EKSPOSISI 2 SAMUEL 3:1-39

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 2 SAMUEL 3:1-39
2 Samuel 3:1-39 - “(1) Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah. (2) Di Hebron lahirlah bagi Daud anak-anak lelaki. Anak sulungnya ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; (3) anaknya yang kedua ialah Kileab, dari Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel; yang ketiga ialah Absalom, anak dari Maakha, anak perempuan Talmai raja Gesur; (4) yang keempat ialah Adonia, anak dari Hagit; yang kelima ialah Sefaca, anak Abital; (5) dan yang keenam ialah Yitream, dari Egla, isteri Daud. Semuanya ini dilahirkan bagi Daud di Hebron. (6) Selama ada peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud, maka Abner makin mendapat pengaruh di antara keluarga Saul. (7) Saul mempunyai gundik yang bernama Rizpa; dia anak perempuan Aya. Berkatalah Isyboset kepada Abner: ‘Mengapa kauhampiri gundik ayahku?’ (8) Lalu sangat marahlah Abner karena perkataan Isyboset itu, katanya: ‘Kepala anjing dari Yehudakah aku? Sampai sekarang aku masih menunjukkan kesetiaanku kepada keluarga Saul, ayahmu, kepada saudara-saudaranya dan kepada sahabat-sahabatnya, dan aku tidak membiarkan engkau jatuh ke tangan Daud, tetapi sekarang engkau menuduh aku berlaku salah dengan seorang perempuan? (9) Kiranya Allah menghukum Abner, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika tidak kulakukan kepada Daud seperti yang dijanjikan TUHAN dengan bersumpah kepadanya, (10) yakni memindahkan kerajaan dari keluarga Saul dan mendirikan takhta kerajaan Daud atas Israel dan atas Yehuda, dari Dan sampai Bersyeba.’ (11) Dan Isyboset tidak dapat lagi menjawab sepatah katapun kepada Abner, karena takutnya kepadanya. (12) Lalu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: ‘Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu.’ (13) Jawab Daud: ‘Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta dari padamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku.’ (14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia. (17) Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel, katanya: ‘Telah lama kamu menghendaki Daud menjadi raja atas kamu. (18) Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’ (19) Abner berbicara dengan orang Benyamin; pula Abner pergi membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. (20) Ketika Abner datang kepada Daud di Hebron bersama-sama dua puluh orang, maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya. (21) Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’ Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat. (22) Anak buah Daud dan Yoab baru saja pulang setelah mengadakan penggerebekan dan mereka membawa pulang jarahan yang banyak. Tetapi Abner tidak lagi bersama-sama Daud di Hebron, sebab ia telah dilepasnya pergi dengan selamat. (23) Ketika Yoab bersama dengan segenap tentaranya sudah pulang, diberitahukan kepada Yoab, demikian: ‘Abner bin Ner telah datang kepada raja dan ia sudah dibiarkannya pergi dengan selamat.’ (24) Kemudian pergilah Yoab kepada raja, katanya: ‘Apakah yang telah kauperbuat? Abner telah datang kepadamu; mengapa engkau membiarkannya begitu saja? (25) Apakah engkau tidak kenal Abner bin Ner itu. Ia datang untuk memperdaya engkau dan untuk mengetahui gerak-gerikmu dan untuk mengetahui segala yang hendak kaulakukan.’ (26) Sesudah itu keluarlah Yoab meninggalkan Daud dan menyuruh orang menyusul Abner, lalu mereka membawanya kembali dari perigi Sira tanpa diketahui Daud. (27) Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya. (28) Ketika hal itu didengar Daud kemudian, berkatalah ia: ‘Aku dan kerajaanku tidak bersalah di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya terhadap darah Abner bin Ner itu. (29) Biarlah itu ditanggung oleh Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya. Biarlah dalam keturunan Yoab tidak putus-putusnya ada orang yang mengeluarkan lelehan, yang sakit kusta, yang bertongkat, yang tewas oleh pedang atau yang kekurangan makanan.’ (30) Demikianlah Yoab dan Abisai, adiknya, membunuh Abner, karena ia telah membunuh Asael, adik mereka, di Gibeon dalam pertempuran. (31) Dan berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan dia: ‘Koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan merataplah di depan mayat Abner.’ Raja Daud sendiripun berjalan di belakang usungan mayat. (32) Ketika orang menguburkan Abner di Hebron, maka menangislah raja dengan suara nyaring pada kubur Abner dan seluruh rakyatpun menangis. (33) Karena Abner raja mengucapkan nyanyian ratapan ini: ‘Apakah Abner harus mati seperti orang bebal? (34) Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak dirantai. Engkau gugur seperti orang gugur oleh orang-orang durjana.’ Dan seluruh rakyat itu makin menangis karena dia. (35) Seluruh rakyat datang menawarkan kepada Daud untuk makan roti selagi hari siang, tetapi Daud bersumpah, katanya: ‘Kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika sebelum matahari terbenam aku mengecap roti atau apapun.’ (36) Ketika seluruh rakyat melihat hal itu, mereka menganggap hal itu baik, seperti segala sesuatu yang dilakukan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat. (37) Maka tahulah seluruh rakyat dan seluruh Israel pada hari itu, bahwa pembunuhan Abner bin Ner bukanlah rancangan raja. (38) Kemudian berkatalah raja kepada para pegawainya: ‘Tidak tahukah kamu, bahwa pada hari ini gugur seorang pemimpin, seorang besar, di Israel? (39) Tetapi aku ini sekarang masih lemah, sekalipun sudah diurapi menjadi raja, sedang orang-orang itu, yakni anak-anak Zeruya, melebihi aku dalam kekerasan. Kiranya TUHAN membalas kepada orang yang berbuat jahat setimpal dengan kejahatannya.’”.

I) Perang yang berlarut-larut antara pihak Daud dan pihak Isyboset.

2 Samuel 3: 1: “Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah”.

Pulpit Commentary: “‘David waxed stronger and stronger.’ Of course he did. It could not but be so, for he was a chosen servant, not seeking or doing his own will, but simply placing his life in the hands of God, to work out for his people and for future ages, purposes the precise nature of which he could not understand. No weapon formed against him could prosper. He who contended against him fought against God. The forces of nature were on his side. Never did mortal more vainly contend against fate than did Ishbosheth contend against David. ... ‘Stronger and stronger’ may be affirmed of the kingdom of righteousness on earth. For even the seeming failures and delays only become, in the hands of Providence, the means of acquiring the hardier and more enduring virtues by which at last the final victory shall be won. The same is true of any conflicts in which character is at stake. Our ‘righteousness shall be brought forth as the light,’ and our ‘judgment as the noonday.’ The parallel may be seen also in the conflict of the ‘old’ and the ‘new man.’ The one is on the way to perish; the other is ‘renewed day by day.’” (= ‘Daud menjadi lebih kuat dan lebih kuat’. Tentu saja ia menjadi lebih kuat. Tidak bisa tidak demikian, karena ia adalah seorang pelayan pilihan, yang tidak mencari atau melakukan kehendaknya sendiri, tetapi hanya meletakkan hidupnya dalam tangan Allah, untuk mengerjakan bagi umatNya dan untuk jaman-jaman yang akan datang, tujuan-tujuan / rencana-rencana yang sifat persisnya tidak bisa ia mengerti. Tak ada senjata yang dibentuk terhadapnya bisa berhasil. Ia yang melawan / menentang dia berperang melawan Allah. Kekuatan-kekuatan dari alam ada di pihaknya. Tidak pernah ada orang yang dengan lebih sia-sia melawan / menentang nasib dari pada Isyboset pada waktu melawan / menentang Daud. ... ‘Lebih kuat dan lebih kuat’ bisa ditegaskan tentang kerajaan kebenaran di bumi. Karena bahkan apa yang terlihat sebagai kegagalan dan penundaan, dalam tangan Providensia, hanya menjadi cara untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan yang lebih tahan dan abadi dengan mana pada akhirnya kemenangan akhir akan dimenangkan. Hal yang sama adalah benar tentang konflik apapun dimana karakter dipertaruhkan. ‘Kebenaran kita akan diterbitkan / terbit seperti terang’, dan ‘penghakiman kita seperti tengah hari’. Hal yang paralel bisa juga terlihat dalam konflik dari ‘manusia lama’ dan ‘manusia baru’. Yang satu ada dalam jalan menuju kebinasaan; yang lain diperbaharui dari hari ke sehari).

Mazmur 37:6 - “Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang”.

KJV: ‘thy judgment’ (= penghakimanmu).

RSV: ‘your right’ (= hakmu).

NIV: ‘the justice of your cause’ (= keadilan dalam perkaramu).

NASB: ‘your judgment’ (= penghakimanmu).

ASV: ‘thy justice’ (= keadilanmu).

NKJV: ‘your justice’ (= keadilanmu).

Bdk. Amsal 4:18 - “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”.

2Korintus 4:16 - “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”.
Catatan: saya tidak terlalu yakin apakah penerapan terakhir yang diberikan Pulpit Commentary di atas bisa dibenarkan. Rasanya itu merupakan suatu perohanian / pengalegorian yang salah. Tetapi banyak penafsir lain juga menafsirkan seperti itu.

II) Situasi / perkembangan dalam kalangan Daud.

2 Samuel 3: 2-5: “(2) Di Hebron lahirlah bagi Daud anak-anak lelaki. Anak sulungnya ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; (3) anaknya yang kedua ialah Kileab, dari Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel; yang ketiga ialah Absalom, anak dari Maakha, anak perempuan Talmai raja Gesur; (4) yang keempat ialah Adonia, anak dari Hagit; yang kelima ialah Sefaca, anak Abital; (5) dan yang keenam ialah Yitream, dari Egla, isteri Daud. Semuanya ini dilahirkan bagi Daud di Hebron.”.

1) Daud mempraktekkan polygamy.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “Before the remarkable change of policy on the part of Abner that led to the termination of the war is recorded, a glimpse is given us of the domestic life of King David (2 Sam 3:2-5); ... Though polygamy was not allowed to David, it certainly was winked at; it was not imputed to him as guilt; it was not treated as an act of rebellion against God’s law. But, on the other hand, this toleration of polygamy did not and could not prevent the evils to which, from its very nature, it gives rise” [= Sebelum perubahan politik yang luar biasa pada pihak Abner yang membimbing pada akhir dari peperangan dicatat, diberikan kepada kita sekilas dari kehidupan rumah tangga dari Raja Daud (2Sam 3:2-5); ... Sekalipun polygamy tidak diijinkan bagi Daud, itu jelas pura-pura tidak dilihat; itu tidak diperhitungkan sebagai kesalahan kepadanya; itu tidak diperlakukan / dibicarakan sebagai suatu tindakan pemberontakan terhadap hukum Allah. Tetapi di sisi lain, toleransi terhadap polygamy ini tidak dan tidak bisa mencegah bencana-bencana yang muncul dari sifat dasarnya].

Catatan: saya tidak setuju dengan kata-kata yang saya garis-bawahi. Saya yakin Tuhan tetap menganggap salah dosa polygamy itu. Dan bencana-bencana yang muncul belakangan, bukan muncul hanya sebagai suatu akibat alamiah, tetapi juga sebagai hukuman / hajaran Tuhan. Tetapi memang pada jaman dimana suatu dosa merajalela, biasanya Tuhan lebih mentoleransinya. Dalam jaman Alkitab, ada dua dosa seperti itu, yaitu polygamy dan perbudakan. Dalam jaman sekarang, di Indonesia, mungkin dosa yang merajalela adalah urusan sogok menyogok.

Matthew Henry: “It was David’s fault thus to multiply wives, contrary to the law (Deut 17:17), and it was a bad example to his successors” [= Merupakan kesalahan Daud untuk menambah istri seperti itu, bertentangan dengan hukum Taurat (Ulangan 17:17), dan itu merupakan suatu teladan buruk bagi pengganti-penggantinya].

Ul 17:14,17 - “(14) ‘Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, ... (17) Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak”.

2) Kalau polygamy yang Daud lakukan itu salah, mengapa ada text Kitab Suci seperti 2Sam 12:8?

2Samuel 12:7-9 - “(7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) TELAH KUBERIKAN isi rumah tuanmu kepadamu, dan ISTERI-ISTERI TUANMU KE DALAM PANGKUANMU. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; DAN SEANDAINYA ITU BELUM CUKUP, TENTU KUTAMBAH LAGI INI DAN ITU KEPADAMU. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon”.

Penjelasan: 2Samuel 12:8 tidak bisa diartikan bahwa Tuhan memang memberikan istri-istri Saul kepada Daud, dan seandainya itu masih kurang, Ia pasti akan menambahinya. Penafsiran ini bertentangan dengan semua ayat yang menyatakan secara jelas bahwa Tuhan melarang polygamy. Jadi, arti text itu hanyalah bahwa dalam Providensia Allah, Ia telah memberikan segala sesuatu yang tadinya miliik Saul kepada Daud. Dan memang menurut tradisi Timur pada saat itu, istri-istri dan gundik-gundik dari raja yang mati menjadi milik dari penggantinya. Tetapi perlu diperhatikan bahwa Saul hanya mempunyai satu istri (1Sam 14:50) dan satu gundik (2Sam 3:7), dan tidak ada satupun dari mereka yang menjadi istri Daud setelah kematian Saul.

1Samuel 14:50 - “Isteri Saul bernama Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, paman Saul”.

2Sam 3:7 - “Saul mempunyai gundik yang bernama Rizpa; dia anak perempuan Aya. Berkatalah Isyboset kepada Abner: ‘Mengapa kauhampiri gundik ayahku?’”.

Jadi, kata-kata ‘dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu’ tidak menunjuk kepada istri-istri tetapi hanya pada harta benda dan sebagainya.

3) Istri-istri dan anak-anak Daud.

a) Dari daftar anak-anak Daud di sini tak ada anak yang menjadi termasyhur / terkenal; sebaliknya tiga di antaranya menjadi terkenal karena keburukan mereka.

Matthew Henry: “We read not that any of these sons came to be famous (three of them were infamous, Amnon, Absalom, and Adonijah); we have therefore reason to rejoice with trembling in the building up of our families” [= Kita tidak membaca bahwa yang manapun dari anak-anak laki-laki ini menjadi termasyhur (tiga dari mereka mempunyai nama buruk, Amnon, Absalom, dan Adonia); karena itu kita mempunyai alasan untuk bersukacita dengan gemetar dalam membangun keluarga kita].

b) Kileab, anak dari Abigail.

Ay 3a: “anaknya yang kedua ialah Kileab, dari Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel”.

Bdk. 1Taw 3:1 - “Inilah anak-anak Daud yang lahir bagi dia di Hebron; anak sulung ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; anak yang kedua ialah Daniel, dari Abigail, perempuan Karmel”.

Matthew Henry: “His son by Abigail is called Chileab (v. 3), whereas (1 Chron 3:1) he is called Daniel. Bishop Patrick mentions the reason which the Hebrew doctors give for these names, that his first name was Daniel - God has judged me (namely, against Nabal), but David’s enemies reproached him, and said, ‘It is Nabal’s son, and not David’s,’ to confute which calumny Providence so ordered it that, as he grew up, he became, in his countenance and features, extremely like David, and resembled him more than any of his children, upon which he gave him the name of Chileab, which signifies, like his father, or the father’s picture” [= Anak laki-lakinya dari Abigail disebut Kileab (ay 3), sedangkan dalam 1Taw 3:1 ia disebut Daniel. Uskup Patrick menyebutkan alasan yang diberikan oleh doktor-doktor Ibrani untuk nama-nama ini, bahwa nama pertamanya adalah Daniel - ‘Allah telah menghakimi aku’ (yaitu, terhadap Nabal), tetapi musuh-musuh Daud mengejeknya, dan berkata, ‘Itu adalah anak laki-laki dari Nabal, bukan dari Daud’, dan untuk membantah fitnahan itu Providensia mengaturnya sedemikian rupa sehingga, pada waktu anak itu bertumbuh menjadi dewasa, ia menjadi, dalam wajah dan bentuk, sangat mirip dengan Daud, dan menyerupainya lebih dari anak-anaknya yang manapun, kepada siapa ia memberinya nama Kileab, yang berarti, ‘seperti ayahnya’, atau ‘gambar ayahnya’].

Catatan:

· Menurut Barnes, nama ‘Daniel’ berarti ‘God is my judge’ (= Allah adalah hakimku).

· Ini merupakan cerita yang menarik, tetapi kita tidak bisa tahu dengan pasti kebenarannya.

c) Absalom, anak dari Maakha, anak perempuan dari Talmai, raja Gesur.

2 Samuel 3: 3b: “yang ketiga ialah Absalom, anak dari Maakha, anak perempuan Talmai raja Gesur”.

Barnes’ Notes: “Talmai was the name of one of the sons of Anak at Hebron (Num 13:22); this Talmai was perhaps of the same race” [= Talmai adalah nama dari salah satu dari anak-anak laki-laki dari Enak di Hebron (Bil 13:22); Talmai ini mungkin adalah dari bangsa yang sama].

Bilangan 13:22 - “Mereka berjalan melalui Tanah Negeb, lalu sampai ke Hebron; di sana ada Ahiman, Sesai dan Talmai, keturunan Enak. Hebron didirikan tujuh tahun lebih dahulu dari Soan di Mesir”.

Kelihatannya orang Enak ini termasuk orang Kanaan yang seharusnya dibasmi, dan dilarang untuk dinikahi. Bahwa keturunan Enak ini tinggal di Kanaan terlihat dari Bil 13:28.

Bilangan 13:27-29 - “(27) Mereka menceritakan kepadanya: ‘Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. (28) Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. (29) Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.’”.

Memang kalau dilihat dari larangan Tuhan, maka dari 7 bangsa dengan siapa orang Israel dilarang kawin campur, tidak ada keturunan Enak.

Ul 7:1-5 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; (4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. (5) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis”.

Tetapi yang penting bukan huruf dari Ulangan 7:1-5 ini, melainkan arti sebenarnya. Tuhan melarang pernikahan campuran bukan karena alasan kebangsaan, tetapi karena alasan agama. Bangsa apapun, kalau mereka beragama lain (menyembah berhala), tetap harus dimasukkan dalam kelompok dengan siapa orang Israel dilarang menikah.

Matthew Henry: “Absalom’s mother is said to be the daughter of Talmai king of Geshur, a heathen prince. Perhaps David thereby hoped to strengthen his interest, but the issue of the marriage was one that proved his grief and shame” (= Ibu Absalom dikatakan adalah anak perempuan dari Talmai, raja Gesur, seorang pangeran / raja kafir. Mungkin dengan itu Daud berharap untuk memperkuat pengaruh sosial politiknya, tetapi hasil dari pernikahan itu adalah sesuatu yang membuktikan rasa sedih dan malunya).

Jamieson, Fausset & Brown: “Maacah, the daughter of Talmai, king of Geshur - a region in Syria, north of Israel. This marriage seems to have been a political match, made by David with a view to strengthen himself against Ish-bosheth’s party, by the aid of a powerful friend and ally in the north. Piety was made to yield to policy, and the bitter fruit of this alliance with a pagan prince he reaped in the life of the turbulent Absalom. Absalom denotes ‘father of peace,’ or ‘father’s peace.’ The name was a complete misnomer; because the bearer became the disturber of David's happiness and a rebel to his government” (= Maakha, anak perempuan dari Talmai, raja Gesur - suatu daerah di Syria, di utara Israel. Pernikahan ini kelihatannya merupakan suatu persatuan politik, dibuat oleh Daud dengan suatu maksud untuk memperkuat dirinya sendiri terhadap pihak Isyboset, oleh pertolongan dari seorang sahabat dan sekutu yang kuat di utara. Kesalehan ditundukkan pada politik, dan buah yang pahit dari persekutuan dengan raja / pangeran kafir ini ia tuai dalam kehidupan dari Absalom yang bergolak / seperti badai. Absalom berarti ‘bapa dari damai’, atau ‘bapanya damai’. Nama itu sama sekali tidak cocok; karena si pembawa nama menjadi pengganggu dari kebahagiaan Daud dan seorang pemberontak dari pemerintahannya).

d) Yitream, anak dari Egla, istri Daud.

Ay 5a: “dan yang keenam ialah Yitream, dari Egla, isteri Daud”.

Matthew Henry: “The last is called David’s wife, which therefore, some think, was Michal, his first and most rightful wife, called here by another name; and, though she had no child after she mocked David, she might have had before” (= Yang terakhir disebut istri Daud, yang karena itu, sebagian orang beranggapan, adalah Mikhal, istrinya yang pertama dan yang paling berhak / sah, di sini disebutkan dengan nama yang lain; dan, sekalipun ia tidak mempunyai anak setelah ia mengejek Daud, ia bisa telah mempunyai anak sebelumnya).

Bdk. 2Sam 6:20-23 - “(20) Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: ‘Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!’ (21) Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: ‘Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, - di hadapan TUHAN aku menari-nari, (22) bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati.’ (23) Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya”.

Jamieson, Fausset & Brown mempunyai pandangan yang sama dengan Matthew Henry.

Pulpit Commentary: “As Eglah is especially called David’s wife, the Jewish interpreters hold that she was the highest in rank in his household, and therefore identical with Michal, who was restored to David while at Hebron. But she was childless; and more probably the words are to be taken as simply closing the narrative, and as belonging, therefore, equally to each of the six” (= Karena Egla secara khusus disebut istri Daud, para penafsir Yahudi percaya bahwa ia adalah yang tertinggi dalam tingkatan di rumah tangganya, dan karena itu identik dengan Mikhal, yang dikembalikan kepada Daud ketika di Hebron. Tetapi ia tidak mempunyai anak; dan lebih mungkin kata-kata itu dianggap sekedar sebagai penutup cerita, dan karena itu berlaku secara sama kepada masing-masing dari 6 istri itu).

Keberatan: kata ‘wife’ (= istri) dalam ay 5a itu ada dalam bentuk tunggal.

Kesimpulan: sekalipun dalam kalangan Daud / diri Daud ada hal-hal yang berdosa, tetapi secara keseluruhan ia tetap adalah seorang yang setia kepada Tuhan. Fakta bahwa ia bisa menikah berulang-ulang, dan menghasilkan banyak anak, menunjukkan bahwa ia mulai merasakan ketenteraman. Jadi, inilah yang ada dalam kalangan Daud.

III) Situasi / perkembangan dalam kalangan Isyboset / Abner.

2 Samuel 3: 6-11: “(6) Selama ada peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud, maka Abner makin mendapat pengaruh di antara keluarga Saul. (7) Saul mempunyai gundik yang bernama Rizpa; dia anak perempuan Aya. Berkatalah Isyboset kepada Abner: ‘Mengapa kauhampiri gundik ayahku?’ (8) Lalu sangat marahlah Abner karena perkataan Isyboset itu, katanya: ‘Kepala anjing dari Yehudakah aku? Sampai sekarang aku masih menunjukkan kesetiaanku kepada keluarga Saul, ayahmu, kepada saudara-saudaranya dan kepada sahabat-sahabatnya, dan aku tidak membiarkan engkau jatuh ke tangan Daud, tetapi sekarang engkau menuduh aku berlaku salah dengan seorang perempuan? (9) Kiranya Allah menghukum Abner, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika tidak kulakukan kepada Daud seperti yang dijanjikan TUHAN dengan bersumpah kepadanya, (10) yakni memindahkan kerajaan dari keluarga Saul dan mendirikan takhta kerajaan Daud atas Israel dan atas Yehuda, dari Dan sampai Bersyeba.’ (11) Dan Isyboset tidak dapat lagi menjawab sepatah katapun kepada Abner, karena takutnya kepadanya.”.

1) Abner memperkuat dirinya sendiri dalam keluarga Saul.

2 Samuel 3: 6: “Selama ada peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud, maka Abner makin mendapat pengaruh di antara keluarga Saul”.

Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.

KJV: ‘Abner made himself strong for the house of Saul’ (= Abner membuat dirinya sendiri kuat bagi keluarga Saul). Terjemahan ini rasanya bukan hanya salah tetapi juga tidak masuk akal.

RSV: ‘Abner was making himself strong in the house of Saul’ (= Abner membuat dirinya sendiri kuat dalam keluarga Saul).

NIV/NASB ≈ RSV.

Seorang jendral, yang dalam suatu kerajaan memperkuat dirinya sendiri dan bukannya memperkuat rajanya, jelas sudah merupakan seorang pengkhianat! Hal seperti ini bisa terjadi dalam suatu negara, suatu perusahaan, dan ... suatu gereja!

2) Isyboset menuduh Abner menghampiri / berhubungan sex dengan gundik ayahnya (Saul), dan ini menyebabkan Abner sangat marah.

2 Samuel 3: 7: “Saul mempunyai gundik yang bernama Rizpa; dia anak perempuan Aya. Berkatalah Isyboset kepada Abner: ‘Mengapa kauhampiri gundik ayahku?’”.

a) Sebetulnya tidak jelas apakah tuduhan ini benar atau tidak, dan textnya juga tidak mengatakan apa-apa tentang dasar / alasan yang menyebabkan Isyboset menuduh seperti itu.

Jamieson, Fausset & Brown: “‎It is not clear whether the accusation against Abner was well founded or ill founded; but he resented the charge as an indignity” (= Tidak jelas apakah tuduhan terhadap Abner mempunyai dasar yang bagus atau buruk; tetapi ia menganggap tuduhan itu sebagai suatu penghinaan).

Catatan: Calvin menganggap tuduhan itu benar.

b) Kalau tuduhan itu benar, itu bisa merupakan bukti bahwa Abner memang berniat merampas makhkota.

Jamieson, Fausset & Brown: “‎In the East the wives and concubines of a king are the property of his successor to this extent, that for a private person to aspire to marry one of them would be considered a virtual advance of pretensions to the crown” (= Di Timur istri-istri dan gundik-gundik dari seorang raja adalah milik dari penggantinya sampai pada tingkat ini, bahwa bagi seorang pribadi yang menginginkan untuk menikahi salah seorang dari mereka akan dianggap sebagai kemajuan sesungguhnya dari keinginan pada makhkota).

Adam Clarke: “‘Abner made himself strong.’ This strengthening of himself, and going in to the late king’s concubine, were most evident proofs that he wished to seize the government. See 1 Kings 2:21-22; 12:8; 16:21” (= ‘Abner membuat dirinya sendiri kuat’. Penguatan diri sendiri ini, dan masuknya ia kepada gundik dari almarhum sang raja, merupakan bukti-bukti yang paling jelas bahwa ia ingin merampas pemerintahan. Lihat 1Raja 2:21-22; 12:8; 16:21).

Catatan: 12:8 dan 16:21 maksudnya dari kitab 2Samuel, bukan dari 1Raja-raja.

1Raja 2:13-22 - “(13) Pada suatu hari Adonia, anak Hagit, masuk menghadap Batsyeba, ibu Salomo, lalu perempuan itu berkata: ‘Apakah engkau datang dengan maksud damai?’ Jawabnya: ‘Ya, damai!’ (14) Kemudian katanya: ‘Ada sesuatu yang hendak kukatakan kepadamu.’ Jawab perempuan itu: ‘Katakanlah!’ (15) Lalu katanya: ‘Engkau sendiri tahu bahwa akulah yang berhak atas kedudukan raja, dan bahwa seluruh Israel mengharapkan, supaya aku menjadi raja; tetapi sebaliknya kedudukan raja jatuh kepada adikku, sebab dari Tuhanlah ia mendapatnya. (16) Dan sekarang, satu permintaan saja kusampaikan kepadamu; janganlah tolak permintaanku.’ Jawab perempuan itu kepadanya: ‘Katakanlah!’ (17) Maka katanya: ‘Bicarakanlah kiranya dengan raja Salomo, sebab ia tidak akan menolak permintaanmu, supaya Abisag, gadis Sunem itu, diberikannya kepadaku menjadi isteriku.’ (18) Jawab Batsyeba: ‘Baik, aku akan membicarakan hal itu untuk engkau dengan raja.’ (19) Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia, lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya; kemudian duduklah ia di atas takhtanya dan ia menyuruh meletakkan kursi untuk bunda raja, lalu perempuan itu duduk di sebelah kanannya. (20) Berkatalah perempuan itu: ‘Suatu permintaan kecil saja yang kusampaikan kepadamu, janganlah tolak permintaanku.’ Jawab raja kepadanya: ‘Mintalah, ya ibu, sebab aku tidak akan menolak permintaanmu.’ (21) Kata perempuan itu: ‘Biarlah Abisag, gadis Sunem itu, diberikan kepada kakakmu Adonia menjadi isterinya.’ (22) Tetapi raja Salomo menjawab ibunya: ‘Mengapa engkau meminta hanya Abisag, gadis Sunem itu, untuk Adonia? Minta jugalah untuknya kedudukan raja! Bukankah dia saudaraku yang lebih tua, dan di pihaknya ada imam Abyatar dan Yoab, anak Zeruya?’ (23) Lalu bersumpahlah raja Salomo demi TUHAN: ‘Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu, jika Adonia tidak membayarkan nyawanya dengan permintaan ini! (24) Oleh sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikanNya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.’ (25) Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati”.

Siapakah Abisag itu? Bdk. 1Raja 1:1-4 - “(1) Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. (2) Lalu para pegawainya berkata kepadanya: ‘Hendaklah dicari bagi tuanku raja seorang perawan yang muda, untuk melayani dan merawat raja; biarlah ia berbaring di pangkuanmu, sehingga badan tuanku raja menjadi panas.’ (3) Maka di seluruh daerah Israel dicarilah seorang gadis yang cantik, dan didapatlah Abisag, gadis Sunem, lalu dibawa kepada raja. (4) Gadis itu amat cantik, dan ia menjadi perawat raja dan melayani dia, tetapi raja tidak bersetubuh dengan dia”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 1Raja 1:1): “it is evident that Abishag was made a concubine or secondary wife to David” (= adalah jelas bahwa Abisag dijadikan seorang selir / gundik atau istri sekunder bagi Daud).

2Sam 12:8 - “Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu”.

2Sam 16:21-22 - “(21) Lalu jawab Ahitofel kepada Absalom: ‘Hampirilah gundik-gundik ayahmu yang ditinggalkannya untuk menunggui istana. Apabila seluruh Israel mendengar, bahwa engkau telah membuat dirimu dibenci oleh ayahmu, maka segala orang yang menyertai engkau, akan dikuatkan hatinya.’ (22) Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel”.

3) Abner menjadi begitu marah sehingga ia menyatakan untuk berpindah ke pihak Daud.

2 Samuel 3: 8-10: “(8) Lalu sangat marahlah Abner karena perkataan Isyboset itu, katanya: ‘Kepala anjing dari Yehudakah aku? Sampai sekarang aku masih menunjukkan kesetiaanku kepada keluarga Saul, ayahmu, kepada saudara-saudaranya dan kepada sahabat-sahabatnya, dan aku tidak membiarkan engkau jatuh ke tangan Daud, tetapi sekarang engkau menuduh aku berlaku salah dengan seorang perempuan? (9) Kiranya Allah menghukum Abner, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika tidak kulakukan kepada Daud seperti yang dijanjikan TUHAN dengan bersumpah kepadanya, (10) yakni memindahkan kerajaan dari keluarga Saul dan mendirikan takhta kerajaan Daud atas Israel dan atas Yehuda, dari Dan sampai Bersyeba.’”.

Ada beberapa komentar / penafsiran tentang kemarahan dan ‘kemurtadan’ Abner ini.

a) Keil & Delitzsch mengatakan bahwa mula-mula mungkin sekali Abner berusaha untuk mempertahankan / mendapatkan takhta Israel, tetapi makin lama ia makin melihat bahwa keluarga Saul tidak mungkin mempertahankan pemerintahan dalam oposisi terhadap Daud. Ini telah membimbing dia pada ketetapan hatinya untuk membujuk seluruh Israel untuk mengakui Daud, dan ini memastikan dirinya untuk mendapat kedudukan dalam pemerintahan Daud tersebut. Kelihatannya inilah yang menyebabkan Abner begitu mudah untuk murtad dari Isyboset dan pindah ke pihak Daud.

b) Apakah Abner memang bersalah, atau Isyboset yang menegur secara ngawur dan bodoh, kita tidak bisa memastikan. Tetapi ada satu yang pasti, yaitu bahwa Allah bisa menggunakan dosa ataupun kebodohan manusia untuk melaksanakan rencanaNya, yaitu menjadikan Daud raja atas seluruh Israel.

Matthew Henry: “Abner breaks with Ish-bosheth, and deserts his interest, upon a little provocation which Ish-bosheth unadvisedly gave him. God can serve his own purposes by the sins and follies of men” (= Abner memutuskan hubungan dengan Isyboset, dan meninggalkan kepentingannya, karena suatu provokasi kecil yang diberikan Isyboset kepadanya tanpa dipikir lebih dulu. Allah bisa menjalankan rencanaNya sendiri oleh dosa-dosa dan kebodohan-kebodohan dari manusia).

c) Matthew Henry menduga bahwa Abner memang salah. Tetapi lalu mengapa Ia marah seperti itu pada waktu ditegur?

Matthew Henry: “Abner resented the charge very strongly. Whether he was guilty of the fault concerning this woman or no he does not say (v. 8), but we suspect he was guilty, for he does not expressly deny it; and, though he was, he lets Ish-bosheth know, (1.) That he scorned to be reproached with it by him, and would not take reproof at his hands. ... Proud men will not bear to be reproved, especially by those whom they think they have obliged. (2.) That he would certainly be revenged on him, v. 9,10. With the utmost degree of arrogance and insolence he lets him know that, as he had raised him up, so he could pull him down again and would do it” [= Abner marah / merasa sangat tersinggung karena tuduhan itu. Apakah ia bersalah tentang kesalahan berkenaan dengan perempuan ini ia tidak mengatakan (ay 8), tetapi kami mencurigai ia bersalah, karena ia tidak menyangkalnya secara explicit; dan, sekalipun ia bersalah, ia membuat Isyboset tahu, 1. Bahwa ia menolak untuk dicela tentang hal itu olehnya, dan tidak mau menerima teguran / celaan darinya. ... Orang-orang sombong tidak tahan untuk ditegur / dicela, khususnya oleh mereka yang mereka anggap telah mereka bantu. 2. Bahwa ia pasti akan dibalas olehnya, ay 9-10. Dengan tingkat kesombongan dan kekurang-ajaran tertinggi ia membuatnya tahu bahwa sebagaimana ia telah meninggikannya, demikian juga ia bisa menurunkannya lagi, dan ia akan melakukannya].

Penerapan: jangan jadi orang yang tidak mau ditegur.

Amsal 12:1 - “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu”.

Amsal 15:5 - “Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak”.

Amsal 15:10 - “Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati”.

Amsal 15:12 - “Si pencemooh tidak suka ditegur orang; ia tidak mau pergi kepada orang bijak”.

Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.

d) Pindahnya Abner ke pihak Daud.

2 Samuel 3: 9-10: “(9) Kiranya Allah menghukum Abner, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika tidak kulakukan kepada Daud seperti yang dijanjikan TUHAN dengan bersumpah kepadanya, (10) yakni memindahkan kerajaan dari keluarga Saul dan mendirikan takhta kerajaan Daud atas Israel dan atas Yehuda, dari Dan sampai Bersyeba.’”.

Ada 2 hal yang terlihat jelas dalam kata-kata Abner ini. Pertama adalah kesombongannya, yang menganggap dirinya mampu memindahkan takhta dari keluarga Saul kepada Daud, dan kedua adalah ‘pertobatan’nya yang memuakkan!

1. Kesombongannya.

Berbeda dengan apa yang nyatakan secara sombong, sebetulnya Abner sama sekali tidak mempunyai kuasa untuk memindahkan kerajaan dari keluarga Saul kepada Daud. Hanya Tuhan yang mempunyai kuasa seperti itu!

Maz 75:5-8 - “(5) Aku berkata kepada pembual-pembual: ‘Jangan membual.’ Dan kepada orang-orang fasik: ‘Jangan meninggikan tanduk! (6) Jangan mengangkat tandukmu tinggi-tinggi, jangan berbicara dengan bertegang leher!’ (7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang lain”.

Calvin (tentang Mazmur 75:7): “he teaches us that promotion or advancement proceeds not from the earth but from God alone. ... it is God alone who has the power to exalt and to abase. ... although many attain to exalted stations either by unlawful arts, or by the aid of worldly instrumentality, yet that does not happen by chance; such persons being advanced to their elevated position by the secret purpose of God, that forthwith he may scatter them like refuse or chaff. ... The prophet does not simply attribute judgment to God. He also defines what kind of judgment it is, affirming it to consist in this, that, casting down one man and elevating another to dignity, he orders the affairs of the human race as seemeth good in his sight. I have stated that the consideration of this is the means by which haughty spirits are most effectually humbled; for the reason why worldly men have the daring to attempt whatever comes into their minds is, because they conceive of God as shut up in heaven, and think not that they are kept under restraint by his secret providence” (= ia mengajar kita bahwa kenaikan pangkat atau kemajuan keluar bukan dari bumi tetapi dari Allah saja. ... adalah Allah saja yang mempunyai kuasa untuk meninggikan dan untuk merendahkan. ... sekalipun banyak orang mencapai posisi yang tinggi / mulia atau dengan keahlian / trik yang tidak sah, atau bantuan dari alat duniawi, tetapi itu tidak terjadi secara kebetulan; orang-orang seperti itu dimajukan ke posisi tinggi / mulia mereka oleh rencana rahasia dari Allah, supaya dengan segera Ia bisa menyebarkan mereka seperti sampah atau sekam. ... Sang nabi tidak hanya menghubungkan penghakiman kepada Allah. Ia juga mendefinisikan jenis penghakiman apa itu, dengan menegaskan bahwa itu terdiri dari hal ini, bahwa, dengan menurunkan seseorang dan meninggikan yang lain pada martabat, Ia mengatur urusan dari umat manusia sebagaimana yang baik dalam pandanganNya. Saya telah menyatakan bahwa pertimbangan tentang ini adalah cara dengan mana roh-roh yang sombong direndahkan secara efektif; karena alasan mengapa orang-orang duniawi mempunyai keberanian untuk mengusahakan apapun yang datang pada pikiran mereka adalah, karena mereka mengkhayalkan Allah sebagai terkurung di surga, dan tidak berpikir bahwa mereka dijaga di bawah kekang oleh Providensia rahasiaNya).

Ini berlaku juga dalam sebuah gereja. Hanya Allah yang bisa menumbuhkan gereja, baik dalam kwalitas maupun kwantitas.

1Kor 3:6 - “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan”.

Yoh 3:26-27 - “(26) Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’ (27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga”.

2. ‘Pertobatan’nya.

Abner ‘bertobat’, dalam arti berpindah pihak dari Isyboset kepada Daud, dengan motivasi yang sama sekali salah, yaitu untuk membalas dendam kepada Isyboset, yang telah menegurnya! Sekarang, secara mendadak, ia kelihatan sebagai orang yang rohani, karena ia bicara tentang janji / sumpah Tuhan kepada Daud dan sebagainya!

Ay 9-10: “(9) Kiranya Allah menghukum Abner, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika tidak kulakukan kepada Daud SEPERTI YANG DIJANJIKAN TUHAN DENGAN BERSUMPAH KEPADANYA, (10) yakni memindahkan kerajaan dari keluarga Saul dan mendirikan takhta kerajaan Daud atas Israel dan atas Yehuda, dari Dan sampai Bersyeba.’”.

Adam Clarke: “‘Except, as the Lord hath sworn to David.’ And why did he not do this before, when he knew that God had given the kingdom to David?” (= ‘Kecuali, karena Tuhan telah bersumpah kepada Daud’. Dan mengapa ia tidak melakukan ini sebelumnya, pada waktu ia tahu bahwa Allah telah memberikan kerajaan itu kepada Daud?).

Catatan: potongan ay 9 diambil dari KJV.

Pulpit Commentary: “His altered purposes. The change, although right and good in itself, was due to a passionate impulse and probably the desire of personal advantage; and, in its announcement, Abner betrayed his previous ungodliness and present hypocrisy. ‘Alas! how eloquently can hypocrites employ the Name of God, and take the sanction of religion, when by such means they think to advance their present interests!’ (Lindsay)” [= Ia mengubah rencana / tujuan. Perubahan itu, sekalipun benar dan baik dalam dirinya sendiri, disebabkan oleh dorongan hati yang bernafsu dan mungkin dari keuntungan pribadi; dan, dalam pengumumannya, Abner menyingkapkan kejahatan pada masa lalunya dan kemunafikannya pada saat ini. ‘Ah, betapa dengan fasihnya orang-orang munafik bisa menggunakan Nama Allah, dan mengambil dukungan agama, pada waktu dengan cara seperti itu mereka berpikir untuk memajukan kepentingan mereka saat ini’ (Lindsay)].

Pulpit Commentary: “His worldly ambition and carnal selfishness. This was probably the main, if not the only, motive of his opposition to the Divine purpose; and to it Ishbesheth evidently attributed the conduct with which he charged him, regarding his act as an assertion of royal rights (ver. 7). His pride and self-esteem are also apparent in his haughty answer (ver. 8). ‘Ambition’s like a circle on the water, Which never ceases to enlarge itself, Till by broad spreading it disperse to nought.’” [= Ambisi duniawinya dan keegoisan dagingnya. Ini mungkin adalah motivasi utama, kalau bukannya satu-satunya motivasi, dari oposisinya terhadap rencana Ilahi; dan jelas Isyboset menghubungkan dengan ambisi itu tingkah laku dengan mana ia menuduhnya, berkenaan dengan tindakannya sebagai suatu tuntutan dari hak-hak kerajaan (ay 7). Kesombongannya dan penghargaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri jelas juga terlihat dari jawabannya yang sombong (ay 8). ‘Ambisi adalah seperti suatu lingkaran di air, Yang tidak pernah berhenti untuk memperbesar dirinya sendiri, Sampai oleh penyebarannya yang melebar ia bubar menjadi nol’.].

Pulpit Commentary: “and then took an oath to avenge the insult by translating the kingdom to David, ‘as the Lord had sworn’ to him (vers. 9, 10). ‘This was Abner’s arrogancy to boast such great things of himself, as if he had carried a king in his pocket, ... ‘No man ever heard Abner godly till now; neither had he been so at this time if he had not intended a revengeful departure from Ishbosheth. Nothing is more odious than to make religion a stalking horse to policy’ (Hall)” [= dan lalu bersumpah untuk membalas dengan memindahkan kerajaan kepada Daud, ‘seperti Tuhan telah bersumpah’ kepadanya (ay 9,10). ‘Ini merupakan kesombongan Abner untuk membanggakan hal-hal yang begitu besar tentang dirinya sendiri, seakan-akan ia telah membawa seorang raja dalam kantongnya, ... “Tak ada orang pernah mendengar ‘kesalehan’ Abner sampai sekarang; ia tidak akan seperti itu saat ini seandainya ia tidak bermaksud untuk meninggalkan Isyboset sebagai tindakan balas dendam. Tidak ada yang lebih menjijikkan dari pada membuat agama sebagai suatu kepura-puraan / penyamaran pada politik” (Hall)].

Matthew Henry: “He knew that God had sworn to David to give him the kingdom, and yet opposed it with all his might from a principle of ambition; but now he complies with it from a principle of revenge, under colour of some regard to the will of God, which was but a pretence. Those that are slaves to their lusts have many masters, which drive, some one way and some another, ... Abner’s ambition made him zealous for Ish-bosheth, and now his revenge made him as zealous for David. If he had sincerely regarded God’s promise to David, and acted with an eye to that, he would have been steady and uniform in his counsels, and acted in consistency with himself. But, while Abner serves his own lusts, God by him serves his own purposes, makes even his wrath and revenge to praise him, and ordains strength to David by it” (= Ia tahu bahwa Allah telah bersumpah kepada Daud untuk memberikan kerajaan itu kepadanya, tetapi ia menentangnya dengan sekuat tenaganya dengan dasar ambisi; tetapi sekarang ia menurutinya dengan dasar balas dendam, di bawah warna / kepura-puraan dari penghormatan kepada kehendak Allah, yang hanyalah merupakan suatu kepura-puraan. Mereka yang adalah budak dari nafsu-nafsu mereka sendiri mempunyai banyak tuan, yang menggerakkan / mendorong, sebagian ke jalan yang satu dan sebagian ke jalan yang lain, ... Ambisi Abner membuatnya bersemangat untuk Isyboset, dan sekarang dendamnya membuatnya bersemangat untuk Daud. Seandainya ia dengan tulus / sungguh-sungguh telah menghormati janji Allah kepada Daud, dan bertindak dengan hanya memandang pada hal itu, ia akan tetap dan sama dalam rencananya, dan bertindak dalam kekonsistenan dengan dirinya sendiri. Tetapi, sementara Abner melayani / melaksanakan nafsunya sendiri, Allah olehnya melaksanakan rencanaNya sendiri, membuat bahkan kemurkaan dan dendamnya untuk memuji Dia, dan menentukan kekuatan bagi Daud olehnya).

4) Isyboset tak berani menjawab saking takutnya kepada Abner.

2 Samuel 3: 11: “Dan Isyboset tidak dapat lagi menjawab sepatah katapun kepada Abner, karena takutnya kepadanya”.

Adam Clarke: “‘He could not answer Abner a word.’ Miserable is the lot of a king who is governed by the general of his army, who may strip him of his power and dignity whenever he pleases!” (= ‘Ia tidak bisa menjawab satu katapun kepada Abner’. Menyedihkan nasib seorang raja yang diperintah / dikuasai oleh jendral dari pasukannya, yang bisa melucutinya dari kuasanya dan kewibawaannya kapanpun ia inginkan!).

Penerapan: ada pendeta yang sharing kepada saya kalau dia tidak berani pada waktu menghadapi ‘atasan’ di gereja, dan selalu tunduk kepada atasan sekalipun ia yang benar. Saya berkata kepada dia: barang siapa mau menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya!

Orang yang takut kepada manusia tidak takut kepada Allah, dan orang yang takut kepada Allah tidak takut kepada manusia.

Bdk. Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Bdk. Yes 51:12-13 - “(12) Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput, (13) sehingga engkau melupakan TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentangkan langit dan meletakkan dasar bumi, sehingga engkau terus gentar sepanjang hari terhadap kepanasan amarah orang penganiaya, apabila ia bersiap-siap memusnahkan? Di manakah gerangan kepanasan amarah orang penganiaya itu?”.

Matthew Henry (tentang Yes 51:12): “The absurdity of those fears. It is a disparagement to us to give way to them: ‘Who art thou, that thou shouldst be afraid?’ In the original, the pronoun is feminine, ‘Who art thou, O woman’! unworthy the name of a man? Such a weak and womanish thing it is to give way to perplexing fears” (= Menggelikannya rasa takut itu. Merupakan suatu penghinaan / peremehan bagi kita untuk menyerah kepada rasa takut itu: ‘Siapakah engkau, maka engkau takut?’. Dalam bahasa aslinya, kata ganti orangnya ada dalam bentuk perempuan / feminine, ‘Siapa engkau, hai perempuan’? tak layak untuk sebutan dari seorang laki-laki? Merupakan suatu hal yang lemah dan kewanitaan untuk menyerah pada rasa takut yang membingungkan).

Barnes’ Notes (tentang Yes 51:12): “The word ‘I’ is repeated here to give emphasis to the passage, and to impress deeply upon them the fact that their consolation came alone from God. The argument is, that since God was their protector and friend, they had no occasion to fear anything that man could do” (= Kata ‘Aku’ diulang di sini untuk memberikan penekanan bagi text ini, dan untuk memberikan kesan yang mendalam kepada mereka fakta bahwa penghiburan mereka datang hanya dari Allah. Argumentasinya adalah, bahwa karena Allah adalah pelindung dan sahabat mereka, mereka tidak mempunyai alasan untuk takut pada apapun yang manusia bisa lakukan).

Kesimpulan: bertentangan dengan sikon dalam kalangan Daud, yang sekalipun ada dosa tetapi tetap ada ketenteraman, maka dalam kalangan Isyboset betul-betul ada kekacauan yang luar biasa dan bahkan perpecahan.

IV) Abner memihak Daud.

2 Samuel 3: 12-21: “(12) Lalu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: ‘Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu.’ (13) Jawab Daud: ‘Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta dari padamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku.’ (14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia. (17) Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel, katanya: ‘Telah lama kamu menghendaki Daud menjadi raja atas kamu. (18) Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’ (19) Abner berbicara dengan orang Benyamin; pula Abner pergi membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. (20) Ketika Abner datang kepada Daud di Hebron bersama-sama dua puluh orang, maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya. (21) Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’ Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat.”.

1) Abner menyatakan kepada Daud bahwa ia mau berpindah pihak kepada Daud.

2 Samuel 3: 12: “Lalu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: ‘Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu.’”.

Matthew Henry: “Note, God can find out ways to make those serviceable to the kingdom of Christ who yet have no sincere affection for it and who have vigorously set themselves against it. Enemies are sometimes made a footstool, not only to be trodden upon, but to ascend by” (= Perhatikan, Allah bisa mendapatkan jalan untuk membuat mereka berguna bagi kerajaan Kristus sekalipun mereka tidak mempunyai perasaan / kasih yang sungguh-sungguh untuknya dan yang telah dengan bersemangat menentangnya. Musuh-musuh kadang-kadang dibuat menjadi tumpuan kaki, bukan untuk diinjak-injak, tetapi untuk naik olehnya).

Bdk. Maz 110:1 - “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

1Kor 15:25 - “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya”.

2) Daud memberikan syarat yaitu bahwa Mikhal harus dikembalikan kepadanya.

Ay 13-16: “(13) Jawab Daud: ‘Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta dari padamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku.’ (14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia.”.

a) Mikhal sudah menjadi istri Daud (1Sam 18:27), tetapi lalu oleh Saul diberikan kepada orang lain (1Samuel 25:44).

1Samuel 18:27 - “tetapi Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewaskan dari orang Filistin itu dua ratus orang serta membawa kulit khatan mereka; dan dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu kepada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya”.

1Samuel 25:44 - “Tetapi Saul telah memberikan Mikhal, anaknya perempuan, isteri Daud, kepada Palti bin Lais, yang dari Galim itu”.

Catatan: Palti sana dengan Paltiel.

Ini menyebabkan ada penafsir yang menganggap bahwa permintaan Daud ini merupakan sesuatu yang salah.

Wycliffe Bible Commentary: “According to the law of Deut 24:1-4, David could not legitimately receive back his wife after her marriage to Paltiel” (= Menurut hukum dari Ul 24:1-4, Daud tidak bisa secara sah menerima kembali istrinya setelah pernikahannya dengan Paltiel).

Ul 24:1-4a - “(1) ‘Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya, (2) dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain, (3) dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi isterinya itu mati, (4a) maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN”.

Tetapi saya berpendapat Wycliffe salah, dan Ulangan 24:1-4 tidak bisa digunakan untuk menyalahkan Daud, karena Ul 24:1-4 itu baru berlaku kalau satu pihak menceraikan pihak yang lain. Sedangkan dalam kasus ini, Mikhal hanya berpisah dari Daud karena keadaan memaksa, tetapi tidak pernah bercerai (baik menceraikan ataupun diceraikan) dengan Daud. Paltiel yang sebetulnya tidak berhak menerima Mikhal menjadi istrinya, karena status Mikhal masih adalah istri Daud, dan pernikahan mereka harus dianggap sebagai perzinahan.

1Korintus 7:39 - “Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya”.

Ro 7:2-3 - “(2) Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. (3) Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain”.

Catatan: kalau saudara membaca mulai Roma 7:1-dst maka saudara bisa melihat bahwa Paulus memberikan Roma 7:2-3 ini bukan sebagai suatu peraturan, tetapi hanya sebagai suatu ilustrasi. Bahwa ia memberikan hal ini sebagai ilustrasi, jelas menunjukkan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang diakui oleh semua orang.

b) Mengapa Daud menuntut pengembalian Mikhal?

Ada bermacam-macam alasan yang diberikan oleh para penafsir untuk hal ini:

1. Daud dan Mikhal memang masih saling mencintai.

2. Merupakan sesuatu yang memalukan bagi Daud kalau istri sahnya / istri pertamanya ada di tangan laki-laki lain.

3. Kalau Mikhal, anak Saul, tetap menjadi istri Paltiel, itu memungkinkan Paltiel merasa berhak atas takhta kerajaan.

4. Ini juga merupakan langkah diplomatik dari Daud untuk memperkuat posisinya sebagai raja atas seluruh Israel, karena Mikhal adalah anak dari Saul.

5. Dengan pengembalian Mikhal kepadanya, itu memungkinkan pendukung-pendukung keluarga Saul untuk berpindah ke pihak Daud.

6. Daud meminta Abner yang membawa Mikhal kembali kepadanya supaya hal itu bisa menjadi semacam pengumuman kepada masyarakat bahwa Abner telah berpihak kepadanya.

7. Dengan meminta kembali Mikhal, Daud ingin mengingatkan seluruh Israel bahwa ia adalah musuh Filistin, karena Mikhal ia dapatkan dengan mas kawin 200 kulit khatan orang Filistin.

Bdk. ay 14: “Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’”.

Hubungan dekatnya dengan orang Filistin pada saat dikejar-kejar Saul bisa membuat orang Israel curiga kepadanya. Mereka perlu diingatkan bahwa ia adalah musuh orang Filistin.

Bdk. 1 Samuel 18:20-27 - “(20) Tetapi Mikhal, anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada Daud; ketika hal itu diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya; (21) sebab pikir Saul: ‘Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!’ Lalu berkatalah Saul kepada Daud untuk kedua kalinya: ‘Pada hari ini engkau boleh menjadi menantuku.’ (22) Lagi Saul memerintahkan kepada para pegawainya: ‘Katakanlah kepada Daud dengan diam-diam, demikian: Sesungguhnya, raja suka kepadamu dan para pegawainya mengasihi engkau; maka sebab itu, jadilah engkau menantu raja.’ (23) Lalu para pegawai Saul menyampaikan perkataan itu kepada Daud, tetapi Daud menjawab: ‘Perkara ringankah pada pemandanganmu menjadi menantu raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah?’ (24) Para pegawai Saul memberitahukan kepada raja, katanya: ‘Demikianlah jawab yang diberi Daud.’ (25) Kemudian berkatalah Saul: ‘Beginilah kamu katakan kepada Daud: Raja tidak menghendaki mas kawin selain dari seratus kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan kepada musuh raja.’ Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin. (26) Ketika para pegawainya memberitahukan perkataan itu kepada Daud, maka setujulah Daud menjadi menantu raja. Waktunya belum genap, (27) tetapi Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewaskan dari orang Filistin itu dua ratus orang serta membawa kulit khatan mereka; dan dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu kepada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya”.

c) Mengapa Daud masih menggunakan Isyboset dalam proses pengembalian Mikhal ini? Bukankah menggunakan Abner sudah cukup?

Bdk. ay 14-15: “(14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais”.

Barnes’ Notes: “‘Sent messengers to Ish-bosheth.’ Not to Abner, for the league between David and Abner was a profound secret, but to Ish-bosheth who, David knew, must act, feeble as he was, at Abner’s dictation. Abner’s first act of overt allegiance to David was thus done at Ish-bosheth’s bidding; and the effect of the humiliation laid upon Ish-bosheth in exposing his weakness to his own subjects, and so shaking their allegiance to him, was such that Abner needed to use no more disguise” (= ‘Mengirim utusan kepada Isyboset’. Bukan kepada Abner, karena perserikatan antara Daud dan Abner merupakan sesuatu yang sangat rahasia, tetapi kepada Isyboset yang, Daud tahu, harus bertindak, karena ia begitu lemah, sesuai dengan perintah dari Abner. Dengan demikian tindakan pertama dari kesetiaan yang jelas dari Abner kepada Daud dilakukan atas permintaan Isyboset; dan akibat / hasil dari perendahan yang diletakkan kepada Isyboset dalam membuka kelemahannya kepada bawahannya sendiri, dan dengan demikian menggoncangkan kesetiaan mereka kepadanya, adalah sedemikian rupa sehingga Abner tidak perlu untuk menggunakan penyamaran lagi).

d) Haruskah Paltiel dikasihani?

Bdk. ay 15-16: “(15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia.”.

Kalau saudara merasa kasihan kepada Paltiel, maka perhatikan kata-kata dari penafsir-penafsir di bawah ini.

The Biblical Illustrator (Old Testament): “It is undoubted, however, that Michal was not the wife of Phaltiel, but the wife of David; Phaltiel must have known that she was another man’s wife when he received her; and it is misplaced compassion to be sorry for a man when called to surrender what he never had a right to take” (= Tetapi tidak diragukan bahwa Mikhal bukanlah istri dari Paltiel, tetapi istri dari Daud; Paltiel pasti tahu bahwa ia adalah istri dari orang lain pada waktu ia menerimanya; dan merupakan suatu belas kasihan yang salah untuk mengasihani seseorang pada waktu ia diharuskan untuk menyerahkan / mengembalikan apa yang ia tidak pernah berhak untuk mengambil).

Pulpit Commentary: “The scene is a pathetic one. Michal conducted forth, attended by her husband, ‘weeping behind her’ to Bahurim (2 Sam 19:17), on the borders of Judah, where he was compelled to part from her, with the contemptuous order, ‘Go, return.’ ‘And he returned’ in bitter disappointment, grief, and shame. Yet he had brought his trouble on himself. How fruitful in domestic misery are imprudence, ambition, and sinful expediency! It may be long delayed, but it surely comes. Men reap as they sow. ‘Wherefore all Phaltiel’s tears move no pity of mine. Caveat raptor, let him beware who violently takes another man’s wife, seeing shame and sorrow are the issue of such ungodly marriages’ (T. Fuller). ‘His tears ought to have been tears of repentance for his sin against God and against David’ (Wordsworth)” [= Pemandangan yang menyedihkan. Mikhal dibimbing, disertai oleh suaminya, ‘menangis di belakangnya’ sampai ke Bahurim (2Sam 19:17), di perbatasan Yehuda, dimana ia dipaksa untuk berpisah darinya, dengan perintah yang bersifat merendahkan / menghina, ‘Pergi, kembalilah’. ‘Dan ia kembali’ dalam kekecewaan, kesedihan dan rasa malu yang pahit. Tetapi ia telah membawa problemnya kepada dirinya sendiri. Alangkah banyak buah dari kelalaian, ambisi, dan ‘kebijaksanaan yang berdosa’ dalam kesengsaraan rumah tangga! Itu bisa ditunda lama, tetapi itu pasti datang. Orang menuai apa yang ia tabur. ‘Karena itu semua air mata Paltiel tidak menggerakkan belas kasihan saya. Hati-hatilah penjarah, hendaklah ia berhati-hati, yang mengambil istri orang lain dengan kekerasan, melihat bahwa rasa malu dan kesedihan merupakan hasil dari pernikahan jahat seperti itu’ (T. Fuller). ‘Air matanya seharusnya adalah air mata pertobatan untuk dosanya terhadap Allah dan terhadap Daud’ (Wordsworth)].

Gal 6:7b - “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.

Amsal 22:8a - “Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana”.

Hosea 8:7a - “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung”.

3) Usaha Abner untuk memberikan seluruh Israel kepada Daud.

2 Samuel 3: 17-21: “(17) Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel, katanya: ‘Telah lama kamu menghendaki Daud menjadi raja atas kamu. (18) Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’ (19) Abner berbicara dengan orang Benyamin; pula Abner pergi membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. (20) Ketika Abner datang kepada Daud di Hebron bersama-sama dua puluh orang, maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya. (21) Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’ Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat”.

a) Abner berunding dengan tua-tua Israel (2 Samuel 3: 17), dan lalu secara khusus dengan orang-orang dari suku Benyamin (ay 19a). Mengapa suku ini dikhususkan? Karena ini adalah suku dari raja Saul, jadi ini adalah suku yang paling memungkinkan untuk setia kepada Saul dan menentang Daud.

b) Ini menunjukkan kuatnya pengaruh Abner terhadap orang-orang Israel. Kalau tadi ia mempengaruhi mereka untuk tidak berpihak kepada Daud, maka sekarang ia mempengaruhi mereka untuk berpihak kepada Daud.

Bagaimana orang yang plin plan seperti ini bisa mempunyai pengaruh yang besar, betul-betul merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.

c) Abner bersikap sok rohani lagi dengan mengutip Firman Tuhan, dan mendorong mereka untuk bertindak sesuai dengan Firman Tuhan itu.

2 Samuel 3: 18: “Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’”.

d) Abner berunding dengan Daud lagi, dan Daud menerimanya dengan mengadakan perjamuan baginya (ay 19-20). Salahkah Daud pada waktu ia mau bekerja sama dengan Abner? Ada pro kontra tentang hal ini.

Wycliffe Bible Commentary: “It is difficult to understand why David tried, in the interests of the state, to sacrifice Joab in the political treaty with Abner” (= Adalah sukar untuk mengerti mengapa Daud berusaha, demi kepentingan negara, untuk mengorbankan Yoab dalam perjanjian politik dengan Abner).

Catatan: jangan lupa bahwa Abner adalah orang yang membunuh Asael, adik dari Yoab, biarpun itu terjadi dalam perang (2Sam 2:18-23).

Ditinjau dari apa yang dikatakan oleh Wycliffe ini, memang apa yang Daud lakukan merupakan semacam ‘pengkhianatan’ terhadap Yoab yang selama ini setia kepadanya.

Matthew Henry: “David concludes the treaty with Abner; and he did wisely and well therein; for, whatever induced Abner to it, it was a good work to put an end to the war, and to settle the Lord’s anointed on the throne; and it was as lawful for David to make use of his agency as it is for a poor man to receive alms from a Pharisee, who gives it in pride and hypocrisy” (= Daud menanda-tangani perjanjian dengan Abner; dan dalam persoalan itu ia melakukan dengan bijaksana dan baik; karena, apapun yang mendorong Abner pada hal itu, merupakan sesuatu perbuatan yang baik untuk mengakhiri peperangan, dan untuk menegakkan orang yang diurapi Tuhan di atas takhta; dan adalah sama sahnya bagi Daud untuk menggunakan Abner sebagai alatnya, seperti bagi seorang miskin untuk menerima sedekah dari seorang Farisi, yang memberikannya dalam kesombongan dan kemunafikan).

Mungkin Matthew Henry mengatakan hal ini tanpa memperhitungkan kematian Asael di tangan Abner, atau ia menganggap bahwa Yoab tidak boleh mendendam kepada Abner, karena pembunuhan terhadap Asael dilakukan dalam perang. Atau mungkin ia beranggapan bahwa demi kesatuan negara dan berkurangnya pertumpahan darah, maka perjanjian dengan Abner tetap harus dilakukan.

e) Abner tetap menyombongkan diri dengan menyatakan bahwa ialah yang berkuasa untuk memberikan seluruh kerajaan kepada Daud.

Ay 21a: “Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’”.

Dalam kata-kata ini bukan hanya terlihat suatu kesombongan, dimana ia menganggap bahwa dialah yang berkuasa untuk memberikan seluruh kerajaan kepada Daud, tetapi juga kata-kata implicit bahwa Daud mau menjadi raja karena ambisi dan keinginan pribadinya sendiri. Tentang hal ini perhatikan komentar Matthew Henry di bawah ini.

Matthew Henry: “He tells David he shall reign over all that his heart desired. He knew David’s elevation took rise from God’s appointment, yet he insinuates that it sprang from his own ambition and desire of rule; thus (as bad men often do) he measured that good man by himself” [= Ia mengatakan kepada Daud bahwa ia akan bertakhta atas semua yang diinginkan hatinya. Ia tahu peninggian Daud datang dari penetapan Allah, tetapi ia memberikan kesan bahwa itu muncul dari ambisinya sendiri dan keinginannya untuk memerintah; demikianlah (seperti yang sering dilakukan oleh orang-orang jahat) ia menilai orang baik itu dengan dirinya sendiri].

f) Daud berpisah dengan Abner sebagai teman.

Ay 21b: “Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat”.

Matthew Henry: “David and he parted very good friends, and the affair between them was well settled. Thus it behoves all who fear God and keep his commandments to avoid strife, even with the wicked, to live at peace with all men, and to show the world that they are children of the light” (= Daud dan ia berpisah sebagai teman yang sangat baik, dan urusan di antara mereka ditentukan / diselesaikan dengan baik. Demikianlah merupakan sesuatu yang cocok bagi semua orang yang takut kepada Allah dan memelihara perintahNya untuk menghindari pertengkaran, bahkan dengan orang-orang jahat, untuk hidup dalam damai dengan semua orang, dan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah anak-anak terang).

Bdk. Roma 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.

V) Yoab membunuh Abner dan sikap Daud terhadap hal itu.

2 Samuel 3: 22-39: “(22) Anak buah Daud dan Yoab baru saja pulang setelah mengadakan penggerebekan dan mereka membawa pulang jarahan yang banyak. Tetapi Abner tidak lagi bersama-sama Daud di Hebron, sebab ia telah dilepasnya pergi dengan selamat. (23) Ketika Yoab bersama dengan segenap tentaranya sudah pulang, diberitahukan kepada Yoab, demikian: ‘Abner bin Ner telah datang kepada raja dan ia sudah dibiarkannya pergi dengan selamat.’ (24) Kemudian pergilah Yoab kepada raja, katanya: ‘Apakah yang telah kauperbuat? Abner telah datang kepadamu; mengapa engkau membiarkannya begitu saja? (25) Apakah engkau tidak kenal Abner bin Ner itu. Ia datang untuk memperdaya engkau dan untuk mengetahui gerak-gerikmu dan untuk mengetahui segala yang hendak kaulakukan.’ (26) Sesudah itu keluarlah Yoab meninggalkan Daud dan menyuruh orang menyusul Abner, lalu mereka membawanya kembali dari perigi Sira tanpa diketahui Daud. (27) Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya. (28) Ketika hal itu didengar Daud kemudian, berkatalah ia: ‘Aku dan kerajaanku tidak bersalah di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya terhadap darah Abner bin Ner itu. (29) Biarlah itu ditanggung oleh Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya. Biarlah dalam keturunan Yoab tidak putus-putusnya ada orang yang mengeluarkan lelehan, yang sakit kusta, yang bertongkat, yang tewas oleh pedang atau yang kekurangan makanan.’ (30) Demikianlah Yoab dan Abisai, adiknya, membunuh Abner, karena ia telah membunuh Asael, adik mereka, di Gibeon dalam pertempuran. (31) Dan berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan dia: ‘Koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan merataplah di depan mayat Abner.’ Raja Daud sendiripun berjalan di belakang usungan mayat. (32) Ketika orang menguburkan Abner di Hebron, maka menangislah raja dengan suara nyaring pada kubur Abner dan seluruh rakyatpun menangis. (33) Karena Abner raja mengucapkan nyanyian ratapan ini: ‘Apakah Abner harus mati seperti orang bebal? (34) Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak dirantai. Engkau gugur seperti orang gugur oleh orang-orang durjana.’ Dan seluruh rakyat itu makin menangis karena dia. (35) Seluruh rakyat datang menawarkan kepada Daud untuk makan roti selagi hari siang, tetapi Daud bersumpah, katanya: ‘Kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika sebelum matahari terbenam aku mengecap roti atau apapun.’ (36) Ketika seluruh rakyat melihat hal itu, mereka menganggap hal itu baik, seperti segala sesuatu yang dilakukan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat. (37) Maka tahulah seluruh rakyat dan seluruh Israel pada hari itu, bahwa pembunuhan Abner bin Ner bukanlah rancangan raja. (38) Kemudian berkatalah raja kepada para pegawainya: ‘Tidak tahukah kamu, bahwa pada hari ini gugur seorang pemimpin, seorang besar, di Israel? (39) Tetapi aku ini sekarang masih lemah, sekalipun sudah diurapi menjadi raja, sedang orang-orang itu, yakni anak-anak Zeruya, melebihi aku dalam kekerasan. Kiranya TUHAN membalas kepada orang yang berbuat jahat setimpal dengan kejahatannya.’”.

1) Yoab pulang (2 Samuel 3: 22).

a) Jadi, perundingan Daud dengan Abner terjadi pada saat Yoab absen / tidak ada.

Pulpit Commentary: “It is not unlikely that David had arranged this expedition in order that his interview with Abner might take place in Joab’s absence; ... Had David acted frankly and honourably, Joab would not have stood in the way of his master’s exaltation, and the blood feud between him and Abner might have been arranged. But it is evident that David secretly disliked and chafed under the control of his strong-willed and too-able nephew. ... Had David acted openly, all would have been done with Joab’s consent and approval” (= Bukan tidak mungkin bahwa Daud telah mengatur expedisi ini supaya wawancaranya dengan Abner bisa terjadi pada saat Yoab absen; ... Seandainya Daud bertindak dengan terus terang dan terhormat, Yoab tidak akan menghalangi pemuliaan / peninggian tuannya, dan permusuhan / dendam berdarah antara dia dan Abner bisa dibereskan. Tetapi adalah jelas bahwa Daud dengan diam-diam tidak menyukai dan jengkel berada di bawah kontrol dari keponakannya yang keras kepala dan terlalu banyak kemampuan. ... Seandainya Daud bertindak secara terbuka, semua akan terjadi dengan persetujuan dan restu Yoab).

Catatan:

· saya berpendapat bahwa kata-kata ini hanya merupakan dugaan yang tidak pasti.

· Yoab adalah anak Zeruya, dan Zeruya adalah kakak perempuan Daud (1Taw 2:16). Jadi Yoab adalah keponakan Daud.

b) Yoab mendapat laporan tentang kehadiran Abner, dan menjadi marah.

2 Samuel 3: 23-25: “(23) Ketika Yoab bersama dengan segenap tentaranya sudah pulang, diberitahukan kepada Yoab, demikian: ‘Abner bin Ner telah datang kepada raja dan ia sudah dibiarkannya pergi dengan selamat.’ (24) Kemudian pergilah Yoab kepada raja, katanya: ‘Apakah yang telah kauperbuat? Abner telah datang kepadamu; mengapa engkau membiarkannya begitu saja? (25) Apakah engkau tidak kenal Abner bin Ner itu. Ia datang untuk memperdaya engkau dan untuk mengetahui gerak-gerikmu dan untuk mengetahui segala yang hendak kaulakukan.’”.

1. Sangat mungkin kemarahan Yoab ini disebabkan oleh iri hati dan kekuatiran kalau kedudukannya direbut oleh Abner.

Lagi-lagi kita menjumpai kasus yang menunjukkan bahayanya iri hati dan rasa kuatir akan digesernya kedudukannya oleh orang lain! Dan hal seperti ini bisa terjadi dalam pemerintahan, perusahaan, dan bahkan dalam gereja!

2. Yoab berani memarahi / menegur Daud (ay 24), dan bahkan memfitnah Abner (ay 25).

Ay 24-25: “(24) Kemudian pergilah Yoab kepada raja, katanya: ‘Apakah yang telah kauperbuat? Abner telah datang kepadamu; mengapa engkau membiarkannya begitu saja? (25) Apakah engkau tidak kenal Abner bin Ner itu. Ia datang untuk memperdaya engkau dan untuk mengetahui gerak-gerikmu dan untuk mengetahui segala yang hendak kaulakukan.’”.

Bible Knowledge Commentary: “Particularly incensed was Joab. When he found out that David had entertained Abner at a feast (v. 20) and made overtures of friendship to him (v. 22), he chided the king, saying that Abner’s purpose was to spy on David (vv. 24-25)” [= Orang yang secara khusus menjadi marah adalah Yoab. Ketika ia tahu bahwa Daud telah menjamu Abner di sebuah pesta (ay 20) dan membuat tawaran persahabatan kepadanya (ay 22), ia memarahi / mencela sang raja, sambil mengatakan bahwa tujuan Abner adalah untuk memata-matai Daud (ay 24-25)].

Keil & Delitzsch: “Joab hoped in this way to prejudice David against Abner, to make him suspected as a traitor, that he might then be able to gratify his own private revenge with perfect impunity” (= Yoab berharap dengan cara ini untuk membuat Daud berprasangka terhadap Abner, membuatnya mencurigainya sebagai seorang pengkhianat, supaya pada saat itu ia bisa memuaskan dendam pribadinya dengan kebebasan yang sempurna dari hukuman).

Matthew Henry: “he chides David, and reproaches him to his face as impolitic (v. 24,25): What hast thou done? As if David were accountable to him for what he did: ‘Why hast thou sent him away, when thou mightest have made him a prisoner? He came as a spy, and will certainly betray thee.’” [= ia memarahi Daud, dan mencela / menyalahkannya secara terang-terangan sebagai tidak bijaksana (ay 24,25): ‘Apa yang telah engkau lakukan?’. Seakan-akan Daud bertanggung jawab kepadanya untuk apa yang ia lakukan: ‘Mengapa engkau telah menyuruhnya pergi, pada waktu engkau bisa menjadikannya seorang tahanan / tawanan? Ia datang sebagai seorang mata-mata, dan pasti akan mengkhianati engkau’].

Matthew Henry: “I know not whether to wonder more that Joab had impudence enough to give such an affront to his prince or that David had patience enough to take it. He does, in effect, call David a fool when he tells him he knew Abner came to deceive him and yet he trusted him. We find no answer that David gave him, not because he feared him, as Ish-bosheth did Abner (v. 11), but because he despised him, or because Joab had not so much good manners as to stay for an answer” [= Saya tidak tahu yang mana yang lebih mengherankan, bahwa Yoab cukup kurang ajar untuk memberikan penghinaan seperti itu kepada pangeran / rajanya, atau bahwa Daud mempunyai kesabaran yang cukup untuk menerima penghinaan itu. Ia sebetulnya menyebut Daud seorang tolol pada waktu ia memberitahunya bahwa ia tahu kalau Abner datang untuk menipunya tetapi ia mempercayainya. Kita tidak mendapati jawaban yang Daud berikan kepadanya, bukan karena ia takut kepada Yoab, seperti Isyboset takut kepada Abner (ay 11), tetapi karena ia meremehkannya, atau Yoab tidak mempunyai kesopanan yang baik sehingga tetap ada untuk mendapatkan jawaban].

Catatan: saya tak setuju kalau dikatakan Daud tidak takut kepada Yoab. Dari kata-kata Daud dalam ay 39, dan juga dari tidak adanya tindakan apa-apa terhadap pembunuhan terhadap Abner oleh Yoab, kelihatannya ia memang takut kepada Yoab. Mungkin ia tidak takut secara pribadi terhadap Yoab, tetapi ia tahu ia membutuhkan Yoab, dan karena itu takut kehilangan Yoab.

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The text records no reply from David. Joab had never been easy to deal with (3:39), and the fact that he was a relative made the situation even more difficult. ... David’s silence wasn’t that of agreement, because he didn’t agree with his general; it was the silence of restraint and the evidence of a deep desire to put the nation back together again. David wasn’t promoting ‘peace at any price,’ because he was a man of integrity” [= Textnya tidak mencatat jawaban dari Daud. Yoab tidak pernah mudah untuk ditangani (3:39), dan fakta bahwa ia adalah seorang keluarga membuat situasi bahkan makin sukar. ... Diamnya Daud bukan diam karena setuju, karena ia tidak setuju dengan jendralnya; itu adalah ke-diam-an karena pengendalian diri dan merupakan bukti dari suatu keinginan yang dalam untuk mempersatukan bangsa itu lagi. Daud bukannya sedang mengembangkan ‘damai tak peduli apapun ongkos / pengorbanannya’, karena ia adalah orang yang jujur / lurus].

Catatan: saya tidak melihat alasan untuk mengatakan bahwa Daud bukannya sedang mengembangkan ‘damai tak peduli apapun ongkos / pengorbanannya’. Menurut saya ia memang melakukan hal itu.

2) Yoab membunuh Abner.

2 Samuel 3: 26-27: “(26) Sesudah itu keluarlah Yoab meninggalkan Daud dan menyuruh orang menyusul Abner, lalu mereka membawanya kembali dari perigi Sira tanpa diketahui Daud. (27) Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya.”.

a) Ia tidak mau disaingi, dan karena itu ia membunuh saingannya itu.

Barnes’ Notes: “Joab saw that if Abner was reconciled to David, his own post as second in the state would be forfeited; and then with characteristic unscrupulosity he proceeded to take Abner’s life” (= Yoab melihat bahwa jika Abner diperdamaikan dengan Daud, kedudukannya sendiri sebagai orang kedua dalam negara akan hilang; dan lalu dengan tindakan jahat / tak mengindahkan moral yang khas, ia maju untuk membunuh Abner).

Matthew Henry: “This Joab was jealous of, and could better bear the guilt of blood than the thoughts of a rival” (= Ini yang dicemburui oleh Yoab, dan ia lebih bisa memikul kesalahan berdarah dari pada pemikiran tentang seorang saingan).

b) Jelas bahwa pembunuhan itu juga dilatar-belakangi oleh balas dendam karena kematian adiknya di tangan Abner dalam perang (ay 27c,30).

Ay 27,30: “(27) Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya. ... (30) Demikianlah Yoab dan Abisai, adiknya, membunuh Abner, karena ia telah membunuh Asael, adik mereka, di Gibeon dalam pertempuran”.

Mengapa dalam ay 30 ada Abisai, adik Yoab? Sekalipun dalam ayat-ayat sebelumnya tidak diceritakan tentang Abisai, tetapi dalam ay 30 Abisai ikut disebut sebagai pembunuh Abner. Ini jelas menunjukkan bahwa ia tahu tentang rencana Yoab untuk membunuh Abner, dan bersekongkol dengan Yoab untuk membunuh Abner. Mungkin sekali ia juga ada di tempat pembunuhan itu, untuk membantu Yoab, seandainya hal itu dibutuhkan.

c) Pembunuhan ini dilakukan dengan cara licik / bersifat mengkhianat.

1. Hampir pasti, Yoab mencatut nama Daud, untuk meminta Abner kembali.

Keil & Delitzsch: “For Abner had only just gone away from David, when Joab sent messengers after him, no doubt in David’s name, though without his knowledge, and had him fetched back ‘from Bor-hasirah, i.e., the cistern of Sirah.’” (= Karena Abner baru meninggalkan Daud, pada waktu Yoab mengirim utusan-utusan untuk menyusul dia, tak diragukan atas nama Daud, sekalipun tanpa sepengetahuannya, dan menyuruh orang untuk menjemputnya kembali ‘dari Bor-hasirah, artinya sumur / perigi Sirah’).

Catatan: menggunakan / mencatut nama orang tanpa ijin merupakan kekurang-ajaran, tetapi banyak dilakukan, bahkan dalam gereja.

Contoh: Pdt. Sucipto Subeno sering mencatut nama Pdt. Stephen Tong.

2. Pembunuhan licik dan bersifat pengecut / pengkhianat.

Dengan mula-mula berpura-pura mau bicara, Yoab tahu-tahu menikam Abner di perutnya sehingga mati.

Yoab menusuk Abner pada perutnya, tempat yang persis sama dimana Abner menusuk Asael, adik Yoab (2 Samuel 2:23). Dalam bahasa Ibrani sama-sama digunakan kata KHOMESH, yang bisa diartikan ‘perut’ (RSV/NIV/NASB) atau ‘rusuk kelima’ (KJV).

Boleh dikatakan semua penafsir menganggap bahwa pembunuhan yang dilakukan oleh Abner terhadap Asael tidak salah, karena dilakukan dalam perang dan untuk membela dirinya sendiri. Tetapi saya tidak yakin bahwa Abner tidak salah, karena perang yang ia lakukan bukanlah ‘just war’ (= perang yang adil / benar). Ia ada di pihak yang salah, dan berperang melawan Daud, yang adalah orang yang memang Tuhan sendiri urapi untuk menjadi raja. Kalau perang yang ia lakukan salah, maka semua pembunuhan yang ia lakukan dalam perang itu juga harus dianggap sebagai dosa!

Tetapi bagaimanapun, itu tidak membenarkan tindakan Yoab yang melakukan balas dendam pribadi seperti itu, apalagi dengan cara penipuan / pengkhianatan!

Keil & Delitzsch: “‎The principal motive for Joab’s act was the most contemptible jealousy, or the fear lest Abner’s reconciliation to David should diminish his own influence with the king, as was the case again at a later period with the murder of Amasa (2 Sam 20:10)” [= Motivasi utama dari tindakan Yoab adalah kecemburuan yang paling menjijikkan, atau rasa takut bahwa perdamaian Abner dengan Daud akan mengurangi pengaruh dirinya sendiri terhadap sang raja, seperti dalam kasus lain pada masa belakangan dengan pembunuhan terhadap Amasa (2 Samuel 20:10)].

2 Samuel 20:9-10 - “(9) Berkatalah Yoab kepada Amasa: ‘Engkau baik-baik, saudaraku?’ Sementara itu tangan kanan Yoab memegang janggut Amasa untuk mencium dia. (10) Amasa tidak awas terhadap pedang yang ada di tangan Yoab itu; Yoab menikam pedang itu ke perutnya, sehingga isi perutnya tertumpah ke tanah. Tidak usah dia ditikamnya dua kali, sebab ia sudah mati. Lalu Yoab dan Abisai, adiknya, terus mengejar Seba bin Bikri”.

Ini tidak berbeda dengan ciuman Yudas Iskariot.

Ulangan 27:24 - “Terkutuklah orang yang membunuh sesamanya manusia dengan tersembunyi. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!”.

Mazmur 55:20-22 - “(20) Allah akan mendengar dan merendahkan mereka, - Dia yang bersemayam sejak purbakala. Sela Karena mereka tidak berubah dan mereka tidak takut akan Allah. (21) Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya; (22) mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataannya lebih lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus”.

Penerapan: karena itu, hati-hatilah terhadap orang yang suka menjilat / bermulut manis.

Matthew Henry: “It is as certain that Joab was unrighteous, and, in what he did, did wickedly. David was a man after God’s own heart, but could not have those about him, no, not in places of the greatest trust, after his own heart. Many a good prince, and a good master, has been forced to employ bad men” (= Adalah pasti bahwa Yoab adalah orang yang tidak benar, dan dalam apa yang ia lakukan, ia lakukan secara jahat. Daud adalah orang yang mengikuti hati Allah, tetapi tidak bisa mendapatkan orang-orang di sekitarnya, tidak, tidak di tempat-tempat dari kepercayaan yang terbesar, mengikuti hatinya sendiri. Banyak pangeran-pangeran yang baik, dan tuan yang baik, telah dipaksa untuk mempekerjakan orang-orang yang jahat).

3. Tuhan mengijinkan terjadinya pembunuhan terhadap Abner juga sebagai hukuman terhadap Abner.

Abner jelas adalah orang brengsek, yang melawan Daud yang ia tahu adalah orang yang diurapi Tuhan menjadi raja. Lalu ia berpindah pihak ke pihak Daud, tetapi dengan alasan / motivasi yang buruk, yaitu kemarahan dan keinginan balas dendam terhadap Isyboset. Karena itu, Allah tidak mau menggunakan Abner untuk mempersatukan Israel. Sebaliknya, Ia mempersatukan Israel dengan mengambil Abner, melalui tangan Yoab.

Catatan: ini tidak berarti bahwa Yoab tidak bersalah, apalagi berjasa, dalam membunuh Abner. Ia tetap melakukan kejahatan, tetapi Allah menggunakan kejahatannya untuk menghasilkan sesuatu yang baik.

d) Pembunuhan terhadap Abner ini jelas merupakan dosa.

Bdk. 1Raja-raja 2:5 - “Dan lagi engkaupun mengetahui apa yang dilakukan kepadaku oleh Yoab, anak Zeruya, apa yang dilakukannya kepada kedua panglima Israel, yakni Abner bin Ner dan Amasa bin Yeter. Ia membunuh mereka dan menumpahkan darah dalam zaman damai seakan-akan ada perang, sehingga sabuk pinggangnya dan kasut kakinya berlumuran darah”.

3) Sikap Daud terhadap pembunuhan oleh Yoab terhadap Abner.

a) Menyatakan dirinya tidak bersalah dalam pembunuhan itu.

2 Samuel 3: 28: “Ketika hal itu didengar Daud kemudian, berkatalah ia: ‘Aku dan kerajaanku tidak bersalah di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya terhadap darah Abner bin Ner itu”.

Saya merasa bahwa tindakan Daud di sini tidak terlalu berbeda dengan cuci tangannya Pontius Pilatus pada saat menghakimi Yesus (Matius 27:24).

b) Berpuasa dan berkabung, dan menyuruh seluruh rakyat melakukan hal itu.

Ay 31,35: “(31) Dan berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan dia: ‘Koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan merataplah di depan mayat Abner.’ Raja Daud sendiripun berjalan di belakang usungan mayat. ... (35) Seluruh rakyat datang menawarkan kepada Daud untuk makan roti selagi hari siang, tetapi Daud bersumpah, katanya: ‘Kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika sebelum matahari terbenam aku mengecap roti atau apapun.’”.

c) Menangis dan meratapi Abner dan memberikan kata-kata pujian untuk dia.

Ay 32-34,38: “(32) Ketika orang menguburkan Abner di Hebron, maka menangislah raja dengan suara nyaring pada kubur Abner dan seluruh rakyatpun menangis. (33) Karena Abner raja mengucapkan nyanyian ratapan ini: ‘Apakah Abner harus mati seperti orang bebal? (34) Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak dirantai. Engkau gugur seperti orang gugur oleh orang-orang durjana.’ Dan seluruh rakyat itu makin menangis karena dia. ... (38) Kemudian berkatalah raja kepada para pegawainya: ‘Tidak tahukah kamu, bahwa pada hari ini gugur seorang pemimpin, seorang besar, di Israel?”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘a prince and a great man’ (= seorang pangeran dan seorang yang besar).

Terus terang, saya tidak mengerti mengapa Daud memberikan pujian setinggi itu untuk orang sebejat Abner. Matthew Henry mengatakan bahwa Daud hanya melihat apa yang dulu Abner lakukan bagi Saul.

Matthew Henry: “His alliance to Saul, his place as general, his interest, and the great services he had formerly done, were enough to denominate him a prince and a great man. When he could not call him a saint or a good man, he said nothing of that, but what was true he gave him the praise of, ... that he was a prince and a great man.’” (= Aliansinya dengan Saul, jabatan / kedudukannya sebagai jendral, perhatiannya, dan pelayanannya yang besar yang telah ia lakukan sebelumnya, adalah cukup untuk menyebutnya sebagai seorang pangeran dan seorang yang besar. Pada waktu ia tidak bisa menyebutnya seorang kudus atau seorang yang baik / saleh, ia tidak mengatakan apapun tentang hal itu, tetapi apa yang benar ia memberinya pujian tentangnya, ... bahwa ia adalah seorang pangeran dan seorang yang besar).

d) Mengecam pembunuhan itu dan mengutuk Yoab.

2 Samuel 3: 29,39: “(29) Biarlah itu ditanggung oleh Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya. Biarlah dalam keturunan Yoab tidak putus-putusnya ada orang yang mengeluarkan lelehan, yang sakit kusta, yang bertongkat, yang tewas oleh pedang atau yang kekurangan makanan.’ ... (39) Tetapi aku ini sekarang masih lemah, sekalipun sudah diurapi menjadi raja, sedang orang-orang itu, yakni anak-anak Zeruya, melebihi aku dalam kekerasan. Kiranya TUHAN membalas kepada orang yang berbuat jahat setimpal dengan kejahatannya.’”.

Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

KJV: ‘be too hard for me’ (= adalah terlalu sukar / berat untuk aku).

RSV: ‘are too hard for me’ (= adalah terlalu sukar / berat untuk aku).

NIV: ‘are too strong for me’ (= adalah terlalu kuat untuk aku).

NASB: ‘are too difficult for me’ (= adalah terlalu sukar untuk aku).

Pulpit Commentary: “Hatred of wrong is a sign and measure of the love of right. ‘Ye that love the Lord, hate evil’ (Ps 97:10) . David was as severe toward evil doers as he was tender and pitiful toward the victims of their wickedness.’” [= Kebencian terhadap kesalahan adalah suatu tanda dan ukuran dari kasih / kecintaan terhadap kebenaran. ‘Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan!’ (Maz 97:10)].

Semua ini menyebabkan bangsa Israel tahu / yakin bahwa Daud tidak ikut campur dalam pembunuhan terhadap Abner.

2 Samuel 3: 36: “Ketika seluruh rakyat melihat hal itu, mereka menganggap hal itu baik, seperti segala sesuatu yang dilakukan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat”.

Tetapi bagaimanapun, Daud bersalah karena tidak menghukum Yoab. Daud takut kepada manusia, dan karena itu melakukan kompromi, dengan hanya memberikan kutukan, tetapi tidak menghukum orang itu. Ini jelas salah. Apakah kekuatan posisinya sebagai raja tergantung kepada Yoab atau kepada Tuhan??

Matthew Henry: “He entailed the curse for it upon Joab and his family (v. 29): ... But methinks a resolute punishment of the murderer himself would better have become David than this passionate imprecation of God’s judgments upon his posterity” [= Ia meminta kutuk untuknya atas Yoab dan keluarganya (ay 29): ... Tetapi kelihatannya bagi saya, suatu hukuman yang tegas terhadap si pembunuh akan lebih pantas / cocok bagi Daud dari pada kutukan yang bernafsu tentang penghakiman Allah terhadap keturunannya].

Wycliffe Bible Commentary: “‘Too hard for me.’ David organized six hundred malcontents, dealt harshly with the Amalekites (2 Sam 1), put to death the men who murdered Ishbosheth (2 Sam 4), but failed to act in the case of Joab’s misdeeds. David washed his hands and left the family of Joab to the judgment of God” [= ‘Terlalu sukar bagiku’. Daud mengorganisir 600 orang-orang yang tidak puas, menangani dengan keras orang Amalek (2Sam 1), membunuh orang yang membunuh Isyboset (2Sam 4), tetapi gagal untuk bertindak dalam kasus kejahatan-kejahatan Yoab. Daud mencuci tangannya dan meninggalkan / membiarkan keluarga Yoab pada penghakiman Allah].

The Biblical Illustrator (Old Testament): “IT IS WHERE THE FLESH IS STRONG THAT WE ARE WEAK. ... these sons of Zeruiah were his greatest strength. What could he have done without Joab and Abishai - Joab the man who smote the garrison of Jebus, and Abishai who slew three hundred men in single-handed fight. What could he do without these? ... So it is with us. Whatever is our strength in the flesh is sure to be our weakness in the spirit. Remember that your sons of Zeruiah will be hard to manage. I believe the strength of God’s ministers generally lies in the points where they are the weakest, and their weakness usually lies in their strength. ... God can do better without means than he can with means that are audacious enough to think themselves necessary” (= DIMANA DAGING ITU KUAT ADALAH DIMANA KITA LEMAH. ... anak-anak Zeruya ini adalah kekuatannya yang terbesar. Apa yang bisa ia lakukan tanpa Yoab dan Abisai - Yoab orang yang memukul pasukan Yebus, dan Abisai yang seorang diri membunuh 300 orang. Apa yang bisa ia lakukan tanpa orang-orang ini? ... Demikian juga halnya dengan kita. Apapun yang merupakan kekuatan kita dalam daging pasti adalah kelemahan kita dalam roh. Ingatlah bahwa ‘anak-anak Zeruya’mu akan sukar untuk diurus / diatur. Saya percaya bahwa kekuatan dari pelayan-pelayan Allah umumnya terletak di titik dimana mereka adalah paling lemah, dan kelemahan mereka biasanya terletak dalam kekuatan mereka. ... Allah bisa melakukan dengan lebih baik tanpa alat-alat dari pada yang Ia bisa lakukan dengan alat-alat yang cukup berani untuk menganggap diri mereka perlu / dibutuhkan).

Catatan: apapun yang telah saudara lakukan bagi Tuhan / gereja, jangan itu membuat saudara merasa bahwa Tuhan membutuhkan saudara! Saudara yang membutuhkan Tuhan. Dan apapun yang saudara lakukan tak akan bisa mengalahkan besarnya pengorbanan yang Yesus lakukan bagi saudara!

Bdk. Lukas 17:7-10 - “(7) ‘Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.’”.

Matthew Henry: “David bears the sword in vain, and contents himself, as a private person, to leave them to the judgment of God: ... He ought to have done his duty, and trusted God with the issue. FIAT JUSTITIA, RUAT COELUM - Let justice be done, though the heavens should fall asunder. ... It was carnal policy and cruel pity that spared Joab. Righteousness supports the throne and will never shake it. Yet it was only a reprieve that David gave to Joab; on his death-bed he left it to Solomon ... to avenge the blood of Abner” [= Daud membawa pedangnya dengan sia-sia, dan merasa puas, sebagai seorang pribadi, membiarkan mereka pada penghakiman Allah: ... Ia seharusnya melakukan kewajibannya, dan mempercayai Allah dengan persoalan / hasilnya. FIAT JUSTITIA, RUAT COELUM - ‘Hendaklah keadilan dilakukan, sekalipun surga / langit roboh’. ... Adalah politik yang bersifat daging dan belas kasihan yang kejam yang menyayangkan Yoab. Kebenaran menopang takhta dan tidak akan pernah menggoncangkannya. Tetapi hanyalah sebuah penangguhan hukuman yang Daud berikan kepada Yoab; di ranjang kematiannya ia menyerahkannya kepada Salomo ... untuk membalaskan darah Abner (bdk. 2Raja 2:5-6,28-34)].

Catatan: apa yang Matthew Henry katakan sebagai ‘penangguhan hukuman’ menurut saya tetap salah!

The Biblical Illustrator (Old Testament): “The assassin spared: - ‘It is worse than a crime,’ says an astute politician, ‘it is a blunder.’ And though it was a clear enough crime in David to pass by Joab’s murder of Abner, it came out afterwards to be a most terrible blunder. All David’s after life might well have been different but for that blunder. ... Joab was deep enough to understand quite well why his life was spared. He knew quite well that it was fear and not love that had moved David to let him live. It was a diplomatic act of David to spare Joab, but David was playing with a far deeper diplomatist than himself. Very soon we shall see this respited assassin ordering David about and dictating to him till we shall pity David as well as blame him. Joab’s impunity speedily shot up into an increased contempt for David, till secret contempt became open insolence, and open insolence open and unavenged rebellion. Was it not a blunder?” (= Si pembunuh diselamatkan: - ‘Itu lebih buruk dari suatu kejahatan’, kata seorang tokoh politik yang tajam, ‘itu merupakan suatu blunder / kesalahan yang sangat besar’. Dan sekalipun adalah cukup jelas bahwa itu adalah suatu kejahatan dalam diri Daud untuk mengabaikan pembunuhan oleh Yoab terhadap Abner, belakangan itu menyatakan diri sebagai suatu blunder yang sangat buruk. Seluruh kehidupan Daud setelah ini akan berbeda seandainya tidak ada blunder itu. ... Yoab cukup mengerti dengan baik mengapa hidupnya diselamatkan. Ia tahu dengan baik bahwa adalah rasa takut, dan bukannya kasih, yang telah menggerakkan Daud untuk membiarkannya hidup. Merupakan suatu tindakan diplomatik dari Daud untuk menyelamatkan Yoab, tetapi Daud sedang bermain-main dengan seorang diplomat yang jauh lebih dalam dari dirinya sendiri. Segera kita akan melihat pembunuh yang mendapat kelonggaran ini memerintah Daud dari segala sisi dan mendikte dia sampai kita mengasihani Daud maupun menyalahkannya. Pembebasan Yoab dari hukuman dengan cepat melonjak menjadi suatu sikap merendahkan Daud yang terus meningkat, sampai sikap merendahkan yang diam-diam menjadi kekurang-ajaran yang terbuka, dan kekurang-ajaran yang terbuka menjadi pemberontakan yang terbuka dan tak terhukum. Bukankah itu merupakan suatu blunder / kesalahan yang sangat besar?).

Catatan: beberapa kekurang-ajaran dan pemberontakan Yoab setelah ini bisa saudara baca dalam 2Sam 18:5,9-14 19:1-8 19:13 & 20:9-10 1Raja 1:7 2:28.

Untuk tidak menggambarkan Yoab lebih buruk dari yang seharusnya, saya memberikan juga ayat-ayat yang menunjukkan bagusnya Yoab, yaitu 2Sam 14:1-33 24:3.

Bandingkan takutnya Daud kepada Yoab dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Yesaya 2:22 - “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?”.

· Yesaya 51:12-13 - “(12) Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput, (13) sehingga engkau melupakan TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentangkan langit dan meletakkan dasar bumi, sehingga engkau terus gentar sepanjang hari terhadap kepanasan amarah orang penganiaya, apabila ia bersiap-siap memusnahkan? Di manakah gerangan kepanasan amarah orang penganiaya itu?”.

· Mazmur 146:3-5 - “(3) Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. (4) Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya. (5) Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:”.

Hendaklah kita belajar, untuk tidak bergantung ataupun takut kepada manusia, tetapi hanya bergantung / bersandar dan takut kepada Allah saja. Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post