4 HAL KETIKA FIRMAN TUHAN HADIR BAGI KITA

Pdt. Agus Marjanto, M.Div.
4 HAL KETIKA FIRMAN TUHAN HADIR BAGI KITA
Amos 8:11-14, 9:1-4

Ini adalah Firman Tuhan yang ditujukan kepada nabi Amos untuk Kerajaan Utara (Israel). Saat kita melihat ayat tersebut mungkin kita akan bertanya, apa hubungan ayat yang ditulis ribuan tahun yang lalu dengan kita hidup pada zaman kontemporer ini?

Saudara harus menyadari bahwa konteks kehidupan setiap umat manusia itu berbeda, tetapi cara kerja dan prinsip bagaimana Tuhan berintervensi di dalam hidup anak-anak-Nya adalah tetap sama dari waktu ke waktu. Tidak mungkin kita bertemu dengan Amos atau Yerobeam yang menjadi imam pada masa itu atau mengerti apa yang ada di dalam Kerajaan Utara pada waktu itu.

Namun, meski konteks hidup berbeda bagi setiap bangsa atau pribadi, firman Tuhan itu tetap untuk selama-lamanya dan prinsip Tuhan membentuk setiap umatnya adalah tetap untuk selama-lamanya. Hari ini saya akan membahas mengenai 4 (empat) hal yang paling mendasar ketika firman Tuhan itu hadir di dalam kehidupan kita gerejaNya, yaitu:

1. Firman Tuhan yang berisi penghakiman yang datang saat Israel berada pada jaman keemasan. Jika kita melihat sejarah Raja Israel secara monarki, maka dari Saul menuju kepada Daud dan disusul Salomo merupakan masa-masa kejayaan. Lalu setelahnya, Israel terpecah menjadi dua yaitu Kerajaan Utara (Israel) dengan rajanya Yerobeam I, dan Kerajaan Selatan (Yehuda) dengan rajanya Rehobeam.

Lalu muncul generasi berikutnya dan seluruh raja demi raja memasuki era kegelapan, karena tidak ada lagi ada raja yang dapat menghasilkan kemakmuran, kestabilan ekonomi, atau ekspansi daerah kekuasaan seperti pada masa Daud. Zaman yang bisa membuat sosialnya sangat mapan (jaman keemasan) hanya ada pada jaman Yerobeam II.

Di dalam commentary dijabarkan jika Israel pada jaman Yerobeam II dan Yehuda pada saat jaman Uzia digabungkan, maka seluruh Israel dan Yehuda akan memiliki luas dan kekuatan militer yang hampir sama seperti pada masa Daud. Zaman ini merupakan zaman yang paling keemasan sebelum seluruh Israel dan Yehuda hancur.

Namun jika diperhatikan dengan seksama, di masa yang paling gemilang itulah, justru Tuhan menyatakan suatu kemarahan-Nya kepada Israel. Ini merupakan ironi di dalam kehidupan manusia. Manusia selalu melihat segala sesuatu yang dia lihat melalui mata, lalu kemudian menyimpulkannya dengan otak yang sudah berdosa, dan akhirnya menarik kesimpulan.

Di masa gemilang itu, Israel melihat bahwa bangsanya hidup makmur dan merasa bahwa untuk mencapai seperti kejayaan Daud itu bukanlah hal mudah, lalu mereka berasumsi bahwa Tuhan sedang pro dan sedang memberkati bangsa Israel. Namun, Alkitab mencatat bahwa Tuhan sedang tidak memberkati Israel, sebaliknya Tuhan sedang mengutuk Israel (Amos 8:11-14).

Setelah kutukan itu keluar, maka 40 tahun kemudian (tahun 722 SM) Israel hancur berkeping-keping dan tidak pernah lagi muncul di dalam sejarah. Ketika kita membaca firman, Firman itu akan memberi hikmat kepada kita. Alkitab menyatakan fear of the Lord is the beginning of the knowledge (wisdom) (Amsal 1:7). ”Mengapakah seorang muda dapat lebih berhikmat dibanding orang tua yang lebih memiliki pengalaman berpuluh-puluh tahun?” Jawabannya adalah ”Karena orang muda itu melangkah dengan firman”.

Firman membuat kita tidak lagi terpesona dengan fenomena. Firman membuat mata hati kita mempengaruhi mata jasmani untuk melihat sesuatu yang ada di dalam di dalam inti/esensi suatu peristiwa (nomena). Di antara seluruh manusia yang ada di Israel utara, hanya ada satu orang yang dapat melihat nomena dibalik kejayaan Yerobeam II. Di saat semua orang di Israel ”bertepuk tangan” dan menyatakan ”Memang benar, inilah jaman yang paling makmur.

Puji Tuhan, Haleluya.” Amos justru menyatakan, ”Tidak! Ini adalah jaman yang paling kotor dan jaman yang paling Tuhan sedang murka.” Berkali-kali di dalam Alkitab, Tuhan mengajarkan kita untuk melihat esensi dan bukan fenomena, mengajar kita untuk melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata jasmani. Alkitab mengatakan bahwa pada akhir zaman akan banyak serigala berbulu domba. Fenomenanya adalah domba yang rupanya polos dan dapat dielus-elus, tetapi esensinya adalah serigala.

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengerti esensi dan tidak terkecoh dengan fenomena? Jawabannya yaitu dengan Iman. Iman membuat kita dapat melihat segala sesuatu dari kacamata Tuhan. Melihat segala sesuatu dari surga. Melihat segala sesuatu daripada takhta Tuhan. Iman memberi kepada kita hikmat untuk menerobos dan mengerti nomena dari lapisan-lapisan fenomena.

Waktu Samuel diperintahkan oleh Tuhan untuk mengurapi seorang Raja pengganti Saul, Samuel pun melihat secara fenomena siapa calon yang cocok untuk menjadi raja Israel. Lalu Tuhan berkata, ”Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Aku melihat hati” (1 Samuel
16:7). Jikalau Firman bekerja dalam hidup kita, maka akan membuat kita mengerti esensi dan bukan fenomena.

2. Firman Tuhan yang berisi penghakiman yang datang saat Israel masih memiliki covenant. Covenant inilah yang membedakan Israel dengan bangsa lain. Israel hanya berpikir jika mereka bangsa yang terpilih maka mereka pasti akan selalu diberkati oleh Tuhan. Di satu sisi, hal itu memang benar tetapi di balik itu mereka harus sadar bahwa ada didikan dan penghajaran dari Tuhan.

Janganlah saudara menjadi orang yang berpikir take it for granted. ”Saya orang Kristen maka saya lebih hebat dari semua orang lain. Tuhan cinta saya, Tuhan kasih saya, tidak mungkin dia marah kepada saya.” Saudara perhatikanlah sejarah, maka saudara akan mengetahui bahwa bangsa yang diberikan ikatan perjanjian (covenant) adalah bangsa yang dimusnahkan oleh Tuhan. Saya tidak sedang mengatakan bahwa orang percaya dapat pergi ke neraka.

Sekali kita selamat di dalam Yesus Kristus, maka kita akan selamat sampai ke surga. Namun, hal itu tidak berarti kita dapat mempermainkan anugerah Allah. Israel sudah melawan Allah dengan memutuskan ikatan perjanjian (break the covenant). Alkitab mengajarkan penghakiman Allah akan datang terlebih dahulu kepada umat-Nya sendiri, gereja-Nya.

Puncak kemarahan Allah kepada Israel dicatat dalam Amos 9:1-4. Ketika saya pertama kali menemukan ayat ini, mata saya terbuka dan hidup ini menjadi gemetar. Allah bisa menjadi marah, murka kepada umatnya seperti ini. Jikalau saudara belajar dan mempelajari Amos 9, sebenarnya sangat menarik dan juga begitu menegangkan. Kulihat Tuhan berdiri di dekat mezbah (Amos 9:1). Di antara seluruh dunia, maka mata Tuhan ada pada Israel. Di antara seluruh Israel, maka mata Tuhan ada atas Yerusalem. Di atas seluruh Yerusalem maka mata Tuhan ada pada Bait Suci.

Dan di antara Bait Suci, maka titik pusatnya adalah tempat korban yaitu mezbah. Ketika Israel mendengar ”Mezbah”, mereka akan bertepuk tangan karena mezbah itu adalah tanda masih ada ikatan perjanjian (covenant). Bangsa Israel berpikir, ”Oh ada Tuhan berdiri dekat mezbah, aku akan dengar khotbahmu Amos. Tuhan telah berikat janji dengan kami maka pasti Tuhan akan memberi kami berkat.”

Tetapi yang datang bukanlah berkat, melainkan kutuk. ”Sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tangan-Ku akan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka naik ke langit, Aku akan menurunkan mereka dari sana Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mata-Ku di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana.

Sekalipun mereka berjalan di depan musuhnya sebagai orang tawanan, Aku akan memerintahkan pedang untuk membunuh mereka di sana. Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka.” (Amos 8:2-4) Saya tidak dapat mengerti mengapa pengajaran gereja sekarang ini hanya mengekspos berkat Tuhan.

Jika saudara perhatikan bahwa seluruh kitab 16 nabi (12 nabi kecil, 4 nabi besar) maka saudara akan menemukan di dalam 10 bab yang mereka tulis, 9 babnya adalah kutuk dan kemarahan demi kemarahan Tuhan yang ditonjolkan. Tidak lama setelah itu Israel hancur lebur 722 SM dan Yehuda hancur 586 SM. Mereka tidak pernah kembali lagi hingga puluhan tahun lamanya.

Mengapa? Karena kemarahan Tuhan. Sering kali saat kita membaca PL, kita berpikir dan berpikirnya salah, ”Tuhan sangat mengasihi Israel, maka Tuhan akan memimpin Israel dan memberkati Israel.” Kenyataannya Allah memilih Israel bukan karena Israel layak untuk dipilih. Allah memilih Israel karena Dia mengungkapkan satu hal, ”Aku memilih engkau karena kesucian-Ku.” ”Engkau Ku pilih menjadi bangsa kepunyaan-Ku”, itu artinya kesucian itu harus ada pada Allah. Allah adalah pribadi yang suci.

Di antara seluruh sifat-Nya maka sifat kesucian itu menjadi inti. Allah memiliki sifat kasih tetapi kasih-Nya itu suci, adil tetapi adil-Nya itu suci. Allah benar, tetapi benar-Nya itu suci dan Allah murka pun, maka murka-Nya itu suci. Di antara sifat Allah, tidak pernah ditemukan dalam Alkitab sifat yang diulang 3 kali selain kesucian. Hanya ada satu sifat yang diulang 3 kali, ”Suci, suci, sucilah Tuhan semesta alam.” (Yesaya 6:3) Ini menjadi penekanan bahwa itu adalah inti daripada pribadi Allah, sekaligus berbicara mengenai suatu yang transendental dan sacred.

Israel dan Yehuda telah dipilih oleh Tuhan, maka mereka harus hidup suci sama seperti Tuhan. Ketika bangsa Israel tidak lagi hidup suci, maka yang dihancurkan bukan hanya suku Yebus, Het, Gergasi, suku kanaan, tetapi Israel pun harus keluar. Maka, siapa pun yang tidak menghormati kesucian Allah harus keluar dari tanah-Nya yang suci. Inilah satu dari penghakiman Allah kepada gereja-Nya, kepada umat-Nya, kepada Israel.

Kemudian apakah kemarahan Tuhan selesai sampai di Amos 9:4? Tidak. Perhatikan Amos 9:5-6. Bagian ini adalah doksologi, nyanyian penutup pada akhir kebaktian. ”Puji Allah Bapa Putra, puji Allah Roh Kudus ketiganya yang esa.” yang artinya seluruh ibadah ditutup hanya bagi kemuliaan nama Tuhan. Kemuliaan bagi nama Tuhan adalah bukan pada saat kita sembuh dari sakit keras atau saat kondisi dipulihkan setelah rugi besar.

Alkitab mengajarkan saat umat-Nya dibinasakan dan dibuang, maka nama Tuhan justru sedang dipermuliakan karena kesucian Allah tetap terjaga untuk selama-lamanya Allah. Ini artinya Allah tidak pro gerejanya justru gerejalah yang harus tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Gereja harus benar-benar sepenuhnya taat dan menjalankan suatu hormat dan kasih.

3. Firman penghakiman datang ke dalam bentuk yang pribadi (personal). Setiap Kitab Suci memiliki keunikan tersendiri dan berbeda-beda, baik secara content maupun cara berkhotbah. Misal: keunikan Yunus adalah ketika dia berkhotbah maka dia langsung ke inti (straight forward) dan tidak basa-basi lagi, ”Dalam 40 hari lagi Niniwe akan ditunggang balikkan kecuali kalian bertobat.” 

Berbeda dengan Yehezkiel, yang bisu selama 7 tahun dan dia memperagakan sesuatu untuk menyatakan kehendak Tuhan. Berbeda pula dengan kotbah nabi Yesaya. Yesaya sangat pandai dan brillian dalam merangkai kata sehingga disebut sebagai the masterpiece of Hebrew Literature (puncak tertinggi daripada karya Ibrani). Dia dapat membuat nubuatan menjadi satu rangkaian puisi yang indah.

Lalu bagaimana dengan keunikan Amos berkhotbah? Amos saat berkhotbah, khotbahnya keras dan menyinggung dosa pribadi yang sangat personal. Amos 3:15, ”Aku akan merobohkan balai musim dingin beserta balai musim panas; hancurlah rumah-rumah gading, dan habislah rumah-rumah gedang." Amos 4:1, ”Dengarlah Firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum!”

Jika saudara tidak mengerti konteksnya, maka ayat ini terkesan biasa saja. Namun sebenarnya Firman ini sangat menyinggung personal. Rumah gading / rumah gedang artinya adalah rumah orang kaya. Lembu basan adalah istri dari kaum aristokrat yang gemuk-gemuk. Pada akhirnya, Amos dikejar-kejar dan sangat mungkin hidupnya berakhir karena dibunuh.

Saudara perhatikan baik-baik, ketika firman Tuhan sejati datang di dalam hidup kita, maka Dia akan menyentuh bagian yang sangat pribadi yang tidak dapat luput dari hadapan Allah. Firman akan berbicara secara pribadi tanpa ada satu kiasan dan itu akan menyakitkan hidup kita. Dan dari hal itu hanya ada dua respon, yaitu menjadi seperti Petrus yang akan terus maju atau seperti Israel yang menutup telinga terhadap khotbah Amos.

Sering kali kita lebih mudah melakukan pelayanan seperti KKR, berbagian persembahan PI atau mengiringi musik ibadah. Namun, ketika dosa kita disinggung maka kita langsung sakit hati. Jika seluruh isi kotbah menyenangkan maka kita cenderung akan merasa senang. Mayoritas orang tidak suka dengan Firman. Sebagian besar orang reform itu, jika sudah mendengar kotbah pak Tong pasti akan merasa senang. Mengapa? Karena Firmannya keras.

Namun anehnya hidup tidak pernah berubah. Ini celaka! Ibarat orang yang sudah ditampar lalu merasa enak tetapi hidup tidak berubah. Mari kita introspeksi diri, ”Apakah kita sungguh-sungguh mau dididik Tuhan? Sungguhkah kita mau Firman datang dalam hidup kita untuk dikoreksi? Atau mungkin yang kita cari hanya pengetahuan akan Firman saja?” Memang tampaknya kita ingin kotbah yang keras, tetapi mungkin kita tidak mengizinkan satu kalimat menusuk hati kita.

Dalam Alkitab ada orang yang datang dan mengatakan bahwa ia mau ikut Yesus Kristus. Bagus bukan? Tetapi Yesus langsung bicara, ”Serigala punya liang, burung punya sangkar, tetapi Aku tidak punya tempat meletakkan kepala, kamu mau atau tidak?” Kalimat tersebut sudah mengenai masalah personal. Bagi Yesus tidak masalah jika tidak ada tempat tidur, tetapi bagi orang itu masalah. Lalu ada satu orang yang bertanya, ”Guru aku datang padamu lalu bagaimana agar aku bisa diselamatkan?” Yesus menjawab, ”Engkau memang sudah banyak melakukan ini dan itu sejak mudamu.

Namun kurang satu, juallah seluruh hartamu kemudian ikut Aku” Yesus menyinggung masalah personalnya yaitu harta. Firman kalau datang menusuk, akan menuntut sesuatu yang personal. Tuhan mengerti apa yang sebenarnya menjadi dosa personal kita. Jika itu terjadi, biarlah kita dapat seperti Petrus. Ketika Tuhan mengatakan, ”Engkau tidak mau pergi juga?” Petrus mengatakan, ”Tuhan kalimatmu itu adalah kehidupan, kepada siapa kami harus pergi.”

4. Firman penghakiman ini datang untuk menyatakan ketiadaan Firman. ”Hai Israel aku akan memberikan kelaparan kepadamu, bukan karena makanan, aku akan memberikan kehausan kepada mu, bukan karena air, tetapi kelaparan dan kehausan akan firman Tuhan. engkau akan menjelajah seluruh negeri dan engkau akan mati kelaparan.” Inilah Firman tentang ketiadaan Firman. Saudara, Firman adalah segala-galanya di dalam kehidupan kita.

Dengan firmanlah Tuhan menciptakan, menebus, mengarahkan, serta mencerahkan hidup kita. Dengan firmanlah kita akan disempurnakan. Firmannya adalah segala-galanya. Yesus Kristus mengatakan bahwa setiap orang yang hidup, hidup bukan karena roti saja tetapi karena setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Itu adalah hal yang paling esensi dalam hidup kita. Jika Tuhan sudah berkata kepada Israel Utara bahwa tidak ada Firman lagi, maka hal itu adalah suatu penghakiman yang tertinggi.

Adalah lebih baik jika saudara dipukul menjadi sakit atau dipukul untuk menjadi rugi / bangkrut oleh Tuhan, daripada Tuhan mengatakan ”Aku tidak lagi bicara kepada kamu.” Kalimat itu adalah penghakiman dari segala-galanya. Jaman intertestamen, Kitab Maleakhi sampai Yohanes pembaptis (400 tahun) disebut sebagai jaman kegelapan. Mengapa disebut jaman kegelapan? karena tidak ada firman, tidak ada lagi kalimat dari Tuhan. Firman itu segala-galanya maka jangan kita meremehkan Firman.

Kapan kala terakhir Tuhan berbicara secara personal kepada hidup Saudara? Kapan terakhir saudara sadar sekali bahwa Tuhan sedang berbicara kepada saudara? Mungkin sudah tahunan yang lampau. Jika saudara selama mengikuti ibadah atau pelayanan, tetap tidak ada Firman yang datang secara personal dan eksistensial. Maka Saudara perlu evaluasi bahwa pasti dahulu pernah ada suatu firman yang saudara terus dengar, tetapi saudara buang dan berkata, ”Aku tidak mau lagi Tuhan, tidak mau dengar.” Jika hal itu terus berlanjut maka tidak akan pernah ada kemajuan di dalam mendengarkan firman Tuhan. Firman adalah segala-galanya, gereja dikatakan sejati karena ada firman yang hidup.

Gereja boleh tidak ruko, boleh tidak ada AC tetapi harus ada firman, karena firman itu segala-galanya. Saudara bisa memiliki apa pun, tetapi jika saudara kehilangan firman maka hidup sama dengan nothing. Biarlah kita bisa menghargai firman dan menghargai saat di mana Tuhan bicara kepada hidup kita. Firman itu ketika datang akan membuat kita mengerti esensi daripada fenomena. Firman itu kalau datang akan menghakimi kita sama seperti Tuhan menghakimi orang lain.

Ketika Firman datang maka Ia akan menyentuh dosa kita yang paling personal. Firman itu menjadi segala-galanya dalam hidup kita. Tuhan menuntut kita memberi suatu prioritas yang tertinggi di dalam kehidupan kita. Prioritas tertinggi itu adalah mendengarkan firman-Nya. Biarlah Tuhan boleh dipermuliakan, raja di atas segala raja. Allah yang Esa, yang hidup untuk selama-lamanya. Mari kita berdoa.4 HAL KETIKA FIRMAN TUHAN HADIR BAGI KITA
Next Post Previous Post