KELAHIRAN BARU (REGENERATION) DAN IMAN

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Yohanes 3:8 - “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.’”. 
KELAHIRAN BARU (REGENERATION) DAN IMAN
education, business
Sama seperti angin tak bisa ditahan, demikian juga pekerjaan Roh Kudus dalam melahirbarukan tidak bisa ditahan. Kalau Roh Kudus mau melahir-barukan seseorang, Ia pasti berhasil. 

Penerapan: Kita harus bersyukur dan memuji Tuhan atas hal ini, karena seandainya kita bisa menolak pekerjaan Roh Kudus dalam melahir-barukan kita, maka kita, sebagai orang berdosa yang con­dong kepada dosa, pasti menolak kelahiran baru itu! 

John Walvoord: “Analogy from regeneration. The work of efficacious grace as wholly an act of God is supported by analogy from the doctrine of regeneration. Like efficacious grace, regeneration is an act of God, not a process, matter of persuasion, or rational change. If regeneration is wholly an act of God, instantaneous, and independent of human assistance, efficacious grace may well be in the same category. Both are inscrutable, and both are essential to salvation.” (= Analogi dari kelahiran baru. Pekerjaan dari kasih karunia yang efektif sebagai sepenuhnya suatu tindakan dari Allah didukung oleh analogi dari doktrin tentang kelahiran baru. Seperti kasih karunia yang efektif, kelahiran baru adalah suatu tindakan Allah, bukan suatu proses, persoalan bujukan atau perubahan pikiran. Jika kelahiran baru sepenuhnya merupakan suatu tindakan dari Allah, bersifat seketika, dan tak tergantung dari pertolongan manusia, kasih karunia yang efektif juga bisa ada dalam kategori yang sama. Keduanya tidak dapat diduga, dan keduanya hakiki / perlu bagi keselamatan.) - ‘The Holy Spirit’, hal 125. 

John Murray: “How can a man dead in trespasses and sins, and at enmity with God, answer a call to the fellowship of the Father and the Son? ... How can his will incline to the overtures of God’s grace in the gospel? ... The answer to these questions is impossibility, moral and spiritual. ... But the question must have an answer in another direction, since the call is effectual and does meet with the appropriate response. The only possible answer is that there must be a change that man himself cannot initiate, a change that cannot take its origin from resources resident in human nature, a change radical and all-pervasive. ... There is a change that God effects in man, radical and reconstructive in its nature, called new birth, new creation, regeneration, renewal - change that cannot be accounted for by anything that is in lower terms than the interposition of the almighty power of God. ... It is the Holy Spirit working directly, efficaciously and irresistibly upon man’s heart and mind, making the man over again, and creating him anew after the image of Christ in holiness and righteousness of the truth” (= Bagaimana seorang manusia yang mati dalam kesalahan dan dosa, dan ada dalam permusuhan dengan Allah, bisa menjawab suatu panggilan kepada persekutuan dengan Bapa dan Anak? ... Bagaimana kehendaknya bisa condong pada tawaran dari kasih karunia Allah dalam injil? ... Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini adalah ketidak-mungkinan, moral dan rohani. ... Tetapi pertanyaan itu harus mempunyai suatu jawaban dalam suatu arah yang lain, karena panggilan itu efektif dan mendapat tanggapan yang tepat / cocok. Satu-satunya jawaban yang memungkinkan adalah bahwa di sana harus ada suatu perubahan yang tidak bisa dimulai oleh manusia itu sendiri, suatu perubahan yang tidak bisa mempunyai asal usulnya dari sumber-sumber yang tinggal dalam hakekat / sifat dasar manusia, suatu perubahan yang radikal dan merekonstruksi / memulihkan dalam sifat dasarnya, disebut kelahiran baru, ciptaan baru, kelahiran lagi, pembaharuan - perubahan yang tidak bisa dijelaskan secara memuaskan oleh apapun yang ada dalam istilah-istilah yang lebih rendah dari pada campur tangan dari kuasa yang maha kuasa dari Allah. ... Adalah Roh Kudus yang bekerja secara langsung, secara efektif dan tidak dapat ditolak pada hati dan pikiran manusia, membuat ulang manusia, dan menciptanya menjadi baru menurut gambar Kristus dalam kekudusan dan kebenaran dari kebenaran) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 169,170,171

1. Dalam kelahiran baru, kita yang mati rohani diberi telinga yang dapat mendengar dan mata yang dapat melihat. 

Amsal 20:12 - “Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN.”. 

Abraham Kuyper: “‘The hearing ear, and the seeing eye, the Lord hath even made both of them.’ This testimony of the Holy Spirit contains the whole mystery of regeneration. An unregenerate person is deaf and blind; not only as a stock or block, but worse. For neither stock nor block is corrupt or ruined, but an unregenerate person is wholly dead and a prey to the most fearful dissolution. ... Hence without regeneration the sinner is utterly unprofitable. What is the use of an ear except it hear, or of an eye except it see? Therefore the Holy Ghost testifies: ‘The hearing ear and the seeing eye, the Lord has made even both of them.’ ... in regeneration, man is neither worker nor coworker; he is merely wrought upon; and the only Worker in this matter is God. ... That God regenerates one and not another is according to a fixed and unalterable rule. He comes with regeneration to all the elect; and the non-elect He passes by. Hence this act of God is irresistible. No man has the power to say, ‘I will not be born again,’ or to prevent God’s work or to put obstacles in His way, or to make it so difficult that it can not be performed.” (= ‘Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN’. Kesaksian dari Roh Kudus ini berisikan seluruh misteri kelahiran baru. Seseorang yang belum / tidak dilahirkan baru adalah tuli dan buta; bukan hanya seperti batang pohon atau balok, tetapi lebih buruk dari itu. Karena baik batang pohon atau balok tidak jahat atau hancur, tetapi seseorang yang belum / tidak dilahirkan baru adalah mati sepenuhnya dan suatu mangsa / sasaran dari akhir / penghancuran yang menakutkan. ... Maka tanpa kelahiran baru orang berdosa itu sama sekali tidak berguna. Apa gunanya telinga kecuali telinga itu mendengar, atau mata kecuali mata itu melihat? Karena itu Roh Kudus memberi kesaksian: ‘Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN’. ... dalam kelahiran baru, manusia bukanlah pekerja atau rekan kerja; ia semata-mata dikerjai; dan satu-satunya Pekerja dalam persoalan ini adalah Allah. ... Bahwa Allah melahirbarukan yang satu dan tidak yang lain adalah sesuai dengan suatu peraturan yang tertentu dan tak bisa berubah. Ia datang dengan kelahiran baru kepada semua orang-orang pilihan; dan orang-orang non pilihan Ia lewati. Karena itu tindakan Allah ini tidak bisa ditolak. Tak ada orang yang mempunyai kuasa untuk mengatakan, ‘Aku tidak mau dilahirkan kembali’, atau untuk mencegah pekerjaan Allah atau untuk meletakkan halangan-halangan dalam jalanNya, atau membuatnya begitu sukar sehingga hal itu tidak bisa dilaksanakan.) - ‘The Work of the Holy Spirit’, hal 304,305,306,307 (Libronix). 

Abraham Kuyper: “Hence the question, whether this regenerating act precedes, accompanies, or follows the hearing of the Word. ... We answer: The Holy Spirit may perform this work in the sinner’s heart before, during, or after the preaching of the Word. The inward call may be associated with the outward call, or it may follow it. But that which precedes the inward call, viz., the opening of the deaf ear, so that it may be heard, is not dependent upon the preaching of the Word; and therefore may precede the preaching.” [= Maka pertanyaan, apakah tindakan melahir-barukan ini mendahului, berjalan bersama-sama, atau mengikuti pendengaran terhadap Firman. ... Kami menjawab: Roh Kudus bisa melaksanakan pekerjaan ini dalam hati orang berdosa sebelum, selama / bersama-sama, atau setelah pemberitaan Firman. Panggilan di dalam bergabung / bersama-sama dengan panggilan luar, atau itu bisa mengikutinya. Tetapi hal yang mendahului panggilan di dalam, yaitu pembukaan dari telinga yang tuli, sehingga itu bisa didengar, tidaklah tergantung pada pemberitaan Firman; dan karena itu bisa mendahului pemberitaan (Firman)] - ‘The Work of the Holy Spirit’, hal 317-318 (Libronix). 

Louis Berkhof: “b. Points of difference between regeneration and effectual calling. Regeneration in the strictest sense of the word, that is, as the begetting again, takes place in the sub-conscious life of man, and is quite independent of any attitude which he may assume with reference to it. Calling, on the other hand, addresses itself to the consciousness, and implies a certain disposition of the conscious life. This follows from the fact that regeneration works from within, while calling comes from without. ... Furthermore, regeneration is a creative, a hyper-physical operation of the Holy Spirit, by which man is brought from one condition into another, from a condition of spiritual death into a condition of spiritual life. Effectual calling, on the other hand, is teleological, draws out the new life and points it in a God-ward direction. It secures the exercises of the new disposition and brings the new life into action. c. The relative order of calling and regeneration. This is perhaps best understood, if we note the following stages: (1) Logically, the external call in the preaching of the Word (except in the case of children) generally precedes or coincides with the operation of the Holy Spirit, by which the new life is produced in the soul of man. (2) Then by a creative word God generates the new life, changing the inner disposition of the soul, illuminating the mind, rousing the feelings, and renewing the will. In this act of God the ear is implanted that enables man to hear the call of God to the salvation of his soul. This is regeneration in the most restricted sense of the word. In it man is entirely passive. (3) Having received the spiritual ear, the call of God in the gospel is now heard by the sinner, and is brought home effectively to the heart. The desire to resist has been changed to a desire to obey, and the sinner yields to the persuasive influence of the Word through the operation of the Holy Spirit. This is the effectual calling through the instrumentality of the word of preaching, effectively applied by the Spirit of God.” [= b. Pokok-pokok perbedaan antara kelahiran baru dan panggilan efektif. Kelahiran baru dalam arti kata yang paling ketat, yaitu, seperti tindakan melahirkan lagi, terjadi dalam kehidupan bawah sadar dari manusia, dan betul-betul tak tergantung pada sikap apapun yang bisa ia ambil berkenaan dengannya. Panggilan, di sisi lain, menujukan dirinya sendiri kepada kesadaran, dan menunjukkan secara implicit suatu kecondongan tertentu dari kehidupan yang sadar. Ini merupakan akibat dari fakta bahwa kelahiran baru bekerja dari dalam, sedangkan panggilan dari dari luar. ... Selanjutnya, kelahiran baru adalah suatu operasi yang bersifat mencipta, di atas fisik / melampaui fisik, dari Roh Kudus, dengan mana manusia dibawa dari satu keadaan ke dalam keadaan yang lain, dari suatu keadaan dari kematian rohani ke dalam suatu keadaan dari kehidupan rohani. Panggilan efektif, di sisi lain, berhubungan dengan penyebab akhir / rancangan / rencana, mengambil / menarik kehidupan baru itu dan mengarahkannya ke arah Allah. Itu memastikan pelaksanaan dari kecenderungan yang baru dan membawa kehidupan yang baru ke dalam tindakan. c. Urut-urutan relatif dari panggilan dan kelahiran baru. Ini mungkin dimengerti secara terbaik, jika kita memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Secara logika, panggilan luar dalam pemberitaan Firman (kecuali dalam kasus dari anak-anak) biasanya mendahului atau bersamaan dengan operasi / pekerjaan dari Roh Kudus, dengan mana kehidupan baru itu dihasilkan dalam jiwa dari manusia. (2) Lalu oleh suatu firman yang bersifat mencipta Allah melahirkan suatu kehidupan yang baru, dengan mengubah kecondongan batin dari jiwa, dan mencerahi pikiran, dan membangkitkan perasaan-perasaan, dan memperbaharui kehendak. Dalam tindakan Allah ini telinga ditanamkan yang memampukan manusia untuk mendengar panggilan Allah pada keselamatan dari jiwanya. Ini adalah kelahiran baru dalam arti kata yang paling ketat. Dalam hal ini manusia sepenuhnya pasif. (3) Setelah menerima telinga rohani, panggilan Allah dalam injil sekarang terdengar oleh orang berdosa, dan menyadarkan hati secara efektif. Keinginan untuk menolak telah diubah menjadi suatu keinginan untuk taat, dan orang berdosa menyerah kepada pengaruh yang meyakinkan dari Firman melalui pekerjaan Roh Kudus. Ini adalah panggilan efektif melalui peralatan firman yang diberitakan, diterapkan secara efektif oleh Roh Allah.] - ‘Systematic Theology’, hal 471. 

2. Dalam kelahiran baru kita diberi hati yang baru dan roh yang baru, menggantikan roh dan hati yang lama / keras. 

Yehezkiel 11:19 - “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,”. 

KJV: ‘And I will give them one heart, and I will put a new spirit within you; and I will take the stony heart out of their flesh, and will give them an heart of flesh:’ (= Dan Aku akan memberi mereka satu hati, dan Aku akan meletakkan suatu roh yang baru di dalam kamu; dan Aku akan mengambil / mengeluarkan hati yang keras dari daging mereka, dan akan memberi mereka suatu hati dari daging). 

RSV: ‘And I will give them one heart, and put a new spirit within them; I will take the stony heart out of their flesh and give them a heart of flesh,’ (= Dan Aku akan memberi mereka satu hati, dan Aku akan meletakkan suatu roh yang baru di dalam kamu; dan Aku akan mengambil / mengeluarkan hati yang keras dari daging mereka, dan akan memberi mereka suatu hati dari daging:). 

NIV: ‘I will give them an undivided heart and put a new spirit in them; I will remove from them their heart of stone and give them a heart of flesh.’ (= Aku akan memberi mereka suatu hati yang tidak terbagi dan meletakkan suatu roh yang baru di dalam mereka; Aku akan menyingkirkan dari mereka hati mereka yang dari batu dan memberi mereka suatu hati dari daging.). 

NASB: “‘And I will give them one heart, and put a new spirit within them. And I will take the heart of stone out of their flesh and give them a heart of flesh,” (= ‘Dan Aku akan memberi mereka satu hati, dan meletakkan suatu roh yang baru di dalam mereka. Dan Aku akan mengambil / mengeluarkan hati dari batu dari daging mereka dan memberi mereka suatu hati dari daging,). 

Calvin (tentang Yeh 11:19): “God promises to give the people one heart. ... in this place ‘one heart’ is rather opposed to ‘a divided one;’ ... that one heart is understood in the sense of regeneration. ... We understand then what the Prophet means, and at chapter 36, where he repeats the same sentiment, for one heart he puts a new spirit, ... We see, therefore, that by these words the Prophet testifies that men have need of a complete renovation that they may return into the way from which they once began to wander.” (= Allah berjanji untuk memberi umat / bangsa itu satu hati. ... di tempat ini ‘satu hati’ dikontraskan dengan ‘suatu hati yang terbagi’; ... ‘satu hati’ itu dimengerti dalam arti dari kelahiran baru. ... Maka kami mengerti apa yang sang Nabi maksudkan, dan pada pasal 36, dimana ia mengulang pengertian yang sama, untuk ‘satu hati’ ia memberikan ‘suatu roh yang baru’, ... Karena itu, kami melihat, bahwa oleh kata-kata ini sang Nabi menyaksikan bahwa manusia mempunyai kebutuhan dari suatu renovasi lengkap / menyeluruh supaya mereka bisa kembali ke dalam jalan dari mana mereka pernah mulai mengembara.). 

Yehezkiel 36:26 - “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”. 

Calvin (tentang Yehezkiel 11:19): “Afterwards he adds, ‘I will take away the heart of stone, or the stony heart, from their flesh, and will give them a heart of flesh.’ ... When God regenerates his elect, he does not change either their flesh, or skin, or blood; the spiritual and interior grace has no relation to their body: ... For ‘flesh’ in the former clause meant the same as body: but at the end of the verse a fleshy heart is put for a flexible heart: an opposition also must be marked between the flesh and a stone: ... the sense is by no means ambiguous: namely, since the Israelites were full of obstinacy, God afterwards changed their heart, so that they became flexible and obedient - that is, by correcting their hardness he rendered their heart soft.” (= Setelah itu ia menambahkan, ‘Aku akan mengambil hati dari batu, atau hati yang keras, dari daging mereka, dan akan memberi mereka suatu hati dari daging’. ... Pada waktu Allah melahir-barukan orang-orang pilihanNya, Ia tidak mengubah daging, atau kulit, atau darah mereka; kasih karunia rohani dan dalam tidak berhubungan dengan tubuh mereka: ... Karena ‘daging’ dalam anak kalimat yang terdahulu artinya sama dengan ‘tubuh’: tetapi pada akhir dari ayat itu ‘suatu hati dari daging’ diletakkan untuk ‘suatu hati yang lunak / lentur’: suatu pertentangan juga harus diperhatikan antara ‘daging’ dan ‘sebuah batu’: ... artinya sama sekali tidak mendua: yaitu, karena bangsa Israel penuh dengan kekeras-kepalaan, Allah belakangan mengubah hati mereka, sehingga mereka menjadi lunak / lentur dan taat - artinya, dengan membetulkan kekerasan mereka, Ia membuat hati mereka lunak.). 

Calvin (tentang Yehezkiel 11:19): “He adds afterwards, ‘that they may walk in my statutes, and keep my judgments, and do them, and they shall be my people, and I will be their God.’ Now the Prophet more clearly expresses how God would give his elect hearts of flesh instead of those of stone, when he regenerates them by his Spirit, and when he forms them to obey his law, so that they may willingly observe his commands, and efficiently accomplish what he causes them to will.” (= Ia belakangan menambahkan, ‘supaya mereka hidup menurut segala ketetapanKu dan peraturan-peraturanKu dengan setia; maka mereka akan menjadi umatKu dan Aku akan menjadi Allah mereka.’ Sekarang sang Nabi dengan lebih jelas menyatakan bagaimana Allah akan memberi orang-orang pilihanNya hati dari daging dan bukannya hati dari batu, pada waktu Ia melahir-barukan mereka oleh RohNya, dan pada waktu Ia membentuk mereka untuk mentaati hukumNya, sehingga mereka bisa dengan sukarela mentaati perintah-perintahNya, dan secara efektif mencapai apa yang Ia sebabkan mereka untuk mau.). 

Calvin (tentang Yeh 11:19): “God pronounces that he gives to his elect one heart and new spirit. It follows, therefore, that the whole soul is vitiated, from reason even to the affections. The sophists in the Papacy confess that man’s soul is vitiated, but only in part. ... it is a common saying of theirs, that man’s free will was wounded and injured, but that it did not perish. ... The Papists do not deny that free will is injured and wounded, but as I have already said, they hold back something, as if men were partly right by their own proper motion, and some inclination or flexible motion of the will remained as well towards good as evil. Thus indeed they prate in the schools: but we see what the Holy Spirit pronounces. For if there is need of a new spirit and a new heart, it follows that the soul of man is not only injured in each part, but so corrupt that its depravity may be called death and destruction, as far as rectitude is concerned. ... Hence whatever reason and intelligence there is in us, it does not bring us into the path of obedience to God, and much less leads by continual perseverance to the goal. ... this passage also with sufficient clearness refutes comments of this kind, where God pronounces that newness of heart and spirit is his own free gift. Therefore Scripture uses the name of creation elsewhere, which is worthy of notice. For as often as the Papists boast that they have even the least particle of rectitude, they reckon themselves creators: since when Paul says that we are born again by God’s Spirit, he calls us to< poi>hma, his fashioning or workmanship, and explains that we are created unto good works. (Ephesians 2:10.) To the same purpose is the language of the Psalm, (Psalm 100:3,) he made us, not we ourselves. For he is not treating here of that first creation by which we became men, but of that special grace by which we are born again by the Spirit of God. If therefore regeneration is a creation of man, whoever arrogates to himself even the least share in the matter, seizes so much from God, as if he were his own creator, which is detestable to be heard of.” [= Allah mengumumkan bahwa Ia memberikan kepada orang-orang pilihanNya satu hati dan roh yang baru. Karena itu, logikanya adalah bahwa seluruh jiwa rusak, dari akal bahkan sampai pada perasaan-perasaan. Ahli-ahli argumentasi dalam kepausan (Katolik) mengakui bahwa jiwa manusia dirusak, TETAPI HANYA SEBAGIAN. ... merupakan suatu perkataan mereka yang umum, bahwa kehendak bebas manusia terluka TETAPI TIDAK BINASA. ... Para pengikut Paus tidak menyangkal bahwa kehendak bebas terluka, tetapi seperti yang telah saya katakan, mereka menahan sesuatu, seakan-akan sebagian manusia adalah baik / benar oleh gerakan yang benar dari diri mereka sendiri, dan sebagian kecondongan atau gerakan lunak / lentur dari kehendak tetap ada, baik kepada yang baik maupun kepada yang jahat. Demikianlah mereka banyak bicara secara tolol dalam sekolah-sekolah: tetapi kita melihat apa yang Roh Kudus umumkan. Karena jika di sana ada kebutuhan akan suatu roh yang baru dan suatu hati yang baru, logikanya adalah bahwa jiwa manusia bukan hanya terluka dalam setiap bagian, tetapi begitu rusak sehingga kebejatannya bisa disebut kematian dan kehancuran, sejauh berkenaan dengan kelurusan karakter. ... Maka akal dan kecerdasan apapun yang ada di dalam kita, itu tidak membawa kita ke dalam jalan ketaatan kepada Allah, dan lebih-lebih lagi tidak membimbing oleh ketekunan yang terus menerus kepada tujuan. ... text ini dengan kejelasan yang cukup juga membantah komentar-komentar dari jenis ini, dimana Allah mengumumkan bahwa ke-baru-an dari hati dan roh adalah anugerahNya yang cuma-cuma. Karena itu Kitab Suci menggunakan nama dari ‘ciptaan’ di tempat lain, yang layak untuk diperhatikan. Karena sesering para pengikut Paus membanggakan bahwa mereka mempunyai bahkan partikel terkecil dari kelurusan karakter, mereka menganggap diri mereka sendiri sebagai pencipta-pencipta: karena pada waktu Paulus mengatakan bahwa kita dilahirbarukan oleh Roh Allah, ia menyebut kita to< poi>hma (TO POIEMA), ciptaanNya atau buatanNya, dan menjelaskan bahwa kita diciptakan untuk perbuatan-perbuatan baik (Ef 2:10). Pada tujuan yang sama adalah bahasa / kata-kata dari Mazmur, (Maz 100:3), Ia membuat kita, bukan kita membuat diri kita sendiri. Karena di sini Ia tidak sedang membicarakan tentang penciptaan pertama itu dengan mana kita menjadi manusia, tetapi tentang kasih karunia khusus itu dengan mana kita dilahirkan kembali oleh Roh Allah. Karena itu, jika kelahiran baru adalah suatu penciptaan dari manusia, siapapun merebut bagi dirinya sendiri bahkan bagian terkecil dalam persoalan itu, merampas begitu banyak dari Allah, seakan-akan ia adalah pencipta dirinya sendiri, yang merupakan sesuatu yang menjijikkan untuk didengar.]. 

Efesus 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”. 

Mazmur 100:3 - “Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umatNya dan kawanan domba gembalaanNya.”. 

2 Korintus 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. 

Galatia 6:15 - “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya”. 

Kelahiran baru harus mendahului iman. 

R. C. Sproul: “The classic issue between Augustinian theology and all forms of semi-Pelagianism focuses on one aspect of the order of salvation (ordo salutis): What is the relationship between regeneration and faith? Is regeneration a monergistic or synergistic work? Must a person first exercise faith in order to be born again? Or must rebirth occur before a person is able to exercise faith? Another way to state the question is this: Is the grace of regeneration operative or cooperative? Monergistic regeneration means that regeneration is accomplished by a single actor, God. It means literally a ‘one-working.’ Synergism, on the other hand, refers to a work that involves the action of two or more parties. It is a co-working. All forms of semi-Pelagianism assert some sort of synergism in the work of regeneration. Usually God’s assisting grace is seen as a necessary ingredient, but it is dependent on human cooperation for its efficacy. The Reformers taught not only that regeneration does precede faith but also that it must precede faith. Because of the moral bondage of the unregenerate sinner, he cannot have faith until he is changed internally by the operative, monergistic work of the Holy Spirit. Faith is regeneration’s fruit, not its cause. According to semi-Pelagianism regeneration is wrought by God, but only in those who have first responded in faith to him. Faith is seen not as the fruit of regeneration, but as an act of the will cooperating with God’s offer of grace.” [= Persoalan klasik antara theologia Augustinian dan semua bentuk dari Semi-Pelagianisme terfokus pada satu aspek dari urut-urutan keselamatan (ordo salutis): Apa hubungan kelahiran baru dan iman? Apakah kelahiran baru itu suatu pekerjaan yang bersifat monergistik atau sinergistik? Haruskah seseorang menjalankan / mempunyai iman lebih dulu untuk dilahirbarukan? Atau haruskah kelahiran lagi terjadi sebelum seseorang mampu untuk menjalankan / mempunyai iman? Suatu cara lain untuk menyatakan pertanyaan adalah ini: Apakah kasih karunia dari kelahiran baru itu efektif atau bersifat kerja sama? Kelahiran baru yang bersifat monergistik artinya bahwa kelahiran baru dicapai oleh satu aktor, Allah. Kata itu secara hurufiah berarti ‘satu yang bekerja’. Sinergisme, di sisi lain, menunjuk pada suatu pekerjaan yang melibatkan tindakan dari dua atau lebih pihak. Itu merupakan suatu kerja sama. Semua bentuk dari Semi-Pelagianisme menegaskan sejenis sinergisme dalam pekerjaan kelahiran baru. Biasanya kasih karunia yang menolong dari Allah dilihat sebagai unsur yang perlu, tetapi itu tergantung kepada kerja sama manusia untuk bisa menjadi efektif. Para tokoh Reformasi mengajar bukan hanya bahwa kelahiran baru memang mendahului iman tetapi juga bahwa kelahiran baru harus mendahului iman. Karena perbudakan moral dari orang berdosa yang belum / tidak dilahirbarukan, ia tidak bisa mempunyai iman sampai ia diubahkan secara batin / dalam oleh pekerjaan yang efektif dan monergistik dari Roh Kudus. Iman adalah buah, dan bukan penyebab, dari kelahiran baru. Menurut Semi-Pelagianisme kelahiran baru dilakukan oleh Allah, tetapi hanya dalam diri mereka yang telah lebih dulu menanggapi dengan iman kepadaNya. Iman dipandang bukan sebagai buah dari kelahiran baru, tetapi sebagai suatu tindakan dari kehendak yang bekerja sama dengan tawaran kasih karunia Allah.]- ‘Willing to Believe’, hal 23-24. 

Catatan: kelihatannya John Murray berpendapat bahwa regeneration harus terjadi bersamaan dengan iman. Ia beranggapan bahwa ‘regeneration mendahului iman’ hanya merupakan persoalan logika, tetapi bukan persoalan khronologis. (‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 262). Saya tidak setuju dengan dia. Saya berpendapat bahwa tanpa kelahiran baru seseorang tak bisa mendengar, mengerti ataupun menghargai injil (1Korintus 2:14), apalagi percaya kepada injil. Jadi kelahiran baru secara khronologis harus terjadi sebelumnya, lalu baru orang itu bisa mendengar, mengerti, menghargai Injil, dan lalu imanpun masih harus dianugerahkan kepadanya (Filipi 1:29), yang membuatnya percaya. Bdk. Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’, hal 471.KELAHIRAN BARU (REGENERATION) DAN IMAN
Next Post Previous Post