CALVIN DAN SERVETUS

Pdt. Budi Asali, M. Div.
Pendahuluan.

Saya menulis dan mengkhotbahkan pelajaran ini karena adanya fitnahan-fitnahan terhadap Calvin berkenaan dengan penghukuman mati terhadap Servetus. Saya tahu sedikitnya dua orang, yaitu Guy Duty dan Suhento Liauw, yang menulis fitnahan-fitnahan mereka berkenaan dengan Calvin dan penghukuman mati Servetus.
CALVIN DAN SERVETUS
gadget, education, business
Bukan fanatisme terhadap Calvin yang membuat saya menulis dan mengkhotbahkan pelajaran ini.

Alasan saya untuk menuliskan dan mengkhotbahkan pelajaran ini adalah:

1. Menyatakan kebenaran.
Fitnah bukan kebenaran, tetapi suatu bentuk ketidak-benaran yang paling buruk dan kurang ajar, dan tidak bisa dibiarkan.

2. Bagi saya, oleh kasih karunia Allah, Calvin adalah / menjadi seorang hamba Tuhan yang luar biasa hebatnya. Karyanya menjadi berkat yang luar biasa bagi saya sendiri, dan bagi banyak hamba-hamba Tuhan / orang-orang kristen, yang tidak membutakan mata mereka terhadap kebenaran. Kalau saya membiarkan fitnahan-fitnahan ini, dan orang-orang lalu percaya pada fitnahan-fitnahan ini, maka saya menganggap itu sebagai suatu kerugian yang luar biasa bagi gereja Tuhan!

Di bawah ini ada dua fitnahan yang saya berikan sebagai contoh saja, karena saya tahu bahwa pemfitnah-pemfitnah Calvin sebetulnya banyak sekali.

1) Guy Duty.
Guy Duty, dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 24, berkata:
“Berbahaya sekali menentang Calvinisme pada waktu itu, seperti dialami oleh Servetus, seorang ahli theologia lain. Calvin dan rekan-rekannya di Jenewa membakarnya dengan terikat di tiang, sebagai seorang bidat.”.

Catatan: Buku aslinya berjudul “If Ye Continue” dan diterbitkan terjemahannya dengan izin resmi Penerbit Bukit Zaitun Surabaya. Pendeta / Gembala Sidang dari Gereja Bukit Zaitun adalah Pdt. Jusuf B. S. yang juga adalah seorang Arminian anti Calvin, yang boleh dikatakan tidak dia kenal apa-apa, baik orangnya maupun ajarannya. Saya menganggap Pdt. Jusuf B. S. bertanggung jawab terhadap penyebaran fitnah melalui buku ini!

2) Suhento Liauw.
Tulisan Suhento Liauw tentang Calvin dan servetus
http://graphe-ministry.org/downloads/Pedangroh/Pedang_Roh_Edisi_47.pdf
Di link di atas ini ada tulisan berjudul “Kehidupan dan Tindakan John Calvin & Para Pengikutnya”.

Dan dari tulisan ini saya mencuplik bagian di bawah ini (dari hal 10-11):
“PENGUASA KOTA GENEVA. Dua orang temannya, Guillaume Farel dan Peter Viret, adalah orang yang berperan menempatkan Calvin hingga menjadi penguasa kota Geneva. Ketika Calvin tiba di Geneva, kotaitu baru melepaskan dirinya dari kuk kekuasaan Roma pada Juli 1636. Dan kota Genevamenempati posisi yang sangat strategis karena sebagai perlintasan perdagangan. Penolakan penduduk kota Geneva terhadap Roma tidak berarti seluruh penduduknya adalah orang Kristen sejati, karena banyak diantaranya, bahkan mayoritasnya melakukan itu atas alasan politik belaka.

Kota Geneva akhirnya menjadi kacau karena tidak lagi berada dibawah kontrol Roma, namun juga belum menemukan bentuknya yang mantap. Disaat seperti inilah teman Calvin memintanya datang untuk memimpin gereja di Geneva. Karena tadinya masyarakat sudah terbiasa dengan gereja-negara, maka sekalipun tidak dibawah Roma Katolik, mereka tetap menginginkan kondisi seperti semula. John Calvin masuk pada saat yang tepat untuk menggantikan kekosongan hati dan kondisi masyarakat.

Akhirnya Calvin menerapkan aturan yang sangat keras terhadap penduduk kota Geneva. Masyarakat dipaksa untuk mengikuti kebaktian minggu, yang tidak kebaktian akan dipenjarakan atau diusir dari kota Geneva. Seorang penata rambut dipenjarakan hanya karena telah menata rambut seorang pengantin yang dinilai oleh gereja agak spektakuler. Dua Ana-Baptis segera diusir dari kota Geneva tidak lama setelah Calvin mengambil alih kekuasaan kota Geneva hanya karena pandangan theologi mereka berbeda dari pandangan Calvin. Bahkan seseorang akan masuk penjara jika mengeluarkan bunyi pada saat sedang mengikuti kebaktian. Akhirnya banyak pemimpin kotayang tadinya mendukung usaha reform (pembaruan) Calvin menjadi kecewa. Namun mereka tidak bisa menyetop John Calvin lagi. Bahkan beberapa kali terjadi usaha pembunuhan terhadap Calvin.

Akhirnya John Calvin menjadi diktator kota Geneva. Hampir tidak ada hal yang tidak diatur oleh Calvin, bahkan berapa piring makanan seseorang boleh sekali makanpun ditetapkan. Pada tahun 1545 dua puluh orang dibakar hidup-hidup atas tuduhan melakukan sihir atau bertenung. Dari tahun 1542 hingga 1546 lima puluh delapan dieksekusi dan tujuh puluh enam orang diusir dari kota Geneva.

Seorang yang bernama Jacques Gruet, penentang ajaran Calvin ditangkap. Seluruh rumahnya digeledah dan hanya menemukan secarik kertas yang berisi tulisan yang mempertanyakan kemalangan nasib penduduk kota Geneva yang mau makan dan mau menaripun perlu diatur oleh Calvin. Sebulan penuh Gruet disiksa hingga akhirnya ia mengaku salah, dan kemudian ia dihukum mati dengan tuduhan menghujat firman Allah.

Michael Servetus adalah kasus yang sangat besar karena jelas ia adalah orang baik. Ia seorang yang belajar hukum dan pengobatan bahkan mengajar astrologi. Ia seorang yang sangat terpelajar dan berpikir dengan cerdas. Setelah mengkritik pengajaran Calvin melalui surat, dan suatu hari ia melewati kota Geneva. Ia berani mampir ke kota Geneva pasti karena ia tidak menyangka Calvin sekejam itu dan tega membunuh orang hanya karena mengkritiknya. Tetapi akhirnya Servetus ditangkap dan disidang. Tentu semuanya diatur oleh John Calvin karena Servetus tidak bersalah kepada siapapun selain mengirim surat yang berisi kritikan terhadap doktrin Calvin. Sangat tragis, Servetus diputuskan dibakar hidup-hidup, di Champel. Kata terakhir yang diserukan oleh Servetus ialah, ‘Oh Jesus, Son of the Eternal God, have pity on me.’”.

Catatan:

a) Tahun 1636 itu pasti salah cetak.

b) Satu hal yang harus sangat diperhatikan kalau membaca tulisan ini adalah bahwa penulisnya hanya menulis, menuduh, tetapi tidak memberikan secuil referensipun dari buku sejarah, atau buku lain, atau sumber-sumber apapun. Memang dalam majalah / buletin ini tak diberitahukan siapa penulis tulisan ini, tetapi editor dari majalah ini adalah Suhento Liauw. Jadi, dalam tulisan-tulisan di bawah, kalau saya merujuk pada tulisan ini, saya akan sebut tulisan itu sumbernya adalah Suhento Liauw. Seorang doktor yang bisa menulis tuduhan seperti itu tanpa referensi apapun, saya anggap hanya sebagai doktor abal-abal, dan juga sebagai seorang pemfitnah / penyebar hoax! Dan para pembaca yang menerima dan percaya begitu saja tulisan semacam ini, saya juga anggap sebagai orang-orang idiot. Nanti saya akan membahas tuduhan-tuduhan, atau lebih tepat fitnahan-fitnahan, yang diberikan oleh Suhento Liauw kepada Calvin ini. Tetapi kalau saya membantah, saya akan menyertakan referensi-referensinya dari buku-buku sejarah dan buku-buku lain, sumber-sumber internet seperti Wikipedia dan sebagainya.

c) Tentang Jacques Gruet bisa kita baca dalam tulisan di Wikipedia dalam link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Jacques_Gruet

Saya tidak membahas ini secara detail, tetapi hanya memberikan tulisan singkat saja, untuk menunjukkan bahwa dalam detail kecil seperti ini saja Suhento Liauw sudah memfitnah Calvin. Kalau saudara membaca link Wikipedia yang saya berikan di atas, terlihat bahwa penangkapan dan penghukuman mati terhadap Jacques Gruet sama sekali tidak ada hubungannya dengan Calvin. Ia memang seorang penentang Calvin, tetapi Calvin tidak ada hubungannya dengan penangkapan dan penghukuman mati terhadap dia. Dia ditangkap dan dihukum mati karena ia melakukan pembunuhan dan rencana pembunuhan. Jadi, dengan memasukkan tulisan tentang orang ini, yang diputar-balikkan dan dimasukkan secara out of context, jelas sekali Suhento Liauw sudah menuliskan suatu fitnah / hoax.

d) Kalau dari cuplikan yang saya berikan di atas saudara membaca sedikit lebih jauh lagi dalam tulisan Suhento Liauw itu, maka terlihat bahwa setelah membahas ‘kejahatan Calvin’, ia melanjutkan dengan membahas ‘kejahatan’ dari para pengikut Calvin. Dan dalam hal 11 dari tulisan itu saudara bisa melihat bahwa ia membicarakan seseorang yang bernama John Bunyan. Ia berkata sebagai berikut:

“Di seluruh Eropa, sejauh Calvinisme merambatkan pengajarannya, sejauh itu pula penganiayaan terhadap iman yang berbeda dengan gereja-negara. John Bunyan, pengarang novel terkenal The Pilgrim’s Progress dipenjarakan oleh gereja Inggris selama 12 tahun. Dan ia meninggal di penjara beberapa bulan sebelum Inggris dinyatakan sebagai negara yang bebas beragama, atau berkeyakinan.”.

Dengan tulisan seperti ini kelihatannya Suhento Liauw mau menunjukkan bahwa John Bunyan bukanlah orang Calvinist dan ia dianiaya karena itu dan mati karena itu.
Bahwa ini lagi-lagi merupakan fitnah yang luar biasa busuknya bisa terlihat pada waktu saudara membandingkan tulisan Suhento Liauw dengan cerita aslinya, yang dengan mudah bisa saudara dapatkan dengan mengetik kata-kata ‘John Bunyan’ di Google. Saya mendapatkan tulisan dari Wikipedia dalam link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/John_Bunyan

Dari link di atas ini terlihat bahwa John Bunyan yang hidup lebih dari seabad setelah Calvin, adalah seorang Puritan, dan itu adalah Calvinist!! Ia memang dianiaya oleh Gereja Inggris, tetapi siapa Gereja Inggris itu? Itu adalah Gereja Anglikan. Ajarannya sama dengan Katolik, hanya mereka tidak mengakui Paus dari Katolik, tetapi mengakui raja / ratu Inggris sebagai Paus mereka. Mereka yang memenjarakan John Bunyan, karena ia adalah seorang Calvinist! Ia dipenjarakan selama 12 tahun mulai dari Januari 1661. Setelah keluar dari penjara pada tahun 1672, nanti ia dipenjarakan lagi selama sekitar 6 bulan, pada tahun 1676-1677. Lalu ia dibebaskan. Ia mati pada tanggal 31 Agustus 1688, bukan di dalam penjara, tetapi karena pada waktu ia mau mengunjungi temannya di London ia terkena badai yang menyebabkan ia jatuh sakit dan akhirnya mati.

Bagaimana cerita ini bisa diputar-balikkan oleh lidah seperti ular beludak dari Suhento Liauw, sehingga kelihatan bahwa John Bunyan mati karena penganiayaan para pengikut Calvin, betul-betul menunjukkan bahwa Suhento Liauw adalah pemfitnah yang luar biasa kurang ajarnya.
Satu dua detail merupakan fitnah, membuat saya percaya detail-detail yang lain, yang jauh lebih tidak masuk akal, juga merupakan fitnah-fitnah dari Suhento Liauw, yang menurut saya sebaiknya diberi gelar Doktor Pemfitnah, atau Doktor Penyebar Hoax.

Jadi saya abaikan detail-detail lain yang ia berikan dalam tulisannya, dan saya berkonsentrasi hanya dalam persoalan Servetus.

I) Servetus dan kesesatannya.
Kalau Guy Duty mengatakan bahwa kesalahan Servetus hanya ‘menentang Calvinisme’, dan Suhento Liauw mengatakan kesalahan Servetus hanya ‘mengkritik pengajaran Calvin’, ini saja sebetulnya sudah merupakan suatu fitnah, karena mereka mengecilkan kesalahan Servetus yang sebetulnya sangat besar, sehingga Calvin terlihat sangat jahat.

Servetus sebetulnya bukan hanya menentang atau mengkritik ajaran Calvin, apalagi ajaran khas dari Calvin seperti Predestinasi dsb, tetapi ia betul-betul adalah seorang yang sangat sesat / seorang bidat / seorang nabi palsu, dan di atas segala-galanya, ia adalah seorang penghujat yang luar biasa kurang ajarnya. Ia menentang doktrin-doktrin dasar baik dari Kristen Protestan maupun Katolik, karena ia sesat berkenaan dengan doktrin Allah Tritunggal dan juga keilahian Kristus, dan doktrin-doktrin lain. Itu akan saya buktikan dengan referensi dari banyak buku / sumber internet di bawah ini.

1) Dari sumber Rev. Thomas Smyth D. D. dalam bukunya yang berjudul ‘Calvin and His Enemies’, Apendix 1 (AGES).

Rev. Thomas Smyth D. D.: “Servetus, although opposed to the Trinity, was anything but a modern Unitarian. While the latter denies the divinity of Christ, he denied his humanity, and considered him the absolute God; thus he was one degree further removed from Unitarianism than the orthodox; otherwise, a thorough Pantheist, who asserted, even before his judges, that the bench on which he sat was God.” [= Servetus, sekalipun menentang Tritunggal, adalah apapun kecuali seorang Unitarian modern. Sementara yang belakangan menyangkal keilahian Kristus, ia menyangkal kemanusiaanNya, dan menganggapNya Allah yang mutlak; jadi ia satu tingkat lebih jauh dari Unitarianisme dari pada ajaran Ortodox; dalam hal yang lain, seorang Pantheist sepenuhnya, yang menegaskan, bahkan di depan hakim-hakimnya, bahwa bangku pada mana ia duduk adalah Allah.] - ‘Calvin and His Enemies’, Apendix 1, hal 55-56 (AGES).

Catatan: Pantheisme adalah ajaran yang mengajarkan bahwa Allah adalah segala sesuatu, dan segala sesuatu adalah Allah.

2) Dari sumber William Wileman dalam bukunya yang berjudul ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’(AGES).

William Wileman: “In 1530 he published a book ‘On the Errors of the Trinity.’ His views need not be given here; one specimen will suffice to give an idea of them. He said that the doctrine of the Trinity was ‘a three-headed Cerberus, a dream of Augustine, and an invention of the devil.’” [= Pada tahun 1530 ia menerbitkan buku ‘Tentang Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal’. Pandangan-pandangannya tidak perlu diberikan di sini; satu contoh cukup untuk memberikan suatu gagasan tentang mereka. Ia berkata bahwa doktrin dari Tritunggal adalah ‘seekor Cerberus berkepala tiga, sebuah mimpi dari Agustinus, dan suatu penemuan dari setan / iblis’.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 81 (AGES).

Catatan:
a) Dalam mitology Yunani Cerberusadalah seekor anjing berkepala tiga penjaga dari Hades supaya orang mati yang masuk ke sanatidak bisa lolos. Kalau saudara mau tahu dengan lebih mendetail tentang Cerberus ini baca di link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Cerberus#Descriptions
b) Dan dalam link ini saudara bisa melihat beberapa gambar dari Cerberus - https://www.google.com/search?sxsrf=ACYBGNQaCGR59hPcfkof63AHRHSrLshrPg:1572399700708&q=picture+of+Cerberus&tbm=isch&source=univ&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNQaCGR59hPcfkof63AHRHSrLshrPg:1572399700708&sa=X&ved=2ahUKEwi87Ous7cLlAhXGVisKHeveCAwQsAR6BAgGEAE&biw=811&bih=384

William Wileman: “The book, however, on which his trial was based was his ‘Restitutio Christianismi.’ Only two copies of this are known to exist; and both are out of England. I have seen a copy of the reprint of 1790. Servetus sent the manuscript of this to Calvin for his perusal; and a lengthy correspondence took place between them, extending from 1546 to 1548. Of this Calvin says: ‘When he was at Lyons he sent me three questions to answer. He thought to entrap me. That my answer did not satisfy him I am not surprised.’ To Servetus himself he wrote: ‘I neither hate you nor despise you; nor do I wish to persecute you; but I would be as hard as iron when I behold you insulting sound doctrine with so great audacity.’” [= Tetapi buku pada mana pengadilannya didasarkan adalah bukunya yang berjudul ‘Restitutio Christianismi’. Hanya dua salinan dari buku ini yang diketahui ada; dan keduanya berada di luar Inggris. Saya pernah melihat sebuah salinan dari terbitan ulang dari tahun 1790. Servetus mengirim naskah dari buku ini kepada Calvin untuk pemeriksaan / pembelajarannya; dan surat-menyurat yang panjang terjadi di antara mereka, mulai tahun 1546 sampai 1548. Tentang hal ini Calvin berkata: ‘Pada waktu ia berada di Lyons ia mengirim aku tiga pertanyaan untuk dijawab. Ia berpikir untuk menjebak / memikat aku. Bahwa jawabanku tidak memuaskan dia aku tidak terkejut’. Kepada Servetus sendiri ia menulis: ‘Aku tidak membenci kamu ataupun merendahkan / menghina kamu; juga aku tidak ingin menganiaya kamu; tetapi aku akan menjadi sekeras besi pada waktu aku melihat kamu menghina ajaran / doktrin yang sehat dengan keberanian / kekurang-ajaran yang begitu besar’.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 81 (AGES).

William Wileman: “The thirty-eight articles of accusation were drawn up by Calvin. Two examinations took place. At the second of these, Servetus persisted in one of his errors, namely, that all things, ‘even this footstool,’ are the substance of God.” [= Tiga puluh delapan artikel tuduhan ditarik / disiapkan oleh Calvin. Dua pemeriksaan terjadi. Pada yang kedua dari pemeriksaan ini, Servetus berkeras dalam salah satu dari kesalahan-kesalahannya, yaitu, bahwa segala sesuatu, ‘bahkan bangku kayu ini’, adalah substansi / bahan dari Allah.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).

Catatan: kata-katanya ini menunjukkan bahwa ia mempercayai Pantheisme, yaitu ajaran yang mempercayai bahwa Allah adalah segala sesuatu, dan segala sesuatu adalah Allah.

William Wileman: “The main facts therefore may now be summarized thus: 1. That Servetus was guilty of blasphemy, of a kind and degree which is still punishable here in Englandby imprisonment.” [= Karena itu fakta-fakta utama sekarang bisa diringkas seperti ini: 1. Bahwa Servetus bersalah tentang penghujatan, tentang suatu jenis dan tingkat yang sampai sekarang tetap bisa dihukum dengan pemenjaraan di sini di Inggris.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 83-84 (AGES).

3) Dari sumber Wikipedia - https://en.m.wikipedia.org/wiki/Michael_Servetus
Wikipedia: “Michael Servetus (/sərˈviːtəs/; Spanish: Miguel Serveto as real name, French: Michel Servet), also known as Miguel Servet, Miguel de Villanueva, Michel Servet, Revés, or Michel de Villeneuve (Villanueva de Sigena, Aragón, Spain, 29 September 1509 or 1511 – 27 October 1553), was a Spanish theologian, physician, cartographer, and Renaissance humanist. He was the first European to correctly describe the function of pulmonary circulation, as discussed in Christianismi Restitutio (1553). He was a polymath versed in many sciences: mathematics, astronomy and meteorology, geography, human anatomy, medicine and pharmacology, as well as jurisprudence, translation, poetry and the scholarly study of the Bible in its original languages. He is renowned in the history of several of these fields, particularly medicine.”.

Catatan: Bagian ini tidak saya terjemahkan, hanya saya berikan ringkasannya saja. Bagian ini menunjukkan bahwa Servetus mempunyai banyak nama. Perbedaan itu ada yang terjadi karena perbedaan bahasa, tetapi juga ada yang memang betul-betul berbeda (nama samaran). Juga bahwa ia bukan hanya mempelajari theologia dan bahasa-bahasa asli Alkitab, tetapi juga sangat banyak ilmu lain, seperti kedokteran (ia adalah seorang dokter), matematik, astronomy / ilmu perbintangan, ilmu tentang cuaca, ilmu bumi, ilmu tentang anatomi manusia, ilmu pengobatan. Dan ia berprestasi sangat bagus dalam ilmu-ilmu sekuler itu. Ini semua menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang luar biasa pandai.

Wikipedia: “He participated in the Protestant Reformation, and later developed a heterodox view of the Trinity and Christology. After being condemned by Catholic authorities in France, he fled to Calvinist Geneva where he was burnt at the stake for heresy by order of the city’s governing council.” [= Ia berpartisipasi dalam Reformasi Protestan, dan belakangan mengembangkan suatu pandangan yang unortodox / berbeda dengan pandangan-pandangan umum tentang Tritunggal dan Kristologi. Setelah dikecam / dijatuhi hukuman oleh otoritas / penguasa / hakim Katolik di Perancis, ialari pada Jenewa yang Calvinist dimana ia dibakar pada tiang hukuman mati dengan pembakaran untuk kesesatan oleh perintah dari sidang pemerintah kota.].

Wikipedia: “Quintana became Charles V’s confessor in 1530, and Servetus joined him in the imperial retinue as his page or secretary. Servetus travelled through Italy and Germany, and attended Charles’ coronation as Holy Roman Emperor in Bologna. He was outraged by the pomp and luxury displayed by the Pope and his retinue, and decided to follow the path of reformation. It is not known when Servetus left the imperial entourage, but in October 1530 he visited Johannes Oecolampadiusin Basel, staying there for about ten months, and probably supporting himself as a proofreader for a local printer. By this time he was already spreading his theological beliefs.” [= Quintana menjadi pastor kepada siapa Charles V mengaku dosa pada tahun 1530, dan Servetus bergabung dengan dia dalam kelompok pembantu kaisar sebagai pembantu atau sekretarisnya. Servetus berkeliling melalui Italia dan Jerman, dan menghadiri penobatan / pemakhkotaan Charles sebagai Kaisar Romawi yang Kudus di Bologna. Ia dibuat menjadi marah oleh kemegahan / pameran dan kemewahan yang ditunjukkan oleh Paus dan pembantu-pembantunya, dan memutuskan untuk mengikuti jalan dari Reformasi. Tidak diketahui kapan Servetus meninggalkan kelompok pembantu kaisar itu, tetapi pada bulan Oktober 1530 ia mengunjungi Johannes Oecolampadiusdi Basel, tinggal di sana untuk sekitar sepuluh bulan, dan mungkin mencukupi kebutuhannya sendiri sebagai seorang pembaca (untuk menemukan kesalahan) untuk suatu percetakan lokal. Pada saat ini ia sudah menyebarkan kepercayaan theologianya.].

Wikipedia: “Two months later, in July 1531, Servetus published De Trinitatis Erroribus (On the Errors of the Trinity). The next year he published the work Dialogorum de Trinitate (Dialogues on the Trinity) and the supplementary work De Iustitia Regni Christi (On the Justice of Christ’s Reign) in the same volume. After the persecution of the Inquisition, Servetus assumed the name ‘Michel de Villeneuve’ while he was staying in France.” [= Dua bulan kemudian, dalam bulan Juli 1531, Servetus menerbitkan De Trinitatis Erroribus (Tentang Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal). Tahun berikutnya ia menerbitkan tulisan Dialogorum de Trinitate(Dialog tentang Tritunggal)dan tulisan tambahan (apendix) De Iustitia Regni Christi(Tentang Keadilan Pemerintahan Kristus) dalam volume / buku yang sama. Setelah penganiayaan dari Inquisisi / Pengadilan Katolik untuk menekan kesesatan, Servetus mengambil nama ‘Michel de Villeneuve’pada waktu ia tinggal di Perancis.].

Wikipedia: “In 1553 Michael Servetus published yet another religious work with further anti-trinitarian views. It was entitled Christianismi Restitutio (The Restoration of Christianity), a work that sharply rejected the idea of predestination as the idea that God condemned souls to Hell regardless of worth or merit. God, insisted Servetus, condemns no one who does not condemn himself through thought, word, or deed.” [= Pada tahun 1553 Michael Servetus menerbitkan lagi sebuah tulisan agamawi yang lain dengan pandangan-pandangan anti Trinitarian yang lebih jauh lagi. Itu diberi judul Christianismi Restitutio(Pemulihan dari Kekristenan), suatu tulisan yang secara tajam menolak gagasan tentang predestinasi sebagai suatu gagasan bahwa Allah menghukum / memasukkan jiwa-jiwa ke neraka tanpa mempedulikan nilai / kwalitet atau jasa. Allah, Servetus berkeras, tidak menghukum siapapun yang tidak menghukum dirinya sendiri melalui pikiran, perkataan, atau perbuatan.].

Wikipedia: “At his trial, Servetus was condemned on two counts, for spreading and preaching Nontrinitarianism, specifically, Modalistic Monarchianism, or Sabellianism, and anti-paedobaptism (anti-infant baptism). Of paedobaptism Servetus had said, ‘It is an invention of the devil, an infernal falsity for the destruction of all Christianity.’” [= Pada pengadilannya, Servetus dihukum atas dua tuduhan, untuk menyebarkan dan mengkhotbahkan Ajaran Non Trinitarian, secara khusus Modalistic Monarchianism, atau Sabellianisme, dan anti-paedobaptism (anti baptisan bayi). Tentang Baptisan Bayi Servetus telah berkata, ‘Itu adalah suatu penemuan dari setan, suatu kepalsuan / dusta dari neraka untuk kehancuran dari seluruh kekristenan.].

Wikipedia: “Calvin believed Servetus deserved death on account of what he termed as his ‘execrable blasphemies’. ... of the man’s effrontery I will say nothing; but such was his madness that he did not hesitate to say that devils possessed divinity; yea, that many gods were in individual devils, inasmuch as a deity had been substantially communicated to those equally with wood and stone.” [= Calvin percaya Servetus layak mati karena apa yang ia sebut ‘hujatan-hujatannya yang sangat buruk / menjengkelkan’. ... tentang keberanian / kekurang-ajarannya aku tak akan berkata apa-apa; tetapi demikianlah kegilaannya sehingga ia tidak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa setan-setan mempunyai keilahian; ya, bahwa banyak allah-allah berada di dalam setan-setan secara individuil, sama seperti seorang allah telah secara substansi diberikan kepada mereka yang sama dengan kayu dan batu.].

Wikipedia: “In his first two books (De trinitatis erroribus, and Dialogues on the Trinity plus the supplementary De Iustitia Regni Christi) Servetus rejected the classical conception of the Trinity, stating that it was not based on the Bible. ... Servetus hoped that the dismissal of the trinitarian dogma would make Christianity more appealing to believers in Judaism and Islam, which had preserved the unity of God in their teachings. According to Servetus, trinitarians had turned Christianity into a form of ‘tritheism’, or belief in three gods. Servetus affirmed that the divine Logos, the manifestation of God and not a separate divine Person, was incarnated in a human being, Jesus, when God’s spirit came into the womb of the Virgin Mary. Only from the moment of conception was the Son actually generated. Therefore, although the Logos from which He was formed was eternal, the Son was not Himself eternal. For this reason, Servetus always rejected calling Christ the ‘eternal Son of God’ but rather called him ‘the Son of the eternal God.’” [= Dalam kedua buku pertamanya (De trinitatis erroribus, dan Dialogues on the Trinity ditambah dengan tambahan / apendixnya De Iustitia Regni Christi) Servetus menolak pengertian / kepercayaan klasik tentang Tritunggal, dengan menyatakan bahwa itu tidak didasarkan pada Alkitab. ... Servetus berharap bahwa pembuangan dogma Trinitarian ini akan membuat kekristenan lebih menarik bagi orang-orang percaya dalam Yudaisme dan Islam, yang telah memelihara kesatuan Allah dalam ajaran-ajaran mereka. Menurut Servetus, orang-orang yang mempercayai Tritunggal telah mengubah kekristenan menjadi suatu bentuk ‘tritheisme’, atau kepercayaan kepada tiga allah. Servetus menegaskan bahwa Logos yang ilahi, manifestasi dari Allah dan bukan suatu Pribadi yang terpisah, diinkranasikan dalam seorang manusia, Yesus, pada waktu Roh Allah datang ke dalam kandungan Perawan Maria. Hanya dari saat pembuahanlah sang Anak betul-betul diperanakkan. Karena itu, sekalipun sang Logos dari mana Ia dibentuk adalah kekal, Anak itu sendiri tidaklah kekal. Untuk alasan ini, Servetus selalu menolak menyebut Kristus ‘Anak yang kekal dari Allah’ tetapi menyebutNya ‘Anak dari Allah yang kekal’.].

Wikipedia: “Servetus asserted that the Father, Son and Holy Spirit were dispositions of God, and not separate and distinct beings.’ Wilbur promotes the idea that Servetus was a modalist.” [= Servetus menegaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah kecondongan-kecondongan / watak-watak (?) dari Allah, dan bukan keberadaan-keberadaan yang terpisah dan berbeda’. Wilbur mengajukan / mengusulkan gagasan bahwa Servetus adalah seorang Modalist.].

Catatan: Modalisme = Sabelianisme.

Wikipedia: “This theology, though original in some respects, has often been compared to Adoptionism, Arianism, and Sabellianism, all of which Trinitarians rejected in favour of the belief that God exists eternally in three distinct persons. Nevertheless, Servetus rejected these theologies in his books: Adoptionism, because it denied Jesus’s divinity; Arianism, because it multiplied the hypostasesand established a rank; and Sabellianism, because it seemingly confused the Father with the Son, though Servetus himself does appear to have denied or diminished the distinctions between the Persons of the Godhead, rejecting the Trinitarian understanding of One God in Three Persons.” [= Theologia ini, sekalipun orisinil dalam beberapa aspek, telah sering dibandingkan dengan Adoptionisme, Arianisme, dan Sabelianisme, semua yang ditolak oleh orang-orang yang mempercayai Tritunggal yang mendukung kepercayaan bahwa Allah berada secara kekal dalam tiga Pribadi yang berbeda (distinct). Tetapi Servetus menolak theologia-theologia ini dalam buku-bukunya: Adoptionisme, karena ajaran itu menyangkal keilahian Yesus; Arianisme, karena ajaran itu meningkatkan jumlah dari hypostases / hakekat dan meneguhkan suatu tingkatan; dan Sabelianisme, karena ajaran itu kelihatannya gagal untuk membedakan Bapa dengan Anak, sekalipun Servetus sendiri kelihatan telah menyangkal atau mengurangi perbedaan-perbedaan antara Pribadi-pribadi dari Allah, menolak pengertian Trinitarian tentang Satu Allah dalam Tiga Pribadi.].

Wikipedia: “Servetus also had very unorthodox views on the end times. He believed that he was the Michael referenced in both Daniel and Revelation who would fight the Antichrist. Furthermore, he believed that all this would take place in his lifetime. This possibly explains his decision to visit Calvin in Geneva. Servetus could have thought that he was somehow bringing about the beginnings of the end times by facing those who argued and fought against him.” [= Servetus juga mempunyai pandangan-pandangan yang sangat tidak ortodox tentang akhir jaman. Ia percaya bahwa ia adalah Mikhael yang direferensikan baik dalam kitab Daniel dan kitab Wahyu yang akan memerangi Sang Anti Kristus. Lebih jauh lagi, ia percaya bahwa semua ini akan terjadi pada masa hidupnya. Ini mungkin menjelaskan keputusannya untuk mengunjungi Calvin di Jenewa. Servetus bisa telah berpikir bahwa entah bagaimana ia sedang membawa permulaan dari akhir jaman dengan menghadapi mereka yang berargumentasi dan bertengkar dengannya.].

4) Dari sumber David Schaff, dalam buku ‘History of the Christian Church’, vol VIII.

David Schaff: “This work was printed at Viennein Dauphiné, at the expense of the author, who is indicated on the last page by the initial letters M. S. V.; i.e. Michael Servetus Villanovanus. It contains in 734 octavo pages: 1) Seven books on the Trinity (the ed. of 1531 revised); 2) Three books on Faith and the Righteousness of the kingdom of Christ (revised); 3) Four books on Regeneration and the kingdom of Antichrist; 4) Thirty Epistles to Calvin; 5) Sixty Signs of the reign of Antichrist; 6) Apology to Melanchthon and his colleagues on the mystery of the Trinity and ancient discipline.” [= Pekerjaan / tulisan ini dicetak di Wina di Dauphine, dengan biaya dari sang pengarang, yang ditunjukkan di halaman terakhir dengan huruf-huruf inisial M. S. V.; yaitu Michael Servetus Villanovanus. Itu terdiri dari 734 halaman oktavo: 1) Tujuh buku tentang Tritunggal (edisi revisi dari tahun 1531); 2) Tiga buku tentang Iman dan Kebenaran dari Kerajaan Kristus (revisi); 3) Empat buku tentang Kelahiran Baru dan kerajaan dari Anti Kristus; 4) Tiga puluh Surat-surat kepada Calvin; 5) Enam puluh Tanda dari pemerintahan Anti Kristus; 6) Apologia terhadap Melanchthon dan rekan-rekannya tentang misteri dari Tritunggal dan disiplin kuno.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 136, hal 682 (Libronix).

David Schaff: “Servetus was equally confident of a divine call, and even identified himself with the archangel Michael in his apocalyptic fight against the dragon of Rome and ‘the Simon Magus of Geneva.’” [= Servetus yakin secara sama tentang suatu panggilan ilahi, dan bahkan menyamakan dirinya sendiri dengan penghulu malaikat Mikhaeldalam pertempuran akhir jamannya melawan naga Romadan ‘Simon Magus dari Jenewa’.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 688 (Libronix).

David Schaff: “Bishop Bossuet was able to affirm that all Christians were happily agreed in maintaining the rightfulness of the death penalty for obstinate heretics, as murderers of souls.” [= Uskup Bossuet mampu menyatakan dukungan bahwa semua orang-orang Kristen setuju dengan gembira dalam mempertahankan kebenaran dari hukuman mati untuk orang-orang sesat yang keras kepala, sebagai pembunuh-pembunuh jiwa.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 689 (Libronix).

Catatan: Uskup Bossuet adalah ahli theologia Katolik Perancis yang hidup pada tahun 1627-1704.

David Schaff: “Let us remember also that it was not simply a case of fundamental heresy, but of horrid blasphemy, with which he had to deal.” [= Hendaklah kita ingat juga bahwa itu bukanlah semata-mata suatu kasus dari kesesatan dasari, tetapi dari penghujatan yang menjengkelkan, yang harus ia tangani.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 691 (Libronix).

David Schaff: “And as regards the dogmas of the Trinity and Incarnation, they were fully agreed with their Catholic opponents, and equally opposed to the errors of Servetus, who denied those dogmas with a boldness and contempt unknown before.” [= Dan berkenaan dengan dogma-dogma dari Tritunggal dan Inkarnasi, mereka sepenuhnya setuju dengan lawan-lawan Katolik mereka, dan secara sama menentang kesalahan-kesalahan dari Servetus, yang menyangkal dogma-dogma itu dengan suatu keberanian dan penghinaan yang tak pernah dikenal sebelumnya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 702 (Libronix).

David Schaff: “Servetus declared, in his first work, that the Bible was the source of all his philosophy and science, and to be read a thousand times. He called it a gift of God descended from heaven. Next to the Bible, he esteemed the ante-Nicene Fathers, because of their simpler and less definite teaching. He quotes them freely in his first book.” [= Servetus menyatakan, dalam pekerjaannya yang pertama, bahwa Alkitab adalah sumber dari semua filsafat dan ilmu pengetahuannya, dan harus dibaca seribu kali. Ia menyebutnya suatu pemberian / anugerah dari Allah yang turun dari surga. Di samping Alkitab, ia menghargai Bapa-bapa Gereja sebelum Nicea, karena ajaran mereka yang lebih sederhana dan kurang pasti. Ia mengutip mereka dengan bebas dalam bukunya yang pertama.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 713 (Libronix).

Catatan: perlu diketahui bahwa bapa-bapa Gereja sebelum Nicea luar biasa banyak yang ajarannya mengandung kesesatan-kesesatan! Dan ini yang rupanya menyesatkan Servetus.

David Schaff: “We do not know whether, and how far, he was influenced by the writings of the Reformers. He may have read some tracts of Luther, which were early translated into Spanish, but he does not quote from them. We next find Servetus in the employ of Juan Quintana, a Franciscan friar and confessor to the Emperor Charles V. He seems to have attended his court at the coronation by Pope Clement VII. in Bologna (1529), and on the journey to the Diet of Augsburg in 1530, which forms an epoch in the history of the Lutheran Reformation. At Augsburg he may have seen Melanchthon and other leading Lutherans, but he was too young and unknown to attract much attention. In the autumn of 1530 he was dismissed from the service of Quintana; we do not know for what reason, probably on suspicion of heresy.” [= Kami tidak tahu apakah, dan sejauh mana, ia dipengaruhi oleh tulisan-tulisan dari para tokoh Reformasi. Ia mungkin telah membaca beberapa traktat dari Luther, yang sejak sangat awal sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol, tetapi ia tidak mengutip dari mereka. Selanjutnya kami mendapati Servetus dalam pelayanan / pekerjaan dari Juan Quintana, seorang anggota dari ordo Franciscan dari Gereja Roma Katolik, dan seorang imam / pastor yang mendengarkan pengakuan dosa dari Kaisar Charles V. Ia kelihatannya telah menghadiri istananya pada upacara pemahkotaan oleh Paus Clement VII di Bologna (1529), dan dalam perjalanan ke Diet di Augsburgtahun 1530, yang membentuk suatu masa dalam sejarah dari Reformasi Lutheran. Di Augsburg ia mungkin telah melihat Melanchthon dan pemimpin-pemimpin Lutheran yang lain, tetapi ia terlalu muda dan tidak dikenal untuk menarik banyak perhatian. Pada musim gugur tahun 1530 ia diberhentikan dari pelayanan Quintana; kami tidak tahu apa alasannya, mungkin karena kecurigaan akan kesesatan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 713-714 (Libronix).

David Schaff: “We have no account of a conversion or moral struggle in any period of his life, such as the Reformers passed through. He never was a Protestant, either Lutheran or Reformed, but a radical at war with all orthodoxy. A mere youth of twenty-one or two, he boldly or impudently struck out an independent path as a Reformer of the Reformation. The Socinian society did not yet exist; and even there he would not have felt at home, nor would he have long been tolerated. Nominally, he remained in the Roman Church, and felt no scruple about conforming to its rites. As he stood alone, so he died alone, leaving an influence, but no school nor sect.” [= Kami tidak mempunyai cerita tentang suatu pertobatan atau pergumulan moral dalam periode manapun dalam hidupnya, seperti yang dilalui oleh para tokoh Reformasi. Ia tidak pernah menjadi seorang Protestan, baik Lutheran atau Reformed, tetapi seorang radikal yang berperang dengan semua keortodoxan. Hanya seorang muda berusia 21 atau 22 tahun, ia secara berani atau secara kurang ajar memulai suatu jalan yang bersandar kepada diri sendiri / tak tergantung orang lain sebagai seorang tokoh Reformasi dari Reformasi. Masyarakat Socinian belum ada; dan bahkan di sana ia tidak akan merasa krasan, juga ia tidak akan ditoleransi untuk waktu yang lama. Secara nominal / nama, ia tetap tinggal dalam Gereja Roma, dan tidak merasa tidak nyaman tentang penyesuaian dengan upacara-upacaranya. Sebagaimana ia berdiri sendirian, demikianlah ia mati sendirian, meninggalkan suatu pengaruh, tetapi tidak ada aliran atau sekte.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 714 (Libronix).

David Schaff: “From Germany Servetus went to Switzerland and spent some time at Basel. There he first ventilated his heresies on the trinity and the divinity of Christ.” [= Dari Jerman Servetus pergi ke Swiss dan melewatkan suatu waktu di Basel. Di sana ia pertama-tama menyebarkan kesesatan-kesesatannya tentang Tritunggal dan keilahian Kristus.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 714 (Libronix).

Catatan: Jarak dari Jenewa ke Baselhanya 254 Km!! Keduanya terletak di Swiss! Ia bahkan sudah mengirim surat-surat kepada Calvin dan berusaha menyesatkan Calvin di Jenewa! Jadi bagaimana David Schaff bisa berargumentasi bahwa Calvin salah dalam mengusahakan penangkapan Servetus karena ia belum melakukan apa-apa di Jenewa??? Betul-betul suatu argumentasi yang tolol.

David Schaff: “He importuned Oecolampadius with interviews and letters, hoping to convert him. But Oecolampadius was startled and horrified. He informed his friends, Bucer, Zwingli, and Bullinger, who happened to be at Basel in October, 1530, that he had been troubled of late by a hot-headed Spaniard, who denied the divine trinity and the eternal divinity of our Saviour. Zwingli advised him to try to convince Servetus of his error, and by good and wholesome arguments to win him over to the truth. Oecolampadius said that he could make no impression upon the haughty, daring, and contentious man. Zwingli replied: ‘This is indeed a thing insufferable in the Church of God. Therefore do everything possible to prevent the spread of such dreadful blasphemy.’ Zwingli never saw the objectionable book in print.” [= Ia membuat permohonan dengan mendesak dan berulang-ulang kepada Oecolampadius dengan pembicaraan-pembicaraan / pertemuan-pertemuan formil dan surat-surat, berharap untuk mempertobatkan dia. Tetapi Oecolampadius kaget dan terkejut / takut. Ia memberi informasi kepada sahabatnya, Bucer, Zwingli, dan Bullinger, yang kebetulan ada di Baselpada Oktober 1530, bahwa ia baru-baru ini telah diganggu oleh seorang Spanyol yang ceroboh / berani / bertemperamen panas, yang menyangkal Tritunggal Ilahi dan kekekalan keilahian dari Juruselamat kami / kita. Zwingli menasehatinya untuk mencoba / berusaha untuk meyakinkan Servetus tentang kesalahannya, dan oleh argumentasi-argumentasi yang baik dan sehat untuk memenangkan dia pada kebenaran. Oecalampadius berkata bahwa ia tidak bisa membuat kesan / pengaruh kepada orang yang sombong, berani, dan suka berargumentasi / bertengkar itu. Zwingli menjawab: ‘Ini memang merupakan suatu hal yang tidak bisa ditoleransi dalam Gereja Allah. Karena itu lakukan segala sesuatu yang memungkinkan untuk mencegah penyebaran dari penghujatan yang begitu menakutkan’. Zwingli tidak pernah melihat buku cetakan yang menjengkelkan itu.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 715 (Libronix).

David Schaff: “Servetus sought to satisfy Oecolampadius by a misleading confession of faith, but the latter was not deceived by the explanations and exhorted him to ‘confess the Son of God to be coequal and coeternal with the Father;’ otherwise he could not acknowledge him as a Christian.” [= Servetus berusaha untuk memuaskan Oecolampadius oleh suatu pengakuan iman yang bersifat menipu, tetapi yang belakangan ini tidak tertipu oleh penjelasan-penjelasan itu dan menasehati / mendesaknya untuk ‘mengakui Anak Allah sebagai setara dan sama kekalnya dengan Bapa’; kalau tidak ia tidak bisa mengakui dia sebagai seorang Kristen.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal (Libronix).

Catatan: Bagaimana kalau ini diterapkan kepada Erastus??? Salahkan saya kalau saya mengatakan ia bukan saudara seiman saya?

David Schaff: “§ 141. The Book against the Holy Trinity. Servetus was too vain and obstinate to take advice. In the beginning of 1531, he secured a publisher for his book on the ‘Errors of the Trinity,’ Conrad Koenig, who had shops at Basel and Strassburg, and who sent the manuscript to Secerius, a printer at Hagenau in Alsace. Servetus went to that place to read the proof. He also visited Bucer and Capito at Strassburg, who received him with courtesy and kindness and tried to convert him, but in vain. In July, 1531, the book appeared under the name of the author, and was furnished to the trade at Strassburg, Frankfort, and Basel, but nobody knew where and by whom it was published. Suspicion fell upon Basel.” [= § 141. Buku terhadap / menentang Tritunggal yang Kudus. Servetus terlalu sombong dan keras kepala untuk menerima nasehat. Pada awal tahun 1531, ia mendapatkan seorang penerbit untuk bukunya tentang ‘Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal’, Conrad Koenig, yang mempunyai toko-toko di Basel dan Strassburg, dan yang mengirimkan naskah itu kepada Secerius, seorang pencetak di Hagenau di Alsace. Servetus pergi ke tempat itu untuk membaca cetakan itu. Ia juga mengunjungi Bucer dan Capito di Strassburg, yang menerimanya dengan kesopanan dan kebaikan dan berusaha untuk mempertobatkan dia, tetapi dengan sia-sia. Pada bulan Juli, 1531, buku itu muncul di bawah nama dari sang pengarang, dan disediakan / disuplai bagi penjualan di Strassburg, Frankfort, dan Basel, tetapi tak seorangpun tahu dimana dan oleh siapa itu diterbitkan. Kecurigaan jatuh pada Basel.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 715 (Libronix).

David Schaff: “The fifth book is a worthless speculative exposition of the Hebrew names of God. The Lutheran doctrine of justification is incidentally attacked as calculated to make man lazy and indifferent to good works.” [= Buku kelima adalah suatu exposisi yang bersifat spekulatif dan tak berharga tentang nama-nama bahasa Ibrani dari Allah. Doktrin tentang pembenaran dari Lutheran diserang terpisah dari pokok utama karena diperhitungkan / dipastikan membuat manusia malas dan bersikap acuh tak acuh terhadap perbuatan baik.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 718 (Libronix).

David Schaff: “The seventh and last book is an answer to objections, and contains a new attack on the doctrine of the Trinity, which was introduced at the same time with the secular power of the pope. Servetus probably believed in the fable of the donation of Constantine.” [= Buku yang ketujuh dan terakhir adalah suatu jawaban terhadap keberatan-keberatan, dan mengandung suatu serangan baru tentang doktrin dari Tritunggal, yang diperkenalkan pada saat yang sama dengan kuasa sekuler dari Paus. Servetus mungkin percaya pada dongeng / dusta tentang kontribusi dari Konstantin.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 718 (Libronix).

David Schaff: “It is not surprising that this book gave great offence to Catholics and Protestants alike, and appeared to them blasphemous. Servetus calls the Trinitarians tritheists and atheists. He frivolously asked such questions as whether God had a spiritual wife or was without sex. He calls the three gods of the Trinitarians a deception of the devil, yea (in his later writings), a three-headed monster.” [= Tidak mengherankan bahwa buku ini menghasilkan kemarahan / kebencian yang besar secara sama kepada orang-orang Katolik dan Protestan, dan terlihat kepada mereka sebagai bersifat menghujat. Servetus menyebut orang-orang yang percaya Tritunggal sebagai Tritheist (orang yang mempercayai tiga Allah / dewa) dan Atheist. Ia menanyakan secara konyol pertanyaan-pertanyaan seperti apakah Allah mempunyai seorang istri rohani atau tanpa sex. Ia menyebut tiga allah dari orang-orang yang percaya Tritunggal suatu penipuan dari setan, ya (dalam tulisan-tulisannya belakangan), seorang monster berkepala tiga.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 718-719 (Libronix).

Catatan: kata ‘sex’ bisa berarti aktivitas sexual (hubungan sex) atau jenis kelamin.

David Schaff: “Cochlaeus directed the attention of Quintana, at the Diet of Regensburg, in 1532, to the book of Servetus which was sold there, and Quintana at once took measures to suppress it. The Emperor prohibited it, and the book soon disappeared. Servetus published in 1532 two dialogues on the Trinity, and a treatise on Justification. He retracted, in the preface, all he had said in his former work, not, however, as false, but as childish. He rejected the Lutheran doctrine of justification, and also both the Lutheran and Zwinglian views of the sacrament. He concluded the book by invoking a malediction on ‘all tyrants of the Church.’” [= Cochlaeus mengarahkan perhatian dari Quintana, pada Diet dari Regenburg, pada tahun 1532, pada buku dari Servetus yang dijual di sana, dan Quintana segera bertindak untuk menekan / menghentikan peredarannya. Sang Kaisar melarangnya, dan buku itu segera hilang. Servetus menerbitkan dalam tahun 1532 dua dialog tentang Tritunggal, dan sebuah tulisan exposisi tentang Pembenaran. Ia menarik kembali, dalam pendahuluannya, semua yang ia katakan dalam pekerjaan yang terdahulu, tetapi bukan sebagai salah, tetapi sebagai kekanak-kanakan. Ia menolak doktrin pembenaran Lutheran, dan juga kedua pandangan Lutheran dan Zwingli tentang sakramen. Ia mengakhiri buku itu dengan memohonkan suatu kutuk kepada ‘semua tiran-tiran dari Gereja’.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 720 (Libronix).

David Schaff: “At his thirtieth year he thought that, after the example of Christ, he should be rebaptized, since his former baptism was of no value. He denied the analogy of circumcision. The Jews, he says, circumcised infants, but baptized only adults. This was the practice of John the Baptist; and Christ, who had been circumcised on the eighth day, was baptized when he entered the public ministry. The promise is given to believers only, and infants have no faith. Baptism is the beginning of regeneration, and the entrance into the kingdom of heaven. He wrote two letters to Calvin on the subject, and exhorted him to follow his example. His arrogance made him so unpopular that he had to leave Charlieu.” [= Pada usianya yang ke 30 ia berpikir bahwa, menurut teladan Kristus, ia harus dibaptis ulang, karena baptisan yang terdahulu tidak bernilai. Ia menolak analogi dari sunat. Orang-orang Yahudi, katanya, menyunat bayi-bayi, tetapi hanya membaptis orang-orang dewasa. Ini adalah praktek dari Yohanes Pembaptis; dan Kristus, yang telah disunat pada usia 8 hari, dibaptis pada waktu Ia memasuki pelayanan umum. Janji itu diberikan hanya kepada orang-orang percaya, dan bayi-bayi tidak mempunyai iman. Baptisan adalah permulaan dari kelahiran baru, dan jalan masuk ke dalam kerajaan surga. Ia menulis dua surat kepada Calvin tentang pokok itu, dan mendesak dia untuk mengikuti teladannya. Kearoganannya membuat dia begitu tidak populer sehingga ia harus meninggalkan Charlieu.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 725 (Libronix).

David Schaff: “§ 145. Correspondence of Servetus with Calvin and Poupin. While engaged in the preparation of his last work at Vienne, Servetus opened a correspondence with Calvin through Jean Frellon, a learned publisher at Lyons and a personal friend of both. He sent him a copy of his book as far as then finished, and told him that he would find in it ‘stupendous things never heard of before.’ He also proposed to him three questions: 1) Is the man Jesus Christ the Son of God, and how? 2) Is the kingdom of God in man, when does man enter into it, and when is he born again? 3) Must Christian baptism presuppose faith, like the Lord’s Supper, and to what end are both sacraments instituted in the New Testament? Calvin seems to have had no time to read the whole manuscript, but courteously answered the questions to the effect, 1) that Christ is the Son of God both according to his divine nature eternally begotten, and according to his human nature as the Wisdom of God made flesh; 2) that the kingdom of God begins in man when he is born again, but that the process of regeneration is not completed in a moment, but goes on till death; 3) that faith is necessary for baptism, but not in the same personal way as in the Lord’s Supper; for according to the type of circumcision the promise was given also to the children of the faithful. Baptism and the Lord’s Supper are related to each other as circumcision and the passover. He referred to his books for details, but was ready to give further explanation if desired. Servetus was by no means satisfied with the answer, and wrote back that Calvin made two or three Sons of God; that the Wisdom of God spoken of by Solomon was allegorical and impersonal; that regeneration took place in the moment of baptism by water and the spirit, but never in infant baptism. He denied that circumcision corresponded to baptism. He put five new theological questions to Calvin, and asked him to read the fourth chapter on baptism in the manuscript of the Restitutio which he had sent him. To these objections Calvin sent another and more lengthy response. He again offered further explanation, though he had no time to write whole books for him, and had discussed all these topics in his Institutes. So far there is nothing to indicate any disposition in Calvin to injure Servetus. On the contrary we must admire his patience and moderation in giving so much of his precious time to the questions of a troublesome stranger and pronounced opponent. Servetus continued to press Calvin with letters, and returned the copy of the Institutes with copious critical objections. ‘There is hardly a page,’ says Calvin, ‘that is not defiled by his vomit.’ Calvin sent a final answer to the questions of Servetus, which is lost, together with a French letter to Frellon, which is preserved. This letter is dated Feb. 13, 1546, under his well-known pseudonym of Charles Despeville, and is as follows: - ‘Seigneur Jehan, As your last letter was brought to me on my departure, I had no leisure to reply to the enclosure it contained. After my return I use the first moment of my leisure to comply with your desire; not indeed that I have any great hope of proving serviceable to such a man, seeing him disposed as I do. But I will try once more, if there be any means left of bringing him to reason, and this will happen when God shall have so wrought in him that he has become altogether another man. Since he has written to me in so proud a spirit, I have been led to write to him more sharply than is my wont, being minded to take him down a little in his presumption. But I could not do otherwise. For I assure you there is no lesson he needs so much to learn as humility. This must come to him through the grace of God, not otherwise. But we, too, ought to lend a helping hand. If God give such grace to him and to us that the present answer will turn to his profit, I shall have cause to rejoice. If he persists, however, in the style he has hitherto seen fit to use, you will only lose your time in soliciting me further in his behalf; for I have other affairs that concern me more nearly, and I shall make it a matter of conscience not to busy myself further, not doubting that he is a Satan who would divert me from more profitable studies. Let me beg of you, therefore, to be content with what I have already done, unless you see occasion for acting differently.’ Frellon sent this letter to Villeneuve by a special messenger, together with a note in which be addresses him as his ‘dear brother and friend.’ On the same day Calvin wrote the famous letter to Farel already quoted. He had arrived at the settled conviction that Servetus was an incorrigible and dangerous heretic, who deserved to die. But he did nothing to induce him to come to Geneva, as he wished, and left him severely alone. In 1548 he wrote to Viret that he would have nothing more to do with this desperately obstinate heretic, who shall force no more letters from him. Servetus continued to trouble Calvin, and published in his Restitutio no less than thirty letters to him, but without dates and without replies from Calvin. They are conceived in a haughty and self-sufficient spirit. He writes to the greatest divine of the age, not as a learner, or even an equal, but as a superior. In the first of these printed letters he charges Calvin with holding absurd, confused, and contradictory opinions on the sonship of Christ, on the Logos, and on the Trinity. In the second letter he tells him: ‘You make three Sons of God: the human nature is a son to you, the divine nature is a son, and the whole Christ is a son … . All such tritheistic notions are a three-headed illusion of the Dragon, which easily crept in among the sophists in the present reign of Antichrist. Or have you not read of the spirit of the dragon, the spirit of the beast, the spirit of the false prophets, three spirits? Those who acknowledge the trinity of the beast are possessed by three spirits of demons. These three spirits incite war against the immaculate Lamb, Jesus Christ (Apoc. 16). False are all the invisible gods of the Trinitarians, as false as the gods of the Babylonians. Farewell.’ He begins the third letter with the oft-repeated warning (saepius te monui) not to admit that impossible - monster of three things in God. In another letter he calls him a reprobate and blasphemer (improbus et blasphemus) for calumniating good works. He charges him with ignorance of the true nature of faith, justification, regeneration, baptism, and the kingdom of heaven. These are fair specimens of the arrogant, irritating, and even insulting tone of his letters. At last Servetus himself broke off his correspondence with Calvin, who, it seems, had long ceased to answer them, but he now addressed his colleagues. He wrote three letters to Abel Poupin, who was minister at Geneva from 1543 to 1556, when he died. The last is preserved, and was used in evidence at the trial. It is not dated, but must have been written in 1548 or later. Servetus charges the Reformed Christians of Geneva that they had a gospel without a God, without true faith, without good works; and that instead of the true God they worshipped a three-headed Cerberus. ‘Your faith in Christ,’ he continues, ‘is a mere pretence and without effect; your man is an inert trunk, and your God a fabulous monster of the enslaved will. You reject baptismal regeneration and shut the kingdom of heaven against men. Woe unto you, woe, woe!’ He concludes this remarkable letter with the prediction that he would die for this cause and become like unto his Master.” [= § 145. Surat-menyurat dari Servetus dengan Calvin dan Poupin. Sementara sibuk dalam persiapan tentang pekerjaannya yang terakhir di Wina, Servetus membuka suatu komunikasi melalui surat menyurat dengan Calvin melalui Jean Frellon, seorang penerbit yang terpelajar di Lyons dan seorang sahabat pribadi dari keduanya. Ia mengirim kepadanya sebuah salinan dari bukunya sejauh yang diselesaikan pada saat itu, dan memberitahunya bahwa ia akan menemukan di dalamnya ‘hal-hal yang sangat penting / bagus yang belum pernah didengar sebelumnya’. Ia juga mengajukan kepadanya tiga pertanyaan: 1) Apakah manusia Yesus Kristus adalah Anak Allah, dan bagaimana? 2) Apakah kerajaan Allah ada di dalam manusia, kapan manusia masuk ke dalamnya, dan kapan ia dilahir-barukan? 3) Haruskah baptisan Kristen diberi syarat iman, seperti Perjamuan Kudus, dan untuk tujuan apa kedua sakramen dimulai / ditegakkan dalam Perjanjian Baru? Calvin kelihatannya tidak mempunyai waktu untuk membaca seluruh naskah, tetapi dengan sopan menjawab pertanyaan-pertanyaan kira-kira seperti ini, 1) bahwa Kristus adalah Anak Allah baik menurut hakekat ilahiNya yang diperanakkan secara kekal, dan menurut hakekat manusiaNya sebagai Hikmat Allah yang dibuat menjadi daging; 2) bahwa kerajaan Allah mulai dalam diri manusia pada waktu ia dilahir-barukan, tetapi bahwa proses kelahiran baru tidak diselesaikan dalam satu saat, tetapi berlanjut sampai mati; 3) bahwa iman adalah perlu untuk baptisan, tetapi tidak dengan cara pribadi yang sama seperti dalam Perjamuan Kudus; karena sesuai dengan type dari sunat janji itu juga diberikan kepada anak-anak dari orang percaya. Baptisan dan Perjamuan Kudus berhubungan satu dengan yang lain seperti sunat dan Perjamuan Paskah. Ia menunjuk pada buku-bukunya untuk detail-detail, tetapi siap untuk memberi penjelasan lebih jauh jika diinginkan. Servetus sama sekali tidak puas dengan jawaban itu, dan menulis kembali bahwa Calvin membuat dua atau tiga Anak Allah; bahwa Hikmat Allah yang dibicarakan oleh Salomo bersifat alegory dan bukan pribadi; bahwa kelahiran baru terjadi pada saat baptisan dengan air dan roh, tetapi tidak pernah dalam baptisan bayi. Ia menyangkal bahwa sunat sesuai dengan baptisan. Ia memberikan limapertanyaan theologia yang baru kepada Calvin, dan memintanya untuk membaca pasal keempat tentang baptisan dalam naskah dari Restitutio yang telah ia kirimkan kepadanya. Terhadap keberatan-keberatan ini Calvin mengirim tanggapan yang lain dan lebih panjang. Ia memberikan / mengajukan lagi penjelasan lebih jauh, sekalipun ia tidak mempunyai waktu untuk menulis seluruh buku-buku untuk dia, dan telah mendiskusikan semua topik ini dalam Institutio-nya. Sejauh ini tidak ada apapun yang menunjukkan kecenderungan apapun dalam diri Calvin untuk melukai Servetus. Sebaliknya kita harus mengagumi kesabaran dan sikap moderatnya dalam memberikan begitu banyak dari waktunya yang berharga bagi pertanyaan-pertanyaan dari seorang asing dan jelas-jelas lawan yang mengganggu. Servetus melanjutkan untuk menekan Calvin dengan surat-surat, dan mengembalikan salinan dari Institutio dengan sangat banyak keberatan-keberatan yang bersifat mengkritik. ‘Hampir tidak ada satu halamanpun,’ kata Calvin, ‘yang tidak ia kotori dengan muntahnya’. Calvin mengirimkan satu jawaban terakhir pada pertanyaan-pertanyaan Servetus, yang terhilang, bersama-sama dengan suatu suratdalam bahasa Perancis kepada Frellon, yang masih ada / terpelihara utuh. Surat ini tertanggal 13 Feb 1546, di bawah nama samarannya yang terkenal Charles Despeville, dan adalah sebagai berikut: - ‘Tuan Jehan, Pada waktu suratmu dibawa kepadaku pada saat kepergianku, aku tak mempunyai waktu luang untuk menjawab pada lampiran yang ada di dalamnya. Setelah aku kembali aku menggunakan saat pertama dari waktu luangku untuk melakukan keinginanmu; bukan karena aku mempunyai pengharapan yang besar apapun untuk membuktikan berguna untuk orang seperti itu, karena melihat ia berketetapan sama seperti aku. Tetapi aku akan mencoba sekali lagi, jika di sana ada cara apapun yang tersisa untuk meyakinkan ia, dan ini akan terjadi pada waktu Allah telah bekerja sedemikian rupa di dalam dia sehingga ia menjadi seorang lain sama sekali. Karena ia telah menulis kepadaku dengan suatu roh / kecondongan yang begitu sombong, aku telah dibimbing untuk menulis kepadanya dengan lebih tajam dari yang biasa aku lakukan, dengan memikirkan untuk merendahkan dia sedikit dalam kesombongannya. Tetapi aku tidak bisa bertindak lain. Karena aku memastikan kepadamu bahwa di sana tidak ada pelajaran yang ia butuhkan begitu banyak untuk pelajari seperti kerendahan hati. Ini harus datang kepada dia melalui kasih karunia Allah, tidak dengan cara lain. Tetapi kita juga harus menyediakan suatu tangan yang menolong. Jika Allah memberinya kasih karunia seperti itu kepadanya dan kepada kita sehingga jawaban sekarang ini akan menjadi keuntungannya, aku akan mempunyai alasan untuk bersukacita. Tetapi kalau ia berkeras dalam gaya yang sampai sekarang ia anggap cocok untuk digunakan, kamu hanya akan kehilangan waktumu dalam memohon aku lebih jauh demi kepentingannya; karena aku mempunyai urusan-urusan lain yang berhubungan dengan lebih dekat dengan aku, dan aku membuat itu sebagai suatu persoalan hati nurani untuk tidak menyibukkan diriku sendiri lebih jauh, tidak meragukan bahwa ia adalah Iblis yang mau menyimpangkan aku dari pembelajaran-pembelajaran yang lebih menguntungkan. Karena itu aku mohon kepadamu untuk puas dengan apa yang telah aku lakukan, kecuali kamu melihat suatu peristiwa untuk bertindak secara berbeda’. Frellon mengirim surat ini kepada Villeneuve oleh seorang utusan khusus, bersama-sama dengan suatu catatan dalam mana ia menyebutnya sebagai ‘saudara dan sahabat yang kekasih’nya. Pada hari yang sama Calvin menulis surat yang terkenal kepada Farel yang telah dikutip. Ia telah sampai pada suatu keyakinan yang tetap bahwa Servetus adalah seorang sesat yang tidak bisa diperbaiki dan berbahaya, yang layak untuk mati. Tetapi ia tidak melakukan apapun untuk membujuknya untuk datang ke Jenewa, seperti yang ia inginkan, dan secara ketat membiarkannya sendirian. Pada tahun 1548 ia menulis kepada Viret bahwa ia tidak mau berurusan lagi dengan orang sesat yang sangat keras kepala, yang tidak akan mendapatkan lebih banyak surat-surat dari dia. Servetus terus mengganggu Calvin, dan menerbitkan dalam Restitutio-nya tidak kurang dari tiga puluh surat-surat kepadanya, tetapi tanpa tanggal dan tanpa jawaban dari Calvin. Mereka dibentuk dalam suatu roh / kecondongan yang sombong dan rasa cukup untuk diri sendiri. Ia menulis kepada ahli theologia terbesar dari jaman itu, bukan sebagai seorang yang mau belajar, atau bahkan sebagai seorang yang setara, tetapi sebagai seorang yang lebih tinggi. Dalam yang pertama dari surat-surat cetakan ini ia menuduh Calvin memegang pandangan-pandangan yang menggelikan / konyol, membingungkan, dan kontradiksi tentang ke-Anak-an Kristus, tentang Logos, dan tentang Tritunggal. Dalam suratnya yang kedua ia memberitahunya: ‘Kamu membuat tiga Anak Allah: hakekat manusia adalah seorang Anak bagimu, hakekat ilahi adalah seorang Anak, dan seluruh Kristus adalah seorang Anak ... . Semua pandangan / kepercayaan seperti itu tentang Tritunggal adalah suatu ilusi (pengertian yang salah) berkepala tiga tentang sang Naga, yang dengan mudah merangkak masuk di antara para sarjana dalam pemerintahan dari Anti Kristus sekarang ini. Atau belum pernahkah kamu baca tentang roh dari sang naga, roh dari sang binatang, roh dari nabi-nabi palsu, tiga roh? Mereka yang mengakui Tritunggal dari binatang itu dirasuk oleh tiga roh dari setan-setan. Tiga roh-roh ini memprovokasi / memulai perang terhadap Anak Domba yang tidak bersalah, Yesus Kristus (Wah 16). Salahlah semua allah-allah yang tidak terlihat dari orang-orang yang percaya Tritunggal, sama salahnya seperti allah-allah / dewa-dewa dari orang-orang Babilonia. Selamat tinggal’. Ia memulai suratyang ketiga dengan peringatan yang sering diulangi (saepius te monui) untuk tidak mengakui monster yang mustahil tentang tiga hal dalam Allah. Dalam suratyang lain ia menyebutnya seorang jahat dan penghujat (improbus et blasphemus) karena memfitnah perbuatan-perbuatan baik. Ia menuduh dia dengan ketidak-tahuan tentang nature / sifat dasar dari iman, pembenaran, kelahiran baru, baptisan, dan kerajaan surga. Ini adalah contoh-contoh yang benar dari nada yang arogan / sombong, menjengkelkan, dan bahkan menghina dari surat-suratnya. Akhirnya Servetus sendiri memutuskan surat menyuratnya dengan Calvin, yang kelihatannya sudah lama berhenti untuk menjawab surat-surat itu, tetapi sekarang ia menujukan surat-suratnya kepada rekan-rekannya. Ia menulis tiga surat kepada Abel Poupin, yang adalah pendeta di Jenewa dari tahun 1543 sampai 1556, pada waktu ia mati. Yang terakhir masih ada, dan digunakan sebagai bukti dalam pengadilan. Itu tidak bertanggal, tetapi pasti telah ditulis pada tahun 1548 atau lebih belakangan lagi. Servetus menuduh orang-orang Kristen Reformed di Jenewa bahwa mereka mempunyai suatu injil tanpa seorang Allah, tanpa iman yang benar, tanpa perbuatan-perbuatan baik; dan bahwa alih-alih dari Allah yang benar mereka menyembah Cerberus yang berkepala tiga. ‘Imanmu kepada Kristus’, ia melanjutkan, ‘adalah suatu kepura-puraan semata-mata dan tanpa pengaruh / hasil; orangmu adalah batang pohon yang tidak bisa bergerak, dan Allahmu adalah suatu monster yang bersifat dongeng dari kehendak yang diperbudak. Kamu menolak baptisan yang melahir-barukan dan menutup kerajaan surga terhadap orang-orang. Celakalah kamu, celakalah, celakalah!’ Ia mengakhiri surat yang penting ini dengan ramalan bahwa ia akan mati untuk perkara ini dan menjadi seperti Tuannya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 729-732 (Libronix).

Catatan: saya tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh Servetus dengan kata ‘orangmu’ yang saya beri warna hijau itu. Apakah ia memaksudkan Yesus?

Dari kutipan di atas ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Calvin mau memberi pertanggung-jawaban yang diminta oleh Servetus ketika Servetus menyerang dia. Calvin meladeni perdebatan yang diinginkan oleh Servetus. Ini sesuai dengan kata-kata dari ayat ini:

1Petrus 3:15 - “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,”.

Alangkah berbedanya sikap dari Calvin ini dengan sikap dari banyak pendeta jaman sekarang yang pada waktu ajarannya diserang secara serius tetap berdiam diri, dengan alasan ‘damai’! Bahkan tokoh-tokoh Reformed di Indonesiabanyak yang bersikap seperti itu. Dimanakah roh / jiwa Calvin dalam diri mereka??

b) Calvin sangat menyadari bahwa Servetus bertobat atau tidak, itu tergantung dari kasih karunia Allah! Tetapi ia tetap melakukan tugasnya untuk menjawab Servetus dengan sebaik-baiknya!

c) Pada waktu Calvin berhenti melayani perdebatan itu, itu sama sekali bukan karena ia kalah atau tidak bisa menjawab. Tetapi ia mentaati lagi sebuah ayat Alkitab di bawah ini:

Titus 3:10-11 - “(10) Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. (11) Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.”.

d) Melayani terus menerus orang sesat, sombong, kurang ajar dan tegar tengkuk seperti itu oleh Calvin dianggap sama dengan membuang waktu, dan bahkan sebagai godaan setan untuk menyimpangkan dia dari pelayanannya / study-nya.

Ini perlu diperhatikan dan diteladani oleh pendeta-pendeta yang benar dalam menangani orang-orang sesat yang memang tegar tengkuk dan kurang ajar, apakah mereka itu dari kalangan Kristen atau dari kalangan non Kristen.

e) Servetus bukan hanya sesat, tetapi juga adalah seorang nabi palsu dan penghujat yang kurang ajar.

f) Servetus sudah menulis suratuntuk menyesatkan baik Calvin maupun Poupin di Jenewa!

David Schaff: “§ 147. The Theological System of Servetus. Calvin, in his Refutatio Errorum Mich. Serveti, Opera, vol. VIII. 501–644, presents the doctrines of Servetus from his writings, in thirty-eight articles, the response of Servetus, the refutation of the response, and then a full examination of his whole system. ... Before we proceed to the heresy trial, we must give a connected statement of the opinions of Servetus as expressed in his last and most elaborate work. To his contemporaries the Restitutio appeared to be a confused compound of Sabellian, Samosatenic, Arian, Apollinarian, and Pelagian heresies, mixed with Anabaptist errors and Neo-platonic, pantheistic speculations. The best judges - Calvin, Saisset, Trechsel, Baur, Dorner, Harnack - find the root of his system in pantheism. ... Far from being a sceptic or rationalist, he had very strong, positive convictions of the absolute truth of the Christian religion. He regarded the Bible as an infallible source of truth, and accepted the traditional canon without dispute. So far he agreed with evangelical Protestantism; but he differed from it, as well as from Romanism, in principle and aim. He claimed to stand above both parties as the restorer of primitive Christianity, which excludes the errors and combines the truths of the Catholic and Protestant creeds. ... Servetus, with the Bible as his guide, aimed at a more radical revolution than the Reformers. He started with a new doctrine of God and of Christ, and undermined the very foundations of the Catholic creed. The three most prominent negative features of his system are three denials: the denial of the orthodox dogma of the Trinity, as, set forth in the Nicene Creed; the denial of the orthodox Christology, as determined by the Oecumenical Council of Chalcedon; and the denial of infant baptism, as practised everywhere except by the Anabaptists. From these three sources he derived all the evils and corruptions of the Church. The first two denials were the basis of the theoretical revolution, the third was the basis of the practical revolution which he felt himself providentially called to effect by his anonymous book. Those three negations in connection with what appeared to be shocking blasphemy, though not intended as such, made him an object of horror to all orthodox Christians of his age, Protestants as well as Roman Catholic, and led to his double condemnation, first at Vienne, and then at Geneva.” [= § 147. Sistim Theologia dari Servetus. Calvin, dalam bukunya ‘Refutatio Errorum Mich. Serveti, Opera, vol. VIII. 501–644’, menggambarkan doktrin-doktrin Servetus dari tulisan-tulisannya, dalam tiga puluh delapan artikel, tanggapan Servetus, bantahah dari tanggapan itu, dan lalu suatu pemeriksaan penuh dari seluruh sistimnya. ... Sebelum kita melanjutkan pada pengadilan kesesatan / bidat, kita harus memberikan suatu pernyataan yang berhubungan tentang pandangan-pandangan Servetus seperti yang dinyatakan dalam pekerjaan / tulisannya yang terakhir dan yang paling mendetail. Bagi orang-orang sejamannya ‘the Restitutio’ kelihatan sebagai suatu campuran yang membingungkan dari bidat-bidat Sabelianisme, Samosatenic (Adoptionisme), Arianisme, Appolinarianisme, dan Pelagianisme, dicampur dengan kesalahan-kesalahan Anabaptist dan spekulasi-spekulasi Neo-Platonik, Pantheisme. Hakim-hakim / penilai-penilai yang terbaik - Calvin, Saisset, Trechsel, Baur, Dorner, Harnack - menemukan akar dari sistimnya dalam Pantheisme. ... Sangat berbeda dengan seorang skeptik atau rationalist, ia mempunyai suatu keyakinan yang sangat kuat, positif tentang kebenaran mutlak dari agama Kristen. Ia menganggap Alkitab sebagai suatu sumber kebenaran yang tidak bisa salah, dan menerima kanon tradisional tanpa bantahan. Sejauh itu ia setuju dengan Protestantisme yang injili; tetapi ia berbeda darinya, maupun dari Romanisme (Katolik), dalam prinsip-prinsip dan tujuan. Ia mengclaim berdiri di atas kedua kelompok sebagai pemulih dari kekristenan yang primitif, yang mengeluarkan kesalahan-kesalahan dan mengkombinasikan kebenaran-kebenaran dari pengakuan iman Katolik dan Protestan. ... Servetus, dengan Alkitab sebagai pembimbingnya, mengarah pada suatu revolusi yang lebih radikal dari pada para tokoh Reformasi. Ia mulai dengan suatu doktrin baru tentang Allah dan tentang Kristus, dan melemahkan / merusak perlahan-lahan fondasi dasar dari pengakuan iman Katolik. Tiga ciri negatif yang paling menonjol dari sistimnya adalah tiga penyangkalan: penyangkalan tentang dogma yang ortodox dari / tentang Tritunggal, sebagaimana diajukan dalam Pengakuan Iman Nicea; penyangkalan tentang Kristologi yang ortodox, sebagaimana ditentukan oleh Sidang Gereja Oikumene Chalcedon; dan penyangkalan baptisan bayi, yang dipraktekkan dimana-mana kecuali oleh Anabaptist. Dari tiga sumber ini ia mendapatkan / menyimpulkan semua kejahatan-kejahatan dan kerusakan-kerusakan dari Gereja. Dua penyangkalan yang pertama adalah dasar dari revolusi teoretis, yang ketiga adalah dasar dari revolusi praktis yang ia rasakan dirinya sendiri dipanggil secara providensia untuk mencapainya oleh bukunya yang tanpa nama. Ketiga penyangkalan itu dalam hubungan dengan apa yang kelihatan sebagai penghujatan yang mengejutkan, sekalipun tidak dimaksudkan seperti itu, membuatnya sebagai obyek dari ketidak-senangan / kejijikan bagi semua orang-orang Kristen ortodox dari jamannya, Protestan maupun Katolik Roma, dan membimbing pada hukuman gandanya, pertama di Wina, dan lalu di Jenewa.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 736-738 (Libronix).

Catatan: jangan heran kalau melihat orang sesat ini kacau balau doktrinnya sehingga sukar didefinisikan. Karena itu juga tidak usah heran kalau pada pelajaran yang pertama kita melihat bahwa Rev. Thomas Smyth D. D. mengatakan bahwa Servetus menyangkal kemanusiaan Yesus. Saya kira kekacauan ajaran Servetus tidak jauh beda dengan Erastus. Itu sebabnya saya tidak jadi membahas ajaran Erastus tentang Tritunggal. Saya melihat tulisan / kotbahnya tentang Tritunggal betul-betul kacau balau sehingga menyebabkan pandangannya tidak jelas dan sangat sukar untuk dibahas.

David Schaff: “1. Christology. Servetus begins the ‘Restitution,’ as well as his first book against the Trinity, with the doctrine of Christ. He rises from the humanity of the historical Jesus of Nazareth to his Messiahship and Divine Sonship, and from this to his divinity. ... Jesus is, according to Servetus, begotten, not of the first person of God, but of the essence of the one undivided and indivisible God. ... To his last breath Servetus worshipped Jesus as the Son of the eternal God. But he did not admit him to be the eternal Son of God except in an ideal and pantheistic sense, ... Christ does not consist of, or in, two natures. He had no previous personal pre-existence as a second hypostasis: his personality dates from his conception and birth. But this man Jesus is, at the same time, consubstantial with God (ὁμοούσιος). As man and wife are one in the flesh of their son, so God and man are one in Christ. The flesh of Christ is heavenly and born of the very substance of God. By the deification of the flesh of Christ he materialized God, destroyed the real humanity of Christ, and lost himself in the maze of a pantheistic mysticism.” [= 1. Kristologi. Servetus memulai ‘the Restitution’, maupun buku pertamanya menentang Tritunggal, dengan doktrin tentang Kristus. Ia naik / meningkat dari kemanusiaan Yesus dari Nazaret yang bersifat sejarah kepada Ke-Mesias-anNya dan Ke-Anak-anNya yang Ilahi, dan dari sini pada keilahianNya. ... Menurut Servetus, Yesus diperanakkan, bukan dari pribadi pertama dari Allah, tetapi dari hakekat dari satu Allah yang tak terpisah dan tak terbagi. ... Sampai pada nafasnya yang terakhir Servetus menyembah Yesus sebagai ‘Anak dari Allah yang kekal’. Tetapi ia tidak mengakuiNya sebagai ‘Anak yang kekal dari Allah’ kecuali dalam arti yang ideal dan Pantheistik, ... Kristus tidak terdiri dari, atau dalam, dua hakekat. Ia tidak mempunyai keberadaan pribadi sebelumnya sebagai seorang Pribadi yang kedua: kepribadianNya berasal mula dari pembuahan dan kelahiranNya. Tetapi manusia Yesus ini, pada saat yang sama mempunyai substansi / hakekat yang sama dengan Allah (HOMOOUSIOS). Seperti laki-laki dan perempuan adalah satu dalam daging dari anak mereka, demikianlah Allah dan manusia adalah satu dalam Kristus. Daging dari Kristus bersifat surgawi dan dilahirkan dari substansi / hakekat Allah. Dengan pendewaan dari daging Kristus ia menjadikan Allah bersifat materi, menghancurkan kemanusiaan yang nyata / benar dari Kristus, dan membuat dirinya sendiri hilang / menyesatkan dirinya sendiri dalam sistim yang komplex dari mistisisme pantheistik.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 739-741 (Libronix).

David Schaff: “2. Theology. The fundamental doctrine of Servetus was the absolute unity, simplicity, and indivisibility of the Divine being, in opposition to the tripersonality or threefold hypostasis of orthodoxy. In this respect he makes common cause with the Jews and Mohammedans, and approvingly quotes the Koran. He violently assails Athanasius, Hilary, Augustin, John of Damascus, Peter the Lombard, and other champions of the dogma of the Trinity. But he claims the ante-Nicene Fathers, especially Justin, Clement of Alexandria, Irenaeus, and Tertullian, for his view. He calls all Trinitarians ‘tritheists’ and ‘atheists.’ They have not one absolute God, but a three-parted, collective, composite God - that is, an unthinkable, impossible God, which is no God at all. They worship three idols of the demons, - a three-headed monster, like the Cerberus of the Greek mythology. One of their gods is unbegotten, the second is begotten, the third proceeding. One died, the other two did not die. Why is not the Spirit begotten, and the Son proceeding? By distinguishing the Trinity in the abstract from the three persons separately considered, they have even four gods. The Talmud and the Koran, he thinks, are right in opposing such nonsense and blasphemy. He examines in detail the various patristic and scholastic proof texts for the Trinity, as Gen. 18:2; Ex. 3:6; Ps. 2:7; 110:1; Isa. 7:14; John 1:1; 3:13; 8:58; 10:18; 14:10; Col. 1:15; 2:9; 1 Pet. 3:19; Heb. 1:2. Yet, after all, he taught himself a sort of trinity, but substitutes the terms ‘dispositions,’ ‘dispensations,’ ‘economies,’ for hypostases and persons. In other words, he believed, like Sabellius, in a trinity of revelation or manifestation, but not in a trinity of essence or substance. He even avowed, during the trial at Geneva, a trinity of persons and the eternal personality of Christ; but he understood the term, ‘person’ in the original sense of a mask used by players on the stage, not in the orthodox sense of a distinct hypostasis or real personality that had its own proper life in the Divine essence from eternity, and was manifested in time in the man Jesus. ... In the fifth book, Servetus discusses the doctrine of the Holy Spirit. He identifies him with the Word, from which he differs only in the form of existence. God is, figuratively speaking, the Father of the Spirit, as he is the Father of Wisdom and the Word. The Spirit is not a third metaphysical being, but the Spirit of God himself. ... We are deified or made partakers of the divine nature by Christ.” [= 2. Theologia. Doktrin dasar dari Servetus adalah kesatuan mutlak, kesederhanaan, dan ketidak-bisa-dibagi-an dari keberadaan Ilahi, dalam pertentangan dengan tiga pribadi atau pribadi rangkap tiga dari ortodoxy. Dalam hal ini ia membuat hasil yang sama dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam, dan menganggap baik untuk mengutip Al-Quran. Ia menyerang secara ganas / kuat Athanasius, Agustinus, John dari Damaskus, Peter Lombard, dan pembela-pembela dari dogma Tritunggal. Tetapi ia mengclaim Bapa-bapa Gereja sebelum Nicea, khususnya Justin, Clement dari Alexandria, Ireneaeus, dan Tertullian, untuk pandangannya. Ia menyebut semua orang yang percaya Tritunggal sebagai ‘tritheist’ dan ‘atheist’. Mereka tidak mempunyai satu Allah yang mutlak, tetapi suatu Allah yang terbagi tiga, berkumpul, terdiri dari komponen-komponen - yaitu, suatu Allah yang tidak terpikirkan / terbayangkan, mustahil, yang bukan Allah sama sekali. Mereka menyembah tiga berhala dari setan-setan, - seorang monster berkepala tiga, seperti Cerberus dari mitologi Yunani. Satu dari allah-allah / dewa-dewa mereka tidak diperanakkan, yang kedua diperanakkan, yang ketiga keluar. Satu mati, yang dua tidak mati. Mengapa Roh tidak diperanakkan, dan Anak tidak keluar? Dengan membedakan Tritunggal dalam bentuk yang abstrak dari tiga pribadi yang dipertimbangkan secara terpisah mereka bahkan mempunyai empat allah. Talmud dan Al-Quran, ia pikir, adalah benar dalam menentang omong kosong dan penghujatan seperti itu. Ia memeriksa secara mendetail bermacam-macam text bukti untuk Tritunggal dari Bapa-bapa Gereja awal dan ahli-ahli theologia abad pertengahan / Katolik, seperti Kejadian 18:2; Kel 3:6; Mazmur 2:7; 110:1; Yesaya 7:14; Yohanes 1:1; 3:13; 8:58; 10:18; 14:10; Kolose 1:15; 2:9; 1Petrus 3:19; Ibrani 1:2. Tetapi sekalipun demikian, ia mengajar dirinya sendiri suatu jenis Tritunggal, tetapi menggantikan istilah-istilah ‘kecondongan-kecondongan’, ‘jaman-jaman’, ‘metode-metode’, untuk hypostases dan pribadi-pribadi. Dengan kata lain, ia percaya, seperti Sabellius, kepada suatu Tritunggal dari penyataan atau manifestasi, tetapi tidak kepada suatu Tritunggal dari hakekat atau substansi. Ia bahkan menyatakan, dalam pengadilan di Jenewa, suatu Tritunggal dari pribadi-pribadi dan kepribadian kekal dari Kristus; tetapi ia menganggap istilah ‘pribadi’ dalam arti orisinil dari sebuah topeng yang digunakan oleh pemain-pemain sandiwara di panggung, bukan dalam arti ortodox dari suatu hypostases yang berbeda (distinct) atau kepribadian yang nyata / sungguh-sungguh yang mempunyai kehidupannya sendiri yang benar dalam hakekat Ilahi dari kekekalan, dan dinyatakan dalam waktu dalam manusia Yesus. ... Dalam buku yang kelima, Servetus mendiskusikan doktrin tentang Roh Kudus. Ia menyamakan Dia dengan Firman, dari mana Ia berbeda hanya dalam bentuk keberadaan. Allah adalah, berbicara secara figuratif, Bapa dari Roh, seperti Ia adalah Bapa dari Hikmat dan Firman. Roh (Kudus) bukanlah makhluk / keberadaan (being) yang ketiga, tetapi Roh Allah sendiri. ... Kita dijadikan allah atau dijadikan pengambil-pengambil bagian dari hakekat ilahi oleh Kristus.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 741-745 (Libronix).

David Schaff: “Servetus rejected also the doctrine of forensic justification by faith alone, as injurious to sanctification. He held that man is justified by faith and good works, and appealed to the second chapter of James and the obedience of Abraham. On this point he sympathized more with the Roman theory.” [= Servetus juga menolak doktrin tentang Pembenaran (yang berhubungan dengan pengadilan) oleh iman saja, sebagai berbahaya / bersifat melukai bagi Pengudusan. Ia percaya bahwa manusia dibenarkan oleh iman dan perbuatan baik, dan naik banding pada pasal kedua dari Yakobus dan ketaatan Abraham. Tentang pokok ini ia lebih cocok dengan teori dari Roma (Katolik).] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 749 (Libronix).

David Schaff: “As to the sacrament of Baptism, he taught, with the Catholic Church, baptismal regeneration, but rejected, with the Anabaptists, infant baptism. ... Servetus infers, no one is a fit subject for baptism before he has reached manhood. ... Servetus rejected Infant Baptism as irreconcilable with these views, and as absurd. He called it a doctrine of the devil, an invention of popery, and a total subversion of Christianity. He saw in it the second root of all the corruptions of the Church, as the dogma of the Trinity was the first root. By his passionate opposition to infant baptism he gave as much offence to Catholics and Protestants as by his opposition to the dogma of the Trinity. ... In the doctrine of the Lord’s Supper, Servetus differs from the Roman Catholic, the Lutheran, and the Zwinglian theories, and approaches, strange to say, the doctrine of his great antagonist, Calvin. ... He is most severe against the papal doctrine of transubstantiation or transelementation; because it turns bread into no-bread, and would make us believe that the body of Christ is eaten even by wild beasts, dogs, and mice. He calls this dogma a Satanic monstrosity and an invention of demons.” [= Berkenaan dengan sakramen Baptisan, ia mengajar, bersama dengan Gereja Katolik, baptisan kelahiran baru, tetapi menolak, bersama orang-orang Anabaptis, Baptisan Bayi. ... Servetus menyimpulkan, tak seorangpun adalah seorang subyek yang cocok untuk Baptisan sebelum ia mencapai kedewasaan. ... Servetus menolak Baptisan Bayi sebagai tidak bisa diharmoniskan dengan pandangan-pandangan ini, dan sebagai menggelikan / konyol. Ia menyebutnya suatu doktrin dari setan, suatu penemuan dari Gereja Roma Katolik, dan suatu pembalikan total dari kekristenan. Ia melihat di dalamnya akar yang kedua dari semua kerusakan-kerusakan dari Gereja, seperti dogma Tritunggal adalah akar pertama. Oleh penentangannya yang bersemangat / emosionil terhadap Baptisan Bayi ia memberi kejengkelan sama banyaknya terhadap orang-orang Katolik dan Protestant seperti oleh penentangannya terhadap dogma Tritunggal. ... Dalam doktrin dari Perjamuan Kudus, Servetus berbeda dengan teori-teori Roma Katolik, Lutheran, dan Zwingli, dan mendekati, secara mengejutkan, doktrin dari musuh besarnya, Calvin. ... Ia paling keras terhadap doktrin dari Gereja Roma Katolik tentang transubstantiation atau transelementation; karena itu mengubah roti menjadi bukan roti, dan akan membuat kita percaya bahwa tubuh Kristus dimakan oleh binatang-binatang liar / buas, anjing-anjing dan tikus-tikus. Ia menyebut dogma ini sesuatu yang menakutkan yang berhubungan dengan Setan dan suatu penemuan dari setan-setan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 750-754 (Libronix).

David Schaff: “In the last moment he is heard to pray, in smoke and agony, with a loud voice: ‘Jesus Christ, thou Son of the eternal God, have mercy upon me!’. This was at once a confession of his faith and of his error. He could not be induced, says Farel, to confess that Christ was the eternal Son of God.” [= Pada saat terakhir terdengar ia berdoa, dalam asap dan penderitaan yang hebat, dengan suara keras: ‘Yesus Kristus, engkau Anak dari Allah yang kekal, kasihanilah aku!’. Ini sekaligus merupakan pengakuan imannya dan kesalahannya. Ia tidak bisa dibujuk, kata Farel, untuk mengaku bahwa Kristus adalah Anak yang kekal dari Allah.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 785 (Libronix).

David Schaff: “Servetus - theologian, philosopher, geographer, physician, scientist, and astrologer - was one of the most remarkable men in the history of heresy.” [= Servetus - ahli theologia, ahli filsafat, ahli ilmu bumi, dokter, ilmuwan, dan ahli nujum - adalah salah seorang yang paling hebat dalam sejarah bidat.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 786 (Libronix).

II) Perbandingan dan pertentangan Servetus dengan Calvin.

David Schaff: “Calvin and Servetus - what a contrast! The best abused men of the sixteenth century, and yet direct antipodes of each other in spirit, doctrine, and aim: the reformer and the deformer; the champion of orthodoxy and the archheretic; the master architect of construction and the master architect of ruin, brought together in deadly conflict for rule or ruin. Both were men of brilliant genius and learning; both deadly foes of the Roman Antichrist; both enthusiasts for a restoration of primitive Christianity, but with opposite views of what Christianity is.” [= Calvin dan Servetus - betul-betul suatu kontras! Orang-orang terbaik yang diperlakukan secara salah dari abad ke 16, tetapi saling bertentangan satu sama lain dalam roh / kecondongan, doktrin, dan tujuan: sang reformator dan sang perusak; sang juara / jago dari keortodoxan dan sang kepala orang sesat; sang arsitek ahli dari pembangunan dan sang arsitek ahli dari kehancuran, dibawa masuk bersama-sama dalam konflik yang mematikan untuk memerintah atau hancur. Keduanya adalah orang genius dan terpelajar yang brilian; keduanya adalah musuh-musuh mematikan dari sang anti Kristus Roma; keduanya adalah orang-orang yang bersemangat untuk suatu pemulihan dari kekristenan primitif, tetapi dengan pandangan-pandangan yang bertentangan tentang apa kekristenan itu.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 687 (Libronix).

David Schaff: “They were of the same age, equally precocious, equally bold and independent, and relied on purely intellectual and spiritual forces. The one, while a youth of twenty-seven, wrote one of the best systems of theology and vindications of the Christian faith; the other, when scarcely above the age of twenty, ventured on the attempt to uproot the fundamental doctrine of orthodox Christendom. Both died in the prime of manhood, the one a natural, the other a violent, death. Calvin’s works are in every theological library; the books of Servetus are among the greatest rareties. Calvin left behind him flourishing churches, and his influence is felt to this day in the whole Protestant world; Servetus passed away like a meteor, without a sect, without a pupil; yet he still eloquently denounces from his funeral pile the crime and folly of religious persecution, and has recently been idealized by a Protestant divine as a prophetic forerunner of modern christo-centric theology.” [= Mereka mempunyai umur yang sama, secara sama lebih maju dalam perkembangan, secara sama berani dan tidak tergantung, dan bersandar pada semata-mata kekuatan-kekuatan intelektual dan rohani. Yang satu, pada waktu adalah seorang muda berusia 27 tahun, menulis salah satu dari sistim yang terbaik dari theologia dan pembelaan iman Kristen; yang lain, pada waktu berusia sedikit di atas 20 tahun, melakukan suatu usaha yang berbahaya untuk mencabut doktrin dasar dari dunia kristen ortodox. Keduanya mati pada usia terbaik mereka, yang satu mati secara alamiah, yang lain mati dalam suatu kematian yang ganas. Pekerjaan-pekerjaan / tulisan-tulisan Calvin ada dalam setiap perpustakaan theology; buku-buku Servetus ada di antara buku-buku yang paling jarang. Calvin meninggalkan di belakangnya gereja-gereja yang berkembang dengan baik, dan pengaruhnya dirasakan sampai jaman sekarang dalam seluruh dunia Protestan; Servetus meninggal seperti sebuah meteor, tanpa suatu sekte, tanpa seorang murid; tetapi ia secara fasih tetap mengecam dari timbunan penguburannya kejahatan dan kebodohan dari penganiayaan agamawi, dan baru-baru ini telah dianggap sebagai sesuatu yang ideal oleh seorang ahli theologia Protestan sebagai seorang pendahulu yang bersifat sebagai nabi dari theologia modern yang berpusatkan Kristus.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 687-688 (Libronix).

Catatan: yang terakhir ini pastilah orang gila.

David Schaff: “§ 146. ‘The Restitution of Christianity.’ During his sojourn at Vienne, Servetus prepared his chief theological work under the title, ‘The Restitution of Christianity.’ He must have finished the greater part of it in manuscript as early as 1546, seven years before its publication in print; for in that year, as we have seen, he sent a copy to Calvin, which he tried to get back to make some corrections, but Calvin had sent it to Viret at Lausanne, where it was detained. It was afterwards used at the trial and ordered by the Council of Geneva to be burnt at the stake, together with the printed volume. The proud title indicates the pretentious and radical character of the book. It was chosen, probably, with reference to Calvin’s, ‘Institution of the Christian Religion.’ In opposition to the great Reformer he claimed to be a Restorer. The Hebrew motto on the title-page was taken from Dan. 12:1: ‘And at that time shall Michael stand up, the great prince;’ the Greek motto from Rev. 12:7: ‘And there was war in heaven,’ which is followed by the words, ‘Michael and his angels going forth to war with the dragon; and the dragon warred, and his angels; and they prevailed not, neither was their place found any more in heaven. And the great dragon was cast down, the old serpent, he that is called the Devil and Satan, the deceiver of the whole world.’ The identity of the Christian name of the author with the name of the archangel is significant. Servetus fancied that the great battle with Antichrist was near at hand or had already begun, and that he was one of Michael’s warriors, if not Michael himself. His ‘Restitution of Christianity’ was a manifesto of war. The woman in the twelfth chapter of Revelation he understood to be the true Church; her child, whom God saves, is the Christian faith; the great red dragon with seven heads and horns is the pope of Rome, the Antichrist predicted by Daniel, Paul, and John. At the time of Constantine and the Council of Nicaea, which divided the one God into three parts, the dragon began to drive the true Church into the wilderness, and retained his power for twelve hundred and sixty prophetic days or years; but now his reign is approaching to a close. He was fully conscious of a divine mission to overthrow the tyranny of the papal and Protestant Antichrist, and to restore Christianity to its primitive purity. ... He assured them that there were no errors in the book, and that, on the contrary, it was directed against the doctrines of Luther, Calvin, Melanchthon, and other heretics.” [= § 146. ‘The Restitution of Christianity’ (Pengembalian / Pemulihan kekristenan). Selama ia tinggal sementara di Wina, Servetus menyiapkan pekerjaan / tulisan utamanya dengan judul ‘The Restitution of Christianity’. Ia pasti telah menyelesaikan sebagian besar darinya dalam naskah seawal 1546, tujuh tahun sebelum penerbitannya dalam cetakan; karena pada tahun itu, seperti telah kita lihat, ia mengirim satu salinan kepada Calvin, yang ia usahakan untuk mendapatkan kembali untuk membuat beberapa koreksi, tetapi Calvin telah mengirimkannya kepada Viret di Lausanne, dimana itu ditahan. Itu belakangan digunakan pada Sidang dan diperintahkan oleh Sidang Jenewa untuk dibakar di tiang hukuman mati, bersama-sama dengan buku-buku cetakannya. Judul yang sombong menunjukkan karakter yang sombong / menganggap diri sendiri penting dan radikal dari buku itu. Itu dipilih, mungkin, berhubungan dengan buku Calvin, ‘Institution of the Christian Religion’ (Pemulaian / Peneguhan dari Agama Kristen). Dalam pertentangan dengan tokoh Reformasi yang besar itu ia mengclaim sebagai seorang Pemulih. Motto dalam bahasa Ibrani pada halaman judul diambil dari Daniel 12:1: ‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu’; motto dalam bahasa Yunani dari Wahyu 12:7: ‘Maka timbullah peperangan di sorga’, yang diikuti dengan kata-kata, ‘Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.’ Penyamaan nama Kristen dari sang pengarang dengan nama dari penghulu malaikat adalah penting. Servetus menganggap / mengkhayalkan bahwa pertempuran besar dengan Anti Kristus sudah dekat atau sudah dimulai, dan bahwa ia adalah salah satu dari pejuang-pejuang Mikhael, jika bukannya Mikhael sendiri. Buku ‘Restitution of Christianity’nya adalah suatu pernyataan perang. Perempuan dalam pasal ke 12 dari Wahyu ia mengerti sebagai Gereja yang benar; anaknya, yang Allah selamatkan, adalah iman Kristen; naga merah besar dengan tujuh kepala dan tanduk adalah Paus dari Roma, sang Anti Kristus yang diramalkan oleh Daniel, Paulus, dan Yohanes. Pada jaman Konstantin dan Sidang Gereja Nicea, yang membagi satu Allah menjadi tiga bagian, sang naga mulai mendorong / mendesak Gereja yang benar ke dalam padang gurun, dan mempertahankan kuasanya untuk 1260 hari atau tahun yang bersifat nubuat; tetapi sekarang pemerintahannya sedang mendekati suatu akhir. Ia sepenuhnya sadar tentang suatu missi ilahi untuk membalikkan / menghancurkan tirany dari Anti Kristus Katolik dan Protestan, dan memulihkan kekristenan pada kemurnian primitifnya. ... Ia meyakinkan mereka bahwa di sana tidak ada kesalahan-kesalahan dalam buku itu, dan bahwa, sebaliknya, itu ditujukan terhadap / menentang doktrin-doktrin dari Luther, Calvin, Melanchthon, dan bidat-bidat yang lain.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 732-735 (Libronix).

David Schaff: “The premises and conclusions of the speculations of Servetus are pantheistic. He adopts the conception of God as the all-embracing substance. … The deity in the stone is stone, in gold it is gold, in the wood it is wood, according to the proper ideas of things. In a more excellent way the deity in man is man, in the spirit it is spirit.’ ‘God dwells in the Spirit, and God is Spirit. God dwells in the fire, and God is fire; God dwells in the light, and God is light; God dwells in the mind, and he is the mind itself.’ In one of his letters to Calvin he says: ‘Containing the essence of the universe in himself, God is everywhere, and in everything, and in such wise that he shows himself to us as fire, as a flower, as a stone.’ God is always in the process of becoming. Evil as well as good is comprised in his essence. He quotes Isa. 45:7: ‘I form the light, and create darkness; I make peace, and create evil; I am the Lord, that doeth all these things.’ The evil differs from the good only in the direction. When Calvin charged him with pantheism, Servetus restated his view in these words: ‘God is in all things by essence, presence, and power, and himself sustains all things.’ Calvin admitted this, but denied the inference that the substantial Deity is in all creatures, and, as the latter confessed before the judges, even in the pavement on which they stand, and in the devils. In his last reply to Calvin he tells him: ‘With Simon Magus you shut up God in a corner; I say, that he is all in all things; all beings are sustained in God.’” [= Logika dan kesimpulan dari spekulasi-spekulasi Servetus bersifat Pantheistik. Ia mengadopsi konsep / pengertian tentang Allah sebagai substansi yang mencakup segala sesuatu. ... Allah dalam batu adalah batu, dalam emas itu adalah emas, dalam kayu itu adalah kayu, sesuai dengan gagasan-gagasan yang benar / tepat tentang benda-benda. Dalam suatu cara yang lebih baik Allah dalam manusia adalah manusia, dalam roh itu adalah roh’. ‘Allah tinggal dalam Roh, dan Allah adalah Roh. Allah tinggal dalam api, dan Allah adalah api; Allah tinggal dalam terang, dan Allah adalah terang; Allah tinggal dalam pikiran, dan Ia adalah pikiran itu sendiri’. Dalam salah satu dari surat-suratnya kepada Calvin ia berkata: ‘Mempunyai hakekat dari alam semesta dalam diriNya sendiri, Allah ada dimana-mana, dan dalam segala sesuatu, dan sedemikian rupa sehingga Ia menunjukkan diriNya sendiri kepada kita sebagai api, sebagai suatu bunga, sebagai suatu batu’. Allah selalu ada dalam proses ‘menjadi (becoming)’. Kejahatan maupun kebaikan ada / tercakup dalam hakekatNya. Ia mengutip Yesaya 45:7: ‘Aku membentuk terang, dan menciptakan gelap; Aku membuat damai, dan menciptakan bencana; Akulah Tuhan, yang melakukan semua hal-hal ini’ (KJV). Kejahatan berbeda dengan kebaikan hanya dalam arahnya. Pada waktu Calvin menuduh dia dengan pantheisme, Servetus menyatakan ulang pandangannya dengan kata-kata ini: ‘Allah ada dalam segala sesuatu oleh hakekat, kehadiran, dan kuasa, dan diriNya sendiri menopang segala sesuatu’. Calvin mengakui ini, tetapi menyangkal kesimpulan bahwa substansi Allah ada dalam semua makhluk ciptaanNya, dan, karena yang belakangan mengakui di hadapan hakim-hakim, bahkan dalam lantai di atas mana mereka berdiri, dan dalam setan-setan. Dalam jawaban terakhirnya kepada Calvin ia memberitahunya: ‘Dengan Simon Magus kamu mengurung Allah di suatu sudut; aku berkata, bahwa Ia adalah semua dalam segala sesuatu; semua makhluk-makhluk ditopang dalam Allah’.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 745-747 (Libronix).

David Schaff: “4. Anthropology and Soteriology. Servetus was called a Pelagian by Calvin. This is true only with some qualifications. He denied absolute predestination and the slavery of the human will, as taught first by all the Reformers. He admitted the fall of Adam in consequence of the temptation by the devil, and he admitted also hereditary sin (which Pelagius denied), but not hereditary guilt. Hereditary sin is only a disease for which the child is not responsible. (This was also the view of Zwingli.) There is no guilt without knowledge of good and evil. Actual transgression is not possible before the time of age and responsibility, that is, about the twentieth year. He infers this from such passages as Ex. 30:14; 38:26; Num. 14:29; 32:11; Deut. 1:39. ... In the fallen state man has still a free-will, reason, and conscience, which connect him with the divine grace. ... The doctrine of the slavery of the human will is a great fallacy (magna fallacia), and turns divine grace into a pure machine. It makes men idle, and neglect prayer, fasting, and almsgiving. God is free himself and gives freedom to every man, and his grace works freely in man. It is our impiety which turns the gift of freedom into slavery. The Reformers blaspheme God by their doctrine of total depravity and their depreciation of good works. All true philosophers and theologians teach that divinity is implanted in man, and that the soul is of the same essence with God. As to predestination, there is, strictly speaking, no before nor after in God, as he is not subject to time. But he is just and merciful to all his creatures, especially to the little flock of the elect. He condemns no one who does not condemn himself.” [= 4. Anthropology dan Soteriology. Servetus disebut seorang Pelagian oleh Calvin. Ini hanya benar dengan beberapa persyaratan. Ia menyangkal predestinasi mutlak dan perbudakan dari kehendak manusia, sebagaimana mula-mula diajarkan oleh semua tokoh Reformasi. Ia mengakui kejatuhan Adam sebagai akibat dari pencobaan oleh setan, dan ia juga mengakui dosa turunan / warisan (yang disangkal oleh Pelagius), tetapi bukan kesalahan turunan / warisan. Dosa turunan / warisan hanyalah suatu penyakit untuk mana anak tidak bertanggung jawab. (Ini juga adalah pandangan dari Zwingli.) Di sanatidak ada kesalahan tanpa pengetahuan tentang baik dan jahat. Pelanggaran sungguh-sungguh tidak memungkinkan sebelum waktu dimana seseorang mulai bertanggung jawab, yaitu, sekitar tahun ke 20. Ia menyimpulkan ini dari text-text seperti Kel 30:14; 38:26; Bilangan 14:29; 32:11; Ulangan 1:39. ... Dalam keadaan setelah kejatuhan manusia tetap mempunyai kehendak bebas, akal, dan hati nurani, yang menghubungkan dia dengan kasih karunia ilahi. ... Doktrin tentang perbudakan dari kehendak bebas adalah suatu pandangan salah yang besar (MAGNA FALLACIA), dan menjadikan / mengubah kasih karunia ilahi menjadi sebuah mesin murni. Itu membuat manusia malas, dan mengabaikan doa, puasa, dan pemberian sedekah. Allah adalah bebas dalam diriNya sendiri dan memberikan kebebasan kepada setiap orang, dan kasih karuniaNya bekerja secara bebas dalam diri manusia. Adalah kejahatan kita yang mengubah karunia / pemberian kebebasan menjadi perbudakan. Para tokoh Reformasi menghujat Allah dengan doktrin mereka tentang total depravity / kebejatan total dan perendahan nilai yang mereka lakukan tentang perbuatan baik. Semua ahli filsafat dan ahli theologia yang benar mengajarkan bahwa keilahian ditanamkan dalam manusia, dan bahwa jiwa adalah dari hakekat yang sama dengan Allah. Berkenaan dengan predestinasi, berbicara secara ketat, di sana tidak ada sebelum atau sesudah di dalam Allah, karena Ia tidak tunduk pada waktu. Tetapi Iaadil dan penuh belas kasihan kepada semua makhluk-makhluk ciptaanNya, khususnya kepada kawanan kecil dari orang-orang pilihan. Ia tidak menghukum siapapun yang tidak menghukum dirinya sendiri.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 747-749 (Libronix).

Keluaran 30:14 - “Setiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu, yang berumur dua puluh tahun ke atas, haruslah mempersembahkan persembahan khusus itu kepada TUHAN.”.

Keluaran 38:26 - “sebeka seorang, yaitu setengah syikal, ditimbang menurut syikal kudus, untuk setiap orang yang termasuk orang-orang yang terdaftar, yang berumur dua puluh tahun ke atas, sejumlah enam ratus tiga ribu lima ratus lima puluh orang.”.

Bilangan 14:29 - “Di padanggurun ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepadaKu.”.

Bilangan 32:11 - “Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya,”.

Ulangan 1:39 - “Dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, merekalah yang akan masuk ke sana dan kepada merekalah Aku akan memberikannya, dan merekalah yang akan memilikinya.”.

David Schaff: “In the doctrine of the Lord’s Supper, Servetus differs from the Roman Catholic, the Lutheran, and the Zwinglian theories, and approaches, strange to say, the doctrine of his great antagonist, Calvin.” [= Dalam doktrin tentang Perjamuan Kudus, Servetus berbeda dengan teori-teori dari orang-orang Roma Katolik, Lutheran dan Zwingli, dan mendekati, aneh untuk dikatakan, doktrin dari musuh besarnya, Calvin.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 752 (Libronix).

David Schaff: “Calvin felt himself called by Divine Providenceto purify the Church of all corruptions, and to bring her back to the Christianity of Christ, and regarded Servetus as a servant of Antichrist, who aimed at the destruction of Christianity. Servetus was equally confident of a divine call, and even identified himself with the archangel Michael in his apocalyptic fight against the dragon of Rome and ‘the Simon Magus of Geneva.’” [= Calvin merasa dirinya sendiri dipanggil oleh Providensia Illahi untuk memurnikan Gereja dari semua kebusukan moral / kebejatan, dan untuk membawanya kembali pada kekristenan dari Kristus, dan menganggap Servetus sebagai seorang pelayan dari antikristus, yang bertujuan menghancurkan kekristenan. Servetus yakin secara sama tentang suatu panggilan ilahi, dan bahkan menyamakan dirinya sendiri dengan penghulu malaikat Mikhael dalam pertempuran akhir jamannya melawan naga Roma dan ‘Simon Magus dari Jenewa’.] - 
‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 688 (Libronix).
David Schaff: “A mysterious force of attraction and repulsion brought these intellectual giants together in the drama of the Reformation. Servetus, as if inspired by a demoniac force, urged himself upon the attention of Calvin, regarding him as the pope of orthodox Protestantism, whom he was determined to convert or to dethrone. He challenged Calvin in Paris to a disputation on the Trinity when the latter had scarcely left the Roman Church, but failed to appear at the appointed place and hour. He bombarded him with letters from Vienne; and at last he heedlessly rushed into his power at Geneva, and into the flames which have immortalized his name.” [= Suatu kekuatan misterius dari daya tarik dan kejijikan / ketidak-senangan membawa raksasa-raksasa intelektual ini dalam drama dari Reformasi. Servetus, seakan-akan diilhami oleh kekuatan setan, mendesak / mendorong dirinya sendiri pada perhatian dari Calvin, dan menganggapnya sebagai Paus dari ortodox Protestantisme, yang ia berketetapan untuk pertobatkan atau turunkan dari takhtanya. Ia menantang Calvin di Paris pada suatu perdebatan tentang Tritunggal pada waktu yang belakangan ini baru saja meninggalkan Gereja Roma, tetapi gagal untuk muncul pada tempat dan saat yang sudah ditetapkan. Ia membomi dia dengan surat-surat dari Wina; dan akhirnya ia secara ceroboh bergerak dengan cepat ke dalam kuasanya di Jenewa, dan ke dalam nyala api yang telah mengabadikan namanya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 688-689 (Libronix).

Catatan kaki:

1. “See above, p. 324. Beza thus reports this incident: ‘Not long after Calvin returned [from Angoulême, in 1534] to Paris, as if called there by the hand of God himself; for the impious Servetus was even then disseminating his heretical poison against the sacred Trinity in that city. He professed to desire nothing more earnestly than to have an opportunity for entering into discussion with Calvin, who waited long for Servetus, the time and place for an interview having been appointed, with great danger to his own life, since he was at that time under the necessity of being concealed on account of the incensed rage of his adversaries. Calvin was disappointed in his expectations of meeting Servetus, who wanted courage to endure even the sight of his opponent.’”[= Lihat di atas, hal 324. Beza melaporkan demikian peristiwa ini: ‘Tidak lama setelah Calvin kembali (dari Angoulême, pada tahun 1534) ke Paris, seakan-akan dipanggil oleh tangan Allah sendiri; karena Servetus yang jahat pada saat itu bahkan sedang menyebar-luaskan racun kesesatannya terhadap / menentang Tritunggal yang Kudus di kotaitu. Ia menyatakan tidak menginginkan apapun dengan lebih sungguh-sungguh dari pada mempunyai suatu kesempatan untuk masuk ke dalam diskusi dengan Calvin, yang menunggu lama untuk Servetus - saat dan tempat untuk suatu pertemuan formil telah ditetapkan - dengan bahaya yang besar bagi nyawanya sendiri, karena ia pada saat itu ada di bawah keharusan untuk bersembunyi karena kemarahan yang hebat dari musuh-musuhnya. Calvin kecewa dalam pengharapannya untuk bertemu dengan Servetus, yang tidak mempunyai keberanian untuk bertahan bahkan terhadap penglihatan dari lawannya’.].

2. “‘If ever a poor fanatic thrust himself into the fire, it was Michael Servetus.’ Coleridge in his Table-Talk. [= Jika pernah ada seorang fanatik yang malang yang melemparkan dirinya sendiri ke dalam api, itu adalah Michael Servetus’. Coleridge dalam bukunya ‘Table-Talk’.].

David Schaff: “Towards the close of the year 1534, he ventured on a visit to Paris. There he met, for the first time, the Spanish physician, Michael Servetus, who had recently published his heretical book ‘On the Errors of the Trinity’, and challenged him to a disputation. Calvin accepted the challenge at the risk of his safety, and waited for him in a house in the Rue Saint Antoine; but Servetus did not appear. Twenty years afterwards he reminded Servetus of this interview: ‘You know that at that time I was ready to do everything for you, and did not even count my life too dear that I might convert you from your errors.’ Would that he had succeeded at that time, or never seen the unfortunate heretic again.” [= Sebelum akhir dari tahun 1534, ia membuka diri terhadap bahaya pada suatu kunjungan ke Paris. Di sana ia bertemu, untuk pertama kalinya, dokter Spanyol itu, Michael Servetus, yang baru-baru saja mempublikasikan buku sesatnya ‘Tentang Kesalahan-kesalahan tentang Tritunggal’, dan menantangnya pada suatu perdebatan. Calvin menerima tantangan itu dengan resiko keamanannya, dan menunggu dia di sebuah rumah di Rue Saint Antoine, tetapi Servetus tidak muncul. Dua puluh tahun setelahnya ia mengingatkan Servetus tentang pertemuan ini: ‘Kamu tahu bahwa pada saat itu aku siap untuk melakukan segala sesuatu untuk engkau, dan bahkan tidak menyayangkan nyawaku supaya aku bisa mempertobatkan kamu dari kesalahan-kesalahanmu’. Andaikata saja ia telah berhasil pada saat itu, atau tidak pernah melihat orang sesat sial itu lagi.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 76, hal 324 (Libronix).

David Schaff: “In 1534 he was in Paris, and challenged the young Calvin to a disputation, but failed to appear at the appointed hour.” [= Pada tahun 1534 ia berada di Paris, dan menantang Calvin yang masih muda pada suatu perdebatan, tetapi gagal untuk muncul pada saat yang ditetapkan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 720 (Libronix).

David Schaff: “Seven years before the death of Servetus he had expressed his determination not to spare his life if he should come to Geneva. He wrote to Farel (Feb. 13, 1546): ‘Servetus lately wrote to me, and coupled with his letter a long volume of his delirious fancies, with the Thrasonic boast, that I should see something astonishing and unheard of. He offers to come hither, if it be agreeable to me. But I am unwilling to pledge my word for his safety; for if he does come, and my authority be of any avail, I shall never suffer him to depart alive.’ ... Servetus was a stranger in Geneva, and had committed no offence in that city. Calvin should have permitted him quietly to depart, or simply caused his expulsion from the territory of Geneva, as in the case of Bolsec. This would have been sufficient punishment.” [= Tujuh tahun sebelum kematian Servetus ia telah menyatakan keputusannya untuk tidak menyayangkan nyawanya jika ia datang ke Jenewa. Ia menulis kepada Farel (13 Februari 1546): ‘Servetus akhir-akhir ini menulis kepada saya, dan menggabungkan dengan suratnya suatu volume yang panjang dari imaginasi-imaginasinya yang dikendalikan oleh emosi, dengan kebanggaan yang penuh dengan kesombongan, supaya aku melihat sesuatu yang mengherankan dan tidak pernah terdengar. Ia menawarkan untuk datang ke sini, jika itu memperkenan aku. Tetapi aku tidak mau untuk memberikan kata-kataku untuk menjamin keamanannya; karena jika ia memang datang, dan otoritasku ada gunanya, aku tidak akan membiarkan ia pergi hidup-hidup’. ... Servetus adalah seorang asing di Jenewa, dan belum melakukan pelanggaran di kotaitu. Calvin seharusnya telah membiarkannya untuk pergi dengan tenang, atau sekedar menyebabkan pengusirannya dari daerah Jenewa, seperti dalam kasus dari Bolsec. Ini akan sudah merupakan hukuman yang cukup.]- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 692 (Libronix).

Catatan: bagi saya, argumentasi David Schaff bahwa Servetus belum melakukan pelanggaran di Jenewa bagi saya merupakan argumentasi konyol dan bodoh. Dia sudah menyebarkan ajaran sesatnya di Basel, yang berjarak hanya sekitar 254 km dari Jenewa, dan dia dengan sangat rajin menyebarkan surat-surat sesatnya, yang disertai banyak hujatan, kepada banyak orang, termasuk Calvin sendiri, di Jenewa!

Calvin dan Servetus (4)

III) Penangkapan dan ‘penghukuman mati’ Servetus di Wina.

David Schaff: “§ 144. Servetus at Vienne. His Annotations to the Bible. Villeneuve now repaired to Vienne in Dauphiné and settled down as a physician under the patronage of Pierre Palmier, one of his former bearers in Paris, and a patron of learning, who had been appointed archbishop of that see. He was provided with lodgings in the archiepiscopal palace, and made a comfortable living by his medical practice. He spent thirteen years at Vienne, from 1540 to 1553, which were probably the happiest of his fitful life. He conformed to the Catholic religion, and was on good terms with the higher clergy. Nobody suspected his heresy, or knew anything of his connection with the work on the ‘Errors of the Trinity.’ He devoted his leisure to his favorite literary and theological studies, and kept the publishers of Lyons busy. We have already mentioned the second edition of his ‘Ptolemy’, which he dedicated to Palmier with a complimentary preface. A year afterwards (1542) he published a new and elegant edition of the Latin Bible of Santes Pagnini, a learned Dominican monk and pupil of Savonarola, but an enemy of the Reformed religion. He accompanied it with explanatory notes, aiming to give ‘the old historical but hitherto neglected sense of the Scriptures.’ He anticipated modern exegesis in substituting the typical for the allegorical method and giving to the Old Testament prophecies an immediate bearing on their times, and a remote bearing on Christ. Thus he refers Psalms II., VIII., XXII., and CX. to David, as the type of Christ. It is not likely that he learned this method from Calvin, and it is certain that Calvin did not learn it from him. But Servetus goes further than Calvin, and anticipates the rationalistic explanation of Deutero-Isaiah by referring ‘the servant of Jehovah’ to Cyrus as the anointed of the Lord. Rome put his comments on the Index (1559). Calvin brought them up against him at the trial, and, without knowing that the text of the book was literally taken from another edition without acknowledgment, said that he dexterously filched five hundred livres from the publisher in payment for the vain trifles and impious follies with which he had encumbered almost every page of the book.” [= § 144. Servetus di Wina. Catatan kritis / tafsirannya terhadap Alkitab. Villeneuve sekarang tinggal sementara di Wina di Dauphine dan memulai suatu kehidupan yang stabil dan teratur sebagai seorang dokter di bawah dukungan dari PierrePalmier, salah satu dari para pendukungnya yang terdahulu di Paris, dan seorang pendukung / pelindung dari pembelajaran, yang telah diangkat / ditetapkan sebagai seorang Uskup Agung dari jabatan Uskup. Ia diberi persediaan dengan tempat tinggal di istana dari Uskup Agung, dan menjalani suatu kehidupan yang nyaman / berkecukupan oleh praktek medisnya. Ia melewatkan 13 tahun di Wina, dari tahun 1540 sampai 1553, yang mungkin merupakan yang paling bahagia dari kehidupannya yang tidak biasa. Ia menyesuaikan dengan agama Katolik, dan ada dalam hubungan yang baik dengan pastor-pastor yang lebih tinggi. Tak seorangpun mencurigai kesesatannya, atau mengetahui apapun tentang hubungannya dengan pekerjaan / tulisan tentang ‘Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal’. Ia membaktikan waktu senggangnya untuk pembelajaran-pembelajaran dari literatur dan theologia favoritnya, dan menyebabkan penerbit-penerbitnya di Lyons tetap sibuk. Kami sudah menyebutkan edisi kedua dari ‘Ptolemy’nya, yang ia persembahkan kepada Palmier dengan suatu pendahuluan yang bersifat pujian / penghormatan. Setahun setelahnya (1542) ia menerbitkan suatu edisi yang baru dan sangat bagus dari Alkitab bahasa Latin dari Santes Pagnini, seorang biarawan Dominican yang terpelajar dan murid dari Savonarola, tetapi seorang musuh dari agama / aliran Reformed. Ia menyertakan dengannya catatan-catatan penjelasan, yang bertujuan untuk memberikan ‘arti yang bersifat sejarah kuno dari Kitab Suci yang sampai saat itu diabaikan’. Ia mengantisipasi exegesis modern dalam menggantikan metode alegory dengan metode type dan memberikan pada nubuat-nubuat Perjanjian Lama suatu hubungan langsung pada jaman mereka, dan suatu hubungan yang jauh dengan Kristus. Jadi ia menghubungkan Maz 2, 8, 22, dan 110, dengan Daud, sebagai TYPE dari Kristus. Rasanya tidak mungkin bahwa ia mempelajari metode ini dari Calvin, dan adalah pasti bahwa Calvin tidak mempelajarinya dari dia. Tetapi Servetus berjalan lebih jauh dari Calvin, dan mengantisipasi penjelasan rasionalistis tentang Deutero-Yesaya dengan menghubungkan ‘pelayan Yehovah’ dengan Koresh sebagai orang yang diurapi oleh Tuhan. Roma (Katolik) meletakkan komentar-komentarnya pada Index (1559). Calvin menyebutkan hal-hal ini untuk menentang dia di pengadilan, dan, tanpa mengetahui bahwa text dari buku itu diambil secara hurufiah dari edisi yang lain tanpa pengakuan, dan mengatakan bahwa ia mencuri secara ahli 500 livre dari penerbit dalam pembayaran untuk hal-hal remeh yang sia-sia dan kebodohan-kebodohan yang jahat dengan mana ia telah memenuhi hampir setiap halaman dari buku itu.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 725-726 (Libronix).

David Schaff: “§ 148. The Trial and Condemnation of Servetus at Vienne. Shortly after the publication of the ‘Restitution,’ the fact was made known to the Roman Catholic authorities at Lyons through Guillaume Trie, a native of Lyons and a convert from Romanism, residing at that time in Geneva. He corresponded with a cousin at Lyons, by the name of Arneys, a zealous Romanist, who tried to reconvert him to his religion, and reproached the Church of Geneva with the want of discipline. On the 26th of February, 1553, he wrote to Arneys that in Geneva vice and blasphemy were punished, while in France a dangerous heretic was tolerated, who deserved to be burned by Roman Catholics as well as Protestants, who blasphemed the holy Trinity, called Jesus Christ an idol, and the baptism of infants a diabolic invention. He gave his name as Michael Servetus, who called himself at present Villeneuve, a practising physician at Vienne. In confirmation he sent the first leaf of the ‘Restitution,’ and named the printer Balthasar Arnoullet at Vienne. This letter, and two others of Trie which followed, look very much as if they had been dictated or inspired by Calvin. Servetus held him responsible. But Calvin denied the imputation as a calumny. At the same time he speaks rather lightly of it, and thinks that it would not have been dishonorable to denounce so dangerous a heretic to the proper authorities. He also frankly acknowledges that he caused his arrest at Geneva. He could see no material difference in principle between doing the same thing, indirectly, at Vienne and, directly, at Geneva. He simply denies that he was the originator of the papal trial and of the letter of Trie; but he does not deny that he furnished material for evidence, which was quite well known and publicly made use of in the trial where Servetus’s letters to Calvin are mentioned as pieces justificatives. There can be no doubt that Trie, who describes himself as a comparatively unlettered man, got his information about Servetus and his book from Calvin, or his colleagues, either directly from conversation, or from pulpit denunciations. We must acquit Calvin of direct agency, but we cannot free him of indirect agency in this denunciation. Calvin’s indirect agency, in the first, and his direct agency in the second arrest of Servetus admit of no proper justification, and are due to an excess of zeal for orthodoxy. Arneys conveyed this information to the Roman Catholic authorities. The matter was brought to the knowledge of Cardinal Tournon, at that time archbishop of Lyons, a cruel persecutor of the Protestants, and Matthias Ory, a regularly trained inquisitor of the Roman see for the kingdom of France. They at once instituted judicial proceedings. Villeneuve was summoned before the civil court of Vienne on the 16th of March. He kept the judges waiting for two hours (during which he probably destroyed all suspicious papers), and appeared without any show of embarrassment. He affirmed that he had lived long at Vienne, in frequent company with ecclesiastics, without incurring any suspicion for heresy, and had always avoided all cause of offence. His apartments were searched, but nothing was found to incriminate him. On the following day the printing establishment of Arnoullet was searched with no better result. On the return of Arnoullet from a journey he was summoned before the tribunal, but he professed ignorance. Inquisitor Ory now requested Arneys to secure additional proof from his cousin at Geneva. Trie forwarded on the 26th of March several autograph letters of Servetus which, he said, he had great difficulty in obtaining from Calvin (who ought to have absolutely refused). He added some pages from Calvin’s Institutes with the marginal objections of Servetus to infant baptism in his handwriting. Ory, not yet satisfied, despatched a special messenger to Geneva to secure the manuscript of the Restitutio, and proof that Villeneuve was Servetus and Arnoullet his printer. Trie answered at once, on the last of March, that the manuscript of the Restitutio had been at Lausanne for a couple of years (with Viret), that Servetus had been banished from the churches of Germany (Basel and Strassburg) twenty-four years ago, and that Arnoullet and Guéroult were his printers, as he knew from a good source which he would not mention (perhaps Frellon of Lyons). The cardinal of Lyons and the archbishop of Vienne, after consultation with Inquisitor Ory and other ecclesiastics, now gave orders on the 4th of April for the arrest of Villeneuve and Arnoullet. They were confined in separate rooms in the Palais Delphinal. Villeneuve was allowed to keep a servant, and to see his friends. Ory was sent forth, hastened to Vienne, and arrived there the next morning. After dinner Villeneuve, having been sworn on the Holy Gospels, was interrogated as to his name, age, and course of life. In his answers he told some palpable falsehoods to mislead the judges, and to prevent his being identified with Servetus, the heretic. He omitted to mention his residence in Toulouse, where he had been known under his real name, as the books of the University would show. He denied that he had written any other books than those on medicine and geography, although he had corrected many. On being shown some notes he had written on Calvin’s Institutes about infant baptism, he acknowledged at last the authorship of the notes, but added that he must have written them inconsiderately for the purpose of discussion, and he submitted himself entirely to his holy Mother, the Church, from whose teachings he had never wished to differ. At the second examination, on the sixth day of April, he was shown some of his epistles to Calvin. He declared, with tears in his eyes, that those letters were written when he was in Germany some twenty-five years ago, when there was printed in that country a book by a certain Servetus, a Spaniard, but from what part of Spain he did not know! At Paris he had heard Mons. Calvin spoken of as a learned man, and had entered into correspondence with him from curiosity, but begged him to keep his letters as confidential and as brotherly corrections. Calvin suspected, he continued, that I was Servetus, to which I replied, I was not Servetus, but would continue to personate Servetus in order to continue the discussion. Finally we fell out, got angry, abused each other, and broke off the correspondence about ten years ago. He protested before God and his judges that he had no intention to dogmatize or to teach anything against the Church or the Christian religion. He told similar lies when other letters were laid before him. Servetus now resolved to escape, perhaps with the aid of some friends, after he had secured through his servant a debt of three hundred crowns from the Grand Prior of the monastery of St. Pierre. On the 7th of April, at four o’clock in the morning, he dressed himself, threw a night-gown over his clothes, and put a velvet cap upon his head, and, pretending a call of nature, he secured from the unsuspecting jailer the key to the garden. He leaped from the roof of the outhouse and made his escape through the court and over the bridge across the Rhone. He carried with him his golden chain around his neck, valued at twenty crowns, six gold rings on his fingers, and plenty of money in his pockets. Two hours elapsed before his escape became known. An alarm was given, the gates were closed, and the neighboring houses searched; but all in vain. Nevertheless the prosecution went on. Sufficient evidence was found that the ‘Restitution’ had been printed in Vienne; extracts were made from it to prove the heresies contained therein. The civil court, without waiting for the judgment of the spiritual tribunal (which was not given until six months afterwards), sentenced Servetus on the 17th of June, for heretical doctrines, for violation of the royal ordinances, and for escape from the royal prison, to pay a fine of one thousand livres tournois to the Dauphin, to be carried in a cart, together with his books, on a market-day through the principal streets to the place of execution, and to be burnt alive by a slow fire. On the same day he was burnt in effigy, together with the five bales of his book, which had been consigned to Merrin at Lyons and brought back to Vienne. The goods and chattels of the fugitive were seized and confiscated. The property he had acquired from his medical practice and literary labors amounted to four thousand crowns. The king bestowed them on the son of Monsieur de Montgiron, lieutenant-general of Dauphiné and presiding judge of the court. Arnoullet was discharged on proving that he had been deceived by Guéroult, who seems to have escaped by flight. He took care that the remaining copies of the heretical book in France should be destroyed. Stephens, the famous publisher, who had come to Geneva in 1552, sacrificed the copies in his hands. Those that had been sent to Frankfort were burnt at the instance of Calvin. On the 23d of December, two months after the execution of Servetus, the ecclesiastical tribunal of Vienne pronounced a sentence of condemnation on him.” [= § 148. Pengadilan dan penjatuhan hukuman terhadap Servetus di Wina. Tidak lama setelah penyebaran dari ‘Restitution’, faktanya dinyatakan kepada para penegak hukum Roma Katolik di Lyons melalui Guillaume Trie, seorang kelahiran Lyonsdan seorang petobat dari Gereja Roma Katolik, yang pada saat itu tinggal di Jenewa. Ia melakukan suratmenyurat dengan seorang keponakan di Lyons, dengan nama Arneys, seorang Roma Katolik yang bersemangat, yang berusaha untuk mempertobatkan dia kembali pada agamanya, dan mencela / mengkritik Gereja Jenewa karena kurang pendisiplinan. Pada tanggal 26 Februari 1553, ia menulis kepada Arneys bahwa di Jenewa kejahatan moral dan penghujatan dihukum, sementara di Perancis seorang bidat yang berbahaya ditoleransi, yang layak untuk dibakar oleh Roma Katolik maupun oleh Protestan, yang menghujat Tritunggal yang Kudus, menyebut Yesus Kristus suatu berhala, dan baptisan bayi sebagai suatu penemuan setan. Ia memberi namanya sebagai Michael Servetus, yang pada saat ini menyebut dirinya sendiri Villeneuve, seorang dokter yang berpraktek di Wina. Untuk penegasan ia mengirimkan halaman pertama dari buku ‘Restitution’, dan memberi nama pencetaknya Balthasar Arnoullet di Wina. Surat ini, dan dua suratlainnya dari Trie yang selanjutnya, kelihatan seakan-akan surat-surat itu telah didiktekan atau diilhamkan oleh Calvin. Servetus menganggap dia bertanggung jawab. Tetapi Calvin menyangkal tuduhan itu sebagai suatu fitnah. Pada saat yang sama ia berbicara secara enteng / acuh tak acuh tentangnya, dan berpikir bahwa bukanlah sesuatu yang tidak terhormat untuk memberi informasi tentang seorang bidat yang begitu berbahaya kepada para penegak hukum yang benar. Ia juga secara jujur mengakui bahwa ia menyebabkan penangkapannya di Jenewa. Ia tidak bisa melihat perbedaan material secara prinsip antara melakukan hal yang sama, secara tidak langsung, di Wina dan secara langsung, di Jenewa. Ia hanya menyangkal bahwa ia adalah orang yang memulai pengadilan Gereja Roma Katolik dan suratdari Trie; tetapi ia tidak menyangkal bahwa ia menyediakan materi untuk bukti, yang cukup diketahui dan secara umum digunakan dalam pengadilan dimana surat-surat Servetus kepada Calvin disebutkan sebagai potongan-potongan / bagian-bagian yang melayani pembenaran. Di sana tidak bisa ada keraguan bahwa Trie, yang menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang secara relatif adalah seseorang yang buta huruf, mendapatkan informasinya tentang Servetus dan bukunya dari Calvin, atau rekan-rekannya, atau secara langsung dari percakapan, atau dari pengecaman mimbar. Kita harus menganggap Calvin tidak bersalah sebagai alat secara langsung, tetapi kita tidak bisa membebaskan dia sebagai alat secara tidak langsung dalam pengecaman ini. Calvin sebagai alat tidak langsung, dalam penahanan pertama, dan dia sebagai alat langsung dalam penahanan kedua dari Servetus tidak mengijinkan pembenaran yang benar, dan disebabkan oleh semangat yang berlebihan untuk kepercayaan ortodox. Arneys menyampaikan informasi ini kepada para penegak hukum Roma Katolik. Persoalan ini diberitahukan kepada Kardinal Tournon, yang pada saat itu adalah Uskup Agung dari Lyons, seorang penganiaya kejam dari orang-orang Protestan, dan Matthias Ory, seorang penyelidik terlatih yang biasa / tetap dari pusat otoritas Roma untuk kerajaan Perancis. Mereka segera memulai prosedur hukum. Villeneuve dipanggil ke hadapan pengadilan sipil dari Wina pada tanggal 16 Maret. Ia menyebabkan hakim-hakim menunggu untuk dua jam (selama mana ia mungkin menghancurkan semua kertas-kertas yang mencurigakan), dan muncul tanpa menunjukkan sedikitpun rasa malu / tidak enak. Ia menegaskan bahwa ia telah lama hidup / tinggal di Wina, dalam kumpulan / persahabatan yang sering dengan pastor-pastor, tanpa mendapatkan kecurigaan apapun untuk kesesatan / bidat, dan telah selalu menghindari semua penyebab dari pelanggaran hukum. Apartmentnya digeledah, tetapi tidak ada apapun yang ditemukan untuk menuduh dia. Pada hari berikutnya tempat percetakan dari Arnoullet digeledah dengan hasil yang tidak lebih baik. Pada saat Arnoullet kembali dari suatu perjalanan, ia dipanggil di hadapan pengadilan, tetapi ia mengaku tidak tahu apa-apa. Sekarang / lalu penyelidik Ory meminta Arneys untuk mendapatkan bukti tambahan dari keponakannya di Jenewa. Trie mengirimkan pada tanggal 26 Maret beberapa surat-surat autograph (tulisan sendiri) dari Servetus yang, ia katakan, ia dengan sangat sukar dapatkan dari Calvin (yang seharusnya telah menolak secara mutlak). Ia menambahkan beberapa halaman dari Institutes-nya Calvin dengan keberatan-keberatan pada catatan tepi dari Servetus terhadap baptisan bayi dalam tulisan tangannya. Ory, belum puas, mengutus seorang utusan khusus ke Jenewa untuk mendapatkan manuscript / naskah dari Restutio, dan bukti bahwa Villeneuve adalah Servetus dan Arnoullet pencetaknya. Trie segera menjawab, pada akhir bulan Maret, bahwa manuscript / naskah dari Restitutio telah ada di Lausanne selama dua tahun (bersama Viret), bahwa Servetus telah dibuang / diusir dari gereja-gereja Jerman (Basel dan Strassburg) 24 tahun yang lalu, dan bahwa Arnoullet dan Guéroult adalah pencetak-pencetaknya, karena ia mengetahui dari suatu sumber yang baik yang ia tidak mau sebutkan (mungkin Frellon dari Lyons). Kardinal dari Lyons dan Uskup Agung dari Wina, setelah berkonsultasi dengan Penyelidik Ory dan pastor-pastor lain, sekarang memberi perintah pada tanggal 4 April untuk penahanan terhadap Villeneuve dan Arnoullet. Mereka ditahan di ruang yang terpisah di Palais Delphinal. Villeneuve diijinkan untuk mempunyai seorang pelayan, dan untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Ory diutus, dengan cepat-cepat ke Wina, dan tiba di sanapagi berikutnya. Setelah makan Villeneuve, setelah disumpah dengan Injil yang Kudus, diinterogasi berkenaan dengan nama, usia, dan perjalanan hidupnya. Dalam jawaban-jawabannya ia memberitahu beberapa dusta yang jelas / menyolok untuk menyimpangkan pikiran hakim-hakim, dan untuk mencegah pengidentifikasian dirinya dengan Servetus, sang bidat / penyesat. Ia tidak menyebutkan tempat tinggalnya di Toulouse, dimana ia telah dikenal dengan nama aslinya, karena buku-buku dari Universitas akan menunjukkan. Ia menyangkal bahwa ia telah menulis buku-buku lain apapun selain buku-buku tentang obat / pengobatan dan ilmu bumi, sekalipun ia telah mengkoreksi banyak (buku). Pada waktu ditunjukkan beberapa catatan yang telah ia tulis pada Institutio-nya Calvin tentang baptisan bayi, ia akhirnya mengakui sebagai sumber penulisan catatan-catatan itu, tetapi menambahkan bahwa ia harus menuliskan catatan-catatan itu tanpa pertimbangan untuk tujuan diskusi, dan ia menundukkan dirinya sendiri sepenuhnya kepada Ibu kudusnya, Gereja, dari ajaran-ajaran siapa ia tidak ingin berbeda. Pada pemeriksaan kedua, pada tanggal 6 April, ia ditunjukkan beberapa surat-suratnya kepada Calvin. Ia menyatakan, dengan air mata pada matanya, bahwa surat-surat itu ditulis pada waktu ia berada di Jerman sekitar 25 tahun yang lalu, pada waktu disana di negara itu dicetak suatu buku oleh seorang tertentu bernama Servetus, seorang Spanyol, tetapi ia tidak tahu dari bagian mana dari Spanyol! Di Paris ia telah mendengar Tuan Calvin berbicara sebagai seorang terpelajar, dan telah masuk ke dalam surat menyurat dengan dia dari keingintahuan, tetapi memintanya untuk menjaga surat-suratnya sebagai rahasia dan sebagai koreksi yang bersifat persaudaraan. Calvin mencurigai, ia melanjutkan, bahwa aku adalah Servetus, terhadap mana aku menjawab, aku bukanlah Servetus, tetapi akan melanjutkan untuk berperan sebagai Servetus untuk melanjutkan diskusi. Akhirnya kami bertengkar, menjadi marah, saling memaki, dan memutuskan suratmenyurat sekitar 10 tahun yang lalu. Ia memprotes di hadapan Allah dan hakim-hakimnya bahwa ia tidak bermaksud untuk mengajarkan dogma atau untuk mengajar apapun terhadap / menentang Gereja atau agama Kristen. Ia menceritakan dusta-dusta yang mirip pada waktu surat-surat yang lain dibeberkan di depannya. Sekarang Servetus memutuskan untuk lolos / melarikan diri, mungkin dengan pertolongan dari beberapa sahabat, setelah ia mendapatkan melalui pelayannya suatu hutang dari 300 crown dari Grand Prior dari biara Santo Pierre. Pada tanggal 7 April, pada pk 4 pagi, ia memakaiani dirinya sendiri, cepat-cepat mengenakan suatu pakaian malam di atas pakaiannya, dan meletakkan topi / peci yang empuk di atas kepalanya, dan berpura-pura mau buang air, ia mendapatkan dari penjaga penjara yang tidak curiga kunci ke kebun. Ia meloncat dari atap dari bangunan luar dan meloloskan dirinya melalui gedung pengadilan dan melalui jembatan di atas Sungai Rhone. Ia membawa rantai emasnya melingkari lehernya, berharga 20 crown, 6 cincin emas pada jari-jarinya, dan banyak uang dalam saku-sakunya. Dua jam lewat sebelum kelolosannya diketahui. Suatu alarm diberikan, pintu-pintu gerbang ditutup, dan rumah-rumah sekitarnya digeledah; tetapi semua sia-sia. Sekalipun demikian urusan hukum berjalan terus. Ditemukan bukti yang cukup bahwa ‘the Restitution’ telah dicetak di Wina; sari / kutipan-kutipan dibuat darinya untuk membuktikan kesesatan-kesesatan terdapat di dalamnya. Pengadilan sipil, tanpa menunggu penghakiman dari pengadilan rohani / gereja (yang tidak diberikan sampai 6 bulan setelahnya), menjatuhkan hukuman kepada Servetus pada tanggal 17 Juni, untuk doktrin-doktrin / ajaran-ajaran sesat, untuk pelanggaran dari hukum-hukum kerajaan, dan untuk kelolosan dari penjara kerajaan, untuk membayar suatu denda 1000 livre tournois kepada Dauphin, untuk dibawa dalam sebuah kereta, bersama-sama dengan buku-bukunya, pada suatu hari pasar / penjualan melalui jalan-jalan utama ke tempat exekusi, dan dibakar hidup-hidup dengan api kecil. Pada hari yang sama ia dibakar secara simbolis, bersama-sama dengan 5 bungkusan bukunya, yang telah diserahkan kepada Marrin di Lyons dan dibawa kembali ke Wina. Harta benda dan barang-barang milik dari sang buronan dirampas dan disita. Semua miliknya yang ia dapatkan dari praktek pengobatan / kedokteran dan jerih payah yang berhubungan dengan literatur bernilai 4000 crown. Raja memberikan semua itu kepada anak laki-laki dari Monsieur de Montgiron, Letnan Jendral dari Dauphinedan hakim yang memimpin pengadilan. Arnoulett dibebaskan karena pembuktian bahwa ia telah ditipu oleh Guéroult, yang kelihatannya telah lolos dengan penerbangan. Ia memastikan bahwa copy-copy yang tersisa dari buku sesat di Perancis harus dihancurkan. Stephen, penerbit yang terkenal, yang telah datang ke Jenewa pada tahun 1552, mengorbankan / menyerahkan copy-copy dalam tangannya. Copy-copy yang telah dikirim ke Frankfortdibakar pada kasus dari Calvin. Pada tanggal 23 Desember, 2 bulan setelah exekusi dari Servetus, pengadilan gerejani dari Wina mengumumkan suatu hukuman pengutukan kepada dia.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 757-763 (Libronix).

Catatan: yang warna hijau adalah pemikiran tolol dari David Schaff sendiri!

Semua kutipan dari Wikipedia di bawah ini dari link ini:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Michael_Servetus

Wikipedia: “On 16 February 1553, Michael Servetus while in Vienne, France, was denounced as a heretic by Guillaume de Trie, a rich merchant who had taken refuge in Geneva, and who was a good friend of Calvin, in a letter sent to a cousin, Antoine Arneys, who was living in Lyon. On behalf of the French inquisitor Matthieu Ory, Michael Servetus and Balthasard Arnollet, the printer of ‘Christianismi Restitutio,’ were questioned, but they denied all charges and were released for lack of evidence. Ory asked Arneys to write back to De Trie, demanding proof. On 26 March 1553, the letters sent by Michel to Calvin and some manuscript pages of ‘Christianismi Restitutio’ were forwarded to Lyon by De Trie. On 4 April 1553 Servetus was arrested by Roman Catholic authorities, and imprisoned in Vienne. He escaped from prison three days later. On 17 June, he was convicted of heresy, ‘thanks to the 17 letters sent by John Calvin, preacher in Geneva’ and sentenced to be burned with his books. In his absence, he and his books were burned in effigy (blank paper for the books).” [= Pada tanggal 16 Februari 1553, Michael Servetus pada waktu berada di Wina, Perancis, dituduh sebagai seorang bidat oleh Guillaume de Trie, seorang pedagang kaya yang telah mendapatkan perlindungan di Jenewa, dan yang adalah seorang teman baik dari Calvin, dalam suatu suratyang dikirim kepada seorang keponakan, Antoine Arneys, yang tinggal di Lyons. Demi kepentingan / atas nama dari penyelidik Perancis Matthieu Ory, Michael Servetus dan Balthasard Arnollet, pencetak dari ‘Christianismi Restitutio’, ditanyai, tetapi mereka menyangkal semua tuduhan dan dibebaskan karena kurangnya bukti. Ory meminta Arneys untuk menulis kembali kepada De Trie, untuk menuntut bukti. Pada tanggal 26 Maret 1553, surat-surat dikirim oleh Michel kepada Calvin dan beberapa halaman naskah dari ‘Christianismi Restitutio’ dikirimkan ke Lyon oleh De Trie. Pada tanggal 4 April 1553 Servetus ditangkap oleh otoritas-otoritas Roma Katolik, dan dipenjarakan di Wina. Ia lolos dari penjara 3 hari kemudian. Pada tanggal 17 Juni, ia dibuktikan bersalah tentang bidat / pandangan sesat, ‘karena / berkat dari 17 surat-surat yang dikirim oleh John Calvin, pengkhotbah di Jenewa’ dan dijatuhi hukuman dengan dibakar bersama buku-bukunya. Dalam keabsenannya, ia dan buku-bukunya dibakar secara simbolis (kertas kosong untuk buku-bukunya).].

William Wileman: “There lived at Geneva at this time a Frenchman of Lyonsnamed William Trie; and he had a relative at Lyons named Arneys, a Roman Catholic. After the publication of this book by Servetus, Trie wrote to his friend Arneys a letter in which he said that it was base for Protestants to be burned who really believed in Christ, while such a man as Servetus should be permitted to live to publish his vile errors. Arneys placed this letter before the Inquisition at Lyons, and cardinal Tournon arrested Servetus at once. Without giving the mass of details, it will be sufficient to say that Servetus escaped from prison one night by a pretext. His trial, however, proceeded in his absence; and on June 17th, 1552, the sentence of death, namely, ‘to be burned alive, at a slow fire, till his body be reduced to a cinder,’ was passed upon him by the Inquisition. On the same day, his effigy was burned, with five bales of his books.” [= Di sana tinggal di Jenewa pada waktu ini seorang Perancis dari Lyonsbernama William Trie; dan ia mempunyai seorang keluarga di Lyons bernama Arneys, seorang Roma Katolik. Setelah penerbitan buku ini oleh Servetus, Trie menulis kepada sahabatnya Arneys suatu suratdalam mana ia berkata bahwa adalah jelek / hina bagi orang-orang Protestan untuk dibakar yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, sedangkan orang seperti Servetus diijinkan untuk hidup untuk menerbitkan kesalahan-kesalahan / kesesatan-kesesatannya yang memuakkan. Arneys memberikan surat ini di depan Penyelidik di Lyons untuk dipertimbangkan, dan Kardinal Tournon segara menangkap Servetus. Tanpa memberikan banyak hal-hal terperinci, adalah cukup untuk mengatakan bahwa suatu malam Servetus lolos dari penjara oleh suatu dalih / kepura-puraan. Tetapi pengadilannya dilanjutkan dalam ketidak-hadirannya; dan pada tanggal 17 Juni, 1552, hukuman mati, yaitu, ‘dibakar hidup-hidup, dengan suatu api kecil, sampai tubuhnya dihancurkan menjadi sebuah bagian kecil yang tidak bisa terbakar lagi’ diputuskan baginya oleh Penyelidik. Pada hari yang sama, sebuah boneka yang mewakili dia dibakar, bersama limabungkusan besar buku-bukunya.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).

Catatan:
1. Tahun 1552 itu salah, seharusnya tahun 1553.
2. ‘Cinder’ = “A small piece of burned or partly burned substance, such as coal, that is not reduced to ashes but is incapable of further combustion.”[= Suatu potongan kecil dari bahan yang terbakar atau terbakar sebagian, seperti batu bara, yang tidak dihancurkan menjadi abu tetapi tidak bisa dibakar lebih jauh lagi.] - ‘The Free Dictionary’.

IV) Penangkapan, pengadilan dan penghukuman mati terhadap Servetus di Jenewa.

1) Servetus lari / pergi ke Jenewa dan ditangkap.

David Schaff: “§ 149. Servetus flees to Geneva and is arrested. Escaped from one danger of death, Servetus, as by ‘a fatal madness,’ as Calvin says, rushed into another. Did he aspire to the glory of martyrdom in Geneva, as he seemed to intimate in his letter to Poupin? But he had just escaped martyrdom in France. Or did he wish to have a personal interview with Calvin, which he had sought in Paris in 1534, and again in Vienne in 1546? But after publishing his abusive letters and suspecting him for denunciation, he could hardly entertain such a wish. Or did he merely intend to pass through the place on his way to Italy? But in this case he need not tarry there for weeks, and he might have taken another route through Savoy, or by the sea. Or did he hope to dethrone, the pope of Geneva with the aid of his enemies, who had just then the political control of the Republic? He lingered in France for about three months. He intended, first, as he declared at the trial, to proceed to Spain, but finding the journey unsafe, he turned his eye to Naples, where he hoped to make a living as physician among the numerous Spanish residents. This he could easily have done under a new name. He took his way through Geneva. He arrived there after the middle of July, 1553, alone and on foot, having left his horse on the French border. He took up his lodging in the Auberge de la Rose, a small inn on the banks of the lake. His dress and manner, his gold chain and gold rings, excited attention. ... He remained about a month, and then intended to leave for Zuerich. He asked his host to hire a boat to convey him over the lake some distance eastward. But before his departure he attended church, on Sunday, the 13th of August. He was recognized and arrested by an officer of the police in the name of the Council. Calvin was responsible for this arrest, as he frankly and repeatedly acknowledged. It was a fatal mistake. Servetus was a stranger and had committed no offence in Geneva. Calvin ought to have allowed him quietly to proceed on his intended journey. Why then did he act otherwise? Certainly not from personal malice, nor other selfish reasons; for he only increased the difficulty of his critical situation, and ran the risk of his defeat by the Libertine party then in power. It was an error of judgment. He was under the false impression that Servetus had just come from Venice, the headquarters of Italian humanists and sceptics, to propagate his errors in Geneva, and he considered it his duty to make so dangerous a man harmless, by bringing him either to conviction and recantation, or to deserved punishment. He was determined to stand or fall with the principle of purity of doctrine and discipline. Rilliet justifies the arrest as a necessary measure of self-defence. ‘Under pain of abdication,’ he says, ‘Calvin must do everything rather than suffer by his side in Geneva a man whom he considered the greatest enemy of the Reformation; and the critical position in which he saw it in the bosom of the Republic, was one motive more to remove, if it was possible, the new element of dissolution which the free sojourn of Servetus would have created … . To tolerate Servetus with impunity at Geneva would have been for Calvin to exile himself … He had no alternative. The man whom a Calvinist accusation had caused to be arrested, tried, and condemned to the flames in France, could not find an asylum in the city from which that accusation had issued.’” [= § 149. Servetus lari ke Jenewa dan ditangkap. Lolos dari satu bahaya kematian, Servetus, seperti oleh ‘suatu kegilaan yang fatal’, seperti yang Calvin katakan, lari cepat-cepat pada bahaya kematian yang lain. Apakah ia mempunyai ambisi yang besar untuk kemuliaan dari kematian syahid di Jenewa, seperti yang kelihatannya ia isyaratkan dalam suratnya kepada Poupin? Tetapi ia baru saja meloloskan diri dari kematian syahid di Perancis. Atau apakah ia ingin untuk mendapatkan wawancara / pembicaraan pribadi dengan Calvin, yang telah ia usahakan di Paris pada tahun 1534, dan lagi di Wina pada tahun 1546? Tetapi setelah menerbitkan surat-suratnya yang bersifat menghina dan mencurigai dia untuk pelaporan kepada para penegak hukum, ia tidak mungkin bisa mempertahankan suatu keinginan seperti itu. Atau apakah ia semata-mata bermaksud untuk melalui tempat itu dalam perjalanannya ke Italia? Tetapi dalam hal ini ia tidak perlu berlambat-lambat di sanauntuk beberapa minggu, dan ia bisa telah mengambil jalan yang lain melalui Savoy, atau melalui laut. Atau apakah ia berharap untuk menurunkan dari takhta, sang ‘paus’ dari Jenewa dengan bantuan musuh-musuhnya, yang pada saat itu baru mendapatkan kontrol politik dari Republik itu? Ia berlambat-lambat di Perancis untuk sekitar 3 bulan. Ia bermaksud, mula-mula, seperti yang ia nyatakan di pengadilan, untuk melanjutkan perjalanan ke Spanyol, tetapi mendapati bahwa perjalanannya tidak aman, ia mengarahkan matanya ke Naples, dimana ia berharap untuk mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya sebagai dokter di antara banyak penghuni Spanyol. Ini bisa ia lakukan dengan mudah dengan menggunakan nama baru. Ia mengambil jalannya melalui Jenewa. Ia tiba di sana setelah pertengahan Juli tahun 1553, sendirian dan dengan berjalan kaki, setelah meninggalkan kudanya di perbatasan Perancis. Ia menempati kamar sewaannya di Auberge de la Rose, suatu penginapan / hotel kecil di tepi danau. Pakaian dan sikapnya, rantai emas dan cincin emasnya, menarik perhatian. ... Ia tetap tinggal selama sekitar satu bulan, dan lalu bermaksud untuk pergi ke Zuerich. Ia meminta manager hotelnya untuk menyewakan sebuah perahu untuk membawanya menyeberangi danau ke arah timur. Tetapi sebelum kepergiannya ia menghadiri gereja, pada hari Minggu, tanggal 13 Agustus. Ia dikenali dan ditangkap oleh seorang petugas dari kepolisian dengan otoritas dari Council. Calvin bertanggung jawab untuk penahanan / penangkapan ini, seperti ia dengan jujur dan secara berulang-ulang akui. Itu merupakan suatu kesalahan yang fatal. Servetus adalah seorang asing dan belum melakukan pelanggaran di Jenewa. Calvin seharusnya telah mengijinkannya dengan tenang untuk melanjutkan perjalanan yang dimaksudkannya. Lalu mengapa ia bertindak sebaliknya? Pasti bukan karena kebencian pribadi, ataupun alasan-alasan lain yang bersifat egois; karena ia hanya meningkatkan kesukaran dari sikonnya yang kritis, dan mengambil resiko kekalahannya oleh Partai Libertine yang pada saat itu berkuasa. Itu adalah suatu kesalahan penilaian. Ia berada di bawah kesan yang salah bahwa Servetus baru datang dari Venice, markas besar dari para humanist dan skeptik Italia, untuk menyebarkan kesalahan-kesalahannya di Jenewa, dan ia menganggapnya sebagai kewajibannya untuk membuat orang yang begitu berbahaya menjadi tidak berbahaya, dengan membawanya atau pada keyakinan / pembuktian kesalahan dan penarikan kembali terhadap kepercayaan / ajarannya, atau pada hukuman yang layak ia dapatkan. Ia memutuskan untuk berdiri atau jatuh bersama dengan prinsip dari kemurnian doktrin / ajaran dan disiplin. Rilliet membenarkan penangkapan itu sebagai suatu tindakan yang perlu untuk pembelaan diri. ‘Di bawah ancaman pengunduran diri’, ia berkata, ‘Calvin harus melakukan segala sesuatu dari pada membiarkan di sisinya di Jenewa seorang laki-laki yang ia anggap sebagai musuh terbesar dari Reformasi; dan posisi kritis dalam mana ia melihatnya di dada dari Republik itu, merupakan satu motivasi lagi untuk menyingkirkan, jika itu memungkinkan, elemen yang baru dari pembubaran yang Servetus, yang tinggal sementara di sana, akan ciptakan ... . Menoleransi Servetus dengan pembebasan dari hukuman di Jenewa, bagi Calvin akan menjadi seperti membuang dirinya sendiri ke dalam pembuangan ... Ia tidak mempunyai pilihan yang lain. Orang yang oleh tuduhan dari seorang Calvinist telah menyebabkannya untuk ditangkap, diadili, dan dihukum mati dengan dibakar di Perancis, tidak bisa mendapatkan tempat perlindungan di kota dari mana tuduhan itu telah keluar.’] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 763-766 (Libronix).

Catatan: lagi-lagi yang warna hijau adalah kata-kata dan pemikiran David Schaff sendiri, dan saya menganggapnya salah!

William Wileman: “After wandering for a time, he suddenly turned up in Genevain July; and was arrested by the Council, which, as we have seen, was at this time opposed to Calvin.” [= Setelah mengembara untuk suatu waktu, ia tiba-tiba muncul di Jenewa pada bulan Juli; dan ditangkap oleh Council, yang, seperti telah kita lihat, pada saat ini bertentangan dengan Calvin.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).

Wikipedia: “Meaning to flee to Italy, Servetus inexplicably stopped in Geneva, where Calvin and his Reformers had denounced him. On 13 August, he attended a sermon by Calvin at Geneva. He was arrested after the service and again imprisoned. All his property was confiscated. Servetus claimed during this judgment he was arrested at an inn at Geneva.” [= Bermaksud untuk lari ke Italia, Servetus secara tak bisa dijelaskan berhenti di Jenewa, dimana Calvin dan orang-orang Reformasinya telah mengecamnya secara terbuka. Pada tanggal 13 Agustus, ia menghadiri suatu khotbah oleh Calvin di Jenewa. Ia ditangkap setelah kebaktian dan dipenjarakan lagi. Semua miliknya disita. Servetus mengclaim selama pengadilannya bahwa ia ditangkap di sebuah penginapan di Jenewa.].
Catatan: saya tidak mengerti apa bedanya ia ditangkap dalam kebaktian atau di rumah penginapan.

2) Pengadilan terhadap Servetus di Jenewa.

Wikipedia: “French Inquisitors asked that Servetus be extradited to them for execution. Calvin wanted to show himself as firm in defense of Christian orthodoxy as his usual opponents. ‘He was forced to push the condemnation of Servetus with all the means at his command.’ Calvin’s delicate health meant he did not personally appear against Servetus. Nicholas de la Fontaine played the more active role in Servetus’s prosecution and the listing of points that condemned him. Among the possible reasons which prevented Calvin from appearing personally against Servetus there was one which must have seemed of itself sufficient. The laws regulating criminal actions in Genevarequired that in certain grave cases the complainant himself should be incarcerated pending the trial. Calvin’s delicate health and his great and constant usefulness in the administration of the state rendered a prolonged absence from the public life of Genevaimpracticable. Nevertheless, Calvin is to be regarded as the author of the prosecution. Nicholas de la Fontaine was a refugee in Geneva and entered the service of Calvin, by whom he was employed as secretary.” [= Penyelidik-penyelidik (Katolik) dari Perancis meminta supaya Servetus diextradisi kepada mereka untuk dihukum mati. Calvin ingin menunjukkan dirinya sendiri sama teguhnya dalam pembelaan keortodoxan Kristen seperti penentang-penentangnya yang biasa. ‘Ia dipaksa untuk mendesak pengecaman / penghukuman Servetus dengan semua cara / jalan yang ada di bawah kuasanya’. Kesehatan yang rapuh dari Calvin berarti ia tidak hadir secara pribadi terhadap / menentang Servetus. Nicholas de la Fontaine memainkan peranan yang lebih aktif dalam penuntutan Servetus dan pendaftaran pokok-pokok yang mengecam dia. Di antara alasan-alasan yang memungkinkan yang menghalangi Calvin untuk hadir secara pribadi menentang Servetus ada satu yang harus dianggap cukup dalam dirinya sendiri. Hukum-hukum yang mengatur tindakan-tindakan kriminil di Jenewa mengharuskan bahwa dalam kasus-kasus berat tertentu penuduh sendiri harus ditahan selama pengadilan. Kesehatan yang rapuh dari Calvin dan kebergunaannya yang besar dan terus menerus dalam pengaturan negara membuat suatu absen yang panjang dari kehidupan umum Jenewa tidak bisa dilakukan. Bagaimanapun, Calvin harus dianggap sebagai pencipta / asal usul dari penuntutan. Nicholas de la Fontaine adalah seorang yang mencari perlindungan / suaka di Jenewa dan memasuki pelayanan Calvin, oleh siapa ia dipekerjakan sebagai sekretaris.].

Wikipedia: “At his trial, Servetus was condemned on two counts, for spreading and preaching Nontrinitarianism, specifically, Modalistic Monarchianism, or Sabellianism, and anti-paedobaptism (anti-infant baptism). Of paedobaptism Servetus had said, ‘It is an invention of the devil, an infernal falsity for the destruction of all Christianity.’” [= Di pengadilan, Servetus dihakimi / dihukum atas dua tuduhan, untuk menyebarkan dan memberitakan / mengkhotbahkan ajaran Non Trinitarian, secara khusus, Modalistic Monarchianisme, atau Sabellianisme, dan anti baptisan bayi. Tentang baptisan bayi Servetus telah mengatakan, ‘Itu merupakan suatu penemuan dari setan, suatu dusta / kepalsuan untuk penghancuran dari seluruh kekristenan’.].

Catatan: perhatikan tuduhannya. Apakah hanya sekedar anti Calvin seperti yang difitnahkan oleh Suhento Liauw??? Kutipan ini membuktikan pendeta ini memfitnah!
Memang dalam link yang sama di bagian agak awal ada kata-kata sebagai berikut:

Wikipedia: “Servetus sent Calvin several more letters, to which Calvin took offense. Thus, Calvin’s frustrations with Servetus seem to have been based mainly on Servetus’s criticisms of Calvinist doctrine, but also on his tone, which Calvin considered inappropriate.” [= Servetus mengirimi Calvin beberapa surat lagi, terhadap mana Calvin merasa tersinggung / terhina. Jadi, rasa frustrasi Calvin dengan Servetus kelihatannya telah didasarkan secara terutama pada kritikan Servetus tentang doktrin Calvinist, tetapi juga pada nadanya, yang Calvin anggap sebagai tidak tepat.].

Catatan: jangan lupa bahwa ajaran tentang Tritunggal, keilahian Yesus, baptisan bayi juga merupakan ajaran Calvinisme.

Dan kalau kita membaca lanjutannya, maka jelas bahwa kemarahan Calvin disebabkan bukan hanya karena kesesatan-kesesatan Servetus tetapi terutama oleh penghujatan-penghujatannya!

Wikipedia: “Calvin believed Servetus deserved death on account of what he termed as his ‘execrable blasphemies’. Calvin expressed these sentiments in a letter to Farel, written about a week after Servetus’ arrest, in which he also mentioned an exchange with Servetus. Calvin wrote: ...after he (Servetus) had been recognized, I thought he should be detained. My friend Nicolas summoned him on a capital charge, offering himself as a security according to the lex talionis. On the following day he adduced against him forty written charges. He at first sought to evade them. Accordingly we were summoned. He impudently reviled me, just as if he regarded me as obnoxious to him. I answered him as he deserved... of the man’s effrontery I will say nothing; but such was his madness that he did not hesitate to say that devils possessed divinity; yea, that many gods were in individual devils, inasmuch as a deity had been substantially communicated to those equally with wood and stone. I hope that sentence of death will at least be passed on him; but I desired that the severity of the punishment be mitigated.” [= Calvin percaya Servetus layak dihukum mati karena apa yang ia sebut sebagai ‘penghujatan-penghujatannya yang menjijikkan / sangat buruk’. Calvin menyatakan perasaan-perasaan ini dalam sebuah suratkepada Farel, ditulis sekitar satu minggu setelah penangkapan Servetus, dalam mana ia juga menyebutkan suatu pertukaran (?) dengan Servetus. Calvin menulis: ... setelah ia (Servetus) telah dikenali, saya menganggap ia harus ditahan. Sahabatku Nicolas memanggilnya berkenaan dengan suatu tuduhan yang sangat serius, dengan menawarkan dirinya sendiri sebagai suatu jaminan sesuai dengan HUKUM PEMBALASAN. Pada hari berikutnya ia mengajukan sebagai bukti untuk menentang dia 40 tuduhan-tuduhan tertulis. Mula-mula ia berusaha untuk menghindari tuduhan-tuduhan itu. Karena itu kami dipanggil. Ia secara kurang ajar memaki-maki aku, seakan-akan ia menganggap aku sebagai menjengkelkan / menjijikkan bagi dia. Saya menjawabnya sebagaimana yang ia layak dapatkan ... tentang kesombongan / kekurang-ajaran orang ini aku tidak akan berkata apa-apa; tetapi demikianlah kegilaannya sehingga ia tidak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa setan-setan memiliki keilahian; ya, bahwa banyak allah-allah ada di dalam setan-setan individuil, sampai pada tingkat seperti seorang allah telah diberikan dalam tingkat yang tinggi kepada mereka secara sama dengan kayu dan batu. Saya berharap bahwa hukuman mati sedikitnya akan diberikan kepadanya; tetapi saya menginginkan bahwa kekerasan dari hukuman itu dikurangi.].
Wikipedia: “As Servetus was not a citizen of Geneva, and legally could at worst be banished, the government, in an attempt to find some plausible excuse to disregard this legal reality, had consulted other Swiss Reformed cantons (Zürich, Bern, Basel, Schaffhausen). They universally favoured his condemnation and suppression of his doctrine, but without saying how that should be accomplished. Martin Luther had condemned his writing in strong terms. Servetus and Philip Melanchthon had strongly hostile views of each other. The party called the ‘Libertines’, who were generally opposed to anything and everything John Calvin supported, were in this case strongly in favour of the execution of Servetus at the stake (while Calvin urged that he be beheaded instead). In fact, the council that condemned Servetus was presided over by Ami Perrin (a Libertine) who ultimately on 24 October sentenced Servetus to death by burning for denying the Trinity and infant baptism.” [= Karena Servetus bukan warga Jenewa, dan secara hukum paling buruk bisa dibuang, pemerintah, dalam suatu usaha untuk mendapatkan beberasa alasan yang bisa diterima / kelihatan sah, telah berkonsultasi dengan wilayah-wilayah Reformed Swiss yang lain (Zürich, Bern, Basel, Schaffhausen). Mereka secara universal / tanpa perkecualian mendukung penghukumannya dan penekanan / penindasan terhadap doktrin-doktrin / ajaran-ajarannya, tetapi tanpa mengatakan bagaimana itu harus dicapai. Martin Luther telah mengecam tulisannya dengan istilah-istilah yang keras. Servetus dan Philip Melanchthon mempunyai pandangan-pandangan yang saling bermusuhan secara kuat satu sama lain. Partai / kelompok yang disebut ‘Libertines’, yang biasanya menentang apapun dan segala sesuatu yang didukung oleh John Calvin, dalam kasus ini secara kuat mendukung penghukuman mati Servetus dengan dibakar pada tiang hukuman (sedangkan Calvin mendesak supaya alih-alih ia dipenggal). Dalam faktanya, pemerintah / otoritas lokal / sidang gereja yang menghukum Servetus dipimpin oleh Ami Perrin (seorang Libertine)yang akhirnya pada tanggal 24 Oktober menjatuhkan hukuman mati kepada Servetus dengan dibakar karena menyangkal Tritunggal dan baptisan bayi.].

Catatan: kutipan ini membuktikan bahwa omongan busuk Suhento Liauw bahwa Calvin adalah diktator, yang dengan seenaknya sendiri bisa menghukum mati Servetus, merupakan suatu fitnah! Yang berkuasa di sana pada saat itu adalah partai yang oleh Calvin disebut dengan istilah ‘Libertine’, dan partai ini sangat menentang Calvin! Dan pimpinan dari ‘council’ [= pemerintah / otoritas lokal / Sidang Gereja] yang menjatuhkan hukuman mati kepada Servetus adalah Ami Perrin, yang juga adalah seorang Libertine! Jadi, bagaimana Calvin bisa menjadi diktator, dan menjatuhkan hukuman mati semau dia??? Betul-betul omongan busuk dari pendeta busuk!

a) Persidangan pertama di Jenewa.
David Schaff: “§ 151. The First Act of the Trial at Geneva. Servetus was confined near the Church of St. Pierre, in the ancient residence of the bishops of Geneva, which had been turned into a prison. His personal property consisted of ninety-seven crowns, a chain of gold weighing about twenty crowns, and six gold rings (a large turquoise, a white sapphire, a diamond, a ruby, a large emerald of Peru, and a signet ring of coralline). These valuables were surrendered to Pierre Tissot, and after the process given to the hospital. The prisoner was allowed to have paper and ink, and such books as could be procured at Geneva or Lyons at his own expense. Calvin lent him Ignatius, Polycarp, Tertullian, and Irenaeus. But he was denied the benefit of counsel, according to the ordinances of 1543. This is contrary to the law of equity and is one of the worst features of the trial. He was not subjected to the usual torture.” [= § 151. Persidangan pertama di Jenewa. Servetus ditahan dekat Gereja Santo Pierre, dalam tempat tinggal kuno dari uskup-uskup Jenewa, yang telah dimasukkan ke dalam penjara. Milik pribadinya terdiri dari 97 crown, sebuah rantai emas dengan berat sekitar 20 crown, dan 6 cincin emas (sebuah batu pirus yang besar, sebuah safir putih, sebuah berlian, sebuah batu rubi / batu delima, sebuah jamrud besar dari Peru, dan sebuah cincin cap / segel dari coralline). Barang-barang berharga ini diserahkan kepada Pierre Tissot, dan setelah proses itu semua itu diberikan kepada rumah sakit. Orang tahanan ini diijinkan mempunyai kertas dan tinta, dan buku-buku yang bisa didapatkan di Jenewa atau Lyons atas biayanya sendiri. Calvin meminjamkan dia Ignatius, Polycarp, Tertullian, dan Irenaeus. Tetapi ia tidak diijinkan untuk mendapatkan seorang pengacara, sesuai dengan hukum dari tahun 1543 (catatan: jadi hukum ini sudah keluar 10 tahun sebelum saat ini). Ini bertentangan dengan hukum keadilan dan merupakan salah satu ciri terburuk dari pengadilan itu. Ia tidak mengalami siksaan yang biasa (terjadi).] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 768 (Libronix).

Catatan: yang warna hijau lagi-lagi merupakan pandangan dari David Schaff sendiri. Kalau ini sesuai dengan hukum di sanapada saat itu, ini tidak bisa disalahkan. Juga, Servetus sendiri adalah seorang ahli hukum, sehingga ia bisa menjadi pengacara untuk dirinya sendiri.

David Schaff: “The laws of Geneva demanded that the accuser should become a prisoner with the accused, in order that in the event of the charge proving false, the former might undergo punishment in the place of the accused. The person employed for this purpose was Nicolas de la Fontaine, a Frenchman, a theological student, and Calvin’s private secretary. The accused as well as the accuser were foreigners. Another law obliged the Little Council to examine every prisoner within twenty-four hours after his arrest. The advocate or ‘Speaker’ of Nicolas de la Fontaine in the trial was Germain Colladon, likewise a Frenchman and an able lawyer, who had fled for his religion, and aided Calvin in framing a new constitution for Geneva.” [= Hukum dari Jenewa menuntut / mengharuskan bahwa si penuduh harus menjadi seorang tahanan bersama dengan si tertuduh, supaya bahwa dalam kasus tuduhan itu terbukti palsu, yang terdahulu bisa mengalami hukuman di tempat dari si tertuduh. Orang yang dipekerjakan / digunakan adalah Nicolas de la Fontaine, seorang Perancis, seorang pelajar / mahasiswa theologia, dan sekretaris pribadi Calvin. Si tertuduh maupun si penuduh adalah orang-orang asing. Suatu hukum yang lain mewajibkan the Little Council untuk memeriksa setiap orang tahanan dalam 24 jam setelah penahanan / penangkapannya. Pengacara atau ‘pembicara’ dari Nicolas de la Fontaine dalam pengadilan adalah Germain Colladon, juga seorang Perancis dan seorang pengacara / ahli hukum yang handal, yang telah lari untuk agamanya, dan membantu Calvin dalam membentuk suatu konstitusi yang baru untuk Jenewa.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 768-769 (Libronix).

David Schaff: “The trial began on the 15th of August and continued, with interruptions, for more than two months. It was conducted in French and took place in the Bishop’s Palace, according to the forms prescribed by law, in the presence of the Little Council, the herald of the city, the Lord-Lieutenant, and several citizens, who had a right to sit in criminal processes, but did not take part in the judgment. Among these was Berthelier, the bitter enemy of Calvin.” [= Pengadilan mulai pada tanggal 15 Agustus (1553) dan berlanjut, dengan interupsi-interupsi, selama lebih dari 2 bulan. Itu diadakan dalam bahasa Perancis dan terjadi di Istana Uskup, sesuai dengan bentuk-bentuk yang ditetapkan sebagai peraturan oleh hukum, dalam kehadiran dari Little Council, pejabat kota, wakil dari pimpinan daerah, dan beberapa warga negara, yang mempunyai hak untuk duduk dalam proses-proses kriminil, tetapi tidak mengambil bagian dalam penghakiman. Di antara orang-orang ini adalah Berthelier, sang musuh yang pahit dari Calvin.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 769 (Libronix).

David Schaff: “Servetus answered the preliminary questions as to his name, age, and previous history more truthfully than he had done before the Catholic tribunal, and incidentally accused Calvin of having caused the prosecution at Vienne. It is not owing to Calvin, he said, that he was not burnt alive there.” [= Servetus menjawab pertanyaan-pertanyaan pendahuluan berkenaan dengan namanya, umurnya, dan sejarah sebelumnya dengan lebih benar dari pada yang telah ia lakukan di hadapan pengadilan Katolik, dan terpisah dari pokok utama, menuduh Calvin sebagai telah menyebabkan penuntutan di Wina. Bukan karena Calvin, katanya, bahwa ia tidak dibakar hidup-hidup di sana.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 769 (Libronix).

David Schaff: “The deed of accusation, as lodged by Nicholas de la Fontaine, consisted of thirty-eight articles which were drawn up by Calvin (as he himself informs us), and were fortified by references to the books of Servetus, which were produced in evidence, especially the ‘Restitution of Christianity,’ both the manuscript copy, which Servetus had sent to Calvin in advance, and a printed copy.” [= Tindakan penuduhan, seperti yang diberikan oleh Nicholas de la Fontaine, terdiri dari 38 artikel yang disusun oleh Calvin (seperti ia sendiri memberi informasi kepada kami), dan diperkuat oleh referensi-referensi pada buku-buku dari Servetus, yang dihasilkan sebagai bukti sah, khususnya ‘the Restitution of Christianity’, baik copy manuscript, yang Servetus kirim kepada Calvin sebelumnya, dan suatu copy cetakan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 769 (Libronix).

David Schaff: “The principal charges were, that be had published heretical opinions and blasphemies concerning the Trinity, the person of Christ, and infant baptism. He gave evasive or orthodox-sounding answers. He confessed to believe in the trinity of persons, but understood the word ‘person’ in a different sense from that used by modern writers, and appealed to the first teachers of the Church and the disciples of the apostles. He denied at first that he had called the Trinity three devils and Cerberus; but he had done so repeatedly and confessed it afterwards. He professed to believe that Jesus Christ was the Son of God according to his divinity and humanity; that the flesh of Christ came from heaven and of the substance of God; but as to the matter it came from the Virgin Mary. He denied the view imputed to him that the soul was mortal. He admitted that he had called infant baptism ‘a diabolical invention and infernal falsehood destructive of Christianity.’ This was a dangerous admission; for the Anabaptists were suspected of seditious and revolutionary opinions.” [= Tuduhan-tuduhan utama adalah, bahwa ia telah mempublikasikan pandangan-pandangan bidat / sesat dan penghujatan-penghujatan berkenaan dengan Tritunggal, pribadi Kristus, dan baptisan bayi. Ia memberikan jawaban-jawaban yang bersifat menghindar atau kedengaran seperti ajaran ortodox. Ia mengaku percaya kepada Tritunggal dari pribadi-pribadi, tetapi menganggap kata ‘pribadi’ dalam suatu arti yang berbeda dari yang digunakan oleh penulis-penulis modern, dan naik banding pada guru-guru / pengajar-pengajar pertama / awal dari Gereja dan murid-murid dari rasul-rasul. Ia mula-mula menyangkal bahwa ia telah menyebut Tritunggal 3 setan dan Cerberus; tetapi ia telah melakukannya berulang-ulang dan belakangan mengakuinya. Ia mengaku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah menurut keilahian dan kemanusiaanNya; bahwa daging Kristus datang dari surga dan dari zat Allah; tetapi berkenaan dengan bahannya itu datang dari Perawan Maria. Ia menyangkal pandangan yang diperhitungkan kepadanya bahwa jiwa itu bisa mati. Ia mengakui bahwa ia telah menyebut baptisan bayi ‘suatu penemuan yang bersifat setan dan kepalsuan / penipuan yang menjijikkan / berhubungan dengan neraka yang bersifat menghancurkan kekristenan’. Ini merupakan suatu pengakuan yang berbahaya; karena kelompok Anabaptis dicurigai tentang pandangan-pandangan yang bersifat memberontak dan bersifat revolusi / perubahan yang besar.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 769-770 (Libronix).

David Schaff: “He was also charged with having, ‘in the person of M. Calvin, defamed the doctrines of the gospel and of the Church of Geneva.’ To this he replied that in what he had formerly written against Calvin, in his own defence, he had not intended to injure him, but to show him his errors and faults, which he was ready to prove by Scripture and good reasons before a full congregation. This was a bold challenge. Calvin was willing to accept it, but the Council declined, fearing to lose the control of the affair by submitting it to the tribunal of public opinion. The friends of Servetus would have run the risk of seeing him defeated in public debate. That charge, however, which seemed to betray personal ill-feeling of Calvin, was afterwards very properly omitted.” [= Ia juga dituduh dengan telah ‘dalam diri dari M. Calvin, menjelekkan doktrin-doktrin dari injil dan dari Gereja Jenewa’. Terhadap ini ia menjawab bahwa dalam apa yang sebelumnya telah ia tulis terhadap Calvin, dalam pembelaannya sendiri, ia tidak bermaksud untuk merusak dia, tetapi menunjukkan kepadanya kesesatan-kesesatan dan kesalahan-kesalahannya, yang ia siap untuk membuktikan dengan Kitab Suci dan alasan-alasan / argumentasi-argumentasi yang baik di hadapan seluruh jemaat. Ini merupakan suatu tantangan yang berani. Calvin mau menerima tantangan itu, tetapi Council menolak, karena takut kehilangan kontrol dari urusan itu dengan menyerahkannya kepada penghakiman dari pandangan umum. Sahabat-sahabat Servetus mau menempuh resiko untuk melihat dia dikalahkan dalam debat umum. Tetapi tuduhan itu, yang kelihatannya menunjukkan perasaan buruk secara pribadi dari Calvin, belakangan secara tepat dihapuskan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 770-771 (Libronix).

Catatan: Calvin mau / berani debat terbuka dalam suatu sidang pengadilan!!! Mengapa orang-orang yang mengaku Calvinist / Reformed jaman ini banyak yang tidak berani debat??? Alasan kasih, tidak mau gegeran, gak level, dan sebagainya. Alasan sebetulnya adalah mereka pengecut! Mereka tidak mempunyai jiwa dari Calvin!!

David Schaff: “On the following day, the 16th of August, Berthelier, then smarting under the sentence of excommunication by the Consistory, openly came to the defence of Servetus, and had a stormy encounter with Colladon, which is omitted in the official record, but indicated by blanks and the abrupt termination: ‘Here they proceeded no further, but adjourned till to-morrow at mid-day.’ On Thursday, the 17th of August, Calvin himself appeared before the Council as the real accuser, and again on the 21st of August. He also conferred with his antagonist in writing. Servetus was not a match for Calvin either in learning or argument; but he showed great skill and some force.” [= Pada hari berikutnya, pada tanggal 16 Agustus, Berthelier, yang pada waktu itu menderita hukuman pengucilan oleh Badan Pemerintah gereja lokal, secara terbuka datang untuk membela Servetus, dan pernah bertemu dalam suatu pertemuan yang penuh emosi dengan Colladon, yang dihapuskan dari catatan resmi, tetapi ditunjukkan oleh bagian yang kosong dan tindakan mengakhiri yang tiba-tiba: ‘Di sini mereka tidak melanjutkan lebih jauh, tetapi ditunda sampai besok pada tengah hari’. Pada hari Kamis, tanggal 17 Agustus, Calvin sendiri muncul di depan Sidang sebagai penuduh yang sesungguhnya, dan lagi pada tanggal 21 Agustus. Ia juga berdiskusi dengan lawannya dalam tulisan. Servetus bukanlah tandingan Calvin baik dalam pembelajaran atau argumentasi; tetapi ia menunjukkan keahlian yang besar dan kekuatan yang mengesankan.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 771 (Libronix).

Catatan: yang ‘gak level’pun dilayani oleh Calvin!

David Schaff: “He contemptuously repelled the frivolous charge that, in his Ptolemy, he had contradicted the authority of Moses, by describing Palestineas an unfruitful country (which it was then, and is now). He wiped his mouth and said, ‘Let us go on; there is nothing wrong there.’ The charge of having, in his notes on the Latin Bible, explained the servant of God in the fifty-third chapter of Isaiah, as meaning King Cyrus, instead of the Saviour, he disposed of by distinguishing two senses of prophecy - the literal and historical sense which referred to Cyrus, and the mystical and principal sense which referred to Christ. He quoted Nicolaus de Lyra; but Calvin showed him the error, and asserts that he audaciously quoted books which he had never examined.” [= Ia secara mengejek menolak tuduhan yang remeh bahwa, dalam Ptolemy-nya, ia telah menentang otoritas Musa, dengan menggambarkan Palestina sebagai suatu negara yang tandus (yang adalah pada saat itu, dan sekarang). Ia menggosok / membersihkan mulutnya dan berkata, ‘Marilah kita melanjutkan; di sana tak ada yang salah’. Tuduhan, dalam Alkitab bahasa Latinnya, tentang penjelasan hamba Allah dalam Yes 53, sebagai berarti Raja Koresh, alih-alih dari sang Juruselamat, ia akhiri / buang dengan membedakan dua arti dari nubuat - arti hurufiah dan yang bersifat sejarah yang menunjuk kepada Koresh, dan arti mistik dan utama, yang menunjuk kepada Kristus. Ia mengutip Nicolaus de Lyra; tetapi Calvin menunjukkan dia kesalahannya, dan menegaskan bahwa ia secara berani mengutip buku-buku yang tidak pernah ia pelajari.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 771 (Libronix).

Catatan: bagi saya tindakan / kata-kata menentang Alkitab secara frontal, bahkan pada bagian yang kelihatan remeh tentang apakah Kanaan / Palestina itu subur atau tandus, sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang remeh, karena ini menunjukkan suatu sikap merendahkan Alkitab / firman Tuhan!

David Schaff: “As to his calling the Trinity ‘a Cerberus’ and ‘a dream of Augustin,’ and the Trinitarians ‘atheists,’ he said that he did not mean the true Trinity, which he believed himself, but the false trinity of his opponents; and that the oldest teachers before the Council of Nicaea did not teach that trinity, and did not use the word. Among them he quoted Ignatius, Polycarp, Clement of Rome, Irenaeus, Tertullian, and Clement of Alexandria. Calvin refuted his assertion by quotations from Justin Martyr, Tertullian, and Origen. On this occasion he charges him, unjustly, with total ignorance of Greek, because he was embarrassed by a Greek quotation from Justin Martyr, and called for a Latin version.” [= Berkenaan dengan tindakannya menyebut Tritunggal ‘suatu Cerberus’ dan ‘suatu mimpi dari Agustinus’, dan orang-orang yang menganut doktrin Tritunggal sebagai ‘atheis’, ia berkata bahwa ia tidak memaksudkan Tritunggal yang benar, yang ia sendiri percayai, tetapi tritunggal palsu dari lawan-lawannya; dan bahwa guru-guru tertua / terkuno sebelum Sidang Gereja Nicea tidak mengajarkan tritunggal itu, dan tidak menggunakan kata itu. Di antara mereka, ia mengutip Ignatius, Polycarp, Clement dari Rome, Irenaeus, Tertullian, dan Clement dari Alexandria. Calvin membantah penegasannya dengan kutipan-kutipan dari Justin Martyr, Tertullian, dan Origen. Pada kejadian ini ia menuduhnya, secara tidak benar, dengan ketidak-tahuan total tentang bahasa Yunani, karena ia dipermalukan oleh suatu kutipan bahasa Yunani dari Justin Martyr, dan meminta / menuntut suatu versi bahasa Latin.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 771-772 (Libronix).

David Schaff: “In discussing the relation of the divine substance to that of the creatures, Servetus declared that ‘all creatures are of the substance of God, and that God is in all things.’ Calvin asked him: ‘How, unhappy man, if any one strike the pavement with his foot and say that he tramples on thy God, wouldst thou not be horrified at having the Majesty of heaven subjected to such indignity?’ To this Servet replied: ‘I have no doubt that this bench, and this buffet, and all you can show me, are of the substance of God.’ When it was objected that in his view God must be substantially even in the devil, he burst out into a laugh, and rejoined: ‘Can you doubt this? I hold this for a general maxim, that all things are part and parcel of God, and that the nature of things is his substantial Spirit.’” [= Dalam mendiskusikan hubungan dari zat / hakekat Ilahi dengan hakekat dari makhluk-makhluk ciptaan, Servetus menyatakan bahwa ‘semua makhluk-makhluk ciptaan adalah dari zat / hakekat Allah, dan bahwa Allah ada dalam segala sesuatu’. Calvin bertanya kepadanya: ‘Bagaimana, orang menyedihkan, jika siapapun memukul permukaan yang keras dengan kakinya dan mengatakan bahwa ia menginjak-injak Allahmu, apakah engkau tidak merasa terkejut / takut pada saat Raja dari surga ditundukkan pada suatu perendahan seperti itu?’ Terhadap hal ini Servetus menjawab: ‘Aku tidak mempunyai keraguan bahwa bangku ini, dan lemari ini, dan semua yang kamu bisa tunjukkan kepadaku, adalah dari zat / hakekat Allah’. Pada waktu diajukan keberatan bahwa dalam pandangannya Allah harus berada secara benar / sungguh-sungguh bahkan di dalam setan, ia tertawa terbahak-bahak, dan menjawab: ‘Bisakah kamu ragukan hal ini? Saya memegang / mempercayai ini sebagai suatu prinsip dasar yang bersifat umum, bahwa segala sesuatu adalah bagian dan bagian hakiki dari Allah, dan bahwa hakekat dari benda-benda adalah RohNya yang benar / hakiki’.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 772 (Libronix).

David Schaff: “The result of this first act of the trial was unfavorable to the prisoner, but not decisive. Calvin used the freedom of the pulpit to counteract the efforts of the Libertine party in favor of Servetus.” [= Hasil dari persidangan pertama adalah tidak menguntungkan bagi orang tahanan itu, tetapi tidak bersifat menentukan / meyakinkan. Calvin menggunakan kebebasan mimbar untuk menentang / mengkritik usaha-usaha dari Partai Libertine untuk mendukung Servetus.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 772 (Libronix).

Catatan: tidak ada yang salah dalam menggunakan mimbar gereja untuk mengecam sesuatu yang salah dalam persidangan ataupun dalam suatu konfrontasi
-
b) PERSIDANGAN KEDUA DI JENEWA.

David Schaff: “§ 152. The Second Act of the Trial at Geneva. The original prosecution being discharged, the case was handed over to the attorney-general, Claude Rigot, in compliance with the criminal ordinance of 1543. Thus the second act of the trial began. The prisoner was examined again, and a new indictment of thirty articles was prepared, which bore less on the actual heresies of the accused than on their dangerous practical tendency and his persistency in spreading them. The Council wrote also to the judges of Vienne to procure particulars of the charges which had been brought against him there.” [= § 152. Persidangan kedua di Jenewa. Karena tuntutan mula-mula disingkirkan, kasus itu diserahkan kepada pejabat pimpinan hukum, Claude Rigot, sesuai dengan hukum kriminil dari tahun 1543. Maka persidangan kedua dimulai. Orang tahanan itu diperiksa lagi, dan suatu tuduhan tertulis yang baru dari 30 artikel disiapkan, yang mempunyai karakter yang lebih sedikit tentang kesesatan / bidat yang sungguh-sungguh dari terdakwa dari pada tentang kecenderungan praktis yang membahayakan darinya dan ketekunan yang keras kepala dalam menyebarkannya. Council / Sidang menulis juga kepada hakim-hakim dari Wina untuk mendapatkan detail-detail dari tuduhan-tuduhan yang telah digunakan untuk menentang dia di sana.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 772-773 (Libronix).

David Schaff: “Servetus defended himself before the Council on the 23d of August, with ingenuity and apparent frankness against the new charges of quarrelsomeness and immorality. As to the latter, he pleaded his physical infirmity which protected him against the temptation of licentiousness. He had always studied the Scripture and tried to lead a Christian life. He did not think that his book would disturb the peace of Christendom, but would promote the truth. He denied that he had come to Geneva for any sinister purpose; he merely wished to pass through on his way to Zuerich and Naples.” [= Servetus membela dirinya sendiri di hadapan Council / Sidang pada tanggal 23 Agustus, dengan kepandaian dan kejujuran yang nyata terhadap tuduhan-tuduhan baru tentang sifat suka bertengkar dan ketidak-bermoralan. Berkenaan dengan yang belakangan, ia menyatakan sebagai pembelaan kelemahan fisiknya yang melindungi dia terhadap pencobaan tentang ketidak-bermoralan sexual. Ia telah selalu mempelajari Kitab Suci dan berusaha untuk menjalani suatu kehidupan Kristen. Ia tidak berpikir bahwa bukunya akan mengganggu kedamaian dalam kekristenan, tetapi akan memajukan kebenaran. Ia menyangkal bahwa ia telah datang ke Jenewa untuk tujuan jahat apapun; ia hanya ingin melewatinya dalam perjalanannya ke Zuerich dan Naples.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 773 (Libronix).

David Schaff: “At the same time he prepared a written petition to the Council, which was received on the 24th of August. He demanded his release from the criminal charge for several reasons, which ought to have had considerable weight: that it was unknown in the Christian Church before the time of Constantine to try cases of heresy before a civil tribunal; that he had not offended against the laws either in Geneva or elsewhere; that he was not seditious nor turbulent; that his books treated of abstruse questions, and were addressed to the learned; that he had not spoken of these subjects to anybody but Oecolampadius, Bucer, and Capito; that he had ever refuted the Anabaptists, who rebelled against the magistrates and wished to have all things in common. In case he was not released, he demanded the aid of an advocate acquainted with the laws and customs of the country. Certainly a very reasonable request.” [= Pada saat yang sama ia mempersiapkan suatu permohonan tertulis kepada Sidang, yang diterima pada tanggal 24 Agustus. Ia menuntut pembebasannya dari tuduhan kriminil untuk beberapa alasan, yang seharusnya mempunyai tekanan yang patut dipertimbangkan: bahwa tidak dikenal dalam Gereja Kristen sebelum jaman Konstantin untuk menyidangkan kasus bidat di hadapan suatu sidang sipil; bahwa ia belum / tidak melanggar hukum-hukum apakah di Jenewa atau di tempat lain; bahwa ia tidak bersifat memberontak ataupun mengacau; bahwa buku-bukunya menangani / membahas pertanyaan-pertanyaan / persoalan-persoalan yang sukar untuk dimengerti, dan ditujukan kepada orang-orang yang terpelajar; bahwa ia tidak membicarakan pokok-pokok ini kepada siapapun kecuali Oecolampadius, Bucer, dan Capito; bahwa ia pernah membantah orang-orang Anabaptist, yang memberontak terhadap hakim-hakim / pejabat-pejabat umum dan ingin mendapatkan persamaan. Dalam kasus ia tidak dibebaskan, ia menuntut bantuan dari seorang pengacara yang akrab / tahu hukum-hukum dan kebiasaan-kebiasaan dari negara itu. Pastilah suatu permohonan yang sangat masuk akal.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 773-774 (Libronix).

Catatan: lagi-lagi yang warna hijau kelihatannya merupakan pandangan David Schaff sendiri.

David Schaff: “The attorney-general prepared a second indictment in refutation of the arguments of Servetus, who had studied law at Toulouse. He showed that the first Christian emperors claimed for themselves the cognizance and trial of heresies, and that their laws and constitutions condemned antitrinitarian heretics and blasphemers to death. He charged him with falsehood in declaring that he had written against the Anabaptists, and that he had not communicated his doctrine to any person during the last thirty years. The counsel asked for was refused because it was forbidden by the criminal statutes (1543), and because there was ‘not one jot of apparent innocence which requires an attorney.’ The very thing to be proved!” [= Pejabat pimpinan hukum mempersiapkan suatu tuduhan kedua dalam bantahan terhadap argumentasi-argumentasi dari Servetus, yang telah mempelajari hukum di Toulouse. Ia menunjukkan bahwa kaisar-kaisar Kristen pertama mengclaim untuk diri mereka sendiri hak hukum dan pengadilan dari bidat-bidat, dan bahwa hukum-hukum dan undang-undang mereka menghukum mati bidat-bidat anti Trinitarian dan penghujat-penghujat. Ia menuduhnya dengan dusta dalam menyatakan bahwa ia telah menulis menentang orang Anabaptist, dan bahwa ia tidak menyebarkan doktrin / ajarannya kepada siapapun selama 30 tahun terakhir. Pengacara yang diminta ditolak karena itu dilarang oleh hukum-hukum kriminil (1543), dan karena di sana ‘tidak ada satu hal terkecilpun dari ketidak-bersalahan yang nyata yang membutuhkan seorang pengacara’. Hal yang harus dibuktikan!] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 774 (Libronix).

David Schaff: “A new examination followed which elicited some points of interest. Servetus stated his belief that the Reformation would progress much further than Luther and Calvin intended, and that new things were always first rejected, but afterwards received. To the absurd charge of making use of the Koran, he replied that he had quoted it for the glory of Christ, that the Koran abounds in what is good, and that even in a wicked book one may find some good things.” [= Suatu pemeriksaan yang baru menyusul yang menarik keluar beberapa pokok yang menarik. Servetus menyatakan kepercayaannya bahwa Reformasi akan maju jauh lebih jauh dari yang Luther dan Calvin maksudkan, dan bahwa hal-hal baru selalu mula-mula ditolak, tetapi belakangan diterima. Terhadap tuduhan yang menggelikan tentang penggunaan Al-Quran, ia menjawab bahwa ia telah mengutipnya untuk kemuliaan Kristus, bahwa Al-Quran berlimpah-limpah dengan apa yang baik, dan bahkan dalam suatu buku yang jahat seseorang bisa mendapatkan beberapa hal yang baik.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 774 (Libronix).

David Schaff: “On the last day of August the Little Council received answer from Vienne. The commandant of the royal palace in that city arrived in Geneva, communicated to them a copy of the sentence of death pronounced against Villeneuve, and begged them to send him back to France that the sentence might be executed on the living man as it had been already executed on his effigy and books. The Council refused to surrender Servetus, in accordance with analogous cases, but promised to do full justice. The prisoner himself, who could see only a burning funeral pile for him in Vienne, preferred to be tried in Geneva, where he had some chance of acquittal or lighter punishment. He incidentally justified his habit of attending mass at Vienne by the example of Paul, who went to the temple, like the Jews; yet he confessed that in doing so he had sinned through fear of death.” [= Pada hari terakhir dari bulan Agustus the Little Council menerima jawaban dari Wina. Komandan dari istana raja / kerajaan di kota itu tiba di Jenewa, memberikan kepada mereka suatu copy dari hukuman mati yang dinyatakan secara resmi terhadap Villeneuve, dan memohon kepada mereka untuk mengirim dia kembali ke Perancis supaya hukuman itu bisa dilaksanakan terhadap orang yang hidup seperti itu telah dilaksanakan terhadap boneka / patung yang mewakilinya dan buku-bukunya. Council menolak untuk menyerahkan Servetus, sesuai dengan kasus-kasus yang serupa, tetapi berjanji akan melakukan keadilan sepenuhnya. Orang tahanan itu sendiri, yang hanya bisa melihat suatu tumpukan penguburan yang terbakar untuk dia di Wina, lebih memilih untuk diadili di Jenewa, dimana ia mempunyai kesempatan untuk bebas atau hukuman yang lebih ringan. Ia, terpisah dari pokok utama, membenarkan kebiasaannya menghadiri misa di Wina oleh teladan Paulus, yang pergi ke Bait Suci, seperti orang-orang Yahudi; tetapi ia mengakui bahwa dalam melakukan hal itu ia telah berdosa melalui rasa takut pada kematian.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 774-775 (Libronix).

David Schaff: “The Council again confronted Servetus with Calvin on the first day of September. On the same day it granted, in spite of the strong protest of Calvin, permission to Philibert Berthelier to approach the communion table. It thus annulled the act of excommunication by the Consistory, and arrogated to itself the power of ecclesiastical discipline. A few hours afterwards the investigation was resumed in the prison. Perrin and Berthelier were present as judges, and came to the aid of Servetus in the oral debate with Calvin, but, it seems, without success; for they resorted to a written discussion in which Servetus could better defend himself, and in which Calvin might complicate his already critical position. They wished, moreover, to refer the affair to the Churches of Switzerland which, in the case of Bolsec, had shown themselves much more tolerant than Calvin. Servetus demanded such reference. Calvin did not like it, but did not openly oppose it.” [= Sidang mengkonfrontasikan lagi Servetus dengan Calvin pada hari pertama dari bulan September. Pada hari yang sama diberikan, sekalipun ada protes yang keras dari Calvin, ijin kepada Philibert Berthelier untuk mendekati meja perjamuan. Dengan demikian itu menganulir tindakan pengucilan oleh Pemerintah dari gereja lokal, dan mengambil tanpa hak pada dirinya sendiri kuasa tentang disiplin gerejani. Beberapa jam setelahnya pemeriksaan dilanjutkan di dalam penjara. Perrin dan Berthelier hadir sebagai hakim-hakim, dan datang untuk membantu Servetus dalam debat lisan dengan Calvin, tetapi kelihatannya tanpa keberhasilan; karena mereka beralih pada suatu diskusi tertulis dalam mana Servetus bisa membela diri sendiri dengan lebih baik, dan dalam mana Calvin bisa memperumit posisinya yang sudah kritis. Lebih lagi, mereka ingin untuk merujuk urusan itu kepada Gereja-gereja Swiss yang, dalam kasus Bolsec, menunjukkan diri mereka sendiri jauh lebih tolerant dari pada Calvin. Servetus menuntut tindakan penyerahan itu. Calvin tidak menyukainya, tetapi tidak secara terbuka menentangnya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 775 (Libronix).

Catatan:
1. Dalam kutipan di atas ini lagi-lagi terlihat dengan sangat jelas bahwa Calvin tidak punya otoritas dalam urusan ini. Lebih-lebih ia bukan diktator di kota Jenewa, seperti yang difitnahkan oleh Suhento Liauw!
2. Bolsec, yang belakangan menjadi pemfitnah Calvin, menentang Calvin dalam hal predestinasi, dan cerita tentang hal ini bisa saudara lihat dalam link ini: https://www.wscal.edu/res…/calvin-bolsec-and-the-reformation
Di sini lagi-lagi terlihat bahwa Calvin tidak mempunyai otoritas di Jenewa, sebagaimana yang difitnahkan oleh Suhento Liauw!

David Schaff: “The Council, without entering on the discussion, decided that Calvin should extract in Latin, from the books of Servetus, the objectionable articles, word for word, contained therein; that Servetus should write his answers and vindications, also in Latin; that Calvin should in his turn furnish his replies; and that these documents be forwarded to the Swiss Churches as a basis of judgment. All this was fair and impartial. On the same day Calvin extracted thirty-eight propositions from the books of Servetus with references, but without comments.” [= Sidang itu, tanpa memulai / melanjutkan diskusi, memutuskan bahwa Calvin harus mengambil dalam bahasa Latin dari buku-buku Servetus, artikel-artikel yang tidak disetujui / tidak menyenangkan / membangkitkan kejijikan, kata demi kata, yang terdapat di dalamnya; bahwa Servetus harus menulis jawabannya dan pembelaannya, juga dalam bahasa Latin; bahwa Calvin, pada gilirannya, harus menyediakan jawaban-jawabannya; dan bahwa dokumen-dokumen ini diteruskan kepada Gereja-gereja Swiss sebagai suatu dasar penghakiman. Semua ini adalah adil dan tidak bersifat memihak. Pada hari yang sama, Calvin mengambil 38 pokok dari buku-buku Servetus dengan referensi-referensi, tetapi tanpa komentar-komentar.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 775-776 (Libronix).

David Schaff: “Then, turning with astonishing energy from one enemy to the other, he appeared before the Little Council on the 2d of September to protest most earnestly against their protection of Berthelier, who intended to present himself on the following day as a guest at the Lord’s table, and by the strength of the civil power to force Calvin to give him the tokens of the body and blood of Christ. He declared before the Council that he would rather die than act against his conscience. The Council did not yield, but resolved secretly to advise Berthelier to abstain from receiving the sacrament for the present. Calvin, ignorant of this secret advice, and resolved to conquer or to die, thundered from the pulpit of St. Peter on the 3d of September his determination to refuse, at the risk of his life, the sacred elements to an excommunicated person. Berthelier did not dare to approach the table. Calvin had achieved a moral victory over the Council.” [= Lalu, berbalik dengan kekuatan yang mengherankan dari satu musuh ke musuh yang lain, ia muncul di depan the Little Council pada tanggal 24 September untuk memprotes dengan sangat sungguh-sungguh terhadap perlindungan mereka terhadap Berthelier, yang bermaksud untuk menghadirkan dirinya sendiri pada hari berikutnya sebagai seorang tamu pada meja Perjamuan Kudus, dan oleh kekuatan dari kuasa sipil memaksa Calvin untuk memberinya simbol-simbol dari tubuh dan darah Kristus. Ia menyatakan di depan the Little Council bahwa ia lebih baik mati dari pada bertindak menentang hati nuraninya. Council itu tidak menyerah, tetapi memutuskan dengan diam-diam untuk menasehati Bolsec untuk tidak hadir dari penerimaan sakramen untuk saat ini. Calvin yang tidak mengetahui nasehat rahasia ini, dan memutuskan untuk menang atau untuk mati, mengguntur / menyatakan dengan kemarahan dari mimbar St. Peter pada tanggal 3 September keputusannya untuk menolak untuk memberikan, dengan resiko nyawanya, elemen-elemen kudus / sakral kepada seorang yang dikucilkan. Berthelier tidak berani mendekati meja perjamuan. Calvin telah mencapai kemenangan moral atas Council.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 776 (Libronix).

Catatan:
1. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Calvin bukan diktator di kota Jenewa.
2. Menggunakan mimbar untuk hal seperti itu, menurut saya memang dibenarkan. Kalau manfaat dari Alkitab itu salah satunya dalah menyatakan kesalahan (2Tim 3:16), mengapa mimbar tak boleh digunakan untuk hal seperti itu???

David Schaff: “In the mean time Servetus had, within the space of twenty-four hours, prepared a written defence, as directed by the Council, against the thirty-eight articles of Calvin. It was both apologetic and boldly aggressive, clear, keen, violent, and bitter. He contemptuously repelled Calvin’s interference in the trial, and charged him with presumption in framing articles of faith after the fashion of the doctors of the Sorbonne, without Scripture proof. He affirmed that he either misunderstood him or craftily perverted his meaning. He quotes from Tertullian, Irenaeus, and pseudo-Clement in support of his views. He calls him a disciple of Simon Magus, a criminal accuser, and a homicide. He ridiculed the idea that such a man should call himself an orthodox minister of the Church. Calvin replied within two days in a document of twenty-three folio pages, which were signed by all the fourteen ministers of Geneva. He meets the patristic quotations of Servetus with counter-quotations, with Scripture passages and solid arguments, and charges him in conclusion with the intention ‘to subvert all religion.’ These three documents, which contained the essence of the doctrinal discussion, were presented to the Little Council on Tuesday the 5th of September.” [= Sementara itu Servetus dalam waktu 24 jam telah mempersiapkan suatu pembelaan tertulis, seperti pengarahan dari Sidang, terhadap 38 artikel Calvin. Itu bersifat baik apologetik dan agresif secara berani, jelas, tajam, sangat kuat dan pahit. Ia secara menghina menolak untuk menerima ikut campurnya Calvin dalam pengadilan, dan menuduh dia dengan anggapan yang tak berdasar dalam membentuk artikel-artikel iman menurut cara dari doktor-doktor dari Sorbonne, tanpa dasar Kitab Suci. Ia menegaskan bahwa Calvin atau salah mengerti dia atau dengan licik membengkokkan arti / maksudnya. Ia mengutip dari Tertullian, Ireneaus, dan pseudo-Clement dalam mendukung pandangan-pandangannya. Ia menyebutnya seorang murid dari Simon tukang sihir, seorang pendakwa kriminil, dan seorang pembunuh. Ia mengejek / mengolok-olok gagasan bahwa orang seperti itu menyebut dirinya sendiri seorang pendeta ortodox dari Gereja. Calvin menjawab dalam 2 hari dalam suatu dokumen dari 23 halaman folio, yang ditanda-tangani oleh semua 14 pendeta dari Jenewa. Ia menangani / menjawab kutipan-kutipan dari bapa-bapa gereja dari Servetus dengan kutipan-kutipan balasan, dengan text-text Kitab Suci dan argumentasi-argumentasi yang kuat, dan menuduhnya dalam kesimpulan dengan maksud ‘untuk menghancurkan semua agama’. Ketiga dokumen ini, yang mencakup hakekat dari diskusi doktrinal itu, diberikan kepada the Little Council pada hari Selasa tanggal 5 September.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 776-777 (Libronix).

Catatan:
1. ‘Sorbonne’ adalah suatu Universitas Katolik di Paris.
2. Perhatikan bahwa orang brengsek ini dalam berdebat melakukan ad hominem, seperti yang biasa dilakukan oleh semua pendebat yang brengsek!

David Schaff: “On the 15th of September Servetus addressed a petition to the Council in which he attacked Calvin as his persecutor, complained of his miserable condition in prison and want of the necessary clothing, and demanded an advocate and the transfer of his trial to the Large Council of Two Hundred, where he had reason to expect a majority in his favor. This course had probably been suggested to him (as Rilliet conjectures) by Perrin and Berthelier through the jailer, Claude de Genève, who was a member of the Libertine party. On the same day the Little Council ordered an improvement of the prisoner’s wardrobe (which, however, was delayed by culpable neglect), and sent him the three documents, with permission to make a last reply to Calvin, but took no action on his appeal to the Large Council, having no disposition to renounce its own authority.” [= Pada tanggal 15 September Servetus mengajukan suatu permohonan kepada Sidang dalam mana ia menyerang Calvin sebagai penganiayanya, mengeluh tentang kondisinya yang menyedihkan dalam penjara dan kurangnya pakaian yang perlu, dan menuntut seorang pengacara dan pemindahan dari pengadilannya kepada the Large Council dari 200, dimana ia mempunyai alasan untuk mengharapkan mayoritas orang mendukung dia. Jalan ini mungkin telah diusulkan kepadanya (seperti diduga oleh Rilliet) oleh Perrin dan Berthelier melalui penjaga penjara, Claude de Genève, yang adalah seorang anggota dari partai Libertine. Pada hari yang sama the Little Council memerintahkan suatu perbaikan dari pakaian dari orang tahanan itu (tetapi yang ditunda oleh kelalaian yang harus dicela), dan mengirimkan kepadanya ketiga dokumen, dengan ijin untuk membuat jawaban terakhir kepada Calvin, tetapi tidak melakukan apa-apa berkenaan dengan permohonannya pada the Large Council, karena tidak mempunyai kecondongan untuk menyerahkan otoritasnya sendiri.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 777 (Libronix).

David Schaff: “Servetus at once prepared a reply by way of explanatory annotations on the margin and between the lines of the memorial of Calvin and the ministers. These annotations are full of the coarsest abuse, and read like the production of a madman. He calls Calvin again and again a liar, an impostor, a miserable wretch (nebulo pessimus), a hypocrite, a disciple of Simon Magus, etc. Take these specimens: ‘Do you deny that you are a man-slayer? I will prove it by your acts. You dare not deny that you are Simon Magus. As for me, I am firm in so good a cause, and do not fear death … . You deal with sophistical arguments without Scripture … . You do not understand what you say. You howl like a blind man in the desert .... You lie, you lie, you lie, you ignorant calumniator .... Madness is in you when you persecute to death … . I wish that all your magic were still in the belly of your mother … . I wish I were free to make a catalogue of your errors. Whoever is not a Simon Magus is considered a Pelagian by Calvin. All, therefore, who have been in Christendom are damned by Calvin; even the apostles, their disciples, the ancient doctors of the Church and all the rest. For no one ever entirely abolished free-will except that Simon Magus. Thou liest, thou liest, thou liest, thou liest, thou miserable wretch.’” [= Servetus segera mempersiapkan suatu jawaban dengan cara memberikan catatan-catatan yang bersifat kritik atau menjelaskan pada bagian tepi dan di antara baris-baris dari pernyataan tertulis dari Calvin dan pendeta-pendeta. Catatan-catatan ini penuh dengan caci maki yang paling kasar, dan terlihat seperti hasil dari seorang gila. Ia menyebut Calvin berulang-ulang sebagai seorang pendusta, seorang penipu, seorang hina yang menjijikkan (nebulo pessimus), seorang munafik, seorang murid dari Simon tukang sihir, dan sebagainya. Ambillah contoh-contoh ini: ‘Apakah kamu menyangkal bahwa kamu adalah seorang pembunuh manusia? Aku akan membuktikannya oleh tindakan-tindakanmu. Kamu tidak berani menyangkal bahwa kamu adalah Simon tukang sihir. Berkenaan dengan aku, aku teguh dalam suatu perkara yang begitu bagus, dan tidak takut mati ... Kamu menangani argumentasi-argumentasi yang kelihatan bagus tetapi salah tanpa Kitab Suci ... Kamu tidak mengeri apa yang kamu katakan. Kamu melolong seperti seorang buta di padang pasir ... Kamu berdusta, kamu berdusta, kamu berdusta, kamu pemfitnah yang tidak berpendidikan ... Kegilaan ada dalam kamu pada waktu kamu menganiaya sampai mati ... Aku berharap bahwa semua magicmu masih tetap ada dalam perut ibumu ... Aku berharap aku bebas untuk membuat katalog tentang kesalahan-kesalahanmu. Siapapun yang bukan seorang Simon tukang sihir dianggap seorang Pelagian oleh Calvin. Karena itu, semua yang ada dalam kekristenan dikecam / dikutuk oleh Calvin, bahkan rasul-rasul, murid-murid mereka, doktor-doktor kuno dari Gereja dan semua sisanya. Karena tak seorangpun pernah menghapuskan sepenuhnya kehendak bebas kecuali Simon tukang sihir itu. Kamu berdusta, kamu berdusta, kamu berdusta, kamu berdusta, kamu seorang hina yang menjijikkan’.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 778 (Libronix).

David Schaff: “He concludes with the remark that, ‘his doctrine was met merely by clamors, not by argument or any authority,’ and he subscribed his name as one who had Christ for his certain protector. He sent these notes to the Council on the 18th of September. It was shown to Calvin, but he did not deem it expedient to make a reply. Silence in this case was better than speech. The debate, therefore, between the two divines was closed, and the trial became an affair of Protestant Switzerland, which should act as a jury.” [= Ia menyimpulkan dengan pernyataan singkat bahwa, ‘doktrinnya dilawan semata-mata dengan suara yang keras, bukan dengan argumentasi atau otoritas apapun’, dan ia menanda-tangani namanya sebagai seseorang yang mempunyai Kristus sebagai pelindungnya yang pasti. Ia mengirimkan catatan-catatan ini kepada Sidang pada tanggal 18 September. Itu ditunjukkan kepada Calvin, tetapi ia tidak merasa perlu untuk membuat suatu jawaban. Sikap diam dalam kasus ini lebih baik dari pada ucapan / pidato. Karena itu debat antara dua ahli theologia itu diakhiri, dan pengadilan menjadi suatu urusan dari Gereja Protestan Swiss, yang harus bertindak sebagai juri.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 778-779 (Libronix).

c) KONSULTASI DENGAN GEREJA-GEREJA SWISS.

David Schaff: “§ 153. Consultation of the Swiss Churches. The Defiant Attitude of Servetus. On the 19th of September the Little Council, in accordance with a resolution adopted on the 4th, referred the case of Servetus to the magistrates and pastors of the Reformed Churches of Bern, Zuerich, Schaffhausen, and Basel for their judgment. Two days afterwards Jaquemoz Jernoz, as the official messenger, was despatched on his mission with a circular letter and the documents, - namely the theological debate between Calvin and Servetus, - a copy of the ‘Restitution of Christianity,’ and the works of Tertullian and Irenaeus, who were the chief patristic authorities quoted by both parties.” [= § 153. Konsultasi dari gereja-gereja Swiss. Sikap menentang yang berani dari Servetus. Pada tanggal 19 September the Little Council, sesuai dengan suatu keputusan pada tanggal 4, menyerahkan / merujuk kasus Servetus kepada hakim-hakim dan pendeta-pendeta dari Gereja Reformed dari Bern, Zuerich, Schaffhausen, dan Basel untuk penghakiman mereka. Dua hari setelahnya Jaquemoz Jernoz, sebagai utusan resmi, diutus dengan cepat pada missinya dengan sebuah surat yang ditujukan kepada banyak orang dan dokumen-dokumen, - yaitu debat theologia antara Calvin dan Servetus, - sebuah salinan dari buku ‘the Restitution of Christianity’, dan tulisan-tulisan dari Tertullian dan Ireneaus, yang adalah otoritas-otoritas bapa-bapa gereja utama yang dikutip oleh kedua pihak.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 779 (Libronix).

David Schaff: “On the result of this mission the case of Servetus was made to depend. Servetus himself had expressed a wish that this course should be adopted, hoping, it seems, to gain a victory, or at least an escape from capital punishment. On the 22d of August he was willing to be banished from Geneva; but on the 22d of September he asked the Council to put Calvin on trial, and handed in a list of articles on which he should be interrogated. He thus admitted the civil jurisdiction in matters of religious opinions which he had formerly denied, and was willing to stake his life on the decision, provided that his antagonist should be exposed to the same fate. Among the four ‘great and infallible’ reasons why Calvin should be condemned, he assigned the fact that he wished to ‘repress the truth of Jesus Christ, and follow the doctrines of Simon Magus, against all the doctors that ever were in the Church.’ He declared in his petition that Calvin, like a magician, ought to be exterminated, and his goods be confiscated and given to Servetus, in compensation for the loss he had sustained through Calvin.” [= Kasus Servetus dibuat tergantung pada hasil dari missi ini. Servetus sendiri telah menyatakan suatu keinginan bahwa jalan ini harus diambil, kelihatannya sambil berharap untuk mendapatkan suatu kemenangan, atau setidaknya suatu kelolosan dari hukuman mati. Pada tanggal 22 Agustus mau dibuang dari Jenewa; tetapi pada tanggal 22 September ia meminta Sidang mengadili Calvin, dan menyerahkan suatu daftar artikel pada mana ia harus diinterogasi. Dengan demikian ia mengakui hak dari sidang sipil dalam persoalan-persoalan tentang pandangan-pandangan relijius yang tadinya telah ia tolak, dan mau untuk meresikokan nyawanya pada keputusan, asalkan musuhnya terbuka pada nasib yang sama. Di antara empat alasan-alasan yang ‘besar dan tidak bisa salah’ mengapa Calvin harus dihukum, ia memilih / menunjuk fakta bahwa ia ingin ‘menindas / menekan kebenaran Yesus Kristus, dan mengikuti doktrin-doktrin / ajaran-ajaran dari Simon tukang sihir, menentang semua doktor-doktor yang pernah ada dalam Gereja’. Ia menyatakan dalam permohonannya bahwa Calvin, seperti seorang tukang sihir, harus dimusnahkan, dan barang-barang / harta bendanya disita dan diberikan kepada Servetus, sebagai kompensasi untuk kerugian yang telah ia alami melalui Calvin.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 779-780 (Libronix).

David Schaff: “‘To dislodge Calvin from his position,’ says Rilliet, ‘to expel him from Geneva, to satisfy a just vengeance - these were the objects toward which Servetus rushed.’ But the Council took no notice of his petition.” [= ‘Menyingkirkan Calvin dari posisi / kedudukannya’, kata Rilliet, ‘mengusir dia dari Jenewa, memuaskan suatu pembalasan yang adil - ini adalah tujuan-tujuan ke arah mana Servetus lari cepat-cepat’. Tetapi Sidang tak mempedulikan permohonannya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 780 (Libronix).

David Schaff: “On the 10th of October he sent another letter to the Council, imploring them, for the love of Christ, to grant him such justice as they would not refuse to a Turk, and complaining that nothing had been done for his comfort as promised, but that he was more wretched than ever. The petition had some effect. The Lord Syndic, Darlod, and the Secretary of State, Claude Roset, were directed to visit his prison and to provide some articles of dress for his relief.” [= Pada tanggal 10 Oktober ia mengirim sebuah surat yang lain kepada Sidang, memohon dengan sungguh-sungguh kepada mereka, demi kasih Kristus, untuk memberinya keadilan sedemikian rupa seperti yang mereka tidak akan tolak untuk berikan kepada seorang Turki, dan mengeluh bahwa tak ada apapun yang telah dilakukan untuk kenyamanannya seperti yang dijanjikan, tetapi bahwa ia berada dalam keadaan yang lebih menyedihkan dari pada sebelumnya. Permohonan ini mendapatkan hasil. The Lord Syndic, Darlod, dan the Sekretaris negara, Claude Roset, diperintahkan untuk mengunjungi penjaranya dan untuk menyediakan pakaian untuk mengurangi penderitaannya.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 780 (Libronix).

David Schaff: “On the 18th of October the messenger of the State returned with the answers from the four foreign churches. They were forthwith translated into French, and examined by the magistrates. We already know the contents. The churches were unanimous in condemning the theological doctrines of Servetus, and in the testimony of respect and affection for Calvin and his colleagues. Even Bern, which was not on good terms with Calvin, and had two years earlier counselled toleration in the case of Bolsec, regarded Servetus a much more dangerous heretic and advised to remove this ‘pest.’ Yet none of the Churches consulted expressly suggested the death penalty. They left the mode of punishment with the discretion of a sovereign State. Haller, the pastor of Bern, however, wrote to Bullinger of Zuerich that, if Servetus had fallen into the hands of Bernese justice, he would undoubtedly have been condemned to the flames.” [= Pada tanggal 18 Oktober utusan dari negara kembali dengan jawaban-jawaban dari empat gereja-gereja asing. Jawaban-jawaban itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, dan diperiksa oleh hakim-hakim. Kami telah mengetahui isinya, Gereja-gereja dengan suara bulat mengecam doktrin-doktrin theologia dari Servetus, dan menyatakan rasa hormat dan perasaan senang untuk Calvin dan rekan-rekannya. Bahkan Bern, yang tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Calvin, dan 2 tahun sebelumnya telah menasehatkan suatu toleransi dalam kasus Bolsec, menganggap Servetus seorang bidat yang jauh lebih berbahaya dan menasehatkan untuk menyingkirkan ‘wabah / gangguan’ ini. Tetapi tidak ada dari Gereja-gereja yang dikonsultasi mengusulkan secara explicit hukuman mati. Mereka menyerahkan cara hukuman pada kebijaksanaan dari suatu negara yang berdaulat. Tetapi Haller, Pendeta dari Bern, menulis kepada Bullinger dari Zuerich bahwa, seandainya Servetus jatuh ke dalam keadilan dari kuasa orang-orang Bern, ia tidak diragukan sudah dihukum mati dengan api.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 780-781 (Libronix).

David Schaff: “THE SEVEREST CHARGE AGAINST HIM IS BLASPHEMY. Bullinger remarked to a Pole that if Satan himself should come out of hell, he could use no more blasphemous language against the Trinity than this Spaniard; and Peter Martyr, who was present, assented and said that such a living son of the devil ought not to be tolerated anywhere. We cannot even now read some of his sentences against the doctrine of the Trinity without a shudder. Servetus lacked reverence and a decent regard for the most sacred feelings and convictions of those who differed from him. But there was a misunderstanding on both sides. He did not mean to blaspheme the true God in whom he believed himself, but only the three false and imaginary gods, as he wrongly conceived them to be, while to all orthodox Christians they were the Father, the Son, and the Holy Spirit of the one true, eternal, blessed Godhead.” [= TUDUHAN YANG PALING KERAS TERHADAP DIA ADALAH PENGHUJATAN. Bullinger memberikan pernyataan singkat kepada seorang Polandia bahwa seandainya Iblis sendiri keluar dari neraka, ia tidak bisa menggunakan bahasa / kata-kata yang lebih menghujat terhadap Tritunggal dari pada orang Spanyol ini; dan Peter Martyr, yang hadir pada saat itu, menyetujuinya dan berkata bahwa seorang anak setan yang hidup seperti itu tak seharusnya ditoleransi dimanapun. Bahkan sekarang kita tidak bisa membaca beberapa kalimat-kalimatnya terhadap doktrin Tritunggal tanpa merasa gemetar. Servetus kekurangan rasa hormat / takut dan suatu perhatian / rasa hormat yang layak / sopan untuk perasaan-perasaan dan keyakinan-keyakinan yang paling keramat dari mereka yang berbeda dengan dia. Tetapi di sana ada suatu salah pengertian pada kedua pihak. Ia tidak bermaksud untuk menghujat Allah yang benar kepada siapa ia sendiri percaya, tetapi hanya tiga allah-allah palsu dan bersifat khayalan, sebagaimana ia mengerti secara salah tentang mereka, sedangkan bagi semua orang-orang Kristen ortodox mereka adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dari satu Allah yang kekal, terpuji.] - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 788 (Libronix).

Catatan:
1. Yang warna hijau lagi-lagi merupakan kata-kata tolol dari David Schaff! Semua penghujat mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan orang-orang yang kepercayaannya mereka hujat. Tetapi dia tidak perlu / harus menunjukkannya dengan hujatan-hujatan seperti itu. Ia bisa sekedar mengatakan ‘Tritunggalmu itu salah’. Lalu mengapa ia menggunakan istilah-istilah seperti ‘Cerberus’, ‘monster berkepala 3’, dsb?
2. Yang warna merah dan saya cetak dengan huruf besar perlu ditekankan! Tuduhan yang paling keras adalah penghujatan, dan itu dilakukan dengan kata-kata yang luar biasa buruknya. Jadi jelas, tuduhannya bukan sekedar anti Calvin sebagaimana difitnahkan oleh Suhento Liauw yang bermulut busuk!
Dan berkenaan dengan orang busuk ini, ada kemiripan dengan Servetus. Seandainya ia hanya mengatakan Calvin salah, atau Calvinisme sesat, saya tak akan menganggap dia sebagai pemfitnah dan saya tak akan menganggap dia sebagai musuh. Tetapi dia memang memfitnah, dan karena itu saya menyebutnya pemfitnah, dan saya menganggap dia sebagai musuh yang harus dihancurkan!

William Wileman: “The thirty-eight articles of accusation were drawn up by Calvin. Two examinations took place. At the second of these, Servetus persisted in one of his errors, namely, that all things, ‘even this footstool,’ are the substance of God.” [= 38 artikel tuduhan disusun oleh Calvin. Dua pemeriksaan terjadi. Pada pemeriksaan yang kedua, Servetus berkeras pada satu dari kesalahan-kesalahan / kesesatan-kesesatannya, yaitu, bahwa segala sesuatu, ‘bahkan bangku penopang kaki ini’ adalah zat dari Allah.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).

William Wileman: “After further examinations, these articles, with the replies of the accused man, were sent to the churches of Zurich, Berne, Basle, and Schaffhausen, with a request for their opinion. Farel’s reply is worthy of record: ‘It will be a wonder if that man, suffering death, should at the time turn to the Lord, dying only one death, whereas he has deserved to die a thousand times.’” [= Setelah pemeriksaan lebih jauh, artikel-artikel ini, dengan jawaban-jawaban dari orang yang dituduh ini, dikirimkan kepada gereja-gereja dari Zurich, Berne, Basle, dan Schaffhausen, dengan suatu permohonan untuk pandangan mereka. Jawaban Farel layak untuk dicatat: ‘Merupakan suatu keajaiban jika orang itu, pada waktu mengalami kematian, pada saat itu berbalik kepada Tuhan, mengalami hanya satu kematian, sedangkan ia layak mati 1000 kali’.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).

William Wileman: “All these circumstances prove that his trial was lengthy, deliberate, and careful; and quite in harmony with the requirements of the age. All the Reformers who were consulted approved of the sentence that was pronounced.” [= Semua kejadian-kejadian ini membuktikan bahwa pengadilannya panjang, ditandai oleh pertimbangan yang hati-hati, dan teliti; dan cukup sesuai dengan tuntutan-tuntutan dari jaman itu. Semua tokoh-tokoh Reformasi yang dimintai pertimbangan menyetujui hukuman yang diumumkan.] - ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 83 (AGES).
Catatan: kalau Calvin dianggap salah, mereka semua juga salah.

-bersambung-
Next Post Previous Post