PENGERTIAN KERJAKANLAH KESELAMATANMU (FILIPI 2:12-13)

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
PENGERTIAN KERJAKANLAH KESELAMATANMU (FILIPI 2:12-13)
otomotif, bisnis
APAKAH KESELAMATAN ADALAH HASIL USAHA KITA DAN UPAH MENGIKUT YESUS? SEBUAH ANALISIS TEOLOGIS ATAS TEKS FILIPI 2:12-13.

Beberapa orang yang mengajarkan bahwa keselamatan bisa hilang sering kali menggunakan ayat ini dengan penekanan pada frase “tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” untuk mendapat dukungan bagi pandangan mereka. 

Ayat ini dianggap seakan-akan rasul Paulus mengajarkan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang akhirnya di dapat karena usaha atau dengan kata lain keselamatan merupakan upah dari mengikut Kristus. Benarkah yang Paulus maksud demikian? Jawabannya dengan tegas “tidak!”. 

Perhatikanlah frase Yunani “μετα φοβου και τρομου την εαυτων σωτηριαν κατεργαζεσθε (meta phobou kai tromou tên heautôn sôtêrian katergazesthe) yang dalam bahasa Indonesia telah diterjemahkan dengan baik, “tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar”. Di sini, kata “Kerjakanlah” yang dipakai rasul Paulus adalah kata kerja Yunani “κατεργαζομαι (katergazomai)”. 

Kata kerja “katergazomai” ini muncul 20 kali dalam surat-surat rasul Paulus, di mana dalam kedua puluh kali penggunaan kata tersebut tidak satu pun yang mengemukakan gagasan mendapatkan sesuatu berdasarkan kebaikan atau jasa atau perbuatan. Berikut ini daftar 20 kali pemakaian kata kerja Yunani “katergazomai” yaitu : Roma 1:27; 2:9; 4:15; 5:3; 7:8,13, 15, 17,18,20; 1 Korintus 5:3; 2 Korintus 4:17; 5:5; 7:10,11; 9:11; 12:12; Efesus 6:13; Filipi 2:12.

Untuk mendapatkan ketepatan pengertian rasul Paulus ketika ia menggunakan kata kerja “katergazomai” dalam Filipi 2:12 di atas, maka ada baiknya kita membandingkannya dengan teks lainnya yang menggunakan kata itu. 

Berikut 2 teks lainnya di mana Paulus menggunakan kata kerja “katergazomai”, yaitu 2 Korintus 12:12 yang berbunyi, “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan (katergazomai) di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”, dan dalam Roma 15:18 yang berbunyi, “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan (katergazomai) Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan”. 

Dalam kedua teks tersebut ketika menggunakan kata kerja “katergazomai” jelas bahwa rasul Paulus tidak berbicara tentang mendapat upah karena perbuatan atau jasa. Sebab tanda-tanda kerasulan itu tidak diperoleh rasul Paulus dengan usahanya, tetapi dinyatakan atau ditunjukkan kepadanya (2 Korintus 12:12). Demikian juga Kristus tidak mendapatkan keselamatan bangsa-bangsa non Yahudi melalui khotbah rasul Paulus, melainkan Kristus sendirilah yang mengerjakannya (Roma 15:18). 

Dari cara rasul Paulus menggunakan istilah “katergazomai” dalam contoh-contoh di atas maupun pada bagian lainnya menunjukkan dengan jelas kepada kita bahwa kata tersebut dalam Filipi 2:12 tidak boleh ditafsirkan dengan pengertian sebagai “usaha supaya mendapatkan keselamatan”, melainkan sebagai “tindakan untuk menyatakan, mengamalkan atau mengerjakan keselamatan yang sudah dimiliki”.

Jadi, istilah Yunani “katergazomai” dalam Filipi 2:12 tersebut jelas tidak mengacu pada mendapatkan upah atau sesuatu karena usaha kita dan dengan demikian tidak dapat mengacu pada mendapatkan keselamatan melalui usaha sendiri. Ini terungkap dengan jelas oleh hubungan sebab akibat di Filipi 2:13 dengan ayat sebelumnya. Orang-orang percaya di Filipi harus mengerjakan keselamatan mereka karena Allah sudah bekerja dalam hidup mereka. 

Ini karena mereka sudah menerima kasih karunia dan keselamatan dari Allah sehingga desakan ini diberikan untuk “mengerjakan (katergazomai)” keselamatan yang sekarang sudah mereka miliki. Mengerjakan keselamatan mereka berdasarkan pada kenyataan bahwa mereka sudah memiliki keselamatan dari Allah. 

Hubungan sebab akibat antara klausa ini juga dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut: “Karena” memberitahukan penyebabnya (Roma 11:20; 30; 2 Korintus 2:13; Galatia 6:12; Efesus 2:8; 1 Tesalonika 5:9); “Demi” memberitahukan penyebabnya (Roma 12:1); “Oleh karena” memberitahukan penyebabnya (1 Korintus 1:21). Hubungan sebab akibat antara klausa ini oleh para pakar Perjanjian Baru disebut sebagai fenomena relasi indikatif dan imperatif. Sementara itu pakar Perjanjian Baru lainnya lebih suka menyebut fenomena ini sebagai “paradoks dialektikal” atau “antinomi”.

Di dalam Perjanjian Baru, khusus dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus kita melihat fenomena relasi indikatif dan imperatif ini. Di mana manifestasi moral (ketaatan) dari hidup baru sebagai buah karya penebusan Allah di dalam Kristus melalui Roh Kudus (indikatif) merupakan suatu tuntutan atau keharusan (imperatif) bagi setiap orang Kristen. Artinya, indikatif (hidup baru) mendahului imperatif (ketaatan). 

Dengan kata lain, fakta mengenai kematian dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan orang percaya dan dan fakta bahwa kita sudah dibenarkan, dikuduskan dan disempurnakan berdasarkan persembahan tubuh dan darah Kristus itulah yang disebut sebagai indikatif, sedangkan etika, moral dan cara hidup kekristenan yang baik itulah yang disebut sebagai bentuk imperatif.

Kita tidak boleh membalik urutan indikatif dan imperatif ini menjadi imperatif dan indikatif! karena di dalam Alkitab selalu indikatif mendahului imperatif. Di sinilah keunikan dan perbedaan agama Kristen dari agama-agama lainya. Berbeda dari agama-agama lain mengajarkan keselamatan sebagai usaha manusia, maka Kekristenan mengajarkan bahwa keselamatan adalah karunia Allah tanpa syarat. Kita tidak diperintahkan untuk menyucikan diri kita supaya selamat dan diterima oleh Allah, melainkan sebaliknya, Allahlah yang telah menerima dan menyucikan kita.

BACA JUGA: TETAPLAH MENGERJAKAN KESELAMATAN (FILIPI 2:12)

Karena Ia telah menerima dan menyucikan kita (indikatif), maka kita dipanggil supaya hidup dalam kesucian sebagai anak-anak Allah yang dikasihi-Nya (imperatif). Bahwa hidup baru merupakan suatu penegasan (indikatif) terhadap apa yang telah Allah laksanakan, sedangkan imperatifnya merupakan nasihat (Yunani: “paraentesis”) untuk mempraktikkan kehidupan yang baru tersebut dijelaskan rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:17. 

Kegagalan memahami relasi indikatif – imperatif inilah yang telah menyebabkan banyak orang Kristen jatuh ke dalam legalisme, moralisme dan atau performanisme. Ketiganya, (legalisme, moralisme dan atau performanisme walau berbeda dalam istilah tetapi merujuk pada hal yang satu) akan muncul : (1) ketika kewajiban-kewajiban perilaku terpisah dari deklarasi Injil (kasih karunia); (2) ketika keharusan (imperatif) terputus dari indikasi Injil (indikatif): (3) ketika apa yang perlu kita lakukan (imperatif) menjadi tujuan akhir, bukan apa yang Yesus telah lakukan (indikatif) bagi kita. 

PENGERTIAN KERJAKANLAH KESELAMATANMU (FILIPI 2:12-13) Kemuliaan hanya bagi Tuhan. Amin!. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post