YESUS SANG REFORMATOR REVOLUSIONER

Pdt.Esra Alfred Soru.
YESUS SANG REFORMATOR REVOLUSIONER
Yohanes 2:13-25; Matius 21:12-17.

Tanggal 31 Oktober yang baru lewat adalah tanggal yang sangat penting bagi agama Kristen Protestan karena dapat dikatakan bahwa ini adalah ulang tahunnya agama Kristen Protestan sejak dimulainya reformasi yang dilakukan oleh Marten Luther melalui 95 dalil yang ditempelkannya di gerbang Wittenberg. 

Luther telah melakukan kritik dan protes terhadap gereja waktu itu dan karenanya kelompok baru itu diberi nama PROTESTAN. Jadi “PROTESTAN” ini seharusnya menjadi ciri khas dan semangat kita semua yakni suka PROTES terhadap ketidakbenaran. Kalau anda melihat ketidakbenaran dan ketidakberesan maka anda harus bisa memprotesnya. Kalau anda melihat ketidakbenaran dan ketidakberesan dan tidak memprotesnya maka anda bukanlah PROTESTAN meskipun di KTP-mu tertulis KRISTEN PROTESTAN. 

Itulah yang sudah dikerjakan oleh Marten Luther dan karenanya bersama dengan Calvin, Zwingli dan beberapa tokoh lainnya, ia telah menjadi REFORMATOR gereja dengan 3 semboyan terkenal yang sangat terkenal : SOLA GRATIA (hanya karena anugerah), SOLA FIDE (hanya karena iman) dan SOLA SCRIPTURA (hanya Alkitab).

Namun demikian, sebenarnya semangat reformasi ini bukan baru muncul pada zaman Luther karena jauh sebelum Luther hidup, sudah pernah ada seorang reformator ulung yang menggoncang kebudayaan Yahudi. Reformator itu adalah YESUS KRISTUS. Ia mengadakan banyak pembaharuan dan perombakan serta PROTES baik dengan kata-kata-Nya yang sangat tajam maupun dengan tindakan-Nya yang tegas. 

Ia pernah berkata : dengan lantang “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan”. 

Ia juga pernah berkata : “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Gaya hidup-Nya sangat bertentangan dengan kebudayaan waktu itu. Ia tegas dan tanpa kompromi, sahabat-sahabat-Nya adalah insan-insan terbuang : pelacur, penderita kusta, pengemis, pemungut cukai dan sampah masyarakat lainnya. 

Karena semua tindakan dan gaya hidup yang radikal ini maka kebudayaan Yahudi yang hidup selama berabad-abad mulai terancam SANG REFORMATOR itu, SANG “PROTESTAN” itu. Itulah sebabnya orang Yahudi membunuh-Nya. Seorang teolog modern bernama Richard Neighbur berkata : “Mengapa orang Yahudi membunuh Yesus? Jawabannya adalah karena orang Yahudi diperhadapkan pada pilihan yang sulit. 

Jika mereka ingin Yesus hidup maka kebudayaan Yahudi harus mati dan jika mereka ingin kebudayaan Yahudi tetap hidup maka Yesus harus mati. Dan akhirnya mereka memilih kematian Yesus.” Salah satu hal yang dibuatnya dan merupakan suatu PROTES dan REFORMASI terhadap kebiasaan masyarakat Yahudi adalah yang baru saja kita baca yakni Ia menyucikan Bait Allah.

Saudara yang terkasih, jika anda membaca dalam Injil Matius maka anda akan menemukan bahwa sesungguhnya peristiwa penyucian Bait Allah ini didahului dengan peristiwa Yesus masuk ke kota Yerusalem (Matius 21:1-10). Waktu Ia memasuki kota Yerusalem, ada banyak orang menyambut Dia sambil berseru "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang maha tinggi!" (Matius 21:9). 

Dan terjadi kegemparan (Matius 21:10-11) bahkan ada yang meletakkan pakaian dan ranting-ranting sebagai alas bagi Yesus yang sementara lewat (Markus 11:8-10; Lukas 19:36-38). Namun demikian, apakah yang dilakukan Yesus? Markus 11:11a : “Yesus masuk ke Bait Allah dan meninjau semuanya…” Mengapa Yesus perlu meninjau Bait Allah? Karena Bait Allah adalah pusat penyembahan Israel kepada Allah. 

Sebagai tempat ibadah maka kerohanian Israel diukur dari sini. Hal ini menyatakan kepada kita bahwa Yesus tidak gampang dipengaruhi oleh sebuah kemeriahan palsu, Yesus tidak gampang dibujuk dengan suatu tata ibadah yang indah, Yesus tidak gampang terpengaruh dengan sesuatu yang bersifat fisik/glamour. Sebagai Tuhan Ia pasti melihat sampai kedalaman karena Ia punya cara pandang sendiri. 

Dalam peristiwa pengurapan Daud menjadi raja, Samuel sebelumnya telah terpengaruh dengan penampilan fisik Eliab dan karenanya Tuhan berfirman kepadanya : "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). 

Ketika Yesus melihat orang banyak memberikan persembahan, ia justru memuji janda miskin yang memberi 2 peser itu sembari berkata : “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Lukas 21:3-4). 

Demikian pula terhadap jemaat di Laodikia Ia pernah berkata : “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkaya kan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” (Wahyu 3:17). Jadi sekali lagi Yesus tidak gampang terpengaruh dengan penampilan lahiriah. Ia punya cara pandang sendiri. Ia tidak terpengaruh dengan teriakan-teriakan hosana sebaliknya Ia merasa perlu untuk meninjau keadaan Bait Allah dan akhirnya menyucikannya. Dari peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah ini, ada 3 hal penting yang akan kita pelajari :

Apa Sebenarnya Yang Terjadi di Bait Allah?

Apa sebenarnya yang terjadi di Bait Allah? Mengapa ada pedagang-pedagang kambing domba dan merpati di sana? Mengapa penukar-penukar uang pun duduk di sana? Untuk menemukan jawabannya maka kita perlu mengetahui sedikit latar belakangnya. Setiap hari raya semua orang Yahudi termasuk orang Yahudi diaspora wajib datang ke Yerusalem untuk beribadah. 

Sejarawan Yahudi, Flavius Josephus mengatakan bahwa pada hari-raya-hari raya keagamaan, berdatanganlah orang-orang Yahudi dari berbagai pelosok dan jumlah mereka di Yerusalem kira-kira 2 juta orang. Sudah menjadi tradisi bagi setiap orang Yahudi untuk selalu mempersembahkan korban di Bait Allah. Bagi yang mampu biasanya mempersembahkan lembu, kambing dan domba sedangkan bagi yang kurang mampu biasanya mempersembahkan burung merpati. 

Rupanya tradisi semacam ini membuat beberapa orang melihat hal ini sebagai peluang bisnis untuk berjualan binatang-binatang di Bait Allah sehingga orang tidak perlu lagi membawa binatang-binatang dari kampung halaman mereka yang tentunya sangat merepotkan. Cukup saja membelinya di pelataran Bait Allah.. Itulah sebabnya ada pedagang-pedagang kambing domba dan merpati di pelataran Bait Allah.

Sepintas lalu apa yang dilakukan ini seolah-olah menolong orang lain namun sebenarnya telah terjadi pemerasan yang luar biasa. Harga binatang-binatang di Bait Allah bisa menjadi berkali-kali lipat bahkan sampai 20 kali lipat. Contohnya burung merpati, di luar Bait Allah bisa dibeli dengan harga Rp. 50,-, namun di Bait Allah dijual Rp. 1000,- Selain itu karena binatang korban haruslah tidak cacat maka para imam berusaha menolak binatang yang tidak dibeli di Bait Allah (dengan alasan yang dicari-cari), sehingga orang-orang terpaksa membelinya di Bait Allah dengan harga yang sangat mahal. 

Dalam hal uang, kalau orang membawa uang besar, ia harus menukarkannya dengan uang kecil dulu, dan untuk ini sudah ditarik ongkos. Setelah itu uang kecil itu masih harus ditukarkan lagi dengan uang yang dianggap sah untuk dipersembahkan ke Bait Allah (harus mata uang Yahudi 1/2 syikal = Rp. 180,- bdk. Keluaran 30:13), dan untuk ini ada ongkos lagi (Rp. 12,-). Itulah sebabnya ada meja-meja penukar uang di sana. 

Flavius Josephus mencatat bahwa hasil tahunan pajak Bait Allah rata-rata Rp. 100 juta dan keuntungan bagi penukar uang kira-kira Rp. 15 juta. Dengan demikian di Bait Allah ini ternyata ada orang-orang tertentu yang mencari keuntungan-keuntungan dari aktivitas-aktivitas rohani dan lebih tragis lagi adalah terjadinya pemerasan dengan kedok agama. Itulah yang terjadi di rumah Tuhan. Para pedagang dan penukar uang itu setiap hari ada di Bait Allah namun bukan untuk menyembah Tuhan melainkan untuk mencari keuntungan-keuntungan tertentu.

Saudara yang terkasih, rupanya apa yang terjadi di Bait Allah ini adalah contoh keadaan gereja kita di masa kini. Bukankah ada banyak pendeta, majelis, penginjil maupun jemaat yang melihat pelayanan gereja sebagai kesempatan untuk meraih keuntungan-keuntungan tertentu? Itulah sebabnya saat ini banyak koruptor gentayangan di dalam gereja. 

Itulah sebabnya ada banyak perampok dalam jemaat namun berdasi dan berpenampilan layaknya pak menteri atau mirip malaikat. Ada juga yang datang ke gereja hanya untuk mencari popularitas, kedudukan dan kehormatan. Mereka datang ke gereja dengan motivasi yang keliru. Ada yang datang karena uang, karena manusia (idola, pacar), karena mengharapkan mukjizat, karena ingin dibagikan sembako, karena ingin agar mati nanti dapat dikubur dengan baik dan masih banyak motif lainnya. 

Dengar hai sobatku, kalau anda datang ke gereja karena mencari keuntungan-keuntungan tertentu, hari ini bertobatlah. Anda tidak sementara mencari Tuhan tetapi mencari keuntungan-keuntungan dari Tuhan. Bukankah Yesus pernah mengkritik dan menegur banyak orang karena rupanya mereka bukannya mencari Yesus, Roti Hidup itu melainkan mencari roti fana seperti yang telah mereka makan dalam peristiwa Yesus memberi makan 5000 orang ? 

Ia berkata : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (Yohanes 6 :26). "Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (Yohanes 6 :35).

Bagaimana Sikap Yesus?

Melihat hal ini Yesus bukannya menunjukkan sikap sabar/kasih tetapi justru Ia menjadi marah. (Band. ay 17). Namun demikian kemarahan Yesus di sini haruslah dipahami sebagai kemarahan yang suci. Oleh karena itu jangan sembarangan / terlalu cepat menyalahkan orang yang marah, apalagi kalau orang itu marah karena adanya ketidakberesan dalam gereja, adanya ajaran sesat, dsb. Beranikah engkau menyalahkan Yesus yang marah di sini? Kalau engkau adalah orang yang selalu ‘sabar’ dalam menghadapi hal-hal yang salah, maka belajarlah dari Yesus untuk bisa marah dalam keadaan seperti itu! 

Bandingkan dengan Wahyu 2:2 : “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.” dan 2 Korintus 11:4 : “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”. 2 ayat ini memperlihatkan bahwa ketidaksabaran dipuji dan kesabaran justru dikecam. 

Yesus tidak menegur (mungkin karena Ia tahu bahwa mereka tahu akan kesalahan mereka - ini dosa sengaja), tetapi Ia langsung bertindak dengan mengusir para penukar uang / penjual binatang dengan binatang mereka. (Catatan: ‘cambuk dari tali’ belum tentu digunakan terhadap manu­sianya, tetapi mungkin hanya terhadap binatangnya). 


Apa yang Yesus lakukan di sini adalah reformasi secara revolusioner / drastis padahal apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu sudah menjadi tradisi! Kebanyakan orang melakukan reformasi secara pelan-pelan / ‘bijak­sana’ (atau ‘bijaksini’?), apalagi kalau menyangkut kesalahan yang sudah membudaya / menjadi tradisi. Beranikah engkau berkata bahwa di sini Yesus bertindak tidak bijaksana? 

Yesus pasti tahu bahwa orang-orang Yahudi itu akan memberikan reaksi yang negatif, tetapi sekalipun demikian Ia tetap melakukan reformasi itu! Tindakan yang benar harus tetap dilakukan sekalipun hasilnya negatif! Ingat bahwa kita melakukan kebenaran bukan dengan tujuan mendapat keuntungan / manfaat, tetapi karena itu memang tindakan yang benar. Penyucian Bait Allah oleh Yesus ini menggenapi Maleakhi 3:1b-3 dan mungkin juga Zakharia 14:21b.

Ayat 17 dari bacaan ini mengatakan : "…Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Dalam versi NIV disebutkan : ‘Zeal for your house will consume me’ (semangat terhadap rumah-Mu akan membakar aku). NASB : ‘For zeal for Thy house has consumed me’ (karena semangat terhadap rumah-Mu telah membakar aku). Dengan demikian ayat ini menunjukkan bahwa orang Kristen, khususnya pendeta, harus mempunyai semangat untuk memurnikan / mereformasi gereja! Kalau selama ini saudara bersikap acuh tak acuh terhadap kesalahan-kesalahan yang ada dalam gereja saudara, bertobatlah! 

Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan / pengkhotbah / penga­jar Firman Tuhan yang ingin memurnikan gereja, maka khotbah saudara harus cocok dengan kata-kata Albert Barnes di bawah ini : “Khotbah dari setiap pendeta seharusnya adalah sedemikian rupa sehingga orang-orang jahat akan merasa bahwa mereka harus menjadi orang Kristen, atau meninggalkan rumah Allah, atau menghabiskan hidup mereka di sana dalam kesadaran akan kesalahan dan rasa takut pada neraka. Beranikah engkau melakukannya? Engkau harus berani agar gerejamu menjadi rumah doa dan bukan sarang penyamun. Belajarlah dari Yesus sang reformator itu!

Apa Akibat Penyucian Itu?

Apakah yang terjadi setelah Yesus menyucikan Bait Allah? Matius 21:14 berkata : “Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya”. Jadi rupanya setelah penyucian itu orang buta dan timpang disembuhkan dan boleh masuk Bait Allah. Ini tentu merupakan suatu hal yang menarik. Mengapa? Karena dalam PL Daud tidak mengizinkan orang buta dan timpang masuk ke dalam Bait Allah (2 Samuel 5:8) tetapi dalam PB, ternyata Anak Daud (Yesus Kristus) membuat mereka bisa masuk ke dalamnya.

Saudara yang terkasih, perhatikanlah ini dengan seksama. Ketika gerejamu mulai berhenti sebagai sarang penyamun, ketika gerejamu sudah disucikan oleh sang reformator itu, banyak orang akan datang berjumpa dengan Kristus dan kuasa-Nya akan dinyatakan dalam gereja-Nya dan engkau dapat melihatnya sembari berseru : “RUMAH INI AKAN MENJADI RUMAH DOA BAGI SEGALA BANGSA”. YESUS SANG REFORMATOR REVOLUSIONER . Amin!!!
Next Post Previous Post