EKSPOSISI 1 KORINTUS 13:1-13 (KASIH)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 Korintus 13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih , aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna 1 Korintus 13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. 13:4 Kasih itu sabar kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh e akan berhenti ; pengetahuan akan lenyap. 13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap f dan nubuat kita tidak sempurna. 13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. 13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. 13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin i suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1 Korintus 13:1-13)
Pendahuluan:bisnis, gadget, otomotif |
1) Dalam 1Korintus 12:31a dikatakan ‘berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama’.
Ini kelihatannya tak cocok dengan 1Korintus 12:7-11 yang secara jelas menunjukkan bahwa karunia-karunia diberikan oleh Roh Kudus sesuai dengan kehendakNya.
Calvin berkata bahwa kata-kata ‘berusahalah untuk memperoleh’ dalam 1Kor 12:31a bisa diterjemahkan ‘value highly’ (= nilailah tinggi / hargailah).
Dan tentang 1Korintus 12:31a ini, Calvin juga berkata:
“He does not, however, address individuals, as though he wished that everyone should aspire at prophecy, or the office of teacher; but simply recommends to them a desire to promote edification, that they may apply themselves the more diligently to those things that are more conducive to edification” (= Ia tidak menujukan hal ini kepada pribadi-pribadi, seakan-akan setiap orang harus menginginkan karunia bernubuat atau jabatan guru; tetapi ia hanya merekomendasikan kepada mereka suatu keinginan untuk memajukan / mengembangkan pendidikan rohani, supaya mereka mengerahkan diri mereka sendiri pada hal-hal yang paling menghasilkan pendidikan rohani).
Dari sini bisa kita lihat bahwa gereja / hamba Tuhan / orang Kristen harus memprioritaskan pengajaran Firman Tuhan dalam gereja!
Apakah saudara adalah hamba Tuhan / orang Kristen yang memprioritaskan pengajaran Firman Tuhan?
2) Setelah menekankan pendidikan rohani, maka sekarang dalam 1Korintus 12:31b-13:13, Paulus menunjukkan hal yang terpenting, yang harus ada bersama-sama dengan karunia-karunia / pendidikan rohani dsb, yaitu KASIH.
3) Pembagian 1Korintus 13:
· 1Korintus 13: 1-3: kasih diperlukan secara mutlak.
· 1Korintus 13: 4-7: ciri-ciri kasih.
· 1Korintus 13: 8-12: kekekalan dari kasih.
· 1Korintus 13: 13: keutamaan dari kasih.
1 Korintus 13: 1-3:
1) 1 Korintus 13: 1:
a) ’Semua bahasa manusia’.
Kata ‘semua’ seharusnya tidak ada.
NIV: ‘the tongues of men’ (= bahasa roh manusia).
Footnote NIV: ‘other languages’ (= bahasa-bahasa yang lain).
Kata Yunani yang dipakai adalah GLOSSAIS, dan kata ini dalam bahasa Yunaninya bisa menunjuk pada:
· lidah (bdk. Markus 7:33).
· bahasa (bdk. Wahyu 7:9).
· bahasa roh (bdk. 1Kor 12:10,28,30).
Dalam 1Korintus 13:1 ini hanya arti ke 2 dan ke 3 yang memungkinkan, dan karena itu ada 2 macam penafsiran:
¨ ini adalah suatu kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa asing. Jadi ini adalah kemampuan biasa yang ada pada diri seseorang karena ia mempelajari bahasa-bahasa asing itu.
¨ ini menunjuk pada karunia bahasa roh yang menyebabkan seseorang bisa berbicara dalam bahasa-bahasa asing.
Catatan: Ini jelas bukan dimiliki oleh seseorang karena belajar bahasa asing! Baik karunia bahasa roh maupun karunia penafsiran bahasa roh, merupakan karunia-karunia yang bersifat mujijat yang merupakan pemberian dari Roh Kudus, dan tidak mungkin diperoleh karena belajar! ‘Karunia bahasa roh / penafsiran bahasa roh’ yang didapatkan karena belajar, pasti adalah karunia yang palsu!
Saya setuju dengan pandangan yang kedua, karena kontex dari 1Kor 12-14 jelas sekali menyoroti karunia bahasa roh.
Kalau ini memang menunjuk pada karunia bahasa roh, maka adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam ay 1-3 ini, karunia bahasa roh ditempatkan dalam sederetan hal yang hebat-hebat, bahkan karunia bahasa roh itu ditempatkan pada posisi pertama! Ada 2 kemungkinan mengapa Paulus menempatkan karunia bahasa roh pada posisi pertama tersebut:
A Paulus menganggap bahwa bahasa roh adalah karunia yang hebat / terhebat. Tetapi ini akan bertentangan dengan Paulus sendiri, karena dari 1Korintus 12:8-10,28-30, dan lebih-lebih dari 1Kor 14:1-40, terlihat dengan jelas bahwa Paulus sama sekali tidak meninggikan / mementingkan karunia bahasa roh.
A Karena orang Korintus menganggap bahwa karunia bahasa roh adalah karunia yang paling hebat, sehingga mereka membanggakan karunia bahasa roh itu, dan merendahkan orang yang tidak mempunyai karunia itu.
Jadi, melalui ay 1 ini Paulus ‘menyerang’ orang Korintus dengan berkata: sekalipun kamu mempunyai karunia bahasa roh yang kamu anggap paling hebat itu, tetapi kalau kamu tidak mempunyai kasih, kamu cuma seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing!
Catatan: kesombongan dan kebanggaan karena adanya karunia bahasa roh jelas merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kasih [bdk. ay 4b: Ia (kasih) tidak memegahkan diri dan tidak sombong].
b) ’Bahasa malaikat’.
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
· ada yang menganggap bahwa kata-kata ini menunjukkan adanya bahasa roh yang bukan merupakan bahasa manusia, dalam arti, di seluruh dunia tidak ada orang yang mengerti bahasa itu. Dan ini disebut bahasa malaikat
· ada yang menganggap bahwa kalimat ini hanyalah suatu pengandaian (perhatikan kata-kata ‘Sekalipun aku dapat berkata-kata ...), atau suatu gaya bahasa hyperbole, yaitu gaya bahasa yang melebih-lebihkan (bandingkan dengan ay 2 yang jelas juga merupakan suatu hyperbole). Dan karena itu, ini tak menunjukkan adanya bahasa roh yang bukan merupakan bahasa manusia.
Sekalipun tak pasti, tapi saya lebih condong pada penafsiran ini.
c) ’Gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing’.
Ini menunjukkan bunyi-bunyi yang mengganggu dan yang tidak enak didengar, dan mungkin juga merupakan suatu sindiran bagi mereka yang membuat ribut dalam kebaktian dengan bahasa roh mereka.
2) 1 Korintus 13: 2:
a) ’Karunia untuk bernubuat’
· Kata ‘karunia’ / ‘gift’ sebetulnya tidak ada.
Ada orang-orang yang membedakan antara ‘orang yang bernubuat’ (mungkin cuma 1 x dalam hidupnya) dan ‘orang yang mempunyai karunia bernubuat’ (melakukan hal ini berulang-ulang).
· Orang bisa bernubuat tanpa kasih, seperti:
¨ Bileam (Bil 22-24).
¨ Raja Saul dan orang-orang suruhannya (1Samuel 19:20-24).
Catatan: semua kata ‘kepenuhan’ atau ‘kepenuhan seperti nabi’ dalam text ini salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘bernubuat’!
¨ Kayafas (Yohanes 11:47-53).
Kalau orang bisa bernubuat tanpa kasih, maka pasti juga bisa berkhotbah / memberitakan FT tanpa kasih. William Barclay mengatakan sbb:
“There are two kinds of preachers. There is the preacher whose one aim is to save the souls of his people and who woos them with the accents of love. On the other hand there is the preacher who dangles his hearers over the flames of hell and gives the impression that he would rejoice in their damnation as much as in their salvation” (= Ada 2 jenis pengkhotbah. Ada pengkhotbah yang satu-satunya tujuannya adalah menyelamatkan jiwa dari jemaatnya dan yang membujuk mereka dengan penekanan kasih. Tetapi ada juga pengkhotbah yang membayang-bayangi pendengarnya dengan api neraka dan memberikan kesan bahwa ia akan sama sukacitanya apakah mereka binasa atau selamat).
Penerapan: kalau saudara memberitakan Injil, apakah seringkali saudara menjadi begitu jengkel (karena tanggapan yang kurang baik dari orang yang saudara injili), sehingga saudara lalu mengatakan ‘kalau kamu tak mau percaya, kamu akan masuk neraka’, dengan hati yang sedikit banyak senang kalau hal itu betul-betul terjadi? Kalau ya, maka saudara termasuk ‘pengkhotbah’ golongan 2! Kalau memang demikian, maka:
A sadarilah bahwa saudarapun sebetulnya sama layaknya dengan dia untuk masuk neraka! Dan kalau saudara bisa percaya kepada Yesus, itu hanyalah karena kasih karunia / anugerah Tuhan saja (Fil 1:29)!
A renungkanlah penderitaan dalam neraka yang begitu hebat, sampai saudara bisa menjadi ‘pengkhotbah’ golongan 1!
· Paulus sendiri mengajar bahwa karunia bernubuat adalah karunia yang terutama (14:1), tetapi karunia yang utama inipun tak ada gunanya kalau tidak ada kasih!
b) ’Aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan’.
· Kata ‘rahasia’ / ‘mystery’, dalam bahasa Yunaninya adalah MUSTERION. Dalam Kitab Suci kata ini pada umumnya menunjuk pada kebenaran Injil yang dahulu tersembunyi, tetapi yang pada jaman Perjanjian Baru sudah dinyatakan (bdk. Roma 16:25-27 Efesus 3:2-6 Kolose 1:25-27).
Jadi, ‘mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan’ menunjuk pada pengetahuan / pengertian Firman Tuhan yang hebat.
Mempunyai pengetahuan / pengertian Firman Tuhan yang hebat, jelas merupakan sesuatu yang baik! Tetapi kalau tak ada kasih, semua ini adalah sia-sia!
Penerapan: adalah sesuatu yang baik kalau saudara rindu akan Firman Tuhan dan mengerti banyak tentang Firman Tuhan. Tetapi adakah kasih dalam hidup saudara? Bagaimana sikap saudara kalau ada jemaat lain yang menderita? Seringkah saudara berdoa untuk orang lain? Senangkah saudara bersekutu dengan jemaat yang lain? Seringkah saudara marah, benci, dendam pada seseorang?
c) ’Iman yang sempurna untuk memindahkan gunung’.
Kata ‘iman’ di sini tidak menunjuk pada ‘saving faith’ (= iman yang menyelamatkan / iman pada Yesus sebagai Juruselamat), tetapi pada ‘iman mujijat’ atau ‘karunia iman’ atau ‘iman dalam doa’ (bdk. 12:9 Matius 21:21-22).
d) ’Aku sama sekali tidak berguna’.
Lit / NIV: ‘I am nothing’ (= Aku bukan apa-apa).
3) 1 Korintus 13: 3:
a) ’Membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku’.
Orang bisa saja berbuat amal tanpa kasih, misalnya berbuat amal dengan tujuan supaya dipuji (bdk. Matius 6:1-4 Kis 5:1-11).
b) ’Menyerahkan tubuhku untuk dibakar’.
Mati syahid pun bisa dilakukan tanpa kasih. Misalnya pada saat seseorang disuruh memilih antara dibunuh atau menyangkal Kristus di depan orang banyak, maka bisa saja orang itu memilih untuk mati syahid dari pada harus malu seumur hidup karena dianggap sebagai seorang pengecut. Ini mati syahid demi gengsi, bukan karena kasih!
Sekalipun mati syahid adalah sesuatu yang sangat diagungkan, tetapi tanpa kasih semua itu tak ada gunanya / harganya!
Kesimpulan:
Semua hal yang hebat-hebat itu pun tak ada gunanya kalau tidak ada kasih! Karena itu, kejarlah kasih (14:1)! Banyaklah bersekutu dengan Allah yang adalah kasih! Kalau saudara terus bergaul dengan orang jahat, maka kejahatan orang itu akan menular kepada saudara. Tetapi kalau saudara banyak bersekutu dengan Allah yang maha kasih itu, maka saudara pun akan ketularan kasih Allah itu!
1) 1 Korintus 13: 1:
a) ’Semua bahasa manusia’.
Kata ‘semua’ seharusnya tidak ada.
NIV: ‘the tongues of men’ (= bahasa roh manusia).
Footnote NIV: ‘other languages’ (= bahasa-bahasa yang lain).
Kata Yunani yang dipakai adalah GLOSSAIS, dan kata ini dalam bahasa Yunaninya bisa menunjuk pada:
· lidah (bdk. Markus 7:33).
· bahasa (bdk. Wahyu 7:9).
· bahasa roh (bdk. 1Kor 12:10,28,30).
Dalam 1Korintus 13:1 ini hanya arti ke 2 dan ke 3 yang memungkinkan, dan karena itu ada 2 macam penafsiran:
¨ ini adalah suatu kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa asing. Jadi ini adalah kemampuan biasa yang ada pada diri seseorang karena ia mempelajari bahasa-bahasa asing itu.
¨ ini menunjuk pada karunia bahasa roh yang menyebabkan seseorang bisa berbicara dalam bahasa-bahasa asing.
Catatan: Ini jelas bukan dimiliki oleh seseorang karena belajar bahasa asing! Baik karunia bahasa roh maupun karunia penafsiran bahasa roh, merupakan karunia-karunia yang bersifat mujijat yang merupakan pemberian dari Roh Kudus, dan tidak mungkin diperoleh karena belajar! ‘Karunia bahasa roh / penafsiran bahasa roh’ yang didapatkan karena belajar, pasti adalah karunia yang palsu!
Saya setuju dengan pandangan yang kedua, karena kontex dari 1Kor 12-14 jelas sekali menyoroti karunia bahasa roh.
Kalau ini memang menunjuk pada karunia bahasa roh, maka adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam ay 1-3 ini, karunia bahasa roh ditempatkan dalam sederetan hal yang hebat-hebat, bahkan karunia bahasa roh itu ditempatkan pada posisi pertama! Ada 2 kemungkinan mengapa Paulus menempatkan karunia bahasa roh pada posisi pertama tersebut:
A Paulus menganggap bahwa bahasa roh adalah karunia yang hebat / terhebat. Tetapi ini akan bertentangan dengan Paulus sendiri, karena dari 1Korintus 12:8-10,28-30, dan lebih-lebih dari 1Kor 14:1-40, terlihat dengan jelas bahwa Paulus sama sekali tidak meninggikan / mementingkan karunia bahasa roh.
A Karena orang Korintus menganggap bahwa karunia bahasa roh adalah karunia yang paling hebat, sehingga mereka membanggakan karunia bahasa roh itu, dan merendahkan orang yang tidak mempunyai karunia itu.
Jadi, melalui ay 1 ini Paulus ‘menyerang’ orang Korintus dengan berkata: sekalipun kamu mempunyai karunia bahasa roh yang kamu anggap paling hebat itu, tetapi kalau kamu tidak mempunyai kasih, kamu cuma seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing!
Catatan: kesombongan dan kebanggaan karena adanya karunia bahasa roh jelas merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kasih [bdk. ay 4b: Ia (kasih) tidak memegahkan diri dan tidak sombong].
b) ’Bahasa malaikat’.
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
· ada yang menganggap bahwa kata-kata ini menunjukkan adanya bahasa roh yang bukan merupakan bahasa manusia, dalam arti, di seluruh dunia tidak ada orang yang mengerti bahasa itu. Dan ini disebut bahasa malaikat
· ada yang menganggap bahwa kalimat ini hanyalah suatu pengandaian (perhatikan kata-kata ‘Sekalipun aku dapat berkata-kata ...), atau suatu gaya bahasa hyperbole, yaitu gaya bahasa yang melebih-lebihkan (bandingkan dengan ay 2 yang jelas juga merupakan suatu hyperbole). Dan karena itu, ini tak menunjukkan adanya bahasa roh yang bukan merupakan bahasa manusia.
Sekalipun tak pasti, tapi saya lebih condong pada penafsiran ini.
c) ’Gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing’.
Ini menunjukkan bunyi-bunyi yang mengganggu dan yang tidak enak didengar, dan mungkin juga merupakan suatu sindiran bagi mereka yang membuat ribut dalam kebaktian dengan bahasa roh mereka.
2) 1 Korintus 13: 2:
a) ’Karunia untuk bernubuat’
· Kata ‘karunia’ / ‘gift’ sebetulnya tidak ada.
Ada orang-orang yang membedakan antara ‘orang yang bernubuat’ (mungkin cuma 1 x dalam hidupnya) dan ‘orang yang mempunyai karunia bernubuat’ (melakukan hal ini berulang-ulang).
· Orang bisa bernubuat tanpa kasih, seperti:
¨ Bileam (Bil 22-24).
¨ Raja Saul dan orang-orang suruhannya (1Samuel 19:20-24).
Catatan: semua kata ‘kepenuhan’ atau ‘kepenuhan seperti nabi’ dalam text ini salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘bernubuat’!
¨ Kayafas (Yohanes 11:47-53).
Kalau orang bisa bernubuat tanpa kasih, maka pasti juga bisa berkhotbah / memberitakan FT tanpa kasih. William Barclay mengatakan sbb:
“There are two kinds of preachers. There is the preacher whose one aim is to save the souls of his people and who woos them with the accents of love. On the other hand there is the preacher who dangles his hearers over the flames of hell and gives the impression that he would rejoice in their damnation as much as in their salvation” (= Ada 2 jenis pengkhotbah. Ada pengkhotbah yang satu-satunya tujuannya adalah menyelamatkan jiwa dari jemaatnya dan yang membujuk mereka dengan penekanan kasih. Tetapi ada juga pengkhotbah yang membayang-bayangi pendengarnya dengan api neraka dan memberikan kesan bahwa ia akan sama sukacitanya apakah mereka binasa atau selamat).
Penerapan: kalau saudara memberitakan Injil, apakah seringkali saudara menjadi begitu jengkel (karena tanggapan yang kurang baik dari orang yang saudara injili), sehingga saudara lalu mengatakan ‘kalau kamu tak mau percaya, kamu akan masuk neraka’, dengan hati yang sedikit banyak senang kalau hal itu betul-betul terjadi? Kalau ya, maka saudara termasuk ‘pengkhotbah’ golongan 2! Kalau memang demikian, maka:
A sadarilah bahwa saudarapun sebetulnya sama layaknya dengan dia untuk masuk neraka! Dan kalau saudara bisa percaya kepada Yesus, itu hanyalah karena kasih karunia / anugerah Tuhan saja (Fil 1:29)!
A renungkanlah penderitaan dalam neraka yang begitu hebat, sampai saudara bisa menjadi ‘pengkhotbah’ golongan 1!
· Paulus sendiri mengajar bahwa karunia bernubuat adalah karunia yang terutama (14:1), tetapi karunia yang utama inipun tak ada gunanya kalau tidak ada kasih!
b) ’Aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan’.
· Kata ‘rahasia’ / ‘mystery’, dalam bahasa Yunaninya adalah MUSTERION. Dalam Kitab Suci kata ini pada umumnya menunjuk pada kebenaran Injil yang dahulu tersembunyi, tetapi yang pada jaman Perjanjian Baru sudah dinyatakan (bdk. Roma 16:25-27 Efesus 3:2-6 Kolose 1:25-27).
Jadi, ‘mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan’ menunjuk pada pengetahuan / pengertian Firman Tuhan yang hebat.
Mempunyai pengetahuan / pengertian Firman Tuhan yang hebat, jelas merupakan sesuatu yang baik! Tetapi kalau tak ada kasih, semua ini adalah sia-sia!
Penerapan: adalah sesuatu yang baik kalau saudara rindu akan Firman Tuhan dan mengerti banyak tentang Firman Tuhan. Tetapi adakah kasih dalam hidup saudara? Bagaimana sikap saudara kalau ada jemaat lain yang menderita? Seringkah saudara berdoa untuk orang lain? Senangkah saudara bersekutu dengan jemaat yang lain? Seringkah saudara marah, benci, dendam pada seseorang?
c) ’Iman yang sempurna untuk memindahkan gunung’.
Kata ‘iman’ di sini tidak menunjuk pada ‘saving faith’ (= iman yang menyelamatkan / iman pada Yesus sebagai Juruselamat), tetapi pada ‘iman mujijat’ atau ‘karunia iman’ atau ‘iman dalam doa’ (bdk. 12:9 Matius 21:21-22).
d) ’Aku sama sekali tidak berguna’.
Lit / NIV: ‘I am nothing’ (= Aku bukan apa-apa).
3) 1 Korintus 13: 3:
a) ’Membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku’.
Orang bisa saja berbuat amal tanpa kasih, misalnya berbuat amal dengan tujuan supaya dipuji (bdk. Matius 6:1-4 Kis 5:1-11).
b) ’Menyerahkan tubuhku untuk dibakar’.
Mati syahid pun bisa dilakukan tanpa kasih. Misalnya pada saat seseorang disuruh memilih antara dibunuh atau menyangkal Kristus di depan orang banyak, maka bisa saja orang itu memilih untuk mati syahid dari pada harus malu seumur hidup karena dianggap sebagai seorang pengecut. Ini mati syahid demi gengsi, bukan karena kasih!
Sekalipun mati syahid adalah sesuatu yang sangat diagungkan, tetapi tanpa kasih semua itu tak ada gunanya / harganya!
Kesimpulan:
Semua hal yang hebat-hebat itu pun tak ada gunanya kalau tidak ada kasih! Karena itu, kejarlah kasih (14:1)! Banyaklah bersekutu dengan Allah yang adalah kasih! Kalau saudara terus bergaul dengan orang jahat, maka kejahatan orang itu akan menular kepada saudara. Tetapi kalau saudara banyak bersekutu dengan Allah yang maha kasih itu, maka saudara pun akan ketularan kasih Allah itu!
1 Korintus 13: 4-7:
Bagian ini menunjukkan ciri-ciri kasih, yaitu:
1) Sabar (1 Korintus 13: 4).
Yang dimaksud dengan sabar di sini adalah sabar terhadap sesama manusia, bukan terhadap keadaan (penderitaan, sakit, dsb). Sabar menunjukkan sikap bertahan secara pasif, yaitu tidak marah, tidak membalas dendam, dsb.
Ini merupakan sesuatu yang penting bagi kesatuan gereja, keluarga dsb.
2) Murah hati (ay 4).
NIV: ‘kind’ (= baik hati).
Ada yang menafsirkan bahwa ini:
menunjuk pada sifat lemah lembut / gentle.
bertentangan dengan sifat keras yang tanpa belas kasihan.
bertentangan dengan kebencian.
Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ‘murah hati’ menunjukkan bahwa orangnya suka berbuat baik secara aktif (kontras dengan ‘sabar’ yang menunjukkan sikap bertahan secara pasif). Memang kasih yang sejati tidak mungkin terpendam di dalam diri kita, tetapi pasti akan memanifestasikan dirinya keluar!
3) Tidak cemburu (1 Korintus 13: 4).
NIV: ‘it does not envy’ (= tidak iri hati).
Cemburu bukanlah sesuatu yang salah, asal itu bukan cemburu yang kelewat batas, karena:
· dalam cinta selalu ada kecemburuan.
· Allah sendiri adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:5), tetapi Ia tetap adalah Allah yang maha kasih.
Jadi jelaslah bahwa arti yang benar adalah yang diberikan oleh NIV, yaitu: Kasih itu tidak iri hati.
Barclay mengatakan bahwa ada 2 jenis iri hati:
¨ Ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Ini adalah iri hati yang lumrah / umum, tetapi tentu saja ini juga adalah dosa, karena merupakan pelanggaran terhadap hukum ke 10 dari 10 hukum Tuhan (Kel 20:17).
¨ Jengkel / tidak senang pada waktu melihat seseorang mempunyai / mendapatkan sesuatu yang baik. Sekalipun ia sendiri tidak menginginkan sesuatu itu, tetapi ia tidak senang melihat orang lain mempunyai / mendapatkan sesuatu itu.
Contoh: anak kecil seringkali menjadi marah pada waktu permainannya digunakan oleh anak lain, sekalipun ia sendiri sebetulnya tidak sedang ingin bermain dengan mainan itu. Kalau sikap ini sudah ada dalam diri kita pada waktu kita masih anak-anak, mungkinkah sikap ini hilang pada waktu kita sudah dewasa? Saya yakin sikap ini pasti makin berkembang, hanya saja wujudnya yang berbeda (bukan tentang mainan lagi, tetapi dalam hal yang lain)
William Barclay:“It is one of the queer traits of human nature that very often we prefer to hear the misfortune of others rather than of their good fortune. It is much easier to weep with them that weep than to rejoice with those who rejoice” (= adalah salah satu dari sifat-sifat yang menyimpang dari manusia bahwa seringkali kita lebih senang mendengar orang lain mengalami kemalangan dari pada kemujuran. Adalah lebih mudah untuk menangis bersama dengan mereka yang menangis, dari pada bersukacita dengan mereka yang bersukacita).
Calvin menganggap bahwa sifat iri hati diwujudkan dengan keinginan bersaing / menjadi yang nomor satu. Ini sejalan dengan kata-kata dari seorang penafsir yang lain yang berkata: “The farmer does not usually envy the blacksmith, but another farmer” (= seorang petani biasanya tidak iri hati pada seorang tukang besi, tetapi pada petani yang lain).
Penerapan: untuk melihat apakah dalam diri saudara ada iri hati atau tidak, maka periksalah sikap hati saudara terhadap orang yang segolongan dengan saudara.
* Kalau saudara adalah seorang dokter, boleh jadi saudara tidak iri hati pada seorang insinyur. Tetapi bagaimana sikap hati saudara melihat dokter lain yang lebih pandai, lebih terkenal, lebih laris prakteknya dari saudara?
* Kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu, saudara boleh jadi tidak iri hati pada seorang pendeta. Tetapi bagaimana sikap hati saudara melihat guru sekolah minggu yang lain, yang lebih baik cara mengajarnya dari saudara, dan yang lebih disenangi anak-anak dari saudara?
* Kalau saudara adalah seorang pendeta, saudara boleh jadi tidak iri hati melihat seorang manager bank. Tetapi bagaimana sikap hati saudara pada waktu melihat / mendengar tentang seorang pendeta lain yang khotbahnya lebih hebat dari saudara, dan yang lebih disenangi jemaat dari saudara?
Kalau saudara mempunyai perasaan iri hati dalam diri saudara (terhadap siapapun), maka ingatlah bahwa iri hati biasanya membawa kita pada dosa-dosa lain yang lebih hebat. Contoh:
Kain membunuh Habel karena iri hati (Kejadian 4:4-8).
Saul mencoba membunuh Daud karena iri hati (1Sam 18:6-11).
Para tokoh agama Yahudi berusaha membunuh Yesus karena iri hati (Mat 27:18).
Karena itu jangan biarkan iri hati itu bercokol dalam diri saudara. Datanglah kepada Tuhan, mintalah ampun kepada Dia, dan dengan tekun mintalah Ia menolong saudara untuk bebas dari iri hati itu.
4) Tidak memegahkan diri dan tidak sombong (ay 4).
a) Sombong.
Ini bisa terjadi hanya di dalam hati / pikiran. Dan kita bisa sombong tentang berbagai macam hal, seperti: kekayaan, kepandaian, kecantikan, bentuk tubuh yang bagus, bakat / kemampuan tertentu, bahkan karena pengetahuan Kitab Suci, ketaatan, pelayanan dsb.
Sombong bisa mempunyai macam-macam perwujudan, seperti:
· merasa diri sendiri benar (self-righteous) dan menganggap rendah orang lain (bdk. Lukas 18:9).
Orang sombong memang cenderung merendahkan orang lain, dan karena itulah ay 6 ini mengatakan bahwa kasih itu tidak sombong!
· tidak berdoa, atau berdoa hanya sebagai formalitas. Ini disebabkan karena ia yakin akan kemampuan dirinya sendiri, sehingga secara otomatis ia merasa tidak terlalu membutuhkan Tuhan.
· merasa tidak butuh Firman Tuhan.
· malas mendengar Firman Tuhan yang sederhana / mudah.
Ingat bahwa Firman Tuhan yang sederhana tetap adalah Firman Tuhan!
· tidak mau melakukan pelayanan yang rendah / tak terlihat.
b) Memegahkan diri.
Ini adalah kesombongan yang hebat, yang dimanifestasikan keluar baik dengan kata-kata maupun dengan tindakan yang menonjolkan diri sendiri supaya dipuji / disanjung orang. Misalnya:
· memamerkan bahasa roh supaya terlihat rohani / penuh Roh Kudus.
· ceritakan suksesnya dalam pelayanan, baik dalam pemberitaan Injil maupun Firman Tuhan, ataupun dalam menyembuhkan orang sakit dsb.
Kesombongan / memegahkan diri adalah dosa yang sukar dihindari, dan dengan mudah menyelinap secara diam-diam dalam diri kita
Contoh: seorang guru sekolah minggu menceritakan Luk 18:9-14, dimana ia mengecam kesombongan orang Farisi yang bersyukur kepada Tuhan karena ia tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai. Tetapi guru sekolah minggu itu akhirnya mengakhiri pelajarannya dengan berkata: marilah kita bersyukur kepada Tuhan bahwa kita tidak seperti orang Farisi itu!
Kalau saudara sombong, bacalah Amsal 16:18 dan 1Petrus 5:5, dan bertobatlah dari kesombongan saudara, dan mintalah supaya Tuhan menolong saudara untuk menjadi rendah hati!
5) Tidak melakukan yang tidak sopan (1 Korintus 13: 5a).
Tidak adanya etika menunjukkan bahwa kita tidak menghormati orang lain, dan itu jelas bukan kasih!
Karena itu orang Kristen harus memperhatikan etika, seperti:
memberi salam kepada orang tua dari teman saudara pada waktu saudara berkunjung ke rumah teman saudara itu.
memperhatikan cara saudara duduk, khususnya kalau saudara adalah orang perempuan.
memperhatikan cara makan, berpakaian, dsb.
jangan menyela dua orang yang sedang berbicara.
minta maaf pada saat saudara berbuat salah kepada seseorang (awas, jangan minta maaf kalau saudara tidak salah! Itu bukan sopan, tetapi dusta / munafik!).
6) Tidak mencari keuntungan diri sendiri (1 Korintus 13: 5b).
Ada orang yang berkata bahwa lawan dari kasih bukanlah benci, tetapi egois. Mengapa? Karena aktivitas orang yang kasih selalu ke luar (memperhatikan orang lain dan berjuang untuk kebaikan orang lain), sedangkan aktivitas orang yang egois selalu ke dalam (memperhatikan diri sendiri dan berjuang untuk diri sendiri).
Kita memang diperintahkan untuk mengasihi dan memperhatikan diri sendiri (Matius 22:39), tetapi kalau kita hanya mengasihi dan memperhatikan diri kita sendiri, maka kita adalah orang yang egois. Kita juga harus hidup untuk kepentingan orang lain (bdk. Roma 15:1-2 1Korintus 10:24,33 Fil 2:4).
Seseorang mengatakan bahwa kalau kita mau mempunyai sukacita (Inggris: JOY) dalam hidup kita, maka kita harus menuruti rumus ini:
Jesus (= Yesus)
Others (= orang-orang lain)
Yourself (= dirimu sendiri)
Jadi, kita harus menomorsatukan Yesus, setelah itu orang lain, lalu terakhir diri kita sendiri.
Penerapan: apakah saudara egois atau kasih bisa terlihat dari kehidupan doa saudara. Kalau saudara berdoa hanya untuk diri saudara sendiri, maka saudara adalah orang yang egois. Kalau saudara banyak berdoa untuk orang lain (gereja, Pdt, Pengurus / Majelis, jemaat yang lain, orang-orang yang belum bertobat dsb), maka saudara adalah orang yang kasih!
7) Tidak pemarah (1 Korintus 13: 5c).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘marah’ disini hanya dipakai dalam satu tempat lain dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Kis 17:16 dimana kata itu diterjemahkan ‘sedih’ [NASB / RSV: ‘provoked’ (= marah / jengkel)].
Jadi terlihat bahwa Paulus, yang dalam ay 5c ini mengatakan bahwa kasih itu tidak pemarah, justru marah dalam Kis 17:16. Dari peristiwa ini, dan juga dari banyak peristiwa dalam Kitab Suci dimana Yesus sendiri marah (Markus 3:5 Yohanes 2:13-17), haruslah kita tarik kesimpulan bahwa tidak semua kemarahan adalah salah! Ada kemarahan yang benar / suci, yang bukan saja tidak salah, tetapi bahkan harus ada dalam diri kita! Kalau kita melihat anak kita nakal / kurang ajar / melakukan dosa, maka kita justru berdosa kalau kita tidak marah!
Demikian juga kalau dalam gereja ada praktek / ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, adalah salah kalau kita terus ‘sabar’!
8) Tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Korintus 13: 5d).
Kata ‘menyimpan’ dalam bahasa Yunaninya adalah LOGIZETHAI, dan Barclay mengatakan bahwa kata ini digunakan dalam akuntansi, untuk menunjuk pada tindakan memasukkan / menyimpan suatu barang dalam buku induk supaya tidak terlupakan.
Ada banyak orang yang pelupa, apalagi kalau dalam persoalan mengingat ayat-ayat Kitab Suci! Tetapi anehnya, kalau dalam persoalan mengingat kesalahan orang kepada kita, kita tahu-tahu menjadi ahli sejarah yang mempunyai ingatan yang luar biasa!
Tetapi ayat ini mengatakan bahwa orang yang kasih justru tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain. ‘Tidak mengingat-ingat’ berbeda dengan ‘tidak ingat’ atau ‘melupakan / lupa’! Kita boleh jadi tidak bisa melupakan kesalahan seseorang kepada kita, tetapi kita harus berusaha untuk tidak mengingat-ingatnya! ‘Tidak mengingat-ingat’ berarti bahwa setiap kali kesalahan seseorang itu terlintas dalam pikiran kita (yang berarti bahwa kita belum melupakan kesalahan itu), maka secara sengaja kita berusaha membuang hal itu dari pikiran kita.
Ini sesuai dengan Kitab Suci mengatakan bahwa Allah sendiri bukannya lupa / melupakan dosa kita, tetapi tidak mengingat-ingat dosa kita (Yesaya 43:25 bdk. Mikha 7:18-19).
Saya berpendapat bahwa kita boleh mengingat kesalahan orang lain demi melindungi diri kita sendiri dari kejahatan orang itu.
Misalnya: kalau ada seseorang yang pernah berhutang kepada kita dan sengaja tak mau membayarnya. Lalu pada suatu kali orang itu mau berhutang lagi ( bukan untuk sesuatu yang urgent / mendesak). Apakah kita harus tidak mengingat-ingat kesalahan orang itu, dan memberikan pinjaman kepadanya? Saya berpendapat jawabannya adalah ‘tidak’! Karena saat itu kita mengingat kesalahan orang itu demi melindungi diri kita dari kejahatannya!
Tetapi kalau suatu waktu orang itu mengalami kecelakaan di hadapan kita, dan kita lalu tidak mau menolongnya karena kita mengingat kesalahannya kepada kita, maka ini jelas adalah dosa!
9) Tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran (1 Korintus 13: 6).
a) Orang yang kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan.
Kata ‘ketidakadilan’ diterjemahkan bermacam-macam:
NASB: unrighteousness (= ketidakbenaran).
NIV: evil (= kejahatan, bencana).
KJV: iniquity (= ketidakadilan / kejahatan / dosa).
RSV: wrong (= kesalahan).
Jadi, terlihat bahwa kata itu menunjuk pada semua yang tidak benar, yang tidak adil, yang berdosa / jahat, bahkan juga menunjuk pada semua bencana.
Orang yang kasih tidak akan bersukacita dengan terjadinya hal-hal seperti itu!
Penerapan:
· orang tua seringkali menganggap anaknya yang masih kecil begitu lucu sehingga pada waktu anak itu berlaku kurang ajar dsb, mereka hanya tertawa, seakan-akan itu adalah sesuatu yang baik!
· seringkah saudara justru senang mendengar ada orang (khususnya orang yang tidak saudara senangi) terkena bencana? (bdk. Amsal 17:5)
· kalau saudara mendengar ada orang kristen / hamba Tuhan / gereja lain yang melakukan hal-hal yang brengsek, bagaimana sikap saudara? Tertawa dan menganggapnya lucu? Apakah dalam hati saudara sedikit banyak ada rasa senang? Apakah saudara ‘menikmati’ berita itu? Bukankah saudara seharusnya marah / menangis mendengar berita seperti itu?
b) Orang yang kasih akan bersukacita karena / dengan kebenaran.
· kata ‘kebenaran’ dalam bahasa Yunaninya adalah ALETHEIA, yang berarti benar, yang kontras dengan hal-hal yang ditutup-tutupi, bersifat dusta / tipu daya / munafik dsb.
· Kebenaran jelas juga menunjuk pada Firman Tuhan.
Ada orang-orang yang menindas kebenaran (Roma 1:18), menentang kebenaran (2Timotius 3:8), memalingkan telinga dari kebenaran (2Timotius 4:4).
Tetapi orang kristen yang kasih harus bersukacita pada saat me-lihat kebenaran menang / berkembang (bdk. Kis 11:23 Filipi 1:14-18 2Yoh 4).
· kebenaran kadang-kadang menyakitkan! Misalnya pada waktu kita di-tegur, apalagi secara pribadi. Tetapi kalau saudara adalah orang yang kasih, maka saudara harus tetap menerima dan tunduk pada kebenaran itu dengan sukacita!
10) Menutupi segala sesuatu (1 Korintus 13: 7a).
a) ’Menutupi’.
NIV: ‘it always protects’ (= ia selalu melindungi).
KJV/RSV/NASB: ‘beareth / bears all things’ (= memikul / menahan / menanggung segala sesuatu).
Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah STEGEI, yang merupakan suatu kata kerja. Kata bendanya, yaitu STEGE yang berarti ‘a covering / roof’ (= penutup / atap), dipakai dalam Matius 8:8 / Lukas 7:6 (untuk 2 ayat ini lihat NIV) dan Markus 2:4.
Kata kerja STEGEI berarti to hide, conceal, not to make known (= menyembunyikan, tidak memberitahukan).
Jadi, bagian ini berarti: kasih itu menyembunyikan / tidak memberitahukan.
Tetapi ini tidak berarti bahwa orang yang kasih itu harus menjadi orang yang tertutup (introvert). Orang kristen sebetulnya justru tidak boleh menjadi orang yang tertutup, karena sifat tertutup menyebabkan kita sukar bersekutu dengan saudara seiman kita.
Artinya adalah: orang yang kasih itu akan menutupi kesalahan orang lain, atau tidak menyebarkan kesalahan orang lain (bdk. Amsal 10:12 17:9 1Pet 4:8). Tetapi awas, sekalipun kita harus menutupi kesalahan orang lain, tetapi hal ini tidak boleh kita lakukan dengan dusta!
Penerapan: apa saudara sering menyebar gossip tentang kejelekan orang lain? Itu adalah dosa, karena itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan kasih!
b) ‘Segala sesuatu’.
Ini tidak boleh dimutlakkan! Kadang-kadang, kita bukan hanya boleh, tetapi bahkan harus menceritakan / membukakan kesalahan orang lain!
Misalnya:
· untuk melindungi orang yang kita ceritai / orang lain.
Yesus sendiri menunjukkan kejelekan ajaran orang Farisi / Saduki untuk melindungi murid-muridNya dari kesesatan (Mat 16:6). Jadi, kalau ada gereja / Pdt yang brengsek, maka tidak salah bagi saya untuk menunjukkan hal itu kepada saudara!
Juga kalau misalnya si A sering meminjam uang kepada saya dan tidak pernah mau membayarnya. Lalu suatu ketika si A mendekati saudara, maka tidak salah bagi saya, demi melindungi saudara, memberitahu kepada saudara akan kejelekan si A itu.
· sebagai saksi dalam pengadilan (Ulangan 17:6 19:15).
· dalam pelaksanaan siasat gerejani (bdk. Matius 18:15-17).
· dalam kasus-kasus tertentu, peneguran dosa harus dilakukan di depan umum (1Timotius 5:20 Galatia 2:11-14).
Kita juga harus hati-hati (tidak sembarangan) dalam berjanji untuk merahasiakan suatu cerita / informasi, atau identitas dari orang yang menceritakan suatu hal tertentu kepada kita.
Contoh:
¨ Saya pernah diberitahu kesalahan seorang jemaat dengan janji tidak akan cerita kepada siapapun juga. Akhirnya ini menyebabkan saya tidak bisa menegur jemaat yang bersalah itu!
¨ Si A menceritakan kepada saya tentang kesalahan si B. Saya boleh menceritakan kesalahan si B ataupun menegur si B, tetapi saya diminta untuk merahasiakan identitas si A. Setelah itu si A melakukan hal yang sama kepada orang-orang lain dalam gereja. Akhirnya semua mendengar tentang kejelekan si B, dan si A ‘aman’ karena identitasnya terlindungi! Ini bisa menjadi cara menyebar gossip yang aman dan effektif!
11) Percaya segala sesuatu (1 Korintus 13: 7b).
a) Ini tentu tak berarti bahwa kita harus percaya pada seadanya hamba Tuhan / ajaran (bdk. Efesus 4:14 1Tesalonika 5:21 1Yohanes 4:1-3).
b) Ini tentu juga tak berarti bahwa kita harus percaya pada seadanya berita / gossip / tuduhan (bdk. 1Tim 5:19).
c) Ini berarti bahwa kita:
1. Tidak boleh mudah curiga, kecuali ada alasan yang kuat (Catatan: ‘Hati-hati’ berbeda dengan ‘mudah curiga’).
Contoh: kalau di gereja saudara menjumpai seseorang dengan wajah cemberut, jangan cepat-cepat curiga bahwa orang itu tidak senang kepada saudara! Pikirkan kemungkinan bahwa ia cemberut karena ia sedang sakit atau karena ia sedang mempunyai banyak problem.
2. Harus selalu berusaha mengambil pandangan yang paling baik terhadap sesama kita.
Contoh: koran saya tidak datang selama 3 hari. Setelah saya laporkan, besoknya semua koran yang 3 hari itu, yang jelas beritanya sudah usang, dikirimkan kepada saya. Mula-mula saya jengkel, karena saya berpikir: “Apa gunanya koran lama ini bagi saya? Bukankah lebih baik kalau koran lama ini tidak dikirim dan rekening saya nanti dipotong?”. Tetapi saya lalu berpikir bahwa setidaknya pihak koran itu mempunyai itikad baik untuk menebus kesalahannya, dan mereka menanggapi laporan saya. Ini menyebabkan akhirnya saya menerima koran lama itu.
12) Mengharapkan segala sesuatu (1 Korintus 13: 7c).
a) Ini tidak berarti bahwa orang yang kasih itu mengharapkan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan, seperti:
1. Mengharapkan keluarganya yang mati tanpa pernah bertobat tetap masuk surga.
2. Membiarkan orang yang tak berkarunia sebagai guru sekolah minggu tetap mengajar sekolah minggu dengan harapan bahwa ia suatu hari bisa mengajar dengan baik.
b) Mengharapkan segala sesuatu artinya kita selalu mengharapkan orang yang brengsek menjadi baik. Kalau ada kasih, maka kita akan selalu mempunyai harapan, tetapi kalau tidak ada kasih, maka kita cepat putus asa dalam memperbaiki seseorang.
Misalnya: kalau anak saudara terus menerus hidup brengsek, maka saudara lebih mudah untuk terus berharap supaya anak itu jadi baik. Dan karena itu saudara tetap mendoakan dan menasihati anak itu. Mengapa? Karena saudara mengasihi dia!
Tetapi kalau yang hidup brengsek itu adalah orang lain (bahkan kadang-kadang suami / istri saudara, yang biasanya saudara kasihi kurang dari anak), maka saudara dengan cepat sampai pada kesimpulan: “Orang ini tidak bisa diperbaiki lagi!” Dan saudara pun lalu berhenti mendoakan atau menasihati dia! Mengapa? Karena saudara kurang mengasihi atau bahkan tidak mengasihi sama sekali!
13) Sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13: 7d).
NASB: ‘endures all things’ (= menahan segala sesuatu).
NIV: ‘always perseveres’ (= selalu bertekun).
Kata Yunaninya adalah HUPOMONEIN, yang tidak sekedar berarti menahan secara pasif, tetapi bisa mengalahkan / mengubahkan menjadi seseorang yang baik. Jadi, kalau kita kasih, maka kita tidak hanya bersabar saja ketika ada orang yang terus merugikan / menyakiti kita. Tetapi kita juga harus berusaha untuk bisa mengalahkan semua itu dan mengubah orang itu menjadi baik (bdk. Roma 12:20-21).
Bagian ini menunjukkan ciri-ciri kasih, yaitu:
1) Sabar (1 Korintus 13: 4).
Yang dimaksud dengan sabar di sini adalah sabar terhadap sesama manusia, bukan terhadap keadaan (penderitaan, sakit, dsb). Sabar menunjukkan sikap bertahan secara pasif, yaitu tidak marah, tidak membalas dendam, dsb.
Ini merupakan sesuatu yang penting bagi kesatuan gereja, keluarga dsb.
2) Murah hati (ay 4).
NIV: ‘kind’ (= baik hati).
Ada yang menafsirkan bahwa ini:
menunjuk pada sifat lemah lembut / gentle.
bertentangan dengan sifat keras yang tanpa belas kasihan.
bertentangan dengan kebencian.
Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ‘murah hati’ menunjukkan bahwa orangnya suka berbuat baik secara aktif (kontras dengan ‘sabar’ yang menunjukkan sikap bertahan secara pasif). Memang kasih yang sejati tidak mungkin terpendam di dalam diri kita, tetapi pasti akan memanifestasikan dirinya keluar!
3) Tidak cemburu (1 Korintus 13: 4).
NIV: ‘it does not envy’ (= tidak iri hati).
Cemburu bukanlah sesuatu yang salah, asal itu bukan cemburu yang kelewat batas, karena:
· dalam cinta selalu ada kecemburuan.
· Allah sendiri adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:5), tetapi Ia tetap adalah Allah yang maha kasih.
Jadi jelaslah bahwa arti yang benar adalah yang diberikan oleh NIV, yaitu: Kasih itu tidak iri hati.
Barclay mengatakan bahwa ada 2 jenis iri hati:
¨ Ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Ini adalah iri hati yang lumrah / umum, tetapi tentu saja ini juga adalah dosa, karena merupakan pelanggaran terhadap hukum ke 10 dari 10 hukum Tuhan (Kel 20:17).
¨ Jengkel / tidak senang pada waktu melihat seseorang mempunyai / mendapatkan sesuatu yang baik. Sekalipun ia sendiri tidak menginginkan sesuatu itu, tetapi ia tidak senang melihat orang lain mempunyai / mendapatkan sesuatu itu.
Contoh: anak kecil seringkali menjadi marah pada waktu permainannya digunakan oleh anak lain, sekalipun ia sendiri sebetulnya tidak sedang ingin bermain dengan mainan itu. Kalau sikap ini sudah ada dalam diri kita pada waktu kita masih anak-anak, mungkinkah sikap ini hilang pada waktu kita sudah dewasa? Saya yakin sikap ini pasti makin berkembang, hanya saja wujudnya yang berbeda (bukan tentang mainan lagi, tetapi dalam hal yang lain)
William Barclay:“It is one of the queer traits of human nature that very often we prefer to hear the misfortune of others rather than of their good fortune. It is much easier to weep with them that weep than to rejoice with those who rejoice” (= adalah salah satu dari sifat-sifat yang menyimpang dari manusia bahwa seringkali kita lebih senang mendengar orang lain mengalami kemalangan dari pada kemujuran. Adalah lebih mudah untuk menangis bersama dengan mereka yang menangis, dari pada bersukacita dengan mereka yang bersukacita).
Calvin menganggap bahwa sifat iri hati diwujudkan dengan keinginan bersaing / menjadi yang nomor satu. Ini sejalan dengan kata-kata dari seorang penafsir yang lain yang berkata: “The farmer does not usually envy the blacksmith, but another farmer” (= seorang petani biasanya tidak iri hati pada seorang tukang besi, tetapi pada petani yang lain).
Penerapan: untuk melihat apakah dalam diri saudara ada iri hati atau tidak, maka periksalah sikap hati saudara terhadap orang yang segolongan dengan saudara.
* Kalau saudara adalah seorang dokter, boleh jadi saudara tidak iri hati pada seorang insinyur. Tetapi bagaimana sikap hati saudara melihat dokter lain yang lebih pandai, lebih terkenal, lebih laris prakteknya dari saudara?
* Kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu, saudara boleh jadi tidak iri hati pada seorang pendeta. Tetapi bagaimana sikap hati saudara melihat guru sekolah minggu yang lain, yang lebih baik cara mengajarnya dari saudara, dan yang lebih disenangi anak-anak dari saudara?
* Kalau saudara adalah seorang pendeta, saudara boleh jadi tidak iri hati melihat seorang manager bank. Tetapi bagaimana sikap hati saudara pada waktu melihat / mendengar tentang seorang pendeta lain yang khotbahnya lebih hebat dari saudara, dan yang lebih disenangi jemaat dari saudara?
Kalau saudara mempunyai perasaan iri hati dalam diri saudara (terhadap siapapun), maka ingatlah bahwa iri hati biasanya membawa kita pada dosa-dosa lain yang lebih hebat. Contoh:
Kain membunuh Habel karena iri hati (Kejadian 4:4-8).
Saul mencoba membunuh Daud karena iri hati (1Sam 18:6-11).
Para tokoh agama Yahudi berusaha membunuh Yesus karena iri hati (Mat 27:18).
Karena itu jangan biarkan iri hati itu bercokol dalam diri saudara. Datanglah kepada Tuhan, mintalah ampun kepada Dia, dan dengan tekun mintalah Ia menolong saudara untuk bebas dari iri hati itu.
4) Tidak memegahkan diri dan tidak sombong (ay 4).
a) Sombong.
Ini bisa terjadi hanya di dalam hati / pikiran. Dan kita bisa sombong tentang berbagai macam hal, seperti: kekayaan, kepandaian, kecantikan, bentuk tubuh yang bagus, bakat / kemampuan tertentu, bahkan karena pengetahuan Kitab Suci, ketaatan, pelayanan dsb.
Sombong bisa mempunyai macam-macam perwujudan, seperti:
· merasa diri sendiri benar (self-righteous) dan menganggap rendah orang lain (bdk. Lukas 18:9).
Orang sombong memang cenderung merendahkan orang lain, dan karena itulah ay 6 ini mengatakan bahwa kasih itu tidak sombong!
· tidak berdoa, atau berdoa hanya sebagai formalitas. Ini disebabkan karena ia yakin akan kemampuan dirinya sendiri, sehingga secara otomatis ia merasa tidak terlalu membutuhkan Tuhan.
· merasa tidak butuh Firman Tuhan.
· malas mendengar Firman Tuhan yang sederhana / mudah.
Ingat bahwa Firman Tuhan yang sederhana tetap adalah Firman Tuhan!
· tidak mau melakukan pelayanan yang rendah / tak terlihat.
b) Memegahkan diri.
Ini adalah kesombongan yang hebat, yang dimanifestasikan keluar baik dengan kata-kata maupun dengan tindakan yang menonjolkan diri sendiri supaya dipuji / disanjung orang. Misalnya:
· memamerkan bahasa roh supaya terlihat rohani / penuh Roh Kudus.
· ceritakan suksesnya dalam pelayanan, baik dalam pemberitaan Injil maupun Firman Tuhan, ataupun dalam menyembuhkan orang sakit dsb.
Kesombongan / memegahkan diri adalah dosa yang sukar dihindari, dan dengan mudah menyelinap secara diam-diam dalam diri kita
Contoh: seorang guru sekolah minggu menceritakan Luk 18:9-14, dimana ia mengecam kesombongan orang Farisi yang bersyukur kepada Tuhan karena ia tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai. Tetapi guru sekolah minggu itu akhirnya mengakhiri pelajarannya dengan berkata: marilah kita bersyukur kepada Tuhan bahwa kita tidak seperti orang Farisi itu!
Kalau saudara sombong, bacalah Amsal 16:18 dan 1Petrus 5:5, dan bertobatlah dari kesombongan saudara, dan mintalah supaya Tuhan menolong saudara untuk menjadi rendah hati!
5) Tidak melakukan yang tidak sopan (1 Korintus 13: 5a).
Tidak adanya etika menunjukkan bahwa kita tidak menghormati orang lain, dan itu jelas bukan kasih!
Karena itu orang Kristen harus memperhatikan etika, seperti:
memberi salam kepada orang tua dari teman saudara pada waktu saudara berkunjung ke rumah teman saudara itu.
memperhatikan cara saudara duduk, khususnya kalau saudara adalah orang perempuan.
memperhatikan cara makan, berpakaian, dsb.
jangan menyela dua orang yang sedang berbicara.
minta maaf pada saat saudara berbuat salah kepada seseorang (awas, jangan minta maaf kalau saudara tidak salah! Itu bukan sopan, tetapi dusta / munafik!).
6) Tidak mencari keuntungan diri sendiri (1 Korintus 13: 5b).
Ada orang yang berkata bahwa lawan dari kasih bukanlah benci, tetapi egois. Mengapa? Karena aktivitas orang yang kasih selalu ke luar (memperhatikan orang lain dan berjuang untuk kebaikan orang lain), sedangkan aktivitas orang yang egois selalu ke dalam (memperhatikan diri sendiri dan berjuang untuk diri sendiri).
Kita memang diperintahkan untuk mengasihi dan memperhatikan diri sendiri (Matius 22:39), tetapi kalau kita hanya mengasihi dan memperhatikan diri kita sendiri, maka kita adalah orang yang egois. Kita juga harus hidup untuk kepentingan orang lain (bdk. Roma 15:1-2 1Korintus 10:24,33 Fil 2:4).
Seseorang mengatakan bahwa kalau kita mau mempunyai sukacita (Inggris: JOY) dalam hidup kita, maka kita harus menuruti rumus ini:
Jesus (= Yesus)
Others (= orang-orang lain)
Yourself (= dirimu sendiri)
Jadi, kita harus menomorsatukan Yesus, setelah itu orang lain, lalu terakhir diri kita sendiri.
Penerapan: apakah saudara egois atau kasih bisa terlihat dari kehidupan doa saudara. Kalau saudara berdoa hanya untuk diri saudara sendiri, maka saudara adalah orang yang egois. Kalau saudara banyak berdoa untuk orang lain (gereja, Pdt, Pengurus / Majelis, jemaat yang lain, orang-orang yang belum bertobat dsb), maka saudara adalah orang yang kasih!
7) Tidak pemarah (1 Korintus 13: 5c).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘marah’ disini hanya dipakai dalam satu tempat lain dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Kis 17:16 dimana kata itu diterjemahkan ‘sedih’ [NASB / RSV: ‘provoked’ (= marah / jengkel)].
Jadi terlihat bahwa Paulus, yang dalam ay 5c ini mengatakan bahwa kasih itu tidak pemarah, justru marah dalam Kis 17:16. Dari peristiwa ini, dan juga dari banyak peristiwa dalam Kitab Suci dimana Yesus sendiri marah (Markus 3:5 Yohanes 2:13-17), haruslah kita tarik kesimpulan bahwa tidak semua kemarahan adalah salah! Ada kemarahan yang benar / suci, yang bukan saja tidak salah, tetapi bahkan harus ada dalam diri kita! Kalau kita melihat anak kita nakal / kurang ajar / melakukan dosa, maka kita justru berdosa kalau kita tidak marah!
Demikian juga kalau dalam gereja ada praktek / ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, adalah salah kalau kita terus ‘sabar’!
8) Tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Korintus 13: 5d).
Kata ‘menyimpan’ dalam bahasa Yunaninya adalah LOGIZETHAI, dan Barclay mengatakan bahwa kata ini digunakan dalam akuntansi, untuk menunjuk pada tindakan memasukkan / menyimpan suatu barang dalam buku induk supaya tidak terlupakan.
Ada banyak orang yang pelupa, apalagi kalau dalam persoalan mengingat ayat-ayat Kitab Suci! Tetapi anehnya, kalau dalam persoalan mengingat kesalahan orang kepada kita, kita tahu-tahu menjadi ahli sejarah yang mempunyai ingatan yang luar biasa!
Tetapi ayat ini mengatakan bahwa orang yang kasih justru tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain. ‘Tidak mengingat-ingat’ berbeda dengan ‘tidak ingat’ atau ‘melupakan / lupa’! Kita boleh jadi tidak bisa melupakan kesalahan seseorang kepada kita, tetapi kita harus berusaha untuk tidak mengingat-ingatnya! ‘Tidak mengingat-ingat’ berarti bahwa setiap kali kesalahan seseorang itu terlintas dalam pikiran kita (yang berarti bahwa kita belum melupakan kesalahan itu), maka secara sengaja kita berusaha membuang hal itu dari pikiran kita.
Ini sesuai dengan Kitab Suci mengatakan bahwa Allah sendiri bukannya lupa / melupakan dosa kita, tetapi tidak mengingat-ingat dosa kita (Yesaya 43:25 bdk. Mikha 7:18-19).
Saya berpendapat bahwa kita boleh mengingat kesalahan orang lain demi melindungi diri kita sendiri dari kejahatan orang itu.
Misalnya: kalau ada seseorang yang pernah berhutang kepada kita dan sengaja tak mau membayarnya. Lalu pada suatu kali orang itu mau berhutang lagi ( bukan untuk sesuatu yang urgent / mendesak). Apakah kita harus tidak mengingat-ingat kesalahan orang itu, dan memberikan pinjaman kepadanya? Saya berpendapat jawabannya adalah ‘tidak’! Karena saat itu kita mengingat kesalahan orang itu demi melindungi diri kita dari kejahatannya!
Tetapi kalau suatu waktu orang itu mengalami kecelakaan di hadapan kita, dan kita lalu tidak mau menolongnya karena kita mengingat kesalahannya kepada kita, maka ini jelas adalah dosa!
9) Tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran (1 Korintus 13: 6).
a) Orang yang kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan.
Kata ‘ketidakadilan’ diterjemahkan bermacam-macam:
NASB: unrighteousness (= ketidakbenaran).
NIV: evil (= kejahatan, bencana).
KJV: iniquity (= ketidakadilan / kejahatan / dosa).
RSV: wrong (= kesalahan).
Jadi, terlihat bahwa kata itu menunjuk pada semua yang tidak benar, yang tidak adil, yang berdosa / jahat, bahkan juga menunjuk pada semua bencana.
Orang yang kasih tidak akan bersukacita dengan terjadinya hal-hal seperti itu!
Penerapan:
· orang tua seringkali menganggap anaknya yang masih kecil begitu lucu sehingga pada waktu anak itu berlaku kurang ajar dsb, mereka hanya tertawa, seakan-akan itu adalah sesuatu yang baik!
· seringkah saudara justru senang mendengar ada orang (khususnya orang yang tidak saudara senangi) terkena bencana? (bdk. Amsal 17:5)
· kalau saudara mendengar ada orang kristen / hamba Tuhan / gereja lain yang melakukan hal-hal yang brengsek, bagaimana sikap saudara? Tertawa dan menganggapnya lucu? Apakah dalam hati saudara sedikit banyak ada rasa senang? Apakah saudara ‘menikmati’ berita itu? Bukankah saudara seharusnya marah / menangis mendengar berita seperti itu?
b) Orang yang kasih akan bersukacita karena / dengan kebenaran.
· kata ‘kebenaran’ dalam bahasa Yunaninya adalah ALETHEIA, yang berarti benar, yang kontras dengan hal-hal yang ditutup-tutupi, bersifat dusta / tipu daya / munafik dsb.
· Kebenaran jelas juga menunjuk pada Firman Tuhan.
Ada orang-orang yang menindas kebenaran (Roma 1:18), menentang kebenaran (2Timotius 3:8), memalingkan telinga dari kebenaran (2Timotius 4:4).
Tetapi orang kristen yang kasih harus bersukacita pada saat me-lihat kebenaran menang / berkembang (bdk. Kis 11:23 Filipi 1:14-18 2Yoh 4).
· kebenaran kadang-kadang menyakitkan! Misalnya pada waktu kita di-tegur, apalagi secara pribadi. Tetapi kalau saudara adalah orang yang kasih, maka saudara harus tetap menerima dan tunduk pada kebenaran itu dengan sukacita!
10) Menutupi segala sesuatu (1 Korintus 13: 7a).
a) ’Menutupi’.
NIV: ‘it always protects’ (= ia selalu melindungi).
KJV/RSV/NASB: ‘beareth / bears all things’ (= memikul / menahan / menanggung segala sesuatu).
Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah STEGEI, yang merupakan suatu kata kerja. Kata bendanya, yaitu STEGE yang berarti ‘a covering / roof’ (= penutup / atap), dipakai dalam Matius 8:8 / Lukas 7:6 (untuk 2 ayat ini lihat NIV) dan Markus 2:4.
Kata kerja STEGEI berarti to hide, conceal, not to make known (= menyembunyikan, tidak memberitahukan).
Jadi, bagian ini berarti: kasih itu menyembunyikan / tidak memberitahukan.
Tetapi ini tidak berarti bahwa orang yang kasih itu harus menjadi orang yang tertutup (introvert). Orang kristen sebetulnya justru tidak boleh menjadi orang yang tertutup, karena sifat tertutup menyebabkan kita sukar bersekutu dengan saudara seiman kita.
Artinya adalah: orang yang kasih itu akan menutupi kesalahan orang lain, atau tidak menyebarkan kesalahan orang lain (bdk. Amsal 10:12 17:9 1Pet 4:8). Tetapi awas, sekalipun kita harus menutupi kesalahan orang lain, tetapi hal ini tidak boleh kita lakukan dengan dusta!
Penerapan: apa saudara sering menyebar gossip tentang kejelekan orang lain? Itu adalah dosa, karena itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan kasih!
b) ‘Segala sesuatu’.
Ini tidak boleh dimutlakkan! Kadang-kadang, kita bukan hanya boleh, tetapi bahkan harus menceritakan / membukakan kesalahan orang lain!
Misalnya:
· untuk melindungi orang yang kita ceritai / orang lain.
Yesus sendiri menunjukkan kejelekan ajaran orang Farisi / Saduki untuk melindungi murid-muridNya dari kesesatan (Mat 16:6). Jadi, kalau ada gereja / Pdt yang brengsek, maka tidak salah bagi saya untuk menunjukkan hal itu kepada saudara!
Juga kalau misalnya si A sering meminjam uang kepada saya dan tidak pernah mau membayarnya. Lalu suatu ketika si A mendekati saudara, maka tidak salah bagi saya, demi melindungi saudara, memberitahu kepada saudara akan kejelekan si A itu.
· sebagai saksi dalam pengadilan (Ulangan 17:6 19:15).
· dalam pelaksanaan siasat gerejani (bdk. Matius 18:15-17).
· dalam kasus-kasus tertentu, peneguran dosa harus dilakukan di depan umum (1Timotius 5:20 Galatia 2:11-14).
Kita juga harus hati-hati (tidak sembarangan) dalam berjanji untuk merahasiakan suatu cerita / informasi, atau identitas dari orang yang menceritakan suatu hal tertentu kepada kita.
Contoh:
¨ Saya pernah diberitahu kesalahan seorang jemaat dengan janji tidak akan cerita kepada siapapun juga. Akhirnya ini menyebabkan saya tidak bisa menegur jemaat yang bersalah itu!
¨ Si A menceritakan kepada saya tentang kesalahan si B. Saya boleh menceritakan kesalahan si B ataupun menegur si B, tetapi saya diminta untuk merahasiakan identitas si A. Setelah itu si A melakukan hal yang sama kepada orang-orang lain dalam gereja. Akhirnya semua mendengar tentang kejelekan si B, dan si A ‘aman’ karena identitasnya terlindungi! Ini bisa menjadi cara menyebar gossip yang aman dan effektif!
11) Percaya segala sesuatu (1 Korintus 13: 7b).
a) Ini tentu tak berarti bahwa kita harus percaya pada seadanya hamba Tuhan / ajaran (bdk. Efesus 4:14 1Tesalonika 5:21 1Yohanes 4:1-3).
b) Ini tentu juga tak berarti bahwa kita harus percaya pada seadanya berita / gossip / tuduhan (bdk. 1Tim 5:19).
c) Ini berarti bahwa kita:
1. Tidak boleh mudah curiga, kecuali ada alasan yang kuat (Catatan: ‘Hati-hati’ berbeda dengan ‘mudah curiga’).
Contoh: kalau di gereja saudara menjumpai seseorang dengan wajah cemberut, jangan cepat-cepat curiga bahwa orang itu tidak senang kepada saudara! Pikirkan kemungkinan bahwa ia cemberut karena ia sedang sakit atau karena ia sedang mempunyai banyak problem.
2. Harus selalu berusaha mengambil pandangan yang paling baik terhadap sesama kita.
Contoh: koran saya tidak datang selama 3 hari. Setelah saya laporkan, besoknya semua koran yang 3 hari itu, yang jelas beritanya sudah usang, dikirimkan kepada saya. Mula-mula saya jengkel, karena saya berpikir: “Apa gunanya koran lama ini bagi saya? Bukankah lebih baik kalau koran lama ini tidak dikirim dan rekening saya nanti dipotong?”. Tetapi saya lalu berpikir bahwa setidaknya pihak koran itu mempunyai itikad baik untuk menebus kesalahannya, dan mereka menanggapi laporan saya. Ini menyebabkan akhirnya saya menerima koran lama itu.
12) Mengharapkan segala sesuatu (1 Korintus 13: 7c).
a) Ini tidak berarti bahwa orang yang kasih itu mengharapkan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan, seperti:
1. Mengharapkan keluarganya yang mati tanpa pernah bertobat tetap masuk surga.
2. Membiarkan orang yang tak berkarunia sebagai guru sekolah minggu tetap mengajar sekolah minggu dengan harapan bahwa ia suatu hari bisa mengajar dengan baik.
b) Mengharapkan segala sesuatu artinya kita selalu mengharapkan orang yang brengsek menjadi baik. Kalau ada kasih, maka kita akan selalu mempunyai harapan, tetapi kalau tidak ada kasih, maka kita cepat putus asa dalam memperbaiki seseorang.
Misalnya: kalau anak saudara terus menerus hidup brengsek, maka saudara lebih mudah untuk terus berharap supaya anak itu jadi baik. Dan karena itu saudara tetap mendoakan dan menasihati anak itu. Mengapa? Karena saudara mengasihi dia!
Tetapi kalau yang hidup brengsek itu adalah orang lain (bahkan kadang-kadang suami / istri saudara, yang biasanya saudara kasihi kurang dari anak), maka saudara dengan cepat sampai pada kesimpulan: “Orang ini tidak bisa diperbaiki lagi!” Dan saudara pun lalu berhenti mendoakan atau menasihati dia! Mengapa? Karena saudara kurang mengasihi atau bahkan tidak mengasihi sama sekali!
13) Sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13: 7d).
NASB: ‘endures all things’ (= menahan segala sesuatu).
NIV: ‘always perseveres’ (= selalu bertekun).
Kata Yunaninya adalah HUPOMONEIN, yang tidak sekedar berarti menahan secara pasif, tetapi bisa mengalahkan / mengubahkan menjadi seseorang yang baik. Jadi, kalau kita kasih, maka kita tidak hanya bersabar saja ketika ada orang yang terus merugikan / menyakiti kita. Tetapi kita juga harus berusaha untuk bisa mengalahkan semua itu dan mengubah orang itu menjadi baik (bdk. Roma 12:20-21).
1 Korintus 13: 8-12:
1) Nubuat, bahasa roh, pengetahuan itu tidak kekal (1 Korintus 13: 8).
a) Kalau nubuat dan bahasa roh itu tidak kekal, itu mudah dimengerti. Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘pengetahuan akan lenyap’, apa artinya?
Tentu ini tidak berarti bahwa kita semua akan menjadi orang-orang idiot di surga! Ini terlihat dari ay 12 yang jelas menunjukkan bahwa di surga kita mempunyai pengenalan / pengetahuan tentang Allah.
Lalu apa artinya? Ada 2 penafsiran:
1. Ada yang menganggap bahwa kata ‘pengetahuan’ di sini berarti ‘karunia pengetahuan’, yaitu suatu karunia yang membuat kita bisa mengerti Firman Tuhan dengan baik. Di surga jelas tidak lagi dibutuhkan hal seperti ini.
2. Ada juga yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘pengetahuan’ adalah ‘pengetahuan di dunia’. Ini akan digantikan dengan ‘pengetahuan di surga’ yang jauh lebih sempurna! Karena pengetahuan ke dua itu jauh lebih sempurna, maka seolah-olah pengetahuan pertama lenyap, seperti kata-kata Karl Barth: “Because the sun rises all lights are extinguished” (= karena matahari naik / terbit, maka semua cahaya / lampu mati).
b) Mengapa nubuat, bahasa roh, pengetahuan akan lenyap?
1 Korintus 13: 9 (NIV / Lit): ‘For we know in part and we prophecy in part’ (= karena kita tahu hanya sebagian dan kita bernubuat hanya sebagian).
Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan:
1. Jelas bahwa bagian ini menunjukkan bahwa di dunia tidak ada orang yang mempunyai pengetahuan dan ajaran yang sempurna, tanpa kesalahan sedikitpun juga (infallible)
2. Semua itu harus lenyap karena ketidaksempurnaannya. Pada waktu yang sempurna datang maka yang tidak sempurna akan lenyap.
c) Hal itu akan terjadi jika yang sempurna tiba (1 Korintus 13: 10).
Ada 2 penafsiran tentang saat ini:
1. Orang-orang yang anti Kharismatik menganggap bahwa ini menunjuk pada saat selesainya penulisan Kitab Suci (Catatan: pada saat Paulus menuliskan 1Kor 13 ini, jelas ada banyak bagian dari Perjanjian Baru yang belum ditulis).
Konsekwensi dari penafsiran ini adalah: Setelah selesainya penulisan Kitab Suci (pada sekitar akhir abad I), maka nubuat dan bahasa roh tidak ada lagi.
Keberatan: Bagaimana mereka menafsirkan bahwa ‘pengetahuan akan lenyap’ pada saat yang sempurna tiba?
2. Ini menunjuk pada akhir jaman / kedatangan Kristus yang kedua / saat kita sudah di surga.
Ini penafsiran yang lebih umum, dan yang lebih sesuai dengan kontexnya, karena jelas sekali bahwa ‘jika yang sempurna tiba’ pada ay 10 menunjuk pada saat yang sama dengan ‘nanti’ dalam ay 12. Sedangkan ay 12 itu jelas menunjuk pada saat kita sudah di surga (bdk. 1Yohanes 3:2).
d) Ay 11 merupakan suatu illustrasi / perumpamaan yang menunjukkan bahwa pada saat yang lebih baik / sempurna datang, maka yang kurang baik akan dibuang
e) 1 Korintus 13: 12:
1. ‘melihat dalam cermin’.
Ada 2 penafsiran tentang cermin di sini:
a. Cermin merupakan benda yang transparan / tembus cahaya. Dan Paulus memaksudkan bahwa kita melihat melalui benda itu.
Dasar pandangan ini: secara hurufiah, terjemahannya sebetulnya adalah: ‘through a mirror’ (= melalui / menembus cermin).
b. Cermin merupakan logam yang digosok sampai mengkilap (Keluaran 38:8 Ayub 37:18), tetapi bayangannya tentau tak sebaik cermin jaman ini.
Sebetulnya tak terlalu jadi soal yang mana dari 2 pandangan ini yang benar.
2. ‘gambaran yang samar-samar’.
NASB: ‘dimly’ (= dengan kabur / tidak jelas).
NIV: ‘a poor reflection’ (= bayangan yang jelek).
Lit: ‘in a riddle’ (= dalam suatu teka-teki).
Bandingkan ini dengan Bil 12:8 dimana ‘dengan terus terang’ dikontraskan dengan ‘dengan teka-teki’. Jadi, dengan / dalam suatu teka-teki menunjuk pada sesuatu yang samar-samar / kurang jelas.
3. ‘nanti aku akan mengenal (digunakan future tense, menunjuk pada saat yang akan datang) dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal (digunakan aorist tense, menunjuk pada waktu lampau)’.
Jadi, sekarang kita baru mengenal Allah secara sebagian saja, nanti di surga barulah kita mengenal Dia dengan sempurna (Catatan: Ini tak berarti kita menjadi maha tahu!). Tetapi sekarangpun Allah sudah mengenal kita dengan sempurna.
4. Karena nanti kita akan mengenal Allah dengan sempurna, maka pada saat itu jelas bahwa nubuat, bahasa roh dan pengetahuan tak berguna dan harus lenyap!
2) Kontras dengan nubuat, bahasa roh dan pengetahuan yang tidak kekal, maka kasih itu tidak berkesudahan (ay 8)! Dengan kata lain, kasih itu kekal, karena di surgapun kita akan saling mengasihi!
1) Nubuat, bahasa roh, pengetahuan itu tidak kekal (1 Korintus 13: 8).
a) Kalau nubuat dan bahasa roh itu tidak kekal, itu mudah dimengerti. Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘pengetahuan akan lenyap’, apa artinya?
Tentu ini tidak berarti bahwa kita semua akan menjadi orang-orang idiot di surga! Ini terlihat dari ay 12 yang jelas menunjukkan bahwa di surga kita mempunyai pengenalan / pengetahuan tentang Allah.
Lalu apa artinya? Ada 2 penafsiran:
1. Ada yang menganggap bahwa kata ‘pengetahuan’ di sini berarti ‘karunia pengetahuan’, yaitu suatu karunia yang membuat kita bisa mengerti Firman Tuhan dengan baik. Di surga jelas tidak lagi dibutuhkan hal seperti ini.
2. Ada juga yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘pengetahuan’ adalah ‘pengetahuan di dunia’. Ini akan digantikan dengan ‘pengetahuan di surga’ yang jauh lebih sempurna! Karena pengetahuan ke dua itu jauh lebih sempurna, maka seolah-olah pengetahuan pertama lenyap, seperti kata-kata Karl Barth: “Because the sun rises all lights are extinguished” (= karena matahari naik / terbit, maka semua cahaya / lampu mati).
b) Mengapa nubuat, bahasa roh, pengetahuan akan lenyap?
1 Korintus 13: 9 (NIV / Lit): ‘For we know in part and we prophecy in part’ (= karena kita tahu hanya sebagian dan kita bernubuat hanya sebagian).
Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan:
1. Jelas bahwa bagian ini menunjukkan bahwa di dunia tidak ada orang yang mempunyai pengetahuan dan ajaran yang sempurna, tanpa kesalahan sedikitpun juga (infallible)
2. Semua itu harus lenyap karena ketidaksempurnaannya. Pada waktu yang sempurna datang maka yang tidak sempurna akan lenyap.
c) Hal itu akan terjadi jika yang sempurna tiba (1 Korintus 13: 10).
Ada 2 penafsiran tentang saat ini:
1. Orang-orang yang anti Kharismatik menganggap bahwa ini menunjuk pada saat selesainya penulisan Kitab Suci (Catatan: pada saat Paulus menuliskan 1Kor 13 ini, jelas ada banyak bagian dari Perjanjian Baru yang belum ditulis).
Konsekwensi dari penafsiran ini adalah: Setelah selesainya penulisan Kitab Suci (pada sekitar akhir abad I), maka nubuat dan bahasa roh tidak ada lagi.
Keberatan: Bagaimana mereka menafsirkan bahwa ‘pengetahuan akan lenyap’ pada saat yang sempurna tiba?
2. Ini menunjuk pada akhir jaman / kedatangan Kristus yang kedua / saat kita sudah di surga.
Ini penafsiran yang lebih umum, dan yang lebih sesuai dengan kontexnya, karena jelas sekali bahwa ‘jika yang sempurna tiba’ pada ay 10 menunjuk pada saat yang sama dengan ‘nanti’ dalam ay 12. Sedangkan ay 12 itu jelas menunjuk pada saat kita sudah di surga (bdk. 1Yohanes 3:2).
d) Ay 11 merupakan suatu illustrasi / perumpamaan yang menunjukkan bahwa pada saat yang lebih baik / sempurna datang, maka yang kurang baik akan dibuang
e) 1 Korintus 13: 12:
1. ‘melihat dalam cermin’.
Ada 2 penafsiran tentang cermin di sini:
a. Cermin merupakan benda yang transparan / tembus cahaya. Dan Paulus memaksudkan bahwa kita melihat melalui benda itu.
Dasar pandangan ini: secara hurufiah, terjemahannya sebetulnya adalah: ‘through a mirror’ (= melalui / menembus cermin).
b. Cermin merupakan logam yang digosok sampai mengkilap (Keluaran 38:8 Ayub 37:18), tetapi bayangannya tentau tak sebaik cermin jaman ini.
Sebetulnya tak terlalu jadi soal yang mana dari 2 pandangan ini yang benar.
2. ‘gambaran yang samar-samar’.
NASB: ‘dimly’ (= dengan kabur / tidak jelas).
NIV: ‘a poor reflection’ (= bayangan yang jelek).
Lit: ‘in a riddle’ (= dalam suatu teka-teki).
Bandingkan ini dengan Bil 12:8 dimana ‘dengan terus terang’ dikontraskan dengan ‘dengan teka-teki’. Jadi, dengan / dalam suatu teka-teki menunjuk pada sesuatu yang samar-samar / kurang jelas.
3. ‘nanti aku akan mengenal (digunakan future tense, menunjuk pada saat yang akan datang) dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal (digunakan aorist tense, menunjuk pada waktu lampau)’.
Jadi, sekarang kita baru mengenal Allah secara sebagian saja, nanti di surga barulah kita mengenal Dia dengan sempurna (Catatan: Ini tak berarti kita menjadi maha tahu!). Tetapi sekarangpun Allah sudah mengenal kita dengan sempurna.
4. Karena nanti kita akan mengenal Allah dengan sempurna, maka pada saat itu jelas bahwa nubuat, bahasa roh dan pengetahuan tak berguna dan harus lenyap!
2) Kontras dengan nubuat, bahasa roh dan pengetahuan yang tidak kekal, maka kasih itu tidak berkesudahan (ay 8)! Dengan kata lain, kasih itu kekal, karena di surgapun kita akan saling mengasihi!
1 Korintus 13:13:
Ayat ini menunjukkan keutamaan dari kasih!
1) NIV: ‘And now these three remain’ (= dan sekarang tinggal ke tiga hal ini).
Ada 2 penafsiran tentang arti dari kata ‘now’ / ‘sekarang’ ini:
a) Ini tidak menunjuk pada saat / waktu, tetapi digunakan hanya untuk menunjukkan bahwa ayat ini adalah suatu kesimpulan. Kalau memang ini benar, maka terjemahan Indonesia yang berbunyi ‘Demikianlah tinggal ke tiga hal ini’ adalah terjemahan yang benar.
b) Ini menunjuk pada saat / waktu. Tetapi bukan menunjuk pada waktu / saat di surga tetapi waktu / saat sekarang / di dunia ini!
Alasan: kata bahasa Yunani NEGEI yang diterjemahkan ‘remain’ (= tinggal) menggunakan present tense.
Jadi, sekalipun 1 Korintus 13:12 menunjuk pada surga, tetapi ay 13 menunjuk pada masa sekarang / di dunia!
Jadi, kalau dalam 1 Korintus 13: 8-12 tadi ditekankan kekalnya kasih, yang tetap akan ada pada saat hal-hal yang lain lenyap, maka dalam ay 13 ini ditekankan: dalam masa sekarangpun, kasih merupakan yang terbesar!
2) ’Tinggal’ (NIV: ‘remain’; NASB: ‘abide’).
Lagi-lagi ada 2 penafsiran:
a) Ada yang menafsirkan bahwa kata ini dipakai untuk mengontraskan dengan ay 8. Ay 8 menyatakan bahwa nubuat, bahasa roh, pengetahuan akan lenyap. Ay 13 menyatakan bahwa iman, pengharapan dan kasih akan tinggal / tetap ada.
Tafsiran ini menganggap bahwa 1 Korintus 13:13 ini menunjuk pada keadaan di surga, dan menyatakan bahwa nanti di surga iman, pengharapan dan kasih akan tetap ada.
Ayat ini menunjukkan keutamaan dari kasih!
1) NIV: ‘And now these three remain’ (= dan sekarang tinggal ke tiga hal ini).
Ada 2 penafsiran tentang arti dari kata ‘now’ / ‘sekarang’ ini:
a) Ini tidak menunjuk pada saat / waktu, tetapi digunakan hanya untuk menunjukkan bahwa ayat ini adalah suatu kesimpulan. Kalau memang ini benar, maka terjemahan Indonesia yang berbunyi ‘Demikianlah tinggal ke tiga hal ini’ adalah terjemahan yang benar.
b) Ini menunjuk pada saat / waktu. Tetapi bukan menunjuk pada waktu / saat di surga tetapi waktu / saat sekarang / di dunia ini!
Alasan: kata bahasa Yunani NEGEI yang diterjemahkan ‘remain’ (= tinggal) menggunakan present tense.
Jadi, sekalipun 1 Korintus 13:12 menunjuk pada surga, tetapi ay 13 menunjuk pada masa sekarang / di dunia!
Jadi, kalau dalam 1 Korintus 13: 8-12 tadi ditekankan kekalnya kasih, yang tetap akan ada pada saat hal-hal yang lain lenyap, maka dalam ay 13 ini ditekankan: dalam masa sekarangpun, kasih merupakan yang terbesar!
2) ’Tinggal’ (NIV: ‘remain’; NASB: ‘abide’).
Lagi-lagi ada 2 penafsiran:
a) Ada yang menafsirkan bahwa kata ini dipakai untuk mengontraskan dengan ay 8. Ay 8 menyatakan bahwa nubuat, bahasa roh, pengetahuan akan lenyap. Ay 13 menyatakan bahwa iman, pengharapan dan kasih akan tinggal / tetap ada.
Tafsiran ini menganggap bahwa 1 Korintus 13:13 ini menunjuk pada keadaan di surga, dan menyatakan bahwa nanti di surga iman, pengharapan dan kasih akan tetap ada.
Tetapi ini bertentangan dengan Roma 8:24, 2Korintus 5:7 dan Ibrani 11:1 (baca ayat-ayat ini!) yang menunjukkan bahwa di surga nanti, iman dan pengharapan tidak ada lagi!
Tetapi Charles Hodge menjawab sbb: “Faith in one form, ceases when merged in sight; but in another form it continues; and the same is true of hope” (= Iman dalam bentuk yang satu akan berhenti pada saat melebur dalam penglihatan, tetapi di dalam bentuk yang lain iman tetap berlanjut; dan demikian juga halnya dengan pengharapan).
Saya tidak bisa menerima argumentasi Hodge ini karena kalau demikian, maka kita juga harus mengatakan bahwa pengetahuanpun akan berlanjut (karena pengetahuan duniawi akan diganti dengan pengetahuan surgawi).
b) Ada yang menafsirkan bahwa ini sekedar menunjukkan kalau dalam kehidupan gereja sekarang ini, ketiga hal itu, yaitu iman, pengharapan dan kasih, tetap ada.
3) Sekarang timbul pertanyaan: Dalam sepanjang pasal ini Paulus sama sekali tak berbicara tentang iman dan pengharapan (ay 2 ia memang berbicara tentang iman, tetapi itu bukan saving faith / iman yang menyelamatkan). Lalu mengapa sekarang, pada ayat terakhir yang seharusnya merupakan kesimpulan dari seluruh pasal, ia tahu-tahu berbicara tentang iman dan pengharapan?
BACA JUGA: 2 KONSEP KASIH KRISTEN (ROMA 12:9)
Seorang penafsir menjawab: Karena iman, pengharapan dan kasih merupakan tiga serangkai / tri tunggal yang sangat populer dalam pengajaran di gereja-gereja abad pertama.
Dasar pandangan ini:
a) Kata ‘tinggal’ / ‘remain’ / ‘abide’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan bentuk singular / tunggal, sekalipun itu ditujukan untuk 3 hal yaitu iman, pengharapan dan kasih. Bandingkan dengan Matius 28:19 di mana kata ‘nama’ juga menggunakan bentuk tunggal sekalipun menunjuk pada Bapa, Anak dan Roh Kudus.
b) Dalam Perjanjian Baru, 3 hal ini memang sering keluar bersama-sama (bdk. Roma 5:1-5 Galatia 5:5-6 Efesus 4:2-5 1Tesalonika 1:3, 5:8 Ibrani 6:10-12 10:22-24 1Petrus 1:3-8,21-22).
4) Yang paling besar ialah kasih (1 Korintus 13: 13b).
Tentu bagian ini tak bisa diartikan seakan-akan kekristenan merupakan agama yang lebih menekankan perbuatan baik / kasih dari pada iman!
Lalu apa artinya?
a) Dari 1Korintus 12:31 dan 14:1,5 kita bisa mendapatkan bahwa yang dimaksud dengan karunia yang lebih besar / lebih utama ialah karunia yang lebih berguna untuk gereja.
Jadi, kalau disini dikatakan bahwa kasih itu lebih besar dari iman dan pengharapan, maka artinya adalah bahwa kasih lebih berguna bagi gereja dibandingkan dengan iman dan pengharapan. Mengapa? Karena iman dan pengharapan hanya berguna untuk diri kita sendiri, sedangkan kasih berguna untuk orang lain.
b) Kasih lebih besar dari iman dan pengharapan karena kasih itu kekal, sedangkan iman dan pengharapan tidak ada lagi di surga (Roma 8:24 2Korintus 5:7 Ibrani 11:1). EKSPOSISI 1 KORINTUS 13:1-13 (KASIH)
Dasar pandangan ini:
a) Kata ‘tinggal’ / ‘remain’ / ‘abide’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan bentuk singular / tunggal, sekalipun itu ditujukan untuk 3 hal yaitu iman, pengharapan dan kasih. Bandingkan dengan Matius 28:19 di mana kata ‘nama’ juga menggunakan bentuk tunggal sekalipun menunjuk pada Bapa, Anak dan Roh Kudus.
b) Dalam Perjanjian Baru, 3 hal ini memang sering keluar bersama-sama (bdk. Roma 5:1-5 Galatia 5:5-6 Efesus 4:2-5 1Tesalonika 1:3, 5:8 Ibrani 6:10-12 10:22-24 1Petrus 1:3-8,21-22).
4) Yang paling besar ialah kasih (1 Korintus 13: 13b).
Tentu bagian ini tak bisa diartikan seakan-akan kekristenan merupakan agama yang lebih menekankan perbuatan baik / kasih dari pada iman!
Lalu apa artinya?
a) Dari 1Korintus 12:31 dan 14:1,5 kita bisa mendapatkan bahwa yang dimaksud dengan karunia yang lebih besar / lebih utama ialah karunia yang lebih berguna untuk gereja.
Jadi, kalau disini dikatakan bahwa kasih itu lebih besar dari iman dan pengharapan, maka artinya adalah bahwa kasih lebih berguna bagi gereja dibandingkan dengan iman dan pengharapan. Mengapa? Karena iman dan pengharapan hanya berguna untuk diri kita sendiri, sedangkan kasih berguna untuk orang lain.
b) Kasih lebih besar dari iman dan pengharapan karena kasih itu kekal, sedangkan iman dan pengharapan tidak ada lagi di surga (Roma 8:24 2Korintus 5:7 Ibrani 11:1). EKSPOSISI 1 KORINTUS 13:1-13 (KASIH)