MENGENAL DOKTRIN KHARISMATIK

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
MENGENAL DOKTRIN KHARISMATIk
Arturo G. Azurdia III, Profesor Teologi Pastoral dan Direktur Bimbingan Pastoral di kampus Western Seminary Portland, Oregen mengatakan, “Semua doktrin dan teologi beserta penerapannya haruslah merupakan hasil pemahaman literal, gramatikal, historikal, kontekstual dan redemtif dari teks Kitab Suci. Setiap khotbah (pengajaran) yang terpisah dari komitmen a priori ini tidak memenuhi standar”. 

Alasan penting lainnya mengapa kita perlu membahas doktrin Kharismatik adalah karena tema ini merupakan salah satu bidang dimana Kharismatik paling banyak dikritik oleh para openan Kharismatik. Doktrin Kharismatik dianggap tidak Alkitabiah dan didasarkan atas interpretasi yang asal-asalan. 

Pada kesempatan lainnya, Kharismatik dituduh menambahkan wahyu baru selain Alkitab karena mereka percaya bahwa “Allah masih berbicara hari ini (God speaking today)”. Menurut saya hal-hal tersebut perlu diklarifikasi, dan pada bagian ini saya menyajikan doktrin Kharismatik Normatif yang saya ketahui dan saya akui sebagai seorang penganut Kharismatik. Signifikansi pasal ini adalah untuk menyajikan bahwa doktrin Kharismatik itu sesungguhnya Alkitabiah.

Menuduh ajaran Kharismatik itu tidak berdasarkan Alkitab tentu saja merupakan sebuah kecacatan induktif dan bisa jadi merupakan pernyataan yang spekulatif! Justru sebaliknya, Kharismatik itu berdasarkan Alkitab, seperti yang akan saya jelaskan dalam pasal-pasal berikutnya dalam buku ini. Jika kritik terhadap Kharismatik didasarkan pada pandangan teologi tertentu, maka sah-sah saja menuduh Kharismatik itu tidak Alkitabiah. Tetapi yang perlu diperhatikan ialah, bahwa suatu pandangan teologi juga merupakan suatu tafsiran terhadap Kitab Suci, dengan demikian pandangan teologi tidak ada yang sempurna karena dirumuskan oleh manusia dengan rasio yang terbatas. Jadi setiap pandangan teologi memiliki sisi kelemahan.

Pandangan teologi adalah suatu sistem pemahaman teologi yang dikembangkan oleh seseorang atau kelompok tertentu dalam suatu masa atau generasi tertentu, yang kemudian diwariskan kepada pengikut atau generasi berikutnya. Sistem ini membentuk sebuah sudut pandang tertentu yang unik serta dianggap dan diyakini benar sehingga membentuk komunitas dengan sejarah pemikiran yang sama dan gerakan yang sama. Contoh dari sistem pandangan teologi seperti : teologi covenantal, teologi dispensasional, teologi arminian, teologi lutheran, teologi calvinik, teologi pentakostal, dan lain sebagainya.

Suatu pandangan teologi bukanlah kebenaran mutlak. Misalnya, apa yang benar menurut pandangan teologi dispensasional belum tentu benar menurut pandangan teologi covenantal; kebenaran pandangan teologi calvik belum tentu benar menurut pandangan teologi arminian. Karena itu, suatu pandangan teologi bukanlah kebenaran mutlak, tetapi merupakan pendapat, tafsiran dan keyakinan seseorang atau kelompok tertentu terhadap firman Tuhan. Hanya firman Tuhan (Kitab Suci) dalam naskah aslinya (otografi) yang layak disebut sebagai kebenaran mutlak (absolut), yang tidak bisa salah, tidak boleh diubah, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Jadi suatu pandangan teologi itu penting tetapi bukan kebenaran mutlak dan bukan juga penentu kebenaran.

Pertanyaannya ialah : “mengapa pandangan teologi bisa berbeda satu dengan yang lainnya”? Jawabannya, pastilah karena hal ini sangat berhubungan dengan masalah eksegesis, hermeneutika dan metode-metode teologi. Lalu, “apakah standar untuk menilai bahwa suatu pandangan teologi itu benar atau sesat, alkitabiah atau tidak?” Tentu saja dengan memperhatikan dan meneliti metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam menafsirkan dan mengembangkan pandangan teologi itu apakah benar-benar absah dan alkitabiah.

Sementara, Kharismatik mengakui bahwa ajaran dan praktek yang diyakini berdasarkan Alkitab pihak yang berseberangan menuduhnya tidak Alkitabiah, dan sesat. Pertanyaannya: standar apa yang dipakai oleh para openan Kharismatik untuk menilai pandangan Kharismatik itu sesat? Jika berdasarkan suatu pandangan teologi tertentu yang tidak diakui secara universal maka tidak dapat disebut alat penilai yang standar. Memaksakan cara demikian sama seperti berusaha mengukur berat badan dengan alat ukur meteran, dan mengukur tinggi badan dengan alat ukuran timbangan. Apa hasilnya? Tidak sesuai dengan yang diinginkan, yang untuknya alat itu dirancang. Seharusnya alat meteran digunakan untuk mengukur tinggi badan, dan timbangan untuk mengukur berat badan.

Bisa saja terjadi sesuatu yang akan diukur benar, tetapi alat ukurnya salah. Atau bisa saja alat ukurnya benar dan yang diukur memang keliru. Tetapi, bisa saja dua-duanya benar tetapi penerapannya yang salah sehingga hasilnya juga salah. Alat ukur yang benar adalah alat ukur yang digunakan sesuai dengan maksud yang untuknya alat itu dirancang. Demikian juga alat untuk mengukur atau menilai suatu ajaran haruslah benar dan sesuai penggunaannya.

Karena itu, untuk menilai apakah pandangan teologi Kharismatik, dan pandangan-pandangan teologi lainnya itu benar atau tidak, maka ia harus diuji berdasarkan Alkitab. Disinilah diperlukannya prinsip-prinsip, aturan-aturan atau norma-norma yang universal dan diterima sebagai alat penilai yang sah dalam menguji kebenaran. 

Sebagaimana di dalam logika seseorang dituntut untuk memenuhi aturan dan prinsip yang harus ditaati agar menghasilkan kesimpulan yang absah, demikian juga dalam menafsirkan Alkitab, seseorang dituntut untuk melakukannya dengan berpedoman pada aturan dan norma yang harus ditaati. Aturan-aturan atau norma-norma dalam penafsiran Alkitab tersebut disebut hermenutika, sedangkan penerapan aturan-aturan itu disebut eksegesis. (Silahkan dibaca lampiran 2 yang membahas tentang Hermeneutika dan lampiran 3 yang membahas tentang eksegesis).

Jadi yang perlu diperhatikan pada saat menyimpulkan benar atau sesat suatu ajaran adalah dengan meneliti “apakah ia telah menerapkan eksegesis yang sesuai dengan prinsip-prinsip hermeneutika yang sehat dan wajar?” Dengan demikian, untuk menyimpulkan sesuatu itu benar atau sesat tidak hanya sekedar kesimpulan logis, yaitu berdasarkan penalaran yang sehat dan absah, tetapi juga alkitabiah, yaitu berdasarkan penafsiran yang sehat dan wajar. Mengapa? Karena kesimpulan logis belum tentu Alkitabiah dan benar.

ALKITAB DAN DOKTRIN KHARISMATIK

Alkitab adalah otoritas penentu kebenaran. Otoritas adalah wewenang, hak atau kuasa untuk mewajibkan kepatuhan. Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Otoritas itu penting sebab otoritas akan mengendalikan hidup seseorang. Otoritas akan mempengaruhi perilaku, keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan seseorang. 

Sumber otoritas utama dan tertinggi bagi orang Kristen adalah Tuhan sendiri sebagaimana Ia menyatakan melalui Alkitab. Pengetahuan kita tentang Allah pertama dan terutama datang melalui Kitab Suci. Alkitab harus diterima sebagai firman Tuhan kepada kita, harus dihormati dan ditaati. Pada waktu kita tunduk kepada otoritasnya, kita menempatkan diri di bawah otoritas Allah yang hidup, yang diperkenalkan kepada kita di dalam diri Yesus Kristus.

Sebagaimana telah saya sebutkan dalam pasal sebelumnya, hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa orang tersesat karena memulai dari titik awal yang salah. Karena itu, saat membahas tentang doktrin apapun, kita perlu memiliki titik awal yang tepat. Dan titik awal yang tepat ini adalah Alkitab. Tetapi tidak semua orang Kristen sepakat mengenai tafsiran terhadap ayat-ayat atau bagian-bagian tertentu dalam Alkitab. Disinilah letak permasalahannya: perbedaan dalam tafsiran! Perbedaan ini sangat dipengaruhi sistem hermeneutika dan metode eksegesis yang digunakan saat menafsir bagian-bagian atau ayat-ayat tertentu dalam Alkitab. Karena itu perlu bagi kita mengetahui alat yang bernilai untuk menafsirkan Alkitab.

1. Setiap Ajaran Utama dalam Alkitab Selalu Ditemukan dalam Perkataan Tuhan Yesus

Setiap ajaran utama dalam Alkitab selalu ditemukan dalam perkataan Tuhan Yesus? Karena Yesus Kristus sendiri adalah Firman itu, yang berinkarnasi (Yohanes 1:1,14), dan sementara di bumi Ia sendiri memiliki pewahyuan penuh dari Bapa dan Roh. Ia mempunyai kemampuan dan otoritas untuk menambah, menegaskan, menjernihkan, dan mengesahkan kata-kata dalam Perjanjian Lama (Ibrani 1:1-2). Ingatlah, bahwa Injil awalnya diberitakan oleh Tuhan, selanjutnya Injil tersebut diberitakan oleh murid-muridNya. 

Alkitab mencatat “bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat (semeiois te kai terasin) dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan (dunamesin) dan karunia Roh Kudus (pneumatos hagiou merismois), yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya” (Ibrani 2:3-4). Tepat seperti yang dikatakan oleh Michael Eaton, “Kekristenan adalah Kristus”.

2. Ajaran Yesus Ini Kemudian Dikembangkan Melalui Pewahyuan Roh Kudus dalam Tulisan Injil dan Surat-Surat Apostolik Perjanjian Baru

Yesus berjanji bahwa saat Roh Kudus datang, Dia akan memimpin rasul-rasul pertama itu dalam seluruh kebenaran dan mengungkapkan segala sesuatu kepada mereka. “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26 bandingkan Yohanes 16:13-14). 

Yesus memang telah mengajarkan segala sesuatu kepada murid-muridNya, tetapi dalam ukuran tertentu sebelum Roh Kudus datang, mereka tidak mampu memahami perkataan-perkatan Kristus. Pada hari Pentakosta, saat Roh Kudus diberikan, murid-murid mendapatkan permahaman baru terhadap perkataan Kristus dan Perjanjian Lama, dan mereka mencatatnya dalam apa yang kita kenal dengan Perjanjian Baru. Dengan demikian, Perjanjian Lama harus dipahami dalam terang Perjanjian Baru, yang menjelaskan, menegaskan kembali dan mengoreksi Perjanjian Lama. Dengan demikian harus dimengerti bahwa ajaran Kekristenan yang Alkitabiah tidak didasarkan atas Perjanjian Lama, melainkan berdasarkan Perjanjian Baru yang didasarkan pada ajaran Kristus.

3. Roh Kudus Memberikan Kemampuan Kepada Kita Untuk Memahami Ajaran Kristus, Ajaran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, yaitu Alkitab

Roh Kudus yang mencerahkan pengertian para Rasul terhadap ajaran Kristus dan memberikan pewahyuan kepada mereka dalam menuliskan Perjanjian Baru di bawah pengilhaman Roh Kudus, adalah Roh Kudus yang sama yang memberikan kemampuan kepada kita untuk memahami ajaran Kristus, ajaran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, yaitu Alkitab. Para teolog menyebutnya dengan istilah “iluminasi” Roh Kudus. Petrus mengatakan “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (1 Petrus 1:20-21 ).

Tetapi sangat disayangkan, beberapa orang dalam gerakan Kharismatik, dengan berlindung di balik peran Roh Kudus tersebut, secara sengaja telah mengabaikan pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap Alkitab. Roh Kudus dianggap dapat memberikan secara langsung pengertian kepada seseorang tanpa harus bersusah payah melakukan pembelajaran dan disiplin hermeneutik yang ketat. Memang benar bahwa Roh Kudus berdaulat dan mampu melakukan hal demikian, tetapi bukan untuk mendukung sifat malas dan tidak bertanggung jawab tersebut. 

Karena itu, dua kesalahan yang harus dihindari, yaitu : (1) Kecenderungan mengabaikan pentingnya hermeneutika dan eksegesis yang bertanggung jawab dengan alasan mementingkan peran Roh Kudus; (2) Kencenderungan menyandarkan diri pada kemampuan hermeneutik dan eksegesis semata-mata dengan mengabaikan peran Roh Kudus.

Dengan demikian, di dalam proses mempelajari Alkitab dengan bergantung kepada Roh Kudus selaku “Sang Iluminator” dan pembimbing, kita tidak seharusnya bersikap pasif tetapi justru diharapkan menggunakan pikiran kita secara bertanggung jawab. Karena dalam hal membaca Alkitab, penerangan Ilahi bukanlah dimaksudkan sebagai pengganti tanggung jawab manusia untuk berpikir. Jadi, kita harus berusaha berpikir berdasarkan prinsip-prinsip hermeneutika. 

Hal ini melibatkan pemikiran secara eksegetis sehingga dapat memahami arti yang tepat, secara sistematis untuk dapat menghubungkan fakta-fakta secara seksama, secara kritis untuk dapat mengevaluasi prioritas dari bukti yang bersangkutan dan secara sintesis untuk menyatukan dan menyampaikan pengajaran secara keseluruhan. Tetapi, intelek saja tidak akan menjadikan seorang mengerti Alkitab dengan benar. Seorang penafsir Alkitab harus bergantung pada pengajaran Roh Kudus (Yohanes 16:12-15). 

Diperlukan sikap yang sadar untuk bergantung kepada Roh Kudus yang dinyatakan dalam kerendahan hati, pikiran dan keinginan dalam mempelajari apa yang telah diajarkan oleh Roh kepada orang lain di sepanjang sejarah.

Ringkasnya, di dalam hermeneutika, sebagaimana telah disebutkan diatas, kita dituntut untuk memahami konteks, latar belakang historis, budaya, tata bahasa (gramatika), dan maksud penulis Alkitab, ini sangat penting! Tetapi, tak seorangpun dapat mengklaim sistem hermenutika yang benar jika pengertiannya kurang dari tiga pengertian dasar yang disebutkan di atas. Lagi pula kita perlu menyadari bahwa keterbatasan hermeneutika sama dengan keterbatasan dari pernyataan Kitab Suci. 

Karena itu, kita harus berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan dengan cara menafsirkan bagian-bagian tertentu dari Alkitab apabila hal itu tidak didukung oleh pernyataan Alkitab. Tidaklah bijaksana memasukan atau memaksakan pendapat dengan bukti Alkitabiah yang tidak dapat dijamin kebenarannya. Kadang-kadang hal ini didorong oleh keinginan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Alkitab.

Lalu, bagaimana dengan penafsiran doktrinal? Pengajaran atau doktrin, diartikan sebagai suatu prinsip kebenaran yang berisi pokok-pokok iman yang diajarkan oleh Alkitab yang telah disusun secara sistematis. Alkitab adalah sumber dari semua doktrin Kristen yang Tuhan inginkan untuk diajarkan kepada kita. Doktrin-doktrin Alkitab merupakan satu kesatuan yang utuh, oleh karena itu tidak mungkin mengajarkan kebenaran yang saling bertentangan satu dengan yang lain, walaupun ada kemungkinan terdapat kebenaran yang bersifat paradoks. 

Berikut ini beberapa petunjuk untuk menafsir doktrin: (1) Dasarkan penafsiran doktrin pada pernyataan-pernyataan yang jelas arti harfiahnya dan bukan berdasar dari kata-kata kiasan atau yang tidak jelas; (2) Dasarkan doktrin pada perikop-perikop (konteks) yang bersifat pengajaran atau didaktik. Ini tidak berarti bahwa bagian-bagian yang naratif dalam Alkitab tidak mengandung makna teologis atau pengajaran; (3) Dasarkan doktrin pada seluruh kebenaran Alkitab, tidak cukup kalau hanya sebagian kebenaran. Tidaklah bijaksana jika merumuskan doktrin dari kebenaran yang tidak disebutkan dalam Alkitab; (4) Pakailah semua prinsip-prinsip umum hermeneutika untuk menafsirkan doktrin; (5) Hindarkan unsur-unsur spekulasi dalam menafsirkan doktrin.

MEMPERKENALKAN DOKTRIN

1. Pengertian Doktrin

Istilah “doktrin” berasal dari kata Yunani “didaskalia” dan “didakhe” yang berarti “ajaran” yang berasal dari akar kata “didaskô” yang berarti “mengajar atau mengajarkan”. Sehingga “doktrin” secara konseptual adalah hal-hal yang diajarkan. Perjanjian Baru menggunakan kata “didaskalia” ini sebanyak 21 kali, kata “didakhe” sebanyak 30 kali dan kata “didasko” sebanyak 97 kali. Salah satunya terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:42, di mana dikatakan bahwa para petobat gereja yang mula-mula bertekun dalam pengajaran (didakhe) para rasul. 

Jadi, kata doktrin berarti sesuatu yang diajarkan, pengajaran, instruksi; prinsip-prinsip agama yang diajarkan; atau lebih harfiah doktrin berarti mengajarkan yang dasar. Dari pengertian di atas maka doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan. Dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktrin itu sendiri bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.

Jadi, dalam pengertian yang sempit doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan; dan dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktrin itu sendiri bersumber dari Alkitab. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.

Di dalam teologi Kristen, upaya untuk menyusun secara logis dan sistematis semua doktrin yang sudah tersedia di Alkitab disebut dengan istilah “teologi sistematika”. Teologi sistematika adalah bidang kajian teologi yang berkaitan dengan pengajaran Alkitab yang sudah diformulasikan secara sistematis dan logis dalam doktrin-doktrin mengenai Allah, Kristus, Roh Kudus, Manusia, Malaikat, Dosa, Keselamatan, Gereja, Akhir Zaman, dan lain sebagainya. Teologi sistematika ini bertujuan untuk menemukan, merumuskan, dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen yang sesuai dengan Alkitab.

2. Tujuan Doktrin

Tujuan doktrin sebagaimana yang disebutkan oleh Kevin J. Conner adalah sebagai berikut: ”Permulaan Injil Lukas berkaitan dengan maksud tujuan doktrin. Lukas 1:1-4 dikatakan : ”..berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita... supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala yang diajarkan kepadamu sungguh benar.

” Berdasarkan ayat tersebut Conner memberikan penjelasan terhadap kata-kata dari ayat-ayat tersebut sebagai berikut: (1) ”berusaha” adalah dengan upaya; (2) ”Menyusun” berarti diatur secara berurutan; (3) ”Suatu berita” berarti kabar yang lengkap, yang penuh dan menyeluruh; (4) ”Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita”, yaitu yang berkaitan dengan Injil Tuhan Yesus Kristus; (5) ”Diajarkan” berarti diinstruksikan secara lisan. Kata ini berasal dari kata Yunani “katecheo” yang artinya menginstruksikan dengan cara bertanya dan mengoreksi jawaban-jawaban. (Kata katekisasi berasal dari kata ini, yang digunakan juga di dalam Kisah Para Rasul 18:25; dan Roma 2:18). 

Kemudian Conner menyimpulkan bahwa maksud dan tujuan doktrinal teologi ialah “guna menyusun secara sistematis peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang-orang percaya yang sejati. Yakni untuk menginstruksikan orang percaya supaya ia dapat mengetahui bahwa apa yang diajarkan sungguh benar. Untuk memberikan dorongan pada orang percaya guna mempertahankan ”iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (lihat : Yudas 3).

3. Sumber Doktrin

Sumber doktrin Kristen adalah Kitab Suci. Pengakuan ini didasarkan atas keyakinan bahwa Allah telah mewahyukan (menyatakan) diriNya dan penyataan itu secara akurat dinyatakan dalam ke enam puluh enam kitab dari Kitab Suci (Alkitab). Dengan demikian, maka Kitab Suci adalah sumber utama dari pengetahuan manusia akan Allah.

Selanjutnya, sumber-sumber lainnya dalam penyusunan teologi dan doktrin Kristen, yaitu: (1) Pengakuan-pengakuan doktrinal, seperti: Kredo Rasuli, Kredo Nicea, Kredo, dan pengakuan iman lain. Hal ini penting untuk mengerti bagaimana orang-orang Kristen sepanjang abad memahami konsep teologis dan memformulasi doktrin-doktrin Alkitab; (2) Tradisi gereja, meskipun bisa salah, namun penting untuk dapat memahami afirmasi tentang iman Kristen. Apa yang individu, gereja-gereja, dan denominasi telah ajarkan merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan pernyataan teologis; (3) Penalaran, dibimbing oleh Roh Kudus, adalah juga suatu sumber teologi. Namun penalaran tetap harus takluk pada supranatural, daripada berusaha untuk menjelaskannya.

4. Persyaratan Doktrin

Paul Enns dalam The Moody Handbook of Theology menyebut persyaratan dari teologi (doktrinal), yaitu : (1) Inspirasi dan Inneransi Alkitab. Tidak ada teologi yang cukup dan mungkin tanpa suatu kepercayaan pada inspirasi dan inneransi Kitab Suci. Apabila doktrin inspirasi dan inneransi ini ditinggalkan, maka hal itu akan menjadikan penalaran sebagai sumber otoritas dan penalaran akan duduk sebagai hakim atas teks Kitab Suci; (2) Aplikasi dan Prinsip-Prinsip Hermeneutika Yang Tepat. Aplikasi dan prinsip-prinsip hermeneutika yang tepat akan mendorong objektivitas, serta memaksa penafsir untuk mengesampingkan bias-bias dan ekstrim-ekstrim; (3) Pendekatan Ilmiah. Teologi harus ilmiah, dalam arti menerapkan seni secara umum, budaya, dan bahasa Alkitab dalam menarik kesimpulan teologis; (4) Objektivitas. Teologi harus berdasarkan pada riset induktif dan kesimpulan-kesimpulan, bukan berdasarkan penalaran secara deduktif. Teologi harus mendekati kitab suci dengan tabulasi rasa, suatu pikiran yang terbuka, mengizinkan Kitab Suci untuk berbicara bagi dirinya tanpa membentuk opini yang bersifat prejudis tentang apa yang seharusnya dikatakan oleh Kitab Suci; (5) Wahyu Progresif. Meskipun Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diinspirasikan, namun keduanya merupakan suatu kanon yang pewahyuannya bersifat progresif. Karena itu, dalam merumuskan kebenaran tentang Allah dan bagaimana Ia berhadapan dengan manusia, Perjanjian Baru memiliki prioritas atas Perjanjian Lama; (6) Iluminasi. Pada waktu menerapkan hermeneutika dan metode yang tepat, unsur ilahi untuk memahami kebenaran Allah tidak boleh diabaikan. Orang-orang percaya dibantu oleh pelayanan Roh Kudus, yaitu iluminasi untuk membimbing orang percaya pada suatu pengertian akan kebenaran ilahi; (7) Pengakuan Akan Keterbatasan Manusia. Pada waktu menerapkan metode yang tepat, harus disadari akan keterbatasan. Manusia tidak akan pernah dapat memahami Allah secara total. Ia harus puas dengan pengetahuan yang terbatas.

CIRI-CIRI DOKTRIN YANG BENAR

Pada akhir zaman kapasitas doktrin Iblis yang menyesatkan dan menghancurkan kehidupan manusia akan semakin meningkat. Doktrin ini bisa berupa filsafat, tahyul dan tradisi-tradisi manusia. (Matius 22:9; 24:3-13; Galatia 1:6-9). Untuk mengenal doktrin-doktrin yang palsu kita tidak harus mempelajari doktrin palsu tersebut. Hal yang terpenting adalah mengenal dan memahami doktrin yang benar. Dengan mengetahui yang benar kita dapat membedakannya dari yang palsu. Berikut ini adalah ciri-ciri dari doktrin yang benar.

1. Doktrin yang Benar adalah Doktrin yang Alkitabiah (2 Timotius 3:14-17)

Doktrin yang Alkitabiah adalah doktrin yang bersumber pada seluruh Firman Allah. Doktrin seperti ini tidak hanya bermanfaat untuk pengajaran tetapi juga untuk menyatakan kesalahan, mendidik dan memperbaiki agar orang percaya memiliki hidup yang berkenan kepada Allah. Untuk menghasilkan doktrin yang Alkitabiah diperlukan interpretasi yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hermeneutika yang wajar, benar dan dapat dipertanggunjawabkan sehingga menghasilkan doktrin yang sehat.

2. Doktrin yang Benar adalah Doktrin yang Sehat (1 Timotius 1:10; 2 Timotius 4:2-4; Titus 1:9; 2:1)

Doktrin yang benar adalah doktrin yang sehat. Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan rohani yang sehat bagi orang percaya. Doktrin sehat menghasilkan paktek kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Doktrin dan pengajaran yang sehat selalu diharapkan untuk menghasilkan kehidupan yang kudus. Doktrin yang sehat tidak hanya dinyatakan melalui pengakuan iman atau kredo, tetapi melalui kehidupan yang berbuah-buah.

3. Doktrin yang Benar adalah Doktrin yang Murni (2 Timotius 4:6)

Murni artinya bebas dari campuran. Kita tahu bahwa Alkitab dalam naskah aslinya itu benar, bebas dari kesalahan dan tanpa kekeliruan. Hal ini dikarenakan Alkitab itu adalah wahyu Allah melalui ilham kepada penulis-penulis Alkitab. Dengan demikian Alkitab itu murni dan keasliannya terjamin. Alkitab dikatakan asli karena memang ditulis penulis yang namanya dipakai untuk kitab dan tulisannya tepat pada zaman dimaksud. Doktrin yang murni bersumber hanya pada Firman Allah (Alkitab). Ujian dari kemurnian doktrin adalah kemurnian dan kekudusan hidup yang dihasilkannya.

4. Doktrin yang Benar adalah Doktrin yang Menghasilkan Karakter yang Kudus (Titus 2:1)

Merupakan fakta yang sudah terbukti bahwa doktrin mempengaruhi karakter. Apa yang dipercayai seseorang sangat besar mempengaruhi perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti doktrin yang sehat maka doktrin itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus. Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan Allah dalam hal karakter dan kehidupan yang kudus.

DOKTRIN ALKITABIAH YANG UMUMNYA DIAKUI KHARISMATIK

Sebagai seorang penganut teologi Injili dan Kharismatik Normatif, berikut ini ringkasan doktrin-doktrin Alkitab yang saya yakini dan pegang teguh hingga sekarang. Pada umumnya doktrin-doktrin ini juga diakui oleh hampir seluruh penganut Kharismatik. Memang ada beberapa bagian yang tidak sepakat, tetapi ketidaksepakatan disebabkan oleh perbedaan latar belakang teologi dan atau denominasi dari penganut Kharismatik tersebut. 

Sebagaimana sudah saya jelaskan pada bagian akhir bab tiga, bahwa pada masa kini gerakan Kharismatik ini telah dianut oleh orang-orang dari berbagai denominasi, seperti: Kharismatik dengan latar belakang Pentakostal, Kharimatik dengan latar belakang Katolik, Kharismatik dengan latar belakang Protestan (injili), dan lain sebagainya. 

Karena latar belakang denominasi yang berbeda dan beragam tersebut, maka dalam hal-hal tertentu terdapat ketidaksepahaman doktrinal diantara penganut Kharismatik. Misalnya: tentang baptisan air, penganut Kharismatik dari kalangan Pentakostal dan Baptis akan tetap menerapkan baptisan selam, sedangkan penganut Kharismatik dari latar belakang Protestan, Calvinik, Lutheran dan Prebysterian tetap menerapkan baptisan percik, beda lagi dengan penganut Kharismatik dari katolik. Contoh lainnya: tentang Kedatangan Kristus, para penganut Kharismatik juga ada yang tidak sepakat mengenai milenialisme dan tribulasi. Sekali lagi, hal ini dipengaruhi latar belakang denominasi dan pandangan teologi yang dianut. 

Tetapi uniknya, walaupun berbeda, dalam keragaman ini para penganut Kharismatik bisa bersatu tentang karya-karya dan karunia-karunia Roh Kudus masa kini. Karena itu, pada bagian yang tidak sepakat tersebut dan bagian tertentu lainnya saya memberikan catatan tambahan.

1. Doktrin tentang Alkitab (Bibliologi)

Para penganut Kharismatik percaya bahwa Alkitab, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru, diinspirasikan, tanpa salah dan adalah Firman Allah yang berkuasa (Matius 5:18; 2 Timotius 3:16-17). Mereka juga mengakui bahwa Alkitab adalah tanpa salah dalam tulisan-tulisan aslinya, tanpa kekeliruan, dinafaskan oleh Allah, dan merupakan otoritas yang sempurna dan tertinggi dalam hal iman dan perbuatan (2 Timotius 3:16-17). Sekalipun tetap menggunakan kepribadian dari setiap individu manusia yang menjadi penulis, Roh Kudus mengawasi mereka untuk memastikan bahwa mereka menuliskan tepat seperti apa yang Dia ingin tuliskan, tanpa salah atau mengurangi apapun (2 Petrus 1:21).

2. Doktrin tentang Allah (Teologi Proper)

Para penganut Kharismatik percaya kepada Allah yang esa, yang adalah Pencipta dari segalanya (Ulangan 6:4; Kolose 1:16), yang telah mengungkapkan diri-Nya dalam tiga Pribadi yaitu: Bapa, Anak dan Roh Kudus (2 Korintus 13:14), namun adalah satu dalam keberadaan, esensi, dan kemuliaan (Yohanes 10:30). Allah adalah Pencipta (Kejadian 1:1-2), kekal (Mazmur 90:2), tidak terbatas (1 Timotius 1:17), dan berdaulat (Mazmur 93:1). Allah Mahatahu (Mazmur 139:1-6), Mahaada (Mazmur 139:7-13), Mahakuasa (Wahyu 19:6), dan tidak berubah (Maleakhi 3:6). Allah itu kudus (Yesaya 6:3), adil (Ulangan 32:4), benar (Keluaran 9:27). Allah itu kasih (1 Yohanes 4:8), penuh kasih karunia (Efesus 2:8), penyayang (1 Petrus 1:3), dan baik (Roma 8:28).

3. Doktrin tentang Yesus Kristus (Kristologi)

Para penganut Kharismatik percaya akan keillahian Tuhan Yesus Kristus. Mereka percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang berinkarnasi, dalam rupa manusia, gambar wujud Allah, yang tanpa berhenti menjadi Allah, telah menjadi manusia supaya Dia dapat menyatakan siapakah Allah itu dan menyediakan jalan keselamatan bagi umat manusia (Matius 1:21; Yohanes 1:18; Kolose 1:15). Mereka percaya bahwa Yesus Kristus dikandung oleh Roh Kudus dan lahir dari anak dara Maria; bahwa Dia adalah Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna; bahwa Dia hidup secara sempurna dan tanpa dosa; bahwa segala pengajaran-Nya benar adanya (Yesaya 14; Matius 1:23). 

Mereka percaya bahwa Kristus mati di atas salib untuk segenap manusia (1 Yohanes 2:2) sebagai korban yang menggantikan (Yesaya 53:5-6). Mereka juga percaya bahwa kematian-Nya cukup untuk menyediakan keselamatan bagi setiap orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat (Yohanes 1:12; Efesus 1:17) dan bahwa itu dibuktikan dengan kebangkitan-Nya secara harafiah dan secara fisik dari antara orang mati (Matius 28:6; 1 Petrus 1:3). Mereka percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus naik ke Surga dalam tubuh kemuliaan-Nya (Kisah Rasul 1:9-10) dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah sebagai Imam Besar dan Pembela kita (Roma 8:34; Ibrani 7:25).

4. Doktrin tentang Roh Kudus (Pneumatologi)

Para penganut Kharismatik percaya akan keilahian dan kepribadian Roh Kudus (Kisah Rasul 5:3-4). Roh Kudus melahirkan kembali orang-orang berdosa yang percaya pada Kristus (Titus 3:5) dan mendiami orang-orang percaya tersebut (Roma 8:9). Melalui Dia Kristus membaptiskan semua orang percaya sebagai anggota-anggota tubuh-Nya (1 Korintus 12:12-14). Melalui Dia Allah Bapa memeteraikan jaminan keselamatan orang-orang percaya pada hari penyelamatan (Efesus 1:13-14). Dia adalah Pengajar Illahi yang menerangi hati dan pikiran orang-orang percaya saat mereka mempelajari Firman Allah (1 Korintus 2:9-12). Para penganut Kharismatik percaya bahwa Roh Kudus berdaulat penuh dalam membagikan karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:11). Mereka percaya bahwa karunia-karunia ajaib dari Roh Kudus masih terus berfungsi dengan kadar yang sama dengan saat gereja baru saja berkembang (1 Korintus 12:4-11; 2 Korintus 12:12; Efesus 2:20; 4:7-12).

5. Doktrin tentang Malaikat dan Setan-Setan (Angelologi dan Demonologi)

Para penganut Kharismatik percaya pada realitas, keberadaan dan kepribadian dari malaikat-malaikat. Mereka percaya bahwa Allah menciptakan para malaikat untuk menjadi pelayan dan utusanNya (Nehemia 9:6; Mazmur 148:2; Ibrani 1:14). Mereka mengakui keberadaan dan kepribadian dari Iblis dan setan-setan. Iblis adalah malaikat yang jatuh yang memimpin sekelompok malaikat untuk memberontak melawan Allah (Bandingkan Yesaya 14:12-17; Yehezkiel 28:12-15). Iblis adalah musuh besar Allah dan manusia, dan setan-setan adalah para hambanya dalam kejahatan. Iblis dan para setan akan dihukum secara kekal dalam lautan api (Matius 25:41; Wahyu 20:10).

6. Doktrin tentang Manusia (Antropologi)

Para penganut Kharismatik percaya bahwa umat manusia ada karena ciptaan langsung Allah dan bahwa manusia diciptakan secara unik dalam gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Mereka percaya bahwa semua umat manusia, karena kejatuhan Adam, telah mewarisi natur dosa, dan bahwa semua orang memilih untuk berdosa (Roma 3:23), dan bahwa dosa adalah suatu kekejian di hadapan Allah (Roma 6:23). Umat manusia sama sekali tidak berdaya untuk mengatasi kejatuhan ini (Efesus 2:1-5, 12).

7. Doktrin tentang Keselamatan (Soteriologi)

Para penganut Kharismatik percaya bahwa keselamatan adalah anugrah Allah melalui iman kepada karya Yesus Kristus yang telah diselesaikan di atas kayu salib (Efesus 2:8-9). Kematian Kristus menyelesaikan pembenaran melalui iman dan penebusan dari dosa. Kristus mati menggantikan kita (Roma 5:8-9) dan menanggung dosa-dosa kita dalam diri-Nya (1 Petrus 2:24). Mereka percaya bahwa keselamatan diterima hanya karena anugrah, melalui iman, di dalam Kristus. 

Perbuatan baik dan ketaatan adalah hasil dari keselamatan, bukan sebagai syarat untuk keselamatan. Karena keagungan, kecukupan dan kesempurnaan dari pengorbanan Kristus, semua yang telah benar-benar menerima Kristus sebagai Juruselamat terjamin keselamatannya secara kekal, dipelihara dengan kuasa Allah, dijamin dan dimeteraikan dalam Kristus untuk selamanya (Yohanes 6:37-40; 10:27-30; Roma 8:1, 38-39; Efesus 1:13-14; 1 Petrus 1:5; Yudas 24). Sebagaimana keselamatan bukan hasil dari perbuatan baik, demikian pula keselamatan tidak dipertahankan dengan berbuat baik. Perbuatan baik dan hidup yang berubah adalah hasil yang tak terhindarkan dari keselamatan (Yakobus 2).

8. Doktrin tentang Gereja (Ekklesiologi)

Para penganut Kharismatik percaya bahwa Gereja, Tubuh Kristus, adalah organisme rohani yang terdiri dari semua orang-orang percaya pada zaman ini (1 Korintus 12:12-14; 2 Korintus 11:2, Efesus 1:22-23, 5:25-27). Mereka percaya pada ketetapan-ketetapan mengenai baptisan air bagi orang-orang percaya sebagai kesaksian bagi Kristus dan untuk mengidentifikasikan diri denganNya, dan Perjamuan Kudus untuk mengingat kematian Kristus dan pencurahan darah-Nya (Matius 28:19-20; Kisah Rasul 2:41-42, 18:8; 1 Korintus 11:23-26). Melalui gereja, orang-orang percaya diajar untuk taat kepada Tuhan dan menyaksikan iman mereka kepada Kristus sebagai Juruselamat, dan menghormati Dia dengan hidup suci. Mereka percaya pada Amanat Agung sebagai misi utama dari gereja. Adalah kewajiban semua orang percaya untuk bersaksi, melalui kata-kata dan hidup, untuk kebenaran Firman Allah. Injil kasih karunia Allah harus diberitakan di seluruh dunia (Matius 28:19-20; Kisah Rasul 1:8; 2 Korintus 5:19-20).

9. Doktrin Tentang Hal-Hal yang Akan Datang (Eskatologi)

Para penganut Kharismatik percaya pada pengharapan agung (Titus 2:13), kedatangan Tuhan Yesus Kristus secara pribadi dan segera untuk mengangkat orang-orang kudus-Nya (1 Tesalonika 4:13-18). Mereka percaya akan kembalinya Kristus ke dunia secara kelihatan dan secara fisik bersama dengan orang-orang kudus-Nya untuk mendirikan kerajaan seribu tahun yang dijanjikan (Zakaria 14:4-11; 1 Tesalonika 1:10; Wahyu 3:10, 19:11-16, 20:1-6). Mereka percaya pada kebangkitan tubuh dari semua orang-orang suci untuk mendapatkan sukacita dan kebahagiaan kekal di Bumi Yang Baru, dan orang-orang jahat untuk hukuman yang kekal dalam lautan api (Matius 25:46; Yohanes 5:28-29; Wahyu 20:5-6, 12-13). 

Mereka percaya bahwa jiwa orang-orang percaya, pada saat kematian, meninggalkan tubuh dan pergi bersama dengan Tuhan, di mana mereka menantikan saat kebangkitan mereka ketika roh, jiwa dan tubuh akan dipersatukan kembali untuk dipermuliakan bersama dengan Tuhan (Lukas 23:43; 2 Korintus 5:8; Filipi 1:23, 3:21; 1 Tesalonika 4:16-17). Mereka percaya bahwa jiwa orang-orang yang tidak percaya, pada saat kematian, tetap sadar dalam penderitaan sampai pada kebangkitan mereka ketika, dengan tubuh dan jiwa yang sudah dipersatukan kembali, mereka akan berdiri di hadapan Tahta Putih Penghakiman dan akan dibuang ke dalam lautan api untuk menderita hukuman untuk selamanya (Matius 25:41-46; Markus 9:43-48; Lukas 16:19-26; 2 Tesalonika 1:7-9; Wahyu 20:11-15).

DOKTRIN KHUSUS YANG MERUPAKAN CIRI KHAS KHARISMATIK

Jika diperhatikan, pada umumnya ajaran (doktrin) yang diakui oleh Kharismatik di atas kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya. 

Walaupun demikian, ada ciri-ciri dari Kharismatik yang membedakannya dari gerakan-gerakan lainnya, yaitu penekanannya yang khusus terhadap hal-hal seperti berikut: (1) Karunia-karunia rohani masih bermanifestasi sampai saat ini; (2) Pujian penyembahan dalam ibadah yang selebratif dan ekspresif; (3) Keyakinan pada manfaat doa, syafaat dan doa konser; (4) Penekanan pada penginjilan dan misi; (5) Keyakinan bahwa Allah masih berbicara hari ini; dan (6) Keyakinan akan kuasa rohani bagi kehidupn dan pelayanan. Tentu saja selain enam karakteristik tersebut, ada lagi ciri-ciri lainnya, tetapi dalam pengamatan saya enam hal ini secara umum merupakan representatif dari ajaran dan praktek Kharismatik.

1. Karunia-Karunia Rohani Masih Berlangsung Sampai Saat ini

Para penganut Kharismatik percaya bahwa karunia-karunia rohani atau Charismata seperti yang disebutkan dalam Roma 1:11; 5:15, 16; 6:23; 11:29; 12:6; 1 Korintus 1:7; 7:7; 12:4, 9, 28, 30, 31; 2 Korintus 1:11; 1 Timotius 4:14; 1 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10, bukan hanya berlaku bagi gereja masa lalu tetapi juga untuk gereja masa kini. Karunia-karunia rohani harus menjadi bagian dari Gereja hingga Kristus datang kembali. Pengakuan akan eksistensi dan keberlangsungan Charismata ini telah dianggap sebagai sine gua non (syarat utama) gerakan Kharismatik.

2. Pujian dan Penyembahan dalam Ibadah yang Selebratif dan Ekspresif

Ciri-ciri ini terlihat hampir di setiap ibadah Kharismatik. Ibadah yang selebratif dan ekspresif, pujian yang bersemangat, dan penyembahan yang mengalir dari lubuk hati. Dasar teologis dari pujian dan penyembahan ini ditemukan dalam tata Ibadah di kemah Daud (1 Tawarikh 13-16; 2 Samuel 6:17-19), yang dinyatakan dalam kitab Mazmur dan diteguhkan dalam Perjanjian Baru sebagaimana tertulis dalam Ibrani 13:15 yang mengatakan, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”. 

Pujian dan penyembahan dalam liturgi ibadah Daud bersifat selebratif dan ekspresif, seperti: Bertepuk tangan, bersorak-sorai, berseru-seru, menyanyi, menari, mengangkat tangan, bersujud, berlutut, dan disertai iring-iringan musik (1 Tawarikh 23:5; 25:5-6). Ibadah seperti ini dilakukan dengan tertib, teratur, dan tidak kacau. Karena tema pujian dan penyembahan yang selebratif dan ekspresif ini sangat penting dalam ibadah Kharismatik, maka dalam bab tersendiri saya akan membahasnya secara luas dengan menunjukkan dasar-dasar alkitabiah dan teologis dari kebenaran ini.

3. Doa, Syafaat dan Doa Konser

Kharismatik percaya bahwa doa pribadi dan doa bersama mutlak diperlukan jika gereja ingin bertumbuh. Kharismatik melihat bahwa gereja Perjanjian Baru dilahirkan dalam doa (Kisah Para Rasul 1:14) dan terus bertekun dalam doa dan melakukan setiap aktivitas dan pelayanan di dalam doa (Kisah Para Rasul 2:42; 4:31; 6:4,6: 13:3). Kharismatik percaya bahwa gereja, yaitu tubuh Kristus adalah “rumah doa bagi segala bangsa” (Yesaya 56:7). Dengan demikian, doa harus menjadi fokus utama bagi semua gereja, sehingga pemberitaan firman dan semua pelayanan lainnya mengalir dari urapan dan kuasa Roh Kudus (1 Korintus 2:4, 13). 

Di dalam ibadah Kharismatik seringkali ditemukan “doa konser”, yaitu doa yang diucapkan secara bersama-sama di dalam kesatuan Roh Kudus. Doa konser merupakan suatu tindakan iman bersama dengan kesatuan hati dan sepakat. Doa konser ini dapat ditemukan dalam pernyataan Yesus bahwa, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:18-20). Juga dapat ditemukan dalam pola Perjanjian Baru seperti dalam Kisah Para Rasul 4:24-31.

4. Penekanan Pada Penginjilan dan Misi

Kharismatik menekankan pentingnya “Amanat Agung” Kristus, sebagai misi gereja. Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi gereja yang merupakan kesinambungan dari misi Yesus Kristus (Matius 28:19,20 dan ayat-ayat paralel). Ciri gereja Perjanjian Baru adalah misioner, yaitu gereja yang mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dan menekankan pentingnya “menjadikan semua bangsa murid Kristus”. Kharismatik telah membantu membangkitkan kembali semangat untuk melaksanakan misi dan penginjilan dengan efektif. Roh Kudus yang memberi kuasa memampukan orang-orang percaya sehingga dengan keberanian yang baru berbicara kepada orang lain tentang Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 1:8; 4:31).

5. Keyakinan Bahwa Allah Masih Berbicara Hari Ini

Kharismatik mengakui bahwa Allah masih berbicara hari ini kepada umatNya, baik sebagai pribadi maupun persekutuan. Tetapi, saat mengakui hal ini, maka Kharismatik bukanlah bermaksud menggantikan Alkitab dengan wahyu baru. 

Kharismatik meyakini bahwa Tuhan tidak hanya menuntun melalui Alkitab, tetapi juga berkomunikasi dan menuntun orang-orang percaya melalui berbagai cara, sama langsungnya dan seringnya seperti pada zaman rasul-rasul, Faktanya, meskipun bukan dalam rangka menciptakan Alkitab baru, Roh Kudus masih terus berbicara sampai sekarang (God speaking today). Ketika mengajarkan bahwa “Allah masih berbicara saat ini”, penganut Kharismatik tidak pernah menganggap apa yang mereka dengar atau yang didengar oleh orang lain itu sejajar dengan Alkitab yang tertulis. Kharismatik mengakui bahwa apa yang Allah bicarakan kepada kita sekalipun tidak tertulis dalam Alkitab, tetapi tidak menyimpang atau bertentangan dengan Alkitab.

6. Kuasa Rohani

Kuasa Rohani merupakan unsur yang mendasari seluruh aspek pandangan dan praktik gerakan Kharismatik. Kuasa Rohani berupa kemampuan memuji Allah, menginjili, kemampuan untuk melakukan mujizat dan kesembuhan, mengusir setan-setan, serta mendemonstrasikan karunia-karunia Roh. Kharismatik tidak hanya percaya pada karya-karya Roh Kudus, tetapi mereka secara teratur mengundang Roh Kudus di tengah-tengah mereka guna membawa kuasa adikodrati. Karena itu, melihat hal-hal seperti mujizat, kesembuhan, jamahan kuasa Roh Kudus, pengusiran roh-roh jahat, peperangan rohani, nubuat dan profetik, doa konser dan syafaat merupakan hal yang umum di dalam aktivitas, pelayanan dan ibadah Kharismatik. Kharismatik percaya bahwa kuasa Roh Kudus membuka jalan bagi penerapan kebenaran (1 Korintus 2:4, 13).

MENGKLARIFIKASI KESALAHPAHAMAN TERHADAP DOKTRIN KHARISMATIK

Penekanan Kharismatik terhadap hal-hal tertentu seperti karunia-karunia Roh, doa syafaat dan doa konser; penginjilan dan misi, ibadah selebratif dan ekspresif, serta kuasa rohani, telah menyebab Kharismatik dianggap meninggalkan doktrin-doktrin Kristen yang utama seperti Kristologi, Soteriologi, Bibliologi, dan lainnya. Kharismatik dituduh menyimpang dari keyakinannya terhadap kepercayaan Kristen tersebut. Tampaknya, disini telah terjadi kesalahpahaman! Untuk menjernihkan kesalahpahaman tersebut saya akan memulainya dengan kisah yang ditulis Jaap Dieleman dalam bukunya “The Coming Of The King Of Kings” dengan beberapa penyesuaian.

Seorang profesor memberikan tes kepada murid-muridnya. Ia mengisi sebuah panci dengan batu-batu besar dan bertanya kepada mereka, “apakah panci itu penuh?”. Mereka menjawab, “ya, pancinya penuh”. Tetapi profesor itu berkata kepada mereka “tidak, pancinya belum penuh”. Ia mengambil sekantong kerikil dan menuangkannya ke atas batu-batu besar itu, menggoyangkan panci itu sampai kerikilnya memenuhi lubang-lubang diatara batu-batu besar dan sekali lagi ia menanyakan, “apakah panci itu penuh?”. Beberapa muridnya menjawab, “ya, sekarang pancinya penuh”. Tetapi profesor itu berkata kepada mereka “tidak, pancinya belum penuh”. Ia mengambil sekantong pasir halus dan menuangkannya keatas batu-batu besar dan kerikil, kemudian menggoyangkan panci itu sampai sampai pasirnya memadati panci. Sekali lagi ia bertanya kepada mereka, “apakah akhirnya panci ini penuh?”. Sekali lagi sebagian muridnya menjawab, “ya, sekarang pancinya benar-benar penuh”. Dengan tersenyum profesor itu berkata kepada mereka “tidak, pancinya belum penuh”. Profesor itu kemudian mengambil sebotol air dan menuangkannya sampai isi panci itu terendam, bahkan sampai airnya meluap keluar. Lalu ia berkata, “apakah sekarang panci ini penuh?” Setelah sekian banyak jawaban yang salah, murid-muridnya berkata, “tidak tahu, tolong beritahukan kepada kami!”. Profesor itu berkata, “sekarang pancinya benar-benar penuh!”. Profesor itu berkata lagi, “pelajaran apa yang dapat kita petik dari tes ini?” Seorang murid mengangkat tangan dan menjawab, “Kita tidak pernah benar-benar mengetahui kapan panci itu penuh!”. Profesor berkata, “itu jawaban yang pintar! Tetapi bukan itu pelajarannya!”. Profesor melanjutkan, “pelajaran utama yang dapat kita petik dari tes ini adalah kita harus menaruh batu-batu besar itu lebih dahulu kemudian baru kerikil, pasir dan air. Karena jika urutannya dibalik, batu-batu besar itu tidak akan muat dalam panci itu”.

Demikian juga halnya dengan doktrin-doktrin agung dari firman Tuhan yang kekal, seperti: Trinitas, kematian dan kebangkitan, surga dan negara, kelahiran Kristus dari seorang perawan, keilahian dan kemanusiaan Kristus, kehidupan, penyaliban dan kematian Kristus bagi penebusan dosa kita, kebangkitan dan kenaikanNya; kedatangannya kembali sebagai Raja atas segala raja, anugerah dan keselamatan; dan doktrin-doktrin agung lainnya. Semua kebenaran yang agung dan kekal tersebut haruslah kita masukan ke “panci” kita lebih dahulu. Jika tidak, semua itu tidak akan mendapat tempat di dalam kita. Dan untuk mendapatkan “kepenuhan dari Allah” tentu saja kita juga membutuhkan “kerikil, pasir, dan air”. Tetapi pertama-tama kita perlu menaruh “batu-batu penjuru” yang besar itu dalam “panci” hidup kita.

Jadi, “gerakan baru” dan “gelombang baru” dari Roh Kudus dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, dalam pandangan Kharismatik bukan merupakan pengabaian terhadap doktrin-doktrin dasar dari kepercayaan Kristen, apalagi membuangnya. Tetapi yang dilakukan oleh Kharismatik adalah bergerak dan melangkah maju memenuhi firman Tuhan yang mengatakan, “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal” (Ibrani 6:1-2). 

Dasar-dasar kepercayaan Kristen (doktrinal) itu penting dan harus diletakkan di awal kehidupan Kristen. Tetapi kita harus terus bertumbuh dalam kepenuhanNya, sebab jika tidak, maka bagi kita dapat dikatakan, “...ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat” (Ibrani 5:12-14).

Selanjutnya, saat mengakui bahwa Allah masih berbicara hari ini kepada umatNya, sebagai persekutuan maupun pribadi, sama langsungnya dan seringnya seperti pada zaman rasul-rasul, Kharismatik bukanlah bermaksud menggantikan Alkitab dengan wahyu baru. Kharismatik meyakini bahwa Tuhan tidak hanya menuntun melalui Alkitab, tetapi juga berkomunikasi dan menuntun orang-orang percaya melalui berbagai cara. 

Alkitab menunjukkan cara Allah berkomunikasi dan menuntun orang percaya orang, antara lain : (1) melalui kesaksian batin atau suara batin (Roma 2:15; 9:11); (2) Roh Kudus berbicara langsung dengan lembut dan jelas di dalam hati orang percaya (Kisah Para Rasul 10:19-23; 13:1-3); (3) melalui penglihatan atau visi, mimpi pada waktu tidur dan atau melalui perkataan nubuat (Kisah Para Rasul 2:17); (4) melalui karunia pengetahuan dan karunia hikmat (1 Korintus 12:6-12); (5) melalui keadaan atau suatu kondisi tertentu yang dialami orang percaya; (6) Allah menuntun melalui Alkitab (firman tertulis). Roh Kudus bisa mengingatkan orang percaya mengenai ayat-ayat tertentu dari Alkitab atau Roh Kudus berkomunikasi ketika orang percaya sedang membaca bagian tertentu dalam Alkitab, hal ini disebut firman rhema.

Faktanya, meskipun bukan dalam rangka menciptakan Alkitab baru, Roh Kudus masih terus berbicara sampai sekarang. Saat ini, banyak teolog, pakar Alkitab, dan pemimpin Kristen terkejut saat menyadari bahwa ternyata Roh Kudus masih berbicara kepada kita secara adikodrati. Karena itu, Jack Deere menulis dua buku yang berjudul Suprised by the Power of the Spirit dan buku lainnya yang berjudul Suprised by the Voice of God. 

Di dalam buku tersebut Jack Deere meredam berbagai argumentasi Alkitabiah, teologis, historis, dan epistemonologis yang dikemukakan untuk menyangkal bahwa Tuhan masih saja berbicara dan bahwa kita dapat mendengar suaraNya sampai sekarang. 

Semula, guru besar teologi sistematika dan pakar teologi Perjanjian Lama dari Dallas Theological Seminary ini tidak percaya dan menyebut perihal mendengar suara Tuhan sebagai “epistemonologi yang berbahaya”. Tetapi kemudian mengubah pandangannya tersebut, dan yakin bahwa Allah masih berbicara hari ini. Ketika mengajarkan bahwa “Allah masih berbicara saat ini”, penganut Kharismatik tidak pernah menganggap apa yang mereka dengar atau yang didengar oleh orang lain itu sejajar dengan Alkitab yang tertulis. 

Karena itu Jack Deere menyimpulkan demikian: “Setelah melalui berbagai pengalaman dan sekian tahun lamanya mengadakan studi mengenai persoalan apakah Allah masih berbicara sekarang, saya yakin betul bahwa diluar Alkitab Tuhan masih berbicara terus, namun tidak pernah bertentangan dengan Alkitab”.

Ilustrasi berikut ini berguna dalam menjelaskan bahwa Allah telah memberikan Alkitab tetapi Ia masih tetap berbicara sampai hari ini. Sebagai pemimpin di gereja lokal saya memberikan pedoman tertulis yang berisi peraturan dan berbagai petunjuk yang lengkap bagi kebutuhan organisasi gereja yang saya pimpin. Buku pedoman tersebut cukup jelas dan lengkap dalam mengatur segala sesuatunya yang berkaitan dengan setiap aspek dari organisasi, mulai dari pengaturan staf, struktur organisasi, tugas dan fungsi, pelaksanaan pekerjaan pelayanan, penggajian, dan lain-lain sebagainya. 

Dengan adanya buku pedoman yang sudah cukup-lengkap tersebut, bukan berarti saya harus berhenti berkomunikasi dan berbicara. Buku pedoman tersebut bukan untuk membungkam mulut saya, tetapi untuk membantu seluruh staf dalam melaksanakan program dan kegiatan organisasi kami. Seluruh pembicaraan yang berkaitan dengan organisasi tidak boleh menyimpang dari pedoman yang telah dituangkan dalam buku pedoman tersebut.

Demikian juga halnya dengan Allah, Ia telah menyatakan dirinya, berbicara, dan memberikan Alkitab sebagai “buku pedoman” bagi kita. Buku pedoman tersebut tidak diberikan dengan maksud supaya Allah bungkam, berhenti berkomunikasi dan berbicara pada kita. Allah adalah Pribadi yang ingin tetap berkomunikasi dan berbicara kepada kita. Alkitab tidaklah mungkin bisa membungkus Allah yang tidak terbatas itu. “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ulangan 29:29). 

Ketika Yesus datang ke dunia, Yohanes menulis biografi hidupnya, tetapi apa yang Yohanes akhirnya katakan adalah, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (Yohanes 21:25). Tetapi harus diingat, bahwa apa yang Allah bicarakan kepada kita sekalipun tidak tertulis dalam Alkitab, tidaklah menyimpang atau bertentangan dengan Alkitab. Setiap pembicaraan, pernyataan, atau pengalaman rohani yang bertentangan dengan Alkitab maka pastilah bukan dari Allah.

Ringkasnya, ajaran (doktrin) yang diakui oleh Kharismatik pada umumnya kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya. Bukan hanya itu, doktrin Kharismatik jelaslah Alkitabiah.-AMIN-

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Jan S, 1995. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Cetakan ke 12. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI : Jakarta.
Boland, B.J., 1984. Intisari Iman Kristen. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Brill, J. Wesley., 1993. Dasar Yang Teguh. Yayasan Kalam Hidup: Bandung.
Braga, James., 1982. Cara Menelaah Alkitab, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Caporrimo, Bruno., 2007. Honeymoon With The Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Yayasan ANDI : Yokyakarta.
Conner, Kevin J., 1993. Pengetahuan Dasar Alkitab, diktat. Harvest International Theological Seminary/Harvest Publication House: Jakarta.
___________., 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
___________., 2004. Jemaat Dalam Perjanjian Baru, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Conner, Kevin J & Ken Malmin., 1983. Interprenting The Scripture. Edisi Indonesia dengan judul Hermeneuka, Terjemahan 2004. Penerbit Gandum Mas: Malang.
Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Teologi. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
___________., 2007. Lima Menit Apologetika. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Cox, Alan D., 1988. Penafsiran Alkitabiah : Prinsip-prinsip Hermeneutik. Yayasan Lembaga Sabda : Yokyakarta.
Daun, Paulus., 1994. Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa. Penerbit, Yayasan Daun Family: Manado.
___________., 2010. Seri Buku Teologi Sistematika (Prolegomena, Bibliologi, Teologi Proper. Penerbit, Yayasan Daun Family: Manado.
Dieleman, Jaap, 2012., The Coming Of The King Of Kings. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta
Douglas, J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terj, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Drewes, B.F & Julianus Mojau., 2003. Apa itu teologi? Pengantar Kedalam Ilmu Teologi. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Drewes, B.F, Wilfrid Haubech & Heinrich Vin Siebenthal., 2008. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jilid 1 & 2. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen. 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary Of Theology. jilid 2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Fisher, Don L., 1987. Pra Hermeneutik. Penerbit Gandum Mas : Malang.
Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Gunawan, Samuel T., 2009. Pengantar Hermeneutika Alkitab. Diktat. Dicetak dan diterbitkan oleh BESEI Ministries: Palangka Raya.
Guthrie, Donald., 2010. New Tastemant Theology. 2 Jilid, Terjemahan. Penerbit BPK : Jakarta.
Gutrie, Donald., 1990 New Tastament Introduction. Edisi Indonesia dengan judul Pengantar Perjanjian Baru, Jilid 2, diterjemahkan (2009), Penerbit Momentum: Jakarta.
Handiwijono, Harun, 1999. Iman Kristen, Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Holmes, Arthur F., 2009. Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Teological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.
___________., 1994. Kebenaran Masa Kini. Terjemahan, Inonesia Harvest Outreaach: Jakarta.
Ladd, George Eldon., 1999, Teologi Perjanjian Baru. Jilid I dan II. Terj, Penerbit Kalam Hidup : Bandung.
LaHaye, Tim., 1988. Mempelajari Alkitab Secara Praktis. Terj, Yayasan Kalam Hidup : Bandung.
Letham, Robert., 2011. The Holy Trinity: In Scripture, History, Theology, and Worship. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Lim, David., 2005. Spiritual Gifts: A Fressh Lock. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Margianto, Yoppi., 2004. Belajar Sendiri Bahasa Yunani Berdasarkan Injil Yohanes. Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Menzies, William W & Robert P., 2005. Roh Kudus dan Kuasa. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Menzies, William W & Stanley M. Horton., 2003. Doktrin Alkitab. Terjemahan, Penerbit, Gospel Press: Batam.
Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
Naftalino, A., 2011. Teologi Kristen Terpadu dalam Lautan Konsepsi Pluralisme Agama. Dipublikasikan oleh Logos Heaven Light Publicizing: Bekasi.
_____________., 2012. Teologi Kristen Terpadu 2. Dipublikasikan oleh Logos Heaven Light Publicizing: Bekasi.
Nggadas, Deky Hidnas Yan., 2013. Paradigma Eksegetis Penting dan Harus. Penerbit Indie Publising: Depok.
Nieftrik, G.C. van dan Boland, B.J., 1993. Dogmatika Masa Kini. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit YAI Press : Jakarta.
______________________., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Ibrani Perjanjian Lama. Penerbit YAI Press : Jakarta.
Prince, Derek., 2004. The Holy Spirit in You. Terjemahan, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia : Jakarta.
___________., 2005. Fondations Rightouness Living. Terj, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia : Jakarta.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
Schafer, Ruth., 2004. Belajar Bahasa Yunani Koine: Panduan Memahami dan Menerjemahkan Teks Perjanjian Baru. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.
Soedarmo, R.,1984. Ikhtisar Dogmatika. BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Stott, John R.W., 2000. Memahami Isi Alkitab. Terj. Diterbitkan oleh Persekutuan Pembaca Alkitab : Jakarta.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
___________., 2011. Hermeneutika: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Tabb, Mark, ed., 2011. Teeologi. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.
Tenney, Merril C., 1985. New Testament Survey. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Tong, Stephen., 2011. Iman, Rasio dan Kebenaran. Penerbit Momentum : Jakarta.
Towns, Elmer L., 2011. Inti Kekristenan: Apa sebenarnya Kekristenan itu? Terjemahan, Penerbit Nafiri Gabriel : Jakarta Barat.
Vincent, Alan, Charles C., 2011. Heaven On Earth. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
Wagner, C. Peter, 1998. Berdoa dengan Penuh Kuasa. Terjemahan, penerbit Nafiri Gabriel: Jakarta.
__________________., 1999. Gereja-Gereja Rasuli Yang Baru. Terjemahan, Penerbit Immanuel : Jakarta.
Walton, John H dan Andrew E. Hill., 1991. A Survey of The Old Tastament. Terj, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Warren, Rick., 1995. Metode Penafsiran Alkitab Yang Dinamis. Terjemahan, Penerbit Yayasan ANDI : Yokyakarta.
Wilson, James A., 2010. The Holy Spirit And The Endtimes. Terjemahan, Penerbit Yayasan ANDI : Yokyakarta.MENGENAL DOKTRIN KHARISMATIK
Next Post Previous Post