2 RAJA-RAJA 22:1-20 (REFORMASI DAN ALKITAB)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 Raja-Raja 22:1-20 - “(1) Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga puluh satu tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yedida binti Adaya, dari Bozkat. (2) Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. (3) Dalam tahun yang kedelapan belas zaman raja Yosia maka raja menyuruh Safan bin Azalya bin Mesulam, panitera itu, ke rumah TUHAN, katanya: (4) ‘Pergilah kepada imam besar Hilkia; suruhlah ia menyerahkan seluruh uang yang telah dibawa ke dalam rumah TUHAN yang telah dikumpulkan dari pihak rakyat oleh penjaga-penjaga pintu; (5) baiklah itu diberikan mereka ke tangan para pekerja yang diangkat untuk mengawasi rumah TUHAN, supaya diberikan kepada tukang-tukang yang ada di rumah TUHAN untuk memperbaiki kerusakan rumah itu, (6) yaitu kepada tukang-tukang kayu, tukang-tukang bangunan dan tukang-tukang tembok, juga bagi pembelian kayu dan batu pahat untuk memperbaiki rumah itu. (7) Tetapi tidak usahlah mengadakan perhitungan dengan mereka mengenai uang yang diberikan ke tangan mereka, sebab mereka bekerja dengan jujur.’ (8) Berkatalah imam besar Hilkia, kepada Safan, panitera itu: ‘Telah kutemukan kitab Taurat itu di rumah TUHAN!’ Lalu Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan, dan Safan terus membacanya. (9) Kemudian Safan, panitera itu, masuk menghadap raja, disampaikannyalah kabar tentang itu kepada raja: ‘Hamba-hambamu ini telah mengambil seluruh uang yang terdapat di rumah TUHAN dan memberikannya ke tangan para pekerja yang diangkat mengawasi rumah itu.’ (10) Safan, panitera itu, memberitahukan juga kepada raja: ‘Imam Hilkia telah memberikan kitab kepadaku,’ lalu Safan membacakannya di depan raja. (11) Segera sesudah raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya. (12) Kemudian raja memberi perintah kepada imam Hilkia, kepada Ahikam bin Safan, kepada Akhbor bin Mikha, kepada Safan, panitera itu, dan kepada Asaya, hamba raja, katanya: (13) ‘Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya.’ (14) Maka pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru. Mereka memberitakan semuanya kepadanya. (15) Perempuan itu menjawab mereka: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepadaKu! (16) Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah dibaca oleh raja Yehuda; (17) karena mereka meninggalkan Aku dan membakar korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hatiKu dengan segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murkaKu akan bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam. (18) Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu, (19) oleh karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya, bahwa mereka akan mendahsyatkan dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapanKu, Akupun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN, (20) sebab itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu, dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat ini.’ Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.”.
2 RAJA-RAJA 22:1-20 (REFORMASI DAN ALKITAB)
gadget, bisnis, otomotif
I) Reformasi oleh raja Yosia.

1) Ia menjadi raja pada usia 8 tahun (2 Raja-Raja 22: 1)!
Rasanya kita tidak bisa mengharapkan apa-apa dari raja yang masih anak-anak seperti ini. Tetapi ternyata apa yang kita pikirkan sama sekali berkebalikan dengan faktanya.

2) Raja Yosia melakukan reformasi yang luar biasa terhadap negara dan bangsanya!
Reformasi yang dilakukan oleh raja Yosia terletak di antara 2 Raja-Raja 22: 2 dan 2 Raja-Raja 22: 3.

Ini tidak diceritakan dalam 2 Raja 22 ini, tetapi diceritakan oleh bagian paralel dari 2Raja 22, yaitu dari 2Taw 34:1-8, yang menceritakan cerita ini dengan lebih terperinci.

2Tawarikh 34:1-8 - “(1) Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga puluh satu tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. (2) Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. (3) Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan. (4) Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di hadapannya; ia menghancurkan pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya; ia meremukkan dan menghancurluluhkan tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan, dan menghamburkannya ke atas kuburan orang-orang yang mempersembahkan korban kepada berhala-berhala itu. (5) Tulang-tulang para imam dibakarnya di atas mezbah-mezbah mereka. Demikianlah ia mentahirkan Yehuda dan Yerusalem. (6) Juga di kota-kota Manasye, Efraim dan Simeon, sampai di kota-kota Naftali, yang di mana-mana telah menjadi reruntuhan, (7) ia merobohkan segala mezbah dan tiang berhala, meremukkan segala patung pahatan serta menghancurluluhkannya, dan menghancurkan semua pedupaan di seluruh tanah Israel. Sesudah itu ia kembali ke Yerusalem. (8) Pada tahun kedelapan belas dari pemerintahannya, setelah selesai mentahirkan negeri dan rumah TUHAN, ia menyuruh Safan bin Azalya, dan Maaseya, penguasa kota, serta Yoah bin Yoahas, bendahara negara, untuk memperbaiki rumah TUHAN, Allahnya.”.

Jadi ada beberapa hal yang ia lakukan dalam mereformasi negara dan bangsanya:

a) Ia sendiri mencari Tuhan pada tahun yang ke 8 (pada usia 16 tahun) dari pemerintahannya (2Taw 34:3a).

b) Ia mentahirkan Yerusalem dengan menghancurkan segala sesuatu yang berhubungan dengan berhala pada tahun ke 12 (pada usia 20 tahun) dari pemerintahannya (2Taw 34:3b-7).

c) Ia memerintahkan untuk memperbaiki rumah Tuhan / Bait Allah pada tahun ke 18 (pada usia 26 tahun) dari pemerintahannya (2Taw 34:8-dst 2Raja 22:3-7).

3) Pada saat memperbaiki Bait Allah, mereka menemukan kitab hukum Taurat (ay 8 2Taw 34:15), yang lalu dibacakan di hadapan raja Yosia!

Matthew Henry: “It is observable that they were about a good work, repairing the temple, when they found the book of the law. Those that do their duty according to their knowledge shall have their knowledge increased. To him that hath shall be given. The book of the law was an abundant recompence for all their care and cost about the repair of the temple.” [= Merupakan sesuatu yang patut diperhatikan bahwa mereka sedang berkenaan dengan suatu pekerjaan baik, memperbaiki Bait Allah, pada waktu mereka menemukan kitab hukum Taurat. Mereka yang melakukan kewajiban mereka sesuai dengan pengetahuan mereka akan ditingkatkan pengetahuannya. Kepada ia yang mempunyai, akan diberikan. Kitab hukum Taurat merupakan suatu hadiah / pahala bagi semua perhatian dan ongkos tentang perbaikan Bait Allah.].

Matius 13:10-18 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.”.

Penerapan: merupakan sesuatu yang sangat berbahaya kalau saudara tidak mempunyai kerinduan untuk belajar / mengerti firman Tuhan!!! Sebaliknya, merupakan suatu berkat yang sangat besar kalau saudara mempunyai kerinduan untuk belajar / mengerti firman Tuhan!!

Sekarang kita kembali pada cerita tentang penemuan kitab hukum Taurat ini.
Kelihatannya kitab hukum Taurat itu tadinya hilang. Mungkin itu disebabkan karena peletakan yang ceroboh dan pengabaian, dilemparkan ke suatu sudut (sebagaimana beberapa orang melemparkan Alkitab mereka), oleh mereka yang tidak mengetahui nilai kitab itu, dan kitab itu dilupakan di sana; atau itu disembunyikan secara jahat oleh beberapa raja-raja yang menyembah berhala, atau pegawai-pegawai mereka. Atau itu disembunyikan oleh orang-orang yang bersahabat dengannya, supaya jangan itu jatuh ke tangan orang-orang yang memusuhinya. (Matthew Henry).

Adam Clarke memberi argumentasi bahwa kitab hukum Taurat yang ditemukan itu tidak mungkin merupakan satu-satunya kitab hukum Taurat yang tersisa, karena:

a) Sekalipun Ahas (ayah Hizkia), Manasye (anak Hizkia) dan Amon (anak Manasye) berusaha menghancurkan semua kitab-kitab (asli ataupun salinan) hukum Taurat, mereka tidak mungkin bisa menghancurkan semuanya.

b) Juga pada waktu Manasye bertobat, dan memulihkan setiap bagian dari penyembahan / ibadah ilahi, ia pasti tidak bisa melakukan hal itu tanpa hukum Taurat. Dan pemerintahan dari Amon setelahnya, terlalu pendek untuk memberinya kesempatan untuk membalikkan apa yang sudah direformasi oleh ayahnya, yang bertobat.

c) Juga pada zaman raja Yosafat, ia memerintahkan pengajaran hukum Taurat ke seluruh negeri melalui imam-imam dan orang-orang Lewi, dan mereka semua mempunyai kitab hukum Taurat.

2Taw 17:1-9 - “(1) Maka Yosafat, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. Sebagai pemimpin Israelia memperkuat dirinya (2) dengan menempatkan tentara di semua kota yang berkubu di Yehuda dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yehuda serta di kota-kota Efraim yang direbut oleh Asa, ayahnya. (3) Dan TUHAN menyertai Yosafat, karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal, (4) melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah-perintahNya dan tidak berbuat seperti Israel. (5) Oleh sebab itu TUHAN mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya. Seluruh Yehuda memberikan persembahan kepada Yosafat, sehingga ia menjadi kaya dan sangat terhormat. (6) Dengan tabah hati ia hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN. Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala. (7) Pada tahun ketiga pemerintahannya ia mengutus beberapa pembesarnya, yakni Benhail, Obaja, Zakharia, Netaneel dan Mikha untuk mengajar di kota-kota Yehuda. (8) Bersama-sama mereka turut juga beberapa orang Lewi, yakni Semaya, Netanya, Zebaja, Asael, Semiramot, Yonatan, Adonia, Tobia dan Tob-Adonia disertai imam-imam Elisama dan Yoram. (9) Mereka memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat TUHAN. Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat.”.

d) Yosia sendiri sudah mencari Allah jauh sebelum ini (10 tahun sebelum saat ini), dan memulai reformasi (6 tahun sebelum saat ini). Dan ini tidak mungkin bisa dilakukan tanpa hukum Taurat.
Kalau demikian, mengapa Yosia bereaksi dengan:

1. Mengoyakkan pakaiannya?

2 Raja-Raja 22: 11: “Segera sesudah raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya.”.

2. Minta petunjuk Tuhan, yang lalu diberikan oleh nabiah Hulda?

2 Raja-Raja 22: 12-20: “(12) Kemudian raja memberi perintah kepada imam Hilkia, kepada Ahikam bin Safan, kepada Akhbor bin Mikha, kepada Safan, panitera itu, dan kepada Asaya, hamba raja, katanya: (13) ‘Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya.’ (14) Maka pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru. Mereka memberitakan semuanya kepadanya. (15) Perempuan itu menjawab mereka: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepadaKu! (16) Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah dibaca oleh raja Yehuda; (17) karena mereka meninggalkan Aku dan membakar korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hatiKu dengan segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murkaKu akan bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam. (18) Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu, (19) oleh karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya, bahwa mereka akan mendahsyatkan dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapanKu, Akupun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN, (20) sebab itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu, dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat ini.’ Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.”.

Ada beberapa penafsiran mengapa raja Yosia bereaksi seperti itu.

Jamieson, Fausset & Brown: “The impressions of grief and terror which the reading produced on the mind of Josiah have seemed to many unaccountable. And as it is certain, from the extensive and familiar knowledge displayed by the prophets, that there were numbers of other copies in popular circulation, the king must have known its sacred contents in some degree. But he might have been a stranger to the passage read to him; or the reading of it might, in the special circumstances, have found a way to his heart in a manner that he never felt before.” [= Kesan sedih dan takut yang dihasilkan oleh pembacaan pada pikiran Yosia terlihat tak bisa dijelaskan bagi banyak orang. Dan karena adalah pasti, dari pengetahuan yang luas dan akrab yang ditunjukkan oleh nabi-nabi, bahwa di sana ada banyak dari salinan-salinan lain dalam peredaran umum, raja pasti telah mengetahui isinya yang kudus dalam tingkat tertentu. Tetapi ia bisa telah menjadi seorang asing terhadap text yang dibacakan kepadanya; dan pembacaan itu bisa, dalam keadaan khusus, telah menemukan suatu jalan kepada hatinya dengan suatu cara yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.].

Matthew Henry: “it seems the things contained in it were new both to the king himself and to the high priest; for the king, upon the reading of it, rent his clothes. We have reason to think that neither the command for the king’s writing a copy of the law, nor that for the public reading of the law every seventh year (Deut 17:18; 31:10,11), had been observed for a long time; and when the instituted means of keeping up religion are neglected religion itself will soon go to decay. Yet, on the other hand, if the book of the law was lost, it seems difficult to determine what rule Josiah went by in doing that which was ‘right in the sight of the Lord,’ and how the priests and people kept up the rites of their religion.” [= kelihatannya hal-hal yang terdapat di dalamnya adalah baru baik bagi raja sendiri dan bagi imam besar; karena raja, setelah pembacaan darinya, mengoyakkan pakaiannya. Kami mempunyai alasan untuk menganggap bahwa perintah bagi raja untuk menuliskan suatu salinan dari hukum Taurat, maupun perintah untuk pembacaan hukum Taurat di depan umum setiap tahun ke 7 (Ulangan 17:18; 31:10-11), tidak dilakukan / ditaati untuk suatu waktu yang lama; dan pada waktu cara yang diberikan untuk memelihara / memajukan agama diabaikan, agama itu sendiri akan segera membusuk. Tetapi, di sisi lain, jika kitab hukum Taurat itu hilang, kelihatannya sukar untuk menentukan peraturan apa yang Yosia taati dalam melakukan apa yang adalah ‘benar di mata Tuhan’, dan bagaimana imam-imam dan bangsa itu memelihara upacara-upacara dari agama mereka.].

Ulangan 17:18 - “Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi.”.

Ulangan 31:10-13 - “(10) Dan Musa memerintahkan kepada mereka, demikian: ‘Pada akhir tujuh tahun, pada waktu yang telah ditetapkan dalam tahun penghapusan hutang, yakni hari raya Pondok Daun, (11) apabila seluruh orang Israel datang menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya, maka haruslah engkau membacakan hukum Taurat ini di depan seluruh orang Israel. (12) Seluruh bangsa itu berkumpul, laki-laki, perempuan dan anak-anak, dan orang asing yang diam di dalam tempatmu, supaya mereka mendengarnya dan belajar takut akan TUHAN, Allahmu, dan mereka melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini, (13) dan supaya anak-anak mereka, yang tidak mengetahuinya, dapat mendengarnya dan belajar takut akan TUHAN, Allahmu, - selama kamu hidup di tanah, ke mana kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya.’”.

Matthew Henry: “I am apt to think that the people generally took up with abstracts of the law, like our abridgements of the statutes, which the priests, to save themselves the trouble of writing and the people of reading the book at large, had furnished them with - a sort of ritual, directing them in the observances of their religion, but leaving out what they thought fit, and particularly the promises and threatenings (Lev 26 and Deut 28, &c.), for I observe that these were the portions of the law which Josiah was so much affected with (v. 13), for these were new to him. No summaries, extracts, or collections, out of the Bible (though they may have their use) can be effectual to convey and preserve the knowledge of God and his will like the Bible itself.” [= Saya condong untuk berpikir / menganggap bahwa bangsa itu secara umum mengambil ringkasan dari hukum Taurat, seperti ringkasan dari hukum-hukum kita, yang imam-imam, untuk menghindarkan diri mereka sendiri dari kesukaran penulisan dan bangsa itu dari pembacaan kitab itu secara keseluruhan, telah sediakan bagi mereka - sejenis kitab upacara, yang mengarahkan mereka dalam mentaati agama mereka, tetapi menghapuskan apa yang mereka anggap cocok, dan secara khusus janji-janji dan ancaman-ancaman (Im 26 dan Ul 28, dsb.), karena saya memperhatikan bahwa ini adalah bagian-bagian dari hukum Taurat yang sangat mempengaruhi Yosia (ay 13), karena hal-hal ini adalah baru baginya. Tak ada ringkasan-ringkasan, intisari-intisari, atau kumpulan-kumpulan, dari Alkitab (sekalipun hal-hal itu bisa mempunyai manfaat) bisa efektif untuk memberikan dan memelihara pengetahuan / pengenalan tentang Allah dan kehendakNya seperti Alkitab sendiri.].

Matthew Henry lalu menambahkan.
Matthew Henry: “It was no marvel that the people were so corrupt when the book of the law was such a scarce thing among them; ‘where that vision is not the people perish.’ Those that endeavoured to debauch them no doubt used all the arts they could to get that book out of their hands. The church of Rome could not keep up the use of images but by forbidding the use of the scripture.” [= Bukanlah sesuatu yang mengherankan bahwa bangsa itu begitu jahat / rusak pada waktu kitab hukum Taurat adalah suatu hal yang begitu jarang ditemukan di antara mereka; ‘dimana penglihatan itu tidak ada bangsa itu binasa’. Mereka yang berusaha untuk merusak / menghilangkan kesetiaan mereka tak diragukan akan menggunakan semua keahlian yang bisa mereka dapatkan untuk mengambil kitab itu dari tangan mereka. Gereja Roma (Katolik) tidak bisa memelihara penggunaan patung-patung kecuali dengan melarang penggunaan dari Kitab Suci.].

Amsal 29:18 - “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.”.

Ada macam-macam versi, tetapi menurut saya dalam hal ini NASB yang paling benar.
NASB: “Where there is no vision, the people are unrestrained,” [= Dimana di sana tidak ada penglihatan, orang-orang tidak dikekang.].

Matthew Henry: “3. It was a great instance of God’s favour, and a token for good to Josiah and his people, that the book of the law was thus seasonably brought to light, to direct and quicken that blessed reformation which Josiah had begun. It is a sign that God has mercy in store for a people when he magnifies his law among them and makes that honourable, and furnishes them with means for the increase of scripture-knowledge. The translating of the scriptures into vulgar tongues was the glory, strength, and joy of the Reformation from Popery.” [= 3. Merupakan suatu kejadian / contoh yang besar tentang kebaikan Allah, dan suatu tanda untuk kebaikan bagi Yosia dan bangsanya, bahwa kitab hukum Taurat pada waktu yang tepat dinyatakan, untuk mengarahkan dan mempercepat reformasi yang diberkati yang telah dimulai oleh Yosia. Merupakan suatu tanda bahwa Allah mempunyai belas kasihan yang tersedia untuk suatu bangsa pada waktu Ia membesarkan / memuliakan hukum TauratNya dan membuatnya begitu terhormat, dan memperlengkapi mereka dengan cara / jalan untuk peningkatan pengetahuan Kitab Suci. Penterjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa kasar / biasa merupakan kemuliaan, kekuatan, dan sukacita dari Reformasi dari ajaran / praktek / upacara Gereja Katolik.].

II) Tidak adanya Alkitab menunjukkan perlunya reformasi.

Apakah benar bahwa pada abad pertengahan Alkitab tidak ada? Ya dalam arti tertentu, itu memang benar. Arti tertentu yang bagaimana? Mari kita melihat penjelasan-penjelasan di bawah ini.

1) Martin Luther (1483-1546) baru untuk pertama kalinya dalam hidupnya melihat suatu Alkitab lengkap, pada saat ia berusia 20 tahun, dan itupun Alkitab dalam bahasa Latin.

David Schaff: “At the age of eighteen, in the year 1501, he entered, as ‘Martinus Ludher ex Mansfeld,’ the Universityof Erfurt, which had been founded a hundred years before (1392) and was then one of the best in Germany. ... In his twentieth year he first saw a complete (Latin) Bible in the University Library, and was surprised and rejoiced to find that it contained so much more than was ever read or explained in the churches. ” [= Pada usia 18 tahun, pada tahun 1501, ia masuk, sebagai ‘Martinus Ludher ex Mansfeld’, Universitas di Erfurt, yang telah didirikan 100 tahun sebelumnya (tahun 1392) dan yang pada saat itu adalah salah satu yang terbaik di Jerman. ... Pada usianya yang ke 20 ia untuk pertama-kalinya melihat suatu Alkitab (Latin) lengkap di Perpustakaan Universitas, dan kaget dan bersukacita mendapati bahwa Alkitab itu berisi begitu jauh lebih banyak dari pada yang pernah dibacakan atau dijelaskan dalam gereja-gereja.] - ‘History of the Christian Church’, vol VII, hal 109,111.

David Schaff memberikan catatan kaki yang berbunyi sebagai berikut: “This was partly his own fault, for several editions of the Latin Vulgate and the German Bible were printed before 1500.” [= Ini sebagian adalah kesalahannya sendiri, karena beberapa edisi dari Latin Vulgate dan Alkitab bahasa Jerman dicetak sebelum tahun 1500.].

Menurut saya, ini merupakan komentar yang bodoh. Bagaimana bisa salah dia??? Dalam Gereja Roma Katolik pada zaman itu, Alkitab dilarang untuk orang awam! Orang awam dilarang untuk membaca, bahkan dilarang untuk memilki Alkitab!

2) Benarkah bahwa pada zaman itu Alkitab dilarang bagi orang awam?

Saya akan memberi banyak kutipan dari buku Loraine Boettner yang berjudul ‘Roman Catholicism’. Sebagai catatan, Loraine Boettner hidup pada tahun 1901-1990.

Bahwa dalam Roma Katolik orang awam memang dilarang untuk membaca, bahkan untuk memiliki Alkitab terlihat dari:

a) Loraine Boettner: “The Bible was first officially forbidden to the people by the Church of Rome and placed on the Index of Forbidden Books by the Council of Valencia (a cathedral city in southeastern Spain) in the year 1229, with the following decree: ‘We prohibit also the permitting of the laity to have the books of the Old and New Testament, unless any one should wish, from a feeling of devotion, to have a psalter or breviary for divine service, or the hours of the blessed Mary. But we strictly forbid them to have the above-mentioned books in the vulgar tongue.’ Here we see that the Bible was forbidden to the laity, except for the Psalms or breviary (book of devotions), and even then it could be only in Latin - which of course placed it beyond the reach of the common people. That decree was passed at the time the Waldensians were gaining strength, and it was enforced with bitter persecution.” [= Alkitab pertamakalinya dilarang secara resmi bagi umat oleh Gereja Roma (Katolik) dan ditempatkan pada Index dari buku-buku terlarang oleh Sidang Gereja Valencia(suatu kotakatedral di bagian tenggara Spanyol) pada tahun 1229, dengan ketetapan sebagai berikut: ‘Kami melarang juga pemberian ijin kepada orang awam untuk memilikibuku-buku Perjanjian Lama dan Baru, kecuali seseorang ingin, dari suatu perasaan untuk berbakti, untuk mempunyai kitab Mazmur atau buku doa Roma Katolik untuk kebaktian / pelayanan ilahi, atau saat-saat Maria yang terpuji. Tetapi kami dengan keras melarang mereka untuk memiliki buku-buku tersebut di atas dalam bahasa kasar (non Latin). Di sini kita melihat bahwa Alkitab dilarang bagi orang awam, kecuali untuk Mazmur atau kitab ringkasan Mazmur, puji-pujian dan doa (buku devosi), dan bahkan dalam kasus itu, itu hanya bisa dalam bahasa Latin - yang sudah tentu menempatkannya di atas jangkauan dari orang-orang umum / biasa. Ketetapan itu terjadi / disetujui pada saat ‘the Waldensians’ sedang mendapatkan kekuatan, dan itu ditegakkan dengan penganiayaan yang pahit.] - ‘Roman Catholicism’, hal 97.

Pada waktu saya mencarinya di google, saya mendapati bahwa orang-orang Katolik membantah dengan mengatakan bahwa:

1. ‘The Index of Forbidden Books’ [= Daftar dari buku-buku terlarang] belum ada pada tahun 1229, itu baru ada pada tahun 1559. Ini memang benar.

2. Tidak pernah ada Sidang Gereja yang namanya Valencia.
Dan saya lalu mencari di google, dan saya menemukan dalam link di bawah ini, kalau Sidang Gereja itu bukan di ‘Valencia’, tetapi di ‘Toulouse’ (tahun 1229) (https://en.wikipedia.org/wiki/Council_of_Toulouse).

Saya ambil satu cuplikan dari link di atas ini.

“The Council of Toulouse (1229) was a Councilof the Roman Catholic Churchcalled by Folquet de Marselhathe Bishop of Toulousein 1229 AD. The council forbade laity to read vernacular translations of the Bible.” [= Sidang Gereja Toulouse (1229) adalah suatu Sidang Gereja dari Gereja Roma Katolik yang diminta / dituntut / diperintahkan oleh Folquet de MarselhaUskup dari Toulousepada tahun 1229 M. Sidang Gereja itu melarang orang awam untuk membaca terjemahan-terjemahan dari Alkitab dalam bahasa sehari-hari.].

Saya menemukan link lain yaitu: https://amazingbibletimeline.com/blog/toulouse-council-of/
Dan saya memberikan satu cuplikan dari link di atas ini.

“Heresies and the Ban of Reading Unauthorized Bibles. In the eleventh century, a new belief that came from Manichaeism found its way in some parts of France and Italy. This belief spread into southern Europe, and a lot of its believers came from the town of Albi in France that is why they were called the Albigensians. ... The number of Albigensian believers grew in southern Europe until the pope became alarmed at the spread of the heresy. At first, he ordered the priests to bring them back to the ‘right’ path through preaching and teaching. To prevent the Albigensian beliefs from spreading, the local bishop assembled the Council of Toulouse in 1229. The council told the people to look for the heretics in their own areas and allowed the people to destroy their houses. The council also ordered the people to destroy Bibles that were translated into French and other non-Latin languages. The people were also prohibited from reading any of the unauthorized copies of the Bible. The Inquisition started in 1233, and the suffering of the Albigensians only increased as the years passed. The decision to forbid the people from reading non-Latin Bibles would be confirmed in the TarragonaCouncil in 1234.” [= Bidat-bidat dan larangan membaca Alkitab yang tidak punya izin resmi. ... Untuk mencegah penyebaran kepercayaan-kepercayaan Albigensian, uskup lokal memanggil / mengumpulkan Sidang Gereja Toulouse pada tahun 1229. ... Sidang Gereja itu juga memerintahkan umat untuk menghancurkan Alkitab-Alkitab yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan bahasa-bahasa non Latin lainnya. Umat juga dilarang untuk membaca salinan-salinan Alkitab manapun yang tidak mempunyai izin resmi. ... Keputusan untuk melarang umat untuk membaca Alkitab-Alkitab non Latin diteguhkan dalam Sidang Gereja Tarragona pada tahun 1234.].

Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi.

Adanya kelompok sesat yang menggunakan Alkitab non Latin sama sekali bukanlah alasan yang bagus untuk melarang orang membaca Alkitab non Latin. Ini merupakan kegilaan bagi saya! Ini sama dengan karena adanya terjemahan New World Translation dari Saksi-Saksi Yehuwa maka kita lalu melarang orang membaca Alkitab kecuali dalam bahasa asli.

Kesimpulan: sekalipun kata-kata Loraine Boettner mengandung kesalahan-kesalahan, tetapi inti kata-katanya memang benar. Ada Sidang Gereja yang melarang orang awam membaca Alkitab!

b) Loraine Boettner: “The Council of Trentreaffirmed that decree and prohibited the use of the Scriptures by any member of the church unless he obtained permission from his superior. The decree read as follows: ‘In as much as it is manifest, from experience, that if the Holy Bible, translated into the vulgar tongue, be indiscriminately allowed to everyone, the temerity of men will cause more evil than good to arise from it; it is, on this point, referred to the judgment of the bishops, or inquisitors, who may, by the advice of the priest or confessor, permit the reading of the Bible translated into the vulgar tongue by Catholic authors, to those persons whose faith and piety, they apprehend, will be augmented, and not injured by it; and this permission they must have in writing.’ To this decree, as to more than a hundred others passed by this council, was attached an anathema against anyone who should dare to violate it, and also penalties were fixed against the illegal possessor or seller of those books. Here we observe particularly the statement that the reading of the Bible in the native tongue will do ‘more evil than good’! Imagine that, as the deliberate teaching of a church professing to be Christian! How insulting to God is such teaching, that His Word as read by the people will do more evil than good! That attitude toward the Word of God is the mark, not of a true church, but of a false church. ... Even where permission to read the Bible is granted by the Council of Trent, to those who presumably are so thoroughly indoctrinated with Roman Catholicism that nothing will shake their faith, that permission must be in writing!” [= Sidang Gereja Trent meneguhkan ulang ketetapan itu dan melarang penggunaan Kitab Suci oleh anggota manapun dari gereja kecuali ia mendapatkan izin dari atasannya. Ketetapan itu berbunyi sebagai berikut: ‘Karena jelas / nyata, dari pengalaman, bahwa kalau Alkitab Kudus, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa kasar (bahasa biasa / non Latin) diizinkan secara sembarangan kepada semua orang, kesembronoan manusia akan menyebabkan lebih banyak kejahatan / keburukan dari pada kebaikan yang muncul dari padanya; maka pada titik ini diserahkan pada penghakiman dari uskup, atau pejabat Roma Katolik yang meneliti penyesatan, yang oleh nasehat dari imam / pastor atau confessor {= pastor yang diberi otoritas untuk menerima pengakuan dosa}, boleh mengizinkan pembacaan Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa kasar / biasa oleh pengarang Katolik, kepada orang-orang yang iman dan kesalehannya, menurut mereka, akan bertambah, dan bukannya dirusak oleh pembacaan itu; dan izin itu harus mereka miliki secara tertulis’. Pada ketetapan ini, seperti pada lebih dari 100 ketetapan-ketetapan yang lain yang diputuskan oleh Sidang Gereja ini, ditambahkan suatu kutukan terhadap siapapun yang berani melanggarnya, dan juga hukuman-hukuman ditentukan terhadap pemilik atau penjual yang tidak sah dari buku-buku itu. Di sini kita memperhatikan secara khusus pernyataan bahwa pembacaan Alkitab dalam bahasa ibu akan menghasilkan ‘lebih banyak kejahatan / keburukan dari pada kebaikan’! Bayangkan itu, sebagai ajaran sengaja dari suatu gereja yang mengaku sebagai Kristen! Betapa menghinanya bagi Allah ajaran seperti itu, bahwa firmanNya pada waktu dibaca oleh umat / orang-orang akan menghasilkan lebih banyak kejahatan / keburukan dari pada kebaikan! Sikap itu terhadap firman Allah adalah tanda, bukan dari suatu gereja yang benar, tetapi dari suatu gereja palsu. ... Bahkan dimana izin untuk membaca Alkitab diberikan oleh Sidang Gereja Trent, kepada mereka yang dianggap begitu diindoktrinasi secara menyeluruh oleh ajaran Roma Katolik sehingga tak ada apapun akan menggoncangkan iman mereka, izin itu harus tertulis!] - ‘Roman Catholicism’, hal 97-98.

Catatan: Sidang Gereja Trent diadakan tahun 1545-1563.

c) Kata-kata Alphonsus Liguori (1696–1787) sebagai berikut:
“The Scriptures and books of Controversy may not be permitted in the vulgar tongue, as also they cannot be read without permission.” [= Kitab Suci dan buku-buku Pertentangan / Perdebatan tidak boleh diijinkan dalam bahasa kasar / biasa, sebagaimana mereka juga tidak boleh dibaca tanpa ijin.] - Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 98.

Catatan: kalau mau tahu lebih banyak tentang AlphonsusLiguori, yang oleh Gereja Roma Katolik dijadikan Santo, silahkan membaca link ini: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Alphonsus_Liguori

d) Loraine Boettner: “Four different popes during the eighteenth century made pronouncements against giving the Bible to the people in their own language, typical of which was that of Clement XI (1713) in the Bull Unigenitus: ‘We strictly forbid them (the laity) to have the books of the Old and New Testament in the vulgar tongue.’ As for the Encyclical of Leo XIII (1893) on ‘The Study of the Bible,’ sometimes quoted by Roman Catholics as a statement urging the laity to study the Bible, it should be observed that: (1) the Bible which was cited for study was the Latin Vulgate, which of course was not available to the common people nor understood by them; (2) the statement forbade them to interpret it otherwise than as the church interpreted it; and (3) it did not rescind or modify the prior law of the church which refused the free use of the Scriptures to the laity.” [= Empat Paus yang berbeda sepanjang abad 18 membuat pernyataan yang berotoritas menentang pemberian Alkitab kepada umat dalam bahasa mereka sendiri, yang cirinya adalah seperti pernyataan Clement XI dalam Bull Unigenitus: ‘Kami dengan keras melarang mereka (orang awam) untuk mempunyai buku-buku Perjanjian Lama dan Baru dalam bahasa kasar / biasa’. Berkenaan dengan suratedaran dari Leo XIII (tahun 1893) tentang ‘Pembelajaran Alkitab’, kadang-kadang dikutip oleh orang-orang Roma Katolik sebagai suatu pernyataan yang mendesak orang-orang awam untuk mempelajari Alkitab, harus diperhatikan bahwa: (1) Alkitab yang dikutip untuk pembelajaran adalah Latin Vulgate, yang sudah tentu tidak tersedia bagi orang biasa dan tidak dimengerti oleh mereka; (2) pernyataan itu melarang mereka untuk menafsirkannya berbeda dengan sebagaimana gereja menafsirkannya; dan (3) itu tidak menghapuskan atau memodifikasi hukum gereja sebelumnya yang menolak penggunaan bebas dari Kitab Suci bagi orang awam.] - ‘Roman Catholicism’, hal 98-99.

Tetapi, tanggal 11 Oktober 1992, Gereja Roma Katolik menerbitkan ‘Chatechism of the Catholic Church’, yang pada no 133, berkata sebagai berikut:

“The Church forcefully and specifically exhorts all the Christian faithful... to learn the surpassing knowledge of Jesus Christ, by frequent reading of the divine Scriptures. Ignorance of the Scriptures is ignorance of Christ.” [= Gereja dengan kuat dan khusus mendesak semua orang kristen yang setia... untuk mempelajari pengetahuan yang melampaui dari Yesus Kristus, dengan pembacaan yang sering dari Kitab Suci ilahi. Ketidaktahuan terhadap Kitab Suci adalah ketidaktahuan terhadap Kristus.].

Karena itu, kalau pada zaman sekarang ada orang Katolik yang membantah serangan Loraine Boettner bahwa Alkitab dilarang untuk orang awam, dengan mengatakan bahwa mereka mempunyai Alkitab dalam bahasa mereka, dan bebas membacanya, jangan heran! Itu sekarang, dan itu beda dengan dulu!

Perubahan sikap terhadap Kitab Suci ini, adalah perubahan ke arah yang baik. Tetapi:

1. Juga ada keanehan, karena itu berarti bahwa keputusan-keputusan Sidang-sidang Gereja, dan kata-kata Paus-Paus di atas, adalah salah. Padahal Roma Katolik menganggap bahwa keputusan Sidang Gereja, dan juga kata-kata / keputusan Paus sebagai tradisi yang setingkat dengan Firman Tuhan.

2. Boleh dikatakan semua orang Katolik tidak peduli dengan tafsiran Kristen yang manapun. Mereka hanya peduli / menerima tafsiran dari Gereja Roma Katolik, tak peduli sekonyol apapun tafsiran-tafsiran itu.

III) Tersebarnya Alkitab menjelang, pada saat, dan sesudah Reformasi.

Saya hanya memberikan secara singkat, dan ini hal-hal yang penting saja, terutama penterjemahan Alkitab dan penyebarannya (Dari buku ‘Eerdmans’ Family Encyclopedia of the Bible’, hal 70-73).

1) Pendahulu Reformasi.

a) John Wycliffe menterjemahkan Latin Vulgate ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1384. Dan pada tahun 1395 merevisi terjemahan ini dalam bahasa Inggris yang lebih baik dan lebih jelas.
Sebetulnya penterjemahannya dilakukan bukan hanya oleh Wycliffe seorang diri, tetapi ada beberapa orang lain. Dan terjemahannya tidak direstui, tetapi sebaliknya ditekan, oleh Kerajaan Inggris maupun oleh Gereja Katolik di Inggris. - https://en.wikipedia.org/wiki/Wycliffe%27s_Bible

b) Parapengikut John Huss menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Cekoslovakia pada tahun 1475.

c) Erasmus menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani pada tahun 1516.

“The earliest printed edition of the Greek New Testament appeared in 1516 from the Froben press, by Desiderius Erasmus, who reconstructed its Greek text from several recent manuscripts of the Byzantine text-type. He occasionally added a Greek translation of the Latin Vulgate for parts that did not exist in the Greek manuscripts. He produced four later editions of this text. Erasmus was Roman Catholic, but his preference for the Byzantine Greek manuscripts rather than the Latin Vulgate led some church authorities to view him with suspicion.” [= Edisi cetakan pertama dari Perjanjian Baru bahasa Yunani muncul pada tahun 1516 dari percetakan Froben, oleh Desiderius Erasmus, yang menyusun ulang text bahasa Yunaninya dari beberapa manuscript-manuscript yang baru dari type-type Byzantine. Ia kadang-kadang menambahkan suatu terjemahan bahasa Yunani dari Latin Vulgate untuk bagian-bagian yang tidak ada dalam manuscript-manuscript Yunani. Ia menghasilkan 4 edisi belakangan dari text ini. Erasmus adalah seorang Roma Katolik, tetapi pemilihannya untuk manuscript-manuscript Yunani Byzantine dan bukannya Latin Vulgate menyebabkan beberapa otoritas-otoritas gereja memandangnya dengan kecurigaan.]- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bible_translations

2) Pada saat Reformasi dan setelahnya.

a) Martin Luther menterjemahkan Alkitab, dari text Ibrani dan Yunani, ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1522-1532. Perjanjian Baru ia terjemahkan tahun 1522, hanya dalam waktu tidak sampai 1 tahun! Perjanjian Lamanya yang baru ia terjemahkan belakangan. - https://en.wikipedia.org/wiki/Luther_Bible

b) William Tyndale menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1526. Ia merevisinya dua kali, dan pada tahun 1566 itu telah dicetak 40 kali. Ia juga menterjemahkan sebagian dari Perjanjian Lama.


Dari link https://en.m.wikipedia.org/wiki/William_Tyndalesaya mengambil 3 cuplikan di bawah ini:
1. “William Tyndale (... c. 1494 - c. 6 October 1536) was an English scholar who became a leading figure in the Protestant Reformation in the years leading up to his execution. He is well known as a translator of the Bible into English, influenced by the works of Erasmus of Rotterdam and Martin Luther.” [= William Tyndale (... sekitar 1494 - sekitar 6 Oktober 1536) adalah seorang sarjana Inggris yang menjadi sosok utama dalam Reformasi Protestan dalam tahun-tahun yang menghasilkan penghukuman matinya. Ia terkenal sebagai seorang penterjemah dari Alkitab ke dalam bahasa Inggris, dipengaruhi oleh pekerjaan-pekerjaan Erasmus dari Rotterdamdan Martin Luther.].

2. “Tyndale’s translation was the first English Bible to draw directly from Hebrew and Greek texts, the first English translation to take advantage of the printing press, the first of the new English Bibles of the Reformation, and the first English translation to use Jehovah (‘Iehouah’) as God’s name as preferred by English Protestant Reformers.” [= Terjemahan Tyndale adalah Alkitab bahasa Inggris pertama yang mengambil langsung dari text-text bahasa Ibrani dan Yunani, terjemahan bahasa Inggris pertama yang memanfaatkan percetakan, yang pertama dari Alkitab-Alkitab bahasa Inggris yang baru dari Reformasi, dan terjemahan bahasa Inggris pertama yang menggunakan ‘Yehovah’ (‘Iehouah’) sebagai nama Allah sebagaimana yang lebih dipilih oleh para tokoh Reformasi Protestan Inggris.].

3. “In 1530, Tyndale wrote The Practyse of Prelates, opposing Henry’s annulment of his own marriageon the grounds that it contravened Scripture. Fleeing England, Tyndale sought refuge in the Flemish territory of the Catholic Emperor Charles V. In 1535, Tyndale was arrested and jailed in the castle of Vilvoorde (Filford) outside Brussels for over a year. In 1536, he was convicted of heresy and executed by strangulation, after which his body was burnt at the stake. His dying prayer was that the King of England’s eyes would be opened; this seemed to find its fulfilment just one year later with Henry’s authorisation of the Matthew Bible, which was largely Tyndale’s own work, with missing sections translated by John Rogers and Miles Coverdale.” [= Pada tahun 1530, Tyndale menulis ‘The Practyse of Prelates’, menentang pembatalan pernikahan Henry sendiri dengan dasar bahwa itu bertentangan dengan Kitab Suci. Lari dari Inggris, Tyndale mencari perlindungan di daerah Flemish dari Kaisar Katolik Charles V. Pada tahun 1535, Tyndale ditangkap dan dipenjarakan di benteng Vilvoorde (Filford) di luar Brussels selama lebih dari satu tahun. Pada tahun 1536, ia dibuktikan bersalah tentang bidat / penyesatan dan dihukum mati dengan dicekik, setelah mana mayatnya dibakar di tiang hukuman. Doanya pada waktu mau mati adalah supaya mata Raja Inggris terbuka; ini kelihatannya mendapatkan penggenapannya hanya satu tahun setelahnya dengan persetujuan dari Henry terhadap Matthew Bible, yang sebagian besar adalah pekerjaan Tyndale sendiri, dengan bagian-bagian yang hilang diterjemahkan oleh John Rogers dan Miles Coverdale.].

Apakah Tyndale mati sia-sia pada usia hanya sekitar 42 tahun? Saya akan memberi jawabannya dari link https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bible_translations

“Tyndale’s New Testament translation (1526, revised in 1534, 1535 and 1536) and his translation of the Pentateuch (1530, 1534) and the Book of Jonah were met with heavy sanctions given the widespread belief that Tyndale changed the Bible as he attempted to translate it. Tyndale’s unfinished work, cut short by his execution, was supplemented by Myles Coverdaleand published under a pseudonym to create the Matthew Bible, the first complete English translation of the Bible. Attempts at an ‘authoritative’ English Bible for the Church of Englandwould include the Great Bible of 1538 (also relying on Coverdale’s work), the Bishops’ Bible of 1568, and the Authorized Version (the King James Version) of 1611, the last of which would become a standard for English speaking Christians for several centuries.” [= Terjemahan Perjanjian Baru Tyndale (1526, direvisi tahun 1534, 1535 dan 1536) dan terjemahannya tentang Pentateuch / limakitab Musa (1530, 1534) dan Kitab Yunus dihadapi dengan tekanan-tekanan moral yang berat yang diberikan oleh kepercayaan yang tersebar luas bahwa Tyndale mengubah Alkitab pada waktu ia berusaha menterjemahkannya. Pekerjaan Tyndale yang belum selesai, diakhiri lebih cepat dari perkiraan oleh penghukuman matinya, ditambahkan oleh Myles Coverdale dan dipublikasikan di bawah nama samaran untuk menciptakan ‘the Matthew Bible’, terjemahan Alkitab bahasa Inggris lengkap yang pertama. Usaha-usaha yang mengarah pada suatu Alkitab bahasa Inggris ‘resmi / diakui / yang berotoritas’ untuk Gereja Inggris mencakup ‘the Great Bible’ tahun 1538 (juga bersandar pada pekerjaan dari Coverdale), ‘the Bishops’ Bible’tahun 1568, dan ‘the Authorized Version’ (the King James Version) tahun 1611, dan yang terakhir ini menjadi suatu standard / tolok ukur untuk orang-orang Kristen berbahasa Inggris untuk beberapa abad.].

Saya tidak akan menceritakan detail-detail seterusnya, dan saya meloncat ke zaman sekarang ini.

Dari gabungan pekerjaan-pekerjaan menterjemahkan Alkitab dari para tokoh Reformasi dan para pendahulunya, pada masa ini (September 2020) hasilnya adalah sebagai berikut:


“As of September 2020 the full Bible has been translated into 700 languages, the New Testament has been translated into an additional 1,548 languages and Bible portions or stories into 1,138 other languages. Thus at least some portions of the Bible have been translated into 3,386 languages.” [= Pada September 2020 Alkitab lengkap telah diterjemahkan ke dalam 700 bahasa, Perjanjian Baru telah diterjemahkan ke dalam 1548 bahasa-bahasa tambahan dan bagian-bagian atau cerita-cerita Alkitab ke dalam 1138 bahasa-bahasa lainnya. Jadi sedikitnya beberapa bagian dari Alkitab telah diterjemahkan ke dalam 3386 bahasa.] - https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bible_translations

Kesimpulan / penutup.

Kita hidup dalam keadaan yang sangat diberkati dengan Alkitab yang sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Apalagi kita sekarang punya dalam bentuk e-Bible, seperti E-Sword, Bible Works, dan sebagainya.

Tetapi dengan adanya banyak berkat dan ‘terang’ itu juga muncul tanggung jawab yang berat bagi kita! Kita apakan Alkitab itu???

Sangat banyak pendeta-pendeta, dosen-dosen sekolah theologia, pengkhotbah-pengkhotbah yang tidak banyak belajar Alkitab!! Apalagi jemaat awam! Yang muncul dan disukai / dicari adalah khotbah-khotbah yang tak menjelaskan text-text Alkitab, tetapi dipenuhi dengan cerita, lelucon, kesaksian (banyak yang palsu laginya)!!!

Juga ada banyak pendeta-pendeta dan orang-orang Kristen yang, dalam perdebatan, tak peduli pada ajaran yang jelas-jelas Alkitabiah, dan tak bisa mereka bantah!!

Orang-orang seperti ini menyia-nyiakan jerih payah dari orang-orang abad pertengahan, menyia-nyiakan Reformasi dsb! Saudara mau kembali ke zaman Gereja Roma Katolik dimana mereka melarang Alkitab dalam bahasa non Latin???

Dan pada akhir zaman, kita harus mempertangung-jawabkan semuanya kepada Tuhan! Pikir dan renungkan, bisakah saudara, pada saat itu nanti, memberi pertanggung-jawaban yang baik kepada Tuhan tentang apa yang saudara lakukan terhadap Alkitab dalam hidup saudara?.2 RAJA-RAJA 22:1-20 (REFORMASI DAN ALKITAB)
-AMIN-
Next Post Previous Post