HAKIM-HAKIM 20:1-48 (BELAJAR DARI KEKALAHAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Penceritaan dosa Benyamin kepada Israel.
1) Semua orang Israel berkumpul di hadapan Tuhan.
Hakim-Hakim 20: 1: “Lalu majulah semua orang Israel; dari Dan sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead berkumpullah umat itu secara serentak menghadap TUHAN di Mizpa”.
KJV: ‘was gathered together as one man’ (= berkumpul bersama-sama sebagai satu orang).
a) Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘one’ (= satu) adalah EKHAD, yaitu kata yang digunakan dalam Ul 6:4 untuk menyatakan bahwa Yahweh itu satu. Ini terulang lagi dalam ay 8 dan ay 11.
· Hakim-Hakim 20: 8: “Kemudian bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: ‘Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan pulang ke rumahnya”.
KJV: ‘And all the people arose as one man’ (= Dan seluruh bangsa itu bangkit sebagai satu orang).
· Hakim-Hakim 20: 11: “Demikianlah orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak”.
KJV: ‘So all the men of Israel were gathered against the city, knit together as one man’ (= Demikianlah semua orang Israel berkumpul melawan kota itu, bersatu sebagai satu orang).
Ini menunjukkan bahwa kata EKHAD itu sering digunakan bukan untuk menunjuk pada ‘satu yang mutlak’ (‘an absolute one’), tetapi pada ‘satu gabungan’ (‘a compound one’). Dan ini menjadi salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal, atau menjadi salah satu pembelaan terhadap serangan dari orang-orang yang anti Tritunggal, yang berdasarkan Ulangan 6:4 ini menyatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak.
b) Sekalipun bangsa Israel tidak mempunyai raja, tetapi mereka bisa berkumpul serentak seperti itu. Kata-kata ‘as one man’ (= sebagai satu orang) menunjukkan kesatuan mereka. Dan mereka mempunyai suatu semangat yang kudus bagi Tuhan dan kebenaran, sehingga mereka mau menangani laporan kejahatan yang diberikan oleh orang Lewi itu tentang orang-orang Gibea / Benyamin. Mereka tak meremehkan orang Lewi maupun gundiknya itu. Orang Lewi itu bukan nabi, imam, apalagi imam besar, tetapi toh dia tidak diabaikan.
2) Orang-orang Israel minta orang Lewi itu menceritakan ceritanya.
Ay 3b-4: “(3b) Berkatalah orang Israel: ‘Ceritakan bagaimana kejahatan itu terjadi.’ (4) Lalu orang Lewi, suami perempuan yang terbunuh itu, menjawab: ‘Aku sampai dengan gundikku di Gibea kepunyaan suku Benyamin untuk bermalam di sana”.
a) Ada sesuatu yang bagus di sini, mereka mau first-hand story (= cerita dari tangan pertama). Cerita dari tangan kedua, seringkali sudah sangat berbeda dengan aslinya.
Di sisi lain, orang Kristen harus belajar untuk bisa menceritakan sesuatu dengan benar, karena penceritaan yang salah bisa menimbulkan kekacauan! Kalau saudara selalu menceritakan secara serampangan, lebih baik berdiam diri dan jangan berkata apa-apa!
b) Dalam bahasa Ibraninya ay 3 menunjukkan bahwa yang diminta untuk menceritakan ada dalam bentuk jamak, jadi mungkin si orang Lewi dan pelayannya dan tuan rumahnya. Mengapa? Karena hukum Taurat melarang menghukum mati seseorang, apalagi banyak orang, atas laporan 1 orang saja (Ul 17:6 19:15).
Ulangan 17:6 - “Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati”.
Ulangan 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan”.
3) Orang Lewi itu menceritakan apa yang telah ia alami.
Ay 4b-7: “(4b) ‘Aku sampai dengan gundikku di Gibea kepunyaan suku Benyamin untuk bermalam di sana. (5) Lalu warga-warga kota Gibea itu mendatangi aku dan mengepung rumah itu pada malam hari untuk menyerang aku. Mereka bermaksud membunuh aku, tetapi gundikku diperkosa mereka, sehingga mati. (6) Maka kuambillah mayat gundikku, kupotong-potong dia dan kukirimkan ke seluruh daerah milik pusaka orang Israel, sebab orang-orang itu telah berbuat mesum dan berbuat noda di antara orang Israel. (7) Sekarang kamu sekalian, orang Israel, telah ada di sini. Berikanlah di sini pertimbanganmu dan nasihatmu.’”.
a) Dalam ay 5, orang Lewi itu mengatakan bahwa orang-orang Gibea bermaksud untuk membunuhnya. Mungkin di sini ia merasa malu untuk menceritakan bahwa sebetulnya mereka mau melakukan tindakan homosex terhadapnya.
b) Ini suatu skandal tetapi dibahas secara terbuka di depan semua orang.
4) Keputusan dari Israel.
Hakim-Hakim 20: 8-11: “(8) Kemudian bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: ‘Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan pulang ke rumahnya. (9) Inilah yang akan kita lakukan kepada Gibea; memeranginya, dengan membuang undi! (10) Kita akan memilih dari seluruh suku Israel sepuluh orang dari tiap-tiap seratus, seratus orang dari tiap-tiap seribu, seribu orang dari tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil bekal bagi laskar ini, supaya sesudah mereka datang, dilakukan kepada Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan noda yang telah diperbuat mereka di antara orang Israel.’ (11) Demikianlah orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak”.
a) Mereka memutuskan untuk menghukum orang-orang Gibea-Benyamin.
Sebetulnya di sini ada kesalahan, karena mereka belum menanyai orang-orang Gibea-Benyamin itu, tetapi sudah menjatuhkan vonis. Untungnya cerita yang mereka dengar itu betul. Tetapi dalam banyak kasus, sangat tidak bijaksana melakukan hal seperti ini. Pada waktu ada 2 orang gegeran, selalu versinya berbeda, dan kita harus mendengarkan keduanya, kalau perlu mendengarkan saksi-saksi lain, baru menilai. Dengan cara itupun kadang-kadang kita belum bisa menilai siapa yang benar.
b) Sesuatu yang baik dalam diri orang-orang Israel ini adalah bahwa mereka masih peduli pada bangsa, negara, dan agama mereka, sehingga pada waktu mereka tahu ada sesuatu yang sangat salah, maka mereka berusaha memperbaiki.
Kalau ada sesuatu yang salah / kurang dalam gereja, dan saudara tidak peduli, maka ada sesuatu yang sangat tidak beres dengan saudara. Itu suatu pertanda, atau saudara memang bukan orang kristen yang sejati, atau saudara adalah orang kristen yang sejati yang sedang sakit berat secara rohani. Dan kalau saudara tidak peduli akan keadaan saudara yang seperti itu, dan bahkan membenarkannya, itu lebih-lebih menunjukkan bahwa saudara sedang sekarat secara rohani!
c) Salahkah orang-orang Israel ini, kalau mereka mengorbankan perdamaian demi kebenaran? Tidak, ini justru tindakan yang benar.
Bdk. Yakobus 3:17 - “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”.
Perhatikan urut-urutannya. ‘Murni’ dulu, baru ‘pendamai’.
1. Murni.
Murni berarti tidak ada campuran / kotoran. Campuran / kotoran itu bisa merupakan motivasi yang salah, atau ketidakbenaran.
2. Pendamai.
Ini menunjuk pada orang yang:
· tak senang mencari gara-gara / permusuhan.
· tak senang membalas kejahatan dengan kejahatan.
· tak senang mengadu domba, tetapi sebaliknya senang mendamaikan.
Tetapi perlu diingat bahwa ‘pendamai’ ini bukannya orang yang lebih senang kompromi dari pada gegeran, pada saat dimana gegeran itu sebetulnya dibutuhkan. Misalnya pada saat kita melihat ada korupsi atau pengajaran sesat dalam gereja. Ingat bahwa yang dinomer-satukan adalah ‘murni’, dan karena itu, dalam mempertahankan kemurnian itu bisa saja kita terpaksa harus mengorbankan perdamaian!
Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya di pintu gereja Wittenberg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam gereja! Beranikah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggapnya sebagai orang yang tidak cinta damai?
Thomas Manton: “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish” (= Jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa).
Calvin, dalam komentarnya tentang Efesus 5:11, berkata: “But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish” (= dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).
d) Mengapa mereka lakukan apa yang ditulis dalam ay 10a?
Hakim-Hakim 20: 10: “Kita akan memilih dari seluruh suku Israel sepuluh orang dari tiap-tiap seratus, seratus orang dari tiap-tiap seribu, seribu orang dari tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil bekal bagi laskar ini, supaya sesudah mereka datang, dilakukan kepada Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan noda yang telah diperbuat mereka di antara orang Israel.’”.
Karena mereka hanya membawa bekal sedikit, maka harus ada penambahan bekal. Kalau semua pulang, akan sukar untuk berkumpul kembali. Jadi hanya orang-orang tertentu ditugaskan untuk mengambil bekal, dan yang lain tetap berkumpul.
Ini menunjukkan bahwa mereka tak menunda-nunda untuk melaksanakan keputusan mereka.
Matthew Henry: “When there appears in people a pious zeal for any good work it is best to strike while the iron is hot, for such zeal is apt to cool quickly if the prosecution of the work be delayed. Let it never be said that we left that good work to be done to-morrow which we could as well have done to-day” (= Pada waktu terlihat dalam orang-orang suatu semangat yang saleh untuk suatu pekerjaan baik apapun, yang terbaik adalah memukul pada waktu besi itu panas, karena semangat seperti itu condong untuk mendingin dengan cepat jika pelaksanaan dari pekerjaan itu ditunda. Janganlah pernah dikatakan bahwa kita meninggalkan pekerjaan baik untuk dilakukan besok kalau kita bisa mengerjakannya pada hari ini).
Penerapan: kalau saudara digerakkan oleh Tuhan / Firman Tuhan untuk melakukan sesuatu yang baik bagi Tuhan, apakah itu berdoa, melayani, memberitakan Injil, memberi persembahan dsb, jangan menunda-nunda untuk melakukannya.
II) Perang Israel vs Benyamin.
1) Israel berhadapan dengan Benyamin.
Hakim-Hakim 20: 12-14: “(12) Kemudian suku-suku Israel mengirim orang kepada seluruh suku Benyamin dengan pesan: ‘Apa macam kejahatan yang terjadi di antara kamu itu! (13) Maka sekarang, serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila yang di Gibea itu, supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian menghapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.’ Tetapi bani Benyamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu. (14) Sebaliknya, bani Benyamin dari kota-kota lain berkumpul di Gibea untuk maju berperang melawan orang Israel”.
a) Seandainya cerita / tuduhan yang didengar oleh bangsa Israel itu salah, orang-orang Benyamin bisa meluruskannya. Tetapi mereka tidak melakukannya. Secara implicit, ini berarti bahwa mereka mengakui kebenaran cerita tersebut.
b) Suku Benyamin membela orang-orang Gibea yang terang-terangan bersalah.
Pulpit Commentary mengatakan (hal 200) bahwa adalah tidak masuk akal bahwa seluruh suku Benyamin membela kejahatan seperti itu. Mereka, setidaknya sebagian dari mereka, pasti merasa bahwa tindakan dari orang-orang dursila itu memang salah, dan layak untuk mendapat hukuman mati. Lalu mengapa mereka membela orang-orang itu? Pulpit Commentary mengatakan bahwa itu disebabkan karena kesombongan / harga diri / gengsi. Mereka merasa harga diri mereka diinjak-injak karena mereka harus tunduk kepada otoritas dari suku-suku yang lain. Itu sebabnya mereka menolak, dan membela orang-orang jahat dari suku mereka.
Seandainya Israel melakukan pendekatan dengan baik terhadap mereka, mungkin mereka mau menyerahkan orang-orang brengsek dari Gibea itu. Tetapi Israel datang kepada mereka dengan kata-kata ‘Apa macam kejahatan yang terjadi di antara kamu itu! Maka sekarang, serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila yang di Gibea itu, supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian menghapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.’ (ay 12b-13), dan ini menyebabkan harga diri mereka terpukul sehingga melakukan hal seperti itu. Tetapi bagaimanapun, tindakan mereka sangat salah, dan menyebabkan merekapun layak dihukum mati.
Pulpit Commentary: “It is impossible to suppose that the whole tribe of Benjamin really sympathised with the foul deed of the men of Gibeah, or could have felt otherwise than that such a deed deserved the severest punishment that could be inflicted. We must seek the cause, therefore, of their desperate resistance to the just decree of the nation in some other motive than that of consent to their brethren’s ‘lewdness and folly.’ Nor is such motive far to seek. We find it in that unreasonable movement of human pride and selfishness which we commonly call ‘temper;’ a movement which sets up a man’s own dignity, self-importance, self-esteem, above the laws of God, above righteousness, justice, truth, and the law of kindness, and yet so blinds him, that in vindication of his own dignity he does the most foolish and degrading actions, lowering himself where he sought to raise himself, makin himself ridiculous where he thought to be an object of superior respect. ... We see exactly the same results of temper on a smaller scale every day around us. Men will not do the right thing, or the just thing, or the wise thing, not because they are wicked and unjust and destitute of good sense under ordinary circumstances, but because their tempers are up. Their false pride blinds and enslaves them. They see a personal humiliation in the way of acting rightly; their resentment against individuals for insult or wrong done to them stiffens their necks and hardens their will. ... And as for their own interests, and even their own good name, they are ready to sacrifice them at the imperious bidding of temper. Much of human unhappiness is caused by temper, which is as injurious to the peace of those who yield to its dictates as to those who are exposed to its outbreaks. It ought not to exist, certainly not to have dominion, in any Christian breast” (= ) - hal 200.
Bdk. Filipi 2:1-11 - “(1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Penerapan:
· Dalam hubungan suami istri / persahabatan, gengsi / harga diri sering menyebabkan pihak yang salah tak mau mengaku salah, dan bahkan mempertahankan kesalahannya.
· Pada waktu seseorang menerima teguran, sekalipun ia sadar bahwa dirinya memang salah, tetapi ia bukannya bertobat, malah menjadi marah.
· Pada waktu kita seharusnya meminta maaf karena telah berbuat suatu kesalahan kepada sesama kita, gengsi / kesombongan seperti ini sering menyebabkan kita tak mau minta maaf.
2) Pengerahan pasukan oleh suku Benyamin dan Israel.
Hakim-Hakim 20: 15-17: “(15) Pada hari itu dihitunglah jumlah bani Benyamin dari kota-kota lain itu: dua puluh enam ribu orang yang bersenjatakan pedang, belum termasuk penduduk Gibea, yang terhitung tujuh ratus orang pilihan banyaknya. (16) Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambutpun. (17) Juga orang-orang Israel dihitung jumlahnya; dengan tidak termasuk suku Benyamin ada empat ratus ribu orang yang bersenjatakan pedang; semuanya itu prajurit”.
a) Adam Clarke mengutip kata-kata orang yang mengatakan bahwa orang-orang ini bisa mengumban dengan tepat dari jarak 600 kaki (180 meter)!
b) Matthew Poole mengatakan (hal 501), bahwa dalam Kitab Suci diberikan jumlah dari suku Benyamin maupun Israel, untuk menunjukkan:
· kesungguhan Israel dalam menghukum Benyamin, sehingga mengerahkan pasukan sebesar itu.
· kebutaan suku Benyamin sehingga berani menghadapi pasukan yang jauh lebih besar.
· kemenangan dalam perang tergantung Tuhan, bukan manusia.
3) Israel minta petunjuk Tuhan sebelum berperang, tetapi mereka kalah pada pertempuran yang pertama.
Hakim-Hakim 20: 18-21: “(18) Lalu orang Israel berangkat dan maju ke Betel. Di sana mereka bertanya kepada Allah: ‘Siapakah dari kami yang lebih dahulu maju berperang melawan bani Benyamin?’ Jawab TUHAN: ‘Suku Yehudalah lebih dahulu.’ (19) Lalu orang-orang Israel bangun pagi-pagi dan berkemah mengepung Gibea. (20) Kemudian majulah orang-orang Israel berperang melawan suku Benyamin; orang-orang Israel mengatur barisan perangnya melawan mereka dekat Gibea. (21) Juga bani Benyamin maju menyerang dari Gibea dan menggugurkan ke bumi dua puluh dua ribu orang dari antara orang Israel pada hari itu”.
a) Hakim-Hakim 20: 18: “Lalu orang Israel berangkat dan maju ke Betel. Di sana mereka bertanya kepada Allah: ‘Siapakah dari kami yang lebih dahulu maju berperang melawan bani Benyamin?’ Jawab TUHAN: ‘Suku Yehudalah lebih dahulu.’”.
KJV: ‘to the house of God’ (= ke rumah Allah). Ini menunjuk pada Kemah Suci.
RSV/NIV/NASB: ‘to Bethel’ (= ke Betel).
Dalam bahasa Ibrani kata Betel berasal dari kata Ibrani BAYIT EL [‘house of God’ (= rumah Allah)].
Kalau yang dimaksud adalah kota Betel, maka Kitab Suci menggunakan istilah BAYIT EL, sedangkan kalau yang dimaksud ‘house of God’ (= rumah Allah), maka Kitab Suci menggunakan istilah BAYIT HAELOHIM (= house of the God). Di sini digunakan istilah BAYIT EL. Jadi, yang dimaksud adalah kota Betel.
b) Minta petunjuk Tuhan seperti ini sangat banyak dalam Kitab Suci, dan kitapun harus melakukan hal yang sama.
Ada hal-hal yang sudah ada dalam Kitab Suci sehingga tak perlu lagi ditanyakan kepada Tuhan. Misalnya: bekerja pada hari Sabat, mau punya istri kedua, mau pacaran / menikah dengan orang non kristen, dan sebagainya.
Tetapi ada banyak hal-hal yang tak dinyatakan dalam Kitab Suci, seperti harus melayani dalam pelayanan apa, di gereja mana? Harus kerja dimana? Harus menikah dengan orang Kristen yang mana? Untuk hal-hal ini harus minta petunjuk khusus dari Tuhan! Jadi, jangan mengabaikan petunjuk khusus dari Tuhan, itu sama dengan mengabaikan Tuhannya sendiri!
c) Israel tidak bertanya harus perang dengan Banyamin atau tidak, karena ini sudah jelas. Jadi yang mereka tanyakan adalah: siapa yang harus maju dulu, menjadi pelopor / pemimpin dalam perang ini.
d) Sesuatu yang ironis bahwa sekalipun mereka ada di pihak yang benar, dan mereka berperang dengan petunjuk Tuhan, tetapi dalam pertempuran ini mereka dikalahkan. Ini menunjukkan bahwa ‘kalah tak harus berarti salah’.
e) Tindakan Tuhan memang aneh dan rasanya tak masuk akal. Dengan mengijinkan Benyamin menang, bukankah mereka menjadi lebih sombong, dan bahkan mengira bahwa mereka yang benar dan karena itu diberkati oleh Tuhan? Tetapi kita tidak bisa menilai tindakan Tuhan dengan logika kita. Mirip dengan itu, jaman sekarang juga banyak gereja yang tidak karuan ‘menang’, sehingga mereka merasa benar / diberkati oleh Tuhan.
f) Apa sebabnya Israel kalah?
1. Peta geografis menguntungkan Benyamin.
Albert Barnes mengatakan bahwa letak Gibea ada di bukit, sehingga menguntungkan orang-orang Benyamin yang mempertahankannya.
2. Mereka terlalu PD (percaya diri) sehingga tidak meminta tolong / kekuatan dari Allah, mempersembahkan korban bakaran, dan sebagainya.
Matthew Poole menanyakan: mengapa Allah membiarkan mereka kalah padahal mereka ada di pihak yang benar, dan sudah meminta petunjuk Tuhan? Ia menjawab: karena mereka tidak bergantung kepada Allah.
Matthew Poole: “Nor yet do they seek to God for his help by prayer, and fasting, and sacrifice, as in all reason they ought to have done; but were confident of success, because of their great numbers, and righteous cause” (= Mereka tidak mencari Allah untuk pertolonganNya dengan doa, dan berpuasa, dan memberi korban, seperti yang dalam segala pertimbangan harus mereka lakukan; tetapi mereka yakin tentang kesuksesan karena jumlah mereka yang besar, dan perkara mereka yang benar) - hal 502.
Ini memang benar, karena kalau kita melihat pada ay 18 tadi, maka mereka hanya bertanya siapa yang harus maju dulu. Mereka bahkan tidak meminta berkat Tuhan, kekuatan dari Tuhan, supaya bisa menang dalam perang melawan Benyamin.
Allah ingin menunjukkan kepada mereka bahwa mereka harus bergantung kepada Allah dan bukan kepada kekuatan mereka sendiri. Allah benci PD!
Karena itu, baik dalam pekerjaan saudara maupun pelayanan saudara, sekalipun semua benar dan sesuai kehendak Tuhan, tetapi kalau saudara bersandar pada kekuatan diri sendiri, kurang berdoa, dsb, maka jangan heran kalau Tuhan membiarkan saudara kalah.
Kalau ditanyakan: lalu mengapa suku Benyamin yang jelas salah besar, dan juga PD, kok tidak dihajar? Jawabnya:
¨ Anak yang makin dekat dengan Tuhan, dihajar lebih dulu.
Bdk. 1Petrus 4:17 - “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?”.
Memang ayat ini membandingkan antara ‘anak Tuhan’ dan ‘bukan anak Tuhan’. Dalam hal ini maka ‘anak Tuhan’ dihajar / dihakimi lebih dulu. Tetapi dalam kasus antara ‘anak Tuhan yang dekat dengan Tuhan’ dan ‘anak Tuhan yang jauh dari Tuhan’, maka ‘yang dekat’ dihajar dulu.
¨ Ada saatnya suku Benyamin dihajar, dengan hajaran yang lebih hebat.
¨ Waktu untuk menghajar tergantung Tuhan, yang adalah Allah yang berdaulat.
4) Pertempuran yang kedua; Israel kalah lagi.
Hakim-Hakim 20: 22-25: “(22) Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap kekuatannya, lalu mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur barisannya semula. (23) Kemudian pergilah orang-orang Israel, lalu menangis di hadapan TUHAN sampai petang, sesudah itu mereka bertanya kepada TUHAN: ‘Akan pergi pulakah kami berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu?’ Jawab TUHAN: ‘Majulah melawan mereka.’ (24) Tetapi ketika orang-orang Israel pada hari kedua sampai di dekat bani Benyamin, (25) maka pada hari kedua itu majulah suku Benyamin dari Gibea menyerbu mereka, dan digugurkannya pula ke bumi delapan belas ribu orang di antara orang-orang Israel; semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang”.
a) Tak percaya takhyul.
Hakim-Hakim 20: 22: “Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap kekuatannya, lalu mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur barisannya semula”.
Jadi, mereka mengatur kembali barisan perangnya di tempat yang semula. Matthew Poole mengatakan bahwa mereka tidak memindahkan ke tempat lain dengan pemikiran yang bersifat takhyul, bahwa tempat itu sial / ‘mbo hokgi’ dan sebagainya. Bdk. 1Raja 20:23 - “Pegawai-pegawai raja Aram berkata kepadanya: ‘Allah mereka ialah allah gunung; itulah sebabnya mereka lebih kuat dari pada kita. Tetapi apabila kita berperang melawan mereka di tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka”.
Bdk. 1Timotius 4:7 - “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah”.
Penerapan: apakah saudara masih hidup berdasarkan takhyul, hong sui, dsb?
b) Minta petunjuk Tuhan lagi, tetapi kalah lagi.
Kalau tadi mereka tak menanyakan apakah harus perang atau tidak, maka sekarang mereka menanyakan hal itu (ay 23). Ini jelas menunjukkan bahwa kekalahan pertama tadi membuat mereka jadi ragu-ragu. Mereka jadi berpikir / bertanya-tanya: ‘Apakah Tuhan memang menghendaki mereka berperang melawan Benyamin?’.
Sekarang Tuhan jelas menjawab bahwa mereka harus berperang; dan mereka menuruti petunjuk Tuhan itu, tetapi mereka kalah lagi (ay 23b-25)!
Matthew Henry: “God’s judgments are a great deep, and his way is in the sea. Clouds and darkness are often round about him, but judgment and justice are always the habitation of his throne. We may be sure of the righteousness, when we cannot see the reasons, of God’s proceedings” (= Penghakiman Allah sangat dalam, dan jalanNya ada di dalam laut. Awan dan kegelapan sering mengelilingi Dia, tetapi penghakiman dan keadilan selalu merupakan tempat tinggal dari takhtaNya. Kita bisa / boleh yakin tentang kebenaran, pada waktu kita tidak bisa melihat alasan-alasan, dari cara Allah bekerja).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
· Nahum 1:3b - “Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kakiNya”.
KJV: ‘the LORD hath his way in the whirlwind and in the storm, and the clouds are the dust of his feet’ (= TUHAN mempunyai jalanNya dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kakiNya).
· Yesaya 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.
· Roma 11:33 - “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!”.
Mungkin Tuhan membiarkan Israel kalah lagi, supaya mereka makin menyadari bahwa kemenangan tak tergantung kekuatan mereka, tetapi tergantung Tuhan.
Matthew Henry mengatakan bahwa dengan ini Allah mengajar supaya kita jangan merasa aneh kalau suatu perkara yang benar harus mengalami kekalahan untuk sementara waktu, dan keadaan kelihatannya betul-betul memburuk. Pada akhirnya kebenaran yang akan menang!
5) Pertempuran ketiga; Israel menang.
a) Sebelum pertempuran.
Hakim-Hakim 20: 26-28: “(26) Kemudian pergilah semua orang Israel, yakni seluruh bangsa itu, lalu sampai di Betel; di sana mereka tinggal menangis di hadapan TUHAN, berpuasa sampai senja pada hari itu dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN. (27) Dan orang-orang Israel bertanya kepada TUHAN - pada waktu itu ada di sana tabut perjanjian Allah, (28) dan Pinehas bin Eleazar bin Harun menjadi imam Allah pada waktu itu - kata mereka: ‘Haruskah kami maju sekali lagi untuk berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu, atau haruskah kami hentikan itu?’ Jawab TUHAN: ‘Majulah, sebab besok Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu.’”.
1. Penyebutan Pinehas sebagai imam Allah menunjukkan kira-kira saat terjadinya peristiwa ini.
Barnes mengatakan bahwa ini merupakan suatu petunjuk yang penting, yang menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi kira-kira 20 tahun setelah kematian Yosua. Baru ditinggal mati Yosua sekitar 20 tahun, Israel sudah begitu kacau.
2. Kali ini mereka bukan hanya menangis dan minta petunjuk Tuhan, tetapi juga berpuasa, dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
Adam Clarke: “This is the first place where fasting is mentioned as a religious ceremony, or as a means of obtaining help from God. And in this case, and many since, it has been powerfully effectual. At present it is but little used; a strong proof that self-denial is wearing out of fashion” (= Ini merupakan tempat pertama dimana puasa disebutkan sebagai suatu upacara agamawi, atau sebagai suatu cara / jalan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah. Dan dalam kasus ini, dan banyak kasus sejak saat ini, puasa merupakan sesuatu yang efektif dan berkuasa. Pada saat ini puasa hanya digunakan sedikit sekali; suatu bukti yang kuat bahwa penyangkalan diri kelihatannya ketinggalan jaman).
Catatan: menurut saya, di sini hanya disebutkan bahwa mereka berpuasa, tidak dikatakan bahwa itu merupakan cara / jalan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah. Juga tidak dikatakan bahwa doa mereka dikabulkan karena mereka berpuasa.
3. Dua kali kalah menyebabkan mereka menjadi lebih rendah hati dan berdoa dengan lebih sungguh-sungguh, dan kali ini Tuhan bukan hanya memberi petunjuk, tetapi juga memberikan jaminan kemenangan kepada mereka (ay 28).
b) Jalannya pertempuran dan terjadinya kemenangan Israel.
Hakim-Hakim 20: 29-48: “(29) Lalu orang Israel menempatkan penghadang-penghadang sekeliling Gibea. (30) Pada hari ketiga majulah orang-orang Israel melawan bani Benyamin dan mengatur barisannya melawan Gibea seperti yang sudah-sudah. (31) Maka majulah bani Benyamin menyerbu laskar itu; mereka terpancing dari kota, dan seperti yang sudah-sudah, mereka mulai menyerang laskar itu pada kedua jalan raya - yang satu menuju ke Betel, dan yang lain ke Gibea melalui padang - sehingga terbunuh beberapa orang, kira-kira tiga puluh orang di antara orang Israel. (32) Maka kata bani Benyamin: ‘Orang-orang itu telah terpukul kalah oleh kita seperti semula.’ Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat lebih dahulu: ‘Marilah kita lari dan memancing mereka dari kota ke jalan-jalan raya.’ (33) Jadi orang Israel bangun dari tempatnya dan mengatur barisannya di Baal-Tamar, sedang orang Israel yang menghadang itu tiba-tiba keluar dari tempatnya, yakni tempat terbuka dekat Geba, (34) dan sampai di depan Gibea, sebanyak sepuluh ribu orang pilihan dari seluruh Israel. Pertempuran itu dahsyat, tetapi bani Benyamin tidak tahu bahwa malapetaka datang menimpa mereka. (35) TUHAN membuat suku Benyamin terpukul kalah oleh orang Israel, dan pada hari itu orang-orang Israel memusnahkan dari antara suku Benyamin dua puluh lima ribu seratus orang, semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang. (36) Bani Benyamin melihat, bahwa mereka telah terpukul kalah. Sementara orang-orang Israel agak mundur di depan suku Benyamin - sebab mereka mempercayai penghadang-penghadang yang ditempatkan mereka untuk menyerang Gibea - (37) maka segeralah penghadang-penghadang itu menyerbu Gibea. Mereka bergerak maju dan memukul seluruh kota itu dengan mata pedang. (38) Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat dengan penghadang-penghadang itu untuk menaikkan gumpalan asap tebal dari kota itu. (39) Ketika orang-orang Israel mundur dalam pertempuran itu, maka suku Benyamin mulai menyerang orang Israel, sehingga terbunuh kira-kira tiga puluh orang, karena pikir mereka: ‘Tentulah orang-orang itu terpukul kalah sama sekali oleh kita seperti dalam pertempuran yang dahulu.’ (40) Tetapi pada waktu itu mulailah gumpalan asap naik dari kota itu seperti tiang asap. Suku Benyamin menoleh ke belakang dan tampaklah kota itu seluruhnya terbakar, apinya naik ke langit. (41) Lagipula orang-orang Israel maju lagi. Maka gemetarlah orang-orang Benyamin itu, sebab mereka melihat, bahwa malapetaka datang menimpa mereka. (42) Jadi larilah mereka dari depan orang-orang Israel itu, ke arah padang gurun, tetapi pertempuran itu tidak dapat dihindari mereka, lalu orang-orang dari kota-kota menghabisi mereka di tengah-tengahnya. (43) Mereka mengepung suku Benyamin itu, mengejarnya dengan tak henti-hentinya dan melandanya sampai di depan Gibea, di sebelah timur. (44) Dari bani Benyamin ada tewas delapan belas ribu orang, semuanya orang-orang gagah perkasa. (45) Yang lain berpaling lari ke padang gurun, ke bukit batu Rimon. Tetapi di jalan-jalan raya masih diadakan penyabitan susulan di antara mereka: lima ribu orang; mereka diburu sampai ke Gideom dan dipukul mati dua ribu orang dari mereka. (46) Maka yang tewas dari suku Benyamin pada hari itu seluruhnya berjumlah dua puluh lima ribu orang yang bersenjatakan pedang, semuanya orang-orang gagah perkasa. (47) Tetapi enam ratus orang berpaling lari ke padang gurun, ke bukit batu Rimon, dan tinggal empat bulan lamanya di bukit batu itu. (48) Tetapi orang-orang Israel kembali kepada bani Benyamin dan memukul mereka dengan mata pedang, baik manusia baik hewan dan segala sesuatu yang terdapat di sana. Juga segala kota yang terdapat di sana mereka musnahkan dengan api”.
1. Orang-orang Israel menggunakan siasat dalam perang.
Dalam pertempuran ketiga ini orang Israel lalu menggunakan siasat, yang tidak mereka gunakan dalam pertempuran pertama dan kedua. Siasat yang diguanakan adalah siasat seperti yang digunakan Yosua dalam mengalahkan kota Ai.
Pulpit Commentary: “Made wiser by misfortune, they now act cautiously” (= Menjadi lebih bijaksana oleh kemalangan, sekarang mereka bertindak dengan hati-hati) - hal 203.
Matthew Henry: “The assurance God had given them of success in this day’s action, instead of making them remiss and presumptuous, set all heads and hands on work for the effecting of what God had promised” [= Jaminan kesuksesan yang Allah berikan kepada mereka pada hari mereka bertindak ini, bukannya membuat mereka lalai / lengah dan sombong, tetapi menggunakan semua kepala (otak) dan tangan untuk bekerja untuk menghasilkan / mencapai apa yang telah Allah janjikan].
Adam Clarke: “Though God had promised them success, they knew they could expect it only in the use of the proper means” (= Sekalipun Allah telah menjanjikan kesuksesan kepada mereka, mereka tahu bahwa mereka hanya dapat mengharapkan kesuksesan itu dengan menggunakan cara / jalan yang benar).
Dua kutipan di atas ini merupakan sesuatu yang benar dan penting. Adanya jaminan, sama sekali tak menyebabkan mereka bertindak sembarangan, malas, dan sebagainya. Demikian juga kalau kita yang betul-betul percaya kepada Kristus dijamin keselamatannya, itu sama sekali tidak seharusnya menyebabkan kita hidup sembarangan, menjadi malas, dan sebagainya. Tetapi orang-orang Arminian, yang tidak mempunyai / mempercayai jaminan keselamatan, menuduh bahwa ajaran ini menyebabkan orang hidup sembarangan, menjadi malas dan sebagainya.
2. Kemenangan dalam 2 x pertempuran menyebabkan suku Benyamin menjadi sombong dan lengah, dan itu menyebabkan kehancuran / kekalahan mereka.
Matthew Henry: “the Benjamites, in the beginning of the battle, were confident that the day was their own: They are smitten down before us, v. 32, 39. Sometimes God suffers wicked men to be lifted up in successes and hopes, that their fall may be the sorer. See how short their joy is, and their triumphing but for a moment. Let not him that girdeth on the harness boast, except he has reason to boast in God” (= orang-orang Benyamin, pada permulaan dari pertempuran, sangat yakin bahwa hari itu adalah milik mereka: ‘Orang-orang itu telah terpukul kalah oleh kita seperti semula.’, ay 32,39. Kadang-kadang Allah membiarkan orang-orang jahat untuk ditinggikan dalam kesuksesan dan pengharapan, supaya kejatuhan mereka bisa lebih menyakitkan. Lihatlah betapa singkat sukacita mereka, dan mereka menang hanya untuk seketika saja. Jangan hendaknya mereka yang menyiapkan pakaian perang bermegah, kecuali ia mempunyai alasan untuk bermegah dalam Allah).
3. Ay 34b: ‘Pertempuran itu dahsyat, tetapi bani Benyamin tidak tahu bahwa malapetaka datang menimpa mereka’.
Pulpit Commentary: “Our misfortunes often overtake us unawares. There is no earthly security. The sinner especially should not encourage himself in fancied immunity. The Son of man cometh as a thief in the night, for judgment and for reward” (= Kemalangan kita sering menyusul / mendekati kita tanpa kita sadari. Tidak ada keamanan duniawi. Orang berdosa khususnya, tidak boleh membesarkan hatinya sendiri dalam kekebalan yang bersifat khayalan. Anak Manusia datang seperti pencuri pada waktu malam, untuk penghakiman dan untuk pahala) - hal 207.
4. Hakim-Hakim 20: 35: “TUHAN membuat suku Benyamin terpukul kalah oleh orang Israel, dan pada hari itu orang-orang Israel memusnahkan dari antara suku Benyamin dua puluh lima ribu seratus orang, semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang”.
Perhatikan bahwa sekalipun orang Israel berperang dengan baik, tetapi kemenangan tetap diatas-namakan Tuhan. Ini juga berlaku pada saat saudara sukses dalam study, pekerjaan, pelayanan, pembinaan keluarga, dan sebagainya.
Amsal 21:31 - “Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN”.
5. Hakim-Hakim 20: 46 mengatakan bahwa yang gugur dari suku Benyamin adalah orang-orang yang dikatakan gagah perkasa. Sungguh sayang bahwa kegagah-perkasaan mereka digunakan untuk membela urusan yang salah. Dan lebih lagi harus disayangkan bahwa dalam kalangan yang benar, banyak orang tidak mempunyai sikap gagah perkasa seperti itu!
6. Pro dan kontra tentang benar tidaknya tindakan orang-orang Israel yang memusnahkan suku Benyamin seperti itu.
a. Ada yang menganggap pemusnahan ini keterlaluan dan salah.
Adam Clarke menganggap bahwa pemusnahan Benyamin seperti itu keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan. Pulpit Commentary kelihatannya juga berpandangan sama.
Pulpit Commentary: “what in its beginning is right is apt in its course to become wrong. ... In war, in politics, in private quarrels, though we may begin by being in the right, yet the original cause is often lost sight of in the progress of the strife, and new jealousies, personal enmities, selfish resentments, and unwarrantable violence of feeling, which spring up, as it were, by the way, are allowed to get possession of us, and hurry us on to injustice and wrong” (= apa yang pada mulanya benar dalam jalannya condong untuk menjadi salah. ... Dalam perang, politik, pertengkaran pribadi, sekalipun kita mulai dengan benar, tetapi perkara yang orisinil seringkali tidak terlihat lagi dalam kemajuan / jalan dari percekcokan itu, dan kecemburuan yang baru, permusuhan / kebencian pribadi, kemarahan yang egois, dan kekerasan perasaan yang tidak bisa dibenarkan, yang seakan-akan muncul di tepi jalan, diijinkan untuk menguasai kita, dan mendorong kita pada ketidak-adilan dan kesalahan) - hal 205,206.
Pulpit Commentary: “We would say to every Christian brother, Be very zealous for right against wrong. Be very zealous for truth against falsehood. ... But be very careful to keep your zeal pure. Let it be simple zeal for God’s honour and glory, and for his law and his truth” (= Kami mau mengatakan kepada setiap saudara Kristen, Bersemangatlah untuk kebenaran terhadap kesalahan. Bersemangatlah untuk kebenaran terhadap kepalsuan. ... Tetapi sangat berhati-hatilah untuk menjaga semangatmu murni. Hendaklah itu adalah semangat yang sederhana untuk kehormatan dan kemuliaan Allah, dan untuk hukum dan kebenaranNya) - hal 206.
b. Ada yang berpendapat bahwa dalam hal ini Tuhan yang memakai Israel untuk menghukum suku Benyamin.
Jamieson, Fausset & Brown: “This frightful vengeance, extending from Gibeah to the whole territory of Benjamin, was executed under the impetuous impulse of highly-excited passions. But doubtless the Israelites were only the agents of inflicting the righteous retributions of God; and the memory of this terrible crisis, which led almost to the extermination of a whole tribe, was conducive to the future good of the whole nation” (= Pembalasan yang mengerikan ini, meluas dari Gibea sampai ke seluruh daerah suku Benyamin, dilaksanakan di bawah dorongan yang bergerak dengan kekuatan yang besar dari nafsu yang sangat dibangkitkan. Tetapi tidak diragukan orang-orang Israel hanya merupakan agen-agen dari pemberian pembalasan yang benar dari Allah; dan ingatan pada krisis yang mengerikan ini, yang membawa hampir pada pemusnahan dari seluruh suku, menghasilkan kebaikan di kemudian hari untuk seluruh bangsa).
Matthew Poole: “the Benjamites were the only authors of the sin, but God was the chief author of the punishment, and the Israelites were but his executioners” (= orang-orang Benyamin adalah satu-satunya pembuat dosa itu, tetapi Allah adalah sumber utama dari penghukuman, dan orang-orang Israel hanyalah algojo-algojoNya).
Penutup / kesimpulan.
Di sini ada pelajaran dari kekalahan:
· Kekalahan harus menimbulkan kerendahan hati dan pertobatan.
· Kekalahan harus membimbing kita untuk mencari kehendak Allah.
· Kekalahan harus membimbing kita pada usaha yang diperbaharui dan diperbaiki.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-