2 SAMUEL 4:1-12 (PEMBUNUHAN ISYBOSET)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 Samuel 4:1-12 - “(1) Ketika didengar anak Saul, bahwa Abner sudah mati di Hebron, maka hilanglah keberaniannya, dan terkejutlah seluruh orang Israel. (2) Anak Saul mempunyai dua orang sebagai kepala gerombolan, yang satu bernama Baana dan yang kedua bernama Rekhab, keduanya anak Rimon, orang Benyamin dari Beerot. - Sebab Beerotpun terhitung daerah Benyamin. (3) Orang Beerot sudah melarikan diri ke Gitaim dan menjadi pendatang di sana sampai sekarang. - (4) Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset. (5) Anak-anak Rimon, orang Beerot itu, yakni Rekhab dan Baana, pergi, lalu sampai pada waktu hari panas terik ke rumah Isyboset, ketika ia sedang berbaring siang hari. (6) Kebetulan penjaga pintu rumah itu mengantuk dan tertidur, ketika sedang membersihkan gandum. Demikianlah Rekhab dan Baana menyusup ke dalam. (7) Mereka masuk ke dalam rumah itu, ketika Isyboset sedang berbaring di atas tempat tidurnya di dalam kamar tidurnya, membunuh dia lalu memenggal kepalanya. Mereka membawa kepalanya itu, lalu berjalan semalam-malaman melalui jalan dari Araba-Yordan. (8) Kepala Isyboset itu dibawa mereka kepada Daud di Hebron dan mereka berkata kepada raja: ‘Inilah kepala Isyboset, anak Saul, musuhmu itu, yang ingin mencabut nyawamu; TUHAN pada hari ini telah membiarkan tuanku raja mengadakan pembalasan atas Saul dan atas keturunannya.’ (9) Tetapi Daud menjawab Rekhab dan Baana, saudaranya, anak-anak Rimon, orang Beerot itu, katanya kepada mereka: ‘Demi TUHAN yang hidup, yang telah membebaskan nyawaku dari segala kesesakan! (10) Ketika ada orang yang membawa kabar kepadaku demikian: Saul sudah mati! dan memandang dirinya sebagai orang yang menyampaikan kabar baik, maka aku menangkap dan membunuh dia di Ziklag, dan dengan demikian aku memberikan kepadanya upah kabarnya; (11) terlebih lagi sekarang, setelah orang-orang fasik membunuh seorang yang benar, di rumahnya di atas tempat tidurnya, tidakkah aku menuntut darahnya dari pada kamu dan melenyapkan kamu dari muka bumi?’ (12) Sesudah itu Daud memberi perintah kepada anak buahnya untuk membunuh mereka; tangan dan kaki mereka dipotong, kemudian mayat mereka digantung di tepi telaga di Hebron. Tetapi kepala Isyboset diambil dan dikuburkan di dalam kubur Abner di Hebron”.
I) Keadaan / nasib Isyboset setelah kematian Abner.
2 Samuel 4: 1: “Ketika didengar anak Saul, bahwa Abner sudah mati di Hebron, maka hilanglah keberaniannya, dan terkejutlah seluruh orang Israel.”.
1) Diri Isyboset.
Pulpit Commentary: “Of the varied types of character which these chapters furnish, that which appears in Ishbosheth (Eshbaal, 1 Chron 8:33) is a most pitiable one. The last surviving son of Saul, he bore little resemblance to his heroic father; owed his life to his incapacity for military enterprise; was the legitimate successor of Saul according to the law of Oriental succession; ... He was: 1. Raised to a position for which he was unfit. ‘The Scripture presents in him a living example of how the sacredly held right of legitimate inheritance has no root when it is not ennobled by vigorous personality. When the Divine calling is lacking, no legitimate pretensions help’ (Cassel). He was destitute of mental force, courage, and energy; ambitious of royal honour and ease; not of royal service and beneficence. The highest offices should be held by the best men. He who seeks or consents to occupy a position of influence and responsibility for which he is unfit, and those who seek or accept his appointment to it, inflict a serious injury upon themselves and one another” [= Dari bermacam-macam jenis karakter yang diberikan oleh pasal-pasal ini, karakter yang muncul dalam Isyboset (Esybaal, 1Taw 8:33) adalah yang paling menyedihkan. Sebagai anak terakhir yang masih hidup dari Saul, ia mengandung sedikit kemiripan dengan ayahnya yang gagah berani; memperlihatkan bahwa hidupnya tidak mempunyai kemampuan untuk kegiatan militer; merupakan pengganti yang sah dari Saul menurut hukum penggantian Timur; ... Ia: 1. Diangkat ke suatu posisi untuk mana ia tidak cocok. ‘Kitab Suci menunjukkan dalam dia suatu teladan hidup tentang bagaimana hak waris yang sah dan dianggap keramat tidak mempunyai akar pada waktu itu tidak dimuliakan oleh kepribadian yang penuh semangat. Pada waktu panggilan Ilahi tidak ada, tak ada keinginan / kepura-puraan yang sah yang menolong’ (Cassel). Ia tidak mempunyai kekuatan mental, keberanian dan tenaga; ambisius tentang kehormatan dan kesenangan raja; bukan tentang pelayanan dan manfaat raja. Jabatan-jabatan tertinggi harus dipegang oleh orang-orang yang terbaik. Ia yang mencari atau menyetujui untuk menduduki suatu posisi yang berpengaruh dan penuh tanggung jawab, untuk mana ia tidak cocok, dan mereka yang mencari atau menerima pengangkatannya pada posisi itu, menimbulkan suatu luka yang serius kepada diri mereka sendiri dan satu kepada lainnya].
Penerapan: renungkan kata-kata di atas ini, dan terapkan khususnya dalam pemilihan hamba-hamba Tuhan dalam gereja! Jaman sekarang sangat banyak hamba-hamba Tuhan yang sama sekali tidak memenuhi syarat sebagai hamba Tuhan, karena tidak mempunyai karunia-karunia yang dibutuhkan oleh seorang hamba Tuhan, khususnya karunia berkhotbah / mengajar.
2) Pentingnya kerja sama.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Men without co-operation weak: - The man spoken of was Saul’s son, and as the son of a king what reason had he to have enfeebled hands? The reason is that Abner was dead. But could not a king’s son do without Abner? Have not king’s sons abundant resources in themselves, without being dependent upon outsiders, however distinguished? All history replies in the negative. Men belong to one another. The king’s son was nothing without Abner, but much with him. The unit one is but a singular number, but the moment a cipher is added to it becomes ten, and another cipher turns the ten into a hundred. - The integer is little by itself, the cipher is nothing at all when it stands alone, but when they are brought together they begin to make themselves felt. It is precisely so in our social relations. What is the husband without the wife? What is the son without the father? What is the scholar without the teacher? What is the flock without the shepherd? It is of no account to reason that there is a variety of value in men, some being worth much, and others being worth little; the fact is that they must all be brought into cooperation” (= Manusia tanpa kerja sama adalah lemah: - Orang yang dibicarakan adalah anak laki-laki dari Saul, dan sebagai anak laki-laki dari seorang raja alasan apa yang ia punyai untuk mempunyai tangan-tangan yang lemah? Alasannya adalah bahwa Abner mati. Tetapi apakah seorang anak raja tidak bisa bekerja tanpa Abner? Tidakkah anak-anak raja mempunyai sumber-sumber yang berlimpah-limpah dalam diri mereka sendiri, tanpa tergantung kepada orang-orang luar, bagaimanapun terkemuka / masyhurnya? Seluruh sejarah menjawab ‘tidak’. Manusia berhubungan satu dengan yang lain. Sang anak raja tidak ada apa-apanya tanpa Abner, tetapi besar dengan dia. Angka satu hanyalah angka tunggal, tetapi pada waktu satu angka nol ditambahkan kepadanya, itu menjadi sepuluh, dan angka nol yang lain membuat sepuluh itu menjadi seratus. - Bilangan itu kecil dalam dirinya sendiri, bilangan nol itu sama sekali tidak ada apa-apanya pada waktu berdiri sendirian, tetapi pada waktu mereka dipersatukan mereka mulai membuat diri mereka dirasakan / disadari keberadaannya. Demikianlah persisnya dalam hubungan-hubungan sosial kita. Apa artinya suami tanpa istri? Apa artinya anak tanpa ayah? Tak ada artinya untuk berargumentasi bahwa ada bermacam-macam nilai dari orang-orang, yang sebagian nilainya besar / banyak, yang lain nilainya kecil / sedikit; faktanya adalah bahwa mereka semua harus dibawa ke dalam kerja sama).
Bdk. 1Korintus 12:14,18,21-22 - “(14) Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. ... (18) Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendakiNya. ... (21) Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: ‘Aku tidak membutuhkan engkau.’ Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: ‘Aku tidak membutuhkan engkau.’ (22) Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan”.
3) Ketergantungan Isyboset kepada Abner.
Kerja sama merupakan sesuatu yang bagus. Tetapi yang dilakukan oleh Isyboset bukan kerja sama, melainkan bergantung / bersandar sepenuhnya kepada seorang manusia, yaitu Abner. Dan ini merupakan sesuatu yang salah! Kita harus bersandar kepada Allah, bukan kepada manusia. Ketergantungan Isyboset kepada Abner ini yang menyebabkan ia takut / putus asa ketika Abner mati.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “If David thought he was weak because of the behavior of his nephews, he should have considered the situation of Ish-Bosheth following the death of Abner. David was at least a great warrior and a gifted leader, while Ish-Bosheth was a mere puppet in the hands of his general, and now the general was dead” (= Jika Daud berpikir bahwa dirinya lemah karena tingkah laku dari sepupu-sepupunya, ia harus mempertimbangkan situasi dari Isyboset menyusul kematian Abner. Daud setidaknya adalah pejuang / prajurit dan seorang pemimpin yang berbakat, sedangkan Isyboset hanyalah semata-mata sebuah boneka dalam tangan dari jendralnya, dan sekarang jendral itu telah mati).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Mazmur 20:8-9 - “(8) Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita. (9) Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak”.
Mazmur 33:16-22 - “(16) Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan. (17) Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan. (18) Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setiaNya, (19) untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan. (20) Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! (21) Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada namaNya yang kudus kita percaya. (22) Kasih setiaMu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepadaMu”.
Mazmur 147:10-11 - “(10) Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki; (11) TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setiaNya”.
Yesaya 2:22 - “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?”.
Yesaya 31:1-3 - “(1) Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. (2) Akan tetapi Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka, dan tidak menarik firmanNya; Ia akan bangkit melawan kaum penjahat, dan melawan bala bantuan orang-orang lalim. (3) Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tanganNya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama”.
Yeremia 17:5-8 - “(5) Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (6) Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. (7) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (8) Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”.
II) Pembunuhan terhadap Isyboset.
1) Isyboset dan pembunuh-pembunuhnya.
2 Samuel 4: 2-3: “(2) Anak Saul mempunyai dua orang sebagai kepala gerombolan, yang satu bernama Baana dan yang kedua bernama Rekhab, keduanya anak Rimon, orang Benyamin dari Beerot. - Sebab Beerotpun terhitung daerah Benyamin. (3) Orang Beerot sudah melarikan diri ke Gitaim dan menjadi pendatang di sana sampai sekarang. -”.
Pulpit Commentary: “Saul’s son had two men captains of bands. The bands mentioned were light-armed troops, used in forays, such as that mentioned in 2 Sam 3:22. Their captains would be men of importance with Ishbosheth, who is here described somewhat contemptuously, not as king, nor by his own name, but as ‘Saul’s son.’” (= Anak Saul mempunyai dua kepala gerombolan. Gerombolan yang disebutkan adalah pasukan-pasukan bersenjata ringan, yang digunakan dalam penggerebekan, seperti yang disebutkan dalam 2Sam 3:22. Kepala-kepala mereka adalah orang-orang penting bagi Isyboset, yang digambarkan di sini secara agak menghina, bukan sebagai raja, ataupun dengan namanya sendiri, tetapi sebagai ‘anak Saul’).
Keil & Delitzsch: “that statement also shows the horrible character of the crime attributed to them in the following verses. Two men of the tribe of Benjamin murdered the son of Saul, the king belonging to their own tribe” (= pernyataan itu juga menunjukkan sifat buruk / mengerikan dari kejahatan yang dihubungkan dengan mereka dalam ayat-ayat selanjutnya. Dua orang dari suku Benyamin membunuh anak Saul, raja yang termasuk dalam suku mereka sendiri).
Pulpit Commentary: “They belonged to his own tribe, and, should have been his protectors; served him in prosperity, when he could reward them; but turned against him in adversity, when he could no longer serve their interests; and, although they had suffered no wrong at his hands (ver. 11), acted toward him unjustly and with ‘treasonous malice,’ craft, and cruelty” [= Mereka termasuk dalam sukunya sendiri (suku Benyamin), dan seharusnya mereka pelindung-pelindungnya; mereka melayani dia dalam kemakmuran, pada waktu ia bisa memberikan upah kepada mereka; tetapi berbalik melawan dia dalam kesengsaraan / kemalangan, pada waktu ia tidak bisa lagi membantu kepentingan mereka; dan, sekalipun mereka tidak mengalami hal yang salah dari tangannya, mereka bertindak terhadap dia dengan tidak adil / benar dan dengan ‘kejahatan yang bersifat pengkhianatan’, tipu daya dan kekejaman].
Ada pepatah bahasa Inggris yang berbunyi: “A friend in need is a friend indeed” (= Seorang sahabat dalam kebutuhan adalah sungguh-sungguh seorang sahabat).
Bdk. Amsal 17:17 - “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”.
Kedua pembunuh ini jelas merupakan kebalikan dari kata-kata itu. Mereka cocok dengan ayat di bawah ini.
Amsal 19:4 - “Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya”.
Bagian ini merupakan pelajaran bagi kita dalam memilih sahabat / teman, dan membedakan mana yang adalah sahabat yang sejati dan mana yang sahabat palsu, yang hanya mau menjadi sahabat kita karena mendapatkan keuntungan dari kita.
Tetapi hanya ada satu sahabat yang betul-betul bisa disebut sahabat yang sejati, yaitu Yesus!
Yohanes 15:13 - “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.
“What a Friend we have in Jesus”
What a Friend we have in Jesus, (= Betul-betul seorang Sahabat kita punyai dalam Yesus)
All our sins and griefs to bear! (= Menanggung semua dosa dan kesedihan kita!)
What a privilege to carry (= Betul-betul suatu hak untuk membawa)
Everything to God in prayer! (= Segala sesuatu kepada Allah dalam doa!)
O what peace we often forfeit, (= O betapa kita sering kehilangan damai,)
O what needless pain we bear, (= O betapa kita menanggung rasa sakit yang tidak perlu,)
All because we do not carry (= Semua karena kita tidak membawa)
Everything to God in prayer! (= Segala sesuatu kepada Allah dalam doa!)
Have we trials and temptations? (= Apakah kita mempunyai penderitaan dan pencobaan?)
Is there trouble anywhere? (= Apakah ada kesukaran dimana-mana?)
We should never be discouraged, (= Kita tidak pernah boleh kecil hati)
Take it to the Lord in prayer. (= Bawalah itu kepada Tuhan dalam doa.)
Can we find a friend so faithful (= Bisakah kita menemukan Sahabat yang begitu setia)
Who will all our sorrows share? (= Yang mau menanggung semua kesedihan kita?)
Jesus knows our every weakness, (= Yesus tahu setiap kelemahan kita)
Take it to the Lord in prayer (= Bawalah itu kepada Tuhan dalam doa)
Are we weak and heavy-laden, (= Apakah kita lemah dan berbeban berat,)
Cumbered with a load of care? (= Dibebani dengan suatu beban kekuatiran?)
Precious Saviour, still our refuge (= Juruselamat yang berharga, tetap perlindungan kita)
Take it to the Lord in prayer. (= Bawalah itu kepada Tuhan dalam doa.)
Do thy friends despise, forsake thee? (= Apakah sahabat-sahabatmu merendahkan, meninggalkanmu?)
Take it to the Lord in prayer; (= Bawalah itu kepada Tuhan dalam doa;)
In His arms He’ll take and shield thee, (= Dalam lenganNya Ia akan membawa dan melindungimu,)
Thou wilt find a solace there. (= Engkau akan mendapatkan penghiburan disana.)
2) Penceritaan tentang Mefiboset.
2 Samuel 4: 4: “Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset”.
a) Mefiboset dan kecelakaan yang dialaminya.
Matthew Henry: “See what sad accidents children are liable to in their infancy, the effect of which may be felt by them, to their great uneasiness, all their days. Even the children of princes and great men, the children of good men, for such a one Jonathan was, children that are well tended, and have nurses of their own to take care of them, yet are not always safe. What reason have we to be thankful to God for the preservation of our limbs and senses to us, through the many perils of the weak and helpless state of infancy, and to own his goodness in giving his angels a charge concerning us, to bear us up in their arms, out of which there is no danger of falling, Ps 91:12” (= Lihat kecelakaan-kecelakaan apa yang bisa mengenai anak-anak pada masa kecil mereka, yang akibatnya bisa dirasakan oleh mereka, sampai pada ketidak-nyamanan yang besar bagi mereka, seumur hidup mereka. Bahkan anak-anak dari pangeran-pangeran dan orang-orang besar, anak-anak dari orang-orang yang baik / saleh, karena Yonatan adalah orang seperti itu, anak-anak yang dirawat / dipelihara dengan baik, dan mempunyai perawat-perawat mereka sendiri untuk menjaga / memperhatikan mereka, tidak selalu aman. Kita betul-betul mempunyai alasan untuk bersyukur kepada Allah untuk pemeliharaan dari anggota-anggota badan dan indera kita bagi kita, melalui banyak bahaya dari keadaan lemah dan tak berdaya dari masa kecil, dan berhutang kebaikanNya dalam memberikan malaikat-malaikatNya suatu perintah / tanggung jawab mengenai kita, untuk menggendong kita dalam lengan mereka, dari mana tidak ada bahaya untuk jatuh, Mazmur 91:12).
Mazmur 91:11-12 - “(11) sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkanNya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. (12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu”.
Bdk. Matius 18:10 - “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga”.
Kalau dikatakan ‘malaikat memandang wajah Bapa’ artinya adalah: malaikat itu dekat dengan Bapa. Tetapi toh dikatakan sebagai ‘malaikat mereka’. Ini semua menunjukkan bahwa anak-anak kecil itu begitu berharga bagi Bapa sehingga Ia menugaskan malaikat-malaikat yang dekat dengan Dia untuk menjaga / mengawasi anak-anak itu.
Pulpit Commentary: “EVEN A PRINCE IS NOT FREE FROM MISFORTUNE. You may sometimes wish that you belonged to a royal or wealthy family, lived in a palace, and had numerous servants to wait upon you; supposing that you would be happier than you are. Well, here is a prince; yet motherless, fatherless, homeless, helpless, and hopeless. How much better is your condition than that of this poor little orphan cripple! No condition of life is above the reach of trouble; none beneath the possession of enjoyment. Envy not the lot of others, nor fret and be dissatisfied with your own” (= BAHKAN SEORANG PANGERAN TIDAK BEBAS DARI KESIALAN. Mungkin engkau kadang-kadang berharap bahwa engkau termasuk dalam keluarga raja atau keluarga kaya, hidup di suatu istana, dan mempunyai banyak pelayan-pelayan untuk melayanimu; dan menganggap bahwa engkau akan lebih berbahagia dari pada sekarang. Tetapi di sini ada seorang pangeran; tetapi tidak mempunyai ibu, tidak mempunyai ayah, tidak mempunyai rumah, tak berdaya, dan tak punya harapan. Alangkah lebih baiknya keadaanmu dari pada keadaan dari anak yatim yang miskin dan cacat ini! Tak ada keadaan dari kehidupan yang ada di atas jangkauan dari kesukaran; tak ada yang di bawah kepemilikan penikmatan. Jangan iri pada nasib orang-orang lain, ataupun bersungut-sungut dan tidak puas dengan nasibmu sendiri).
b) Kecelakaan yang membawa berkat?
Pulpit Commentary: “A GREAT MISFORTUNE OFTEN PROVES A GREAT BLESSING. If Mephibosheth had not been made lame by the accident of his childhood, he would have been tempted to aim at the crown, and might have rushed into ambitious and godless enterprises as others did, and perished in like manner. As it was, he spent his days in quietness and peace. His affliction was the means of making him humble, thankful, patient, and devout. His father’s property was restored to him by his father’s friend; and he had an honourable place assigned to him at the royal table (2 Sam 9:13). How often is an orphan taught by the loss of his father to seek his father’s God! The hand of God overrules evil for good. And all earthly trouble, when endured in a right spirit, is a preparation for a heavenly home” [= SUATU KESIALAN YANG BESAR SERING TERBUKTI MERUPAKAN SUATU BERKAT YANG BESAR. Jika Mefiboset tidak menjadi lumpuh karena kecelakaan dari masa kecilnya, ia sudah akan tergoda untuk meraih mahkota, dan bisa telah berlari ke dalam usaha-usaha yang ambisius dan jahat seperti yang dilakukan orang-orang lain, dan binasa dengan cara yang serupa. Tetapi dengan apa yang terjadi, ia menghabiskan hari-harinya dalam ketenangan dan damai. Penderitaannya merupakan cara / jalan untuk membuatnya rendah hati, penuh syukur, sabar, dan saleh. Milik dari ayahnya dikembalikan kepadanya oleh sahabat ayahnya; dan ia mendapat suatu tempat yang terhormat yang diberikan kepadanya di meja raja (2Sam 9:13). Betapa sering seorang yatim diajar oleh kehilangan ayahnya untuk mencari Allah dari ayahnya! Tangan Allah mengesampingkan kejahatan / bencana untuk kebaikan. Dan semua kesukaran / problem duniawi, pada waktu dipikul dalam roh yang benar, merupakan suatu persiapan untuk suatu rumah surgawi].
2 Samuel 9:1-13 - “(1) Berkatalah Daud: ‘Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.’ (2) Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: ‘Engkaukah Ziba?’ Jawabnya: ‘Hamba tuanku.’ (3) Kemudian berkatalah raja: ‘Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.’ Lalu berkatalah Ziba kepada raja: ‘Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.’ (4) Tanya raja kepadanya: ‘Di manakah ia?’ Jawab Ziba kepada raja: ‘Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar.’ (5) Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar. (6) Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: ‘Mefiboset!’ Jawabnya: ‘Inilah hamba tuanku.’ (7) Kemudian berkatalah Daud kepadanya: ‘Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.’ (8) Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: ‘Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?’ (9) Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: ‘Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu. (10) Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.’ Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. (11) Berkatalah Ziba kepada raja: ‘Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.’ Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja. (12) Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset. (13) Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang”.
c) Apa sebabnya dan tujuannya menceritakan Mefiboset di sini?
Barnes’ Notes: “This mention of Mephibosheth seems to be inserted here partly to show that with the death of Ish-bosheth the cause of the house of Saul became hopeless, and partly to prepare the way for the subsequent mention of him (2 Sam 9; 16:1-4; 19:25)” [= Penyebutan Mefiboset kelihatannya disisipkan di sini sebagian untuk menunjukkan bahwa dengan kematian Isyboset kasus dari rumah / keluarga Saul menjadi tak ada harapan, dan sebagian untuk mempersiapkan jalan untuk penyebutan yang berikutnya tentang dia (2 Samuel 9; 16:1-4; 19:25)].
Keil & Delitzsch: “Before the historian proceeds to describe what the two Beerothites did, he inserts a remark concerning Saul’s family, to show at the outset, that with the death of Ishbosheth the government of this family necessarily became extinct, as the only remaining descendant was a perfectly helpless cripple” (= Sebelum sang sejarawan melanjutkan untuk menggambarkan apa yang dilakukan kedua orang Beerot itu, ia menyisipkan suatu komentar berkenaan dengan keluarga Saul, untuk menunjukkan pada permulaan, bahwa dengan kematian Isyboset pemerintahan dari keluarga ini secara pasti menjadi punah, karena satu-satunya keturunan yang tersisa adalah seorang cacat yang sama sekali tidak berdaya).
Pulpit Commentary: “Jonathan, Saul’s son, had a son. This is mentioned to show that Saul’s lineage virtually became extinct on Ishbosheth’s death. Mephibosheth, the heir, was a cripple, and physically incapable of reigning. Saul had, indeed, sons by a concubine, and grandchildren by his daughter Merab (2 Sam 21:8). But throughout the history there is no hint that any of these were regarded as the representatives of Saul’s house” [= Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki. Ini disebutkan untuk menunjukkan bahwa garis keturunan Saul sebenarnya menjadi musnah dengan kematian Isyboset. Mefiboset, sang pewaris, adalah seorang cacat, dan secara fisik tidak mampu untuk memerintah. Saul memang mempunyai anak-anak laki-laki dari seorang gundik, dan cucu-cucu dari anak perempuannya, Merab (2Sam 21:8). Tetapi dalam sepanjang sejarah tidak ada petunjuk bahwa yang manapun dari mereka ini dianggap sebagai wakil-wakil dari rumah / keluarga Saul].
2 Samuel 21:8 - “Lalu raja mengambil kedua anak laki-laki Rizpa binti Aya, yang dilahirkannya bagi Saul, yakni Armoni dan Mefiboset, dan kelima anak laki-laki Merab binti Saul, yang dilahirkannya bagi Adriel bin Barzilai, orang Mehola itu”.
3) Pelaksanaan pembunuhan terhadap Isyboset.
2 Samuel 4: 5: “Anak-anak Rimon, orang Beerot itu, yakni Rekhab dan Baana, pergi, lalu sampai pada waktu hari panas terik ke rumah Isyboset, ketika ia sedang berbaring siang hari.”.
Matthew Henry menganggap bahwa ayat ini menunjukkan kemalasan Isyboset. Dalam keadaan kritis seperti ini, dimana ia seharusnya memimpin pasukannya di luar, ia justru berbaring di siang hari. Tetapi Adam Clarke mengatakan bahwa itu memang kebiasaan di sana pada saat itu. Mereka melakukan perjalanan atau bekerja atau sangat pagi atau pada sore / malam, sedangkan pada siang hari mereka beristirahat.
Saya lebih setuju dengan Matthew Henry, karena saat itu keadaan darurat / kritis, maka kebiasaan seperti itu seharusnya ditinggalkan.
2 Samuel 4: 6-7: “(6) Kebetulan penjaga pintu rumah itu mengantuk dan tertidur, ketika sedang membersihkan gandum. Demikianlah Rekhab dan Baana menyusup ke dalam. (7) Mereka masuk ke dalam rumah itu, ketika Isyboset sedang berbaring di atas tempat tidurnya di dalam kamar tidurnya, membunuh dia lalu memenggal kepalanya. Mereka membawa kepalanya itu, lalu berjalan semalam-malaman melalui jalan dari Araba-Yordan.”.
2 Samuel 4: 6 dalam terjemahan RSV kurang lebih sama dengan Kitab Suci Indonesia. Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris yang lain memberikan ay 6 yang sangat berbeda!
KJV: ‘And they came thither into the midst of the house, as though they would have fetched wheat; and they smote him under the fifth rib: and Rechab and Baanah his brother escaped’ (= Dan mereka datang ke sini ke tengah-tengah rumah itu, seakan-akan mereka mau mengambil gandum; dan mereka memukul / menyerang dia di bawah rusuk kelima: dan Rekhab dan Baana saudaranya lolos). NIV dan NASB mirip dengan KJV, hanya untuk kata-kata ‘under the fifth rib’ (= di bawah rusuk kelima), NIV menterjemahkan ‘stomach’ dan NASB menterjemahkan ‘belly’, yang keduanya artinya adalah ‘perut’.
Mengapa bisa sangat berbeda seperti itu? Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena Kitab Suci Indonesia dan RSV menterjemahkan dari LXX / Septuaginta.
Dua orang brengsek ini, yang tadinya ‘setia’ dan mendukung Isyboset, tetapi begitu melihat bahwa apa yang mereka lakukan tidak menguntungkan, karena Isyboset pasti akan kalah melawan Daud, dan begitu melihat ada kesempatan baik untuk mendapatkan keuntungan, membunuh Isyboset!
Ini mengajar kita untuk berhati-hati dengan ‘kesetiaan’ dari manusia! Banyak yang kelihatan setia tetapi mereka adalah pengkhianat, sama seperti Yudas Iskariot dan kedua orang ini!
Tentang kematian Isyboset, Matthew Henry memberikan komentar sebagai berikut:
Matthew Henry: “We know not when and where death will meet us. When we lie down to sleep we are not sure but that we may sleep the sleep of death before we awake; nor do we know from what unsuspected hand a fatal stroke may come. Ish-bosheth’s own men, who should have protected his life, took it away” (= Kita tidak tahu kapan dan dimana kematian akan menemui kita. Pada waktu kita berbaring untuk tidur kita tidak pasti bahwa kita akan mati sebelum kita bangun; juga kita tidak tahu dari tangan yang tak terduga yang mana suatu pukulan / serangan yang fatal bisa datang. Orang-orang Isyboset sendiri, yang seharusnya melindungi nyawanya, justru mengambilnya).
Karena itu, siaplah menghadapi kematian, yang bisa datang kapan saja! Saudara hanya siap untuk itu, kalau saudara sudah mempunyai Juruselamat! Sudahkah saudara pernah datang dengan sungguh-sungguh kepada Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara?
III) Para pembunuh Isyboset membawa kepala Isyboset kepada Daud.
2 Samuel 4: 8: “Kepala Isyboset itu dibawa mereka kepada Daud di Hebron dan mereka berkata kepada raja: ‘Inilah kepala Isyboset, anak Saul, musuhmu itu, yang ingin mencabut nyawamu; TUHAN pada hari ini telah membiarkan tuanku raja mengadakan pembalasan atas Saul dan atas keturunannya.’”.
1) Motivasi mereka.
Ay 8 ini tak menunjukkan apa motivasi mereka membawa kepala itu kepada Daud. Tetapi sudah pasti mereka melakukan karena mengira akan mendapatkan hadiah / upah dari Daud.
2) Kata-kata umpakan yang menjelekkan orang yang tadinya adalah tuan mereka, dengan menggunakan nama Tuhan, seakan-akan mereka dipakai Tuhan untuk menghukum dia!
Ay 8: “Kepala Isyboset itu dibawa mereka kepada Daud di Hebron dan mereka berkata kepada raja: ‘Inilah kepala Isyboset, anak Saul, musuhmu itu, yang ingin mencabut nyawamu; TUHAN pada hari ini telah membiarkan tuanku raja mengadakan pembalasan atas Saul dan atas keturunannya.’”.
Pulpit Commentary: “In order to gain the favour of David they hesitated not to blacken the character of their former master by attributing to him feelings of personal revenge; called him their lord the king; and represented their crime as an act of judgment performed by them under the sanction of Jehovah. How often do ungodly men profanely and hypocritically use the name of God when it suits their purpose; and even paint their shameful villainies as praiseworthy virtues!” [= Untuk mendapatkan kebaikan dari Daud mereka tidak ragu-ragu memburukkan karakter dari tuan mereka yang lama dengan menghubungkan kepadanya perasaan-perasaan pembalasan pribadi; menyebut dia (Daud) ‘tuan raja’ mereka; dan menggambarkan kejahatan mereka sebagai suatu tindakan penghakiman yang mereka lakukan di bawah persetujuan dari Yehovah. Betapa sering orang-orang jahat menggunakan nama Allah secara kotor / duniawi dan munafik pada waktu hal itu cocok untuk tujuan mereka; dan bahkan melukiskan kejahatan mereka yang memalukan sebagai kebaikan yang layak dipuji!].
IV) Daud menghukum mereka dengan hukuman mati (2 Samuel 4: 9-12).
1) 2 Samuel 4: 9: “Tetapi Daud menjawab Rekhab dan Baana, saudaranya, anak-anak Rimon, orang Beerot itu, katanya kepada mereka: ‘Demi TUHAN yang hidup, yang telah membebaskan nyawaku dari segala kesesakan!”.
Pulpit Commentary: “The Deliverer. ‘The Lord,’ Jehovah, the God who ‘liveth.’ Not self, not men, but God. David had employed his own great powers of thought and action, and had been well served by human helpers, but he does not ascribe his deliverance to the one or the other, but to God” (= Sang Pembebas. ‘TUHAN’, Yehovah, Allah yang hidup. Bukan dirinya sendiri, bukan manusia, tetapi Allah. Daud telah menggunakan kekuatan yang besar dari pikiran dan tindakannya sendiri, dan telah dilayani dengan baik oleh penolong-penolong manusia, tetapi ia tidak menganggap pembebasannya berasal dari yang satu atau yang lainnya, tetapi dari Allah).
Penerapan: kalau saudara sembuh dari penyakit, atau lulus ujian, atau berhasil dalam pekerjaan, atau berhasil dalam membangun keluarga yang baik, siapa yang saudara puji? Dokter, atau obat, atau diri saudara sendiri, atau Tuhan?
Bdk. Mazmur 127:1 - “[Nyanyian ziarah Salomo.] Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga”.
2) 2 Samuel 4: 10-12: “(10) Ketika ada orang yang membawa kabar kepadaku demikian: Saul sudah mati! dan memandang dirinya sebagai orang yang menyampaikan kabar baik, maka aku menangkap dan membunuh dia di Ziklag, dan dengan demikian aku memberikan kepadanya upah kabarnya; (11) terlebih lagi sekarang, setelah orang-orang fasik membunuh seorang yang benar, di rumahnya di atas tempat tidurnya, tidakkah aku menuntut darahnya dari pada kamu dan melenyapkan kamu dari muka bumi?’ (12) Sesudah itu Daud memberi perintah kepada anak buahnya untuk membunuh mereka; tangan dan kaki mereka dipotong, kemudian mayat mereka digantung di tepi telaga di Hebron. Tetapi kepala Isyboset diambil dan dikuburkan di dalam kubur Abner di Hebron”.
a) Dalam 2 Samuel 4: 10 Daud jelas membicarakan orang Amalek yang mengaku telah membunuh Saul. Daud menghukum mati orang itu (2 Samuel 1:1-16).
b) Lebih-lebih untuk kedua orang ini, yang membunuh tuan mereka sendiri! Daud menjatuhkan hukuman mati untuk mereka.
Hukuman mati ini sesuai dengan hukum Taurat Musa.
Keluaran 21:12-14 - “(12) ‘Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari. (14) Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbahKu, supaya ia mati dibunuh”.
Jelas bahwa hukuman mati merupakan sesuatu yang Alkitabiah, bahkan dalam jaman Perjanjian Baru (Roma 13:4).
Roma 13:4 - “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”.
c) Juga ada suatu logika yang baik dalam keputusan Daud, karena kalau kedua orang itu pada saat ini bisa mengkhianati tuan mereka sendiri, apa jaminannya bahwa di kemudian hari mereka tidak mengkhianati Daud?
The Biblical Illustrator (Old Testament): “We would teach this lesson especially to the young, and make it very clear to them, and write it upon their hearts and upon their minds, that they who would do a mean trick for us would not hesitate to do a mean trick against us” (= Kita mengajarkan pelajaran ini khususnya kepada orang-orang muda, dan membuatnya sangat jelas bagi mereka, dan menuliskannya pada hati mereka dan pada pikiran mereka, bahwa mereka yang mau melakukan suatu tipu muslihat yang jahat bagi kita tidak akan ragu-ragu untuk melakukan suatu tipu muslihat yang jahat terhadap kita).
The Biblical Illustrator (Old Testament): “It is not enough to be clever in life - we must always be right. There is nothing more contemptible than cleverness when it is dissociated from integrity. Always endeavour to avoid a merely clever person. Cleverness is a two-edged instrument, ... Associate it with moral sensibility, associate it with the moral virtues, and it becomes proportionately dignified. The first thing you have to make out in all life is, what is right” (= Tidak cukup untuk menjadi pandai dalam kehidupan - kita harus selalu menjadi benar. Tidak ada yang lebih menjijikkan dari pada kepandaian pada waktu itu dipisahkan dari kejujuran / kelurusan. Selalulah berusaha untuk menghindari orang yang semata-mata pandai. Kepandaian adalah alat yang bermata dua, ... Hubungkan / satukan hal itu dengan perasaan moral, hubungkan / satukan itu dengan kebaikan-kebaikan moral, dan itu menjadi bermartabat secara sebanding. Hal pertama yang harus kau lihat dalam seluruh kehidupan adalah apa yang benar).
Bdk. Matius 10:16 - “‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.
Penerapan: jangan senang kalau mendapatkan jodoh, atau anak, atau menantu, atau pegawai, yang hanya sekedar pandai! Para teroris dan bajingan juga sangat banyak yang merupakan orang-orang yang sangat pandai!
Hal yang lain yang bisa kita pelajari dari sikap Daud yang benar ini adalah bahwa perang tidak boleh dimenangkan dengan cara yang salah! Jangan menghalalkan seadanya cara dengan dalih bahwa itu saudara lakukan demi Kristus! Kristus sendiri tidak menghendaki hal itu.
Contoh: dalam menghadapi fitnahan, saya tidak pernah memfitnah balik. Saya melakukan pembelaan diri, dan di dalamnya tentu bisa ada serangan, tetapi itu merupakan sesuatu yang benar, bukan fitnahan!
d) Perhatikan penilaian Daud yang sangat obyektif dan betul-betul didasarkan pada kebenaran / Firman Tuhan! Tidak peduli pembunuhan terhadap Isyboset memang menguntungkan dia, dan yang dibunuh adalah musuhnya, tetapi Daud tidak menilai tindakan mereka berdasarkan hal-hal itu. Ia menilai secara obyektif, dan pembunuhan itu jelas merupakan sesuatu yang sangat salah.
Daud mengakui Isyboset sebagai ‘seorang yang benar’ (2 Samuel 4: 11), karena dalam hal ini ia memang tidak bersalah.
BACA JUGA: MATIUS 5:3 (MISKIN DALAM ROH)
Pulpit Commentary: “‘A righteous person.’ Ishbosheth was probably a weak rather than a wicked man; but David is not speaking of him generally, and, as regards Rechab and Baanah, he was quite guiltless, and their crime was not in revenge for any wrong done them” (= ‘Seorang yang benar’. Isyboset mungkin lebih merupakan orang yang lemah dari pada orang yang jahat; tetapi Daud tidak sedang berbicara tentang dia secara umum, dan karena berkenaan dengan Rekhab dan Baana, ia sama sekali tidak bersalah, dan kejahatan mereka bukanlah karena pembalasan dendam terhadap apapun yang salah yang dilakukan terhadap mereka).
e) Orang-orang itu mengkhayalkan suatu hadiah / pahala dari Daud, tetapi akhirnya mereka dikecewakan, karena yang mereka dapatkan adalah hukuman mati!
Pulpit Commentary: “Their delusion is sometimes suddenly dispelled, and they fall into the pit which they have digged (Ps 7:15; 37:15). ‘Hell is truth discovered too late.’” [= Khayalan mereka kadang-kadang hilang dengan tiba-tiba, dan mereka jatuh ke dalam lubang yang telah mereka gali sendiri (Maz 7:16; 37:15)].
Mazmur 7:16 - “Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya”.
Mazmur 37:15 - “tetapi pedang mereka akan menikam dada mereka sendiri, dan busur mereka akan dipatahkan”.
Sebagai orang Kristen, kita juga tidak boleh berpikir bahwa kita bisa melayani Tuhan dan memuliakan Dia dengan cara-cara kotor seperti itu!
Matthew Henry: “And such those will meet with who think to serve the interests of the Son of David by any immoral practices, by war and persecution, fraud and rapine, who, under colour of religion, murder princes, break solemn contracts, lay countries waste, hate their brethren, and cast them out, and say, Let the Lord be glorified, kill them, and think they do God good service. However men may canonize such methods of serving the church and the catholic cause, Christ will let them know, another day, that Christianity was not intended to destroy humanity; and those who thus think to merit heaven shall not escape the damnation of hell” (= Dan orang-orang seperti itu akan cocok dengan mereka yang berpikir untuk melayani kepentingan Anak Daud dengan praktek-praktek yang tidak bermoral, dengan perang dan penganiayaan, penipuan / kecurangan dan perampasan, yang di bawah warna dari agama, membunuh pangeran-pangeran, melanggar perjanjian-perjanjian yang keramat, membinasakan / memporak-perandakan negara-negara, membenci saudara-saudara mereka, dan membuang mereka, dan berkata, Hendaklah Tuhan dipermuliakan, membunuh mereka, dan berpikir mereka melakukan pelayanan yang baik bagi Allah. Betapapun manusia menganggap kudus metode-metode melayani perkara gereja dan perkara universal (?) seperti itu, suatu hari Kristus akan memberitahu mereka, bahwa kekristenan tidak dimaksudkan untuk menghancurkan kemanusiaan; dan mereka yang berpikir seperti itu untuk layak mendapatkan surga, tidak akan lolos dari hukuman / kutukan neraka).
Karena itu, marilah kita melayani dan memuliakan Tuhan dengan cara-cara yang benar yang sesuai dengan Firman Tuhan!.2 SAMUEL 4:1-12 (PEMBUNUHAN ISYBOSET)
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-