MENGAPA PARA PENULIS KITAB INJIL TIDAK SECARA LENGKAP MENULIS TENTANG KEHIDUPAN YESUS ?

Pdt.Samuel T.Gunawan, M.Th.

Yesus Kristus merupakan sentralitas dalam Kekristenan sebagaimana yang dinyatakan oleh Michael Eaton, “Kekristenan adalah Kristus! Iman Kristen bukan sebuah buku, Ia bukan sebuah filosofi. Ia bukan sebuah pengalaman. Ia bukan sebuah program tindakan. Iman Kristen terutama dan pertama-tama adalah tentang seorang Pribadi, Tuhan kita Yesus Kristus, Anak Allah”. Karena Kristus termasuk tokoh sejarah yang penting pada zaman-Nya, maka wajarlah bila banyak orang menduga bahwa Ia mendapat cukup banyak perhatian dari para penulis dan sejarawan yang hidup se zaman dengan-Nya. 
MENGAPA PARA PENULIS KITAB INJIL TIDAK SECARA LENGKAP MENULIS TENTANG KEHIDUPAN YESUS ?
otomotif, bisnis
Setidaknya, mereka menduga, pasti ada cukup banyak literatur yang memuat kisah tentang kehidupan Yesus. Kenyataannya, walaupun Ia memiliki banyak pengikut yang mencapai ratusan orang pada saat Ia hidup di Palestina (1 Korintus 15:6), namun jumlah informasi berupa biografi atau literatur mengenai diriNya dapat dikatakan tidak memadai. 

Jadi, seperti yang dikatakan W.R.F. Browning, “di luar Perjanjian Baru, hanya sedikit terdapat catatan mengenai Yesus dari Nazaret”. Bahkan menurut Merril C. Tenney, ahli Alkitab dan Teologi di Weathon Collete, bahwa “Kecuali keempat Injil dan beberapa penyebutan mengenaiNya di dalam surat-surat kepada jemaat, catatan sejarah pada zaman-Nya hampir tidak menyebutkan apa-apa mengenai diriNya”. 

Menyadari hal itu Peter Walker mengatakan, “Sedikit sekali sumber yang diperoleh dari orang Kristen di luar Alkitab yang dapat dipergunakan secara meyakinkan sebagai tradisi yang berdiri sendiri berkenaan dengan Yesus dari Nazaret. Kita hanya memiliki empat catatan tentang kehidupan Yesus sebagaimana tercantum dalam Alkitab Perjanjian Baru, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Keempat Injil yang dikenal sebagai Injil-Injil Kanonik”.

Berbagai sumber nonkanonik yang menggunakan “Injil” pada judulnya tidak dapat dipercayai sumber informasinya karena di dalamnya terkandung pengajaran atau keyakinan yang berasal dari cerita dongeng yang tidak sesuai atau bertentangan dengan pengajaran-pengajaran dari Injil Kanonik. Kebanyakan dari dokumen-dokumen non kanonik tersebut berasal dari golongan-golongan non ortodoks dari Gereja mula-mula, pada umumnya berkaitan dengan Gnotikisme, seperti misal : Injil Koptik Thomas, Injil Kanak-Kanak Tulisan Thomas, Injil Petrus, Injil Nikodemus, Injil Filipus dan Injil Maria. 

Sementara itu, sumber-sumber informasi sekuler yang menyebutkan atau memberikan catatan dan penujuk tentang Kristus dan agama Kristen, seperti Josephus dalam karyanya Antiquities, Titicus seorang sejarawan Romawi, dan beberapa orang lainnya, akan tetapi catatan-catatan tersebut tidak memadai sehingga tidak dapat dijadikan acuan dalam membahas tentang kehidupan Yesus. Karena catatan-catatan kecil dari para penulis dan sejarawan sekuler tersebut di tulis oleh orang-orang yang kurang mengerti sejarah pergerakan Kristen pada saat itu dan justru membencinya. 

Namun, demikian, catatan-catatan sekuler tersebut bermanfaat dalam memberikan petunjuk atau bukti bahwa Kristus memang pernah hidup dan tinggal di daerah Palestina, dan bahwa dalam sejarahnya Kekristenan telah tersebar luas pada abad yang kedua. Catatan dari para penulis sekuler tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Josh McDowell sangat membantu dalam membuktikan bahwa Kristus adalah benar-benar seorang tokoh sejarah dan bukan sekedar mitos.

Perpedoman pada penjelasan tersebut di atas, maka seharusnya kita merasa cukup puas menerima kisah kehidupan Yesus Kristus seperti yang disampaikan kepada kita oleh para penulis Kitab Injil dan penulis surat-surat lainnya dalam Perjanjian Baru. 

Wayne Grudem mengatakan, “Di dalam Kitab Suci sajalah kita mencari firman Allah bagi kita. Kita perlu merasa puas dengan apa yang kita temukan di sana. Kecukupan Kitab Suci seharusnya mendorong kita untuk menyelidiki Alkitab secara menyeluruh, untuk menemukan apa yang Allah kehendaki dalam kita memikirkan suatu masalah tertentu atau apa yang harus kita lakukan dalam situasi tertentu”. 

Memang ada beberapa bagian dalam kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan dalam Alkitab, karena memang Alkitab bukanlah buku sejarah, dan kitab-kitab Injil khususnya bukanlah dimaksudkan oleh para penulisnya ditulis sebagai buku biografi yang lengkap tentang Yesus Kristus. Hal ini berlaku juga bagi isu atau situasi tertentu dimana Alkitab tidak memberikan petunjuk atau aturan sesuai dengan yang sering kali kita inginkan. Tetapi karena Kitab Suci saja sudah cukup, kita tidak memiliki hak untuk menambahi perintah, ajaran, atau bagian-bagian tertentu di dalamnya, termasuk bagian-bagian yang hilang (tidak dikisahkan) dalam hidup Yesus.

Kembali ke sumber utama kita tentang kisah hidup Yesus. Perjanjian Baru merupakan kisah tentang Yesus Kristus dan pengikut-pengikutNya yang hidup di abad pertama. Dari 27 kitab Perjanjian Baru, semuanya menyebut Yesus dalam pasal pertama dan 22 darinya menyebut Yesus dalam kalimat pertama! Kitab-kitab Injil secara khusus menarasikan seluruh kehidupan Yesus, mulai dari kisah kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga. 

Sedangkan Kisah Para Rasul dan surat-surat lainnya mengisahkan tentang para pengikut Kristus yang meneruskan hidup dan ajaran Yesus. Namun sangat memprihatinkan bahwa banyak orang Kristen tidak memanfaat secara maksimal keempat kitab Injil sebagai suatu sumber informasi yang cukup untuk mengenal pribadi dan kehidupan Yesus Kristus, bahkan sebagian besar sengaja mengabaikannya. 

Paling sedikit ada tiga alasan dibalik pengabaian tersebut, yaitu: 

(1) Saat membaca keempat injil maka sulit untuk melihat dengan tepat apa isi seluruh cerita itu, karena masing-masing Injil memiliki gayanya sendiri dan satu cerita yang terpapar di balik keempat Injil tidak terlalu terlihat jelas seketika. Artinya, ada bagian-bagian yang memang harus dipelajari lebih teliti dan mendalam; 

(2) Selain itu, jika seseorang mulai membaca Injil secara berturut-turut dari Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, maka adakalanya mereka akan mendapati kesan bahwa urutan kejadian atau kisah tertentu yang diceritakan dalam keempat Injil tersebut kontradiksi. Misalnya, kisah mengenai Yesus menyembuhkan orang buta di Yerikho dalam ayat-ayat Matius 20:29-34; Markus 10:46-52; Lukas 18:35-43, terlihat adanya penjelasan dan rincian yang berbeda dari pera penulis Injil. Matius menuliskan bahwa Yesus menyembuhkan dua orang buta ketika akan meninggalkan Yerikho, sedang penulis Injil lainnya hanya menyebut satu orang buta, dan penyembuhan itu pun dilakukan Yesus ketika memasuki Yesrikho. 

(3) Mungkin, dan ini merupakan alasan yang paling banyak dari pengabaian kisah Yesus, yaitu di mana orang-orang Kristen lebih tertarik terhadap hal-hal yang rohani dan supranatural sehingga mereka tidak berminat terhadap kisah Yesus. Karena itu tidak heran apabila orang Kristen diminta untuk menceritakan satu cerita tentang Yesus seperti yang dikisahkan keempat kitab Injil, mungkin hanya sedikit orang Kristen yang dapat melakukan hal itu. Suatu hal yang ironis dan tragis!

Pertanyaannya, “haruskah orang Kristen mempercayai Yesus tanpa mengetahui seluk beluk tentang hidup dan pelayananNya?”. Menurut saya, seharusnya tidak demikian. Tim Stafford mengatakan keprihatinannya demikian, “Jika anda meminta orang Kristen memberitahu apa yang mereka ketahui tentang Yesus, kebanyakan akan memberikan ringkasan pendek... Biasanya bunyinya demikian: Yesus adalah Allah, dan Ia datang ke bumi sebagai seorang bayi. Ia menjalani kehidupan tanpa dosa dan menyerahan diri-Nya mati di kayu salib demi dosa-dosa kita. Lalu bangkit kembali dan hidup di surga... Kita mengetahui awal dan akhirnya, tetapi tidak banyak mengetahui seputar apa yang terjadi ditengah-tengahnya. 

Kita tahu bahwa Yesus tidak berdosa, tetapi apa yang Ia lakukan justru nyaris tidak bisa kita jelaskan. Kita tidak mengatakan apa pun seputar ajaran, penyembuhan, dan tindakan-Nya yang memanggil para muridNya”. 

Seharusnya, karena Yesus adalah inti dan pusat dari iman Kristen, maka orang Kristen tidak hanya percaya kepada Yesus Kristus, tetapi juga mengenal Dia, mengenai Pribadi, pelayanan, ajaran, dan karya-karyaNya seperti yang ditulis di dalam Perjanjian Baru, khususnya kitab-kitab Injil. Walaupun pada kenyataannya masing-masing penulis kitab Injil tidak berusaha menguraikan kisah historis kehidupan Yesus secara kronologis, namun bukan berarti bahwa keempat injil tersebut tidak terintegrasi satu dengan yang lainnya. 

Menurut saya, keempat kitab Injil berisi kisah Yesus yang komplemeter (saling melengkapi) dan dapat diintegrasikan dalam suatu kisah yang sistematis dan kronologis bila dikolaborasikan. Berikut ini secara ringkas saya berikan empat contoh dari upaya yang baik untuk mengkolaborasi kisah kehidupan Yesus menurut keempat Injil dalam suatu kronologis.

1. J.N. Geldenhuys, dalam artikel yang berjudul Riwayat Hidup Yesus Kristus menyusun riwayat hidup Yesus dengan menujukkan masa-masa paling penting dalam hidupNya, yaitu : (a) KelahiranNya yang supra alami; (b) Masa bayi, kanak-kanak, dan berjenjang dewasa; (c) Baptisan dan pencobaanNya; (d) awal pelayananNya terhadap masyarakat umum; (e) pelayanan dan ajaran berpusat di Galilea; (f) Dua belas orang rasul dilatih; (g) Permusuhan yang memuncak; (h) Minggu terakhir di Yerusalem; (i) Penguburan, kebangkitan dan kenaikan-Nya.

2. Merrill C. Tenney, dalam buku Survei Perjanjian Baru menyusun suatu ikhtisar riwayat hidup Yesus sesuai dengan pendapat umum para ahli teologi dan Alkitab sebagai berikut : (a) Kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus; (b) Masa persiapan; (c) Pelayanan yang pertama di Galilea; (d) Pelayanan yang pertama di Yudea (Paskah); (e) Kembali ke Galilea; (f) Perjalanan keliling yang ketiga: puncak pelayanan; (g) Menyingkir ke utara; (h) Pelayanan yang terakhir di Galilea; (i) Pelayanan selanjutnya di Yudea; (j) Pelayanan di Perea; (k) Perjalanan terakhir ke Yerusalem; (l) Masa kesangsaraan; dan (m) Kebangkitan.

3. Michael Eaton dalam buku Jesus of The Gospels dengan yakin mengatakan bahwa secara keseluruhan tampak bahwa Injil-Injil secara eksplisit kronologis. Menurutnya, melalui riset yang lebih teliti ketidakjelasan urutan hanya berlaku dalam bagian seperti Matius 4-16; Lukas 4:16-30, dan sedikit kelonggaran di tempat lain. 

Secara kronologis riwayat Yesus menurut Michael Eaton adalah sebagai berikut : (a) Kelahiran dan masa keil Yesus; (b) Tiga syarat pelayanan; (c) Di Yudea dan Samaria; (d) Masa-masa awal di Galilea dan Berita; (e) Fase pelayanan kedua; (f) Perjalanan ketiga di Galilea; (g) Setelah Perjalanan ketiga;(h) Titik balik dalam pelayanan; (i) Sebelum dan sesudah Kaisarea Filipi; (j) Akhir pelayanan Yesus di bumi; (k) Perayaan di Yerusalem; (l) Minggu Sengsara; dan (m) Minggu kebangkitan.

4. Adina Chapman, dalam buku Pengantar Perjanjian Baru menyusun suatu garis besar iwayat hidup Yesus menurut perbandingan keempat kitab Injil sebagai berikut : (a) Perihal penjelmaan Yesus; (b) Kelahiran dan masa kanak-kanakNya; (c) Pembaptisan Yesus; (d) PencobaanNya; (e) MujizatNya yang pertama; (f) PelayananNya yang pertama di Yudea kira-kira 8 bulan; (g) KunjunganNya ke Samaria; (h) PelayananNya di Galilea kira-kira 2 tahun; (i) KunjunganNya ke Yerusalem; (j) PelayananNya di Perea dan Yudea; (k) Peristiwa-peristiwa pada minggu terakhir; (l) PelayananNya sesudah kebangkitanNya.

Saat ini, telah semakin disadari perlunya mendapatkan kisah Yesus secara utuh berdasarkan Kitab-kitab Injil. Hal ini terlihat dari semakin banyak, buku-buku yang ditulis oleh para teolog, ahli Alkitab, dan pemimpin-pemimpin gereja yang mengulas kembali kisah tentang Yesus. Dari beberapa buku yang pernah saya baca, ada satu buku yang saya rekomendasi untuk dibaca, dimana buku tersebut secara utuh menceritakan kembali Yesus Kristus dan menggambarkannnya dalam bentuk naratif berdasarkan Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. 

Buku tersebut ditulis oleh Leith Anderson, pendeta senior Wooddale Church di Minnesota. Beliau merupakan lulusan dari beberapa universitas dan teologi ternama seperti Moody Bible Institute, Bradley University, Denver Seminary, dan Fuller Theological Seminary. Buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh penerbit Gloria Graffa Yogyakarta dengan judul “Yesus: Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya.

Di atas telah dijelaskan bahwa keempat kitab Injil memang saling melengkapi dan terintegrasi dalam menceritakan kisah kehidupan Yesus. Namun sekali lagi, harus diakui bahwa kisah-kisah kehidupan Kristus itu kurang lengkap. Hal ini terlihat dalam kenyataan bahwa tidak satu pun penulis kitab Injil mendeskripsikan keadaan atau menggambarkan bentuk fisik jasmaniah Yesus dan sebagian besar masa 30 tahun dalam hidupnya berlalu tanpa catatan. 

Injil Markus dan Injil Yohanes sama sekali tidak memiliki catatan apa pun tentang kelahiran, masa kecil, dan atau tahun-tahun remaja Yesus. Injil Lukas dan Injil Markus mencantumkan kejadian-kejadian tertentu yang berkaitan dengan kelahiran Yesus dan satu episode tentang pengajaran Yesus di Bait Suci Ketika Ia berusia 12 tahun, namun untuk hal-hal lain kedua kitab ini tidak menyinggung apa pun. Tidak tercatatnya sebagian besar kehidupan Yesus ini disebut dengan istilah atau “the silent period (masa senyap)” atau dikenali juga dengan istilah “the lost years of Jesus (tahun-tahun kehilangan Yesus)”.

Beberapa dari penulis buku dan artikel yang pernah saya baca menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “the lost years of Jesus” adalah kisah hidup Yesus yang tidak tercatat dalam Injil pada saat Yesus berusia 12 sampai dengan 30 tahun. 

Namun, dalam penelitian saya, ada dua periode di mana kisah hidup Yesus menjadi sebuah misteri karena tidak dicatat dalam Alkitab, yaitu : Periode ketika Yesus berusia 9 hari sampai dengan usia 12 tahun sebelum kemunculan-Nya di Bait Allah dan periode usia 12 tahun setelah kemunculan di Bait Allah sampai dengan usia 30 tahun saat Ia memulai pelayanan-Nya. Jadi dalam pemahaman saya, yang dimaksud dengan “the lost years of Jesus” itu mencakup kedua periode tersebut di atas. Karena memang data Alkitab tidak mencatat kisah Yesus di tahun-tahun dalam kedua periode tersebut. 

Ada 4 momentum khusus tentang pencatatan usia Yesus Kristus yang disebutkan dalam kitab-kitab Injil yang dapat kita temukan, yaitu : (1) Saat kelahiranNya di Betlehem (Matius 2:1; Lukas 2:7); (2) Ketika Ia disunat dan diserahkan di Bait Allah pada usia 8 hari (Lukas 2:21-40); (3) Ketika Ia beserta orang tuaNya pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di sana dan berdialog dengan orang-orang Yahudi di Bait Allah pada usia 12 tahun (Lukas 2:42-46); dan (4) Ketika Ia tampil di depan umum dalam pelayanan pada usia 30 tahun hingga saat kenaikkan-Nya ke surga (Lukas 3:23; Kisah Para Rasul 1:11).

Pertanyaan menarik yang sering kali mencul sehubungan dengan hal tersebut di atas adalah : “Di manakah Yesus Kristus berada pada masa kanak-kanak (periode usia antara bayi hingga 12 tahun), dan pada masa remaja dan dewasa (12 tahun sampai 30 tahun)? Apakah semua perkataan yang diucapkan-Nya selama periode misteri tersebut juga merupakan Firman Allah?” Sementara kebanyakan orang memilih sikap bungkam ketika ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka yang lainnya justru “kebablasan” dengan berusaha mencari jawaban dari sumber-sumber lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara historis. 

Menurut saya, tidak ada salahnya mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, tetapi akan menjadi salah jika memaksakan jawaban di luar Alkitab yang tidak dapat dijamin kebenarannya secara historis. Karena itu saya berpendapat, selain kedua pertanyaan di atas, ada pertanyaan lainnya yang lebih penting untuk di jawab terlebih dulu yaitu “Mengapa kisah kehidupan Yesus dalam kedua periode tersebut tidak dicatat oleh para penulis Kitab Injil? (2) Bagaimana menjelaskan “the Lost Years of Jesus” tersebut dengan menggunakan ayat-ayat petunjuk yang ada (Galatia 4:4-5; Lukas 2:40,51,52)?

Sebagai akibat dari tidak tercatatnya sebagian besar kehidupan Yesus, maka selama berabad-abad setelah Kristus dan rasul-rasul-Nya, telah munculnya berbagai kisah dan teori yang berusaha mengisi kekosongan tersebut, melalui tulisan-tulisan yang kita kenal sebagai tulisan apokrifa dan pseudografa. Kitab apokrifa adalah kitab yang narasinya mengandung campuran antara legenda dan sejarah, serta fakta dan khayalan yang janggal, karena itu kebenarannya diragukan. 

Selain itu, kitab apokrifa juga tidak diketahui asal usulnya. Istilah Apokrifa berasal dari bahasa Yunani “apokrupson” yang berarti “terselubung”. Bentuk kata bendanya adalah “apocrypha” yang berarti “gulungan kitab yang tersembunyi”. 

Kitab apokrifa seringkali disebut juga dengan sebutan “pseudografa” yang dalam bahasa Yunani berarti “literatur dengan nama samaran”, yaitu tulisan yang memalsukan nama penulis dan atau hasil karya aslinya. George Sandison mengatakan, banyak tulisan tradisional tentang pokok itu, kurang lebihnya adalah tulisan yang direkam dalam kitab-kitab apokrifa, namun, cerita-cerita ini kurang memiliki arti penting”.

Di antara kitab-kitab itu yang mengisahkan masa kanak-kanak Yesus dengan kisah yang janggal adalah : 
(1) Gospel of James yang ditulis sekitar tahun 150 M dan mengisahkan masa kanak-kanak mulai dari kelahiranNya yang unik dari Maria dan saat Yesus diserahkan ke Bait Allah sampai dijaga oleh Yusuf. 

(2) Gospel of Thomas yang ditulis sekitar pertengahan sampai akhir abad 2. Beberapa kisah janggal tentang Yesus dalam tulisan ini adalah Yesus membuat burung hidup dari tanah liat, membuat teman yang memukuli-Nya mati dan ketika orang tua mengadu mata mereka dibutakan, membawa air dalam wadah yang terbuat dari kain, dan lain sebagainya. 

(3) History of Joseph The Carpenter yang diperkirakan ditulis pada abad ke 4, merupakan usaha yang menekankan peran Yusuf dari sumber Gospel of James. 

(4) Pseudeo Gospel of Matthew yang ditulis sekitar abad ke 5 mengisahkan kisah janggal pohon kurma yang membungkuk menuruti perintah Yesus untuk mengeluarkan buahnya dan air segar yang memancar dari bawah pohon itu. 

(5) Arabic Gospel of Infancy yang ditulis pada abad ke 7 mengisahkan bahwa Yesus dapat berbicara pada waktu bayi ketika sedang digendong Maria ibunya. Menanggapi kisah-kisah tersebut, Leith Anderson mengatakan, “Sisa masa kanak-kanak Yesus tidak banyak diketahui. Legenda-legenda yang tak pasti menceritakan mujizat-mujizat masa kanak-kanak dan kekuatan-kekuatan adikodratiNya, tetapi kisah-kisah ini muncul jauh setelah kematian Yesus dan tidak terbukti secara historis”.

Selain kisah janggal tentang Yesus dari apokrifa dan pseudografa tersebut di atas, ada juga kisah lainnya yang bersumber dari India mengisahkan bahwa Yesus pernah pergi ke India pada umur 12-30 tahun. Di sana Ia belajar agama Budha dan kemudian kembali ke Palestina. Kisah tersebut dituturkan oleh Anand Krishna di dalam bukunya yang berjudul “Isa, Hidup dan Ajaran Sang Masiha”. 

Menurut Bambang Noersena, tulisan Anand Krishna tersebut hanya dalil yang dicari-cari dan ia tidak tidak bisa membuktikan kebenaran sumber tulisannya itu. Ada juga kisah dari penulis yang bernama Andreas Faber Kaiser dalam bukunya yang berjudul “Jesus Died in Kashmir. Ia mengatakan bahwa pada masa itu Yesus pergi ke Tibet untuk mempelajari pengertian ilahi dan mempelajari hukum-hukum Budha. Kisah-kisah tersebut tidak lebih dari sekedar kisah fiksi yang spekulatif, yaitu suatu usaha untuk mencari tahu kehidupan Yesus saat berumur 13 sampai dengan 29 tahun. 

Karena itu kita menolak kisah-kisah spekulasi tersebut bukan saja karena kisah-kisah tersebut tidak dapat dipertanggunjawabkan kebenaran sumbernya, tetapi juga karena Alkitab memang tidak membenarkan kisah-kisah tersebut.
MENGAPA PARA PENULIS KITAB INJIL TIDAK SECARA LENGKAP MENULIS TENTANG KEHIDUPAN YESUS ?
otomotif, bisnis
Alpanya para penulis Injil mengisahkan sebagian besar riwayat Yesus ini nampaknya dapat dimengerti karena memang kitab-kitab Injil yang ditulis bukanlah sebuah buku teks akademis yang lengkap tentang sejarah dan biografi Yesus. Tujuan utama kitab-kitab Injil ditulis sebagaimana direpresentasikan dalam penjelasan Lukas di awal Injil yang ditulisnya adalah “supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Lukas 1:3). 

Kepada Theofilus, Lukas kembali menjelaskan fokus dari Injil yang ditulisnya adalah segala sesuatu yang dikerjaan dan diajarkan Yesus demikian, “Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat...” (Kisah Para Rasul 1:1-2a). 

Selain itu, Yohanes dalam Injilnya juga menjelaskan bahwa tidak semua hal tentang Yesus harus dituliskannya ketika ia mengatakan, “memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini” (Yohanes 20:30), dan “masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (Yohanes 21:25). 

Selanjutnya Yohanes menjelaskan bahwa Injil ditulis sebagai bukti dalam “memberi kesaksian tentang semuanya ini dan ... kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar” (Yohanes 21:24), dan “semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:31).

Jelaslah bahwa para penulis Kitab Injil memang tidak bermaksud menyajikan secara detail setiap tahap dari rentetan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagaimana yang biasanya dilakukan dalam karya literatur biografi Yahudi ataupun Greko-Roman, hal ini terlihat pada keempat kitab Injil yang secara tidak seimbang menempatkan porsi tulisan yang besar atas minggu-minggu dan hari-hari terakhir kehidupan Yesus. 

Lagi pula, peristiwa-peristiwa utama dalam pelayanan Yesus ditempatkan dalam urutan yang berbeda, dan jarang diberitahu jarak waktu yang memisahkan dua peristiwa. Cara para penulis Injil Kanonik ini menulis kisah tentang Yesus ini dikenali dengan genre biografi Helenistik. 

Para penulis biografi Helenistik tidak berkewajiban untuk menampilkan semua periode kehidupan seseorang atau menceritakan segala sesuatu di dalam urutan kronologis. Mereka memilih peristiwa-peristiwa tertentu secara teliti untuk mengajarkan berbagai pelajaran moral atau mempromosikan ideologi tertentu, dan mereka sering kali fokus pada kematian seseorang karena mereka percaya cara seseorang meninggal mengungkapkan banyak tentang karakternya. 

Namun karena yang ditulis oleh keempat penulis kitab Injil adalah tentang Yesus, maka nampaknya keempat penulis kitab Injil pada dasarnya telah menciptakan sebuah genre baru dalam karya mereka yang unik terkait dengan karya Kristus, yang berhubungan dengan kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya yang berhubungan dengan penyelamatan. Karena itu kisah tentang Yesus dalam Injil Kanonik ini disebut juga “biografi teologis”. 

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara formal para penulis kitab Injil mengikuti genre biografi Helenistik, yaitu suatu narasi tentang kehidupan dan pengajaran Yesus yang ditempatkan dalam kontek Kitab Suci, tetapi secara materi mereka menciptakan genre baru yaitu biografi teologis, yaitu bahwa Allah berkarya di dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dalam kaitan-Nya dengan janji-janjiNya yang ditemukan dalam Kitab Suci. MENGAPA PARA PENULIS KITAB INJIL TIDAK SECARA LENGKAP MENULIS TENTANG KEHIDUPAN YESUS ?
Next Post Previous Post