1 SAMUEL 18:1-30 (KEBERHASILAN DAUD DAN PENURUNAN SAUL)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Persahabatan Daud dengan Yonatan (1 Samuel 18: 1-5).
1 Samuel 18: 1,3: Yonatan mengasihi Daud seperti jiwanya / dirinya sendiri.
Persahabatan Daud dan Yonatan merupakan persahabatan yang luar biasa, dan dipakai untuk menggambarkan hubungan kita dengan Kristus.
Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan persahabatan Daud dan Yonatan adalah:
· 1Samuel 19:1-7 20:1-43 yang menunjukkan pembelaan Yonatan terhadap Daud, yang menyebabkan ia sendiri hampir dibunuh oleh Saul.
· 2Samuel 1:11-12,17-27 yang menunjukkan kesedihan dan ratapan Daud karena kematian Yonatan. Perhatikan khususnya 2Sam 1:26 dimana Daud mengatakan bahwa cinta Yonatan lebih ajaib dari cinta seorang perempuan.
· 2Samuel 9:1-13 dimana Daud memelihara Mefiboset, anak dari Yonatan, karena kasihnya kepada Yonatan.
Ada beberapa hal penting tentang persahabatan:
1) Persahabatan adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia; artinya setiap orang harus mempunyai sahabat.
Pulpit Commentary: “Friendship in some degree is a necessity of man’s life. A perfectly solitary being, whose feelings cling to no one, and around whom no one clings, is truly lost” (= Dalam tingkat yang tertentu persahabatan merupakan kebutuhan / keharusan dari kehidupan manusia. Seseorang yang menyendiri secara sempurna, yang perasaannya tidak merangkul siapapun, dan yang tidak dirangkul oleh siapapun, betul-betul terhilang) - hal 343.
Mengapa demikian? Karena manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial (Kejadian 2:18-21, perhatikan khususnya ay 18 dan ay 20b).
2) Apa yang menyebabkan terjadinya persahabatan?
Pulpit Commentary: “one is drawn to another not only by the affinity of common tastes and qualities, but because of a recognition and admiration of qualities that are lacking in self. We seek to supplement the deficiencies of our own life by taking into ourselves, as far as possible, the excellences of another life, and friendship is the means to this end” (= seseorang ditarik kepada yang lain bukan hanya oleh daya pemersatu dari selera dan kwalitas yang sama, tetapi karena pengakuan dan kekaguman akan suatu kwalitas yang tidak ada dalam dirinya sendiri. Kita berusaha untuk menambah kekurangan-kekurangan dari kehidupan kita sendiri dengan mengambil bagi diri kita sendiri, sejauh mungkin, keunggulan-keunggulan dari kehidupan orang lain, dan persahabatan adalah cara untuk mencapai tujuan ini) - hal 343.
Memang seringkali kita mencari sahabat yang mempunyai selera atau kwalitas yang sama dengan kita. Misalnya sama-sama senang nonton bioskop, atau sama-sama pandai. Tetapi kadang-kadang kita justru bersahabat dengan seseorang karena kita melihat dalam diri orang itu sesuatu yang baik / indah dan yang mengagumkan bagi kita, yang tidak ada dalam diri kita. Misalnya kita kagum akan kerohanian atau kebijaksanaan seseorang, sehingga kita mau bersahabat dengan dia.
Dalam kasus Daud dan Yonatan, mungkin Yonatan melihat dalam diri Daud (yang baru mengalahkan Goliat), suatu keberanian dan iman yang tidak ada dalam dirinya sendiri (sekalipun ia sendiri bukanlah pengecut atau orang tak beriman - bdk. 1Samuel 14:6-15), dan ini menyebabkan ia menjadikan Daud sahabatnya.
Pulpit Commentary kutip kata-kata seorang yang bernama Willet: “There are three things that engender friendship - profit, pleasure, virtue. The first two do not beget true friendship, for as soon as the profit or pleasure ceaseth, friendship is gone; but virtue only maketh love and friendship to continue” (= Ada tiga hal yang menimbulkan persahabatan - keuntungan, kesenangan, kebaikan / sifat baik. Dua yang pertama tidak melahirkan persahabatan yang sejati, karena begitu keuntungan atau kesenangan itu berhenti, persahabatan itu hilang; tetapi kebaikan / sifat baik saja membuat kasih dan persahabatan berlanjut) - hal 351.
Kalau kita bersahabat dengan seseorang berdasarkan keuntungan atau kesenangan, maka kita akan sering ‘menggunakan’ atau ‘memanfaatkan’ sahabat kita untuk keuntungan / kesenangan kita. Lambat atau cepat ini akan meretakkan persahabatan itu.
3) Hal-hal yang harus ada dalam suatu persahabatan yang baik.
Pulpit Commentary: “The friendship of David and Jonathan embraced all that enters into ordinary friendship, - appreciation, love, confidence, tenderness, fidelity, unsuspicious intercourse, - with an additional religious element. ... In David and Jonathan we recognize, besides the usual essentials of friendship, the responsive action of a common faith in God and delight in his service. Each saw in the other, as by a higher spiritual insight, a spiritual kinship” (= Persahabatan Daud dan Yonatan mencakup semua yang termasuk dalam persahabatan biasa, - penghargaan, kasih, kepercayaan, kelembutan, kesetiaan, pergaulan / hubungan tanpa kecurigaan, - dengan suatu tambahan elemen yang agamawi. ... Dalam Daud dan Yonatan kita mengenali, selain hal-hal penting biasa dari persahabatan, tindakan menanggapi dari iman yang sama kepada Allah dan kesenangan dalam pelayananNya. Masing-masing melihat dalam diri yang lain, seperti oleh suatu pengertian / pengetahuan rohani yang lebih tinggi, suatu pertalian rohani) - hal 343.
Kita akan membahas beberapa hal dari kutipan di atas.
a) Penghargaan (1 Samuel 18: 4). Kita harus memberi penghargaan atas apa yang baik dalam diri sahabat kita, atau atas hal baik yang ia lakukan. Hal salah yang sering terjadi adalah selalu mengkritik pada waktu sahabatnya salah, tetapi hanya berdiam diri pada waktu sahabatnya melakukan sesuatu yang baik. Mungkin ia menghargai tetapi ia tidak mau menyatakan hal itu (menghargai dalam hati). Ini tidak cukup; kita harus menyatakan penghargaan itu.
Dalam kasus Yonatan dan Daud, maka pemberian pakaian dan peralatan perang Yonatan kepada Daud (ay 4) mungkin sekali merupakan penghargaan, atau bahkan penghormatan, kepada Daud yang sudah berhasil mengalahkan Goliat.
b) Kasih. Bdk. dengan ay 1,3 yang mengatakan bahwa Yonatan mengasihi Daud seperti jiwanya / dirinya sendiri. Kasih menyebabkan kita bisa mengampuni kesalahan sahabat kita; kasih tidak iri hati (1Korintus 13:4), kasih kadang-kadang memukul dengan maksud baik (Amsal 27:6), dan kasih menyebabkan kita melakukan segala sesuatu bukan untuk keuntungan / kesenangan diri kita sendiri, tetapi keuntungan / kesenangan sahabat kita.
Lawan kata dari kasih adalah egoisme.
c) Kepercayaan. Supaya bisa ada kepercayaan, tentu harus ada kejujuran, ketulusan dan keterbukaan satu terhadap yang lain.
Pulpit Commentary: “Now the foundation of that steadfastness and constancy which we seek in friendship is sincerity; for nothing is steadfast which is insincere” (= Dasar dari kesetiaan dan kekonstanan yang kita usahakan dalam persahabatan adalah ketulusan; karena tidak ada yang setia tetapi tidak tulus) - hal 352.
d) Kelembutan. Ini bertentangan dengan keras dan kasar. Tetapi ini tidak berarti mudah tersinggung.
e) Kesetiaan.
f) Pergaulan tanpa kecurigaan. Ini berhubungan dengan kejujuran, ketulusan dan kepercayaan satu terhadap yang lain yang sudah dibahas di atas. Tetapi ini juga berhubungan dengan sifat mudah curiga yang terdapat dalam diri orang-orang tertentu, yang tetap ada dalam dirinya sekalipun sahabatnya jujur, tulus dan terbuka terhadapnya. Kalau sifat seperti ini tidak dibereskan, ini bisa merusakkan persahabatan.
g) Tambahan elemen agamawi: harus mempunyai iman yang sama.
Ini memang tak berarti bahwa kita sama sekali tak boleh berteman dengan orang non kristen. Berteman biasa tentu boleh, karena kalau tidak, siapa yang memberitakan Injil kepada mereka? Tetapi bersahabat / berteman secara akrab, seharusnya dilakukan dengan sesama saudara seiman.
Charles Haddon Spurgeon: “It is ill for an heir of heaven to be a great friend with the heirs of hell. It has a bad look when a courtier is too intimate with his king’s enemies” (= Adalah buruk bagi seorang ahli waris surga untuk menjadi sahabat karib dengan ahli waris neraka. Kelihatannya jelek jika anggota istana terlalu dekat dengan musuh-musuh raja) - ‘Morning and Evening’, Oct 14, evening.
Satu hal lagi yang sangat penting dalam persahabatan adalah pemeliharaan persahabatan.
Pulpit Commentary: “The noblest form of friendship needs culture if it is to be permanent” (= Bentuk persahabatan yang paling mulia memerlukan pemeliharaan jika hal itu mau dijadikan permanen) - hal 344.
Apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga / memelihara persahabatan?
· menganggap penting persahabatan itu. Ini menyebabkan kita tidak gampang-gampang membubarkan persabahatan itu.
· saling mendoakan.
· dengan sama-sama melayani Tuhan, kalau bisa dalam bidang yang sama.
Tidak mudah untuk bisa melakukan hal-hal di atas, dan karena itu Pulpit Commentary mengatakan:
“Of true friendship observe that it exists only in noble souls. Both Jonathan and David were virtuous, generous, and devout. They were one in ‘the love of virtue and the fear of God.’ Persons destitute of these principles can neither esteem the excellence of others nor be esteemed for their own” (= Tentang persahabatan yang benar perhatikan bahwa itu ada hanya dalam jiwa-jiwa yang mulia. Baik Yonatan maupun Daud adalah orang-orang yang baik, murah hati dan religius / saleh. Mereka itu satu di dalam ‘kasih terhadap kebaikan / sifat baik dan rasa takut terhadap Allah’. Orang-orang yang tidak mempunyai elemen-elemen penting ini tidak bisa menghargai keunggulan dari orang lain ataupun dihargai keunggulan mereka sendiri) - hal 351.
II) Rusaknya hubungan Saul dengan Daud (1 Samuel 18: 6-30).
Kalau tadi kita sudah mempelajari persahabatan Daud dan Yonatan yang begitu mulia, sekarang kita melihat hal yang begitu kontras. Saul yang tadinya mengasihi Daud dan dekat dengan Daud, iri hati kepada Daud, lalu menjadi benci kepada Daud, dan bahkan melakukan beberapa usaha pembunuhan terhadap Daud.
Pulpit Commentary: “How extraordinary are the moral contrasts which are often presented in human life! The friendship of Jonathan here stands in opposition to the envy of Saul” (= Alangkah luar biasanya kontras moral yang sering dipertunjukkan dalam kehidupan manusia! Persahabatan Yonatan di sini berlawanan dengan iri hatinya Saul) - hal 353.
1) Munculnya iri hati dalam diri Saul terhadap Daud (1 Samuel 18: 6-9).
Rakyat memuji Daud lebih dari Saul (1 Samuel 18: 7), dan ini menyebabkan:
a) Saul iri hati (1 Samuel 18: 8a).
Pulpit Commentary: “He who is apt to feel indignation, feels pain at those who are undeservedly successful; but the envious man, going beyond him, feels pain at every one’s success” (= Ia yang condong untuk merasa jengkel / marah, merasa sakit kepada mereka yang mendapatkan kesuksesan padahal mereka tidak layak untuk itu; tetapi orang yang condong pada iri hati, melakukan lebih dari itu, merasa sakit terhadap sukses dari setiap orang) - hal 353.
Kalau saudara mudah merasa iri hati, bawalah hal itu ke hadapan Tuhan, dan bereskanlah!
b) Saul mulai curiga bahwa Daud akan menjadi raja menggantikan dia (ay 8b: ‘akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya’).
Kata-kata Samuel tentang penolakan Saul sebagai raja dan pemilihan seseorang lain untuk menggantikannya (1Samuel 15:28) sudah lewat beberapa tahun, tetapi itu tetap diingat oleh Saul. Mungkin selama ini ia selalu memperhatikan siapa kiranya orang yang bisa dipilih Tuhan untuk menggantikan dia. Sekarang melihat Daud berhasil mengalahkan Goliat, dan selalu menang perang sehingga dipuji oleh rakyat lebih dari dirinya sendiri, maka ia mulai mengira bahwa Daudlah orang itu.
2) Usaha-usaha pembunuhan yang dilakukan oleh Saul terhadap Daud.
a) Ikut campur tangannya setan (1 Samuel 18: 10) menyebabkan Saul melakukan usaha pembunuhan yang pertama terhadap Daud (1 Samuel 18: 11).
1 Samuel 18: 10: ‘kerasukan’.
KJV: ‘prophesied’ (= bernubuat).
NIV: ‘was prophesying’ (= sedang bernubuat).
Keil & Delitzsch (hal 189-190) mengatakan bahwa ini seharusnya diterjemahkan ‘to rave’ (= mengoceh seperti orang gila). Tetapi beberapa penafsir tidak setuju dengan itu dan mereka mengatakan bahwa ini adalah nubuat yang terjadi karena pengaruh / pekerjaan roh jahat.
Pulpit Commentary: “The conjugation employed here (Hithpahel) is never used of real, true prophecy (which is always the Niphal), but of a bastard imitation of it. Really Saul was in a state of frenzy, unable to master himself, speaking words of which he knew not the meaning, and acting like a man possessed. In all this there was something akin to the powerful emotions which agitated the true prophet, only it was not a holy influence, but one springing from violent passions and a disturbed state of the mind” [= Bentuk kata kerja yang dipakai di sini (Hithpahel) tidak pernah dipakai terhadap nubuat yang sejati dan benar (yang selalu ada dalam bentuk Niphal), tetapi terhadap suatu peniruan yang haram / tidak asli terhadapnya. Saul benar-benar ada dalam keadaan liar / gila, tidak mampu menguasai dirinya sendiri, mengucapkan kata-kata yang artinya tidak ia mengerti, dan bertindak seperti orang kerasukan. Dalam semua ini ada sesuatu yang sama dengan perasaan yang kuat yang menggerakkan nabi asli, hanya saja itu bukanlah pengaruh yang kudus, tetapi pengaruh yang muncul dari nafsu yang bengis / keras dan keadaan pikiran yang terganggu] - hal 341.
Adanya nubuat-nubuat yang asli dan yang palsu menyebabkan kita harus memperhatikan 1Tesalonika 5:20-21 - “dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
Dalam keadaan ‘bernubuat’ itu roh jahat menguasai Saul sedemikian rupa sehingga ia lalu melemparkan tombaknya kepada Daud, tetapi Daud berhasil menghindarkan diri dari usaha pembunuhan itu (ay 11). Ini bukan sekedar karena kehebatan Daud atau sekedar mujur, tetapi merupakan pekerjaan Tuhan (ay 12).
b) Saul mengangkat Daud menjadi kepala pasukan 1000 dan menempatkan di garis depan (ay 13), tentu saja dengan tujuan supaya Daud mati dalam pertempuran (bdk. 2Samuel 11:14-17). Tetapi yang terjadi justru adalah Daud selalu berhasil dalam perangnya, lagi-lagi karena adanya penyertaan Tuhan (1 Samuel 18: 14).
c) Saul menawarkan anak perempuannya untuk menjadi istri Daud dengan mas kawin berupa 100 kulit khatan orang Filistin (1 Samuel 18: 17-26).
1. Penjelasan dari beberapa ayat.
· 1 Samuel 18: 17: padahal tadinya ini sudah dijanjikan kepada orang yang berhasil mengalahkan Goliat. Jadi ini seharusnya sudah merupakan hak dari Daud. Dengan mengadakan perjanjian lagi, Saul sudah menjilat ludahnya sendiri.
· 1 Samuel 18: 19: pernikahan ini merupakan pengkhianatan terhadap perjanjian, dan Matthew Poole mengatakan bahwa karena itu pernikahan ini dikutuk oleh Tuhan, dan semua anak-anak hasil pernikahan ini mati dibunuh dalam 2Sam 21.
· 1 Samuel 18: 21: ‘keduakalinya’. Yang pertama adalah perjanjian untuk memberikan Merab, yang telah tidak ditaati oleh Saul.
2. Rencana pembunuhan ini begitu licik, karena disamarkan di bawah:
· kebaikan, dimana ia mau menjadikan Daud sebagai menantunya (bdk. 1 Samuel 18: 22b).
· semangat untuk membunuh para musuh Tuhan (bdk. 1 Samuel 18: 17b).
Pulpit Commentary: “It is said that insane persons often display unusual cunning and skill in compassing their ends” (= Dikatakan bahwa orang-orang gila sering menunjukkan kelicikan dan kepandaian / ketrampilan yang luar biasa dalam mencapai tujuan mereka) - hal 347.
Pulpit Commentary: “The covering of murderous intent, with professions of kindness and esteem. Open hostility is bad enough in an evil cause, but to play the hypocrite for compassing a cruel purpose is the blackest of crimes (Ps. 10:7). To be clothed as an angel of light is not confined to Satan” [= Penutupan / penyembunyian dari maksud pembunuhan, dengan pengakuan kebaikan dan penghargaan. Permusuhan terbuka dengan alasan yang jahat sudah cukup buruk, tetapi berperan sebagai orang munafik untuk mencapai tujuan yang kejam merupakan kejahatan yang paling hitam (Mazmur 10:7). Berpakaian sebagai malaikat terang tidak terbatas hanya pada Setan] - hal 348.
3. Daud setuju (1 Samuel 18: 26) karena ia tidak tahu akan rencana jahat Saul, dan disamping itu ia berpikir bahwa kalau ia bisa melaksanakan keinginan Saul itu dan menjadi menantu Saul, itu bukan hanya kehormatan tetapi itu bisa membereskan kebencian Saul terhadapnya.
Daud boleh dikatakan tertipu oleh siasat jahat Saul, karena ia adalah seorang yang tulus / jujur dan masih muda sehingga belum berpengalaman.
Pulpit Commentary: “Larger experience makes men cautious; but it is better to be deceived a hundred times than to lead a life of continual suspicion” (= Pengalaman yang lebih luas membuat manusia berhati-hati; tetapi adalah lebih baik ditipu 100 kali dari pada mengarah pada kehidupan yang terus menerus curiga) - hal 355.
4. Lagi-lagi usaha Saul gagal, karena Daud berhasil mendapatkan 200 kulit khatan orang Filistin (ay 27a).
Dalam ay 27a ini LXX / Septuaginta menuliskan hanya 100. Bdk. 2Samuel 3:14 yang juga mengatakan 100. Ini sebabkan Adam Clarke (hal 272) menganggap bahwa mungkin sekali ‘100’ merupakan pembacaan yang benar. Saya sendiri tetap setuju dengan ‘200’, dan saya berpendapat bahwa 2Sam 3:14 Daud membicarakan perjanjian dalam 1 Samuel 18: 25-26, bukan berbicara tentang fakta yang akhirnya terjadi dalam 1 Samuel 18: 27.
Tentu keberhasilan Daud ini juga disebabkan oleh penyertaan Tuhan (1 Samuel 18: 28).
Keberhasilan Daud digambarkan secara menanjak sebagai berikut:
· 1 Samuel 18: 5: ‘selalu berhasil’.
· 1 Samuel 18: 14: ‘berhasil di segala perjalanannya’.
· 1 Samuel 18: 15: ‘sangat berhasil’.
· 1 Samuel 18: 30: ‘lebih berhasil dari semua pegawai Saul’.
Sebaliknya Saul mengalami penurunan sebagai berikut:
¨ 1 Samuel 18: 12: ‘Saul menjadi takut kepada Daud’.
¨ 1 Samuel 18: 15: ‘makin takutlah ia kepadanya’.
¨ 1 Samuel 18: 29: ‘Maka makin takutlah Saul kepada Daud’.
5. Keberhasilan Daud ini menyebabkan ia mendapatkan Mikhal sebagai isterinya (ay 27b).
Tetapi ini tidak menyebabkan Saul berhenti memusuhi atau berusaha membunuhnya. Perhatikan ay 29b yang mengatakan bahwa ‘Saul tetap menjadi musuh Daud seumur hidupnya’.
Betul-betul tragis bahwa persahabatan / hubungan baik yang mula-mula ada di antara Saul dengan Daud (bdk. 1Samuel 16:21-22 18:2,5) harus berakhir secara begitu menyedihkan.
Penutup.
Hubungan yang mana yang saudara inginkan dalam hidup saudara? Seperti Yonatan dengan Daud, atau seperti Saul dengan Daud?.1 SAMUEL 18:1-30 (KEBERHASILAN DAUD DAN PENURUNAN SAUL).
-AMIN-