BEBERAPA NASEHAT KEPADA ORANG PERCAYA (1 PETRUS 3:8-12)

Pdt..Calvin Renata, M.Div.
Di bagian ini Petrus tidak lagi berbicara soal suami istri tetapi tentang nasehat cara bergaul di dalam masyarakat majemuk.

Seringkali kita pikir gereja hanya masalah doktrin atau pengajaran. Asal setia pada ajaran rasul pasti tidak ada masalah. Doktrin memang penting tapi hal-hal yang bersifat praktis seringkali lebih sulit dilakukan dibandingkan doktrin yang rumit.
BEBERAPA NASEHAT KEPADA ORANG PERCAYA (1 PETRUS 3:8-12)
otomotif, gadget, bisnis
Di 1 Perus 3: 8 nasehat Petrus bersifat internal dan ada nilai tentang bagaimana berelasi sesama tubuh Kristus / orang percaya/ Kristen:

Pertama: hendaklah kamu semua seia sekata. Seia sekata dalam ESV adalah unity of mind (Yunani: homopron, satu pikiran), ini lebih tepat. Seia sekata bukan sekadar jadi yesman. Ini bukan berarti semua orang dalam gereja tidak boleh ada perbedaan dan harus seragam pikirannya. 12 murid Tuhan Yesus punya 12 karakter yang berkumpul bersama sebagai komunitas gereja yang paling kecil. Mereka dipersatukan Tuhan. Ini bukan hal yang gampang. Lalu apa kuncinya? Ini hanya mungkin terjadi kalau setiap orang dalam tubuh Kristus punya visi yang sama dalam bergereja. 

Kalau tidak pasti yang ada hanya perbedaan dan kekacauan. Tetapi kalau hamba Tuhan, pengurus, aktivis, dan jemaat awam punya visi yang sama maka kita akan punya kesatuan pikiran. Bagaimana mencapainya kalau begitu banyak orang di dalam gereja? Tidak semua jemaat sama-sama bergereja dari Sekolah Minggu sampai usiawan. Kita bertemu di gereja saat sudah dewasa dengan membawa cara berpikir yang berbeda dan berlainan dari keluarga masing-masing yang bisa jadi sumber konflik dalam gereja. Gereja pecah pertama-tama karena tidak ada kesatuan pikiran. 

Maka (A) kita harus sepakat bahwa firman Tuhan harus yang tertinggi dan otoritas di atas segala sesuatu, bukan hamba Tuhan. Ini awal yang baik. Semua akan punya hati yang tunduk pada otoritas Firman daripada sekedar tradisi gereja atau prinsip-prinsip yang tidak jelas. Ini akan menolong kita dalam ambil keputusan, rapat, dan sebagainya. Misal makna natal adalah untuk penginjilan dan bukan perayaan serta kostum dan panggung yang puluhan juta. 

Prinsip akan menentukan mana yang prioritas dan mana yang sekunder; (B) kepentingan yang menyangkut banyak orang harus lebih dipentingkan daripada kepentingan pribadi. Semua usulan dalam rapat bisa sama baiknya tapi mana yang dampaknya lebih besar buat banyak orang? Yang usulannya ditolak harus belajar berbesar hati untuk mengakui pemikiran yang lain yang lebih baik. Jangan sekali-kali biarkan diri dipakai Iblis untuk menghalangi pekerjaan Tuhan di gereja ini hanya gara-gara perbedaan pandangan. Asalkan pekerjaan Tuhan lebih maju dan berkembang biarlah hal itu terjadi. (C) kita harus mengerti mana hal yang bersifat relatif dan mutlak. Ada pengurus yang pindah gereja hanya karena usulannya ditolak tentang warna gordyn. Ada juga yang karena gerejanya adalah gereja nenek moyang maka benar atau salah tetap saja bergereja di situ. Kita justru bersyukur kalau orang seperti ini pindah, karena dia tidak siap bergereja dengan beres.

Kedua adalah seperasaan, dalam ESV adalah sympathy. Ini berarti keinginan mau mengerti pergumulan, kesulitan, dan perasaan serta air mata orang lain. Ini seperti meletakkan kaki kita di dalam sepatu orang lain. Ini adalah hal yang semakin jarang dalam komunitas tubuh Kristus. Kita perlu belajar mengerti pergumulan dan kesulitan orang lain. Kata ini muncul juga dalam Ibrani 4:15. Kristus ikut bersimpati atas kesulitan kita maka kita bisa melakukan hal yang sama atas orang lain. Inilah kebajikan yang harus kita kejar sebagai orang percaya. 

Di gereja seringkali tanpa sadar kita semua duduk selalu di kursi yang sama. Coba perhatikan kalau ada orang di sekeliling kita yang tidak hadir dalam 3 minggu. Mungkin dia sakit, ada pergumulan, atau masalah. Kalau ada yang datang terlambat coba tanyakan barangkali dia ada kesulitan dalam hal transportasi. 

Persekutuan akan jadi indah kalau begini. Kalau tidak kita akan lebih mudah menghakimi orang lain. Dalam 1Korintus 12 Paulus mengatakan bahwa tubuh Kristus seperti tubuh manusia, kalau ada yang sakit pasti kita merasakan. Boro-boro seperti ini, jangan-jangan kita berpikir kita yang perlu dapat simpati. Kalau terus seperti itu kita adalah seorang yang kanak-kanak secara rohani. Ini adalah tugas semua anak Tuhan bukan hanya hamba Tuhan saja.

Ketiga adalah mengasihi saudara-saudara. Dalam bahasa Yunani adalah filadelfia (mengasihi saudara-saudara). Ada dua macam saudara dalam Alkitab yaitu saudara jasmani, kakak-adik; kedua adalah saudara rohani yang lahir dari Roh Kudus dalam hidup kita. Saudara di sini bukan hanya secara jasmani tetapi juga rohani. Salah satu teguran yang Tuhan berikan kepada gereja Efesus di kitab Wahyu adalah kehilangan kasih yang mula-mula meskipun punya kekuatan dalam pengajaran yang beres. 

Pengajaran yang beres tidak tentu memiliki kasih. Mengasihi akan memberikan rasa aman dan rasa rindu dalam tubuh Kristus. Gereja Reformed katanya dingin karena jemaat dibiarkan sendiri. Jadikan gereja sebagai keluarga rohani bagi kita. Pekalah terhadap mereka yang alami kesulitan. Inilah yang terjadi dalam jemaat mula-mula (Kisah Para Rasul 2:41-47). Yohanes 13:34 adalah perintah yang baru dari Tuhan Yesus yaitu agar kita mengasihi agar dunia tahu kita murid-murid Kristus. Kalau tidak mengasihi saudara seiman bagaimana mungkin dapat mengasihi orang yang tidak dikenal? Dalam Galatia 6:2 Paulus mengatakan hal yang sama.

Keempat adalah penyayang. Dalam bahasa aslinya lebih tepat adalah hati yang lembut (tenderness). Penuh belas kasihan, gampang disentuh. Hati lembut bukan berarti tidak bisa marah. Di Alkitab ada dua orang yang dicatat hatinya lembut yaitu Musa (Bilangan 12:3) dan Tuhan Yesus (Matius 11:29). Keduanya pernah marah: Musa pernah pecahkan dua loh batu 10 Perintah Allah; Tuhan Yesus pernah obrak-abrik Bait Suci untuk membersihkannya. Dalam gereja pasti ada konflik, tergantung bagaimana menyelesaikannya. Paling gampang tinggalkan gereja, paling Alkitabiah, bersekutu dan mau mengampuni dengan hati yang mau ditegur dan diingatkan. Di Alkitab ada yang ditegur berontak: Saul; ada yang ditegur bertobat: Daud.

Kelima adalah rendah hati (humble in mind). Rendah hati bukan rendah diri. Rendah hati positif, rendah diri negatif. Ini adalah hati yang mudah diajar, sadar kekurangan dan mau belajar dari orang lain. Lihat orang lain lebih baik daripada kita bukannya iri hati tapi mau belajar, bukan sirik dan iri hati.

Mungkin kita sudah kehilangan banyak dari karakter ini. Mari kita belajar mana yang jadi kekurangan dari gereja kita. Yang harus mulai saya sendiri, jangan tuntut orang lain. Doa dari Daud ujilah dan selidikilah hatiku (Mazmur 26:2; 139:23). Ini menunjukkan kerendahhatian dia.

Catatan: Matthew Henry tentang 1 Petrus 3:8 Ia mengajarkan bagaimana orang-orang Kristen dan sesama teman harus saling memperlakukan dengan baik. Ia menasihati orang-orang Kristen untuk seia sekata, untuk sehati dalam mempercayai iman yang sama dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama yang sama. Dan, karena banyak orang Kristen pada saat itu berada dalam keadaan yang menderita, ia meminta mereka untuk seperasaan, untuk mengasihi saudara-saudara, untuk menyayangi mereka yang sedang tertimpa kesusahan, dan untuk rendah hati kepada semua orang. Dari sini Amatilah,

1. Orang-orang Kristen harus berusaha seia sekata dalam perkara-perkara besar keimanan, dalam kasih sayang yang nyata, dan dalam perbuatan kristiani. Mereka harus saling rukun, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus (Roma 15:5), bukan mengikuti kesenangan manusia, melainkan firman Allah.

2. Walaupun orang-orang Kristen tidak bisa berpikiran secara persis sama, namun mereka harus berbelas kasihan satu sama lain, dan mengasihi sebagai saudara. Mereka tidak boleh menganiaya atau membenci satu sama lain, tetapi harus saling mengasihi melebihi kasih sayang yang biasa-biasa saja. Mereka harus mengasihi sebagai saudara.

3. Kekristenan menghendaki rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang sedang kesusahan, dan sopan santun kepada semua orang. Pasti orang yang sudah terang-terangan berdosa, atau orang murtad yang kejilah yang tidak layak diperlakukan dengan sopan (1Korintus 5:11; 2Yohanes 1:10-11).
BEBERAPA NASEHAT KEPADA ORANG PERCAYA (1 PETRUS 3:8-12)
otomotif, gadget, bisnis
Keenam 1 Perus 3: 9-12 berbicara tentang sikap terhadap mereka yang berbuat jahat. Jangan balas kejahatan tapi memberkati. Bagian ini tensesnya adalah present active participle. Ini artinya sikap ini harus dilakukan terus menerus kepada mereka yang menyakiti kita. Kalimat ini sama dengan imperative atau kalimat perintah. Guna mengerti tenses adalah untuk mengerti lebih tepat apa yang mau dikatakan penulis Alkitab. Kita suka merasa kalau tidak membalas kejahatan saja sudah bagus, tapi itu pasif, sebaliknya adalah aktif memberkati. Dan hal ini diulang-ulang terus dalam Perjanjian Baru. Dalam Roma 12:19 pembalasan diberikan kepada Tuhan. Dari mana Petrus belajar hal ini? Dari Tuhan Yesus.

Etika kotbah di bukit adalah etika non-membalas. Ini melampaui etika manusia bahkan kita diminta untuk berdoa bagi musuh. Pembaca surat Petrus adalah orang yang teraniaya tetapi nasehat Petrus adalah jangan membalas tapi memberkati terus-menerus. Dalam diri kita masih ada kecenderungan untuk membalas orang lain. Siapa yang disakiti bisa bilang haleluya karena saya diajari untuk mengampuni orang lain? Itu adalah kerohanian yang matang. 

Ini langka sekali. Pertama kali yang muncul dalam hati kita adalah: “Tunggu pembalasanku.” Pembalasan tidak pernah menyelesaikan masalah manusia. Kenapa film silat panjang? Karena balas dendam. Tapi Alkitab justru bukan balas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan pengampunan. Petrus mengutip Mazmur 34:13-15. Inilah dasar Petrus mengapa gereja tidak boleh membalas karena itu berarti menutup berkat Tuhan dalam hidup kita. Biarlah pembalasan itu menjadi hak Tuhan menurut keadilan-Nya sendiri.

Warren Wiersbe mengatakan ada 3 level kerohanian:

1. balas kebaikan dengan kejahatan, ini level setan;

2. baik dengan baik, jahat dengan jahat, level manusia;

3. atau membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tingkatan ilahi. Yesus adalah contoh sempurna tingkatan ketiga ini.

Biarlah Firman Tuhan ingatkan dan segarkan kerohanian kita.
Next Post Previous Post