EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 13-14

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 13-14
Yohanes 13:1-17

Yohanes 13: 1:

1) ‘sebelum hari raya Paskah mulai’.

NIV: ‘It was just before the Passover Feast’ (= Itu persis sebelum hari raya Paskah).

Thomas Whitelaw berkata: “this phrase does not necessarily and exclusively mean ‘the day before’: it may also signify ‘immediately before’” (= ungkapan ini tidak harus berarti ‘satu hari sebelumnya’: itu juga bisa berarti ‘sesaat sebelumnya / persis sebelumnya’) - hal 286.

Thomas Whitelaw juga berkata: “the term ‘feast,’ though occasionally signifying the eating of the Paschal lamb (Exod. 12:14), yet commonly denotes the entire festival of which the eating of the passover was the introduction” [= Istilah ‘hari raya’ sekalipun kadang-kadang menunjuk pada ‘makan domba Paskah’ (Kel 12:14), tetapi biasanya menunjuk pada seluruh perayaan dimana makan Paskah merupakan pendahuluan] - hal 286.

2) ‘saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa’.

Sebelum ini telah 2 x dikatakan bahwa waktunya belum tiba, yaitu dalam 7:30 dan 8:20. Tetapi sekarang dikatakan bahwa waktunya sudah tiba.

3) ‘Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah seka-rang Ia mengasihi mereka sampai kesudahannya’.

NASB: ‘he loved them to the end’ (= Ia mengasihi mereka sampai akhir).

NIV: ‘he now showed them the full extent of his love’ (= sekarang Ia me-nunjukkan kepada mereka kasihNya dengan sepenuhnya).

Tasker (Tyndale): “The expression translated ‘unto the end’, EIS TELOS, can equally well mean ‘completely’; and that is the sense which should probably be given to it here” (= Ungkapan yang diterjemahkan ‘sampai kepada kesudahan-nya’, EIS TELOS, juga bisa berarti ‘dengan sepenuhnya’; dan mungkin itu adalah arti yang harus diberikan kepada ungkapan itu di sini).

F. F. Bruce: “a phrase which combines the senses ‘to the end’ and ‘absolutely’” (= suatu ungkapan yang menggabungkan arti ‘sampai akhir’ dan ‘secara mutlak’) - hal 278.

4) Kalau ada saat dimana orang biasanya menujukan pikirannya kepada dirinya sendiri, maka itu adalah saat ia menghadapi bahaya, penderitaan, dan kematian. Tetapi Yesus tidak demikian! Dalam keadaan menghadapi penderitaan dan kematian, Ia tetap menujukan pikirannya kepada murid-muridNya, dan melakukan hal-hal bagi kepentingan mereka.

Yohanes 13: 2:

1) ‘Mereka sedang makan bersama’.

a) Kesalahan dari KJV.

KJV: ‘And supper being ended’ (= Dan makan malam telah selesai).

Ini merupakan terjemahan dari manuscript yang berbeda, yang jelas adalah salah karena dari ay 26 , dimana Yesus memberikan roti kepada Yudas, terlihat bahwa makan malam itu belum selesai.

NIV: ‘The evening meal was being served’ (= Makan malam sedang disiapkan).

RSV/NASB: ‘And during supper’ (= Dan pada saat / selama makan malam itu).

b) Ini adalah makan malam yang sama dengan yang diceritakan oleh ketiga Injil yang lain (Mat 26:20 Mark 14:22 Luk 22:14). Alasannya: pada makan malam yang sama terjadi:

· pengungkapan pengkhianatan Yudas (ay 21 Mat 26:21 Mark 14:18 Luk 22:21).

· nubuat tentang penyangkalan Petrus (ay 38 Mat 26:34 Mark 14:30 Luk 22:34).

c) Perbedaan saat makan Paskah antara Yesus dan orang-orang Yahudi.

Yesus makan Paskah lebih dulu dibandingkan dengan orang-orang Yahudi yang lain. Yesus dan murid-muridNya makan Paskah pada hari Kamis malam, setelah pk. 18.00 (bagi orang Yahudi ini sudah termasuk hari Jum’at, karena pergantian hari bagi mereka adalah pk 18.00). Tetapi dari Yoh 18:28 dan Yoh 19:14, terlihat bahwa pada saat Yesus diadili (hari Jum’at), orang-orang Yahudi yang lain belum makan Paskah. Kare-na itu jelas bahwa Yesus memang makan Paskah sebelum orang-orang yang lain. Tetapi berapa banyak perbedaan waktunya? Apakah ini hanya menyangkut perbedaan jam, atau perbedaan hari? Ada 2 pandangan:

1. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa orang-orang lain makan Paskah pada hari Jum’at sore (sebelum pk 18.00). Ini berarti bahwa sekalipun Yesus dan murid-muridNya makan Paskah lebih dulu dari orang-orang lain, tetapi Yesus tetap makan Paskah pada hari yang sama dengan mereka, yaitu hari Jum’at.

2. Kebanyakan penafsir menganggap bahwa orang-orang lain makan Paskah pada hari Jum’at malam setelah pk. 18.00 (bagi orang Yahudi ini sudah termasuk hari Sabtu). Itu berarti bahwa Yesus dan murid-muridNya makan Paskah 1 hari lebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang yang lain.

Kalau ini yang benar, apa alasan Yesus untuk makan Paskah 1 hari lebih dulu dari orang-orang yang lain? Perlu diingat bahwa hari untuk makan Paskah ditentukan oleh Tuhan sendiri (bdk. Kel 12:2-6 Im 23:5 Bil 9:4-5), dan karena itu tidak boleh diubah semaunya sendiri. Lalu mengapa Yesus mengubahnya menjadi 1 hari lebih dulu?

Ada orang yang memberikan alasan: karena Yesus tahu bahwa sebentar lagi Ia akan ditangkap, dan besoknya Ia sudah akan mati.

Tetapi Calvin dan George Hutcheson mengatakan bahwa adalah tradisi orang Yahudi, kalau suatu hari raya terjadi pada hari Jum’at, maka supaya mereka tidak libur 2 hari berturut-turut (ingat bahwa hari Sabtu adalah hari Sabat / hari libur), maka mereka mengundurkan perayaan hari raya itu 1 hari, dan mereka menggabungkan hari raya itu dengan hari Sabat. Jadi mungkin sekali bahwa pada saat itu Paskah seharusnya terjadi pada hari Jum’at, tetapi orang-orang Yahudi mengundurkannya 1 hari dan merayakannya pada hari Sabat / Sabtu. Tetapi Kristus tidak mau menuruti tradisi yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, dan karena itu, Ia tetap merayakan Paskah pada hari Jum’at. Kalau ini benar, maka dari sini kita bisa belajar bahwa Kristus berusaha mentaati Firman Tuhan / hukum Taurat sampai yang sekecil-kecilnya (bdk. Mat 5:17-19).

Catatan: jika ingin melihat pembahasan yang sangat panjang lebar tentang apakah Paskah saat itu terjadi pada hari Kamis atau Jum’at, lihat Thomas Whitelaw, ‘Commentary on John’, hal 286-289.

2) ‘Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia’ (ay 2b).

Calvin mengatakan bahwa sekalipun memang tidak ada kejahatan yang dilakukan oleh manusia yang tidak digerakkan oleh setan, tetapi manusia itu sendiri memang jahat, dan ia menerima dengan senang hati gerakan / dorongan setan itu, dan karena itu manusia tetap layak untuk dihukum.

Kata-kata Calvin ini perlu dicamkan pada waktu menghadapi ajaran dari orang-orang tertentu, yang berdasarkan Yak 1:14 (“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”), mengatakan bahwa ada dosa-dosa dimana setan sama sekali tidak ikut campur, dan karenanya itu murni merupakan kesalahan manusia itu sendiri. Tetapi saya berpendapat bahwa Yak 1:14 ini tidak berarti bahwa ada dosa-dosa yang terjadi tanpa campur tangan setan! Dalam Yak 1:14 ini Yakobus tidak membahas tentang peranan setan terse­but, karena ia menginginkan supaya kita tidak mencari kambing hitam.

Pendapat Calvin di atas sesuai dengan Luk 4:13 dan 1Pet 5:8 yang menunjukkan bahwa setan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa.

Tetapi juga perlu dicamkan bahwa sekalipun setan selalu berperan dalam terjadinya dosa, tetapi pada saat terjadi dosa manusia yang melakukannya tetap salah!

Jadi harus ada keseimbangan dalam persoalan ini. Di satu sisi jangan membersihkan setan dari kesalahannya, tetapi di lain pihak, jangan menimpakan seluruh kesalahan kepada setan saja dengan menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa itu tidak salah.

Yohanes 13; 3-5:

1) Pada saat itu memang diperlukan suatu pembasuhan kaki.

Mengapa? Karena pada saat itu orang makan dengan cara ‘recline’ (= ber-baring / bersandar). Ini sebetulnya terlihat dalam ay 12, tetapi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

Ay 12: ‘kembali ke tempatNya‘.

NASB: ‘reclined at the table again’ (= berbaring / bersandar pada meja lagi).

Untuk mengetahui posisi duduk mereka pada saat itu, mari kita bandingkan dengan:

a) Yoh 13:23,25,28 (bdk. Yoh 21:20).

· Yoh 13:23 (NASB): ‘There was reclining on Jesus’ breast one of His disciples, whom Jesus loved’ (= Di sana bersandar pada dada Yesus, seorang dari murid-muridNya, yang dikasihi oleh Yesus).

· Yoh 13:25 (NASB): ‘He, leaning back thus on Jesus’ breast, said to Him ...’ (= Ia, kembali bersandar demikian pada dada Yesus, berkata kepadaNya ...).

· Yoh 13:28 (NASB): ‘Now, no one of those reclining at the table knew for what purpose He had said this to him’ (= tidak seorang­pun dari mereka yang bersandar pada meja tahu apa maksud Yesus menga-takan ini kepadanya).

b) Luk 7:36,37,38 (Catatan: ini memang bukan makan Paskah, tetapi pada saat itu mereka duduk dengan cara yang sama seperti pada waktu makan Paskah).

· Luk 7:36 (NASB): ‘He entered the Pharisee’s house and reclined at the table ...’ (= Ia masuk ke rumah orang Farisi itu dan bersan­dar pada meja).

· Luk 7:37 (NASB): ‘... and when she learned that He was reclining at the table in the Pharisee's house ...’ (= ... dan ketika ia tahu bahwa Yesus sedang bersandar pada meja dalam rumah orang Farisi ...).

· Luk 7:38 (NASB): ‘and standing behind Him at His feet, weeping, she began to wet His feet with her tears, ...’ (= dan berdiri di belakangNya pada kakiNya, sambil menangis ia mulai membasahi kakiNya dengan air matanya ...).

Dari istilah ‘recline’ yang berarti ‘berbaring / bersandar’, dan juga dari cerita dalam Yoh 13:23-28 dan Luk 7:36-38, terlihat dengan jelas bahwa posisi mereka pada waktu duduk makan, tidaklah sama seperti kalau kita duduk makan! Kalau posisi duduk mereka sama seperti kita pada waktu duduk makan, maka:

1. Bagaimana Yohanes bisa duduk makan sambil bersandar pada dada Yesus?

2. bagaimana perempuan dalam Luk 7 itu bisa berdiri di belakang Yesus, tetapi toh dikatakan pada / dekat kaki Yesus, dan bisa membasahi kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya?

Dari semua ini, dan juga dari tradisi Yahudi, maka para penafsir mengatakan bahwa posisi duduk mereka pada saat makan Paskah adalah sebagai berikut:

a. Mereka duduk pada semacam dipan / bangku panjang, yang tidak mempunyai sandaran.

b. Di depan dipan / bangku panjang itu ada meja.

c. Posisi badan mereka miring ke kiri, dengan siku kiri terletak di meja dan tangan kiri menahan kepala. Kedua kaki ada di sebelah kanan dan diletakkan di atas dipan; kedua lutut ditekuk dan kedua telapak kaki menghadap ke belakang. Ini menyebabkan perempuan yang berdiri di belakang Yesus itu bisa berada dekat kaki Yesus dan bisa membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya (Luk 7:38)!

d. Badan dan wajah agak menghadap ke sebelah kanan.

Karena itulah Yohanes bisa bersandar pada dada Yesus (Yoh 13:23,25)! Tetapi ini tidak berarti bahwa punggung Yohanes menempel pada dada Yesus terus menerus! Harus ada jarak antara dada Yesus dengan punggung / kepala Yohanes yang ada di sebelah kanannya, supaya tangan kanan Yesus bebas untuk mengambil makanan dan memasukkan makanan itu kemulutNya. Sekalipun demikian, dengan hanya sedikit mencondongkan kepala ke kiri, Yohanes bisa menempelkan kepalanya pada dada Yesus.

Penjelasan ini juga bisa mendapatkan dukungan dari:

· Amos 6:4 - “yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun”.

KJV: ‘That lie upon beds of ivory, and stretch themselves upon their couches, and eat the lambs out of the flock, and the calves out of the midst of the stall’ (= yang berbaring di atas ranjang dari gading, dan merentangkan tubuh mereka sendiri di atas dipan, dan makan anak domba dari kawanan ternak, dan anak sapi dari tengah-tengah kandang).

RSV: ‘Woe to those who lie upon bed of ivory, and stretch themselves upon their couches, and eat lambs from the flock, and calves from the midst of the stall’ (= Celakalah mereka yang berbaring di atas ranjang dari gading, dan merentangkan tubuh mereka sendiri di atas dipan, dan makan anak domba dari kawanan ternak, dan anak sapi dari tengah-tengah kandang).

NASB: ‘Those who recline on beds of ivory And sprawl on their couches, And eat lambs from the flock And calves from the midst of the stall’ (= Mereka yang berbaring di atas ranjang dari gading Dan merentangkan tubuh dengan relax di atas dipan mereka, Dan makan anak domba dari kawanan ternak Dan anak sapi dari tengah-tengah kandang).

Ayat ini menunjukkan orang yang makan sambil berbaring.

· Mat 8:11 - “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga”.

NASB: ‘many shall come from east and west, and recline at the table with Abraham, and Isaac, and Jacob, in the kingdom of heaven’ (= banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan bersandar / berbaring di meja dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan sorga).

· Luk 16:22-23 - “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya”.

Sama seperti dalam kasus Yoh 1:18, Kitab Suci Indonesia secara salah menterjemahkan ‘pangkuan’. NASB menterjemahkan lebih benar yaitu ‘bosom’ (= dada), dan tidak mempunyai kata ‘duduk’. Bagian ini mungkin hanya menunjukkan bahwa Lazarus ada di pelukan Abraham, tetapi mungkin juga bagian ini menggambarkan Perjamuan Besar di surga dimana posisi Lazarus dan Abraham sama seperti posisi Yohanes dan Yesus dalam Yoh 13, dimana kepala Yohanes bisa ada di dada Yesus.

Sekarang perlu dipertanyakan, mengapa mereka duduk dengan posisi seperti itu?

¨ Pada Paskah I, terlihat dari Kel 12:11 (“Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN”) bahwa mereka harus makan dengan berdiri. Ini disebabkan karena pada saat itu mereka terbu­ru-buru, karena sebentar lagi mereka akan diusir oleh Firaun / orang Mesir.

¨ Pada Paskah-paskah yang berikutnya (untuk memperingati Paskah I itu), mereka tidak sedang terburu-buru untuk meninggalkan Mesir dan mereka bukan lagi budak seperti pada waktu mereka ada di Mesir. Karena itu, mereka sengaja makan Paskah dengan posisi duduk santai, bahkan dengan posisi duduk yang paling menyulitkan untuk berdiri! Posisi duduk seperti ini memang disengaja untuk melam­bangkan bahwa mereka tidak terburu-buru, dan juga bahwa mereka bukan lagi budak!

Posisi duduk santai seperti ini merupakan tradisi mereka, dan ini diharuskan hanya pada saat makan Paskah. Kalau bukan makan Paskah, posisi duduk bebas (boleh duduk biasa, boleh juga seperti pada saat makan Paskah).

Andaikata mereka duduk makan dengan posisi seperti kalau kita duduk makan, maka kaki yang kotor tidak terlalu menjadi problem. Tetapi dengan posisi duduk mereka dalam Perjamuan Paskah, jelas bahwa kaki yang kotor (apalagi yang bau!) akan sangat tidak menyenangkan untuk tetangga yang duduk makan di sebelah kanannya. Karena itu pembasuhan kaki sangat diperlukan.

2) Tetapi ternyata tidak seorang muridpun yang rela merendahkan diri untuk melakukan pembasuhan kaki tersebut.

Charles Swindoll: “the room was filled with proud hearts and dirty feet. Interestingly, those disciples were willing to fight for a throne, but not a towel” (= ruangan itu dipenuhi dengan hati yang sombong dan kaki yang kotor. Sesuatu yang menarik adalah bahwa murid-murid itu mau berkelahi untuk suatu takhta, tetapi tidak untuk sebuah handuk / lap kaki) - ‘Improving Your Serve’, hal 163,164.

Bdk. Luk 22:24 Mark 9:33-34 Mat 20:20-28 dimana murid-murid itu ‘mau berkelahi’ untuk suatu takhta.

3) Yesus melakukan pembasuhan kaki (ay 4-5).

a) Tindakan mengikat pinggang dengan kain dan menggunakannya untuk membasuh kaki ini merupakan sikap dan pelayanan dari seorang hamba / budak (Luk 17:8 1Sam 25:41).

F. F. Bruce mengatakan bahwa ini mengilustrasikan kata-kata Paulus dalam Fil 2:5b-7 yang berbunyi: “... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Tetapi F. F. Bruce lalu cepat-cepat menambahi: “The from of God was not exchanged for the form of servant; it was revealed in the form of a servant” (= Rupa Allah ini tidak ditukar dengan rupa seorang hamba / pelayan; itu dinyatakan dalam rupa seorang hamba / pelayan) - hal 280.

b) Yesus juga membasuh kaki Yudas Iskariot, yang Ia tahu akan meng-khianatiNya!

Kalau ada orang menjahati kita, sudah cukup sukar untuk diam dan tidak membalas. Tetapi Kristus tetap mengasihi, bersikap ramah dan tetap melayani orang yang menjahatiNya. Apa yang Yesus lakukan bagi Yudas sesuai dengan:

· ajaran Yesus sendiri dalam Mat 5:38-48.

· kata-kata Paulus dalam Ro 12:17-21.

Dan Ia berkata bahwa hal ini harus diteladani (ay 14-15).

4) Apa yang Yesus lakukan ini ternyata tidak membawa perbaikan bagi Yudas, dimana ia bukan saja tidak bertobat, tetapi bahkan tetap melakukan rencana pengkhianatannya.

Ini menunjukkan dengan jelas bagaimana bejatnya Yudas!

Yohanes 13: 6-11:

1) Ay 6: Petrus menolak untuk dibasuh kakinya oleh Yesus.

Ketika ia melihat Yesus membasuh kaki murid-murid yang lain, ia pasti sudah merasa sangat tidak enak. Dan ketika Yesus mau membasuh kakinya, ia tidak bisa menahan rasa tidak enak itu lebih lama lagi, dan ia menolak pembasuhan itu. Mungkin sekali murid-murid yang lain juga merasa tidak enak melihat Yesus membasuh kaki mereka, tetapi hanya Petrus, yang memang adalah orang yang vocal / berani bicara dan mengutarakan pendapat, yang mengutarakan perasaannya itu.

2) Ay 7: “Jawab Yesus kepadanya: ‘Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.’”.

Barnes’ Notes: “And we may remark here, that God often does things which we do not fully understand now, but which we may hereafter. He often afflicts us, he disappoints us, he frustrates our plans. Why it is, we do not know now, but we shall learn that it was for our good, and designed to teach us some important lesson of humility and piety. So he will, in heaven, scatter all doubts, remove all difficulties, and show us the reason of the whole of his mysterious dealings in his leading us in the way to our future rest. We ought also, in view of this, to submit ourselves to him; to hush every murmur, and to believe that he does all things well. It is one evidence of piety when we are willing to receive affliction at the hand of God, the reason of which we cannot see, content with the belief that we may see it hereafter; or even if we never do, still having so much confidence in God as to believe that what he does is right” (= Dan kita bisa memperhatikan di sini bahwa Allah sering melakukan hal-hal yang tidak kita mengerti sepenuhnya sekarang, tetapi yang mungkin akan kita mengerti nanti. Ia sering membuat kita menderita, mengecewakan kita, menggagalkan rencana kita. Mengapa Ia melakukan itu, kita tidak mengertinya sekarang, tetapi kita akan belajar bahwa itu adalah untuk kebaikan kita, dan dimaksudkan untuk mengajar kita pelajaran yang penting tentang kerendahan hati dan kesalehan. Di surga Ia akan membuyarkan semua keragu-raguan, menyingkirkan semua kesukaran, dan menunjukkan kepada kita semua alasan dari seluruh perlakuanNya yang misterius dalam memimpin kita di jalan yang membawa kita kepada perhentian yang akan datang. Mengingat hal ini, kita juga harus menundukkan diri kita sendiri kepadaNya; mendiamkan / menghentikan setiap sungut-sungut, dan percaya bahwa Ia melakukan segala hal dengan baik. Merupakan bukti kesalehan pada waktu kita mau menerima penderitaan dari tangan Allah, yang tidak bisa kita lihat alasannya, merasa puas dengan kepercayaan bahwa kita akan melihatnya nanti; atau bahkan jika kita tidak pernah melihatnya, tetap mempunyai keya-kinan begitu besar kepada Allah sehingga percaya bahwa apa yang Ia lakukan adalah benar) - hal 329.

Dalam buku Saat Teduh yang saya gunakan ada cerita sebagai berikut:

“James McConkey tells how he was once crossing a great glacier while on a sight-seeing trip in Switzerland. The path was extremely narrow and winding and seemingly filled with unnecessary detours. At one place especially it appeared as if the guide should have proceeded straight ahead, but instead he turned sharply and began to take a roundabout course. One man, evidently annoyed, resolved to take a shortcut, so he went straight ahead instead of following the leader. Immediately the guide rushed back, grasped him by the collar, and with no gentle hand dragged him back. Then he pointed to a patch of snow upon which the man had intended to walk. Instead of being a sure foothold, it was a mere crust of ice covering a great crevasse opening into the deep recesses of the glacier. The shortcut would have ended in disaster. Says McConkey, ‘A similar peril besets the believer’s walk. Sometimes our Guide seems to slow for us ... and indeed seems to lead us by devious paths; but it pays us far better to take the detours with Him, than to take the shortcuts without Him!’” (= James McConkey bercerita bagaimana suatu kali ia menyeberangi sebuah gletsyer / sungai es yang besar pada waktu mengikuti suatu perjalanan untuk melihat-lihat pemandangan di Swiss. Jalanannya sangat sempit dan berliku-liku dan kelihatannya dipenuhi dengan banyak jalan memutar yang tidak perlu. Khususnya pada satu tempat keli-hatannya penunjuk jalan seharusnya berjalan lurus, tetapi ternyata ia berbelok dengan tajam dan mulai mengambil jalan memutar. Seorang yang jelas sekali jengkel, memutuskan untuk mengambil jalan pintas, dan ia berjalan lurus dan tidak mengikuti sang pemimpin. Penunjuk jalan itu segera kembali, memegang orang itu pada kerah bajunya, dan dengan kasar / keras menariknya kembali. Lalu ia menunjuk pada suatu bagian salju dimana orang itu bermaksud untuk berjalan. Ternyata itu bukannya merupakan tempat berpijak yang kuat tetapi merupakan lapisan es yang tipis yang menutupi sebuah celah terbuka yang besar ke dalam lubang / bagian yang dalam dari gletsyer / sungai es itu. Jalan pintas itu akan berakhir dengan bencana. Kata McConkey: ‘Bahaya yang se-rupa mengelilingi / mengepung jalan orang percaya. Kadang-kadang Penunjuk jalan kita kelihatannya terlalu lambat untuk kita ... dan kelihatannya memimpin kita melalui jalan-jalan yang berliku-liku; tetapi jauh lebih baik bagi kita untuk mengambil jalan memutar bersama dengan Dia, dari pada mengambil jalan pintas tanpa Dia!’) - ‘Bread For Each Day’, tgl 10 November.

Bdk. Kel 13:17-18.

3) Ay 8a: Petrus tetap menolak, bahkan dengan lebih keras.

a) Untuk kata ‘tidak akan’ dalam ay 8a ini digunakan kata-kata OU ME, yang merupakan ‘double negatives’ (2 x kata ‘tidak’), untuk menekankan penolakannya terhadap pembasuhan itu.

b) Ini merupakan sikap hormat / kasih yang salah.

Barnes’ Notes: “This was a decided and firm expression of his reverence for his Master. And yet it was improper” (= Ini merupakan pernyataan yang nyata / jelas dan tegas dari hormatnya pada Guru / Tuannya. Sekalipun demikian, itu merupakan sesuatu yang tidak pantas) - hal 329.

Karena itu, hati-hatilah dengan sikap seperti ini. Sekalipun itu keluar dari hati yang mengasihi dan hormat kepada Tuhan, tetapi tetap salah!

Hal yang sama kalau seseorang menolak untuk melayani Tuhan / menjadi hamba Tuhan, dengan alasan ‘aku tidak layak’, padahal ia tahu jelas bahwa Tuhan memanggilnya untuk hal itu.

Kalau kita tahu dengan jelas akan kehendak Tuhan, maka kita harus tunduk sekalipun kita tidak mengerti bagaimana tindakan itu bisa menye-nangkan dan memuliakan Tuhan.

c) ‘Ketidakmauan menerima’ mungkin menunjukkan adanya kesombongan.

Charles Swindoll: “Being willing to receive sometimes takes more grace than giving to others. And our reluctance to do so really exposes our pride, doesn’t it?” (= Mau menerima kadang-kadang membutuhkan lebih banyak kasih karunia dari pada memberi kepada orang lain. Dan keseganan kita untuk menerima betul-betul menyingkapkan kesombongan kita) - ‘Improving your serve’, hal 165.

Kata-kata Swindolll ini belum tentu benar untuk diri / kasus Petrus di sini, tetapi itu sering benar dalam kasus yang lain. Banyak orang yang tidak bisa menerima suatu pemberian, dan kalau terpaksa menerima sesuatu lalu merasa harus membalas dengan sama banyaknya atau bahkan dengan lebih banyak. Ini bisa disebabkan karena kesombongan yang tidak disadari. Orang yang seperti ini harus mengingat kata-kata Yesus yang dikutip oleh Paulus dalam Kis 20:35 - “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘It is more blessed to give than to receive’ (= Adalah lebih diberkati memberi dari pada menerima).

Memang sebetulnya ayat ini menekankan bahwa orang harus mau memberi, bukan hanya menerima saja. Tetapi dari kata-kata ini juga bisa disimpulkan bahwa kalau kita menolak untuk menerima pemberian, maka:

· itu berarti kita menolak berkat, karena ‘menerima’ juga ‘diberkati’.

· kita tidak mengijinkan orang yang mau memberi itu mengalami keadaan ‘lebih diberkati’ itu.

4) Ay 8b: “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku’”.

a) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa pembasuhan kaki yang Yesus lakukan itu bukanlah sekedar merupakan tindakan yang rendah hati / teladan dalam kerendahan hati, tetapi juga mempunyai arti simbolis tertentu. Pembasuhan kaki ini merupakan simbol dari penyucian dosa.

Tasker (Tyndale):

· “the feet-washing was an acted parable” (= pembasuhan kaki ini meru-pakan perumpamaan yang diperagakan).

· “in this sacramental action Jesus is illustrating the cleansing power of His death” (= dalam tindakan sakramen ini Yesus sedang mengilustrasikan kuasa pencucian dari kematianNya).

b) Yesus berkata bahwa orang yang tidak mau dibasuh kakinya tidak mendapat bagian dalam Dia, artinya tidak mempunyai persekutuan dengan Yesus, atau tidak selamat.

Pembasuhan kaki itu sendiri memang tidak menyucikan orang yang dibasuh, dan ini terbukti dari tidak disucikannya Yudas. Tetapi kalau Petrus tetap berkeras menolak untuk dibasuh, maka itu menunjukkan bahwa penyucian rohani, yang disimbolkan dengan pembasuhan kaki itu, tidak terjadi pada diri Petrus.

Ada banyak bagian dalam Kitab Suci yang harus diartikan secara sama.

· Baptisan. Orang yang dibaptis tidak pasti selamat, tetapi orang yang menolak baptisan menunjukkan bahwa dirinya tidak pernah selamat.

· Mengampuni orang lain (Mat 6:12,14-15). Kita memang tidak diampuni karena kita mengampuni orang lain. Tetapi, kalau kita tidak meng-ampuni orang lain, itu menunjukkan bahwa kita belum diampuni.

· Tindakan kasih bagi Tuhan (Luk 7:41-50). Seseorang tidak diampuni karena melakukan tindakan kasih bagi Tuhan. Tetapi orang yang tidak mau melakukan tindakan kasih bagi Tuhan menunjukkan bahwa ia belum diampuni.

· Perbuatan baik (Mat 25:31-46). Domba-domba dalam Mat 25 ini sela-mat bukan karena melakukan perbuatan baik, tetapi kambing-kambing itu tidak melakukan perbuatan baik, dan itu menunjukkan mereka tidak beriman kepada Kristus, dan karenanya tidak selamat.

5) Ay 9: “Kata Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!’”.

a) Ada sesuatu yang baik di sini, yaitu bahwa Petrus ingin disucikan selu-ruhnya.

Penerapan: apakah saudara mempunyai keinginan untuk disucikan / diampuni seluruhnya? Tetapi ingat bahwa penyucian dosa harus disertai usaha pengudusan. Apakah saudara melakukan usaha pengudusan dalam seluruh segi kehidupan saudara?

b) Pulpit Commentary: “Chrysostom says, ‘In his deprecation he was vehement, in his yielding more vehement, but both came from his love’” (= Chrysostom berkata: ‘Dalam ketidak-setujuannya / protesnya ia berapi-api, dalam penyerahannya lebih berapi-api, tetapi keduanya keluar dari kasihnya).

Tadi Petrus mengambil sikap extrim kanan, sekarang extrim kiri, tetapi kedua extrim itu muncul dari hati yang betul-betul mengasihi Tuhan dan berkobar-kobar bagi Tuhan, dan karenanya ia bisa / mudah diperbaiki. Yang celaka adalah kalau hati yang mengasihi itu tidak ada (kehilangan kasih yang semula). Sekalipun tindakannya benar, tetapi kalau kasih / semangat tidak ada, itu menjadi sesuatu yang salah, yang lebih sukar untuk diperbaiki.

6) Ay 10-11: “Kata Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua’. Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih’”.

a) ‘Mandi’ dan ‘membasuh kaki’.

Ada yang menafsirkan ‘mandi’ di sini sebagai baptisan, yang tidak perlu diulang. Sedangkan ‘membasuh kaki’ ada yang menafsirkan sebagai Perjamuan Kudus, dan ada pula yang menafsirkan sebagai ‘sakramen’ pengakuan / pengampunan dosa (Roma Katolik).

F. F. Bruce (hal 282) mengatakan lebih tepat kalau ditafsirkan bahwa ‘mandi’ menunjuk pada pertobatan / penerimaan Kristus sebagai Juru-selamat, yang menyebabkan pencucian / pengampunan dosa, sedangkan ‘membasuh kaki’ menunjuk pada pengakuan dosa pada saat jatuh ke dalam dosa. Saya setuju dengan F. F. Bruce.

b) ‘hanya tidak semua’ (ay 10b).

Dari ay 11 terlihat dengan jelas bahwa ini menunjuk kepada Yudas Iskariot.

Adam Clarke: “no external ablutions can purify a hypocrite or a traitor, therefore Judas still remain unclean” (= tidak ada pencucian lahiriah yang bisa memurnikan seorang munafik atau seorang pengkhianat, dan karena itu Yudas tetap najis / tidak bersih).

c) Yesus tahu Yudas akan mengkhianatiNya (ay 11), tetapi Yesus tetap melayaninya dan bahkan juga membasuh kakinya.

William Barclay: “The astounding thing was that the more men hurt him, the more Jesus loved them” (= Hal yang mengherankan adalah bahwa makin manusia menyakitiNya, makin Yesus mengasihi mereka).

Penerapan:

· kalau saudara adalah guru sekolah minggu, maukah saudara tetap mengasihi dan melayani murid yang nakal, yang suka mengacau dan tidak pernah memperhatikan di kelas saudara?

· kalau saudara adalah hamba Tuhan, maukah saudara tetap menga-sihi dan melayani jemaat yang suka menyerang / mengkritik saudara, bahkan kalau ia melakukannya untuk menghancurkan saudara?

· kalau ada orang (tetangga, keluarga, teman sekerja, dsb) yang menjengkelkan / menyakiti hati saudara, maukah saudara tetap mengasihi dan melayaninya?

Yohanes 13: 12:

1) ‘pakaianNya’.

Kata Yunani yang digunakan sama dengan yang diterjemahkan ‘jubahNya’ dalam ay 4.

2) ‘dan kembali ke tempatnya’.

NASB: ‘and reclined at the table again’ (= dan bersandar pada meja lagi).

Ay 13-15:

1) Yesus baru saja melakukan pelayanan seorang hamba, tetapi lalu bisa mengucapkan kata-kata yang menunjukkan otoritas / wibawaNya.

William Barclay: “That man is truly great who has this regal humility, which makes him both servant and king among men” (= Orang itu sungguh-sungguh besar / agung yang mempunyai kerendah-hatian seperti raja / yang agung, yang membuatNya menjadi pelayan dan raja di antara manusia).

Penerapan: orang kristen, dan khususnya hamba Tuhan / pendeta, juga harus demikian. Memang kita harus mau melayani dalam suatu pelayanan yang rendah, sabar, suka mengalah, dsb. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mau dijadikan keset kaki! Mengapa? Karena kalau demikian tidak ada hormat lagi terhadap diri kita, dan akibatnya pelayanan kitapun tidak akan dihargai! Jadi ada saat untuk merendah, tetapi ada saat untuk menunjukkan otoritas / wibawa!

2) Waktu Yesus mengucapkan ay 14 mungkin murid-murid mengharapkan kata-kata seperti ini: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib membasuh kakiKu”. Tetapi ternyata Yesus tidak berkata demikian. Yesus berkata: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu”.

Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Temple: “We would gladly wash the feet of our Divine Lord; but He disconcertingly insists on washing ours, and bids us wash our neighbour’s feet” (= Kita dengan gembira mau membasuh kaki Tuhan kita yang ilahi; tetapi Ia secara membingungkan berkeras untuk membasuh kaki kita, dan meminta kita untuk membasuh kaki sesama kita) - hal 621.

3) Penekanan bahwa diriNya adalah Guru dan Tuhan dimaksudkan supaya tidak ada orang kristen yang merasa terlalu tinggi untuk meneladani apa yang Ia baru lakukan.

Calvin: “he who is the Master and Lord of all gave an example to be followed by all the godly, that none might grudge to descend to do a service to his brethren and equals, however mean and low that service might be” (= Ia yang adalah Guru dan Tuhan dari semua memberikan contoh untuk diikuti oleh semua orang saleh, supaya tidak seorangpun merasa segan untuk merendahkan diri untuk melayani saudara-saudaranya dan orang-orang yang sederajat dengannya, betapapun hinanya dan rendahnya pelayanan itu).

4) Kristus menyuruh kita meneladani apa yang baru Ia lakukan (ay 14-15).

Calvin: “It deserves our attention that Christ says that he gave an example; for we are not at liberty to take all his actions, without reserve, as subjects of imitation” (= Harus kita perhatikan bahwa Kristus berkata bahwa Ia memberi suatu teladan / contoh; karena kita tidak boleh menjadikan semua tindakanNya, tanpa kecuali, untuk ditiru).

Charles Hodge, dalam komentarnya tentang 1Kor 11:23 (tentang Perjamuan Kudus), berkata:

“Protestants, however, do not hold that the church in all ages is bound to do whatever Christ and the apostles did, but only what they designed should be afterwards done. It is not apostolic example which is obligatory, but apostolic precept, whether expressed in words or in examples declared or evinced to be preceptive. The example of Christ in celebrating the Lord’s supper is binding as to everything which enters into the nature and significancy of the institution; for those are the very things which we are commended to do” (= Tetapi orang Protestan, tidak mempercayai bahwa gereja dalam sepanjang jaman harus melakukan apapun yang diperbuat oleh Kristus dan rasul-rasul, tetapi hanya apa yang mereka maksudkan untuk harus dilakukan setelah itu. Bukanlah teladan / kehidupan rasul yang merupakan kewajiban, tetapi perintah rasul, baik yang dinyatakan dalam kata-kata atau di dalam contoh / teladan yang dinyatakan atau ditunjukkan secara jelas bahwa itu merupakan perintah. Teladan Kristus dalam merayakan Perjamuan Kudus, mengi­kat / merupakan keharusan berkenaan dengan semua hal yang termasuk dalam inti / sifat dasar dan hal-hal yang mempunyai arti dari sakramen itu, karena itu adalah hal-hal yang harus kita lakukan) - ‘I & II Corinthians’, hal 223.

Contoh hal-hal yang dilakukan Kristus / rasul-rasul tetapi tidak perlu ditiru:

· berpuasa 40 hari.

· melakukan Perjamuan Kudus pada malam hari.

5) Apakah ay 14-15 ini harus diartikan secara hurufiah, dalam arti kita orang kristen betul-betul harus saling membasuh kaki?

Perlu diketahui bahwa ada orang yang ingin menjadikan pembasuhan kaki sebagai sakramen.

Pulpit Commentary: “Bernard of Clairvoux tried to convert the ceremony into a sacrament, but without success” (= Bernard dari Clairvoux berusaha untuk mengubah upacara ini menjadi sakramen, tetapi tanpa hasil) - hal 189.

Gereja Roma Katolik mentaati perintah ini secara hurufiah, karena setiap hari Kamis sebelum Paskah, Paus melakukan pembasuhan kaki 12 orang. Tentang hal ini Calvin memberikan komentar sebagai berikut:

“Every year they have a fashion of washing some people’s feet, as if it were a farce which they were playing on the stage; and so, when they have performed this idle and unmeaning ceremony, they think that they have fully discharged their duty, and reckon themselves at liberty to despise their brethren during the rest of the year. But - what is far worse - after having washed the feet of twelve men, they subject every member of Christ to cruel torture, and thus spit on Christ’s face. This display of buffoonery, therefore, is nothing else than a shameful mockery of Christ. At all events, Christ does not here enjoin an annual ceremony, but bids us be ready, throughout our whole life, to wash the feet of our brethren and neighbours” (= Setiap tahun mereka mempunyai semacam pembasuhan kaki beberapa orang, seakan-akan itu merupakan sandiwara yang mereka mainkan di panggung; dan pada waktu mereka telah melakukan upacara yang tak ada harganya dan tak berarti ini, mereka mengira bahwa mereka telah melaksanakan kewajiban mereka dengan sepenuhnya, dan menganggap diri mereka sendiri bebas untuk menghina / merendahkan saudara-saudara mereka sepanjang sisa tahun itu. Tetapi yang lebih jelek adalah bahwa setelah membasuh kaki dari 12 orang, mereka menaklukkan setiap anggota Kristus pada penyiksaan yang kejam, dan dengan demikian meludahi wajah Kristus. Karena itu, pertunjukan lawak ini tidak lain dari ejeken / penghinaan yang memalukan terhadap Kristus. Bagai-manapun juga, di sini Kristus tidak memerintahkan suatu upacara tahunan, tetapi meminta kita siap dalam sepanjang hidup kita untuk membasuh kaki dari saudara-saudara dan tetangga kita).

Pulpit Commentary: “The example is in the principle, not in the specific act. The Roman Catholic Church practically misrepresents our Lord’s act by a literal obedience to our Lord’s commands. The pope washes the feet of twelve poor men on the Thursday of Passion week. (a) But why should it be done only once a year? The act is to be constantly imitated by true disciples. (b) Why should it be done only by the pope? It is to be done by all Christians one to another” [= Teladan / contoh ini ada dalam prinsipnya, bukan dalam tindakan spesifik tersebut. Gereja Roma Katolik secara praktis menyalah-artikan tindakan Tuhan kita dengan suatu ketaatan hurufiah terhadap perintah Tuhan kita. Paus membasuh kaki dari 12 orang miskin pada hari Kamis dari Minggu Sengsara. (a) Tetapi mengapa hal itu dilakukan hanya sekali setahun? Tindakan ini harus ditiru terus menerus oleh murid-murid yang sejati. (b) Mengapa hal itu dilakukan hanya oleh Paus? Hal itu harus dilakukan oleh semua orang Kristen satu terhadap yang lain] - hal 199.

William Hendriksen: “It should, however, be stressed that what Jesus had in mind was not an outward rite but an inner attitude, that of humility and eagerness to serve” (= Tetapi harus ditekankan bahwa apa yang Yesus pikirkan bukanlah suatu upacara lahiriah tetapi sikap hati / batin, yaitu sikap hati yang rendah hati dan mau melayani).

Leon Morris (NICNT): “Though on occasion disciples ought to perform this needful service for one another, the point of Jesus’ saying is rather that they should have a readiness to perform the lowliest service” (= Sekalipun kadang-kadang murid-murid harus melakukan pelayanan yang berguna ini satu terhadap yang lain, tujuan kata-kata Yesus adalah bahwa mereka harus mempunyai kesediaan untuk melakukan pelayanan yang paling rendah) - hal 621.

Catatan: saya tidak terlalu mengerti apa yang ia maksudkan dengan ‘kadang-kadang murid-murid harus melakukan pelayanan yang berguna ini satu ter-hadap yang lain’. Mungkin pada saat tertentu dimana hal itu memang dibutuhkan. Misalnya ada orang yang kecelakaan, dan kakinya luka dan kotor terkena tanah dsb, maka kita harus mau membasuh kaki itu untuk membersihkan kotoran itu sebelum kita membalut lukanya.

Leon Morris (NICNT): “It is the spirit and not the action which is to be imitated” (= Adalah artinya dan bukan tindakannya yang harus ditiru) - hal 621.

Pulpit Commentary: “The service demanded is the self-forgetting ministry of love, which places the interests of self behind and below those of others. Nothing is more theoretically easy and acceptable than this principle, but nothing more difficult of accomplishment” (= Pelayanan yang dituntut adalah pelayanan kasih yang melupakan diri sendiri, yang menempatkan kesenangan diri sendiri di belakang dan di bawah kesenangan orang lain. Tidak ada yang secara teoritis lebih mudah dan dapat diterima dari prinsip ini, tetapi tidak ada yang lebih sukar untuk dikerjakan) - hal 189.

Dari semua kutipan ini bisalah disimpulkan beberapa hal tentang pene-ladanan terhadap pembasuhan kaki ini, yaitu:

a) Kita bukannya harus betul-betul membasuh kaki (kecuali hal itu memang dibutuhkan), tetapi kita harus mau melakukan pelayanan yang rendah.

b) Yang harus melakukan hal ini bukan hanya pendeta / pemimpin gereja, tetapi semua orang kristen.

c) Kita harus mau melakukan pelayanan rendah terhadap semua orang.

d) Kita harus melakukannya senantiasa, bukan hanya kadang-kadang / pada saat tertentu.

6) Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa tindakan Yesus ini tidak perlu diteladani secara hurufiah?

Barnes’ Notes: “It was not observed by the apostles or the primitive Christians as a religious rite” (= Ini tidak dijalankan oleh rasul-rasul atau orang-orang kristen mula-mula sebagai suatu upacara religius) - hal 329. Ini argumentasi terkuat untuk menentang pelaksanaan hal ini secara hurufiah.

Tetapi bagaimana dengan 1Tim 5:10? Apakah ini tidak menunjukkan adanya praktek pembasuhan kaki dalam gereja abad pertama? Untuk menjawab per-tanyaan ini perlu diingat 2 hal:

· 1Tim 5:10 ini hanya membicarakan tentang janda, bukan tentang semua orang kristen.

· pembasuhan kaki dalam 1Tim 5:10 itu belum tentu bisa diartikan secara hurufiah. Bisa saja diartikan merupakan lambang dari ‘pelayanan yang rendah hati’.

Barnes’ Notes (tentang 1Tim 5:10): “It is not certain whether this is to be understood literally, or whether it merely denotes that she had performed offices of a humble and self-denying kind - such as would be shown by washing the feet of others” (= Tidak pasti apakah ini harus dimengerti secara hu-rufiah, atau apakah ini hanya menunjukkan bahwa ia telah melakukan suatu jenis pelayanan yang rendah hati dan menyangkal diri sendiri - seperti yang ditunjukkan oleh pembasuhan kaki orang lain) - hal 1153.

7) Hal-hal yang menghalangi kita ‘melakukan pembasuhan kaki’.

Ada 2 hal yang menghalangi kita untuk melakukan pelayanan, yaitu egoisme dan kemalasan. Sedangkan kesombongan menghalangi untuk melakukan pelayanan yang rendah.

Pulpit Commentary: “Pride, indeed, will counsel thus: ‘Let others serve you; it is beneath your dignity to minister to them.’ Humility will offer very different advice: ‘Bear ye one another burdens, and so fulfil the Law of Christ.’” (= Kesombongan akan memberikan nasihat seperti ini: ‘Biarlah orang lain melayanimu; adalah di bawah martabatmu untuk melayani mereka’. Kerendahan hati akan menawar-kan nasihat yang sangat berbeda: ‘Bertolong-tolonganlah menanggung beban-mu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus’) - hal 205. Bdk. Gal 6:2.

William Barclay: “So often, even in churches, trouble arises because someone does not get his place. ... Here is the lesson that there is only one kind of greatness, the greatness of service. The world is so full of people who are standing on their dignity when they ought to be kneeling at the feet of their brethren. ... When we are tempted to think of our dignity, our prestige, our rights, let us see again the picture of the Son of God, girt with a towel, kneeling at his disciples’ feet” (= Begitu sering, bahkan dalam gereja-gereja, problem muncul karena seseorang tidak mendapatkan tempat / kedudukannya. ... Di sini ada pelajaran bahwa hanya ada satu jenis kebesaran, yaitu kebesaran pelayanan. Dunia ini begitu penuh dengan orang yang berdiri pada martabat / gengsi mereka pada saat mereka seharusnya berlutut di kaki saudara-saudara mereka. ... Pada saat kita dicobai untuk memikirkan tentang martabat / gengsi kita, wibawa kita, hak-hak kita, marilah kita melihat lagi gambaran Anak Allah, bersiap-siap / berikat-pinggangkan handuk, berlutut di kaki murid-muridNya).

8) Kalau saudara ‘membasuh kaki’, lakukanlah dengan sikap hati dan cara yang benar.

Charles Swindoll: “Let’s understand, however, that the right attitude must accompany the right actions. Be careful with the temperature of the water you use! It’s easy to use boiling water when you ‘wash feet’ ... or ice cold water” (= Tetapi kita harus mengerti bahwa sikap yang benar harus menyertai tindakan yang benar. Hati-hatilah dengan temperatur dari air yang engkau gunakan. Adalah mudah untuk menggunakan air yang mendidih pada waktu engkau ‘membasuh kaki’ ... atau menggunakan air yang sedingin es) - ‘Improving your serve’, hal 171.

Ay 16:

1) Kata ‘tuannya’ secara hurufiah adalah ‘Tuhannya’.

2) Kata-kata ini muncul berkali-kali dalam kontex yang berbeda-beda (bdk. Mat 10:24 Luk 6:40 Yoh 15:20).

Di setiap tempat arti kata-kata ini harus disesuaikan dengan kontexnya. Dalam Mat 10:24 dan Yoh 15:20 artinya jelas adalah: kalau Yesus yang adalah tuan, menderita, lebih-lebih kita yang adalah hamba. Dalam Luk 6:40 kontexnya kabur / tidak jelas. Dalam Yoh 13:16 ini maksudnya jelas adalah: kalau Yesus yang adalah Tuhan / yang mengutus mau merendahkan diri untuk membasuh kaki mereka, maka mereka sebagai hamba / yang diutus, yang jelas lebih rendah dari Tuhan / yang mengutus, juga harus mau melakukannya satu terhadap yang lain.

Ay 17:

1) Kalau kita hanya tahu, maka kita belum dikatakan berbahagia. Kalau kita tahu dan melakukan barulah kita dikatakan berbahagia (bdk. Luk 11:27-28).

a) Ketaatan / pelayanan harus didasarkan pada pengetahuan intelektual!

b) Pengetahuan intelektual tanpa ketaatan / pelayanan, bukan hanya tidak berguna, tetapi juga mencelakakan (Luk 12:47-48).

2) Adam Clarke mengutip kata-kata seorang kafir yang bernama Menu:

“They who have read many books are more exalted than such as have seldom studied; they who retain what they have read, than forgetful readers; they who fully understand, than such as only remember; and they who perform their known duty, than such as barely know it. Sacred knowledge and devotedness to God are the means by which a man can arrive at beatitude” (= Mereka yang telah membaca banyak buku lebih agung / mulia dari orang yang jarang belajar; mereka yang mempertahankan / menyimpan apa yang telah mereka baca lebih agung / mulia dari pembaca yang pelupa; mereka yang mengerti sepenuhnya lebih agung / mulia dari mereka yang hanya mengingat; dan mereka yang melakukan kewajiban yang mereka ketahui lebih agung / mulia dari mereka yang hanya mengetahuinya. Pengetahuan yang suci / kudus / keramat dan pembaktian diri kepada Allah adalah jalan dengan mana seseorang bisa mencapai kebahagiaan / berkat) - hal 618.

Dan Clarke lalu berkata: untuk kata-kata seorang kafir ini betul-betul kata-kata yang luar biasa.

-o0o-

Yohanes 13:18-20

Yohanes 13: 18:

1) “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih”.

Di sini ada 2 kalimat, dan ada 2 golongan penafsiran tentang 2 kalimat ini.

Ada penafsir yang menganggap bahwa ‘pemilihan’ yang dibicarakan dalam kalimat kedua tidak berhubungan dengan kalimat pertama, dan karena itu pemilihan itu juga mencakup Yudas. Jadi itu tidak mungkin menunjuk pada ‘eternal election’ / pemilihan kekal / predestinasi, tetapi menunjuk pada pemilihan sebagai rasul.

Ada penafsir yang menganggap 2 kalimat ini berhubungan, sehingga pemilihan dalam kalimat kedua tidak mencakup Yudas. Karenanya ini dianggap ‘eternal election’ / pemilihan kekal / predestinasi.

Calvin termasuk golongan kedua ini, dan ia berkata bahwa murid-murid itu berbeda dengan Yudas, bukan karena mereka baik, tetapi karena adanya pemilihan terhadap mereka. Calvin berkata bahwa dalam Yoh 6:70 Yudas termasuk dalam orang yang dipilih, karena di sana Yesus berbicara tentang pemilihan mereka untuk suatu pekerjaan tertentu. Ini sama seperti Saul, yang sekalipun dipilih untuk menjadi raja, tetapi sebetulnya adalah seorang repro-bate / orang yang ditentukan untuk binasa. Tetapi dalam Yoh 13:18 ini Yesus berbicara tentang ‘eternal election’, dan karenanya Yudas tidak termasuk.

John Calvin: “Christ says that ‘no one perished but the son of perdition’ (John 17:12); this is indeed an inexact expression but not at all obscure; for he was counted among Christ’s sheep not because he truly was one but because he occupied the place of one. The Lord’s assertion in another passage that he was chosen by him with the apostles is made only with reference to the ministry. ‘I have chosen twelve,’ he said, ‘and one of them is a devil.’ (John 6:70 p.) That is, he had chosen him for the apostolic office. But when he speaks of election unto salvation, he banishes him far from the number of the elect: ‘I am not speaking of you all; I know whom I have chosen’ (John 13:18). If anyone confuses the word ‘election’ in the two passages, he will miserably entangle himself; if he notes their difference, nothing is plainer” (= ) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIV, no 9.

Calvin melanjutkan dengan berkata bahwa kata ‘Kupilih’ menunjukkan Kristus sebagai ‘the Author of election’ (= pengarang / pencipta dari pemilihan), dan ini menunjukkan keilahian Kristus.

2) Calvin mengatakan bahwa Yesus menyatakan ay 18 ini dengan 2 tujuan:

a) Untuk Yudas sendiri supaya kesalahannya makin tidak termaafkan. Me-ngapa? Karena ini sebetulnya memberikan peringatan kepada Yudas, dan juga menunjukkan kepadanya bahwa kalau Yesus tahu semua itu, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah yang maha tahu. Bahwa semua ini tetap tidak mempertobatkan Yudas, jelas akan menambah beratnya dosa Yudas.

b) Untuk murid-murid yang lain, supaya tidak goncang oleh kejatuhan Yudas.

William Hendriksen: “When, after a little while, they receive the surprise of their lives with respect to Judas, they will begin to realize that Jesus had known it all along, and that what was happening was not a frustration but a fulfilment of the divine plan” (= Pada waktu, sebentar lagi, mereka menerima kejutan dalam hidup mereka berkenaan dengan Yudas, mereka akan mulai menya-dari bahwa Yesus telah mengetahuinya selama ini, dan bahwa apa yang terjadi bukanlah suatu kegagalan tetapi penggenapan dari rencana ilahi) - hal 238.

3) Ay 18b: “Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.

a) ‘makan roti’ menunjukkan persekutuan yang erat / persahabatan.

William Barclay: “In the east to eat bread with anyone was a sign of friendship and an act of loyalty” (= Di Timur makan roti dengan seseorang merupakan tanda persahabatan dan suatu tindakan kesetiaan) - hal 142.

Barnes’ Notes: “To eat with one was a proof of friendship. See 2Sam 9:11; Matt 9:11; Gen 43:32” (= Makan dengan seseorang merupakan bukti persa-habatan. Lihat 2Sam 9:11; Mat 9:11; Kej 43:32) - hal 330.

Bisa juga ditambahkan Wah 3:20 sebagai contoh bahwa makan bersama menunjukkan persekutuan.

b) ‘Mengangkat tumit’ adalah suatu ungkapan yang bersifat kiasan, dan artinya adalah: menyerang seseorang dengan cara yang tak terduga, di bawah kepura-puraan persahabatan.

Clarke mengatakan bahwa ‘mengangkat tumit’ adalah suatu ungkapan yang diambil dari kuda yang gelisah, yang kadang-kadang bahkan me-nendang orang yang memeliharanya dan memberi makan kepadanya.

‘Pengkhianatan yang dilakukan oleh seorang sahabat’ adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Andaikata yang mengkhianati adalah seorang yang tidak terlalu dekat, maka itu tidak terlalu hebat (bdk. Maz 55:13-15).

Calvin: “Now what Christ suffered, who is our Head and Pattern, we, who are his members, ought to endure patiently. And, indeed, it has usually happened in the Church in almost every age, that it has had no enemies more inveterate than the members of the Church; and, therefore, that believers may not have their minds disturbed by such atrocious wickedness, let them accustom themselves early to endure the attacks of traitors” (= Apa yang diderita oleh Kristus, yang adalah Kepala dan Teladan kita, kita yang adalah anggota-anggotaNya, harus menanggungnya dengan sabar. Dan memang, telah biasa terjadi dalam Gereja dalam hampir setiap jaman, bahwa gereja tidak mempunyai musuh yang lebih mendarah daging dari pada anggota-anggota Gereja; dan karena itu, supaya orang-orang percaya tidak terganggu pikirannya oleh kejahatan yang sangat jelek itu, biarlah mereka mem-biasakan diri mereka sendiri sejak awal untuk menahan serangan dari pengkhianat-pengkhianat).

c) Ay 18b ini merupakan sebagian jawaban atas pertanyaan: mengapa Kristus memilih Yudas sebagai rasul, padahal ia tahu bahwa Yudas bakal mengkhianatiNya?

Jadi, pemilihan terhadap Yudas dilakukan supaya nubuat Kitab Suci da-lam Maz 41:10 digenapi. Mungkin dalam Maz 41:10 itu Daud membi-carakan pengkhianatan Ahitofel (bdk. 2Sam 15:12 16:20-23 bdk. juga dengan Maz 55:13-15). Kristus melihat hal ini sebagai TYPE dari peng-khianatan Yudas terhadap diriNya sendiri.

d) Jawaban yang lain terhadap pertanyaan di atas adalah: karena Yudas memang dipilih / ditetapkan supaya ia mengkhianati Yesus dan dengan demikian terlaksanalah rencana Allah tentang penebusan umat manusia oleh Kristus.

Adam Clarke tidak setuju dengan ini, dan ia berkata:

“I have chosen Judas, not as a wicked man, nor that he should become such; but I plainly foresaw that he would abuse my bounty, give way to iniquity, deliver me into the hands of my enemies, and bring ruin upon himself” (= Aku telah memilih Yudas, bukan sebagai orang jahat, atau supaya ia menjadi orang seperti itu; tetapi Aku melihat lebih dulu dengan jelas bahwa ia akan menyalah-gunakan kebaikanKu / kemurahan-hatiKu, menyerah / tunduk pada kejahatan, menyerahkan Aku ke tangan musuh-musuhKu, dan mem-bawa kehancuran ke atas dirinya sendiri).

Pandangan Clarke ini jelas merupakan pandangan Arminian / non Reformed, dan ini bertentangan dengan kata ‘haruslah’ dalam ay 18b ini. Bandingkan juga dengan Luk 22:22 - “Sebab Anak manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

e) Perbedaan Yoh 13:18 dengan Maz 41:10.

Kalau kita membandingkan Yoh 13:18 ini dengan Maz 41:10, maka terlihat bahwa Kristus menghapus Maz 41:10a yang berbunyi ‘Bahkan sahabat karibku yang kupercayai’. Mengapa? Karena Kristus, yang me-ngenal Yudas dari semula, memang tidak pernah mempercayainya (Thomas Whitelaw, hal 292). Kalau ini benar maka mungkin ini menun-jukkan bahwa hanya sebagian dari pengalaman Daud dalam Maz 41 ini yang merupakan nubuat tentang Kristus.

Ay 19:

1) Ini salah satu kegunaan nubuat, yaitu membuktikan kebenaran.

a) Nubuat membuktikan kebenaran Yesus.

Karena nubuat itu dikatakan oleh Yesus, maka tergenapinya nubuat itu membuktikan kebenaran Yesus! Dengan adanya nubuat ini, maka pada saat terjadinya pengkhianatan Yudas, murid-murid bukannya harus berkecil hati, tetapi sebaliknya makin percaya kepada Yesus yang sudah menubuatkan hal itu.

William Hendriksen: “He knows that the treachery of Judas will have a tendency to upset the disciples and to undermine their faith. They might even begin to think of their Master as having become the victim of the plotting of that very shrewd fellow, Judas. This will happen unless the Lord is able to convince them that whatever befalls him, far from taking him by surprise, was included in God’s eternal and all-comprehensive plan” (= Ia tahu bahwa pengkhianatan Yudas akan mempunyai kecenderungan untuk menyedihkan / membingungkan murid-murid dan meruntuhkan iman mereka. Bahkan mereka mungkin mulai berpikir bahwa Guru mereka telah menjadi korban dari persekongkolan dari orang yang sangat licik itu, yaitu Yudas. Hal ini akan terjadi kecuali Tuhan bisa meyakinkan mereka bahwa apapun yang menimpaNya, sama sekali tidak mengejutkanNya, tetapi sudah termasuk dalam rencana yang kekal dan mencakup segala sesuatu dari Allah) - hal 239.

b) Nubuat membuktikan kebenaran Kitab Suci kita.

Satu hal yang membedakan Kitab Suci kita dengan Kitab Suci agama lain adalah bahwa Kitab Suci kita dipenuhi dengan bukan main banyaknya nubuat, dan semua terjadi dengan tepat. Ini membuktikan kebenaran Kitab Suci kita!

Catatan: tidak ada kitab Suci agama lain yang mempunyai begitu banyak nubuat seperti Kitab Suci kita!

c) Ini tentu berbeda dengan banyak orang kristen jaman sekarang yang bernubuat tentang adanya perang di Indonesia, atau bahwa akan terjadi banjir besar dsb.

Apa bedanya? Bedanya adalah bahwa nubuat Yesus atau Kitab Suci diberikan pada saat sama sekali tidak / belum ada tanda-tanda akan terjadinya hal itu. Misalnya:

· nubuat pengkhianatan Yudas diberikan oleh Yesus sebelum ada tanda apapun bahwa Yudas akan mengkhianat. Karena itu tak ada murid lain yang mencurigai Yudas.

· nubuat tentang kelahiran Yesus dari perawan (Yes 7:14), kelahiran Yesus di kota Betlehem (Mikha 5:1), penyaliban Yesus (Yes 53) sudah diberikan sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Yesus! Bahkan mazmur tentang salib (Maz 22) sudah diberikan sekitar 1000 tahun sebelum kelahiran Yesus.

Tetapi orang-orang yang bernubuat jaman sekarang ini melihat bahwa politik di Indonesia memang sudah / sedang kacau dan memang sangat memungkinkan terjadinya pergolakan politik dan bahkan perang, dan mereka lalu menubuatkan adanya pergolakan politik atau perang. Mereka sudah mendengar dari ramalan ilmu pengetahuan bahwa akan terjadi badai La Nina di Indonesia dan mereka sudah mendengar adanya beberapa negara yang sudah mengalami banjir, lalu mereka menubuat-kan adanya banjir di Indonesia. Ini adalah ‘pahlawan kesiangan’, yang berharap dirinya akan ngetop karena ‘nubuat’nya tergenapi! Saya ber-pendapat, kalaupun ‘nubuat’ orang-orang ini nantinya tergenapi, itu bukannya menunjukkan kebenaran mereka tetapi sebaliknya kepalsuan mereka, lebih-lebih kalau nubuat mereka salah. Perlu diketahui bahwa satu kali saja seseorang menubuatkan sesuatu dan tidak tergenapi, itu sudah menunjukkan bahwa ia adalah nabi palsu.

Ul 18:22 - “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya”.

2) Calvin membuat penerapan tentang ay 19 ini: kalau kita melihat hal-hal yang brengsek dalam gereja, tetapi kita tidak membandingkannya dengan ayat-ayat Kitab Suci yang menubuatkan hal itu, maka kita akan berkecil hati. Tetapi kalau kita membandingkannya dengan ayat-ayat Kitab Suci yang menubuatkan hal itu (misalnya dengan 2Tim 3:5,7 2Tim 4:3-4 dsb), se-hingga kita melihat bahwa Kitab Suci sesuai dengan pengalaman sehari-hari kita, maka kita justru akan dikuatkan.

Contoh yang lain: penganiayaan terhadap gereja / orang kristen bisa membuat kita berkecil hati / putus asa. tetapi kalau kita membandingkan hal itu dengan ayat-ayat seperti Yoh 15:18-20 Yoh 16:1-4a, maka kita justru akan dikuatkan, karena kita melihat kebenaran kata-kata Kristus / Kitab Suci.

3) ‘kamu percaya’ di sini maksudnya bukan percaya untuk pertama kalinya, tetapi ‘makin percaya’, atau ‘bertumbuh dalam iman’.

4) Kata-kata ‘Akulah Dia’ dalam bahasa Yunani adalah EGO EIMI (= I am / Aku adalah).

Calvin berkata bahwa ini maksudnya adalah: ‘Aku adalah Mesias’.

Ay 20:

1) Hubungan ay 20 dengan ayat-ayat sebelumnya.

Ada bermacam-macam tafsiran tentang hubungan ay 20 ini dengan ayat-ayat sebelumnya:

a) Ini adalah suatu pokok yang baru, yang tak berhubungan dengan pokok yang sebelumnya.

b) Bapa, Yesus, dan rasul-rasul / murid-murid adalah satu. Menerima rasul sama dengan menerima Yesus, dan menerima Yesus sama dengan me-nerima Bapa. Tetapi sebaliknya juga berlaku. Mengkhianati Yesus sama dengan mengkhianati Bapa (Barnes’ Notes, hal 330). Kalau ini benar, maka ini lagi-lagi teguran / peringatan untuk Yudas.

Tetapi saya berpendapat tafsiran ini agak terlalu dipaksakan. Kalau Yesus memang bermaksud menegur / memperingati Yudas, mengapa Ia berkata ‘barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku’? Mengapa Ia tidak berkata: ‘barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku’?

Juga jalur yang Ia ambil terlalu jauh, yaitu muridNya - DiriNya sendiri - Bapa. Padahal kalau hanya untuk menegur / memperingati Yudas, cukup ia mengambil DiriNya sendiri - Bapa.

c) Sekalipun ada rasul yang mengkhianat, tetapi wibawa rasul-rasul yang lain tidak dihapus. Sekalipun ada rasul yang mengkhianat, itu bukan alasan untuk menolak rasul-rasul yang lain. Siapa menolak rasul yang lain, ia menolak Yesus sendiri, dan siapa menolak Yesus ia menolak Bapa.

Jadi, ayat ini dimaksudkan oleh Kristus untuk menghadapi akibat negatif yang mungkin muncul akibat kejatuhan Yudas.

Saya berpendapat bahwa tafsiran inilah yang benar.

2) Kristus memberikan ay 20 ini karena:

a) Memang suatu teladan buruk mudah sekali menimbulkan akibat negatif.

Calvin: “There is too good evidence that we are very ready to be wounded by a bad examples; for, in consequence of this, the revolt of one man inflicts a deadly wound on two hundred others, while the steadiness of ten or twenty pious men hardly edifies a single individual” (= Ada terlalu banyak bukti bahwa kita sangat siap untuk dilukai oleh teladan buruk; karena, sebagai akibat dari hal ini, pemberontakan oleh satu orang menimbulkan luka yang mematikan pada 200 orang lain, sementara keteguhan hati / kestabilan dari 10 atau 20 orang saleh hampir tidak mendidik / membangun seorang pribadipun).

Ini membuktikan adanya Total Depravity (= kebejatan total) dan kecen-derungan ke arah yang salah dalam diri manusia.

Penerapan: kalau ada suatu teladan buruk, dan saudara berpikir untuk melakukan hal yang salah (menjauhi Tuhan / gereja, berhenti belajar Firman, berhenti melayani dsb), maka cobalah renungkan: ada banyak teladan baik yang tidak saudara tanggapi dengan melakukan hal yang benar. Mengapa ada satu teladan buruk dan saudara lalu menanggapinya dengan melakukan hal yang salah?

b) Sekalipun hanya satu atau dua yang bersalah, orang cenderung untuk menyalahkan secara pukul rata.

Ada banyak orang tidak mau menjadi kristen, hanya karena ia melihat ada seorang kristen / pendeta yang berzinah atau melakukan dosa lain. Ini memang menyebabkan kita harus hati-hati dengan hidup kita, tetapi bagaimanapun sikap pukul rata seperti itu adalah salah. Karena itulah Yesus mengatakan: biarpun Yudas jatuh, orang yang menolak murid yang lain sama dengan menolak Dia. Orang tidak boleh main pukul rata dengan menganggap bahwa semua murid yang lain pasti juga brengsek seperti Yudas.

3) Pengharmonisan dengan Fil 1:15-18.

Bagaimana mengharmoniskan ini dengan orang yang anti Paulus tetapi pro Yesus dalam Fil 1:15-18? Saya berpendapat bahwa Yoh 13:20 ini maksud-nya adalah bahwa orangnya menolak hamba Tuhan dan sekaligus doktrin-nya. Ini disamakan dengan menolak Kristus. Tetapi dalam Fil 1:15-18 itu orangnya menolak Paulus / hamba Tuhannya tetapi tidak menolak doktrin-nya, dan ini tidak sama dengan menolak Kristus.

4) Calvin: “When the devil cannot estrange us from Christ by hatred of his doctrine, he excites either dislike or contempt of the ministers themselves” (= Pada saat setan tidak bisa menjauhkan kita dari Kristus oleh kebencian terhadap ajaran-Nya, ia membangkitkan ketidaksenangan atau kejijikan terhadap pendeta).

5) Menghadapi hamba Tuhan yang ajarannya benar tetapi hidupnya tidak benar.

Perhatikan Mat 23:2-3 - “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah men-duduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya”.

Agustinus: “We may profitably listen even to those whose lives are not profitable” (= kita bisa mendapatkan manfaat dengan mendengar bahkan dari orang-orang yang hidupnya tidak berguna).

-o0o-

Yohanes 13:21-30

Ay 21:

1) ‘Ia sangat terharu’.

Terjemahan yang salah ini sangat membingungkan, karena seseorang biasanya menjadi terharu karena tindakan kasih dari orang lain. Sebaliknya saat ini Yesus akan menghadapi pengkhianatan dari Yudas, sehingga tidak mungkin justru merasa terharu.

NASB: ‘He became troubled in spirit’ (= Ia menjadi terganggu / susah dalam roh).

NIV: ‘Jesus was troubled in spirit’ (= Yesus terganggu / susah dalam roh).

Hal ini menunjukkan kemanusiaan Yesus.

2) ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan me-nyerahkan Aku’.

a) Ini adalah untuk ketigakalinya Yesus memberi petunjuk tentang adanya seorang murid yang akan mengkhianatiNya.

· Dalam ay 10b Yesus berkata: ‘Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua’.

· Dalam ay 18 Ia berkata: ‘Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku’.

· Dalam sekarang dalam ay 21 Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku’.

Jadi ini adalah untuk ketigakalinya Ia memberi petunjuk tentang adanya seorang murid yang akan mengkhianatiNya, dan makin lama petunjukNya makin jelas.

b) Hamba Tuhan tidak boleh meniru apa yang Kristus lakukan di sini, misalnya dengan berkata dalam khotbah: ‘Saya tahu ada satu jemaat saya yang sering berzinah’. Ini bisa membuat semua istri mencurigai suaminya, dan mengacaukan rumah tangga - rumah tangga dalam gereja.

Ay 22-25:

1) ‘Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkanNya’ (ay 22).

Pada saat ini terjadi apa yang diceritakan dalam Mat 26:22 / Mark 14:19 dimana mereka masing-masing bertanya: ‘Bukan aku, ya Tuhan?’. Tetapi Yudas juga ikut-ikutan bertanya: ‘Bukan aku, ya Rabi?’ (Mat 26:25a), dan Yesus menjawabnya: ‘Engkau telah mengatakannya’ (Mat 26:25b), yang berarti ‘Ya’ (bdk. Mat 26:64a). Tetapi mungkin sekali, pembicaraan Yesus dan Yudas ini dilakukan secara berbisik, sehingga tidak terdengar oleh murid-murid yang lain, sehingga mereka tetap tidak tahu siapa si pengkhianat itu. Mengingat bahwa Yesus dan Yudas bisa berbicara tanpa didengar oleh murid-murid yang lain, maka mungkin sekali bahwa Yudas saat ini duduk di tempat terhormat, yaitu persis di sebelah kiri Yesus (tidak mungkin di sebelah kanan Yesus karena dari ay 23 terlihat bahwa tempat ini ditempati oleh Yohanes).

2) Ay 23-25.

a) ‘murid yang dikasihiNya’ (ay 23a).

Ini menunjuk kepada penulis Injil Yohanes ini, yaitu rasul Yohanes (bdk. Yoh 21:20-24).

b) ‘bersandar dekat kepadaNya, di sebelah kananNya’ (ay 23b).

NIV: ‘was reclining next to him’ (= berbaring / bersandar di sebelahNya).

NASB / Lit: ‘There was reclining on Jesus’ breast’ (= Di sana bersandar pada dada Yesus).

Ini memastikan bahwa Yohanes saat itu duduk persis di sebelah kanan Yesus.

c) Rupanya Petrus duduk berseberangan dengan Yohanes, sehingga bisa memberi isyarat kepadanya, dan menyuruh Yohanes untuk bertanya kepada Yesus, siapa pengkhianat yang Ia maksudkan (ay 24). Yohanes lalu menanyakannya kepada Yesus (ay 25). Rupanya Yohanes mena-nyakan hal ini dengan berbisik kepada Yesus, sehingga hanya Yesus yang mendengar pertanyaannya ini. Ini memungkinkan karena kepala Yohanes memang dekat dengan dada Yesus.

Ay 26:

1) ‘Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya’.

a) Dalam Mat 26:23 dikatakan bahwa Yesus menjawab: ‘Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku’.

Apakah 2 text Kitab Suci ini bertentangan satu sama lain? Dalam sebuah buku yang menyerang kekristenan habis-habisan yang berjudul ‘What Did Jesus Really Say?’, hal 201-202, penulisnya yang bernama Misha’al ibn Abdullah (orang Islam), menuliskan kedua text Kitab Suci ini secara berdampingan dan menyebutnya sebagai salah satu dari banyak bagian yang kontradiksi dalam Alkitab.

Tetapi kedua text ini sebetulnya sama sekali tidak bertentangan, karena Mat 26:23 dan Yoh 13:26 ini merupakan 2 peristiwa yang berbeda!

Mat 26:23 diberikan sebagai jawaban atas pertanyaan murid-murid dalam Mat 26:22 - ‘Bukan aku, ya Tuhan?’. Dan setelah itu barulah terjadi Yoh 13:26, yang diberikan sebagai jawaban atas pertanyaan Yohanes dalam Yoh 13:25.

Juga, kalau dalam Mat 26:23 Yesus boleh dikatakan tidak / belum memberi petunjuk siapa si pengkhianat itu (lihat 3 macam penafsiran tentang Mat 26:23 di bawah ini), maka dalam Yoh 13:26 Yesus memberi petunjuk (kepada Yohanes) siapa si pengkhianat itu.

b) Kalau Mat 26:23 dan Yoh 13:26 merupakan 2 peristiwa yang berbeda, dan Mat 26:23 terjadi lebih dulu, lalu mengapa murid-murid masih tidak tahu siapa si pengkhianat itu? Mengapa Petrus masih menyuruh Yohanes bertanya siapa si pengkhianat itu? Untuk itu perhatikan penjelasan dari Mat 26:23 dan Mark 14:20 di bawah ini. Ada bermacam-macam penafsiran tentang kata-kata Yesus dalam Mat 26:23.

1. Mereka semua makan menggunakan beberapa pinggan (kalau kita mengingat akan cara duduk mereka, dan bahwa jumlah mereka ada 13 orang, maka ini adalah sesuatu yang sangat masuk akal), dan Yesus dan Yudas makan dengan menggunakan satu pinggan (ingat bahwa Yesus duduk persis di sebelah kanan Yudas)!

Pandangan ini didasarkan atas Mark 14:20 yang berbunyi: ‘... dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku’.

Kalau pandangan ini benar, maka dengan kata-kata itu Yesus mem-berikan petunjuk kepada murid-murid lain, bahwa Yudaslah peng-khianatnya.

Keberatan: kata ‘satu’ itu sangat diragukan keasliannya, karena tidak didukung oleh manuscript-manuscript yang kuno. Karena itu dalam terjemahan-terjemahan KJV, RSV, NIV, NASB, kata ini tidak ada!

2. Pada saat itu Yudas, bersama-sama dengan Yesus, sedang men-celup­kan tangannya ke dalam pinggan.

Penafsiran ini didasarkan Mat 26:23 versi KJV yang ber­bunyi: ‘he that dippeth his hand with Me ...’. Perhatikan bahwa KJV menterjemahkan kata ‘mencelupkan’ ke dalam present tense!

Kalau memang penafsiran ini benar, maka itu berarti Yesus sebe­tulnya memberikan petunjuk pada murid-murid yang lain bahwa Yu-daslah pengkhianatnya.

Keberatan terhadap pandangan ini: kata yang diterjemah­kan ‘he that dippeth’ (= ia yang mencelupkan), dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk aorist participle.

Suatu participle diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai ‘kata kerja + ing’ (misalnya: going, walking, saying, dsb). Dan aorist menunjuk pada masa lampau. Karena itu, kata itu bisa diterjemahkan ‘the one that having dipped’ atau ‘the one who has been dipping’ (= orang yang selama ini telah mencelupkan). Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak memaksudkan orang yang pada saat itu sedang mencelupkan tangannya bersama dengan dia, tetapi orang yang dari tadi mence-lupkan tangannya ke dalam pinggan itu.

3. Yesus bukan memaksudkan orang yang sedang mencelupkan tangan-nya, tetapi orang yang telah mencelupkan tangannya, ke dalam pinggan bersama-sama dengan Dia.

Dasar dari pandangan ini adalah penggunaan aorist participle dalam bahasa Yunaninya (lihat keberatan terhadap pandangan pertama di atas). Karena penggunaan aorist participle ini, maka kata ‘mence-lupkan’ itu harus menunjuk pada waktu lampau.

NIV: ‘the one who has dipped his hand’ (= orang yang telah men-celupkan tangannya).

NASB: ‘he who dipped his hand’ (= ia yang tadi mencelupkan ta-ngannya).

Kalau pandangan ini benar, maka itu berarti bahwa berbeda dengan pandangan pertama dan kedua di atas, di sini Yesus tidak memberi­tahu kepada murid-muridNya siapa yang akan mengkhianati Dia, karena mereka semua telah mencelupkan tangannya ke dalam ping­gan. Jadi arti kata-kata ini adalah ‘salah seorang dari kamu akan mengkhianati Aku’, sama seperti kata-kataNya dalam Mat 26:21.

William Hendriksen: “He gave a very general answer: ‘He that dipped his hand with me in the dish, the same man will betray me’ (Matt. 26:23). But Judas surely was not the only man who was dipping his hand with Jesus in the dish. Hence, this answer did not identify the betrayer” [= Ia mem-berikan jawaban yang sangat umum: ‘Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku’ (Mat 26:23). Tetapi Yudas pasti bukan satu-satunya orang yang mencelupkan tangannya dengan Yesus ke dalam pinggan. Jadi, jawaban ini tidak menunjukkan si pengkhianat] - hal 244.

Keberatan: dalam ayat paralel dari Mat 26:23 ini, yaitu dalam Mark 14:20, kata-kata yang diterjemahkan ‘dia yang mencelupkan’ dalam bahasa Yunani menggunakan bentuk present participle se­hingga diterjemahkan seperti ini oleh Kitab Suci bahasa Inggris:

NIV: ‘one who dips bread into the bowl with me’.

NASB: ‘one who dips with Me in the bowl’.

KJV: ‘that dippeth with me in the dish’.

RSV: ‘one who is dipping bred into the dish with me’.

Harus diakui bahwa penggunaan aorist participle dalam Mat 26:23 dan present participle dalam Mark 14:20 adalah sesuatu yang memusing-kan. Tetapi mungkin keduanya bisa digabungkan, dan berarti ‘orang yang dari tadi sampai sekarang mencelupkan tangannya dengan Aku ke dalam pinggan’. Ini tentu juga berarti bahwa Yesus tidak menun-jukkan siapa pengkhianat itu.

Dari ketiga pandangan di atas, saya paling condong pada pandangan ketiga, karena setelah Yesus mengatakan hal ini murid-murid tetap belum mengetahui siapa si pengkhianat itu.

2) Jawaban Yesus dalam ay 26a ini juga diberikan dengan berbisik kepada Yohanes, sehingga tidak didengar oleh murid-murid yang lain.

3) Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan mem-berikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot (ay 26b).

a) Ini lagi-lagi kelihatannya menunjukkan bahwa Yudas Iskariot duduk persis di sebelah kiri Yesus, karena Yesus bisa memberikan roti kepada Yudas tanpa disebutkan bangkit dari dudukNya (ay 26).

Tasker (Tyndale): “It is more than probable that Judas was given the place of honour; and so Jesus was able without rising from the table to hand him the sop” (= Adalah sangat memungkinkan bahwa Yudas diberi tempat kehor-matan; dan dengan demikian Yesus bisa memberikan roti kepadanya tanpa bangun dari meja) - hal 162.

Bahwa dalam Perjamuan Paskah itu Yudas bisa duduk persis di sebelah kiri Yesus, menunjukkan 2 hal:

· Betapa munafiknya Yudas! Ia mengkhianati Yesus, tetapi masih bisa pura-pura begitu cinta kepada Yesus, sehingga ia duduk persis di sebelah Yesus!

· Betapa besar kasih Yesus kepada Yudas! Yesus tahu Yudas mengkhia­natiNya, tetapi Ia tetap mau duduk persis di sebelah Yudas, bahkan dengan posisi kepalaNya yang begitu dekat dengan dada Yudas, dimana terdapat hati yang begitu busuk, yang dipenuhi dengan rencana yang jahat untuk mengkhianati Guru dan Tuhannya sendiri! Yesus betul-betul mempraktekkan ajaran ‘kasihilah musuhmu’ yang Ia sendiri ajarkan!

b) Di titik ini Yesus menunjukkan secara jelas bahwa Ia tahu siapa si pengkhianat itu.

Wiliam Barclay: “There is a warning here. By our outward actions we may deceive men; but there is no hiding things from the eye of Christ” (= Ada suatu peringatan di sini. Dengan tindakan-tindakan lahiriah kita kita bisa menipu manusia; tetapi tidak ada hal-hal yang tersembunyi dari mata Kristus) - hal 145.

c) Dengan kata-kata dan tindakanNya dalam ay 26 ini Yesus memberikan petunjuk kepada Yohanes siapa si pengkhianat itu.

4) Ay 26 ini bukan hanya merupakan suatu tanda untuk menunjukkan kepada Yohanes siapa pengkhianat itu, tetapi juga merupakan demonstrasi kasih Yesus kepada Yudas.

Tasker (Tyndale): “it is a mark of divine love which ever seeks to overcome evil with good” (= itu adalah tanda / ciri dari kasih ilahi yang selalu berusaha untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan) - hal 159.

5) Komentar tentang Yudas Iskariot.

John G. Mitchell: “It is an astounding thing that a person can be one of the twelve, and walk three and a half years with the Lord, and yet not have any love for Christ. Judas had associated with the disciples of Christ. He had gazed upon the Savior. He had heard His words and seen the miracles He performed. And yet he had no place in His heart for Christ. Is it possible? Listen, a person can know all the doctrines and can associate with God’s people and be found in the worship meetings, the prayer meetings, at the Lord’s Table, and yet not know Jesus Christ as Savior” (= Merupakan suatu hal yang sangat mengherankan bahwa seseorang bisa menjadi salah satu dari 12 murid / rasul, dan berjalan 3 1/2 tahun dengan Tuhan, tetapi tidak mempunyai kasih kepada Yesus. Yudas telah bergaul dengan murid-murid Kristus. Ia telah memandang Sang Juruselamat. Ia telah mendengar kata-kataNya dan melihat mujijat-mujijat yang Ia lakukan. Tetapi ia tidak mempunyai tempat dalam hatinya untuk Kristus. Mungkinkah ini? Dengarlah, seseorang bisa mengetahui semua doktrin dan bisa bergaul dengan umat Allah dan ditemukan di tempat kebaktian, persekutuan doa, pada meja Perjamuan Kudus, tetapi tidak mengenal Yesus sebagai Juruselamat) - hal 257.

Yohanes 13: 27:

1) ‘Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis’ (ay 27a).

a) Adam Clarke: “But the morsel was not the cause of this entering in” (= Tetapi roti itu bukanlah penyebab kerasukan ini) - hal 619.

b) Apakah ini menunjukkan bahwa Yudas betul-betul dirasuk setan?

William Hendriksen: “Now the devil - here called Satan, i.e., the adversary - puts himself into Judas’ heart. ... Satan takes full possession of the betrayer’s soul” (= Sekarang setan - di sini disebut Satan, yaitu ‘sang musuh’ - masuk ke dalam hati Yudas. ... Setan menguasai jiwa si pengkhianat sepenuhnya) - hal 247.

Calvin: “It is also a very foolish dream to imagine that the devil entered essentially - as the phrase is - into Judas; for the Evangelist speaks only of the power and efficacy of Satan” (= Juga merupakan pikiran yang sangat bodoh untuk membayangkan bahwa setan masuk secara hakiki - seperti bunyi ungkapan itu - ke dalam Yudas; karena si Penginjil hanya berbicara tentang kuasa dan keefektifan Setan) - hal 71.

Saya setuju dengan pandangan Calvin ini, karena orang yang kerasukan setan selalu menunjukkan tanda-tanda tertentu seperti dalam Mat 8:28-34 dsb. Tetapi Yudas tetap bersikap, bertindak, berkata-kata sebagai orang waras (waras jasmani, bukan rohani).

c) Dari tadi Yudas sudah dikuasai setan (bdk. Luk 22:3 yang jelas terjadi sebelum Perjamuan Paskah yang dalam Injil Lukas diceritakan dalam Luk 22:14-dst). Tetapi sekarang ia lebih lagi dikuasai setan. Ini mirip seperti orang yang sudah mempunyai Roh Kudus, lalu dikatakan penuh Roh Kudus lagi.

d) William Hendriksen: “How the evangelist discovered this has not been re-vealed” (= Bagaimana si Penginjil mengetahui hal ini tidak dinyatakan) - hal 247.

Saya berpendapat bahwa hal ini diwahyukan kepada Yohanes!

2) “Maka Yesus berkata: ‘Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera’” (ay 27b).

a) Kata-kata ini jelas tidak lagi dilakukan dengan berbisik, karena ay 28 jelas menunjukkan bahwa semua yang lain mendengar kata-kata ini. Tetapi karena mereka tidak mendengar kata-kata Yohanes dan Yesus sebe-lumnya, maka mereka tetap tidak mengerti persoalannya.

b) ‘dengan segera’.

NIV/NASB: ‘quickly’ (= dengan cepat).

Hendriksen: ‘more quickly’ (= dengan lebih cepat).

Kata Yunani yang dipakai adalah TACHION, yang juga dipakai dalam:

· Yoh 20:4 dimana kata itu diterjemahkan ‘lebih cepat’.

· Ibr 13:19,23 (‘lebih lekas’ dan ‘segera’).

Mengapa Yesus ‘menyuruh’ Yudas melakukan rencananya dengan lebih cepat?

William Hendriksen: “Thus tersely Jesus dismissed Judas, and at the same time revealed that he, as the Lord of all, was complete Master of the situation. All the details of his passion, including the time-schedule, were in his own hands, not in the hands of the traitor. In the plan of God it had been decided that the Son of God would make himself an offering for sin by his death on the cross, and that this would happen on Friday, the fifteenth of Nisan. That was not the moment which had been selected by the Sanhedrin or by Judas. Hence, Judas must work faster. And Judas does work faster, probably because he now knew (Matt. 26:25) that he had been ‘discovered.’ He was probably afraid lest the whole plot fail if he did not act quickly” [= Demikianlah dengan pendek dan cepat Yesus membubarkan / menghilangkan Yudas, dan pada saat yang sama menyatakan bahwa Ia, sebagai Tuhan dari semua, berkuasa sepenuh-nya atas situasi saat itu. Semua hal-hal terperinci dari penderitaanNya, termasuk jadwal waktunya, ada dalam tanganNya, bukan dalam tangan si pengkhianat. Dalam rencana Allah telah diputuskan bahwa Anak Allah akan menjadikan diriNya sendiri korban untuk dosa melalui kematianNya pada kayu salib, dan bahwa hal ini akan terjadi pada Jum’at, tanggal ke 15 dari bulan Nisan. Itu bukanlah waktu yang telah dipilih oleh Sanhedrin atau oleh Yudas. Jadi, Yudas harus bekerja lebih cepat. Dan Yudas memang bekerja lebih cepat, mungkin karena sekarang ia tahu (Mat 26:25) bahwa ia telah ‘ditemukan / diketahui’. Mungkin ia takut kalau-kalau seluruh renca-nanya gagal jika ia tidak bertindak dengan cepat] - hal 247-248.

Bandingkan dengan Mat 26:5 - ‘jangan pada waktu perayaan’. Jadi ren-cana tokoh-tokoh Yahudi mula-mula adalah menangkap dan membunuh Yesus setelah masa hari raya (Paskah dan Roti tak beragi) lewat. Yesus sendiri menubuatkan dalam Mat 26:2 bahwa ia akan ditangkap / disa-libkan pada Paskah. Tetapi musuh-musuhNya merencanakan untuk me-nangkap / membunuh Dia setelah Paskah. Lalu muncul­lah Yudas (Mat 26:14-16), yang memberikan jalan bagi para tokoh Yahudi itu untuk mewujudkan rencananya.

Apa yang terjadi dalam Yoh 13 ini, dimana Yudas tahu bahwa Yesus mengetahui pengkhianatannya, membuat Yudas mempercepat rencana-nya sehingga akhirnya pembunuhan / penyaliban terhadap Yesus dilakukan sesuai dengan ketetapan Allah, yaitu pada Paskah.

Knox Chamblin: “Even as they plan his death, his enemies are under his sovereign lordship” (= Bahkan pada saat mereka merencanakan kema-tianNya, musuh-musuhNya ada di bawah pemerintahanNya yang berdaulat) - hal 229.

c) Kata-kata Yesus ini tidak bisa dianggap sebagai perintah, karena kalau ini adalah suatu perintah, maka Yudas tidak bersalah dalam melakukan hal itu.

Matthew Poole: “Christ, knowing this, doth not command, advise, or exhort him; but, in a detestation, bids him go and do what he has resolved to do, and which he knew would be quickly; letting him know both that he knew what was in his heart, and that he was now ready to receive the effects of his malice” (= Kristus, mengetahui hal ini, tidak memerintahkan, menasehati, atau men-desak dia; tetapi, dengan sikap jijik, memintanya untuk pergi dan melakukan apa yang telah ia putuskan untuk dilakukan, dan yang Ia tahu akan terjadi dengan segera; membiarkan dia tahu bahwa Ia tahu apa yang ada dalam hatinya, dan bahwa sekarang Ia siap untuk menerima pengaruh / akibat dari kejahatannya) - hal 351.

Adam Clarke: “As if he had said: ‘Thou are past all counsel; thou hast filled up the measure of thy iniquity, and hast wholly abandoned thyself to Satan; I will not force thee to turn from thy purpose, and without this thou wilt not. Thy designs are all known to me; what thou art determined to do, and I to permit, do directly; delay not, I am ready.’” (= Seakan-akan Ia berkata: ‘Engkau sudah tidak bisa dinasehati; engkau telah memenuhi takaran kejahatanmu, dan telah menyerahkan dirimu sendiri sepenuhnya kepada setan; Aku tidak akan memaksa engkau untuk berbalik dari rencana / tujuanmu, dan tanpa ini engkau tidak akan berbalik. Seluruh rencanamu Aku ketahui; apa yang engkau putuskan untuk dilakukan, dan Aku ijinkan, lakukanlah segera; jangan menunda, Aku siap) - hal 619.

d) Kata-kata Yesus kepada Yudas ini, yang jelas menunjukkan kepada Yudas bahwa Ia mengetahui pengkhianatan Yudas, seharusnya membuat Yudas sadar akan kemahatahuan dan keilahian Yesus, dan ini seha-rusnya mempertobatkannya. Tetapi ternyata Yudas tetap tidak bertobat, dan bahkan meneruskan dan mempercepat rencananya.

Yohanes 13: 28:

Ayat ini menunjukkan bahwa murid-murid masih tidak mengerti bahwa Yudaslah pengkhianat yang Yesus maksudkan.

Adanya kata-kata ‘tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti’ menyebabkan ada orang yang menganggap bahwa Yohanespun juga belum mengerti. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa di sini Yohanes mengecualikan dirinya sendiri. Jadi ia tahu siapa pengkhianat yang Yesus maksudkan.

Leon Morris mengutip kata-kata Barret: “To say that he failed to grasp the meaning of the sign is to make him an imbecile” (= Mengatakan bahwa ia tidak menangkap maksud dari tanda itu membuatnya menjadi orang yang cacat mental) - hal 628.

Saya sendiri berpendapat bahwa di titik ini Yohanes sendiri sudah mengerti maksud Yesus bahwa Yudaslah si pengkhianat itu.

Ay 29:

1) ‘Karena Yudas memegang kas’.

Bahwa Yudas adalah bendahara sudah dibahas dalam Yoh 12:6.

2) ‘ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu’.

a) Ada yang menyerang bagian ini dengan mengatakan: ‘Waktu itu sudah malam, apa ada toko buka?’. Hendriksen menjawab: ini hari / saat istimewa, yaitu Paskah, sehingga toko buka sampai malam (hal 249).

b) Ada juga yang mengatakan bahwa pada waktu Paskah orang dilarang bekerja, sehingga bagaimana mungkin bisa beli barang? Jawab: orang hanya dilarang bekerja pada hari pertama dan ke tujuh dari 7 hari perayaan ini (Im 23:7-8). Juga perlu diingat bahwa Yesus merayakan Paskah lebih dulu satu hari dibanding dengan orang-orang Yahudi yang lain.

c) Bagian ini sering dipakai untuk mengatakan bahwa pada saat ini Yesus belum memulai perjamuan Paskah. Tetapi perlu diingat bahwa pesta itu berlangsung 7 hari! Jadi bisa saja pesta / perjamuan itu sudah dimulai tetapi tetap perlu membeli apa-apa yang perlu untuk kelanjutan pesta itu (Tasker, Tyndale, hal 163).

3) ‘memberi apa-apa kepada orang miskin’.

Jelas bahwa grup Yesus ini miskin, tetapi mereka masih menyisihkan se-bagian uang untuk orang miskin.

Clarke mengatakan bahwa ini mengajar kita, yang miskin sekalipun, untuk tetap menolong orang lain, yang keadaannya lebih parah dari kita.

Yohanes 13: 30:

1) ‘Yudas menerima roti itu lalu segera pergi’.

Keluarnya Yudas ini terjadi sebelum atau sesudah Perjamuan Kudus? Dengan kata lain, Yudas ikut Perjamuan Kudus atau tidak? Ini merupakan pertanyaan yang agak sukar untuk dijawab karena Perjamuan Kudus yang diceritakan dalam Mat 26:26-28, tidak diceritakan oleh Yohanes. Ada 2 kemungkinan:

a) Yudas ikut Perjamuan Kudus.

Dasarnya: Luk 22:21 - “Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini”.

Jawab: Lukas tidak menulis secara chronologis (sesuai dengan urut-urutan waktu)!

Thomas Whitelaw: “Luke’s narrative can with difficulty be regarded as strictly chronological” (= Cerita Lukas tidak bisa dianggap sebagai chronologis secara ketat) - hal 295.

Ini terlihat dari: Luk 22:22 (= Mat 26:24) jelas terjadi sebelum Perjamuan Kudus (Luk 22:17-20 / Mat 26:26-29), tetapi oleh Lukas ditulis setelah Perjamuan Kudus.

b) Yudas tidak ikut Perjamuan Kudus.

Dasar: ay 30 menunjukkan bahwa Yudas langsung pergi setelah ia menerima roti itu. Pemberian roti itu (diceritakan oleh Yohanes, tidak oleh Matius) kelihatannya terjadi persis setelah Mat 26:23, sedangkan Per-jamuan Kudusnya baru dalam Mat 26:26-28.

Tetapi sekalipun Yudas tidak ikut Perjamuan Kudus, tetapi ia pasti ikut Perjamuan Paskah, yang pada saat itu merupakan sakramen Perjanjian Lama. Mengapa ia dibolehkan ikut?

· Dalam Perjanjian Lama tidak ada larangan orang berdosa / ‘kristen KTP’ untuk ikut Perjamuan Paskah, tetapi dalam Perjanjian Baru ada larangan bagi orang seperti itu untuk ikut Perjamuan Kudus (1Kor 11:27-32).

· Matthew Poole: “For although Christ knew Judas’s heart, yet he acted not according to his omniscience, but as the first and prime minister of the gospel, setting us an example, not to judge of secret things, but of things open only” (= Karena sekalipun Kristus mengetahui hati Yudas, tetapi Ia tidak bertindak sesuai dengan kemaha-tahuanNya, tetapi sebagai pe-layan yang pertama dan terutama dari injil, memberikan kita suatu teladan, untuk tidak menghakimi hal-hal yang rahasia, tetapi hanya hal-hal yang terbuka) - hal 352.

2) ‘Pada waktu itu hari sudah malam’.

Banyak sekali penafsir yang mengalegorikan bagian ini.

Wiliam Barclay: “Judas went out - and it was night. John has a way of using words in the most pregnant way. It was night for the day was late; but there was another night there. It is always night when a man goes from Christ to follow his own purposes. It is always night when a man listens to the call of evil rather than the summons of good. It is always night when hate puts out the light of love. It is always night when a man turns his back on Jesus” (= Yudas keluar - dan saat itu sudah malam. Yohanes mempunyai cara menggunakan kata-kata sehingga sarat dengan arti. Itu sudah malam karena hari itu sudah larut; tetapi ada ‘malam’ yang lain di sini. Selalu merupakan ‘malam’ kalau seseorang meninggalkan Kristus untuk mengikuti tujuan / rencananya sendiri. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang lebih mendengarkan panggilan kejahatan dari pada panggilan kebaikan. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu kebencian memadamkan terang dari kasih. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang menghadapkan punggungnya terhadap Yesus) - hal 147.

Thomas Whitelaw: “Perhaps also symbolical of the spiritual condition of the traitor, within whom, as well as round whom, it was night” (= Mungkin juga merupakan simbol dari kondisi rohani dari si pengkhianat, di dalam siapa, dan juga di sekitar siapa, itu adalah malam) - hal 295.

Pulpit Commentary: “The night into which Judas stepped forth was but a faint figure of the deeper night of a soul into which Satan had entered” (= Malam ke dalam mana Yudas melangkah merupakan suatu gambaran yang samar-samar dari malam yang lebih dalam dari sebuah jiwa ke dalam mana Setan telah masuk) - hal 200.

Leon Morris (NICNT): “‘Night’ is more than a time note. In view of the teaching of this Gospel as a whole it must be held to point us to the strife between light and darkness and to the night, the black night, that was in the soul of Judas (cf. 11:10). He had cut himself off from the light of the world and accordingly shut himself up to night” [= ‘Malam’ merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar petunjuk waktu. Dari sudut pandang pengajaran dari Injil ini secara keseluruhan, itu harus dianggap sebagai menunjukkan kepada kita peperangan antara terang dan kegelapan dan pada malam, malam yang gelap, yang ada dalam jiwa Yudas (bdk. 11:10). Ia telah memotong dirinya sendiri dari terang dunia dan karena itu mengurung dirinya pada malam] - hal 628.

John G. Mitchell: “Not to have Jesus Christ in your heart and life means night. ... Here is Judas who spent three and a half years with his wonderful Savior. And when he left, he not only went out into the darkness at midnight, but he went out into impenetrable darkness” (= Tidak mempunyai Yesus dalam hati dan hidupmu berarti ‘malam’. ... Di sinilah Yudas yang melewatkan 3 1/2 tahun bersama dengan Juruselamatnya yang ajaib / luar biasa. Dan ketika ia pergi, ia tidak hanya pergi ke dalam kegelapan pada tengah malam, tetapi ia pergi keluar ke dalam kegelapan yang tak dapat ditembus) - hal 259.

William Hendriksen: “It was night when Judas left that room, night outside; night also inside the heart of Judas” (= Waktu itu hari sudah malam ketika Yudas meninggalkan ruangan itu, malam di luar; malam juga di dalam hati Yudas) - hal 250.

Bagaimanapun menariknya penafsiran yang alegoris ini, saya tetap meng-anggapnya sebagai salah. ‘Malam’ di sini bersifat hurufiah.

Barnes’ Notes: “It was in the evening, or early part of the night. What is recorded in the following chapters took place the same night” (= Itu terjadi pada malam, atau bagian awal dari malam itu. Apa yang dicatat dalam pasal-pasal selanjutnya terjadi pada malam yang sama) - hal 331.

Adam Clarke: “under the conduct of the prince of darkness, and in the time of darkness, he did this work of darkness” (= dibawah pimpinan pangeran kegelapan, dan pada saat gelap, ia melakukan pekerjaan kegelapan ini) - hal 331.

-o0o-

Yohanes 13:31-35

Yohanes 13: 31-32:

1) ‘Sekarang Anak Manusia dipermuliakan’ (ay 31).

Calvin berkata bahwa bahkan pada saat ini salib Kristus cukup untuk membuat kita gemetar, seandainya hal itu tidak disertai penghiburan bahwa Ia menang di kayu salib itu. Apalagi bagi para rasul pada saat itu. Apa yang akan terjadi dengan mereka pada waktu mereka melihat Yesus ditangkap dan dibunuh?

Calvin: “Christ, therefore, provides against this danger, and withdraws them from the outward aspect of death to its spiritual fruit. Whatever ignominy, then, may be seen in the cross, fitted to confound believers, yet Christ testifies that the same cross brings glory and honour to him” (= Karena itu, Kristus bersiap-siap menghadapi bahaya ini, dan menarik mereka dari aspek luar dari kematian kepada buah rohaninya. Maka, hal apapun yang memalukan / tercela yang bisa terlihat dalam salib, bisa membingungkan orang-orang percaya, tetapi Kristus bersaksi bahwa salib yang sama membawa kemuliaan dan hormat bagiNya) - hal 73.

William Hendriksen: “at this very moment which seems to spell defeat, dishonor, and disaster for him, the Son of man is in reality glorified” (= pada saat ini juga dimana kelihatannya menunjukkan kekalahan, kehinaan, dan bencana bagiNya, Anak Manusia dalam kenyataannya dimuliakan) - hal 251.

Jika ini bisa berlaku untuk Yesus, ini juga bisa berlaku untuk kita.

William Barclay: “The glory of Jesus has come; and that glory is the Cross. ... The greatest glory in life is the glory which comes from sacrifice” (= Kemuliaan Yesus telah datang; dan kemuliaan itu adalah salib. ... Kemuliaan yang terbesar dalam kehidupan adalah kemuliaan yang datang dari pengorbanan) - hal 148.

2) ‘dan Allah dipermuliakan di dalam Dia’ (ay 31).

Kematian Kristus memang memuliakan Allah karena mendemonstrasikan kasih Allah kepada dunia.

Calvin: “In all the creatures, indeed, both high and low, the glory of God shines, but nowhere has it shone more brightly than in the cross” (= Memang dalam semua makhluk ciptaan, baik yang mulia maupun hina, kemuliaan Allah bersinar, tetapi tidak ada hal dimana kemuliaan Allah bersinar dengan lebih terang dari pada dalam salib) - hal 73.

3) ‘Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diriNya’ (ay 32).

Calvin: “the Father did not seek his glory from the death of his Son in such a manner as not to make the Son a partaker of that glory” (= Bapa tidak mencari kemuliaanNya dari kematian AnakNya dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak menjadikan Anak ikut ambil bagian dalam kemuliaan itu) - hal 74.

Calvin: “if we sincerely and honestly endeavour to promote the glory of God, we ought not to doubt that God will also glorify us” (= jika kita dengan sungguh-sungguh dan jujur berusaha meninggikan / memajukan kemuliaan Allah, kita tidak perlu ragu-ragu bahwa Allah juga akan memuliakan kita) - hal 74.

4) ’dan akan mempermuliakan Dia dengan segera’ (ay 32).

Untuk menguatkan penghiburan kepada murid-muridNya, Yesus mengatakan bahwa hal ini akan segera terjadi. Kemuliaan Kristus dimulai dengan kebangkitanNya dari antara orang mati, yang memang akan segera terjadi setelah kematianNya, dan lalu disusul dengan pembangkitan orang yang mati secara rohani oleh kuasa Injil dan RohNya.

Yohanes 13: 33:

1) ‘Hai anak-anakKu’. Kata ‘Ku’ sebetulnya tidak ada.

Lit: ‘Little children’ (= anak-anak kecil).

Tetapi bukankah Kitab Suci menyebut Kristus sebagai ‘saudara’ kita (Ro 8:29 Mat 12:50 Mat 25:40 Ibr 2:11-12 bdk. Yoh 20:17)?

Tetapi dalam beberapa ayat Yesus menyebut ‘anakKu’, seperti dalam:

· Mat 9:2 (Lit: ‘child’ / ‘anak’).

· Mat 9:22 (Lit: ‘daughter’ / ‘anak perempuan’).

· Mark 10:24 (Lit: ‘children’ / ‘anak-anak’).

· Yoh 21:5 (Lit: ‘children’ / ‘anak-anak’).

· Wah 21:7. Tetapi, tidak jelas Wah 21:7 ini subyeknya Allah Bapa atau Kristus.

Bdk. juga dengan Yoh 14:18 - ‘Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu’. Ini secara implicit menunjukkan bahwa Ia berfungsi sebagai orang tua kita.

Calvin berkata bahwa sebutan ‘anak’ dalam Yoh 13:33 ini digunakan untuk menunjukkan kasihNya kepada murid-muridNya.

Calvin: “the object which he had in view in clothing himself with our flesh was, that he might be our brother, but by that other name he expresses more strongly the ardour of his love” (= tujuan yang ada dalam pikiranNya pada waktu mema-kaikan daging kita kepada diriNya sendiri adalah supaya Ia bisa menjadi saudara kita, tetapi dengan nama lain itu Ia menyatakan dengan lebih kuat semangat / kobaran kasihNya) - hal 74-75.

Leon Morris (NICNT): “‘Little children’ is a diminutive expressing affection. Jesus knows that this teaching is difficult, but He wants them to be sure of His tender concern for them” (= ‘Anak-anak kecil’ merupakan kata pengecil yang menyatakan kasih. Yesus tahu bahwa ajaranNya sukar, tetapi Ia ingin bahwa mereka yakin akan perhatianNya yang lembut bagi mereka) - hal 632.

Barnes’ Notes mengatakan bahwa istilah ‘anak’ bagi orang kristen bisa menunjuk pada beberapa hal:

· bahwa Allah adalah Bapa mereka.

· bahwa mereka membutuhkan pengajaran dan pimpinan.

· bahwa mereka dikasihi. Ini arti yang dimaksud di sini.

Perlu diingat bahwa Paulus juga menggunakan sebutan ‘anakku’ kepada orang kristen, yang seharusnya adalah saudara seimannya, misalnya dalam Gal 4:19. Juga Yohanes sering menggunakan sebutan ini seperti dalam 1Yoh 2:1,12,28 1Yoh 3:7,18 1Yoh 4:4 1Yoh 5:21.

2) Yesus memaksudkan kata-kataNya dalam Yoh 7:33-34 Yoh 8:21 dimana Ia mengatakan hal yang sama kepada orang-orang Yahudi.

Sekalipun kata-katanya sama, tetapi maksud / tujuannya agak berbeda. Kepada orang Yahudi dalam Yoh 7:33-34 itu kata-kata itu membuang mereka selama-lamanya dari Kerajaan Surga, tetapi kepada murid-murid di sini kata-kata itu diucapkan supaya mereka bersabar menghadapi absennya Yesus untuk sementara waktu.

3) ‘Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang’.

Dalam ay 36 Ia mengatakan dengan lebih lengkap: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku’.

Ay 34-35:

1) ‘Perintah baru’ (ay 34).

a) Perintah.

Pulpit Commentary: “Is it reasonable for love to be commanded? Must not love ever be spontaneous and free? The answer to this question is that Christian love may be cultivated by the use of means appointed by Divine wisdom” (= Masuk akalkah untuk memerintahkan kasih? Bukankah kasih itu harus spontan dan bebas? Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah bahwa kasih Kristen bisa diusahakan dengan menggunakan cara-cara yang ditetapkan oleh hikmat ilahi) - hal 209.

Misalnya dengan berdoa / meminta tolong kepada Tuhan untuk bisa mengampuni dan mengasihi, mendekatkan diri kepada Tuhan. Ingat juga bahwa perintah ini diberikan kepada ‘murid’, yang menunjukkan orang yang ikut Tuhan, belajar Firman Tuhan dan taat kepada Tuhan. Jadi supaya bisa mentaati perintah ini kita harus menjadi murid.

b) Baru.

Mengapa ini disebut perintah baru padahal sudah pernah diberikan dalam Im 19:18? Adam Clarke mengatakan bahwa ini disebut perintah baru karena adanya kata-kata ‘sama seperti Aku telah mengasihi kamu’ (ay 34). Dalam Im 19:18 kita diharuskan mengasihi seperti kita mengasihi diri sendiri, tetapi di sini kita disuruh mengasihi seperti Kristus mengasihi kita. Jadi perintah ini baru dalam tingkat dari kasihnya.

2) ‘supaya kamu saling mengasihi’ (ay 34).

a) Kita memang juga harus mengasihi orang yang bukan Kristen (Mat 22:39 Mat 5:44), tetapi terhadap sesama saudara seiman hal ini lebih ditekan-kan lagi (Gal 6:10), dan inilah yang dipersoalkan oleh Kristus di sini.

b) ‘saling mengasihi’.

Setiap orang kristen wajib mengasihi sesama saudara seimannya. Me-mang jika ada orang kristen yang tidak mengasihi kita, atau yang membenci / berbuat jahat kepada kita, kita tetap wajib mengasihinya, tetapi ini tentu menjadi lebih sukar dilaksanakan. Karena itu kalau sau-dara tidak mengasihi sesama saudara seiman, saudara membuat sau-dara seiman itu juga lebih sukar mengasihi saudara. Karena itu mari kita masing-masing bukannya memperhatikan kasih saudara seiman kepada kita, tetapi kasih kita kepada saudara seiman.

3) ‘sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi’ (ay 34).

Dengan kasih yang bagaimana Kristus mengasihi murid-muridNya?

a) Ia mengasihi dengan kasih yang tidak egois, tidak memikirkan diri sendiri.

William Barclay: “Even in the noblest human love there remains some element of self. We so often think - maybe unconsciously - of what we are to get. We think of the happiness we will receive, or of the loneliness we will suffer if love fails or is denied. So often we are thinking: What will this love do for me? So often at the back of things it is our happiness that we are seeking. But Jesus never thought of himself. His one desire was to give himself and all he had for those he loved” (= Bahkan dalam kasih manusia yang paling mulia di sana ada tersisa / tertinggal elemen diri sendiri. Kita begitu sering berpikir, mungkin secara tak disadari, tentang apa yang akan kita dapatkan. Kita berpikir tentang kebahagiaan yang akan kita terima, atau tentang kesen-dirian yang akan kita derita jika kita tidak mengasihi. Begitu sering kita berpikir: Apa yang akan dilakukan oleh kasih ini bagiku? Begitu sering dibalik hal-hal itu kita mencari kebahagiaan kita sendiri. Tetapi Yesus tidak pernah memikirkan diriNya sendiri. Keinginan satu-satunya adalah mem-berikan diriNya sendiri dan semua yang Ia miliki untuk mereka yang Ia kasihi) - hal 149-150.

b) Ia mengasihi dengan kasih yang rela berkorban (bdk. 1Yoh 3:16).

c) Ia mengasihi dengan kasih yang berpengertian (bdk. Maz 103:14).

d) Ia mengasihi dengan kasih yang mengampuni (bdk. Ef 4:32).

William Barclay: “Their leader was to deny him. They were all to forsake him in the hour of need. They never, in the days of his flesh, really understood him. They were blind and insensitive, slow to learn, and lacking in understanding. In the end they were craven cowards. But Jesus held nothing against them; there was no failure which he could not forgive. The love which has not learned to forgive cannot do anything else but shrivel and die. ... For that very reason all enduring love must be built on forgiveness, for without forgiveness it is bound to die” (= Pemimpin mereka akan menyangkalNya. Mereka semua akan meninggalkanNya pada saat dibutuhkan. Mereka tidak pernah, pada masa hidupNya di dunia, betul-betul mengertiNya. Mereka buta dan tidak peka, lamban dalam belajar, dan tidak mempunyai pengertian. Pada akhirnya mereka adalah pengecut. Tetapi Yesus tidak mendendam; tidak ada kegagalan yang Ia tidak bisa ampuni. Kasih yang tidak belajar mengampuni tidak bisa berbuat lain selain layu dan mati. ... Karena alasan itu maka semua kasih yang bertahan harus dibangun pada pengampunan, karena tanpa pengampunan kasih itu pasti mati) - hal 150.

e) Ia mengasihi dengan kasih yang praktis, bukan teoritis (bdk. 1Yoh 3:18).

Sekalipun kita tidak mungkin bisa mencapai kasih seperti kasih Kristus, tetapi ini harus tetap menjadi tujuan kita.

4) ‘Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi’ (ay 35).

Charles Haddon Spurgeon: “No sermon can be so eloquent to the world as a true manifestation of the love of Christ; and when God restores to his Church genuine, hearty, and sincere Christian love, - I trust we have not wholly lost it, - but when he gives us much more of it, then shall the world be more impressed by the gospel than it is at present” (= Tidak ada khotbah yang bisa lebih mengesankan bagi dunia seperti manifestasi yang benar dari kasih Kristus; dan pada waktu Allah memulihkan kepada GerejaNya kasih Kristen yang asli, sungguh-sungguh, dan tulus, - saya percaya kita belum kehilangan ini sepenuhnya, - tetapi pada waktu Ia memberi kita kasih itu lebih banyak, maka dunia akan lebih terkesan oleh injil dari pada saat ini) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 10, hal 381-382.

Penerapan:

· adakah orang kristen terhadap siapa saudara dendam, jengkel, segan untuk bersekutu? Maukah saudara berusaha mengampuni dan mengasihinya?

· dalam masa krisis moneter seperti sekarang ini, apa wujud kasih saudara terhadap saudara seiman yang berkekurangan?

-o0o-


Yohanes 13:36-38

Yohanes 13: 36:

1) Ay 36a: ‘Tuhan kemanakah Engkau pergi?’.

a) Pertanyaan ini menunjukkan betapa bodohnya Petrus, yang sekalipun sudah berulangkali diberitahu akan kematian Kristus, tetap bertanya seperti itu.

Calvin: “Yet in this respect we are too like him; for we hear daily from the mouth of Christ all that is fitted for the usefulness in life, and all that is necessary to be known, and, when we come to practice, we are as much astonished as apprentices to whom not a word had ever been spoken” (= Tetapi dalam hal ini kita juga seperti dia; karena kita mendengar setiap hari dari mulut Kristus semua yang baik yang berguna dalam hidup, dan semua yang perlu diketahui, dan, pada waktu kita sampai pada prakteknya, kita sama herannya dengan seorang murid yang tidak pernah diajar satu katapun) - hal 77.

b) Pertanyaan ini juga menunjukkan keinginan yang tidak wajar terhadap kehadiran jasmani dari Kristus.

2) Ay 36b: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku’.

Ini bisa menunjuk pada:

a) ‘masuk surga’.

Kalau ini adalah arti yang benar maka ini menunjukkan bahwa kematian seseorang telah ditetapkan, dan tidak mungkin terjadi sebelum waktunya (bdk. Maz 39:6 Mat 6:27).

b) ‘salib’.

Calvin menerima arti kedua dan berkata bahwa Petrus belum cukup ma-tang untuk memikul salib. Ia harus ditumbuhkan dan dikuatkan dulu, baru setelah itu mengikuti Yesus dalam memikul salib.

Ini menunjukkan bahwa Tuhan membatasi pencobaan bagi kita sesuai dengan 1Kor 10:13.

William Hendriksen kelihatannya menggabungkan kedua arti di atas, karena ia berkata:

“Jesus, through death by crucifixion, is going to the Father. Peter cannot follow him now. Why not? We answer: a. because, according to God’s eternal decree, the exact moment for Peter’s departure had not yet arrived; and b. because Peter (as is very evident from what follows) was not yet spiritually ready. Afterward, however, Peter will go the way of Christ. He, too, will go to the Father. He will go to the Father, moreover, by means of death by crucifixion!” [= Yesus, melalui kematian oleh penyaliban, pergi kepada Bapa. Petrus tidak dapat mengikutiNya sekarang. Mengapa tidak? Kami menjawab: a. karena, menurut ketetapan kekal Allah, saat yang tepat untuk kepergian / kematian Petrus belum tiba; dan b. karena Petrus (seperti jelas terlihat dari hal-hal selanjutnya) belum siap secara rohani. Tetapi nanti Petrus akan mengikuti jalan Kristus. Ia juga akan pergi kepada Bapa. Lebih dari itu, ia akan pergi kepada Bapa melalui kematian oleh penyaliban!] - hal 255.

Ay 37:

1) Bdk. Luk 22:33 yang menambahkan bahwa Petrus bersedia masuk penjara dan mati bersama Yesus.

2) Calvin berkata bahwa dengan kata-kata ini Petrus menyatakan bahwa ia tidak puas dengan jawaban Kristus. Ia sadar bahwa ia dianggap belum cukup matang untuk memikul salib, dan ia tidak setuju dengan kata-kata / pan-dangan Kristus tentang dirinya itu. Karena itu ia lalu berkata: ‘Aku akan memberikan nyawaku bagiMu’.

3) Kata-kata Petrus ini menunjukkan:

a) Kasih dan pembaktian diri kepada Yesus.

Ia mengatakan kata-kata itu dengan tulus. Ia ingin ada dimana Yesus ada, dan ia rela menyerahkan nyawanya demi Yesus. Tetapi ia tidak sadar bahwa ternyata kasih dan keberaniannya tidaklah sebesar yang ia perkirakan.

b) Ketidaksabarannya. Ia ingin mengikuti Yesus sekarang.

c) Petrus tidak mengenal dirinya sendiri, berpikir terlalu tinggi tentang dirinya sendiri, dan yakin akan kekuatannya sendiri.

William Hendriksen: “He furnishes, perhaps, the best illustration found anywhere in Scripture of the problem of The Unknown Self” (= Ia menye-diakan, mungkin, ilustrasi terbaik dalam Kitab Suci tentang problem dari tidak adanya pengenalan diri sendiri) - hal 255.

Pulpit Commentary: “None are so near a fall as those who are so confident of their standing. ‘Let him that thinketh he standeth take heed lest he fall.’” (= Tidak ada yang begitu dekat dengan kejatuhan seperti mereka yang begitu yakin bahwa mereka teguh berdiri. ‘Siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh’) - hal 201. Bdk. 1Kor 10:12.

Calvin: “As presumption and rashness proceed from ignorance of ourselves, Peter is blamed for pretending to be a valiant soldier, while he is beyond arrow-shot; for he has not yet made trial of his strength, and imagines that he could do any thing. He was afterwards punished, as he deserved, for his arrogance. Let us learn to distrust our own strength, and to betake ourselves early to the Lord, that he may support us by his power” (= Karena kesombongan dan kesembronoan muncul dari ketidaktahuan tentang diri sendiri, Petrus dipersalahkan karena berlaku sebagai tentara yang berani, sementara ia ada di luar jangkauan panah; karena ia tidak pernah menguji kekuatannya, dan mengira bahwa ia bisa melakukan apa saja. Belakangan ia dihukum, seperti yang layak ia dapatkan, untuk kesombongannya. Biarlah kita belajar untuk tidak mempercayai kekuatan kita sendiri, dan membawa diri kita sendiri kepada Tuhan sejal awal, supaya Ia bisa menopang kita dengan kuasaNya) - hal 79.

Adam Clarke: “Poor Peter! thou wast sincere, but thou didst not know thy own strength. Thou wast at this time willing to die, but when the time came wast not able. ... Let no man think he can do any thing good, without the immediate assitance of God. Peter’s denial should be an eternal warning to all self-confident persons; though there be sincerity and good will at the bottom, yet in the trial these cannot perform that office which belongs to the power of God. We should will, and then look to God for power to execute: without him we can do nothing” (= Petrus yang malang! engkau tulus, tetapi engkau tidak tahu kekuatanmu sendiri. Engkau mau mati pada saat ini, tetapi pada waktu saatnya tiba engkau tidak mampu. ... Janganlah ada orang yang mengira bahwa ia bisa melakukan hal baik apapun, tanpa pertolongan langsung dari Allah. Penyangkalan Petrus harus menjadi peringatan kekal bagi semua orang yang yakin pada dirinya sendiri; sekalipun pada dasarnya di sana ada ketulusan dan kemauan yang baik, tetapi pada saat ujian orang-orang ini tidak bisa melakukan tugas yang menjadi milik dari kuasa Allah. Kita harus mau, dan lalu memandang kepada Allah untuk kuasa untuk melakukan: tanpa Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa) - hal 620.

Catatan: saya berpendapat bahwa bagian terakhir dari kata-kata Clarke ini (yang saya garisbawahi) masih salah! Bdk. Fil 2:13 yang berbunyi: ”karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya kurang jelas. Per-hatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).

RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).

NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).

NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk meng-hendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

Jadi sebetulnya kita bukan hanya tidak punya kekuatan, tetapi juga tidak mempunyai kemauan untuk berbuat baik. Semua itu harus datang dari Tuhan.

4) Fakta yang sebentar lagi akan terjadi adalah kebalikan dari kata-kata Petrus, dan kebalikannya ini mencakup 2 hal:

a) Bukannya Petrus menyerahkan nyawanya bagi Yesus, tetapi sebaliknya Petrus justru menyangkal Yesus 3 x.

b) Bukannya Petrus menyerahkan nyawanya bagi Yesus, tetapi sebaliknya Yesuslah yang menyerahkan nyawaNya bagi Petrus (dan bagi saudara!).

Yohanes 13: 38:

1) Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus. Ia bukan hanya menubuatkan terjadinya penyangkalan, tetapi juga jumlah penyangkalan (3 x), dan saat penyangkalan (sebelum ayam berkokok).

2) Penggenapan nubuat ini diceritakan dalam ke 4 kitab Injil (Mat 26:69-75 Mark 14:66-72 Luk 22:54-62 Yoh 18:15-18,25-27).

3) Mengapa Petrus jatuh?

a) Karena kesombongan dan self-confidence / yakin kepada diri sendiri.

Barnes’ Notes: “Christians may be left to great and disgraceful sins to show them their weakness” (= Orang kristen bisa ditinggalkan / dibiarkan kepada dosa-dosa yang besar dan memalukan untuk menunjukkan kepada mereka akan kelemahan mereka) - hal 128.

Mengomentari kejatuhan Petrus dalam Luk 22:60-62, Charles Haddon Spurgeon berkata:

“Peter had terribly fallen. He had denied his Master, denied him repeatedly, denied him with oaths, denied him in his presence, while his Master was being smitten and falsely charged; denied him, though he was an apostle; denied him, though he had declared that should all men forsake him, yet would he never be offended. It was a sad, sad sin. Remember what led up to it. It was, first, Peter’s presumption and self-confidence. ... A haughty spirit goes before a fall” (= Petrus telah jatuh secara hebat. Ia telah menyangkal Tuannya, menyangkal-Nya berulangkali, menyangkalNya dengan sumpah, menyangkalNya di ha-dapanNya, sementara Tuannya sedang dipukuli dan difitnah; menyang-kalNya sekalipun ia adalah seorang rasul; menyangkalnya sekalipun ia telah menyatakan bahwa sekalipun semua orang meninggalkanNya, ia tidak akan pernah tersandung. Itu adalah dosa yang sangat menyedihkan. Ingatlah apa yang membawanya kepada dosa itu. Itu adalah, pertama-tama, kesom-bongan dan keyakinan diri sendiri dari Petrus. ... Tinggi hati mendahului kejatuhan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 21. Bdk. Amsal 16:18 - “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”.

Charles Haddon Spurgeon: “We must either deny ourselves, or we shall deny our Lord; if we cleave to self-confidence, we shall not cleave to him” (= Kita harus menyangkal diri kita sendiri, atau kita akan menyangkal Tuhan kita; jika kita berpegang erat-erat pada keyakinan diri sendiri, kita tidak akan berpegang erat-erat kepadaNya) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 21.

b) Karena tidak berdoa (Mat 26:36-46).

‘Tidak berdoa’ berhubungan erat dengan ‘self-confidence’ (= yakin pada diri sendiri). Orang yang yakin / percaya kepada dirinya sendiri, tentu tidak akan mengandalkan Tuhan dengan berdoa.

4) Kokok ayam ini nanti dipakai oleh Tuhan untuk menyadarkan / memperto-batkan Petrus (Mat 26:74-75 Mark 14:72 Luk 22:60-62).

a) Mengomentari kokok ayam ini, Charles Haddon Spurgeon berkata:

· “God has all things in his hands, he has servants everywhere, and the cock shall crow, by the secret movement of his providence, just when God wills; and there is, perhaps, as much of divine ordination about the crowing of a cock as about the ascending of an emperor to his throne. Things are only little and great according to their bearings; and God reckoned not the crowing bird to be a small thing, since it was to bring a wanderer back to his Saviour, for, just as the cock crew, ‘The Lord turned, and looked upon Peter.’ That was a different look from the one which the girl had given him, but that look broke his heart” [= Allah mempunyai / memegang segala sesuatu di tanganNya, Ia mempunyai pelayan di mana-mana, dan ayam akan berkokok, oleh gerakan / dorongan rahasia dari providensiaNya, persis pada saat Allah menghendakinya; dan di sana mungkin ada pengaturan / penentuan ilahi yang sama banyaknya tentang berkokok-nya seekor ayam seperti tentang naiknya seorang kaisar ke tahtanya. Hal-hal hanya kecil dan besar menurut hubungannya / sangkut pautnya / apa yang diakibatkannya; dan Allah tidak menganggap berkokoknya burung / ayam sebagai hal yang kecil, karena itu akan membawa orang yang menyimpang kembali kepada Juruselamatnya, karena, persis pada saat ayam itu berkokok, ‘berpalinglah Tuhan memandang Petrus’. Ini adalah pandangan yang berbeda dengan pandangan yang tadi telah diberikan seorang perempuan kepadanya (Luk 22:56), tetapi pandangan itu menghancurkan hatinya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 20.

· “When Peter first denied his Master a cock crew. Peter must have heard that crowing, or he would not have communicated the fact to the evangelists who recorded it. But though he heard it, he was an example of those who have ears, but hear not. One would have thought that the warning would have touched his conscience; but it did not; and when the cock crowed a second time, after he had committed three denials, it might not have awakened him from his dreadful sleep if a higher instrumentality had not been used, namely, a look from the Lord Jesus” (= Pada waktu Petrus pertama kalinya menyangkal Tuannya ayam berkokok. Petrus pasti men-dengar kokok itu, atau ia tidak akan menyampaikan fakta itu kepada para penginjil yang mencatatnya. Tetapi sekalipun ia mendengarnya, ia merupakan contoh dari mereka yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar. Seseorang mengira bahwa peringatan ini menyentuh hati nuraninya; tetapi itu tidak menyentuhnya; dan pada waktu ayam berkokok untuk keduakalinya, setelah ia melakukan 3 penyangkalan, itu mungkin tidak membangunkannya dari tidurnya yang menakutkan, seandainya alat pembantu yang lebih tinggi tidak digunakan, yaitu, pandangan dari Tuhan Yesus) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 22.

Catatan: Satu-satunya catatan tentang kokok pertama dari ayam yang terjadi setelah penyangkalan Petrus yang pertama dicatat dalam Mark 14:68b, tetapi dalam Kitab Suci Indonesia kata-kata ‘dan berkokoklah ayam’ dalam Mark 14:68b itu ada dalam tanda kurung, yang menan-dakan bahwa bagian itu diragukan keasliannya. A. T. Robertson mengatakan bagian ini tidak asli, sedangkan Bruce M. Metzger mengatakan sukar ditentukan asli atau tidaknya bagian ini. Manuscript yang tidak mempunyai bagian ini mungkin ditulis oleh pengcopy yang menghapus bagian ini untuk menyesuaikan dengan ke 3 Injil yang lain yang hanya mencatat 1 x kokok ayam. Tetapi sebaliknya, manuscript yang mempunyai bagian ini mungkin ditulis oleh pengcopy yang menambahkan bagian ini untuk menyesuaikan dengan kata-kata ‘dua kali’ dalam Mark 14:30,72a,72b.

b) Tentang pertobatan Petrus, Charles Haddon Spurgeon berkata:

“It was brought about by two outward means. I like to think of the singular combination: the crowing of the cock, and a look from the Lord. When I come to preach to you, it almost makes me smile to think that God should save a soul through me. I may find a fit image of myself in the poor cock. Mine is poor crowing. But as the Master’s look went with the cock’s crowing, so, I trust, it will go with my feeble preaching. The next time you also go out to try and win a soul for Jesus, say to yourself, ‘I cannot do it: I cannot melt a hard, rebellious heart; but yet the Lord may use me; and if there come a happy conjunction of my feeble words with my Lord’s potent look, then the heart will dissolve in streams of repentance.’ Crow away, poor bird: if Jesus looks whilst thou art crowing, thou wilt not crow in vain, but Peter’s heart will break” (= Itu ditimbulkan / disebabkan oleh 2 cara lahiriah / luar. Saya senang memi-kirkan kombinasi yang luar biasa ini: kokok dari ayam, dan pandangan dari Tuhan. Pada saat saya datang untuk berkhotbah kepadamu, memikirkan bahwa Allah menyelamatkan seorang jiwa melalui saya hampir membuat saya tersenyum. Saya bisa mendapatkan gambar yang cocok dari diri saya sendiri dalam ayam yang hina ini. Khotbahku adalah kokok yang hina. Tetapi sebagaimana pandangan Tuan menyertai kokok ayam itu, begitu juga saya percaya bahwa pandanganNya akan menyertai khotbahku yang lemah. Pada kali yang akan datang engkau juga akan keluar dan mencoba dan memenangkan seorang jiwa untuk Yesus, katakanlah kepada dirimu sendiri: ‘Aku tidak bisa melakukannya: Aku tidak bisa melelehkan hati yang keras dan bersifat pemberontak; tetapi Tuhan bisa memakai aku; dan jika di sana ada gabungan dari kata-kataku yang lemah dan pandangan Tuhan yang kuat, maka hati akan larut dalam aliran pertobatan’. Berkokoklah burung yang hina: jika Yesus memandang pada waktu engkau sedang berkokok, engkau tidak akan berkokok dengan sia-sia, tetapi hati Petrus akan hancur) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 23.

5) Cerita yang kontras dengan cerita Petrus ini.

Adam Clarke: “A fact which occurs in the English Martyrology will serve to illustrate the history of Peter’s denial and fall. In the reign of Queen Mary, when the Papists of this kingdom burned all the Protestants they could convict of denying the doctrine of transubstantiation, a poor man who had received the truth in theory, but had not as yet felt its power, was convinced and sentenced by their bloody tribunal to be burned alive. While they were drawing him to the place of execution, he was very pensive and melancholy; and when he came within the sight of the stake, &c., he was overpowered with fear and terror, and exclaimed, O! I can’t burn! I can’t burn! Some of the attending priests, supposing that he wished to recant, spoke him to that effect. The poor man still believed the truth - felt no disposition to deny it - but did not feel such an evidence of his Maker’s approbation in his own soul as could enable him to burn for it! He continued in great agony, feeling all the bitterness of death, and calling on God to reveal himself through the Son of his love. While thus engaged, God broke in upon his soul, and he was filled with peace and joy in believing. He then clapped his hands, and exclaimed with a powerful voice, I can burn! I can burn! He was bound to the stake, and burned gloriously, triumphing in God through whom he had received the atonement. This was a case in point. The man was convinced of the truth, and was willing to burn for the truth; but had not yet as power, because he had not yet received an evidence of his acceptance with God. He pleaded for this with strong crying and tears, and God answered him to the joy of his soul; and then he was able as he was willing to go to prison and to death. Without the power and consolation of the Spirit of God, who could be a martyr, even for Divine truth? We see now plainly how the case lies: no man is expected to do a supernatural work by his own strength; if left to that, in a case of this kind, his failure must be inevitable. But, in all spiritual matters, assistance is to be sought from God; he that seeks shall find, and he that finds Divine strength shall be equal to the task he is called to fulfil” [= Suatu fakta yang terjadi dalam Martirologi (kumpulan cerita sejarah tentang martir) Inggris menjelaskan sejarah penyangkalan dan kejatuhan Petrus. Dalam pemerintahan Ratu Maria, ketika para pengikut Paus dari kerajaan ini membakar semua orang Protestant yang terbukti menyangkal doktrin Tran-substantiation, seorang yang malang yang telah menerima kebenaran secara teoritis tetapi belum merasakan kuasanya, dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman untuk dibakar hidup-hidup oleh pengadilan berdarah mereka. Sementara mereka menyeretnya ke tempat pelaksanaan hukuman mati, ia kelihatan sangat sedih dan tertekan; dan pada pada waktu ia melihat tempat pelaksanaan hukuman mati, ia dikuasai oleh rasa takut, dan berseru: O! Aku tidak bisa dibakar! Aku tidak bisa dibakar! Beberapa pastor yang hadir me-ngira bahwa ia mau menarik kembali pengakuannya / mengakui kesalahannya dan berbicara kepadanya untuk tujuan itu. Orang yang malang itu tetap percaya kebenaran itu - tidak merasakan ada kecondongan untuk menyang-kalnya - tetapi dalam jiwanya ia tidak merasakan bukti tentang persetujuan dari Penciptanya yang bisa memampukan dia untuk dibakar karenanya! Ia tetap ada dalam kesedihan yang hebat, merasakan semua kepahitan kematian dan meminta Allah untuk menyatakan diriNya sendiri melalui Anak yang dikasihiNya. Sementara ia melakukan hal itu, Allah masuk ke dalam jiwanya, dan ia dipenuhi dengan damai dan sukacita dalam kepercayaan. Ia lalu bertepuk tangan, dan berseru dengan suara keras: Aku bisa dibakar! Aku bisa dibakar! Ia diikat pada tonggak, dan dibakar dengan mulia, menang dalam Allah melalui siapa ia telah menerima penebusan. Ini adalah kasus yang tepat. Orang itu yakin akan kebenaran, dan mau untuk dibakar demi kebenaran; tetapi ia belum mempunyai kuasa, karena ia belum menerima bukti pene-rimaannya dari Allah. Ia memohon hal ini dengan tangisan yang keras dan air mata, dan Allah menjawabnya dengan sukacita dalam jiwanya; dan lalu ia bisa dan mau untuk pergi ke penjara dan kematian. Tanpa kuasa dan penghiburan dari Roh Allah, siapa bisa menjadi martir, bahkan untuk kebenaran ilahi? Sekarang kita melihat dengan jelas bagaimana duduk perkaranya: tidak ada orang diharapkan untuk melakukan pekerjaan supranatural dengan kekuat-annya sendiri; jika dalam kasus seperti itu ia dibiarkan dengan kekuatannya sendiri, kegagalan tidak bisa dihindarkan. Tetapi, dalam semua persoalan rohani, pertolongan harus dicari dari Allah; ia yang mencarinya akan mene-mukannya, dan ia yang menemukan kekuatan ilahi akan setara dengan tugas untuk mana ia dipanggil untuk melakukannya] - hal 621.

Catatan: ‘Transubstantiation’ artinya ‘perubahan zat’. Doktrin Transubstan-tiation adalah doktrin Roma Katolik tentang Perjamuan Kudus, dimana mere-ka percaya bahwa pada saat Perjamuan Kudus terjadi perubahan zat: roti betul-betul berubah menjadi tubuh Kristus dan anggur betul-betul berubah menjadi darah Kristus.

-o0o-

Yohanes 14:1-14

Yohanes 14: 1:

1) ‘Janganlah gelisah hatimu’.

Hendriksen mengatakan bahwa maksud dari ay 1a bukanlah: ‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi ‘berhentilah gelisah’, atau ‘janganlah gelisah terus’. Leon Morris juga berpendapat demikian.

Nubuat bahwa Petrus akan menyangkal Yesus sebanyak 3 x, menunjukkan akan adanya pencobaan yang hebat, dan ini membuat mereka gelisah. Disamping itu Yesus juga menubuatkan bahwa Ia akan meninggalkan mereka, dan ke tempat Ia pergi mereka tidak bisa menyusulNya (Yoh 13:31-33). Bagi para murid, yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus (Mat 4:20,22 Mat 19:27), berita itu tentu membuat mereka gelisah. Dan Yesus tahu bahwa dalam beberapa jam lagi kegelisahan itu bahkan akan makin bertambah. Karena itu Ia mengucapkan kata-kata ini.

Ini menunjukkan bahwa dalam penderitaan, dimana kita tidak bisa melihat apapun selain kegelapan, kita tetap tidak boleh gelisah, tetapi harus tetap percaya.

Calvin: “Christ wished his disciples to remain brave and courageous, when they might think that every thing was in the greatest confusion” (= Kristus meng-inginkan murid-muridNya untuk tetap berani, pada waktu mereka berpikir bahwa segala sesuatu ada dalam kekacauan yang terbesar) - hal 80.

William Barclay: “In a very short time life for the disciples was going to fall in. Their world was going to collapse in chaos around them. At such a time there was only one thing to do - stubbornly to hold on to trust in God. ... There comes a time when we have to believe where we cannot prove and to accept where we cannot understand. If, in the darkest hour, we believe that somehow there is a purpose in life and that that purpose is love, even the unbearable becomes bearable and even in the darkness there is a glimmer of light” (= Sebentar lagi hidup untuk para murid akan runtuh. Dunia mereka akan runtuh dalam kekacauan di sekitar mereka. Pada saat seperti itu hanya ada satu hal yang harus dilakukan - secara bandel terus percaya kepada Allah. ... Akan datang saat dimana kita harus percaya pada saat kita tidak bisa membuktikan, dan menerima pada saat kita tidak bisa mengerti. Jika, pada saat yang paling gelap, kita percaya bahwa bagaimanapun juga ada suatu tujuan / rencana dalam hidup dan bahwa tujuan / rencana itu adalah kasih, bahkan hal-hal yang tak tertahankan menjadi tertahankan, dan bahkan dalam kegelapan ada cahaya yang redup / berkelap-kelip) - hal 152-153.

William Hendriksen: “Jesus does not, in this connection, fully explain why he must die on the cross, though there had been some teaching along this line previously (10:11,14,28; Mark 10:45); neither was a full explanation possible as yet (16:12). He demands abiding trust or faith in God and in himself even then when mysteries multiply” [= Sehubungan dengan ini, Yesus tidak menjelaskan secara penuh mengapa Ia harus mati pada salib, sekalipun sebelum saat ini sudah ada ajaran tentang hal itu (10:11,14,28; Mark 10:45); juga pada saat itu belum dimungkinkan penjelasan yang sepenuhnya (16:12). Ia menuntut tindakan mempercayakan diri atau iman yang terus menerus kepada Allah dan kepada diriNya sendiri, bahkan pada saat misteri-misteri bertambah banyak] - hal 264.

Bdk. Ayub 13:15a - “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku”. Ini salah terjemahan.

KJV: ‘Though he slay me, yet will I trust in him’ (= Sekalipun Ia membunuh aku, tetapi aku akan percaya kepadaNya).

Penerapan: apakah saudara sedang ada dalam problem yang besar dan banyak, kegelapan dan kebingungan yang berlarut-larut? Janganlah gelisah, tetaplah percaya!

2) Ay 1b: ‘percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.

a) Terjemahan.

Kedua kata ‘percayalah’ dalam ay 1b ini, dalam bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan sebagai indicative / pernyataan (‘Kamu percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative / perintah (‘Percayalah kepada Allah / Aku’).

KJV menterjemahkan yang pertama sebagai pernyataan, dan yang kedua sebagai perintah.

KJV: ‘Ye believe in God, believe also in me’ (= Engkau percaya kepada Allah, percaya jugalah kepadaKu).

Calvin mengatakan bahwa kalimat ini bisa diterjemahkan demikian, dan ia memilih terjemahan ini.

Tetapi hampir semua penafsir mengatakan bahwa keduanya harus dalam imperative / perintah, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB.

Mungkin penterjemah KJV dan Calvin berpikir bahwa para murid itu tentu sudah percaya kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga percaya kepadaNya.

Tetapi dalam Mark 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh Yesus un-tuk percaya kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau dalam Yoh 14:1b ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai impe-rative / perintah, itu bisa dipertanggung-jawabkan.

b) Kita harus percaya kepada Allah dan kepada Kristus.

· Tidak ada orang bisa beriman kepada salah satu saja!

Pulpit Commentary: “Such is the relationship between God and Christ that faith in one involves faith in both. Whether faith begins from the human or Divine side, it will find itself embracing the Father and Son, or neither. Thus, when Christ appeared in our world, those who had genuine faith in God readily believe in him, and those who had not rejected him. Faith in the visible and incarnate Son was a test of faith in the invisible and eternal Father” (= Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga iman kepada yang satu melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman mulai dari sisi manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup Bapa dan Anak, atau tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam dunia kita, mereka yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela / mudah percaya kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati meno-lakNya. Iman kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan merupakan ujian iman kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal) - hal 249.

· Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.

Kitab Suci melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi me-nyuruh kita percaya hanya kepada Allah (bdk. Yes 31:1 Yer 17:5-8). Bahwa di sini Yesus menyuruh murid-muridNya percaya kepadaNya, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.

Thomas Whitelaw: “A mere man (if a good man) would never have con-nected his name with God’s as Christ here does. Moses never said, ‘Believe in God and believe in me.’” [= Seseorang yang semata-mata adalah manu-sia (jika ia adalah orang yang baik) tidak akan pernah menghubungkan namanya dengan nama Allah seperti yang Kristus lakukan di sini. Musa tidak pernah berkata: ‘Percayalah kepada Allah dan percayalah kepa-daku.’] - hal 302.

c) Percaya adalah kewajiban utama kita.

Pulpit Commentary: “There is a God, but not to us but by faith. There is a Saviour, but not to us but by faith. Without love we are nothing, and it is equally true that without faith we are nothing - nothing to God and Christ; and they are nothing savingly to us, but by faith they are ours. Hence the soul’s chief duty is to believe” (= Di sana ada Allah, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Di sana ada Juruselamat, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Tanpa kasih kita bukan apa-apa, dan adalah sama benarnya bahwa tanpa iman kita bukan apa-apa - bukan apa-apa bagi Allah dan Kristus; dan dalam persoalan penyelamatan Mereka bukan apa-apa bagi kita, tetapi oleh iman Mereka adalah milik kita. Karena itu, kewajiban utama kita adalah percaya) - hal 249.

3) Baik dalam ay 1a (janganlah gelisah) maupun ay 1b (percayalah), digunakan present imperative (= kata perintah bentuk present), yang menunjukkan bahwa Ia menghendaki supaya perintah ini ditaati terus menerus.

4) Yesus sendiri mengalami kegelisahan / kekacauan hati, dan itu dinyatakan dalam Yoh 11:33 12:27 13:21, dimana kata Yunani yang digunakan adalah kata Yunani yang sama seperti dalam Yoh 14:1 ini. Lalu mengapa Ia mela-rang para murid untuk gelisah, padahal Ia sendiri gelisah? Apakah Ia berdosa dengan merasa gelisah?

Matthew Poole: “Our Saviour himself was troubled, but not sinfully; his trouble neither arose from unbelief, nor yet was in undue measure; it was (as one well expresseth it) like the mere agitation of clear water, where was no mud at the bottom: but our trouble is like the stirring of water that hath a great deal of mud at the bottom, which upon the rolling, riseth up, and maketh the whole body of the water in the vessel impure, roiled and muddy” [= Juruselamat kita sendiri gelisah, tetapi tidak dengan cara yang berdosa; kegelisahanNya tidak muncul dari ketidakpercayaan, dan juga tidak dilakukan dalam takaran yang tidak semes-tinya; itu adalah (seperti seseorang menyatakannya dengan benar / baik) seperti pengadukan terhadap air bersih, dimana tidak ada lumpur di dasarnya: tetapi kegelisahan kita adalah seperti pengadukan terhadap air yang mempunyai banyak lumpur di dasarnya, yang karena pengadukan itu naik ke atas dan membuat seluruh air dalam tempat itu kotor, keruh dan berlumpur] - hal 353.

Yohanes 14: 2-3:

1) Ay 2a: ‘Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal’.

‘Rumah Bapa’ jelas menunjuk pada ‘surga’; dan Yesus mengatakan bahwa di surga ada ‘banyak tempat tinggal’.

a) Ini tidak menunjukkan pada perbedaan tingkat kemuliaan, tetapi pada cukupnya tempat di surga bagi semua orang percaya.

Clarke mengatakan bahwa ini menunjukkan adanya ‘various degree of glory’ (= bermacam-macam tingkat kemuliaan). Tetapi Calvin dan keba-nyakan penafsir lain tidak setuju dengan penafsiran seperti itu, dan me-ngatakan bahwa ini hanya menunjukkan bahwa tempat di surga itu cukup bagi semua. Saya setuju dengan Calvin.

William Hendriksen: “The idea of variety, degrees of glory, though true in itself, is foreign to the present context” (= Gagasan tentang variasi / perbedaan, tingkat-tingkat kemuliaan, sekalipun itu memang benar, merupakan sesuatu yang asing bagi kontext ini) - hal 265.

Matthew Poole: “And the mansions there are many; there is room enough for all believers” (= Dan di sana ada banyak tempat tinggal; ada cukup ruangan untuk semua orang percaya) - hal 353.

Karena itu janganlah saudara tidak memberitakan Injil, dengan pemikiran bahwa kalau terlalu banyak orang yang percaya kepada Yesus, nanti kita akan berdesak-desakan di sorga! Kalau saudara banyak memberitakan Injil dan menghasilkan banyak jiwa, paling banter kita akan berdesak-desakan di gereja, tetapi tidak di surga!

b) Ini menunjukkan bahwa surga dan neraka adalah suatu tempat / lokasi, bukan sekedar suatu kondisi.

Dalam ay 2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata ‘tempat’ muncul 5 x, dan ini menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat (dan konsekwensinya, demikian juga dengan neraka). Mengatakan bahwa surga dan neraka bukanlah ‘suatu lokasi’ tetapi hanya ‘suatu kondisi’ menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci!

Pulpit Commentary: “Heaven is a definite locality. Jesus is there in his glorified body” (= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan) - hal 232.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

“It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

c) Ini menunjuk pada suatu tempat tinggal yang tetap.

Kata ‘tempat tinggal’ dalam bahasa Yunani adalah MONAI (bentuk jamak), dan kata Yunani ini hanya muncul di sini dan dalam Yoh 14:23.

Thomas Whitelaw: “signifies places of permanent rest” (= menunjukkan tempat istirahat permanen) - hal 302.

Pulpit Commentary: “The settled life is thought of rather than the wandering one. Jesus knew full well what a wandering life his disciples would have, going into strange and distant countries. They would have to travel as he himself had never travelled. The more they apprehended the work to which they had been called, the more they would feel bound to go from land to land, preaching the gospel while life lasted. To men thus constantly on the move, the promise of a true resting-place was just the promise they needed” (= Yang dipikirkan adalah hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara. Yesus tahu sepenuhnya kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dija-lani oleh para muridNya, pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke tempat dimana Ia sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan kemana mereka dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, membe-ritakan Injil sementara mereka masih hidup. Bagi orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat yang sejati adalah janji yang mereka butuhkan) - hal 260.

2) Ay 2b: ‘Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu’.

a) Terjemahan.

NIV: ‘I am going there to prepare a place for you’ (= Aku sedang pergi ke sana untuk mempersiapkan tempat bagimu).

Sebetulnya kata ‘ke situ’ atau ‘there’ (= ke sana) tidak ada.

NASB: ‘for I go to prepare a place for you’ (= karena Aku pergi untuk mempersiapkan tempat bagimu).

Hal yang sama terjadi dengan ay 3a: ‘Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu’. Sama seperti dalam ay 2b tadi, kata ‘ke situ’ sebetulnya tidak ada.

NIV/NASB: ‘And if I go and prepare a place for you’ (= Dan jika aku pergi dan menyiapkan tempat bagimu).

b) Apa arti dari ‘pergi’?

Kalau dikatakan ‘pergi ke situ’ maka ini hanya bisa menunjuk ‘pergi ke surga’, tetapi kalau dikatakan ‘pergi’ maka ini bisa mencakup lebih banyak arti.

Dalam kata ‘pergi’ dalam ay 2b,3a ini tercakup hal-hal sebagai berikut: mati disalib untuk dosa-dosa kita, bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di kanan Allah, dan menjadi Pengantara / Pembela / Jurusyafaat kita di surga.

c) Matthew Poole: “the place was prepared of old; those who shall be saved, were of old ordained unto life. That kingdom was prepared for them before the foundation of the world; that is, in the counsels and immutable purpose of God. These mansions for believers in heaven were to be sprinkled with blood: the sprinkling of the tabernacle, and all the vessels of the ministry, were typical of it; but the heavenly things themselves with better sacrifices than these, saith the apostle, Heb. 9:21,23” (= tempat ini disiapkan sejak dulu; mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak dulu ditentukan untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia dijadikan; yaitu, dalam rencana Allah yang kekal. Tempat tinggal - tempat tinggal untuk orang-orang percaya di surga ini harus diperciki dengan darah: pemercikan terhadap kemah suci, dan semua alat-alat pelayanan / alat-alat untuk ibadah merupakan TYPE dari itu; tetapi hal-hal / benda-benda surgawi itu sendiri dengan persembahan / korban yang lebih baik dari ini, kata sang rasul, Ibr 9:21,23) - hal 353.

d) Yesus pergi, demi murid-muridNya (dan juga demi kita yang percaya kepadaNya).

Salah satu penyebab kegelisahan para murid adalah perpisahan yang akan terjadi antara mereka dengan Yesus. Karena itu Yesus lalu meng-ucapkan ay 2-3 ini, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa perpisahan itu hanya bersifat sementara, tetapi lebih dari itu bahwa perpisahan itu terjadi untuk kebaikan mereka.

F. F. Bruce: “They had been dismayed when he spoke of going away; now they are assured that his going away is for their advantage” (= Mereka telah merasa kecil hati pada waktu Ia berkata bahwa Ia akan meninggalkan mere-ka; sekarang mereka diyakinkan bahwa kepergianNya adalah untuk keun-tungan mereka) - hal 297.

Ada banyak hal-hal yang mengecewakan kita tetapi kalau kita memang anak Allah, semua pasti diatur Allah untuk kebaikan kita (Ro 8:28).

3) Ay 3b: ‘Aku akan datang kembali’.

Calvin: Ini tidak menunjuk pada turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.

Calvin: “This place is said to be prepared for the day of the resurrection” (= Dikatakan bahwa tempat ini disiapkan untuk hari kebangkitan) - hal 82.

Hendriksen mempunyai pandangan yang sama dengan Calvin, tetapi Pulpit Commentary mengatakan bahwa ini tidak menunjuk pada Pentakosta, pertobatan, hari penghakiman, tetapi menunjuk pada kematian setiap murid (hal 232).

Ada juga orang yang menggabungkan kedua pandangan di atas.

Thomas Whitelaw: “first at the death of the believer ... and finally at the last day” (= Pertama-tama pada saat kematian orang percaya ... dan akhirnya pada hari terakhir) - hal 303.

4) Ay 3c: ‘membawa kamu ke tempatKu’. Ini salah terjemahan.

NASB: ‘receive you to Myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).

NIV: ‘take you to be with me’ (= membawamu untuk bersamaKu).

RSV: ‘take you to myself’ (= membawamu kepadaKu sendiri).

KJV: ‘receive you unto myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).

Hendriksen: ‘I will take you to be face to face with me’ (= Aku akan mem-bawamu untuk berhadapan muka dengan Aku ).

Ini terjemahan hurufiah, karena di sini digunakan kata Yunani PROS, yang juga digunakan dalam Yoh 1:1 dan 1Yoh 1:2 (diterjemahkan ‘bersama-sama dengan’).

Ini masih disambung lagi dengan ay 3d: ‘supaya di tempat dimana Aku ber-ada, kamupun berada’.

Bandingkan ini dengan Yoh 17:24 - “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.

William Hendriksen: “So wonderful is Christ’s love for his own that he is not satisfied with the idea of merely bringing them to heaven. He must needs take them into his own embrace” (= Begitu ajaibnya kasih Kristus untuk milikNya sehingga Ia tidak puas dengan gagasan tentang sekedar membawa mereka ke surga. Ia harus membawa mereka ke dalam pelukanNya sendiri) - hal 265-266.

John G. Mitchell: “the important thing is not heaven. The important thing is being with Him” (= hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah ber-sama dengan Dia) - hal 268.

Penerapan: Tuhan mementingkan persekutuan / kebersamaan dengan sau-dara yang adalah orang percaya. Apakah saudara juga mementingkan per-sekutuan dengan Tuhan?

· Apakah saudara menganggap mati sebagai suatu keuntungan (bdk. Fil 1:21) karena dengan demikian saudara akan masuk surga atau karena saudara akan bersama dengan Kristus (bdk. Fil 1:23 - ‘aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus’)?

· Apakah dalam berbakti saudara hanya ‘pergi ke gereja’ atau ‘bersekutu dengan Tuhan’?

· Pada waktu bersaat teduh, apakah saudara melakukan sekedar sebagai tradisi, atau karena ingin bersekutu dengan Tuhan?

· Apakah pada waktu berdoa saudara hanya sekedar ‘meminta sesuatu / meminta terhindar dari sesuatu’ atau ‘ingin bersekutu dengan Tuhan’?

John Henry Jowett mengomentari 1Sam 4:1-11 (tentang Israel yang berpe-rang melawan Filistin dengan membawa dan mengandalkan tabut perjanjian) dengan komentar sebagai berikut:

“They were making more of the ark than of the Lord. Their religion was degenerating into superstition. I become superstitious whenever the means of worship were permitted to eclipse the Object of worship. ... It can be so with prayer. I may use prayer as a magic minister to protect myself from evasive ills. I do not pray because I desire fellowship with the Father, but because I should not feel safe without it. ... So let mine eyes be ever ‘unto the Lord!’ Let me not be satisfied with the ark, but let me seek Him whose name is holy and whose nature is love” (= Mereka lebih mementingkan tabut dari pada Tuhan. Agama mereka merosot kepada tahyul. Saya menjadi orang yang percaya tahyul pada saat cara penyembahan / ibadah diijinkan untuk memudarkan obyek penyembahan / ibadah. ... Hal seperti itu bisa terjadi dengan doa. Saya bisa menggunakan doa sebagai alat / pelayan magic untuk melindungi diriku dari hal-hal yang ingin saya hindari. Saya tidak berdoa karena saya menginginkan persekutuan dengan Allah, tetapi karena aku tidak merasa aman tanpa doa. ... Jadi biarlah mata saya selalu diarahkan kepada Tuhan! Biarlah saya tidak puas dengan tabut, tetapi biarlah saya mencari Dia yang namaNya adalah kudus dan yang sifatNya adalah kasih) - ‘Springs of Living Water’, April 14.

5) Ay 3 yang menunjukkan bahwa Yesus pergi (termasuk pergi ke surga) untuk menyiapkan tempat tinggal bagi kita ini harus dibandingkan dengan Ibr 6:20, dimana Yesus disebut sebagai ‘Perintis’.

KJV/RSV/NASB: ‘forerunner’ (= pelopor).

Kata Yunaninya adalah PRODROMOS, dan hanya muncul 1 x dalam Perjanjian Baru.

William Barclay: “There are two uses of this word which light up the picture within it. In the Roman army the prodromoi were the reconnaissance troops. They went ahead of the main body of the army to blaze the trail and to ensure that it was safe for the rest of the troops to follow. The harbour of Alexandria was very difficult to approach. When the great corn ships came into it a little pilot boat was sent out to guide them along the channel into safe waters. That pilot boat was called the prodromos. It went first to make it safe for others to follow. That is what Jesus did. He blazed the way to heaven and to God that we might follow in his steps” (= Ada 2 penggunaan dari kata ini yang menjelaskan hal ini. Dalam tentara Romawi PRODROMOI adalah pasukan pengintaian. Mereka berjalan di depan pasukan utama dari tentara itu untuk membuka jalan dan memastikan keamanan dari sisa pasukan untuk mengikuti mereka. Pelabuhan Alexandria adalah tempat yang sukar di dekati. Pada saat kapal jagung / gandum yang besar datang kepadanya, sebuah perahu pembimbing yang kecil dikeluarkan untuk memimpin mereka di sepanjang jalan kepada air / tempat yang aman. Perahu pembimbing itu disebut PRODROMOS. Perahu itu berangkat dulu untuk membuat yang lain bisa mengikutinya dengan aman. Itulah yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan ke surga dan kepada Allah sehingga kita mengikuti langkah-langkahNya) - hal 155.

Catatan: prodromoi adalah bentuk jamak dari prodromos.

6) ‘Akan masuk surga bersama Yesus’ adalah penghiburan bagi kita pada saat kita menderita.

Ay 2-3 ini harus direnungkan kalau kita ada dalam penderitaan / kesusahan, problem. Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita akan bersama dengan Yesus di surga!

Ro 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

2Kor 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.

Yohanes 14: 4-5:

1) Ini menunjukkan kejujuran Tomas, seperti yang juga terlihat dalam Yoh 20:25. Dia tidak mau berpura-pura percaya atau berpura-pura tahu.

Mungkin ia berpikir: ‘Tadi Engkau sendiri mengatakan bahwa ke tempat dimana Engkau akan pergi, kami tidak bisa datang (13:33); lalu bagaimana mungkin Engkau sekarang berkata bahwa kami tahu jalan ke sana?’.

William Barclay: “There was one among them who could never say that he understood what he did not understand, and that was Thomas. He was far too honest and far too much in earnest to be satisfied with any vague pious expressions. Thomas had to be sure. So he expressed his doubts and his failure to understand, and the wonderful thing is that it was the question of a doubting man which provoked one of the greatest things Jesus ever said. No one need be ashamed of his doubts; for it is amazingly true that he who seeks will in the end find” (= Ada satu di antara mereka yang tidak pernah bisa berkata bahwa ia tahu / mengerti apa yang ia tidak tahu / mengerti, dan itu adalah Tomas. Ia terlalu jujur dan terlalu bersungguh-sungguh untuk dipuaskan dengan pernyataan-pernyataan saleh yang kabur. Tomas harus yakin. Jadi ia menyatakan keraguannya dan kegagalannya untuk tahu / mengerti, dan hal yang sangat bagus adalah bahwa pertanyaan dari seseorang yang ragu-ragulah yang menimbulkan salah satu hal terbesar yang pernah diucapkan oleh Yesus. Tak seorangpun perlu malu ten-tang keraguannya; karena merupakan sesuatu yang benar bahwa ia yang mencari pada akhirnya akan mendapatkan / menemukan) - hal 156-157.

2) Kalau demikian, apakah kata-kata Yesus dalam ay 4 tadi salah? Ia berkata ‘kamu tahu’ padahal Tomas tidak tahu. Untuk menjawab ini, ada yang menafsirkan:

· Dalam ay 4, Yesus memaksudkan: ‘Kamu seharusnya tahu’.

· Mereka (para murid) memang mempunyai pengetahuan, tetapi agak ka-bur / tidak pasti.

Ay 6:

1) Ini adalah kalimat ke 6 menggunakan ‘I AM’.

2) ‘Akulah jalan ... Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.

a) Kata-kata ‘Akulah jalan’ menyebabkan dalam Kitab Kisah Para Rasul kekristenan sering disebut dengan istilah ‘jalan’ (Bdk. Kis 9:2 19:9,23 24:14,22). Bdk. juga dengan Ibr 10:20 - “karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri”.

b) William Hendriksen: “‘I am the way.’ Jesus does not merely show the way; he is himself the way. It is true that he teaches the way (Mark 12:14; Luke 20:21), guides us in the way (Luke 1:79), and has dedicated for us a new and living way (Heb. 10:20); but all this is possible only because he is himself the way” [= ‘Aku adalah jalan’. Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Adalah benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark 12:14; Luk 20:21), memimpin kita di dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah memberikan kita jalan yang baru dan hidup (Ibr 10:20); tetapi semua ini memungkinkan hanya karena Ia sendiri adalah jalan itu] - hal 267.

Dalam hal ini Yesus berbeda dengan semua pendiri agama lain. Mereka paling-paling bisa menunjukkan jalan, tetapi mereka tidak pernah mengatakan: ‘Akulah jalan’.

Dan pada waktu mereka menunjukkan jalan, kita perlu mengingat kata-kata Kitab Suci: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12).

c) Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

Yoh 14:6 ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:

1. Kitab Sucinya salah. Yesus sebetulnya tidak pernah mengucapkan kata-kata ini.

2. Kitab Sucinya benar. Yesus memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, Ia tidak mengucapkan kebenaran. Dengan kata lain Yesus berdusta!

3. Kitab Sucinya benar dan Yesusnya tidak berdusta. Jadi Ia memang adalah satu-satunya jalan ke surga.

Kalau saudara menerima salah satu dari 2 kemungkinan pertama, maka saudara seharusnya berhenti jadi orang kristen. Adalah kegilaan kalau seseorang tetap menjadi orang kristen padahal ia percaya Kitab Sucinya salah atau Yesusnya berdusta! Kalau saudara menolak 2 kemungkinan pertama itu, maka hanya kemungkinan terakhirlah yang menjadi pilihan saudara! Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga!

Ayat ini jelas menentang:

a. Universalisme, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang akan masuk surga.

b. Pandangan yang mengatakan bahwa orang yang beragama lain tetap bisa masuk surga sekalipun tidak percaya kepada Yesus.

Berdasarkan ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa bagaimanapun baiknya hidup seseorang, dan agama apapun yang ia anut, kalau ia tidak mempunyai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tetap akan pergi ke neraka. Mengapa? Karena ia tetap adalah orang berdosa, sehingga tanpa Penebus / Juruselamat dosa maka ia harus membayar sendiri hutang dosanya di dalam neraka.

Beberapa komentar tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan:

· Barnes’ Notes: “To come to the Father is to obtain his favour, to have access to his throne by prayer, and finally to enter his kingdom. No man can obtain any of these except by the merits of the Lord Jesus Christ. By coming by him is meant coming in his name, and depending on his merits. ... We are sinful, and it is only by his merits that we can be pardoned. ... God has appointed him as the Mediator, and has ordained that all blessings shall descend to this world through him” (= Datang kepada Bapa adalah mendapatkan perkenanNya, mendapatkan jalan masuk ke tahtaNya melalui doa, dan akhirnya memasuki kerajaanNya. Tidak seorangpun bisa mendapatkan hal-hal ini kecuali oleh jasa Tuhan Yesus Kristus. Yang dimaksud dengan datang melaluiNya adalah datang dalam nama-Nya, dan bergantung / bersandar pada jasaNya. ... Kita adalah orang berdosa dan hanya oleh jasaNya kita bisa diampuni. ... Allah telah menetapkanNya sebagai Pengantara, dan telah menentukan bahwa semua berkat akan turun kepada dunia ini melalui Dia) - hal 333.

Catatan: Jelas bahwa yang ditekankan dalam Yoh 14:6 ini adalah persoalan masuk surga, karena kontex (ay 2-4) membicarakan rumah Bapa / surga. Jadi bagian secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (bdk. Kis 4:12 1Yoh 5:11-12). Siapapun yang menafsirkan bahwa bagian ini tidak menunjukkan bahwa orang beragama lain tidak bisa masuk surga, adalah orang kurang ajar / nabi palsu, yang telah memutar-balikkan Kitab Suci (bdk. 2Pet 3:16). Contoh: orang-orang Liberal mengatakan bahwa Yoh 14:6 ini hanya berlaku untuk orang kristen. Ini membuat kata-kata Yesus ini menjadi tidak ada artinya / kehilangan maknanya sama sekali. Apa gunanya kata-kataNya ini kalau itu hanya berlaku untuk orang kristen?

Tetapi sekalipun penekanan Yoh 14:6 ini adalah dalam persoalan masuk surga, jelas bahwa:

* kita bisa berkenan pada Bapa, juga hanya kalau kita menerima jasa penebusan Yesus melalui iman (Yoh 3:36 Ibr 11:6).

* pada waktu kita berdoa, Yesus juga adalah satu-satunya jalan / pengantara kepada Bapa. Karena itulah kita berdoa ‘dalam nama Yesus’ (Yoh 14:13-14 Yoh 16:23-24 bdk. Ibr 10:19-22).

· Calvin: “men contrive for themselves true labyrinth, whenever, after having forsaken Christ, they attempt to come to God. ... Wherefore all theology, when separated from Christ, is not only vain and confused, but is also mad, deceitful, and spurious” (= manusia mengusahakan / membuat bagi diri mereka sendiri suatu susunan yang membingungkan, pada waktu, setelah meninggalkan Kristus, mereka berusaha untuk datang kepada Allah. ... Karena itu semua theologia, pada waktu dipisahkan dari Kristus, bukan hanya sia-sia dan kacau, tetapi juga gila, bersifat penipu, dan palsu) - hal 85.

Calvin: “it is a foolish and pernicious curiosity, when men, not satisfied with him, attempt to go to God by indirect and crooked path” (= merupakan keingin-tahuan yang bodoh dan jahat, pada waktu manusia, tidak puas dengan Dia, berusaha untuk pergi kepada Allah melalui jalan yang tidak langsung dan bengkok / berliku-liku) - hal 86.

· Charles Haddon Spurgeon: “There is no getting to God except through Christ. Those who say that we can go to heaven without a Mediator know not what they say, or say what they know to be false. There can be no acceptable approach to the Father except by Jesus Christ the Son” (= Tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali melalui Kristus. Mereka yang berkata bahwa kita dapat pergi ke surga tanpa seorang Pengantara tidak tahu apa yang mereka katakan, atau mengatakan apa yang mereka tahu sebagai sesuatu yang salah. Tidak ada tindakan mendekat kepada Bapa yang bisa diterima kecuali oleh Yesus Kristus sang Anak) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 8, hal 67.

· Pulpit Commentary: “Those who want to be with Jesus hereafter must be with him here. And those who want to be with the Father hereafter, having knowledge of him, and receiving of his fulness, can only gain this through Jesus. There is no other name given whereby men are to be saved” (= Mereka yang ingin bersama dengan Yesus di alam baka harus bersama dengan Dia di sini. Dan mereka yang ingin bersama dengan Bapa di alam baka, mengenal Dia dan menerima kepenuhanNya, hanya bisa men-dapatkan ini melalui Yesus. Tidak ada nama lain yang diberikan dengan mana manusia bisa diselamatkan) - hal 261.

· A. T. Robertson: “There is no use for the Christian to wince at these words of Jesus. If he is really the Incarnate Son of God (1:1,14,18), they are necessarily true” [= Tidak ada gunanya bagi orang Kristen untuk ber-balik / mundur pada kata-kata Yesus ini. Jika Ia betul-betul adalah Anak Allah yang berinkarnasi (1:1,14,18), kata-kataNya itu pasti benar] - hal 250.

· F. F. Bruce: “he is himself the way to the Father. He is, in fact, the only way by which men and women may come to the Father; there is no other way. If this seems offensively exclusive, let it he borne in mind that the one who makes this claim is the incarnate Word, the revealer of the Father” (= Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain. Jika ini kelihatannya bersifat exklusif dan menghina, baiklah dicamkan bahwa yang membuat pernya-taan ini adalah Firman yang berinkarnasi, yang menyatakan Bapa) - hal 298.

d) Karena ayat ini mengajarkan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, maka konsekwensinya adalah: orang kristen harus memberitakan Injil, supaya orang-orang di sekitarnya bisa percaya kepada Yesus dan dise-lamatkan (bdk. Ro 10:13-15).

3) ‘Akulah ... kebenaran’.

a) Yesus adalah kebenaran.

Pulpit Commentary: “it is observable that Jesus does not say, ‘I teach the truth;’ he says, ‘I am the Truth.’” (= perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata: ‘Aku mengajarkan kebenaran’; Ia berkata: ‘Aku adalah kebe-naran’) - hal 239.

Catatan: Yesus memang pernah berkata: Aku mengatakan kebenaran (Yoh 8:40,45,46). Tetapi perlu diingat bahwa Ia bukan hanya mengatakan kebenaran, tetapi Ia sendiri adalah kebenaran.

Ini sama seperti Roh Kudus, yang sekalipun dikatakan menginsyafkan dunia akan kebenaran (Yoh 16:8), memimpin orang ke dalam kebenaran (Yoh 16:13), tetapi juga disebut sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17 15:26 16:13).

b) Bahwa Yesus adalah kebenaran, menjamin bahwa kata-kataNya yang menyatakan diriNya sebagai satu-satunya jalan ke surga, adalah benar!

4) ‘Akulah ... hidup’.

Pulpit Commentary: “if we truly have Jesus, whatever we may lack, we shall not lack life” (= jika kita betul-betul mempunyai Yesus, dalam hal apapun kita kekurangan, kita tidak akan kekurangan hidup / kehidupan) - hal 261.

5) ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.

a) Kata-kata ini kelihatannya menggelikan / merupakan kebodohan. Me-ngapa?

Leon Morris (NICNT): “‘I am the Way’, said One who would shortly hang impotent on the cross. ‘I am the Truth’, when the lies of evil men were about to enjoy a spectacular triumph. ‘I am the Life’, when within a few hours His corpse would be placed in a tomb” (= ‘Akulah jalan’, kata Orang yang sebentar lagi tergantung tak berdaya pada salib. ‘Akulah kebenaran’, pada waktu dusta orang-orang jahat akan menikmati kemenangan yang spekta-kuler. ‘Akulah hidup’, pada saat dalam beberapa jam lagi mayatNya akan diletakkan dalam sebuah kubur) - hal 641.

Memang Injil adalah ‘kebodohan’, tetapi “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (1Kor 1:21b)!

b) Kata-kata ini harus kita tanggapi.

Ada kata-kata indah yang berbunyi sebagai berikut:

You call Me the way but you do not follow Me, (= Engkau menyebutKu jalan tetapi engkau tidak mengikutKu,)

You call Me the light but you do not see Me, (= Engkau menyebutKu terang tetapi engkau tidak melihatKu,)

You call Me the teacher but you do not listen to Me, (= Engkau menyebutKu guru tetapi engkau tidak mendengarkanKu,)

You call Me the Lord but you do not serve Me, (= Engkau menyebutKu Tuhan tetapi engkau tidak melayaniKu,)

You call Me the truth but you do not believe in Me, (= Engkau menyebutKu kebenaran tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,)

Do not be surprised if one day I don’t know you. (= Janganlah terkejut jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu.)

Yohanes 14: 7:

1) ‘Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu mengenal juga BapaKu’.

Jika kamu mengenal Aku seperti seharusnya, yaitu mengenal bahwa Aku adalah Anak Allah yang kekal, yang setara / sehakekat dengan Bapa, maka kamu pasti juga mengenal Bapa.

2) ‘Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia’.

NIV/NASB: ‘from now on’ (= mulai sekarang ini).

Matthew Poole: “And if you believe what I say, from henceforth you do know the Father, and you have seen the Father so oft as you have seen me” (= Dan jika engkau percaya apa yang Aku katakan, sejak sekarang ini dan seterusnya engkau mengenal Bapa, dan engkau telah melihat Bapa sesering engkau telah melihat Aku) - hal 354.

The Interpreter’s One-Volume Commentary on the Bible:

“It is a seeing that is also knowing; for though ‘no one has ever seen God’ (1:18), he who has seen me has seen the Father (14:9)” [= Itu adalah melihat yang juga mengenal; karena sekalipun ‘tidak seorangpun yang pernah melihat Allah’ (1:18), ia yang telah melihat Aku telah melihat Bapa (14:9)] - hal 723.

3) Yesus bisa mengucapkan seluruh ay 7 ini bukan karena Ia adalah satu pribadi dengan Bapa, tetapi karena adanya kesatuan hakekat antara Yesus dengan Bapa! Dengan kata lain, Yesus betul-betul adalah Allah sendiri.

William Barclay: “The danger of the Christian faith is that we may set up Jesus as a kind of secondary God” (= Bahaya dari iman Kristen adalah bahwa kita men-dirikan Yesus sebagai semacam Allah sekunder / kedua) - hal 161-162.

Perlu diingat bahwa adanya Allah besar dan Allah kecil, sebetulnya hanya ada dalam agama-agama lain di luar Kristen, seperti Hindu (Brahma, Wisnu, Syiwa), dan juga agama Yunani kuno (dewa Zeus, Yupiter, Venus, dsb). Kristen tidak mengenal ajaran seperti itu. Allah kecil atau setengah Allah itu tidak pernah ada. Atau seseorang itu Allah, atau ia bukan Allah sama sekali.

Ini perlu dicamkan untuk menghadapi Saksi Yehovah, Mormon, Pdt. Bambang Noorsena (Gereja Orthodox Syria) dsb, yang mengatakan Yesus hanya ‘allah kecil’.

Ay 8:

1) Kebodohan yang membawa manfaat.

Pertanyaan Filipus dalam ay 8 ini merupakan pertanyaan bodoh, karena baru saja dalam ay 7 Kristus mengucapkan kata-kata yang sebetulnya merupakan jawaban dari pertanyaan itu. Tetapi karena adanya pertanyaan itu maka Yesus mendapatkan kesempatan untuk mengajarkan sesuatu yang penting tentang hubunganNya dengan Bapa.

Leon Morris (NICNT): “A question from Philip opens the way for some teaching on the intimate relation existing between Jesus and the Father” (= Suatu perta-nyaan dari Filipus membuka jalan untuk suatu pengajaran tentang hubungan yang intim yang ada antara Yesus dan Bapa) - hal 643.

Jadi, kebodohan Filipus ternyata membawa manfaat! Tetapi ini tentu tidak berarti bahwa kita boleh membiarkan diri kita terus bodoh! Semua orang kristen harus berusaha untuk menjadi lebih pandai dengan banyak belajar Firman Tuhan. Bdk. 1Kor 15:20 Amsal 1:20-23,32-33 Amsal 2:1-5 Amsal 3:13-15. Ini sama seperti sekalipun dikatakan ‘dimana dosa bertambah banyak di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah’ (Ro 5:20b), tetapi lalu ditambahkan bahwa kita tidak boleh bertekun dalam dosa (Ro 6:1).

2) ‘tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’.

a) Pulpit Commentary: “The very request, ‘Show us the Father,’ is a confession of their ignorance of Jesus; for if they had known him, they would have known the Father” (= Permohonan ‘Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’ merupa-kan suatu pengakuan tentang ketidak-tahuan / ketidak-mengertian mereka tentang Yesus; karena jika mereka mengenalNya, mereka juga telah menge-nal Bapa) - hal 251.

Tetapi ini tak boleh diartikan seakan-akan para murid itu sama sekali tidak mengenal Yesus. Bdk. Mat 16:15-17.

William Hendriksen: “What the disciples lacked, however, was not genuine faith as such but genuine faith in full measure. They had seen but, due to their own sinfulness, they had not seen clearly enough” (= Tetapi para murid bukannya tidak mempunyai iman yang sejati, tetapi tidak mempunyai iman sejati dengan sepenuhnya. Mereka telah melihat tetapi karena keberdosaan mereka, mereka belum melihat dengan cukup jelas) - hal 270-271.

b) Kata ‘tunjukkanlah’ dalam bahasa Yunaninya adalah DEIXON, dan ini ada dalam bentuk ‘aorist imperative’ (= kata perintah bentuk lampau), yang maksudnya: ‘tunjukkanlah satu kali saja’.

c) William Hendriksen: “With his physical eyes Philip (probably representing the others; note: show us) evidently desired to see the Father; not, to be sure, that he denied God’s spirituality and essential invisibility, but he was asking for a theophany: a visible manifestation of the Father’s glory, such as had been granted to Moses and other believers in the old dispensation (Ex. 24:9-11; 33:18). He did not seem to realize that a far greater privilege than that which Moses enjoyed while on earth, had been given to him!” [= Jelas bahwa dengan mata jasmaninya Filipus (mungkin mewakili yang lain; perhatikan: ‘tunjuk-kanlah ... kepada kami’) ingin melihat Bapa; jelas bukan karena ia me-nyangkal sifat rohani dari Allah atau ketidak-mungkinan melihat hakekat Allah, tetapi ia meminta suatu theophany: pernyataan kemuliaan Bapa yang bisa terlihat oleh mata jasmani, seperti yang telah diberikan kepada Musa dan orang percaya yang lain dalam Perjanjian Lama (Kel 24:9-11; 33:18). Kelihatannya ia tidak menyadari bahwa suatu hak yang jauh lebih besar dari yang telah dinikmati oleh Musa pada waktu hidup di dunia, telah diberikan kepadanya] - hal 269-270.

Ay 9-10a:

1) Kata ‘mengenal’ dan ‘melihat’ dalam ay 9 harus diartikan secara rohani.

William Hendriksen: “The kind of recognition which Jesus has in mind is spiritual in character. It amounts to seeing by faith the Father in the Son” (= Jenis pengenalan yang ada dalam pikiran Yesus bersifat rohani. Itu berarti melihat Bapa di dalam Anak, oleh iman) - hal 270.

Jadi, orang yang hanya sekedar melihat Yesus secara jasmani, tetap belum / tidak melihat Bapa.

2) Kata-kata ini menunjukkan kesatuan hakekat (tetapi bukan kesatuan pribadi) antara Yesus dengan Bapa, karena itu kita tidak boleh berkata bahwa Bapa sama dengan Anak, atau Bapa adalah Anak sendiri, dan sebaliknya.

Pengakuan Iman Athanasius, no 3-7, berbunyi sebagai berikut:

“3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor separating the substance. 5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty. 7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost.” (= 3. Tetapi iman Katolik / universal adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117.

Leon Morris (NICNT): “It is difficult to interpret it without seeing the Father and the Son as in some sense one. These are words which no mere man has a right to use” (= Adalah sukar untuk menafsirkan hal ini tanpa memandang Bapa dan Anak itu satu dalam arti tertentu. Ini adalah kata-kata yang tidak seorangpun, yang adalah manusia semata-mata, mempunyai hak untuk menggunakannya) - hal 644.

William Hendriksen: “The Jews did not make the mistake of thinking that when Jesus made statements of this character (see also 5:17; 10:30) he referred merely to moral unity or ethical harmony. They clearly understood that nothing less than essential equality with God was intended (see on 1:1)” [= Pada waktu Yesus membuat pernyataan-pernyataan seperti ini (lihat juga 5:17; 10:30), orang-orang Yahudi tidak membuat kesalahan dengan berpikir bahwa Ia semata-mata memaksudkan kesatuan moral atau keharmonisan yang bersifat etika. Mereka secara jelas mengerti bahwa tidak kurang dari kesetaraan hakiki dengan Allahlah yang dimaksudkan (lihat pada 1:1)] - hal 271.

Ay 10b-11:

1) Ay 10b.

· Calvin berpendapat bahwa ay 10b diucapkan oleh Yesus sebagai ma-nusia.

· William Hendriksen: “Whenever Jesus speaks, the Father works by means of this speaking. Every word of Jesus is a work of the Father! This, however, does not mean that the Father is acting like a ventriloquist who speaks through his dummy. On the contrary, the Son speaks the mind of the Father because this is also his own mind” (= Pada waktu Yesus berbicara, Bapa bekerja dengan memakai pembicaraan ini. Setiap kata dari Yesus merupakan pekerjaan Bapa! Tetapi ini tidak berarti bahwa Bapa bertindak seperti seorang pembicara dengan suara perut yang berbicara melalui bonekanya. Seba-liknya, Anak mengucapkan pikiran Bapa karena ini juga merupakan pikiranNya sendiri) - hal 271.

2) Dalam ay 10b-11, Yesus bicara tentang ‘pekerjaan’. Bdk. Yoh 10:37-38.

Ini mirip dengan Mat 11:1-6. Waktu Yohanes Pembaptis ragu-ragu tentang Yesus, Yesus menunjukkan bahwa apa yang telah diperbuatNya cocok dengan tanda-tanda dari Mesias yang ada dalam Perjanjian Lama.

3) Percaya tentang Yesus.

Ay 11a (NASB/Lit): ‘Believe Me that I am in the Father, and the Father in Me’ (= Percayailah Aku bahwa Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa di dalam Aku).

Ini menunjukkan bahwa kita harus mempercayai ajaran Yesus / Kitab Suci tentang Yesus. Ini juga ditunjukkan oleh bagian-bagian lain dari Kitab Suci pada waktu Kitab Suci menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa). Contoh: Yoh 20:31 Ro 10:9 1Yoh 5:1.

Sebetulnya kita harus percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang harus ditekankan tentang Yesus, yaitu:

a) Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya (Yoh 1:1 Yoh 20:28 Ro 9:5 Tit 2:13 Ibr 1:8).

Pengakuan Iman Nicea-Konstantinople mengatakan tentang Yesus: “God of God, ... very God of very God” (= Allah dari Allah, ... Allah yang sejati dari Allah yang sejati) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 116.

b) Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Ini Ia lakukan supaya Ia bisa menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi ini tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan seterusnya, Yesus adalah 100 % Allah dan 100 % manusia, tetapi Ia hanyalah satu Pribadi.

Ini dinyatakan oleh:

· Pengakuan Iman Athanasius, no 28-32, yang berbunyi: “28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man. 29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother. 30. Perfect God, perfect man, subsisting of a rational soul and human flesh. 31. Equal to the Father is respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity. 32. Who, although he is God and man, is not two but one Christ” (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahian-Nya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 118.

· Pengakuan Iman Chalcedon yang berbunyi: “We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk menga­ku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 118-119.

c) Yesus hidup suci (2Kor 5:21).

d) Yesus menderita dan disalibkan sampai mati untuk menebus semua dosa umat manusia (Yes 53:4-6 Yoh 19:30 Kol 2:13). ‘Semua dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang akan datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini perlu ditekankan, karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia tidak akan pernah yakin akan keselamatannya.

e) Yesus bangkit secara jasmani dari antara orang mati (Ro 10:9-10).

f) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11,12).

Penerapan: Pakailah hal-hal ini untuk memeriksa iman saudara sendiri. Kalau ternyata iman saudara sudah beres, pakailah hal-hal ini untuk memeriksa iman orang kristen yang lain. Ini bukan dilakukan dengan tujuan menghakimi, tetapi dengan tujuan menginjili orang-orang yang imannya kacau karena sebetulnya mereka tidak tahu / tidak mengerti apa / siapa yang mereka percayai.

Yohanes 14: 12:

1) Percaya kepada Yesus.

Tadi kita sudah membahas bahwa ‘percaya bahwa / tentang’ sangat penting, tetapi ini tidak cukup. Kita juga harus percaya kepada Yesus. Ini ditunjukkan oleh Kitab Suci pada waktu menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada). Misalnya dalam Yoh 14:12 ini (‘percaya kepadaKu’), dan juga dalam ayat-ayat seperti Yoh 3:16 Yoh 3:36 Kis 10:43 Kis 16:31.

Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya harus percaya pada segala sesuatu yang dikatakan oleh Kitab Suci tentang Yesus, tetapi juga harus percaya kepada Yesus!

Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya memberikan illustrasi sebagai ber-ikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang saya. Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak, lahir tahun 1954 dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara percaya kepada saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang saya.

2) Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ tidak menunjuk kepada mujijat, tetapi kepada hasil pelayanan / penginjilan.

Orang-orang Kharismatik sangat senang dengan Yoh 14:12 ini dan mereka menganggapnya sebagai dasar bahwa mereka bisa melakukan mujijat-mujijat yang lebih besar dari mujijat-mujijat Yesus. Tetapi apa yang dimaksud oleh Yesus dengan kata ‘pekerjaan-pekerjaan’? Semua penafsir setuju bahwa yang dimaksud dengan ‘pekerjaan’ bukanlah ‘mujijat’ tetapi ‘per-tobatan dari orang-orang yang dilayani / diinjili’. Mengapa? Karena dalam persoalan mujijat tidak ada siapapun yang melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak ataupun lebih besar dari Yesus. Bandingkan dengan Yoh 15:24.

Adam Clarke: “Perhaps the greater works refer to the immense multitude that were brought to God by the ministry of the apostles. By the apostles was the doctrine of Christ spread far and wide; while Christ confined his ministry chiefly to the precincts of Judea. It is certainly the greater miracle of Divine grace to convert the obstinate, wicked heart of man from sin to holiness. ... Christ only preached in Judea, and in the language only of that country; but the apostles preached through the most of the then known world, and in all the languages of all countries. ... I think it still more natural to attribute the greater works to the greater number of conversions made under the apostles’ ministry” (= Mungkin pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar menunjuk pada orang banyak yang dibawa kepada Allah oleh pelayanan rasul-rasul. Oleh rasul-rasul ajaran Kristus disebarkan ke mana-mana; sedangkan Kristus membatasi pelayananNya terutama pada daerah Yudea. Pastilah merupakan mujijat yang lebih besar dari kasih karunia ilahi untuk mempertobatkan hati manusia yang jahat dan tegar tengkuk, dari dosa kepada kekudusan. ... Kristus hanya berkhotbah di Yudea, dan hanya dalam bahasa negara itu; tetapi rasul-rasul berkhotbah di seluruh dunia yang dikenal saat itu, dan dalam semua bahasa dari semua negara. ... Saya berpendapat bahwa adalah lebih wajar untuk menghubungkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dengan jumlah pertobatan yang lebih banyak yang dibuat dalam pelayanan rasul-rasul) - hal 623.

Barnes’ Notes: “The word ‘greater’ cannot refer to that miracles themselves, for the works of the apostles did not exceed those of Jesus in power. ... But though not greater in themselves considered, yet they were greater in their effects. They made a deeper impression on mankind. ... The word ‘works’ here probably denotes not merely miracles, but all things that the apostles did that made an impression on mankind, including their travels, their labours, their doctrine, etc.” (= Kata ‘lebih besar’ tidak bisa menunjuk pada mujijat-mujijat itu sendiri, karena pekerjaan-pekerjaan dari rasul-rasul tidak melampaui pekerjaan-pekerjaan Yesus dalam kuasa. ... Tetapi sekalipun tidak lebih besar kalau dipertimbangkan dalam diri mereka sendiri, mereka tetap lebih besar dalam hasil / akibatnya. Mereka membuat kesan yang lebih dalam pada umat manusia. Kata ‘pekerjaan-pekerjaan’ di sini mungkin tidak hanya menunjuk pada mujijat-mujijat, tetapi semua hal yang dilakukan oleh rasul-rasul yang memberikan kesan kepada umat manusia, termasuk perjalanan mereka, pekerjaan / jerih payah mereka, ajaran mereka, dsb) - hal 334.

Matthew Poole: “you shall do greater works than I have done; not more or greater miracles: the truth of that may be justly questioned; for what miracle was ever done by the apostles greater than that of raising Lazarus? Much less do I think that it is to be understood of speaking with divers tongues. It is rather to be understood of their successful carrying the gospel to the Gentiles, by which the whole world, almost was brought to the obedience of the faith of Christ. We never read that of Christ which we read of Peter, viz. his converting three thousand at one sermon” (= kamu akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang telah Aku lakukan; bukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih besar: kebenaran dari hal itu patut dipertanyakan; karena mujijat apa yang pernah dilakukan oleh rasul-rasul yang lebih besar dari pembangkitan Lazarus? Saya berpendapat lebih tidak mungkin lagi bahwa ini dimengerti sebagai berbicara dalam bermacam-macam bahasa. Tetapi ini harus dimengerti sebagai suksesnya mereka dalam membawa injil kepada orang-orang non Yahudi, dengan mana hampir seluruh dunia dibawa kepada ketaatan dari iman Kristus. Kita tidak pernah membaca tentang Kristus apa yang kita baca tentang Petrus, yaitu pemertobatannya terhadap 3000 orang dalam satu khotbah) - hal 355.

Leon Morris (NICNT): “What Jesus means we may see in the narrative of the Acts. There there are a few miracles of healing, but the emphasis is on the mighty works of conversion. On the day of Pentecost alone more believers were added to the little band of believers than throughout Christ’s entire earthly life. There we see a literal fulfilment of ‘greater works than these shall he do’” (= Apa yang Yesus maksudkan bisa kita lihat dalam cerita dari Kisah Para Rasul. Di sana ada beberapa mujijat kesembuhan, tetapi penekanannya adalah pada pekerjaan yang hebat tentang pertobatan. Pada hari Pentakosta saja lebih banyak orang percaya ditambahkan kepada rombongan kecil orang percaya dari pada dalam sepanjang kehidupan duniawi Kristus. Di sana kita melihat penggenapan hurufiah dari ‘ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu’) - hal 646.

Leon Morris (NICNT) kutip Ryle: “‘greater works’ mean more conversions. There is no greater work possible than the conversion of a soul” (= ‘pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar’ berarti lebih banyak pertobatan. Tidak ada kemungkinan adanya pekerjaan yang lebih besar dari pada pertobatan satu jiwa) - hal 646.

Pulpit Commentary: “by Christ’s ERGA are meant, not merely the supernatural portents, but all the work of his life, all the healing of souls, all the conversion of souls, all the indubitable issues of his approach to the heart of man. The great ERGON is salvation from sin, the gift of righteousness, and the life where before there was moral death” (= yang dimaksudkan dengan pekerjaan Kristus bukanlah semata-mata tanda-tanda yang bersifat supranatural, tetapi semua pekerjaan dalam hidupNya, semua penyembuhan jiwa, semua pertobatan jiwa, semua hasil yang tidak diragukan dari pendekatanNya pada hati manusia. Pekerjaan yang besar adalah keselamatan dari dosa, karunia kebenaran, dan hidup dimana sebelumnya ada kematian moral) - hal 224.

William Hendriksen: “Christ’s work had consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles. Such works were of a higher character and vaster in extent. ... the greater works are the spiritual works. The miracles in the physical realm are subservient to those in the spiritual sphere: the former serve to prove the genuine character of the latter. Does Jesus, perhaps, by means of this very comparison, which places the spiritual so far above the physical, hint that miracles in the physical sphere would gradually disappear when they would no longer be necessary?” (= Pekerjaan Kristus terdiri dari banyak mujijat-mujijat dalam dunia jasmani, dilakukan pada umumnya di antara orang Yahudi. Pada waktu sekarang Ia berbicara tentang pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia berpikir tentang pekerjaan-pekerjaan berhubungan dengan pertobatan dari orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu bersifat lebih tinggi dan lebih luas. ... pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar adalah pekerjaan-pekerjaan rohani. Mujijat-mujijat dalam dunia jasmani lebih rendah dari pada mujijat-mujijat dalam dunia rohani: yang pertama berfungsi untuk membuktikan keaslian dari yang terakhir. Mungkinkah Yesus, melalui perbandingan ini, yang menempatkan hal rohani begitu jauh di atas hal jasmani, mengisyaratkan / memberi petunjuk bahwa mujijat-mujijat dalam dunia jasmani akan perlahan-lahan hilang pada waktu mereka tidak dibutuhkan lagi?) - hal 273.

Calvin: “Now the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful conversion of the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than while he dwelt among men” (= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh pertobatan yang luar biasa dari dunia, dalam mana keilahian Kristus dinyatakan secara lebih kuat dari pada pada waktu Ia tinggal di antara manusia) - hal 89.

William Barclay: “It is quite certain that in the early days the early Church possessed the power of working cures. ... But it is clear that that is by no means all that Jesus meant; for though it could be said that the early Church did the things which Jesus did, it certainly could not be said that it did greater things than he did” (= Adalah cukup pasti bahwa mula-mula Gereja mula-mula memiliki kuasa untuk melakukan penyembuhan. ... Tetapi jelas bahwa itu bukanlah semua yang Yesus maksudkan; karena sekalipun bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula melakukan hal-hal yang dilakukan Yesus, pastilah tidak bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula itu melakukan hal-hal yang lebih besar dari yang Yesus lakukan) - hal 164.

William Barclay: “Think of what Jesus in the days of his flesh had actually done. He had never preached outside Palestine. Within his lifetime Europe had never heard the gospel. He had never personally met moral degradation of a city like Rome. ... It was into that world the early Christians went; and it was that world which they won for Christ. When it came to a matter of numbers and extent and changing power, the triumphs of the message of the Cross were even greater than the triumphs of Jesus in the days of his flesh. It is of moral re-creation and spiritual victory that Jesus is speaking” (= Pikirkan tentang apa yang dilakukan oleh Yesus dalam hidupNya dalam daging. Ia tidak pernah berkhotbah di luar Palestina. Dalam hidupNya Eropah tidak pernah mendengar Injil. Ia tidak pernah secara pribadi menjumpai degradasi / penurunan moral dari suatu kota seperti Roma. ... Ke dalam dunia itulah orang-orang Kristen mula-mula pergi; dan dunia itulah yang mereka menangkan bagi Kristus. Pada saat yang dipersoalkan adalah jumlah dan luas dan kuasa yang mengubah, maka kemenangan dari berita tentang Salib adalah lebih besar dari pada kemenangan Yesus pada waktu Ia hidup dalam dagingNya. Adalah tentang penciptaan kembali secara moral dan kemenangan rohani yang Yesus bicarakan) - hal 165.

Saya memberikan banyak sekali kutipan untuk menunjukkan bahwa semua penafsir sependapat dalam hal ini!

3) Kata-kata Yesus bahwa kita akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaanNya, jelas menunjukkan bahwa kita harus bekerja untuk Dia / melayani Dia! Kalau saudara adalah orang yang malas / tidak mau bekerja / melayani, maka ingatlah hal-hal di bawah ini:

· orang yang mengubur 1 talenta, dan nasibnya (Mat 25:14-30).

· Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat 20:28), dan Ia adalah teladan kita (Yoh 13:14-15).

· Ef 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

· Yoh 9:4 - “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam dimana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja”.

4) Ay 12b: ‘Sebab Aku akan pergi kepada Bapa’.

Ini alasan mengapa orang kristen bisa melakukan pekerjaan yang lebih besar dari yang Yesus lakukan. Pada saat Ia hidup di dunia ini, Ia terbatas oleh daging / tubuhNya. Tetapi pada saat Ia naik ke surga dan mengutus Roh Kudus turun, maka Roh itu bisa bekerja bebas (Barclay).

Pulpit Commentary: “‘Because I go unto the Father.’ The ascension of Christ secured the bestowal of the Spirit, and the influences of the Spirit enabled the richly endowed and blessed to do great marvels. ‘Strengthened with all might’ by the Holy Spirit, they were made fit for the great enterprise committed to them. Feeble in themselves, they were strong in their Lord” (= ‘Sebab Aku akan pergi kepada Bapa’. Kenaikan Kristus ke surga menjamin pemberian Roh, dan pengaruh Roh memampukan orang-orang yang dibantu dan diberkati secara hebat untuk melakukan hal-hal yang mengherankan. ‘Dikuatkan dengan segala kekuatan’ (Kol 1:11a) oleh Roh Kudus, mereka dibuat jadi cocok untuk proyek yang diserahkan kepada mereka. Lemah dalam diri mereka sendiri, mereka kuat dalam Tuhan mereka) - hal 241.

Yohanes 14: 13-14:

1) ‘apa juga’ (ay 13).

NIV/NASB: ‘whatever’ (= apapun).

TB2-LAI: ‘apapun’

a) Ini tidak boleh ditafsirkan bahwa Allah akan mengabulkan permintaan apapun dari anak-anakNya.

Ada beberapa ayat lain, yang sama seperti ayat ini, kelihatannya menjanjikan untuk mengabulkan permintaan apapun dari kita, seperti Yoh 15:7 Mark 11:24. Tetapi dalam menafsirkan Kitab Suci kita harus mem-perhatikan seluruh Kitab Suci supaya kita tidak menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan dengan ayat lain. Dan dalam Kitab Suci ada 2 ayat yaitu:

· Mat 7:11 - “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya”.

· 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

yang jelas memberikan syarat / batasan tentang pengabulan doa, yaitu bahwa Allah hanya mengabulkan permintaan kita kalau permintaan itu:

¨ baik dalam pandangan Allah.

¨ sesuai dengan kehendak Allah.

Matthew Poole: “The ‘whatsoever’, in this text, must be limited by what the will of God hath revealed in other texts, as to the matter of our prayers” (= Kata ‘apapun’ dalam text ini harus dibatasi oleh apa yang dinyatakan oleh kehendak Allah dalam text-text yang lain yang berkenaan dengan doa kita) - hal 355.

b) Sekalipun Allah tidak berjanji untuk mengabulkan apapun yang kita minta, dan karenanya pasti akan ada doa-doa yang tidak dikabulkan, tetapi itu tidak boleh menyebabkan kita terlalu mudah menyerah pada waktu berdoa.

Perlu diingat bahwa doktrin yang benar selalu bisa menghasilkan tang-gapan yang salah (Catatan: tetapi tentu saja ini bukan kesalahan dok-trinnya tetapi kesalahan orangnya). Misalnya:

· doktrin bahwa Yesus sudah menebus semua dosa, yaitu yang lalu, yang sekarang maupun yang akan datang, bisa menyebabkan orang lalu sengaja berbuat dosa.

· doktrin yang menyatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, bisa membuat orang hidup sembarangan.

· doktrin tentang Predestinasi bisa menyebabkan orang menjadi tidak tekun dalam memberitakan Injil.

Demikian juga dengan ajaran yang mengatakan bahwa Allah tidak selalu mengabulkan doa. Ini dengan mudah dipakai oleh setan untuk membuat kita tidak bertekun dalam doa. Jadi misalnya kita meminta sesuatu kepa-da Tuhan, dan kita telah berdoa selama beberapa minggu atau beberapa bulan untuk hal itu, maka setan mulai menggoda kita dengan meng-gunakan ajaran Firman Tuhan ini (bdk. Mat 4:6 dimana ia juga menggoda Yesus dengan menggunakan Firman Tuhan), misalnya dengan berkata: ‘Rupanya apa yang kamu doakan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, atau tidak baik dalam pandangan Tuhan. Jadi apa gunanya bertekun dalam hal yang tidak sesuai kehendak Tuhan / hal yang tidak baik dalam pandangan Tuhan?’. Padahal sebetulnya sekalipun doa kita tidak dijawab selama beberapa minggu / bulan, itu tidak menunjukkan bahwa doa itu tidak sesuai kehendak Tuhan atau doa itu tidak baik dalam pandangan Tuhan. Contohnya adalah Daniel 10:12-14 yang berbunyi: “Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapatkan pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’”.

Tentang Daniel 10:12-14 ini Calvin berkata:

“We ought carefully to notice this, because delay often disturbs us when God does not immediately extend his help, and for a long time hides from us the fruit of our prayers. Whenever our passions burst forth with strong impetuosity, and we easily manifest tokens of impatience, we must notice this expression of the angel, for our prayers may be already heard while God’s favour and mercy is concealed from us. The experience of Daniel is daily fulfilled in every member of the Church, and without the slightest doubt the same discipline is exercised towards all the pious. ... we ought to derive another practical benefit from the passage, - God does not cease to regard us with favour even while he may not please to make us conscious of it, for he does not always place it before our eyes, but rather hides it from our view” (= Kita harus memperhatikan hal ini dengan teliti, karena penundaan sering mengganggu kita pada waktu Allah tidak langsung memberikan pertolonganNya, dan untuk waktu yang lama menyembunyikan dari kita buah dari doa-doa kita. Kapanpun emosi kita meledak dengan ketidaksabaran yang kuat, dan kita dengan mudah menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran, kita harus memperhatikan per-nyataan dari malaikat ini, karena doa-doa kita bisa sudah didengar pada waktu perkenan dan belas kasihan Allah masih tersembunyi dari kita. Pengalaman Daniel terjadi setiap hari dalam setiap anggota Gereja, dan tanpa keraguan sedikitpun disiplin yang sama dilakukan terhadap semua orang saleh. ... kita harus mendapatkan manfaat praktis yang lain dari text ini, - Allah tidak berhenti berkenan kepada kita bahkan pada waktu Ia tidak berkenan untuk membuat kita menyadari hal ini, karena Ia tidak selalu meletakkannya di depan mata kita, tetapi sebaliknya menyembunyikannya dari pandangan kita) - ‘Commentary on Daniel’, hal 251.

Barnes’ Notes: “Thy words were heard. In heaven. Another proof that prayer is at once heard, though the answer may be long delayed. The instance before us shows that the answer to prayer may seem to be delayed, from causes unknown to us, though the prayer ascends at once to heaven, and God designs to answer it. In this case, it was deferred by the detention of the messenger on the way (ver. 13); in other cases it may be from a different cause; but it should never be set down as a proof that prayer is not heard, and that it will not be answered, because the answer is not granted at once. Weeks, or months, or years may elapse before the Divine purpose shall be made known, though, so to speak, the messenger may be on his way to us. ... Daniel would have been cheered in his days of fasting and service if he had known that an angel was on his way to him to comfort him, and to communicate to him an answer from God; often - if not always - in our days of deepest anxiety and trouble; when our prayers seem not to penetrate the skies; when we meet with no response; when the thing for which we pray seems to be withheld; when our friends remain unconverted; when irreligion abounds and prevails; when we seem to be doing no good, and when calamity presses upon us, if we saw the arrangement which God was already making to answer the prayer, and could see the messenger on the way, our hearts would exult, and our tears would cease to flow. And why, in our days of trouble and anxiety, should we not believe that it is so; and that God, even though the delay may seem to be long, will yet show himself to be a hearer and an answerer of prayer” (= ‘telah didengarkan perkataanmu’. Di surga. Ini merupakan bukti yang lain bahwa doa itu langsung didengar sekalipun jawabannya bisa ditunda lama. Contoh di depan kita menunjukkan bahwa jawaban doa bisa kelihatannya ditunda, dari sebab-sebab yang tidak kita ketahui, sekalipun doa itu segera naik ke surga, dan Allah merencanakan untuk menjawabnya. Dalam kasus ini, itu ditunda oleh tertahannya utusan dalam perjalanannya (ay 13); dalam kasus yang lain itu bisa disebabkan oleh penyebab yang lain; tetapi itu tidak pernah boleh dipakai sebagai bukti bahwa doa itu tidak dijawab, dan bahwa doa itu tidak akan dijawab, karena jawaban itu tidak diberikan dengan segera. Berminggu-minggu, atau berbulan-bulan, atau bertahun-tahun bisa lewat sebelum rencana / tujuan ilahi diberitahukan, sekalipun boleh dikatakan bahwa sang utusan sedang dalam perjalanan kepada kita. ... Daniel akan bergembira pada hari-hari puasa dan pelayanannya andaikata ia mengetahui bahwa seorang malaikat sedang ada dalam perjalanan kepada dia untuk menghiburnya, dan untuk menyampaikan kepadanya suatu jawaban dari Allah; sering, jika tidak selalu, pada saat-saat kekuatiran dan kegelisahan / kesusahan kita yang terdalam; pada waktu doa-doa kita kelihatannya tidak menembus langit; pada waktu kita tidak mendapatkan tanggapan; pada waktu hal-hal yang kita doakan kelihatannya ditahan; pada waktu teman-teman kita tetap tidak bertobat; pada waktu ke-tidak-ber-agama-an bertambah banyak dan menang; pada waktu kelihatannya kita tidak melakukan apa yang baik, dan pada waktu bencana menekan kita, jika kita melihat pengaturan yang telah dibuat Allah untuk menjawab doa kita, dan jika kita bisa melihat sang utusan sedang dalam perjalanannya, hati kita akan bersukaria, dan air mata kita akan berhenti mengalir. Dan mengapa, pada hari-hari kegelisahan / kesusahan dan kekuatiran kita, kita tidak percaya bahwa keadaannya memang demikian; dan bahwa Allah, sekalipun penundaannya kelihatannya lama, tetap menunjukkan diriNya sebagai Pendengar dan Penjawab doa?) - hal 197.

Karena itu ajaran bahwa Allah tidak berjanji untuk mengabulkan segala permintaan kita ini harus diimbangi dengan ajaran tentang ketekunan dalam berdoa, seperti dalam:

¨ Luk 18:1-8.

¨ Mat 15:21-28.

¨ Hakim 20:1-35.

2) Kata ‘apa juga’ / ‘apapun’ ini berhubungan dengan ‘pekerjaan yang lebih besar’ dalam ay 12.

William Hendriksen: “The word ‘whatever’ comprises much territory. It refers to both the great works and the greater works (of verse 12)” [= Kata ‘apapun’ men-cakup banyak daerah / wilayah. Itu menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan yang besar dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (dari ayat 12)] - hal 273.

Jadi kita bisa melakukan pekerjaan lebih besar dari pekerjaan Kristus (dalam hal mempertobatkan orang), kalau kita berdoa dalam nama Yesus. Kalau kita tidak bisa melakukan yang pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Kristus, itu karena kita tidak atau kurang berdoa (bdk. Yak 4:2b - “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa”).

Penerapan: jika saudara ingin gereja kita maju dan mempertobatkan banyak orang, banyaklah berdoa untuk gereja, dan ikutlah dalam acara Persekutuan Doa.

3) Berdoa ‘dalam nama Yesus’ (ay 13,14).

Ada yang beranggapan bahwa doa dalam nama Yesus ini berarti doa yang sesuai dengan kehendak Yesus. Tetapi saya lebih setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa doa dalam nama Yesus adalah doa dimana kita datang kepada Tuhan berlandaskan jasa penebusan Kristus.

Pulpit Commentary: “It implies that it is by the blood of Christ we draw near to God” (= Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa oleh darah Kristus kita mendekat kepada Allah) - hal 234.

Bdk. Ibr 10:19-22 - “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.

4) ‘supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak’ (ay 13b).

Calvin berkata bahwa bagian ini sejalan dengan kata-kata Paulus dalam Fil 2:10-11 yang berbunyi: “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah menga-ku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Pemuliaan Bapa tidak bisa dipisahkan dengan pemuliaan Yesus, bahkan pemuliaan Bapa terjadi melalui pemuliaan Yesus.

5) ‘Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu’ (ay 14).

a) Kata ‘kepadaKu’ ini diperdebatkan keasliannya.

Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang berpendapat bahwa bebe-rapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini karena salah satu dari 2 alasan di bawah ini:

· Kata-kata ‘meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’ kelihatannya aneh.

Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce: “If something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed as addressed to the Father” (= Jika sesuatu diminta dalam nama Yesus, permintaan itu mungkin dipan-dang sebagai ditujukan kepada Bapa) - hal 301.

· Keinginan membuang kontradiksi antara ayat ini dengan Yoh 16:23, dimana doa dalam nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.

Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’ ini didukung oleh cukup banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya sesuai dengan kata-kata ‘Aku akan melakukannya’ pada akhir dari ay 14.

b) Kata ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus (dan tentu saja juga boleh ditujukan kepada Roh Kudus).

William Hendriksen: “now the disciples are told that they must not only pray in the name of Christ but to Christ” (= sekarang murid-murid diberitahu bahwa mereka harus berdoa bukan hanya dalam nama Kristus tetapi kepada Kris-tus) - hal 274.

Leon Morris (NICNT): “The two are inseparable, as throughout this para-graph. That is why prayer may be addressed to either” (= Keduanya tidak ter-pisahkan, seperti dalam sepanjang paragraf ini. Itu sebabnya doa bisa ditujukan kepada yang manapun dari Mereka) - hal 646.

Leon Morris (NICNT): “There is no object to the verb ‘ask’ in the preceding verse, so that it is not certain whether it is Christ or the Father who is to be asked (though it is Christ who will ‘do’ the response). ... We expect the same to be true of this verse. However the true text appears to be ‘if ye shall ask me anything in my name’. Prayer may be addressed to the Son as well as to the Father. But it is still ‘in my name’. ... As in the previous verse, the prayer will be answered by Christ” [= Tidak ada obyek bagi kata kerja ‘minta’ dalam ayat sebelumnya (ay 13), sehingga tidak jelas apakah kita harus minta kepa-da Kristus atau kepada Bapa (sekalipun Kristuslah yang akan ‘melakukan’ tanggapan). ... Kita mengharapkan hal yang sama untuk ayat ini (ay 14). Tetapi text yang benar kelihatannya adalah ‘jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’. Doa boleh ditujukan kepada Anak maupun kepada Bapa. Tetapi itu tetap ‘dalam namaKu’. ... Seperti dalam ayat sebelumnya (ay 13), doa akan dijawab oleh Kristus] - hal 647.

Pulpit Commentary: “Surely this passage is the true justification of prayer to Christ himself” (= Jelas bahwa text ini merupakan pembenaran yang benar tentang doa kepada Kristus sendiri) - hal 225.

Doa kepada Yesus ini dipraktekkan oleh Stefanus menjelang kema-tiannya (Kis 7:59 - “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”). Dan ingat bahwa pada saat itu ia dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis 7:55). Masakan ia salah dalam menujukan doanya pada saat dipenuhi Roh Kudus?

c) Pulpit Commentary menghubungkan bagian ini dengan bagian terakhir dari ay 12 yang berbunyi: ‘Sebab Aku pergi kepada Bapa’, dan lalu mem-berikan komentar: “Becoming invisible, he did not become inaccessible; yea, rather, he became more accessible than ever” (= Ia menjadi tidak kelihatan, tetapi Ia tidak menjadi ‘tidak dapat dicapai’; ya sebaliknya Ia menjadi lebih mudah dicapai dari sebelumnya) - hal 262.

Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menginginkan untuk hidup pada jaman Yesus. Sekalipun kita hidup pada jaman ini dimana kita tidak bisa melihat Dia secara jasmani, tetapi kita bahkan bisa dengan lebih mudah mencapaiNya.

-o0o-

Yohanes 14:15-20

Yohanes 14: 15:

1) ‘Jikalau kamu mengasihi Aku’.

a) Kata ‘jikalau’ menunjukkan bahwa ‘kamu belum tentu mengasihi Aku’, dan kata-kata ini diucapkan kepada para murid / rasul.

Charles Haddon Spurgeon: “He says to the chosen twelve, ‘If ye love me.’ ... Ah! if that question, ‘If ye love me,’ needed to be raised in the sacred college of the twelve, much more must it be allowed to sift our churches to test ourselves” (= Ia berkata kepada 12 orang yang telah dipilih: ‘Jika kamu mengasihi Aku’. ... Ah, jika pertanyaan ‘Jika kamu mengasihi Aku’ perlu ditanyakan dalam 12 yang kudus ini, lebih-lebih itu harus diijinkan untuk menampi gereja-gereja kita untuk menguji diri kita sendiri) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 10, hal 414.

b) Setiap kita harus memeriksa diri kita / hati kita, apakah kita mengasihi Tuhan atau tidak.

Sekalipun saudara banyak melayani Tuhan, dan bahkan adalah seorang pendeta sekalipun, belum tentu saudara mengasihi Tuhan.

Calvin: “This is undoubtedly a useful doctrine, for of those who think that they love Christ, there are very few who honour him as they ought to do; but, on the contrary, after having performed small and trivial services, they give themselves no farther concern” (= Tidak diragukan lagi ini adalah ajaran yang berguna, karena dari mereka yang mengira bahwa mereka mengasihi Kristus, hanya ada sangat sedikit yang menghormatiNya sebagaimana seharusnya; tetapi sebaliknya, setelah melakukan pelayanan yang kecil dan tak berarti, mereka tidak memberi perhatian lebih jauh lagi) - hal 91.

Charles Haddon Spurgeon: “To put it most practically - I often say to myself, ‘Today I have performed all the duties of my office; but have I been careful to abide in my Lord’s love? I have not failed as to doing all that was possible to me; I have gone from early morning till late at night, packing as much work as possible into every hour, and trying to do it with all my heart. But have I, after all, done this as unto the Lord and for his sake?’ I tremble lest I should serve God merely because I happen to be a minister and am called to preach his word; or because the natural routine of the day carries me through it. I am concerned that I may be impelled by no force but the love of Jesus. This fear often humbles me in the dust, and prevents all glorying in what I have done. Only as we love our Lord can our obedience be true and acceptable. The main care of our lives should be to do right, and to do it because we love the Lord” (= Untuk membuat itu paling praktis, aku sering berkata kepada diriku sendiri: ‘Hari ini aku telah melakukan semua tugas dari jabatanku; tetapi apakah aku telah berhati-hati untuk tinggal dalam kasih Tuhanku? Aku tidak gagal berkenaan dengan melakukan semua yang memungkinkan bagi-ku; dari pagi sampai larut malam aku telah mengerjakan sebanyak mungkin pekerjaan dalam setiap jam, dan berusaha melakukannya dengan segenap hatiku. Tetapi akhirnya, apakah aku telah melakukan ini untuk Tuhan dan demi Dia?’ Aku gemetar / takut kalau-kalau aku melayani Allah semata-mata karena aku kebetulan adalah seorang pendeta dan dipanggil untuk memberitakan firmanNya; atau aku melakukannya sebagai kerutinan bela-ka. Aku memperhatikan supaya aku didorong bukan oleh kekuatan apapun selain oleh kasih kepada Yesus. Rasa takut ini sering merendahkan aku dalam debu, dan mencegah semua kebanggaan dalam apa yang telah aku lakukan. Hanya pada waktu kita mengasihi Tuhan kita maka ketaatan kita bisa benar dan bisa diterima. Perhatian utama dari hidup kita haruslah melakukan yang benar, dan melakukannya karena kita mengasihi Tuhan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 10, hal 412.

2) ‘kamu akan menuruti segala perintahKu’.

a) Problem text.

KJV: ‘keep my commandments’ (= taatilah perintah-perintahKu).

NIV: ‘you will obey what I command’ (= kamu akan menuruti apa yang Aku perintahkan). RSV/NASB » NIV.

Jadi Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB menterjemahkan ke dalam bentuk akan datang (future tense), tetapi KJV menterjemahkan sebagai kalimat perintah (imperative).

Ini disebabkan adanya 2 golongan manuscript:

· ada manuscript yang menggunakan kata Yunani TERESETE (future active).

· ada manuscript yang menggunakan kata Yunani TERESATE (aorist imperative / kata perintah bentuk lampau).

Perlu diingat bahwa aorist imperative / kata perintah bentuk lampau berarti perintah itu hanya perlu ditaati satu kali saja. Dan dalam ayat ini Yesus tentu tidak memaksudkan ketaatan seperti itu.

b) Murid-murid itu mewujudkan kasih mereka kepada Yesus dengan ingin menahan Yesus untuk terus bersama dengan mereka. Tetapi Yesus berkata bahwa jika seseorang mengasihiNya, maka orang itu akan mentaati semua perintahNya.

Matthew Poole: “Do not show your love to me in mourning, and being troubled for my going from you; but show it by your obedience to what I have commanded you” (= Jangan menunjukkan kasihmu kepadaKu dengan berkabung, dan menjadi gelisah / sedih karena kepergianKu dari kamu; tetapi tunjukkanlah itu oleh ketaatanmu terhadap apa yang telah Aku perintahkan kepadamu) - hal 355.

c) ‘perintah-perintahKu’.

Thomas Whitelaw: “Christ’s use of ‘My commandments’ implies oneness of nature between Christ and the Supreme Lawgiver” (= Penggunaan Kristus tentang kata-kata ‘perintah-perintahKu’ secara tak langsung menunjukkan kesatuan hakekat antara Kristus dan Pemberi Hukum yang tertinggi) - hal 30

3) ‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu’ (Bdk. 1Yoh 5:3 - ‘Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya’).

a) Ini merupakan teguran.

Pulpit Commentary: “These words of our Lord are a rebuke and an admonition: 1. To those who think they love, but do not obey. 2. To those who think they obey, but do not love. 3. To those who are conscious that they neither obey nor love the Saviour” (= Kata-kata Tuhan kita ini merupakan teguran dan peringatan / nasehat: 1. Bagi mereka yang mengira bahwa mereka mengasihi, tetapi tidak taat. 2. Bagi mereka yang mengira bahwa mereka taat, tetapi tidak mengasihi. 3. Bagi mereka yang sadar bahwa mereka tidak mentaati maupun mengasihi Sang Juruselamat) - hal 244.

b) Ini merupakan kewajiban mereka sekalipun sebentar lagi Kristus akan tidak lagi bersama mereka.

George Hutcheson: “He presseth upon them their duty towards him in his absence. ... In this verse, he enjoins them their duty in his absence; that they should love him, and evidence the same by observation of his commandments” (= Ia menekankan kepada mereka kewajiban mereka terhadapNya pada saat Ia tidak lagi bersama mereka. ... Dalam ayat ini, Ia memerintahkan kepada mereka kewajiban mereka pada saat Ia tidak lagi bersama mereka; bahwa mereka harus mengasihi Dia, dan membuktikannya dengan mentaati perin-tah-perintahNya) - hal 302.

c) Hubungan kasih dan ketaatan kepada Kristus.

Pulpit Commentary: “Genuine love ever manifests itself in genuine and practical forms. It does not begin and end in mere sentiment, in good wishes, in sighs and tears, but is essentially practical, and practical in the most pleasing way to its object, in the way requested” (= Kasih yang sungguh-sungguh selalu mewujudkan dirinya sendiri dalam bentuk-bentuk yang sungguh-sungguh dan praktis. Itu tidak dimulai dan diakhiri dalam perasaan semata-mata, dalam keinginan-keinginan yang baik, dalam keluhan dan air mata, tetapi itu pada dasarnya bersifat praktis, dan bersifat praktis dalam cara yang pa-ling menyenangkan bagi orang yang dikasihi, dalam cara yang dikehendaki) - hal 253.

William Hendriksen: “This passage implies that from a certain aspect love precedes obedience” (= Text ini secara tak langsung menunjukkan bahwa dari segi tertentu kasih mendahului ketaatan) - hal 275.

Pulpit Commentary: “Obedience is the necessary fruit of love. Love without obedience is dissimulation; obedience without love is but drudgery and slavery” (= Ketaatan adalah buah yang harus ada dari kasih. Kasih tanpa ketaatan adalah kepura-puraan; ketaatan tanpa kasih hanyalah pekerjaan yang berat / membosankan dan perbudakan) - hal 234.

Pulpit Commentary: “It is essential: ... To make obedience easy and delightful. Obedience not arising from love is forced, burdensome, and even painful” [= Itu (kasih) perlu: ... Untuk membuat ketaatan itu mudah dan menyenang-kan. Ketaatan yang tidak muncul dari kasih adalah ketaatan yang dipak-sakan, berat / terasa sebagai beban, dan bahkan menyakitkan] - hal 253.

Bdk. 1Yoh 5:3-4 - “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya. Perintah-perintahNya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.

Pulpit Commentary: “That love to him, in response to his love to them, was to be the motive by which their future conduct was to be inspired and governed” (= Kasih kepadaNya, sebagai tanggapan dari kasihNya kepada mereka, merupakan suatu dorongan yang harus mengilhami dan memimpin tingkah laku mereka yang akan datang) - hal 243.

d) Ketaatan yang ditimbulkan oleh kasih adalah satu-satunya ketaatan yang sungguh-sungguh.

Pulpit Commentary: “Willing and cheerful obedience is the only obedience which is acceptable to our Divine Lord. Earthly governors say nothing concerning the temper in which obedience is rendered; all they ask is compliance with their edicts and laws. Observing the threats and penalties attached to disobedience, we may well conclude that the spirit of the Lawgiver is, ‘If ye fear me, keep my commandments.’ It is not so with the Lord Christ. He values the spiritual consent, which expresses itself in outward acts of service” (= Ketaatan yang dilakukan dengan rela dan sukacita adalah satu-satunya ketaatan yang diterima dengan senang hati oleh Tuhan kita yang ilahi. Pemerintah-pemerintah duniawi tidak berkata apapun tentang suasana hati / pikiran dalam mana ketaatan itu dilakukan; semua yang mereka minta adalah kesesuaian dengan ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum mereka. Kalau kita mengamati ancaman-ancaman dan hukuman-hukuman yang diberikan kepada ketidak-taatan maka kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran / arti yang sebenarnya dari pemberi hukum itu adalah: ‘Jika engkau takut kepadaku, taatilah perintah-perintahku’. Tidak demikian de-ngan Tuhan Kristus. Ia menilai persetujuan dari pikiran / hati, yang menya-takan dirinya sendiri dalam tindakan pelayanan luar / lahiriah) - hal 244.

Pulpit Commentary: “It is essential: ... To make obedience real. Obedience which does not proceed from genuine love to Christ has no reality in it; it is not the genuine offspring of the heart, the real act of the soul; it lacks the essential motive and inspiration of all Christian deeds. It is formal, mechanical, legal, and empty” (= Itu perlu: ... Untuk membuat ketaatan itu benar-benar adalah ketaatan. Ketaatan yang tidak keluar dari kasih yang sejati kepada Kristus tidak mempunyai realita di dalamnya; itu bukan hasil dari hati, perbuatan yang sungguh-sungguh dari jiwa; itu tidak mempunyai dorongan dan ilham yang penting dari semua tindakan Kristen. Itu bersifat lahiriah, mekanis, penyesuaian dengan hukum, dan kosong) - hal 253.

Charles Haddon Spurgeon: “O sirs, what a mass of religion is cast out as worthless by this text! Men may keep on going to church and going to chapel, and they may be religious, ay, throughout a whole life; and, apparently, they may be blameless in their moral conduct, and yet there may be nothing in them, because there is no love to the ever-blessed Christ at the bottom of the profession” (= O tuan-tuan, betapa banyak agama yang dibuang sebagai tidak berharga oleh text ini! Manusia boleh terus pergi ke gereja dan pergi ke kapel, dan mereka boleh bersifat religius dalam sepanjang hidup mereka; dan kelihatannya mereka boleh saja tak bercela dalam tingkah laku moral mereka, tetapi tidak ada apapun di dalam diri mereka, karena pada dasar dari pengakuan tidak ada kasih kepada Kristus yang terpuji selamanya) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 10, hal 413.

Karena itulah Tuhan sangat tidak senang kalau orang kristen / gereja kehilangan kasih yang semula (Wah 2:4).

e) Ketaatan yang bukan disebabkan oleh ketakutan tetapi oleh kasih ini, hanya bisa ada dalam diri orang kristen.

Mengapa? Karena dalam semua agama lain, ketaatan dilakukan supaya selamat / tidak dihukum, dan dengan demikian di dalam ketaatan itu pasti selalu ada unsur takut. Tetapi dalam kekristenan, ketaatan dilakukan sebagai bukti keselamatan, dan sebagai tanggapan atas kasih Tuhan yang sudah kita alami, dan karena itu ketaatan betul-betul bisa dilakukan dengan hati yang mengasihi Tuhan.

f) Mengapa ketaatan kepada Yesus diberikan sebagai ujian dari kasih kepada Yesus?

Charles Haddon Spurgeon: “Why does the Saviour give us this as a test? I think that one reason is, because it is one which tests whether you are loving Christ in his true position, or whether your love is to a Christ of your own making, and your own placing. ... It is easy also to follow a Christ of your own construction, who is merely an antichrist. The real Christ is so great and glorious that he has a right to give commandments. ... I am afraid that a great many people know a Christ who is meek and lowly, their servant and Saviour; but they do not know the Lord Jesus Christ. Alas! my friends, such people set up a false Christ. We do not love Jesus at all if he is not our Lord and God. It is all cant and hypocrisy, this love to Christ which robs him of his Deity. I abhor that love to Christ which does not make him King of kings, and Lord of lords. Love him, and belittle him! It is absurd. Follow your own will in preference to his will, and then talk of love to him! Ridiculous! This is but the devil’s counterfeit of love: it is a contradiction of all true love. ... You love the true Christ if you love a commanding Christ as well as a saving Christ, and look to him for the guidance of your life as well as for the pardon of your sin” (= Mengapa Sang Juruselamat memberikan ini sebagai ujian? Saya kira salah satu alasan adalah karena itu adalah sesuatu yang menguji apakah engkau mengasihi Kristus dalam posisiNya yang benar, atau apakah kasihmu ditujukan kepada Kristus yang engkau buat sendiri dan tempatkan sendiri. ... Adalah mudah untuk mengikuti seorang Kristus yang engkau bentuk sendiri, yang semata-mata adalah seorang anti-kristus. Kristus yang sesung-guhnya adalah begitu besar / agung dan mulia sehingga Ia mempunyai hak untuk memberikan perintah-perintah. ... Saya takut / kuatir bahwa banyak orang mengenal Kristus yang lemah lembut dan rendah hati, pelayan dan Juruselamat mereka; tetapi mereka tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Ah teman-temanku, orang-orang seperti itu menegakkan Kristus yang palsu. Kita sama sekali tidak mengasihi Yesus jika Ia bukan Tuhan dan Allah kita. Itu semua tidak tulus dan munafik, kasih kepada Kristus yang merampok dariNya keilahianNya. Saya membenci kasih kepada Kristus yang tidak membuatNya Raja di atas segala raja, dan Tuhan di atas segala tuhan (bdk. Wah 19:16). Kasihilah Dia, dan remehkanlah Dia! Itu menggelikan. Ikutilah kehendakmu sendiri di atas kehendakNya, dan lalu berbicaralah tentang kasih kepadaNya! Menggelikan! Ini hanyalah merupakan kasih palsu / tiruan dari setan: itu bertentangan dengan kasih yang sejati. ... Kamu mengasihi Kristus yang sesungguhnya jika kamu mengasihi Kristus yang memerintah dan Kristus yang menyelamatkan, dan memandang kepadaNya untuk pimpinan bagi hidupmu dan untuk pengampunan dosamu) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 10, hal 417.

4) Kasih kepada Kristus harus dijaga dan ditingkatkan

a) Hal-hal yang membangkitkan / menumbuhkan kasih kepada Tuhan.

· kesadaran bahwa kita tidak / kurang mengasihi Tuhan dan bahwa itu adalah sesuatu yang sangat berdosa.

Spurgeon memberikan cara yang unik untuk menyadarkan kita betapa bejatnya kita kalau kita tidak mengasihi Tuhan.

Charles Haddon Spurgeon: “Many of you do not love my Lord Jesus Christ. ... Write down in black and white - ‘I do not love the Lord Jesus Christ.’ If it be really so, be honest enough to make a note of it, and think it over. If you love Jesus, you may joyfully write out, ‘I love the Lord Jesus. Oh for the grace to love him more!’ But if you do not love him it will be honest to put it upon record. Write it boldly: ‘I do not love the Lord Jesus Christ.’ Look at it, and look again; and oh, may God the Holy Ghost lead you to repent of not loving Jesus, who is the altogether lovely One, and the great lover of men’s souls! Oh that you may begin to love him at once!” (= Banyak dari kamu tidak mengasihi Tuhanku Yesus Kristus. ... Tulis-kanlah hitam di atas putih: ‘Aku tidak mengasihi Tuhan Yesus Kristus’. Jika itu memang demikian, jujurlah untuk membuat catatan tentang hal itu, dan renungkanlah hal itu. Jika engkau mengasihi Yesus, engkau boleh menulis dengan sukacita: ‘Aku mengasihi Tuhan Yesus. Oh, untuk kasih karunia untuk mengasihi Dia lebih lagi!’ Tetapi jika engkau tidak mengasihi Tuhan Yesus Kristus adalah jujur untuk mencatatnya. Tulislah dengan berani: ‘Aku tidak mengasihi Tuhan Yesus Kristus’. Lihatlah pada tulisan itu, dan lihatlah lagi; dan oh, kiranya Allah Roh Kudus memimpinmu untuk bertobat karena tidak mengasihi Yesus, yang seluruhnya adalah seseorang yang indah, dan pengasih yang besar dari jiwa-jiwa manusia. Oh kiranya engkau bisa mulai mengasihiNya dengan segera!) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 10, hal 420.

· penerimaan dan perenungan penebusan Kristus.

Seseorang tidak mungkin mengasihi Allah, kalau ia tidak merasakan bahwa Allah mengasihi Dia (1Yoh 4:10). Makin seseorang merasakan kasih Allah kepadanya, makin ia bisa mengasihi Allah.

Bukti dari kasih Allah adalah penebusan Kristus (Ro 5:8 1Yoh 4:9-10).

Karena itu orang yang belum percaya kepada Kristus / belum dise-lamatkan, tidak mungkin mengasihi Allah. Jadi, kalau saudara mau mengasihi Allah, pertama-tama saudara harus percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat. Setelah itu banyaklah merenungkan kasih Allah yang dinyatakan melalui penebusan Kristus itu.

· banyak bersekutu dengan Tuhan (Yoh 15:1-9).

Disiplinlah dalam melakukan Saat Teduh, dan tingkatkanlah kehi-dupan doa saudara, baik dari segi kwantitas (lamanya dan banyaknya doa), maupun dari segi kwalitas (kesungguhan, iman, konsentrasi).

· mentaati Tuhan (Yoh 15:10).

b) Hal-hal yang merusak / memadamkan kasih kita kepada Tuhan.

· dosa (Yoh 15:10).

· mengasihi uang / dunia (Mat 6:24 Yak 4:4 1Yoh 2:15).

· membenci / tidak mengasihi sesama manusia (1Yoh 3:17-18 1Yoh 4:12b 1Yoh 4:20).

· Mat 24:12 - “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.

Yohanes 14: 16:

1) Hubungan ay 15 dengan ay 16.

Ada yang menghubungkan ay 15 dengan ay 16 dan lalu mengatakan bahwa kasih dan ketaatan kita menyebabkan Roh Kudus diberikan kepada kita.

Pulpit Commentary: “‘If ye love me,’ etc.; ‘And I will pray the Father,’ etc. ... the Spirit as the Father’s gift to his obedient and loving disciples” (= ‘Jika kamu mengasihi Aku’, dst.; ‘Dan Aku akan berdoa / minta kepada Bapa’, dst. ... Roh sebagai pemberian / karunia Bapa kepada murid-muridNya yang taat dan mengasihiNya) - hal 253-254.

William Hendriksen: “Those who keep Christ’s precepts will receive a great blessing. Jesus, as Mediator, will make a request in their interest” (= Mereka yang memelihara / menuruti perintah-perintah Kristus akan menerima berkat yang besar. Yesus, sebagai Pengantara, akan meminta demi kepentingan mereka) - hal 275.

Saya berpendapat bahwa ini salah. Cara menghubungkan yang benar adalah: Yesus memerintahkan kasih dan ketaatan dalam ay 15, dan untuk menolong mereka (termasuk kita) untuk mengasihi dan mentaatiNya, maka Ia minta kepada Bapa untuk memberikan Roh Kudus kepada kita. Jadi, justru pemberian Roh Kudus itulah yang memungkinkan kita mengasihi dan mentaati Kristus!

William Barclay: “To Jesus real love is not an easy thing. It is shown only in true obedience. But Jesus does not leave us to struggle with the Christian life alone. He would send us another Helper. ... So what Jesus is saying is: ‘I am setting you a hard task, and I am sending you out on a very difficult engagement. But I am going to send you someone, the PARAKLETOS, who will guide you as to what to do and enable you to do it’” (= Bagi Yesus kasih yang sungguh-sungguh bukan-lah hal yang mudah. Itu ditunjukkan hanya dalam ketaatan yang sungguh-sungguh. Tetapi Yesus tidak membiarkan kita untuk bergumul dengan kehidupan Kristen sendirian. Ia akan mengirim kepada kita seorang Penolong yang lain. ... Dengan demikian apa yang Yesus katakan adalah: ‘Aku mem-berikan kepadamu tugas yang berat / sukar, dan Aku mengirim engkau untuk suatu pekerjaan yang sangat sukar. Tetapi Aku akan mengirimkan kepadamu seseorang, sang PARAKLETOS, yang akan memimpin engkau berkenaan dengan apa yang harus dilakukan dan memampukan engkau untuk melaku-kannya) - hal 166-167.

Calvin: “This was given as a remedy for soothing the grief which they might feel on account of Christ’s absence; but at the same time, Christ promises that he will give them strength to keep his commandments; for otherwise the exhortation would have had little effect” (= Ini diberikan sebagai obat untuk menyejukkan kese-dihan yang mungkin mereka rasakan karena absennya Kristus; tetapi pada saat yang sama, Kristus berjanji bahwa Ia akan memberikan mereka kekuatan untuk menuruti perintah-perintahNya; karena jika tidak, maka nasihat / desak-an itu akan sedikit sekali hasilnya) - hal 92.

Ada penafsir yang mau menggabungkan kedua pandangan di atas.

George Hutcheson: “the promise of the Spirit, which is subjoined to the former direction as a fruit following thereupon, and as an encouragement against the difficulties they would meet with in doing their duty” (= janji tentang Roh ini, yang ditambahkan pada pimpinan / petunjuk yang terdahulu, sebagai buah yang mengikutinya sebagai akibatnya, dan sebagai suatu dorongan untuk meng-hadapi kesukaran-kesukaran yang akan mereka temui pada waktu melakukan tugas / kewajiban mereka) - hal 302.

Mungkin untuk murid-murid yang hidup sebelum Pentakosta, ini masih bisa dibenarkan. Tetapi untuk kita yang hidup setelah Pentakosta, ini tidak mungkin. Kita percaya, menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus itu yang membuat kita mengasihi dan taat (memberi buah Roh).

2) Apakah pada saat ini murid-murid sama sekali tidak mempunyai Roh Kudus?

George Hutcheson: “not that formerly they were wholly destitute of the Spirit, but that now they were to receive him in more ample measure” (= bukan bahwa mereka tadinya sama sekali tidak mempunyai Roh, tetapi bahwa sekarang mereka akan menerima Dia dalam takaran yang lebih banyak) - hal 302.

Saya menuliskan kata-kata Hutcheson di sini bukan karena saya menye-tujuinya. Perlu diketahui bahwa dalam persoalan ini ada pertentangan yang sangat hebat.

3) ‘Penolong’ / ‘PARAKLETOS’.

Kata ‘Peno­long’ dalam bahasa Yunaninya adalah PARAKLETOS. Kata PARAKLETOS muncul 5 x dalam Perjanjian Baru, yaitu:

· 4 x dalam Injil Yohanes, dan menunjuk kepada Roh Kudus, yaitu dalam Yoh 14:16 Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 16:7.

· 1 x dalam surat Yohanes yang pertama yaitu dalam 1Yoh 2:1, dan menunjuk kepada Yesus.

Kata PARAKLETOS ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh versi Kitab Suci yang berbeda.

                  Yoh 14:16                    Yoh 14:26                    Yoh 15:26                  Yoh 16:7                      1Yoh 2:1

TL              Penolong                     Penolong                     Penolong                  Penolong                     Juru Syafaat

TB1           Penolong                     Penghibur                    Penghibur                  Penghibur                    Pengantara

TB2           Penolong                     Penolong                     Penolong                  Penolong                     Pengantara

NASB        Helper                         Helper                         Helper                   Helper                         Advocate

NKJV         Helper                         Helper                         Helper                   Helper                         Advocate

KJV           Comforter                    Comforter                    Comforter                  Comforter                    Advocate

RSV          Counselor                    Counselor                    Counselor                  Counselor                    Advocate

NIV            Counselor                    Counselor                    Counselor                  Counselor                    One who speaks

in our defense

Keterangan / terjemahan:

Helper = Penolong.

Comforter = Penghibur.

Counselor = Penasehat.

Advocate = Pengacara / Pembela / Penasehat hukum.

One who speaks in our defense = Seseorang yang berbicara untuk membela kita.


Arti kata PARAKLETOS sebenarnya adalah ‘orang yang dipanggil untuk membantu kita’. Dalam hal hukum, ini menunjuk pada ‘pengacara / pe-nasehat hukum / pembela’, dan dalam hal sehari-hari ini menunjuk pada ‘penasehat / penghibur / penolong’.

Macam-macam pandangan tentang arti terkuat dari kata PARAKLETOS:

a) Arti terkuat dari kata PARAKLETOS adalah ‘pengacara / pembela’.

Leon Morris (NICNT): “The Greek is PARAKLETOS which means rather an advocate than a comforter” (= Kata Yunaninya adalah PARAKLETOS yang artinya lebih menunjuk kepada seorang pengacara dari pada seorang penghibur) - hal 649.

1. Perlu diketahui bahwa sekalipun Roh Kudus disebut sebagai Penga-cara / Pembela kita, tetapi Roh Kudus tidak menjadi Penga­cara / Pembela bagi kita terhadap tuduhan dari Allah / hukum Tuhan. Dalam persoalan ini, Yesuslah Pengacara / Pembelanya.

1Yoh 2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara (= PARAKLETOS) pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil”.

William Hendriksen: “In 1John 2:1 Jesus Christ is himself called Para-clete. He is the Helper in the sense of being Advocate or Intercessor with the Father in the interest of believers who commit sin” (= Dalam 1Yoh 2:1 Yesus Kristus sendiri disebut PARAKLETOS. Ia adalah Penolong dalam arti Ia menjadi Advokat atau Pengantara pada Bapa demi kepentingan orang-orang percaya yang berbuat dosa) - hal 277.

Jadi, setiap kali Allah melihat kita berdosa, dan menganggap kita melanggar hukum, maka Yesus berkata: ‘Bapa, Aku telah mati di salib untuk menebus dosa itu’. Ini menyebabkan Bapa tidak bisa lagi menu-duh kita / orang percaya! Karena itu maka tidak ada hukuman bagi orang percaya / orang yang ada di dalam Kristus (Ro 8:1).

Catatan: awas, jangan menjadikan ini sebagai alasan untuk semba-rangan berbuat dosa (mentang-mentang mempunyai Yesus sebagai Pengacara / Pembela). Baca 1Yoh 2:1 itu sekali lagi, maka saudara akan melihat bahwa di situ mula-mula rasul Yohanes melarang kita berbuat dosa, dan baru setelah itu ia mengatakan bahwa kalau kita toh berbuat dosa / jatuh ke dalam dosa, kita mempunyai Yesus sebagai Pengacara / Pembela.

2. Roh Kudus menjadi Pengacara / Pembela bagi kita terhadap dunia, yaitu pada saat kita diejek, diserang, dianiaya, dsb. Ia menjadi Pengacara di dalam diri kita dengan memberikan kata-kata kepada kita untuk melakukan pembelaan terhadap serangan dari dunia. Bdk. Mat 10:18-20 / Luk 21:14-15 Kis 2:13-40 Kis 4:8-13 Kis 6:9-10.

3. Roh Kudus menjadi Pengacara di dalam diri kita menghadapi tuduhan setan.

Pulpit Commentary (hal 226) mengatakan bahwa kata PARAKLETOS sering digunakan oleh penulis-penulis Yahudi maupun oleh bapa-bapa gereja, sebagai lawan kata dari kata ‘accuser’ (= penuduh), yang merupakan salah satu gelar / sebutan untuk setan (bdk. Zakh 3:1 Wah 12:10b).

Salah satu nama dari Setan dalam Kitab Suci adalah DIABOLOS (Misalnya yang diterjemahkan ‘Iblis’ dalam dalam Wah 12:9).

Catatan: kata DIABOLOS berarti ‘an accuser’ (= penuduh, pendakwa) atau ‘a slanderer’ (= pemfitnah), dan dari kata DIABOLOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘devil’ (= setan).

Setan melakukan bermacam-macam dakwaan:

a. Setan mendakwa manusia di hadapan Allah (Ayub 1:6-11 Ayub 2:1-5 Wah 12:9-10 Zakh 3:1-dst).

b. Setan mendakwa Allah di depan manusia (Kej 3:1-5).

Karena itu kalau dalam hati / pikiran saudara muncul suatu pemikiran yang jelek tentang Allah (misalnya bahwa Allah tidak peduli kepada saudara, Allah tidak kasih, Allah benci kepada saudara, dsb), sadarilah bahwa setan sedang mendakwa Allah dalam pikiran saudara. Maukah saudara percaya kepada setan, yang adalah bapa segala dusta?

c. Setan mendakwa manusia di dalam hatinya sendiri.

Memang ‘tuduhan berdosa’ dalam hati kita bisa saja datang dari Allah. Tetapi bisa juga datang dari setan. Bagaimana membeda-kannya? Kalau datang dari Allah, pasti akan hilang begitu kita mengakui dosa dengan sungguh-sungguh, karena tujuan Tuhan menuduh kita adalah untuk mempertobatkan kita. Tetapi kalau datang dari setan, maka hal ini tidak akan hilang sekalipun kita sudah menyesali dosa / bertobat, karena tujuan setan adalah untuk menghancurkan kita.

Tuduhan setan ini menyebabkan orang yang sudah betul-betul menyesali / bertobat dari dosanya, tetap merasa sedih, dan bahkan bisa ‘binasa dalam kesedihan’ (bdk. 2Kor 2:5-11 2Kor 7:10 Mat 27:3-5).

Warren W. Wiersbe mengatakan: “See how subtle and merciless Satan really is. Before we sin - while he is tempting us - he whispers, ‘You can get away with this!’ Then after we sin, he shouts at us, ‘You will never get away with this!’” (= lihatlah betapa licik dan tak-ber-belas-kasihan-nya setan itu. Sebelum kita berbuat dosa - pada saat ia masih mencobai kita - ia berbisik, ‘Kamu bisa meloloskan diri dengan ini!’ Lalu setelah kita berbuat dosa, ia berteriak pada kita, ‘Kamu tidak akan pernah lolos dengan ini!’) - ‘The Strategy of Satan’, hal 84.

Tuduhan / dakwaan setan terhadap orang yang sudah mengakui dan menyesali dosanya ini menyebabkan orang itu merasakan ‘guilty feeling’ (= perasaan bersalah) yang tidak semestinya. Ini khususnya sering muncul pada saat:

· berdoa / bersaat teduh.

· mau mengikuti Perjamuan Kudus!

· melayani Tuhan.

Setan akan mendakwa kita sedemikian rupa sehingga sekalipun kita sudah mengakui dosa dan menyesalinya dengan sungguh-sungguh, kita lalu merasa tidak layak untuk berdoa / bersekutu dengan Tuhan, ikut Perjamuan Kudus, maupun melayani Tuhan. Dakwaan seperti ini bisa membuat kita sangat menderita / putus asa, dsb.

Terhadap dakwaan semacam inilah Roh Kudus berperan sebagai Pembela / Pengacara. Ia mengingatkan kita akan kasih Allah yang menyebabkanNya selalu mau mengampuni kita dan akan pene-busan yang sempurna yang dilakukan oleh Kristus bagi kita. Pembelaan dari Pengacara kita ini membuat kita bisa mengatasi tuduhan setan.

b) Arti yang paling kuat dari kata PARAKLETOS adalah ‘Penghibur’.

Alasan pandangan ini adalah: kontex Yoh 14:16-18 Yoh 15:18-27 Yoh 16:6-7 memang menunjukkan bahwa Roh Kudus diberikan kepada para murid dalam penderitaan dan kesedihan mereka karena akan kehilangan kehadiran Kristus, dan karena itu terjemahan ‘Penghibur’ sebetulnya cukup cocok dengan kontex.

William Hendriksen: “The meaning of the word must not be too narrowly restricted. The Holy Spirit is a Helper in ever so many respects: he comforts, indeed, and since the main theme of chapter 14 is comfort it is probable that Jesus had this in mind more than anything else” (= Arti dari kata ini tidak boleh dibatasi secara terlalu sempit. Roh Kudus adalah Penolong dalam begitu banyak segi: Ia memang menghibur, dan karena thema utama dari pasal 14 adalah penghiburan, maka adalah mungkin bahwa Yesus mem-punyai ini dalam pikiranNya lebih dari apapun yang lain) - hal 276.

Roh Kudus menghibur kita dari apa?

1. Dari kesukaran / penderitaan.

a. Bahwa Roh Kudus diutus untuk menjadi Penghibur bagi kita, seca-ra implicit menunjukkan bahwa hidup orang kristen pasti banyak problem, penderitaan, dan kesedihan.

Karena itu jelaslah bahwa ajaran populer jaman sekarang yang mengatakan bahwa kalau kita ikut Tuhan segala sesuatu akan beres, segala penyakit akan sembuh, kita akan kaya dan sukses, dsb, adalah omong kosong! Kalau ajaran ini benar, maka kita tidak membutuhkan Roh Kudus sebagai Penghibur!

b. Penghiburan dari Roh Kudus ini tidak tergantung pada sikon.

Ini bisa kita alami dalam keadaan sakit, susah, miskin, menderita, mengalami problem, kegagalan, kesepian, patah hati, dsb. Ini memungkinkan orang kristen tetap bersukacita dan mempunyai damai di tengah-tengah penderitaan / kesukaran.

c. Tujuan Roh Kudus dalam menghibur kita.

Kalau kita mengalami penderitaan / problem, lalu Roh Kudus menghibur kita, tujuannya bukan sekedar untuk kita. Seperti dika-takan seseorang: “God does not comfort us to make us comfortable, but to make us comforters” (= Allah tidak menghi­bur kita supaya kita merasa nyaman, tetapi supaya kita menja­di penghibur) - ‘Streams in the Desert’, vol I, tgl 11 Januari. Bdk. 2Kor 1:3-6 Luk 22:32b.

Karena itu kita harus membagikan / men-sharing-kan penghiburan yang kita terima dari Tuhan.

2. Dari dosa yang sudah kita akui / sesali.

Ini berhubungan dengan tuduhan setan yang sudah di bahas di atas. Roh Kudus bukan hanya membela secara hukum tetapi juga meng-hibur kita untuk mengatasi semua itu dan kembali pada sukacita dan damai yang semula.

Lalu bagaimana dengan dosa yang masih kita pegangi dengan sadar? Dalam hal ini, Roh Kudus tidak menghibur kita dengan:

a. Menutup-nutupi dosa, atau dengan memberikan alasan untuk membenarkan dosa itu. Karena itu, kalau saudara berbuat dosa, dan lalu dalam pikiran saudara muncul berbagai macam alasan untuk membenarkan dosa itu, sehingga saudara lalu merasa ‘terhibur’, sadarilah bahwa ini bukan hiburan dari Roh Kudus! Ini pasti datang dari setan! Misalnya:

· saudara marah / benci kepada seseorang, lalu saudara merasa bahwa kemarahan / kebencian itu adalah dosa. Tetapi lalu muncul suara dalam hati / pikiran saudara yang berkata: ‘Tetapi aku marah karena dia kurang ajar’, dan suara ini ‘menghibur’ saudara.

· saudara berzinah, lalu merasakan adanya perasaan bersalah. Tetapi lalu muncul suara dalam hati / pikiran saudara yang berkata: ‘Yang salah adalah istriku yang tidak menjaga badan sehingga aku tidak berminat kepadanya dan terpaksa berzinah’, dan suara ini ‘menghibur’ saudara.

· saudara tetap bekerja pada hari Sabat, lalu saudara merasakan adanya perasaan bersalah. Tetapi lalu muncul suara dalam hati / pikiran saudara yang berkata: ‘Yang salah adalah Allah. Mengapa dalam masa Krismon ini Dia kurang memberi berkat sehingga aku kekurangan’, dan suara ini ‘menghibur’ saudara.

‘Penghiburan’ semacam ini bukan datang dari Roh Kudus tetapi dari setan! Tujuannya supaya saudara tidak bertobat dari dosa itu.

b. Memberikan ‘kambing hitam’, seperti roh marah, roh dusta, dsb.

Jaman ini banyak orang yang berkata bahwa kalau kita marah itu karena adanya roh kemarahan, dan kalau kita berzinah itu karena adanya roh perzinahan, dsb. Sekalipun saya percaya bahwa setan memang selalu menggoda kita untuk berbuat dosa, tetapi saya juga percaya bahwa kalau kita jatuh ke dalam dosa, kita tetap bertanggung jawab! Kita tidak boleh melemparkan tanggung jawab itu kepada setan seakan-akan hanya dia yang salah sedangkan kita tidak. Memang kalau kita bisa mendapatkan kambing hitam, kita akan merasa ‘terhibur’. Tetapi lagi-lagi kita perlu tahu bahwa ‘hiburan’ seperti itu pasti bukan dari Roh Kudus tetapi dari setan!

c. Meremehkan dosa.

‘Hiburan’ yang lain adalah dengan meremehkan dosa yang baru kita lakukan. ‘Hiburan’ seperti ini juga bukan datang dari Roh Kudus, tetapi dari setan! Memang dosa itu ada tingkat-tingkatnya, ada yang lebih berat dan ada yang lebih ringan, tetapi ingat bahwa yang ringanpun upahnya adalah maut (Ro 6:23). Ingat juga bahwa Allah itu mahasuci sehingga dosa yang bagaimanapun kecilnya merupakan sesuatu yang menyakitkan bagiNya. Karena itu dosa tidak pernah boleh diremehkan.

d. Menyembunyikan kebenaran yang ‘mengganggu’ kita.

Saudara mungkin pernah mendengar kata-kata ‘truth hurts’ (= kebenaran menyakitkan). Kalau ada dosa dalam hidup saudara dan lalu saudara mendengar Firman Tuhan yang membahas dosa itu, maka saudara bisa merasa ‘sakit’. Saudara akan lebih ‘terhibur’ kalau saudara melupa­kan Firman Tuhan yang ‘mengganggu’ itu.

Inipun bukan penghiburan dari Roh Kudus!

Apa alasannya untuk beranggapan bahwa hal-hal di atas (point a - d di atas) tidak mungkin datang dari Roh Kudus? Karena Roh Kudus disebut ‘Roh Kebenaran’ (Yoh 14:17), dan mempunyai tugas-tugas seperti, mengajar kebenaran (Yoh 14:26); menginsafkan dosa (Yoh 16:8); dan memimpin ke dalam seluruh kebenaran (Yoh 16:13).

Charles Haddon Spurgeon:

¨ “The Spirit of God never comforted a man in his sin. Disobe­dient Christians must not expect consolation; the Holy Spirit sanctifies, and then consoles” (= Roh Allah tidak pernah menghibur seseorang di dalam dosanya. Orang Kristen yang tidak taat tidak boleh mengha-rapkan penghiburan; Roh Kudus menguduskan, dan baru setelah itu menghibur) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol IX, hal 29-30.

¨ “He does not comfort us as a fond mother may please her wayward child by yielding to its foolish wishes” (= Ia tidak menghibur kita seperti seorang ibu yang terlalu mengasihi, yang ingin menyenangkan anak-nya yang tidak patuh / suka melawan, dengan menyerah / menuruti keinginannya yang bodoh) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol IX, hal 30.

¨ “Do not expect to get comfort by merely running to sweet texts, or listening to pleasing preachers who give you noth­ing but cups of sugared doctrine, but expect to find comfort through the holy, reproving, humbling, strengthening, sancti­fying processes which are the operation of the Divine Para­clete” (= Jangan mengharapkan untuk mendapat-kan penghiburan semata-mata dengan berlari pada text-text yang manis, atau dengan mendengarkan pengkhotbah-pengkhotbah yang tidak memberimu apa-apa selain doktrin / ajaran yang dimaniskan, tetapi berha­raplah untuk menemukan penghiburan melalui proses-proses kudus, yang menegur / memarahi, merendahkan, menguatkan, menguduskan yang merupakan operasi dari Parakletos ilahi) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol IX, hal 30.

Tetapi entang terjemahan ‘Comforter / Penghibur’ ini William Barclay berkata: “‘Comforter’ was once a perfectly good translation. It actually goes back to Wicliffe, the first person to use it. But in his day it meant much more than it means now. The word comes from the Latin fortis which means ‘brave’; and ‘a comforter’ was ‘someone who enabled some dispirited creature to be brave’. Nowadays ‘comfort’ has to do almost solely with sorrow; and ‘a comforter’ is ‘someone who sympathizes with us when we are sad’. Beyond a doubt the Holy Spirit does that, but to limit his work to that function is sadly to belittle him. We often talk of being able to cope with things. That is precisely the work of the Holy Spirit. He takes away our inadequacies and enables us to cope with life. The Holy Spirit substitutes victorious for defeated living” (= Dulu ‘Comforter / Penghibur’ merupakan terjemahan yang benar-benar baik. Sebetulnya itu kembali kepada Wicliffe, orang pertama yang meng-gunakannya. Tetapi pada jamannya kata itu berarti lebih banyak dari pada artinya sekarang ini. Kata itu datang dari bahasa Latin FORTIS yang berarti ‘berani’; dan ‘comforter / penghibur’ adalah ‘seseorang yang memampukan makhluk-makhluk yang sedih / putus asa / kecil hati untuk menjadi berani’. Sekarang ‘comfort / penghiburan’ berurusan hampir semata-mata dengan kesedihan; dan seorang ‘comforter / penghibur’ adalah ‘seseorang yang bersimpati dengan kita pada waktu kita sedih’. Tidak diragukan lagi Roh Kudus melakukan hal itu, tetapi membatasi peker-jaanNya pada fungsi itu adalah sangat merendahkan Dia. Kita sering berbicara tentang ‘mampu mengatasi hal-hal’. Itulah persisnya pekerjaan Roh Kudus. Ia mengambil kekurangan kita dan memampukan kita untuk mengatasi kehidupan. Roh Kudus menggantikan kehidupan yang kalah dengan kehidupan yang menang) - hal 167.

c) Arti terkuat dari kata PARAKLETOS adalah ‘Penolong’.

William Hendriksen: “The meaning of the word must not be too narrowly restricted. The Holy Spirit is a Helper in ever so many respects: he comforts, indeed, and since the main theme of chapter 14 is comfort it is probable that Jesus had this in mind more than anything else. But the Spirit also (and in close connection with the work of imparting comfort) teaches, guides in the truth (16:13,14); brings the teaching of Christ home to the recollection of the disciples (14:26); and dwells within them as a source on inspiration and life (14:17). The Father and the Son call the Spirit to the side of the disciples in order to comfort, admonish, teach, and guide them; in other words, in order that in any given condition the Paraclete may furnish whatever help is necessary. Hence, we know of no better translation than the term ‘Helper’” [= Arti dari kata ini tidak boleh dibatasi secara terlalu sempit. Roh Kudus adalah Penolong dalam begitu banyak segi: Ia memang menghibur, dan karena thema utama dari pasal 14 adalah penghiburan, maka adalah mung-kin bahwa Yesus mempunyai ini dalam pikiranNya lebih dari apapun yang lain. Tetapi Roh itu juga (dan dalam hubungan yang dekat dengan peker-jaan memberikan penghiburan) mengajar, mempimpin dalam kebenaran (16:13,14); mengingatkan murid-murid akan ajaran Kristus (14:26); dan tinggal di dalam mereka sebagai sumber inspirasi dan kehidupan (14:17). Bapa dan Anak menyuruh Roh untuk berada di sisi para murid untuk menghibur, menegur / mengingatkan / menasehati, mengajar, dan memim-pin mereka; dengan kata lain, supaya dalam setiap situasi dan kondisi Sang PARAKLETOS bisa memberikan pertolongan apapun yang dibutuhkan. Jadi, kami tidak mengetahui terjemahan yang lebih baik dari istilah ‘Penolong’] - hal 276.

William Barclay: “The Greeks used the word in a wide variety of ways. A parakletos might be a person called in to give witness in a law court in someone’s favour; he might be an advocate called in to plead the cause of someone under a charge which would issue in serious penalty; he might be an expert called in to give advice in some difficult situation; he might be a person called in when, for example, a company of soldiers were depressed and dispirited to put a new courage into their minds and hearts. Always a parakletos is someone called in to help in time of trouble or need” (= Orang Yunani menggunakan kata ini dalam bermacam-macam cara. Parakletos bisa adalah orang yang dipanggil untuk memberi kesaksian untuk membantu seseorang dalam pengadilan; ia bisa adalah seorang pengacara yang dipanggil untuk membela perkara seseorang yang ada di bawah tuduhan yang bisa menyebabkan hukuman yang serius; ia bisa adalah seorang ahli yang dipanggil untuk memberikan nasehat dalam situasi yang sulit; ia bisa adalah seseorang yang dipanggil pada waktu, misalnya, suatu kompi / rombongan tentara sedang tertekan dan putus asa, untuk memberikan keberanian / semangat yang baru ke dalam pikiran dan hati mereka. Parakletos selalu adalah seseorang yang dipanggil untuk menolong pada waktu kesukaran atau kebutuhan) - hal 166-167.

4) ‘yang lain’.

Yesus menyebut Roh Kudus dengan istilah ‘PARAKLETOS yang lain’ (ay 16).

a) Ini menunjukkan bahwa Yesus sudah menjadi PARAKLETOS selama ini.

Pada waktu Yesus masih bersama murid-muridNya, Ialah yang menolong murid-muridNya menghadapi serangan setan, Ia yang selalu memberi nasehat kepada murid-muridNya, Ia juga yang menguatkan mereka pada saat sedih, putus asa, dsb. Setelah Yesus meninggalkan murid-muridNya, Roh Kudus akan datang menggantikan Yesus melakukan hal-hal itu.

F. F. Bruce: “Jesus’ mention of ‘another’ Paraclete implies that they already have one, and this can only be himself. In 1John 2:1, indeed, Jesus is called ‘our Paraclete with the Father’; ... But in 1John 2:1 Jesus’ advocacy is exercised in the heavenly court; in our present passage it is implied that he had been his disciples’ advocate or paraclete on earth” (= Penyebutan Yesus tentang PARAKLETOS ‘yang lain’ secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai seorang PARAKLETOS, dan ini hanya mungkin menunjuk kepada diriNya sendiri. Dalam 1Yoh 2:1 Yesus memang disebut ‘PARAKLETOS kita pada Bapa’; ... Tetapi dalam 1Yoh 2:1 pembelaan Yesus dilakukan di pengadilan surgawi; dalam text kita saat ini ditunjukkan secara tidak langsung bahwa Ia telah menjadi pembela / pengacara atau PARAKLETOS dari para murid di bumi) - hal 301-302.

Pulpit Commentary: “‘Another’ implies that Christ had already stood in this position while present with them, helping with tender care their first efforts to stand or serve” (= ‘Yang lain’ secara tidak langsung menunjukkan bahwa Kristus telah ada dalam posisi ini pada waktu Ia hadir bersama mereka, menolong dengan perhatian yang lembut dalam usaha mereka yang pertama untuk berjalan atau melayani) - hal 226.

Calvin: “Christ was the Protector of his disciples, so long as he dwelt in the world: and afterwards he committed them to the protection and guardianship of the Spirit” (= Kristus adalah Pelindung dari murid-muridNya selama Ia tinggal di dunia ini: dan setelah itu Ia menyerahkan mereka kepada pen-jagaan dan perlindungan dari Roh) - hal 92.

Tetapi perlu diingat bahwa ini tidak berarti bahwa Kristus lalu berhenti menjadi PARAKLETOS.

Pulpit Commentary: “In promising another Comforter to come upon his own departure, Jesus was really claiming to be a Comforter, whose loss must needs be sorely felt. And such he was. He had been very much in the society of his disciples, was always sympathetic, always wise in counsel, always faithful in admonition, always gracious in encouragement. Nor, indeed, did he cease to be the Paraclete, the Advocate, of his people, when he quitted the world which he visited in order to befriend and save its guilty and helpless inhabitants” (= Dalam menjanjikan Penghibur yang lain untuk datang setelah kepergian-Nya, sebetulnya Yesus mengclaim / menyatakan bahwa Ia adalah seorang Penghibur, yang kepergianNya pasti terasa sangat berat. Dan itulah adanya Dia. Ia telah ada dalam kumpulan murid-muridNya, selalu bersimpati, selalu memberi nasehat dengan bijaksana, selalu setia dalam mengingatkan / menegur, selalu ramah / baik dalam memberikan semangat. Dan Ia tidak berhenti menjadi Sang PARAKLETOS, sang Pengacara / Pembela, dari umatNya, pada waktu Ia meninggalkan dunia yang Ia kunjungi untuk meno-long dan menyelamatkan penduduknya yang bersalah dan tak berdaya) - hal 244.

William Hendriksen: “... one Helper is leaving, but he leaves with the purpose of sending another. Moreover, the first Helper, though physically absent, will remain a Helper. He will be their Helper in heaven. The other will be their Helper on earth. The first pleads their case with God. The second pleads God’s case with them” (= ... satu Penolong pergi, tetapi Ia pergi dengan tujuan untuk mengirimkan yang lain. Lebih lagi, Penolong yang pertama, sekalipun tidak hadir secara fisik, akan tetap menjadi Penolong. Ia akan menjadi Penolong mereka di surga. Yang lain akan menjadi Penolong mereka di bumi. Yang pertama membela / memohonkan kasus mereka terhadap Allah. Yang kedua membela / memohonkan kasus Allah terhadap mereka) - hal 277

b) Setelah PARAKLETOS yang pertama pergi, Allah mengirim PARAKLE-TOS yang lain, untuk menggantikan PARAKLETOS yang pertama. Ini menunjukkan pentingnya PARAKLETOS itu dalam hidup orang kristen.

Pulpit Commentary: “Why should a ‘Comforter’ be provided? There must be something in the condition of men which makes the promise of a Divine Friend so appropriate and welcome. Men suffer from ignorance and proneness to error and delusion. They are encompassed with temptations which act powerfully, sometimes fatally, upon their frail and feeble nature. And those who are bent upon attaining true knowledge and practising true virtue are exposed to the bitter hostility and opposition of the world” (= Mengapa harus disediakan seorang ‘Penghibur’? Pasti ada sesuatu dalam kondisi manusia yang menye-babkan janji tentang seorang Sahabat Ilahi begitu cocok dan menggem-birakan. Manusia menderita karena ketidaktahuan dan kecondongan kepa-da kesalahan dan kesesatan / pandangan yang salah. Mereka diliputi dengan pencobaan-pencobaan yang bekerja dengan kuat, kadang-kadang secara fatal, pada keadaan alamiah mereka yang lemah dan rapuh. Dan mereka yang dicondongkan pada pencapaian pengetahuan yang benar dan tindakan mempraktekkan kebajikan yang sejati, terbuka pada permusuhan yang pahit dan perlawanan / oposisi dari dunia) - hal 244.

Penerapan: Apakah saudara betul-betul menyadari pentingnya PARA-KLETOS ini dalam hidup saudara? Kalau ya, maka itu akan saudara wujudkan dengan bersandar kepadaNya dengan banyak berdoa, minta pimpinan, hikmat, dan berkat dalam setiap segi kehidupan saudara, baik itu bersifat jasmani (seperti bekerja, belajar, hidup berkeluarga, dsb) maupun bersifat rohani (seperti belajar Firman Tuhan, melayani, mem-beritakan Injil, pengudusan, dsb).

c) Pembahasan tentang arti kata ‘another / yang lain’.

Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’, yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.

W. E. Vine dalam bukunya yang berjudul ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’ mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes ano-ther of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang berbeda).

Illustrasi: Di sini ada 1 gelas Aqua. Kalau saya menginginkan 1 gelas Aqua lagi, yang sama dengan yang ada di sini, maka saya akan menggunakan kata ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman yang lain, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan kata HETEROS, bukan ALLOS.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang lain’ dalam Yoh 14:16 bukan­lah HETEROS, tetapi ALLOS. Andaikata yang digunakan adalah HETER­OS, maka itu akan menunjukkan adanya perbedaan sifat antara Yesus dan Roh Kudus, sehingga bisa saja Yesusnya sabar sedangkan Roh Kudusnya tidak, atau Yesus adalah Allah dan seorang yang berpriba­di, sedangkan Roh Kudus bukan. Tetapi karena kata Yunani yang digunakan adalah ALLOS, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sekalipun adalah PARAKLETOS yang lain dari pada Yesus, tetapi mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Yesus.

Karena itu dalam komentarnya tentang ayat ini William Hendriksen mengatakan tentang Roh Kudus sebagai berikut: “The passage clearly indicates that the Holy Spirit is not merely a power but a person, just like the Father and the Son. He is another Helper, not a different Helper. The word another indicates one like myself, who will take my place, do my work. Hence, if Jesus is a person, the Holy Spirit must also be a per­son” (= Bagian ini menunjukkan secara jelas bahwa Roh Kudus bukanlah semata-mata suatu kuasa tetapi seorang pribadi, persis seperti Bapa dan Anak. Ia adalah Penolong yang lain, bukan Penolong yang berbeda. Kata yang lain menun-jukkan seseorang seperti Aku sendiri, yang akan mengambil tempatKu, melakukan pekerjaanKu. Jadi, jika Yesus adalah seorang pribadi, Roh Ku-dus harus juga adalah seorang priba­di) - hal 275.

Catatan: kata kerja yang ditujukan kepada Roh Kudus menunjukkan bah-wa Ia adalah seorang pribadi, misalnya:

· Yoh 14:26 - ‘mengajarkan’ dan ‘mengingatkan’.

· Yoh 15:26 - ‘bersaksi’.

· Kis 15:28 - ‘memutuskan’.

· Ro 8:26 - ‘membantu’.

· 1Kor 12:11 - ‘dikerjakan’ dan ‘memberikan karunia’.

· 1Tim 4:1 - ‘mengatakan’.

· Wah 22:17 - ‘berkata’.

William Hendriksen melanjutkan dengan berkata: “For the same reason, if Jesus is divine, the Spirit, too, must be divine” (= dengan alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi / adalah Allah, Roh juga harus bersifat ilahi / adalah Allah).

Alasan lain bahwa Roh Kudus adalah Allah adalah: sifat-sifat ilahi diberikan kepadaNya, seperti:

¨ mahatahu (1Kor 2:10).

¨ kekal (Ibr 9:14).

Kesimpulan: sama seperti Yesus, Roh Kudus adalah Allah, dan Roh Ku-dus adalah seorang pribadi. Ini penting untuk saudara camkan khususnya pada waktu menghadapi orang Saksi Yehovah, yang menganggap Roh Kudus hanya sebagai ‘kuasa Allah’, dan dengan demikian tidak mem-percayai keilahian maupun kepribadian Roh Kudus

d) Pembedaan pribadi dalam Allah Tritunggal.

Kata ‘another / yang lain’ menunjukkan pembedaan pribadi antara Yesus dan Roh Kudus.

Calvin: “And yet there would be no impropriety in inferring from this passage a distinction of Persons; for there must be some peculiarity in which the Spirit differs from the Son so as to be another than the Son” (= Dan tidak ada ketidak-pantasan untuk menyimpulkan dari text ini suatu pembedaan Pri-badi; karena di sana harus ada suatu kekhususan / keunikan dalam mana Roh berbeda dengan Anak sehingga disebut ‘yang lain’ dari pada Anak) - hal 93.

James Morgan: “It is clear He holds Him forth in contrast to Himself. The Son is not the Spirit, nor is the Spirit the Son. ... It is equally clear, that the Spirit is distinguished from the Father. The Father is not the Spirit, nor is the Spirit the Father. The Father would give Him, He would send Him, He should proceed from Him” [= Adalah jelas Ia membicarakanNya dalam kontras dengan diriNya sendiri. Anak bukanlah Roh, dan Roh bukanlah Anak. ... Adalah sama jelasnya bahwa Roh dibedakan dari Bapa. Bapa bukanlah Roh, dan Roh bukanlah Bapa. Bapa akan memberikanNya, Ia akan mengi-rimkanNya, Ia (Roh) harus keluar dari Dia (Bapa)] - ‘The Biblical Doctrine of the Holy Spirit’, hal 189-190.

Memang kata-kata Morgan ini benar. Kalau kata ‘another / yang lain’ menunjukkan perbedaan pribadi antara Yesus dengan Roh Kudus, maka kata-kata ‘Aku akan minta’ dan ‘Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain’ menunjukkan perbedaan pribadi antara Bapa (yang dimintai dan yang memberikan), Anak (yang meminta) dan Roh Kudus (yang diberikan)!

Pengakuan Iman Athanasius, no 1-26 (tentang Allah Tritunggal):

“1. Whosoever wishes to be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic faith. 2. Which, unless each one shall preserve perfect and inviolate, he shall certainly perish forever. 3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor separating the substance. 5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty. 7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated. 9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense. 10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost eternal. 11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three omnipotents, but one omnipotent. 15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods, but one God. 17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord. 18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords. 20. The Father was made from none, nor created, nor begotten. 21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created, but begotten. 22. The Holy Ghost is from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding. 23. Therefore there is one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not three Holy Ghosts. 24. And in this trinity no one is first or last, no one is greater or less. 25. But all the three co-eternal persons are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both unity in trinity, and trinity in unity is to be worship. 26. Therefore, he who wishes to be saved must think thus concerning the trinity.” (= 1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am. 2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar. 13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

A. A. Hodge mengomentari pengakuan iman Athanasius ini dengan kata-kata sebagai berikut: “It presents a most admirably stated exposition of the faith of all Christians, and it is objected to only because of the ‘damnatory clause,’ which ought never to be attached to any human composition, especially one making such nice distinctions upon so profound a subject” [= Ini menyajikan exposisi tertulis yang paling mengagumkan dari iman semua orang Kristen, dan keberatan terhadapnya hanyalah karena ‘kalimat ancaman / kutukan’, yang tidak pernah boleh diberikan pada komposisi manusia manapun, khususnya tentang sesuatu yang membuat perbedaan yang sukar / teliti seperti itu tentang persoalan yang begitu mendalam] - ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Catatan: yang dimaksud dengan ‘damnatory clause’ (= kalimat ancaman / kutukan) adalah point no 1,2,26, dan selanjutnya muncul lagi dalam no 40 (yang ini tidak saya tuliskan di sini).

Saya setuju dengan kata-kata A. A. Hodge ini. Doktrin tentang Allah Tritunggal yang begitu rumit ini bukanlah doktrin dasar dalam persoalan keselamatan, dan karena itu tidak boleh dijadikan sebagai syarat keselamatan. Memang di satu sisi saya berpendapat bahwa kalau ada orang ‘kristen’ yang tingkat I.Q.nya maupun pendidikannya cukup baik, dan ia telah mendapat penjelasan tentang Allah Tritunggal lengkap dengan dasar-dasarnya, tetapi ia menolaknya, maka mungkin sekali kita bisa berkata bahwa orang itu pasti bukan kristen sejati, dan karenanya ia tidak selamat. Tetapi di sisi yang lain, kalau ada orang desa yang baik I.Q.nya maupun pendidikannya sangat rendah, sehingga memang tidak memungkinkannya mengerti tentang doktrin yang rumit seperti ini, sukar dipercaya bahwa kepercayaan tentang doktrin ini menjadi syarat mutlak bagi keselamatannya.

5) ‘supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya’.

Kata ‘selama-lamanya’ ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sekali diberikan, tidak pernah dicabut kembali.

Leon Morris (NICNT): “The advocate will be with the disciples ‘for ever’. The new state of affairs will be permanent. The Spirit once given will not be withdrawn” (= Pengacara / pembela itu akan bersama dengan murid-murid ‘untuk selama-lamanya’. Keadaan yang baru itu akan bersifat permanen. Roh itu sekali diberikan tidak akan ditarik kembali) - hal 649.

Ajaran yang mengatakan bahwa kalau kita percaya kepada Yesus kita diberi Roh Kudus, tetapi kalau kita berbuat dosa Roh Kudusnya keluar lagi, jelas bertentangan dengan ayat ini, dan juga dengan Ibr 13:5.

Disamping itu, ajaran itu juga kelihatannya mengabaikan 2 hal, yaitu:

a) Fakta bahwa pada waktu ada di kayu salib Yesus sudah mengalami keterpisahan dengan Bapa (Mat 27:46). Ini bukan hanya ditujukan supaya kita bisa dipersatukan / didamaikan dengan Allah, tetapi juga supaya kita tidak akan bisa terpisah lagi dari Allah.

b) Fakta bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh tetap berbuat dosa setiap saat. Misalnya tidak ada orang kristen yang bisa mentaati hukum kasih kepada Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dengan sempurna. Berarti setiap saat ia berdosa kepada Allah. Kalau dosa menyebabkan Roh Kudus keluar, maka Roh Kudus itu akan selalu di luar!

Yohanes 14: 17:

1) ‘Yaitu Roh Kebenaran’.

Roh Kudus disebut ‘Roh Kebenaran’ karena:

a) PenghiburanNya benar.

Perlu diperhatikan bahwa kata-kata ‘yaitu Roh Kebenaran’ pada awal ay 17 masih merupakan sambungan dari ay 16 dimana dimana Ia disebut ‘Penghibur’ (KJV).

George Hutcheson: “As the Spirit of God is true, yea, truth itself in his essence and person, so is he true in his office of Comforter to believers, all his consolations being solid and real, and free of delusion; for the Comforter is ‘the Spirit of Truth.’” (= Sebagaimana Roh Allah itu adalah benar, ya, kebenaran itu sendiri dalam hakekat dan pribadiNya, begitu juga Ia benar dalam ja-batan / tugasNya sebagai Penghibur bagi orang-orang percaya, semua peng-hiburanNya penuh / pejal / asli dan sungguh-sungguh, dan bebas dari tipuan / kepalsuan; karena sang Penghibur adalah ‘Roh Kebenaran’) - hal 304.

b) Ia sendiri adalah kebenaran, dan Ia memimpin orang kepada kebenaran.

William Hendriksen: “This, according to 16:13, means that he, being the truth in person, guides his people into that realm of truth which is embodied in Christ and his redemption” (= Ini, menurut 16:13, berarti bahwa Ia, yang merupakan kebenaran itu sendiri, memimpin umatNya ke dalam alam kebenaran yang diwujudkan dalam Kristus dan penebusanNya) - hal 277.

George Hutcheson: “he is likewise called ‘the Spirit of truth,’ ver. 17, not only in his own essence but in his operation in believers, leading them in all truth” [= Demikian juga Ia disebut ‘Roh Kebenaran’ (ay 17), bukan hanya dalam hakekatNya sendiri tetapi juga dalam pekerjaanNya dalam diri orang-orang percaya, memimpin mereka ke dalam seluruh kebenaran] - hal 303. Bdk. Yoh 14:26 16:13.

c) Ia adalah pewahyu firman, penghibur dengan menggunakan firman, pemimpin kepada firman, yang juga adalah kebenaran (bdk. Yoh 17:17 Ef 1:13).

George Hutcheson: “As the Holy Ghost is the revealer of truth, so he comforts by the word of truth, and by leading believers to rely thereupon; for thus is he the ‘Spirit of truth’ leading men to the word of truth, and making it effectual for their comfort, so that without the word there is no enjoying of the Spirit of Christ” (= Sebagaimana Roh Kudus adalah pewahyu dari kebenaran, demikian juga Ia menghibur dengan firman kebenaran, dan dengan memim-pin orang percaya untuk bersandar pada firman; karena demikianlah Ia sebagai ‘Roh Kebenaran’ memimpin manusia kepada firman kebenaran, dan membuatnya efektif untuk penghiburan mereka, sehingga tanpa firman orang tidak bisa menikmati Roh Kristus) - hal 304.

Penerapan: karena itu kalau hidup saudara tidak diarahkan kepada firman, itu berarti saudara tidak mengikuti pimpinan Roh Kudus!

d) Ia mengajarkan kebenaran (bdk. ay 26).

Calvin: “the outward preaching will be vain and useless, if it be not accom-panied by the teaching of the Spirit. God has therefore two ways of teaching; for, first, he sounds in our ears by the mouth of men; and, secondly, he addresses us inwardly by his Spirit; and he does this either at the same moment, or at different times, as he thinks fit” (= khotbah lahiriah akan sia-sia dan tak berguna, jika itu tidak disertai oleh pengajaran dari Roh. Karena itu Allah mempunyai 2 cara mengajar; karena pertama, Ia berbicara di telinga kita oleh mulut manusia; dan, kedua, Ia berbicara kepada kita dari dalam oleh RohNya; dan Ia melakukan ini atau pada waktu yang bersamaan, atau pada waktu yang berbeda, seperti yang Ia anggap baik) - hal 100-101.

Calvin: “he is the Master or Teacher of truth. Hence it follows, that until we have been inwardly instructed by him, the understandings of all of us are seized with vanity and falsehood. ... we ought to know, that whatever belongs to sound understanding proceeds from no other source” (= Ia adalah Tuan atau Guru dari kebenaran. Jadi akibatnya, kecuali kita diajar olehNya dari dalam, pengertian dari semua dari kita dikuasai oleh kesia-siaan dan kebohongan. ... kita harus tahu bahwa apapun yang termasuk pada pengertian yang sehat tidak bisa keluar dari sumber yang lain) - hal 93.

Bdk. 1Kor 12:3b: “tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.

Kalau Roh Kudus memang mengajarkan firman, mengapa banyak orang kristen mempunyai pengertian firman yang sangat kurang dan bahkan kacau balau? Ada beberapa kemungkinan jawaban:

1. Mereka tidak benar dalam persoalan iman, dalam arti mereka hanya orang kristen KTP.

2. Mereka tidak benar dalam kebersandaran kepada Roh Kudus, dalam arti mereka tidak / kurang berdoa, pada waktu mencari kebenaran. Jadi mungkin mereka bersandar pada otak / kepandaiannya sendiri, bersandar kepada pendeta yang hebat, sehingga kurang atau tidak berdoa atau tidak berdoa dengan sungguh-sungguh untuk meminta pertolongan dari Roh Kudus untuk membuatnya mengerti kebenaran / Firman Tuhan.

3. Mereka tidak benar dalam persoalan Kitab Suci, seperti:

· malas / tidak tekun dalam belajar Kitab Suci.

· tidak mencari kebenaran dalam Kitab Suci. Misalnya: mencarinya melalui nubuat, dsb.

· tidak / kurang tunduk pada Kitab Suci. Misalnya: tunduk kepada ajaran pendeta / gereja / aliran, tanpa peduli apakah ajaran itu mempunyai dasar Kitab Suci yang benar atau tidak.

4. Mereka tidak benar dalam hidupnya, dalam arti ada dosa (bdk. Yoh 8:31-32). Dosa bisa berupa kesombongan, tidak mau melayani / memberitakan Injil / Firman Tuhan, atau dosa-dosa lain.

Tentang Roh Kudus sebagai pengajar firman / kebenaran, kita perlu menyoroti Yoh 14:26 yang mengatakan bahwa Roh Kudus mengingatkan kita akan ajaran Kristus!

Calvin: “... he will not be a builder of new revelations. By this single word we may refute all the inventions which Satan has brought into the Church from the beginning, under the pretence of the Spirit. ... But the Spirit that introduces any doctrine or invention apart from the Gospel is a deceiving spirit, and not the Spirit of Christ” (= ... Ia tidak akan menjadi pembangun / pendiri wahyu yang baru. Dengan satu kata ini kita bisa menyangkal semua penemuan yang telah dibawa oleh setan ke dalam Gereja sejak semula di bawah ke-pura-puraan Roh / dengan kedok Roh. ... Tetapi roh yang memperkenalkan doktrin / ajaran atau penemuan yang terpisah dari Injil adalah roh penipu, dan bukan Roh Kristus) - hal 101.

Penerapan: Bdk. Toronto Blessing atau ‘tumbang dalam Roh’ yang oleh sebagian / kebanyakan orang Kharismatik dianggap sebagai manifestasi / pekerjaan / lawatan Roh Kudus, padahal merupakan hal yang sama sekali asing dalam Kitab Suci!

Catatan: saya agak kurang jelas tentang kata-kata Calvin ini. Karena apakah surat-surat dalam Perjanjian Baru tidak bisa dianggap sebagai wahyu yang baru? Khususnya perhatikan ayat-ayat seperti 1Kor 7:12,25, yang jelas merupakan ajaran Paulus yang tidak pernah diajarkan oleh Yesus. Tetapi mungkin nanti dalam membahas Yoh 14:26 hal ini akan bisa menjadi lebih jelas.

e) Karena Ia memimpin / menolong kita untuk taat pada kebenaran.

Dalam ay 15 dan ay 21 Yesus membicarakan ketaatan, sedangkan di antara ke dua ayat itu Yesus berbicara tentang Roh Kudus. Mengapa? Karena kita tidak mungkin bisa taat tanpa pertolongan dan pekerjaan Roh Kudus. Ingat bahwa pengudusan kita merupakan buah Roh Kudus (Gal 5:22-23).

2) ‘Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia’ (bdk. 1Kor 2:14).

‘Dunia’ harus diartikan sebagai ‘orang non kristen / orang yang tidak percaya kepada Kristus’, dan tidak harus diartikan sebagai orang yang sangat jahat atau yang tidak peduli Allah atau yang hidupnya dikuasai keduniawian. Perlu diingat bahwa dalam agama-agama lain juga ada orang yang bahkan membuang keduniawian (seperti biksu), tetapi mereka inipun tidak mungkin mengenal Roh Kudus.

Calvin: “nothing which relates to the Holy Spirit can be learned by human reason, but that He is known only by the experience of faith. ... the Spirit ... by dwelling in us, makes himself to be known by us; for, otherwise, he is unknown and incomprehensible” (= tidak ada yang berhubungan dengan Roh Kudus yang bisa dipelajari oleh akal manusia, tetapi Ia dikenal hanya oleh pengalaman iman. ... Roh ... dengan tinggal dalam kita, membuat diriNya sendiri dikenal oleh kita; karena kalau tidak, Ia tidak dikenal dan tidak bisa dimengerti) - hal 93.

Jadi, kalau seseorang percaya kepada Yesus, Roh Kudus akan tinggal di dalam dia, dan Roh Kudus akan membuat diriNya dikenal oleh orang itu. Sebaliknya kalau seseorang tidak percaya kepada Kristus, Roh Kudus tidak akan tinggal di dalam orang itu, dan orang itu juga tidak mungkin bisa mengenal Roh Kudus.

3) ‘Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu’.

NASB: ‘He abides with you and will be in you’ (= Ia tinggal dengan kamu dan akan ada di dalam kamu).

Hendriksen/Lit: ‘He dwells by your side and will be within you’ (= Ia tinggal di sisimu dan akan ada di dalam kamu).

Hendriksen mengatakan ada penafsir yang terlalu menekankan perbedaan antara bentuk present ‘dwells’ (= diam / tinggal) dan bentuk akan datang ‘will be’ (= akan ada), dan lalu mengatakan bahwa pada saat itu para murid sudah mempunyai Roh Kudus dalam hati mereka, tetapi nanti pada hari Pentakosta mereka akan mengenal Roh Kudus dengan lebih baik lagi. Tetapi Hendriksen tidak setuju dengan penafsiran seperti ini.

William Hendriksen: “But this amounts to an underestimation of the significance of Pentecost” (= Tetapi ini sama dengan suatu peremehan terhadap arti dari Pentakosta) - hal 278.

Memang, kalau Roh Kudus sudah ada di dalam para murid pada saat itu, lalu apa artinya hari Pentakosta?

Hendriksen juga mengatakan ada penafsir yang selain terlalu menekankan perbedaan tenses, juga terlalu menekankan perbedaan arti kata-kata PARA HUMIN [‘by your side’ (= di sisimu)] dengan kata-kata EN HUMIN [‘within you’ (= di dalam kamu)]. Jadi penafsir ini mengatakan bahwa pada saat itu Roh Kudus ada di sisi para murid, tetapi nanti pada hari Pentakosta Roh Kudus akan ada di dalam mereka. Sebagai contoh adalah salah seorang penafsir / pengkhotbah dalam Pulpit Commentary yang saya kutip di bawah ini.

Pulpit Commentary: “The Spirit is promised to them: (1) As a present Acquaint-ance. ‘Ye know him; for he abideth,’ etc. ... The Spirit was known to and actually with them in Christ and his teaching. ... (2) In his closer fellowship. ‘And shall be in you.’ In the Person and life of Christ he was rather without them; but in his special advent he would be within them - in the heart, will, conscience, and reason” [= Roh dijanjikan kepada mereka: (1) Sebagai seorang kenalan pada saat ini. ‘Kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai / tinggal’, dst. ... Roh dikenal oleh mereka dan sungguh-sungguh bersama mereka dalam Kristus dan ajaran-Nya. ... (2) Dalam persekutuan yang lebih dekat denganNya. ‘Dan akan diam / ada di dalam kamu’. Dalam Pribadi dan kehidupan Kristus, Ia ada di luar mereka; tetapi dalam kedatanganNya yang khusus, Ia akan ada di dalam mereka - dalam hati, kehendak, hati nurani, dan akal] - hal 254.

Tetapi Hendriksen berkata bahwa ini tidak mungkin, dengan alasan bahwa dalam ay 23b dikatakan: “Kami (= Yesus dan Bapa) akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” [Hendriksen: ‘make our home by his side’ (= diam / tinggal di sisinya)]. Perlu diperhatikan bahwa dalam ay 23b ini kata Yunani PARA (= di sisi) kembali di gunakan.

William Hendriksen: “one is not justified in making any sharp distinction between the present ‘by your side’ relationship and the future ‘in the midst of’ and ‘within’ relationship. Also, one is not justified in ascribing a too restricted meaning to the preposition ‘by the side’ (PARA), as if it necessarily indicated a less close rela-tionship” [= seseorang tidak dibenarkan dalam membuat perbedaan yang tajam antara hubungan ‘di sisimu’ pada masa sekarang dan hubungan ‘di tengah-tengah’ dan ‘di dalam’ pada masa yang akan datang. Juga seseorang tidak dibenarkan dalam memberikan arti yang terlalu terbatas kepada kata depan ‘di sisi’ (PARA), seakan-akan itu harus menyatakan hubungan yang kurang dekat] - hal 278.

William Hendriksen mengatakan bahwa maksud Yesus dengan ay 17 ini adalah: Nanti pada hari Pentakosta Roh Kudus akan dicurahkan dan ‘Ia akan menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu’ (keduanya dalam future tense / bentuk akan datang).

William Hendriksen: “This reading of a present tense as if it were future is fully justified in such a context. Jesus is simply projecting himself into the future, having clearly used the future tense in verse 16 (‘will give,’ and cf. ‘that he may be’). With the future period already present to his mind, he can now use the present tense, ‘You know him, because he dwells at your side,’ where we would use the future. That he has this future period in mind is again clearly shown by his use of the future tense in the very next clause, ‘And will be within you’” [= Pembacaan dari suatu ‘present tense / bentuk sekarang’ seakan-akan itu adalah ‘bentuk akan datang’ dibenarkan sepenuhnya dalam kontex seperti itu. Yesus sekedar memproyeksikan / mengirimkan diriNya sendiri ke masa yang akan datang, setelah secara jelas menggunakan ‘bentuk akan datang’ dalam ay 16 (‘akan memberikan’, dan bdk. ‘supaya Ia menyertai kamu’). Dengan ‘masa yang akan datang’ sudah ada / sudah menjadi masa sekarang dalam pikiranNya, sekarang Ia bisa menggunakan present tense / bentuk sekarang ‘kamu mengenal Dia, sebab Ia tinggal di sisimu / menyertai kamu’ sama seperti kita menggunakan bentuk akan datang. Bahwa Ia mempunyai masa akan datang ini dalam pikiranNya ditunjukkan lagi secara jelas oleh penggunaan bentuk akan datang dalam anak kalimat berikutnya ‘dan akan diam / ada di dalam kamu’] - hal 278.

Adam Clarke berpandangan sama dengan Hendriksen dan ia bahkan berkata bahwa ada yang menterjemahkan bentuk present / sekarang itu dalam bentuk akan datang ‘he shall dwell with you’ (= ia akan tinggal dengan kamu), dan ia lalu mengatakan:

“and this, it is very evident, is the meaning of the evangelist, who not unfrequently uses the present for the future tense. It is certain the Holy Spirit was not yet given to the disciples so as to dwell in them; this St. John himself assures us, chap. 7:39” [= dan ini, adalah sangat jelas, merupakan maksud dari sang penginjil, yang tidak jarang menggunakan bentuk present / sekarang untuk bentuk akan datang. Adalah jelas bahwa Roh Kudus belum diberikan kepada murid-murid supaya tinggal di dalam mereka; ini dinyatakan secara pasti kepada kita oleh Santo Yohanes sendiri (Yoh 7:39)] - hal 624.

Dari kata-kata Hendriksen di atas terlihat bahwa ia berpendapat bahwa yang diartikan ke bentuk akan datang bukan hanya ‘persoalan tinggalnya Roh Kudus di sisi para murid’ saja, tetapi juga ‘persoalan pengenalan para murid terhadap Roh Kudus’ (‘Tetapi kamu mengenal Dia’).

Adam Clarke: “Probably our Lord refers to the knowledge which they should afterwards attain: in this sense the passage has been understood by the Vulgate, Nonnus, and two copies of the Itala, which read, ‘Ye shall know him’” (= Mungkin Tuhan kita menunjuk kepada pengenalan yang akan mereka capai sesudah itu: dalam arti ini text ini telah dimengerti oleh Vulgate, Nonnus, dan dua copy dari Itala, yang berbunyi ‘kamu akan mengenal Dia’) - hal 624.

Yohanes 14: 18:

1) “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu” (ay 18a).

KJV: ‘comfortless’ (= tanpa penghiburan).

RSV: ‘desolate’ (= sendirian / terlantar).

NIV/NASB: ‘orphans’ (= yatim piatu).

Ada yang mengatakan bahwa kata-kata ‘tidak meninggalkan kamu sebagai yatim piatu’ ini menunjukkan bahwa Yesus berfungsi sebagai Bapa bagi mereka. Tetapi saya tidak setuju dengan ini.

Lalu mengapa Yesus menyebut mereka sebagai ‘yatim piatu’?

Pulpit Commentary: “Our Lord thinks of them as ‘little children,’ who needed (1) guidance, (2) support, (3) comfort” [= Tuhan kita menganggap mereka sebagai ‘anak-anak kecil’, yang membutuhkan (1) pimpinan, (2) dukungan, (3) penghiburan] - hal 234.

William Barclay: “The word he uses is ORPHANOUS. It means ‘without a father’, but it was also used of disciples and students bereft of the presence and the teaching of a beloved master” (= Kata yang Ia gunakan adalah ORPHANOUS. Itu berarti ‘tanpa ayah’, tetapi itu juga digunakan tentang murid-murid dan pelajar-pelajar yang kehilangan kehadiran dan pengajaran dari guru yang dicintai) - hal 168.

Charles Haddon Spurgeon: “Without their Lord, believers would, apart from the Holy Spirit, be like other orphans, unhappy and desolate. Give them what you might, their loss could not have been recompensed” (= Tanpa Tuhan mereka, orang-orang percaya, terpisah dari Roh Kudus, akan menjadi seperti anak-anak yatim yang lain, tidak bahagia dan sendirian / kesepian. Berikan mereka apapun yang bisa engkau berikan, kehilangan mereka tidak bisa digantikan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol IX, hal 33.

Calvin: “This passage shows what men are, and what they can do, when they have been deprived of the protection of the Spirit. They are orphans, exposed to every kind of fraud and injustice, incapable of governing themselves, and, in short, unable of themselves to do any thing” (= Text ini menunjukkan apa manusia itu, dan apa yang dapat mereka lakukan, jika mereka kehilangan perlindungan Roh. Mereka adalah anak yatim, terbuka terhadap segala jenis penipuan dan ketidakadilan, tidak mampu menguasai diri mereka sendiri, dan, singkatnya, tidak mampu melakukan apapun dari diri mereka sendiri) - hal 94.

2) ‘Aku datang kembali kepadamu’ (ay 18b).

Untuk menjelaskan apa yang ia maksud dengan ‘tidak meninggalkan kamu sebagai yatim-piatu’, Yesus lalu melanjutkan kata-kataNya dengan mengata-kan ‘Aku datang kembali kepadamu’ (ay 18b).

a) ‘datang’.

Ada 3 pandangan tentang kedatangan apa yang dimaksud di sini, yaitu:

1. Kedatangan Yesus yang keduakalinya.

Pandangan pertama ini jelas sama sekali tidak sesuai dengan kontex-nya, yang sama sekali tidak berbicara tentang hari Tuhan.

2. KedatanganNya pada saat kebangkitan.

Barclay, Tasker / Tyndale (hal 167), dan Leon Morris (NICNT), menaf-sirkan bahwa kata-kata ini menunjuk pada kebangkitan Yesus, bukan pada Roh Kudus.

William Barclay: “He is talking of his Resurrection and his risen presence. They will see him because he will be alive; and because they will be alive. What he means is that they will be spiritually alive” (= Ia sedang berbicara tentang kebangkitanNya dan kehadiranNya setelah bangkit. Mereka akan melihat Dia karena Ia akan hidup; dan karena mereka akan hidup. Apa yang ia maksudkan adalah bahwa mereka akan hidup secara rohani) - hal 168.

Ada yang menambahkan bahwa setelah kebangkitan Yesus memang tidak menampakkan diri kepada dunia, tetapi hanya kepada orang per-caya. Jadi cocok dengan kata-kataNya dalam ay 19.

3. KedatanganNya melalui Roh Kudus pada hari Pentakosta.

Memang pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal tidak boleh dikacau-kan. Allah Bapa tidak sama dengan Allah Anak, dan Allah Anak tidak sama dengan Allah Roh Kudus, dan Allah Roh Kudus tidak sama dengan Allah Bapa. Tetapi ketiga pribadi ini mempunyai suatu kesatuan, karena hakekatnya cuma satu. Karena itu bisa dikatakan bahwa pada waktu Roh Kudus turun, Yesus datang kembali.

Calvin: “When he says, I will come to you, he shows in what manner he dwells in his people, and in what manner he fills all things. It is, by the power of his Spirit” (= Pada waktu Ia berkata: ‘Aku datang kembali kepadamu’, Ia menunjukkan dengan cara apa Ia tinggal dalam umatNya, dan dengan cara apa Ia memenuhi segala sesuatu. Yaitu oleh kuasa RohNya) - hal 94.

Pulpit Commentary: “Surely he speaks of his own spiritual coming in the bestowal of the other Advocate” (= Jelas bahwa Ia berbicara tentang kedatanganNya secara rohani dalam pemberian Advokat / Penghibur yang lain) - hal 227.

F. F. Bruce: “If the reference is to his resurrection appearances, they were brief and temporary ... If the reference is to their realization of his presence through the Spirit, that would fit well with his promise that they would not be bereft of support, for the Spirit would be their supporter, their parakletos” (= Jika ini menunjuk pada pemunculan kebangkitan-Nya, pemunculanNya itu singkat dan bersifat sementara ... Jika ini menunjuk pada kesadaran mereka akan kehadiranNya melalui Roh, itu cocok dengan janjiNya bahwa mereka tidak akan kehilangan orang yang mendukung, karena Roh akan menjadi pendukung mereka, PARA-KLETOS mereka) - hal 303.

Hendriksen (hal 279) juga menyetujui pandangan ini

Saya sendiri condong pada pandangan ke 3 ini. Alasannya: karena seluruh kontex membicarakan Roh Kudus.

b) ‘Aku’.

1. Yesus bukan menyuruh seseorang lain.

Kalau Yesus mengirimkan seorang malaikat, atau seorang hambaNya / anakNya, itu sudah merupakan kasih karunia atau anugerah yang luar biasa bagi kita yang jahat dan tidak setia.

2. Yesus bukan hanya memberikan suatu pemberian.

Kalau Yesus memberikan firmanNya, kasih karuniaNya, kekuatanNya bagi kita dsb, maka itu juga sudah merupakan anugerah yang luar biasa.

Tetapi Yesus bukannya hanya menyuruh seseorang untuk datang kepada kita. Ia juga bukannya hanya memberikan suatu pemberian kepada kita. Tetapi Ia berkata ‘Aku datang kembali kepadamu’. Yesus sendiri akan bersama kita!

c) ‘kepadamu’.

Janji dalam ay 18 ini diberikan kepada‘mu’, yaitu murid-murid, kecuali Yudas Iskariot! Yudas Iskariot sudah meninggalkan Yesus dan murid-murid yang lain dalam Yoh 13:27-30. Jadi ia tidak termasuk dalam penerima janji dalam ay 18 ini. Yesus tidak mengucapkan janji ini kepada Yudas, karena sekalipun ia adalah seorang rasul, tetapi ia bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus! Yudas sebetulnya ter-masuk dalam kata ‘dunia’ dalam ay 17, dan tentang ‘dunia’ ini Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat menerima Dia, melihat Dia atau mengenal Dia’.

Tetapi di dalam ‘mu’ dalam ay 18 ini, termasuk Petrus yang akan menyangkal Yesus 3 x, Thomas yang akan meragukan kebangkitan Yesus, dan semua murid yang lain yang pada waktu Yesus ditangkap akan lari meninggalkan Yesus, dsb. Bagi mereka tetap berlaku janji ini. Mereka boleh tidak setia, tetapi Yesus tetap setia! Bdk. 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.

Janji ini juga berlaku untuk saudara asal saudara adalah orang percaya yang sejati. Saudara mungkin mengutamakan uang dari pada Tuhan, saudara mungkin kikir dalam memberi persembahan bagi Tuhan, saudara mungkin malas dalam melayani Tuhan. Saudara mungkin malas dalam berdoa dan membaca / belajar Firman Tuhan. Saudara mungkin sudah meninggalkan kasih yang semula. Tetapi Yesus tetap tidak akan mening-galkan saudara sebagai yatim piatu!

Ay 19:

1) ‘Tinggal sesaat lagi’.

Saat ini memang sudah hari Kamis malam, dan besoknya Yesus akan disalibkan, mati dan dikuburkan. Karena itu Ia berkata ‘tinggal sesaat lagi’.

2) ‘dunia tidak akan melihat Aku lagi’.

Pulpit Commentary: “Whilst Jesus was upon earth, the unenlightened and unspiritual saw but little of him. ... Those who had seen but little of the Lord during his ministry, after his departure saw nothing of him. His enemies thought they had succeeded in altogether expelling him from the world he came to save, and they had no further concern with him. And ever since, to the irreligious, Jesus is invisible and as it were non-existent. Perverted by prejudice and self-sufficiency, their minds are open to what interests them, but are closed against any communication with the Saviour and the Lord of men” (= Pada saat Yesus ada di bumi ini, orang-orang yang tidak diterangi dan tidak rohani melihat hanya sedikit dari Dia. ... Mereka yang melihat hanya sedikit dari Tuhan selama pelayananNya, tidak akan melihat apa-apa dari Dia setelah kepergianNya. Musuh-musuhNya mengira bahwa mereka telah berhasil dalam membuangNya sama sekali dari dunia kemana Ia datang untuk menyelamatkan, dan mereka tidak mempunyai perhatian lebih lanjut tentang Dia. Dan sejak itu, bagi orang yang tidak religius, Yesus tak terlihat dan seakan-akan tidak ada. Disesatkan oleh prasangka dan kecukupan diri sendiri, pikiran mereka terbuka pada apa yang menarik bagi mereka, tetapi tertutup terhadap komunikasi apapun dengan Juruselamat dan Tuhan dari manusia) - hal 245.

Bdk. Yoh 12:35-36.

3) ‘tetapi kamu melihat Aku’.

a) Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk pada penglihatan secara jasmani. Memang kalau kata-kata ‘sebab Aku hidup’ diartikan menunjuk pada kebangkitan Yesus, maka kata ‘melihat’ di sini diartikan ‘melihat secara jasmani’.

b) Tetapi ada yang menganggap bahwa maksud dari kata ‘melihat’ di sini adalah bahwa mereka akan ‘melihat Yesus dengan mata iman, melalui pertolongan / pekerjaan Roh Kudus’.

Calvin: “as soon as any man begins to live by the Spirit, he is immediately endued with eyes to see Christ” (= begitu seseorang mulai hidup oleh Roh, Ia langsung diberi mata untuk melihat Kristus) - hal 95.

Hendriksen (hal 280) berpandangan sama dan mengatakan bahwa mak-sud dari ay 19 adalah bahwa setelah kematian Yesus, dunia tidak bisa melihat Yesus lagi, tetapi murid-murid itu akan melihat Yesus melalui Roh Kudus yang ada dalam diri mereka. Pulpit Commentary (hal 227) juga setuju dengan ini.

4) ‘sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup’.

a) Banyak penafsir mengatakan bahwa kata-kata ‘sebab Aku hidup’ me-nunjuk pada kebangkitan.

b) Ada juga yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada hidupNya yang terus menerus setelah kebangkitan. Saya lebih setuju dengan pandangan ke 2 ini.

Barnes’ Notes: “This expression does not refer particularly to his resurrection, but his continuing to live” (= Ungkapan ini tidak menunjuk secara khusus pada kebangkitanNya, tetapi pada kelanjutan hidupNya) - hal 335.

Pulpit Commentary: “Jesus here passed over the concrete fact of the Resurrection, to return to it afterwards. ... But he fixed their attention on his continuous life (in spite of death), and their consequent life under the shadow of his Divine protection, without specifically mentioning the Resurrection, of which he had (in synoptic narrative) given them explicit but misapprehended prophecies” [= Di sini Yesus mengabaikan fakta konkrit tentang kebang-kitan, untuk kembali lagi kepada hal itu nanti. ... Tetapi Ia mengarahkan perhatian mereka pada hidupNya yang terus menerus (sekalipun mati), dan kehidupan mereka selanjutnya di bawah bayangan dari perlindungan ilahiNya, tanpa secara spesifik menyebutkan kebangkitan, tentang mana Ia telah (dalam cerita-cerita sinoptik) memberi mereka nubuat-nubuat yang explicit tetapi yang disalah-mengerti] - hal 227.

5) ‘tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup’.

Ada beberapa penafsiran tentang cara menghubungkan kata-kata ‘sebab Aku hidup’ dengan bagian sebelum dan sesudahnya.

a) ‘tetapi kamu melihat Aku, sebab (Aku hidup dan kamupun hidup)’.

Jadi maksud Kristus adalah: karena Aku hidup dan kamu juga hidup, maka kamu bisa melihat Aku.

b) ‘kamu melihat Aku sebab Aku hidup’ dan akibatnya ‘kamupun hidup’.

Jadi, ‘hidupnya kamu’ disebabkan oleh tindakan ‘melihat Aku yang hidup’.

c) Kata-kata ‘sebab Aku hidup dan kamupun hidup’ dipisahkan dari kata-kata sebelumnya (‘kamu melihat Aku’).

Jadi, kehidupan Kristus inilah yang menyebabkan mereka hidup.

Calvin: “so long as Christ lives, we are free from all danger of destruction; for it is an undoubted truth, that his life would be nothing, when his members were dead” (= selama Kristus hidup, kita bebas dari semua bahaya kehancuran; karena merupakan suatu kebenaran yang tidak diragukan bahwa hidupNya tidak ada artinya kalau anggota-anggotaNya mati) - hal 95.

Ay 20:

1) ‘Pada waktu itulah’.

Banyak orang mengatakan bahwa ini menunjuk pada hari Pentakosta, tetapi Calvin (hal 95) berkata bahwa ini menunjuk pada masa sejak hari Pentakosta dan seterusnya.

2) ‘Kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam BapaKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’.

a) ‘Kamu akan tahu’.

Oleh pekerjaan dan pengajaran Roh Kuduslah mereka akan mengetahui hal-hal ini. Memang tanpa pekerjaan / pengajaran Roh Kudus kita tidak akan tahu apa-apa. Karena itu dalam berusaha mendapatkan penge-tahuan rohani, janganlah bersandar pada kepandaian saudara sendiri ataupun kehebatan seorang pendeta dalam menjelaskan, tetapi bersan-darlah kepada Tuhan. Ini memang tidak berarti bahwa saudara boleh pergi kepada pendeta yang manapun (yang sesat sekalipun) asal saudara bersandar kepada Roh Kudus. Saudara tentu harus memilih pendeta yang betul-betul hamba Tuhan, tetapi setelah itu sadarilah bahwa kecuali Roh Kudus memberikan pengajaran kepada saudara, pendeta itu tidak bisa memberikan pengetahuan rohani apapun kepada saudara!

b) ‘Aku di dalam BapaKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’.

Ini menunjukkan kesatuan antara Yesus dengan Bapa, dan kesatuan antara Yesus dengan murid-muridNya / orang yang percaya kepadaNya. Tetapi tentu saja kesatuan antara Yesus dengan BapaNya (yang meru-pakan kesatuan hakekat) tidak bisa disamakan dengan kesatuan antara Yesus dengan kita yang percaya.

-o0o-

Yohanes 14:21-24

Yohanes 14: 21:

1) ‘Barangsiapa memegang perintahKu’.

Lit: ‘has’ (= mempunyai / memiliki).

Ini menunjukkan bahwa orang itu mengerti firman dan menjadikannya sebagai miliknya.

Thomas Whitelaw mengatakan bahwa kata ‘has’ (= mempunyai) ini menunjuk pada “actual possession by and through the reception of faith” (= pemilikan sebenarnya oleh dan melalui penerimaan iman) - hal 309. Jadi bukan hanya menunjuk pada pengertian intelektual saja, tetapi juga ada iman terhadap firman yang telah dimengerti secara intelektual itu.

2) ‘dan melakukannya’.

William Hendriksen: “But why does Jesus, having spoken about the dispensation of the Spirit in verses 16-20, return to the thought of verse 15, the keeping of his (Christ’s) precepts? Probably because apart from the Spirit, no keeping of precepts is possible” (= Tetapi mengapa Yesus, setelah berbicara tentang Roh dalam ay 16-20, kembali pada pemikiran dari ay 15, yaitu tentang ketaatan pada perintah-perintahNya? Mungkin karena terpisah dari Roh, tidak mungkin ada ketaatan pada perintah-perintahNya) - hal 281.

3) ‘Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia’.

Ini tidak boleh diartikan bahwa kasih kita kepada Yesus mendahului dan menjadi penyebab dari kasih Bapa / Yesus kepada kita (bdk. 1Yoh 4:10,19).

William Hendriksen: “But does not the Father’s love precede ours? Is it not true that the whole of our love is but the answer to his love? True not only, but that is also exactly what the apostle John remembered of the teaching of Jesus (1John 4:19). But why cannot God’s love both precede and follow ours? That is exactly what it does, and that is the beauty of it: first, by preceding our love, it creates in us the eager desire to keep Christ’s precepts; then, by following our love, it rewards us for keeping them!” [= Tetapi tidakkah kasih Bapa mendahului kasih kita? Itu bukan hanya benar, tetapi itu juga adalah apa yang secara persis diingat oleh rasul Yohanes tentang ajaran Yesus (1Yoh 4:19). Tetapi mengapa kasih Allah tidak bisa baik mendahului maupun mengikuti kasih kita? Itulah persisnya yang dilakukannya, dan itulah keindahan dari kasih Allah: pertama-tama, dengan mendahului kasih kita, kasih Allah itu menciptakan dalam kita suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk mentaati perintah-perintah Kristus; lalu, dengan mengikuti kasih kita, kasih Allah memberikan pahala bagi kita karena mentaati perintah-perintah Kristus itu] - hal 281.

John G. Mitchell: “This is an added love, a special love to those who are obedient” (= Ini merupakan kasih tambahan, kasih yang khusus bagi mereka yang taat) - hal 278.

Saya meragukan penafsiran ini, karena kalau demikian maka besarnya cinta Tuhan terhadap kita tetap tergantung pada kehidupan kita.

Calvin: “Christ meant only, that all who love him will be happy, because they will also be loved by him and by the Father; not that God begins to love them, but because they have a testimony of his love to them, as a Father, engraven on their hearts” (= Kristus hanya memaksudkan bahwa semua yang mengasihiNya akan berbahagia, karena mereka juga akan dikasihi olehNya dan oleh Bapa; bukan bahwa Allah mulai mengasihi mereka, tetapi karena mereka mempunyai kesaksian tentang kasihNya, sebagai seorang Bapa, kepada mereka, diukir pada hati mereka) - hal 96.

Jadi, dengan kita mentaati Tuhan, kita akan makin yakin akan kasih Allah kepada kita.

4) ‘dan akan menyatakan diriKu kepadanya’.

a) Ini tidak berarti bahwa kalau kita mengasihi Kristus dan mentaatiNya, maka barulah kita mulai mengenal Kristus. Tetapi artinya adalah: melalui kasih yang dibuktikan dengan ketaatan, maka kita akan makin mengenal Kristus.

Calvin: “Knowledge undoubtedly goes before love; but Christ’s meaning was, ‘I will grant to those who purely observe my doctrine, that they shall make progress from day to day in faith;’ that is, ‘I will cause them to approach more nearly and more familiarly to me.’ Hence infer, that the fruit of piety is progress in the knowledge of Christ” (= Tidak diragukan lagi bahwa penge-tahuan mendahului kasih; tetapi maksud Kristus adalah: ‘Aku akan memberikan kepada mereka yang secara murni mematuhi / menjalankan ajaranKu, sehingga mereka akan maju dalam iman dari hari ke sehari’; yaitu, ‘Aku akan menyebabkan mereka mendekat secara lebih dekat dan lebih intim kepadaKu’. Jadi kesimpulannya adalah bahwa buah dari kesalehan adalah kemajuan dalam pengenalan akan Kristus) - hal 96-97.

William Barclay: “it is to the man who keeps his commandments that Christ reveals himself. ... The more we obey God, the more we understand him; and the man who walks in his way inevitably walks with him” (= adalah kepada orang yang memelihara / mentaati perintah-perintahNyalah Kristus me-nyatakan diriNya sendiri. ... Makin kita mentaati Allah, makin kita mengertiNya; dan orang yang berjalan dalam jalanNya pasti berjalan denganNya) - hal 169.

Bdk. 2Pet 1:5-8.

b) Bagaimana Kristus menyatakan diriNya?

William Hendriksen: “This manifestation of Christ to the believer is ever in the Spirit and through the Word” (= Perwujudan / penyataan Kristus kepada orang percaya selalu ada dalam Roh dan melalui Firman) - hal 282.

Sekalipun pada jaman sekarangpun kita bisa mendapatkan penyataan yang bersifat spektakuler dari Kristus, tetapi pada umumnya Ia tidak melakukan hal itu. Ia menyatakan diriNya melalui Roh dan firmanNya.

Yohanes 14: 22:

1) ‘Yudas, yang bukan Iskariot’.

Yudas yang bukan Iskariot ini adalah Yudas anak Yakobus (Luk 6:16 Kis 1:13), juga disebut dengan nama Tadeus (Mat 10:3 Mark 3:18).

2) ‘Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada dunia?’.

Yudas merasa keberatan dengan pembatasan penyataan Yesus ini, yang hanya dilakukan kepada orang yang mengasihi dan mentaatiNya. Ia menginginkan supaya Yesus menyatakan diri kepada seluruh dunia, bukan hanya kepada orang yang mengasihi dan mentaati Yesus.

Kebanyakan penafsir berpendapat bahwa Yudas memikirkan suatu penya-taan yang spektakuler dari Yesus kepada dunia.

William Hendriksen: “Jesus had clearly spoken about a manifestation in the Spirit, and therefore spiritual in character. Judas, however, was probably thinking of a public manifestation by means of mighty miracles or by means of a kind of Messianic theophany, as on the coming judgment day (cf. 5:27-29)” [= Yesus telah berbicara secara jelas tentang suatu manifestasi dalam Roh, dan karena itu bersifat rohani. Tetapi mungkin Yudas berpikir tentang manifestasi secara umum melalui mujijat-mujijat yang hebat atau melalui sejenis theophany yang bersifat Mesias, seperti pada hari penghakiman yang mendatang (bdk. 5:27-29)] - hal 283.

Yohanes 14: 23:

1) “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’.”.

Kristus tidak menjawab seluruh pertanyaan Yudas dalam ay 22. Yesus hanya berkeras bahwa Ia (dan Bapa) akan menyatakan diri / datang hanya kepada orang yang mengasihiNya, dan membuktikan kasihnya itu dengan ketaatan pada firman Kristus.

Tasker (Tyndale): “Jesus insists that the unbelieving world would be insensitive to any such manifestation. They would not believe though one rose from the dead (see Lk. 16:31). The heart that does not love Jesus with the love that is expressed in obedience cannot be an abiding place either for Jesus or His Father” [= Yesus berkeras bahwa dunia yang tidak percaya tidak akan peka terhadap manifestasi seperti itu. Mereka tidak akan percaya sekalipun seseorang bangkit dari antara orang mati (lihat Luk 16:31). Hati yang tidak mengasihi Yesus dengan kasih yang dinyatakan dalam ketaatan tidak bisa menjadi tempat tinggal tetap bagi Yesus maupun BapaNya] - hal 167.

2) ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu’.

Untuk ketiga kalinya Ia berbicara tentang kasih yang dibuktikan dengan ketaatan ini (yang pertama dalam ay 15, yang kedua dalam ay 21).

Calvin: “the reason why he so frequently reminds the disciples of this is, that they may not turn aside from this object; for there is nothing to which we are more prone than to slide into a carnal affection, so as to love something else than Christ under the name of Christ” (= alasan mengapa Ia begitu sering mengingatkan para murid tentang hal ini adalah bahwa supaya mereka tidak menyimpang dari tujuan ini; karena tidak ada hal lain kemana kita lebih condong dari pada terperosok ke dalam kasih yang bersifat daging, sehingga mengasihi sesuatu yang lain dari pada Kristus atas nama Kristus) - hal 96.

Misalnya:

· kita mengasihi gereja, aliran, tokoh, atau pendeta tertentu.

· kita ngotot dalam sekolah minggu karena senang anak.

· kita ngotot dalam paduan suara karena senang menyanyi.

· kita rajin ke gereja karena senang ketemu teman, dsb.

3) ‘Kami’.

Bandingkan dengan Yoh 10:30 dimana Yesus berkata ‘Aku dan Bapa adalah satu’. Sekarang Ia menggunakan kata ganti bentuk jamak ‘Kami’! Jelas bahwa dalam arti tertentu Ia menyatukan diriNya dengan Bapa, karena Mereka hanya mempunyai satu hakekat, tetapi dalam arti yang lain Ia membedakan diriNya dengan Bapa, karena Mereka terdiri dari 2 pribadi.

4) ‘akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’.

Kata ‘diam’ di sini menggunakan kata Yunani yang sama dengan kata ‘tempat tinggal’ dalam Yoh 14:2, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Bapa akan tinggal secara menetap bersama-sama dengan orang yang menga-sihiNya.

Yohanes 14: 24:

1) ‘Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu’.

Kalau tadi Yesus sudah 3 x menyatakan secara positif (ay 15,21,23), maka sekarang Ia menyatakan hal ini secara negatif.

2) ‘firman yang kamu dengar itu bukanlah dari padaKu’.

NASB/Lit: ‘is not mine’ (= bukanlah milikKu).

Calvin: “When he says that the word is not his, he accommodates himself to the disciples; as if he had said that it is not human, because he teaches faithfully what has been enjoined on him by the Father. Yet we know that, in so far as he is the eternal Wisdom of God, he is the only fountain of all doctrine, and that all the prophets who have been from the beginning spoke by his Spirit” (= Pada waktu Ia berkata bahwa firmanNya bukanlah milikNya / dari Dia, Ia menyesuaikan diriNya sendiri dengan para murid; seakan-akan Ia telah berkata bahwa firmanNya itu bukan dari manusia, karena Ia mengajar dengan setia apa yang telah diperintahkan kepadaNya oleh Bapa. Tetapi kita tahu bahwa sepanjang Ia adalah Hikmat yang kekal dari Allah, Ia adalah satu-satunya sumber dari semua ajaran, dan bahwa semua nabi dari semula berbicara oleh RohNya) - hal 99.

3) ‘melainkan dari Bapa yang mengutus Aku’.

Supaya para murid tidak ikut-ikutan dengan dunia yang tidak mengasihi Kristus dengan tidak mentaatiNya, maka Yesus lalu mengatakan bahwa firman yang Ia beritakan berasal dari Bapa.

-o0o-

YOHANES 14:25-31

Yohanes 14: 25:

‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, selagi Aku bersama-sama dengan kamu’.

Hendriksen menganggap bahwa ini bukan hanya mencakup pengajaran Yesus pada malam itu saja tetapi seluruh pengajaran Yesus sampai saat itu. Tetapi Leon Morris (NICNT) dan Pulpit Commentary menganggap bahwa ini hanya mencakup ajaran Yesus pada malam itu saja. Saya lebih condong pada pandangan Hendriksen.

Ay 26:

1) ‘tetapi’.

Kata Yunani yang dipakai di sini adalah DE, yang sekalipun bisa berarti ‘tetapi’, tetapi di sini menurut Hendriksen harus diterjemahkan ‘moreover’ (= lebih lagi), supaya tidak mengkontraskan akan ajaran Yesus dalam ay 25 dengan pekerjaan / pengajaran Roh Kudus dalam ay 26.

Penafsir-penafsir yang lain tidak mempersoalkan hal ini.

2) ‘Penghibur’.

Kata Yunani yang dipakai adalah PARAKLETOS, dan hal ini sudah dibahas dalam pembahasan Yoh 14:16, dan karenanya tidak diulang di sini.

3) ‘Roh Kudus’

Ia disebut ‘Kudus’ karena:

a) Ia sendiri memang kudus.

b) Ia bekerja menguduskan orang di dalam siapa Ia ada / tinggal.

4) ‘yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu’.

a) Roh Kudus diutus bukan hanya oleh Bapa tetapi juga oleh Anak.

Hendriksen membandingkan ini dengan Yoh 15:26 (‘Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa’), dan lalu berkata:

“Does not this historical effusion imply that also the eternal, super-historical procession of the Spirit must be viewed as an act in which the Father and the Son co-operate?” (= Apakah pencurahan yang bersifat sejarah ini tidak menunjukkan secara tidak langsung bahwa pengeluaran yang bersifat kekal dan mengatasi sejarah dari Roh juga harus dipandang sebagai suatu tindakan dalam mana Bapa dan Anak bekerja sama?) - hal 286.

Leon Morris (NICNT): “This verse shows Him to be closely related to both the Father and the Son. He is to be sent by the Father, but in the name of the Son. In 15:26 He is sent by the Son from the Father. Probably no great difference should be put between these. We have noticed a tendency in John to vary statements a little when they are repeated. What he is saying in both places is that the Spirit’s mission derives exclusively neither from the Father nor the Son. It comes from both” (= Ayat ini menunjukkan bahwa Ia berhubungan erat dengan baik Bapa maupun Anak. Ia diutus oleh Bapa, tetapi dalam nama Anak. Dalam 15:26 Ia diutus oleh Anak dari Bapa. Mungkin tidak ada perbedaan besar diantara dua pernyataan ini. Kita telah memperhatikan kecenderungan dalam Yohanes untuk agak mengubah pernyataan pada waktu pernyataan itu diulangi. Apa yang ia maksudkan dikedua tempat itu adalah bahwa misi dari Roh tidak didapatkan dari Bapa saja atau dari Anak saja. Itu datang dari keduanya) - hal 656.

b) ‘dalam namaKu’.

Ada beberapa penafsiran tentang kata-kata ini:

· karena permintaanKu (bdk. 14:16).

· karena Aku.

· sebagai wakilKu.

· berhubungan dengan keselamatan yang Aku kerjakan.

(Thomas Whitelaw, hal 310).

5) ‘Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan meng-ingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu’.

a) Apakah Roh Kudus mengajarkan ajaran-ajaran baru yang belum pernah diajarkan oleh Yesus?

1. Ada penafsir yang mengatakan bahwa kalimat ini menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak akan memberikan ajaran yang baru.

Calvin: “But observe what are ‘all these things’ which he promises that the Spirit will teach. He will suggest, he says, or bring to your remembrance, ‘all that I have said’. Hence it follows, that he will not be a builder of new revelations. By this single word we may refute all the inventions which Satan has brought into the Church from the beginning, under the pretence of the Spirit. ... But the spirit that introduces any doctrine or invention apart from the Gospel is a deceiving spirit, and not the Spirit of Christ” (= Tetapi perhatikan apa ‘segala sesuatu’ yang Ia janjikan akan diajarkan oleh Roh. Ia berkata bahwa Roh itu akan mengusulkan, atau mengingatkan ‘semua yang telah Kukatakan kepadamu’. Karena itu Ia bukanlah seorang pembangun wahyu yang baru. Dengan satu kata ini kita bisa membantah semua penemuan yang telah dibawa oleh Setan ke dalam Gereja sejak semula, dibawah penyamaran Roh. ... Tetapi Roh yang memperkenalkan ajaran atau penemuan terpisah dari Injil adalah roh penipu, dan bukan Roh Kristus) - hal 101.

Pulpit Commentary: “This sacred training will not teach specifically new truths, because the germinant form of all spiritual truth had been communicated by Christ; ... nor is it to be such an intensification or addition to things already said as to contradict the teaching of the Lord; but the Holy Spirit will bring to the remembrance of the apostles all that the living Logos had spoken” (= Pendidikan / pengarahan yang kudus ini tidak akan mengajarkan secara khusus kebenaran-kebenaran yang baru, karena tunas dari semua kebenaran rohani telah diberikan oleh Kristus; ... juga itu tidak akan merupakan penguatan atau penambahan pada hal-hal yang telah dikatakan sehingga menentang ajaran Tuhan; tetapi Roh Kudus akan mengingatkan rasul-rasul semua yang telah diucapkan oleh Firman hidup) - hal 229.

George Hutcheson menggunakan Yoh 15:15 (‘Aku telah memberi-tahukan kepadamu segala sesuatu yang Kudengar dari BapaKu’) untuk mengatakan bahwa ajaran Yesus sudah lengkap, dan dengan demikian Roh Kudus tidak akan mengajarkan hal-hal yang baru.

Tetapi bagaimana dengan 1Kor 7:12,25,40? Hutcheson mengatakan bahwa kata-kata ‘bukan Tuhan’ dsb dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa ajaran itu tidak ada dalam Taurat Musa, bukannya bahwa itu tidak pernah diajarkan oleh Yesus. Tetapi saya berpendapat bahwa tafsiran Hutcheson ini meragukan, karena ajaran itu memang tidak ada dalam ajaran Yesus, dan penafsiran umum tentang kata-kata Paulus ini adalah: itu tidak ada dalam ajaran Yesus.

2. Ada juga penafsir yang beranggapan sebaliknya. Roh Kudus akan mengajarkan hal-hal yang baru, yang tidak / belum diajarkan oleh Kristus.

Pulpit Commentary: “He has a double office: (1) teaching new truth; (2) bringing old truth to remembrance” [= Ia mempunyai tugas ganda: (1) mengajarkan kebenaran yang baru; (2) mengingatkan kebenaran yang lama] - hal 235.

William Hendriksen: “This includes certain things which Jesus had not specifically taught during the days of his humiliation, having omitted them for a very wise reason (see on 16:12)” [= Ini mencakup hal-hal tertentu yang tidak pernah diajarkan secara khusus oleh Yesus selama masa perendahanNya, dimana Ia membuang / menyingkirkan hal-hal itu untuk alasan yang bijaksana (lihat pada / tentang 16:12)] - hal 286.

Yoh 16:12-15 - “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan mem-beritakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu”.

Yoh 16:12-15 ini, dan juga 1Kor 7:12,25,40, kelihatannya menunjuk-kan bahwa Roh Kudus mengajarkan hal-hal baru yang belum pernah diajarkan oleh Yesus. Juga rasanya sukar untuk mengatakan bahwa surat-surat dalam Perjanjian Baru sama sekali tidak mengajarkan hal-hal baru yang belum pernah diajarkan oleh Yesus. Mungkin dalam pembahasan tentang Yoh 16:12-15 nanti, hal ini akan bisa dijawab dengan lebih jelas.

b) Clarke mengatakan bahwa ay 26 yang mengatakan bahwa Roh Kudus akan mengingatkan mereka akan ajaran Kristus merupakan janji yang digenapi pada waktu Tuhan memberi mereka pengilhaman pada waktu mereka menuliskan Kitab Suci, sehingga mereka ingat dengan benar.

c) Setelah berakhirnya jaman rasul-rasul, maka tidak boleh lagi ada ajaran baru.

Hutcheson menekankan kata ‘segala sesuatu’ dari kata-kata ‘akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu’, dan lalu mengatakan bahwa karena Roh Kudus mengajarkan segala sesuatu kepada para rasul (nanti digenapi dalam penulisan Kitab Suci), maka setelah itu tidak boleh ada lagi wahyu yang baru.

d) Karena Roh Kudus mengajar, maka orang kristen harus terus belajar.

William Barclay: “To the end of the day the Christian must be a learner, for to the end of the day the Holy Spirit will be leading him deeper and deeper into the truth of God. There is never any excuse in the Christian faith for the shut mind. The Christian who feels that he has nothing more to learn is the Christian who has not even begun to understand what the doctrine of the Holy Spirit means” (= Sampai akhir jaman orang Kristen harus belajar, karena sampai akhir jaman Roh Kudus akan memimpinnya makin lama makin dalam ke dalam kebenaran Allah. Tidak pernah ada alasan dalam iman Kristen untuk pikiran yang tertutup. Orang Kristen yang merasa bahwa tidak ada lagi yang harus dipelajari adalah orang Kristen yang belum mulai mengerti apa artinya doktrin tentang Roh Kudus) - hal 170.

Yohanes 14: 27:

1) Apakah damai (sejahtera) itu?

Kata ‘damai’ bisa diartikan beberapa hal:

a) Damai dengan Allah (Ro 5:1).

Leon Morris (NICNT): “It is worth noting that in the Bible ‘peace’ is given a wider and deeper meaning than in other Greek writings. For the Greeks (as for us) peace was essentially negative, the absence of war. But for the Hebrews it meant positive blessing, especially a right relationship with God” [= Adalah bermanfaat untuk memperhatikan bahwa dalam Alkitab ‘damai’ diberikan arti yang lebih lebar dan lebih dalam dari pada dalam tulisan-tulisan Yunani lainnya. Untuk orang Yunani (seperti untuk kita) damai secara hakiki adalah negatif, tidak adanya perang. Tetapi untuk orang Ibrani itu berarti berkat positif, khususnya hubungan yang benar dengan Allah] - hal 658.

b) Damai dengan sesama (Efesus 2:11-18).

c) Damai dalam hati.

Yang Yesus maksudkan dengan ‘damai’ dalam ay 27 ini adalah dalam arti ke 3 ini. Ini terlihat dengan jelas dari kata-kata ‘Janganlah gelisah dan gentar hatimu’ pada akhir ay 27 ini.

Tetapi perlu diingat bahwa ketiga jenis damai ini berhubungan satu sama lain. Orang yang tidak damai dengan sesama tidak bisa damai dengan Allah (bdk. Mat 5:23-24 1Yoh 4:20-21). Dan orang yang tidak damai dengan Allah tidak akan mempunyai damai dalam hati.

2) Apakah Yohanes 14: 27 ini tetap berhubungan dengan Roh Kudus?

Banyak penafsir yang membahas ayat ini tanpa menghubungkannya dengan Roh Kudus, tetapi ada penafsir yang mengatakan bahwa damai itu diberikan oleh Yesus melalui kehadiran Roh Kudus dalam diri seseorang.

Leon Morris (NICNT): “... the peace that Jesus gives men is the natural result of the presence within them of the Holy Spirit, of whom Jesus has been speaking. Peace is Jesus’ bequest to His disciples” (= ... damai yang Yesus berikan kepada manusia adalah akibat alamiah dari kehadiran Roh Kudus di dalam mereka, tentang siapa Yesus telah berbicara. Damai adalah warisan / pusaka Yesus bagi murid-muridNya) - hal 657.

Bandingkan dengan Galatia 5:22 yang mengatakan bahwa ‘damai’ adalah buah Roh Kudus.

Tetapi perlu juga diingat bahwa Roh Kudus tidak memberikan damai tanpa peduli bagaimana saudara hidup. Karena Ia berfungsi memimpin saudara pada kebenaran, maka kalau saudara hidup benar, Ia memberi damai, tetapi kalau saudara hidup berdosa, apalagi secara sadar dan dengan sikap tegar tengkuk, maka Ia justru akan mencabut damai itu, dan memberikan kege-lisahan, kesumpekan dsb dalam hati saudara, sampai saudara bertobat dari dosa saudara.

3) ‘apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu’.

William Hendriksen: “The world may give outward pleasure, physical rest and enjoyment, honor, wealth, but never that inner assurance which is the reflection of the smile of God in the heart of his child” (= Dunia mungkin memberi kesenangan lahiriah / luar, ketenangan dan penikmatan secara jasmani, kehor-matan, kekayaan, tetapi tidak pernah bisa memberikan keyakinan di dalam yang merupakan pantulan dari senyum dari Allah dalam hati anakNya) - hal 287.

4) ‘Janganlah gelisah dan gentar hatimu’.

a) Kata-kata ini pasti berhubungan dengan penangkapan dan pembunuhan / penyaliban terhadap Yesus. Pada saat seperti itu sekalipun, adalah sesu-atu yang memungkinkan untuk bisa mempunyai damai (bdk. Yoh 16:33).

Leon Morris (NICNT): “... the peace of which He speaks is not dependent on any outward circumstances, as any peace the world can give must necessarily be” (= ... damai tentang mana Ia berbicara tidak tergantung pada keadaan luar apapun, sedangkan damai yang dunia bisa berikan selalu demikian) - hal 658.

b) Kalimat ini kelihatannya menunjukkan bahwa, untuk para murid, damai dalam ay 27 ini tidak berhubungan dengan Roh Kudus, karena pada saat Yesus ditangkap dan disalibkan, pencurahan Roh Kudus (hari Penta-kosta) belum terjadi.

Yohanes 14: 28:

1) ‘Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata kepadamu’.

Ini menunjuk pada ay 3,18-19.

2) ‘Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu’.

Kata-kata ‘Aku pergi’ jelas menunjuk kepada kematianNya di kayu salib, tetapi kata-kata ‘Aku datang kembali kepadamu’ lagi-lagi ditafsirkan secara berbeda. Ada yang menganggap ini menunjuk pada kebangkitanNya dari antara orang mati (Clarke, hal 625), dan para penafsir lain pada umumnya beranggapan bahwa ini menunjuk pada kedatanganNya melalui Roh Kudus pada hari Pentakosta. Saya lebih setuju dengan pandangan ke 2.

3) ‘Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu’.

Calvin berkata bahwa tidak diragukan lagi para murid itu memang mengasihi Yesus, tetapi kasih mereka tidaklah seperti yang seharusnya karena kasih mereka bercampur dengan perasaan daging sehingga mereka tidak bisa berpisah dengan Dia secara jasmani. Andaikata mereka mengasihiNya secara rohani, tidak ada yang lebih menyenangkan bagi mereka dari pada kalau Kristus kembali kepada Bapa.

William Hendriksen: “In their thoughts and meditations the disciples had been concentrating too much on themselves. Had they loved him sufficiently, they would have realized that this departure would bring glory to him! Seeing this, they would have rejoiced” (= Dalam pemikiran dan meditasi mereka, para murid telah berkonsentrasi terlalu banyak pada diri mereka sendiri. Andaikata mereka mengasihi Dia secara cukup, mereka akan menyadari bahwa kepergian ini akan membawa kemuliaan bagiNya! Melihat hal ini mereka akan bersukacita) - hal 288.

Penerapan:

· kalau sesuatu itu tidak menyenangkan saudara, tetapi menyenangkan dan memuliakan Tuhan, apakah saudara akan bersukacita karena hal itu?

· William Barclay memberikan penerapan lain dengan mengatakan bahwa jika kita betul-betul mengerti kebenaran iman Kristen, maka kita juga akan bersukacita bila orang yang kita kasihi pergi kepada Allah (mati dalam Kristus). Ini tidak berarti bahwa kita tidak mengalami kesedihan sama sekali, tetapi dalam kesedihan itu kita tetap bersukacita karena orang yang kita kasihi itu telah bebas dari segala penderitaan dan pergi ke tempat yang lebih baik.

4) ‘sebab Bapa lebih besar dari pada Aku’.

Arianisme menggunakan bagian ini untuk mengajarkan ajaran sesatnya (yang belakangan menjadi Saksi Yehovah) bahwa Kristus betul-betul lebih rendah dari pada Bapa, dan karenanya merupakan Allah yang ‘inferior’ (= lebih rendah) dari Bapa. Kesesatan seperti ini muncul karena mereka kurang memperhatikan ayat-ayat lain yang menunjukkan keilahian Yesus.

Beberapa penafsiran tentang hal ini:

a) Anak lebih rendah dari Bapa dalam urut-urutan dalam Pribadi ilahi.

Bapa sebagai Pribadi pertama memperanakkan Anak (Pribadi kedua) secara kekal (eternal generation).

b) Anak lebih rendah dari Bapa karena Ia disoroti sebagai Pengantara yang diutus oleh Bapa (bdk. Yoh 13:16 - “Aku berkata kepadamu: Sesung-guhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya”).

c) Anak lebih rendah dari Bapa karena disoroti sebagai manusia atau sebagai Allah yang merendahkan diri sebagai manusia.

Matthew Poole mengatakan bahwa inilah arti yang benar, karena Yoh 14:28 ini diberikan sebagai alasan mengapa mereka harus bersukacita pada waktu Yesus pergi kepada Bapa. Dalam keadaanNya pada saat itu, Yesus dihina, dicobai oleh Setan, dan bahkan akan dianiaya / dibunuh. Tetapi kalau Ia sudah pergi kepada Bapa, Ia tidak akan mengalami semua itu tetapi kembali dimuliakan. Karena itulah para murid seharusnya bersukacita atas kepergianNya.

Adam Clarke: “he is repeatedly speaking of his Divine and of his human nature. Of the former he says, I and the father are one, chap. 10:30; and of the latter he states, with the same truth, The Father is greater than I” (= Ia berulang-ulang berbicara tentang hakekat ilahi dan hakekat manusiaNya. Tentang yang pertama Ia berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’, pasal 10:30; dan tentang yang terakhir Ia menyatakan, dengan kebenaran yang sama, ‘Bapa lebih besar dari pada Aku’) - hal 625.

William Hendriksen: “as the only-begotten Son he was fully equal to the Father as to essence (10:30), nevertheless, as the Mediator between God and man, himself man, he was inferior” [= sebagai satu-satunya Anak yang diperanakkan Ia sepenuhnya setara dengan Bapa dalam hal hakekat (10:30), tetapi sebagai Pengantara antara Allah dan manusia, yang juga adalah manusia, Ia lebih rendah (dari Bapa)] - hal 288.

Pengakuan Iman Athanasius No 31: “Equal to the Father is respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity” (= Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Yohanes 14: 29:

1) Ini mirip dengan 13:19.

2) Seringkali Kristus mengajar seakan-akan kepada orang tuli, karena mereka tidak bisa mengerti. Tetapi nanti pada waktu apa yang Ia ajarkan itu ter-genapi maka mereka akan mengerti. Contoh lain: Yoh 2:19-22.

Yohanes 14: 30:

1) ‘Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu’.

Calvin: “By this word he intended to fix the attention of the disciples on himself, and to impress his doctrine more deeply on their minds; for abundance generally takes away the appetite, and we desire more eagerly what we have not in our possession, and delight more in the enjoyment of that which is speedily to be taken from us. ... Although Christ does not cease to teach us during the whole course of our life, yet this statement may be applied to our use; for, since the course of our life is short, we ought to embrace the present opportunity” (= Dengan perkataan ini Ia bermaksud supaya para murid memusatkan perhatian kepada diriNya sendiri, dan untuk mencamkan ajaranNya dengan lebih dalam di dalam pikiran mereka; karena kelimpahan biasanya menyingkirkan nafsu makan, dan kita menginginkan dengan lebih sungguh-sungguh apa yang tidak kita punyai, dan lebih ingin menikmati apa yang segera akan diambil dari kita. ... Sekalipun Kristus tidak berhenti untuk mengajar kita sepanjang hidup kita, tetapi per-nyataan ini bisa diaplikasikan bagi kita; karena, karena hidup kita ini pendek, kita harus menggunakan kesempatan saat ini) - hal 104.

Penerapan: apakah saudara menggunakan kesempatan belajar Firman Tuhan dengan sebaik-baiknya?

2) ‘sebab penguasa dunia ini datang’.

KJV/NIV: ‘the prince of this world’ (= pangeran dunia ini).

RSV: ‘the ruler of this world’ (= pemerintah dunia ini).

NASB: ‘the ruler of the world’ (= pemerintah dunia).

Bdk. Luk 22:53b - ‘Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu’.

a) Siapakah ‘penguasa dunia’ di sini?

Calvin (dan boleh dikatakan semua penafsir lainnya) berkata bahwa ‘penguasa dunia’ menunjuk kepada setan. Calvin melanjutkan dengan berkata bahwa setan disebut demikian bukan karena ia mempunyai kerajaan yang terpisah dari Allah, tetapi karena Allah mengijinkan ia menguasai dunia ini.

b) Gelar setan ini menunjukkan bahwa semua orang yang belum dilahirbarukan oleh Roh Kudus adalah hamba dari setan.

Calvin: “whatever may be the pride of men, they are the slaves of the devil, till they are regenerated by the Spirit of Christ; for under the term ‘world’ is here included the whole human race” (= apapun kesombongan / kebanggaan manusia, mereka adalah hamba dari setan, sampai mereka dilahirbarukan oleh Roh Kristus; karena di bawah istilah ‘dunia’ tercakup seluruh umat manusia) - hal 104.

c) Yang sedang datang adalah Yudas Iskariot, tentara Romawi, anggota-anggota Sanhedrin dsb, tetapi Yesus berkata bahwa setanlah yang sedang datang, karena orang-orang itu diilhami oleh setan.

William Hendriksen: “Jesus was aware of the footsteps of Judas, Roman soldiers, temple-police, members of the Sanhedrin, all of them inspired by Satan” (= Yesus menyadari akan langkah-langkah dari Yudas, tentara Romawi, penjaga Bait Allah, anggota-anggota Sanhedrin, semua itu diilhami oleh setan) - hal 289.

Leon Morris (NICNT): “In the coming of Judas and the soldiers Jesus saw the coming of the evil one. He was especially active in the crucifixion. There the forces of good and evil were engaged” (= Dalam kedatangan Yudas dan para tentara, Yesus melihat kedatangan dari si jahat / setan. Ia khususnya sangat aktif dalam penyaliban. Di situ kekuatan-kekuatan dari kebaikan dan kejahatan ikut campur) - hal 659.

3) ‘dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diriKu’.

Terjemahan hurufiahnya adalah seperti terjemahan KJV dan NASB.

KJV: ‘and hath nothing in me’ (= dan tidak mempunyai apa-apa dalam Aku).

NASB: ‘he has nothing in Me’ (= tidak mempunyai apa-apa dalam Aku).

Arti bagian ini:

a) Setan tidak mempunyai apa-apa dalam Kristus, karena Kristus suci sehingga dalam Dia tidak ada apapun yang menyebabkan Ia layak mati.

b) Kristus mati bukan karena Ia lemah / kalah oleh Setan. Ini cocok dengan terjemahan RSV dan Kitab Suci Indonesia.

William Barclay: “He went to his death in the certainty, not of defeat, but of conquest” (= Ia menuju kematianNya dalam kepastian, bukan tentang keka-lahan, tetapi tentang kemenangan) - hal 171.

Penerapan: kalau saudara sedang menuju kematian, bisakah saudara mempunyai sikap yang sama?

Yohanes 14: 31:

1) ‘Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepadaKu’.

Calvin: “It was God who appointed his Son to be the Propitiator, and who determined that the sins of the world should be expiated by his death. In order to accomplish this, he permitted Satan, for a short time, to treat him with scorn; as if he had gained a victory over him. Christ, therefore, does not resist Satan, in order that he may obey the decree of his Father, and may thus offer his obedience as the ransom of our righteousness” (= Allahlah yang menetapkan AnakNya untuk menjadi Pendamai, dan yang menentukan bahwa dosa-dosa dunia harus ditebus oleh kematianNya. Untuk mencapai hal ini, Ia mengijinkan setan, untuk waktu yang singkat, menghinaNya; seakan-akan ia telah mendapatkan kemenangan atasNya. Karena itu Kristus tidak melawan setan, supaya Ia bisa mentaati ketetapan BapaNya, dan dengan demikian bisa mempersembahkan ketaatanNya sebagai tebusan kebenaran kita) - hal 106.

2) ‘Bangunlah, marilah kita pergi dari sini’.

Ada 2 pandangan tentang kalimat ini.

a) Ada yang mengatakan bahwa kalimat ini menunjukkan bahwa Kristus mengajak para murid pindah ke tempat lain, dan Yesus dan para murid betul-betul meninggalkan tempat itu segera setelah Yesus mengucapkan kata-kata ini. Jadi, Yoh 15-17 diucapkan Yesus bukan lagi di tempat itu.

Problem dengan pandangan ini adalah bahwa Yesus dan para murid baru meninggalkan tempat itu pada Yohanes 18:1.

b) Yesus dan para murid tidak segera meninggalkan tempat itu.

Hendriksen mengatakan bahwa sering terjadi kita berkata: ‘Ayo berangkat’, tetapi tetap masih berbicara lagi selama 10 menit baru betul-betul berangkat. Dan selama 10 menit itu, Yesus bisa mengajarkan / mengucapkan Yoh 15-17. Selain itu tidak tertutup kemungkinan bahwa ada bagian-bagian dari Injil Yohanes yang disusun secara tidak chrono-logis, tetapi menurut topik. Jadi Yoh 15 mungkin saja sudah dikatakan lebih dulu.

Tasker (Tyndale): “The words ‘Arise, let us go hence’ do not necessarily indicate that the upper room was left at that moment. As C. H. Dodd has recently pointed out, the verb AGOMEN, translated ‘let us go’, implies in normal Greek usage, ‘let us go to meet the advancing enemy’; and to bring out this sense this sentence should be construed with what has preceded it in verse 30 and 31. He would therefore paraphrase the passage, ‘the ruler of this world is coming. He has no claim upon Me; but to show the world that I love the Father, and do exactly as He commands, up, let us march to meet him’. Jesus is here giving expression to His spiritual determination to meet the prince of this world, not as a matter of compulsion, but as a voluntary action reflecting His obedience to God’s command and His desire to express His love. No physical movement from the upper room at this moment is implied” (= Kata-kata ‘Bangunlah, marilah kita pergi dari sini’ tidak harus menunjukkan bahwa kamar atas itu ditinggalkan pada saat itu. Seperti dijelaskan oleh C. H. Dodd baru-baru ini, kata kerja AGOMEN, yang diterjemahkan ‘marilah kita pergi’, dalam penggunaan normal bahasa Yunani berarti ‘marilah kita pergi untuk menemui musuh yang mendekat’; dan untuk mengeluarkan arti ini kalimat ini harus ditafsirkan dengan apa yang mendahuluinya dalam ay 30 dan 31. Karena itu ia menuliskan text ini dengan kata-kata sendiri sebagai berikut: ‘pemerintah dunia ini sedang datang. Ia tidak mempunyai tuntutan terhadap Aku; tetapi untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Aku mengasihi Bapa, dan melakukan persis seperti yang Ia perintahkan, bangunlah, marilah kita menemuinya’. Di sini Yesus sedang memberikan pernyataan tentang ketetapan hatiNya secara rohani untuk menemui pangeran dunia ini, bukan dengan terpaksa, tetapi sebagai tindakan suka-rela yang menunjukkan ketaatanNya pada perintah Allah dan keinginanNya untuk menyatakan kasihNya. Tidak dimaksudkan ada gerakan fisik dari kamar atas pada saat ini) - hal 169-170.

BACA JUGA: EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 15-17

Tasker (Tyndale): “It is because the words ‘Arise, let us go hence’ have been construed as a separate sentence instead of being taken as the apodosis of the previous sentence, that the readers of the English Bible have been given the impression that an immediate withdrawal from the upper room is indicated at this point” (= Karena kata-kata ‘Bangunlah, marilah kita pergi dari sini’ telah ditafsirkan sebagai kalimat terpisah dan bukannya diambil sebagai anak kalimat yang merupakan kesimpulan atau akibat dari kalimat yang mendahuluinya, sehingga para pembaca Alkitab bahasa Inggris telah diberi suatu kesan bahwa pada titik ini dinyatakan suatu penarikan diri secara langsung / segera dari kamar atas) - hal 170.

Catatan: dalam Kitab Suci bahasa Inggris kata-kata ‘Arise, let us go hence’ (= Bangunlah, marilah kita pergi dari sini) merupakan kalimat baru, tetapi dalam Kitab Suci bahasa Indonesia bagian ini merupakan sambungan dari kalimat sebelumnya. Tetapi TB2-LAI meniru Kitab Suci bahasa Inggris dengan memisahkan bagian ini menjadi suatu kalimat baru. Menurut tafsiran Tasker / C. H. Dodd ini maka Kitab Suci Indonesia (TB1-LAI) lebih benar. Adanya kata ‘supaya’ dalam ay 31a, menyebabkan kalimat dalam ay 31 ini menjadi kalimat yang terpotong / tak selesai, kalau bagian terakhir dipisahkan menjadi kalimat baru. Dalam TB2-LAI (juga dalam NIV) kata ‘supaya’ itu dibuang, padahal kata ini memang ada dalam bahasa Yunaninya (ada kata HINA). https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post