EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 10-12

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 10-12
Injil Yohanes 10:1-21

Hubungan Yohanes 9 dan Yohanes 10.

Yoh 10 ini kelihatan sepintas tidak berhubungan dengan Yoh 9. Tetapi sebetul-nya ada hubungan yang erat antara kedua pasal ini. Dalam Yoh 9 kita melihat orang-orang Farisi menggunakan intimidasi / ancaman (9:22), dan mereka juga mengusir / mengucilkan orang buta itu tanpa alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan (9:34). Jelas bahwa mereka bukanlah gembala yang baik karena mereka bersikap begitu tidak baik kepada domba mereka. Dalam Yoh 10, Yesus lalu menyerang orang-orang Farisi itu sebagai ‘pencuri dan perampok yang masuk tanpa melalui pintu’ (ay 1), sebagai ‘orang asing yang tidak akan diikuti oleh domba-domba’ (ay 5), dan Ia mengkontraskan diriNya sendiri dengan orang-orang Farisi itu, dimana Ia menyatakan diriNya sebagai ‘gembala yang baik’ (ay 11).

Juga kalau kita melihat ay 21 (‘memelekkan mata orang buta’), maka kelihatan ada hubungan antara Yoh 9 dan Yoh 10.

Yohanes 10: 6:

Kitab Suci Indonesia menyebutkan ‘perumpamaan’ (ay 6).

KJV: parable (= perumpamaan).

NIV/NASB: figure of speech (= kiasan / metafora).

RSV: figure (= kiasan / metafora).

Kata Yunani yang digunakan di sini adalah PAROIMIA, dan ini berbeda dengan kata ‘perumpamaan’ yang menggunakan kata Yunani PARABOLE, seperti dalam Mat 13:3.

Hendriksen dan kebanyakan penafsir beranggapan bahwa ini harus diterjemah-kan ‘allegory’.

Tidak terlalu jadi soal apakah orang menganggap bagian ini sebagai perum-pamaan atau allegory, yang penting adalah artinya.

Yohanes 10: 1-5,7-10:

1) Dalam bagian ini (ay 7) Yesus menyatakan diriNya sebagai ‘pintu’ (‘the door’). Ini sejalan dan mirip dengan Yoh 14:6 dimana Ia menyatakan diriNya sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa. Bedanya, di sini sebagai pintu Ia merupakan jalan masuk ke dalam kandang, yang menunjuk pada gereja.

2) ‘pencuri dan perampok’ (Yohanes 10: 1).

a) Ini adalah orang yang masuk ke kandang dengan maksud yang tidak baik (bdk. ay 10a).

Penerapan: Ada banyak maksud / motivasi tidak baik yang menyebabkan seseorang pergi ke gereja, seperti:

· mencari jodoh.

· dari pada menganggur di rumah.

· sebagai penyamaran, supaya dianggap orang saleh, rohani dsb.

· demi bisnis, uang.

· supaya Tuhan menolong dia dari problem tertentu, dsb.

b) Ini menunjuk kepada orang-orang Farisi dalam Yoh 9 yang masuk ke dalam gereja tanpa percaya kepada Yesus, dan ini tentu juga bisa diterapkan pada jaman ini kepada semua orang, khususnya orang yang melayani seperti pengajar, pendeta dsb, yang masuk ke dalam gereja tanpa melalui iman kepada Yesus.

3) ‘Pencuri / perampok’ dalam ay 1 dikontraskan dengan ‘gembala’ dalam ay 2.

Ada 2 kemungkinan tentang arti ‘gembala’ dalam ay 2 ini:

a) Kebanyakan penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk kepada Yesus, sama seperti ay 11,14. Kalau ditinjau dari ay 10 kelihatannya penafsiran inilah yang benar.

Penafsir yang percaya pandangan ini mengatakan bahwa tidak usah heran kalau Yesus digambarkan sebagai pintu dan gembala sekaligus, karena dalam Perjanjian Lama, baik ‘imam’ maupun ‘korban untuk dosa‘ sama-sama merupakan TYPE dari Yesus.

Tetapi sebetulnya 2 hal ini agak berbeda, karena:

1. Kalau dikatakan bahwa Yesus adalah imam dan korbannya sekaligus, maka hal itu masih sesuai karena Yesus memang menjadi Pengantara yang mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.

2. Tetapi kalau dikatakan bahwa ia adalah gembala dan sekaligus pintu, bagaimana kita menafsirkan ay 2,3a yang menunjukkan bahwa gembala itu sendiri masuk ke dalam kandang melalui pintu?

b) Albert Barnes mengatakan bahwa ‘gembala’ dalam ay 2 ini tidak menunjuk kepada Yesus, tetapi kepada hamba Tuhan yang sejati.

Alasannya: di sini Yesus belum menyatakan diri sebagai gembala, tetapi Ia menyatakan diriNya sebagai pintu.

Saya condong pada penafsiran pertama.

4) Yohanes 10: 3-5:

a) Ay 3a: gembala menuntun domba melalui pintu.

Sekalipun gembala menunjuk kepada Yesus, tetapi Calvin menerapkan bagian ini sebagai berikut: Gembala / hamba Tuhan / pelayan Tuhan yang nggenah / baik / bagus pasti mempimpin orang untuk masuk ke gereja melalui Kristus. Kalau saudara adalah orang yang berusaha supaya banyak orang masuk ke gereja, tetapi saudara tidak peduli apakah mereka itu betul-betul percaya kepada Kristus atau tidak, maka saudara bukan ‘gembala’.

b) ‘menuntunnya keluar’ (ay 3 akhir).

Kalau kandang diartikan gereja, lalu mengapa gembala ini menuntun dombanya keluar kandang, dan mengapa domba itu mendapatkan makanannya (‘padang rumput’ - ay 9 akhir) di luar?

Untuk menjawab pertanyaan ini saya mengutip kata-kata William Hendriksen tentang penafsiran allegory: “One should not ask at every point, ‘What does this represent and what does that represent?’ Over-analysis leads to misinterpretation. The main idea should be grasped” (= Orang tidak seharusnya bertanya pada setiap titik: ‘Hal ini mewakili apa, dan hal itu mewakili apa?’ Analisa yang kelebihan membawa kita pada penafsiran yang salah. Gagasan utama / pokoknyalah yang harus kita pegang).

Jadi maksud bagian ini hanyalah bahwa domba itu mendengar dan menuruti gembala, mau dipimpin oleh gembala dsb.

Catatan: mungkin pertanyaan ‘bagaimana Yesus sebagai gembala juga melalui pintu yang adalah dirinya sendiri?’ (lihat no 3a di atas) juga harus dijawab menggunakan kata-kata Hendriksen ini.

c) Tradisi gembala - domba.

1. ‘Memanggil domba-dombanya’ (ay 3).

Domba di sana punya nama, dan gembala memanggil dombanya menggunakan namanya.

2. ‘Ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia’.

Gembala di sana tidak menggiring domba dari belakang, tetapi ia berjalan di depan dan domba-dombanya mengikutinya dari belakang.

Ini mungkin bisa memberi terang kepada kita mengapa dalam Mat 16:23, pada waktu Yesus dihalangi oleh Petrus untuk pergi ke Yerusalem, Ia lalu berkata kepada Petrus (NIV/NASB): ‘Get behind Me, Satan!’ (= Pegilah ke belakangKu, setan). Dengan kata lain Yesus berkata: ‘Kamu itu domba, Aku yang gembala. Jadi kamu harus di belakangKu dan mengikuti Aku, bukan di depanKu dan menghalangi Aku!’

d) ‘orang asing’ (ay 5).

Kalau tadi orang Farisi disebut pencuri dan perampok karena mereka masuk kandang tidak melalui pintu (ay 1), maka sekarang mereka disebut dengan istilah ‘orang asing’ karena domba tidak mengenal dan tidak mau mengikuti mereka.

e) Dalam ay 3-5 terlihat ciri dari seekor domba:

1. Ia bisa membedakan suara gembala dan suara orang asing.

Memang orang kristen yang masih bayi, tentu tidak akan bisa mela-kukan pembedaan seperti ini, tetapi kalau ia orang kristen sejati, maka ia pasti akan belajar Firman Tuhan dan mendapat pimpinan Roh Kudus, sehingga bisa membedakan (bdk. Ef 4:11-15).

2. Ia mendengar dan mentaati suara gembala (ay 3-4).

Apakah gembala di sini menunjuk kepada Yesus atau hamba Tuhan yang sejati, tidak terlalu berbeda, karena hamba Tuhan yang sejati pasti memberitakan Firman Tuhan, yang juga datang dari Yesus.

Penerapan: Kalau saudara diajar Firman Tuhan yang benar oleh hamba Tuhan yang benar, tetapi saudara tidak mau menggubris Firman Tuhan itu, saudara adalah kambing, bukan domba!

3. Ia tidak mau mengikuti orang asing, malah ia lari dari padanya (ay 5).

Sekalipun orang asing itu memakai pakaian gembala dan menirukan suara gembala memanggil namanya, domba tetap tidak mau ikut, bahkan lari dari padanya (ini kontras dengan ay 4 akhir dan ay 14 - domba mengenal suara gembala).

Penerapan:

a. Kalau saudara sudah diberitahu tentang kesesatan suatu gereja, dan saudara tetap mau berbakti di gereja itu, ini menunjukkan bahwa saudara bukanlah domba melainkan kambing!

b. Kalau saudara dengan mudah mengikuti nabi-nabi palsu yang berjubahkan pendeta, maka saudara bukanlah domba tetapi kambing!

5) ‘Akulah pintu ke domba-domba itu’ (ay 7).

Kalau dalam ay 2,3,9 Yesus adalah pintu untuk domba (Inggris: ‘for the sheep’), maka dalam ay 7 Ia menyatakan bahwa Ia adalah pintu menuju / kepada domba (Inggris: ‘to the sheep’).

Dari sini bisa kita dapatkan bahwa semua orang yang datang kepada domba dan melayani domba, dirinya sendiri harus masuk melalui pintu / percaya kepada Yesus.

Karena itu setiap kali kita memilih orang untuk melayani Tuhan, kita harus hati-hati untuk tidak memilih orang yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!

Bandingkan ini dengan praktek salah dari banyak gereja yang:

a) Mengangkat orang menjadi majelis, diaken dsb, karena orang itu kaya, terkenal, dsb.

b) Memberikan jabatan / pelayanan kepada orang yang tidak aktif ke gereja, dengan tujuan supaya orang itu lalu menjadi aktif.

6) Yohanes 10: 8: ‘Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok’.

a) ‘Semua orang yang datang sebelum Aku’.

Ini tentu tidak menunjuk kepada nabi-nabi Perjanjian Lama maupun Yohanes Pembaptis, tetapi lagi-lagi menunjuk kepada tokoh-tokoh Yahudi saat itu.

b) ‘pencuri dan perampok’.

Bdk. Kol 2:8 dimana kata ‘menawan’ secara hurufiahnya adalah ‘merampok’. Ini menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu itu bisa merampok kita menggunakan ajaran sesatnya.

7) Yohanes 10: 10:

a) Dalam ay 10 kelihatannya ada suatu peralihan dari ‘pintu’ menjadi ‘gembala’, karena di sini Yesus mengatakan bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup, dan ini tidak cocok untuk ‘pintu’ tetapi cocok untuk ‘gembala’ (bdk. ay 11,15).

b) Kata ‘kelimpahan’ (ay 10b) mempunyai arti rohani, bukan jasmani. Dasarnya:

1. Kata ‘mereka’ jelas menunjuk pada orang yang hidup secara jasmani, tetapi mati secara rohani. Yesus datang supaya orang yang mati rohani itu mempunyai hidup secara rohani. Jadi hidup berkelimpah-annya jelas juga dalam arti rohani.

2. Kata ‘selamat’, ‘binasa’, ‘hidup’ semuanya jelas mempunyai arti rohani, dan karena itu jelas bahwa kata ‘kelimpahan’ juga mempunyai arti rohani.

Karena itu bagian ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengajarkan Theologia Kemakmuran!

Yohanes 10: 11-15:

1) Ay 11a: ‘Akulah gembala yang baik’ (bdk. ay 14a).

a) Ayat-ayat Perjanjian Baru yang lain yang menunjukkan Yesus sebagai gembala adalah Mat 18:12 / Luk 15:4 Mat 9:36 / Mark 6:34 Luk 12:32 Mat 26:31 / Mark 14:27 1Pet 2:25 Ibr 13:20. Jadi jelas bahwa baik Yesus sendiri maupun Perjanjian Baru memang menekankan Yesus sebagai Gembala.

b) Dalam Perjanjian Lama, Allah / Yahwehlah yang adalah gembala (bdk. Maz 23:1 Maz 79:13 Maz 80:2 Maz 95:7 Yeh 34:15). Sekarang Yesus mengclaim diriNya sebagai gembala, dan itu sama dengan mengclaim diri sebagai Allah.

Lebih-lebih kalimat ini merupakan salah satu dari 7 ‘I am’ dalam Injil Yohanes. Ini mengingatkan kita pada kata-kata ‘I am who I am’ (= Aku adalah Aku) yang dipakai oleh YAHWEH / Allah untuk memperkenalkan diriNya kepada Musa dalam Kel 3:14.

c) Sekalipun Yesus adalah gembala, Ia juga mengangkat manusia sebagai gembala (bdk. Ef 4:11 Kis 20:28 Yoh 21:15-19 1Pet 5:2-3).

· Ini bertentangan dengan ajaran Gereja Sidang Jemaat Kristus, yang menentang adanya gembala.

· Ini menunjukkan bahwa Pendeta dan majelis (bukan pendeta saja) harus menggembalakan jemaat:

* memberi makan firman Tuhan.

* menjaga dan membentengi terhadap ajaran sesat.

* mengawasi kerohanian / pertumbuhan rohani jemaat.

* mencari yang hilang.

* menguatkan / menghiburkan yang lemah.

* dsb.

· Pendeta / majelis harus ingat bahwa gembala yang sesungguhnya bukanlah mereka tetapi Yesus. Bdk. Mat 23:8-10 - jangan mau disebut rabi, bapa, pemimpin. Ini tentu tak boleh diartikan bahwa kita betul-betul tidak boleh menyebut guru sebagai guru, bapa sebagai bapa, dsb. Maksudnya kita harus tetap menyadari bahwa Guru, Bapa dan Pemimpin yang sebenarnya adalah Tuhan sendiri.

Calvin: “... when the term shepherd is applied to men, it is used, as we say, in a subordinate sense; and Christ shares the honour with his ministers in such a manner, that he still continues to be the only shepherd both of themselves and of the whole flock” (= ... pada waktu istilah gembala digunakan terhadap manusia, istilah itu digunakan, seperti kami katakan, dalam pengertian yang lebih rendah; dan Kristus membagikan kehormatan dengan pelayan-pelayanNya dengan cara sedemikian rupa, sehingga Ia tetap menjadi gembala satu-satunya baik bagi mereka maupun bagi seluruh kawanan).

Penerapan: Jangan pernah berkata: ‘Dombaku dicuri’, karena semua orang kristen adalah domba Tuhan, bukan dombanya pendeta.

d) Penggambaran Yesus sebagai pintu (ay 7,9), maupun penggambaran Yesus sebagai gembala (ay 11,14), sama-sama berhubungan dengan keselamatan. Sebagai pintu, Yesus merupakan satu-satunya jalan masuk pada keselamatan; sebagai gembala, Yesus menyerahkan nyawaNya untuk domba-dombaNya.

2) Ay 11b: ‘Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya’ (bdk. ay 15b).

a) Seorang gembala memang mencintai dombanya dan rela berkorban untuk dombanya (bdk. 1Sam 17:34-36 Yes 31:4). Tetapi dalam hal ini ada perbedaan antara Yesus (realita) dan gembala (gambaran):

· kalau gembala mati untuk dombanya, itu bukan kesengajaan. Tetapi Yesus mati untuk kita secara sengaja / sukarela.

· kalau gembala mati, itu merupakan bencana bagi domba-dombaNya. Tetapi pada waktu Yesus mati untuk kita, itu merupakan kehidupan bagi kita.

b) Ayat ini merupakan salah satu dasar dari doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas) dalam Calvinisme / Reformed, karena di sini dikatakan bahwa gembala / Yesus memberikan nyawaNya bagi domba-dombanya (tak dikatakan bagi semua orang). Memang dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mati bagi semua orang. Tetapi harus diingat bahwa istilah ‘semua orang’ dalam Kitab Suci tidak selalu betul-betul berarti ‘semua orang’. Misalnya: Ro 5:18b Maz 22:28.

3) Yohanes 10: 12-13:

a) Pada saat menyatakan diriNya sebagai pintu, Yesus menggambarkan mereka yang tidak melalui pintu sebagai pencuri dan perampok (ay 1,7-8). Sekarang pada waktu menyatakan diriNya sebagai gembala, Yesus mengkontraskan diriNya dengan ‘orang upahan’. Ada persamaan antara ‘pencuri / perampok’ dengan ‘orang upahan’, yaitu:

· sama-sama tidak peduli / mengasihi domba.

· sama-sama mencari kepentingan diri sendiri.

Penerapan: kalau saudara adalah seorang pendeta, majelis, ataupun guru sekolah minggu, maka saudara perlu merenungkan apakah 2 hal jelek ini ada pada diri saudara atau tidak. Kalau ada, saudara adalah seorang upahan, bukan gembala!

b) ‘Orang upahan’ di sini seperti gembala-gembala jahat dalam Yer 23:1-dst Yeh 34:1-2 Zakh 11:17.

c) William Barclay berkata bahwa gereja diserang dari luar oleh serigala, dan dari dalam oleh orang upahan.

Dan Calvin berkata: “No plague is more destructive to the Church, than when wolves ravage under the garb of shepherds” (= Tidak ada wabah yang lebih merusak dari pada serigala yang merusak dibawah pakaian gembala).

Penerapan: karena itu gereja harus extra hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.

4) Yohanes 10: 14-15:

Gembala (Yesus) dan domba (orang percaya) saling kenal. Orang yang tidak kenal Yesus juga tidak dikenal oleh Yesus. Yang penting bukanlah apakah saudara dikenal orang / majelis / Pendeta, tetapi apakah saudara dikenal oleh Kristus (bdk. Mat 7:21-23).

Yohanes 10: 16-18:

1) Yohanes 10: 16:

a) ‘domba-domba yang lain, yang bukan dari kandang ini’.

Kata-kata ‘bukan dari kandang ini’ menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang non Yahudi yang pada saat itu belum percaya. Tetapi mere-ka sudah disebut sebagai ‘domba’! Bdk. Kis 18:10 dimana orang yang belum percaya sudah disebut ‘umatKu’.

Ini jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang pilihan!

Calvin: “Thus, according to the secret election of God, we are already sheep in his heart, before we are born; but we begin to be sheep in ourselves by the calling, by which he gathers us into his fold” (= Jadi, menurut pemilihan yang rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan, tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri kita oleh panggilan, dengan mana Ia mengumpulkan kita dalam kandangNya).

Calvin: “Therefore, according to God’s secret predestination (as Augustine says), ‘many sheep are without, and many wolves are within” [= Karena itu, menurut predestinasi rahasia dari Allah (seperti dikatakan Agustinus), ‘banyak domba ada di luar, dan banyak serigala ada di dalam’] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Ch. 1, no 8.

b) Perhatikan kata-kata Yesus selanjutnya tentang ‘domba-domba yang lain’ dalam ay 16 ini:

· ‘harus Kutuntun juga’.

· ‘mereka akan mendengarkan suaraKu’.

· ‘mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’.

Semua ini menunjukkan bahwa orang pilihan pasti akan bertobat / perca-ya kepada Yesus. Ini menjadi dasar bagi kita untuk mengatakan 2 hal:

¨ Predestinasi / Rencana Allah tidak mungkin gagal.

¨ Kasih karunia Allah tidak bisa ditolak (Irresistible grace)!

c) Yesus menugaskan / memakai kita untuk menuntun domba-domba lain itu kepadaNya. Kita melaksanakan tugas ini dengan memberitakan Injil. Karena kita tidak bisa tahu yang mana yang orang pilihan (elect) dan yang mana yang bukan (reprobate), maka kita harus memberitakan Injil kepada semua orang! Ajaran Calvinisme / Reformed yang sejati, sekalipun percaya pada Predestinasi, sama sekali tidak boleh menyebabkan kita malas dalam memberitakan Injil! Orang yang mengaku diri sebagai Reformed / Calvinist, tetapi tidak memberitakan Injil / tidak menekankan pentingnya Pemberitaan Injil, bukanlah orang Reformed / Calvinist yang sejati!

d) ‘satu kawanan dengan satu gembala’.

Ini menunjuk pada ‘Gereja yang Kudus dan Am’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.

e) Calvin menyoroti kata-kata: ‘mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’, dan memberi komentar: hanya kalau gereja betul-betul memberitakan Firman Tuhan, dan tunduk pada Firman Tuhan, barulah bisa ada keteraturan.

Penerapan: kalau mau punya gereja yang nggenah, belajarlah Firman Tuhan, dan taatlah pada Firman Tuhan.

2) Yohanes 10: 17-18:

a) Ay 17: Ini tentu bukan merupakan satu-satunya alasan mengapa Bapa mengasihi Yesus.

Calvin mengatakan bahwa ada alasan yang lebih tinggi mengapa Bapa mengasihi Yesus, yaitu karena Yesus adalah Anak (Mat 3:17 Mat 17:5).

b) Dua hal yang ditekankan di sini, yaitu:

· Pengorbanan nyawa itu dilakukan oleh Yesus dengan rela, bukan dengan terpaksa!

Penerapan: kalau saudara memberi persembahan, atau melayani Tu-han, atau melakukan sesuatu untuk Tuhan yang menuntut pengor-banan, apakah saudara melakukannya dengan rela atau dengan ter-paksa?

William Barclay menceritakan suatu cerita sebagai illustrasi tentang ‘kerelaan berkorban’:

Dalam Perang Dunia pertama ada tentara Perancis yang terluka pada tangannya sehingga harus diamputasi. Pada saat ia sadar, ahli bedah mengatakan: ‘Dengan menyesal aku memberitahumu bahwa engkau telah kehilangan sebuah lengan’. Tetapi tentara itu menjawab: ‘Tuan, aku tidak kehilangan lenganku, aku memberikannya, untuk Perancis!’

· Yesus (realita) berbeda atau lebih tinggi dari gembala (gambarannya) dalam hal: Yesus menyerahkan nyawaNya untuk menerimanya kem-bali (bdk. Yoh 10:17-18). Ini tidak bisa dilakukan oleh gembala biasa.

Yohanes 10: 19-21:

1) ‘Timbullah pula pertentangan (schism = perpecahan) di antara orang-orang Yahudi karena perkataan (LOGOS = firman) itu’ (ay 19).

Ada yang tunduk / percaya pada firman yang Yesus beritakan, ada yang tidak, sehingga timbul perpecahan. Jelas bahwa yang salah di sini bukanlah pemberita firman, tetapi orang-orang yang menolak firman.

Calvin berkata bahwa pada jaman Reformasi, tokoh-tokoh Reformasi disebut sebagai Schismatics karena ajaran mereka mengoncangkan ketenangan gereja. Calvin menjawab tuduhan ini dengan berkata:

“Yet the truth is, that, if they would yield submissively to Christ, and give their support to the truth, all the commotions would immediately be allayed. But when they utter murmurs and complaints against Christ, and will not allow us to be at rest on any other condition than that the truth of God shall be extinguished, and that Christ shall be banished from his kingdom, they have no right to accuse us of the crime of schism; for it is on themselves, as every person sees, that this crime ought to be charged” (= Tetapi sebenarnya adalah bahwa kalau mereka mau tunduk kepada Kristus, dan menyokong kebenaran, segala keributan akan segera hilang. Tetapi karena mereka mengeluarkan sungut-sungut dan keluhan-keluhan yang menentang Kristus, dan tidak mau mengijinkan kami beristirahat selain kalau kebenaran Allah dipadamkan, dan Kristus dibuang dari kerajaan-Nya, maka mereka tidak mempunyai hak untuk menuduhkan kejahatan tentang perpecahan ini kepada kami, karena pada diri mereka sendirilah, seperti bisa dilihat oleh setiap orang, kejahatan ini seharusnya dituduhkan).

Penerapan:

· Kalau ada gereja yang pecah, jangan lalu merendahkan seluruh gereja / kedua belah pihak! Misalnya gereja yang pecah karena sebagian jemaatnya menentang liberalisme, Toronto Blessing, dsb, maka pihak yang menentang sampai timbul perpecahan itu, tidak bisa disalahkan! Kalau ada hal-hal brengsek yang terjadi dalam gereja (seperti korupsi, ajaran sesat, dsb) dan gereja itu tenang-tenang saja, itu justru menun-jukkan bahwa gereja itu tidak peduli pada kebenaran!

· hati-hati pada waktu mengatakan ‘orang kristen kok gegeran’, karena kadang-kadang gegeran itu dibutuhkan!

2) William Barclay: “The people who listened to Jesus on this occasion were confronted with a dilemma which is for ever confronting men. Either Jesus was a megalomaniac madman, or he was the Son of God. There is no escape from that choice. If a man speaks about God and about himself in the way in which Jesus spoke, either he is completely deluded, or else he is profoundly right. The claims which Jesus made signify either insanity or divinity” (= Orang-orang yang mendengarkan Yesus pada peristiwa ini dihadapkan pada suatu dilema yang selalu dihadapkan pada manusia. Atau Yesus adalah orang gila yang mengira dirinya hebat dan berkuasa, atau Ia adalah Anak Allah. Tidak ada pilihan yang lain. Jika seseorang berbicara tentang Allah dan tentang dirinya sendiri dengan cara yang sama seperti Yesus berbicara, atau ia sama sekali sesat, atau ia sangat benar. Claim yang dibuat oleh Yesus menunjukkan kegilaan atau keilahian).

-o0o-

Yohanes 10:22-42

Yohanes 10: 22-24:

1) Yohanes 10: 22: Yang dimaksud dengan hari raya Pentahbisan di sini adalah Pen-tahbisan Bait Suci yang diperintahkan oleh Judas Maccabaeus pada tahun 165 SM. Ini dicatat dalam kitab Apocrypha, yaitu 1Makabe 1:59 4:52,59. Pentahbisan ini lalu dirayakan setiap tahun.

Penerapan: Karena itu kita boleh saja merayakan HUT gereja (apalagi Natal, dsb), sekalipun tidak ada perintah dari Tuhan, asalkan motivasi dan cara perayaannya benar.

Perlu diketahui bahwa orang Saksi Yehovah menentang perayaan hari raya kristen, seperti Natal dsb, dengan alasan hal itu tidak diperintahkan oleh Tuhan dalam Kitab Suci.

2) Yohanes 10: 23: Perayaan selalu dihadiri oleh banyak orang. Karena itu Yesus sendiri juga hadir, dengan tujuan supaya bisa memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada banyak orang.

Penerapan: Perayaan (HUT, Natal, Paskah, dsb) dimana banyak orang hadir, harus kita gunakan untuk memberitakan Injil.

3) Yohanes 10: 24:

a) Ay 24a: Orang-orang Yahudi mengelilingi Yesus.

Tujuannya adalah:

· Supaya Yesus tidak memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada orang banyak.

Penerapan: setiap pemberitaan Injil / Firman Tuhan selalu ada tantangan / halangan.

· Untuk menangkap / membunuh Yesus.

b) Ay 24b: Orang-orang Yahudi ini menyalahkan Yesus seakan-akan Yesus selalu mengajar dengan samar-samar. Ini fitnah! Tetapi memang bukan merupakan sesuatu yang aneh kalau pemberita Firman Tuhan difitnah.

Yohanes 10: 25-30:

1) Yohanes 10: 25:

a) Ay 25a: Kalau dalam ay 24b orang-orang Yahudi itu menyalahkan Yesus atas keragu-raguan mereka, maka dalam ay 25a ini Yesus membantah hal itu. Yesus berkata: ‘Aku telah mengatakannya kepadamu, tetapi kamu tidak percaya’.

Jadi jelas bahwa Yesuspun membantah tuduhan yang tidak benar!

Penerapan: kalau kita dituduh secara tidak benar, kita boleh memban-tahnya!

b) Ay 25b: ‘pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu, itu-lah yang memberikan kesaksian tentang Aku’.

· ‘dalam nama Bapaku’.

Ini tidak boleh ditafsirkan sekan-akan kalau Yesus melakukan mujijat / kesembuhan, Ia melakukannya dengan berkata ‘dalam nama Bapa’. Ini tidak pernah Ia lakukan. Jadi artinya ialah: Ia melakukan mujijat / kesembuhan sesuai dengan kehendak Bapa / dengan otoritas Bapa, bahkan dalam suatu kerja sama dengan Bapa, dengan tujuan untuk kemuliaan Bapa.

· Semua pekerjaan ini tujuannya adalah untuk memberi kesaksian ten-tang Yesus (membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias / Allah).

Jadi dengan kata-kataNya ini, Yesus menunjukkan kekeraskepalaan orang-orang Yahudi itu dengan makin jelas, karena Ia bukan hanya telah mengajar mereka, tetapi juga membuktikan kata-kataNya dengan pekerjaan-pekerjaanNya / mujijat-mujijatNya, tetapi mereka tetap tidak percaya.

· Supaya ada keseimbangan dalam pengertian Kitab Suci, maka orang yang membaca ay 25b ini juga harus membaca ay 41! Dengan demi-kian terlihat bahwa tidak semua orang bisa membuktikan ajaranNya dengan melakukan mujijat. Yesus bisa, tetapi Yohanes Pembaptis tidak bisa! Ini perlu diketahui karena banyak orang Kharismatik yang berpendapat bahwa orang kristen harus bisa melakukan mujijat supa-ya orang banyak bisa percaya pada apa yang ia ajarkan.

Peter Masters, pada waktu berbicara tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan ajarannya, mengatakan:

“This is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous of the success which these other religions had in attracting followers. He wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years, with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to supply miracles for these people’” [= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil mengadakan mujijat-mujijat yang lebih baik dari mujijat-mujijat yang bisa diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan hal yang sangat mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan kesembuhan melalui meditasi yoga, dan melalui keghadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama lain ini dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara kekristenan telah ada di Jepang selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen dari jumlah penduduk mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung jawab untuk menyuplai mujijat untuk orang-orang ini’] - ‘The Healing Epidemic’, hal 26-27.

Terhadap orang-orang yang mempunyai pandangan seperti itu, kita bisa menjawab:

1. Yohanes Pembaptis juga tidak bisa melakukan mujijat (ay 41).

2. Sekalipun Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi pada saat Ia hidup di dunia ini, tidak banyak orang yang bertobat dan mengikut Dia dengan sungguh-sungguh.

3. Terhadap tuntutan / permintaan tanda:

a. Yesus sering tidak mengabulkan (Mat 12:38-42 Mat 16:1-4).

b. Paulus bahkan memberitakan salib, sekalipun itu merupakan batu sandungan untuk orang Yahudi (1Kor 1:22-23).

4. Paulus bukan memegahkan mujijat yang ia lakukan / alami, tetapi memegahkan kelemahan / penderitaannya sebagai alasan menga-pa kuasa itu ada (2Kor 12:1-10).

John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang disebutnya sebagai orang yang ‘not unfriendly to the Charis-matic position’ (= bukannya tidak bersahabat terhadap posisi Kharismatik), sebagai berikut:

“The Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an apostle, or of any other Christian, came from the patient endurance of suffering, such as he had with his torn in the flesh, or the patient endurance of reviling and hardship such as he was submitted to in the course of his missionary work (1Cor 4). The Charismatic had a theology of the resurrection and its power; they needed to learn afresh the secret of the cross and its shame ... which yet produced the power of God (1Cor 1:18)” [= Orang Kharismatik selalu mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban Paulus adalah memegah-kan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya, yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar. Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda, mujijat-mujijat, dan perbuatan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi ia tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga, datang dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia miliki dengan duri dalam daging-nya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap caci maki dan kesu-karan terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya (1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya; mereka perlu untuk mempelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya .... yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - ‘The Charismatics’, hal 104. Ia mengutip bagian ini dari buku karangan Michael Green yang berjudul ‘I believe in the Holy Spirit’, hal 208.

2) Yohanes 10: 26:

Kalau dalam ay 25 Yesus menyerang kekeraskepalaan mereka yang menye-babkan mereka tidak percaya, maka sekarang dalam ay 26 Yesus menun-jukkan alasan yang lebih tinggi yang menyebabkan mereka tidak percaya, yaitu karena mereka bukan termasuk domba-domba Tuhan, dengan kata lain, mereka bukan orang pilihan. Jadi, sekalipun mereka tidak percaya karena tidak dipilih, mereka tetap disalahkan! Penetapan Tuhan tidak membuang tanggung jawab manusia! Bdk. Luk 22:22.

3) Yohanes 10: 27:

Setelah mengatakan bahwa mereka tidak percaya karena mereka bukan domba, Yesus mengatakan kontrasnya, yaitu: orang yang termasuk domba pasti akan mendengar suaraNya dan mengikutiNya. Ini sesuai dengan ay 16 yang menunjukkan bahwa orang pilihan pasti akan percaya. Bdk. juga dengan Kis 13:48 Ro 8:28-29.

4) Yohanes 10: 28-29:

a) Bagian ini merupakan dasar / dukungan yang sangat kuat bagi doktrin Calvinisme / Reformed yang mengatakan bahwa Keselamatan orang percaya tidak mungkin hilang (point ke 5 dari TULIP - Perseverance of the Saints).

Perhatikan penjelasan dari bagian ini:

Orang yang percaya diberi hidup yang kekal oleh Yesus (ay 28a), dan ini berarti bahwa:

· Mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya (ay 28b)!

Doktrin Arminianism mengatakan bahwa orang yang percaya dan sudah selamat bisa kehilangan keselamatannya dan binasa. Ini me-nunjukkan bahwa mereka bukan diberi hidup yang kekal, tetapi hidup bersyarat. Tetapi Kitab Suci tidak pernah mengajar seperti ini!

· Seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan Yesus (ay 28c) dan tangan Bapa (ay 29b). Ada sedikit perbedaan antara ay 28c yang mengatakan ‘tidak akan’ dan ay 29b yang mengatakan ‘tidak dapat’.

Perhatikan bahwa yang menjadi alasan / dasar I doktrin ini bukanlah kebaikan / kesetiaan / kekuatan orang kristen, tetapi kesetiaan / kekuatan Tuhannya (Fil 1:6 2Tes 3:3 Yudas). Karena itu ada orang Reformed yang tidak setuju dengan istilah Perseverance of the Saints (= ketekunan orang-orang kudus), karena istilah ini menunjukkan ketekunan orang kristennya (Catatan: mereka hanya tidak setuju istilahnya, bukan doktrinnya).

Leon Morris (NICNT): “It is one of the precious things about the Christian faith that our continuance in eternal life depends not on our feeble hold on Christ, but on His firm grip on us” (= Ini merupakan salah satu dari hal-hal yang berharga tentang iman / kepercayaan kristen dimana terus adanya kita dalam hidup kekal tergantung bukan pada pegangan lemah kita pada Kristus, tetapi pada peganganNya yang teguh pada kita).

b) Bahwa tidak ada orang yang akan / dapat merebut kita dari tangan Yesus dan Bapa tidak berarti bahwa:

· setan tidak berusaha merebut. Setan pasti berusaha merebut, tetapi ia tidak akan bisa merebut (bdk. Mat 24:24).

· hidup kita akan enak terus. Bagian ini tidak menjanjikan kekebasan dari bencana / kesukaran, tetapi menjanjikan bahwa kita akan tetap selamat sekalipun mengalami banyak bencana / kesukaran.

· kita boleh hidup santai / seenaknya dan tidak memperkuat iman kita.

Jaminan keselamatan tidak boleh menyebabkan kita hidup seenak-nya! Sebaliknya itu harus menyebabkan kita makin bersyukur dan begitu mengasihi Tuhan sehingga mati-matian hidup untuk menye-nangkan dan memuliakan Dia!

5) Ay 30: ‘Aku dan Bapa adalah satu’.

a) Satu dalam hal apa?

Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa ‘satu’ di sini bukanlah satu dalam hal hakekat, tetapi hanya dalam hal tujuan, rencana, pemikiran, kehendak, atau kuasa. Salah satu dari penafsir-penafsir itu adalah Calvin, yang berkata:

“The ancients made a wrong use of this passage to prove that Christ is (HOMOOUSIOS) of the same essence with the Father. For Christ does not argue about the unity of substance, but about the agreement which he has with the Father, so that whatever is done by Christ will be confirmed by the power of his Father” [= Orang-orang kuno menggunakan bagian ini secara salah untuk membuktikan bahwa Kristus adalah (HOMOOUSIOS) dari zat / hakekat yang sama dengan Bapa. Karena Kristus tidak berargumentasi mengenai kesatuan zat, tetapi tentang persetujuan / permufakatan / yang ia miliki dengan Bapa, sehingga apapun yang dilakukan oleh Kristus akan diteguhkan oleh kuasa BapaNya].

Ini dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yang dalam bukunya yang berjudul ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 24, berkata:

“Mengenai Yohanes 10:30, John Calvin (seorang penganut Tritunggal) mengatakan dalam buku Commentary on the Gospel According to John: ‘Orang-orang zaman dulu menyalahgunakan ayat ini untuk membuktikan bahwa Kristus adalah ... dari zat yang sama dengan sang Bapa. Karena di sini Kristus tidak berbicara mengenai persatuan dalam zat, tetapi mengenai kesepakatan antara dia dengan sang Bapa’”.

Tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa ‘satu’ di sini adalah dalam hal hakekat, atau setidaknya mencakup kesatuan hakekat.

William Hendriksen: “However, inasmuch as in other passages it is clearly taught that the oneness is a matter not only of outward operation but also (and basically) of inner essence, it is clear that also here nothing less than this can have been meant” [= Bagaimanapun, karena dalam bagian-bagian lain de-ngan jelas diajarkan bahwa kesatuannya bukan hanya dalam operasi luar saja tetapi juga (dan secara dasari) dalam hal hakekat di dalam, maka jelaslah bahwa di sini yang dimaksudkan tidak kurang dari itu].

A. T. Robertson: “‘One’ (HEN). Neuter, not masculine (HEIS). Not one person (cf. HEIS in Gal. 3:28), but one essence or nature” [= ‘Satu’ (HEN). Jenis kelamin Netral, bukan laki-laki (HEIS). Bukan satu pribadi (bdk. HEIS dalam Gal 3:28), tetapi satu hakekat] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 186.

Ada beberapa hal yang secara jelas mendukung pandangan golongan kedua ini, yaitu:

1. Reaksi dari orang-orang Yahudi terhadap kata-kata Yesus ini adalah: mereka mau merajam Yesus (ay 31). Kalau Yesus sekedar memaksudkan kesatuan kehendak, pikiran, atau kesatuan tujuan (seperti yang ditafsirkan oleh Saksi Yehovah), maka tidak mungkin orang-orang Yahudi itu menjadi begitu marah sehingga mau merajam Yesus.

2. Waktu Yesus bertanya mengapa mereka mau merajamNya (ay 32), mereka menjawab bahwa mereka mau merajam Yesus karena Yesus, sekalipun hanya seorang manusia biasa, menyamakan diriNya dengan Allah’ (ay 33). Perlu diketahui bahwa dalam Injil Yohanes Yesus pernah 3 x mau dirajam, dan semua terjadi karena pengakuan Yesus sebagai Allah (Yoh 5:17-18 8:58-59 10:30-33).

3. Yesus menjawab mereka dalam ay 34-38, dan dalam jawaban ini sama sekali tidak terlihat bahwa Yesus menyangkal tuduhan bahwa Ia menyamakan diri dengan Allah. Bahkan Yesus tetap mempertahankan kesatuanNya dengan Bapa tersebut.

4. Andaikatapun kita menganggap bahwa kesatuan dalam ay 30 ini adalah dalam hal kuasa, karena ay 28-29 juga berbicara tentang kuasa (untuk menjaga domba), maka tetap saja ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Mengapa? Karena kalau Ia bisa satu dengan Bapa dalam hal kuasa, itu menunjukkan bahwa Ia juga maha kuasa sama seperti Bapa, dan itu jelas menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.

b) Yohanes 10: 30 ini merupakan ayat yang penting dalam menghadapi 2 ajaran sesat dalam hal doktrin Allah Tritunggal, yaitu Arianism dan Sabelianism.

Dalam bahasa Yunani ay 30 berbunyi sebagai berikut:

EGO   KAI   HO PATER   HEN     ESMEN

   I       and   the Father    one     we are

Aku     dan     Bapa          satu   kami adalah

Perhatikan bahwa sekalipun ada kata HEN (one / satu), tetapi digunakan bentuk jamak ESMEN (we are / kami adalah).

William Hendriksen: “It has been well said that ἕν (HEN) frees us from the charybdis of Arianism (which denies the unity of essence), and ἐσμεν (ESMEN) from the scylla of Sabellianism (which denies the diversity of the persons)” [= Telah dikatakan dengan baik / benar bahwa ἕν (HEN) membebaskan kita dari bahaya Arianisme (yang menyangkal kesatuan hakekat), dan ἐσμεν (ESMEN) dari bahaya Sabelianisme (yang menyangkal perbedaan pribadi-pribadi)] - hal 126.

Catatan:

1. Tentang Charybdis dan Scylla (dari Webster’s New World Dictionary):

a. Charybdis adalah nama pusaran air di pantai Sicilia, di depan batu karang yang bernama Scylla. Ini menimbulkan kiasan / ungkapan ‘between Scylla and Charybdis’ [= di antara Scylla dan Charybdis], yang artinya ‘faced with a choice of two dangers’ [= dihadapkan pada pemilihan terhadap dua bahaya].

b. ‘In classical mythology both Scylla and Charybdis were personified as female monsters’ [= dalam mitologi klasik baik Scylla maupun Charybdis dipersonifikasikan sebagai monster-monster perempuan].

2. Arianisme adalah ajaran yang menyangkal kesatuan hakekat antara Yesus dengan Bapa (dan ini yang akhirnya melahirkan Saksi Yehuwa). Karena itu, kata Yunani HEN (one / satu) dalam Yoh 10:30 ini penting untuk menghadapi ajaran ini. Kata HEN ini jelas menunjukkan kesatuan hakekat antara Yesus dengan Bapa.

3. Sabelianisme adalah ajaran yang menyangkal adanya lebih dari satu pribadi dalam Allah Tritunggal. Mereka mengakui bahwa Allah Tritunggal mempunyai 3 perwujudan, bukan 3 pribadi. Karena itu kata Yunani ESMEN (we are / kami adalah) dalam Yoh 10:30 ini penting untuk menghadapi ajaran ini. Kata ESMEN ini dengan jelas menunjukkan adanya lebih dari satu pribadi.

W. G. T. Shedd mengutip kata-kata Athanasius: “Had the Father and the Son not been two persons, the Son would not have said, ‘I and the Father are one,’ but ‘am one.’” [= Seandainya Bapa dan Anak bukan dua pribadi, Anak tidak akan berkata ‘I and the Father are one’ tetapi ‘am one’.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol 1, hal 281.

W. G. T. Shedd: “Similarly Augustine (Trinity, V. ix) remarks that the Sabellians must read the text thus: ‘I and my Father is one,’ instead of ‘are one.’” [= Demikian pula, Agustinus (Trinity, V. ix) berkata bahwa para pengikut Sabellianisme pasti membaca text itu demikian: ‘I and the Father is one’, dan bukannya ‘are one’] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol 1, hal 281.

Yohanes 10: 31-33:

1) Pengakuan Yesus bahwa diriNya satu dengan Bapa / Allah ini berarti menyetarakan diri dengan Bapa / Allah (ay 33), dan ini mereka anggap sebagai penghujatan / penyesatan. Dengan demikian Yesus adalah penghujat / nabi palsu, yang memang harus dihukum mati sesuai dengan Im 24:16 / Ul 13:5. Karena itulah maka orang-orang Yahudi itu lalu mengambil batu untuk merajam Yesus.

2) Sebetulnya di sini terjadi sesuatu yang menggelikan, karena tadinya mereka minta Yesus mengajar dengan terus terang, supaya mereka tidak bimbang (ay 24). Tetapi sekarang pada waktu Yesus mengajar dengan terus terang, mereka menjadi marah dan mau merajam Yesus.

3) Ay 32-33: Sebetulnya dari sini terlihat adanya suatu prinsip yang benar yaitu: ‘sekalipun seseorang itu melakukan banyak perbuatan baik, tetapi kalau ajarannya sesat, maka ia tetap adalah nabi palsu yang harus diserang!’.

Renungkan: bagaimana sikap saudara menghadapi Pendeta yang lemah lembut, penuh kasih dan kesabaran, tetapi ajarannya sesat? Jangan tertipu oleh kehidupan yang baik itu, karena kalau ajarannya sesat ia tetap adalah nabi palsu! Disamping itu, kalau ajarannya sesat, tidak mungkin hidupnya betul-betul saleh. Paling-paling itu hanya kesalehan lahiriah / kemunafikan saja.

4) Yohanes 10: 32:

a) Yesus tidak takut terhadap mereka yang mau merajam Dia, dan Ia bahkan menyerang tindakan mereka dengan pertanyaan. Biasanya, dalam suatu perdebatan, kalau lawan debat kita menjadi marah, maka kita sebaiknya menghentikan perdebatan. Tetapi di sini Yesus meneruskan perdebatan!

b) Ini menunjukkan bahwa kita harus hidup baik, supaya pada waktu orang marah terhadap kita karena ajaran / kepercayaan kita, maka kita bisa menggunakan kebaikan kita sebagai ‘pelindung’.

Yohanes 10: 34-39:

1) Jawaban Yesus dalam ay 34-38 terdiri dari 2 hal:

a) Ay 34-36: “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--, (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”.

1. Ay 34b dikutip dari Maz 82:6.

Maz 82:6 - “Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. -”.

2. Yesus berkata bahwa dalam Kitab Suci juga ada orang yang disebut dengan istilah ‘allah’, dan itu tidak dianggap penghujatan.

Tetapi awas, maksud Yesus bukanlah bahwa Ia juga adalah ‘allah’ dalam arti yang sama. Dengan kata lain, Yesus tidak menyejajarkan diriNya dengan hakim-hakim yang disebut ‘allah’ itu.

Maksud Yesus adalah: kalau mereka, yang adalah manusia biasa / hakim, bisa disebut ‘allah’ tanpa harus menghujat Allah, maka lebih-lebih Dia, yang adalah Mesias. Pada waktu Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’, tentu itu bukan penghujatan.

b) Ay 37-38: Hal kedua yang Yesus tekankan adalah: mujizat-mujizat yang Ia lakukan seharusnya membuat mereka mempercayai kata-kataNya.

Yohanes 10: 37-38: “(37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’”.

Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dari seluruh jawaban Yesus ini adalah: terhadap kata-kata orang-orang Yahudi dalam ay 33 (bahwa Yesus menyamakan diri dengan Allah), Yesus tidak menyangkalnya! Andaikata dalam ay 30 Yesus memang tidak bermaksud untuk menyamakan diriNya dengan Allah, maka dalam ay 34-38 Ia pasti akan berkata: ‘Siapa yang menyamakan diri dengan Allah? Kamu salah mengerti kata-kataKu!’.

2) Yohanes 10: 35: ‘Kitab Suci tidak dapat dibatalkan’.

Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci tidak mungkin salah (infallible dan inerrant). Tentu saja yang dimaksud adalah Kitab Suci aslinya (autograph), bukan manuscript / copy, apalagi yang sudah diterjemahkan.

3) Satu hal yang harus diperhatikan adalah: dalam ay 36b Yesus berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku Anak Allah’”. Ini aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’”? Bukankah kata-kata ‘Aku dan Bapa adalah satu’ yang dipersoalkan di sini?

Juga dalam ay 38b, Yesus berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa”. Ini juga aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Aku dan Bapa adalah satu”?

Jawabannya: jelas karena ketiga kalimat itu: yaitu:

a) Aku dan Bapa adalah satu (ay 30).

b) Aku adalah Anak Allah (ay 36b).

c) Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (ay 38b bdk. Yoh 14:8-11).

maksudnya adalah sama! Semuanya menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

4) ‘dikuduskan oleh Bapa’ (ay 36).

Kalau kita berbicara tentang orang kristen dikuduskan, maka bisa diartikan bahwa orang itu diubahkan dari keadaan berdosa menjadi kudus. Tetapi pada waktu berbicara tentang Yesus dikuduskan, tentu bukan itu artinya. Artinya adalah:

a) Yesus dijaga kekudusanNya, supaya tetap kudus.

b) Yesus dipisahkan untuk suatu tujuan tertentu.

5) Ay 37-38: “(37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’”.

Ini sejalan dengan ay 25. Jadi mujijat-mujijat yang Yesus lakukan membuktikan bahwa Ia memang dari Allah, dan kata-kataNya memang benar.

Tetapi sekalipun hal ini benar untuk Yesus, kita tak boleh menjadikan ini sebagai norma yang berlaku setiap saat. Bandingkan dengan:

a) Ay 41: Yohanes Pembaptis tidak melakukan satu mujijatpun, tetapi kata-katanya / ajarannya benar.

Penerapan: jangan menuntut mujijat baru mau percaya!

b) Ul 13:1-3: ada nabi yang melakukan tanda / mujijat, tetapi ajarannya salah / sesat. Ini tetap adalah nabi palsu.

Penerapan: jangan langsung percaya pada waktu melihat mujijat!

5) Yohanes 10: 39: “Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.”.

a) Ada yang menganggap ini sebagai mujijat, dan ada yang tidak. Memang tidak diceritakan dengan jelas bagaimana Yesus bisa luput dari tangan orang-orang Yahudi itu.

b) Dalam ay 39 ini ada kata ‘tangan’, sama seperti dalam ay 28-29.

Ada penafsir yang menganggap bahwa Yohanes bermaksud untuk mengkontraskan antara tangan Yesus / Bapa yang maha kuasa, yang tak mungkin gagal dalam melindungi dombaNya, dengan tangan orang-orang Yahudi yang tidak berkuasa untuk menangkap Yesus.

Penerapan: kalau ada ancaman dari tangan manusia di dalam saudara mengikut / melayani Kristus, percayalah bahwa tangan Bapa berkuasa melindungi saudara! Kalau ternyata bahwa tangan manusia bisa me-nyakiti / membunuh saudara, itu tidak berarti bahwa tangan Bapa tidak berkuasa melindungi saudara. Saudara tetap dilindungi dalam arti saudara tetap selamat. Apapun yang terjadi, sekalipun itu tidak enak, hanya diijinkan oleh tangan Bapa kalau Ia menganggap bahwa hal itu bisa membawa kebaikan bagi saudara.

Calvin: “This reminds us that we are not exposed to the lawless passions of wicked men, which God restrains by his bridle, whenever he thinks fit” [= Ini mengingatkan kita bahwa kita tidak terbuka terhadap kebencian / kema-rahan yang tidak mempedulikan hukum dari orang-orang jahat, yang ditahan oleh Allah dengan kekangNya, pada saat ia menganggapnya pantas] - hal 422.

Yohanes 10: 40-42:

1) Ay 40: Yesus meninggalkan orang-orang Yahudi di Yerusalem itu dan Ia pergi ke seberang Yordan.

a) Karena Yesus melihat bahwa orang-orang Yahudi di Yerusalem itu tegar tengkuk, maka Ia lalu pergi ke tempat lain untuk melayani orang lain.

Penerapan: memang kadang-kadang kita harus terus bertekun dalam menghadapi orang yang tegar tengkuk, tetapi kadang-kadang Tuhan menghendaki kita meninggalkan mereka dan melayani orang lain. Tin-dakan ini tidak selalu bisa disebut sebagai ‘tidak tekun’!

b) Calvin: “And indeed this was a dreadful vengeance of God, that, while the temple chosen by God was a den of robbers (Jer 7:11; Mat 21:13) the Church of God was collected in a despised place” [= Dan ini memang merupakan pembalasan yang menakutkan dari Allah, yaitu, sementara Bait Suci yang dipilih oleh Allah adalah sarang penyamun (Yer 7:11 Mat 21:13), Gereja Allah dikumpulkan di tempat yang hina].

Penerapan: hal ini juga bisa terjadi pada jaman ini. Karena itu jangan tergila-gila dengan suatu gereja, hanya karena gereja itu besar, megah, kaya, dan banyak jemaatnya!

2) Ay 41: Berbeda dengan Yesus yang bisa membuktikan dirinya dari Allah / kebenaran ajaranNya dengan melakukan mujijat, Yohanes Pembaptis tidak bisa! Ini sesuai dengan 1Kor 12:9-10 yang menunjukkan bahwa karunia mujijat tidak diberikan kepada semua orang!

3) Yohanes 10: 40-42:

Terakhir kali rasul Yohanes menyebut tentang Yohanes Pembaptis adalah dalam Yoh 5:36. Setelah itu ia tidak pernah menyebutnya lagi, karena memang pelayanan Yohanes Pembaptis sudah selesai. Tetapi sekarang terlihat effek / buah pelayanan Yohanes Pembaptis, dimana orang-orang yang tadinya ia layani dan ia ajar tentang Yesus, menjadi percaya kepada Yesus.

Penerapan: jangan kecewa / kecil hati / putus asa kalau pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang saudara lakukan tidak berbuah saat ini. Bisa saja buahnya baru muncul setelah saudara mati!

-o0o-

Yohanes 11:1-57

Pendahuluan:

Sebelum membahas bagian ini ayat per ayat, ada 2 hal yang ingin saya bahas:

1) Cerita kebangkitan Lazarus ini hanya ada dalam Injil Yohanes. Mengapa ketiga penulis Injil yang lain tidak menuliskan cerita ini?

Jawab:

a) Mengapa ketiga penulis Injil itu harus menceritakan kebangkitan Laza-rus? Dalam Injil Yohanes juga tidak diceritakan kebangkitan-kebangkitan yang diceritakan oleh ketiga penulis Injil. Memang adanya 4 Injil itu tujuannya adalah supaya semuanya bisa saling melengkapi!

Catatan:

· Cerita tentang anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus ada dalam ketiga Injil kecuali Injil Yohanes (Mat 9:18-26 Mark 5:21-43 Luk 8:40-56).

· Cerita tentang anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus, hanya ada dalam Injil Lukas (Luk 7:11-16).

b) Kebangkitan Lazarus menyebabkan banyak orang percaya kepada Ye-sus, dan ini mengakibatkan nyawa Lazarus menjadi terancam (Yoh 12:9-11). Matius, Markus dan Lukas menulis Injil mereka pada saat Lazarus masih hidup. Kalau cerita ini masuk Injil mereka, itu mungkin akan lebih membahayakan Lazarus. Tetapi Yohanes menulis Injilnya paling akhir (sekitar akhir abad pertama). Mungkin sekali pada saat itu Lazarus sudah mati lagi, sehingga tidak membahayakan bagi Lazarus kalau Yohanes menuliskan cerita kebangkitannya.

2) Ajaran sesat William Barclay:

Barclay mengatakan bahwa cerita ini memberikan problem terbesar. Menurut Barclay problemnya adalah:

a) Dalam ketiga Injil lain ada cerita tentang orang mati yang dibangkitkan oleh Yesus, yaitu tentang anak Yairus (Mat 9:18-26 / Mark 5:21-43 / Luk 8:40-56) dan anak janda di Nain ( Luk 7:11-16). Tetapi Barclay berkata:

“In both cases the raising followed immediately after death. It would be quite possible to believe that in both these miracles the person raised was in a coma” (= Dalam kedua kasus itu pembangkitan langsung dilakukan setelah kema-tian. Adalah mungkin untuk percaya bahwa dalam kedua mujijat ini orang yang dibangkitkan ada dalam keadaan koma).

Tetapi dalam kasus kebangkitan Lazarus ini, ia sudah mati 4 hari, se-hingga mayatnya seharusnya sudah membusuk.

b) Dalam ketiga Injil yang lain, cerita kebangkitan Lazarus ini tidak dicatat ataupun disinggung sedikitpun. Kalau ketiga penulis itu tahu tentang hal ini bagaimana mungkin mereka tidak menuliskannya. Kalau cerita ini betul-betul terjadi, bagaimana mungkin mereka tidak mengetahuinya?

Catatan: perhatikan bahwa dengan kata-kata ini Barclay sudah mulai berusaha untuk memberikan pemikiran bahwa kebangkitan Lazarus ini tidak sungguh-sungguh terjadi!

c) Mungkin kesukaran yang terbesar adalah bahwa Yohanes beranggapan bahwa mujijat ini adalah penyebab utama yang menggerakkan pemimpin-pemimpin Yahudi untuk membunuh Yesus (Yoh 11:47-54). Dengan kata lain, pembangkitan Lazarus adalah penyebab langsung dari salib.

Sedangkan dalam ketiga Injil yang lain, penyebab yang utama dari salib adalah penyucian Bait Allah.

Adalah sesuatu yang sukar dimengerti mengapa ketiga penulis Injil tidak menuliskan apa-apa tentang kebangkitan Lazarus ini kalau ini memang merupakan penyebab utama dari penyaliban Yesus.

Catatan: Saya tidak sependapat dengan Barclay kalau Yohanes menya-takan kebangkitan Lazarus sebagai penyebab utama dari salib. Ada ba-nyak penyebab mengapa tokoh-tokoh Yahudi itu ingin membunuh Yesus, dan ini sudah kita pelajari sejak Yoh 5.

d) Pada sisi yang lain, penyambutan yang begitu hebat terhadap Yesus pada waktu Ia memasuki Yerusalem, tidak bisa dijelaskan tanpa adanya mujijat ini mendahului hal itu. Kalau bukan karena adanya mujijat pembangkitan Lazarus ini, mengapa Yesus menerima penyambutan yang begitu hebat ketika memasuki Yerusalem? Tetapi faktanya tetap yaitu bahwa ketiga Injil yang lain tidak menceritakan cerita pembangkitan Lazarus ini.

Barclay lalu berkata: “If, then, this is not a record of actual historical fact, how can we explain it?” (= Jika ini bukan catatan tentang fakta historis yang sungguh-sungguh, bagaimana kita bisa menjelaskannya?).

Barclay lalu memberikan beberapa kemungkinan:

1. Seorang bernama Renan mengusulkan bahwa seluruh cerita ini adalah sebuah dusta / penipuan yang diatur oleh Yesus dan Maria, Marta dan Lazarus. Tetapi Barclay dengan tegas menolak pandangan ini, dan bah-kan berkata bahwa akhirnya Renan sendiripun meninggalkan pandang-annya ini.

2. Ada yang berpandangan bahwa Lazarus ada dalam keadaan koma.

Tetapi Barclay menolak ini dengan alasan bahwa dalam cerita ini detail-detail kematian Lazarus begitu jelas.

Catatan: Dalam kasus kebangkitan anak Yairus (Mat 9:18-26 / Mark 5:21-43 / Luk 8:40-56), apakah detail-detail kematiannya tidak jelas (perhatikan Luk 8:49,53,55a)? Bukankah aneh dan tidak konsisten bahwa Barclay tetap mengatakan bahwa adalah mungkin untuk percaya bahwa mereka bukan mati tetapi koma?

3. Ada juga yang beranggapan bahwa cerita ini hanyalah suatu allegory yang disusun untuk memberikan illustrasi tentang kata-kata Yesus ‘Akulah Kebangkitan dan Hidup’ (Yoh 11:25). Tetapi Barclay juga tidak setuju dengan teori ini.

4. Ada juga yang beranggapan bahwa cerita ini harus dihubungkan dengan perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31). Cerita dalam Lukas ini diakhiri dengan kata-kata bahwa kalaupun ada seorang yang bangkit dari antara orang mati, orang-orang Yahudi tetap tidak akan percaya. Lalu cerita kebangkitan Lazarus ini dibuat untuk menunjukkan bahwa memang ada orang yang bangkit dari antara orang mati, dan tetap tidak mempertobatkan orang-orang Yahudi. Barclay tidak berkomentar tentang setuju atau tidaknya ia dengan pandangan ini.

Setelah membahas kesukaran-kesukaran dari cerita kebangkitan Lazarus ini William Barclay lalu menyimpulkan sebagai berikut: “When we consider the difficulties of this story, we are in the end compelled to say that we do not know what happened, although undoubtedly something tremendous did happen. ... It does not really matter whether or not Jesus literally raised a corpse to life in A.D. 30, but it matters intensely that Jesus is the Resurrection and the Life for every man who is dead in sin and dead to God today. There may be problems in this story; we may never know what exactly happened at Bethany so many years ago; but we do know for certain that Jesus is still the Ressurection and the Life. That is what this story tells us - and that is what really matters” (= Pada waktu kami mempertimbangkan / memikirkan kesukaran-kesukaran dari cerita ini, pada akhirnya kami terpaksa berkata bahwa kami tidak tahu apa yang terjadi, sekalipun tanpa diragukan lagi sesuatu yang luar biasa memang terjadi pada saat itu. ... Tidak terlalu jadi soal apakah Yesus secara hurufiah membangkitkan mayat pada tahun 30 M atau tidak, tetapi yang sangat penting adalah Yesus adalah Kebangkitan dan Hidup untuk setiap orang yang mati dalam dosa dan mati terhadap Allah pada saat ini. Ada problem dalam cerita ini, kita mungkin tidak akan pernah tahu apa persisnya yang terjadi di Betania pada saat itu; tetapi kita tahu dengan pasti bahwa Yesus tetap adalah Kebangkitan dan Hidup. Itulah yang diceritakan oleh cerita ini kepada kita - dan itulah yang betul-betul penting).

Tanggapan saya:

1) Saya berpendapat bahwa cerita kebangkitan ini tidak menimbulkan problem, kalau kita mau menerima hal ini sebagai mujijat. Problemnya sebetulnya terletak dalam diri Barclay sendiri, yang adalah orang yang tidak mau menerima mujijat, dan selalu berusaha melogiskan / merasio-nalisasikan mujijat. Pada saat ia bertemu dengan mujijat yang tidak bisa dilogiskan / dirasionalisasikan, maka ia merasa mendapat problem yang besar.

2) Kesimpulan terakhir William Barclay itu sangat berbau ajaran sesatnya Rudolf Bultmann, tokok Liberal dari Jerman, yang mengatakan bahwa Kitab Suci mengandung kebenaran yang diberikan melalui mitos / cerita. Kita harus memisahkan mitosnya dari kebenarannya dan karena itu teorinya di sebut demythologizing.

3) Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Kebangkitan dan Hidup. Untuk membuktikan hal itu, maka Ia memberikan tanda yaitu dengan membang-kitkan Lazarus. Ini sama seperti:

a) Yesus melipatgandakan roti (Yoh 6:1-14) sebagai tanda bahwa Ia adalah roti hidup (Yoh 6:35).

b) Yesus mencelikkan mata orang buta (Yoh 9:1-7) sebagai tanda bahwa Ia adalah Terang dunia (Yoh 9:5 Yoh 8:12).

Kalau tandanya, yaitu kebangkitan Lazarus, ternyata tidak sungguh-sungguh terjadi, maka bagaimana mungkin fakta bahwa Yesus adalah Kebangkitan dan Hidup itu bisa dipertahankan?

4) Cerita kebangkitan Lazarus ini harus diterima betul-betul sebagai mujijat pembangkitan dari antara orang mati dan yang betul-betul terjadi dalam sejarah.

Yohanes 11: 1:

‘Maria dan adiknya Marta’.

Kata ‘adik’ seharusnya adalah sister (= saudara perempuan). Demikian juga dengan kata ‘kakak’ dalam ay 5 (Catatan: dalam TB2-LAI baik kata ‘adik’ dalam ay 1, maupun kata ‘kakak’ dalam ay 5, diterjemahkan ‘saudara’). Jadi sebetulnya tidak jelas siapa yang lebih tua antara Maria dan Marta. Tetapi, dari sikap Marta dalam Luk 10:38-40, kelihatannya justru Martalah yang lebih tua.

Yohanes 11: 2:

1) Maria ini bukanlah perempuan dalam Luk 7:37-dst.

2) Pengurapan yang dikatakan dalam ay 2 ini baru terjadi dalam Yoh 12:1-dst. Di sini digunakan past tense (bentuk lampau) karena ditinjau dari saat Yohanes menulis Injil Yohanes ini.

_______|__________________|_____________________|____

      terjadinya Yoh 11         terjadinya pengurapan                       Yohanes menuliskan

                                               dalam Yoh 12                                        Injilnya

 

Catatan: ini seperti Mat 10:4 yang sudah menyebutkan Yudas Iskariot sebagai pengkhianat. Pada saat itu Yudas belum mengkhianati, tetapi pada waktu Matius menuliskan bagian itu, Yudas sudah mengkhianati.

 

_______|______________________|_______________________|_____

    terjadinya Mat 10:4                   terjadinya pengkhianatan                Matius menuliskan

                                                               Yudas                                              Injilnya


Yohanes 11: 3:

‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit’.

1) Dalam Kitab Suci sering ada orang berdoa dengan menyatakan problemnya kepada Tuhan, tanpa menyatakan permintaan, dan doa seperti ini tetap dijawab oleh Tuhan. Karena itu, ajaran Dr. Paul Yonggi Cho, yang mengata-kan bahwa dalam menyatakan permintaan haruslah secara mendetail / ter-perinci, adalah ajaran yang tidak berdasar.

2) Dasar dari doa kita adalah kasih Allah kepada kita, bukan kasih kita kepada Allah.

Yohanes 11: 4:

1) Ay 4a: ‘Penyakit ini tidak akan membawa kematian’.

Kata-kata ini tidak salah, karena sekalipun Lazarus mati, tetapi Kristus membangkitkan / menghidupkannya kembali. Ada juga yang menafsirkan bahwa ‘kematian’ di sini artinya adalah ‘tetap dalam kematian’.

2) Ay 4b: ‘tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah’.

Sama seperti kebutaan menyebabkan kemuliaan Allah dalam Yoh 9:3, maka kematian Lazarus di sini juga membawa kemuliaan bagi Allah.

3) Ay 4b,c: ‘akan menyatakan kemuliaan Allah ... Anak Allah akan dimuliakan’.

Ini menunjukkan bahwa memuliakan Anak Allah / Yesus sama dengan memuliakan Allah (bdk. Yoh 5:23).

Yohanes 11: 5-7:

1) Yesus mengasihi mereka, tetapi Ia bertindak sekan-akan Ia tidak mempeduli-kan mereka (ay 6b: ‘Ia sengaja tinggal 2 hari lagi di tempat dimana Ia berada’). Karena itu jangan menilai kasih Allah dari apa yang saudara rasakan / lihat / alami. Bdk. Mat 15:21-28.

2) ‘Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus’.

Bagian ini tidak mengatakan bahwa ‘Yesus mengasihi mereka’, tetapi ‘Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus’. Jadi ‘mereka’ itu disebutkan satu per satu. Ini menekankan kasih Yesus secara individuil, bukan secara kolektif.

Catatan: kata ‘kakak’ di sini seharusnya adalah ‘saudara perempuan’.

3) Santainya Yesus ini menunjukkan bahwa apa yang urgent (= mendesak) bagi kita, seringkali tidaklah urgent bagi Tuhan.

Sebaliknya, apa yang urgent bagi Tuhan seringkali kita anggap tidak urgent, sehingga kita terus menuda dalam pelaksanaannya, misalnya dalam meng-injili seseorang.

Yohanes 11: 8:

Kelihatannya murid-murid menguatirkan Yesus, tetapi Calvin berkata bahwa mereka sebetulnya menguatirkan diri mereka sendiri, bukan menguatirkan Yesus. Jadi mereka tidak mau mengalami salib demi melakukan kewajiban mereka, tetapi mereka membuat alasan seolah-olah mereka menguatirkan Yesus.

Yohanes 11: 9-10:

Arti: orang yang mentaati Allah / melakukan kewajiban terhadap Allah seperti orang yang berjalan dalam terang, jadi pasti aman. Karena itu Kristus tidak takut untuk pergi ke Betania (dekat Yerusalem).

Calvin: “We are taught by these words, that whenever a man allows himself to be guided by his own suggestions, without the calling of God, his whole life is nothing else that a course of wandering and mistake; and that they who think themselves exceedingly wise, when they do not inquire at the mouth of God, and have not the Spirit to govern their actions, are blind men groping in the dark” (= Kita diajar oleh kata-kata ini, bahwa pada waktu seseorang mengijinkan dirinya dipimpin oleh pikiran / pandangannya sendiri, tanpa panggilan Allah, seluruh hidupnya tidak lain dari suatu perjalanan yang penuh penyimpangan dan kesalahan; dan bahwa mereka yang menganggap dirinya sendiri sangat bijaksana, pada waktu mereka tidak menanyakan pada mulut Allah, dan tidak mempunyai Roh untuk memerintah tindakan mereka, adalah orang buta yang meraba-raba dalam kegelapan).

Ay 11:

1) ‘Lazarus, saudara kita’.

NIV/NASB: ‘Our friend Lazarus’ (= Sahabat kita Lazarus).

Sudah matipun tetap disebut ‘our friend’ (= sahabat kita).

2) ‘telah tertidur’.

a) Yesus tahu bahwa Lazarus sudah mati. Ini menunjukkan kemahatahuan Yesus.

b) Kematian bagi orang percaya sering disebut sebagai ‘tidur’ (Bdk. Kej 47:30 2Sam 7:12 Mat 27:52 Kis 7:60 1Tes 4:13).

Mengapa mati disebut tidur?

· Alasan yang salah:

Karena jiwa / roh orang mati itu tidur / tak sadar sampai Yesus datang kembali. Doktrin yang salah ini disebut Psychopannychy / sleep of the soul. Bahwa jiwa / roh orang yang mati itu tetap sadar, ditunjukkan dengan jelas oleh Luk 16:19-31.

· Alasan yang benar:

* karena ada kemiripan antara mati dengan tidur.

* untuk menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya / untuk menunjukkan bahwa ada kebangkitan orang mati dan hidup setelah kematian (1Tes 4:13-14).

c) Untuk orang percaya kematian selalu digambarkan dengan gambaran yang enak. Selain digambarkan sebagai ‘tidur’ juga digambarkan sebagai:

· Berharga di mata Tuhan (Maz 116:15).

· dada / pangkuan Abraham (Luk 16:22).

· Firdaus (Luk 23:43).

· rumah Bapa yang mempunyai banyak tempat tinggal (Yoh 14:2).

· diam dengan Kristus, jauh lebih baik (Fil 1:23).

· keuntungan (Fil 1:21).

· at home with the Lord / di rumah bersqama Tuhan (2Kor 5:8 - NIV).

Karena itu sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kita tidak perlu dan bahkan tidak boleh takut pada kematian!

d) Kata-kata ‘telah tertidur’ (NIV/NASB: has fallen asleep), dalam bahasa Yunaninya adalah KEKOIMETAI yang berasal dari kata KOIMAOMAI. Sedangkan kata bahasa Inggris ‘cemetery’ (= kuburan) berasal dari kata Yunani KOIMETERION, yang arti sebenarnya adalah a place of sleep (= tempat tidur).

Ay 12-13:

1) Karena tidur itu baik untuk orang sakit, maka pasti ia akan sembuh.

2) Kata-kata ini secara implicit juga mencegah Yesus pergi ke sana.

Maksudnya: kalau tidur ia akan sembuh, kalau sembuh buat apa pergi ke sana?

3) Lagi-lagi murid-murid salah tafsir tentang kata-kata Yesus ini. Apa yang seharusnya kiasan, diartikan secara hurufiah.

Ay 14-15:

1) ‘Dengan terus terang’. NIV: plainly (= dengan jelas).

Kepada orang yang betul-betul rindu dan mencari Firman Tuhan, Yesus selalu mau memberi pengertian! Bdk. Mat 13:10-15!

2) ‘Lazarus sudah mati, tetapi syukurlah ...’.

NASB: ‘Lazarus is dead and I am glad ...’ (= Lazarus sudah mati dan aku gembira ...).

Lit: ‘Lazarus is dead and I rejoice ...’ (= Lazarus sudah mati dan aku bersukacita).

Jangan memotong kalimat itu seperti ini dan lalu berkata bahwa sekalipun ada keluarga / orang yang kita cintai yang mati, kita harus tetap bersukacita! Baca terus kalimat itu, dan saudara akan melihat bahwa Yesus bersukacita bukan karena Lazarus mati, tetapi karena melalui semua itu murid-muridNya bisa diteguhkan dalam iman mereka.

3) ‘belajar percaya’.

NIV/NASB: ‘so that you may believe’ (= supaya kamu percaya).

Ini tentu tidak berarti bahwa sebelum saat itu murid-murid belum percaya. Artinya: supaya iman mereka diteguhkan / dikuatkan.

Jadi, tujuan dari sakit dan matinya Lazarus, penundaan kedatangan Yesus, pembangkitan Lazarus, selain untuk kemuliaan Allah, juga supaya murid-murid diteguhkan dalam iman.

William Hendriksen: “Hence, what may have looked like cruel delay was in reality the tenderest concern for spiritual welfare of true disciples” (= Jadi, apa yang kelihatannya seperti penundaan yang kejam ternyata merupakan perhatian yang paling lembut untuk kesejahteraan dari murid-murid yang sejati).

Penerapan: kalau kita mengalami problem besar, tujuannya supaya Allah bisa menolong kita, sehingga kita percaya / diteguhkan dalam iman. Kalau terus problem kecil, yang bisa kita tangani sendiri, kita tidak belajar bagai-mana mempercayakan problem kepada Allah.

4) Kristus begitu sabar terhadap kebodohan murid-muridNya (ay 12-13), dan Ia juga terus mengajar mereka dengan sabar.

Penerapan: kalau saudara adalah seorang pengajar Firman, maka saudara juga harus meniru kesabaran Kristus dalam hal ini

Ay 16:

1) Kata Thomas (dari bahasa Ibrani) dan kata Didimus (dari bahasa Yunani) artinya sama yaitu ‘twin’ (= kembar). Tetapi tidak diketahui siapa saudara kembarnya.

2) Ada 2 penafsiran tentang kata ‘dia’ pada akhir ay 16 ini:

a) Menunjuk kepada Lazarus (ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya tidak digunakan huruf besar untuk kata ‘dia’ ini).

b) Menunjuk kepada Yesus.

Ini adalah pandangan kebanyakan penafsir, dan saya juga setuju dengan pandangan yang kedua ini.

3) Sampai saat ini murid-murid menghalangi Yesus untuk pergi ke Yerusalem / Betania, tetapi sekarang Thomas mau ikut, tetapi tanpa iman. Keadaan putus asa tanpa iman ini sering ditunjukkan oleh Thomas, seperti dalam Yoh 14:5 Yoh 20:24-28.

William Hendriksen: “He is ever afraid that he may lose his beloved Master, or that some evil will befall the latter. He expects evil, and cannot believe the good when it occurs” (= Ia selalu takut bahwa ia akan kehilangan Gurunya yang kekasih, atau bahwa sesuatu yang jelek akan menimpaNya. Ia mengharapkan hal yang jelek, dan tidak bisa percaya pada yang baik pada waktu yang baik itu terjadi).

4) Sekalipun dalam kata-kata Thomas ini jelas tercakup ketidakpercayaan, tetapi juga terkandung sesuatu yang positif, yaitu cintanya kepada Yesus sehingga ia rela ikut ke sana untuk mati bersama dengan Yesus.

Tetapi sayang sekali bahwa, sama seperti murid-murid yang lain, akhirnya iapun lari ketika Yesus ditangkap (bdk. Mat 26:31-35).

William Hendriksen: “But how often does it not happen that a person’s intentions are better than his actions?” (= Tetapi berapa sering tidak terjadi bahwa maksud seseorang lebih baik dari tindakannya?).

Ay 17:

1) ‘Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur’.

Ada tradisi rabi yang berkata bahwa selama 3 hari setelah mati, jiwa masih di sekitar tubuh dan berharap untuk bersatu kembali (ini tentu bertentangan dengan ayat-ayat seperti Luk 16-22-23 Luk 23:43).

Dengan adanya catatan ‘empat hari’ dalam ay 17 ini terlihat bahwa kalaupun pandangan rabi itu benar, Yesus tetap bisa membangkitkan orang yang telah mati lebih dari 3 hari (pada saat jiwa orang yang mati itu sudah tidak lagi ada di sekitar tubuhnya).

2) Ay 17 kelihatannya bertentangan dengan kata-kata Yesus dalam ay 4.

Penerapan: hal seperti ini sering terjadi, misalnya:

· kita memberi persepuluhan, tetapi tambah bangkrut. Ini ujian Tuhan apakah kita tetap mau percaya sekalipun tidak melihat bukti! Kalau orang memberi persepuluhan lalu langsung diberkati, dan makin jaya dalam keuangan, itu mungkin karena Tuhan menganggap bahwa bayi yang lemah itu belum pantas diuji!

· dalam pernikahan kita mencari jodoh yang seiman, sesuai dengan Firman Tuhan, tetapi yang terjadi adalah justru ketidakcocokkan.

Ay 18:

Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira 2 mil jauhnya’. Terjemahan hurufiah-nya sebetulnya bukan ‘2 mil’ tetapi ‘15 stadia’. Kata ‘stadia’ adalah bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah ‘stadium’. 1 stadium = 606 3/4 kaki (1 kaki = 30,5 cm) atau = 185 m. Jadi jarak Yerusalem - Betania = 2,775 km (tidak sampai 2 mil).

Jarak yang dekat ini menyebabkan berita tentang kebangkitan Lazarus ini cepat sampai di Yerusalem (bdk. ay 46).

Ay 19:

‘Di sana banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya’.

1) Dalam Injil Yohanes istilah ‘orang Yahudi’ biasanya menunjuk pada tokoh-tokoh Yahudi yang anti Yesus. Jadi, dari sudut Yesus, ini adalah peristiwa yang merupakan tantangan, karena ada orang-orang yang memusuhiNya di sana. Tetapi toh dalam ay 4 Ia berkata bahwa semua ini akan membawa kemuliaan bagi Allah dan diriNya sendiri.

Penerapan: kalau saudara menghadapi problem / penderitaan, janganlah bersedih hati atau bersungut-sungut, atau sekedar berusaha supaya bisa terbebas dari semua itu. Anggaplah itu sebagai suatu kesempatan untuk menggunakannya bagi kemuliaan Allah / Yesus, dan renungkan / pikirkan bagaimana dan apa yang harus saudara lakukan supaya melalui semua itu Allah / Yesus bisa dipermuliakan!

2) Dari sudut para tokoh Yahudi yang memusuhi Yesus itu, sekali lagi mereka mendapat kesempatan untuk menyaksikan mujijat / kuasa Yesus dan ber-tobat.

Ini menunjukkan kasih dan kesabaran Tuhan yang berulang kali memberikan kesempatan untuk bertobat kepada mereka! Tetapi perlu diingat bahwa kesabaran Tuhan ada batasnya, karena kalau Yesus terus menerus ditolak, maka jelas ada saat dimana Tuhan akan menunjukkan bukan lagi kesabaran dan kasihNya, tetapi keadilan, murka dan hukumanNya! Karena itu kalau saudara belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Juru-selamat dan Tuhan saudara, cepatlah bertobat!

Bdk. Ro 2:4-5 yang berbunyi sebagai berikut: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidak-kah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”.

3) Orang-orang Yahudi ini datang untuk menghibur Maria dan Marta.

a) Memang adalah sesuatu yang baik kalau kita mau memperhatikan dan menolong orang yang mengalami penderitaan, baik karena mereka sakit, mengalami problem keuangan, ditinggal mati oleh orang yang dicintai dsb.

Tetapi ada orang-orang kristen yang rajin dan aktif sekali melakukan hal-hal seperti itu (mengunjungi orang sakit, melayat orang mati, menyum-bang orang miskin), tetapi dalam persoalan Tuhan / gereja (Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Camp / Retreat, pelayanan, memberi persembahan, dsb) mereka sama sekali tidak aktif. Ini jelas tidak pada tempatnya! Kedua tanggung jawab ini, kepada Tuhan dan sesama manusia, harus sama-sama diperhatikan!

b) Tetapi perlu juga diingat bahwa keluarga Maria dan Marta rupa-rupanya adalah keluarga yang cukup berada. Ini ditunjukkan dari mampunya Maria mengurapi Yesus dengan minyak yang mahal dalam Yoh 12:1-8. Meng-ingat bahwa orang Farisi dan tokoh-tokoh Yahudi itu adalah orang-orang yang cinta uang (bdk. Luk 16:14 Mat 23:14,25b), mungkin sekali mereka mau datang ke rumah Maria dan Marta karena Maria dan Marta adalah orang kaya.

Penerapan: jangan hanya mau mengunjungi orang kaya yang sakit, dan jangan hanya mau melayat orang mati yang keluarganya kaya.

Ay 20:

Pada waktu mendengar bahwa Yesus datang, Marta langsung menemuiNya. Maria tidak menemui Yesus, karena ia belum tahu tentang kedatangan Yesus. Ia baru tahu tentang kedatangan Yesus dalam ay 28, dan iapun langsung menemui Yesus (ay 29).

Sesuatu yang harus diteladani dalam hal ini adalah: dalam kesedihan yang paling hebatpun kita harus mau ‘menemui’ Yesus! Banyak orang kristen kalau mengalami musibah, menjadi begitu sedih, dan bahkan marah kepada Tuhan, sehingga menjauhi Tuhan. Misalnya dengan tidak berbakti, tidak berdoa, tidak bersaat teduh dsb.

Ay 21-22:

Kata-kata Marta ini kelihatannya hebat dan beriman, karena ia percaya bahwa:

· Kalau Kristus ada di sana, saudaranya pasti tidak akan mati.

· Sekarangpun setelah Lazarus mati, Kristus bisa membangkitkannya.

Tetapi jelas bahwa ada beberapa cacat dalam kata-kata Marta ini:

1) Imannya terombang-ambing.

Ia memang mengatakan bahwa sekarangpun Yesus bisa membangkitkan Lazarus, tetapi dalam hal ini imannya terombang-ambing (bdk. ay 24,39).

2) Calvin menyalahkan Marta dengan berkata sebagai berikut:

“By speaking in this manner, she gives way to her feelings, instead of restraining them under the rule of faith. I acknowledge that her words proceeded partly from faith, but I say that there were disorderly passions mixed with them, which hurried her beyond due bounds. For when she assures herself that her brother would not have died, if Christ had been present, what ground had she for this confidence? Certainly, it did not arise from any promise of Christ. The only conclusion therefore is, that she inconsiderately yields to her own wishes, instead of subjecting herself to Christ. When she ascribes to Christ power and goodness, this proceeds from faith; but when she persuades herself of more than she had heard Christ declare, that has nothing to do with faith; for we must always hold the mutual agreement between the word and faith, that no man may rashly forge anything for himself, without the authority of the word of God” (= Dengan berbicara dengan cara seperti ini, ia menyerah / memberi jalan pada perasaannya, dan bukannya mengekang perasaan tersebut di bawah pemerintahan iman. Saya mengakui bahwa kata-katanya keluar sebagian dari iman, tetapi saya berkata bahwa di sana ada perasaan-perasaan yang kacau yang dicampur dengan kata-kata itu, yang mendorongnya keluar batas. Karena ketika ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa saudara laki-lakinya tidak akan mati kalau Kristus ada di sana, apa dasar yang ia punyai untuk keyakinan ini? Jelas bahwa ini tidak timbul dari janji Kristus yang manapun juga. Karena itu, satu-satunya kesimpulan adalah bahwa ia menyerah pada keinginannya tanpa berpikir, dan bukannya menun-dukkan dirinya kepada Kristus. Pada waktu ia menganggap bahwa Kristus mempunyai kuasa dan kebaikan, ini keluar dari iman; tetapi pada waktu ia meyakinkan dirinya sendiri lebih dari yang ia telah dengar dari pernyataan Kristus, itu tidak ada hubungannya dengan iman; karena kita harus selalu memegang persetujuan / kesesuaian antara firman dan iman, supaya tidak seorangpun secara gegabah menempa / membentuk apapun untuk dirinya sendiri, tanpa otoritas dari Firman Allah).

3) Kritikan lain dari Calvin (dan beberapa penafsir lain) adalah:

“Martha attached too much importance to the bodily presence of Christ” (= Marta terlalu menekankan pentingnya kehadiran jasmani Kristus).

Dalam hal ini Marta kalah jauh dibanding dengan perwira dalam Mat 8:5-13.

4) Pulpit Commentary mengkritik sikap Marta ini sebagai berikut:

“There is a slight complaint in these words, as if Christ were bound to be there. But he was under no obligation to keep even Lazarus alive. Too much often is expected of his personal presence, time, attention, and service. He had other places to visit, other things to do, other wants to supply, and purposes of his own to accomplish. Some are ignorant and selfish enough to monopolize Christ and his ministers to serve their own personal and private ends” (= Ada sedikit keluhan dalam kata-kata ini, seakan-akan Kristus harus ada di sana. Tetapi Ia tidak wajib untuk menjaga agar Lazarus tetap hidup. Seringkali terlalu banyak diharapkan dari kehadiran pribadi, waktu, perhatian, dan pelayananNya. Ia mempunyai tempat-tempat lain yang harus dikunjungi, hal-hal lain yang harus dilakukan, kebu-tuhan-kebutuhan lain yang harus disuplai, dan tujuan-tujuanNya sendiri yang harus dicapai. Beberapa orang cukup bodoh dan egois untuk memonopoli Kris-tus dan pelayan-pelayanNya untuk melayani tujuan pribadi mereka sendiri).

Jadi ada 2 hal yang ditekankan di sini:

· Ia menyesalkan mengapa Yesus tidak ada di sana sebelum Lazarus mati. Saya tidak setuju dengan para penafsir yang mengatakan bahwa dalam kata-kata Marta ini tidak terkandung suatu penyesalan / keluhan. Sikap menyesalkan ini jelas ada.

Penerapan: jangan pernah menyesali tindakan Tuhan. Dia tidak pernah salah!

· Sikap memonopoli Kristus. Sikap yang sama egoisnya ialah memonopoli hamba Tuhan yang baik / bagus.

5) Matthew Poole mengkritik sebagai berikut:

“Mary said the same, ver 32. They were both in an error, for Lazarus’s death was appointed and determined by an eternal counsel ... But it lets us see the vanity of our nature, who in the loss of our friends are ready to think, if such or such means had been used, we had not lost our friends; never considering our days are appointed, and we cannot pass the number of them. If any rational, probable means for continuing their lives be omitted, that also is not without the counsel of God, who having determined the issue, concealeth diseases, or the true and proper means for their cure, from physicians” (= Maria mengatakan hal yang sama, ay 32. Mereka berdua salah, karena kematian Lazarus telah ditetapkan dan ditentukan oleh suatu Rencana kekal ... Tetapi ini membiarkan kita melihat kesia-siaan sifat kita, yang dalam kehilangan sahabat kita lalu berpikir bahwa jika cara ini atau cara itu digunakan, kita tidak akan kehilangan sahabat kita; tidak pernah memikirkan bahwa hari-hari kita telah ditetapkan, dan kita tidak bisa melewatinya. Jika suatu cara yang rasionil dan memungkinkan untuk memperpanjang hidup mereka dibuang, itu juga tidak terjadi tanpa Rencana Allah, yang setelah menentukan persoalan itu, menyembunyikan penyakit, atau cara yang benar dan tepat untuk penyembuhannya, dari dokter).

Catatan: Bahwa umur seseorang sudah ditetapkan oleh Tuhan terlihat dari Maz 39:6a dan Mat 6:27.

Ay 23-24:

1) Dalam ay 23 Kristus menjanjikan kepada Marta akan kebangkitan Lazarus. Tetapi ingat bahwa janji ini tidak berlaku umum / bagi setiap orang yang kematian keluarganya yang dicintai! Dalam Kitab Suci ada banyak ayat yang ditujukan kepada individu tertentu saja dan tidak berlaku untuk setiap orang. Misalnya:

· Firman Tuhan kepada Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus.

· Perintah Yesus bagi Petrus untuk berjalan di atas air.

Dan ay 23 ini termasuk ayat seperti itu. Karenanya jangan menggunakan ayat ini, dan menuntut supaya Tuhan membangkitkan keluarga saudara yang mati.

2) Anehnya sekarang Marta justru tidak percaya. Ini terlihat dari jawabannya dalam ay 24 yang menunjuk pada kebangkitan pada akhir jaman.

Jadi, kalau tadi Marta jatuh dalam extrim kiri, dimana ia percaya sekalipun tidak ada dasar janji / Firman Tuhan (seperti banyak orang Kharismatik / Pentakosta), sekarang ia jatuh pada extrim kanan dimana ia tetap tidak per-caya sekalipun ada janji / Firman Tuhan (seperti banyak orang Protestant)!

Calvin: “We ought therefore to guard against both of these extremes. On the one hand, we must not, without the authority of God’s word, drink in empty hopes, which will prove to be nothing but wind; and, on the other hand, when God opens his mouth, it is not proper that he should find that our hearts either blocked up, or too firmly closed” (= Karena itu kita harus berjaga-jaga terhadap kedua extrim ini. Pada satu sisi, kita tidak boleh, tanpa otoritas Firman Allah, meminum harapan yang kosong, yang akan terbukti bukan apa-apa selain angin; dan, pada sisi yang lain, pada waktu Allah membuka mulutNya, adalah tidak benar kalau Ia menjumpai hati kita terhalang, atau tertutup terlalu rapat).

3) Marta tidak bisa mempercayai kata-kata Yesus bahwa Lazarus akan dibang-kitkan (saat itu), dan karenanya ia lalu membengkokkan kata-kata Yesus itu dan mengarahkannya pada kebangkitan pada akhir jaman. Memang, tidak adanya iman terhadap bagian tertentu dari Firman Tuhan, sering membuat banyak orang membengkokkan Firman Tuhan sehingga bisa mereka per-cayai.

Contoh:

· Golongan Liberal sering menafsirkan bagian Kitab Suci yang bersifat mujijat sekedar sebagai suatu illustrasi, tetapi tidak sungguh-sungguh terjadi.

· Banyak pengajar sesat dari kalangan Liberal yang mengatakan bahwa Yoh 14:6 hanya berlaku untuk orang kristen.

Ay 25-26:

1) Ini adalah kata-kata ‘I am’ yang ke 5 yang diucapkan Yesus, karena di sini Ia berkata ‘I am the resurrection and the life’ (= Akulah kebangkitan dan hidup).

2) ‘Akulah kebangkitan dan hidup’ mempunyai arti jasmani, karena kalau tidak ada arti jasmani, maka ay 25-26 ini tidak akan cocok dengan jalur ceritanya. Jadi, karena Yesus adalah ‘kebangkitan dan hidup’, Ia bisa membangkitkan secara jasmani, baik pada akhir jaman nanti seperti yang dipercaya oleh Marta (ay 24), maupun pada saat itu juga, dan ini Ia buktikan dengan membangkitkan Lazarus secara jasmani.

3) Tetapi jelas bahwa pada waktu Yesus menyatakan diriNya sebagai ‘kebangkitan dan hidup’, Ia juga memaksudkannya secara rohani.

Macam-macam penafsiran:

a) William Hendriksen:

· Yesus = kebangkitan ® yang percaya akan hidup (rohani) walaupun sudah mati (jasmani). Yang sudah mati ini misalnya Lazarus sendiri. Biarpun sudah mati secara jasmani, tetapi karena ia orang percaya, ia hidup secara rohani.

· Yesus = hidup ® yang hidup (rohani) dan percaya kepada Yesus, tidak akan mati (rohani).

b) Ay 25: orang yang percaya akan hidup (secara rohani), tetapi ia tidak akan terhindar dari kematian jasmani (jadi maksudnya orang percaya itu tetap akan mengalami kematian jasmani).

Ini lalu disambung dengan ay 26 yang artinya: orang yang hidup (secara rohani) dan yang percaya kepada Yesus, tidak akan mati selama-lamanya (secara rohani).

Catatan: ‘walaupun ia sudah mati’ (ay 25 akhir) sebetulnya salah ter-jemahan. NIV: ‘even though he dies’ (= walaupun ia mati).

c) Ay 25 menunjuk kepada orang percaya yang sudah mati (secara jasmani). Sekalipun ia sudah mati (secara jasmani), tetapi ia tetap hidup (secara rohani).

Ini lalu disambung dengan ay 26 yang artinya: orang percaya yang masih hidup (secara jasmani), tidak akan mati selama-lamanya (secara rohani).

d) Ay 25: yang percaya kepada Yesus akan hidup (secara rohani) walaupun ia mati (secara rohani).

Dan ay 26: orang yang hidup secara rohani dan yang percaya kepada Yesus tidak akan mati selama-lamanya (secara rohani).

Kalau diambil arti ini perlu dicamkan bahwa orang yang mati rohani tidak bisa percaya sendiri kepada Yesus sehingga menghidupkan dirinya sendiri, karena kalau ini bisa dilakukan, lalu apa fungsi Yesus sebagai ‘kebangkitan dan hidup’? Karena itu kalau mau diambil arti ini, maka harus ditambahkan bahwa orangnya bisa percaya karena pekerjaan Yesus, yang melalui Roh KudusNya, melahir-barukan orang itu, sehingga orang itu bisa percaya.

4) Kata-kata ‘tidak akan mati selama-lamanya’ tidak bisa tidak harus diartikan secara rohani, dan ini menunjukkan bahwa orang yang percaya kepada Yesus tidak bisa kehilangan keselamatannya.

Ay 27:

Terhadap pertanyaan Yesus dalam ay 26b, maka dalam ay 27 ini Marta lalu menyatakan pengakuan imannya.

Ay 28-32:

Marta lalu memanggil Maria, dan waktu Maria bertemu Yesus ia berkata: ‘Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak akan mati’ (ay 32b).

Perhatikan bahwa ini sama dengan kata-kata Marta dalam ay 21, dan bertentangan dengan kata-kata Yesus dalam ay 15 - “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya”.

Dari perbandingan ini terlihat bahwa ‘baik’ bagi manusia sering ‘tidak baik’ bagi Tuhan. Bdk. Yes 55:8-9.

Yohanes 11: 33-38:

1) Ay 37: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?”.

· Orang-orang ini tahu kuasa Kristus, tetapi mengomel / mencela Kristus karena Ia tidak melakukan mujijat dan mencegah kematian Lazarus.

· Baik kata-kata ini maupun kata-kata Maria dan Marta dalam ay 21,32 cuma berpikir tentang ‘mencegah kematian’. Tetapi ternyata Yesus melakukan yang lebih besar dari yang mereka bisa pikirkan, yaitu membangkitkan Lazarus yang sudah mati.

2) Bagian ini menunjukkan Yesus mempunyai perasaan, karena Ia bisa sedih dan menangis (ay 33,35,38).

Tetapi sebetulnya mengapa Ia sedih? Bukankah Ia tahu bahwa Ia akan membangkitkan Lazarus? Lalu apa yang menyebabkan Ia sedih?

· Ada yang mengatakan bahwa Ia sedih karena sikap salah dari Marta, Maria dan orang-orang Yahudi. Ini seperti waktu Ia menangisi Yerusalem karena sikap mereka yang salah (Luk 19:41).

· Ada yang mengatakan bahwa Ia sedih karena bersimpati kepada mereka yang menderita / bersedih hati (bdk. Ibr 4:15).

Ay 39-44:

1) Yesus menyuruh untuk menyingkirkan batu (ay 39a).

Penyingkiran batu ini tidak membutuhkan mujijat, dan bisa dilakukan oleh manusia. Karena itu Yesus menyuruh mereka melakukannya sendiri. Di-samping itu, ini merupakan ujian iman (bdk. ay 39b).

2) Marta yang tadinya percaya (ay 22,27), sekarang menjadi tidak percaya lagi, karena matanya ia arahkan pada kuburan Lazarus, bukan kepada Yesus. Bdk. Petrus dalam Mat 14:28-31.

Karena itu Calvin menyebut kata-kata Marta dalam ay 22 sebagai ‘a confused faith’ (= iman yang bingung / kacau).

3) Dugaan Marta bahwa Lazarus ‘sudah berbau’ (ay 39) menunjukkan bahwa mayat Lazarus tidak dibalsem. Ini makin menunjukkan hebatnya kuasa Yesus dalam membangkitkan Lazarus.

4) Ay 40:

· Kata-kata ‘sudah Kukatakan’ menunjuk pada ay 4,23,25,26.

· pada waktu iman Marta goncang, Yesus mengingatkannya pada firman Tuhan. Karena itu kalau kita sedang goncang imannya, kitapun harus membaca / belajar Firman Tuhan.

· banyak orang membalik kata-kata Yesus ini, karena mereka mau melihat kemuliaan Allah (mujijat) lebih dulu, baru percaya. Sedangkan Yesus berkata bahwa yang percaya akan melihat kemuliaan Allah.

5) Ay 41-42:

· Yesus berdoa dengan suara keras, supaya orang-orang yang hadir mendengar kata-kataNya, dan percaya bahwa Ia memang diutus Allah. Tetapi perlu diingat bahwa Yesus betul-betul berbicara kepada Allah. Ini berbeda dengan orang yang ‘berkhotbah dalam doa’ dimana mereka sebetulnya tidak berbicara kepada Allah, tetapi kepada orang yang hadir.

· Yesus berdoa dengan menengadah ke atas (ay 41).

Ini tidak berarti bahwa kita juga harus berdoa dengan postur seperti itu. Bandingkan dengan pemungut cukai yang tidak berani melihat ke atas pada waktu berdoa (Luk 18:13). Yang penting bukan kepala menengadah atau mata melihat ke atas, tetapi pikiran / hati yang betul-betul ditujukan kepada Tuhan.

6) Ay 43-44: Yesus membangkitkan Lazarus.

· Ini harus dianggap sebagai mujijat yang betul-betul terjadi, bukan sebagai dongeng, perumpamaan, atau illustrasi yang tidak betul-betul terjadi.

· ada beda antara kebangkitan Yesus dan kebangkitan Lazarus. Lazarus bangkit dan keluar dalam keadaan terbungkus kain kapan, Yesus tidak. Juga, Yesus bangkit dengan tubuh lama yang langsung diubahkan menjadi tubuh kebangkitan dan karenanya tidak akan mati lagi selama-lamanya, sedangkan Lazarus bangkit dengan tubuh biasa / lama sehingga nanti pasti akan mati lagi.

· Leon Morris mengatakan bahwa peristiwa pembangkitan Lazarus ini merupakan suatu perumpamaan yang diperagakan (an acted parable), yang bertujuan untuk mengajarkan bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup.

Catatan: ada beda yang sangat besar antara ‘mengatakan bahwa ini adalah sebuah perumpamaan’ dan ‘mengatakan bahwa ini adalah perumpamaan yang diperagakan’. Yang pertama menunjukkan bahwa ini tidak betul-betul terjadi, yang kedua menunjukkan bahwa ini betul-betul terjadi.

· kebangkitan Lazarus ini, selain merupakan tanda yang menunjukkan Yesus sebagai Kebangkitan dan Hidup (ay 25-26), juga:

* menunjukkan keilahian Kristus.

* merupakan gambaran yang hidup tentang kebangkitan kita yang akan datang.

Memang ada beda antara kebangkitan Lazarus ini dengan kebang-kitan kita nanti, karena Lazarus bangkit dengan tubuh biasa, se-dangkan kita akan bangkit dengan tubuh kebangkitan. Tetapi satu hal yang jelas: kalau Allah bisa membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari, Ia pasti juga bisa membangkitkan kita nanti di akhir jaman.

* menunjukkan bahwa Tuhan bisa menolong problem yang bagai-manapun besarnya. Lebih dari itu, sekalipun kelihatannya terlambat, tetapi Tuhan tidak pernah terlambat!

Ay 45-48:

1) Ay 45 mengatakan bahwa banyak orang yang menyaksikan mujijat itu lalu menjadi percaya kepada Yesus.

Calvin menafsirkan bahwa ‘percaya’ di sini cuma merupakan ‘persiapan untuk iman’, bukan menunjuk pada iman itu sendiri. Alasan Calvin: mujijat tidak bisa menimbulkan iman.

Tetapi bisa saja bahwa dulunya mereka sudah mendengar Firman Tuhan, tetapi belum percaya. Setelah melihat mujijat, lalu mereka percaya.

2) Ay 46-48:

· ada mujijat yang begitu hebat, dan hal ini mereka akui (ay 47b), tetapi orang-orang dalam ayat ini bukan saja tidak percaya tetapi bahkan menambah kebencian dan permusuhan mereka terhadap Yesus! Ini menunjukkan bahwa mujijat tidak menjamin pertobatan (bdk. Luk 16:27-31).

· mungkin mereka menggunakan Ul 13:1-5, sehingga mereka tetap menolak dan memusuhi Yesus, sekalipun melakukan banyak mujijat. Dalam hal ini mereka menggunakan Ul 13:1-5 secara salah, karena Yesus tidak mengajarkan ajaran sesat. Tetapi orang kristen jaman sekarang sebetulnya harus sangat memperhatikan Ul 13:1-5 ini, karena jaman sekarang ada banyak nabi palsu, yang sekalipun bisa melakukan mujijat, tetapi ajarannya betul-betul sesat!

· ay 47b: ‘Apakah yang harus kita buat?’. Ini salah terjemahan.

RSV: ‘What are we to do?’ (= Apa yang harus kita lakukan?). Ini sama seperti terjemahan Indonesia.

NIV: ‘What are we accomplishing?’ (= Apa yang sedang kita capai?).

NASB: ‘What are we doing?’ (= Apa yang sedang kita kerjakan?).

KJV: ‘What do we?’ (= Apa yang kita lakukan?).

Kata-kata ini tidak menunjuk ke depan / masa yang akan datang, tetapi menunjuk ke belakang / masa lampau. Maksud dari kata-kata ini adalah mengecam diri mereka sendiri karena selama ini mereka kurang berusaha menentang Yesus sehingga Yesus mengalami banyak kemajuan dalam pelayananNya.

Penerapan: orang sesat sering diilhami setan sehingga berjuang dengan bersemangat. Kalau kita tidak berjuang dengan bersemangat, kebenaran tidak bisa menang!

· Ay 48: mereka kuatir kalau bangsa Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias, dan Roma tahu akan hal itu, maka Roma akan menganggapnya sebagai suatu pemberontakan dan akan menyerang mereka. Orang-orang ini tidak peduli pada kebenaran. Yang mereka pedulikan cuma ego mereka sendiri. Padahal mereka adalah tokoh-tokoh agama pada saat itu. Karena itu janganlah terlalu heran kalau jaman sekarang ada banyak pendeta-pendeta yang tidak peduli pada kebenaran dan hanya berjuang untuk ego mereka sendiri. Ini memang memprihatinkan tetapi tidak mengherankan.

Ay 49-53:

1) Kayafas diangkat menjadi imam besar untuk menggantikan Hanas oleh Valerius Gratus, pendahulu Pontius Pilatus. Mungkin ini menjadi alasan mengapa ia merasa lebih baik mengorbankan Yesus dari pada bermusuhan dengan Roma.

2) Kayafas berkata: “lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa” (ay 50).

· Dengan kata-kata ini ia memaksudkan bahwa lebih baik Yesus yang mati dari pada Roma menyerang mereka dan membinasakan mereka. Karena itulah mereka akhirnya memutuskan untuk membunuh Yesus (ay 53).

Tetapi sejarah membuktikan bahwa kata-katanya ini terbalik. Karena mereka membunuh Yesus, Tuhan justru menghukum mereka sehingga pada tahun 70 M Roma menyerang dan menghancurkan Yerusalem.

· Melalui kata-kata Kayafas ini terlihat bahwa Kayafas adalah orang yang mengutamakan politik / strategi lebih dari kebenaran.

Contoh lain:

* waktu di MRI / GRII saya dikatakan self-defeating (= mengalahkan diri sendiri) pada waktu saya mengkritik majalah Momentum, yang menuliskan artikel yang sesat.

* pendeta yang tidak mau khotbahnya masuk radio karena takut orang tidak mau datang ke seminarnya / gerejanya.

Penerapan: jangan meniru hal ini dalam hidup dan pelayanan saudara secara pribadi maupun sebagai gereja.

3) Tetapi kata-kata Kayafas mempunyai arti yang lebih dalam dan berbeda dengan apa yang ia maksudkan. Ini terlihat dari keterangan rasul Yohanes dalam ay 51-52 yang berbunyi: “Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Pada waktu dikatakan ‘Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri’, itu tidak berarti bahwa ia menjadi gila, atau kehilangan kebebasannya dimana Tuhan memaksa dia mengucapkan apa yang tidak ia kehendaki. Jadi Kayafas berbeda dengan Bileam yang memang dipaksa Tuhan untuk mengucapkan apa yang tidak ia kehendaki (Bil 22:38 23:3,7-10,15-24 24:3-9). Tetapi Tuhan mengatur sedemikian rupa sehingga sekalipun Kayafas mengucapkan kata-kata itu sesuai kehendaknya, tetapi ada arti yang lebih dalam yang tidak ia sadari dalam kata-katanya itu. Maksud Kayafas: Yesus dibunuh supaya bangsa Yahudi tidak diserang Roma; maksud Tuhan: Yesus mati supaya orang pilihan selamat. Jadi, dari sudut maksud Kayafas dia memberitakan sesuatu yang menyesatkan (karena itu ia tetap dianggap berdosa), tetapi dari sudut maksud Tuhan, kata-kata itu adalah Injil.

William Hendriksen: “The clause, ‘Now this he said not of his own accord,’ cannot mean that Caiaphas had been forced to say, ‘It is expedient that one man die for the people, and that the whole nation perish not.’ He said what he wanted to say, and the responsibility for the wicked meaning which his words conveyed remains entirely his own. Yet, in God’s wonderful providence, the choice of words was so directed that these same words were capable of expressing the gist of God’s glorious plan of salvation” (= Anak kalimat ‘Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri’, tidak bisa berarti bahwa Kayafas telah dipaksa untuk berkata: ‘lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa’. Ia mengatakan apa yang ingin ia katakan, dan tanggung jawab untuk arti yang jahat yang diberikan oleh kata-katanya, sepenuhnya tetap ada pada dirinya. Tetapi, dalam pengaturan Allah yang indah / luar biasa, pemilihan kata-katanya diarahkan sedemikian rupa sehingga kata-kata yang sama bisa menyatakan intisari dari rencana keselamatan yang mulia dari Allah).

William Hendriksen: “This passage affords a glimpse into the mystery of the wonderful relationship between the divine counsel and providence, on the one hand, and the exercise of human responsibility, on the other; Caiaphas was left entirely free, was not prevented in any way from saying what his wicked heart urged him to say. Nevertheless, God’s will, without becoming even in the least degree defiled, so directed the choice of phraseology that the words which issue from the lips of this coldblooded murderer were exactly the ones that were needed to give expression to the most sublime and glorious truth regarding God’s redemptive love. Without becoming aware of it the villain had become the prophet!” (= Bagian ini memberikan pandangan sekilas ke dalam misteri dari hubungan yang indah / luar biasa antara rencana ilahi dan providence di satu pihak, dan adanya tanggung jawab manusia di pihak yang lain; Kayafas dibiarkan bebas sepenuhnya, tidak dihalangi dengan cara apapun untuk mengatakan apa yang ingin dikatakan oleh hatinya yang jahat. Seka-lipun demikian, kehendak Allah, tanpa menjadi kotor / rusak sedikitpun, begitu mengarahkan pemilihan penyusunan kata-kata sehingga kata-kata yang keluar dari bibir dari pembunuh berdarah dingin ini betul-betul adalah kata-kata yang diperlukan untuk menyatakan kebenaran yang paling agung dan mulia mengenai kasih Allah yang menebus. Tanpa menyadari hal itu, penjahat / bajingan ini telah menjadi nabi).

4) Ay 51: ‘sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat’.

· para penafsir berpendapat bahwa ini didasarkan pada Kel 28:30 dan Bil 27:21.

· mengapa Allah mau menggunakan Kayafas yang jelas-jelas adalah orang sesat? Karena Allah tidak melihat diri Kayafasnya, tetapi jabatannya sebagai Imam Besar.

· dengan adanya nubuat Kayafas ini, orang Yahudi tidak mempunyai alasan untuk menolak Yesus. Dengan demikian Allah bisa menghukum mereka yang menolak Yesus. Mereka jelas tidak mengerti arti dari sudut Tuhan dalam kata-kata Kayafas, tetapi ini justru sesuai dengan / menggenapi Yes 6:9-10.

5) Ini tidak berarti bahwa setiap kali Kayafas berbicara selalu terjadi 2 sudut seperti ini.

Misalnya pada waktu Kayafas mengatakan bahwa Yesus menghujat Allah (Mat 26:65), tentu tidak ada 2 sudut seperti di sini.

6) Ada beberapa hal yang bisa didapatkan dari ay 52:

· Bahwa orang-orang yang tercerai berai (belum dikumpulkan di dalam Kristus) sudah disebut ‘anak-anak Allah’ (ay 52), menunjukkan adanya Predestinasi. Mereka disebut demikian karena mereka adalah orang pilihan. Hal yang mirip dengan ini terjadi di 2 tempat lain dalam Kitab Suci dimana orang yang belum percaya disebut ‘umat Tuhan’ dan ‘domba’.

* Kis 18:9b-10 - “‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini’”.

* Yoh 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu”.

· Kata-kata ‘tercerai berai’ kontras dengan ‘mengumpulkan dan memper-satukan’. Memang dosa mencerai-beraikan manusia, kematian Yesus mengumpulkan dan mempersatukan mereka yang percaya.

· Kata-kata ‘mempersatukan’ menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki adanya kesatuan orang percaya. Itu tidak harus melalui kesatuan gereja (seperti Oikumene), tetapi kesatuan hati, dimana ada saling mengasihi sekalipun ada perbedaan aliran / doktrin.

· Kata-kata ‘bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk .... anak-anak Allah yang tercerai berai’ menunjukkan bahwa Yesus mati bukan hanya untuk bangsa Yahudi tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain / non Yahudi (bdk. 1Yoh 2:2).

Ay 54-57:

1) Ay 54: Yesus menghindar dari bahaya, karena Ia tahu bahwa saatnya untuk mati belum tiba. Ia menghindar, bukannya menunggu bahaya dengan iman bahwa BapaNya pasti akan melindungiNya. Jadi, iman tidak bertentangan dengan tindakan menghindari bahaya!

2) Ay 54b: Yesus tinggal di daerah yang terpencil.

Kadang-kadang memang ada saat dimana Tuhan memencilkan hambaNya sehingga hanya ada pelayanan kecil di tempat terpencil atau bahkan tidak ada pelayanan sama sekali. Misalnya:

· Elia dipencilkan di sungai Kerit (1Raja-raja 17:1-6).

· Paulus dipencilkan di gurun Arab (Gal 1:17).

· Yohanes dipencilkan di pulau Patmos (Wah 1:9).

Penerapan: kalau saudara merasa bahwa saat ini saudara dipencilkan oleh Tuhan, jangan kecewa atau putus asa. Tuhan pasti mempunyai maksud yang baik melalui semua itu.

3) Ay 54-57: tindakan tokoh-tokoh agama menyebabkan Yesus bersembunyi, sehingga orang-orang yang mencari Dia tidak bisa menemukan.

Penerapan:

· sindikat gereja sering menyingkirkan nabi asli, sehingga jemaat yang mencarinya tidak bisa menemukan. Karena itu kalau saudara menjadi anggota dari gereja seperti itu, jelas akan ada kerugian yang sangat besar!

· ada toko buku Kristen yang justru menyingkirkan buku yang injili / alkitabiah.

-o0o-

Yohanes 12:1-8

Pendahuluan:

1) Cerita ini tidak paralel dengan Luk 7:36-50, karena ada beberapa perbedaan yang cukup menyolok, seperti:

· dalam Lukas perempuan yang mengurapi ditekankan sebagai perempuan berdosa, di sini tidak (sekalipun ia tentu adalah orang yang berdosa).

· dalam Lukas ada dialog antara Yesus dengan Simon, di sini tidak.

· dalam Lukas, yang mengkritik tindakan perempuan itu adalah Simon, dan ia mengkritik dalam hatinya. Sedangkan di sini yang mengkritik adalah Yudas Iskariot, dan ia mengkritik dengan ucapan.

· dalam Lukas, kritikannya adalah karena Yesus yang adalah seorang nabi mau diurapi oleh seorang perempuan berdosa. Sedangkan di sini, kritikannya adalah karena pengurapan dengan minyak wangi yang mahal itu dianggap sebagai pemborosan uang yang seharusnya bisa diberikan kepada orang miskin.

Kesimpulannya: sekalipun 2 cerita ini mirip, tetapi sebetulnya merupakan 2 cerita yang berbeda!

2) Yoh 12:1-8 ini paralel dengan:

· Mark 14:3-9.

· Mat 26:6-13.

Memang ada perbedaan-perbedaan sehingga ada orang-orang yang me-ragukan keparalelannya, tetapi sebetulnya perbedaan-perbedaan itu bisa dijelaskan.

a) Dalam Yoh 12:1 dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi 6 hari sebe­lum Paskah, sedangkan dalam Mat 26:2 dikatakan 2 hari sebelum Paskah. Demikian juga dengan dalam Markus (bdk. Mark 14:1).

Pengharmonisan:

Yohanes menulis sesuai dengan urut-urutan waktu / chronologis:

· Yohanes 12:1-8: ia menceritakan tentang pengurapan Yesus.

· Yohanes 12:12-16: ia menceritakan peristiwa dimana Yesus masuk Yeru­salem naik keledai.

Matius dan Markus tidak menulis sesuai dengan urut-urutan waktu (tidak chronologis). Jadi Mat 26:6-13 itu sebetulnya tidak terjadi setelah Mat 26:1-5, tetapi sebelum Mat 21:1-11 (Yesus masuk ke Yerusalem naik keledai).

b) Dalam Yoh 12:3 dikatakan bahwa pengurapan dilakukan pada kaki Yesus, sedangkan dalam Mat 26:7 dikatakan bahwa pengurapan dilaku­kan pada kepala Yesus.

Pengharmonisan:

Pengurapan biasanya memang dilakukan pada kepala, tetapi karena Maria mencurahkan begitu banyak minyak [bdk. Yoh 12:3 ‘setengah kati’ [NASB: a pound; NIV: a pint; footnote NIV: about 0.5 liter (= sekitar setengah liter)], maka minyak yang dicurahkan ke kepala itu turun ke tubuh (bdk. ay 12 - ‘sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh­Ku’), dan terus sampai ke kaki Yesus, lalu Maria menyekanya dengan rambutnya.

c) Dalam Matius dan Markus, pemilik rumah disebut sebagai Simon si kusta, tetapi perempuan yang mengurapi Yesus tidak disebutkan nama­nya. Dalam Yohanes, perempuan yang mengurapi disebut Maria (Yoh 12:3 bdk. Yoh 11:2), sedangkan pemilik rumah tidak disebutkan namanya.

Ini bukan kontradiksi tetapi saling melengkapi!

d) Dalam Matius, yang gusar dan menegur perempuan itu adalah murid-murid (Mat 26:8). Dalam Markus hanya dikatakan ‘ada orang’ (Mark 14:4), sedangkan dalam Yohanes dikatakan Yudas Iskariot (Yoh 12:4).

Pengharmonisan:

Mungkin sekali Yudas Iskariot yang mulai menegur / mengkritik sehingga ‘membakar’ murid-murid lain, dan akhirnya semua ikut mengkri­tik.

Penerapan:

Ini mengajar kita untuk tidak membiarkan diri kita dihasut oleh orang lain. Juga untuk tidak ikut-ikutan mengkritik orang sebelum tahu dengan jelas salah tidaknya orang itu.

Yohanes 12: 1:

1) Ay 1a: ‘Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania’.

a) Ini menunjukkan kerelaan Yesus untuk menderita dan mati bagi kita.

Terjemahan Kitab Suci Indonesia kurang benar, karena seharusnya dalam ay 1 itu ada kata ‘therefore’ (= karena itu).

NASB: ‘Jesus, therefore, six days before the Passover, came to Bethany’ (= Yesus, karena itu, 6 hari sebelum Paskah, datang di Betania).

Apa pentingnya kata ‘therefore’ ini? Kata ini menunjukkan bahwa apa yang Yesus lakukan itu berhubungan dengan kontex sebelumnya (bagian terakhir dari Yoh 11).

Dalam Yoh 11:53 terlihat bahwa tokoh-tokoh Yahudi sudah bersepakat untuk membunuh Yesus. Itu menyebabkan Yesus, karena tahu bahwa waktunya belum sampai, lalu pergi ke dekat gurun (Yoh 11:54), untuk menghindarkan penangkapan. Tetapi pada waktu waktunya memang sudah dekat (kurang 6 hari), sekalipun Yesus pasti tahu adanya pencarian dan perintah penangkapan terhadap dirinya (Yoh 11:56-57), Ia sengaja pergi ke Betania / mendekati Yerusalem.

Ini menunjukkan bahwa Ia memang mendekati kematian karena Ia memang rela mati disalib untuk dosa manusia, termasuk dosa saudara dan saya.

b) Calvin menambahkan alasan lain mengapa 6 hari sebelum Paskah Yesus sudah mendekati Yerusalem, yaitu supaya Yudas punya waktu untuk mengkhianati Dia.

Calvin: “He intended to give Judas a fit time and place for betraying him” (= Ia bermaksud memberi Yudas waktu dan tempat yang cocok untuk mengkhianati Dia).

2) Betania, adalah tempat tinggal Lazarus, yang baru Ia bangkitkan dari antara orang mati (ay 1b).

Ay 2-3:

1) Di situ diadakan suatu perjamuan untuk Yesus (ay 2a).

Dari Mat 26:6 dan Mark 14:3 bisa kita ketahui bahwa perjamuan itu tidak diadakan di rumah Marta, Maria, dan Lazarus, tetapi di rumah Simon si kusta.

Ada orang yang mengatakan bahwa Simon ini adalah keluarga, bahkan suami, dari Marta. Tetapi tidak ada dasar apapun untuk mendukung pandangan ini.

2) Tindakan kasih Marta dan Maria (ay 2-3).

Sebetulnya dengan mereka berani datang ke perjamuan yang diadakan untuk Yesus, padahal ada perintah penangkapan terhadap Yesus (Yoh 11:56-57 bdk. juga Yoh 12:10), jelas sudah menunjukkan suatu tindakan kasih.

Tetapi masih ada tindakan kasih yang lain, baik dari Marta maupun dari Maria.

a) Dalam perjamuan itu Marta melayani (ay 2).

Sekalipun dalam cerita ini maupun dalam Luk 10:38-42 Marta selalu digambarkan inferior / lebih rendah dari Maria, tetapi apa yang ia lakukan di sini tetap merupakan sesuatu yang baik, yang patut ditiru! Berbeda dengan peristiwa dalam Luk 10:38-42, yang memang diadakan di rumahnya (Luk 10:38), perjamuan ini tidak diadakan di rumahnya. Tetapi toh ia tidak bersikap sebagai tamu yang minta dilayani, tetapi sebaliknya ia melayani!

Penerapan:

Gereja membutuhkan orang-orang kristen yang mau melayani, bukan yang hanya duduk berpangku tangan! Kalau saudara bukan orang yang aktif melayani Tuhan, sadarilah bahwa saudara hidup dalam dosa pasif!

b) Maria mengurapi Yesus dengan minyak wangi (ay 3).

· Ia mengambil 1/2 kati minyak narwastu murni yang mahal harganya.

NIV: a pint; NASB: a pound.

Yunani: LITRA = a Roman pound = 327,45 gram.

Ini jumlah yang sangat banyak untuk suatu pengurapan!

Penerapan: Banyak orang datang ke gereja hanya untuk menerima, tetapi Maria datang untuk memberi sebagai balasan atas apa yang ia sudah terima!

· Ia memecahkan leher buli-buli / botolnya (Mark 14:3) dan lalu men-curahkan isi buli-buli (Mat 26:7) untuk mengurapi Yesus. Padahal harganya sekitar 300 dinar (mendekati upah seorang buruh dalam 1 tahun! - Mat 20:2). Banyak orang dalam memberi cuma melubangi botol minyak wanginya lalu mengencrotkan isinya!

Apakah kalau saudara mau memberi kepada Kristus, saudara sering lalu menguranginya, dengan pemikiran bahwa itu terlalu banyak untuk diberikan kepada Yesus?

Pulpit Commentary: “A loving heart judges no offering too precious for Christ” (= hati yang mengasihi menilai bahwa tidak ada persembahan yang terlalu berharga untuk Kristus).

Badan misi WEC mempunyai motto:

“Karena Yesus Kristus adalah Allah dan telah mati bagiku, maka tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk kupersembahkan bagiNya!”.

William Barclay: “Love is not love if it nicely calculates the cost. It gives its all and its only regret is that it has not still more to give” (= Cinta itu bukan cinta kalau itu memperhitungkan biaya / harga. Cinta itu memberikan semua miliknya dan satu-satunya penyesalan adalah bahwa ia tidak mempunyai lebih banyak lagi untuk diberikan).

Seseorang mengatakan: “A gift is never really a gift when we can easily afford it; a gift truly becomes a gift when there is sacri­fice behind it, and when we give far more than we can afford” (= suatu pemberian tidak pernah betul-betul merupakan suatu pemberian kalau kita dapat mengusahakannya dengan mudah; suatu pemberian betul-betul adalah suatu pemberian kalau ada pengorbanan dibalik pemberian itu, dan kalau kita memberikan jauh lebih banyak dari kemampuan kita).

Bandingkan dengan 1Taw 21:18-26 Luk 21:1-4 2Kor 8:1-5!

Pikirkan:

* kalau saudara adalah seorang cewek dan seorang cowok menga-takan bahwa ia mencintai saudara tetapi selalu pelit dan penuh perhitungan demi saudara, apakah saudara percaya cintanya? Analoginya, kalau dalam memberi untuk Tuhan saudara selalu pelit dan penuh perhitungan, apakah itu menunjukkan bahwa saudara mencintai Tuhan? Ingat bahwa tidak mencintai Tuhan adalah pelanggaran terhadap hukum yang terutama (Mat 22:37).

* kalau saudara punya anak, dan ia meminta sesuatu yang baik, tetapi saudara tidak mampu membelikannya untuk dia, apakah saudara menyesal mengapa saudara tidak lebih kaya supaya bisa membelikannya? Kalau ya, itulah cinta! Sekarang dalam hubungan dengan Tuhan, pernahkah saudara menyesal mengapa tidak lebih kaya supaya bisa memberi lebih banyak? (Catatan: Tetapi penyesalan seperti ini baru bisa ada kalau saudara sudah memberi sampai mentok! Kalau belum mentok tetapi sudah menyesal mengapa tidak lebih kaya, maka penyesalan seperti itu adalah omong kosong!) Kalau penyesalan seperti ini ada, itu tanda cinta kepada Tuhan.

* Apakah saudara berpikir bagaimana bisa mengirit supaya bisa memberi lebih banyak untuk Tuhan? Mungkin mengurangi / mem-buang acara nonton bioskop, jajan / makan di restoran, main golf, beli barang-barang lux, beli pakaian, dsb, supaya bisa memberi lebih banyak untuk Tuhan?

* satu hal lagi yang harus dipikirkan adalah: orang yang tidak mau melepas harta / uang demi Tuhan pasti akan rugi secara kekal! (bdk. Mat 19:16-26 Luk 14:33)!

c) Maria melakukan tindakan kasihnya dengan rendah hati.

Ini terlihat dari ay 3 yang mengatakan bahwa ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya! Maria memberi banyak tetapi ia tetap memberi de-ngan rendah hati.

Penerapan: Ada banyak orang kristen, karena memberi banyak, lalu memberi dengan sombong / bangga, dan mereka berpikir bahwa tanpa pemberian mereka gereja pasti bangkrut! Apakah saudara memberi dengan sikap seperti itu, atau dengan sikap seperti sikap Maria?

Lebih dari itu, pada jaman itu perempuan Yahudi yang menampakkan rambutnya dianggap tidak bermoral / pelacur. Tetapi Maria rela dianggap hina demi Yesus.

Penerapan: kalau apa yang saudara lakukan bagi Tuhan menyebabkan saudara direndahkan / dihina oleh orang di sekeliling saudara, maukah saudara tetap melakukannya?

3) Alasan Marta dan Maria melakukan tindakan kasih.

Alasan Marta dan Maria melakukan tindakan kasih seperti itu, jelas karena pembangkitan Lazarus oleh Yesus (Yoh 11). Untuk Maria mungkin ditambahi dengan pelajaran Firman Tuhan yang ia terima dalam Luk 10:39.

Penerapan: Apakah saudara merasakan banyak kebaikan dari Yesus? Ada banyak kebaikan Yesus bagi saudara, seperti:

· Pengorbanan / Penebusan Kristus bagi saudara.

Dalam hal ini kita seharusnya merasakannya jauh lebih hebat dari Marta dan Maria, karena saat itu Yesus belum mati di salib. Memang dikatakan bahwa Maria mengurapi Yesus untuk penguburan Yesus, tetapi ini memungkinkan dua hal:

* Mungkin Maria hanya bertindak sesuai dorongan Tuhan, tetapi ia tidak mengerti tentang kematian Yesus.

* Mungkin Maria mengerti tentang kematian Yesus yang mendekat, tetapi sampai dimana ia mengerti tentang kematian Yesus untuk menebus dosanya?

Tetapi bagi kita, pengorbanan dan kematian Kristus untuk menebus dosa kita ini sudah jelas.

· Pertumbuhan iman dan pengertian Firman Tuhan.

· Pemeliharaan jasmani, keluarga, pekerjaan dsb.

· Hal-hal jelek yang Tuhan jauhkan dari diri kita.

Karena Marta dan Maria merasakan kebaikan Tuhan, maka mereka me-lakukan tindakan kasih kepada Tuhan. Apakah saudara merasakan kebaikan Tuhan? Lalu apa tindakan kasih saudara? Ada orang yang katanya kristen, tetapi melayani tidak mau, memberi tidak mau. Ini betul-betul orang yang tidak tahu terima kasih!

Yohanes 12: 4-6:

1) Ada serangan terhadap tindakan kasih Maria (ay 4-5).

Karena itu, kalau saudara berbuat baik / melakukan sesuatu yang benar karena kasih saudara kepada Tuhan, jangan heran kalau saudara bukannya dipuji, tetapi bahkan diserang / dikritik.

2) Orang yang mengkritik Maria.

Injil Yohanes hanya menceritakan Yudas sebagai pengkritik (ay 4-6), tetapi sebetulnya ada orang-orang lain yang juga ikut mengkritik, yaitu:

· Mat 26:8: ‘murid-murid’. Ini menunjuk kepada rasul-rasul!

· Mark 14:4-5: ’Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain ... Lalu mereka memarahi perempuan itu’.

Semua ini menunjukkan bahwa yang mengkritik ada banyak. Mungkin Yudas yang memulai kritikan itu dan lalu diikuti oleh murid-murid Yesus yang lain.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

¨ Ketidaksenangan Yudas terhadap tindakan Maria akhirnya menyebar dan menimbulkan ketidaksenangan dalam diri rasul-rasul yang lain. Ini salah satu alasan mengapa kita dilarang ngrasani orang (1Kor 13:7 - ‘Ia (kasih) menutupi segala sesuatu’; Amsal 10:12b - ‘kasih menutupi segala pelanggaran’; bdk. Amsal 17:9).

Penerapan: karena itu hati-hati dalam menyatakan ketidaksenangan saudara terhadap seseorang, apalagi kalau orang itu hamba Tuhan. Perasaan tidak senang ini bisa menyebar / menular!

Catatan: kita boleh menceritakan kejelekan seseorang dengan tujuan melindungi orang yang kita ceritai itu dari kejelekan itu. Misalnya membicarakan kesesatan seorang nabi palsu, supaya orang yang kita ceritai itu tidak ikut disesatkan. Ini terlihat dari diri Yesus, yang juga membicarakan kesesatan orang Farisi dan ahli Taurat (Mat 16:5-12).

¨ rasul-rasul yang lain, yang sebetulnya adalah orang nggenah, ternyata ikut-ikutan dengan kesalahan Yudas dalam mengkritik orang yang justru melakukan tindakan kasih kepada Kristus.

Pulpit Commentary: “How ready even good men are at times to respond to the suggestions of selfish but plausible men” (= Bahkan orang-orang yang baik kadang-kadang siap untuk menanggapi usul dari orang yang egois tetapi logis).

¨ sekalipun yang mengkritik banyak, belum tentu kritikannya benar! Ingat bahwa kebenaran bukanlah persoalan demokrasi. Yang banyak belum tentu benar!

¨ para pengkritik dari tindakan kasih Maria itu ternyata adalah orang-orang yang mempunyai jabatan yang tinggi dalam gereja, yaitu rasul.

Penerapan:

Kalau saudara memang melakukan sesuatu yang benar, saudara tidak perlu takut / mundur sekalipun saudara dikritik oleh banyak orang, bahkan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja (seperti Pdt, majelis dsb). Belajarlah untuk taat kepada Allah lebih dari pada kepada manusia (bdk. Kis 5:29).

3) Kritikan dan alasan Yudas (ay 5-6).

a) Yudas Iskariot sendiri tidak melakukan tindakan kasih untuk Tuhan, tetapi ia mengkritik orang yang melakukan tindakan kasih (ay 4-5)!

William Hendriksen: “The selfish person cannot understand the unselfish individual” (= Orang yang egois tidak bisa mengerti orang yang tidak egois).

Penerapan: Dalam gereja ada banyak tukang kritik seperti ini, padahal dirinya sendiri tidak melakukan / memberi apa-apa untuk Tuhan! Kalau saudara adalah orang seperti itu, bertobatlah sebelum saudara menjadi seperti Yudas!

b) Yudas menilai tinggi harga minyak wangi itu (ay 5 - 300 dinar).

Tetapi celakanya, ia menilai rendah Gurunya sendiri (Mat 26:15 - tiga puluh keping perak, ini harga seorang budak - Kel 21:32!).

Memang, kalau saudara menganggap suatu persembahan untuk Yesus itu terlalu besar, itu pasti berarti bahwa saudara menilai rendah Tuhan Yesusnya sendiri!

c) Yudas mengatakan bahwa minyak wangi itu sebaiknya dijual, dan uang-nya diberikan kepada orang miskin (ay 5).

Dari usul Yudas ini, dan juga dari Yoh 13:29, terlihat bahwa kas saat itu memang sering digunakan untuk menolong orang miskin, dan karenanya usul Yudas terlihat sangat logis.

d) Alasan Yudas yang sebenarnya.

Rasul Yohanes mengatakan bahwa: “Hal itu dikatakannya hal itu bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya” (ay 6). Dari bagian ini ada beberapa hal yang bisa dipelajari:

· Yudas berbeda dengan rasul-rasul yang lain. Rasul-rasul yang lain, sekalipun kritikannya salah, tetapi motivasinya benar, sedangkan Yudas salah baik dalam kritikan maupun motivasinya!

· Yudas menggunakan ‘amal’ sebagai topeng untuk ketamakan / pen-curiannya!

Pulpit Commentary: “Sinful motives often hides itself under the mask of reverence for another virtue” (= Motivasi yang berdosa sering menyembunyikan dirinya sendiri di bawah topeng hormat pada kebaikan yang lain).

Ini merupakan sesuatu yang sering terjadi! Misalnya, dompet bencana alam yang dikorupsi sehingga tidak mencapai orang-orang yang membutuhkan bantuan. Karena itu, kalau saudara ingin menyumbang, aturlah sedemikian rupa sehingga betul-betul bisa mencapai orang-orang yang membutuhkan bantuan itu!

· Dari pencurian yang sering dilakukan oleh Yudas Iskariot ini (ay 6), terlihat jelas bahwa Yudas bukan orang kristen sejati (bdk. juga Yoh 6:70 Yoh 13:10-11). Karena itu kebinasaan Yudas tidak menun-jukkan bahwa ia kehilangan keselamatannya! Ia tidak pernah dise-lamatkan!

· Secara umum, kita tidak boleh memakai orang yang tidak jujur sebagai bendahara, atau orang yang kita tahu adalah orang jahat sebagai pelayan Tuhan.

Yesus memang memakai seorang pencuri sebagai bendahara, tetapi ini disebabkan karena Ia mau menggenapi Rencana Allah, yang menetapkan diriNya untuk dikhianati oleh Yudas (Luk 22:22).

Calvin: “The case was otherwise with Christ, who, being the eternal Wisdom of God, furnished an opportunity for his secret predestination in the person of Judas” (= Kasusnya berbeda dengan Kristus, yang, adalah Hikmat Allah yang kekal, memberi kesempatan untuk predestinasinya yang rahasia dalam diri Yudas).

e) Dari semua ini terlihat bahwa dari pada mengkritik Maria, seharusnya Yudas mengintrospeksi dirinya sendiri, karena sebetulnya kritikannya muncul dari kebejatannya sendiri (bdk. Mat 7:1-5).

William Barclay: “We see how a man’s view can be warped. Judas had just seen an action of surpassing loveliness; and he called it extravagant waste. He was an embitered man and he took an embittered view of things. A man’s sight depends on what is inside him. He sees only what he is fit and able to see. If we like a person, he can do little wrong. If we dislike him, we may misinterpret his finest action. A warped mind brings a warped view of things; and, if we find ourselves becoming very critical of others and imputing unworthy motives to them, we should, for a moment, stop examining them and start examining ourselves” [= Kita melihat bagaimana pandangan seseorang bisa dibengkokkan. Yudas baru melihat suatu tindakan yang keindahannya melebihi yang lain; dan ia menyebutnya pemborosan yang berlebihan. Ia adalah orang yang pahit dan ia mempunyai pandangan yang pahit. Pandangan seseorang tergantung apa yang ada di dalam dia. Ia hanya melihat apa yang ia siap dan bisa lihat. Jika kita menyukai seseorang, ia hanya bisa sedikit berbuat salah. Jika kita tidak menyukainya, kita bisa menyalahtafsirkan tindakannya yang terbaik. Pikiran yang bengkok menimbulkan pandangan yang bengkok; dan, jika kita mendapati diri kita sendiri menjadi sangat kritis terhadap orang-orang lain dan memper-hitungkan motivasi-motivasi yang memalukan / tak pantas pada mereka, kita harus, untuk suatu saat, berhenti memeriksa mereka dan mulai memeriksa diri kita sendiri].

4) Sikap / jawaban Yesus (ay 7-8).

Ada beberapa hal penting di sini:

a) Dari kata-kata Yesus ini terlihat dengan jelas bahwa Ia menyalah­kan para pengkritik dan membenarkan Maria.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

· Biasanya, kalaupun kita tahu seseorang itu benar, tetapi karena yang menyerang / mengkritik banyak, kita lalu memilih amannya dengan jalan berdiam diri, atau bahkan berpihak kepada para penyerang. Ini jelas adalah sikap yang salah. Kita harus meniru Yesus yang berani membela orang benar yang diserang / dikritik oleh banyak orang.

· Tidak jadi soal berapa banyak orang menyalahkan kita, yang penting Tuhan membenarkan / memuji kita. Rasul Paulus juga tidak mem-pedu­likan penghakiman manusia, dan hanya mempedulikan peng-hakiman Tuhan saja (1Kor 4:3-4).

Bisakah / maukah saudara mempunyai sikap seperti ini?

b) Dari pembelaan Kristus atas tindakan Maria ini, bisakah kita membenar-kan gereja yang menghamburkan banyak uang untuk membangun gerejanya secara mewah?

Saya pernah mendengar tentang gereja yang menghabiskan uang Rp 5 juta hanya untuk membuat tanda salib. Dan pada waktu saya menyatakan ketidak-setujuan saya, ada orang yang menggunakan bagian ini sebagai pembelaan terhadap tindakan itu. Juga Kel 25-dst dan 1Taw 22:5 yang menunjukkan pembangunan Kemah Suci / Bait Allah secara sangat mewah, bisa mendukung pembangunan gereja secara mewah.

Tetapi perlu diingat bahwa baik pembangunan Kemah Suci / Bait Allah boleh dikatakan dilakukan oleh seluruh negara / bangsa, sehingga tidak kekurangan dana, tetapi sebaliknya justru kelebihan dana. Ini berbeda dengan situasi kita saat ini. Juga penggunaan emas mungkin sekali mempunyai arti tertentu.

Bdk. juga 1Kor 10:23 - “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”.

Dari semua ini saya tetap lebih condong untuk tidak membangun gereja dengan kemewahan yang tidak berguna. Kalau gereja kelebihan uang, lebih baik uangnya digunakan untuk mendukung gereja lain (gereja yang baik, bukan seadanya gereja!), yang kekurangan dana.

c) Kalau ada orang mempersembahkan sesuatu / uang untuk Tuhan, maka kita tidak boleh sembarangan mengalihkan hal itu untuk orang miskin!

Pulpit Commentary: “The greatest motive for generous and affectionate interest in the poor is that they represent the Lord; but they are not to be rivals of the Lord himself” (= Motivasi yang teragung untuk perhatian yang murah hati dan penuh kasih kepada orang-orang miskin adalah bahwa mereka mewakili Tuhan; tetapi mereka tidak boleh menjadi saingan Tuhan sendiri).

Penerapan:

· Jangan menggunakan kas gereja untuk menyumbang orang miskin (kecuali kalau gereja mempunyai kas khusus untuk diakonia)! Jemaat memberikan uang itu untuk Tuhan, bukan untuk orang miskin! Jadi, kalau mau menyumbang orang miskin, sebaiknya diedarkan kantong persembahan khusus untuk hal itu.

· Ini berlaku juga untuk persembahan persepuluhan. Itu adalah milik Tuhan (Im 27:30) dan harus dipersembahkan kepada Tuhan / gereja (Ul 12:5-6 Neh 10:37-38 13:10-12), dan tidak boleh saudara alihkan kepada orang miskin, dsb!

d) Sekalipun saat itu Yesus membenarkan tindakan Maria, tentu saja itu tidak berarti bahwa Ia menghendaki supaya pengurapan dengan minyak wangi itu dilakukan setiap hari! Perhatikan bahwa Yesus membela tindakan Maria itu dengan alasan bahwa itu dilakukan untuk pengu-buranNya (ay 7), dan ini menunjukkan bahwa hal itu tidak boleh dilakukan terus menerus. Calvin bahkan mengatakan bahwa ay 8 ditambahkan untuk menunjukkan bahwa tindakan Maria hanya benar untuk kali itu saja, untuk selanjutnya mereka harus memperhatikan orang miskin.

e) Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang Maria lakukan itu adalah suatu persiapan untuk penguburanNya (ay 7).

Ada yang berpendapat bahwa Maria sendiri belum tentu melakukan pengurapan itu dengan tujuan seperti itu, tetapi Calvin menganggap bahwa Maria memang melakukan tindakan itu untuk penguburan Yesus. Jadi, dalam hal ini Maria melihat lebih jelas dari pada para rasul. Bagamana Maria bisa melakukan hal ini? Calvin menjawab: dari dorongan Roh Kudus.

f) Yesus bukan menentang pemberian uang bagi orang miskin, tetapi Yesus menekankan bahwa pada saat itu prioritasnya adalah untuk Dia, bukan untuk orang miskin.

Jadi, memberi kepada orang miskin adalah suatu tindakan baik, tetapi pada saat itu, mengurapi Yesus adalah hal yang terbaik. Hal yang sama terjadi dalam Luk 10:38-42, dimana sekalipun melayani Tuhan adalah hal yang baik, tetapi pada saat itu bersekutu dengan Tuhan / mendengar kata-kata Tuhan adalah hal yang terbaik. Mengerti prioritas / mana yang terbaik adalah sesuatu yang sangat penting!

‘My Utmost for His Highest’, tgl 25 Mei:

“The great enemy of the life of faith in God is not sin, but the good which is not good enough. The good is always the enemy of the best” (= Musuh besar dari hidup iman dalam Allah bukanlah dosa, tetapi sesuatu yang baik, yang tidak cukup baik. Yang baik selalu merupakan musuh dari yang terbaik).

Bagaimana bisa tahu mana yang harus diprioritaskan?

Ay 8 memberi petunjuk: ‘orang-orang miskin selalu ada pada kamu (bdk. Ul 15:11), tetapi Aku tidak selalu ada pada kamu’.

Jadi, yang bisa ditunda tidak merupakan prioritas, dan yang tidak bisa ditunda harus diprioritaskan.

Catatan: ini tetap harus dicheck dengan Kitab Suci, karena kalau tidak ini bisa disalahgunakan. Misalnya dengan memilih piknik dibanding kebak-tian, dengan alasan bahwa kebaktian bisa dilakukan minggu depan, sedangkan pikniknya tidak bisa.

Pengurapan untuk Yesus itu tidak bisa ditunda sehingga berlaku kata-kata “Now or never”!

William Barclay: “Jesus silenced him (Judas) by saying that money could be given to the poor at any time, but a kindness done to him must be done now, for soon the chance would be gone for ever” [= Yesus membungkam dia (Yudas) dengan mengatakan bahwa uang bisa diberikan kepada orang miskin pada setiap saat, tetapi kebaikan yang dilakukan terhadapNya harus dilakukan sekarang, karena kesempatan itu akan segera hilang selama-lamanya].

William Barclay: “There is here one great truth about life. Some things we can do almost any time, but some things we will never do, unless we grasp the chance when it comes” (= Di sini ada satu kebenaran besar tentang kehidupan. Beberapa hal bisa kita lakukan hampir pada setiap saat, tetapi beberapa hal kita tidak akan pernah melakukannya, kecuali kita meraih kesempatan pada saat kesempatan itu datang).

Leon Morris (NICNT): “Opportunity is to be seized while it is there” (= Kesempatan harus diraih pada saat kesempatan itu ada).

5) Dalam Injil Yohanes hanya ada pembelaan Yesus terhadap apa yang dilakukan oleh Maria, tetapi dalam Matius dan Markus ditunjukkan juga upah Maria.

Mat 26:13 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia”.

Yang dimaksud dengan ‘Injil’ di sini adalah seluruh cerita tentang Yesus. Nubuat ini tergenapi dengan masuknya cerita ini ke dalam Kitab Suci.

6) Reaksi Yudas pada waktu usul / kritikannya ditolak oleh Yesus.

Pada waktu usul Yudas itu ternyata ditolak oleh Yesus (ay 7-8), Yudas menjadi begitu marah, sehingga ia pergi menjual Yesus (Mat 26:14-16 / Mark 14:10-11). Di sini kita melihat bahaya dari dosa, yang makin lama makin membuat orangnya keras hati.

Pulpit Commentary: “The loss of the ointment hurried him to sell his Master. Thus we have the stench of avarice in the same room as the perfume of love” (= Kehilangan minyak menyebabkan ia cepat-cepat menjual Gurunya. Jadi, dalam ruangan yang sama ada bau busuk ketamakan maupun minyak wangi kasih).

Calvin: “We are taught by this instance what a frightful beast the desire of possessing is; the loss which Judas thinks that he has sustained, by the loss of an opportunity for stealing, excites him to such rage that he does not hesitate to betray Christ” (= Kita diajar oleh contoh ini bahwa keinginan untuk memiliki adalah seekor binatang yang menakutkan; kehilangan yang menurut Yudas telah ia derita melalui kehilangan kesempatan mencuri, membangkitkan kemarahannya sedemikian rupa sehingga ia tidak ragu-ragu untuk mengkhianati Kristus).

John Owen: “Every unclean thought or glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head” (= Setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang ketidakpercayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai puncaknya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 12.

Pulpit Commentary: “If men will yield themselves to sin, God will not and does not promise them immunity from temptation, but sometimes even brings them into it” (= Jika manusia mau menyerahkan diri mereka sendiri kepada dosa, Allah tidak berjanji memberikan kekebalan kepada mereka terhadap pencobaan, tetapi kadang-kadang bahkan membawa mereka ke dalam pencobaan itu).

-o0o-

YOHANES 12:9-19

Yohanes 12: 9-11:

1) Ay 9: banyak orang datang bukan hanya karena Yesus, tetapi juga untuk melihat Lazarus yang telah bangkit dari antara orang mati.

Pulpit Commentary: “It was curiosity rather than conscience that led to the desire to see Lazarus as well as Jesus. Curiosity, however, is lawful and right when it leads to a serious inquiry into the facts” (= Adalah rasa ingin tahu dan bukannya suara hati yang memimpin pada keinginan untuk melihat Lazarus maupun Yesus. Tetapi rasa ingin tahu adalah sah dan benar kalau itu membawa pada penyelidikan yang serius kedalam fakta).

2) Ay 10-11:

a) Bagi para imam / orang Saduki, kebangkitan Lazarus adalah serangan ganda:

1. Kebangkitan Lazarus menyebabkan orang banyak meninggalkan mereka dan pergi kepada Yesus.

Pulpit Commentary: “Nothing so enrages the enemies of Christ as the enlargement of his kingdom” (= Tidak ada yang begitu membuat marah musuh-musuh Kristus seperti perluasan kerajaanNya).

2. Kebangkitan Lazarus menyerang doktrin orang Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan orang mati.

b) Mereka mau membunuh Lazarus juga (ay 10).

· Pulpit Commentary: “What ought to breed faith bred in them murder. The reason which led others to believe in Jesus, led them to hate and oppose him” (= Apa yang seharusnya membiakkan iman ternyata membiakkan pembunuhan dalam diri mereka. Alasan yang memimpin orang-orang lain untuk percaya kepada Yesus, membawa mereka untuk memusuhi dan menentangNya).

· Mereka mau menghilangkan bukti, seperti dalam film dimana gangster membunuh saksi yang akan bersaksi menentang mereka di pe-ngadilan. Juga mereka mau menekan / menghancurkan kebenaran (bahwa ada kebangkitan dari antara orang mati) karena kebenaran itu mengancam mereka.

· Bandingkan ini dengan Yoh 11:49-50 dimana Kayafas berkata bahwa lebih baik membunuh satu orang (yaitu Yesus) dari pada seluruh bangsa binasa. Sekarang ternyata bahwa membunuh satu orang belum cukup, mereka harus membunuh 2 orang, yaitu Yesus dan Lazarus.

Pulpit Commentary: “The sacrifice of one life often leads to the sacrifice of more” (= Pengorbanan satu nyawa sering membawa pada pengorbanan lebih banyak lagi).

Ini menunjukkan bahwa dosa bertumbuh, dosa yang satu menarik kepada dosa yang lain.

Barnes’ Notes: “When men are determined not to believe the gospel, there is no end to the crimes to which they are driven” (= Pada waktu manusia bertekad / bertekun untuk tidak percaya pada Injil, tidak ada akhir dari kejahatan-kejahatan kemana mereka didorong).

· Adam Clarke: “How blind were these men not to perceive that he who had raised him, after he had been dead for four days, could raise him again though they had slain him a thousand times” (= Betapa butanya orang-orang ini sehingga tidak mengerti bahwa Ia yang telah membangkit-kannya, setelah ia mati selama 4 hari, bisa membangkitkannya lagi sekalipun mereka membunuhnya seribu kali).

· Pulpit Commentary: “They had nothing personally against Lazarus; but thought that they could not so effectively strike Jesus as through him. He became the target of their hatred. This is not the first time, and certainly not the last, Jesus is persecuted in his followers, and his followers persecuted on his account” (= Mereka tidak mempunyai persoalan pribadi dengan Lazarus; tetapi berpikir bahwa mereka tidak bisa menyerang Yesus secara begitu effektif seperti melalui dia. Ia menjadi sasaran kemarahan mereka. Ini bukan kali yang pertama, dan jelas bukan kali yang terakhir, Yesus dianiaya dalam diri pengikut-pengikutNya, dan para pengikutNya dianiaya karena Dia).

Semua orang yang memberi kesaksian mendukung Injil bisa men-dapat nasib seperti Lazarus, yaitu mau dibunuh tanpa salah. Relakah saudara mengalami ini demi Yesus? Bdk. Yoh 16:2 Yoh 12:25.

Ay 12-19:

1) Ay 12:

a) Yesus masuk ke Yerusalem. Ini adalah peristiwa yang penting karena:

· pada saat itu orang banyak menyanjung Yesus. Ini mendesak tokoh-tokoh Yahudi untuk membunuh Yesus.

· dalam peristiwa ini Yesus menyatakan diri sebagai Mesias (bdk. Zakh 9:9).

b) ‘orang banyak yang datang merayakan pesta’.

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menyambut Yesus dalam ay 13 adalah mereka yang datang dari luar Yerusalem. Seharusnya Yerusalem adalah tempat dimana orang-orangnya yang paling antusias menerima Kristus, tetapi ternyata tidak.

Calvin: “this fault has prevailed in almost every age, that the more nearly and the more familiarly God approached to men, the more daringly did men despise God” (= kesalahan ini terjadi di hampir setiap jaman, bahwa makin dekat dan makin akrab Allah itu mendekati manusia, makin berani manusia menghina Allah).

2) Ay 13:

a) ‘Hosana’.

Hosana seharusnya adalah HOSHIANA, artinya adalah ‘Save now!’ (= selamatkanlah sekarang). Ada juga yang mengartikan ‘Save, I beseech you’ (= selamatkanlah, aku mohon kepadaMu). Kata Hosana merupakan suatu permohonan kepada Yahweh oleh seorang penyembah, yang yakin bahwa saat penyelamatan / pembebasan sudah tiba.

b) Ay 13 dikutip / diambil dari Maz 118:25-26. Ini merupakan pengakuan terhadap Yesus sebagai Mesias, karena Maz 118 dari mana kata-kata ini dikutip merupakan Mazmur tentang Mesias.

Sekalipun orang banyak itu mempercayai Yesus sebagai Mesias, tetapi mereka mempercayaiNya sebagai Mesias duniawi. Ini terlihat dari:

· Penggunaan daun palem (ay 13) yang adalah simbol kemenangan.

Bdk. 1Makabe 13:51 - “Pada tanggal dua puluh tiga bulan kedua tahun seratus tujuh puluh satu maka Simon memasuki puri itu dengan kidung dan daun palem, diiringi dengan kecapi dan dandi, sambil menyanyikan madah dan gita. Sebab musuh besar Israel sudah digempur”.

Catatan: kalau saya menggunakan kitab Makabe yang termasuk dalam kitab-kitab Apocrypha / Deutrokanonika, itu tidak berarti saya mempercayainya sebagai Firman Allah. Saya hanya mempercayainya sebagai kitab kuno, melalui mana kita bisa belajar tentang tradisi / kebudayaan saat itu.

· ay 13 akhir - mereka menyatakan Yesus sebagai ‘raja Israel’.

· Luk 19:37 - mereka menyatakan Yesus sebagai pelaku mujijat.

c) ‘Datang dalam nama Tuhan’ (ay 13), artinya datang dengan otoritas Tuhan.

d) Ay 13 ini dan ayat-ayat paralelnya, yaitu Mat 21:9 Mark 11:9-10 Luk 19:38 berbeda satu dengan yang lain, karena perlu diingat bahwa dalam suatu kumpulan orang, teriakan-teriakan yang muncul bisa banyak. Disamping itu keempat penulis Injil sering menulis hanya sebagian saja.

e) Mengomentari orang banyak yang memuji Kristus dalam ay 13, Calvin berkata sebagai berikut: “We cannot bless Christ without cursing the Pope and the sacrilegious tyranny which he has raised up against the Son of God” (= Kita tidak bisa memuji Kristus tanpa mengutuk Paus dan kelaliman yang melanggar kesucian yang ia bangkitkan menentang Anak Allah).

Kata-kata Calvin ini bertentangan dengan sikap banyak orang kristen jaman ini, yang senang memuji Kristus / Tuhan, tetapi pada waktu ada orang mengutuk ajaran sesat / nabi palsu, mereka justru membela para nabi palsu itu dengan berkata: ‘Jangan menghakimi!’. Ingat bahwa Paulus juga mengutuk para nabi palsu (Gal 1:6-9).

3) Ay 14-15:

a) Yesus naik keledai (ay 14).

Ada banyak orang yang menganggap bahwa keledai menunjukkan ke-tidak-muliaan.

Pulpit Commentary: “The ass is as despised in the East as in the West” (= di Timur keledai sama dihina / direndahkannya seperti di Barat).

Calvin: “When he describes Christ as riding on an ass, the meaning is, that his kingdom will have nothing in common with the pump, splendour, wealth, and power of the world” (= Pada waktu ia menggambarkan Kristus naik keledai, artinya adalah bahwa kerajaanNya tidak akan mempunyai persamaan dengan hiasan, kemegahan, kekayaan, dan kuasa dari dunia).

Tetapi William Barclay, yang didukung oleh beberapa penafsir lain, memberikan pandangan yang berbeda. Ia berkata:

“We must not misunderstand this picture. With us the ass is lowly and despised; but in the East it was a noble animal. Jair, the Judge, had thirty sons who rode on asses’ colts (Judges 10:4). Ahithopel rode upon an ass (2Samuel 17:23). Mephibosheth, the royal prince, the son of Saul, came to David riding upon an ass (2Samuel 19:26). The point is that a king came riding upon a horse when he was bent on war; he came riding upon an ass when he was coming in peace. This action of Jesus is a sign that he was not the warrior figure men dreamed of, but the Prince of Peace” [= Kita tidak boleh salah mengerti gambaran ini. Bagi kita keledai itu rendah dan dihina; tetapi di Timur keledai adalah tunggangan yang mulia. Yair, si hakim, mempunyai 30 anak yang menung-gang keledai (Hakim-hakim 10:4). Ahitofel menunggang keledai (2Sam 17:23). Mefiboset, pangeran kerajaan, anak Saul, datang kepada Daud menunggang keledai (2Samuel 19:26). Intinya adalah bahwa seorang raja datang menunggang kuda kalau ia mau berperang; ia datang menunggang keledai kalau ia datang dalam damai. Tindakan Yesus ini merupakan suatu tanda bahwa Ia bukanlah tokoh pejuang yang dimimpikan oleh manusia, tetapi Pangeran / Raja Damai].

Jadi penekanannya adalah bahwa keledai tunggangan pada masa damai, sedangkan kuda adalah tunggangan untuk perang (bdk. Kel 14:9 Maz 33:17 Maz 76:2-7 Amsal 21:31 Yer 8:6 Yer 51:21 Zakh 10:3).

Jadi, dengan masuk Yerusalem naik keledai Yesus menunjukkan Mesias macam apa Dia itu. Ia bukan Mesias duniawi yang akan memimpin Israel dalam perang untuk mengalahkan penjajah. Ia datang sebagai Raja Damai!

b) Ay 15: “Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang duduk di atas seekor anak keledai”.

Bdk. Zakh 9:9-10 yang berbunyi sebagai berikut:

“Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

· Dalam Zakh 9:9-10 terlihat bahwa ‘Yesus naik keledai’ dihubungkan dengan ‘pelenyapan kereta dan kuda’, dan keduanya dihubungkan dengan ‘damai’. Ini mendukung pandangan William Barclay di atas.

· Ay 15 mengatakan ‘jangan takut!’, tetapi Zakh 9:9 menyuruh bersorak-sorak, yang menandakan adanya sukacita. Memang ada hubungan erat antara ‘membuang takut’ dan ‘sukacita yang sejati’! Hanya jika kita sudah mempunyai keselamatan / perdamaian dengan Allah sehingga tidak lagi takut akan hukuman Allah, baru kita bisa memiliki sukacita yang sejati!

Catatan: kata-kata ‘ia adil dan jaya’ dalam Zakh 9:9 versi Kitab Suci Indonesia itu salah terjemahan.

NIV: righteous and having salvation (= benar dan mempunyai kese-lamatan).

NASB: He is just and endowed with salvation (= Ia adil / benar dan diberkati dengan keselamatan).

KJV: ‘He is just and having salvation’ (= Ia adil / benar dan mempunyai keselamatan).

Jadi, Raja Damai itu datang dengan membawa keselamatan, dan ini menyebabkan kita harus bersukacita.

· Zakh 9:10 menubuatkan Yesus sebagai Raja Damai (bdk. Yes 9:5), yang akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa, bukan hanya kepada bangsa Yahudi.

4) Ay 16:

Yang tidak dimengerti oleh murid-murid bukan keMesiasan Yesus, tetapi sifat dari kerajaanNya. Setelah Yesus naik ke surga dan Roh Kudus turun baru mereka mengerti hal ini dengan benar.

Ada 2 komentar tentang bagian ini:

· Calvin: “... we are blind, unless the word of God go before our steps, and it is not even enough that the word of God shine on us, if the Spirit do not also enlighten our eyes, which otherwise would be blind amidst the clearest light” (= ... kita buta, kecuali firman Allah berjalan di depan langkah kita, dan bahkan tidak cukup firman Allah bersinar atas kita, jika Roh tidak mencerahi mata kita, yang tanpa pencerahan akan buta di tengah cahaya yang paling terang).

Penerapan: selain selalu menggunakan Kitab Suci, kita juga harus selalu berdoa supaya Tuhan memberikan kita terang untuk mengerti kebenaran.

· Adam Clarke: “Indeed it is only in the light of the new covenant, that the old is to be fully understood” (= Memang hanya dalam terang dari perjanjian baru barulah perjanjian lama bisa dimengerti sepenuhnya).

5) Ay 17-19:

Melihat usaha mereka gagal, para musuh Yesus ini mengeluarkan kata-kata dalam ay 19 yang tujuannya untuk melecut mereka untuk lebih tekun dan lebih keras berusaha.

Calvin: “And if the enemies of God persevere so obstinately in what is evil, we ought to be far more steady in a just undertaking” (= Dan jika musuh-musuh Allah bertekun dengan begitu tegar tengkuk dalam hal yang jahat, kita harus jauh lebih mantap / tetap dalam usaha / perbuatan yang benar).

-o0o-

Yohanes 12:20-36

Yohanes 12: 20-22:

1) Orang-orang Yunani itu datang kepada Filipus. Mengapa? Mungkin karena ‘Filipus’ adalah nama Yunani. Tetapi Filipus tidak tahu apa yang harus diperbuat, karena mungkin ia tidak yakin bahwa Yesus mau berbicara dengan orang-orang Yunani itu. Mengapa? Mungkin Filipus ragu-ragu karena ia ingat bahwa Yesus pernah berkata: ‘Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel’. Atau karena pada waktu murid-murid diutus untuk memberitakan Injil, Yesus berpesan supaya mereka hanya memberitakan Injil kepada orang Israel. Karena itu Filipus pergi kepada Andreas dan Andreas langsung membawa mereka kepada Yesus.

2) Filipus dan Andreas sepakat untuk membawa orang-orang Yunani itu kepada Yesus.

Adam Clarke: “How pleasing to God is this union, when the ministers of his Gospel agree and unite together to bring souls to Christ. But where self-love prevails, and the honour that comes from God is not sought, this union never exists” (= Betapa menyenangkannya bagi Allah kesatuan ini, dimana pelayan-pelayan InjilNya sepakat dan bersatu untuk membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Tetapi dimana kasih kepada diri sendiri berkuasa, dan hormat yang datang dari Allah tidak dicari, kesatuan ini tidak pernah ada).

Penerapan: Gereja / hamba Tuhan yang mengasihi diri sendiri berjuang untuk membawa orang ke gerejanya / kepada dirinya sendiri, bukan kepada Kristus. Tetapi orang yang mengasihi Tuhan dan mencari hormat yang dari Tuhan, akan membawa orang kepada Kristus. Ia tidak akan peduli orang itu pergi ke gereja mana, asal orang itu ikut Kristus.

Tidak salah berusaha membawa orang kepada Kristus dengan membawanya ke gereja sendiri, selama ini dilandasi suatu keyakinan bahwa gereja sendiri itu benar. Tetapi kalau itu dilandasi suatu keegoisan atau suatu persaingan dengan gereja lain, maka itu salah.

Ay 23-26:

1) Yohanes 12: 23:

a) Mungkin Yesus mengucapkan ay 23 ini kepada orang-orang Yunani tadi.

b) ‘Telah tiba saatnya ...’.

Selama ini berulangkali dikatakan bahwa waktunya belum tiba (Yoh 7:30 8:20). Tetapi sekarang dikatakan waktunya sudah tiba (bdk. Yoh 13:1 17:1 Mark 14:41).

c) ‘dimuliakan’.

Maksud Yesus dengan ‘dimuliakan’ berbeda dengan pengertian para pendengarNya. Bagi para pendengarNya itu menunjukkan bahwa musuh / penjajah akan bertekuk lutut di hadapan Yesus. Tetapi bagi Yesus artinya berbeda. Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.

Tentang hal ini saya ingin mengingatkan kembali kata-kata William Barclay, yang dalam tafsirannya tentang Yoh 3:14-15, memberikan komentar sebagai berikut: “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him. It is the same for us. We can, if we like, choose the easy way; we can, if we like, refuse the cross that every Christian is called to bear; but if we do, we lose the glory. It is an unalterable law of life that if there is no cross, there is no crown” (= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas­kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak­nya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia. Sama halnya dengan kita. Kita bisa, kalau kita mau, memilih jalan yang mudah; kita bisa, kalau kita mau, menolak salib yang harus dipikul oleh setiap orang kristen; tetapi kalau kita melaku­kan hal itu, kita kehilangan kemuliaan. Merupakan suatu hukum kehidupan yang tidak bisa berubah bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota).

Penerapan: Adakah salib yang seharusnya saudara pikul, tetapi saudara hindari? Misalnya harus menderita karena bekerja secara jujur, atau harus menderita karena memberitakan Injil kepada orang kafir. Ingat bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota!

2) Ay 24:

a) Ay 24 ini sebetulnya menunjuk kepada Kristus sendiri.

Ia harus mati, supaya bisa menghasilkan banyak buah (orang yang diselamatkan). Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus merupakan satu-satunya jalan melalui mana Yesus bisa menyelamatkan kita, karena tanpa itu Ia akan tetap sendirian saja (tidak berbuah).

Pulpit Commentary: “To one unacquainted with the mystery of growth, it must seem that the strangest use to which a seed could be put is to bury it in the ground. Death is the unlikeliest road to life. Yet experience teaches us that dissolution is necessary to reproduction” (= Bagi orang yang tidak memahami misteri pertumbuhan, pasti terlihat bahwa penggunaan yang paling aneh untuk sebutir benih adalah dengan menguburkannya di dalam tanah. Kematian adalah jalan yang paling tidak mungkin menuju kehidupan. Tetapi pengalaman mengajar kita bahwa penghancuran / kematian mutlak perlu untuk reproduksi / perkembangbiakan).

Pulpit Commentary: “Over and over again our Lord has declared himself to be ‘the Life’ and ‘the Source of life’ for men; but he here lays down the principle that this life-giving power of his is conditioned by his death” (= Berulangkali Tuhan kita menyatakan diriNya sebagai ‘Hidup’ dan ‘Sumber kehidupan’ untuk manusia; tetapi di sini Ia memberikan suatu prinsip bahwa kuasa memberi hidupNya ini disyaratkan oleh kematianNya).

b) Tetapi dari ay 25-26 terlihat bahwa ay 24 ini juga bisa diberlakukan untuk orang Kristen, dan Calvin memberikan komentar sebagai berikut:

“When, therefore, the godly are distressed by various afflictions, when they are pressed hard by the difficulties of their situation, when they suffer hunger, or nakedness, or disease, when they are assailed by reproaches, when it appears as if they would every hour be almost overwhelmed by death, let them unceasingly consider that this is a sowing which, in due time, will yield fruit” (= Karena itu, pada saat orang saleh menderita oleh bermacam-macam penderitaan, pada saat mereka ditekan dengan keras oleh kesukaran-kesukaran dari sikon mereka, pada saat mereka menderita kelaparan, atau ketelanjangan, atau penyakit, pada saat mereka diserang oleh celaan, pada saat kelihatannya setiap saat mereka diliputi oleh kematian, biarlah mereka terus menerus mengingat bahwa ini adalah suatu penaburan yang pada saatnya akan menghasilkan buah).

Penerapan: Apakah saat ini saudara sedang merasa ‘jenuh’ dengan banyaknya dan beratnya dan lamanya penderitaan yang saudara alami? Renungkan kata-kata Calvin di atas ini, dan bersabarlah. Anggaplah saat-saat ini sebagai saat menabur, yang pada saatnya pasti akan meng-hasilkan buah.

William Barclay: “It was by the death of the martyrs that the Church grew. ... But it becomes more personal than that. It is sometimes only when a man buries his personal aims and ambitions that he begins to be of real use to God. ... By the death of personal desire and personal ambition a man becomes a servant of God” (= Oleh kematian dari para martirlah Gereja bertumbuh. ... Tetapi hal itu menjadi bersifat lebih pribadi dari itu. Kadang-kadang hanya pada saat seseorang mengubur tujuan dan ambisi pribadinya barulah ia mulai betul-betul berguna bagi Allah. ... Melalui kematian dari keinginan pribadi dan ambisi pribadi seseorang menjadi seorang pelayan Allah).

Penerapan: Tujuan / keinginan / ambisi pribadi apa yang ada dalam diri saudara? Untuk menjadi kaya / terkenal / berkedudukan tinggi? Untuk dikagumi banyak orang? Untuk menjadi juara di kelas / sekolah? Untuk selalu menjadi yang nomor satu dalam segala hal? Selama semua itu tidak saudara kuburkan, saudara tidak bisa berbuah / berguna bagi Tuhan.

Pulpit Commentary: “The only true enrichment is through giving, the only true gain is through loss, the only true victory is through suffering and humiliation, the only true life is through death” (= Satu-satunya pengayaan yang sejati adalah melalui memberi, satu-satunya keuntungan yang sejati adalah melalui kerugian / kehilangan, satu-satunya kemenangan yang sejati adalah melalui penderitaan dan perendahan, satu-satunya kehidupan yang sejati adalah melalui kematian).

3) Ay 25:

a) Hukum dalam ay 25 ini diucapkan Yesus berulang-ulang (Mark 8:35 Mat 16:25 Luk 9:24 Mat 10:39 Luk 17:33). Ini menunjukkan betapa pen-tingnya hukum ini!

b) ‘Barangsiapa mencintai nyawanya ia akan kehilangan nyawanya’ (ay 25a).

· ‘Mencintai nyawanya’ terjadi karena 2 hal: egoisme dan keinginan untuk merasa aman.

· Orang yang mencintai nyawanya akan menjaga supaya ia tidak kehilangan nyawanya. Tetapi hukum ini mengatakan bahwa kalau ia melakukan hal itu ia justru akan kehilangan nyawanya, dalam arti ia tidak mendapatkan hidup yang kekal.

· Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kehilangan’ juga bisa diterjemahkan ‘menghancurkan’. Jadi, bisa dikatakan bahwa orang yang mencintai nyawanya justru sedang menghancurkan nyawanya sendiri!

c) ‘Tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal’ (ay 25b).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘tidak mencintai’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘membenci’. Tentu ini tidak berarti bahwa kita betul-betul harus membenci hidup / diri kita sendiri, karena ini akan bertentangan dengan Mat 22:39. Artinya adalah bahwa kita harus rela menderita dan mati jika hal itu berguna bagi Tuhan.

d) William Barclay menceritakan tentang seorang penginjil terkenal yang bernama Christmas Evans yang selalu aktif memberitakan Injil. Teman-temannya memintanya untuk mengurangi kegiatannya atau untuk lebih berhati-hati, tetapi ia menjawab: “It is better to burn out than to rust out” (= Adalah lebih baik terbakar habis dari pada berkarat sampai habis).

e) Pulpit Commentary menghubungkan ay 25 dengan ay 24, dan lalu mengatakan: Jika hidup dianggap sebagai tujuan akhir, jika orang tidak mau berkorban, jika orang takut mati untuk Tuhan, jika orang mati-matian melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala, maka hidup / nyawa itu akan sendirian saja. Tetapi sebaliknya jika orangnya mau berkorban untuk Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu tidak akan sendirian, tetapi akan berbuah banyak.

4) Ay 26:

a) Orang yang melayani Kristus harus mengikut Kristus (bdk. Mat 4:19).

Karena itu sekalipun semua orang kristen seharusnya mau rajin belajar Firman Tuhan, berdoa dan mentaati Tuhan, tetapi untuk orang yang melayani Tuhan seperti Pendeta / Penginjil, Majelis / Pengurus / Pengu-rus Komisi, guru Sekolah Minggu, hal ini lebih ditekankan lagi.

b) Sekalipun ‘ikut Kristus’ mencakup banyak hal, seperti belajar Firman Tuhan, berdoa, mentaati Tuhan, dsb, tetapi dalam ay 26 ini yang paling ditekankan adalah kerelaan untuk menderita.

c) William Barclay: “Once a schoolboy was asked what parts of speech ‘my’ and ‘mine’ are. He answered - more truly than he knew - that they were aggressive pronouns. It is all too true that in the modern world the idea of service is in danger of getting lost. So many people are in business only for what they can get out of it” (= Suatu kali seorang murid sekolah ditanya kata ‘my’ dan ‘mine’ termasuk bentuk kata apa. Ia menjawab - lebih benar dari yang ia ketahui - bahwa mereka termasuk kata ganti agresif. Adalah suatu yang benar bahwa dalam dunia modern ini gagasan pelayanan hampir punah. Begitu banyak orang ada dalam pekerjaannya hanya untuk apa yang bisa mereka dapatkan dari hal itu).

Catatan: kata ‘my’ dan ‘mine’ seharusnya termasuk dalam ‘possessive pronouns’ (= kata ganti empunya).

d) Pelayan Tuhan yang mau mengikut Kristus, khususnya dalam pen-deritaan, akan dihormati oleh Bapa.

Ay 27:

1) ‘Sekarang jiwaKu terharu’.

· Kata ‘terharu’ salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘troubled’ (= susah / kacau).

· Kata ‘jiwaKu’ jelas menunjuk kepada jiwa / roh dari manusia Yesus, bukan menunjuk pada keilahian Yesus (LOGOS / Allah Anak), karena:

* Allah tidak bisa mengalami jiwa yang susah atau kacau.

Saya berpendapat bahwa istilah ‘sedih’ untuk Allah dalam Kitab Suci hanyalah suatu bahasa anthropopathy, dimana Allah digambarkan dengan perasaan manusia.

Dalam Kitab Suci ada penggunaan bahasa anthropomorphism, dimana Allah digambarkan seakan-akan Ia adalah manusia. Misalnya Amsal 15:3 yang berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yes 59:1 yang berbicara tentang ‘tangan Allah’. Tentu kita tidak menafsirkan bahwa Allah betul-betul mempunyai mata dan tangan, karena Allah adalah Roh (Yoh 4:24). Karena itu dalam penggunaan anthropopathy Allah juga tidak sungguh-sungguh demikian.

* Dalam ay 27 itu Yesus jelas sedang berbicara sebagai manusia.

Dengan demikian jelas bahwa manusia Yesus bukan hanya terdiri dari tubuh atau daging saja, tetapi juga mempunyai jiwa / roh.

2) ‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’

Kata-kata ‘Apakah yang akan Kukatakan’ jelas adalah suatu pertanyaan, tetapi kata-kata ‘Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini’ diperdebatkan. Ada yang menganggap ini sebagai pertanyaan, dan ada yang menganggap ini sebagai suatu kalimat positif.

Apakah kita menganggap kata-kata ‘Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini’ sebagai suatu pertanyaan atau sebagai suatu kalimat positif, bagian ini tetap menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Mat 26:39-42).

3) ‘Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

Ini salah terjemahan, karena kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.

William Barclay: “Real courage does not mean not being afraid. It means to be terribly afraid, and yet to do the thing that ought to be done” (= Keberanian yang sejati tidak berarti tidak takut. Itu berarti sangat takut tetapi tetap melakukan hal yang harus dilakukan).

4) Ay 27 ini rasanya anti klimax, karena baru saja Ia mengajar bahwa kita harus rela mati, tetapi sekarang Ia kelihatannya menghindari kematian.

Tetapi sebetulnya ini wajar. Seseorang tahu apa yang harus dilakukan, tetapi ada rasa takut untuk melakukan hal itu.

Calvin mengatakan bahwa rasa takut dalam diri Kristus ini penting, karena tanpa itu Ia tidak menjadi teladan bagi kita karena tidak cocok. Sekarang dengan adanya rasa takut itu, kita bisa meneladani Kristus, yang sekalipun takut tetapi tetap rela mengorbankan nyawa.

Ay 28:

1) ‘Bapa, muliakanlah namaMu’.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di sini:

· Istilah ‘namaMu / nama Bapa’ dalam hal ini menunjuk kepada diri Bapa itu sendiri.

· Kata ‘muliakanlah’ pada ay 28 dalam bahasa Yunani adalah DOXASON yang merupakan suatu aorist imperative (= kata perintah bentuk lampau), yang digunakan jika ingin perintah / permintaannya dilakukan hanya 1 x. Jadi, jelas bahwa ini menunjuk kepada salib.

· Ini menunjukkan bahwa Kristus rela menderita dan mati demi kemuliaan BapaNya. Ia mengutamakan kemuliaan BapaNya lebih daripada hidup-Nya. Bahkan tujuan hidupNya adalah kemuliaan BapaNya.

Penerapan: Bagaimana dengan saudara? Relakah saudara menderita, mengalami kerugian, dihina, dikucilkan, dsb, demi kemuliaan Tuhan?

2) ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi’.

· Dalam terjemahan Indonesia digunakan kata ‘Nya’. Perlu diperhatikan bahwa kata ‘Nya’ ini tidak menunjuk kepada Kristus, tetapi menunjuk kepada ‘nama Bapa’.

NIV: ‘I have glorified it, and will glorify it again’ [= Aku telah memu-liakannya (nama Bapa), dan akan memuliakannya (nama Bapa) lagi].

· Dengan kata-kata ini Bapa menyatakan bahwa Ia sudah memuliakan namaNya, dan Ia akan menyelesaikan apa yang sudah Ia kerjakan de-ngan memuliakan namaNya lagi melalui kematian Kristus. Ini merupakan janji Bapa yang menjawab doa Yesus dalam ay 27. Bapa menyatakan / berjanji bahwa melalui kematian Yesus nama Bapa akan dimuliakan.

Ay 29:

Bagaimana mungkin sebagian dari orang banyak itu mengatakan bahwa itu adalah suara malaikat, dan sebagian lain mengatakan bahwa itu adalah suara guntur? Hal ini bisa terjadi mungkin karena kasus ini sama dengan kasus Saulus / Paulus. Dalam Kis 9:7 dikatakan bahwa teman-teman seperjalanan Saulus ‘mendengar suara’ tetapi dalam Kis 22:9 dikatakan bahwa mereka tidak mendengar suara itu. Untuk mengharmoniskan kedua bagian itu kita harus menafsirkan bahwa mereka mendengar suara itu tetapi tidak menangkap artinya. Di sini terjadi hal yang sama. Orang banyak itu mendengar bunyi / suara tetapi mereka tidak menqangkap kata-katanya. Karena itu sebagian dari mereka mengira bahwa itu suara malaikat, tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa itu adalah bunyi guntur.

William Hendriksen: “... the multitude hears a noise coming from above but is unable to understand the message. Accordingly, most of the people standing around were saying that it had thundered. Perhaps they knew better but were trying to give a natural explanation to a supernatural happening, like the skeptics of today!” (= ... orang banyak itu mendengar bunyi datang dari atas tetapi tidak dapat mengerti pesannya / artinya. Karena itu, kebanyakan orang yang berdiri di sekitar tempat itu berkata bahwa itu bunyi guntur. Mungkin mereka tahu lebih baik tetapi mereka mencoba untuk memberi penjelasan alamiah terhadap suatu kejadian yang bersifat supra-natural / gaib, seperti orang-orang skeptis pada jaman ini!).

Penerapan: salah satu ciri khas orang Liberal (seperti William Barclay dsb) adalah bahwa mereka tidak percaya pada kejadian-kejadian yang bersifat supranatural / gaib. Karena itu mereka selalu berusaha untuk memberikan penjelasan alamiah terhadap hal-hal itu. Ini biasanya terlihat pada saat mereka menafsirkan hal-hal yang bersifat mujijat dalam Kitab Suci. Karena itu hati-hatilah dengan pengkhotbah yang selalu berusaha menjelaskan suatu mujijat dalam Kitab Suci sedemikian rupa sehingga mujijat itu bukan lagi mujijat. Misalnya dengan mengatakan bahwa itu hanya dongeng / illustrasi. Contoh lain: ‘The New Bible Commentary (Revised)’ mengatakan bahwa seorang bernama Gray menafsirkan 1Raja-raja 17:14-16 sebagai berikut:

“Gray suggests that the generosity of the widow touched the conscience of her better provided neighbours” (= Gray mengusulkan bahwa kemurahan hati janda itu menyentuh hati nurani dari tetangga-tetangganya yang lebih kaya).

Ay 30:

Ada yang menganggap bahwa Yesus tidak membutuhkan mujijat itu, dan karena itu mujijat itu dilakukan oleh Allah untuk orang-orang yang hadir pada saat itu.

Ada penafsir yang beranggapan bahwa kata ‘kamu’ dalam ay 30 ini menunjuk kepada orang-orang Yunani dalam ay 21. Orang Yahudinya sudah sering melihat mujijat, tetapi orang-orang Yunani itu tidak. Jadi, demi merekalah mujijat itu terjadi.

Tetapi orang mungkin akan berkata: Kalau mereka hanya mendengar bunyi tetapi tidak menangkap kata-katanya, bagaimana mungkin itu ditujukan bagi mereka? Jawabnya: bahwa Yesus berdoa (ay 27) dan lalu terdengar bunyi dari surga, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Bapa mendengar doa Yesus. Kalau mereka masih menganggap hal itu belum cukup, itu salah mereka sendiri.

Tetapi William Hendriksen menganggap bahwa mujijat itu terjadi juga demi Kristus. Ia menafsirkan ay 30 ini sama seperti Yoh 4:21 dan Yoh 12:44.

· Dalam Yoh 4:21 Yesus berkata: “... saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem”.

Maksud Yesus adalah: Kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini saja atau di Yerusalem saja, tetapi di segala tempat.

· Dalam Yoh 12:44 Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku”.

Maksud Yesus adalah: Barangsiapa yang percaya kepadaKu, bukan percaya kepadaKu saja, tetapi juga kepada Bapa yang mengutus Aku.

Jadi dalam ay 30 ini pada waktu Yesus berkata: “Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu”, maksud Yesus adalah: Bukan hanya demi Aku saja bunyi itu terjadi, tetapi juga demi kamu. Dengan demikian mujijat itu terjadi juga demi Kristus.

Ay 31-33:

1) ‘penghakiman atas dunia ini’ (ay 31a).

· KJV / RSV menterjemahkan ‘the judgment’. Terjemahan ini sebetulnya salah, karena kata ‘judgment’ / ‘penghakiman’ dalam bahasa Yunaninya tidak mempunyai definite article (= kata sandang), dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘a judgment’. Ini berbeda dengan ‘the judgment’, yang menunjuk pada penghakiman akhir jaman.

· Salib memang adalah penghakiman atas dunia, karena pada salib itu dosa dunia dihukum.

· Tetapi Calvin mengatakan bahwa kata ‘penghakiman’ itu artinya adalah reformasi. Kalau ini benar maka itu berarti bahwa melalui salib / kematian Kristus dunia ini akan direformasi.

Calvin: “out of Christ there is nothing but confusion in the world; and though Christ had already begun to erect the kingdom of God, yet his death was the commencement of a well-regulated condition, and the full restoration of the world” (= di luar Kristus tidak ada apapun selain kekacauan dalam dunia; dan sekalipun Kristus telah mulai mendirikan kerajaan Allah, tetapi kematianNya merupakan suatu permulaan dari suatu kondisi yang teratur baik, dan pemulihan penuh dari dunia ini).

2) ‘sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar’ (ay 31b).

Istilah ‘penguasa dunia’ jelas menunjuk kepada setan (bdk. Yoh 14:30 Yoh 16:11 Ef 6:12), dan kalimat ini menunjukkan bahwa melalui salib / kematian Kristus, setan dikalahkan.

Leon Morris (NICNT): “Just as the cross represents the judgment of this world so it represents the defeat of Satan. To men it appeared his victory. It seemed to be the triumph of evil. But in fact it was the source of the world’s greatest good. Satan was defeated in what appeared outwardly to be the very moment of his triumph.” (= Sama seperti salib menunjukkan penghakiman dunia ini, begitu juga salib itu menunjukkan kekalahan setan. Bagi manusia salib itu kelihatannya merupakan kemenangan setan. Itu kelihatannya merupakan kemenangan dari kejahatan. Tetapi sebetulnya itu merupakan sumber dari kebaikan terbesar dunia ini. Setan dikalahkan dalam apa yang terlihat dari luar sebagai saat keme-nangannya.).

3) Ay 31-32:

Dalam ay 27 ada pergumulan / ketegangan. Tetapi akhir dari semua itu bukanlah pergumulan / ketegangan, tetapi kemenangan dan kepastian (ay 31-32).

Penerapan: dalam hidup kita juga ada pergumulan / ketegangan, tetapi kita harus percaya bahwa akhir dari semua ini adalah kepastian dan kemenangan.

4) Ay 32-33.

a) Ay 33 jelas menunjukkan bahwa istilah ‘ditinggikan dari bumi’ menunjuk pada salib. Dan ay 32 menunjukkan bahwa melalui cara itulah Yesus menarik semua orang datang kepadaNya.

Bandingkan ini dengan Mat 4:8-10 dimana Yesus menolak cara mudah (dengan menyembah setan) yang ditawarkan setan untuk mendapatkan seluruh dunia, tetapi sekarang Ia memilih cara yang sukar (melalui kematian di salib), melalui mana Ia akan menarik semua orang datang kepadaNya. Bandingkan juga dengan Mat 7:13-14. Jalan yang mana yang saudara pilih?

b) ‘menarik’ (ay 32).

Leon Morris (NICNT): “‘Draw’ is used elsewhere in this Gospel to emphasize the truth that the natural man does not come to Christ. It is only as God works a work in a man’s soul and ‘draws’ him that a man can come to Christ” (= ‘Menarik’ digunakan di tempat lain dalam Injil ini untuk menekankan kebenaran bahwa manusia duniawi / alamiah tidak datang kepada Kristus. Hanya jika Allah mengerjakan suatu pekerjaan dalam jiwa seseorang dan ‘menarik’ orang itu maka orang itu bisa datang kepada Kristus). Bdk. Yoh 6:44.

c) ‘semua orang’ (ay 32).

Karena ‘tarikan’ dari Allah itu pasti effektif / berhasil (lihat pelajaran tentang Yoh 6:44), maka kata-kata ‘semua orang’ tentu tidak bisa diartikan betul-betul adalah semua orang. Karena kalau diartikan begitu maka akan menjadi ajaran Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan selamat).

Jadi, ‘semua orang’ berarti:

· ‘semua orang pilihan’.

· dikontraskan dengan ‘Yahudi saja’.

Jadi maksudnya Yesus bukan hanya menyelamatkan orang Yahudi saja, tetapi juga bangsa-bangsa lain.

d) William Hendriksen: “The drawing of all men to the Christ is the casting out of the devil” (= Penarikan semua orang kepada Kristus adalah pelemparan keluar dari setan).

Ay 34:

Dari kata-kata Yesus dalam ay 32-33 orang banyak itu tahu bahwa Yesus berbicara tentang kematianNya. Mereka lalu membantah dengan berkata bahwa Kitab Suci / Perjanjian Lama mengatakan bahwa Mesias akan hidup selama-lamanya dan karena itu tidak akan mengalami kematian.

Perlu diketahui bahwa memang ada ayat-ayat Perjanjian Lama yang mengata-kan bahwa Kerajaan Mesias itu kekal [bdk. 2Sam 7:12-16 Maz 110:4 Yes 9:6 (Inggris: Yes 9:7) Yeh 37:25 Daniel 7:14], tetapi tidak ada ayat Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa Mesias itu tidak akan pernah mati. Sebaliknya Yes 53:9 jelas berbicara tentang kematian Mesias! Jadi jelas bahwa serangan orang banyak ini didasarkan atas penafsiran yang salah dari Kitab Suci, dimana mereka hanya melihat ayat-ayat tertentu dan mengabaikan ayat lain.

Ay 35-36:

1) Ini menunjukkan bahwa percaya kepada Yesus bukanlah sesuatu yang bisa ditunda-tunda (bdk. Yes 55:6).

Leon Morris (NICNT): “The light is there only for ‘little while’. This applies primarily to Jesus’ presence. He is about to be taken from the earth. But it also points to the timeless truth that if we do not use the light we lose it” (= Terang itu ada di sana hanya untuk ‘sedikit waktu’. Ini terutama menunjuk pada kehadiran Yesus. Ia akan diambil dari dunia. Tetapi ini juga menunjuk pada kebenaran kekal bahwa kalau kita tidak menggunakan terang itu kita kehilangan terang itu).

William Barclay: “... this is an eternal truth. It is a statistical fact that there is a steep rise in the number of conversion up to the age of seventeen and an equally steep fall afterwards. The more a man lets himself become fixed in his ways the harder it is to jerk himself out of them” (= ... ini adalah kebenaran yang kekal. Merupakan fakta statistik bahwa ada kenaikan yang curam dalam jumlah orang yang bertobat sampai pada usia 17 tahun dan lalu turun dengan kecuraman yang sama setelah itu. Makin seseorang membiarkan dirinya menetap / menancap dalam jalannya makin sukar untuk menarik ia keluar dari situ).

2) Kata ‘percayalah’ (ay 36a) ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan bahwa kita harus terus menerus percaya. Tetapi kata ‘menjadi’ (ay 36b) ada dalam bentuk aorist / lampau dan menunjukkan kejadian sesaat.

Leon Morris (NICNT): “‘Believe’ in the present tense gives the thought of a continuous belief, whereas ‘become’ in the aorist points us to a once-for all becoming sons of light. While faith is an activity to be practised without ceasing one does not become a son of light by degrees. One passes decisively out of death into life (5:24)” [= ‘Percayalah’ dalam bentuk present memberikan pemikiran tentang kepercayaan yang terus-menerus, sedangkan ‘menjadi’ dalam bentuk lampau menunjukkan kita pada saat menjadi anak terang yang terjadi sekali untuk selamanya. Sekalipun iman adalah suatu aktifitas untuk dipraktekkan tanpa henti-hentinya, seseorang tidak menjadi anak terang secara bertahap. Seseorang berpindah secara tegas dari maut ke dalam hidup (5:24)].

Catatan: ay 35 salah terjemahan. Seharusnya dalam ay 35 itu terjemahannya bukan ‘percayalah kepadanya’ tetapi ‘berjalanlah’. NIV: ‘Walk, while you have the light, before the darkness overtakes you’ (= Berjalanlah, sementara kamu mempunyai terang, sebelum kegelapan itu menguasaimu).

3) Jawaban Yesus dalam ay 35-36 ini tidak cocok dengan pertanyaan / serangan orang banyak dalam ay 34. Mengapa? Karena tidak ada waktu lagi untuk mengajar (ay 44-50 cuma ringkasan dari Yohanes) maka Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka dalam ay 34, tetapi mendorong mereka untuk menerima terang itu karena waktu cuma tinggal sangat sedikit.

Ay 35-36 ini juga merupakan teguran keras. Karena mereka tidak mau datang kepada terang, maka mereka berjalan dalam kegelapan. Ini me-nyebabkan pengertian mereka kacau.

4) Ay 36b: Yesus pergi dan sembunyi.

Ini menunjukkan akhir dari pelayanan umum (public ministry) Yesus. Dengan ini selesailah pelayanan umum dari Yesus. Setelah ini Ia muncul di depan umum hanya waktu digiring, diadili, dan disalib. Apa yang ada dalam Yoh 12:44-50 tidak dikatakan Yesus setelah itu, tetapi merupakan ringkasan pengajaranNya.

-o0o-

Yohanes 12:37-50

Yohanes 12: 37-41:

1) Yohanes 12: 37: ‘meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya’.

a) Kata ‘mujizat’ seharusnya adalah ‘tanda’.

‘Tanda’ adalah mujizat yang menandakan / membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias.

b) ‘tidak percaya’.

NIV: would not believe (= tidak mau percaya).

c) Banyaknya mujijat / tanda ini menyebabkan dosa ketidak-percayaan mereka makin berat / makin tidak bisa dimaafkan (bdk. Luk 12:47-48).

2) Ay 37b-38a: ‘mereka tidak percaya kepadaNya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya’.

a) Kata ‘supaya’ menterjemahkan kata Yunani HINA yang artinya memang adalah ‘in order that’ (= supaya). Di sini penafsir Arminian dan Reformed bentrok. Penafsir-penafsir Arminian tidak mau mengartikan ayat ini sebagaimana adanya.

Barnes’ Notes (non Reformed): “Might be fulfilled. That the same effect should occur as did in time of Isaiah. This does not mean that the Pharisees rejected Christ in order that the prophecy of Isaiah should be fulfilled, but that by their rejection of him the same thing had occurred which took place in the time of Isaiah” (= Supaya genaplah. Supaya hasil yang sama terjadi seperti pada jaman Yesaya. Ini tidak berarti bahwa orang-orang Farisi menolak Kristus supaya nubuat Yesaya tergenapi, tetapi bahwa oleh penolakan mereka terhadapNya hal yang sama terjadi seperti yang terjadi pada jaman Yesaya).

Jadi kata-kata ‘mereka tidak percaya kepadaNya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya’ dalam ay 37b-38a ini diartikan ‘mereka tidak percaya kepadaNya, seperti orang Israel tidak percaya pada jaman Yesaya’.

Pikirkan sendiri apakah penafsiran seperti ini bisa dipertanggung-jawabkan!

William Hendriksen (Reformed): “Attempts to weaken the sense of HINA ... cannot be considered successful. In order that the divine moral order, as decreed from eternity and as described by the prophets, might be fulfilled, the Jewish multitudes, through their own fault, failed to accept Christ by genuine faith” (= Usaha untuk melemahkan arti dari HINA ... tidak bisa dianggap sukses. Supaya urut-urutan moral ilahi, seperti yang ditetapkan dari kekekalan dan seperti digambarkan oleh nabi-nabi digenapi, orang-orang Yahudi itu, oleh kesalahan mereka sendiri, gagal menerima Kristus dengan iman yang sejati).

Ada 2 hal yang perlu ditekankan:

1. Memang menggenapi nubuat Firman Tuhan sama saja dengan menggenapi ketetapan kekal Allah, karena sesuatu dinubuatkan hanya kalau hal itu sudah ditetapkan dalam kekekalan. Ini terlihat dari:

· Yes 46:10-11 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

Kata-kata ‘memberitahukan’ dan ‘mengatakannya’ jelas menunjuk pada nubuat Firman Tuhan, tetapi kata-kata ‘keputusanKu’, ‘kehendakKu’, ‘putusanKu’, ‘merencanakannya’ menunjuk pada ketetapan kekal dari Allah. Dan jelas bahwa dua hal itu diidentikkan oleh text ini.

· membandingkan Lukas 22:22 dan Matius 26:24 yang adalah ayat-ayat paralel.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

Ayat ini menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus, yang jelas adalah suatu dosa, telah ditetapkan oleh Allah.

Tetapi ayat paralel dari Luk 22:22 itu, yaitu Mat 26:24, berbunyi sebagai berikut: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.

Jadi terlihat jelas bahwa tertulisnya pengkhianatan Yudas dalam Kitab Suci (Mat 26:24) berarti bahwa hal itu memang telah ditetapkan oleh Allah (Luk 22:22). Jadi, kalau dalam Kitab Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu hal itu akan terjadi dan lalu memberitahukan hal itu kepada manusia, tetapi berarti bahwa Allah sudah menetapkan hal itu!

2. Sekalipun ketidakpercayaan orang-orang itu sudah ditetapkan dan dinubuatkan, tetapi mereka tidak percaya oleh kesalahan mereka sendiri, dan tetap bertanggungjawab atas hal itu!

b) Ini merupakan penghiburan untuk murid-murid pada waktu mereka melihat orang-orang Yahudi menolak Kristus. Penolakan Israel itu tidak menghancurkan Rencana Allah, tetapi justru sesuai dengan Rencana Allah.

c) Ini juga menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu tidak percaya bukan karena kesalahan Kristus. Ketidakpercayaan itu sudah dinubuatkan / ditetapkan oleh Tuhan, sehingga pasti terjadi.

3) Ay 38:

a) Ay 38 ini dikutip dari Yes 53:1.

Kontex Yesaya: Yes 52:13-15 - Yesaya bicara tentang Kristus, lalu Yes 53:1 ia bertanya: Siapa yang akan percaya pada berita ini? Yes 53:1 yang dikutip dalam ay 38 ini merupakan jawaban dari pertanyaan itu. Hanya orang, kepada siapa tangan Tuhan dinyatakan, yang bisa percaya.

b) ‘tangan kekuasaan Tuhan’.

Kata ‘kekuasaan’ seharusnya tidak ada, baik di sini maupun dalam Yes 53:1. Kata ‘tangan / arm’ artinya adalah ‘power / kuasa’. ‘Tangan Allah’ di sini berhubungan dengan ‘menarik’ dalam ay 32. Kalau tidak ada tangan Allah yang menarik mereka, mereka tidak bisa percaya (bdk. Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku”).

4) Ay 39-40.

a) Yohanes mengulangi / menekankan lagi apa yang sudah ia katakan dalam ay 37-38.

Tetapi kalau tadi dalam ay 37 ia mengatakan ‘tidak percaya’ [NIV: would not believe (= tidak mau percaya)], maka sekarang dalam ay 39 ia menggunakan ‘tidak dapat percaya’. Dan kalau tadi dalam ay 38 ia mengutip Yes 53:1, maka sekarang dalam ay 40 ia mengutip Yes 6:10.

b) William Barclay: “The terrible and the troubling thing is that it seems to say that man’s unbelief is due to God’s action; that God has ordained that certain people must not and will not believe. Now in whatever way we explain this passage, we cannot believe that the God whom Jesus told us about would make it impossible for his children to believe” (= Hal yang mengerikan dan mengganggu adalah bahwa ayat ini kelihatannya mengatakan bahwa ketidak-percayaan manusia disebabkan tindakan Allah; bahwa Allah telah menetapkan bahwa orang-orang tertentu tidak boleh dan tidak akan percaya. Bagaimanapun kami menjelaskan text ini, kami tidak bisa percaya bahwa Allah yang diceritakan Yesus kepada kita membuat mustahil bagi anak-anakNya untuk percaya).

Tanggapan saya:

· dalam membuat orang tidak percaya, Allah cuma bekerja pasif yaitu dengan tidak memberi kasih karunia untuk bisa percaya, dan membiarkan setan menggoda orang itu.

· Orang-orang Yahudi itu bukan God’s children / anak-anak Allah!

· mengapa tidak mau percaya penetapan binasa kalau ayat-ayat itu memang kelihatannya menunjuk pada penetapan binasa? Dimana otoritas Firman Tuhan?

William Barclay melanjutkan penafsirannya sebagai berikut:

“We must try to think ourselves back into Isaiah’s heart and mind. He had proclaimed the word of God and put everything he had into his message. And men had refused to listen. In the end he was forced to say: ‘For all the good I have done I might as well never have spoken. Instead of making men better my message seems to have made them worse. They might as well never heard it, for they are simply confirmed in their lethargy and their disobedience and their unbelief. You would think that God had meant them not to believe.’ Isaiah’s words spring from a broken heart. They are the words of a man bewildered by the fact that his message seemed to make men worse instead of better. To read them with cold literalness is completely to misunderstand” (= Kita harus mencoba untuk berpikir dengan meletakkan diri kita dalam hati dan pikiran Yesaya. Ia telah menyatakan Firman Allah dan memasukkan apapun yang ada padanya ke dalam beritanya. Dan orang-orang menolak untuk mendengarkan. Pada akhirnya ia terpaksa berkata: ‘Untuk semua hal baik yang aku telah lakukan aku seakan-akan tidak pernah mengatakan apa-apa. Bukannya membuat mereka jadi baik, tetapi sebaliknya beritaku kelihatannya membuat mereka jadi makin jelek. Mereka sama saja seperti tidak pernah mendengarnya, karena mereka diteguhkan dalam kelesuan, ketidaktaatan, dan ketidakpercayaan mereka. Engkau akan berpikir bahwa Allah tidak menghendaki mereka untuk percaya’. Kata-kata Yesaya keluar dari hati yang hancur. Itu adalah kata-kata seorang manusia yang bingung oleh fakta bahwa beritanya kelihatannya membuat manusia bukannya makin baik tetapi makin jelek. Membaca kata-kata itu dengan kehurufiahan yang dingin menyebabkan kesalah-mengertian secara total).

Tanggapan saya: penafsiran bodoh ini mencakup beberapa kesalahan:

· Yes 6:9-10 bukan terjadi pada akhir pelayanan Yesaya, tetapi terjadi sebelum Yesaya memulai pelayanannya / pemberitaan Firmannya. Baca Yes 6:8 yang menunjukkan Yesaya baru saja mendapat panggilan Allah dan lalu menyatakan kesediaannya untuk diutus oleh Allah. Juga Yes 6:9a (‘Pergilah dan katakanlah kepada bangsa ini’) menunjukkan bahwa Allah mengutus Yesaya untuk memberitakan Firman.

· Kata-kata dalam Yes 6:9-10 itu bukan kata-kata Yesaya tetapi kata-kata Allah!

Akhirnya William Barclay menyimpulkan: “We must understand this passage to mean, not that God predestined certain people to unbelief, but that even man’s unbelief can be used to further God’s eternal purpose” (= Kita harus mengartikan text ini, bukan bahwa Allah mempredestinasikan orang-orang tertentu pada ketidak-percayaan, tetapi bahwa ketidakpercayaan manusia bisa dipakai untuk memajukan rencana kekal Allah).

Tanggapan saya: Ini pernyataan yang kontradiksi! Kalau ketidak-per-cayaan orang-orang itu tidak direncanakan oleh Allah, dan hal itu tetap terjadi, maka itu berarti telah terjadi sesuatu di luar rencana Allah. Lalu bagaimana hal itu memajukan rencana Allah?

c) Barnes’ Notes menafsirkan bagian ini sebagai berikut:

“The words ‘can’ and ‘could’ are often used in the Bible to denote the existence of such obstacles as to make a result certain; or affirming that while one thing exists, another thing cannot follow. ... In this case, it means that there was some obstacle or difficulty that made it certain that, while it existed, they would not believe. What that was is stated in the next verse; and while that blindness of mind, and that hardness of heart existed, it was impossible that they should believe, for the two things were incompatible. But this determines nothing about their power of removing that blindness, or of yielding their heart to the gospel. It simply affirms, that while one exists the other cannot follow” [= Kata-kata ‘can’ (= dapat) dan ‘could’ (= dapat) sering dipakai dalam Alkitab untuk menunjukkan keberadaan suatu halangan yang menyebabkan suatu akibat pasti terjadi; atau menegaskan bahwa sementara suatu hal ada, hal yang lain tidak bisa terjadi. ... Dalam kasus ini, itu berarti bahwa disana ada suatu halangan atau kesukaran yang membuat pasti bahwa sementara hal itu ada, mereka tidak akan percaya. Apa hal itu dinyatakan dalam ayat selanjutnya; dan sementara kebutaan pikiran dan kekerasan hati itu ada, mereka tidak mungkin percaya, karena 2 hal itu tidak cocok. Tetapi ini tidak menentukan apa-apa tentang kekuatan mereka untuk membuang kebutaan itu, atau untuk menyerahkan hati mereka pada Injil. Itu hanya menegaskan bahwa sementara yang satu ada yang lain tidak bisa terjadi].

Ia juga memberikan beberapa ayat untuk mendukung pandangannya. Mark 6:5 - Yesus tidak bisa melakukan mujijat karena tidak ada iman. Jadi, karena adanya yang satu maka yang tidak bisa terjadi. Juga Yoh 5:44 - karena mereka mencari hormat manusia bukan hormat Allah maka mereka tidak bisa percaya.

Tanggapan saya:

· Kitab Suci dalam banyak tempat secara jelas menunjukkan bahwa manusia, tanpa pekerjaan Tuhan, tidak bisa percaya (Yoh 6:44,65 1Kor 12:3).

· Yang ia maksudkan dengan ‘ayat selanjutnya’, yaitu ay 40, bukan hanya berbicara tentang kebutaan dan kekerasan hati, tetapi menun-jukkan bahwa Allah mengerjakan hal itu (secara pasif), sehingga mereka tidak percaya dan tidak sembuh / selamat!

· halangan untuk percaya selalu ada, yaitu orangnya mati secara rohani / mati dalam dosa (Ef 2:1 Yoh 10:10). Hanya kalau Allah menying-kirkan halangan ini dengan melahirbarukan orang itu / menghidupkan orang itu secara rohani, barulah orangnya bisa percaya.

d) Ay 40: ‘telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka’.

Dalam Yes 6:9-10 ini dalam bentuk imperative / kata perintah (‘Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup’).

Jadi, ada perubahan dari kalimat perintah menjadi kalimat positif. Mengapa? Untuk menyesuaikan dengan sikon, karena sekarang hal itu sudah tergenapi.

5) Tentang ketidakpercayaan orang-orang Yahudi dalam ay 37-40 ini Pulpit Commentary mengatakan: “Let not ministers be surprised that their Gospel is neglected or refused, for their Master encountered a similar disappointment” (= Biarlah para pendeta / pelayan tidak kaget kalau Injil mereka diabaikan atau ditolak, karena Guru / Tuan mereka mengalami kekecewaan yang sama).

6) Ay 41: Bdk. Yesaya 6:9-10 - Yesaya melihat YAHWEH. Tetapi dalam ay 41 ini rasul Yohanes menerapkan hal itu kepada Yesus; Yesaya melihat kemuliaan Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus adalah YAHWEH.

Ay 42-43:

1) Bagaimana Yohanes tahu tentang hal ini?

Mungkin dari Nikodemus / Yusuf dari Arimatea. Ingat bahwa tidak seluruh Kitab Suci adalah wahyu. Dalam persoalan wahyu, ilham, dan penulisan Kitab Suci, perlu kita ketahui bahwa tidak semua penulis Kitab Suci mendapatkan wahyu, tetapi semua penulis mendapatkan ilham, karena ilham itu yang menjaganya dari kesalahan, sehingga yang ditulis betul-betul adalah Firman Tuhan.

2) Ay 42: ‘dikucilkan’. Bdk. Yoh 9:22.

a) Pengucilan terhadap orang benar dalam gereja sudah ada sejak dulu. Ini akibatnya kalau orang brengsek menjadi penguasa gereja: orang benar yang dikucilkan!

b) Mengapa mereka takut dikucilkan oleh gereja sesat? Ini bodoh. Bdk. Luk 6:22-23.

c) Kata ‘kehormatan’ dalam ay 43 seharusnya adalah ‘kemuliaan’. Ini menunjuk pada pujian, penghargaan, persetujuan, restu.

d) Calvin:

· “earthly honours may be said to be golden fetters, which bind a man, so that he cannot perform his duty with freedom” (= kehormatan duniawi bisa dikatakan sebagai belenggu emas, yang mengikat seseorang sehingga ia tidak dapat melakukan kewajibannya dengan bebas).

· “the great and noble ought to struggle against their high rank, that it may not hinder them from submitting to Christ” (= orang besar dan mulia harus bergumul melawan kedudukan mereka yang tinggi, supaya itu tidak menghalangi mereka untuk tunduk kepada Kristus).

e) William Barclay: “These people were seeking to carry out the impossible; they were trying to be secret disciples. Secret discipleship is a contradiction in terms for, ‘either the secrecy kills the discipleship, or the discipleship kills the secrecy’” (= Orang-orang ini sedang berusaha melaksanakan sesuatu yang tidak mungkin; mereka mencoba untuk menjadi murid secara rahasia. Ke-muridan yang rahasia adalah suatu istilah yang kontradiksi karena, ‘atau kerahasiaan itu membunuh kemuridannya, atau kemuridannya membunuh kerahasiaannya’).

Ay 44-50:

1) Ay 44-50 menurut Hendriksen hanya ringkasan ajaran Yesus.

2) Ay 44-45:

a) Ay 44 - Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia bukan per-caya kepadaKu, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku”.

Maksud Yesus adalah: Barangsiapa yang percaya kepadaKu, bukan percaya kepadaKu saja, tetapi juga kepada Bapa yang mengutus Aku.

Tetapi Calvin menafsirkan berbeda: percaya kepada Kristus bukan per-caya kepada manusia, tetapi kepada Allah.

b) Ay 45: ‘melihat’ artinya ‘mengenal’. Jadi, orang yang mengenal Yesus, mengenal Allah.

c) William Barclay: “To listen to him is to listen to God; to see him is to see God. In him God meets man, and man meets God” (= Mendengarkan Dia adalah mendengarkan Allah; melihat Dia adalah melihat Allah. Dalam Dia Allah bertemu manusia dan manusia bertemu Allah).

3) Ay 46: yang percaya kepada terang tidak tinggal di dalam gelap.

Ini keuntungan percaya, tetapi ini juga tanggung jawab orang percaya: harus membuang dosa!

4) Ay 47: ini dikatakan karena kedatangan Kristus yang pertama memang bukan sebagai Hakim tetapi sebagai penyelamat.

5) Ay 48:

a) Artinya: karena Aku sangat ingin menyelamatkan kamu, Aku tidak menggunakan hak untuk menghakimi. Tetapi kalau kamu tidak percaya, jangan mengira kamu akan luput dari tangan Allah, karena Firman akan menghakimi.

b) Ay 48a menunjukkan bahwa menolak Kristus sama dengan menolak perkataan Kristus. Bandingkan dengan orang Liberal yang meninggikan Kristus tetapi merendahkan Firman.

BACA JUGA: EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 13-14

6) Ay 49: Kristus membedakan diri dengan Bapa karena Ia menyoroti diriNya sebagai manusia. bdk. 7:16.

7) Yohanes 12: 50:

a) Ay 50a - “perintahNya itu adalah hidup yang kekal”.

Ini menunjukkan pentingnya Firman Tuhan!

b) Ay 50b menunjukkan bahwa ajaran Yesus datang dari Bapa. https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post