1 SAMUEL 31:8-13 (PERLAKUAN MAYAT SAUL)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 SAMUEL 31:8-13 (PERLAKUAN MAYAT SAUL(
1Samuel 31:8-13 - “(8) Ketika keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di pegunungan Gilboa. (9) Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat. (10) Kemudian mereka menaruh senjata-senjata Saul di kuil Asytoret, dan mayatnya dipakukan mereka di tembok kota Bet-Sean. (11) Ketika penduduk Yabesh-Gilead mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul, (12) maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan membakar mayat-mayat itu di sana. (13) Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu berpuasalah mereka tujuh hari lamanya”.

I) Perlakuan orang Filistin terhadap mayat Saul dan anak-anaknya.

1 Samuel 31: 8-10: “(8) Ketika keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di pegunungan Gilboa. (9) Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat. (10) Kemudian mereka menaruh senjata-senjata Saul di kuil Asytoret, dan mayatnya dipakukan mereka di tembok kota Bet-Sean”.

1) Sekalipun dari ay 9-10 ini kelihatannya yang dibicarakan hanya mayat Saul, tetapi dari ay 8,12 terlihat bahwa mayat dari anak-anak Saul juga termasuk.

2) Kepala Saul dipancung (ay 9).

Matthew Henry mengatakan bahwa:

a) Mereka memaksudkan ini sebagai suatu penghinaan terhadap Israel, yang menjadikan Saul sebagai raja dengan harapan bahwa kepala Saul yang dimahkotai dan diurapi itu bisa menyelamatkan mereka dari tangan orang Filistin.

Penerapan: kalau kita berharap kepada manusia, lihatlah betapa mudahnya harapan itu hancur! Karena itu, berharaplah kepada Allah saja!

b) Mereka memaksudkan ini sebagai suatu penghinaan terhadap Saul sendiri, yang pada masa hidupnya lebih tinggi sekepala dari orang-orang lain (1Sam 10:23). Sekarang ia lebih dipendekkan satu kepala.

Penerapan: jangan menyombongkan / membanggakan apapun yang ada pada diri saudara. Semua itu dengan mudah dicabut dari diri saudara. Sebaliknya gunakan apapun yang baik dalam diri saudara untuk kemuliaan Tuhan!

3) Mayat Saul dipakukan di tembok kota Bet-Sean (ay 10).

Matthew Henry: “They fastened his body and the bodies of his sons (as appears, v. 12) to the wall of Bethshan, ... Hither the dead bodies were dragged and here hung up in chains, to be devoured by the birds of prey. Saul slew himself to avoid being abused by the Philistines, and never was royal corpse so abused as his was, ... He that thinks to save his honour by sin will certainly lose it” [= Mereka memakukan mayatnya dan mayat anak-anaknya (seperti terlihat dalam ay 12) pada tembok Bet-Sean, ... Ke sinilah mayat-mayat itu diseret dan di sini digantungkan dengan terikat, supaya dimakan oleh burung-burung pemangsa. Saul membunuh dirinya sendiri untuk menghindari dirinya dipermainkan oleh orang-orang Filistin, dan tidak pernah ada mayat raja yang begitu dipermainkan seperti mayatnya, ... Ia yang berpikir untuk menyelamatkan kehormatanya oleh dosa pasti akan kehilangan kehormatan itu].

4) Cara kematian dan juga apa yang terjadi dengan mayat seseorang setelah mati, tidak ada hubungannya dengan kerohaniannya.

Memang kadang-kadang cara kematian yang mengerikan merupakan hukuman Tuhan, seperti dalam kasus Korah, Datan dan Abiram yang ditelan oleh bumi (Bil 16). Juga hal mengerikan yang terjadi terhadap mayat seseorang kadang-kadang bisa merupakan hukuman dari Tuhan, seperti dalam kasus Izebel (2Raja 9:34-37 bdk. 1Raja 21:23). Tetapi jelas tidak selalu demikian. Buktinya, mayat Saul yang jahat dan Yonatan yang beriman / saleh mengalami nasib yang sama buruknya.

Bdk. Lukas 13:1-5 - “(1) Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. (2) Yesus menjawab mereka: ‘Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? (3) Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. (4) Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? (5) Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.’”.

Yang ada dalam ay 4 merupakan kematian yang mengerikan (ditimpa menara), sedangkan yang ada dalam ay 1 merupakan perlakuan yang buruk terhadap mayat (darah mereka dicampurkan dengan darah korban persembahan). Tetapi dalam kedua kasus ini Yesus sendiri menyangkal dengan keras bahwa itu terjadi karena orang-orang itu lebih berdosa dari orang-orang lain.

Karena itu, janganlah menghakimi seseorang karena cara kematian mereka, ataupun karena apa yang terjadi dengan mayat mereka.

II) Tindakan orang-orang Yabesh-Gilead terhadap mayat-mayat itu.

1 Samuel 31: 11-13: “(11) Ketika penduduk Yabesh-Gilead mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul, (12) maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan membakar mayat-mayat itu di sana. (13) Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu berpuasalah mereka tujuh hari lamanya”.

1) Tanda terima kasih orang-orang Yabesh-Gilead.

Ini jelas merupakan tindakan yang mereka lakukan sebagai tanda terima kasih mereka terhadap apa yang Saul lakukan dalam 1Sam 11:1-dst, pada waktu ia menolong orang-orang Yabesh-Gilead. Apa yang bagus dari orang-orang ini adalah bahwa mereka mengingat kebaikan Saul kepada mereka, dan berusaha membalasnya. Kita seringkali mengingat kejahatan orang kepada kita, tetapi melupakan kebaikan orang kepada kita.

Tetapi Matthew Henry mengatakan bahwa tindakan ini juga dilakukan demi kehormatan dari Israel, atau demi negara Israel, supaya negara itu tidak dinajiskan oleh mayat-mayat yang tidak dikuburkan itu.

Bdk. Ul 21:22-23 - “(22) ‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.

2) Mereka membakar mayat-mayat itu, lalu menguburkannya (ay 12b-13).

a) Mengapa orang-orang Yabesh-Gilead membakar mayat-mayat itu?

Ada bermacam-macam tafsiran tentang alasan mengapa orang-orang Yabesh-Gilead membakar mayat-mayat itu. Ada yang mengatakan mayat-mayat itu sudah busuk, dan ada yang mengatakan untuk menghindari penggalian kembali mayat-mayat itu dan penghinaan lebih jauh lagi terhadap mayat-mayat itu.

Tetapi saya berpendapat bahwa apapun alasan mereka untuk membakar mayat-mayat itu, kalau itu memang dilarang maka itu adalah dosa. Juga seandainya pembakaran mayat bisa merugikan orang-orang yang telah mati itu, tak peduli apapun alasannya, mereka pasti tidak akan melakukannya. Ingat bahwa mereka membakar mayat itu dengan niat baik terhadap Saul dan anak-anaknya, karena mereka merasa berhutang budi kepada Saul. Bahwa mereka melakukannya, menunjukkan bahwa sekalipun kremasi memang bukan tradisi Yahudi, tetapi itu tidak dilarang, dan juga tidak merugikan orang mati yang dikremasi itu!

b) Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam kasus ini, mayat Yonatan, yang jelas adalah orang yang beriman dan saleh, juga dibakar.

Orang-orang yang anti kremasi mengatakan bahwa dalam Kitab Suci cuma ada pembakaran mayat orang jahat, sedangkan orang saleh / beriman semua dikubur. Itu jelas omong kosong, karena mayat Yonatan juga dibakar.

c) Kasus pembakaran mayat yang lain.

Amos 6:10 - “Dan jika pamannya, pembakar mayat itu, yang datang mengangkat dan mengeluarkan mayat itu dari rumah itu, bertanya kepada orang yang ada di bagian belakang rumah: ‘Adakah lagi orang bersama-sama engkau?’ dan dijawab: ‘Tidak ada,’ ia akan berkata: ‘Diam!’ Sebab tidaklah patut menyebut-nyebut nama TUHAN!”.

Para penafsir mengatakan bahwa sekalipun tradisi saat itu adalah menguburkan mayat, tetapi karena pada saat ini yang mati banyak sekali, maka mayat-mayat itu dibakar. Karena itu muncul istilah ‘pembakar mayat’ di sini.

Sekarang pikirkan: seandainya orang-orang Israel itu percaya bahwa orang yang mayatnya dibakar akan menderita kerugian, apalagi kalau mereka percaya bahwa orang yang dibakar tidak bisa dibangkitkan pada akhir jaman, mungkinkan mereka mengijinkan praktek seperti itu, tak peduli apapun kasusnya?

d) Kasus-kasus lain dimana mayat, sekalipun tidak dibakar, tetapi tidak dikuburkan.

Mazmur 79:1-4 - “(1) Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milikMu, menajiskan bait kudusMu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing. (2) Mereka memberikan mayat hamba-hambaMu sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada binatang-binatang liar di bumi. (3) Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air sekeliling Yerusalem, dan TIDAK ADA YANG MENGUBURKAN. (4) Kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami”.

Matthew Henry (tentang Maz 79): “they were abusive to their dead bodies. When they had killed them they would let none bury them. ... This inhuman usage of Christ’s witnesses is foretold (Rev. 11:9), and thus even the dead bodies were witnesses against their persecutors. This is mentioned ... not as an instance of the misery of the persecuted (for the bodies of the saints shall rise in glory, however they became meat to the birds and the fowls), but of the malice of the persecutors” [= mereka bersikap kejam / menghina mayat-mayat itu. Pada waktu mereka telah membunuh mereka, mereka tidak membiarkan siapapun menguburkannya. ... Perlakuan yang tidak manusiawi ini diramalkan terhadap saksi-saksi Kristus (Wah 11:9), dan lalu bahkan mayat-mayat merupakan saksi-saksi terhadap penganiaya-penganiaya mereka. Ini disebutkan ... bukan sebagai suatu contoh / kejadian yang menunjukkan kesengsaraan dari orang-orang yang dianiaya (karena tubuh-tubuh dari orang-orang kudus akan bangkit dalam kemuliaan, sekalipun mereka menjadi makanan bagi burung-burung dan unggas), tetapi suatu contoh kejahatan dari para penganiaya].

Wahyu 11:3-10 - “(3) Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksiKu, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. (4) Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. (5) Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu. (6) Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya. (7) Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka. (8) Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan. (9) Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan. (10) Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi”.

Siapa kedua saksi / nabi ini sangat diperdebatkan, dan tidak ada jawaban yang pasti. Tetapi dalam hal ini tak penting siapa mereka. Yang pasti mereka adalah hamba-hamba Tuhan / orang-orang percaya, dan pada waktu mereka dibunuh, mereka tidak dikuburkan. Demikian juga dengan orang-orang percaya dalam Maz 79 di atas. Mereka bukan hanya tidak dikuburkan, tetapi mayatnya diberikan sebagai makanan bagi burung-burung dan binatang-binatang liar.

Kalau orang-orang yang anti kremasi mengatakan bahwa kremasi dilarang, karena tubuh yang dibakar hancur sehingga tak bisa dibangkitkan pada akhir jaman, maka saya ingin bertanya: ‘Apakah mayat yang diberikan sebagai makanan bagi burung-burung / binatang-binatang liar tidak hancur? Jadi, mereka juga tidak bisa dibangkitkan?’.

Kalau orang-orang yang anti kremasi mengatakan bahwa Kej 3:19 mengatakan ‘kembali lagi menjadi tanah / debu’, padahal kalau dikremasi tubuh menjadi abu, maka saya ingin tanyakan: ‘Bagaimana dengan orang-orang yang dimakan burung-burung / binatang-binatang liar itu? Apakah mereka kembali menjadi tanah / debu? Mayat / tubuh mereka bahkan menjadi kotoran binatang!’.

Saya ingin menekankan kata-kata bagian akhir dari kutipan saya dari Matthew Henry di atas. Ia mengatakan bahwa peristiwa ini diceritakan untuk menunjukkan kekejaman / kejahatan dari para penganiaya itu, bukan untuk menunjukkan kesengsaraan / penderitaan dari orang-orang percaya yang dibunuh, karena tak peduli bagaimana orang-orang memperlakukan mayat mereka, mereka tetap akan bangkit dalam kemuliaan.

e) Pembahasan beberapa ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa membakar mayat merupakan suatu dosa.

1. Amos 2:1 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Karena tiga perbuatan jahat Moab, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusanKu: Oleh karena ia telah membakar tulang-tulang raja Edom menjadi kapur”.

Kelihatannya ayat ini menunjukkan bahwa tindakan membakar mayat merupakan dosa. Pdt. Jusuf B. S. menggunakan ayat ini sebagai dasar untuk menentang kremasi.

Jawaban saya:

Yang dianggap jahat tentang Moab dalam ayat ini bukanlah pembakaran mayat / tulang-tulang, tetapi kebencian yang begitu hebat dalam Moab sampai raja Edom yang sudah mati tetap menjadi sasaran kebencian, dan tulang-tulangnya lalu dibakar.

2. 2Raja 23:16-20 - “(16) Dan ketika Yosia berpaling, dilihatnyalah kuburan-kuburan yang ada di gunung di sana, lalu menyuruh orang mengambil TULANG-TULANG dari kuburan-kuburan itu, membakarnya di atas MEZBAH dan menajiskanNYA, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diserukan oleh abdi Allah yang telah menyerukan hal-hal ini (bdk. 1Raja 13:2). (17) Ia berkata: ‘Apakah tanda keramat yang kulihat ini?’ Lalu orang-orang di kota itu menjawab dia: ‘Itulah kuburan abdi Allah yang sudah datang dari Yehuda dan yang telah menyerukan segala hal yang telah kaulakukan terhadap mezbah Betel ini!’ (18) Lalu katanya: ‘Biarkanlah itu, janganlah ada orang yang menjamah tulang-tulangnya!’ Jadi mereka tidak mengganggu tulang-tulangnya dan tulang-tulang nabi yang telah datang dari Samaria itu. (19) Juga segala kuil di bukit-bukit pengorbanan yang di kota-kota Samaria yang dibuat oleh raja-raja Israel untuk menimbulkan sakit hati TUHAN, dijauhkan oleh Yosia dan dalam hal ini ia bertindak tepat seperti tindakannya di Betel. (20) Ia menyembelih di atas mezbah-mezbah itu semua imam bukit-bukit pengorbanan yang ada di sana dan dibakarnya tulang-tulang manusia di atasnya, lalu pulanglah ia ke Yerusalem”.

Apakah pembakaran tulang-tulang itu menajiskan mayat / tulang-tulang itu? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diperhatikan bahwa kata ‘nya’ dalam kata ‘menajiskannya’ bukan menunjuk kepada ‘tulang-tulang’ ataupun ‘mayat-mayat’, tetapi kepada ‘mezbah’. Ini terlihat dengan jelas dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris.

KJV: ‘And as Josiah turned himself, he spied the sepulchres that were there in the mount, and sent, and took the bones out of the sepulchres, and burned them upon the altar, and polluted it, according to the word of the LORD which the man of God proclaimed, who proclaimed these words’ (= Dan ketika Yosia berpaling, ia melihat kuburan-kuburan yang ada di sana di gunung, dan menyuruh orang, dan mengambil tulang-tulang dari kuburan-kuburan itu, dan membakar mereka di atas mezbah, dan menajiskannya, sesuai dengan firman TUHAN yang diberitakan oleh hamba Allah, yang memberitakan kata-kata ini).’.

Perhatikan bahwa dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris kata ‘bones’ (= tulang-tulang) ada dalam bentuk jamak, sedangkan kata ‘altar’ (= mezbah) ada dalam bentuk tunggal. Jadi kata ‘them’ yang merupakan bentuk jamak pasti menunjuk pada tulang-tulang itu (kecuali dalam NIV dimana kata ‘them’ itu menunjuk kepada mayat-mayat). Sedangkan kata ‘it’ yang merupakan bentuk tunggal pasti menunjuk pada mezbah. Mezbah merupakan suatu benda yang kudus, yang seharusnya digunakan untuk mempersembahkan korban. Tetapi raja Yosia menyuruh membakar tulang-tulang di atas mezbah itu untuk menajiskan mezbah itu. Ia sengaja menajiskan mezbah itu karena mezbah itu memang mezbah untuk berhala (bdk. 1Raja 12:25-13:2).

Jadi, jelaslah bahwa pembakaran mayat tidak bisa menajiskan mayat yang dibakar!

Penutup.

Pulpit Commentary: “The historian closes the narrative concerning Saul’s reign by a reference to the immediate result of the defeat on the adjacent cities, and to the barbarous treatment of Saul’s body. The people who had demanded a king, and who were proud of his powerful bodily presence, were now to learn in saddest form how much better it is to wait the time of God, and to trust rather to righteousness of national life than to physical force and martial display. The people and the king were at fault, and the judgment falls on both” (= Sang sejarawan menutup cerita mengenai pemerintahan Saul dengan menyebutkan hasil langsung dari kekalahan itu pada kota-kota yang berdekatan, dan perlakukan biadab terhadap mayat Saul. Bangsa yang telah menuntut seorang raja, dan yang bangga dengan penampilan fisiknya yang kuat, sekarang harus belajar dalam bentuk yang paling menyedihkan betapa jauh lebih baiknya menunggu waktu Allah, dan mempercayakan kehidupan nasional pada kebenaran dan bukannya pada kekuatan fisik dan pertunjukan yang berhubungan dengan perang. Baik bangsa itu maupun rajanya bersalah, dan penghakiman menimpa mereka berdua) - hal 564.

Matthew Henry: “This book began with the birth of Samuel, but now it ends with the burial of Saul, the comparing of which two together will teach us to prefer the honour that comes from God before any of the honours which this world pretends to have the disposal of” (= Kitab ini dimulai dengan kelahiran Samuel, tetapi sekarang diakhiri dengan penguburan Saul, dan perbandingan keduanya mengajar kita untuk lebih memilih kehormatan yang datang dari Allah di atas kehormatan manapun yang dunia ini berpura-pura bisa memberikannya).

-AMIN-
Next Post Previous Post