Iman Adalah Pemberian / Anugerah Allah

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Iman Adalah Anugerah Allah. Ada banyak ayat yang menunjukkan bahwa ‘iman’ (bukan ‘kemampuan untuk beriman’!) memang merupakan pemberian / anugerah Allah kepada kita. Mari kita melihat ayat-ayat tersebut.
Iman Adalah Pemberian / Anugerah Allah
gadget, education, insurance
1. Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Catatan: kata ‘itu’ (Yunani: TOUTO) sebetulnya hanya muncul dalam ay 8; yang dalam Efesus 2: 9 sebetulnya tidak ada.

Tetapi ada banyak pro dan kontra tentang apakah kata ‘itu’ menunjuk pada ‘keselamatan’, atau kepada ‘iman’.

Adam Clarke (tentang Efesus 2:8): “But whether are we to understand, faith or salvation as being the gift of God? This question is answered by the Greek text: tee gar chariti este sesoosmenoi dia tees pisteoos; kai touto ouk ex humoon; Theou to dooron, ouk ex ergoon; hina mee tis kaucheeseetai. ‘By this grace ye are saved through faith; and THIS (‎touto‎, this salvation) not of you; it is the gift of God, not of works: so that no one can boast.’ ‘The relative ‎touto‎, this, which is in the neuter gender, cannot stand for ‎pistis‎, faith, which is the feminine; but it has the whole sentence that goes before for its antecedent.’” (= Tetapi apakah kita harus mengerti, iman atau keselamatan sebagai pemberian / karunia dari Allah? Pertanyaan ini dijawab oleh text bahasa Yunaninya: tee gar chariti este sesoosmenoi dia tees pisteoos; kai touto ouk ex humoon; Theou to dooron, ouk ex ergoon; hina mee tis kaucheeseetai. ‘Oleh kasih karunia ini kamu diselamatkan melalui iman; dan INI (TOUTO, keselamatan ini) bukan dari kamu; itu adalah karunia / pemberian Allah, bukan dari pekerjaan / perbuatan baik: sehingga tak seorangpun bisa bermegah’. ‘Kata TOUTO, ini, yang ada dalam jenis kelamin netral, tidak bisa berarti / menunjuk pada PISTIS, ‘iman’, yang adalah feminin / perempuan; tetapi itu mempunyai seluruh kalimat yang ada sebelumnya sebagai penggantinya’.).

Catatan: dalam terjemahan LAI kata ‘ini’ yang dibicarakan oleh Adam Clarke diterjemahkan ‘itu’.

Barnes’ Notes (tentang Efesus 2:8): “‘And that not of yourselves.’ That is, salvation does not proceed from yourselves. The word rendered ‘that’ - ‎touto ‎- is in the neuter gender, and the word ‘faith’ - ‎pistis ‎- is in the feminine. The word ‘that,’ therefore, does not refer particularly to faith, as being the gift of God, but to ‘the salvation by grace’ of which he had been speaking. This is the interpretation of the passage which is the most obvious, and which is now generally conceded to be the true one; see Bloomfield. Many critics, however, as Doddridge, Beza, Piscator, and Chrysostom, maintain that the word ‘that’ ‎touto ‎refers to ‘faith’ ‎pistis‎; and Doddridge maintains that such a use is common in the New Testament. As a matter of GRAMMAR this opinion is certainly doubtful, if not untenable; but as a matter of THEOLOGY it is a question of very little importance.” [= ‘Dan itu bukan dari dirimu sendiri’. Artinya, keselamatan tidak keluar / dihasilkan dari dirimu sendiri. Kata yang diterjemahkan ‘itu’ - TOUTO - ada dalam jenis kelamin netral, dan kata ‘iman’ - PISTIS - ada dalam jenis kelamin feminin / perempuan. Karena itu, kata ‘itu’ tidak menunjuk secara khusus kepada ‘iman’, sebagai pemberian / karunia dari Allah, tetapi kepada ‘keselamatan oleh kasih karunia’ tentang mana ia telah berbicara. Ini adalah penafsiran dari text yang adalah paling jelas, dan yang sekarang pada umumnya diakui sebagai penafsiran yang benar; lihat Bloomfield. Tetapi banyak pengkritik, seperti Doddridge, Beza, Piscator, dan Chrysostom, mempertahankan bahwa kata ‘itu’ (TOUTO) menunjuk kepada ‘iman’ (PISTIS); dan Doddridge mempertahankan bahwa penggunaan seperti itu adalah umum dalam Perjanjian Baru. Sebagai suatu persoalan gramatika pandangan ini pastilah meragukan, jika bukannya tidak bisa dipertahankan; tetapi sebagai persoalan theologia itu adalah suatu pertanyaan yang tidak penting.].

A. T. Robertson (tentang Efesus 2:8): “‘And that’ ‎kai ‎‎touto‎. Neuter, not feminine ‎tautee‎, and so refers not to ‎pistis ‎(feminine) or to ‎charis ‎(feminine also), but to the act of being saved by grace conditioned on faith on our part.” [= ‘Dan itu’ KAI TOUTO. Netral, bukan feminin / perempuan TAUTEE, dan dengan demikian tidak menunjuk pada PISTIS (feminin / perempuan) atau pada KHARIS (juga feminin / perempuan), tetapi pada tindakan diselamatkan oleh kasih karunia yang disyaratkan pada iman pada pihak kita.].

Efesus 2:8 - “Sebab karena kasih karunia (KHARIS - feminine) kamu diselamatkan oleh iman (PISTIS - feminine) - ; itu (TOUTO - netral) bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,”.

Lenski (tentang Efesus 2:8): “The neuter τοῦτο does not refer to πίστις or to χάρις, both of which are feminine, but to the divine act of saving us” (= Kata TOUTO yang berjenis kelamin netral tidak menunjuk pada PISTIS atau pada KHARIS, yang keduanya ada dalam jenis kelamin feminin / perempuan, tetapi pada tindakan ilahi menyelamatkan kita).

Kesimpulan / pandangan saya tentang Efesus 2:8: sekalipun masih memungkinkan untuk menggunakan Efesus 2:8 sebagai dasar untuk mengatakan bahwa iman adalah anugerah / pemberian Allah, tetapi mengingat perdebatan yang begitu hebat dalam persoalan itu, dan juga kuatnya argumentasi dari pihak lawan, maka saya berpendapat lebih baik kita tidak menggunakan ayat ini dalam menekankan bahwa iman adalah anugerah / pemberian Allah. Ada ayat-ayat lain yang jauh lebih kuat untuk menekankan hal itu, dan tanpa ada kemungkinan untuk diperdebatkan dalam artinya.

2. Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”.

Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini.

KJV: ‘For unto you it is given in the behalf of Christ, not only to believe on him, but also to suffer for his sake;’ (= Karena kepadamu diberikan demi kepentingan Kristus, bukan hanya untuk percaya kepadaNya, tetapi juga untuk menderita demi kepentinganNya;).

RSV: ‘For it has been granted to you that for the sake of Christ you should not only believe in him but also suffer for his sake,’ (= Karena telah diberikan kepadamu bahwa untuk kepentingan Kristus kamu bukan hanya harus percaya kepadaNya tetapi juga menderita demi kepentinganNya,).

NIV: ‘For it has been granted to you on behalf of Christ not only to believe on him, but also to suffer for him,’ (= Karena telah diberikan kepadamu demi kepentingan Kristus bukan hanya untuk percaya kepadaNya, tetapi juga untuk menderita untuk Dia).

NASB: ‘For to you it has been granted for Christ’s sake, not only to believe in Him, but also to suffer for His sake,’ (= Karena kepadamu telah diberikan demi kepentingan Kristus, bukan hanya untuk percaya kepadaNya, tetapi juga untuk menderita demi kepentinganNya,).

Pertama-tama: karena adanya kata-kata ‘demi kepentingan Kristus’ atau ‘demi Kristus’ dalam Kitab Suci - Kitab Suci bahasa Inggris, maka saya merasa perlu menjelaskan arti istilah itu di sini.

Barnes’ Notes (tentang Filipi 1:29): “‘In the behalf of Christ.’ In the cause of Christ, or with a view to honor Christ. Or, these things are brought on you in consequence of your being Christians.” (= ‘Demi kepentingan Kristus’. Dalam perkara Kristus, atau dengan suatu pandangan untuk menghormati Kristus. Atau, hal-hal ini dibawa kepadamu sebagai konsekwensi dari menjadinya kamu sebagai orang-orang Kristen.).

Catatan: kata-kata bagian akhir (yang saya garis-bawahi) rasanya tak masuk akal. Kalau ‘penderitaan’, memang bisa merupakan konsekwensi dari menjadi Kristennya seseorang. Tetapi bagaimana mungkin ‘percaya kepada Kristus’ merupakan konsekwensi dari menjadi Kristennya seseorang?

Sekarang kita melihat bahwa ayat ini mengatakan bahwa baik percaya kepada Kristus (iman) maupun penderitaan bagi Dia, merupakan karunia / pemberian dari Allah kepada kita (orang-orang percaya). Saya tak membahas tentang penderitaan pada saat ini. Jadi saya hanya menekankan bahwa ayat ini menyatakan bahwa iman adalah pemberian Allah.

Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,”.

Kedua: sekarang mari kita perhatikan kata ‘dikaruniakan’. Apa artinya?

Ralph P. Martin (Tyndale) tentang Filipi 1:29: “‘It has been granted,’ echaristhē, is derived from charis, ‘grace’, ‘favour’. ... So the Philippians were called, not only to the privilege of believing in him - the ability to believe and the act of faith being itself a gift of God - but equally to endure privation and pain for him, as did the apostle himself (2 Cor. 1:5; 12:10).” [= ‘Itu telah diberikan / dianugerahkan / dikaruniakan’, EKHARISTHE, diturunkan dari KHARIS, ‘kasih karunia’, ‘kebaikan’. ... Jadi / maka, orang-orang Filipi dipanggil, bukan hanya pada hak untuk percaya kepadaNya - kemampuan untuk percaya dan tindakan iman itu sendiri merupakan suatu karunia / pemberian dari Allah - tetapi secara sama untuk menanggung / menahan kemiskinan dan rasa sakit untuk Dia, seperti yang dilakukan sang rasul sendiri (2 Korintus 1:5; 12:10)] - Libronix.

Catatan: kata Yunani EKHARISTHE berasal dari kata kerja cari,zomai (KHARIZOMAI) yang salah satu artinya adalah ‘to give freely’ (= memberi dengan cuma-cuma) - Bible Works 7.

Pulpit Commentary (tentang Filipi 1:29): “On you it was conferred (e)xari/sqh) as a gracious gift, a free spontaneous act of Divine bounty. Faith in Christ is the gift of God, so is ‘the fellowship of his sufferings.’” [= Kepadamu diberikan / dianugerahkan (e)xari/sqh / EKHARISTHE) sebagai suatu karunia yang murah hati / bersifat kasih karunia, suatu tindakan spontan yang bebas dari hadiah / karunia Ilahi. Iman kepada Kristus adalah pemberian / karunia dari Allah, demikian juga ‘persekutuan dalam penderitaanNya’.].

Jadi, ayat ini secara sangat jelas dan tak terhindarkan menunjukkan bahwa ‘iman’ (kepercayaan kepada Kristus) merupakan karunia / pemberian cuma-cuma dari Allah. Perhatikan bahwa Filipi 1:29 ini tidak mengatakan bahwa yang dikaruniakan adalah ‘kemampuan untuk beriman’, tetapi ‘iman’ itu sendiri! Kalau memang demikian, apakah kita, dengan menggunakan kehendak bebas kita, yang memilih untuk percaya atau tidak percaya kepada Kristus? Apakah ajaran ini, yang merupakan ajaran Arminian, sesuai dengan Filipi 1:29 ini? Kalau kita percaya karena kita menghendaki untuk percaya, apakah iman itu bisa disebut sebagai pemberian Allah? Kalau yang dikaruniakan hanyalah ‘kemampuan untuk beriman’ maka memang orang yang dikaruniai itu bisa saja tetap tidak mau beriman. Tetapi kalau yang dikaruniakan itu adalah ‘iman’ itu sendiri, bagaimana mungkin orang yang dikaruniai itu bisa tidak beriman?

Dan ini secara pasti dan jelas mengarah pada doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak)!

Calvin (tentang Filipi 1:29): “Here Paul clearly testifies, that faith, as well as constancy in enduring persecutions, is an unmerited gift of God. ... This passage is also at variance with the doctrine of the schoolmen, in maintaining that gifts of grace latterly conferred are rewards of our merit, on the ground of our having made a right use of those which had been previously bestowed.” (= Di sini Paulus dengan jelas menyaksikan, bahwa iman, maupun kekonstanan dalam menahan penganiayaan, adalah suatu karunia Allah yang tidak layak kita terima. ... Text ini juga bertentangan dengan ajaran dari guru-guru theologia abad pertengahan, dalam mempertahankan bahwa karunia-karunia dari kasih karunia yang diberikan belakangan adalah pahala / upah dari jasa kita, berdasarkan penggunaan kita yang benar terhadap hal-hal yang telah diberikan lebih dulu.).

Catatan: kata-kata Calvin yang saya beri garis bawah ganda jelas merupakan serangannya terhadap ajaran Arminian / Semi Pelagianisme.

William Hendriksen (tentang Filipi 1:29): “Says Paul, ‘For to you it has been granted in behalf of Christ not only to believe in him but also to suffer in his behalf.’ It has been granted to you, says Paul; that is, as a privilege, a gift of God’s grace. ... to believe in him, that is, to rest on Christ, surrendering oneself to his loving heart, depending on his accomplished mediatorial work. The form of the expression as used in the original shows that here genuine, personal trust in the Anointed One is meant. ... Whether or not one regards Eph. 2:8 as proof for the proposition that such faith is God’s gift, the conclusion is at any rate inescapable that here in Phil. 1:29 faith - not only its inception but also its continued activity - is so regarded. It is at one and the same time God’s gift and man’s responsibility.” [= Kata Paulus, ‘Karena kepadamu telah dikaruniakan untuk kepentingan Kristus / demi Kristus bukan hanya untuk percaya kepadaNya tetapi juga untuk menderita demi kepentinganNya / demi Dia’. Itu telah dikaruniakan kepadamu, kata Paulus; yaitu, sebagai suatu hak, suatu karunia dari kasih karunia Allah. ... percaya kepada Dia, yaitu bersandar kepada Kristus, penyerahan diri sendiri kepada hatiNya yang mengasihi, bergantung pada pekerjaan pengantaraanNya yang sudah selesai. Bentuk dari ungkapan seperti yang digunakan dalam bahasa aslinya menunjukkan bahwa di sini yang dimaksudkan adalah kepercayaan / tindakan mempercayakan (trust) yang asli / sungguh-sungguh dan bersifat pribadi kepada Yang Diurapi. ... Apakah seseorang menganggap Efesus 2:8 sebagai bukti untuk persoalan bahwa iman seperti itu adalah karunia / pemberian Allah atau tidak, bagaimanapun juga kesimpulannya yang tak terhindarkan adalah bahwa di sini dalam Filipi 1:29, iman - bukan hanya permulaannya, tetapi juga aktivitas selanjutnya - dianggap seperti itu. Itu adalah pada saat yang sama karunia Allah dan tanggung jawab manusia.].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Filipi 1:29): “‎Faith is the gift of God (Eph 2:8), not worked in the soul by the will of man, but by the Holy Spirit (John 1:12-13).” [= Iman adalah pemberian / karunia dari Allah (Efesus 2:8), tidak dikerjakan dalam jiwa oleh kehendak dari manusia, tetapi oleh Roh Kudus (Yohanes 1:12-13)].

Yohanes 1:12-13 - “(12) Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya; (13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”.

3. Kisah Para Rasul 11:18 - “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: ‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.

Perhatikan bagian yang saya beri garis bawah ganda.

KJV/RSV/NIV/Lit: ‘repentance unto life’ (= pertobatan kepada / menuju hidup).

Kata ‘repentance’ (= pertobatan) di sini pasti tidak menunjuk pada pertobatan dari dosa, karena:

a. Kalau dilihat dari kontextnya, ini menunjuk pada percayanya Kornelius kepada Kristus dalam Kis 10. Jadi, kata itu harus diartikan menunjuk kepada iman.

b. Kalau kata itu diartikan sebagai pertobatan dari dosa, maka kata-kata selanjutnya yaitu ‘yang memimpin kepada hidup’ akan menjadikan seluruh ayat mengajarkan doktrin sesat ‘keselamatan karena perbuatan baik’.

Calvin (tentang Kisah Para Rasul 11:18): “This member, to give repentance, may be expounded two manner of ways; either that God granted to the Gentiles place for repentance, when as he would have his gospel preached to them; or that he circumcised their hearts by his Spirit, as Moses saith, (Deuteronomy 30:6,) and made them fleshy hearts of stony hearts, as saith Ezekiel, (Ezekiel 11:19.) For it is a work proper to God alone to fashion and to beget men again, that they may begin to be new creatures; and it agreeth better with this second sense; it is not so much racked, and it agreeth better with the phrase (phraseology) of Scripture.” [= Bagian ini, memberi pertobatan, bisa dijelaskan dengan dua cara; atau bahwa Allah memberikan kepada orang-orang non Yahudi tempat untuk pertobatan, pada waktu Ia memerintahkan injilNya diberitakan kepada mereka; atau bahwa Ia menyunat hati mereka oleh RohNya, seperti dikatakan Musa, (Ulangan 30:6), dan membuat hati keras mereka menjadi hati dari daging, seperti dikatakan Yehezkiel (Yeh 11:19). Karena adalah suatu pekerjaan yang hanya cocok untuk Allah saja untuk membentuk dan melahirkan manusia lagi, supaya mereka bisa mulai menjadi makhluk-makhluk / ciptaan-ciptaan baru; dan itu sesuai dengan lebih baik dengan arti kedua ini; itu tidak begitu menyakiti (?), dan itu lebih sesuai dengan ungkapan (cara penyusunan / pengungkapan) dari Kitab Suci.].

Catatan: kelihatannya Calvin mencampur-adukkan iman / pertobatan dengan kelahiran baru, mungkin karena iman tidak mungkin terjadi kalau tak ada kelahiran baru. Tetapi yang jelas ia mengatakan bahwa Allahlah yang melakukan hal itu.

Ulangan 30:6 - “Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.”.

Yehezkiel 11:19 - “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,”.

Yeh 11:19 (KJV): ‘And I will give them one heart, and I will put a new spirit within you; and I will take the stony heart out of their flesh, and will give them an heart of flesh:’ (= Dan Aku akan memberi mereka satu hati, dan Aku akan meletakkan suatu roh yang baru di dalam kamu; dan Aku akan mengambil / mengeluarkan hati yang keras dari daging mereka, dan akan memberi mereka suatu hati dari daging).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kis 11:18): “‎To ‘grant’ this is something more than what Grotius makes it, to be willing to grant pardon upon repentance. The case of Cornelius was so manifestly one of grace reigning in every stage of his religious history, that we can hardly doubt that this very thing was meant to be conveyed here; and this is just the grace that reigns in every real conversion.” (= ‘Mengaruniakan’ ini adalah sesuatu yang lebih dari pada apa yang Grotius buat dengannya, mau untuk mengaruniakan pengampunan atas pertobatan. Kasus Kornelius adalah kasus yang dengan begitu jelas tentang kasih karunia yang bertakhta dalam setiap tahap dari sejarah agamawinya, sehingga kita tidak bisa meragukan bahwa hal inilah yang dimaksudkan untuk disampaikan di sini; dan inilah persisnya kasih karunia yang bertakhta dalam setiap pertobatan yang sejati.).

Catatan: pandangan Grotius, yang saya beri garis bawah ganda, jelas merupakan pandangan tolol yang dipaksakan. Kisah Para Rasul 11:18 itu mengatakan bahwa ‘Allah mengaruniakan pertobatan’, tetapi Grotius mengartikan ‘Allah mau mengaruniakan pengampunan kalau orangnya bertobat’, yang tentu saja merupakan dua hal yang sangat berbeda!

4. Ibrani 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.

Kata-kata yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.

KJV: ‘Jesus the author and finisher of our faith’ (= Yesus pencipta dan penyelesai dari iman kita).

RSV: ‘Jesus the pioneer and perfecter of our faith’ (= Yesus pelopor dan penyempurna dari iman kita).

NIV: ‘Jesus, the author and perfecter of our faith’ (= Yesus, pencipta dan penyempurna dari iman kita).

NASB: ‘Jesus, the author and perfecter of faith’ (= Yesus, pencipta dan penyempurna dari iman).

Sesuatu yang perlu diperhatikan adalah bahwa kata Yunani yang diterjemahkan ‘author’ (= pencipta) oleh KJV/NIV/NASB adalah ARKHEGON, yang mengandung kata Yunani ARKHE, yang biasanya diterjemahkan ‘beginning’ (= permulaan / pemulai), tetapi juga bisa diartikan sebagai ‘source’ (= sumber), atau ‘origin’ (= asal usul / asal mula).

Barnes’ Notes (tentang Ibrani 12:2): “The word ‘author’ - ‎archeegon ‎- (marg. beginner) - means properly the source, or cause of anything; or one who makes a beginning. ... The phrase ‘the beginner of faith,’ or the leader on of faith, would express the idea. He is at the head of all those who have furnished an example of confidence in God, for he was himself the most illustrious instance of it. The expression, then, does not mean properly that he produces faith in us, or that we believe because he causes us to believe - whatever may be the truth about that - but that he stands at the head as the most eminent example that can be referred to on the subject of faith. ... The word ‘finisher’ - ‎teleiooteen ‎- corresponds in meaning with the word ‘author.’ It means that he is the completer as well as the beginner; the last as well as the first.” [= Kata ‘pencipta’ - ARKHEGON - (catatan tepi - pemulai) - secara tepat berarti sumber, atau penyebab dari apapun; atau seseorang yang membuat suatu pemulaian. ... Ungkapan ‘pemulai dari iman’, atau pemimpin dari iman, menyatakan gagasan / artinya. Ia adalah kepala dari semua mereka, yang telah memberikan suatu teladan tentang keyakinan kepada Allah, karena Ia sendiri adalah contoh yang paling menonjol darinya. Maka, ungkapan itu secara tepat tidak berarti bahwa Ia menghasilkan iman di dalam kita, atau bahwa kita percaya karena Ia menyebabkan kita untuk percaya - apapun adanya kebenaran tentang itu - tetapi bahwa Ia berdiri sebagai kepala seperti contoh yang paling menonjol yang bisa ditunjukkan dalam persoalan tentang iman. ... Kata ‘penyelesai’ - TELEIOTEN - sesuai / cocok dalam arti dengan kata ‘pencipta’. Itu berarti bahwa Ia adalah penyempurna maupun pemulai; yang terakhir maupun yang pertama.].

Catatan: saya hanya menekankan bagian yang saya garis-bawahi. Bagian tengah dari kutipan kata-kata Barnes ini bagi saya sangat tidak masuk akal, dan bertentangan dengan bagian yang saya garis-bawahi. Itu juga secara tepat dibantah oleh kata-kata Abraham Kuyper di bawah ini.

Abraham Kuyper: “Hence it may not be said that Jesus had saving faith. For Jesus was no sinner, and therefore could not have ‘that assured confidence that not only to others, but to Him also, was given the righteousness of the Mediator.’ We have only to connect the name of Jesus with the clear and transparent description of saving faith by the Heidelberg Catechism to show how foolish it is for the Ethical theologians to explain the words, ‘Jesus, the Author and Finisher of our faith,’ as tho He had saving faith like every child of God. Hence saving faith is unthinkable in heaven. Faith is saving; and he that is saved has obtained the end of faith. He no longer walks by faith, but by sight. It should therefore be thoroughly understood that saving faith refers only to the sinner, and that Christ in the garments of the Sacred Scripture is its only object.” (= Maka tidak bisa / tidak boleh dikatakan bahwa Yesus mempunyai iman yang menyelamatkan. Karena Yesus bukan orang berdosa, dan karena itu tidak bisa mempunyai ‘keyakinan yang pasti itu yang bukan hanya kepada orang-orang lain, tetapi kepada Dia juga, diberikan kebenaran dari sang Pengantara.’ Kita hanya harus menghubungkan nama Yesus dengan penggambaran yang jelas dan nyata tentang iman yang menyelamatkan oleh Katekismus Heidelberg untuk menunjukkan betapa bodohnya bagi ahli-ahli theologia Etika untuk menjelaskan kata-kata ‘Yesus, Pencipta dan Penyelesai dari iman kita’ seakan-akan Ia mempunyai iman yang menyelamatkan seperti setiap anak Allah. Jadi, iman yang menyelamatkan merupakan sesuatu yang tak terpikirkan di surga. Iman itu menyelamatkan; dan ia yang sudah selamat (maksudnya ‘sudah masuk surga’) telah memperoleh tujuan dari iman. Ia tidak lagi berjalan dengan iman, tetapi dengan penglihatan. Karena itu, harus dimengerti secara teliti / sepenuhnya bahwa iman yang menyelamatkan hanya menunjuk kepada orang berdosa, dan bahwa Kristus dalam pakaian dari Kitab Suci yang Kudus adalah satu-satunya obyeknya.) - ‘The Work of the Holy Spirit’, hal 397.

Roma 8:24 - “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?”.

Ibrani 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”.

Dari dua ayat di atas jelaslah bahwa kalau kita sudah di surga, dan sudah melihat semuanya, maka tidak ada lagi iman!

John Owen (tentang Ibrani 12:2): “he works it in us, or bestows it on us, by his Spirit, in the beginning and all the increases of it from first to last. Hence his disciples prayed unto him, ‘Lord, increase our faith,’ Luke 17:5. ... So he is the ‘author’ or beginner of our faith, in the efficacious working of it in our hearts by his Spirit; and ‘the finisher’ of it in all its effects, in liberty, peace, and joy, and all the fruits of it in obedience: for ‘without him we can do nothing.’” [= Ia mengerjakannya (iman) di dalam kita, atau memberikannya kepada kita, oleh RohNya, pada mulanya / awalnya dan semua peningkatannya / pertumbuhannya dari pertama sampai akhir. Karena itu murid-muridNya berdoa kepadaNya, ‘Tuhan, tambahkanlah iman kami’, Luk 17:5. ... Jadi, Ia adalah ‘pencipta’ atau pemulai dari iman kita, dalam pekerjaan yang mujarab tentangnya dalam hati kita oleh RohNya; dan ‘penyelesai’ darinya dalam semua hasil-hasilnya, dalam kebebasan, damai, dan sukacita, dan semua buah-buah darinya dalam ketaatan: karena ‘tanpa Dia / di luar Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa’.] - ‘Hebrew 12’, hal 25-26 (AGES).

Lukas 17:5 - “Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: ‘Tambahkanlah iman kami!’”.

Yohanes 15:5 - “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”.

John Owen (tentang Ibrani 12:2): “‘the author and finisher of our faith.’ - He both begins it in us, and carries it on unto perfection.” [= ‘pencipta dan penyelesai dari iman kita’ - Ia memulainya di dalam kita, dan meneruskannya / melanjutkannya sampai pada kesempurnaan.] - ‘Hebrew 12’, hal 27 (AGES).

5. 2 Korintus 4:13 - “Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: ‘Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata’, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.”.

Calvin (tentang 2Kor 4:13): “By metonymy, he gives the name of ‘the spirit of faith’ to faith itself, because it is a gift of the Holy Spirit.” (= Oleh suatu metonymy, ia memberikan sebutan ‘roh iman’ kepada iman itu sendiri, karena itu adalah suatu karunia dari Roh Kudus.).

Catatan: kata ‘metonymy’ berarti ‘use of the name of one thing for that of another assossiated with or suggested by it’ (= penggunaan nama / sebutan dari satu hal untuk untuk hal yang lain yang berhubungan dengannya atau dikesankan ditunjukkan secara tak langsung olehnya) - ‘Webster’s New World Dictionary’.

Charles Hodge (tentang 2Korintus 4:13): “‘That same spirit of faith.’ ‘Spirit of faith’ may be a way of saying faith itself, or the word ‘spirit’ may refer to ‘the human spirit,’ and the whole would then mean, ‘having the same believing spirit.’ It is more in accordance with scriptural usage, and especially with Paul’s manner, to make ‘spirit’ refer to ‘the Holy Spirit,’ who is so often designated from the effects that he produces. (= ‘Roh iman yang sama itu’. ‘Roh iman’ bisa menjadi suatu cara untuk mengatakan ‘iman itu sendiri’, atau kata ‘roh’ bisa menunjuk pada ‘roh manusia’, dan maka seluruhnya akan berarti ‘mempunyai roh percaya yang sama’. Adalah lebih sesuai dengan penggunaan yang Alkitabiah, dan khususnya dengan cara Paulus, untuk membuat ‘roh’ menunjuk kepada ‘Roh Kudus’, yang begitu sering ditunjukkan / disebutkan dari hasil / akibat yang Ia hasilkan.).

Hodge lalu memberi beberapa contoh:

a. Roh Kudus disebut ‘Roh ke-anak-an’.

Roma 8:15 - “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

KJV: ‘the Spirit of adoption’ (= Roh adopsi).

RSV: ‘the spirit of sonship’ (= roh ke-anak-an).

NIV: ‘the Spirit of sonship’ (= Roh ke-anak-an).

NASB: ‘a spirit of adoption’ (= suatu roh adopsi).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘adoption’ / ‘sonship’ adalah HUIOTHESIAS, yang berarti ‘pengadopsian sebagai anak’ (Bible Works 7).

b. Roh Kudus disebut ‘Roh hikmat’.

Efesus 1:17 - “dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”.

c. Roh Kudus disebut ‘Roh kasih karunia’.

Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.

d. Roh Kudus disebut ‘Roh kemuliaan’.

1Petrus 4:14 - “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”.

Untuk ayat yang terakhir ini saya merasa tidak tepat penggunaannya, karena saya beranggapan bahwa ‘Roh Kemuliaan’ bukan berarti ‘Roh yang memberi kemuliaan’ tetapi ‘Roh yang mulia’. Bandingkan dengan istilah ‘The Lord of glory’ bagi Yesus dalam 1Kor 2:8, yang jelas berarti ‘Tuhan yang mulia’.

Jadi, kalau Roh Kudus disebut ‘Roh iman’, itu menunjukkan bahwa Ia adalah pemberi / penyebab dari iman itu.

6. Yohanes 1:12-13 - “(12) Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya; (13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”.

William Hendriksen (tentang Yohanes 1:13): “The evangelist teaches that God’s true children do not owe their origin to blood (physical descent; for example, from Abraham), nor to the will of the flesh (carnal desire, the sexual impulse of man or woman), nor to the will of man (the procreative urge of the male) but to God alone.” [= Sang penginjil mengajar bahwa anak-anak yang sejati dari Allah tidak berhutang asal usul mereka dari darah (keturunan fisik; sebagai contoh, dari Abraham), ataupun dari kehendak dari daging (keinginan daging, dorongan sex dari orang laki-laki atau perempuan), atau dari kehendak manusia / laki-laki (dorongan memperanakkan dari laki-laki) tetapi dari Allah saja.].

Matthew Henry: “Man is called ‘flesh and blood,’ because thence he has his original: but we do not become the children of God as we become the children of our natural parents. Note, Grace does not run in the blood, as corruption does. Man polluted ‘begat a son in his own likeness’ (Gen 5:3); but man sanctified and renewed does not beget a son in that likeness. The Jews gloried much in their parentage, and the noble blood that ran in their veins: ‘We are Abraham’s seed;’ and therefore to them pertained the adoption because they were born of that blood; but this New-Testament adoption is not founded in any such natural relation. ... it is the grace of God that makes us willing to be his.” [= Manusia disebut ‘daging dan darah’, karena dari sana ia mendapatkan asal usulnya: tetapi kita tidak menjadi anak-anak Allah pada waktu kita menjadi anak-anak dari orang tua alamiah kita. Perhatikan: Kasih karunia tidak mengalir dalam darah, seperti kejahatan mengalir dalam darah. Manusia yang telah dikotori ‘memperanakkan seorang anak laki-laki dalam gambarnya sendiri’ (Kej 5:3); tetapi manusia yang dikuduskan dan diperbaharui tidak memperanakkan seorang anak dalam gambar itu. Orang-orang Yahudi banyak bermegah dalam asal usul mereka, dan darah mulia yang mengalir dalam pembuluh darah mereka: ‘Kami adalah keturunan Abraham’; dan karena itu milik merekalah pengadopsian itu karena mereka dilahirkan oleh darah itu; tetapi pengadopsian Perjanjian Baru ini tidak didasarkan pada hubungan alamiah seperti itu. ... adalah kasih karunia Allah yang membuat kita mau untuk menjadi milikNya.].

Kejadian 5:3 - “Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.”.

Matius 3:9 - “Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”.

Yoh 8:33,39,40 - “(33) Jawab mereka: ‘Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?’ ... (39) Jawab mereka kepadaNya: ‘Bapa kami ialah Abraham.’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. (40) Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.”.

Saya tidak mengerti mengapa Matthew Henry mengatakan ‘Perjanjian Baru’. Menurut saya, bahkan dalam jaman Perjanjian Lama, kelahiran baru juga datang dari Allah!

Yehezkiel 11:19 - “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,”.

Calvin: “But faith is the principal work of the Holy Spirit. ... to believers in Christ is given the privilege of becoming children of God, who are born not of flesh and blood, but of God (John 1:12-13). Contrasting God with flesh and blood, he declares it to be a supernatural gift that those who would otherwise remain in unbelief receive Christ by faith. Similar to this is that reply of Christ’s: ‘Flesh and blood have not revealed it to you, but my Father, who is in heaven’ (Matthew 16:17).” [= Tetapi iman adalah pekerjaan utama dari Roh Kudus. ... kepada orang-orang percaya dalam Kristus diberikan hak untuk menjadi anak-anak Allah, yang dilahirkan bukan dari daging dan darah, tetapi dari Allah (Yoh 1:12-13). Mengkontraskan Allah dengan daging dan darah, ia menyatakannya sebagai karunia supranatural sehingga mereka yang seharusnya tetap tidak percaya, menerima Kristus oleh / dengan iman. Mirip dengan ini adalah jawaban Kristus: ‘Daging dan darah tidak menyatakan ini kepadamu, tetapi BapaKu, yang ada di surga’ (Matius 16:17).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter 1, no 4.

7. Matius 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.”.

KJV: ‘for flesh and blood hath not revealed it unto thee, but my Father which is in heaven’ (= karena daging dan darah tidak menyatakannya kepadamu, tetapi BapaKu yang ada di surga).

Perhatikan bahwa Petrus baru memberikan suatu pengakuan iman yang benar tentang Kristus dalam Matius 16:16, tetapi Yesus lalu mengatakan bahwa hal itu bukan dinyatakan oleh ‘manusia’ (KJV/Lit: ‘daging dan darah’) kepadanya, tetapi oleh Bapa yang di surga!

Calvin (tentang Matius 16:17): “‘Flesh and blood hath not revealed it to thee.’ In the person of one man Christ reminds all that we must ask faith from the Father, and acknowledge it to the praise of his grace; for the special illumination of God is here contrasted with flesh and blood. Hence we infer, that the minds of men are destitute of that sagacity which is necessary for perceiving the mysteries of heavenly wisdom which are hidden in Christ; and even that all the senses of men are deficient in this respect, till God opens our eyes to perceive his glory in Christ. Let no man, therefore, in proud reliance on his own abilities, attempt to reach it, but let us humbly suffer ourselves to be inwardly taught by the Father of Lights, (James 1:17,) that his Spirit alone may enlighten our darkness. And let those who have received faith, acknowledging the blindness which was natural to them, learn to render to God the glory that is due to Him.” [= ‘Daging dan darah tidak menyatakannya kepadamu’. Dalam diri satu orang, Kristus mengingatkan semua orang, bahwa kita harus meminta iman dari Bapa, dan mengakuinya bagi kemuliaan kasih karuniaNya; karena pencerahan khusus dari Allah di sini dikontraskan dengan daging dan darah. Maka kami menyimpulkan, bahwa pikiran manusia tidak mempunyai kecerdasan yang perlu untuk mengerti misteri-misteri dari hikmat surgawi yang tersembunyi dalam Kristus; dan bahkan bahwa semua indera manusia kurang dalam hal ini, sampai Allah membuka mata kita untuk mengerti kemuliaanNya dalam Kristus. Karena itu, jangan ada orang, sambil bersandar dengan bangga pada kemampuan-kemampuannya sendiri, berusaha untuk mencapainya, tetapi hendaklah kita dengan rendah hati membiarkan diri kita untuk diajar secara batin oleh Bapa segala terang, (Yak 1:17), sehingga RohNya saja bisa menerangi kegelapan kita. Dan hendaklah mereka yang telah menerima iman, mengakui kebutaan yang adalah alamiah bagi mereka, belajar untuk memberikan kepada Allah kemuliaan yang adalah hakNya.].

Yakobus 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.

William Hendriksen (tentang Mat 16:17): “In continuing his address to Peter, Jesus emphasizes that ‘flesh and blood,’ that is, merely human calculation, cogitation, intuition, or tradition, could never have produced in this disciple’s heart and mind the insight into the sublime truth that he had just now so gloriously professed. ... It was, says Jesus, ‘my Father who is in heaven’ who had disclosed this truth to Simon Bar-Jonah and had enabled him to give buoyant expression to it.” (= Dalam melanjutkan kata-kataNya kepada Petrus, Yesus menekankan bahwa ‘daging dan darah’, yaitu, semata-mata perhitungan, perenungan, intuisi, atau tradisi manusia, tidak pernah bisa menghasilkan dalam hati dan pikiran dari murid ini suatu pengertian ke dalam kebenaran yang agung yang sekarang baru ia akui dengan begitu mulia. ... Adalah, kata Yesus, ‘BapaKu yang di surga’ yang telah menyatakan kebenaran ini kepada Simon bar Yonah / bin Yunus dan telah memampukan dia untuk memberikan pernyataan yang meluap / gembira kepadanya.).

8. Matius 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”.

Kata-kata bagian akhir “dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”, dalam NASB diterjemahkan dengan lebih tepat yaitu: ‘and anyone to whom the Son wills to reveal Him.’ (= dan siapapun kepada siapa Anak menghendaki untuk menyatakan Dia).

William Hendriksen (tentang Matius 11:27): “Since the Son knows the Father he, he alone, is able to reveal him, and does reveal him (John 1:18; 6:46; 14:8–11). Therefore to the words ‘nor does anyone know the Father but the Son’ there is added: ‘and he to whom the Son is willing to reveal (him).’ This must not be interpreted to mean that the Son is reluctant to reveal the Father, for just a moment ago (verse 25) the Son has been praising the Father for having revealed salvation to his humble children. The words indicate that the salvation of God’s children is dependent not upon anything in man but solely upon revelation, and that this revelation, in turn, is based solely upon the will and delight of both the Father and the Son, for not only as to essence but also as to purpose Father and Son are one (John 10:30). From start to finish therefore salvation is based on sovereign grace.” [= Karena Anak mengenal Bapa, Ia, Ia sendiri, bisa menyatakan Dia, dan memang menyatakan Dia (Yoh 1:18; 6:46; 14:8-11). Karena itu kepada kata-kata ‘tak seorangpun mengenal Bapa kecuali Anak’ di sana ditambahkan ‘dan ia kepada siapa Anak itu menghendaki untuk menyatakan (Dia)’. Ini tidak boleh ditafsirkan untuk berarti bahwa Anak itu enggan untuk menyatakan Bapa, karena sesaat yang lalu (ayat 25) Anak telah memuji Bapa karena telah menyatakan keselamatan kepada anak-anakNya yang rendah hati / sederhana. Kata-kata itu menunjukkan bahwa keselamatan dari anak-anak Allah tergantung bukan pada apapun dalam diri manusia tetapi semata-mata pada wahyu / penyataan dan wahyu / penyataan ini, dalam urut-urutannya, didasarkan semata-mata pada kehendak dan kesenangan dari baik Bapa dan Anak, karena bukan hanya berkenaan dengan hakekat tetapi juga berkenaan dengan tujuan / rencana Bapa dan Anak adalah satu (Yoh 10:30). Karena itu, dari awal sampai akhir, keselamatan didasarkan pada kasih karunia yang berdaulat.].

Yohanes 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Yohanes 6:46 - “Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.”.

Yohanes 14:8-11 - “(8) Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. (10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya. (11) Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.”.

Calvin (tentang Mat 11:27): “‘None knoweth the Father except the Son, and he to whom the Son shall be pleased to reveal him.’ ... The passage may be thus summed up: First, it is the gift of the Father, that the Son is known, because by his Spirit he opens the eyes of our mind to discern the glory of Christ, which otherwise would have been hidden from us.” (= ‘Tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak, dan ia kepada siapa Anak itu berkenan menyatakan Dia.’ Text ini bisa disimpulkan seperti ini: Pertama, itu merupakan karunia dari Bapa, bahwa Anak itu dikenal, karena oleh RohNya Ia membuka mata dari pikiran kita untuk melihat kemuliaan Kristus, yang kalau tidak akan tersembunyi dari kita.)

9. 2 Petrus 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”.

Bagian yang saya garis-bawahi itu kurang terjemahannya.

KJV: ‘to them that have obtained like precious faith with us’ (= kepada mereka yang telah mendapatkan iman yang sama berharganya dengan kita).

RSV: ‘To those who have obtained a faith of equal standing with ours’ (= Kepada mereka yang telah mendapatkan suatu iman yang kedudukannya setara dengan iman kita).

NIV: ‘To those who ... have received a faith as precious as ours’ (= Kepada mereka yang ... telah menerima suatu iman yang sama berharganya dengan iman kita).

NASB: ‘To those who have received a faith of the same kind as ours’ (= Kepada mereka yang telah menerima suatu iman dari jenis yang sama seperti iman kita).

Calvin: “This is a commendation of the grace which God had indiscriminately shewed to all his elect people; for it was no common gift, that they had all been called to one and the same faith, ...” (= Ini adalah suatu pujian / penghargaan tentang kasih karunia yang Allah telah tunjukkan secara tak pandang bulu kepada semua orang-orang pilihanNya; karena itu bukanlah pemberian umum, bahwa mereka semua telah dipanggil kepada iman yang satu dan yang sama, ...).

Matthew Henry: “This precious faith is obtained of God. Faith is the gift of God, wrought by the Spirit, who raised up Jesus Christ from the dead.” (= Iman yang berharga ini didapatkan dari Allah. Iman adalah karunia / pemberian dari Allah, dikerjakan oleh Roh, yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati.).

Pulpit Commentary: “The word rendered ‘obtained’ (TOIS LAKHOUSIN) means properly ‘to obtain by lot,’ as in Luke 1:9. It is noticeable that one of the few places in which it occurs in the New Testament is in a speech of St. Peter’s (Acts 1:17); its use here implies that faith is a gift of God” [= Kata yang diterjemahkan ‘mendapatkan / menerima / memperoleh’ (TOIS LAKHOUSIN) sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’, seperti dalam Luk 1:9. Bisa terlihat dengan jelas bahwa salah satu dari beberapa tempat dimana kata itu muncul dalam Perjanjian Baru adalah dalam khotbah Santo Petrus (Kis 1:17); penggunaannya di sini secara implicit menunjukkan bahwa iman adalah suatu karunia dari Allah].

Lukas 1:9 - “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.”.

Kisah Para Rasul 1:17 - “Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.’”.

Bible Knowledge Commentary: “‘Received’ is from the unusual verb ‎lanchano‎, ‘to obtain by lot’ (cf. Luke 1:9; John 19:24). This implies God’s sovereign choice rather than anything they might have done to deserve such a gift” [= Kata ‘menerima’ berasal dari kata kerja yang tidak umum / luar biasa LANKHANO, ‘mendapatkan oleh undian’ (bdk. Luk 1:9; Yoh 19:24). Ini secara implicit menunjukkan pemilihan yang berdaulat dari Allah dan bukannya dari apapun yang mereka telah lakukan untuk layak mendapatkan karunia seperti itu].

Lukas 1:9 - “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ”.

Yohanes 19:24 - “Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.’ Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Mereka membagi-bagi pakaianKu di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu.’ Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu”.

Mengapa Petrus menggunakan kata kerja yang sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’? Apakah dalam melakukan pemilihan, Tuhan melakukannya dengan pengundian? Tentu tidak. Perhatikan penjelasan dari Jamieson, Fausset & Brown di bawah ini.

Jamieson, Fausset & Brown: “‎Divine election is as independent of man’s control, as the lot which is cast forth.” (= Pemilihan ilahi sama tak tergantungnya pada kendali manusia, seperti undian yang dilemparkan.).

Bdk. Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.”.

10)Yohanes 6:44-45 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. (45) Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu.”.

William Hendriksen (tentang Yohanes 6:45): “It is not true that 6:45 cancels or at least weakens 6:44. The expression, ‘It is written in the prophets, And they shall all be taught of God,’ does not in any sense whatever place in the hands of men the power to accept Jesus as Lord. Here is more - much more! - than mere intellectual advancement. Here, too, is more than that plus moral suasion. Here is the transformation of the entire personality!” (= Tidaklah benar bahwa 6:45 membatalkan atau setidaknya melemahkan Yohanes 6:44. Ungkapan, ‘Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah’, tidak dalam arti apapun meletakkan dalam tangan manusia kuasa untuk menerima Yesus sebagai Tuhan. Di sini ada lebih - jauh lebih banyak! - dari pada semata-mata kemajuan intelektual. Di sini juga, adalah lebih dari itu ditambah bujukan / desakan. Ini adalah perubahan dari seluruh kepribadian!).


William Hendriksen (tentang Yohanes 6:45): “Here again the divine and the human activities in the work of salvation are juxtaposed, for immediately after ‘And they shall all be taught of God’ there follows, ‘Everyone who listens to the Father and learns of him will come to me.’ In this connection, however, it should be emphasized that in showing how sinners are saved Scripture never merely places side by side the divine and the human factors, predestination and responsibility, God’s teaching and man’s listening. On the contrary, it is always definitely indicated that it is God who takes the initiative and who is in control from start to finish. It is God who draws before man comes; it is he that teaches before man can listen and learn. Unless the Father draws, no one can come. That is the negative side. The positive is: everyone who listens to the Father and learns of him will come. Grace always conquers; it does what it sets out to do. In that sense it is irresistible. The absolute character of the cooperation between Father and Son, which, in turn, is based upon unity of essence, is stressed once more as in so many other passages in this Gospel: he who listens to the Father (not merely in the outward sense but so that he actually learns of him) comes to the Son, ‘will come to me.’ Such a person will embrace Christ by a true and living faith.” [= Di sini lagi-lagi aktivitas ilahi dan manusiawi dalam pekerjaan keselamatan diletakkan berdampingan, karena segera setelah ‘Dan mereka semua akan diajar dari / oleh Bapa’ mengikuti kalimat ‘Dan setiap orang, yang mendengar kepada Bapa dan belajar dari Dia, akan datang kepadaKu.’ Tetapi dalam hubungan ini harus ditekankan bahwa dalam menunjukkan bagaimana orang-orang berdosa diselamatkan, Kitab Suci tidak pernah semata-mata menempatkan berdampingan faktor-faktor ilahi dan manusiawi, predestinasi dan tanggung jawab, pengajaran Allah dan pendengaran manusia. Sebaliknya, selalu secara pasti ditunjukkan bahwa Allahlah yang mengambil inisiatif dan yang mengendalikan dari awal sampai akhir. Allahlah yang menarik sebelum manusia bisa datang; Ialah yang mengajar sebelum manusia bisa mendengar dan belajar. Kecuali Bapa menarik, tak seorangpun bisa datang. Itu adalah sisi negatifnya. Sisi positifnya adalah: setiap orang yang mendengar kepada Bapa dan belajar dari Dia akan datang. Kasih karunia selalu menang; kasih karunia melakukan apa yang kasih karunia maksudkan untuk lakukan. Dalam arti itu kasih karunia tidak dapat ditolak. Karakter mutlak dari kerja sama antara Bapa dan Anak, yang didasarkan pada kesatuan hakekat, ditekankan satu kali lagi seperti dalam begitu banyak text-text dalam Injil ini: ia yang mendengar kepada Bapa (bukan semata-mata dalam arti lahiriah tetapi sedemikian rupa sehingga ia betul-betul belajar dari Dia) datang kepada Anak, ‘akan datang kepadaKu’. Orang seperti itu akan memeluk / percaya kepada Kristus dengan iman yang sejati / benar dan hidup.].

Calvin (tentang Yoh 6:45): “the Church cannot be restored in any other way than by God undertaking the office of a Teacher, and bringing believers to himself. The way of teaching, of which the prophet speaks, does not consist merely in the external voice, but likewise in the secret operation of the Holy Spirit. In short, this teaching of God is the inward illumination of the heart. ‘And they shall be all taught by God.’ As to the word ‘all,’ it must be limited to the elect, who alone are the true children of the Church. ... Christ, therefore, justly concludes that men have not eyes to behold the light of life, until God has opened them. But at the same time, he fastens on the general phrase, ‘all;’ because he argues from it, that ‘all’ who are ‘taught by God’ are effectually drawn, so as to come; and to this relates what he immediately adds, Whosoever therefore hath heard my Father. The amount of what is said is, that all who do not believe are reprobate and doomed to destruction; because all the sons of the Church and heirs of life are made by God to be his obedient disciples. Hence it follows, that there is not one of all the elect of God who shall not be a partaker of faith in Christ. Again, as Christ formerly affirmed that men are not fitted for believing, until they have been drawn, so he now declares that the grace of Christ, by which they are drawn, is efficacious, so that they necessarily believe. These two clauses utterly overturn the whole power of free will, of which the Papists dream. For if it be only when the Father has drawn us that we begin to ‘come to Christ,’ there is not in us any commencement of faith, or any preparation for it. On the other hand, if all come whom the Father hath taught, He gives to them not only the choice of believing, but faith itself. ... ‘Cometh to me.’ He shows the inseparable connection that exists between him and the Father. For the meaning is, that it is impossible that any who are God’s disciples shall not obey Christ, and that they who reject Christ refuse to be ‘taught by God;’ because the only wisdom that all the elect learn in the school of God is, to come to Christ; for the Father, who sent him, cannot deny himself.” (= Gereja tidak bisa dipulihkan dengan cara lain apapun dari pada dengan Allah mengerjakan jabatan dari seorang Guru / Pengajar, dan membawa orang-orang percaya kepada diriNya sendiri. Cara pengajaran, tentang mana sang nabi berbicara, tidak terdiri semata-mata dalam suara lahiriah, tetapi juga dalam pekerjaan / operasi rahasia dari Roh Kudus. Singkatnya, pengajaran Allah ini adalah pencerahan di dalam dari hati. ‘Dan mereka semua akan diajar oleh Allah’. Berkenaan dengan kata ‘semua’, itu harus dibatasi pada orang-orang pilihan, karena hanya mereka yang merupakan anak-anak yang sejati dari Gereja. ... Karena itu, Kristus secara benar menyimpulkan bahwa manusia tidak mempunyai mata untuk melihat terang kehidupan, sampai Allah telah membuka mata mereka. Tetapi pada saat yang sama, Ia melekatkan pada ungkapan umum, ‘semua’; karena Ia berargumentasi darinya, bahwa ‘semua’ yang ‘diajar oleh Allah’ ditarik secara efektif, sehingga mereka datang; dan dengan hal ini berhubungan apa yang Ia segera tambahkan, Karena itu, ‘barang siapa / setiap orang telah mendengar BapaKu.’ Total dari semua yang Ia katakan adalah, bahwa semua yang tidak percaya adalah reprobate / orang-orang non pilihan dan ditentukan pada kebinasaan / kehancuran; karena semua anak-anak dari Gereja dan ahli-ahli waris dari kehidupan dibuat oleh Allah untuk menjadi murid-muridNya yang taat. Maka akibatnya adalah bahwa di sana tidak ada seorangpun dari semua orang-orang pilihan dari Allah yang tidak akan menjadi seorang pengambil bagian dari iman kepada Kristus. Selanjutnya, sebagaimana Kristus sebelumnya menegaskan bahwa orang-orang tidak cocok untuk percaya, sampai mereka telah ditarik, maka sekarang Ia menyatakan bahwa kasih karunia dari Kristus, dengan mana mereka ditarik, adalah mujarab / pasti berhasil, sehingga mereka pasti percaya. Dua anak kalimat ini sama sekali membalikkan seluruh kekuatan dari kehendak bebas, tentang mana para pengikut Paus bermimpi. Karena jika hanya pada waktu Bapa telah menarik kita maka kita mulai ‘datang kepada Kristus’, di sana tidak ada di dalam kita pemulaian apapun dari iman, atau persiapan apapun untuk iman. Di sisi yang lain, jika semua yang telah diajar Bapa datang, IA MEMBERIKAN KEPADA MEREKA BUKAN HANYA PEMILIHAN UNTUK PERCAYA, TETAPI IMAN ITU SENDIRI. ... ‘Datang kepadaKu’. Ia menunjukkan hubungan yang tak terpisahkan yang ada antara Dia dengan Bapa. Karena artinya adalah, bahwa adalah tidak mungkin bahwa siapapun yang adalah murid-murid Allah tidak akan mentaati Kristus, dan bahwa mereka yang menolak Kristus menolak untuk ‘diajar oleh Allah’; karena satu-satunya hikmat yang dipelajari oleh semua orang-orang pilihan dalam sekolah Allah adalah, datang kepada Kristus; karena Bapa, yang mengutusNya, tidak bisa menyangkal diriNya sendiri.).

Ini beberapa hal penting yang ditekankan oleh Calvin dalam kutipan di atas:

a) Ay 45 merupakan kutipan dari Yesaya 54:13 - “Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dan besarlah kesejahteraan mereka”.

b) Kata ‘semua’ menunjuk kepada elects (= orang-orang pilihan).

c) Ini menjelaskan bahwa Allah ‘menarik’ dengan ‘mengajar’. Tetapi jelas bahwa ‘mengajar’ ini bukanlah satu-satunya hal yang Allah lakukan untuk menarik seseorang. Ia juga melahirbarukan (atau ‘membuka mata mereka’), memberikan terang sehingga orang itu mengerti ajaran yang Ia berikan, dan bahkan Ia juga memberikan iman. Saya ingin ulangi bagian terpenting dari kata-kata Calvin di atas.

Calvin (tentang Yohanes 6:45): “He gives to them not only the choice of believing, but faith itself.” (= Ia memberikan kepada mereka bukan hanya pemilihan, tetapi iman itu sendiri.).

d) Orang yang telah mendengar dan menerima ajaran dari Bapa akan datang kepada Yesus (beriman kepada Yesus).

11)Yoh 6:65 - “Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

William Hendriksen (tentang Yohanes 6:65): “faith is a gift of God, and it is not given to all men: ‘And he was saying, Therefore said I to you that no one can come to me unless it is given to him by the Father.’” (= iman adalah suatu pemberian / karunia dari Allah, dan itu tidak diberikan kepada semua orang: ‘Dan Ia berkata, Karena itu Aku berkata kepadamu bahwa tak seorangpun dapat datang kepadaKu kecuali itu dikaruniakan kepadaNya oleh Bapa’.).

Calvin (tentang Yoh 6:65): “He again states that faith is an uncommon and remarkable gift of the Spirit of God, that we may not be astonished that the Gospel is not received in every place and by all. ... Christ therefore assigns a reason why there are so few believers, namely, because no man, whatever may be his acuteness, can arrive at faith by his own sagacity; for all are blind, until they are illuminated by the Spirit of God, and therefore they only partake of so great a blessing whom the Father deigns to make partakers of it. If this grace were bestowed on all without exception, it would have been unseasonable and inappropriate to have mentioned it in this passage; for we must understand that it was Christ’s design to show that not many believe the Gospel, because faith proceeds only from the secret revelation of the Spirit. ‘Unless it be given him by my Father.’ He now uses the word ‘give’ instead of the word which he formerly used, ‘draw;’ by which he means that there is no other reason why God draws, than because out of free grace he loves us; for what we obtain by the gift and grace of God, no man procures for himself by his own industry.” (= Ia menyatakan lagi bahwa iman adalah suatu karunia yang tidak biasa / tidak umum dan hebat / luar biasa dari Roh Allah, supaya kita tidak heran bahwa Injil tidak diterima di setiap tempat dan oleh semua orang. ... Karena itu Kristus memberikan suatu alasan mengapa hanya ada sedikit orang-orang percaya, yaitu, karena tak seorangpun, bagaimanapun ketajaman / ketelitiannya, bisa sampai pada iman oleh kecerdasan / kebijaksanaannya sendiri; karena semua orang adalah buta, sampai mereka diterangi oleh Roh Allah, dan karena itu mereka hanya mengambil bagian dari berkat yang begitu besar yang Allah berkenan untuk membuatnya menjadi pengambil bagian darinya. Jika kasih karunia ini diberikan kepada semua orang tanpa kecuali, maka akan tidak sesuai dan tidak cocok untuk menyebutkannya dalam text ini; karena kita harus mengerti bahwa adalah rancangan Kristus untuk menunjukkan bahwa tidak banyak orang percaya Injil, karena iman keluar hanya dari wahyu / penyataan rahasia dari Roh. ‘Kecuali itu dikaruniakan kepadanya oleh BapaKu’. Sekarang Ia menggunakan kata ‘beri’ dan bukannya kata yang sebelumnya Ia gunakan, ‘tarik’; dengan mana Ia memaksudkan bahwa di sana tidak ada alasan lain mengapa Allah menarik, dari pada karena dari kasih karunia yang cuma-cuma Ia mengasihi kita; karena apa yang kita dapatkan oleh karunia dan kasih karunia Allah, tak seorangpun mendapatkannya bagi dirinya sendiri oleh kerajinannya sendiri.).

Catatan: perlu dicamkan bahwa Yohanes 6:65 ini muncul dalam kontext yang menceritakan tentang Yesus memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan (Yohanes 6:1-14). Jadi mula-mula ada banyak orang, tetapi lalu hampir semua meninggalkan Dia karena kata-kata kerasNya (Yoh 6:60,66).

12)1Korintus 12:2-3 - “(2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. (3) Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.”.

Charles Hodge (tentang 1Korintus 12:3): “The word ku>riov (KURIOS), LORD, is that by which the word Jehovah is commonly rendered in the Greek version of the Old Testament. To say Jesus is the Lord, therefore, in the sense of the apostle, is to acknowledge him to be truly God. ... What the apostle says, is that no man can make this acknowledgment but by the Holy Ghost. This of course does not mean that no one can utter these words unless under special divine influence; but it means that no one can truly believe and openly confess that Jesus is God manifest in the flesh unless he is enlightened by the Spirit of God.” [= Kata KURIOS, TUHAN, adalah kata dengan mana kata Yehovah biasanya diterjemahkan dalam versi Yunani dari Perjanjian Lama. Karena itu, mengatakan Yesus adalah Tuhan, dalam arti dari sang rasul, adalah mengakui Dia sebagai sungguh-sungguh Allah. ... Apa yang sang rasul katakan, adalah bahwa tak seorangpun bisa membuat pengakuan ini kecuali oleh Roh Kudus. Ini tentu tidak berarti bahwa tak seorangpun bisa mengucapkan kata-kata ini kecuali di bawah pengaruh ilahi yang khusus; tetapi itu berarti bahwa tak seorangpun bisa percaya dengan sungguh-sungguh dan mengaku secara terbuka bahwa Yesus adalah Allah yang menyatakan diri dalam daging kecuali ia diterangi oleh Roh Kudus.].

Memang kalau cuma ‘mengucapkan’ (tanpa hatinya betul-betul percaya), tentu saja seadanya orang munafik bisa melakukannya.

Bdk. Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Lukas 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

Tetapi mengaku Yesus sebagai Tuhan / Allah dengan hati yang sungguh-sungguh percaya (bdk. Ro 10:9), tidak mungkin bisa terjadi kalau bukan karena Roh Kudus.

Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.

Calvin (tentang 1Korintus 12:3): “Having admonished them from their own experience, he sets before them a general doctrine, which he deduces from it; for what the Corinthians had experienced in themselves is common to all mankind - to wander on in error, previously to their being brought back, through the kindness of God, into the way of truth. Hence it is necessary that we should be directed by the Spirit of God, or we shall wander on for ever. From this, too, it follows, that all things that pertain to the true knowledge of God, are the gifts of the Holy Spirit. ... ‘no one can speak well of Christ, but by the Spirit of Christ.’ ... To ‘say that Jesus is the Lord,’ is to speak of him in honorable terms and with reverence, and to extol his majesty. Here it is asked - ‘As the wicked sometimes speak of Christ in honorable and magnificent terms, is this an indication that they have the Spirit of God?’ I answer - ‘They undoubtedly have, so far as that effect is concerned; but the gift of regeneration is one thing, and the gift of bare intelligence, with which Judas himself was endowed, when he preached the gospel, is quite another.’ Hence, too, we perceive how great our weakness is, as we cannot so much as move our tongue for the celebration of God’s praise, unless it be governed by his Spirit.” (= Setelah menasehati mereka dari pengalaman mereka sendiri, ia meletakkan di depan mereka suatu doktrin / ajaran yang bersifat umum, yang ia simpulkan darinya; karena apa yang orang-orang Korintus telah alami dalam diri mereka sendiri adalah umum bagi semua umat manusia - mengembara dalam kesalahan, sebelum mereka dibawa kembali, melalui kebaikan Allah, ke dalam jalan kebenaran. Jadi, adalah perlu bahwa kita diarahkan oleh Roh Allah, atau kita akan mengembara selama-lamanya. Dari hal ini, juga mengikuti bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan pengetahuan yang benar tentang Allah, adalah karunia-karunia dari Roh Kudus. ... ‘Tak seorangpun bisa berbicara baik tentang Kristus, kecuali oleh Roh Kristus’. ... ‘Mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan’, berarti berbicara tentang Dia dalam istilah-istilah yang menghormat dan dengan rasa hormat / takut, dan meninggikan keagunganNya. Di sini ditanyakan - ‘Karena orang-orang jahat kadang-kadang berbicara tentang Kristus dalam istilah-istilah yang menghormat dan bagus sekali, apakah ini merupakan suatu petunjuk bahwa mereka mempunyai Roh Allah?’ Saya menjawab - ‘Tak diragukan bahwa mereka telah mengatakan hal seperti itu, sejauh hasilnya itu yang diperhatikan; tetapi karunia tentang kelahiran baru sangat berbeda dengan karunia tentang semata-mata kepandaian, dengan mana Yudas sendiri dikaruniai, pada waktu ia memberitakan Injil’. Karena itu, kami juga mengerti betapa besar kelemahan kita, karena kita tidak dapat menggerakkan lidah kita untuk memuji Allah, kecuali lidah itu dikuasai / diperintah oleh RohNya.).

Jadi kesimpulannya adalah: Allah bukan hanya memberikan hal-hal sehingga manusia BISA beriman, tetapi Ia betul-betul memberikan iman itu sendiri.

Jadi jelas bahwa Allah bukan hanya memberikan kasih karunia setengah-setengah sampai pada titik dimana manusia bisa memilih sendiri. Tidak! Ia memberikan kasih karunia sampai mereka percaya dan diselamatkan!

Calvin sendiri mempunyai pandangan bahwa iman tidak tergantung pada kehendak manusia!

Calvin (tentang Yohanes 6:37): “In the first place, he says, that all whom the Father giveth him come to him; by which words he means, that faith is not a thing which depends on the will of men, so that this man and that man indiscriminately and at random believe, but that God elects those whom he hands over, as it were, to his Son; for when he says, that whatever is given cometh, we infer from it, that all do not come. Again, we infer, that God works in his elect by such an efficacy of the Holy Spirit, that not one of them falls away; for the word ‘give’ has the same meaning as if Christ had said, ‘Those whom the Father hath chosen he regenerates, and gives to me, that they may obey the Gospel.’” (= Pertama-tama, Ia katakan, bahwa semua orang yang Bapa berikan kepadaNya datang kepadaNya; dengan kata-kata mana Ia memaksudkan, bahwa IMAN BUKANLAH SESUATU YANG TERGANTUNG PADA KEHENDAK MANUSIA, sehingga orang ini atau orang itu secara tak pandang bulu dan secara acak, percaya, tetapi bahwa Allah memilih mereka yang boleh dikatakan Ia berikan kepada AnakNya; karena pada waktu ia mengatakan, bahwa ‘siapapun yang diberikan datang,’ kami menyimpulkan darinya, bahwa tidak semua datang. Lagi, kami menyimpulkan bahwa Allah bekerja dalam orang-orang pilihanNya dengan kemujaraban sedemikian rupa dari Roh Kudus, sehingga tak seorangpun dari mereka meninggalkan; karena kata ‘memberikan’ mempunyai arti yang sama seakan-akan Kristus telah berkata, ‘mereka yang telah Bapa pilih, Ia lahir-barukan, dan berikan kepadaKu, sehingga mereka bisa mentaati Injil’.).

Illustrasi:

Dalam hidup sehari-hari, kalau saya katakan sekarang saya membawa uang 1 juta dalam dompet saya, saudara tidak bisa memutuskan mau percaya atau tidak mau percaya. Tinggal saudara percaya atau tidak percaya. Tidak ada urusan dengan kemauan / kehendak! Jadi, iman bukanlah hasil dari keputusan manusia.

Kesaksian:

Kalau saya merenungkan pertobatan saya, tidak pernah ada saat dalam hidup saya dimana setelah mendengar Injil, saya menimbang-nimbang untung ruginya kalau saya beriman kepada Kristus, atau kalau saya menolak Kristus. Dan lalu, setelah sekian lama menimbang-nimbang maka akhirnya saya mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus! Tidak pernah ada saat seperti itu dalam kehidupan saya! Bagi saya ini omong kosong!

Yang terjadi dalam hidup saya adalah: setelah mendengar Injil secara bertahap, tahu-tahu saya mendapati bahwa diri saya sudah percaya kepada Kristus. Saya tidak ingat kapan persisnya saya percaya, tetapi saya tahu-tahu menyadari bahwa saya sudah percaya. Jadi jelas itu bukan keputusan dari kehendak bebas saya, sebagaimana yang dipercaya oleh orang-orang Arminian!

Bagaimana kalau orang mengatakan bahwa itu kan hanya didasarkan atas pengalamanmu? Pengalaman bukan dasar dari ajaran, karena tiap orang bisa punya pengalaman yang berbeda!

Saya menjawab:

a) Ini sesuai dengan apa yang saya jelaskan dalam bagian ini, yaitu bahwa iman adalah anugerah Allah kepada orang-orang pilihanNya! Jadi, ayat-ayatnya jelas sangat banyak!

b) Dalam Alkitab tidak pernah ada pertanyaan ‘Maukah engkau percaya?’. Yang ada adalah pertanyaan ‘Percayakah engkau / kamu ....?’. Mari kita lihat sederetan ayat di bawah ini:

1. Ayub 39:14 - “Percayakah engkau kepadanya, karena kekuatannya sangat besar? Atau kauserahkankah kepadanya pekerjaanmu yang berat?”.

2. Matius 9:28 - “Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepadaNya dan Yesus berkata kepada mereka: ‘Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?’ Mereka menjawab: ‘Ya Tuhan, kami percaya.’”.

3. Yohanes 9:35 - “Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: ‘Percayakah engkau kepada Anak Manusia?’”.

4. Yohanes 11:26 - “dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.

5. Yohanes 14:10 - “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya.”.

6. Yohanes 16:31 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Percayakah kamu sekarang?”.

7. Kisah Para Rasul 26:27 - “Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.’”.

c) Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat yang mengandung kata-kata ‘mau / tidak mau percaya’ dan dalam bahasa Inggris ‘will / will not believe’?

1. Bilangan 14:11 - “TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!”.


Kalau kita membandingkan dengan terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris maka kita akan melihat bahwa dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris memang ada kata ‘will’, tetapi menurut saya kata ‘will’ itu bisa diterjemahkan ‘akan’ dan bukannya ‘mau’.

KJV: ‘and how long will it be ere they believe me’ (= dan akan jadi berapa lama lagi sebelum mereka percaya kepadaKu?).

RSV: ‘And how long will they not believe in me’ (= Dan berapa lama lagi / sampai kapan mereka akan tidak percaya kepadaKu).

NIV: ‘How long will they refuse to believe in me’ (= Berapa lama mereka akan menolak untuk percaya kepadaKu).

NASB: ‘And how long will they not believe in Me’ (= Dan berapa lama mereka akan tidak percaya kepadaKu).

2. Yohanes 10:38 - “tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’”.

Dalam terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris kata ‘mau’ ini tidak ada.

KJV: ‘though ye believe not me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

RSV: ‘even though you do not believe me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

NIV: ‘even though you do not believe me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

NASB: ‘though you do not believe Me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

3. Mat 27:42 (KJV): ‘He saved others; himself he cannot save. If he be the King of Israel, let him now come down from the cross, and we will believe him.’ (= Ia menyelamatkan orang-orang lain; diriNya sendiri Ia tidak bisa menyelamatkan. Jika Ia adalah Raja Israel, biarlah Ia sekarang turun dari salib, dan kami mau / akan percaya kepadaNya).

Ini bisa diterjemahkan ‘kami akan percaya’ (= LAI).

Matius 27:42 - “ "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya.”.

4. Yohanes 11:48 (KJV): ‘If we let him thus alone, all men will believe on him: and the Romans shall come and take away both our place and nation.’ (= Jika kita membiarkanNya, semua orang akan percaya kepadaNya: dan orang-orang Romawi akan datang dan mengambil baik tempat dan bangsa kita).

Ini harus diterjemahkan ‘semua orang akan percaya’ (= LAI).

Yohanes 11:48 - “Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.’”.

5. Keluaran 4:1 (KJV): ‘And Moses answered and said, But, behold, they will not believe me, nor hearken unto my voice: for they will say, The LORD hath not appeared unto thee.’ (= Dan Musa menjawab dan berkata, Tetapi, lihatlah, mereka tidak mau / akan percaya kepadaku, ataupun mendengarkan suaraku: karena mereka akan berkata, TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu).

Ini bisa diterjemahkan ‘mereka tidak akan percaya’.

LAI: ‘mereka tidak percaya’.

Keluaran 4:1 - “Lalu sahut Musa: ‘Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?’”.

6. Kel 4:8 (KJV): ‘And it shall come to pass, if they will not believe thee, neither hearken to the voice of the first sign, that they will believe the voice of the latter sign.’ (= Dan akan terjadi, jika mereka tidak mau / akan percaya kepadamu, ataupun mendengarkan suara dari tanda yang pertama, mereka mau / akan percaya suara dari tanda yang belakangan).

Ini bisa diterjemahkan ‘jika mereka akan tidak percaya’ ... ‘mereka akan percaya’.

Keluaran 4:8 (LAI): “‘Jika mereka tidak percaya kepadamu dan tidak mengindahkan tanda mujizat yang pertama, maka mereka akan percaya kepada tanda mujizat yang kedua.”.

7. Keluaran 4:9 (KJV): ‘And it shall come to pass, if they will not believe also these two signs, neither hearken unto thy voice, that thou shalt take of the water of the river, and pour it upon the dry land: and the water which thou takest out of the river shall become blood upon the dry land.’ (= Dan akan terjadi, jika mereka juga tidak mau percaya kedua tanda ini, ataupun mendengarkan suaramu, engkau akan mengambil air dari sungai, dan mencurahkannya pada tanah yang kering: dan air yang engkau ambil dari sungai akan menjadi darah di tanah yang kering).

Ini bisa diterjemahkan ‘jika mereka tidak percaya’ (= LAI).

Kel 4:9 - “Dan jika mereka tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus kaucurahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah di tanah yang kering itu.’”.

8. Yesaya 7:9 (KJV): ‘And the head of Ephraim is Samaria, and the head of Samaria is Remaliah’s son. If ye will not believe, surely ye shall not be established.’ (= Dan kepala dari Efraim adalah Samaria, dan kepala dari Samaria adalah anak Remalya. Jika kamu tidak mau percaya, pasti kamu tidak akan diteguhkan / ditegakkan.).

Ini bisa diterjemahkan ‘Jika kamu tidak percaya’ (= LAI).

Yesaya 7:9 - “Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.’”.

9. Hab 1:5 (KJV): ‘Behold ye among the heathen, and regard, and wonder marvellously: for I will work a work in your days, which ye will not believe, though it be told you.’ (= Lihatlah di antara orang-orang kafir, dan perhatikanlah, dan terheran-heranlah: karena Aku akan mengerjakan suatu pekerjaan pada jamanmu, yang tidak akan kamu percayai, sekalipun itu diceritakan kepadamu.).

Ini harus diterjemahkan ‘tidak akan kamu percayai’ (= LAI).

Hab 1:5 - “Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.”.

10.Lukas 22:67 (KJV): ‘Art thou the Christ? tell us. And he said unto them, If I tell you, ye will not believe:’ (= Apakah Engkau adalah Kristus? Beritahukanlah kami. Dan Ia berkata kepada mereka, Jika Aku memberitahumu, kamu tidak akan percaya).

Ini harus diterjemahkan ‘kamu tidak akan percaya’ (= LAI).

Lukas 22:67 - “katanya: ‘Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.’ Jawab Yesus: ‘Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya;”.

11.Yohanes 4:48 (KJV): ‘Then said Jesus unto him, Except ye see signs and wonders, ye will not believe.’ (= Maka Yesus berkata kepadanya, Kecuali kamu melihat tanda-tanda dan mujijat-mujijat, kamu tidak mau / akan percaya.).

Ini bisa diterjemahkan ‘kamu tidak akan percaya’.

Yohanes 4:48 - “Maka kata Yesus kepadanya: ‘Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.’”.

12.Yohanes 20:25 (KJV): ‘The other disciples therefore said unto him, We have seen the Lord. But he said unto them, Except I shall see in his hands the print of the nails, and put my finger into the print of the nails, and thrust my hand into his side, I will not believe.’ (= Karena itu, murid-murid yang lain berkata kepadanya, Kami telah melihat Tuhan. Tetapi ia berkata kepada mereka, Kecuali aku melihat pada tanganNya tanda / jejak paku-paku, dan memasukkan jariku ke dalam tanda / jejak paku-paku, dan memasukkan tanganku ke dalam sisiNya, Aku tidak mau / akan percaya.).

Ini bisa diterjemahkan ‘Aku tidak akan percaya’ (= LAI).

Yohanes 20:25 - “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.

Memang dalam menterjemahkan kata ‘will’ ada beberapa kemungkinan, yaitu diterjemahkan ‘mau’, atau ‘akan’ atau tak diterjemahkan (dihapuskan).

Keberatan dari pihak Arminian.

Orang Arminian menganggap sebagai tak masuk akal kalau Allah menyuruh kita beriman, tetapi ternyata Allahlah yang memberikan iman itu.

John Owen: “The Arminians have but one argument, that ever I could meet with, whereby they strive to rob Christ of this glory of meriting and procuring for us faith and repentance; and that is, because they are such acts of ours as in duty and obedience to the precepts of the gospel we are bound to perform; and this they everywhere press at large, ‘usque et usque.’ In plain terms, they will not suffer their idol to be accounted defective in any thing that is necessary to bring us unto heaven.” [= Orang-orang Arminian hanya mempunyai satu argumentasi, yang pernah saya temui, dengan mana mereka berjuang / berusaha keras untuk merampok Kristus dari kemuliaan tentang keberjasaan dan bagaimana mendapatkan iman dan pertobatan; dan itu adalah, karena mereka (iman dan pertobatan) adalah tindakan-tindakan kita seperti dalam kewajiban dan ketaatan kepada ajaran-ajaran / perintah-perintah dari injil yang harus kita lakukan; dan ini mereka tekankan dimana-mana pada umumnya, ‘selalu dan terus menerus’. Dalam istilah-istilah yang jelas, mereka tidak akan membiarkan berhala mereka untuk dianggap cacat dalam hal apapun yang perlu untuk membawa kita ke surga] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 116 (AGES).

Catatan: 

· kata bahasa Latin ‘usque’ berarti ‘selalu’, ‘setiap saat’, ‘terus menerus’; dan kata bahasa Latin ‘et’ berarti ‘dan’ - Collins Latin Dictionary (Libronix).

· Saya kira yang Owen maksudkan dengan ‘their idol’ (= berhala mereka) adalah ‘free will’ (= kehendak bebas).

John Owen: “Let us hear them pleading their cause: - ‘It is most certain that that ought not to be commanded which is wrought in us; and that cannot be wrought in us which is commanded. He foolishly commandeth that to be done of others who will work in them what he commandeth,’ saith their Apology.” (= Marilah kita mendengar mereka membela perkara mereka: - ‘Adalah paling pasti bahwa apa yang dibuat di dalam kita itu tidak boleh diperintahkan; dan itu tidak bisa dibuat di dalam kita yang diperintahkan. Ia secara tolol memerintahkan itu untuk dilakukan orang-orang lain yang akan mengerjakan dalam mereka apa yang ia perintahkan’, kata Apology mereka.) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 117-118 (AGES).

John Owen: “‘Faith and conversion cannot be our obedience, if they are wrought in us by God,’ say they at the Hague; and Episcopius, ‘That it is a most absurd thing to affirm that God either effects by his power, or procureth by his wisdom, that the elect should do those things that he requireth of them.’ So that where the Scripture calls faith the gift and work of God, they say it is an improper locution, inasmuch as he commands it; properly, it is an act or work of our own. ... The sum at which they aim is, that to affirm that God bestoweth any graces upon us, or effectually worketh them in us, contradicteth his word requiring them as our duty and obedience.” (= ‘Iman dan pertobatan tidak bisa merupakan ketaatan kita, jika mereka dikerjakan dalam kita oleh Allah’, kata mereka di Hague; dan Episcopius, ‘Bahwa itu adalah suatu hal yang paling menggelikan untuk menegaskan bahwa Allah, atau menghasilkan oleh kuasaNya, atau menyebabkan oleh hikmatNya, bahwa / sehingga orang-orang pilihan melakukan hal-hal itu yang Ia tuntut dari mereka’. Sehingga dimana Kitab Suci menyebut iman sebagai karunia dan pekerjaan dari Allah, mereka katakan itu sebagai suatu cara yang tidak benar untuk mengungkapkan pikiran, karena Ia memerintahkannya; secara tepat / benar, itu adalah suatu tindakan atau pekerjaan dari diri kita sendiri. ... Semua yang mereka tuju adalah, bahwa menegaskan bahwa Allah memberikan kasih karunia apapun kepada kita, atau secara efektif mengerjakan mereka di dalam kita, bertentangan dengan firmanNya yang menuntut mereka sebagai kewajiban dan ketaatan kita.) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 119 (AGES).

Di bawah ini adalah beberapa jawaban dari John Owen terhadap argumentasi Arminian yang telah ia berikan di atas:

1. Dalam Ulangan 10:16 Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menyunat hati mereka dan untuk tidak lagi bersikap tegar tengkuk. Tetapi dalam Ul 30:6 dikatakan bahwa Tuhanlah yang menyunat hati mereka supaya mereka mengasihi Tuhan.

Ulangan 10:16 - “Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.”.

Ulangan 30:6 - “Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.”.

Jadi, apa yang Tuhan perintahkan, Ia sendiri lakukan di dalam mereka.

John Owen: “First, Deuteronomy 10:16, The Lord commandeth the Israelites to ‘circumcise the foreskin of their hearts, and to be no more stiff-necked;’ so that the circumcising of their hearts was a part of their obedience, - it was their duty so to do, in obedience to God’s command. And yet, in the 30th chapter, verse 6, he affirmeth that ‘he will circumcise their hearts, that they might love the LORD their God with all their hearts.’ So that, it seems, the same thing, in diverse respects, may be God’s act in us and our duty towards him.” - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 119-120 (AGES).

Catatan: Ini tidak saya terjemahkan, karena garis besarnya sudah saya berikan di atas.


2. Dalam Yeh 18:31 Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk memperbaharui hati / roh mereka, tetapi dalam Yeh 36:26,27 Tuhan mengatakan bahwa Ialah yang melakukan hal itu di dalam mereka.

Yeh 18:31 - “Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.

Yeh 36:26,27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.”.

Jadi, apa yang Tuhan perintahkan, Ia sendiri lakukan di dalam mereka.

John Owen: “Secondly, Ezekiel 18:31, ‘Make you a new heart and a new spirit: for why will ye die, O house of Israel?’ The making of a new heart and a new spirit is here required under a promise of a reward of life, and a great threatening of eternal death; so that so to do must needs be a part of their duty and obedience. And yet, Ezekiel 36:26,27, he affirmeth that he will do this very thing that here he requireth of them: ‘A new heart will I give you, and a new spirit will I put within you: and I will take away the stony heart out of your flesh, and I will give you an heart of flesh; and I will cause you to walk in my statutes,’ etc.” - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 120 (AGES).

Catatan: Iman Adalah Anugerah Allah

Ini tidak saya terjemahkan, karena garis besarnya sudah saya berikan di atas.

3. Dalam banyak ayat bangsa Israel diperintahkan untuk takut kepada Tuhan. Tetapi dalam Yer 32:40 Tuhan berkata bahwa Ialah yang akan membuat mereka takut akan Dia.

Yosua 24:14 - “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.”.

Yeremia 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu.”.

Jadi, lagi-lagi apa yang Tuhan perintahkan, Ia sendiri yang melakukannya di dalam mereka.

John Owen: “In how many places, also, are we commanded to ‘fear the Lord!’ which, when we do, I hope none will deny it to be a performance of our duty; and yet, Jeremiah 32:40, God promiseth that ‘he will put his fear in our hearts, that we shall not depart from him.’” (= ) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 120 (AGES).

Catatan: Ini tidak saya terjemahkan, karena garis besarnya sudah saya berikan di atas.

John Owen: “‘It is certain that when we do any thing, we do it,’ saith St. Augustine; ‘but it is God that causeth us so to do.’” (= ‘Adalah pasti bahwa pada waktu kita melakukan apapun, kita yang melakukannya’, kata Santo Agustinus; ‘tetapi adalah Allah yang menyebabkan kita melakukan seperti itu’.) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 121 (AGES). 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

-AMIN-
Next Post Previous Post