PRINSIP-PRINSIP MENJALANKAN KARUNIA ROHANI

Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th.
PRINSIP-PRINSIP MENJALANKAN KARUNIA ROHANI
PENGANTAR. 

Prinsip-prinsip Alkitabiah dari karunia-karunia rohani adalah untuk memberikan suatu pedoman atau aturan umum (normatif) bagi operasional karunia-karunia rohani yang diberikan kepada orang-orang percaya dalam pelayanan sehingga dapat dijalankan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuannya. 

Prinsip-prinsip tersebut ditetapkan oleh Tuhan sendiri di dalam firmanNya yang tertulis (Alkitab). Para penganut Kharismatik tidak menetapkan prinsip-prinsip tersebut tetapi memformulasi dan menegaskan kembali dalam bentuk pernyataan-pernyataan dan menjadikannya suatu aturan yang harus ditaati. Apabila prinsip-prinsip tersebut ditaati maka karunia-karunia rohani yang beroperasi akan bermanfaat sesuai maksud dan kehendakNya.

1. Pentingnya Prinsip

Prinsip-prinsip Alkitabiah yang normatif akan sangat bermanfaat bagi pelayanan yang berorientasi pada penggunaan karunia-karunia rohani agar berjalan sesuai dengan tujuan dan kehendakNya. Pertanyaan pentingnya ialah “mengapa kita membutuhkan aturan umum (prinsip-prinsip) dalam menjalan karunia-karunia rohani yang Tuhan berikan? Menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mengingat bahwa karunia-karunia Roh yang diberikan Tuhan, dilakukan melalui orang percaya sebagai tindakan operatif. Manusia bukan menjadi sebuah boneka atau robot, yang bertindak tanpa sadar, atau masuk dalam alam ketidaksadaran. Melainkan, dia harus bekerjasama dengan Tuhan untuk mengekspresikan apa yang Tuhan kehendaki.[1] 

Pada dasar prinsip itu penting karena prinsip berfungsi untuk : (1) mengarahkan kepada tujuan dan maksud karunia-karunia tersebut dinyatakan; dan (2) melindungi dari penyimpangan dan penyalahgunaan karunia-karunia rohani yang mungkin terjadi karena sifat alami manusia sebagai alat yang tidak sempurna. Apabila prinsip-prinsup itu dilanggar, maka akan menyebabkan terjadinya kekacauan, kesalahan, dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.

2. Karakteristik Prinsip

Perlu bagi saya untuk menegaskan karakteristik atau sifat dari prinsip, sebab dengan mengetahui karakteristik dari prinsip dapat membantu kita memahami bagaimana prinsip berfungsi di dalam hidup dan pelayanan kita. Myles Munroe seorang Sarjana Kharismatik dari Oral Robert University menyebutkan tujuh karakteristik dari prinsip, yaitu: (1) Prinsip bersifat permanen; (2) Prinsip tidak pernah berubah, tetapi tetap konstan; (3) Prinsip berlaku dimanapun; (4) Prinsip melindungi dari bahaya; (5) Prinsip tidak boleh dilanggar; (6) Prinsip bila dilanggar mengakibatkan kerusakan; dan (7) Prinsip mengandung penghukuman yang melekat.[2]

3. Daftar Prinsip-Prinsip Karunia Rohani

David Lim menyebutkan beberapa prinsip dalam menjalankan karunia rohani, khususnya karunia nubuat, yaitu: (1) Prinsip inkarnasi, yaitu karunia-karunia yang supranatural itu dilaksanakan dengan memakai manusia yang alami dan tak sempurna; (2) Prinsip proses, yaitu proses nubuat yang melibatkan unsur-unsur: penubuat, jemaat, serta hasil-hasilnya; (3) Prinsip persiapan dan konfirmasi. Hal ini penting karena karunia (untuk bernubuat) bukan untuk memprakarsai tujuan pribadi jadi perlu mendapat konfimasi dari orang lain juga; (4) Prinsip saling ketergantungan, yaitu bahwa setiap orang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Bahwa karunia setiap orang akan berhubungan dengan orang lainnya; (5) Prinsip Komunikasi yang jelas, yaitu karunia-karunia rohani harus disampaikan dengan jelas.[3]

Darrell W. Robinson menyebutkan empat prinsip tentang karunia-karunia Roh berdasarkan Efesus 4, yaitu: (1) Karunia Roh diberikan kepada setiap orang Kristen. Setiap orang paling sedikit mempunyai satu karunia Roh; (2) Karunia Roh adalah milik tubuh Kristus; (3) Karunia Roh diberikan untuk membangun tubuh Kristus. Ini bagian dari karya Allah untuk memampukan orang-orang Kristen melakukan pekerjaan pelayanan; (4) Gereja harus menantang anggotanya untuk menggunakan karunia-karunia rohani. Gereja bertanggung jawab untuk memperlengkapi orang-orang kudus supaya mereka dapat memanfaatkan karunianya dalam pelayann.[4]

William dan Robert Menzies menyebutkan tiga prinsip utama karunia-karunia rohani, yaitu: (1) Prinsip kasih karunia, yaitu bahwa karunia rohani bukanlah tanda kedewasaan (1 Korintus 12:4); (2) Prinsip pembinaan, yaitu bahwa karunia-karunia diberikan supaya kita bisa membina orang-orang lain (1 Korintus 12:7); (3) Prinsip partisipsi, yaitu bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang khusus untuk disumbangkan (1 Korintus 12:11).[5]

Dick Iverson memberikan enam prinsip dalam menjalankan karunia-karunia Roh, yaitu: (1) Karunia-karunia roh tunduk kepada Firman Tuhan yang tertulis; (2) Karunia-karunia roh tunduk kepada penilik-penilik pelayanan Gereja (Efesus 4:11-15); (3) Prinsip “menyerahkan” anggota-anggotamu (Roma 6:13); (4) Karunia-karunia harus diperintah oleh kasih (1 Korintus 13); (5) Prinsip “membangun” (1 Korintus 14:12); dan (6) Prinsip kesatuan (1 Korintus 12:4-6).[6] 

Mike Bikle memberikan tiga prinsip karunia-karunia rohani sebagai berikut, yaitu: 

(1) Karunia-karunia dari kasih karunia, artinya bahwa karunia-karunia diberikan secara gratis dan bukannya karena hasil perbuatan seseorang (1 Korintus 12:11). Karunia-karunia bukan diberikan sebagai tanda atau badge yang menyatakan bahwa Allah senang dengan tingkat kerohanian seseorang. Karunia-karunia juga tidak kita peroleh karena kita mengabdi dengan sungguh-sungguh sekali. Karunia-karunia itu pemberian berdasarkan kasih karunia Allah; 

(2) Menjadi karunia sendiri yang digunakan untuk pelayanan gerejaNya (Efesus 4:7). Karunia yang Allah berikan kepada seseorang bukan untuk menghormati diri orang itu sendiri. Karunia-karunia itu diberikan kepada tiap-tiap orang percaya agar digunakan bagi kepentingan orang-orang percaya lainnya; 

(3) Melalui kasih karunia berdasarkan iman. Karunia-karunia Roh Kudus seperti halnya keselamatan, diterima berdasarkan iman, bukan berdasarkan perbuatan (Galatia 3:1-5).[7]

Millard J. Erickson memberikan empat prinsip karunia rohani berdasarkan 1 Korintus 12 dan 14, yaitu: 

(1) Karunia-karunia tersebut diberikan kepada gereja. Karunia-karunia tersebut adalah untuk membangun tubuh Kristus, bukan sekedar untuk dinikmati atau memperkaya anggota-anggota gereja yang memiliki karunia-karunia itu (1 Korintus 12:7; 14:5,12; 

(2) Tidak satupun yang memiliki semua karunia (1 Korintus 12:14-21), dan juga tidak ada satu karunia pun yang diberikan kepada semua orang (1 Korintus 12:28-30). Karena itu, setiap anggota gereja memiliki karunia masing-masing sehingga mereka saling membutuhkan. 

(3) Sekalipun tidak semuanya sama-sama menonjol namun semua karunia itu penting (1 Korintus 12:22-26); 

(4) Roh Kudus membagi secara adil berbagai karunia kepada orang yang dikehendakiNya sesuai dengan perkenanNya juga (1 Korintus 12:11).[8]

PENJELASAN PRINSIP-PRINSIP KARUNIA ROHANI 

Berdasarkan, berbagai daftar dari prinsip-prinsip di atas berikut ini saya bagikan lima belas prinsip Alkitabiah karunia-karunia rohani disertai penjelasan singkat. 

(1) Karunia rohani diberikan pada saat seorang dibaptis ke dalam tubuh Kristus, yaitu bersamaan dengan peristiwa regenerasi (1 Korintus 12:13). Baptisan Roh Kudus dan regenerasi adalah peristiwa yang terjadi secara bersamaan, dan membuat setiap orang percaya dapat menerima karunia-karunia Roh. Dalam 1 Korintus 12:13 mengatakan “...kita semua diberi minum dari satu Roh.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap karunia yang dimiliki oleh orang-orang percaya, meskipun berbeda-beda, semuanya berasal dari satu Roh yang sama, yaitu Roh Kudus.

(2) Karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya (1 Korintus 12:7). Semua anggota tubuh Kristus saat ini, memiliki Roh Kudus yang memberikan karunia-karuniaNya kepada tiap-tiap orang percaya menurut kehendakNya. Artinya, setiap orang percaya mempunyai paling sedikit satu karunia roh; ada kemungkinan lebih dari satu. Karunia-karunia tersebut harus terus diaktifkan dalam kehidupan dan pertumbuhan iman orang-orang percaya yang menerimanya, jika tidak, maka karunia-karunia tersebut tidak akan berguna dan memberi manfaat dalam rangka membangun tubuh Kristus. Alkitab mengatakan “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan (phanerõsis) Roh untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7).

(3) Karunia roh diberikan sesuai kehendak Tuhan, bukan menurut keinginan orang percaya itu sendiri (1 Korintus 12:11; Efesus 4:7). Setiap orang percaya adalah sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus (1 Korintus 12:13), yang saling memperlengkapi, saling membutuhkan, saling mendukung, saling merasakan, dan saling memperhatikan. Melalui kesatuan dalam Kristus itulah kita harus sama-sama merasakan sukacita dan penderitaan, karena kita semua adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12:14-27). 

(4) Karunia rohani setiap orang percaya berbeda-beda satu dengan lainnya (Roma 12:6). Tugas gereja terlalu besar untuk dilakukan oleh seseorang dan terlalu beragam dari keterampilan yang dimiliki seseorang. Allah telah menyelesaikan masalah ini dengan cara membagi tugas dan memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang, sehingga mereka dimampukan untuk melakukan bagian mereka masing-masing. Dengan cara membagikan tugas, Ia meringankan beban semua orang dan memungkinkan pelaksanaan tujuanNya dengan lancar di antara manusia. Tidak diragukan lagi itu adalah alasan di balik karunia-karunia Roh yang diberikan kepada berbagai anggota komunitas Kristen.

(5) Karunia-karunia rohani diberikan untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:12 ; Roma 12:4-6; Efesus 4:12-16). Karunia-karunia diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesaikan (Kisah Para Rasul 1:4,8).

(6) Karunia-karunia rohani berupa karunia jabatan kepemimpinan diberikan untuk memperlengkapi orang percaya untuk melakukan pekerjaan pelayanan (Efesus 4:12). Tujuan dari karunia-karunia Roh untuk memampukan orang-orang percaya melakukan berbagai bentuk pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus. Pelayanan-pelayanan ini diberikan sampai tujuannya tercapai, yaitu membawa jemaat mencapai kesatuan iman, pengetahuan akan Kristus, kedewasaan penuh; mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13-16; bandingkan Efesus 5:23-33).

(7) Setiap orang percaya harus menggunakan karunia-karunia mereka untuk saling melengkapi dan melayani (Roma 12:4-5; 1 Petrus 4:10). Rasul Paulus membandingkan gereja sebagai sebuah tubuh jasmani (1 Korintus 12:12-31). Tubuh memiliki banyak anggota dan setiap anggota memiliki tugas khusus. Satu bagian tidak dapat melakukan pekerjaan bagian yang lain. Mata tidak dapat mendengar, tangan tidak dapat berjalan. 

Demikian juga halnya dengan orang percaya, setiap orang percaya harus tahu bagaimana menggunakan karunianya. Tuhan telah memperlengkapi orang-orang percaya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam gereja. Jika seseorang gagal menggunakan karunianya, bagian dari fungsi gereja itu akan lemah. Setiap orang percaya harus bersatu dengan karunia-karunia yang berbeda-beda itu.

(8) Karunia-karunia rohani mendapat konfirmasi dari para pemimpin rohani (Efesus 4:11-15). Para pemimpin bertanggunjawab atas kesehatan dan keadaan yang baik dari kawanan domba. Seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang dikatakan dan dilakukan di dalam Gereja/jemaat. Salah satu kesalahan terbesar dari perkumpulan-perkumpulan orang percaya di mana karunia-karunia dipraktekkan adalah tanpa kehadiran penilik/pemimpin. Para Pemimpin rohani ini adalah alat yang Tuhan sediakan untuk mengawasi agar segala sesuatu dilakukan sesuai dengan petunjuk Alkitab.

(9) Karunia-karunia rohani dijalankan secara kooperatif dengan Roh Kudus (1 Korintus 14:15). Karunia-karunia Roh yang diberikan Tuhan, dilakukan melalui orang percaya sebagai tindakan kooperatif. Manusia bukan menjadi sebuah boneka atau robot, yang bertindak tanpa sadar, atau masuk dalam alam ketidak sadaran. Melainkan, dia harus bekerjasama dengan Tuhan untuk mengekspresikan apa yang Tuhan ingin katakan atau lakukan dalam cara yang Dia kehendaki. Orang percaya itu tidak pasif, tetapi melibatkan kehendak dan tubuhnya; partisipasi secara aktif. Partisipasi itu tidak terjadi apabila dia berada dalam keadaan tidak sadar diri. Partisipasi itu dengan akal budi dan kerelaan. Dalam 1 Korintus 14:15, Paulus berkata, “Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku.”

(10) Karunia-karunia rohani dijalankan dengan dimotivasi kasih (1 Korintus 13). Tidak ada suatu kebetulan dalam Kitab suci, Allah menembus subjek karunia dengan penekanan kasih. “pasal kasih” sesungguhnya adalah bagian yang integral dari pengajaran karunia-karunia. Motivasi untuk “mengobarkan karunia kita” harus tidak kurang dari pernyataan Paulus: “sebab kasih Kristus yang menguasai kami.” (2 Korintus 5:14). Paulus dalam Galatia 5:16 memberitahu kita bahwa iman harus bekerja oleh kasih. Banyak masalah di masa lalu dan mungkin dimasa depan baik di antara jemaat dan diantara para pemimpin terjadi karena telah melanggar prinsip kasih ini.

(11) Karunia-karunia rohani melibatkan partisipasi dan untuk memelihara kesatuan (1 Korintus 12:4-6). Begitu luar biasa dan indahnya bagaimana Tuhan membangun suatu desain dalam ibadah-ibadah Gereja. Dia senantiasa mengikuti suatu tema atau suatu pesan atau berita, dan setiap orang yang berjalan dalam Roh akan berbicara yang sama. Bahkan ada “berbagai karunia”, “perbedaan dalam administrasi” dan “berbagai operasi”, Roh yang sama yang “mengerjakan semuanya itu” (1 Korintus 12:4-6). Selama Roh yang sama bekerja melalui semua, maka akan ada kesatuan berita atau pesan.

(12) Karunia-karunia rohani berjalan bersama-sama buah Roh kudus (Galatia 6:22-23). Baik karunia Roh (1 Korintus 12:7-12) dan buah Roh (Galatia 5:22-25), keduanya adalah karya Roh di dalam dan melalui kita. Tujuan karunia Roh Kudus diberikan sebagai alat yang memungkinkan kita dengan kuasaNya melayani orang-orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan buah Roh adalah karakter yang Dia hasilkan di dalam dan melalui kita. 

Tujuan dari buah Roh diberikan karena kita membutuhkan karakterNya agar cocok dengan kuasaNya. Mengapa? Karena kuasa yang diterima tanpa diimbangi karakter dapat merusak. Buah Roh merupakan prasyarat untuk menggunakan karunia-karunia Roh secara efektif. Karunia-karunia tanpa buah tidaklah berharga. 

Jadi Roh Kudus berkarya di dalam kita melalui dua cara, yaitu: Pertama, kuasa Roh yang mengubahkan dan memerdekakan; Kedua, karakter Roh, yaitu moral dan etika yang menyertainya. Baik kuasa Roh maupun buah Roh, keduanya sama-sama kita perlukan. Pemikiran yang menyatakan bahwa kita tidak memerlukan salah satu dari kedua hal tersebut, pastilah merupakan pemikiran yang datangnya bukan dari Tuhan. Karena dalam konteks penjelasan yang Alkitabiah, keduanya sama pentingnya bagi kita.

(13) Karunia-karunia Rohani dijalankan dengan tertib (1 Korintus 14:40). Menurut Kitab Suci, tidak seorangpun yang memaksa atau yang menonjolkan diri, atau terlampau emosi sehingga dia tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dapat mengatakan bahwa “itu adalah Roh Kudus” (1 Korintus 14:32). Pengoperasian yang murni dari karunia rohani adalah kesopanan dan keteraturan. Tidak cukup hanya bernubuat atau berkata-kata dalam bahasa Roh; itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan teratur.

(14) Karunia-karunia tersebut diberikan untuk memuliakan Kristus (1 Korintus 12:3). Karunia-karunia rohani harus digunakan untuk pelayanan di dunia dan menolong gereja untuk bertumbuh (Efesus 4:11-13). Pekerjaan Roh Kudus sekarang ini adalah memuliakan Kristus. Dan segala sesuatu yang dikerjakanNya mempunyai tujuan tertinggi untuk memuliakan Kristus. Tidak seorangpun bisa mengasihi Tuhan Yesus Kristus jikalau Roh Allah tidak diberi kesempatan untuk menyatakan diriNya di dalam kehidupan. Tidak seorangpun bisa berkata bahwa Yesus adalah Tuhan jikalau Roh Kudus tidak memampukannya melalui kehidupan dan pengalaman rohani.

(15) Karunia-karunia rohani selaras dan harmonis dengan firman tertulis (Alkitab). Tidak peduli betapa yakinnya seseorang bahwa dia memiliki wahyu rohani atau firman dari Tuhan, jika itu berkontradiksi dengan pengajaran Alkitab yang jelas, maka itu tidak bisa diterima. Satu-satunya yang aman bagi kita supaya tidak masuk dalam ajaran yang sesat adalah tinggal di dalam batas-batas kebenaran yang dinyatakan. Pengalaman harus diukur dalam terang Firman Allah. Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan.

KESALAH-PAHAMAN TENTANG KARUNIA-KARUNIA ROHANI 

1. Kesalahpahaman Mengenai Sifat Karunia Rohani

Sudah dijelaskan dalam pasal sebelumnya bahwa karunia-karunia Roh yang diberikan Tuhan, dilakukan melalui orang percaya sebagai tindakan kooperatif. Manusia bukan menjadi sebuah boneka atau robot, yang bertindak tanpa sadar, atau masuk dalam alam ketidak sadaran. Melainkan, dia harus bekerjasama dengan Tuhan untuk mengekspresikan apa yang Tuhan ingin katakan dalam cara yang Dia kehendaki.[9] 

Karena itu, dua pandangan ekstrim yang keliru secara mendasar tentang sifat karunia-karunia rohani perlu dihindari, yaitu : 

(1) Pandangan yang menganggap bahwa semua karunia rohani sama dengan talenta dan bakat alamiah. Pandangan ini merumuskan semua karunia rohani sebagai kemampuan alamiah, misalnya: para penyanyi, dokter dan, pemusik yang mendedikasikan bakat dan keahlian mereka dianggap mempraktekkan karunia-karunia rohani; dan 

(2) Pandangan yang menganggap bahwa semua karunia tersebut sepenuhnya supranatural. Pandangan ini menyangkal kemampuan dan peranan manusia. Mereka yang beregang pada pandangan ini berargumentasi bahwa segala sesuatu yang menyangkut jasmaniah seseorang itu jahat adanya. Karena itu, ketika Tuhan berbicara melalui manusia, Ia menerobos pikiran mereka dan menggunakan lidah mereka begitu saja. Dengan demikian manusia hanya sebagai alat yang pasif dan tidak berperan dengan aktif.[10]

Kedua pandangan ekstrim tersebut, sama-sama tidak Alkitabiah! Kita memang membutuhkan perlengkapan supranatural dari Tuhan. Namun, hal itu tidak menghilangkan atau membuang sama sekali kemampuan alamiah manusia. Apabila dalam menjalankan karunia-karunia rohani tersebut sepenuhnya bersifat supranatural tanpa melibatkan kemampuan alamiah manusia, maka tentunya hasilnya adalah sempurna (tidak dapat keliru). 

Namun, Firman Tuhan mengatakan supaya kita mengevaluasi dan menguji setiap karunia yang diekspresikan dari sudut pandang membangun, menasihati, dan memberi rasa nyaman bagi semua anggota tubuh Kristus.[11] Jadi dalam melaksanakan karunia-karunia rohani tersebut, Tuhan juga memakai kemampuan-kemampuan dan potensi alamiah dengan kuasa supranatural. Semua kemampuan yang didapatkan dari Roh Kudus untuk melayani serta memenuhi kebutuhan gereja, datangnya dari karunia-karunia Roh yang memampukan itu.[12]

Pada saat Tuhan memakai seseorang sebagai alatnya dan memberi karunia-karunia Roh kepadanya, maka Ia tidak menghilangkan kemampuan alami dari orang tersebut. Dengan demikian orang tersebut dapat meresponi hal-hal yang supranatural dari dirinya sendiri. Ada perbedaan antara “reaksi” dan “respon” kepada Roh Kudus. 

Kita bisa mengilustrasikan ini dengan memakai listrik: ketika kita memasang sebuah bola lampu pada aliran listrik, maka kita akan mendapatkan suatu respon listrik yang baik dan konstruktif. Tetapi, jika kita mengeluarkan bola lampu tersebut dan memasukkan jari kita, maka akan ada suatu reaksi pada aliran yang sama. Demikian juga, seringkali, dalam pengoperasian karunia-karunia, ada banyak reaksi manusia yaitu unsur tambahan manusia yang menyebabkan kebingungan dan tidak dapat menerima sebagaimana mestinya. 

Wayne Grudem, seorang teolog dan pakar Perjanjian Baru mengatakan dengan bijaksana, “Allah tidak membuat kesalahan, dan Ia tidak memberikan penyataan yang salah. Tetapi kita dapat membuat kesalahan dalam beberapa cara: (1) Kita mungkin saja tidak dapat membedakan dengan sempurna apa yang berasal dari Allah dan apa yang berasal dari pikiran kita sendiri; (2) Kita mungkin salah memahami pernyataan yang mana berasal dari Allah; (3) Kita mungkin tidak melaporkan wahyu itu dengan tepat sekali. Bisa saja beberapa gagasan dan penafsiran kita tercampur dalam wahyu itu”.[13]

2. Kesalahpahaman Mengenai Arti Karunia Rohani

Ada berbagai kesalapaham mengenai arti dari karunia-karunia rohani. Berikut ini beberapa diantaranya: (1) Menyamakan karunia rohani dengan tempat dalam pelayan. Karunia rohani adalah kemampuan, bukan tempat dimana kemampuan itu digunakan. Misalnya, mengajar dapat dilakukan di dalam ataupun diluar situasi ruangan kelas formal, dan disetiap negara di dunia. Menolong orang lain dapat dilakukan dalam gereja maupun dalam lingkungan tempat tinggal. 

(2) Menyamakan karunia rohani dengan jabatan organisasi gereja. Karunia rohani adalah kemampuan dan dapat digunakan oleh seseorang tanpa melihat apakah dia memegang suatu jabatan di gereja lokal atau tidak. 

(3) Mengklasifikasikan karunia rohani dengan pelayanan terhadap kelompok usia tertentu. Perjanjian baru tidak mengenal karunia-karunia pelayanan untuk pekerjaan kaum tertentu, misalnya untuk pekerjaan kaum bapak, kaum ibu, kaum muda atau anak-anak. Semua golongan usia harus dilayani oleh para gembala atau pendeta, pengajar, pengurus, pengerja, dan sebagainya. 

(4) Menyamakan karunia rohani dengan teknik keahlian khusus. Tidak ada karunia rohani untuk mendidik orang Kristen atau menulis, untuk memainkan musik atau menyanyi. Semua hal tersebut adalah teknik keahlian (skill) yang harus dipelajari, yang dapat digunakan untuk menyalurkan karunia-karunia rohani. 

(5) Menyamakan karunia rohani dengan bakat-bakat alamiah. Suatu bakat alamiah bisa dipakai untuk melayani tubuh Kristus, tetapi juga bisa tidak dipakai untuk melayani. Sedangkan karunia rohani harus dipakai untuk melayani tubuh Kristus. Perbedaan antara karunia rohani dari bakat alamiah antara lain: Karunia diberikan oleh Allah pada saat lahir baru (regenerasi), sedangkan bakat alamiah diberikan melalui orang tua pada saat dilahirkan; Karunia rohani dipakai khusus untuk kepentingan tubuh Kristus, sedangkan bakat alamiah dipakai untuk kepentingan umum. 

(6) Menyamakan karunia rohani dengan peranan Kristen. Banyak dari daftar karunia-karunia yang menggambarkan kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilaksanakan oleh orang Kristen. Misalnya, karunia penginjilan diberikan kepada orang-orang tertentu, sedangkan bersaksi diharapkan dilakukan oleh setiap orang Kristen. Karunia iman juga diberikan kepada orang-orang tertentu, sedangkan iman wajib dimiliki oleh setiap orang Kristen.[14]

3. Menyembunyikan dan Menyalahgunakan Karunia Rohani

Tuhan memberikan karunia-karunia rohani kepada setiap anggota-anggota tubuh Kristus atau jemaat-jemaat lokal, agar karunia-karunia tersebut digunakan. Menggunakan karunia-karunia rohani merupakan hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya. Karunia-karunia tersebut hendaknya digunakan dengan penuh tanggung jawab untuk memuliakan Kristus, memperlengkapi orang-orang kudus, melayani dan membangun tubuh Kristus, serta menginjili orang-orang yang belum percaya, sesuai perintah Kristus.

Dua hal harus dihindari setiap orang percaya dalam hal karunia-karunia rohani, yaitu : (1) Menyembunyikan karunia-karunia rohani atau tidak menggunakan karunia-karunia rohani. Karunia rohani yang tidak digunakan tidak akan bermanfaat. Kelalaian, kemalasan, dan ketidaksetiaan adalah bukti dari ketiadaan tanggung jawab dihadapan Tuhan; (2) Penyalahgunaan karunia-karunia rohani yaitu menggadaikan atau menjual karunia-karunia itu kepada dunia untuk keuntungan dan kepentingan sendiri, berupa sanjungan, prestise, kekuasan, jabatan, dan uang.[15]

CARA MENGETAHUI KARUNIA-KARUNIA ROH YANG ASLI DARI YANG PALSU

Kita seharusnya mengenal Roh Kudus dan karya-karyaNya masa kini sebagaimana kita mengenal kedua Pribadi Allah yang lain yaitu Bapa dan Anak (Kisah Para Rasul 5:3,4). Sebagaimana karya Kristus sangat penting dalam keselamatan dan gereja, demikian juga karya Roh Kudus. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa karya-karya Roh Kudus berhenti seiring dengan meninggalnya para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis. Roh Kudus masih aktif dan berkarya dalam gerejaNya dan kehidupan orang percaya.[16] Ayat-ayat yang memuat daftar karunia-karunia (charismata) yang Tuhan berikan kepada Gereja terdapat dalam Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 4:11.

Menurut penganut Kharismatik, setiap orang percaya memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan hingga kini karunia-karunia itu masih eksis di dalam dan melalui gereja. Dengan kata lain karunia-karunia ini belum berakhir sebagaimana yang diyakini oleh para penganut Sessasionisme yang mengajarkan bahwa “charismata” atau karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus 12 hanya berlaku pada zaman rasul-rasul saja. 

Pendapat yang mengajarkan berhentinya karunia-karunia Roh setelah masa para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis jelaslah tidak didasarkan pada eksegese yang memadai terhadap teks-teks Alkitab, tetapi lebih merupakan asumsi pribadi dan reaksi terhadap orang-orang yang membela adanya pengalaman religius mengenai karunia-karunia yang istimewa.[17] Tetapi, ada pertanyaan yang lebih penting lagi untuk dibahas, yaitu: “bagaimanakah kita mengetahui bahwa karunia-karunia Roh sekarang ini bukanlah tipuan dari setan yang menyesatkan orang-orang percaya?” 

1. Karunia-Karunia Palsu Tidak Pernah Dilakukan Oleh Orang Percaya Sejati

Perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu memang ada disebutkan dalam Alkitab, tetapi jika kita meneliti dengan cermat maka kita akan menemukan bahwa mujizat-mujizat palsu tersebut bukan dilakukan oleh orang-orang percaya yang sejati. 

Pertama, perhatikan data-data Alkitab dan berapa contoh berikut ini: (1) Para ahli sihir Firaun raja Mesir, mampu membuat beberapa mujizat palsu (Keluaran 7:11, 22; 8:7). Walaupun demikian, mereka segera mengakui bahwa kuasa Allah itu lebih besar (Keluaran 8:19); (2) Simon, si tukang sihir di kota Samaria membuat orang takjub karena mujizatnya (Kisah Para Rasul 8:9-11). Walaupun demikian, mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Filipus ternyata lebih besar (Kisah Para Rasul 8:13); (3) Di Filipi, rasul Paulus bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai “roh tenung” dan dengan tenungan-tenungannya itu tuan-tuannya memperoleh keuntungan besar (Kisah Para Rasul 16:16). Tetapi, rasul Paulus dengan kuasa yang besar dari Tuhan menghardik roh-roh jahat itu, sehingga roh-roh jahat itu keluar dari perempuan tersebut (Kisah Para Rasul 16:18).

Kedua, bukti selanjutnya dalam surat-surat kiriman rasul Paulus berikut ini. Rasul Paulus mengatakan bahwa jika manusia durhaka (anti-Kristus) itu tiba, maka “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis,akan disertai dengan rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka” (2 Tesalonika 2:9-10). 

Dari ayat ini ada dua hal yang Paulus sampaikan dengan jelas, yaitu: (1) Bahwa orang yang mengadakan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu karena kuasa Iblis tidak akan mengucapkan kebenaran, melainkan Injil palsu. Ingatlah, para pemalsu Injil tidak pernah memiliki Injil yang asli; (2) Orang-orang yang tertipu oleh kepalsuan tersebut adalah mereka yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran. Dengan kata lain mereka belum diselamatkan atau bukan orang-orang pilihan.

Ketiga, rasul Yohanes dalam wahyu 13 menunjukkan bahwa binatang kedua yang akan “keluar dari dalam bumi”, yaitu binatang yang memiliki “seluruh kuasa binatang yang pertama” dan “ia mengadakan tanda-tanda yang dasyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu” (Wahyu 13:11-14). Tetapi sekali lagi, Injil yang palsu menyertai mujizat-mujizat tersebut. Kuasa itu dilakukan dalam kaitan dengan binatang pertama yang mulutnya “penuh kesombongan dan hujat; ... ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga” (Wahyu 13:5-6).

Berdasarkan data-data Alkitab di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 

(1) Kuasa Allah lebih besar dibandingkan dengan kuasa Iblis yang memakai orang-orang untuk melakukan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu; 

(2) Orang-orang percaya dengan kuasa Allah akan menang ketika menghadapi kuasa Iblis melalui orang-orang yang melakukan kejahatan (bandingkan 1 Yohanes 4:4); 

(3) Identitas orang-orang yang mengadakan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu selalu diketahui melalui penyangkalan mereka terhadap Injil Kristus; 

(4) Tidak ada indikasi dimanapun di dalam Alkitab bahwa orang Kristen sejati yang didiami Roh Kudus akan mengadakan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu. Bahkan orang-orang yang ditolak dalam Matius 7:21-23,[18] jelaslah tidak menunjuk kepada orang percaya sejati. Tidak ada petunjuk bahwa orang-orang yang ditolak tersebut adalah orang percaya sejati.

2. Kemurnian Doktrin dan Karakter Hidup

Kristus memberikan suatu cara untuk menguji nabi-nabi palsu, yaitu: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 

Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16-20). Yang dimaksud dengan buah disini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan kemurnian “ajaran, motivasi, dan karakter hidup” yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Lihat Matius 7:21-22; bandingkan 2 Petrus 2:1-22).

Agama-agama palsu seperti, Mormonisme, Saksi Yehova, dan lainnya mengajarkan doktrin palsu. Orang-orang ini menentang pekerjaan Allah dan Injil yang sejati. Mereka menghasilkan buah yang tidak baik. Rasul Petrus menyebutkan banyak ciri kemurnian doktrin dan karakter hidup yang membedakan nabi-nabi palsu dari nabi-nabi sejati (Baca 2 Petrus 2:1-20). Sementara itu, rasul Yohanes memberitahukan bahwa, “Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan” (1 Yohanes 4:6). Nasihat ini jelas, bahwa kita dapat membedakan yang palsu dari yang asli.

Dengan demikian, apabila saat ini ada orang-orang percaya yang tidak mengajarkan doktrin palsu tetapi sebaliknya mengajarkan doktrin yang benar, memajukan pekerjaan Tuhan, memuliakan Kristus, dan menghasilkan berlimpah-limpah buah kebaikan di dalam kehidupan banyak orang, kita seharusnya tahu bahwa sifat-sifat baik ini bukanlah ciri-ciri yang menyesatkan. Sifat-sifat yang baik ini merupakan tanda-tanda kekristenan sejati di dalam kuasa Roh Kudus. 

Doktrin yang benar dan buah-buah kebaikan bukanlah ciri-ciri agama palsu. Sebaliknya, jika ada orang-orang yang sepertinya mengajarkan yang tulus dan sepertinya mengatakan hal-hal yang benar tetapi kehidupannya dan kehidupan orang-orang yang ada disekitarnya justru hancur, rusak, dalam kesedihan dan kebingungan, serta menujukkan buah-buah yang buruk, maka dapat dipastikan mereka adalah nabi-nabi palsu.

Di Korintus, sebuah kota yang penuh penyembahan berhala dan pemujaan setan (1 Korintus 10:20-21), Paulus mengatakan kepada orang-orang percaya di Korintus yang banyak diantaranya berlatar belakang pemuja berhala,[19] “Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3). Tetapi disini ia meyakinkan mereka bahwa orang yang sungguh-sungguh mengaku beriman kepada Yesus sebagai Tuhan, telah didiami Roh Kudus. Sungguh menarik, bahwa Paulus segera melanjutkan pembahasan mengenai karunia-karunia Roh yang dimiliki setiap orang beriman sejati (1 Korintus 12:7). 

Dan Paulus melakukan hal ini dalam suatu budaya dan tempat bahaya tipuan setan sama nyatanya seperti saat ini (1 Timotius 4:1-2). Ini meyakinkan kita bahwa jika kita melihat perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat dan karunia-karunia Roh yang sedang terjadi melalui orang-orang percaya sejati (1 Korintus 12:3), yang percaya pada inkarnasi dan keilahian Kristus (1 Yohanes 4:2), dan yang memperlihatkan buah-buah Roh Kudus di dalam kehidupan mereka dan menghasilkan buah-buah pelayanan (Matius 7:20; bandingkan Yohanes 15:5; Galatia 5:22-23), maka jangan kita mencurigainya bahwa perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat dan karunia-karunia itu palsu. Sebaliknya, kita patut bersyukur kepada Allah bahwa Roh Kudus sedang bekerja. 

Jadi, orang Kristen sejati dapat dibedakan dari yang palsu melalui kemurnian doktrin dan karakter hidup yang baik dan memuliakan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA 

Alley, John Kingsley., 2007. Pewahyuan Rasuli: Reformasi Dalam Gereja. terjemahan, Penerbit Metanonia : Jakarta.

Ang, Paul & Christina., 2013. Charisma: Memberdayakan Karunia-karunia Roh Kudus Dalam Pelayanan. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.

Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI : Jakarta.

Bennet, Dennis., 2010. How to Pray for The Release of the Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.

Bikle, Mike & Michael Sullivant., 2003. Growing In The Prophetic. Terjemahan, Penerbit Gospel Press.

Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

___________., 2004. Jemaat Dalam Perjanjian Baru, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

David, Jonathan., 2000. Pelayanan dan Fungsi Apostolik: Strategi-strategi Apostolik. terjemahan, Penerbit Nafiri Gabriel : Jakarta.

Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen. Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Fee, Gordon D., 2004. Paulus, Roh Kudus dan Umat Allah. Terjemahan, penerbit Gandum Mas : Malang.

Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat Ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.

Gutrie, Donald., 1990 New Tastament Introduction. Edisi Indonesia dengan judul Pengantar Perjanjian Baru, Jilid 2, diterjemahkan (2009), Penerbit Momentum: Jakarta.

Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Teological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.

____________., 1994. Kebenaran Masa Kini. Terjemahan, Indonesia Harvest Outreaach: Jakarta.

Jeremiah, David., 2003. Allah Di Dalam Diri Anda: Melepaskan Kuasa Roh Kudus Ke Dalam Kehidupan Anda. Terjemahan, Penerbit, Gospel Press: Batam.

Lim, David., 2005. Spiritual Gifts: A Fressh Lock. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Litzmen, Waren L., 1990. Pentecostal Truths. Penerbit Gandum Mas : Malang.

Manohey, Ralph., 2009. Tongkat Gembala. Lembaga Pusat Hidup Baru: Jakarta.

McDermott, Gerald R., 2001. Seeing God: Tweleve Reliable Signs of True pirituality. Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

Menzies, William W & Robert P., 2005. Roh Kudus dan Kuasa. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Menzies, William W & Stanley M. Horton., 2003. Doktrin Alkitab. Terjemahan, Penerbit, Gandum Mas: Malang.

Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Munroe, Myles., 2012. The Purpose and Power Praise and Worship. Terjemahan, Penerbit Immanuel Publising House: Jakarta.

Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit YAI Press : Jakarta.

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Prince, Derek., 2004. The Holy Spirit in You. Terjemahan, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia : Jakarta.

Robinson, Darrel. W., 2004. Total Church Life. Terjemahan, Penerbit Lembaga Literatur Baptis : Bandung.

Rubyono, Homan., 1999. Dari Baptisan Roh Menuju Kepenuhan Roh. Jilid 1. Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

___________________., 2002. Dari Baptisan Roh Menuju Kepenuhan Roh. Jilid 2. Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

Samuel, Wilfred J., 2007. Kristen Kharismatik. Terjemahan. Penerbit BPK : Jakarta.

Silalahi, Djaka Christianto., 2001. Karismatik Bercampur dengan Perdukunan? Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

SJ, L. Sugiri, dkk, 1995., Gerakan Kharismatik: Apakah itu? Penerbit BPK : Jakarta.

Sproul, R.C., 1997. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.

Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Tan, Peter., 1993. Tiga Baptisan. Terj, Penerbit Yayasan Eternal Glory : Jakarta.

Tong, Stephen., 1995. Hidup Kristen Yang Berbuah. Penerbit Lembaga Reformed Injil Indonesia : Jakarta.

____________., 2011. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan Rohani. Penerbit Momentum : Jakarta.

Towns, Elmer L., 2009. The Names of The Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.

Tozer, A.W., 2002. Tozer Tentang Roh Kudus. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.

Wagner, C. Peter, 1988. Manfaat Karunia-Karunia Rohani Untuk Pertumbuhan Gereja. Terjemahan, penerbit Gandum Mas : Malang.

__________________., 1999. Gereja-Gereja Rasuli Yang Baru. Terjemahan, Penerbit Immanuel : Jakarta.

[1] Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Teological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta, hal. 65.

[2] Munroe, Myles., 2012. The Purpose and Power Praise and Worship. Terjemahan, Penerbit Immanuel Publising House: Jakarta, hal. 6-9.

[3] Lim, David., 2005. Spiritual Gifts: A Fressh Lock. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 285-296.

[4] Robinson, Darrel. W., Total Church Life, hal. 190-191.

[5] Menzies, William W & Robert P., 2005. Roh Kudus dan Kuasa. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 269-277.

[6] Iverson, Dick., Roh Kudus Masa Kini, Diktat., hal. 65-74.

[7] Bikle, Mike & Michael Sullivant., 2003. Growing In The Prophetic. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam, hal. 60-65.

[8] Erickson J. Millard., Teologi Kristen. Jilid 3, hal. 55-56.

[9]Iverson, Dick., Roh Kudus Masa Kini, Diktat, hal. 65.

[10]Lim, David., Spiritual Gifts: A Fressh Lock, hal. 46.

[11]Ibit. 46-47.

[12]Ibit. 48.

[13]Wayne Grudem, Haruskah orang Kristen Mengharapkan Mujizat sekarang Ini? Dalam Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas, hal 99-100.

[14] Ryrie, Charles C., Teologi Kristen. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta, hal, 145-146; Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang, hal 332-333; Wagner, C. Peter, Manfaat Karunia-Karunia Rohani Untuk Pertumbuhan Gereja, hal. 92-94.

[15] Wagner, C. Peter, Manfaat Karunia-Karunia Rohani Untuk Pertumbuhan Gereja, hal. 50-55.

[16] Penjelasan tentang masih berlanjutnya karya-karya Roh Kudus ini, silakan baca: Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. Inilah hasil karya Para Pakar Alkitab dan Teologi, serta bidang kesarjaan lainnya, yang mendukung pandangan non sessasionisme (paham yang percaya bahwa karunia-karunia Roh Kudus masih berlanjut hingga kini).

[17] Stanley M. Burgess, Profesor bidang Studi Agama dari Southwest Mission State University, yang adalah seorang pakar sejarah gereja mengatakan “Penganut sessaionisme menyatakan bahwa karunia-karunia kuasa yang nyata dalam gereja abad pertama tidak perlu dan tidak berfungsi lagi setelah kanon Perjanjian Baru selesai. Refresentatif dari pendapat ini adalah Benjamin Breckinrodge Warfield (1851-1921), seorang profesor teologi di Princenton. Warfield terutama memusuhi orang-orang yang membela adanya pengalaman religius dan orang-orang yang ersikeras mengenai adanya karunia-karunia rohani yang istimewa. Ia merasa bahwa orang-orang ini menggantikan kesempurnaan Alkitab dengan keagamaan yang subjektif. (Burgess, Stanley M. Pemberitaan Injil dengan Karunia-karunia Mukjizat Dalam Gereja Mula-mula Setelah Zaman Alkitab, dalam Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., Kebutuhan Gereja Saat ini, hal 340.).

[18] Tentang ayat Matius 7:21-23 ini silahkan lihat penjelasan saya di pasal 10.

[19] Penjelasan yang baik tentang Latar belakang Korintus silahkan lihat: Gutrie, Donald., 1990 New Tastament Introduction. Edisi Indonesia dengan judul Pengantar Perjanjian Baru, Jilid 2, diterjemahkan (2009), Penerbit Momentum: Jakarta, hal. 27-55.
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post