8 CIRI KHAS GERAKAN HYPER GRACE

STEFANUS UNTUNG CHANDRA·
8 CIRI KHAS GERAKAN HYPER GRACE
BIDAT MODERN DALAM KEKRISTENAN : GERAKAN HYPER GRACE

“Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” (Matius 24:24)
-------------------------------------------------------------------------
Saat ini kita hidup di suatu zaman di mana dunia terus berupaya menyajikan kemudahan, kenyamanan, kepuasan dan ketenteraman bagi manusia. Pada saat yang sama, di dalam Kekristenan pun telah muncul suatu pengajaran dengan karakter tersebut. Salah satu pengajaran yang muncul adalah suatu penghajaran yang disebut sebagai “Hyper Grace”, atau sering juga disebut “Radical Grace”. Kata “hyper” berarti melampaui atau berlebihan. Kata “grace” berarti anugerah.

Pengajaran tentang “Kasih Karunia” yang biasa disebut “Hyper Grace, Grace Revolution, Gospel Revolusion atau pun Radical Grace”, dikembangkan dan dipopulerkan oleh Joseph Prince, Gembala Senior di New Creation Church, Singapura.

Nama lama dari Joseph Prince adalah Xenonamendar Jegahusiee Singh. Ia dilahirkan pada tg 15 Mei 1963 dalam kepercayaan Sikhisme. Ia tumbuh sebagai anak dari imam Sikh yang menikah dengan seorang perempuan Cina.

Sebagai seorang muda, Xenonamendar Jegahusiee Singh pernah terlibat dlm ilmu gaib yang disebutnya sebagai “pengalaman supranatural”, yang membawanya kepada penyelidikan akan Kekristenan. Setelah lebih dari 6 th menjadi Kristen, Singh tetap memakai nama Sikh-nya, sampai dengan sebelum ia dilantik menjadi Senior Pastor dari Singapore’s New Creation Church th 1990. Ia selanjutnya menggunakan nama barunya: Joseph Prince.

Joseph Prince telah berkhotbah di berbagai gereja di Australia, Kanada, Inggris Raya, Itali, Indonsia, Belanda, Norwegia, Afrika Selatan dan USA. Prince memikat masyarakat dengan kalimat di cover bukunya “Destined to Reign”: The secret to effortless success, wholeness and victorious living (Rahasia untuk sukses dengan tanpa usaha, keutuhan dan hidup berkemenangan).

Buku “Destined to Reign” adalah salah satu bukunya yang terkenal dan membahas doktrin hyper-grace. Pada saat buku ini ditulis tahun 2007 jumlah jemaatnya mencapai sekitar 19.000-an jiwa. Program TV-nya yang berjudul “Destined to Reign” disiarkan ke lebih dari 150 negara. Programnya disiarkan online dengan internet. Ia mencetak buku-buku, CD dan DVD. Berita tentang dirinya menonjol di majalah Charisma yang terkenal. Istrinya bernama Wendy Prince. Mereka punya anak perempuan: Jessica Shayna Prince dan seorang anak laki: Justin David Prince.

Pengajaran Hyper Grace adalah doktrin/ajaran mengenai Kasih Karunia yang mudah dicerna dan diterima logika, memberi memotivasi dan inspirasi, berpandangan positif dengan menghindari segala hal negatif yang bersifat memberatkan, menyengsarakan, menuduh, menghakimi dan menuntut seseorang. Tentu saja bagi jemaat awam, pengajaran semacam ini akan mudah memikat mereka. Padahal jika kita mau meneliti dengan seksama, maka akan terlihat bagaimana pengajaran-pengajaran itu menyimpang dari Kebenaran firman Tuhan, yakni Alkitab.

Istilah “Hyper Grace” digunakan untuk menggambarkan suatu gelombang pengajaran baru yang menekankan pada anugerah Allah, dan mengeluarkan ajaran-2 penting lainnya, yakni: pertobatan dan pengakuan dosa. Para guru Hyper Grace berpendapat: semua dosa (yang lalu, sekarang dan yang akan datang) telah diampuni, sehingga orang yang percaya tidak perlu mengakui dosanya lagi. Mereka berkata: ketika Allah memandang kepada kita, Ia hanya melihat kita sebagai umat yang kudus dan benar.

8 CIRI KHAS GERAKAN HYPER GRACE

1. Pengkhotbah tidak pernah berbicara menentang dosa.

Jika Anda berada di sebuah gereja seperti ini, Anda akan melihat bahwa kata ‘dosa’ biasanya hanya disebutkan dalam konteks pengampunan dosa di dalam Kristus, tetapi hampir tidak pernah dalam konteks mengambil sikap terhadap dosa, kecuali tentu saja ketika mereka mengutuk dosa dari “legalis” dan “orang-orang Farisi” yang merupakan pelayanan mereka yang menghakimi untuk berkhotbah melawan dosa.

2. Gembalanya tidak pernah berdiri tegas atas sikap Kebenaran.

Ketika isu-isu seperti aborsi datang, pendeta ini akan menghindar dari menyebutkan hal itu karena mereka takut menyinggung orang-orang baru. Kita sebagai pelayan Kristus diwajibkan untuk setidaknya menyebutkan posisi kita secara terbuka sehingga kita menggunakannya sebagai momen pembelajaran bagi domba-dombanya mengikuti kita. Bukan menutup-nutupi dosa tersebut dan tidak berani mengucapkan kebenaran. Saat mereka tidak mengatakan apa-apa tentang masalah seperti aborsi berarti mereka memperbolehkan hal itu dan para jemaatnya juga tidak tahu bahwa itu salah !

3. Alkitab Perjanjian Lama hampir benar-benar diabaikan.

Di gereja ini, Perjanjian Lama diperlakukan hanya sebagai jenis dan bayangan untuk ilustrasi khotbah tetapi tidak memiliki nilai nyata mengenai standar hidup kita saat ini. Seperti yang saya tampilkan dalam artikel ini, posisi saya adalah bahwa Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama secara organik terhubung, dengan bangunan baru pada Lama, bukan memberantasnya sama sekali tetapi melengkapi dan saling menguatkan !

4. Orang yang hidupnya bermoral kacau diizinkan untuk mengajar dan memimpin pelayanan atau gereja.

Salah satu pendeta itu mengatakan bahwa percabulan dan kemabukan merajalela di banyak gereja penginjilan bahkan di antara para pemimpin kelompok kecil dan para pemimpin lainnya di gereja-gereja lokal ! Hal ini terjadi !

5. Gembalanya sering berbicara mengenai hal-hal yang melawan Gereja yang institusional atau gereja lama yang ada.

Banyak pendeta hypergrace terus mengecam gereja yang konservatif dalam nilai-nilai mereka karena mereka percaya gereja yang mewakili “sekolah tua” yang tidak lagi relevan dengan budaya saat ini.

6. Gembala ini berkhotbah yang melawan persepuluhan.

Doktrin Hyper Grace mengecam persepuluhan sebagai hukum yang sudah dilakukan jaman dulu oleh Kristus.

7. Gembala atau Pemimpin rohani mereka hanya berkhotbah tentang pesan motivasi positif atau ‘Motivation’ saja.

Mereka yang menghadiri gereja hypergrace hanya mendengar pesan-pesan positif tentang bagaimana hidup sehat, miliki kekayaan, kemakmuran, kasih Allah, pengampunan Allah dan bagaimana untuk berhasil dalam hidup.

8. Anggota pekerja penting dalam gereja masih secara teratur menjalani kehidupan yang penuh dosa dengan tanpa rasa berdosa.

Mereka yang menghadiri sebuah gereja hypergrace kemungkinan besar akan menemukan bahwa, karena ‘penekanan kuat pada kasih karunia’ – tanpa mengajar terhadap dosa atau pertobatan, penghakiman atau neraka-ada suasana hidup yang santai penuh kasih karunia tanpa ada rasa sakit akan Tuhan, dengan banyak terlibat dalam percabulan dan kemabukan serta berbagai kejahatan fisik lainnya.

Di bawah ini kita catat berbagai statement Joseph Prince dalam bukunya “Destined to Reign” yang kita perhadapkan dengan Kebenaran firman Tuhan.

Menurut Prince, kita sedang bekerja di bawah penghukuman diri. Ia berkata, “Akar yang terdalam adalah penghukuman” (hlm 131). “Banyak orang percaya sedang menderita sakit karena rasa bersalah. Ada atau tidak ada dasar yang nyata dari rasa bersalah dan penghukuman, namun keduanya bersifat destruktif. Injil sangat berkuasa. Injil adalah berita baik dari anugerah Allah dan pengampunan yang membebaskan orang percaya dari setiap perasaan kotor atau penghukuman dan memberi kekuatan untuk bebas dari lingkaran yang kejam dari penghukuman dan dosa” (hlm 290).

Tanggapan:

Rasul Paulus menuliskan di dalam 2 Korintus 7:8-10, “Meskipun surat saya membuat hatimu menjadi sedih, saya tidak menyesal menulis surat itu. Memang pada waktu saya melihat bahwa surat saya itu menjadikan kalian sedih -- meskipun kesedihanmu itu hanya sementara -- saya agak menyesal juga. Tetapi saya senang sekarang -- bukan karena hatimu menjadi sedih, melainkan karena kesedihanmu itu membuat kelakuanmu berubah. Memang kesedihanmu itu sejalan dengan kehendak Allah.

Jadi, kami tidak merugikan kalian. Sebab kesedihan seperti itu menghasilkan perubahan hati yang mendatangkan keselamatan. Dan orang tidak akan menyesal atas hal itu. Sebaliknya, kesedihan yang hanya sejalan dengan kehendak manusia menghasilkan kematian (BIS).

Prince menuliskan:
“Bagi orang-orang percaya, pada saat kita terima Yesus, semua dosa kita diampuni. Kita tidak perlu hidup dari pengakuan dosa ke pengakuan dosa, tetapi dari iman kepada iman di dalam Yesus dan karya-Nya telah genap” (hlm 106).

Dengan sangat menekankan pada ‘grace’ (=anugerah_, Prince menyatakan, “Allah tidak lagi marah kepada orang-orang Kristen.”

Pada hlm. 41, “Kita memang melihat Allah marah di PL dan di kitab Wahyu, di mana amarah Allah ditujukan kepada mereka yang menolak Yesus. Namun untuk kalian dan saya, orang-orang percaya di PB, kita bukanlah bagian dari PL dan kita tidak akan dihukum karena kita telah menerima Yesus. Sebagai orang-orang percaya, Allah tidak lagi marah kepada kita karena semua amarah-Nya terhadap dosa-dosa kita sudah dijatuhkan kepada Yesus di atas salib.”

Tanggapan:

Lima dari tujuh jemaat yang disurati Tuhan (Wahyu 2-3) menerima teguran yang keras. Wahyu 2:4-5 teguran kepada jemaat Efesus—”Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Tuhan Yesus itu penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14). Kasih karunia dan kebenaran seimbang. Jika hanya salah satu yg ditekankan, maka akan menghasilkan: Injil yang salah.

Prince menganggap, bahwa 1 Yohanes 1:9 ditulis untuk kaum gnotics, bukan untuk orang-orang Kristen (p. 106).

Tanggapan:

1 Yohanes 1:9—”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Perhatikan kata ‘kita’ dalam ayat tsb. Umat Tuhan secara STATUS adalah sebagai ‘umat yang dibenarkan’, tetapi secara kehidupan sesekali masih berdosa, sehingga perlu pengakuan dosa.
Tuhan Yesus sendiri mengajarkan dalam doa ‘Bapa kami’ (cat: sebagai pola doa untuk umat Tuhan) untuk memohon pengampunan dosa: “Ampunilah akan segala kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6:12).

Para pengkotbah hyper-grace berkata, bahwa Roh Kudus tidak akan pernah menghukum orang-orang Kristen akan dosa mereka.

Tanggapan:

Roh Kudus disebut sebagai ‘Roh Kebenaran’ (Yohanes 15:26). Berarti: Roh Kudus akan menegur setiap umat Tuhan yang hidup tidak benar.

Menurut doktrin Hyper-grace: Kita tidak di bawah Taurat; umat yang percaya tidak bertanggung untuk segala dosa mereka. Mereka yang tidak setuju dengan ajaran hyper-grace ini disebut sebagai kaum Farisi yang legalis.

Tanggapan:

Para guru hyper-grace telah memutar balik anugerah Allah menjadi suatu lisensi untuk kehidupan yang immoral. Prince disenangi oleh kelompok gay, sex bebas (karena tak perlu ada pengakuan dosa).
Yudas 1:4a, “Sebab tanpa kita sadari, ada oknum-oknum tertentu yang menyelusup masuk ke tengah-tengah kita. Mereka orang-orang bejat yang memutar-balikkan berita tentang rahmat Allah kita, untuk mendapat kesempatan melampiaskan hawa nafsu mereka.” Bnd. ajaran antinomianisme.

Joseph Prince berpandangan negatif terhadap Taurat. Bagi Prince, Taurat diberikan untuk tujuan negatip, yakni agar dunia sadar akan dosa, untuk menyadarkan manusia tentang kebutuhan akan Juruselamat. Ia berkesimpulan bahwa Tanpa Taurat, tidak ada dosa (p. 16). Kapan saja Anda membaca atau berpikir tentang Taurat, maka Anda berpikir tentang hukuman (p 151).

Perkataan-perkataan Yesus yang dikatakan sebelum kebangkitanNya adalah bagian dari PL dan tidak dapat dipakai oleh orang percaya yg sudah dilahir-barukan. Kutipan dari buku ‘Destined to Reign’— ”They don’t realize that even some of the words which Jesus spoke in the four gospels (Matthew, Mark, Luke, and John) are part of the old covenant. They were spoken before the cross as He had not yet died. The new covenant begins only after the cross, when the Holy Spirit was given on the Day of Pentecost” (p. 92, emphasis in original) (=mereka tidak menyadari, bahkan sebagian dari perkataan yang Yesus ucapkan di dalam keempat Injil—Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, adalah bagian dari Perjanjian Lama. Perkataan tsb diucapkan sebelum salib, seperti pada masa sebelum Yesus mati. Perjanjian Baru barulah dimulai setelah salib, ketika Roh Kudus turun pada hari Pentakosta—hlm 92).

Tanggapan:

Matius 5:18, “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”
Dengan berkata, “Instruksi Yesus yang dikatakan sebelum salib tidaklah mengikat,” mereka bersikap hyper-Paulisme (=mengutamakan ajaran Paulus di atas ajaran Tuhan Yesus). Berarti: mereka menempatkan seorang hamba di atas Tuhan.

Para pengkotbah hyper-grace men-diskon PL dan 10 Perintah Tuhan. Mereka menganggapnya sebagai tidak relevan bagi umat PB. Padahal, Yesus datang untuk menggenapi Taurat, bukan untuk meniadakannya (Matius 5:17).

Taurat secara ritual (korban binatang) sudah digenapi oleh Tuhan Yesus; namun Taurat secara etika masih berlaku.


Menurut Prince: Kasih karunia adalah pribadi Yesus sendiri, ”Kasih karunia bukan suatu teologi. Itu bukan suatu topik yang dibicarakan. Itu bukan suatu doktrin. Itu adalah suatu Pribadi dan nama-Nya adalah Yesus. Itulah sebabnya Tuhan ingin Anda menerima kelimpahan kasih karunia karena mempunyai kelimpahan kasih karunia adalah mempunyai kelimpahan Yesus! (DTR, hal.24).”

Tanggapan:

Kasih karunia bukan pribadi Tuhan Yesus, tetapi adalah bagian dari karya Allah. Karya pengorbanan Tuhan Yesus adalah wujud kasih karunia Allah itu. Alkitab tidak pernah mengajarkan untuk menyembah kasih karunia. Allah Tritunggal-lah yang kita harus sembah.

Ajaran Prince tentang Kesembuhan: Kesembuhan adalah topik yg besar di dalam Alkitab, dan hal itu bukanlah topik utama dalam buku Prince. Namun dalam bab terakhir bukunya, ia menuliskan “Good Things Happen” (=hal-hal yang baik terjadi, p 287, dst). Prince menghubung-kan kesaksian dari orang-orang yang disembuhkan ketika mereka menerima anugerah dan pengampunan Allah. Prince menuliskan, “Sekali Anda tahu telah diampuni dari dosa-dosa masa lalu, sekarang dan yang, kesembuhan dari semua penyakitmu mengikuti” (p 290).

Tanggapan:

Memang ada penyakit yang disebut psycho-somatic (=penyakit jasmani yang dikarenakan adanya berbagai pergumulan dalam kejiwaan).

Rasul Paulus, yang sangat diagungkan ajarannya oleh kelompok hyper-grace, mengalami ‘duri dalam daging’ (2 Korintus 12:7)—yakni penyakit jasmani.

Prince berusaha untuk membantah, bahwa rasul Paulus mengalami sakit. Prince menuliskan, “Paul did not suffer any sickness or disease” (=Paulus tidak menderita suatu penyakit”, p. 71).

Tanggapan:

Paulus alami sakit di tubuhnya (Galatia 4:13-14).
“Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang adalah pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yg menjijikkan (=you did not spit at me = kalian tidak buang ludah terhadap aku), tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.”

Pada masa Paulus hidup, penyakit epilepsi dianggap sebagai gangguan Setan. Jadi, orang-orang yang sehat jasmani bila bertemu dengan orang yang terkena epilepsi, mereka akan membuang ludah untuk menghalau Setan. Apakah rasul Paulus mengalami sakit epilepsi? Mungkin saja.

Galatia 6:11, “Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.” Kemungkinan besar ada masalah pada penglihatan fisik dari rasul Paulus.

Buku ‘Destined to Reign’, karangan Prince dipengaruhi oleh kelompok ‘Word of Faith’. Kalimat yang khas dari mereka: “Kalian dipanggil Tuhan untuk sukses, menikmati kekayaan, kesehatan, hidup yang ber kemenangan. Adalah bukan keinginan Tuhan untuk kalian hidup dalam kekalahan, kemiskinan dan kegagalan. Dia memanggil kalian untuk menjadi kepala bukan ekor.”

Tanggapan:

‘Faith’ (=iman) yang dimaksudkan mereka bukanlah pistis (=kesetiaan kepada kehendak Allah), tetapi sebagai ‘sugesti diri’. Pistis selalu berpusat pada kehendak Allah (=God’s oriented); sedangkan sugesti diri berpusat pada kemauan diri sendiri (=self-oriented).

Perhatikanlah Ibrani 11:32-39, “Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, jika aku hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud, Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.

Ibu-Ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.

Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.”

Kata “orang-orang lain” (ay. 35b) menunjuk pada sesama hamba Tuhan dan umat-Nya yang mengalami kondisi berbeda dan kontras dibanding dengan mereka yang tertulis di dalam ay. 32-35a.

Jadi, yang terpenting bukanlah kondisi: kaya/miskin, lancar/terhambat, sehat/sakit, dilepaskan/dianiaya yang Tuhan ijin kan untuk dialami oleh umat-Nya selama di dunia ini. Yang terpenting adalah: apakah Tuhan berkenan akan jalan hidup umat-Nya, dan apakah mereka tetap setia untuk mengiring dan menaati-Nya sampai Tuhan memanggil mereka ke rumah-Nya yang kekal?

KESIMPULAN

Secara biblika, penganut Hyper Grace memiliki kekeliruan terhadap analisanya kepada doktrin-doktrin yang sangat mendasar. Ada 2 (dua) kesimpulan dasar yang harus diperhatikan bagi orang-orang percaya.

Pertama, pemahaman keselamatan dalam Gerakan Hyper-Grace memiliki kekeliruan yang cukup besar.Memang perlu diketahui bahwa Hyper Grace menjaminkan keselamatan secara rohani di sorga. Keselamatan ini dijamin bagi setiap orang percaya, namun begitu pandangan yang keliru adalah keselamatan secara jasmani turut diperhatikan bagi pengagum Hyper-Grace.

Dalam hal ini, keselamatan tersebut juga dapat memberikan “berkat, keberhasilan, kesembuhan, terobosan keuangan, dll.” Penambahan arti ini dipandang sebagai sesuatu yang extra-biblical, yakni menambahkan sesuatu dari luar apa yang sudah tertulis di dalam Alkitab, karena tidak ada dasar yang kuat secara eksegesis terhadap pemahaman keselamatan seperti pemahaman Hyper-Grace.

Extra-biblical ini terjadi ketika Andrew Wommack memahami Roma 1:16-17 bahwa Injil 32 adalah kekuatan Allah yang dapat memperoleh kesembuhan, pembebasan, kemakmuran, untuk memperoleh segala sesuatu yang datang kepada orang percaya sejak dilahirkan kembali.

Eksegesis terhadap Efesus 2:11-12 memberikan suatu pemahaman bahwa keselamatan didasarkan kepada pengorbanan Kristus di kayu salib, sehingga menciptakan komunitas yang baru yaitu tubuh Kristus. Keselamatan ini didasarkan pada jaminan yang kekal bersama-sama dengan Tuhan di sorga (Filipi 3:20). Memang perlu untuk dibedakan antara keselamatan ini dan pemeliharaan Allah bagi orang percaya, karena hal tersebut terkait dengan providensi Allah kepada orang percaya.

Kedua, pengajaran Hyper-Grace sangat menolak Hukum Taurat baik dalam dasar terhadap keselamatan ataupun kegunaannya bagi orang percaya masa kini. Hal ini masih dipandang sebagai legalitas bagi orang-orang Yahudi yang tidak tepat keberlakuannya bagi orang percaya masa kini.

Hukum Taurat dianggap sesuatu yang menghalang anugerah Allah bagi umat manusia untuk melihat dan menerima Sang Juruselamat yaitu Yesus Kristus. Namun begitu, kita patut memperhatikan Efesus 2:14-15 sebagai kajian yang penting berkaitan pemahaman tentang maksud dari “tembok pemisah” dan “pembatalan hukum taurat.”

Maksud dari “pembatalan hukum taurat” pada ayat 15 bukan merujuk kepada ketidakberlakuan hukum itu sendiri bagi orang percaya, melainkan paparan yang menjelaskan bahwa Yesus membatalkan hukum Taurat bukan sebagai syarat dalam memperoleh keselamatan di dalam diri-Nya.

“Pembatalan hukum” menciptakan orang Yahudi dan non-Yahudi menjadi satu manusia baru di dalam diriNya (ay.15b) dan (2) memperdamaikan keduanya di dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib (16a).

Keberlakuan Hukum Taurat bagi masa kini harus diperhatikan secara keseluruhan, karena ada 3 (tiga) sifat pokok dalam hukum tersebut, yaitu: hukum ceremonial 33 (upacara/ibadah), sipil danmoral. Memang hukum ceremonial dan sipil tidak berlaku bagi masa kini karena memang kegunaannya bagi umat Israel, namun begitu masih ada prinsip-prinsip rohani yang patut diberlakukan bagi orang-orang percaya masa kini.

Dari sisi yang lain, Hukum moral tetap berlaku bagi orang percaya masa kini sebagai pelajaran-pelajaran etika yang patut untuk diperhatikan dan diterapkan. Tampaknya gerakan Hyper-Grace tidak memperhatikan bagian ini sebagai sesuatu benang merah yang memiliki tujaun bagi orang percaya. Gerakan tersebut terlalu memandang legalisme terhadap hukum Taurat yang dipandang terlalu mengikat atau keterpaksaan yang harus diperbuat oleh orang-orang percaya masa kini.


Pada akhirnya, perlu kiranya setiap orang percaya benar-benar memperoleh pengajaran yang benar sesuai dengan kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab. Ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi pengajaran Hyper Grace yang mewabah dalam dunia Kekristenan masa kini:

Pertama, adalah perlu untuk memberikan kesadaran bahwa keselamatan dalam Kristus Yesus sudah dikerjakan sempurna di kayu salib untuk menebus manusia yang percaya. Keselamatan ini diberikan secara khusus oleh Tuhan kepada manusia yang percaya terkait hanya pada konteks keselamatan secara rohani.

Kedua, adalah perlu untuk memberikan bahwa pemahaman hukum Taurat masih dapat memberikan prinsip-prinsip rohani, walaupun secara ceremonial dan sipil tidak berlaku bagi orang percaya masa kini, tetapi hukum moral memilki kugunaan sebagai pelajaran-pelajaran etika yang sangat mendasar.

Ketiga, perlu untuk memberikan pengajaran bagi setiap hamba Tuhan ataupun para jemaat berkaitan mengenai fenomena Gerakan Hyper-Grace. Pengajaran Hyper-Grace memberikan suatu kajian yang extra-biblical atau sesuatu yang ditambahkan dan tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penulis 34 kitab. Hal ini patut untuk diperhatikan karena menimbulkan kekeliruan pemahaman yang sangat mendasar terhadap doktrin keselamatan dan pengertian/maksud dalam memandang Hukum Taurat secara keseluruhan. Kiranya kita semua dapat memahami secara komprehensif mengenai Pengajaran dari Gerakan Hyper-Grace yang berbahaya bagi gereja masa kini.

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


SUMBER :
Dirangkum dari berbagai sumber:
https://www.gotquestions.org/hyper-grace.html
https://berjagajaga.wordpress.com/2015/07/06/8-ciri-penyesatan-pada-gereja-hypergrace/
https://gkri.id/index.php/berita-mp-mps-md-gkri/mp-mps/133-oleh-pdt-roby-setiawan-th-d
https://www.academia.edu/34115482/Studi_Analisis_mengenai_Fenomena_Hyper_Grace_menurut_Efesus_2_11-18
Next Post Previous Post