MAKNA BERSATU DAN DIPERSATUKAN ALLAH
Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
gadget, bisnis, otomotif |
Pernikahan adalah hal yang paling misterius tetapi serius. Perhatikanlah frase “keduanya akan menjadi satu” (Matius 19:5-6). Artinya, secara praktis keduanya akan beralih “dari aku dan kau menjadi kita” dan “dari saya dan dia menjadi kami”. Persatuan ini mencakup segalanya “di satukan secara fisik, emosional, intelektual, dan spiritual”.
Perhatikanlah saat Alkitab mengatakan “seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya” (Kejadian 2:24). Kata “meninggalkan” dan “bersatu” adalah dua kata yang penting untuk dipahami.
Derek Prince dalam bukunya Suami dan Ayah mengatakan demikian, “Kunci pernikahan adalah dua kata: meninggalkan dan bersatu. Jika Anda tidak meninggalkan, Anda tidak dapat bersatu. Jika Anda tidak bersedia keluar dari lingkungan orang tua Anda dan membuat suatu langkah baru, Anda tidak akan pernah mencapai kesatuan sejati dengan pasangan Anda”.
Kata Ibrani untuk “meninggalkan” adalah “azab” yang berarti “melonggarkan, melepaskan, meninggalkan, meninggalkan sepenuhnya, secara total”. Sedangkan kata Ibrani untuk “bersatu” adalah “dabaq” yang artinya “mengikat, lem, melekat, menempel, bergabung berdekatan dengan atau mengikat bersama”.
Jadi ketika Yesus mengutip Kejadian 2:24 ini maka anak kalimat “bersatu dengan” dalam kalimat “Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Matius 19:5), maka kata yang dipakai adalah kata Yunani “proskolléthésetai”, kata yang sama dipakai Paulus dalam Efesus 5:31.
Kata “proskolléthésetai” berarti direkatkan atau dikokohkan bersama, ditatah bersama, atau di las bersama”, yang mengindikasikan tingkat kekuatan paling tinggi dan dalam dari sebuah kedekatan dan pelekatan. Artinya jelas, bahwa dalam pernikahan seorang pria melekatkan diri kepada istrinya sendiri, sehingga “apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6). (catatan: Beberapa edisi Perjanjian Baru Yunani memakai kata “kolléthésetai” tanpa awalan “pros” yang mengandung arti sama).
Secara khusus, pernikahan juga melibatkan kesatuan seksual antara seorang pria dan seorang wanita. Perhatikan frase “satu daging” dalam ayat-ayat Kejadian 1:24; Matius 19:5; Markus 10:7; Efesus 5:31. Mereka dijadikan satu daging: di satukan secara fisik, emosional, intelektual, dan spiritual. Jadi meskipun pernikahan melibatkan hak-hak seksual, tetapi pernikahan tidak terbatas pada hubungan seksual saja.
Pernikahan adalah suatu relasi persahabatan dan hubungan seks lebih dari sekedar perkembangbiakan saja. Ada tiga tujuan relasi seksual dalam pernikahan, yaitu: perkembangbiakan (Kejadian 1:28); penyatuan (Kejadian 2:24), dan rekreasi (Amsal 5:18-19). Menurut Alkitab hubungan seksual pria dan wanita ini hanya boleh dilakukan dalam lembaga pernikahan. Sebab, hubungan seksual sebelum pernikahan disebut percabulan (Kisah Para Rasul 15:20; 1 Korintus 6:18), dan hubungan seksual diluar pernikahan disebut perjinahan (Keluaran 20:14; Matius 19:9).
MAKNA "DIPERSATUKAN" ALLAH
Melalui pernikahan Allah menyatukan dua orang (pria dan wanita) menjadi satu. Perhatikan frase “dipersatukan Allah” dalam kalimat “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6), berasal dari kata Yunani “suzeugnumi” yang berarti “menyatukan”. Kata ini berbeda dari kata Yunani “kolléthésetai” yang artinya “dipersatukan” atau “bersatu” dalam Matius 19:5.
BACA JUGA: TUJUAN PERNIKAHAN KRISTEN
Kata Yunani “suzeugnumi” atau “dipersatukan” secara harfiah adalah “bersama-sama disatu-kuk-kan”, atau sepenuhnya berarti “bersama dalam kuk yang sama yang telah ciptakan bagi mereka”. Sebuah kuk memampukan dua ekor lembu menarik beban bersama, masing-masing saling berbagi tugas sehingga konsekuensinya adalah meringankan tugas dan keduanya bersama dapat menyelesaikan tugas lebih banyak dari apa yang dapat dicapai kalau mereka hanya sendirian mengerjakannya.
Jadi dalam nas ini, Yesus menggambarkan pernikahan sebagai sebuah kuk yang Allah buat, di mana seorang laki-laki dengan seorang perempuan dapat memikulnya sehingga mereka bersama dapat meringankan pekerjaan-pekerjaan dan beban-beban kehidupan, dan mencapai hal-hal bersama yang tidak dapat dicapai kalau mereka hanya sendirian saja.
Jadi apa yang Allah buat adalah menempa sebuah kuk, yaitu menciptakan sebuah hubungan yang eksklusif, yang ke dalamnya seorang laki-laki dan seorang perempuan boleh masuk, memiliki hubungan, menerima, dan menikmati manfaat yang ada di dalamnya. Pernikahan pada hakikatnya adalah suatu hubungan yang eksklusif antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Dan semua yang ada di dalam pernikahan itu sendiri berasal langsung dari kebenaran bahwa pernikahan merupakan rancangan Allah dan lembaga yang diciptakan Allah! Konsep tentang “hubungan yang eksklusif” dalam pernikahan ini merupakan pusat dari ajaran Kristus mengenai pernikahan. Inilah yang dimaksud Yesus ketika ia berkata “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Matius 19:6).MAKNA BERSATU DAN DIPERSATUKAN ALLAH