EKSPOSISI DANIEL 1:1-21
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Daniel 1:1-21 - “(1) Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. (2) Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya. (3) Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, (4) yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. (5) Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja. (6) Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. (7) Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego. (8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (9) Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu; (10) tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: ‘Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja.’ (11) Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya: (12) ‘Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; (13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu.’ (14) Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari. (15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. (16) Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka. (17) Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi. (18) Setelah lewat waktu yang ditetapkan raja, bahwa mereka sekalian harus dibawa menghadap, maka dibawalah mereka oleh pemimpin pegawai istana itu ke hadapan Nebukadnezar. (19) Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja. (20) Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya. (21) Daniel ada di sana sampai tahun pertama pemerintahan Koresh.”.
Pendahuluan.
1) Penulis kitab ini adalah Daniel.
Gleason Archer, Jr.: “Despite the numerous objections which have been advanced by scholars who regard this as a prophecy written after the event, there is no good reason for denying the sixth-century Daniel the composition of the entire work.” [= Sekalipun ada banyak keberatan-keberatan yang diajukan oleh sarjana-sarjana yang menganggap ini sebagai suatu nubuat yang ditulis setelah peristiwa itu, tidak ada alasan yang baik untuk menyangkal Daniel dari abad ke enam (S. M.) sebagai pencipta / penyusun dari seluruh pekerjaan itu.] - ‘A Survey of Old Testament Introduction’, hal 423 (Libronix).
Gleason Archer, Jr.: “First of all, we have the clear testimony of the Lord Jesus Himself in the Olivet discourse. In Matt. 24:15, He refers to ‘the abomination of desolation, spoken of through (DIA) Daniel the prophet.’ The phrase ‘abomination of desolation’ occurs three times in Daniel (9:27; 11:31; 12:11). If these words of Christ are reliably reported, we can only conclude that He believed the historic Daniel to be the personal author of the prophecies containing this phrase.” [= Pertama-tama dari semua, kita mempunyai kesaksian yang jelas dari Tuhan Yesus sendiri dalam pembicaraan di Bukit Zaitun. Dalam Mat 24:15, Ia merujuk pada ‘Penghancur yang menjijikkan, dibicarakan melalui (Yunani: DIA) nabi Daniel’. Ungkapan ‘Penghancur yang menjijikkan’ muncul 3 x dalam kitab Daniel (9:27; 11:31; 12:11). Jika kata-kata Kristus ini diceritakan secara bisa dipercaya, kita hanya bisa menyimpulkan bahwa Ia percaya Daniel yang bersifat sejarah sebagai pengarang pribadi dari nubuat-nubuat yang mengandung ungkapan ini.] - ‘A Survey of Old Testament Introduction’, hal 444 (Libronix).
Matius 24:15 - “‘Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel - para pembaca hendaklah memperhatikannya -”.
KJV: ‘the abomination of desolation’.
Daniel 9:27 - “Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu.’”.
KJV: ‘and for the overspreading of abominations he shall make it desolate’.
Daniel 11:31 - “Tentaranya akan muncul, mereka akan menajiskan tempat kudus, benteng itu, menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang membinasakan.”.
KJV/NASB: ‘the abomination that maketh desolate’.
Daniel 12:11 - “Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari.”.
KJV/NASB: ‘and the abomination that maketh desolate set up’.
Wikipedia: “‘Abomination of desolation’ is a phrase in the Book of Daniel, with ‘abomination’ describing the pagan offerings that replaced the twice-daily offering to Yahweh in the Jewish temple in the time of the Greek king Antiochus IV, or the altar on which such offerings were made, and ‘makes desolate’ (or ‘of desolation’) probably a reference to Antiochus himself as the bringer of desolation (horror) to Jerusalem.” [= ‘Abomination of desolation’ adalah suatu ungkapan dalam kitab Daniel, dengan ‘abomination’ menggambarkan korban-korban persembahan kafir yang menggantikan korban persembahan dua kali sehari kepada YAHWEH dalam Bait Suci Yahudi pada zaman dari raja Yunani Antiochus IV, atau mezbah pada mana korban-korban persembahan itu dibuat, dan ‘makes desolation’ (atau ‘of desolation’) mungkin merupakan suatu referensi kepada Antiochus sendiri sebagai pembawa dari desolation (horror) bagi Yerusalem.] - https://en.wikipedia.org/wiki/Abomination_of_desolation
Kalau dilihat dalam kamus (The Free Dictionary) maka:
a) ‘Abomination’ bisa berarti ‘kejijikan’, atau ‘penyebab kejijikan’ atau ‘seseorang / sesuatu yang menjijikkan’, atau ‘tindakan yang jahat’.
b) ‘Desolation’ bisa berarti ‘tindakan meninggalkan’ atau ‘keadaan ditinggalkan’ atau ‘kehancuran’.
c) ‘Horror’ bisa berarti ‘rasa takut’, ‘keadaan yang menakutkan’, atau ‘kejijikan’.
Barnes’ Notes: “Daniel, supposed commonly to be the same person as the author of this book, is twice mentioned by Ezekiel, once as deserving to be ranked with Noah and Job, and once as eminent for wisdom.” [= Daniel, yang pada umumnya dianggap sebagai orang yang sama dengan pengarang dari kitab ini, disebutkan dua kali oleh Yehezkiel, satu kali sebagai layak untuk disetingkatkan dengan Nuh dan Ayub, dan satu kali sebagai orang yang menonjol dalam hikmat.] - hal 1.
Catatan: sebetulnya 3 x, dan 2 x disetingkatkan dengan Nuh dan Ayub.
Yeh 14:13-14 - “(13) ‘Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tanganKu melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, (14) biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”.
Yeh 14:19-20 - “(19) Atau jikalau Aku mendatangkan sampar atas negeri itu dan Aku mencurahkan amarahKu atasnya sehingga darah mengalir dengan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, (20) dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di tengah-tengahnya, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.”.
Yeh 28:3 - “Memang hikmatmu melebihi hikmat Daniel; tiada rahasia yang terlindung bagimu.”.
Gleason Archer, Jr. mengatakan nama Daniel berarti ‘God is judge’ [= Allah adalah hakim], atau ‘God is my judge’ [= Allah adalah hakimku].
Bdk. Kejadian 30:6 - “Berkatalah Rahel: ‘Allah telah memberikan keadilan kepadaku, juga telah didengarkanNya permohonanku dan diberikanNya kepadaku seorang anak laki-laki.’ Itulah sebabnya ia menamai anak itu Dan.”.
KJV: “God hath judged me” [= Allah telah menghakimi aku].
Kata / nama ‘Dan’ di sini artinya ‘judge’ [= hakim].
2) Saat penulisan kitab Daniel.
Gleason Archer, Jr.: “This represents a collection of his memoirs made at the end of a long and eventful career which included government service from the reign of Nebuchadnezzar in the 590s to the reign of Cyrus the Great in the 530s. The appearance of Persian technical terms indicates a final recension of these memoirs at a time when Persian terminology had already infiltrated into the vocabulary of Aramaic. The most likely date for the final edition of the book, therefore, would be about 530 B.C., nine years after the Persian conquest of Babylon.” [= Ini mewakili suatu kumpulan dari laporan-laporannya yang dibuat pada akhir dari suatu karir yang panjang dan penting yang mencakup pelayanan pemerintahan dari pemerintahan Nebukadnezar pada tahun 590an sampai pada pemerintahan Koresh yang Agung pada tahun 530an. Munculnya istilah-istilah tehnis Persia menunjukkan suatu revisi akhir dari laporan-laporan ini pada suatu waktu dimana terminologi Persia telah masuk ke dalam perbendaharaan kata dari bahasa Aramaik. Karena itu, saat yang paling memungkinkan untuk edisi terakhir dari kitab ini, adalah sekitar 530an S. M., 9 tahun setelah Persia mengalahkan Babilonia.] - ‘A Survey of Old Testament Introduction’, hal 423 (Libronix).
3) Isi kitab Daniel.
Matthew Henry: “II. Concerning this book. The first six chapters of it are historical, and are plain and easy; the last six are prophetical, and in them are many things dark, and hard to be understood, which yet would be more intelligible if we had a more complete history of the nations, and especially the Jewish nation, from Daniel’s time to the coming of the Messiah.” [= II. Berkenaan dengan kitab ini. Enam pasal yang pertama darinya bersifat sejarah, dan adalah jelas dan mudah; enam pasal yang terakhir adalah bersifat nubuatan, dan di dalam mereka ada banyak hal-hal yang gelap, dan sukar untuk dimengerti, dan akan lebih mudah dimengerti seandainya kita mempunyai suatu sejarah yang lengkap dari bangsa-bangsa itu, dan khususnya bangsa Yahudi, dari zaman Daniel sampai pada kedatangan dari sang Mesias.].
Barnes’ Notes: “The Book of Daniel is not properly a history either of the Jews or Babylonians, nor is it a biography of the writer himself. It is not continuous in its structure, nor does it appear to have been written at one time. Though the work, as we have seen, of one author, it is made up of portions, written evidently on different occasions, in two different languages, and having, to a considerable extent, different objects in view.” [= Kitab Daniel bukanlah suatu sejarah atau dari bangsa Yahudi atau dari bangsa Babilonia, juga itu bukanlah suatu biography dari sang penulis sendiri. Strukturnya tidaklah terus menerus / tanpa terputus-putus, juga itu tak kelihatan sebagai ditulis pada satu saat. Sekalipun pekerjaan itu, seperti telah kita lihat, merupakan hasil dari satu pengarang, itu dibentuk dari bagian-bagian yang jelas ditulis pada peristiwa-peristiwa yang berbeda, dalam dua bahasa yang berbeda, dan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda sampai tingkat yang besar / signifikan.] - hal 69.
Barnes’ Notes: “The book is not regular in its structure, but consists of an intermixture of history and prophecy, apparently composed as occasion demanded, and then united in a single volume. Yet it has a unity of authorship and design, as we have seen, and is evidently the production of a single individual.” [= Kitab ini tidak biasa dalam strukturnya, tetapi terdiri dari suatu campuran dari sejarah dan nubuat, kelihatannya disusun karena tuntutan keadaan, dan lalu dipersatukan dalam suatu volume tunggal. Tetapi kitab itu mempunyai suatu kesatuan pengarang dan rancangan, seperti telah kita lihat, dan pasti merupakan hasil dari seorang individu tunggal.] - hal 70.
Barnes’ Notes: “Though the author was a Jewish exile, and surrounded by his own countrymen as exiles, yet there is almost no reference to the past history of these people, or to the causes of their having been carried into captivity, and no description of their condition, struggles, and sufferings in their exile; and though written by one who resided through the greatest part of a very long life in a land of strangers, and having every opportunity of obtaining information, there is no distinct reference to their history, and no description of their manners and customs.” [= Sekalipun sang pengarang adalah seorang Yahudi dalam pembuangan, dan dikelilingi oleh orang-orang dari negaranya sendiri yang ada dalam pembuangan, tetapi di sana hampir tidak ada referensi pada sejarah masa lalu dari orang-orang / bangsa ini, atau pada penyebab dari dibawanya mereka pada pembuangan; dan sekalipun ditulis oleh orang yang tinggal selama bagian yang terbesar dari suatu kehidupan yang sangat lama di suatu negara dari orang-orang asing, dan mempunyai setiap kesempatan untuk mendapatkan informasi, di sana tidak ada referensi yang jelas pada sejarah mereka, dan tidak ada penggambaran tentang kebiasaan dan tradisi mereka.] - hal 69.
Barnes’ Notes: “And although his own career while there was eventful, yet the allusions to himself are very few; and of the largest portion of that long life in Babylon - probably embracing more than seventy years - we have no information whatever. In the book there are few or no allusions to the condition of the exiles there; but two of the native kings that reigned there during that long period are even mentioned; one of those - Nebuchadnezzar - only when Daniel interpreted two of his dreams, and when the colossal idol was set up on the plain of Dura; and the other - Belshazzar - only on the last day of his life.” [= Dan sekalipun karirnya sendiri pada waktu di sana adalah penting, tetapi referensi tidak langsung tentang dirinya sendiri sangat sedikit; dan dari bagian terbesar dari kehidupan yang lama di Babilonia - mungkin mencakup lebih dari 70 tahun - kita tidak mempunyai informasi apapun. Dalam kitab itu hanya sedikit atau tak ada referensi tidak langsung tentang keadaan dari orang-orang dalam pembuangan di sana; tetapi dua dari raja-raja bangsa asli yang memerintah di sana selama jangka waktu yang lama itu bahkan disebutkan; satu dari mereka - Nebukadnezar - hanya pada waktu Daniel menafsirkan dua dari mimpi-mimpinya, dan pada waktu patung berhala yang sangat besar dibangun / ditegakkan di dataran Dura; dan yang lain - Belsyashar - hanya pada hari terakhir dari hidupnya.] - hal 69-70.
Matthew Henry: “The fables of Susannah, and of Bel and the Dragon, in both which Daniel is made a party, are apocryphal stories, which we think we have no reason to give any credit to, they being never found in the Hebrew or Chaldee, but only in the Greek, nor ever admitted by the Jewish church.” [= Dongeng / dusta tentang Susana, dan tentang Bel dan sang Naga, dalam mana Daniel dibuat suatu kelompok, adalah cerita-cerita Apokripha, yang kami pikir kami tak punya alasan untuk memberi pengakuan / kepercayaan apapun kepadanya, karena mereka tidak pernah ditemukan dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aramaik, tetapi hanya dalam bahasa Yunani, juga tidak pernah diterima oleh gereja Yahudi.].
Catatan: ini ada dalam Alkitab Katolik.
4) Bahasa dan gaya dari kitab Daniel.
Matthew Henry: “The first chapter, and the first three verses of the second chapter, are in Hebrew; thence to the eighth chapter is in the Chaldee dialect; and thence to the end is in Hebrew. Mr. Broughton observes that, as the Chaldeans were kind to Daniel, and gave cups of cold water to him when he requested it, rather than the king’s wine, God would not have them lose their reward, but made that language which they taught him to have honour in his writings through all the world, unto this day.” [= Pasal pertama, dan tiga ayat pertama dari pasal kedua, ada dalam bahasa Ibrani; dari sana sampai pasal kedelapan ada dalam dialek Aramaik; dan dari sana sampai akhir ada dalam bahasa Ibrani. Mr. Broughton memperhatikan / mengatakan bahwa, karena orang-orang Kasdim baik kepada Daniel, dan memberi cawan-cawan air dingin kepadanya pada waktu ia memintanya, dan bukannya anggur sang raja, Allah tidak mau mereka kehilangan pahala mereka, tetapi membuat bahasa itu yang mereka ajarkan kepadanya mendapat kehormatan dalam tulisan-tulisannya di seluruh dunia, sampai pada hari ini.].
Catatan: saya tidak yakin bahwa bagian terakhir ini merupakan tafsiran yang benar, tetapi kata-katanya bagus, jadi saya tetap berikan kata-kata Matthew Henry ini di sini.
Bdk. Matius 10:40-42 - “(40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Barnes’ Notes: “III. The language and style of the book. (1) The language of the book of Daniel is nearly half Chaldee and half Hebrew. In Dan 1; 2:1-3, it is Hebrew; from Dan 2:4, to the end of Dan 7, it is Chaldee; and the remainder of the book is Hebrew. The book of Ezra also contains several chapters of Chaldee, exhibiting the same characteristics as the part of the book of Daniel written in that language.” [= III. Bahasa dan gaya dari kitab ini. (1) Bahasa dari kitab Daniel adalah setengah Aramaik dan setengah Ibrani. Dalam Dan 1; 2:1-3, bahasanya Ibrani; dari Dan 2:4 sampai akhir dari Dan 7, bahasanya Aramaik; dan sisa dari kitab itu ada dalam bahasa Ibrani. Kitab Ezra juga mengandung beberapa pasal dalam bahasa Aramaik, menunjukkan ciri-ciri yang sama seperti bagian dari kitab Daniel yang ditulis dalam bahasa itu.] - hal 75.
Barnes’ Notes: “That there were reasons why one portion of this book was written in Chaldee, and another in Hebrew, there can be no doubt, but it is now utterly impossible to ascertain what those reasons were. The use of one language or the other seems to be perfectly arbitrary. The portions written in Hebrew have no more relation to the Jews, and would have no more interest to them, than those written in Chaldee; and, on the other hand, the portions written in Chaldee have no special relation to the Chaldeans.” [= Bahwa disana ada alasan-alasan mengapa satu bagian dari kitab ini ditulis dalam bahasa Aramaik, dan yang lain dalam bahasa Ibrani, disana tak ada keraguan, tetapi sekarang adalah sama sekali mustahil untuk memastikan apa alasan-alasan itu. Penggunaan dari satu bahasa atau yang lain kelihatannya sepenuhnya didasarkan hanya pada pemilihan / kesenangan pribadi. Bagian-bagian yang ditulis dalam bahasa Ibrani tidak mempunyai hubungan lebih banyak kepada orang-orang Yahudi, dan tidak mempunyai lebih banyak kepentingan terhadap mereka; dan di sisi lain, bagian-bagian yang ditulis dalam bahasa Aramaik tidak mempunyai hubungan khusus dengan orang-orang Kasdim.] - hal 75.
Barnes’ Notes: “But while the reasons for this change must forever remain a secret, there are two obvious suggestions which have often been made in regard to it, ... as bearing on the question of the authorship of the book. (1) The first is, that this fact accords with the account which we have of the education of the author, as being instructed in both these languages - furnishing thus an undesigned proof of the authenticity of the book; and the other is, that this would not have occurred if the work was a forgery of a later age,” [= Tetapi sekalipun alasan-alasan dari perubahan ini harus tetap menjadi rahasia selama-lamanya, di sana ada dua usul yang jelas yang telah sering dibuat berkenaan dengannya, ... berkenaan dengan pertanyaan tentang siapa pengarang dari kitab ini. (1) Yang pertama adalah, bahwa fakta ini sesuai dengan cerita yang kita punyai tentang pendidikan dari sang pengarang, seperti diajar dalam kedua bahasa ini - dengan demikian menyediakan suatu bukti yang tidak dirancang tentang keotentikan kitab ini; dan yang lain adalah, bahwa ini tidak akan terjadi seandainya pekerjaan itu merupakan suatu pemalsuan dari zaman yang lebih belakangan.] - hal 75-76.
Pulpit Commentary: “To any one who begins reading the Book of Daniel in the original, the fact is soon patent that the reader has to do with two languages. The fourth verse of the second chapter introduces the reader to Aramaic - a language that differs as much from Hebrew as Italian does from French. Further reading reveals the additional fact that the use of Aramaic ceases without warning at the end of the seventh chapter.” [= Bagi setiap orang yang mulai membaca kitab Daniel dalam bahasa asli, faktanya segera jelas bahwa pembaca harus berurusan dengan dua bahasa. Ayat keempat dari pasal kedua memperkenalkan pembaca dengan bahasa Aramaik - suatu bahasa yang berbeda sama banyaknya dari bahasa Ibrani seperti bahasa Italia berbeda dari bahasa Perancis.] - ‘Introduction’, hal vii.
Catatan: setahu saya bahasa Ibrani dan bahasa Aramaik itu mirip sekali, tetapi perbedaannya tetap menyebabkan orang yang hanya tahu bahasa Ibrani dan tidak pernah belajar bahasa Aramaik, tidak mengertinya. Tetapi orang yang bisa bahasa Ibrani akan dengan mudah mempelajari bahasa Aramaik, dan demikian juga sebaliknya.
Bdk. 2Raja-Raja 18:26-28 - “(26) Lalu berkatalah Elyakim bin Hilkia, Sebna dan Yoah kepada juru minuman agung: ‘Silakan berbicara dalam BAHASA ARAM kepada hamba-hambamu ini, sebab kami mengerti; tetapi janganlah berbicara dengan kami dalam BAHASA YEHUDA sambil didengar oleh rakyat yang ada di atas tembok.’ (27) Tetapi juru minuman agung berkata kepada mereka: ‘Adakah tuanku mengutus aku untuk mengucapkan perkataan-perkataan ini hanya kepada tuanmu dan kepadamu saja? Bukankah juga kepada orang-orang yang duduk di atas tembok, yang memakan tahinya dan meminum air kencingnya bersama-sama dengan kamu?’ (28) Kemudian berdirilah juru minuman agung dan berserulah ia dengan suara nyaring dalam BAHASA YEHUDA. Ia berkata: ‘Dengarlah perkataan raja agung, raja Asyur!”.
Pulpit Commentary: “(2) Aramaic. The Aramaic portion of Daniel begins with the fourth verse of the second chapter, and continues to the end of the seventh. The dialect of Aramaic, in which this portion has come down to us, is what used to be called Chaldee.” [= (2) Bahasa Aramaik. Bagian Aramaik dari Daniel mulai dari ayat keempat dari pasal yang kedua, dan berlanjut sampai akhir dari pasal ketujuh. Dialek dari Aramaik, dalam mana bagian ini telah turun / sampai kepada kita, adalah yang biasanya disebut Kasdim.] - ‘Introduction’, hal xix.
Pulpit Commentary: “The question as to the Aramaic of Daniel is complicated by the action of copyists in changing, by insensible degrees, the language of a document. Any one copyist might make but little alteration, but generations of them would necessarily make much change. And as the tendency was always to make alterations in one direction, in course of time the difference between the original text and that of some centuries later would of necessity be very considerable.” [= Persoalan / problem berkenaan dengan bahasa Aramaik dari kitab Daniel diperumit oleh tindakan dari para penyalin dalam mengubah, dengan tingkat-tingkat yang sangat kecil, bahasa dari suatu dokumen. Penyalin yang manapun bisa membuat hanya sedikit perubahan, tetapi keturunan-keturunan mereka pasti membuat lebih banyak perubahan. Dan karena kecenderungannya selalu membuat perubahan dalam satu arah, dalam perjalanan waktu perbedaan antara text orisinil / asli dan text dari beberapa abad setelahnya pasti akan menjadi sangat signifikan / besar.] - ‘Introduction’, hal xix.
Pulpit Commentary: “We must glance at the history of the Aramaic tongue among the Jews. The medium of ordinary business alike in Nineveh and Babylon was Aramaic, ... The Jews were resident there for approximately fifty years, among a people who spoke a language differing but slightly from their own. They could learn Aramaic with as great ease and rapidity as Italians pick up French. At the same time, in the bosom of their families, the ancient tongue of Palestine would be spoken. When by the decree of Cyrus they were permitted to return to their own land, the Jews found that many settlers had pressed in upon the territory which they had previously occupied. All these settlers could speak Aramaic, whatever tongue they might use besides, and this would have compelled the Jews also to learn Aramaic. In all likelihood the Aramaizing process had gone on already in the territories of the northern tribes. When the Ninevite monarchs sent in colonists to inhabit the land that had been so laid waste by their campaigns, the only common language these colonists could have would be Aramaic. Moreover, the remnants of the people that were left in the land would also have to learn Aramaic in order to carry on intercourse with these incomers. The tendency to abandon Hebrew would gradually become irresistible; hence we find that the common people required to have the Law interpreted to them. In these circumstances it was but natural that the Hebrew that was still occasionally spoken should be very much Aramaized. But, on the other hand, it is almost necessary to hold that the Aramaic spoken by the Jews had a Hebrew colour given to it.” [= Kita harus melihat sepintas sejarah dari bahasa Aramaik di antara orang-orang Yahudi. Cara komunikasi dari bisnis / kesibukan biasa mirip di Niniwe dan Babilonia yaitu bahasa Aramaik, ... Orang-orang Yahudi tinggal di sana untuk kira-kira 50 tahun, di antara suatu bangsa yang berbicara dalam suatu bahasa yang berbeda sedikit dari bahasa mereka sendiri. Mereka bisa belajar bahasa Aramaik dengan sangat mudah dan cepat seperti orang-orang Italy mempelajari bahasa Perancis. Pada saat yang sama, dalam dada dari keluarga mereka, bahasa kuno dari Palestina digunakan untuk berbicara. Pada waktu oleh dekrit dari Koresh mereka diizinkan untuk kembali ke negara mereka sendiri, orang-orang Yahudi mendapati bahwa banyak orang-orang yang menetap di sana telah mendesak pada daerah yang sebelumnya mereka tempati. Semua orang yang menetap ini bisa berbicara dalam bahasa Aramaik, apapun bahasa yang mereka gunakan selain itu, dan ini memaksa orang-orang Yahudi untuk juga mempelajari bahasa Aramaik. Sangat mungkin proses peng-Aramaik-an ini telah berlangsung di daerah-daerah dari suku-suku Utara. Pada waktu raja-raja Niniwe mengirim kumpulan orang (penjajah) untuk tinggal di negara yang telah menjadi begitu rusak / hancur oleh pertempuran-pertempuran mereka, satu-satunya bahasa yang umum yang dipunyai oleh kumpulan orang ini adalah bahasa Aramaik. Selanjutnya, sisa dari bangsa (Israel) yang ditinggalkan di negara itu juga harus belajar bahasa Aramaik supaya bisa berkomunikasi dengan para pendatang ini. Kecenderungan untuk meninggalkan bahasa Ibrani secara bertahap menjadi tidak bisa ditolak; dan karena itu kita mendapati bahwa orang-orang biasa menuntut supaya hukum Taurat diterjemahkan bagi mereka. Dalam keadaan-keadaan ini adalah wajar bahwa bahasa Ibrani yang kadang-kadang masih digunakan dalam pembicaraan banyak di-Aramaik-kan. Tetapi di sisi lain, hampir pasti harus dipercaya bahwa bahasa Aramaik yang digunakan oleh orang-orang Yahudi mempunyai warna Ibrani yang diberikan kepadanya.] - ‘Introduction’, hal xix-xx.
Pulpit Commentary: “While the modifications which the spoken language underwent were great, to some extent, this would be liable to affect works that were repeatedly copied. The books that, like the Law, the Prophets, and the Psalms, were used in the regular synagogue service, would be protected from any great change by the familiarity of the audience with the words. Daniel was not so protected, hence it would be greatly exposed to modification and interpolation. When we compare the Massoretic text with the translation which has come down to us in the Codex Chisianus, we find extraordinary differences. Not unfrequently have these differences been referred to, and the Septuagint version of Daniel has on account of them been denounced as unfaithful. It seems a somewhat hasty conclusion to come to, that this translation, which in regard to other books is fairly faithful, should in regard to this book and - with the exception of Ezra - this book alone, be so very unfaithful. Like Daniel, Ezra was not regularly read in the synagogue: there was, therefore, the possibility of variation. Do the phenomena before us fit this latter supposition? Were the differences between the Septuagint and the Massoretic due to variations in the text from which the latter ultimately sprang? It so happens that we can prove this by having other versions that date before the fixation of the Massoretic text, and we find that there is precisely the gradual variation exhibited that we might expect. Theodotion’s, which appears to have been a revision of a translation made probably in Asia Minor, is, after the Septuagint, the earliest of these. The object Theodotion avowedly had was to make the Greek agree as nearly as possible with the Hebrew original as he had it. Hence his version may be held as accurately representing the Hebrew text current in his day. His date cannot be fixed with anything like absolute certainty, but it appears to have been about the middle of the second century. The Peshitta is nearly contemporary, but a shade later. Last of all comes the Vulgate in Jerome’s revision. Of these the last is in closest agreement with the Massoretic text, the Peshitta next, Theodotion further removed, though none of them is nearly so wide of the Massoretic as is the Septuagint.” [= Sementara modifikasi-modifikasi yang dialami oleh bahasa yang diucapkan adalah besar, sampai taraf / tingkat tertentu, ini bertanggung jawab untuk mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan yang disalin berulang-ulang. Kitab-kitab yang, seperti Taurat, nabi-nabi, dan Mazmur, digunakan dalam kebaktian sinagog yang biasa / tetap, dilindungi dari perubahan besar apapun oleh keakraban dari para pendengar dengan kata-kata itu. Kitab Daniel tidak begitu dilindungi, karena itu kitab itu sangat terbuka terhadap modifikasi dan penyisipan / perubahan. Pada waktu kami membandingkan Text Masoretic dengan terjemahan yang telah sampai kepada kami dalam Codex Chisianus, kami mendapati perbedaan-perbedaan yang menyolok / tidak biasa. Tidak jarang perbedaan-perbedaan ini ditunjukkan / disebutkan, dan karena itu terjemahan Septuaginta dari kitab Daniel dikecam sebagai tidak akurat. Kelihatannya merupakan suatu kesimpulan yang agak tergesa-gesa untuk diambil, bahwa terjemahan ini (Septuaginta), yang berkenaan dengan kitab-kitab lain cukup akurat, berkenaan dengan kitab ini - dengan kitab Ezra sebagai perkecualian - kitab ini saja, adalah begitu sangat tidak akurat. Seperti kitab Daniel, kitab Ezra tidak dibacakan di sinagog secara tetap: karena itu di sana ada kemungkinan perbedaan. Apakah fenomena di depan kita sesuai dengan anggapan yang belakangan ini? Apakah perbedaan-perbedaan antara Septuaginta dan text Masoretik disebabkan oleh variasi-variasi / perbedaan-perbedaan dalam text dari mana yang belakangan ini akhirnya muncul? Kebetulan kami bisa membuktikan ini dengan mempunyai versi-versi / terjemahan-terjemahan yang lain yang ada sebelum penetapan dari text Masoretik, dan kami mendapati bahwa disana ditunjukkan secara persis ada perubahan bertahap yang kami harapkan. Terjemahan Theodotion, yang kelihatannya merupakan suatu revisi dari suatu terjemahan yang dibuat mungkin di Asia Kecil, adalah yang paling awal setelah Septuaginta. Tujuan yang diakui dari Theodotion adalah untuk membuat terjemahan Yunaninya sesuai sedekat yang dimungkinkan dengan text asli bahasa Ibrani sebagaimana ia mempunyainya. Karena itu terjemahannya bisa dipegang sebagai mewakili secara akurat text bahasa Ibrani yang ada pada jamannya. Tanggal / saatnya tidak bisa ditentukan dengan pasti, tetapi kelihatannya di sekitar pertengahan abad kedua. Peshitta hampir sejaman, tetapi sedikit belakangan. Terakhir dari semua datang Vulgate dalam revisi Jerome. Tentang semua ini yang terakhir ada dalam kesesuaian yang terdekat dengan text Masoretik, lalu Peshitta, Theodotion agak jauh lagi, sekalipun tak ada yang manapun dari mereka yang sebegitu jauh dari text Masoretik seperti Septuaginta.] - ‘Introduction’, hal xx-xxi.
Catatan:
1. Codex Chisianus: “The Septuagint’s version of Daniel survives today in the form of a single text, known as the Codex Chisianus, which is preserved in the Vatican.” [= Terjemahan Septuaginta dari kitab Daniel yang tetap ada hari ini / sekarang dalam bentuk satu text tunggal, dikenal sebagai Codex Chisianus, yang dijaga / dipelihara di Vatikan.] - https://books.google.co.id/books…
2. Theodotion: - https://en.wikipedia.org/wiki/Theodotion
3. Masoretic: “The Masoretic Text ... is the authoritative Hebrew and Aramaic text of the 24 books of Tanakh in Rabbinic Judaism. The Masoretic Text defines the Jewish canon and its precise letter-text, with its vocalization and accentuation known as the Masorah.” [= Text Masoretik ... adalah text Ibrani dan Aramaik yang resmi / berotoritas dari 24 kitab Perjanjian Lama dalam Rabi-rabi Yudaisme. Text Masoretik menyatakan kanon Yahudi dan text hurufnya yang persis, dengan bunyinya dan penekanan pembacaannya dikenal sebagai Masorah.] - https://www.google.com/search…
4. Peshitta: “The consensus within biblical scholarship, though not universal, is that the Old Testament of the Peshitta was translated into Syriac from Hebrew, probably in the 2nd century AD, and that the New Testament of the Peshitta was translated from the Greek.” [= Persetujuan dalam sarjana-sarjana Alkitabiah, sekalipun tidak bersifat universal, adalah bahwa Perjanjian Lama dari Peshitta diterjemahkan ke dalam bahasa Syria dari bahasa Ibrani, mungkin pada abad ke 2 M., dan bahwa Perjanjian Baru dari Peshitta diterjemahkan dari bahasa Yunani.] - https://en.wikipedia.org/wiki/Peshitta
Pulpit Commentary: “The conclusion we come to with regard to the Aramaic of Daniel is that, taking all the facts into consideration, the Aramaic is early, but how early it is impossible to say.” [= Kesimpulan yang kami dapatkan berkenaan dengan bahasa Aramaik dari kitab Daniel adalah bahwa, dengan mempertimbangkan semua fakta, bahasa Aramaiknya adalah bahasa Aramaik pada saat awal, tetapi berapa awalnya adalah mustahil untuk mengatakan.] - ‘Introduction’, hal xxiii.
Pulpit Commentary: “But the date of the Aramaic is not the only question on which critics of Daniel are at issue. There are two dialects of Aramaic - a Western, formerly called Chaldee, now sometimes called Palestinian; and an Eastern, still called incorrectly Syriac. ... it is indubitable that Biblical Aramaic, as we see it now, has a predominant Western character.” [= Tetapi saat dari bahasa Aramaik bukanlah satu-satunya persoalan yang dipersoalkan / diperdebatkan oleh pengkritik-pengkritik kitab Daniel. Di sana ada dua dialek dari bahasa Aramaik - bahasa Aramaik Barat, dulu disebut bahasa Kasdim, sekarang kadang-kadang disebut bahasa Palestina; dan bahasa Aramaik Timur, tetap disebut secara salah sebagai bahasa Syria. ... adalah pasti bahwa bahasa Aramaik Alkitab, seperti yang kita lihat sekarang, mempunyai suatu karakter bahasa Aramaik Barat yang berkuasa.] - ‘Introduction’, hal xxiii.
5) Terjemahan-terjemahan kuno dari kitab Daniel.
Barnes’ Notes: “THE ANCIENT VERSIONS OF THE BOOK OF DANIEL. (1) Of these, the oldest, of course, is the Septuagint. ... The translation of Daniel was among the least faithful, and was the most erroneous, of the whole collection; and, indeed, it was so imperfect that its use in the church was early superseded by the version of Theodotion - the version which is now found in the editions of the Septuagint.” [= TERJEMAHAN-TERJEMAHAN KUNO DARI KITAB DANIEL. (1) Dari terjemahan-terjemahan ini, yang paling tua, tentu saja adalah Septuaginta. ... Penterjemahan kitab Daniel ada di antara yang paling tidak bisa dipercaya, dan merupakan yang paling banyak salahnya, dari seluruh koleksi; dan memang, itu begitu tidak sempurna sehingga penggunaannya dalam gereja sejak awal digantikan oleh terjemahan dari Theodotion - terjemahan yang sekarang ditemukan dalam edisi-edisi dari Septuaginta.] - hal 82.
Barnes’ Notes: “From this cause it happened that the translation of Daniel by the Septuagint went into entire disuse, and was for a long time supposed to have been destroyed. It has, however, been recovered and published, though it has not been substituted in the editions of the Septuagint in the place of the version by Theodotion.” [= Karena alasan ini maka terjemahan dari kitab Daniel oleh Septuaginta sama sekali tidak dipakai, dan untuk suatu waktu yang lama dianggap telah dihancurkan. Tetapi itu telah ditemukan kembali dan dipublikasikan, sekalipun itu tidak digantikan dalam edisi-edisi dari Septuaginta di tempat dari terjemahan oleh Theodotion.] - hal 82.
6) Kitab Daniel tidak disenangi oleh orang-orang Yahudi, dan apa alasannya.
Matthew Henry: “He began betimes to be famous, and continued long so. Some of the Jewish rabbin are loth to acknowledge him to be a prophet of the higher form, and therefore rank his book among the Hagiographa, not among the prophecies, and would not have their disciples pay much regard to it. One reason they pretend is because he did not live such a mean mortified life as Jeremiah and some other of the prophets did, but lived like a prince, and was a prime-minister of state; whereas we find him persecuted as other prophets were (ch. vi.), and mortifying himself as other prophets did, when he ate no pleasant bread (ch. 10:3), and fainting sick when he was under the power of the Spirit of prophecy, ch. 8:27.” [= Ia mulai dengan cepat menjadi terkenal, dan berlanjut lama seperti itu. Beberapa / sebagian dari rabi-rabi Yahudi segan / tidak mau untuk mengakuinya sebagai seorang nabi dari jenis yang lebih tinggi, dan karena itu menggolongkan kitabnya di antara Hagiographa, bukan di antara nubuat-nubuat / kitab-kitab nubuat, dan tidak mau murid-murid mereka terlalu menghormatinya. Satu alasan yang mereka berikan secara pura-pura adalah karena ia tidak hidup dalam suatu kehidupan miskin yang menyangkal diri seperti Yeremia dan beberapa nabi-nabi lain lakukan, tetapi hidup seperti seorang pangeran, dan adalah seorang perdana menteri dari negara; padahal kita mendapati ia dianiaya seperti nabi-nabi lain (psl 6), dan menyangkal dirinya sendiri seperti nabi-nabi lain lakukan, pada waktu ia tidak makan roti / makanan yang menyenangkan (pasal 10:3), dan pingsan / jatuh sakit pada waktu ia ada di bawah kuasa dari Roh nubuat, psl 8:27.].
Catatan: Hagiographa = “the books of the Bible comprising the last of the three major divisions of the Hebrew scriptures, other than the Law and the Prophets. The books of the Hagiographa are: Ruth, Psalms, Job, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Solomon, Lamentations, Daniel, Esther, Ezra, Nehemiah, and Chronicles.” [= kitab-kitab dari Alkitab yang mencakup / berisikan yang terakhir dari tiga bagian besar dari Kitab Suci bahasa Ibrani, selain dari Taurat dan nabi-nabi. Kitab-kitab dari Hagiographa adalah: Rut, Mazmur, Ayub, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Ratapan, Daniel, Ester, Ezra, Nehemia dan Tawarikh.] - https://www.google.com/search…
Daniel 10:2-3 - “(2) Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh: (3) makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh.”.
Daniel 8:27 - “Maka aku, Daniel, lelah dan jatuh sakit beberapa hari lamanya; kemudian bangunlah aku dan melakukan pula urusan raja. Dan aku tercengang-cengang tentang penglihatan itu, tetapi tidak memahaminya.”.
Matthew Henry: “Another reason they pretend is because he wrote his book in a heathen country, and there had his visions, and not in the land of Israel; but, for the same reason, Ezekiel also must be expunged out of the roll of prophets.” [= Alasan yang lain yang mereka berikan secara pura-pura adalah karena ia menulis kitabnya di suatu negara kafir, dan di sana ia mendapatkan penglihatan-penglihatannya, dan bukan di tanah Israel; tetapi, untuk alasan yang sama, Yehezkiel juga harus dihapuskan dari daftar nabi-nabi.].
Matthew Henry: “But the true reason is that he speaks so plainly of the time of the Messiah’s coming that the Jews cannot avoid the conviction of it and therefore do not care to hear of it.” [= Tetapi alasan yang benar adalah bahwa ia berbicara dengan begitu jelas tentang saat dari kedatangan Mesias sehingga orang-orang Yahudi tidak bisa menghindari keyakinan / kepercayaan tentang hal itu dan karena itu tidak ingin / senang mendengarnya.].
Catatan: banyak nabi-nabi lain bicara / menubuatkan Yesus / Mesias, seperti Musa, Yesaya, Daud, Mikha dan sebagainya. Tetapi Daniel menubuatkan saat kedatangan dari sang Mesias (Daniel 9:25-27), dan itu membuat mereka tidak bisa menghindarkan kesimpulan bahwa Yesus adalah Mesias. Suatu hal yang bisa kita dapatkan dari sini adalah bahwa setan dan anak-anaknya tidak senang kepada orang yang memberitakan Injil. Dan makin jelas Injil yang diberitakan oleh seseorang, makin tidak senang mereka kepada orang itu.
Matthew Henry: “But Josephus calls him one of the greatest of the prophets, nay, the angel Gabriel calls him a man greatly beloved. He lived long an active life in the courts and councils of some of the greatest monarchs the world ever had, Nebuchadnezzar, Cyrus, Darius; for we mistake of (if???) we confine the privilege of an intercourse with heaven to speculative men, or those that spend their time in contemplation; no, who was more intimately acquainted with the mind of God than Daniel, a courtier, a statesman, and a man of business? The Spirit, as the wind, blows where it lists.” [= Tetapi Josephus menyebutnya salah satu dari nabi-nabi terbesar, dan lebih lagi, malaikat Gabriel menyebut dia seseorang yang ‘sangat dikasihi’. Ia menjalani suatu kehidupan aktif yang lama dalam istana-istana dan kumpulan penasehat dari beberapa dari raja-raja terbesar yang pernah dipunyai oleh dunia, Nebukadnezar, Koresh, Darius; karena kita salah jika kita membatasi hak dari suatu komunikasi dengan surga pada orang-orang yang spekulatif / teoretis, atau mereka yang menghabiskan waktu mereka dalam perenungan; tidak, siapa yang lebih akrab dengan pikiran Allah dari pada Daniel, seorang pegawai istana, seorang pemimpin yang dihormati, dan seorang yang aktif / sibuk? Roh, seperti angin, bertiup kemana Ia berkenan.].
Daniel 9:21-23 - “(21) sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. (22) Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: ‘Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti. (23) Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!”
--
I) Pembuangan ke Babilonia.
1) Ini sudah berkali-kali dinubuatkan dan diancamkan pada masa lalu.
Keil & Delitzsch: “When Solomon in his old age, through the influence of his foreign wives, was induced to sanction the worship of idols, God visited the king’s house with chastisement, by the revolt of the ten tribes, which took place after Solomon’s death; but He gave to his son Rehoboam the kingdom of Judah and Benjamin, with the metropolis Jerusalem and the temple, and He preserved this kingdom, notwithstanding the constantly repeated declension of the king and the people into idolatry, even after the Assyrians had destroyed the kingdom of the ten tribes, whom they carried into captivity. But at length Judah also, through the wickedness of Manasseh, filled up the measure of its iniquity, and brought upon itself the judgment of the dissolution of the kingdom, and the carrying away of the inhabitants into captivity into Babylon.” [= Pada waktu Salomo pada masa tuanya, melalui pengaruh dari istri-istri asingnya, dibujuk untuk mengizinkan penyembahan berhala-berhala, Allah menghukum keluarga raja dengan hajaran, oleh pemberontakan dari 10 suku, yang terjadi setelah kematian Salomo; tetapi Ia memberikan kepada anak laki-lakinya Rehabeam kerajaan Yehuda dan Benyamin, dengan kota besar / ibu kota Yerusalem dan Bait Suci, dan Ia menjaga / melindungi kerajaan ini, sekalipun ada penurunan / penyimpangan yang berulang secara terus menerus dari raja dan bangsa ke dalam penyembahan berhala, bahkan setelah bangsa Asyur menghancurkan kerajaan dari 10 suku, yang mereka bawa ke dalam pembuangan. Tetapi akhirnya Yehuda juga, melalui kejahatan dari Manasye, memenuhi takaran dari kejahatannya, dan membawa pada dirinya sendiri penghakiman dari penghancuran kerajaan, dan dibawanya penduduk ke dalam pembuangan ke Babilonia.] - ‘Introduction’, hal 6.
Catatan: Israel/ Kerajaan Utara masuk dalam pembuangan ke Asyur pada tahun 722 S. M. (2Raja 17), sedangkan Yehuda masuk dalam pembuangan ke Babilonia tahun 586 S. M. (2Raja 24).
Keil & Delitzsch: “In his last address and warning to the people against their continued apostasy from the Lord their God, Moseshad, among other severe chastisements that would fall upon them, threatened this as the last of the punishments with which God would visit them.” [= Dalam ucapan dan peringatan terakhirnya kepada bangsa itu terhadap kemurtadan terus menerus dari Tuhan Allah mereka, Musatelah, di antara hajaran-hajaran hebat yang lain yang akan menimpa mereka, mengancamkan hal ini sebagai hukuman-hukuman terakhir dengan mana Allah akan menghukum mereka.] - ‘Introduction’, hal 6.
Imamat 26:14-33 - “(14) ‘Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, (15) jikalau kamu menolak ketetapanKu dan hatimu muak mendengar peraturanKu, sehingga kamu tidak melakukan segala perintahKu dan kamu mengingkari perjanjianKu, (16) maka Akupun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu. (17) Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. (18) Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, maka Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat karena dosamu, (19) dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan tanahmu sebagai tembaga. (20) Maka tenagamu akan habis dengan sia-sia, tanahmu tidak akan memberi hasilnya dan pohon-pohonan di tanah itu tidak akan memberi buahnya. (21) Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu. (22) Aku akan melepaskan kepadamu binatang liar yang akan memunahkan anak-anakmu dan yang akan melenyapkan ternakmu, serta membuat kamu menjadi sedikit, sehingga jalan-jalanmu menjadi sunyi. (23) Jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mau Kuajar, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, (24) maka Akupun akan bertindak melawan kamu dan Aku sendiri akan menghukum kamu tujuh kali lipat karena dosamu, (25) dan Aku akan mendatangkan ke atasmu suatu pedang, yang akan melakukan pembalasan oleh karena perjanjian itu; bila kamu berkumpul kelak di kota-kotamu, maka Aku akan melepas penyakit sampar ke tengah-tengahmu dan kamu akan diserahkan ke dalam tangan musuh. (26) Jika Aku memusnahkan persediaan makananmu, maka sepuluh perempuan akan membakar roti di dalam satu pembakaran. Mereka akan mengembalikan rotimu menurut timbangan tertentu, dan kamu akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang. (27) Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, (28) maka Akupun akan bertindak keras melawan kamu dan Aku sendiri akan menghajar kamu tujuh kali lipat karena dosamu, (29) dan kamu akan memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan. (30) Dan bukit-bukit pengorbananmu akan Kupunahkan, dan segala pedupaanmu akan Kulenyapkan. Aku akan melemparkan bangkai-bangkaimu ke atas bangkai-bangkai berhalamu dan hatiKu akan muak melihat kamu. (31) Kota-kotamu akan Kubuat menjadi reruntuhan dan tempat-tempat kudusmu akan Kurusakkan dan Aku tidak mau lagi menghirup bau persembahanmu yang menyenangkan. (32) Aku sendiri akan merusakkan negeri itu, sehingga musuhmu yang tinggal di situ akan tercengang karenanya. (33) Tetapi kamu akan Kuserakkan di antara bangsa-bangsa lain dan Aku akan menghunus pedang di belakang kamu, dan tanahmu akan menjadi tempat tandus dan kota-kotamu akan menjadi reruntuhan. (34) Pada waktu itulah tanah itu pulih dari dilalaikannya tahun-tahun sabatnya selama tanah itu tandus dan selama kamu tinggal di negeri musuh-musuhmu; pada waktu itulah tanah itu akan menjalani sabatnya dan dipulihkan tahun-tahun sabat yang belum didapatnya.”.
Adam Clarke (tentang Imamat 26:34): “‘Then shall the land enjoy her Sabbaths.’ This Houbigant observes to be a historical truth. - ‘From Saul to the Babylonish captivity are numbered about four hundred and ninety years, during which period there were seventy Sabbaths of years; for 7, multiplied by 70, make 490. Now the Babylonish captivity lasted seventy years, and during that time the land of Israel rested. Therefore, the land rested just as many years in the Babylonish captivity, as it should have rested Sabbaths if the Jews had observed the laws relative to the Sabbaths of the land.’ This is a most remarkable fact, and deserves to be particularly noticed, as a most literal fulfilment of the prophetic declaration in this verse: Then shall the land enjoy her Sabbaths as long as it lieth desolate, and ye be in your enemies’ land.” [= ‘Pada waktu itulah tanah akan menikmati sabat-sabatnya’. Ini diperhatikan oleh Houbigant sebagai suatu kebenaran yang bersifat sejarah. - ‘Dari Saul sampai pembuangan Babilonia dihitung sekitar 490 tahun, selama masa mana ada 70 tahun sabat; karena 7, dikalikan dengan 70, adalah 490. Sekarang pembuangan Babilonia berlangsung 70 tahun, dan selama masa itu tanah dari Israelberistirahat. Karena itu, tanah itu beristirahat cocok dengan banyaknya tahun dalam pembuangan Babilonia, seperti tanah itu seharusnya mendapatkan istirahat sabat seandainya orang-orang Yahudi telah memelihara hukum-hukum yang berhubungan dengan sabat dari tanah’. Ini adalah fakta yang paling luar biasa, dan layak untuk diperhatikan secara khusus, sebagai suatu penggenapan yang paling hurufiah dari pernyataan nubuatan dalam ayat ini: Pada waktu itulah tanah menikmati sabat-sabatnya selama itu ditinggalkan, dan kamu berada di negara musuh-musuhmu.].
Ini alasan mengapa mereka harus ada dalam pembuangan selama 70 tahun!
Ulangan 28:15-68 - “(15) ‘Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau: (16) Terkutuklah engkau di kota dan terkutuklah engkau di ladang. (17) Terkutuklah bakulmu dan tempat adonanmu. (18) Terkutuklah buah kandunganmu, hasil bumimu, anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. (19) Terkutuklah engkau pada waktu masuk dan terkutuklah engkau pada waktu keluar. (20) TUHAN akan mendatangkan kutuk, huru-hara dan penghajaran ke antaramu dalam segala usaha yang kaukerjakan, sampai engkau punah dan binasa dengan segera karena jahat perbuatanmu, sebab engkau telah meninggalkan Aku. (21) TUHAN akan melekatkan penyakit sampar kepadamu, sampai dihabiskannya engkau dari tanah, ke mana engkau pergi untuk mendudukinya. (22) TUHAN akan menghajar engkau dengan batuk kering, demam, demam kepialu, sakit radang, kekeringan, hama dan penyakit gandum; semuanya itu akan memburu engkau sampai engkau binasa. (23) Juga langit yang di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah yang di bawahpun menjadi besi. (24) TUHAN akan menurunkan hujan abu dan debu ke atas negerimu; dari langit akan turun semuanya itu ke atasmu, sampai engkau punah. (25) TUHAN akan membiarkan engkau terpukul kalah oleh musuhmu. Bersatu jalan engkau akan keluar menyerang mereka, tetapi bertujuh jalan engkau akan lari dari depan mereka, sehingga engkau menjadi kengerian bagi segala kerajaan di bumi. (26) Mayatmu akan menjadi makanan segala burung di udara serta binatang-binatang di bumi, dengan tidak ada yang mengganggunya. (27) TUHAN akan menghajar engkau dengan barah Mesir, dengan borok, dengan kedal dan kudis, yang dari padanya engkau tidak dapat sembuh. (28) TUHAN akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal, (29) sehingga engkau meraba-raba pada waktu tengah hari, seperti seorang buta meraba-raba di dalam gelap; perjalananmu tidak akan beruntung, tetapi engkau selalu diperas dan dirampasi, dengan tidak ada seorang yang datang menolong. (30) Engkau akan bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi orang lain akan menidurinya. Engkau akan mendirikan rumah, tetapi tidak akan mendiaminya. Engkau akan membuat kebun anggur, tetapi tidak akan mengecap hasilnya. (31) Lembumu akan disembelih orang di depan matamu, tetapi engkau tidak akan memakan dagingnya. Keledaimu akan dirampas dari depanmu, dan tidak akan dikembalikan kepadamu. Kambing dombamu akan diberikan kepada musuhmu dengan tidak ada orang yang datang menolong engkau. (32) Anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan akan diserahkan kepada bangsa lain, sedang engkau melihatnya dengan matamu sendiri, dan sehari-harian engkau rindu kepada mereka, dengan tidak dapat berbuat apa-apa. (33) Suatu bangsa yang tidak kaukenal akan memakan hasil bumimu dan segala hasil jerih payahmu; engkau akan selalu ditindas dan diinjak. (34) Engkau akan menjadi gila karena apa yang dilihat matamu. (35) TUHAN akan menghajar engkau dengan barah jahat, yang dari padanya engkau tidak dapat sembuh, pada lutut dan pahamu, bahkan dari telapak kakimu sampai kepada batu kepalamu. (36) TUHAN akan membawa engkau dengan raja yang kauangkat atasmu itu kepada suatu bangsa yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu; di sanalah engkau akan beribadah kepada allah lain, kepada kayu dan batu. (37) Engkau akan menjadi kedahsyatan, kiasan dan sindiran di antara segala bangsa, ke mana TUHAN akan menyingkirkan engkau. (38) Banyak benih yang akan kaubawa ke ladang, tetapi sedikit hasil yang akan kaukumpulkan, sebab belalang akan menghabiskannya. (39) Kebun-kebun anggur akan kaubuat dan kauusahakan, tetapi engkau tidak akan meminum atau menyimpan anggur, sebab ulat akan memakannya. (40) Pohon-pohon zaitun akan kaupunyai di seluruh daerahmu, tetapi engkau tidak akan berurap dengan minyaknya; sebab buah zaitunmu akan gugur. (41) Engkau akan mendapat anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan, tetapi mereka bukan bagi dirimu, sebab mereka akan menjadi tawanan. (42) Segala pohon-pohonmu dan hasil bumimu akan diduduki oleh kawanan belalang. (43) Orang asing yang ada di tengah-tengahmu akan menjadi makin tinggi mengatasi engkau, tetapi engkau menjadi makin rendah. (44) Ia akan memberi pinjaman kepadamu, tetapi engkau tidak akan memberi pinjaman kepadanya; ia akan menjadi kepala, tetapi engkau akan menjadi ekor. (45) Segala kutuk itu akan datang ke atasmu, memburu engkau dan mencapai engkau, sampai engkau punah, karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu dan tidak berpegang pada perintah dan ketetapan yang diperintahkanNya kepadamu; (46) semuanya itu akan menjadi tanda dan mujizat di antaramu dan di antara keturunanmu untuk selamanya.’ (47) ‘Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada TUHAN, Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati walaupun kelimpahan akan segala-galanya, (48) maka dengan menanggung lapar dan haus, dengan telanjang dan kekurangan akan segala-galanya engkau akan menjadi hamba kepada musuh yang akan disuruh TUHAN melawan engkau. Ia akan membebankan kuk besi ke atas tengkukmu, sampai engkau dipunahkanNya. (49) TUHAN akan mendatangkan kepadamu suatu bangsa dari jauh, dari ujung bumi, seperti rajawali yang datang menyambar; suatu bangsa yang bahasanya engkau tidak mengerti, (50) suatu bangsa yang garang mukanya, yang tidak menghiraukan orang tua-tua dan tidak merasa kasihan kepada anak-anak; (51) yang akan memakan habis hasil ternakmu dan hasil bumimu, sampai engkau punah; yang tidak akan meninggalkan bagimu gandum, air anggur atau minyak, ataupun anak lembu sapimu atau anak kambing dombamu, sampai engkau dibinasakannya. (52) Engkau akan ditekannya di segala tempatmu, sampai runtuh tembok-tembokmu yang tinggi dan berkubu, yang kaupercayai itu di seluruh negerimu, bahkan engkau akan ditekan di dalam segala tempatmu, di seluruh negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. (53) Dan engkau akan memakan buah kandunganmu, yakni daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, - dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu. (54) Dan orang laki-laki yang paling lemah dan paling manja di antaramu akan kesal terhadap saudaranya atau terhadap isterinya sendiri atau terhadap anak-anaknya yang masih tinggal padanya, (55) sehingga kepada salah seorang dari mereka itu ia tidak mau memberikan sedikitpun dari daging anak-anaknya yang dimakannya, karena tidak ada lagi sesuatu yang ditinggalkan baginya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di segala tempatmu. (56) Perempuan yang lemah dan manja di antaramu, yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke tanah karena sifatnya yang manja dan lemah itu, akan kesal terhadap suaminya sendiri atau terhadap anaknya laki-laki atau anaknya perempuan, (57) karena uri yang keluar dari kandungannya ataupun karena anak-anak yang dilahirkannya; sebab karena kekurangan segala-galanya ia akan memakannya dengan sembunyi-sembunyi, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di dalam tempatmu. (58) Jika engkau tidak melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat yang tertulis dalam kitab ini, dan engkau tidak takut akan Nama yang mulia dan dahsyat ini, yakni akan TUHAN, Allahmu, (59) maka TUHAN akan menimpakan pukulan-pukulan yang ajaib kepadamu, dan kepada keturunanmu, yakni pukulan-pukulan yang keras lagi lama dan penyakit-penyakit yang jahat lagi lama. (60) Ia akan mendatangkan pula segala wabah Mesir yang kautakuti itu kepadamu, sehingga semuanya itu melekat padamu. (61) Juga berbagai-bagai penyakit dan pukulan, yang tidak tertulis dalam kitab Taurat ini, akan ditimbulkan TUHAN menimpa engkau, sampai engkau punah. (62) Dari pada kamu hanya sedikit orang yang tertinggal, padahal kamu dahulu seperti bintang-bintang di langit banyaknya - karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu. (63) Seperti TUHAN bergirang karena kamu untuk berbuat baik kepadamu dan membuat kamu banyak, demikianlah TUHAN akan bergirang karena kamu untuk membinasakan dan memunahkan kamu, dan kamu akan dicabut dari tanah, ke mana engkau pergi untuk mendudukinya. (64) TUHAN akan menyerakkan engkau ke antara segala bangsa dari ujung bumi ke ujung bumi; di sanalah engkau akan beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, yakni kepada kayu dan batu. (65) Engkau tidak akan mendapat ketenteraman di antara bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat berjejak bagi telapak kakimu; TUHAN akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah, mata yang penuh rindu dan jiwa yang merana. (66) Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan malam engkau akan terkejut dan kuatir akan hidupmu. (67) Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang! karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu. (68) TUHAN akan membawa engkau kembali ke Mesir dengan kapal, melalui jalan yang telah Kukatakan kepadamu: Engkau tidak akan melihatnya lagi, dan di sanakamu akan menawarkan diri kepada musuhmu sebagai budak lelaki dan budak perempuan, tetapi tidak ada pembeli.’”.
Keil & Delitzsch: “This threatening was repeated by all the prophets; but at the same time, following the example of Moses, they further announced that the Lord would again receive into His favour His people driven into exile, if, humbled under their sufferings, they would turn again unto Him; that He would gather them together from the heathen lands, and bring them back to their own land, and renew them by His Spirit, and would then erect anew in all its glory the kingdom of David under the Messiah. Thus Micah not only prophesied the destruction of Jerusalem and of the temple, and the leading away into captivity of the daughters of Zion (Mic. 3:12; 4:10), but also the return from Babylon and the restoration of the former dominion of the daughters of Jerusalem, their victory over all their enemies under the sceptre of the Ruler who would go forth from Bethlehem, and the exaltation of the mountain of the house of the Lord above all mountains and hills in the last days (Mic. 5:1ff., 4:1ff.). Isaiah also announced (Isa. 40–66) the deliverance of Israelout of Babylon, the building up of the ruins of Jerusalem and Judah, and the final glory of Zionthrough the creation of new heavens and a new earth. Jeremiah, in like manner, at the beginning of the Chaldean catastrophe, not only proclaimed to the people who had become ripe for the judgment, the carrying away into Babylon by Nebuchadnezzar, and the continuance of the exile for the space of seventy years, but he also prophesied the destruction of Babylon after the end of the seventy years, and the return of the people of Judah and Israel who might survive to the land of their fathers, the rebuilding of the desolated city, and the manifestation of God’s grace toward them, by His entering into a new covenant with them, and writing His law upon their hearts and forgiving their sins (Jer. 25:29–31).” [= Ancaman ini diulangi oleh semua nabi-nabi; tetapi pada saat yang sama, mengikuti teladan Musa, mereka lebih jauh lagi mengumumkan bahwa Tuhan akan menerima mereka lagi ke dalam perkenanNya umatNya yang dipaksa ke dalam pembuangan, jika, direndahkan di bawah penderitaan mereka, mereka mau berbalik lagi kepadaNya; bahwa Ia akan mengumpulkan mereka bersama-sama dari negara-negara kafir, dan membawa mereka kembali ke negara mereka sendiri, dan memperbaharui mereka oleh RohNya, dan pada saat itu akan membangun kembali dalam semua kemuliaannya kerajaan Daud di bawah sang Mesias. Jadi Mikhabukan hanya menubuatkan kehancuran Yerusalem dan Bait Suci, dan membimbing / membawa ke dalam pembuangan perempuan-perempuan Sion (Mik 3:12; 4:10), tetapi juga kembalinya dari Babilonia dan pemulihan dari kekuasaan pada masa lalu dari perempuan-perempuan Yerusalem, kemenangan mereka atas semua musuh-musuh mereka di bawah tongkat kerajaan dari sang Penguasa yang akan muncul dari Betlehem, dan pemuliaan dari gunung dari rumah Tuhan di atas semua gunung dan bukit pada hari-hari terakhir (Mik 5:1-dst, 4:1-dst). Yesayajuga mengumumkan (Yes 40-66) pembebasan Israel dari Babilonia, pembangunan dari kehancuran / reruntuhan dari Yerusalem dan Yehuda, dan kemuliaan akhir dari Sion melalui penciptaan langit yang baru dan bumi yang baru. Yeremia, dengan cara yang sama, pada permulaan dari bencana Kasdim, bukan hanya memberitakan kepada bangsa itu yang telah menjadi matang untuk penghakiman, pembuangan ke Babilonia oleh Nebukadnezar, dan kelanjutan dari pembuangan untuk masa 70 tahun, tetapi ia juga menubuatkan kehancuran Babilonia setelah akhir dari 70 tahun itu, dan kembalinya bangsa Yehuda dan Israelyang bisa tetap hidup ke negara dari bapa-bapa mereka, pembangunan kembali kota yang ditinggalkan itu, dan penulisan hukum-hukum TauratNya pada hati mereka dan pengampunan dosa-dosa mereka (Yer 25:29-31).] - ‘Introduction’, hal 6-7.
Ulangan 30:1-5 - “(1) ‘Maka apabila segala hal ini berlaku atasmu, yakni berkat dan kutuk yang telah kuperhadapkan kepadamu itu, dan engkau menjadi sadar dalam hatimu di tengah-tengah segala bangsa, ke mana TUHAN, Allahmu, menghalau engkau, (2) dan apabila engkau berbalik kepada TUHAN, Allahmu, dan mendengarkan suaraNya sesuai dengan segala yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, baik engkau maupun anak-anakmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, (3) maka TUHAN, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan akan menyayangi engkau. Ia akan mengumpulkan engkau kembali dari segala bangsa, ke mana TUHAN, Allahmu, telah menyerakkan engkau. (4) Sekalipun orang-orang yang terhalau dari padamu ada di ujung langit, dari sanapun TUHAN, Allahmu, akan mengumpulkan engkau kembali dan dari sanapun Ia akan mengambil engkau. (5) TUHAN, Allahmu, akan membawa engkau masuk ke negeri yang sudah dimiliki nenek moyangmu, dan engkaupun akan memilikinya pula. Ia akan berbuat baik kepadamu dan membuat engkau banyak melebihi nenek moyangmu.”.
Mikha 3:9-12 - “(9) Baiklah dengarkan ini, hai para kepala kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel! Hai kamu yang muak terhadap keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus, (10) hai kamu yang mendirikan Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman! (11) Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’ (12) Sebab itu oleh karena kamu maka Sion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.”.
Mikha 4:10-12 - “(10) Menggeliatlah dan mengaduhlah, hai puteri Sion, seperti perempuan yang melahirkan! Sebab sekarang terpaksa engkau keluar dari kota dan tinggal di padang, terpaksa engkau berjalan sampai Babel; di sanalah engkau akan dilepaskan, di sanalah engkau akan ditebus oleh TUHAN dari tangan musuhmu. (11) Sekarang banyak bangsa berkumpul melawan engkau, dengan berkata: ‘Biarlah dia dicemarkan, biarlah mata kita puas memandangi Sion!’ (12) Tetapi mereka itu tidak mengetahui rancangan TUHAN; mereka tidak mengerti keputusanNya, bahwa Ia akan menghimpunkan mereka seperti berkas gandum ke tempat pengirikan.”.
Mikha 5:1-4a - “(1) Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (2) Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. (3) Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, (4a) dan dia menjadi damai sejahtera.”.
Mikha 4:1-3 - “(1) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung rumah TUHAN akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: ‘Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalanNya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem.’ (3) Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh; mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.”.
Yeremia 25:29-31 - “(29) Sebab sesungguhnya di kotayang namaKu telah diserukan di atasnya Aku akan mulai mendatangkan malapetaka; masakan kamu ini akan bebas dari hukuman? kamu tidak akan bebas dari hukuman, sebab Aku ini mengerahkan pedang ke atas segenap penduduk bumi, demikianlah firman TUHAN semesta alam. (30) Dan engkau ini, nubuatkanlah segala firman ini kepada mereka. Katakanlah kepada mereka: TUHAN akan menengking dari tempat tinggi dan memperdengarkan suaraNya dari tempat pernaunganNya yang kudus; Ia akan mengaum hebat terhadap tempat penggembalaanNya, suatu pekik, seperti yang dipekikkan pengirik-pengirik buah anggur, terhadap segenap penduduk bumi. (31) Deru perang akan sampai ke ujung bumi, sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap bangsa-bangsa; Ia akan berperkara dengan segala makhluk: Orang-orang fasik akan diserahkanNya kepada pedang, demikianlah firman TUHAN.”.
2) Yehuda dikalahkan Babilonia 3 x dan masuk ke dalam pembuangan ke Babilonia.
Ay 1-2: “(1) Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. (2) Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.”.
Barnes’ Notes (tentang ay 1): “This event occurred, according to Jahn ..., in the year 607 B.C., and in the 368th year after the revolt of the ten tribes. According to Usher, it was in the 369th year of the revolt, and 606 B.C. The computation of Usher is the one generally received, but the difference of a year in the reckoning is not material.” [= Peristiwa ini terjadi, menurut Jahn ..., pada tahun 607 S. M. dan dalam tahun ke 368 setelah pemberontakan dari 10 suku. Menurut Usher, itu adalah pada tahun ke 369 dari pemberontakan, dan pada tahun 606 S. M. Perhitungan dari Usher adalah yang biasanya diterima, tetapi perbedaan satu tahun dalam perhitungan tidaklah penting / berarti.].
Barnes’ Notes: “Jehoiakim was a son of Josiah, a prince who was distinguished for his piety, 2 Kings 22:2; 2 Chron 35:1-7. After the death of Josiah, the people raised to the throne of Judah Jehoahaz, the youngest son of Josiah, probably because he appeared better qualified to reign than his elder brother, 2 Kings 23:30; 2 Chron 36:1. He was a wicked prince, and after he had been on the throne three months, he was removed by Pharaoh-nechoh, king of Egypt, who returned to Jerusalem from the conquest of Phoenicia, and placed his elder brother, Eliakim, to whom he gave the name of Jehoiakim, on the throne, 2 Kings 23:34; 2 Chron 36:4.” [= Yoyakim adalah anak laki-laki dari Yosia, seorang raja yang menonjol untuk kesalehannya, 2Raja 22:2; 2Taw 35:1-7. Setelah kematian Yosia, bangsa itu menaikkan ke takhta Yehuda Yoahas, anak laki-laki termuda dari Yosia, mungkin karena ia terlihat lebih memenuhi syarat untuk bertakhta dari pada kakak laki-lakinya, 2Raja 23:30; 2Taw 36:1. Ia adalah seorang raja yang jahat, dan setelah ia berada di takhta 3 bulan, ia disingkirkan oleh Firaun Nekho, raja Mesir, yang kembali ke Yerusalem dari penaklukan Fenisia, dan menempatkan saudaranya yang lebih tua, Elyakim, kepada siapa ia memberi nama Yoyakim, di takhta, 2Raja 23:34; 2Taw 36:4.].
Barnes’ Notes: “Jehoahaz was first imprisoned in Riblah, 2 Kings 23:33, and was afterward removed to Egypt, 2 Chron 36:4. Jehoiakim, an unworthy son of Josiah, was, in reality, as he is represented by Jeremiah, one of the worst kings who reigned over Judah. His reign continued eleven years, and as he came to the throne 611 B.C., his reign continued to the year 600 B.C. In the third year of his reign, after the battle of Megiddo, Pharaoh-nechoh undertook a second expedition against Nabopolassar, king of Babylon, with a numerous army, drawn in part from Western Africa, Lybia and Ethiopia.” [= Yoahaspertama-tama dipenjarakan di Ribla, 2Raja 23:33, dan setelah itu dipindahkan ke Mesir, 2Taw 36:4. Yoyakim, seorang anak laki-laki yang jahat dari Yosia, dalam kenyataannya, seperti ia digambarkan oleh Yeremia, adalah salah satu raja terburuk yang bertakhta atas Yehuda. Pemerintahannya berlangsung 11 tahun, dan karena ia mulai bertakhta tahun 611 S. M., pemerintahannya berlangsung sampai tahun 600 S. M. Pada tahun ketiga dari pemerintahannya, setelah pertempuran Megido, Firaun Nekho memulai operasi militer kedua terhadap Nabopolasar, Raja Babilonia, dengan suatu pasukan yang sangat banyak, digerakkan sebagian dari Afrika Barat, Libia dan Etiopia.].
Barnes’ Notes: “This Nabopolassar, who is also called Nebuchadnezzar I, was at this time, as Berosus relates, aged and infirm. He therefore gave up a part of his army to his son Nebuchadnezzar, who defeated the Egyptian host at Carchemish (Circesium) on the Euphrates, and drove Necho out of Asia. The victorious prince marched directly to Jerusalem, which was then under the sovereignty of Egypt. After a short siege Jehoiakim surrendered, and was again placed on the throne by the Babylonian prince.” [= Nabopolasar ini, yang juga disebut Nebukadnezar I, pada saat itu, seperti diceritakan oleh Berosus, sudah tua dan lemah. Karena itu ia menyerahkan sebagian dari pasukannya kepada anak laki-lakinya Nebukadnezar, yang mengalahkan pasukan Mesir di Karkemis di Efrat (Yer 46:2), dan mendesak / mengusir Nekho keluar dari Asia. Rajayang menang itu bergerak langsung ke Yerusalem, yang pada saat itu ada di bawah otoritas / kekuasaan Mesir. Setelah pengepungan yang singkat Yoyakim menyerah, dan diletakkan lagi di takhta oleh Raja Babilonia.].
Yeremia 46:2 - “Mengenai Mesir. Terhadap tentara Firaun Nekho, raja Mesir, yang berkemah di tepi sungai Efrat dekat Karkemis dan yang dipukul kalah oleh Nebukadnezar, raja Babel, dalam tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda:”.
Jadi, ini adalah penaklukan dan pembuangan ke Babilonia yang pertama, pada zaman raja Yoyakim.
2Raja-Raja 23:30-34 - “(30) Pegawai-pegawainya mengangkut mayatnya dengan kereta dari Megido dan membawanya ke Yerusalem, kemudian mereka menguburkannya dalam kuburnya sendiri. Maka rakyat negeri itu menjemput Yoahas, anak Yosia, mengurapi dia dan mengangkat dia menjadi raja menggantikan ayahnya. (31) Yoahas berumur dua puluh tiga tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hamutal binti Yeremia, dari Libna. (32) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya. (33) Firaun Nekho mengurung dia di Ribla, di tanah Hamat, supaya jangan ia memerintah di Yerusalem; lagi Firaun membebankan kepada negeri itu denda sebesar seratus talenta perak dan sepuluh talenta emas. (34) Firaun Nekho mengangkat Elyakim, anak Yosia, menjadi raja menggantikan Yosia, ayahnya, dan menukar namanya dengan Yoyakim. Tetapi Yoahas dibawanya; Yoahas tiba di Mesir dan mati di sana.”.
2Raja-raja 24:1-2 - “(1) Dalam zamannya majulah berperang Nebukadnezar, raja Babel, lalu Yoyakim menjadi takluk kepadanya tiga tahun lamanya; tetapi kemudian Yoyakim berbalik dan memberontak terhadap dia. (2) TUHAN menyuruh gerombolan-gerombolan Kasdim, gerombolan-gerombolan Aram, gerombolan-gerombolan Moab dan gerombolan-gerombolan bani Amon melawan Yoyakim; Ia menyuruh mereka melawan Yehuda untuk membinasakannya sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan para hambaNya, yaitu para nabi.”.
Ini sesuai dengan Dan 1:1-2 - “(1) Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. (2) Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.”.
Tetapi lalu terjadi pembuangan lagi, pada zaman anak dari Yoyakim, yaitu Yoyakhin.
2Raja 24:5-6 - “(5) Selebihnya dari riwayat Yoyakimdan segala yang dilakukannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? (6) Kemudian Yoyakim mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja-raja 24:8-16 - “(8) Yoyakhin berumur delapan belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Nehusta binti Elnatan, dari Yerusalem. (9) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan ayahnya. (10) Pada waktu itu majulah orang-orang Nebukadnezar, raja Babel, menyerang Yerusalem dan kotaitu dikepung. (11) Juga Nebukadnezar, raja Babel, datang menyerang kotaitu, sedang orang-orangnya mengepungnya. (12) Lalu keluarlah Yoyakhin, raja Yehuda, mendapatkan raja Babel, ia sendiri, ibunya, pegawai-pegawainya, para pembesarnya dan pegawai-pegawai istananya. Raja Babel menangkap dia pada tahun yang kedelapan dari pemerintahannya. (13) Ia mengeluarkan dari sanasegala barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan istana raja; juga dikeratnya emas dari segala perkakas emas yang dibuat oleh Salomo, raja Israel, di bait TUHAN seperti yang telah difirmankan TUHAN. (14) Ia mengangkut seluruh penduduk Yerusalem ke dalam pembuangan, semua panglima dan semua pahlawan yang gagah perkasa, sepuluh ribu orang tawanan, juga semua tukang dan pandai besi; tidak ada yang ditinggalkan kecuali orang-orang lemah dari rakyat negeri. (15) Ia mengangkut Yoyakhin ke dalam pembuangan ke Babel, juga ibunda raja, isteri-isteri raja, pegawai-pegawai istananya dan orang-orang berkuasa di negeri itu dibawanya sebagai orang buangan dari Yerusalem ke Babel. (16) Semua orang yang gagah perkasa, tujuh ribu orang banyaknya, para tukang dan para pandai besi, seribu orang banyaknya, sekalian pahlawan yang sanggup berperang, dibawa oleh raja Babel sebagai orang buangan ke Babel.”.
Ini yang dibicarakan dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius.
Matius 1:10-11 - “(10) Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, (11) Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.”.
Catatan: Yekhonya (bahasa Yunani) = Yoyakhin (bahasa Ibrani).
Setelah ini masih terjadi lagi pembuangan ke 3 ke Babilonia, pada zaman raja Zedekia.
2Raja 24:17-20 - “(17) Kemudian raja Babelmengangkat Matanya, paman Yoyakhin, menjadi raja menggantikan dia dan menukar namanya menjadi Zedekia. (18) Zedekia berumur dua puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hamutal binti Yeremia, dari Libna. (19) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan Yoyakim. (20) Sebab oleh karena murka Tuhanlah terjadi hal itu terhadap Yerusalem dan Yehuda, yakni bahwa Ia sampai membuang mereka dari hadapanNya. Zedekia memberontak terhadap raja Babel.”.
2Raja-Raja 25:1-21 - “(1) Maka pada tahun kesembilan dari pemerintahannya, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal sepuluh bulan itu, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya menyerang Yerusalem. Ia berkemah mengepungnya dan mendirikan tembok pengepungan sekelilingnya. (2) Demikianlah kota itu terkepung sampai tahun yang kesebelas zaman raja Zedekia. (3) Pada tanggal sembilan bulan yang keempat, ketika kelaparan sudah merajalela di kota itu dan tidak ada lagi makanan pada rakyat negeri itu, (4) maka dibelah oranglah tembok kotaitu dan semua tentara melarikan diri malam-malam melalui pintu gerbang antara kedua tembok yang ada di dekat taman raja, sekalipun orang Kasdim mengepung kota itu sekeliling. Mereka lari menuju ke Araba-Yordan. (5) Tetapi tentara Kasdim mengejar raja dari belakang dan mencapai dia di dataran Yerikho; segala tentaranya telah berserak-serak meninggalkan dia. (6) Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babeldi Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. (7) Orang menyembelih anak-anak Zedekia di depan matanya, kemudian dibutakannyalah mata Zedekia, lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dibawa ke Babel. (8) Dalam bulan yang kelima pada tanggal tujuh bulan itu - itulah tahun kesembilan belas zaman raja Nebukadnezar, raja Babel - datanglah Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, pegawai raja Babel, ke Yerusalem. (9) Ia membakar rumah TUHAN, rumah raja dan semua rumah di Yerusalem; semua rumah orang-orang besar dibakarnya dengan api. (10) Tembok sekeliling kotaYerusalem dirobohkan oleh semua tentara Kasdim yang ada bersama-sama dengan kepala pasukan pengawal itu. (11) Sisa-sisa rakyat yang masih tinggal di kota itu dan para pembelot yang menyeberang ke pihak raja Babeldan sisa-sisa khalayak ramai diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal itu. (12) Hanya beberapa orang miskin dari negeri itu ditinggalkan oleh kepala pasukan pengawal itu untuk menjadi tukang-tukang kebun anggur dan peladang-peladang. (13) Juga tiang-tiang tembaga yang ada di rumah TUHAN dan kereta penopang dan ‘laut’ tembaga yang ada di rumah TUHAN dipecahkan oleh orang Kasdim dan tembaganya diangkut mereka ke Babel. (14) Kuali-kuali, penyodok-penyodok, pisau-pisau dan cawan-cawan dan segala perkakas tembaga yang dipakai untuk menyelenggarakan kebaktian, diambil mereka, (15) juga perbaraan-perbaraan dan bokor-bokor penyiraman, baik segala yang dari emas maupun segala yang dari perak, diambil oleh kepala pasukan pengawal itu. (16) Adapun kedua tiang, ‘laut’ yang satu itu, kereta penopang yang dibuat oleh Salomo untuk rumah TUHAN, tiada tertimbang tembaga segala perkakas ini. (17) Delapan belas hasta tingginya tiang yang satu, dan di atasnya ada ganja dari tembaga; tinggi ganja itu tiga hasta dan jala-jala dan buah-buah delima ada di atas ganja itu sekeliling, semuanya itu tembaga. Dan seperti itu juga tiang yang kedua, disertai jala-jala. (18) Lalu kepala pasukan pengawal itu menangkap Seraya, imam kepala, dan Zefanya, imam tingkat dua dan ketiga orang penjaga pintu. (19) Dari kota itu ditangkapnya seorang pegawai istana yang diangkat mengepalai tentara, dan lima orang pelayan pribadi raja yang terdapat di kota itu, dan panitera panglima tentara yang mengerahkan rakyat negeri menjadi tentara, dan enam puluh orang dari rakyat negeri yang terdapat di kota itu. (20) Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, menangkap mereka dan membawa mereka kepada raja Babel, di Ribla. (21) Lalu raja Babelmenyuruh membunuh mereka di Ribla, di tanah Hamat. Demikianlah orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan dari tanahnya.”.
Jadi, dilihat dari cerita dalam kitab 2Raja, maka Babilonia 3 x mengalahkan Yehuda. Pada zaman Yoyakim (2Raja-raja 24:1), lalu pada zaman Yoyakhin (2Raja 24:10-16), lalu pada zaman Zedekia (2Raja 25:1-21). Perhitungan 70 tahun itu dihitung sejak Babilonia mengalahkan Yoyakim (penaklukan pertama).
Barnes’ Notes: “Nebuchadnezzar took part of the furniture of the temple as booty, and carried back with him to Babylon several young men, the sons of the principal Hebrew nobles, among whom were Daniel and his three friends referred to in this chapter. It is not improbable that one object in conveying them to Babylon was that they might be hostages for the submission and good order of the Hebrews in their own land. It is at this time that the Babylonian sovereignty over Judahcommences, commonly called the Babylonian captivity, which, according to the prophecy of Jeremiah, (Jer 25:1-14; 29:10), was to continue seventy years.” [= Nebukadnezar mengambil sebagian dari perkakas-perkakas dari Bait Suci sebagai jarahan, dan membawa kembali dengan dia ke Babilonia beberapa orang muda, anak-anak laki-laki dari orang-orang bangsawan utama Ibrani, di antara siapa adalah Daniel dan tiga orang temannya yang diceritakan dalam pasal ini. Adalah mungkin bahwa satu tujuan dalam membawa mereka ke Babilonia adalah supaya mereka bisa menjadi sandera-sandera untuk ketundukan dan ketertiban yang baik dari orang-orang Ibrani di negara mereka sendiri. Adalah pada saat ini bahwa kekuasaan / otoritas Babilonia atas Yehuda mulai, biasanya disebut pembuangan Babilonia, yang, menurut nubuat-nubuat Yeremia (Yer 25:1-14; 29:10), akan berlangsung 70 tahun.].
Yer 25:1-14 - “(1) Firman yang datang kepada Yeremia tentang segenap kaum Yehuda dalam tahun keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, yaitu dalam tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar, raja Babel. (2) Firman itu telah disampaikan oleh nabi Yeremia kepada segenap kaum Yehuda dan kepada segenap penduduk Yerusalem, katanya: (3) ‘Sejak dari tahun yang ketiga belas pemerintahan Yosia bin Amon, raja Yehuda, sampai hari ini, jadi sudah dua puluh tiga tahun lamanya, firman TUHAN datang kepadaku dan terus-menerus aku mengucapkannya kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengarkannya. (4) Juga TUHAN terus-menerus mengutus kepadamu semua hambaNya, yakni nabi-nabi, tetapi kamu tidak mau mendengarkan dan memperhatikannya. (5) Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. (6) Juga janganlah kamu mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepadanya; janganlah kamu menimbulkan sakit hatiKu dengan buatan tanganmu, supaya jangan Aku mendatangkan malapetaka kepadamu. (7) Tetapi kamu tidak mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hatiKu dengan buatan tanganmu untuk kemalanganmu sendiri. (8) Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam: Oleh karena kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataanKu, (9) sesungguhnya, Aku akan mengerahkan semua kaum dari utara - demikianlah firman TUHAN - menyuruh memanggil Nebukadnezar, raja Babel, hambaKu itu; Aku akan mendatangkan mereka melawan negeri ini, melawan penduduknya dan melawan bangsa-bangsa sekeliling ini, yang akan Kutumpas dan Kubuat menjadi kengerian, menjadi sasaran suitan dan menjadi ketandusan untuk selama-lamanya. (10) Aku akan melenyapkan dari antara mereka suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan cahaya pelita. (11) Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya. (12) Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya. (13) Aku akan menimpakan kepada negeri ini segala apa yang Kufirmankan tentang dia, yaitu segala apa yang tertulis dalam kitab ini seperti yang telah dinubuatkan Yeremia tentang segala bangsa itu. (14) Sebab merekapun juga akan menjadi hamba kepada banyak bangsa-bangsa dan raja-raja yang besar, dan Aku akan mengganjar mereka setimpal dengan pekerjaan mereka dan setimpal dengan perbuatan tangan mereka.’”.
Yeremia 29:10 - “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janjiKu itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.”.
Matthew Henry: “Now from this first captivity most interpreters think the seventy years are to be dated, though Jerusalem was not destroyed, nor the captivity completed, till about nineteen years after. In that first year Daniel was carried to Babylon, and there continued the whole seventy years (see v. 21), during which time all nations shall serve Nebuchadnezzar, and his son, and his son’s son, Jer 25:11.” [= Dari pembuangan pertama ini kebanyakan penafsir berpikir 70 tahun itu dihitung, sekalipun Yerusalem tidak dihancurkan, juga pembuangan belum lengkap / selesai, sampai sekitar 19 tahun setelahnya. Pada tahun pertama itu Daniel dibawa ke Babilonia, dan terus disana selama seluruh 70 tahun (lihat ay 21), selama waktu mana semua bangsa-bangsa melayani Nebukadnezar, dan anaknya, dan anak dari anaknya, Yer 25:11.].
Barnes’ Notes: “In Jer 25:1; 46:2, it is said that this was in the fourth year of Jehoiakim; in the passage before us it is said that it was the third year. This difference, says Jahn, arises from a different mode of computation: ‘Jehoiakim came to the throne at the end of the year, which Jeremiah reckons as the first (and such a mode of reckoning is not uncommon), but Daniel, neglecting the incomplete year, numbers one less:’” [= Dalam Yer 25:1; 46:2, dikatakan bahwa ini adalah tahun ke 4 dari Yoyakim; dalam text di depan kita dikatakan bahwa itu adalah tahun ke 3. Perbedaan ini, kata Jahn, muncul dari suatu cara perhitungan yang berbeda: ‘Yoyakim naik takhta pada akhir dari tahun itu, yang Yeremia perhitungkan sebagai yang pertama (dan cara perhitungan seperti itu bukannya tidak biasa), tetapi Daniel, mengabaikan tahun yang tidak lengkap, menghitung kurang satu:’].
Barnes’ Notes (tentang ay 1): “‘And besieged it.’ Jerusalem was a strongly-fortified place, and it was not easy to take it, except as the result of a siege. It was, perhaps, never carried by direct and immediate assault. Compare 2 Kings 25:1-3, for an account of a siege of Jerusalem a second time by Nebuchadnezzar. At that time the city was besieged about a year and a half. How long the siege here referred to continued is not specified.” [= ‘Dan mengepungnya’. Yerusalem adalah suatu tempat yang dibentengi secara kuat, dan tidak mudah untuk mengalahkannya, kecuali sebagai hasil dari suatu pengepungan. Kota itu mungkin tidak pernah ditaklukkan oleh serangan langsung. Bandingkan dengan 2Raja-raja 25:1-3, untuk suatu cerita tentang suatu pengepungan dari Yerusalem untuk keduakalinya oleh Nebukadnezar. Pada saat itu kotaitu dikepung sekitar satu setengah tahun. Berapa lama pengepungan yang diceritakan di sini berlangsung tidak dinyatakan.].
Catatan: kalau dilihat dari 2Raja tadi, seharusnya ini adalah pengepungan yang ke 3.
3) Kesimpulannya: Tuhan betul-betul melaksanakan ancamanNya!
Keil & Delitzsch: “He was a mighty and a jealous God, who visits the blasphemers of His holy name according to their iniquity, and is able to fulfil His threatenings no less than His promises.” [= Ia adalah Allah yang kuat / perkasa dan cemburu, yang menghukum penghujat-penghujat dari namaNya yang kudus sesuai dengan kejahatan mereka, dan mampu untuk menggenapi ancaman-ancamanNya tidak kurang dari pada janji-janjiNya.] - ‘Introduction’, hal 8.
-----
II) Daniel ikut dalam pembuangan yang pertama.
1) Nebukadnezar dan kemenangannya atas Yehuda.
a) Saat dari peristiwa ini.
Daniel 1: 1: “Pada tahun yang ketigapemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu.”.
Yeremia 25:1 - “Firman yang datang kepada Yeremia tentang segenap kaum Yehuda dalam tahun keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, yaitu dalam tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar, raja Babel.”.
Bible Knowledge Commentary: “The first two verses of the Book of Daniel state when and how the prophet was taken to Babylon. The events in the book began in the third year of the reign of Jehoiakim king of Judah. This seems to conflict with Jeremiah’s statement that the first year of Nebuchadnezzar, king of Babylon, was in the fourth year of Jehoiakim’s reign (Jer 25:1). At least two explanations may be given for this apparent discrepancy. The first is the difference between Jewish and Babylonian reckoning. The Jewish calendar began the year in Tishri (September-October) while the Babylonian calendar began in the spring in the month of Nisan (March-April). If Babylonian reckoning were used, the year Nebuchadnezzar besieged Jerusalemwas the fourth year of Jehoiakim’s reign. But if the Jewish reckoning were used it was Jehoiakim’s third year. Daniel, a Jew, may well have adopted the familiar Jewish calendar. A second explanation is based on the Babylonian method of reckoning the dates of a king’s reign. The portion of a king’s reign that preceded the beginning of a new year in the month Nisan, that is, the year of accession, was called the first year even if it was of short duration. If Jeremiah followed that method of reckoning, he counted Jehoiakim’s year of accession (which was only part of a full year) as the first year. And if Daniel used the Jewish method of reckoning (which did not count the first months of a king’s reign before the new year) he then counted only the three full years of Jehoiakim’s reign. The year was 605 B.C.” [= Dua ayat pertama dari kitab Daniel menyatakan kapan dan bagaimana sang nabi dibawa ke Babilonia. Peristiwa-peristiwa dalam kitab itu mulai pada tahun ketiga dari pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda. Ini kelihatannya bertentangan dengan pernyataan Yeremia bahwa tahun pertama dari Nebukadnezar, raja Babilonia, adalah dalam tahun keempat dari pemerintahan Yoyakim (Yer 25:1). Sedikitnya ada dua penjelasan yang bisa diberikan untuk hal yang kelihatannya berbeda ini. Yang pertama adalah perbedaan antara perhitungan Yahudi dan Babilonia. Kalender Yahudi memulai tahun pada bulan Tisri (September-Oktober) sedangkan kalender Babilonia mulai pada musim semi di bulan Nisan (Maret-April). Jika perhitungan Babilonia yang digunakan, tahun dimana Nebukadnezar mengepung Yerusalem adalah tahun keempat dari pemerintahan Yoyakim. Tetapi jika perhitungan Yahudi yang digunakan, itu adalah tahun ketiga Yoyakim. Daniel, seorang Yahudi, mungkin telah mengambil kalender Yahudi yang akrab dengannya. Penjelasan yang kedua didasarkan pada metode Babilonia tentang perhitungan tanggal dari pemerintahan seorang raja. Bagian dari pemerintahan seorang raja yang mendahului permulaan dari suatu tahun yang baru di bulan Nisan, artinya / yaitu, tahun kenaikan takhta, disebut tahun pertama bahkan jika itu adalah suatu janga waktu yang pendek. Jika Yeremia mengikuti metode perhitungan itu, ia menghitung tahun kenaikan takhta Yoyakim (yang hanya sebagian dari suatu tahun penuh) sebagai tahun yang pertama. Dan jika Daniel menggunakan metode perhitungan Yahudi (yang tidak menghitung bulan-bulan pertama dari pemerintahan seorang raja sebelum tahun baru) maka ia menghitung hanya tiga tahun penuh dari pemerintahan Yoyakim. Tahun itu adalah tahun 605 S. M.].
b) Yoyakim, raja Yehuda.
1. Ia adalah raja yang jahat.
2Raja-raja 23:34-37 - “(34) Firaun Nekho mengangkat Elyakim, anak Yosia, menjadi raja menggantikan Yosia, ayahnya, dan menukar namanya dengan Yoyakim. Tetapi Yoahas dibawanya; Yoahas tiba di Mesir dan mati di sana. (35) Yoyakim memberi emas dan perak itu kepada Firaun, tetapi ia menarik pajak dari negeri supaya dapat memberi uang itu, sesuai dengan titah Firaun. Ia menagih emas dan perak itu dari rakyat negeri, dari setiap orang menurut jumlah ketetapan pajaknya, untuk memberikannya kepada Firaun Nekho. (36) Yoyakim berumur dua puluh limatahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Zebuda binti Pedaya, dari Ruma. (37) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya.”.
2. Sikap raja Yoyakim terhadap firman Tuhan.
Yeremia 26:1-24 - “(1) Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN, bunyinya: (2) Beginilah firman TUHAN: ‘Berdirilah di pelataran rumah TUHAN dan katakanlah kepada penduduk segala kotaYehuda, yang datang untuk sujud di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka. Janganlah kaukurangi sepatah katapun! (3) Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuata mereka yang jahat. (4) Jadi katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti TauratKu yang telah Kubentangkan di hadapanmu, (5) dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hambaKu, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, - tetapi kamu tidak mau mendengarkan - (6) maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi.’ (7) Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah TUHAN. (8) Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang diperintahkan TUHAN untuk dikatakan kepada seluruh rakyat itu, maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: ‘Engkau harus mati! (9) Mengapa engkau bernubuat demi nama TUHAN dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kotaini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya?’ Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia di rumah TUHAN. (10) Ketika para pemuka Yehuda mendengar tentang hal ini, pergilah mereka dari istana raja ke rumah TUHAN, lalu duduk di pintu gerbang baru di rumah TUHAN. (11) Kemudian berkatalah para imam dan para nabi itu kepada para pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: ‘Orang ini patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah bernubuat tentang kotaini, seperti yang kamu dengar dengan telingamu sendiri.’ (12) Tetapi Yeremia berkata kepada segala pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: ‘Tuhanlah yang telah mengutus aku supaya bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang telah kamu dengar itu. (13) Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkanNya atas kamu. (14) Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu, perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu. (15) Hanya ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa jika kamu membunuh aku, maka kamu mendatangkan darah orang yang tak bersalah atas kamu dan atas kota ini dan penduduknya, sebab TUHAN benar-benar mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu.’ (16) Lalu berkatalah para pemuka dan seluruh rakyat itu kepada imam-imam dan nabi-nabi itu: ‘Orang ini tidak patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah berbicara kepada kita demi nama TUHAN, Allah kita.’ (17) Memang beberapa orang dari para tua-tua negeri itu tampil juga ke depan dan berkata kepada kumpulan rakyat itu, katanya: (18) ‘Mikha, orang Moresyet itu, telah bernubuat di zaman Hizkia, raja Yehuda. Dia telah berkata kepada segenap bangsa Yehuda: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sion akan dibajak seperti ladang dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan. (19) Apakah Hizkia, raja Yehuda, beserta segenap Yehuda membunuh dia? Tidakkah ia takut akan TUHAN, sehingga ia memohon belas kasihan TUHAN, agar TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkanNya atas mereka? Dan kita, maukah kita mendatangkan malapetaka yang begitu besar atas diri kita sendiri?’ (20) Ada juga seorang lain yang bernubuat demi nama TUHAN, yaitu Uria bin Semaya, dari Kiryat-Yearim. Dia bernubuat tentang kota dan negeri ini tepat seperti yang dikatakan Yeremia. (21) Ketika raja Yoyakim, bersama-sama dengan segenap perwiranya dan semua pemuka, mendengar perkataan orang itu, maka rajapun mencari ikhtiar untuk membunuhnya. Mendengar hal itu maka takutlah Uria, lalu melarikan diri dan tiba di Mesir. (22) Kemudian raja Yoyakim menyuruh orang ke Mesir, yaitu Elnatan bin Akhbor beserta beberapa orang. (23) Mereka mengambil Uria dari Mesir dan membawanya kepada raja Yoyakim. Raja menyuruh membunuh dia dengan pedang dan melemparkan mayatnya ke kuburan rakyat biasa. (24) Tetapi Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan, sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat untuk dibunuh.”.
Yeremia 36:1-32 - “(1) Dalam tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) ‘Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu mengenai Israel, Yehuda dan segala bangsa, dari sejak Aku berbicara kepadamu, yakni dari sejak zaman Yosia, sampai waktu ini. (3) Mungkin apabila kaum Yehuda mendengar tentang segala malapetaka yang Aku rancangkan hendak mendatangkannya kepada mereka, maka mereka masing-masing akan bertobat dari tingkah langkahnya yang jahat itu, sehingga Aku mengampuni kesalahan dan dosa mereka.’ (4) Jadi Yeremia memanggil Barukh bin Neria, lalu Barukh menuliskan dalam kitab gulungan itu langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang telah difirmankan TUHAN kepadanya. (5) Pada suatu kali Yeremia memberi perintah kepada Barukh: ‘Aku ini berhalangan, tidak dapat pergi ke rumah TUHAN. (6) Jadi pada hari puasa engkaulah yang pergi membacakan perkataan-perkataan TUHAN kepada orang banyak di rumah TUHAN dari gulungan yang kautuliskan langsung dari mulutku itu; kepada segenap orang Yehuda yang datang dari kota-kotanya haruslah kaubacakannya juga. (7) Mungkin permohonan mereka sampai di hadapan TUHAN dan mereka masing-masing bertobat dari tingkah langkahnya yang jahat itu, sebab besar murka dan kehangatan amarah yang diancamkan TUHAN kepada bangsa ini.’ (8) Lalu Barukh bin Neria melakukan tepat seperti yang diperintahkan kepadanya oleh nabi Yeremia untuk membacakan perkataan-perkataan TUHAN dari kitab itu di rumah TUHAN. - (9) Adapun dalam tahun yang kelima pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, dalam bulan yang kesembilan, orang telah memaklumkan puasa di hadapan TUHAN bagi segenap rakyat di Yerusalem dan bagi segenap rakyat yang telah datang dari kota-kota Yehuda ke Yerusalem. - (10) Maka Barukh membacakan kepada segenap rakyat perkataan Yeremia dari kitab itu, di rumah TUHAN, di kamar Gemarya anak panitera Safan, di pelataran atas di muka pintu gerbang baru dari rumah TUHAN. (11) Ketika Mikhaya bin Gemarya bin Safan mendengar segala firman TUHAN dari kitab itu, (12) turunlah ia ke istana raja, ke kamar panitera. Di sana tampak duduk semua pemuka, yakni panitera Elisama, Delaya bin Semaya, Elnatan bin Akhbor, Gemarya bin Safan, Zedekia bin Hananya dan semua pemuka lain. (13) Lalu Mikhaya memberitahukan kepada mereka segala firman yang telah didengarnya, ketika Barukh membacakan kitab itu kepada orang banyak. (14) Kemudian para pemimpin itu menyuruh Yehudi bin Netanya bin Selemya bin Kusyi kepada Barukh mengatakan: ‘Bawalah gulungan yang telah kaubacakan kepada orang banyak itu dan datanglah ke mari!’ Maka Barukh bin Neria membawa gulungan itu dan datang kepada mereka. (15) Berkatalah mereka kepadanya: ‘Silakan duduk dan bacakan itu kepada kami!’ Lalu Barukh membacakannya kepada mereka. (16) Setelah mereka mendengar segala perkataan itu, maka terkejutlah mereka dan berkata seorang kepada yang lain: ‘Kita harus dengan segera memberitahukan segala perkataan ini kepada raja!’ (17) Bertanyalah mereka kepada Barukh, katanya: ‘Beritahukanlah kepada kami, bagaimana caranya engkau menuliskan segala perkataan ini!’ (18) Jawab Barukh kepada mereka: ‘Segala perkataan ini langsung dari mulut Yeremia kepadaku, dan aku menuliskannya dengan tinta dalam kitab.’ (19) Lalu berkatalah para pemuka itu kepada Barukh: ‘Pergilah, sembunyikanlah dirimu bersama Yeremia! Janganlah ada orang yang mengetahui di mana tempatmu!’ (20) Kemudian pergilah mereka menghadap raja di pelataran, sesudah mereka menyimpan gulungan itu di kamar panitera Elisama. Mereka memberitahukan segala perkataan ini kepada raja. (21) Raja menyuruh Yehudi mengambil gulungan itu, lalu ia mengambilnya dari kamar panitera Elisama itu. Yehudi membacakannya kepada raja dan semua pemuka yang berdiri dekat raja. (22) Waktu itu adalah bulan yang kesembilan dan raja sedang duduk di balai musim dingin, sementara di depannya api menyala di perapian. (23) Setiap kali apabila Yehudi selesai membacakan tiga empat lajur, maka raja mengoyak-ngoyaknya dengan pisau raut, lalu dilemparkan ke dalam api yang di perapian itu, sampai seluruh gulungan itu habis dimakan api yang di perapian itu. (24) Baik raja maupun para pegawainya, yang mendengarkan segala perkataan ini, seorangpun tidak terkejut dan tidak mengoyakkan pakaiannya. (25) Elnatan, Delaya dan Gemarya memang mendesak kepada raja, supaya jangan membakar gulungan itu, tetapi raja tidak mendengarkan mereka. (26) Bahkan raja memerintahkan pangeran Yerahmeel, Seraya bin Azriel dan Selemya bin Abdeel untuk menangkap juru tulis Barukh dan nabi Yeremia, tetapi TUHAN menyembunyikan mereka. (27) Sesudah raja membakar gulungan berisi perkataan-perkataan yang dituliskan oleh Barukh langsung dari mulut Yeremia itu, maka datanglah firman TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (28) ‘Ambil pulalah gulungan lain, tuliskanlah di dalamnya segala perkataan yang semula ada di dalam gulungan yang pertama yang dibakar oleh Yoyakim, raja Yehuda. (29) Mengenai Yoyakim, raja Yehuda, haruslah kaukatakan: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membakar gulungan ini dengan berkata: Mengapakah engkau menulis di dalamnya, bahwa raja Babelpasti akan datang untuk memusnahkan negeri ini dan untuk melenyapkan dari dalamnya manusia dan hewan? (30) Sebab itu beginilah firman TUHAN tentang Yoyakim, raja Yehuda: Ia tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud, dan mayatnya akan tercampak, sehingga kena panas di waktu siang dan kena dingin di waktu malam. (31) Aku akan menghukum dia, keturunannya dan hamba-hambanya karena kesalahan mereka; Aku akan mendatangkan atas mereka, atas segala penduduk Yerusalem dan atas orang Yehuda segenap malapetaka yang Kuancamkan kepada mereka, yang mereka tidak mau mendengarnya.’ (32) Maka Yeremia mengambil gulungan lain dan memberikannya kepada juru tulis Barukh bin Neria yang menuliskan di dalamnya langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang ada di dalam kitab yang telah dibakar Yoyakim, raja Yehuda dalam api itu. Lagipula masih ditambahi dengan banyak perkataan seperti itu.”.
Padahal dalam Allah menilai manusia, sikap orang itu terhadap firman sangat diperhitungkan!
Bdk. Kisah Para Rasul 17:10-11 - “(10) Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. (11) Orang-orang Yahudi di kotaitu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.
KJV/RSV/NIV: “more noble” [= lebih mulia].
Dari ayat ini terlihat jelas bahwa orang Kristen yang dianggap oleh Tuhan sebagai ‘lebih mulia’ adalah orang Kristen yang betul-betul menghargai otoritas Alkitab, dan tunduk pada otoritas Alkitab.
3. Hukuman Tuhan terhadap Yoyakim.
Jamieson, Fausset & Brown: “Nebuchadnezzar took away the captives as hostages for the submission of the Hebrews. Historical Scripture gives no positive account of this first deportation under Jehoiakim with which the Babylonian captivity - i.e., Judah’s subjection to Babylon for 70 years - begins (Jer 29:10); but 2 Chron 36:6-7 states that Nebuchadnezzar had intended ‘to carry Jehoiakim to Babylon,’ and that he ‘carried off the vessels of the house of the Lord’ there. But Jehoiakim died at Jerusalem before the conqueror’s intention as to him was carried into effect (Jer 22:18-19; 36:30), and his dead body, as was foretold, was dragged out of the gates by the Chaldean besiegers, and left unburied” [= Nebukadnezar membawa tawanan-tawanan sebagai sandera-sandera untuk ketundukan dari orang-orang Ibrani. Sejarah Kitab Suci tidak memberikan cerita yang positif tentang pembuangan pertama di bawah Yoyakim dengan mana pembuangan Babilonia - yaitu ketundukan Yehuda kepada Babilonia selama 70 tahun - dimulai (Yer 29:10); tetapi 2Taw 36:6-7 menyatakan bahwa Nebukadnezar bermaksud ‘untuk membawa Yoyakim ke Babilonia’, dan bahwa ia ‘berhasil membawa perkakas-perkakas dari rumah Tuhan’ ke sana. Tetapi Yoyakim mati di Yerusalem sebelum maksud dari sang penakluk berkenaan dengannya dilaksanakan (Yer 22:18-19; 36:30), dan mayatnya, seperti sudah diramalkan, diseret keluar pintu gerbang oleh pengepung-pengepung Kadim, dan dibiarkan tidak terkubur].
Yeremia 22:18-19 - “(18) Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda: ‘Orang tidak akan meratapi dia: Aduhai abangku! Aduhai kakakku! Orang tidak akan menangisi dia: Aduhai tuan! Aduhai Seri Paduka! (19) Ia akan dikubur secara penguburan keledai, diseret dan dilemparkan ke luar pintu-pintu gerbang Yerusalem.’”.
Yeremia 36:30 - “Sebab itu beginilah firman TUHAN tentang Yoyakim, raja Yehuda: Ia tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud, dan mayatnya akan tercampak, sehingga kena panas di waktu siang dan kena dingin di waktu malam.”.
Catatan: sekalipun Tuhan sering memberikan hukuman dalam bentuk mayat orang itu tidak dikubur dengan layak (seperti juga menimpa mayat Izebel, 2Raja 9:10,30-37), ini tidak berarti bahwa orang yang matinya tak dikubur dengan layak SELALU merupakan hukuman dari Tuhan! Bandingkan dengan orang-orang yang mati karena Covid 19 yang waktu penguburan / kremasi tidak dihadiri siapapun.
4. Ini sekaligus juga merupakan hukuman terhadap tindakan raja Hizkia.
Matthew Henry mengatakan bahwa peristiwa pembuangan ke Babilonia ini merupakan penggenapan nubuat yang dinyatakan kepada raja Hizkia, karena ia telah memamerkan harta bendanya kepada utusan raja Babilonia (Yes 39:6-7).
Yesaya 39:1-7 - “(1) Pada waktu itu Merodakh-Baladan bin Baladan, raja Babel, menyuruh orang membawa suratdan pemberian kepada Hizkia, sebab telah didengarnya bahwa Hizkia sakit tadinya dan sudah kuat kembali. (2) Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya. (3) Kemudian datanglah nabi Yesaya kepada raja Hizkia dan bertanya kepadanya: ‘Apakah yang telah dikatakan orang-orang ini? Dan dari manakah mereka datang?’ Jawab Hizkia: ‘Mereka datang dari negeri yang jauh, dari Babel!’ (4) Lalu tanyanya lagi: ‘Apakah yang telah dilihat mereka di istanamu?’ Jawab Hizkia: ‘Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku.’ (5) Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: ‘Dengarkanlah firman TUHAN semesta alam! (6) Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. (7) Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.’”.
Penerapan: hati-hati terhadap segala kesombongan, dan sikap pamer!
c) Tuhan adalah penyebab kemenangan Nebukadnezar atas Yehuda.
1. Kemenangan Nebukadnezar merupakan pekerjaan Tuhan.
Daniel 1: 1-2: “(1) Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. (2) Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.”.
The Biblical Illustrator: “Secular history is generally written, just as it would have been, if no agent had the least influence on the affairs of the world, besides those who are visible to our senses. It traces the actions of man, as if man was all. It takes no notice, or but little notice, of God. But Scripture history is written on a different plan. It begins with God, as the creator of the world, and throughout, it exhibits him as its governor, everywhere present, and always operating. In an especial manner, it traces all the revolutions that take place in kingdoms - their origin - their progress - their decline and fall - to his sovereign and holy will, as the ultimate cause. ‘And the Lord gave into his hand Jehoiakim king of Judah,’ - a mode of expression which signifies that Divine displeasure was the true and proper cause of this calamity.” [= Sejarah sekuler biasanya ditulis, sama seperti seandainya tak ada agen yang mempunyai pengaruh yang terkecil pada urusan-urusan dunia, selain mereka yang terlihat oleh indera kita. Itu melacak tindakan-tindakan manusia, seakan-akan manusia adalah segala-galanya. Itu tidak memperhatikan / mengamati, atau memperhatikan / mengamati hanya sedikit, tentang Allah. Tetapi sejarah Kitab Suci ditulis berdasarkan suatu rencana yang berbeda. Itu mulai dengan Allah, sebagai Pencipta dari dunia / alam semesta, dan dalam sepanjang waktu, itu menunjukkan Dia sebagai pemerintahnya, hadir dimana-mana, dan selalu bekerja / beroperasi. Dengan suatu cara yang khusus, itu melacak semua revolusi-revolusi yang terjadi dalam kerajaan-kerajaan - asal usul mereka - kemajuan mereka - penurunan dan kejatuhan mereka - pada kehendakNya yang berdaulat dan kudus, sebagai penyebab tertinggi / terakhir. ‘Dan Tuhan menyerahkan ke dalam tangannya Yoyakim raja Yehuda’, - suatu cara pernyataan yang menunjukkan bahwa ketidak-senangan Ilahi adalah penyebab yang benar dan tepat dari bencana ini.].
Calvin: “As to his assertion that Jehoiakim was delivered into the hand of King Nebuchadnezzar by God’s command, this form of speech takes away any stumbling block which might occur to the minds of the pious. Had Nebuchadnezzar been altogether superior, God himself might seem to have ceased to exist, and so his glory would have been depressed. But Daniel clearly asserts that King Nebuchadnezzar did not possess Jerusalem, and was not the conqueror of the nation by his own valor, or counsel, or fortune, or good luck, but because God wished to humble his people.” [= Berkenaan dengan pernyataan / penegasannya bahwa Yoyakim diserahkan ke dalam tangan / kuasa dari Raja Nebukadnezar oleh perintah Allah, bentuk dari gayabicara ini menyingkirkan batu sandungan apapun yang bisa terjadi pada pikiran-pikiran dari orang-orang yang saleh. Seandainya Nebukadnezar sepenuhnya superior, Allah sendiri kelihatan telah berhenti mempunyai keberadaan, dan dengan demikian kemuliaanNya telah ditekan / dikurangi. Tetapi Daniel dengan jelas menyatakan bahwa Raja Nebukadnezar tidak memiliki Yerusalem, dan bukanlah penakluk dari bangsa itu oleh keberanian, atau rencana, atau keberuntungan, atau nasib baiknya sendiri, tetapi karena Allah ingin merendahkan bangsaNya.]- hal 86.
Calvin: “Therefore, Daniel here sets before us the providence and judgments of God, that we may not think Jerusalem to have been taken in violation of God’s promise to Abraham and his posterity.” [= Karena itu, di sini Daniel meletakkan di depan kita Providensia dan penghakiman Allah, supaya kita tidak berpikir Yerusalem telah dirampas / dikuasai dalam pelanggaran terhadap janji Allah kepada Abraham dan keturunannya.] - hal 86.
The Biblical Illustrator: “Nebuchadnezzar invested Jerusalem, and took it, by the union of his own skill, and the courage of his army, and yet it is here said, ‘the Lord gave Jehoiakim into his hand.’ From this, we may learn, that there is a twofold agency concerned in all the events that take place in this world, - the agency of man on the earth, and the agency of God in the heavens. This twofold agency, however, is not co-ordinate. God and man are not possessed (?) of equal efficiency in the production of events. Nebuchadnezzar besieges Jerusalem, but it is the Lord who gives Jehoiakim into his hand. Jehovah is the God of gods, and the King of kings, the First Cause of all events, as well as the First Cause of all beings. Men may form their plans, and gratify their passions, with the most entire freedom from all control, and yet they will only do ‘what God determined before to be done.’” [= Nebukadnezar mengepung Yerusalem, dan mengalahkannya, oleh perpaduan dari keahliannya sendiri, dan keberanian dari pasukannya, tetapi di sini dikatakan, ‘Tuhan menyerahkan Yoyakim ke dalam tangannya’. Dari sini, kita bisa belajar, bahwa di sanaada suatu tindakan rangkap dua berkenaan dengan semua peristiwa yang terjadi dalam dunia ini, - tindakan dari manusia di bumi, dan tindakan dari Allah di surga. Tetapi, tindakan rangkap dua ini tidaklah bersesuaian / bekerja sama secara harmonis. Allah dan manusia tidaklah mempunyai keefisienan yang setara dalam menghasilkan peristiwa-peristiwa. Nebukadnezar mengepung Yerusalem, tetapi adalah Tuhan yang menyerahkan Yoyakim ke dalam tangannya. Yehovah adalah Allah dari allah-allah, dan Raja dari raja-raja, Penyebab Pertama dari semua peristiwa, dan juga Penyebab Pertama dari semua keberadaan. Manusia boleh membentuk rencana-rencana mereka, dan memuaskan nafsu-nafsu mereka, dengan kebebasan penuh dari semua pengendalian, tetapi mereka hanya akan melakukan ‘apa yang Allah tentukan sebelumnya untuk dilakukan’.].
Catatan: rasanya ayat dikutip dari Kis 4:28.
Kisah Para Rasul 4:28 - “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.
The Bible Exposition Commentary: “For decades, the prophets had warned the rulers of Judah that their idolatry, immorality, and injustice toward the poor and needy would lead to the nation’s ruin. The prophets saw the day coming when God would bring the Babylonian army to destroy Jerusalem and the temple and take the people captive to Babylon. A century before the fall of Jerusalem, the Prophet Isaiah had proclaimed this message (Isa 13; 21; and 39), and Micah his contemporary shared the burden (Mic 4:10). The Prophet Habakkuk couldn’t understand how Jehovah could use the godless Babylonians to chasten His own people (Hab 1), and Jeremiah lived to see these prophecies, plus his own prophecies, all come true (Jer 20; 25; 27). God would rather have His people living in shameful captivity in a pagan land than living like pagans in the Holy Land and disgracing His name.” [= Selama puluhan tahun, nabi-nabi telah memperingatkan penguasa-penguasa Yehuda bahwa penyembahan berhala mereka, ketidak-bermoralan mereka, dan ketidak-adilan mereka terhadap orang-orang miskin dan yang membutuhkan, akan membimbing pada kehancuran nasional. Nabi-nabi melihat hari itu mendatang pada waktu Allah membawa pasukan Babilonia untuk menghancurkan Yerusalem dan Bait Suci dan membuang bangsa itu ke Babilonia. Satu abad sebelum kejatuhan Yerusalem, nabi Yesaya telah memberitakan pesan ini (Yes 13; 21; dan 39), dan Mikha, rekan sejamannya, mengambil bagian dalam beban itu (Mik 4:10). Nabi Habakuk tidak bisa mengerti bagaimana Yehovah bisa menggunakan orang-orang Babilonia yang jahat / tanpa Allah untuk menghajar bangsaNya sendiri (Hab 1), dan Yeremia hidup untuk melihat nubuat-nubuat ini, ditambah dengan nubuat-nubuatnya sendiri, semua menjadi kenyataan (Yer 20; 25; 27). Allah lebih memilih umatNya hidup dalam pembuangan yang memalukan di suatu negara kafir dari pada hidup seperti orang-orang kafir di Tanah Suci dan mempermalukan namaNya.].
Catatan: saya hanya memberikan satu ayat, karena yang lain terlalu panjang. Silahkan membacanya sendiri.
Mikha 4:10 - “Menggeliatlah dan mengaduhlah, hai puteri Sion, seperti perempuan yang melahirkan! Sebab sekarang terpaksa engkau keluar dari kota dan tinggal di padang, terpaksa engkau berjalan sampai Babel; di sanalah engkau akan dilepaskan, di sanalah engkau akan ditebus oleh TUHAN dari tangan musuhmu.”.
2. Perkakas-perkakas Bait Suci diambil oleh Nebukadnezar dan dibawa ke Babilonia.
The Biblical Illustrator: “In a period of defection from God, superstition often usurps the place of religion. When men have ceased to confide in God himself, they often place their confidence in something pertaining to him, and trust in it for protection from danger. To reprove such a spirit, God usually permits that in which they confide to fall into the enemy’s hand. But while they had no confidence in God, they placed the most overweening confidence in the temple. They thought, that so long as it remained among them, they was safe. In one of the earlier messages of Jeremiah, God warned them against this delusion (Jer 4:4,12,13,14). This threatening God now began to execute. Literally, ‘judgment began at the house of God.’” [= Dalam suatu masa dari kemunduran dari Allah, takhyul sering menggantikan tempat dari agama. Pada waktu manusia telah berhenti untuk mempercayai Allah sendiri, mereka sering menempatkan keyakinan mereka pada sesuatu yang berhubungan dengan Dia, dan mempercayainya untuk perlindungan dari bahaya. Untuk mencela kecondongan seperti itu, Allah biasanya mengizinkan apa yang mereka percayai itu jatuh ke tangan musuh. Tetapi pada waktu mereka tidak mempunyai keyakinan kepada Allah, mereka menempatkan keyakinan yang paling berlebihan pada Bait Suci. Mereka berpikir, bahwa selama Bait Suci itu tetap ada bersama mereka, mereka aman. Dalam salah satu dari pesan-pesan yang lebih awal dari Yeremia, Allah memperingatkan mereka terhadap kepercayaan yang salah ini (Yer 4:4,12,13,14). Ancaman Allah ini sekarang mulai dilaksanakan. Secara hurufiah, ‘penghakiman mulai pada rumah Allah’.].
Catatan: Yer 4:4,12-14 itu pasti salah cetak. Kelihatannya yang benar adalah Yer 7:4,12-14.
Yeremia 7:4,12-14 - “(4) Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, ... (12) Tetapi baiklah pergi dahulu ke tempatKu yang di Silo itu, di mana Aku membuat namaKu diam dahulu, dan lihatlah apa yang telah Kulakukan kepadanya karena kejahatan umatKu Israel! (13) Maka sekarang, oleh karena kamu telah melakukan segala perbuatan itu juga, demikianlah firman TUHAN, dan oleh karena kamu tidak mau mendengarkan, sekalipun Aku berbicara kepadamu terus-menerus, dan kamu tidak mau menjawab, sekalipun Aku berseru kepadamu, (14) karena itulah kepada rumah, yang atasnya namaKu diserukan dan yang kamu andalkan itu, dan kepada tempat, yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu itu, akan Kulakukan seperti yang telah Kulakukan kepada Silo;”.
1Petrus 4:17 - “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?”.
Calvin: “He also speaks by name of the vessels of the temple. Now, this might seem altogether out of place, and would shock the minds of the faithful. For what does it mean? That God’s temple was spoiled by a wicked and impious man. Had not God borne witness that his rest was there? This shall be my rest for ever, here will I dwell because I have chosen it. (Psalm 132:14.) ... When, therefore, it was robbed and its sacred vessels profaned, and when an impious king had also transferred to the temple of his own god what had been dedicated to the living God, would not, as I have said, such a trial as this cast down the minds of the holy? No one was surely so stout-hearted whom that unexpected trial would not oppress. Where is God, if he does not defend his own temple? Although he does not dwell in this world, and is not enclosed in walls of either wood or stone, yet he chose this dwelling-place for himself, (Psalm 80:1, and Psalm 99:1, and Isaiah 37:16,) and often by means of his Prophets asserted his seat to between the Cherubim. What then is the meaning of this? As I have already said, Daniel recalls us to the judgment of God, and by a single word assures us that we ought not to be surprised at God inflicting such severe punishments upon impious and wicked apostates. For under the name of God, there is a silent antithesis; as the Lord did not deliver Jehoiakim into the hand of the Babylonians without just reason: God, therefore, exposed him as a prey that he might punish him for the revolt of his impious people.” [= Ia juga menyebutkan perkakas-perkakas dari Bait Suci. Ini bisa kelihatan sama sekali tidak cocok, dan akan mengejutkan pikiran dari orang-orang yang setia / percaya. Karena apa artinya? Bahwa Bait Allah dijarah oleh seorang yang jahat dan tidak menghormati Allah. Tidakkah Allah telah memberikan kesaksian bahwa tempat perhentianNya ada di sana? ‘Inilah tempat perhentianKu selama-lamanya, di sini Aku akan tinggal, sebab Aku telah memilihnya.’ (Mazmur 132:14). ... Karena itu, pada waktu Bait Allah dirampok dan perkakas-perkakasnya yang kudus diperlakukan dengan tidak hormat, dan pada waktu seorang raja yang jahat / tidak menghormati Allah juga telah memindahkan ke kuil dari dewanya sendiri apa yang telah dibaktikan bagi Allah yang hidup, tidakkah, seperti yang telah saya katakan, ujian seperti itu menekan / mengecilkan hati dari orang-orang kudus? Tak seorangpun begitu keras hati yang tidak ditekan oleh ujian yang tak diharapkan itu. Dimanakah Allah, jika Ia tidak mempertahankan Bait SuciNya sendiri? Sekalipun Iatidak tinggal dalam dunia ini, dan tidak dibatasi / dikurung dalam tembok-tembok dari kayu atau batu, tetapi Ia memilih tempat tinggal ini untuk diriNya sendiri, (Maz 80:1, dan Mazmur 99:1, dan Yesaya 37:16), dan sering melalui nabi-nabiNya menegaskan tempat tinggal / kedudukanNya di antara kerub-kerub. Lalu apa artinya ini? Seperti yang telah saya katakan, Daniel mengingatkan kita pada penghakiman Allah, dan oleh suatu kata ia meyakinkan kita bahwa kita tidak seharusnya kaget / terkejut pada pemberian hukuman-hukuman yang begitu keras kepada orang-orang jahat dan orang-orang murtad yang jahat. Karena di bawah nama Allah, di sana ada suatu pertentangan yang tidak dinyatakan; karena Tuhan tidak menyerahkan Yoyakim ke dalam tangan dari orang-orang Babilonia tanpa alasan yang benar: karena itu, Allah membukakan dia sebagai suatu mangsa supaya Ia bisa menghukumnya untuk pemberontakan dari bangsanya (Nya?) yang jahat.] - hal 86-87.
Mazmur 132:14 - “‘Inilah tempat perhentianKu selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.”.
Mazmur 80:2 - “Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba! Ya Engkau, yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar”.
Mazmur 99:1 - “TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-kerub, maka bumi goyang.”.
Yesaya 37:16 - “‘Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi.”.
The Biblical Illustrator: “Having entered the temple, Nebuchadnezzar carried away part of the vessels of the Lord’s house. These he took into the land of Shinar, the ancient name of the region in which Babylonwas situated, and placed them in the treasure-house of his god. Considering the place from which these vessels had been taken, and to whose service they had been consecrated for ages, they may certainly be regarded as one of the most remarkable trophies that ever a conqueror presented at the shrine of his deity. But victories obtained over God’s people, when they are also triumphs over God himself, will in the end be found pregnant with disaster. Thus, when the Philistines took the ark captive, God glorified himself in a very remarkable manner. And, when he summons the nations to the overthrow of Babylon, one reason mentioned is, to take vengeance on her for what she had done to his temple. ‘Make bright the arrows; gather the shields; the Lord hath raised up the spirit of the kings of the Medes; for his device is against Babylon to destroy it; because it is the vengeance of the Lord, the vengeance of his temple.’ In a subsequent chapter of the Book of Daniel, we shall meet again with these vessels, and see them prostituted, by an impious monarch, to bacchanalian purposes.” [= Setelah memasuki Bait Suci, Nebukadnezar membawa sebagian dari perkakas-perkakas dari rumah Tuhan. Ini ia bawa ke tanah Sinear, nama kuno dari daerah dalam mana Babilonia terletak, dan menempatkan mereka dalam rumah-perbendaharaan dari dewanya. Mempertimbangkan tempat dari mana perkakas-perkakas ini telah diambil, dan bagi pelayanan siapa mereka telah dikuduskan selama berzaman-zaman, mereka pasti bisa dianggap sebagai salah satu dari piala-piala yang paling menarik yang pernah bisa diberikan / dipersembahkan oleh seorang penakluk di kuil dari dewanya. Tetapi kemenangan-kemenangan yang didapatkan atas umat Allah, pada waktu mereka juga merupakan kemenangan-kemenangan atas Allah sendiri, pada akhirnya akan didapati mengandung dengan bencana. Demikianlah, pada waktu orang-orang Filistin menawan tabut, Allah memuliakan diriNya sendiri dengan suatu cara yang sangat menyolok. Dan, pada waktu Ia memanggil bangsa-bangsa untuk menjatuhkan Babilonia, salah satu alasan yang disebutkan adalah, membalasnya karena apa yang telah ia lakukan pada BaitNya. ‘Lancipkanlah anak-anak panah, siapkanlah perisai-perisai! TUHAN telah membangkitkan semangat raja-raja Media, sebab rencanaNya terhadap Babel ialah untuk memusnahkannya: itulah pembalasan TUHAN, pembalasan karena bait suciNya!’ (Yeremia 51:11). Dalam pasal yang selanjutnya dari kitab Daniel, kita akan bertemu lagi dengan perkakas-perkakas ini, dan melihat mereka digunakan untuk tujuan yang tidak layak, oleh seorang raja yang jahat, untuk tujuan pesta mabuk.].
The Bible Exposition Commentary: “The fall of Jerusalemlooked like the triumph of the pagan gods over the true God of Israel. Nebuchadnezzar burned the temple of God and even took the sacred furnishings and put them into the temple of his own god in Babylon. Later Belshazzar would use some of those holy vessels to praise his own gods at a pagan feast, and God would judge him (Dan 5). No matter how you viewed the fall of Jerusalem, it looked like a victory for the idols; but it was actually a victory for the Lord! He kept His covenant with Israel and He fulfilled His promises. In fact, the same God who raised up the Babylonians to defeat Judahlater raised up the Medes and Persians to conquer Babylon. The Lord also ordained that a pagan ruler decree that the Jews could return to their land and rebuild their temple.” [= Kejatuhan Yerusalem kelihatan seperti kemenangan dari dewa-dewa kafir atas Allah yang benar dari Israel. Nebukadnezar membakar Bait Allah dan bahkan mengambil perkakas-perkakas kudus dan memasukkan mereka ke dalam kuil dari dewanya sendiri di Babilonia. Belakangan Belsyazar menggunakan beberapa dari perkakas-perkakas kudus itu untuk memuji dewa-dewanya sendiri pada suatu perayaan / pesta kafir, dan Allah menghakimi dia (Dan 5). Tak peduli bagaimana kamu memandang kejatuhan Yerusalem, itu kelihatan seperti suatu kemenangan bagi berhala-berhala; tetapi itu sesungguhnya adalah suatu kemenangan bagi Tuhan! Ia memelihara perjanjianNya dengan Israel dan Ia menggenapi janji-janjiNya. Dalam faktanya, Allah yang sama yang membangkitkan Babilonia untuk mengalahkan Yehuda, belakangan membangkitkan Media dan Persia untuk menaklukkan Babilonia. Tuhan juga menentukan bahwa seorang penguasa kafir menetapkan bahwa orang-orang Yahudi bisa kembali ke negara mereka dan membangun kembali Bait Suci mereka.].
----
2) Daniel: kehidupannya, dan pembuangannya.
Ay 3-6: “(3) Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, (4) yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. (5) Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja. (6) Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.”.
a) Daniel dan kehidupannya.
Barnes’ Notes: “all that is known of Daniel is substantially as follows: He was descended from one of the highest families in Judah, if not one of royal blood ... His birthplace was probably Jerusalem (compare Dan 9:24), though it is not absolutely certain that this passage would demonstrate it.” [= semua yang diketahui tentang Daniel pada pokoknya adalah sebagai berikut: Ia diturunkan dari salah satu dari keluarga-keluarga yang tertinggi di Yehuda, jika bukannya satu dari keturunan / keluarga raja ... Tempat lahirnya mungkin adalah Yerusalem (bdk. Dan 9:24), sekalipun tidaklah pasti secara mutlak bahwa text ini menunjukkan hal itu.] - hal 1.
Daniel 9:24 - “Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus.”.
Keil & Delitzsch: “If Daniel was a youth (יֶלֶד, 1:4, 10) of from fifteen to eighteen years of age at the time of his being carried captive into Chaldea, and died in the faith of the divine promise soon after the last revelation made to him in the third year (Dan. 10:1) of king Cyrus, then he must have reached the advanced age of at least ninety years.” [= Jika Daniel adalah seorang pemuda / remaja (YELED, 1:4,10) dari usia 15 sampai 18 tahun pada saat ia dibawa dalam pembuangan ke Kasdim, dan mati dalam iman tentang janji ilahi segera setelah wahyu terakhir dibuat kepadanya dalam tahun ke 3 (Dan 10:1) dari raja Koresh, maka ia pasti telah mencapai usia tua dari setidaknya 90 tahun.] - ‘Introduction’, hal 3.
Dan 1:4,10 - “(4) yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. ... (10) tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: ‘Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja.’”.
Daniel 10:1 - “Pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia, suatu firman dinyatakan kepada Daniel yang diberi nama Beltsazar; firman itu benar dan mengenai kesusahan yang besar. Maka dicamkannyalah firman itu dan diperhatikannyalah penglihatan itu.”.
Barnes’ Notes: “His age at that time it is impossible to determine with accuracy, but it is not improbable that it was somewhere about twelve or fifteen years. In Dan 1:4, he and his three friends are called ‘children’ (יְלָדִ֣ים). ‘This word properly denotes the period from the age of childhood up to manhood, and might be translated boys, lads, or youth’ - (Prof. Stuart on Daniel, p. 373). Ignatius (Ep. ad Magn.) says that Daniel was twelve years of age when he went into exile; Chrysostom says that he was eighteen (Opp, vi., p. 423); ... These are, of course, mere conjectures, or traditions, but they are probably not far from the truth. Such was the age at which persons would be most likely to be selected for the training here referred to.” [= Usianya pada saat itu mustahil untuk ditentukan dengan akurat, tetapi bukannya tidak mungkin bahwa itu adalah di sekitar 12 dan 15 tahun. Dalam Dan 1:4, ia dan 3 teman-temannya disebut ‘anak-anak’ (YELADIM). "Kata ini sebenarnya menunjuk masa dari usia kanak-kanak sampai dewasa, dan bisa diterjemahkan ‘anak-anak’, ‘orang-orang muda’, atau ‘pemuda / remaja’" - (Prof. Stuart tentang Daniel, hal 373). Ignatius (Ep. ad Magn.) mengatakan bahwa Daniel berusia 12 tahun pada waktu ia pergi ke dalam pembuangan; Chrysostom mengatakan bahwa ia berusia 18 tahun (Opp, vi., hal 423); ... Semua ini, tentu saja, hanya semata-mata tebakan-tebakan, atau tradisi-tradisi, tetapi semua ini mungkin tidak jauh dari kebenaran. Usia seperti itulah pada mana orang-orang paling memungkinkan untuk dipilih untuk pelatihan yang ditunjukkan di sini.] - hal 2.
Catatan: YELADIM adalah bentuk plural / jamak dari YELED.
Daniel bisa sangat saleh pada usia yang sangat muda dan dalam kerajaan yang sangat bejat, betul-betul merupakan sesuatu yang luar biasa!
Hampir pasti orang tua Daniel mentaati perintah Tuhan yang menyuruh mereka untuk selalu mengajar anak-anak mereka firman Tuhan.
Keluaran 12:21-27 - “(21) Lalu Musa memanggil semua tua-tua Israel serta berkata kepada mereka: ‘Pergilah, ambillah kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah. (22) Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorangpun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi. (23) Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi. (24) Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. (25) Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankanNya, maka kamu harus pelihara ibadah ini. (26) Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini? (27) maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita.’ Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah.”.
Ulangan 6:6-9 - “(6) Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, (7) haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. (8) Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, (9) dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”.
Ulangan 6:20-25 - “(20) Apabila di kemudian hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allah kita? (21) maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat. (22) TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita; (23) tetapi kita dibawaNya keluar dari sana, supaya kita dapat dibawaNya masuk untuk memberikan kepada kita negeri yang telah dijanjikanNya dengan sumpah kepada nenek moyang kita. (24) TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini. (25) Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkanNya kepada kita.’”.
Ulangan 11:18-21 - “(18) Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. (19) Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, (21) supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi.”.
Ulangan 32:45-46 - “(45) Setelah Musa selesai menyampaikan segala perkataan itu kepada seluruh orang Israel, (46) berkatalah ia kepada mereka: ‘Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini.”.
Yosua 4:4-7 - “(4) Lalu Yosua memanggil kedua belas orang yang ditetapkannya dari orang Israel itu, seorang dari tiap-tiap suku, (5) dan Yosua berkata kepada mereka: ‘Menyeberanglah di depan tabut TUHAN, Allahmu, ke tengah-tengah sungai Yordan, dan angkatlah masing-masing sebuah batu ke atas bahumu, menurut bilangan suku orang Israel, (6) supaya ini menjadi tanda di tengah-tengah kamu. Jika anak-anakmu bertanya di kemudian hari: Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu? (7) maka haruslah kamu katakan kepada mereka: Bahwa air sungai Yordan terputus di depan tabut perjanjian TUHAN; ketika tabut itu menyeberangi sungai Yordan, air sungai Yordan itu terputus. Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya.’”.
Yosua 4:20-24 - “(20) Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. (21) Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: ‘Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? (22) maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! - (23) sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkanNya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, (24) supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.’”.
Ayat-ayat ini harus diperhatikan oleh para orang tua, khususnya pada saat ada wabah seperti sekarang ini dimana Sekolah Minggu tidak bisa dijalankan. Coba pikirkan, apa yang saudara ajarkan kepada anak-anak saudara? Kebanyakan orang tua kristen hanya beri anak-anak mereka HP supaya mereka tidak merepotkan!
b) Daniel termasuk dalam kelompok orang dalam pembuangan pertama ini.
Tetapi, Daniel yang saleh ini justru termasuk dalam orang-orang yang masuk ke dalam pembuangan pertama ke Babilonia!
Calvin: “I assume, then, that Daniel was among the first fruits of the captivity; and this is an instance of God’s judgments being so incomprehensible by us. For had there been any integrity in the whole people, surely Daniel was a remarkable example of it for Ezekiel includes him among the three just men by whom most probably God would be appeased. (Ezekiel 14:14.) Such, then, was the excellence of Daniel’s virtues, that he was like a celestial angel among mortals; and yet he was led into exile, and lived as the slave of the king of Babylon. Others, again, who had provoked God’s wrath in so many ways, remained quiet in their nests: the Lord did not deprive them of their country and of that inheritance which was a sign and pledge of their adoption.” [= Jadi saya menganggap bahwa Daniel ada di antara buah-buah pertama dari pembuangan; dan ini merupakan salah satu contoh dari penghakiman Allah yang begitu tidak bisa kita mengerti. Karena kalau di sana ada kelurusan / integritas apapun dalam seluruh bangsa itu, pasti Daniel adalah suatu contoh yang menyolok darinya karena Yehezkiel mencakup dia di antara tiga orang benar oleh siapa Allah paling memungkinkan ditenangkan / diredakan kemarahanNya (Yeh 14:14). Jadi demikianlah keunggulan dari kebaikan Daniel, sehingga ia seperti seorang malaikat surgawi di antara orang-orang yang fana; tetapi ia dibawa ke dalam pembuangan, dan hidup sebagai budak dari raja Babilonia. Sebaliknya, orang-orang lain yang telah memprovokasi murka Allah dengan begitu banyak cara, tinggal tenang di sarang / rumah mereka: Tuhan tidak menyingkirkan mereka dari negara mereka dan dari warisan itu, yang merupakan suatu tanda dan jaminan dari pengadopsian mereka.] - hal 85.
Yeh 14:13-14,19-20 - “(13) ‘Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tanganKu melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, (14) biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH. (15) Atau jikalau Aku membuat binatang buas berkeliaran di negeri itu, yang memunahkan penduduknya, sehingga negeri itu menjadi sunyi sepi, dan tidak seorangpun berani melintasinya karena binatang buas itu, (16) dan biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang tadi, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak-anak lelaki maupun anak-anak perempuan; hanya mereka sendiri akan diselamatkan, tetapi negeri itu akan menjadi sunyi sepi. (17) Atau jikalau Aku membawa pedang atas negeri itu dan Aku berfirman: Hai pedang, jelajahilah negeri itu!, dan Aku melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, (18) dan biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang tadi, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak-anak lelaki maupun anak-anak perempuan, tetapi hanya mereka sendiri akan diselamatkan. (19) Atau jikalau Aku mendatangkan sampar atas negeri itu dan Aku mencurahkan amarahKu atasnya sehingga darah mengalir dengan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, (20) dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di tengah-tengahnya, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.”.
Calvin: “Hence, let us learn to admire God’s judgments, which surpass all our perceptions; ... As I have already said, there was an angelic holiness in Daniel, although so ignominiously exiled and brought up among the kings eunuchs. When this happened to so holy a man, who from his childhood was entirely devoted to piety, how great is God’s indulgence in sparing us? What have we deserved? Which of us will dare to compare himself with Daniel? Nay, we are unworthy, according to the ancient proverb, to loosen the tie of his shoes.” [= Jadi, marilah kita mempelajari untuk mengagumi penghakiman Allah, yang melampaui semua pengertian kita; ... Seperti yang telah saya katakan, di sana ada kekudusan yang menyerupai malaikat dalam diri Daniel, sekalipun dibuang dengan begitu memalukan dan dibesarkan / dinaikkan di antara sida-sida raja. Pada waktu ini terjadi kepada seorang yang begitu kudus, yang dari masa kanak-kanak sepenuhnya dibaktikan pada kesalehan, betapa besar toleransi Allah dalam menahan / menyimpan kita? Apa yang layak kita dapatkan? Yang mana dari kita berani untuk membandingkan dirinya sendiri dengan Daniel? Tidak, kita tidak layak, sesuai dengan pepatah kuno, untuk melepaskan ikatan sepatunya.] - hal 85.
The Bible Exposition Commentary: “A dedicated remnant (Dan 1:3-4a). Even a cursory reading of the Old Testament reveals that the majority of God’s people have not always followed the Lord and kept His commandments. It has always been the ‘faithful remnant’ within the Jewish nation that has come through the trials and judgments to maintain the divine covenant and make a new beginning. The Prophet Isaiah named one of his sons ‘Shear-jashub,’ which means ‘a remnant shall return’ (Isa 7:3). The same principle applies to the church today, for not everybody who professes faith in Jesus Christ is truly a child of God (Matt 7:21-23). In His messages to the seven churches of Asia Minor, our Lord always had a special word for ‘the overcomers,’ the faithful remnant in each congregation who sought to obey the Lord (Rev 2:7,11,17,24-28; 3:4-5,12,21). Daniel and his three friends were a part of the faithful Jewish remnant in Babylon, placed there by the Lord to accomplish His purposes.” [= Suatu sisa yang berdedikasi (Dan 1:3-4a). Bahkan suatu pembacaan secara cepat dari Perjanjian Lama menyatakan bahwa mayoritas dari umat Allah tidak selalu mengikuti Tuhan dan mentaati hukum-hukum / perintah-perintahNya. Selalu ada ‘sisa yang setia’ di dalam bangsa Yahudi yang telah datang melalui ujian-ujian dan penghakiman-penghakiman untuk memelihara perjanjian ilahi dan membuat suatu permulaan yang baru. Nabi Yesaya menamakan salah satu anak-anak laki-lakinya ‘SYEAR-YASYUB’, yang berarti ‘suatu sisa akan kembali’ (Yesaya 7:3). Prinsip yang sama berlaku pada gereja zaman sekarang, karena tidak setiap orang yang mengaku beriman kepada Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh seorang anak Allah (Matius 7:21-23). Dalam pesan-pesanNya kepada 7 gereja-gereja di Asia Kecil, Tuhan kita selalu mempunyai suatu firman khusus bagi ‘para pemenang’, sisa yang setia dalam setiap jemaat yang berusaha untuk mentaati Tuhan (Wahyu 2:7,11,17,24-28; 3:4-5,12,21). Daniel dan 3 sahabatnya merupakan sebagian dari sisa Yahudi yang setia di Babilonia, ditempatkan di sana oleh Tuhan untuk mencapai tujuan-tujuan / rencana-rencanaNya.].
Pulpit Commentary: “Jehoiakim had been professedly a king, but was, in truth, a slave. Daniel and his companions, though led into exile as captives, had within them kingly qualities, which could not be degraded by strangers.” [= Yoyakim telah dinyatakan sebagai seorang raja, tetapi dalam faktanya ia adalah seorang hamba / budak. Daniel dan kawan-kawannya, sekalipun dibawa ke dalam pembuangan sebagai tawanan / orang-orang buangan, mempunyai di dalam diri mereka kwalitas dari seorang raja, yang tidak bisa direndahkan oleh orang-orang asing.].
3) Daniel dan kawan-kawannya harus dilatih / diajar untuk bisa bekerja pada raja.
Ay 3-5: “(3) Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, (4) yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. (5) Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.”.
Catatan: ‘pelabur’ = ‘makanan’ (KBBI).
a) Nebukadnezar adalah seorang raja yang maju pikirannya.
Dia bukan orang yang fanatik dalam urusan agamanya, kebangsaannya dan sebagainya. Ia mau menggunakan orang-orang yang memang berkwalitas, sekalipun orang itu mempunyai agama dan kebangsaan yang berbeda dengannya.
Bandingkan dengan kasus Ahok di Indonesia. Kalau saudara adalah seorang pendeta, yang ingin mencari orang-orang untuk melayani Tuhan dalam gereja saudara, jangan tiru kasus Ahok. Tirulah Nebukadnezar!!
The Biblical Illustrator: “He desired to gain the advantage of outside talent; the long siege had taught him the stubbornness, gifts, and availability of the Jewish character.” [= Ia ingin untuk mendapatkan keuntungan dari talenta / bakat dari luar; pengepungan yang lama telah mengajar dia sikap keras kepala, karunia-karunia dan keadaan memenuhi syarat dari karakter Yahudi.].
Pulpit Commentary: “1. It was a policy characterized by far-seeing wisdom. Already the Chaldeans had risen out of a state of barbarism, and had begun to appreciate knowledge and intellectual skill. They had learnt to observe with accuracy the motions of the stars. They had attained to considerable skill in architecture and sculpture. They knew something of the science of government. The king was a foremost man in the march of intellect. He knew that, in many respects, the Hebrews excelled his own countrymen. In agriculture, in instrumental music, in historical composition, especially in possessing the gift of prophecy, the Hebrews held the palm. Conscious that the triumphs of peaceful science were nobler and more enduring than martial victories, Nebuchadnezzar sought to strengthen and embellish his reign with all the learning and talent which he could secure.” [= 1. Itu merupakan suatu politik yang bercirikan hikmat yang melihat jauh ke depan. Orang-orang / bangsa Kasdim telah keluar / bangkit dari suatu keadaan keterbelakangan / kebodohan, dan telah mulai menghargai pengetahuan dan keahlian intelektual. Mereka telah belajar untuk mengamati / mempelajari dengan akurat pergerakan dari bintang-bintang. Mereka telah mencapai keahlian yang besar dalam arsitek dan pemahatan. Mereka tahu sesuatu tentang ilmu pemerintahan. Rajanya adalah seorang yang melebihi orang-orang lain dalam barisan orang-orang intelek. Ia tahu bahwa, dalam banyak hal, orang-orang Ibrani melampaui orang-orang sebangsanya. Dalam pertanian, dalam musik instrumen, dalam penyusunan sejarah, dan khususnya dalam kepemilikan dari karunia nubuat, orang-orang Ibrani menguasainya. Sadar bahwa kemenangan-kemenangan dari ilmu pengetahuan yang bersifat damai adalah lebih mulia dan lebih bertahan dari pada kemenangan-kemenangan yang bersifat peperangan, Nebukadnezar berusaha untuk memperkuat dan memperindah pemerintahannya dengan semua pembelajaran dan talenta / bakat yang bisa ia dapatkan.].
b) Orang yang diserahi tugas untuk mengajar Daniel dan kawan-kawannya adalah Aspenas, kepala istana Nebukadnezar (ay 3).
Ay 3: “Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan,”.
KJV: “the master of his eunuchs” [= pimpinan dari sida-sidanya].
RSV: “his chief eunuch” [= kepala sida-sida].
NIV: “chief of his court officials” [= kepala dari pejabat-pejabat istananya].
NASB: “the chief of his officials” [= kepala dari pejabat-pejabatnya].
Terjemahan ‘sida-sida’ dalam KJV/RSV ini menyebabkan ada orang-orang yang beranggapan bahwa Daniel dan kawan-kawannya juga menjadi sida-sida (dikebiri). Tetapi sebetulnya tidak ada keharusan menafsirkan / menterjemahkan seperti ini.
Keil & Delitzsch: “סָרִיס (SARIS) frequently, with a departure from its fundamental meaning, designates only a courtier, chamberlain, attendant on the king, as in Gen. 37:36.” [= SARIS sering kali, dengan suatu penyimpangan dari arti utamanya, hanya berarti / menunjukkan seorang pegawai istana, pejabat istana, pelayan raja, seperti dalam Kej 37:36.].
Kejadian 37:36 - “Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja.”.
KJV: “And the Midianites sold him into Egypt unto Potiphar, an officer of Pharaoh's, and captain of the guard.” [= Dan orang-orang Midian menjual dia ke Mesir kepada Potifar, seorang pejabat dari Firaun dan kapten / komandan dari penjaga.].
Kata ‘officer’ / ‘pegawai istana’ dalam Kej 37:36 ini menggunakan kata Ibrani yang sama, yaitu SARIS. Dalam ayat ini kata ini menunjuk kepada Potifar, yang jelas-jelas bukan seorang sida-sida, karena ia mempunyai istri.
The Bible Exposition Commentary: “Because Ashpenaz is called ‘master of the eunuchs,’ some have concluded that the four Jewish boys were made eunuchs: but that is probably an erroneous conclusion. Originally, the term ‘eunuch’ (Heb., saris) referred to a servant who had been castrated so he could serve the royal harem; but the title gradually came to be applied to any important court official. The word is applied to Potiphar and he was married (Gen 37:36). The Jewish law forbade castration (Deut 23:1), so it’s difficult to believe that these four faithful Hebrew men who resisted Babylonian customs in every other way would have submitted to it.” [= Karena Aspenas disebut ‘tuan dari sida-sida’, sebagian / beberapa orang telah menyimpulkan bahwa keempat anak-anak laki-laki Yahudi itu dijadikan sida-sida: tetapi itu mungkin merupakan suatu kesimpulan yang salah. Mula-mula istilah ‘sida-sida’ (Ibrani: SARIS) menunjuk kepada seorang pelayan yang telah dikebiri sehingga ia bisa melayani harem raja; tetapi gelar itu secara bertahap diterapkan kepada pejabat penting manapun dari istana. Kata itu diterapkan kepada Potifar dan ia menikah (Kej 37:36). Hukum Taurat Yahudi melarang pengebirian (Ul 23:1), sehingga sukar untuk percaya bahwa keempat anak laki-laki Ibrani, yang setia yang menentang tradisi / kebiasaan Babilonia dalam setiap cara yang lain, mau tunduk kepadanya.].
Ulangan 23:1 - “‘Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah TUHAN.”.
c) Daniel dan kawan-kawannya adalah orang-orang yang sangat pintar.
The Bible Exposition Commentary: “These young men were superior in every way, ‘the brightest and the best,’ prepared by God for a strategic ministry far from home. They were handsome, healthy, intelligent, and talented. They belonged to the tribe of Judah (Dan 1:6) and were of royal birth (v. 3). In every sense, they were the very best the Jews had to offer.” [= Orang-orang muda ini superior dalam segala hal, ‘yang paling gemilang dan terbaik’, dipersiapkan oleh Allah untuk suatu pelayanan strategis jauh dari rumah. Mereka tampan, sehat, pandai dan berbakat. Mereka termasuk dalam suku Yehuda (Dan 1:6) dan dilahirkan dalam keluarga kerajaan (ay 3). Dalam semua arti, mereka adalah yang terbaik yang orang-orang Yahudi bisa tawarkan.].
Jadi, dari fakta dalam kitab Daniel ini dimana Tuhan memakai 4 orang ini, menunjukkan bahwa Tuhan tidak selalu memilih orang bodoh!
Bdk. 1Korintus 1:25-29 - “(25) Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. (26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”.
Kisah Para Rasul 4:13 - “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”.
Hati-hati dengan ayat-ayat di atas ini, karena kita juga harus melihat Tuhan memakai Paulus, yang jelas adalah orang yang pandai dan terpelajar. Dan juga Daniel dan kawan-kawan adalah orang-orang terbaik yang bisa didapatkan. Dan Tuhan memakai mereka!
Barnes’ Notes: “‘And cunning in knowledge.’ ... It is always used in a good sense, meaning intelligent, skillful, experienced, well-instructed. Compare Gen 25:27; Ex 26:1; 28:15; 38:23; 1 Sam 16:16; 1 Chron 25:7; Ps 137:5; Isa 3:3.” [= ‘Dan pandai dalam pengetahuan’. ... Itu selalu digunakan dalam suatu arti yang baik, berarti pandai, ahli, berpengalaman, diajar dengan baik. Bandingkan dengan Kejadian 25:27; Keluaran 26:1; 28:15; 38:23; 1Samuel 16:16; 1Taw 25:7; Mazmur 137:5; Yesaya 3:3.].
d) Sebelum mereka bekerja pada raja mereka harus diajar dulu.
Ay 3-5: “(3) Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, (4) yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. (5) Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.”.
Mereka sudah adalah orang pandai dan punya banyak pengetahuan (ay 4a), tetapi raja memerintahkan mereka untuk diajar lagi, sebelum mereka bisa bekerja pada raja (ay 4b-5).
Tetapi anehnya orang yang mau bekerja / melayani Raja di atas segala raja, banyak yang tidak pernah belajar!!! Dalam kenyataannya, dalam dunia kristen, ada banyak orang bodoh / tak terpelajar yang tidak mau belajar, tetapi mau melayani Tuhan! Bahkan belajar bahasa Inggrispun mereka tidak mau. Orang-orang seperti ini sering menggunakan rasul-rasul yang bukan orang terpelajar, tetapi toh bisa dipakai oleh Tuhan. Tetapi, ada beberapa perbedaan yang penting antara rasul-rasul yang adalah orang-orang yang tidak terpelajar, dengan orang-orang zaman sekarang yang tidak mau belajar itu.
1. Rasul-rasul itu hidup di Palestina pada zaman itu, sehingga mereka mengerti / tahu tentang kebudayaan / kebiasaan orang-orang di sana pada zaman Alkitab, sedangkan kita tidak.
2. Rasul-rasul itu, sebagai orang-orang Yahudi, diajar firman Tuhan (Perjanjian Lama) dari kecil, sehingga mereka punya pengetahuan yang sangat berbeda dengan kita pada zaman sekarang.
3. Rasul-rasul itu mengerti bahasa asli Alkitab, karena itu mereka gunakan sehari-hari, sedangkan kita tidak.
4. Rasul-rasul itu ikut Yesus selama 3,5 tahun, dan melihat sendiri kesucian hidup Yesus, mujizat-mujizat Yesus, dan mendapat pengajaran langsung dari Yesus sendiri. Ini lebih hebat dari sekolah theologia manapun.
Selain itu, perhatikan komentar Calvin berkenaan dengan Yesus yang memilih orang-orang bodoh / tak terpelajar sebagai rasul-rasul.
Calvin (tentang Lukas 5:10): “When our Lord chose persons of this description it was not because he preferred ignorance to learning: as some fanatics do, who are delighted with their ignorance, and fancy that, in proportion as they hate literature, they approach the nearer to the apostles.” [= Pada waktu Tuhan kita memilih orang-orang seperti ini, itu bukanlah karena Ia lebih senang orang bodoh dari pada yang terpelajar, seperti beberapa orang fanatik, yang senang dengan kebodohan mereka, dan berkhayal bahwa makin mereka membenci literatur makin mereka mirip dengan rasul-rasul.].
Calvin (tentang Luk 5:10): “Again, though he chose unlearned and ignorant persons, he did not leave them in that condition; and, therefore, what he did ought not to be held by us to be an example, as if we were now to ordain pastors, who were afterwards to be trained to the discharge of their office.” [= Selanjutnya / lebih lagi, sekalipun Ia memilih orang-orang yang tidak terpelajar dan bodoh, Ia tidak membiarkan mereka dalam keadaan itu; dan karena itu, apa yang Ia lakukan tidak boleh kita pegang sebagai suatu teladan, seakan-akan sekarang kita harus mentahbiskan pendeta-pendeta, yang belakangan akan dilatih untuk melaksanakan tugas mereka.].
Jadi, tidak masalah dengan orang-orang yang bodoh / tak terpelajar, asal mereka mau belajar, maka Tuhan tetap bisa memakai mereka. Maukah saudara sungguh-sungguh melayani Tuhan? Dan apakah kemauan itu saudara buktikan dengan juga mau belajar dengan sungguh-sungguh?
Saya akhiri khotbah ini dengan 2 buah kutipan.
John Stott: “‘None will ever be a good minister of the Word of God unless he is first of all a scholar.’ (Calvin). Spurgeon had the same conviction. ‘He who has ceased to learn has ceased to teach. He who no longer sows in the study will no more reap in the pulpit.’” [= ‘Tak seorangpun akan pernah menjadi seorang pelayan Firman Allah yang baik kecuali ia pertama-tama menjadi seorang murid / pelajar’. (Calvin). Spurgeon mempunyai keyakinan yang sama. ‘Ia yang telah berhenti untuk belajar telah berhenti untuk mengajar. Ia yang tidak lagi menabur dalam belajar tidak lagi akan menuai di mimbar’.] - ‘Between Two Worlds’, hal 180.
The Biblical Illustrator (tentang 2 Petrus 1:15): “They are dangerous teachers, that never were learners. While they will not be scholars of truth, they become masters of error.” [= Mereka adalah guru-guru / pengajar-pengajar yang berbahaya, yang tidak pernah menjadi pelajar-pelajar. Pada waktu mereka tidak mau menjadi pelajar-pelajar dari kebenaran, mereka menjadi guru-guru / sarjana-sarjana dari kesalahan.].
----
4) Penggantian nama mereka.
Ay 6-7: “(6) Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. (7) Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.”.
Jadi ini nama-nama lama dan nama-nama baru mereka.
Daniel - Beltsazar
Hananya - Sadrakh
Misael - Mesakh
Azarya - Abednego
The Bible Exposition Commentary: “The name Daniel means ‘God is my judge,’ but it was changed to Belteshazzar or ‘Bel protect his life.’ Hananiah means ‘the Lord shows grace,’ but his new name Shadrach, means ‘command of Aku’ (the moon-god). Mishael means ‘Who is like God?’ and the new name, ‘Meshach,’ means ‘Who is as Aku is?’ Azariah means ‘The Lord is my help,’ but ‘Abednego’ means ‘Servant of Nebo (Nego).’ The name of the true and living God was replaced by the names of the false gods of Babylon; but would we expect unbelievers to do anything else?” [= Nama Daniel berarti ‘Allah adalah hakimku’, tetapi itu diganti menjadi Beltsazar atau ‘Bel melindungi nyawa / hidupnya’. Hananya berarti ‘Tuhan menunjukkan kasih karunia’, tetapi namanya yang baru Sadrakh, berarti ‘perintah dari Aku’ (dewa bulan). Misael berarti ‘Siapa yang seperti Allah?’ dan nama yang baru Mesakh berarti ‘Siapa yang seperti Aku?’. Azarya berarti ‘Tuhan adalah pertolonganku’, tetapi Abednego berarti ‘pelayan dari Nebo (Nego)’. Nama / sebutan dari Allah yang benar dan hidup digantikan oleh nama-nama dari dewa-dewa palsu Babilonia; tetapi apakah kita mengharapkan orang-orang yang tidak percaya melakukan apapun yang lain?].
Keil & Delitzsch: “Daniel, i.e., God will judge, received the name Belteshazzar, formed from Bel, the name of the chief god of the Babylonians. Its meaning has not yet been determined. Hananiah, i.e., the Lord is gracious, received the name Shadrach, the origin of which is wholly unknown; Mishael, i.e., who is what the Lord is, was called Meshach, a name yet undeciphered; and Azariah, i.e., the Lord helps, had his name changed into Abednego, i.e., slave, servant of Nego or Nebo, the name of the second god of the Babylonians (Isa. 46:1)” [= Daniel, artinya ‘Allah akan menghakimi’, menerima nama Beltsazar, dibentuk dari Bel, nama dari dewa utama Babilonia. Artinya belum dipastikan. Hananya, artinya ‘Tuhan adalah penuh kasih karunia’, menerima nama Sadrakh, asal usulnya sepenuhnya tak diketahui; Misael, artinya ‘Siapa yang adalah apa adanya Tuhan’, disebut / dipanggil Mesakh, suatu nama yang belum diartikan / ditafsirkan; dan Azarya, artinya ‘Tuhan menolong’, namanya diganti menjadi Abednego, artinya ‘budak, pelayan dari Nego atau Nebo, nama dari dewa kedua dari Babilonia (Yes 46:1)].
Yes 46:1 - “Dewa Bel sudah ditundukkan, dewa Nebo sudah direbahkan, patung-patungnya sudah diangkut di atas binatang, di atas hewan; yang pernah kamu arak, sekarang telah dimuatkan sebagai beban pada binatang yang lelah,”.
Matthew Henry: “The prince of the eunuchs changed the names of Daniel and his fellows, partly to show his authority over them and their subjection to him, and partly in token of their being naturalized and made Chaldeans. Their Hebrew names, which they received at their circumcision, had something of God, or Jah, in them: Daniel - God is my Judge; Hananiah - The grace of the Lord; Mishael - He that is the strong God; Azariah - The Lord is a help. To make them forget the God of their fathers, the guide of their youth, they give them names that savour of the Chaldean idolatry. Belteshazzar signifies the keeper of the hidden treasures of Bel; Shadrach - The inspiration of the sun, which the Chaldeans worshipped; Meshach - Of the goddess Shach, under which name Venus was worshipped; Abed-nego, The servant of the shining fire, which they worshipped also.” [= Pemimpin pegawai istana mengubah nama-nama dari Daniel dan kawan-kawannya, sebagian untuk menunjukkan otoritas atas mereka dan ketundukan mereka kepadanya, dan sebagian sebagai tanda dari penaturalisasian mereka dan membuat mereka orang-orang Kasdim. Nama-nama Ibrani mereka, yang mereka terima pada saat penyunatan mereka, mempunyai sesuatu dari Allah, atau Yah, dalam nama-nama itu: Daniel - Allah adalah hakimku; Hananya - kasih karunia dari Tuhan; Misael - Ia yang adalah Allah yang kuat; Azarya - Tuhan adalah suatu pertolongan. Untuk membuat mereka melupakan Allah dari nenek moyang mereka, pembimbing dari masa muda mereka, mereka memberi mereka nama-nama yang berbau penyembahan berhala Kasdim. Beltsazar berarti penjaga dari harta tersembunyi dari Bel; Sadrakh - Ilham dari matahari, yang disembah orang-orang Kasdim; Mesakh - dari / tentang dewi Shach, di bawah nama siapa Venus disembah; Abednego, Pelayan dari api yang bersinar, yang mereka sembah juga.].
Arti nama-nama mereka sangat tidak pasti, dan para penafsir memberikan arti yang berbeda-beda, khususnya untuk nama-nama baru mereka. Jadi, saya tak mempedulikan hal itu. Jadi yang ingin saya tekankan berkenaan dengan perubahan nama-nama itu, hanyalah tujuan perubahan nama-nama itu.
Keil & Delitzsch: “Daniel and his friends received genuine heathen names in exchange for their own significant names, which were associated with that of the true God. The names given to them were formed partly from the names of Babylonish idols, in order that thereby they might become wholly naturalized, and become estranged at once from the religion and the country of their fathers.” [= Daniel dan kawan-kawannya menerima nama-nama kafir yang asli / sungguh-sungguh sebagai ganti dari nama-nama mereka sendiri yang penting / mempunyai arti, yang berhubungan dengan nama / sebutan dari Allah yang benar. Nama-nama yang diberikan kepada mereka dibentuk sebagian dari nama-nama berhala-berhala Babilonia, supaya dengan itu mereka bisa dinaturalisasikan sepenuhnya, dan segera diisolasi / dijauhkan dari agama dan negara dari nenek moyang mereka.].
Calvin: “it was the king’s plan to draw away those boys that they should have nothing in common with the elect people, but degenerate to the manners of the Chaldeans.” [= merupakan rencana raja untuk menarik anak-anak itu sehingga mereka tidak mempunyai persamaan dengan bangsa pilihan, tetapi memburuk pada tradisi / kebiasaan orang-orang Kasdim.].
5) Kehormatan dan ujian.
Ay 5a: “Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya.”.
KJV: “And the king appointed them a daily provision of the king’s meat, and of the wine which he drank:” [= Dan raja menetapkan bagi mereka persediaan makanan harian dari makanan raja, dan dari anggur yang ia minum:].
a) Di satu sisi ini merupakan suatu kehormatan bagi Daniel dan kawan-kawannya.
Adam Clarke: “‘A daily provision.’ ... The kings of Persia, (who succeeded the kings of Babylon, on whose empire they had seized,) were accustomed to order the food left at their own tables to be delivered to their courtiers.” [= ‘Suatu penyediaan makanan harian’. ... Raja-raja Persia (yang menggantikan raja-raja Babilonia, yang kekaisarannya mereka rebut), terbiasa untuk memerintahkan makanan yang tersisa di meja mereka sendiri untuk diberikan kepada pelayan-pelayan / pegawai-pegawai istana mereka.].
Matthew Henry: “He provided for them three years, not only necessaries, but dainties for their encouragement in their studies. ... With a liberal education there should be a liberal maintenance.” [= Ia menyediakan makanan untuk mereka selama 3 tahun, bukan hanya hal-hal yang dibutuhkan, tetapi makanan-makanan yang enak sebagai dorongan dalam pembelajaran-pembelajaran mereka. ... Bersama dengan suatu pendidikan yang royal disana harus ada suatu pemeliharaan yang royal.].
Bandingkan dengan gereja / STT yang memberikan kehidupan yang melarat untuk pendeta / calon pendeta!
Calvin menganggap bahwa pemberian makanan raja ini tujuannya adalah untuk ‘menyogok’ mereka sehingga jadi tunduk kepada raja. Kalau ini benar, maka terlihat bahwa kalau tadi setan menyerang mereka dengan penderitaan, sekarang setan menyerang mereka dengan kesenangan / kemewahan!
Tetapi Albert Barnes tidak setuju dengan tafsiran Calvin ini, dan menurut dia tujuannya adalah membuat mereka sehat, dan mempunyai perawakan yang baik, dan ia menggunakan ay 15 sebagai dasar. Saya kira akan lebih jelas kalau ay 8-16 dijadikan dasar.
Ay 8-16: “(8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (9) Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu; (10) tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: ‘Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja.’ (11) Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya: (12) ‘Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; (13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu.’ (14) Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari. (15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. (16) Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.”.
Memang dari text ini terlihat bahwa tujuan pemberian makan raja tersebut adalah supaya mereka lebih sehat dan mempunyai perawakan yang lebih baik, sehingga setelah melewati 10 hari ujian, dan mereka tampak lebih baik, maka penjenang itu setuju untuk menggantikan makanan raja dengan sayur dan air untuk Daniel dan kawan-kawannya.
b) Tetapi di sisi lain, ini juga merupakan suatu ujian, karena sebagai orang-orang Yahudi mereka dilarang untuk memakan makanan itu. Ini akan saya jelaskan lebih terperinci belakangan.
6) Daniel menolak makanan dan anggur dari raja.
Ay 8: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”.
1. Ada hal-hal yang tidak ditolak oleh Daniel dan kawan-kawannya.
a. Daniel dan kawan-kawan tidak menolak pengajaran yang diberikan kepada mereka.
The Biblical Illustrator: “Daniel’s Education: - From the beginning of next chapter, it appears, that astrology was a principal branch of learning among the Chaldeans. As Daniel was afterwards appointed master of the magicians, we see no reason to doubt that he was taught this, and the other occult sciences of Babylon. We are warranted, from Daniel’s tenderness of conscience, to conclude that he neither believed in astrology, nor practised it; but we see no sin in his becoming acquainted with it, just as we see no sin in a Christian being taught the mythology of Greece and Rome, or in a missionary studying the superstitious of the Hindoos.” [= Pendidikan Daniel: - Dari permulaan dari pasal yang selanjutnya (pasal 2), kelihatannya astrology merupakan suatu cabang utama dari pengetahuan di antara orang-orang Kasdim. Karena Daniel belakangan ditetapkan / diangkat sebagai kepala dari ahli-ahli sihir itu, kami tidak melihat alasan untuk meragukan bahwa ia diajar tentang hal ini, dan ilmu-ilmu okultisme yang lain dari Babilonia. Kami dibenarkan, dari kelembutan hati nurani Daniel, untuk menyimpulkan bahwa ia tidak percaya pada astrology, ataupun mempraktekkannya; tetapi kami tidak melihat sebagai dosa dalam pengenalannya terhadapnya, sama seperti kami tidak melihat sebagai dosa dalam seorang Kristen untuk diajar mitologi Yunani dan Romawi, atau dalam seorang misionaris yang mempelajari hal-hal yang bersifat takhyul dari orang-orang beragama Hindu.].
Catatan: kita harus membedakan astronomy dan astrology karena sekalipun dulu dua kata ini dianggap sama, belakangan mereka dibedakan. Astronomy itu adalah ilmu perbintangan, dan itu betul-betul ilmu pengetahuan. Tetapi astrology adalah ilmu meramal berdasarkan posisi bintang (Horoscope), dan itu jelas merupakan sesuatu yang dilarang dalam Alkitab.
Yesaya 47:12-15 - “(12) Bertahan sajalah dengan segala manteramu dan sihirmu yang banyak itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; mungkin engkau sanggup mendatangkan bantuan, mungkin engkau dapat menimbulkan ketakutan. (13) Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! (14) Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! (15) Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau.”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi dan beri warna biru itu diterjemahkan ‘astrologers’ oleh KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV.
Matthew Henry, Jamieson, Fausset & Brown, Albert Barnes menganggap bahwa text Yes 47 ini memang membicarakan orang-orang yang meramal berdasarkan astrology.
Matthew Henry: “[2.] The care which he took concerning them. First, For their education. He ordered that they should be taught the learning and tongue of the Chaldeans. They are supposed to be wise and knowing young men, and yet they must be further taught. ‘Give instructions to a wise man and he will increase in learning.’ Note, Those that would do good in the world when they grow up must learn when they are young. That is the learning age; if that time be lost, it will hardly be redeemed. It does not appear that Nebuchadnezzar designed they should learn the unlawful arts that were used among the Chaldeans, magic and divination; if he did, Daniel and his fellows would not defile themselves with them. Nay, we do not find that he ordered them to be taught the religion of the Chaldeans, by which it appears that he was at this time no bigot; if men were skilful and faithful, and fit for his business, it was not material to him what religion they were of, provided they had but some religion. They must be trained up in the language and laws of the country, in history, philosophy, and mathematics, in the arts of husbandry, war, and navigation, in such learning as might qualify them to serve their generation. Note, It is real service to the public to provide for the good education of the youth.” [= (2.) Perhatiannya berkenaan dengan mereka. Pertama, untuk pendidikan mereka. Ia memerintahkan supaya mereka diajar pelajaran dan bahasa orang-orang Kasdim. Mereka dianggap sebagai orang bijaksana dan punya pengetahuan, tetapi mereka harus diajar lebih jauh. ‘Berilah pelajaran kepada seorang bijak dan ia akan bertambah dalam pengetahuan’. Perhatikan, Mereka yang mau melakukan yang baik dalam dunia pada waktu mereka dewasa harus belajar pada waktu mereka muda. Itu adalah masa pembelajaran; jika masa itu hilang, itu tidak akan bisa ditebus. Kelihatannya Nebukadnezar tidak merancang mereka untuk mempelajari keahlian yang tidak sah yang digunakan di antara orang-orang Kasdim, magic dan ilmu meramal; seandainya ia melakukannya, Daniel dan kawan-kawannya tidak akan mencemarkan diri mereka dengan hal-hal itu. Tidak, kita tidak mendapati bahwa ia memerintahkan mereka untuk diajar agama dari orang-orang Kasdim, dari mana terlihat bahwa pada saat ini ia bukanlah seorang fanatik; jika orang-orang memang ahli dan setia, dan cocok untuk urusannya, tak jadi soal baginya apa agama mereka, asal mereka mempunyai agama. Mereka harus dilatih / diajar dalam bahasa dan hukum-hukum dari negara itu, dalam sejarah, filsafat, dan matematik, dalam keahlian tentang pertanian, perang, dan navigasi, dalam pembelajaran sedemikian rupa yang bisa membuat mereka memenuhi syarat untuk melayani angkatan mereka. Perhatikan, Merupakan suatu pelayanan yang sungguh-sungguh kepada umum / masyarakat untuk menyediakan pendidikan yang baik bagi orang-orang muda.].
Amsal 9:9 - “berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.”.
The Biblical Illustrator: “1. Observe carefully what Daniel did not do. He did not decline the chance given him for conspicuous service. He only avoided the embarrassing conditions attached to it. He was willing to be useful, if so splendid an opportunity was offered him; but he would not peril his convictions, nor sacrifice his principles. No young man has any right to refuse an opening in life that is advantageous; he must just accept the gift which in the providence of God comes to him, and then consecrate it to the service of God and his fellow-men.” [= 1. Perhatikan dengan teliti apa yang Daniel tidak lakukan. Ia tidak menolak kesempatan yang diberikan kepadanya untuk pelayanan nyata / jelas. Ia hanya menghindari sikon yang memalukan yang dilekatkan kepada hal itu. Ia mau untuk menjadi berguna, jika kesempatan yang begitu bagus ditawarkan kepadanya; tetapi ia tidak mau membahayakan keyakinan-keyakinannya, ataupun mengorbankan prinsip-prinsipnya. Tak ada orang muda mempunyai hak apapun untuk menolak suatu pembukaan dalam kehidupan yang berguna; ia harus menerima pemberian yang dalam Providensia Allah datang kepadanya, dan lalu membaktikannya pada pelayanan bagi Allah dan sesama manusianya.].
Bdk. Yeremia 29:7 - “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”.
b. Daniel dan kawan-kawan tidak menolak penggantian nama mereka.
Sebetulnya tentu saja penggantian nama ini merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Bayangkan kalau seorang Kristen yang namanya Yohanes atau Petrus, harus menggantinya menjadi Muhammad atau Syiwa! Tetapi bagaimanapun, itu bukan sesuatu yang melanggar hukum agama yang ia anut.
2. Tetapi Daniel dan kawan-kawan menolak makanan dan anggur dari raja.
a. Mengapa makan raja dan anggur raja itu dianggap menajiskan?
Adam Clarke: “‘But Daniel purposed in his heart that he would not defile himself.’ ... The chief reasons why Daniel would not eat meat from the royal table were probably these three: 1. Because they ate unclean beasts, which were forbidden by the Jewish law. 2. Because they ate, as did the heathens in general, beasts which had been strangled, or not properly blooded. 3. Because the animals that were eaten were first offered as victims to their gods.” [= ‘Tetapi Daniel berketetapan dalam hatinya bahwa ia tidak akan mencemarkan dirinya sendiri’. ... Alasan-alasan utama mengapa Daniel tidak mau makan makanan dari meja raja mungkin adalah tiga alasan ini: 1. Karena mereka makan binatang-binatang yang haram / najis, yang dilarang oleh hukum Taurat Yahudi. 2. Karena mereka makan, seperti yang dilakukan orang-orang kafir pada umumnya, binatang-binatang yang dijerat, dan darahnya tidak dikeluarkan secara benar. 3. Karena binatang-binatang yang dimakan itu pertama-tama dipersembahkan sebagai korban-korban kepada dewa-dewa mereka.].
Catatan: tentang point 1, daftar binatang yang dilarang untuk dimakan oleh bangsa Israel / orang-orang Yahudi ada dalam Im 11.
Imamat 11:1-47 - “(1) Lalu TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, kata-Nya kepada mereka: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi: (3) setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan. (4) Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (5) Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (6) Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu. (7) Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. (8) Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu. (9) Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air: segala yang bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di dalam sungai, itulah semuanya yang boleh kamu makan. (10) Tetapi segala yang tidak bersirip atau bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai, dari segala yang berkeriapan di dalam air dan dari segala makhluk hidup yang ada di dalam air, semuanya itu kejijikan bagimu. (11) Sesungguhnya haruslah semuanya itu kejijikan bagimu; dagingnya janganlah kamu makan, dan bangkainya haruslah kamu jijikkan. (12) Segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik di dalam air, adalah kejijikan bagimu. (13) Inilah yang harus kamu jijikkan dari burung-burung, janganlah dimakan, karena semuanya itu adalah kejijikan: burung rajawali, ering janggut dan elang laut; (14) elang merah dan elang hitam menurut jenisnya; (15) setiap burung gagak menurut jenisnya; (16) burung unta, burung hantu, camar dan elang sikap menurut jenisnya; (17) burung pungguk, burung dendang air dan burung hantu besar; (18) burung hantu putih, burung undan, burung ering; (19) burung ranggung, bangau menurut jenisnya, meragai dan kelelawar. (20) Segala binatang yang merayap dan bersayap dan berjalan dengan keempat kakinya adalah kejijikan bagimu. (21) Tetapi inilah yang boleh kamu makan dari segala binatang yang merayap dan bersayap dan yang berjalan dengan keempat kakinya, yaitu yang mempunyai paha di sebelah atas kakinya untuk melompat di atas tanah. (22) Inilah yang boleh kamu makan dari antaranya: belalang-belalang menurut jenisnya, yaitu belalang-belalang gambar menurut jenisnya, belalang-belalang kunyit menurut jenisnya, dan belalang-belalang padi menurut jenisnya. (23) Selainnya segala binatang yang merayap dan bersayap dan yang berkaki empat adalah kejijikan bagimu. (24) Semua yang berikut akan menajiskan kamu - setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam, (25) dan setiap orang yang ada membawa dari bangkainya haruslah mencuci pakaiannya, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam-, (26) yakni segala binatang yang berkuku belah, tetapi tidak bersela panjang, dan yang tidak memamah biak; haram semuanya itu bagimu dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis. (27) Demikian juga segala yang berjalan dengan telapak kakinya di antara segala binatang yang berjalan dengan keempat kakinya, semuanya itu haram bagimu; setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam. (28) Dan siapa yang membawa bangkainya, haruslah mencuci pakaiannya dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. Haram semuanya itu bagimu. (29) Inilah yang haram bagimu di antara segala binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi: tikus buta, tikus, dan katak menurut jenisnya (30) dan landak, biawak, dan bengkarung, siput dan bunglon. (31) Itulah semuanya yang haram bagimu di antara segala binatang yang mengeriap. Setiap orang yang kena kepada binatang-binatang itu sesudah binatang-binatang itu mati, menjadi najis sampai matahari terbenam. (32) Dan segala sesuatu menjadi najis, kalau seekor yang mati dari binatang-binatang itu jatuh ke atasnya: perkakas kayu apa saja atau pakaian atau kulit atau karung, setiap barang yang dipergunakan untuk sesuatu apapun, haruslah dimasukkan ke dalam air dan menjadi najis sampai matahari terbenam, kemudian menjadi tahir pula. (33) Kalau seekor dari binatang-binatang itu jatuh ke dalam sesuatu belanga tanah, maka segala yang ada di dalamnya menjadi najis dan belanga itu harus kamu pecahkan. (34) Dalam hal itu segala makanan yang boleh dimakan, kalau kena air dari belanga itu, menjadi najis, dan segala minuman yang boleh diminum dalam belanga seperti itu, menjadi najis. (35) Kalau bangkai seekor dari binatang-binatang itu jatuh ke atas sesuatu benda, itu menjadi najis; pembakaran roti dan anglo haruslah diremukkan, karena semuanya itu najis dan haruslah najis juga bagimu; (36) tetapi mata air atau sumur yang memuat air, tetap tahir, sedangkan siapa yang kena kepada bangkai binatang-binatang itu menjadi najis. (37) Apabila bangkai seekor dari binatang-binatang itu jatuh ke atas benih apapun yang akan ditaburkan, maka benih itu tetap tahir. (38) Tetapi apabila benih itu telah dibubuhi air, lalu ke atasnya jatuh bangkai seekor dari binatang-binatang itu, maka najislah benih itu bagimu. (39) Apabila mati salah seekor binatang yang menjadi makanan bagimu, maka siapa yang kena kepada bangkainya menjadi najis sampai matahari terbenam. (40) Dan siapa yang makan dari bangkainya itu, haruslah mencuci pakaiannya, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam; demikian juga siapa yang membawa bangkainya haruslah mencuci pakaiannya, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (41) Segala binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi, adalah kejijikan, janganlah dimakan. (42) Segala yang merayap dengan perutnya dan segala yang berjalan dengan keempat kakinya, atau segala yang berkaki banyak, semua yang termasuk binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi, janganlah kamu makan, karena semuanya itu adalah kejijikan. (43) Janganlah kamu membuat dirimu jijik oleh setiap binatang yang merayap dan berkeriapan dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sehingga kamu menjadi najis karenanya. (44) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi. (45) Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus. (46) Itulah hukum tentang binatang berkaki empat, burung-burung dan segala makhluk hidup yang bergerak di dalam air dan segala makhluk yang mengeriap di atas bumi, (47) yakni untuk membedakan antara yang najis dengan yang tahir, antara binatang yang boleh dimakan dengan binatang yang tidak boleh dimakan.’”.
The Biblical Illustrator: “Remember that the food which was allowed to Israel was to be killed in a certain way. The blood must be effectually drained from the flesh, for he that ate the blood defiled himself thereby. Now, the Babylonians did not kill their beasts in that way, and the eating of flesh which had not been killed according to the law would have defiled Daniel.” [= Ingat bahwa makanan yang diijinkan bagi Israel harus dibunuh dengan suatu cara tertentu. Darah harus dikeluarkan sampai habis dari daging, karena ia yang memakan darah menajiskan dirinya sendiri dengan hal itu. Orang-orang Babilonia tidak membunuh binatang-binatang mereka dengan cara itu, dan memakan daging yang tidak dibunuh sesuai dengan hukum Taurat akan mencemarkan Daniel.].
Imamat 17:10-14 - “(10) ‘Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah apapun juga Aku sendiri akan menentang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. (11) Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. (12) Itulah sebabnya Aku berfirman kepada orang Israel: Seorangpun di antaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah. (13) Setiap orang dari orang Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, yang menangkap dalam perburuan seekor binatang atau burung yang boleh dimakan, haruslah mencurahkan darahnya, lalu menimbunnya dengan tanah. (14) Karena darah itulah nyawa segala makhluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel: Darah makhluk apapun janganlah kamu makan, karena darah itulah nyawa segala makhluk: setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan.”.
Keluaran 22:31 - “Haruslah kamu menjadi orang-orang kudus bagiKu: daging ternak yang diterkam di padang oleh binatang buas, janganlah kamu makan, tetapi haruslah kamu lemparkan kepada anjing.’”.
Ulangan 12:21-24 - “(21) Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menegakkan namaNya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka engkau boleh menyembelih dari lembu sapimu dan kambing dombamu yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan dagingnya di tempatmu sesuka hatimu. (22) Tetapi engkau harus memakan dagingnya, seperti memakan daging kijang atau daging rusa; baik orang najis maupun orang tahir boleh memakannya. (23) Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan daging. (24) Janganlah engkau memakannya; engkau harus mencurahkannya ke bumi seperti air.”.
Ulangan 14:21 - “Janganlah kamu memakan bangkai apapun, tetapi boleh kauberikan kepada pendatang yang di dalam tempatmu untuk dimakan, atau boleh kaujual kepada orang asing; sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu. Janganlah kaumasak anak kambing dalam air susu induknya.’”.
The Bible Exposition Commentary: “It was important to the Jews that they eat only animals approved by God and prepared in such a way that the blood was drained from the flesh, for eating blood was strictly prohibited (Lev 11; 17:10-16). But even more, the king’s food would first be offered to idols, and no faithful Jew would eat such defiled food. The early church faced this same problem.” [= Adalah penting bagi orang-orang Yahudi bahwa mereka hanya makan binatang-binatang yang disetujui oleh Allah dan dipersiapkan dengan cara sedemikian rupa sehingga darahnya dikeluarkan sampai habis dari daging, karena memakan darah dilarang secara ketat / keras (Im 11; 17:16). Tetapi lebih lagi, makanan raja pertama-tama dipersembahkan kepada berhala-berhala, dan tak ada orang Yahudi yang setia / beriman memakan makanan tercemar / najis seperti itu. Gereja mula-mula menghadapi problem yang sama ini.].
Imamat 17:10-16 - “(10) ‘Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah apapun juga Aku sendiri akan menentang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. (11) Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. (12) Itulah sebabnya Aku berfirman kepada orang Israel: Seorangpun di antaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah. (13) Setiap orang dari orang Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, yang menangkap dalam perburuan seekor binatang atau burung yang boleh dimakan, haruslah mencurahkan darahnya, lalu menimbunnya dengan tanah. (14) Karena darah itulah nyawa segala makhluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel: Darah makhluk apapun janganlah kamu makan, karena darah itulah nyawa segala makhluk: setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan. (15) Dan setiap orang yang makan bangkai atau sisa mangsa binatang buas, baik ia orang Israel asli maupun orang asing, haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam, barulah ia menjadi tahir. (16) Tetapi jikalau ia tidak mencuci pakaiannya dan tidak membasuh tubuhnya, ia akan menanggung kesalahannya sendiri.’”.
Larangan makan binatang-binatang dalam Im 11, dan juga larangan makan darah, merupakan hukum-hukum yang termasuk dalam Ceremonial Law [= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan].
Ini masih berlaku pada saat itu bagi Daniel dan kawan-kawannya, tetapi tidak berlaku bagi kita pada zaman sekarang karena semua Ceremonial Law berhenti berlaku sejak kematian Kristus (Ef 2:15).
Efesus 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.
Tetapi bagaimana dengan makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala? Apakah orang Kristen dalam zaman Perjanjian Baru (setelah kematian Kristus) boleh makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala atau tidak, bisa dibaca dalam 1Kor 8:1-13 dan 1Kor 10:19-33.
1Korintus 8:1-13 - “(1) Tentang daging persembahan berhala kita tahu: ‘kita semua mempunyai pengetahuan.’ Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. (2) Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu ‘pengetahuan’, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. (3) Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah. (4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (7) Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. (8) ‘Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.’ (9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. (10) Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai ‘pengetahuan’, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”.
1Korintus 10:19-33 - “(19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. (21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. (22) Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? (23) ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (24) Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. (25) Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. (26) Karena: ‘bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.’ (27) Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. (28) Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: ‘Itu persembahan berhala!’ janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. (29) Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: ‘Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? (30) Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?’ (31) Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (32) Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. (33) Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.”.
Intinya adalah ini:
(1) Kita dilarang makan kalau itu dalam acara agama kafir, penyembahan berhala dan sebagainya. Ikut acara itu saja jelas sudah merupakan suatu dosa.
(2) Kalau kita diberi makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala tanpa mengetahuinya, kita boleh makan.
(3) Tetapi kalau kita diberi dan diberi tahu bahwa itu adalah makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala, maka kita tak boleh memakannya.
(4) Sebetulnya tujuan larangan makan ini bukan karena makanan itu bisa menajiskan kita. Tetapi supaya kita tidak menjatuhkan (menjadi batu sandungan) orang-orang yang lemah imannya / tak beriman.
Penerapan: kalau pada masa wabah covid 19 ini saudara menjadi miskin, sehingga harus makan makanan yang lebih rendah dari biasanya, dan tahu-tahu ada orang yang memberi saudara makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala, bagaimana sikap saudara? Beranilah menolak, karena kalau saudara bisa menahan diri dan tetap menolak, maka itu merupakan pengutamaan Tuhan dan kerajaanNya, dan Tuhan berjanji akan mencukupi kebutuhan saudara (Mat 6:33).
Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.
---(6)
b. Sebetulnya sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi bahwa dalam pembuangan, baik orang Israel, maupun orang Yehuda / Yahudi akan memakan makanan yang najis.
Barnes’ Notes: “It was represented by the prophets, as one part of the evils of a captivity in a foreign land, that the people would be under a necessity of eating what was regarded as unclean.” [= Telah digambarkan oleh nabi-nabi, sebagai salah satu dari kejahatan-kejahatan / bencana-bencana dari suatu pembuangan di suatu negara asing, bahwa bangsa itu akan berada di bawah suatu keharusan / kebutuhan untuk memakan apa yang dianggap sebagai najis.].
Dan Barnes lalu memberikan 2 ayat ini:
Yeh 4:13 - “Selanjutnya TUHAN berfirman: ‘Aku akan membuang orang Israel ke tengah-tengah bangsa-bangsa dan demikianlah mereka akan memakan rotinya najis di sana.’”.
Hosea 9:3 - “Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis.”.
c. Juga sebetulnya ada alasan-alasan bagi Daniel dan kawan-kawannya untuk membenarkan diri dalam memakan makanan raja dan minuman raja itu.
(1) Nubuat-nubuat nabi-nabi di atas bisa dijadikan alasan.
(2) Mereka bisa menganggap bahwa pemberian makanan dan minuman itu adalah Providensia Allah yang harus mereka turuti / ikuti.
Matthew Henry: “Note, When God’s people are in Babylon they have need to take special care that they ‘partake not in her sins.’ Providence seemed to lay this meat before them; being captives they must eat what they could get and must not disoblige their masters; yet, if the command be against it, they must abide by that.” [= Perhatikan, pada waktu umat Allah ada di Babilonia mereka harus sangat berhati-hati supaya mereka ‘tidak ambil bagian dalam dosa-dosanya’. Providensia kelihatannyameletakkan makanan ini di depan mereka; dan sebagai tawanan mereka harus makan apa yang bisa mereka dapatkan dan tidak boleh menolak / menjengkelkan tuan-tuan mereka; tetapi jika hukum / perintah (Allah) bertentangan dengannya, mereka harus menyesuaikan dengan hukum itu.].
(3) Raja Nebukadnezar bermaksud baik dengan memberikan makanan dan minumannya kepada mereka.
The Biblical Illustrator: “The king, with that lavish and somewhat indelicate kindness so often associated with despotic power, doubtless meant them well. He had not, it is true, consulted their feelings in tearing them away from the land of their birth, but in his rough way he desired to treat them kindly.” [= Sang Raja dengan kebaikan yang murah hati / royal dan agak tak mempertimbangkan perasaan orang lain begitu sering dihubungkan dengan kuasa dari raja yang lalim, tak diragukan bermaksud baik bagi mereka. Memang benar, ia tidak mempertimbangkan perasaan mereka dalam memisahkan mereka dari negara kelahiran mereka, tetapi dengan caranya yang kasar ia ingin memperlakukan mereka dengan baik.].
(4) Lebih baik mengikuti arus dan tetap aman dari pada menentang arus dan mendapat bahaya / bencana.
The Biblical Illustrator: “One of the favourite texts in the unwritten and unholy Bible of the world is, ‘When you are in Romeyou must do as Romedoes.’ Few of us dare to be singular. And yet to be right we must often be singular, not in phraseology, or tone, or look, or garb, but in character and conduct. What would some of us have said if we had been placed in the circumstances described in the text? On the one hand, there was food of the daintiest, wine of the richest; on the other, danger of displeasing the king, and perhaps being cast into an Oriental dungeon. Would it have been a thing to be wondered at if Daniel had reasoned thus; ‘What does it matter? The notions of our father are antiquated. Moses was well enough in his day, but that day is a long time since. Other times, other manners. It’s our policy now to please the king.’ He would have had his meat and drink, but he would have lost his God, turned his back upon his early faith, forgotten his country, become a Babylonian idolater, and his life, unwritten and unsung, would have sunk into the oblivion which his time-serving cowardice deserved.” [= Salah satu dari text-text favorit dalam Alkitab yang tidak kudus dan tidak tertulis dari dunia adalah, ‘Pada waktu engkau berada di Roma kamu harus melakukan seperti yang Roma lakukan’. Sedikit dari kita berani untuk unik / sendirian / berbeda dengan yang lain. Tetapi untuk menjadi benar kita sering harus unik / sendirian / berbeda dengan yang lain, bukan dalam gaya, atau nada, atau penampilan, atau cara berpakaian, tetapi dalam karakter dan tingkah laku. Apa yang beberapa dari kita akan katakan seandainya kita ditempatkan dalam keadaan-keadaan yang digambarkan dalam text itu? Di satu sisi, di sana ada makanan yang enak, anggur dari orang-orang yang paling kaya; di sisi lain, bahaya karena tidak menyenangkan raja, dan mungkin dilemparkan ke dalam penjara gelap / bawah tanah Timur. Apakah akan merupakan sesuatu yang mengherankan seandainya Daniel berargumentasi demikian, ‘Apa problemnya? Pandangan-pandangan / kepercayaan-kepercayaan dari nenek moyang kita sudah kuno. Musa memang cukup benar pada zamannya, tetapi zaman itu sudah lama berlalu. Beda zaman, beda kebiasaan-kebiasaan / cara-cara yang benar dalam bertindak. Adalah politik kita sekarang untuk menyenangkan sang raja’. Ia mendapatkan makanan dan minumannya, tetapi ia akan kehilangan Allahnya, membelakangi imannya yang mula-mula, melupakan negaranya, menjadi seorang penyembah berhala Babilonia, dan hidupnya, tak tertulis dan tak dinyanyikan, tenggelam ke dalam keadaan dilupakan sepenuhnya yang layak didapatkan oleh kepengecutannya yang bersifat oportunist.].
d. Tetapi Daniel dan kawan-kawannya berketetapan untuk tidak menajiskan diri mereka dengan makanan dan minuman raja.
Kita harus membedakan apa yang prinsip dan apa yang bukan prinsip. Kalau bukan prinsip tak perlu dipermasalahkan. Kalau prinsip harus dipermasalahkan.
Matthew Henry: “Daniel was still firm to his religion. They had changed his name, but they could not change his nature.” [= Daniel tetap teguh pada agamanya. Mereka telah mengubah namanya, tetapi mereka tidak bisa mengubah karakter dasarnya.].
The Bible Exposition Commentary: “A heart that loves the Lord, trusts the Lord, and therefore obeys the Lord has no difficulty making the right choices and trusting God to take care of the consequences. It has well been said that faith is not believing in spite of evidence - that’s superstition, but obeying in spite of consequences. When they had to choose between God’s Word and the king’s food, they chose the Word of God (Ps 119:103; Deut 8:3).” [= Suatu hati yang mengasihi Tuhan, percaya kepada Tuhan, dan karena itu mentaati Tuhan, tidak mempunyai kesukaran untuk membuat pilihan-pilihan yang benar dan mempercayai Allah untuk menangani konsekwensi-konsekwensinya. Telah dikatakan dengan benar bahwa iman bukanlah percaya tanpa bukti - itu adalah takhyul, tetapi mentaati tak peduli apa konsekwensi-konsekwensinya. Pada waktu mereka harus memilih antara Firman Allah dan makanan raja, mereka memilih Firman Allah (Maz 119:103; Ul 8:3).].
Mazmur 119:103 - “Betapa manisnya janjiMu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.”.
Ulangan 8:3 - “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.”.
Catatan: saya tidak setuju dengan penggunaan Ul 8:3 ini karena penafsirannya bukan seperti itu.
e. Kontras antara Daniel dan kawan-kawannya dengan raja dan para bangsawan yang ada di Yehuda.
Matthew Henry: “by the account Jeremiah gives of the princes and great men now at Jerusalem it appears that they were very corrupt and wicked, and defiled themselves with things offered to idols, while these young gentlemen that were in captivity would not defile themselves, no, not with their portion of the king’s meat. How much better is it with those that retain their integrity in the depths of affliction than with those that retain their iniquity in the heights of prosperity!” [= dengan cerita yang Yeremia berikan tentang pangeran-pangeran / raja-raja dan orang-orang besar / berkedudukan tinggi yang sekarang berada di Yerusalem, kelihatan bahwa mereka sangat rusak dan jahat, dan mencemarkan diri mereka sendiri dengan hal-hal yang dipersembahkan kepada berhala-berhala, sedangkan orang-orang muda ini yang ada dalam pembuangan tidak mau mencemarkan diri mereka sendiri, tidak, tidak dengan bagian mereka dari makanan raja. Alangkah lebih baiknya bersama dengan mereka yang mempertahankan integritas mereka dalam kedalaman penderitaan dari pada bersama mereka yang mempertahankan kejahatan mereka dalam ketinggian kemakmuran!].
Catatan: sayang sekali Matthew Henry tidak memberikan ayat dari Yeremia yang menceritakan hal itu. Tetapi mengingat bahwa Yehuda pada saat itu jatuh ke dalam penyembahan berhala, maka kata-kata Matthew Henry itu pasti benar.
Penerapan: apakah saudara lebih senang bergaul dengan ‘orang gede’ yang jahat, atau dengan ‘orang kecil’ yang saleh?
f. Penolakan Daniel dan kawan-kawannya menunjukkan bahwa mereka berbeda dengan anak-anak sebaya mereka pada umumnya.
The Biblical Illustrator: “As they were princes they were chosen to be pages of the king of Babylon. They were to be fed for three years with all the royal dainties. Most boys would have blest their good fortune, and taken their fill of all that was going in the palace. But these Jewish boys refused the king’s meat and wine, lest they should eat anything forbidden by their religion. ... Like them, you should religiously think about what you eat and drink.” [= Karena mereka adalah pangeran-pangeran, mereka dipilih untuk menjadi pelayan-pelayan dari raja Babilonia. Mereka harus diberi makan selama tiga tahun dengan semua makanan enak raja. Kebanyakan anak laki-laki sudah berterimakasih akan nasib baik mereka, dan memuaskan diri mereka dengan apa yang sedang terjadi di istana. Tetapi anak-anak laki-laki Yahudi ini menolak makanan dan anggur raja, supaya jangan mereka memakan apapun yang dilarang oleh agama mereka. ... Seperti mereka, kamu harus berpikir secara agamawi tentang apa yang kamu makan dan minum.].
Roma 16:18 - “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.”.
Filipi 3:19 - “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.”.
1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.
3. Bagaimana mungkin Daniel dan kawan-kawannya berani / mampu menolak makanan dan anggur dari raja?
The Biblical Illustrator: “Daniel had been brought up in the Mosaic institutions, and therefore he had been trained to abjure all meat that had been offered to idols, and all drink that had been laid on the altar of forbidden gods. He was a religious man from home! He was a man who took the commandments into captivity with him! Alas! there are some of us who can throw off our old selves, and do in Rome as the Romans do with a vengeance. Daniel, driven into captivity, took his religion with him. When we are thrown into difficult circumstances, do we take our religious faith with us? When we go to other countries, do we take the old home training? Do we repeat the commandments as they were thundered from Sinai, and do we re-pronounce the oath we took when we gave ourselves to the Saviour, as He hung upon the cross, and welcomed us to His love, and kingdom, and service? That is a poor religion which can be put off like a garment we are tired of for the time being, and can be put on again to serve occasion.” [= Daniel telah dibesarkan dalam tradisi yang berhubungan dengan hukum-hukum Musa, dan karena itu ia telah diajar untuk menolak semua makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, dan semua minuman yang telah diletakkan pada mezbah dari dewa-dewa yang terlarang. Ia adalah seorang yang religius dari rumah! Ia adalah seseorang yang membawa hukum-hukum ke dalam pembuangan bersamanya! Astaga! di sanaada beberapa dari kita yang bisa membuang diri kita yang lama, dan melakukan di Roma seperti yang orang-orang Roma lakukan dengan sepenuhnya. Pada waktu kita dilemparkan ke dalam keadaan yang sukar, apakah kita membawa iman agamawi kita bersama kita? Pada waktu kita pergi ke negara yang lain, apakah kita membawa ajaran di rumah yang lama? Apakah kita mengulang hukum-hukum sebagaimana hukum-hukum itu diucapkan dengan keras dari Sinai, dan apakah kita mengucapkan ulang janji yang kita berikan pada waktu kita menyerahkan diri kita kepada sang Juruselamat, pada waktu Ia tergantung di salib, dan menerima kita kepada kasih, dan kerajaan dan pelayananNya? Itu merupakan suatu agama yang buruk yang bisa ditanggalkan seperti pakaian pada saat kita bosan, dan bisa dikenakan lagi pada waktu keadaannya cocok.].
Penerapan: pentingnya pendidikan rohani dari orang tua kepada anak-anak sejak usia dini.
Bdk. 2Tim 3:14-15 - “(14) Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. (15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.”.
The Biblical Illustrator: “He was religiously trained. Those old Jews made thorough and honest work of this part of their duty. Here our golden text comes in with all its power: ‘Wherewithal shall a young man cleanse his way? by taking heed thereto according to Thy word.’” [= Ia dilatih / dididik secara religius. Orang-orang Yahudi kuno melakukan pekerjaan yang menyeluruh / sempurna dan jujur dari bagian kewajiban mereka ini. Di sini text emas kita masuk dengan semua kekuatannya: ‘Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu.’ (Mazmur 119:9)].
The Bible Exposition Commentary: “A discerning test (Dan 1:8-16). How can God’s people resist the pressures that can ‘squeeze’ them into conformity with the world? According to Rom 12:1-2, ‘conformers’ are people whose lives are controlled by pressure from without, but ‘transformers’ are people whose lives are controlled by power from within.” [= Suatu ujian yang membedakan (Dan 1:8-16). Bagaimana umat Allah bisa menahan tekanan-tekanan yang bisa meremas / menekan mereka ke dalam penyesuaian dengan dunia? Menurut Roma 12:1-2, ‘orang-orang yang menyesuaikan diri’ adalah orang-orang yang hidupnya dikendalikan oleh tekanan dari luar, tetapi ‘orang-orang yang mengubah / mempertobatkan’ adalah orang-orang yang hidupnya dikendalikan oleh kuasa dari dalam.].
Roma 12:1-2 - “(1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”.
Barnes’ Notes: “It was only extraordinary grace which could have kept these youths in the paths of their early training, and in the faithful service of that God to whom they had been early consecrated, amidst the temptations by which they were now surrounded in a foreign land, and the influences which were employed to alienate them from the God of their fathers.” [= Hanyalah kasih karunia yang luar biasayang bisa telah menjaga pemuda-pemuda ini dalam jalan-jalan dari pelatihan awal mereka, dan dalam pelayanan yang setia dari Allah itu kepada siapa mereka sejak awal telah dibaktikan, di tengah-tengah pencobaan-pencobaan dengan mana mereka sekarang dikelilingi di suatu negara asing, dan pengaruh-pengaruh yang digunakan untuk menjauhkan mereka dari Allah dari nenek moyang mereka.].
Kalau Arminian menekankan free will / kehendak bebas, maka Reformed menekankan kasih karunia! Tanpa kasih karunia Allah kita pasti jatuh!
4. Proses penolakan sampai berhasil.
Daniel 1: 8-16: “(8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (9) Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu; (10) tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: ‘Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja.’ (11) Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya: (12) ‘Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; (13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu.’ (14) Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari. (15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. (16) Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.”.
a. Daniel melaksanakan ketetapan hatinya dengan meminta kepada pemimpin pegawai istana.
Daniel 1: 8: “Daniel berketetapanuntuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.”.
b. Tuhan ikut bekerja.
Daniel 1: 9: “Maka Allah mengaruniakankepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;”.
Tuhan yang membuat pemimpin pegawai itu sayang kepada Daniel! Mengapa tidak ditulis kalau pemimpin pegawai itu menggunakan free will-nya untuk memutuskan untuk bersikap baik kepada Daniel? Hendaklah orang-orang Arminian menjawabnya!
Bdk. Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”.
Adam Clarke tidak memberikan komentar tentang ayat ini. Tentang Amsal 21:1 ada tafsirannya, tetapi rasanya ia membengkokkan ayat itu.
Calvin: “the king of Babylon would immediately have been angry, had he known this. ... This, therefore, is the reason why Daniel here relates his being in favor with that prefect. For, as we shall see in the next verse, the prefect simply denied his request. ... though he was not willing to acquiesce in the prayers of Daniel, he showed a singular kindness in not taking him before the king, since courtiers are ready for any accusation for the sake of obtaining favor.” [= raja Babilonia akan sudah marah seandainya ia mengetahui hal ini. ... Karena itu, inilah alasan mengapa Daniel di sini menceritakan kebaikan pemimpin pegawai istana. Karena, seperti akan kita lihat dalam ayat selanjutnya, pemimpin pegawai istana itu hanya menolak permohonannya. ... sekalipun ia tidak mau menyetujui permohonan Daniel, ia menunjukkan suatu kebaikan yang luar biasa dengan tidak membawa dia ke hadapan sang raja, karena pegawai-pegawai istana siap untuk tuduhan apapun demi mendapatkan keuntungan / kesenangan dari raja.].
Apakah tidak bisa pemimpin pegawai istana itu tetap memberitahu raja Nebukadnezar tentang penolakan Daniel dan kawan-kawannya terhadap makanan dan anggur raja, lalu Tuhan mengarahkan hati dan pikiran Nebukadnezar sehingga ia tidak marah? Tentu bisa kalau Tuhan mau. Tetapi di sini Ia memilih untuk mengarahkan hati dan pikiran dari pemimpin pegawai istana itu untuk menyayangi Daniel!
Calvin: “we must notice the form of speech here used; - God placed him in favor and pity before that prefect. He might have used the usual phrase, merely saying he was favorably treated; but, as he found a barbarian so humane and merciful, he ascribes this benefit to God.” [= kita harus memperhatikan bentuk ucapan yang digunakan di sini; - Allah meletakkan dia dalam kesenangan / kebaikan dan belas kasihan di hadapan pemimpin pegawai istana itu. Ia bisa telah menggunakan ungkapan yang biasa, sekedar mengatakan ia diperlakukan dengan baik; tetapi karena ia mendapati seorang barbar begitu baik dan penuh belas kasihan, ia menganggap manfaat ini berasal dari Allah.].
Calvin: “The result is this, - Daniel obtained favor with the prefect, since God bent the heart of a man, otherwise unsoftened, to clemency and humanity. His object in this narrative is to urge us to greater earnestness in duty, if we have to undergo any difficulties when God calls us.” [= Hasil / akibatnya adalah ini, - Daniel mendapatkan kebaikan pemimpin pegawai istana, karena Allah membengkokkan hati manusia, yang kalau tidak dibengkokkan adalah keras, pada belas kasihan / kelembutan dan kebaikan. Tujuannya dalam cerita ini adalah untuk mendesak kita pada kesungguhan yang lebih besar pada kewajiban, jika kita harus mengalami kesukaran-kesukaran apapun pada waktu Allah memanggil kita.].
Calvin: “It often happens that we cannot discharge everything which God requires and exacts without imminent danger to our lives. Sloth and softness naturally creep over us, and induce us to reject the cross. Daniel, therefore, gives us courage to obey God and his commands, and here states his favor with the prefect, since God granted his servant favor while faithfully performing his duty. Hence let us learn to cast our care upon God when worldly terror oppresses us, or when men forbid us with threats to obey God’s commands. Here let us acknowledge the power of God’s hand to turn the hearts of those who rage against us, and to flee us from all danger. This, then, is the reason why Daniel says the prefect was kind to him.” [= Sering terjadi bahwa kita tidak bisa melaksanakan segala sesuatu yang Allah wajibkan dan tuntut tanpa bahaya yang mengancam kehidupan kita. Penghindaran dan penyerahan secara alamiah merangkak masuk ke dalam kita, dan membujuk kita untuk menolak salib. Karena itu, Daniel memberi kita keberanian untuk mentaati Allah dan perintah-perintahNya, dan di sini menyatakan kebaikan pemimpin pegawai istana, karena Allah menganugerahkan pelayanNya kebaikan pada waktu ia dengan setia melaksanakan kewajibannya. Karena itu marilah kita belajar untuk menyerahkan kekuatiran kita kepada Allah pada waktu rasa takut duniawi menekan kita, atau pada waktu orang-orang melarang kita untuk mentaati perintah-perintah Allah dengan ancaman-ancaman. Di sini hendaklah kita mengakui kuasa dari tangan Allah untuk membengkokkan hati dari mereka yang marah terhadap kita, dan untuk melepaskan kita dari semua bahaya. Jadi, inilah alasan mengapa Daniel mengatakan pemimpin pegawai istana itu baik kepadanya.].
Calvin: “Meanwhile, we gather the general doctrine from this passage, that men’s hearts are divinely governed, while it shows us how God softens their iron hardness, and turns the wolf into the lamb. For when he brought his people out of Egypt, he gave them favor with the Egyptians, so that they carried with them their most precious vessels. It is clear enough that the Egyptians were hostile towards the Israelites. Why then did they so freely offer them the most valuable of their household goods? Only because the Lord inspired their hearts with new affections.” [= Sementara itu / pada saat yang sama, kita menyimpulkan doktrin / ajaran umum dari text ini, bahwa hati manusia dikendalikan oleh Allah, pada waktu itu menunjukkan kita bagaimana Allah melunakkan kekerasan mereka yang seperti besi, dan mengubah serigala menjadi domba. Karena pada waktu ia membawa umatNya keluar dari Mesir, ia membuat orang-orang Mesir baik kepada mereka, sehingga mereka membawa bersama mereka alat-alat / bejana-bejana mereka yang paling berharga. Adalah cukup jelas bahwa orang-orang Mesir bersikap bermusuhan terhadap orang-orang Israel. Lalu mengapa mereka dengan begitu murah hati / royal memberikan kepada mereka barang-barang rumah tangga mereka yang paling berharga? Hanya karena Tuhan menggerakkan hati mereka dengan perasaan-perasaan lembut / kasih yang baru.].
Calvin: “So, again, the Lord can exasperate our friends, and cause them afterwards to rise up in hostility against us. Let us perceive, then, that on both sides the will is in God’s power, either to bend the hearts of men to humanity, or to harden those which were naturally tender.” [= Demikian juga Tuhan bisa membuat marah sahabat-sahabat kita, dan menyebabkan mereka belakangan untuk bangkit dalam permusuhan terhadap kita. Jadi, hendaklah mengerti bahwa pada kedua sisi kehendak itu ada dalam kuasa Allah, atau untuk membengkokkan hati manusia pada kebaikan, atau untuk mengeraskan mereka yang secara alamiah adalah lembut.].
Calvin: “It is true, indeed, that every one has a peculiar disposition from his birth: some are ferocious, warlike, and sanguinary; others are mild, humane, and tractable. This variety springs from God’s secret ordination; but God not only forms every one’s disposition at his birth, but every day and every moment, if it seems good to him, changes every one’s affections. He also blinds men’s minds, and rouses them again from their stupor. For we sometimes see the rudest men endued with much acuteness, and show a singular contrivance in action, and others who excel in foresight, are at fault when they have need of judgment and discretion. We must consider the minds and hearts of men to be so governed by God’s secret instinct, that he changes their affections just as he pleases.” [= Memang benar, bahwa setiap orang mempunyai suatu kecondongan yang khas dari lahirnya: sebagian buas / ganas, cenderung untuk berperang, dan haus darah; orang-orang lain lembut, baik / penuh belas kasihan, dan mudah dikendalikan. Variasi ini muncul dari penentuan rahasia dari Allah; tetapi Allah bukan hanya membentuk kecondongan setiap orang pada kelahirannya, tetapi setiap hari dan setiap saat, jika itu kelihatan baik baginya, mengubah perasaan-perasaan setiap orang. Ia juga membutakan pikiran-pikiran orang, dan membangunkan mereka kembali dari ketidak-sadaran / ketumpulan mental mereka. Karena kadang-kadang kita melihat orang-orang yang paling tidak beradab diberi dengan banyak kepandaian / ketajaman, dan menunjukkan suatu rencana / keahlian yang unik / luar biasa dalam tindakan, dan orang-orang lain yang melampaui / lebih unggul dalam kemampuan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, bersalah pada waktu mereka membutuhkan penilaian dan kebijaksanaan. Kita harus menganggap / percaya bahwa pikiran dan hati manusia dikendalikan sedemikian rupa oleh naluri rahasia Allah, bahwa Ia mengubah perasaan-perasaan mereka persis seperti yang Ia inginkan / senangi.].
Calvin: “Hence there is no reason why we should so greatly fear our enemies, although they vomit forth their rage with open mouth, and are overflowing with cruelty; for they can be turned aside by the Lord. And thus let us learn from the example of Daniel to go on fearlessly in our course, and not to turn aside, even if the whole world should oppose us; since God can easily and readily remove all impediments and we shall find those who were formerly most cruel, become humane when the Lord wishes to spare us. We now understand the sense of the words of this verse, as well as the Prophet’s intention.” [= Karena itu di sanatidak ada alasan mengapa kita harus begitu sangat takut kepada musuh-musuh kita, sekalipun mereka memuntahkan keluar kemarahan mereka dengan mulut terbuka, dan sedang meluap-luap dengan kekejaman; karena mereka bisa dibelokkan oleh Tuhan. Dan karena itu mari kita belajar dari teladan Daniel untuk berjalan terus tanpa rasa takut dalam jalan kita, dan tidak menyimpang, bahkan jika seluruh dunia menentang kita; karena Allah bisa dengan mudah dan dengan sukarela mengingkirkan semua halangan dan kita akan mendapati bahwa mereka yang tadinya paling kejam, menjadi baik / penuh belas kasihan pada waktu Tuhan ingin menjaga kita dari bahaya. Sekarang kita mengerti arti dari kata-kata dari ayat ini, maupun maksud dari sang nabi.].
John Calvin: “Solomon’s statement that the heart of a king is turned about hither and thither at God’s pleasure (Proverbs 21:1) certainly extends to all the human race, and carries as much weight as if he had said: ‘Whatever we conceive of in our minds is directed to his own end by God’s secret inspiration.’” [= Pernyataan Salomo bahwa hati dari seorang raja dibelokkan kesana kemari sesuai kesenangan / perkenan Allah (Amsal 21:1) pasti meluas / mencakup pada semua umat manusia, dan membawa / mempunyai kekuatan yang sama seakan-akan ia telah berkata: ‘Apapun yang kita mengerti / bentuk dalam pikiran kita diarahkan pada tujuannya sendiri oleh bimbingan / kontrol rahasia Allah’.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I, Chapter 18, No 2.
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Mazmur 106:46 - “DiberiNya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka.”.
Kel 11:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Aku akan mendatangkan satu tulah lagi atas Firaun dan atas Mesir, sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi dari sini; apabila ia membiarkan kamu pergi, ia akan benar-benar mengusir kamu dari sini. (2) Baiklah katakan kepada bangsa itu, supaya setiap laki-laki meminta barang-barang emas dan perak kepada tetangganya dan setiap perempuan kepada tetangganya pula.’ (3) Lalu TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu; lagipula Musa adalah seorang yang sangat terpandang di tanah Mesir, di mata pegawai-pegawai Firaun dan di mata rakyat.”.
Keluaran 12:35-36 - “(35) Orang Israel melakukan juga seperti kata Musa; mereka meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain. (36) Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu.”.
Ezra 1:1-5 - “(1) Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: (2) ‘Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagiNya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. (3) Siapa di antara kamu termasuk umatNya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN. Allah Israel, yakni Allah yang diam di Yerusalem. (4) Dan setiap orang yang tertinggal, di manapun ia ada sebagai pendatang, harus disokong oleh penduduk setempat dengan perak dan emas, harta benda dan ternak, di samping persembahan sukarela bagi rumah Allah yang ada di Yerusalem.’ (5) Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allahuntuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem.”.
Mazmur 105:24-25 - “(24) TUHAN membuat umatNya sangat subur, dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya; (25) diubahNya hati mereka untuk membenci umatNya, untuk memperdayakan hamba-hambaNya.”.
Matthew Henry: “Note, We cannot better improve our interest in any with whom we have found favour than by making use of them to keep us from sin.” [= Perhatikan, Kita tidak bisa memperbaiki dengan lebih baik urusan kita dalam hal apapun dengan siapa yang baik kepada kita dari pada dengan menggunakan mereka untuk mencegah kita dari dosa.].
Penerapan: biasanya kalau ada orang yang baik kepada kita, kita menggunakannya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti uang, makanan dan sebagainya. Tetapi Matthew Henry mengatakan bahwa yang terbaik adalah kita menggunakan kebaikan mereka dengan menggunakannya untuk mencegah kita dari dosa!!
---7
--9
c. Rasa takut pemimpin pegawai istana.
Daniel 1: 10: “tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: ‘Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja.’”.
Calvin: “This, therefore, is the meaning, - the prefect, though he did not dare to comply with Daniel’s request, yet treated both him and his companions kindly by not endangering their lives. He says, - he ‘was afraid of the king who had ordered the food.’ He is not to be blamed as if he feared man more than the living God, for he could not have any knowledge of God.” [= Karena itu, ini adalah artinya, - pemimpin pegawai istana itu, sekalipun tidak berani untuk bertindak sesuai dengan permohonan Daniel, tetapi memperlakukan baik dia maupun kawan-kawannya dengan baik dengan tidak membahayakan hidup / nyawa mereka. Ia berkata, - ia ‘takut kepada raja yang telah memerintahkan untuk menyuplai makanan itu’. Ia tidak bisa disalahkan seakan-akan ia lebih takut kepada manusia dari pada Allah yang hidup, karena ia tidak bisa mempunyai pengetahuan / pengenalan apapun tentang Allah.].
Kalau itu membahayakan untuk pemimpin pegawai istana, apalagi untuk Daniel dan kawan-kawannya! Tetapi mereka tetap berani meresikokan nyawa mereka! Kalau kita hanya mau taat pada saat ketaatan itu tidak memberikan resiko apapun, itu adalah ketaatan ‘murahan’!
The Biblical Illustrator: “The favour of God was more to him than life. We do not wonder after this, that, at a later period of his life, he calmly went on - praying with his face towards Jerusalem, even though the den of lions was to be his portion for so doing.” [= Persetujuan / kesenangan Allah adalah lebih baginya dari pada hidup / nyawanya. Kita tidak heran berkenaan akan hal ini, bahwa pada suatu masa belakangan dari hidupnya, ia dengan tenang terus berdoa dengan wajahnya menghadap ke Yerusalem, sekalipun gua singa harus menjadi bagiannya karena melakukan hal itu.].
Bdk. Galatia 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”.
Kis 5:29 - “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”.
d. Usul Daniel kepada penjenang.
Daniel 1: 11-13: “Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya: (12) ‘Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; (13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu.’”.
(1) Daniel ‘turun banding’.
Daniel 1: 11: “penjenang”.
KBBI: penjenang = pengawas / mandor.
KJV menuliskan ‘Melzar’ dan YLT menuliskan ‘Meltzar’. Kedua terjemahan ini hanya mentransliterasikan huruf-huruf Ibraninya ke dalam huruf-huruf Latin. Kelihatannya keduanya menganggap kata itu sebagai nama orang.
Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menganggap kata itu sebagai suatu jabatan, kurang lebih sama seperti Alkitab Indonesia. Dan kelihatannya penafsir-penafsir lebih setuju dengan terjemahan ini.
Jadi di bawah pemimpin pegawai istana itu ada penjenang / pengawas / mandor. Dan pada waktu pemimpin pegawai istana itu menolak untuk mengabulkan permohonan Daniel, Daniel tidak putus asa dan berhenti. Sekarang ia mencoba untuk meminta kepada mandor / pengawas. Boleh dikatakan Daniel ‘turun banding’ (kebalikan dari ‘naik banding’)!
(2) Ini menunjukkan ketekunan Daniel.
Calvin: “And here Daniel’s singular constancy is observable, who after trying the matter once in vain, did not cease to pursue the same object. It is a clear and serious proof of our faith, when we are not fatigued when anything adverse occurs, and never consider the way closed against us.” [= Dan di sini kesetiaan / keteguhan hati Daniel yang luar biasa patut diperhatikan, yang setelah satu kali mengusahakan persoalan itu dengan sia-sia, tidak berhenti untuk mengejar tujuan yang sama. Merupakan suatu bukti iman kita yang jelas dan serius pada waktu kita tidak bosan / melemah pada waktu apapun yang tidak menyenangkan / berkebalikan muncul / terjadi, dan tidak pernah menganggap jalannya tertutup terhadap kita.].
(3) Ia mencoba untuk meminta kepada mandor itu untuk mengadakan percobaan selama 10 hari, untuk mengganti makanan raja itu hanya dengan ‘sayur’ dan ‘air’.
Daniel 1: 12: “sayur”.
KJV/ASV: “pulse” [= biji / benih].
RSV/NIV/NASB/NKJV/YLT: “vegetables”[= sayuran].
Ada yang menafsirkan ini sebagai sayur yang tumbuh dari benih-benih / biji-bijian (Jamieson, Fausset & Brown), tetapi ada juga yang menafsirkan ini sebagai benih-benih / biji-bijian itu sendiri seperti gandum, jelai dan sebagainya.
Saya mengganggap perbedaan tafsiran tentang kata ini tidak terlalu penting. Yang jelas sayur atau biji-bijian dan itu bukan makanan yang sesehat seperti makanan dan anggur raja.
Waktu percobaan dibatasi 10 hari, karena masa itu dianggap sebagai masa yang aman. Artinya, kalaupun mereka menjadi kurang sehat karena hanya makan sayur dan air, tetapi penurunan kesehatan mereka tidak akan terlalu kelihatan. Jadi raja tidak akan tahu akan hal itu.
(4) Calvin yakin bahwa permintaan Daniel dalam hal ini kepada mandor itu, bukan berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Tuhan.
Calvin: “Besides, without the slightest doubt, when Daniel brought this forward, he was directed by God’s Spirit to this act of prudence, and was also impelled to make this request. By the singular gift of the Holy Spirit Daniel invented this method of bending the mind of the servant under whose care he was placed. We must hold, then, that this was not spoken rashly or of his own will, but by the instinct of the Holy Spirit. It would not have been duty but rashness, if Daniel had been the author of this plan, and had not been assured by the Lord of its prosperous issue. Without doubt he had some secret revelation on the subject; and if the servant allowed him and His associates to feed on pulse, it was a happy answer to his prayers. Hence, I say, he would not have spoken thus, except under the guidance and command of the Spirit. And this is worthy of notice, since we often permit ourselves to do many things which turn out badly, because we are carried away by the mere feelings of the flesh, and do not consider what is pleasing to God. It is not surprising, then, when men indulge in various expectations, if they feel themselves deceived at last, since every one occasionally imposes upon himself by foolish hopes, and thus frustrates his designs. Indeed, it is not our province to promise ourselves any success. Hence let us notice how Daniel had not undertaken or approached the present business with any foolish zeal; and did not speak without due consideration, but was assured of the event by the Spirit of God.” [= Disamping, tanpa keraguan yang terkecil, pada waktu Daniel mengajukan hal ini, ia diarahkan oleh Roh Allah pada tindakan bijaksana ini, dan juga didesak untuk membuat permohonan ini. Oleh karunia yang luar biasa dari Roh Kudus Daniel menemukan cara ini untuk membengkokkan pikiran dari pelayan di bawah perhatian / tanggung jawab siapa ia ditempatkan. Jadi, kita harus mencamkan bahwa ini tidak diucapkan dengan tergesa-gesa / tanpa berpikir atau dari kehendaknya sendiri, tetapi oleh dorongan dari Roh Kudus. Itu bukanlah kewajiban tetapi ketergesa-gesaan, seandainya Daniel adalah pencipta dari rencana ini dan tidak diyakinkan oleh Tuhan tentang hasilnya yang menyenangkan. Tidak diragukan ia mempunyai wahyu rahasia tertentu tentang hal ini; dan jika pelayan itu mengizinkannya dan teman-temannya untuk makan benih / biji-bijian, itu merupakan suatu jawaban yang menyenangkan terhadap doa-doanya. Karena itu, saya katakan, ia tidak akan telah berbicara seperti itu, kecuali di bawah pimpinan dan perintah dari Roh. Dan ini layak diperhatikan, karena kita sering mengizinkan diri kita sendiri untuk melakukan banyak hal yang berakhir secara buruk, karena kita digerakkan semata-mata oleh perasaan daging, dan tidak mempertimbangkan apa yang menyenangkan / memperkenan bagi Allah. Jadi tidaklah mengejutkan pada waktu orang-orang terlibat dalam bermacam-macam pengharapan, jika mereka merasa diri mereka sendiri tertipu pada akhirnya, karena setiap orang kadang-kadang membawa / menawarkan kepada dirinya sendiri oleh pengharapan-pengharapan yang bodoh, dan dengan demikian menghancurkan / menggagalkan rancangan-rancangannya. Memang, bukanlah daerah kita untuk menjanjikan diri kita sendiri sukses apapun. Jadi hendaklah kita memperhatikan bagaimana Daniel tidak memulai atau mendekati / mengusulkan urusan saat ini dengan semangat bodoh apapun; dan tidak berbicara tanpa pertimbangan yang seharusnya, tetapi diyakinkan tentang hasil akhirnya oleh Roh Allah.].
Bandingkan dengan pendeta yang memerintahkan covid 19 itu supaya diam / tenang. Kegagalannya menunjukkan itu pasti bukan dari Allah, tetapi dari dirinya sendiri.
(5) Daniel menempuh jalan / cara damai.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Daniel 1: 21): “Firmness in faith is consistent with gentleness of demeanour. Many, under the pretext of faithfulness in bearing testimony, cover over a spirit of ostentation and love of opposition. Daniel did not court martyrdom for its own sake, but sought, by conciliatory means, to maintain a conscience void of offence, without the least compromise of principle.” [= Keteguhan dalam iman konsisten dengan kelembutan tingkah laku. Banyak orang, dengan alasan kesetiaan dalam memberikan kesaksian, menutupi / menyembunyikan suatu roh pamer dan cinta permusuhan / pertentangan. Daniel tidak mengejar kematian syahid demi hal itu sendiri, tetapi mengusahakan, oleh cara-cara yang bersifat damai, untuk memelihara suatu hati nurani yang bebas dari pelanggaran, tanpa kompromi prinsip yang terkecil.].
The Bible Exposition Commentary: “The four Jewish students didn’t threaten anybody, stage a protest, or try to burn down a building. They simply excelled in their studies, acted like gentlemen, and asked Melzar to test them for ten days by feeding them only water and vegetables.” [= Keempat pelajar Yahudi itu tidak mengancam siapapun, mengatur dan melaksanakan suatu protes, atau berusaha untuk membakar suatu bangunan. Mereka hanya melampaui yang lain dalam pembelajaran mereka, bertindak sebagai orang yang sopan, dan meminta Melzar untuk menguji mereka selama 10 hari dengan memberi mereka makan hanya air dan sayur.].
Bandingkan dengan seandainya orang Indonesiadibuang ke Chinadan disuruh makan babi. Pasti demo berjilid-jilid!
The Bible Exposition Commentary: “Throughout Scripture you will find courageous people who had to defy authority in order to obey God, and in every case, they took the wise and gentle approach. ‘If it is possible, as far as it depends on you, live at peace with everyone’ (Rom 12:18, NIV).” [= Dalam sepanjang Kitab Suci kamu akan mendapati orang-orang yang berani yang harus menentang otoritas / orang yang berkuasa untuk mentaati Allah, dan dalam setiap kasus, mereka mengambil pendekatan yang bijaksana dan lembut. ‘Jika memungkinkan, sejauh itu tergantung kepadamu, hiduplah dalam damai dengan setiap orang’ (Ro 12:18, NIV).].
Roma 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.
Contoh: Paulus dalam Kis 26.
Kis 26:2-3,24-25 - “(2) ‘Ya raja Agripa, aku merasa berbahagia, karena pada hari ini aku diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapanmu terhadap segala tuduhan yang diajukan orang-orang Yahudi terhadap diriku, (3) terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku dengan sabar. ... (24) Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: ‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.’ (25) Tetapi Paulus menjawab: ‘Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat!”.
Tetapi awas, jangan lakukan ini dengan sikap menjilat!
Bdk. 1Petrus 2:13-17 - “(13) Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, (14) maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. (15) Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. (16) Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (17) Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!”.
Tetapi kita juga bisa mendapatkan text-text dimana nabi-nabi, dan bahkan Yesus sendiri, menggunakan sikap yang berbeda.
1Raja 22:13-16 - “(13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’”.
1Raja 18:17-18 - “(17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’ (18) Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.”.
Lukas 13:31-32 - “(31) Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: ‘Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.’ (32) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.”.
e. Penjenang menyetujui usul Daniel.
Daniel 1: 14: “Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari.”.
Keil & Delitzsch: “In this proposal Daniel trusted in the help of God, and God did not put his confidence to shame.” [= Dalam usul ini Daniel percaya pada pertolongan Allah, dan Allah tidak mempermalukan keyakinannya.].
f. Hasil percobaan 10 hari itu.
Daniel 1: 15-16: “(15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemukdari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. (16) Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.”.
Adam Clarke: “Though a vegetable diet might have produced that healthiness of the system in general, and of the countenance particularly, as mentioned here; yet we are to understand that there was a special blessing of God in this, because this spare diet was taken on a religious account.” [= Sekalipun suatu diet sayuran bisa menghasilkan kesehatan dari sistim itu secara umum, dan secara khusus dari penampilan wajah, seperti disebutkan di sini; tetapi kita harus menganggap bahwa di sana ada suatu berkat khusus dari Allah dalam hal ini, karena diet yang kurang / sedikit ini diambil berdasarkan suatu alasan relijius.].
Calvin: “It is clear enough that there is no necessary virtue in bread to nourish us; for we are nourished by God’s secret blessing, as Moses says, ‘Man lives not by bread alone,’ (Deuteronomy 8:3,) implying that the bread itself does not impart strength to men, for the bread has no life in it; how then can it afford us life? As bread possesses no virtue by itself, we are nourished by the word of God; and because God has determined that our life shall be sustained by nourishment, he has breathed its virtue into the bread - but, meanwhile, we ought to consider our life sustained neither by bread nor any other food, but by the secret blessing of God. For Moses does not speak here of either doctrine or spiritual life, but says our bodily life is cherished by God’s favor, who has endued bread and other food with their peculiar properties.” [= Adalah cukup jelas bahwa di sanatidak ada kebaikan yang perlu dalam roti untuk memelihara / menguatkan kita; karena kita dipelihara / dikuatkan oleh berkat rahasia Allah, seperti Musa katakan, ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’, (Ul 8:3), yang menunjukkan secara tidak langsung bahwa roti itu sendiri tidak memberikan kekuatan kepada manusia, karena roti itu tidak mempunyai kehidupan di dalamnya; lalu bagaimana roti itu bisa memberikan kehidupan kepada kita? Karena roti tidak mempunyai kebaikan dalam dirinya sendiri, kita dipelihara / dikuatkan oleh firman Allah; dan karena Allah telah menentukan bahwa kehidupan kita akan ditopang oleh gizi, Ia telah menghembuskan kebaikannya ke dalam roti itu - tetapi pada saat yang sama, kita harus menganggap kehidupan kita ditopang bukan oleh roti atau oleh makanan lain apapun, tetapi oleh berkat rahasia dari Allah. Karena Musa di sini tidak berbicara atau tentang doktrin / ajaran atau kehidupan rohani, tetapi berkata bahwa kehidupan jasmani kita dikuatkan / diberi gizi oleh kebaikan Allah, yang telah menyediakan / memberikan roti dan makanan lain dengan sifat-sifat khas mereka.].
Penerapan:
Dalam dunia medis / kesehatan ada kata-kata ‘You are what you eat!’ [= Kamu adalah apa yang kamu makan!]. Makanan sehat membuat kita sehat, dan makanan tidak sehat membuat kita sakit / tidak sehat! Orang yang tidak peduli tentang makanannya sama saja dengan tak peduli tentang kesehatannya.
Lebih-lebih dalam masa pandemi covid 19 ini dimana kita harus meningkatkan imunitas tubuh kita. Untuk ini memang ada hal-hal yang tak termasuk makanan, seperti:
(1) Harus olah raga. Itu sudah dari dulu saya lakukan, karena saya memang senang olah raga.
(2) Harus tidur secara cukup (7-8 jam). Ini yang saya merasa frustrasi untuk melakukan karena saya justru punya insomnia.
(3) Hindari stress, harus senang / gembira. Ini seringkali juga sukar karena di rumah terus itu menimbulkan kebosanan.
Selain itu termasuk dalam makanan / minuman, ini mencakup vitamin, mineral dan sebagainya.
Kita dianjurkan minum vit D3, vit C, vit E, dan lalu, kalau tak salah, juga Zinc.
Vit D3 saya sudah minum sejak lama, vit E juga sudah minum, Zinc ada dalam multivitamin yang saya gunakan. Vit C dulu saya anggap cukup dari buah, tetapi karena sukar belanja buah, dan banyak jenis buah yang saya tidak berani makan karena takut tercemar virus, maka sekarang saya minum vit C juga.
Dan kita disuruh menghindari / mengurangi makanan / minuman yang banyak gula, garam, dan trans fat.
Menurut saya, kalau saudara tergolong orang yang mampu mengusahakan, saudara juga harus melakukannya.
Tetapi masalahnya, bagaimana kalau saudara tergolong orang yang, jangankan beli vitamin dan suplemen, beli makanan sehat saja tidak mampu. Bisanya beli supermi yang jelas termasuk makanan tidak sehat.
Kalau seperti itu, bersandarlah kepada Tuhan, yang dalam kasus Daniel dan kawan-kawannya, bisa memberi kesehatan yang lebih baik kepada mereka, dari pada orang-orang yang makan makanan dan anggur raja.
Saya teringat akan masa sukar saya dimana karena gegeran dengan istri, dan fitnahan dari pihak mereka, saya bukan hanya dikeluarkan dari Gereja tetapi juga pelayanan saya dihabisi. Saya tidak minum vitamin, suplemen dan sebagainya. Saya makan makanan sangat sederhana, karena harus semurah mungkin. Tetapi kesehatan saya pada saat itu sangat bagus!! Padahal sekarang dengan semua makanan sehat dan vitamin dan suplemen, kesehatan saya kalah jauh dibandingkan dengan saat itu!
Jadi, apakah orang mampu atau tidak mampu mengusahakan makanan sehat dan vitamin / suplemen, semuanya harus bersandar kepada Tuhan! Jangan bersandar pada makanan sehat, vitamin dan suplemen itu. Tetaplah bersandar kepada Tuhan berkenaan dengan kesehatan saudara.
Sekarang mari kita terapkan dalam dunia rohani.
Dengan tidak bisanya gereja mengadakan Kebaktian dan Pemahaman Alkitab biasa, maka saudara hanya bisa dapat firman dari HP (Kebaktian Online). Jangan malas, tetaplah cari firman itu, sekalipun dengan cara yang kurang enak. Apakah fakta bahwa kita dalam masa pandemi ini menerima firman kurang dari biasanya, harus membuat iman kita jadi lemah? Tidak! Ingat ayat ini.
1Korintus 3:6-7 - “(6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.”.
BACA JUGA: RAHASIA MENGAMPUNI (MATIUS 18:21-35)
Menanam dan menyiram tetap harus dilakukan, karena kalau tidak, lalu apanya yang tumbuh? Tetapi pada saat itu dilakukan, yang menanam dan menyiram jauh kalah penting dibandingkan dengan Allah yang memberi pertumbuhan! Mereka bisa saja rajin menanam dan menyiram, tetapi kalau Allah tidak memberkati, tidak bakal ada yang tumbuh!
Jadi, sama seperti dalam hal makanan jasmani. Kita harus mengusahakan makanan yang sehat. Tetapi kita bisa makan makanan sehat atau tidak, kita tetap harus mengharapkan kesehatan jasmani dari Tuhan! Dan dalam hal rohani, juga seperti itu. Kita harus mengusahakan untuk mendapatkan firman yang bagus sebanyak-banyaknya. Tetapi apakah kita mendapat banyak atau sedikit, pertumbuhan tetap tergantung kepada Tuhan! Jadi berharaplah, dan berdoalah tentang hal itu kepada Tuhan.
--8
Saya berikan ulang kutipan kata-kata Calvin tentang Daniel 1:15.
Calvin: “It is clear enough that there is no necessary virtue in bread to nourish us; for we are nourished by God’s secret blessing, as Moses says, ‘Man lives not by bread alone,’ (Deuteronomy 8:3,) implying that the bread itself does not impart strength to men, for the bread has no life in it; how then can it afford us life? As bread possesses no virtue by itself, we are nourished by the word of God; and because God has determined that our life shall be sustained by nourishment, he has breathed its virtue into the bread - but, meanwhile, we ought to consider our life sustained neither by bread nor any other food, but by the secret blessing of God. For Moses does not speak here of either doctrine or spiritual life, but says our bodily life is cherished by God’s favor, who has endued bread and other food with their peculiar properties. This, at least, is certain, - whatever food we feed on, we are nourished and sustained by God’s gratuitous power. But the example which Daniel here mentions was singular.” [= Adalah cukup jelas bahwa di sana tidak ada kebaikan yang perlu dalam roti untuk memelihara / menguatkan kita; karena kita dipelihara / dikuatkan oleh berkat rahasia Allah, seperti Musa katakan, ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’, (Ul 8:3), yang menunjukkan secara tidak langsung bahwa roti itu sendiri tidak memberikan kekuatan kepada manusia, karena roti itu tidak mempunyai kehidupan di dalamnya; lalu bagaimana roti itu bisa memberikan kehidupan kepada kita? Karena roti tidak mempunyai kebaikan dalam dirinya sendiri, kita dipelihara / dikuatkan oleh firman Allah; dan karena Allah telah menentukan bahwa kehidupan kita akan ditopang oleh gizi, Ia telah menghembuskan kebaikannya ke dalam roti itu - tetapi pada saat yang sama, kita harus menganggap kehidupan kita ditopang bukan oleh roti atau oleh makanan lain apapun, tetapi oleh berkat rahasia dari Allah. Karena Musa di sini tidak berbicara atau tentang doktrin / ajaran atau kehidupan rohani, tetapi berkata bahwa kehidupan jasmani kita dikuatkan / diberi gizi oleh kebaikan Allah, yang telah menyediakan / memberikan roti dan makanan lain dengan sifat-sifat khas mereka. Ini, setidaknya, adalah pasti, - makanan apapun yang kita makan, kita diberi gizi dan ditopang / dipelihara oleh kuasa yang tak layak didapatkan dari Allah. Tetapi teladan yang Daniel sebutkan di sini adalah sesuatu yang luar biasa.].
Calvin menghubungkan cerita tentang Daniel ini dengan Ul 8:3. Mari kita melihat ayat itu.
Ulangan 8:2-4 - “(2) Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintahNya atau tidak. (3) Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN. (4) Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.”.
Saya akan memberikan beberapa kutipan Calvin tentang Ul 8:3 itu.
Calvin (tentang Ulangan 8:3): “Inasmuch as they were sometimes made to suffer hunger in the wilderness, he proves the advantage of this discipline, because they thus learnt that the human race does not live by bread and wine alone, but by the secret power of God. For though all confess that it is through God’s goodness that the earth is fruitful, still their senses are so tied to the meat and drink, that they rise no higher, and do not acknowledge God as their Father and nourisher, but rather bind Him down to the outward means to which they are attached, as if His hand, of itself, and without instruments, could not effect or supply anything. Their perception, therefore, that the fruits of the earth are produced by God, is but a cold notion, which speedily vanishes, and does not cling to their memory.” [= Karena mereka kadang-kadang dibuat menderita kelaparan di padang gurun, Ia membuktikan manfaat dari disiplin ini, karena dengan demikian mereka belajar bahwa umat manusia tidak hidup oleh roti dan anggur saja, tetapi oleh berkat rahasia dari Allah. Karena sekalipun semua orang mengakui bahwa adalah melalui kebaikan Allah maka bumi itu subur / menghasilkan buah, tetap pengertian mereka begitu diikat pada makanan dan minuman, sehingga mereka tidak naik lebih tinggi, dan tidak mengakui Allah sebagai Bapa dan pemelihara / pemberi gizi / kekuatan, tetapi sebaliknya melekatkan Dia dengan cara-cara lahiriah pada mana mereka melekat / terikat, seakan-akan tangan / kuasaNya, dari diriNya sendiri, dan tanpa alat-alat, tidak bisa menghasilkan atau menyuplai apapun. Karena itu, pengertian mereka, bahwa buah-buah dari bumi dihasilkan oleh Allah, hanyalah merupakan suatu kepercayaan yang dingin, yang hilang dengan cepat, dan tidak melekat pada ingatan.] - hal 385 (AGES hal 300).
Calvin (tentang Ul 8:3): “the majority of mankind think of God as if banished afar off, and dwelling in inactivity as if He had resigned His office in heaven and earth; and hence it arises, that trusting in their present abundance, they implore not His favor, nay, that they pass it by as needless; and, when deprived of their accustomed supplies, they altogether despair, as if God’s hand alone were insufficient for their succor. Since, then, men do not sufficiently profit by the guidance and instruction of nature, but rather are blinded in their view of God’s works, it was desirable that in this miracle (of the manna) a standing and manifest proof should be given, that men do not only live upon God’s bounty, when they eat bread and drink wine, but even when all supplies fail them.” [= mayoritas dari umat manusia berpikir tentang Allah seakan-akan Ia dibuang jauh-jauh, dan tinggal dalam ketidak-aktifan seakan-akan Ia telah mengundurkan diri dari jabatanNya di surga / langit dan bumi; dan karena itu muncullah kepercayaan pada kelimpahan mereka saat ini, sehingga mereka tidak memohon kebaikanNya, tidak, sehingga mereka mengabaikannya sebagai tidak berguna; dan pada waktu suplai yang biasa dicabut / dihilangkan, mereka sama sekali putus asa, seakan-akan tangan / kuasa Allah saja tidak cukup untuk pertolongan mereka. Maka karena manusia tidak mendapat keuntungan secara cukup oleh bimbingan dan instruksi dari alam, tetapi sebaliknya dibutakan dalam pandangan mereka tentang pekerjaan, adalah sesuatu yang diinginkan bahwa dalam mujizat ini (tentang manna) suatu bukti yang menetap dan jelas harus diberikan, bahwa manusia tidak hidup hanya dari kemurahan hati Allah, pada waktu mereka makan roti dan minum anggur, tetapi bahkan pada waktu semua suplai meninggalkan mereka.] - hal 386 (AGES hal 301).
Calvin (tentang Ul 8:3): “Although there be some harshness in the words, yet the sense is clear, that men’s life consists not in their food, but that God’s inspiration suffices for their nourishment. And we must remember, that the eternal life of the soul is not here referred to, but that we are simply and solely taught that although bread and wine fail, our bodies may be sustained and invigorated by God’s will alone.” [= Sekalipun di sana ada ketajaman / kekasaran dalam kata-kata itu, tetapi artinya jelas, bahwa hidup manusia tidak terletak pada makanan mereka, tetapi bahwa pengaruh Allah cukup untuk pemeliharaan mereka. Dan kita harus ingat, bahwa kehidupan yang kekal dari jiwa bukanlah yang ditunjuk di sini, tetapi bahwa kita hanya dan semata-mata diajar bahwa sekalipun roti dan anggur gagal / tidak ada, tubuh kita bisa ditopang dan diberi kekuatan oleh kehendak Allah saja.] - hal 386 (AGES hal 301).
Sekarang, Ul 8:3 ini dikutip oleh Yesus pada waktu Iblis mencobaiNya untuk mengubah batu-batu menjadi roti.
Matius 4:1-4 - “(1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.’ (4) Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”.
Sikon Yesus tidak terlalu berbeda dengan bangsa Israel pada saat itu, yaitu berada di padang gurun, tanpa ada makanan. Dan sekalipun Ia memang sengaja berpuasa 40 hari 40 malam, tetapi pada saat itu Ia harus makan, kalau Ia tidak ingin membunuh diriNya sendiri. Pada saat itulah Iblis menggoda Dia untuk mengubah batu-batu menjadi roti. Mari kita membaca komentar Calvin berkenaan dengan pencobaan Iblis yang pertama ini.
Calvin (tentang Mat 4:4): “He quotes the statement, that men ‘do not live by bread alone,’ but by the secret blessing of God. Hence we conclude, that Satan made a direct attack on the faith of Christ, in the hope that, after destroying his faith, he would drive Christ to unlawful and wicked methods of procuring food. And certainly he presses us very hard, when he attempts to make us distrust God, and consult our own advantage in a way not authorized by his word. The meaning of the words, therefore, is: ‘When you see that you are forsaken by God, you are driven by necessity to attend to yourself. Provide then for yourself the food, with which God does not supply you.’ Now, though he holds out the divine power of Christ to turn the stones into loaves, yet the single object which he has in view, is to persuade Christ to depart from the word of God, and to follow the dictates of infidelity.” [= Ia mengutip pernyataan, bahwa manusia ‘tidak hidup dari roti saja’, tetapi dari / oleh berkat rahasia dari Allah. Jadi kami menyimpulkan bahwa Iblis membuat suatu serangan langsung pada iman dari Kristus, dengan harapan bahwa, setelah menghancurkan imanNya, ia akan mendorong / mengarahkan Kristus pada metode yang tidak sah dan jahat untuk mendapatkan makanan. Dan pastilah ia menekan kita dengan sangat keras, pada waktu ia berusaha membuat kita tidak mempercayai Allah, dan mempertimbangkan keuntungan kita sendiri dengan suatu cara / jalan yang tidak diizinkan oleh firmanNya. Karena itu, arti dari kata-kata itu adalah: ‘Pada waktu kamu melihat bahwa kamu ditinggalkan oleh Allah, kamu didorong / didesak oleh kebutuhan untuk mengurus dirimu sendiri. Maka sediakanlah untuk dirimu sendiri makanan, yang tidak Allah suplai untuk kamu’. Sekalipun Iblis mempertahankan kuasa ilahi Kristus untuk mengubah batu-batu menjadi roti, tetapi tujuan satu-satunya yang ia punyai adalah untuk membujuk Kristus untuk menyimpang / meninggalkan firman Allah, dan untuk mengikuti pengarahan / perintah dari ketidak-setiaan / ketidak-percayaan.].
Calvin (tentang Matius 4:4): “Christ’s reply, therefore, is appropriate: ‘Man shall not live by bread alone. You advise me to contrive some remedy, for obtaining relief in a different manner from what God permits. This would be to distrust God; and I have no reason to expect that he will support me in a different manner from what he has promised in his word. You, Satan, represent his favor as confined to bread: but Himself declares, that, though every kind of food were wanting, his blessing alone is sufficient for our nourishment.’ Such was the kind of temptation which Satan employed, the same kind with which he assails us daily.” [= Karena itu, jawaban Kristus adalah cocok: ‘Manusia hidup bukan dari roti saja. Kamu menasehatkan Aku untuk merencanakan / menemukan suatu obat, untuk mendapatkan pertolongan dengan suatu cara yang berbeda dari apa yang Allah izinkan. Ini merupakan suatu ketidakpercayaan kepada Allah; dan Aku tidak mempunyai alasan untuk mengharapkan bahwa Ia akan menopang Aku dengan suatu cara yang berbeda dengan apa yang telah Ia janjikan dalam firmanNya. Kamu, Iblis, menggambarkan kebaikanNya sebagai terbatas pada roti: tetapi Ia sendiri menyatakan, bahwa sekalipun setiap jenis makanan tidak ada, berkatNya saja cukup untuk makanan / sumber gizi kita’. Demikianlah jenis pencobaan yang Iblis gunakan, jenis yang sama dengan mana ia menyerang kita setiap hari / terus menerus.].
Calvin (tentang Mat 4:4): “God, who now employs bread for our support, will enable us, whenever he pleases, to live by other means.” [= Allah, yang sekarang menggunakan roti untuk menopang kita, akan memampukan kita, pada waktu Ia berkenan, untuk hidup oleh cara-cara / jalan-jalan yang lain.].
Calvin (tentang Mat 4:4): “The precise object of Christ’s reply is this: We ought to trust in God for food, and for the other necessaries of the present life, in such a manner, that none of us may overleap the boundaries which he has prescribed. But if Christ did not consider himself to be at liberty to change stones into bread, without the command of God, much less is it lawful for us to procure food by fraud, or robbery, or violence, or murder.” [= Tujuan yang persis dari jawaban Kristus adalah ini: Kita harus percaya kepada Allah untuk makanan, dan untuk kebutuhan-kebutuhan lain dari kehidupan sekarang ini, dengan cara sedemikian rupa, sehingga tak seorangpun dari kita boleh melewati / meloncati batasan-batasan yang telah Ia tetapkan. Tetapi jika Kristus tidak menganggap diriNya sendiri mempunyai kebebasan untuk mengubah batu-batu menjadi roti, tanpa perintah Allah, lebih-lebih itu merupakan sesuatu yang tidak sah bagi kita untuk mendapatkan makanan oleh penipuan, atau perampokan, atau kekerasan, atau pembunuhan.].
Sekarang apa arti dari kata-kata ‘segala yang diucapkan Tuhan’ (Ul 8:3) atau ‘setiap firman yang keluar dari mulut Allah’ (Mat 4:4)?
Sangat banyak / kebanyakan orang menafsirkan bahwa kata-kata ini menunjuk pada Firman Allah atau pengajaran Kitab Suci.
Kalau diambil arti ini, maka dalam Mat 4:4 jawaban Yesus itu maksudnya adalah: karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci.
Tetapi penafsiran ini tidak cocok dengan Ul 8:3 (dari mana Yesus mengutip kata-kata itu), yang lengkapnya berbunyi: “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN”.
Kalau kata-kata ‘segala yang diucapkan TUHAN’ itu diartikan pengajaran Kitab Suci, maka Ul 8:3 itu artinya menjadi seperti ini: di padang gurun dimana tidak ada makanan apapun, Tuhan memberi bangsa Israel manna, supaya mereka mengerti bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari segala yang diucapkan Tuhan. Ini sama sekali kacau dan tidak masuk akal.
Penafsiran itu juga tidak cocok dengan konteks Lukas 4:3-4 / Mat 4:3-4. Setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti, dan Yesus menjawab: manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari pengajaran Kitab Suci. Jelas bahwa kalimatnya menjadi kacau / tidak masuk akal.
Calvin menafsirkan bahwa ‘segala yang diucapkan Tuhan’ dalam Ul 8:3, maupun ‘setiap firman yang keluar dari mulut Allah’ dalam Mat 4:4, bukan menunjuk pada ‘ajaran firman’, tetapi menunjuk pada ‘kehendak / rencana Allah’!
Jadi maksud Yesus adalah: sekalipun tidak ada roti / makanan, kalau Allah menghendaki bangsa Israel / Yesus hidup, maka bangsa Israel / Yesus akan hidup. Penafsiran ini jauh lebih cocok dengan Ul 8:3 dan konteks dari Mat 4:3-4!
Calvin (tentang Mat 4:4): “He reminds them that, when no bread could be obtained, God provided them with an extraordinary kind of nourishment in ‘manna, which they knew not, neither did their fathers know,’ (Deuteronomy 8:3;) and that this was intended as an evident proof, in all time coming, that the life of man is not confined to bread, but depends on the will and good-pleasure of God. ‘The word’ does not mean ‘doctrine,’ but the purpose which God has made known, with regard to preserving the order of nature and the lives of his creatures.” [= Ia mengingatkan mereka bahwa, pada waktu tidak ada roti yang bisa didapatkan, Allah menyediakan mereka dengan suatu jenis makanan / gizi yang luar biasa dalam ‘manna, yang tidak mereka kenal, dan juga tidak dikenal oleh nenek moyang mereka’, (Ul 8:3); dan bahwa ini dimaksudkan sebagai suatu bukti yang jelas, pada semua zaman yang akan datang, bahwa hidup manusia tidak dibatasi pada roti, tetapi tergantung pada kehendak dan kerelaan Allah. ‘Firman / perkataan’ tidak berarti ‘doktrin / pengajaran’, tetapi rencana yang Allah telah nyatakan, berkenaan dengan penjagaan / pemeliharaan hal-hal alamiah dan kehidupan dari makhluk-makhluk ciptaanNya.].
Apakah ada dasar ayat untuk mengartikan ‘firman / perkataan Allah’ dengan cara seperti ini?
Calvin (tentang Mat 4:4): “In like manner, the Apostle says, that he ‘upholdeth all things by his powerful word’ (Heb i. 3); that is, the whole world is preserved, and every part of it keeps its place, by the will and decree of Him, whose power, above and below, is everywhere diffused.” [= Dengan cara yang sama, sang rasul berkata bahwa Ia ‘menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan’ (Ibr 1:3); artinya, seluruh dunia / alam semesta dipelihara, dan setiap bagiannya dijaga pada tempatnya, oleh kehendak dan ketetapanNya, yang kuasaNya, di atas dan di bawah, tersebar dimana-mana.].
Ibrani 1:3 - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,”.
Kata-kata ‘bukan hidup dari roti saja’ menunjukkan bahwa Musa (maupun Yesus) bukannya sama sekali mengabaikan roti / makanan sebagai penopang hidup kita. Tetapi bagaimanapun, kuasa / kehendak Allah ada di tempat pertama, dan seandainya semua penopang yang lain disingkirkan, maka kehendak Allah cukup untuk menopang kehidupan kita.
Calvin mengatakan (hal 386-387) bahwa ini mengajar kita dua hal:
(a) Bersyukur kepada Allah tidak peduli dengan cara apapun / melalui siapapun Ia menyuplai pemeliharaan kita.
(b) Sekalipun alat-alat yang dunia untuk menopang kita ini gagal, kita tetap bisa mengharapkan kehidupan dari Dia sendiri saja / kehendakNya!
Pada waktu Musa menambahkan bahwa pakaian mereka tidak menjadi buruk dan sepatu mereka tetap utuh (Ul 8:4), tujuannya adalah supaya mereka bisa diyakinkan sepenuhnya bahwa apapun yang berkenaan dengan pemeliharaan kehidupan manusia dan kebutuhan harian manusia sepenuhnya ada dalam tangan / kuasa Allah (Calvin, hal 387).
Ulangan 8:4 - “Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.”.
Ulangan 29:5 - “Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu.”.
Neh 9:21 - “Empat puluh tahun lamanya Engkau memberikan mereka makan di padang gurun. Mereka tidak berkekurangan, pakaian mereka tidak rusak, dan kaki mereka tidak bengkak.”.
Keil & Delitzsch (tentang Ul 8:4) menganggap bahwa sekalipun mereka punya ternak yang kulitnya bisa dibuat jadi pakaian dsb, tetapi kata-kata ini artinya lebih dari itu. Tuhan memang melakukan mujizat sehingga pakaian dan kasut / sandal mereka menjadi tahan lama dan tidak sobek atau rusak. Tetapi ia menganggap berlebihan kalau diartikan bahwa pertumbuhan fisik anak-anak mereka diikuti secara mujizat dengan pertumbuhan pakaian dan sepatu mereka seperti rumah siput bertambah besar mengikuti pertumbuhan siputnya.
Pada waktu Kristus tidak mau menuruti godaan Iblis untuk mengambil cara / jalan yang salah untuk mendapatkan makanan, maka inilah hasil akhirnya!
Mat 4:11 - “Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.”.
Pelayanan para malaikat ini pasti mencakup kebutuhan makanan bagi Yesus. Dia tidak mau menggunakan cara yang salah, dan Allah menggunakan para malaikat untuk mencukupi kebutuhanNya dalam hal makanan.
Jadi, kita sudah mempelajari 3 kasus:
Pertama: Kasus Daniel dan kawan-kawannya, yang karena mau mentaati Tuhan, hanya makan sayur dan air, tetapi dengan berkat Tuhan, mendapatkan kesehatan yang lebih baik dari orang-orang lain yang makan dan minum makanan dan anggur raja.
Kedua: Kasus bangsa Israel di padang gurun, yang sekalipun tidak ada makanan, dicukupi oleh Allah dengan manna.
Ketiga: Kasus Yesus di padang gurun, yang tak mau menuruti godaan Iblis untuk menggunakan cara yang salah untuk mendapatkan makanan, yang lalu dicukupi melalui pelayanan para malaikat.
Penerapan:
(1) Kalau dalam masa pandemi ini saudara kekurangan uang, tentu saudara boleh, dan bahkan harus, berusaha mencari sumber keuangan yang lain, SELAMA ITU ADALAH CARA YANG SAH! Kalau saudara menggunakan cara-cara yang tidak sah / bertentangan dengan firman, maka saudara sudah jatuh oleh pencobaan setan seperti yang ia berikan kepada Yesus!
(2) Pendeta-pendeta, yang sebetulnya benar, tetapi karena tidak ada pelayanan lalu kekurangan uang, dan lalu menjadi Youtuber.
Tidak salah menjadi Youtuber, selama mereka memberikan bahan-bahan yang bagus yang memang membangun iman dari orang-orang kristen.
Yang salah, adalah menjadi Youtuber yang seperti ini:
(a) Memilih topik-topik yang hanya bombastis dan yang mereka tahu akan ada banyak orang senang mendengarnya (sekalipun orang-orang itu sesungguhnya tidak dibangun olehnya), hanya dengan tujuan mendapatkan viewers / penonton sebanyak-banyaknya.
(b) Mengizinkan Youtube memasukkan iklan di tengah-tengah khotbah / pengajaran firman!
Kalau mereka sedang berkhotbah secara biasa, apakah mereka senang kalau ada interupsi? Apakah jemaat senang pada waktu khotbah berlangsung dalam kebaktian biasa lalu ada interupsi? Tentu tidak, bukan? Lalu, mengapa mengizinkan Youtube untuk memasukkan iklan di tengah-tengah khotbah, dan banyak iklan laginya??? Iklan di Youtube BISA DIATUR TEMPATNYA. KITA BISA MEMINTA IKLAN HANYA PADA AWAL, DAN TIDAK DI TENGAH-TENGAH KHOTBAH! Memang kita mendapat uang lebih sedikit dari Youtube, tetapi pantaskah kita memilih lebih banyak uang dengan mengorbankan firman Tuhan???
Kami sendiri kebobolan beberapa kali, dan tahu-tahu ada laporan seseorang bahwa video Youtube saya ada iklan di tengah-tengahnya. Saya cek, dan langsung lapor Chandra yang mengurus hal itu, dan iklan itu dihapus semua, kecuali pada bagian awal (yang tidak mengganggu khotbah). Hal itu terjadi beberapa kali, tetapi sekarang tidak ada lagi. Saya lebih memilih mendapat uang lebih sedikit, atau bahkan tidak mendapat uang sama sekali dari pada mengizinkan khotbah saya diinterupsi di tengah-tengah.
Jangankan acara firman, acara lain saja, seperti kalau saya menonton tinju atau acara lain apapun, kalau di tengah-tengah ada iklan, itu membuat saya jadi jengkel sehingga saya ganti acara lain. Bahkan begitu saya nonton suatu acara, kalau saya lihat banyak titik-titik kuning (yang menandakan iklan), saya batalkan untuk menonton acara itu.
(c) Membajak video orang lain. Saya betul-betul heran dengan jiwa / harga diri yang rendah dari orang-orang yang melakukan pembajakan seperti ini. Dan mereka mengaku diri sebagai Hamba Tuhan????
Pikirkan, apa bedanya pendeta-pendeta yang begitu mementingkan uang dari Youtube dengan para pendeta theologia kemakmuran yang menjadikan gereja sebagai bisnis??? Padahal mereka menyerang para pendeta dari theologia kemakmuran itu, tetapi sekarang mereka melakukan hal yang pada hakekatnya adalah sama. Mereka melakukan ‘pelayanan’ demi uang, dan dengan demikian mengorbankan pelayanan yang benar!
Pendeta manapun yang menjadi seorang Youtuber, harus memberikan kotbah / ajaran seolah-olah mereka tidak menerima uang dari Youtube!
Kalau mereka mengubah ajaran / topik yang mereka bahas (tanpa peduli topik itu bermanfaat atau tidak) supaya mendapat uang lebih banyak dari Youtube, maka mereka SUDAH MENJADI HAMBA UANG!
Kalau mereka tidak berani mengkhotbahkan suatu topik, karena mereka berpikir bahwa topik itu akan menyebabkan viewers / penonton Youtube mereka berkurang, lagi-lagi mereka sudah menjadi hamba uang!
Sir Roger L’Estrange: “He that serves God for money will serve the Devil for better wages.” [= Ia yang melayani Allah demi uang, akan / mau melayani Setan untuk upah yang lebih baik / tinggi.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 463.
Pulpit Commentary (tentang 2Raja 1:1-18): “Men who sacrifice everything for money soon find that they have lost things which money cannot buy.” [= Orang-orang yang mengorbankan segala sesuatu untuk uang akan segera mendapati bahwa mereka telah kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.] - hal 9
Rusian Proverb: “When money speaks the truth is silent.” [= Pada waktu uang berbicara, kebenaran diam.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 463.
Kutipan terakhir ini merupakan sesuatu yang sangat benar. Seorang pendeta bisa takut mengatakan kebenaran karena takut menyinggung gereja yang akan terserang oleh ajaran itu, dan kalau demikian mereka tidak akan diundang untuk berkhotbah di gereja itu. Itu juga akan menyebabkan jemaat dari gereja yang diserang itu akan memusuhi mereka, sehingga mereka tidak akan menonton video mereka di Youtube. Itu akan mengurangi penghasilan mereka, dan karena itu mereka memilih untuk diam!
III) Daniel dan kawan-kawannya bekerja pada raja.
1) Anugerah Allah kepada mereka.
Daniel 1: 17: “Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.”.
a) “Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian”.
Keil & Delitzsch: “As God blessed the resolution of Daniel and his three friends that they would not defile themselves by the food, He also blessed the education which they received in the literature (סֵפֶר, v. 17 as v. 4) and wisdom of the Chaldeans, so that the whole four made remarkable progress therein.” [= Seperti Allah memberkati keputusan Daniel dan ketiga kawan-kawannya dimana mereka tidak mau menajiskan diri mereka sendiri dengan makanan, Ia juga memberkati pendidikan yang mereka terima dalam literatur (SEFER, ay 17 sama seperti ay 4) dan hikmat dari orang-orang Kasdim, sehingga mereka berempat semuanya membuat kemajuan yang menyolok dalam hal itu.].
The Biblical Illustrator (tentang ay 5): “Observe here that their knowledge and skill, their learning and wisdom, are directly traced to the hand of the Giver of all good. How apt we are, if we excel our fellows in the matter of intellectual ability, to become proud of our superiority! Ours! It is not ours; it is God’s.” [= Perhatikan di sini bahwa pengetahuan dan keahlian, pembelajaran dan hikmat mereka, secara langsung ditelusuri pada tangan dari Pemberi dari semua yang baik. Betapa sering kita, jika kita melampaui sesama kita dalam persoalan kemampuan intelektual, untuk menjadi sombong tentang kesuperioran kita! Milik kita! Itu bukan milik kita, itu adalah milik Allah.].
Matthew Henry: “They were very sober and diligent, and studied hard; and we may suppose their tutors, finding them of an uncommon capacity, took a great deal of pains with them, but, after all, their achievements are ascribed to God only.” [= Mereka sangat waras / tidak mabuk dan rajin, dan belajar dengan keras; dan kita bisa menganggap bahwa guru-guru mereka, mendapati mereka dengan kapasitas yang luar biasa, berjerih payah dengan mereka, tetapi, bagaimanapun, pencapaian-pencapaian mereka dianggap berasal dari Allah saja.].
The Biblical Illustrator (tentang Daniel 1:8): “People often foolishly say in contempt of education that God does not need man’s learning. But the intimation of the divine record confirms the famous reply, that ‘Even if God does not need man’s learning, still less does he need man’s ignorance.’” [= Orang-orang seringkali berkata secara tolol secara menghina tentang pendidikan, bahwa Allah tidak membutuhkan pembelajaran manusia. Tetapi keakraban tentang catatan ilahi (Alkitab) meneguhkan jawaban yang terkenal, bahwa ‘Sekalipun / bahkan jika Allah tidak membutuhkan pembelajaran manusia, lebih-lebih Dia tidak membutuhkan kebodohan / ketidak-tahuan manusia’.].
Catatan: bahwa Allah bisa dan mau memakai orang yang bodoh tidak berarti Ia menginginkan orang bodoh itu bodoh terus!
Tentang Yesus yang memanggil para muridNya yang adalah orang-orang yang tidak terpelajar, Calvin memberi komentar sebagai berikut:
Calvin (tentang Lukas 5:10): “When our Lord chose persons of this description it was not because he preferred ignorance to learning: as some fanatics do, who are delighted with their ignorance, and fancy that, in proportion as they hate literature, they approach the nearer to the apostles.” [= Pada waktu Tuhan kita memilih orang-orang seperti ini, itu bukanlah karena Ia lebih senang orang bodoh dari pada yang terpelajar, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang fanatik, yang senang dengan kebodohan mereka, dan berkhayal bahwa makin mereka membenci literatur makin mereka mirip dengan rasul-rasul.].
Dalam persoalan pemanggilan orang bodoh / tidak terpelajar ini, ada 2 hal yang perlu diingat:
1. Selain memanggil orang bodoh / tidak terpelajar, Yesus juga memanggil orang pandai / berpendidikan, seperti Paulus.
2. Yesus memanggil orang bodoh / tidak berpendidikan tetapi bukannya lalu membiarkan mereka bodoh / tidak berpendidikan terus. Sebaliknya Yesus mengajar mereka sehingga menjadi pandai (dalam hal rohani).
Perlu diingat bahwa syarat penatua adalah cakap mengajar. Bagaimana orang bisa mengajar kalau ia bodoh terus? Jadi, bodoh / tak berpendidikan bukan halangan untuk melayani Tuhan, tetapi ia harus mau belajar!
b) “tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat”.
KJV: “in all learning and wisdom:” [= dalam semua pembelajaran dan hikmat:].
RSV: “in all letters and wisdom;” [= dalam semua tulisan dan hikmat;].
NIV: “of all kinds of literature and learning.” [= dalam semua jenis literatur dan pembelajaran.].
NASB: “in every branch of literature and wisdom;” [= dalam setiap cabang dari literatur dan hikmat;].
Calvin: “Since Daniel here speaks of literature, without doubt he simply means the liberal arts, and does not comprehend the magical arts which flourished then and afterwards in Chaldea. ... It would be absurd, then, to attribute to God the approval of magical arts, which it is well known were severely prohibited and condemned by the law itself. (Deuteronomy 18:10.)” [= Karena Daniel di sini berbicara tentang literatur, tidak diragukan ia hanya memaksudkan literatur liberal, dan tidak mencakup keahlian magic yang pada saat itu berkembang dan belakangan di Kasdim. ... Maka merupakan sesuatu yang menggelikan untuk menganggap Allah menyetujui keahlian magic, yang dikenal sebagai dilarang secara sangat keras dan dikecam oleh hukum Taurat sendiri (Ul 18:10).].
Ulangan 18:10-11 - “(10) Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, (11) seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.”.
Penerapan: dalam hal apapun kita harus menghindari hal-hal yang berhubungan dengan magic / kuasa gelap / okultisme, seperti yoga, hipnotis, dan sebagainya.
c) Anugerah Allah khusus untuk Daniel.
Ay 17b: “sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.”.
1. “Daniel juga mempunyai pengertian”.
Barnes’ Notes: “‘And Daniel had understanding.’ Showing that in that respect there was a special endowment in his case; a kind of knowledge imparted which could be communicated only by special inspiration. The margin is, ‘he made Daniel understand.’ The margin is in accordance with the Hebrew, but the sense is the same.” [= ‘Dan Daniel mempunyai pengertian’. Menunjukkan bahwa dalam hal itu di sana ada suatu pemberian khusus dalam kasusnya; suatu jenis pengetahuan diberikan yang hanya bisa diberikan oleh ilham khusus. Catatan tepi adalah, ‘Ia membuat Daniel mengerti’. Catatan tepi itu sesuai dengan bahasa Ibraninya, tetapi artinya adalah sama.].
2. “tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.”.
Matthew Henry: “To Daniel he gave a double portion; he had ‘understanding in visions and dreams;’ he knew how to interpret dreams, as Joseph, not by rules of art, ..., but by a divine sagacity and wisdom which God gave him. Nay, he was endued with a prophetic spirit, by which he was enabled to converse with God, and to receive the notices of divine things in dreams and visions, Num 12:6. According to this gift given to Daniel, we find him, in this book, all along employed about dreams and visions, interpreting or entertaining them; for, ‘as every one has received the gift,’ so shall he have an opportunity, and so should he have a heart, to ‘minister the same,’ 1 Peter 4:10.” [= Kepada Daniel Ia memberi dua bagian; ia mempunyai ‘pengertian dalam penglihatan dan mimpi’; ia tahu bagaimana menafsirkan mimpi, seperti Yusuf, bukan oleh aturan penggunaan keahlian, ... tetapi oleh suatu penglihatan yang jauh dan hikmat yang Allah berikan kepadanya. Lebih lagi, ia diberi suatu roh nubuat, dengan mana ia diberi kemampuan untuk bercakap-cakap dengan Allah, dan untuk menerima pemberitahuan tentang hal-hal ilahi dalam mimpi dan penglihatan, Bil 12:6. Sesuai dengan karunia yang diberikan kepada Daniel ini, kita mendapati dia, dalam kitab ini, selalu dipekerjakan / digunakan tentang mimpi dan penglihatan, menafsirkan atau merenungkan hal-hal itu; karena, ‘sebagaimana setiap orang telah menerima karunia’, demikianlah ia mempunyai suatu kesempatan, dan demikianlah ia harus mempunyai suatu hati, ‘untuk melayani secara sama’, 1Petrus 4:10.].
Bilangan 12:6 - “Lalu berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firmanKu ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.”.
1Petrus 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”.
NASB: “As each one has received a special gift, employ it in serving one another, as good stewards of the manifold grace of God.” [= Karena setiap orang telah menerima suatu karunia khusus, gunakanlah itu dalam melayani satu sama lain sebagai pengurus-pengurus yang baik dari kasih karunia Allah yang bermacam-macam.].
Bdk. Roma 12:4-8 - “(4) Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (5) demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. (6) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”.
Karena itu, jangan tiru pelayanan orang lain. Saudara harus melayani sesuai dengan karunia yang ada pada diri saudara!
Calvin: “When, therefore, it is here said, - ‘Daniel understood dreams and visions,’ it has the sense of being endued with the prophetic spirit. While his companions were superior masters and teachers in all kinds of literature, he alone was a Prophet of God.” [= Karena itu, pada waktu di sini dikatakan, - ‘Daniel mengerti mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan’, itu mempunyai arti diberi roh nubuat. Sementara teman-temannya adalah sarjana-sarjana dan guru-guru dalam semua jenis literatur, ia saja adalah seorang Nabi Allah.].
Tentang mimpi Yusuf dalam Mat 1, Calvin memberi komentar sebagai berikut:
Calvin: “we must understand that dreams of this sort differ widely from natural dreams; for they have a character of certainty engraven on them, and are impressed with a divine seal, so that there is not the slightest doubt of their truth. ... the dreams which come from God are accompanied by the testimony of the Spirit, which puts beyond a doubt that it is God who speaks.” [= kita harus mengerti bahwa mimpi dari jenis ini sangat berbeda dengan mimpi biasa; karena mimpi ini mempunyai sifat yang pasti terukir padanya, dan dibuat menjadi berkesan dengan suatu meterai ilahi, sehingga tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenarannya. ... mimpi yang datang dari Allah disertai oleh kesaksian Roh, yang membuat orangnya tidak ragu-ragu bahwa Allahlah yang berbicara.] - hal 96-97.
Jelas bahwa tidak semua mimpi ada artinya, apalagi pada zaman sekarang. Pada zaman sekarang, hampir semua mimpi tidak ada artinya, tetapi hanya sekedar mimpi.
Bdk. Pekhotbah 5:2 - “Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan.”.
Bible Knowledge Commentary: “The fact that God gave Daniel the ability to understand and interpret visions and dreams (Dan 1:17) meant that throughout Nebuchadnezzar’s long reign he depended on Daniel for understanding future events, revealed through dreams and visions.” [= Fakta bahwa Allah memberi Daniel kemampuan untuk mengerti dan menafsirkan penglihatan dan mimpi (Dan 1:17) berarti bahwa sepanjang pemerintahan Nebukadnezar yang panjang ia bergantung kepada Daniel untuk pengertian peristiwa-peristiwa yang akan datang, yang dinyatakan melalui mimpi dan penglihatan.].
2) Mereka menghadap raja.
Daniel 1:18-20: “(18) Setelah lewat waktu yang ditetapkan raja, bahwa mereka sekalian harus dibawa menghadap, maka dibawalah mereka oleh pemimpin pegawai istana itu ke hadapan Nebukadnezar. (19) Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja. (20) Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.”.
a) “Setelah lewat waktu yang ditetapkan raja” (Daniel 1: 18).
Setelah lewat 3 tahun, waktu yang memang ditentukan bagi mereka untuk belajar (bdk. ay 4-5).
b) Raja sendiri yang menguji mereka.
Daniel 1: 19-20: “(19) Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja. (20) Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.”.
Matthew Henry: “the king examined them and communed with them himself, v. 19. He could do it, being a man of parts and learning himself, else he would not have come to be so great; and he would do it, for it is the wisdom of princes, in the choice of the persons they employ, to see with their own eyes, to exercise their own judgment, and not trust too much to the representation of others.” [= raja sendiri menguji mereka dan berbicara dengan mereka, ay 19. Ia bisa melakukan itu, karena ia sendiri adalah seseorang yang mempunyai kemampuan / talenta dan pembelajaran, kalau tidak, ia tidak akan telah menjadi begitu besar; dan ia mau melakukannya, karena adalah hikmat dari raja-raja, dalam pemilihan orang-orang yang mereka pekerjakan, untuk melihat dengan mata mereka sendiri, untuk mempraktekkan penilaian mereka sendiri, dan tidak mempercayakan terlalu banyak pada perwakilan dari orang-orang lain.].
Memilih pelayan Tuhan dalam gereja sebaiknya dilakukan oleh pendeta sendiri. Tentu saja kalau pendeta itu memang punya pengertian yang baik.
Pengangkatan orang-orang yang sama sekali tidak memenuhi syarat menjadi pejabat, sehingga menyebabkan kekacauan, boleh dikatakan terjadi dalam semua pemerintahan, bahkan juga dalam semua gereja.
Coba lihat Pdt. Stephen Tong yang punya banyak pendeta-pendeta busuk dalam GRII. Juga Perkantas dengan orang-orang yang tidak mengerti apa-apa sebagai ketua persekutuan-persekutuan mereka. Dan banyak gereja yang bahkan majelisnyapun tidak mengerti apapun tentang Alkitab. Dan terus terang saya sendiri, sering tidak ada waktu untuk memilih sendiri orang-orang yang melayani dalam pelayanan-pelayanan yang penting seperti guru-guru Sekolah Minggu dan sebagainya.
c) Hasil pengujian: mereka berempat ngetop!
Daniel 1: 19-20: “(19) Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja. (20) Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.”.
Dari mereka yang dididik bersama-sama tidak ada yang setara dengan Daniel dan kawan-kawannya.
d) Ay 19c: “maka bekerjalah mereka itu pada raja.”.
KJV: “therefore stood they before the king.” [= karena itu berdirilah mereka di hadapan raja.].
RSV: “therefore they stood before the king.” [=karena itu mereka berdiri di hadapan raja.].
NIV: “so they entered the king’s service.” [= maka mereka memasuki pelayanan raja.].
NASB: “so they entered the king’s personal service.” [= maka mereka memasuki pelayanan pribadi raja.].
Terjemahan KJV/RSV itu yang hurufiah. Tetapi rasanya NIV/NASB lebih benar dalam artinya. Bandingkan dengan ay 4 dimana kata Ibrani yang sama (AMAD) diterjemahkan secara sama berbedanya.
Daniel 1: 4: “yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.”.
KJV: “to stand” [= berdiri].
RSV/NIV/NASB: “to serve” [= melayani].
Tetapi kata bahasa Inggris ‘to stand’ bisa diartikan ‘to perform the duty of’ [= melaksanakan kewajiban dari] (Merriam Webster), sehingga tidak terlalu berbeda dengan ‘bekerja’ / ‘melayani’.
NKJV memperbaiki terjemahan dari KJV, dengan menterjemahkan ‘serve’ [= melayani] baik untuk ay 4 maupun Daniel 1: 19.
Matthew Henry: “This confirms Solomon’s observation, ‘Seest thou a man diligent in his business, sober and humble? he shall stand before kings; he shall not stand before mean men.’ Industry is the way to preferment.” [= Ini meneguhkan pengamatan Salomo, ‘Apakah engkau melihat seseorang yang rajin dalam pekerjaannya, waras dan rendah hati? ia akan berdiri di hadapan raja-raja; ia tidak akan berdiri di hadapan orang-orang yang hina / rendah’ (Amsal 22:29). Kerajinan adalah jalan kepada kenaikan posisi.].
Amsal 22:29 - “Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.”.
KJV/ASV: “diligent” [= rajin].
RSV/NASB: “skilful” [= cakap / penuh keahlian].
NIV/NASB: “skilled” [= ahli].
NKJV: “excels” [= sangat bagus].
YLT: “speedy” [= cepat].
e) Bahkan dibandingkan dengan orang-orang lain yang sudah melayani raja, mereka jauh lebih cerdas.
Daniel 1: 20: “Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.”.
KJV: “all the magicians and astrologers” [= semua tukang sihir dan astrologer].
RSV/NIV: “all the magicians and enchanters” [= semua tukang sihir dan tukang santet].
NASB: “all the magicians and conjurers” [= semua tukang sihir dan pemanggil arwah].
Barnes’ Notes: “‘And in all matters of wisdom and understanding.’ ... The meaning is, in everything which required peculiar wisdom to understand and explain it.” [= ‘Dan dalam semua persoalan hikmat dan pengertian’. ... Artinya adalah, dalam segala sesuatu yang membutuhkan hikmat khusus untuk mengerti dan menjelaskannya.].
Barnes’ Notes: “‘He found them ten times better.’ ... Hebrew, ‘ten hands above the magicians;’ that is, ten ‘times,’ or ‘many’ times. In this sense the word ‘ten’ is used in Gen 31:7,41; Num 14:22; Neh 4:12; Job 19:3. They greatly surpassed them.” [= Ia mendapati mereka 10 x lebih baik’. ... Ibrani, ‘sepuluh tangan di atas tukang-tukang sihir’; artinya 10 kali, atau banyak kali. Dalam arti seperti ini kata ‘sepuluh’ digunakan dalam Kej 31:7,41; Bil 14:22; Neh 4:12; Ayub 19:3. Mereka sangat melampaui mereka.].
Kej 31:7,41 - “(7) Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. ... (41) Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku.”.
Bilangan 14:22 - “Semua orang yang telah melihat kemuliaanKu dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suaraKu,”.
Nehemia 4:12 - “Ketika orang-orang Yahudi yang tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang memperingatkan kami: ‘Mereka akan menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka,’”.
Ayub 19:3 - “Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa aku.”.
Bible Knowledge Commentary: “God had said, ‘Those who honor Me, I will honor’ (1 Sam 2:30). Daniel determined to honor God even though he was living where people did not have the high standards God demanded. And God honored Daniel’s obedience to the Law and promoted him in the king’s court. This incident would have reminded Israel that obedience brings blessing and that righteousness is a prerequisite for enjoying the covenanted blessings.” [= Allah telah mengatakan, ‘Mereka yang menghormati Aku, akan Kuhormati’ (1Sam 2:30). Daniel memutuskan untuk menghormati Allah sekalipun ia sedang hidup dimana orang-orang tidak mempunyai standard tinggi yang Allah tuntut. Dan Allah menghormati ketaatan Daniel pada hukum Taurat dan mempromosikan / menaikkan pangkatnya di istana raja. Kejadian ini mengingatkan Israel bahwa ketaatan membawa berkat dan bahwa kebenaran adalah suatu prasyarat untuk penikmatan berkat perjanjian.].
1Samuel 2:30 - “Sebab itu - demikianlah firman TUHAN, Allah Israel - sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapanKu selamanya, tetapi sekarang - demikianlah firman TUHAN -: Jauhlah hal itu dari padaKu! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.”.
3) Lamanya pelayanan Daniel.
Daniel 1: 21: “Daniel ada di sana sampai tahun pertama pemerintahan Koresh.”.
a) Mengapa dikatakan ‘sampai tahun pertama pemerintahan Koresh’?
Adam Clarke: “‘The first year of king Cyrus.’ That is, to the end of the Chaldean empire. And we find Daniel alive in the third year of Cyrus, see Dan 10:1.” [= ‘Tahun pertama dari Raja Koresh’. Yaitu, sampai akhir dari kekaisaran Kasdim. Dan kita mendapati Daniel masih hidup pada tahun ketiga dari Koresh, lihat Dan 10:1.].
Daniel 10:1 - “Pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia, suatu firman dinyatakan kepada Daniel yang diberi nama Beltsazar; firman itu benar dan mengenai kesusahan yang besar. Maka dicamkannyalah firman itu dan diperhatikannyalah penglihatan itu.”.
Jamieson, Fausset & Brown: “Not that Daniel did not continue beyond that year, but the expression is designed to mark the fact that he who was one of the first captives taken to Babylon, lived to see the end of the captivity. ... In Dan 10:1 he is mentioned as living ‘in the third year of Cyrus.’ ... He lived until the first year of Cyrus, the epoch of the end of the captivity, and he lived beyond it.” [= Bukan bahwa Daniel tidak terus hidup melampaui tahun itu, tetapi ungkapan / pernyataan itu dirancang untuk menandai fakta bahwa ia adalah yang pertama dari orang-orang buangan ke Babilonia yang hidup untuk melihat akhir dari pembuangan. ... Dalam Dan 10:1 ia disebutkan sebagai hidup ‘dalam tahun ketiga dari Koresh’. ... Ia hidup sampai tahun pertama dari Koresh, periode dari akhir dari pembuangan, dan ia hidup melampauinya.].
Matthew Henry: “How long the other three were about the court we are not told; but Daniel, for his part, ‘continued to the first year of Cyrus’ (v. 21), ... He lived and prophesied after the first year of Cyrus; but that is mentioned to intimate that he lived to see the deliverance of his people out of their captivity and their return to their own land. Note, Sometimes God favours his servants that mourn with Zion in her sorrows to let them live to see better times with the church than they saw in the beginning of their days and to share with her in her joys.” [= Berapa lama ketiga orang yang lain ada di sekitar istana kita tidak diberitahu; tetapi Daniel, untuk bagian / peranannya, ‘berlanjut sampai tahun pertama dari Koresh’ (Daniel 1: 21), ... Ia hidup dan bernubuat setelah tahun pertama dari Koresh; tetapi itu disebutkan untuk menunjukkan bahwa ia hidup untuk melihat pembebasan dari bangsanya keluar dari pembuangan dan kembali ke tanah mereka sendiri. Perhatikan, Kadang-kadang Allah menunjukkan kebaikan kepada pelayan-pelayanNya yang berkabung bersama Sion dalam kesedihannya untuk membiarkan mereka melihat saat-saat yang lebih baik bersama gereja dari pada yang mereka lihat pada permulaan dari hari-hari mereka dan untuk ikut ambil bagian bersamanya dalam sukacitanya.].
b) Tidak salah bekerja kepada musuh Allah, selama kita menjaga kesucian.
The Biblical Illustrator: “with the examples of Joseph and Daniel, occupying similar positions in Egypt and Babylon, must we be hasty in judging the possible rightness of taking and continuing in the employment of the enemies of God. The question really is not in whose employ we are engaged, but whether in that employment we are keeping a conscience void of offence, and are using our place, while faithful to our employer, for the glory of God. This certainly did both Daniel and Joseph. ... In their youth they were both captives, and both true to God and their consciences in circumstances that were very trying. Both obtained favour with their kings, and reached places of great honour and power in the kingdom whither in the providence of God they had been sent as prisoners.” [= dengan contoh / teladan dari Yusuf dan Daniel, yang menempati kedudukan / posisi yang mirip di Mesir dan Babilonia, kita harus cepat dalam menilai kemungkinan dari kebenaran dari mengambil dan melanjutkan pekerjaan dari musuh-musuh Allah. Pertanyaannya sebenarnya bukanlah dalam pekerjaan siapa kita bekerja, tetapi apakah dalam pekerjaan itu kita menjaga hati nurani bebas dari pelanggaran, dan menggunakan tempat kita, dengan tetap setia kepada orang yang mempekerjakan kita, untuk kemuliaan Allah. Ini pasti dilakukan oleh baik Daniel maupun Yusuf. ... Dalam masa muda mereka mereka keduanya adalah tawanan, dan keduanya benar terhadap Allah dan hati nurani mereka dalam keadaan yang sangat sukar. Keduanya mendapatkan perkenan raja, dan mencapai tempat-tempat kehormatan dan kuasa yang besar dalam kerajaan, ke tempat mana dalam Providensia Allah mereka telah diutus sebagai tawanan.].
Mirip dengan Yusuf, yang mula-mula mengalami penderitaan, tetapi belakangan mengalami nasib yang jauh lebih baik, Daniel juga seperti itu. Ikut dalam pembuangan pertama ke Babilonia, tetapi sekarang mendapat kedudukan yang sangat bagus dalam pemerintahan Nebukadnezar!
Tentu tidak semua orang Kristen harus mengalami hal seperti itu. Tetapi setidaknya itu merupakan sesuatu yang memungkinkan. Kalau saudara saat ini berada dalam keadaan yang buruk, berharaplah bahwa Allah akan memperbaiki keadaan saudara!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-bersambung-