AYAT-AYAT SUKAR DARI YOHANES BERKENAAN KEILAHIAN KRISTUS
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1) Yohanes 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”.
Gadget, health, education, otomotif |
Bdk. Matius 28:18 - “Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.
2) Yohanes 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.
Sebagai manusia Yesus memang harus mentaati kehendak Bapa, karena kalau tidak, Ia tidak bisa menjadi Juruselamat kita.
3) Yohanes 5:19-20 - “(19) Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. (20) Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran”.
Bdk. Yohanes 5:30 - “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku”.
Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme (yang akhirnya ber-reinkarnasi menjadi Saksi Yehuwa) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.
Tetapi sebetulnya ayat ini, khususnya kata-kata ‘tidak dapat’, sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Ingat bahwa Yoh 5:19 ini terletak dalam kontext yang menekankan keilahian Yesus, yaitu Yohanes 5:17-18 yang berbunyi sebagai berikut: “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: "BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Dalam kontex seperti itu, tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya, yang menunjukkan bahwa Ia bukan Allah.
Kalau demikian, apa arti / maksud kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan yang tidak terpisahkan antara diriNya dengan Bapa, yang menyebabkan Ia tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus! Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan orang-orang Yahudi bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat Allah (Yoh 5:18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.
Bandingkan dengan penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yohanes 5:18 dan Yohanes 5:19 ini. Terbalik dengan penafsiran di atas, mereka menjadikan Yoh 5:19nya sebagai patokan, bahwa Yesus bukan Allah, dan dengan patokan itu mereka menafsirkan Yoh 5:18nya.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yohanes 5:18. Di sana dikatakan bahwa orang-orang Yahudi (seperti dalam Yohanes 10:31-36) ingin membunuh Yesus karena ia ‘menyamakan diriNya dengan Allah.’ Tetapi siapa yang mengatakan bahwa Yesus menyamakan dirinya dengan Allah? Bukan Yesus. Ia membela diri menghadapi tuduhan-tuduhan palsu ini langsung dalam ayat berikutnya (19): Maka Yesus menjawab mereka, katanya: ... ‘Anak tidak dapat mengerjakan segala sesuatu dari diriNya sendiri jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.’ Dengan ini Yesus menunjukkan kepada orang-orang Yahudi bahwa ia tidak sama dengan Allah dan karena itu tidak dapat bertindak atas prakarsanya sendiri. Dapatkah kita membayangkan seseorang yang setara dengan Allah Yang Mahakuasa berkata bahwa ia ‘tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’? (Bandingkan Daniel 4:34,35.) Menarik, bahwa ikatan kalimat dari Yohanes 5:18 maupun 10:30 menunjukkan bahwa Yesus membela dirinya terhadap tuduhan-tuduhan palsu dari orang-orang Yahudi, yang seperti para penganut Tritunggal, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang salah” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 24-25.
Tanggapan saya:
a) Kalau Yoh 5:19 itu memang merupakan bantahan terhadap tuduhan bahwa Ia menyamakan diri dengan Allah:
1. Mengapa dalam Yohanes 10:33, pada waktu menghadapi tuduhan yang sama, Ia bukannya membantah tetapi kelihatannya menyetujui tuduhan itu?
2. Mengapa pada waktu disembah dan disebut sebagai ‘Tuhan’ atau ‘Allah’ Ia diam saja?
3. Mengapa banyak ayat-ayat Kitab Suci lain, yang bukan merupakan kata-kata Yesus, yang menyatakan Yesus sebagai Allah?
b) Kalau dikatakan bahwa Yesus tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri, atau bahwa Ia tidak melakukan kehendakNya sendiri, mengapa ada sedikitnya ada 2 ayat yang secara explicit mengatakan bahwa Yesus melakukan apa yang dikehendakiNya?
1. Markus 3:13 - “Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan merekapun datang kepadaNya”.
2. Yohanes 5:2 - “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya”.
4) Yohanes 5:31-32,36-37 - “(31) Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar; (32) ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. ... (36) Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. (37) Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat”.
Kata-kata Yesus dalam ay 31 ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Bdk. Yohanes 8:14 - “Jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Biarpun Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, namun kesaksianKu itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi”.
Jadi, dalam ay 31 ini Kristus berbicara secara umum: kalau seseorang bersaksi tentang dirinya sendiri, maka hal itu tidak bisa diterima. Bdk. Ulangan 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan”.
Ada juga yang mengartikan kata-kata ini sebagai berikut: kalau Aku, dan hanya Aku sendiri (tanpa didukung oleh Bapa), memberikan kesaksian tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar. Arti ini menekankan kesatuan antara Yesus dengan Bapa, sehingga dalam memberikan kesaksianpun Mereka selalu bersama-sama, dan arti ini sesuai dengan seluruh kontex, yang menekankan kesatuan Bapa dengan Anak / Yesus.
Supaya kesaksianNya tentang diriNya sendiri bisa dipercaya, Yesus lalu mengatakan akan adanya ‘saksi yang lain’. Siapa yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu?
a) ‘Saksi yang lain’ ini (ay 32) tidak menunjuk kepada Yohanes Pembaptis.
Kalau kita membaca Yohanes 5: 32-35 maka ada kemungkinan bahwa yang Yesus maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu adalah Yohanes Pembaptis, karena ay 32-35 berbunyi sebagai berikut: “(32) ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. (33) Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; (34) tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. (35) Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu”.
Tetapi jelas bahwa yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu tidak mungkin adalah Yohanes Pembaptis, karena:
1. Kata-kata Yesus dalam ay 34a, yang berbunyi: ‘Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia’, tidak memungkinkan bahwa Yohanes Pembaptislah yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu.
2. Ay 32 (tentang ‘saksi yang lain’) ada dalam bentuk present tense, sedangkan ay 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis) ada dalam bentuk perfect tense dan past tense. Untuk itu perhatikan terjemahan NIV di bawah ini:
a. Ay 32: ‘testifies’ ® present tense.
b. Ay 33: ‘has testified’ ® perfect tense.
c. Ay 35: ‘John was a lamp that burned and gave light’ ® past tense.
Perbedaan tenses antara ay 32 (tentang ‘saksi yang lain’) dan ay 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis), tidak memungkinkan bahwa Yohanes Pembaptis adalah ‘saksi yang lain’ itu.
3. Ay 31 menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan ay 32 berbicara tentang ‘saksi yang lain’. Perlu saudara ketahui bahwa dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang berarti ‘yang lain’ (= another), yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.
W. E. Vine dalam An Expository Dictionary of New Testament Words mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda).
Illustrasi: Saat ini saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya menginginkan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang persis sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya harus menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’ yang berbeda jenis dengan Aqua, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.
Dalam ay 32 ini kata yang digunakan bukannya HETEROS tetapi ALLOS. Kalau ‘saksi yang lain’ ini diterapkan kepada Yohanes Pembaptis, maka kita harus mengambil kesimpulan bahwa Yesus dan Yohanes Pembaptis mempunyai kwalitet yang sama, dan ini jelas salah! Yohanes Pembaptis sendiri mengatakan bahwa ia tidak layak melepaskan tali kasut dari Yesus. Juga Yohanes Pembaptis adalah manusia berdosa, sedangkan Yesus bukan hanya manusia yang suci, tetapi juga adalah Allah sendiri. Jadi baik ditinjau sebagai Allah atu manusia, Yesus tidak sejenis / sekwalitet dengan Yohanes Pembaptis.
b) ‘Saksi yang lain’ (ay 32) menunjuk kepada Bapa (ay 37a - “Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku”).
1. Jadi sebetulnya ay 32 bersambung ke ay 37a, sedangkan ay 33-36 seakan-akan ada dalam tanda kurung.
2. Bahwa Bapa memang adalah ‘saksi yang lain’ yang dimaksud oleh Yesus, didukung secara sangat meyakinkan oleh Yohanes 8:17-18 - “(17) Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; (18) Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.’”.
3. Pembahasan kata-kata ‘yang lain’.
Bahwa ay 31 menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan ay 32,37a menunjukkan Bapa sebagai ‘saksi yang lain’, dimana untuk kata-kata ‘yang lain’ digunakan kata bahasa Yunani ALLOS (lihat tentang ALLOS dan HETEROS yang baru saya bahas di atas), menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet / jenis yang sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
4. Bapa bersaksi tentang Yesus Kristus.
Ada 2 pandangan tentang kapan, di mana dan melalui apa Bapa bersaksi tentang Yesus:
a. Ada orang yang berpendapat bahwa Bapa bersaksi tentang Yesus pada peristiwa baptisan Yesus, di mana Bapa berseru dari surga: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan’ (Matius 3:17).
b. Tetapi saya berpendapat bahwa Bapa bersaksi tentang Yesus ini tidak menunjuk pada peristiwa dalam Mat 3:17, tetapi pada Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama. Jadi, melalui FirmanNya dalam Perjanjian Lama, Bapa menjadi ‘Saksi yang lain’ tentang Kristus. Mengapa saya lebih memilih pandangan ini? Karena ay 39-40 berbunyi sebagai berikut: “(39) Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40) namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu”. Jadi, penafsiran kedua ini lebih sesuai dengan kontextnya, yang berbicara tentang Kitab Suci.
5) Yohanes 6:38 - “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.
Yoh 6:38 ini tidak boleh diartikan seakan-akan Yesus dan Bapa bisa berbeda kehendak, dan juga tidak boleh diartikan seakan-akan Yesus sendiri tidak mempunyai kehendak sehingga hanya menurut saja pada kehendak Bapa.
Ada 2 kemungkinan untuk menafsirkan ayat ini:
a) Penekanan Yohanes 6:38 ini adalah: kalau orang-orang Yahudi itu menentang Yesus / tidak mau percaya kepada Yesus, itu sama dengan menentang kehendak Bapa, karena Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa yang mengutusNya.
b) Leon Morris (NICNT) menafsirkan sebagai berikut: “In this whole work of salvation Jesus is in the most perfect harmony with the Father. He came down from heaven specifically to do the will of the Father ... The perfect unity with the Father ensures that Christ will accept all that the Father gives” (= Dalam seluruh pekerjaan keselamatan Yesus sepenuhnya harmonis dengan Bapa. Ia turun dari surga secara khusus untuk melakukan kehendak Bapa ... Kesatuan yang sempurna dengan Bapa memastikan bahwa Kristus akan menerima / menyetujui semua yang diberikan oleh Bapa) - hal 368.
6) Yohanes 7:16-17 - “(16) Jawab Yesus kepada mereka: ‘AjaranKu tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. (17) Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri”.
a) Dalam text ini Yesus berbicara seakan-akan Ia terpisah dengan Allah / Bapa, karena Ia menyesuaikan pembicaraanNya dengan orang banyak itu yang menganggapNya sebagai manusia biasa.
b) Jawaban Yesus dalam ay 16 ini menunjukkan bahwa apa yang Ia ajarkan mempunyai sumber yang lebih tinggi dari semua sekolah theologia Yahudi, yaitu Allah sendiri. Karena itu, menolak ajaran Yesus ini sama dengan menolak Allah sendiri.
c) Yesus tahu bahwa mereka bertanya-tanya dalam hati mereka: dari mana kami bisa tahu bahwa ajaranMu betul-betul dari Allah? Karena itu Yesus menjawab dalam ay 17 dimana Ia berkata: kalau kamu mau taat, kamu akan tahu apakah ajaran-Ku itu dari Aku sendiri atau dari Allah (bdk. Yohanes 8:31-32).
d) ‘berkata-kata dari diriKu sendiri’ (ay 17b).
Maksudnya: Ia berbicara tanpa disuruh oleh Allah, sehingga berita yang Ia beritakan bukan dari Allah tetapi dari diri-Nya sendiri.
7) Yohanes 7:28-29 - “(28) Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: ‘Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asalKu; namun Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. (29) Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.’”.
Menurut Leon Morris, orang-orang Yahudi itu menganggap bahwa Yesus datang tanpa ada yang mengutus, tetapi Ia datang karena kehendakNya sendiri. Karena itulah maka Yesus mengatakan kata-kata ini. Ia bukan datang karena kehendakNya sendiri, tetapi karena diutus oleh Bapa.
8) Yohanes 8:26,28 - “(26) Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari padaNya, itu yang Kukatakan kepada dunia.’ ... (28) Maka kata Yesus: ‘Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu”.
Ini tidak menunjukkan bahwa Kristus tidak bisa apa-apa selain menyampaikan ajaran dari Bapa. Ia berkata seperti ini, lagi-lagi karena Ia menyesuaikan diri dengan pandangan mereka bahwa Ia adalah manusia biasa. Atau, Ia memang menekankan diriNya sebagai manusia / utusan dari Bapa.
9) Yohanes 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Tentang kata-kata ‘Aku keluar dan datang dari Allah’, Calvin berkata bahwa dalam bagian ini Yesus tidak berbicara tentang hakekatNya, tetapi tentang jabatan / misi / pelayananNya. Penafsiran ini sesuai dengan lanjutan kata-kata Yesus dalam Yoh 8:42c: ‘Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku’.
10)Yohanes 10:18 - “Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.
Memang Bapalah yang merencanakan keselamatan kita, dan Yesus yang melaksanakannya.
11)Yohanes 12:44 - “Tetapi Yesus berseru kataNya: ‘Barangsiapa percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku”.
Maksud Yesus adalah: Barangsiapa yang percaya kepadaKu, bukan percaya kepadaKu saja, tetapi juga kepada Bapa yang mengutus Aku. Bdk. Yohanes 13:20b - “barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.’”.
Leon Morris (NICNT): “The closeness of the Father and the Son is brought out. The man who puts his trust in Christ puts his trust not simply in the Man of Galilee but in God the Father. The two are so close that to trust the One is to trust the other” (= Kedekatan dari Bapa dan Anak ditunjukkan. Orang yang meletakkan kepercayaannya kepada Kristus, bukan hanya meletakkan kepercayaannya kepada orang Galilea ini tetapi kepada Allah Bapa. Kedua pribadi ini begitu dekat sehingga mempercayai Yang Satu berarti mempercayai Yang Lain) - hal 607.
12)Yohanes 12:49 - “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan”.
Gadget, health, education, otomotif |
13)Yohanes 14:10 - “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya”.
Calvin menganggap bahwa kata-kata yang saya garis bawahi itu diucapkan oleh Yesus sebagai manusia.
William Hendriksen mengatakan (hal 271) bahwa kapanpun Yesus berbicara, Bapa bekerja melalui kata-kataNya. Setiap kata-kata Yesus merupakan pekerjaan Bapa. Tetapi ini tidak berarti bahwa Bapa bertindak seperti seorang pembicara suara perut yang berbicara melalui bonekanya. Sebaliknya, Anak mengucapkan pikiran Bapa, karena itu juga adalah pemikiranNya. Jadi mungkin William Hendriksen menganggap bahwa kata-kata ‘tidak Aku katakan dari diriKu sendiri’, artinya adalah ‘tidak Aku katakan dari diriKu sendiri saja’.
14)Yohanes 14:31 - “Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepadaKu, bangunlah, marilah kita pergi dari sini.’”.
Dalam sepanjang hidupNya sebagai manusia, Yesus memang mentaati kehendak / perintah Bapa. Tetapi di sini mungkin yang ditekankan adalah ketaatan dalam persoalan mati pada kayu salib. Ini menunjukkan kepada dunia bahwa Ia mengasihi Bapa.
15)Yohanes 15:10 - “Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya”.
Ayat ini juga meninjau Yesus sebagai manusia.
16)Yohanes 17:7-8 - “(7) Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepadaKu itu berasal dari padaMu. (8) Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
Ini tidak berarti bahwa Kristus sendiri sebetulnya tidak tahu apa-apa, dan semua yang Ia tahu dan sampaikan Ia terima dari Bapa. Calvin mengatakan bahwa Kristus mengatakan bahwa firman yang Ia sampaikan itu Ia dapatkan dari Bapa, dengan 2 alasan:
a) Supaya orang tidak menganggap bahwa firman itu berasal usul dari manusia atau dari dunia ini.
b) Karena di sini Ia berbicara sebagai seorang Pengantara / pelayan Allah.
16)Wahyu 1:1 - “Wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya”.
Bagian ini menunjukkan bahwa Allah Bapa memberi firman kepada Yesus, dan lalu Yesus memberikannya kepada manusia.
Yesus menerima wahyu dari Allah, karena Ia ditinjau sebagai manusia, sekalipun pemberian wahyu ini terjadi setelah pemuliaan Kristus. Pemuliaan terhadap manusia Yesus, tetap tidak menjadikan manusia Yesus itu menjadi Allah!.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America