1 SAMUEL 30:1-31 (KESUKARAN DAN BERKAT)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 SAMUEL 30:1-31(KESUKARAN DAN BERKAT)
1Samuel 30:1-31 - “(1) Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. (2) Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya. (3) Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. (4) Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. (5) Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. (6) Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. (7) Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: ‘Bawalah efod itu kepadaku.’ Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud. (8) Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: ‘Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?’ Dan Ia berfirman kepadanya: ‘Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.’ (9) Lalu pergilah Daud beserta keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti di sana, (10) maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor itu, berhenti di sana. (11) Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air, (12) dan memberikan kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. (13) Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: ‘Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?’ Jawabnya: ‘Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit. (14) Kami telah menyerbu Tanah Negeb orang Kreti dan daerah Yehuda dan Tanah Negeb Kaleb, dan Ziklag telah kami bakar habis.’ (15) Daud bertanya kepadanya: ‘Dapatkah engkau menunjuk jalan kepadaku ke gerombolan itu?’ Katanya: ‘Bersumpahlah kepadaku demi Allah, bahwa engkau tidak akan membunuh aku, dan tidak akan menyerahkan aku ke dalam tangan tuanku itu, maka aku akan menunjuk jalan kepadamu ke gerombolan itu.’ (16) Ia menunjuk jalan kepada Daud ke sana, dan tampaklah orang-orang itu berpencar-pencar di atas seluruh daerah itu, sambil makan, minum dan mengadakan perayaan karena jarahan yang besar, yang telah dirampas mereka dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda. (17) Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos, kecuali empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta. (18) Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua isterinya dapat dilepaskan Daud. (19) Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali. (20) Daud mengambil segala kambing domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta berkata: ‘Inilah jarahan Daud.’ (21) Ketika Daud sampai kepada kedua ratus orang yang telah terlalu lelah untuk mengikuti Daud, yang telah dibiarkannya tinggal di dekat sungai Besor, maka keluarlah orang-orang ini menyongsong Daud dan menyongsong rakyat yang bersama-sama dengan dia. Daud mendekati orang-orang itu dan memberi salam kepada mereka. (22) Kemudian mulailah berbicara semua orang jahat dan orang dursila di antara orang-orang, yang ikut pergi bersama-sama dengan Daud itu, katanya: ‘Karena mereka tidak ikut pergi bersama-sama dengan kita, janganlah kita berikan kepada mereka apa-apa dari jarahan yang kita selamatkan itu, kecuali kepada masing-masing mereka isterinya dan anak-anaknya. Itu boleh mereka bawa, dan biarlah mereka pergi!’ (23) Tetapi Daud berkata: ‘Janganlah kamu, saudara-saudaraku, berbuat demikian, dengan apa yang diberikan TUHAN kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menyerahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita. (24) Siapa yang mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama.’ (25) Dan demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai sekarang. (26) Ketika Daud sampai ke Ziklag, dikirimnyalah sebagian dari jarahan itu kepada para tua-tua di Yehuda, kepada teman-temannya, dengan pesan: ‘Inilah pemberian kepadamu dari jarahan yang dirampas dari musuh TUHAN,’ (27) yakni kepada yang di Betel, kepada yang di Ramot di Tanah Selatan, kepada yang di Yatir, (28) kepada yang di Aroer, kepada yang di Sifmot, kepada yang di Estemoa, (29) kepada yang di Rakhal, kepada yang di kota-kota orang Yerahmeel, kepada yang di kota-kota orang Keni, (30) kepada yang di Horma, kepada yang di Bor-Asan, kepada yang di Atakh, (31) kepada yang di Hebron dan kepada segala tempat di mana Daud dengan orang-orangnya mengembara”.

I) Bencana karena dosa (ay 1-5).

1 Samuel 30: 1-5: “(1) Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. (2) Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya. (3) Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. (4) Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. (5) Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu”.

1) Khronologis / urut-urutan terjadinya peristiwa-peristiwa ini.

Clarke menganggap bahwa apa yang terjadi dalam 1Sam 29 dan 30 tidak terjadi setelah pertemuan Saul dan pemanggil arwah (1Sam 28), tetapi bahkan sebelumnya. Tetapi berapa selang waktu di antaranya ia tidak tahu. Tetapi apa yang terjadi dalam 1Sam 31, memang terjadi sehari setelah pertemuan Saul dengan pemanggil arwah itu.

2) Pada waktu Daud pulang ke Ziklag, ia mendapati Ziklag sudah ‘habis’.

Matthew Henry mengatakan bahwa kalau kita meninggalkan rumah / pergi ke luar negeri, kita tidak bisa meramalkan berita buruk apa yang kita terima pada saat kita pulang. Pada saat pergi mungkin kita ada dalam keadaan senang, tetapi pada saat pulang mungkin kita akan bersusah hati karena adanya kejadian buruk yang menimpa. Karena itu, kalau kita pergi dan pada saat kembali semua dalam keadaan baik-baik saja, kita harus memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan.

3) Jadi, pada waktu Daud menghindari suatu bahaya / bencana, tanpa petunjuk Tuhan, ternyata ia mendapatkan bencana lain yang lebih hebat.

Pulpit Commentary mengatakan (hal 550-551) bahwa tindakan menghindar dari satu bencana, tanpa pimpinan Tuhan, dan merupakan kehendak / pemikiran kita sendiri, tak menghindarkan kita dari bencana lain, yang bahkan lebih hebat.

Ini merupakan sesuatu yang sangat perlu direnungkan, karena sebetulnya aman tidaknya kita ada di tangan Tuhan, bukan di tempat dimana kita mengira kita bakal aman! Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh menghindari dari bahaya, tetapi ini berarti bahwa kita harus meminta pimpinan Tuhan lebih dulu sebelum kita pergi untuk menghindari bahaya. Juga kita harus selalu mempercayai Tuhan, bukannya pemikiran dan kebijaksanaan kita sendiri.

Pulpit Commentary juga menambahkan (hal 551) bahwa pada waktu kita menghindar tanpa pimpinan Tuhan, dan hanya mengikuti pemikiran / kemauan kita sendiri, bisa saja bahwa mula-mula segala sesuatu kelihatannya baik-baik saja, Tetapi pada akhirnya pasti akan terjadi bencana itu.

Pulpit Commentary: “distrust of God and self-seeking cannot but issue in evil, though the evil seem to tarry and be beyond calculation” (= ketidak-percayaan kepada Allah dan pencarian sendiri tidak bisa tidak menghasilkan bencana, sekalipun bencana itu kelihatannya berlambat-lambat dan diluar perhitungan) - hal 551.

4) Ini merupakan hajaran Tuhan terhadap Daud karena dosanya.

Memang kalau kita meninjau secara duniawi, ada alasan mengapa terjadi bencana ini kepada Daud.

a) Ini bisa terjadi karena ketidak-taatan Saul dalam menanggapi perintah Tuhan untuk memusnahkan Amalek (1Sam 15).

b) Dari sudut orang Amalek, mengapa mereka melakukan hal ini?

1. Balas dendam dari orang-orang Amalek?

Matthew Henry: “They intended, by this to revenge the like havoc that David had lately made of them and their country, 1Sam 27:8. He that had made so many enemies ought not to have left his own concerns so naked and defenceless. Those that make bold with others must expect that others will make as bold with them and provide accordingly” (= Mereka bermaksud, oleh hal ini untuk membalas malapetaka yang sama seperti yang Daud telah buat belakangan terhadap mereka dan negeri mereka, 1Sam 27:8. Ia yang telah membuat begitu banyak musuh tidak seharusnya meninggalkan urusannya sekarang begitu telanjang dan tanpa pertahanan).

1Sam 27:8 - “Maka Daud dan orang-orangnya bergerak maju dan menyerbu orang Gesur, orang Girzi dan orang Amalek; sebab orang-orang inilah penduduk negeri itu yang membentang dari Telam ke arah Syur sampai tanah Mesir”.

Tetapi bagaimana dengan 1Sam 27:9 - “Apabila Daud memusnahkan negeri itu, seorangpun tidak dibiarkannya hidup, baik laki-laki maupun perempuan; ia merampas kambing domba, lembu, keledai, unta dan pakaian, kemudian pulanglah ia dan kembali kepada Akhis”?

Kalau tak ada yang dibiarkan hidup, lalu siapa yang membalas dendam di sini?

2. Pandangan Clarke.

Adam Clarke mempunyai pandangan yang berbeda.

Adam Clarke: “These were, doubtless, a traveling predatory horde, who, availing themselves of the war between the Philistines and the Israelites, plundered several unprotected towns, and among them Ziklag. It is likely they had not heard of what David did to some of their tribes. Otherwise they would have avenged themselves by killing all they found in Ziklag” (= Tak diragukan bahwa orang-orang ini adalah gerombolan yang berkeliling mencari mangsa, yang menggunakan kesempatan selagi Filistin berperang dengan Israel, merampasi / menjarah beberapa kota yang tidak dilindungi, dan di antaranya adalah Ziklag. Mungkin sekali mereka tidak mendengar apa yang Daud telah lakukan kepada sebagian dari suku mereka. Kalau mereka mendengarnya, mereka mungkin telah membalaskan dendam mereka dengan membunuh semua orang yang mereka temui di Ziklag).

Tetapi dari sudut Tuhan, Dialah yang mengatur dan membiarkan semua ini terjadi, untuk menghajar Daud karena dosanya. Ia berdosa dengan lari ke Filistin tanpa petunjuk Tuhan, dan lalu melakukan banyak dosa selama di sana. Inilah yang menyebabkan Tuhan menghajarnya menggunakan semua bencana ini.

Matthew Henry: “How David was corrected for being so forward to go with the Philistines against Israel. God showed him that he had better have staid at home and looked after his own business. When we go abroad in the way of our duty we may comfortably hope that God will take care of our families in our absence, but not otherwise” (= Bagaimana Daud diperbaiki karena pergi maju bersama-sama dengan orang-orang Filistin untuk berperang melawan Israel. Allah menunjukkan kepadanya bahwa ia lebih baik tinggal di rumah dan mengurusi urusannya sendiri. Pada waktu kita pergi ke luar negeri untuk melakukan kewajiban kita maka kita bisa dengan senang berharap bahwa Allah akan memelihara keluarga kita pada saat kita tidak ada, tetapi tidak kalau sebaliknya).

5) Dalam menghajar anakNya, Allah tetap mempunyai belas kasihan.

Kelihatannya, pada waktu orang-orang Filistin sudah menyerang dan menawan orang-orang Ziklag, nasib mereka betul-betul berada di tangan orang-orang Filistin. Tetapi sebetulnya tidak! Nasib mereka tetap ada di tangan Tuhan, karena pikiran orang-orang Filistin itu ada di tangan Tuhan. Burung pipit atau selembar rambut merekapun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Tuhan, apalagi kepala mereka!

Bdk. Mat 10:28-31 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.

Dari sudut orang Filistin, pada waktu mereka tak membunuh seorangpun, sebetulnya ini tidak berarti mereka berbelas kasihan. Para tawanan tidak dibunuh, biasanya untuk dijadikan budak. Tetapi apapun alasan mereka, Allah menguasai mereka dan dengan itu membatasi hajaranNya kepada Daud.

Matthew Henry: “Whether they spared them to lead them in triumph, or to sell them, or to use them for slaves, God’s hand must be acknowledged, who designed to make use of the Amalekites for the correction, not for the destruction, of the house of David” (= Apakah mereka tidak membunuh orang-orang itu untuk memamerkan kemenangan mereka, atau untuk menjual mereka, atau untuk menggunakan mereka sebagai budak, tangan Allah harus diakui, yang merencanakan untuk menggunakan orang-orang Amalek untuk mengoreksi, bukan untuk menghancurkan, keluarga Daud).

Bandingkan dengan:

· Maz 118:18 - “TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut”.

· Yes 60:10 - “Orang-orang asing akan membangun tembokmu, dan raja-raja mereka akan melayani engkau; sebab dalam murkaKu Aku telah menghajar engkau, namun Aku telah berkenan untuk mengasihani engkau”.

II) Sikap dalam menghadapi bencana karena dosa (ay 6-8a).

1) Sikap rakyat / pengikut Daud, dan sikap Daud sendiri.

1 Samuel 30: 6: “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya”.

a) Sikap rakyat.

Mereka terlihat sangat terpukul, dan lalu menjadi marah, menjadikan Daud sebagai kambing hitam, melemparkan kesalahan kepadanya, dan karena itu mereka ingin merajam dia.

b) Sikap Daud.

Dia jelas juga sangat terpukul, tetapi dia tidak menimpakan kesalahan kepada orang-orang lain. Ia menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, dan lalu meminta petunjuk Tuhan.

Adam Clarke: “‘David encouraged himself in the Lord.’ He found he could place very little confidence in his men; and, since he was conscious that this evil had not happened either through his neglect or folly, he saw that he might expect aid from his Maker more confidently” (= ‘Daud menguatkan dirinya sendiri dalam Tuhan’. Ia mendapati bahwa ia tidak bisa mempercayai orang-orangnya; dan, karena ia sadar bahwa bencana ini tidak terjadi karena kelalaian atau kebodohannya, ia melihat bahwa ia bisa mengharapkan pertolongan dari Penciptanya dengan lebih yakin).

Catatan: saya tak setuju dengan bagian yang saya garis-bawahi. Perginya Daud ke Filistin adalah suatu kesalahan, dan ikutnya dia ke medan perang bersama pasukan Filistin menyebabkan Ziklag bisa diserang. Tetapi sekalipun ini terjadi karena kesalahan Daud, ia tetap bisa berharap kepada Tuhan, karena ia tidak mempertahankan dosanya.

Wesley: “It is the duty of all good men, whatever happens, to encourage themselves in the Lord their God, assuring themselves, that he both can and will bring light out of darkness” (= Merupakan kewajiban dari semua orang-orang baik / saleh, apapun yang terjadi, untuk menguatkan diri mereka sendiri dalam Tuhan Allah mereka, meyakinkan diri mereka sendiri, bahwa Ia bisa dan akan mendatangkan terang dari kegelapan).

Matthew Henry mengatakan bahwa ini merupakan pencobaan yang sangat berat bagi Daud. Saul memaksa dia keluar dari negerinya, orang-orang Filistin mengusir dia dari peperangan, orang-orang Amalek telah menjarah kotanya, membawa istri-istrinya sebagai tawanan, dan sekarang, untuk melengkapi penderitaannya, teman-temannya mau merajam dia.

Matthew Henry: “it is observable that David was reduced to this extremity just before his accession to the throne. ... Things are sometimes at the worst with the church and people of God just before they begin to mend” (= bisa dilihat bahwa Daud direndahkan pada kesukaran ini persis sebelum naiknya ia ke takhta. ... Bagi gereja dan umat Allah hal-hal kadang-kadang ada dalam keadaan terburuk persis pada sebelum hal-hal itu mulai membaik).

Catatan: ini persis seperti Yakub, yang kehilangan Yusuf, lalu mengalami masa kelaparan, lalu kehilangan Simeon, lalu harus melepaskan Benyamin, sebelum akhirnya bertemu Yusuf kembali.

Kontras antara kedua sikap ini mirip dengan kontras antara sikap bangsa Israel di padang gurun dengan sikap Musa, pada waktu mereka menghadapi kesukaran / bahaya yang sama. Bangsa Israel bersikap negatif dengan bersungut-sungut, tetapi Musa berseru-seru kepada Tuhan.

Bdk. Keluaran 15:22-25 - “(22) Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. (23) Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. (24) Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: ‘Apakah yang akan kami minum?’ (25) Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka”.

Pulpit Commentary: “When we become fully aware of our utter helplessness, two courses lie open before us - either to sink into despair or to cast ourselves wholly upon God” (= Pada waktu kita menjadi sadar sepenuhnya tentang keadaan kita yang sama sekali tidak berdaya, ada 2 jalan yang terletak di depan kita - atau tenggelam dalam keputus-asaan, atau melemparkan diri kita sepenuhnya kepada Allah) - hal 557.

2) Daud mencari pimpinan / kehendak Tuhan.

Ay 7-8a: “(7) Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: ‘Bawalah efod itu kepadaku.’ Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud. (8a) Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: ‘Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?’”

Daud sudah sadar akan kesalahannya yang lalu dimana ia pergi ke Filistin tanpa pimpinan Tuhan. Sekarang, dalam menghadapi bencana ini, ia meminta pimpinan Tuhan.

Pulpit Commentary: “It often requires a heavy blow to awaken us from our complacent belief in our own wisdom. ... He had not sought the Lord on leaving Judah, and now he sees the mistake” (= Seringkali dibutuhkan suatu pukulan yang keras untuk membangunkan kita dari kepercayaan yang puas terhadap hikmat kita sendiri. ... Ia tidak mencari Tuhan pada waktu meninggalkan Yehuda, dan sekarang ia melihat kesalahannya) - hal 551.

Bdk. Maz 119:67,71,75 - “(67) Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janjiMu. ... (71) Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu. ... (75) Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukumMu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan”.

III) Bimbingan / pertolongan Tuhan (ay 8b-20).

1) Tuhan menjawab Daud / memberi petunjuk / pimpinan kepada Daud.

Ay 8b: “Dan Ia berfirman kepadanya: ‘Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.’”.

Berbeda dengan sikap Tuhan terhadap Saul, dimana Ia sama sekali tidak menjawabnya, terhadap Daud Ia mau menjawab.

2) Daud mentaati pimpinan Tuhan itu.

1 Samuel 30: 9-10: “(9) Lalu pergilah Daud beserta keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti di sana, (10) maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor itu, berhenti di sana”.

Perhatikan bahwa mula-mula Daud mengejar orang-orang Amalek beserta 600 pasukannya, tetapi lalu yang 200 orang menjadi terlalu lelah dan terpaksa berhenti. Jadi, sekarang hanya sisa 400 orang saja. Ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada pimpinan Tuhan tidak berarti bahwa kita akan ada pada jalan yang lebar dan mulus! Matthew Henry mengatakan bahwa ini merupakan ujian bagi iman Daud, apakah ia berani maju terus sambil bersandar pada firman Tuhan yang telah ia dapatkan sekalipun begitu banyak orang-orangnya terpaksa tidak bisa ikut perang.

3) Pertolongan yang muncul ‘secara kebetulan’.

Ay 11-16a: “(11) Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air, (12) dan memberikan kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. (13) Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: ‘Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?’ Jawabnya: ‘Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit. (14) Kami telah menyerbu Tanah Negeb orang Kreti dan daerah Yehuda dan Tanah Negeb Kaleb, dan Ziklag telah kami bakar habis.’ (15) Daud bertanya kepadanya: ‘Dapatkah engkau menunjuk jalan kepadaku ke gerombolan itu?’ Katanya: ‘Bersumpahlah kepadaku demi Allah, bahwa engkau tidak akan membunuh aku, dan tidak akan menyerahkan aku ke dalam tangan tuanku itu, maka aku akan menunjuk jalan kepadamu ke gerombolan itu.’ (16a) Ia menunjuk jalan kepada Daud ke sana, ...”.

a) Orang ditinggalkan di padang selama 3 hari 3 malam tanpa makan dan minum pasti mati. Tetapi kebiasaan mereka dalam menghitung hari adalah seperti dalam menghitung hari pada saat Yesus mati.

Bdk. Mat 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.

Jadi 3 hari 3 malam, bisa berarti sebagian dari hari pertama, seluruh hari kedua, dan sebagian dari hari ketiga.

b) Hal yang kelihatannya seperti kebetulan ini juga diatur oleh Allah untuk kesuksesan Daud dan kehancuran orang-orang Amalek.

Wesley: “Left me - In this place and condition: which was barbarous inhumanity: for he ought, and easily might have carried him away with the prey which they had taken. But he paid dear for this cruelty, for this was the occasion of the ruin of him and all their company. And God by his secret providence ordered the matter thus for that very end” (= Meninggalkan aku - Di tempat dan kondisi ini: yang merupakan sikap tidak manusiawi yang biadab: karena ia seharusnya, dan dengan mudah, bisa membawanya bersama dengan rampasan yang telah mereka ambil. Tetapi ia membayar mahal untuk kekejamannya ini, karena ini merupakan penyebab dari kehancurannya dan semua teman-temannya. Dan Allah oleh providensiaNya yang bersifat rahasia mengatur hal-hal seperti itu untuk tujuan itu).

4) Daud menemukan orang-orang Amalek dan menghancurkan mereka.

1 Samuel 30: 16-20: “(16) Ia menunjuk jalan kepada Daud ke sana, dan tampaklah orang-orang itu berpencar-pencar di atas seluruh daerah itu, sambil makan, minum dan mengadakan perayaan karena jarahan yang besar, yang telah dirampas mereka dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda. (17) Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos, kecuali empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta. (18) Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua isterinya dapat dilepaskan Daud. (19) Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali. (20) Daud mengambil segala kambing domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta berkata: ‘Inilah jarahan Daud.’”.

Daud dan pasukannya berhasil menghancurkan orang-orang Amalek, dan memperoleh kembali segala sesuatu yang tadinya ditawan / dirampas oleh orang-orang Amalek, dan kelihatannya bahkan juga ternak yang tadinya milik orang-orang Amalek itu. Jadi, mereka mendapatkan kembali lebih banyak dari apa yang tadinya hilang. Dari peristiwa yang tadi kelihatannya sangat merugikan mereka, ternyata mereka justru mendapatkan berkat dari Tuhan!

IV) Sikap dalam menghadapi berkat Tuhan (1 Samuel 30: 21-31).

1) Sikap salah dan benar dalam menghadapi pertolongan / berkat Tuhan.

1 Samuel 30: 21-25: “(21) Ketika Daud sampai kepada kedua ratus orang yang telah terlalu lelah untuk mengikuti Daud, yang telah dibiarkannya tinggal di dekat sungai Besor, maka keluarlah orang-orang ini menyongsong Daud dan menyongsong rakyat yang bersama-sama dengan dia. Daud mendekati orang-orang itu dan memberi salam kepada mereka. (22) Kemudian mulailah berbicara semua orang jahat dan orang dursila di antara orang-orang, yang ikut pergi bersama-sama dengan Daud itu, katanya: ‘Karena mereka tidak ikut pergi bersama-sama dengan kita, janganlah kita berikan kepada mereka apa-apa dari jarahan yang kita selamatkan itu, kecuali kepada masing-masing mereka isterinya dan anak-anaknya. Itu boleh mereka bawa, dan biarlah mereka pergi!’ (23) Tetapi Daud berkata: ‘Janganlah kamu, saudara-saudaraku, berbuat demikian, dengan apa yang diberikan TUHAN kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menyerahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita. (24) Siapa yang mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama.’ (25) Dan demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai sekarang”.

a) Ada orang-orang jahat dan dursila dalam kalangan pasukan Daud (ay 22).

Ay 22a (KJV): ‘Then answered all the wicked men and men of Belial’ (= Maka menjawablah semua orang-orang jahat dan orang-orang Belial).

Catatan: kata ‘Belial’ menunjuk kepada setan.

Sebagai orang yang rohani, tidak mungkin Daud tidak mengajar pasukannya dalam hal rohani, tetapi ternyata dalam pasukannya ada banyak orang-orang tamak, jahat, dan yang disebut sebagai orang-orang Belial! Kalau dalam 12 murid Yesus ada Yudas Iskariot, maka kita tak perlu menyangsikan bahwa dalam gereja / persekutuan manapun selalu ada lalang di antara gandum! Berusahalah, supaya jangan saudara yang menjadi lalangnya.

b) Usul orang-orang jahat itu.

Orang-orang jahat itu, dalam ketamakan mereka, mengusulkan supaya 200 orang yang tadinya tertinggal karena tidak kuat melanjutkan perjalanan pengejaran itu, tidak diberi bagian dari jarahan yang mereka dapatkan dari orang-orang Amalek, kecuali keluarga mereka sendiri (ay 22).

Pulpit Commentary: “Prosperity is as real a test of what a man is as is adversity. ... He who can conquer prosperity is often a greater man than the conqueror of adversity” (= Kemakmuran maupun kesengsaraan sama-sama merupakan ujian tentang apa / siapa orang itu. ... Ia yang bisa mengalahkan kemakmuran seringkali merupakan orang yang lebih besar / agung dari pada orang yang bisa mengalahkan kesengsaraan) - hal 554.

c) Keputusan Daud.

Daud menolak usul orang-orang jahat itu (1 Samuel 30: 22-24). Daud mengatakan bahwa orang-orang yang tertinggal itu harus diberi bagian yang sama. Apa alasannya?

1. Mereka mendapatkan semua itu karena belas kasihan / pertolongan Tuhan.

Perhatikan kata-kata ‘apa yang diberikan TUHAN kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menyerahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita’ dalam ay 23b. Belas kasihan Tuhan menyebabkan kita juga harus berbelas kasihan kepada orang-orang lain.

2. Orang-orang itu tertinggal bukan karena mereka tidak mau berperang, tetapi karena mereka tidak kuat. Jadi, mereka sudah melakukan semampu mereka. Dan pada masa-masa yang lalu mereka sudah sering ikut berperang.

3. Dalam keadaan ini, sekalipun mereka tidak ikut berperang, tetapi mereka tetap melakukan tugas, dengan menjaga barang-barang mereka yang masih tersisa. Ini terlihat dari kata-kata ‘bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang’ (ay 24b).

Sejak saat itu keputusan Daud itu dijadikan hukum bagi orang Israel (ay 25).

2) Sikap yang murah hati dari Daud dalam menghadapi berkat Tuhan.

1 Samuel 30: 26-31: “(26) Ketika Daud sampai ke Ziklag, dikirimnyalah sebagian dari jarahan itu kepada para tua-tua di Yehuda, kepada teman-temannya, dengan pesan: ‘Inilah pemberian kepadamu dari jarahan yang dirampas dari musuh TUHAN,’ (27) yakni kepada yang di Betel, kepada yang di Ramot di Tanah Selatan, kepada yang di Yatir, (28) kepada yang di Aroer, kepada yang di Sifmot, kepada yang di Estemoa, (29) kepada yang di Rakhal, kepada yang di kota-kota orang Yerahmeel, kepada yang di kota-kota orang Keni, (30) kepada yang di Horma, kepada yang di Bor-Asan, kepada yang di Atakh, (31) kepada yang di Hebron dan kepada segala tempat di mana Daud dengan orang-orangnya mengembara”.

BACA JUGA: BERKAT: GAMBARAN, PENTINGNYA, CARA DAN ORANG KRISTEN

Catatan: Kata ‘pemberian’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘blessing’ (= berkat).

Ini menunjukkan bahwa bertentangan dengan orang-orang jahat tadi, Daud bukan orang yang tamak, sehingga ia menyalurkan berkat Tuhan yang telah ia terima!

Penutup / kesimpulan.

Maukah saudara menghadapi kesukaran maupun berkat dengan cara seperti yang dilakukan oleh Daud? Tuhan memberkati saudara.
Next Post Previous Post