EKSPOSISI 1 PETRUS 3:20-21

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1Petrus 3:20-21 - “(20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. (21) Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan - maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah - oleh kebangkitan Yesus Kristus,”. 
1 PETRUS 3:20-21
otomotif, gadget, bisnis
Catatan: saya tidak membahas seluruh text ini tetapi hanya bagian-bagian yang berhubungan dengan apa yang sedang kita persoalkan saat ini. 

a. ‘diselamatkan oleh air bah itu’ (1 Petrus 3:20 akhir). 

Jay E. Adams: “It is altogether important to note that it was the water by which (not ‘from which’) they were saved. The same water that destroyed others lifted the eight persons who were in the ark above the destruction” [= Adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa adalah air itu ‘oleh mana’ (bukan ‘dari mana’) mereka diselamatkan. Air yang sama yang menghancurkan orang-orang lain, mengangkat 8 orang yang ada dalam bahtera di atas penghancuran] - hal 115. 

Penafsiran di atas ini kelihatannya aneh, karena: 

(1) Sebetulnya Nuh dan keluarganya diselamatkan bukan oleh air, tetapi dari air, dan bahteralah yang menyelamatkan mereka. 

Ibrani 11:7 - “Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.”. 

(2) Kata-kata ‘oleh air’ pada akhir 1 Petrus 3: 20 itu seharusnya adalah ‘melalui air’. 

Catatan: Tetapi kata Yunani DIA sebetulnya bisa berarti ‘through’ / ‘melalui’ maupun ‘by’ / ‘oleh’. 

Tetapi perhatikan apa yang dikatakan oleh buku tafsiran di bawah ini. 

Word Biblical Commentary: “‘were saved through water.’ The preposition DIA could be local or instrumental, and the meaning of the verb would differ accordingly: i.e., either ‘brought safely through the water’ (in which water is the threat; ...), or ‘saved through water’ (in which water is the means of salvation; ...). Taken by themselves in the natural situation of a life-threatening flood, these words are more plausibly understood in the first of these senses ..., but v 21a seems to settle the matter in favor of the second: water (i.e., baptism) is that which saves ... The likely meaning is that Noah and his family were brought safely through the flood by means of the flood waters themselves .... If it is objected that they escaped only because Noah built an ark that would float, the appropriate (and only possible) answer is that Peter is interested in ‘water’ in the story, not in ‘wood’ ..., because there is something he wants to say about Christian baptism. If the question is asked, ‘From what were Noah and his family saved?’ the answer is that they were saved from death - not merely from sinners or from a hostile environment .... As they were ‘saved through water’ from physical death, baptism saves from eternal death” [= ‘diselamatkan melalui air’. Kata depan DIA bisa bersifat lokal atau bersifat sebagai alat, dan arti dari kata kerjanya akan berbeda sesuai dengannya: yaitu, atau ‘dibawa dengan aman melalui air’ (dimana air adalah ancamannya; ...), atau ‘diselamatkan melalui air’ (di mana air adalah jalan / cara keselamatan; ...). Diambil sendirian dalam situasi yang wajar dari suatu banjir yang mengancam kehidupan, kata-kata ini lebih masuk akal untuk dimengerti dalam arti yang pertama ..., tetapi ay 21a kelihatannya menyelesaikan persoalan dengan mendukung arti kedua: air (yaitu baptisan) adalah apa yang menyelamatkan ... Arti yang paling memungkinkan adalah bahwa Nuh dan keluarganya dibawa dengan aman melalui air bah dengan memakai air bah itu sendiri .... Jika ada keberatan bahwa mereka lolos hanya karena Nuh membangun suatu bahtera yang mengapung, maka jawaban yang cocok dan satu-satunya yang memungkinkan adalah bahwa dalam cerita itu Petrus berminat terhadap ‘air’, bukan terhadap ‘kayu’ ..., karena ada sesuatu yang ingin ia katakan tentang baptisan Kristen. Jika ditanyakan pertanyaan: ‘Nuh dan keluarganya diselamatkan dari apa?’, maka jawabannya adalah bahwa mereka diselamatkan dari kematian - bukan semata-mata dari orang-orang berdosa atau dari lingkungan yang bermusuhan .... Sebagaimana mereka ‘diselamatkan melalui air’ dari kematian fisik, baptisan menyelamatkan dari kematian kekal]. 

Catatan: tentang kata-kata terakhir ini, camkan bahwa baptisan hanya tanda, bukan realitanya. 

b. “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan” (1 Petrus 3: 21a). 

Mari kita perhatikan kata-kata ‘diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan’. 

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kiasan’ adalah ANTITUPON. 

Bdk. Roma 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.”. 

Kata ‘gambaran’ diterjemahkan dari kata Yunani TUPOS, dan dalam NASB diterjemahkan ‘a type’ (= suatu TYPE), dan pada catatan kaki dari NASB diberikan terjemahan alternatif, yaitu ‘foreshadowing’ (= pembayangan lebih dulu). 

Jadi kata ANTITUPON dalam 1Petrus 3:21 ini bisa diartikan anti-type. 

Dengan demikian penyelamatan Nuh dan keluarganya melalui air itu dianggap sebagai TYPE dari baptisan kristen, atau sebaliknya, baptisan Kristen adalah anti-TYPE dari penyelamatan Nuh dan keluarganya melalui air itu. 

Jamieson, Fausset & Brown: “Water saved Noah, not of itself, but by sustaining the ark built in faith on God’s word: it was to him the sign and mean of a regeneration of the earth. ... The antitypical water, namely, baptism, saves you also, not of itself, but the spiritual thing conjoined with it, repentance and faith, of which it is the seal, as Peter explains. Compare the union of the sign and thing signified, John 3:5; Eph. 5:26; Titus 3:5: cf. 1 John 5:6” (= Air menyelamatkan Nuh, bukan dari dirinya sendiri, tetapi dengan menopang bahtera yang dibangun dalam iman pada kata-kata Allah: bagi dia itu merupakan tanda dan cara dari suatu kelahiran baru dari bumi. ... Anti-Type dari air, yaitu baptisan, menyelamatkan engkau juga, bukan dari dirinya sendiri, tetapi hal rohani yang digabungkan / di satukan dengannya, pertobatan dan iman, dari apa baptisan itu merupakan tanda, seperti dijelaskan oleh Petrus. Bandingkan persatuan dari tanda dan hal yang ditandakan / digambarkan, Yohanes 3:5; Efesus 5:26; Titus 3:5: bdk. 1Yohanes 5:6). 

c. “maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah” ( 1 Petrus 3:21b). 

(1) ‘maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani’. 

Kata ‘maksudnya’ seharusnya tidak ada. 

KJV: ‘not the putting away of the filth of the flesh’ (= bukan penyisihan kotoran dari daging). 

RSV: ‘not as a removal of dirt from the body’ (= bukan seperti suatu pembersihan kotoran dari tubuh). 

NIV: ‘not the removal of dirt from the body’ (= bukan pembersihan kotoran dari tubuh). 

NASB: ‘not the removal of dirt from the flesh’ (= bukan pembersihan kotoran dari daging). 

(2) ‘melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah’. 

KJV: ‘but the answer of a good conscience toward God’ (= tetapi jawaban / tanggapan dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah). 

RSV: ‘but as an appeal to God for a clear conscience’ (= tetapi sebagai suatu permohonan kepada Allah untuk suatu hati nurani yang bersih). 

NIV: ‘but the pledge of a good conscience toward God’ (= tetapi janji / ikrar dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah). 

NASB: ‘but an appeal to God for a good conscience’ (= tetapi suatu permohonan kepada Allah untuk suatu hati nurani yang baik). 

Kata Yunani yang digunakan adalah EPEROTEMA, yang artinya sebetulnya adalah ‘answer’ (= jawaban / tanggapan). 

Apa gunanya anak kalimat ini di sini? 

Barnes’ Notes: “‘Not the putting away of the filth of the flesh.’ Not a mere external washing, however solemnly done. No outward ablution or purifying saves us, but that which pertains to the conscience. This important clause is thrown in to guard the statement from the abuse to which it would otherwise be liable, the supposition that baptism has of itself a purifying and saving power. To guard against this, the apostle expressly declares that he means much more than a mere outward application of water.” [= ‘Bukan pembersihan kotoran dari daging’. Bukan semata-mata pencucian lahiriah, betapapun khidmatnya itu dilakukan. Tak ada pembersihan atau pemurnian lahiriah menyelamatkan kita, kecuali yang berhubungan dengan hati nurani. Anak kalimat yang penting ini dimasukkan untuk menjaga pernyataan dari penyalah-gunaan, yang besar kemungkinan bisa terjadi kalau anak kalimat itu tidak ada, anggapan bahwa baptisan mempunyai dalam dirinya sendiri suatu kuasa yang memurnikan dan menyelamatkan. Untuk menjaga terhadap hal ini, sang rasul secara explicit menyatakan bahwa ia memaksudkan jauh lebih dari pada sekedar suatu penggunaan air secara lahiriah.]. 

Barnes’ Notes: “‘But the answer of a good conscience toward Godhead.’ The word here rendered ‘answer’ ‎eperooteema means properly a question, an inquiry. It is ‘spoken of a question put to a convert at baptism, or rather of the whole process of question and answer; that is, by implication, examination, profession’ - Robinson, Lexicon. It is designed to mark the spiritual character of the baptismal rite in contrast with a mere external purification, and evidently refers to something that occurred at baptism; some question, inquiry, or examination, that took place then; and it would seem to imply: (1) that when baptism was performed, there was some question or inquiry in regard to the belief of the candidate; (2) that an answer was expected, implying that there was a good conscience; that is, that the candidate had an enlightened conscience, and was sincere in his profession; and, (3) that the real efficacy of baptism, or its power in saving, was not in the mere external rite, but in the state of the heart, indicated by the question and answer, of which that was the emblem.” [= ‘Tetapi jawaban / tanggapan dari suatu hati nurani yang baik terhadap Allah’. Kata yang di sini diterjemahkan ‘jawaban / tanggapan’ (EPEROOTEEMA) sebetulnya berarti ‘suatu pertanyaan, suatu penyelidikan’. Itu ‘membicarakan tentang suatu pertanyaan yang diberikan kepada seorang petobat pada baptisan, atau lebih tepat tentang seluruh proses tanya jawab; yaitu, sudah termasuk di dalamnya, penyelidikan, pengakuan’ - Robinson, Lexicon. Itu dirancang untuk menandai karakter rohani dari upacara baptisan dalam kontras dengan semata-mata pemurnian / pencucian lahiriah, dan secara jelas menunjuk pada sesuatu yang terjadi pada saat baptisan; beberapa pertanyaan, penyelidikan, atau pemeriksaan, yang terjadi pada saat itu; dan kelihatannya secara implicit menunjukkan: (1) bahwa pada waktu baptisan dilakukan, di sana ada beberapa pertanyaan berkenaan dengan kepercayaan dari si kandidat; (2) bahwa suatu jawaban diharapkan, secara implicit menunjukkan bahwa di sana ada suatu hati nurani yang tulus; artinya, bahwa sang kandidat mempunyai hati nurani yang diterangi, dan tulus dalam pengakuannya; dan (3) bahwa kemujaraban yang sesungguhnya dari baptisan, atau kuasanya dalam menyelamatkan, bukanlah ada dalam semata-mata upacara lahiriah, tetapi dalam keadaan dari hati, ditunjukkan oleh pertanyaan dan jawaban, tentang mana itu merupakan suatu simbol.]. 

Calvin: “We ought to acknowledge in baptism a spiritual washing, we ought to embrace therein the testimony of the remission of sin and the pledge of our renovation, and yet so as to leave to Christ his own honor, and also to the Holy Spirit; so that no part of our salvation should be transferred to the sign. Doubtless when Peter, having mentioned baptism, immediately made this exception, that it is ‘not the putting off of the filth of the flesh,’ he sufficiently shewed that baptism to some is only the outward act, and that the outward sign of itself avails nothing.” (= Kita harus mengakui dalam baptisan suatu pencucian rohani, kita harus mempercayai disana kesaksian dari pengampunan dosa dan janji tentang pembaharuan kita, tetapi sedemikian rupa sehingga meninggalkan pada Kristus kehormatanNya sendiri, dan juga pada Roh Kudus; sehingga tak ada bagian dari keselamatan kita harus dipindahkan pada tanda itu. Tak diragukan bahwa pada waktu Petrus, setelah menyebutkan baptisan, segera membuat perkecualian ini, bahwa itu ‘bukanlah penyisihan kotoran dari daging’, ia secara cukup menunjukkan bahwa baptisan bagi sebagian orang hanyalah tindakan lahiriah, dan bahwa tanda lahiriah dari dirinya sendiri tak ada gunanya.). 

Calvin: “‘But the answer of a good conscience.’ The word ‘question,’ or ‘questioning,’ is to be taken here for ‘answer,’ or ‘testimony.’ Now Peter briefly defines the efficacy and use of baptism, when he calls attention to conscience, and expressly requires that confidence which can sustain the sight of God and can stand before his tribunal. For in these words he teaches us that baptism in its main part is spiritual, and then that it includes the remission of sins and renovation of the old man; for how can there be a good and pure conscience until our old man is reformed, and we be renewed in the righteousness of God? and how can we answer before God, unless we rely on and are sustained by a gratuitous pardon of our sins? In short, Peter intended to set forth the effect of baptism, that no one might glory in a naked and dead sign, as hypocrites are wont to do.” (= ‘Tetapi jawaban dari suatu hati nurani’. Kata ‘pertanyaan’, atau ‘tanya jawab’ di sini diartikan sebagai ‘jawaban’, atau ‘kesaksian’. Sekarang Petrus dengan singkat mendefinisikan kemujaraban dan penggunaan baptisan, pada waktu ia meminta perhatian pada hati nurani, dan secara jelas menghendaki / mewajibkan keyakinan itu yang bisa menyokong pandangan Allah dan bisa bertahan di hadapan pengadilan-Nya. Karena dalam kata-kata ini ia mengajar kita bahwa baptisan terutama bersifat rohani, dan lalu bahwa itu mencakup pengampunan dosa dan pembaharuan dari manusia lama; karena bagaimana di sana bisa ada hati nurani yang baik dan murni sampai manusia lama kita direformasi, dan kita diperbaharui dalam kebenaran Allah? dan bagaimana kita bisa menjawab di hadapan Allah, kecuali kita bersandar dan ditopang oleh suatu pengampunan yang murah hati / bersifat kasih karunia tentang dosa-dosa kita? Singkatnya, Petrus bermaksud untuk menyatakan hasil / akibat dari baptisan, supaya tak seorangpun bermegah dalam suatu tanda yang telanjang dan mati, seperti orang-orang munafik biasa lakukan.). 

c. “oleh kebangkitan Yesus Kristus” (1 Petrus 3:21 akhir). 

Barnes’ Notes: “‘By the resurrection of Jesus Christ.’ That is, we are saved in this manner through the resurrection of Jesus Christ. The whole efficiency in the case is derived from that. If he had not been raised from the dead, baptism would have been vain, and there would have been no power to save us.” (= ‘Oleh kebangkitan Yesus Kristus’. Yaitu, kita diselamatkan dengan cara ini melalui kebangkitan Yesus Kristus. Seluruh kemujaraban / keefektifan dalam kasusnya didapatkan dari itu. Seandainya Ia tidak dibangkitkan dari orang mati, baptisan akan sia-sia, dan di sana tidak akan ada kuasa untuk menyelamatkan kita.). 

Calvin: “By these words he teaches us that we are not to cleave to the element of water, and that what is thereby typified flows from Christ alone, and is to be sought from him. ... the resurrection was victory over death and the completion of our salvation. We hence learn that the death of Christ is not excluded, but is included in his resurrection. We then cannot otherwise derive benefit from baptism, than by having all our thoughts fixed on the death and the resurrection of Christ.” (= Oleh kata-kata ini ia mengajar kita bahwa kita tidak boleh berpegang erat-erat / menggantungkan diri pada eleman air, dan bahwa apa yang digambarkan olehnya mengalir dari Kristus saja, dan harus dicari dari Dia. ... kebangkitan adalah kemenangan atas kematian dan penyempurnaan / penyelesaian dari keselamatan kita. Karena itu kita belajar bahwa kematian Kristus tidak dibuang, tetapi tercakup dalam kebangkitan-Nya. Maka kita tidak bisa mendapatkan manfaat dari baptisan dengan cara lain dari pada dengan memancangkan seluruh pemikiran kita pada kematian dan kebangkitan Kristus.) - hal 119. 

Calvin memang menganggap bahwa kalau dalam Kitab Suci disebutkan tentang kematian Kristus saja, maka kita juga harus mengingat akan kebangkitanNya. Dan juga sebaliknya, kalau hanya disebutkan tentang kebangkitan Kristus saja, maka kita juga harus mengingat akan kematianNya (‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.) 

Sekalipun seluruh text ini kelihatannya ruwet / sukar, tetapi semua penafsir menganggap bahwa arti umumnya adalah pasti, yaitu bahwa hanya sekedar baptisan lahiriah, kalau dipisahkan dari iman kepada Kristus, tidak ada gunanya dan tidak akan menyelamatkan siapapun juga. 

Pulpit Commentary: “Baptism doth save us, but not the mere outward ceremony; ... The outward and visible sign doth not save if separated from the inward and spiritual grace. The first is necessary, for it is an outward sign appointed by Christ; but it will not save without the second” (= Baptisan memang menyelamatkan kita, tetapi bukan semata-mata upacara lahiriahnya; ... Tanda yang bersifat lahiriah dan bisa dilihat ini tidak menyelamatkan kita jika dipisahkan dari kasih karunia yang di dalam dan bersifat rohani. Yang pertama itu perlu, karena itu adalah tanda lahiriah yang ditetapkan oleh Kristus; tetapi itu tidak akan menyelamatkan tanpa yang kedua) - hal 137. 

Adam Clarke: “Baptism implies a consecration and dedication of the soul and body to God, the Father, Son, and Holy Spirit. He who is faithful to his baptismal covenant, taking God through Christ, by the eternal Spirit, for his portion, is saved here from his sins; and through the resurrection of Christ from the dead, has the well-grounded hope of eternal glory. ... the water of baptism, typifying the regenerating influence of the Holy Spirit, is the means of salvation to all those who receive this Holy Spirit in its quickening, cleansing efficacy. Now as the waters of the flood could not have saved Noah and his family, had they not made use of the ark; so the water of baptism saves no man ... it is not the sprinkling, washing, or cleansing the body, that can be of any avail to the salvation of the soul, but the answer of a good conscience towards God ... We are therefore strongly cautioned here, not to rest in the letter, but to look for the substance” (= Baptisan secara tak langsung menunjukkan suatu pengabdian dan penyerahan / pembaktian dari jiwa dan tubuh kepada Allah, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ia yang setia kepada perjanjian baptisan, mengambil Allah untuk bagiannya, melalui Kristus, oleh Roh yang kekal, diselamatkan di sini dari dosa-dosanya; dan melalui kebangkitan Kristus dari orang mati, mempunyai pengharapan yang mempunyai dasar yang baik tentang kemuliaan yang kekal. ... air baptisan, yang merupakan gambaran / bayangan dari pengaruh yang melahir-barukan dari Roh Kudus, adalah jalan / cara keselamatan dari semua mereka yang menerima Roh Kudus ini dalam kemujarabannya yang menghidupkan dan membersihkan. Sekarang sama seperti air dari air bah tidak bisa menyelamatkan Nuh dan keluarganya, seandainya mereka tidak menggunakan bahtera; demikian juga air baptisan tidak menyelamatkan seorangpun ... bukan pemercikan, pencucian, atau pembersihan tubuh, yang bisa bermanfaat bagi keselamatan dari jiwa, tetapi tanggapan dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah ... Karena itu kita diperingati secara kuat di sini, untuk tidak bersandar pada simbol, tetapi mencari realitanya). 

Barnes’ Notes: “Not the mere application of water, for that idea the apostle expressly disclaims, when he says that it involves not ‘putting away the filth of the flesh, but the answer of a good conscience toward God.’ The sense is, that baptism, including all that is properly meant by baptism as a religious rite - that is, baptism administered in connection with true repentance, and true faith in the Lord Jesus, and when it is properly a symbol of the putting away of sin, and of the renewing influences of the Holy Spirit, and an act of unreserved dedication to God - now saves us” (= Bukan semata-mata penggunaan / pemberian air, karena gagasan itu secara jelas disangkal oleh sang rasul, pada waktu ia berkata bahwa itu mencakup bukan ‘pembuangan kotoran dari daging, tetapi tanggapan dari hati nurani yang baik kepada Allah’. Artinya adalah bahwa baptisan, termasuk semua yang secara benar dimaksudkan oleh baptisan sebagai suatu upacara agama - yaitu, baptisan diberikan / dilaksanakan berhubungan dengan pertobatan yang sejati, dan iman yang benar kepada Tuhan Yesus, dan pada waktu baptisan itu secara benar adalah suatu simbol dari penyingkiran dosa, dan dari pengaruh-pengaruh yang memperbaharui dari Roh Kudus, dan suatu tindakan pembaktian sepenuhnya kepada Allah - sekarang menyelamatkan kita). 


Calvin: “the external symbol is not sufficient, except baptism be received really and effectually: and the reality of it will be found only in a few. ... when we speak of sacraments, two things are to be considered, the sign and the thing itself. In baptism the sign is water, but the thing is the washing of the soul by the blood of Christ and the mortifying of the flesh. ... Let us learn not to tear away the thing signified from the sign.” (= simbol lahiriah tidak cukup, kecuali baptisan diterima secara sungguh-sungguh dan sepenuhnya: dan realitanya akan ditemukan hanya dalam sedikit orang. ... pada waktu kita berbicara tentang sakramen, 2 hal harus dipertimbangkan, tandanya dan hal itu sendiri. Dalam baptisan tandanya adalah air, tetapi halnya adalah pencucian jiwa oleh darah Kristus dan pematian daging. ... Hendaklah kita belajar untuk tidak menyobek hal yang digambarkan, dari tandanya.). 

Calvin: “We must at the same time beware of another evil, such as prevails among the Papists; for as they distinguish not as they ought between the thing and the sign, they stop at the outward element, and on that fix their hope of salvation. Therefore the sight of the water takes away their thoughts from the blood of Christ and the power of the Spirit. They do not regard Christ as the only author of all blessings therein offered to us; they transfer the glory of his death to the water, they tie the secret power of the Spirit to the visible sign.” (= Pada saat yang sama kita harus hati-hati terhadap suatu kejahatan yang lain, seperti yang tersebar luas di antara para pengikut Paus; karena seperti mereka tidak membedakan seperti yang seharusnya mereka lakukan antara hal dan tanda, mereka berhenti pada elemen lahiriah, dan memancangkan padanya pengharapan mereka tentang keselamatan. Karena itu pemandangan terhadap air mengambil pemikiran mereka dari darah Kristus dan kuasa dari Roh. Mereka tidak menganggap Kristus sebagai satu-satunya sumber dari semua berkat-berkat yang ditawarkan kepada kita; mereka memindahkan kemuliaan dari kematian-Nya kepada air, mereka mengikat kuasa rahasia dari Roh kepada tanda yang bisa terlihat.). 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post