EKSPOSISI LUKAS 10:1-24
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
otomotif, tutorial, gadget |
Pendahuluan.
William Hendriksen: “After hearing about the three would-be followers (Lukas 9:57–62) it is a delight to read about a large group of sincere and enthusiastic disciples of Jesus, men who offered no excuses when called to serve. Without reservation they answered the call and, to a considerable extent, were successful in their mission (see verse 17).” [= Setelah mendengar tentang tiga calon pengikut (9:57-62) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk membaca tentang suatu kelompok yang besar dari murid-murid Yesus yang tulus / sungguh-sungguh dan bersemangat, orang-orang yang tidak mengajukan alasan-alasan pada waktu dipanggil untuk melayani. Tanpa syarat mereka menanggapi panggilan itu dan, sampai pada suatu tingkat yang cukup besar, mereka sukses dalam missi mereka (lihat Lukas 9: 17).].
William Hendriksen: “Chapter 10 is clearly divisible into two parts. In Part I (verses 1–24) we are told that Jesus sent out seventy or seventy-two men to announce and prepare the people for his own coming, and with that in view to proclaim the gospel of the kingdom of God (see verse 1b). As shown in the summary on p. 533, these twenty-four verses can be divided into four paragraphs, as follows: (a) the appointment of these men and the charge given to them (verses 1–12); (b) the punishment awaiting those who reject their and/or their Master’s message (verses 13–16); (c) the report of the missionaries upon their return, a report filled with joyful enthusiasm (verses 17–20); and (d) Jesus’ own rejoicing voiced in praise addressed to the Father, and his assurance, given to the returned witnesses, that they had been privileged above ‘many prophets and kings’ (verses 21–24).” [= Pasal 10 secara jelas bisa dibagi menjadi dua bagian. Dalam Bagian I (ay 1-24) kita diberitahu bahwa Yesus mengutus 70 atau 72 orang untuk mengumumkan dan mempersiapkan orang-orang untuk kedatanganNya sendiri, dan dengan memperhatikan hal itu mereka memproklamirkan injil kerajaan Allah (lihat ay 1b). Seperti ditunjukkan dalam ringkasan pada hal 533, ke 24 ayat ini bisa dibagi menjadi 4 paragraf, sebagai berikut: (a) penetapan orang-orang ini dan kewajiban / perintah yang diberikan kepada mereka (ay 1-12); (b) hukuman yang menantikan mereka yang menolak berita / pesan mereka dan / atau berita / pesan Tuan / Guru mereka (ay 13-16); (c) laporan dari para misionaris pada waktu mereka kembali, suatu laporan yang dipenuhi dengan semangat / kegairahan yang penuh sukacita (ay 17-20); dan (d) sukacita Yesus sendiri yang dinyatakan dalam pujian yang ditujukan kepada Bapa, dan keyakinan / jaminanNya, yang diberikan kepada saksi-saksi yang kembali, sehingga mereka diberi hak di atas ‘banyak nabi-nabi dan raja-raja’ (ay 21-24).].
Dalam Lukas 9 / Matius 10 ada pengutusan 12 murid, dan dalam Luk 10 pengutusan 70 murid!
Pulpit Commentary: “Ch. 9:1–6 and ch. 10:1–11. - The mission of the twelve, and the mission of the seventy. The differences between the two missions can be easily distinguished. The scene of the mission related in the ninth chapter is Northern Galilee; the scene of the mission related in the tenth chapter is Southern Galilee.” [= Psl 9:1-6 dan psl 10:1-11. - Missi dari 12 murid, dan missi dari 70 murid. Perbedaan antara kedua missi bisa dibedakan dengan mudah. Tempat dari missi yang diceritakan dalam pasal 9 adalah Galilea Utara; tempat dari missi yang diceritakan dalam pasal 10 adalah Galilea Selatan.].
I) Pengutusan 70 murid.
Lukas 10: 1: “Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahuluiNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya.”.
1) “Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk”.
William Hendriksen: “Note the following: a. ‘After this.’ This probably means: after Jesus started on his journey to Jerusalem, as recorded in 9:51. b. ‘The Lord.’ Elsewhere - see N.T.C. on Mark, p. 435 - it has been shown that the title ‘Lord’ was given to Jesus long before his bodily resurrection, and that not only Luke and John but also Matthew and Mark use this appellation with reference to him.” [= Perhatikan hal-hal berikut ini: a. ‘Setelah itu’ / ‘kemudian dari pada itu’. Ini mungkin berarti: setelah Yesus memulai perjalanannya ke Yerusalem, seperti yang dicatat dalam 9:51. b. ‘Tuhan’. Di tempat lain - lihat N. T. C. tentang Markus, hal 435 - telah ditunjukkan bahwa gelar ‘Tuhan’ diberikan kepada Yesus jauh sebelum kebangkitan jasmaniNya, dan bahwa bukan hanya Lukas dan Yohanes tetapi juga Matius dan Markus menggunakan gelar ini berkenaan dengan Dia.].
Pada pemberitaan malaikat-malaikat tentang kelahiran Yesus, Ia sudah disebut ‘Tuhan’!
Lukas 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”.
2) “tujuh puluh murid yang lain,”.
a) ‘Tujuh puluh’.
KJV/RSV/NASB: ‘seventy’ [= tujuh puluh].
NIV: ‘seventy-two’ [= tujuh puluh dua].
Catatan: memang ada perbedaan dalam manuscript-manuscript di sini, ada yang menuliskan 70 dan ada yang 72.
Adam Clarke: “Several MSS. and versions have ‘seventy-two.’ Sometimes the Jews chose six out of each tribe: this was the number of the great Sanhedrin. The names of these seventy disciples are found in the margin of some ancient MSS., but this authority is questionable.” [= Beberapa manuscript dan versi mempunyai ‘tujuh puluh dua’. Pada suatu waktu di masa yang lalu orang-orang Yahudi memilih enam dari setiap suku: ini adalah bilangan dari Sanhedrin yang agung. Nama-nama dari tujuh puluh murid ini ditemukan di catatan tepi dari beberapa manuscript-manuscript kuno, tetapi otoritas / sumber ini diragukan.].
Bruce Metzger: “Was it seventy or seventy-two whom Jesus appointed and sent on ahead of him? The external evidence is almost evenly divided.” [= Apakah itu tujuh puluh atau tujuh puluh dua yang Yesus tetapkan / tunjuk dan utus mendahului Dia? Bukti external terbagi hampir secara sama.].
Lalu ia menyebutkan manuscript-manuscript yang menyebutkan 70 dan manuscript-manuscript yang menyebutkan 72.
William Hendriksen: “Textual evidence (both here and in verse 17) is insufficient to establish, beyond reasonable doubt, whether ‘seventy’ or ‘seventy-two’ is correct. ... I, for one, do not have the answer, though I lean toward seventy-two.” [= Bukti text (baik di sini dan dalam Lukas 10: 17) adalah tidak cukup untuk menetapkan, tanpa keraguan yang logis, apakah ‘tujuh puluh’ atau ‘tujuh puluh dua’ yang benar. ... Saya tidak mempunyai jawabannya, sekalipun saya condong pada ‘tujuh puluh dua’.].
Adam Clarke: “Our blessed Lord formed everything in his church on the model of the Jewish church; and why? Because it was the pattern shown by God himself, the divine form, which pointed out the heavenly substance which now began to be established in its place. As he before had chosen twelve apostles, in reference to the twelve patriarchs, who were the chiefs of the twelve tribes, and the heads of the Jewish church, he now publicly appointed (for so the word ANEDEIXEN means) seventy others, as Moses did the seventy elders whom he associated with himself to assist him in the government of the people. Ex 18:19; 24:1-9.” [= Tuhan kita yang terpuji membentuk segala sesuatu dalam gerejaNya sesuai dengan model dari gereja Yahudi; dan mengapa? Karena itu adalah pola yang ditunjukkan oleh Allah sendiri, bentuk ilahi, yang menunjukkan substansi surgawi yang sekarang mulai didirikan di tempatnya. Sebagaimana sebelumnya Ia telah memilih 12 rasul, dalam hubungannya dengan 12 kepala suku, yang adalah kepala-kepala dari 12 suku, dan kepala-kepala dari gereja Yahudi, sekarang Ia secara umum menetapkan (karena demikianlah kata ANEDEIXEN berarti) 70 yang lain, seperti Musa menetapkan 70 tua-tua yang ia gabungkan dengan dirinya sendiri untuk membantunya dalam pemerintahan dari bangsa itu. Keluaran 18:19; 24:1-9.].
Keluaran 18:13-26 - “(13) Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. (14) Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: ‘Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?’ (15) Kata Musa kepada mertuanya itu: ‘Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. (16) Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.’ (17) Tetapi mertua Musa menjawabnya: ‘Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. (18) Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja. (19) Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. (20) Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. (21) Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. (22) Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. (23) Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya.’ (24) Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya. (25) Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. (26) Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri.”.
Catatan: memang dari text ini tak terlihat bahwa jumlah mereka 70, tetapi ini terlihat dalam text di bawah ini.
Keluaran 24:1-9 - “(1) Berfirmanlah Ia kepada Musa: ‘Naiklah menghadap TUHAN, engkau dan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel dan sujudlah kamu menyembah dari jauh. (2) Hanya Musa sendirilah yang mendekat kepada TUHAN, tetapi mereka itu tidak boleh mendekat, dan bangsa itu tidak boleh naik bersama-sama dengan dia.’ (3) Lalu datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: ‘Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan.’ (4) Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel. (5) Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel, maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada TUHAN. (6) Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. (7) Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: ‘Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.’ (8) Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: ‘Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.’ (9) Dan naiklah Musa dengan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel.”.
William Hendriksen: “Besides, does not the mention of these seventy or seventy-two stress the fact that kingdom work is not limited to the few; for example, to Jesus and The Twelve, but that every believer should participate? Note: first there was Jesus; then also The Twelve, now also the seventy-two; and these, in turn, are told to pray that the Lord may send forth (still more) laborers into his harvest. ‘There is a task for everyone. There is a task for me.’” [= Disamping, bukankah penyebutan dari tujuh puluh atau tujuh puluh dua murid ini menekankan fakta bahwa pekerjaan kerajaan tidak dibatasi pada sedikit orang; misalnya pada Yesus dan 12 murid, tetapi bahwa setiap orang percaya harus berpartisipasi? Perhatikan: pertama di sana ada Yesus; lalu juga 12 murid, sekarang juga tujuh puluh dua murid; dan mereka, selanjutnya diperintahkan untuk berdoa supaya Tuhan mengutus lebih banyak pekerja-pekerja ke dalam panen / penuaianNya (ay 2). ‘Di sana ada suatu tugas bagi setiap orang. Di sana ada suatu tugas bagi saya’.].
Lukas 10:2 - “KataNya kepada mereka: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”.
Calvin: “As to the number ‘seventy,’ he appears to have followed that order to which the people had already been long accustomed. ... There was a similar reason for these ‘seventy.’ We know that Moses, finding himself insufficient for the burden, took ‘seventy’ judges to be associated with him in governing the people, (Exodus 18:22; 24:1.) But when the Jews returned from the Babylonish captivity, they had a council or συνέδριον - which was corrupted into ‘Sanedrin’ - consisting of seventy-two judges. As usually happens with such numbers, when they spoke of the council, they called them only the ‘seventy’ judges; and Philo assures us, that they were chosen out of the posterity of David, that there might be some remaining authority in the royal line. After various calamities, this was the finishing stroke, when Herod abolished that council, and thus deprived the people of a legitimate share in the government. Now as the return from Babylon prefigured a true and complete redemption, the reason why our Lord chooses ‘seventy’ heralds of his coming appears to be, to hold out the restoration of their fallen state; and as the people were to be united under one head, he does not give them authority as judges, but only commands them to go before him, that he may possess the sole power.” [= Berkenaan dengan bilangan ‘tujuh puluh’, Ia kelihatannya telah mengikuti sistim yang sudah ditetapkan pada mana bangsa itu telah lama terbiasa. ... Di sana ada alasan yang serupa untuk ‘tujuh puluh’ itu. Kita tahu bahwa Musa, pada waktu mendapati dirinya sendiri tidak cukup untuk beban itu, mengambil ‘tujuh puluh’ hakim-hakim untuk digabungkan dengan dia dalam memerintah bangsa itu, (Keluaran 18:22; 24:1). Tetapi pada waktu orang-orang Yahudi kembali dari pembuangan Babilonia, mereka mempunyai suatu dewan atau συνέδριον (SUNEDRION) - yang dirusak menjadi SANHEDRIN - terdiri dari tujuh puluh dua hakim-hakim. Seperti yang biasa terjadi dengan bilangan-bilangan seperti itu, pada waktu mereka berbicara tentang dewan itu, mereka menyebut mereka hanya ‘tujuh puluh’ hakim-hakim; dan Philo meyakinkan kita, bahwa mereka dipilih dari keturunan Daud, supaya di sana bisa ada sedikit otoritas yang tersisa dalam garis kerajaan. Setelah bermacam-macam bencana, ini adalah pukulan yang menghancurkan, pada waktu Herodes menghapuskan dewan itu, dan dengan demikian mencabut dari bangsa itu suatu pengambil bagian yang sah dalam pemerintahan. Karena kembalinya dari Babilonia membayangkan lebih dulu suatu penebusan yang benar dan lengkap, alasan mengapa Tuhan kita memilih ‘tujuh puluh’ pemberita / pendahulu dari kedatanganNya, kelihatannya adalah untuk menawarkan / melanjutkan pemulihan dari keadaan jatuh mereka; dan karena bangsa itu harus dipersatukan di bawah satu kepala, Ia tidak memberi mereka otoritas sebagai hakim-hakim, tetapi hanya memerintah mereka untuk pergi / berjalan di depanNya, sehingga hanya Ia yang bisa mempunyai satu-satunya kuasa.].
Keluaran 24:1,9 - “(1) Berfirmanlah Ia kepada Musa: ‘Naiklah menghadap TUHAN, engkau dan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel dan sujudlah kamu menyembah dari jauh. ... (9) Dan naiklah Musa dengan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel.”.
Bilangan 11:24-25 - “(24) Setelah Musa datang ke luar, disampaikannya firman TUHAN itu kepada bangsa itu. Ia mengumpulkan tujuh puluh orang dari para tua-tua bangsa itu dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling kemah. (25) Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambilNya (sebagian) dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruhNya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.”.
Bagian yang saya coret itu seharusnya tidak ada; dan bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘they prophesied’ [= mereka bernubuat].
b) ‘murid yang lain’.
Seorang ‘murid’ adalah orang yang sudah ikut Yesus dan belajar dari Yesus!! Setelah jadi murid, baru diutus untuk pelayanan!! Banyak orang kristen jaman sekarang melakukan pelayanan tanpa mau belajar! Apalagi mereka yang bertobat dari agama lain, khususnya kalau dalam agama lain itu mereka sudah adalah pengkhotbah, maka mereka langsung menjadi pendeta tanpa belajar secara serius!
3) “lalu mengutus mereka”.
The Biblical Illustrator (tentang Matius 10:1): “Called to the ministry: - The attorney that pleads at the bar may have as good gifts as the judge that sits upon the bench; but he must have a lawful commission before he sit as a judge: if it be thus in civil matters, much more in church matters, which are of higher concern. Those, therefore, who usurp the work of the ministry without being solemnly set apart for it, discover more pride than zeal, and they can expect no blessing.” [= Dipanggil pada pelayanan: - Pengacara yang memohon di belakang pagar pembatas bisa mempunyai karunia-karunia yang baik sama seperti hakim yang duduk di tempat duduknya; tetapi ia harus mempunyai suatu dokumen resmi yang sah sebelum ia duduk sebagai seorang hakim: jika itu adalah demikian dalam urusan-urusan sipil, lebih-lebih dalam urusan-urusan gereja, yang merupakan urusan yang lebih tinggi. Karena itu, mereka yang merebut pekerjaan pelayanan tanpa dipisahkan secara kudus untuk itu, menunjukkan kesombongan lebih dari pada semangat, dan mereka tidak bisa mengharapkan berkat.].
Ini menunjukkan bahwa orang yang terjun ke dalam suatu pelayanan, membutuhkan panggilan Tuhan, apalagi kalau itu suatu pelayanan sebagai hamba Tuhan!
Kalau seseorang menjadi hamba Tuhan itu karena keinginan sendiri, atau dorongan orang lain, apalagi kalau itu karena uang, maka ia sebetulnya adalah seorang nabi palsu!
4) ‘berdua-dua’.
William Hendriksen: “When the question is asked, ‘Why two by two?’ practical considerations such as: to help and encourage each other (cf. Eccles. 4:9); and to be valid witnesses (Num. 35:30; Deut. 19:15; Matt. 18:16; John 8:17; II Cor. 13:1; I Tim. 5:19; Heb. 10:28) occur to the mind immediately. The same practical considerations undoubtedly also explain why the seventy-two were sent out ‘two by two.’” [= Pada waktu pertanyaan ditanyakan, ‘Mengapa berdua-dua?’ pertimbangan-pertimbangan praktis seperti: untuk saling menolong dan menguatkan hati satu sama lain (bdk. Pkh 4:9); dan supaya menjadi saksi-saksi yang sah (Bilangan 35:30; Ulangan 19:15; Matius 18:16; Yohanes 8:17; 2Korintus 13:1; 1Timotius 5:19; Ibrani 10:28) segera muncul pada pikiran. Pertimbangan-pertimbangan praktis yang sama secara tidak diragukan juga menjelaskan mengapa ke tujuh puluh dua murid diutus ‘berdua-dua’.].
Pkh 4:9-12 - “(9) Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. (10) Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! (11) Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? (12) Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”.
Ulangan 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan.”.
Matius 18:16 - “Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.”.
Yohanes 8:17 - “Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah;”.
2Korintus 13:1 - “Ini adalah untuk ketiga kalinya aku datang kepada kamu: Baru dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara sah.”.
1Timotius 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi.”.
Ibrani 10:28 - “Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi.”.
Calvin: “‘And sent them by two and two.’ He appears to have done so on account of their weakness. There was reason to fear, that individually they would not have the boldness necessary for the vigorous discharge of their office; and therefore, that they may encourage one another, they are sent ‘by two and two.’” [= ‘Dan mengutus mereka berdua-dua’. Ia kelihatannya telah melakukan demikian karena kelemahan mereka. Di sana ada alasan untuk takut, bahwa secara individuil mereka tidak akan mempunyai keberanian yang dibutuhkan untuk pelaksanaan yang efektif dari tugas / jabatan mereka; dan karena itu, supaya mereka bisa saling menguatkan, mereka diutus ‘berdua-dua’.].
Adam Clarke: “These Christ sent by two and two: 1. To teach them the necessity of concord among the ministers of righteousness. 2. That in the mouths of two witnesses everything might be established. And, 3. That they might comfort and support each other in their difficult labour.” [= Orang-orang ini Kristus utus berdua-dua: 1. Untuk mengajar mereka perlunya persahabatan di antara pelayan-pelayan kebenaran. 2. Supaya dalam mulut dari 2 saksi-saksi segala sesuatu bisa diteguhkan. Dan, 3. Supaya mereka bisa menghibur dan mendukung / menopang satu sama lain dalam jerih payah / pekerjaan mereka yang sukar.].
Barnes’ Notes: “‘Two and two.’ ... Our Lord in this showed the propriety of having ‘a religious friend,’ who would be a confidant and help. Every Christian, and especially every Christian minister, needs such a friend, and should seek some one to whom he can unbosom himself, and with whom he can mingle his feelings and prayers.” [= ‘Berdua-dua’. ... Tuhan kita dalam hal ini menunjukkan kepatutan dari mempunyai ‘seorang sahabat yang relijius’, yang menjadi seorang yang dipercayai dan penolong. Setiap orang Kristen, dan khususnya setiap pelayan Kristen, membutuhkan seorang sahabat seperti itu, dan harus mencari seseorang kepada siapa ia bisa menyatakan isi hatinya / rahasia-rahasianya sendiri, dan dengan siapa ia bisa menggabungkan perasaan-perasaan dan doa-doanya.].
5) “mendahuluiNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya.”.
Mereka ini diutus untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum Yesus sendiri datang ke tempat-tempat itu.
Calvin: “That the Apostles had returned to Christ before these seventy were substituted in their room, may be inferred from many circumstances. The twelve, therefore, were sent to awaken in the Jews the hope of an approaching salvation. After their return, as it was necessary that higher expectation should be excited, others were sent in greater numbers, as secondary heralds, to spread universally in every place the report of Christ’s coming.” [= Bahwa rasul-rasul telah kembali kepada Kristus sebelum 70 orang ini menggantikan di tempat mereka, bisa disimpulkan dari banyak keadaan. Karena itu, 12 rasul diutus untuk membangunkan dalam orang-orang Yahudi pengharapan tentang keselamatan yang mendekat. Setelah kembalinya mereka, karena adalah perlu bahwa pengharapan yang lebih tinggi harus diaktifkan / dibangkitkan, maka orang-orang lain diutus dalam jumlah yang lebih besar, sebagai utusan-utusan / pemberita-pemberita sekunder, untuk menyebarkan secara universal di setiap tempat laporan tentang kedatangan Kristus.].
Bagi setiap orang yang diutus oleh Kristus harus diperhatikan kata-kata di bawah ini!
The Biblical Illustrator (tentang Matius 10:1): “Let our one theme be Christ, not our own whims and fancies and crotchets, but Him. Rather ourselves out of sight, unknown, unthought of, hidden in the excess of light which streams from Him. You are familiar with the story of the artist who undertook the task of painting the portrait of our Lord. When complete, you remember, he thought it needed some embellishments, which were therefore supplied. When the picture was exhibited, to his horror and disappointment the attention of the beholders was diverted from the grand central figure to the flowers and trees which grew around. Without the slightest hesitation or remorse, he grasped his brush and obliterated everything that withdrew the mind from that which should fascinate every eye. The moral is obvious.” [= Hendaklah thema kita adalah Kristus, bukan gagasan yang tiba-tiba dan khayalan dan pandangan kita sendiri, tetapi Dia. Lebih baik diri kita sendiri tak kelihatan, tak dikenal, tak dipikirkan, tersembunyi dalam terang berlebihan yang mengalir / bersinar dari Dia. Kamu akrab dengan cerita tentang seorang artis yang memulai suatu pekerjaan melukis foto dari Tuhan kita. Pada waktu selesai, ia menganggap itu membutuhkan beberapa dekorasi, yang karena itu lalu ditambahkan. Pada waktu lukisan itu dipamerkan, ia terkejut dan kecewa karena perhatian dari para penonton dialihkan dari orang yang merupakan pusat yang agung pada bunga-bunga dan pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya. Tanpa keraguan atau penyesalan / kesedihan sedikitpun, ia mengambil sikat / kuasnya dan menghapuskan segala sesuatu yang menarik pikiran dari itu yang seharusnya menarik perhatian dari setiap mata. Ajaran moralnya adalah jelas.].
Doa minta pekerja
II) Kewajiban / perintah yang Yesus berikan kepada mereka (Lukas 10: 2-12).
1) Lukas 10:2: “KataNya kepada mereka: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”.
William Hendriksen: “As Jesus had done when he called The Twelve (Matt. 9:37, 38), and at least on one other occasion (John 4:35), so also now he tells his disciples - in the present case the seventy or seventy-two - that the harvest is plentiful but the laborers are few. He exhorts them to beseech the Lord of the harvest to thrust laborers into his harvest.” [= Seperti yang Yesus telah lakukan pada waktu Ia memanggil 12 murid (Matius 9:37,38), dan sedikitnya pada satu kejadian yang lain (Yohanes 4:35), demikian juga sekarang Ia memberitahu murid-muridNya - dalam kasus sekarang ini 70 atau 72 murid - bahwa panen / tuaian banyak tetapi pekerja-pekerja sedikit. Ia mendesak mereka untuk berdoa / memohon kepada Tuhan dari tuaian / panen untuk mendorong pekerja-pekerja ke dalam panen / tuaianNya.].
Matius 9:36-38 - “(36) Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. (37) Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’”.
Yohanes 4:35 - “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.”.
a) Ay 2a: “KataNya kepada mereka: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.”.
1. ‘Tuaian memang banyak’.
Lenski: “He first states the two great facts: ‘the harvest great - the workers few.’ ... Jesus does not say, ‘The field is large,’ i. e., to till and to sow. His vision regards only the harvest. We should keep to the tertium comparationis and not wander off into sowing, cultivating, and producing the harvest. The harvest has already been produced - Jesus sees it. ... the harvest is the sheep whom the Lord knows, including also ‘the other sheep,’ John 10:14, etc. ‘The Lord knoweth them that are his,’ 2 Tim. 2:19. By the harvest Jesus means all those in whom the work of God’s grace succeeds. And this harvest is πολύς, ‘much’ or abundant. The number of those that will be saved is large. Like a great, ripe field of grain they stand before the eyes of Jesus and need only to be gathered in.” [= Pertama-tama Ia menyatakan dua fakta yang besar: ‘tuaian banyak - pekerja-pekerja sedikit’. ... Yesus tidak berkata, ‘Ladangnya besar’, yaitu untuk dibajak dan ditaburi benih. PandanganNya hanya memikirkan / mempertimbangkan tuaian. Kita harus mempertahankan bagian ketiga dari perbandingan dan tidak menyimpang ke dalam tindakan menabur, mengusahakan (tanah), dan menghasilkan tuaian. Tuaian itu telah dihasilkan - Yesus melihatnya. ... tuaian adalah domba-domba yang dikenal oleh Tuhan, termasuk ‘domba-domba lain’, Yohanes 10:14. ‘Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya’, 2Timotius 2:19. Dengan tuaian Yesus memaksudkan semua mereka dalam siapa pekerjaan dari kasih karunia Allah berhasil. Dan tuaian ini adalah POLUS, ‘banyak’ atau berlimpah-limpah. Jumlah dari mereka yang akan diselamatkan adalah besar. Seperti ladang gandum yang besar dan matang mereka berdiri di hadapan mata Yesus dan hanya perlu untuk dikumpulkan ke dalam.].
Saya tidak setuju dengan penafsiran Lenski di sini, yang begitu tidak masuk akal. Bandingkan dengan penafsiran Leon Morris di bawah ini.
Leon Morris (Tyndale): “That the harvest is plentiful means that there is much work to do;” [= Bahwa tuaian itu banyak berarti bahwa di sana ada banyak pekerjaan untuk dilakukan;].
Jadi tuaian / panen banyak diartikan hanya sebagai ‘pekerjaan yang banyak’, dan tidak dihubungkan / dikontraskan dengan membajak, menabur dsb, sebagaimana yang Lenski lakukan.
Calvin (tentang Matius 9:37): “By this metaphor he intimates, that many of the people are ripe for receiving the gospel. Though the greater number afterwards rejected basely and with vile ingratitude the salvation offered to them, yet the limited number of the elect, who were mixed with unbelievers, is compared to an abundant harvest, because God values a small band of his own people more highly than the rest of the world.” [= Dengan kiasan ini Ia menunjukkan secara implicit bahwa banyak orang siap untuk menerima injil. Sekalipun jumlah yang lebih besar belakangan menolak secara buruk dan dengan rasa tidak tahu terima kasih yang jahat keselamatan yang ditawarkan kepada mereka, tetapi jumlah orang-orang pilihan yang terbatas, yang bercampur dengan orang-orang yang tidak percaya, dibandingkan dengan suatu panen / tuaian yang berlimpah-limpah, karena Allah menilai suatu kelompok kecil dari umatNya sendiri dengan lebih tinggi dari pada sisa dunia ini.].
Penafsir di bawah ini memberikan kata-kata yang menarik.
The Biblical Illustrator: “Harvest ripeness: ... there is a ripeness in grace, and there is a ripeness in sin. The sickle is coming, beloved, and therefore examine which state of ripeness you are in.” [= Kematangan tuaian: ... Di sana ada suatu kematangan dalam kasih karunia, dan di sana ada suatu kematangan dalam dosa. Sabit sedang mendatang, kekasih, dan karena itu periksalah engkau ada dalam keadaan kematangan yang mana.].
2. ‘tetapi pekerja sedikit.’.
Leon Morris (Tyndale): “that the labourers are few that they must not delay. It means also that they must look to the Lord of the harvest to send out labourers into his harvest, as well as for their own strength and guidance.” [= bahwa pekerja-pekerja hanya sedikit berarti bahwa mereka tidak boleh menunda. Itu juga berarti bahwa mereka harus memandang kepada Tuhan dari tuaian untuk mengutus pekerja-pekerja ke dalam tuaianNya, dan juga untuk kekuatan dan bimbingan bagi mereka sendiri.].
Adam Clarke (tentang Mat 9:37): “The souls who are ready to receive the truth are very numerous; but the labourers are few. There are multitudes of scribes, Pharisees, and priests, of reverend and right reverend men; but there are few that work. Jesus wishes for labourers, not gentlemen, who are either idle drones, or slaves to pleasure and sin, and nati consumere fruges ‘Born to consume the produce of the soil.’ ... In all worldly concerns, if there be the prospect of much gain, most men are willing enough to labour; but if it be to save their own souls, or the souls of others, what indolence, backwardness, and carelessness! While their adversary, the Devil, is going about as a roaring lion, seeking whom he may devour; and a careless soul, and especially a careless minister is his special prey.” [= Jiwa-jiwa yang siap untuk menerima kebenaran sangat banyak; tetapi pekerja-pekerja sedikit. Ada sangat banyak ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam, dari pemimpin-pemimpin rohani dan pemimpin-pemimpin rohani yang benar; tetapi hanya sedikit yang bekerja. Yesus menginginkan pekerja-pekerja, bukan orang dengan posisi sosial yang tinggi, yang adalah atau pemalas-pemalas, atau hamba-hamba dari kesenangan dan dosa, dan nati consumere fruges ‘Dilahirkan untuk memakan / menghabiskan hasil dari tanah’. ... Dalam semua persoalan-persoalan duniawi, jika di sana ada prospek tentang keuntungan yang banyak, kebanyakan orang cukup mau untuk bekerja; tetapi jika itu adalah untuk menyelamatkan jiwa mereka sendiri, atau jiwa-jiwa orang-orang lain, alangkah malas, pasif / segan, dan cerobohnya! Sedangkan musuh mereka, setan / iblis, berkeliling seperti seekor singa yang mengaum-aum, mencari siapa yang bisa ditelannya; dan seorang jiwa yang ceroboh, dan khususnya seorang pelayan / pendeta yang ceroboh adalah mangsanya yang khusus.].
Matthew Henry: “They must likewise be concerned that the ‘labourers were so few.’ The Jewish teachers were indeed many, but they were not labourers; they did not gather in souls to God’s kingdom, but to their own interest and party. Note, Those that are good ministers themselves wish that there were more good ministers, for there is work for more.” [= Mereka juga harus prihatin bahwa ‘pekerja-pekerja sedikit’. Guru-guru / pengajar-pengajar Yahudi memang banyak, tetapi mereka bukan pekerja-pekerja; mereka tidak mengumpulkan jiwa-jiwa untuk kerajaan Allah, tetapi untuk kepentingan dan golongan mereka sendiri. Perhatikan, Mereka yang adalah pelayan-pelayan yang baik, ingin supaya di sana ada lebih banyak pelayan-pelayan yang baik, karena di sana ada pekerjaan untuk lebih banyak pelayan.].
Catatan: bandingkan kata-kata bagian akhir dalam kutipan di atas ini dengan pendeta-pendeta / gereja-gereja yang menganggap pendeta-pendeta / gereja-gereja lain sebagai saingan!
William Hendriksen: “Laborers … not loafers. Let every minister, evangelist, missionary, etc., take note!” [= Pekerja-pekerja ... bukan pemalas-pemalas. Hendaklah setiap pelayan / pendeta, penginjil, misionaris, dsb., memperhatikan!].
Kalau yang kelihatannya pekerja-pekerja, tetapi sebetulnya pekerja-pekerja setan / nabi palsu (2Kor 11:13-15), atau pemalas-pemalas, jelas ada sangat banyak! Tetapi pekerja-pekerja untuk Tuhan yang serius dan rajin, sangat sedikit! Dan ini yang kita butuhkan!
2 Korintus 11:13-15 - “(13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.”.
Calvin: “I have explained this passage under the ninth chapter of Matthew; but it was proper to insert it again in this place, because it is related for a different purpose. In order to stimulate his disciples the more powerfully to apply with diligence to their work, he declares that the harvest is abundant: and hence it follows, that their labor will not be fruitless, but that they will find, in abundance, opportunities of employment, and means of usefulness.” [= Saya telah menjelaskan text ini dalam Mat 9; tetapi adalah tepat untuk memasukkannya lagi di tempat ini, karena itu berhubungan dengan tujuan yang berbeda. Untuk merangsang murid-muridNya dengan lebih kuat untuk melakukan pekerjaan mereka dengan rajin, Ia menyatakan bahwa tuaian berlimpah-limpah: dan karena itu jerih payah mereka tidak akan tidak berbuah, tetapi bahwa mereka akan mendapati secara berlimpah-limpah kesempatan-kesempatan dari pekerjaan-pekerjaan / aktivitas-aktivitas, dan cara / jalan dari kebergunaan.].
Leon Morris (Tyndale): “That the harvest is plentiful means that there is much work to do; that the labourers are few that they must not delay. It means also that they must look to the Lord of the harvest to send out labourers into his harvest, as well as for their own strength and guidance.” [= bahwa pekerja-pekerja hanya sedikit berarti bahwa mereka tidak boleh menunda. Itu juga berarti bahwa mereka harus memandang kepada Tuhan dari tuaian untuk mengutus pekerja-pekerja ke dalam tuaianNya, dan juga untuk kekuatan dan bimbingan bagi mereka sendiri.].
b) Ay 2b: “Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”.
1. Kita harus berdoa supaya Tuhan memberikan pekerja-pekerja.
The Biblical Illustrator: “it is the Church’s duty to pray, and that earnestly and incessantly, to God the Lord of the harvest, to increase the number of faithful labourers, and to send forth more labourers into His harvest.” [= merupakan kewajiban Gereja untuk berdoa, dan itu dengan sungguh-sungguh dan tanpa henti-hentinya, kepada Allah yang adalah Tuhan dari tuaian, untuk meningkatkan jumlah dari pekerja-pekerja yang setia, dan untuk mengutus lebih banyak pekerja-pekerja ke dalam tuaianNya.].
Leon Morris (Tyndale): “Prayer for more workers for God is a duty resting on those who labour for him.” [= Doa untuk lebih banyak pekerja-pekerja untuk Allah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan kepada mereka yang bekerja bagi Dia.].
Adam Clarke (tentang Matius 9:38): “Those who are fittest for the work are generally most backward to the employment. The man who is forward to become a preacher knows little of God, of human nature, or of his own heart. It is God’s province to thrust out such preachers as shall labour; and it is our duty to entreat him to do so. A minister of Christ is represented as a day-labourer: he comes into the harvest, not to become lord of it, not to live on the labour of others, but to work, and to labour his day. Though the work may be very severe, yet, to use a familiar expression, there is good wages in the harvest-home; and the day, though hot, is but a short one. How earnestly should the flock of Christ pray to the good Shepherd to send them pastors after his own heart, who will feed them with knowledge, and who shall be the means of spreading the knowledge of his truth and the savour of his grace over the face of the whole earth!” [= Mereka yang paling cocok untuk pekerjaan biasanya adalah yang paling enggan pada pekerjaan. Orang yang kepingin untuk menjadi seorang pengkhotbah tahu sedikit tentang Allah, tentang sifat dasar manusia, atau tentang hatinya sendiri. Merupakan wilayah Allah untuk mendorong pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu untuk bekerja; dan merupakan kewajiban kita untuk memohon kepadaNya untuk melakukan itu. Seorang pelayan Kristus digambarkan sebagai seorang pekerja harian: ia datang pada tuaian, bukan untuk menjadi tuan atasnya, bukan untuk hidup dari pekerjaan / jerih payah orang-orang lain, tetapi untuk bekerja, dan untuk bekerja pada harinya. Sekalipun pekerjaan itu bisa sangat sukar / berbahaya, tetapi, menggunakan suatu ungkapan yang akrab, di sana ada upah / pahala yang baik pada saat panen selesai; dan hari itu, sekalipun panas, hanyalah suatu hari yang pendek. Betapa harus dengan sungguh-sungguhnya kawanan domba Kristus berdoa kepada Gembala yang baik untuk mengutus kepada mereka pendeta-pendeta yang mengikuti hati Tuhan, yang akan memberi mereka makan dengan pengetahuan, dan yang akan menjadi cara penyebaran pengetahuan tentang kebenaranNya dan rasa / bau dari kasih karuniaNya atas seluruh bumi!].
William Hendriksen: “Note the beautiful balance maintained here between divine sovereignty and human responsibility. It is God, he alone, who is able to endow men with the qualities necessary to carry out the mission mandate. It is God who sends out - sometimes almost forcefully, thrusts out, for not all are immediately willing (Exod. 4:10, 13; I Kings 18:7–16; Esther 4:9–17; Jer. 1:4–7 - equips, qualifies, ordains. On the other hand, this by no means renders superfluous human prayer and exertion. The seventy or seventy-two must pray that it may please God to send out laborers.” [= Perhatikan keseimbangan yang indah yang dipertahankan di sini antara kedaulatan ilahi dan tanggung jawab manusia. Adalah Allah, Ia sendiri / saja, yang mampu untuk memperlengkapi manusia dengan kwalitet-kwalitet yang diperlukan untuk melaksanakan perintah missi. Adalah Allah yang mengutus - kadang-kadang hampir secara memaksa, mendorong keluar, karena tidak semua orang segera mau (Kel 4:10,13; 1Raja-Raja 18:7-16; Ester 4:9-17; Yeremia 1:4-7 - memperlengkapi, memampukan, mentahbiskan. Di sisi lain, ini sama sekali tidak menyebabkan berlebihan doa dan usaha keras dari manusia. Ke 70 atau 72 murid itu harus berdoa supaya bisa memperkenan Allah untuk mengutus pekerja-pekerja.].
Keluaran 4:10-17 - “(10) Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ (11) Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? (12) Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.’ (13) Tetapi Musa berkata: ‘Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.’ (14) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: ‘Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya. (15) Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan. (16) Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya. (17) Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat.’”.
1Raja-raja 18:7-16 - “(7) Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’ (8) Jawab Elia kepadanya: ‘Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada.’ (9) Tetapi jawab Obaja: ‘Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya? (10) Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana. (11) Dan sekarang engkau berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada. (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN. (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka? (14) Dan sekarang, mengapa engkau ini berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada! Ia pasti akan membunuh aku.’ (15) Jawab Elia: ‘Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.’ (16) Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia.”.
Ester 4:8-17 - “(8) Juga salinan surat undang-undang, yang dikeluarkan di Susan untuk memunahkan mereka itu, diserahkannya kepada Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester. Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda. (9) Lalu masuklah Hatah dan menyampaikan perkataan Mordekhai kepada Ester. (10) Akan tetapi Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: (11) ‘Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.’ (12) Ketika disampaikan orang perkataan Ester itu kepada Mordekhai, (13) maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: ‘Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. (14) Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.’ (15) Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: (16) ‘Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.’ (17) Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya.”.
Yeremia 1:4-8 - “(4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: (5) ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’ (6) Maka aku menjawab: ‘Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.’ (7) Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: ‘Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (8) Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.’”.
Perhatikan bahwa dalam keempat text di atas, untuk setiap keberatan terhadap panggilan pelayanan, selalu ada jawaban! Dalam semua mereka akhirnya tunduk pada panggilan pelayanan itu. Bagaimana dengan sikap saudara terhadap panggilan pelayanan saudara?
Calvin (tentang Matius 9:38): “‘Pray therefore to the Lord of the harvest.’ As no man will of himself become a sincere and faithful minister of the gospel, and as none discharge in a proper manner the office of teacher but those whom the Lord raises up and endows with the gifts of his Spirit, whenever we observe a scarcity of pastors, we must raise our eyes to him to afford the remedy. There never was greater necessity for offering this prayer than during the fearful desolation of the church which we now see every where around us.” [= ‘Karena itu berdoalah kepada tuan / Tuhan dari tuaian’. Karena tidak seorangpun dari dirinya sendiri akan menjadi seorang pelayan injil yang tulus / sungguh-sungguh dan setia, dan karena tak seorangpun melaksanakan dengan cara yang benar jabatan dari guru / pengajar kecuali mereka yang Tuhan bangkitkan dan perlengkapi dengan karunia-karunia dari RohNya, kapanpun kita menyadari kurangnya pendeta-pendeta, kita harus mengangkat mata kita kepadaNya untuk menyediakan perbaikan. Di sana tidak pernah ada kebutuhan yang lebih besar untuk menaikkan doa ini dari pada selama masa yang buruk yang menakutkan dari gereja yang sekarang kita lihat di mana-mana di sekeliling kita.].
2. Tuaian itu adalah milik Allah!
William Hendriksen: “These laborers must work in ‘his’ - i.e. God’s - harvest. Those people whom we try to win for the Lord do not belong to us, to do with as it may please us; they are his harvest. This must always be borne in mind.” [= Pekerja-pekerja ini harus bekerja dalam tuaianNya, yaitu tuaian Allah. Orang-orang yang kita usahakan untuk menangkan bagi Tuhan bukan milik kita, untuk bisa kita perlakukan sehingga menyenangkan kita; mereka adalah tuaianNya. Ini harus selalu dicamkan / diingat.].
Perhatikan bahwa tuaian itu adalah milik Tuhan, bukan milik pendeta / gereja. Bandingkan dengan pendeta-pendeta / gereja-gereja yang selalu memprotes ‘pencurian domba’.
3. Konsekwensi dari doa untuk meminta pekerja-pekerja.
The Bible Exposition Commentary: “Instead of praying for an easier job, they were to pray for more laborers to join them, and we today need to pray that same prayer. (Please note that it is laborers, not spectators, who pray for more laborers! Too many Christians are praying for somebody else to do a job they are unwilling to do themselves.)” [= Alih-alih dari berdoa untuk suatu pekerjaan yang lebih mudah, mereka harus berdoa untuk lebih banyak pekerja-pekerja untuk bergabung dengan mereka, dan kita pada saat ini perlu mendoakan doa yang sama. (Harap perhatikan bahwa adalah pekerja-pekerja, bukan penonton-penonton, yang berdoa untuk lebih banyak pekerja-pekerja! Terlalu banyak orang Kristen berdoa untuk seseorang yang lain untuk melakukan suatu pekerjaan yang mereka sendiri tidak mau melakukannya.)].
The Biblical Illustrator: “when a minister and a congregation offer up this prayer and solemnly enter into its spirit, they mean that, when God raises up such men, they will furnish the means to convey them to the heathen, and support them when they get there. ... when young men utter this prayer, they mean that, if it is the will of God, they are ready to become labourers. ... when Christian parents offer up this prayer, they express their willingness that their children should go.” [= pada waktu seorang pendeta dan sebuah jemaat menaikkan doa ini dan dengan khidmat masuk ke dalam rohnya, mereka memaksudkan bahwa pada waktu Allah membangkitkan orang-orang seperti itu, mereka akan menyediakan cara / jalan untuk membawa mereka kepada orang-orang kafir, dan menyuport mereka pada waktu mereka sampai di sana. ... pada waktu orang-orang muda mengucapkan doa ini, mereka memaksudkan bahwa jika itu merupakan kehendak Allah, mereka siap untuk menjadi pekerja-pekerja. ... pada waktu orang tua Kristen menaikkan doa ini, mereka menyatakan kerelaan mereka bahwa anak-anak mereka harus pergi.].
Catatan: kelihatannya yang ia maksudkan di sini adalah doa supaya Tuhan kirim orang-orang yang mau jadi misionaris.
4. Kalau pekerja sedikit, dan kita harus berdoa supaya Tuhan beri lebih banyak pekerja, mengapa banyak pekerja yang Tuhan biarkan mati syahid, dan dalam banyak kasus, dalam usia yang sangat muda?
Ingat bahwa kematian syahid mereka sering justru menyebabkan pertobatan dari banyak orang, dan mengilhami banyak orang untuk juga mau bekerja dan mati bagi Tuhan!
Contoh: latar belakang lagu ‘I have decided to follow Jesus’.
Filipi 1:12-14 - “(12) Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, (13) sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. (14) Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.”.
Kisah Para Rasul 8:1-4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. (2) Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. (3) Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”.
Bdk. Yohanes 12:24-26 - “(24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”.
a. Yohanes 12:24 ini sebetulnya menunjuk kepada Kristus sendiri.
Ia harus mati, supaya bisa menghasilkan banyak buah (orang yang diselamatkan). Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus merupakan satu-satunya jalan melalui mana Yesus bisa menyelamatkan kita, karena tanpa itu Ia akan tetap sendirian saja (tidak berbuah).
Pulpit Commentary: “To one unacquainted with the mystery of growth, it must seem that the strangest use to which a seed could be put is to bury it in the ground. Death is the unlikeliest road to life. Yet experience teaches us that dissolution is necessary to reproduction.” [= Bagi orang yang tidak memahami misteri pertumbuhan, pasti terlihat bahwa penggunaan yang paling aneh untuk sebutir benih adalah dengan menguburkannya di dalam tanah. Kematian adalah jalan yang paling tidak mungkin menuju kehidupan. Tetapi pengalaman mengajar kita bahwa penghancuran / kematian mutlak perlu untuk reproduksi / perkembangbiakan.] - hal 157.
Pulpit Commentary: “Over and over again our Lord has declared himself to be ‘the Life’ and ‘the Source of life’ for men; but he here lays down the principle that this life-giving power of his is conditioned by his death.” [= Berulangkali Tuhan kita menyatakan diriNya sebagai ‘Hidup’ dan ‘Sumber kehidupan’ untuk manusia; tetapi di sini Ia memberikan suatu prinsip bahwa kuasa memberi hidupNya ini disyaratkan oleh kematianNya.] - hal 139.
b. Tetapi dari Yohanes 12:25-26 terlihat bahwa ay 24-nya ini juga bisa diberlakukan untuk orang Kristen, dan Calvin memberikan komentar sebagai berikut:
“When, therefore, the godly are distressed by various afflictions, when they are pressed hard by the difficulties of their situation, when they suffer hunger, or nakedness, or disease, when they are assailed by reproaches, when it appears as if they would every hour be almost overwhelmed by death, let them unceasingly consider that this is a sowing which, in due time, will yield fruit.” [= Karena itu, pada saat orang saleh menderita oleh bermacam-macam penderitaan, pada saat mereka ditekan dengan keras oleh kesukaran-kesukaran dari sikon mereka, pada saat mereka menderita kelaparan, atau ketelanjangan, atau penyakit, pada saat mereka diserang oleh celaan, pada saat kelihatannya setiap saat mereka diliputi oleh kematian, biarlah mereka terus menerus mengingat bahwa ini adalah suatu penaburan yang pada saatnya akan menghasilkan buah.].
Penerapan: Apakah saat ini saudara sedang merasa ‘jenuh’ dengan banyaknya dan beratnya dan lamanya penderitaan yang saudara alami? Renungkan kata-kata Calvin di atas ini, dan bersabarlah. Anggaplah saat-saat ini sebagai saat menabur, yang pada saatnya pasti akan menghasilkan buah.
Pulpit Commentary: “The only true enrichment is through giving, the only true gain is through loss, the only true victory is through suffering and humiliation, the only true life is through death.” [= Satu-satunya pengayaan yang sejati adalah melalui memberi, satu-satunya keuntungan yang sejati adalah melalui kerugian / kehilangan, satu-satunya kemenangan yang sejati adalah melalui penderitaan dan perendahan, satu-satunya kehidupan yang sejati adalah melalui kematian.] - hal 156.
William Barclay: “He was saying that only by death comes life. ... It was by the death of the martyrs that the Church grew. In the famous phrase: ‘The blood of the martyrs was the seed of the Church.’ ... But it becomes more personal than that. It is sometimes only when a man buries his personal aims and ambitions that he begins to be of real use to God. ... By the death of personal desire and personal ambition a man becomes a servant of God.” [= Ia sedang berkata bahwa hanya oleh kematian datang kehidupan. ... Adalah oleh kematian dari para martirlah Gereja bertumbuh. Dalam ungkapan yang terkenal: ‘Darah dari para martir adalah benih dari Gereja’. ... Tetapi hal itu menjadi bersifat lebih pribadi dari itu. Kadang-kadang hanya pada saat seseorang mengubur tujuan dan ambisi pribadinya barulah ia mulai betul-betul berguna bagi Allah. ... Melalui kematian dari keinginan pribadi dan ambisi pribadi seseorang menjadi seorang pelayan Allah.].
Penerapan: Tujuan / keinginan / ambisi pribadi apa yang ada dalam diri saudara? Untuk menjadi kaya / terkenal / berkedudukan tinggi? Untuk dikagumi banyak orang? Untuk menjadi juara di kelas / sekolah? Untuk selalu menjadi yang nomor satu dalam segala hal? Selama semua itu tidak saudara kuburkan, saudara tidak bisa berbuah / berguna bagi Tuhan. Bisakah saudara dengan sungguh-sungguh mengaminkan kata-kata ini?
5. Orang yang berdoa meminta pekerja, pada saat ia mau mati syahid.
The Biblical Illustrator: “A prayer for more labourers: - Leonard Keyser, a friend and disciple of Luther, having been condemned by the bishop, had his head shaved, and being dressed in a smock-frock, was placed on horseback. As the executioners were cursing and swearing because they could not disentangle the ropes with which his limbs were to be tied, he said to them mildly, ‘Dear friends, your bonds are not necessary; my Lord Christ has already bound me.’ When he drew near the stake, Keyser looked at the crowd and exclaimed, ‘Behold the harvest! O Master, send forth Thy labourers!’ And then ascending the scaffold, he cried, ‘O Jesus, save me!’ These were his last words. ‘What am I, a wordy preacher,’ said Luther, when he received the news of his death, ‘in comparison with this great doer of the Word?’” [= Suatu doa untuk lebih banyak pekerja: - Leonard Keyser, seorang sahabat dan murid dari Luther, setelah dikecam / dijatuhi hukuman oleh uskup, kepalanya dicukur, dan dipakaiani dengan suatu jobah petani yang longgar, ditempatkan pada seekor kuda. Pada waktu para algojonya sedang mengutuk dan bersumpah karena mereka tidak bisa menguraikan dari kekusutan tali dengan mana kaki tangannya harus diikat, ia berkata kepada mereka dengan lembut, ‘Teman-teman terkasih, ikatan-ikatanmu tidak diperlukan; Tuhanku Kristus telah mengikat aku’. Pada waktu ia dibawa mendekat tiang hukuman, Keyser memandang kepada kumpulan orang banyak itu dan berseru, ‘Lihatlah tuaian itu! O Tuan / Guru, utuslah pekerja-pekerjaMu!’ Dan lalu sambil naik ke panggung hukuman, ia berteriak, ‘O Yesus, selamatkanlah aku!’ Ini adalah kata-katanya yang terakhir. ‘Apakah aku ini, seorang pengkhotbah dengan banyak kata-kata’, kata Luther, pada waktu ia menerima berita kematiannya, ‘dalam perbandingan dengan pelaku firman yang agung / besar ini?’].
Kalau orang ini, pada saat mau mati syahid, mentaati perintah Yesus untuk berdoa minta pekerja, bagaimana dengan saudara?
Lukas 10:1-24 (3)
2) Lukas 10: 3: “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”.
KJV/RSV/NASB: ‘behold’ [= lihatlah].
NIV menghapuskan kata itu.
Bdk. Matius 10:16 - “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”.
Kita digambarkan seperti domba, atau bahkan anak domba, yang tidak punya alat pertahanan apa-apa, sedangkan orang dunia digambarkan seperti serigala. Penggambaran ini jelas menunjukkan ada penderitaan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan, terhadap orang-orang kristen. Karena itu kalau hal seperti itu terjadi, jangan terlalu heran.
Penafsiran yang salah tentang Mat 10:16a ini.
C. H. Spurgeon (tentang Mat 10:16): “After all, the mission of sheep to wolves is a hopeful one, since we see in the natural world that the sheep, though so feeble, by far outnumber the wolves who are so fierce. The day will come when persecutors will be as scarce as wolves, and saints as numerous as sheep.” [= Bagaimanapun juga, missi dari domba kepada serigala merupakan suatu missi yang penuh pengharapan, karena kita melihat dalam dunia / alam bahwa domba-domba, sekalipun begitu lemah, jumlahnya jauh melebihi serigala-serigala yang begitu ganas. Akan datang saatnya dimana penganiaya-penganiaya akan sama jarangnya seperti serigala, dan orang-orang kudus akan sama banyaknya seperti domba.] - The Gospel of the Kingdom (Libronix).
Dimana kesalahan penafsiran Spurgeon ini? Ay 3 ini merupakan suatu kiasan / perumpamaan. Ia menarik arti perumpamaan itu terlalu jauh, dan jelas salah. Kiasan / perumpamaan digunakan hanya untuk menekankan satu / beberapa hal yang sama antara gambaran dan realita / artinya. Karena itu, dalam menafsirkan kiasan / perumpamaan, kita tidak boleh menyamakan segala sesuatu antara gambaran dan realita / artinya.
Yang dipersoalkan Yesus, hanyalah kelemahan dari domba dan kekuatan / keganasan dari serigala, bukan jumlah mereka dalam dunia ini.
Kata-kata Spurgeon pada bagian akhir mungkin menunjukkan bahwa ia mempercayai post-millenialisme, yang menganggap bahwa dalam Kerajaan 1000 tahun nanti, akan terjadi pertobatan orang-orang kafir dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.
Leon Morris (Tyndale): “They go to no easy task. Lambs in the midst of wolves are in no enviable situation. The simile points both to danger and to helplessness. Gods servants are always in some sense at the mercy of the world, and in their own strength they cannot cope with the situation in which they find themselves. They must look to God.” [= Mereka tidak pergi pada suatu tugas yang mudah. Anak domba di tengah-tengah serigala tidak berada dalam sikon yang sangat diinginkan. Kiasan ini menunjuk baik pada bahaya maupun pada ketidak-berdayaan. Pelayan-pelayan Allah dalam arti tertentu selalu tergantung pada belas kasihan dari dunia, dan dalam kekuatan mereka sendiri mereka tidak bisa menangani sikon dalam mana mereka berada. Mereka harus memandang kepada Allah.].
William Hendriksen: “they will be as lambs - in a somewhat similar context Matt. 10:16 reads sheep - in the midst of wolves. Does this not spell utter helplessness? Extreme danger? So it seems. But note the emphatic I in I am sending you out. It is no one less than their Shepherd who is speaking. Apart from him, to be sure, they are, and will be, in a hopeless situation. But commissioned by him, as his apostles, the opposite is true. [= mereka akan seperti anak-anak domba - dalam kontext yang agak mirip Mat 10:16 menuliskan domba - di tengah-tengah serigala. Apakah ini tidak menunjukkan ketidak-berdayaan sepenuhnya? Bahaya yang extrim? Demikianlah kelihatannya. Tetapi perhatikan kata Aku yang ditekankan dalam Aku mengutus kamu (Mat 10:16). Tak seorangpun yang kurang / lebih kecil dari Gembala mereka yang sedang berbicara. Terpisah dari Dia, pasti mereka ada, dan akan ada, dalam sikon yang tanpa harapan. Tetapi diperintahkan olehNya, sebagai utusan-utusanNya, kebalikannyalah yang benar.].
Catatan: Kalau dalam ay 3 ini digunakan hanya kata Yunani APOSTELLO, maka dalam Mat 10:16 digunakan EGO APOSTELLO, dan itu menekankan kata Aku itu.
Fakta bahwa Yesuslah yang mengutus kita, merupakan suatu penghiburan bagi kita, sekalipun kita diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala.
Bdk. Matius 10:28-30 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.”.
Matius 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”.
Matthew Henry: “They must set out with an expectation of trouble and persecution: Behold, I send you forth as lambs among wolves; but ‘go your ways,’ and resolve to make the best of it. [= Mereka harus pergi dengan suatu harapan tentang kesukaran dan penganiayaan: Lihatlah, Aku mengutus kamu sebagai anak-anak domba ke tengah-tengah serigala; tetapi pergilah, dan ambillah keputusan untuk membuat yang terbaik darinya.].
Matius 10:16 - “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”.
Adam Clarke (tentang Mat 10:16): “He who is called to preach the Gospel is called to embrace a state of constant labour, and frequent suffering. He who gets ease and pleasure, in consequence of embracing the ministerial office, neither preaches the Gospel, nor is sent of God. If he did the work of an evangelist, wicked men and demons would both oppose him. [= Ia yang dipanggil untuk memberitakan Injil dipanggil untuk menerima suatu keadaan jerih payah yang konstan, dan penderitaan yang sering. Ia yang mendapatkan keadaan yang nyaman dan kesenangan, sebagai konsekwensi dari penerimaan tugas pelayanan, tidak memberitakan Injil ataupun diutus oleh Allah. Jika ia melakukan pekerjaan dari seorang penginjil, baik orang-orang jahat dan setan-setan akan menentangnya.].
Penerapan: hamba-hamba Tuhan yang selalu menceritakan kesuksesan pelayanannya, tanpa ada tantangan / halangan yang berarti, perlu diragukan keasliannya sebagai hamba Tuhan!
The Bible Exposition Commentary: “Any man who takes Jesus Christ seriously becomes the target of the devil, Vance Havner often told audiences. Most church members do not give Satan enough trouble to arouse his opposition. [= ‘Siapapun yang menerima / menganggap Yesus Kristus secara serius menjadi target / sasaran dari setan, Vance Havner sering memberitahu para pendengarnya. Kebanyakan anggota-anggota gereja tidak memberi Iblis problem / gangguan yang cukup untuk membangkitkan oposisinya.].
Makin benar pelayanan kita, makin banyak gangguan dan penderitaan yang akan kita alami!
3) Lukas 10: 4: “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.”.
a) “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut,”.
Kata ‘bekal’ ini salah terjemahan.
KJV: ‘scrip’ [= dompet / kantong].
RSV/NIV/NASB: ‘bag’ [= kantong].
Lenski: “By forbidding the taking of a βαλάντιον, ‘money-bag,’ Jesus wants them to take no money along where with to buy provisions and necessities; by permitting no πήρα or ‘pouch’ he wants them to carry no provisions, etc. ... ‘Nor sandals’ does not mean that they are to go barefoot; they are to carry no extra pair of sandals but are to go as they are with such sandals as they have on. Nothing is said about other clothing, but the statement regarding the sandals applies also to that: no extra tunic, turban, staff, etc. There was to be no outfitting at all.” [= Dengan melarang membawa suatu BALANTION, kantong uang, Yesus ingin mereka untuk tidak membawa uang untuk membeli makanan dan kebutuhan-kebutuhan; dengan tidak mengizinkan PERA atau kantong kecil / dompet Ia ingin mereka untuk tidak membawa persediaan, dsb. ... Atau kasut / sandal tidak berarti mereka harus pergi dengan telanjang kaki; mereka tidak boleh membawa sandal extra tetapi harus pergi sebagaimana adanya mereka dengan sandal yang mereka pakai. Tak dikatakan apapun tentang pakaian yang lain, tetapi pernyataan berkenaan dengan sandal juga berlaku untuk itu: tak boleh ada pakaian / jubah, serban, tongkat, dsb. Di sana tak boleh ada perlengkapan sama sekali.].
Lenski: “This does not involve special hardship but the dismissal of all care about bodily needs. He who sends them out will provide for them in all respects. They are to learn complete trust (Luke 22:35) and are thus to experience the happiness and the contentment that go with such trust. As they trust his doctrine, so they are to trust his word as to their sustenance.” [= Ini tidak melibatkan kesukaran khusus, tetapi membuang semua kekuatiran tentang kebutuhan jasmani. Ia yang mengutus mereka akan menyediakan bagi mereka dalam semua hal. Mereka harus belajar untuk percaya sepenuhnya (Luk 22:35) dan dengan demikian mengalami kebahagiaan dan kepuasan yang berjalan bersama dengan kepercayaan. Sebagaimana mereka mempercayai ajaranNya, demikian juga mereka harus mempercayai firmanNya berkenaan dengan segala sesuatu yang menopang kehidupan / kesehatan.].
Lukas 22:35-36a - “(35) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?’ (36a) Jawab mereka: ‘Suatupun tidak.’”.
William Hendriksen: “Place your trust entirely in God. He will supply all your needs, is what the Savior means. [= Letakkan kepercayaanmu kepada Allah. Ia akan menyuplai semua kebutuhanmu, adalah apa yang sang Juruselamat maksudkan.].
Kesaksian: pelayanan Gereja Eleos Malang ke Magetan, duit sedikit, makan restoran ternyata mahal sekali.
Penerapan: sekalipun sekarang kita tidak diutus ke dalam pelayanan tanpa membawa apa-apa, tetapi saya yakin bahwa janji pencukupan dari Yesus tetap berlaku.
Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.
b) “dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.”.
Lenski: “The order not to salute anyone on the road only sounds like impoliteness, and any such idea is at once removed by v. 5. The assumption that Jesus gave this order because the Oriental greetings were so elaborate is hardly correct. They were the introduction to conversations and thus to delay on the road. It is this that Jesus wanted to obviate, for which reason he also sent out so many. The work was to be done with promptness because the time was short.” [= Perintah untuk tidak memberi salam kepada siapapun di jalan hanya kedengaran seperti ketidak-sopanan, dan pandangan seperti itu segera disingkirkan oleh ay 5. Anggapan bahwa Yesus memberi perintah ini karena salam orang Timur adalah begitu komplex dan mendetail adalah tidak benar. Salam itu merupakan pendahuluan dari percakapan, dan karena itu menunda perjalanan. Inilah yang Yesus ingin cegah, karena alasan mana Ia juga mengutus begitu banyak orang. Pekerjaan itu harus dilakukan dengan segera / tanpa penundaan karena waktunya singkat.].
Lukas 10: 5: “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.”.
Catatan: Benarkah yang warna hijau itu? Saya mencoba mencari beberapa salam dalam Alkitab.
Rut 2:4 - “Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: ‘TUHAN kiranya menyertai kamu.’ Jawab mereka kepadanya: ‘TUHAN kiranya memberkati tuan!’”.
2Raja 4:25-26 - “(25) Demikianlah perempuan itu berangkat dan pergi kepada abdi Allah di gunung Karmel. Segera sesudah abdi Allah melihat dia dari jauh, berkatalah ia kepada Gehazi, bujangnya: ‘Lihat, perempuan Sunem itu datang! (26) Larilah menyongsongnya dan katakanlah kepadanya: Selamatkah engkau, selamatkah suamimu, selamatkah anak itu?’ Jawab perempuan itu: ‘Selamat!’”.
Yohanes 20:19 - “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: Damai sejahtera bagi kamu!’”.
Semua salam di atas rasanya pendek saja. Tetapi mungkin Alkitab mempersingkat. Jangankan salam, khotbahpun dipersingkat, seperti dalam:
1. Yunus 3:4 - khotbah Yunus kepada orang-orang Niniwe.
Yun 3:4 - “Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’”.
2. Matius 3:2 - khotbah Yohanes Pembaptis.
Mat 3:2 - “‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’”.
3. Matius 4:17 - khotbah Yesus.
Mat 4:17 - “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”.
Dan boleh dikatakan semua penafsir mengatakan bahwa salam orang Timur memang sangat berkepanjangan dan menghabiskan waktu.
Barclay: “The preacher is to concentrate on the task in hand and greet no one on the way. This goes back to Elishas instruction to Gehazi in 2 Kings 4:29. It is not an instruction to discourtesy; but means that those who serve God must not turn aside or linger on the lesser things while the great things call them.” [= Sang pengkhotbah harus berkonsentrasi pada tugas yang sedang dalam proses dan tidak memberi salam kepada siapapun di jalan. Ini kembali pada pemikiran tentang instruksi Elisa kepada Gehazi dalam 2Raja 4:29. Itu bukan suatu instruksi pada ketidak-sopanan; tetapi berarti bahwa mereka yang melayani Allah tidak boleh keluar dari jalur atau berlambat-lambat pada hal-hal yang lebih kecil sedangkan hal-hal yang besar memanggil mereka.].
2Raja 4:29 - “Maka berkatalah Elisa kepada Gehazi: Ikatlah pinggangmu, bawalah tongkatku di tanganmu dan pergilah. Apabila engkau bertemu dengan seseorang, janganlah beri salam kepadanya dan apabila seseorang memberi salam kepadamu, janganlah balas dia, kemudian taruhlah tongkatku ini di atas anak itu.”.
Keil & Delitzsch (tentang 2Raja 4:29): the people of the East lose a great deal of time in prolonged salutations [= orang-orang Timur kehilangan banyak waktu dalam salam yang berkepanjangan] - hal 312.
Leon Morris (Tyndale): Salute no one on the road is not an exhortation to impoliteness: it is a reminder that their business is urgent and that they are not to delay it by dallying with wayside acquaintances. Eastern salutations can be elaborate and time-consuming.” [= Jangan memberi salam kepada siapapun di jalan bukanlah suatu desakan pada ketidak-sopanan: itu adalah suatu peringatan bahwa urusan mereka mendesak dan bahwa mereka tidak boleh menundanya dengan membuang waktu dengan berhubungan dengan seseorang di tepi jalan. Salam orang Timur bisa mendetail dan memakan waktu.].
William Hendriksen: “Moreover, since the business of the King is urgent, no time must be wasted in (typically Eastern) time-consuming greetings along the way. [= Selanjutnya, karena urusan dari sang Raja adalah mendesak, tak ada waktu boleh dihabiskan / dibuang dalam salam yang menghabiskan waktu (khas orang Timur) di sepanjang jalan.].
The Bible Exposition Commentary: “It would require discipline and faith for them to do the job (Luke 10:48). There was an urgency about the work, and the Lord did not want them to be overburdened with extra supplies or be delayed on the road by elaborate Eastern greetings. [= Itu menuntut / membutuhkan disiplin dan iman bagi mereka untuk melakukan pekerjaan itu (Luk 10:4-8). Di sana ada suatu sifat mendesak tentang pekerjaan itu, dan Tuhan tidak mau mereka dibebani secara berlebihan dengan suplai extra atau ditunda di jalan oleh salam yang rumit / mendetail dari orang Timur.].
The Biblical Illustrator: “In eastern countries, we are told, that salutations between travellers meeting on a journey are attended by so many questions, by so many expressions of welcome often repeated, and so many tedious forms, as seriously to retard their journey. [= Di negara-negara Timur, kami diberitahu, bahwa salam antara pelancong yang bertemu dalam suatu perjalanan disertai oleh begitu banyak pertanyaan, oleh begitu banyak ungkapan sambutan / selamat datang yang sering diulang, dan begitu banyak bentuk-bentuk yang sangat lambat / menjemukan, sehingga secara serius menunda perjalanan mereka.].
Pulpit Commentary: “‘And salute no man by the way. This especially refers to the length and tediousness of Eastern salutations, often very unreal, and which would consume much valuable time. [= Dan jangan memberi salam kepada siapapun di jalan. Ini secara khusus menunjuk pada panjangnya dan lambatnya salam orang Timur, sering sangat tidak sungguh-sungguh, dan yang akan menghabiskan banyak waktu yang berharga.].
Barnes Notes: “Salute no man by the way. Salututions among the Orientals did not consist, as among us, of a slight bow or an extension of the hand, but was performed by many embraces and inclinations, and even prostrations of the body on the ground. All this required much time; ... If two Arabs of equal rank meet each other, they extend to each other the right hand, and having clasped, they elevate them as if to kiss them. Each one then draws back his hand and kisses it instead of his friends, and then places it upon his forehead. The parties then continue the salutation by kissing each others beard. They gave thanks to God that they are once more permitted to see their friend - they pray to the Almighty in his behalf. Sometimes they repeat not less than ten times the ceremony of grasping hands and kissing. [= Jangan memberi salam kepada siapapun di jalan. Salam di antara orang-orang Timur tidak terdiri, seperti di antara kita, dari tubuh / kepala yang sedikit dibungkukkan atau suatu uluran tangan, tetapi dilaksanakan dengan banyak pelukan dan pembungkukkan badan / kepala, dan bahkan tubuh yang bertiarap di tanah. Semua ini membutuhkan banyak waktu; ... Jika dua orang Arab dari pangkat / tingkat yang sama bertemu satu sama lain, mereka mengulurkan tangan kanan satu sama lain, dan setelah menepukkan tangan, mereka menaikkan tangan mereka seakan-akan untuk mencium mereka. Masing-masing lalu menarik tangannya dan menciumnya alih-alih dari tangan sahabatnya, dan lalu meletakkannya pada dahinya. Mereka lalu melanjutkan salam dengan mencium janggut satu sama lain. Mereka mengucap syukur kepada Allah bahwa mereka sekali lagi diizinkan untuk melihat sahabat mereka - mereka berdoa kepada Yang Mahakuasa demi dia. Kadang-kadang mereka mengulang tidak kurang dari 10 x upacara dari pelukan tangan dan ciuman.].
Barnes Notes: “It may also be added, in the language of Dr. Thomson (The Land and the Book, vol. i. p. 534), that there is such an amount of insincerity, flattery, and falsehood in the terms of salutation prescribed by etiquette, that our Lord, who is truth itself, desired his representatives to dispense with them as far as possible, perhaps tacitly to rebuke them. These 'instructions' were also intended to reprove another propensity which an Oriental can scarcely resist, no matter how urgent his business. If he meets an acquaintance, he must stop and make an endless number of inquiries and answer as many. ... The salutation of friends, therefore, was a ceremony which consumed much time; and it was on this account that our Lord on this occasion forbade them to delay their journey to greet others. [= Bisa juga ditambahkan, dalam kata-kata dari Dr. Thomson (The Land and the Book, vol i. hal 534), bahwa di sana ada begitu banyak ketidak-tulusan, sikap menjilat, dan kepalsuan / kebohongan dalam istilah-istilah dari salam yang ditetapkan sebagai peraturan oleh etiket, sehingga Tuhan kita, yang adalah kebenaran itu sendiri, ingin wakil-wakilNya membuang itu sejauh mungkin, mungkin secara implicit mencela hal-hal itu. Instruksi-instruksi ini juga dimaksudkan untuk mengkritik kecenderungan yang lain yang hampir tak bisa ditahan oleh seorang Timur, tak peduli betapa mendesaknya urusannya. Jika ia bertemu seorang kenalan, ia harus berhenti dan membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang tak ada akhirnya dan menjawab sama banyaknya. ... Karena itu, salam dari teman-teman / sahabat-sahabat merupakan suatu upacara yang memakan banyak waktu; dan karena itulah Tuhan kita pada peristiwa ini melarang mereka untuk menunda perjalanan mereka untuk memberi salam kepada orang-orang lain.].
James M. Freeman (tentang Lukas 10:4): This was not designed to forbid them from exercising the usual courtesies of life, in giving a mere salaam to those they might meet, as is evident from the very next verse, and also from Matt. x, 12, 13. They were, doubtless, allowed to give the usual salutation of Peace! ... But the text is designed to remind them of the importance of their mission, and of the necessity of diligence in its execution. Hence, they were not to observe the tedious and oft-repeated salutations with which the Orientals love to greet each other. These ceremonies of salutation are numerous and slowly performed. When two friends meet each inquires of the other, again and again, concerning his health and the health of his family; and repeats over and over again the best wishes for his prosperity and peace, thanking God that he is permitted once more to behold his face. These formalities are accompanied by numerous bowings and posturings of the body, and are sometimes repeated as often as ten times, consuming much time and making great delay. Those whom our Lord sent forth were forbidden to do this. [= ] - Manners and Customs of the Bible, hal 415.
James M. Freeman (tentang Lukas 10:4): “In ancient times, a salutation covered a wide range of social practices: exchanging a greeting (‘Hail’), asking politely about another persons welfare, expressing personal regard, and the speaking of a parting blessing (‘Go in Peace’). Physical actions, such as kneeling, kissing, and embracing, were also involved. The salutation functioned to maintain close, personal contact and to foster good relations.” [= ] - ‘The New Manners and Customs of the Bible, hal 506.
Penerapan: jangan buang waktu pada waktu melakukan hal yang penting dan mendesak. Seperti dalam berkhotbah, debat, dan sebagainya. Saya sendiri paling tidak senang dengan sapaan-sapaan seperti selamat pagi / siang / malam, ‘Shalom’, dan sebagainya. Kalau orang tak dikenal WA / inbox saya dengan awalan seperti itu, sering sekali tidak saya balas. Waktu saya sedikit, dan saya tidak senang dengan basa basi model seperti itu. Kalau mau WA / inbox, langsung saja katakan apa yang mau dikatakan, buang semua basa basi.
Lukas 10:1-24 (4)
4) Lukas 10: 5-6: “(5) Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. (6) Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”.
a) ‘Kalau kamu memasuki suatu rumah,’ (ay 5a).
Memilih rumah atau masuk seadanya rumah?
Lenski: “The idea is not that any two of these messengers would enter any house in a town or village at random or without invitation; Matt. 10:11 corrects that idea as regards the Twelve. When they are preaching in a place, some person would extend the two men an invitation.” [= Artinya bukanlah bahwa yang manapun dari dua orang utusan ini akan memasuki seadanya rumah dalam suatu kota atau desa secara acak atau tanpa undangan; Mat 10:11 membetulkan pengertian itu berkenaan dengan 12 murid / rasul. Pada waktu mereka sedang berkhotbah di suatu tempat, beberapa orang akan menawarkan dua orang itu suatu undangan.].
Matius 10:11-12 - “(11) Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. (12) Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.”.
Kata-kata yang saya garis-bawahi dari Matius 10:11 itu tidak harus ditafsirkan seperti kata-kata Lenski. Dan penafsir di bawah ini memberikan pandangan yang berbeda dari apa yang Lenski katakan.
The Biblical Illustrator: “1. The ministers whom Christ here sends forth are supposed to enter into private houses; and that under the character of Christ’s ambassadors, and in the execution of their office. (1) Sometimes they were forced into such corners. Though the message they brought had everything in it to recommend them to an universal acceptance, yet it is probable in many places they were not permitted to preach in the synagogues; the rulers there who had a jealous eye upon them would take care to keep them thence; and they then retired into private houses, and preached to as many as would come to hear them there. Those who cannot do what they would for God and the souls of men, must do what they can, and God will accept of them.” [= 1. Pelayan-pelayan yang diutus Kristus di sini harus masuk ke rumah-rumah pribadi; dan itu sebagai duta-duta Kristus, dan dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka. (1) Kadang-kadang mereka dipaksa ke dalam sudut-sudut seperti itu. Sekalipun pesan yang mereka bawa mempunyai segala sesuatu di dalamnya untuk membuat mereka diterima secara universal, tetapi adalah mungkin bahwa di banyak tempat mereka tidak diizinkan untuk berkhotbah di sinagog; pemimpin-pemimpin di sana yang cemburu kepada mereka akan berhati-hati untuk menjaga / mencegah mereka dari tempat itu. Mereka yang tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan untuk Allah dan jiwa-jiwa manusia, harus melakukan apa yang mereka bisa lakukan, dan Allah akan menerima mereka.].
Catatan: menurut saya pada saat itu mereka memang tidak diutus untuk khotbah di sinagog.
b) ‘katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.’ (ay 5b).
Lenski: “Hence Jesus speaks about the remaining of this peace and also of its return to the messengers who extend it. This would be incomprehensible if Jesus referred only to the common Oriental greeting. ... All this could not happen in the case of a mere polite greeting.” [= Maka / Jadi Yesus berbicara tentang tinggalnya damai ini, dan juga tentang kembalinya damai itu kepada utusan-utusan yang menawarkannya. Ini akan merupakan sesuatu yang tidak bisa dimengerti seandainya Yesus hanya menunjuk pada salam orang Timur yang umum / biasa. ... Semua ini tidak bisa terjadi dalam kasus dari semata-mata suatu salam kesopanan.].
Adam Clarke (tentang Matius 10:12): “‘Peace,’ שלום, among the Hebrews, had a very extensive meaning: - it comprehended all blessings, spiritual and temporal. ... To wish peace to a family, in the name and by the authority of Christ, was in effect a positive promise, on the Lord’s side, of all the good implied in the wish.” [= ‘Damai’, SHALOM, di antara orang-orang Ibrani, mempunyai suatu arti yang luas: - itu mencakup semua berkat, rohani dan sementara. ... Menginginkan / memohonkan damai untuk suatu keluarga, dalam nama dan oleh otoritas Kristus, sesungguhnya merupakan suatu perintah positif, di pihak Tuhan, dan semua hal yang baik yang dinyatakan secara implicit dalam keinginan / permohonan itu.].
Penerapan: jangan menggunakan kata SHALOM (ataupun GBU, dsb) secara sembarangan!!
The Bible Exposition Commentary: “They were ambassadors of peace, bringing healing to the sick, deliverance to the possessed, and the Good News of salvation to lost sinners. Like Joshua’s army of old, they first proclaimed peace to the cities. If a city rejected the offer of peace, then it chose judgment (Deut. 20:10–18).” [= Mereka adalah duta-duta damai, membawa kesembuhan kepada orang sakit, pembebasan kepada orang-orang yang dirasuk setan, dan kabar baik tentang keselamatan kepada orang-orang berdosa yang terhilang. Seperti pasukan Yosua pada jaman dulu, mereka pertama-tama menyatakan damai kepada kota-kota. Jika suatu kota menolak tawaran damai itu, maka kotaitu memilih penghakiman (Ul 20:10-18).].
Ulangan 20:10-18 - “(10) Apabila engkau mendekati suatu kotauntuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. (11) Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. (12) Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; (13) dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. (14) Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, boleh kaupergunakan. (15) Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kotayang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini. (16) Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, (17) melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, (18) supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada TUHAN, Allahmu.”.
c) ‘Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.’ (ay 6).
KJV/Lit: ‘And if the son of peace be there, your peace shall rest upon it: if not, it shall turn to you again.’ [= Dan jika anak damai ada di sana, damaimu akan tinggal padanya: jika tidak, itu akan kembali kepadamu lagi.].
RSV/NIV/NASB mirip dengan KJV.
1. ‘Anak (dari) damai’.
Adam Clarke: “‘The son of peace.’ In the Jewish style, a man who has any good or bad quality is called the son of it. Thus, wise men are called the children of wisdom, Matt 11:19; Luke 7:35. So, likewise, what a man is doomed to, he is called the son of, as in Eph 2:3, wicked men are styled the children of wrath: so Judas is called the son of perdition, John 17:12; and a man who deserves to die is called, 2 Sam 12:5, a son of death. Son of peace in the text not only means a peaceable, quiet man, but one also of good report for his uprightness and benevolence. It would have been a dishonour to this mission, had the missionaries taken up their lodgings with those who had not a good report among them who were without.” [= ‘Anak dari damai’. Dalam gaya Yahudi, seseorang yang mempunyai kwalitet yang baik atau yang buruk apapun disebut anak darinya. Jadi orang-orang bijaksana / berhikmat disebut ‘anak dari hikmat’, Mat 11:19; Lukas 7:35. Juga, secara sama, seseorang disebut anak dari penghakiman / keputusan baginya, seperti dalam Ef 2:3, orang-orang jahat disebut ‘anak-anak kemurkaan’: maka Yudas disebut anak kehancuran / neraka, Yohanes 17:12; dan seseorang yang layak / pantas untuk mati disebut, 2Sam 12:5, seorang ‘anak dari kematian’. ‘Anak dari damai’ dalam text ini bukan hanya berarti seorang yang condong pada damai, orang yang tenang, tetapi juga orang yang mempunyai reputasi baik untuk kejujuran dan kebaikan / kemurahan hatinya. Itu akan merupakan suatu kehinaan bagi missi ini, seandainya para misionaris itu menginap dengan mereka yang tidak mempunyai reputasi yang baik di antara orang-orang di luaran.].
Matius 11:19 - “Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.’”.
KJV: “But wisdom is justified of her children.” [= Tetapi hikmat dibenarkan oleh anak-anaknya.].
Lukas 7:35 - “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.’”.
KJV: “But wisdom is justified of all her children.” [= Tetapi hikmat dibenarkan oleh anak-anaknya.].
Efesus 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.”.
KJV: “and were by nature the children of wrath, even as others.” [= dan secara alamiah adalah anak-anak kemurkaan, sama seperti orang-orang lain.].
Yohanes 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”.
KJV: “but the son of perdition;” [= kecuali anak kebinasaan / neraka].
2Sam 12:5 - “Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.”.
YLT: “surely a son of death is the man who is doing this,”[= pastilah seorang anak dari kematian adalah orang yang melakukan hal ini,].
Bagi saya rasanya tafsiran Adam Clarke di sini tidak sesuai dengan kontextnya, yang menekankan sikap / tanggapan orang itu terhadap salam yang diucapkan. Juga Yesus sendiri tidak memandang sebagai masalah untuk menginap di rumah Zakheus, yang sebagai seorang kepala pemungut cukai, jelas mempunyai reputasi yang buruk (Luk 19:5-7).
Lukas 19:5-7 - “(5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ‘Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.’ (6) Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. (7) Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: ‘Ia menumpang di rumah orang berdosa.’”.
Yang penting adalah bagaimana sikap orang itu terhadap Injil yang diberitakan. Karena itu saya lebih setuju dengan komentar dari Lenski di bawah ini.
Lenski: “‘If a son of peace be there,’ one who truly desires this peace that Jesus offers through his messengers, ‘your peace will rest upon him.’ ... It cannot stay where it is not desired; hence, ‘but if not ..., it will return to you’ like an object that is refused and handed back to the givers for them to take elsewhere.” [= ‘Jika seorang anak damai ada di sana’, seseorang yang sungguh-sungguh menginginkan damai yang Yesus tawarkan melalui utusan-utusanNya ini, ‘damaimu akan tinggal padanya’. ... Itu tidak bisa tinggal dimana itu tidak diinginkan; jadi, ‘jika tidak, ..., itu akan kembali kepadamu’ seperti suatu obyek yang ditolak dan dikembalikan kepada si pemberinya untuk mereka bawa ke tempat lain.].
2. Tanggapan pemilik rumah menentukan ‘shalom’ itu akan tinggal atas rumah itu atau kembali kepada para utusan Yesus ini.
Adam Clarke (tentang Mat 10:12): “Whoever receives the messengers of God into his house confers the highest honour upon himself, and not upon the preacher, whose honour is from God, and who comes with the blessings of life eternal to that man and his family who receives him.” [= Siapapun menerima utusan-utusan Allah ke dalam rumahnya memberikan penghormatan tertinggi kepada diriNya sendiri, dan bukan kepada sang pengkhotbah, yang kehormatannya adalah dari Allah, dan yang datang dengan berkat-berkat dari kehidupan kekal kepada orang itu dan keluarganya yang menerima dia.].
Matius 10:40-42 - “(40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Mazmur 105:15 - “‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu!’”.
Ayat-ayat di atas berlaku untuk hamba-hamba Tuhan yang sejati. Untuk nabi-nabi palsu, berlaku ayat di bawah ini.
2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.
William Hendriksen: “When the men enter any house they must first pronounce their greeting upon it. They must say, ‘Peace be to this house!’ This reminds us of the familiar formula, ‘Peace to you,’ a customary greeting then (Gen. 43:23; Judg. 6:23; 19:20; I Sam. 25:6; I Chron. 12:18; Ps. 122:8; Dan. 4:1; 6:25; 10:19; Luke 24:36; John 20:19, 21, 26), as even today.” [= Pada waktu orang-orang itu memasuki rumah manapun mereka harus pertama-tama menyatakan / mengucapkan salam mereka padanya. Mereka harus berkata, ‘Damai bagi rumah ini!’ Ini mengingatkan kita pada formula yang akrab, ‘Damai bagimu’, suatu salam yang biasa pada saat itu (Kej 43:23; Hak 6:23; 19:20; 1Sam 25:6; 1Tawarikh 12:18; Mazmur 122:8; Dan 4:1; 6:25; 10:19; Lukas 24:36; Yohanes 20:19, 21, 26), sama bahkan seperti pada jaman sekarang.].
Catatan: ayat-ayat referensi yang banyak itu lebih baik dibaca dalam terjemahan bahasa Inggris, karena terjamahan LAI banyak yang salah dalam ayat-ayat ini.
William Hendriksen: “Nevertheless it makes a difference who says it. In the mind of an unthinking person it may be no more than a conventional phrase. Among friends it was and is undoubtedly the expression of a sincere wish. In the present instance, however, ‘Peace be to this house’ is far more than a wish. In the name of their Sender these ‘apostles’ not only wish peace but actually bring it. Cf. Num. 6:24–26.” [= Tetapi yang membuat perbedaan adalah siapa yang mengatakannya. Dalam pikiran dari orang yang tak berpikir itu bisa tidak lebih dari suatu ungkapan kebiasaan. Di antara sahabat itu tak diragukan adalah pernyataan dari suatu keinginan yang sungguh-sungguh. Tetapi dalam peristiwa ini, ‘Damai bagi rumah ini’ adalah jauh lebih dari suatu keinginan. Dalam nama / otoritas dari Pengutus mereka ‘rasul-rasul’ ini bukan hanya menginginkan damai tetapi sungguh-sungguh membawanya. Bdk. Bil 6:24-26.].
Bilangan 6:22-27 - “(22) TUHAN berfirman kepada Musa: (23) ‘Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka: (24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. (27) Demikianlah harus mereka meletakkan namaKu atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka.’”.
Calvin (tentang Bil 6:27): “The promise, which is finally subjoined, gives assurance that this was no empty or useless ceremony, when He declares that He will bless the people. And hence we gather, that whatsoever the ministers of the Church do by God’s command, is ratified by Him with a real and solid result; since He declares nothing by His ministers which He will not Himself fulfill and perform by the efficacy of His Spirit. But we must observe that He does not so transfer the office of blessing to His priests, as to resign this right to them; for after having entrusted this ministry to them, He claims the accomplishment of the thing for Himself alone.” [= Janji, yang akhirnya ditambahkan, memberikan keyakinan bahwa ini bukanlah upacara yang kosong dan tidak berguna, pada waktu Ia menyatakan bahwa Ia akan memberkati bangsa itu. Dan karena itu kami menyimpulkan, bahwa apapun yang para pelayan / pendeta dari Gereja lakukan oleh perintah Allah, diteguhkan olehNya dengan suatu hasil yang sungguh-sungguh dan teguh; karena Ia tidak menyatakan apapun oleh pelayan-pelayan / pendeta-pendetaNya yang Ia sendiri tidak akan menggenapi dan melaksanakan oleh kemujaraban dari RohNya. Tetapi kita harus memperhatikan bahwa Ia tidak memindahkan jabatan / tugas dari berkat kepada imam-imamNya, sehingga menyerahkan hak ini kepada mereka; karena setelah mempercayakan pelayanan ini kepada mereka, Ia mengclaim pelaksanaan dari hal ini untuk diriNya sendiri saja.].
Penerapan: berkat terakhir dalam suatu kebaktian, selama itu dilakukan oleh seorang hamba Tuhan yang sungguh-sungguh, tidak boleh dianggap hanya sebagai suatu formalitas!
The Bible Exposition Commentary: “It is a serious thing to reject the ambassadors God sends.” [= Merupakan suatu hal yang serius untuk menolak duta-duta yang Allah utus.].
William Hendriksen: “Yet, there was nothing magical about this. The special blessing was for those who by grace were worthy to receive it, not for others. If the home is undeserving ‘your peace … will return to you,’ says Jesus; that is, in that case no blessing will be bestowed.” [= Tetapi tidak ada apapun yang bersifat magic tentang hal ini. Berkat khusus ini adalah bagi mereka yang oleh kasih karunialayak menerimanya, bukan bagi orang-orang lain. Jika rumah itu tidak layak ‘damaimu ... akan kembali kepadamu’, kata Yesus; artinya, dalam kasus itu tak ada berkat akan diberikan.].
Orang-orang Arminian pasti akan menganggap bahwa orang itu layak atau tidak layak tergantung pada free will mereka! Tetapi perhatikan kata-kata ‘oleh kasih karunia’yang digunakan oleh William Hendriksen dalam kutipan di atas ini. Dalam Luk 10 istilah ‘oleh kasih karunia’ itu tidak ada karena itu memang merupakan ayat-ayat yang menekankan tanggung jawab manusia. Tetapi dalam ayat-ayat lain, jelas ditunjukkan bahwa tidak ada orang bisa memberikan tanggapan positif terhadap Injil, kecuali Allah memberikan kasih karunia kepadanya!
Matius 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”.
Matius 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.”.
Yohanes 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”.
Yohanes 6:65 - “Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
1Korintus 12:3 - “Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.”.
Filipi 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.”.
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to doof his good pleasure” [= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik].
RSV: “for God is at work in you, both to will and to workfor his good pleasure” [= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakanuntuk kesenanganNya yang baik].
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” [= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik].
NIV: “for it is God who works in you to will and to actaccording to his good purpose” [= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik].
Kalau saudara bisa menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh, maka bersyukurlah dan pujilah Tuhan senantiasa, karena itu adalah berkat terbesar dibandingkan berkat-berkat lain manapun!
Lukas 10:1-24 (5)
6) Lukas 10:7: “Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”.
a) Mereka dilarang berpindah-pindah rumah, pada waktu sudah diterima di satu rumah.
Ay 7: “Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”.
A. T. Robertson: “‘Go not from house to house’ [μη μεταβαινετε ἐξ οἰκιας εἰς οἰκιαν (mē metabainete ex oikias eis oikian)]. As a habit, μη (mē) and the present imperative, and so avoid waste of time with such rounds of invitations as would come.” [= ‘Jangan pindah dari rumah ke rumah’ (mē metabainete ex oikias eis oikian). Sebagai suatu kebiasaan, (mē) dan kata perintah bentuk present, dan dengan demikian hindarilah pemborosan waktu dengan seri undangan-undangan seperti itu yang akan datang.].
Lenski: “‘Eating and drinking the things from them’ ... means that they are to be content with whatever food and drink is set before them. ... The thing that Jesus forbids is that they keep going from house to house, hunting out the best quarters, casting reproach on their Lord and his message.” [= ‘Makan dan minum hal-hal dari mereka’ ... berarti bahwa mereka harus puas dengan makanan dan minuman apapun yang diberikan kepada mereka. ... Hal yang Yesus larang adalah bahwa mereka terus pindah dari rumah ke rumah, sampai menemukan tempat tinggal yang terbaik, menyebabkan celaan terhadap Tuhan mereka dan beritaNya.].
Barclay: “The preacher must not be in the work for what can be got out of it, but eat whatever is offered and not think to move from house to house in search of better and more comfortable quarters. It was not long before the Church had its spongers. There is a work called ‘The Teaching of the Twelve Apostles.’ It was written about ad 100, and is the Church’s first book of order. In those days there were prophets who wandered from town to town. It is laid down that if a prophet wishes to stay in a place for more than three days without working, that prophet is false; and if a prophet in the Spirit asks for money or a meal, that prophet is false! Labourers are worthy of their hire, but the servants of a crucified Master cannot be seekers after luxury.” [= Sang pengkhotbah tidak boleh ada dalam pekerjaan untuk apa yang bisa didapatkan darinya, tetapi makan apapun yang ditawarkan dan tidak berpikir untuk pindah dari rumah ke rumah untuk mencari tempat tinggal yang lebih baik dan lebih nyaman. Tidak terlalu lama sebelum Gereja mempunyai parasit-parasit / orang-orang yang mengambil keuntungan dari orang-orang yang murah hati. Adasuatu pekerjaan / karya yang disebut ‘The Teaching of the Twelve Apostles’. Itu ditulis sekitar tahun 100 M., dan merupakan buku peraturan Gereja yang pertama. Pada zaman itu di sana ada nabi-nabi yang mengembara dari kota ke kota. Dinyatakan secara explicit bahwa jika seorang nabi ingin tinggal di suatu tempat untuk lebih dari 3 hari tanpa bekerja, nabi itu adalah nabi palsu; dan jika seorang nabi dalam Roh meminta uang atau makanan, nabi itu adalah nabi palsu! Pekerja-pekerja layak mendapat upah mereka, tetapi pelayan-pelayan dari seorang Tuan yang tersalib tidak bisa menjadi pencari-pencari dari kemewahan.].
Bagaimana dengan pengkhotbah-pengkhotbah zaman sekarang minta dijemput dengan mobil mewah, dan minta ditidurkan di hotel bintang lima???
Barnes’ Notes: “The reason (for the command, ‘Go not from house to house’) is very obvious to one acquainted with Oriental customs. When a stranger arrives in a village or an encampment, the neighbors, one after another, must invite him to eat with them. ... it also consumes much time, causes unusual distraction of mind, leads to levity, and every way counteracts the success of a spiritual mission.” [= Alasan (untuk perintah, ‘Jangan pindah dari rumah ke rumah’) adalah sangat jelas bagi orang yang akrab dengan tradisi Timur. Pada waktu seorang asing tiba di suatu desa atau suatu perkemahan, tetangga-tetangga, secara berturut-turut, harus / pasti mengundangnya untuk makan bersama mereka. ... itu juga menghabiskan banyak waktu, menyebabkan pengalihan pikiran yang hebat, membawa pada tindakan bersenang-senang / ketidak-seriusan, dan dalam setiap cara bertindak menentang kesuksesan dari suatu missi rohani.].
Ilustrasi: kalau saudara pergi ke luar kota / luar negeri, apakah saudara berpindah-pindah hotel dalam satu kota? Ini pasti menghabiskan waktu.
Barnes’ Notes (tentang Matius 10:11): “If ministers of the gospel are useful, it will be by not spending their time in idle chit-chat, and wandering around as if they had nothing to do, but in an honest and laborious improvement of their time in study, in prayer, in preaching, and in visiting their people.” [= Jika pelayan-pelayan dari injil adalah orang-orang yang berguna, itu akan dilakukan dengan tidak menghabiskan waktu mereka dalam obrolan yang sia-sia, berjalan-jalan keliling seakan-akan mereka tak punya apapun untuk dilakukan, tetapi dalam kemajuan yang sungguh-sungguh dan bercirikan kerja keras dari waktu mereka dalam pembelajaran, dalam doa, dalam berkhotbah, dan dalam mengunjungi umat mereka.].
b) Tidak boleh sungkan dengan pemberian makan dan minum dari orang-orang, karena seorang pekerja patut mendapat upahnya / makanannya.
Lukas 10: 7: “Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”.
LAI: ‘upahnya’.
KJV: ‘his hire’ [= upahnya].
RSV/NIV/NASB: ‘his wages’ [= upahnya].
Yunani: MISTHOS.
Bdk. Matius 10:10 - “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”.
LAI: ‘upahnya’.
KJV: ‘his meat’ [= daging / makanannya].
RSV: ‘his food’ [= makanannya].
NIV: ‘his keep’ [= sokongannya].
NASB: ‘his support’ [= sokongannya].
Yunani: TROPHE.
A. T. Robertson: “For the labourer is worthy of his hire [ἀξιος γαρ ὁ ἐργατης του μισθου αὐτου (axios gar ho ergatēs tou misthou autou)]. In Matt. 10:10 we have της τροφης αὐτου [tēs trophēs autou] (his food).” [= ‘Sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya’ (axios gar ho ergatēs tou misthou autou). Dalam Mat 10:10 kita mempunyai tēs trophēs autou(makanannya).].
Jadi pekerja itu berhak baik atas makanan maupun upah (HR)!
Ulangan 25:4 - “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik.’”.
Saya berpendapat ayat ini memang berlaku untuk lembu (bdk. Amsal 12:10), tetapi juga untuk pekerja gereja / pendeta dan sebagainya. Alasannya, itu dikutip 2 x oleh Paulus dalam 2 text di bawah ini.
1Timotius 5:17-18 - “(17) Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (18) Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
1Korintus 9:3-14 - “(3) Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku. (4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”.
Leon Morris (Tyndale): “They are to have no compunction about receiving their meals free, for ‘the labourer deserves his wages’ (cf. 1 Tim. 5:18). This is a principle of wide application that has sometimes been overlooked in Christian activities.” [= Mereka tidak boleh mempunyai penyesalan tentang menerima makanan mereka secara gratis, karena ‘pekerja layak mendapat upahnya’ (bdk. 1Tim 5:18). Ini merupakan suatu prinsip dengan penerapan yang luas yang kadang-kadang diabaikan dalam aktivitas-aktivitas Kristen.].
Penerapannya memang luas. Bukan hanya pendeta berhak mendapatkan biaya hidup yang cukup dari gereja (sepanjang gereja mampu untuk itu), tetapi juga pendeta / pengkhotbah yang diundang berhak untuk makan dan minum atas biaya yang mengundang. Dan juga misalnya ada rapat di gereja (majelis, guru Sekolah Minggu, panitia Natal dsb) yang menabrak jam makan, maka mereka boleh makan atas biaya gereja, sepanjang itu adalah makanan yang wajar, dan bukan makanan yang mewah, yang menguras uang gereja.
Tetapi itu berbeda dengan tindakan kurang ajar seperti di bawah ini!
Ada suatu gereja yang mengadakan rapat majelis di luar kota, menginap di hotel, dan setiap majelis diizinkan membawa keluarganya, semua atas biaya gereja. Tindakan biadab ini jelas-jelas merupakan suatu korupsi!
Calvin: “‘Eating and drinking those things which they shall give you.’ This is another circumstance expressly mentioned by Luke. By these words Christ not only enjoins them to be satisfied with ordinary and plain food, but allows them to eat at another man’s table. Their plain and natural meaning is: ‘you will be at liberty to live at the expense of others, so long as you shall be on this journey; for it is proper that those for whose benefit you labor should supply you with food.’” [= ‘Makan dan minum hal-hal itu yang mereka berikan kepadamu’. Ini adalah suatu keadaan lain yang disebutkan secara explicit oleh Lukas. Dengan kata-kata ini Kristus bukan hanya mengarahkan mereka untuk puas dengan makanan biasa dan sederhana, tetapi juga mengizinkan mereka untuk makan di meja orang lain. Arti yang jelas dan wajar adalah: ‘kamu akan bebas untuk hidup atas pengeluaran orang lain, selama kamu ada dalam perjalanan ini; karena adalah benar bahwa mereka yang mendapat manfaat dari jerih payahmu menyuplai kamu dengan makanan’.].
Adam Clarke (tentang Matius 10:9): “If God have sent him, he is bound to support him, and will do it; anxiety therefore, in him, is a double crime, as it insinuates a bad opinion of the Master who has employed him.” [= Jika Allah telah mengutus dia, Ia pasti menyokongnya, dan akan melakukannya; karena itu kekuatiran di dalam dia merupakan suatu kejahatan ganda, karena itu menyatakan secara tak langsung suatu pandangan yang buruk tentang Tuan yang telah mempekerjakannya.].
Adam Clarke (tentang Matius 10:10): “It is a maintenance, and that only, which a minister of God is to expect, and that he has a divine right to; but not to make a fortune, or lay up wealth: besides, it is the workman, he that labours in the word and doctrine, that is to get even this. How contrary to Christ is it for a man to have vast revenues, as a minister of the Gospel, who ministers no Gospel, and who spends the revenues of the church to its disgrace and ruin!” [= Itu adalah suatu pemeliharaan, dan hanya itu, yang seorang pelayan dari Allah harus harapkan, dan bahwa ia mempunyai suatu hak ilahi untuk itu; tetapi bukan untuk membuat suatu kekayaan, atau menimbun kekayaan: disamping itu, adalah sang pekerja, ia yang berjerih payah dalam firman dan ajaran, yang harus mendapatkan ini. Betapa bertentangannya dengan Kristus bagi seseorang untuk memiliki penghasilan yang sangat banyak, sebagai seorang pelayan / pendeta dari Injil, yang tidak melayani Injil, dan yang menghabiskan penghasilan dari gereja bagi kehinaan dan kehancurannya!].
Lukas 10:1-24 (6)
7) Lukas 10: 8: “Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,”.
Lenski: “When Jesus now speaks of whatever city they may come to and tells his disciples to eat whatever is set before them (the present participle to indicate repetition), we see at once that he is not repeating the injunction given in v. 7 in regard to food. In v. 7 he refers to whatever the people can afford even when they are poor; here to whatever is placed before them in such a city. Most of the cities on their itinerary had a heavily mixed population, Jews and Gentiles lived together. In these places there might often enough be doubt as to the Levitical cleanness of the food even in Jewish houses. The messengers are not to hesitate in regard to eating the food that is served them, much less to refuse it. Any rabbinical scruples on that score are to be completely set aside. Their work is not to be hindered by anything that is so worthless.” [= Pada waktu Yesus sekarang berbicara tentang kotaapapun yang bisa mereka datangi dan memberitahu murid-muridNya untuk makan apapun yang dihidangkan kepada mereka (participle bentuk present untuk menunjukkan pengulangan), kita segera melihat bahwa Ia tidak sedang mengulang perintah dalam ay 7 berkenaan dengan makanan. Dalam ay 7 Ia menunjuk pada apapun yang orang-orang mampu berikan bahkan kalau mereka adalah orang-orang miskin; di sini Ia menunjuk pada apapun yang dihidangkan bagi mereka di kotaseperti itu. Kebanyakan kota-kota di jalur mereka mempunyai penduduk yang sangat campuran, orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi yang hidup bersama-sama. Di tempat-tempat ini bisa sering ada cukup keraguan berkenaan dengan ketahiran dari makanan bahkan di rumah-rumah Yahudi. Para utusan tidak boleh ragu-ragu untuk memakan makanan yang dihidangkan kepada mereka, apalagi menolaknya. Perasaan hati nurani yang tidak enak apapun yang berhubungan dengan rabi-rabi berdasarkan hal itu harus disingkirkan sepenuhnya. Pekerjaan mereka tidak boleh dihalangi oleh apapun yang adalah begitu tidak berharga.].
Leon Morris (Tyndale): “When the preachers are welcomed they are to accept hospitality, eating what is put in front of them. In the area beyond Jordanto which they were apparently going there were many Gentiles and the food offered might not always satisfy the rigorist for ceremonial purity. They were not to be sidetracked into fussiness about food and food laws.” [= Pada waktu pengkhotbah-pengkhotbah itu diterima, mereka harus menerima keramahan penerimaan tamu itu, dengan makan apa yang dihidangkan kepada mereka. Di daerah di seberang Yordan kemana mereka kelihatannya sedang pergi di sana ada banyak orang-orang non Yahudi dan makanan yang ditawarkan tidak selalu memuaskan orang-orang yang ketat dalam kemurnian upacara. Mereka tidak boleh dibelokkan dari jalur ke dalam kecerewetan tentang makanan dan hukum-hukum tentang makanan.].
William Hendriksen: “It must be borne in mind that the men who were being sent out on this mission - at least most of them, we may well assume - were Jews. But, as has been stated previously, as heralds of Jesus they were entering Trans-Jordan, a region where many Gentiles lived. That might create a problem with respect to food. So the Master tells these seventy-two men to go right ahead and eat whatever is placed before them, without asking any questions. Cf. I Cor. 10:25, 27. This directive was entirely in line with the rest of Christ’s teaching about matters clean and unclean. See Mark 7:14, 15, 19, and N. T. C. on these passages.” [= Harus diingat bahwa orang-orang yang sedang diutus pada missi ini - sedikitnya kebanyakan dari mereka, kita boleh menganggap - adalah orang-orang Yahudi. Tetapi, seperti telah dinyatakan sebelumnya, sebagai utusan-utusan Yesus mereka sedang memasuki Yordan, suatu daerah dimana banyak orang-orang non Yahudi tinggal. Itu bisa menciptakan suatu problem berkenaan dengan makanan. Jadi sang Tuan / Guru memberitahu ke 72 orang itu untuk pergi dan makan apapun yang dihidangkan kepada mereka, tanpa menanyakan pertanyaan-pertanyaan apapun. Bdk.
1Kor 10:25,27. Pengarahan ini sepenuhnya sejalan dengan sisa dari ajaran Kristus tentang persoalan-persoalan tahir dan najis / tidak tahir. Lihat Mark 7:14,15,19, dan N. T. C. tentang text-text ini.].
1Korintus 10:25,27 - “(25) Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. ... (27) Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.”.
Markus 7:14-15,18b-19 - “(14) Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ‘Kamu semua, dengarlah kepadaKu dan camkanlah. (15) Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.’ ... (18b) Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, (19) karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?’ Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.”.
Penerapan: Bagaimana orang Advent bisa jadi misionaris dan mentaati kata-kata Yesus ini? Mereka masih memegang teguh larangan makan dalam Im 11!
Mengapa dalam Im 11 ada larangan makan begitu banyak binatang? Ada banyak alasan yang diberikan oleh para penafsir, tetapi saya hanya mengambil 2 yang agak masuk akal, dan satu pandangan lagi, yang memang merupakan pandangan yang benar.
a) Adabinatang-binatang dilarang dimakan karena binatang-binatang itu tidak sehat untuk dimakan. Mungkin yang paling ditekankan adalah babi.
Sekalipun alasan ini diberikan oleh sangat banyak penafsir, saya berpendapat bahwa alasan ini sama sekali tidak mungkin benar, karena kalau memang binatang-binatang ini dilarang dimakan karena bukan merupakan makanan sehat, mengapa dalam jaman Perjanjian Baru lalu diizinkan?
Juga ada banyak binatang yang dilarang makan dalam Im 11, yang jelas-jelas bukan makanan yang tidak sehat, bahkan makanan yang sehat. Misalnya kelinci (Im 11:6), dan semua yang tidak bersisik / bersirip (Im 11:10-12), semua binatang yang merayap dan bersayap dan berkaki empat, kecuali beberapa jenis belalang (Imamat 11:20-23).
Bahkan babi pada zaman sekarang dianggap sebagai makanan yang sehat (cacing pita dsb akan mati asal dimasak secara matang!).
b) Supaya mereka belajar bahwa Allah berhak melarang atau memerintah apapun, dan supaya mereka belajar taat, tidak peduli apapun alasan Allah untuk melarang atau memerintah sesuatu.
Matthew Henry mengatakan bahwa binatang-binatang yang pada jaman Nuh diizinkan untuk dimakan, sekarang dilarang pada jaman Musa. Mengapa? Alasannya adalah karena Tuhan menghendaki demikian. Ia melihatnya sebagai sesuatu yang baik untuk menguji ketaatan bangsa Israel dalam hal ini, supaya mereka sadar bahwa mereka ada di bawah otoritas Allah.
Dan kalau ditanya: lalu mengapa pada jaman Perjanjian Baru diizinkan untuk memakan binatang-binatang itu? Maka jawabnya adalah: Allah punya hak untuk melarang pada saat itu dan mengizinkan pada saat ini.
Tetapi bagaimanapun, ini bukan alasan utamamengapa bangsa Israeldilarang memakan binatang-binatang itu.
c) Untuk membedakan dan memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain.
Ini merupakan alasan utama mengapa bangsa Israeldilarang untuk memakan binatang-binatang tersebut.
Sebetulnya alasan ini ada dalam Im 11 ini, yaitu dalam ay 44-45: “(44) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi. (45) Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.”.
Catatan: Ingat bahwa kata ‘kudus’ arti sebenarnya dan yang terutama bukanlah ‘suci’ tetapi ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’. Misalnya: hari sabat, bangsa Israel, orang Kristen, disebut kudus!
Dengan adanya larangan makan binatang-binatang ini, maka sukar bagi bangsa Israel untuk bisa berbaur dengan bangsa-bangsa lain, yang jelas tidak dilarang makan binatang-binatang tersebut. Ini bukan hanya menyukarkan bangsa Israeluntuk berbaur dengan bangsa-bangsa lain, tetapi juga menyukarkan mereka untuk menyebar ke negara-negara lain, karena di sanasemua orang memakan binatang-binatang yang bagi mereka dilarang untuk dimakan.
Tujuannya adalah menjaga kemurnian bangsa Israel, sampai Kristus lahir, karena Kristus sudah dinubuatkan akan lahir dari bangsa Israel / suku Yehuda. Kalau mereka kawin campur semua dan bangsa Israelmusnah, karena menjadi bangsa blasteran, maka nubuat tentang lahirnya Kristus dari bangsa Israel/ suku Yehuda tidak bisa digenapi.
Jadi, sebetulnya memang dengan sudah lahirnya Kristus, maka larangan ini sudah tidak diperlukan lagi. Resminya memang baru dihapuskan pada waktu Kristus mati tersalib. Tetapi dengan lahirnya Yesus secara praktis larangan makan dalam Im 11 ini sudah tidak diperlukan lagi.
Efeus 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.
Matius 27:50-51 - “(50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. (51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawahdan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,”.
Ini jelas merupakan suatu mujizat yang menunjukkan bahwa dengan matinya Kristus maka Bait Allah dengan semua imam-imam, hari-hari raya, korban-korban dan semua hukum-hukum upacara, termasuk larangan makan, sudah dihapuskan / dibuang!
Bdk. Kis 10:9-16 - “(9) Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. (10) Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. (11) Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. (12) Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. (13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’ (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.”.
Bdk. Kis 10:28-29 - “(28) Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. (29) Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil, lalu datang ke mari. Sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya kamu memanggil aku.’”.
Adayang menggunakan text ini untuk mengatakan bahwa alasan dari penglihatan tadi hanyalah membuang batasan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi. Itu tidak salah, tetapi ingat bahwa pembatasan itu dilakukan dengan larangan makan dalam Im 11 itu. Jadi, penglihatan itu berhubungan dengan keduanya. Penglihatan itu membuang larangan makan, dan dengan demikian tak ada lagi tembok pemisah antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang non Yahudi!
Kis 10:34-35 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”.
Kis 11:2-3 - “(2) Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. (3) Kata mereka: ‘Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.’”.
Baru setelah Petrus menjelaskan semuanya kepada mereka, maka mereka juga mau menerimanya.
8) Lukas 10: 9: “dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”.
Lenski: “They are to proceed with their great work, which is briefly summarized. First of all, they are to heal the sick, these miraculous healings being the credentials of their divine message. And the sum of their gospel message is to be: ‘Near has come (and thus present is now) upon you (as coming from heaven itself) the kingdom of God’ (see 1:33, his rule of grace and salvation in Jesus). To be sure, they were to say much more even as the Baptist and as Jesus did when they proclaimed the same theme (Matt. 3:2; 4:17). The message meant that all who heard should accept this rule of grace and allow it to bless their souls for time and for eternity even as its powers blessed the bodily sick by instantaneous healing.” [= Mereka harus melanjutkan / mulai dengan pekerjaan agung / besar mereka, yang diringkas secara singkat. Pertama-tama, mereka harus menyembuhkan orang-orang sakit, karena penyembuhan-penyembuhan yang bersifat mujizat merupakan bukti dari berita ilahi mereka. Dan ringkasan dari berita injil mereka adalah: ‘Telah datang (dan karena itu sekarang sudah ada) dekat kepadamu (sebagai datang dari surga sendiri) kerajaan Allah’ (lihat 1:33, pemerintahan kasih karunia dan keselamatanNya dalam Yesus). Pastilah mereka harus mengatakan jauh lebih banyak sama seperti (Yohanes) Pembaptis dan Yesus lakukan pada waktu mereka memberitakan thema yang sama (Mat 3:2; 4:17). Berita itu berarti bahwa semua orang yang mendengar harus menerima pemerintahan kasih karunia ini dan mengizinkannya untuk memberkati jiwa mereka untuk waktu sekarang dan untuk kekekalan sama seperti kuasa-kuasanya memberkati orang-orang yang sakit secara jasmani dengan kesembuhan seketika.].
Lukas 1:33 - “dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.’”.
Matius 3:1-2 - “(1) Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: (2) ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’”.
Mat 4:13,17 - “(13) Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, ... (17) Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’”.
Markus 1:14-15 - “(14) Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, (15) kataNya: ‘Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!’”.
William Hendriksen: “‘Heal the sick who are there …’ Jesus instructed and empowered this large group of heralds to heal the sick. In other words, they were to be busy doing his work, the very activity in which he himself was constantly engaged (Matt. 4:24; 8:16; Mark 1:29–32; 6:53–56; Luke 4:40; 7:21–23), and which he had also assigned to The Twelve (Matt. 10:8; Luke 9:2). However, equally important - perhaps even more so - was the work that must constantly accompany the healing of the sick, namely, preaching: … ‘and tell them, The kingdom of God has come near to you.’ As has been shown previously - see on 4:43 - that kingdom is God’s kingship, rule or sovereignty, recognized in the hearts and operative in the lives of his people, and effecting their complete salvation.” [= ‘Sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di sana ...’ Yesus memerintahkan dan memberi kuasa kelompok besar utusan / pemberita ini untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Dengan kata lain, mereka harus sibuk melakukan pekerjaanNya, aktivitas yang di dalamnya Ia sendiri terlibat secara terus menerus (Mat 4:24; 8:16; Markus 1:29–32; 6:53–56; Lukas 4:40; 7:21–23), dan yang juga telah Ia nyatakan kepada 12 rasul (Matius 10:8; Lukas 9:2). Tetapi, sama pentingnya - mungkin bahkan lebih penting - adalah pekerjaan yang harus secara terus menerus menyertai penyembuhan orang-orang sakit, yaitu pemberitaan: ... ‘dan beritahu mereka, Kerajaan Allah telah dekat kepadamu’. Seperti telah ditunjukkan sebelumnya - lihat tentang 4:43 - bahwa kerajaan itu adalah kuasa sebagai raja, pemerintahan atau kedaulatan dari Allah, diakui dalam hati dan bekerja dalam hidup dari umatNya, dan menghasilkan keselamatan mereka yang sempurna.].
William Hendriksen (tentang Lukas 4:43): “This is the first time the term ‘the kingdom of God’ appears in Luke’s Gospel (see, however, also 1:33). This evangelist uses that term at least thirty times (not counting its seven occurrences in the book of Acts); far more frequently, therefore, than Mark or John. Essentially the same concept occurs also with great frequency in the Gospel According to Matthew, but in slightly different form (generally ‘kingdom of heaven’ instead of ‘kingdom of God’).” [= Ini adalah pertama-kalinya istilah ‘kerajaan Allah’ muncul dalam Injil Lukas (tetapi lihat juga 1:33). Penginjil ini menggunakan istilah itu sedikitnya 30 kali (tanpa menghitung 7 kejadiannya dalam kitab Kisah Para Rasul); karena itu jauh lebih sering dari pada Markus dan Yohanes. Secara hakiki konsep yang sama juga muncul sangat sering dalam Injil Matius, tetapi dalam bentuk yang agak berbeda (biasanya ‘kerajaan surga’ alih-alih dari ‘kerajaan Allah’).].
Lukas 1:33 - “dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.’”.
William Hendriksen (tentang Luk 4:43): “Luke speaks about preaching or proclaiming the kingdom of God (4:43; 8:1; 9:2, 60; 16:16), entering it (18:24, 25; 22:18), seeking it (12:31). It is ‘at hand’ (10:9, 11; cf. 7:28; 17:20, 21); yet in another sense it belongs to the future (13:29; 21:31). It is essentially spiritual (17:20, 21; cf. Rom. 14:17), but embraces also the material realm (22:28–30). It is God’s gift to his children (12:32).” [= Lukas berbicara tentang pengkhotbahan atau pemberitaan kerajaan Allah (4:43; 8:1; 9:2, 60; 16:16), memasukinya (18:24, 25; 22:18), mencarinya (12:31). Itu ‘sudah dekat’ (10:9, 11; bdk. 7:28; 17:20, 21); tetapi dalam arti yang lain itu termasuk pada masa yang akan datang (13:29; 21:31). Itu pada hakekatnya bersifat rohani (17:20, 21; bdk. Roma 14:17), tetapi juga mencakup daerah / dunia materi (22:28–30). Itu adalah pemberian Allah bagi anak-anakNya (12:32).].
otomotif, tutorial, gadget |
Lukas 4:43 - “Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.’”.
Lukas 8:1 - “Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas muridNya bersama-sama dengan Dia,”.
Lukas 9:2,60 - “(2) Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, ... (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.’”.
Lukas 16:16 - “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.”.
Luk 18:24,25 - “(24) Lalu Yesus memandang dia dan berkata: ‘Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. (25) Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.
Lukas 22:18 - “Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.’”.
Lukas 12:31 - “Tetapi carilah KerajaanNya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.”.
Lukas 10:9,11 - “(9) dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. ... (11) Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat.”.
Lukas 7:28 - “Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.’”.
Lukas 17:20-21 - “(20) Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kataNya: ‘Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, (21) juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.’”.
Lukas 13:29 - “Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.”.
Lukas 21:31 - “Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.”.
Luk 17:20,21 - “(20) Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kataNya: ‘Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, (21) juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.’”.
Roma 14:17 - “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.”.
Lukas 22:28-30 - “(28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. (29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti BapaKu menentukannya bagiKu, (30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”.
Catatan: menurut saya, text ini tak cocok sama sekali untuk referensi.
Lukas 12:32 - “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.”.
William Hendriksen (tentang Lukas 4:43): “Now all these traits become intelligible in the light of the following description: In its broadest connotation the term ‘the kingdom of God’ indicates ‘God’s kingship, rule or sovereignty, recognized in the hearts and operative in the lives of his people, and effecting their complete salvation, their constitution as a church, and finally a redeemed universe.’ Note especially the four concepts: a. God’s kingship, rule, or recognized sovereignty. That is probably the meaning in Luke 17:21, ‘The Kingdom of God is within you’ and in Matt. 6:10, ‘Thy kingdom come, thy will be done.…’ b. Complete salvation, i.e., all the spiritual and material blessings - blessings for soul and body - which result when God is King in our hearts, recognized and obeyed as such. That is the meaning, according to the context, in Luke 18:24. c. The church: the community of men in whose hearts God is recognized as King. Note the close connection between ‘Kingdom’ and ‘church’ in Acts 20:25, 28; cf. Matt. 16:18, 19. d. The redeemed universe: the new heaven and earth with all their glory; something still future: the final realization of God’s saving power. Thus in Luke 22:30; cf. Matt. 25:34, ‘… inherit the kingdom prepared for you.…’ These four concepts are not separate and unrelated. They all proceed from the central idea of the reign of God, his supremacy in the sphere of saving power.” [= Sekarang semua ciri / kwalitet ini menjadi bisa dimengerti dalam terang dari penggambaran berikut: Dalam arti yang paling luas istilah ‘kerajaan Allah’ menunjukkan ‘Kuasa, pemerintahan atau kedaulatan Allah, diakui dalam hati dan bekerja dalam kehidupan umatNya, dan menghasilkan keselamatan mereka yang lengkap / sempurna, pembentukan mereka sebagai suatu gereja, dan akhirnya suatu alam semesta yang ditebus’. Perhatikan khususnya 4 konsep: a.Kuasa, pemerintahan atau pengakuan kedaulatan Allah. Itu mungkin arti dalam Lukas 17:21, ‘Kerajaan Allah ada di dalam kamu’ dan dalam Mat 6:10, ‘Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu ...’ b.Keselamatan lengkap / sempurna, yaitu, semua berkat-berkat rohani dan materi - berkat-berkat bagi jiwa dan tubuh - yang terjadi pada waktu Allah adalah Raja dalam hati kita, diakui dan ditaati dalam dan dari diriNya sendiri. Itu adalah arti, sesuai dengan kontext, dalam Lukas 18:24. c. Gereja: kumpulan orang dalam hati siapa Allah diakui sebagai Raja. Perhatikan hubungan yang dekat antara ‘Kerajaan’ dan ‘gereja’ dalam Kis 20:25,28; bdk. Mat 16:18,19. d. Alam semesta yang ditebus: langit / surga dan bumi yang baru dengan semua kemuliaan mereka; sesuatu yang masih dalam masa yang akan datang: realisasi akhir dari kuasa menyelamatkan dari Allah. Maka dalam Lukas 22:30; bdk. Matius 25:34, ‘terimalah / warisilah kerajaan yang disiapkan bagi kamu ...’. Empat konsep ini tidak terpisah dan tak berhubungan. Mereka semua keluar dari gagasan inti tentang pemerintahan Allah, supremasiNya dalam bidang / ruang lingkup dari kuasa yang menyelamatkan.].
Lukas 18:24 - “Lalu Yesus memandang dia dan berkata: ‘Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”.
Kis 20:25,28 - “(25) Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah. ... (28) Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri.”.
Bdk. Matius 16:18-19 - “(18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.’”.
Lukas 22:30 - “bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”.
Matius 25:34 - “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”.
William Hendriksen (tentang Luk 4:43): “Jesus spoke of the work of salvation as the kingdom or reign of God or of heaven in order to indicate the supernatural character, origin, and purpose of our salvation. Our salvation begins in heaven and should redound to the glory of the Father in heaven. Hence, by using this term Christ defended the truth, so precious to all believers, that everything is subservient to God’s glory.” [= Yesus berbicara tentang pekerjaan keselamatan sebagai kerajaan atau pemerintahan dari Allah atau dari surga untuk menunjukkan sifat, asal usul, dan tujuan supranatural dari keselamatan kita. Keselamatan kita mulai di surga dan harus kembali / berakhir bagi kemuliaan Bapa di surga. Jadi, dengan menggunakan istilah ini Kristus mempertahankan kebenaran, yang begitu berharga bagi semua orang-orang percaya, bahwa segala sesuatu tunduk / berguna bagi kemuliaan Allah.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 3:2): “‘The kingdom of heaven is at hand.’ The phrases kingdom of heaven, kingdom of Christ, kingdom of God, are of frequent occurrence in the Bible. They all refer to the same thing. The expectation of such a kingdom was taken from the Old Testament, and especially from Daniel, Dan 7:13-14. The prophets had told of a successor to David that should sit on his throne 1 Kings 2:4; 8:25; Jer 33:17. The Jews expected a great national deliverer. They supposed that when the Messiah should appear, all the dead would be raised; that the judgment would take place; and that the enemies of the Jews would be destroyed, and that they themselves would be advanced to great national dignity and honor.” [= ‘Kerajaan surga sudah dekat’. Ungkapan-ungkapan ‘kerajaan surga’, ‘kerajaan Kristus’, ‘kerajaan Allah’, sering muncul dalam Alkitab. Mereka semua menunjuk pada hal yang sama. Pengharapan tentang kerajaan seperti itu diambil dari Perjanjian Lama, dan khususnya dari Daniel, Dan 7:13-14. Nabi-nabi telah memberitahu tentang seorang pewaris / keturunan Daud yang harus duduk di takhtanya 1Raja 2:4; 8:25; Yeremia 33:17. Orang-orang Yahudi mengharapkan seorang pembebas nasional yang agung / besar. Mereka menganggap bahwa pada waktu sang Mesias muncul, semua orang mati akan dibangkitkan; bahwa penghakiman akan terjadi; dan bahwa musuh-musuh dari orang-orang Yahudi akan dihancurkan, dan bahwa mereka sendiri akan dinaikkan pada kewibawaan dan kehormatan nasional.].
Daniel 7:13-14 - “(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”.
1Raja 2:4 - “dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkanNya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapanKu dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.”.
Catatan: ini pesan Daud kepada Salomo pada saat kematiannya sudah dekat.
1Raja-Raja 8:25 - “Maka sekarang, ya TUHAN, Allah Israel, peliharalah apa yang Kaujanjikan kepada hambaMu Daud, ayahku, dengan berkata: Keturunanmu takkan terputus di hadapanKu dan tetap akan duduk di atas takhta kerajaan Israel, asal anak-anakmu tetap hidup di hadapanKu sama seperti engkau hidup di hadapanKu.”.
Catatan: ini termasuk dalam doa Salomo.
Yeremia 3:17 - “Pada waktu itu Yerusalem akan disebut takhta TUHAN, dan segala bangsa akan berkumpul ke sana, demi nama TUHAN ke Yerusalem, dan mereka tidak lagi akan bertingkah langkah menurut kedegilan hatinya yang jahat.”.
Barnes’ Notes (tentang Matius 3:2): “The language in which they were accustomed to describe this event was retained by our Saviour and his apostles. Yet they early attempted to correct the common notions respecting his reign. This was one design, doubtless, of John in preaching repentance. Instead of summoning them to military exercises, and collecting an army, which would have been in accordance with the expectations of the nation, he called them to a change of life; to the doctrine of repentance - a state of things far more accordant with the approach of a kingdom of purity.” [= Bahasa dalam mana mereka terbiasa untuk menggambarkan peristiwa ini dipertahankan oleh Juruselamat kita dan rasul-rasulNya. Tetapi mereka berusaha sejak awal untuk membetulkan pandangan-pandangan / kepercayaan-kepercayaan umum berkenaan dengan pemerintahanNya. Tak diragukan, ini adalah suatu rancangan dari Yohanes (Pembaptis) dalam mengkhotbahkan / memberitakan pertobatan. Alih-alih dari memanggil mereka pada latihan-latihan militer, dan mengumpulkan suatu pasukan, yang sudah akan sesuai dengan pengharapan-pengharapan dari bangsa itu, ia memanggil mereka pada suatu perubahan hidup; pada doktrin tentang pertobatan - suatu keadaan dari hal-hal yang jauh lebih sesuai dengan mendekatnya suatu kerajaan dari kemurnian.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 3:2): “The phrases ‘kingdom of God’ and ‘kingdom of heaven’ have been supposed to have a considerable variety of meaning. Some have supposed that they refer to the state of things in heaven; others, to the personal reign of Christ on earth; others, that they mean the church, or the reign of Christ in the hearts of his people. There can be no doubt that there is reference in the words to the condition of things in heaven after this life. But the church of God is a preparatory state to that beyond the grave - a state in which Christ pre-eminently rules and reigns and there is no doubt that the phrases sometimes refer to the state of things in the church; and that they may refer, therefore, to the state of things which the Messiah was to set up - ‘his spiritual reign begun in the church on earth and completed in heaven.’” [= Ungkapan-ungkapan ‘kerajaan Allah’ dan ‘kerajaan surga’ telah dianggap mempunyai banyak variasi arti. Sebagian orang menganggap bahwa mereka menunjuk pada keadaan dari hal-hal di surga; yang lain, pada pemerintahan pribadi dari Kristus di bumi; yang lain lagi, bahwa mereka berarti gereja, atau pemerintahan Kristus dalam hati dari umatNya. Di sanatidak bisa ada keraguan bahwa ada petunjuk dalam kata-kata itu pada kondisi dari hal-hal di surga setelah kehidupan ini. Tetapi gereja Allah merupakan suatu keadaan persiapan bagi keadaan setelah kubur / kematian - suatu keadaan dalam mana Kristus secara unggul memerintah dan bertakhta dan di sanatak ada keraguan bahwa ungkapan-ungkapan itu kadang-kadang menunjuk pada keadaan dari hal-hal dalam gereja; dan bahwa karena itu mereka bisa menunjuk pada keadaan dari hal-hal yang sang Mesias akan dirikan - ‘pemerintahan rohaniNya mulai dalam gereja di bumi dan disempurnakan di surga’.].
Barnes’ Notes (tentang Matius 3:2): “The expression ‘the kingdom of heaven is at hand’ would be best translated, ‘the reign of God draws near.’ We do not say commonly of a kingdom that it is movable, or that it approaches. A reign may be said to be at hand; and it may be said with propriety that the time when Christ would reign was at hand. In this sense it is meant that the time when Christ should reign, or set up his kingdom, or begin his dominion on earth, under the Christian economy, was about to commence. The phrase, then, should not be confined to any period of that reign, but includes his whole dominion over his people on earth and in heaven.” [= Ungkapan ‘kerajaan surga sudah dekat’ paling baik diterjemahkan, ‘pemerintahan Allah mendekat’. Kita biasanya tidak berbicara tentang suatu kerajaan yang bisa bergerak, atau bahwa kerajaan itu mendekat. Suatu pemerintahan bisa dikatakan sebagai dekat; dan bisa dikatakan dengan benar bahwa saat pada waktu Kristus memerintah sudah dekat. Dalam arti ini dimaksudkan bahwa saat pada waktu Kristus harus memerintah, atau mendirikan kerajaanNya, atau memulai penguasaanNya di bumi, di bawah pengaturan Kristen, mau mulai. Jadi, ungkapan itu tidak boleh dibatasi pada periode manapun dari pemerintahan itu, tetapi mencakup seluruh penguasaanNya atas umatNya di bumi dan di surga.].
Renungkan beberapa hal ini:
a) Apakah saudara sudah betul-betul ada di dalam ‘kerajaan Allah’?
b) Apakah gereja saudara termasuk dalam ‘kerajaan Allah’?
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America