4 ARTI BERSERAH TOTAL KEPADA ALLAH (AMSAL 3:5-7)

4 ARTI BERSERAH TOTAL KEPADA ALLAH (AMSAL 3:5-7)
Tuhan menuntut kita untuk berserah total kepada-Nya. Apa artinya ? 

Amsal 3:5-7 mengajarkan kita tentang hal ini, Amsal 3:5.“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Amsal 3:6. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.  Amsal 3:7. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;” 

Berserah total kepada-Nya mengandung 4 (empat) pengertian di dalam tiga ayat ini, yaitu:

1. Pertama, percaya di dalam TUHAN dengan seluruh hati. King James Version (KJV) menerjemahkan “Percayalah kepada TUHAN” dengan “Trust in the LORD” (=Percayalah di dalam TUHAN). Di dalam penyerahan total kita kepada-Nya, di saat itu pula kita sedang percaya di Dalam-Nya. Ada dua pengertian yang terkandung di dalamnya. 

Pertama, percaya di dalam. Kata depan “di dalam” menunjuk adanya suatu tempat di mana kita harus mempercayakan diri, yaitu Allah sendiri. Kita bukan mempercayakan diri di dalam harta, orang lain, teman, atau bahkan diri kita, tetapi kita harus mempercayakan diri di dalam Allah. 

Kedua, TUHAN (the LORD). Terjemahan Inggris begitu tepat dengan menambahkan kata the yang menunjukkan kekhususan. Alkitab tidak berkata bahwa kita percaya di dalam TUHAN saja, tetapi kita harus percaya di dalam satu-satunya TUHAN. Kata the menunjukkan bahwa hanya TUHAN saja yang harus kita percayai. TUHAN itu tidak lain adalah TUHAN Allah, Yahweh, bukan “tuhan” materialisme, humanisme atheis, hedonisme, skeptisisme, dll. 

Dengan kata lain, the menunjuk kepada TUHAN yang adalah Pribadi, bukan konsep/ide seperti yang diajarkan oleh filsafat Yunani dan agama-agama dunia. Ketika kita percaya di dalam TUHAN, kita percaya BUKAN dengan setengah hati, tetapi dengan SEPENUH hati. “Sepenuh hati” menunjuk kepada totalitas hati kita yang taat dan setia hanya kepada TUHAN. 

Itulah yang dimaksud dengan ibadah sejati di dalam Roma 12:1. TUHAN tidak menginginkan ritualitas tertentu di dalam ibadah, tetapi Ia menginginkan hati kita yang taat mutlak. Tidak berarti, liturgi kebaktian tidak penting hanya gara-gara masalah hati, karena liturgi tetap diperlukan untuk membawa para jemaat beribadah kepada-Nya dengan tertib, karena Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7). Di atas semuanya, Tuhan lebih memperhatikan hati kita ketika kita beribadah dan menyembah-Nya di dalam kebaktian dan/atau di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kedua, jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Ketika kita percaya di dalam TUHAN, secara otomatis pada saat yang sama, kita dituntut untuk TIDAK lagi bersandar kepada pengertian kita sendiri. Mengapa ? Karena pengertian kita adalah pengertian yang terbatas, sudah berdosa, dan sementara sifatnya, sehingga pengertian kita pasti mudah berubah. Kalau pengertian kita mudah berubah, bagaimana kita bisa mengarahkan hidup kita ? 

Hidup yang tidak berarah disebabkan hidup yang tidak dimengerti dengan benar (atau hidup yang tak bermakna). Dari mana kita bisa mendapatkan pengertian ? Dari TUHAN saja ! Oleh karena itu, ketika kita percaya di dalam TUHAN, pada saat yang sama, Ia akan memberikan pengertian kepada kita untuk menjalani hidup yang ber kemenangan di dalam TUHAN, Raja dan Pemilik hidup kita.

3. Ketiga, akuilah Dia dalam segala jalan kita. Percaya di dalam TUHAN menuntut kita untuk mengakui-Nya di dalam segala jalan kita. Apa artinya mengakui-Nya ? Apakah cukup mengakui-Nya di mulut kita ? TIDAK ! Mengakui-Nya berarti mengundang-Nya masuk dan memerintah di dalam setiap jalan hidup kita, sehingga yang kita katakan, pikirkan, kerjakan adalah sesuatu yang dari Allah, oleh Allah dan untuk kemuliaan-Nya (Roma 11:36). Ketika kita sudah mengundang-Nya menjadi TUHAN dan Raja dalam setiap jalan hidup kita, maka Ia berjanji akan meluruskan jalan kita (atau lebih tepatnya, Ia akan memimpin setiap langkah hidup kita). 


Dengan kata lain, ketaatan menghasilkan keberhasilan di mata Allah, bukan di mata manusia. Kunci sukses di hadapan Allah bukan seperti yang diinginkan manusia, tetapi kunci sukses di mata Allah adalah kita taat dan setia kepada perintah-Nya yang berlawanan dengan perintah/keinginan manusia berdosa.

4. Keempat, jangan menganggap diri sendiri bijak, tetapi takutlah akan TUHAN dan menjauhi kejahatan. Di dalam percaya di dalam TUHAN, ada unsur ketaatan plus ketakutan di Dalam-Nya. Orang yang katanya percaya di dalam TUHAN tetapi tidak pernah taat, itu kebohongan terbesar ! 

Orang yang percaya di dalam TUHAN sungguh-sungguh pasti tidak boleh sombong, tetapi takut dan taat hanya di dalam TUHAN. Mengapa ? Karena dia sudah mempercayakan diri di dalam TUHAN, dan pada saat yang sama, dia pasti mengundang-Nya menjadi Raja dan TUHAN yang memerintah dan memimpin setiap langkah hidupnya (baca poin ketiga).

Ketika seseorang takut dan taat di dalam TUHAN, pada saat yang sama juga, dia akan menjauhi kejahatan/membenci dosa. Orang yang mengaku percaya di dalam TUHAN tetapi masih mencintai dosa, orang itu patut dipertanyakan, “Tuhan” seperti apa yang mereka percayai ? Mengapa mereka bisa membenci dosa ? Karena mereka lebih mencintai apa yang dicintai oleh Tuhan dan membenci apa yang dibenci oleh Tuhan. Itulah yang disebut Pdt. Dr. Stephen Tong sebagai menyangkal diri dan fungsi hati nurani yang dipimpin oleh Roh Kudus. 4 ARTI BERSERAH TOTAL KEPADA ALLAH (AMSAL 3:5-7)
Next Post Previous Post