CARA KERJA PEMELIHARAAN ALLAH

Pdt. Agus Marjanto, M.Th
CARA KERJA PEMELIHARAAN ALLAH
Mazmur 57:1-3; Mazmur 119:15

Tuhan menyatakan diri di dalam dua jalan besar ini: yang pertama adalah melalui Firman-Nya, dan yang kedua adalah melalui karya-Nya. Dan di dalam karya-Nya ada dua bagian karya Tuhan yang besar sekali yang pertama adalah penciptaan dan yang kedua adalah providensiasi. Allah itu tidak terlihat, manusia ada di bumi ini. 

Bagaimana manusia bisa mengenal Dia yang tidak terlihat? Apalagi kita adalah orang yang sudah berdosa, itu membuat kerohanian kita mati, kita tidak mungkin bisa melihat Dia, mengenal Dia, menghampiri Dia. 

Maka satu-satunya cara adalah Dia yang harus datang kepada kita, Dia yang harus membukakan diri-Nya kepada kita. Dan melalui apa Tuhan membukakan diri-Nya kepada kita? Melalui jalan-Nya yang khusus yaitu melalui Firman-Nya. Dengan Firman-Nya kita bisa mengenal Dia, dengan Firman-Nya kita bisa mengerti isi hati-Nya, dengan Firman-Nya kita bisa mengerti apa yang menjadi tujuan-tujuan-Nya, dengan Firman-Nya kita juga bisa mengerti seluruh alam semesta dan kita ini siapa. 

Tetapi bukan saja melalui Firman-Nya, hal yang kedua adalah Dia menyatakan diri-Nya melalui pekerjaan-Nya. Dan pekerjaan-Nya ada dua yang utama adalah creation dan providence. Alkitab menyatakan langit menceritakan kemuliaan Allah. Maka ketika kita melihat dunia ini, melihat alam semesta; jikalau Tuhan mencelikkan mata rohani kita, kita bisa melihat kemuliaan Allah. Tetapi pada pagi hari ini secara khusus di dalam Mazmur 119:15, pemazmur mengajar kepada kita lihatlah jalan-jalan Allah, lihatlah cara kerja Allah kepadamu, lihatlah providensia Allah. 

Kita tidak saja diminta oleh Allah untuk merenungkan titah-titah-Nya, memeditasikan Firman-Nya siang dan malam, tetapi Alkitab di sini mengatakan bahwa kita diminta untuk memeditasikan mengenai pekerjaan-Nya, cara kerja-Nya, cara Dia dealing dengan kita. Ini adalah providensia, John Flavel mengatakan orang Kristen memiliki panggilan dan tugas dari Tuhan untuk memeditasikan, memikirkan secara dalam berkenaan dengan providensia di dalam setiap stage dan context hidup kita. 

Di sini dikatakan, “Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamati jalan-jalan-Mu.” Kata “mengamati” di dalam bahasa Ibraninya adalah nabat. Dan apa arti nabat itu? Maka pada pagi hari ini saya akan mempresentasikan kepada saudara-saudara. Penterjemah Alkitab mengambil beberapa kata untuk mempresentasikan mengenai nabat. 

Complete Jewish Bible misalnya berkenaan dengan itu adalah keep my eyes on your ways. ESV menggunakan kata fix my eyes on your ways; jadi mata secara harafiah itu ditujukan, tidak berkedip untuk melihat jalan-jalan Allah. The Passion Translation menyatakan bahwa ini adalah pay close attention to all your ways; dan NIV dan juga Geneva Bible itu menuliskan berkenaan dengan mempertimbangkan consider your ways. NASB bicara berkenaan dengan regards Your ways. Amplified Bible mengatakan secara keseluruhan kita di-preoccupied untuk mengenali pekerjaan-Nya. 

Saya suka sekali translation dari NET, NET menyatakan ini adalah focus on your behavior. Bagaimana Tuhan itu bersikap, bertindak itu ada prinsip-Nya. Dan prinsip-Nya bisa saudara lihat di dalam Alkitab tetapi saudara bisa mengalaminya, kalau saudara dan saya itu teliti mengamatinya di dalam cara Dia dealing dengan kita. Ingat, Allah itu pribadi. King James Version menyatakan have respect unto Thy ways. Bagaimana seseorang bisa menghormati, kalau dia tidak mengenal secara dalam?

Ketika saudara dan saya mengamati jalan-jalan Tuhan maka ketika Tuhan itu menyadarkan kita sesungguhnya bagaimana Dia bertindak kepada kita, itu akan menggetarkan hati kita dan kita akan melihat ini adalah sesuatu yang sangat bernilai. Kita akan respect terhadap jalan-jalan-Nya dan terhadap diri-Nya sendiri. Sekali lagi ini adalah panggilan kita, gereja harus melakukan tugasnya, duty of Christian. 

Orang Kristen zaman sekarang sangat lalai sekali di dalam duty of Christian; kalau Pendeta Stephen Tong tidak berteriak-teriak untuk kita mengabarkan Injil, kita tidak ada yang mengabarkan Injil. Kalau kita tidak tahu bahwa orang Puritan pernah berkali-kali membicarakannya, kita melupakan bahwa salah satu duty yang penting di dalam kehidupan sehari-hari kita adalah mematikan dosa. 

Kalau gerakan Reformed ini tidak dibuat oleh Tuhan; berapa banyak orang di Indonesia yang memperhatikan Firman Tuhan dan belajar akan kebenaran Firman Tuhan dengan ketat dan coba untuk menggalinya dengan bertanggung jawab? Itu adalah duty orang Kristen. 

Dan sekarang orang Puritan menegaskan kepada kita bukan saja Firman, tentu Firman itu adalah utama, tetapi perhatikan berkenaan dengan bagaimana Tuhan itu dealing dengan kita dan bagaimana Dia dengan providensia-Nya menopang hidup kita. “Aku mau mengamat-amati jalan-Mu,” demikian kata pemazmur; ini adalah panggilan Allah; ini adalah kehendak Allah. Sekali lagi ini adalah sesuatu yang penting ketika bicara mengenai kehendak Allah. Biarlah kita mendidik diri kita tidak cepat-cepat berbicara mengenai kehendak Allah. Tetapi kalau itu benar-benar kehendak-Nya kita harus belajar untuk melakukannya. 

Banyak orang tanya, “Apa kehendak Allah bagiku Pak?” Dan saudara-saudara, kami bukan orang yang expert di dalam mengerti kehendak Allah, tetapi biarlah kita mendidik diri kita sebelum kita mau mengerti kehendak Allah yang sifatnya adalah sehari-hari, saudara harus melihat ada kehendak Allah yang begitu umum begitu jelas dalam Alkitab dan biarlah kita belajar untuk menggenapinya. 

Dan inilah kehendak Allah yaitu untuk memeditasikan Firman dan kita memeditasikan providensia-Nya. Dan apa itu providensia? Secara sederhana providensia adalah penopangan Allah di dalam hidup anak-anak-Nya dari hal terbesar sampai terkecil di dalam segala event kehidupan. Saudara-saudara, banyak dari kita atau banyak dar tulisan termasuk dari judul khotbah hari ini, adalah ketika berbicara mengenai providensia itu adalah pemeliharaan. 

Sebenarnya saya agak reluctant menggunakan kata ini, karena ketika bicara mengenai pemeliharaan lalu kemudiaan kita berpikir bahwa itu adalah sesuatu hal yang ada untungnya dalam diri kita. Tetapi providensia itu menyangkut hal-hal yang kita anggap baik dan juga menyangkut hal-hal yang kita anggap buruk. 

Saudara-saudara boleh mengatakan bahwa providensia itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia itu adalah pemeliharaan tetapi pertanyaannya apanya yang dipelihara? Adalah benar providensia adalah pemeliharaan, tetapi yang dipelihara itu adalah iman kita. Membuat iman kita terus bertumbuh di hadapan Tuhan. Saudara ingat bahwa Yesus Kristus mengatakan kalau Anak Manusia datang apakah Dia mendapati iman di bumi ini? 

Banyak orang menggunakan kata pemeliharaan Allah adalah berpikir bahwa segala sesuatu yang aku punya itu akan dipelihara secara fisik, kadang seperti itu tetapi kadang juga tidak. Kadang saudara berpikir bahwa misalnya saja saudara memiliki satu toko dan kemudian karena covid ini akhirnya tidak banyak pendapatan dan kemudiaan mungkin rugi dan kemudiaan saudara berdoa minta providensia Allah, meminta pemeliharaan pasti tokonya itu tidak akan ditutup, belum tentu ya saudara-saudara. Banyak orang berpikir providensia itu artinya bahwa apa yang saya punya sekarang itu dipelihara terus ada; jawabannya adalah belum tentu saudara. 

Saudara-saudara kadang Tuhan menggagalkan, kadang Tuhan mengizinkan kerugian, kadang bahkan Tuhan mengizinkan penyakit dan di dalam beberapa kasus tertentu Tuhan mengizinkan kematian bahkan. Tetapi saudara-saudara yang jelas bahwa Dia akan memelihara iman kita dan semua yang dikerjakan-Nya adalah baik untuk kita dan semua yang dikerjakan-Nya adalah untuk kemuliaan nama-Nya. 

Jadi providensia, ketika saudara berbicara berkenaan dengan sesuatu pemeliharan, boleh saudara dan saya menggunakan itu, tetapi saudara mengerti apa yang dipelihara. Misalnya saja ada dua anak muda yang saling jatuh cinta meskipun satu dan lainnya saling jatuh cinta dan mereka berdoa supaya Tuhan memelihara mereka dalam providensianya itu tidak berarti bahwa Tuhan itu tidak bisa memutuskan mereka dan mengagalkan cinta mereka. Mungkin saja Tuhan melakukan itu agar hidupnya itu makin mengasihi kesucian. Tuhan membalikkan jalan-Nya untuk dia bisa masuk di dalam suatu panggilan dan ini terjadi begitu banyak di dalam hidup kita.

Secara lebih detail apa itu providensia tadi saya sudah berbicara secara sederhana. Secara detail providence itu dari kata provide dan Bahasa Latin-nya itu adalah providere. Secara etimologi itu adalah melihat sebelumnya (foresee). Saudara-saudara kata providensia ini berkoresponden dengan bahasa Yunani pronoia yang berarti forthought (memikirkan sebelumnya). 

Ketika kata ini ada foresee, forthought ini bukan saja melihat sebelumnya ini berimplikasi dengan membuat antisipasi jadi mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan agar tujuan awal yang ditetapkan itu bisa tercapai pada akhirnya atau membuat langkah-langkah untuk mengarahkan segala sesuatu agar tujuan yang sudah ditetapkan di awal itu tercapai. Prevision itu kemudian menjadi provision. 

Saudara-saudara providence person adalah seseorang yang membuat arrangement untuk meraih goal yang sudah ditetapkan. Tadi saya sudah berbicara berkenaan dengan definisi providence secara sederhana yaitu penopangan Allah di dalam hidup kita dari hal yang terbesar sampai terkecil di dalam seluruh aspek, dalam seluruh event sekarang saya akan definisikan secara lengkap apa itu providence. 

Providence of God itu meliputi penglihatan-nya yang ilahi, yang sebelumnya yang di dalam pemerintahannya di dunia ini diwujudkan dalam pengendalian-Nya atas segala sesuatu secara penuh dan luas atas seluruh ciptaan-Nya di mana segala kemungkinan event yang terjalin erat di dalam pattern yang koheren dan segala perkembangannya ditajamkan dibentuk untuk menggenapi tujuan akhir yang telah Dia tetapkan sebelumnya

Di dalam providensia seperti inilah seluruh jaminan itu diberikan kepada kita bahwa semua yang Tuhan rancangkan itu akan digenapi dan rancangan-Nya itu di dalam Kristus bagi umat-Nya adalah rancangan yang baik dan mulia dan yang indah.

Saudara-saudara di dalam providence sendiri maka Allah bertindak secara prinsipnya ada tiga hal kepada umat-Nya: pertama adalah pemeliharaan, yang kedua adalah pengawasan dan yang ketiga adalah mengarahkan. Dalam bahasa teologinya adalah teleological direction, bukan theology tetapi teleology. Jadi itu adalah bicara mengenai purpose, mengenai ujungnya, mengenai mengarahkan. 

Allah yang dengan tangan yang tidak terlihat mengarahkan kita, gereja-Nya menuju kepada satu titik yang sudah Dia tetapkan sebelumnya. Saudara mengerti ini dan saudara memikirkan ini providence adalah sesuatu yang luar biasa kompleks ini bersangkut paut dengan akal budinya Allah, ini bersangkut paut dengan tujuan yang Allah itu tetapkan di dalam kekekalan. Ini bersangkut paut dengan tangan-Nya yang bertindak menolong dan mengarahkan, ini bersangkut paut dengan mata-Nya yang suci yang mengawasi segala sesuatu yang ada. 

Ini bersangkut paut dengan kuasa-Nya dan hikmat-Nya yang mengatur segala sesuatu bahkan sampai yang terkecil. Allah menempatkan seluruh tubuh kita dari atas sampai bawah, dari luar sampai dalam itu pun sesuatu alam semesta yang kecil. Anatomi tubuh kita ketika dibedah itu sangat mengagungkan, mata itu tidak diletakkan di bawah, telinga itu menghadap ke depan dan bukan ke belakang seluruhnya diatur oleh Tuhan. 

Paru-paru, jantung dan seluruh pembuluh darah menuju ke mana, ini yang besar ini yang kecil sampai ke cabang-cabangnya seluruhnya diatur oleh Tuhan dan luar biasa kompleks dan sampai saat ini tidak ada satu orangpun yang pernah hidup dari Adam bisa menjelaskan keseluruhan kompleks dari seluruh hidup kita sekalipun. 

Lalu kalau begitu bagaimana kita bisa menjelaskan seluruh kompleksitas alam semesta? Lalu kalau begitu bagaimana kita bisa menjelaskan secara comprehensive kompleksitas the providence of God? Ini sesuatu yang besar, luar biasa, ini sesuatu yang mulia. Tetapi Alkitab mengatakan perhatikan, belajar, fixed your eyes. Perhatikan kita tanya kepada Tuhan, kenapa Tuhan? Kenapa kita harus memperhatikan providensia Allah? Dan apa signifikansi dari perintah ini?

(1) Perintah ini membuat saudara dan saya melihat keindahan providence yang akan menghantar penghormatan kita akan Firman-Nya.

Providence itu sendiri adalah memiliki kemuliaan. Kalau saudara dan saya bisa melihatnya sebagaimana apa yang Tuhan itu berikan, adalah kita akan memiliki sukacita dengan mengamat-amati jalan-jalannya Tuhan. Kita bisa mengatakan kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu. Jalan providence adalah jalan yang dipakai oleh Allah untuk membawa umat-Nya ke surga tetapi juga melalui providence Allah membawa surga untuk kita kecap di dunia ini. 

Kalau saudara-saudara mengalami ini, saudara akan memiliki hati yang remuknya luar biasa. Saya yakin sekali saudara-saudara pasti pernah mengalaminya. Ini bukan dialami oleh hamba-hamba Tuhan tertentu saja. Ini bukan dialami oleh John Flavel oleh orang-orang Puritan atau orang-orang misionaris saja, tetapi ini juga dialami oleh saudara-saudara sekalian. 

Dan sering sekali dan kadang atau sampai sering sekali saudara dan saya itu bisa menyatakan tetapi Puritan mengatakan, engkau jangan cuma melihat sekilas tetapi pikirkan, amati, sampai kamu bisa menjelajah di dalamnya. Providence itu sendiri itu sesuatu yang sangat-sangat menyukai hati.

Saya yakin kalau saudara-saudara diminta untuk bersaksi, saudara akan mendapatkan banyak sekali, saudara-saudara saya ambil contoh misalnya dengan takut dan gentar di hadapan Tuhan. Saya sebenarnya tidak ingin untuk bersaksi, tetapi untuk membuat khotbah itu untuk dimengerti. Beberapa tahun yang lalu sejak saya ada di Karawaci maka ada satu beban untuk setiap dari Paskah saya melakukan tiga kali kebaktian, seri trilogy. 

Jadi Jumat, Sabtu dan Minggu ada satu tema yang besar dan kita membahas secara trilogy. Dan untuk mempersiapkan tiga khotbah itu tentu kita harus mengerti sebelumnya apa yang harusnya dikhotbahkan beberapa minggu bahkan. Tetapi saya masih ingat sekali pada hari itu kalau saya tidak salah itu adalah hari Selasa, saya sudah memeras pikiran saya tetapi tidak ada sesuatu yang saya punya beban untuk menuliskan khotbah itu. 

Salah satu masalah terbesar daripada pengkhotbah itu bukan berkenaan dengan apa yang harus dikhotbahkan. Karena begitu banyak tema-tema yang bisa kita ambil untuk dikhotbahkan, ada banyak buku-buku yang bisa kita pelajari lalu kita digest lalu kita berikan kepada jemaat. Tetapi masalah bagi pengkhotbah/hamba Tuhan adalah apa yang harus dikhotbahkan here and now. Selasa atau Rabu begitu masih belum dapat. Dan saya putus asa dan kemudian saya masuk kamar. Malam hari itu, saya menatap ke langit dan kemudian istri saya sudah tidur dan saya kemudian teringat akan satu lagu. 

Dan lagu itu adalah lagu ketika perpisahan saya dengan jemaat di Karawaci. Judul lagu itu adalah God will provide, dan kalimat-kalimatnya itu ada dalam pikiran saya. Dan kemudian saya meneteskan air mata, dan saya mengatakan kepada Tuhan, Tuhan Engkau berjanji kepadaku sebelum aku sampai di Sydney ini, Engkau akan menyediakan apa yang aku perlukan. Aku tidak tahu harus khotbah apa. Kasihani aku, aku minta Firman. Aku tidak minta ketenaran, aku tidak minta uang, aku minta Firman. Saya tertidur dengan tangisan. 

Besok paginya saya bangun dan saya tidak bisa menyangkal ada sesuatu aliran air, Firman itu keluar, begitu tajam luar biasa. Saya bahkan tidak bisa menjaga hati saya, ada sesuatu yang melonjak kegirangan di dalamnya. Dan dengan cepat-cepat saya ambil kertas dan dengan cepat-cepat saya menulis apa yang muncul dari dalam hati saya, saya terus menulis. Dan dalam satu setengah jam, khotbah untuk tiga hari itu didapat seluruhnya. Kalau saya mengingat lagi hari itu, bahkan sampai hari ini pun saya masih berlinang air mata.

Providence itu kalau saudara dan saya dapatkan atau renungkan itu sangat indah. Di dalamnya sendiri ada kenikmatan, delight. Di dalamnya sendiri ada kemuliaan. Tetapi bukan itu saja, saudara perhatikan apa yang akan saya bawa kepada saudara-saudara luar biasa John Flavel mengatakannya dengan tepat, providence itu sendiri memiliki keindahan, dan kemuliaan dan kesukaan di dalamnya. Tetapi kemuliaan yang paling besar daripada providence adalah pekerjaan Allah. 

Itu adalah karena mereka akan mengkonfirmasi apa yang ditulis di dalam Firman-Nya. Di dalam Mazmur 138 dikatakan Tuhan itu mengangkat nama-Nya dan mengangkat Firman-Nya melebihi daripada segala sesuatunya. Bagaimana Dia mengangkat nama-Nya dan mengangkat Firman-Nya? Yaitu melalui providence. Dengan providensia yang terjadi, umat Allah mengerti bahwa Firman-Nya itu benar dan Dia itu setia kepada kita. Firman Tuhan itu tidak pernah berdusta dan terbukti nyata di dalam seluruh kehidupan kita. Firman ini benar dan layak dipercaya itulah kemuliaan tertinggi daripada providence.

(2) Providensiasi itu akan menguatkan iman dan pengharapan kita.

Iman sekali lagi adalah hal yang Tuhan terus ajarkan kepada kita dan Tuhan itu membawa kita berharap kepada Dia semata dan pengharapan itu tidak mengecewakan. Mazmur 57:1-3 itu diucapkan oleh Daud di dalam kesesakan yang besar. Daud masuk di dalam danger yang sangat ekstrim. Dia dikejar oleh Saul, tetapi bukan oleh Saul saja, dia dikejar oleh tiga ribu tentara Saul bersama dengan Saul. 

Ini sesuatu yang sebenarnya tidak masuk akal, hanya mengejar satu orang yang dia benci maka Saul itu mengumpulkan tiga ribu prajurit terbaik di seluruh negeri dan bersama dengan Saul memburu Daud. Best of the best, ini adalah terbaik dari yang seluruhnya yang terbaik, ini adalah pasukan khusus. Coba bayangkan kalau ada satu pasukan khusus, elit, biasanya keluarnya untuk sesuatu yang besar bukan? 

Bukan untuk urusan pribadi. Itu untuk menyerang musuh yang sifatnya begitu itu masif, negara yang lain. Saudara tidak mempunyai pilihan lain, saudara mengeluarkan pasukan yang khusus dan kemudian setelah perang kemudian negara itu dimusnahkan. Ini cuma satu orang, Daud, ini tidak masuk akal gambaran ini mau bicara berkenaan dengan satu anak Tuhan yang dilawan begitu besar oleh tentara yang melampaui kekuatannya. 

Maka di tengah-tengah seperti itu maka Daud itu berteriak kepada Tuhan, dia berseru kepada Allah yang Maha Tinggi. Allah yang Maha Tinggi adalah satu adalah bicara berkenaan dengan Allah yang pribadi-Nya itu tidak mungkin kita mengerti secara keseluruhan tidak mungkin terselami. Dan itu adalah sesuatu pribadi yang misteri. Tetapi meskipun Tuhan itu yang Maha Tinggi namun Ia merendahkan diri-Nya sedemikian rendahnya untuk menjaga agar segala sesuatu yang dibuat itu bekerja untuk kebaikan umat-Nya dan kemuliaan Nama-Nya. 

Dia adalah Allah yang Maha Tinggi dan itu adalah sesuatu yang misteri dan sesuatu yang tidak bisa terselami secara tuntas dan Dia mau mendengarkan suara orang yang mau berseru kepada-Nya dan itu adalah sesuatu yang misteri. Dan ketika Allah yang Maha Tinggi itu bertemu dengan orang yang sangat-sangat miskin, papa, tidak punya apa-apa, sebentar lagi mati tetapi mau diperhatikan oleh Allah yang Maha Tinggi itu adalah sesuatu misteri di atas segala misteri bagi kita secara pribadi.

Bagi anak-anak Tuhan ketika kita sudah sampai di surga, kita akan bertanya mengapa Engkau mendengarkan aku? Mengapa Kau mengasihi aku? Mengapa Pencipta langit dan bumi tangan-Nya bergerak menolong aku? Ada satu kesukaan yang paling besar dalam hidup kita adalah bukan kalau kita dapat mendapatkan kenikmatan dunia tapi kalau saudara dan saya bisa sadar bahwa telinga yang Maha Tinggi itu mendengarkan kita dan tangan-Nya menolong kita here and now. 

Daud itu kemudian mengatakan aku berseru kepada Allah yang Maha Tinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Saudara perhatikan, di dalam bahasa Inggrisnya lebih jelas. Allah yang akan menggenapi seluruh tujuan-Nya bagiku. Tadi saya sudah katakan kepada saudara-saudara, apa definisi dari providence. 

Maka campur tangan Allah dalam hidup kita di dalam setiap stage dan dalam setiap konteks dan tujuan dari providence adalah untuk kebaikan Allah dan kebaikan bagi kita. Daud tidak tahu apakah nanti dia tertangkap oleh Saul atau tidak tetapi dia mau meletakkan dirinya kembali ke tempat tangan Allah di dalam providensia-Nya karena dia sudah mengingat akan providensia-providensia Allah yang telah diberikan kepada dia sebelumnya. 

Dan dia mempercayai bahwa seluruh providensia Allah adalah untuk kemuliaan bagi nama-Nya dan kebaikan bagi diri Daud. Saudara perhatikan bahwa Daud tidak memiliki kepastian apakah dia akan sembuh atau sakit ataukah dia akan mati atau hidup. 

Apakah dia akan tertawan dan kemudian ditawan dua tahun, dia berdoa untuk itu tidak terjadi, dia berdoa untuk Tuhan bahkan membalaskan kepada yang jahat, tetapi dia tidak memiliki kepastian bahwa apakah hidupnya itu akan mendapatkan sesuatu yang baik atau buruk tetapi dia mempercayai bahwa tujuan Allah di dalam hidupnya pasti akan terjadi dan tujuan itu adalah tujuan yang baik bagi dirinya dan kemuliaan bagi Allah. 

Apakah kekuatan Daud untuk hidup? Apakah kekuatan Daud untuk tidak lagi kuatir? Karena yang Maha Tinggi akan melakukannya bagiku untuk seluruh tujuan-Nya tergenapi. itu bukan positive thinking atau optimisme tetapi itu adalah kepercayaan kepada Allah karena sudah mengamati providensia-Nya sebelumnya. Karena dia tahu bahwa hidupnya itu selalu ada di dalam tangan Allah yang memegang dia. 

Dan Dia akan melakukan segala sesuatu, mensuplai kebutuhannya, menjaga, melindungi, mengarahkan tujuan Allah di dalam hidupnya tercapai. Dengan itu dia mengalahkan ketakutan dan kekuatirannya. Dengan itu imannya, yaitu ketergantungannya kepada Allah diperbesar. Dengan itu pengharapannya kepada Allah itu makin meningkat makin kuat di depan. Dan itu adalah providence of God. 

Mazmur 119:15

Minggu yang lalu kita sudah berbicara mengenai satu kehendak Allah yaitu kita diminta untuk memeditasi providence of God sepanjang hidup kita. Sekali lagi ini adalah duty of Christians. Ini adalah tugas yang Tuhan berikan kepada kita. Sebagai orang-orang yang ditebus oleh Kristus, kita memiliki tanggung jawab di dalam proses pengudusan kita. Tanggung jawab itu dinyatakan di dalam Alkitab. Salah satu tanggung jawab yang besar adalah untuk kita merenungkan Firman Tuhan itu siang dan malam. Memeditasikan Firman Tuhan. Men-digest Firman Tuhan bukan saja untuk kita hafal, tetapi menjadi seluruh bagian dari hidup kita. 

Kita bukan saja tahu akan Firman Tuhan, tetapi kata yang dipakai adalah berbicara mengenai digest. Ini mengenal dalam, mengenal intim dan menjadi bagian dalam hidup kita. Kita bisa mengetahui apel. Tetapi ketika kita men-digest, kita mengunyah apel itu, apel itu menjadi satu dengan tubuh kita. Ini adalah pengenalan yang begitu intim dengan Firman. 

Di sini juga dikatakan: “Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu.” Titah-titah di dalam bahasa aslinya adalah nama lain dari Firman. Juga “Aku mengamat-amati jalan-jalan-Mu.” Observe the providence of God. Sekali lagi, orang Kristen dipanggil untuk memeditasikan, merefleksikan, mengobservasi dengan serius providence of God yang terjadi di masa lampau di dalam hidup kita, baik yang baik maupun yang buruk, baik yang merupakan belas kasihan-Nya maupun hajaran-Nya di masa lampau, untuk menjalani hidup kita saat ini maupun hidup kita di depan. 

Minggu yang lalu kita sudah berbicara mengenai dua poin mengapa kita perlu mengingat providence of God dan apa signifikansinya. Pada siang hari ini kita akan bicara 4 poin lagi, tetapi saya akan mengulang yang pertama dan kedua secara cepat. Mengapa kita perlu mengingat providence of God di dalam hidup kita dan apa signifikansinya?

(1) Mengingat providence of God akan mengangkat kita menghormati Allah, nama-Nya dan Firman-Nya.

Saudara, dua hal ini. Di dalam diri Allah, ada sesuatu yang tidak akan Dia berikan kepada siapa pun saja. Dia tidak akan membiarkan dua hal ini dipermainkan oleh siapa pun saja yang diciptakan-Nya. Allah akan melakukan segala sesuatu untuk nama-Nya ditakuti. Di dalam Kitab Yehezkiel dikatakan: “Biarlah mereka tahu bahwa Aku-lah Allah. Biarlah mereka tahu bahwa Aku-lah Tuhan. Dan Israel, jikalau Aku melakukan hal ini, kamu harus tahu, bukan karena engkau tetapi karena Aku, Aku akan mengangkat nama-Ku.” 

Yang kedua yang Dia akan pertahankan adalah Firman-Nya. Bahkan Dia mengatakan: “Langit dan bumi itu bisa berlalu, tetapi Firman-Ku akan tinggal tetap.” Dengan mengingat providence of God di masa lalu yang Tuhan dealing dengan kita, kita akan menyadari bahwa Firman-Nya itu layak dipercaya dan Dia itu pribadi yang setia. Firman Tuhan itu tidak pernah berdusta dan terbukti nyata di dalam kejadian-kejadian yang kita alami di dunia ini.

(2) Mengingat providence of God akan menguatkan iman dan pengharapan kita terutama di masa kesesakan dan pergumulan hidup kita.

Orang-orang Puritan adalah orang-orang yang berada di dalam konteks hidup yang menyakitkan dan bagaimana mereka bisa melalui masa-masa kegelapan yang bukan hanya 1-2 bulan tetapi bertahun-tahun? Bagaimana John Owen bisa melampaui dengan kemenangan di tengah-tengah anaknya satu persatu mati? Bagaimana John Bunyan di penjara belasan tahun dan tetap memiliki iman yang kuat? Bagaimana orang-orang Puritan yang lain, mereka diusir dari kotanya, diusir dari gereja yang mereka sayangi, tetapi mereka tetap setia untuk melayani? Kita adalah orang-orang yang penderitaan itu merupakan suatu pengecualian dari hidup. 

Tetapi bagi mereka, kebahagiaan dan kelancaran hidup itu adalah suatu pengecualian dari hidup. Bagaimana mereka bisa memenangkan hal-hal seperti ini? Di tengah-tengah semuanya ini kita tahu ketika kita berada di dalam suatu penderitaan, seakan-akan Allah itu meninggalkan kita. Di tengah penderitaan bahkan kalimat-kalimat dari Firman itu seakan-akan tidak lagi mengena. 

Orang yang di dalam penderitaan selalu adalah orang yang tersendiri. Pemazmur mengatakan terpisah dari keluarga Tuhan. Di tengah-tengah seperti itu tidak ada khotbah, tidak ada tulisan-tulisan ringkasan khotbah. Orang-orang dilarang bertemu mereka di penjara. Bagaimana mereka bisa menguatkan iman mereka? Maka mereka mengingat pekerjaan Tuhan dalam hidup pribadi mereka di masa lampau. Itulah kekuatan mereka.

Providence dari Allah akan membuat, mengobarkan iman dan pengharapan yang tidak mengecewakan di dalam hidup saat ini yang sesak. 

Di dalam Mazmur 57:1-2, Daud yang dalam kesesakan yang besar itu menyatakan: “Aku berteriak kepada Allah yang Mahatinggi, Allah yang menyelesaikan segala sesuatu yang direncanakan yang sudah merupakan tujuan-Nya di dalam hidupku.” Daud tidak tahu apakah Allah akan melepaskan dia atau Allah akan membuatnya tertawan. Jikalau dia tertawan, itu dalam beberapa hari atau malah mungkin sampai mati. Tetapi Daud mengerti satu hal, Allah akan menyelesaikan semua tujuan-Nya yang sudah dirancangkan untuk Daud. 

Allah yang membuat design awal, Allah pula yang menentukan design awal itu menjadi tujuan hidup bagi Daud, dan Allah akan menyelesaikan di dalam hidupnya sampai tujuan-Nya itu tergenapi. Rancangan dan tujuan itu adalah satu rancangan untuk kemuliaan bagi-Nya dan kebaikan bagi Daud. 

Inilah alasan mengapa kita berdoa agar kehendak Tuhan itu jadi dalam hidup kita, karena kehendak Allah itu mulia dan kehendak-Nya itu lebih tinggi daripada kehendak kita. Kehendak-Nya jikalau jadi dalam hidup kita, pada akhirnya adalah kehendak yang paling membuat kita berharga, mulia dan bahagia. 

Di dalam ayat itu, di dalam doa itu, seakan-akan Daud mau menyatakan demikian: “Biarlah bukan kehendakku dan juga bukan kehendak Saul, tetapi kehendak-Mu yang Engkau sudah rancangkan dalam hidupku, genapi ya Tuhan!” Apa kekuatan Daud? Dia mengingat providence of God di masa lampau. Merenungkan providence of God di masa lampau akan membuat iman kita kuat, berdasarkan dengan apa yang sudah Dia buat dalam hidup kita. Kita akan lanjutkan hari ini.

(3) Mengabaikan merenungkan providence of God, Alkitab mengatakan itu adalah sesuatu dosa.

Mari kita lihat Yesaya 26:11, “Ya TUHAN, tangan-Mu dinaikkan, tetapi mereka tidak melihatnya. Biarlah mereka melihat kecemburuan-Mu karena umat-Mu dan biarlah mereka mendapat malu! Biarlah api yang memusnahkan lawan-Mu memakan mereka habis!” 

Perhatikan apa yang Alkitab katakan. Tangan-Mu dinaikkan, itu artinya pekerjaan-Mu itu sudah dikerjakan tetapi mereka tidak melihatnya. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Puritan. Salah satu ciri orang-orang yang tidak mengenal Allah atau orang-orang yang binasa, anak-anak kebinasaan, adalah mereka tidak pernah memperhatikan providence of God. Maka Allah meminta kepada umat-Nya untuk memperhatikan Dia, apa yang Dia kerjakan dalam hidup kita. 

Saudara-saudara, sebenarnya apa yang ditulis oleh Alkitab? Alkitab adalah buku tentang Allah, buku tentang manusia dan juga boleh buku tentang setan, buku tentang alam semesta. Tetapi pada pagi hari ini saya mau mengatakan bahwa Alkitab adalah buku tentang providensia Allah. Saudara akan menemukan begitu banyak narasi, cerita tentang providensia Allah dan apa tujuan Roh Kudus itu menyatakan atau menuliskannya di sini? Misalnya saja, perhatikan ketika Yesus berdoa itu berkali-kali, bukan dari pagi, siang, sore, malam. 

Di dalam Yohanes 17, secara khusus orang Puritan mengatakan Roh Kudus menuliskan setiap kalimatnya. Kenapa Roh Kudus mesti menuliskannya secara detail dan doa-doa yang lain tidak? Ada suatu hal yang khusus yang Roh Kudus mau untuk kita renungkan dan pelajari.

Demikian juga dengan providence. Begitu banyak sekali dalam Alkitab bagian-bagian providence of God yang terjadi kepada rasul-rasul, nabi-nabi dan gereja Tuhan. Untuk apa? Untuk membuat kita bisa menyelidikinya. Kita diundang, saudara perhatikan, kata ‘invite’ (diundang) untuk mengobservasinya dengan detail. Mazmur 66:5 menyatakan: “Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat di dalam perbuatan-Nya terhadap manusia.” Saudara perhatikan kalimat ini. 

Di dalam Wahyu 6 misalnya saja, saudara akan menemukan kata ini berkali-kali diucapkan. Kepada Yohanes, kata ini adalah ‘come and see’, ‘come’, ‘behold’, mari datang dan lihatlah, mari dan lihatlah berkali-kali. Tuhan memanggil kita pada pagi hari ini dengan satu panggilan ini, ‘come and see’. Datang dan lihatlah pekerjaan-Ku. Ketika saudara mengabaikan suara ini, saudara mengabaikan tugas ini. 

Ini adalah suatu pemberontakan kepada Allah. Ini adalah suatu dosa. Tuhan, tangan-Mu sudah dinaikkan, tetapi mereka tidak melihat-Nya. Saudara-saudara, kita sering berpikir bahwa dosa itu bicara mengenai mencuri, membunuh, berzinah, tetapi perhatikan, Alkitab mencatat mengabaikan memeditasi dan memikirkan providence of God, itu suatu dosa yang Tuhan anggap serius.

Orang Puritan di tempat lain menyatakan, sebenarnya ketika providence itu diberikan kepada umat-Nya, Tuhan sedang berurusan secara personal, secara dekat dengan kita. Alkitab banyak menyatakan bahwa ketika Allah memberikan suatu keadaan yang tidak kita sukai, sebenarnya dia dekat, sedang menghajar umat-Nya. Dan juga dalam keadaan-keadaan yang baik, misalnya saja Dia membebaskan umat-Nya, Dia berjalan di depan umat-Nya. 

Ketika Dia membebaskan umat-Nya dari Mesir, Dia menjadi Tiang Awan dan Tiang Api. Dia Allah yang Mahakuasa, Dia Allah yang Mahahadir. Tetapi secara khusus dia seakan-akan mau mereduksi dirinya dan menyatakan Aku ada di depanmu. Apakah Dia sedang menghajar kita, mengoreksi kita? Apakah Dia memberikan keadaan yang baik, memberikan kebebasan di dalam belas kasihan-Nya? Itu sebenarnya kata yang dipakai di dalam Alkitab adalah kedekatan Allah yang personal dengan kita. Maka, perhatikan itu!

Saudara-saudara, kita jangan seperti seorang customer dealing sama Tuhan. Misalnya saja, rumah kita bocor atau lampu kita mati. Lalu kalau di Indonesia kita telpon PLN dan kemudian dia akan datang ke tempat kita, dia dealing pribadi dengan kita dan masuk ke rumah kita. Tetapi saya tanya, apakah ada yang memperhatikan? Dia paling tanya, di mana circuit-nya? Oh, di situ. Di mana bocornya? Oh, di situ. Lalu kemudian dia kerjakan, kita mungkin masuk ke kamar atau mengerjakan sesuatu atau nonton TV, sampai kemudian dia mengatakan, “Sudah selesai.” Sudah berkali-kali kita memperlakukan Allah seperti ini. Ini tidak boleh dibiarkan dalam hidup kita. 

Ketika Allah sedang mengoreksi kita atau Allah memberikan keadaan yang baik kepada kita, misalnya membebaskan kita, Alkitab menggunakan kata ‘Dia secara personal dealing dengan personal kita’. Matanya itu sedang melihat personal kepada kita. Kalau saudara-saudara ketemu dengan seseorang dan kemudian pada saat berbicara, matanya dan seluruh perhatiannya kepada saudara, apakah saudara akan acuh tak acuh kepada dia? Itulah sebabnya orang Puritan menekankan hal ini, ketika saudara dan saya mengabaikan providence of God, itu adalah suatu dosa.

(4) Mengingat providence of God akan membuat kita dapat memuji Allah di dalam ketulusan dan kejujuran.

Ujian dari hati yang bersyukur kepada belas kasihan Allah bergantung kepada tindakan kita memperhatikan pekerjaan providence itu di dalam hidup kita. Saya minta saudara-saudara mengingat hal ini. Saya bahkan yakin sekali, detik ini pun ada dari saudara yang sedang berdosa di hadapan Allah. Perhatikan baik-baik kalimat ini. 

Ujian dari hati yang bersyukur untuk segala belas kasihan Allah bergantung kepada tindakan kita memperhatikan pekerjaan providence of God. Berapa banyak dari kita pergi ke gereja menyanyi kepada Tuhan dan tidak ada ucapan syukur? Berapa banyak kita menyanyi di gereja bahkan dengan suara yang keras sekali, tetapi tidak dengan hati? Mengapa itu bisa terjadi? 

Saudara menyanyi dengan kalimat-kalimat, tetapi Alkitab mengatakan itu kosong: “Dia menggunakan kalimat-kalimat yang dihafal tetapi hatinya menjauh dari pada-Ku.” Saudara-saudara, karena apa? Karena ketika saudara dan saya menyanyi memuji Tuhan, kita di-preoccupied dengan kesibukan apa pun saja atau dengan pikiran yang kosong, tetapi tidak pernah mengingat akan pekerjaan Allah dalam hidup kita di masa lampau.

Tadi ketika dinyanyikan kembali Now Unto Him, saya mengingat akan siang hari itu, ketika semua pengurus dan beberapa jemaat menyanyi dengan setengah suara di rumah sakit di hadapan Janti yang sangat lemah tubuhnya. Saya dengan hati yang remuk dan bersukacita kepada Tuhan karena Dia yang menopang iman orang-orang yang kita kasihi. Dan tidak mungkin akan ada hati yang remuk dan bersyukur kepada Tuhan kalau saya bernyanyi sambil berpikir, habis ini saya mau makan siang apa? Saya memikirkan hal-hal yang lain, bukan providence of God di masa lampau. 

Kalau saudara menguji diri bahwa saudara sangat sulit untuk bersyukur karena saudara tidak mau melihat pekerjaan Allah di masa lampau di dalam hidupmu. Lihatlah begitu tajam orang Puritan memperingatkan kita. Dia mengatakan engkau tidak mungkin bisa memuji Allah dengan kejujuran dan ketulusan kalau engkau tidak mengingat providence of God. Karena providence of God di masa lampaulah yang membuat kita memiliki bahan bersyukur. Tanpa memperhatikan providence maka tidak ada pujian yang jujur yang kita nyanyikan dan nyatakan kepada Allah.

Mari kita membaca Mazmur 107. Ini adalah Mazmur yang panjang. John Flavel menuliskan mengenai Mazmur 107 ini. Mazmur 107 dalam bahasa Indonesia, title-nya adalah nyanyian syukur dari orang-orang yang ditebus Tuhan. Saudara bisa melihat syukur kepada Tuhan itu dinyatakan kepada orang-orang yang dibebaskan dari kesesakannya. Misalnya saja ayat ke-4: “Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan.” 

Saudara akan melihat bahwa ayat 4-9 adalah berbicara berkenaan dengan pertolongan Tuhan kepada orang yang tersesat di masa lampau. Dalam ayat ke-8 mengatakan: “Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.” Saudara bisa melihat bahwa struktur dari Mazmur ini adalah berbicara berkenaan dengan pujian terhadap Tuhan setelah providensia Allah itu diberikan. Perhatikan ayat yang ke-10: “Ada orang-orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi.” 

Ini adalah orang-orang yang di penjara dan kemudian dilepaskan oleh Tuhan. Ayat ke-15: “Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.” Ayat yang ke-17 adalah berbicara tentang orang sakit yang disembuhkan. Ayat yang ke-23 adalah bicara berkenaan dengan ada orang yang terombang-ambing di lautan dan sebentar lagi akan tenggelam tetapi dilepaskan. Seluruhnya dengan struktur bahwa pujian kepada Allah bisa dinyanyikan jikalau kita mengingat providence of God sebelumnya. 

Biarlah kita memperhatikan providence of God. Jikalau hati kita keras, biarlah kita memperhatikan providence of God. Karena itu adalah yang akan meremukkan hati kita karena melihat Dia itu bertindak mengasihi kita. Mazmur 107 ditutup dengan ayat 43. Mari kita membaca bersama-sama ayat 43: “Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN”. Biarlah engkau memperhatikan, demikianlah kata Pemazmur.

(5) Jikalau kita tidak memperhatikan providence of God, kita tidak memeditasikan, kita akan membuang segala benefit dan kegunaan pekerjaan Tuhan di masa lampau di dalam hidup kita.

Saudara-saudara, hidup beriman itu adalah suatu proses berkelanjutan yang sifatnya progresif, bahwa kita itu makin lama makin memiliki iman, makin kuat. Hal-hal di masa lampau dipakai Tuhan untuk pembelajaran bagi kita di masa kini dan masa depan. Maka mengabaikan providence di masa lampau akan membuang seluruh kegunaan dari pengajaran yang Allah berikan dan benefit pada saat kita memerlukannya di masa kini dan masa depan. 

Saudara-saudara, kita boleh mengantisipasi bahwa hidup di depan itu sulit. Salah satu mimpi di siang hari bolong adalah berpikir hidup kita di depan adalah sesuatu yang mudah. Saudara-saudara, minimal kita akan berhadapan dengan kematian. 

Alkitab mengatakan menuju kepada kematian itu adalah berjalan dalam lembah bayang-bayang maut. Di dalam keadaan seperti itu sebelumnya mungkin kita sekarat, mungkin kita sakit bertahun-tahun, mungkin ada masalah dalam keluarga kita. Suatu hal kegelapan adalah sesuatu di depan. Musuh itu menghadang di depan. Alkitab mengatakan musuh kita yang terakhir adalah maut. Kalau pun sekarang kita di dalam keadaan yang baik, mau tidak mau kita akan berhadapan dengan musuh yang terakhir itu yaitu maut. 

Di dalam keadaan yang sulit seperti itu, yang menderita, mungkin ada tantangan, ada aniaya di depan, ada kegelapan di depan, dari mana kekuatan kita? Dari mana pertolongan kita ketika musuh sudah begitu mendekat kepada kita? Maka Alkitab mengajarkan, ingatlah pekerjaan Allah di masa lampau dalam hidup kita. Saudara-saudara, mengabaikan providence akan membuat jiwa kita kehilangan kekuatannya di masa-masa sulit. Dan sebaliknya, providence of God adalah makanan bagi iman kita, di saat kita itu mengalami kesulitan besar.

Di dalam 1 Samuel 17, ada suatu pertempuran yang tidak seimbang. Ada lawan Israel yang muncul pada waktu itu dan sangat menakutkan yaitu Goliat. Saudara-saudara bisa melihat secara keseluruhan bahwa kemudian Daud datang kepada Goliat dengan gagah berani. Pertanyaan saya adalah apakah senjata Daud? Goliat diperlengkapi dengan seluruh senjata. Dia adalah seorang prajurit yang besar dan sangat kuat. Dia memiliki tombak, perisai dan pedang. Dia adalah tentara yang terlatih. 

Dan Daud diminta oleh Saul untuk memakai jubah perang, tetapi itu pun tidak bisa. Saudara lihat, apa senjata Daud ketika mengalami masa krisis seperti itu? Satu rahasia ini, senjatanya yaitu dia mengingat providence of God. Dia mengatakan, “Allah yang melepaskan aku dari cakar beruang dan cakar singa itu dan Allah pula yang akan melepaskan aku dari orang yang tidak bersunat ini!” Providence of God! Itu senjatanya. 

Apa yang sudah Tuhan kerjakan di masa lampau membuat kekuatan imannya bangkit dan itu melebihi daripada senjata fisik. Oh, saya bersyukur sekali dengan orang-orang Puritan yang mengingatkan kita tentang hal ini. Mereka begitu luar biasa jitu dan teliti di dalam hal-hal seperti ini.

(6) Mengingat providence membuat kita memiliki kekuatan untuk mematikan dosa.

Ketika kita mengingat bagaimana Allah di masa lampau itu mendidik, menghajar, mengoreksi kita karena Dia dealing dengan dosa kita, membuat kita berhati-hati untuk tidak lagi berbuat dosa di jalan yang sama di depan. Alkitab mengatakan dan Puritan menegaskan: Providence of God itu ada yang kita anggap baik, nyaman dan ada yang kita anggap buruk dan tidak nyaman. 

Tetapi meskipun itu adalah bad providence, itu akan menghasilkan sesuatu yang baik dalam hidup kita kalau saudara dan saya berada di dalam Kristus. Dan apa yang kita pandang buruk itu menghasilkan sesuatu yang baik? Orang-orang Puritan mengatakan providence yang buruk itu akan membuat kita mematikan dosa. Banyak sekali hajaran dan didikan Tuhan dalam hidup kita yang akhirnya hal-hal yang tidak suka itu membuat kita bisa mematikan dosa.

Bagian yang lain dari hal ini, providence Allah juga akan membunuh dosa kita yang begitu jelas, memampukan kita untuk memiliki kekuatan mematikan dosa. Sebagai contoh, di dalam Alkitab, Yesus Kristus menyodorkan providence of God sebagai jawaban untuk mematikan dosa kekuatiran. Jangan kamu kuatir. Saudara-saudara, kekuatiran dan ketakutan akan masa depan itu sekarang diganti dengan ketenangan dan juga kedamaian karena mengingat pemeliharaan Allah. Ketika kita kuatir maka hati kita gelisah, kita kacau, kita panik karena kita merasa seperti layangan putus. 

Karena pada waktu kita kuatir, kita takut, artinya hidup itu tidak bisa kita kendalikan, tidak bisa kita kontrol. Keadaan seperti itu membuat kita kuatir dan akan membawa kita, menghantarkan kita melakukan dosa. Dari dosa kekuatiran dan kadang-kadang ketakutan, kemudian dosa kompromi, sampai kemudian kita bersungut-sungut, mungkin sampai kita mengasihani diri dan itu akan menghasilkan sesuatu kekejian kepada Tuhan. 

Maka di dalam Alkitab dikatakan: “Jangan kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang engkau hendak makan, jangan kuatir akan tubuhmu, akan apa yang engkau hendak pakai.” Tuhan mengatakan kepada kita: “Jangan kuatir.” Dan kemudian kita: “Iya Tuhan, aku tidak akan kuatir. Mana Tuhan? Mana makanannya? Mana uangnya? Tuhan tidak menyediakan itu.” Tuhan mengatakan: “Jangan kamu kuatir.” “Ok, jangan kamu kuatir, terus bagaimana Tuhan?” “Pandanglah burung-burung itu, pandanglah bunga bakung itu, pandanglah daripada seluruh alam ciptaan-Ku ini. Jika rumput di ladang hari ini ada dan besok tidak ada dan didandani oleh Tuhan apalagi engkau.” Kekuatiran itu dibereskan dengan memperhatikan providensia Allah di alam semesta.

Saudara-saudara, salah satu ayat yang saya bergumul itu adalah Filipi 4:6-8. Ayat ini mengatakan: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” 

Ayat 7: “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Dan ayat yang ke-8: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” 

Saudara-saudara, di dalam 3 ayat ini ada relasi bicara berkenaan dengan kekuatiran. Kekuatiran itu dikatakan engkau akan berdoa dan boleh memohon dan engkau akan mendapatkan damai sejahtera Allah. 

Lalu kemudian Paulus mengatakan: “Pikirkan yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis.” Apakah ini dorongan untuk berpikir positif? Dunia mengajarkan kita selalu jangan berpikir buruk, berpikirlah positif. Apakah itu yang mulia, yang manis, yang sedap didengar? Sampai saya menyadari bahwa ini bukan bicara mengenai berpikir positif seperti yang dikatakan orang di luar, lalu kemudian pengharapan-pengharapan depan yang kosong: “Oh, kamu nanti pasti bisa.” Saudara-saudara, ternyata ayat-ayat ini berbicara berkenaan dengan kita memikirkan providensia Allah di masa lampau. 

Kalau saudara dan saya memikirkan apa yang Dia telah kerjakan kepada kita dalam kasih setia-Nya, maka saudara akan menemukan itu adalah suatu jalan yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis. Kita diminta untuk memikirkan providence of God yang terjadi di dalam hidup kita dan kita akan menemukan kesukaan – delight karena melihat providence of God yang terjadi di dalam hidup kita. Dan kita akan bisa mengatakan seperti Pemazmur katakan: “Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu.”

Salah satu keindahan yang terjadi di dalam hidup kita adalah kalau saudara dan saya itu diam dan tidak berbicara kepada siapa pun saja mengenai kesulitan kita dan kita hanya berbicara kepada Allah. Hanya Dia yang tahu apa yang kita butuhkan di dalam hati kita. Hanya Dia satu-satunya curahan doa-doa kita dan rintihan dan keluhan dari hati dengan air mata kita berikan. Kemudian kita tiba-tiba mengalami bahwa kita itu dipelihara, Tuhan itu menyediakannya bagi kita. Itu adalah suatu kesukaan yang luar biasa besar dalam hidup kita karena kita menyadari bahwa tangan pencipta langit dan bumi dan mata-Nya itu melihat personal kepada kita. 

Dia yang menyediakan makanan di atas piring kita. Tangan-Nya yang mengirimkan segelas air di hadapan kita. Apakah ada suatu kebahagian yang lebih besar dari hal-hal seperti itu? Biarlah Dia yang membawa kita ke meja-Nya untuk kita boleh menyantap hidangan yang Dia sediakan bagi kita secara pribadi. Dan pengertian ini akan membuat kita kuat untuk mematikan dosa-dosa kekuatiran dan ketidakpercayaan. Sekali lagi saudara-saudara, biarlah kita boleh melihat, memperhatikan pekerjaan Allah di masa lampau di dalam hidup kita, itu adalah perintah-Nya bagi kita.

2 Samuel 12:7-9; Mazmur 18:1-2

Kita terus-menerus merenungkan mengenai providensia Allah, di dalam Alkitab ini adalah tugas orang Kristen. Apa itu tugas orang Kristen? Biarlah kita semua memperhatikannya! Kita sering menjadi orang yang liar, kita sering menjadi orang yang tidak bertanggung jawab. Kalau kita menjadi mahasiswa, bukankah ada tugas menjadi seorang mahasiswa? Kalau kita menjadi manager, bukankah ada tugas menjadi seorang manager? Kalau kita seorang ayah atau ibu, bukankah ada tugas menjadi ayah atau ibu? Banyak orang yang tidak melakukan tugas sebagai ayah, banyak orang itu neglect anak-anaknya, tidak melakukan tugas sebagai ibu. 

Kemarin ada satu orang telepon lama sekali dengan saya dari kota yang lain, intinya mau membuat child-care. Kemudian saya bertanya kenapa mau membuat child-care? Lalu kemudian dia mengatakan “Oh, ini adalah child-care Kristen.” Saya mengatakan, “Saya muak dengan kalimat seperti itu!” Ini sesuatu pembohongan, child-care sendiri pasti bukan Kristen. Apa gunanya child-care adalah untuk membuat orangtua bisa pergi kerja dua-duanya, terus menitipkan anaknya berjam-jam kepada orang lain yang bukan menjadi tugasnya. Anak itu tugas tanggung jawab orang tua, khususnya lima tahun pertama.

Ada seorang hamba Tuhan, hamba Tuhan ini adalah seorang pastor, kalau saya tidak salah dari Jesuityang saya setuju sekali. Suatu hari diwawancarai oleh satu televisi. Ditanya bagaimana pendapat pastor dengan orang-orang yang mengirimkan anaknya sekolah, bahkan pada waktu dia kecil; kadang enam bulan, kadang satu tahun, kadang satu setengah tahun. 

Saudara tahu apa jawabannya? “It is a crime!” Ini suatu kriminal, suatu kejahatan. Bukan saya yang bicara, ini orang ahli dalam pendidikan. Itu betul. Saudara mau melahirkan anak, tetapi tidak mau bertanggung jawab, kasih orang lain. Apa pun saja alasannya, kemudian kumpulkan uang, seperti itukah? Ada saatnya anak harus sekolah, saudara akan lepas. 

Kembali lagi ke sini, inti perkataan saya adalah: banyak orang bertindak liar dalam hidupnya. Dia tidak melakukan apa yang menjadi tugasnya. Saudara menjadi manager, ada tugas yang menjadi tanggung jawab. Kalau saudara adalah kepala sekolah, ada tugasnya. Kalau dia tidak melakukan tugasnya akan dipecat. Apakah kita menjadi orang Kristen berpikir tidak ada tugas? Oh, saya cuma pergi ke gereja kemudian pulang, oh, itu orang Kristen? Saudara tidak melihat pada Alkitab. 

Saya meragukan orang seperti ini orang yang lahir baru. Tidak peduli apapun saja dengan apa yang Alkitab katakan. Ada tugas-tugas yang diberikan Allah kepada kita sebagai umat pilihan-Nya. Apa itu? Salah satunya yaitu merenungkan Firman Tuhan siang dan malam. Salah satunya yaitu kita diminta untuk merenungkan providensiasi Allah, merenungkan apa yang Dia sudah kerjakan dalam hidupku dan di tengah-tengah dunia dan dalam Nabi, Rasul dan seluruh gereja.

(7) Dengan merenungkan providensia Allah, maka kita akan makin menikmati persekutuan dengan Allah hari demi hari.

Perhatikan communion with God, persekutuan dengan Allah hari demi hari. Ini adalah kata yang penting karena Kristus menebus kita menjadikan kita satu dengan Dia dalam union-Nya supaya ada communion. Ingat bahwa Kristus menebus kita untuk hal ini. Kita yang tadinya bukan anak, diangkat menjadi anak. Ingat bahwa kita tadinya mati sekarang kita beroleh hidup untuk bisa bersekutu dan berjalan bersama dengan Allah. 

Dalam poin yang ketujuh, merenungkan providence of God yang dikerjakan Allah dalam hidup kita akan memperdalam persekutuan kita dengan Allah, makin membuat persekutuan dengan Allah makin intim dan makin manis. Ini tidak saja ketika kita menginginkan Allah melakukan sesuatu yang kita anggap baik. Bahkan bagi umat Allah ketika kita merenungkan Allah marah kepada dia, tetap akan membawa umat Allah mendekat kepada Dia. 

Kadang Tuhan mengajarkan kepada kita di dalam providensia-Nya, Dia dealing dalam kemarahan. Tuhan menyatakan ketidaksukaan-Nya terhadap dosa umat-Nya. Dia menegur umat-Nya dan marah kepada umat-Nya. Uniknya dalam hal seperti itu, umat Allah yang sejati seperti Daud akan remuk hatinya dan lembut hatinya, kembali kepada Dia dan dia akan berhati-hati terhadap dosa yang mungkin terjadi di masa depan. Maka di dalam poin ini, John Flavel menekankan empat hal tanda persekutuan dengan Allah itu makin dalam dengan mengingat providence.

Hal yang pertama, makin merenungkan providence, kita akan makin menyadari ketidaklayakan kita mendapatkan berkat anugerah dan belas kasihan Tuhan. Ada sesuatu yang unik yang membedakan kita dengan orang-orang di luar sana. Membedakan antara anak-anak Tuhan dengan anak-anak kegelapan, meskipun sama-sama di dalam gereja mungkin ada anak-anak kegelapan. 

Perhatikan baik-baik dan ujilah diri kita apakah kita anak-anak Tuhan atau anak-anak kegelapan. Dengan merenungkan providensi masa lampau tentang kebaikan Allah bagi anak-anak Tuhan, makin diberkati makin hancur hati karena menyadari kenapa aku dikasihi? Tetapi bagi anak-anak kegelapan, makin diberkati maka dia akan makin sombong, karena merasa dia adalah orang yang berhasil. Yakub mengingat providence of God di masa lampau. 

Di Kejadian 32:10 dia mengatakan, “Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya Tuhan sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan; tetapi sekarang telah menjadi dua pasukan.” Ini adalah suatu ungkapan ketidaklayakan Yakub, dia kembali ke titik di mana dia dulu pernah menyeberangi. Ketika dia sampai di situ dia teringat akan apa yang ada beberapa tahun sebelumnya. Tadinya hanya dengan satu tongkat, sekarang dengan dua pasukan. Allah sudah memberkati dia dan Allah sudah menjadikannya berhasil. 

Allah sudah memberikan lebih kaya daripada sebelumnya. Apa yang ada dalam isi hati Yakub? Dia merasa sungguh rendah, dia merasa sungguh tidak layak. Di dalam bahasa aslinya dia mengatakan aku tidak layak menerima hal terkecil pun dari semua belas kasihan ini. Dan aku sama sekali tidak layak untuk menerima hal terkecil dari semua kebenaran ini. Bahasa aslinya bukan saja faithfulness, tetapi juga berbicara mengenai truth. 

Yesus mengatakan kepada Petrus, “Berbahagialah engkau Petrus karena engkau bisa mengucapkan karena berkat dari Bapa di sorga.” Apa yang menjadi dampak ketika kita merenungkan providensia Allah? Itu akan merendahkan hati kita. Itu akan membuat hati kita cair. Kita akan menyadari bahwa kita tidak layak sama sekali. Sama seperti Abraham mengatakan kepada Tuhan ketika dia berdoa untuk Sodom dan Gomora: Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Dia adalah sahabat Allah, dia adalah bapa orang beriman terhadap seluruh anugerah. Dia makin berhati-hati terhadap Tuhan, terhadap seluruh berkat. 

Dia menyadari bahwa dirinya sungguh-sungguh rendah. Perhatikan baik-baik, ketika saudara dan saya bersekutu dengan Allah. Apakah kita menyadari Allah mau berbicara adalah sesuatu anugerah yang luar biasa besar. Tetapi ini yang kita lakukan, kita hanya mengambil waktu secukupnya, seperlunya, sebisanya. Tepatnya dengan buru-buru kita membaca Alkitab, kemudian kita melakukan sesuatu yang kita anggap lebih penting daripada membacanya. 

Padahal ketika Dia, Allah mau mengunjungi kita, mau berbicara kepada kita, itu sesuatu ketidaklayakkan kita untuk Dia berbicara kepada kita. Suatu hari saya berkata kepada Tuhan, perkatakan yang biasa saya perkatakan, kita memang sering sekali berkata tanpa pengertian kita sungguh-sungguh berdosa kepada Tuhan. 

Saya membuka Firman Tuhan, membuka buku renungan harian dan saya berdoa, “Tuhan berbicaralah kepadaku, dan kemudian mulai sesuatu ada dalam pikiran saya, atas hak apa saya menerima pembicaraan Tuhan? Apa kewajiban Tuhan berbicara kepada saya?” Saudara tahu kalau Dia tidak berbicara, kita binasa. Maka satu-satunya yang membuat ada adalah kalau Dia beranugerah besar kepada kita di dalam Yesus Kristus. Makin kita menyadari hal-hal ini, makin kita menyadari bahwa memiliki fellowship communion with God, itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu priviledge, yaitu kita tidak layak.

Hal yang kedua, apa tanda seseorang makin bertumbuh dalam keintiman dengan Tuhan? makin bertumbuh mencintai Tuhan. Saya sangat gentar ketika bicara seperti ini, saya sangat tidak terlalu ingin mengutarakan hal ini. Jangan cepat-cepat mengatakan kita mencintai Tuhan. Siapa yang bisa mencintai Tuhan? Bukankah hati kita licik? Biarlah Tuhan sendiri yang tahu hati kita. 

Dalam anugerahnya kiranya Dia menumbuhkan benar-benar cinta yang sejati dan bulat hati kepada Dia. Tetapi ini sesuatu prinsip Alkitab, memang dengan merenungkan providen, maka kita akan bertumbuh makin mencintai Tuhan, makin mengingat berkat dan belas kasihan Allah di masa lampau, makin menghormati dan mengasihi Allah. 

Mazmur 18, Daud setelah dilepaskan dari seluruh musuhnya dan dari tangan Saul. Daud berteriak kepada Tuhan, “Aku mengasihi Engkau ya Tuhan kekuatanku.” Perhatikan ini, yang membedakan antara anak-anak Tuhan dan anak-anak kegelapan. Setiap manusia termasuk anak-anak kegelapan mencintai berkat Allah, tetapi orang-orang kudus-Nya Allah akan mencintai Allah yang memberikan berkat. 

Saya perjelas dan saya pertajam dengan perkataan ini. Semua manusia mengejar dan mencari berkat Allah. Tetapi orang-orang kudus-Nya Allah akan mengejar Allah yang memberikan berkat. Bagi orang-orang kudus-Nya Allah, belas kasihan Allah di masa lampau adalah bahan bakar untuk hatinya mencintai Allah. Tetapi bagi orang-orang kegelapan, belas kasihan Allah di masa lampau adalah bahan bakar nafsu dan dosa yang dia kerjakan di masa depan. Daud mengatakan, “Aku mengasihi Engkau ya Tuhan kekuatanku.”

Tanda yang ketiga, ketika kita mengingat providence akan membuat kepekaan kita akan dosa dan makin membenci dan menjauhi dosa, ini terjadi lagi pada Daud. 2 Samuel 12, Natan diminta oleh Tuhan untuk berbicara kepada Daud dan dia memberikan contoh berkenaan dengan satu orang anak yang kemudian memiliki domba dan kemudian dimasak dombanya. Kotbah Natan diakhiri, dikonklusikan dengan perkataannya di dalam ayat 7-9, perkataan terakhir dari Natan seperti pedang bermata dua yang menembus hati Daud. Bukan saja menunjukkan dosanya, tetapi juga membuat hati Daud hancur berkeping-keping. 

Perhatikan baik-baik apa yang Allah firmankan kepada Daud. Beginilah Firman Tuhan Allah Israel, Aku yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, Aku yang melepaskan engkau dari tangan Saul. Aku yang memberikan isi rumah tuanmu kepadamu dan istri-istri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku yang telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda. Dan seandainya itu belum cukup, tentu Ku-tambah lagi ini dan itu, mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan yang jahat di mata-Nya. 

Saudara, lihat strukturnya! Apa yang dikerjakan oleh Natan ketika ia berkotbah dan menjadi satu pedang yang memasuki hati Daud? Dia membuka, mengingatkan Daud akan seluruh kebaikan Allah di masa lampau, providensiasi Allah. Kemudian disejajarkan dengan tindakan Daud kepada Allah. Itu membuat hati Daud hancur berkeping-keping, menyadari akan dosanya. Menyadari bahwa dirinya begitu luar biasa jahat kepada Allah yang baik. Kebaikan Allah yang dilakukan kepada umat-Nya, dan dosa umat-Nya yang disejajarkan dengan kebaikan-Nya akan membuat umat Allah hatinya hancur berkeping-keping. 

Ada satu nyanyian yang orang-orang reformed sering nyanyikan ‘Jangan lupa Getsemani’, dan saya suka sekali; Jangan lupa Getsemani, jangan lupa sengsaranya, jangan lupa cinta Tuhan pimpin ke Kalvari. Orang bisa datang ke Kristus adalah jangan lupa, saya percaya sekali perkataan Yesus Kristus ketika Dia memecahkan roti dan kemudian Dia membagi anggur, inilah tubuh-Ku dan inilah darah-Ku, lakukanlah ini setiap engkau mengingat akan Aku. Mengingat, berarti memasukkan pikiran, memfokuskan pikiran kepada sesuatu yang Dia sudah perbuat di masa lampau kepada kita. Ini adalah cara kerja the providence of God, akan membuat kita makin membenci dosa dan menjauhinya.

Hal yang keempat, dengan merenungkan providensia akan membuat kita makin mudah taat, rela taat melayani Tuhan. Hal ini ada dalam Alkitab, kasusnya Yesaya. Ketika Yesaya masuk ke dalam Bait Suci, dia melihat Allah dengan seluruh kemuliaan dan kekudusan-Nya. Yesaya kemudian berkata celaka aku, aku ini binasa karena aku sudah melihat Allah pencipta langit dan Allah Tuhan semesta alam, dalam bahasa aslinya adalah Yahweh Sabaoth, Allah panglima bala tentara perang. Yang dilihat oleh Yesaya bukan saja berkenaan dengan Allah yang mulia. 

Tetapi yang dilihat oleh Yesaya, Allah dengan pedang yang berputar. Dia menyadari sekali sebentar lagi dirinya akan habis mati, dia akan terbantai. Kita kadang tidak mengerti kalimat-kalimat ini. Saya sulit sekali, saya ingin menampilkan gambaran sebenarnya, tetapi itu sesuatu yang tidak terlalu pantas ditampilkan di gereja. Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan di whatsapp, gambaran satu ekor seperti unta atau seperti apa yang disembelih, diiris leher binatang itu kemudian darah mengalir seperti pipa air bocor, keluar merah semuanya. 

Binatang itu marah, mau menggigit orang yang menyembelihnya, dan kena sedikit. Tapi binatang itu tidak bisa berdiri, lalu tergeletak. Muncul dalam hati saya, seperti itulah semua orang yang berdosa di hadapan Tuhan. Dibantai! Sesekali, lihat orang Islam ketika membantai sapi atau domba atau apa saja, betapa mengerikan. Tanpa Kristus maka kitalah yang dibantai, tetapi di dalam Kristus, Dialah yang dibantai. Maka Yesaya melihat Allah yang sebentar lagi membantai dia. 

Dia takut luar biasa, celaka aku! Tetapi tiba-tiba malaikat mengambil sepit dan mengambil bara, meletakkan di mulutnya dan dikatakan bahwa dia ditahirkan. Itu bicara dengan pengudusan di dalam penebusan Yesus Kristus. Dia dibebaskan dari kematian, dari murka Allah. Setelah itu Tuhan bertanya, “Siapakah yang mau pergi untuk Aku? Siapakah yang mau Aku utus? Yesaya dengan serta merta mengatakan, “Ini aku, utuslah aku.”

Providensiasi Allah di masa lampau akan mendorong kita untuk rela taat. Makin kita rela untuk melayani Tuhan. Kenapa kita taat? Ada orang yang taat karena terpaksa. Tuhan tidak mau, karena setan melakukan hal yang sama, taat karena terpaksa. Musuh yang ditaklukkan oleh satu jendral akan melakukan dengan terpaksa. Kenapa kita melayani Tuhan? Kenapa kita giat? Tugas kita saja? Karena untuk nama besar? Karena disuruh? Atau karena sadar bahwa Tuhan begitu baik kepada kita? Prinsipnya, makin menyadari kebaikan Tuhan, makin kita memiliki hati yang giat bagi Tuhan. Makin kita tidak rela maka karena kita lupa siapa kita sebelumnya. Kita tidak dapat lagi melihat kebaikan-Nya yang lebih besar daripada kejahatan kita. 

Mazmur 116:12-14 'Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN. Akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya.’ Orang yang mendapat kebaikan Tuhan, ia akan memiliki satu dorongan untuk membalasnya. 

Ini persis seperti Mazmur 145:8-12, dia menyatakan orang-orang yang dikasihi Tuhan akan memuji Tuhan. Orang-orang yang dikasihi Tuhan akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Nya dan akan membicarakan akan keperkasaan-Nya. Ini berbicara berkenaan dengan mengabarkan Injil dan menyatakan kemuliaan Tuhan yang sudah berlaku baik kepadaku, kepada semua manusia yang hidup. Semakin seseorang menyadari kebaikan Tuhan, semakin dia giat bagi Tuhan. 

Biarlah itu menjadi bagian hidup kita, menyadari bahwa kita kurang giat bagi Tuhan. Kenapa kita kurang giat bagi Tuhan? Karena kita kurang merasakan kebaikan Tuhan kepada kita. Tetapi saya berani jamin, kalau saya tanya kepada saudara satu persatu apakah Tuhan baik? Maka saudara akan mengatakan, oh Tuhan baik! Pasti Tuhan baik! Mungkin akan mengatakan satu dua kesaksian, tetapi itu tidak cukup. Saudara dan saya harus men-digest, masuk lebih dalam lagi. Menilai dan kemudian mengamati lebih tajam karena dengan seperti itu kita baru menemukan bahwa Dia lebih baik daripada apa yang kita pikir baik! Kenapa kalau saudara berpikir bahwa Allah baik, kenapa saudara tidak giat? 

Kalau saudara pikir Allah baik, kenapa tidak ada rasa terima kasih? Kenapa kalau Allah baik tidak memberikan prime time dan segala yang terbaik dari hidup kita? Karena saudara hanya memikirkan bahwa Dia baik secara umum. Kebaikan-Nya tidak kita kenal dan tidak meremukkan hati kita. Menjadikan kita menjadi orang yang tidak mengerti hidup ini apa. Orang yang hitung-hitungan sama Tuhan, ia berpikir bahwa Tuhan hitung-hitungan sama dia. Itu adalah dosa kita.

Allah itu baik. Allah itu hadir; semua juga tahu, tetapi siapa yang menyadari kehadiran-Nya, yang sungguh-sungguh menyadari kebaikkan-Nya, dan yang mengubah hidupnya? Beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah mengatakan, kita sebagai manusia kalau tidak ada anugerah Tuhan, kita mati rohani. Virus ada, tetapi dia tidak maha hadir. Tetapi saudara dan saya peka dan berhati-hati, berespon pada virus itu. Ayah kerja di rumah, anak-anak di rumah. Jangan sering-sering pergi ke mall, kalau bisa tidak usah. Kalau perlu tidak usah pergi ke gereja. 

Nanti bahaya sekali. Kemudian langsung argue dengan orang-orang yang mengatakan: Harus pergi ke gereja. Oh, enggaklah; ini kita musti. Saudara sadar bahwa virus ada, padahal tidak maha hadir. Tetapi Allah Maha Hadir. Kenapa kita tidak punya satu sikap yang sama dengan virus? Dia hadir ketika engkau bertransaksi bisnis, Dia hadir ketika kita ada di kamar kita. Dia hadir ketika kita ada di sekolah, di gereja atau di mana pun saja dan Dia juga Maha Tahu. 

Mengapa tidak ada takut akan Dia di dalam hidup kita? Kita hanya tahu bahwa Dia Maha Tahu, tetapi kita tidak mengalami pengalaman itu. Maka orang-orang Puritans menyatakan untuk kita memperdalam, sungguh-sungguh memikirkan mengenai providensia Allah. Sampai menyentuh hati kita, sampai hati kita menyadari Dia itu hadir. Saya sudah menyelesaikan poin yang ketujuh.

(8) Karena sebagian besar dari kesukaan dan kesenangan hidup Kristiani lahir dari hal ini, umat Tuhan yang sejati akan menyukai pekerjaan-pekerjaan Tuhan.

Sekarang saya akan masuk kedalam poin yang kedelapan. Mengapa kita memeditasikan providensia Allah? Karena sebagian besar dari kesukaan dan kesenangan hidup Kristiani lahir dari hal ini. Umat Tuhan yang sejati akan menyukai pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Perhatikan delight (sungguh-sungguh menyukai). 

Pekerjaan providensia-Nya akan menyukakan hati umat Allah. Alkitab dengan jelas menyatakan Kristus adalah Raja Gereja. Tetapi Dia juga Raja alam semesta. Dia mengatur segala sesuatunya sampai hal yang terkecil di dalam seluruh sejarah untuk kebaikkan umat-Nya dan agar umat-Nya pada akhirnya bersuka dalam nama-Nya dan mempermuliakan Dia. 

Mazmur 111 menyatakan: Perbuatan Tuhan layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Ketika saya merenungkannya, ada satu pengertian berkenaan dengan anugerah: Takut akan Tuhan, Allah yang bercanda. Dalam Alkitab, tidak akan menemukan Yesus tertawa, Allah bercanda. Saudara akan menemukan Allah yang suci, Allah yang adil, Allah yang benar, Allah yang kasih. Kita berpikir bahwa Dia pribadi yang semuanya pokoknya serius. Tetapi, Dia adalah manusia sejati, pasti part bercanda ada dalam hidup-Nya. Tentu tidak bercanda hal yang remeh, bercanda dengan bully, dengan menyiksa orang, atau yang kotor. 

Tidak seperti itu. Tetapi bercanda dengan Dia, membuat pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dipikirkan oleh umat manusia. Ketika umat-Nya memikirkannya, akan terkagum-kagum, terpesona dan tersenyum dengan hati yang hancur. Terutama seperti Mazmur, dikatakan bahwa Allah tertawa melihat musuh-musuh-Nya. Allah itu sering sekali akan menggunakan kehebatan musuh-musuh-Nya untuk menggenapi rencana Allah sendiri. Allah sering sekali menumbuhkan gereja-Nya dengan cara musuh-Nya memenangkan pertarungan dengan gereja-Nya. 

Saudara akan menemukan kesukaan kita, gereja di dalam pekerjaan-pekerjaan Allah. Siapa yang bisa memikirkan bahwa Cina, negara komunis itu satu negara yang paling bertumbuh tingkat kekristenannya karena pekerjaan komunis. 

Billy Graham adalah seorang pengkotbah dengan urapan Tuhan luar biasa. Satu juta orang pernah mendengarkan kotbahnya di dalam satu waktu. Satu juta! Saudara kumpulkan 500 orang saja sulit sekali untuk mendengarkan khotbah Tetapi bukan Billy Graham yang dipakai Tuhan pergi ke Cina. Dia tidak pernah ada KKR di sana. Bukan John Wesley yang ada di sana. Bukan orang-orang yang diurapi Tuhan ada di sana. 

Tetapi orang-orang yang diurapi Tuhan berkotbah di mana-mana, tetapi tingkat pertumbuhan Kekristenan tidak pernah sehebat daripada Cina. Musuh gereja mau membasmi gereja, Tuhan membiarkan. Tuhan menyerahkan gereja-Nya. Tetapi pada saat yang sama, musuh gereja menggenapi rencana Allah. Musuh gereja mematikan Jim Elliot dan empat temannya oleh suku Auca. Pada saat kabar kematiannya mencapai ke seluruh dunia, 2000 orang pemuda-pemudi bangkit dari seluruh dunia menjadi misionaris. Aneh sekali. 

Saudara berkhotbah untuk membangkitkan satu orang misionaris, belum tentu sepuluh tahun dapat satu. Allah membiarkan musuh-Nya menang. Pada waktu musuh-Nya menang, pada saat itu kehendak Allah tergenapi. Itulah salib. Pada waktu salib maka seluruh musuh Allah berkumpul. Semua bagian dari politik, ekonomi, sosial, agama apa pun saja berkumpul. Allah gagal bukan? Bukankah Allah kalah? 

Tetapi Dia adalah grand dari Grand Master. Saat musuh-Nya paling puncak memenangkan, pada saat itu musuh-Nya mati. Oh Tuhan, jalan-Mu bukan jalanku. Tuhan sendiri mengatakan: Pikiranmu, hai umat-Ku, bukan pikiran-Ku. Kadang Allah menggenapi rencana-Nya dengan membiarkan dunia bertindak seenak-enaknya.

Suatu hari Kaisar Agustus dalam kekuasaannya mengadakan sensus pertama di seluruh pemerintahannya, Roma di seluruh dunia. Pada waktu itu Maria sedang hamil tua. Bayangkan apa yang terjadi pada Yusuf dan Maria. Anak Tuhan yang sejati, dia akan merasa aku orang yang sial, kembali ke Betlehem. Perjalanan puluhan kilometer atau ratusan kilometer berjalan kaki. Maria akan berpikir seandainya peraturan ini ada sebelum dia hamil, saya bisa kembali, atau, setelah saya melahirkan. 

Tetapi ini pada waktu hamil tua. Umat Allah sering tersiksa dalam keadaan-keadaan seperti ini. Seakan menjadi permainan dari orang-orang petinggi dunia ini. Uniknya, tidak ada perkataan malaikat apapun saja kepada Yusuf dan Maria. Mereka tidak tahu nasib yang menanti mereka di depan. Ini adalah kesulitan yang luar biasa. Hamil tua, tidak boleh naik pesawat. Berhari-hari mereka berjalan kaki. Tidak ada lampu. Tidak ada jalan yang lurus yang baik. Mereka berjalan, mungkin kadang menumpang kereta orang. 

Sampai di Betlehem, mereka mengetuk satu per satu pintu untuk isterinya melahirkan. “Pak, ada tempat penginapan buat kami?” “Oh, tidak ada. Ini adalah high season holiday. Semua orang kembali ke sini.” “Tidak ada satu saja? ”Tidak ada!” “Isteriku mau melahirkan.” Tidak ada! Terus kemudian dia pindah lagi cari tempat penginapan. Mungkin pada waktu itu sudah malam. “Pak, ada tempat di sini?” “Tidak ada.” “Satu saja.” Tidak ada. Ketuk lagi. Ketuk lagi. Dan dia melihat isterinya mulai pecah air ketubannya. Lebih cepat lagi. “Ada tempat tidak? Isteri saya mau melahirkan.” “Tidak ada!” “Pak, tolong Pak, isteri saya mau melahirkan.” “Tidak ada! Ada juga kandang binatang.” Yusuf langsung mengatakan, “Oh oke. Saya ambil.” Mungkin orang di situ bingung, “Hah, kandang binatang?” “Saya ambil! Pokoknya isteri saya bisa ada tempat di sini. Ini sudah malam.” Saudara, dia dipaksa oleh seorang Kaisar dengan tandatangannya. Dia harus hidup dengan hari yang sial seperti ini. 

Cepat-cepat dia masuk bersama dengan isterinya, dibersihkan sebisanya. Kemudian Maria melahirkan di sana. Oh, sial bukan umat Allah? Sial bukan orang yang melakukan kehendak Allah? Sial bukan orang yang hidupnya berintegritas untuk Tuhan? Lihat, dunia menang bukan? Bukankah Kaisar Agustus bisa berlaku seenak-enaknya? Penulis Injil mengatakan ketika Maria melahirkan di kandang binatang Betlehem, maka genaplah apa yang ditulis oleh Nabi Mikha: ‘Betlehem, engkau tidak lagi menjadi kota yang paling kecil.’ Seluruh kemenangan dari Kaisar Agustus, dan kesialan dari umat Allah sesungguhnya dipakai untuk menggenapi isi hati-Nya. 

Siapa yang menang sekarang? Lihat berkali-kali dalam Alkitab seperti itu. Lihat, itu terjadi pada Abraham, Ishak, Yakub, Musa, siapapun saja. Setiap kali engkau merenungkan hal ini, maka engkau dan saya hatinya akan diremukkan. Engkau akan melihat keindahan jalan Tuhan yang tidak terpikirkan. Allah sering sekali bercanda dengan cara seperti ini. Membuat dunia kalah. Membuat atheis itu tercengang-cengang. Apa yang mereka bilang adalah coincidence, kebetulan, tidak mungkin akan seperti ini. Bahkan sampai hal yang terkecil.

Saya akhiri dengan satu kisah nyata ini. Dituliskan tentang seorang pria bernama Marcel Sternberger. Dia adalah seorang pria berumur 50 tahun, berambut putih tebal dan bermata coklat. Seorang yang bersemangat, seperti penari Czardas dari negara asalnya, Hungaria. Setiap hari dia menaiki kereta bawah tanah yang sama, di jalur yang sama, kereta Long Island, New York, Amerika jam 9:09 pagi. Pada pagi hari tanggal 10 Januari 1948, Sternberger sekali lagi menaiki kereta 9:09 seperti biasa. Dalam perjalanannya, dia tiba-tiba memutuskan mengunjungi temannya, Laszlo Victor yang sedang sakit yang tinggal di Brooklyn. 

Karena itu, di Ozone Park, Sternberger pindah ke kereta bawah tanah dan menuju Brooklyn. Pergi ke rumah temannya, membesuk di sana sampai setengah hari, kemudian baru pergi kerja. Dari Brooklyn dia menuju ke Manhattan untuk menuju ke kantornya. Dan hari itu dia menaiki kereta yang lain di waktu yang lain dari biasanya, di jalur yang lain, kereta yang belum pernah dia naiki sebelumnya, memasuki kereta asing, Sternberger dikacaukan oleh kerumunan orang di kereta siang hari. Dengan kepayahan, dia berjalan masuk, berdesak-desak menuju ke salah satu gerbong kereta yang sangat padat. Dia tahu dia tidak akan mendapatkan tempat duduk. 

Tetapi pada saat yang sama dia masuk, tiba-tiba salah seorang penumpang yang duduk dekatnya, melompat dan buru-buru berlari keluar pintu. Penumpang itu menyadari bahwa seharusnya dia turun satu station sebelumnya. Sekarang Sternberg bisa duduk di kursi yang kosong dekat dia. Di tengah-tengah seluruh penumpang yang bersesakan, dia bersebelahan dengan satu orang yang kemudian membuka satu surat kabar dan mulai membacanya. Sternberger melirik surat kabar Hungaria, negara kelahirannya. 

Sternberger berbicara kepada orang di sebelahnya, “Pak, saya melihat engkau membaca iklan. Apakah engkau sedang mencari pekerjaan dari koran ini?” Orang asing itu menjawab, “Saya sedang mencari isteri saya.” Kemudian Sternberger terkejut dan mengatakan, “Saya tidak mengerti.” Mulailah orang ini cerita, dia mengatakan, “Tuan, saya dulu tinggal di Debrecen, Hungaria. Saya menikah dengan bahagia, tetapi karena perang saya dibawa oleh pemerintah Rusia, tentara Rusia ke Ukrainia untuk menguburkan orang Jerman yang mati. Kemudian setelah berbulan-bulan, saya kembali ke apartemen saya, tetapi saya tidak mendapati ayah dan ibu saya di apartemennya. 

Saya juga tidak mendapati isteri saya di tempat di mana kami tinggal. Itu sudah ditempati oleh orang lain yang tidak mengenal mereka sama sekali. Tidak ada satu pun dari mereka yang pernah mendengar tentang keluarganya sampai saya tahu bahwa Nazi telah datang ke apartemen dan membawa seluruh keluarga saya termasuk isteri saya, sangat mungkin dibawa ke Auschwitz. Saudara-saudara tahu bahwa Auschwitz adalah satu camp konsentrasi yang sangat-sangat jahat. Ada 2,5 juta orang yang mati di camp konsentrasi tersebut. 

Orang asing ini meneruskan ceritanya. Satu-satunya harapan saya adalah tidak lama setelah itu, sekutu datang dan membebaskan orang-orang. Saya harap isteri saya adalah salah satu orang yang diselamatkan. Dan saya berasumsi jikalau dia selamat, mungkin dia dibawa oleh tentara sekutu ke Amerika. Itulah sebabnya saya ada di sini, dari kota saya yang jauh di Debrecen, Hungaria untuk mencari isteri saya. Saya mencari koran di Amerika dengan bahasa Hungaria untuk melihat apakah ada iklan yang dipasang isteri saya.

Ketika Sternberger mendengar dia bercerita, ada sesuatu yang terasa akrab baginya. Tiba-tiba Sternberger teringat beberapa waktu sebelumnya dia pernah berada dalam sebuah pesta dan di sampingnya duduk seorang wanita Hungaria. Wanita itu bercerita bahwa dulu dia tinggal di Debrecen, telah menikah dengan pria yang dibawa ke Ukrainia. Perempuan ini telah diselamatkan oleh sekutu dari Auschwitz, lalu dibawa ke kota New York. Perempuan ini tidak tahu apakah suaminya masih hidup atau sudah mati. 

Wanita ini menjelaskan kepada Sternberger bahwa dia berdoa agar suatu hari nanti dia akan bertemu dengan suaminya lagi. Ketika Sternberger mengingat peristiwa ini dan mendengarkan pria asing ini, dia bertanya-tanya dengan menggabungkan keduanya apakah mungkin ada kecocokan. Kemudian dia mengeluarkan dari dompetnya satu potongan kertas kecil yang berisi nama wanita itu. Namanya adalah Maria Paskin dan nomor telponnya. 

Sternberger menuliskan nama dan nomor teleponnya karena memang tertarik dengan ceritanya. Kemudian dia meremas kertas kecil itu, memasukkannya ke dalam kantongnya, kemudian dia berkata kepada pria asing itu: “Tuan, siapakah nama isteri Anda?” Orang asing itu berkata,”Nama isteriku adalah Maria Paskin.” Sternberger bertanya,”Siapa namamu?” Orang itu mengatakan,”Saya, Bela Paskin.” Sternberger kemudian bertanya,”Tuan Paskin, maukah engkau turun bersamaku di stasiun sebentar? 

Saya ingin menelepon.” Sternberger tidak memberitahukan alasannya. Secara cepat juga Sternberger bertanya kepadanya apa nama jalan di Debrecen, di kota tempat tinggalnya. Setelah itu luar biasa, Bela Paskin turun dari kereta bawah tanah itu bersama Sternberger tanpa dia tahu kenapa. Padahal ini adalah pertemuan yang hanya beberapa menit yang lalu. Sternberger berdiri agak menjauh dari Bela Paskin dan membuat panggilan di telepon umum. Ketika seorang wanita menjawab di telepon. Sternberger bertanya: “Siapakah ini?” Karena Sternberger ingin memastikan orang ini adalah orang yang dicari. 

Sebenarnya Maria tidak pernah mengangkat telepon, karena dia bersama dengan beberapa orang menghuni tempat itu dan selalu tidak ada yang pernah menelepon Maria. Maka selalu orang lain yang akan mengangkat telepon itu. Tetapi pada saat itu, tidak ada satu orang pun di apartemen, maka Maria yang mengangkat telepon. Kemudian dia mengatakan: Aku Maria. Dan Sternberger bertanya: “Maria, apakah anda ingat saya? Nama saya adalah Marcel Sternberger. 

Saya bertemu dengan anda dalam pesta baru-baru ini.” Maria mengiyakan dan mengatakan: “Ya, saya ingat.” Kemudian Sternberger bertanya: Maria, siapa nama suamimu? Kemudian dia berkata: “Bela Paskin.” “Maria, di mana nama alamat jalan tempat engkau tinggal di Debrecen?” Dia memberikan alamat jalan yang semuanya cocok. Kemudian Sternberger memanggil tuan Paskin dengan berkata: “Tuan, mendekatlah ke sini. 

Engkau akan menyaksikan keajaiban terbesar di dalam hidupmu.” Kemudian Sternberger menyerahkan telepon kepadanya. Bela Paskin sangat kebinggungan melihat ke telepon itu, mengambilnya, meletakkannya di telinganya. Dengan ragu-ragu dan kemudian berkata: “Halo, halo.” Saudara dapat membayangkan sisa ceritanya. Ketika Bela Paskin dengan sepenuh hati menangis, meraung-meraung dan hanya mengulang satu kata berulang kali: “Maria, Maria, Maria.” Dengarkan bagaimana Reader’s Digest mengakhiri artikel ini: Orang-orang ateis dan skeptis pasti akan menganggap sore yang berkesan seperti itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. 

Tetapi apakah kebetulan yang membuat Sternberger tiba-tiba memutuskan untuk mengunjungi temannya yang sakit dan mengambil jalur kereta bawah tanah yang belum pernah dia jalani sebelumnya? Apakah kebetulan yang menyebabkan seorang pria yang duduk di dekat pintu kereta bergegas keluar tepat pada saat Sternberger masuk? Apakah kebetulan yang menyebabkan Bela Paskin duduk di samping Sternberger membaca koran Hungaria? Apakah itu semua kebetulan atau apakah Tuhan berada naik di kereta bawah Brooklyn pada sore hari itu? Itulah providensia! 

Orang-orang Puritan mendesak kita untuk memikirkan terus, memikirkan apa yang ada di dalam Alkitab dan sejarah dunia dan orang-orang sucinya Tuhan dan sejarah hidup kita. Apa yang sudah Dia perbuat di dalam hidup kita? Kita akan terkagum-kagum dengan karya-Nya. Kita akan dihancurkan, hati kita dengan seluruh pikiran-Nya yang tidak mungkin bisa kita telusuri. Kita akan berlutut mengakui kehebatan-Nya. Allah yang tersembunyi yang bekerja memberkati dunia ini khususnya gereja-Nya. Itu adalah kesukaan besar bagi gereja, umat Allah yang ditebus. Kiranya nama-Nya boleh dipermuliakan. Mari kita berdoa!

Mazmur 145:17; Ulangan 32:3-4

Beberapa minggu ini kita terus memikirkan apa yang menjadi signifikansi dari memikirkan providence of God. Apa benefit-nya dalam hidup kita? Providence of God adalah bicara berkenaan dengan apa yang Tuhan nyatakan, apa yang Tuhan berlaku kepada kita di masa lalu. Apa signifikansinya?

(9) Akan mendorong kita lebih bertumbuh untuk kesucian di dalam hati dan hidup kita. Sekali lagi ketika kita merenungkan jalan-jalan providence maka Tuhan akan mengajarkan melalui jalan itu, jalan kesucian bagi kita membuat kita bertumbuh untuk menghargai kesucian dan hidup di dalam kesucian. Di dalam Alkitab ada 3 hal yang ketika kita bersentuhan langsung akan menyucikan kita. 

Yang pertama adalah darah Kristus, yang kedua adalah Firman, dan yang ketiga adalah Roh Kudus. Ketika 3 hal ini bersentuhan dengan jiwa kita, langsung kita disucikan detik itu juga. Tetapi apa yang Tuhan lakukan melalui jalan providence? Melalui proses, melalui kejadian kehidupan sehari-hari, Dia akan membentuk kita perlahan-lahan untuk hati kita dan hidup kita makin lama makin berjalan di dalam kesucian. 

Ini tidak berjalan secara detik itu langsung akan menyucikan kita, tetapi kita makin lama makin menyadari kenapa Tuhan itu berlaku seperti ini kepada kita? Kenapa Dia itu menghadirkan hal-hal ini dalam hidup kita? Merenungkan hal itu, akan membuat kita menyadari bahwa Dia sedang mengajarkan sifat-Nya melalui jalan-jalan-Nya. 

Dan sifat-Nya dan jalan-jalan-Nya adalah suci adanya. Membuat kita akhirnya dipaksa sedemikian rupa berjalan mengikuti-Nya di dalam jalan kesucian. Di sini kadang alat yang Tuhan pakai adalah sesuatu yang jahat. Kadang Dia memakai sesuatu yang sangat berdosa, sesuatu yang najis, dan bahkan gelap. Allah bahkan dapat menggunakan sarana kejahatan untuk melakukan segala yang diinginkan oleh kejahatan itu. 

Tetapi Dia juga akan membatasi dan menguasai kejahatan itu dengan seluruh tindakan-tindakan-Nya, sehingga pada akhirnya semua umat-Nya akan menyadari bahwa pekerjaan-Nya itu tidak tercemar dan tetap suci adanya. Alkitab menyatakan rancangan Allah itu sangat murni dan semua pekerjaan-Nya itu suci adanya. Seperti tadi yang kita itu baca Mazmur 145:17, seluruh pekerjaan Allah itu adalah suci. 

Ulangan 32:3-4 menyatakan, seluruh pekerjaan-Nya itu adalah sempurna, adil dan benar. Dan tidak ada kesalahan di dalam diri-Nya. Bukan Dia tidak mau disalahkan, tetapi Dia adalah tidak ada kesalahan, murni adanya, suci adanya. Meskipun umat-Nya kadang salah mengerti. Kita mengerti dalam kitab Ayub bagaimana Ayub berada di dalam seluruh penderitaan, hidupnya rugi, bangkrut seluruh usahanya. Seluruh anak-anaknya mati dan bahkan istrinya mencerca dia. Orang-orang yang terbaik yang biasanya sahabatnya itu mencari-cari kesalahannya. Dan semua orang yang tadinya menghormatinya mulai menjauhinya. 

Di dalam keadaan yang seperti itu dia mempertanyakan Tuhan. Mengapa ini semua terjadi di dalam hidupnya? Bahkan Ayub sendiri bisa mengatakan bahwa dia sendiri tidak bersalah. Bukankah kalau orang bersalah dan Tuhan itu menghukum itu adalah sesuatu yang wajar? Tetapi ketika seseorang yang benar dan kemudian tertimpa penderitaan, bukankah itu adalah kesalahaan dan sesuatu yang tidak suci, sesuatu motivasi yang tidak benar di dalam diri Allah? Tetapi Alkitab menyatakan pada akhirnya jalan-jalan Tuhan itu suci dan tidak ada kesalahan pada diri-Nya dan motivasi-Nya dan seluruh jalan-Nya. Ayub yang complained dan berteriak kepada Tuhan dan berani untuk dihakimipun akhirnya mencabut seluruh perkataannya. 

Dia sendiri mengokohkan bahwa Allah itu tidak bersalah apapun saja, jalan-jalan-Nya itu suci, rancangan-Nya itu murni, motivasi-Nya itu selalu baik. Dia bisa memakai apapun saja yang kegelapan bahkan kegelapan itu menjalankan seluruh maksud-Nya yang terpuncak, tetapi Allah pada diri-Nya sendiri dan seluruh jalan-Nya akan dibuktikan murni, suci dan baik adanya. 

Dan seluruh jalan-jalan itu dipakai untuk apa? Di dalam poin yang ke-9, adalah seluruh jalan-jalan-Nya dipakai untuk mengajarkan kesucian bagi kita agar umat-Nya berjalan mengikuti-Nya di dalam jalan kesucian tersebut. Dan di dalam poin ini saudara-saudara, ada cara kerja Tuhan dalam providensiasi untuk membentuk kesucian di dalam hidup kita, di dalam 2 hal ini khususnya:

Yang pertama disebut sebagai suatu pemeliharaan yang membatasi, preventive providence. Saya akan jelaskan apa yang John Flavel katakan di dalam hal ini. Di dalam providensiasi-Nya, Allah mengajarkan kesuciaan-Nya melalui pemeliharaan yang membatasi. Tujuannya adalah untuk mengakhiri jalan berdosa kita atau menghalangi langkah kaki kita untuk masuk di dalam dosa. 

Hosea 2:4-6 menyatakan dengan jelas. Ayat ini mau menyatakan Israel yang berusaha untuk lari dari Tuhan dan berusaha untuk mengabdi kepada ilah lain. Dia mengatakan kepada para ilah lain, kekasihku engkaulah yang memberi aku makanan, engkau yang memberikan aku bulu domba, engkau yang memberikan kepadaku kain lenan, dan minyak. Israel mempercepat langkahnya untuk menuju kepada penyembahan berhala. 

Saudara-saudara, sering sekali kita juga berlaku seperti itu. Kita mengasihi sesuatu yang seharusnya tidak kita kasihi. Kita menyukai dan terpikat dengan sesuatu yang sebenarnya dari dunia ini. Dan kemudian saudara-saudara, Tuhan menyatakan “Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan menyekat jalannya dengan duri-duri, mendirikan pagar tembok, mengurung dia sehingga dia tidak dapat menemui jalannya.” Oh saudara-saudara, biarlah kita boleh mengamati jalan-jalan ini secara cermat. 

Lihat berapa sering Tuhan itu membentuk pagar-pagar membatasi hidup kita. Berapa kali Dia bahkan menggagalkan dan menahan usaha-usaha kita, memporakporandakan seluruh rencana dan keinginan hati kita. Apa tujuan-Nya? Dengan satu tujuan agar hidup kita tidak serong dan menarik kita dari jalan berdosa. 

Dan secara khusus hal ini yang paling sering Dia lakukan. Dia sering menggagalkan usaha-usaha kita dengan maksud menyingkirkan kita dari dosa kesombongan. Melihat diri kita itu benar sendiri. Tidak bergantung kepada Dia dan kemudian kita membanggakan seluruh usaha kita. Berapa banyak kali Dia membatasi kita untuk tidak masuk ke dalam dosa kesombongan dengan menyadarkan kita bahwa kita adalah orang-orang yang bodoh. Kita dibuat gagal dan tidak sukses. Kesuksesan sering membuat kita terpikat dengan dunia. 

Menjadikan kita sombong. Membuat kita memiliki nafsu sensual, dan mengerjakan hal yang sia-sia. Allah menarik kita agar kita terhindar dari hidup yang corupt seperti ini. Dan sering sekali juga Dia menggunakan penyakit, kelemahan tubuh, penderitaan fisik untuk membatasi kita. Tubuh itu seakan-akan rusak, tetapi sebenarnya agar kita tidak berbagian di dalam kerusakan dunia ini. Tuhan berbicara kepada Paulus, cukuplah kasih karunia-Ku kepadamu. Untuk membuat hamba-Nya yang luar biasa ini tidak meninggikan diri dan terus menerus bergantung kepada kasih karunia Allah.

Yang kedua adalah afflictive providence, pemeliharaan yang menghajar, atau yang membuat penderitaan. Saudara-saudara, jalan providence, bukan saja mencegah kita untuk tidak jatuh ke dalam dosa, tetapi jalan providence juga dipakai Allah untuk mengangkat dan membersihkan kita dari kejatuhan, dari dosa di mana kita sudah jatuh di dalamnya. Perhatikan baik-baik pengajaran di bawah ini. 

John Flavel mengajarkan kita hal ini, apa yang Tuhan kerjakan ketika anak Tuhan jatuh dalam dosa? Ada 2 hal. Yang pertama, Dia akan menguduskan kita dengan darah Kristus, tetapi bukan dengan itu saja, hal yang kedua, Dia akan menghadirkan hajaran atau penderitaan yang diberkati-Nya. 

Kenapa disebut sebagai Dia akan menghadirkan hajaran atau penderitaan yang diberkati-Nya? Karena melalui itu, kita dibebaskan dan dibersihkan dari dosa kita. Itulah disebut sebagai pemeliharaan yang menghajar. Seperti gambaran salib. Salib tanpa Kristus tidak akan pernah menjadi sesuatu yang memberkati kita. 

Penderitaan itu sendiri tidak akan memberkati kita, tetapi penderitaan di mana ada darah Kristus, dan penderitaan di mana ada pengaturan Kristus atas penderitaan itu, akan memberkati kita anak-anak Tuhan karena itu akan dipakai Allah untuk proses penyucian kita. Berapa kali di dalam Alkitab maka kita mendapatkan gambaran berkenaan dengan penderitaan yang dihadirkan Allah untuk menguduskan anak-anak-Nya. 

Hal yang paling jelas misalnya saja dalam kitab Hakim-Hakim, ada suatu pola yang terjadi di dalamnya, di tengah-tengah seluruh Hakim-Hakim yang banyak itu. Di mana orang Israel itu dalam keadaan yang baik, dalam keadaan yang nyaman, lalu kemudian mereka memberontak kepada Tuhan melakukan dosa-dosa, dan Tuhan kemudian menghadirkan penderitaan, menghadirkan daripada musuh-musuh yang menyiksa mereka, akhirnya membangkitkan mereka, jiwa mereka menjadi terbangun dan kemudian mereka mencari Allah dan berjalan di dalam kesucian dan kemudian mereka bertobat, dan kemudian Tuhan itu menghadirkan berkat-Nya. 

Saudara-saudara lihat bahwa penderitaan itu dipakai oleh Tuhan untuk membawa Israel kembali ke jalan-Nya. Saudara-saudara di dalam 2 Korintus 7:8-11 ada tulisan-tulisan di tengahnya seperti ini. 

Ayat ke-9: ‘namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitmau membuat kamu bertobat.’ Saudara perhatikan ini sesuatu yang menarik, waktu itu ada jemaat Korintus itu sedang menderita, berada di dalam hajaran, mereka berdukacita lalu kemudian gembala mereka mengatakan “aku bersukacita loh melihat penderitaanmu.” “Lho, kamu nyukurin saya ya?” Bukan, aku bersukacita bukan karena engkau telah berdukacita, tetapi karena dukacitamu itu membawa engkau kepada pertobatan.” Dukacita yang membawa kepada pertobatan itu adalah kehendak Allah. 

Yang membawa keselamatan dan yang tidak disesalkan, demikian kata Alkitab. Sekali lagi dengan afflictive providence maka Allah akan membuat hati kita melembut karena kemarahan-Nya, dengan afflictive providence maka kita akan dibuat lebih peka terhadap dosa, dengan afflictive providence kita dibuat sadar akan kebodohan-kebodohan kita, dengan afflictive providence maka kita dibuat hati-hati untuk tidak berbuat dosa lagi dan afflictive providence akan membuat kita mendekat kepada Tuhan kembali. Saudara-saudara, dan ini yang menjadi satu kalimat yang sangat tajam dari John Flavel. 

Afflictive providence akan membawa kita ke kaki Tuhan dan membuat kita menghakimi dan menghukum diri di dalam kekudusan. Dan ini adalah alat yang kuat untuk meningkatkan kekudusan bagi gereja Tuhan. Saudara-saudara, sekali lagi biarlah kita boleh merenungkan jalan-jalan Tuhan di masa lampau. Dia adalah Allah yang suci yang meng-create seluruh jalan-jalan kita. 

Dia berhak untuk memakai apapun saja bahkan kegelapan yang paling gelap, tetapi Dia adalah Allah yang suci dan jalan-jalan-Nya itu adalah suci adanya dan mengajar kita untuk berjalan di dalam kesucian. Biarlah kita mengingat akan apa esensi yang di ajarkan kepada kita sesungguhnya.

(10) Dengan mengingat providence maka jiwa kita akan makin belajar mengasihi Kristus. Hal ini menjadi puncak dari seluruh tulisan Flavel di dalam hal ini. Ini adalah hal yang paling manis dan paling nikmat dari semua kegunaan mengingat providence. Biarlah kita mengingat bahwa semua berkat yang Tuhan berikan kepada kita, semua berkat yang Tuhan berikan kepada kita, baik itu spiritual maupun berkat-berkat jasmani, baik itu yang besar maupun yang kecil, itu seluruhnya adalah berkat yang diberikan di dalam Yesus Kristus. 

Itu adalah berkat yang diberikan oleh Allah karena Yesus Kristus. Itu adalah berkat yang diturunkan dari sorga karena pembelian dari Kristus. Itu adalah berkat yang Tuhan itu berikan kepada kita di dalam nama Kristus. 

Semua berkat yang kita dapat adalah tambahan berkat dari berkat yang terbesar itu sendiri yaitu Kristus itu sendiri. Jikalau Bapa di sorga mau memberikan berkat kepada seseorang, maka hal pertama yang harus dikerjakan oleh Dia adalah membuat orang tersebut di dalam Kristus Yesus. Kristus adalah berkat pertama dan utama dari seluruh berkat yang Allah itu berikan kepada umat pilihan-Nya. 

Biarlah kita selalu mengingat setiap kali berkat apapun saja yang Tuhan berikan. Pertumbuhan rohani, fellowship, gereja, Firman, sampai kesehatan, umur, pengenalan akan Allah, makanan, transportasi, saudara bisa mampu untuk membeli barang, saudara mampu untuk membeli makanan, apapun saja itu adalah jalan belas kasihan Allah, jalan pemeliharaan Allah kepada kita. Dan belas kasihan Allah yang diberikan kepada kita adalah belas kasihan yang diberikan melalui jalan providence dan itu semua dilakukan Allah karena Yesus Kristus. 

Dan di dalam poin ini, ini adalah poin yang terpuncak dari seluruh poin. Kenapa kita itu memikirkan providence? Maka Alkitab membawa kita seluruh berkat sorgawi itu diberikan kepada kita karena pribadi Yesus Kristus, dan di dalam poin ini ada 6 hal utama yang saudara dan saya harus selalu ingat untuk setiap berkat yang Tuhan berikan kita mengingat jasa dari Kristus Yesus:

Hal ke-1 adalah ingatlah darah Kristus Yesus. Seluruh berkat yang kita dapat, seluruh berkat providence yang kita dapat, semua itu adalah hasil daripada anugerah dan belas kasihan Allah dari sorga. Dan itu terjadi karena darah pengorbanan sengsara daripada Yesus Kristus. Sekali lagi, providence of God itu kepada gereja-Nya itu adalah jalan kasih karunia dan belas kasihan Tuhan. Kristuslah yang membeli semua belas kasihan Allah ini. Dosa telah menutup rahim belas kasihan. Kristus-lah yang membukanya kembali. 

Kalau bukan Kristus yang membeli dengan darah-Nya, maka belas kasihan Allah tertutup bagi kita, tidak ada satu belas kasihanpun yang turun dari sorga bagi kita. Sekali lagi Alkitab menyatakan hanya di dalam Kristus-lah Allah memberikan segala sesuatunya kepada kita. Mari kita melihat Roma 8:32. 

Ini adalah ayat yang sangat penting. ‘Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?’ Perhatikan, ‘Allah tidak menyayangkan Kristus Yesus, menyerahkan Kristus Yesus bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita’? Sebenarnya sampai di sini “titik” selesai. Tetapi bersyukur karena Paulus itu tidak memberikan “titik” sampai di situ, dia menyatakan Allah memberikan segala sesuatu kepada kita ‘bersama-sama dengan Dia’. 

Perhatikan baik-baik prinsip ini. Kristus Yesus itu bukan sekedar paspor untuk masuk ke dalam sorga, dan begitu saudara sudah dapat terus saudara letakkan, dan kemudian saudara-saudara sudah jadi warga negara sorga, atau seperti paspor sudah warga negara Australia, sudah selesai, saudara-saudara tidak ada urusan sama paspor itu. 

Saudara, bukan sekedar itu, Alkitab memang menyatakan ada bagian itu, tetapi Alkitab menegaskan adalah Kristus itu bukan sekedar pintu masuk di dalam sorga tetapi ketika bicara berkenaan dengan sorga itu adalah di dalam Kristus. Apa yang baik yang kita terima dari providence itu adalah karena pekerjaan Kristus. Yaitu hasil pembeliannya dengan darah-Nya. Biarlah kita boleh menyadari setiap hari. Setiap kali engkau dan saya mendapatkan hal-hal yang ada di dunia ini karena jalan providensia, itu adalah jalan atau itu adalah pemberian karena kasih karunia dan belas kasihan Allah diberikan kepada kita dan harganya adalah darah Yesus Kristus.

Perhatikan beberapa permainan kata yang menegaskan berkenaan dengan keindahan dan kepentingan Kristus Yesus dengan providence dengan belas kasihan Allah. John Flavel menuliskannya seperti ini, belas kasihan Allah dibangkitkan dari kematian Kristus, belas kasihan Allah diberikan karena Kristus memberikan diri-Nya. Semua anugerah Allah itu manis bagi kita tetapi diperoleh dengan harga jalan pahit penderitaan yang mahal. 

Biarlah gereja menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, jikalau hidup Kristus tidak menderita pahit dan dipermalukan, apakah engkau dapat memiliki kehidupan yang baik, indah dan menyenangkan? Bukankah karena kemiskinan-Nya kita menjadi kaya? Bukankah Kristus telah mati sehingga belas kasihan Allah hidup di antara kita? Bukankah dia sudah membayar dengan darah-Nya untuk membeli segala kebaikan dari Allah yang menjadi milik kita saat ini? Sekali lagi, belas kasihan yang manis yang adalah jalan providensi Allah bagi kita setiap hari adalah buah dari jiwa Kristus yang meratap di kayu salib. 

Setiap kali kita menikmati berkat Allah, apapun saja saudara, setiap hari dari pagi sampai malam, saudara menikmati belas kasihan Allah yang diberikan kepada kita, tetapi mengapa belas kasihan itu diberikan kepada kita? Jangan take it for granted, Allah tidak berkewajiban untuk itu. Kalau saudara punya musuh, saudara tidak berkewajiban untuk memberi dia makan bukan? Kalau saudara punya musuh, saudara tidak berkewajiban untuk memelihara hidupnya? Tetapi Alkitab mengatakan darah Kristus membeli belas kasihan Allah bagi kita. 

Itu bukan hasil karya kita. Itu semata-mata karena Kristus sudah terpaku di atas kayu salib membuka rahim belas kasihan Allah sorgawi yang tadinya tertutup bagi pendosa seperti kita. Ingatlah harganya, dan ingatlah siapa yang membayar harganya.

Hal yang ke-2, apa yang kita harus ingat dalam hal ini, adalah kesatuan dengan Kristus, union with Christ. Saudara-saudara, karena adanya union with Christ ini maka setiap jalan providence adalah jalan berkat pengudusan. Saudara ingat 3 kata ini ‘Jalan berkat pengudusan’. Karena union with Christ, maka seluruh jalan pemeliharaan Allah bagi gereja-Nya adalah jalan berkat pengudusan. Sekarang saya akan jelaskan ini, kita tahu semua, saya sudah berbicara beberapa kali saudara-saudara, bicara berkenaan dengan union with Christ, kesatuan dalam Kristus. Dan union with Christ itu di dalamnya ada 2 hal besar yang terjadi, yang pertama adalah justification, pembenaran yang kedua adalah sanctification, pengudusan. 

Dua hal ini itu bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Pembenaran adalah pengudusan secara status dan sanctification adalah pengudusan secara proses. Ini bicara berkenaan dengan dua-duanya adalah kondisi pengudusan. Maka saudara-saudara bisa mengerti bahwa seluruh kehidupan kita di-treat oleh Allah di dalam union with Christ, sehingga apapun yang terjadi dalam hidup kita, apapun yang terjadi dalam hidup kita kalau kita adalah anak-anak Tuhan yang sejati, yaitu orang-orang yang disatukan di dalam Yesus Kristus, apapun yang terjadi adalah berkat pengudusan. Artinya melalui jalan pemeliharaannya ini kita menikmati anugerah demi anugerah yang menyucikan, apapun saja.

Ketika bicara berkenaan bahkan dengan hal-hal yang fisik, berkenaan dengan keuangan, itu adalah sesuatu proses, itu adalah suatu anugerah yang dibawa oleh Allah untuk anak-anak Tuhan untuk menyucikan. Sebagai kontrasnya, saya akan menjelaskan kepada saudara-saudara. 

Bagi anak-anak kegelapan jalan pemeliharaan Tuhan adalah jalan yang akan mereka pakai untuk menajiskan diri mereka. Amsal 1:32 menyatakan seperti ini. Kemakmuran orang bodoh akan menghancurkan mereka. Perhatikan, kemakmuran itu adalah pemberian Allah, itu adalah pemeliharaan Allah. Kemakmuran tetapi diberikan kepada anak kegelapan akan menghancurkan mereka. 

Semua pemeliharaan yang diberikan bagi mereka yang tidak memiliki Kristus hanyalah untuk memberi makan begitu banyak orang berdosa, terkutuk, sampai hukuman yang mereka tanggung dijatuhkan atas mereka. Sering pemeliharaan yang memang melimpah dan terbuka banyak bagi mereka itu mereka isi dengan kenyamanan duniawi. Dan saudara akan lihat tidak ada satu belas kasihan yang kudus yang dapat ditemukan di antara seluruh kesenangan mereka. Karenanya, maka karunia pemeliharaan ini hanya akan menipu, menajiskan, menghancurkan mereka melalui kerusakan mereka sendiri. 

Satu-satunya kemungkinan providence of God yang baik itu kepada kita adalah jikalau providence of God itu diberikan Allah kepada kita di dalam union with Christ. Ketika seseorang di dalam Kristus maka seluruh pemeliharaan ini menjadi pemeliharaan yang menyucikan. Di dalam Alkitab itu ada tulisan yang jahat makin jahat yang kudus makin kudus. Yang jahat makin jahat dan kudus makin kudus. Apa yang membuat mereka menjadi seperti itu, makin lama makin jahat atau makin lama makin kudus? Berkat-berkat Tuhan. Anugerah Tuhan. Semakin banyak anugerah Tuhan diberikan, semakin banyak pemeliharaan Allah itu diberikan, bagi anak-anak kegelapan itu adalah sesuatu yang mencelakakan mereka. 

Itu tidak baik bagi jiwa mereka. Tetapi bagi anak-anak Allah, karena kita ada di dalam Kristus maka jalan-jalan providence Allah adalah jalan-jalan untuk memberkati kita di dalam pengudusan. Itulah sebabnya saudara-saudara bisa melihat orang-orang yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan makin diberkati dia makin murah hati. Tetapi bagi anak-anak kegelapan makin diberkati mereka makin pelit. 

Makin diberkati makin sombong. Makin diberkati makin sakit kalau berkat ini dibagi, maka berkat-berkat itu makin mematikan dia. Unik bukan? Biarlah kita boleh bersyukur kepada Tuhan atas providensia-Nya yang diberikan kepada kita karena union with Christ membuat providence itu menjadi baik bagi jiwa.

Hal yang ke-3 adalah ketika kita merenungkan providence of God biarlah kita boleh menemukan kepedulian Kristus pemerintahan Kristus. Saudara-saudara, pemberian seluruh penghiburan dan belas kasihan Allah kepada gereja-Nya adalah berdasarkan ketetapan dan perencanaan Kristus yang memerintah seluruh alam semesta. Biarlah kita boleh mengingat di dalam Alkitab dan khususnya Wahyu pasal 5 di mana Kristus itu ditahtakan bersama-sama Allah Bapa di sorga. Dia bukan saja Raja atas gereja tetapi Dia adalah Raja atas seluruh alam semesta. Di dalam Alkitab kita mengerti sekali bahwa pribadi Kristus adalah pribadi yang mengendalikan seluruh sejarah untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan anak-anak-Nya. 

Khususnya dalam kitab Wahyu kita mengerti prinsip ini. Kitab Wahyu ditulis pada waktu rasul-rasul itu sudah terserak ke mana-mana. Yohanes ada di pulau Patmos. Dia melihat sendiri bagaimana gereja-gereja Tuhan, orang-orang baru di dalam kekristenan itu dianiaya, dimatikan dan mereka mati dengan tidak wajar. Apa yang menjadi inti berita kitab Wahyu? Untuk membuat seluruh daripada jemaat Tuhan itu mengerti bahwa Kristus itu mengendalikan sejarah dan gereja-Nya. Meskipun gereja pada waktu itu menderita dan sebagian besar itu putus asa. Mereka menyadari mereka tidak akan menang terhadap dunia ini. 

Dari berbagai macam sisi mereka berusaha, dunia ini berusaha untuk mematahkan iman mereka. Mereka berada dalam penderitaan yang paling gelap ditentang oleh dunia ini. Tetapi Kristus memberikan isi hati-Nya mengungkapkan sorga, membukakan sorga kepada gereja-Nya melalui wahyu kepada Yohanes. Untuk gereja-Nya itu memandang melampaui dunia ini masuk ke dalam alam sorgawi, melihat bahwa Dia di atas tahta dan mengendalikan dan peduli akan umat-Nya. 

Saudara akan melihat kitab ini penuh dengan tulisan-tulisan yang menggambarkan pengendalian dan kepedulian Kristus akan gereja-Nya. Dialah yang menahan murka iblis. Dialah yang mengekang kejahatan yang mau menghancurkan anak-anak Tuhan dalam segala cara. 

Kalau saudara-saudara melihat dalam kitab Wahyu ada tulisan-tulisan seperti ini. Kristus menyatakan “Akulah Alfa dan Omega.” Akulah yang Awal dan yang Akhir dan yang Hidup. Kenapa kalimat itu tidak ada dalam kitab Injil? Kenapa kalimat itu ada dalam kitab Wahyu? Ini bicara berkenaan Kristus yang memegang sejarah. Bukan pemerintahan Roma. 

Bukan orang-orang jahat itu. Aku yang memegang sejarah, Aku mengendalikan sejarah. Dialah yang memiliki hak untuk membuka gulungan itu dan membuka setiap meterai-meterainya. Dia yang menentukan kejadian-kejadian apa di dunia ini dan apa yang akan terjadi kepada gereja-Nya. 

Saudara-saudara, kepedulian Kristus, di dalam kitab Wahyu juga dikatakan, ‘Aku yang memegang ke-7 bintang dan berjalan di antara ke-7 kaki dian emas itu.’ Berjalan di antara ke-7 kaki dian emas itu bicara mengenai Kristus yang ada di tengah-tengah setiap jemaat lokal. Dia bukan Allah di sana dan kemudian membiarkan umat-Nya menderita. Dia bersama-sama dengan umat-Nya meskipun kita tidak bisa melihat-Nya. Dan kata yang dipakai di dalam Aku yang ‘memegang’ ke-7 bintang. Arti dari kata aslinya adalah ‘tidak ada satu bagian terkecilpun yang luput dari pegangan saya.’ Aku care kepadamu, Aku peduli akan seluruh hidupmu, hai umat-Ku. 

Dan di dalam Alkitab Dia mengatakan berkali-kali seperti ini. Aku tahu segala pekerjaanmu. Aku tahu segala kesusahanmu. Aku tahu di mana engkau diam. Dia menggunakan apapun dan makhluk apapun dan kejadian apapun untuk mengendalikan dunia dan untuk merawat domba-domba-Nya. Dia menggunakan keledai untuk Bileam. Dia menggunakan malaikat untuk Maria. Mimpi untuk Yusuf. Bintang untuk orang Majus. Makhluk sorgawi yang menakutkan di Yehezkiel. Dia menggunakan cahaya untuk mencegah Paulus di dalam perjalanan ke Damsyik. Dia menggunakan seluruh detail kejadian-kejadian tanpa Dia mengutus satu malaikatpun. Suatu mujizat dari tangan yang tidak terlihat di tempat kitab Ester. 

Saudara-saudara, biarlah kita selalu ingat. Ketika kita melihat providence Allah di dalam hidup kita. Kita mengingat akan penguasaan, pengendalian dan kepedulian Kristus di tahta-Nya untuk gereja-Nya. Dialah yang menakar sukacita kita. Menimbang penderitaan kita. Menentukan beban-beban dan peristiwa yang kita harus tanggung. Dan serta memilih pencobaan yang terbaik bagi kita. Segalanya itu untuk menunjukkan kepedulian-Nya kepada gereja-Nya. Ketika mengingat providence biarlah kita mengingat pemerintahan Kristus.

Hal yang ke-4, biarlah kita mengingat providence dan kita menemukan syafaat dari Kristus Yesus. Setiap dosa yang kita perbuat akan mengakhiri belas kasihan yang kita dapatkan. Itulah sebabnya Imam Besar harus setiap tahun masuk untuk mempersembahkan korban untuk dosa yang terjadi. Kalau seseorang berdosa maka dia diampuni karena adanya korban. Belas kasihan diberikan, tetapi begitu berdosa lagi, maka pintu belas kasihan itu tertutup. 

Tetapi Alkitab menyatakan bahwa kita memiliki perantara yang kekal, pensyafaat yang kekal, yang terus menerus. Syafaat Kristus menjamin kelanjutan dari semua belas kasihan yang diberikan Allah melalui jalan providence-Nya kepada kita. Saudara perhatikan ‘continuity’. Kristus bukan saja membuka pintu pengampunan melalui korban-Nya. Tetapi melalui syafaat-Nya Dia memungkinkan pintu itu terus terbuka bagi kita. 

Saudara sekali lagi saudara-saudara perhatikan, Kristus bukan saja membuka pintu pengampunan atau belas kasihan Allah kepada kita, tetapi melalui syafaat Kristus memungkinkan pintu belas kasihan itu tetap berkelanjutan terbuka kepada kita sampai selama-lamanya. Alkitab dengan jelas menyatakan berbagai macam sisi mengenai syafaat dari Kristus. Yang berbicara di dalamnya continuity. Misalnya saja kita melihat bahwa prinsip dari jabatan Kristus, Raja, Imam dan Nabi. Dia menjabat itu menjadi perantara antara Allah dan kita. Dan perhatikan bahwa jabatan itu bukan jabatan ketika Dia melayani di bumi saja tetapi juga di sorga.

Saya ambil contoh sesuatu yang sederhana saja sehingga saudara-saudara dapat membayangkan secara physical. Allah itu membenci orang-orang berdosa. Allah itu membenci dosa yang ada di dalam hidup kita. Maka tidak mungkin ada satu orang berdosa itu ada di hadapan Allah. Satu-satunya kemungkinan tahta penghakiman itu menjadi tahta kasih karunia, satu-satunya yang jauh itu menjadi dekat dengan kita, adalah dengan adanya Kristus yang menjadi mediator di tengah-tengah kita. 

Seandainya, kita sudah sampai sorga. Kita sudah terima Yesus Kristus. Lalu kemudian Kristus itu pergi dari sana, Kristus itu tidak lagi ada di sana, maka saudara jangan berpikir bahwa Allah itu akan baik kepada kita tanpa Kristus. Saya membuat ini di dalam bentuk, ilustrasi yang dalam bentuk physical supaya saudara mengerti bahwa mediator Yesus Kristus itu adalah selama-lamanya. 

Kita bergantung kepada Kristus itu bukan sekedar saya sudah terima Yesus kemudian masuk ke sorga. Saya bergantung kepada Kristus Yesus itu sampai selama-lamanya setiap detik. Kita bukan saja bergantung kepada pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Tetapi kita bergantung kepada syafaat Yesus Kristus sampai saat ini dan selama-lamanya. Alkitab menjelaskan poin ini ketergantungan kita kepada syafaat Kristus untuk memungkinkan belas kasihan Allah itu diberikan kepada kita. Misalnya saja dalam 1 Yoh 1:7. Darah Kristus Anak-Nya itu menyucikan (cleanses) kita dari seluruh dosa. Itu menggunakan present tense. Artinya terus menerus. Ini bukan past tense. 

Ini bukan darah Kristus yang ada di atas kayu salib saja pada waktu itu kejadian yang lampau. Tetapi bicara berkenaan dengan darah Kristus sampai detik ini, itu bekerja membersihkan kita. Berulang-ulang terus. Continuity. Saudara-saudara, Kristus bukan menebus kita cuma satu kali di masa lampau. Ya, ya itu menebus kita adalah satu kali kemudian pekerjaan-Nya selesai. Tidak! Dia bekerja sampai saat ini. Saudara-saudara, sekali lagi kita sudah mendapat belas kasihan karena darah Kristus. Tetapi belas kasihan ini akan terjamin continue kepada kita terus menerus karena Dia menjadi perantara yang kekal itu. 

Pak Tong di dalam 1 Yoh 1:7 pernah bicara berkenaan dengan ini seperti kelopak mata yang membersihkan biji mata kita. Membersihkan. Bukan sekali terus kemudian tidak membersihkan. Membersihkan terus. Saudara apapun saja yang saudara dan saya dapatkan dari Tuhan, seluruh berkat pemeliharaan Tuhan, biarlah kita boleh mengingat ini semua adalah karena syafaat Kristus diberikan kepada kita.

Hal yang ke-5 adalah nama Kristus. Bukankah kita sering sekali berdoa untuk meminta penderitaan itu diangkat dari kita? Bukankah kita sering sekali berdoa untuk Tuhan itu memenuhkan kebutuhan-kebutuhan kita di dunia ini? Saudara-saudara, mengapa Allah di sorga itu mengindahkan doa kita? 

Perhatikan bahwa Allah tidak akan pernah menganggap tangisan kita kepada-Nya. Allah tidak pernah akan membalas jawaban damai kepada kita betapa pun hebat kesusahan kita. Apakah ada doa kita yang berhasil dengan sendirinya? Apakah tangisan kita dengan penuh penderitaan dan kejujuran dan kesalehan kita akan didengar oleh Allah dengan sendirinya? Tidak akan. 

Di dalam providensia-Nya Allah sering kali menjawab doa-doa kita karena Dia melihat Yesus Kristus. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan ketika kita berdoa, ada satu pribadi yang harus kita ingat. Yaitu mengingat doa itu di dalam nama Yesus Kristus. Seluruh doa yang berhasil yang dijawab Allah adalah karena kita meminta di dalam nama Yesus Kristus. 

Yoh 15:16 menyatakan nama Kristus yang menjamin doa-doa kita untuk didengar dan untuk diterima oleh Bapa. Karena Bapa di sorga tidak dapat menyangkal Kristus Yesus maka doa-doa kita atas nama Kristus tidak disangkal. Apakah Tuhan pernah berkenan kepada doa-doa kita ketika kita berada dalam kesusahan di masa lampau? Apakah kita mengingat akan ada doa-doa di masa lampau yang berkuasa yang berkenan kepada Allah dan dijawab oleh Allah? Apakah kita pernah berteriak di masa lampau dan Tuhan itu memberikan kepada kita jawaban dan kelepasan dari seluruh musibah bahaya dan kegelapan di masa lampau? Oh lihatlah hal-hal itu semuanya terjadi karena Yesus Kristus dan kita berhutang kepada-Nya. Mengingat daripada providence of God. Biarlah kita mengingat nama Yesus Kristus.

Hal Ke-6, terakhir, biarlah ketika kita mengingat providence kita mengingat covenant of grace yang di-established, dibuat oleh Yesus Kristus. Covenant of grace adalah ikat janji anugerah. Suatu perjanjian antara Allah yang suci dan manusia yang berdosa diteguhkan diratifikasi dalam Yesus Kristus. 

Di dalam covenant of grace inilah terletak seluruh penghiburan kita. Seluruh yang terbaik yang terjadi pada kita terkandung di dalamnya. Di dalam covenant of grace inilah semua berkat Tuhan di letakkan di tempat yang aman, terjamin, kudus dan nyaman dan manis bagi kita. Belas kasihan Allah bagi kita semua ada di dalam perjanjian ini. 

Pembenaran, pengudusan, pemulihan. Seluruh berkat rohani bahkan berkat-berkat jasmani makanan sehari-haripun berada di dalam perjanjian ini. Perjanjian inilah yang mengamankan anugerah yang diberikan kepada kita. Tanpa perjanjian ini maka tidak ada anugerah. Tetapi dengan adanya perjanjian ini maka anugerah yang diberikan akan terus diberikan dan tidak berubah. 

Mari kita lihat ada satu ayat yang unik Maz 111:5. Perhatikan Dia memberikan makanan. Kenapa? Karena Tuhan mengingat perjanjian. Biarlah gereja ingat segala sesuatu berkat yang saudara dan saya dapatkan itu adalah karena Allah memberlakukan kita di dalam perjanjian. Perjanjian inilah yang membedakan kita dari seluruh umat manusia. Dengan perjanjian inilah maka Allah itu berlaku secara khas, secara khusus kepada kita. Biarlah seharusnya umat Allah itu bersukacita karena mendapatkan perjanjian yang berharga ini. Ini menjadikan kita umat khususnya Allah. Umat yang dikuduskan. 

Dikuduskan artinya dipisahkan untuk dikasihi. Yes 55:3 menyatakan, apa yang membedakan Israel dengan seluruh bangsa-bangsa lain? Apa yang membedakan Daud dengan seluruh raja-raja di kerajaan yang lain? Adalah karena ini adalah umat yang diberikan covenant. Ini adalah pribadi yang diberikan covenant. Daud sangat bersukacita untuk hal itu (2 Sam 23:5). Perhatikan perjanjian ini adalah perjanjian yang membuat seluruh berkat Tuhan itu kekal teratur terjamin. Dan seluruh berkat-berkat yang menyukakan hidup kita diberikan Allah di dalam jalan covenant.

Saudara-saudara, apa yang Tuhan akan kerjakan kepada kita? Apa yang Tuhan sudah kerjakan kepada kita di masa lalu? Dia akan memberlakukan kita di masa lalu dan masa depan. Di dalam providence-Nya berjalan seturut dengan prinsip covenant. 

Apapun saja yang terjadi. Apakah kejadian-kejadian itu membuat kita remuk hati? Apakah kejadian-kejadian itu membawa kita ke dalam kegelapan? Apakah kejadian-kejadian itu hampir membuat kita putus asa? Apa yang Dia kerjakan dalam hidup kita adalah dalam pemeliharaan di dalam perjanjian dan Allah itu setia adanya. Dia tidak bisa berdusta kepada covenant Dia tidak akan memutuskan dari pihak Dia tentang covenant ini. 

Dan covenant ini adalah covenant karena Yesus Kristus yang sudah mendamaikan kita dengan Dia. Di dalam covenant ini maka kita akan pasti menemukan kasih setia-Nya tetap untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya Alkitab menyatakan pemazmur mengatakan. Sampai masa tuaku, aku tidak pernah menemukan kecurangan dari pada-Nya. Berbahagialah hai jemaat karena apa yang Dia kerjakan kepada kita adalah dari isi hati-Nya yang baik yang memberikan anugerah dan belas kasihan dan kesetiaan kepada kita turun temurun. Dan itu adalah pekerjaan yang tetap di-establish-kan oleh Yesus Kristus bagi kita. 

Malam itu Dia mengumpulkan murid-murid-Nya, Dia kemudian mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan membagi-baginya dan mengatakan inilah tubuh-Ku yang dipecahkan bagimu. Dan Dia mengambil piala, mengucap syukur, dan menyatakan inilah darah-Ku, darah perjanjian yang baru. New convenant. 

Dan keesokan harinya Dia membuat perjanjian itu antara Allah yang suci dan manusia yang berdosa di atas kayu salib. Sepasti Dia mat, sepasti itulah kasih setia Tuhan kepada gereja-Nya sampai selama-lamanya. Apa yang Allah lakukan kepada kita tidak mungkin berada di luar ikatan perjanjian ini. Dan di dalam covenant inilah kita beroleh belas kasihan-Nya. Apapun saja yang menjadi masalah kita.

Setelah kebaktian pertama tadi saya meminta beberapa orang masuk ke dalam. Ada seorang ibu yang baru kemarin suaminya meninggal. Setiap minggu dia datang ke tempat ini. Dia sengaja meninggalkan suami dan anak-anaknya untuk mendapatkan uang di tempat ini di Sydney. 

Tetapi karena covid maka dia tidak bisa lagi bekerja. Saudara tahu sendiri bahwa rent di sini terlalu mahal dan kemudian uangnya habis. Dan sekarang suaminya meninggal mendadak. Bahkan dia tidak punya uang untuk bisa membeli tiket pesawat. Kami gereja akan men-support untuk hal ini. Tetapi ini yang mau saya katakan kepada saudara-saudara. Ketika kami sudah berdoa dan ibu itu keluar. Saya berkata kepada semua pengurus yang ada. Inilah manusia. 

Betapa sia-sianya hidup kita. Betapa menyedihkannya. Susah-susah keluar dari keluarganya yang dikasihi untuk mendapatkan uang sekarang setelah beberapa waktu di sini, berbulan-bulan, mungkin satu dua tahun kemudian dia harus pulang dengan nol tidak ada uang sama sekali dan suaminya meninggal. Tetapi biarlah kita boleh mempercayai Firman ini. Meskipun di dalam kegelapan seperti ini. Dia tidak mungkin memberlakukan kita di luar kasih setia-Nya karena Dia setia kepada covenant di dalam Anak-Nya. Biarlah kita selalu mengingat akan apa yang sudah dikerjakan oleh Kristus di atas kayu salib. Dan melalui salib melihat sesuatu yang tertutup di sorga. 

Dan suatu hari seluruh umat Allah akan berkata hal yang sama dengan pemazmur tadi, tidak kujumpai kecurangan sedikitpun pada-Mu ya Tuhan. Dan suatu hari kita akan melihat seluruh jalan providensia Allah yang baik, yang manis, yang kudus, yang terjamin bagi kita karena covenant dalam Yesus Kristus. Lihatlah jalan providensia. Dan ingatlah darah Kristus. Persekutuan dengan Kristus. Pemerintahan Kristus. Nama Kristus. Syafaat Kristus. Dan perjanjian Kristus. Gabungkan semua ini. Pikirkan baik-baik. Dan itu akan membuat Kristus makin disukai dan dikasihi oleh jiwa kita. Kiranya Dia memiliki hati kita. Kiranya hati kita dimiliki oleh Dia.

Mazmur 73

Kita terus memikirkan poin-poin mengapa kita perlu memikirkan providence. Kalau Tuhan memberikan perintah ini kepada kita di dalam Alkitab, pasti ada sesuatu yang baik, berguna, yang profitable, yang Tuhan berikan kepada kita nantinya. Biarlah kita ingat setiap kali kita menaati Firman, pasti ada berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Mengapa kita perlu memikirkan jalan-jalan Tuhan? Bagaimana Tuhan sudah dealing kepada kita di masa lampau? Mengapa kita perlu untuk melihat, meneliti bagaimana jalan providence Allah bagi umat manusia di dunia ini dan juga melalui Firman-Nya? Pada pagi hari ini kita akan menambahkan 2 hal ini untuk menutup seri berkenaan dengan signifikansi merenungkan providence.

Pada pagi hari ini kita masuk ke dalam poin yang ke-11. Mengapa penting untuk merenungkan providence Allah?

(11) Karena akan memberikan jiwa kita kuasa untuk melawan ketidakpercayaan natural yang ada di dalam jiwa kita. Sekali lagi, perenungan providence akan memberikan jiwa kita kuasa untuk melawan ketidakpercayaan yang ada secara alamiah di dalam jiwa kita. Biarlah kita tidak menganggap diri kita kuat. John Flavel menyatakan bahwa ada bibit ketidakpercayaan natural kepada Allah di dalam hati yang terbaik sekalipun. Oh, kita mengatakan: “Saya pasti percaya kepada Tuhan. Saya sudah terima Yesus Kristus.” Alkitab mengatakan: Jangan engkau sombong, jangan engkau bermegah diri, jangan menganggap kuat. 

Orang-orang Puritan melihat Alkitab dan mengerti jiwa kita. Mereka sering disebut sebagai dokter jiwa. Mereka mengerti sekali apa yang menjadi pergerakan jiwa manusia yang berdosa. Meskipun kita adalah orang yang beriman kepada Yesus Kristus tetapi ada bibit-bibit natural ketidakpercayaan yang tertanam di dalam jiwa kita dan kita tidak menyadarinya sampai itu tumbuh berkembang dan di dalam kondisi apa itu akan berkembang; ketika kita mengalami sesuatu yang tidak adil di dalam hidup kita.

Perhatikan baik-baik. Sering kalimat ini kita sebutkan: Life is not fair. Ketika kita bicara berkenaan dengan hidup itu tidak adil maka kita sedang membandingkan diri kita dengan diri orang lain. “Lho, saya sudah melakukan sesuatu yang baik, orang itu begitu jahat. Saya melakukan sesuatu yang tulus, orang itu mengandung lika-liku. 

Kenapa saya seperti ini dan pada orang itu terjadi kemakmuran?” Ketika kita melihat orang-orang yang jahat mendapat sesuatu yang baik sedangkan orang-orang baik mendapatkan sesuatu yang jahat, kita akan memikirkan life is not fair. Jikalau itu terjadi di dalam hidup kita maka iman kita bisa goncang dan kita bisa muncul ketidakpercayaan kepada Allah. 

Apalagi jikalau ada seseorang yang bersalah kepada kita, kita konflik dengan orang itu. Kita tahu bahwa dia yang salah, kita jujur. Kita tidak sedang meninggikan diri, kita sadar sekali dia yang salah. Tetapi orang lain dan public memberikan dukungan kepada dia dan bukan kepada kita. Berapa kali di dalam pelayanan atau hidup atau pekerjaan di dalam gereja maupun di luar gereja dan Saudara ada konflik dengan rekan yang sejawat, dengan rekan yang sepadan. Lalu atasan Saudara membela rekan kita, padahal jelas sekali dia yang salah. 

Berapa kali rekan kita itu memberikan kalimat-kalimat kepada atasan kita sehingga atasan kita sudah punya kacamata yang negatif yang tidak mungkin bisa diubah seumur hidupnya terhadap kita? Ketika Saudara mau membela diri pun orang itu akan mengatakan: “Oh, engkau mau membela diri?” Saudara akan merasakan hidup ini tidak adil. Orang itu tidak memberikan sesuatu yang fair atau membuat sesuatu yang adil, yang benar. Orang di atas kita bias. Ketika kita berpikir bahwa life is not fair, itu artinya bahwa kita melihat ternyata hidup ini tidak dituntun oleh kebenaran, oleh reason/logika dan juga oleh justice. 

Tidak ada selalu paralelitas dengan apa yang kita kerjakan yang baik dengan apa yang kita dapatkan. Itulah yang terjadi dalam Mazmur 73 yang panjang lebar ini. Kalau Pemazmur boleh menggunakan satu kalimat bahasa sekarang, dia akan mengatakan life is not fair. Bagaimana orang fasik bertumbuh subur makmur di dunia ini dan orang saleh menderita, hancur, rendah, binasa di dalam jalan kebenaran dan ketulusan. 

Maka ketika dia mengalaminya, dia berpikir, “Mengapa aku harus hidup benar? Tidak ada gunanya. Apa untungnya bagiku?” Ayat 13 menyatakan: “Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.” Kenapa aku harus menjaga diri di dalam jalan menyangkal diri dan menjaga kesucian, itu tidak ada sesuatu yang baik terjadi pada diriku? Kenapa aku harus mempertahankan seluruh kesalehan ini? Sia-sia. Orang-orang seperti ini mulai tidak mempercayai prinsip Alkitab, dari kecil makin lama makin menggerogoti, makin besar. 

Jangan kita merasa kuat. Bahkan Pemazmur pun goncang imannya dalam hal ini. Kita mungkin bisa mempercayai Allah dan mempercayai Alkitab karena kita melihat hidup ini masih bisa kita terima/acceptable. Tetapi ketika ada hal-hal yang tidak adil terjadi dalam hidup kita dan kita terus menerus disalah-mengerti, kita akan merasakan hidup ini tidak adil. 

Kita mulai ragu, suatu pemikiran yang tidak kudus yang dibangkitkan di dalam daging, masuk ke dalam pikiran kita dan akan menyuburkan bibit ketidakpercayaan kita kepada Allah. Kita mulai apatis dengan Allah, kita mulai kecewa dengan Dia, pengharapan kita mulai melemah dan bahkan kadang kita mulai mencurigai Allah. Dan pada akhirnya kita kecewa dan mundur. Ini bisa terjadi ketika kita berjumpa dengan peristiwa ini di luar ataupun di dalam gereja. 

Saudara-saudara memiliki suatu kehidupan dengan orang-orang luar dan kemudian kita merasakan life is not fair. Saudara berkonflik dengan orang-orang di dalam gereja dan kemudian Saudara-saudara mengatakan: “Ini adalah tidak fair.” Dan karena ini terjadi dalam gereja maka kita mulai mundur. Ini sering sekali terjadi di gereja-gereja. Ini adalah orang-orang yang sakit hati terhadap gereja. 

Saudara-saudara konflik dengan rekan seiman dalam gereja, konflik dengan penatuanya, dengan pengurus gereja. Lalu Saudara sudah memperkarakan ini dengan hamba Tuhan tetapi hamba Tuhan tidak mendengarkan Saudara, mendengarkan penatua itu. Saudara-saudara akan mundur. Saudara akan berpikir: “Apa ini gereja? Orang-orang yang tidak benar yang mimpin, munafik di gereja. Tuhan tidak bertindak.” Saudara-saudara kecewa. Saudara tidak mempercayai bahwa Tuhan bisa menegakkan kekudusan-Nya. Dan Saudara mulai mundur. Perhatikan ketika Saudara-saudara mundur/kecewa, ada dua hal. 

Kecewa karena Saudara sombong, Saudara mau menaklukkan orang lain. Terutama kalau orang yang berkonflik dengan kita tidak ada dosa yang terlihat, tetapi karena Saudara tidak mau takluk dengan dia, Saudara ingin meninggikan diri tetapi tidak bisa, Saudara kemudian mundur. Ini adalah sesuatu kesombongan. Ketika dealing dengan jiwa yang seperti ini, kalau itu ada dalam diri kita, kita harus bertobat. 

Karena kalau kita tidak bertobat, kita mundur, kita berpikir dia yang seharusnya salah padahal sebenarnya kita yang disingkirkan sama Tuhan. Itu adalah dosa kesombongan. Kita selalu ingin untuk menaklukkan orang lain. Spirit seperti itu tidak diperbolehkan. Saudara memimpin orang lain di dalam ordo. Tetapi kalau ordo sudah tidak lagi diberikan kepada kita, maka kita tidak boleh menguasai orang itu. Hal yang pertama kita mundur karena kesombongan.

Tetapi memang ada kekecewaan yang jujur, itu adalah hal yang kedua. Kecewa yang jujur, Mazmur 73, Pemazmur kecewa yang jujur. Ini benar-benar tidak fair. Bagaimana mungkin aku orang yang jujur, aku tidak sedang bersombong dengan Engkau. Aku sungguh-sungguh mempertahankan kesalehanku. Aku sungguh-sungguh mau menyatakan dengan kejujuran, aku menjaga kesucianku. Sungguh-sungguh aku benar dalam perkara ini. 

Dan dia salah. Bahkan dia jahat. Dia meninggikan diri, menyatakan apakah Allah tidak punya pengetahuan? Aku sungguh-sungguh kecewa. Ini adalah kekecewaan yang jujur, bukan dia membenarkan diri. Di dalam kondisi seperti ini, maka apa remedy nya? Orang dunia mengatakan: “Siapa bilang bahwa life itu fair?” Kalau seseorang mengatakan: “Life is not fair.” Dia kecewa. 

Kemudian orang dunia mengatakan: “Siapa bilang itu fair?” Tetapi Alkitab lebih daripada itu. Alkitab menyatakan kepada orang-orang yang kecewa ini lihat jalan providensia Allah sampai tuntas. Jangan buru-buru menyimpulkan hidup ini. Jangan salah menilai jalan providensia Allah; perhatikan sampai tuntas. 

Perhatikan Mazmur 73:17, dia mengatakan; “Ini kesulitan di mataku. Aku seperti hewan. Dungu aku. Tidak bisa masuk akal.” Hidup tidak paralel seperti ini. Tetapi Pemazmur mengatakan: “Tetapi aku tetap di dekat-Mu.” Dia tidak mundur. “Aku tetap di dekat-Mu. Aku masuk ke dalam tempat kudus-Mu dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kau taruh mereka, Kau jatuhkan mereka sehingga hancur. Binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, rupa mereka Kaupandang hina.” Apa yang Pemazmur katakan kepada kita ketika kita menemukan life is not fair. Lihatlah jalan-jalan Tuhan sampai tuntas. 

Lihatlah bagaimana Tuhan memperlakukan seluruh anak-anak manusia; orang benar dan orang fasik. Kepada orang benar, bukankah Dia selalu menyatakan kesetiaan-Nya, cinta-Nya, berkat-Nya? Apakah Dia tidak menyatakan keadilan-Nya di tengah-tengah umat manusia? Apakah Dia tidak mengangkat orang benar pada waktunya? 

Pemazmur mengatakan: “Engkau memegang tangan kananku. Nasihat-Mu menuntun aku dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.” Perhatikan jalan providensia Allah, renungkan itu sampai tuntas. Maka kesimpulannya adalah seperti Mazmur 58:11 “Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.” Perenungan akan providensia Allah akan memberikan jiwa kita kuasa untuk melawan ketidakpercayaan yang secara natural hadir di dalam jiwa kita.

(12) Sekarang bagian yang terakhir. Perenungan providensia adalah satu-satunya yang berguna, yang dapat kita lakukan untuk menguatkan iman kita dan membuat manis saat-saat kematian kita. John Flavel menggabungkan kegunaan yang penting, yang signifikan dari providence digabungkan dengan kematian kita. Pada saat-saat sekarat kita, pada saat detik-detik menjelang kematian, satu-satunya hal yang paling berguna yang dapat kita lakukan untuk menguatkan iman kita dan membuat manis kematian kita adalah perenungan akan providence. 

Saudara-saudara, di saat tubuh ini sudah tidak berdaya, kekuatannya hilang, di saat kita memasuki waktu akhir dalam hidup kita, waktu kematian, apa hal satu-satunya yang paling berguna yang kita perlukan? Yaitu merenungkan providence. John Flavel mengingatkan kita akan 5 hal ini ketika waktu-waktu sekarat. Apa itu dying moment? Apa itu waktu-waktu sekarat? Apa itu detik-detik kematian? Apa yang terjadi di dalamnya?

1. Waktu-waktu menjelang kematian adalah saat di mana biasanya setan menyerang anak-anak Tuhan secara brutal, kasar. Jadi masa-masa atau waktu-waktu terakhir sebelum kematian, setan sering sekali menyerang anak-anak Tuhan. Di saat seperti itu, apa kekuatan kita? Saat-saat seperti itu setan mengeluarkan kemarahan terpuncaknya. 

Boleh dikatakan setan tidak mengeluarkan kemarahan terpuncaknya sampai waktu kita terakhir, pada saat itulah meng-encounter dengan kita. Di saat seperti itu, rancangan utama setan adalah membuat jiwa kita tidak mempercayai Tuhan mengasihi kita. Setan akan mengatakan, “Tuhan tidak perduli lagi pada kita. Tuhan tidak lagi mendengarkan tangisan kita. 

Pada saat kita memohon belas kasihan-Nya di saat-saat terakhir itu dan berteriak minta tolong, Tuhan tidak akan mendengarkan kita.” Apa yang menjadi kekuatan perlawanan kita di saat genting seperti itu? Pada saat kita tidak lagi bahkan mungkin tidak bisa lagi bergerak, di ranjang kita menunggu kematian kita. Apa kekuatan dan apa senjata kita untuk melawannya? Saya teringat beberapa tahun yang lalu, puluh tahun yang lalu. Ada satu kejadian di mana satu dari teman kami menunggu suaminya menjemput. 

Janjiannya adalah jam 7 malam. Tetapi ditunggu sampai jam 9, jam 10, ternyata suaminya tidak datang. Singkat kata akhirnya malam hari itu tahu bahwa suaminya sudah mati di tengah jalan, naik motor dan tertabrak. Sebelum dia tertabrak, dia sebenarnya menabrak salah satu orang di daerah kampung itu. Itulah sebabnya orang-orang di sekitar kampung itu membiarkan suaminya itu berjam-jam di situ dan akhirnya mati di tempat. 

Bisa bayangkan dia sekarat di tengah jalan, di saat seperti itu dia masih sadar tetapi orang-orang membiarkan saja. Kemudian dia perlahan-lahan mati setelah beberapa jam. Saudara-saudara melihat kesulitan seperti ini, siapa yang bisa menduga hal-hal terjadi seperti ini? Tidak ada satu orang pun yang bisa menentukan dengan sendirinya tempat sekarat kita. 

Di saat seperti itu John Flavel mengatakan: “Usually/biasanya setan akan menggocoh, menyerang anak Tuhan secara brutal.” Kalau dia tidak bisa mengambil jiwanya, minimal dia akan memagutnya sekali lagi membuat luka di dalam jiwanya. Dan di tengah-tengah seperti itu, apa senjata orang-orang sekarat itu? Setan adalah pengecut. Dia tidak akan datang mencobai kita ketika kita sehat dan di tengah-tengah kumpulan jemaat seperti ini. Tetapi ketika kita sendirian, ketika kemalangan itu ada, dia cepat-cepat dengan kelompoknya akan berbicara kepada kita membicarakan hal-hal untuk kita itu tidak mempercayai Allah. 

Di kesendirian seperti itu, bahkan saat-saat kita tidak bisa lagi bergerak, di ranjang kematian kita dan ketika musuh mendekat dan melawan kita dengan sengit, apa senjata perlawanan kita? Perhatikan apa yang dikatakan oleh John Flavel, orang Puritan itu “Satu-satunya senjata kita adalah pikiran kita, pikiran kita.” 

Gunakan pikiran kita untuk mengingat providence Allah di masa lampau. Memori kita; ingat akan apa yang Dia sudah kerjakan kepada kita. Lihat, ingat lagi akan kebaikan-Nya, mengingat pejagaan-Nya, mengingat pemeliharaan-Nya, mengingat kadang Dia keras kepada kita, mengingat bahkan kadang Dia lembut kepada kita. Entah Dia keras atau lembut itu adalah bentuk dari pemeliharaan-Nya untuk kita makin mendekat kepada Dia. Ingat masa-masa lalu di mana kita berteriak dan Dia menjawab doa-doa kita. 

John Flavel menyatakan di dalam kasus serangan setan ini, satu-satunya yang bisa menopang iman kita adalah memori kita dengan ribuan pengalaman masa lalu bersama dengan Tuhan. 

Jikalau itu terjadi, maka setan tidak bisa melukai jiwa kita, setan tidak bisa membuat kita menyerah, setan tidak mungkin akan bisa membuat kita menyangkali kebenaran bahwa Allah selalu akan peduli kepada kita dari masa lalu sampai saat ini. Dia Allah yang tidak pernah tidak peduli kepada kita. Luar biasa sekali, ini adalah Dokter jiwa. 

Kalau melihat orang-orang yang ada di rumah sakit atau orang yang kena Covid ini. Dia masuk dan perlahan-lahan tubuhnya mulai melemah, tidak ada anak, isterinya atau siapapun saja yang boleh menjenguknya sampai mati. Seluruh alat kedokteran yang mengambil alih semuanya, ventilator mengambil alih seluruh fungsi paru-paru dan jantungnya. 

Kalau bertemu dengan orang yang seperti itu kemudian kita membisikkan sesuatu, bukankah dia berlinang air mata? Itu artinya pikiran dia masih berfungsi tetapi dia tidak bisa berespon kepada kita. Bukankah itu waktu yang sangat menakutkan? Di dalam keadaan seperti itu, apa senjata perlawanan kita? Maka orang-orang Puritan mengatakan “Pergunakanlah memorimu untuk melawan musuh dengan mengingat providence of God di masa lampau, dengan mengingat Firman-Nya yang engkau sudah pelajari.” Yohanes 13:1: Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 

Mazmur 48:14: Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selama-lamanya! Dialah yang memimpin kita! Mazmur 71:17-18: Allah yang telah mengajar kita sejak waktu kecil, sampai masa tua dan putih rambutku tidak meninggalkan aku. Apa kekuatan kita? Apa senjata kita? Mengingat providence of God.

2. Saat kematian itu adalah saat di mana salah satu tindakan iman utama yang terakhir, yang utama yang terakhir. Ada dua tindakan iman yang utama, yang terbesar, yang tersulit. Yang pertama adalah ketika kita mempercayakan jiwa kita, kita menjatuhkan hidup kita di tangan Yesus Kristus seluruh hidup kita ke depan. Kita menjatuhkan, mempercayakan diri kita di tangan Yesus Kristus sehingga hidup ini seterusnya dipimpin sepenuhnya, dikuasai sepenuhnya oleh Yesus Kristus. 

Itu adalah tindakan iman yang terbesar yang pertama. Tindakan iman yang kedua yang terbesar adalah ketika kita menjatuhkan hidup kita di dalam lautan kekekalan seturut dengan janji Allah pada saat kematian. Itu adalah salah satu hal yang tersulit dalam hidup kita. Kalau Saudara-saudara membaca buku Pilgrim’s Progress bagaimana seorang yang bernama Christian dituntun dari kelahiran baru sampai akhirnya menuju ke kota yang kekal, dia harus mengalami, menjatuhkan dirinya di bawah lautan, dan itu adalah gambaran kematian, di saat dia sangat-sangat ragu. 

Dua hal ini adalah tempat di mana iman yang paling tinggi kita nyatakan. Jadi saat-saat kematian adalah saat-saat kita melakukan tindakan iman yang utama yang terakhir. Ini adalah suatu kesulitan yang besar. Tetapi John Flavel mengatakan: “Sesungguhnya yang pertama ini yang lebih sulit dari yang kedua.” Yang pertama yang menjatuhkan diri kita ke tempat pelukan Kristus Yesus untuk Dia menjadi Raja kita seumur hidup. Itu lebih sulit daripada yang kedua. 

Di dalam hal yang kedua, di mana keraguan itu muncul, di mana kita berjalan di dalam lembah kekelaman itu. Apa yang harus kita lakukan? Yaitu mengingat providence. Mengingat akan persekutuan kita dengan Kristus Yesus dari awal sampai akhir. Mengingat bagaimana Allah setiap hari bersama kita. Bagaimana Allah sering kali mengunjungi kita secara nyata dan begitu manis. Bagaimana Allah hadir secara intim bersama kita ketika kita menjalani hidup ini. 

Bagaimana Dia setia menemani kita, menolong kita di saat kesusahan hidup. Mengingat waktu-waktu itu dalam hidup kita. Mengingat seluruh providensia Allah membuat kita tidak akan ragu akan kesetiaan-Nya, melampaui labyrinth kematian. John Flavel mengatakan “Di dalam hidup ini kita mengalami keintiman dengan Tuhan secara rohani tetapi ketika kita masuk ke dalam kekekalan melalui kematian, kita akan mengalami keintiman yang nyata, kita akan menemukan pernikahan Anak Domba Allah. Bagi anak-anak Tuhan, dying day is marriage day.

3. Detik-detik menjelang kematian adalah detik-detik di mana umat Tuhan menerima anugerah terakhir di dunia ini. Kita menerima anugerah terakhir di dunia ini. Bagaimana kita berespon dengan anugerah terakhir yang kita terima itu? Ada prinsip di dalam Alkitab bahwa setiap anugerah yang kita terima, kita harus gunakan anugerah itu untuk kemuliaan bagi Allah. Saudara mendapatkan uang, Saudara jangan pakai untuk judi untuk melakukan dosa. Saudara memiliki kesehatan, itu adalah anugerah Tuhan, bukan untuk melakukan kejahatan. 

Tetapi kalau Saudara mendapatkan uang, Saudara memuliakan Allah, memberikan perpuluhan, persembahan dan untuk pekerjaan Tuhan dan membangun keluarga yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Saudara mendapatkan kesehatan, maka pakailah seluruh tubuh kita sebagai senjata-senjata kebenaran. 

Saudara memiliki satu talenta, Saudara memiliki dua talenta, Saudara memiliki lima talenta maka lipat gandakan itu untuk dikembalikan kepada Tuhan, itu adalah bentuk penatalayanan kita. Intinya adalah setiap anugerah yang diberikan kepada kita, kita harus gunakan itu untuk kemuliaan Allah. Kita harus usahakan dan kita harus olah untuk kemuliaan Allah, untuk kemuliaan yang tertinggi. 

Maka sekarang pertanyaannya adalah hari-hari terakhir atau detik-detik kematian itu adalah saat apa? Itu adalah saat menerima anugerah Tuhan yang terakhir di dunia ini. Bagaimana kita sebagai penatalayan menerima anugerah itu kita menggunakannya untuk kemuliaan Allah? Perhatikan apa yang John Flavel katakan “Pergunakanlah anugerah yang terakhir itu untuk mengingat anugerah-anugerah sebelumnya di dalam jalan providensia Allah sehingga hatimu diangkat, syukur untuk memuliakan Allah sebelum kita mati.” 

Saudara-saudara menggunakan anugerah itu dengan mengingat seluruh anugerah, itu adalah detik-detik kematian. Kematian bukan sekedar kematian. Kematian adalah saat peperangan terakhir yang sengit. Kematian adalah satu tindakan iman yang terbesar. Kematian adalah saat di mana kita menerima anugerah terakhir. Kita gunakan untuk apa anugerah itu? Bagaimana anugerah itu kita olah untuk menjadi kemuliaan bagi Allah di saat-saat yang pendek itu? Yaitu dengan mengingat providence.

4. Detik-detik kematian itu adalah detik-detik kita berhutang kepada umat manusia, kepada bumi ini untuk memberi tahu tentang Allah, jalan-jalan-Nya dan sifat-sifat-Nya yang dealing dengan kita. Jikalau Tuhan memberikan kepada kita kesempatan di saat-saat kematian itu berbicara kepada orang lain. 

Tidak semua orang diberikan kesempatan itu, maka lihatlah itu sebagai sesuatu privilege, hak istimewa untuk memberikan kesaksian tentang Allah yang hidup dan jalan-jalan-Nya dan karakter-Nya yang dealing dengan kita kepada bumi ini. Itu adalah waktu emas untuk kesaksian. Itu adalah waktu emas untuk proklamasi Allah dan jalan-jalan-Nya. Di dalam Alkitab ada kesaksian terakhir sebelum mati, misalkan dari Yakub dan Yosua. 

Di dalam Kejadian 48, Yakub yang sudah tua berusaha untuk menguatkan dirinya dan kemudian duduk sebelum dia mengutarakan kalimat-kalimat terakhirnya. Apa kalimat terakhirnya? Allah, yang Mahakuasa telah menampakkan diri kepadaku di Lus di tanah Kanaan dan memberkati aku serta berfirman kepadaku: “Akulah yang membuat engkau beranak cucu, dan Aku akan membuat engkau bertambah banyak…; Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Apa yang diucapkan oleh Yakub kepada orang-orang, anak-anaknya di saat-saat terakhir, sebelum dia meninggalkan dunia ini, dia memberikan kalimat-kalimat kepada bumi ini. Apa yang diucapkannya yaitu Allah dan jalan-jalan-Nya, providensia Allah. 

Di dalam Yosua 23, apa yang dikatakan oleh Yosua? “Sebentar lagi aku akan menempuh jalan segala yang fana, maka engkau harus sadar bahwa tidak ada satupun yang dijanjikan Allah tidak digenapi dalam hidup kita.” Yosua sedang mengungkapkan mengenai kasih setia Allah, karakter Allah kepada bumi ini. 

Dan kemudian dia mengatakan “Dia akan mendatangkan atas kamu segala yang tidak baik apabila kamu melangkahi perjanjian-Nya.” Apa yang diucapkan oleh Yosua? Sifat Allah, berkenaan dengan keadilan, penghakiman, dan kesucian Allah kepada bumi ini. Adalah suatu kehormatan kalau kita dapat mengakhiri hidup ini dengan kesaksian akan jalan-jalan Tuhan yang telah terjadi dalam hidup kita. Dan lihatlah orang-orang yang di Alkitab itu, bagaimana mereka menggunakan waktu-waktu mereka dengan sebijak mungkin dan seserius mungkin untuk menyatakan jalan providence Allah. Di saat kesempatan terakhir, mereka berbicara di bumi ini.

5. Terakhir, detik-detik menjelang kematian adalah detik-detik transisi mulainya kehidupan surgawi yang penuh syukur dan puji-pujian sampai selama-lamanya bagi Allah. Perhatikan apa yang dikatakan di sini. Detik-detik dari sekarat atau waktu sekarat kita adalah memang betul adalah detik-detik akhir hidup kita, tetapi bukan saja detik-detik akhir hidup kita, tetapi itu adalah detik-detik transisi untuk memasuki kehidupan surgawi. 

Dan kehidupan surgawi adalah kehidupan yang dipenuhi dengan ucapan syukur dan puji-pujian kepada Allah Tritunggal. Alkitab dengan jelas membukakan kepada kita, di Surga maka umat pilihan Allah berkumpul memuji Allah bersama dengan malaikat beserta seluruh pasukan surgawi. Mereka akan memuji siang dan malam di Surga dan salah satu hal mengapa mereka memuji Allah di Surga adalah mereka memuji karena jalan pemeliharaan Allah kepada umat-Nya di bumi ini. Itu adalah satu tema puji-pujian di Surga. Kita memuji Allah Tritunggal karena keindahan-Nya, karena sifat-sifat-Nya, karena Pribadi-Nya, tetapi juga karena jalan-jalan-Nya. 

Karena kita akan memuji di Surga seperti itu, maka John Flavel mengatakan “Karena itu biarlah anak-anak Tuhan di ranjang menjelang kematiannya menyamakan frekuensi hati dan lidahnya di bumi ini dengan apa yang kita akan masuki nanti.” Menyamakan frekuensi, Saudara-saudara tune-in mencari frekuensi yang tepat di dalam radio itu. Kita di sana akan memuji, bersyukur siang dan malam dan salah satu temanya adalah providence of God. Saat-saat di mana detik kematian itu, biarlah kita menyamakan hati dan mulut kita. 

Hati dan mulut kita memuji dan mengingat pemeliharaan Allah bagi umat-Nya. Ingatlah providence sebelum mati dan itu akan membangkitkan api ucapan syukur yang keluar dari hati dan bibir kita. Dan ketika kita mati, dan begitu kita bangkit lagi dalam kekekalan, kalimat yang sama, syukur dan pujian yang sama sekarang muncul di Surga. Luar biasa. Lihat bagaimana orang Puritan melihat secara detail apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup kita dan disesuaikan dengan Firman. 

Anak-anak Tuhan akan meneruskan nyanyian itu, nyanyian yang diucapkan di ranjang kematiannya dan begitu dia terbuka matanya dia meneruskan nyanyian yang sama. Mengapa kita perlu merenungkan providence sekarang? Itu adalah salah satu kegunaan yang paling berguna yang dapat kita lakukan untuk menguatkan iman dan membuat kematian kita manis adanya, the art of dying well. Saya percaya khotbah pada pagi hari ini kita dengar dari hambanya John Flavel, mungkin sebentar lagi Saudara lupakan tetapi ketika hari sekarat itu muncul, Tuhan akan ingatkan Saudara dan saya. Dan itu akan menguatkan iman kita pada waktunya. Tuhan sudah memberikan jalan yang indah di depan apapun saja yang terjadi di dalam hidup kita. CARA KERJA PEMELIHARAAN ALLAH
Next Post Previous Post