LOGOS ADALAH ALLAH: SEBUAH EKSEGESIS DAN ANALISIS TEOLOGIS ATAS YOHANES 1:1

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
LOGOS ADALAH ALLAH: SEBUAH EKSEGESIS DAN ANALISIS TEOLOGIS ATAS YOHANES 1:1
otomotif, bisnis
Erastus Sabdono dalam khotbahnya yang berjudul “Mengenal Yesus sebagai Juru selamat” (
https://overcast.fm/+JPxoELO3g) juga menyinggung sekilas Yohanes 1:1. Frase “kai theos en ho logos” tersebut ditafsirkan Erastus Sabdono menjadi “Firman itu bersifat ilahi” dengan alasan bahwa kata “theos” dalam ayat tersebut tidak memiliki artikel (kata sandang). 

Dengan tafsiran seperti itu, setelah terjerumus ke dalam paham dwitunggal, ia juga dipastikan terjerumus ke dalam ajaran sesat Arianisme dan lebih jauh ke ajaran Sesat Saksi-Saksi Yehowa. (lihat juga video ini : https://www.youtube.com/watch?v=pFtutlhi8HU)

Perlu diingat, kebenaran dalam 1 Yohanes 1:1 memiliki dua parit di sisi jalannya, yang pertama adalah Unitarianisme (dan Sabelianisme) yang menerjemahkan frase “kai theos ên ho logos” dengan “firman itu bersifat ilahi” yang satunya lagi adalah bidat Arianisme dan Saksi-Saksi Yehova yang menafsirkan frase tersebut menjadi “firman itu adalah suatu Allah”. Terjemahan yang benar dari frase “kai theos ên ho logos” tersebut adalah posisi Trinitarianisme Ortodoks yang menerjemahkan frase tersebut menjadi “Firman itu adalah Allah”. Saya sepakat dengan terjemahan Trinitarianisme Ortodoks di atas ini bukan saja karena saya seorang Trinitarianisme tetapi secara gramatika dan biblika lebih logis Alkitabiah

Rupanya Erastus Sabdono kurang atau mungkin tidak memahami bahwa kata “theos” tanpa kata sandang tertentu (definite article) dalam ayat tersebut dikarenakan kata “theos” dalam kalimat tersebut berfungsi sebagai predikat nomintif bukan sebagai subjek nominatif, juga bukan dalam bentuk kata adjektif (kata sifat). Lagi pula jika Yohanes hendak mengatakan bahwa Firman bersifat Allah maka ia tidak akan memakai kata "theos" tetapi akan memakai kata “theios” yang berarti “bersifat ilahi”. Jadi sesungguhnya, berdasarkan suatu eksegesis dan analisis teologis yang cermat, maka ayat ini benar-benar dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Logos adalah Kristus yang adalah Allah.

Berikut ini lebih lanjut penjelasan-penjelasan saya terhadap teks Yohanes 1:1.

1. Rasul Yohanes menuliskan demikian “Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” merupakan terjemahan dari bahasa Yunani “εν αρχη ην ο λογος και ο λογος ην προς τον θεον και θεος ην ο λογος (en archê ên ho logos kai ho logos ên pros ton theon kai theos ên ho logos)” merupakan suatu penekanan yang sangat kuat dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan kekekalan dan keilahian Kristus. 

Tetapi ayat ini justrus telah ditafsirkan dengan cara yang berbeda oleh bidat-bidat (Arianisme, Unitarianisme, Sabelianisme, Saksi-Saksi Yehova) yang menolak kekekalan dan atau keilahian Kristus dengan menujukkan bahwa ayat tersebut tidak memaksudkan Kristus (Logos) sebagai Allah, melainkan sebagai “suatu Allah” atau “bersifat Allah”.

2. Kata “archê” dalam frase “en archê en ho logos” di dalam konteks ayat ini berarti “awal atau permulaan” yang besifat supranatural, yaitu menyatakan gagasan kualitas kekekalan bukan menunjuk pada waktu (era, zaman, masa) secara normal atau alami. Atau dengan kata lain, “archê” disini menunjuk kepada periode ilahi sebelum masa penciptaan. 

Sedangkan kata kerja imperfek “en” yang artinya “telah berlangsung ada” di depan “archê” memperkuat gagasan yang menjelaskan keberlangsungan eksistensi tanpa limit dalam kekekalan. Dengan demikian, kata Yunani “en archê” dalam frase “en archê en ho logos” berarti “pada mulanya”, menunjuk kepada kekekalan yang lampau di mana tidak seorang pun dapat memasukinya, kecuali Kristus karena Ia adalah Pribadi yang kekal.


3. Kata “pros” dalam frase “kai ho logos ên pros ton theon” yang diterjemahkan dengan “bersama-sama” dalam ayat tersebut bukanlah dalam pengertian dua orang yang berdampingan atau berada disamping untuk mendampingi. Sebab jika yang dimaksud dalam pengertian seperti itu maka kata Yunani yang digunakan adalah preposisi “μετα (meta)” yang berarti “menyertai atau bersama”. Sebagai contoh penggunaan kata “μετα” ini adalah Matius 1:23; 2:11. 

Jadi kata “pros” dalam Yohanes1:1 tersebut berarti “searah” atau “sehakikat melekat”. Dengan demikian maksud dari penggunaan kata “pros” dalam ayat ini bertujuan untuk menekankan keberadaan Logos, yaitu Kristus yang aktif senantiasa bersama-sama dan atau tidak terpisah dengan Bapa sejak kekekalan. Atau dengan kata lain Logos, yaitu Kristus sehakikat dengan Bapa, sebagai Allah yang Esa. Di dalam kekekalan, Kristus “bersama-sama dengan Allah” dan sesungguhnya “Ia adalah Allah”. Ia dinamakan Firman atau Logos (Yohanes 1:1,14; Wahyu 19:13).

4. Kata “Logos” yang digunakan dalam Yohanes 1:1 (juga di dalam Yohanes 1:14) oleh rasul Yohanes adalah “Logos” yang berbeda dari logos dalam pemikiran dan ide Helenistik, Sofistik, dan Stoik. Perlu diketahui bahwa Logos adalah istilah umum yang dipakai oleh kaum Helenistik dalam pengertian percakapan, berita atau kata. 

Kaum sofistik menganggap logos sebagai suatu metode dalam berargumentasi dan berdialog, khususnya dalam mempertahankan keyakinan pribadi atau kelompok. Sementara itu kaum Stoik menganggap logos sebagai kekuatan yang setara dengan Allah, yang mengatur kehidupan dunia. Sekalipun istilah Logos ini nampaknya pertama kali dipakai oleh Heraklitus dengan arti akal manusia, dan kemudian diambil alih oleh Plato dan kaum Stoa, serta akhirnya diterima dalam teologi Yahudi oleh Philo, jelaslah bahwa Yohanes sama sekali tidak mengacu ke sumber-sumber itu ketika ia memakai istilah Logos tersebut. 

Pastilah ia mengambilnya dari Perjanjian Lama, yaitu dari personifikasi kebijaksanaan, hikmat, kuasa, dan hubungan dengan Allah (Istilah Logos dalam bahasa Ibrani adalah “davar” yang dalam bahasa Aramik disebut “memra”), lalu mengisinya dengan konsep yang baru tentang keilahian Kristus. Jadi Logos yang dimaksud dalam Yohanes 1:1 tersebut adalah Logos yang dipakai untuk menekankan kekekalan dan keilahian Kristus (Bandingkan Yohanes 1:1,14 dengan Wahyu 19:13). 

Logos yang dimaksud Yohanes ini terdapat atau berasal dari kitab Kejadian, yaitu Logos sebagai Pencipta bumi dan segala isinya (Kejadian 1:1). Logos itu berasal dari kekekalan masa lampau bersama-sama Allah, dan Logos itu adalah Allah.

5. Saat mengatakan “kai theos ên ho logos”, maka melalui frase tersebut Yohanes memandang Logos sebagai Pribadi bukan dalam arti sebagai berita atau kata. Hal ini terlihat dari susunan kalimat yang digunakannya “dan logos adalah Allah”. 

Namun yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa frase “kai theos ên ho logos” tidak diterjemahkan menjadi “Allah adalah Firman itu” (sebagaimana yang diterjemahkan oleh Unitarianisme) melainkan seharusnya diterjemahkan “Firman itu adalah Allah” (sebagaimana diterjemahkan oleh Trinitarianisme ortodoks). Alasan frase tersebut diterjemahkan demikian adalah karena dalam frase tersebut ada dua kata benda yaitu “theos” dan “logos”. Tetapi pada kata benda “theos” ditulis tanpa artikel atau kata sandang “ho”, sedangkan kata benda “logos” memiliki artikel “ho”. 

Karena itu di sini kita harus mengingat kaidah tertentu dalam gramatika Yunani, yaitu : 

(1) Jika dua kata benda sama-sama memiliki artikel, maka kedua kata itu menujuk kepada dua orang atau benda yang berbeda, dan kata benda yang berada pada urutan pertama menjadi subjek kalimat itu. 

(2) Jika hanya terdapat satu kata benda yang memiliki artikel, maka kata benda yang memiliki artikel tersebut menjadi subjek kalimat itu, sedangkan yang bersifat anatrous (tanpa artikel) bertindak sebagai predikatnya. 

Berdasarkan kaidah tersebut di atas, khususnya kaidah nomor dua maka kata “logos” dalam frase tersebut merupakan subyek nominatif karena kata itu memiliki artikel “ho”, sedangkan kata “theos” merupakan predikat nominatif karena bersifat anatrous (tidak memiliki artikel). Karena itulah Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (AITB) sudah tepat menerjemahkannya menjadi “Firman itu adalah Allah” atau terjemahan Inggris menjadi “the Word was God” (NIV, KJV).

6. Selanjutnya, berdasarkan penjelasan point 4 di atas, walaupun dalam frase Yunani kata “theos” ditempatkan lebih dahulu dari kata “logos” namun karena kata “logos” yang adalah subjek kalimat (karena berartikel tertentu atau diberi kata sandang tertentu), maka tidaklah sulit bagi kita untuk memahami alasan mengapa frase Yunani “kai theos ên ho logos” tidak boleh diterjemahkan menjadi “dan Allah adalah Firman itu”, tetapi harus diterjemahkan menjadi “dan Firman itu adalah Allah”. Tujuan Yohanes menempatkan kata “theos” di awal frasa tersebut adalah untuk menekankan bahwa seluruh esensi atau kualitas ilahi juga dimiliki oleh Logos (Yesus Kristus).

BACA JUGA: FIRMAN ITU ADALAH ALLAH: EKSPOSISI YOHANES 1:1-2

Sedang alasan mengapa kata “theos” tidak diberi artikel bertujuan untuk mencegah pembaca mengidentikkan Pribadi Allah Bapa dengan Pribadi Yesus Kristus. Dengan kata lain, tidak adanya artikel tertentu di depan kata “theos” mengingatkan kita bahwa Logos (Yesus Kristus) adalah Pribadi yang berbeda dengan Allah Bapa, tetapi mereka sehakikat. Dengan demikian, sebenarnya yang menjadi penekanan utama dalam ayat itu bukanlah siapa Allah melainkan siapa “Logos”. 

Di sini Yohanes tidak menyatakan bahwa Logos adalah “suatu Allah” seperti yang ditafsirkan oleh bidat Saksi Yehova; Logos itu juga bukannya bersifat ilahi seperti yang ditafsirkan oleh Unitarianisme, karena dalam teks bahasa Yunaninya bahwa Logos benar-benar disebut sebagai “theos” yang berarti “Allah” dan bukannya sebagai “theios” yang berarti “bersifat Allah”. (Bandingkan Kisah Para Rasul 17:29; 2 Petrus 1:4 untuk kata Yunani “theios”).

Catatan: sebagai tambahan, jika kata “theos” diberi artikel atau kata sandang tertentu sehingga kalimat Yunaninya menjadi “καὶ ὁ λόγος ἦν ὁ θεὸς (kai ho theos en ho logos)” yang diterjemahkan menjadi “Firman itu adalah Allah itu” maka ini akan menjadi Sabelianisme yang mengajarkan bahwa Allah hanya memiliki satu pribadi yang mewujudkan diri dengan tiga cara (manisfestasi).

REFERENSI
Berkhof, Louis., 2011. Teologi Sistematika: Doktrin Kristus. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Daun, Paulus., 1994. Bidat Kristen dari masa Ke Masa. Penerbit Yayasan Daun Family : Manado.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1 & 2 Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988. New Dictionary Of Theology. Jilid 1 & 2, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
Klein, William W, Craig L. Blomberg, Robert L. Hubbard., 2012. Introduction Biblical Interpretation. Jilid 1 & 2, terjemahan, Literatur SAAT: Malang.
Ladd, Geoge Eldon, 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan Penerbit Kalam Hidup : Bandung.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit YAI Press: Jakarta.
Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Next Post Previous Post