1 KORINTUS 13:4-13 (15 KARAKTERISTIK KASIH KRISTIANI)

1 Korintus 13:4-13 - 1 Korintus 13:4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 7. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 8. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. 9. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. 10. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. 11. Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. 12. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. 13. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. 
1 KORINTUS 13:4-13 (15 KARAKTERISTIK KASIH KRISTIANI)
bisnis, gadget, otomotif
---------------------------------------
Kita akan membahas Kasih Kristiani itu lebih dalam melalui apa yang ditulis oleh rasul Paulus dalam perikop baru kita di atas.

Perikop di atas merupakan tulisan rasul Paulus yang mendaftarkan 15 (lima belas) karakteristik dari Kasih Kristiani.

(1) Kasih itu sabar. 

Kata Yunani untuk ‘sabar’ adalah ‘makrothumein’ dan sering dipakai dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan kesabaran terhadap orang dan bukan kesabaran terhadap keadaan. Chrysostomus berkata bahwa ini merupakan kata yang dipakai mengenai seseorang yang diperlakukan secara tidak adil dan yang dengan kekuasaannya sebenarnya dapat menuntut balas dengan mudah; namun sekalipun begitu tidak mau melakukannya. 

Kata itu menggambarkan orang yang tidak cepat marah dan dipakai untuk Allah sendiri dalam hubungannya dengan umat manusia. Dalam hubungan kita dengan sesama manusia, betapa pun keras kepala dan betapa pun tidak berbelas-kasihan serta menyakitkannya mereka, kita harus melatih kesabaran yang sama sebagaimana Alah melakukannya terhadap kita. Kesabaran seperti itu bukanlah tanda kelemahan melainkan tanda kekuatan. Kesabaran seperti itu bukan merupakan sikap menyerah melainkan lebih merupakan jalan menuju kemenangan.

Fosdick menunjukkan bahwa tak seorang pun memperlakukan Lincoln dengan lebih hina daripada apa yang telah dilakukan oleh Stanton. Dia menyebutnya “badut licik yang hina”, dan memberinya nama panggilan “gorilla asli” dan berkata bahwa Du Chaillu adalah seorang bodoh karena mengembara di Afrika, berusaha untuk menangkap seekor gorilla pada saat ia dapat menemukannya dengan amat mudah di Springfield, Illinois. 

Lincoln tidak menanggapi pernyataan Stanton. Dia menjadikan Stanton sebagai menteri pertahanannya karena dia adalah orang terbaik untuk pekerjaan itu, dan Lincoln memperlakukan Stanton dengsan rasa hormat. Tahun pun berganti tahun. Tibalah malam di saat peluru pembinasa membunuh Lincoln di sebuah gedung teather. Di dalam sebuah ruangan kecil di mana jenazah sang presiden itu disemayamkan, berdirilah Stanton yang sama itu, dan sambil menundukkan kepalanya memandang wajah Lincoln yang sudah kaku itu dia berkata dengan berlinang air mata, “Di sana terbaring seorang pemimpin terbesar di antara umat manusia, yang pernah dijumpai dunia.” Pada akhirnya kesabaran kasih telah menaklukkannya.

(2) Kasih itu murah hati. 

Origenes menguraikannya dengan “berbaik hati kepada semua orang”. Jerome berbicara mengenai apa yang disebutnya “keramahan” kasih. Begitu banyak orang Kristen yang baik, tetapi tidak ramah. Tidak banyak orang yang sesaleh Raja Spanyol Philip II, namun dialah yang pertama menerapkan hukuman mati ala Spanyol dan mengira bahwa ia melayani Allah dengan cara membabat habis para oposannya. 

Kardinal Pole yang terkenal itu menyatakan bahwa pembunuhan dan perzinaan tidak dapat diperbandingkan kekejiannya dengan bidat. Terlepas dari semangat pembinasaan tersebut, ada sebuah sikap tentang begitu banyaknya orang baik yang patut dikecam. Ada begitu banyak orang baik di dalam gereja yang lebih tertarik berada di samping para tua-tua dan bukan di samping Yesus jika mereka berurusan dengan perempuan yang ketahuan berbuat zina.

(3) Kasih itu tidak cemburu. 

Di dunia ini ada dua golongan orang, yakni para jutawan dan mereka yang ingin menjadi jutawan. Ada dua jenis kecemburuan. Jenis pertama, cemburu terhadap milik orang lain dan kecemburuan seperti itu sangatlah sulit untuk dihindari karena hal itu sangat manusiawi. Jenis yang lain lebih buruk yakni cemburu karena orang lain telah memiliki apa yang belum dimilikinya. Kecemburuan semacam ini sebenarnya tidaklah begitu menginginkan akan hal-hal bagi dirinya sendiri dibandingkan dengan menginginkan agar orang lain tidak usah mendapatkannya. Keburukan hati dapat menenggelamkan manusia tidak jauh daripada sifat itu.

(4) Kasih itu tidak memegahkan diri. Di dalam kasih tidak ada sikap menonjolkan diri sendiri. Kasih yang sejati akan selalu jauh lebih mengesankan ketidaklayakan ketimbang kebaikannya. Beberapa orang berbuat kasih dengan permohonan bahwa mereka sedang melakukan kebaikan hati. Tetapi pengasih yang sejati bahkan tidak dapat menjelaskan tentang keajaiban, bahwa ia dikasihi. Kasih itu tetap membuat orang rendah hati karena ia sadar bahwa ia tidak pernah dapat memberikan sesuatu yang cukup baik kepada yang dikasihinya.

(5) Kasih itu tidak sombong. 

Napoleon selalu menganjurkan kesucian rumah dan kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat – mengabdi bagi orang lain. Mengenai dirinya sendiri ia berkata, “Aku bukanlah manusia seperti yang lainnya. Hukum-hukum moral tidak berlaku bagiku.” Orang yang betul-betul hebat tidak pernah berpikir mengenai betapa pentingnya dirinya sendiri. 

Carey, yang mengawali hidupnya sebagai seorang tukang sepatu, adalah salah seorang di antara para misionaris dan para ahli bahasa terhebat yang pernah dijumpai di dunia. Dia menerjemahkan setidak-tidaknya sejumlah bagian Alkitab ke dalam tidak kurang dari tiga puluh empat bahasa-bahasa orang India. Ketika dia datang ke India, dia dipandang dengan sinis dan dihina. Pada sebuah perjamuan malam, seseorang yang dengan congkaknya berkata dengan suara yang keras, “Tuan Carey, saya kira, Anda pernah bekerja sebagai seorang pembuat sepatu.” “Tidak, Tuan,” jawab Carey, “bukan seorang pembuat sepatu, tetapi hanya seorang tukang sepatu.” Dia bahkan tidak menegaskan bahwa dirinya membuat sepatu – dia hanya memperbaiki sepatu. Tidak ada orang yang menyukai orang yang “sok penting”. Orang yang mengenakan “pakaian keangkuhan” bisa menjadi sebuah pemandangan yang menyedihkan.

(6) Kasih tidak melakukan yang tidak sopan. 

Penting untuk disimak bahwa dalam bahasa Yunani, kata-kata yang dipakai untuk ‘anugerah’ dan ‘pesona’ adalah sama. Ada sejenis Kekristenan yang senang dengan kekerasan dan kekejaman. Di dalam Kekristenan semacam ini ada kekuatan, tetapi tidak ada hal yang menawan hati. Lightfoot dari Durham berbicara mengenai Arthur F. Sim, salah seorang muridnya demikian, “Kemana pun dia pergi, wajahnya menjadi sebuah khotbah tersendiri.” Keanggunan Kasih Kristiani terletak pada konsistensinya bahwa rasa hormat dan kebijaksanaan serta kesopanan merupakan hal-hal yang indah.

(7) Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri. 

Menurut sebuah analisis terakhir, hanya ada dua jenis orang di dunia ini yakni mereka yang selalu menuntut hak-hak mereka dan mereka yang selalu mengingat tanggung jawab mereka. Mereka yang selalu berpikir mengenai betapa hidup ini berutang kepada mereka dan mereka yang tidak pernah lupa bahwa mereka berhutang kepada hidup ini. Kunci dari hampir semua masalah yang kita hadapi saat ini adalah apakah manusia mau berpikir lebih sedikit mengenai hak-hak mereka dan lebih banyak mengenai kewajiban-kewajiban mereka. Kapan pun kita mulai berpikir mengenai “porsi kita”, kita sedang menyimpang jauh dari Kasih Kristiani.

(8) Kasih itu tidak pemarah. 

Arti yang sesungguhnya dari hal ini adalah Kasih Kristiani tidak pernah kesal pada orang. Kekesalan adalah tanda kekalahan. Ketika kita kehilangan kesabaran, kita kehilangan segalanya. Kipling berkata bahwa seseorang dikatakan teruji jika dia tetap bersikap tenang saat orang lain kehilangan akal sehatnya dan menyalahkan dirinya karena ketenangannya itu, dan ketika dia dibenci, dia tidak menyerah pada rasa benci. Orang yang mampu menguasai kemarahannya akan mampu mengatasi segala hal.

(9) Kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain. 

Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ‘menyimpan’ adalah ‘logizeshthai’ yang merupakan sebuah kata yang berasal dari dunia akuntansi. Kata ini digunakan untuk mencatat suatu hal dalam sebuah buku besar sedemikian rupa supaya hal itu tidak akan dilupakan. Hal ini tepat seperti apa yang dilakukan oleh begitu banyak orang. Salah satu seni besar dalam kehidupan kita adalah belajar bagaimana melupakan sesuatu. 

Seorang penulis menceritakan bahwa “penduduk asli Polinesia biasanya menghabiskan waktu-waktu mereka untuk bertarung dan berpesta-pora, dan setiap pria biasanya menyimpan sejumlah tanda mata untuk mengingatkan mereka akan rasa bencinya. Bermacam-macam jenis tulisan digantung di atap-atap gubuk mereka untuk mengenang kesalahan-kesalahan mereka – yang nyata ataupun khayalan saja – agar tetap hidup.” 

Dengan cara yang sama, banyak orang memelihara kemarahan mereka untuk menjaga agar kemarahan itu tetap hangat. Mereka memikirkan kesalahan-kesalahan mereka sedemikian rupa hingga mustahil untuk melupakannya. Kasih Kristiani mengajarkan hal yang demikian penting, yakni bagaimana melupakan.

(10) Kasih itu tidak bersukacita karena ketidakadilan. 

Mungkin lebih baik kita mengartikan kasih sebagai tidak bersukacita atas segala sesuatu yang salah. Kasih tidak bersukacita karena ada suatu kesalahan yang telah dilakukan, sebagaimana umumnya kita senang ketika kita mendengar penghinaan terhadap orang lain. Salah satu ciri yang aneh dari sifat dasar manusia adalah bahwa sering kali kita lebih suka mendengar kemalangan orang lain daripada keberuntungan mereka. Jauh lebih mudah menangis bersama mereka yang menangis daripada bersukacita bersama mereka yang bersukacita. Kasih Kristiani tidak menghendaki adanya kejahatan manusia, yakni bersukacita atas kabar-kabar buruk.

(11) Kasih itu bersukacita karena kebenaran. 

Hal itu tak semudah apa yang kita dengar. Ada saatnya kita jelas-jelas tidak menginginkan kebenaran berlaku; dan masih lebih banyak lagi saat di mana kebenaran merupakan hal terakhir yang ingin kita dengar. Kasih Kristiani tidak berharap untuk menyelubungi kebenaran. Kasih Kristiani tidak menyembunyikan apa-apa dan karena itu, Kasih Kristiani bergembira ketika kebenaran berlaku.

(12) Kasih menutupi segala sesuatu. 

Kemungkinan besar kalimat ini memang memiliki makna “Kasih dapat menutupi segala sesuatu”. Artinya, Kasih tak akan membeberkan kegagalan-kegagalan dan kesalahan-kesalahan orang lain. Kasih lebih memilih untuk mulai memperbaiki banyak hal secara diam-diam daripada mempertontonkan dan mencelanya di muka umum. Lebih jauh lagi, artinya mungkin adalah bahwa kasih dapat menanggung penghinaan, luka, dan kekecewaan apa pun. Karakteristik kasih semacam ini tergambar di dalam hati Yesus sendiri.

(13) Kasih (itu) percaya segala sesuatu. Karakteristik ini mempunyai aspek ganda.

(a) Dalam hubungannya dengan Allah, karakteristik ini berarti bahwa kasih mempercayai apa yang dikatakan Allah, dan dapat menerima setiap janji yang mulai dengan “Barangsiapa” dan berkata, ”Itu berarti aku.”

(b) Dalam hubungannya dengan sesama manusia, karakteristik ini berarti bahwa kasih selalu mempercayai yang terbaik mengenai orang lain. Kita sering membuat orang menjadi seperti apa yang kita percayai tentang mereka. Jika kita menunjukkan bahwa kita tidak percaya pada orang lain, kita mungkin membuat mereka menjadi tak dapat dipercaya. Jika kita menunjukkan pada orang lain bahwa kita betul-betul mempercayai mereka sepenuhnya, kita mungkin membuat mereka menjadi dapat dipercaya. 

Ketika Arnold menjadi kepala sekolah Rugby, dia menciptakan sebuah cara yang sama sekali baru dalam melakukan banyak hal. Sebelum ia menjadi kepala sekolah, sekolah itu sudah merupakan sebuah teror dan kelaliman. Arnold memanggil anak-anak laki-laki secara bersama-sama dan memberi tahu mereka bahwa akan ada lebih banyak lagi kebebasan dan pukulan-pukulan lebih sedikit. “Kalian bebas,” dia berkata, “tetapi kalian bertanggung jawab – kalian adalah laki-laki terhormat. 

Saya ingin membiarkan kalian lebih banyak mengurus diri dan menempatkan diri kalian di atas kehormatan kalian sendiri, karena saya percaya bahwa jika kalian dijaga dan diawasi serta dimata-matai, kalian akan bertumbuh dengan hanya mengenal buah-buah dari rasa takut yang membuat kalian tunduk dan ketika kebebasan akhirnya diberikan kepada kalian, yang suatu hari pasti terjadi, kalian tidak akan tahu bagaimana menggunakannya.”

Anak-anak laki-laki itu merasa sulit mempercayainya. Ketika mereka dibawa menghadapnya, mereka masih terus membuat alasan-alasan lama dan mengatakan kebohongan-kebohongan lama. “Anak-anak,” dia berkata, “jika kalian berkata demikian, itu pasti benar – saya mempercayai kata-kata kalian.” Hasilnya adalah tibalah suatu masa di Rugby ketika anak-anak lelaki itu berkata, ”Mengatakan kebohongan kepada Arnold merupakan sesuatu yang memalukan – dia selalu mempercayai kamu.” Dia percaya kepada mereka dan ia membuat mereka menjadi seperti apa yang dia percayai tentang mereka. Kasih Kristiani sanggup memuliakan bahkan yang hina sekali pun dengan mempercayai yang terbaik.

(14) Kasih itu mengharapkan segala sesuatu. 

Yesus percaya bahwa tidak seorang pun yang tak dapat diharapkan lagi. Adam Clark adalah salah seorang di antara teolog-teolog besar, meskipun di sekolah dia sangatlah lamban dalam belajar. Suatu hari seorang tamu yang terhormat berkunjung ke sekolah tersebut, dan gurunya secara khusus menunjuk Adam Clark dan berkata, “Itulah anak laki-laki yang paling bodoh di sekolah ini.” Sebelum meninggalkan sekolah tersebut, sang tamu datang pada anak laki-laki itu dan berkata dengan penuh kasih, “Tak apa-apa Anakku, suatu hari nanti kamu mungkin menjadi seorang sarjana yang besar. Jangan kecil hati tetapi berusahalah dengan keras dan teruslah berusaha.” Sang guru putus asa, sang tamu penuh harapan, dan – siapa sangka? – kata pengharapan itulah yang mungkin benar-benar sudah membuat Adam Clark pada suatu hari menjadi seorang teolog besar.

(15) Kasih itu sabar menanggung segala sesuatu. 

Kata kerja yang dipakai di sini adalah ‘hupomenein’ yang merupakan salah satu di antara kata-kata Yunani yang terkenal. Kata ini biasanya diterjemahkan dengan ‘menanggung’ atau ‘memikul’ tetapi apa yang sesungguhnya digambarkan bukanlah semangat yang dapat menanggung segala sesuatu secara pasif, melainkan semangat yang dalam menanggung segala sesuatu itu, dapat menaklukkan dan mengubah hal-hal tersebut.


Kata ini sebelumnya didefinisikan sebagai ‘dengan jantan bersikap tegar di dalam pencobaan”. George Matheson yang penglihatannya buta dan kecewa dalam hal cinta, menulis di dalam salah satu doanya bahwa dia dapat menerima kehendak Allah. “Bukan dengan kepasrahan diri yang kelu, melainkan dengan kegembiraan yang tulus. Bukan hanya dengan tidak mengeluh, namun dengan lagu pujian.” Kasih dapat menanggung segala sesuatu, bukan semata-mata dengan kepasrahan diri yang pasif, melainkan dengan ketabahan yang ber kemenangan, karena di dalam Kasih, “tangan seorang ayah tidak akan pernah menyebabkan air mata anaknya menangis sia-sia.”

KEUNGGULAN KASIH

Selanjutnya di 1 Korintus 13: 8-13, Paulus menyampaikan tiga hal terakhir yang harus dikatakan mengenai Kasih Kristiani ini.

1). Dia menekankan keabadian kasih yang mutlak. Ketika segala sesuatu yang dimuliakan manusia sudah berlalu, Kasih masih akan tetap ada. Di dalam salah satu ayat syair yang paling indah dari Kitab Suci, Kidung Agung (8:7) menyanyikan, “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, pun sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.” Satu hal yang tak dapat ditaklukkan adalah Kasih. Kasih adalah salah satu di antara alasan-alasan penting untuk percaya akan kehidupan yang kekal. Ketika kasih mengambil bagian di dalamnya, muncullah dalam kehidupan ini, sebuah hubungan yang tak dapat dilawan oleh serangan sang waktu dan yang melampaui kematian.

2). Dia menekankan kesempurnaannya yang mutlak. Sebagaimana halnya segala sesuatu, apa yang kita lihat adalah bayangan-bayangan dalam sebuah cermin. Ungkapan itu bahkan lebih ditujukan bagi jemaat Korintus daripada bagi kita. Korintus terkenal sebagai penghasil cermin. Tetapi cermin modern seperti yang kita kenal, dengan pantulannya yang sempurna, belum ada hingga abad ke tiga belas. 

Cermin ala kota Korintus dibuat dari logam, yang digosok mengkilap dan, bahkan hasil terbaiknya hanya memantulkan bayangan yang tidak sempurna. Ada anggapan bahwa maksud ungkapan ini adalah kita melihat seperti melalui sebuah jendela yang berbingkai. Pada zaman itu jendela-jendela dibuat sedemikian rupa sehingga segala sesuatu yang dapat dilihat melaluinya hanya berupa sketsa yang suram dan berwujud bayangan. Dalam kenyataannya para rabi mempunyai pepatah yang menyebut bahwa melalui jendela seperti itulah Musa memandang Allah.

Dalam kehidupan ini Paulus merasa sepertinya kita hanya melihat bayangan dari Allah dan hal ini meninggalkan banyak misteri dan teka-teki. Kita melihat bayangan tersebut di dalam dunia ciptaan Allah, karena setiap hasil karya seseorang mengisahkan kepada kita sesuatu tentang pembuatnya, kita melihat bayangan itu di dalam Injil Yesus Kristus. Bahkan jika di dalam Kristus kita memiliki pernyataan Allah yang sempurna, pikiran kita yang mencari hanya dapat meraihnya sebagian saja. Sebab yang tak sempurna tidak pernah dapat menangkap yang sempurna.

Pengetahuan kita masih seperti pengetahuan seorang anak. Tetapi jalan cinta-kasih akan memimpin kita sampai akhirnya tiba saatnya selubung itu disingkapkan dan kita melihat muka dengan muka dan mengenal Dia, bahkan sebaliknya kita pun sepertinya dikenal-Nya. Kita tidak pernah dapat mencapai hari itu tanpa Kasih karena Allah adalah Kasih, dan hanya orang yang mengasihi dapat melihat Allah.

3). Dia menekankan keunggulannya yang mutlak. Seberapa pun besarnya iman dan pengharapan, kasih masih lebih besar. Iman tanpa kasih menjadi dingin , dan pengharapan tanpa kasih menjadi suram. Kasih adalah api yang menyalakan iman dan cahaya yang mengubah pengharapan menjadi kepastian.

Tinggal satu hal yang dikatakan – ketika kita berpikir mengenai sifat-sifat Kasih sebagaimana yang digambarkan oleh Paulus, kita dapat melihat sifat-sifat itu nyata dalam kehidupan Yesus. Ketika kita berpikir mengenai Kasih, maka perlulah kita belajar kepada Yesus Kristus. Apa yang digambarkan oleh Paulus tentang kasih, kita dapat melihatnya secara nyata dalam kehidupan Yesus sendiri. Maka, untuk mengerti dan memahami kasih, belajarlah pada Yesus Kristus!. bisnis, gadget, otomotif

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


Amin
Next Post Previous Post