KOLOSE 2:6-8;YOHANES 15:2 (BERAKAR, BERTUMBUH DAN BERBUAH)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Kolose 2:6-8 - “(6) Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. (7) Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. 
KOLOSE 2:6-8
Gadget, health, education, otomotif
Ini merupakan kewajiban orang Kristen yang sejati. Ini ditunjukkan oleh kata-kata dalam ay 6a: “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita”. 

Jadi, orang kristen yang sejati adalah orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Untuk orang-orang seperti itu maka ada kewajiban-kewajiban sebagai berikut: 

1) Maju dalam iman / kerohanian (Kolose 2: 6-7). 

Ay 6b-7: “(6b) Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. (7) Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”. 

a) Tetap di dalam Kristus (ay 6b). 

Calvin mengatakan bahwa tak ada gunanya bagi seseorang untuk menerima Kristus kalau ia tidak tetap di dalam Kristus. Dan karena adanya rasul-rasul palsu dengan ajaran-ajaran sesatnya, maka Petrus lalu menambahkan supaya mereka bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepada mereka. Tetapi ingat, bahwa hal ini hanya benar kalau apa yang mereka terima dari semula itu memang merupakan ajaran yang benar. Bdk. Galatia 1:6-9. Contoh: Kakak saya dulu theologianya bagus, tetapi sekarang amburadul! 

Tetapi akan sangat berbeda bagi orang-orang yang dari semula menerima ajaran yang salah / sesat! Yang ini justru tidak boleh berpegang teguh pada apa yang dulu telah diajarkan kepadanya. 

b) Dibangun di atas Dia dan bertambah teguh dalam iman (ay 7a). 

Perlu diperhatikan bahwa ini merupakan kewajiban bagi orang Kristen! Kalau seseorang belum Kristen, tidak mungkin ia bisa diteguhkan / bertumbuh dalam iman. Ini perlu dicamkan oleh para hamba Tuhan, pengurus persekutuan, majelis dan sebagainya. Mereka perlu tahu jemaat mereka berada dimana secara rohani. Kalau jemaat mereka masih belum percaya (masih orang kristen KTP), maka adalah sia-sia untuk menumbuhkan mereka. Mereka harus diinjili lebih dulu. Kalau jemaat itu sudah Kristen, maka barulah mereka diajar supaya bertumbuh. 

Orang kristen tidak boleh merasa cukup dalam hal rohani / menjadi statis dalam hal rohani. Ini berlaku dalam hal: 

1. Pengetahuan firman Tuhan. 

Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan”. 

KJV: “Cease, my son, to hear the instruction that causeth to err from the words of knowledge” (= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran yang menyebabkan kita menyimpang dari kata-kata pengetahuan). 

NIV: “Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan). 

NASB: “Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan). 

Bdk. Ibrani 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat”. 

Bdk. 1Korintus 3:1-2 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya”. 

Dalam persoalan tetap di dalam Tuhan, dan bertumbuh dalam pengetahuan, kita harus waspada terhadap ajaran sesat, dan ini ditekankan dalam ay 8. 

Kolose 2: 8: “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. 

Calvin menafsirkan bahwa istilah ‘filsafat’ di sini menunjuk pada semua ajaran palsu yang keluar dari kepala / pikiran manusia, tak peduli betapa masuk akalnya hal tersebut. 

Sifat-sifat dari filsafat yang kosong dan palsu itu: 

a) Bisa ‘menawan’ (ay 8). 

Ini menunjukkan bahwa sekali seseorang terkena ajaran sesat, ia tidak mudah dilepaskan dari kesesatan itu, karena ajaran sesat itu menawan dia. 

Contoh: saya sangat sering berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan bagaimanapun saya hancurkan argumentasi mereka, mereka tetap tak bertobat! 

b) Sekalipun filsafat itu disebut ‘kosong dan palsu’ tetapi itu tidak berarti bahwa filsafat itu terlihat jelas sebagai kebodohan atau dusta! Ini terlihat dari: 

1. Menggunakan ‘kata-kata yang indah’ (ay 4). 

NIV: ‘fine-sounding argument’ (= argumentasi yang kedengarannya indah / bagus). 

NASB: ‘persuasive argument’ (= argumentasi yang meyakinkan). 

Jadi maksudnya adalah argumentasi yang kuat dan meyakinkan. 

Contoh: 

a. Saksi Yehuwa mengatakan: “Mana ada anak yang umurnya sama tuanya dengan bapanya?”. Ini mereka gunakan untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak mungkin sama kekalnya dengan Bapa. 

b. Saksi Yehuwa juga mengatakan: “Seseorang tak akan menyiksa anjing gila, tetapi hanya membunuhnya”. Ini mereka gunakan untuk menegaskan bahwa tidak ada neraka. 

2. ‘tampaknya penuh hikmat’ (ay 23). 

Jadi, filsafat ini kelihatannya bijaksana. 

Contoh: dalam Gereja Roma Katolik hamba Tuhan dilarang untuk menikah. Alasannya supaya bisa berkonsentrasi dalam pelayanan. Tetapi bagaimanapun tak ada dasar Alkitab untuk melarang hal itu! 

c) Tetapi, bagaimanapun hebatnya ajaran itu, tetap disebut filsafat yang kosong dan palsu karena: 

1. Filsafat itu merupakan ajaran yang hanya berdasar pada ‘ajaran turun temurun’ dan ‘roh-roh dunia’ (ay 8). 

a. ‘ajaran turun temurun’. 

NASB: ‘the tradition of men’ (= tradisi manusia). 

NIV: ‘human tradition’ (= tradisi manusia). 

Misalnya, pada umumnya orang Kristen mempercayai bahwa cerai itu mutlak dilarang dalam sikon apapun. Padahal Mat 19:9 dan Mat 5:32 memberikan ‘zinah’ sebagai perkecualian. 

Matius 5:32 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah”. 

Matius 19:9 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’”. 

b. ‘roh-roh dunia’. Ini salah terjemahan. 

NASB: ‘the elementary principles of the world’ (= prinsip-prinsip dasar dari dunia). 

NIV: ‘the basic principles of this world’ (= prinsip-prinsip dasar dari dunia ini). 

Menurut saya, theologia kemakmuran termasuk di sini. Ini theologia yang sangat duniawi dan memalukan! 

2. ‘Tidak menurut Kristus’ (ay 8). 

Jadi, tidak pernah diajarkan oleh Yesus dan tidak pernah ada dalam Kitab Suci. 

Kitab Suci memang harus selalu menjadi standard untuk menentukan apakah suatu ajaran itu benar atau salah / sesat! Tidak ada standard lain! 

Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”. 

Dari semua ini bisalah disimpulkan bahwa kita tidak boleh menerima / percaya pada ajaran, yang sekalipun kelihatannya bijaksana dan disertai argumentasi yang meyakinkan, tetapi tidak berdasarkan Kitab Suci! 

2. Kehidupan doa / saat teduh. 

Doa dan Firman harus ada dalam hidup orang Kristen secara seimbang. Tanpa pengetahuan firman yang baik orang Kristen akan salah dalam berdoa. Dan tanpa doa, kita tidak bisa maju dalam pengetahuan atau ketaatan pada firman. 

3. Kasih dan iman kepada Tuhan. 

Tak cukup kita maju dalam pengetahuan intelektuil tentang Allah / Yesus. Kita harus maju dalam kasih dan iman kepada Dia. 

Kolose 2: 7: “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”. 

Sedangkan tentang kasih kepada Allah, kita diwajibkan mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (Matius 22:37), dan ini tak akan bisa kita lakukan dengan sempurna, Karena itu kita harus terus berjuang untuk meningkatkan kasih kita kepada-Nya. 

2) Kita harus berbuah. 

a) Tuhan sangat menginginkan, bahkan menuntut, adanya buah dalam kehidupan kita. Ini terlihat dari: 

1. Matius 3:8,10 - “(8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. ... (10) Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api”. 

2. Yohanes 15:2 - “Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah”. 

3. Lukas 13:6-9 - “(6) Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ‘Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. (7) Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! (8) Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, (9) mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!’”. 

b) Yang disebut dengan buah, bisa berupa: 

1. Pengudusan. 

Galatia 5:22-23 - “(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”. 

Matius 3:8 - “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan”. 

Buah dalam arti pengudusan ini tak bisa lepas dari firman Tuhan dan doa. Tanpa kedua hal itu, jangan berharap untuk mengeluarkan buah dalam arti pengudusan. 

Apakah saudara maju dalam pengudusan, atau setidaknya, apakah saudara berusaha untuk maju dalam pengudusan? Ingat bahwa hanya ada 2 pilihan bagi saudara: maju dalam iman / kerohanian, atau tersesat! 


2Petrus 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”. 

2. Pelayanan. 

Buah juga bisa menunjuk pada hasil pelayanan. 

1Korintus 9:1 - “Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan?”. 

Buah dalam arti hasil pelayanan hanya bisa dihasilkan kalau kita melayani di tempat yang sesuai kehendak Tuhan, dengan cara yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dengan motivasi yang benar, dengan usaha mati-matian, dan sebagainya. Ini juga tidak mungkin bisa dihasilkan terlepas dari firman Tuhan dan doa! 

Kesimpulan: 

Kita hanya bisa bertumbuh dan berbuah, kalau kita belajar firman, banyak berdoa, dan berjuang mati-matian. Maukah saudara melakukannya? Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian. 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post