YESUS, TAURAT, DAN ORANG KRISTEN

Sinclair B. Ferguson.
YESUS, TAURAT, DAN ORANG KRISTEN
Artikel ini diterjemahkan dari salah satu bab di buku berjudul "The Sermon on the Mount" dengan judul "Jesus, the Law, and the Christian" (YESUS, TAURAT, DAN ORANG KRISTEN). Penulis adalah staf dosen di Westminster Theological Seminary, Philadelphia dan penulis beberapa buku, di antaranya "Discovering God's Will", "A heart for God", dan "John Owen on the Christian Life".

John Newton, seorang pedagang budak yang bertobat dan penggubah lagu "Amazing Grace", juga merupakan seorang koresponden yang bijaksana kepada sahabat-sahabat yang memerlukan nasihat rohani darinya. 

Dalam sebuah suratnya tertulis "mengabaikan hakekat dan rancangan hukum merupakan dasar kesalahan-kesalahan agamawi kita". Pernyataan ini tetaplah benar hingga kini. Mungkin banyak orang Kristen yang bingung atau tidak pasti mengenai peranan hukum Tuhan dalam kehidupannya. Itu sebab, kenapa ucapan Yesus Kristus dalam Matius 5:17-20 sangat penting. Di sini Kristus menjelaskan bagaimana posisi hukum Taurat dalam kehidupan seorang Kristen.

Apa itu Hukum Taurat? Lima kitab pertama dari PL dikenal sebagai Hukum yang dibedakan dengan Kitab Nabi-nabi (Lukas 16:16). Lebih umum lagi, dalam Alkitab, kata-kata yang dipakai untuk hukum (torah dalam bahasa Ibrani, nomos dalam bahasa Yunani) mempunyai pengertian yang luas dan bermacam-macam -- perintah, peraturan, instruksi, dan lainnya. Dengan demikian, makna kata hukum hanya dapat ditentukan dengan melihat konteks pemakaiannya.

Apa yang Yesus Kristus maksudkan tatkala Ia berbicara mengenai hukum pada Khotbah di Bukit? Yesus Kristus memakai perbedaan umum antara hukum dan kitab nabi (Matius 5: 17). Dia juga berbicara mengenai hukum dalam arti peraturan dan perintahnya (Matius 5: 19). 

Di sini, Yesus Kristus secara khusus mengacu kepada ide tentang hukum sebagai peraturan khusus yang Tuhan berikan kepada umat-Nya untuk mengatur keseluruhan hidup mereka -- moral, agama, sosial, dan politik. Apa yang selanjutnya Ia katakan dalam 5:21-48 menekankan bahwa ketika Dia berbicara mengenai peranan hukum, yaitu sebagai perintah-perintah yang Tuhan berikan kepada umat-Nya melalui Musa.

Dalam khotbah sebelumnya, Yesus Kristus dengan sangat jelas berbicara mengenai apa yang dimaksud 'menjadi milik Kerajaan Tuhan'. Apa yang dikatakan-Nya cukup mengejutkan. Tetapi dalam beberapa hal, apa yang tidak dikatakannya jauh lebih mengejutkan. Dia tidak berkata apa-apa tentang hukum dan kepentingan memeliharanya. Dia tidak berkata apa-apa tentang penafsiran tradisional atas hukum, dan kepentingan melakukannya. Tidak ada satu pernyataan pun yang keluar dari bibir-Nya menasihati orang untuk menghormati ahli Taurat dan Farisi.

Apakah ini berarti Yesus Kristus menunggangbalikkan hukum? Dia dengan jelas mengajarkan bahwa jalan keselamatan dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan bukanlah dengan jasa karena menaati hukum Taurat, melainkan pengikut Yesus Kristus yang miskin dalam rohani telah memperoleh jasa; yang berduka karena dosa akan menerima penghiburan dan kerajaan Tuhan. 

Di telinga orang Farisi dan ahli Taurat, apa yang diucapkan Yesus Kristus kedengarannya seperti penghapusan agama dan semua yang baik yang mereka agungkan. Sejauh ini, Yesus Kristus mengatakan kepada umat-Nya bahwa untuk masuk ke dalam kerajaan surga hanya melalui anugerah Tuhan. Dia satu kalipun tidak menyebut tentang hukum!

Ketakutan Farisi juga dirasakan oleh banyak orang sampai sekarang. Ketakutan mereka adalah: menyingkirkan hukum sebagai sarana memperoleh pahala, berarti tidak ada satu orang pun akan berusaha memeliharanya lagi. Hukum akan kehilangan gigi, dan tidak akan mampu "menggigit" orang lain. Manusia akan hidup sesuka hatinya.

Tetapi sampai keseluruhan akhir khotbah-Nya, Yesus Kristus tidak menunjukkan hal ini. Orang Kristen bukanlah antinomian, hidup tanpa hukum. Orang Kristen adalah mereka lapar dan haus akan kebenaran, yaitu suatu kebenaran yang melampaui Farisi dan ahli Taurat (Matius 5:20).

Paulus menyimpulkan ajaran kitab Injil ketika dia juga berhadapan dengan keberatan yang sama terhadap ajaran keselamatan oleh anugerah: "Adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya" (Roma 3:31). 

Pada fasal-fasal selanjutnya dalam surat Roma, Paulus memberikan penjelasan yang dalam: "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh." (Roma 8:3-4).

Yesus Kristus menjelaskan tempat hukum Taurat adalah berada dalam kerajaan Allah dengan mengatakan empat hal berikut ini.

1. KEABSAHAN HUKUM TAURAT YANG TERUS BERLANJUT

Kristus bukan datang untuk mengabaikan atau meniadakan kitab suci PL. Jika orang Farisi betul-betul mendengar apa yang Dia ucapkan, fakta ini akan jelas, sebab begitu banyak ajaran-Nya dalam 'Ucapan Bahagia' itu menggunakan bahasa dan ajaran dalam PL. Baik hukum Taurat maupun kitab Nabi tidaklah diabaikan oleh kedatangan Yesus Kristus, melainkan digenapinya (5:17).

Para pembaca Injil Matius sudah akrab dengan cara bagaimana Yesus Kristus menggenapi kitab nabi-nabi. Fasal-fasal awal Injil Matius berisi ide penggenapan: "Hal ini terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi" (Matius 1:22, bd. 2:6, 15, 17, 23, 4:14). Tetapi dalam pengertian apa hukum Taurat digenapi tatkala kita tahu bahwa kita tidak dibenarkan di hadapan Allah karena usaha kita memeliharanya?

Ada tiga hal yang dinyatakan oleh hukum Taurat: 

Hukum Taurat mengekspresikan sifat Tuhan dan kehendak-Nya atas hidup manusia. 

Mengajar kita akan sifat manusia yang sejati. Maksud Tuhan agar manusia hidup selaras dengan hukum Tuhan. 

Hukum Taurat mengajar kita akan sifat keselamatan. 

Jika sebuah kehidupan selaras dengan hukum Tuhan, itu adalah maksud Tuhan bagi manusia, dan ketika kita dipulihkan dalam persekutuan dengan-Nya dan hidup dalam kehendak-Nya (di mana keselamatan tercakup), kita akan mulai menggenapi maksud-Nya. Dalam bahasa rasul Paulus, bahwa 'tuntutan hukum akan digenapi dalam kita jika kita berjalan seturut Roh Kudus'. Hukum Taurat tidak berkontradiksi dengan Injil, hukum Taurat justru bergandengan tangan bersama Injil.

Orang Farisi bukan saja gagal mengerti Injil (yang dimengerti sebagai oposisinya); mereka juga salah mengerti tentang hukum Taurat (yang mereka yakin memeliharanya). Apapun yang Yesus Kristus katakan tentang hukum, Dia jelas tidak meniadakannya.

2. PENGGENAPAN HUKUM TAURAT MASA KINI

Orang Kristen akrab dengan ide bahwa Kristus menggenapi nubuatan Perjanjian Lama. Seperti yang Paulus katakan, "Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah" (2Korintus 1:20). Kristus menunjukkan kepada kita apa arti sesungguhnya janji-janji PL. Sebelum kedatangan-Nya, umat Tuhan mengenal dan percaya janji-janji itu, tetapi setelah Kristus menggenapinya, maka mereka sanggup berkata, "Sekarang saya mengertinya".

Kristus melakukan hal yang sama terhadap hukum Taurat. Poin ini sering terabaikan. Dalam Matius 5:17, Yesus Kristus mengajarkan bahwa jika kita ingin mengetahui apa makna hukum yang sebenarnya, maka kita harus memandang-Nya dan apa yang Dia lakukan terhadap hukum adalah sebab Ia menggenapi, atau "menyelesaikan" hukum Taurat (5:18).

Bagaimana?

Yesus Kristus menggenapi hukum Taurat melalui doktrin atau ajaran-Nya. Yesus Kristus menggali keluar signifikasi sesungguhnya dari hukum-hukum Tuhan. Orang Farisi menuduh Kristus "meniadakan" hukum Taurat, tetapi pada kenyataannya, merekalah yang meniadakannya. Penafsiran tradisional mereka atas hukum melemahkan kuasa hukum untuk menyelidiki motif hati manusia. 

Hanya melalui eksposisi Yesus Kristus (sebagai contoh dalam Matius 5:21-48), kuasa sejati dari hukum Tuhan dapat dirasakan. Yesus Kristus tidak melemahkan hukum Taurat. Sebaliknya, Dia mengeluarkannya dari sangkar karena orang Farisi telah mengurungnya, membiarkannya menerkam ke dalam pikiran dan motif kita yang tersembunyi, dan merobek-robek asumsi palsu kita bahwa kita sanggup menaatinya dengan kekuatan kita sendiri.

Yesus Kristus menggenapi hukum Taurat melalui perbuatan dan sikap hidup-Nya. Dia menunjukkan makna sejati dari hukum Taurat. Kita tidak terlalu banyak tahu mengenai kehidupan pribadi orang Farisi melalui kitab Injil, tetapi kita diberi kesan bahwa mereka tidak memberikan sukacita kepada rakyat! Bagi mereka, menaati hukum Taurat adalah beban yang berat dan konsekuensi pelayanan orang Farisi adalah meletakkan beban di pundak mereka yang mengikutinya. Dalam bahasa Yesus Kristus, "Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya" (Matius 23:4).

Tetapi hukum Taurat bukanlah satu beban di pundak Kristus, melainkan tertulis dalam hati-Nya. Itu sebab kenapa Gereja Mula-mula melihat dengan jelas penggenapan Mazmur 40:8 dalam diri Yesus Kristus, "Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku" (bd. Ibrani10:7). Yesus Kristus suka melakukan kehendak Tuhan. Bagi-Nya itu adalah "makanan dan minuman-Nya" : "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yohanes 4:34).

Yesus Kristus menggenapi hukum Taurat melalui kematian-Nya. Yesus Kristus memperlihatkan realita kesucian hukum Taurat dengan menanggung hukuman sebagai pengganti kita yang melanggar hukum Taurat, di hadapan takhta pengadilan Tuhan.

Kita sering berpikir bahwa di gunung Sinai, tatkala Musa menerima Sepuluh Hukum, kita belajar betapa seriusnya kalau melanggar hukum Taurat sebagaimana kita mendengar guruh dan kilat dari hadirat Tuhan. Tetapi sesungguhnya hanya di kayu saliblah kita menemukan makna sejati dari kutuk dan penghukuman Tuhan bagi pelanggaran perjanjian-Nya. 

Di atas salib, Yesus Kristus berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Seruan Kristus di tengah kegelapan penyaliban-Nya, sesungguhnya berkata kepada kita: "Inilah hukuman bagi pelanggaran hukum Taurat. Inilah makna hukum Tuhan. Betapa dahsyat penggenapannya." Tetapi kematian Kristus mengajarkan kita sesuatu hal tentang hukum. Kematian-Nya membetuk sebuah prisma yang memampukan kita melihat segenap komponen bagian dari hukum Taurat.

Bagi orang percaya di PL, hukum Taurat tetaplah hukum Taurat. Seluruh hidup terikat olehnya. Mereka tidak dapat mengotakkan bagian-bagian hukum terhadap kehidupan mereka seperti kita membedakan hukum moral, hukum perayaan, atau hukum pemerintahan. Tetapi kematian Yesus Kristus (dan kebangkitan dan hari Pentakosta) menandai satu era baru dalam hubungan Tuhan dengan umat-Nya. 

Penulis-penulis PB menyadari bahwa melalui kematian Yesus Kristus, beberapa unsur tertentu dari hukum Taurat digenapi supaya tidak berlaku lagi. Hukum tentang perayaan - korban setiap hari, bulanan dan tahunan - ditiadakan karena merupakan bayang-bayang dari makna sesungguhnya dalam pengorbanan Kristus. Sebab Kristus telah mempersembahkan satu korban, sekali untuk selamanya, tidak perlu ada korban lagi (Ibrani 10:11-18). Oleh sebab itu, unsur perayaan dari hukum Taurat tidak lagi mengikat gereja.

Tentunya ini berarti bahwa pengikut Kristus melihat sesuatu dalam penggenapan hukum Taurat daripada orang percaya di PL yang melihatnya dengan kesulitan yang besar, yakni: bagian dari hukum Taurat Musa selesai hanya sampai Yesus Kristus datang. Sebagai konsekuensinya, Gereja Mula-mula secara bertahap melihat bahwa Yesus Kristus menghapuskan ritual yang diajarkan dalam PL tentang binatang dan makanan "kudus" dan "haram" (lihat Kisah Para Rasul 11:4-10, Markus 7:19, dan Roma 14:14).

Tetapi kematian Tuhan juga membuka unsur lain dari hukum Taurat: yaitu ada aspek dari hukum Taurat yang diterapkan kepada bangsa Israel tetapi sekarang tidak relevan kepada gereja sebagai umat Tuhan. Gereja tidak lagi diperintah oleh peraturan pemerintahan umat Israel. Cukup jelas bahwa Gereja Mula-mula tidaklah mengambil peraturan hukum Taurat untuk melempari batu anak yang kurang ajar atau mereka yang berzinah. Sekarang gereja "menyerahkan mereka ke tangan setan, sehingga binasa tubuh berdosanya, dan rohnya diselamatkan pada hari Tuhan" (2Korintus 5:5, bd 1Timotius 1:20).

Yesus Kristus menggenapi hukum Taurat melalui murid-murid-Nya. Yesus Kristus menggenapi hukum Taurat dengan menuliskannya dalam hati murid-murid-Nya, melalui pelayanan Roh Kudus. Inilah jantung Perjanjian Baru: "Beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu...Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka" (Yeremia 31:33). Saat kita berjalan bersama Roh Kudus, kita menggenapkan keinginan Roh, bukan keinginan daging (Galatia 5:16). Kita melakukan apa yang dituntut hukum Taurat (Roma 8:3-4), dan kita sukacita melakukannya.

Hukum Tuhan bukan lagi peraturan lahiriah yang memberatkan kita. Sebab Tuhan telah memberikan kita sebuah hati baru untuk taat kepada-Nya dan jalan-Nya, kita ingin menanti-Nya. Dulunya kita menentang hukum Tuhan, namun sekarang kita mempunyai hati untuk taat kepadanya.

Itu sebab, salah besar kalau kita berpikir bahwa Yesus Kristus meniadakan hukum-hukum dan mengajar kita bahwa "semua yang kita butuhkan hanyalah kasih." Karena kasih berarti menggenapkan hukum Taurat (Rm. 13:10). Rasul Yohanes, yang disebut "rasul kasih", yang menggarisbawahi peran penting hukum Taurat bagi orang percaya. 

Untuk membuktikan bahwa kasih dan hukum itu harmonis dalam kehidupan orang Kristen, Yohanes kerap kali menggemakan ucapan Yesus Kristus, "Jika engkau mengasihi-Ku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yohanes 14:15) dan, "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" (Yohanes 15:10). Kita tahu bahwa kita mengenal Allah, jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya (1Yohanes 2:3). Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia (1Yohanes. 3:24). Inilah kasih kepada Allah, yaitu kita menuruti perintah-perintah-Nya (1Yohanes 5:3).

Kehidupan orang Kristen mirip seperti sebuah kereta api. Mereka membutuhkan api untuk tenaga tetapi juga butuh rel untuk mengarahkan jalannya. Kasih bagi Kristus, di dalam kuasa Roh Kudus merupakan tenaga kehidupan Kristen. Tetapi kasih itu membutuhkan rel agar berjalan ke tujuan yang ditetapkan. Hukum Tuhan mempersiapkan rel bagi kita. Rel itu bukanlah membatasi gerak kita malahan memberikan kebebasan untuk menuju pada arah yang benar.

3. KEDALAMAN SPIRITUALITAS HUKUM TAURAT

Sebagian mereka yang mendengar Yesus Kristus berkhotbah di bukit mungkin berasumsi Dia menurunkan standar moralitas dari Allah. Mungkin yang lain juga berharap demikian! Tetapi Dia mengatakan sesuatu yang pasti kedengarannya meluluhkan mereka, "Aku berkata kepadamu: jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:20).

Ini kalimat yang mengejutkan. Karena ada pernyataan pada masa itu 'jika hanya ada dua orang yang diizinkan masuk ke sorga, pasti yang seorang adalah ahli Taurat dan yang satunya orang Farisi.' Tentunya menjadi masalah kalau berbicara siapa yang superior, pasti tidak seorangpun dapat diperhitungkan sebagai kandidatnya! Dengan 248 perintah dan 365 larangan peraturan Taurat, keselamatan pastilah untuk kaum profesional! Hanya kebenaran seorang ahli Taurat dan Farisi yang dapat sampai pada tingkatan itu.

Apakah yang Yesus Kristus maksudkan di sini? Seringkali kalimat di atas diasumsikan artinya bahwa kebenaran yang dimiliki ahli Taurat tidak akan sanggup membawa dia ke dalam Kerajaan Sorga. Hanya anugerah kebenaran yang Tuhan berikan kepada manusia, yang memampukannya (bd. Roma 1:16,17). 

Tidak diragukan lagi, memang Yesus Kristus memaksudkannya demikian, tetapi implikasinya tidak selalu dimengerti dengan tuntas. Yesus Kristus bukan hanya membenarkan kita melalui kebenaran-Nya, tetapi Dia juga menyucikan dan mengubah kita dengan membuat kita benar. Dengan kata lain, kebenaran kita sesungguhnya harus melampaui kebenaran orang Farisi. Jika kita tidak lebih benar dari mereka, kita sama sekali tidak benar.

Ayat-ayat selanjutnya (5:21-48) melukiskan apa yang Yesus Kristus maksudkan. Kebenaran orang Farisi hanya di permukaan; kebenaran orang Kristen harus riil. Kebenaran kita adalah karena hati kita yang sesungguhnya telah bersesuaian dengan hukum Tuhan. Ketaatan kita kepada hukum bukanlah semata-mata hanya lahirah dan perayaan, tetapi riil dan spiritual. Pemahaman kita bukan sekadar tradisional dan dangkal (membersihkan cawan yang di luar, tetapi bukan yang di dalam hati, Matius 23:25).

Inilah penggenapan praktis dari hukum Taurat yang menjadi tanda seorang murid Kristus. Mereka mengerti bahwa hukum Taurat adalah rohani (Roma 7:14). Mereka menaati hukum Taurat, bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan kuasa Roh Kudus, yang membersihkan dan memperbarui hati mereka.

4. FUNGSI PEMILAHAN HUKUM TAURAT

Yesus Kristus berkata, "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:19).

Apakah dengan kalimat ini, Kristus berbalik dari pengajaran sebelumnya bahwa kita masuk Kerajaan Surga melalui anugerah? Sama sekali tidak. Melainkan, yang dimaksudkan-Nya bahwa sikap kita terhadap hukum Tuhan adalah satu petunjuk bagi sikap kita kepada Tuhan sendiri. Jika kita menyepelekan hukum Taurat dan membuat orang lain bertindak sama (jika kita mempunyai sikap antagonis yang mapan dan konsisten terhadap hukum), kita menunjukkan diri kita sebagai orang asing terhadap janji-janji PB dalam Kristus. 

Tetapi jika kita mengasihi dan memelihara bahkan hukum yang terkecil dari perintah-perintah Tuhan, dan kita mendorong orang lain juga melakukan hal yang sama (jika kita mempunyai satu sikap ketaatan yang mapan), maka itu adalah tanda yang pasti bahwa kita mengasihi Kristus dan mendapat bagian dalam kerajaan-Nya.

Hukum Taurat bukanlah dasar kita memperoleh keselamatan, tetapi bertindak sebagai satu ujian untuk memilah siapa yang berada dalam kerajaan keselamatan dan siapa yang di luarnya, Hukum merupakan ujian yang riil apakah kita telah 'dilahirkan kembali' atau tidak. Jika kita sudah dilahirkan kembali, maka hukum Tuhan akan tertulis di dalam hati kita, dan kita akan menaatinya dengan sukacita. 

Jika kita belum lahir baru, kita mungkin bisa berpura-pura memiliki hidup baru, tetapi sesungguhnya topeng ini akan tanggal, dan kita akan menyepelekan beberapa hukum Tuhan (mungkin seperti apa yang Yesus Kristus sebutkan 'yang terkecil dari hukum Taurat'). Cepat atau lambat, kita pun akan mendorong orang lain berbuat hal yang sama. Dan akhirnya kita akan layu dari Kerajaan Surga.

Dosa adalah pelanggaran hukum Allah, demikian Yohanes katakan (1Yohanes 3:4). Tetapi orang Kristen telah berpaling dari dosa kepada hidup kesucian. Itu sebab mengapa rasul Paulus bertanya, "adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya" (Roma 3:31). YESUS, TAURAT, DAN ORANG KRISTEN
Next Post Previous Post