PRINSIP-PRINSIP ALKITABIAH DALAM MEMILIH JODOH
Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th.
JIKA BELUM MENDAPAT JODOH.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang pria atau wanita belum mendapat jodoh yang tepat antara lain :
1. Kriteria yang belum tercapai. Setiap orang memiliki kriteria mengenai calon pasangan hidupnya. Dan karena memang tidak ada kriteria yang baku, maka setiap orang menetapkan kriteria (idealisme) sendiri soal pasangan. Ada yang menetapkan kriteria pada unsur kedewasaan, wajah, karier atau materi, dan banyak hal lainnya.
otomotif, bisnis |
Jadi, jika belum mendapatkan jodoh, sebaiknya perlu bertanya kepada diri sendiri apakah kriteria itu terlalu tinggi untuk tetap dipertahankan. Evaluasi kembali kriteria soal calon pasangan. Mintalah Tuhan memberikan hikmat dalam menetapkan kriteria yang diinginkan.
2. Kurangnya pergaulan. Banyak di antara mereka yang belum mendapatkan jodoh biasanya sibuk mengejar karier sehingga tidak ada waktu untuk menjalin persahabatan. Karena itu, upayakan tetap bisa menambah pergaulan, dengan cara misalnya mengikuti persekutuan di gereja untuk bertemu dengan orang-orang yang seiman.
2. Kurangnya pergaulan. Banyak di antara mereka yang belum mendapatkan jodoh biasanya sibuk mengejar karier sehingga tidak ada waktu untuk menjalin persahabatan. Karena itu, upayakan tetap bisa menambah pergaulan, dengan cara misalnya mengikuti persekutuan di gereja untuk bertemu dengan orang-orang yang seiman.
Tidak ada salahnya menggunakan jasa kontak jodoh; ada juga kontak jodoh Kristen yang dapat dilihat di tabloid Kristen atau situs internet. Kontak jodoh hanya membantu memperkenalkan dan selanjutnya kitalah yang memutuskan sendiri. Bisa juga meminta bantuan teman untuk memperkenalkan dengan teman seiman yang belum menikah.
3. Rendah diri atau minder. Rendah hati itu baik, tetapi rendah diri atau minder itu tidak baik. Ada banyak yang menyerah serta memiliki citra diri yang rendah (minder). Sebagian merasa bahwa pada usia tertentu mereka sudah tidak laku-laku. Pandangan seperti itu sebenarnya sudah tidak berlaku lagi di dunia modern. Usia bukanlah penghalang untuk menikah.
3. Rendah diri atau minder. Rendah hati itu baik, tetapi rendah diri atau minder itu tidak baik. Ada banyak yang menyerah serta memiliki citra diri yang rendah (minder). Sebagian merasa bahwa pada usia tertentu mereka sudah tidak laku-laku. Pandangan seperti itu sebenarnya sudah tidak berlaku lagi di dunia modern. Usia bukanlah penghalang untuk menikah.
Selain itu, Tuhan ingin kita memiliki citra diri yang baik karena kita adalah ciptaan-Nya yang mulia dan berharga. Janganlah merasa minder dan terlalu fokus pada kekurangan. Tunjukkan kelebihan kita dan kembangkan kualitas yang ada. Akan lebih baik jika menggunakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk mempelajari keterampilan baru dan mengambangkan minat-minat. Salah satu cara mengembangkan daya tarik diri terhadap orang lain bukan dengan berusaha mati-matian untuk mendapatkan pacar (jodoh), melainkan dengan menjadi pribadi (bukan sekedar penampilan) yang lebih menarik dan berbahagia.
4. Perbaiki penampilan diri dan kembangkan wawasan. Penting bagi pria dan wanita agar menjaga diri, penampilan dan kepribadian tetap menarik serta menjadi dewasa. Selain itu, tambahlah wawasan dalam pergaulan. Kembangkan wawasan dengan membaca serta masuk ke komunitas yang memiliki hobi sama. Dengan demikian, ada kontak dan relasi yang terjalin dengan sesama. Namun harus tetap diperhatikan bahwa kenyataannya, menjadi menarik bukan hanya mengenai penampilan, tetapi mengenai keseluruhan diri seseorang, seperti intelektualitas, minat, perilaku, bahkan semua hal yang menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri.
5. Berdoa untuk mencari tahu kehendak Allah apakah harus tetap melajang atau menikah. Kristus mengatakan, “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga” (Matius 19:11). Karena itu, sebagai seorang yang lajang seumur hidupnya, rasul Paulus menulis keuntungan-keuntungan dari hidup melajang (1 Korintus 7:32-40).
4. Perbaiki penampilan diri dan kembangkan wawasan. Penting bagi pria dan wanita agar menjaga diri, penampilan dan kepribadian tetap menarik serta menjadi dewasa. Selain itu, tambahlah wawasan dalam pergaulan. Kembangkan wawasan dengan membaca serta masuk ke komunitas yang memiliki hobi sama. Dengan demikian, ada kontak dan relasi yang terjalin dengan sesama. Namun harus tetap diperhatikan bahwa kenyataannya, menjadi menarik bukan hanya mengenai penampilan, tetapi mengenai keseluruhan diri seseorang, seperti intelektualitas, minat, perilaku, bahkan semua hal yang menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri.
5. Berdoa untuk mencari tahu kehendak Allah apakah harus tetap melajang atau menikah. Kristus mengatakan, “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga” (Matius 19:11). Karena itu, sebagai seorang yang lajang seumur hidupnya, rasul Paulus menulis keuntungan-keuntungan dari hidup melajang (1 Korintus 7:32-40).
Nilai yang paling penting adalah menyenangkan Allah mengejar kekudusan, memperlakukan tubuh sendiri dengan hormat, dan tidak merusak hidup orang lain (1 Tesalonika 4:1-8). Untuk mereka yang tidak menikah, dengan pengabdian kepada Tuhan dan sesama, maka dari mereka pun dituntut hidup sehat, suci dan penuh berkat. Pernikahan dan seks bukanlah syarat mutlak untuk menuju kehidupan yang sukses dan bahagia. Namun terkadang seseorang yang tidak menikah sering menganggap bahwa ia belum lengkap sebagai satu pribadi bila belum berhubungan seks dengan seseorang.
Pernikahan dan seks dapat begitu dipuja sehingga seseorang yang masih sendiri merasa tidak lengkap tanpanya. Jika seseorang mengejar kesenangan seksual seolah-olah itulah jalan menuju kebahagiaan, ia akan selalu menemukan bahwa seks tidak memberi kepuasan yang diharapkan. Karena itu, untuk menjaga agar tidak menyakiti diri sendiri, keinginan dan aktivitas seks haruslah di bawah kontrol Kristus.
Alkitab mengatakan, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah” (1 Tesalonika 4:3-5).
APAKAH SALAH JIKA MENOLAK JODOH PILIHAN ORANG TUA?
Kekristenan telah menembus dan mengubah berbagai budaya di seluruh dunia. Namun di tempat-tempat yang menerima pandangan pernikahan yang Kristiani, sistem pernikahan berdasarkan rancangan orang tua atau keluarga tidak selalu dihilangkan. Ada budaya di mana orang tua telah menjodohkan anak mereka sejak lahir. Namun, ketika anak sudah dewasa, mereka menolak dijodohkan dengan pilihan orang tua mereka karena telah menemukan jodoh pilihan mereka sendiri. Walau ada, kasus seperti ini sudah jarang sekali ditemukan dalam masyarakat sekarang ini. Akan tetapi jika hal seperti itu terjadi berikut ini beberapa langkah yang perlu diperhatikan.
1. Satu hal yang selalu ditekankan oleh Kekristenan tentang pernikahan yaitu bahwa pernikahan membutuhkan persetujuan. Dan persetujuan kedua pasangan ini adalah hal yang prinsip (esensi) dalam perjanjian pernikahan. Hal itu didasarkan alasan-alasan teologis yang berkaitan dengan perjanjian Allah dengan umat-Nya. Perjanjian tidak mungkin diikat tanpa adanya persetujuan dengan sepenuh hati dari pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki.
APAKAH SALAH JIKA MENOLAK JODOH PILIHAN ORANG TUA?
Kekristenan telah menembus dan mengubah berbagai budaya di seluruh dunia. Namun di tempat-tempat yang menerima pandangan pernikahan yang Kristiani, sistem pernikahan berdasarkan rancangan orang tua atau keluarga tidak selalu dihilangkan. Ada budaya di mana orang tua telah menjodohkan anak mereka sejak lahir. Namun, ketika anak sudah dewasa, mereka menolak dijodohkan dengan pilihan orang tua mereka karena telah menemukan jodoh pilihan mereka sendiri. Walau ada, kasus seperti ini sudah jarang sekali ditemukan dalam masyarakat sekarang ini. Akan tetapi jika hal seperti itu terjadi berikut ini beberapa langkah yang perlu diperhatikan.
1. Satu hal yang selalu ditekankan oleh Kekristenan tentang pernikahan yaitu bahwa pernikahan membutuhkan persetujuan. Dan persetujuan kedua pasangan ini adalah hal yang prinsip (esensi) dalam perjanjian pernikahan. Hal itu didasarkan alasan-alasan teologis yang berkaitan dengan perjanjian Allah dengan umat-Nya. Perjanjian tidak mungkin diikat tanpa adanya persetujuan dengan sepenuh hati dari pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki.
Persetujuan merupakan suatu kemutlakkan dalam mengikat perjanjian pernikahan. Karena inti dari pernikahan adalah perjanjian melalui persetujuan kedua mempelai, maka saya yakin bahwa baik sistem pernikahan yang dirancang orang tua (keluarga) maupun sistem pernikahan yang didahului oleh masa pacaran dan kencan dapat dipakai untuk pernikahan masa kini. Seorang pria dan wanita dapat menemukan pasangan yang sepadan dan membuat ikatan perjanjian seumur hidup melalui kesepakatan pribadi mereka, entah ia mendapatkan calon pasangannya melalui sistem rancangan orang tua maupun melalui sistem kencan.
2. Sebaiknya anak yang dijodohkan itu berdoa meminta petunjuk dari Tuhan. Jadi jangan asal menolak, siapa tahu justru yang dijodohkan itu memang jodoh yang diberikan Tuhan padanya. Namun, jika memang bukan jodohnya, maka ia berhak untuk menolaknya. Memang orang tua selalu memikirkan dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun apa yang baik menurut orang tua, belum tentu baik bagi anak-anak.
2. Sebaiknya anak yang dijodohkan itu berdoa meminta petunjuk dari Tuhan. Jadi jangan asal menolak, siapa tahu justru yang dijodohkan itu memang jodoh yang diberikan Tuhan padanya. Namun, jika memang bukan jodohnya, maka ia berhak untuk menolaknya. Memang orang tua selalu memikirkan dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun apa yang baik menurut orang tua, belum tentu baik bagi anak-anak.
Pada akhirnya semua kembali kepada yang menjalani pernikahan itu. Karena itu jika dijodohkan maka jangan alergi untuk menerima, ataupun jangan takut untuk menolaknya. Pilihan orang tua tidak selalu salah, atau sebaliknya, pilihan orang tua juga tidak selamanya benar. Namun, kadang kala orang tua yang otoriter sering kali tidak peduli terhadap keinginan dan pilihan anak merek sendiri. Jika demikian halnya apa yang harus dilakukan? Tuhan mempunyai banyak cara untuk mempertemukan dan mempersatukan.
Jika memang pilihan yang bertentangan dengan kehendak orang tua adalah jodoh yang berasal dari Tuhan, maka jangankan orang tua, siapa pun tidak akan dapat mengacaukan rencana Tuhan. Karena itu berdoalah dengan sungguh-sungguh, agar Tuhan menolong melunakkan hati orang tua untuk memberi persetujuan dan berkatnya.
PRINSIP-PRINSIP ALKITABIAH DALAM MEMILIH JODOH
Dalam hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi semuanya harus sesuai dengan ketetapan Tuhan yang permisif (mengizinkan). Kekristenan mengajarkan bahwa Tuhan tidak membiarkan manusia bertindak sendiri, dalam memilih jodoh. Tuhan telah memberikan prinsip-prinsip absolut (mutlak) dalam membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Siapa pun orangnya, apabila sungguh-sungguh menaati prinsip-prinsip firman Tuhan tersebut, keluarganya akan bahagia.
Jadi kebahagiaan pernikahan tidak bergantung kepada “takdir” tetapi pada ketaatan terhadap prinsip-prinsip yang ditentukan Tuhan, di dalam Alkitab. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Pernikahan harus bersifat monogami antara pria dan wanita (berlawanan jenis kelamin). Dengan demikian, Kekristenan menolak pernikahan sesama jenis kelamin karena bertentangan dengan ketetapan Tuhan (Kejadian 2:18-25).
2. Keduanya (pria dan wanita) haruslah orang yang beriman kepada Yesus Kristus (2 Korintus 6:14-18).
3. Keduanya (pria dan wanita) bertekad mengikat perjanjian seumur hidup di hadapan Tuhan (Matius 19:4-9).
4. Keduanya (pria dan wanita) memelihara dan kekudusan dan kesetiaan apa pun yang terjadi (Ibrani 13:4).
5. Suami harus mengasihi istri, dan istri tunduk kepada suami seperti kepada Kristus yang artinya manjadikan Kristus sebagai kepala keluarga yang sebenarnya (Efesus. 5:22-23).
6. Keduanya (pria dan wanita) bertekad untuk mendidik anak-anak sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan (Ulangan 6:5-9; Efesus 6:4).
7. Semua persoalan diselesaikan berdasarkan kebenaran firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17).
Semua prinsip di atas adalah absolut (mutlak). Artinya, siapa pun calon pasangan hidup, baik pria maupun wanita, yang telah memenuhi prinsip-prinsip mutlak firman Tuhan di atas, Tuhan pasti menjamin kebahagiaan hidup dalam pernikahan dan keluarganya. Jadi, kebahagiaan tidak ditentukan oleh “jodoh yang pas”, atau tulang rusuk atau tempat tulang rusuk yang sudah ditakdirkan Tuhan, karena Tuhan memberi kepada kita kebebasan untuk memilih jodoh yang sesuai dengan prinsip-prinsip firman-Nya yang absolut.
PRINSIP-PRINSIP ALKITABIAH DALAM MEMILIH JODOH
Dalam hal jodoh, manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi semuanya harus sesuai dengan ketetapan Tuhan yang permisif (mengizinkan). Kekristenan mengajarkan bahwa Tuhan tidak membiarkan manusia bertindak sendiri, dalam memilih jodoh. Tuhan telah memberikan prinsip-prinsip absolut (mutlak) dalam membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Siapa pun orangnya, apabila sungguh-sungguh menaati prinsip-prinsip firman Tuhan tersebut, keluarganya akan bahagia.
Jadi kebahagiaan pernikahan tidak bergantung kepada “takdir” tetapi pada ketaatan terhadap prinsip-prinsip yang ditentukan Tuhan, di dalam Alkitab. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Pernikahan harus bersifat monogami antara pria dan wanita (berlawanan jenis kelamin). Dengan demikian, Kekristenan menolak pernikahan sesama jenis kelamin karena bertentangan dengan ketetapan Tuhan (Kejadian 2:18-25).
2. Keduanya (pria dan wanita) haruslah orang yang beriman kepada Yesus Kristus (2 Korintus 6:14-18).
3. Keduanya (pria dan wanita) bertekad mengikat perjanjian seumur hidup di hadapan Tuhan (Matius 19:4-9).
4. Keduanya (pria dan wanita) memelihara dan kekudusan dan kesetiaan apa pun yang terjadi (Ibrani 13:4).
5. Suami harus mengasihi istri, dan istri tunduk kepada suami seperti kepada Kristus yang artinya manjadikan Kristus sebagai kepala keluarga yang sebenarnya (Efesus. 5:22-23).
6. Keduanya (pria dan wanita) bertekad untuk mendidik anak-anak sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan (Ulangan 6:5-9; Efesus 6:4).
7. Semua persoalan diselesaikan berdasarkan kebenaran firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17).
Semua prinsip di atas adalah absolut (mutlak). Artinya, siapa pun calon pasangan hidup, baik pria maupun wanita, yang telah memenuhi prinsip-prinsip mutlak firman Tuhan di atas, Tuhan pasti menjamin kebahagiaan hidup dalam pernikahan dan keluarganya. Jadi, kebahagiaan tidak ditentukan oleh “jodoh yang pas”, atau tulang rusuk atau tempat tulang rusuk yang sudah ditakdirkan Tuhan, karena Tuhan memberi kepada kita kebebasan untuk memilih jodoh yang sesuai dengan prinsip-prinsip firman-Nya yang absolut.
Baca Juga: Arti Tulang Rusuk (Kejadian 2:21-25)
Bila prinsip absolut sudah dipenuhi, hal-hal lainnya adalah bersifat relatif. Misalnya: umur, suku, pendidikan, kekayaan, status sosial, kecantikan, kecakapan, dan penampilan lainnya. Semua itu tidak menentukan kebahagiaan seseorang. Hanya soal selera saudara yang sangat pribadi dan relatif sifatnya. Tetapi jangan salah kaprah! Walaupun hal yang disebut di atas bersifat relatif, tetapi Tuhan memberikan kita pikiran yang sehat dan jernih untuk mempertimbangkan juga semua hal yang bersifat relatif tersebut, karena hal tersebut juga sangat berpengaruh.
Semoga bermanfaat dan salam sejahtera!
Semoga bermanfaat dan salam sejahtera!
https://teologiareformed.blogspot.com/PRINSIP-PRINSIP ALKITABIAH DALAM MEMILIH JODOH