EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 1-3

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 1-3
Pendahuluan

1) Siapa penulis dari Injil Yohanes?

Menurut Injil Yohanes sendiri, penulis Injil Yohanes ini adalah ‘murid yang dikasihi oleh Yesus’ (Yohanes 21:20,24). Bandingkan juga dengan Yohanes 13:23-25 18:15-16 19:26-27 20:3,4,8 21:7.

Dari istilah ‘murid yang dikasihi oleh Yesus’ maka kita bisa menarik kesim-pulan, bahwa penulis Injil Yohanes ini adalah salah satu dari 3 murid yang terdekat dengan Yesus, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Bahwa ketiga orang ini adalah murid-murid yang terdekat dengan Yesus terlihat dari beberapa peristiwa dimana Yesus hanya membawa ketiga murid ini (Mat 17:1 Lukas 8:51 Matius 26:37).

Dari Yohanes 20:3,4,8 & 21:20,24 jelas terlihat bahwa ‘murid yang dika­sihi Yesus’ itu dibedakan dari Petrus, dan karena itu ia jelas bukan Petrus.

Yakobus mati dalam Kis 12:2 sehingga tidak mungkin menjadi penulis Injil Yohanes, yang terlihat jelas ditulis pada kira-kira akhir abad pertama.

Karena itu, satu-satunya kemungkinan yang tersisa: Yohaneslah penu­lis dari Injil Yohanes ini.

Perhatikan bahwa Yohanes adalah seorang penjala ikan (Mat 4:21-22), dan seorang yang tidak terpelajar (Kis 4:13), tetapi ia bisa dipakai oleh Allah untuk menuliskan sebagian dari Kitab Suci (bukan Injil Yohanes saja, tetapi juga 3 buah surat Yohanes, dan surat Wahyu)!

Penerapan:

Kalau Tuhan menyuruh saudara melayani dalam sesuatu hal, apakah sauda-ra sering menolak dengan alasan bahwa saudara adalah orang bodoh / tak terpelajar yang tidak mampu melayani Tuhan dalam hal apapun? Ingatlah bahwa kemampuan diberikan oleh Allah (2Kor 3:5 Fil 4:13). Yang penting adalah apakah saudara mau atau tidak untuk menyerahkan diri untuk dipakai oleh Allah! Kalau saudara mau menyerahkan diri untuk dipakai oleh Allah, maka sama seperti Allah bisa memakai rasul Yohanes, Iapun bisa memakai saudara di tempat yang dikehendakiNya!

2) Apa tujuan penulisan Injil Yohanes ini?

Tujuan utama penulisan Injil Yohanes tertulis dalam Yoh 20:30-31, yaitu supaya orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias / Kristus dan Anak Allah, dan oleh iman kepada Yesus mereka beroleh hidup yang kekal!

Ada 2 penafsiran tentang penterjemahan dari Yohanes 20:30-31 ini:

That you may believe (= supaya kamu percaya).

Penafsiran pertama ini mengatakan bahwa tujuan rasul Yohanes ialah: supaya orang yang belum percaya kepada Kristus menjadi percaya.

That you may continue to believe (= supaya kamu tetap / terus percaya).

Penafsiran kedua ini mengatakan bahwa tujuan Injil Yohanes adalah untuk menjaga supaya orang yang sudah percaya kepada Yesus tidak menjadi sesat, tetapi tetap percaya kepada Yesus.

Pada saat itu memang ada beberapa ajaran sesat yang menolak keilahian Yesus, yang berusaha menyesatkan orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus:

a) Gnosticism.

Gnosticism ini mengajarkan sebagai berikut: Pada mulanya ada Allah dan matter (= zat / bahan / materi). Matter ini sudah ada sejak kekal, dan merupakan bahan mentah dari mana dunia / alam semesta diciptakan. Matter itu cacat dan tidak sempurna, sedangkan Allah itu adalah roh yang murni dan sempurna, dan karena itu Allah tidak bisa menyentuh matter. Karena itu, maka Allah tidak bisa menciptakan segala sesuatu.

Allah lalu mengeluarkan serangkaian / serentetan emanations (= emanasi / sesuatu yang keluar dari suatu sumber). Tiap emanasi makin jauh dari Allah, dan makin sedikit tahu tentang Allah. Sampai setengah jalan dari rangkaian emanasi itu, terdapat suatu emanasi yang sama sekali tidak kenal Allah. Selanjutnya ada emana­si yang bukan hanya tidak kenal Allah, tetapi juga memusuhi Allah. Pada akhir dari rangkaian emanasi itu, terdapat suatu emanasi yang sama sekali tidak mengenal Allah, dan juga memusuhi Allah secara total. Emanasi ini bisa menyentuh matter dan men­ciptakan alam semesta.

Lalu ajaran ini mengatakan bahwa emanasi itu adalah Yesus!

Apa yang bisa kita pelajari dari sini? Yang bisa kita pelajari adalah bahwa manusia tidak bisa mengenal Allah dengan benar, tanpa terang / pimpinan Roh Kudus dan Kitab Suci / Firman Tuhan! Gnosticism ini dilatar-belakangi oleh filsafat Yunani. Ahli-ahli filsafat itu adalah orang yang sangat pandai / ber-IQ tinggi! Tetapi, tanpa terang dan pimpinan Roh Kudus, dan tanpa Firman Tuhan, lihatlah ajaran yang bagaimana yang mereka hasilkan!

Karena itu kalau saudara ingin mengenal Allah / mendapatkan kebenaran, banyaklah belajar Kitab Suci / Firman Tuhan, dan banyak-lah berdoa supaya Roh Kudus memimpin saudara untuk bisa menger-tinya dengan benar.

b) Cerinthus.

Cerinthus mengajarkan bahwa Yesus adalah manusia biasa, anak Yusuf dan Maria. Tetapi pada saat baptisan, Kristus turun kepada Ye-sus, tetapi lalu meninggalkan Yesus lagi, sesaat sebelum penyaliban.

Menghadapi ajaran-ajaran seperti ini, yang dikuatirkan bisa menggon-cangkan iman orang kristen terhadap keilahian Kristus, maka Yohanes lalu menuliskan Injil Yohanes ini, dengan tujuan supaya orang-orang kristen itu tetap percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah.

3) Kitab ini ditujukan kepada orang-orang kristen di Efesus dan seki­tarnya.

4) Yohanes 1:1-18 merupakan pendahuluan dari Injil Yohanes.

-o0o-

YOHANES 1:1-2

Yoh 1:1-2 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”.

1) ‘Pada mulanya adalah Firman’ (Yohanes 1: 1).

a) Kata Yunani untuk ‘Firman’ adalah LOGOS [Inggris: Word (= kata); Calvin: speech (= ucapan)].

Adam Clarke berpendapat bahwa kata LOGOS ini tidak boleh diterjemahkan, karena ini merupakan sebuah nama bagi Yesus (sama halnya dengan kata ‘Yesus’, atau ‘Kristus’, yang juga tidak diterjemahkan).

b) Ay 1,14 jelas menunjukkan bahwa Firman itu adalah Yesus.

Ini tidak menunjuk kepada manusia Yesus, tetapi kepada Yesus sebagai Anak Allah!

Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari berhubung dengan sebutan ‘Firman’ bagi Yesus:

1. Kata ‘Firman’ hanya menunjuk kepada Yesus dalam Yohanes 1:1,14 1Yoh 1:1 Wah 19:13 (Catatan: ada yang berpendapat bahwa Luk 1:2 juga termasuk, tetapi saya tidak sependapat dengan ini).

Dalam bagian-bagian Kitab Suci yang lain, kata ‘Firman’ menunjuk pada kata-kata Allah, dan tidak menunjuk kepada Yesus!

A. T. Robertson: “The term LOGOS is applied to Christ only in John 1:1,14 and Rev. 19:13 and 1John 1:1 ‘concerning the Word of life’” (= Istilah LOGOS diterapkan kepada Kristus hanya dalam Yoh 1:1,14 dan Wah 19:13 dan 1Yoh 1:1 ‘tentang Firman hidup’) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 4.

Contoh yang salah: Kej 1:3 banyak diartikan secara salah dengan mengartikan bahwa ‘firman’ adalah Yesus, tetapi sebetulnya kata ‘firman’ di sana hanya menunjuk pada kata-kata Allah.

2. Mengapa Yesus disebut ‘Firman’ / ‘Word’ / ‘Kata’?

a. Karena ‘Word’ / ‘Kata’ berfungsi untuk menyatakan diri kita, pikiran kita, kehendak kita, dan apa yang ada dalam diri kita kepada orang lain. Yesus disebut ‘Word’ / ‘Kata’, karena Ia menyatakan Allah, pikiran Allah, kehendak Allah kepada kita (bdk. ay 18 Mat 11:27 Ibr 1:1).

b. Karena Yesus merupakan subyek utama dalam Kitab Suci, yang merupakan Firman / Kata-kata Allah yang tertulis.

3. Bahwa Yesus disebut ‘Firman’, tidak berarti bahwa Kitab Suci bukanlah Firman!

Ada orang-orang Liberal yang mengatakan bahwa Firman yang sesungguhnya adalah Yesus, bukan sebuah buku (Alkitab)!

Hati-hatilah terhadap orang-orang Liberal seperti itu, yang sea­kan-akan meninggikan Yesus, tetapi pada saat yang sama merendah­kan Kitab Suci! Adalah sesuatu yang omong kosong bahwa kita bisa meninggikan Yesus tetapi merendahkan kata-kataNya yang tertulis dalam Kitab Suci!

Perhatikan komentar John Murray tentang E.J. Young (seorang yang mati-matian membela otoritas Kitab Suci sebagai Firman Tuhan) sebagai berikut:

“He knew nothing of an antithesis between devotion to the Lord and devotion to the Bible. He revered the Bible because he revered the Author” (= Ia tidak mengenal pertentangan antara kesetiaan / pembaktian diri terhadap Tuhan dan kesetiaan / pembaktian diri terhadap Alkitab. Ia menghormati Alkitab karena ia menghormati Pengarangnya).

c) Kata-kata ‘pada mulanya’ (ay 1) menunjuk pada kekekalan.

Jadi ay 1 ini menunjukkan kekekalan dari Yesus; Ia sudah ada sebelum inkarnasi (yang dibicarakan dalam ay 14), bahkan sudah ada sebelum penciptaan (yang dibicarakan dalam ay 3).

Leon Morris (NICNT): “John is affirming that the Word existed before creation, which makes it clear that the Word was not created” (= Yohanes menegaskan bahwa Firman itu sudah ada sebelum penciptaan, yang membuat jelas bahwa Firman itu tidak dicipta) - hal 74.

d) ‘adalah’.

A. T. Robertson: “‘Was’ (EN). Three times in this sentence John uses this imperfect of EIMI ‘to be’ which conveys no idea of origin for God or for the LOGOS, simply continuous existence. Quite a different verb (EGENETO, became) appears in verse 14 for the beginning of the Incarnation of the LOGOS” [= ‘adalah’ (EN). Tiga kali dalam kalimat ini Yohanes menggunakan bentuk imperfect dari EIMI ‘to be’ yang tidak menyampaikan gagasan tentang asal mula untuk Allah atau untuk LOGOS, tetapi sekedar / hanya suatu keberadaan yang terus menerus. Suatu kata kerja yang cukup berbeda (EGENETO, ‘menjadi’) muncul dalam ayat 14 untuk permulaan dari inkarnasi dari LOGOS] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 3.

2) ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’ (ay 1).

Ada 3 hal yang diajarkan oleh bagian ini:

a) Yesus sebelum inkarnasi sudahlah merupakan seorang pribadi.

Kata-kata yang diterjemahkan ‘bersama-sama dengan Allah’ dalam bahasa Yunaninya adalah PROS TON THEON, yang secara hurufiah berarti ‘berhadapan muka dengan Allah’, dan ini menunjukkan bahwa Yesus dan Allah adalah 2 pribadi yang berhadapan.

W. Robert Cook: “The phrase PROS TON THEON (with God) has the idea of ‘toward’ or ‘face-to-face with,’ giving the picture of two personal beings facing one another and engaging in intelligent discourse” [= Ungkapan PROS TON THEON (dengan Allah) mempunyai gagasan / idee tentang ‘kepada / terhadap’ atau ‘berhadapan muka dengan’, memberikan gambaran tentang 2 pribadi berhadapan satu dengan yang lain dan terlibat dalam percakapan yang cerdas / percakapan yang menggunakan pikiran] - ‘The Theology of John’, hal 49.

Ini sangat penting untuk diperhatikan, supaya kita tidak menganggap bahwa sebelum inkarnasi itu Yesus hanyalah ‘kata-kata Allah’!

b) Ada hubungan intim / persekutuan yang indah antara Yesus / Firman dengan Allah. Ay 2 melanjutkan dengan menunjukkan bahwa hubungan intim / persekutuan yang indah itu sudah ada ‘pada mulanya’ (sejak kekal)! Bdk. Yoh 17:5,24.

Ini membuat kita makin mengerti, mengapa Yesus begitu menderita ketika Bapa meninggalkan Dia ketika Ia ada di kayu salib (Mat 27:46 bdk. Mat 26:37-38). Tetapi Yesus tetap rela mengalami semua ini (terpisah dari BapaNya) supaya saudara bisa dipersatukan dengan Allah!

c) Ada pembedaan antara Yesus / Firman dengan Allah (Bapa).

1. Karena itu kita tidak boleh berkata bahwa Allah Bapa sama dengan Allah Anak! Mereka setingkat, dan mempunyai sifat-sifat yang sama, dan Mereka satu adanya, tetapi Allah Bapa tetap bukanlah Allah Anak.

2. Ini jelas menunjukkan salahnya Sabelianisme.

Ajaran Tritunggal yang benar mengatakan bahwa Allah itu mempun­yai satu hakekat / zat, tetapi 3 pribadi.

Sabelianisme mengajarkan bahwa Allah Tritunggal itu hanya punya 1 pribadi, dengan 3 manifestasi / perwujudan. Jadi mereka berka­ta bahwa yang menjadi Anak, adalah Bapa sendiri. Demikian juga de-ngan yang turun pada hari Pentakosta! 3 manifestasi ini hanya bisa keluar secara bergantian, tidak bisa keluar bersama-sama.

Tetapi Yoh 1:1 mengatakan bahwa ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’, dan ini menunjukkan bahwa Yesus dan Bapa bisa ada pada waktu yang bersamaan! Jadi jelaslah bahwa Sabelianisme itu merupakan ajaran yang salah / sesat, dan harus ditentang!

A. H. Strong mengutip kata-kata Martin Luther: “‘The Word was God’ is against Arius; ‘the Word was with God’ is against Sabellius” (= ‘Firman itu adalah Allah’ menentang Arius; ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’ menentang Sabellius) - ‘Systematic Theology’, hal 329.

Calvin: “it would have been absurd in the Evangelist to say that the Speech was always with God, if he had not some kind of subsistence peculiar to himself in God. This passage serves, therefore, to refute the error of Sabellius; for it shows that the Son is distinct from the Father” (= merupakan sesuatu yang menggelikan dalam diri sang Penginjil untuk mengatakan bahwa Ucapan / Firman itu selalu bersama-sama dengan Allah, jika Ia tidak mempunyai semacam keberadaan yang khas / khusus bagi diriNya sendiri dalam Allah. Karena itu text ini berguna untuk menyangkal kesalahan dari Sabellius; karena text ini menunjukkan bahwa Anak berbeda dari Bapa) - hal 28.

Calvin: “we have demonstrated that that ‘word’ denotes a real hypostasis, or subsistence, in the essence of God” (= kami telah menunjukkan bahwa ‘firman’ itu menunjukkan suatu pribadi, atau keberadaan, yang nyata / sungguh-sungguh, dalam hakekat Allah) - hal 45.

Karena ada orang yang mempertanyakan: mengapa doktrin Allah Tritunggal ini menggunakan istilah ‘zat’ dan ‘pribadi’ yang tidak ada dalam Kitab Suci, maka Calvin memberikan jawab sebagai berikut:

“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God” (= Dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dimaafkan / dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan bebera­pa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana) - hal 28-29.

Sekalipun Bapa, Yesus / Anak, dan Roh Kudus adalah 3 pribadi yang berbeda, tetapi kita tetap mempunyai hanya satu Allah, bukan 3 Allah. Tetapi kita bukan mempunyai Allah yang tunggal secara mutlak, karena Allah yang satu itu mempunyai 3 pribadi.

Gregory Nazianzus mengatakan:

“I cannot think on the one without quickly being encircled by the splendor of the three; nor can I discern the three without being straightway carried back to the one” (= Saya tidak bisa berpikir tentang yang satu tanpa sece­patnya dikelilingi oleh kemegahan / kemuliaan dari yang tiga; dan saya juga tidak bisa melihat pada yang tiga tanpa langsung dibawa kembali kepada yang satu).

3) ‘Firman itu adalah Allah’ (ay 1).

Tadi Yohanes membedakan Yesus / Firman dari Allah. Maka sekarang, supaya Yesus / Firman itu tidak dianggap sebagai sesuatu / seseorang yang lebih rendah dari Allah, Yohanes lalu menambahkan bahwa ‘Firman itu adalah Allah’!

Calvin: “That there may be no remaining doubt as to Christ’s divine essence, the Evangelist distinctly asserts that ‘he is God.’ Now since there is but one God, it follows that Christ is of the same essence with the Father, and yet that, in some respect, he is distinct from the Father. ... As to the unity of the divine essence, Arius showed prodigious wickedness, when, to avoid being compelled to acknowledge the eternal Divinity of Christ, he prattled about I know not what imaginary Deity;1 but for our part, when we are informed that the ‘the Speech was God,’ what right have we any longer to call in question his eternal essence?” (= Supaya tidak ada keragu-raguan yang tersisa berkenaan dengan hakekat ilahi dari Kristus, sang Penginjil secara jelas menegaskan bahwa ‘Ia adalah Allah’. Karena hanya ada satu Allah, maka akibatnya Kristus adalah dari hakekat yang sama dengan Bapa, tetapi dalam hal tertentu, Ia berbeda dari Bapa. ... Berkenaan dengan kesatuan dari hakekat ilahi, Arius menunjukkan kejahatan yang luar biasa, pada waktu, untuk menghindari dari keterpaksaan untuk mengakui keilahian yang kekal dari Kristus, ia mengoceh tentang Allah / keAllahan khayalan yang tidak kami kenal 1; tetapi bagi kita, pada waktu kita diberi informasi bahwa ‘Ucapan / Firman itu adalah Allah’, hak apa yang kita punyai untuk masih mempertanyakan hakekatNya yang kekal?) - hal 29.

1 “That there was I know not what God who had been created, and had a beginning” (= Bahwa di sana ada entah Allah apa yang telah diciptakan, dan yang mempunyai permulaan) - footnote hal 29.

Catatan: sukar untuk menterjemahkan kata-kata ‘I know not’ yang digunakan oleh Calvin di sini. Yang jelas itu menunjukkan bahwa Ia tidak mengakui adalah Allah semacam demikian (Allah yang dicipta dan yang mempunyai permulaan).

Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa Yesus adalah Allah, tetapi ayat ini justru bisa dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah.

Serangan Saksi Yehuwa:

Mereka menggunakan Yoh 1:1 dalam bahasa Inggris yang berbunyi seba­gai berikut: “In the beginning was the Word, and the Word was with (the) God, and the Word was God”.

Mereka mengatakan bahwa kata ‘God’ yang pertama mempunyai definite article (dalam bahasa Inggris biasanya diterjemahkan sebagai ‘the’), dan ini menurut mereka betul-betul menunjuk kepada Allah / Yehuwa. Tetapi kata ‘God’ yang kedua tidak mempunyai definite article dan karena itu seharusnya diterjemahkan sebagai ‘a god’ (= suatu allah), dan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’!

Jawaban terhadap serangan Saksi Yehuwa ini:

a) Terjemahan yang benar memang adalah ‘the Word was God’ (= Firman itu adalah Allah).

A. T. Robertson: “‘And the Word was God (KAI THEOS EN HO LOGOS). By exact and careful language John denied Sabellianism by not saying HO THEOS EN HO LOGOS. That would mean that all of God was expressed in HO LOGOS and the terms would be interchangeable, each having the article. The subject is made plain by the article (HO LOGOS) and the predicate without it (THEOS) just as in John 4:24 PNEUMA HO THEOS can only mean ‘God is spirit,’ not ‘spirit is God.’ So in 1John 4:16 HO THEOS AGAPE ESTIN can only mean ‘God is love,’ not ‘love is God’ ... So in John 1:14 HO LOGOS SARX EGENETO, ‘the Word became flesh,’ not ‘the flesh became the Word.’” [= Dan Firman itu adalah Allah (KAI THEOS EN HO LOGOS). Dengan bahasa yang tepat / seksama dan hati-hati Yohanes menyangkal Sabelianisme dengan tidak berkata HO THEOS EN HO LOGOS. Itu akan berarti bahwa seluruh Allah dinyatakan dalam HO LOGOS / the Word / Firman dan istilah-istilah itu akan bisa dibolak-balik, karena masing-masing mempunyai kata sandang. Yang mana yang adalah subyeknya dibuat jelas oleh kata sandangnya (HO LOGOS / the Word / Firman), dan predikatnya tanpa kata sandang (THEOS / God / Allah), sama seperti dalam Yoh 4:24 - PNEUMA HO THEOS, hanya bisa berarti ‘Allah adalah Roh’, bukan ‘Roh adalah Allah’. Demikian juga dalam 1Yoh 4:16 - HO THEOS AGAPE ESTIN, hanya bisa berarti ‘Allah adalah kasih’, bukan ‘kasih adalah Allah’ ... Demikian juga dalam Yohanes 1:14 - HO LOGOS SARX EGENETO, ‘Firman telah menjadi daging’, bukan ‘daging telah menjadi Firman’.] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 4-5.

Leon Morris (NICNT): “The difficulty about the construction is the absence of the article with THEOS. Strachan says dogmatically, ‘the word THEOS has no article, thus giving it the significance of an adjective.’ But this is too simple. How else in Greek would one say, ‘the Word was God’? And, as Westcott says, an article would equate THEOS and LOGOS, and would be ‘pure Sabellianism’. Had this been John’s meaning he could not have said ‘the Word was with God’. The true explanation of the absence of the article appears to be given by E. C. Colwell, who has shown that in the New Testament definite nouns which precede the verb regularly lack the article (JBL, LII, 1993, pp. 12-21). On this verse he comments: ‘The absence of the article does not make the predicate indefinite or qualitative when it precedes the verb; it is indefinite in this position only when the context demands it. The context makes no such demand in the Gospel of John (op. cit., p. 21)” [= ] - hal 77, footnote.

Ada yang menterjemahkan ‘the Word is divine’ (= Firman itu ilahi / bersifat ilahi).

Leon Morris (NICNT): “Moffatt renders, ‘the Logos was divine’ ... While this English probably means much the same as does that of ARV the emphasis is different, ... John is not merely saying that there is something divine about Jesus. He is affirming that He is God, and doing so emphatically as se wee from the word order in the Greek” (= Moffatt menterjemahkan: ‘sang Logos itu ilahi / bersifat ilahi’ ... Sekalipun ini artinya mungkin sama seperti terjemahan dari ARV, tetapi penekanannya berbeda, ... Yohanes tidak semata-mata berkata bahwa ada sesuatu yang bersifat ilahi tentang Yesus. Ia sedang menegaskan bahwa Ia adalah Allah, dan ia melakukannya dengan begitu menekankan seperti kita lihat dari susunan / urut-urutan katanya dalam bahasa Yunani) - hal 76-77.

Leon Morris (NICNT): “The Greek is THEOS EN HO LOGOS. The adjective ‘divine’ would be THEIOS. This word was available and it is found in the New Testament (e.g. Acts 17:29; 2Pet. 1:3). But Godet thinks that the use of this term of the Logos would denote ‘a quasi-divinity, a condition intermediate between God and the creature’. John is not affirming this, but full deity of the Logos. Abbott points out that it is more common to have an adjective than a noun in this position (1994a; he cites 6:60), which makes John’s use of the noun all the more significant” [= Bahasa Yunaninya adalah THEOS EN HO LOGOS. Kata sifat ‘ilahi’ adalah THEIOS. Kata ini tersedia dan itu ditemukan dalam Perjanjian Baru (contoh Kis 17:29; 2Pet 1:3). Tetapi Godet berpikir bahwa penggunaan dari istilah LOGOS ini menunjukkan ‘suatu keillahian yang tidak benar / hanya kelihatannya, suatu keadaan di tengah-tengah antara Allah dan makhluk ciptaan’. Yohanes tidak sedang menegaskan ini, tetapi kealllahan penuh dari LOGOS. Abbott menunjukkan bahwa adalah lebih umum untuk mendapatkan / mempunyai suatu kata sifat dari pada suatu kata benda dalam posisi ini (1994a; ia mengutip 6:60), yang membuat penggunaan kata benda oleh Yohanes makin berarti / penting] - hal 77, footnote.

b) Ada beberapa ayat dalam Kitab Suci yang secara explicit menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, dan dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), sehingga seharusnya diterjemahkan ‘the God’.

Yoh 20:28, Tit 2:13, Ibrani 1:8, dan 1Yoh 5:20, secara explicit menyebut Yesus sebagai Allah, dan dalam keempat ayat ini, kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article (Inggris: the).

Untuk kata ‘Allah’ dalam:

1. Yohanes 20:28 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.

2. Tit 2:13 digunakan kata bahasa Yunani TOU THEOU.

3. Ibr 1:8 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.

4. 1Yoh 5:20 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.

dimana kata HO dan TOU adalah defi­nite article. Karena itu jelaslah bahwa kata itu tidak bisa diterjemahkan ‘a god’, tetapi seharusnya diterjemahkan ‘the God’.

Sebetulnya ada satu ayat lagi yang menyebut Yesus sebagai ‘the God’, yaitu Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

Tetapi dalam Kitab Suci Indonesia ayat ini salah terjemahan karena kata ‘Anak’ itu sebetulnya tidak ada.

KJV: ‘Take heed therefore unto yourselves, and to all the flock, over the which the Holy Ghost hath made you overseers, to feed the church of God, which he hath purchased with his own blood’ (= Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri, dan seluruh kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu penilik, untuk memberi makan gereja Allah, yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).

Dengan demikian kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada Yesus (karena ada kata ‘darah’), dan sekaligus menunjuk kepada kata ‘Allah’ (yang saya garis bawahi).

Dan kata ‘Allah’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah TOU THEOU (= ‘the God’). Dengan demikian di sini ada satu ayat lagi yang menyatakan Yesus sebagai ‘the God’.

Kalau Yoh 1:1 diterjemahkan ‘the Word was a god’ (= Firman itu adalah suatu allah), itu akan bertentangan dengan Yoh 20:28, Kis 20:28, Tit 2:13, Ibr 1:8 dan 1Yoh 5:20. Bagaimana mungkin Kitab Suci di bagian yang satu menyebut Yesus sebagai ‘a god’ dan di bagian yang lain menyebut Yesus sebagai ‘the God’?

Kalau saudara sudah mengetahui bahwa Yesus adalah Allah, bagaimana sikap saudara terhadapNya? Maukah saudara mencari Dia, mengasihi Dia, mentaati Dia, melayani Dia, meninggikan / memuliakan Dia, dan mengutama-kan Dia di atas segala sesuatu?

-o0o-

YOHANES 1:3-9

Yohanes 1: 3-5:

1) Yohanes 1: 3: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.

a) Ay 3a: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia”.

Ini menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu adalah Pencipta (bdk. Kol 1:16 Ibr 1:2).

Calvin: “Having affirmed that ‘the Speech is God,’ and having asserted his eternal essence, he now proves his Divinity from his works” (= Setelah menegaskan bahwa ‘Ucapan / Firman itu adalah Allah’, dan setelah menegaskan hakekatNya yang kekal, sekarang ia membuktikan keilahianNya dari pekerjaanNya) - hal 29.

Jamieson, Fausset & Brown: “‎To blunt the force of this, it is alleged that the word ‘by’ (‎dia) ‘by him’ here means no more than ‘through,’ or ‘by means of’ - in the sense of subordinate instrumentality, not efficient agency. But this same preposition is once and a sin used in the New Testament of God’s own efficient agency in the production of all things. Thus, Rom 11:36, ‘Of Him’ (‎ex) - as their eternal Source - ‘and through Him’ (‎di' ‎‎autou) - by His efficient Agency - ‘and to Him’ (‎eis) - as their last End - ‘are all things.’ And in Col 1:16 the creation of all things - in the most absolute sense and in the way of efficient agency - is ascribed to Christ: ‘For by Him (‎en ‎‎autoo) were created all things’ (‎ta ‎‎panta) - that is, the entire universality of created things, as the all - comprehensive details that follow are intended to show - ‘whether they be thrones, or dominions, or principalities, or powers: all things were created by Him and for Him’ (‎ta ‎‎panta ‎‎di' ‎‎autou ‎‎kai ‎‎eis ‎‎auton ‎‎ektistai). See also Heb 1:10-12, where creation, in the most absolute sense, is ascribed to Christ” (= belum diterjemahkan).

b) Ay 3b: “dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.

Kalimat ini kelihatannya mengulangi secara berlebihan apa yang sudah dinyatakan dalam ay 3a, tetapi sebetulnya tidak demikian.

Calvin: “This is not a faulty redundancy, ... as it appears to be; for as Satan endeavours, by every possible method, to take any thing from Christ, the Evangelist intended to declare expressly, that ‘of those things which have been made’ there is no exception whatever” (= Ini bukan kalimat kelebihan yang salah, ... seperti kelihatannya; karena Setan berusaha, dengan setiap cara yang memungkinkan, untuk mengambil sesuatu dari Kristus, sang Penginjil bermaksud untuk menyatakan secara explicit, bahwa ‘dari hal-hal yang telah dibuat / dicipta itu’ tidak ada perkecualian apapun) - hal 31.

Jadi, kalau ay 3a menunjukkan secara positif, maka ay 3b menunjukkan secara negatif, bahwa Yesus adalah Pencipta dari segala sesuatu.

Dan semua ini menunjukkan bahwa segala sesuatu di luar diri Allah adalah tidak kekal, karena semuanya dicipta.

Ini juga secara implicit menunjukkan bahwa Yesus (= yang mencipta) bersifat kekal, karena Ia sendiri tidak dicipta.

2) Yohanes 1: 4-5:

a) ‘Dalam Dia ada hidup’ (Yohanes 1: 4).

‘Hidup’ di sini menunjuk pada hidup kekal atau hidup secara rohani, dan dipertentangkan / dikontraskan dengan kebinasaan dan hukuman (bdk. Yoh 3:16,36 5:24,29 10:28).

Dalam arti seperti itulah dikatakan bahwa ‘dalam Yesus ada hidup’. Jadi, hanya dalam Yesus ada hidup kekal / hidup rohani. Di luar Yesus hanya ada kebinasaan dan hukuman!

Karena itu renungkanlah: sudahkah saudara ada di dalam Yesus? Atau saudara sekedar ada di dalam gereja? Ingat bahwa orang yang ada di dalam gereja, tetapi di luar Yesus, tetap akan binasa dan dihukum!

b) ‘Hidup itu adalah terang manusia’ (ay 4).

Artinya: Firman itu, yang adalah hidup, juga adalah terang manu­sia.

· Yohanes sering menghubungkan Yesus dengan terang (bdk. 8:12 9:5 12:36,46), karena Yesus memang menyinari, menerangi dan menga­rahkan manusia (ay 5,9). Yesus adalah wahyu / penyataan Allah untuk semua manusia.

· Secara implicit ini menunjukkan bahwa tanpa Kristus, atau di luar Kristus, manusia pasti akan tersesat! (bdk. 11:9-10 12:35).

· Tetapi mereka yang percaya / ikut Yesus menjadi anak-anak terang (12:36,46).

c) ‘Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak me-nguasainya’ (ay 5).

· Sama seperti terang, maka kegelapan di sini berarti kegelapan secara rohani. Ini menunjuk kepada manusia yang digelapkan oleh dosa dan ketidakpercayaan.

· ‘menguasainya’.

NIV: understood (= mengerti).

Footnote NIV: overcome (= menguasai).

NASB: comprehend (= mengerti).

Footnote NASB: overpower (= menaklukkan).

RSV: overcome (= menguasai).

KJV/NKJV: comprehended (= mengerti).

Kata Yunani yang dipakai adalah KATELABEN, yang memang bisa berarti ‘mengerti’, ‘menguasai’, ‘mengalahkan’, ‘memadamkan’.

William Hendriksen mengambil arti ‘mengerti’, bukan ‘menguasai / memadamkan’, dengan alasan bahwa ay 5b, ay 10b, dan ay 11b me-rupakan suatu paralel:

-ay 5b: kegelapan tidak .........

-ay 10b: dunia tidak mengenalNya.

-ay 11b: orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.

Kalau titik-titik pada ay 5 di atas diisi dengan ‘menguasai / memadam-kan’, maka itu akan merusak paralel tersebut, karena tidak cocok dengan kata ‘mengenal’ dan ‘menerima’. Sebaliknya, kalau diisi dengan ‘mengerti’, maka akan menjadi suatu paralel.

Calvin juga mengambil arti ‘mengerti’ dan mengatakan bahwa bagian ini menunjukkan Total Depravity (= kebejatan total) pada manusia, karena manusia membutuhkan bantuan Allah untuk bisa mengerti Kristus!

Yohanes 1: 6-9:

1) Yang dimaksud dengan ‘Yohanes’ di sini bukanlah rasul Yohanes, tetapi Yohanes Pembaptis.

2) Yohanes 1: 7:

a) Tugas Yohanes Pembaptis adalah menjadi saksi tentang Terang / Yesus, supaya semua orang menjadi percaya kepada Yesus.

Penerapan:

· Semua orang kristen, dan semua hamba Tuhan, mempunyai tugas yang sama dengan tugas Yohanes Pembaptis, yaitu membawa orang kepada Kristus!

Gereja yang tidak menekankan pentingnya untuk membawa orang kepada Kristus, jelas adalah gereja yang tidak alkitabiah / injili, dan sebetulnya tidak lagi bisa disebut sebagai gereja!

· kalau kita kita bersaksi tentang terang, maka perlu kita ingat bahwa makin gelap suatu tempat, makin terang itu dibutuhkan di tempat itu! Karena itu janganlah takut bersaksi kepada orang-orang yang hidup-nya bejad, atau yang kelihatannya tidak bakal mau percaya kepada Yesus. Ingatlah bahwa pertobatan mereka tidak tergantung pada diri saudara maupun orang itu sendiri, tetapi tergantung Roh Kudus!

· Tujuan bersaksi adalah: supaya orang percaya kepada Yesus.

Karena itu, dalam bersaksi / memberitakan Injil janganlah mem­punyai motivasi untuk membawa orang kepada diri saudara sendiri (khusus-nya kalau saudara adalah hamba Tuhan atau guru sekolah minggu), atau supaya gereja saudara menjadi besar, atau supaya kristen menjadi golongan yang mayoritas, atau supaya saudara kelihatan pandai / rohani dsb.

b) Yohanes Pembaptis melakukan tugasnya dengan baik, dan dalam pela-yanannya ia bukan hanya selalu meninggikan Kristus, tetapi ia bahkan juga merendahkan dirinya sendiri (bdk. Yoh 1:26-27,29-34 3:25-30).

Tetapi sekalipun Yohanes Pembaptis melayani seperti itu, tetap ada ba-nyak orang Yahudi yang terlalu meninggikan Yohanes Pembaptis dan mengiranya sebagai Mesias (1:19-27 bdk. Luk 3:15).

Penerapan:

Kalau hamba Tuhan yang selalu meninggikan Kristus dan merendahkan dirinya sendiri, bisa mendapatkan hasil dimana ia yang ditinggi­kan, maka renungkan apa yang akan terjadi kalau:

· ia meninggikan Kristus, tetapi tidak merendahkan dirinya sendiri.

· ia meninggikan Kristus, dan juga meninggikan dirinya sendiri.

· ia tidak meninggikan Kristus, tetapi meninggikan dirinya sendiri.

Karena itu dalam saudara melayani Tuhan (dalam berkhotbah, menga­jar, Pemberitaan Injil pribadi, diskusi dsb), ingatlah selalu untuk meninggikan Kristus dan merendahkan diri saudara sendiri. Jangan menunjukkan si-kap, atau mengeluarkan kata-kata, yang bertu­juan untuk meninggikan diri saudara sendiri!

c) ‘Supaya semua orang menjadi percaya’.

Yohanes Pembaptis berusaha supaya semua orang menjadi percaya, padahal jelas bahwa tidak mungkin semua orang bisa percaya, karena pada waktu Tuhan ‘memilih’ / melakukan Predestinasi (bdk. Ef 1:4,5,11 Ro 9:6-29 dsb), Ia jelas tidak memilih semua orang!

Ini menunjukkan bahwa dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh memikirkan tentang siapa yang dipilih dan siapa yang tidak dipi­lih. Tugas kita adalah memberitakan Injil kepada semua orang!

Orang yang menganggap bahwa Calvinisme adalah racun karena menjadikan orang tidak memberitakan Injil, adalah orang tolol, karena seseorang bisa saja menjadi seorang Calvinist / Reformed, tetapi tetap memberitakan Injil mati-matian kepada semua orang, dan itulah Calvinist yang sesungguhnya!

Bahwa ada orang yang percaya Predestinasi sehingga lalu tidak memberitakan Injil, itu adalah kesalahan orang itu sendiri, bukan kesalah-an dari ajaran Calvinisme! Kalau ada orang yang setelah mendengar Injil, dan tahu bahwa Kristus sudah membayar semua dosa-dosanya, lalu justru terus menerus hidup dalam dosa, apakah itu berarti bahwa Injil juga adalah racun?

d) Apakah ay 7 ini bertentangan dengan Yoh 5:34?

Tidak, karena dalam ay 7 ini Yohanes Pembaptis bersaksi demi umat manusia. Kesaksian ini memang dibutuhkan oleh manusia. Sedangkan dalam Yoh 5:34 Kristus berkata bahwa Dia sendiri tidak membutuhkan kesaksian manusia.

3) Yohanes 1: 8:

a) Yohanes Pembaptis bukanlah terang itu (bdk. ay 9 - Kristuslah terang yang sesungguhnya).

Tetapi dalam Yoh 5:35 dikatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah ‘peli-ta yang menyala dan bercahaya’. Ini karena Yohanes Pembaptis meman-tulkan terang Kristus (seperti bulan memantulkan terang dari matahari).

Kita juga disebut terang dengan pengertian yang sama (bdk. Mat 5:16 Ef 5:8 Yoh 8:12 12:35,36,46).

b) Dengan kata-kata dalam ay 8 ini rasul Yohanes merendahkan Yohanes Pembaptis ke tempat yang seharusnya. Yohanes Pembaptis tidak boleh ditinggikan sehingga mengaburkan kemuliaan Kristus.

Penerapan:

Hati-hati dengan sikap saudara terhadap hamba Tuhan yang top! Kristus-lah yang harus saudara tinggikan, bukan hamba Tuhan itu!

c) Karena tujuan rasul Yohanes adalah menunjukkan Yesus sebagai Kristus / Anak Allah, maka penting baginya untuk menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis bukanlah Kristus!

Penerapan:

Dalam mengajar, tidak cukup seorang hamba Tuhan hanya mengajarkan ajaran yang benar saja; ia juga harus menunjukkan kesa­lahan dari ajaran yang salah, supaya orang tidak percaya pada ajaran yang salah itu, dan mau percaya pada ajaran yang benar!

4) Yohanes 1: 9: ‘Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia’.

a) Kata-kata ‘sedang datang ke dalam dunia’ menerangkan ‘Terang yang sesungguhnya’, bukan menerangkan ‘setiap orang’.

KJV memberikan terjemahan yang keliru karena menterjemahkan ay 9 sebagai berikut: That was the true light, which lighteth every man that cometh into the world (= Itu adalah terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang yang datang ke dalam dunia).

Hal yang sama dilakukan oleh footnote dari NIV dan NASB.

Sebetulnya, ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya, kata-kata ‘sedang datang ke dalam dunia’ itu memang bisa menerangkan baik ‘terang yang sesungguhnya’ maupun ‘setiap orang’. Karena itu sebetulnya ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya terjemahan KJV itu tidak salah.

Tetapi istilah ‘datang ke dalam dunia’ selalu ditujukan kepada Yesus (3:19 9:39 11:27 12:46 16:28 18:37), dan istilah ini tidak cocok untuk diberikan kepada manusia biasa, karena istilah ini menunjukkan bahwa orang itu mempunyai keberadaan sebelum lahir (pre existence).

Kalau dalam ay 6 dikatakan ‘Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes’, maka perlu saudara ketahui bahwa:

· kata Yunani yang diterjemahkan ‘datang’ di sini berbeda dengan dalam ay 9.

· di sini tidak ada kata-kata ‘ke dalam dunia’.

Jadi ay 6 ini tidak menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis mempunyai pre existence.

b) Kata-kata ‘sedang datang ke dalam dunia’ (ay 9) kelihatannya berten-tangan dengan kata-kata ‘telah ada di dalam dunia’ (Yohanes 1: 10).

Ada 2 cara untuk mengharmoniskan kedua bagian ini:

· Ada yang mengartikan bahwa saat itu Yesus sudah ada dalam dunia (ini yang dimaksud oleh ay 10), dan Ia sedang masuk dalam pela­yananNya (ini yang dimaksud oleh ay 9).

· Ada yang mengatakan bahwa ay 9 menunjuk kepada Yesus yang berin­karnasi sebagai manusia, sedangkan ay 10 menunjuk kepada LOGOS / Anak Allah yang memang maha ada.

c) ‘Yang menerangi setiap orang’.

Yesus menerangi dengan memberitakan Injil / Firman Tuhan.

Ini tidak berarti bahwa setiap orang yang diterangi akan selamat! Bandingkan dengan Ibr 6:4-6. Kata ‘diterangi’ dalam Ibr 6:4 meng­gunakan kata Yunani yang sama dengan kata ‘menerangi’ dalam ay 9 ini. Tetapi jelas bahwa orang-orang dalam Ibr 6 ini tidak selamat! (Catatan: mereka bukan kehilangan keselamatan, tetapi tidak pernah selamat).

Seseorang selamat, bukan karena ia sudah mendengar / mengerti Injil, tetapi karena ia percaya kepada Yesus Kristus, sebagai Juruselamat dan Tuhannya! Sudahkah saudara percaya kepada Yesus?

-o0o-

YOHANES 1:10-14

Yohanes 1: 10-13:

1) Yoahenes 1: 10-11 menunjukkan penolakan terhadap Kristus.

a) Yohanes 1: 10: penolakan oleh dunia.

Kata-kata ‘dunia dijadikan olehNya’ memperberat / memperhebat dosa penolakan mereka! Mereka menolak Pribadi yang menjadikan / mencipta-kan mereka!

b) Yohanes 1: 11: penolakan oleh milik kepunyaanNya.

· Ada yang menganggap bahwa kata-kata ‘milik kepunyaanNya’ menun­juk kepada semua manusia. Kalau demikian maka arti ay 11 menjadi sama seperti ay 10. Tetapi mayoritas penafsir menganggap bahwa kata-kata ‘milik kepunyaanNya’ hanya menunjuk kepada orang-orang Yahudi. Bandingkan dengan Kel 19:5 Ul 7:6 Maz 135:4 Yes 1:2-3 yang menunjukkan bahwa Israel sering disebut sebagai milik Tuhan.

· Kata-kata ‘milik kepunyaanNya’ dan ‘orang-orang kepunyaanNya’ memperberat dosa penolakan mereka.

· Orang-orang Yahudi adalah gereja [visible church (= gereja yang kelihatan)] saat itu. Tetapi mereka menolak Kristus!

Karena itu kalau jaman sekarang ada banyak orang di dalam gereja yang menolak / tidak percaya kepada Kristus, itu bukanlah sesua­tu yang aneh!

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang yang ada di dalam gereja, tetapi di luar Kristus? Ingatlah bahwa keselamatan saudara tidak tergan­tung pada hubungan saudara dengan gereja, Pendeta, dsb, tetapi dengan Kristus sendiri!

2) Yohanes 1: 12-13 menggambarkan orang-orang yang menerima / percaya kepada Kristus.

A) Yohanes 1: 12:

a) Kata ‘tetapi’ pada awal ay 12 (NASB - but; NIV - yet) mengkon­traskan antara orang-orang yang menolak / tidak menerima Kristus dalam ay 10-11 dengan orang-orang yang percaya / menerima Kris­tus dalam ay 12-13. Pengkontrasan seperti ini banyak terdapat dalam Injil Yohanes (bdk. Yoh 3:18 3:36 6:47 & 8:24), dan ini secara jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci memisahkan / membedakan kedua golongan ini.

Bandingkan ajaran Kitab Suci ini dengan kata-kata Pdt. Samuel Tjahyadi, dalam seminar ‘Tuhan Ajarlah Aku’ yang berbunyi:

“Kita tidak cenderung untuk memisah-misahkan antara mereka yang ‘sudah menerima’ dengan yang ‘belum menerima’ Yesus”.

b) ‘Semua orang’.

Yesus / Injil memang ditawarkan kepada semua manusia di dunia, dan siapapun yang percaya kepada Yesus akan selamat / menjadi anak Allah.

Ini bertentangan dengan pandangan orang Yahudi pada saat itu yang beranggapan bahwa hanya orang Yahudilah yang bisa selamat.

Jelas bahwa rasul Yohanes tidak takut untuk mengajarkan / menulis-kan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan umum yang salah! Bagaimana dengan saudara?

c) ‘MenerimaNya’.

· Istilah ‘menerima Yesus’ artinya sama saja dengan ‘percaya kepada Yesus’. Jadi jangan membedakan kedua istilah ini dengan mengatakan bahwa orang tidak cukup hanya percaya kepada Yesus, tetapi juga harus menerima Yesus.

Ingat bahwa dalam Kitab Suci, tidak pernah ada peristiwa dimana seseorang disuruh untuk percaya dan setelah itu meneri­ma / mengundang Yesus. Jelas bahwa ‘percaya’ sama saja dengan ‘menerima / mengundang’ Yesus!

· Yohanes 1: 12 ini, dan juga banyak ayat Kitab Suci yang lain, jelas mene-kankan perlunya percaya / menerima Yesus sebagai satu-satunya jalan melalui mana kita bisa diselamatkan / menjadi anak Allah.



Lagi-lagi bandingkan hal ini dengan kata-kata Pdt. Samuel Tjah-yadi dalam seminar ‘Tuhan, Ajarlah Aku’ yang berbunyi:

“GKI tidak cenderung untuk menggunakan metode ‘menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi’”.

d) ‘DiberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah’.

· Arti: diberi hak untuk menjadi anak Allah.

Jangan mengartikan sebagai berikut: yang menerima Yesus diberi kuasa sehingga bisa memilih, mau jadi anak Allah atau tidak.

· ‘Menjadi anak Allah’.

Ini menunjukkan bahwa sebelum seseorang percaya / menerima Yesus, ia bukan anak Allah, tetapi anak setan (bdk. 1Yoh 3:7-10). Ini perlu ditekankan karena:

* ada banyak orang tidak mau menerima bahwa mereka dilahirkan sebagai anak setan.

* Sekarang ada banyak nabi palsu yang mengajarkan Universal-isme (ajaran yang menganggap bahwa akhirnya semua manusia akan selamat), yang mengatakan bahwa semua manusia, baik percaya Yesus maupun tidak, adalah anak Allah! Ini jelas adalah ajaran sesat!

e) ‘Percaya dalam namaNya’.

Dalam Kitab Suci ‘nama’ seringkali menunjuk pada ‘orangnya’.

Contoh: dalam Maz 5:12b dan Maz 20:2b jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘nama Tuhan / Allah’ adalah Tuhan / Allah sendiri.

Jadi, kalau dalam ay 12 ini dikatakan ‘percaya dalam namaNya’ itu berarti ‘percaya kepada Yesus’.

Percaya ‘tentang Yesus’ adalah sesuatu yang penting (misalnya percaya bahwa Yesus adalah Allah, yang lalu menjadi manusia, mati disalib, bangkit dsb), tetapi ini adalah kepercayaan yang tidak memadai! Saudara juga harus percaya ‘kepada Yesus’!

Maukah saudara mempercayakan hidup saudara yang akan datang (dalam kekekalan) kepada Yesus?

B) Yoahenes 1: 13:

a) Text yang benar:

NASB: who were born not of blood ... [= yang dilahirkan (bentuk jamak) bukan dari darah ...].

Tetapi ada manuscript yang menterjemahkan: who was born not of blood ... [= yang dilahirkan (bentuk tunggal) bukan dari darah ...].

Susunan kalimat ay 12b-13a menjadi: to those who believe in the name of Him who was born not of blood ... (= kepada mereka yang percaya kepada namaNya yang dilahirkan bukan dari darah ...).

Ireneaus, salah seorang bapa gereja, diikuti oleh banyak orang yang lain, menerima bentuk tunggal ini dan menganggap bahwa ay 13 ini menunjuk pada Virgin Birth of Christ (= kelahiran Kristus dari pera-wan).

Tetapi ini adalah sesuatu yang salah karena:

* mayoritas manuscript, juga yang paling kuno, menggunakan bentuk jamak.

* penggunaan bentuk tunggal ini menyebabkan kalimat ay 13 ini jadi aneh / tidak natural.

* kalau dikatakan bahwa bentuk tunggal ini perlu karena kalau tidak, Yohanes tidak pernah berbicara tentang kelahiran Yesus dari perawan, maka jawabannya adalah: Yohanes menekankan keilahi-an Yesus, sehingga tidak jadi soal kalau ia tidak membicarakan kelahiran Kristus. Yohanes tidak perlu mengulang ajaran yang sudah diajarkan oleh Matius dan Lukas.

Jadi jelas bahwa text yang benar adalah who were born dan ini menunjuk pada kelahiran baru dari orang-orang percaya.

b) ‘Bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan laki-laki, melainkan dari Allah’.

Ini menunjukkan bahwa dalam persoalan kelahiran baru, hal-hal jasmani (seperti darah, nafsu sex dsb) sama sekali tidak punya peranan. Kelahiran baru merupakan pekerjaan Allah saja!

Yohanes 1: 14:

1) ‘Firman itu telah menjadi manusia’.

a) ‘Menjadi’.

A. T. Robertson: “John does not here say that the LOGOS entered into a man or dwelt in a man or filled a man. ... What ordinary mother or father ever speaks of a child ‘becoming flesh’? ... Thus John asserts the deity and the real humanity of Christ” (= Di sini Yohanes tidak mengatakan bahwa sang LOGOS masuk ke dalam seorang manusia atau tinggal dalam seorang manusia atau mengisi / memenuhi seorang manusia. ... Ibu dan ayah biasa mana yang pernah berbicara tentang seorang anak ‘menjadi daging’? ... Dengan cara ini Yohanes menegaskan keilahian dan kemanusiaan yang sungguh-sungguh dari Kristus) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 12,13.

Kata ‘menjadi’ bisa digunakan dalam 2 arti:

· kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedang-kan nasinya hilang / tidak ada lagi.

· kalau saya berkata ‘tahun lalu saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan setelah itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta .

Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manu­sia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang (bahkan tidak berkurang sedikitpun), tetapi Ia ketambahan hakekat manusia pada diriNya.

Calvin: “Christ, when he became man, did not cease to be what he formerly was, and that no change took place in that eternal essence of God which was clothed with ‘flesh.’ In short, the Son of God began to be man in such a manner that he still continues to be that eternal Speech who had no beginning” (= Kristus, pada waktu Ia menjadi manusia, tidak berhenti menjadi apa adanya Ia dahulu / sebelumnya, dan bahwa tidak ada perubahan terjadi dalam hakekat Allah itu, yang dipakaiani dengan ‘daging’. Singkatnya, Anak Allah mulai menjadi manusia dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia tetap adalah Ucapan / Firman yang kekal, yang tidak mempunyai permulaan) - hal 46.

b) ‘Manusia’.

NIV/NASB: flesh (= daging).

Kata Yunaninya adalah SARX, yang artinya memang adalah flesh / daging.

Bahwa William Barclay menterjemahkan person (= pribadi) betul-betul adalah sesuatu yang tidak masuk akal!

Dalam tulisan Paulus, kata ‘daging’ sering menunjuk pada keberdosaan kita (misalnya: Gal 5:16,17,19). Tetapi dalam ay 14 ini kata ‘daging’ merupakan synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), dan menunjuk pada seluruh manusia (the whole man), yaitu baik tubuh maupun jiwa / roh (bandingkan dengan Maz 145:21 dimana kata ‘makhluk’ dalam bahasa Ibraninya adalah BASHAR, yang arti sebenarnya adalah ‘daging’).

Calvin: “this is a figure of speech in which a part is taken for the whole; for the lower part includes the whole man” (= ini merupakan gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya; karena bagian yang lebih rendah mencakup seluruh manusia) - hal 45.

Keterangan: Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Kata-kata ‘the lower part’ (= bagian yang lebih rendah) menunjuk kepada kemanusiaan dari Kristus.

Jadi, kalimat ‘Firman telah menjadi daging’ itu tidak boleh diar­tikan seakan-akan Yesus hanya mempunyai tubuh manusia, tetapi tidak mem-punyai jiwa / roh manusia (bandingkan dengan ajaran Apollinarianism di bawah).

Bahwa Yesus mempunyai jiwa / roh manusia terlihat dari:

· Ibr 2:14-17 menunjukkan bahwa dalam segala hal Yesus harus disamakan dengan manusia. Ini jelas menunjukkan Ia harus juga mempunyai jiwa / roh manusia.

Gregory Nazianzus: “For that which is not taken up is not healed” (= karena apa yang tidak diambil tidak disembuhkan).

Cyril of Alexandria: “That which is not assumed is not saved” (= apa yang tidak diambil tidak diselamatkan).

Kedua kalimat di atas ini maksudnya sama. Mereka berkata bahwa pada waktu Anak Allah berinkarnasi, Ia harus mengambil seluruh manu­sia. Kalau ada satu bagian dari manusia yang tidak diambil oleh Kristus, maka bagian itu tidak ditebus dan karena itu tidak disembuhkan / diselamatkan.

Karena itu, Yesus harus mengambil jiwa / roh manusia!

· Mat 26:38-39 menunjukkan bahwa Yesus mempunyai perasaan dan kehendak manusia. Ini jelas menunjuk pada jiwa manusia. Disamping itu, kata ‘hatiKu’ dalam Mat 26:38 seharusnya adalah ‘jiwaKu’!

· Luk 1:80 (NASB): to become strong in Spirit (= menjadi kuat dalam Roh).

· Luk 23:46 (NASB): Father, into Thy hands I commit My spirit (= Bapa, kedalam tanganMu Kuserahkan rohKu).

· Yoh 11:33 (NASB): He was deeply moved in spirit (= Ia sangat tergerak dalam roh).

· Yoh 12:27 - ‘JiwaKu’.

· Yoh 13:21 (NASB): He became troubled in spirit (= Ia menjadi susah dalam roh).

· Yoh 19:30 (NASB): ... gave up His spirit (= menyerahkan rohNya).

c) Ajaran-ajaran sesat dalam persoalan inkarnasi Kristus:

· Docetism.

Nama ini berasal dari kata bahasa Yunani DOKEIN [= to seem to be (= kelihatannya)].

Ajaran ini mengatakan bahwa Yesus cuma kelihatannya saja mempu-nyai tubuh manusia, tetapi sebetulnya itu bukan betul-betul tubuh.

Mengapa ada orang yang bisa mempunyai pandangan seperti itu? Karena mereka dilatarbelakangi oleh filsafat Yunani yang mengang-gap bahwa Allah yang suci / murni tidak bisa menyentuh matter (= zat / bahan).

Mereka percaya bahwa Yesus adalah Allah, dan karena itu mereka beranggapan tidak mungkin Allah itu bersatu dengan tubuh (yang jelas adalah matter). Karena itulah mereka lalu mengatakan bahwa tubuh Yesus bukan betul-betul tubuh.

Yohanes 1: 14 ini, dan juga 1Yoh 4:2-3 jelas menentang Docetism ini.

· Apollinarianism.

Yesus dipercaya sebagai Allah dan manusia, tetapi jiwa / pikiranNya dari LOGOS dan bersifat ilahi.

· Anabaptist.

Ajaran ini mengatakan bahwa Yesus adalah Allah dan Ia juga adalah manusia, baik tubuh maupun jiwa / roh. Tetapi human nature (= hakekat manusia) Yesus ini Ia bawa dari surga. Dengan kata lain Yesus bukan betul-betul anak dari Maria; Ia hanya semacam ‘bayi tabung’ yang made in heaven (= buatan surga) yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, dan lalu dilahirkan oleh Maria.

Ini jelas juga ajaran yang salah / sesat, karena:

* Ini berarti bahwa Yesus bukan betul-betul keturunan Daud, mau-pun Abraham, maupun Adam dan Hawa (bandingkan dengan Ro 1:3 Ro 9:5 Kej 12:3 Kej 3:15).

* Ini berarti Yesus cuma serupa dengan kita, tetapi secara organ­ic sama sekali tidak berhubungan dengan kita, sehingga Ia tidak mungkin menebus kita (bdk. Ibr 2:14-17).

2) ‘Diam di antara kita’ dan ‘kita telah melihat kemuliaanNya’.

a) Kata ‘diam’ dalam bahasa Yunaninya adalah ESKENOSEN, yang arti sebetulnya adalah tabernacled (= berkemah).

Bandingkan dengan Kel 25:8 Kel 40:34 1Raja-raja 8:10 Yoh 2:19.

b) ‘Kita telah melihat kemuliaanNya’.

Kata ‘kita’ seharusnya adalah ‘kami’ karena kalimat ini merupakan kesak-sian Yohanes, yang bersama Yakobus dan Petrus (bdk. 2Pet 16-18), telah melihat bagaimana Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat 17:1-dst).

3) ‘Penuh kasih karunia dan kebenaran’.

Seorang penafsir mengatakan:

“No where do we see more clearly what the grace of God means than in the Word made flesh” (= tak ada tempat dimana kita bisa melihat kasih karunia Allah dengan lebih jelas dari pada di dalam Firman yang menjadi daging) - Leon Morris - NICNT.

Penafsir yang sama melanjutkan:

“The Word is the revelation of truth as well as of grace” (= Firman adalah wahyu / penyataan kebenaran maupun kasih karunia).

-o0o-

YOHANES 1:15-18

Yohanes 1: 15:

1) Setelah rasul Yohanes mengajarkan bahwa Yesus / Firman itu adalah Allah yang bersifat kekal (ay 1-2), dan bahwa Yesus / Firman itu telah menjadi daging / manusia (ay 14), maka sekarang dalam ay 15 ini rasul Yohanes mendukung ajarannya tadi dengan menggunakan kesak­sian Yohanes Pembaptis tentang Tuhan Yesus.

Penerapan:

Kalau kita mengajarkan sesuatu, adalah baik kalau kita bisa mendu­kung ajaran kita dengan menggunakan kata-kata seorang tokoh (ahli theologia / penafsir tertentu, Pendeta yang top dsb). Tetapi pada saat yang sama kita tidak boleh melupakan dukungan ayat Kitab Suci! Ini bahkan lebih penting dari dukungan kata-kata tokoh tersebut, betapapun besarnya dan hebatnya tokoh itu!

2) Kata-kata Yohanes Pembaptis dalam ay 15 itu menunjukkan bahwa sekali-pun Yesus datang setelah Yohanes Pembaptis (ingat bahwa Yohanes Pem-baptis lebih tua 6 bulan dari Yesus), tetapi ditinjau dari sudut keilahianNya Yesus sudah ada sebelum Yohanes.

Yohanes 1: 16:

1) Ini bukan lagi kata-kata Yohanes Pembaptis, tetapi kata-kata rasul Yohanes, dan ini merupakan sambungan dari kata-katanya dalam ay 14. Pada akhir ay 14 ia mengatakan bahwa Yesus itu penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. Sekarang dalam ay 16 ia mengatakan bahwa dari kepenuhanNya itu kita menerima kasih karunia demi kasih karunia.

Ini menunjukkan bahwa kasih karunia / berkat rohani hanya bisa didapatkan kalau kita ada di dalam Kristus.

2) ‘Kasih karunia demi kasih karunia’.

NASB: grace upon grace (= kasih karunia di atas kasih karunia).

Ini menggambarkan bahwa kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus itu seperti gelombang laut, dimana gelombang / ombak yang di bela­kang me-numpuki gelombang / ombak yang di depan secara terus menerus. Karena itu asal kita ada di dalam Kristus, kita tidak akan kekurangan kasih karunia. Dalam keadaan apapun kita berada, dalam susah atau senang, dalam kelim-pahan atau kekurangan, dalam sehat maupun sakit, kasih karunia Allah selalu mencukupi kebutuhan kita (bdk. Maz 23:1 2Kor 12:9).

Yohanes 1: 17:

1) ‘... oleh Musa .... oleh Yesus Kristus’.

Ini adalah terjemahan yang salah!

NIV/NASB: ‘... through Moses ... through Jesus Christ’ (= ... mela­lui Musa ... melalui Yesus Kristus).

a) Mungkin saudara menanyakan: apa bedanya penggunaan kata ‘oleh’ dan ‘melalui’? Kata-kata ‘oleh Musa’ menunjukkan Musa sebagai sumber / pengarang hukum Taurat (dan ini jelas tidak benar, karena Allahlah yang merupakan sumber / pengarang hukum Taurat), sedangkan kata-kata ‘melalui Musa’ menunjukkan Musa hanya sebagai pengantara / alat dari Allah untuk menyampaikan hukum Taurat.

Perlu diketahui bahwa sekalipun pengilhaman (inspiration) dari Allah itu tidak membuang / mem-by pass para penulis Kitab Suci, sehingga kepri-badian, pengetahuan, pengalaman, sifat-sifat dari penulis itu masuk ke dalam tulisannya, tetapi bagaimanapun juga pengilhaman itu menjaga sehingga setiap penulis betul-betul menu­liskan sesuai kehendak Tuhan tanpa ada kesalahan sedikitpun!

Orang-orang Liberal sering terlalu menonjolkan peran manusia dalam penulisan Kitab Suci.

Contoh:

· Pdt. Samuel Tjahyadi mengatakan bahwa Kitab Suci terdiri dari 2 dimensi, yaitu dimensi ilahi dan dimensi manusia. Dalam dimensi manusia inilah Kitab Suci bisa salah!

Keberatan terhadap pandangan ini:

* Kalau kita melihat pada Yesus, yang adalah Firman yang hidup, maka kita juga bisa berkata bahwa Ia terdiri dari 2 dimensi, yaitu dimensi ilahi dan dimensi manusia (Catatan: sebetulnya lebih tepat dikatakan bahwa Ia mempunyai 2 hakekat, hakekat ilahi dan hake-kat manusia). Tetapi Ia tetap bisa hidup suci murni tanpa dosa se-dikitpun, karena keilahianNya menguasai kemanusianNya. Menga-pa kita tak bisa berpikir dengan cara yang sama tentang Kitab Suci yang adalah Firman tertulis? Tidak bisakah Allah yang mahakuasa itu berperan sedemikian rupa sehingga Ia menguasai para penulis itu sehingga bebas dari kesalahan?

* Kalau memang Kitab Suci itu mengandung kesalahan, maka ada-lah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Tuhan melarang kita untuk mengubah, menambahi ataupun mengurangi Kitab Suci (Ul 4:2 Ul 12:32 Amsal 30:6 Mat 5:17-19 Wah 22:18-19). Kalau memang ada kesalahan, bukankah yang salah itu boleh, bahkan harus, di ubah / dibuang?

· Pdt. Robert Setio, B.D., Ph.D. mengatakan sebagai berikut:

“Liputan Kairos tentang proses pembuatan Alkitab dalam edisi bulan Maret yang baru lalu merupakan sumbangan yang berharga bagi umat Kristen di Indonesia (GKI) yang, dalam bayangan saya, jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali mendengar ‘rahasia’ tersebut. Liputan tersebut sekaligus juga merupakan peringatan bagi golongan tertentu yang begitu saja menyamakan Firman Allah dengan Alkitab. Bukankah proses terjadinya Alkitab itu rumit dan melalui seleksi serta penafsiran yang bisa jadi memiliki motif politik / ideologis?” - Majalah Kairos, Mei 1994, hal 5 - surat pembaca.

Perlu dipertanyakan apa dan bagaimana pandangan dia tentang Kitab Suci, sampahkah? Bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan peng-ajaran Kitab Suci dari orang yang mempunyai pandangan yang begitu rendah tentang Kitab Suci?

b) Kata-kata ini menunjukkan Musa sebagai pengantara dalam Perjanjian Lama dan Yesus sebagai Pengantara dalam Perjanjian Baru (bdk. Kis 7:38 Ibr 8:6 9:15 12:24a).

Kata ‘tetapi’ dalam ay 17 ini mengkontraskan Yesus dengan Musa, se-dangkan ‘kasih karunia dan kebenaran’ jelas jauh lebih tinggi / mulia dari pada ‘hukum Taurat’ (bdk. Gal 2:16,21 5:4). Jadi semua ini menunjukkan bahwa Yesus jauh lebih besar dari pada Musa. Bagi orang Yahudi, yang sangat meninggikan Musa, ini adalah ajaran yang mengagetkan

2) Apakah ay 17 ini berarti bahwa pada jaman Musa tidak ada kasih karunia dan kebenaran?

Ada 2 pandangan tentang hal ini:

a) F.F. Bruce mengatakan: tidak! Dalam Perjanjian Lama sudah ada kebe-naran dan kasih karunia. Pengkontrasan di sini hanya untuk menunjukkan bahwa Yesus jauh lebih besar dari Musa.

b) Calvin mengatakan: ya!

Tetapi Calvin menafsirkan bahwa:

· kasih karunia berarti pengampunan dosa, pembaharuan hati.

· kebenaran berarti pembenaran / justification.

2 hal ini memang tak ada dalam hukum Taurat, karena yang ada dalam hukum Taurat hanyalah bayangannya saja (bdk. Ibr 10:1-4,11). Kalau hukum Taurat itu dipisahkan dari Kristus, maka tidak ada apa-apa lagi di dalamnya!

Saya lebih setuju dengan pandangan Calvin.

Yohanes 1: 18:

1) ‘Tak seorangpun yang pernah melihat Allah’.

Ada 2 penafsiran tentang arti dari kata ‘melihat’:

a) ‘Melihat’ diartikan betul-betul ‘melihat’.

Memang tidak pernah ada seorang manusiapun yang melihat Allah de-ngan seluruh kemuliaan dan kebesaranNya.

Bandingkan dengan Kel 33:20,23 Yoh 6:46 1Tim 6:16 1Yoh 4:12a.

b) Adam Clarke mengartikan ‘melihat’ sebagai ‘mengenal Allah sepenuh-nya’.

Saya lebih condong pada arti pertama.

2) ‘Anak Tunggal Allah’.

Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain).

Ada 4 golongan manuscript:

a) the only begotten (= satu-satunya yang diperanakkan).

b) the only begotten Son (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).

c) the only begotten Son of God (= satu-satunya Anak Allah yang di- peranakkan).

d) only begotten God (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa yang keempatlah (no d) yang benar, dengan alasan:
ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.
Ini merupakan bacaan yang ‘lebih sukar’, atau yang lebih tak masuk akal. Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / lebih tidak masuk akal yang diterima, dengan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari yang tidak masuk akal menjadi masuk akal, dari pada mengubah dari yang masuk akal menjadi yang tidak masuk akal.

Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no a) atau no b) atau no c), tak mungkin penyalin manuscript itu lalu mengubah menjadi yang no d). Sebaliknya, kalau no d) yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tak masuk akal sehingga ia mengubahnya menjadi no a) atau no b) atau no c).

Kalau memang ini benar, berarti di sini Yesus disebut dengan istilah only begotten God (= satu-satunya Allah yang diperanakkan). Istilah ini selain secara implicit menunjukkan bahwa ada kejamakan dalam diri Allah, juga menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini menjadi dasar dari doktrin yang disebut the eternal generation of the Son, yang mengajarkan bahwa Anak memang diperanakkan secara kekal oleh Bapa.

3) ‘Yang ada di pangkuan Bapa’.

a) ‘Pangkuan’. Ini salah terjemahan.

NASB / Lit: bosom (= dada).

Bandingkan ini dengan:

· Luk 16:23 - ‘Lazarus duduk di pangkuannya’. Ini juga salah terje-mahan.

NASB: and Lazarus in his bosom (= dan Lazarus di dadanya).

· Yoh 13:23 (NASB): reclining on Jesus’ breast (= bersandar pada dada Yesus).

Karena itu jangan membayangkan seolah-olah Yesus adalah seorang anak kecil yang sedang dipangku oleh ayahnya. Gambaran yang seha­rusnya adalah: Yesus ada di dada, atau ada dalam pelukan, BapaNya. Ini menunjukkan bahwa Yesus dan Bapa saling mengasihi, dan mempunyai hubungan / persekutuan yang sangat intim.

b) ‘Ada’.

NASB: who is in the bosom of the Father [= yang ada (present tense!) di dada Bapa].

NIV: who is at the Father’s side [= yang ada (present tense!) di sisi Bapa].

Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HO ON yang berarti being. Ini adalah suatu participle yang ada dalam bentuk present (= waktu sekarang).

Jadi, sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu sudah menjadi daging / manusia, tetapi ay 18 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu tetap ada di dada Bapa! Ini menunjukkan kemahaadaan Yesus! Sekalipun manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu tidak terbatas di dalam manusia Yesus itu. Ia tetap maha ada!

Tetapi ada orang yang membantah ajaran ini dengan mengatakan bahwa bentuk present itu menunjuk pada saat rasul Yohanes sedang menu­liskan Injil Yohanes ini, yaitu pada sekitar akhir abad I. Karena itu, ini hanya menunjukkan bahwa Yesus yang sudah bangkit dan naik ke surga itu, saat itu ada dalam pelukan Bapa.

Tetapi ini tidak mungkin, karena dalam ay 18 itu kata-kata ‘ada di dada Bapa’ jelas menjadi dasar yang menyebabkan Yesus itu bisa ‘menyata-kan’ Bapa! Jadi jelas tidak menunjuk pada peristiwa yang terjadi pada akhir abad I, tetapi pada saat Yesus sedang menjadi manusia, atau bahkan bisa diartikan bahwa Yesus terus menerus ada di dada Bapa.

Perhatikan juga kutipan-kutipan di bawah ini:

· Pulpit Commentary:

“In view of the contention of Meyer that the language here refers to no agelong, eternal indwelling of the Logos with, or of the Son (God only begotten) on the bosom of, the Father, but to the exaltation of the Christ after his ascension, we can only refer to the present tense (HO ON), which from the standpoint of the prologue does not transfer itself to the historical standpoint of the writer at the end of the first century” [= tentang pandangan Meyer bahwa kata-kata di sini tidak menunjuk-kan bahwa Logos itu diam / tinggal secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi menunjuk pada pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya, kami bisa menunjukkan pada present tense (HO ON), yang dari sudut pandang pendahuluan (pendahuluan Injil Yohanes) tidak mentranfer dirinya sendiri ke sudut pandang historis dari penulis pada akhir abad pertama].

Keterangan: jadi, present tense itu ditinjau dari sudut pandang pendahuluan Injil Yohanes (Yoh 1:1-18), bukan dari sudut pandang saat penulisan Injil Yohanes.

· Pulpit Commentary:

“... in this verse he is speaking of the timeless condition, the eternal fellowship, of the Only Begotten with the Father, as justifying the fulness of the revelation made in his incarnation” (= dalam ayat ini ia berbicara kondisi yang kekal, persekutuan kekal, dari Anak Tunggal dengan Bapa, sebagai dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang dibuat dalam inkarnasiNya).

· Leon Morris (NICNT):

“The copula ‘is’ expresses a continuing union. The only begotten is continually in the bosom of the Father” [= kata kerja penghu­bung ‘is’ (= ada) menunjukkan kesatuan yang terus menerus. Anak Tunggal itu terus menerus ada di dada Bapa].

· William Hendriksen:

“Besides, the added clause ‘who lies upon the Father’s breast’ indicates a relation of abiding closeness between the Father-God and the Son-God” (= disamping itu, anak kalimat tambahan ‘yang bersandar di dada Bapa’ menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara Allah Bapa dan Allah Anak).

· William Barclay:

“When John uses this phrase about Jesus, he means that between Jesus and God there is complete and uninterrupted intimacy. It is because Jesus is so intimate with God, that he is one with God and can reveal him to men” (= ketika Yohanes menggunakan istilah ini tentang Yesus, ia memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman yang lengkap dan tak putus-putusnya. Justru karena Yesus begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia bisa menyatakan Dia kepada manusia).

· Calvin:

“For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we don’t imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin’s womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning” (= karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan pera­wan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

Jadi, pada waktu Yesus berinkarnasi menjadi manusia, keilahian maupun sifat-sifat ilahiNya tidak berkurang sedikitpun. Leon Morris bahkan mengatakan bahwa kegiatan ilahiNyapun tidak berku­rang sedikitpun.

Leon Morris (NICNT):

¨ “When the Word became flesh His cosmic activities did not remain in abeyance” (= ketika Firman menjadi daging, kegiatan alam semes­taNya tidak dibiarkan terkatung-katung).

¨ “We must surely hold that the incarnation meant the adding of something to what the Word was doing, rather than the cessation of most of His activites” (= kita harus berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap sesuatu yang sedang dilaku­kan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar kegiatannya).

4) ‘Dialah yang menyatakanNya’.

a) Kata ‘menyatakan’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah EXEGESATO (Catatan: dari sini muncul kata EXEGESIS).

Karena itu NASB menterjemahkan ‘explained’ (= menjelaskan).

b) Kalau dikatakan bahwa Yesus bisa menjelaskan tentang Bapa, itu tentu tidak berarti bahwa Yesus menjelaskan segala sesuatu tentang Bapa, sehingga kita lalu bisa mendapat pengetahuan sempurna ten­tang Bapa. Yesus menjelaskan tentang Bapa hanya sampai kita bisa beriman, mengikut, mentaati, melayani Bapa.

5) ‘Tetapi’.

Kata ‘tetapi’ ini mengkontraskan antara ay 18a dengan ay 18b.

Jadi arti dari seluruh ay 18 ini adalah: sekalipun tak ada orang yang pernah melihat Bapa, tetapi Yesus itu dekat secara kekal dengan Bapa, sehingga Ia kenal Bapa, dan bisa menjelaskannya / menyatakan­nya kepada manusia!

Ini lagi-lagi menunjukkan secara implicit bahwa di luar Yesus, kita tidak mungkin bisa mengenal Bapa! Bdk. Yoh 8:19b.

A. T. Robertson, Calvin selesai

Leon Morris sampai hal 78.

-o0o-

YOHANES 1:19-34

Yohanes 1: 19-28:

1) Dugaan orang-orang Yahudi tentang Yohanes Pembaptis:

a) Yohanes Pembaptis adalah Mesias / Kristus (ay 19-20).

b) Yohanes Pembaptis adalah Elia (ay 21 bdk. Maleakhi 4:5-6).

c) Yohanes Pembaptis adalah nabi yang akan datang (ay 21b bdk. Ul 18:15-19).

· dari Yoh 6:14 dan 7:40 terlihat bahwa orang-orang Yahudi menan­ti-nantikan kedatangan nabi ini.

· Entah karena alasan apa, orang-orang Yahudi saat itu jelas membe-dakan nabi ini dengan Kristus / Mesias (ay 20-21 bdk. Yoh 7:40-41).

· Tetapi gereja abad I sudah tahu bahwa nabi itu adalah Kristus sendiri (bdk. Kis 3:22-23).

2) Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri:

a) Ia bukanlah Kristus / Mesias (ay 20).

b) Ia bukanlah Elia (ay 21).

Ini adalah sesuatu yang aneh, karena dari Mat 11:14 Mat 17:12-13 Luk 1:17 terlihat bahwa Yohanes Pembaptis dikatakan sebagai Elia. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis memang adalah orang yang disebut dengan sebutan Elia dalam Maleakhi 4:5-6.

Yohanes Pembaptis menyangkal bahwa dirinya adalah Elia, karena pengertian dari penanya adalah ‘apakah kamu betul-betul adalah Elia sendiri? Dalam hal ini, maka jelas bahwa Yohanes Pembaptis harus menyangkal, karena memang ia bukanlah Elia sendiri / rein­karnasi dari Elia.

c) Ia bukanlah nabi yang akan datang (ay 21b).

d) Ia adalah suara orang yang berseru-seru di padang gurun (ay 23 bdk. Yes 40:3).

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sini:

· Yohanes Pembaptis tahu dan yakin akan panggilan pelayanannya.

Ini adalah sesuatu yang penting, karena kalau kita yakin akan panggilan pelayanan kita, maka pada waktu ada kesukaran / kega­galan dalam pelayanan itu, maka kita bisa terus bertekun dalam pelayanan itu. Sebaliknya, kalau kita tidak yakin akan panggilan pelayanan kita, maka pada waktu ada kesukaran / kegagalan, kita mungkin akan berpikir bahwa Tuhan tidak menghendaki kita melaku­kan pelayanan itu.

Karena itu kalau saudara mau terjun ke dalam pelayanan tertentu, gumulkan terlebih dulu apakah pelayanan itu memang panggilan Tuhan bagi saudara atau bukan!

· Yohanes Pembaptis ditugaskan oleh Allah untuk mempersiapkan orang-orang Yahudi supaya menerima Kristus. Tetapi fakta menun­jukkan bahwa mayoritas orang Yahudi saat itu menolak Kristus. Kelihatannya pelayanan Yohanes Pembaptis gagal! Tetapi ingat bahwa jalan / rencana Allah dan jalan / rencana kita berbeda seperti langit dengan bumi (Yes 55:8-9). Apa yang gagal menurut penilaian manusia, bisa sukses menurut penilaian Tuhan, dan sebaliknya, apa yang sukses menurut penilaian manusia, bisa saja merupakan kegagalan menurut penilaian Tuhan.

· Ini menunjukkan kerendahan hati Yohanes Pembaptis.

John Henry Jowett: “This man humbly desires to be ‘a voice.’ He has no ambition to receive popular homage. He does not covet the power of the lordly purple. He does not crave to be a great person; he only wants to be a great voice! He wants to articulate the thought and purpose of God. He is quite content to be hidden, like a bird in a thick bush, if only his song may be heard” (= Orang ini dengan rendah hati menginginkan untuk menjadi ‘suatu suara’. Ia tidak mempunyai ambisi untuk menerima peng-hormatan orang banyak. Ia tidak menginginkan kekuasaan dari warna ungu yang mulia. Ia tidak ingin untuk menjadi orang yang besar / agung; ia hanya ingin menjadi suara yang besar / agung! Ia ingin mengeluarkan pikiran dan tujuan / rencana Allah. Ia cukup puas untuk ada dalam keadaan tersembunyi, seperti seekor burung dalam semak yang tebal, asal saja nyanyiannya bisa didengar) - ‘Springs of Living Water’, July 6.

Catatan: pada jaman itu kain berwarna ungu sangat mahal, dan hanya bisa dipakai oleh orang kaya / bangsawan. Bdk. Luk 16:19 Mat 27:28.

William Barclay: “John was what every true preacher and teacher ought to be - only a voice, a pointer to the king. The last thing that he wanted men to do was to look at him; he wanted them to forget him and see only the king” (= Setiap pengkhotbah dan guru yang benar / sejati seharusnya seperti Yohanes - hanya suatu suara, penunjuk pada Sang Raja. Hal yang terakhir yang ia inginkan dari manusia, adalah bahwa mereka memandang kepada dia; ia mengingin­kan mereka melupakan dia dan hanya melihat Sang Raja).

Penerapan:

Apakah saudara mempunyai sikap seperti ini dalam melayani Tuhan?

· Untuk bisa menjadi ‘suatu suara’, seseorang harus mau mendengar Tuhan.

John Henry Jowett: “And in order that he may be a voice he retires into the silent solitude of the desert. He will listen before he speaks. Come thou, my soul, into his secret! ... Let my voice be hushed until I have heard the voice of the Highest. ‘He that hath ears to hear, let him hear’” (= Dan supaya ia bisa menjadi sebuah suara ia menjauhkan diri ke dalam kesunyian padang gurun. Ia mau mendengar sebelum ia berbicara. Datanglah jiwaku, ke dalam kerahasiaanNya! ... Biarlah suaraku diam sampai aku mendengar suara dari Yang Maha-tinggi. ‘Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar’) - ‘Springs of Living Water’, July 6.

3) Pertanyaan orang-orang Yahudi tentang baptisan (ay 24-25).

a) Sebelum Yohanes Pembaptis muncul, sudah ada baptisan, tetapi itu hanya dilakukan terhadap orang-orang non Yahudi yang mau masuk ke agama Yahudi (Kalau laki-laki, disunat dan dibaptis, kalau perempuan hanya dibaptis). Tetapi Yohanes Pembaptis justru membaptis orang-orang Yahudi (bdk. Mat 3:5-7)!

b) Pertanyaan dalam ay 25 ini secara implicit menunjukkan bahwa mereka mengharapkan Kristus / pendahuluNya untuk membaptis. Kesim­pulan ini mereka dapatkan dari ayat-ayat seperti:

· Yes 52:15 (NIV): So will he sprinkle many nations (= demikianlah Ia akan memerciki banyak bangsa).

Perhatikan bahwa ayat ini, yang jelas menunjuk pada baptisan, tidak menggunakan istilah ‘selam’ tetapi sprinkle (= memerciki)! Ini perlu direnungkan oleh orang-orang yang anti baptisan percik!

· Yeh 36:25 (NIV): I will sprinkle clean water on you (= Aku akan memercikkan air bersih padamu).

· Zakh 13:1.

4) Jawaban Yohanes Pembaptis (ay 26-27).

a) Jawaban Yohanes Pembaptis ini tidak terlalu jelas artinya. Mungkin artinya adalah:

· aku membaptis untuk Kristus yang sudah ada ditengah-tengah kamu.

· aku membaptis untuk mempersiapkan kamu untuk menerima Kristus yang sudah datang.

· baptisanku hanya untuk membawa kamu kepada Kristus yang jauh lebih besar dari aku.

b) Membuka tali kasut (ay 27) adalah pekerjaan seorang hamba. Tetapi Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa ia tidak layak melakukan hal itu untuk Kristus. Jadi ia mengatakan bahwa dalam hubungannya dengan Kristus ia lebih rendah dari seorang hamba! Ini menunjukkan betapa tinggi dan mulianya ia menilai Kristus!

Renungkan:

Apakah saudara juga mempunyai penilaian yang begitu tinggi tentang Kristus?

c) William Barclay mengomentari kata-kata Yohanes Pembaptis di sini sebagai berikut:

“He is the great example of the man prepared to obliterate himself in order that Jesus Christ may be seen. He was only, as he saw it, a finger-post pointing to Christ. God give us grace to forget ourselves and to remember only Christ” (= ia adalah contoh yang agung tentang seseorang yang dipersiapkan untuk menghapuskan dirinya sendiri supaya Yesus Kristus bisa terlihat. Ia hanyalah, seperti yang ia lihat, suatu penunjuk yang menunjuk pada Kristus. Kiranya Allah memberikan kita kasih karunia untuk melupakan diri kita sendiri dan hanya mengingat Kristus).

Yohanes 1: 29-34:

1) Yohanes 1: 29:

a) ‘Anak Domba Allah’.

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan istilah ini:

· Anak domba Paskah (Kel 12:11-13).

Ini adalah TYPE dari Kristus (bdk. 1Kor 5:7).

Ingat juga bahwa saat itu Paskah hampir tiba (bdk. Yoh 2:13), sehing-ga ini merupakan waktu yang tepat untuk berbicara tentang domba Paskah.

· Domba korban untuk dosa (bdk. Kel 29:38-42 Bil 28:4).

Ini adalah TYPE dari Kristus (bdk. Ibr 10:1-18).

Ingat juga bahwa Yohanes Pembaptis adalah anak seorang imam, sehingga domba korban untuk dosa ini sangat berarti baginya.

· domba dalam Yes 53:7.

· domba yang menggantikan Ishak (Kej 22:1-14).

· Anak Domba dalam Kitab Wahyu (Wah 5-8).

Tetapi untuk ini ada keberatan yaitu: dalam kitab Wahyu, Anak Domba itu (yaitu Yesus Kristus) digambarkan sebagai Anak Domba yang menang, sedangkan dalam ay 29 ini yang ditekankan adalah pene-busan dosa yang dilakukanNya.

b) ‘Menghapus dosa dunia’.

· ‘menghapus’.

NIV/NASB: takes away (= membawa, mengangkat, mengangkut).

Caranya adalah dengan Ia memikul hukuman dosa dunia di kayu salib (bdk. Yes 53:5 1Pet 2:24).

· ‘dunia’.

Kata Yunani yang digunakan adalah KOSMOS, yang dalam Kitab Suci mempunyai arti yang berbeda-beda:

* seluruh alam semesta (Kis 17:24).

* bumi (Yoh 13:1).

* hal-hal duniawi (Yak 4:4 1Yoh 2:15).

* seluruh umat manusia (Ro 3:19).

* semua orang yang tidak percaya (Yoh 15:18).

* semua orang non Yahudi (Ro 11:12).

* semua orang percaya / kristen (2Kor 5:19).

Jadi ayat ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk menentang doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas) dari Calvi­nisme, yang me-nyatakan bahwa Yesus mati di atas kayu salib bukan untuk menebus semua manusia, tetapi hanya untuk menebus semua orang pilihan.

Yohanes menggunakan kata ‘dunia’ di sini untuk menentang pandang- an Yahudi yang mengatakan bahwa hanya orang Yahudilah yang bisa diampuni, diselamatkan dan masuk surga.

c) Ay 29 ini menunjukkan Pemberitaan Injil yang benar, karena Yohanes Pembaptis mengarahkan manusia kepada Yesus Kristus (bukan sekedar kepada gereja, baptisan, dsb), dan menekankan Yesus sebagai Juru­selamat dosa (bukan sebagai Dokter, Pembuat mujijat, Pemberi kekayaan dsb).

Itukah yang saudara lakukan kalau saudara memberitakan Injil?

2) Yohanes 1: 30-34:

a) Mula-mula Yohanes Pembaptis tidak mengenal Yesus (ay 31a,33a), dan baru pada saat Yesus dibaptis ia mengenali Yesus (ay 32-33).

Ada macam-macam arti / penafsiran tentang hal ini:

· ia sudah tahu bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah, tetapi mula-mula ia tidak mengenal Yesus secara pribadi, dalam arti ia tidak pernah bertemu dengan Yesus.

Keberatan: bagian ini mengatakan bahwa ia mengenali Yesus pada saat baptisan karena adanya penyataan ilahi, bukan karena ia bertemu muka dengan Yesus.

· Mula-mula ia tak tahu bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah dan ia baru tahu hal itu pada saat Yesus dibaptis.

Keberatan: Mat 3:14, yang terjadi sesaat sebelum Yesus dibaptis, menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis tahu bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah. Kalau tidak, tidak mungkin ia menolak untuk mem­baptis Yesus dan bahkan menganggap bahwa dirinyalah yang layak dibaptis oleh Yesus.

· Dikatakan mula-mula ‘tidak kenal’ hanya karena dibandingkan dengan pengenalan yang lebih pasti yang terjadi pada saat Yesus dibaptis. Jadi dari semula ia sudah tahu bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah [tak mungkin orang tua Yohanes Pembaptis yang jelas tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah (bdk. Luk 1:42), tidak pernah memberitahu anaknya bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah], tetapi pada saat Yesus dibaptis ia mempunyai pengetahuan yang tidak mungkin salah bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah.

Illustrasi: orang sering berkata: ‘baru sekarang saya kenal istri saya’. Ini tentu tidak berarti tadinya tidak kenal sama sekali. Tetapi artinya: sekarang lebih kenal dari tadi.

b) Roh Kudus dan Yesus muncul bersama-sama.

· Jelas bahwa Yesus adalah pribadi yang berbeda dari Roh Kudus.

Bandingkan dengan Yoh 14:16 dimana Yesus [yang dalam 1Yoh 2:1 disebut dengan istilah Yunani PARAKLETOS (diterjemahkan ‘pengan­tara’ oleh Kitab Suci Indonesia)] mengatakan bahwa Roh Kudus adalah PARAKLETOS (diterjemahkan ‘Penolong’ oleh Kitab Suci Indonesia) yang lain.

· Kalau kita melihat dalam Mat 3:14-17 maka bahkan terlihat bahwa Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus muncul / ada bersama-sama.

Semua ini lagi-lagi menunjukkan salahnya ajaran Sabelianisme, yang mempercayai bahwa Allah Tritunggal itu bukannya mempunyai 3 priba­di, tetapi 3 perwujudan (yang tidak bisa keluar bersamaan).

-o0o-

YOHANES 1:35-42

Yohanes 1: 35-37:

1) Yohanes Pembaptis mengajar / memberitakan Injil sedemikian rupa sehingga 2 orang muridnya meninggalkan dia dan mengikut Kristus.

seorang hamba Tuhan harus mengajar yang benar, sekalipun hal yang benar itu bisa menyebabkan jemaatnya berkurang.

Tetapi jaman ini banyak ‘hamba Tuhan’ yang hanya mau mengajarkan hal-hal yang menguntungkan dirinya / gerejanya.

Misalnya: pendeta yang mengajar jemaatnya untuk setia kepada gereja (bukan kepada Kristus / Firman Tuhan). Ini adalah ‘hamba Tuhan’ yang tidak melayani Tuhan, tetapi melayani dirinya / gerejanya sendiri.

Yohanes Pembaptis tadinya diikuti, sekarang ditinggalkan. Tadinya dino-mer-satukan, sekarang dinomer-duakan. Ini adalah sesuatu yang berat, tetapi ia tetap mau menerimanya!

William Barclay:

“There is no harder task than to take the second place when once the first place was enjoyed” (= tidak ada tugas yang lebih berat dari pada mengambil tempat kedua padahal sudah pernah menikmati tempat pertama).

Penerapan:

* kalau saudara sudah pernah menjabat sebagai ketua, maukah sauda-ra menjabat sebagai penulis, bendahara, atau jabatan yang lebih rendah lagi?

* kalau saudara adalah guru sekolah minggu yang senior, dan lalu muncul guru yunior yang lebih bagus dari saudara, maukah saudara menduduki ‘tempat kedua’?

2) Pemberitaan Injil yang dilakukan di sini (ay 36) boleh dikatakan sama saja dengan yang ia lakukan dalam ay 29! Memang kalau kita memberi­takan Injil kita tidak boleh bosan-bosannya untuk memberitakan ‘yang itu-itu’ saja! Jangan coba-coba untuk mengubah inti Injil, supaya menjadi lebih menarik dsb. Misalnya mengganti inti Injil itu dengan filsafat atau dengan ajaran yang menekankan Yesus sebagai Dokter, Pemberi kekayaan dsb. Ini menjadi Injil yang lain / Injil yang berbeda (bdk. Gal 1:6-9 dimana Paulus berkata: ‘Terkutuklah mereka yang memberitakan Injil yang lain / berbeda’).

Kalau saudara memberitakan Injil kepada orang intelek, apakah saudara mengubah Injil dan menyesuaikannya dengan kepandaian orang itu, supaya tidak kelihatan tolol? Ingat bahwa Paulus berkata bahwa ‘Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil’ (1Kor 1:21). Karena itu, jangan mengubah Injil!

3) Dua murid ini meninggalkan Yohanes Pembaptis dan mengikut Yesus.

a) Dua orang ini, yang satu adalah Andreas (ay 40a) yang lalu menga­jak saudaranya (Simon) untuk ikut Yesus, sedangkan yang satunya lagi, besar kemungkinannya, adalah rasul Yohanes sendiri (ingat bahwa rasul ini selalu cenderung untuk menyembunyikan identitas dirinya).

Catatan:

Yohanes 1: 35-42 ini terjadi sebelum Mat 4:18-22 dimana Petrus, Andreas, Yohanes, dan Yakobus dipanggil untuk menjadi murid permanen.

b) Mereka tidak fanatik terhadap Yohanes Pembaptis, sehingga mereka meninggalkan Yohanes Pembaptis dan lalu mengikut Yesus.

Penerapan:

Hati-hatilah terhadap kefanatikan terhadap gereja / pendeta / aliran tertentu, karena kefanatikan tersebut bisa menja­di penghalang bagi saudara untuk mengikut Yesus dan mendapat keselamatan!

Yohanes 1: 38-39:

1) Yesus bertanya: ‘Apakah yang kamu cari?’.

a) Ini menunjukkan bahwa Yesus mau mengambil inisiatif! Dua orang itu mungkin sungkan / malu untuk memulai pembicaraan, dan karena itu Yesuslah yang memulai pembicaraan.

Ini menunjukkan bahwa kalau ada orang yang mencari Allah, maka ia tak perlu kuatir Allahnya akan jual mahal! Lihat juga ay 39a yang lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus tidak jual mahal! Bandingkan juga dengan Luk 15:20 yang menunjukkan sikap bapa terhadap anak bungsu yang kembali.

Catatan: perlu saudara ingat bahwa manusia sendiri tidak mungkin mencari Allah (Ro 3:11b), sehingga kalau ada orang bisa mencari Allah, itu pasti disebabkan oleh pekerjaan Allah di dalam diri orang itu. Ini me-nunjukkan bahwa Allah sudah terlebih dulu mencari orang itu, dan kare-nanya tidak mungkin Allah lalu jual mahal ketika orang itu mencari Dia!

b) Pertanyaan Yesus ini merupakan pertanyaan yang vital bagi setiap orang, khususnya orang kristen!

· ada orang yang menjadi kristen hanya supaya kalau ia mati ada upacara penguburan, dan ia bisa dikubur di kuburan kristen!

· ada orang yang menjadi kristen supaya sembuh dari penyakit, supaya kaya, supaya pekerjaannya sukses, dsb.

· ada orang yang pergi ke gereja untuk mencari teman, pacar dsb.

· ada orang yang pergi ke gereja dari pada nganggur!

· ada orang yang pergi ke gereja untuk mencari Firman Tuhan. Ini bagus, tetapi masih kurang! Karena seharusnya kita pergi ke gereja / menjadi kristen untuk mencari / mendapatkan Tuhan sen­diri!

Renungkan: apa yang saudara cari dengan menjadi orang kristen?

2) ‘Rabi (artinya: guru), dimanakah Engkau tinggal?’ (ay 38).

a) Sebutan Rabi menunjukkan bahwa pengenalan mereka terhadap Yesus masih belum memadai. Tetapi sekalipun demikian, tahap pengenalan ini penting sekali karena ini menunjukkan bahwa mereka mau diajar oleh Yesus!

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang yang mau diajar oleh Yesus? Pertanyaan ini bisa diperjelas dengan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

· apakah saudara senang membaca / belajar Firman Tuhan?

· apakah saudara sering menolak (menyensor) ajaran Firman Tuhan dengan berbagai macam alasan?

· apakah saudara sering marah / jengkel pada waktu mendengar tegur- an Firman Tuhan?

b) Adanya kata-kata ‘artinya: Guru’ yang diletakkan di dalam tanda kurung (bdk. juga ay 41b,42b) menunjukkan bahwa rasul Yohanes menujukan kitabnya ini untuk orang-orang non Yahudi, karena kalau ia menujukan kitabnya untuk orang-orang Yahudi, sudah barang tentu kata ‘Rabi’ itu tidak perlu ia terjemahkan.

c) Pertanyaan ‘Dimanakah Engkau tinggal?’ menunjukkan bahwa dua orang ini punya interest terhadap Yesus, ingin lebih dekat dan lebih kenal dengan Yesus. Ini sama seperti seorang pemuda, kalau ada interest terhadap seorang gadis, pasti menanyakan alamatnya, telponnya dsb.

Renungkan: apakah saudara ingin lebih dekat dengan Yesus, lebih kenal Yesus, dsb?

3) Yohanes 1: 39:

a) ‘Waktu itu kira-kira pukul empat’.

NASB / NIV memberikan terjemahan yang hurufiah yaitu the tenth hour (= jam yang ke sepuluh).

· Perhitungan hari orang Yahudi dimulai pada pk 6, tetapi perhi­tungan hari orang Romawi dimulai pk 12 (seperti kita sekarang).

Jadi, kalau digunakan perhitungan Yahudi maka saat itu adalah pk 4 sore, tetapi kalau digunakan perhitungan Romawi maka saat itu adalah pk 10 pagi.

William Hendriksen memilih perhitungan Romawi dengan alasan:

* kalau saat itu sudah pk 4 sore, tidak mungkin dikatakan ‘hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia’ (NIV: spent that day with Him), tetapi akan dikatakan ‘malam itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia’ (spent that evening with Him).

* Yohanes selalu menggunakan perhitungan Romawi:

-Yoh 19:14 - ‘the sixth hour’ = pk 6 pagi.

-Yoh 4:6 - ‘the sixth hour’ = pk 6 sore.

-Yoh 4:52 - ‘the seventh hour’ = pk 7 malam.

(Catatan: dalam ayat-ayat ini Kitab Suci Indonesia menggunakan perhitungan Yahudi!).

· Saat ini boleh dikatakan merupakan saat pertobatan rasul Yo­hanes, atau juga saat yang mengubah seluruh hidupnya. Karena itu ia ingat saat itu sampai pada jamnya!

Memang tidak setiap orang kristen bisa tahu dengan persis kapan ia bertobat dan menerima Kristus. Ada orang yang tahu-tahu mendapati bahwa dirinya telah percaya, tetapi ia tak tahu persis kapan terjadinya hal tersebut. Mungkin ia hanya tahu bulannya, atau bahkan hanya tahunnya.

b) Dua orang ini, karena memang ada interest terhadap Yesus, mau tinggal dengan Yesus. Ini menunjukkan mereka mau berkorban untuk bisa lebih kenal dengan Yesus!

Penerapan:

· bandingkan dengan orang yang tidak mau datang ke gereja yang ia sendiri anggap baik karena jaraknya terlalu jauh, dan lalu memilih gereja jelek yang dekat dengan rumahnya!

· apa yang mau saudara korbankan untuk bisa mengenal Yesus lebih baik? Waktu, tenaga, uang, pekerjaan?

Yohanes 1: 40-42:

1) Andreas membawa saudaranya (Simon) kepada Yesus.

a) Dalam Injil Yohanes, setiap kali kita bertemu dengan Andreas, ia membawa orang datang kepada Yesus (ay 41-42 6:8 12:22).

Apakah saudara juga dikenal sebagai orang yang suka membawa orang kepada Yesus? Jangan menjadi orang kristen yang dikenal sebagai orang yang suka mengajak ke bioskop, berolah raga, piknik, dsb, tetapi tidak pernah mengajak orang datang kepada Yesus!

b) ‘Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya’.

Tentang kata yang diterjemahkan ‘mula-mula’ ini ada perbedaan manuscript:

· ada manuscript yang menuliskan sebagai adjective (= kata sifat), yaitu PROTOS, sehingga terjemahannya menjadi “He, as the first, found his own brother Simon” (= ia adalah yang pertama menemukan saudara-nya Simon).

Catatan: di sini kata first (= pertama) menerangkan kata he (= ia).

· ada manuscript yang menuliskan sebagai adverb (= kata keterang- an), yaitu PROTON, sehingga terjemahannya menjadi “He first found his own brother Simon” (= ia mula-mula / pertama-tama menemukan saudaranya Simon).

Catatan: di sini kata first (= pertama) menerangkan kata found (= menemukan).

Ini menimbulkan bermacam-macam penafsiran tentang arti kalimat ini:

¨ Andreas mencari Simon, dan Yohanes mencari Yakobus, tetapi An­dreas menemukan Simon lebih dulu.

¨ Baik Andreas maupun Yohanes mencari Simon, tetapi Andreas mene-mu­kan Simon lebih dulu.

¨ Pertama-tama Andreas menemukan Simon, setelah itu ia menemukan orang-orang lain.

¨ Ini adalah hal yang pertama dilakukan oleh Andreas.

NIV: the first thing Andrew did was to find his brother Simon (= hal yang pertama-tama dilakukan oleh Andreas adalah menemukan Simon).

Saya paling setuju dengan arti yang ke 4 ini, karena rasanya paling natural. Dan kalau ini benar, maka ini menunjukkan bahwa setelah Andreas menemukan Kristus, maka hal yang pertama-tama ia lakukan adalah menyelamatkan saudaranya. Bandingkan dengan banyak orang kristen (mungkin termasuk saudara!) yang sudah lama diselamatkan, tetapi belum pernah berusaha membawa orang-orang yang mereka cintai untuk datang kepada Tuhan!

c) Andreas baru mengerti sedikit sekali, tetapi ia menggunakan pengertian yang sedikit itu untuk mengajak saudaranya datang kepada Kristus.

Calvin:

“Andrew has scarcely a spark, and yet, by means of it, he enlight­ens his brother. Woe to our indolence, therefore, if we do not, after having been fully enlightened, endeavour to make others partakers of the same grace” (= Andreas baru mendapatkan suatu letikan api, tetapi ia menggunakan-nya untuk menerangi saudaranya. Celakalah kemalasan / kelambanan kita, kalau setelah kita dite­rangi sepenuhnya, kita tidak berusaha supaya orang-orang lain ikut merasakan kasih karunia yang sama).

d) ‘Kami telah menemukan Mesias’.

Kata yang diterjemahkan ‘kami telah menemukan’, dalam bahasa Yunani adalah HEUREKAMEN (bandingkan dengan kata HEUREKA dari Archimedes!).

Karena Andreas telah menemukan Kristus, maka ia ingin membagikan hal itu dengan orang lain. Ada banyak ‘orang kristen’ yang tak pernah ingin membagikan Kristus dengan orang lain, karena mereka sendiri belum pernah sungguh-sungguh menemukan Kristus! Apakah saudara adalah orang yang seperti itu?

Di sini Andreas memberitakan Injil dengan cara menceritakan perto­batannya! Sebetulnya ini adalah cara memberitakan Injil yang paling gampang, karena kita hanya perlu menceritakan tentang pertobatan diri kita sendiri! Tetapi aneh, mayoritas orang kristen tidak pernah berani men-sharing-kan pertobatannya! Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara belajar untuk men-sharing-kan pertobatan saudara?

2) Yohanes 1: 42:

a) ‘Simon, anak Yohanes’ (bdk. Yoh 21:15,16,17).

Tetapi dalam Mat 16:17 disebutkan sebagai ‘Simon bin Yunus’.

Apakah 2 bagian ini bertentangan? Sebetulnya tidak, karena dalam Mat 16:17 itu kata yang diterjemahkan ‘bin Yunus’ adalah BARIONA, dimana kata BAR berarti ‘bin’ (= anak dari), sedangkan kata IONA merupakan singkatan nama Yohanes, ayah Simon.

b) Kefas (bahasa Aramaic) = Petrus (bahasa Yunani) = rock (= batu karang).

Yesus pasti tahu bahwa Petrus adalah orang yang plin-plan (bdk. ay 47 dimana Ia tahu tentang Natanael), tetapi Ia toh memberinya nama yang berarti ‘batu karang’!

Calvin:

“I look upon it as a prediction, not only because Christ foresaw the future stedfastness of faith in Peter, but because he foretold what he would give to him” (= saya melihat ini sebagai suatu ramalan, bukan hanya karena Kristus melihat lebih dulu kesetiaan / keteguhan iman Petrus, tetapi karena Ia menyatakan lebih dulu apa yang akan Ia berikan kepadanya).

Penerapan:

Kalau Petrus yang plin plan bisa menjadi orang yang imannya seteguh batu karang, dan kalau Yohanes yang dahulunya diberi gelar ‘anak guruh’ (yang jelas menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemarah / pembe-rang) bisa menjadi rasul yang penuh kasih, maka tidak ada alasan bagi kita untuk ‘mempertahankan’ kelemahan kita!

-o0o-

YOHANES 1:43-51

Yohanes 1: 43-44:

1) Untuk ay 43 NASB memberikan terjemahan hurfiah sebagai berikut:

“The next day He purposed to go forth into Galilee, and He found Philip. And Jesus Said to him, ‘Follow Me’” (= Pada keesokan harinya Ia bermaksud untuk pergi ke Galilea, dan Ia menemukan Filipus. Dan Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku’).

Ada 2 penafsiran tentang ayat ini:

a) Kata ‘He / Ia’ menunjuk kepada Yesus.

b) Kata ‘He / Ia’ menunjuk kepada Andreas (ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya kata ‘He / Ia’ ini tidak dimulai dengan huruf besar, sehingga bisa saja tidak menunjuk kepada Yesus).

Alasan pandangan ini: dalam pertengahan ay 43 disebutkan nama Yesus, dan itu kelihatannya menunjukkan perubahan subyek. Jadi, ‘He / Ia’ tidak sama dengan ‘Jesus / Yesus’.

Kalau memang ini benar, maka bisa diartikan sebagai berikut: Mula-mula Andreas menemukan Simon (ay 41), dan pada keesokan harinya ia menemukan Filipus (ay 43).

2) Jangan mengacaukan Filipus di sini dengan Filipus si Pemberita Injil (bdk. Kis 8:5-40 Kis 21:8).

3) Ay 44: Andreas, Petrus, Filipus berasal dari Betsaida.

Dalam Mat 11:21 / Luk 10:13 dikatakan oleh Yesus bahwa kota ini tidak bertobat sekalipun di kota itu Yesus paling banyak melakukan mujijat.

Tetapi sekalipun mayoritas orang di kota itu menolak Kristus, 3 orang ini percaya kepada Kristus.

Penerapan:

Kalau ada suatu bangsa / suku bangsa / daerah yang mayoritas orang-orangnya menolak / memusuhi Kristus, jangan lalu malas untuk memberita-kan Injil kepada mereka, karena bisa saja ada beberapa orang di antara mereka yang termasuk orang pilihan, sehingga harus diselamatkan! Tetapi karena kita tidak bisa tahu yang mana orang pilihan dan yang mana yang bukan, maka kita harus memberitakan Injil kepada mereka semua!

Yohanes 1: 45:

1) Natanael ini sama dengan Bartolomeus.

Alasannya:

a) Dari bagian ini dan Yoh 21:2 terlihat bahwa Natanael adalah salah satu dari 12 murid Yesus / rasul.

b) Dalam daftar murid Yesus, tidak ada nama Natanael, dan kecuali dalam daftar nama murid Yesus dalam Kis 1:13, maka dalam daftar nama murid Yesus yang lain Bartolomeus selalu digandengkan dengan Filipus (bdk. Mat 10:3 Mark 3:18 Luk 6:14).

Jadi, mungkin sekali Bartolomeus itu adalah Natanael, dan nama­nya selalu digandengkan dengan Filipus, karena Filipuslah yang membawa-nya kepada Yesus.

2) Kata-kata Filipus:

a) ‘... yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi’.

Kata ‘disebut’ ini seharusnya adalah ‘ditulis’.

NASB (Lit): of whom Moses in the Law and also the prophets wrote (= tentang siapa Musa dalam Taurat dan juga nabi-nabi menulis­kan).

NIV: the one Moses wrote about in the Law, and about whom the prophets also wrote (= orang tentang siapa Musa menuliskan dalam Taurat, dan tentang siapa nabi-nabi juga menuliskan).

Ini menunjukkan bahwa Musa adalah penulis kitab Taurat. Banding­kan ini dengan pandangan orang Liberal yang mengatakan bahwa Kejadian - Ulangan tidak ditulis oleh Musa, tetapi berasal dari 4 sumber (JEDP).

b) Musa menulis banyak ayat-ayat yang menunjuk pada Yesus, seperti Kej 3:15 Kej 49:8-10 Ul 18:15-18 dsb.

Nabi-nabi juga menulis banyak ayat-ayat yang menunjuk kepada Yesus, seperti Yes 9:5-6 Yes 53 Yer 23:5-6 Daniel 9:24,27 dsb.

Bahwa Filipus tahu tentang hal ini, menunjukkan bahwa ia adalah orang yang belajar Perjanjian Lama / Firman Tuhan.

Apakah saudara adalah orang yang belajar Firman Tuhan seperti Filipus?

c) ‘Yesus, anak Yusuf, dari Nazaret’.

NIV/NASB: Jesus of Nazareth, the son of Joseph (= Yesus dari Nazaret, anak Yusuf).

Ada 2 kemungkinan tentang kata-kata Filipus ini:

· ia berbicara menurut pandangan orang banyak (Hendriksen).

· ia memang salah mengerti tentang Yesus (Calvin).

Saya lebih condong pada pandangan yang kedua, dan kalau memang pandangan ini yang benar, ini menunjukkan bahwa dalam penginjilan yang dilakukan oleh Filipus kepada Natanael, ada 2 kesalahan, karena Yesus sebetulnya bukan anak dari Yusuf, dan Yesus, sekalipun dibesarkan di Nazaret, tetapi tidak lahir di Nazaret. Tetapi, motivasi Filipus dalam pemberitaan Injil adalah benar, dan Tuhan tetap memberkati sehingga pemberitaan Injilnya berhasil!

Penerapan:

Jangan merendahkan orang-orang yang sederhana, yang memberita­kan Injil dengan motivasi yang benar, sekalipun ada kesalahan-kesalahan dalam pengajarannya (asal bukan kesesatan yang fatal!).

Jangan mau sempurna dulu dalam pengetahuan, baru mau memberita­kan Injil / Firman Tuhan! Kita harus memberitakan Injil, sambil terus belajar Firman Tuhan!

Yohanes 1: 46:

Ada 2 kemungkinan mengapa Natanael mengucapkan hal ini:

1) Karena Firman Tuhan / Perjanjian Lama tidak mengatakan bahwa Mesias akan dilahirkan di Nazaret (Yoh 7:41-42,52 Mikha 5:1-2).

Kalau keragu-raguannya ini berdasarkan Firman Tuhan, maka tentu saja ini merupakan keraguan yang sah!

2) Karena sentimen terhadap kota Nazaret.

Saat itu memang ada pandangan yang merendahkan Nazaret, sehingga bisa saja hal itu menyebabkan Natanael ragu-ragu.

Kalau ini yang benar, maka jelas bahwa keraguan Natanael ini salah!

Penerapan:

Kalau saudara mendengar khotbah seorang hamba Tuhan, saudara boleh meragukan kebenaran khotbahnya kalau saudara mempunyai dasar Firman Tuhan. Tetapi kalau saudara meragukan khotbah orang itu karena penampil-an, cara berpakaian, logat bicara, kebangsaan dari hamba Tuhan itu, maka itu adalah keraguan yang tidak sah!

Yohanes 1: 47:

1) Ay 47a:

a) Dalam Kitab Suci bahasa Inggris, bagian ini termasuk dalam ay 46.

b) Filipus tidak mengajak Natanael untuk berdebat, tetapi mengajak Natanael untuk bertemu Yesus sendiri.

Ini tidak boleh diartikan bahwa orang kristen dilarang berdebat dalam mengabarkan Injil. Ingat bahwa Paulus berulang-ulang berdebat dalam mengabarkan Injil (Kis 9:22,29). Demikian juga dengan Stephanus (Kis 6:8-10).

2) Ay 47b:

a) ‘Seorang Israel sejati’.

Secara implicit ini menunjukkan bahwa ada orang Israel yang palsu (bdk. Ro 2:28,29 9:6).

Analoginya, pada jaman ini ada orang kristen yang sejati, dan ada orang kristen palsu / KTP! Apakah saudara sudah termasuk orang kristen yang sejati? Kalau saudara adalah orang kristen yang sekedar pergi ke gereja, sudah dibaptis, tetapi belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka saudara bukanlah orang kristen yang sejati! Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus!

b) ‘Tak ada kepalsuan di dalamnya’.

Kata ‘kepalsuan’ dalam bahasa Yunaninya adalah DOLOS yang sebe­tulnya berarti umpan untuk memancing, tipu daya, kebohongan, suatu jerat dsb (bdk. Kej 27:35 yang dalam LXX / Septuaginta menggunakan kata DOLOS untuk ‘tipu daya’).

Ini menunjukkan bahwa Yesus senang dengan orang yang tulus / tidak munafik! Apakah saudara adalah orang seperti itu?

c) Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus itu maha tahu! Ia tahu apa yang ada di dalam manusia (bdk. Yoh 2:23-25).

Yohanes 1: 48-49:

Mungkin waktu Natanael bertanya: ‘Bagaimana Engkau mengenal aku?’, ia berpikir bahwa Yesus bisa tahu tentang dirinya karena Filipus telah memberikan informasi tentang dirinya kepada Yesus. Karena itu Yesus lalu menjawab: ‘Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara’. Ini menunjukkan bahwa Yesus tahu pikiran Natanael, dan juga tahu apa yang diperbuat Natanael, tanpa mendapat informasi dari siapapun juga. Ini menunjukkan kemahatahuan Yesus!

Yohanes 1: 50-51:

1) Ay 50 menunjukkan bahwa karena Natanael percaya, Tuhan berjanji akan menunjukkan kepadanya hal-hal / bukti-bukti yang lebih besar, sehingga akan menjadi lebih percaya. Sebaliknya, orang yang tidak percaya mungkin sekali akan dibutakan / disesatkan!

Penerapan:

Kalau saudara sudah mendengar Injil / panggilan Tuhan, cepatlah percaya! Kalau saudara percaya, Tuhan akan memberikan hal-hal lain yang lebih besar, sehingga saudara akan lebih percaya lagi. Tetapi sebaliknya, kalau saudara tidak mau percaya, Tuhan akan membiarkan saudara disesatkan / dibutakan!

2) Yohanes 1: 51:

a) Ada perubahan dari ‘mu’ / ‘engkau’ bentuk tunggal dalam ay 50, menjadi ‘mu’ / ‘engkau’ bentuk jamak dalam ay 51. Jadi, kalau kata-kata Yesus dalam ay 50 itu berlaku untuk Natanael saja, maka kata-kata Yesus dalam ay 51 berlaku untuk semua orang yang hadir pada saat itu.

b) Arti ay 51: (Catatan: ini adalah ayat sukar yang ditafsirkan secara sangat beraneka ragam!).

· ada yang mengatakan bahwa ayat ini menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.

· ada yang mengatakan bahwa artinya adalah: mereka akan melihat malaikat-malaikat turun naik kepada Anak Manusia untuk menolong dan melayani Dia dan membuktikan bahwa Ia adalah Mesias.

· ada juga yang mengatakan bahwa artinya adalah: Yesus menjadi jalan / pengantara antara Allah / surga dan manusia. Banyak penafsir menghubungkan ayat ini dengan mimpi Yakub dalam Kej 28:12, dan mengatakan bahwa tangga menggambarkan Yesus, yang menghu-bungkan Allah / surga dengan manusia, sedangkan malaikat-malaikat naik turun karena mereka bertugas untuk melayani manusia.

-o0o-

YOHANES 2:1-11

Yohanes 2: 1-2:

1) Yusuf (suami Maria) tidak disebut-sebut (ay 1). Mungkin ia sudah mati.

2) ‘Pada hari yang ketiga’ (Yohanes 2: 1).

Ini dihitung dari saat Yesus mendapatkan Filipus dan Natanael (Yoh 2:43-51). Jadi jangan ditafsirkan bahwa mereka kehabisan anggur pada hari ke 3 dari pesta pernikahan itu.

3) Pada waktu diundang ke pesta kawin Yesus mau datang dan ikut berpes­ta. Berbeda dengan Yohanes Pembaptis, Yesus bukanlah seorang ascetic (= pertapa) (bdk. Mat 11:18-19). Karena itu jangan menafsirkan ayat seperti Luk 21:34-36 secara berlebihan, seakan-akan orang kristen sama sekali tidak boleh mengadakan pesta, makan-makan dsb..

Tetapi kalau saudara menghadapi orang kristen yang mempunyai kecon­dongan sebagai seorang ascetic perhatikan Ro 14:1-3,6b.

Yohanes 2: 3-4:

1) Mereka kekurangan anggur (Yohanes 2: 3).

a) Ini adalah suatu historical narrative (= cerita sejarah), sehingga tidak boleh dialegorikan! Jadi, ‘anggur’ artinya adalah ‘anggur’ (hurufiah).

Ada orang yang mengatakan bahwa pada hari ke 3 dari pernikahan mereka kehabisan anggur, dan ‘anggur’ diartikan sebagai ‘cinta’. Lalu Yesus mengubah air menjadi anggur, yang diartikan bahwa Yesus memu-lihkan cinta mereka. Ini pengalegorian yang tidak pada tempatnya!

b) Mereka bisa kekurangan anggur karena:

· Pesta nikah berlangsung 1 minggu (bdk. Kej 29:27 Hak 14:5).

· mereka bukan orang kaya.

2) Dalam ay 3 dikatakan bahwa Maria datang kepada Yesus dan berkata: ‘Mereka kehabisan anggur’. Apa maksud Maria dengan kata-kata ini?

Ada bermacam-macam kemungkinan dan penafsiran:

a) Maksud Maria ialah: Mari kita pulang karena anggur habis.

Ini jelas merupakan penafsiran yang tak cocok dengan kontexnya.

b) Maria mengharapkan Yesus melakukan mujijat untuk menolong mereka.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

· Calvin meragukan penafsiran ini, karena ay 11 menyatakan ini mujijat pertama! Kalau selama ini Yesus tidak pernah melakukan mujijat, dari mana Maria bisa mengharapkan mujijat?

· Tetapi keberatan yang lebih serius adalah: penafsiran ini tidak cocok dengan kontexnya. Kalau memang Maria mempersoalkan muji­jat, dan dalam ay 4 Yesus mengatakan belum waktunya, lalu menga­pa dalam ay 6-dst Yesus lalu toh melakukan mujijat itu?

c) Maria, yang tahu siapa Yesus itu, menghendaki supaya Yesus membuat mujijat dan menyatakan diriNya sebagai Mesias. [bdk. Yoh 7:3-6 yang menunjukkan bahwa saudara-saudara Yesus mendesak Dia untuk me-nyatakan diri (sebagai Mesias), tetapi ditolak oleh Yesus karena belum waktunya].

Saya berpendapat inilah penafsiran yang benar!

3) Yohanes 2: 4: Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari jawaban Yesus ini:

a) ‘Mau apakah engkau dari padaKu ibu?”

NASB/KJV: Woman, what have I to do with you / thee? (= perempuan, apa urusanKu denganmu?).

NIV: Dear woman, why do you involve me? (= perempuan, mengapa engkau melibatkan Aku?).

RSV: O woman, what have you to do with Me? (= O perempuan, apa urusanmu dengan Aku?).

NKJV: Woman, what does your concern have to do with Me? (= perem­puan, apa urusannya perhatianmu itu dengan Aku?).

Lit: What to me and to thee, woman? (= apa bagiKu dan bagimu, perem-puan?).

Ungkapan yang sama juga muncul dalam Hak 11:12 2Sam 16:10 1Raja- raja 17:18 2Raja-raja 3:13 2Taw 35:21 Ezra 4:3 Mat 8:29 Mark 1:24 Luk 8:28. Kalau kita membaca ayat-ayat ini maka kita bisa melihat bahwa ungkapan seperti itu selalu diucapkan untuk menun­jukkan ketidak-senangan!

Jadi jelaslah bahwa permintaan Maria di sini merupakan permintaan yang tidak menyenangkan Yesus.

b) Kata ‘ibu’ dalam ay 4 [Yn: GUNAI; Inggris: woman (= perempuan)] berbe-da dengan kata ‘ibu’ dalam ay 3,5,12 [Yunani: METER; Inggris: mother (= ibu / mama)].

Dalam Kitab Suci, Yesus tidak pernah menyebut Maria dengan sebutan ibu dalam arti ‘mama’!

Sebutan GUNAI memang bukan sebutan yang kasar / tidak hormat (bdk. Mat 15:28 dimana Yesus menggunakan sebutan ini terhadap perempuan Kanaan yang beriman), tetapi bagaimanapun juga dengan tidak menye­but ‘mama’ Yesus menunjukkan bahwa mulai saat itu Maria tidak mem­punyai otoritas untuk memerintah Yesus. Jangan lupa bahwa Yesus bukanlah hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah, dan karenanya hal ini tidak bisa dianggap sebagai suatu kekurang-ajaran!

c) Yesus tidak mau nyatakan diri sebagai Mesias, karena waktunya belum tiba. Bdk. Yoh 7:6,8,30 8:20 12:23 13:1 17:1.

· Ini menunjukkan bahwa dalam Rencana Allah ada penentuan sampai detail-detailnya!

Hendriksen:

“The words, ‘My hour has not yet come,’ clearly indicate Christ’s consciousness of the fact that he was accomplishing a task entrusted to him by the Father, every detail of which had been definitely marked off in the eternal decree, so that for each act there was a stipulated moment” (= kata-kata ‘waktuKu belum tiba’ secara jelas menunjukkan kesadaran Yesus terhadap fakta bahwa Ia sedang mengerjakan suatu tugas yang dipercayakan kepadaNya oleh Bapa, yang mana setiap bagiannya telah ditandai dengan pasti dalam ketetapan kekal, sehingga untuk setiap tindakan ada waktu yang telah ditentukan).

“Jesus knew that all his deeds had been predetermined as to the exact hour of their occurence” (= Yesus tahu bahwa semua tindakanNya telah ditentukan lebih dulu berkenaan dengan saat yang tepat terjadinya hal itu).

Adam Clarke:

“It is the folly and sin of men that they are ever finding fault with the Divine Providence. According to them, God never does anything in due time - he is too early or too late: whereas it is utterly impossible for the Divine wisdom to forestall itself; or for the Divine goodness to delay what is necessary” (= adalah merupakan kebodohan dan dosa manu-sia bahwa mereka selalu menya­lahkan Providensia ilahi. Menurut mereka, Allah tidak pernah melakukan apapun pada waktunya - Ia selalu terlalu awal atau terlambat: padahal merupakan sesuatu yang sama sekali mustahil bagi kebijaksanaan ilahi untuk bertindak lebih dulu; atau bagi kebaikan ilahi untuk menunda apa yang perlu).

Calvin menerapkannya ke dalam hidup kita sebagai berikut:

“Whenever the Lord holds us in suspense, and delays His aid, He is not therefore asleep, but, on the contrary, regulates all His works in such a manner that He does nothing but at the proper time” (= pada saat Tuhan membiarkan kita menunggu, dan menunda pertolonganNya, Ia tidaklah tertidur, tetapi sebaliknya, Ia mengatur semua pekerjaanNya sedemikian rupa sehingga Ia tidak melakukan apapun kecuali pada waktu yang tepat / benar).

· ini juga menunjukkan bahwa ada saatnya kebenaran harus ditahan, karena belum waktunya dikeluarkan / diberikan. Bahwa Yesus adalah Mesias, jelas merupakan suatu kebenaran, bahkan merupakan kebe-naran yang begitu penting! Tetapi toh pada saat itu Yesus belum mau menyatakannya, karena belum waktunya.

Penerapan:

* jangan berbicara tentang Allah Tritunggal pada waktu berbicara dengan orang kafir. Orang itu belum waktunya menerima kebenar-an seperti itu! Beritakanlah Injil kepada dia!

* jangan berbicara tentang doktrin Providence of God dengan orang kristen KTP ataupun orang kristen yang masih baru! Mereka belum saatnya menerima pengajaran seperti itu!

d) Kata-kata Yesus dalam ay 4 ini jelas menunjukkan penolakan Yesus atas permintaan Maria. Memang bukan seluruh permintaan Maria ditolak. Yesus mau melakukan mujijat dalam persoalan anggur, tetapi Yesus tidak mau menyatakan diri sebagai Mesias. Bandingkan ini dengan ajaran Roma Katolik yang menyu-ruh berdoa kepada Maria supaya dikabulkan.

Lebih dari itu, Yesus menolak dengan kata-kata keras. Mengapa? Ada beberapa kemungkinan:

· karena Maria melampaui batasan / haknya.

· supaya orang tidak menganggap bahwa mujijat itu dilakukan seba­gai ketaatan kepada Maria.

· supaya orang kristen tidak meninggikan Maria lebih dari seharus­nya.

Yohanes 2: 5-10:

1) Yohanes 2: 5:

a) Dengan kata-kata ini Maria meninggikan otoritas Kristus.

Dalam menasehati orang, kita harus selalu mendorong orang untuk taat kepada Kristus.

b) Calvin berkata: Maria mengirim orang kepada Kristus; Kristus tidak pernah mengirim orang kepada Maria! (dalam Yoh 19:26-27 Kristus bu-kannya mengirim Yohanes kepada Maria, tetapi mengirim Maria kepada Yohanes).

Bandingkan dengan ajaran Roma Katolik yang mengi­rim jemaatnya kepada Maria dan bukannya kepada Kristus!

2) Yohanes 2: 6-10:

a) Yohanes 2: 6: ada 6 tempayan, yang masing-masing berisi 2-3 buyung.

1 buyung (Yunani: METRETES) ada yang mengatakan sama dengan 7,5 gallons, ada yang mengatakan sama dengan 8,5 gallons, ada yang mengatakan sama dengan 9 gallons. Jadi volume total sekitar 100-150 gallon (1 gallon = 3,78 liter).

Hendriksen:

“This fact is stated in order to emphasize the great­ness of Christ’s gift” (= fakta ini dinyatakan untuk menekankan besarnya pemberian Kristus).

b) Selanjutnya dikatakan bahwa tempayan itu sebetulnya disediakan untuk ‘pembasuhan menurut adat orang Yahudi’ (ay 6).

Yesus mengubah air itu menjadi anggur, dan ini oleh FF Bruce diartikan sebagai berikut:

“The water, provided for purification as laid down by Jewish law and custom, stands for the whole ancient order of Jewish ceremoni­al, which Christ was to replace by something better” (= air, yang disediakan untuk penyucian seperti yang ditetapkan oleh hukum dan tradisi Yahudi, berarti seluruh kondisi lama dari upacara Yahudi, yang oleh Kristus akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik).

“The wine symbolizes the new order as the water in the jars sym­bolizes the old order” (= anggur merupakan simbol dari kondisi yang baru seperti air dalam tempayan merupakan simbol dari kondisi yang lama).

Ini lagi-lagi merupakan pengalegorian yang salah, karena suatu historical narrative (= cerita sejarah) tidak boleh dialegorikan!

c) Yohanes 2: 7: Yesus menyuruh mengisi semua tempayan itu dengan air sampai penuh. Ini merupakan perintah yang tidak masuk akal / menggelikan, tetapi itu merupakan ujian! Pada saat perintah itu ditaati, mujijat lalu terjadi dan problem mereka beres!

Penerapan:

Janganlah menolak Firman Tuhan yang kelihatannya tidak masuk akal / menggelikan. Dengan mempercayai dan mentaatinya, seringkali mujijat terjadi! Bdk. Naaman dalam 2Raja-raja 5:10-14.

d) Yohanes 2: 8-9: air berubah menjadi anggur!

· Ada yang menganggap ini bukan mujijat. Waktu anggur habis Yesus memerintahkan untuk menggunakan air. Dengan rasa humor yang tinggi, Ia menyuruh membawa ‘anggur’ itu kepada pemimpin pesta. Dan pemimpin pesta juga menyambutnya dengan rasa humor yang tinggi dan menyebutnya sebagai ‘anggur’ yang terbaik.

Tetapi perhatikan:

* Yohanes 2: 9: ‘air, yang telah menjadi anggur itu’.

* ay 11: ini = tanda pertama. Juga ay 11 mengatakan bahwa ‘dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya’. Dan ay 11 melanjutkan dengan mengatakan bahwa hal itu menyebabkan murid-muridNya percaya kepadaNya.

Kalau memang teori di atas itu benar, seharusnya ay 11 menye­butnya sebagai humor pertama! Dan adalah sinting untuk menga-ta­kan bahwa Kristus menyatakan kemuliaanNya dengan suatu humor, dan bahwa murid-murid percaya kepada Kristus karena Ia memberi­kan suatu humor!

* Yoh 20:31 - “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.

Tentang ‘teori humor’ ini perhatikan komentar F. F. Bruce di bawah ini.

F. F. Bruce: “Such a reconstruction is not even worthy to be dignified with the name of rationalization” (= belum diterjemahkan ) - ‘The New Testament Documents: Are They Reliable?’, hal 69.

· Rudolf Bultmann, tokoh Liberal dari Jerman, menganggap bahwa Yohanes mengambil cerita ini dari dongeng orang kafir. Pandangan seperti ini menunjukkan betapa rendahnya orang tolol yang sesat ini menilai Kitab Suci! Ingatlah nama Rudolf Bultmann ini baik-baik, dan waspadalah terhadap setiap pengkhotbah (biasanya dari kalangan Liberal) yang mengikuti atau menghormati Rudolf Bultmann!

· Orang yang menganggap ini betul-betul sebagai mujijat, terbagi dalam 2 golongan:

* ada yang menganggap hanya air yang dicedok saja yang berubah menjadi anggur. Sedang yang di dalam tempayan tetap adalah air.

* ada juga yang berpendapat bahwa semua air berubah menjadi anggur. Saya setuju dengan pandangan yang kedua ini.

e) Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari mujijat yang dilakukan oleh Yesus di tempat ini:

· Bahwa Yesus mau mengubah air menjadi anggur, menunjukkan bahwa orang kristen boleh minum anggur, asal tidak sampai mabuk (Ef 5:18).

Ada orang yang menganggap bahwa orang kristen sama sekali tidak boleh minum anggur (mungkin kecuali dalam Perjamuan Kudus). Mereka ini tidak mau menerima bahwa Yesus menciptakan anggur yang bisa memabukkan orang, dan mereka menafsirkan bahwa anggur yang digunakan saat itu, maupun anggur yang diciptakan oleh Yesus, hanyalah grape-juice (= air / jus anggur) yang tidak memabuk-kan. Tetapi William Hendriksen mengatakan bahwa di Pales­tina anggur masak pada bulan Juni - September. Pernikahan ini dekat dengan Paskah (bdk. ay 12-13), yaitu sekitar bulan April, sehingga yang mereka minum pastilah fermented grape-juice (= air / jus anggur yang beragi), yaitu anggur yang bisa memabukkan. Karena itu, anggur yang Yesus ciptakan pasti juga anggur yang seperti ini.

Ada juga orang yang menyerang kekristenan dengan mengatakan bahwa Yesus memang mengijinkan orang mabuk. Buktinya: sekalipun orang-orang dalam pesta itu sudah puas minum / sudah mabuk (ay 10), tetapi Yesus tetap mau menambah anggur mereka.

Untuk menjawab serangan ini perlu diperhatikan bahwa:

* puas minum belum tentu berarti mabuk.

* ay 10 sama sekali tidak menyatakan keadaan dari orang-orang dalam pesta itu! Ay 10 hanya merupakan kata-kata pemimpin pesta yang menunjukkan kebiasaan orang pada saat itu, yaitu mengeluarkan anggur yang baik dulu, dan setelah orang puas minum (saat itu daya kecap lidah sudah sangat berkurang), baru mengeluarkan anggur yang kurang baik.

Jadi kesimpulannya tetap adalah: orang kristen boleh minum anggur tetapi tidak boleh mabuk.

Tapi sekalipun kita boleh minum anggur, kita juga harus memperhati-kan ayat seperti Ro 14:15,20-21 1Kor 8:8-13 1Tim 3:8!

· kalau kita membandingkan bagian ini dengan Mat 4:2-4 maka terli­hat bahwa demi diriNya sendiri Yesus tidak mau mengubah batu menjadi roti, tetapi demi menolong orang lain Yesus mau mengubah air menja-di anggur. Betul-betul suatu kehidupan yang sangat tidak egois!

f) Ay 10: ini menunjukkan bahwa anggur yang diciptakan oleh Yesus itu mempunyai mutu yang sangat baik.

Yohanes 2: 11:

1) Mujijat ini disebut sebagai ‘tanda’ (Yunani: SEMEION; Inggr: sign).

Kata ini banyak digunakan dalam Injil Yohanes dan menunjuk pada mujijat yang membuktikan / menandakan keilahian Kristus (ay 11).

F. F. Bruce: “The miracles of the fourth Gospel are always called ‘signs’, and elsewhere in the New Testament the word ‘miracle’ or ‘wonder’ is regularly linked with the word for ‘sign’. ... Our Lord did not esteem very highly the kind of belief that arose simply from witnessing miracles. His desire was that men should realise what these things signified. They were signs of the messianic age, such as had been told by the prophets of old” (= belum diterjemahkan ) - ‘The New Testament Documents: Are They Reliable?’, hal 69.

Bdk. Yes 35:5-dst.

2) Mujijat ini disebut sebagai tanda pertama yang dibuat oleh Yesus.

Karena itu, cerita-cerita yang menunjukkan bahwa pada masa kanak-kanak, ataupun pada usia antara 12-30 tahun, Yesus sudah melakukan mujijat-mujijat, jelas adalah omong kosong!

3) Dikatakan bahwa mujijat ini membuat murid-murid percaya kepada Yesus.

Maksudnya adalah: mereka menjadi makin percaya kepada Yesus (ingat bahwa tadinya mereka sudah percaya kepada Yesus).

Ay 1-11:

Satu hal yang menarik yang diberikan oleh William Hendriksen tentang seluruh text ini adalah: dalam cerita ini semua orang (termasuk keman­ten laki-laki, kemanten perempuan, pemimpin pesta, tamu-tamu, murid-murid Yesus, dan bahkan ibu Yesus) digambarkan tanpa nama / samar-samar / sebagai back-ground (= latar belakang). Hanya Yesus yang digambarkan dengan nama / secara jelas. Memang yang wajib kita tonjolkan hanyalah Yesus!

Penerapan:

Ingatlah hal ini pada saat saudara memberitakan Firman Tuhan / sharing! Jangan menon­jolkan diri sendiri, hamba Tuhan, Maria, atau siapapun juga yang lain, selain Yesus!

-o0o-

YOHANES 2:12-25

Yohanes 2: 12:

1) Kota Kapernaum.

Yesus sering sekali ke kota ini sehingga kalau kita melihat Mat 9:1 dan mem-bandingkannya dengan Mark 2:1, terlihat bahwa kota Kapernaum ini disebut ‘kotaNya sendiri’.

2) Ini adalah kali yang terakhir rasul Yohanes menyebut tentang ibu Yesus / Maria. Ia baru menyebutnya lagi pada peristiwa penyaliban (Yoh 19:25). Jadi, selama lebih dari 3 tahun pelayanan Tuhan Yesus, rasul Yohanes tidak pernah menyebut-nyebut Maria. Ini menunjukkan bahwa Maria sangat tidak ditonjolkan! Bandingkan ajaran rasul Yo­hanes ini dengan ajaran gereja Roma Katolik yang justru begitu menonjolkan Maria!

3) ‘Saudara-saudaraNya’.

Ada beberapa pandangan tentang siapa yang dimaksud dengan saudara- saudara Yesus ini:

a) Anak-anak dari Yusuf dan Maria.

Ini didukung oleh ayat-ayat seperti Mat 1:25 dan Luk 2:7 yang secara implicit menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria mempunyai anak-anak setelah kelahiran Yesus.

b) Anak-anak Yusuf dari pernikahannya yang pertama (sebelum menikah dengan Maria).

c) Saudara sepupu Yesus.

Ini sebetulnya tidak mungkin karena kata Yunani untuk ‘saudara’ berbeda dengan kata Yunani untuk ‘saudara sepupu’. Bdk. Kol 4:10 - kata ‘keme-nakan’ sebetulnya adalah ‘cousin’ (= saudara sepupu), dalam bahasa Yunaninya adalah ANEPSIOS. Sedangkan kata Yunani yang diterjemah-kan ‘saudara’ di sini adalah ADELPHOS.

Pandangan ke 2 dan ke 3 ini muncul karena adanya kepercayaan terha­dap keperawanan yang kekal dari Maria, yang sebetulnya tidak pernah diajarkan oleh Kitab Suci.

Yohanes 2: 13:

1) Ini adalah Paskah pertama setelah Yesus dibaptis / memulai pelayananNya. Yang kedua ada dalam Luk 6:1, yang ketiga dalam Yoh 6:4, dan yang keempat pada penyaliban (Yoh 11:55). Dari sini bisa disimpulkan bahwa Yesus melayani lebih dari 3 tahun.

2) Pada hari Paskah, Yesus pergi ke Yerusalem sebagai ketaatan pada hukum Taurat (Kel 23:14,15,17 Ul 16:1-8).

Yesus mentaati Firman Tuhan! Ini adalah sesuatu yang penting untuk direnungkan, khususnya oleh orang-orang Liberal yang seringkali ‘meninggi-kan’ Yesus tetapi merendahkan Kitab Suci / Firman Tuhan! Padahal Kitab Suci sendiri berulang kali menggambarkan Yesus sebagai orang yang tunduk pada Kitab Suci / Firman Tuhan! Bdk. Gal 4:4.

Yohanes 2: 14-22:

1) Calvin dan banyak penafsir berpendapat bahwa penyucian Bait Allah di sini tidak sama dengan penyucian Bait Allah yang ada di Mat 21:12-13 / Mark 11:15-17 / Luk 19:45-46.

Alasannya: yang ada dalam Matius, Markus, dan Lukas, menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi pada akhir pelayanan Yesus, tetapi yang diceritakan oleh Yohanes, terjadi pada awal pelayanan Yesus.

Saya setuju dengan pandangan ini.

Tetapi juga ada penafsir-penafsir (salah satunya adalah William Barclay) yang beranggapan bahwa hanya ada 1x penyucian Bait Allah. Jadi yang ada di Yohanes sama dengan yang ada di Matius, Markus, dan Lukas.

Penafsiran mereka:

· Yohanes hanya peduli pada kebenaran, tidak pada chronology (= urut-urutan waktu). Jadi apa yang sebetulnya terjadi di akhir pelayanan Yesus, ia letakkan di awal pelayanan Yesus.

· pada waktu Yohanes mati, ia belum selesai menyusun Injilnya, sehingga orang lain mengumpulkannya dan menyatukannya, dan orang itu meletakkan bagian ini di tempat yang salah.

2) Yohanes 2: 14: hal-hal yang menimbulkan kemarahan Yesus:

a) Orang-orang itu berjualan dalam Bait Suci (ay 14).

Memang ini tidak berarti bahwa mereka berjualan dalam Ruang Suci atau Ruang Maha Suci.

Alasannya:

· Sekalipun ay 14 mengatakan ‘dalam Bait Suci’, tetapi perlu diingat bahwa kata Yunani yang diterjemahkan ‘Bait Suci’ dalam ay 14,15 adalah HIERON yang bukan hanya menunjuk pada Ruang Suci dan Ruang Maha Suci saja, tetapi juga mencakup pelataran Bait Suci.

· hanya imam yang boleh masuk ke Ruang Suci, sehingga tidak mungkin orang berjualan disana.

Karena itu harus disimpulkan bahwa mereka berjualan di pelataran Bait Suci [bdk. ay 14 (NIV): In the temple courts (= dalam pelataran Bait Suci)].

Tetapi perlu diingat bahwa pelataran ini adalah tempat orang non Yahudi berbakti, sehingga dengan adanya orang berjualan di sana, maka orang non Yahudi tidak bisa berdoa / berbakti dalam Bait Allah.

Dari sini bisa kita tarik kesimpulan bahwa kalau kita melakukan hal-hal yang menghalangi / mengganggu orang lain dalam berdoa atau berbakti kepada Tuhan, maka itu menyebabkan kemarahan Tuhan!

Penerapan:

· Seringkah saudara ribut dalam gereja dan terus mengajak bicara tetangga saudara, yang sebetulnya ingin berbakti dengan serius?

· Seringkah saudara membiarkan anak saudara membuat keributan dalam gereja, lari-lari dsb? Ini mengganggu orang lain dalam berbakti!

Ingatlah bahwa hal-hal ini menimbulkan kemarahan Tuhan!

b) Penjualan binatang dan penukaran uang (ay 14) yang bersifat ‘memeras rakyat’.

· William Barclay mengatakan bahwa harga merpati di Bait Allah hampir 20 x lipat di luar.

· Disamping itu imam-imam menolak binatang yang tidak dibeli di Bait Allah (dengan alasan yang dicari-cari), sehingga orang terpaksa membelinya di Bait Allah dengan harga yang sangat mahal.

· dalam hal uang, kalau orang membawa uang besar, ia harus menukarkannya dengan uang kecil dulu, dan untuk ini sudah ditarik ongkos. Setelah itu uang kecil itu masih harus ditukarkan lagi dengan uang yang dianggap sah untuk dipersembahkan ke Bait Allah (harus mata uang Yahudi 1/2 syikal - bdk. Kel 30:13), dan untuk ini ada ongkos lagi.

Pemerasan dengan kedok agama / Tuhan inilah yang membuat Yesus marah! Karena itu setiap Pendeta / pemimpin / majelis gereja harus hati-hati untuk tidak melakukan hal-hal seperti ini! Dan kalau selama ini mereka sudah melakukannya, mereka harus bertobat!

3) Yohanes 2: 15-16: Sikap dan tindakan Yesus:

a) Ia bukannya sabar / kasih, tetapi menjadi marah! Bdk. ay 17!

Tetapi ini adalah kemarahan yang suci!

Penerapan:

· Jangan sembarangan / terlalu cepat menyalahkan orang yang marah, apalagi kalau orang itu marah karena adanya ketidak-beresan dalam gereja, adanya ajaran sesat, dsb. Beranikah saudara menyalahkan Yesus yang marah di sini?

· kalau saudara adalah orang yang selalu ‘sabar’ dalam menghadapi hal-hal yang salah, maka belajarlah dari Yesus untuk bisa marah dalam keadaan seperti itu! Bandingkan dengan Wah 2:2 dan 2Kor 11:4, dimana ketidaksabaran dipuji dan kesabaran justru dikecam!

· kalau saudara adalah orang yang bisa marah dalam menghadapi hal- hal yang salah, belajarlah untuk bisa mempunyai kemarahan yang suci! Mengapa? Karena sekalipun alasan kemarahan itu benar, tetapi kalau saudara marah secara kelewat batas, itu tetap adalah dosa!

b) Yesus tidak menegur (mungkin karena Ia tahu bahwa mereka tahu akan kesalahan mereka - ini dosa sengaja), tetapi Ia langsung bertindak dengan mengusir para penukar uang / penjual binatang dengan bina- tang mereka.

Catatan: ‘cambuk dari tali’ belum tentu digunakan terhadap manu­sianya, tetapi mungkin hanya terhadap binatangnya.

c) Apa yang Yesus lakukan di sini adalah reformasi secara revolusioner / drastis. Padahal apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu sudah menjadi tradisi!

Kebanyakan orang melakukan reformasi secara pelan-pelan / ‘bijak­sana’ (atau ‘bijaksini’?), apalagi kalau menyangkut kesalahan yang sudah membudaya / menjadi tradisi. Sekalipun ini mungkin tidak selalu salah, tetapi pasti juga tidak selalu benar! Beranikah saudara berkata bahwa di sini Yesus bertindak tidak bijaksana?

d) Yesus pasti tahu bahwa orang-orang Yahudi itu akan memberikan reaksi yang negatif, tetapi sekalipun demikian Ia tetap melakukan reformasi itu!

Tindakan yang benar harus tetap dilakukan sekalipun hasilnya negatif! Ingat bahwa kita melakukan kebenaran bukan dengan tujuan mendapat keuntungan / manfaat, tetapi karena itu memang tindakan yang benar.

e) Penyucian Bait Allah oleh Yesus ini menggenapi Mal 3:1b-3 dan mungkin juga Zakh 14:21b.

4) Yohanes 2: 17-18:

Di sini terlihat adanya 2 reaksi terhadap apa yang Yesus lakukan itu:

a) Reaksi dari murid-murid (ay 17):

· Mereka ingat ayat Kitab Suci dalam Maz 69:10 (bdk. ay 22 - mereka ingat akan perkataan Yesus).

Ini menunjukkan bahwa mereka:

* sangat mengenal Kitab Suci.

Ini gunanya belajar Kitab Suci! Pada saat kita membutuhkannya maka Roh Kudus bisa mengingatkan, sehingga Kitab Suci itu berguna bagi kita (bdk. Yoh 14:26b). Tetapi bahwa Roh Kudus ber-fungsi untuk mengingatkan kita, tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk menghafal / mengingat Kitab Suci! Apa yang saudara lakukan untuk bisa lebih mengingat Kitab Suci?

* mereka membandingkan kejadian sehari-hari dengan Kitab Suci.

Hal yang ke 2 ini yang jarang ada! Ada banyak orang yang mem­punyai banyak pengetahuan tentang Kitab Suci, tetapi tidak mem-bandingkannya dengan kehidupan / pengalaman sehari-hari!

Kesaksian: beberapa waktu yang lalu saya menonton film-film Bruce Lee di TV. Mula-mula saya merasa sayang bahwa Bruce Lee yang begitu hebat kungfunya harus mati pada usia 32 tahun. Tetapi saya lalu membandingkan hal itu dengan Kitab Suci, khu-susnya kitab Pengkhotbah yang menyatakan bahwa semua hal-hal duniawi adalah sia-sia! Ini menyebabkan saya lalu menganggap bahwa Bruce Lee adalah orang yang telah menyia-nyiakan hidup­nya!

Penerapan:

Kalau saudara berbicara soal bisnis, uang yang milyaran, kenikmatan dunia dsb, maka itu bisa menyebabkan saudara terlalu menghargai uang. Tetapi kalau saudara bisa membanding­kannya dengan Kitab Suci, itu bisa mencegah saudara dari sikap yang salah itu!

* mereka ikut Kristus, tetapi tetap menjadikan Kitab Suci sebagai penuntun! Bdk. ay 22b: ‘percaya akan Kitab Suci dan akan perka­taan yang telah diucapkan Yesus’. Perhatikan bahwa ‘Kitab Suci’ disebut lebih dulu dari ‘perkataan Yesus’!

Kalau saudara berhenti menjadikan Kitab Suci sebagai penuntun / pedoman hidup saudara, jangan mimpi bahwa saudara bisa mengikut Kristus!

· Ay 17 (NIV): ‘Zeal for your house will consume me’ (= semangat terhadap rumahMu akan membakar aku).

Psalm 69:9 (NASB): ‘For zeal for Thy house has consumed me’ (= karena semangat terhadap rumahMu telah membakar aku).

Bentuk lampau ini diambil dari Septuaginta / LXX yang mengguna­kan past tense. Mungkin karena hal itu sudah terjadi pada diri Daud. Tetapi itu juga merupakan suatu nubuat yang akan digenapi dalam diri Kristus.

· Ay 17 ini menunjukkan bahwa orang kristen, khususnya pendeta, harus mempunyai semangat untuk memurnikan / mereformasi gereja!

Kalau selama ini saudara bersikap acuh tak acuh terhadap kesalahan-kesalahan yang ada dalam gereja saudara, bertobatlah!

Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan / pengkhotbah / penga­jar Firman Tuhan yang ingin memurnikan gereja, maka khotbah sau-dara harus cocok dengan kata-kata di bawah ini:

Barnes’ Notes:

“The preaching of every minister should be such that wicked men will feel that they must either become christians or leave the house of God, or spend their lives there in the consciousness of guilt and the fear of hell” (= khotbah dari setiap pendeta seharusnya adalah sedemikian rupa sehing-ga orang-orang jahat akan merasa bahwa mereka harus menjadi orang kristen, atau meninggalkan rumah Allah, atau menghabiskan hidup mereka di sana dalam kesadaran akan kesalahan dan rasa takut pada neraka).

b) Dari orang-orang Yahudi (ay 18):

· Berbeda dengan murid-murid, orang-orang Yahudi ini, sekalipun sebetulnya mengerti banyak tentang Kitab Suci, tetapi tidak mengingat satu ayatpun. Akibatnya mereka tidak bisa melihat bahwa tindakan Yesus itu benar, dan karena itu mereka justru menjadi marah.

· Mereka minta tanda. Orang Yahudi memang terkenal sering minta tanda (bdk. 1Kor 1:22a). Ini adalah sikap yang salah karena nabi / utusan Tuhan tidak selalu bisa melakukan mujijat (contoh: Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mujijatpun - Yoh 10:41). Seharusnya mereka menanyakan apa dasar Kitab Suci dari tindakan Yesus itu!

Disamping itu, bahwa 1 orang bisa mengusir banyak orang dengan binatangnya, sebetulnya sudah merupakan tanda!

· Sikap menentang dan marah dari orang-orang Yahudi ini menunjuk­kan bahwa mayoritas manusia selalu menentang orang yang melaku­kan reformasi, karena orang salah pada umumnya tidak mau dire­formasi! Karena itu kalau saudara bertekad melakukan reformasi, bersiap-sedialah menghadapi tantangan!

5) Yohanes 2: 19-22:

a) Ay 19: Jawaban Yesus.

· kata ‘Bait Allah’ dalam ay 19 ini, dan juga dalam ay 20,21, berbeda dengan yang ada dalam ay 14,15, karena di sini digunakan kata NAOS yang menunjuk pada sanctuarynya saja (hanya Ruang Suci dan Ruang Maha Suci).

Catatan: Kata NAOS juga digunakan dalam 1Kor 3:16-17, dan karena itu bagian-bagian ini tidak bisa dijadikan dasar ajaran Trichoto­my, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh.

· Kata-kata Yesus di sini menjadi dasar bagi mereka untuk menuduh / memfitnah dan mengolok-olok Yesus (Mat 26:61 Mat 27:40) bahkan terhadap Stefanus (Kis 6:14).

Penerapan:

Orang sering memfitnah hamba Tuhan dalam hal ajaran­nya. Misalnya: banyak orang yang mengaku diri sebagai orang Reformed, yang menuduh saya sebagai seorang Hyper Calvinist gara-gara ajaran saya tentang Providence of God. Padahal apa yang saya ajarkan itu jelas-jelas memang adalah ajaran Reformed / Calvinisme. Sebetulnya bukan saya yang adalah Hyper-Calvinist, tetapi orang-orang yang menuduh / memfitnah saya itulah yang Semi-Reformed!

b) Ay 20:

· apa yang seharusnya diartikan secara simbolis mereka artikan secara hurufiah.

· Bait Allah pada saat itu mulai dibangun oleh Herodes yang Agung pada tahun 19 SM, dan baru selesai secara total pada tahun 64 M. Jadi saat itu, setelah pembangunan berjalan 46 tahun, Bait Allah itu belum selesai secara total (tetapi sudah digunakan).

· Bait Allah itu sangat indah (bdk. Luk 21:5), tetapi brengsek di hadapan Tuhan. Karena itu:

* dalam mencari gereja jangan hanya memperhatikan gedungnya, tetapi harus memperhatikan orangnya / ajarannya / aktivitasnya!

* dalam mendirikan gereja, harus hati-hati untuk tidak hanya mem-perindah gedungnya, tetapi terutama memperbaiki orangnya / ajarannya / aktivitasnya!

c) Ay 21:

· Ay 21 ini menjelaskan bahwa tadi dalam ay 19 Kristus tidak berbicara secara hurufiah, tetapi secara simbolis. Mengapa? Mungkin dengan alasan yang sama seperti dalam Mat 13:10-15!

· Berdasarkan ay 21 ini maka jelas bahwa ay 19 tadi merupakan nubuat tentang kematian dan kebangkitan Yesus dari antara orang mati pada hari yang ketiga.

Kata-kata ‘Aku akan mendirikannya kembali’ menunjukkan bahwa Yesus bangkit oleh kuasaNya sendiri (bdk. Yoh 10:18).

· Jawaban Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mau memberikan tanda kepada mereka, kecuali kebangkitanNya dari antara orang mati. Karena itu jangan punya sikap: hanya mau percaya kalau melihat tanda! Bdk. Luk 16:27-31.

d) Ay 22: ini menunjukkan ada nubuat yang tidak bisa dimengerti sampai saat penggenapan dari nubuat itu! Ini mungkin berlaku untuk nubuat-nubuat dalam kitab Wahyu. Karena itu jangan tidak mau membaca bagian-bagian seperti itu, karena pada saat penggenapan, itu akan saudara mengerti dan itu akan berguna bagi saudara!

Yohanes 2: 23-25:

1) Sekalipun dalam ay 23 dikatakan ‘banyak orang percaya dalam nama Yesus’, tetapi dari ay 24-25 terlihat dengan jelas bahwa iman mereka hanyalah ‘iman mujijat’ yang sebetulnya bukan iman yang sejati.

Jadi, ay 23 (‘percaya’ karena tanda) ini dikontraskan dengan ay 22 (percaya karena Firman).

Juga ay 23-25 ini berhubungan dengan permintaan tanda dalam ay 18, karena ay 23-25 ini menunjukkan bagaimana mutu iman dari orang yang ‘percaya’ karena tanda!

2) Ay 24-25 menunjukkan:

a) Yesus maha tahu, Ia bisa membedakan orang yang mempunyai iman sejati, dan orang yang mempunyai iman yang palsu (Kristen KTP).

Kalau saudara adalah orang kristen KTP, sekalipun tak ada orang lain yang tahu akan hal itu, ingatlah bahwa Yesus tahu akan hal itu! Karena itu bertobatlah dan percayalah dengan sungguh-sungguh kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan!

b) Yesus tidak mempercayakan diri kepada orang kristen KTP. Kitapun harus waspada menghadapi mereka! Tentu ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu mengasihi mereka, atau bahwa kita harus terus mencurigai dan mengawasi mereka! Kita tentu harus mengasihi mere­ka, bergaul dengan mereka supaya bisa menginjili mereka, tetapi kita tidak boleh menempatkan mereka dalam pelayanan yang penting, karena ini bisa merusak gereja!

c) Leon Morris (NICNT) mengomentari bagian ini dengan berkata:

“He looked for genuine conversion, not enthusiasm for the spectacular” (= Ia mencari pertobatan yang sungguh-sungguh, bukan antusiasme / kegairahan untuk hal-hal yang bersifat spektakuler) - hal 207.

Saya berpendapat bahwa hal ini perlu diperhatikan oleh orang-orang kristen dari kalangan Pentakosta / Kharismatik, yang pada umumnya tergila-gila dengan mujijat.

-o0o-

YOHANES 3:1-8

Cerita dalam Yoh 3:1-8 ini berhubungan dengan Yoh 2:23-25. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kesia-siaan orang yang menjadi pengikut / murid Kristus (bdk. Yoh 3:2 - Rabi), hanya karena melihat tanda (bdk. Yoh 3:2b), karena tanpa kelahiran baru semua tidak akan masuk surga. Jadi tujuan cerita ini adalah mengajar bahwa untuk menjadi murid / pengikut Kristus yang sejati, seseorang harus mengalami kelahiran baru.

Yohanes 3: 1-2:

1) Nikodemus disebut sebagai:

Seorang Farisi (ay 1).

Seorang ‘pemimpin agama Yahudi’ (ay 1).

NIV: a member of the Jewish ruling council (= anggota dewan pemerintah Yahudi).

NASB/Lit: a ruler of the Jews (= seorang penguasa Yahudi).

Ini berarti bahwa Nikodemus adalah anggota Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi.

Jabatan / kedudukan Nikodemus ini sengaja disebutkan untuk:

a) Menunjukkan kepada orang-orang Yahudi bahwa ada orang Farisi / Sanhedrin yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah (bdk. Yoh 7:50,51 19:39). Hal ini penting supaya merekapun mau percaya kepada Yesus.

b) Menunjukkan bahwa kalau orang seperti ini saja tidak mengerti (bdk. ay 10), apalagi yang lain.

c) Menunjukkan bahwa kalau orang seperti ini saja membutuhkan kela- hiran baru, apalagi yang lain (Ingat: orang Farisi sangat menekan­kan kesucian).

Penerapan:

Kalau saudara adalah orang yang merasa diri saudara baik / saleh, maka sadarilah bahwa tanpa kelahiran baru, bagaima­napun salehnya saudara hidup, saudara tidak akan masuk surga!

d) Menunjukkan bahwa jabatan / kedudukan sering menjadi halangan bagi seseorang untuk datang kepada Kristus (bdk. ay 2 - ‘datang pada waktu malam’).

Penerapan:

Kalau jabatan / kedudukan / pekerjaan saudara mengha­langi saudara untuk datang / mendekat kepada Tuhan dan hidup bagi Tuhan, maka saudara sudah menyalah-gunakan jabatan / kedudukan / pekerjaan saudara itu!

2) Nikodemus datang kepada Yesus pada waktu malam (ay 2).

a) Ini tidak boleh dialegorikan (= diartikan sebagai lambang) sebagai ber-ikut: Nikodemus datang dari kegelapan rohaninya kepada Yesus yang adalah Terang dunia. Ingat bahwa bagian ini merupakan suatu historical narrative (= cerita sejarah), sehingga kata ‘malam’ harus diartikan secara hurufiah.

b) Mengapa Ia datang pada waktu malam?

· mungkin sekali karena takut diketahui orang Farisi / anggota Sanhe-drin yang lain. Nikodemus disebut lagi dalam Yoh 7:50-52 dan Yoh 19:39 dan secara implicit selalu menunjukkan bahwa dia ikut Yesus dengan takut-takut. Jadi mungkin sekali di sini ia datang pada waktu malam juga karena takut.

· ada juga yang berpendapat bahwa ia datang pada waktu malam karena kalau siang / pagi selalu ada banyak orang mengikuti Yesus sehingga tidak bisa berbicara secara pribadi / dengan tenang.

Kalau ini alasannya untuk datang pada waktu malam, maka tentu saja ia tidak bisa disalahkan.

3) Kata-kata Nikodemus (ay 2).

a) ‘Rabi / Guru’.

Bahwa Nikodemus, yang adalah seorang pengajar (ay 10), mau menye­but Yesus, yang tidak pernah belajar (bdk. Yoh 7:15 - artinya Yesus tak pernah masuk ‘sekolah theologia’ saat itu), sebagai ‘guru’, menunjukkan:

· kerendahan hati Nikodemus!

Kerendahan hati adalah sesuatu yang sangat penting dalam belajar Firman Tuhan!

· ketundukannya kepada Allah.

Kata-kata ‘guru yang diutus Allah’ menunjukkan hal itu! Jadi sekalipun Yesus tidak pernah belajar (dalam ‘sekolah theologia’ saat itu), tetapi karena Nikodemus tahu / yakin bahwa Allah yang mengutus Yesus sebagai guru, maka ia mau belajar kepada Yesus!

Penerapan:

Maulah mendengarkan semua hamba Tuhan yang betul-betul adalah hamba Tuhan, tidak peduli apakah ia masih muda, sekolahnya kurang tinggi, orangnya tidak terlalu pandai, dsb.

Tetapi, sebutan ini juga menunjukkan bahwa pengenalan Nikodemus terhadap Yesus ini masih kurang, karena ia hanya mengenali Yesus sebagai guru, bukan / belum sebagai Allah / Mesias.

Renungkan: sampai dimana pengenalan saudara terhadap Yesus?

b) ‘Kami tahu’.

Kata ‘kami’ menunjuk pada Nikodemus dan grupnya. Tetapi anehnya, yang lain tidak mau diajar oleh Yesus! Banyak orang yang hanya tahu tentang Yesus tetapi tidak mau datang kepada Yesus!

c) ‘tanda-tanda’.

Ini menunjuk pada tanda yang Yesus lakukan dalam Yoh 2:1-11,23. Nikodemus melihat Yesus melakukan tanda, dan itu mendorongnya untuk datang kepada Yesus, belajar dari Yesus, dan akhirnya per­caya kepada Yesus! Ini reaksi yang benar dari orang yang melihat tanda! (kontras dengan orang-orang dalam 2:23-25).

d) ‘Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah, sebab tidak ada se-orangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya’ (ay 2b).

Kata-kata ini tidak sepenuhnya / selalu benar karena:

· orang yang diutus Allah belum tentu bisa mengadakan mujijat (bdk. Yoh 10:41).

· orang yang bisa mengadakan mujijat belum tentu diutus Allah (bdk. Ul 13:1-3 Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9 Wah 13:11-18 Wah 16:13-14). Juga bandingkan dengan tukang sihir Mesir yang meniru tanda yang dibuat Musa (Kel 7:22 8:7).

Penerapan:

Kalau saudara adalah orang yang tergila-gila pada tanda / mujijat, maka renungkan baik-baik ayat-ayat tersebut di atas sebelum saudara disesatkan oleh nabi-nabi palsu yang bisa melakukan mujijat!

Ay 3:

1) Yesus menjawab Nikodemus.

Yesus selalu mau meluangkan waktu untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada siapa saja yang mau mendengar, sekalipun orang itu mempunyai kelemahan-kelemahan (seperti datang pada malam dsb)!

Penerapan:

Maukah saudara mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada orang lain? Atau saudara lebih mempersoalkan kelemahan-kelemahannya? Atau saudara acuh tak acuh?

2) Apa hubungannya kata-kata Nikodemus dalam ay 2 dengan jawaban Yesus dalam ay 3?

Mungkin Yesus sudah tahu bahwa Nikodemus bermaksud bertanya tentang Kerajaan Allah, dan karena itu Yesus mendahuluinya dengan memberi syarat untuk bisa masuk Kerajaan Allah.

Dengan demikian Yesus mengatakan: sekalipun engkau menganggap Aku sebagai guru, tetapi kalau engkau tidak mengalami kelahiran baru, engkau tidak akan masuk Kerajaan Allah.

3) ‘Sesungguhnya’.

NASB: Truly, truly.

KJV: Verily, verily.

Kata bahasa Yunaninya adalah AMEN, AMEN.

Ini dianggap sebagai suatu sumpah, dan tujuannya untuk membangkitkan perhatian yang serius dalam diri Nikodemus.

Penerapan:

Jangan memberitakan Injil / Firman Tuhan dengan cara guyonan. Usahakan-lah untuk melakukan hal itu dengan serius, supaya orang yang saudara injili itu juga mendengar dengan serius! Memang lelucon dalam khotbah kadang-kadang diperlukan, supaya orang kafir / orang kristen KTP / orang kristen yang masih bayi mau mendengar. Tetapi terlalu banyak lelucon bisa menye-babkan para pendengar kehilangan keseriusannya! Ingat bahwa kita dipang-gil untuk menjadi pemberita Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menjadi pe-lawak!

4) ‘dilahirkan kembali’.

a) Ada 2 alasan mengapa Yesus mempersoalkan kelahiran baru kepada Nikodemus di sini:

· Karena Nikodemus adalah orang Farisi yang keistimewaannya adalah melahiriahkan agama / menekankan hal-hal lahiriah, maka Yesus justru menekankan kelahiran baru!

· Karena orang Yahudi saat itu menganggap orang non Yahudi yang dibaptis (masuk ke Yudaisme) sebagai anak yang baru lahir. Tetapi Yesus berkata bahwa semua orang (termasuk orang Yahudi) harus mengalami kelahiran baru, dan kelahiran baru itu adalah pekerjaan Allah / Roh Kudus (jadi bukan karena baptisan yang merupakan pekerjaan manusia).

Penerapan:

Dalam memberitakan Injil, kita harus menyelidiki kesa­lahan utama dari orang itu, lalu ‘menyerangnya’ disitu! Jadi, jangan asal ‘menembak’!

b) NIV/NASB/KJV: born again (= dilahirkan lagi).

RSV: born anew (= dilahirkan sekali lagi).

Footnote NIV/RSV: born from above (= dilahirkan dari atas).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kembali’ dalam Kitab Suci Indone­sia adalah ANOTHEN yang bisa berarti:

· from above (= dari atas).

Contoh: Mat 27:51 Mark 15:38 Yak 1:17 Yak 3:15,17 Yoh 3:31 Yoh 19:11,23.

· again (= lagi).

Contoh: Gal 4:9.

· from the first / beginning (= dari semula).

Contoh: Luk 1:3 (‘dari asal mulanya’); Kis 26:5 (‘sudah lama’).

Arti ke 3 dianggap tak mungkin, atau dianggap menjadi sama dengan arti ke 2 (dilahirkan dari semula = dilahirkan kembali / lagi).

Argumentasi yang mendukung arti ke 2:

Calvin mengatakan bahwa jawaban Nikodemus dalam ay 4 menunjukkan bahwa yang dimaksud dalam ay 3 adalah born again (= dilahirkan lagi).

Argumentasi yang mendukung arti ke 1:

¨ Dalam Kitab Suci kata ANOTHEN hampir selalu diterjemahkan from above (= dari atas). Satu-satunya yang diterjemahkan again (= lagi) adalah Gal 4:9.

¨ Terjemahan from above (= dari atas) cocok dengan konsep Yohanes tentang kelahiran baru yang selalu menekankan kelahiran dari Allah / Roh Kudus (Yoh 1:13 1Yoh 2:29 3:9 4:7 5:1,4,18).

Ada juga orang yang menggabungkan arti ke 1 dan ke 2, karena kelahiran dari atas / Allah memang merupakan kelahiran kembali / lagi.

c) Kelahiran baru.

· Karena manusia itu rusak secara total (Total Depravity), maka yang dibutuhkan bukanlah proses pembetulan sedikit demi sedikit bagian-bagian yang salah dalam hidup kita (seperti yang dilaku­kan semua agama lain), tetapi kelahiran baru.

Illustrasi: pakaian yang sobek memang bisa ditambal, tetapi kalau pakaian itu hancur, atau sudah memet, maka tidak mungkin bisa ditambal lagi, tetapi harus diganti baru!

· Kelahiran baru merupakan peristiwa / pekerjaan Roh Kudus yang berlangsung seketika, dimana Ia menghidupkan kembali manusia yang tadinya mati dalam dosa. Orang yang sudah mengalami kelahir-an baru, pasti akan mengalami pembaharuan dalam seluruh segi kehidupannya (Catatan: ini merupakan buah dari kelahiran baru).

Bandingkan dengan kata-kata seorang Pendeta Liberal sebagai berikut:

“Kelahiran kembali sebagai karya Roh Kudus adalah mengenakan manusia yang baru dan menanggalkan manusia yang lama. Ini adalah suatu proses yang terus menerus, suatu pergumulan yang berlang­sung seumur hidup kita. Kelahiran kembali berarti bahwa kita senantiasa bergumul melawan dosa, belajar menyangkal diri, makin lama makin disucikan, mengangkat salib dan mengikut Yesus”.

Komentar terhadap kata-kata tersebut:

* ia mencampur adukkan / menyamakan kelahiran baru dengan pengu­dusan. Kita tidak perlu merasa heran kalau ia mendefinisi-kan kelahiran baru seperti itu, karena orang Liberal selalu berusa­ha untuk membuang hal-hal yang bersifat supranatural (seperti kelahiran baru).

* sekalipun ia mengatakan bahwa kelahiran baru adalah ‘karya Roh Kudus’, tetapi ia lalu menggambarkan kelahiran baru sebagai tindakan kita (pergumulan melawan dosa, menyangkal diri, dsb). Dengan demikian ada kontradiksi dalam ajarannya.

* kelahiran baru jelas bukan proses, tetapi merupakan peristiwa yang terjadi seketika.

· Kelahiran baru adalah sesuatu yang harus terjadi lebih dulu sebelum seseorang bisa mengerti dan menerima Injil dan percaya kepada Kristus.

Calvin:

“We must always keep in remembrance the design of Christ, which we have already explained; namely that he intended to exhort Nicodemus to newness of life, because he was not capable of receiving the Gospel, until he began to be a new man” (= Kita harus selalu mengingat tujuan Kristus yang sudah kami jelaskan, yaitu bahwa Ia bermaksud untuk mendesak Nikodemus pada pembaha­ruan hidup, karena ia tidak mampu menerima Injil sampai ia mulai menjadi manusia yang baru).

· Karena itu, maka kelahiran baru menjadi syarat mutlak supaya orang bisa selamat / masuk surga (ay 3,5).

Adam Clarke:

“Every man must have 2 births, one from heaven, the other from earth - one of his body, the other of his soul: without the first he cannot see nor enjoy this world, without the last he cannot see nor enjoy the kingdom of God” (= setiap manusia harus mempunyai 2 kelahiran, satu dari surga, yang lain dari bumi - satu untuk tubuhnya, yang lain untuk jiwanya: tanpa yang pertama ia tidak bisa melihat maupun menikmati dunia ini, tanpa yang terakhir ia tidak dapat melihat maupun menikmati Kerajaan Allah).

Juga ada orang yang mengatakan: kalau kita dilahirkan 2 x maka kita hanya akan mati 1 x, tetapi kalau kita dilahirkan hanya 1 x maka kita akan mati 2 x!

Renungkan: berapa kali saudara pernah dilahirkan? Sudahkah sau-dara mengalami kelahiran baru?

5) ‘Melihat Kerajaan Allah’.

kata ‘melihat’ dalam ay 3 sebetulnya sama saja dengan kata ‘masuk’ dalam ay 5. Kalau ‘melihat’ saja tidak bisa, apalagi ‘masuk’.

Kata ‘Kerajaan Allah’ di sini diartikan bermacam-macam:

* surga.

* gereja.

* kehidupan rohani.

* keselamatan / hidup kekal (bdk. Mark 9:43,45,47).

Ay 4:

Ada beberapa penafsiran dari kata-kata Nikodemus ini:

1) Ada yang menganggap bahwa Nikodemus mengira bahwa dalam ay 3 Yesus memaksudkan kelahiran jasmani. Jadi pertanyaan ini betul-betul menunjuk-kan kebodohan Nikodemus.

2) Ada juga yang menganggap bahwa jawaban Nikodemus ini hanya menunjuk­kan betapa tidak masuk akalnya kelahiran baru itu bagi Nikodemus.

Saya lebih setuju pada pandangan ke 2 ini.

Ay 5:

Saya menyoroti kata-kata ‘dilahirkan dari air dan Roh’.

‘Dilahirkan dari Roh’ jelas menunjuk pada kelahiran baru, tetapi apa artinya ‘dilahirkan dari air’?

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:

1) ‘Air’ menunjuk pada baptisan (bdk. Ef 5:26 Tit 3:5).

Ini terbagi lagi menjadi 2 golongan:

a) Mereka yang menganggap bahwa ini adalah dasar dari ajaran yang mengatakan bahwa baptisan itu melahirbarukan dan menyelamatkan seseorang.

b) Mereka yang menganggap bahwa baptisan hanya merupakan tanda lahiriah dari kasih karunia rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri seseorang. Jadi baptisan dipercaya bukan sebagai cara untuk mendapatkan kelahiran baru, tetapi hanya merupakan tanda lahiriah dan peneguhan / pengesahan dari kelahi­ran baru.

Keberatan terhadap ajaran ini:

1. Khusus untuk yang no 1, perlu diingat bahwa baptisan jelas bukan merupakan syarat untuk selamat, dan baptisan juga tidak menjamin keselamatan. Ini terlihat dari:

a. Penjahat yang bertobat di kayu salib tidak pernah dibaptis, tetapi toh selamat (Luk 23:42-43).

b. Ada orang-orang yang dibaptis, tetapi tidak selamat karena tidak sungguh-sungguh percaya (bdk. Kis 8:13-23).

c. Ada orang-orang yang mengalami kelahiran baru sebelum baptisan (Kis 10:44-48).

2. Baptisan kristen belum ada pada saat itu. Sukar dibayangkan bahwa Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang sesuatu yang saat itu belum ada.

b) ‘Air’ menunjuk pada Roh Kudus.

Calvin menafsirkan bahwa kata-kata ‘air dan Roh’ artinya adalah ‘air, yaitu Roh Kudus’. Jadi, kata bahasa Yunani KAI yang biasanya diterjemahkan and (= dan), oleh Calvin diartikan ‘yaitu’ (seperti dalam Ro 1:5).

Sebuah kamus Yunani - Inggris yang disusun oleh Barclay M. Newman, Jr. mengatakan bahwa KAI bisa diartikan sebagai:

1. And (= dan).

2. Also (= juga).

3. But (= tetapi).

4. Even (= yaitu).

5. That is (= yaitu).

6. Namely (= yaitu).

Jadi jelas, bahwa ditinjau dari sudut bahasa Yunani, penafsiran Calvin bukannya tanpa dasar.

c) ‘Air’ menunjuk pada purification (= penyucian).

Alasan / dasar pandangan ini:

1. Dalam Perjanjian Lama, air sering menunjuk pada pembasuhan dan penyucian dari polusi dosa (Yeh 36:25 Zakh 13:1).

2. Dalam baptisan Yohanes, air juga melambangkan penyucian dosa (Mark 1:4 Luk 3:3).

3. Dalam baptisan Yesus, air juga dianggap melambangkan penyucian dosa (Yoh 3:22-26).

d) Leon Morris (NICNT) memberikan penafsiran yang menarik tentang bagian ini sebagai berikut:

Ia mengatakan bahwa kata-kata:

1. Water (= air).

2. Rain (= hujan).

3. Dew (= embun).

4. Drop (= tetes).

sering digunakan untuk menunjuk pada male semen (= air mani laki-laki).

Kalau di sini air diartikan seperti itu, maka ada 2 kemungkinan:

a. ‘dilahirkan dari air’ menunjuk pada kelahiran jasmani, sedangkan ‘dilahirkan dari Roh’ menunjuk pada kelahiran baru / rohani. Jadi maksud ay 5 itu adalah: setelah mengalami kelahiran jasma­ni, kita harus mengalami kelahiran rohani, baru bisa selamat.

b. ‘air dan Roh’ digabung dan dianggap menunjuk pada spiritual seed (= benih rohani), sehingga istilah ‘air dan Roh’ sebetulnya sama saja dengan ‘Roh’ (bdk. ay 6,8).

Leon Morris lebih condong pada arti ke 2 ini.

Ay 6:

1) ‘Daging’ dan ‘roh’.

a) Kata ‘daging’ (bahasa Yunani: SARX) menunjuk pada manusia (bukan hanya tubuhnya, tetapi juga termasuk jiwa / rohnya). Kadang-ka­dang, kata ‘daging’ ini digunakan tanpa mengandung arti negatif seperti dalam Yoh 1:14. Tetapi di sini kata ‘daging’ itu jelas mengandung arti negatif (seperti dalam Yoh 6:63). Jadi artinya adalah: manusia yang dikuasai dosa.

b) Sedangkan kata ‘roh’ yang dikontraskan dengan daging, jelas menun­juk pada manusia yang dikuasai oleh Roh Kudus.

2) Clarke mengatakan bahwa ay 6 ini diucapkan oleh Yesus untuk menjawab kata-kata Nikodemus dalam ay 4. Jadi seakan-akan Yesus berkata: seandai-nya seseorang bisa masuk ke dalam rahim ibunya untuk dilahir­kan kembali, itu tidak ada gunanya, karena ia tetap akan lahir sebagai ‘daging’, yaitu manusia yang dikuasai oleh dosa.

Ada agama-agama yang percaya / mengajarkan bahwa kalau seseorang hidup jelek, maka ia bisa memperbaikinya dalam hidup / reinkarnasi yang akan datang. Tetapi ingat kata-kata Yesus di sini: apa yang dilahir­kan dari daging adalah daging! Karena itu, andaikata reinkarnasi itu memang ada (Catatan: ingat bahwa kekristenan menolak adanya reinkar­nasi - bdk. Ibr 9:27), tidak peduli berapa ribu kali seseorang dilahirkan kembali (oleh manusia), ia akan tetap lahir sebagai ‘daging’!

Seorang yang bernama Hoskyns mengatakan:

“There is no evolution from flesh to spirit” (= Tidak ada evolusi dari daging menjadi roh).

Memang, tanpa kelahiran baru dari Roh Kudus, tidak ada harapan bagi manusia, baik dalam hal memperbaiki diri, maupun dalam hal keselamatan / masuk surga!

3) Ada juga yang berpendapat bahwa ay 6 ini diucapkan oleh Yesus karena orang Yahudi beranggapan bahwa kelahiran mereka sebagai orang Yahudi secara otomatis menyebabkan mereka masuk Kerajaan Allah / selamat. Jadi dengan kata-kata ini Yesus mengatakan bahwa orang Yahudipun lahir sebagai daging / manusia yang dikuasai oleh dosa, dan membu­tuhkan kela-hiran baru dari Roh Kudus supaya bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah.

4) Ay 6 ini juga menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir, sudah adalah ‘daging’, yaitu manusia yang dikuasai oleh dosa (bdk. Ayub 14:4 25:4 Maz 51:7 58:4).

Penerapan:

Ini perlu diingat oleh setiap orang tua! Anak / cucu saudara, sekalipun lucu dan mungil dan kelihatan tanpa dosa, tetapi ia tetap adalah orang berdosa yang dikuasai dosa, yang membutuhkan kelahiran baru dari Roh Kudus, dan iman kepada Yesus Kristus, supaya bisa diselamatkan dari murka Allah. Karena itu banyaklah mendoakan keselamatannya dan memberitakan Injil kepadanya!

5) Ay 6b: Orang yang dilahirkan oleh Roh, bukan lagi ‘daging’ (manusia yang dikuasai dosa), tetapi ‘roh’ (manusia yang dikuasai oleh Roh Kudus). Ini jelas menunjukkan bahwa orang yang sudah mengalami kelahiran baru pasti mengalami penyucian / pengudusan.

Kalau saudara menganggap diri saudara sudah lahir baru / selamat, pikirkanlah: apakah saudara sudah mengalami pengudusan dalam hidup saudara? Kalau tidak, saudara mempunyai anggapan yang salah tentang keselamatan saudara!

Ay 7:

1) Kalau dalam ay 3 Yesus menyebut ‘seorang’, dalam ay 5 juga ‘seo­rang’, dalam ay 6 ‘apa’, maka dalam ay 7 Yesus menggunakan kata ‘kamu’.

Ini menunjukkan bahwa dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan, kita harus mempribadikan pemberitaan itu, sehingga orang yang mendengar itu sadar / tahu bahwa Firman itu betul-betul untuk dia.

2) Kata ‘harus’ (must) dalam ay 7 tidak boleh diartikan seakan-akan ay 7 ini adalah suatu perintah! (bdk. Yoh 3:14 12:34).

Ay 7 ini bukanlah suatu perintah, tetapi hanya menunjukkan bahwa kelahiran baru merupakan syarat mutlak yang sudah ditetapkan Allah supaya orang bisa selamat / masuk surga.

William Hendriksen:

“It does not refer to the realm of moral duty, but to that of the divine decree” (= Itu tidak menunjuk pada kewajiban moral, tetapi pada ketetapan ilahi).

Illustrasi:

Kata-kata ‘untuk bisa jadi tentara tingginya harus 170 cm’, tentu tidak memerintahkan seseorang supaya tingginya menjadi 170 cm. Ini hanya merupakan syarat bagi setiap orang yang mau menjadi tenta­ra.

Kelahiran baru adalah pekerjaan Roh Kudus secara mutlak, dan tidak ada hal apapun yang bisa dilakukan oleh manusia supaya hal itu bisa terjadi [bandingkan dengan buku tulisan Billy Graham yang berjudul ‘How to be born again’ (= bagaimana caranya supaya dilahirkan kemba­li) yang jelas menunjukkan pengertiannya yang salah tentang kelahiran baru!], dan juga tidak ada hal yang kita lakukan dalam peristiwa kelahiran baru itu! Sama seperti kita tidak melakukan apapun pada saat kita dilahirkan secara jasmani, maka kitapun tidak melakukan apapun pada saat kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus!

Karena itu tidak mungkin hal ini diperintahkan kepada kita! (beda dengan kepenuhan Roh Kudus, yang sekalipun merupakan pekerjaan Roh Kudus, tetapi ada hal-hal yang bisa kita lakukan supaya hal itu terjadi. Karena itu, hal itu diperintahkan (Ef 5:18).

Catatan: kelahiran baru memang tidak diperintahkan, tetapi ‘percaya kepada Yesus’ adalah sesuatu yang diperintahkan kepada manusia!

Ay 8:

1) Terjemahan ay 8.

Kata ‘angin’ dalam ay 8a berasal dari kata bahasa Yunani PNEUMA. Kata ini memang bisa berarti ‘roh, nafas, angin’. Mengapa bisa demikian? Karena kalau nafas hilang, orangnya mati, nyawa / rohnya hilang. Juga nafas adalah udara yang bergerak / angin. Karena itu digunakan 1 istilah / kata untuk menyatakan ke 3 hal tersebut.

Ada yang berpendapat bahwa kata PNEUMA dalam ay 8a ini harus tetap diterjemahkan ‘roh’, dengan alasan bahwa kata PNEUMA muncul 370 x dalam Perjanjian Baru, dan tidak pernah diartikan ‘angin’ (kata ‘angin’ dalam Perjanjian Baru biasanya berasal dari kata bahasa Yunani yang lain, yaitu ANEMOS). Jadi menurut mereka ay 8a seharusnya diterje­mahkan ‘The Spirit breathes where He wills’ (= Roh bernafas / menghirup / bertiup kemana Ia mau).

Keberatan terhadap pendapat ini:

Kata-kata ‘demikian halnya’ pada awal ay 8b jelas menunjukkan suatu perbandingan. Adalah aneh untuk membandingkan ‘pekerjaan Roh Ku-dus’ dengan ‘pekerjaan Roh Kudus’. Lebih logis kalau kita membanding-kan ‘apa yang dilakukan oleh angin’ dengan ‘apa yang dilakukan oleh Roh’.

Illustrasi: tidak ada orang yang berkata: kamu itu bodoh seperti orang bodoh! Tetapi orang mungkin akan berkata: kamu itu bodoh seperti keledai.

dalam Ibr 1:7, yang merupakan kutipan dari Maz 104:4, kata ‘badai’ (diter-jemahkan ‘winds’ oleh NIV / NASB), dalam bahasa Yunaninya adalah PNEUMATA (bentuk plural dari PNEUMA).

Jadi, kalau dikatakan bahwa dalam Perjanjian Baru kata bahasa Yunani PNEUMA tidak pernah diterjemahkan sebagai ‘angin’, itu jelas merupakan pernyataan yang salah.

Kata kerjanya, yaitu PNEO (= blow / bertiup) keluar 5 x dalam Perjanjian Baru, yaitu Mat 7:25,27 Luk 12:55 Yoh 6:18 Kis 27:40 Wah 7:1.

Juga dalam Septuaginta / LXX, kata PNEUMA sering digunakan untuk menunjuk pada ‘angin’.

2) Ay 8 mengajarkan beberapa hal tentang kelahiran baru:

a) Kedaulatan Roh Kudus dalam bekerja / melahirbarukan.

Bahwa Roh Kudus bekerja / melahirbarukan sesukaNya, dinyatakan dengan kata-kata ‘angin bertiup kemana ia mau’.

b) Pekerjaan Roh Kudus dalam kelahiran baru itu tidak terlihat dan bersifat misterius. Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau tidak tahu dari mana ia datang, atau kemana ia pergi’. Bdk. Pengkhotbah 11:5.

c) Sekalipun kelahiran baru itu tidak terlihat dan bersifat misterius, tetapi buahnya terlihat! Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau mendengar bunyinya’.

d) Kelahiran baru tidak bisa ditahan.

Sama seperti angin tak bisa ditahan, demikian juga pekerjaan Roh Kudus dalam melahirbarukan tidak bisa ditahan. Kalau Roh Kudus mau melahir-barukan seseorang, Ia pasti berhasil.

Ini tercakup dalam point ke 4 dari 5 point Calvinisme, yaitu Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditahan / dito­lak).

Penerapan:

Kita harus bersyukur dan memuji Tuhan atas hal ini, karena seandainya kita bisa menolak pekerjaan Roh Kudus dalam melahir-barukan kita, maka kita, sebagai orang berdosa yang con­dong kepada dosa, pasti menolak kelahiran baru itu!


-o0o-

YOHANES 3:9-21

Ay 9:

Tentang ketidak-mengertian Nikodemus ini, William Barclay berkomentar sebagai berikut:

“There are two kinds of misunderstanding. There is the misunderstand­ing of the man who misunderstands because he has not yet reached a stage of knowledge and of experience at which he is able to grasp the truth. ... There is also the misunderstanding of the man who is un­willing to understand; there is a failure to see which comes from the refusal to see. A man can deliberately shut his mind to truth which he does not wish to accept” (= ada 2 macam kesalah-mengertian. Ada kesa­lah-mengertian dari orang yang salah mengerti karena ia belum mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman dimana ia bisa mengerti kebenaran. ... Ada juga kesalah-mengertian dari orang yang tidak mau mengerti; ada kegagalan untuk melihat yang datang dari penolakan untuk melihat. Seseorang bisa secara sengaja menutup pikirannya terhadap kebenaran yang tidak ingin ia terima).

A. T. Robertson juga memberi komentar yang serupa:

“There are none so dull as those who will not see. Preoccupation prevents insight. Literally one must often empty his mind to receive new truth” (= tidak ada orang yang bodohnya seperti mereka yang tidak mau melihat. Pikiran yang sudah terisi meng-halangi pengertian. Secara hurufiah seseorang harus sering mengosongkan pikir-annya untuk menerima kebenaran yang baru).

Penerapan:

· kalau saudara mendengar / membaca suatu pelajaran Firman Tuhan, dan saudara tidak mengerti, coba pikirkan: apakah saudara betul-betul tidak mengerti, atau tidak mau mengerti / tidak mau melihat?

· ini berlaku bukan hanya dalam pengertian tentang Injil, tetapi juga kebenaran yang lain, seperti Doktrin Providence of God. Banyak orang tidak mau mene-rima doktrin ini karena otaknya sudah dipenuhi dengan ajaran Arminian!

Yohanes 3: 10-13:

1) Ay 10:

Ayat ini, dan juga ay 12, jelas menunjukkan kecaman Yesus terhadap ke-tidak-percayaan Nikodemus. Apapun alasannya, ketidak-percayaan adalah dosa!

2) Ay 11:

a) Kata ‘kami’ dalam ay 11 diartikan bermacam-macam:

· sama seperti orang Indonesia sering berkata ‘kami’ pada saat memaksudkan hanya dirinya sendiri.

Keberatan terhadap pandangan ini adalah: dalam awal ay 11 Ia masih menggunakan ‘Aku’, dan pada ay 12 Ia kembali menggunakan ‘Aku’. Kalau memang kebiasaan untuk menggunakan kata ‘kami’ pada waktu memaksudkan dirinya sendiri itu ada, maka Ia pasti akan terus menggunakan kata ‘kami’.

· Yesus dan Bapa dan Roh Kudus (Allah Tritunggal).

· Yesus dan Yohanes Pembaptis.

· Yesus dan nabi-nabi Perjanjian Lama.

· Yesus dan murid-muridNya.

Saya setuju pada pandangan yang terakhir ini.

b) Kata-kata ‘kami tahu’ dan ‘kami lihat’ dalam ay 11 ini dikatakan oleh Yesus untuk menjamin bahwa apa yang Ia ajarkan tentang kelahiran baru tadi adalah benar.

c) Kata ‘kamu’ pada akhir ay 11 ada dalam bentuk jamak, dan menunjuk­kan bahwa bukan hanya Nikodemus yang tidak percaya, tetapi juga orang Farisi / anggota Sanhedrin yang lain.

3) Ay 12:

a) Kata ‘kamu’ di sini ada dalam bentuk tunggal!

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa dalam pemberitaan Injil / Firman Tuhan, kita perlu mempribadikan ajaran kita kepada orang yang mendengarnya!

b) ‘Hal-hal duniawi’ menunjuk pada ajaran tentang kelahiran baru yang baru saja diajarkan oleh Yesus. Disebut ‘hal-hal duniawi’ karena terjadi di dunia, atau karena baru diilustrasikan dengan hal duniawi, yaitu angin (ay 8).

c) ‘Hal-hal surgawi’ bisa menunjuk pada:

· ajaran yang lebih tinggi dari kelahiran baru.

· ketetapan kekal tentang penebusan.

· jawaban terhadap pertanyaan ‘bagaimana’ dalam ay 9.

Yang manapun yang benar, ini jelas menunjukkan adanya ajaran yang sangat sukar!

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang yang maunya hanya mempelajari hal-hal yang gampang, dan tidak mau mempelajari hal-hal yang sukar dalam Kitab Suci? Kalau ya, itu berarti bahwa saudara hanya mau mempelajari sebagian Kitab Suci, padahal Tuhan jelas menghendaki saudara mempe-lajari seluruh Kitab Suci (bdk. Kis 20:27)! Ingat juga bahwa bayi yang terus-menerus hanya diberi susu, tidak mungkin tumbuh dengan baik. Ia membutuhkan makanan keras (bdk. 1Kor 3:1-2 Ibr 5:11-14).

4) Ay 13:

a) Ada yang menafsirkan ay 13 ini sebagai sesuatu yang bersifat figurative / kiasan. Jadi, ‘naik ke surga’ diartikan ‘hubungan / persekutuan yang dekat dengan Allah’.

Tetapi saya lebih setuju dengan kebanyakan penafsir yang berpenda­pat bahwa ay 13 ini harus diartikan secara hurufiah.

b) Kata-kata ‘tidak seorangpun yang telah naik ke sorga’ artinya adalah: tidak ada orang yang naik ke sorga lalu kembali ke dunia untuk mengajar-kan hal-hal sorgawi (ay 12).

Jadi, Henokh dan Elia juga tidak dikecualikan oleh ayat ini, karena mere-ka hanya naik ke sorga tetapi tidak kembali ke dunia untuk mengajarkan hal-hal surgawi.

c) Yesus tinggal di surga, dan lalu turun ke dunia. Karena itu, Ia adalah satu-satunya yang bisa mengajarkan hal-hal surgawi.

d) Ay 13 (KJV): “And no man hath ascended up to heaven, but he that came down from heaven, even the Son of man which is in heaven” (= dan tidak seorangpun yang telah naik ke surga selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak manusia yang ada di surga).

NKJV dan footnote NIV memberikan terjemahan yang mirip dengan terje-mahan KJV ini.

Terjemahan ay 13 ini bisa berbeda karena adanya perbedaan manuscript.

Kalau kata-kata ‘which / who is in heaven’ itu memang ada dalam auto-graph (= Kitab Suci asli) nya, maka itu menunjukkan bahwa Yesus turun dari surga, tanpa meninggalkan surga. Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus!

Agustinus:

“Born of a mother, not quitting the Father” (= lahir dari seorang ibu, tidak meninggalkan Bapa).

Leon Morris:

“The incarnation represents not a diminution of His functions, but an addition to them” (= inkarnasi tidak menunjukkan / menggambarkan pengurangan fungsi-fungsi / pekerjaan-pekerjaan­Nya, tetapi suatu penambahan terhadap fungsi-fungsi / pekerjaan-pekerjaanNya).

Yohanes 3: 14-15:

1) Ay 14-15 ini berhubungan dengan Bil 21:4-9.

2) ‘Anak Manusia harus ditinggikan’:

a) Calvin mengatakan bahwa istilah ‘ditinggikan’ tidak menunjuk pada penyaliban Yesus. Ia berkata bahwa peninggian Yesus analog dengan peninggian ular tembaga, yaitu supaya dilihat banyak orang. Karena itu ia berpendapat bahwa peninggian Yesus menunjuk pada pemberi­taan Injil.

Tetapi saya lebih setuju dengan pandangan dari mayoritas penafsir yang mengatakan bahwa peninggian Yesus ini menunjuk pada penyaliban Yesus, karena itulah arti yang diberikan oleh Yohanes sendiri tentang istilah ‘ditinggikan’ ini (Yoh 8:28 12:32-34).

b) Bahwa di sini dikatakan ‘Anak Manusia harus ditinggikan’ menunjuk­kan bahwa salib bukanlah salah satu obat, tetapi satu-satunya obat.

Seperti dikatakan oleh William Hendriksen: “Not a remedy, but the only remedy” (= bukan suatu obat, tetapi satu-satunya obat).

c) Sekalipun di sini istilah ‘ditinggikan’ itu menunjuk pada penyaliban Kristus, tetapi Kitab Suci juga menggunakan istilah itu untuk menunjuk pada pemuliaan Kristus, seperti dalam Kis 2:33 5:31 Fil 2:9.

Tentang hal ini William Barclay memberikan komentar sebagai berikut:

“There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him. It is the same for us. We can, if we like, choose the easy way; we can, if we like, refuse the cross that every Christian is called to bear; but if we do, we lose the glory. It is an unalterable law of life that if there is no cross, there is no crown” (= ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas­kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak­nya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia. Sama halnya dengan kita. Kita bisa, kalau kita mau, memilih jalan yang mudah; kita bisa, kalau kita mau, menolak salib yang harus dipikul oleh setiap orang kristen; tetapi kalau kita melaku­kan hal itu, kita kehilangan kemuliaan. Merupakan suatu hukum kehidupan yang tidak bisa berubah bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota).

3) Cara untuk mendapatkan keselamatan memang sangat mudah!

Yohanes 3: 14-15 menunjukkan bahwa kalau pada jaman Musa orang yang digigit ular bisa mendapat kesembuhan dengan sangat mudah, yaitu dengan hanya memandang pada ular tembaga, maka pada jaman sekarangpun orang bisa mendapatkan keselamatan dari dosa dengan sangat mudah, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus!

Tetapi sayang sekali bahwa justru karena caranya begitu mudah, ada banyak orang yang lalu meremehkan / menolak cara ini!

Yohanes 3: 16-21:

Ada penafsir, seperti Leon Morris (NICNT) dan Tasker (Tyndale), yang beranggapan bahwa bagian ini sudah bukan merupakan kata-kata Yesus, tetapi kata-kata rasul Yohanes (penulis Injil Yo­hanes), tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa bagian ini masih merupakan kata-kata Yesus.

1) Ay 16:

a) Allah mengasihi dunia.

· Ini diucapkan untuk menentang pandangan Yahudi yang mengatakan bahwa Allah hanya mengasihi orang Yahudi saja.

· Barclay mengutip kata-kata Agustinus:

“God loves each one of us as if there was only one of us to love” (= Allah mengasihi setiap orang di antara kita seakan-akan disana hanya ada satu orang untuk dicintai).

b) Kasih Allah kepada dunia itu diwujudkan dengan Ia mau memberikan AnakNya yang tunggal, sebagai korban untuk menebus dosa dunia (bdk. kasih Abraham kepada Allah sehingga mau mempersembahkan Ishak - Kej 22).

Penerapan:

Pada waktu mengalami penderitaan / kesukaran apapun, ingatlah bahwa Allah rela memberikan AnakNya yang tunggal bagi saudara, dan tetaplah percaya akan kasihNya kepada saudara!

c) Kata-kata ‘setiap orang yang percaya’ diucapkan lagi-lagi untuk menen­tang pandangan Yahudi yang mengatakan bahwa hanya orang Yahudi yang akan selamat. Dengan kata-kata ini jelaslah bahwa orang non Yahudi yang percaya akan selamat, dan sebaliknya, orang Yahudi yang tidak percaya tidak akan selamat.

d) Kata ‘binasa’ bukan hanya menunjuk pada kematian, tetapi pada perpi-sahan kekal dengan Allah (2Tes 1:9), dan pada hukuman kekal di neraka (Wah 20:10,15 21:8 Mat 25:46).

e) ‘Hidup yang kekal’.

· Kata ‘hidup’ kontras dengan ‘binasa’.

· Kata ‘kekal’ di sini sebetulnya menjamin bahwa keselamatan tidak mungkin hilang. Allah bukan memberikan hidup bersyarat, tetapi hidup yang kekal (bdk. Yoh 10:28 11:25-26).

2) Yohanes 3: 17-18:

a) Ay 17 diucapkan lagi-lagi untuk menentang pandangan Yahudi yang mengatakan bahwa Mesias akan datang untuk menghukum dan meng-han­curkan orang-orang kafir / non Yahudi.

b) Ay 17 ini mengajar bahwa kedatangan Yesus yang pertama bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan.

Tetapi mengapa ada ayat-ayat seperti Yoh 9:39 Luk 2:34 1Pet 2:7? Karena sekalipun Ia datang untuk memberi keselamatan, tetapi orang-orang menolakNya sehingga mereka akan mendapat hukuman / peng-hakiman (ay 18).

Barclay memberi illustrasi sebagai berikut: kalau kita mengajak sese-orang untuk nonton concert (= pagelaran musik). Tujuan kita supaya orang itu bisa senang. Tetapi ternyata orang itu tidak senang musik, sehingga selama dalam concert itu ia malah jadi sumpek / menderita.

c) Ay 18 mengatakan bahwa:

· orang yang percaya (kepada Yesus) tidak akan dihukum (bdk. Ro 8:1).

· orang yang tidak percaya kepada Yesus sudah ada di bawah hukuman (bdk. ay 36).

Ini menunjukkan bahwa sejak lahir semua orang ada di bawah murka / hukuman Allah, dan hanya bisa bebas kalau percaya kepada Yesus.

Illustrasi:

Seorang yang anti kristen bertemu dengan seorang anak sekolah minggu, dan ia menggoda anak itu dengan bertanya: ‘Nak, mana jalan menuju neraka?’. Entah apa yang didengar oleh anak itu (rupanya ia salah de-ngar), tetapi ia menjawab: ‘Teruskan saja jalanmu, engkau dengan sendirinya akan sampai disana’.

Tanpa disadari, anak itu memberikan jawaban yang tepat! Semua orang, kalau mereka meneruskan jalan yang sudah mereka tempuh sejak lahir (tanpa mau percaya kepada Yesus), dengan sendirinya akan sampai di neraka!

Jadi, untuk bisa masuk ke neraka, saudara tidak perlu membunuh, berzinah, menyembah berhala, menghujat Allah, atau melakukan dosa-dosa lain lebih dulu. Dengan meneruskan begitu saja hidup saudara selama ini dan tidak datang kepada Yesus, maka saudara akan secara otomatis masuk ke neraka. Sebaliknya, kalau saudara mau masuk ke surga, saudara harus datang dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.

3) Yohanes 3: 19-21:

a) Ay 19: ‘inilah hukuman itu’.

Ada yang menafsirkan artinya adalah: ‘inilah alasan mengapa mereka dihukum’.

Tetapi bisa juga ditafsirkan persis seperti kata-kata ay 19 itu, karena Allah bisa menghukum manusia berdosa dengan membiarkannya mencin-tai dosa dan lari ke dalam dosa (seperti dalam Ro 1:24-32).

b) Ay 19-21 menunjukkan kontras antara orang kristen / percaya dengan orang non kristen / tak percaya.

· orang percaya akan mencari dan datang kepada terang.

· orang yang tidak percaya membenci terang dan tidak mau datang pada terang, supaya kejahatannya tidak tampak.

Penerapan:

Apakah saudara senang pada Firman Tuhan atau justru menjauhi Firman Tuhan, supaya dosa saudara tidak kelihatan?

Kalau ada orang yang saleh, apakah saudara senang dekat dengan dia, atau sebaliknya saudara merasa tidak enak dekat dengan dia, karena hal itu akan menunjukkan kejelekan saudara?

-o0o-
YOHANES 3:22-36

Yohanes 3: 22-24:

1) Ay 22 mengatakan: ‘Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-muridNya ke tanah Yudea’.

a) Bagaimana mungkin Yesus pergi ke Yudea, sedangkan mulai Yoh 2:13 Yesus sudah berada di Yerusalem, yang letaknya di Yudea?

Penjelasan: yang dimaksud dengan ‘tanah Yudea’ adalah kota-kota kecil dan desa-desa di Yudea, dikontraskan dengan Yerusalem yang merupa-kan ibukotanya. Bandingkan dengan orang Jakarta yang menggunakan istilah ‘dari Jawa’ untuk orang yang dari Surabaya, atau kota-kota lain di luar Jakarta, padahal Jakarta sendiri juga terletak di pulau Jawa.

b) Karena Yesus ditolak / ditentang di Yerusalem (bdk. Yoh 2:18,23-25), Ia lalu pergi ke kota-kota kecil dan desa-desa untuk memberi­takan Injil di sana.

Penerapan:

Kalau saudara ditolak dalam Pemberitaan Injil, jangan kecewa lalu berhenti memberitakan Injil. Beritakanlah Injil kepada orang lain.

2) Yesus membaptis (ay 22b).

Dalam Yoh 4:2 dikatakan bahwa sebetulnya Yesus sendiri tidak membap­tis; murid-muridNyalah yang melakukan baptisan itu. Ini bukan suatu kontradiksi, karena kalau murid-murid membaptis atas perintah Yesus, maka bisa dikatakan bahwa Yesuslah yang membaptis. Ini sama halnya dengan kalau dikatakan si A membangun rumah, padahal tukang-tukanglah yang memba-ngun rumah itu atas perintah si A.

Yesus tidak membaptis sendiri, mungkin untuk menghindarkan kesom- bongan pada diri orang yang dibaptis oleh Yesus sendiri.

Ini juga mengajar kita untuk tidak memilih-milih siapa yang melaku­kan baptis-an (asal bukan gereja sesat yang tidak mengakui Allah Tritunggal!).

Termasuk juga dalam meminta pemberkatan nikah dsb, saudara tidak boleh terlalu memilih-milih Pendeta!

3) Yohanes membaptis juga (ay 23).

a) Yohanes membaptis di tempat yang ‘banyak air’ (ay 23).

· Calvin menganggap bahwa ini menunjukkan bahwa Yohanes menggu-na­kan baptisan selam.

· George Hutcheson menganggap bahwa istilah ‘banyak air’ tidak mesti menunjuk pada baptisan selam, karena hal ini bisa diartikan sebagai berikut: saat itu air sukar, sehingga sekalipun untuk melakukan baptis-an percik, sumur tak boleh digunakan. Karena itu harus mencari tem-pat yang berlimpah-limpah airnya, seperti sungai, untuk membaptis.

Kalaupun Calvin benar bahwa di sini Yohanes Pembaptis melakukan baptisan selam, kita perlu mengingat bahwa bagian ini merupakan bagian yang bersifat descriptive (= bersifat menggambarkan), sehingga tidak boleh dipakai sebagai norma / hukum.

Kita harus selalu bisa membedakan antara bagian yang bersifat descriptive, yang hanya menggambarkan apa yang terjadi saat itu, sehingga tidak boleh dipergunakan sebagai norma / hukum, dengan bagian yang bersifat didactic (= bersifat mengajar), yang boleh / harus dipergunakan sebagai norma / hukum.

Sebagai contoh, peristiwa Petrus berjalan di atas air jelas merupakan bagian yang bersifat descriptive sehingga itu tidak boleh diartikan bahwa setiap orang kristen / beriman bisa berjalan di atas air. Tetapi kalau Paulus berkata ‘bersukacitalah senantiasa’, maka itu adalah bagian yang bersifat didactic, sehingga itu merupakan hukum / norma bagi setiap kita.

b) Yohanes tetap melayani / membaptis sekalipun ada Yesus yang jauh lebih hebat dan lebih disukai orang dari pada dia (bdk. ay 26 akhir).

Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini:

· dalam pelayanan, sekalipun ada ‘saingan’ yang lebih hebat dan lebih disukai dari diri kita, kita harus tetap melayani dengan setia.

Ini berlaku untuk pengkhotbah / pendeta yang menyampaikan Firman Tuhan. Sekalipun ada pendeta / pengkhotbah lain yang lebih hebat dalam satu gereja yang sama, pendeta / pengkhotbah yang kurang baik itu harus tetap mau melayani Tuhan dalam penyampaian Firman Tuhan. Hal yang sama berlaku dalam semua pelayanan yang lain, seperti memainkan alat musik, menyanyi, menjadi pemimpin litur­gi, menggunakan komputer, menjadi pengurus (baik ketua, penulis, bendahara, dsb), menjadi guru sekolah minggu, dll. Jangan memen­dam 1 talenta yang saudara miliki, hanya karena ada ‘saingan’ yang memiliki 5 talenta!

Illustrasi:

Tangan kiri harus tetap mau bekerja, sekalipun ada tangan kanan yang lebih kuat dan lebih cekatan!

· pada waktu Yohanes tetap setia melayani Tuhan sekalipun ada Yesus yang lebih hebat dari dia, maka Tuhan tetap memberikan kepadanya orang-orang untuk dilayani / memberi sukses tertentu kepada dia. Ini terlihat dari kata-kata ‘dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis’ dalam ay 23b.

Penerapan:

Kalau ada ‘saingan’ yang lebih hebat / disukai, setan akan menggoda kita dengan berkata: “Percuma melayani, karena semua orang toh akan pergi kepada ‘saingan’ itu”. Tetapi ini tidak benar! Asal kita tetap mau melayani dengan setia, Tuhan pasti akan memberikan orang untuk dilayani dan Tuhan pasti akan mem­berkati pelayanan kita dan memberikan sukses tertentu kepada kita!

4) Dalam ay 22-24 ini terlihat bahwa pelayanan Yesus overlap / berba­rengan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis.

Banyak orang yang melihat adanya perbedaan, bahkan pertentangan, antara bagian ini dengan Mat 4:12 / Mark 1:14 / Luk 4:14 yang menga­takan bahwa Yesus melakukan pelayanan di Galilea, setelah Yohanes ditangkap.

William Barclay memberi komentar tentang hal ini sebagai berikut:

“... he shows us the ministry of John and the ministry of Jesus overlapping. The synoptic gospels are different: Mark 1:14 tells us that it was after John was put into prison that Jesus began his ministry. We need not argue which account is historically correct” (= ... ia menunjukkan kepada kita bahwa pelayanan Yohanes dan pela­yanan Yesus overlap / berbarengan. Injil Sinoptic berbeda: Mark 1:14 menceritakan kepada kita bahwa setelah Yohanes dimasukkan ke dalam penjara, Yesus memulai pelayananNya. Kita tidak perlu berdebat tentang yang mana cerita yang benar secara historis).

Ini menunjukkan pandangan Barclay yang rendah tentang Kitab Suci, karena kata-kata ‘Kita tidak perlu berdebat tentang yang mana cerita yang benar secara historis’ secara implicit menunjukkan bahwa ia percaya bahwa salah satu dari cerita-cerita itu salah secara histo­ris! Ini berarti bahwa Barclay tak mempercayai bahwa Kitab Suci itu inerrant (= tidak ada salahnya).

Dalam mengharmoniskan bagian-bagian ini, saya setuju dengan William Hendriksen yang mengatakan bahwa di antara Mat 4:11 / Markus 1:13 / Lukas 4:13 dan Matius 4:12 / Markus 1:14 / Luk 4:14 ada selang waktu ter­tentu (yang tidak diceritakan oleh Matius, Markus, dan Lukas, tetapi diceritakan oleh Yo-hanes) dimana pelayanan Yesus dan Yohanes overlap / terjadi berbarengan.

Perhatikan juga bahwa Mat 4:12 / Mark 1:14 / Luk 4:14 tidak berkata bahwa pelayanan di Galilea, yang dilakukan oleh Yesus setelah Yo­hanes ditangkap, merupakan permulaan dari pelayanan Yesus! Jadi bisa saja, sebelum itu Yesus sudah melayani di Yudea (overlap dengan Yohanes), lalu Yohanes ditangkap, lalu Yesus memulai pelayanan di Galilea.

Yohanes 3: 25-30:

1) Ay 25 menunjukkan adanya suatu perselisihan antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi:

a) ‘Seorang Yahudi’.

Ada manuscript yang menggunakan bentuk jamak.

b) ‘perselisihan’.

NIV: argument (= argumentasi / perdebatan).

NASB: discussion (= diskusi).

Dikatakan dalam ay 25 bahwa mereka berdebat tentang ‘penyucian’. Ini tentu menunjuk pada baptisan. Tetapi apa yang diperdebatkan tentang baptisan itu?

Ada beberapa kemungkinan:

· Calvin menganggap bahwa karena dalam Yudaisme ada macam-macam baptisan dan pembasuhan untuk penyucian, dan sekarang Yohanes dan Yesus juga mengadakan baptisan untuk penyucian, maka hal ini lalu diperdebatkan.

· William Hendriksen dan beberapa penafsir yang lain, beranggapan bahwa mereka berdebat tentang yang mana yang lebih baik, baptis- an Yohanes atau baptisan Yesus. Adam Clarke menambahkan bahwa mungkin sekali orang Yahudi itu dibaptis dengan baptisan Yesus, dan lalu berdebat dengan murid-murid Yohanes yang tentunya dibaptis oleh Yohanes.

Pandangan ini lebih cocok dengan kontex, karena kontex menunjuk­kan bahwa murid-murid Yohanes lalu pergi kepada Yohanes dan mempersoalkan baptisan Yesus (ay 26).

Ini adalah perdebatan bodoh yang tak seharusnya terjadi, karena ini dilandasi oleh kebanggaan / pendewaan terhadap hamba Tuhan yang membaptis.

2) Ay 26: Ini suatu keluhan karena Yesus sukses, bahkan lebih sukses dari pada Yohanes.

a) Mungkin dengan menyampaikan keluhan ini kepada Yohanes, mereka juga mau menyalahkan Yohanes / menyesali tindakan Yohanes, yang beberapa waktu yang lalu bersaksi tentang Yesus, karena tindakan itu menyebabkan sekarang Yesus lebih sukses dari pada Yohanes. Ini terli-hat dari kata-kata ‘dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesak-sian’ (ay 26).

Yohanes Pembaptis melakukan tugasnya dengan benar, yaitu memberi­takan tentang Yesus / bersaksi tentang Yesus, tetapi ia tetap dikritik!

Penerapan:

· jangan mengkritik hamba Tuhan yang memberitakan Firman Tuhan dengan benar, sekalipun hasil pemberitaan Firman itu tidak menye-nangkan!

· kalau saudara adalah pemberita Firman Tuhan, bersiaplah mengha­dapi kritikan sekalipun saudara melakukan hal yang benar!

· setiap kali saudara melakukan sesuatu yang benar, saudara bisa mendapat kritikan, bukan pujian! Kalau hal itu terjadi, maukah saudara tetap melakukan yang benar itu?

b) Keluhan mereka ini jelas dilandasi oleh iri hati. Jadi, murid-murid Yohanes di sini bersikap seperti:

· banyak pendeta jaman sekarang yang marah melihat ‘dombanya dicuri’.

· banyak pendeta jaman sekarang yang menganggap gereja lain / hamba Tuhan lain sebagai saingan.

c) Karena iri hati, lalu timbul ketidaksenangan terhadap Yesus. Ini terlihat dari sebutan yang digunakan oleh murid-murid Yohanes terhadap Yesus, yaitu istilah ‘orang’, ‘Dia’, ‘Nya’, tanpa mau menyebut nama Yesus.

Ini menunjukkan bahwa iri hati mudah sekali menimbulkan ketidakse­nangan, kemarahan, kebencian, dsb. Karena itu hati-hatilah dengan iri hati! Bereskanlah dosa ini secepatnya, atau dosa ini akan membawa saudara pada dosa-dosa yang lain!

d) Dalam keluhan itu mereka melebih-lebihkan, karena mereka berkata ‘semua orang pergi kepadaNya’, padahal ay 23 menunjukkan bahwa masih ada orang yang datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Atau, bisa juga dikatakan bahwa iri hati menimbulkan ketidak-senangan, dan ke-tidak-senangan itu lalu menimbulkan pandangan / pemikiran yang tidak obyektif!

Penerapan:

Ketidak-senangan, kemarahan, kebencian, menyebabkan kita melihat segala-sesuatu berbeda dengan aslinya (tidak obyektif)! Karena itu hati-hatilah dalam menilai orang yang tidak saudara senangi!

e) Terlihat bahwa murid-murid Yohanes lebih mencintai guru / golongan mereka sendiri dari pada Kristus.

Barnes’ Notes memberi komentar sebagai berikut:

“Thus many love their sect more than they do Christ, and would be more rejoiced that a man became a Presbyterian, a Methodist, a Baptist, than that he became a sincere and humble Christian. This is not the spirit of the gospel. True piety teaches us to rejoice that sinners turn to Christ, and become holy, whether they follow us or not” (= Demikianlah banyak orang mencintai sekte / golongan mereka lebih dari mereka mencintai Kristus, dan akan lebih bersu­kacita kalau ada orang yang menjadi orang Presbyterian, Methodist, Baptist, dari pada kalau orang itu menjadi seorang kristen yang sungguh-sungguh dan rendah hati. Ini bukan roh / semangat dari Injil. Kesalehan yang benar mengajar kita untuk bersukacita kalau ada orang berdosa yang kembali kepada Kristus, dan menjadi suci, tak peduli apakah mereka meng-ikut kita atau tidak).

3) Jawaban Yohanes Pembaptis (Yohanes 3: 27-30):

a) Ay 27 menunjukkan bahwa sukses dalam pelayanan datang dari Allah / diberikan oleh Allah.

Tetapi ada bermacam-macam pandangan tentang sukses siapa yang dimaksud dalam ay 27 ini:

· suksesnya Yohanes Pembaptis saja.

· suksesnya Yesus saja.

· suksesnya Yohanes Pembaptis dan Yesus saja.

· suksesnya semua orang yang melayani Tuhan.

Saya setuju dengan pandangan yang terakhir (Bdk. Yoh 15:5 1Kor 3:5-7). Ini tentu tidak berarti bahwa kita lalu boleh melayani dengan asal-asalan (tidak berusaha sekuat tenaga, tidak berdoa untuk pelayanan kita, dsb). Ingat bahwa tidak biasanya Tuhan memberkati pelayanan orang yang malas, tidak sungguh-sungguh dsb. Karena itu kita tetap harus berusaha dan berdoa sekuat tenaga, tetapi setelah kita melakukan semua itu, kita harus sadar bahwa sukses dalam pelayanan itu tetap datang dari Allah / diberikan oleh Allah saja.

Kalau kita mengerti ay 27 ini, maka pada waktu melihat orang lain sukses dalam pelayanannya, kita akan menyorotinya sebagai peker­jaan Tuhan / berkat Tuhan, yang tentunya Ia lakukan demi kemu­liaanNya sendiri, sehingga kita tidak akan iri hati (bdk. 1Kor 12:26b).

b) Ay 28:

Kata-kata murid-murid Yohanes Pembaptis dalam ay 26 mungkin sekali bertujuan supaya Yohanes berusaha menaikkan gengsi / pamornya untuk menyaingi Kristus. Untuk menjawab mereka, Yohanes Pembaptis justru mengatakan bahwa ia bukanlah Mesias. Ini dikatakan oleh Yohanes Pem-baptis supaya murid-muridnya tidak mengkultus-individu­kan / mendewa-kan dirinya.

Penerapan:

· Hamba Tuhan yang sadar bahwa pengikutnya mendewakan dirinya / fanatik terhadap dirinya, harus memberikan ajaran seperti ini kepada pengikutnya! Kalau tidak, secara tidak langsung ia mene­rima pende-waan dari pengikutnya!

· kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu, dan anak-anak sekolah minggu saudara memuji-muji saudara melebihi guru-guru yang lain, saudarapun wajib melakukan apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.

c) Ay 29:

Yang dimaksud dengan mempelai laki-laki adalah Yesus sendiri; mempelai perempuan adalah orang kristen / pengikut Kristus; saha­bat mempelai laki-laki adalah Yohanes Pembaptis.

Sahabat mempelai laki-laki itu tidak menginginkan mempelai perem­puan untuk dirinya sendiri, ia tidak iri hati melihat sahabatnya dapat istri, tetapi sebaliknya ia bersukacita!

Penerapan:

Banyak hamba Tuhan yang seperti sahabat mempelai laki-laki yang menyerobot calon istri mempelai laki-laki untuk dirinya sendiri. Ini antara lain mereka lakukan dengan menyuruh / mengajar jemaat untuk setia kepada gereja mereka sendiri!

Hamba Tuhan yang benar mendidik jemaatnya untuk setia kepada Yesus, bukan kepada dirinya / gerejanya sendiri!

d) Ay 30:

Ini harus menjadi motto / semboyan dari semua orang yang melayani Tuhan, khususnya hamba Tuhan!

Jangan ingin meninggikan Kristus dan pada saat yang sama juga ingin meninggikan diri sendiri!

Kalau kita memang hanya ingin meninggikan Kristus, dan bukannya diri sendiri, kita akan bebas dari segala iri hati terhadap sesama pelayan / hamba Tuhan yang lebih sukses dari kita!

Yohanes 3: 31-36:

Berbeda dengan ay 27-30 tadi, yang jelas diucapkan oleh Yohanes Pem­baptis, maka ada banyak perdebatan tentang siapa yang mengucapkan ay 31-36 ini. Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, ada yang mengata­kan Tuhan Yesus, ada pula yang mengatakan rasul Yohanes. Tak terlalu jadi soal siapa yang mengucapkan; yang jelas ini adalah Firman Tuhan!

Sekarang mari kita bahas bagian ini satu per satu.

1) Ay 31:

a) Dalam ayat ini dikontraskan antara Yesus (‘yang datang dari atas / sur-ga’) dengan Yohanes Pembaptis dan semua nabi / rasul (‘yang berasal dari bumi’).

b) ‘Siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi’.

· Kata-kata yang digaris-bawahi itu salah terjemahan!

NASB: speaks of the earth (= berbicara dari bumi).

NIV: speaks as one from the earth (= berbicara seperti seseorang dari bumi).

· Ini tidak boleh diartikan bahwa yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis, nabi-nabi dan rasul-rasul itu, bukanlah Firman Tuhan, tetapi kata-kata manusia belaka.

Calvin:

“...this was not said absolutely, but by comparison. If minis­ters be separately considered, they speak as from heaven, with the highest authority, what God commanded them; but, as soon as they begin to be contrasted with Christ, they must no longer be anything” (= ini tidak dikatakan secara mutlak, tetapi sebagai perbandingan. Jika pelayan-pelayan Tuhan itu dipertimbangkan secara terpisah, mereka berbicara seperti dari surga, dengan otoritas yang tertinggi, apa yang Allah perintahkan kepada mereka; tetapi, begitu mereka mulai dikontraskan dengan Kristus, mereka tidak lagi ada apa-apanya).

· Ini juga tidak boleh diartikan bahwa Firman yang Yesus ucapkan lebih tinggi otoritasnya dari Firman yang diucapkan Yohanes Pembaptis, nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain.

Ingat bahwa dalam ayat ini yang dikontraskan dengan Yesus adalah orangnya / pemberita Firmannya, bukan Firman yang diberitakan.

· Ayat ini serupa dengan Ibr 12:25 yang berbunyi:

“Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbi-cara dari sorga?”

Catatan:

Kata ‘dia’ yang digaris-bawahi itu tidak boleh ditulis dengan huruf besar seperti dalam Kitab Suci Indonesia, karena ini tidak menunjuk kepada Yesus / Allah, tetapi kepada Musa! Bdk. Ibr 10:28.

Jadi, Ibr 12:25 ini juga mengkontraskan seorang hamba Tuhan (Mu-sa), yang dikatakan menyampaikan Firman Allah di bumi, dengan Kristus, yang dikatakan berbicara dari sorga.

2) Yohanes 3: 32-34:

a) Kata-kata ‘tak seorangpun yang menerima kesaksianNya’ dalam ay 32b, tidak boleh diartikan secara mutlak, karena dalam ay 33 terlihat ada orang yang menerima kesaksianNya itu.

Jadi artinya: hanya sedikit yang menerima kesaksian Yesus itu!

b) Kata-kata ‘siapa yang menerima’ pada awal ay 33, dalam bahasa Yunani-nya ada dalam bentuk aorist participle (aorist menunjuk pada masa lampau), dan karenanya diterjemahkan secara benar ke dalam bentuk lampau oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

NIV: The man who has accepted it (= orang yang telah menerimanya).

NASB: He who has received His witness (= Ia yang telah menerima kesaksianNya).

Penggunaan bentuk aorist / lampau ini menunjukkan bahwa yang di-maksud bukanlah penerimaan kesaksian Yesus secara terus menerus / dari hari ke sehari, tetapi satu tindakan tegas dengan mana seseorang mengambil keputusan untuk menerima Yesus dan kesaksian­Nya.

c) Ay 33 mengatakan bahwa siapa yang menerima kesaksian Yesus mengaku bahwa Allah adalah benar.

Mengapa? Karena Yesus menyampaikan Firman Allah (ay 34).

d) Ay 34:

Ada 2 pandangan tentang ayat ini:

· ini berlaku umum.

· ini berlaku hanya untuk Kristus (Calvin, Agustinus).

Kata-kata ‘Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas’ diang-gap terlalu kuat untuk ditujukan kepada manusia biasa, dan karena-nya, dianggap hanya berlaku untuk Kristus.

Saya setuju dengan pandangan kedua ini.

3) Yohanes 3: 35-36:

a) Kata-kata ‘Bapa mengasihi Anak’ (ay 35) menunjukkan bahwa mereka adalah 2 pribadi yang berbeda!

Hati-hati dengan ajaran Sabelianisme yang mengatakan bahwa Allah bukannya mempunyai 3 pribadi, tetapi 3 perwujudan!

b) Ay 36:

· kata-kata ‘murka Allah tetap ada di atasnya’ menunjukkan bahwa murka Allah itu sudah ada di atas kita sejak kita lahir / dalam kandungan, dan hanya bisa disingkirkan kalau kita percaya kepada Yesus. Sedangkan kalau kita tidak percaya kepada Yesus, maka murka Allah itu tetap ada di atas kita.

· ‘tidak taat’.

NIV: rejects (= menolak).

NASB: does not obey (= tidak mentaati).

Terjemahan yang benar adalah ‘tidak taat’.

· Perhatikan bahwa dalam ayat ini ‘tidak taat kepada Anak’ dikon­traskan dengan ‘percaya kepada Anak’.

BACA JUGA: TAFSIRAN INJIL YOHANES PASAL 4-6

Memang ‘percaya’ dan ‘taat’ akan ada bersama-sama, atau tidak ada bersama-sama! Bdk. Yakobus 2:17,26.

· ‘melihat hidup’ lawan katanya adalah ‘melihat maut’.

Yohanes 8:51 (NIV / NASB): he will / shall never see death (= ia tidak akan pernah melihat maut).

Jadi jelaslah bahwa orang yang tidak percaya / tidak taat kepada Anak (Yesus), akan melihat maut / neraka! https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post