap mereka, Ul 2:9. Tetapi, jika mereka memperhatikan hal ini, mereka kuatir bahwa itu hanyalah suatu kepura-puraan, untuk membuat mereka merasa aman, sehingga mereka bisa dikalahkan dengan lebih mudah. Sekalipun ada persahabatan tua / kuno antara Abraham dan Lot, orang-orang Moab memutuskan untuk menghancurkan Israel jika mereka bisa melakukannya, dan mereka menganggap, tanpa dasar apapun untuk curiga, bahwa Israel memutuskan untuk menghancurkan mereka. Demikianlah merupakan sesuatu yang umum bagi mereka yang merencanakan kejahatan untuk mengira bahwa kejahatan direncanakan terhadap mereka; dan kewaspadaan / ketakutan mereka yang tak berdasar pastilah merupakan alasan dari kejahatan mereka yang tak berdasar. Mereka mendengar tentang kemenangan Israel terhadap orang-orang Amori (ay 2), dan mengira bahwa rumah mereka ada dalam bahaya pada waktu tetangga mereka kebakaran].

Penerapan: dalam jaman sekarang ini, dimana begitu banyak orang melakukan kejahatan secara tak terduga, adalah sesuatu yang bijaksana untuk selalu waspada terhadap orang-orang yang tidak dikenal. Tetapi bagaimanapun, ‘sikap waspada’ ini berbeda dengan ‘curiga tanpa alasan’.

Orang Moab tetap takut, menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak percaya / reprobate (orang-orang yang ditentukan untuk binasa) selalu takut tanpa alasan.

Calvin: “In his very alarm we see the truth of what Scripture declares, viz., that the reprobate are always agitated by groundless terrors; and this is the just reward of those who seek not peace with God, that they should be constantly harassed by wretched disquietude” (= Dalam rasa takutnya kita melihat kebenaran dari apa yang dinyatakan oleh Kitab Suci, yaitu bahwa orang-orang yang ditentukan untuk binasa selalu digelisahkan oleh rasa takut yang tak berdasar; dan ini merupakan upah yang benar / adil bagi mereka yang tidak mencari damai dengan Allah, sehingga mereka secara terus menerus diganggu oleh ketidak-tenangan yang buruk sekali) - hal 182.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Yesaya 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.

· Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

· Maz 53:5-6 - “(5) Tidak sadarkah orang-orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umatKu seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada Allah? (6) Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, padahal tidak ada yang mengejutkan; sebab Allah menghamburkan tulang-tulang para pengepungmu; mereka akan dipermalukan, sebab Allah telah menolak mereka”.

· Imamat 26:36 - “Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar”.

· Ulangan 28:65 - “Engkau tidak akan mendapat ketenteraman di antara bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat berjejak bagi telapak kakimu; TUHAN akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah, mata yang penuh rindu dan jiwa yang merana”.

Calvin: “For as the brightness of the sun is painful and injurious to those who have weak eyes, so the blessings which God bestows upon the Church, in token of His paternal favour, torment the reprobate and stir them up to envy” (= Karena seperti terangnya matahari merupakan sesuatu yang menyakitkan dan melukai bagi orang-orang yang mempunyai mata yang lemah, demikian juga berkat-berkat yang Allah berikan kepada Gereja, sebagai tanda kebaikanNya sebagai Bapa, menyiksa orang-orang yang ditentukan untuk binasa dan mengaduk / menggerakkan mereka pada iri hati) - hal 182.

2) Menghadapi hal seperti itu, maka Balak, raja Moab, memutuskan untuk memanggil Bileam.

Bilangan 22: 4-5a: “(4) Lalu berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian: ‘Tentu saja laskar besar itu akan membabat habis segala sesuatu yang di sekeliling kita, seperti lembu membabat habis tumbuh-tumbuhan hijau di padang.’ Adapun pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab. (5a) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia”.

a) ‘tua-tua Midian’ (ay 4a).

Orang-orang Midian merupakan keturunan dari Abraham dan Ketura.

Kej 25:2,4 - “(1) Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. (2) Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. (3) Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum. (4) Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura”.

b) Orang-orang Midian juga tinggal di Moab pada saat itu, dan karena itu mereka juga merasa terancam.

Bible Knowledge Commentary: “Because the Midianites were living in Moab at the time they too felt themselves to be in peril” (= Karena orang-orang Midian tinggal di Moab pada saat itu, mereka juga merasa diri mereka ada dalam bahaya).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Moab said unto the elders of Midian.’ While branches of the Midianites established themselves in various localities (Gen. 36:35; Exo. 3:1, etc.), the main portion of the tribe were settled on the high table-lands east of Moab and south of Ammon, being under the government of five kings (shiekhs) (Num. 31:8; Josh. 13:21) - evidently those who are here called ‘elders’ (ZIQNIYM); Septuagint, GEROUSIA, the senate of Midian” [= ‘Lalu berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian’. Sekalipun bagian-bagian keluarga dari orang-orang Midian menetap di berbagai tempat (Kej 36:35; Keluaran 3:1, dsb), bagian utama dari suku itu mendiami dataran tinggi di Timur Moab dan Selatan Amon, dan berada di bawah pemerintahan dari 5 raja / sheik (Bil 31:8; Yos 13:21) dan mereka ini jelas adalah yang di sini disebut ‘tua-tua’ (ZIQNIYM); Septuaginta, GEROUSIA, majelis dari Midian].

Pulpit Commentary: “It appears from verse 7 that Balak acted for Midian as well as for Moab; as the Midianites were but a weak people, they may have placed themselves more or less under the protection of Balak” (= Terlihat dari ay 7 bahwa Balak bertindak untuk Midian maupun untuk Moab; karena orang-orang Midian hanyalah bangsa yang lemah, mereka mungkin telah menempatkan diri mereka, sedikit atau banyak, di bawah perlindungan Balak).

c) Bilangan 22: 4 menunjukkan bahwa orang kafir (Moab) mengajak orang kafir lain (Midian) untuk melawan orang Israel / Gereja.

· Merupakan sesuatu yang umum kalau anak-anak setan bersatu melawan anak-anak Tuhan. Ini seharusnya mendorong anak-anak Tuhan untuk juga bersatu.

· Karena itu Calvin menduga bahwa Bileam adalah orang Midian.

d) Balak tahu bahwa kalau mereka melawan Israel dengan perang biasa mereka pasti kalah, dan karena itu ia lalu memanggil Bileam, yang dikenal sebagai semacam tukang sihir.

1. Prasangka yang menguasainya menyebabkan ia tidak berusaha menempuh jalan damai.

Pulpit Commentary: “War being useless, what shall Balak do? In his mind there were only two alternatives, either to fight or to send for Balaam. And yet there was a better course, had he thought of it, viz., to approach Israel peacefully. But prejudice, a fixed persuasion that Israel was his enemy, dominated his mind. We do very foolish things through allowing traditional conceptions to rule us. That Israel was the enemy of Moab was an assumption with not the smallest basis of experience. Many of the oppositions and difficulties of life arise from assuming that those who have the opportunity to injure are likely to use the opportunity. He who will show himself friendly may find friends and allies where he least expects them” (= Perang merupakan sesuatu yang sia-sia, apa yang akan dilakukan oleh Balak? Dalam pikirannya hanya ada dua pilihan, atau berperang, atau memanggil Bileam. Tetapi sebetulnya di sana ada jalan yang lebih baik, seandainya ia memikirkan tentang hal itu, yaitu, mendekati Israel secara damai. Tetapi prasangka, suatu keyakinan yang sudah pasti, bahwa Israel adalah musuhnya, mendominasi pikirannya. Kita melakukan hal-hal yang sangat tolol dengan mengijinkan pemikiran tradisionil memerintah kita. Bahwa Israel adalah musuh orang Moab merupakan suatu anggapan tanpa dasar pengalaman yang terkecil. Banyak dari oposisi dan kesukaran dalam hidup muncul dari anggapan bahwa mereka yang mempunyai kesempatan untuk melukai / merugikan kita sangat mungkin akan menggunakan kesempatan itu. Ia yang menunjukkan dirinya sendiri ramah / bersahabat akan mendapatkan sahabat dan sekutu dimana ia paling sedikit mengharapkannya).

2. Karena tak bisa menemukan bantuan yang biasa / alamiah, ia lalu mencari bantuan yang sifatnya supra-natural.

Pulpit Commentary: “Balak cannot find sufficient resources in nature, therefore he seeks above nature. When men, who in their selfishness and unspirituality are furthest from God, find themselves in extremity, it is then precisely that they are seen turning to a power higher than their own (1 Sam 28)” [= Balak tidak bisa mendapatkan / menemukan sumber yang cukup dalam alam, dan karena itu ia mencarinya di atas alam. Pada saat manusia yang dalam keegoisan dan ke-tidak-rohani-an mereka berada paling jauh dari Allah, mendapati diri mereka sendiri dalam kebutuhan yang sangat, maka persis pada saat seperti itulah mereka terlihat berpaling kepada suatu kuasa / kekuatan yang lebih tinggi dari diri mereka (1Sam 28)].

Catatan: 1Sam 28 adalah cerita raja Saul yang memanggil pemanggil arwah.

The Bible Exposition Commentary (OT): “Conventional warfare was out of the question. Moab and Midian needed the help of the devil, and Balaam was in touch with the devil. ... Balaam must have had a wide reputation as a successful practitioner of occult arts, other-wise Balak wouldn’t have ignored both distance and price when he sent for him” (= Perang biasa merupakan sesuatu yang mustahil. Moab dan Midian butuh pertolongan setan, dan Bileam berhubungan dengan setan. ... Bileam pasti telah mempunyai reputasi yang luas dan seorang yang dengan sukses mempraktekkan kuasa gelap, atau Balak tidak akan mengabaikan jarak maupun harga / ongkos pada waktu ia memanggilnya).

Penerapan: ini sama seperti banyak orang, bahkan ‘orang Kristen’, yang kalau sakit / menghadapi problem, lalu mencari paranormal, dukun dan sebagainya.
Bileam (2)

Bilangan 22:5-7 - “ (5) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’ (7) Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak”.

II) Pemanggilan Bileam (Bilangan 22: 5-7).

Bilangan 22: 5: “Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku”.

1) Tempat tinggal Bileam.

Bilangan 22: 5: “... ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya”.

KJV: ‘to Pethor, which is by the river of the land of the children of his people’ (= ke Petor, yang dekat sungai dari negeri dari anak-anak bangsanya).

RSV: ‘at Pethor, which is near the River, in the land of Amaw’ (= di Petor, yang dekat Sungai, di negeri dari Amaw).

NIV: ‘at Pethor, near the River, in his native land’ (= di Petor, dekat Sungai, di negeri asalnya).

NASB: ‘at Pethor, which is near the River, in the land of the sons of his people’ (= di Petor, yang dekat Sungai, di negeri dari anak-anak dari bangsanya).

Jadi, kata ‘Efrat’ sebetulnya tidak ada, dan Adam Clarke memberikan pandangan dari Dr. Kennicott yang mengatakan bahwa tempat tinggal Bileam bisa di dekat sungai apa saja. Tetapi lalu sungai apa? Apakah dekat S. Nil di Mesir, atau S. Yordan di Kanaan, atau S. Efrat di Mesopotamia yang termasuk wilayah bangsa Amon? Dr. Kennicott menganggap yang terakhirlah yang benar, dan ada 12 manuscripts Ibrani yang bukan menuliskan AMOW (= his people / bangsanya), tetapi AMOWN (= bangsa Amon) sesuai dengan apa yang ada dalam manuscripts Samaria, Syria dan Latin (Vulgate). Dengan demikian Ul 23:3-4 menjadi masuk akal.

Ul 23:3-4 - “(3) Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya, (4) karena MEREKA tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena MEREKA mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau”.

Mengapa Amon diikut-ikutkan? Kalau sekedar dilihat dari cerita tentang Bileam dalam Bil 22-25, bangsa Amon sama sekali tidak ikut campur dalam usaha pengutukan terhadap Israel. Tetapi dalam Ulangan 23:3-4 bangsa Amon ikut dihukum / dikutuk oleh Tuhan, karena Bileam bertempat-tinggal di antara mereka.

Albert Barnes mempunyai pandangan berbeda. Ia menganggap bangsa Amon ikut dihukum karena mereka dan Moab dianggap sebagai satu kesatuan. Saya sendiri tak setuju dengan Barnes, dan lebih setuju dengan pandangan Clarke / Dr. Kennicott.

2) Arti nama Bileam.

Pulpit Commentary: “Balaam the son of Beer. <u*l=B! (Bileam: our common form is from the Septuagint and New Testament, Balaa/m) is derived either from ul^B*, to destroy or devour, and <u*, the people; or simply from ul^B*, with the terminal syllable <A*, ‘the destroyer.’ The former derivation receives some support from Rev 2:14,15, where ‘Nicolaitans’ are thought by many to be only a Greek form of ‘Balaamites’ (Niko/lao$, from nika/w and lao/$). Beor (rWuB=) has a similar signification, from ru*B*, to burn, or consume. Both names have probable reference to the supposed effect of their maledictions, for successful cursing was an hereditary profession in many lands, as it still is in some” [= Bileam anak Beor. <u*l=B! (Bileam: bentuk umum yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah dari Septuaginta dan Perjanjian Baru, Balaa/m) diturunkan atau dari ul^B*, menghancurkan atau menelan, dan <u*, bangsa; atau sekedar dari ul^B*, dengan suku kata akhir <A*, ‘sang penghancur’. Penurunan yang pertama mendapatkan dukungan dari Wah 2:14,15, dimana ‘Nikolaus’ dianggap oleh banyak orang hanya sebagai bentuk Yunani dari ‘pengikut Bileam’ (Niko/lao$, dari nika/w dan lao/$). Beor (rWuB=) mempunyai arti yang mirip, dari ru*B*, membakar, atau menghanguskan. Kedua nama mempunyai kemungkinan hubungan dengan akibat / hasil dari pengutukan mereka, karena pengutukan yang sukses merupakan pekerjaan turun-temurun, seperti yang masih ada sekarang di beberapa tempat].

Catatan: NIKAO = ‘saya mengalahkan’; LAOS = bangsa.

Wahyu 2:14-15 - “(14) Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (15) Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus”.

Catatan: menurut saya, kalau dilihat pengalimatan dari Wah 2:14-15 ini kelihatannya ‘penganut ajaran Bileam’ ini dibedakan dari ‘penganut ajaran Nikolaus’.

3) Siapakah Bileam itu?

Ada pro dan kontra yang besar tentang diri Bileam ini, tetapi saya menganggap Bileam sebagai seorang kafir, tetapi bukan orang kafir biasa. Mengapa? Karena jelas bahwa ia mengenal Allah dengan benar, dan bahkan menyebutnya dengan nama ‘Yahweh’ (Misalnya dalam ay 8). Dan juga ia bisa bernubuat, berkomunikasi dengan Allah, mentaati Allah, dan kelihatannya melayani Allah yang benar. Tetapi pada saat yang sama, ia adalah semacam tukang sihir / penenung (ay 7), yang boleh dipastikan menggunakan kuasa setan, dan bukannya kuasa Allah. Juga, ia adalah orang yang tamak / cinta uang, dan itu mengalahkan semua pengetahuan / pengenalannya yang benar tentang Allah, rasa takutnya kepada Allah, dsb. Dan itu juga pada akhirnya mencelakakan dan membunuh dia!

Pulpit Commentary: “Balaam had a true knowledge of the most high God. He was not in any sense a heathen as far as his intellectual perception of Divine things went. And it was not merely Elohim, the God of nature and creation, whom he knew and revered, but distinctly Jehovah, the God of Israel and of grace. Speculatively he knew as much of God as Abraham or Job” (= Bileam mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah yang Maha Tinggi. Ia sama sekali bukan orang kafir sejauh pengertian intelektualnya tentang hal-hal Ilahi dipersoalkan. Dan bukan semata-mata ELOHIM, Allah dari alam dan ciptaan, yang ia kenal dan hormati / takuti, tetapi dengan jelas Yehovah, Allah dari Israel dan dari kasih karunia. Diduga, ia mengetahui / mengenal Allah sama banyaknya dengan Abraham dan Ayub).

The Bible Illustrator (OT): “Balaam belonged to that still numerous class who theoretically know God, and who actually do fear Him, but whose love and fear of God are not the governing principles of their minds. They are convinced, but not converted. They would serve God, but they must serve mammon also; and in the strife between the two contending influences their lives are made bitter, and their death is perilous” (= Bileam termasuk dalam kelompok orang banyak itu yang secara teoretis mengenal Allah, dan yang sungguh-sungguh takut kepadaNya, tetapi yang kasih dan rasa takut terhadap Allah bukanlah prinsip-prinsip yang memerintah pikiran mereka. Mereka diyakinkan, tetapi tidak dipertobatkan. Mereka mau menyembah / melayani Allah, tetapi mereka harus menyembah / melayani Mammon juga; dan dalam pergumulan di antara dua pengaruh yang bertentangan ini, kehidupan mereka dibuat menjadi pahit, dan kematian mereka membahayakan).

Teacher’s Commentary: “There is no reason to doubt that Balaam had some spiritual powers. ... But it is more likely that the roots of Balaam’s spiritual power were in the demonic than the divine. Throughout the Bible Balaam is spoken of in a negative way, and held up as a negative example. His ways and his motives are condemned in the New Testament, and his death is recounted in chapter 31 as a divine judgment” (= Tak ada alasan untuk meragukan bahwa Bileam mempunyai kuasa-kuasa rohani. ... Tetapi adalah lebih memungkinkan bahwa akar dari kuasa-kuasa rohani Bileam adalah setan dan bukan Allah. Dalam sepanjang Alkitab Bileam dibicarakan dengan cara negatif, dan ditegakkan sebagai suatu teladan buruk. Cara-cara dan motivasinya dikecam dalam Perjanjian Baru, dan kematiannya dalam pasal 31 diperhitungkan sebagai suatu penghukuman ilahi).

Pulpit Commentary: “Balaam’s name mentioned in the New Testament only three times, and each time it is covered with reproach (2 Peter 2:15; Jude 11; Rev 2:14). His root sin was the ancient, inveterate vice of human nature, selfishness. ... His selfishness was shown in - (1) Ambition. ... (2) Covetousness” [= Nama Bileam disebutkan dalam Perjanjian Baru hanya 3 x, dan setiap kali itu ditutupi dengan celaan (2Petrus 2:15; Yudas 11; Wahyu 2:14). Akar dosanya adalah kejahatan yang kuno, dan berurat-berakar dari sifat manusia, keegoisan. ... Keegoisannya ditunjukkan dalam (1) Ambisi. ... (2) Ketamakan].

Barnes’ Notes: “Balaam the son of Beor was from the first a worshipper in some sort of the true God; and had learned some elements of pure and true religion in his home in the far East, the cradle of the ancestors of Israel. But though prophesying, doubtless even before the ambassadors of Balak came to him, in the name of the true God, yet prophecy was still to him as before a mere business, not a religion. The summons of Balak proved to be a crisis in his career: and he failed under the trial” (= Bileam anak Beor dari semula adalah semacam seorang penyembah dari Allah yang benar; dan telah mempelajari beberapa elemen dari agama yang murni dan benar di rumahnya di Timur Jauh, tempat lahir dari nenek moyang Israel. Tetapi sekalipun bernubuat dalam nama dari Allah yang benar, tak diragukan bahkan sebelum utusan-utusan Balak datang kepadanya, tetapi baginya tetap seperti sebelumnya nubuat hanyalah semata-mata bisnis, bukan agama. Pemanggilan dari Balak terbukti merupakan suatu krisis dalam karirnya: dan ia gagal dalam ujian itu).

The Bible Illustrator (OT): “He knows the true God. ... He is a wise man, and a prophet of God. God really speaks to him, and really inspires him. And bear in mind, too, that Balaam’s inspiration did not merely open his mouth to say wonderful words which he did not understand, but opened his heart to say righteous and wise things which he did understand. What, then, was wrong in Balaam? This, that he was double-minded. He wished to serve God. True. But he wished to serve himself by serving God, as too many do in all times” (= Ia mengenal Allah yang benar. ... Ia adalah orang yang bijaksana, dan seorang nabi Allah. Allah sungguh-sungguh berbicara kepadanya, dan sungguh-sungguh mengilhaminya. Dan camkanlah juga bahwa pengilhaman Bileam tidak semata-mata membuka mulutnya untuk mengatakan hal-hal bijaksana yang tidak ia mengerti, tetapi membuka hatinya untuk mengatakan hal-hal benar dan bijaksana yang ia mengerti. Lalu apa yang salah dalam diri Bileam? Ini, bahwa ia mempunyai pikiran yang bercabang. Ia ingin melayani Allah. Benar. Tetapi ia ingin melayani dirinya sendiri dengan cara melayani Allah, seperti yang juga banyak dilakukan dalam semua jaman).

Catatan: memang 2Pet 2:15-16 menyebutnya sebagai ‘nabi’, tetapi secara negatif, sehingga bisa diartikan sebagai ‘nabi palsu’.

2Petrus 2:15-16 - “(15) Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu”.

The Bible Illustrator (OT): “That was what was wrong with him - self-seeking; ... But what may we learn from this ugly story? Recollect what I said at first, that we should find Balaam too like many people nowadays; perhaps too like ourselves. Too like indeed. For never were men more tempted to sin as Balaam did than in these days, when religion is all the fashion, and pays a man, and helps him on in life; ... Thereby comes a terrible temptation to many men. I do not mean to hypocrites, but to really well-meaning men. They like religion. They wish to be good; they have the feeling of devotion. They pray, they read their Bibles, they are attentive to services and to sermons, and are more or less pious people. But soon - too soon - they find that their piety is profitable. Their business increases. Their credit increases. They gain power over their fellow men. What a fine thing it is, they think, to be pious! Then creeps in the love of the world; the love of money, or power, or admiration; and they begin to value religion because it helps them to get on in the world” (= Itulah yang salah dengan dia – pencarian diri sendiri; ... Tetapi apa yang bisa kita pelajari dari cerita yang buruk ini? Ingatlah apa yang saya katakan pada awalnya, bahwa kita mendapati bahwa Bileam mirip dengan banyak orang pada jaman sekarang; mungkin juga mirip dengan diri kita sendiri. Bahkan terlalu mirip. Karena tidak pernah manusia dicobai pada dosa seperti Bileam lebih dari pada jaman ini, dimana agama merupakan mode, dan membayar / menguntungkan seseorang, dan menolongnya untuk melanjutkan kehidupan. ... Dengan itu datanglah pencobaan yang dahsyat kepada banyak orang. Saya tidak memaksudkan orang-orang munafik, tetapi orang-orang yang sungguh-sungguh bermaksud baik. Mereka menyukai agama. Mereka ingin menjadi baik; mereka mempunyai perasaan pembaktian. Mereka berdoa, mereka membaca Alkitab mereka, mereka sangat memperhatikan kebaktian-kebaktian dan khotbah-khotbah, dan mereka kurang lebih merupakan orang-orang saleh. Tetapi dengan cepat - terlalu cepat – mereka mendapati bahwa kesalehan mereka merupakan sesuatu yang menguntungkan. Bisnis mereka meningkat. Kehormatan mereka meningkat. Mereka mendapatkan kekuasaan atas sesama mereka. Dan mereka berpikir, Alangkah indahnya hal ini, menjadi saleh! Lalu merangkaklah masuk kasih kepada dunia ini; cinta uang, atau kuasa, atau penghargaan; dan mereka mulai menghargai agama karena agama itu menolong mereka untuk maju / berhasil dalam dunia ini).

The Bible Illustrator (OT): “How came it that Balaam acted so inconsistently with his knowledge and convictions, and succeeded for the time, as we may say, in juggling with his conscience? The answer is not hard to find. He loved money. His heart was set on gold. He had allowed the passion of covetousness to become the ruling principle of his nature. ... What a terrible passion is this of covetousness! ... No one of us, whether rich or poor, whether minister or layman, has a right to say that there is no fear of him in this matter; for if the love of money takes possession of the heart, it will blind the eyes, and harden the conscience, and become a root of evil, so that we shall ‘fall into temptation and a snare, and into many foolish and hurtful lusts that war against the soul.’ But what is true of covetousness is true also of every evil principle, so that we may generalise the lesson here, and say that if the heart be fixed on any object as its God, other than the God and Father of our Lord Jesus Christ, we may expect in the end, whatever may be our knowledge, and whatever our scruples in other respects, that we shall act against our convictions, and make shipwreck not only of the faith, but also of ourselves, ‘without possibility of salvage.’” [= Bagaimana Bileam bisa bertindak begitu tidak konsisten dengan pengetahuan dan keyakinannya, dan berhasil untuk sementara waktu dalam bermain sulap dengan hati nuraninya? Jawabannya tidak sukar untuk didapatkan. Ia cinta uang. Hatinya diarahkan pada emas. Ia telah mengijinkan nafsu ketamakan untuk menjadi prinsip yang memerintah dirinya. ... Alangkah mengerikannya nafsu ketamakan ini! ... Tak seorangpun dari kita, apakah kaya atau miskin, apakah seorang pendeta atau orang awam, mempunyai hak untuk berkata bahwa tidak ada rasa takut dalam dirinya dalam persoalan ini; karena jika cinta uang menguasai hati, itu akan membutakan mata, dan mengeraskan hati nurani, dan menjadi akar dari kejahatan, sehingga kita akan ‘terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan’ (1Tim 6:9). Tetapi apa yang benar tentang ketamakan, juga benar tentang setiap prinsip jahat, sehingga kita bisa menjadikan pelajaran ini bersifat umum, dan berkata bahwa jika hati dipancangkan pada obyek apapun sebagai allahnya, selain dari Allah dan Bapa dari Tuhan Yesus Kristus, kita bisa mengharapkan pada akhirnya, tak peduli bagaimana pengetahuan kita, dan tak peduli bagaimana kecermatan kita dalam hal-hal lain, bahwa kita akan bertindak menentang keyakinan kita, dan mengandaskan, bukan hanya iman kita, tetapi juga diri kita sendiri, ‘tanpa kemungkinan untuk diselamatkan’].

Dari hal-hal tentang Bileam ini bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai penerapan.

a) Hanya sekedar pengetahuan intelektual dan karunia pelayanan, sehebat apapun kedua hal itu, tak ada artinya sama sekali, kalau tak disertai dengan iman yang sungguh-sungguh.

b) Sekalipun pada satu sisi, jelas merupakan sesuatu yang salah kalau kita langsung mempercayai seseorang sebagai orang kristen sejati / hamba Tuhan yang sejati, begitu kita melihat pengetahuan dan karunia yang hebat, tetapi juga salah kalau pada saat kita melihat seseorang yang mempunyai pengetahuan dan karunia yang hebat mempunyai cacat cela sedikit saja, kita langsung mencapnya ‘sebagai Bileam’.

c) Cinta uang / ketamakan merupakan sesuatu yang membahayakan dan harus diwaspadai oleh semua orang! Dan pada jaman sekarang kita melihat bahwa mayoritas orang kristen, hamba Tuhan, gereja, Lembaga Kristen, Penerbit buku, bahkan mungkin sekolah theologia, secara sadar atau tidak, menjadikan uang sebagai pusat kehidupan / pelayanan mereka.

4) Pemanggilan Bileam merupakan hal baik yang salah arah.

Calvin menganggap bahwa Balak mempunyai suatu sikap yang baik, yaitu mencari pertolongan dari Allah, tetapi ia mencarinya dengan cara yang salah, yaitu dengan mendatangi satu nabi upahan / mata duitan.

Calvin: “This passage shews us, like many others, that the errors wherein Satan entangles unbelievers are derived from good principles. The modesty of king Balak appears to be worthy of praise, in that, conscious of his own weakness, and placing no confidence in human aid, he sets about imploring the help of God. ... but, when he seeks for God amiss by circuitous ways, he departs far from Him. And this is a common error with all hypocrites and unbelievers, that, whilst they aspire after God, they wander into indirect paths of their own. Balak desires Divine deliverance from his danger; but the means are of his own device, when he would purchase incantations from a mercenary prophet” (= Text ini menunjukkan kepada kita, seperti text-text yang lain, bahwa kesalahan-kesalahan dalam mana Setan membelit orang-orang yang tidak percaya didapatkan dari prinsip-prinsip yang baik. kerendahan hati dari raja Balak kelihatannya layak dipuji, dalam hal dimana ia sadar akan kelemahannya, dan tidak menempatkan keyakinan pada pertolongan manusia, dan ia mulai mencari pertolongan dari Allah. ... tetapi, pada saat ia mencari Allah secara keliru dengan cara memutar, ia menyimpang jauh dari padaNya. Dan ini adalah suatu kesalahan yang umum dengan semua orang munafik dan orang tidak percaya, bahwa sementara mereka menginginkan / mencari Allah, mereka mengembara ke dalam jalan-jalan tak langsung dari diri mereka sendiri. Balak menginginkan pembebasan / pertolongan Ilahi dari bahayanya; tetapi caranya merupakan akalnya sendiri, pada waktu ia mau membeli mantera dari seorang nabi yang berjiwa dagang).

Calvin: “We gather, therefore, from his anxiety to obtain peace and pardon from God, that there was some seed of religion implanted in his mind. The reverence which he pays to the Prophet is also a sign of his piety. But that he desires to win over God by his own vain inventions is a proof of foolish superstition; and that he seeks to lay Him under obligation to himself, of impious pride” (= Karena itu, kami menyimpulkan, dari keinginannya untuk mendapatkan damai dan pengampunan dari Allah, bahwa ada sedikit benih agama tertanam dalam pikirannya. Penghormatan yang ia berikan kepada sang nabi juga merupakan suatu tanda dari kesalehannya. Tetapi bahwa ia ingin memenangkan Allah oleh penemuannya sendiri yang sia-sia, merupakan suatu bukti dari suatu takhyul yang tolol; dan bahwa ia berusaha untuk meletakkan Doa di bawah kewajiban terhadap dirinya sendiri merupakan bukti dari suatu kesombongan yang jahat).

Catatan: saya berpendapat bahwa penafsiran Calvin belum tentu benar dalam kasus raja Balak, tetapi dalam banyak kasus ini memang sering benar.

5) Apa yang Balak inginkan untuk dilakukan Bileam baginya.

Bilangan 22: 6: “Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’”.

a) Balak ingin Bileam mengutuk Israel baginya.

Teacher’s Commentary: “Balak called on Balaam to curse Israel for him. The word translated ‘curse’ here is QABAB, which suggests the idea of binding, to reduce ability, or to render powerless. Peoples in the ancient world considered curses magic tools to be used to gain power over enemies. Balak was attempting to mount a supernatural attack on this people against whom natural resources seemed inadequate” (= Balak memanggil Bileam untuk mengutuk Israel baginya. Kata yang diterjemahkan ‘mengutuk’ di sini adalah QABAB, yang menunjukkan suatu gagasan tentang mengikat, menurunkan kemampuan, atau membuat tak berdaya. Orang-orang dalam dunia kuno menganggap kutukan sebagai alat magic untuk mendapatkan kuasa atas musuh-musuh mereka. Balak sedang berusaha untuk naik pada suatu serangan supranatural / gaib terhadap bangsa ini, terhadap siapa sumber-sumber alamiah kelihatannya tidak mencukupi).

Calvin mengomentari bagian ini dengan mengatakan bahwa setan selalu menyerang gereja dengan segala macam cara untuk menghancurkannya. Tetapi pada saat yang sama cerita ini juga menunjukkan bagaimana Tuhan selalu menjaga milikNya / anak-anakNya dan menggunakan serangan-serangan dari musuh-musuh gereja itu untuk kebaikan anak-anakNya itu.

Tetapi saya ingin menambahkan bahwa antara serangan setan dan pertolongan Tuhan itu bisa ada suatu masa yang cukup panjang, dan itu yang membuat kita menderita!

b) Apakah orang kristen perlu takut terhadap kutuk?

Matthew Henry: “Curses pronounced by God’s prophets in the name of the Lord have wonderful effects, as Noah’s (Gen. 9:25), and Elisha’s, 2 Kin. 2:24. But the curse causeless shall not come (Prov. 26:2), no more than Goliath’s, when he cursed David by his gods, 1 Sam. 17:43” [= Kutuk yang diucapkan oleh nabi-nabi Allah dalam nama Tuhan mempunyai akibat / hasil yang luar biasa, seperti kutuk dari Nuh (Kej 9:25), dan kutuk dari Elisa, 2Raja 2:24. Tetapi kutuk tanpa alasan tidak akan datang / kena (Amsal 26:2), seperti kutuk dari Goliat, pada waktu ia mengutuk Daud demi nama dewa-dewanya, 1 Sam 17:43].

Kej 9:25 - “berkatalah ia (Nuh): ‘Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya.’”.

2Raja-raja 2:24 - “Lalu berpalinglah ia (Elisa) ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak”.

1Samuel 17:43 - “Orang Filistin itu berkata kepada Daud: ‘Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?’ Lalu demi para allahnya orang Filistin itu (Goliat) mengutuki Daud”.

Amsal 26:2 - “Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena”.

Bdk. Mazmur 109:28 - “Biar mereka mengutuk, Engkau akan memberkati; biarlah lawan-lawanku mendapat malu, tetapi hambaMu ini kiranya bersukacita”.

Penerapan:

· kalau kita adalah orang percaya, maka kita tak perlu takut pada kutuk dari siapapun. Pada saat kita belum percaya, kita memang adalah orang-orang terkutuk, tetapi Kristus sudah memikul kutuk kita di kayu salib, sehingga kalau kita adalah orang-orang percaya, maka kita adalah orang-orang yang diberkati. Dan kalau di hadapan Allah kita memang adalah orang-orang yang diberkati, kita tak usah takut terhadap kutuk dari siapapun.

· ada orang tua kafir yang mengutuk anaknya pada saat anaknya menjadi orang kristen, atau aktif dalam gereja, pelayanan dsb. Kalau saudara adalah anak yang dikutuk seperti itu, saudara tak perlu takut. Ingat Amsal 26:2 dan ayat-ayat lain yang baru kita bahas di atas.

6) Utusan Balak untuk memanggil Bileam.

Bilangan 22: 7: “Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak”.

a) ‘para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian’.

Keil & Delitzsch: “According to v. 7, the elders of Midian went to Balaam with the elders of Moab; and there is no doubt that the Midiantish elders advised Balak to send for Balaam ... to come and curse the Israelites. Another circumstance also points to an intimate connection between Balaam and the Midianites, namely, the fact that, after he had been obliged to bless the Israelites in spite of the inclination of his own natural heart, he went to the Midianites and advised them to make the Israelites harmless, by seducing them to idolatry (Num 31:16)” [= Menurut ay 7, tua-tua Midian pergi kepada Bileam bersama dengan tua-tua Moab; dan tidak diragukan bahwa tua-tua Midian menasehati Balak untuk memanggil Bileam ... untuk datang dan mengutuk orang-orang Israel. Keadaan yang lain juga menunjukkan suatu hubungan dekat antara Bileam dengan orang-orang Midian, yaitu fakta bahwa setelah ia diwajibkan untuk memberkati orang-orang Israel tak peduli apa kecenderungan hatinya sendiri, ia pergi kepada orang-orang Midian dan menasehati mereka untuk membuat orang-orang Israel tak berbahaya, dengan membujuk / merayu mereka pada penyembahan berhala (Bil 31:16)].

Bil 31:16 - “Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN”.

b) ‘dengan membawa upah penenung’.

1. Perbedaan konsep orang kafir dan bangsa Israel tentang Allah.

Wycliffe Bible Commentary: “‘The rewards of divination in their hand.’ The story shows a marked distinction between the heathen concept that the prophet was a manipulator of the gods and the Hebrew idea that God was a sovereign Determiner of all that came to pass, ‘who blesses whom he will bless and curses whom he will curse’ (v. 6)” [= ‘Upah penenung di tangan mereka’. Cerita ini menunjukkan suatu perbedaan yang penting antara konsep kafir bahwa seorang nabi adalah seorang manipulator dari dewa-dewa, dan gagasan orang Ibrani bahwa Allah adalah Penentu yang berdaulat dari semua yang akan terjadi, ‘yang memberkati siapa yang akan Ia berkati dan mengutuk siapa yang akan Ia kutuk’ (Bilangan 22: 6)].

Penerapan: saya kutair bahwa dari dua pandangan yang dibicarakan oleh Wycliffe ini, yang populer pada jaman sekarang dalam kebanyakan gereja / orang kristen adalah pandangan kafir. Kebanyakan orang kristen menganggap ‘hamba Tuhan’ bisa memanipulasi Allah sesuai kemauannya sendiri. Ini misalnya terlihat dari pandangan banyak orang yang mengatakan: ‘Kalau mau kaya, pergilah ke gereja X’.

2. Nabi upahan / nabi dengan jiwa dagang.

Bilangan 22: 7 mengatakan bahwa utusan Balak menghadap Bileam sambil membawa upah penenung. Ini mungkin karena kebiasaan jaman itu kalau menghadap nabi / orang penting selalu mempersembahkan sesuatu (bdk. 1Sam 9:7-8 1Sam 16:20), tetapi mungkin juga karena seperti yang Calvin katakan bahwa: “there have been in all ages hireling prophets who made a sale of their revelations” (= selalu ada nabi-nabi upahan yang menjual wahyu-wahyu mereka) - hal 184.

Bdk. 2Pet 2:15 - “Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat”.

Bdk. Yeh 13:19 - “Kamu melanggar kekudusanKu di tengah-tengah umatKu hanya demi beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti, dengan membunuh orang-orang yang tidak patut mati, dan membiarkan hidup orang-orang yang tidak patut hidup, dalam hal kamu berbohong kepada umatKu yang sedia mendengar bohong”.

Penerapan: alangkah banyaknya ‘nabi’ seperti ini pada jaman sekarang! Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan, renungkanlah apakah saudara termasuk ‘nabi’ seperti ini. Kalau ya, bertobatlah!

3. Bujukan setan yang dimodifikasi.

The Bible Illustrator (OT): “‘All things will I give Thee, if Thou wilt fall down and worship me’: so spake the prince of this world to Jesus; and at every turn he modifies his voice, but still to say the same thing, in the softest tone, to all Christ’s followers - nay, even to every one of His redeemed” [= ‘Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku’ (Mat 4:9): demikianlah kata dari penguasa dunia ini kepada Yesus; dan pada setiap belokan ia memodifikasi suaranya, tetapi tetap mengatakan hal yang sama, dalam nada yang paling lembut, kepada semua pengikut Kristus, bahkan kepada setiap orang yang Ia tebus].

Penerapan: setan selalu siap untuk membayar / ‘memberkati’ saudara, asal saudara tunduk kepadanya. Tetapi ingat kata-kata Yesus dalam Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”. Karena itu, marilah kita mentaati Tuhan, dan menolak setiap bujukan Tuhan, tak peduli kita harus menderita dan miskin dalam dunia ini!
Bileam (3)

Bilangan 22:5-15 - “(5) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’ (7) Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak. (8) Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam. (9) Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’ (13) Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’ (14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’ (15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama”.

III) Sikap Bileam terhadap panggilan Balak (Bilangan 22: 8-14).

1) Bileam meminta para utusan Balak untuk bermalam di tempatnya malam itu, sementara ia akan meminta petunjuk dari Tuhan.

Bilangan 22: 8: “Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Lodge here this night ...’ God usually revealed His will in visions and dreams” (= ‘Bermalamlah di sini pada malam ini ...’. Allah biasanya menyingkapkan kehendakNya dalam penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi).

Keil & Delitzsch: “If Balaam had been a true prophet and a faithful servant of Jehovah, he would at once have sent the messengers away and refused their request, as he must then have known that God would not curse His chosen people. But Balaam loved the wages of unrighteousness. This corruptness of his heart obscured his mind, so that he turned to God not as a mere form, but with the intention and in the hope of obtaining the consent of God to his undertaking” (= Seandainya Bileam adalah seorang nabi yang benar dan seorang pelayan yang setia dari Yehovah, ia akan segera menyuruh utusan-utusan itu pergi dan menolak permintaan mereka, karena pada saat itu ia pasti telah mengetahui bahwa Allah tidak akan mengutuk bangsa pilihanNya. Tetapi Bileam mencintai upah dari ketidak-benaran. Kejahatan dari hatinya ini mengaburkan pikirannya, sehingga ia berbalik kepada Allah bukan semata-mata sebagai suatu tindakan formalitas, tetapi dengan maksud dan dalam pengharapan untuk mendapatkan persetujuan dari Allah bagi usahanya).

2Pet 2:15 - “Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat”.

KJV: ‘the wages of unrighteousness’ (= upah dari ketidak-benaran).

Calvin: “At first sight he pretends a holy anxiety to obey, when he dares to attempt nothing without God’s permission, and refuses to stir a foot, until he shall have received His answer. Yet secret covetousness influences him to obtain from God by bargaining as it were, what he still feels not to be right. ... there was no reason why he should detain them a moment, since their demand should have been peremptorily refused. And, assuredly, if he had been free, he would have hastened at once to obey the wishes of king Balak, even contrary to the will of God” (= Sekilas pandang ia berpura-pura mempunyai keinginan yang kudus untuk taat, pada waktu ia tidak berani mengusahakan apapun tanpa ijin Allah, dan menolak untuk menggerakkan kaki, sampai ia menerima jawabanNya. Tetapi ketamakan yang rahasia / diam-diam mempengaruhi dia untuk mendapatkan dari Allah, seakan-akan dengan menawar, apa yang ia rasakan sebagai sesuatu yang tidak benar. ... tidak ada alasan mengapa ia harus menahan mereka untuk suatu waktu, karena tuntutan mereka seharusnya ditolak dengan pasti. Dan pasti, seandainya ia bebas, ia akan segera mentaati keinginan raja Balak, bahkan kalau hal itu bertentangan dengan kehendak Allah) - hal 186.

2) Pembicaraan Allah dengan Bileam.

Bilangan 22: 9-12: “(9) Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.

a) Allah berbicara dengan nabi palsu bukanlah sesuatu yang aneh.

Bible Knowledge Commentary: “The appearance of the God of Israel to unbelieving prophets and kings was not unique to Balaam. God revealed himself to Abimelech king of Gerar in Abraham’s time (Gen 20:6-7), to a Pharaoh in dreams (Gen 41:25), to Nebuchadnezzar in a dream and visions (Dan 4:1-18), and to others. As the sovereign God He rules and overrules in prophetic revelation as well as in all other areas of life” [= Pemunculan Allah Israel kepada nabi-nabi dan raja-raja yang tidak percaya bukan sesuatu yang unik dalam diri Bileam. Allah menyatakan diriNya sendiri kepada Abimelekh raja Gerar pada jaman Abraham (Kej 20:6-7), kepada Firaun dalam mimpi (Kej 41:25), kepada Nebukadnezar dalam mimpi dan penglihatan (Dan 4:1-18), dan kepada yang lain-lain. Sebagai Allah yang berdaulat Ia memerintah dan mengesampingkan dalam wahyu nubuatan maupun dalam semua daerah kehidupan yang lain].

b) Allah bertanya kepada Bileam.

Matthew Henry: “In the night God comes to him, probably in a dream, and enquires what business those strangers had with him. He knows it, but he will know it from him” (= Pada malam Allah datang kepadanya, mungkin dalam suatu mimpi, dan menanyakan apa urusan orang-orang asing itu dengan dia. Ia mengetahui hal itu, tetapi Ia mau mengetahuinya dari dia).

Jadi, ini sama seperti pertanyaan Allah kepada Adam dalam Kej 3:9. Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak tahu dimana Adam berada dan membutuhkan informasi tentang hal itu dari Adam.

c) Allah melarang Bileam untuk pergi bersama para utusan Balak.

Matthew Henry: “Balaam gives him an account of their errand (v. 9-11), and God thereupon charges him not to go with them, or attempt to curse that blessed people, v. 12. Thus God sometimes, for the preservation of his people, was pleased to speak to bad men, as to Abimelech (Gen. 20:3), and to Laban, Gen. 31:24” [= Bileam memberiNya suatu laporan / cerita tentang keperluan mereka (ay 9-11), dan lalu Allah memerintahkannya untuk tidak pergi bersama mereka, atau berusaha mengutuk bangsa yang diberkati itu, ay 12. Demikianlah Allah kadang-kadang, untuk pemeliharaan terhadap umatNya, berkenan untuk berbicara kepada orang-orang jahat, seperti kepada Abimelekh (Kej 20:3), dan kepada Laban, Kej 31:24].

d) Bilangan 22: 12 juga menunjukkan bahwa kalau Allah memberkati tak ada yang bisa membalikkan hal itu, dan juga sebaliknya.

Bdk. Kel 23:22 - “Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu”.

Calvin: “Of this blessing He willed that the prophets should be His ministers in such a manner that the power should still remain altogether in His own hands. If, therefore, they usurp to themselves the prerogative of blessing without His commission, their act is not merely frivolous and inefficacious, but even blasphemous” (= Tentang berkat ini Ia menghendaki bahwa nabi-nabi menjadi pelayan-pelayanNya dengan cara sedemikian rupa sehingga kuasa itu seluruhnya tetap ada di tanganNya sendiri. Karena itu, jika mereka merebut bagi diri mereka sendiri hak istimewa untuk memberi berkat tanpa ijinNya, maka tindakan mereka itu bukanlah semata-mata sembrono dan tidak efektif, tetapi bahkan bersifat menghujat) - hal 187.

Calvin: “Justly, then, does Ezekiel convict of falsehood and deception those false prophets, who, by their flatteries, encourage the souls which were doomed to die; whilst they slay by their terrors and threats those to whom God had promised life” (= Maka, secara benar Yehezkiel meyakinkan kepalsuan dan penipuan nabi-nabi palsu itu, yang, oleh umpakan / jilatan mereka, memberi semangat kepada jiwa-jiwa yang ditetapkan untuk mati; sementara mereka ‘membunuh’, dengan teror dan ancaman, orang-orang bagi siapa Allah telah menjanjikan hidup) - hal 187.

Yeh 13:10a,16a,22 - “(10a) Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umatKu dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera ... (16a) yaitu nabi-nabi Israel yang bernubuat tentang Yerusalem dan melihat baginya suatu penglihatan mengenai damai sejahtera, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera, ... (22) Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik, sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan dia hidup”.

3) Jawaban Bileam kepada para utusan Balak.

Bilangan 22: 13: “Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.

a) Penyampaian Firman Tuhan yang dikurangi.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘The Lord refuseth to give me leave.’ This answer has an appearance of being good; but it studiously concealed the reason of the divine prohibition, and it intimated his own willingness and desire to go - if permitted. Balak despatched a second mission, which held out still more flattering prospects both to his avarice and his ambition” (= ‘Tuhan menolak untuk memberi aku ijin’. Jawaban ini kelihatannya bagus; tetapi jawaban ini dengan sangat berhati-hati menyembunyikan alasan dari larangan ilahi itu, dan jawaban itu mengisyaratkan bahwa ia mau dan ingin pergi, seandainya diijinkan. Balak mengutus missi yang kedua, yang menawarkan prospek yang lebih menyanjung / merayu lagi, baik bagi ketamakannya maupun ambisinya).

Pulpit Commentary: “BALAAM’S ANSWER TO THE MESSENGERS. He does not repeat what the Lord said; thus advancing further in the revelation of his corrupt heart. Why not have told them plainly these words: ‘Thou shalt not curse the people, for they are blessed’? Simply because it was not pleasant to say such words with the flattering message of Balak still tickling his ears. It was not true then that whom he blessed was blessed, and whom he cursed was cursed; but to have told Moab so would have been to publish his humiliation far and wide, and hurt his repute as a great soothsayer. Yet how much better it would have been for Balaam as a man, and a man who had been brought in some respects so near to God, if he had told the whole truth. It would perhaps have saved a second embassy to him” [= JAWABAN BILEAM TERHADAP PARA UTUSAN. Ia tidak mengulang apa yang Tuhan katakan; dan dengan demikian makin menyatakan kejahatan hatinya. Mengapa ia tidak menceritakan kepada mereka dengan jelas kata-kata ini: ‘Janganlah engkau mengutuk bangsa ini, karena mereka diberkati’? Hanya karena bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk mengatakan kata-kata seperti itu dengan pesan yang menyanjung dari Balak tetap menggelitik telinganya (ay 6b). Maka menjadi sesuatu yang tidak benar bahwa siapa yang ia berkati betul-betul diberkati, dan siapa yang ia kutuk betul-betul dikutuk; tetapi mengatakan hal itu kepada orang Moab berarti mempublikasikan perendahannya secara luas, dan melukai reputasinya sebagai seorang tukang ramal / tenung yang besar. Tetapi alangkah lebih baiknya bagi Bileam sebagai seorang manusia, dan seorang manusia yang telah dibawa dalam beberapa hal begitu dekat dengan Allah, seandainya ia menceritakan seluruh kebenaran. Itu mungkin akan meniadakan pengiriman utusan yang kedua kepadanya].

Matthew Henry: “Balaam is not faithful in returning God’s answer to the messengers, v. 13. He only tells them, the Lord refuseth to give me leave to go with you. He did not tell them, as he ought to have done, that Israel was a blessed people, and must by no means be cursed; for then the design would have been crushed, and the temptation would not have been renewed: but he, in effect, desired them to give his humble service to Balak, and let him know that he applauded his project, and would have been very glad to gratify him, but that truly he had the character of a prophet, and must not go without leave from God, which he had not yet obtained, and therefore for the present he must be excused. Note, Those are a fair mark for Satan’s temptation that speak diminishingly of divine prohibitions, as if they amounted to no more than the denial of a permission, and as if to go against God’s law were only to go without his leave” (= Bileam tidak setia dalam memberikan jawaban Allah kepada para utusan, ay 13. Ia hanya memberi tahu mereka, ‘Tuhan menolak untuk memberiku ijin untuk pergi dengan kamu’. Ia tidak memberi tahu mereka, seperti yang seharusnya telah ia lakukan, bahwa Israel adalah bangsa yang diberkati, dan sama sekali tidak boleh dikutuk; karena kalau demikian maka rancangan ini akan dihancurkan, dan pencobaan tidak akan diperbaharui: tetapi ia sebetulnya ingin memberikan pelayanannya yang rendah kepada Balak, dan ingin Balak tahu bahwa ia menghargai proyeknya, dan akan dengan sangat senang memenuhinya, tetapi ia sungguh-sungguh mempunyai karakter dari seorang nabi, dan tidak boleh pergi tanpa ijin dari Allah, yang tidak ia dapatkan, dan karena itu untuk saat ini ia harus dimaafkan. Perhatikan, merupakan suatu tanda yang jelas dari pencobaan setan, jika seseorang berbicara secara mengurangi terhadap larangan ilahi, seakan-akan larangan itu artinya tidak lebih dari ‘suatu penolakan untuk mengijinkan’, dan seakan-akan melanggar hukum Allah hanya berarti ‘pergi tanpa ijinNya’).

Nabi palsu ini (Bileam) sengaja mengurangi Firman Tuhan, dan jaman sekarang ada banyak pendeta / pengkhotbah yang melakukan hal itu.

Sebagai contoh: saya tak percaya bahwa orang-orang yang mengajarkan Theologia Kemakmuran itu tidak tahu tentang banyaknya ayat-ayat yang menentang ajaran mereka. Tetapi mereka secara sengaja tak mau membicarakan / mengkhotbahkan ayat-ayat tersebut.

Saya juga tahu bahwa banyak orang bertindak seperti itu terhadap tulisan / buku-buku saya yang mereka gunakan untuk berkhotbah. Kalau mereka mengurangi / membuang hal-hal tertentu karena itu terlalu sukar, atau karena itu tidak mereka setujui dengan alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan, maka itu tentu tidak apa-apa. Tetapi kalau mereka melakukan hal itu dengan alasan politik, karena ajaran itu, sekalipun benar, bisa merugikan mereka (khususnya dalam hal keuangan!), maka ini merupakan pengurangan yang kurang ajar! Yang melakukan seperti ini tidak berbeda dengan Bileam!

Misalnya dalam pengajaran saya tentang persembahan persepuluhan saya memang mengharuskan orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan. Pasti ada banyak pendeta / pengkhotbah yang senang, dan lalu menggunakan bahan yang saya ajarkan. Tetapi bagaimana dengan bagian dari pelajaran saya tentang hal ini yang mengatakan bahwa orang Kristen boleh memberikan persembahan persepuluhan ke gereja lain yang bukan gereja mereka sendiri, selama gereja itu adalah gereja yang benar? Apakah para pendeta / pengkhotbah yang menggunakan pelajaran dari saya dalam hal persembahan persepuluhan itu mau mengajarkan hal ini? Mungkin hanya satu dari 100 yang mau mengajarkannya! Yang lain membuang hal ini, bukan karena menganggapnya tidak benar, tetapi karena menganggapnya sebagai ajaran yang tidak menguntungkan mereka!

Pendeta-pendeta dan pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu seharusnya memperhatikan dan merenungkan ayat di bawah ini.

Mat 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.

b) Pengurangan berita bukan hanya terjadi pada saat Bileam menyampaikan pesan Allah kepada para utusan.

Bandingkan penyampaian-penyampaian pesan dalam ayat-ayat ini:

1. Kata-kata para utusan Balak kepada Bileam.

Bilangan 22: 5-6: “(5) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’”.

2. Penceritaan tentang kata-kata utusan dari Bileam kepada Tuhan.

Bilangan 22: 10-11: “(10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’”.

Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi dalam ay 6 di atas tidak diceritakan oleh Bileam kepada Tuhan.

3. Penyampaian firman dari Allah kepada Bileam.

Ay 12: “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.

4. Penyampaian pesan Allah dari Bileam kepada para utusan.

Bilangan 22: 13: “Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi dalam ay 12 di atas, sama sekali tidak disampaikan. Juga, kalau dalam ay 12 Tuhan ‘jelas melarang’, maka dalam ay 13 Bileam hanya mengatakan ‘Tuhan tidak mengijinkan’. Ini merupakan tindakan melunakkan firman yang tidak pada tempatnya.

5. Penyampaian para utusan kepada raja Balak.

Bilangan 22: 14: “Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’”.

Catatan: sekalipun para utusan mengatakan Bileam menolak, tetapi mereka tak mengatakan bahwa Tuhan yang melarang / tidak mengijinkan, sehingga Bileam menolak.

Matthew Henry: “The messengers are not faithful in returning Balaam’s answer to Balak. All the account they give of it is, Balaam refuseth to come with us (v. 14), intimating that he only wanted more courtship and higher proffers; but they are not willing Balak should know that God had signified his disallowance of the attempt” [= Utusan-utusan itu tidak setia dalam menyampaikan jawaban Bileam kepada Balak. Seluruh cerita yang mereka berikan tentangnya adalah, ‘Bileam menolak untuk datang dengan kami’ (ay 14), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya menginginkan pengenalan yang lebih dekat dan tawaran yang lebih tinggi; tetapi para utusan itu tidak mau Balak tahu bahwa Allah telah memberitahukan penolakanNya tentang usaha tersebut].

Adam Clarke: “‘Balaam refuseth to come with us.’ ‘Observe,’ says Mr. Ainsworth, ‘Satan’s practice against God’s word, seeking to lessen the same, and that from hand to hand, till he bring it to naught. Balaam told the princes less than God told him, and they relate to Balak less than Balaam told them; so that when the answer came to the king of Moab, it was not the word of God, but the word of man; it was simply, Balaam refuseth to come, without ever intimating that God had forbidden him.’” (= ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami’. ‘Perhatikanlah’, kata Ainsworth, ‘Praktek setan terhadap Firman Allah, berusaha menguranginya, dan itu ia lakukan dari tangan ke tangan / orang ke orang, sampai ia membawanya menjadi nol. Bileam memberitahu pangeran-pangeran itu kurang dari yang Allah beritahukan kepadanya, dan mereka menceritakannya kepada Balak lebih sedikit lagi dari yang Bileam beritahukan kepada mereka; sehingga pada waktu jawaban itu sampai kepada raja Moab itu, itu bukan lagi firman Allah, tetapi kata-kata manusia; itu hanya berbunyi, Bileam menolak untuk datang, tanpa pernah mengisyaratkan bahwa Allah telah melarangnya.’).

Pulpit Commentary: “Balaam first of all, in speaking to God, omits from the message of Balak, saying nothing of his own reputation in the eyes of the Moabitish king, suspecting very shrewdly that this would be offensive to God. Then he omits again in his answer to the messengers, and, to make all complete, they omit still more in their report to Balak. There is nothing in their word to show that God had said anything in the matter. This is what is called diplomacy; not telling a lie, but only leaving out something of the truth, as being of no practical importance” (= Pertama-tama Bileam, dalam berbicara kepada Allah, menghilangkan sebagian dari pesan dari Balak, dengan tidak mengatakan apapun tentang reputasinya dalam pandangan raja Moab, karena secara licin / cerdik ia curiga bahwa itu akan merupakan sesuatu yang menyakitkan hati bagi Allah. Lalu ia menghilangkan sebagian lagi dalam jawabannya kepada para utusan, dan untuk membuat semuanya lengkap, para utusan itu menghilangkan lebih banyak lagi dalam laporan mereka kepada Balak. Tidak ada apapun dalam kata-kata mereka yang menunjukkan bahwa Allah telah mengatakan apapun dalam persoalan itu. Inilah yang disebut diplomasi; bukannya mengatakan suatu dusta, tetapi hanya menghapuskan sesuatu dari kebenaran, sebagai sesuatu yang tidak penting secara praktis).

c) Penolakan yang mengandung persetujuan.

Wiersbe (OT): “Deep in his heart, Balaam wanted to go with the messengers because he was greedy of gain. This is ‘the way of Balaam’ (2 Peter 2:15-16), using religion as a means of getting wealth” [= Jauh dalam hatinya, Bileam ingin pergi dengan para utusan itu karena ia tamak terhadap keuntungan. Inilah ‘jalan Bileam’ (2Pet 2:15-16), menggunakan agama sebagai suatu cara untuk mendapatkan kekayaan].

The Bible Illustrator (OT): “‘No’ without any ‘Yes’ in it: - Many a promising youth has been ruined because he did not know how to say ‘No.’ There are many people who say ‘No,’ but so faintly that there seems a ‘Yes’ in it, so that it only invites further persuasion. Many a man, tempted by appetite within, and by companions without, says ‘No’ feebly and faintly. His ‘No’ has a ‘Yes’ in it. A lad was coming along the street one day with a young man who lived near him who was somewhat excited by strong drink, and after walking along awhile with his companion he drew a bottle from his pocket, and said, ‘Have some?’ ‘Well, hand it over,’ replied the lad. The bottle was passed to him, and raising it aloft he hurled it with a crash against the stone wall, and turning to his astonished companion, he said, ‘Don’t you ever put a bottle to my lips again.’ The young man was inclined to be irritated, but he had sense enough to retain his anger. The lad’s ‘No’ had not any ‘Yes’ in it. There are scores of young men who need the decision which this lad had” (= ‘Tidak’ tanpa ‘ya’ apapun di dalamnya: - Banyak anak-anak muda yang menjanjikan telah dirusak karena mereka tidak tahu bagaimana mengatakan ‘Tidak’. Ada banyak orang yang mengatakan ‘Tidak’, tetapi dengan begitu lemah sehingga kelihatan ada suatu ‘Ya’ di dalamnya, sehingga itu hanya mengundang bujukan / desakan lebih jauh. Banyak orang, dicobai oleh nafsu makan di dalam dirinya, dan oleh teman-teman di luar dirinya, mengatakan ‘Tidak’ dengan sayup-sayup dan lemah. Kata ‘Tidak’ dari dia mempunyai ‘Ya’ di dalamnya. Suatu hari seorang anak laki-laki sedang berjalan di suatu jalanan dengan seorang muda yang tinggal dekat dengan dia, yang agak bergairah karena minuman keras, dan setelah berjalan bersama untuk suatu waktu dengan temannya, ia mengeluarkan sebuah botol dari kantongnya, dan berkata: ‘Mau sedikit?’. ‘Berikan kepadaku’, jawab anak laki-laki itu. Botol itu diberikan kepadanya, dan ia angkat dan banting kepada tembok batu, dan sambil berbalik kepada temannya yang terheran-heran, ia berkata, ‘Jangan kamu pernah memberikan sautu botol pada bibirku lagi’. Orang muda itu mau marah, tetapi ia tetap mempunyai kesadaran / pikiran untuk menahan amarahnya. Kata ‘Tidak’ dari anak laki-laki itu tidak mempunyai ‘Ya’ apapun di dalamnya. Ada berpuluh-puluh orang muda yang membutuhkan keputusan yang telah dilakukan oleh anak laki-laki ini).

Penerapan: hal ini khususnya dibutuhkan dalam hal ditawari rokok, narkoba, sex. Tetapi juga pada waktu diajak melakukan hal-hal lain apapun yang berdosa, seperti mencuri, merampok, melanggar hukum Sabat, dan sebagainya.

d) Bahayanya penolakan yang setengah-setengah.

The Bible Illustrator (OT): “that temptations which have been declined half-heartedly are presented again, and with greater force. The manner of Balaam’s dismissal of the former messengers prepared the way for a repetition of their mission” (= pencobaan-pencobaan yang telah ditolak dengan setengah hati dihadirkan lagi, dan dengan kekuatan yang lebih besar. Cara penolakan Bileam terhadap pata utusan yang terdahulu mempersiapkan jalan untuk suatu pengulangan missi mereka).

Contoh: seorang Kristen diajak berzinah. Seharusnya ia dengan tegas mengatakan: ‘Aku tidak mau. Itu adalah dosa, dan dilarang oleh Tuhan’. Tetapi ia sungkan menolak dengan cara seperti itu, dan ia lalu memperhalus penolakannya dengan berkata: ‘O, aku sedang repot’. Itu merupakan cara menolak yang salah, karena orang yang mengajak akan berpikir: ‘O, dia tidak mau karena repot. Kalau tidak repot, dia akan mau’. Ini menyebabkan lain kali ia mengajak lagi! Dan akan sukar baginya menggunakan alasan yang sama terus menerus, apalagi kalau temannya tahu ia sedang tidak repot. Jadi, bukan hanya muncul pencobaan ulang, tetapi juga pencobaan yang lebih sukar untuk ditolak.
Bileam (4)

Bilangan 22:14-22a - “(14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’ (15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’ (18) Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19) Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ (20) Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’ (21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22a) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi,”.

IV) Panggilan / permintaan Balak yang kedua (Bilangan 22: 15-17).

Dalam pelajaran yang lalu kita sudah melihat 2 hal:

1) Firman Tuhan dari Tuhan kepada Bileam, oleh Bileam dikurangi pada waktu ia menyampaikannya kepada para utusan Balak, dan dikurangi lagi oleh para utusan itu pada waktu mereka menyampaikannya kepada Balak. Tentang hal itu perhatikan 2 komentar di bawah ini.

Matthew Henry: “The messengers are not faithful in returning Balaam’s answer to Balak. All the account they give of it is, Balaam refuseth to come with us (v. 14), intimating that he only wanted more courtship and higher proffers; but they are not willing Balak should know that God had signified his disallowance of the attempt” [= Utusan-utusan itu tidak setia dalam menyampaikan jawaban Bileam kepada Balak. Seluruh cerita yang mereka berikan tentangnya adalah, ‘Bileam menolak untuk datang dengan kami’ (Bilangan 22: 14), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya menginginkan pengenalan yang lebih dekat dan tawaran yang lebih tinggi; tetapi para utusan itu tidak mau Balak tahu bahwa Allah telah memberitahukan penolakanNya tentang usaha tersebut].

Adam Clarke: “‘Balaam refuseth to come with us.’ ‘Observe,’ says Mr. Ainsworth, ‘Satan’s practice against God’s word, seeking to lessen the same, and that from hand to hand, till he bring it to naught. Balaam told the princes less than God told him, and they relate to Balak less than Balaam told them; so that when the answer came to the king of Moab, it was not the word of God, but the word of man; it was simply, Balaam refuseth to come, without ever intimating that God had forbidden him.’” (= ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami’. ‘Perhatikanlah’, kata Ainsworth, ‘Praktek setan terhadap Firman Allah, berusaha menguranginya, dan itu ia lakukan dari tangan ke tangan / orang ke orang, sampai ia membawanya menjadi nol. Bileam memberitahu pangeran-pangeran itu kurang dari yang Allah beritahukan kepadanya, dan mereka menceritakannya kepada Balak lebih sedikit lagi dari yang Bileam beritahukan kepada mereka; sehingga pada waktu jawaban itu sampai kepada raja Moab itu, itu bukan lagi firman Allah, tetapi kata-kata manusia; itu hanya berbunyi, Bileam menolak untuk datang, tanpa pernah mengisyaratkan bahwa Allah telah melarangnya.’).

a) Penyampaian firman dari Allah kepada Bileam.

Bilangan 22: 12: “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.

b) Penyampaian pesan Allah dari Bileam kepada para utusan.

Bilangan 22: 13: “Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi dalam ay 12 di atas, sama sekali tidak disampaikan. Juga, kalau dalam Bilangan 22: 12 Tuhan ‘jelas melarang’, maka dalam ay 13 Bileam hanya mengatakan ‘Tuhan tidak mengijinkan’. Ini merupakan tindakan melunakkan firman yang tidak pada tempatnya.

c) Penyampaian para utusan kepada raja Balak.

Bilangan 22: 14: “Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’”.

Catatan: sekalipun para utusan mengatakan Bileam menolak, tetapi mereka tak mengatakan bahwa Tuhan yang melarang / tidak mengijinkan, sehingga Bileam menolak.

2) Bileam memang mengatakan ‘Tidak’, tetapi jelas terkandung kata ‘Ya’ di dalamnya.

Rupanya kedua hal ini menyebabkan Balak tidak putus asa dalam usahanya untuk memanggil Bileam, dan ia lalu mengirim utusan kedua yang lebih banyak dan lebih terhormat.

Bilangan 22: 15-17: “(15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

1. Ketekunan Balak dalam mengusahakan kejahatan.

Matthew Henry: “We have here a second embassy sent to Balaam, to fetch him over to curse Israel. It were well for us if we were as earnest and constant in prosecuting a good work, notwithstanding disappointments, as Balak was in pursuing this ill design. The enemies of the church are restless and unwearied in their attempts against it” (= Di sini kita mendapati utusan kedua dikirim kepada Bileam, untuk menjemputnya untuk mengutuk Israel. Adalah bagus bagi kita jika kita sama sungguh-sungguhnya dan konstannya dalam melaksanakan suatu perbuatan baik, meskipun ada kekecewaan-kekecewaan, seperti Balak dalam mengejar rancangan jahat ini. Musuh-musuh gereja tak bisa berhenti dan tak bosan-bosannya dalam usaha mereka menentang gereja).

2. Pencobaan yang lebih hebat.

Matthew Henry: “The temptation Balak laid before Balaam. He contrived to make this assault more vigorous than the former. It is very probable that he sent double money in the hands of his messengers; but, besides that, now he tempted him with honours, laid a bait not only for his covetousness, but for his pride and ambition. How earnestly should we beg of God daily to mortify in us these two limbs of the old man! Those that know how to look with a holy contempt upon worldly wealth and preferment will find it not so hard a matter as most men do to keep a good conscience” (= Pencobaan yang diletakkan oleh Balak di hadapan Bileam. Ia merencanakan untuk membuat serangan ini lebih hebat dari yang terdahulu. Adalah sangat mungkin bahwa ia mengirimkan uang dua kali lipat dalam tangan dari utusan-utusannya; tetapi disamping itu, sekarang ia mencobainya dengan kehormatan, memberi umpan bukan hanya bagi ketamakannya, tetapi juga bagi kesombongan dan ambisinya. Alangkah sungguh-sungguhnya kita harus meminta kepada Allah setiap hari untuk mematikan dalam diri kita kedua anggota badan dari manusia lama ini! Mereka yang tahu bagaimana melihat dengan kejijikan yang kudus pada kekayaan dan pangkat yang lebih tinggi secara duniawi akan mendapati bahwa itu bukan hal yang terlalu sukar untuk menjaga hati nurani yang baik seperti kebanyakan orang).

V) Sikap Bileam terhadap panggilan kedua (Bilangan 22: 18-19).

1) Kata-kata dan sikap Bileam terhadap utusan kedua dari Balak.

Bilangan 22: 18-19: “(18) Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19) Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’”.

a) Orang brengsek sering mengeluarkan kata-kata yang kelihatan indah / saleh, yang sebetulnya hanya merupakan ‘sandiwara’.

The Bible Illustrator (OT): “How often has it happened that those who make the loudest profession of their virtue, and of their love to the cause of God, are the first to succumb to covetousness or other besetting sin” (= Alangkah sering terjadi bahwa mereka yang membuat pengakuan yang paling keras tentang sifat baik mereka, dan tentang kasih mereka pada perkara Allah, adalah yang pertama-tama mengalah pada godaan ketamakan dan dosa-dosa lain yang menyerang).

The Bible Exposition Commentary (OT): “In light of the fact that Balaam even considered the new offer, his speech in verse 18 is just so much pious talk. With his lips, he professed to obey the Lord, but in his heart he coveted the money and hoped God would change His mind” (= Dalam terang dari fakta bahwa Bileam bahkan mempertimbangkan tawaran yang baru itu, ucapan / pidatonya dalam ay 18 hanyalah suatu kata-kata saleh. Dengan bibirnya, ia mengaku mentaati Tuhan, tetapi dalam hatinya ia menginginkan uang itu dan berharap Allah akan mengubah pikiranNya).

Matthew Henry: “Balaam’s seeming resistance of, but real yielding to, this temptation. We may here discern in Balaam a struggle between his convictions and his corruptions” (= Bileam kelihatannya menolak, tetapi sebetulnya tunduk / menyerah pada, pencobaan ini. Di sini kita bisa melihat dalam diri Bileam suatu pergumulan antara keyakinannya dan kejahatannya).

Matthew Henry: “His convictions charged him to adhere to the command of God, and he spoke their language, v. 18. Nor could any man have said better: ‘If Balak would give me his house full of silver and gold, and that is more than he can give or I can ask, I cannot go beyond the word of the LORD my God.’ See how honourably he speaks of God; he is Jehovah, my God. Note, Many call God theirs that are not his, ... See how respectfully he speaks of the word of God, as one resolved to stick to it, and in nothing to vary from it, and how slightly of the wealth of this world, as if gold and silver were nothing to him in comparison with the favour of God; and yet, at the same time, the searcher of hearts knew that he loved the wages of unrighteousness. Note, It is an easy thing for bad men to speak very good words, and with their mouth to make a show of piety” (= Keyakinannya menyuruhnya untuk taat pada perintah Allah, dan ia berbicara sesuai dengannya, ay 18. Tidak ada orang yang bisa mengatakannya dengan lebih baik: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, dan itu lebih dari apa yang bisa ia berikan atau yang bisa aku minta, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang melampaui / melanggar firman TUHAN, Allahku’. Lihatlah betapa dengan hormatnya ia berbicara tentang Allah; Ia adalah YEHOVAH, Allahku. Perhatikan, Banyak orang menyebut Allah sebagai Allah mereka padahal mereka bukan milikNya, ... Lihat betapa dengan hormatnya ia berbicara tentang firman Allah, sebagai seseorang yang telah memutuskan untuk melekat padanya, dan dalam hal apapun tidak mau berbeda darinya, dan betapa ia berbicara secara meremehkan tentang kekayaan dunia ini, seakan-akan emas dan perak sama sekali tidak berarti baginya dibandingkan dengan perkenan Allah; tetapi pada saat yang sama, sang Pemeriksa hati tahu bahwa ia mencintai upah ketidak-benaran / kejahatan. Perhatikanlah, Merupakan sesuatu yang mudah bagi orang-orang jahat untuk mengatakan kata-kata yang sangat bagus, dan dengan mulut mereka membuat pertunjukkan kesalehan).

b) Kalau diperhatikan dengan teliti, maka terlihat bahwa sebetulnya kata-kata Bileam saling bertentangan.

The Bible Illustrator (OT): “A brave speech, certainly! Yes, no doubt it was true that Balaam felt that even for a house full of silver and gold he could not go beyond the word of the Lord. But, in the first place, why protest so much concerning silver and gold? Balak’s message had not mentioned silver and gold - it spoke specially of honour. Surely it must have been because the mind of Balaam was so much preoccupied with thoughts of silver and gold that he thus spake; answering himself rather than others” (= Ini pasti merupakan suatu ucapan / pidato yang berani! Ya, tak diragukan bahwa merupakan sesuatu yang benar bahwa Bileam merasa bahwa bahkan untuk sebuah rumah penuh dengan perak dan emas ia tidak bisa bertindak melampaui firman Tuhan. Tetapi pertama, mengapa ia memprotes begitu banyak tentang perak dan emas? Pesan Balak tidak menyebutkan perak dan emas - pesannya berbicara khususnya tentang kehormatan. Pasti itu disebabkan karena pikiran Bileam begitu dipenuhi dengan pikiran-pikiran tentang perak dan emas sehingga ia berbicara seperti itu; cocok dengan dirinya sendiri lebih dari pada orang-orang lain).

Matthew Henry: “it appears (v. 19) that he had a strong inclination to accept the proffer; for he would further attend, to know what God would say to him, hoping that he might alter his mind and give him leave to go. This was a vile reflection upon God Almighty, as if he could change his mind, and now at last suffer those to be cursed whom he had pronounced blessed, and as if he would be brought to allow what he had already declared to be evil. Surely he thought God altogether such a one as himself. He had already been told what the will of God was, in which he ought to have acquiesced, and not to have desired a re-hearing of that cause which was already so plainly determined. Note, It is a very great affront to God, and a certain evidence of the dominion of corruption in the heart, to beg leave to sin” [= kelihatannya (ay 19) ia mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menerima tawaran itu; karena ia akan mendengar lebih jauh, untuk mengetahui apa yang akan Allah katakan kepadanya, dengan berharap bahwa Ia bisa mengubah pikiranNya, dan akhirnya mengijinkan mereka yang telah Ia berkati untuk dikutuk, dan seakan-akan Ia akan mengijinkan apa yang telah Ia nyatakan sebagai kejahatan. Jelas ia berpikir bahwa Allah itu adalah seseorang yang sepenuhnya seperti dirinya sendiri. Ia telah diberitahu apa kehendak Allah, dalam mana ia seharusnya telah menyetujuinya tanpa membantah, dan tidak menginginkan untuk mendengar ulang perkara itu yang sudah dengan begitu jelas ditetapkan. Perhatikan, Merupakan suatu penghinaan kepada Allah, dan suatu bukti yang jelas / pasti tentang berkuasanya kejahatan dalam hati, untuk meminta ijin untuk berbuat dosa].

c) ‘Penolakan Bileam’ lagi-lagi bernada terlalu lemah.

The Bible Illustrator (OT): “why does Balaam say, ‘I cannot go beyond the word of the Lord’? Why does he not roundly say, ‘I will not go beyond the word of the Lord’? As it is he only speaks of inability; he does not mention such a thing as personal disinclination” (= mengapa Bileam berkata: ‘Aku tidak bisa bertindak melampaui firman Tuhan’? Mengapa ia tidak berkata dengan bersemangat: ‘Aku tidak mau bertindak melampaui firman Tuhan’? Seakan-akan ia hanya berbicara tentang ketidak-mampuan; ia tidak menyebutkan apapun tentang keseganan pribadi).

Matthew Henry: “His corruptions at the same time strongly inclined him to go contrary to the command. He seemed to refuse the temptation, v. 18. But even then he expressed no abhorrence of it, as Christ did when he had the kingdoms of the world offered him (Get thee hence Satan), and as Peter did when Simon Magus offered him money: ‘Thy money perish with thee.’” [= Pada saat yang sama kejahatannya dengan kuat mencenderungkan dia untuk bertindak bertentangan dengan perintah Allah. Ia kelihatannya menolak pencobaan, ay 18. Tetapi bahkan pada saat itu ia tidak menyatakan kejijikannya terhadap hal itu, seperti yang Kristus lakukan pada waktu kerajaan-kerajaan dunia ditawarkan kepadaNya (‘Enyahlah, Iblis’), dan seperti yang Petrus lakukan pada saat Simon tukang sihir menawarkan uang kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau’].

d) Orang yang bersikap seperti Bileam adalah murid Bileam.

Calvin: “It is plain, therefore, that all those are disciples of Balaam, who try the indulgence of God, that He may at length permit them to attempt what He has once refused” (= Karena itu, adalah jelas, bahwa semua mereka merupakan murid-murid Bileam, yang berusaha supaya Allah menuruti keinginannya, sehingga Ia akhirnya bisa mengijinkan mereka untuk mengusahakan apa yang tadinya telah Ia tolak) - hal 192.

VI) Tuhan mengijinkan Bileam pergi (Bilangan 22: 20-22a).

1) Tuhan ‘mengijinkan’ Bileam pergi dengan para utusan Balak.

Bilangan 22: 20: “Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’”.

Matthew Henry: “The permission God gave him to go, v. 20. God came to him, probably by an anger, and told him he might, if he pleased, go with Balak’s messengers. So he gave him up to his own heart’s lust. ‘Since thou hast such a mind to go, even go, yet know that the journey thou undertakest shall not be for thy honour; for, though thou hast leave to go, thou shalt not, as thou hopest, have leave to curse, for the word which I shall say unto thee, that thou shalt do.’ Note, God has wicked men in a chain; hitherto they shall come by his permission, but no further than he does permit them. ... It was in anger that God said to Balaam, ‘Go with them,’ and we have reason to think that Balaam himself so understood it, for we do not find him pleading this allowance when God reproved him for going. Note, As God sometimes denies the prayers of his people in love, so sometimes he grants the desires of the wicked in wrath” [= Allah mengijinkan ia untuk pergi, ay 20. Allah datang kepadanya, mungkin oleh suatu kemarahan, dan memberitahunya bahwa ia boleh, jika ia ingin, pergi dengan utusan-utusan Balak. Demikianlah Ia menyerahkan dia pada nafsu hatinya sendiri. ‘Karena engkau mempunyai pikiran untuk pergi, pergilah, tetapi ketahuilah bahwa perjalanan yang engkau lakukan tidak akan menjadi kehormatanmu; karena sekalipun engkau mendapat ijin untuk pergi, engkau tidak akan, seperti yang engkau harapkan, mendapat ijin untuk mengutuk, karena firman yang Aku akan katakan kepadamu, itulah yang akan engkau lakukan’. Perhatikan, Allah merantai orang-orang jahat; sampai di sini mereka akan datang oleh ijinNya, tetapi tidak lebih jauh dari yang Ia ijinkan. ... Adalah dalam kemurkaan Allah berkata kepada Bileam, ‘Pergilah dengan mereka’, dan kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa Bileam sendiri mengertinya seperti itu, karena kita tidak mendapati ia mengadakan pembelaan pada waktu Allah memarahinya karena kepergiannya (mungkin Matthew Henry memaksudkan ay 31-35). Perhatikan, sebagaimana Allah kadang-kadang menolak doa-doa dari umatNya dalam kasih, demikianlah Ia kadang-kadang mengabulkan keinginan-keinginan dari orang jahat dalam kemurkaan].

Jadi, ‘ijin’ seperti ini tidak terlalu berbeda dengan:

a) ‘Ijin’ yang Allah berikan bagi bangsa Israel untuk mempunyai seorang raja.

1Sam 8:6-9 - “(6) Waktu mereka berkata: ‘Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,’ perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. (7) TUHAN berfirman kepada Samuel: ‘Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. (8) Tepat seperti yang dilakukan mereka kepadaKu sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. (9) Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka.’”.

Lalu dalam 1Sam 8:10-18 Samuel memperingatkan bangsa itu apa ruginya kalau mempunyai seorang raja. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?

1Sam 8:19-22 - “(19) Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: ‘Tidak, harus ada raja atas kami; (20) maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.’ (21) Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan menyampaikannya kepada TUHAN. (22) TUHAN berfirman kepada Samuel: ‘Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.’ Kemudian berkatalah Samuel kepada orang-orang Israel itu: ‘Pergilah, masing-masing ke kotanya.’”.

Bdk. Hos 13:11 - “Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu”.

b) ‘Ijin’ yang Yesus berikan kepada Yudas Iskariot dalam Yoh 13:27b - “Maka Yesus berkata kepadanya: ‘Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.’”.

Catatan: sebagai perbandingan, kalau dalam kata-kata ‘tidak’ dari Bileam kepada para utusan Balak terkandung kata ’ya’, maka sebaliknya dalam kata-kata Tuhan ‘ya’ sekarang ini kepada Bileam, terkandung kata ‘tidak’, atau bahkan sebetulnya berarti ‘tidak’. Bukan berarti bahwa Allah berbicara secara munafik, tetapi maksudnya Ia mengijinkan, dengan tujuan untuk menghajar!

Calvin: “If we more closely consider the desire of Balaam, it was that God should belie Himself. ... God, therefore, ironically permits what He had before forbidden. ... had not his ungodly covetousness blinded Balaam, the meaning of this ironical permission was not difficult to be understood” (= Jika kita mempertimbangkan dengan lebih dekat keinginan Bileam, itu adalah supaya Allah mengingkari diriNya sendiri. ... Karena itu, Allah secara ironis mengijinkan apa yang tadinya telah Ia larang. ... seandainya ketamakannya yang jahat tidak membutakan Bileam, arti dari ijin yang bersifat ironis ini tidak sukar untuk dimengerti) - hal 192.

The Bible Illustrator (OT): “There is no greater danger than for God to answer a man according to the desires of his own heart; ... But yet in this case God does not give us up altogether. As when Israel asked for a king, He gave indeed what they desired - but He expostulated, He warned, He sent them a token of His displeasure. So will He show us by His Providence that He is displeased with us; in the way that we go, His angel with the sword in his hand will meet us, i.e., some calamity, some accident, some grief, is sure to cross our way to remind us from God that the way that we are going is not the way of holiness or of peace. And these are all calls from God, not at all the less so because when a man’s eyes are blinded with worldly business and covetousness he does not see them to be such” (= Tidak ada bahaya yang lebih besar dari pada kalau Allah menjawab seseorang sesuai dengan keinginan-keinginan dari hatinya sendiri; ... Tetapi dalam kasus inipun Allah tidak menyerahkan kita sama sekali / sepenuhnya. Seperti pada waktu Israel meminta seorang raja, Ia memang memberikan apa yang mereka inginkan - tetapi Ia berargumentasi dengan sungguh-sungguh, Ia memperingati, Ia mengirim kepada mereka tanda ketidak-senanganNya. Demikianlah Ia akan menunjukkan kita oleh ProvidensiaNya bahwa Ia tidak berkenan kepada kita; dalam jalan dimana kita pergi, malaikatNya dengan pedang di tangannya akan menjumpai kita, yaitu suatu bencana, kecelakaan, kesedihan, pasti melewati jalan kita untuk mengingatkan kita dari Allah bahwa jalan yang sedang kita lalui bukanlah jalan kekudusan atau damai. Dan hal-hal ini merupakan panggilan-panggilan dari Allah, sama sekali tidak kurang dari itu sekalipun mata manusia dibutakan oleh kesibukan duniawi dan ketamakan sehingga ia tidak melihatnya sebagai panggilan-panggilan dari Allah).

Contoh: dalam kasus Yunus, sekalipun memang tak pernah ada ‘ijin’ dari Allah, tetapi kelihatannya ada jalan terbuka. Tetapi pada waktu Yunus nekad melewatinya, ia dihajar habis-habisan!

2) Bileam pergi dengan para utusan Balak, tetapi itu ternyata membuat Tuhan marah!

Bilangan 22: 21: “Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab”.

Tetapi hal itu ternyata membuat Tuhan murka.

Bilangan 22: 22a: “Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi”.

Mengapa?

Keil & Delitzsch: “The apparent contradiction in His first of all prohibiting Balaam from going (v. 12), then permitting it (v. 20), and then again, when Balaam set out in consequence of this permission, burning with anger against him (v. 22), does not indicate any variableness in the counsels of God, but vanishes at once when we take into account the pedagogical purpose of the divine consent” [= Hal yang kelihatannya kontradiksi pada waktu Ia pertama-tama melarang Bileam untuk pergi (ay 12), dan lalu mengijinkannya (ay 20), dan lalu lagi, pada waktu Bileam berangkat sebagai konsekwensi dari ijin ini, murkaNya menyala-nyala terhadap dia (ay 22), tidak menunjukkan perubahan apapun dalam rencana Allah, tetapi segera hilang pada waktu kita memperhatikan tujuan pendidikan dari ijin ilahi].

Di atas telah kita lihat bahwa Allah memang memberi ‘ijin’ dalam kemurkaan. Tetapi beberapa penafsir mengatakan bahwa ada sebab lain yang menyebabkan kemurkaan Allah, pada saat Bileam pergi.

Matthew Henry: “God gave him leave to go if the men called him, but he was so fond of the journey that we do not find he staid for their calling him, but he himself rose up in the morning, got every thing ready with all speed, and went with the princes of Moab, who were proud enough that they had carried their point. The apostle describes Balaam’s sin here to be that he ran greedily into an error for reward, Jude 11. The love of money is the root of all evil” [= Allah memberinya ijin untuk pergi jika orang-orang itu memanggilnya (ay 20), tetapi ia begitu senang dengan perjalanan itu sehingga kita tidak menemukan bahwa ia tinggal tenang sampai mereka memanggilnya, tetapi ia sendiri bangkit di bagi hari, mempersiapkan segala sesuatu dengan secepatnya, dan pergi bersama dengan pangeran-pangeran Moab, yang cukup bangga karena mereka telah memenangkan maksud mereka. Sang rasul menggambarkan dosa Bileam di sini sebagai ia berlari dengan tamak ke dalam kesalahan untuk upah, Yudas 11. Cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Tim 6:10)].

Bilangan 22: 20: “Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’”.

KJV: ‘And God came unto Balaam at night, and said unto him, If the men come to call thee, rise up, and go with them; but yet the word which I shall say unto thee, that shalt thou do’ (= Dan Allah datang kepada Bileam pada malam, dan berkata kepadanya, Jika orang-orang itu datang untuk memanggilmu, bangunlah, dan pergilah dengan mereka; tetapi kata-kata yang akan Aku katakan kepadamu, itulah yang harus engkau lakukan).

Yudas 11 - “Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah”.

KJV: ‘Woe unto them! for they have gone in the way of Cain, and ran greedily after the error of Balaam for reward, and perished in the gainsaying of Core’ (= Celakalah mereka! karena mereka telah mengikuti jalan Kain, dan berlari dengan tamak menuruti kesalahan Bileam demi upah, dan binasa dalam penyangkalan Korah).

The Bible Exposition Commentary (OT): “God came to Balaam and instructed him to go with the princes only if they came to call him the next morning (v. 20). The Lord cautioned Balaam, ‘Do only what I tell you.’ But the next morning, Balaam didn’t wait for the men to come to him; he saddled his donkey and went to the place where the delegation was camped, determined to do his own will. This determination, along with the covetousness in Balaam’s heart, made the Lord angry” [= Allah datang kepada Bileam dan menginstruksikan dia untuk pergi bersama pangeran-pangeran itu hanya jika mereka datang untuk memanggilnya pada pagi berikutnya (ay 20). Tuhan memperingatkan Bileam, ‘Lakukan hanya apa yang Aku beritahu kepadamu’. Tetapi pagi berikutnya, Bileam tidak menunggu sampai orang-orang itu datang kepadanya; ia memasang pelana keledainya dan pergi ke tempat dimana utusan-utusan itu berkemah, memutuskan untuk melakukan kehendaknya sendiri. Keputusan ini, bersama-sama dengan ketamakan dalam hati Bileam, membuat Tuhan marah].

Karena itu, yang paling benar dan aman, adalah langsung mentaati, tanpa menawar, pada saat kita mengetahui kehendak Allah bagi kita.

Calvin: “wherefore, nothing is better than, in pure and simple teachableness, to inquire what He would have us do, that we may instantly succumb, nor try to alter a word or a syllable as soon as He shall have deigned to open His holy mouth to instruct us. For to call in question what has been decided by Him, what is it but to compel Him by our importunity to bend Himself to our wishes?” (= karena itu, tak ada yang lebih baik dari, dalam keadaan bisa diajar yang murni dan sederhana, untuk bertanya apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan, supaya kita bisa segera tunduk, dan tidak berusaha untuk mengubah suatu kata atau suku kata, begitu Ia berkenan membuka mulutNya yang kudus untuk mengajar kita. Karena mempertanyakan apa yang telah Ia tentukan, apakah itu selain memaksa Dia oleh desakan kita untuk membengkokkan diriNya sendiri pada keinginan kita?) - hal 192-193.

Maukah saudara taat pada Firman Tuhan secara langsung, dan tanpa menawar?

Bileam (5)

Bilangan 22:21-35 - “(21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. (23) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24) Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula. (26) Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. (28) Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29) Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30) Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’ (31) Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud. (32) Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan. (33) Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’ (34) Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang.’ (35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu”.

VII) Bileam, Keledainya, dan Malaikat Tuhan (Bilangan 22: 22-35).

1) Dari mana Musa mendapat cerita tentang Bileam, keledainya dan Malaikat TUHAN?

Barnes’ Notes (tentang ay 28): “The account was perhaps given by Balaam to the Israelites after his capture in the war against Midian. Compare Num. 31:8. That which is here recorded was apparently perceived by him alone among human witnesses” (= ‘TUHAN membuka mulut keledai itu’. Cerita ini mungkin diberikan oleh Bileam kepada orang-orang Israel setelah penangkapannya dalam perang melawan Midian. Bandingkan dengan Bil 31:8. Apa yang dicatat di sini rupanya dilihat olehnya saja di antara saksi-saksi manusia).

2) Malaikat TUHAN berdiri di jalan Bileam sebagai lawannya.

Bilangan 22: 21-22: “(21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya”.

a) Malaikat TUHAN.

Bible Knowledge Commentary: “The Angel of the Lord was a manifestation of the presence of the LORD Himself, that is, He was a theophany. This is clear from the fact that He frequently was equated with Deity and that He was offered and accepted worship, something absolutely forbidden to ordinary angels (see comments on Gen 16:7; and cf. Gen 18:1-2; 22:14-18; Ex 3:1-6; Josh 5:13-15; Judg 6:20-22; 13:17-23; etc.)” [= Malaikat TUHAN adalah manifestasi dari kehadiran TUHAN sendiri, artinya, Ia adalah suatu THEOPHANY. Ini adalah jelas dari fakta bahwa Ia berulang-ulang disamakan dengan Allah dan bahwa Ia diberi dan menerima penyembahan, sesuatu yang secara mutlak dilarang bagi malaikat-malaikat biasa].

Catatan: kata THEOPHANY berasal dari 2 kata Yunani yaitu THEOS (= God / Allah) + PHAINESTHAI (= to appear / menampakkan)

Jamieson, Fausset & Brown: “‘The angel of the Lord’ is the old formula for the covenant God of Israel (see the note at Gen. 16:7), which occurs in this narrative not less than nine times, interchanged with ‘the Lord’ twice” [= ‘Malaikat TUHAN’ adalah suatu pernyataan kuno untuk Allah perjanjian dari Israel (lihat catatan tentang Kej 16:7), yang muncul dalam cerita ini tidak kurang dari 9 x, dibolak-balik dengan ‘TUHAN’ 2 x].

Catatan: seharusnya istilah ‘Malaikat TUHAN’ muncul bukan 9 x tetapi 10 x (ay 22,23,24,25,26,27,31,32,34,35). Istilah ‘Yahweh’ (TUHAN) muncul 2 x, yaitu dalam ay 28,31.

Bil 22:21-35 - “(21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. (23) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24) Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula. (26) Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. (28) Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29) Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30) Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’ (31) Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud. (32) Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan. (33) Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’ (34) Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang.’ (35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu”.

b) Sebagai lawannya.

Jamieson, Fausset & Brown: “For an adversary against him, (‎lasaaTaan). This is the first occurrence of the word ‘Satan’ - but as used here, in the form of a verb, it describes the attitude of the angel, who appeared to withstand Balaam in the commission of an act forbidden by God” [= ‘sebagai lawannya’, (‎LaSAATAAN). Ini pemunculan pertama dari kata ‘Satan’ - tetapi sebagaimana digunakan di sini, dalam bentuk suatu kata kerja, itu menggambarkan sikap dari malaikat, yang muncul untuk menahan Bileam dalam suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah].

The Biblical Illustrator (Old Testament): “An angel stood in the way for an adversary. Now God fulfilled His promise to Israel, ‘I will be an enemy to thine enemies’ (Ex 23:22). The holy angels are adversaries to sin, and perhaps are employed more than we are aware of in preventing it, particularly in opposing those that have any ill designs against God’s Church and people” [= Seorang malaikat berdiri di jalan sebagai seorang lawan / musuh. Sekarang Allah menggenapi janjiNya kepada Israel, ‘Aku akan memusuhi musuhmu’ (Kel 23:22). Malaikat-malaikat kudus adalah lawan / musuh terhadap dosa, dan mungkin digunakan lebih dari yang kita sadari untuk mencegahnya, khususnya dalam melawan mereka yang mempunyai rencana buruk apapun terhadap Gereja dan bangsa / umat Allah].

Kel 23:22 - “Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu”.

3) Keledai Bileam melihat Malaikat TUHAN dan menghindariNya.

Bilangan 22: 23a: “Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, ...”.

a) Keledai itu melihat Malaikat TUHAN tetapi Bileam tidak.

Merupakan sesuatu yang memungkinkan dan beberapa kali terjadi dalam Kitab Suci bahwa pada saat Tuhan memberikan penglihatan, hanya orang-orang yang Tuhan inginkan yang bisa melihatnya, sedangkan yang lain, sekalipun berada di tempat yang sama, tidak melihatnya.

Dan 10:4-7 - “(4) Pada hari kedua puluh empat bulan pertama, ketika aku ada di tepi sungai besar, yakni sungai Tigris, (5) kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas. (6) Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak. (7) Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi;”.

Yoh 12:27-29 - “(27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. (28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara dari sorga: ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’ (29) Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: ‘Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.’”.

Kis 9:3-7 - “(3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’ (7) Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun”.

Kis 22:9 - “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar”.

Karena itu, kalau di sini hanya keledai itu yang melihat Malaikat TUHAN, sedangkan Bileamnya tidak, itu bukan sesuatu yang aneh.

Penerapan: demikian juga dalam hal banyak orang mendengar Firman Tuhan bersama-sama. Tuhan bisa saja memberi pengertian kepada sebagian saja, dan tidak kepada yang lain. Bdk. Mat 13:10-17.

b) Ini sama sekali tidak boleh diartikan bahwa binatang bisa melihat sesuatu yang supranatural lebih dari manusia.

Pulpit Commentary: “And the ass saw the angel of the Lord. This was clearly part of the miracle, ... It is nothing to the point that the lower animals have a quicker perception of some natural phenomena than men, for this was not a natural phenomenon; it is nothing to the point that the lower animals are credited by some with possessing ‘the second sight,’ .... If the ass saw the angel, it was because the Lord opened her eyes then, as he did her mouth afterwards” [= Dan keledai itu melihat Malaikat TUHAN. Ini jelas merupakan bagian dari mujijat, ... Ini tidak menunjukkan bahwa binatang yang lebih rendah mempunyai daya menanggapi yang lebih cepat tentang fenomena alam dari manusia, karena ini bukan fenomena alam; ini tidak menunjukkan, bahwa seperti yang dipercaya oleh sebagian orang, binatang yang lebih rendah mempunyai ‘penglihatan kedua’, ... Jika keledai itu melihat malaikat itu, itu disebabkan TUHAN membuka matanya pada saat itu, seperti Ia membuka mulutnya belakangan].

c) Merupakan sesuatu yang mempermalukan Bileam bahwa keledainya bisa melihat Malaikat TUHAN itu sedangkan ia sendiri tidak bisa melihatNya.

Calvin: “to the great disgrace of the Prophet, the glory of the Angel was first revealed to the ass. ... He had previously boasted of his extraordinary visions; a vision now escapes him which was manifest to the eyes of a beast. Whence did such blindness as this arise, except from avarice, by which he was so stupefied as to prefer filthy lucre to the holy calling of God?” (= untuk suatu aib yang besar bagi sang nabi, kemuliaan dari Malaikat itu pertama-tama dinyatakan kepada si keledai. ... Ia sebelumnya membanggakan diri karena penglihatan-penglihatannya yang luar biasa; sekarang suatu penglihatan lolos dari dia, tetapi dinyatakan pada mata dari seekor binatang. Dari mana muncul kebutaan seperti ini, kecuali dari ketamakan, oleh apa ia begitu dipesonakan sehingga memilih uang yang kotor dari panggilan kudus dari Allah?) - hal 194.

Matthew Henry: “The ass saw the angel, v. 23. How vainly did Balaam boast that he was a man whose eyes were open, and that he saw the visions of the Almighty (Num 24:3-4), when the ass he rode on saw more than he did, his eyes being blinded with covetousness and ambition and dazzled with the rewards of divination!” [= Keledai itu melihat Malaikat itu, ay 23. Alangkah sia-sianya Bileam membanggakan diri bahwa ia adalah seorang manusia yang matanya terbuka, dan bahwa ia melihat penglihatan-penglihatan dari Yang Mahakuasa (Bil 24:3-4), pada waktu keledai yang ia tunggangi melihat lebih dari yang ia lihat, matanya dibutakan oleh ketamakan dan ambisi dan disilaukan dengan upah penenungan!].

Bil 24:3-4 - “(3) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; (4) tutur kata orang yang mendengar firman Allah, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata tersingkap”.

4) Penyelamatan yang disalah-mengerti.

Bilangan 22: 23-27: “(23) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24) Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula. (26) Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat”.

Penerapan: Ada banyak orang salah mengerti tentang penyelamatan yang Kristus lakukan, sehingga mereka justru memusuhi Kristus, yang bertujuan menyelamatkan mereka.

5) Percakapan keledai Bileam dengan tuannya.

Bilangan 22: 28-30: “(28) Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29) Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30) Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’”.

a) Keledai Bileam berbicara kepada Bileam.

Bilangan 22: 28: “Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’”.

1. Keledai Bileam betul-betul berbicara.

Ada penafsir yang menafsirkan bahwa keledai itu meringkik seperti keledai, tetapi Bileam, yang adalah seorang tukang tenung / tukang sihir, bisa menafsirkannya sehingga ia mengerti kata-kata keledai itu. Tetapi penafsiran ini bertentangan dengan dengan kata-kata Petrus ini.

2Pet 2:16 - “Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu”.

2. Anehkah kalau keledai bisa berbicara?

Sebetulnya bukan merupakan hal yang aneh bahwa binatang bisa berbicara kalau Tuhan menghendaki / mengijinkannya. Apa bedanya dengan orang Kristen yang bisa berbahasa Roh (yang asli)? Mereka tidak pernah belajar bahasa itu, tetapi tahu-tahu bisa menggunakannya dalam berbicara, karena Tuhan yang mengatur lidah mereka. Kalau Tuhan bisa bekerja seperti itu dalam diri orang Kristen, mengapa Ia tidak bisa melakukan hal yang sama untuk binatang.

Hal yang perlu diperhatikan adalah: kalau dalam memberi ‘bahasa Roh’ untuk keledai, ternyata ‘bahasa Roh’ itu merupakan bahasa manusia, tidakkah aneh kalau banyak orang Kristen jaman sekarang menggunakan bahasa Roh, yang sama sekali tak ada artinya dan tidak bisa dimengerti oleh siapapun?

3. Tujuan Allah membuat keledai itu berbicara.

a. Untuk menegur Bileam.

Matthew Henry: “when all this would not work upon him, God opened the mouth of the ass, and she spoke to him once and again; ... This was a great miracle, quite above the power of nature, ... He that made man speak could, when he pleased, make the ass to speak with man’s voice, 2 Pet. 2:16. Here Mr. Ainsworth observes that the devil, when he tempted our first parents to sin, employed a subtle serpent, but that God, when he would convince Balaam, employed a silly ass, ... for Satan corrupts men’s minds by the craftiness of those that lie in wait to deceive, but Christ has chosen the foolish things of the world to confound the wise. By a dumb ass God rebukes the madness of the prophet, for he will never want reprovers, but when he pleases can make the stones cry out as witnesses to him, Lu. 19:40; Hab. 2:11” (= ketika semua ini tidak menghasilkan hasil apapun padanya, Allah membuka mulut dari keledai, dan keledai itu berbicara kepadanya sekali dan lalu sekali lagi; ... Ini merupakan suatu mujijat yang besar, betul-betul melampaui kuasa alam, ... Ia yang membuat manusia berbicara, bisa, pada waktu Ia berkenan, membuat keledai untuk berbicara dengan suara manusia, 2Pet 2:16. Di sini Mr. Ainsworth memperhatikan bahwa setan / Iblis, pada waktu ia mencobai orang tua pertama kita untuk berbuat dosa, menggunakan seekor ular yang cerdik, tetapi bahwa Allah, pada waktu ia mau meyakinkan Bileam, menggunakan seekor keledai yang tolol, ... karena setan / Iblis merusak pikiran manusia dengan kecerdikan dari mereka yang berbaring dan menunggu untuk menipu / mendustai, tetapi Kristus telah memilih hal-hal yang bodoh dari dunia untuk membingungkan orang-orang berhikmat. Oleh seekor keledai yang bisu / bodoh, Allah menegur kegilaan sang nabi, karena Ia tak akan pernah kekurangan penegur-penegur, tetapi pada waktu Ia berkenan Ia bisa membuat batu-batu berteriak sebagai saksi-saksi bagiNya, Luk 19:40; Hab 2:11).

2Pet 2:16 - “Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu”.

Luk 19:40 - “JawabNya: ‘Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.’”.

Hab 2:11 - “Sebab batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah”.

Kel 4:10-12 - “(10) Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ (11) Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? (12) Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.’”.

1Kor 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “A person has reached a very low level in life if God has to use brute beasts to communicate His mind” (= Seseorang telah mencapai tingkat yang sangat rendah dalam hidupnya jika Allah harus menggunakan binatang yang tak berakal untuk menyampaikan pikiranNya).

b. Untuk mengajar Bileam bahwa Tuhan bisa mengontrol semua pembicaraan, termasuk kata-katanya nanti pada saat ia mau mengutuk Israel.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “THE OBJECT OF THE MIRACLE. ... He might also have learned that all speech was under Divine control, and that he would be able to utter only such words as God would permit” (= TUJUAN DARI MUJIJAT ITU. ... Ia bisa juga mempelajari bahwa semua ucapan ada dibawah kontrol Ilahi, dan bahwa ia akan bisa mengucapkan hanya kata-kata seperti yang Allah ijinkan).

c. Untuk menunjukkan bahwa Tuhan bisa membuat makhluk bicara tanpa memberi penghargaan kepada makhluk itu.

IVP Bible Background Commentary: Old Testament: “The effect of the speaking animal in this story is to make it clear to Balaam that God can speak through any creature he chooses, with no credit to the creature” (= Pengaruh / akibat dari berbicaranya binatang dalam cerita ini adalah untuk membuatnya jelas kepada Bileam bahwa Allah bisa berbicara melalui makhluk manapun yang Ia pilih, tanpa penghargaan kepada makhluk itu).

Misalnya pada waktu Tuhan membuat Kayafas bernubuat dalam Yoh 11:49-52. Ini nubuat dari Tuhan, tetapi Kayafasnya sama sekali tak dianggap berjasa karena nubuat yang ia keluarkan.

4. Sebetulnya dalam hidup kita sehari-hari, kita memang bisa / harus belajar dari binatang.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “‘But ask now the beasts, and they shall teach thee; and the fowls of the air, and they shall tell thee.’ ‘The stork in heaven knoweth her appointed times.’ ‘The ox knoweth his owner, and the ass his master’s crib.’ ‘Go to the ant, thou sluggard; consider her ways, and be wise.’ Dumb creatures are continually teaching us” (= ‘Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan’. ‘Burung bangau berpegang pada waktu kembalinya’. ‘Lembu mengenal pemiliknya, dan keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya’. ‘Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak’. Makhluk-makhluk bisu / bodoh secara terus menerus mengajar kita).

Ayub 12:7 - “Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan”.

Yer 8:7 - “Bahkan burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umatKu tidak mengetahui hukum TUHAN”.

Yes 1:3 - “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umatKu tidak memahaminya.’”.

Amsal 6:6 - “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak”.

b) Jawaban Bileam pada keledainya.

Bilangan 22: 29: “Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’”.

1. Bileam tak kelihatan heran / terkejut melihat / mendengar keledainya berbicara.

Merupakan sesuatu yang aneh bahwa Bileam tidak merasa heran / bingung mendengar keledainya berbicara. Ada yang mengatakan bahwa karena ia adalah seorang petenung, itu bukan hal yang luar biasa baginya, dan ada juga yang mengatakan bahwa nafsunya yang begitu keras kepala begitu membutakannya sehingga ia tidak bisa memperhatikan atau mempertimbangkan keanehan dari peristiwa itu.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Why wasn’t Balaam shocked when his beast spoke to him ‘with a man’s voice’? ... Satan spoke through a serpent when he deceived Eve (Gen 3:1 ff; 2 Cor 11:3), and it’s possible that in the past Satan’s demons had spoken to Balaam through animals” [= Mengapa Bileam tidak terkejut pada waktu binatangnya berbicara kepadanya ‘dengan suara manusia’? ... Setan / Iblis berbicara melalui seekor ular pada saat ia menipu Hawa (Kej 3:1-dst; 2Kor 11:3), dan adalah mungkin bahwa dalam masa lalu roh-roh jahat dari Iblis telah berbicara kepada Bileam melalui binatang-binatang].

2. Bileam berharap bisa mempunyai pedang untuk membunuh keledainya.

Matthew Henry: “Balaam in his fury wished he had a sword to kill his ass with, v. 29. See his impotency; can he think by his curses to do mischief to Israel that has it not in his power to kill his own ass?” (= Bileam dalam kemurkaannya berharap seandainya ia mempunyai sebuah pedang untuk membunuh keledainya, ay 29. Lihatlah ketidak-mampuannya; bisakah ia berpikir / mengira bahwa dengan kutukan-kutukannya ia bisa melakukan kerusakan kepada Israel padahal ia tidak mempunyai kuasa untuk membunuh keledainya sendiri?).

c) Jawaban keledai kepada Bileam.

Bilangan 22: 30: “Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’”.

Tuhan bukan hanya membuat keledai ini bisa bicara, tetapi juga bisa berargumentasi! Sebetulnya dalam kata-kata keledai itu dalam ay 28 sudah terdapat argumentasi, tetapi dalam ay 30 ini argumentasinya lebih kuat lagi! Karena itu adalah aneh kalau banyak orang Kristen tidak bisa berargumentasi, tetapi mengclaim dipenuhi Roh Kudus, dipakai oleh Tuhan, dan sebagainya. Mereka kalah oleh seekor keledai!

6) Tuhan menyingkapkan mata Bileam.

Bilangan 22: 31: “Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud”.

Bdk. 2Raja 6:15-17 - “(15) Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: ‘Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?’ (16) Jawabnya: ‘Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.’ (17) Lalu berdoalah Elisa: ‘Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.’ Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa”.

Calvin: “‘Then the Lord opened the eyes of Balaam.’ This passage teaches us, that whatever be the acuteness of our senses, it is not only implanted in us by God, but also either sustained or extinguished by His secret inspiration. Balaam’s eyes are opened; consequently there was a veil before them previously, which prevented him from seeing what was manifest. Thus God at His pleasure makes dull the senses of those who seem to themselves to be very acute; since perception is His special gift” (= ‘Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam’. Text ini mengajar kita, bahwa bagaimanapun tajamnya pikiran kita, itu bukan hanya ditanamkan dalam diri kita oleh Allah, tetapi juga atau ditopang atau dipadamkan oleh ilhamNya yang rahasia. Mata Bileam terbuka; dan karena itu sebelum itu ada suatu tudung / selubung di depannya, yang menghalangi dia untuk melihat apa yang nyata / jelas. Jadi, Allah sesuai perkenanNya membuat tumpul pikiran mereka yang bagi diri mereka sendiri kelihatan tajam; karena pengertian merupakan anugerahNya yang khusus).

7) Percakapan Malaikat TUHAN dengan Bileam.

a) Malaikat TUHAN berbicara kepada Bileam.

Ay 32-33: “(32) Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan. (33) Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’”.

Tadi Bileam mengalami sesuatu yang menyebalkan. Keledainya tahu-tahu ngadat, dan menyebabkan kakinya terhimpit tembok. Itu menyebabkan ia marah, padahal sebetulnya hal itu menyelamatkan nyawanya. Ini memberi pelajaran kepada kita untuk tidak marah, mengomel, dsb, kalau ada hal-hal yang terjadi bertentangan dengan keinginan kita, karena bisa saja hal-hal itu justru digunakan oleh Allah, atau diijinkan terjadi oleh Allah, untuk menyelamatkan kita.

Tetapi Matthew Henry juga mengatakan bahwa pada saat kita mengalami hal yang tidak menyenangkan, kita harus memeriksa apakah kita ada di jalan yang benar atau tidak.

b) Jawaban Bileam kepada Malaikat TUHAN.

Bilangan 22: 34: “Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang.’”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘I have sinned ... if it displease thee.’ Notwithstanding this confession, he evinced no spirit of penitence, as he speaks of desisting only from the outward act” (= ‘Aku telah berdosa ... jika hal itu jahat di mataMu’. Sekalipun ada pengakuan ini, ia tidak menunjukkan dengan jelas roh penyesalan, karena ia berbicara hanya tentang penghentian tindakan lahirah).

The Bible Exposition Commentary (Old Testament): “His words, ‘I have sinned,’ were not evidence of sincere repentance. Pharaoh (Ex 9:27), King Saul (1 Sam 15:24,30; 26:21), and Judas Iscariot (Matt 27:4) all uttered these words but didn’t turn to God for mercy. What good is it to say pious words if your heart goes right on sinning? Listen to David (2 Sam 12:13; Ps 51:4; 2 Sam 24:10,17; 1 Chron 21:8,17) or the Prodigal Son if you want to hear real confession” [= Kata-katanya ‘Aku telah berdosa’, bukan bukti dari pertobatan yang sungguh-sungguh. Firaun (Kel 9:27), Raja Saul (1Sam 15:24,30; 26:21), dan Yudas Iskariot (Mat 27:4) semua mengucapkan kata-kata ini tetapi tidak berbalik kepada Allah untuk belas kasihan. Apa baiknya untuk mengucapkan kata-kata saleh jika hatimu terus berbuat dosa? Dengarlah Daud (2Sam 12:13; Maz 51:6; 2Sam 24:10,17; 1Taw 21:8,17) atau anak yang hilang jika engkau ingin mendengar pengakuan yang sejati].

Kel 9:27 - “Lalu Firaun menyuruh memanggil Musa dan Harun serta berkata kepada mereka: ‘Aku telah berdosa sekali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah”.

1Sam 15:30 - “Tetapi kata Saul: ‘Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu.’”.

1Sam 26:21 - “Lalu berkatalah Saul: ‘Aku telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu, karena nyawaku pada hari ini berharga di matamu. Sesungguhnya, perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali.’”.

Mat 27:4 - “dan berkata: ‘Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.’ Tetapi jawab mereka: ‘Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!’”.

2Sam 12:13 - “Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati”.

Maz 51:6 - “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusanMu, bersih dalam penghukumanMu”.

2Sam 24:10,17 - “(10) Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud kepada TUHAN: ‘Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hambaMu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.’ ... (17) Dan berkatalah Daud kepada TUHAN, ketika dilihatnya malaikat yang tengah memusnahkan bangsa itu, demikian: ‘Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku.’”.

1Taw 21:8,17 - “(8) Lalu berkatalah Daud kepada Allah: ‘Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hambaMu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.’ ... (17) Dan berkatalah Daud kepada Allah: ‘Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umatMu.’”.

Kalau diperhatikan hanya kata-kata lahiriahnya, maka pengakuan dosa Daud tak berbeda dengan ‘pengakuan dosa’ dari Saul, Firaun, dan Yudas Iskariot. Yang membedakan adalah ketulusan / kesungguhan, motivasinya, dan pertobatannya.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “There is many a man who says, in his own room, very often, and at church, ‘I have sinned’; but throughout the week, every day, and all the day, he is grasping in his business, he is anxious in his home, he is occupied in his thoughts about money. It is money, money everywhere. Money gives its tone and colour to his whole life. That is Balaam to the very letter” (= Ada orang yang berkata, di ruangannya, sangat sering, dan di gereja, ‘Aku telah berdosa’; tetapi sepanjang minggu, setiap hari, dan sepanjang hari, ia tamak dalam bisnis / pekerjaannya, ia kuatir / sangat ingin di rumahnya, ia dipenuhi dalam pikirannya tentang uang. Uang, uang dimana-mana. Uang memberinya nada dan warna pada seluruh kehidupannya. Itu secara hurufiah adalah Bileam).

Yang kita cintai itu, atau yang memenuhi pikiran kita itu, bisa saja bukan uang, tetapi hal-hal lain.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “That was Balaam - and that may be you! Or is it thus? You have an object in life very dear. You know that the object is not after God’s will, but still you pursue it. You recur to it again and again - after voices - after providences - which have all told you that it is wrong. But you will have your darling object at any cost - even though it forfeit peace of mind, and though you lose God’s favour. This, again, is Balaam” (= Itulah Bileam - dan itu bisa adalah engkau! Atau apakah memang seperti itu? Engkau mempunyai obyek dalam kehidupan yang sangat engkau cintai. Engkau tahu bahwa obyek itu tidak sesuai kehendak Allah, tetapi engkau tetap mengejarnya. Engkau kembali kepadanya lagi dan lagi - setelah suara-suara - setelah providensia-providensia - yang semuanya telah memberitahumu bahwa itu adalah salah. Tetapi engkau tetap menghendaki obyek kecintaanmu tak peduli berapa ongkosnya - sekalipun itu menghilangkan / mengorbankan damai dari pikiran, dan sekalipun engkau kehilangan kebaikan / perkenan Allah. Ini lagi-lagi adalah Bileam).

c) Jawaban Malaikat TUHAN kepada Bileam.

Bilangan 22: 35: “Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “In His permissive will, God allowed Balaam to continue on his journey, but He cautioned him to speak only the messages that God gave him. For the first time, Balaam realized that there was more involved in this adventure than cursing a nation and making some money. As the Lord used the donkey to rebuke her master, God would use Balaam to reveal great truths about Israel and Israel’s promised Messiah” (= Dalam kehendakNya yang mengijinkan, Allah mengijinkan Bileam untuk melanjutkan perjalanannya, tetapi Ia memperingatkannya untuk mengatakan hanya pesan-pesan yang Allah berikan kepadanya. Untuk pertama kalinya Bileam menyadari bahwa ada lebih banyak yang terlibat dalam petualangannya ini dari pada sekedar mengutuki suatu bangsa dan mencari uang. Sebagaimana Tuhan mengunakan keledai untuk menegur tuannya, Allah akan menggunakan Bileam untuk menyatakan kebenaran-kebenaran besar tentang Israel dan Mesias yang dijanjikan kepada Israel).

Bileam (6)

Bilangan 22:36-40 - “(36) Ketika Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia menyongsong dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung perbatasan itu. (37) Dan berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Bukankah aku sudah mengutus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?’ (38) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.’ (39) Lalu pergilah Bileam bersama-sama dengan Balak dan sampailah mereka ke Kiryat-Huzot. (40) Balak mengorbankan beberapa ekor lembu sapi dan kambing domba dan mengirimkan sebagian kepada Bileam dan kepada pemuka-pemuka yang bersama-sama dengan dia”.

VIII) Bileam bertemu dengan Balak.

1) Balak menyongsong untuk menemui Bileam.

Bilangan 22: 36: “Ketika Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia menyongsong dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung perbatasan itu”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Balak ... went out to meet him.’ The higher the rank of the expected guest, politeness requires a greater distance to be gone to welcome his arrival” (= ‘Balak ... keluar untuk menemui dia’. Makin tinggi rangking / pangkat dari tamu yang diharapkan, kesopanan menuntut jarak yang lebih jauh untuk dilalui untuk menyambut kedatangannya).

Keil & Delitzsch: “By coming as far as the frontier of his kingdom to meet the celebrated soothsayer, Balak intended to do him special honour” (= Dengan datang sejauh perbatasan dari kerajaannya untuk menemui tukang tenung yang terkenal itu, Balak bermaksud untuk memberinya penghormatan yang khusus).

The Bible Illustrator (Old Testament): “See what respect heathen princes paid to those that had but the name of prophets, and how welcome one was that came with his mouth full of curses. What a shame is it, then, that the ambassadors of Christ are so little respected by most, and that they are so coldly entertained who bring tidings of peace and blessing!” (= Lihatlah rasa / sikap hormat yang diberikan oleh pangeran kafir ini kepada mereka yang hanya mempunyai nama / sebutan dari nabi-nabi, dan bagaimana ia menyambut seseorang yang datang dengan mulutnya yang penuh dengan kutukan-kutukan. Maka, alangkah memalukannya bahwa utusan-utusan / duta-duta Kristus begitu sedikit dihormati oleh kebanyakan orang, dan bahwa mereka yang membawa berita gembira tentang damai dan berkat disambut sebagai tamu dengan begitu dingin).

Matthew Poole: “That by this great honour he might give him a taste and earnest of those great rewards he designed him, and thereby oblige him to use his utmost skill and interest for him” (= Supaya dengan kehormatan yang besar ini ia bisa memberinya cicipan dan uang muka dari upah besar yang ia rancang baginya, dan dengan itu mewajibkannya untuk menggunakan keahlian dan perhatiannya yang sepenuhnya untuk dia) - hal 311.

2) Kata-kata / teguran Balak kepada Bileam.

Bilangan 22: 37: “Dan berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Bukankah aku sudah mengutus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?’”.

Untuk ay 37 ini hanya NIV yang menterjemahkan ‘reward’ (= upah / pahala), sedangkan KJV/RSV/NASB menterjemahkan ‘honor’ (= kehormatan). Kata Ibraninya memang bisa diterjemahkan keduanya, dan dalam Kitab Suci memang ‘hormat’ dihubungkan dengan pemberian uang / sumbangan / tunjangan. Ini terlihat dari:

· Mat 15:4-6 - “(4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. (5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri”.

· Kis 28:10 - “Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan”.

· 1Tim 5:3-4,8,16 - “(3) Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. (4) Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. ... (8) Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. ... (16) Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda”.

· 1Tim 5:17-18 - “(17) Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (18) Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.

Dari kata-kata ini kita melihat bahwa Balak menganggap bahwa karena ia mampu memberikan kehormatan / pahala / upah yang tinggi / besar, maka nabi manapun harus mau datang kepadanya dan tunduk kepadanya!

Calvin: “Now this is precisely as if he should make the prophetical office subservient to money, and claim the dominion over its revelations by means of his wealth” (= Ini persis seakan-akan ia membuat jabatan nabi itu tunduk pada uang, dan menuntut penguasaan atas wahyu-wahyunya dengan menggunakan kekayaannya).

Dan banyak pendeta / pengkhotbah yang memang cocok dengan pemikiran Balak tersebut! Tetapi bagaimana seharusnya pendeta / pengkhotbah bersikap, bisa kita perhatikan dari ayat-ayat di bawah ini.

a) Yesus tidak mencari hormat dari manusia, dan Ia mengecam orang yang mencari hormat dari manusia, dan bukannya dari Allah.

Yoh 5:41-44 - “(41) Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. (42) Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. (43) Aku datang dalam nama BapaKu dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. (44) Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?”.

b) Yesus tidak mencari hormat bagi diriNya sendiri, dan Ia mengecam orang yang mencari hormat bagi dirinya sendiri.

Yoh 8:50 - “Tetapi Aku tidak mencari hormat bagiKu: ada Satu yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi”.

Yoh 7:18 - “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya”.

c) Petrus menghardik orang yang mau membeli kasih karunia Allah dengan uang.

Kis 8:18-20 - “(18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang”.

Calvin (tentang Kis 8:18): “As he had heretofore gotten gain by his magic, so he thought that it would be gainsome if he might give the graces of the Spirit” [= Seperti ia sampai saat itu mendapatkan keuntungan dari magic, demikian juga ia mengira bahwa akan merupakan sesuatu yang menguntungkan / mendatangkan keuntungan jika ia bisa memberikan kasih karunia dari Roh (Kudus)].

3) Jawaban Bileam kepada Balak.

Ay 38: “Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.’”.

a) Penilaian terhadap kata-kata Bileam ini.

1. Ada penafsir yang menurut saya memandang kata-kata Bileam ini dengan cara yang kelewat positif.

Adam Clarke: “Here was a noble resolution, and he was certainly faithful to it: though he wished to please the king, and get wealth and honour, yet he would not displease God to realize even these bright prospects. Many who slander this poor semi-antinomian prophet, have not half his piety” (= Di sini ada suatu ketetapan hati yang mulia, dan ia pasti setia pada kata-katanya itu: sekalipun ia ingin / berharap bisa menyenangkan sang raja, dan mendapatkan kekayaan dan kehormatan, tetapi ia tidak mau membuat Allah tidak senang sekalipun ia menyadari adanya prospek yang begitu cerah. Banyak orang yang memfitnah nabi yang malang yang agak anti hukum ini, tetapi tidak mempunyai setengah dari kesalehan nabi ini).

Saya tidak tahu dari mana Clarke mendapat kesimpulan seperti itu. Bileam bukannya memutuskan untuk mentaati Tuhan, tetapi ia dipaksa untuk mentaati Tuhan.

2. Ada penafsir yang memandang kata-kata Bileam ini dengan cara yang positif.

Mereka menganggap bahwa Bileam sudah mendapat pelajaran dari keledainya dan dari Malaikat TUHAN, dan karena itu ia mengatakan kata-kata ini. Ia mengatakan bahwa sekalipun ia memang sudah datang, tetapi ia tak punya kuasa apa-apa untuk mengatakan kata apapun semaunya. Hanya kata-kata yang Allah berikan di mulutnya yang bisa ia ucapkan. Dan ia betul-betul mengimani kata-kata ini.

3. Ada penafsir yang tetap melihat adanya sesuatu yang negatif dalam kata-kata Bileam ini.

Keil & Delitzsch: “Balaam did not say anything different to the king from what he had explained to his messengers at the very first (cf. v. 18). But just as he had not told them the whole truth, but had concealed the fact that Jehovah, his God, had forbidden the journey at first, on the ground that he was not to curse the nation that was blessed (v. 12), so he could not address the king in open, unambiguous words” [= Bileam tidak mengatakan apapun yang berbeda kepada sang raja dari apa yang telah ia jelaskan kepada para utusannya sejak semula (bdk. ay 18). Tetapi sama seperti ia tidak memberitahu mereka seluruh kebenaran, tetapi telah menyembunyikan fakta bahwa Yehovah, Allahnya, mula-mula telah melarang perjalanannya, atas dasar bahwa ia tidak boleh mengutuk bangsa yang diberkati (ay 12), demikian juga ia tidak bisa berbicara kepada raja dengan kata-kata yang terbuka dan tidak berarti ganda].

b) Kata-kata Bileam ini memang merupakan fakta.

Ia memang tak akan bisa mengeluarkan kata-kata apapun, kecuali kata-kata yang ditempatkan oleh Tuhan di mulutnya.

Seandainya saja semua nabi / pendeta / pengkhotbah hanya bisa mengucapkan kata-kata yang Allah letakkan dalam mulut mereka! Seandainya saja Allah melakukan kepada semua pendeta / pengkhotbah apa yang Ia lakukan terhadap Bileam dalam hal ini! Sebetulnya, kalau Ia mau, jelas Ia bisa melakukannya. Tetapi Allah tidak melakukan hal itu terhadap / kepada semua pendeta / pengkhotbah. Dan karena itu, kenyataannya, ada banyak pendeta / pengkhotbah yang mengucapkan kata-kata, bukan yang Allah letakkan, tetapi yang setan letakkan, di mulut mereka.

4) Balak mengadakan upacara korban.

Bilangan 22: 39-40: “(39) Lalu pergilah Bileam bersama-sama dengan Balak dan sampailah mereka ke Kiryat-Huzot. (40) Balak mengorbankan beberapa ekor lembu sapi dan kambing domba dan mengirimkan sebagian kepada Bileam dan kepada pemuka-pemuka yang bersama-sama dengan dia”.

a) Korban ini diberikan, bukan sebagai korban syukur atas kedatangan Bileam, tetapi sebagai korban untuk memohon kesuksesan untuk usaha yang akan datang.

Keil & Delitzsch: “The sacrifices were not so much thank-offerings for Balaam’s happy arrival, as supplicatory offerings for the success of the undertaking before them. ‘This is evident,’ as Hengstenberg correctly observes, ‘from the place and time of their presentation; for the place was not that where Balak first met with Balaam, and they were only presented on the eve of the great event.’” (= Korban ini bukannya merupakan korban syukur karena kedatangan Bileam yang membahagiakan itu, tetapi lebih merupakan korban yang dimaksudkan untuk memohon kesuksesan tentang usaha yang ada di depan mereka. ‘Ini jelas’, seperti yang secara benar diamati oleh Hengstenberg, ‘dari tempat dan saat dari pemberian persembahan itu; karena tempatnya bukan dimana Balak pertama kalinya bertemu dengan Bileam, dan korban-korban itu dipersembahkan pada malam sebelum peristiwa yang besar itu’).

b) Pengabaian hal moral dan penekanan hal yang bersifat upacara.

The Bible Illustrator (OT): “Men will neglect the moral, and yet will attend to the ceremonial, and on this ground will think themselves clear; they will commit the greater, and yet will hesitate to commit the less, and on this ground will pronounce themselves pure; they will violate the entire spirit of the Christian law, and yet will scrupulously observe the letter of some precept or precedent, and on this ground will pronounce themselves consistent Christians” (= Manusia mau mengabaikan hal-hal yang bersifat moral, tetapi memperhatikan / mengikuti hal-hal yang bersifat upacara, dan berdasarkan hal ini mengira bahwa diri mereka bersih; mereka melanggar seluruh roh dari hukum Kristen, tetapi secara cermat memperhatikan / menjalankan / mentaati huruf dari beberapa ajaran / perintah atau teladan, dan berdasarkan hal ini mereka menyatakan / mengumumkan diri mereka sendiri sebagai orang Kristen yang konsisten).

c) Korban itu diberikan untuk siapa? 

Adam Clarke mengatakan bahwa korban itu diberikan baik untuk dewa orang Moab maupun untuk Yawheh.

Adam Clarke: “This was to gain the favour of his gods, and perhaps to propitiate Yahweh, that the end for which he had sent for Balaam might be accomplished” (= Ini untuk mendapatkan perkenan / kebaikan dari dewa-dewanya, dan mungkin untuk mengambil hati / berdamai dengan Yahweh, supaya tujuan untuk mana ia memanggil Bileam bisa tercapai).

Pulpit Commentary mengatakan bahwa mungkin persembahan korban itu dilakukan bukan untuk dewa yang disembah Balak, tetapi untuk Yahweh.

Pulpit Commentary: “Probably these sacrifices were offered not to Chemosh, but to the Lord, in whose name Balaam always spoke” [= Mungkin korban-korban itu dipersembahkan bukan kepada Kamos, tetapi kepada Tuhan (Yahweh), dalam nama siapa Bileam selalu berbicara].

Kalau Pulpit Commentary mengatakan ‘mungkin’ maka Keil & Delitzsch memastikan hal itu.

Keil & Delitzsch: “Moreover, they were offered unquestionably not to the Moabitish idols, from which Balak expected no help, but to Jehovah, whom Balak wished to draw away, in connection with Balaam, from His own people (Israel), that he might secure His favour to the Moabites” [= Selanjutnya, korban itu tak diragukan tidak dipersembahkan kepada dewa / berhala orang Moab, dari mana Balak tidak mengharapkan pertolongan, tetapi kepada Yehovah, yang dengan perantaraan Bileam, ingin Balak jauhkan dari umatNya sendiri (Israel), supaya ia bisa memastikan kebaikanNya bagi orang Moab].

Saya sendiri setuju dengan Keil & Delitzsch.

d) Kalaupun ini merupakan persembahan untuk Yahweh, apakah Yahweh mau menerimanya?

Bandingkan dengan:

· 1Sam 15:22-23a - “(22) Tetapi jawab Samuel: ‘Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. (23a) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim”.

· Yes 1:10-15 - “(10) Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! (11) ‘Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadiratKu, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait SuciKu? (13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. (14) Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagiKu, Aku telah payah menanggungnya. (15) Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah”.

e) Sebagian korban dikirim kepada Bileam.

Pengiriman sebagian dari persembahan itu kepada Bileam lagi-lagi tentu ditujukan untuk menghormatinya. Apa tujuannya dan efek semua ini bagi Bileam?

Calvin: “The object of all this is, that Balaam was enticed by blandishments, in order that he might be ashamed to refuse anything to so munificent a king, by whom he had been treated not merely in a friendly, but in a liberal manner” (= Tujuan dari semua ini adalah supaya Bileam dipikat oleh bujukan, supaya ia bisa merasa malu untuk menolak apapun bagi seorang raja yang begitu murah hati, oleh siapa ia telah diperlakukan bukan semata-mata dengan cara yang bersahabat, tetapi dengan cara yang royal).

Matthew Henry: “And now Balaam is really as solicitous to please Balak as ever he had pretended to be to please God” (= Dan sekarang Bileam sungguh-sungguh ingin untuk menyenangkan Balak seperti ia selalu berpura-pura untuk menjadi orang yang menyenangkan Allah).

Bileam (7)

Bilangan 22:41-23:10 - “(22:41) Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel. (23:1) Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’ (23:2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. (23:3) Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. (23:4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’ (23:5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (23:6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab. (23:7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (23:8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (23:9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (23:10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (23:11) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’ (23:12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.

IX) Usaha pengutukan yang pertama (Bilangan 22:41-23:12).

1) Persiapan untuk pengutukan yang pertama.

a) Balak membawa Bileam ke bukit-bukit Baal.

Bilangan 22:41 - “Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel”.

KJV: ‘that thence he might see the utmost part of the people’ (= supaya dari sana ia bisa melihat bagian yang paling jauh dari bangsa itu).

RSV: ‘and from there he saw the nearest of the people’ (= dan dari sana ia melihat yang terdekat dari bangsa itu).

NIV: ‘and from there he saw part of the people’ (= dan dari sana ia melihat bagian dari bangsa itu).

NASB: ‘and he saw from there a portion of the people’ (= dan ia melijat dari sana sebagian dari bangsa itu).

Keil & Delitzsch: “But Balak conducted the soothsayer to Bamoth-Baal, not because it was consecrated to Baal, but because it was the first height on the way to the steppes of Moab, from which they could see the camp of Israel, or at all events, ‘the end of the people,’ i.e., the outermost portion of the camp. For ‘Balak started with the supposition, that Balaam must necessarily have the Israelites in view if his curse was to take effect’ (Hengstenberg)” [= Tetapi Balak memimpin petenung itu ke Bamoth-Baal / bukit-bukit Baal, bukan karena tempat itu dipersembahkan kepada Baal, tetapi karena itu merupakan bukit pertama pada jalan ke dataran-dataran Moab, dari mana mereka bisa melihat perkemahan Israel, atau ‘akhir / ujung dari bangsa itu’, yaitu bagian yang paling jauh dari perkemahan itu. Karena ‘Balak memulai dengan anggapan bahwa Bileam harus melihat Israel supaya kutukannya bisa berhasil’ (Hengstenberg)].

Catatan: kata BAMOTH artinya adalah ‘high places’ (= tempat-tempat tinggi / bukit-bukit).

Adam Clarke: “As he thought Balaam must have them all in his eye when he pronounced his curse, lest it might not extend to those who were not in sight. On this account he took him up into the high places of Baal” (= Karena ia berpikir Bileam harus melihat mereka semua pada waktu mengucapkan kutuknya, atau kutuk itu tidak akan mencapai mereka yang tidak terlihat olehnya. Karena itu ia membawanya ke tempat tinggi dari Baal / bukit Baal).

Matthew Henry: “Balak takes Balaam in his chariot to the high places of his kingdom, not only because their holiness (such as it was), he thought, might give some advantage to his divinations, but their height might give him a convenient prospect of the camp of Israel, which was to be the butt or mark at which he must shoot his envenomed arrows” [= Balak membawa Bileam dalam keretanya ke bukit-bukit dari kerajaannya, bukan hanya karena kekudusannya (bagaimanapun juga), ia pikir / kira, bisa memberikan suatu manfaat pada tenungannya, tetapi juga karena ketinggian mereka bisa memberinya suatu prospek yang baik sekali tentang perkemahan Israel, yang merupakan obyek atau sasaran pada mana ia harus menembakkan anak-anak panahnya yang berbisa].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘That thence he might see the utmost part of the people (‎q­tseeh‎)’. Hengstenberg interprets this, an end, a portion of them. But Gesenius, followed by Kurtz, renders it, the uttermost - i.e., the whole people, even to the extremities” (= ‘Supaya dari sana ia bisa melihat bagian yang paling jauh dari bangsa itu’. Hengstenberg menafsirkan ini, suatu ujung, sebagian dari mereka. Tetapi Genesius, diikuti oleh Kurtz, menterjemahkan ini, yang paling jauh - yaitu, seluruh bangsa, bahkan sampai ujung-ujung yang paling jauh).

Pulpit Commentary: “it was held necessary that the subject of the curse should be in view. Balak desired to attain this object with as little risk as possible, and therefore he took Balaam first of all to these heights, whence a distant and partial view of Israel might be had” (= dianggap perlu bahwa subyek dari kutuk itu harus bisa dilihat. Balak menginginkan untuk mencapai tujuan ini dengan resiko sekecil mungkin, dan karena itu ia pertama-tama membawa Bileam ke bukit-bukit ini, dimana suatu pandangan yang jauh dan sebagian dari Israel bisa didapatkan).

Kalau bagi Balak / Bileam, tempat itu sangat menentukan berhasil atau tidaknya pengutukan yang dilakukan, maka di bawah ini kita melihat cerita yang sangat kontras dengan hal itu.

Mat 8:5-13 - “(5) Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepadaNya: (6) ‘Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku akan datang menyembuhkannya.’ (8) Tetapi jawab perwira itu kepadaNya: ‘Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. (9) Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.’ (10) Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikutiNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. (11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’ (13) Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: ‘Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.’ Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya”.

Yesus mau datang ke rumah perwira itu, tetapi perwira itu tidak menganggap perlu Yesus datang ke rumahnya dan bertemu dengan hambanya yang sakit / hampir mati itu. Ia yakin / beriman bahwa tanpa bertemu / melihat hambanya, Yesus bisa mengabulkan permohonan / doanya dan menyembuhkan hambanya itu. Dan Yesus memuji imannya sebagai iman yang besar yang tidak pernah Ia jumpai di antara orang-orang Yahudi / Israel.

Penerapan: kalau saudara berdoa, tempat tidak mempengaruhi jawaban doa. Tidak ada ‘tempat suci’, apakah itu bukit doa, atau bahkan tanah Kanaan / Israel, atau gereja, dimana doa yang dinaikkan di sana bisa lebih manjur dari pada di tempat lain! Yang penting bukan tempat dimana saudara berdoa, tetapi suasananya (ketenangannya), dan tujuan / motivasi / cara saudara berdoa, dan apa yang saudara doakan.

Di Israel ada ‘tembok ratapan’, yang konon kabarnya merupakan bagian tembok Bait Allah yang sengaja disisakan / tidak dihancurkan oleh Roma pada penghancuran Yerusalem tahun 70 M. Mula-mula orang-orang Yahudi sering berdoa di sana untuk mendoakan pemulihan Bait Allah, tetapi lalu orang-orang non Yahudi / orang-orang Kristen mengikuti tradisi itu untuk juga berdoa di sana. Dan bahkan kalau orang-orang Kristen ke sana, ada orang-orang yang titip doa, yang dituliskan di secarik kertas dan lalu disisipkan di lubang-lubang yang ada di tembok tersebut. Kegilaan yang bersifat takhyul ini sama sekali salah!

b) Pemberian korban.

Bilangan 23:1-2 - “(1) Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’ (2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu”.

1. Ketaatan Balak terhadap Bileam menunjukkan kepercayaannya terhadap Bileam.

Pulpit Commentary: “Balak put his trust in Balaam because he was a prophet of the Lord, and might be expected to use his influence to change the purposes of the Lord; perhaps even to counterwork those purposes. How often do people seek the aid of religion against God! How often do they seek for religious support and solace in doing what they must know is contrary to the moral law of God!” (= Balak meletakkan kepercayaannya pada Bileam karena ia adalah seorang nabi Tuhan, dan bisa diharapkan untuk menggunakan pengaruhnya untuk mengubah rencana Tuhan; mungkin bahkan untuk bekerja menentang rencana itu. Betapa sering orang-orang mencari bantuan dari agama untuk menentang Allah! Betapa sering mereka mencari dukungan dan penghiburan agamawi dalam melakukan apa yang mereka pasti tahu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan hukum moral Allah!).

Penerapan: betul-betul merupakan sesuatu yang aneh dan menyedihkan bahwa sering sekali orang-orang kafir lebih percaya dan taat kepada nabi-nabi palsu mereka, dibandingkan dengan orang-orang Kristen kepada nabi-nabi asli mereka!

2. Takhyul dalam persoalan bilangan.

Tentang bilangan 7 yang diminta oleh Bileam sebagai jumlah dari mezbah, lembu dan domba, Calvin mengomentari dengan berkata bahwa Allah memang menggunakan banyak bilangan 7 dalam Alkitab, seperti Sabat adalah hari ke 7, jumlah lampu dalam kemah suci adalah 7 (Kel 25:37), dan sebagainya. Tetapi ini lalu menyebabkan banyak orang mempunyai kepercayaan yang bersifat takhyul terhadap bilangan 7 ini.

Calvin: “afterwards, many strange superstitions were invented, and under this pretense Satan cunningly deluded wretched men, by persuading them that secret virtues were contained in this number seven. ... It is plain that Balaam was infected by this fanciful notion, when he endeavours to draw down God by seven altars, and twice seven sacrifices. Let us, however, learn from Balak’s prompt compliance, that the superstitious neither spare expense, nor refuse anything which is demanded by the masters of their errors” (= belakangan, banyak takhyul-takhyul yang aneh ditemukan, dan dibawah kepura-puraan ini, Iblis dengan licik menipu orang-orang yang menyedihkan, dengan membujuk / meyakinkan mereka bahwa ada kebaikan-kebaikan rahasia dalam bilangan 7 ini. ... Adalah jelas bahwa Bileam dipengaruhi oleh pikiran / gagasan yang bersifat khayalan ini, pada waktu ia berusaha untuk menarik Allah turun oleh 7 mezbah, dan 2 x 7 korban. Tetapi hendaklah kita belajar dari ketundukan yang cepat dari Balak, bahwa takhyul tidak menghemat pengeluaran, ataupun menolak apapun yang diminta oleh tuan-tuan dari kesalahan-kesalahan).

Penerapan:

a. Jangan mempercayai bilangan apapun sebagai bagus atau buruk.

Contoh:

· banyak orang yang menganggap 13 sebagai angka sial, sampai-sampai bangunan-bangunan / hotel-hotel yang tinggi tidak mempunyai tingkat ke 13. Demikian juga bilangan 4, atau yang mengandung angka 4 (seperti 14,24 dsb), dianggap sial oleh banyak orang Tionghoa, karena angka 4 dalam bahasa Tionghoa (Hokkian) adalah SI, yang juga berarti ‘mati’. Puncak Marina, misalnya, tidak mempunyai lantai ke 4,13,14! Nomer flexi saya, yang sebetulnya tergolong cantik, yaitu 71433334, dianggap buruk oleh teman saya, karena mengandung angka 4. Jelas mereka tidak tahu dan tidak mempercayai kata-kata Paulus ‘mati adalah keuntungan’ (Fil 1:21).

· banyak orang kristen, yang kalau kematian keluarga, lalu mengadakan bidston pada hari ke 3, ke 7, ke 40 dan sebagainya. Ini lagi-lagi jelas merupakan tradisi yang berbau takhyul.

· ada nomer-nomer HP yang bisa berharga puluhan juta rupiah, karena dianggap merupakan nomer yang membawa hokgi / keberuntungan.

b. Memang orang kafir mau membayar berapapun demi takhyul yang mereka percayai, seperti membeli rumah kertas yang harganya sangat mahal untuk keluarga yang mati, ataupun membayar biaya yang mahal untuk suhu / paranormal yang memberi tahu mereka tentang hong sui / feng sui rumah mereka / tempat kerja mereka.

3. Pendirian mezbah maupun pemberian korban yang mereka lakukan tidak mempunyai dasar Alkitab, dan bahkan bertentangan dengan Alkitab.

Bible Knowledge Commentary: “Balaam asked Balak to build... seven altars there where seven bulls and seven rams could be sacrificed, a bull and a ram for each altar (cf. 23:14,29-30). There is no biblical instruction or precedent for what Balaam did, so presumably the sacrifices were part of a pagan ritual” [= Bileam meminta Balak untuk membangun ... 7 mezbah di sana dimana 7 lembu jantan dan 7 domba jantan bisa dikorbankan, seekor lembu jantan dan seekor domba jantan untuk setiap mezbah (bdk. 23:14,29-30). Tidak ada instruksi atau teladan Alkitab untuk apa yang Bileam lakukan, jadi rupanya korban-korban itu merupakan bagian dari upacara kafir].

Juga mereka mempersembahkan persembahan dengan cara semaunya sendiri, yang sama sekali tidak mengikuti cara-cara Tuhan (harus imam yang mempersembahkan, dsb).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Build me here seven altars.’ ... It is evident from (Num. 23:4) that they were prepared for the worship of the true God, although in choosing the high places of Baal as their site, and rearing a number of altars (2 Kin. 18:22; Isa. 17:8; Jer. 11:13; Hos. 8:11; 10:1), instead of one only, as God had appointed, Balaam blended his own superstitions with the divine worship. The pagan, both in ancient and modern times, attached a mysterious virtue to the number seven; and Balaam, in ordering the preparation of so many altars, designed to mystify and delude the king” [= ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah’. ... Adalah jelas dari Bil 23:4 bahwa mezbah itu dipersiapkan untuk penyembahan terhadap Allah yang benar, sekalipun dalam memilih tempat tinggi / bukit Baal sebagai tempat mereka, dan mendirikan sejumlah mezbah (2Raja 18:22; Yes 17:8; Yer. 11:13; Hos. 8:11; 10:1), dan bukannya hanya satu mezbah seperti yang telah ditetapkan oleh Allah, Bileam mencampur takhyulnya sendiri dengan ibadah / penyembahan ilahi. Orang-orang kafir, baik pada jaman kuno maupun modern, melekatkan suatu kebaikan yang misterius pada bilangan 7; dan Bileam, dalam memerintahkan persiapan begitu banyak mezbah, merancang untuk menakjubkan dan menipu raja itu].

2Raja 18:22 - “Dan apabila kamu berkata kepadaku: Kami berharap kepada TUHAN, Allah kami, - bukankah Dia itu yang bukit-bukit pengorbananNya dan mezbah-mezbahNya telah dijauhkan oleh Hizkia sambil berkata kepada Yehuda dan Yerusalem: Di depan mezbah yang di Yerusalem inilah kamu harus sujud menyembah!”.

Yes 17:8 - “ia tidak akan memandang kepada mezbah-mezbah buatan tangannya sendiri, dan tidak akan melihat kepada yang dikerjakan oleh tangannya, yakni tiang-tiang berhala dan pedupaan-pedupaan”.

Yer 11:13 - “Sebab seperti banyaknya kotamu demikian banyaknya para allahmu, hai Yehuda, dan seperti banyaknya jalan di Yerusalem demikian banyaknya mezbah yang kamu dirikan untuk membakar korban kepada Baal”.

Hos 8:11 - “Sungguh, Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa”.

Hos 10:1 - “Israel adalah pohon anggur yang riap tumbuhnya, yang menghasilkan buah. Makin banyak buahnya, makin banyak dibuatnya mezbah-mezbah. Makin baik tanahnya, makin baik dibuatnya tugu-tugu berhala”.

4. Tujuan / motivasi dari persembahan korban itu.

Tujuan / motivasi dari pemberian banyak korban itu bisa terlihat secara implicit dari kata-kata Bileam kepada Tuhan pada waktu ia bertemu dengan Tuhan dalam Bil 23:4.

Bilangan 23:4 - “Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’”.

Apa maksud dari kata-kata Bileam itu?

a. Ia membanggakan apa yang sudah ia persembahkan kepada Tuhan.

Banyak orang kafir bangga atas upacara yang mereka adakan / lakukan bagi Tuhan, atas apa yang telah mereka lakukan / persembahkan bagi Tuhan.

Padahal sebetulnya Bileam tidak mengeluarkan apa-apa, karena Balaklah yang mengeluarkan semua biaya. Banyak orang Kristen seperti Bileam, yang senang kalau ‘melakukan sesuatu untuk Tuhan’, tanpa mengeluarkan biaya / pengorbanan, bahkan kalau bisa, dengan mendapatkan suatu keuntungan! Ini merupakan salah satu ciri dari nabi-nabi palsu.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu”.

· Yeh 34:2-4 - “(2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman”.

· Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang”.

· Mikha 3:11 - “Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.

· Ro 16:17-18 - “(17) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! (18) Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.

· Titus 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan”.

· 2Petrus 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”.

· Yudas 11-12 - “(11) Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah. (12) Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali”.

Bandingkan kontrasnya dengan sikap Daud pada waktu mendirikan mezbah dan memberikan korban dalam text di bawah ini.

2Sam 24:18-25 - “(18) Pada hari itu datanglah Gad kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Pergilah, dirikanlah mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Arauna, orang Yebus itu.’ (19) Lalu pergilah Daud, sesuai dengan perkataan Gad, seperti yang diperintahkan TUHAN. (20) Ketika Arauna menjenguk dan melihat raja dengan pegawai-pegawainya mendapatkannya, pergilah Arauna ke luar, lalu sujud kepada raja dengan mukanya ke tanah. (21) Bertanyalah Arauna: ‘Mengapa tuanku raja datang kepada hambanya ini?’ Jawab Daud: ‘Untuk membeli tempat pengirikan ini dari padamu dengan maksud mendirikan mezbah bagi TUHAN, supaya tulah ini berhenti menimpa rakyat.’ (22) Lalu berkatalah Arauna kepada Daud: ‘Baiklah tuanku raja mengambilnya dan mempersembahkan apa yang dipandangnya baik; lihatlah, itu ada lembu-lembu untuk korban bakaran, dan eretan-eretan pengirik dan alat perkakas lembu untuk kayu bakar. (23) Semuanya ini, ya raja, diberikan Arauna kepada raja.’ Arauna berkata pula kepada raja: ‘Kiranya TUHAN, Allahmu, berkenan kepadamu.’ (24) Tetapi berkatalah raja kepada Arauna: ‘Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.’ Sesudah itu Daud membeli tempat pengirikan dan lembu-lembu itu dengan harga lima puluh syikal perak. (25) Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Maka TUHAN mengabulkan doa untuk negeri itu, dan tulah itu berhenti menimpa orang Israel”.

Penerapan: renungkan! Saudara seperti yang mana?

b. Ia menganggap Tuhan berhutang kepadanya sehingga harus memenuhi permintaannya.

Calvin: “he boasts of his seven altars, as if he had duly propitiated God. Thus do hypocrites arrogantly trust that they deserve well of God, when they do but provoke His anger” (= ia membanggakan tujuh mezbahnya, seakan-akan ia telah menyenangkan / berdamai dengan Allah dengan seharusnya. Demikianlah orang-orang munafik dengan sombong percaya bahwa mereka patut menerima Allah dengan baik, pada waktu mereka hanya melakukan hal-hal yang membangkitkan kemarahanNya).

Bdk. Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

The Bible Illustrator (OT): “The sacrifice was offered under the impression that the offering was meritorious on the part of the offerers, and placed God under an obligation to them” (= Korban itu dipersembahkan di bawah kesan bahwa persembahan itu mempunyai jasa di pihak pemberi persembahan, dan menempatkan Allah di bawah kewajiban kepada mereka).

Pulpit Commentary: “BALAAM CLEARLY HINTED TO THE ALMIGHTY THAT, AS HE HAD PROCURED MUCH HONOUR FOR HIM FROM BALAK, HE WAS EXPECTED TO DO WHAT WAS POSSIBLE IN THE MATTER FOR HIM. Even so do men who are in truth irreligious, although often seeming very much the reverse, give the Almighty to understand (indirectly and unavowedly, but unmistakably) that they have done much, laid out much, given up much for his honour and glory, and that they naturally look for some equivalent. To serve God for nought (Job 1:9) does not enter into the thoughts of selfish people; to them godliness is a source of gain (1 Tim 6:5), if not here, then hereafter” [= Bileam dengan jelas memberi isyarat kepada Yang Maha Kuasa bahwa, seperti Ia telah mendapatkan banyak kehormatan bagiNya dari Balak, Ia diharapkan untuk melakukan apa yang dimungkinkan dalam persoalan ini baginya. Demikian juga dilakukan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak religius, sekalipun sering kelihatan sebaliknya, mengusahakan Yang Maha Kuasa untuk mengerti (secara tak langsung, dan dengan tanpa dinyatakan, tetapi secara tak bisa salah) bahwa mereka telah melakukan banyak, mengeluarkan banyak, mengorbankan banyak, untuk kehormatan dan kemuliaanNya, dan bahwa mereka secara alamiah mencari sesuatu yang setara. Melayani / beribadah kepada Allah tidak untuk mendapatkan apa-apa (Ayub 1:9) tidak terlintas dalam pikiran dari orang-orang yang egois; bagi mereka kesalehan adalah sumber keuntungan (1Tim 6:5), jika tidak di sini / dalam hidup ini, maka dalam kehidupan yang akan datang].

Ayub 1:9 - “Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?”.

1Timotius 6:5 - “percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”.

Catatan: kata ‘ibadah’ diterjemahkan ‘godliness’ (= kesalehan) oleh KJV/RSV/NIV/NASB.

Pulpit Commentary: “Balak and Balaam, however different their thoughts in other respects, were agreed as to the necessity of the sacrifices, if the desired curse were to be put in the prophet’s mouth. And so there was abundance of sacrificing. Balak first makes spontaneous offerings, and then such as were specified by Balaam. They felt that God was not to be approached in an irregular way or with empty hands. As Balak thought of Balaam, so he thought of God. The prophet was to be bought with riches and honours, and God was to be bought with sacrifices of slain beasts” [= Balak dan Bileam, betapapun berbedanya pikiran mereka dalam hal-hal lain, setuju berkenaan dengan perlunya korban-korban, jika kutukan yang diinginkan akan diletakkan dalam mulut sang nabi. Dan dengan demikian ada sangat banyak pengorbanan. Balak mula-mula membuat persembahan secara spontan, dan lalu persembahan-persembahan yang ditetapkan oleh Bileam. Mereka merasa bahwa Allah tidak boleh didekati dengan cara yang tidak biasa atau dengan tangan kosong. Sebagaimana Balak berpikir tentang Bileam, demikianlah ia berpikir tentang Allah. Sang nabi harus dibeli dengan kekayaan dan kehormatan, dan Allah harus dibeli dengan korban-korban dari binatang-binatang yang disembelih].

Ini betul-betul merupakan suatu ketololan. Mereka anggap Allah bisa disogok / dibeli, sehingga mengubah sikap dari pro Israel menjadi anti Israel, atau setidaknya bersikap netral. Padahal dalam diri Balak maupun Bileam tidak ada iman maupun ketaatan.

Penerapan: hati-hati dengan pemikiran seperti ini. Kalau saudara sudah memberi persembahan, atau melakukan hal-hal yang baik, jangan menganggap diri berjasa, ataupun menganggap bahwa Allah berhutang budi kepada saudara, sehingga harus mengabulkan keinginan saudara! Apapun yang saudara lakukan bagi Allah atau berikan kepada Allah, sama sekali tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan apa Allah telah lakukan bagi saudara atau berikan kepada saudara, yaitu mengorbankan AnakNya yang Tunggal untuk mati di salib bagi dosa-dosa saudara!

Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang bagaimana seseorang harus bersikap kalau ia sudah melakukan sesuatu untuk Tuhan.

Lukas 17:7-10 - “(7) ‘Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.’”.

Kalau saudara membaca Mat 25:31-46 (perumpamaan tentang domba-domba yang dipisahkan dari kambing-kambing pada penghakiman akhir jaman), maka saudara akan melihat bahwa kambing tidak sadar kalau ia berbuat dosa, dan sebaliknya, domba tidak sadar kalau ia berbuat baik.

Dan kalau ada orang yang menganggap bahwa ‘seadanya’ korban / persembahan bisa menyenangkan / memperkenan hati Allah, maka ia perlu membaca dan merenungkan ayat-ayat di bawah ini.

· Amsal 21:27 - “Korban orang fasik adalah kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan dengan maksud jahat”.

· Mikha 6:6-8 - “(6) ‘Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? (7) Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?’ (8) ‘Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?’”.

· Yes 1:10-13 - “(10) Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! (11) ‘Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadiratKu, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait SuciKu? (13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan”.

c) Harapan Bileam untuk bertemu Tuhan terkabul; Tuhan datang menemui Bileam.

Bilangan 23:3-4 - “(3) Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. (4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’”.

Apakah ini menunjukkan bahwa Allah berkenan dengan apa yang Bileam lakukan? Sama sekali tidak! Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.

Calvin: “And God met Balaam. ... however hateful to God the impiety of Balaam was, this did not prevent Him from making use of him in this particular act. This meeting him, then, was by no means a proof of His favor, as if he approved of the seven altars, and sanctioned these superstitions; but as He well knows how to apply corrupt instruments to His use, so by the mouth of this false prophet, He promulgated the covenant, which He had made with Abraham, to foreign and heathen nations” (= Dan Allah menemui Bileam. ... bagaimanapun kejahatan Bileam membangkitkan kebencian Allah, ini tidak menghalangiNya untuk menggunakan dia dalam tindakan khusus ini. Jadi, tindakanNya menemuinya sama sekali bukan merupakan bukti dari kesenanganNya, seakan-akan Ia merestui tujuh mezbah itu, dan menyetujui takhyul-takhyul ini; tetapi karena Ia tahu dengan baik bagaimana menerapkan alat-alat yang jahat untuk penggunaanNya, demikianlah oleh mulut dari nabi palsu ini, Ia mengajarkan perjanjianNya, yang telah Ia buat dengan Abraham, kepada bangsa-bangsa asing dan kafir).

Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa suatu tindakan yang secara lahiriah kelihatannya baik (seperti pendirian mezbah dan pemberian korban di sini), bukannya menyenangkan Tuhan, tetapi justru membangkitkan kemarahan Tuhan, kalau caranya, tujuannya / motivasinya salah!

Dalam tahun yang baru ini, mari kita melakukan sebanyak mungkin hal-hal yang baik bagi Tuhan, tetapi bukan hanya hal-hal yang baik secara lahiriah, tetapi yang juga baik dalam caranya, tujuannya / motivasinya. Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.

Bileam (8)

Bilangan 22:41-23:12 - “(22:41) Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel. (23:1) Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’ (23:2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. (23:3) Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. (23:4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’ (23:5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (23:6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab. (23:7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (23:8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (23:9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (23:10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (23:11) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’ (23:12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.

2) Tuhan menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam.

a) Bilangan 23:5-6 - “(5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab”.

Pulpit Commentary: “there may be in a man high spiritual gifts without real goodness. Balaam was a veritable prophet, and had in a remarkable degree the faculty both of understanding the hidden things of God and of announcing them to men. Yet, as in the case of Saul (1 Sam 10:11; 19:24) and Caiaphas (John 11:51), his prophetic gifts were not accompanied by sanctification of life. Even so many in all ages and lands have great spiritual gifts of understanding, of interpretation, of eloquence, &c., whereby others are greatly advantaged, but they remain evil themselves” [= Bisa ada dalam seseorang karunia-karunia rohani yang tinggi tanpa kebaikan yang sungguh-sungguh. Bileam adalah seorang nabi yang benar-benar, dan mempunyai dalam suatu tingkat yang hebat / luar biasa kemampuan untuk mengerti hal-hal yang tersembunyi dari Allah dan untuk menyampaikan hal-hal itu kepada manusia. Tetapi, seperti dalam kasus Saul (1Sam 10:11; 19:24) dan Kayafas (Yoh 11:51), karunia-karunia nubuatnya tidak disertai dengan pengudusan hidup. Demikian juga banyak orang dalam semua jaman dan negara mempunyai kasih karunia rohani yang hebat tentang pengertian, tentang penafsiran, tentang kefasihan, dsb, dengan mana orang-orang lain mendapatkan banyak manfaat, tetapi mereka sendiri tetap jahat].

Catatan: saya tidak setuju kalau Bileam disebut nabi yang sungguh-sungguh, demikian juga dengan Saul maupun Kayafas.

1Samuel 10:11 - “Dan semua orang yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran, bahwa ia bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah orang banyak yang satu kepada yang lain: ‘Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kish itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?’”.

1Samuel 19:24 - “Iapun menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: ‘Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?’”.

Catatan: kata ‘kepenuhan’ seharusnya adalah ‘bernubuat’ (KJV/RSV/NIV/NASB).

Yohanes 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Pulpit Commentary: “The prophecies of Balaam were the utterances of a bad man deeply penetrated by religious ideas, and inspired for certain purposes by the Spirit of God; hence it is evident that many deep moral and spiritual lessons may be learnt from them, apart from their evidential value as prophecies” (= Nubuat-nubuat Bileam adalah ucapan-ucapan dari seorang jahat yang dimasuki / dipengaruhi oleh gagasan-gagasan agama, dan diilhami oleh Roh Allah untuk tujuan-tujuan tertentu; karena itu adalah jelas bahwa banyak pelajaran-pelajaran moral dan rohani bisa dipelajari dari ucapan-ucapannya, terpisah dari nilai yang jelas dari ucapan-ucapan itu sebagai nubuat-nubuat).

Pulpit Commentary: “God, who opened the mouth of an ass and made it utter human speech, now opens the mouth of one whose heart was ready to deceive and curse, and makes that mouth to utter truth and blessing” (= Allah, yang membuka mulut dari seekor keledai dan membuatnya mengucapkan ucapan manusia, sekarang membuka mulut dari orang yang hatinya siap untuk menipu dan mengutuk, dan membuat mulut itu mengucapkan kebenaran dan berkat).

Amsal 16:1 - “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN”.

Matthew Henry: “And it speaks comfort to God’s witnesses, whom at any time he calls out to appear for him; if God put a word into the mouth of Balaam, who would have defied God and Israel, surely he will not be wanting to those who desire to glorify God and edify his people by their testimony, but it shall be given them in that same hour what they should speak” [= Dan itu memberikan penghiburan kepada saksi-saksi Allah, yang pada setiap saat Ia panggil keluar untuk tampil bagiNya; jika Allah meletakkan suatu kata / firman ke dalam mulut Bileam, yang mau menentang Allah dan Israel, pastilah Ia tidak akan kekurangan (firman) bagi mereka yang ingin memuliakan Allah dan mendidik umatNya oleh kesaksian mereka, tetapi pada saat yang sama akan diberikan kepada mereka apa yang harus mereka katakan].

Memang kata-kata Matthew Henry ini tidak berarti bahwa seseorang yang mau berkhotbah di mimbar tidak perlu mempersiapkan apa yang akan ia khotbahkan. Kalau seseorang memang mau memuliakan Tuhan dengan berkhotbah, ia harus belajar dan mempersiapkan apa yang akan ia khotbahkan, dan Tuhan pasti mau memberikan kepadanya apa yang harus ia katakan.

Catatan: saya menganggap juga perlu ada panggilan Tuhan bagi orang itu untuk berkhotbah, tanpa mana ia tidak akan dipakai oleh Tuhan untuk berkhotbah.

Cerita tentang pemuda buta yang berkhotbah.

b) Bileam memberkati Israel.

Bilangan 23:7-10 - “(7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’”.

1. Pengakuan Bileam bahwa ia tidak bisa mengutuk orang yang tidak dikutuk oleh Allah (ay 8).

Matthew Henry: “he owns the design defeated, and his own inability to accomplish it. He could not so much as give them an ill word or an ill wish: How shall I curse those whom God has not cursed? v. 8. Not that therefore he would not do it, but therefore he could not do it. This is a fair confession, First, Of the weakness and impotency of his own magic skill, for which others valued him so much, and doubtless he valued himself no less. He was the most celebrated man of that profession, and yet owns himself baffled. God had warned the Israelites not to use divination (Lev. 19:31), and this providence gave them a reason for that law, by showing them the weakness and folly of it” [= ia mengakui rancangannya dikalahkan, dan ketidak-mampuannya sendiri untuk mencapainya. Ia tidak bisa memberi mereka (Israel) suatu kata yang buruk atau suatu keinginan / harapan yang buruk: ‘Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah?’ ay 8. Bukan bahwa karena itu ia tidak mau melakukannya, tetapi karena itu ia tidak bisa melakukannya. Ini merupakan suatu pengakuan yang jujur, Pertama, Tentang kelemahan dan ketidak-mampuan dari keahlian magicnya sendiri, untuk mana orang-orang lain begitu memuji-muji dia, dan tak diragukan ia menilai dirinya tidak kurang dari itu. Ia adalah orang yang paling terkenal dari pekerjaan itu, tetapi ia mengakui dirinya sendiri dibingungkan. Allah telah memperingatkan orang-orang Israel untuk tidak menggunakan ramalan (Im 19:31), dan providensia ini memberi mereka suatu alasan untuk hukum itu, dengan menunjukkan kepada mereka kelemahan dan kebodohan dari hal itu].

Imamat 19:31 - “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu”.

Catatan: saya berpendapat bahwa Allah melarang ramal, karena hal itu berhubungan dengan roh jahat, dan karenanya hal itu merupakan dosa. Bukan bahwa hal itu adalah ‘kelemahan’, dalam arti hal itu tidak bisa digunakan. Terhadap Israel yang adalah umat Allah, hal itu tidak bisa digunakan, karena adanya perlindungan Allah, tetapi terhadap orang-orang lain hasilnya akan sangat berbeda. Kalau tidak, bagaimana mungkin Bileam bisa terkenal karena hal itu? Perlu diketahui bahwa dalam urusan okultisme, seperti dalam kasus ini, maupun dalam kasus Saul yang memanggil peramal perempuan (1Sam 28), banyak penafsir Barat yang mempunyai pemikiran Barat, yang sangat skeptis tentang adanya hal-hal yang bersifat magic, seperti santet, guna-guna, dan sebagainya. Sebetulnya ini merupakan sesuatu yang aneh dan salah, karena mereka seharusnya percaya bahwa baik Allah maupun setan bisa melakukan hal-hal yang bersifat supranatural, sekalipun setan bisa melakukan itu hanya dengan ijin Allah. 

Matthew Henry: “It is a confession of the sovereignty and dominion of the divine power. He owns that he could do no more than God would suffer him to do, for God could overrule all his purposes, and turn his counsels headlong” (= Itu merupakan suatu pengakuan tentang kedaulatan dan penguasaan dari kuasa ilahi. Ia mengakui bahwa ia tidak bisa melakukan lebih dari yang Allah ijinkan ia lakukan, karena Allah bisa mengesampingkan semua tujuannya, dan membalikkan rencananya dengan cepat).

Matthew Henry: “It is a confession of the inviolable security of the people of God” (= Ini merupakan suatu pengakuan tentang keamanan yang tidak bisa diganggu gugat dari umat Allah).

2. Kata-kata Bileam tentang bangsa Israel (ay 9b-10a).

Ay 9b-10a: “(9b) Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (10a) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel?”.

a. Keterpisahan Israel dari bangsa-bangsa lain merupakan kemuliaan Israel.

Bilangan 23: 9b: “Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Balaam’s second basic truth was that the Jews were chosen by God and therefore were a nation set apart from the other nations (Num 23:9). The Lord had declared this to Israel at Mount Sinai (Ex 19:5-6), and the laws that He gave them at Sinai made it possible for them to live like a special people. In his farewell message to Israel, Moses also emphasizes the uniqueness of Israel as the people of God (Deut 4:20; 14:2,21; 26:18-19; 32:8-9; 33:3,28-29) and reminded them that God chose them because He loved them (Num 7:6-8). See also Lev 20:26; 1 Kings 8:52-53; Amos 3:2; and Isa 43:21. Israel’s great temptation was in wanting to be like the other nations, and this is what led to their downfall and captivity. Instead of rejoicing in their uniqueness as the people of the true and living God, they imitated their neighbors in their worship and conduct, and God had to discipline them. Instead of letting God rule as their King, they asked for a king ‘like all the nations’ (1 Sam 8:5), and this brought the nation into all kinds of trouble. Unfortunately, many people in the church today have the mistaken idea that being like the world is the way to reach the world. They forget that the church is the people of God, a very special people, saved by His grace. Instead of maintaining separation (2 Cor 6:14-7:1) they promote imitation (1 John 2:15-17; Rom 12:2), so that it’s becoming more and more difficult to distinguish the people of God from the people of the world. And yet, as Campbell Morgan reminded us, ‘The church did the most for the world when the church was the least like the world.’” [= Kebenaran dasar kedua dari Bileam adalah bahwa orang-orang Yahudi dipilih oleh Allah dan karena itu merupakan suatu bangsa yang dipisahkan dari bangsa-bangsa lain (Bil 23:9). Tuhan telah menyatakan ini kepada Israel di gunung Sinai (Kel 19:5-6), dan hukum Taurat yang Ia berikan kepada mereka di Sinai memungkinkan mereka untuk hidup sebagai bangsa yang spesial. Dalam berita / pesan perpisahannya kepada Israel, Musa juga menekankan keunikan Israel sebagai umat Allah (Ul 4:20; 14:2,21; 26:18-19; 32:8-9; 33:3,28-29) dan mengingatkan mereka bahwa Allah memilih mereka karena Ia mengasihi mereka (Bil 7:6-8). Lihat juga Im 20:26; 1Raja 8:52-53; Amos 3:2; dan Yes 43:21. Pencobaan yang besar bagi Israel adalah dalam menginginkan untuk menjadi seperti bangsa-bangsa lain, dan ini adalah apa yang membawa mereka pada kejatuhan mereka dan pada pembuangan. Bukannya bersukacita dalam keunikan mereka sebagai umat dari Allah yang benar dan hidup, mereka meniru tetangga-tetangga mereka dalam penyembahan dan tingkah laku, dan Allah harus mendisiplin mereka. Bukannya membiarkan Allah memerintah sebagai Raja mereka, mereka meminta seorang raja ‘seperti bangsa-bangsa lain’ (1Sam 8:5), dan ini membawa bangsa itu ke dalam semua jenis kesukaran. Patut disayangkan bahwa banyak orang dalam gereja jaman sekarang mempunyai gagasan yang salah bahwa menjadi seperti dunia adalah cara untuk menjangkau dunia. Mereka lupa bahwa gereja adalah umat Allah, suatu umat yang spesial / khusus, diselamatkan oleh kasih karuniaNya. Bukannya memelihara / mempertahankan pemisahan itu (2Kor 6:14-7:1), mereka mempromosikan peniruan (1Yoh 2:15-17; Ro 12:2), sehingga menjadi makin lama makin sukar untuk membedakan umat Allah dari orang-orang dunia. Tetapi, seperti Campbell Morgan mengingatkan kita, ‘Gereja melakukan yang paling banyak untuk dunia pada waktu gereja paling tidak menyerupai dunia’.].

2Korintus 6:14-7:1 - “(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu. (6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. (6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.’ (7:1) Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah”.

1Yohanes 2:15-17 - “(15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.

Roma 12:2 - “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

Pulpit Commentary: “THE SINGULAR GLORY OF ISRAEL WAS HIS SEPARATENESS - a separateness which was outwardly marked by a sharp line of distinction from other peoples, but was founded upon an inward and distinctive holiness of life and worship. Even so is the glory of the Church of Christ and of each faithful soul to be ‘separate from sinners,’ as was Christ. And this separation must needs be outwardly marked in many ways and in many cases (1 Cor 5:11; 2 Cor 6:17); but its essence is an inward divergence of motive, of character, and of condition before God. To be ‘even as others’ is to be the ‘children of wrath’ (Eph 2:3); to be Christians is to be ‘a peculiar people’ (Titus 2:14). If men cannot bear to be peculiar, they need not look to be blessed; if they must adopt the fashions of this world, they must be content to share its end (Gal 1:4; 2 Tim 4:10; 1 John 2:15-17)” [= Kemuliaan yang luar biasa dari Israel adalah keterpisahannya - suatu keterpisahan yang ditandai secara lahiriah oleh suatu garis perbedaan yang tajam dari bangsa-bangsa lain, tetapi didasarkan pada kekudusan hidup dan penyembahan yang ada di dalam dan khusus. Demikian juga kemuliaan dari Gereja Kristus dan dari setiap jiwa yang setia adalah ‘terpisah dari orang-orang berdosa’, seperti Kristus. Dan keterpisahan ini harus ditandai secara lahiriah dengan banyak cara dan dalam banyak kasus (1Kor 5:11; 2Kor 6:17); tetapi hakekatnya adalah perbedaan di dalam dari motivasi, dari karakter, dan dari kondisi di hadapan Allah. Menjadi ‘seperti orang-orang lain’ adalah menjadi ‘anak-anak kemurkaan’ (Ef 2:3); menjadi orang-orang Kristen adalah menjadi ‘umat yang khusus’ (Titus 2:14). Jika manusia tidak tahan untuk menjadi khusus, mereka tidak perlu mengharapkan untuk diberkati; jika mereka harus mengadopsi cara / kebiasaan dunia ini, mereka harus puas dengan ikut ambil bagian dalam keadaan akhir mereka (Galatia 1:4; 2 Timotius 4:10; 1Yohanes 2:15-17)].

1Korintus 5:11 - “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.

Efesus 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

KJV: ‘and were by nature the children of wrath’ (= dan pada dasarnya merupakan anak-anak kemurkaan).

Titus 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

Galatia 1:4 - “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita”.

2Timotius 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.

1Yohanes 2:15-17 - “(15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.

Matthew Henry: “this was Israel’s praise, though their enemies turned it to their reproach, that they differed from all the neighbouring nations, not only in their religion and sacred rites, but in their diet, and dress, and common usages, as a people called out of the world, and not to be conformed to it. They never lost their reputation till they mingled among the heathen, Ps. 106:35. Note, It is the duty and honour of those that are dedicated to God to be separated from the world, and not to walk according to the course and custom of it” (= ini adalah pujian Israel, sekalipun musuh-musuh mereka membalikkan hal itu menjadi celaan mereka, bahwa mereka berbeda dari semua bangsa-bangsa tetangga, bukan hanya dalam agama dan upacara-upacara keramat, tetapi dalam makanan, pakaian dan pemakaian kata-kata mereka, sebagai suatu bangsa yang dipanggil keluar dari dunia, dan tidak menyesuaikan dengannya. Mereka tidak pernah kehilangan reputasi mereka sampai mereka bercampur di antara orang-orang kafir, Maz 106:35. Perhatikan, Merupakan kewajiban dan kehormatan dari mereka yang dipersembahkan / didedikasikan kepada Allah untuk menjadi terpisah dari dunia, dan bukannya berjalan sesuai dengan jalan dan kebiasaan dari dunia).

Mazmur 106:34-42 - “(34) Mereka tidak memunahkan bangsa-bangsa, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, (35) tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa, dan belajar cara-cara mereka bekerja. (36) Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. (37) Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, (38) dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah. (39) Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan-perbuatan mereka. (40) Maka menyalalah murka TUHAN terhadap umatNya, dan Ia jijik kepada milikNya sendiri. (41) DiserahkanNyalah mereka ke tangan bangsa-bangsa, sehingga orang-orang yang membenci mereka berkuasa atas mereka. (42) Mereka diimpit oleh musuhnya, sehingga takluk ke bawah kuasanya”.

Barnes’ Notes: “‘Dwell alone.’ i. e., apart from others, undisturbed by their tumults, and therefore in safety and just security. ... This tranquility was realized by the Israelites so long as they clave to God as their shelter and protection. But the inward ‘dwelling alone’ was the indispensable condition of the outward ‘dwelling alone,’ and so soon as the influence of the pagan world affected Israel internally, the external power of paganism prevailed also. Balaam himself, when he eventually counseled tempting the people into sin, acted upon the knowledge that God’s blessing and Israel’s prosperity depended essentially on faithfulness to God” (= ‘diam tersendiri’ yaitu, terpisah dari orang-orang lain, tak terganggu oleh keributan mereka, dan karena itu dalam keamanan dan perlindungan yang benar. ... Ketenangan ini direalisasikan oleh Israel selama mereka berpegang erat-erat kepada Allah sebagai naungan dan perlindungan mereka. Tetapi ‘diam tersendiri’ yang ada di dalam merupakan syarat yang sangat diperlukan dari ‘diam tersendiri’ yang ada di luar / bersifat lahiriah, dan begitu pengaruh dari dunia kafir mempengaruhi Israel di dalam diri mereka, maka kuasa luar dari kekafiran juga berkuasa. Bileam sendiri, pada waktu ia akhirnya menasehati untuk mencobai bangsa itu ke dalam dosa, bertindak berdasarkan pengetahuan bahwa berkat Allah dan kemakmuran Israel pada dasarnuya tergantung pada kesetiaan kepada Allah).

b. Ay 10a hanya menunjukkan banyaknya bangsa Israel.

Ay 10a: “Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel?”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the fourth part of Israel’ (= ¼ dari Israel).

Istilah ¼ ini sesuai dengan pembagian Israel menjadi 4 kelompok (timur, barat, utara, selatan), seperti yang bisa kita lihat dalam Bil 2.

Jadi kelihatannya Bileam hanya bisa melihat sebagian dari Israel, tetapi yang ¼ itu jumlahnya sudah sangat banyak.

Kata-kata ‘debu Yakub’ merupakan suatu gaya bahasa hyperbole, yang menunjukkan banyaknya bangsa keturunan Yakub ini. Bandingkan dengan janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan debu tanah / pasir di laut (Kej 13:16 15:5 22:17).

3. Keinginan Bileam untuk mati seperti orang-orang benar.

Bilangan 23: 10b: “Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’”.

KJV/RSV/NIV: ‘the righteous’ (= orang benar).

a. Israel bahagia bukan hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian.

Jamieson, Fausset & Brown: “The piercing eye of the seer discerned this to be the real secret of their extraordinary prosperity; and from a strong, though temporary admiration of their privileged state, he pronounced them a people happy above all others, not only in life, but at death, from their knowledge of the true God, and their hope through His grace” (= Mata yang menembus dari pelihat ini melihat ini sebagai rahasia yang nyata dari kemakmuran mereka yang luar biasa; dan dari kekaguman yang kuat, sekalipun bersifat sementara, tentang keadaan yang merupakan hak istimewa mereka, ia menyatakan mereka sebagai bangsa yang bahagia di atas semua bangsa lain, bukan hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian, dari pengenalan mereka tentang Allah yang benar, dan pengharapan mereka melalui kasih karuniaNya).

b. Kata-kata ini membuktikan kepercayaan tentang ketidak-bisa-binasaan jiwa.

Matthew Henry: “he goes upon the supposition of the soul’s immortality, and a different state on the other side death, to which this is a noble testimony, and an evidence of its being anciently known and believed. For how could the death of the righteous be more desirable than the death of the wicked upon any other account than as it involved happiness in another world, since in the manner and circumstances of dying we see all things come alike to all?” (= ia melanjutkan pada anggapan tentang ketidak-bisa-binasaan jiwa, dan suatu keadaan yang berbeda pada sisi lain dari kematian, untuk mana ini merupakan kesaksian yang mulia, dan merupakan bukti bahwa hal-hal itu diketahui dan dipercaya sejak jaman dulu / kuno. Karena bagaimana bisa kematian dari orang benar lebih diinginkan dari pada kematian dari orang jahat berdasarkan perhitungan lain selain karena itu mencakup kebahagiaan di dunia yang lain, karena dalam cara dan keadaan dari kematian kita melihat segala sesuatu datang secara sama kepada semua orang?).

c. Kalau mau mati seperti orang benar, harus mau hidup sebagai orang benar.

Pulpit Commentary: “BALAAM WAS MOVED TO WISH HE MIGHT DIE THE DEATH OF THE RIGHTEOUS, BUT WAS NOT DISPOSED TO LIVE THE LIFE OF THE RIGHTEOUS; hence his wish was as futile as the mirage of the desert, and was signally reversed by the actual character of his end. Even so do evil men continually desire the rewards of goodness, which they cannot but admire, but they will not submit to the discipline of goodness. A sentimental appreciation of virtue and piety is worse than useless by itself” (= BILEAM DIGERAKKAN UNTUK MENGINGINI / MENGHARAPKAN SUPAYA IA BISA MENGALAMI KEMATIAN DARI ORANG BENAR, TETAPI TIDAK INGIN / CENDERUNG UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN DARI ORANG BENAR; karena itu keinginan / harapannya sama sia-sianya seperti fata morgana di padang pasir, dan dibalikkan dengan cara yang menyolok oleh karakter yang sesungguhnya dari akhir hidupnya. Demikian juga orang-orang jahat terus menerus menginginkan upah / pahala dari kebaikan, yang tidak bisa tidak mereka kagumi, tetapi mereka tidak mau tunduk pada disiplin dari kebaikan. Sekedar suatu penghargaan yang sentimentil tentang suatu sifat baik dan kesalehan, adalah lebih buruk dari pada tidak berguna).

Matthew Henry: “He shows his opinion of religion to be better than his resolution; there are many who desire to die the death of the righteous, but do not endeavour to live the life of the righteous. Gladly would they have their end like theirs, but not their way. They would be saints in heaven, but not saints on earth. This is the desire of the slothful, which kills him, because his hands refuse to labour. This of Balaam’s is only a wish, not a prayer, and it is a vain wish, being only a wish for the end, without any care for the means” (= Ia menunjukkan bahwa pandangannya tentang agama lebih baik dari pada keputusannya; ada banyak orang yang ingin mengalami kematian orang benar, tetapi tidak berusaha untuk menjalani kehidupan orang-orang benar. Dengan gembira mereka mau akhir hidup mereka seperti akhir hidup orang-orang benar itu, tetapi mereka tidak mau jalan / cara hidup orang-orang benar itu. Mereka mau menjadi orang-orang kudus di surga, tetapi tidak mau menjadi orang-orang kudus di bumi. Ini adalah keinginan dari orang malas, yang membunuh dia, karena tangannya menolak untuk bekerja. Dari Bileam ini hanya merupakan suatu keinginan / pengharapan, bukan suatu doa, dan itu merupakan suatu keinginan / pengharapan yang sia-sia, karena hanya merupakan keinginan / pengharapan untuk akhirnya, tanpa kepedulian apapun untuk cara / jalannya).

Jamieson, Fausset & Brown: “Balaam was the representative of a large class in the world who express a wish for the blessedness of the Lord’s people at last, but are averse to lead a corresponding life” (= Bileam adalah wakil dari suatu kelompok besar di dunia yang menyatakan suatu keinginan / pengharapan untuk keadaan diberkati dari umat Tuhan pada akhirnya, tetapi menolak untuk menjalani suatu kehidupan yang sesuai).

Adam Clarke: “He who would die well should live well; for a bad death must be the issue of a bad life” (= Ia yang mau mati dengan baik harus hidup baik; karena suatu kematian yang buruk harus merupakan hasil dari suatu kehidupan yang buruk).

The Bible Exposition Commentary (OT): “Balaam was sent to curse Israel, yet he ended his oracle by declaring that he wanted to be like Israel! ‘Let me die the death of the righteous, and let my last end be like his’ (Num 23:10). But you don’t die the death of the righteous unless you live the life of the righteous, and that was something Balaam wasn’t prepared to do. His love of money so controlled his life that he would do anything to get wealth. Balaam died with the wicked when Israel defeated the Midianites (31:8), and his end was eternal judgment” [= Bileam diutus untuk mengutuk Israel, tetapi ia mengakhiri sabdanya dengan menyatakan bahwa ia ingin menjadi seperti Israel! ‘Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur (orang-orang benar) dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (Bilangan 23:10). Tetapi engkau tidak akan mengalami kematian orang benar kecuali engkau menjalani kehidupan orang benar, dan itu adalah sesuatu yang Bileam tidak siap untuk lakukan. Kecintaannya pada uang begitu mengendalikan kehidupannya sehingga ia mau melakukan apapun untuk mendapatkan kekayaan. Bileam mati bersama dengan orang jahat pada waktu Israel mengalahkan orang Midian (31:8), dan akhir hidupnya adalah penghakiman kekal].

Bilangan 31:8 - “Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang”.

Pulpit Commentary: “He wishes to die the death of the righteous. Do not be misled by the prominence of the word ‘righteous’ into supposing that for its own sake Balaam cared about righteousness. It was not righteousness that he desired, but what he saw to be the pleasant, enviable effects of righteousness. He cared nothing about the cause if only he could get the effects. He loved the vine because it produced grapes, and the fig-tree because it produced figs, but if he could have got grapes from thorns and figs from thistles, he would have loved thorns and thistles just as well” (= Ia menginginkan / mengharapkan kematian dari orang benar. Jangan disesatkan oleh menonjolnya kata ‘benar’ ke dalam dugaan bahwa demi hal itu sendiri Bileam peduli pada kebenaran. Bukan kebenaran yang ia inginkan, tetapi apa yang ia lihat sebagai hasil / akibat yang menyenangkan dan menyebabkan iri hati, dari kebenaran. Ia tidak peduli pada penyebabnya asal ia bisa mendapatkan hasil / akibatnya. Ia mencintai pohon anggur karena pohon itu menghasilkan buah anggur, dan pohon ara karena pohon itu menghasilkan buah ara, tetapi seandainya ia bisa mendapatkan buah anggur dari semak duri dan buah ara dari rumput duri, ia akan sudah mencintai semak duri dan rumput duri juga).

3) Teguran Balak.

Bilangan 23:11 - “Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’”.

Matthew Henry: “How Balak fretted at it, v. 11. He pretended to honour the Lord with his sacrifices, and to wait for the answer God would send him; and yet, when it did not prove according to his mind, he forgot God, and flew into a great passion against Balaam, as if it had been purely his doing: ‘What hast thou done unto me! How hast thou disappointed me!’ Sometimes God makes the enemies of his church a vexation one to another, while he that sits in heaven laughs at them, and the efforts of their impotent malice” (= Bagaimana Balak marah-marah / mengomel pada hal itu, ay 11. Ia berpura-pura untuk menghormati Tuhan dengan korban-korbannya, dan menunggu untuk jawaban yang akan Allah kirimkan kepadanya; tetapi pada waktu terbukti bahwa itu tidak sesuai dengan pikirannya, ia melupakan Allah, dan marah terhadap Bileam, seakan-akan itu semata-mata merupakan tindakan Bileam: ‘Apa yang telah kaulakukan kepadaku! Betapa engkau telah mengecewakan aku!’. Kadang-kadang Allah membuat musuh-musuh gerejaNya jengkel satu sama lain, sementara Ia yang duduk di surga mentertawakan mereka, dan usaha-usaha dari kejahatan mereka yang tidak berdaya).

4) Jawaban Bileam.

Bilangan 23:12 - “Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.

Ini betul-betul merupakan kata-kata yang benar dan mulia. Tetapi bandingkan dengan:

· Bilangan 25:1-2 - “(1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu”.

· Bilangan 31:16 - “Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN”.

Alangkah tidak stabilnya ‘nabi’ ini dalam mengajar, sebentar ia mengucapkan hal-hal yang indah, dan sebentar lagi mengajarkan ajaran sesat!

Penerapan: semua hamba Tuhan / pemberita Firman Tuhan harus sangat waspada untuk selalu memberitakan kebenaran, bukan sebentar benar sebentar sesat seperti Bileam!

Bileam (9)

Bilangan 23:13-26 - “(13) Lalu Balak berkata kepadanya: ‘Baiklah pergi bersama-sama dengan aku ke tempat lain, dan dari sana engkau dapat melihat bangsa itu; engkau akan melihat hanya bagiannya yang paling ujung, tetapi seluruhnya tidak akan kaulihat; serapahlah mereka dari situ bagiku.’ (14) Lalu dibawanyalah dia ke Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga; ia mendirikan tujuh mezbah dan mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. (15) Kemudian berkatalah ia kepada Balak: ‘Berdirilah di sini di samping korban bakaranmu, sedang aku hendak bertemu dengan TUHAN di situ.’ (16) Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke dalam mulutnya, dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (17) Ketika ia sampai kepadanya, Balak masih berdiri di samping korban bakarannya bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Berkatalah Balak kepadanya: ‘Apakah yang difirmankan TUHAN?’ (18) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Bangunlah, hai Balak, dan dengarlah; pasanglah telingamu mendengarkan aku, ya anak Zipor. (19) Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (20) Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. (21) Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel. TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka, dan sorak-sorak karena Raja ada di antara mereka. (22) Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan, (23) sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Allah: (24) Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya.’ (25) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Jika sekali-kali tidak mau engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya.’ (26) Tetapi Bileam menjawab Balak: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.’”.

X) Usaha pengutukan yang kedua (Bilangan 23:13-19).

1) Pindah ke tempat yang lain.

Bilangan 23: 13-14: “(13) Lalu Balak berkata kepadanya: ‘Baiklah pergi bersama-sama dengan aku ke tempat lain, dan dari sana engkau dapat melihat bangsa itu; engkau akan melihat hanya bagiannya yang paling ujung, tetapi seluruhnya tidak akan kaulihat; serapahlah mereka dari situ bagiku.’ (14) Lalu dibawanyalah dia ke Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga; ia mendirikan tujuh mezbah dan mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu”.

Calvin: “Balak, therefore, removes his sorcerer to another place, that there he might the better exercise his divinations. There is some ambiguity in the words. Some render them thus, ‘Come to another place, that thou mayest see from thence, mayest see a part, and not the whole,’ as if Balak feared that the multitude itself frightened Balaam, or diminished the power of his incantations. Their opinion, however, is the more probable, who take the verb see, where it is used the second time, in the perfect tense, so that the sense is, ‘Come to a place where thou mayest behold them; for as yet thou hast not seen the whole, but only a part;’ for we know how common a thing with the Hebrews is such an employment of one tense for another” (= Karena itu, Balak memindahkan penyihirnya ke tempat yang lain, supaya di sana ia bisa menggunakan sihirnya dengan lebih baik. Ada kemenduaan arti dalam kata-kata ini. Sebagian orang menterjemahkan kata-kata ini demikian, ‘Datanglah ke tempat lain, supaya engkau bisa melihat dari sana, bisa melihat sebagian, dan bukan seluruhnya’ seakan-akan Balak takut bahwa banyaknya orang-orang itu membuat Bileam menjadi takut, atau mengurangi kuasa dari manteranya. Tetapi pandangan mereka lebih memungkinkan, yang menganggap kata kerja ‘melihat’ dimana kata itu digunakan untuk kedua-kalinya, dalam perfect tense, sehingga artinya adalah, ‘Datanglah ke suatu tempat dimana engkau bisa melihat mereka; karena engkau belum melihat seluruhnya tetapi hanya sebagian’; karena kita tahu betapa umum bagi orang-orang Ibrani untuk menggunakan satu tensa untuk tensa yang lain).

Tetapi baik Kitab Suci Indonesia maupun KJV/RSV/NIV/NASB/ASV kelihatannya memilih arti pertama, yang bukan merupakan arti yang dipilih oleh Calvin. Demikian juga Matthew Henry kelihatannya mengambil pandangan pertama.

Tetapi, yang manapun pandangan yang benar, yang jelas adalah: Balak mencari tempat lain, seakan-akan dari tempat baru itu Tuhan akan mengubah sikap, dan mau mengutuk Israel.

Matthew Henry menganggap ini sebagai usaha yang tak henti-hentinya dari musuh-musuh gereja dalam menyerang gereja. Dan ia berharap kita juga mempunyai sikap yang sama dalam usaha kita memuliakan Allah.

Matthew Henry: “See how restless and unwearied the church’s enemies are in their malicious attempts to ruin it; they leave no stone unturned, no project untried, to compass it. O that we were as full of contrivance and resolution in prosecuting good designs for the glory of God!” (= Lihatlah betapa tanpa istirahat dan dengan tidak bosan-bosannya musuh-musuh gereja dalam usaha jahat mereka untuk menghancurkan gereja; mereka tidak membiarkan satu batupun tidak dibalikkan, tidak membiarkan satu proyekpun tidak dicobai, untuk mengepungnya. Oh, seandainya kita sama penuhnya dengan penemuan dan keputusan dalam melaksanakan rancangan-rancangan yang baik untuk kemuliaan Allah!).

2) Firman Tuhan kepada Balak melalui Bileam.

a) Allah tidak menyesal / mengubah keputusan / pikiranNya.

Bilangan 23: 19: “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”.

Ini merupakan jawaban terhadap pemikiran Balak, bahwa Allah bisa mengubah sikap dari ‘memberkati Israel’ menjadi ‘mengutuk Israel’. Jadi, Allah menjawab dengan menekankan bahwa Ia tidak mungkin menyesal / mengubah pemikiran / keputusanNya.

Berkenaan dengan Allah menyesal atau tidak menyesal, ada dua kelompok ayat yang kelihatannya saling bertentangan.

1. Kelompok ayat yang menunjukkan ‘Allah menyesal’.

Kejadian 6:6-7 - “(6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.

Mazmur 106:45 - “Ia ingat akan perjanjianNya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setiaNya yang besar”.

Yeremia 18:8 - “Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka”.

Yeremia 26:3 - “Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat”.

Yeremia 26:13 - “Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkanNya atas kamu”.

Yeremia 26:19 - “Apakah Hizkia, raja Yehuda, beserta segenap Yehuda membunuh dia? Tidakkah ia takut akan TUHAN, sehingga ia memohon belas kasihan TUHAN, agar TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkanNya atas mereka? Dan kita, maukah kita mendatangkan malapetaka yang begitu besar atas diri kita sendiri?’”.

Yeremia 42:10 - “Jika kamu tinggal tetap di negeri ini, maka Aku akan membangun dan tidak akan meruntuhkan kamu, akan membuat kamu tumbuh dan tidak akan mencabut kamu; sebab Aku menyesal telah mendatangkan malapetaka kepadamu”.

Yoel 2:13 - “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya”.

Yoel 2:14 - “Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkanNya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu”.

Amos 7:3,6 - “(3) Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. ‘Itu tidak akan terjadi,’ firman TUHAN. ... (6) Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. ‘Inipun tidak akan terjadi,’ firman Tuhan ALLAH”.

Yunus 3:9 - “Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.’”.

Yunus 4:2 - “Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkanNya”.

Dalam kelompok ini ada ayat yang ‘paling extrim’ dalam menggambarkan ‘Allah menyesal’, yaitu Keluaran 32:10-14 - “(10) Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murkaKu bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.’ (11) Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: ‘Mengapakah, TUHAN, murkaMu bangkit terhadap umatMu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? (12) Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murkaMu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umatMu. (13) Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.’ (14) Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkanNya atas umatNya”.

2. Kelompok ayat yang menunjukkan ‘Allah tidak menyesal’.

Bilangan 23:19 - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”.

Mazmur 110:4 - “TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: ‘Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek.’”.

Yeh 24:14 - “Aku, TUHAN, yang mengatakannya. Hal itu akan datang, dan Aku yang akan membuatnya. Aku tidak melalaikannya dan tidak merasa sayang, juga tidak menyesal. Aku akan menghakimi engkau menurut perbuatanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’”.

Zakh 8:14 - “Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Kalau dahulu Aku telah bermaksud mendatangkan malapetaka kepada kamu, ketika nenek moyangmu membuat Aku murka, dan Aku tidak menyesal, firman TUHAN semesta alam,”.

Ibrani 7:21 - “tetapi Ia dengan sumpah, diucapkan oleh Dia yang berfirman kepadaNya: ‘Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya’”.

Seakan-akan untuk menambah kerumitan dari hal ini, ada satu pasal dimana ‘Allah menyesal’ dan ‘Allah tidak menyesal’ muncul secara bergantian, sehingga seakan-akan terjadi suatu kontradiksi dalam satu pasal.

1Sam 15:10-11,29,35 - “(10) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: (11) ‘Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firmanKu.’ Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman. ... (29) Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.’ ... (35) Sampai hari matinya Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi Samuel berdukacita karena Saul. Dan TUHAN menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel”.

Kita tidak boleh menganggap kedua kelompok ayat ini sebagai kontradiksi, dan kita juga tidak boleh mengambil hanya satu kelompok saja dan mengabaikan kelompok yang lain, karena kedua kelompok adalah Firman Tuhan.

Kalau kita mengambil pandangan Arminian, yang menganggap Allah bisa mengubah rencanaNya, maka pertama kita menabrak kelompok ayat kedua yang menunjukkan Allah tidak menyesal. Juga, kita akan bertentangan dengan banyak ayat lain yang menunjukkan bahwa rencana Allah itu tidak akan berubah ataupun gagal, seperti:

· Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.

· Mazmur 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN TETAP selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.

· Yes 14:24,26-27 - “(14) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

· Yesaya 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab DENGAN KESETIAAN YANG TEGUH Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.

· Yesaya 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.

· Yesaya 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?”.

· Yesaya 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

· Yeremia 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu”.

Tetapi sebaliknya, kalau kita mengambil pandangan Calvinist / Reformed, yang menganggap Allah tidak mungkin mengubah rencanaNya, bukankah kita menabrak kelompok ayat pertama yang menunjukkan bahwa ‘Allah menyesal’? Lalu bagaimana menjelaskannya / mengharmoniskannya?

a. Istilah ‘Allah menyesal’ merupakan bahasa Anthropopathy.

Kitab Suci sering menggunakan bahasa Anthropomorphism (bahasa yang menggam­barkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia) dan Anthropopathy (bahasa yang menggambarkan Allah dengan perasaan-perasaan manusia). Kalau Kitab Suci menggunakan bahasa Anthropomorphism, maka tidak boleh diartikan betul-betul demikian.

Misalnya pada waktu dikatakan ‘tangan Allah tidak kurang panjang’ (Yesaya 59:1), atau pada waktu dikatakan ‘mata TUHAN ada di segala tempat’ (Amsal 15:3), ini tentu tidak berarti bahwa Allah betul-betul mempunyai tangan / mata. Ingat bahwa Allah adalah Roh (Yohanes 4:24).

Contoh lain adalah Kel 31:17b - “sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat”. NIV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, tetapi KJV, RSV, NASB menterjemahkan secara berbeda.

KJV: ‘for in six days the LORD made heaven and earth, and on the seventh day he rested, and was refreshed’ (= karena dalam enam hari TUHAN membuat langit dan bumi, dan pada hari ketujuh Ia beristirahat, dan segar kembali).

Jelas bahwa kita tidak bisa menafsirkan ayat ini seakan-akan Allahnya capek / loyo setelah bekerja berat selama enam hari, dan lalu setelah beristirahat pada hari yang ketujuh, Ia menjadi segar kembali dan pulih kekuatanNya! Ayat ini hanya menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia yang bisa letih, dan bisa segar kembali.

Demikian juga pada waktu Kitab Suci menggunakan Anthropopathy (bahasa yang menggambarkan Allah menggunakan perasaan-perasaan manusia), maka kita tidak boleh mengartikan bahwa Allahnya betul-betul seperti itu. Contohnya adalah ayat-ayat yang menunjukkan ‘Allah menyesal’ ini.

Keil & Delitzsch: “The unchangeableness of the divine purposes is a necessary consequence of the unchangeableness of the divine nature. With regard to His own counsels, God repents of nothing; but this does not prevent the repentance of God, understood as an anthropopathic expression, denoting the pain experienced by the love of God, on account of the destruction of its creatures (see at Gen. 6:6, and Ex. 32:14)” [= Ketidak-bisa-berubahan dari tujuan / rencana ilahi merupakan suatu konsekwensi yang harus ada dari ketidak-bisa-berubahan dari hakekat ilahi. Berkenaan dengan rencanaNya sendiri, Allah tidak menyesali apapun; tetapi ini tidak menghalangi ‘pertobatan / perubahan dari Allah’, dimengerti sebagai suatu ungkapan yang bersifat anthropopathy, menunjukkan rasa sakit yang dialami oleh kasih Allah, karena penghancuran dari makhluk-makhluknya (lihat Kejadian 6:6, dan Keluaran 32:14)].

Perlu juga saudara ingat bahwa manusia bisa menyesal, karena ia tidak maha tahu. Misalnya, seorang laki-laki melihat seorang gadis dan ia menyangka gadis itu seorang yang layak ia peristri. Tetapi setelah menikah, barulah ia tahu akan adanya banyak hal jelek dalam diri istrinya itu yang tadinya tidak ia ketahui. Ini menyebabkan ia lalu menyesal telah memperistri gadis itu.

Tetapi Allah itu maha tahu, sehingga dari semula Ia telah tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Karena itu tidak mungkin Ia bisa menyesal!

Kalau Kitab Suci mengatakan bahwa Allah menyesal karena terjadinya sesuatu hal, maka maksudnya hanyalah menunjukkan bahwa hal itu tidak menyenangkan Allah. Calvin mengatakan bahwa ‘Allah menyesal’ hanya menunjukkan perubahan tindakan.

Calvin: “Now the mode of accommodation is for him to represent himself to us not as he is in himself, but as he seems to us. Although he is beyond all disturbance of mind, yet he testifies that he is angry toward sinners. Therefore whenever we hear that God is angered, we ought not to imagine any emotion in him, but rather to consider that this expression has been taken from our human experience; because God, whenever he is exercising judgment, exhibits the appearance of one kindled and angered. So we ought not to understand anything else under the word ‘repentance’ than change of action, ...” (= Cara penyesuaian itu adalah dengan menyatakan diriNya sendiri kepada kita bukan sebagaimana adanya Ia dalam diriNya sendiri, tetapi seperti Ia terlihat oleh kita. Sekalipun Ia ada di atas segala gangguan pikiran, tetapi Ia mememberi kesaksian bahwa Ia marah kepada orang-orang berdosa. Karena itu setiap saat kita mendengar bahwa Allah marah, kita tidak boleh membayangkan adanya emosi apapun dalam Dia, tetapi menganggap bahwa pernyataan ini diambil dari pengalaman manusia; karena Allah, pada waktu Ia melakukan penghakiman, menunjukkan diri seperti seseorang yang marah. Demikian juga kita tidak boleh mengartikan apapun yang lain terhadap kata ‘penyesalan’ selain perubahan tindakan, ...) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVII, no 13.

Calvin (tentang Keluaran 32:12): “When, therefore, it is said a little further on that ‘the Lord repented of the evil,’ it is tantamount to saying, that He was appeased; not because He retracts in Himself what He has once decreed, but because He does not execute the sentence He had pronounced” (= Karena itu, pada waktu selanjutnya dikatakan bahwa ‘Tuhan menyesal karena malapetaka ...’, itu sama dengan berkata, bahwa Ia ditenangkan / diredakan kemarahanNya; bukan karena Ia menarik / mencabut dalam diriNya apa yang pernah Ia tetapkan, tetapi karena Ia tidak melaksanakan keputusan yang telah Ia umumkan).

b. Pada waktu Kitab Suci mengatakan ‘Allah menyesal’ maka itu berarti bahwa hal itu ditinjau dari sudut pandang manusia.

Catatan: ini tetap berlaku, sekalipun yang mengucapkan kata-kata itu adalah Allah sendiri, seperti dalam 1Samuel 15:10-11. Allah yang mengucapkan kata-kata itu, tetapi dalam mengucapkan, Ia menyesuaikannya dengan manusia yang terbatas.

Illustrasi: Ada seorang sutradara yang menyusun naskah untuk sandiwara, dan ia juga sekaligus menjadi salah satu pemain sandiwara tersebut. Dalam sandiwara itu ditunjukkan bahwa ia mau makan, tetapi tiba-tiba ada telpon, sehingga ia lalu tidak jadi makan. Dari sudut penonton, pemain sandiwara itu berubah piki­ran / rencana. Tetapi kalau ditinjau dari sudut naskah / sutradara, ia sama sekali tidak berubah dari rencana semula, karena dalam naskah sudah direncanakan bahwa ia mau makan, lalu ada telpon, lalu ia mengubah rencana / pikirannya, dsb.

Pada waktu Kitab Suci berkata ‘Allah menyesal’ maka memang dari sudut manusia, Allahnya menyesal / mengubah rencanaNya. Tetapi dari sudut Allah / Rencana Allah, sebetulnya tidak ada perubahan, karena semua perubahan / penyesalan itu sudah direncanakan oleh Allah.

Adam Clarke (tentang Keluaran 32:14): “‘And the Lord repented of the evil.’ This is spoken merely after the manner of men who, having formed a purpose, permit themselves to be diverted from it by strong and forcible reasons, and so change their minds relative to their former intentions” (= ‘Dan Tuhan menyesal atas malapetaka’. Ini dikatakan semata-mata menurut cara manusia yang, setelah membentuk suatu rencana / tujuan, mengijinkan diri mereka sendiri untuk menyimpang darinya oleh alasan-alasan yang kuat dan memaksa, dan dengan demikian mengubah pikiran mereka dibandingkan dengan maksud-maksud mereka yang terdahulu).

Kesimpulan: kelompok pertama yang mengatakan ‘Allah menyesal’ menggunakan bahasa Anthropopathy, yang tidak bisa ditafsirkan apa adanya, dan juga menyoroti dari sudut pandang manusia. Sedangkan kelompok kedua yang mengatakan ‘Allah tidak menyesal’ menyoroti dari sudut pandang Allah / rencana Allah, dan ini yang benar-benar merupakan fakta!

Pembahasan ini penting untuk bisa kita gunakan menghadapi pandangan Arminian / non Reformed, yang seringkali hanya berbekal satu atau dua ayat tentang ‘Allah menyesal’ lalu menganggap bahwa Allah bisa mengubah rencanaNya. 

Juga doktrin ini bisa menjadi penghiburan bagi kita / orang-orang percaya pada waktu kita mengalami penderitaan, serangan setan, bahkan kejatuhan ke dalam dosa. Pada saat seperti itu mungkin kita merasa frustrasi, dan merasa Allah tidak mengasihi kita lagi. Tetapi kita harus mengingat doktrin ini. Kalau kita memang adalah orang percaya maka kita adalah orang pilihan, karena orang non pilihan tidak mungkin bisa percaya dengan sungguh-sungguh. Dan baik bencana, penderitaan, serangan setan, kegagalan, bahkan dosa-dosa kita tidak akan pernah mengubah rencana Allah dalam hal keselamatan kita, atau dalam hal-hal lain apapun. Ia tidak akan pernah menyesal dalam hal memilih kita, atau dalam rencanaNya yang manapun tentang diri kita! 

Sebagai contoh, Abraham direncanakan untuk menurunkan bangsa yang besar, dan juga menurunkan Mesias. Tetapi ia jatuh ke dalam dosa dengan menuruti usul Sara dengan menikahi Hagar sehingga menurunkan Ismael. Apakah ini menyebabkan Allah betul-betul menyesal dan mengubah rencanaNya berkenaan dengan Abraham? Sama sekali tidak. 

Lalu Yakub juga jatuh ke dalam dosa dengan menipu Ishak, dan juga melakukan poligami. Apakah Allah betul-betul menyesal, rencana Allah menjadi gagal karena hal-hal itu? Sama sekali tidak! 

Demikian juga Daud, dalam kejatuhannya dengan Batsyeba. Bahkan dalam kasus Daud, justru anak kedua dengan Batsyeba (anak pertama dibunuh oleh Tuhan) yang adalah Salomo, menjadi anak yang menurunkan Mesias!!! 

Jadi demikian juga dengan saudara. Kalau Ia memang memilih saudara, dan mempunyai suatu rencana yang indah tentang diri saudara, Ia tidak akan pernah menyesal dan mengubah rencanaNya, tidak peduli ada bencana, penderitaan, serangan setan, kegagalan-kegagalan dan bahkan dosa-dosa dalam hidup saudara! Ini bukan ijin untuk boleh berdosa seenaknya! Saudara tetap harus berjuang untuk hidup sekudus mungkin. Tetapi kalau saudara jatuh, bahkan dalam dosa yang besar dan hebat, itu tidak akan mempengaruhi rencana Allah berkenaan dengan diri saudara! Ini seharusnya membuat saudara selalu bersyukur dan memuji Dia!!! 

Bileam (10)

Bilangan 23:13-26

Bilangan 23:13-26 - “(13) Lalu Balak berkata kepadanya: ‘Baiklah pergi bersama-sama dengan aku ke tempat lain, dan dari sana engkau dapat melihat bangsa itu; engkau akan melihat hanya bagiannya yang paling ujung, tetapi seluruhnya tidak akan kaulihat; serapahlah mereka dari situ bagiku.’ (14) Lalu dibawanyalah dia ke Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga; ia mendirikan tujuh mezbah dan mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. (15) Kemudian berkatalah ia kepada Balak: ‘Berdirilah di sini di samping korban bakaranmu, sedang aku hendak bertemu dengan TUHAN di situ.’ (16) Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke dalam mulutnya, dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (17) Ketika ia sampai kepadanya, Balak masih berdiri di samping korban bakarannya bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Berkatalah Balak kepadanya: ‘Apakah yang difirmankan TUHAN?’ (18) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Bangunlah, hai Balak, dan dengarlah; pasanglah telingamu mendengarkan aku, ya anak Zipor. (19) Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (20) Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. (21) Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel. TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka, dan sorak-sorak karena Raja ada di antara mereka. (22) Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan, (23) sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Allah: (24) Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya.’ (25) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Jika sekali-kali tidak mau engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya.’ (26) Tetapi Bileam menjawab Balak: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.’”. 

b) Bilangan 23: 20: “Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya.”. 

1. Ini tidak berarti betul-betul ada perintah / firman yang keluar dari mulut Allah kepada Bileam. Ini hanya menunjuk pada pengaturan Allah, yang tidak bisa ditolak oleh Bileam, sehingga ia terpaksa mengerjakan apa yang Allah kehendaki. 

Barnes’ Notes: “‘I have received commandment to bless.’ literally, ‘I have received to bless.’ The reason of his blessing lay in the augury which he acknowledged, and in the divine overruling impulse which he could not resist, not in any ‘commandment’ in words.” [= ‘Aku mendapat perintah untuk memberkati’. Secara hurufiah, ‘Aku mendapat untuk memberkati’. Alasan dari berkatnya terletak dalam nubuat yang ia akui, dan dalam dorongan pengesampingan ilahi yang tidak bisa ia tolak, bukan dalam ‘perintah’ dengan kata-kata.]. 

Memang dalam Alkitab, kata ‘perintah’ atau ‘memerintah’ sering diartikan seperti ini, yaitu hanya menunjuk pada pengaturan dari Allah. Misalnya: 

a. Im 25:21 - “Maka Aku akan memerintahkan berkatKu kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun.”. 

b. Ul 28:8 - “TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”. 

c. 1Raja 17:4,9 - “(4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”. 

d. Mazmur 44:5 - “Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub.”. 

e. Mazmur 78:23 - “Maka Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit,”. 

f. Mazmur 133:3 - “Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”. 

g. Yesaya 5:6 - “Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.”. 

h. Amos 9:3 - “Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mataKu di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana.”. 

i. Amos 9:4 - “Sekalipun mereka berjalan di depan musuhnya sebagai orang tawanan, Aku akan memerintahkan pedang untuk membunuh mereka di sana. Aku akan mengarahkan mataKu kepada mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka.’”. 

2. Ini menunjukkan bahwa nasib manusia tergantung pada ketetapan Allah. 

Calvin: “there is a remarkable expression introduced in the midst of his declaration, viz., that God himself had blessed; whereby he intimates that the lot of men, whether adverse or prosperous, depends on the authority of God alone; and that no other commission is given to the prophets, except to promulgate what God has appointed; as if he had said, It belongs to God alone to decree what the condition of men is to be; He has chosen me to proclaim His blessing; it is not in my power either to reverse or withdraw it.” [= ada suatu ungkapan yang luar biasa yang dimasukkan di tengah-tengah pernyataannya, yaitu bahwa Allah sendiri telah memberkati; dengan mana ia menunjukkan bahwa nasib manusia, apakah merugikan / bersifat bermusuhan atau makmur, tergantung pada otoritas Allah saja; dan bahwa tidak ada otoritas lain yang diberikan kepada sang nabi, kecuali mengumumkan apa yang telah Allah tetapkan; seakan-akan ia berkata, Hanya merupakan milik / hak Allah saja untuk menetapkan bagaimana kondisi manusia akan jadi; Ia telah memilih aku untuk menyatakan berkatNya; bukan terletak dalam kuasaku untuk membalikkannya atupun menariknya.]. 

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini: 

a. Mazmur 75:7-8 - “(7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang lain.”. 

b. Amsal 21:31 - “Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.”. 

c. Amsal 22:2 - “Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.”. 

d. Pkh 7:14 - “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.”. 

e. Yes 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.”. 

Catatan: ini tidak boleh membuat siapapun bersikap apatis, dan ‘menyerah’ pada nasib / takdir! Ajaran Calvinisme / Reformed mempercayai, baik penentuan Allah, maupun tanggung jawab manusia!! 

3. Ini menyebabkan kita harus merasa aman. 

Pulpit Commentary: “GOD’S PURPOSES AND PRONOUNCEMENTS CONCERNING HIS CHURCH ARE ETERNAL AND IMMUTABLE, SINCE HE CANNOT DENY HIMSELF, NOR GO BACK FROM HIS WORD. The future of his Church is perfectly safe and absolutely unassailable, because it depends not on any human counsel or constancy, but upon the eternal predestination and changeless will of God.” [= Rencana dan keputusan Allah berkenaan dengan gerejaNya adalah kekal dan tidak bisa berubah, karena ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri, ataupun mundur dari firmannya. Masa depan dari GerejaNya aman secara sempurna dan secara mutlak tidak bisa diserang (dengan berhasil), karena masa depan Gereja tidak tergantung pada rencana atau ketetapan manusia manapun, tetapi pada predestinasi kekal dan kehendak yang tidak berubah dari Allah.]. 

4. Kita yang harus menyesuaikan kehendak kita dengan kehendakNya, dan bukan sebaliknya. 

Pulpit Commentary: “learn the folly of those who hope that God may change his mind, while theirs is unchanged; that God may repent instead of themselves.” [= pelajarilah kebodohan dari mereka yang berharap bahwa Allah bisa mengubah pikiranNya, sementara pikiran mereka tidak berubah; bahwa Allah bisa bertobat / menyesal, dan bukannya diri mereka sendiri.]. 

c) Bilangan 23: 21: “Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel. TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka, dan sorak-sorak karena Raja ada di antara mereka.”. 

1. “Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel.” (ay 21a). 

Kata ‘kepincangan’ ini salah sama sekali! 

Kalimat pertama ini (ay 21a) diterjemahkan dan ditafsirkan secara berbeda-beda. 

KJV: ‘iniquity ... perverseness’ [= kejahatan ... kejahatan / sikap suka melawan]. 

RSV/NASB: ‘misfortune ... trouble’ [= kemalangan ... kesukaran]. 

NIV: ‘misfortune ... misery’ [= kemalangan ... kesengsaraan]. 

Kata yang pertama dalam bahasa Ibrani adalah AVEN, yang berarti ‘trouble’ [= kesukaran], ‘wickedness’ [= kejahatan], ‘sorrow’ [= kesedihan]. 

Kata yang kedua dalam bahasa Ibrani adalah AMAL, yang berarti ‘trouble’ [= kesukaran]. 

Adam Clarke mengatakan bahwa ini merupakan text yang sukar, karena bangsa Israel penuh dengan kejahatan, sehingga kata-kata ini tidak bisa diucapkan secara benar tentang mereka. Ia menganggap bahwa text ini mungkin menunjuk kepada nenek moyang Israel, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Tetapi saya menganggap ini sama sekali tidak masuk akal karena kontextnya berbicara tentang bangsa Israel, bukan tentang nenek moyang mereka. 

Adam Clarke memberikan penafsiran lain lagi, dimana ia mengatakan sebagai berikut: “There is another way in which the words may be interpreted, which will give a good sense. 'Aawen not only signifies iniquity, but most frequently trouble, labour, distress, and affliction; and these indeed are its ideal meanings, and iniquity is only an accommodated or metaphorical one, because of the pain, distress, etc., produced by sin. `Aamaal, translated here perverseness, occurs often in Scripture, but is never translated perverseness except in this place. It signifies simply labour, especially that which is of an afflictive or oppressive kind. The words may therefore be considered as implying that God will not suffer the people either to be exterminated by the sword, or to be brought under a yoke of slavery. Either of these methods of interpretation gives a good sense, but our common version gives none.” [= Ada cara lain dalam mana kata-kata ini bisa ditafsirkan, yang akan memberikan suatu arti yang baik. AVEN bukan hanya berarti ‘kejahatan’, tetapi paling sering berarti ‘kesukaran, kerja keras, kesedihan, dan penderitaan’; dan hal-hal ini memang merupakan artinya yang ideal, dan ‘kejahatan’ hanya merupakan arti yang termuat / disesuaikan atau simbolis, karena rasa sakit, kesedihan, dsb, dihasilkan oleh dosa. AMAL, diterjemahkan di sini ‘kejahatan / sikap suka melawan’, sering muncul dalam Kitab Suci, tetapi tidak pernah diterjemahkan ‘kejahatan / sikap suka melawan’ kecuali di tempat ini. Kata itu hanya berarti ‘kerja keras’, khususnya kerja yang menyakitkan / membuat menderita atau bersifat penindasan. Karena itu, kata-kata ini bisa dianggap sebagai menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan bangsa itu dimusnahkan oleh pedang, atau dibawa ke bawah kuk perbudakan. Yang manapun dari metode-metode penafsiran ini memberikan arti yang baik, tetapi versi umum kita (KJV) tidak memberikan yang manapun dari arti-arti itu.]. 

Tetapi ada kemungkinan lain untuk menafsirkan kata-kata dari ay 21 ini. 

Calvin: “God, therefore, is said to have seen no iniquity in them, with reference to His adoption; not that they were worthy of such exalted praise, as if a distinction were drawn between them and the other nations - not on account of their deserts, but from the mere good pleasure of God.” [= Karena itu, Allah dikatakan tidak melihat kejahatan dalam mereka, berhubungan dengan pengadopsianNya; bukan bahwa mereka layak untuk mendapatkan pujian yang begitu tinggi, seakan-akan suatu pembedaan ditarik di antara mereka dan bangsa-bangsa lain - bukan berdasarkan kelayakan mereka, tetapi semata-mata dari kesenangan / perkenan yang baik dari Allah.]. 

Pulpit Commentary: “GOD DOTH NOT BEHOLD INIQUITY IN HIS PEOPLE. Not that it doth not exist (as it existed then in Israel), but because it is not imputed to them that repent and believe in Christ Jesus. God doth not behold sin in the faithful soul, because he regards it not in its own nakedness, but as clothed with the righteousness of Christ, which admits not any spot or stain (Gal 3:27; Phil 3:9; Rev 3:18).” [= Allah tidak melihat kejahatan dalam umatNya. Bukan bahwa kejahatan itu tidak ada (karena pada saat itu kejahatan itu ada dalam Israel), tetapi karena itu tidak diperhitungkan kepada mereka yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Allah tidak melihat dosa dalam jiwa yang setia / beriman, karena Ia menganggap jiwa itu bukan dalam ketelanjangannya sendiri, tetapi sebagai dipakaiani dengan kebenaran Kristus, yang tidak mengijinkan / membiarkan bintik atau noda apapun (Gal 3:27; Fil 3:9; Wah 3:18).]. 

Gal 3:27 - “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.”. 

Fil 3:9 - “dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”. 

Wahyu 3:18 - “maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.”. 

Mungkin ada satu ayat lagi yang bisa ditambahkan yaitu Tit 1:15. 

Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.”. 

Dari semua penafsiran ini saya setuju dengan yang terakhir (Calvin dan Pulpit Commentary). 

2. “TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka, dan sorak-sorak karena Raja ada di antara mereka.” (ay 21b). 

Barnes’ Notes: “‘The shout.’ The word is used (Lev. 23:24 note) to describe the sound of the silver trumpets. The ‘shout of a king’ will therefore refer to the jubilant sounds by which the presence of the Lord as their King among them was celebrated by Israel.” [= ‘Teriakan / sorak-sorak’. Kata itu digunakan (catatan Im 23:24) untuk menggambarkan suara dari terompet / serunai perak. Karena itu, ‘sorak-sorak karena Raja’ menunjuk pada suara sorakan kegirangan dengan mana kehadiran Tuhan sebagai Raja mereka di antara mereka dirayakan oleh Israel.]. 

The Biblical Illustrator: “What an awe this imparts to every true Church of God! You may go in and out of certain assemblies, and you may say, ‘Here we have beauty, here we have adornment, musical, ecclesiastical, architectural, oratorical, and the like!’ but to my mind there is no worship like that which proceeds from a man when he feels - the Lord is here. ... This is the one necessary of the Church: the Lord God must be in the midst of her, or she is nothing.” [= Ini memberikan suatu kekaguman pada setiap Gereja Allah yang benar! Engkau bisa masuk dan keluar dari pertemuan-pertemuan tertentu, dan engkau boleh / bisa berkata, ‘Di sini kita mempunyai keindahan, di sini kita mempunyai hiasan, musik, hal-hal yang bersifat gerejani, arsitek, kefasihan berbicara, dan sebagainya!’ tetapi bagi pikiran saya di sana tidak ada penyembahan / ibadah seperti yang keluar dari seseorang pada waktu ia merasa - Tuhan ada di sini. ... Ini adalah satu-satunya yang perlu dari Gereja: Tuhan Allah harus ada di tengah-tengahnya, atau ia adalah nihil / bukan apa-apa.]. 

d) Bilangan 23: 22: “Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan,”. 

KJV: ‘the strength of an unicorn’ [= kekuatan dari unicorn / kuda bertanduk satu]. 

RSV/NASB: ‘the horns of the wild ox’ [= tanduk-tanduk dari lembu jantan liar]. 

NIV: ‘the strength of a wild ox’ [= kekuatan dari seekor lembu jantan liar]. 

Tidak jelas binatang apa yang dimaksud. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata REEM. Ada yang menganggap ini sebagai banteng jantan liar yang terkenal karena besar, kuat, cepat dan garang, tetapi yang pada jaman sekarang sudah punah. Ada juga yang menganggap bahwa yang dimaksudkan adalah seekor badak. 

Menurut saya tidak penting binatang apa yang dimaksudkan, yang penting adalah arti yang dimaksudkan oleh penggambaran binatang ini. 

Kata ‘kekuatan’ sebetulnya tidak ada. Yang ada hanyalah kata ‘tanduk’ dan ini biasanya memang menggambarkan ‘kekuatan’. 

Jamieson, Fausset & Brown: “the name ‘unicorn,’ which is a translation, not of the Hebrew, but of the Greek term, monokeroos, and the Latin unicornis does not correspond with the Biblical descriptions. It is referred to in this passage, and also in Num. 24:8, as an emblem of strength; and the meaning of Balaam is, that Israel was not as they were at the exodus - a horde of poor, feeble, spiritless people - but powerful, impetuous, and invincible as a reem.” [= Nama / sebutan ‘unicorn’, yang merupakan terjemahan bukan dari Ibraninya, tetapi dari istilah Yunaninya, yaitu MONOKEROOS, dan Latinnya UNICORNIS tidak sesuai dengan penggambaran Alkitab. Ditunjukkan dalam text ini, dan juga dalam Bil 24:8, sebagai suatu simbol dari kekuatan; dan maksud Bileam adalah, bahwa Israel bukanlah seperti mereka dulu pada saat keluar dari Mesir - suatu gerombolan / kelompok orang-orang yang miskin, lemah, tidak bersemangat - tetapi kuat, cepat, dan tidak terkalahkan seperti seekor REEM.]. 

Jelas bahwa dalam dirinya sendiri Israel sama sekali tidak kuat. Mereka kuat karena Allah ada di tengah-tengah mereka / menyertai mereka. Hal yang sama berlaku bagi kita yang adalah orang-orang percaya. Kita lemah sama sekali, tetapi menjadi kuat / tidak terkalahkan, kalau Allah beserta kita. 

1Sam 17:45-47 - “(45) Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: ‘Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. (46) Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, (47) dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.’”. 

2Sam 22:30 - “Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok.”. 

Maz 28:7 - “TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepadaNya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepadaNya.”. 

Maz 20:8-9 - “(8) Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita. (9) Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak.”. 

Amsal 21:31 - “Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.”. 

Yer 17:5-8 - “(5) Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (6) Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. (7) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (8) Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”. 

Yohanes 15:5 - “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”. 

Roma 8:31 - “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”. 

Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”. 

NASB: “I can do all things through Him who strengthens me.” [= Aku bisa melakukan semua hal melalui Dia yang menguatkan aku.]. 

Jadi, bersandar kepada Tuhan dalam hal apapun yang kita akan dilakukan, merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh setiap orang Kristen! 

e) Bilangan 23: 23: “sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Allah:”. 

1. “sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel.” (ay 23a). 

KJV/RSV: ‘enchantment ... divination’ [= mantera yang berhubungan dengan magic ... nubuat yang menggunakan magic]. 

NIV: ‘sorcery ... divination’ [= sihir ... nubuat yang menggunakan magic]. 

NASB: ‘omen ... divination’ [= sesuatu / suatu kejadian yang meramalkan masa yang akan datang ... nubuat yang menggunakan magic]. 

Matthew Henry: “from all this he infers that it was to no purpose for him to think of doing them a mischief by all the arts he could use, v. 23. ... Surely there is no enchantment against Jacob so as to prevail. The curses of hell can never take place against the blessings of heaven. Not but that attempts of this kind would be made, but they would certainly be fruitless and ineffectual. ... be the church high or low, be her friends few or many, let second causes smile or frown, it comes all to one: no weapon formed against it shall prosper. Note, God easily can, and certainly will, baffle and disappoint all the devices and designs of the powers of darkness against his church, so that they shall not prevail to destroy it.” [= dari semua ini ia menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya baginya untuk berpikir untuk melakukan terhadap mereka suatu kejahatan dengan semua kemampuan / keahlian yang bisa ia gunakan, ay 23. ... Pasti tidak ada mantera terhadap Yakub bisa menang. Kutukan dari neraka tidak pernah bisa menggantikan berkat dari surga. Usaha-usaha dari jenis ini hanya akan dibuat, tetapi mereka pasti tidak akan berbuah dan tidak efektif. ... apakah gereja itu tinggi atau rendah, apakah teman-temannya sedikit atau banyak, biarlah ‘penyebab kedua’ tersenyum atau merengut, semuanya sampai pada satu hal: tidak ada senjata yang dibentuk terhadapnya bisa berhasil. Perhatikan, Allah dengan mudah bisa, dan pasti akan / mau, membingungkan dan mengecewakan semua pemikiran dan rancangan dari kuasa-kuasa kegelapan terhadap gerejaNya, sehingga mereka tidak akan berhasil untuk mengalahkannya.]. 

Adam Clarke: “Because God has determined to save them, therefore no enchantment can prevail against them.” [= Karena Allah telah menentukan untuk menyelamatkan mereka, karena itu tidak ada mantera bisa menang terhadap mereka.]. 

Jamieson, Fausset & Brown: “No art can ever prevail against a people who are under the shield of omnipotence, and for whom miracles have been and yet shall be performed, which will be a theme of admiration to succeeding ages.” [= Tidak ada seni / keahlian (magic) bisa pernah menang terhadap suatu bangsa / umat yang ada di bawah perlindungan dari Yang Maha Kuasa, dan untuk siapa mujijat-mujijat telah dan akan dilakukan, yang akan menjadi suatu thema dari kekaguman pada jaman-jaman yang berikutnya.]. 

Pulpit Commentary: “NO MAGICAL INFLUENCE CAN BE BROUGHT TO BEAR AGAINST THE RIGHTEOUS. If they fear God they need not fear any one else (Luke 12:4,5; Rom 8:38,39). Superstitious fears are unworthy of a Christian.” [= Tidak ada pengaruh magic bisa dibawa terhadap orang benar. Jika mereka takut kepada Allah mereka tidak perlu takut kepada siapapun (Luk 12:4,5; Ro 8:38,39). Rasa takut yang bersifat takhyul tidak layak / tidak patut bagi seorang Kristen.]. 

Calvin: “Balaam, in my judgment, confesses that there is no room for his enchantments, or that his customary arts fail him now, because their efficacy and power cannot affect the Israelites. And this confession harmonizes with the words of Pharaoh’s magicians, when they said, ‘This is the finger of God,’ (Exodus 8:19;) after they had pertinaciously contended, until God compelled them to yield. Thus now Balaam declares that the elect people were defended from on high, so that his divinations were ineffectual, and his enchantments vain.” [= Bileam, dalam penilaian saya, mengakui bahwa di sana tidak ada tempat untuk manteranya, atau bahwa keahliannya yang biasa sekarang gagal, karena kemujaraban dan kuasa mereka tidak bisa mempengaruhi bangsa Israel. Dan pengakuan ini sesuai dengan kata-kata dari ahli-ahli sihir Firaun, pada waktu mereka berkata, ‘Ini adalah jari Allah’ (Kel 8:19) setelah mereka bertanding / berjuang dengan keras kepala, sampai Allah memaksa mereka untuk menyerah. Demikianlah sekarang Bileam menyatakan bahwa umat pilihan itu dipertahankan dari tempat tinggi, sehingga nubuat magicnya tidak efektif, dan manteranya gagal.]. 

Bandingkan dengan: 

a. Matius 16:16-18 - “(16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga. (18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut (Yunani: HADES) tidak akan menguasainya.”. 

KJV: ‘the gates of hell’ [= pintu-pintu gerbang dari neraka]. 

RSV: ‘the powers of death’ [= kuasa-kuasa dari kematian]. 

NIV/NASB: ‘the gates of Hades’ [= pintu-pintu gerbang dari Hades]. 

b. Ul 33:26-29 - “(26) Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Ia berkendaraan melintasi langit sebagai penolongmu dan dalam kejayaanNya melintasi awan-awan. (27) Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah! (28) Maka Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bahkan langitnya menitikkan embun. (29) Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu. Sebab itu musuhmu akan tunduk menjilat kepadamu, dan engkau akan berjejak di bukit-bukit mereka.’”. 

2. “Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Allah:” (ay 23b). 

Ini kelihatannya menunjuk pada kuasa Allah yang bukan hanya melindungi bangsa Israel (ay 23), tetapi juga membuat mereka bisa mengalahkan / menghancurkan musuh-musuhnya (ay 24). 

f) Bilangan 23: 24: “Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya.’”. 

Ini menunjukkan bahwa Israel, dengan kekuatan Allah, akan menghancurkan musuh-musuh mereka, yaitu orang-orang Kanaan. 

3) Teguran Balak dan jawaban Bileam (ay 25-26). 

Bilangan 23: 25-26: “(25) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Jika sekali-kali tidak mau engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya.’ (26) Tetapi Bileam menjawab Balak: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.’”. 

Calvin: “When Balak sees that he is deceived in his opinion, he seeks at least that the hireling prophet should neither profit nor injure. ... The mercenary prophet here confesses that he has no more power of himself to be silent than to speak.” [= Pada waktu Balak melihat bahwa ia ditipu dalam pandangannya, ia berusaha sedikitnya nabi upahan itu tidak menguntungkan atau merugikan / melukai. ... Nabi upahan itu di sini mengakui bahwa ia dalam dirinya sendiri tidak lebih berkuasa untuk diam dari pada untuk berbicara.]. 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Bilangan 23: 26): “This was a remarkable declaration of Balaam’s, that he was divinely constrained to give utterances different in what it was his purpose and inclination to do.” [= Ini merupakan pernyataan yang luar biasa dari Bileam, bahwa ia dipaksa secara ilahi untuk memberikan ucapan-ucapan yang berbeda dengan apa yang ingin dilakukan oleh tujuan dan kecondongannya.]. 

Bdk. Amsal 16:1 - “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.”. 

Lagi-lagi, dalam komentarnya tentang ayat-ayat ini Adam Clarke tidak memberikan komentar apapun berkenaan dengan free will / kehendak bebas dari Bileam! 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-bersambung-
EKSPOSISI BILANGAN 22:1-41;23:1-19 (BILEAM).
Next Post Previous Post