2 SAMUEL 5:1-25 (DAUD MENJADI RAJA)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 SAMUEL 5:1-25 (DAUD MENJADI RAJA)
2 Samuel 5:1-25 - “(1) Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: ‘Ketahuilah, kami ini darah dagingmu. (2) Telah lama, ketika Saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umatKu Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel.’ (3) Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel. (4) Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah. (5) Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun atas seluruh Israel dan Yehuda. (6) Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: ‘Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!’ Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari. (7) Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud. (8) Daud telah berkata pada waktu itu: ‘Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta.’ Sebab itu orang berkata: ‘Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait.’ (9) Dan Daud menetap di kubu pertahanan itu dan menamainya: Kota Daud. Ia memperkuatnya sekelilingnya, mulai dari Milo ke bagian dalam. (10) Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab TUHAN, Allah semesta alam, menyertainya. (11) Hiram, raja negeri Tirus, mengirim utusan kepada Daud dan kayu alas, tukang-tukang kayu dan tukang-tukang batu; mereka mendirikan istana bagi Daud. (12) Lalu tahulah Daud, bahwa TUHAN telah menegakkan dia sebagai raja atas Israel dan telah mengangkat martabat pemerintahannya oleh karena Israel, umatNya. (13) Daud mengambil lagi beberapa gundik dan isteri dari Yerusalem, setelah ia datang dari Hebron dan bagi Daud masih lahir lagi anak-anak lelaki dan perempuan. (14) Inilah nama anak-anak yang lahir bagi dia di Yerusalem: Syamua, Sobab, Natan, Salomo, (15) Yibhar, Elisua, Nefeg, Yafia, (16) Elisama, Elyada dan Elifelet. (17) Ketika didengar orang Filistin, bahwa Daud telah diurapi menjadi raja atas Israel, maka majulah semua orang Filistin untuk menangkap Daud. Tetapi Daud mendengar hal itu, lalu ia pergi ke kubu pertahanan. (18) Ketika orang Filistin itu datang dan memencar di lembah Refaim, (19) bertanyalah Daud kepada TUHAN: ‘Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?’ TUHAN menjawab Daud: ‘Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.’ (20) Lalu datanglah Daud di Baal-Perasim dan memukul mereka kalah di sana. Berkatalah ia: ‘TUHAN telah menerobos musuhku di depanku seperti air menerobos.’ Sebab itu orang menamakan tempat itu Baal-Perasim. (21) Orang Filistin itu meninggalkan berhalanya di sana, lalu Daud dan orang-orangnya mengangkatnya. (22) Ketika orang Filistin maju sekali lagi dan memencar di lembah Refaim, (23) maka bertanyalah Daud kepada TUHAN, dan Ia menjawab: ‘Janganlah maju, tetapi buatlah gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka, sehingga engkau dapat menyerang mereka dari jurusan pohon-pohon kertau. (24) Dan bila engkau mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah engkau bertindak cepat, sebab pada waktu itu TUHAN telah keluar berperang di depanmu untuk memukul kalah tentara orang Filistin.’ (25) Dan Daud berbuat demikian, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, maka ia memukul kalah orang Filistin, mulai dari Geba sampai dekat Gezer”.

I) Daud menjadi raja atas seluruh Israel (2 Samuel 5: 1-5).

1) Setelah kematian Isyboset, maka Israel datang kepada Daud dan memintanya untuk menjadi raja atas Israel.

2 Samuel 5: 1-2: “(1) Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: ‘Ketahuilah, kami ini darah dagingmu. (2) Telah lama, ketika Saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umatKu Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel.’”.

Bagian ini diceritakan dengan lebih terperinci dalam 1Taw 12:23-40 - “(23) Inilah jumlah pasukan bersenjata untuk berperang yang datang kepada Daud di Hebron untuk menyerahkan jabatan raja dari pada Saul kepada Daud, sesuai dengan titah TUHAN. (24) Bani Yehuda yang mengangkat perisai dan tombak ada enam ribu delapan ratus orang yang siap untuk berperang. (25) Dari bani Simeon pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa untuk berperang ada tujuh ribu seratus orang. (26) Dari bani Lewi ada empat ribu enam ratus orang, (27) ditambah dengan Yoyada, pemimpin kaum Harun dan bersama-sama dia ada tiga ribu tujuh ratus orang; (28) selanjutnya Zadok, seorang pahlawan muda yang gagah perkasa dengan dua puluh dua orang pemimpin dari puaknya. (29) Dari bani Benyamin, saudara-saudara sesuku Saul, ada tiga ribu orang; sampai pada waktu itu kebanyakan dari mereka masih tetap patuh kepada keluarga Saul. (30) Dari bani Efraim dua puluh ribu delapan ratus orang pahlawan yang gagah perkasa, orang-orang yang kenamaan di antara puak-puak mereka. (31) Dari suku Manasye, suku yang setengah itu ada delapan belas ribu orang yang ditunjuk dengan disebut namanya untuk pergi mengangkat Daud menjadi raja. (32) Dari bani Isakhar orang-orang yang mempunyai pengertian tentang saat-saat yang baik, sehingga mereka mengetahui apa yang harus diperbuat orang Israel: dua ratus orang kepala dengan segala saudara sesukunya yang di bawah perintah mereka. (33) Dari Zebulon orang-orang yang sanggup berperang, yang pandai berperang dengan berbagai-bagai senjata: lima puluh ribu orang, yang siap memberi bantuan dengan tidak bercabang hati. (34) Dari Naftali seribu orang pemimpin dan bersama-sama mereka tiga puluh tujuh ribu orang yang membawa perisai dan tombak. (35) Dari orang Dan orang-orang yang siap untuk berperang: dua puluh delapan ribu enam ratus orang. (36) Dari Asyer orang-orang yang sanggup dan pandai untuk berperang: empat puluh ribu orang. (37) Dari seberang sungai Yordan, yakni dari orang Ruben, orang Gad dan setengah suku Manasye yang lain, orang-orang yang membawa berbagai-bagai senjata perang: seratus dua puluh ribu orang. (38) Sekaliannya itu, prajurit-prajurit, orang-orang dalam barisan tempur, datang ke Hebron dengan tulus hati untuk mengangkat Daud menjadi raja atas seluruh Israel; memang juga seluruh orang Israel yang lain dengan bulat hati hendak mengangkat Daud menjadi raja. (39) Mereka tinggal di sana bersama-sama Daud tiga hari lamanya, makan dan minum, sebab saudara-saudara mereka menyajikan makanan bagi mereka. (40) Juga orang-orang yang tinggal dekat mereka, bahkan dari Isakhar, Zebulon dan Naftali, membawa makanan dengan memakai keledai, unta, bagal dan lembu, yakni bahan makanan tepung, kue ara dan kue kismis, anggur dan minyak, lembu sapi dan kambing domba, dalam jumlah besar, sebab ada sukacita di Israel”.

Pulpit Commentary: “Three reasons are given by the elders for David’s election, and we may be sure that they represent the arguments used in their popular assemblies. The first, that they were David’s bone and flesh. In other words, the tribes were all of one race, and united by the closest ties of relationship. ... The second, that David had been their actual leader in war even in Saul’s time. ... The third, that Jehovah had by the mouth of his prophet given the throne to David. It is remarkable that the elders place this last. Their view probably was that the Divine command must be proved by outward circumstances, that so reason might confirm faith. So Saul’s public appointment by Samuel was ratified by the people only after he had shown himself worthy to be a king by the defeat of the Ammonites” (= Tiga alasan diberikan oleh tua-tua untuk pemilihan Daud, dan kita bisa yakin bahwa mereka mewakili argumentasi-argumentasi yang digunakan dalam pertemuan-pertemuan populer mereka. Pertama, bahwa mereka adalah tulang dan daging mereka. Dengan kata lain, suku-suku itu semuanya berasal dari satu bangsa, dan dipersatukan oleh ikatan hubungan yang paling dekat. ... Yang kedua, bahwa Daud telah menjadi pemimpin mereka yang sesungguhnya dalam perang bahkan pada jaman Saul. ... Yang ketiga, bahwa Yehovah telah memberikan takhta kepada Daud oleh mulut nabiNya. Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa tua-tua itu menempatkan ini sebagai yang terakhir. Pandangan mereka mungkin adalah bahwa perintah Ilahi harus dibuktikan oleh keadaan-keadaan lahiriah, sehingga akal / pertimbangan bisa meneguhkan iman. Begitu juga penetapan umum Saul oleh Samuel disahkan oleh bangsa itu hanya setelah ia menunjukkan dirinya sendiri layak untuk menjadi seorang raja oleh kekalahan dari orang / bangsa Amon).

Saya sendiri tidak setuju dengan kata-kata dari bagian bawah kutipan ini. Kalau memang pemilihan ilahi itu jelas benar, maka tanpa bukti apapun mereka harus mentaatinya! Menerima pemilihan ilahi, hanya setelah buktinya muncul, merupakan tindakan tidak beriman. Tuhan memilih seseorang untuk menjadi raja / nabi sejak orang itu ada dalam kandungan ibunya, bahkan sejak dunia belum dijadikan, dan lalu Ia membentuk orang itu supaya sesuai dengan pemilihanNya. Contoh:

Yeremia 1:4-10 - “(4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: (5) ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’ (6) Maka aku menjawab: ‘Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.’ (7) Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: ‘Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (8) Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.’ (9) Lalu TUHAN mengulurkan tanganNya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: ‘Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu. (10) Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.’”.

Galatia 1:15-17 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; (17) juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik”.

2) Daud diurapi menjadi raja atas seluruh Israel.

2 Samuel 5: 3-5: “(3) Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel. (4) Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah. (5) Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun atas seluruh Israel dan Yehuda”.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “LOOK AT ISRAEL IN THOSE YEARS OF WAITING FOR THEIR KING. Near five centuries before the founding of the kingdom, the rule which was to govern the conduct of their coming king had been lodged in the archives of their nation. ... The steppings of God are not swift enough for us. Time spent waiting for deliverance or advancement seems lost time. We forget that preparation is demanded for all promotions, all changes that are radical. Because Israel would not wait for God to choose for them a king in his own time, he gave them Saul, of their own choosing. They, however, found little comfort in him. His life was ‘one long tragedy.’ Human wisdom is often folly. That which we judge will be for our large advantage often proves our peril. There is no safety but in waiting for God to go before and lead” (= LIHATLAH KEPADA ISRAEL DALAM TAHUN-TAHUN PENANTIAN UNTUK RAJA MEREKA ITU. Hampir lima abad sebelum pendirian kerajaan, peraturan yang harus menentukan / memerintah tingkah laku dari raja mereka mendatang telah diletakkan dalam arsip / tempat penyimpnan dokumen dari bangsa mereka. ... Langkah-langkah Allah tidak cukup cepat bagi kita. Waktu yang dihabiskan untuk pembebasan atau kemajuan kelihatannya adalah waktu yang terbuang. Kita lupa bahwa persiapan dituntut untuk semua promosi / kenaikan pangkat, semua perubahan yang radikal. Karena Israel tak mau menunggu Allah untuk memilih bagi mereka seorang raja pada waktuNya, Ia memberikan mereka Saul, dari pilihan mereka sendiri. Tetapi mereka menemukan sedikit kesenangan dalam dia. Kehidupannya adalah ‘satu tragedi yang panjang / lama’. Hikmat manusia sering merupakan kebodohan. Orang yang kita nilai akan memberikan manfaat sering terbukti menjadi bahaya bagi kita. Tidak ada keamanan kecuali dalam menunggu Allah untuk berjalan di depan dan memimpin).

Catatan: peraturan bagi raja memang sudah ada dalam hukum Musa, misalnya Ul 17:14-20. Tetapi baru sekarang Tuhan memberikan raja yang betul-betul merupakan pilihan Tuhan. Saul bukan pilihan Tuhan, tetapi dengan ‘terpaksa’ Ia berikan karena tuntutan dari Israel. Pemberian itu boleh dikatakan merupakan hukuman bagi Israel, yang bertindak semaunya sendiri.

Bdk. Hosea 13:10-11 - “(10) Di mana gerangan rajamu, supaya diselamatkannya engkau, dan semua pemukamu, supaya diberinya engkau keadilan, hai, engkau yang berkata: ‘Berilah kepadaku seorang raja dan pemuka-pemuka!’ (11) Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu”.

II) Daud merebut Yerusalem.

2 Samuel 5: 6-9: “(6) Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: ‘Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!’ Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari. (7) Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud. (8) Daud telah berkata pada waktu itu: ‘Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta.’ Sebab itu orang berkata: ‘Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait.’ (9) Dan Daud menetap di kubu pertahanan itu dan menamainya: Kota Daud. Ia memperkuatnya sekelilingnya, mulai dari Milo ke bagian dalam.”.

1) Daud menyerang Yerusalem (ay 6a).

Ay 6a: “Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu”.

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Yerusalem dan orang Yebus:

a) Letak Yerusalem yang strategis cocok untuk menjadi ibukota.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Political considerations were important, but so was security, and the topography of Jerusalem made it an ideal capital city. Built on a rocky hill and surrounded on three sides by valleys and hills, the city was vulnerable only on the north side” (= Pertimbangan-pertimbangan politik adalah penting, tetapi demikian juga dengan keamanan, dan topografi dari Yerusalem membuatnya sebuah ibukota yang ideal. Dibangun pada suatu bukit batu dan dikelilingi pada tiga sisi oleh lembah dan bukit, kota itu mudah diserang hanya dari sisi utara).

Catatan: topografi adalah penggambaran yang akurat dan mendetail tentang suatu tempat.

b) Yerusalem sudah ditaklukkan pada jaman Yosua tetapi belum secara mutlak, sehingga lalu berkembang lagi.

Pulpit Commentary: “Though the Jebusites had been conquered by Joshua (Josh 11:3), and Jerusalem captured (Judg 1:8), yet, as the children of Judah did not occupy it, but ‘set the city on fire,’ it seems to have been soon repeopled by its old inhabitants, who there maintained their independence” [= Sekalipun orang-orang Yebus telah ditaklukkan oleh Yosua (Yos 11:3), dan Yerusalem direbut (Hak 1:8), tetapi karena orang-orang Yehuda tidak mendudukinya, tetapi ‘membakar kota itu’, kelihatannya kota itu segera diduduki kembali oleh penduduk lamanya, yang mempertahankan kemerdekaan mereka di sana].

Yosua 11:3 - “yakni raja-raja orang Kanaan di sebelah timur dan di sebelah barat, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Yebus di pegunungan dan orang Hewi di kaki gunung Hermon, di tanah Mizpa”.

Hak 1:8 - “Sesudah itu bani Yehuda berperang melawan Yerusalem, merebutnya lalu memukulnya dengan mata pedang dan memusnahkan kota itu dengan api”.

c) Yerusalem sebetulnya adalah milik suku Benyamin, sehingga Daud baru bisa berusaha merebutnya setelah suku Benyamin tunduk kepadanya.

Matthew Henry: “Joshua, in his time, found it the chief city of the south part of Canaan, Josh 10:1-3. It fell to Benjamin’s lot (Josh 18:28), but joined close to Judah’s, Josh 15:8. The children of Judah had taken it (Judg 1:8), but the children of Benjamin suffered the Jebusites to dwell among them (Judg 1:21), and they grew so upon them that it became a city of Jebusites, Judg 19:11. Now the very first exploit David did, after he was anointed king over all Israel, was to gain Jerusalem out of the hand of the Jebusites, which, because it belonged to Benjamin, he could not well attempt till that tribe, which long adhered to Saul’s house (1 Chron 12:29), submitted to him” [= Yosua, pada jamannya, menemukannya sebagai kota terutama dari bagian selatan dari Kanaan, Yos 10:1-3. Itu jatuh ke bagian Banyamin (Yos 18:28), tetapi berbatasan dekat dengan Yehuda, Yosua 15:8. Orang-orang Yehuda telah merebutnya (Hak 1:8), tetapi orang-orang Benyamin membiarkan orang-orang Yebus tinggal di antara mereka (Hak 1:21), dan mereka bertumbuh demikian di sana sehingga itu menjadi suatu kota orang Yebus, Hak 19:11. Sekarang tindakan berani pertama yang Daud lakukan, setelah ia diurapi menjadi raja atas seluruh Israel, adalah untuk mendapatkan Yerusalem dari tangan orang-orang Yebus, yang karena itu adalah milik dari suku Benyamin, tidak bisa ia usahakan sampai suku itu, yang lama sekali setia kepada keluarga Saul (1Taw 12:29), tunduk kepadanya].

2) Penduduk Yerusalem / orang Yebus meremehkan dan mengejek Daud (ay 6b).

Ay 6b: “Mereka itu berkata kepada Daud: ‘Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!’ Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari”.

KJV memberikan terjemahan yang berbeda.

KJV: ‘Except thou take away the blind and the lame, thou shalt not come in hither: thinking, David cannot come in hither’ (= Kecuali engkau mengambil / menyingkirkan orang buta dan orang lumpuh, engkau tidak akan masuk ke sini: berpikir / mengira, Daud tidak bisa masuk ke sana).

Tetapi RSV/NIV/NASB memberikan terjemahan seperti terjemahan dari Kitab Suci Indonesia, kecuali pada kata-kata ‘maksud mereka’, diterjemahkan ‘thinking’ / ‘they thought’ (= berpikir / mengira / mereka berpikir / mengira).

Pulpit Commentary: “Except thou take away the blind and the lame, thou shalt not come in hither. ... But evidently it was a boastful defiance, and may mean that the Jebusites pretended that it would be enough to post only their feeblest men, the blind and the lame, for defense, and that David would try in vain to break through them” (= Kecuali engkau mengambil / menyingkirkan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh, engkau tidak akan datang ke sini. ... Tetapi jelas bahwa itu merupakan suatu tantangan yang penuh kesombongan, dan bisa berarti bahwa orang-orang Yebus menganggap bahwa adalah cukup untuk menempatkan orang-orang mereka yang paling lemah, orang-orang buta dan orang-orang lumpuh, sebagai pertahanan, dan bahwa Daud akan berusaha dengan sia-sia untuk menerobos melalui mereka).

Adam Clarke: “From the general face of the text it appears that the Jebusites, vainly confiding in the strength of their fortress, placed lame and blind men upon the walls, and thus endeavoured to turn into ridicule David’s attempt to take the place: ‘Thou shalt not come in here, except thou take away the blind and the lame.’” (= Dari permukaan umum dari text itu kelihatan bahwa orang-orang Yebus, yang secara sia-sia mempercayakan diri pada kekuatan dari benteng / kubu mereka, menempatkan orang-orang lumpuh dan orang-orang buta di atas tembok, dan dengan demikian berusaha untuk mengejek / mentertawakan usaha Daud untuk merebut tempat itu: ‘Engkau tidak akan masuk ke sini, kecuali engkau mengambil / menyingkirkan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh’.).

Matthew Henry: “The Jebusites’ defiance of David and his forces. They said, ‘Except thou take away the blind and the lame, thou shalt not come in hither,’ v. 6. They sent David this provoking message, because, as it is said afterwards, on another occasion, they could not believe that ‘ever an enemy would enter into the gates of Jerusalem,’ Lam 4:12. They confided either, 1. In the protection of their gods, which David, in contempt, had called ‘the blind and the lame,’ for ‘they have eyes and see not, feet and walk not.’ ‘But,’ say they, ‘these are the guardians of our city, and except thou take these away (which thou canst never do) thou canst not come in hither.’ Some think they were constellated images of brass set up in the recess of the fort, and entrusted with the custody of the place. They called their idols their MAUZZIM, or ‘strong-holds’ (Dan 11:38) and as such relied on them. ... Or, 2. In the strength of their fortifications, which they thought were made so impregnable by nature or art, or both, that the blind and the lame were sufficient to defend them against the most powerful assailant. The strong-hold of Zion they especially depended on, as that which could not be forced. Probably they set blind and lame people, invalids or maimed soldiers, to make their appearance upon the walls, in scorn of David and his men, judging them an equal match for him. ... Note, The enemies of God’s people are often very confident of their own strength and most secure when their day to fall draws nigh” [= Tantangan orang-orang Yebus terhadap Daud dan kekuatan / pasukannya. Mereka berkata, ‘Kecuali engkau mengambil / menyingkirkan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh, engkau tidak akan masuk ke sini’, ay 6. Mereka mengirimkan kepada Daud pesan yang memprovokasi ini, karena, seperti dikatakan balakangan, pada peristiwa yang lain, mereka tidak bisa percaya bahwa ‘akan pernah seorang musuh masuk ke dalam pintu-pintu gerbang Yerusalem’, Rat 4:12. Mereka percaya, atau, 1. Kepada perlindungan dari allah-allah / dewa-dewa mereka, yang Daud, dalam kebencian / kejijikan, telah sebut sebagai ‘orang-orang buta dan orang-orang lumpuh’, karena ‘mereka mempunyai mata tetapi tidak bisa melihat, mempunyai kaki tetapi tidak bisa berjalan’. ‘Tetapi’, kata mereka, ‘mereka ini adalah penjaga-penjaga kota kami, dan kecuali engkau mengambil / menyingkirkan mereka ini (yang engkau tidak akan pernah bisa lakukan) engkau tidak bisa masuk ke sini’. Sebagian orang menganggap mereka adalah kumpulan patung-patung berhala dari kuningan mereka, yang didirikan dalam cekungan di benteng, dan dipercayai untuk penjagaan dari tempat itu. Mereka menyebut patung-patung berhala mereka MAUZZIM, atau ‘kubu-kubu’ (Dan 11:38) dan bersandar kepada mereka. ... Atau, 2. Dalam kekuatan dari kubu-kubu mereka, yang mereka anggap dibuat begitu mampu menahan serangan oleh alam atau keahlian atau keduanya, sehingga orang-orang buta dan orang-orang lumpuh cukup untuk mempertahankan mereka terhadap serangan yang paling kuat. Mereka terutama bersandar pada kubu dari Sion, sebagai apa yang tidak bisa didobrak. Mungkin mereka menempatkan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh, tentara-tentara yang cacat atau buntung, membuat penampilan mereka pada tembok, untuk mengejek Daud dan orang-orangnya, menilai orang-orang cacat itu sebagai tandingan yang cocok terhadap dia. ... Perhatikan, musuh-musuh dari umat Allah sering paling yakin pada kekuatan mereka sendiri dan merasa paling aman pada waktu hari kejatuhan mereka mendekat].

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan bahwa bagi orang-orang percaya, Tuhanlah yang merupakan benteng / kubu!

Mazmur 27:1 - “Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?”.

Mazmur 28:8 - “TUHAN adalah kekuatan umatNya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapiNya!”.

Mazmur 48:4 - “Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diriNya sebagai benteng”.

Jamieson, Fausset & Brown: “To understand the full meaning and force of this insulting taunt, it is necessary to bear in mind the depth and steepness of the valley of Gihon, and the lofty walls of the ancient Canaanite fortress. Looking down from the summit of the rock to the bottom, it appeared a dizzy height which no assailants, however adventurous, would suceed in scaling; and the inhabitants, therefore feeling themselves secure in their inaccessible position, sneered at what they considered the vain attempts of David and his army to besiege their fort” (= Untuk mengerti arti dan kekuatan yang sepenuhnya dari celaan / ejekan yang menghina ini, adalah perlu untuk mencamkan kedalaman dan kecuraman dari lembah Gihon, dan tembok-tembok tinggi dari benteng-benteng orang Kanaan kuno. Melihat kebawah dari puncak dari batu karang ke dasar, itu terlihat sebagai suatu ketinggian yang begitu tinggi sampai memusingkan, yang tak ada penyerang, bagaimanapun beraninya, bisa berhasil dalam mendaki; dan karena itu penduduknya merasa diri mereka sendiri aman dalam posisi mereka yang tidak bisa dimasuki, mencemooh / mengejek pada apa yang mereka anggap sebagai usaha sia-sia dari Daud dan pasukannya untuk mengepung benteng mereka).

3) Daud menyerang, mengalahkan dan merebut Yerusalem.

2 Samuel 5: 7-8: “(7) Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud. (8) Daud telah berkata pada waktu itu: ‘Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta.’ Sebab itu orang berkata: ‘Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait.’”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “a boast that made David angry. He knew that the Lord had promised Moses that Israel would conquer all the nations living in Canaan, including the Jebusites (Ex 23:23-24; Deut 7:1-2; 20:17), so by faith he planned his attack. ... he even told him how to do it: go up through the water shaft. ... Excavations on Mount Zion have revealed a water shaft that would have been difficult but not impossible to climb” [= suatu kesombongan yang membuat Daud marah. Ia tahu bahwa Tuhan telah berjanji kepada Musa bahwa Israel akan mengalahkan semua bangsa-bangsa yang hidup / tinggal di Kanaan, termasuk orang-orang Yebus (Kel 23:23-24; Ul 7:1-2; 20:17), maka dengan iman ia merencanakan serangannya. ... ia bahkan memberitahunya bagaimana melakukannya: naiklah melalui saluran / terowongan air. ... Penggalian pada Bukit / Gunung Sion telah menyingkapkan suatu terowongan air yang sukar, tetapi tidak mustahil, untuk dipanjat].

4) Daud menetap di sana.

2 Samuel 5: 9: “Dan Daud menetap di kubu pertahanan itu dan menamainya: Kota Daud. Ia memperkuatnya sekelilingnya, mulai dari Milo ke bagian dalam.”.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “None were to be compared with the site of Jerusalem, on the frontier between Judah and Benjamin, surrounded on three sides by valleys, and on the other side, the north, strongly fortified” (= Tak ada yang bisa dibandingkan dengan tempat dari Yerusalem, pada perbatasan antara Yehuda dan Benyamin, dikelilingi pada tiga sisi oleh lembah-lembah, dan pada sisi yang lain, utara, dibentengi dengan kuat).

III) Daud makin berkuasa karena penyertaan Tuhan (2 Samuel 5: 10-12).

1) Kekuasaan Daud makin besar karena penyertaan Tuhan.

2 Samuel 5: 10: “Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab TUHAN, Allah semesta alam, menyertainya.”.

Pulpit Commentary: “GREATNESS WELL-DERIVED. All greatness is in some sense from God; but all does not spring from his favour. ‘Surely thou didst set them in slippery places; thou castedst them down into destruction’ (Ps 73:18). He that becomes ‘a great man’ through unjust violence, the oppression and swallowing up of the weak, low cunning, unscrupulous ambition, insatiable avarice, or an absorbing activity of mind and body which excludes God from thought and life, cannot rightly attribute his success to the blessing of God. Such greatness is disastrous, and carries a curse with it. It is reached by serving Satan, and accompanied with slavery to him and participation of his doom. He was not altogether lying when he said (Luke 4:6,7) that the power and glory of the world were given by him to those who would worship him. The world abounds in instances of greatness so won. But the greatness which is a gift of God’s favour is reached by paths of truth and uprightness and piety; by the strenuous employment of all the powers, indeed, but in harmony with the Divine will; not so much, therefore, with the purpose to grow great as to be of service to others” [= KEBESARAN YANG DIDAPATKAN DENGAN BAIK. Semua kebesaran, dalam arti tertentu adalah dari Allah; tetapi tidak semua muncul dari kebaikanNya. ‘Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur’ (Maz 73:18). Ia yang menjadi ‘orang besar’ melalui kekerasan yang tidak adil / tidak benar, penindasan dan tindakan menelan orang-orang lemah, kelicikan yang rendah / hina, ambisi yang jahat / tak mengindahkan moral, ketamakan yang tak terpuaskan, atau aktivitas yang menarik / mengasyikkan dari otak dan tubuh yang mengeluarkan Allah dari pikiran dan kehidupan, tidak bisa secara benar menghubungkan kesuksesannya dengan berkat dari Allah. Kebesaran seperti itu membahayakan, dan membawa suatu kutuk bersamanya. Itu dicapai dengan melayani Iblis, dan disertai dengan perbudakan kepadanya dan partisipasi dengan nasibnya / penghukumannya / kehancurannya. Ia tidak sepenuhnya berdusta pada waktu ia berkata (Luk 4:6,7) bahwa kuasa dan kemuliaan dunia diberikan olehnya kepada mereka yang mau menyembahnya. Dunia dipenuhi secara berlimpah-limpah dengan contoh-contoh dari kebesaran yang dimenangkan dengan cara seperti itu. Tetapi kebesaran yang merupakan karunia dari kebaikan Allah dicapai oleh jalan kebenaran dan kelurusan dan kesalehan; memang oleh penggunaan yang kuat dari semua kekuatan / kuasa, tetapi sesuai dengan kehendak Ilahi; dan karena itu tujuannya lebih pada pelayanan kepada orang-orang lain dari pada pada tujuan untuk menjadi besar].

Penerapan: kalau saudara kaya atau berkedudukan tinggi, baik dalam hal sekuler (dalam pekerjaan / pemerintahan dsb) maupun dalam hal rohani (dalam gereja / sekolah theologia dsb), coba pikirkan, bagaimana caranya saudara mencapai kebesaran / sukses itu? Apakah itu memang merupakan berkat dari Tuhan, atau lebih merupakan berkat dari setan?

2) Pendirian istana Daud.

2 Samuel 5: 11: “Hiram, raja negeri Tirus, mengirim utusan kepada Daud dan kayu alas, tukang-tukang kayu dan tukang-tukang batu; mereka mendirikan istana bagi Daud.”.

Matthew Henry: “The Jews were husbandmen and shepherds, and did not much addict themselves either to merchandise or manufactures; and therefore Hiram, king of Tyre, a wealthy prince, when he sent to congratulate David on his accession to the throne, offered him workmen to build him a house. David thankfully accepted the offer, and Hiram’s workmen built David a house to his mind. Many have excelled in arts and sciences who were strangers to the covenants of promise. Yet David’s house was never the worse, nor the less fit to be dedicated to God, for being built by the sons of the stranger” (= Orang-orang Yahudi adalah petani-petani dan gembala-gembala, dan tidak terlalu menyerahkan diri / membaktikan diri mereka sendiri pada perdagangan atau pembuatan barang-barang dengan tangan atau mesin; dan karena itu Hiram, raja Tirus, seorang pangeran / raja yang kaya, pada waktu mengirim utusan untuk memberi selamat kepada Daud karena kenaikannya pada takhta, menawarkan kepadanya pekerja-pekerjanya untuk membangun baginya sebuah rumah / istana. Daud dengan penuh rasa terima kasih menerima tawaran itu, dan pekerja-pekerja Hiram membangun bagi Daud sebuah rumah / istana dalam pikirannya. Banyak orang menonjol dalam seni dan ilmu pengetahuan yang adalah orang-orang asing terhadap perjanjian dari janji. Tetapi rumah / istana Daud tidak pernah lebih buruk, atau kurang cocok untuk didedikasikan bagi Allah, karena dibangun oleh orang-orang asing).

Catatan:

· Adam Clarke menganggap Hiram sebagai orang yang percaya kepada Allah yang benar. Sekalipun itu memungkinkan, tetapi tidak ada satupun ayat Alkitab yang mendukung hal itu. Bahwa Hiram bersahabat dengan Daud dan Salomo, dan membantu mendirikan istana Daud maupun Bait Suci, tidak harus diartikan bahwa ia adalah orang percaya.

· Pulpit Commentary mengatakan bahwa Hiram ini adalah ayah dari Hiram yang membantu Salomo dalam pembangunan Bait Suci. Pulpit Commentary membahas secara khronologis catatan Alkitab tentang Hiram, dan menganggap tak mungkin 2 orang ini adalah orang yang sama. Pada jaman itu bukan hal yang aneh kalau ayah dan anak mempunyai nama yang sama.

3) Daud menyadari bahwa semua ini terjadi karena berkat Tuhan.

2 Samuel 5: 12: “Lalu tahulah Daud, bahwa TUHAN telah menegakkan dia sebagai raja atas Israel dan telah mengangkat martabat pemerintahannya oleh karena Israel, umatNya.”.

a) Kalau Daud memang dipilih Tuhan untuk menjadi raja, buktinya harus ada.

Demikian juga dengan hamba Tuhan / pendeta yang betul-betul dipanggil Tuhan! Harus ada bukti bahwa Tuhan memang memberikan berkat-berkat tertentu atas pelayanannya.

b) Dari berkat-berkat / kebaikan-kebaikan yang Tuhan berikan kepadanya, Daud tahu / mengerti kalau Tuhan menyertainya dan memberkatinya. Pengertian bahwa Tuhan menyertainya dan memberkatinya betul-betul membuat seseorang bahagia! Matthew Henry mengatakan bahwa ada banyak orang yang menerima kebaikan / berkat Tuhan tetapi tidak mengertinya / merasakannya sebagai kebaikan / berkat Tuhan, tetapi sebagai hasil usahanya sendiri. Orang seperti itu tidak akan mengalami kebahagiaan seperti yang Daud alami di sini. Pulpit Commentary menambahkan bahwa pengertian seperti itu akan mencegah kesombongan dan menghasilkan kerendahan hati dan rasa terima kasih.

c) Bagian akhir dari 2 Samuel 5: 12 di atas (yang saya garis-bawahi) merupakan bagian yang sangat penting!

Allah meninggikan Daud bukan demi Daud sendiri, tetapi demi umat Israel!

Matthew Henry: “He owned that it was for his people Israel’s sake that God had done great things for him, that he might be a blessing to them and they might be happy under his administration. God did not make Israel his subjects for his sake, that he might be great, and rich, and absolute: but he made him their king for their sake, that he might lead, and guide, and protect them. Kings are ‘ministers of God to their people for good,’ Rom 13:4” (= Ia mengakui bahwa adalah demi umatNya Israellah Allah telah melakukan hal-hal yang besar baginya, supaya ia bisa menjadi berkat bagi mereka dan mereka bisa berbahagia dibawah pemerintahannya. Allah tidak membuat Israel bawahannya demi dia, supaya ia bisa menjadi besar, dan kaya, dan sempurna / lengkap / mutlak: tetapi Ia membuatnya menjadi raja mereka demi mereka, supaya ia bisa membimbing, dan menuntun, dan melindungi mereka. Raja-raja adalah ‘pelayan-pelayan Allah bagi kebaikan umatNya’, Ro 13:4).

The Biblical Illustrator (Old Testament): “The people are not created for the king, but the king for the people” (= Bangsa / umat tidak diciptakan untuk raja, tetapi raja diciptakan untuk umat / bangsa).

Saya percaya / yakin, hal ini berlaku bukan hanya bagi raja pada saat itu, tetapi juga untuk pendeta / gembala sidang pada jaman sekarang! Tetapi dalam faktanya, banyak pendeta / gembala sidang yang membalik hal ini!

Pulpit Commentary: “He recognized that his exaltation was for the sake of the people. This would check selfish ambition and produce cordial devotement to the good of the nation” (= Ia mengakui bahwa peninggian / pemuliaannya adalah demi bangsa / umat itu. Ini akan mengekang ambisi yang egois dan menghasilkan pembaktian yang hangat pada kebaikan dari bangsa itu).

IV) Daud menambah istri dan gundik (ay 13-16).

2 Samuel 5: 13-16: “(13) Daud mengambil lagi beberapa gundik dan isteri dari Yerusalem, setelah ia datang dari Hebron dan bagi Daud masih lahir lagi anak-anak lelaki dan perempuan. (14) Inilah nama anak-anak yang lahir bagi dia di Yerusalem: Syamua, Sobab, Natan, Salomo, (15) Yibhar, Elisua, Nefeg, Yafia, (16) Elisama, Elyada dan Elifelet.”.

Pulpit Commentary: “Thus with increase of power came also the increased gratification of David’s weakness and sin. Well for him would it have been if, like Saul, he had been content with one wife” (= Demikianlah dengan meningkatnya kekuasaan datang juga peningkatan pemuasan dari kelemahan dan dosa Daud. Adalah baik baginya seandainya seperti Saul, ia puas dengan satu istri saja).

Matthew Henry: “it is said that he took more concubines and wives, v. 13. Shall we praise him for this? We praise him not; we justify him not; nor can we scarcely excuse him. The bad example of the patriarchs might make him think there was no harm in it, and he might hope it would strengthen his interest, by multiplying his alliances, and increasing the royal family. ... David had many wives, and yet that did not keep him from coveting his neighbour’s wife and defiling her; for men that have once broken the fence will wander endlessly” [= dikatakan bahwa ia mengambil lebih banyak gundik dan istri, 2 Samuel 5: 13. Akankah kita memuji dia untuk hal ini? Kita tidak memuji dia ataupun membenarkannya; juga kita hampir tidak bisa memaafkannya. Teladan buruk dari para kepala keluarga / bangsa (seperti Abraham, Yakub dsb) bisa membuat ia berpikir bahwa tak ada kerugian / kejahatan dalam hal itu, dan ia bisa berharap bahwa hal itu bisa memperkuat kepentingannya, dengan memperbanyak sekutu-sekutunya, dan meningkatkan keluarga raja / kerajaan. ... Daud mempunyai banyak istri, tetapi itu tidak mencegah dia dari menginginkan istri sesamanya dan menodainya; karena orang-orang yang telah sekali melanggar pagar / pembatas, akan mengembara tanpa akhir].

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Deut 17:17 prohibited Israel’s king from taking many wives, but David seems to have ignored this law, as did Solomon after him (1 Kings 4:26; 11:1-4). At least one of David’s wives was a princess (3:3), which suggests that the marriage was for the sake of political alliance, and no doubt there were other similar marriages. This was one way to cement good relationships with other nations” [= Ulangan 17:17 melarang raja Israel untuk mengambil banyak istri, tetapi Daud kelihatannya telah mengabaikan hukum ini, seperti yang juga dilakukan Salomo setelahnya (1Raja 4:26; 11:1-4). Sedikitnya satu dari istri-istri Daud adalah seorang putri (3:3), yang secara tak langsung menunjukkan bahwa pernikahan itu adalah demi persekutuan politik, dan tak diragukan bahwa ada pernikahan-pernikahan lain yang mirip dengan itu. Ini adalah satu cara / jalan untuk mempererat hubungan dengan bangsa-bangsa lain].

Ulangan 17:14-17 - “(14) ‘Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, (15) maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kauangkat atasmu. (16) Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi. (17) Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak”.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The law clearly stated that the king was not to multiply wives, but both David and Solomon ignored this law, and both paid dearly for their disobedience” (= Hukum Taurat dengan jelas menyatakan bahwa raja tidak boleh mempunyai banyak istri, tetapi baik Daud dan Salomo mengabaikan hukum ini, dan keduanya membayar mahal untuk ketidak-taatan mereka).

V) Daud berperang melawan orang Filistin dan mengalahkan mereka (ay 17-25).

1) Orang Filistin menyerang Daud.

2 Samuel 5: 17: “Ketika didengar orang Filistin, bahwa Daud telah diurapi menjadi raja atas Israel, maka majulah semua orang Filistin untuk menangkap Daud. Tetapi Daud mendengar hal itu, lalu ia pergi ke kubu pertahanan.”.

2) Daud minta petunjuk Tuhan.

2 Samuel 5: 18-19: “(18) Ketika orang Filistin itu datang dan memencar di lembah Refaim, (19) bertanyalah Daud kepada TUHAN: ‘Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?’ TUHAN menjawab Daud: ‘Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.’”.

Daud meminta pimpinan Tuhan.

Matthew Henry: “His prudence asked this, ‘Wilt thou deliver them into my hand?’ Hereby he owns his dependence on God for victory, that he could not conquer them unless God delivered them into his hand, and refers his cause to the good pleasure of God. ... David had now a great army at command and in good heart, yet he relied more on God’s promise than his own force” (= Kebijaksanaannya menanyakan ini, ‘Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?’ Dengan ini ia mengakui ketergantungannya kepada Allah untuk kemenangan, bahwa ia tidak bisa mengalahkan mereka kecuali Allah menyerahkan mereka ke dalam tangannya, dan menghubungkan perkaranya dengan kesenangan yang baik dari Allah. ... Daud sekarang mempunyai suatu pasukan yang besar yang bisa ia gunakan, tetapi ia bersandar pada janji Allah dari pada pada kekuatannya / pasukannya sendiri).

Matthew Henry: “If God send us, he will bear us out and stand by us. The assurance God has given us of victory over our spiritual enemies, that he will tread Satan under our feet shortly, should animate us in our spiritual conflicts. We do not fight at uncertainty” (= Jika Allah mengutus kita, Ia akan menyokong kita dan mendukung kita. Keyakinan yang telah Allah berikan kepada kita tentang kemenangan atas musuh-musuh rohani kita, bahwa Ia akan menginjak-injak Iblis di bawah kaki kita, harus menggerakkan / menggelorakan kita dalam konflik rohani kita. Kita tidak berperang dalam ketidak-pastian).

3) Daud mengalahkan Filistin (2 Samuel 5: 20-21).

a) 2 Samuel 5: 20: “Lalu datanglah Daud di Baal-Perasim dan memukul mereka kalah di sana. Berkatalah ia: ‘TUHAN telah menerobos musuhku di depanku seperti air menerobos.’ Sebab itu orang menamakan tempat itu Baal-Perasim.”.

Matthew Henry: “When David had himself smitten them (v. 20), he ascribed it to God: ‘The Lord has broken forth upon my enemies,’ ... Those that own God in what he has done for them will find him doing more” [= Pada waktu Daud sendiri telah memukul kalah mereka (ay 20), ia menganggapnya berasal dari Allah: ‘Tuhan telah menerobos musuh-musuhku’, ... Mereka yang mengakui Allah dalam apa yang telah Ia lakukan bagi mereka akan mendapati Ia melakukan lebih banyak lagi].

Matthew Henry: “he called the place BAAL-PERAZIM, ‘the master of the breaches,’ because, God having broken in upon their forces, he soon had the mastery of them. Let posterity take notice of it to God’s honour” (= ia menyebut tempat itu BAAL-PERASIM, ‘tuan dari penembusan’, karena setelah Allah menerobos pasukan-pasukan mereka, ia dengan segera / cepat menguasai mereka. Biarlah keturunan memperhatikannya demi kehormatan Allah).

b) 2 Samuel 5: 21: “Orang Filistin itu meninggalkan berhalanya di sana, lalu Daud dan orang-orangnya mengangkatnya.”.

KJV: ‘and David and his men burned them’ (= dan Daud dan orang-orangnya membakar mereka).

RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV ≈ Kitab Suci Indonesia.

Albert Barnes menganggap terjemahan KJV salah. Tetapi sebetulnya ada kemungkinan bahwa setelah patung-patung itu dibawa oleh orang-orang Israel, lalu patung-patung itu dibakar, karena memang itulah perintah Tuhan berkenaan dengan patung berhala.

Ulangan 7:5 - “Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis”.

Matthew Henry mengatakan bahwa orang Filistin membawa patung-patung berhala mereka dalam pertempuran mungkin karena mereka meniru tindakan orang Israel (Yos 6). Ternyata patung-patung berhala mereka tidak bisa membantu mereka dan terpaksa mereka tinggal lari.

Matthew Henry: “Bishop Patrick well observes here that when the ark fell into the Philistines’ hands it consumed them, but, when these images fell into the hands of Israel, they could not save themselves from being consumed” (= Uskup Patrick memperhatikan dengan baik di sini bahwa pada waktu tabut perjanjian jatuh ke tangan orang Filistin, tabut itu menghabiskan mereka, tetapi pada waktu patung-patung berhala mereka jatuh ke tangan orang-orang Israel, patung-patung berhala itu tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri dari pemusnahan).

Bdk. 1Samuel 5:1-12 - “(1) Sesudah orang Filistin merampas tabut Allah, maka mereka membawanya dari Eben-Haezer ke Asdod. (2) Orang Filistin mengambil tabut Allah itu, dibawanya masuk ke kuil Dagon dan diletakkannya di sisi Dagon. (3) Ketika orang-orang Asdod bangun pagi-pagi pada keesokan harinya, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN; lalu mereka mengambil Dagon dan mengembalikannya ke tempatnya. (4) Tetapi ketika keesokan harinya mereka bangun pagi-pagi, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN, tetapi kepala Dagon dan kedua belah tangannya terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, hanya badan Dagon itu yang masih tinggal. (5) Itulah sebabnya para imam Dagon dan semua orang yang masuk ke dalam kuil Dagon tidak menginjak ambang pintu rumah Dagon yang di Asdod, sampai hari ini. (6) Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia membingungkan mereka: Ia menghajar mereka dengan borok-borok, baik Asdod maupun daerahnya. (7) Ketika dilihat orang-orang Asdod, bahwa demikian halnya, berkatalah mereka: ‘Tabut Allah Israel tidak boleh tinggal pada kita, sebab tanganNya keras melawan kita dan melawan Dagon, allah kita.’ (8) Sebab itu mereka memanggil berkumpul kepadanya semua raja kota orang Filistin dan berkata: ‘Apakah yang akan kita lakukan dengan tabut Allah Israel itu?’ Lalu kata mereka: ‘Tabut Allah Israel harus dipindahkan ke Gat.’ Jadi mereka memindahkan tabut Allah Israel itu ke sana. (9) Tetapi setelah mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan kegemparan yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu, anak-anak dan orang dewasa, sehingga timbul borok-borok pada mereka. (10) Lalu mereka mengantarkan tabut Allah itu ke Ekron. Tetapi sesampai tabut Allah itu di Ekron, berteriaklah orang Ekron itu, demikian: ‘Mereka memindahkan tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bangsa kita.’ (11) Sebab itu mereka memanggil berkumpul semua raja kota orang Filistin itu dan berkata: ‘Antarkanlah tabut Allah Israel itu; biarlah itu kembali ke tempatnya, supaya jangan dimatikannya kita dan bangsa kita.’ Sebab di seluruh kota itu ada kegemparan maut; tangan Allah menekan orang-orang di sana dengan sangat berat: (12) orang-orang yang tidak mati, dihajar dengan borok-borok, sehingga teriakan kota itu naik ke langit”.

4) Orang Filistin menyerang Daud lagi.

2 Samuel 5: 22: “Ketika orang Filistin maju sekali lagi dan memencar di lembah Refaim”.

Pulpit Commentary: “The life of a godly man on earth is a warfare which is perpetually renewed. Hardly has one conflict been passed through before another awaits him with old or new and more formidable foes: the world, the flesh, the devil; ignorance, idolatries, oppressions, sin and misery of all kinds (1 Samuel 17:1-11). Yea, each day the ‘good warfare’ begins afresh” [= Kehidupan dari orang saleh di bumi adalah suatu peperangan yang diperbaharui terus menerus. Hampir tak ada satu konflik yang lewat sebelum konflik yang lain menunggu dia dengan musuh-musuh yang lama atau yang baru dan lebih kuat: dunia, daging, setan; ketidaktahuan / kebodohan, penyembahan berhala, penindasan, dosa dan segala jenis kesengsaraan (1Samuel 17:1-11). Ya, tiap hari ‘peperangan yang baik’ mulai lagi].

5) Daud meminta petunjuk Tuhan lagi (2 Samuel 5: 23), dan Tuhan memberi petunjuk lagi (2 Samuel 5: 24).

2 Samuel 5: 23-24: “(23) maka bertanyalah Daud kepada TUHAN, dan Ia menjawab: ‘Janganlah maju, tetapi buatlah gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka, sehingga engkau dapat menyerang mereka dari jurusan pohon-pohon kertau. (24) Dan bila engkau mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah engkau bertindak cepat, sebab pada waktu itu TUHAN telah keluar berperang di depanmu untuk memukul kalah tentara orang Filistin.’”.

a) Kemenangan yang tadi tidak membuat Daud menjadi besar kepala sehingga lalu bersandar kepada dirinya sendiri. Ia meminta petunjuk Tuhan lagi, dan ini menunjukkan bahwa Ia tetap bersandar kepada Tuhan.

b) Petunjuk Tuhan.

Yang dimaksudkan dengan bunyi di puncak pohon-pohon kertau itu adalah bunyi yang dibuat oleh Tuhan. Bunyi itu menimbulkan kepanikan dalam pasukan Filistin karena akan mereka kira sebagai bunyi derap langkah dari pasukan. Pada saat itu Daud harus menyerang mereka.

6) Daud mentaati petunjuk Tuhan, dan ia mengalahkan Filistin lagi.

2 Samuel 5: 25: “Dan Daud berbuat demikian, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, maka ia memukul kalah orang Filistin, mulai dari Geba sampai dekat Gezer”.

Dengan dua kemenangan berturut-turut terhadap orang Filistin, Daud bukan hanya menyeimbangkan kekalahan orang Israel terhadap Filistin, yang bahkan sampai menyebabkan kematian Saul, tetapi ia terus menyerang sampai menundukkan secara total musuh yang selalu mengganggu ini.

Matthew Henry: “In both these actions the Philistines were the aggressors, stirred first towards their own destruction, ... they came up to seek David (v. 17), because they heard that he was anointed king over Israel. He that under Saul had slain his ten thousands, what would he do when he himself came to be king! They therefore thought it was time to look about them, and try to crush his government in its infancy, before it was well settled. Their success against Saul, some years ago, perhaps encouraged them to make this attack upon David; but they considered not that David had that presence of God with him which Saul had forfeited and lost” (= Dalam kedua tindakan ini orang-orang Filistin adalah agresor / penyerang, digerakkan lebih dulu menuju kehancuran mereka sendiri, ... mereka datang untuk mencari Daud (ay 17), karena mereka mendengar bahwa ia diurapi menjadi raja atas Israel. Ia yang pada waktu ada di bawah Saul telah membunuh puluhan ribu, apa yang akan ia lakukan pada waktu ia sendiri menjadi raja! Karena itu mereka berpikir bahwa adalah waktunya untuk melihat-lihat di sekitar mereka, dan mencoba untuk menghancurkan pemerintahannya pada waktu masih bayi, sebelum itu menjadi teguh. Kesuksesan mereka terhadap Saul, beberapa tahun yang lalu, mungkin menyemangati mereka untuk membuat serangan ini terhadap Daud; tetapi mereka tidak mempertimbangkan bahwa Daud mempunyai kehadiran Allah dengan dia, sedangkan Saul telah kehilangan hal itu).2 SAMUEL 5:1-25 (DAUD MENJADI RAJA)

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post