PERANAN ROH KUDUS DALAM PERNIKAHAN

Dr. P.J. (Flip) Buys.
PERANAN ROH KUDUS DALAM PERNIKAHAN
Flip Buys belajar bagaimana Roh Kudus melindungi dan mengiringi ayahnya sehingga ia dapat mengatasi masa-masa yang sulit dengan kekuatan dari Mazmur dan Firman Tuhan.

 Ini terjadi 60 tahun yang lalu, dan ia sering kali sedih mendengar nyanyian itu tetapi juga dapat melihat keteguhan iman dari ayahnya Walaupun ayahnya sering menangis ketika menyanyi, ia dapat melihat kekuatan Roh Kudus dan Allahlah yang menjadi perlindungan bagi ayah dan keempat anak-anaknya. Melalui semua pengalaman itu, Flip Buys mengerti betapa pentingnya peranan Roh Kudus dalam sebuah keluarga.

PERANAN ROH KUDUS DALAM PERNIKAHAN 

Flip Buys menjelaskan bagaimana pentingnya peranan Roh Kudus dalam pernikahan melalui kitab Efesus. Efesus 5:18 – 6:4 

“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.”

Kitab Efesus adalah salah satu surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada gereja-gereja, dan khususnya di sini /adalah gereja di kota Efesus. Surat ini menyiratkan perhatian dan kasih Paulus yang sangat besar kepada orang-orang non Yahudi (the gentiles), mereka yang menjadi orang Kristen karena pemberita an Injil dari Paulus. Kitab ini dibagi atas dua bagian; pertama pasal 1-3, adalah surat yang ditujukan kepada orang-orang kudus, penilik jemaat, dan diaken agar mereka tidak kembali lagi kepada penyembahan berhala.

Selanjutnya juga ada ajaran tentang keselamatan, dipilih sebagai anak-anak Allah, tentang mengasihi dan cara hidup yang benar, tidak lagi duniawi, dan untuk tetap mengerjakan keselamatan serta berdiri teguh dalam Tuhan. Paulus juga menyebutkan bahwa ia mengirim Tikhikus kepada mereka (2 Timotius 4 : 12). Bagian kedua pasal 4-6, di bagian ini Paulus menginstruksikan agar mereka taat, mengikuti prinsip-prinsip dan kewajiban orang Kristen dalam beragama maupun dalam relasi dengan sesama serta mempertahankan iman mereka dalam Kristus.

Paulus memakai kalimat “menanggalkan manusia lama” ( Efesus 4: 22). Seperti ilustrasi melepaskan baju yang lama dan mengenakan baju yang baru, cara hidup yang lama harus disingkirkan, dilepaskan, dan diganti dengan mengenakan yang baru, yaitu cara mengasihi yang baru, cara hidup yang baru. Jika kita memakai baju lama, baju yang bau itu, kita tidak bisa mengenakan baju yang baru. 

Tetapi di dunia ini banyak orang mau memakai baju yang lama dan yang baru sekaligus, di dalam istilah teologi “sinkretisme”, mencampurkan pemikiran Kristen dengan pemikiran lama yang salah, yang memakai ukuran duniawi. 

Kepada Engkau saja aku mencurahkan air mataku, Engkaulah tempat perlindunganku. Janganlah hancurkan aku dalam kepedihanku, Hanya Engkau saja yang dapat menghibur aku.

Kita, dengan diri kita sendiri, tidak punya kekuatan untuk mempunyai cara hidup yang baru; jika Roh Kudus yang mengontrol hidup kita, maka akan memampukan kita hidup dengan cara yang baru. Efesus 5:18 mengatakan, ketika seseorang mabuk, ia dikontrol oleh anggur dan alkohol sehingga tidak dapat mengontrol dirinya, bahkan dia mengeluarkan kata-kata yang kasar, keluar dari isi hatinya yang jahat.

Di daerah pertambangan Afrika Selatan, banyak orang alkoholik dan sangat sulit membawa mereka terlepas dari pengaruh alkohol, karena orang-orang yang di bawah pengaruh alkohol mempunyai moral yang buruk, mereka tidak dapat mengontrol dirinya. Hanya melalui Injil mereka dapat dibebaskan dari kebiasaan mereka yang buruk. Allah Roh Kudus saja yang memampukan kita semua keluar dari cara hidup yang lama dan mempunyai cara hidup yang baru.

Kita harus dikontrol oleh Roh Kudus, yaitu dipenuhi Roh Kudus, Roh Kudus yang mempengaruhi pola kehidupan kita. Dia memberikan kekuatan untuk melepaskan kebiasaan yang lama, dan memberi kekuatan untuk menjalankan hidup yang baru. Dipenuhi Roh Kudus adalah sesuatu yang senantiasa berlangsung terus menerus dan harus dikerjakan terus menerus di dalam kehidupan kita setiap hari, sampai kita meninggal. Bagaimana Kita Dipenuhi oleh Roh Kudus ?

1.Pertama: Kita dipenuhi oleh Roh Kudus melalui Firman Allah.

Dalam kita Efesus dan Kolose, kita menemukan kemiripan tentang dipenuhi oleh Roh Kudus. Kitab Efesus mengatakan “dipenuhilah oleh Roh Kudus“, dan Kolose 3:16 dipakai kalimat “biarkanlah Firman Allah itu berdiam di dalam dirimu dengan melimpah-limpah”. Artinya, ketika semakin banyak Firman Allah masuk ke dalam diri kita, maka kita akan dipenuhi oleh Roh Kudus yang semakin melimpah juga. Caranya adalah dengan membaca Alkitab, mempelajari Firman, mendengarkan khotbah, merenungkannya, menghafalkan ayat-ayat kuncinya.

2.Kedua: Kita dipenuhi oleh Roh Kudus melalui nyanyian-nyanyian. 

“Berkatalah seorang dengan yang lain dengan mazmur dan kidung pujian” (Efesus 4: 9). Dengan menyanyi, Firman Tuhan masuk lebih dalam ke hati kita. John Calvin mengatakan bahwa musik yang baik adalah seperti corong yang masuk ke dalam hati. Jika kita mau memasukkan bensin ke dalam mobil, kita memerlukan corong untuk memasukkan bensin tersebut. Bensin itu seperti Firman Tuhan dan tangki bensin itu sama seperti hati kita. 

Musik adalah corong yang memasukkan Firman Tuhan ke dalam hati kita. Ketika kita mengalami kesulitan di dalam hidup, maka nyanyian akan mengingatkan kita akan Firman Tuhan. Bernyanyilah sejak kita masih kecil, sering-seringlah bernyanyi bersama anak-anak kita semenjak dari mereka kecil. Ketika mereka remaja dan sering bertengkar, kita tidak usah memarahi mereka, ajaklah mereka menyanyi. 

3.Ketiga: Bagaimanakah kehidupan orang yang mau dipenuhi Roh Kudus? 

Hai istri-istri, jika kau ingin dipenuhi oleh Roh Kudus, apa yang harus kau lakukan? Ayat Alkitab dalam Efesus 5 dan 6 ini sangat konkret menyatakan bagaimana seharusnya relasi suami istri dan relasi anak terhadap orang tua. Paulus mengulang kata-kata ini sebanyak 4x di bagian yang lain.

4.Keempat: Bagaimana kehidupan suami istri yang dipenuhi Roh Kudus?

Di dalam Efesus 5:31 tertulis: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” Firman Tuhan tentang peranan suami ditemukan pertama kali dalam Kejadian 2:24, kemudian Tuhan Yesus mengulangi di dalam Matius 19:5 dan Markus 10:7. Ini adalah rancangan Allah untuk pernikahan (God’s blue print for marriage). Apakah Itu Pernikahan ?

Ada 3 hal penting untuk menjadikan pernikahan yang baik yaitu: Leaving, Cleaving dan Weaving.

1. Leaving - Meninggalkan 

Sebelum engkau menikah, orang-orang yang terpenting di dalam hidupmu adalah orang tua dan saudara-saudaramu. Tapi setelah menikah, pasanganmu adalah yang nomor satu dan yang terpenting. Keluargamu adalah yang nomor dua. Engkau tidak akan mempunyai pernikahan yang baik jika orang tuamu masih mengatur hidupmu. Meninggalkan orang tuamu dan saudaramu adalah harga yang harus dibayar untuk kebahagiaan sebuah pernikahan.

Sama seperti bayi yang baru lahir tidak bisa bertumbuh dengan sehat jika tali pusarnya tidak dipotong, demikian juga dengan pernikahan, pernikahan tidak mungkin sehat jika tidak dipisahkan dari orang tuanya. Jika pasangan muda tidak diberikan kesempatan untuk mempunyai kehidupan yang terpisah dari orang tua, maka mereka tidak dapat mempunyai pernikahan yang sehat. 

Jika suami membandingkan istrinya dengan ibunya dalam hal memasak atau membersihkan rumah, dia masih belum meninggalkan ibunya. Atau ibu-ibu yang terus memberitahukan menantu perempuannya untuk membuatkan makanan yang disukai anak laki-lakinya, maka ia adalah ibu yang gagal karena masih terus mau mencampuri pernikahan anaknya.

2. Cleaving - Terikat menjadi Satu

Pernikahan adalah perjanjian (= covenant) antara aku – pasangan – Allah (Amsal 2:17), sebuah ikatan kontrak seumur hidup. Dalam bahasa aslinya, itu berarti ikatan yang seperti dua kertas di satukan dengan lem, maka tidak dapat dilepaskan satu dengan yang lain karena dua-duanya pasti robek dan terluka. Akan lebih mudah jika pasangan tersebut berpisah karena salah satunya meninggal daripada berpisah karena perceraian.

Perceraian membuat hati keduanya terobek-robek, anak-anak pun ikut terobek dan bertumbuh dengan tidak sehat. Untuk menjadi satu, itu berarti setia satu sama lain, ada kesetiaan antara suami dan istri apa pun yang terjadi. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kalau tidak ada lagi perasaan kasih yang dirasakan di antara pasangan, maka boleh bercerai.

Kasih itu bukan perasaan tapi perintah, Tuhan yang memerintahkan mereka untuk saling mengasihi. Ketika pasangan sudah mengerti bahwa kasih adalah perintah Tuhan, maka mereka akan berusaha untuk mengasihi sehingga perasaan kasih itu akan muncul kembali. Sama seperti bunga, jika bunga = perintah Tuhan, maka keharuman bunga = perasaan. Waktu bunga ada, keharuman ada juga. Perasaan kasih akan timbul sesudah kita taat pada perintah Tuhan untuk mengasihi. Di dalam pernikahan yang baik, perasaan kasih akan terus bertumbuh di dalamnya.

3. Weaving - Merajut

Di dalam pernikahan, kehidupan seksual bukan menjadi cara utama untuk menjadi satu. Di Afrika banyak sekali terjadi penyakit AIDS karena kehidupan bebas. Justru ketika pasangan menjaga diri untuk tidak menjalin hubungan seks sebelum menikah, maka angka AIDS menurun. Angka pengidap AIDS di Uganda mencapai 20 %. Tetapi Presiden Uganda dan istrinya adalah orang Kristen yang berkomitmen, mereka mempunyai gereja yang kuat yang mengadakan program menjaga diri (abstinence) sebelum menikah.

Para pemuda diubah pandangannya, bahwa tidur dengan banyak orang bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan justru malah memalukan, mereka berhasil mengubah tekanan sosial dari kawan-kawan mereka, dan setelah 2-3 tahun mereka mulai mengubah dunia. Sekarang angka pengidap AIDS turun dari 20% menjadi hanya 6% saja di Uganda. Perintah Allah membawa kesehatan dalam masyarakat.

Peran Istri dan Suami dalam Keluarga 

Ketika Alkitab menyatakan dua menjadi satu daging, pernikahan bukan berbicara tentang sexual relationship tapi total sharing. Di Kejadian 1:18 Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Allah memberikan pernikahan untuk memecahkan kesepian kita, sehingga keduanya bisa berbagi. Mereka berbagi rumah, makanan, keinginan, perasaan, dan juga tubuh. 

Jika tidak ada penyerahan total maka tidak akan terjadi kepuasan total secara seksual juga. Di Kejadian 2:25 mereka telanjang tapi tidak merasa malu, karena mereka membagi segala sesuatu. Tuhan memberi kepada kita satu orang saja yang kita bisa berbagi secara total dengannya (Kejadian 2:22).

Peran Istri Peran dari seorang istri yang dipenuhi Roh Kudus seperti yang dikatakan di dalam Efesus 5:22-23 : “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.” Bagian ini sering dimengerti dengan tidak tepat. Di beberapa kebudayaan, suami seperti seorang raja dan istri sebagai budak. Suami adalah atasannya dan istri bawahannya. Dalam kebudayaan di Afrika, seorang istri harus melayani suami seperti budak, dia harus berlutut di hadapan suaminya yang duduk di meja ketika menyediakan makanan.

Apa sebenarnya arti seorang istri tunduk kepada suami? Di Efesus 5: 22-23, istri harus hormat (respect) kepada suaminya dan memberi kesempatan kepada suami untuk menjadi pemimpin dalam keluarganya. Istri harus menggunakan talentanya, kemampuannya, kepandaiannya bukan untuk menahan tapi mendukung suaminya. Tuhan tidak mau istri menjadi orang yang bodoh. 

 Ketertundukan adalah menggunakan semua talenta dan karuniamu untuk mendukung suami menjadi pemimpin. Suami tidak bisa berfungsi kalau istri tidak jadi penolong. Banyak keluarga yang istrinya tidak memberi porsi pemimpin kepada suami, pernikahannya tidak sehat dan suami menjadi tidak efektif.

Peran Suami Efesus 5:25 mengatakan : “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”. Bagaimana suami yang dipenuhi Roh Kudus? Suami yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan mengasihi istrinya, mencarikan yang terbaik bagi istrinya, setiap keputusan yang diambil akan membawa kebaikan bagi istrinya juga. Tuhan Yesus tidak hanya memberi perintah, tapi Dia memimpin dengan memberikan keteladanan bagi murid-murid-Nya (lead through example).

Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya, mencuci kaki murid-murid-Nya. Begitu pun dengan suami yang sungguh-sungguh mengasihi istrinya harus bersedia “mencuci kaki istrinya”. Suami yang mengasihi istrinya, akan membuat istrinya tunduk dan rela mengikuti kepemimpinannya. Peran sebagai Ayah harus ada di sana, sebagai kepala keluarga, yang menjalankan disiplin dan mendidik anak belajar mengasihi dan menghormati orang tua. Peran Ayah yang terbesar adalah untuk memimpin keluarganya dalam melayani Tuhan, memimpin kebaktian keluarga, membaca Alkitab, bernyanyi, dan berdoa bersama.


Peran Keluarga Efesus 6: 1 mengatakan : “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian”. Perintah ini sama seperti yang dikatakan hukum ke-5, anak-anak yang mengasihi Tuhan, harus taat kepada orang tua. Tuhan sudah memberikan orang tua bagi mereka, anak harus menghormati orang tua karena orang tua berasal dari Tuhan. Anak yang memberontak kepada orang tua, juga memberontak kepada Tuhan.

Bagaimana orang tua yang dipenuhi Roh Kudus terhadap anaknya? Di dalam Efesus 6:4 dikatakan : “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”. Orang tua jangan membangkitkan kemarahan anak-anaknya, orang tua harus mengasihi mereka. Anak harus melihat teladan dari orang tuanya, mereka akan mengikut Tuhan karena contoh dari orang tuanya. Orang tua harus melihat anak-anak sebagai karunia (gifts) dari Allah. Alkitab mengatakan “beranak-cuculah dan bertambah banyak”. 

Orang tua harus mempunyai peraturan yang jelas. Sama seperti di dalam berlalu lintas, peraturan yang jelas akan membuat jalan teratur dan aman; jika tidak ada peraturan yang jelas maka kita akan ketakutan bila berada di jalan. 

Demikian juga di dalam keluarga harus ada peraturan yang jelas, mana yang boleh dan mana yang tidak, sehingga anak-anak tahu dengan jelas bahwa ada batasan yang mereka harus taati dan ada hukuman jika mereka melanggarnya. Mereka juga harus tahu hukuman yang akan mereka terima jika mereka melanggar. Alkitab memerintahkan orangtua untuk mendisiplinkan dan mengarahkan. Orangtua yang dipenuhi Roh Kudus akan mengaplikasikan disiplin dengan kasih.

Ketika Dr. Flip Buys ingin mengajarkan anak-anaknya untuk menggunakan uang dengan bijaksana, ia memberikan mereka sejumlah uang untuk digunakan selama 1 minggu liburan. Anak laki-lakinya sangat efisien, dia menggunakan uangnya sedikit sekali, sedangkan anak perempuannya sangat boros, pada hari kedua pun uangnya sudah habis. Suatu pagi, anak laki-laki ini menangis karena uangnya hilang. Flip Buys tahu, anak perempuannya-lah yang mencuri, dan dia harus dihukum.

Dia harus mengganti uang adiknya beserta bunganya, dan harus mulai menyusun budget sehingga semua pengeluaran terencana dengan baik. Setelah anak perempuan ini besar, dia sangat berhati-hati menggunakan uangnya, dan sekarang dia bisa mengelola bisnisnya dengan baik. Dr. Flip Buys dan istrinya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena didikan dan arahan yang dipimpin oleh Roh Kudus telah membuahkan buah yang benar di kehidupan anak-anak mereka.

Soli Deo Gloria
Next Post Previous Post