EKSPOSISI MATIUS 23:37
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Matius 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”.
otomotif, gadget, bisnis |
Ayat ini sangat banyak digunakan oleh orang-orang Arminian / non Reformed untuk menekankan free will, dan juga untuk menentang doktrin Irresistible Grace [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak] ini.
Adam Clarke (tentang Matius 23:37): “1. It is evident that our blessed Lord seriously and earnestly wished the salvation of the Jews. 2. That he did everything that could be done, consistently with his own perfections, and the liberty of his creatures, to effect this. 3. That his tears over the city, Luke 19:41, sufficiently evince his sincerity. 4. That these persons nevertheless perished. And 5. That the reason was, they would not be gathered together under his protection: therefore wrath, i.e. punishment, came upon them to the uttermost. From this it is evident that there have been persons whom Christ wished to save, and bled to save, who notwithstanding perished, because they would not come unto him, John 5:40” (= 1. Adalah jelas bahwa Tuhan kita yang terpuji secara serius dan sungguh-sungguh menginginkan keselamatan dari orang-orang Yahudi. 2. Bahwa Ia melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan, dengan / secara konsisten dengan kesempurnaanNya sendiri, dan kebebasan dari makhluk-makhlukNya, untuk menghasilkan hal ini. 3. Bahwa air mataNya atas / karena kota itu, Luk 19:41, secara cukup menunjukkan dengan jelas ketulusan / kesungguhanNya. 4. Bahwa meskipun demikian orang-orang ini binasa. Dan 5. Bahwa alasannya adalah, mereka tidak mau dikumpulkan bersama-sama di bawah perlindunganNya: karena itu murka, yaitu hukuman, datang kepada mereka sampai sepenuhnya. Dari ini adalah jelas bahwa disana ada orang-orang yang Kristus ingin untuk selamatkan, dan berkorban / mencurahkan darah untuk menyelamatkan, tetapi yang bagaimanapun juga binasa, karena mereka tidak mau datang kepadaNya, Yohanes 5:40).
Lukas 19:41 - “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,”.
Yohanes 5:39-40 - “(39) Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40) namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu.”.
Kata ‘olehNya’ merupakan terjemahan yang salah.
KJV/RSV/NASB: ‘in them’ [= dalam mereka].
NIV: ‘by them’ [= oleh mereka].
Catatan: kepercayaan Arminian bahwa Tuhan sungguh-sungguh ingin menyelamatkan semua orang, dan melakukan apa yang bisa Ia lakukan untuk mencapai hal itu, tetapi toh akhirnya orang-orang itu binasa, menurut saya berbau penghujatan, karena menunjukkan ‘ketidak-mampuan’ Allah! Juga pandangan ini tak bisa menjawab pertanyaan ini: ‘Kalau memang pandangan itu benar, mengapa ada banyak orang yang sampai mati tidak pernah mendengar Injil?’.
Lenski: “the very ones whom Jesus willed to gather refused to be gathered: rulers and people alike. ... John describes Jesus’ ministry in the capital at length, but all of Jesus’ ministry to the Jews is here included: ‘thy children,’ the nation. One of the inexplicable features of divine love is the fact that, in spite of the infallible foreknowledge that all will be in vain, its call and its effort to save never cease until the very end. Judas is another example. Such knowledge would either stop us at once or make our efforts a mere pretense. So far is God above us in this respect that our minds cannot follow his ways.” [= orang-orang yang Yesus mau kumpulkan menolak untuk dikumpulkan: pemimpin-pemimpin dan orang-orang sama saja. ... Yohanes akhirnya menggambarkan pelayanan Yesus di ibu kota, tetapi semua pelayanan Yesus kepada orang-orang Yahudi dicakup di sini: ‘anak-anakmu’, bangsa itu. Salah satu dari hal menonjol yang tidak bisa dijelaskan tentang kasih ilahi adalah fakta bahwa, sekalipun ada pra-pengetahuan yang tidak bisa salah bahwa semua akan sia-sia, panggilan dan usaha dari kasih ilahi untuk menyelamatkan tak pernah berhenti sampai akhir. Yudas adalah contoh yang lain. Pengetahuan seperti itu atau akan menghentikan kita dengan segera atau membuat usaha-usaha kita semata-mata suatu kepura-puraan. Begitu jauh Allah itu ada di atas kita dalam hal ini sehingga pikiran kita tidak bisa mengikuti jalan-jalanNya.].
Komentar saya:
1. Lagi-lagi, bagaimana kata-kata Lenski ini bisa sesuai dengan fakta bahwa ada banyak orang yang sampai mati tidak mendengar Injil?
2. Sekalipun saya percaya bahwa ada hal-hal berkenaan dengan Allah dan rencanaNya yang tidak bisa dijelaskan, tetapi tentang hal yang sedang dibicarakan ini, saya tidak percaya bahwa itu termasuk dalam golongan yang tidak bisa dijelaskan. Lalu mengapa Lenski mengatakan ‘tidak bisa dijelaskan’? Karena dia mengikuti pandangan yang salah! Pandangan salah itu menyebabkan munculnya suatu kontradiksi, yang ia usahakan untuk tutup-tutupi dengan kata-kata ‘tidak bisa dijelaskan’.
Lenski: “The verb ἠθέλησα denotes the gracious, saving will of Jesus. It is the so-called antecedent will which takes into account only our lost condition from which it works to deliver us and not our reaction to this will. The will which deals with this reaction is always the subsequent will, and for the obdurate this will is judgment. Determinism and other confusions result when this distinction is ignored. The gracious antecedent will and its call to grace is equal for all. To make it serious and real only in the case of one class of men and only a pretense in the case of another class, is to attribute duplicity to God, against which all Scripture cries out, Rom. 11:32. ... Who dares to say that Jesus willed to save even the Sanhedrists less than he willed to save the Twelve; or Judas less than Peter?” [= Kata kerja ἠθέλησα / ETHELESA {= ingin / rindu} menunjuk pada kehendak Yesus yang murah hati / bersifat kasih karunia dan menyelamatkan. Adalah apa yang disebut ‘kehendak yang mendahului’ yang mengingat hanya akan kondisi terhilang kita dari mana itu bekerja untuk membebaskan kita dan tidak mengingat akan reaksi kita terhadap kehendak ini. Kehendak yang menangani reaksi ini selalu adalah kehendak yang berikut / sesudahnya, dan bagi orang-orang yang keras kepala kehendak ini adalah penghakiman. Determinisme dan kebingungan-kebingungan yang lain dihasilkan pada waktu pembedaan ini diabaikan. Kehendak yang mendahului yang murah hati dan panggilannya kepada kasih karunia adalah sama / setara bagi semua orang. Membuatnya serius dan sungguh-sungguh hanya dalam kasus dari satu golongan manusia, dan hanya merupakan suatu kepura-puraan dalam kasus dari golongan yang lain, sama dengan menghubungkan sikap bermuka dua kepada Allah, terhadap / menentang hal mana seluruh Kitab Suci berteriak, Ro 11:32. ... Siapa berani mengatakan bahwa Yesus ingin menyelamatkan bahkan para Sanhedrin kurang dari Ia ingin menyelamatkan 12 Rasul; atau Yudas kurang dari Petrus?].
Roma 11:32 - “Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya ATAS MEREKA SEMUA.”.
Catatan: Determinisme secara kasar bisa disamakan dengan doktrin Predestinasi.
Tanggapan saya:
1. Lenski menganggap ada dua kehendak, ‘kehendak yang mendahului’ yang ingin menyelamatkan, dan ‘kehendak yang berikutnya / sesudahnya’ yang merupakan penghakiman terhadap orang-orang yang keras kepala. Ini menunjukkan adanya perubahan rencana dalam diri Allah, dan ini bertentangan dengan banyak ayat di bawah ini:
2Raja-raja 19:25 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari, dan telah merancangnya pada zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu.”.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’.”.
Mazmur 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
Yes 14:24,26-27 - “(14) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yesaya 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab DENGAN KESETIAAN YANG TEGUH Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
Yesaya 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
Yesaya 46:10 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan SEGALA kehendakKu akan Kulaksanakan,”.
Yeremia 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.
2. Tentang kata-kata Lenski bahwa panggilan Allah setara bagi semua orang, lagi-lagi saya tekankan, bagaimana mungkin ini sesuai dengan fakta bahwa ada banyak orang mati tanpa pernah mendengar Injil?
3. Lenski menggunakan Roma 11:32 tanpa memperhatikan kontext dari ayat itu, yang menunjukkan bahwa Allah sengaja mengeraskan hati orang-orang Yahudi, sehingga mereka menolak Kristus, dan lalu Allah bisa mengalihkan Injil kepada orang-orang non Yahudi.
Roma 11:7-8,11,15,25,30 - “(7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’ ... (11) Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. ... (15) Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? ... (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. ... (30) Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,”.
Jadi, apa arti dari Ro 11:32?
Roma 11:32 - “Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya ATAS MEREKA SEMUA.”.
Kata-kata ‘mereka semua’, dilihat dari kontextnya, tidak mungkin menunjuk kepada semua orang tanpa kecuali, tetapi menunjuk kepada ‘semua orang-orang pilihan’!
4. Tentang kalimat terakhir, saya tanggapi dengan mengatakan bahwa saya bukan hanya berani mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan si A lebih dari si B, tetapi saya bahkan berani mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan si A dan sama sekali tidak ingin menyelamatkan si B.
Roma 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya (Dia yang memanggil) - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Bagaimana text seperti ini bisa diartikan bahwa Allah ingin menyelamatkan Esau sama seperti Ia ingin menyelamatkan Yakub? Yang benar adalah: Ia merencanakan untuk menyelamatkan Yakub, tetapi tidak Esau!
Bandingkan dengan Yoh 17:9,20 yang menunjukkan bahwa Yesus hanya berdoa untuk orang-orang yang sudah percaya dan orang-orang yang akan percaya. Jadi Ia berdoa untuk orang-orang pilihan, BUKAN UNTUK DUNIA!
Yohanes 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.
Lenski: “So this nation belonged to Jesus, and as his very own he willed to gather it together. ... Nothing is more tragic than the outcome of this gracious will of Jesus: ‘and you did not will.’ As so often, the adversative idea is added with a telling copulative καί. ... The sentence ought to close: ‘and you willed’; but now it closed: ‘and you willed NOT!’ Only this, nothing more, is said. No qualification, no modifiers, no explanations, no additions. The one fatal thing is: ‘you did not will.’ Despite its brevity this expression includes many facts. Grace is not irresistible; every case of resistance proves this, notably this glaring case of the Jews. Damnation results from man’s own will which becomes permanent, obdurate, unaccountable resistance against God’s will of grace. The more God draws the will with the power of grace, the more this will rejects God UNTIL GRACE CAN DO NO MORE.” [= Maka bangsa ini adalah milik Yesus, dan sebagai milikNya, Ia ingin mengumpulkannya bersama-sama. ... Tak ada yang lebih tragis dari pada hasil dari kehendak yang murah hati dari Yesus: ‘Dan kamu tidak mau’. Seperti begitu sering, gagasan yang berlawanan ditambahkan dengan kata penghubung yang berpengaruh, KAI. ... Kalimat itu seharusnya ditutup dengan ‘dan kamu mau’; tetapi sekarang itu ditutup dengan ‘dan kamu TIDAK mau!’ Hanya ini, tak ada lain, yang dikatakan. Tak ada kwalifikasi / syarat / pembatasan, tak ada pemodifikasi, tak ada penjelasan, tak ada tambahan. Satu hal yang fatal adalah: ‘kamu tidak mau’. Sekalipun singkat, ungkapan ini mencakup banyak fakta. Kasih karunia bukannya tidak bisa ditolak; setiap kasus dari penolakan membuktikan ini, khususnya kasus yang menyolok dari orang-orang Yahudi ini. Penghukuman muncul dari kehendak manusia sendiri yang menjadi penolakan yang permanen, keras kepala, tak bisa dipertanggung-jawabkan terhadap / menentang kehendak dari kasih karunia Allah. Makin Allah menarik kehendak itu dengan kuasa dari kasih karunia, makin kehendak ini menolak Allah SAMPAI KASIH KARUNIA TIDAK BISA MELAKUKAN APA-APA LAGI.].
Tanggapan saya:
1. Lenski terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa ayat ini membicarakan kehendak / rencana Allah. Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa Yesus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan manusiawi. Ini bisa saja hanya menunjuk pada kehendak manusiawiNya. Kedua, penggunaan kata ‘kehendak’ untuk
Allah, bisa mempunyai 3 arti, yaitu:
a. Rencana Allah. Ini tak bisa gagal.
b. Keinginan / kesenangan Allah. Ini bisa gagal.
c. Perintah / larangan Allah. Ini bisa gagal / dilanggar oleh manusia.
2. Kata-kata bagian akhir dari kutipan dari Lenski di atas, betul-betul konyol, karena menunjukkan bahwa Allahnya frustrasi, karena Ia mau memberikan kasih karunia, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi menghadapi kekuatan dari free will manusia yang menolaknya.
Lenski: “Why do some wills resist thus? This asks for a reasonable explanation for an unreasonable act - no such explanation exists. To say that this is due to inborn sin is not an explanation, for men who have the same inborn sin are won, and their wills assent under grace. Moreover, this obdurate resistance is produced only when grace operates with its power. The spring is poisonous and throws out a poisonous stream. The GRATIA SUFFICIENS is applied to spring and stream with power SUFFICIENS to unpoison both. Behold, now the spring and the stream are a hundred times more poisonous than before. Explain that! All we know is that the mystery of this resistance lies in the will itself and in no way in God. How could Satan fall? How could Adam sin? How can man resist grace and salvation? How can a believer whose will is changed turn to unbelief and be damned? It is all one and the same question.” [= Mengapa beberapa kehendak menolak seperti itu? Ini menanyakan / meminta untuk suatu penjelasan yang masuk akal untuk suatu tindakan yang masuk akal - penjelasan seperti itu tidak ada. Mengatakan bahwa ini disebabkan oleh dosa bawaan (sejak lahir) bukanlah suatu penjelasan, karena orang-orang yang mempunyai dosa bawaan (sejak lahir) yang sama dimenangkan, dan kehendak mereka menyetujui di bawah kasih karunia. Selanjutnya, penolakan yang keras kepala ini dihasilkan hanya pada waktu kasih karunia bekerja dengan kuasanya. Sumbernya beracun dan mengeluarkan suatu aliran yang beracun. Kasih karunia yang cukup diterapkan kepada sumber dan aliran dengan kuasa yang cukup untuk membuang racun keduanya. Lihatlah, sekarang sumber dan alirannya adalah 100 x lebih beracun dari pada sebelumnya. Jelaskan itu! Semua yang kami ketahui adalah bahwa misteri dari penolakan ini terletak dalam kehendak itu sendiri dan sama sekali bukan di dalam Allah. Bagaimana Iblis bisa jatuh? Bagaimana Adam bisa berdosa? Bagaimana manusia bisa menolak kasih karunia dan keselamatan? Bagaimana seorang percaya yang kehendaknya diubah bisa berbalik pada ketidakpercayaan dan binasa? Ini semua merupakan pertanyaan yang satu dan yang sama.].
Tanggapan saya:
Semua pertanyaan yang oleh Lenski dianggap tak bisa dijawab ini bisa dijawab seandainya ia memeluk Calvinisme. Mari kita membahas pertanyaan-pertanyaan yang dianggap sebagai misteri oleh Lenski ini dari sudut Calvinisme.
1. Mengapa sebagian orang menolak? Calvinisme menjawab: karena mereka tidak diberi kasih karunia. Mengapa mereka tidak diberi kasih karunia? Karena mereka bukan orang-orang pilihan Allah.
2. Sekarang kita perhatikan kata-kata Lenski yang ini ‘Semua yang kami ketahui adalah bahwa MISTERI dari penolakan ini terletak dalam kehendak itu sendiri dan sama sekali bukan di dalam Allah.’.
Arminianisme mempercayai bahwa semua manusia sejak lahir telah diberi kasih karunia yang mendahului (prevenient grace), sehingga semua ada pada level yang sama, bisa berbuat baik dan bisa percaya kepada Kristus. Kalau penolakan mereka bukan karena sesuatu yang ada di dalam diri Allah (predestinasi), maka itu pasti karena kehendak mereka sendiri, dimana ada yang mau dan ada yang tidak mau. LALU MENGAPA ADA YANG PERCAYA DAN ADA YANG TIDAK? PASTI KARENA YANG SATU LEBIH BAIK DARI YANG LAIN. Tetapi Lenski jelas tak mau menerima ini, sehingga ia menganggap ini sebagai suatu misteri, padahal ini sebetulnya bukan misteri.
Calvinisme mengajarkan bahwa penolakan mereka ini memang karena sesuatu dalam diri Allah (predestinasi)!
3. Bagaimana Iblis dan Adam bisa jatuh? Calvinisme menjawab: karena itu adalah rencana Allah, sehingga pada waktuNya, Ia menarik kasih karuniaNya dari mereka, dan secara tak terhindarkan, merekapun jatuh.
4. Bagaimana manusia bisa menolak kasih karunia dan keselamatan? Calvinisme menganggap ini sebagai suatu omong kosong. Kalau Allah memang memberi kasih karunia dan bermaksud untuk menyelamatkan, maka orang itu tidak akan menolaknya.
5. Bagaimana orang percaya bisa berbalik / murtad dan akhirnya binasa? Calvinisme lagi-lagi menganggap ini sebagai omong kosong, karena orang percaya yang sejati tidak mungkin murtad (1Yohanes 2:19).
Word Biblical Commentary (tentang Matius 23:37): “In the message of the dawning of the kingdom, this salvation had been offered repeatedly to the Jews. ... Despite the invitation to receive what Jesus was bringing, the Jews refused it: καὶ οὐκ ἠθελήσατε, ‘and you would not have it’ (cf. 22:3; Luke 19:14; John 1:11; 5:40).” [= Dalam pesan tentang menyingsingnya kerajaan, keselamatan ini telah ditawarkan secara berulang-ulang kepada orang-orang Yahudi. ... Sekalipun ada undangan untuk menerima apa yang Yesus sedang bawa, orang-orang Yahudi menolaknya: KAI OUK ETHELESATE, ‘dan kamu tidak menghendakinya’ (bdk. 22:3; Lukas 19:14; Yohanes 1:11; 5:40).] - Libronix.
Matius 22:3 - “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.”.
Lukas 19:14 - “Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.”.
Yohanes 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.
Yohanes 5:40 - “namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu.”.
Jadi, Yesus ingin mengumpulkan orang-orang Yahudi itu, diartikan bukan sebagai rencana Allah, yang lalu gagal / ditolak oleh orang-orang Yahudi itu, tetapi hanya dianggap sebagai undangan untuk percaya, atau penawaran keselamatan, kepada orang-orang Yahudi itu.
Matthew Henry (tentang Matius 23:37): “‘How often!’ Christ often came up to Jerusalem, preached, and wrought miracles there; and the meaning of all this, was, he would have gathered them. He keeps account how often his calls have been repeated. As often as we have heard the sound of the gospel, as often as we have felt the strivings of the Spirit, so often Christ would have gathered us.” [= ‘Betapa sering!’ Kristus sering datang / naik ke Yerusalem, berkhotbah, dan melakukan mujijat-mujijat di sana; dan arti dari semua ini adalah, ‘Ia mau mengumpulkan mereka’. Ia mencatat berapa sering panggilanNya telah diulang. Sesering kita telah mendengar suara dari injil, sesering kita telah merasakan usaha / perjuangan dari Roh, begitu seringnya Kristus mau mengumpulkan kita.].
Calvin (tentang Matius 23:37): “Again, when the sophists seize on this passage, to prove free will, and to set aside the secret predestination of God, the answer is easy. ‘God wills to gather all men,’ say they; ‘and therefore all are at liberty to come, and their will does not depend on the election of God.’ I reply: The will of God, which is here mentioned, must be judged from the result. For since by his word he calls all men indiscriminately to salvation, and since the end of preaching is, that all should betake themselves to his guardianship and protection, it may justly be said that he wills to gather all to himself. It is not, therefore, the secret purpose of God, but his will, which is manifested by the nature of the word, that is here described; for, undoubtedly, whomsoever he efficaciously wills to gather, he inwardly draws by his Spirit, and does not merely invite by the outward voice of man. If it be objected, that it is absurd to suppose the existence of two wills in God, I reply, we fully believe that his will is simple and one; but as our minds do not fathom the deep abyss of secret election, in accommodation to the capacity of our weakness, the will of God is exhibited to us in two ways. And I am astonished at the obstinacy of some people, who, when in many passages of Scripture they meet with that figure of speech (a]nqrwpopa>qeia) which attributes to God human feelings, take no offense, but in this case alone refuse to admit it. But as I have elsewhere treated this subject fully, that I may not be unnecessarily tedious, I only state briefly that, whenever the doctrine, which is the standard of union, is brought forward, God wills to gather all, that all who do not come may be inexcusable.” [= Lagi-lagi, pada waktu para Sophists menggunakan text ini untuk membuktikan kehendak bebas, dan untuk menyingkirkan predestinasi rahasia dari Allah, jawabannya mudah. ‘Allah menghendaki untuk mengumpulkan semua manusia’, kata mereka; ‘dan karena itu semua bebas untuk datang, dan kehendak mereka tidak tergantung pada pemilihan dari Allah’. Saya menjawab: Kehendak Allah, yang disebutkan di sini, harus dinilai dari hasilnya. Karena oleh firmanNya Ia memanggil semua orang tanpa pembedaan kepada keselamatan, dan karena tujuan dari pemberitaan adalah, supaya semua orang membawa diri mereka sendiri pada penjagaan dan perlindunganNya, maka secara benar dikatakan bahwa Ia menghendaki untuk mengumpulkan semua orang kepada diriNya sendiri. Karena itu, bukanlah rencana rahasia dari Allah, tetapi kehendakNya, yang dinyatakan oleh sifat dasar dari firman yang digambarkan di sini; karena, dengan tak diragukan, siapapun yang Ia kehendaki secara efektif untuk kumpulkan, Ia tarik dari dalam oleh RohNya, dan tidak semata-mata undang oleh suara lahiriah dari manusia. Jika ada yang keberatan, bahwa adalah menggelikan untuk menganggap keberadaan dari dua kehendak di dalam Allah, saya menjawab, kami sepenuhnya percaya bahwa kehendakNya sederhana dan satu; tetapi karena pikiran kita tidak mengerti jurang yang dalam dari pemilihan rahasia, dalam penyesuaian dengan kapasitas dari kelemahan kita, kehendak Allah dinyatakan kepada kita dengan dua jalan / cara. Dan saya heran pada kekeras-kepalaan dari sebagian orang, yang pada waktu dalam banyak text dari Kitab Suci mereka bertemu dengan gaya bahasa itu (ANTHROPOPATHEIA) yang menghubungkan dengan Allah perasaan-perasaan manusia, tidak marah / tersandung, tetapi dalam kasus ini saja menolak untuk mengakuinya. Tetapi seperti saya telah membahas di tempat lain pokok / hal ini dengan sepenuhnya, supaya saya tidak membosankan secara tidak perlu, saya hanya menyatakan secara singkat bahwa, kapanpun doktrin ini, yang adalah standard dari persatuan, dikemukakan, Allah menghendaki untuk mengumpulkan semua orang, sehingga semua orang yang tidak datang tidak bisa dimaafkan.].
Catatan: ‘sophist’ = ahli argumentasi dalam kepausan / Katolik.
Jadi, sama seperti dua penafsir di atas, Calvin menafsirkan bahwa Yesus ingin mengumpulkan semua orang itu melalui pemberitaan Injil / firman.
Tetapi Calvin menambahkan bahwa ini (kerinduan Yesus, tangisan Yesus) merupakan bahasa Anthropopathy, yaitu gaya bahasa yang menggambarkan Allah dengan perasaan-perasaan manusia.
Dan Calvin menambahkan lagi bahwa orang-orang Arminian itu, yang dalam banyak bagian Alkitab yang lain bertemu dengan gaya bahasa ini, sama sekali tidak mempersoalkannya, tetapi di sini, dan hanya di sini, mempersoalkannya, dan tidak mau mengakui ini sebagai Anthropopathy.EKSPOSISI MATIUS 23:37
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America