APAKAH MALEAKHI 3:10-12 MENDUKUNG TEOLOGI KEMAKMURAN?

Pdt.Budi Asali, M.Div.
MALEAKHI 3:10-12
Apakah semua ini berarti bahwa ajaran Teologi Kemakmuran itu betul? Tidak! Hal yang penting sekali untuk diketahui adalah bahwa ada perbedaan besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menjanjikan berkat Tuhan, kalau Israel taat kepadaNya. Tetapi penekanan dari berkat itu adalah pada hal-hal jasmani (Bdk. Ulangan 11:8-15 Ulangan 28:1-14 Maleakhi 3:8-11).

Dalam Perjanjian Baru, kalau kita taat, kita juga akan diberkati. Tetapi penekanan dari berkat di sini adalah pada berkat rohani!

Bdk. 2Korintus 9:6-11 - “(6) Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. (7) Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. (8) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. (9) Seperti ada tertulis: ‘Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaranNya tetap untuk selamanya.’ (10) Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; (11) kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami”.

Kalau kita hanya membaca 2Korintus 9:6 saja, seperti yang biasanya dilakukan, maka kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa orang yang memberi banyak persembahan, juga akan menuai banyak uang. Tetapi cobalah baca terusannya! 2Korintus 9:8 menyebutkan bahwa ‘mereka berkelimpahan dalam berbagai kebajikan’! 2Kor 9:10 mengatakan bahwa ‘Allah akan melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu’! 2Korintus 9:11 mengatakan bahwa ‘kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati’. Ini semua jelas menunjuk pada berkat rohani.

Bagaimana dengan berkat jasmani dalam Perjanjian Baru? Apakah Tuhan menjanjikan kekayaan? Sama sekali tidak! 2Kor 8:1-9 menceritakan tentang jemaat Makedonia yang mem¬beri lebih banyak dari kemampuan mereka. Tetapi mereka tidak menjadi kaya secara jasmani (bahkan dikatakan kalau mereka sangat miskin - ay 2), tetapi mereka kaya secara rohani!

2Korintus 8:1-9 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

Demikian pula dengan orang-orang yang menjual rumah dan tanahnya, lalu mempersembahkan kepada Tuhan dalam Kisah Para Rasul 4:34-37. Tidak pernah dikatakan bahwa mereka lalu menjadi kaya / menerima banyak rumah! Rasul-rasul yang mengikut Tuhan (termasuk Paulus) adalah orang-orang saleh. Tetapi mereka tidak menjadi kaya dalam hal jasmani!

Jadi, dalam Perjanjian Baru, dalam hal jasmani Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan. Tetapi, Ia menjanjikan kecukupan (dalam arti: orang kristen tidak perlu mengemis, berhutang, mati kelaparan, dsb). Janji ini bisa saudara dapatkan dalam Matius 6:25-34.

Juga kalau saudara memperhatikan doa Bapa Kami (Matius 6:9-13), Yesus tidak mengajar supaya kita meminta jadi kaya / berlim¬pah-limpah, tetapi supaya cukup (Matius 6:11).

Pertanyaan yang mungkin timbul: Mengapa Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Apakah Tuhan berubah? Tidak!! Tuhan tidak berubah, tetapi caraNya menunjukkan cintaNya berubah.

Illustrasi:
Waktu anak saudara berumur 2 tahun, saudara menunjukkan cinta saudara dengan menggendong dia, menciumi dia dsb. Tetapi cara saudara menunjukkan cinta saudara kepadanya tentu berbeda pada waktu anak itu sudah berumur 17 tahun! Saudara tetap mencintai dia, tetapi cara menunjukkan cinta (perwujudan cinta) berubah.

Allah memperlakukan orang-orang Perjanjian Lama seperti anak kecil, sedangkan orang-orang Perjanjian Baru seperti orang dewasa. Mengapa demikian? Karena adanya salib / pengorbanan Yesus yang memisahkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Pada jaman Perjanjian Lama, belum ada pengorbanan Yesus. Jadi, orang sukar untuk bisa melihat kasih Allah, kalau Allah tidak memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi pada jaman Perjanjian Baru, pengorbanan Yesus sudah terjadi. Jadi, sekalipun kita tidak diberi terlalu banyak berkat jasmani, bahkan sekalipun kita ada dalam penderitaan, kita bisa ‘melihat ke belakang’ (yaitu pada salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah), dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Jadi, dalam Perjanjian Baru tidak lagi diperlukan berkat jasmani yang berkelimpahan untuk bisa melihat kasih Allah! Allah kadang-kadang memberikan kekayaan kepada orang kristen tertentu, tetapi Ia tidak pernah berjanji bahwa semua orang kristen akan menjadi kaya! Lihat Calvin, ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XI, no 1-3.

John Calvin: “THE DIFFERENCE BETWEEN THE TWO TESTAMENTS. (1. The Old Testament differs from the New in five respects: representation of spiritual blessings by temporal, 1-3). 1. STRESS ON EARTHLY BENEFITS WHICH, HOWEVER, WERE TO LEAD TO HEAVENLY CONCERNS. What then? You will ask: will no difference remain between the Old and New Testaments? What is to become of the many passages of Scripture wherein they are contrasted as utterly different? ... Now this is the first difference: the Lord of old willed that his people direct and elevate their minds to the heavenly heritage; yet, to nourish them better in this hope, he displayed it for them to see and, so to speak, taste, under earthly benefits. But now that the gospel has more plainly and clearly revealed the grace of the future life, the Lord leads our minds to meditate upon it directly, laying aside the lower mode of training that he used with the Israelites.” [= PERBEDAAN ANTARA DUA PERJANJIAN. (1. Perjanjian Lama berbeda dari Perjanjian Baru dalam lima hal: penggambaran berkat-berkat rohani oleh berkat-berkat sementara, 1-3). 1. PENEKANAN PADA KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN DUNIAWI YANG, HARUS MEMBIMBING PADA URUSAN-URUSAN / PERSOALAN-PERSOALAN SURGAWI. Lalu apa / bagaimana? Kamu akan bertanya: tidak adakah perbedaan yang tertinggal antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Akan jadi apa / bagaimana banyak text Kitab Suci dalam mana mereka dikontraskan sebagai sama sekali berbeda? ... Sekarang inilah perbedaan yang pertama: Tuhan dari Perjanjian Lama menghendaki bahwa bangsa / umatNya mengarahkan dan mengangkat pikiran mereka pada warisan surgawi; tetapi untuk memelihara mereka dengan lebih baik dalam pengharapan ini, Ia menunjukkannya kepada mereka untuk melihat, dan boleh dikatakan, untuk mencicipi, di bawah keuntungan-keuntungan duniawi. Tetapi sekarang bahwa injil telah menyatakan dengan lebih jelas kasih karunia dari kehidupan yang akan datang, Tuhan membimbing pikiran kita untuk merenungkan hal itu secara langsung, dengan mengesampingkan cara melatih yang lebih rendah yang Ia gunakan dengan bangsa Israel.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 1.

John Calvin: “2. THE EARTHLY PROMISES CORRESPONDED TO THE CHILDHOOD OF THE CHURCH IN THE OLD COVENANT; BUT WERE NOT TO CHAIN HOPE TO EARTHLY THINGS. This will be more apparent from the comparison that Paul made in the letter to the Galatians. He compares the Jewish nation to a child heir, not yet fit to take care of himself, under the charge of a guardian or tutor to whose care he has been entrusted (Galatians 4:1-2). Although Paul applies this comparison chiefly to the ceremonies, nothing prevents us from applying it most appropriately here as well. Therefore the same inheritance was appointed for them and for us, but they were not yet old enough to be able to enter upon it and manage it. The same church existed among them, but as yet in its childhood. Therefore, keeping them under this tutelage, the Lord gave, not spiritual promises unadorned and open, but ones foreshadowed, in a measure, by earthly promises. When, therefore, he adopted Abraham, Isaac, Jacob, and their descendants into the hope of immortality, he promised them the Land of Canaan as an inheritance. It was not to be the final goal of their hopes, but was to exercise and confirm them, as they contemplated it, in hope of their true inheritance, an inheritance not yet manifested to them.” [= 2. JANJI-JANJI DUNIAWI SESUAI DENGAN MASA KANAK-KANAK DARI GEREJA DALAM PERJANJIAN LAMA; TETAPI TIDAK MENGIKAT PENGHARAPAN PADA HAL-HAL DUNIAWI. Ini akan lebih jelas dari perbandingan yang Paulus buat dalam surat Galatia. Ia membandingkan bangsa Yahudi dengan seorang pewaris yang masih kanak-kanak, yang karena belum cocok untuk mengurus dirinya sendiri, di bawah pengawasan seorang penjaga atau guru pada penjagaan siapa ia telah dipercayakan (Gal 4:1-2). Sekalipun Paulus menerapkan perbandingan ini terutama pada upacara-upacara, tak ada apapun yang menghalangi kami untuk juga menerapkannya dengan paling cocok di sini. Karena itu warisan yang sama ditetapkan bagi mereka dan bagi kita, tetapi mereka belum cukup umur untuk bisa memasukinya dan mengurusnya. Gereja yang sama ada di antara mereka, tetapi masih dalam masa kanak-kanak. Karena itu, dengan menjaga mereka di bawah penjagaan ini, Tuhan memberi, bukan janji-janji rohani tanpa hiasan dan terbuka, tetapi janji-janji yang membayangkan lebih dulu (foreshadowed), sampai tingkat tertentu, dengan / oleh janji-janji duniawi. Karena itu, pada waktu Ia mengadopsi Abraham, Ishak, Yakub dan keturunan mereka ke dalam pengharapan kekekalan, Ia menjanjikan mereka Tanah Kanaan sebagai suatu warisan. Itu bukanlah tujuan akhir dari pengharapan mereka, tetapi harus melatih dan meneguhkan mereka, pada waktu mereka merenungkannya, dalam pengharapan tentang warisan mereka yang sebenarnya, suatu warisan yang belum dinyatakan kepada mereka.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 2.

Galatia 4:1-2 - “(1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.”.

John Calvin: “3. PHYSICAL BENEFITS AND PHYSICAL PUNISHMENTS AS TYPES. ... But as the Lord, in testifying his benevolence toward believers by present good things, then foreshadowed spiritual happiness by such types and symbols, so on the other hand he gave, in physical punishments, proofs of his coming judgment against the wicked. Thus, as God’s benefits were more conspicuous in earthly things, so also were his punishments. The ignorant, not considering this analogy and congruity, to call it that, between punishments and rewards, wonder at such great change-ableness in God. ... But we shall readily dispose of these misgivings if we turn our attention to this dispensation of God which I have noted. He willed that, for the time during which he gave his covenant to the people of Israel in a veiled form, the grace of future and eternal happiness be signified and figured under earthly benefits, the gravity of spiritual death under physical punishments.” [= 3. PEMBERIAN-PEMBERIAN JASMANI DAN HUKUMAN-HUKUMAN JASMANI SEBAGAI TYPE-TYPE. ... Tetapi karena Tuhan, dalam memberikan kesaksian tentang kebaikanNya terhadap orang-orang percaya oleh hal-hal baik sekarang ini, pada waktu itu membayangkan lebih dulu (foreshadowed) kebahagiaan rohani dengan type-type dan simbol-simbol seperti itu, demikian juga di sisi lain Ia memberikan, dalam hukuman-hukuman jasmani, bukti-bukti dari penghakimanNya terhadap orang jahat. Demikianlah, sebagaimana pemberian-pemberian Allah lebih menyolok dalam hal-hal duniawi, demikian juga hukuman-hukumanNya. Orang-orang yang tak mempunyai pengetahuan, tanpa mempertimbangkan analogi dan kesesuaian ini, saya menyebutnya seperti itu, antara hukuman-hukuman dan pahala-pahala / upah-upah, heran pada kebisa-berubahan yang begitu besar dalam diri Allah. ... Tetapi kita akan dengan mudah membereskan keraguan ini jika kita mengarahkan perhatian kita pada dispensasi dari Allah ini yang telah saya perhatikan. Ia mau bahwa, selama waktu dimana Ia memberi perjanjianNya kepada bangsa Israel dalam suatu bentuk yang ditutupi / disembunyikan, kasih karunia dari kebahagiaan yang akan datang dan kekal ditunjukkan dan digambarkan di bawah kebaikan-kebaikan duniawi, keseriusan / beratnya kematian rohani di bawah hukuman-hukuman jasmani.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 3.

Kesimpulan: Maleakhi 3:10-12 tidak mendukung Teologi Kemakmuran!
Next Post Previous Post