1 SAMUEL 31:1-7 (KEMATIAN SAUL)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 SAMUEL 3:1-7 (KEMATIAN SAUL)
1Samuel 31:1-7 - “(1) Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel. Orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa. (2) Orang Filistin terus mengejar Saul dan anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-anak Saul. (3) Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah. (4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya. (5) Ketika pembawa senjatanya melihat, bahwa Saul telah mati, iapun menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya, lalu mati bersama-sama dengan Saul. (6) Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu. (7) Ketika dilihat orang-orang Israel, yang di seberang lembah dan yang di seberang sungai Yordan, bahwa tentara Israel telah melarikan diri, dan bahwa Saul serta anak-anaknya sudah mati, maka mereka meninggalkan kota-kota mereka lalu melarikan diri juga; kemudian datanglah orang Filistin dan menetap di sana”.

I) Kekalahan Israel terhadap Filistin.

1 Samuel 31: 1: “Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel. Orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa”.

1) Israel kalah, sekalipun menang posisi.

Ada 2 hal yang menunjukkan posisi Israel yang lebih menguntungkan.

a) Mereka berkemah dekat dengan mata air.

Bdk. 1Samuel 29:1 - “Orang Filistin mengumpulkan segala tentara mereka ke Afek, sedang orang Israel berkemah dekat mata air yang di Yizreel”.

Posisi dekat mata air merupakan posisi yang penting dan bagus di negara yang panas dan sukar mendapatkan air seperti ini.

Tetapi sekalipun mereka mempunyai mata air, mereka tidak mempunyai sumber air hidup, yaitu Allah sendiri, maka semua ini sia-sia dan akhirnya mereka kalah.

b) Tempat yang mereka pilih adalah tempat yang lebih tinggi.

Menurut Jamieson, Fausset & Brown tempat yang dipilih ini adalah tempat yang tinggi, jadi menguntungkan dalam perang. Tetapi mereka tidak berperang bersama dengan Gunung Batu mereka, dan karena itu mereka tetap kalah.

2) Tentara Saul menjadi kacau, dan banyak yang mati.

a) Apakah semua tentara Saul mati?

Kelihatannya ay 6 mengatakan demikian.

1 Samuel 31: 6: “Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu”.

Tetapi kalau dilihat ay 1,7 maka sebetulnya tidak demikian.

Ay 1,7: “(1) Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel. Orang-orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati terbunuh di pegunungan Gilboa. ... (7) Ketika dilihat orang-orang Israel, yang di seberang lembah dan yang di seberang sungai Yordan, bahwa tentara Israel telah melarikan diri, dan bahwa Saul serta anak-anaknya sudah mati, maka mereka meninggalkan kota-kota mereka lalu melarikan diri juga; kemudian datanglah orang Filistin dan menetap di sana”.

Karena itu, tentang kata-kata ‘seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu’ dalam ay 6 Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut: “Probably meaning those of his troops which were his life or body guards: as to the bulk of the army, it fled at the commencement of the battle, 1 Samuel 31:1” (= Mungkin memaksudkan mereka dari tentaranya yang adalah pengawal pribadinya: berkenaan dengan bagian terbesar dari tentaranya, mereka lari pada permulaan dari pertempuran, 1Samuel 31:1).

Bandingkan dengan terjemahan NIV yang membedakan istilah dalam ay 6 dan ay 7.

NIV: ‘(6) So Saul and his three sons and his armor-bearer and all his men died together that same day. (7) When the Israelites along the valley and those across the Jordan saw that the Israelite army had fled and that Saul and his sons had died, they abandoned their towns and fled. And the Philistines came and occupied them’ [= (6) Demikianlah Saul dan ketiga anaknya dan pembawa senjatanya dan semua orang-orangnya mati bersama-sama pada hari yang sama. (7) Pada waktu orang-orang / bangsa Israel di sepanjang lembah dan mereka yang di seberang sungai Yordan melihat bahwa tentara / pasukan Israel telah melarikan diri dan bahwa Saul dan anak-anaknya telah mari, mereka meninggalkan kota-kota mereka dan lari. Dan orang-orang Filistin datang dan menempatinya].

Juga ‘mati’ ini tak berlaku untuk panglima Saul, yaitu Abner, yang jelas masih hidup.

b) Sekalipun tak semua mati, tetapi banyak tentara Saul yang mati.

Matthew Henry: “He sees his soldiers fall about him, v. 1. ... The best of the troops were put into disorder, and multitudes slain, probably those whom Saul had employed in pursuing David. Thus those who had followed him and served him in his sin went before him in his fall and shared with him in his plagues” (= Ia melihat tentara-tentaranya jatuh di sekelilingnya, ay 1. ... Yang terbaik dari pasukannya menjadi kacau, dan banyak yang terbunuh, mungkin orang-orang yang digunakan oleh Saul dalam mengejar Daud. Demikianlah mereka yang mengikutinya dan melayaninya dalam dosanya mendahuluinya dalam kejatuhannya, dan bersama-sama dengannya dalam malapetakanya).

Penerapan: ini mengajar kita untuk tidak mengikuti orang yang brengsek. Banyak orang Kristen yang pergi ke gereja yang dekat rumahnya, dan seringkali tetap pergi ke situ sekalipun mereka tahu pendetanya sesat. Ini bodoh, dan nasib dari tentara Saul harus mereka renungkan, karena itu bisa menjadi nasib mereka juga!

II) Kematian Saul dan anak-anaknya.

1) Anak-anak Saul, termasuk Yonatan, mati lebih dulu.

1 Samuel 31: 2: “Orang Filistin terus mengejar Saul dan anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-anak Saul”.

a) Bagian paralelnya dalam 1Taw 10:6 berbunyi sebagai berikut: “Jadi Saul, ketiga anaknya dan segenap keluarganya sama-sama mati”.

Tidak semua keluarga Saul mati, karena Isyboset, masih hidup (2Sam 2:8). Jadi, 1Taw 10:6 harus diartikan ‘segenap keluarga yang ikut perang’. Isyboset tidak mati, karena dia tidak ikut perang.

b) Ketiga anaknya ada di dekatnya, dan mungkin sekali mati terbunuh di hadapannya.

Ini merupakan sesuatu yang sangat menyedihkan baginya, karena mereka adalah pengharapan dari keluarganya. Tetapi lebih dari itu, itu juga merupakan sesuatu yang menakutkan baginya, karena mereka merupakan penjaga-penjaga / pengawal-pengawalnya, sehingga setelah mereka mati, maka ia bisa menyimpulkan bahwa gilirannya akan segera tiba.

c) Nama-nama dari anak-anak Saul dicatat, dan Yonatan termasuk di sini.

Yonatan adalah orang yang beriman, saleh, dan berani. Dan ia merupakan sahabat Daud, sekalipun Saul sangat memusuhi Daud. Tetapi kewajibannya terhadap ayahnya tidak mengijinkan ia untuk tetap tinggal di rumah. Providensia Allah mengatur sehingga ia mengalami nasib yang sama dengan keluarganya, sekalipun ia tidak ikut bersalah dalam kesalahan keluarganya.

1. Bisa dikatakan bahwa Yonatan mati disebabkan karena dosa Saul. Dosa orang tua sering menyebabkan penderitaan, dan bahkan kematian, anak.

2. Dengan demikian kata-kata Elifas dalam Ayub 4:7 tidak berlaku.

Ayub 4:7 - “Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?”.

3. Ini menunjukkan harus adanya ‘penyesuaian’ / keadilan dalam kehidupan / dunia yang akan datang.

Matthew Henry: “God would hereby show us that the difference between good and bad is to be made in the other world, not in this. All things come alike to all. We cannot judge of the spiritual or eternal state of any by the manner of their death; for in that there is one event to the righteous and to the wicked” (= Dengan ini Allah menunjukkan kepada kita bahwa perbedaan antara baik dan jahat akan dibuat di dunia yang lain, bukan dalam dunia ini. Segala sesuatu datang secara sama terhadap semua orang. Kita tidak bisa menilai / menghakimi tentang keadaan rohani dan kekal dari siapapun oleh cara kematian mereka; karena dalam hal itu ada satu peristiwa bagi orang benar dan bagi orang jahat).

d) Allah mengatur sehingga Yonatan juga mati. Mengapa?

1. Supaya tak menjadi penghalang bagi Daud untuk naik takhta. Kalau Isyboset saja bisa mempunyai banyak teman (2Sam 2:8-dst), apalagi Yonatan. Memang Yonatan pasti dengan senang hati menyerahkan takhta kepada Daud, tetapi rakyat pasti akan mendukung putra mahkota dari dinasti Saul ini untuk menjadi raja dan ini bisa menyebabkan terjadinya perpecahan, dan setidaknya akan menjadi penghalang bagi Daud untuk menjadi raja.

2. Baik Matthew Henry maupun Wesley mengatakan bahwa Allah mengatur seperti itu, supaya Daud menerima takhta / mahkota betul-betul dari Dia saja, dan bukan dari Yonatan.

2) Kematian Saul dan pembawa senjatanya.

1 Samuel 31: 3-6: “(3) Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah. (4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya. (5) Ketika pembawa senjatanya melihat, bahwa Saul telah mati, iapun menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya, lalu mati bersama-sama dengan Saul. (6) Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu”.

a) Saul terkena panah?

1 Samuel 31: 3: “Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah”.

Tetapi ada penafsir yang mengatakan bahwa ayat ini artinya bukan bahwa Saul terkena panah dan terluka parah. Saul hanya ditemukan posisinya oleh pemanah-pemanah dan didekati oleh mereka, sehingga Saul menjadi takut, karena tidak ada jalan lolos baginya.

Pulpit Commentary: “‘Hit him.’ Literally, ‘found him,’ i.e. found out his position, and came up to where he was. ‘He was sore wounded.’ Rather, ‘he was sore distressed.’ In Deut 2:25 the verb is rendered ‘be in anguish.’ The meaning is that Saul, finding himself surrounded by these archers, and that he could neither escape nor come to close quarters with them, and die fighting” [= ‘Mengenainya’. Secara hurufiah, ‘menemukan dia’, artinya menemukan posisinya, dan datang ke tempat dimana ia berada. ‘Ia terluka parah’. Sebetulnya lebih tepat, ‘ia sangat susah / bingung’. Dalam Ul 2:25 kata kerja itu diterjemahkan ‘sedih / menderita’ (Kitab Suci Indonesia: ‘gemetar’). Artinya adalah bahwa Saul, mendapati dirinya dikepung oleh pemanah-pemanah ini, dan bahwa ia tidak bisa lolos ataupun mendekati mereka, dan mati dalam perkelahian] - hal 561.

Pulpit Commentary: “Hard pressed and found by the archers, he trembled (‘was sore wounded,’ A. V.) before them, seeing no way to escape falling into their hands” [= Ditekan dengan keras dan ditemukan oleh pemanah-pemanah, ia gemetar (‘dilukai dengan parah, KJV) di hadapan mereka, tidak melihat jalan untuk tidak jatuh ke tangan mereka] - hal 566.

b) Saul tak mau dibunuh atau dibuat jadi permainan oleh orang-orang Filistin, dan karena itu ia meminta pembawa senjatanya membunuhnya. Tetapi karena pembawa senjatanya tidak mau, ia lalu membunuh dirinya sendiri.

1 Samuel 31: 4: “Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya”.

1. Matthew Henry mengatakan bahwa mungkin Saul takut diperlakukan seperti Simson dalam Hak 16:21-25, dan ia merasa lebih baik mati di tangan pelayannya sendiri.

2. Tindakan bunuh diri.

Bunuh diri merupakan dosa, karena:

· melanggar hukum ‘jangan membunuh’ (Kel 20:13).

· bertentangan dengan Mat 22:39 - “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

· dilarang oleh Paulus dalam Kis 16:27-28 - “(27) Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. (28) Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!’”.

· bertentangan dengan semua ayat dalam Kitab Suci yang mendorong kita untuk menanggung penderitaan dengan sabar dan dengan ketundukan kepada kehendak Allah.

Pulpit Commentary: “Suicide is the result of impatience” (= Bunuh diri merupakan akibat dari ketidak-sabaran) - hal 567.

· merupakan tindakan pengecut, bukan tindakan berani.

Pulpit Commentary: “With all his horror of being slain by a heathen, Saul died like a heathen” (= Dengan semua ketakutannya untuk dibunuh oleh orang kafir, Saul mati sebagai orang kafir) - hal 572.

3. Sekalipun di sini dikatakan bahwa Saul membunuh dirinya sendiri, tetapi dalam ayat lain dikatakan bahwa Tuhanlah yang membunuh dia.

1Taw 10:13-14 - “(13) Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.

Bdk. Hos 13:11 - “Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu”.

Pulpit Commentary: “we see how, as by an unseen hand, Saul was urged on to his doom” (= kita melihat bagaimana, seperti oleh sebuah tangan yang tak terlihat, Saul didorong / didesak pada ajalnya) - hal 563.

Pulpit Commentary: “Although inflicted by the free act of man, it is not less the result of the operation of retributive justice. ... ‘... therefore the Lord slew him ...’ (1Chron. 10:14)” [= Sekalipun ditimbulkan oleh tindakan bebas manusia, itu tidak kurang merupakan akibat dari pekerjaan dari keadilan yang bersifat membalas. ... ‘... sebab itu Tuhan membunuh dia ...’ (1Taw 10:14)] - hal 567.

Ini menunjukkan bahwa sekalipun dosa terjadi karena penetapan Allah dan providensia Allah, tetapi manusia yang melakukannya melakukan hal itu dengan kehendaknya sendiri, dan karena itu ia tetap bertanggung jawab / dipersalahkan!

4. Pembawa senjata Saul ikut bunuh diri, mungkin sekali dengan pedang yang sama.

a. Pembawa senjata Saul meniru teladan buruk dari Saul, sehingga ikut bunuh diri.

b. 1 Samuel 31: 4-5 kelihatannya menunjukkan bahwa mereka berdua bunuh diri dengan pedang yang sama, yaitu pedang dari pembawa senjata Saul.

Ay 4-5: “(4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya. (5) Ketika pembawa senjatanya melihat, bahwa Saul telah mati, iapun menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya, lalu mati bersama-sama dengan Saul”.

c. Clarke mengatakan bahwa tradisi Yahudi mengatakan bahwa pembawa pedang Saul adalah Doeg.

Clarke menambahkan bahwa kalau tradisi ini benar, maka Saul dan Doeg keduanya mati oleh pedang yang digunakan untuk membunuhi imam-imam di Nob, yang dibunuh oleh Doeg atas perintah Saul (1Sam 22).

c) Cerita tentang Saul ini menunjukkan bahwa hukuman Tuhan bisa ditunda, tetapi pasti akan datang.

Sering dalam kehidupan sekitar kita, dan bahkan dalam Alkitab, kita melihat adanya orang-orang yang hidup jahat / dalam dosa, tetapi keadilan seakan-akan berlambat-lambat. Tetapi akan datang waktunya, lambat atau cepat, dimana keadilan Allah dijalankan dengan adil.

Roma 2:4 - “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”.

-AMIN-
Next Post Previous Post