ARTI,TUJUAN DAN CARA INKARNASI KRISTUS

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
ARTI,TUJUAN DAN CARA INKARNASI KRISTUS

Kata “inkarnasi” merupakan istilah teologi yang berasal dari bahasa Latin “in” yang artinya “di dalam” dan “carn” yang artinya “daging”. Jadi kata inkarnasi secara harafiah berarti “di dalam daging”. 

Meskipun kata inkarnasi tersebut tidak terdapat di dalam Alkitab, namun komponen kata tersebut “dalam” dan “daging” ada di dalam Alkitab. Misalnya, gagasan dan konsep inkarnasi tersebut muncul dalam Yohanes 1:14 dan Roma 8:3.

Frase “menjadi manusia” dalam Yohanes 1:14, adalah frase Yunani “sarks egeneto” yang secara harafiah berarti “menjadi daging”. Kata “sarks” yang diterjemahan “manusia” dalam ayat tersebut sebenarnya secara harfiah berarti “daging”. Maksudnya dari ayat ini ialah bahwa Pribadi kedua Trinitas yaitu Logos, mengambil rupa manusia bagi dirinya sendiri. Rasul Paulus menyatakan, bahwa Alllah telah “.. mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Roma 8:3).

Perlu diperhatikan, bahwa istilah “Logos” yang digunakan dalam frase “theos en ho logos” (Yohanes 1:1) dan “ho logos sarks egeneto” (Yohanes 1:14) oleh rasul Yohanes adalah “Logos” yang berbeda dari logos dalam pemikiran dan ide Helenistik, Sofistik, dan Stoik. Logos yang dimaksud dalam Yohanes pasal 1 tersebut adalah Logos yang dipakai untuk menekankan keilahian Kristus (Bandingkan Yohanes 1:1,14 dengan Wahyu 19:13). 

Sekalipun istilah Logos ini nampaknya pertama kali dipakai oleh Heraklitus dengan arti akal manusia, dan kemudian diambil alih oleh Plato dan kaum Stoa, serta akhirnya diterima dalam teologi Yahudi oleh Philo, jelaslah bahwa Yohanes sama sekali tidak mengacu ke sumber-sumber itu ketika ia memakai istilah Logos tersebut. Pasti ia mengambilnya dari Perjanjian Lama (dari personifikasi kebijaksanaan, hikmat, kuasa, dan hubungan dengan Allah.

Istilah Logos dalam bahasa Ibrani “davar” yang dalam bahasa Aramik disebut “memra”) lalu mengisinya dengan konsep yang baru tentang keilahian Kristus. Logos yang dimaksud Yohanes ini terdapat atau berasal dari kitab Kejadian, yaitu Logos sebagai Pencipta bumi dan segala isinya (Kejadian 1:1). 

Logos itu berasal dari kekekalan masa lampau bersama-sama Allah, dan Logos itu adalah Allah. Jadi, pernyataan Yohanes bahwa “Logos (Firman) adalah Allah” bertujuan untuk menyatakan bahwa Kristus adalah Pribadi kekal, karena Logos adalah Allah yang kekal. Logos berinkarnasi untuk memperkenalkan Allah sepenuhnya (Yohanes 1:14,18).

Dengan demikian, dalam teologi Kristen, yang dimaksud dengan inkarnasi adalah bahwa Pribadi kedua Allah Trinitas mengambil bentuk atau rupa manusia bagi diriNya sendiri. Dengan kata lain, inkarnasi adalah tindakan dimana Putra Allah yang kekal mengambil bagi diriNya natur tambahan yaitu natur manusia melalui kelahiran dari seorang perawan. Kristus tidak memiliki kemanusiaan sampai saat kelahiranNya melalui perawan Maria. Untuk inkarnasi diperlukan pribadi yang mula-mula berada dalam wujud tanpa tubuh, lalu pribadi itu kemudian mengenakan tubuh kedagingan. Tepat seperti itulah yang dilakukan Anak Allah.

Dalam KeilahaianNya, Kristus sudah ada bersama Bapa sebelum dunia dijadikan dan Ia ada dalam kekekalan bersama Bapa. Dalam kemanusiaanNya, Kristus ada dan dilahirkan dari rahim perawan Maria. Melalui inkarnasi, Kristus menyatukan sifat ke-Allahan-Nya dengan sifat manusia. Perbedaan kedua sifat tersebut tidak berkurang ketika dipersatukan, dan keistimewaan kedua sifat itu tetap terpelihara sekalipun disatukan di dalam diri Yesus Kristus. Yesus tidak terbagi menjadi dua pribadi; Ia adalah satu pribadi yaitu Anak Allah. Karena itu sejak inkarnasi Kristus adalah Allah sejati dan manusia sejati, sebab Ia telah memiliki dua sifat yang berbeda yaitu sifat ilahi dan sifat manusia, yang menyatu di dalam pribadiNya yang tunggal secara abadi.


Rasul Paulus mengatakan bahwa “Setelah Genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, lahir dari seorang wanita” (Galatia 4:4), dan ia memberitakan “Injil Allah ... tentang AnakNya, yang dilahirkan melalui benih Daud” (Roma 1:3). “Allah ... Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa...” (Roma 8:3). “yang walaupun dalam rupa Allah,... telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan menusia” (Filipi 2:6-7). 

Jadi disini rasul Paulus hendak menegaskan bahwa Kristus bukannya menjadi Anak Allah saat inkarnasiNya. Ia adalah Anak kekal Bapa, yang kini diutus Bapa. Pertanyaannya: Mengapakah Allah mengutus AnakNya dalam bentuk yang serupa dengan manusia berdosa? Mengapa inkarnasi itu Perlu? Alasan-alasan apa saja yang dapat kita temukan bagi peristiwa inkarnasi yang unik dan luar biasa tersebut?

Alkitab memberikan beberapa alasan pentingnya inkarnasi Anak Allah.

(1) untuk menggenapi janji-janji Allah (Roma 15:8-9). Dalam Perjanjian Lama, Allah telah membuat banyak janji yang hanya dapat direalisasikan melalui inkarnasi, misalnya Janji kepada Abraham (Kejadian 12:1-4; Galatia 3:29) dan janji kepada Daud ( 2 Samuel 7:12-16; Lukas 1:31-33);

(2) untuk menyatakan Allah kepada kita (Yohanes 1:18). Meskipun dalam Perjanjian Lama Allah telah menyingkapkan diriNya kepada manusia dengan berbagai cara, namun Allah yang adalah roh dan tidak terbatas itu tidak dapat dipahami manusia. Melalui inkarnasilah hakikat Allah yang sesungguhnya dinyatakan oleh Kristus dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh manusia (Bandingkan Yohanes 14:9-10; Ibrani 1:1-3);

(3) untuk menjadi korban yang mampu menghapus dosa (1 Yohanes 3:5). Yohanes menyebut Kristus sebagai Anak Domba untuk korban penebus dosa (Yohanes 1:29,36; Bandingkan 1 Korintus 6:20). Sebagai korban, Kristus harus mencurahkan darahNya, karena tanpa penumpahan darah tidak ada penghapusan dosa (Ibrani 2:14; 1 Petrus 18-19). Sebagai Allah Kristus tidak dapat mati, tetapi sebagai manusia ia dapat dapat telah mengalami kematian karena dosa-dosa kita (1 Korintus 15:3);

(4) untuk menjadi teladan bagi manusia (1 Petrus 2:21). Melalui inkarnasi, Kristus memberikan teladan bagi manusia dalam hal ketaatan kepada Allah (Ibrani 10:7), didemonstrasikan sebagai pola bagi kehidupan orang percaya (Filipi 2:5-8; 1 Yohanes 2:6);

(5) untuk menghancurkan pekerjaan si Iblis (1 Yohanes 3:8). Karena dunia ini telah di kuasai oleh si jahat (1 Yohanes 5:19), maka melalui inkarnasi Kristus datang ke dalam dunia untuk mengalahkan Iblis di arena dunia ini dimana ia berkuasa. Kristus telah menghasilkan penebusan yang sempurna terhadap manusia berdosa dan menyebabkan suatu kemenangan yang besar (1 Yohanes 3:9);

(6) untuk menjadi imam besar yang penuh rahmat dan setia (Ibarni 2:17-18; 4:14-16; 5:1-10). Melalui inkarnasi Kristus menjadi imam besar yang mewakili manusia dihadapan Allah. Ia dapat bersimpati kepada manusia karena Ia menjadi manusia , dicobai dalam semua aspek kehidupan, hanya Ia tidak berbuat dosa. Karena itulah Ia dapat menolong mereka yang dicobai;

(7) untuk menjadi kepala gereja (Efesus 1:20-23). Setelah kematian, kebangkitan dan kenaikanNya ke surga Kristus duduk disebalah kanan Allah Bapa, tempat dari mana Ia berada. Melalui inkarnasi ristus mendapatkan tubuh kemanusiaanNya, dan tubuh kemanusiaan itu tidak hilang saat kematianNya. Bahkan setelah kenaikkanNya ke surga, tubuh kemanusiaanNya tetapi ada, tubuh yang telah dimuliakan. Agar ia dapat menjadi kepala tubuh (gereja) yang terdiri dari orang-orang yang ditebus, maka ia harus tetap memiliki tubuh kemanusiaanNya;

(8) untuk menghakimi dan memulihkan dunia bagi Allah. Allah telah menetapkan Kristus menjadi hakim (Yohanes 5:22,27; Kisah Para Rasul 17:31). Semua penghakiman akan dilakukan oleh Kristus. Penghakiman yang dilakukan Kristus adalah penghakiman yang benar, adil dan jujur karena Ia adalah Allah. Ia juga dapat menggugurkan semua alasan yang munkin diajukan oleh manusia karena ia pernah hidup di dunia sebagai manusia


Kelahiran Kristus berbeda dari kelahiran lainnya karena Ia lahir dari rahim seorang perawan yang bernama Maria. Perawan Maria yang pada saat itu sedang bertunangan dengan Yusuf, mengandung seorang bayi dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 1:31,35), tanpa peran serta Yusuf. Injil Matius dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa Maria dan Yusuf selama bertunangan hingga Maria melahirkan Yesus tidak pernah melakukan hubungan seks atau biologis suami-istri. 

Perhatikan pernyataan Matius berikut, “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus” (Matius 1:24-25).

Dua ayat penting yang menubuatkan (meramalkan) kelahiran Juruselamat dari seorang perawan adalah Kejadian 3:15 dan Yesaya 7:14, dan digenapi di dalam Matius 1:18-23; Lukas 1:26-38. Dalam Kejadian 3:15, setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka Tuhan sendiri menubuatkan tentang Juruselamat demikian “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya”. Ayat ini dikenal dengan istilah “protevangelium” karena merupakan nubuat pertama dari kabar baik tentang Kristus. 

Nubuat itu menekankan tiga hal yaitu: 

(1) Mesias atau Penyelamat yang akan datang adalah keturunan perempuan. Dengan demikian disini kelahiran Juruselamat dari seorang perawan diramalkan karena ayat ini menujuk pada “benih perempuan” yaitu Krisus yang lahir dari anak dara, Maria (Bdk. Matius 1:16); 

(2) akan ada permusuhan antara ular (Iblis) dan keturunan perempuan (Mesias); 

(3) Mesias atau Juruselamat itu akan mengalahkan si ular, tetapi dengan melakukan hal tersebut Mesias itu sendiri harus mengalami penderitaan.

Selanjutnya, 700 tahun sebelum kelahiran Kristus nabi Yesaya telah meramalkan bahwa Juruselamat akan dilahirkan dari seorang perawan, dengan menyatakan, “... Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. (Yesaya 7:14). Dalam tujuh pemunculan di Perjanjian Lama, istilah Ibrani “עַלְמָה ('almah)” yang diterjemahkan “anak dara” dalam ayat ini, tidak pernah ditujukan pada seorang perempuan yang telah hilang keperawanannya. 

Berdasarkan konteksnya maka ayat ini memiliki dua penggenapan yaitu: (1) pada masa yang akan datang yang segera digenapi dengan kelahiran Maher-Shalal-hash-baz (Yesaya 8:3); (2) pada masa akan datang yang lebih jauh adalah kelahiran Yesus Kristus dari perawan Maria. Injil Matius dengan jelas menyatakan bahwa Kelahiran Kristus melalui perawan Maria merupakan penggenapan dari Nubuat Yesaya ini (Matius 1:23).

Matius menjelaskan bahwa yang bertanggung jawab dalam kehamilan Maria ini adalah Roh Kudus bukan Yusuf (Matius 1:18). Lukas dalam Injil Lukas merincikan peristiwa luar biasa ini adalah karya Roh Kudus dan kuasa Allah (mujizat) yang turun atas Maria yang mendapat kasih karunia. Wajarlah Maria terkejut mendengar kabar tersebut dengan bertanya “bagaimana mungkin hal itu terjadi, sedangkan aku belum bersuami” (Lukas 1:34). 

Karena itulah Yesaya menggunakan istilah Ibrani עַלְמָה ('almah) yang berarti perawan (bukan sekedar perempuan muda). Sebab jika yang dimaksud perempuan muda baik yang menikah atau belum menikah maka Yesaya akan menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam budaya Yahudi pada masa itu yaitu בְּתוּלָה (bethulah). 

Namun, Yesaya dengan tepat telah menggunakan istilah Ibrani “עַלְמָה ('almah)” yang diterjemahkan “anak dara”, tidak pernah ditujukan pada seorang perempuan yang telah hilang keperawanannya. Kira-kira 700 tahun kemudian, Matius mengutip Yesaya dengan menggunakan kata Yunani “ παρθένος (parthenos)” untuk menerjemahkan kata “almah” yang berarti perawan.

Sejarah mencatat kelahiran yang tidak lazim. Misalnya ditahun 1961 wanita berusia 54 tahun di Birma melahirkan bayi seberat kurang lebih 3 pon yang sudah mengapur setelah dikandung selama 25 tahun. Sejarah juga mencatat seorang wanita bernama Lesley Brown pada tanggal 25 Juli 1978 melahirkan “bayi tabung” pertama di Inggris. Pembuahan dilakukan diluar rahim sang ibu. 

Saat ini soal “pinjam rahim” untuk melahirkan anak sudah bisa dilakukan dengan bantuan medis dan teknologi. Walaupun kelahiran Kristus tidaklah sama dengan pembuahan buatan yang merupakan penemuan teknologi saat ini, namun hal ini menunjukkan bahwa pembuahan yang melawan natur alamiah (biasa) dimungkinkan. Yesus jelaslah dikandung di dalam rahim Maria bukan sebagai akibat hubungan seksual. 

Ketika mengandung Yesus, Maria masih merupakan seorang perawan, dan dia juga tetap perawan hingga Yesus lahir. Sebab menurut Alkitab, Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir (Matius 1:25). Maria mengandung sebagai akibat pengaruh Roh Kudus atas dirinya (Lukas 1:35; Matius 1:20). Namun, kenyataan itu tidaklah berarti bahwa Yesus merupakan hasil persetubuhan antara Allah dan Maria. Allah tetaplah Allah, dan seluruh sifat kemanusiaan Kristus dibangun oleh Roh Kudus di dalam rahim.

Kelahiran perawan ini penting sebab: 

(1) hal tersebut menunjukkan keunikan Juruselamat itu yang berbeda dari manusia lainnya. Inkarnasi bisa saja terjadi tanpa kelahiran dari seorang perawan, namun kelahiran melalui perawan merupakan cara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk menunjukkan bahwa Yesus merupakan pribadi yang sangat istimewa yang dipersiapkan secara khusus oleh Allah. 

(2) Untuk menunjukkan ketidakberdosaanNya. Seandaikan Kristus dilahirkan dari pembuahan yang wajar, maka Ia akan mewarisi sifat berdosa yang ditularkan melalui proses kelahiran yang menggerakan semua orang berbuat dosa. 

(3) untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Anak Allah tanpa cacat, sepenuhnya murni, tanpa dosa sebagai korban bagi pendamaian dan penebus dosa manusia. Hanya korban ini yang bisa diterima secara sempurna oleh Allah. 

(4) Hal tersebut merupakan bukti yang lain mengenai kuasa dan kedaulatan Allah atas alam semesta dan bahwa Ia melampuai hukum-hukum alam. Melalui kelahiran Kristus dari seorang perawan, Allah telah menunjukkan kuasaNya yang tidak terbatas dan bahwa tidak ada yang mustahil bagiNya untuk melaksanakan apa yang Ia ingin lakukan.

Kelahiran dari perawan juga berhubungan dengan keilahian Kristus, dimana yang Ilahi mungkin datang ke dunia melalui kelahiran dari perawan, dan mujizat kelahiranNya menunjukkan pada keilahian Kristus. 

Sebab itu ketika malaikat Gabriel memberitahukan Maria Maria bahwa, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya..” (Lukas 1:31-32), Maria langsung memprotesnya bahwa ia belum bersuami. 

Namun apa yang dikatakan malaikat Gabriel jelaslah menunjukkan natur keilahian dari Anak tersebut, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35). Karena itulah, maka ajaran tentang kelahiran Kristus dari seorang perawan dapat menjadi ujian mengenai pandangan seseorang terhadap mujizat. 

Jika seseorang dapat menerima kelahiran Yesus dari seorang perawan, maka orang tersebut akan mungkin lebih mudah untuk dapat menerima mujizat-mujizat lainnya yang tercatat di dalam Alkitab. Dengan demikian keyakinan seseorang akan doktrin ini jelas sangat menentukan juga sikapnya terhadap hal-hal yang supranatural pada umumnya, termasuk pengakuan terhadap keilahian Kristus. 

Karena memang lebih mudah menerima keilahian Kristus ketimbang menerima kelahiranNya dari seorang perawan. Pandangan seseorang mengenai kelahiran Kristus dari seorang perawan akan menentukan apakah ia menerima keilahian Kristus atau tidak.ARTI,TUJUAN DAN CARA INKARNASI KRISTUS
Next Post Previous Post