PENGANTAR KITAB WAHYU (SUATU INTERPRETASI TEOLOGIS DARI PERSPEKTIF FUTURISTIK PREMILENIALISME)

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
PENGANTAR KITAB WAHYU (SUATU INTERPRETASI TEOLOGIS DARI PERSPEKTIF FUTURISTIK PREMILENIALISME)
PROLOG:

Kitab Wahyu diberi judul berdasarkan pernyataan pembuka pada Kitab tersebut, yaitu “wahyu Yesus Kristus” (Wahyu 1:1). Kata “wahyu” adalah terjemahan dari kata Yunani “apocalypsis” yang berarti “dari tempat persembunyian” atau “untuk mengungkapkan atau menyingkapkan sesuatu”. 

Kata “apocalypsis” menunjuk kepada satu wahyu (pengungkapan, penyingkapan) yang ditulis dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak. Jadi tepatnya “wahyu Yesus Kristus”, bukannya “wahyu-wahyu Yesus Kristus”. Wahyu ini diberikan kepada rasul Yohanes di Pulau Patmos, yaitu tempat pembuangannya oleh Kaisar Domitian pada tahun 95 M. Pada saat itu Rasul Yohanes berusia kira-kira 90 tahun.

Kitab Wahyu adalah kitab paling mempesona yang pernah ditulis karena itu kitab ini memiliki tempat yang istimewa di dalam hati umat Allah. Kitab ini berasal dari Pribadi yang paling mempesona yaitu Yesus Kristus. Itulah sebabnya kitab ini disebut “The Revelation of Jesus Christ” (Wahyu 1:1) karena berisi wahyu, yaitu pengungkapan atau penyingkapan Yesus Kristus. 

Ada dua cara untuk memahami maksud dari kalimat “The Revelation of Jesus Christ (wahyu Yesus Kristus)” ini, yaitu : 

(1) Sebuah pengungkapan atau penyingkapan tentang Yesus Kristus; 

(2) Sebuah pengungkapan atau penyingkapan yang diberikan oleh Yesus Kristus. 

Jadi Kitab ini secara luar biasa pengungkapan atau menyingkapkan Yesus Kristus dan pada saat yang sama kitab ini sebagai sebuah pengungkapan atau penyingkapan yang diberikan oleh Yesus Kristus. Jadi, kitab Wahyu menggambarkan Yesus Kristus sebagai seorang pengungkapan atau penyingkapan sepanjang kitab, dimana Ia berbicara kepada tujuh jemaat, membuka gulungan kitab dan mengungkapkan isinya. Ia memberikan pesanNya kepada para malaikat dan rasul Yohanes (Wahyu 1:1-2).

METODE PENAFSIRAN

Harus diakui bahwa kitab ini merupakan kitab yang paling sulit untuk ditafsirkan. Gambarannya yang hidup dan simbolisme yang mempesona telah menimbulkan pandangan yang berbeda tentang bagaimana seharusnya menafsirkan kitab ini. 

Secara luas ada empat cara pendekatan penafsiran kitab wahyu, yaitu: 

(1) Pandangan Preteristik, melihat kitab Wahyu sebagai hal yang telah digenapi di abad pertama dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 M; 

(2) Pandangan Historistik, melihat wahyu sebagai panorama sejarah gereja dari masa zaman para rasul sampai kedatangan kedua kali; 

(3) Pandangan Idealistik, melihat kitab Wahyu sebagai gambaran pergumulan antara kebaikan dan kejahatan yang tidak berkesudahan serta mengajarkan prinsip-prinsip ideal serta menganggap kitab ini hanya sebagai gambaran (perumpamaan) yang tidak ada kaitannya dengan kejadian sejarah yang sesungguhnya; dan 

(4) Pandangan Futuristik, melihat kitab Wahyu sebagai kisah yang nyata dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang nyata yang akan terjadi di di dunia.

Saya menghargai setiap pandangan penafsiran, namun harus menjelaskan posisi saya pada Pandangan Futuristik-Premilenialisme dengan menerapkan metode penafsiran literal yaitu penafsiran gramatikal-historis dan kontekstual. 

Penerapan penafsiran Futuristik pada kitab wahyu merupakan satu-satunya penafsiran yang memberi cukup pengakuan kepada genre nubuat kitab ini dan pola hermeneutis yang harafiah dan wajar pada penafsiran berdasarkan genre demikian. Penafsiran ini melihat kitab Wahyu dengan berfokus pada kurun waktu terakhir dari sejarah dunia dan menguraikan berbagai kejadian serta hubungannya satu dengan yang lainnya. Pandangan Futuristik ini merupakan pandangan paling baik dan sesuai dengan prinsip penafsiran yang sesungguhnya.

TEMA DAN GARIS BESAR KITAB WAHYU

Kitab Wahyu berisi tiga tema utama dan satu tema sentral. Tema utama yang meringkas kitab Wahyu ditekankan dalam tiga bagian utama kitab ini adalah : 

(1) Yesus Kristus (Wahyu 1); 

(2) Jemaat atau Gereja (Wahyu 2-3); dan 

(3) Klimaks atau kejadian terakhir (Wahyu 4-22). Sedangkan tema sentral yang mempersatukan kitab ini adalah kedatangan Yesus Kristus kedua kali yang dinyatakan dengan gamblang dalam wahyu 1:7, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.” Bahkan di dalam pasal 2-3, kedatangan Yesus Kristus disebut berulang kali.

Berbagai garis besar yang berbeda telah diusulkan untuk menjelaskan kitab Wahyu, namun garis besar yang terbaik adalah garis besar yang mengikuti alur seluruh kitab dan memuat tiga bagian pernyataan yang terkandung dalam Wahyu 1:19. 

Disitu dikatakan, “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.” Pernyataan dalam ayat ini merupakan pola dasar terbaik untuk menafsirkan kitab Wahyu, berisi deskripsi ganda dari apa yang sekarang ini dan apa yang akan terjadi, dimana rasul Yohanes sedang berbicara pada masanya sekaligus juga untuk masa depan. Kitab ini menggabungkan kedua aspek dalam arti tradisional kenabian kejadian terkini menggambarkan peristiwa eskatologis. 

Deksripsi Wahyu 1:19 tersebut secara ringkas demikian: 

(1) “Karena itu tuliskanlah,” kata malaikat kepada rasul Yohanes, “tuliskanlah apa yang telah kaulihat”; 

(2) Selanjutnya dikatakan, “baik yang terjadi sekarang”; dan 

(3) Lebih lanjut dikatakan, “maupun yang akan terjadi (meta tauta) sesudah ini”. Inilah garis besar yang luar biasa dari Kitab Wahyu, dan merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Susunan pembagian ini didukung oleh Wahyu 4:1. Dalam ayat ini Yohanes memasuki bagian selanjutnya, yaitu “apa yang harus terjadi sesudah ini”.

Berdasarkan Wahyu 1:19 tersebut dan alur seluruh kitab Wahyu, berikut ini ringkasan garis besar kitab Wahyu :

I. “Apa yang telah kau lihat” adalah penglihatan tentang Pribadi Kristus yang telah dimuliakan (Wahyu 1). Inti dari bagian adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus.Karena untuk hidup bagi Tuhan Yesus, kita harus tahu siapa Dia. Kita harus mengerti mengenai sikapNya terhadap apa yang kita alami. Dengan demikian, selayaknya sidat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan dan pusat perhatian kita.

II. “Hal-hal yang terjadi sekarang” adalah peristiwa yang terjadi pada masa gereja (Wahyu 2-3) yang diwakili oleh tujuh jemaat. Bagian ini terdiri dari tujuh pesan (surat) kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat ini menunutu penerapan dari penglihatan tentang Pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu. 

Setiap surat dumulai dengan fakta tentang Tuhan Yesus Kristus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang dirinya dalam pasal 1. Struktur Ketujuh surat tersebut mengikuti pola dasar berikut dengan beberapa pengecualiaan, yaitu terdiri dari : Alamat surat, karakter Kristus, pujian untuk Jemaat (kecuali kepada jemaat Sardis dan Laodikia), kritikan (kecuali kepada jemaat Smirna dan Filadelfia), tuntutan, ancaman dan janji. Ketujuh jemaat ini dipilih karena kondisi-kondisi rohani mereka meruakan mewakili kondisi rohani gereja-gereja seluruh dunia. Bagian kedua ini berhubungan erat dengan bagian ketiga yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.

III. “Hal-hal yang akan terjadi sesudah ini” (Yunani “meta tauta”), yaitu berbagai peristiwa yang terjadi disekitar kedatangan Kristus dan keadaan kekekalan (Wahyu 4-22). Bagian ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan “yang diam di bumi”. Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa “Tuhan Yesus Kristus akan menang!” KedatanganNya dan kemenanganNya akan membuktikan kebenaran sifat-sifatNya seperti yang dijelaskan pada pasal 1. Maka kemenanganNya akan memberikan kesempatan untuk membagikan hadiah-hadian yang dijanjikan dalam bagian kedua, yaitu dalam janji dalam ketujuh surat (pasal 2-3). Bagian ketiga ini belum terjadi, tetapi pasti akan terjadi. Karena itu bagian ini sangat penting. Walaupun sulit hidup bagi Kristus dan sulit menaati pesan dalam ketujuh surat, tetapi ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati.

PERGERAKAN KITAB WAHYU

Penulis Kitab Wahyu melihat masa depan seakan-akan sedang terjadi di depan matanya. Ia mencatat kejadian-kejadian ini sementara ia melihatnya terpampang di depan mata. Beberapa ungkapan kronologis menunjukkan bergulirkan wahyu ini mengenai kejadian-kejadian di masa depan. Ungkapan-ungkapan ini termasuk, “kemudian, apabila, setelah ini, dengan segera, yang lain, sesudahnya, sesudahnya, sesudah semua hal itu, dan kemudian daripada itu”.

POLA KAIMETRIK

Kata yang paling menonjol yang membuat kitab Wahyu terus bergerak adalah kata Yunani “kai”. Kata ini digunakan lebih dari 1200 kali dalam kitab Wahyu dan pada umumnya diterjemahkan dengan kata “dan”, meskipun juga diterjemahkan sebagai “tetapi, bahkan, maupun, juga, namun, dan memang”. Pembaca kitab Wahyu seringkali tidak menyadari bahwa hampir setiap ayat dalam kitab Wahyu dimulai dengan “kai”. 

Fenomena ini disebut dengan istilah “polysydeton” yang berarti “banyak dan”. Semua ini digunakan untuk mengikat kitab Wahyu menjadi satu unit yang begitu banyak menjadi pola yang disebut “kaimetrik”. Contoh dari pola kaimetrik dalam kitab Wahyu misalnya sebagai berikut: “Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: kepada Efesus, (dan) kepada Smirna, (dan) kepada Pergamus, (dan) kepada Tiatira, (dan) kepada Sardis, (dan) kepada Filadelfia, (dan) kepada Laodikia” (Wahyu 1:11). Contoh lainnya, “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Wahyu 5:12). 

Dalam kedua contoh tersebut enam “kai (dan)” mengikat menjadi satu sebuah daftar yang terdiri atas tujuh hal. Kadang teks ini menggunakan tujuh “kai” untuk mengikat satu daftar terdiri atas tujuh. Misalnya : “Maka (seharusnya “dan”) aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya(seharusnya “dan”) terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. 

Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. Maka (seharusnya “dan”) menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya” (Wahyu 6:12-14). Contoh lainnya: “Naiklah ke mari!” Lalu (seharusnya “dan”) naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, (seharusnya “dan”) disaksikan oleh musuh-musuh mereka. (seharusnya “dan”) pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu (seharusnya “dan”) memuliakan Allah yang di sorga. (Wahyu 11:12-13).

Kaimetrik ini bisa juga mengikat menjadi satu unit-unit yang terdiri atas dua, tiga, empat, lima, enam, sepuluh, dua belas. Penggunaan “kai” adalah tali kesusastraan yang mengikat kitab Wahyu menjadi satu dan membuatnya bergerak. Kita tidak bisa membaca kitab ini tanpa tersapu dalam rasa gerakan kisahnya. 

Pola ini berbunyi sebgai berikut: “Ini terjadi, dan itu terjadi, dan kemudian ini, dan kemudian itu, dan sebagainya”. Rasa bergulir yang terus menerus ini dengan jelas menunjukkan bahwa kitab Wahyu menggerakan pembacanya menuju suatu klimaks terakhir. Kita tidak bisa membaca buku ini sementara mental kita diam saja. Pembaca kitab ini akan merasakan, secara sadar ataupun secara tidak sadar, bahwa ia sedang bergerak melalui serangkaian kejadian yang muncul seperti kilasan-kilasan cepat pada layar kaca. Kilasan mengenaimasa depan ini dimaksudkan untuk membuat pembaca bergerak menuju ke pertunjukan sejarah manusia.

FRASE “META TAUTA”

Keunikan lain dalam kitab Wahyu adalah transisi (pergeseran atau pengalihan) suasana nubuat yang terjadi secara dramatis dari satu titik ke titik lainnya. Dimulai dari titik pertama “penglihatan mengenai Kristus yang dimuliakan” (Pasal 1), bergeser ketitik kedua “surat-surat Kristus kepada ketujuh jemaat” (Pasal 2, 3). Kemudian bergeser lagi ketitik ketiga “penglihatan mengenai surga” (Pasal 4,5), dan bergeser lagi ketitik lainnya. Khusus pada pasal 4:1 merupakan titik balik kunci dalam kitab Wahyu. 

Dimana Yohanes dipanggil ke dalam ruangan tahta surga dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang surga mulai dari titik ini. Suatu permulaan baru dalam kitab Wahyu dibuat di pasal 4:1 ini, dimana sebuah pintu surga dibuka untuk memungkin rasul Yohanes memasuki gerbangnya dan melihat apa yang berlangsung di surga, supaya ia bisa mengerti apa yang terjadi di bumi. Inilah kunci untuk menafsirkan kitab Wahyu. Kitab ini memberi kita sudut pandang surga mengenai peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia. Kitab ini menegaskan kepada kita bahwa Allah mengendalikan semuanya. Ia masih ada di tahtaNyaI KehendakNya yang berdaulat akan terjadi dan dilaksanakan.

Transisi yang terjadi dalam pasal-pasal ini ditekankan oleh frase Yunani “meta tauta” atau yang diterjemahkan dengan “kemudian daripada itu” (pasal 4:1). Frase tersebut menunjukkan rangkaian peristiwa yang berlangsung setelah titik ini. Frase “meta tauta” ini dalam kitab Wahyu digunakan sebanyak 11 kali. Frase ini digunakan untuk menunjukkan awal sebuah penglihatan baru (Wahyu 7:9; 15:5; 18:1; 19:1), atau menunjuk kepada suatu rangkaian peristiwa yang baru. Dengan kata lain, melalui frase tersebut penulis kitab Wahyu hendak memperkenalkan perubahan dari penglohatan sebelumnya kepada penglihatan lainnya yang baru saja dilihatnya.

KRISTOLOGI KITAB WAHYU

Yesus Kristus adalah tema sentral dalam Kitab wahyu. Kunci utama untuk memahami kitab Wahyu adalah Kristus, sebab Ia adalah Penulisnya dan sekaligus pusat pembahasannya. Secara unik Wahyu pasal 1 menampilkan Yesus sebagai Juruselamat yang dimuliakan yang bangkit dari antara orang mati. Di pasal 2 dan 3 Ia dinyatakan sebagai Tuhan atas gereja (jemaat). Di pasal 4 dan 5 ia muncul sebagai sebagai Anak Domba Allah. Di pasal 6 sampai dengan pasal 11 Ia muncul sebagai Hakim segenap umat manusia. Di pasal 12 dan 13 Ia digambarkan sebagai Anak yang lahir secara Ajaib. Di pasal 14 sampai dengan pasal 19 Ia muncul sebagai Raja di atas segala raja yang akan datang. Paling akhir, di pasal 20 sampai dengan pasal 22 Ia dinyatakan sebagai Tuhan atas surga dan bumi.

Sebagaimana tulisan-tulisan Yohanes lainnya (Injil Yohanes dan surat Yohanes) maka dari sudut teologis fokus kitab Wahyu adalah Kristologi. Yohanes memperkenalkan kitab Wahyu sebagai “wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya, supaya ditujukanNya kepada hamba-hambaNya apa yang harus segera terjadi” (Wahyu 1:1). 

Namun, tidak seperti Injil Yohanes yang menunjukkan Yesus Kristus dalam kehinaanNya dan memberitahukan kepulanganNya kepada Bapa melalui penyaliban, kematian, kebangkitan, dan kemuliaan, maka kitab Wahyu menunjukkan Yesus Kristus yang dimuliakan dan yang telah dipulihkan pada kemuliaanNya bersama Bapa “sebelum dunia dijadikan” (bandingkan, Yohanes 17:5). Keunikan Kitab Wahyu karena secara khusus fokus pada eskatologis kedatangan Yesus Kristus kembali di bumi dan kemenanganNya atas kuasa-kuasa gelap yang akan muncul untuk melawanNya saat Dia datang kembali. Secara khusus Kitab Wahyu menyingkapkan makna sejumlah gelar Yesus Kristus serta memaparkan secara menakjubkan peran dan karya yang sempurna dari Kristus secara eskatologis.

1. Saksi Yang Setia (Wahyu 1:5; 3:14)

Kata Yunani “Saksi” dalam ayat ini adalah “Martys” yang artinya “seorang saksi”. Secara etimologis kata “martys artinya “seseorang yang hanya mengatakan sesuatu yang disebut kebenaran”. Dalam tradisi Helenisme, istilah “martys” dipakai untuk untuk menyatakansaksi yang legal dan dapat dipercaya dalam menyampaikan sebuah berita. Dalam septaguinta kata ini muncul pertama kali dalam Bilangan 5:13 dan menunjuk kepada saksi yang legal dan benar. Istilah ini dipakai dalam Perjanjian Baru sebanyak 34 kali untuk menjelaskan tentang saksi yang benar dalam mengungkapkan fakta yang akurat (Roma 1:9; 1 Petrus 5:1). 

Jadi pada prinsipnya istilah “martys” dipakai untuk seorang saksi yang legal, resmi, dan senantiasa membawa berita yang dipercaya sebagai kebenaran. Ketika Yohanes memakai istilah “Martys” dalam kitab Wahyu selain menunjuk kepada saksi Kristus (Wahyu 2:13; 11:2), ia juga secara khusus menjelaskan bahwa Kristus adalah Saksi yang sempurna dan setia, yang pertama bangkit sebagai penguasa atas segala sesuatu (Wahyu 1:5). Kemudian gelar itu diulangi lagi dalam wahyu 3:14 untuk menyatakan bahwa jaminan kebenaran atas semua perkataan yang Yesus Kristus sampaikan kepada setiap jemaat. Yesus Kristus disebut “Martys” karena Ia membawa berita atau nubuatan yang penuh dengan kebenaran (Wahyu 1:2; Bandingkan Yohanes 8:37). 

Dengan demikian Yesus Kristus disebut “Saksi yang setia” untuk menekankan bahwa Ia adalah sumber informasi sempurna dan terpercaya dari semua isi kitab Wahyu, meliputi janji eskatologis atau nubuatan yang harus digenapi dimasa depan. Karenannya, tidak ada nubuatan dalam kitab ini yang tidak akan digenapi. Sebagai tambahan, kata “martys” ini yang dikacaukan dengan kata “martyr”. Kata “martyr” artinya adalah “saksi” dan dipakai untuk para rasul dan semua orang percaya yang menjadi pemberita Injil Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 1:8). Jadi kata “martyr ini digunakan secara khusus untuk menjelaskan tentang seorang saksi bagi Injil Yesus Kristus (Yohanes 1:7; Kisah Para Rasul 22:18; Titus 1:13; Wahyu 11:7).

2. Alfa Dan Omega (Wahyu 1:8; 22:13)

Frase “Alfa dan Omega” merupakan dua huruf awal dan akhir dari alfabet Yunani. Yesus Kristus menggunakan gelar tersebut bagi diriNya untuk menekankan bahwa Dia adalah Pribadi yang Mahakekal dan Mahakuasa, sebagaimana yang dijelaskanNya sendiri bahwa Ia adalah Yang Awal dan Yang Akhir dari segala sesuatu (Wahyu 1:17). Karena itu tidak ada sesuatu atau seorangpun yang dapat melebihi Kristus dalam segala hal. 

Salah satu bukti kemahakuasaanNya bahwa Ia memegang kuci maut dan hades (Wahyu 1:18). Frase “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” merupakan kata-kata yang persis sama dengan yang digunakan Yahweh dalam Yesaya 48:12. "Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!”. 

Mengungkapkan sifat kekekalan Kristus, bahwa Ia telah ada dari kekekalan masa lampau sampai kekekalan masa datang. Untuk mempertegas kebenaran kekekalan Mesias, maka Yohanes selanjutnya menjelaskan bahwa Kristus adalah Pribadi yang sudah ada dari kekekalan, dan yang ada pada saat ini, bahkan terus ada pada masa yang akan datang, yaitu kekekalan di masa mendatang (Wahyu 4:8; 11:17). 

Gelar “Alfa dan Omega” ini juga dipakai untuk menyatakan kedaulatan dan kebesaran dari Seorang yang disebut “pantokrator” yang artinya “Yang Mahakuasa”, yaitu Kristus. Dia telah ada sebelum segala sesuatu ada, dan yang ada dan yang akan datang, sehingga Ia layak dipuji dan disembah. Karena itulah, dari 10 kali penggunaan kata “pantokrator” dalam Perjanjian Baru, 9 kali digunakan di dalam Kitab Wahyu dalam konteks doksologi (pujian penyembahan) kepada Yesus Kristus (2 Korintus 6:18; Wahyu 1:8; 4:8; 11:17; 15:3; 16:7,14; 19:6,15; 21:22). 

Pengulangan gelar “Alfa dan Omega dalam ayat terakhir kitab Wahyu digunakan untuk menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Mahakuasa, Yang Pertama dan Yang Terkemudian. Sejak kekekalan masa lampau Ia adalah Allah, pada masa kini dan masa mendatang Ia tetap tidak berubah sebagai Allah yang Mahakuasa. Ia telah menjadi figur sentral dari segala sesuatu yang ada di bumi dan di surga, seba segala sesuatu ada di dalam kekuasaanNya.

3. Anak Manusia (Wahyu 1:13-16)

Gelar “Anak Manusia” dalam Wahyu ini dipakai untuk menekankan kelilahian Kristus secara spesifik dibandingkan penggunaannya dalam bagian lainnya. Semua istilah “Anak Manusia” yang terdapat dalam Perjanjian Baru, khusunya dalam kitab Injil yang digunakan sebagai gelar untuk Kristus berasal dari gagasan istilah bahasa Aram “bar enash” yang artinya “anak manusia supranatural” yang dinubuatkan oleh Daniel (Daniel 7:13). 

Ciri-ciri Kelilahian Kristus sebagai anak manusia disingkapkan disini sebagai berikut: 

(1) JubahNya yang panjang menyatakan peranNya sebagai Imam dan Hakim Agung. 

(2) Kepala dan rambutNya bagaikan bagaikan bulu yang putih metah menjelaskan bahwa Kristus adalah Pribadi yang kekal seperti Bapa dan Roh Kudus. Sedangkan mataNya bagaikan nyala api menggambarkan ketajaman pengetahuanNya yang sempurna untuk melihat dan mengetahui segala bentuk dosa melalui peristiwa penghakiman kelak (Wahyu 2:18). 

(3) KakiNya mengkilap bagaikan tembaga yang membara dalam perapian melukiskan kedasyatan pengadilan dan penghakiman yang dilakukanNya di masa depan. 

(4) SuaraNya yang bagaikan desau air bah menunjukkan wibawa dan otoritasNya sebagai Tuhan dalam mengendalikan seluruh alam semesta, sehingga tidak seorangpun yang tidak dapat mendengar dan menaatiNya. 

(5) Tujuh bintang yang dipegangNya menjelaskan jaminan perlindungan dan pemeliharaanNya secara sempurna terhadap seluruh jemaat (Wahyu 1:20). 

(6) Mulutnya yang mengeluarkan pedang bermata dua menyatakan kuasa dan otoritas FirmanNya. Istilah Yunani yang dipakai untuk “pedang” dalam ayat tersebut adalah “rhompaia” menunjuk kepada pedang yang biasa dipakai oleh tentara Romawi untuk membunuh musuh. Istilah ini dipakai oleh Yohanes untuk meyatakan pedang Ilahi Kristys, yaitu FirmanNya yang menghancurkan para musuhnya kelak (Wahyu 19:15; bandingkan Efesus 6:17). 

(7) WajahNya bagai terik matahari melukiskan kemuliaan abadi yang dimiliki Kristus.

4. Singa dari Suku Yehuda (Wahyu 5:5; 22:16)

Gelar “Singa dari Suku Yehuda” yang dikenakan kepada Yesus Kristus bertujuan untuk menunjukkan bahwa Ia adalah benih atau keturunan Daud. Gagasan teologis gelar tersebut diangkat dari nubuatan Yakub yang memprediksi tentang kemenangan dan kekuasaan Yehuda atas suku-suku lainnya di lingkungan bangsa Israel (Kejadian 49:9-10). 

Tetapi secara progresif, benuh dari suku Yehuda tersebut menunjuk kepada tunas Isai atau benih Daud yang tampil di masa depan (Yesaya 11:1,10). Pada puncaknya, Yohanes menerangkan bahwa Singa dari Yehuda dan Tunas Daud itun adalah Kristus, yaitu Seseorang yang memenuhi perjanjian Daud (2 Samue; 7:16). Mesias yang telah memang atas Iblis dan maut di atas kayu salib, dinubuatkan akan berkuasa untuk menjatuhkan hukuman bagi Antikristus dan para pengikutnya di dalam masa tribulasi melalui penumpahan tujuh meterai murka Allah. 

Selain itu, Tunas Daud juga memiliki otoritas terttinggi untuk memerintah dalam Kerajaan Damai, yaitu kerajaan seribu tahun di bumi ini (Wahyu 5:5; 20:4). Penjelasan mengenai figur mesianik yang disebut sebagai “Singa dari Yehuda” telah dicatat tersebar secara luas, baik di dalam literatur targum maupun dalam tulisan-tulisan resmi orang Yahudi. Karena itulah Yohanes menggabungkan kedua tradisi tersebut dengan menyatakan bahwa Kristus adalah Simga dari Suku Yehuda. Ia juga merupakan keturunan Daud yang akan menang dan bekuasa atas semua musuhNya melaluyi penghakiman yang ia akan laksanakan di masa mendatang.

5. Anak Domba Ajaib (Wahyu 5:6)

Yesus Kristus disebut juga dengan gelar “Anak Domba Ajaib” karena di dalam ayat ini Ia digambarkan sebagai Anak Domba yang bermata dan bertanduk tujuh. Kata Yunani untuk “Anak Domba” dalam ayat ini dan seluruh kitab Wahyu yang ditujukan untuk Kristus adalah “Arnion” yang berarti “domba muda”. Kata teresebut digunakan sekitar 30 kali dan hanya dipakai dalam Kitab Wahyu saja. 

Karena itu istilah tersebut tidak ditemukan dalam kitab-kitab lainnya di Perjanjian Baru. Secara khusus dalam konteks in, penggunaan istilah “Arnion” bertujuan selain untuk menjelaskan karya penebusan Kristus sebagai Anak Domba yang disembelih, juga terutama menyatakan tentang KemahakuasanNya. Karena itu Anak Domba itu digambarkan “bertanduk tujuh”, yaitu menyatakan otoritas dan keperkasaanNya sebagai satu-satunya Pemimpin yang berkuasa membuka gulungan Kitab itu. Sebab dalam konteks kitab profetik, tanduk merupakan simbol dari kekuatan dan kekuasaan (Daniel 7:24; Wahyu 13:1). 

Sedangkan “tujuh mata” menyatakan Roh Kudus yang diutus oleh Kristus kepada ketujuh jemaat di Asia Kecil (Wahyu 1:4; 4:5). Namun bukan tujuh pribadi Roh Kudus, sebab Roh Kudus hanya memiliki satu pribadi (Yohanes 16:17). Dengan demikian, gelar Anak Domba (dan Singa dari Yehuda) dalam konteks ini (Wahyu 5:5-6) hendak menyatakan tentang kemuliaan Kristus sebagai Pribadi yang layak disembah. Gelar itu menunjikkan keperkasaan dan kekuasanNya sebagai pemimpin yang sanggup menaklukan seluruh bangsa dan pemerintahan di bumi. Karena itulah, Anak Doma dalam kitab Wahyu senantiasa dipuji dan disembah oleh setiap mahluk. Bahkan Ia ditakuti oleh seluruh penguasa dan segenap bangsa di dunia karena kemahakuasaanNya (Wahyu 5:8-9,13; 6:16; 7:9-10; 15:3-4; 17:14).

Sebagai tambahan, istilah “Anak Domba (Arnion)” dalam kitab Wahyu ini tidak boleh dikacaukan dengan istilah Yunani “Amnos” yang juga berati “Anak Domba. Kata “Amnos digunakan sebanyak 4 kali untuk Kristus di dalam Yohanes 1:29,36; Kisah Para Rasul 8:32; 1 Petrus 1:19. Semua kata “Amnos” tersebut menunjukkan gagasan tentang Anak Domba yang dikorbankan di kayu salib untuk menebus doa manusia. Kata Yunani lainnya untuk “anak domba” adalah “aren” dipakai 1 kali dalam Injil Lukas tetapi tidak menunjuk kepada Kristus (Lukas 10:3). 

Jadi Yohanes secara spesifik memakai istilah “Arnon” dalam kitab Wahyu ditujukan kepada Kristus untuk menyatakan dua hal : 

(1) Menegaskan bahwa Kristus adalah Tuhan yang layak disembah oleh karena kekuasaanNya membuka gulungan kitab itu. 

(2) Menyatakan karyaNya sebagai Juruselamat untuk menebus seluruh suku dan bangsa bagi Allahm sehingga mereka menjadi imam dan raja yang akan memerintah di bumi (Wahyu 5:9-10). Secara eskatologis, Anak Domba itu akan menjadi Penguasa yang berhak menjatuhkan hukuman dan murka kepasa penguasa dunia yang angkuh, yaitu Antikritus (Wahyu 6:16; 17:14). 

Selain itu, Anak domba itu juga akan dimuliakan bersama jemaatNya sebagai penganti perempuan di dalam Pesta Anak Domba (Wahyu 19:7-9). Selanjutnya, sampai pada langit dan bumi yang baru, Anak Domba itu senantiasa disembah oleh umatNya bahkan Ia tetap berkarya secara aktif sampai selama-lamaNya (Wahyu 21:22-23; 22:1).

6. Firman Allah (Wahyu 19:13).

Gelar “Firman Allah” yang kenakan kepada Kristus hanya terdapat dalam tulisan Yohanes. Rasul ini menjelaskan bahwa Firman kekal yang telah mencipta dunia telah berinkarnasi di dalam Kristus (Yohanes 1:1,14; 1 Yohanes 1:1). Sebab itu, Yesus layak disebut atau diberikan nama Firman Allah (Wahyu 19:13). 

Gelar tersebut menyatakan peran Ilahi Kristus secara eskatologis dalam mengadili, menghakimi serta mengalahkan dunia dengan Firman Allah yang keluar dari mulutNya (Wahyu 19:15,21). Kristus diberi gelar Firman Allah karena Ia adalah Pencipta alam semesta (Yohanes 1:3; Kolose 1:16) dan berkuasa untuk mengalahkan Iblis dan maut serta Antikristus. Sebagai Firman Allah, Ia pun berkuasa menaklukan seluruh suku dan bangsa di dunia. Gelar Firman Allah diberikan kepada Kristus berhubungan dengan karya kemenanganNya dalam menumpas dan mengalahkan para musuhNya dengan senjata ilahi, yaitu pedang tajam yang keluar dari mulutNya (wahyu 19:15). 

Kata pedang dalam ayat tersebut diterjemahkan dari istilah Yunani “rhomhaia” yang berarti sebuah pedang besar. Istilah tersebut dipakai dalam Septuaginta sebanyak 230 kali untuk menjelaskan tentang pedang yang membinasakan (Kejadian 3:24; 1 Samuel 17:45). 

Sedangkan dalam Perjanjian Baru istilah tersebut digunakan sebanyak 7 kali, yaitu: 1 kali untuk menjelaskan daya kerja firman Allah yang menembus ke dalam hati manusia (Lukas 2:34; bandingkan Ibrani 4:12), 5 kali dipakai secara figuratif dalam kitab Wahyu untuk menyatakan Firman yang keluar dari mulut (Wahyu 1:16; 2:12,16; 19:15,21), dan 1 kali digunakan tidak berkaitan dengan karya Kristus (Wahyu 6:8). Dengan demikian, kata “rhomphaia”, yaitu pedang yang keluar dari mulut Yesus Kristus, sebagai senjata yang mengalahkan para musuhNya dalam konteks tersebut adalah Firman Allah.

7. Bintang Fajar (Wahyu 22:16)

Kristus sendiri menggunakan gelar “Bintang Fajar (Morning Star)” atau “Bintang Timur” untuk diriNya sendiri. Rasul Yohanes mencatat perkataan Kristus demikian, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang (the bright and morning star, KJV)” (Wahyu 22:16). 


Disini Tuhan Yesus Kristus menyebut diriNya sebagai “tunas, yaitu keturunan Daud”, yang merupakan penggenapan dari ramalan Yesaya 11:1 bahwa, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”. Dia juga adalah “bintang timur yang gilang gemilang”, yaitu penggenapan dari ramalan Bilangan 24:17 yang mengatakan, “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set”. 

Gelar Bintang Fajar menjadi lambang pengharapan zaman Mesias yang akan mengakhiri zaman kegelapan. Kristus sebagai bintang Fajar untuk menandai dan mengantisipasi datangnya langit dan bumi baru dimasa yang akan datang. 

Gelar ini diberikan kepada Kristus untuk menyatakan bahwa kedatanganNya dilukiskan seperti bintang yang menerangi seluruh pelosok langit dan bumi Baru (Wahyu 21:23; 22:5). Istilah Yunani “λαμπρος - lampros” yang artinya “terang” dipakai dalam ayat ini menunjuk kepada sebuah bintang yang memiliki sinar dan cahaya paling cemerlang untuk menerangi seluruh galaksi. 

Berdasarkan gagasan ini maka Kristus disebut sebagai Bintang Fajar yang lebih cemerlang dari matahari dan bulan untuk menerangi kegelapan dunia baru. Sehingga di dalam langit dan bumi yang baru tersebut tidak diperlukan lagi matahri atau alat penerang lainnya. Sebab Anak Domba, yaitu Kristus sendiri yang akan menjadi lampunya (Wahyu 21:23). 

Dengan demikian, sebagai Bintang Fajar, Kristus akan memulai dan berperan sebagi terang ilahi dalam dunia baru pada saat Ia datang kembali yang kedua kalinya. Ia akan menggenapi seluruh janji tentang Mesias yang akan datang diakhir zaman (Wahyu 22:7, 12,20).

Sebagai tambahan, dalam teks Yunani ada perbedaan yang signifikan antara gelar “Bintang Timur” dalam Yesaya 14:12 yang mengacu kepada Iblis, dan gelar “Bintang Timur” yang dikenakan kepada Yesus Kristus. 


Teks Ibrani “Bintang Timur, putra Fajar” dalam Yesaya 14:12 adalah “הילל בן שחר - heylel ben-syakhar” diterjemahkan dalam Septuaginta (PL berbahasa Yunani) dengan “ο εωσφορος ο πρωι - ho heôsphoros ho prôi”. Sedang “Bintang Timur yang gilang-gemilang” dalam Wahyu 22:16 dalam teks Yunani ditulis dengan “ο αστηρ ο λαμπρος και ορθρινος - ho astêr ho lampros kai orthrinos”. Jadi, dalam teks Yunani kata “Bintang Timur” yang mengacu pada Iblis dengan kata “Bintang Timur” yang dikenakan pada Yesus Kristus jelas merupakan frase yang berbeda. Dengan demikian gelar “Bintang Timur” dalam Yesaya 14:12 berbeda dengan gelar “Bintang Timur” dalam Wahyu 22:16.

STRUKTUR DAN GARIS BESAR LENGKAP KITAB WAHYU

Berdasarkan Wahyu 1:19 tersebut dan alur seluruh kitab Wahyu, berikut ini ringkasan struktur dan garis besar lengkap kitab Wahyu :

(I) Bagian Pertama: “Apa yang telah kau lihat” adalah penglihatan tentang Pribadi Kristus yang telah dimuliakan (Wahyu 1:1-20).

1. Pembukaan Kitab (1:1-8)

(1) Judul Kitab dan Kata Pengantar (1:1-3)

(2) Salam (1:4-8)

2. Penglihatannya (1:9-20)

(1) Latar Belakang Penglihatan (1:9-11)

(2) Isi Penglihatan itu Sendiri (Wahyu 1:12-20)

(II) Bagian Kedua: “Hal-hal yang terjadi sekarang” adalah peristiwa yang terjadi pada masa gereja (Wahyu 2-3) yang diwakili oleh tujuh jemaat, menunjukan kondisi rohani gereja-gereja sepanjang sejarah (2:1-29 -- 3:22).

1. Surat Kepada Jemaat di Efesus (2:1-7), Jemaat Yang Kehilangan Kasih Mula-mula.

2. Surat Kepada Jemaat di Smirna (2:8-11), Jemaat Yang Menderita.

3. Surat Kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17), Jemaat Yang Berkompromi.

4. Surat Kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29), Jemaat Yang Permisif dan Toleran.

5. Surat Kepada Jemaat di Sardis (3:1-6), Jemaat Yang Mati.

6. Surat Kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13), Jemaat Yang Setia

7. Surat Kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22), Jemaat Yang Tidak Berguna

(III) Bagian Ketiga: “Hal-hal yang akan terjadi sesudah ini” (Yunani “meta tauta”), yaitu berbagai peristiwa yang terjadi disekitar kedatangan Kristus dan kemenanganNya serta keadaan kekekalan (Wahyu 4-22).

1. Pendahuluan : Penglihatan Ruang Tahta (Wahyu 4:1 – 5:14)

(1) Peralihan dari bagian kedua menuju bagian ketiga ( Wahyu 4:1-2)

(2) Tahta dan Kelilingnya (Wahyu 4:3-11)

(3) Gulungan Kitab dan Anak Domba (Wahyu 5:1-7)

(4) Pujian Kepada Dia Yang Mengambil Gulungan Kitab (Wahyu 5:8-14)

2. Masa Kesengsaraan: Malapetaka Kesengsaraan dan Pemerintahan Antikristus (6:1 -- 20:3)

(1) Ketujuh Meterai (6:1 – 8:6)

a. Meterai Pertama (Wahyu 6:1-2)

b. Meterai Kedua (Wahyu 6:3-4)

c. Meterai Ketiga ( Wahyu 6:5-6)

d. Meterai Keempat (Wahyu 6:7-8)

e. Meterai Kelima (Wahyu 6:9-11)

f. Meterai Keenam (Wahyu 6:12-17)

Tambahan 1: 144.000 Orang Dimeteraikan (Wahyu 7:1-8)

Tambahan 2: Orang Banyak Yang Keluar dari Kesusahan Besar (Wahyu 7:9-17)

f. Meterai Ketujuh (Wahyu 8:1-6)

(2) Ketujuh Sangkakala (8:7 -- 11:19)

a. Keempat Sangkakala Pertama (Wahyu 8:7-12)

b. Ketiga Sangkakala Terakhir (Wahyu 8:13 – 11:19)

(i) Sangkakala Kelima (8:13 – 9:12)

(ii) Sangkakala Keenam (Wahyu 9:13-21)

Tambahan 3: Gulungan Kitab (Wahyu 10:1-11)

Tambahan 4: Dua Saksi (Wahyu 11:1-14)

(iii) Sangkakala Ketujuh (Wahyu 11:15-19)

Tambahan 5: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (Wahyu 12:1-17)

Tambahan 6: Binatang Pertama (Wahyu 13:1-10)

Tambahan 7: Binatang Kedua (Wahyu 13:11-18)

Tambahan 8: 144.000 Orang (Wahyu 14:1-15)

Tambahan 9: Tiga Malaikat (Wahyu 14:6-13)

Tambahan 10: Tuaian Gandum di Bumi (Wahyu 14:14-16)

Tambahan 11: Tuaian Buah Anggur di Bumi (Wahyu 14:17-20)

(3) Ketujuh Cawan (15:1 -- 16:21)

a. Pendahuluan Ketujuh Cawan (15:1 – 16:1)

b. Ketujuh Cawan di Tumpah (Wahyu 16:2-21)

Tambahan 12: Babel Dikiaskan Sebagai Pelacur (Wahyu 17:1-18)

(4) Kota Babel Dimusnahkan (Wahyu 18:1-24)

a. Pemusnahan Babel Diberitakan (Wahyu 18:1-8)

b. Tanggapan Dunia (Wahyu 18:9-19)

c. Babel Tidak Akan Pulih (Wahyu 18:20-24)

(5) Sukacita Di Surga (Wahyu 19:1-10)

(6) Tuhan Yesus Datang Kembali (Wahyu 19:11-16)

(7) Tuhan Yesus Mengalahkan Binatang dan Tentaranya (Wahyu 19:17-21)

(8) Iblis Dikalahkan dan Diikat (Wahyu 20:1-3)

3. Kerajaan Seribu Tahun: Kerajaan Damai dan Pemerintahn Kristus (Wahyu 20:4-15)

(1) Orang-orang Yang Memerintah dengan Kristus Selama 1000 Tahun (20:4-6)

(2) Pemberontakan Terakhir Iblis (Wahyu 20:7-10)

(3) Penghakiman Terakhir di Tahta Putih (Wahyu 20:11-15)

4. Kekekalan: Langit Baru dan Bumi Baru (21:1 – 22:5)

(1) Yerusalem Baru (Wahyu 21:1-18)

(2) Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (Wahyu 21:9-21)

(3) Kemuliaan Yerusalem Baru (Wahyu 21:22-27)

(4) Sungai Kehidupan Dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (Wahyu 22:1-5)

5. Penutup (Wahyu 22:6-21)

(1) Penjelasan Akhir Dari Penglihatan (Wahyu 22:6-17)

(2) Kata Penutup Dari Kitab (Wahyu 22:18-21)

REFERENSI

Baskoro, Haryadi., 2011. 77 Renungan Alkitabiah Tentang Akhir Zaman. Penerbit Andi: Yokyakarta.
Beker, Charles. F., 2009. A Dispensational Theology. Penerbit Pustka Alkitab Anugerah: Jakarta.
Conner, Kevin J., 1993. The Fondation of Christian Doctrine, 2 Jilid, diktat. Terjemahan, Harvest International Theological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 2, terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Evans, Tony., 2002. The Best Is Yet To Come. Terjemahan, Gospel Press : Batam.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Hagelberg, Dave, 2005. Tafsiran Kitab Wahyu : Dari Bahasa Yunani. Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Hindson, Ed., 2000. Approaching Armageddon. Terjemahan, Interaksara: Batam.
Hitchcock, Mark., 2002. Bible Prophecy. Terjemahan, Gospel Press: Batam.
Hitchcock, Mark., 2011. Could The Rapture Happen Today? Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Jeremiah, David., 2017. Agents Of The Apocalypse? Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Jeremiah, David., 2018. Agents Of Babylon? Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta
Ladd, George Eldon., 1999. Teologi Perjanjian Baru. 2 Jilid, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Lahaye, Tim., 2005. Memahami Nubuatan Alkitab Bagi Diri Anda. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Lahaye, Tim & Jeery Jenkins., 2005. Apakah kita Hidup Di Akhir zaman? Terjemahkan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Lahaye, Tim, dkk., 2004. The Popular Handbook On The Rapture. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
MacArthur, John. F., 2000. The Second Coming. Terjemahan, Penerbit Penerbit Interaksara: Batam.
Pandensolang, Welly., 2004. Eskatologi Biblika. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Rhodes, Ron., 2018. Panduan Lengkap Tanya Jawab Tentang Hari Kiamat. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. 2 Jilid. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Ryrie, Charles C., ed. 2002. Coundown To Armagedon. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Ryrie, Charles C., ed. 2005. Dispensationalism. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Sper, David, ed., 2003. Apakah Yang Kita Ketahui Tentang Akhir Zaman? Terjemahkan, Diterbitkan Discovery House Publisher Indonesia: Jakarta.
Stedman, Ray C., 2002. God’s Final Word? Terjemahkan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Swindoll, Charles R., dkk. 2000. The Road To Armagedon. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Willmington, Harold. L., 2003. Eskatologi: Study Alkitabiah yang Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman. Terjemahkan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Yeakley, Tom., 1993. Maranatha: Tuhan Akan Datang. Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.PENGANTAR KITAB WAHYU (SUATU INTERPRETASI TEOLOGIS DARI PERSPEKTIF FUTURISTIK PREMILENIALISME)
Next Post Previous Post