EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 15-17

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 15-17
YOHANES 15:1-8

1) Pertama-tama perlu diketahui bahwa bagian ini merupakan suatu allegory.

Allegory dan perumpamaan mempunyai persamaan, yaitu sama-sama mempunyai ‘cerita’ dan ‘arti’. Tetapi allegory dan perumpamaan juga mempunyai perbedaan, yaitu:

a) Dalam allegory, ‘cerita’ dan ‘arti’ dicampuradukkan.

b) Dalam perumpamaan, ‘cerita’ dan ‘arti’ dipisahkan (Misalnya: Mat 13:3-9,18-23 Mat 13:24-30,36-43).

Seandainya Yoh 15:1-8 ini diceritakan dalam bentuk perumpamaan, maka Yesus akan bercerita tentang ‘cerita’nya, yaitu pokok anggur, pengusaha kebun anggur, ranting-ranting anggur, daun-daun anggur yang perlu dibersihkan, buah anggur dsb sampai semua selesai, lalu barulah Ia akan berbicara tentang ‘arti’nya. Tetapi karena Yesus menceritakan Yoh 15:1-8 ini sebagai suatu allegory, maka bukan hal itu yang kita jumpai. Sebaliknya Ia berpindah-pindah dari ‘cerita’ ke ‘arti’, lalu ke ‘cerita’ lagi, lalu ke ‘arti’ lagi, dst. Jadi jelas kedua hal yang diperbandingkan itu tidak dipisahkan tetapi dicampuradukkan. Inilah allegory!

2) Hubungan bagian ini dengan peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya.

a) Ada beberapa penafsir yang menghubungkan allegory tentang pokok anggur ini dengan anggur yang digunakan dalam Perjamuan Kudus (Mat 26:26-28).

Tetapi Leon Morris (NICNT) menyalahkan hal ini dengan berkata: “A surprising number of commentators see in the vine a reference to the eucharist. This seems to me far-fetched. A vine is not wine, let alone the wine of the eucharist. And if it were there is nothing in the passage to compare to the bread. But the biggest objection is the subject matter of the whole section. Jesus is clearly talking about the life of the Christian and his relationship to his God, not about a liturgical observance” (= Banyak penafsir yang melihat dalam pokok anggur ini suatu hubungan dengan Perjamuan Kudus. Bagi saya ini kelihatannya ditarik terlalu jauh. Pokok anggur bukanlah air anggur, apa lagi air anggur untuk Perjamuan Kudus. Dan seandainya memang demikian, maka dalam text itu tidak ada apapun untuk dibandingkan dengan roti. Tetapi keberatan terbesar adalah pokok persoalan dari seluruh bagian / text. Yesus dengan jelas sedang berbicara tentang kehidupan orang kristen dan hubungannya dengan Allahnya, bukan tentang pelaksanaan liturgi) - hal 668, footnote.

b) Menjelang salib, Yesus memperingatkan murid-muridNya untuk tidak menjadi seperti Yudas (yang merupakan ranting tak berbuah yang dipotong oleh Bapa), tetapi untuk tetap dalam iman / tinggal di dalam Yesus, dan dengan demikian membuktikan bahwa dalam hidup mereka ada buah dari Roh Kudus (Hendriksen, hal 294).

Yohanes 15: 1: “‘Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya”.

1) ‘Akulah pokok anggur yang benar’.

a) Ini adalah kata-kata ‘I am’ yang terakhir / ketujuh dari seri 7 ‘I am’ dalam Injil Yohanes (Yoh 6:35 8:12 10:7,9 10:11,14 11:25 14:6 15:1,5).

b) Banyak penafsir yang mengatakan bahwa di sini Yesus membandingkan diriNya dengan Israel, yang adalah pohon anggur yang sudah rusak.

William Barclay: “Jesus calls himself the true vine. The point of that word ALETHINOS, true, real, genuine, is this. It is a curious fact that the symbol of the vine is never used in the Old Testament apart from the idea of degeneration. The point of Isaiah’s picture is that the vineyard has run wild. Jeremiah complains that the nation has turned into ‘degenerate and become a wild vine.’ It is as if Jesus said: ‘You think that because you belong to the nation of Israel you are a branch of the true vine of God. But the nation it is; a degenerate vine, as all your prophets saw. It is I who am the true vine. The fact that you are a Jew will not save you. The only thing that can save you is to have an intimate living fellowship with me, for I am the vine of God and you must be branches joined to me.’ Jesus was laying it down that not Jewish blood but faith in him was the way to God’s salvation. No external qualification can set a man right with God; only the friendship of Jesus Christ can do that” [= Yesus menyebut diriNya sendiri pokok anggur yang benar. Maksud dari kata ALETHINOS, benar, sejati, asli, adalah ini. Merupakan fakta yang aneh / mengherankan bahwa simbol pohon anggur tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Lama terpisah dari gagasan kemerosotan (moral / rohani). Tujuan penggambaran Yesaya adalah bahwa kebun anggur itu telah menjadi liar. Yeremia mengeluh karena bangsa itu telah menjadi ‘pohon anggur yang merosot dan menjadi liar’. Seakan-akan Yesus berkata: ‘Kamu mengira bahwa karena kamu termasuk bangsa Israel maka kamu adalah ranting dari pokok anggur yang benar dari Allah. Tetapi bangsa itu adalah pokok anggur yang merosot / membusuk, seperti yang dilihat oleh semua nabimu. Akulah pokok anggur yang benar. Fakta bahwa kamu adalah orang Yahudi tidak akan menyelamatkanmu. Satu-satunya hal yang bisa menyelamatkanmu adalah dengan mempunyai persekutuan yang intim dengan Aku, karena Akulah pokok anggur Allah dan kamu harus menjadi ranting-ranting yang berhubungan denganKu’. Yesus sedang mengajarkan bahwa bukan darah Yahudi tetapi iman kepadaNya merupakan jalan keselamatan Allah. Tidak ada persyaratan lahiriah bisa membuat manusia benar di hadapan Allah; hanya persahabatan dengan Yesus Kristus bisa melakukan hal itu] - hal 173.

Catatan: Contoh ayat yang menunjukkan Israel sebagai tanaman anggur yang rusak adalah Yer 2:21 Yes 5:1-7. Kedua ayat inilah yang dibicarakan oleh Barclay di atas.

Penerapan: saudara mungkin bukan termasuk bangsa Yahudi / Israel, tetapi sama seperti mereka saudara juga bisa mengandalkan kebangsaan / hal-hal lahiriah. Mungkin karena saudara berasal dari bangsa / suku bangsa yang beragama kristen, atau mungkin karena seluruh keluarga saudara turun temurun adalah orang kristen. Ingat bahwa semua itu, yang hanya merupakan hal-hal lahiriah, tidak pernah dapat menyelamatkan saudara. Hanya iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang bisa menyelamatkan saudara!

Tasker (Tyndale): “Jesus’ description of Himself as the true, or ‘genuine’, vine, implies that Israel had been an imperfect foreshadowing of what was found to perfection in Himself. He is what God had called Israel to be, but what Israel in fact had never become. With Him therefore a new Israel emerges, the members of which draw their spiritual sustenance from Him alone ” (= Penggambaran Yesus tentang diriNya sendiri sebagai pokok anggur yang benar atau ‘asli / sejati’ secara tak langsung menunjukkan bahwa Israel merupakan bayangan yang tak sempurna tentang apa yang didapati secara sempurna dalam Dia sendiri. Allah memanggil Israel untuk menjadi seperti Dia, tetapi dalam faktanya Israel tidak pernah menjadi seperti Dia. Karena itu dengan Dia muncul Israel yang baru, dimana anggota-anggotanya menyerap makanan rohani dari Dia saja) - hal 174.

c) Leon Morris (NICNT): “Jesus does not say that the church is the vine but that He is. The church is no more than the branches which are ‘in’ the vine” (= Yesus tidak mengatakan bahwa gereja adalah pokok anggur tetapi bahwa Ia adalah pokok anggur. Gereja tidak lebih dari ranting-ranting yang ada ‘dalam’ pokok anggur) - hal 668.

2) ‘Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya’.

Para pengikut Arianisme (yang dalam abad ke 20 ber-reinkarnasi sebagai Saksi Yehuwa) menafsirkan dari bagian ini bahwa sama seperti pokok anggur berbeda dengan pengusaha kebun anggur, demikianlah Yesus dan Bapa berbeda dalam hal hakekat.

Pulpit Commentary: “The Arians were wrong in concluding from this a difference of essence between the Father and Son” (= Para Arianist salah dalam menyimpulkan dari sini suatu perbedaan hakekat antara Bapa dan Anak) - hal 267.

Kesalahan / kebodohan penafsiran ini muncul karena mereka menafsirkan suatu allegory dengan penafsiran yang sama sekali tak sesuai dengan tujuan utama dari allegory. Allegory tentang pokok anggur ini penekanannya adalah persekutuan yang baik antara orang percaya dengan Yesus. Karena itu tidak seharusnya kita menggunakan bagian ini untuk membicarakan apakah Yesus dan Bapa sehakekat atau tidak.

Yohanes 15: 2: “Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah”.

1) Ay 2 ini menunjukkan bahwa dalam pohon anggur ini ada 2 jenis ranting, yang berbuah dan yang tidak berbuah. Yang pertama menunjuk pada orang kristen yang sejati (seperti 11 murid yang masih tinggal), yang kedua menunjuk pada orang kristen KTP (seperti Yudas Iskariot yang sudah pergi dalam Yoh 13:30).

Ada banyak persamaan antara kedua jenis ranting ini, seperti warnanya, bentuknya, dan daun-daunnya, tetapi dalam pandangan Allah, kedua ranting ini sangat berbeda dan bahkan bertentangan.

Perbedaannya adalah:

a) Yang satu berbuah dan yang lain tak berbuah.

Charles Haddon Spurgeon: “positive fruit is the only test of our being in Christ. ... Remember that the judgment will not be about those things which you do not do, but about positive things” (= buah yang positif adalah satu-satunya ujian tentang keberadaan kita dalam Kristus. ... Ingatlah bahwa penghakiman nanti bukanlah tentang hal-hal yang tidak engkau lakukan, tetapi tentang hal-hal positif) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 557.

Mungkin yang dimaksud oleh Spurgeon adalah orang-orang yang mengatakan bahwa yang penting dirinya tidak melakukan hal-hal yang negatif, tidak berbuat jahat, tidak berzinah, tidak merampok, tidak menipu dsb. Semua hal negatif ini tidak cukup. Tuhan menghendaki buah yang positif, seperti menolong orang yang menderita, bekerja dengan jujur, menghormati orang tua, dan sebagainya.

b) Nasib akhir, dimana kalau ranting yang berbuah dibersihkan supaya lebih banyak berbuah, maka ranting yang tak berbuah dipotong, lalu dikumpulkan dan dibakar (bdk. ay 6).

2) ‘Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongnya’ (bdk. Mat 3:10).

a) Charles Haddon Spurgeon: “If the branches in Christ that bear no fruit, are taken away, what must become of the Sabbath-breaker, the despisers of God, the atheists, the drunkards, the unchaste, the dishonest, the blasphemers?” (= Jika ranting-ranting dalam Kristus yang tidak berbuah dipotong / dibuang, apa yang akan terjadi pada pelanggar Sabat, penghina Allah, atheist, pemabuk, orang kotor / pelacur, orang yang tidak jujur, penghujat?) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 561.

Orang kafir / non kristen harus memikirkan kata-kata Spurgeon di atas ini. Orang kristen KTP saja tidak selamat, apalagi dia!

b) Pemotongan ini bisa dilakukan oleh Allah dengan menggunakan pencobaan, penderitaan, penyesatan, dan kematian. Selain itu masih perlu ditambahkan satu hal lagi, yaitu ‘siasat gerejani / pengucilan’. Bahwa ay 2 ini mengatakan bahwa yang memotong adalah Allah, tidak berarti bahwa gereja tidak boleh melakukan pengucilan / siasat gerejani (Mat 18:15-17 1Kor 5:1-13). Ingat bahwa Allah bisa saja memotong ranting yang tak berbuah itu melalui gereja (Barnes’ Notes hal 337).

3) ‘setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah’.

a) Hendriksen mengatakan bahwa pembersihan ranting menunjuk pada justification (= pembenaran) dan sanctification (= pengudusan).

b) Beberapa penafsir mengatakan bahwa selain menggunakan firman (ay 3), Tuhan juga melakukan pembersihan melalui pencobaan / penderitaan (Pulpit Commentary, hal 277), dan dengan mengambil hal-hal dalam hidup seseorang yang menghalanginya untuk berbuah lebih banyak (Barnes’ Notes, hal 338).

Contoh: Paulus diambil kesehatannya / diberi duri dalam daging (2Kor 12:7-10).

Dalam suatu buku Saat Teduh diberikan renungan tentang kata-kata dalam Yoh 15:2b ini, yang berbunyi sebagai berikut:

“A child of God was dazed by the variety of afflictions which seemed to make her their target. Walking past a vineyard in the rich autumnal glow she noticed the untrimmed appearance and the luxuriant wealth of leaves on the vines, that the ground was given over to a tangle of weeds and grass, and that the whole place looked utterly uncared for; and as she pondered, the Heavenly Gardener whispered so precious a message that she would fain pass it on: ‘My dear child, are you wondering at the sequence of trials in your life? Behold that vineyard and learn of it. The gardener ceases to prune, to trim, to harrow, or to pluck the ripe fruit only when he expects nothing more from the vine during that season. It is left to itself, because the season of fruit is past and further effort for the present would yield no profit. Comparative uselessness is the condition of freedom from suffering. Do you then wish me to cease pruning your life? Shall I leave you alone?’ And the comforted heart cried, ‘No!’” (= Seorang anak Allah dibingungkan oleh bermacam-macam penderitaan yang kelihatannya membuatnya sebagai sasaran mereka. Pada waktu ia sedang berjalan melewati sebuah kebun anggur pada suatu musim rontok ia memperhatikan sebuah pohon anggur yang tidak dibersihkan dan banyak sekali daun-daunnya, dan bahwa tanahnya penuh dengan belukar dan rumput yang bercampur aduk, dan bahwa seluruh tempat itu kelihatannya sama sekali tidak diurus; dan pada waktu ia merenungkan hal itu, Sang Tukang Kebun Surgawi membisikkan suatu pesan yang berharga yang dengan senang hati ia sampaikan / ceritakan: ‘Anakku yang kekasih, apakah engkau bertanya-tanya tentang rentetan percobaan / ujian dalam hidupmu? Lihatlah kebun anggur itu dan belajarlah dari sana. Sang tukang kebun berhenti untuk membersihkan / memangkas pohon, menggaru tanah, atau memetik buah yang matang hanya pada saat ia tidak mengharapkan apa-apa lagi dari pohon anggur itu selama musim itu. Pohon anggur itu dibiarkan sendirian, karena musim berbuah sudah lewat dan usaha lebih lanjut pada saat itu tidak akan menghasilkan keuntungan / hasil. Ketidakbergunaan sebanding dengan kebebasan dari penderitaan. Lalu apakah engkau menginginkan Aku berhenti untuk membersihkan / memangkas hidupmu? Akankah Aku meninggalkan kamu sendirian?’ Dan hati yang telah dihiburkan itu berteriak: ‘Tidak!’) - ‘Streams in the Desert’, vol 1, February 19.

Yohanes 15: 3: “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu”.

1) ‘Kamu memang sudah bersih’.

Dalam 13:10-11 Yesus juga mengatakan ‘kamu sudah bersih’ tetapi pada saat itu Ia menambahkan ‘hanya tidak semua’, karena pada saat itu Yudas Iskariot masih ada (Yudas baru meninggalkan grup Yesus pada Yoh 13:30). Tetapi dalam Yoh 15 ini, Yudas sudah tidak ada sehingga Yesus hanya berkata ‘Kamu memang sudah bersih’ tanpa perkecualian. Jelas bahwa Yudas Iskariot memang adalah orang kristen KTP, sekalipun ia adalah seorang rasul. Karena itu, kalau berdasarkan murtadnya dan binasanya Yudas Iskariot, ada orang yang mengatakan bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad dan keselamatan bisa hilang, ia pasti sangat bodoh! Yudas Iskariot tidak kehilangan keselamatan, karena ia tidak pernah mempunyainya!

Tetapi ada juga yang menafsirkan bahwa kata-kata ini menunjukkan bahwa mereka sudah dikuduskan.

2) ‘karena firman yang telah Kukatakan kepadamu’.

Bahwa di sini Yesus mengatakan bahwa para murid sudah bersih karena firman, menunjukkan betapa pentingnya firman dalam hidup kita. Karena itu kita harus dengan rajin dan tekun mencari / belajar Firman Tuhan.

Adam Clarke mengatakan bahwa firman yang dimaksudkan oleh Yesus secara khusus adalah kata-kataNya berkenaan dengan Yudas Iskariot dalam Yoh 13:18-30, karena kata-kata ini yang akhirnya menyebabkan Yudas Iskariot pergi, sehingga mereka menjadi ‘bersih’.

Yohanes 15: 4-5: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

1) ‘Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’ (ay 4a).

a) Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

1. Tinggallah di dalam Aku, dan / maka Aku akan tinggal di dalam kamu.

Jadi, hanya potongan pertama yang merupakan perintah, sedangkan potongan kedua akan menjadi akibat dari ketaatan pada perintah itu.

2. Tinggallah di dalam Aku, dan usahakanlah supaya Aku tinggal di dalam kamu.

Jadi, baik potongan pertama maupun potongan kedua merupakan perintah.

b) Leon Morris (NICNT): “The two ‘abidings’ cannot be separated, and ‘abiding’ is the necessary prerequisite of fruitfulness” (= Dua ‘tinggal’ itu tidak bisa dipisahkan, dan ‘tinggal’ merupakan syarat mutlak untuk bisa berbuah) - hal 670.

2) ‘Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa’ (ay 4b-5).

Calvin maupun William Hendriksen menggunakan bagian ini untuk mengajarkan doktrin Total Depravity (= Kebejatan Total) / Total Inability (= Ketidakmampuan Total).

Calvin: “we are, by nature, barren and dry, except in so far as we have been ingrafted into Christ, and draw from him a power which is new, and which does not proceed from ourselves” (= secara alamiah kita adalah tandus dan kering, kecuali kalau kita dicangkokkan ke dalam Kristus, dan menarik dari Dia suatu kekuatan yang baru, yang tidak keluar dari diri kita sendiri) - hal 106.

Calvin: “we have no power of doing good but what comes from himself” (= kita tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan kebaikan kecuali apa yang datang dari Dia sendiri) - hal 107.

Calvin: “the nature of man is unfruitful and destitute of everything good; because no man has the nature of a vine, till he be implanted in him” (= manusia secara alamiah tidak berbuah dan tak mempunyai apapun yang baik; karena tidak ada manusia yang mempunyai sifat dari pokok anggur, sampai ia ditanamkan di dalam Dia) - hal 107.

Calvin: “So long as we are separate from him, we bear no fruit that is good and acceptable to God, for we are unable to do anything good” (= Selama kita terpisah dari Dia, kita tidak mengeluarkan buah yang baik dan memperkenan Allah, karena kita tidak bisa melakukan apapun yang baik) - hal 109.

William Hendriksen: “those who are out of relation to Christ can do literally nothing, ... That holds not only for the drunkard, the thief, the murderer, the immoral person, but also for the poet, the scientist, and the philosophers who has not embraced Christ with a living faith. He can render no work that is acceptable before God. ... The passage certainly teaches the inability of man to do that which is good in the sight of God. ... Pelagianism and semi-Pelagianism of every description stands condemned here!” (= mereka yang tidak mempunyai hubungan dengan Kristus secara hurufiah tidak bisa berbuat apa-apa, ... Ini berlaku bukan hanya untuk para pemabuk, pencuri, pembunuh, orang yang tidak bermoral, tetapi juga untuk penyair, ilmuwan, dan ahli filsafat yang tidak memeluk Kristus dengan iman yang hidup. Ia tidak bisa melakukan pekerjaan apapun yang bisa diterima di hadapan Allah. ... Text ini dengan pasti mengajarkan ketidakmampuan manusia untuk melakukan apa yang baik dalam pandangan Allah. ... Pelagianisme dan Semi-Pelagianisme dikecam di sini!) - hal 300.

Catatan: Arminianisme termasuk Semi-Pelagianisme.

Penerapan: kalau saudara menganggap diri saudara sebagai orang baik-baik, tetapi saudara bukan orang yang beriman kepada Kristus, maka renungkan kata-kata Hendriksen ini! Bagaimanapun baiknya kehidupan saudara, itu tetap tidak bisa memperkenan Allah. Semua orang, termasuk saudara, membutuhkan Kristus sebagai Juruselamat!

3) Yohanes 15: 4-5 ini menunjukkan betapa mutlaknya Kristus / persekutuan dengan Kristus dalam hidup orang Kristen.

Charles Haddon Spurgeon: “Dear friends, beware of a Christless Christianity. Beware of trying to be Christians without living daily upon Christ. The branch may just as well try to bear fruit apart from the vine as for you to hope to maintain the reality of Christian life without continual fellowship with the Lord Jesus Christ” (= Teman-teman yang kekasih, waspadalah terhadap kekristenan tanpa Kristus. Waspadalah terhadap usaha untuk menjadi orang Kristen tanpa setiap hari hidup dengan Kristus. Ranting bisa mencoba untuk mengeluarkan buah terpisah dari pokok anggur seperti engkau berharap untuk menjaga realita hidup Kristen tanpa persekutuan yang terus menerus dengan Tuhan Yesus Kristus) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 14, hal 482.

Penerapan: ada banyak hal yang bisa menyebabkan orang kristen hidup tanpa Kristus, seperti kesibukan duniawi (belajar, bekerja, mengurus keluarga / anak, dsb), atau penderitaan, yang membuat kita kecewa sehingga menjauh dari Kristus. Kalau saudara adalah orang seperti ini, kembalilah kepada Dia, dan perbaikilah kehidupan doa / saat teduh saudara, karena tanpa itu, kehidupan saudara tidak akan berbuah!

Yohanes 15: 6: “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”.

1) Pemotongan ranting yang tidak berbuah / ranting yang tidak tinggal dalam pokok anggur dalam ay 2 maupun ay 6, tidak menunjukkan bahwa orang Kristen bisa kehilangan keselamatan. Mengapa? Karena ranting yang tidak berbuah / ranting yang tidak tinggal dalam pokok anggur ini, hanya menunjuk kepada orang kristen KTP yang tidak pernah / belum pernah diselamatkan.

William Hendriksen: “In no sense whatever do such passages as 15:2 and 15:6 suggest that there is a falling away from grace, as if those who were once actually saved finally perish. This allegory plainly teaches that the branches which are taken away and burned represent people who never once bore fruit, not even when they were ‘in’ Christ. Hence, they never were true believers; and for them the in-the-vine relationship, though close, was merely outward. ... The true believers of chapter 15 are represented by those branches which, abiding forever in the vine, bear fruit, more fruit, much fruit. They never perish!” (= Text seperti 15:2 dan 15:6 tidak berarti bahwa ada kemurtadan / kehilangan keselamatan, seakan-akan mereka yang pernah betul-betul diselamatkan akhirnya binasa. Allegory ini mengajar dengan jelas bahwa ranting-ranting yang dipotong dan dibakar menggambarkan orang-orang yang tidak pernah mengeluarkan buah, dan bahkan tidak berbuah pada saat mereka ada ‘dalam’ Kristus. Jadi mereka tidak pernah menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh; dan bagi mereka hubungan dalam pokok anggur, sekalipun dekat, hanyalah bersifat lahiriah semata-mata. ... Orang-orang percaya yang sungguh-sungguh dari pasal 15 digambarkan oleh ranting-ranting yang tinggal selama-lamanya dalam pokok anggur, berbuah makin lama makin banyak. Mereka tidak pernah binasa!) - hal 296.

2) ‘dikumpulkan orang’.

Kata ‘orang’ seharusnya tidak ada. Jadi seharusnya hanya ‘dikumpulkan’, bukan ‘dikumpulkan orang’. Memang yang akan mengumpulkan nanti bukanlah orang tetapi malaikat (Mat 13:41,49-50).

3) ‘dicampakkan ke dalam api lalu dibakar’.

Tentang ‘api’ dalam ay 6 ini ada yang menafsirkan sebagai ‘api neraka’, tetapi ada juga yang menafsirkan bahwa ini menunjuk pada ‘api ujian / pencobaan’ dalam hidup di dunia ini. Tetapi dari kata ‘dikumpulkan’, rasanya pandangan pertama yang benar (bdk. Mat 13:30,40-42).

Ay 7: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”.

Kita harus berhati-hati dalam menafsirkan ay 7c: ‘mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya’. Bagian ini tidak boleh dikutip / ditafsirkan tanpa memperhatikan 2 persyaratan yang mendahuluinya (ay 7a dan ay 7b). Mari kita membahas kedua persyaratan tersebut:

1) Kita harus tinggal di dalam Yesus (ay 7a).

a) Kita harus tetap tinggal di dalam Dia pada saat kita sedang dibersihkan.

Charles Haddon Spurgeon: “Take care that you abide in Christ when you are being purged. ‘Oh,’ says one, ‘I thought I was a Christian; but, alas! I have more troubles than ever: men ridicule me, the devil tempts me, and my business affairs go wrong.’ Brother, if you are to have power in prayer you must take care that you abide in Christ when the sharp knife is cutting everything away. Endure trial, and never dream of giving up your faith because of it. Say, ‘Though he slay me, yet will I trust in him.’ Your Lord warned you when you first came into the vine that you would have to be purged and cut closely; and if you are now feeling the purging process, you must not think that some strange thing hath happened unto you. Rebel not because of anything you may have to suffer from the dear hand of your heavenly Father, who is the husbandman of the vineyard. No, but cling to Jesus all the more closely. Say, ‘Cut, Lord, cut to the quick if thou wilt; but I will cling to Thee. To whom should we go? Thou hast the words of eternal life.’ Yes, cling to Jesus when the purging knife is in his hand, and so ‘shall ye ask what ye will, and it shall be done unto you.’” (= Perhatikanlah / berusahalah supaya engkau tetap tinggal dalam Kristus pada waktu engkau sedang dibersihkan. ‘Oh’, kata seseorang, ‘Aku berpikir bahwa aku adalah orang Kristen; tetapi aduh! Aku mendapatkan lebih banyak kesukaran dibandingkan dengan dahulu: manusia mengejek aku, setan mencobai aku, dan bisnisku kacau’. Saudara, jika engkau ingin mendapat kuasa dalam doa, engkau harus menjaga supaya engkau tetap tinggal di dalam Kristus pada waktu pisau yang tajam memotong segala sesuatu. Tahanlah ujian, dan janganlah pernah bermimpi untuk menyerahkan imanmu karena hal itu. Katakan: ‘Sekalipun Ia membunuhku, tetapi aku tetap akan percaya kepadaNya’. Tuhanmu telah memperingatkanmu pada waktu engkau datang untuk pertama kalinya ke dalam pokok anggur, bahwa engkau akan harus dibersihkan dan dipotong pendek; dan jika sekarang engkau merasakan proses pembersihan / pemotongan itu, janganlah mengira bahwa ada hal yang aneh terjadi padamu. Janganlah memberontak karena penderitaan apapun yang kamu terima dari tangan yang kekasih dari Bapa surgawimu, yang adalah pengusaha kebun anggur. Tidak, tetapi berpeganglah kepada Yesus dengan lebih erat / dekat. Katakan: ‘Potonglah, Tuhan, potonglah sampai menyakitkan jika Engkau menghendakinya, tetapi aku akan berpegang erat-erat kepadaMu. Kepada siapa kami harus pergi? Engkau mempunyai firman kehidupan kekal’. Ya, berpeganglah erat-erat kepada Yesus pada waktu pisau pemangkas ada di tanganNya, dan dengan demikian ‘kamu akan minta apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya’.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 580-581.

Catatan: bagian yang digaris-bawahi merupakan kutipan dari Ayub 13:15a versi KJV.

Ayub 13:15a - “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku”.

KJV: ‘Though he slay me, yet will I trust in him’ (= Sekalipun Ia membunuh aku, tetapi aku akan percaya kepadaNya).

b) Kita harus tetap tinggal dalam Dia pada saat kita sudah dibersihkan dan buah-buah kelihatan makin banyak dalam diri kita.

Charles Haddon Spurgeon: “Take care, also, that when the purging operation has been carried out you still cleave to your Lord. Notice the third verse: ‘Now ye are clean through the word which I have spoken unto you. Abide in me, and I in you.’ Abide after cleansing where you were before cleansing. When you are sanctified, abide where you were when first justified. When you see the work of the Spirit increasing in you, do not let the devil tempt you to boast that now you are somebody, and need not come to Jesus as a poor sinner, and rest in his precious blood alone for salvation. Abide still in Jesus. As you kept to him when the knife cut you, keep to him now that the tender grapes begin to form. Do not say to yourself, ‘What a fruitful branch I am! How greatly I adorn the vine! Now I am full of vigour!’ You are nothing and nobody. Only as you abide in Christ are you one whit better than the waste wood which is burned in the fire. ‘But do we not make progress?’ Yes, we grow, but we abide: we never go an inch further, we abide in him; or, if not, we are cast forth, and are withered. Our whole hope lies in Jesus at our best times as well as at our worst. Jesus saith, ‘Now ye are clean through the word which I have spoken unto you. Abide in me, and I in you” (= Perhatikanlah / usahakanlah juga supaya pada waktu operasi pemangkasan telah dilaksanakan, engkau tetap melekat pada Tuhanmu. Perhatikan ayat yang ketiga: ‘Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’. Setelah pembersihan, tinggallah di tempat dimana kamu ada sebelum pembersihan. Pada saat kamu dikuduskan, tinggallah di tempat dimana kamu pertama kalinya dibenarkan. Pada waktu kamu melihat pekerjaan Roh bertambah banyak dalam dirimu, janganlah membiarkan setan mencobaimu untuk menjadi bangga bahwa sekarang kamu adalah ‘seseorang yang hebat’, dan tidak butuh untuk datang kepada Yesus sebagai orang berdosa yang hina, dan beristirahat / bersandar hanya dalam darahNya yang berharga untuk keselamatan. Tetaplah tinggal di dalam Yesus. Kalau tadi engkau tetap berpegang kepadaNya pada waktu pisau memotongmu, sekarang berpeganglah kepadaNya pada saat buah anggur yang lembut mulai terbentuk. Jangan berkata kepada dirimu sendiri: ‘Aku betul-betul merupakan ranting yang berbuah banyak. Alangkah hebatnya aku menghiasi / memperindah pohon anggur ini. Sekarang aku penuh kekuatan / semangat!’ Kamu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya pada waktu kamu tinggal di dalam Kristus maka kamu sedikit lebih baik dari pada kayu buangan yang dibakar dalam api. ‘Tetapi tidakkah kita membuat kemajuan?’ Ya, kita bertumbuh, tetapi kita tinggal: kita tidak pernah maju lebih jauh satu incipun, kita tinggal di dalam Dia; atau, jika tidak, kita dipotong, dan menjadi layu / kering. Seluruh pengharapan kita terletak di dalam Yesus, pada masa terbaik maupun pada masa terjelek kita. Yesus berkata: ‘Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 581.

Catatan: ‘ayat yang ketiga’ seharusnya adalah ‘ay 3-4a’.

Jadi, kalau dalam point a) di atas Spurgeon menekankan supaya kita bertahan pada waktu dibersihkan, maka sekarang ia menekankan supaya kita tidak menjadi sombong, setelah kita berbuah banyak. Apapun yang baik dalam hidup kita terjadi karena pekerjaan dan kasih karunia Allah dalam diri kita; sedangkan apapun yang buruk dalam hidup kita berasal dari diri kita sendiri!

2) Firman Tuhan harus tinggal di dalam kita (ay 7b).

Charles Haddon Spurgeon: “He said in the fourth verse, ‘Abide in me, and I in you,’ and now as a parallel to this it is, ‘If ye abide in me, and my words abide in you.’ What, then, are Christ’s words and himself identical? Yes, practically so. Some talk about Christ being the Master, but as to doctrine, they do not care what his word declares. So long as their hearts are right towards his person they claim liberty of thought. Ay, but this is a mere subterfuge. We cannot separate Christ from the Word; for, in the first place, he is the Word; and in the next place, how dare we call him Master and Lord and do not the things which he says, and reject the truth which he teaches? ... If Christ’s words abide not in thee, both as to belief and practice, thou art not in Christ” (= Ia berkata dalam ayat keempat: ‘Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’, dan sekarang sebagai bagian paralel dari bagian ini adalah: ‘Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu’. Kalau demikian, apakah firman Kristus dan diriNya sendiri adalah identik? Ya, secara praktis memang demikian. Orang-orang tertentu berbicara tentang Kristus sebagai Tuan, tetapi dalam persoalan doktrin, mereka tidak peduli apa yang dinyatakan oleh firmanNya. Selama hati mereka benar terhadap diriNya, mereka mengclaim kebebasan pikiran. Ah, tetapi ini semata-mata merupakan alasan / dalih. Kita tidak bisa memisahkan Kristus dari firmanNya; karena, pertama, Ia adalah Firman; dan selanjutnya, bagaimana kita berani menyebutNya Tuan dan Tuhan dan tidak melakukan hal-hal yang Ia katakan, dan menolak kebenaran yang Ia ajarkan? ... Jika firman Kristus tidak tinggal di dalam kamu, baik dalam kepercayaan maupun praktek, kamu tidak ada di dalam Kristus) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 581-582.

Catatan: kita harus agak berhati-hati dengan kata-kata Spurgeon di sini. Kristus tidak bisa diidentikkan secara mutlak dengan firmanNya. Dan sekalipun Yoh 1:1,14 menyebut Kristus dengan istilah Firman, tetapi itu merupakan suatu gelar bagi Dia, dan karena itu tidak boleh diartikan bahwa Kristus betul-betul identik dengan Firman. Yang saya tekankan dari kutipan di atas ini, adalah bagian yang saya garis-bawahi, yang memang banyak terdapat dalam kalangan orang-orang kristen.

Charles Haddon Spurgeon: “you still may say you do not quite see why a man who abides in Christ, and in whom Christ’s words abide, should be allowed to ask whatever he wills, and it shall be done unto him. I answer you again: it is so, because in such a man as that there is a predominance of grace which causes him to have a renewed will, which is according to the will of God. Suppose a man of God is in prayer, and he thinks that such and such a thing is desirable, yet he remembers that he is nothing but a babe in the presence of his all-wise Father, and so he bows his will, and asks as a favour to be taught what to will. Though God bids him ask what he wills, he shrinks and cries, ‘My Lord, here is a request which I am not quite clear about. As far as I can judge, it is a desirable thing, and I will it; but, Lord, I am not fit to judge for myself, and therefore I pray thee, give not as I will, but as thou wilt.’ Do you not see that, when we are in such a condition as this, our real will is God’s will. Deep down in our hearts we will only that which the Lord himself wills; and what is this but to ask what we will, and it is done to us?” (= kamu tetap bisa berkata bahwa kamu tidak melihat mengapa orang yang tinggal di dalam Kristus, dan dalam siapa firman Kristus tinggal, diijinkan meminta apapun yang ia kehendaki, dan itu akan diberikan kepadanya. Saya menjawabmu lagi: itu demikian, karena dalam orang seperti itu ada kasih karunia yang menonjol yang menyebabkan ia mempunyai kehendak yang diperbaharui, yang sesuai dengan kehendak Allah. Jika seorang percaya berdoa, dan ia berpikir bahwa ia menghendaki hal-hal tertentu, tetapi ia ingat bahwa ia hanyalah seorang bayi di hadapan BapaNya yang maha bijaksana, dan dengan demikian ia menundukkan kehendaknya, dan meminta untuk diajar harus menghendaki apa. Sekalipun Allah memintanya untuk meminta apapun yang ia kehendaki, ia segan melakukannya dan ia berteriak: ‘Tuhanku, di sini aku mempunyai permohonan, tetapi aku tidak jelas tentang permohonan ini. Sejauh aku bisa menilai, ini merupakan sesuatu yang diinginkan / diperlukan, dan aku menghendakinya; tetapi Tuhan, aku tidak dapat menilai sendiri, dan karenanya aku berdoa kepadaMu, janganlah memberikan seperti yang kukehendaki, tetapi seperti yang Kaukehendaki’. Tidakkah engkau lihat bahwa jika kita ada dalam keadaan seperti ini, kehendak kita yang sebenarnya adalah kehendak Allah. Jauh di dalam hati kita, kita hanya menghendaki apa yang Tuhan sendiri menghendaki; dan inilah yang dimaksud dengan ‘meminta apa yang kita kehendaki, dan itu akan diberikan kepada kita’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 583.

Leon Morris (NICNT): “When the believer abides in Christ and Christ’s words abide in him then he lives as close to Christ as well may be. Then his prayers will be prayers that are in accord with God’s will and they will be fully answered” (= Pada saat orang percaya tinggal di dalam Kristus dan firman Kristus tinggal di dalamnya, maka ia hidup sedekat mungkin pada Kristus. Maka doa-doanya akan merupakan doa-doa yang sesuai dengan kehendak Allah dan doa-doa itu akan dijawab sepenuhnya) - hal 672.

Ay 8: “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.’”.

1) ‘Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan’.

Calvin: “there is nothing which we ought to value more highly than that the name of God may be glorified by us” (= tidak ada apapun yang harus kita nilai lebih tinggi dari pada bahwa nama Allah bisa dipermuliakan oleh kita) - hal 112.

Penerapan: apakah saudara hidup dengan tujuan supaya Allah dipermuliakan? Kalau tidak, saudara hidup secara salah!

2) ‘yaitu jika kamu berbuah banyak’.

Leon Morris (NICNT): “The Father is glorified in the fact that the disciples bear much fruit. In 13:31f. God is said to have been glorified in the work of the Son. Now we have the other truth that God is also glorified in the work of believers who abide in the Son” (= Bapa dipermuliakan dalam fakta bahwa murid-murid mengeluarkan banyak buah. Dalam 13:31-dst dikatakan bahwa Allah dipermuliakan dalam pekerjaan Anak. Sekarang kita mempunyai kebenaran yang lain yaitu bahwa Allah juga dipermuliakan dalam pekerjaan orang-orang percaya yang tinggal di dalam Anak) - hal 672.

3) ‘dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu’.

Sebetulnya kata-kata ‘dengan demikian’ tidak ada dalam bahasa aslinya.

Leon Morris memberikan 2 kemungkinan penafsiran:

a) Tidak menambahkan kata-kata itu.

Jadi arti ay 8 adalah: Bapa dipermuliakan baik oleh buah mereka yang banyak maupun oleh terusnya mereka menjadi murid-murid Yesus.

b) Menambahkan kata-kata itu, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia.

Catatan: KJV/RSV/NIV/NASB juga seperti itu.

Jadi arti ay 8b adalah: berbuah banyak menunjukkan bahwa mereka adalah murid-murid Yesus.

Calvin termasuk dalam golongan pertama ini, dan ia mengomentari bagian ini dengan berkata: “he declares that he has no one in his flock who does not bear fruit to the glory of God” (= Ia menyatakan bahwa Ia tidak mempunyai seorangpun dalam kawanan gembalaanNya yang tidak mengeluarkan buah bagi kemuliaan Allah) - hal 112.

-o0o-

Yohanes 15:9-17

Yohanes 15: 9: “‘Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu”.

1) ‘Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu’.

Calvin: “they who think that he now speaks of the sacred love of God the Father, which he always had towards the Son, philosophise away from the subject; ... the love which is here mentioned must be understood as referring to us, because Christ testifies that the Father loves him, as he is the Head of the Church. And this is highly necessary for us; for he who, without a Mediator, inquires how he is loved by God, involves him in a labyrinth, in which he will neither discover the entrance, nor the means of extricating himself. We ought therefore to cast our eyes on Christ, in whom will be found the testimony and pledge of the love of God; for the love of God was fully poured on him, that from him it might flow to his members” (= mereka yang berpikir bahwa sekarang Ia berbicara tentang kasih yang kudus dari Allah Bapa, yang selalu Ia miliki terhadap Anak, menyimpang dari pokok pembicaraan; ... kasih yang disebutkan di sini harus dianggap menunjuk kepada kita / berkenaan dengan kita, karena Kristus bersaksi bahwa Bapa mengasihiNya, karena Ia adalah kepala Gereja. Dan ini sangat penting bagi kita karena ia yang tanpa Pengantara menanyakan bagaimana ia dikasihi Allah, menyangkutkan dirinya dalam suatu susunan yang ruwet, dalam mana ia tidak akan menemukan jalan masuknya, maupun cara untuk melepaskan dirinya sendiri. Karena itu kita harus mengarahkan mata kita kepada Kristus, dalam siapa akan ditemukan kesaksian dan janji tentang kasih Allah; karena kasih Allah dicurahkan sepenuhnya kepadaNya, sehingga dari Dia kasih itu bisa mengalir kepada anggota-anggotaNya) - hal 112.

Jadi, Calvin menganggap bahwa bagian ini tidak mempersoalkan kasih Bapa kepada Kristus, tetapi kepada kita. Bapa mengasihi Kristus sebagai kepala Gereja, dan kasih itu meluap sampai kepada kita.

2) ‘tinggallah di dalam kasihKu itu’.

Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘kasihKu’ adalah ‘kasih kita kepada Kristus’. Jadi maksudnya adalah: kita harus bertekun dalam mengasihi Kristus.

Tetapi ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘kasihKu’ adalah ‘kasih Kristus kepada kita’. Dengan kata lain ini adalah perintah untuk bertekun dalam ikut Kristus.

Calvin setuju yang kedua ini.

Yohanes 15: 10: “Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya”.

Sekarang Ia menunjukkan kepada kita bagaimana caranya supaya kita tinggal dalam kasihNya, yaitu dengan mentaatiNya sama seperti Ia mentaati Bapa.

Ada 2 keberatan terhadap hal ini:

a) Kalau demikian, maka terus atau tidaknya kita selamat, tergantung pada diri kita sendiri.

Calvin menjawab ini dengan berkata bahwa kita bisa mentaati perintah ini, juga karena dipimpin oleh Roh Kudus. Jadi jelas bukan tergantung kepada kita, tetapi tergantung kepada Allah.

b) Perintah ini terlalu sukar, karena kata-kata ‘seperti Aku menuruti perintah BapaKu’ menunjukkan ketaatan sempurna.

Calvin menjawab bahwa pada waktu Kristus membicarakan hal ini, Ia tentunya tidak membuang doktrin-doktrinNya yang lain, misalnya bahwa kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita yang percaya, pengampunan dosa dalam Kristus dsb.

Calvin: “Believers, therefore, are reckoned as keeping the commandments of Christ when they apply their earnest attention to them, though they be far distant from the object at which they aim; for they are delivered from that rigorous sentence of the law, Cursed be he that hath not confirmed all the words of this law to do them, Deut. 27:26” (= Karena itu, orang percaya dianggap memelihara perintah-perintah Kristus pada saat mereka memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadapnya, sekalipun mereka sangat jauh jaraknya dari obyek yang mereka tuju; karena mereka dibebaskan dari hukuman yang keras dari hukum Taurat: Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan, Ul 27:26) – hal 114.

Yohanes 15: 11: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”.

1) Ini menunjukkan tujuan Kristus dalam mengatakan hal-hal ini, yaitu supaya kita bersukacita. Segala perintah dan larangan yang Tuhan berikan, seringkali kita rasakan justru sebagai sesuatu yang menghalangi kesenangan / kebahagiaan kita. Tetapi ini salah. Tuhan sudah menetapkan suatu hukum / rumus, bahwa kita akan bersukacita kalau kita hidup sesuai dengan kehendakNya. Jadi semua perintah / larangan itu, yang kelihatannya merupakan penghalang bagi kebahagiaan kita, kalau kita taati justru akan mendatangkan sukacita / kebahagiaan yang sejati.

2) ‘sukacitaKu’ (‘My joy’).

Bandingkan Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.

Arti dari ‘sukacitaKu’ diperkirakan sejalan dengan ‘damai sejahteraKu’ (‘My peace’) dalam Yoh 14:27 ini. Jadi maksudnya ini bukan sukacita dari dunia. Dunia memang bisa memberikan sukacita, seperti yang kita dapatkan melalui pesta, piknik, sex, semua kesenangan duniawi yang lain, ecstasy, dsb. Tetapi semua ini hanya bersifat semu / palsu, lahiriah, dan sementara. Sedangkan sukacita yang sejati hanya diberikan oleh Yesus.

3) ‘dan sukacitamu menjadi penuh’.

Calvin: “not that believers will be entirely free from all sadness, but that the ground for joy will be far greater, so that no dread, no anxiety, no grief, will swallow them up; for those to whom it has been given to glory in Christ will not be prevented, either by life, or by death, or by any distresses, from bidding defiance to sadness” (= bukan berarti bahwa orang percaya akan bebas sepenuhnya dari semua kesedihan, tetapi bahwa dasar dari sukacita akan jauh lebih besar, sehingga tidak ada ketakutan, kekuatiran, kesedihan yang akan menelan mereka; karena mereka kepada siapa telah diberikan untuk bermegah dalam Kristus tidak akan dihalangi, baik oleh kehidupan atau kematian atau kesusahan apapun, untuk menolak kesedihan) - hal 115.

Jadi, bisa saja kita mengalami kesedihan, tetapi kesedihan itu tidak akan bisa menelan / menghancurkan kita. Ini berbeda dengan orang dunia, yang tentu bisa saja dihancurkan oleh kesedihan.

Leon Morris (NICNT): “He looks for their joy to be filled, i.e. be complete. It is no cheerless barren existence that Jesus plans for His people. But the joy of which He speaks comes only as they are wholehearted in their obedience to His commands. To be halfhearted is to get the worst of both worlds” (= Ia menghendaki supaya sukacita mereka penuh, yaitu lengkap. Bukanlah keberadaan yang tandus dan tanpa kegembiraan yang Yesus rencanakan bagi umatNya. Tetapi sukacita yang Ia bicarakan, datang hanya pada saat mereka mentaati perintahNya dengan segenap hati. Bersikap setengah hati berarti mendapatkan yang terburuk dari kedua dunia) - hal 673-674.

Yohanes 15: 12: “Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”.

Sekarang di sini Yesus menunjukkan perintah apa yang Ia inginkan untuk mereka taati, yaitu saling mengasihi, seperti Kristus telah mengasihi mereka.

Ay 13: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.

1) Kalau tadi dalam ay 12 Yesus mengatakan bahwa mereka harus saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi mereka, maka sekarang Ia menunjukkan bagaimana Ia mengasihi mereka, yaitu dengan memberikan nyawaNya bagi mereka.

2) ‘memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya’.

Banyak orang mempertanyakan bagaimana mengharmoniskan bagian ini dengan Ro 5:10 - “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

Calvin: “But a question is put, How did Christ die for friends, since we were enemies, before he reconciled us, (Rom. 5:10;) for, by expiating our sins through the sacrifice of his death, he destroyed the enmity that was between God and us? ... in reference to us, there is a state of variance between us and God, till our sins are blotted out by the death of Christ; but that the cause of this grace, which has been manifested in Christ, was the perpetual love of God, with which he loved even those who were his enemies. In this way, too, Christ laid down his life for those who were strangers, but whom, even while they were strangers, he loved, otherwise he would not have died for them” [= Tetapi dipertanyakan bagaimana Kristus mati untuk sahabat-sahabat, karena kita adalah musuh-musuh sebelum Ia mendamaikan kita (Ro 5:10); karena, dengan menebus dosa kita melalui pengorbanan kematianNya, Ia menghancurkan permusuhan yang tadi ada di antara Allah dengan kita? ... berkenaan dengan kita, ada keadaan berselisih antara kita dengan Allah, sampai dosa kita dihapuskan oleh kematian Kristus; tetapi penyebab dari kasih karunia ini, yang telah dinyatakan dalam Kristus, adalah kasih yang kekal dari Bapa, dengan mana Ia mengasihi bahkan mereka yang adalah musuh-musuhNya. Dengan cara yang sama Kristus juga menyerahkan nyawaNya bagi mereka yang adalah orang asing, tetapi yang sekalipun adalah orang asing tetap dikasihiNya, karena kalau tidak Ia tidak akan mati bagi mereka] – hal 116-117.

Jadi mungkin yang dimaksud oleh Calvin adalah: mereka itu memang musuh / orang asing, tetapi tetap dikasihiNya. Karena itu mereka juga bisa disebut sahabatNya.

Kebanyakan penafsir lain mengatakan bahwa di sini dikatakan bahwa Kristus menyerahkan nyawaNya untuk sahabatNya, karena kontexnya berbicara tentang para murid yang adalah sahabatNya.

Ay 14: “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”.

Ini tidak berarti bahwa kita menjadi sahabat Kristus karena jasa ketaatan kita sendiri. Di sini Kristus hanya mengingatkan syarat yang Ia katakan dalam ay 10: ‘Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal dalam kasihKu’.

Calvin: “But ungodly men, who, through wicked contempt of the Gospel, wantonly oppose Christ, renounce his friendship” (= Tetapi orang jahat, yang dengan tanpa alasan menentang Kristus melalui kejijikan yang jahat terhadap Injil, menyangkal / menolak persahabatanNya) - hal 117.

Yohanes 15: 15: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”.

1) ‘Aku tidak menyebut kamu lagi hamba ... Aku menyebut kamu sahabat’.

Ini tak berarti mulai saat ini Yesus tak pernah menyebut mereka hamba (bdk ay 20).

Ia berkata demikian karena pada saat ini Yesus menekankan hubungan mereka dengan diriNya sebagai sahabat, dan karena itu pada saat ini Ia tidak menyebut mereka hamba.

2) William Hendriksen: “Clearly implied in these words of Jesus is the thought that he is not satisfied with merely servile obedience. His friends are motivated by friendship when they do his bidding. Obedience is an expression of their love” (= Dalam kata-kata Yesus ini tersirat secara jelas pemikiran bahwa Ia tidak puas dengan ketaatan seorang budak semata-mata. Sahabat-sahabatNya dimotivasi oleh persahabatan pada waktu mereka melakukan perintahNya. Ketaatan merupakan perwujudan dari kasih mereka) – hal 307.

Kalau kita mentaati dan melayani Dia, hanya karena takut dihukum atau takut tidak diberkati, maka itu adalah ketaatan dan pelayanan seorang budak. Seharusnya kita mentaati dan melayaniNya karena kasih ataupun persahabatan denganNya.

3) ‘Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu’.

Calvin mengatakan bahwa ini dibatasi pada pribadi dan jabatan dari Sang Pengantara. Memang pembatasan ini penting, karena kalau Kristus ditinjau sebagai Allah, maka Ia maha tahu. Tidak mungkin Ia memberitahukan segala sesuatu yang Ia ketahui, karena itu akan menjadikan kita juga maha tahu.

Sebagai Pengantara Ia telah menerima dari Bapa hal-hal yang harus Ia sampaikan kepada kita. Dan tidak ada satu halpun dari hal-hal itu yang tidak Ia sampaikan kepada kita.

Ay 16: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu”.

1) ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu’.

a) Yang Yesus maksudkan di sini adalah pemilihan untuk selamat (predestinasi), atau pemilihan menjadi rasul?

Hendriksen menganggap bahwa pemilihan yang dibicarakan di sini bukanlah pemilihan pada suatu jabatan / pelayanan, tetapi pemilihan dalam persoalan keselamatan (predestinasi).

William Hendriksen: “We agree entirely with Dr. F. W. Grosheide that the election of which the present passage speaks is not that unto office but that which pertains to every Christian. All believers are chosen out of the world (verse 19) to bear fruit (verse 2,4,5,8). Though this is an act which takes place in time, it has its basis in election ‘before the foundation of the world’ (Eph. 1:4; cf. John 17:24)” [= Kami setuju sepenuhnya dengan Dr. F. W. Grosheide bahwa pemilihan yang dibicarakan oleh text ini bukanlah pemilihan kepada jabatan tetapi pemilihan yang berkenaan dengan setiap orang kristen. Semua orang percaya dipilih dari dunia (ay 19) untuk menghasilkan buah (ay 2,4,5,8). Sekalipun ini merupakan tindakan yang terjadi dalam waktu, tetapi itu mempunyai dasarnya dalam pemilihan ‘sebelum dunia dijadikan’ (Ef 1:4; bdk. Yoh 17:24)] – hal 308.

Calvin: “True, the subject now in hand is not the ordinary election of believers, by which they are adopted to be the children of God, but that special election, by which he set apart his disciples to the office of preaching the Gospel. But if it was by free gift, and not by their own merit, that they were chosen to the apostolic office, much more is it certain that the election, by which, from being the children of wrath and an accursed seed, we become the children of God, is of free grace” (= Memang benar bahwa subyek saat ini bukanlah pemilihan orang percaya biasa, dengan mana mereka diadopsi menjadi anak-anak Allah, tetapi pemilihan khusus, dengan mana Ia memisahkan murid-muridNya bagi tugas pemberitaan Injil. Tetapi jika pemilihan mereka pada jabatan rasul adalah karunia cuma-cuma, dan bukan oleh jasa mereka sendiri, lebih-lebih lagi adalah hal yang pasti bahwa pemilihan, dengan mana dari anak-anak kemurkaan dan benih yang terkutuk, kita menjadi anak-anak Allah, adalah karunia cuma-cuma) – hal 119.

b) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai jasa apapun.

Calvin: “He declares still more clearly that it must not be ascribed to their own merit, but to his grace, that they have arrived at so great an honour; for when he says that he was not chosen by them, it is as if he had said, that whatever they have they did not obtain by their own skill or industry. Men commonly imagine some kind of concurrence to take place between the grace of God and the will of men; but that contrast, I chose you, I was not chosen by you, claims, exclusively, for Christ alone what is usually divided between Christ and man; as if he had said, that a man is not moved of his own accord to seek Christ, until he has been sought by him” (= Ia menyatakan dengan lebih jelas lagi bahwa itu tidak boleh dianggap berasal dari jasa mereka sendiri tetapi dari kasih karuniaNya, sehingga mereka telah mencapai kehormatan yang begitu besar; karena pada waktu Ia berkata bahwa mereka tidak memilih Dia, maka seakan-akan Ia telah berkata bahwa apapun yang mereka miliki tidak mereka dapatkan oleh keahlian atau kerajinan mereka. Pada umumnya manusia mengkhayalkan sejenis kerja sama yang terjadi antara kasih karunia Allah dan kehendak manusia; tetapi kontras antara ‘Aku yang memilih kamu’, dan ‘bukan kamu yang memilih Aku’, mengclaim secara exclusif untuk Kristus saja apa yang biasanya dibagi antara Kristus dan manusia; seakan-akan Ia telah berkata bahwa manusia tidak digerakkan oleh kehendaknya sendiri untuk mencari Kristus, sampai ia telah dicari olehNya) - hal 118-119.

Pulpit Commentary: “Whether the election is to salvation or apostleship, the ground or cause was not in man” (= Apakah pemilihan kepada keselamatan atau kepada kerasulan, dasar atau sebabnya tidak ada di dalam manusia) – hal 278.

2) ‘Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah’.

Kelihatannya ‘buah’ di sini berbeda dengan ‘buah’ dalam Yoh 15:1-8, karena di sini ‘buah’ kelihatannya adalah hasil pelayanan, seperti dalam Yoh 4:36 dan 1Kor 9:1.

3) ‘dan buahmu itu tetap’.

a) Kata ‘buahmu’ tak berarti bahwa mereka sendiri yang menghasilkan buah dalam pelayanan mereka (bdk. 1Kor 3:6-7).

b) Apa artinya kalau dikatakan bahwa ‘buahmu itu tetap’?

Calvin: “A question now arises, why does Christ say that this fruit will be perpetual? As the doctrine of the Gospel obtains souls to Christ for eternal salvation, many think that this is the perpetuity of the fruit. But I extend the statement much farther, as meaning that the Church will last to the very end of the world; for the labour of the apostles yields fruit even in the present day, and our preaching is not a single age only, but will enlarge the Church, so that new fruit will be seen to spring up after our death” (= Sekarang muncul suatu pertanyaan, mengapa Kristus berkata bahwa buah ini akan tetap? Karena doktrin Injil mendapatkan jiwa bagi Kristus untuk keselamatan kekal, banyak orang berpikir bahwa inilah yang dimaksudkan dengan kekalnya / menetapnya buah. Tetapi saya meluaskan pernyataan itu lebih jauh lagi, sehingga berarti bahwa Gereja akan tetap ada sampai saat terakhir dunia ini; karena jerih payah dari rasul-rasul menghasilkan buah bahkan pada jaman ini, dan pemberitaan kita bukan hanya pada satu jaman saja, tetapi akan membesarkan Gereja, sehingga buah yang baru akan terlihat muncul setelah kematian kita) – hal 121.

Jadi, sebetulnya Calvin setuju bahwa bagian ini menunjukkan bahwa keselamatan dari orang yang kita pertobatkan itu tidak bisa hilang. Tetapi ia lalu meluaskan arti bagian ini sehingga artinya adalah bahwa Gereja tidak bisa musnah, dan rasul-rasul (dan kita) akan berbuah sampai selamanya.

4) ‘supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu’.

Calvin berkata bahwa Kristus menambahkan ini karena dalam pelayanan ada begitu banyak problem / kesukaran dari setan, sehingga mereka harus berdoa kepada Bapa.

Memang, kalau saudara betul-betul melayani Tuhan dengan motivasi dan cara yang benar, maka tidak bisa tidak setan pasti akan menyerang saudara habis-habisan. Ini semua harus dilawan, bukan dengan kekuatan kita sendiri, yang pasti tidak akan ada artinya bagi setan, tetapi dengan banyak berdoa / bersandar kepada Tuhan. Makin banyak saudara melayani, makin banyak saudara harus berdoa.

Calvin: “And, indeed, that the greater part of teachers either languish through indolence, or utterly give way through despair arises from nothing else than that they are sluggish in the duty of prayer” (= Dan memang, bahwa sebagian besar pengajar-pengajar, atau layu / kendor melalui kemalasan, atau menyerah total melalui keputus-asaan, ditimbulkan bukan oleh apapun selain bahwa mereka malas / lamban dalam kewajiban berdoa) - hal 122.

Yohanes 15: 17: “Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.’”.

Calvin mengatakan bahwa ini ditambahkan untuk mempererat hubungan antara para pelayan Tuhan dalam membangun gereja.

Calvin: “This, too, was appropriately added, that the Apostles might know that mutual love among ministers is demanded above all things, that they may be employed, with one accord, in building up the Church of God; for there is no greater hindrance than when every one labours apart, and when all do not direct their exertions to the common good. If then, ministers do not maintain brotherly intercourse with each other, they may possibly erect some large heaps, but utterly disjointed and confused; and, all the while, there will be no building of a Church” (= Ini juga ditambahkan secara tepat, supaya rasul-rasul mengetahui bahwa saling mengasihi di antara pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dituntut di atas segala sesuatu, sehingga mereka bisa bekerja dengan satu hati dalam membangun Gereja Allah; karena tidak ada halangan yang lebih besar dari pada pada saat setiap orang bekerja terpisah / sendiri-sendiri, dan pada waktu semua tidak mengarahkan tenaga mereka pada kepentingan bersama. Jadi jika pelayan-pelayan / pendeta-pendeta tidak memelihara hubungan persaudaraan satu dengan yang lain, mereka mungkin mendirikan gundukan yang besar, tetapi sepenuhnya terpotong-potong dan kacau; dan sementara itu tidak ada pembangunan Gereja) - hal 123.

Apakah ada hubungan yang kacau antara saudara dengan jemaat atau pelayan yang lain? Bawalah hal itu kepada Tuhan dalam doa, dan usahakanlah untuk memperbaikinya. Kalau tidak, ini akan merusak pembangunan gereja.

-o0o-

Yohanes 15:18-27

Yohanes 15: 18: “‘Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu”.

1) ‘Jikalau dunia membenci kamu’.

Ada yang memulai perikop ini dari ay 17, dan lalu mengatakan bahwa sekalipun di dalam gereja orang kristen saling mengasihi, sebagai wujud ketaatan terhadap perintah Kristus dalam ay 17, tetapi dari luar gereja dunia akan membenci orang kristen.

Calvin: “the Gospel cannot be published without instantly driving the world to rage. Consequently, it will never be possible for godly teachers to avoid the hatred of the world. Christ gives them early information of this, that they may not be instances of what usually happens to raw recruits, who, from want of experience, are valiant before they have seen their enemies, but who tremble as soon as the battle is commenced” (= Injil tidak bisa dipublikasikan tanpa langsung membuat dunia menjadi marah. Akibatnya, tidak akan pernah mungkin bagi pengajar-pengajar yang saleh untuk menghindari kebencian dunia. Kristus memberikan mereka informasi dini tentang hal ini, supaya mereka tidak menjadi contoh tentang apa yang biasanya terjadi pada orang baru, yang karena tidak berpengalaman, bersikap berani sebelum mereka melihat musuh-musuh mereka, tetapi lalu gemetar begitu pertempuran dimulai) - hal 123.

2) ‘ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu’.

Pada waktu dibenci oleh dunia mereka harus mengingat bahwa Yesus telah lebih dulu dibenci. Dengan mengingat seperti ini, kita merasakan bahwa Yesus ada di pihak kita.

Yohanes 15: 19: “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.

1) ‘Sekiranya kamu dari dunia, tentu dunia mengasihi kamu sebagai miliknya’.

Calvin berkata bahwa ini tidak berarti bahwa orang dunia tidak pernah membenci satu sama lain. Tetapi mereka bukannya membenci sesama mereka karena adanya sesuatu dari Allah dalam diri orang itu. Ini berbeda dengan kalau mereka membenci orang kristen; itu disebabkan karena adanya sesuatu dari Allah dalam diri orang kristen itu.

2) ‘Tetapi karena kamu bukan dari dunia’.

Tentu saja dahulu mereka ‘dari dunia’, tetapi sekarang tidak lagi.

3) ‘melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia’.

Thomas Whitelaw: “Christ intends not to distinguish His disciples, from others who have not been chosen, but only to contrast them with the world out of which they have been chosen. The doctrine of a divine predestination to eternal life, though true, is not here alluded to by Christ” (= Kristus tidak bermaksud untuk membedakan murid-muridNya dari orang-orang lain yang tidak dipilih, tetapi hanya mengontraskan mereka dengan dunia dari mana mereka telah dipilih. Doktrin tentang predestinasi ilahi pada hidup kekal, sekalipun benar, tidak disinggung di sini oleh Kristus) - hal 330.

Hendriksen juga mengatakan bahwa pemilihan yang Yesus maksudkan di sini tidak menunjuk pada predestinasi, tetapi pada waktu secara langsung atau tak langsung (Misalnya: melalui Yohanes Pembaptis) mereka dipanggil untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tetapi ia lalu menambahkan kata-kata ini: “The act which took place in time was based upon an act which occurred in eternity” (= Tindakan yang terjadi dalam waktu didasarkan pada tindakan yang terjadi dalam kekekalan) - hal 311.

4) ‘sebab itulah dunia membenci kamu’.

Barnes’ Notes: “A Christian may esteem it as one evidence of his piety that he is hated by wicked men” (= Seorang Kristen boleh menilainya / menganggapnya sebagai satu bukti kesalehannya jika ia dibenci oleh orang-orang jahat) - hal 340.

A. T. Robertson: “Does the world hate us? If not, why not? Has the world become more Christian or Christians more worldly?” (= Apakah dunia membenci kita? Jika tidak, mengapa tidak? Apakah dunia telah menjadi lebih kristen, atau orang-orang kristen telah menjadi lebih duniawi?) - hal 262.

Charles Haddon Spurgeon: “The world is not your friend. If you are, then you are not God’s friend, for he who is the friend of the world is the enemy of God” (= Dunia bukanlah sahabatmu. Jika dunia adalah sahabatmu, maka engkau bukanlah sahabat Allah, karena ia yang adalah sahabat dunia adalah musuh Allah) - ‘Morning and Evening’, May 3, morning.

Bdk. Yak 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”.

Leon Morris (Tyndale) tentang Luk 6:26: “It is a danger when all men speak well of you, for this can scarcely happen apart from sacrifice of principle” (= Merupakan sesuatu yang berbahaya kalau semua orang memuji / berbicara baik tentang kamu, karena ini hampir tidak mungkin terjadi terpisah dari pengorbanan prinsip).

William Hendriksen (tentang Luk 6:26): “When everybody speaks well of you it must be that you are a deceitful, servile flatterer” (= Kalau setiap orang berbicara baik tentang kamu / memuji kamu, itu pasti karena kamu adalah seorang penjilat yang mau merendahkan diri dan bersifat penipu).

Tetapi William Hendriksen juga memberikan tambahan yang penting untuk menjaga keseimbangan. Ia berkata: “If a person is unpopular, he should ask himself, ‘Is this because I am loyal to my Lord ... or is it because I have failed to reveal a Christlike character?’” (= Jika seseorang tidak populer, ia harus bertanya kepada dirinya sendiri: ‘Apakah ini disebabkan karena aku setia kepada Tuhanku ... atau apakah ini disebabkan karena aku telah gagal untuk menyatakan karakter yang menyerupai Kristus?’).

Kata-kata Hendriksen ini memang benar, karena adalah mungkin bahwa kita dibenci karena memang kehidupan kita jahat.

Yohanes 15: 20: “Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu”.

1) ‘Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’.

Bandingkan dengan Mat 10:24 atau Yoh 13:16 dimana Ia telah mengatakan hal seperti ini. Dalam Yoh 13:16 penekanannya adalah kerendahan hati tetapi dalam Mat 10:24 penekanannya sama dengan di sini yaitu dalam hal dianiaya oleh dunia.

2) ‘Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu’.

Calvin berkata bahwa tidak ada hal yang memberikan ketidaksenangan yang lebih besar bagi orang saleh dari pada ketika Firman Tuhan yang mereka sampaikan ditolak / tidak dihargai oleh manusia. Tetapi, Calvin melanjutkan, pada saat kita ingat bahwa hal itu juga dilakukan terhadap Yesus sendiri, maka kita tidak perlu merasa heran bahwa firman Allah tidak dihormati di antara manusia. Bagi saudara-saudara yang ditolak dalam pemberitaan Firman Tuhan, biarlah ini menjadi penghiburan dan sekaligus memberikan ketekunan untuk terus memberitakan Firman Tuhan.

Yohanes 15: 21: “Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena namaKu, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku”.

1) ‘Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena namaKu’.

Kata-kata ‘karena namaKu’ menunjukkan bahwa penganiayaan ini terjadi bukan karena orang kristennya berbuat dosa, tetapi justru karena orang kristennya mentaati Tuhan atau karena orang kristennya bersaksi / memberitakan Injil / Firman Tuhan.

2) ‘sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku’.

a) Calvin mengatakan bahwa kebutaan dan ketidak-tahuan tentang Allahlah yang menyebabkan dunia memusuhi Kristus, yang diutus oleh Allah. Sekalipun mereka mempunyai agama, dan mengaku mengenal Allah, tetapi Kristus berkata bahwa mereka tidak mengenal Allah.

b) Juga Calvin menambahkan bahwa pada waktu hal seperti itu terjadi, kita bisa mendapatkan penghiburan, karena sementara dunia binasa dalam kebutaan mereka, Allah memberikan kita terang, sehingga bisa mengenal dan menerima Kristus.

c) Bahwa dunia tidak mengenal Allah, tidak berarti bahwa mereka tidak bersalah. Kesalahannya dijelaskan dalam ay 22.

Yohanes 15: 22: “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!”.

1) ‘Sekiranya Aku tidak datang kepada mereka dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa’.

a) Calvin: “There are fanatics who reason inconclusively from this passage, that all who died before the coming of Christ died without faith, and remained in a state of doubt and suspense till Christ manifested himself to them; as if there were not many passages of Scripture which testify that their conscience alone was sufficient to condemn them” (= Ada orang-orang fanatik yang berargumentasi secara tidak meyakinkan dari text ini, bahwa semua orang yang mati sebelum kedatangan Kristus mati tanpa iman, dan tetap ada dalam keadaan meragukan dan bingung sampai Kristus menyatakan diriNya sendiri kepada mereka; seakan-akan tidak ada banyak text Kitab Suci yang bersaksi bahwa hati nurani mereka saja sudah cukup untuk mengecam / menghukum mereka) - hal 127. Bdk. Ro 2:12,14-15.

b) Apa yang dimaksud dengan ‘mereka tentu tidak berdosa’? Yang dimaksud bukanlah bahwa mereka sama sekali tidak berdosa, karena ayat ini hanya berbicara tentang dosa penolakan terhadap Yesus.

Leon Morris (NICNT): “Jesus does not mean, of course, that the Jews would have been sinless had He not appeared. But He does mean that the sin of rejecting God as He really is would not have been imputed to them had they not had the revelation of God that was made through Him” (= Tentu saja Yesus tidak memaksudkan bahwa orang-orang Yahudi itu tidak berdosa andaikata Ia tidak muncul. Tetapi Ia memaksudkan bahwa dosa penolakan terhadap Allah tidak akan diperhitungkan kepada mereka andaikata mereka tidak mendapatkan wahyu Allah yang dibuat melaluiNya) - hal 680-681.

Barnes’ Notes: “This is evidently to be understood of the particular sin of persecuting and rejecting him” (= Ini jelas harus dimengerti tentang dosa khusus menganiaya dan menolakNya) - hal 340.

Memang, kalau tidak pernah mendengar ajaran tentang Yesus, tentu seseorang tidak bisa disalahkan kalau ia tidak menerima Yesus. Tetapi ia tetap bersalah dalam hal-hal lain.

2) ‘Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka’.

Karena dalam kenyataannya Yesus datang kepada mereka dan berkata-kata / mengajar mereka, maka orang-orang Yahudi itu tidak mempunyai dalih / alasan untuk dosa penolakan mereka terhadap Yesus.

Yohanes 15: 23: “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga BapaKu”.

Calvin: “This is a remarkable passage, which teaches us that no man can hate the doctrine of the Gospel without manifesting his impiety against God. There are many, indeed, who profess differently in words; for, though they abhor the Gospel, still they wish to be thought very good servants of God; but it is false, for a contempt of God is concealed within” (= Ini adalah text yang luar biasa / hebat, yang mengajar kita bahwa tidak ada orang bisa membenci doktrin Injil tanpa menyatakan kejahatannya terhadap Allah. Memang ada banyak orang yang mengaku dengan kata-kata secara berbeda; karena, sekalipun mereka jijik terhadap Injil, mereka tetap ingin dianggap sebagai pelayan-pelayan yang baik dari Allah; tetapi ini palsu / salah, karena kejijikan terhadap Allah tersembunyi di dalamnya) - hal 128.

Barnes’ Notes: “a rejection of himself is also a rejection of God. Such is the union between them, that no one can hate the one without also hating the other” (= suatu penolakan terhadapNya juga merupakan penolakan terhadap Allah. Begitulah kesatuan di antara Mereka, sehingga tidak seorangpun bisa membenci yang satu tanpa juga membenci yang lain) - hal 340.

Ay 24: “Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu”.

1) ‘Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka ... mereka tentu tidak berdosa’.

a) Ini mirip dengan kata-kataNya dalam ay 22 di atas, tetapi kalau tadi dalam ay 22 Yesus berbicara tentang kata-kataNya / ajaranNya, maka sekarang Ia berbicara tentang pekerjaanNya / tanda-tanda / mujijat-mujijatNya.

b) Yang dimaksud dengan ‘pekerjaan’ di sini adalah semua bukti yang Ia berikan untuk menunjukkan keilahianNya.

2) ‘seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain’.

a) Calvin mengatakan bahwa kata-kata ini hanya berarti bahwa Ia melakukan mujijat dengan kuasa, otoritas dan namaNya sendiri.

Calvin: “It is commonly objected, that he did not perform more miracles or greater miracles than Moses and the Prophets. The answer is well known, that Christ is more eminent in miracles in this respect, that he was not merely a minister, like the rest, but was strictly the Author of them; for he employed his own name, his own authority, and his own power, in performing miracles” (= Merupakan keberatan umum, bahwa Ia tidak melakukan mujijat yang lebih banyak atau lebih besar dari Musa dan nabi-nabi. Jawabannya sudah terkenal, bahwa Kristus lebih unggul dalam mujijat-mujijat dalam hal ini, yaitu bahwa Ia bukanlah semata-mata pelayan, seperti yang lain, tetapi secara strict / ketat merupakan Pencipta mujijat-mujijat itu; karena Ia menggunakan namaNya sendiri, otoritasNya sendiri, dan kuasaNya sendiri, dalam melakukan mujijat-mujijat) - hal 128-129.

b) Tetapi banyak penafsir yang menafsirkan bahwa kata-kata ini juga menunjukkan bahwa Kristus melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih hebat dari pada nabi / rasul yang lain.

Thomas Whitelaw: “Christ claims that His miracles were superior to any that had been performed by other heaven-sent prophets” (= Kristus mengclaim bahwa mujijat-mujijatNya lebih besar / unggul dari pada mujijat apapun yang pernah dilakukan oleh nabi-nabi utusan surga yang lain) - hal 331.

c) Kata-kata ini harus dicamkan dalam menghadapi:

· orang Kharismatik yang menafsirkan bahwa Yoh 14:12 berarti bahwa kita yang percaya bisa melakukan mujijat yang lebih banyak dan lebih besar dari Kristus.

· orang Saksi Yehovah, yang kalau mendengar bahwa mujijat-mujijat Kristus membuktikan keilahianNya lalu berkata bahwa nabi-nabi dan rasul-rasul juga melakukan banyak mujijat, tetapi itu tidak membuktikan keilahian mereka.

3) ‘Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu’.

a) Kenyataannya adalah bahwa Kristus telah melakukan banyak mujijat / tanda di hadapan mereka untuk membuktikan bahwa Ia adalah Mesias / Allah. Tetapi sekalipun mereka telah melihat semua ini, mereka tetap tidak percaya dan bahkan membenci Kristus. Dengan demikian mereka tidak mempunyai dalih bagi penolakan mereka.

b) Kata-kata ‘mereka membenci baik Aku maupun BapaKu’, didasarkan pada kata-kataNya sendiri dalam ay 23.

Yohanes 15: 25: “Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan”.

1) ‘Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi’.

Lit: ‘Tetapi supaya firman yang telah tertulis dalam Taurat mereka digenapi’.

Jadi maksudnya, semua penolakan dan kebencian orang Yahudi itu terjadi supaya dengan demikian nubuat Firman Tuhan tergenapi. Ini menunjukkan adanya ketetapan tentang dosa. Perlu saudara ketahui bahwa Tuhan menubuatkan dosa, karena Ia telah lebih dahulu menetapkannya dalam rencanaNya.

A. T. Robertson: “The hatred of the Jews toward Jesus the promised Messiah (1:11) is ‘part of the mysterious purpose of God’” [= Kebencian orang-orang Yahudi terhadap Yesus, Mesias yang dijanjikan (1:11), merupakan ‘sebagian dari rencana misterius dari Allah’] - hal 263.

Thomas Whitelaw: “The rejection of Christ was not only inexcusable in itself, but it was from the standpoint of God inevitable. In hating Christ the world was unconsciously glorifying God by carrying out His divinely-made and fore-announced programme” (= Penolakan terhadap Kristus bukan hanya tidak termaafkan dalam dirinya sendiri, tetapi dari sudut pandang Allah itu tidak terhindarkan. Dengan membenci Kristus, dunia secara tak disadari memuliakan Allah dengan melaksanakan program ilahinya yang sudah diberitahukan lebih dahulu) - hal 331.

2) ‘Mereka membenci Aku tanpa alasan’.

Kristus mengutip dari Maz 35:19 dan Maz 69:5 (dan mungkin juga dari Maz 109:3), dan menyatakan bahwa ayat itu tergenapi dalam diriNya.

Barnes’ Notes: “Who has ever had any reason to hate the Lord Jesus? ... No one can give a reason for it that shall satisfy his own conscience; ... Yet no being on earth has ever been more hated, despised, or neglected; - and in every instance it has been ‘without a cause.’ Reader, do you hate him? If so, I ask you why? Wherein has he injured you? Or why should you think or speak reproachfully of the benevolent and pure Redeemer?” (= Siapa yang pernah mempunyai alasan untuk membenci Tuhan Yesus? ... Tidak ada orang yang bisa memberi alasan untuk itu yang akan memuaskan hati nuraninya sendiri; ... Tetapi tidak ada makhluk lain di bumi yang pernah lebih dibenci, dihina, atau diabaikan; - dan dalam setiap kejadian itu dilakukan ‘tanpa alasan’. Pembaca, apakah engkau membenciNya? Jika demikian, saya bertanya kepadamu, mengapa? Dimana Ia telah menyakitimu? Atau mengapa kamu harus berpikir atau berbicara secara mencela tentang Penebus yang penuh kebajikan dan murni itu?) - hal 341.

Yohanes 15: 26-27: “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. (27) Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.’”.

1) Kristus kembali berbicara tentang Roh Kudus. Mengapa dan apa hubungannya dengan ayat-ayat sebelum ini? Ada 2 kemungkinan:

a) Pengajaran dan mujijat yang Yesus lakukan ‘tidak mempan’ terhadap orang Yahudi. Mereka bukannya bertobat, tetapi malah membenci Yesus. Karena itu Roh Kudus bersaksi melalui para murid untuk mempertobatkan orang-orang Yahudi itu (Clarke, hal 630).

b) Di tengah-tengah serangan, kebencian, ejekan dari dunia terhadap murid-murid Kristus, ada pertolongan dari Roh Kudus, yang akan meneguhkan iman mereka.

Saya lebih condong pada penafsiran kedua ini, karena:

· ayat-ayat selanjutnya (Yoh 16:1-dst) tidak berbicara tentang murid-murid yang bersaksi, tetapi tentang murid-murid yang menderita penganiayaan.

· Alasan yang lain adalah bahwa di sini Roh Kudus kembali disebut dengan istilah PARAKLETOS, yang memang bisa diterjemahkan ‘Penghibur’. ‘Penghibur’ ini dibutuhkan oleh para murid pada waktu menderita penganiayaan.

Penerapan: mengingat bahwa Roh Kudus memang mempunyai fungsi untuk menghibur dan menguatkan kita pada saat menderita penganiayaan demi Kristus, maka pada saat kita mengalami penganiayaan / dibenci demi Kristus, kita harus banyak berdoa kepadaNya, supaya Ia menghibur dan menguatkan kita.

2) ‘Kuutus’.

Bdk. 14:26 dimana Yesus berkata bahwa Bapalah yang mengutus Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa ada kesatuan hakekat antara Yesus dan Bapa.

Calvin: “it is Christ who sends the Spirit, ... Hence it appears how idle was the subtilty of the Greek, when they argued, on the ground of these words, that the Spirit does not proceed from the Son; for here Christ, according to his custom, mentions the Father, in order to raise our eyes to the contemplation of his Divinity” (= adalah Kristus yang mengirimkan / mengutus Roh, ... Karena itu kelihatan betapa tak berarti kelicinan / kelicikan dari orang Yunani, pada saat mereka berargumentasi, berdasarkan kata-kata ini, bahwa Roh tidak keluar dari Anak; karena di sini Kristus, sesuai dengan kebiasaanNya, menyebut Bapa, untuk mengangkat pandangan mata kita pada perenungan keilahianNya) - hal 131.

Catatan: yang dimaksud dengan ‘orang Yunani’ di sini , adalah ‘Gereja Orthodox Yunani’, yang mengatakan bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa, tidak dari Anak. Doktrin tersebut juga dianut oleh ‘Gereja Orthodox Syria’.

3) ‘keluar dari Bapa’.

a) Ada beberapa penafsir yang menganggap bahwa bagian ini hanya mempersoalkan misi Roh Kudus, bukan mempersoalkan apa yang terjadi dalam diri Allah Tritunggal (the eternal procession of the Holy Spirit). Tetapi ada banyak penafsir lain yang mengatakan bahwa bagian ini berbicara tentang apa yang terjadi di dalam Allah Tritunggal (OPERA AD INTRA).

b) Dalam Kitab Suci tidak ada ayat yang secara explicit mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Anak. Yang ada hanyalah bagian ini yang secara explicit mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa.

Ini menyebabkan gereja Orthodox Yunani / Syria menganggap bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa, tidak dari Anak. Tetapi gereja Katolik (dan Protestan) beranggapan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.

Dasarnya:

1. Roh Kudus disebut sebagai Roh Allah / Roh Bapa (Ro 8:9 Mat 10:20) dan juga sebagai Roh Kristus / Roh Anak (Ro 8:9 Gal 4:6). Kata ‘Roh’ bisa diartikan sebagai ‘nafas’ dan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.

2. Yoh 15:26 & Yoh 14:26 mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan diutus oleh Bapa.

3. Yoh 15:26 dan 16:7 mengatakan bahwa Roh Kudus diutus oleh Anak.

4) ‘Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi’.

a) Dalam Kitab Suci Indonesia maupun NIV bagian awal dari ay 27 ini diterjemahkan sebagai kalimat perintah. Tetapi KJV, RSV, dan NASB menterjemahkannya ke dalam kalimat positif.

KJV: ‘And you also shall bear witness’ (= Dan kamu juga akan bersaksi).

Terjemahan yang berbeda ini disebabkan karena dalam bahasa Yunaninya memang bisa diterjemahkan sebagai kalimat perintah maupun kalimat positif.

b) Setelah berkata bahwa Roh Kudus akan bersaksi tentang diriNya, Kristus lalu menambahkan bahwa para murid juga harus bersaksi. Mengapa? Karena Roh Kudus bersaksi melalui mulut / lidah mereka.

Calvin (hal 131) mengatakan bahwa ada orang-orang yang mengkhayalkan bahwa iman terbentuk hanya oleh pemberitaan Injil (tanpa pekerjaan Roh Kudus). Ia mengatakan bahwa orang-orang ini tidak mengerti secara cukup tentang kegelapan pikiran manusia. Sebaliknya, ada juga orang yang meremehkan pemberitaan Firman / Injil, dan menekankan wahyu dan ilham yang rahasia (dari Roh Kudus). Tetapi dalam ay 26-27 ini Kristus menggabungkan kedua hal itu (Roh Kudus dan Firman / Injil). Jadi sekalipun tidak akan ada iman tanpa pekerjaan Roh Kudus, kita tetap tidak boleh mencari penglihatan di awan-awan, tetapi kita harus mencari firman dan menundukkan diri padanya.

c) Yesus mengatakan bahwa para murid harus bersaksi kepada dunia, padahal Ia baru mengatakan bahwa dunia akan memusuhi dan menganiaya mereka (ay 18-25). Jadi maksudnya: harus bersaksi sekalipun dimusuhi dan dianiaya.

5) ‘karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku’.

Ini menunjukkan bahwa mereka memang merupakan saksi yang layak, karena mereka adalah saksi mata tentang Kristus (bdk. 1Yoh 1:1).

-o0o-

Yohanes 16:1-4

Leon Morris mengawali tafsirannya tentang ay 1-4 ini dengan berkata:

“The work of the Holy Spirit in the church is done in the context of persecution. The Spirit is not a guide and a helper for those on a straight way perfectly able to manage on their own. He comes to assist men caught up in the thick of battle, and tried beyond their strength. Jesus makes it quite plain that the way before His followers is a hard and a difficult way” (= Pekerjaan Roh Kudus dalam gereja dilakukan dalam kontex penganiayaan. Roh Kudus bukanlah seorang pemandu / penunjuk jalan dan seorang penolong untuk mereka pada suatu jalan lurus dimana mereka sendiri bisa secara sempurna mengurus / mengatur diri mereka. Ia datang untuk menolong manusia yang terperangkap dalam peperangan yang sengit, dan berusaha melampaui kekuatan mereka. Yesus membuatnya jelas bahwa jalan di depan para pengikutNya adalah jalan yang berat dan sukar) - hal 692.

Karena itu, kalau saudara justru sedang menghadapi banyak bahaya / problem / penderitaan, saudara harus minta pertolongan dan pimpinan dari Roh Kudus.

Yohanes 16: 1: “‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku”.

1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu’.

Yang dimaksud dengan ‘semuanya ini’ adalah Yoh 15:18-25 tentang dunia yang akan membenci dan menganiaya para murid.

2) ‘supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku’.

KJV: ‘that ye should not be offended’ (= supaya kamu tidak sakit hati / tersinggung).

RSV: ‘to keep you from falling away’ (= untuk menjaga engkau dari kemurtadan).

NASB: ‘that you may be kept from stumbling’ (= supaya engkau bisa dijaga sehingga tidak tersandung).

NIV: ‘so that you will not go astray’ (= supaya engkau tidak tersesat).

Mungkin terjemahan NASB adalah yang paling hurufiah.

3) Apa yang harus dilakukan supaya tidak tersandung pada saat penderitaan / penganiayaan datang?

Calvin: “since wars and contest await them, it is necessary that they should be provided beforehand with the necessary arms. ... if they meditate deeply on this doctrine, they will be fully prepared for resistance. ... Christ does not send his followers into the field unarmed, and, therefore, that, if any man fail in this warfare, his own indolence alone is to blame” (= karena perang dan pertandingan menunggu mereka, maka mereka harus diperlengkapi sebelumnya dengan senjata yang diperlukan. ... jika mereka merenungkan doktrin ini secara mendalam, mereka akan disiapkan sepenuhnya untuk bertahan. ... Kristus tidak mengirimkan pengikut-pengikutNya ke lapangan tanpa senjata, dan karena itu jika seseorang jatuh dalam peperangan ini, yang harus disalahkan hanyalah kelambanannya) - hal 132.

Dan Thomas Whitelaw mengatakan: “Even the most advanced of Christ’s followers are in danger of stumbling” (= Bahkan orang yang paling maju dari pengikut-pengikut Kristus ada dalam bahaya tersandung) - hal 344.

Jadi, sekalipun saudara adalah orang yang rajin merenungkan Firman Tuhan, saudara tetap harus sangat waspada, banyak berdoa, supaya tidak tersandung, pada waktu penderitaan / penganiayaan datang.

4) Bagian ini menunjukkan bahwa ‘ajaran yang penuh berkat’ yang jaman sekarang begitu populer adalah ajaran yang membahayakan. Mengapa? Karena pada saat penderitaan dan penganiayaan muncul, maka mereka menjadi kecewa dan menolak Yesus. Pada waktu Yesus mengajar, Ia tidak hanya mengajar tentang berkat, tetapi juga tentang penderitaan dan penganiayaan, supaya kita disiapkan untuk menghadapi hal-hal itu.

Yohanes 16: 2: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah”.

1) ‘kamu akan dikucilkan’.

Kata Yunaninya adalah APOSUNAGOGOUS.

NIV: ‘They will put you out of the synagogue’ (= Mereka akan mengeluarkan kamu dari sinagog).

Bdk. Yoh 9:22 dan Yoh 12:42 yang menggunakan kata yang sama.

Calvin: “though they be banished from the synagogues, still they remain within the kingdom of God” (= sekalipun mereka dibuang dari sinagog-sinagog, mereka tetap tinggal di dalam Kerajaan Allah) - hal 133.

Calvin: “we ought not to be dismayed by the perverse judgments of men, but ought to endure boldly the reproach of the cross of Christ, satisfied with this single consideration, that our cause, which men unjustly and wickedly condemn, is approved by God” (= kita tidak seharusnya berkecil hati oleh penghakiman yang menyimpang dari manusia, tetapi harus menahan secara berani celaan salib Kristus, puas dengan satu pertimbangan ini, bahwa perkara kita, yang dikecam secara tak benar / tak adil dan jahat oleh manusia, direstui oleh Allah) - hal 133.

Bdk. 1Kor 4:3-4 - “Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan”.

NIV: ‘I care very little if I am judged by you or by any human court; indeed, I do not even judge myself. My conscience is clear, but that does not make me innocent. It is the Lord who judges me’ (= Aku tidak peduli jika aku dihakimi oleh kamu atau oleh pengadilan manusia manapun; bahkan aku tidak menghakimi diriku sendiri. Hati nuraniku murni, tetapi itu tidak membuatku tidak bersalah. Adalah Tuhan yang menghakimi aku).

NASB: ‘But to me it is a very small thing that I should be examined by you, or by any human court; in fact, I do not even examine myself. For I am conscious of nothing against myself, yet I am not by this acquitted; but the one who examines me is the Lord’ (= Tetapi bagiku merupakan sesuatu yang sangat kecil / remeh bahwa aku diperiksa / diuji olehmu, atau oleh pengadilan manusia manapun; bahkan aku tidak memeriksa / menguji diriku sendiri. Karena aku tidak menyadari apapun menentang aku, tetapi bukan karena hal ini aku dibebaskan; tetapi yang memeriksa / menguji aku adalah Tuhan).

Pada jaman ini, bisa saja pelayan-pelayan Tuhan atau hamba-hamba Tuhan dianiaya / diserang bukan saja oleh orang-orang yang secara terang-terangan adalah musuh gereja (dari luar gereja), tetapi juga oleh orang-orang di dalam gereja, bahkan oleh tokoh-tokoh gereja.

Calvin: “Since the apostles knew this by experience, in their own age, we have no reason to be greatly alarmed at the Pope’s excommunications, with which he thunders against us on account of the testimony of the Gospel; for we ought not to fear that they will do us more injury than those ancient excommunications which were made against the apostles. Nay more, nothing is more desirable than to be driven out of that assembly from which Christ is banished” (= Karena rasul-rasul mengetahui hal ini melalui pengalaman mereka pada jaman mereka, kita tidak punya alasan untuk takut pada pengucilan Paus, dengan mana ia mengguntur terhadap kita karena kesaksian Injil; karena kita tidak boleh takut bahwa mereka akan lebih menyakiti kita dibandingkan dengan pengucilan purba yang dibuat terhadap rasul-rasul. Bahkan, tidak ada yang lebih diinginkan dari pada diusir dari kelompok dari mana Kristus dibuang) - hal 134.

Kalau pada bagian tengah dari kata-kata di atas Calvin mengatakan bahwa kita tidak boleh takut pada waktu kita dikucilkan oleh orang-orang brengsek itu, maka pada bagian akhir dari kata-katanya (yang saya garis-bawahi) ia bahkan mengatakan bahwa kita harus menginginkan / menyenangi keadaan tersebut. Kalau suatu kelompok orang membuang Kristus, dan orang-orang itu mengucilkan kita, itu sebetulnya merupakan berkat!

Barnes’ Notes: “The people of God have suffered most from those who have been conscientious persecutors; and some of the most malignant foes which true Christians have ever had, have been in the church, and have been professed ministers of the gospel, persecuting them under pretence of great zeal for the cause of purity and religion” (= Umat Allah telah menderita paling hebat dari mereka yang adalah penganiaya-penganiaya yang bersungguh-sungguh; dan sebagian dari musuh-musuh yang paling membahayakan yang pernah dimiliki orang-orang kristen yang benar, ada di dalam gereja, dan merupakan orang-orang yang mengaku sebagai pelayan Injil, menganiaya mereka di bawah kepura-puraan semangat yang besar demi kemurnian agama) - hal 341.

Tetapi sayang sekali Barnes’ Notes lalu melanjutkan kata-katanya yang indah di atas itu dengan kata-kata yang buruk / bodoh yang berbunyi sebagai berikut: “It is no evidence of piety that a man is full of zeal against those whom he supposes to be heretics. And it is one of the best proofs that a man knows nothing of the religion of Jesus, when he is eminent for self-conceit in his own views of orthodoxy, and firmly fixed in the opinion, that all who differ from him and his sect must of course be wrong” (= Bukanlah bukti kesalehan bahwa seseorang dipenuhi semangat menentang mereka yang ia anggap sebagai orang sesat. Dan merupakan salah satu bukti yang terbaik bahwa seseorang sama sekali tidak mengenal agama Yesus, pada waktu ia terkenal sombong dalam pandangannya sendiri tentang keortodoxan, dan mempunyai pandangan yang tegas bahwa semua yang berbeda dengannya dan dengan sektenya pasti salah) - hal 341.

Saya tidak setuju dengan kata-kata ini, karena:

· orang yang cinta pada kebenaran pasti membenci kesesatan, dan secara secara bersemangat menentang kesesatan. Apakah Yesus, rasul-rasul dan nabi-nabi tidak menentang kesesatan? Karena itu saya berpendapat bahwa kita justru harus bersemangat dalam menentang kesesatan, tetapi kita memang tidak boleh melakukan penganiayaan secara fisik terhadap orang yang kita anggap sebagai sesat. Tetapi kalau dalam gereja kita ada orang yang mempunyai pandangan sesat (bukan sekedar salah, tetapi sesat, yaitu salah secara dasari), maka tentu saja kita boleh, dan bahkan harus, mengucilkan / mengeluarkannya dari gereja, setelah melalui proses siasat gerejani yang benar (Mat 18:15-17).

· orang yang yakin akan kebenaran pandangannya pasti menganggap ajaran yang berbeda dengannya sebagai salah. Kalau ia tidak menganggap pandangan yang berbeda dengan pandangannya sebagai salah, itu membuktikan ia tidak yakin akan kebenaran pandangannya sendiri.

· kontex ini ditujukan oleh orang kristen yang benar yang menghadapi penganiayaan / pengucilan dari orang kafir atau kristen KTP. Ini tidak bisa diterapkan sebaliknya!

2) ‘bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah’.

a) Hal ini tergenapi khususnya dalam penganiayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi terhadap orang kristen. Dan ini terjadi lagi pada jaman Paulus (waktu namanya masih Saulus), waktu ia menganiaya / membunuhi orang kristen. Bandingkan dengan:

· Kis 26:9-11 - “Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing”.

· Fil 3:6 - ‘tentang kegiatan aku penganiaya jemaat’. Ini termasuk dalam hal-hal yang dulu ia banggakan (Fil 3:4b-6).

Adam Clarke dan beberapa penafsir lain bahkan mengatakan bahwa orang Yahudi mempunyai pandangan: “He who sheds the blood of the ungodly, is equal to him who brings an offering to God” (= Ia yang mencurahkan darah orang jahat setara dengan ia yang membawa persembahan kepada Allah) - hal 631.

b) Ini juga digenapi dengan dibunuhnya para rasul dan pengikut Kristus.

Thomas Whitelaw: “In so far as Christ’s language implied that the disciples would seal their testimony with their blood, it was in due course fulfilled - at least if Ecclesiastical tradition might be relied on. ‘Matthew suffered martyrdom (by the sword) in Ethiopia. Mark died at Alexandria after being dragged through the streets of that city. Luke was hanged on an olive tree in Greece. Peter was crucified at Rome with his head downward. James was beheaded at Jerusalem. James the Less was thrown from a pinacle of the temple, and beaten to death below. Philip was hanged against a pillar in Phrygia. Bartholomew was flayed alive. Andrew was bound to a cross, whence he preached to his persecutors till he died. Thomas was run through the body at Coromandel in India. Jude was shot to death with arrows. Matthias was first stoned and then beheaded. Barnabas was stoned to death by Jews at Salonica. Paul ‘in death oft’ was beheaded at Rome by Nero” [= Dalam sepanjang bahasa / kata-kata Kristus secara tak langsung ditunjukkan bahwa murid-murid akan memeteraikan kesaksian mereka dengan darah mereka, itu digenapi pada waktunya - setidaknya jika tradisi gereja bisa dipercaya. ‘Matius mengalami kematian syahid (oleh pedang) di Etiopia. Markus mati di Alexandria setelah diseret melalui jalan-jalan di kota itu. Lukas digantung pada sebuah pohon zaitun di Yunani. Petrus disalib di Roma dengan kepala menghadap kebawah. Yakobus dipenggal di Yerusalem. Yakobus Muda dilempar dari puncak Bait Allah, dan dipukuli sampai mati di bawah. Filipus digantung pada sebuah pilar di Phrygia. Bartolomeus dikuliti hidup-hidup. Andreas diikat pada sebuah salib, dari mana ia berkhotbah kepada para penganiayanya sampai ia mati. Tomas dilindas tubuhnya di Coromandel di India. Yudas dipanah sampai mati dengan anak-anak panah. Matias mula-mula dirajam dan lalu dipenggal. Barnabas dirajam sampai mati oleh orang-orang Yahudi di Salonika. Paulus ‘dalam kematian yang sering’ (?) dipenggal di Roma oleh Nero] - hal 343. Ini dikutip oleh Thomas Whitelaw dari Angus’s Bible Handbook, hal 91.

Catatan:

· ‘James the Less’ diterjemahkan ‘Yakobus Muda’ dalam Mark 15:40, adalah sama dengan Yakobus anak Alfeus (Mat 10:3). Mungkin untuk membedakannya dengan Yakobus anak Zebedeus, maka ia disebut ‘James the Less’ (disebabkan karena usia yang lebih muda atau postur tubuh yang lebih kecil).

· Kematian Yakobus Muda dalam kutipan di atas mungkin dikacau-balaukan dengan kematian Yakobus saudara Tuhan Yesus.

c) Ini juga bisa digenapi dengan perang jihad yang dilakukan umat Islam yang extrim terhadap kristen. Mereka menganggap bahwa mereka berjasa kepada Allah kalau mereka menyiksa / membunuhi orang kristen, yang mereka anggap sebagai orang sesat.

A. T. Robertson: “No persecution is more bitter than when done by religious enthusiasts and bigots like the Spanish Inquisition” (= Tidak ada penganiayaan yang lebih pahit dari pada penganiayaan yang dilakukan oleh semangat agamawi dan orang-orang fanatik seperti Inquisition Spanyol) - hal 265.

Catatan: kata ‘Inquisition’ berarti: pencarian dan penghukuman dalam gereja Roma Katolik terhadap orang yang tidak percaya atau yang sesat.

Calvin: “It may be thought strange, however, that the enemies of the truth, though they are conscious of their own wickedness, not only impose on men, but even in the presence of God lay claim to praise for their unjust cruelty. I reply, hypocrites, though their consciences accuses them, always resort to flatteries to deceive themselves. They are ambitious, cruel, and proud, but they cover all these vices with the cloak of zeal, that they may indulge in them without restraint” (= Tetapi, bisa dianggap sebagai sesuatu yang aneh bahwa para musuh dari kebenaran, sekalipun mereka sadar akan kejahatan mereka sendiri, bukan hanya memaksa manusia, tetapi bahkan di hadapan Allah menyatakan berhak atas pujian untuk kekejaman mereka yang tidak benar. Saya menjawab, orang-orang munafik, sekalipun hati nurani mereka menuduh mereka, selalu pergi / minta tolong pada puji-pujian yang menjilat untuk menipu diri mereka sendiri. Mereka itu ambisius, kejam, dan sombong, tetapi mereka menutupi semua kejahatan ini dengan jubah semangat, supaya mereka bisa menuruti kehendaknya di dalamnya tanpa pengekangan) - hal 135.

Yohanes 16: 3: “Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku”.

1) Ini menunjukkan alasan dari tindakan orang-orang itu, yaitu: mereka tidak mengenal Allah maupun Yesus.

Orang yang tidak mengenal Yesus memang juga dianggap tidak mengenal Allah. Bdk. Yoh 8:19 14:7.

2) Tujuan kata-kata ini adalah supaya rasul-rasul bisa mengabaikan mereka.

Calvin: “this is not said for the purpose of extenuating their guilt, but that the apostles may boldly despise their blind fury; ... Christ, on the other hand, enjoins his followers to rise with holy magnanimity, to despise their adversaries, who are impelled by nothing else than error and blindness; for this is our wall of brass, when we are fully persuaded that God is on our side, and that they who oppose us are destitute of reason” (= ini tidak dikatakan dengan maksud meringankan kesalahan mereka, tetapi supaya rasul-rasul bisa dengan berani meremehkan kemarahan mereka yang buta; ... pada sisi yang lain, Kristus memerintahkan pengikut-pengikutNya untuk bangkit dengan sikap kudus yang mengabaikan hinaan, untuk meremehkan musuh-musuh mereka, yang didorong oleh kesalahan dan kebutaan; karena ini merupakan tembok kita yang keras, pada waktu kita yakin bahwa Allah ada di pihak kita, dan bahwa mereka yang menentang kita tidak mempunyai akal) - hal 135.

3) Ini menunjukkan betapa hebatnya dosa ‘tidak mengenal Allah’.

Calvin: “Again, these words reminds us, what a serious evil it is not to know God, since it leads even those who have murdered their own parents to expect praise and approbation for their wickedness” (= Kata-kata ini lagi-lagi mengingatkan kita bahwa ‘tidak mengenal Allah’ adalah kejahatan yang serius, karena itu mengarahkan mereka yang membunuh orang tuanya sendiri untuk mengharapkan pujian dan penerimaan untuk kejahatan mereka) - hal 135.

Ay 4: “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.’ ‘Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu”.

1) Ay 4a: “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.’”.

a) Ay 4a ini mirip dengan ay 1. Tetapi kalau ay 1 tujuannya adalah supaya mereka tidak menjadi kecewa dan menolak Yesus, maka ay 4a mengatakan bahwa tujuannya adalah supaya mereka ingat bahwa Yesus telah mengatakannya kepada mereka. Ini akan memberikan hiburan karena apa yang mereka alami ternyata sudah dinubuatkan, dan itu berarti sudah ditentukan, dikuasai dan diatur oleh Tuhan.

William Barclay: “Jesus foresaw this and gave warning beforehand. He did not want anyone to be able to say that he had not known what to expect when he became a Christian. When Tyndale was persecuted and his enemies were out for his life because he sought to give the Bible to the people in the English language, he said calmly: ‘I never expected anything else.’ Jesus offered men glory, but he offered them a cross as well” (= Yesus melihat hal ini sebelumnya dan memberi peringatan sebelumnya. Ia tidak ingin siapapun bisa mengatakan bahwa ia belum tahu apa yang diharapkan pada waktu ia menjadi orang kristen. Pada waktu Tyndale dianiaya dan musuh-musuhnya berusaha untuk membunuhnya karena ia berusaha memberikan Alkitab dalam bahasa Inggris kepada orang-orang, ia berkata dengan tenang: ‘Aku tidak pernah mengharapkan hal yang lain’. Yesus menawarkan kemuliaan kepada manusia, tetapi Ia juga menawarkan salib kepada mereka) - hal 189.

William Barclay: “Jesus knew how to deal with men. He was in effect saying: ‘I am offering you the hardest task in the world. I am offering you something which will lacerate your body and tear out your heart. Are you big enough to accept it?’ All the world knows Garibaldi’s proclamation at the siege of Rome in 1849, when he appealed for recruits in these terms: ‘I offer you neither pay, nor quarters, nor provisions; I offer hunger, thirst, forced marches, battles and death. Let him who loves his country in his heart, and not with his lips only, follow me.’ And join they did in their hundreds. When the Spaniards were conquering South America Pizarro presented his men with a choice. They might have the wealth of Peru with its dangers, or the comparative poverty of Panama with its safety. He drew a line in the sand with his sword and he said: ‘Comrades, on that side are toil, hunger, nakedness, storm, desertion and death; on this side is ease. There lies Peru with its riches; here lies Panama with its poverty. Choose, each man, what best becomes a brave Castilian. For my part, I go to the south.’ There was silence and hesitation; and then an old pilot and twelve soldiers stepped across to Pizarro’s side. It was with them that the discovery and the conquest of Peru began. Jesus offered, and still offers, not the way of ease, but the way of glory. He wants men who are prepared with open eyes to venture for his name” (= Yesus tahu bagaimana menghadapi / memperlakukan manusia. Pada hakekatnya Ia berkata: ‘Aku menawarkan kepadamu tugas yang terberat di dunia. Aku menawarkan kepadamu sesuatu yang akan mencabik-cabik tubuhmu dan merobek jantungmu. Apakah engkau cukup besar untuk menerimanya?’ Seluruh dunia mengetahui pernyataan Garibaldi pada pengepungan Roma pada tahun 1849, pada waktu ia mendesak para tentara baru dengan kata-kata ini: ‘Aku tidak menawarkan gaji, atau suatu bagian dari kota, atau persediaan; aku menawarkan kelaparan, kehausan, perjalanan yang dipaksakan, pertempuran dan kematian. Biarlah ia yang mencintai negeranya dalam hatinya dan bukan hanya dengan bibirnya, mengikuti aku’. Dan ratusan dari mereka bergabung. Pada waktu orang Spanyol sedang menaklukkan Amerika Selatan Pizarro memberikan orang-orangnya pilihan. Mereka bisa mendapatkan kekayaan Peru dengan bahaya-bahayanya, atau kemiskinan Panama dengan keamanannya. Ia membuat garis di tanah dengan pedangnya dan ia berkata: ‘Teman-teman, pada bagian itu ada kerja keras, kelaparan, ketelanjangan, badai, desersi dan kematian; pada bagian ini ada ketenteraman / kesenangan. Di sana terletak Peru dengan kekayaannya; di sini terletak Panama dengan kemiskinannya. Pilihlah, setiap orang, apa yang terbaik bagi seorang Castilian yang berani. Bagi aku, aku pergi ke selatan’. Di sana ada keheningan dan keragu-raguan; dan lalu seorang pilot tua dan 12 tentara melangkah ke pihak Pizarro. Bersama mereka penemuan dan penaklukan Peru dimulai. Dahulu Yesus menawarkan, dan sampai sekarang Ia tetap menawarkan, bukan jalan ketenteraman / kesenangan, tetapi jalan kemuliaan. Ia menginginkan orang-orang yang siap dengan mata terbuka untuk berjuang bagi namaNya) - hal 190-191.

b) ‘supaya apabila datang saatnya’.

A. T. Robertson: “The time appointed for these things” (= Waktu / saat yang ditetapkan untuk hal-hal ini) - hal 265.

Thomas Whitelaw: “i.e. the hour of these excommunications and murders, the hour appointed for their accomplishment” (= yaitu saat pengucilan-pengucilan dan pembunuhan-pembunuhan ini, saat yang ditetapkan untuk terjadinya hal-hal ini) - hal 336.

Thomas Whitelaw: “Like all other events in time, these approaching calamities were under the direction of Christ’s own omnipotent and gracious hand - they had their appointed hour when they should fall and bear away” (= Seperti semua peristiwa dalam waktu, bencana-bencana yang mendekat ini ada di bawah pengarahan dari tangan Kristus yang maha kuasa dan murah hati sendiri - mereka mempunyai saat yang ditetapkan kapan mereka harus menyerang dan bertahan) - hal 343-345.

2) Ay 4b: “‘Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu”.

Tadinya Kristus tidak mengatakan hal ini karena Ia masih bersama-sama mereka. Pada waktu Ia bersama-sama dengan mereka maka kemarahan dan serangan orang-orang Yahudi ditujukan kepadaNya. Sekarang pada saat Ia mau meninggalkan mereka barulah Ia mengatakannya kepada mereka, karena mulai sekarang kemarahan / serangan dari orang-orang Yahudi akan ditujukan kepada mereka.

-o0o-

Yohanes 16:5-15

Yohanes 16: 5: “tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaKu: Ke mana Engkau pergi?”.

1) ‘Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku’.

Selama ini mereka enak, karena semua serangan / permusuhan ditujukan kepada Kristus. Tetapi mulai kepergian Kristus maka hidup mereka akan berubah, karena serangan para musuh Kristus akan ditujukan kepada mereka.

Kata-kata Kristus yang menunjukkan bahwa Ia pergi kepada Bapa / ke surga, ditujukan sebagai suatu penghiburan bagi mereka, karena ini menunjukkan bahwa sekalipun secara jasmani Ia tidak ada lagi dalam dunia ini, tetapi Ia tetap memegang otoritas tertinggi, dan bisa melindungi mereka dengan kuasaNya.

Penerapan: kalau suatu kali semua orang kristen dianiaya habis-habisan, dan kelihatannya dunia betul-betul menang atas orang kristen, ingatlah bahwa sebetulnya Yesus tetap menguasai dan mengontrol segala sesuatu.

2) ‘tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaKu: Kemana Engkau pergi?’.

a) Kelihatannya tuduhan ini tidak berdasar, karena para murid itu pernah menanyakan hal itu. Petrus menanyakan itu dalam 13:36, dan Tomas menanyakan hal yang mirip dengan itu dalam 14:5. Lalu mengapa ada tuduhan bahwa mereka tidak bertanya kemana Ia akan pergi? Ada bermacam-macam jawaban:

· Calvin berkata tetap ada tuduhan seperti ini karena sekalipun mereka bertanya tetapi mereka tidak menjadi percaya.

· Clarke mengatakan bahwa tadi mereka memang bertanya, tetapi sekarang tidak, karena hati mereka sedih.

· Leon Morris mengatakan bahwa Petrus tidak serius dengan pertanyaannya.

· Ada juga yang mengatakan bahwa mereka bertanya tanpa mempedulikan kemuliaanNya, tetapi hanya demi diri mereka sendiri. Saya condong pada pandangan terakhir ini.

b) Bagian ini menunjukkan bahwa murid-murid tenggelam dalam kesedihan.

Barnes’ Notes: “They gave themselves up to grief, instead of inquiring why he was about to leave them. Had they made the inquiry, he was ready to answer them, and to comfort them. When we are afflicted, we should not yield ourselves to excessive grief. We should inquire why it is that God thus tries us; and we should never doubt that if we come to him, and spread out our sorrows before him, he will give us consolation” (= Mereka menyerahkan diri mereka sendiri pada kesedihan, dan bukannya bertanya mengapa Ia akan meninggalkan mereka. Andaikata mereka menanyakan hal itu, Ia siap untuk menjawab mereka dan menghibur mereka. Pada waktu kita sedih / menderita, kita tidak boleh menyerahkan diri kita sendiri pada kesedihan yang berlebihan. Kita harus bertanya mengapa Allah menguji kita seperti itu; dan kita tidak boleh meragukan bahwa jika kita datang kepadaNya, dan membeberkan kesedihan kita di hadapanNya, Ia akan memberikan penghiburan kepada kita) - hal 341.

Catatan:

· penafsir ini agak membelokkan ayat yang ditafsirkan, karena dalam ay 5 itu Yesus berkata: ‘tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaKu: Kemana Engkau pergi?’, tetapi ia mengubahnya menjadi ‘mengapa Engkau akan meninggalkan kami?’.

· penafsir ini berkata bahwa kalau kita sedih atau menderita kita tidak boleh menyerahkan diri kita pada kesedihan tetapi harus bertanya kepada Tuhan dan datang kepada Tuhan untuk menceritakan seluruh persoalan kita dan Tuhan pasti akan menghibur kita. Ini memang ada benarnya, tetapi juga perlu diingat bahwa ada saat-saat dimana pada waktu kita bertanya / berdoa, Tuhan bungkam seribu bahasa, seperti yang sering dialami oleh Daud (terbukti dari mazmur-mazmurnya), dan oleh Ayub, dan juga pasti dialami oleh banyak orang kristen lain.

Ay 6-7: “Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.

1) ‘Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita’ (ay 6).

Mereka sedih karena mereka beranggapan bahwa kepergian Yesus itu merugikan mereka.

2) ‘Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi’ (ay 7).

a) Kata ‘namun’ di awal ay 7 ini mengkontraskan ay 6 dengan ay 7. Dalam pandangan para murid merupakan hal yang merugikan kalau Yesus pergi, namun Yesus mempunyai pandangan yang bertentangan. Menurut Yesus adalah lebih berguna bagi mereka kalau Ia pergi.

Barnes’ Notes (hal 342) membahas pertanyaan: mengapa lebih baik kalau Kristus pergi?

· Setelah Yesus mati, bangkit dan naik ke surga, maka Roh Kudus akan datang dan memimpin mereka sedemikian rupa sehingga mereka mengerti secara lebih penuh / lengkap tentang maksud kedatangan Kristus dari pada pada saat Yesus ada bersama mereka.

· Pada saat hidup di dunia, Yesus (sebagai manusia) hanya bisa berada di satu tempat pada satu saat, tetapi pada waktu Roh Kudus datang, Ia maha ada dan bisa menerapkan pekerjaan penebusan Kristus di seluruh dunia.

Barnes’ Notes: “The departure of the Lord Jesus was to the apostles a source of deep affliction. But had they seen the whole case, they would not have been thus afflicted. So God often takes away from us one blessing that he may bestow a greater. All affliction, if received in a proper manner, is of this description” (= Kepergian Tuhan Yesus merupakan sumber kesedihan yang dalam bagi rasul-rasul. Tetapi andaikata mereka melihat seluruh kasus, mereka tidak akan sesedih itu. Demikianlah Allah mengambil dari kita satu berkat supaya Ia bisa memberikan berkat yang lebih besar. Semua penderitaan / kesedihan, jika diterima dengan cara yang benar, adalah seperti penggambaran ini) - hal 342.

Leon Morris (NICNT): “The expression ‘It is expedient for you’ should be noted. To the disciples the departure of Jesus seemed disastrous: actually it was for their profit” (= Ungkapan ‘Adalah lebih berguna bagi kamu’ harus diperhatikan. Bagi murid-murid kepergian Yesus kelihatan sebagai bencana: tetapi sebetulnya itu adalah untuk keuntungan mereka) - hal 696.

Dengan adanya janji Tuhan dalam Ro 8:28, jelas bahwa hal ini juga berlaku untuk setiap orang kristen yang sejati. Kalau kita mengalami hal-hal yang kelihatan sebagai bencana, kita harus tetap percaya bahwa Tuhan membiarkan semua itu terjadi untuk kebaikan kita.

b) Banyak penafsir menghubungkan kata-kata Yesus dalam ay 7 ini dengan kata-kata Kayafas dalam Yoh 11:50 - ‘Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa binasa’.

Leon Morris (NICNT): “The word ‘It is expedient’ is the same as that used by Caiaphas (11:50), and we may profitably reflect that this is the supreme illustration of the way God takes the acts of wicked men and uses them to effect His purpose. Caiaphas thought the crucifixion expedient. So it was, but in a way and for a reason that he could not guess” [= Kata-kata ‘Adalah lebih berguna’ adalah kata-kata yang sama seperti yang digunakan oleh Kayafas (11:50), dan kita bisa memikirkannya secara menguntungkan bahwa ini merupakan ilustrasi tertinggi tentang cara Allah menerima tindakan-tindakan dari manusia yang jahat dan menggunakan mereka untuk menjalankan rencanaNya. Kayafas berpikir bahwa penyaliban itu berguna. Itu memang berguna, tetapi dengan cara dan untuk alasan yang tidak bisa ia perkirakan] - hal 696.

John G. Mitchell: “‘It is expedient for you that I go away.’ Caiaphas used the same word when he said, ‘It is expedient for us, that one man should die for the people, and that the whole nation perish not’ (11:50). An antagonistic, vile, jealous high priest unknowingly cooperated with the purpose of God. The time is going to come when God will make the wrath of man to praise Him (Psalm 76:10)” [= ‘Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi’. Kayafas menggunakan kata yang sama pada waktu ia berkata: ‘Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa binasa’ (11:50). Seorang imam besar yang bersikap bermusuhan, jahat, cemburu / iri hati secara tak disadarinya bekerja sama dengan rencana Allah. Waktunya akan datang pada waktu Allah akan membuat kemarahan manusia memuji Dia (Maz 76:11)] - hal 304-305.

Catatan: Maz 76:11a - “Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagiMu”.

Psalm 76:10a (KJV): ‘Surely the wrath of man shall praise thee’ (= Sesungguhnya kemarahan manusia akan memuji Engkau).

RSV dan NASB menterjemahkan seperti KJV / Kitab Suci Indonesia, tetapi NIV menterjemahkannya secara berbeda.

Psalm 76:10a (NIV): ‘Surely your wrath against men brings you praise’ (= Sesungguhnya kemarahanMu terhadap manusia akan membawa pujian bagiMu).

Menurut saya terjemahan NIV salah, dan saya akan memberikan komentar Calvin tentang Maz 76:11 ini, yang berbunyi sebagai berikut: “although at first the rage of the enemies of God and his Church may throw all things into confusion, and, as it were, envelop them in darkness, yet all will at length redound to his praise; for the issue will make it manifest, that whatever they may contrive and attempt, they cannot in any degree prevail against him” (= sekalipun mula-mula kemarahan dari musuh-musuh Allah dan Gereja bisa mengacaubalaukan segala sesuatu, dan seakan-akan membungkusnya dalam kegelapan, tetapi semua pada akhirnya akan mengakibatkan pujian bagiNya; karena hasilnya akan membuat jelas bahwa apapun yang mereka buat / rancang dan usahakan, mereka sedikitpun tidak bisa menang terhadap Dia) - hal 201.

Penerapan: karena itu kalau saudara adalah seorang anak Tuhan, dan saudara tahu akan adanya orang-orang jahat yang merancangkan / mengusahakan sesuatu yang jahat terhadap saudara, maka janganlah takut! Tetaplah lakukan yang terbaik, dan percayalah bahwa sekalipun mula-mula mereka bisa mengacau-balaukan segala sesuatu, tetapi pada akhirnya semua akan membawa kemuliaan bagi Tuhan dan pasti berguna untuk kebaikan saudara sendiri.

3) ‘Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu’.

Mengapa Roh Kudus tidak bisa datang kalau Kristus tidak pergi lebih dulu?

a) Itu merupakan ketetapan Allah.

Calvin: “here we must not put the question, ‘Could not Christ have drawn down the Holy Spirit while he dwelt on earth?’ For Christ takes for granted all that has been decreed by the Father” (= di sini kita tidak boleh bertanya: ‘Bisakah Kristus menurunkan Roh Kudus sementara Ia tinggal di bumi?’. Karena Kristus menganggap bahwa semua yang telah ditetapkan oleh Bapa adalah benar) - hal 137.

b) Roh Kudus datang dengan tujuan menerapkan penebusan Kristus dalam hati manusia. Tetapi kalau Kristus belum pergi, berarti Kristus belum mati untuk menebus dosa manusia, maka tentu saja Roh Kudus tidak mungkin menerapkan penebusan yang belum ada itu. Karena itu Ia tidak mungkin datang sebelum Kristus pergi (melalui salib).

William Hendriksen: “Jesus does not explain why the Spirit cannot come unless the Son departs from the earth and returns to his home above. Suggestions which probably point in the right direction are these: the Son’s going away is a departure via the cross. By his going away he merits redemption for his people. Now the Holy Spirit is the one whose special task it is to apply the saving merits of Christ to the hearts and lives of believers (Rom. 8; Gal. 4:4-6). But the Spirit cannot apply these merits when there are no merits to apply. Hence, unless Jesus goes away, the Spirit cannot come ” [= Yesus tidak menjelaskan mengapa Roh Kudus tidak bisa datang kecuali Anak meninggalkan dunia ini dan kembali ke rumahNya di atas. Saran-saran yang mungkin menunjuk ke arah yang benar adalah ini: kepergian Anak adalah kepergian melalui salib. Oleh kepergianNya Ia berhak mendapatkan penebusan untuk umatNya. Roh Kudus mempunyai tugas khusus untuk menerapkan jasa / manfaat penyelamatan Kristus pada hati dan kehidupan orang-orang percaya (Ro 8; Gal 4:4-6). Tetapi Roh Kudus tidak bisa menerapkan jasa / manfaat ini pada waktu di sana tidak ada jasa / manfaat untuk diterapkan. Jadi, kecuali Yesus pergi, Roh Kudus tidak bisa datang] - hal 323.

4) ‘jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu’.

Thomas Whitelaw: “The pronouns ‘I’ and ‘Him’ applied in these verses to Christ and the Spirit show that the personality of the one is distinct from the personality of the other” (= Kata ganti orang ‘Aku’ dan ‘Dia’ yang digunakan dalam ayat-ayat ini terhadap Kristus dan Roh Kudus menunjukkan bahwa kepribadian yang satu berbeda dengan kepribadian yang lain) - hal 337.

Yohanes 16: 8: “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”.

1) Calvin mengatakan bahwa ay 8-11 adalah ayat-ayat yang kabur penafsirannya.

2) Di sini Calvin berkata bahwa pekerjaan Roh Kudus bukan hanya memimpin, menyokong dan melindungi para murid saja, tetapi juga akan memberikan kuasa kepada para murid itu sehingga pemberitaan firman yang mereka lakukan akan ‘menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman’.

Penerapan: orang kristen yang baik harus memperhatikan pertahanan (seperti berdoa, belajar Firman Tuhan, menghindari pencobaan) maupun penyerangan (seperti melayani, memberitakan Injil), dan Roh Kudus membantu kita dalam kedua hal ini.

3) Kristus mengatakan ini supaya para murid melihat hebatnya karunia Roh Kudus yang akan diberikan kepada mereka. Juga, supaya mereka melihat bahwa sekalipun dunia membenci dan menganiaya mereka, tetapi melalui pekerjaan Roh Kudus mereka bisa mempertobatkan dunia. Pada waktu dunia membenci dan memusuhi kita, maka secara alamiah kita juga ingin membalas. Tetapi jelas bukan itu sikap yang Tuhan kehendaki dari kita. Kita harus mengampuni, mengasihi mereka, dan tetap berusaha memberitakan Injil kepada mereka, supaya mereka bisa diselamatkan. Dan Roh Kudus membantu kita dalam hal ini.

4) Roh Kudus sebagai Penyadar dosa.

Leon Morris (NICNT): “We have already had the thought of the Spirit as a Helper and Advocate (14:16f.,26;15:26f.). Now we have the additional thought that He is a Prosecutor, convicting sinful men of being in the wrong” [= Kita sudah mendapatkan pemikiran tentang Roh Kudus sebagai Penolong dan Pengacara (14:16-dst, 26; 15:26-dst). Sekarang kita mendapatkan pemikiran tambahan bahwa Ia adalah seorang Penuntut, menyadarkan manusia berdosa bahwa mereka salah] - hal 695.

Leon Morris (NICNT): “Apart from the Holy Spirit men do not really know the truth about sin or righteousness or judgment” (= Terpisah dari Roh Kudus manusia tidak benar-benar mengetahui kebenaran tentang dosa atau kebenaran atau penghakiman) - hal 697-698.

5) Perlu diketahui bahwa kalau dikatakan bahwa Roh Kudus akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, itu tidak berarti bahwa seluruh dunia akan bertobat. Perhatikan kata-kata Hendriksen di bawah ini.

William Hendriksen: “He will publicly expose its guilt and call it to repentance. He will convict it with respect to three particulars: sin and righteousness and judgment. The result of this operation of the Spirit is not indicated here. From Acts 2:22-41; 7:51-57; 9:1-6; 1Cor. 14:24; 2Cor. 2:15,16; Tit. 1:13, we learn that in some cases the result will be conversion; in others, hardening and everlasting punishment” (= Ia akan menyingkapkan kesalahannya secara umum / di depan umum dan memanggilnya untuk bertobat. Ia akan menyadarkannya berkenaan dengan tiga fakta: dosa dan kebenaran dan penghakiman. Hasil dari pekerjaan Roh Kudus ini tidak ditunjukkan / dinyatakan di sini. Dari Kis 2:22-41; 7:51-57; 9:1-6; 1Kor 14:24; 2Kor 2:15,16; Tit 1:13, kita mempelajari bahwa dalam beberapa kasus hasilnya adalah pertobatan; dalam kasus-kasus yang lain, pengerasan hati dan hukuman kekal) - hal 325.

Pulpit (hal 301) mengatakan hal yang serupa dengan yang dikatakan Hendriksen di sini.

Adam Clarke: “He will demonstrate these matters so clearly as to leave no doubt on the minds of those who are simple of heart; and so fully as to confound and shut the mouths of those who are gainsayers” (= Ia akan mendemonstrasikan hal-hal ini secara begitu jelas sehingga tidak akan meninggalkan keraguan dalam pikiran orang yang jujur hatinya; dan dengan begitu lengkap sehingga membingungkan / mengalahkan dan membungkam mulut mereka yang suka menyangkal) - hal 639.

Yohanes 16: 9: “akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepadaKu”.

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

1) Hendriksen mengatakan bagian ini menunjukkan bahwa hakekat dari dosa adalah ketidakpercayaan kepada Kristus.

Bdk. Kis 2:23,36 3:13-15 4:10. Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa dalam pemberitaan Injil kepada orang-orang Yahudi, Petrus menekankan penolakan dan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap Yesus. Bdk. juga Zakh 12:10.

Barnes mempunyai pandangan yang serupa.

Barnes’ Notes: “the particular sin of which men are here said to be convinced, is that of rejecting the Lord Jesus. This is placed first, and is deemed the sin of chief magnitude, as it is the principal one of which men are guilty. This was particularly true of the Jews, who had rejected him and crucified him. ... Throughout the New Testament this is regarded as the sin that is pre-eminently offensive to God, and which, if unrepented of, will certainly lead to perdition, Mark 16:16; John 3:36” (= dosa khusus tentang mana manusia dikatakan akan diyakinkan, adalah dosa menolak Tuhan Yesus. Ini dinomersatukan, dan dianggap sebagai dosa terbesar, karena ini adalah dosa utama / pokok terhadap mana manusia bersalah. Ini khususnya benar tentang orang Yahudi, yang telah menolakNya dan menyalibkanNya. ... Dalam sepanjang Perjanjian Baru ini dianggap sebagai dosa yang paling menyakitkan hati Allah, dan jika kita tidak bertobat darinya, pasti akan membawa kita pada kehancuran / hukuman / neraka, Mark 16:16; Yoh 3:36) - hal 342.

Ini jelas menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Karena itu janganlah menolak Dia, dan kalau saudara sudah menerimaNya, rajinlah memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepadaNya.

2) Ada juga yang menafsirkan bahwa ketidakpercayaan kepada Kristus itu merupakan bukti yang menyolok bahwa dunia itu berdosa.

Ay 10: “akan kebenaran, karena Aku akan pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi”.

Hendriksen berkata bahwa sebentar lagi Kristus akan ditangkap, diadili, dan dianggap tidak benar, dan dihukum mati. Tetapi Ia akan bangkit dan naik ke surga, dan semua itu membuktikan bahwa Ia adalah Orang Benar.

William Hendriksen: “He, the very One whom the world had branded as unrighteous, would by means of his victorious going to the Father be marked as the Righteous One ... Thus, the world would be convicted with respect to righteousness” (= Ia, Orang yang dicap oleh dunia sebagai tidak benar, oleh kepergianNya kepada Bapa yang penuh kemenangan, akan dinyatakan sebagai Orang Benar ... Demikianlah dunia akan disadarkan / diinsyafkan berkenaan dengan kebenaran) - hal 326.

Calvin: “Next to the conviction of sin, this is the second step, that the Spirit should convince the world what true righteousness is; namely, that Christ, by his ascension to heaven, has established the kingdom of life, and now sits at the right hand of the Father, to confirm true righteousness” (= Setelah penginsyafan / penyadaran dosa, ini adalah langkah kedua, bahwa Roh Kudus harus meyakinkan dunia apa kebenaran sejati itu; yaitu, bahwa Kristus, oleh kenaikanNya ke surga, telah menegakkan kerajaan kehidupan, dan sekarang duduk di sebelah kanan Bapa, untuk meneguhkan kebenaran yang sejati) - hal 141.

Yohanes 16: 11: “akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum”.

Kata-kata ‘telah dihukum’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan ‘perfect tense’.

Thomas Whitelaw: “The perfect tense shows that for Satan judgment is already an accomplished fact. From this flows the inference that all who adhere to him will eventually share in his doom, as all who by faith are united to Christ will be made partakers of His righteousness” (= Perfect tense yang digunakan menunjukkan bahwa untuk Setan / Iblis penghakiman itu merupakan fakta yang sudah selesai (bdk. Yoh 12:31). Dari sini muncul kesimpulan bahwa semua yang setia / taat kepadanya pada akhirnya akan mengambil bagian dalam hukumannya, seperti semua yang oleh iman dipersatukan dengan Kristus akan mengambil bagian dalam kebenaranNya) - hal 339.

Bdk. Yoh 12:31 - “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini; sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan keluar”.

Catatan:

· Saya tidak terlalu mengerti dengan kata-katanya yang menunjukkan bahwa penghakiman untuk setan merupakan fakta yang sudah selesai. Kalau ditinjau dari sudut Yoh 12:31 itu sendiri, maka itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa penghakiman terhadap setan merupakan fakta yang sudah selesai (lihat penafsiran tentang Yoh 12:31 ini dalam buku Yohanes jilid IV). Mungkin dalam Yoh 16:11 ini digunakan perfect tense, hanya untuk menunjukkan bahwa itu merupakan hal yang pasti akan terjadi.

· Bagian akhir dari kutipan di atas cukup jelas. Karena setan pasti akan dihukum, maka semua yang setia dan taat kepadanya juga akan dihukum. Jangan beranggapan bahwa orang yang setia dan taat kepada setan haruslah merupakan orang yang sangat jahat, seperti pelacur, pembunuh, pemerkosa, pembakar gereja, dan sebagainya. Asal saudara tidak percaya kepada Kristus dengan sungguh-sungguh maka saudara adalah orang yang setia dan taat kepada setan, dan karenanya akan dihukum bersama-sama dengan setan. Sebaliknya kalau saudara percaya kepada Yesus, saudara akan diampuni, dibenarkan, dijadikan anak Allah, dan pasti masuk surga.

Ay 12: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya”.

1) Apa yang belum bisa mereka tanggung?

a) Pandangan Roma Katolik.

Calvin: “Now arises a question, What were those things which the apostles were not yet able to learn? The Papists, for the purpose of putting forward their inventions as the oracles of God, wickedly abuse this passage. ‘Christ,’ they tell us, ‘promised to the apostles new revelations; and, therefore, we must not abide solely by Scripture, for something beyond Scripture is here promised by him to his followers’” (= Sekarang timbul suatu pertanyaan: Hal-hal apa yang belum dapat dipelajari oleh rasul-rasul itu? Orang Katolik, dengan tujuan untuk mengemukakan penemuan-penemuan mereka sebagai sabda Allah, secara jahat menyalah-gunakan text ini. Mereka berkata: ‘Kristus menjanjikan rasul-rasul itu wahyu yang baru; dan karena itu kita tidak boleh mematuhi Kitab Suci semata-mata, karena sesuatu yang di luar Kitab Suci dijanjikan di sini kepada para pengikutNya’) - hal 142.

Kalau kata-kata Calvin ini benar, maka itu menunjukkan bahwa Roma Katolik mempercayai bahwa yang dimaksud dengan hal-hal yang belum dapat mereka tanggung adalah sesuatu di luar Kitab Suci (di luar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Ini jelas merupakan penafsiran yang tidak berdasar, karena pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, yang ada barulah Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Baru belum ada. Karena itu, bisa saja yang dimaksud oleh Yesus adalah Perjanjian Baru. Tetapi bagaimanapun itulah penafsiran Roma Katolik tentang bagian ini. Dan memang ajaran Roma Katolik banyak yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci karena didasarkan atas sesuatu di luar Kitab Suci, seperti kitab Apocrypha / Deuterokanonika, tulisan bapa-bapa gereja, keputusan sidang gereja, dan kata-kata Paus. Contoh ajaran mereka yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci:

· Maria yang dikatakan suci murni, dan doa yang ditujukan kepada Maria.

· Maria yang katanya bangkit dari antara orang mati dan lalu naik dengan tubuh jasmaninya ke surga, seperti apa yang dialami oleh Kristus.

· api pencucian.

· pastor / hamba Tuhan tidak boleh menikah.

· dan sebagainya.

Bandingkan semua ini dengan ‘SOLA SCRIPTURA’ [= only Scripture (= hanya Kitab Suci)] yang merupakan semboyan reformasi.

b) Tafsiran Barnes dan Clarke.

Barnes’ Notes: “Probably he refers here to the great changes which were to take place in the Jewish system: the abolition of sacrifices and the priesthood, the change of the Sabbath, the rejection of the Jewish nation, etc. For these doctrines they were not prepared; but they would, in due time, be taught them by the Holy Spirit” (= Mungkin di sini Ia menunjuk pada perubahan-perubahan besar yang akan terjadi dalam sistim Yahudi: penghapusan korban-korban dan keimaman, perubahan Sabat, penolakan bangsa Yahudi, dan sebagainya. Untuk doktrin-doktrin ini mereka belum siap; tetapi pada waktu yang tepat mereka akan diajar tentang hal-hal itu oleh Roh Kudus) - hal 343.

Jadi ada 4 hal yang ditekankan oleh Barnes, yaitu:

· penghapusan korban. Pada jaman Perjanjian Lama setiap orang yang berbuat dosa harus menyembelih korban. Ini dihapuskan setelah Yesus mati dan bangkit.

· penghapusan imam. Pada jaman Perjanjian Lama memang ada imam, tetapi pada jaman Perjanjian Baru Yesuslah yang menjadi satu-satunya Imam bagi kita, dan tidak boleh lagi ada imam manusia biasa. Roma Katolik, dan juga gereja Orthodox Syria, masih mempunyai imam, dan ini jelas salah.

· perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu. Memang ini tidak pernah dinyatakan secara explicit, tetapi kita melihat bahwa setelah kebangkitan Yesus, orang kristen abad pertama selalu bertemu pada hari minggu / hari pertama (Yoh 20:19 Kis 20:7 1Kor 16:2). Disamping itu, Kebangkitan Yesus dan hari Pentakosta / turunnya Roh Kudus, juga terjadi pada hari Minggu. Juga perlu dipikirkan dari mana orang kristen tahu-tahu bisa berbakti pada hari Minggu? Perubahan ini pasti terjadi sejak jaman rasul-rasul pada abad pertama. Ini semua memberikan dasar yang kuat untuk berbakti pada hari Minggu.

· penolakan bangsa Yahudi. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan, tetapi dalam Perjanjian Baru gerejalah orang pilihan Allah (1Pet 2:9).

Semua ini tidak pernah diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya.

Adam Clarke: “Dr. Lightfoot supposes that the things which the apostles could not bear now were such as these: 1. The institution of the Christian Sabbath, and the abolition of the Jewish. 2. The rejection of the whole Jewish nation, at the very time in which they expected to be set up and established for ever. 3. The entire change of the whole Mosaic Dispensation, and the bringing the Gentiles into the Church of God” (= Dr. Lightfoot beranggapan bahwa hal-hal yang tidak bisa ditanggung oleh rasul-rasul itu sekarang adalah hal-hal ini: 1. Pengadaan Sabat kristen dan penghapusan Sabat Yahudi. 2. Penolakan seluruh bangsa Yahudi, justru pada saat dimana mereka mengharapkannya untuk didirikan dan diteguhkan selama-lamanya. 3. Seluruh perubahan dari sistim Musa dan dibawa masuknya orang-orang non Yahudi kedalam Gereja Allah) - hal 633.

Memang Petrus baru mengerti tentang penerimaan orang-orang non Yahudi dalam Kis 10:34-35 yang berbunyi: “Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya’”.

Sedangkan orang Yahudi kristen yang lain baru mengerti hal itu dalam Kis 11:18b dimana mereka berkata: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup”.

2) Mengapa mereka belum dapat menanggungnya pada saat itu?

Hendriksen mengatakan bahwa rasul-rasul belum dapat menanggungnya karena:

a) Penebusan Kristus belum terjadi.

b) Roh Kudus belum diberikan kepada mereka.

3) Ajaran yang akan diberikan oleh Roh Kudus itu berasal dari Kristus, dan karena itu tidak mungkin bertentangan dengan ajaran Yesus selama ini.

William Hendriksen: “When Jesus now states, ‘I have yet many things to say to you,’ he clearly shows that the later revelation (which was going to be deposited in written form in Acts, the epistles, and the book of Revelation) was his own work. Hence, it is a great error to speak about Paul’s Gospel as being opposed to Christ’s Gospel! The later revelation, moreover, does not contain truths that are ‘brand-new.’ On the contrary, springing from the same source, it is the same old truth, gloriously clarified and amplified” [= Pada waktu Yesus menyatakan: ‘Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu’, Ia dengan jelas menunjukkan bahwa wahyu yang belakangan itu (yang akan diberikan dalam bentuk tulisan dalam Kisah Rasul, surat-surat, dan kitab Wahyu) adalah pekerjaanNya sendiri. Jadi, merupakan suatu kesalahan yang besar untuk mengatakan bahwa Injilnya Paulus bertentangan dengan Injilnya Kristus! Selanjutnya, wahyu yang belakangan ini tidak mengandung kebenaran-kebenaran yang ‘sama sekali baru’. Sebaliknya, muncul dari sumber yang sama, itu merupakan kebenaran lama yang sama, dijelaskan dan dikuatkan] - hal 328.

Yohanes 16: 13: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang”.

1) ‘Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran’.

William Hendriksen: “Though the word for ‘Spirit’ is neuter in the original, the pronoun which refers to this Spirit is masculine. Hence, it is clear that the Spirit is thought of as a person” (= Sekalipun kata untuk ‘Roh’ dalam bahasa aslinya ada dalam bentuk netral, tetapi kata ganti orang yang menunjuk kepada Roh ini ada dalam bentuk laki-laki. Jadi jelaslah bahwa Roh Kudus dianggap sebagai seorang pribadi) - hal 328.

2) ‘Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran’.

a) Komentar sesat William Barclay.

William Barclay: “It is the proof that there is no end to God’s revelation. One of the mistakes men sometimes make is to identify God’s revelation solely with the Bible. That would be to say that since about A.D. 120, when the latest book in the New Testament was written, God has ceased to speak. But God’s Spirit is always active; he is always revealing himself. It is true that his supreme and unsurpassable revelation came in Jesus; but Jesus is not just a figure in a book, he is a living person and in him God’s revelation goes on. God is still leading us into greater realization of what Jesus means. He is not a God who spoke up to A.D. 120 and is now silent. He is still revealing his truth to men” (= Ini merupakan bukti bahwa tidak ada akhir dari wahyu Allah. Salah satu kesalahan yang kadang-kadang dibuat oleh manusia adalah menyamakan wahyu Allah dengan Alkitab saja. Itu sama dengan mengatakan bahwa sejak kira-kira tahun 120 M., pada waktu kitab terakhir dalam Perjanjian Baru ditulis, Allah telah berhenti berbicara. Tetapi Roh Allah selalu aktif; Ia selalu menyatakan diriNya sendiri. Memang benar bahwa wahyuNya yang tertinggi dan yang tak terlampaui datang dalam Yesus; tetapi Yesus bukanlah sekedar seorang tokoh dalam sebuah buku, Ia adalah seorang Pribadi yang hidup dan dalam Dia wahyu Allah terus berlanjut. Allah tetap memimpin kita pada kesadaran / pengertian yang lebih besar tentang apa yang Yesus maksudkan. Ia bukanlah suatu Allah yang berbicara sampai tahun 120 M. dan sekarang diam. Ia tetap menyatakan kebenaranNya kepada manusia) - hal 195.

Catatan:

· Ini menunjukkan kesesatan William Barclay. Kalau kata-katanya ini benar, ini memungkinkan munculnya Kitab Suci jilid 2!

· Sekalipun tidak ada wahyu yang baru, itu tidak berarti Allah berhenti bicara. Dia berbicara melalui Kitab Suci / FirmanNya! Kalau tidak, untuk apa Ia menuliskan Kitab Suci?

William Barclay: “God’s revelation to men is a revelation of all truth. It is quite wrong to think of it as confined to what we might call theological truth. The theologians and the preachers are not the only people who are inspired. When a poet delivers to men a great message in words which defy time, he is inspired. When H. F. Lyte wrote the words of ‘Abide with me’ he had no feeling of composing them; he wrote them as to dictation. A great musician is inspired. Handel, telling of how he wrote ‘The Hallelujah Chorus’, said: ‘I saw the heavens opened, and the Great White God sitting on the throne.’ When a scientist discovers something which will help the world’s toil and make life better for men, when a surgeon discovers a new technique which will save men’s lives and ease their pain, when someone discovers a new treatment which will bring life and hope to suffering humanity, that is a revelation from God. All truth is God’s truth, and the revelation of all truth is the work of the Holy Spirit” (= Wahyu Allah kepada manusia adalah pewahyuan dari semua kebenaran. Adalah salah untuk menganggapnya dibatasi oleh apa yang kita sebut kebenaran teologia. Para ahli teologia dan pengkhotbah bukanlah satu-satunya kelompok manusia yang diilhami. Pada waktu H. F. Lyte menuliskan kata-kata dari lagu ‘Tinggal Sertaku’ ia tidak merasakan bahwa ia sedang menggubahnya; ia menuliskannya sebagai suatu pendiktean. Seorang musisi yang besar juga diilhami. Pada waktu Handel menceritakan bagaimana ia menuliskan ‘The Hallelujah Chorus’, ia berkata: ‘Saya melihat surga / langit terbuka, dan Allah yang putih dan besar duduk di atas takhta’. Pada waktu seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang akan menolong pekerjaan dunia dan membuat hidup menjadi lebih baik bagi manusia, pada waktu seorang ahli bedah menemukan tehnik yang baru yang akan menyelamatkan nyawa manusia dan meredakan rasa sakit mereka, pada waktu seseorang menemukan cara pengobatan yang baru yang akan membawa kehidupan dan pengharapan kepada manusia yang menderita, itu adalah wahyu dari Allah. Semua kebenaran adalah kebenaran dari Allah, dan pewahyuan dari semua kebenaran adalah pekerjaan Roh Kudus) - hal 195.

Catatan:

· Barclay kelihatannya mengacaubalaukan antara revelation / wahyu, inspiration / ilham, illumination / pencerahan dan pimpinan / pertolongan dari Allah, dan ini merupakan ciri khas dari pandangan Liberal.

· Wahyu adalah berita yang didapat langsung dari Allah karena memang tidak bisa ditemukan oleh manusia itu sendiri tanpa pewahyuan. Sedangkan ilham adalah pekerjaan Roh Kudus yang menguasai dan memimpin para penulis Kitab Suci, dengan cara sedemikian rupa sehingga sekalipun kepribadian, pengalaman, dan pemikiran mereka dipakai, tetapi mereka tetap menuliskan Kitab Suci persis seperti yang dikehendakiNya tanpa kesalahan sedikitpun. Tidak semua penulis Kitab Suci mendapatkan beritanya melalui pewahyuan (bdk. Luk 1:3 yang menunjukkan bahwa Lukas mendapatkan melalui penyelidikan), tetapi semua penulis Kitab Suci mendapatkan ilham dalam penulisannya. Kedua hal ini (wahyu dan ilham) sudah tidak ada saat ini; jadi ahli theologia maupun pendeta tidak mendapat wahyu ataupun ilham. Yang mereka bisa dapatkan adalah pencerahan dari Roh Kudus, yang menyebabkan mereka bisa mengerti Kitab Suci dengan benar. Pada waktu mereka menyusun apa yang sudah mereka mengerti dari Kitab Suci itu menjadi suatu pelajaran / khotbah, maka mereka mendapat pimpinan dari Roh Kudus. Penyair, pelukis, dokter dsb, juga bisa mendapatkan pimpinan dan pertolongan Allah sehingga bisa menemukan hal-hal yang berguna bagi manusia. Ini termasuk dalam Common Grace (= kasih karunia yang bersifat umum) sehingga bisa diterima oleh orang kafir sekalipun.

b) Komentar Calvin.

Calvin: “That very Spirit had led them into all truth, when they committed to writing the substance of their doctrine. Whoever imagines that anything must be added to their doctrine, as if it were imperfect and but half-finished, not only accuses the apostles of dishonesty, but blasphemes against the Spirit. If the doctrines which they committed to writing had proceeded from mere learners or persons imperfectly taught, an addition to it would not be superfluous; but now that their writings may be regarded as perpetual records of that revelation which was promised and given to them, nothing can be added to them without doing grievous injury to the Holy Spirit” (= Roh itu telah memimpin mereka kepada seluruh kebenaran, pada waktu mereka menuliskan ajaran mereka. Siapapun yang membayangkan bahwa ada sesuatu yang harus ditambahkan pada ajaran mereka, seakan-akan itu belum sempurna dan baru setengah-selesai, bukan hanya menuduh rasul-rasul itu sebagai tidak jujur, tetapi juga menghujat Roh Kudus. Jika ajaran yang mereka tulis keluar dari orang yang baru belajar atau orang yang diajar secara tidak lengkap, maka suatu penambahan terhadapnya tidaklah berlebihan; tetapi sekarang bahwa tulisan mereka bisa dianggap sebagai catatan kekal dari wahyu yang dijanjikan dan diberikan kepada mereka, tidak ada apapun yang bisa ditambahkan kepadanya tanpa menyakiti Roh Kudus) - hal 143.

Catatan: Saya setuju dengan penekanan Calvin yang menyatakan bahwa Kitab Suci tidak boleh ditambahi lagi dengan apapun, tetapi kata-kata ‘menghujat Roh Kudus’ menurut saya terlalu keras. Ini tidak mungkin diartikan sebagai ‘menghujat Roh Kudus’ dalam arti yang diberikan oleh Mat 12:31-32, tetapi paling-paling diartikan sebagai ‘menghina Roh Kudus’.

c) William Hendriksen menekankan kata ‘seluruh’, dan berkata sebagai berikut:

“He never stresses one point of doctrine at the expense of all the others. He leads into all the truth” (= Ia tidak pernah menekankan suatu doktrin dengan mengorbankan semua doktrin yang lain. Ia memimpin ke dalam seluruh / semua kebenaran) - hal 328.

Contoh yang salah:

· Saksi Yehuwa, yang menekankan kasih Allah sambil mengorbankan keadilan Allah, dengan mengatakan bahwa tidak ada neraka karena Allah tidak akan tega menghukum manusia selama-lamanya.

· orang yang terobsesi oleh penginjilan, sehingga melupakan pengajaran; atau sebaliknya.

· orang Arminian yang menekankan kebebasan dan tanggung jawab manusia dengan mengorbankan kedaulatan Allah, atau sebaliknya, orang Hyper-Calvinist yang menekankan kedaulatan Allah dengan mengorbankan tanggung jawab manusia.

3) ‘sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya’.

Bandingkan dengan ay 15b: ‘Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu’.

Leon Morris (NICNT): “we should notice that the attempt of some scholars to ‘go back to the original Jesus’ and by-pass the teaching of the apostles is shown by our Lord Himself to be misguided. The same source lies behind both” (= kita harus memperhatikan bahwa usaha dari sebagian ahli theologia untuk ‘kembali kepada Yesus yang orisinil’ dan mengabaikan pengajaran rasul-rasul ditunjukkan oleh Tuhan sendiri sebagai salah arah. Sumber yang sama terletak di belakang keduanya) - hal 700.

Mungkin kata-kata ini diberikan untuk menentang orang-orang Liberal, yang beranggapan bahwa ‘Yesus yang sebenarnya’ (Yesus yang orisinil, Yesus sejarah / the historical Jesus) tidaklah seperti yang digambarkan dalam ajaran rasul-rasul. Karena itu sambil mengabaikan ajaran rasul-rasul (surat-surat dalam Perjanjian Baru), entah berdasarkan apa dan bagaimana caranya, mereka berusaha untuk menggambarkan bagaimana Yesus yang sebenarnya itu. Ini jelas merupakan kegilaan / kesesatan, tetapi banyak dijumpai dalam gereja-gereja Liberal jaman sekarang. Sebagai contohnya dalam majalah ‘PENUNTUN’ vol 2, No 6, Januari - Maret 1996 (ini adalah majalah terbitan GKI Jawa Barat), ada artikel yang berjudul ‘Keselamatan dalam pandangan Yesus’, tulisan dari Pdt. Jahja Sunarya, S.Th. Saya akan mengutip beberapa kalimat dari artikel itu yang berhubungan dengan ‘Yesus sejarah’:

· “Pada kesempatan ini kita akan mencoba mengenal potret Yesus yang lain, yaitu Yesus sejarah: Yesus yang tidak persis sama dengan Yesus yang digambarkan oleh para penulis Injil-injil. Dan secara khusus tulisan ini akan menyoroti pandangan Yesus sejarah itu tentang keselamatan” - hal 180.

· “... Yesus sejarah. Mereka berusaha menemukan kembali gambaran dan pengajaran Yesus yang tidak dipengaruhi pandangan para penulis Injil. ... Injil bukan catatan sejarah tetapi sebuah ungkapan iman yang kaya dengan tafsiran dan muatan dogmatis. Tetapi seorang ahli bernama W. Panenberg menegaskan bahwa pemahaman yang sehat tentang Yesus haruslah didasarkan pada kenyataan sejarah. Harapan untuk menemukan data yang fundamental dan cukup memadai masih terbuka” - hal 181.

· “para peneliti sepakat bahwa Yesus sejarah tidak melihat diri-Nya sebagai Mesias yang dinanti-nantikan itu. Bahkan disepakati bahwa Ia juga tidak berbicara perihal penghakiman pada akhir jaman saat mana Anak Manusia / Messias itu bertindak sebagai hakim” - hal 185.

· “Istilah ‘Yesus sejarah’ (bahasa Inggris memakai dua istilah, ‘The Historical Jesus’ dan ‘The Jesus of History’ yang keduanya kini sudah tidak dibedakan lagi) mengacu kepada manusia Yesus dari Nazaret yang direkonstruksi menurut kaidah-kaidah ilmu sejarah berdasarkan sumber-sumber yang luas, baik berupa sastra-sastra di dalam maupun di luar kanon Kitab Suci gereja, maupun temuan-temuan arkaelogis; atau pun seperti John P. Meier, berdasarkan hanya sumber-sumber kanonik” - hal 188.

Kalau saudara membaca kutipan-kutipan di atas ini mungkin saudara bertanya-tanya: ‘Bagaimana kira-kira pandangan mereka tentang Kitab Suci?’. Maka kutipan di bawah ini, dari artikel yang sama, akan menjawab keingintahuan saudara:

“Jelas, betapa berartinya peranan penulis dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin. Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus, ditulis sekitar tahun 60. Itu berarti injil ini ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh) saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur” - hal 181.

Sekarang kita kembali kepada bagian Injil Yohanes yang sedang kita bahas.

Leon Morris (NICNT): “This expression will indicate His harmony with Them. He is not originating something radically new, but leading men in accordance with the teaching already given from the Father and the Son” [= Pernyataan ini menunjukkan keharmonisanNya (Roh Kudus) dengan Mereka (Bapa dan Anak). Ia tidak memulai sesuatu yang baru secara radikal, tetapi memimpin manusia sesuai dengan ajaran yang telah diberikan dari Bapa dan Anak] - hal 700.

Pulpit Commentary: “This is an error into which Christians of different Churches and different tendencies have fallen - an error sometimes designated as ‘mysticism.’ Good men have often looked to the enlightenment of the Spirit for a manifestation of new truth. ... The Spirit does ‘not speak from himself;’ this is not his office. The truth is embodied in revelation, in the Law, the Gospel, especially in the Lord Jesus, who is ‘the Truth.’ If men turn away from the revelation and look to the Spirit alone for illumination, they will mistake their own tastes and prejudices for the truth of God” (= Ini merupakan suatu kesalahan ke dalam mana orang-orang kristen dari gereja-gereja yang berbeda dan kecenderungan yang berbeda telah jatuh - suatu kesalahan yang kadang-kadang dinamakan sebagai ‘mystisisme’. Orang-orang yang saleh / baik sering mengharapkan pada penerangan Roh Kudus untuk suatu manifestasi dari kebenaran yang baru. ... Roh Kudus ‘tidak berkata-kata dari diriNya sendiri’; ini bukanlah tugasNya. Kebenaran diwujudkan dalam pewahyuan, dalam Taurat, Injil, dan khususnya dalam Tuhan Yesus, yang adalah ‘kebenaran’. Jika manusia berpaling dari wahyu dan berharap kepada Roh Kudus saja untuk pencerahan, mereka akan menyalah-artikan / menyalah-tafsirkan perasaan dan prasangka mereka sendiri sebagai kebenaran Allah) - hal 320.

Saya berpendapat bahwa sebagian orang-orang Kharismatik / Pentakosta, yang mengabaikan Kitab Suci dan berusaha mendapatkan pimpinan langsung dari Roh Kudus (Rhema, suara Tuhan / Tuhan bicara, penglihatan, nubuat, dsb.) termasuk dalam ‘mystisisme’ yang dikatakan oleh Pulpit Commentary di atas ini.

Saya bukannya tidak percaya bahwa Tuhan bisa memberi penglihatan dsb., dan saya tidak menentang hal-hal itu selama semua itu dicheck dengan Kitab Suci / Firman Tuhan. Tetapi jika hal-hal itu dicari sambil mengabaikan Kitab Suci / Firman Tuhan, maka itu bisa menyebabkan kesesatan.

4) ‘Ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang’.

Menurut Hendriksen, ini terlihat dari kitab Wahyu. Tetapi Hendriksen menambahkan sebagai berikut: “Of course, when the Spirit declares the things that are to come, he does not begin to enumerate a long list of specific, day-by-day occurrences, but he predicts the underlying principles” (= Tentu saja, pada waktu Roh Kudus menyatakan hal-hal yang akan datang, Ia tidak mulai dengan menyebutkan satu per satu suatu daftar dari kejadian-kejadian hari demi hari, tetapi meramalkan prinsip-prinsip pokoknya) - hal 329.

Karena itu hati-hatilah dengan orang yang menafsirkan kitab Wahyu sedemikian rupa seakan-akan setiap detail dari masa yang akan datang telah dinubuatkan secara terperinci.
Ay 14: “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu”.

1) ‘Ia akan memuliakan Aku’.

a) Pekerjaan Roh Kudus bersifat Kristocentris.

Leon Morris (NICNT): “The work of the Spirit is Christocentric. He will draw attention not to Himself but to Christ. He will glorify Christ” (= Pekerjaan Roh Kudus bersifat Kristosentris / berpusatkan Kristus. Ia akan menarik perhatian bukan kepada diriNya sendiri, tetapi kepada Kristus. Ia akan memuliakan Kristus) - hal 701.

Penerapan: orang yang mengatakan bahwa dirinya dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak pernah memberitakan Injil / berusaha membawa orang kepada Kristus, jelas sedang mengeluarkan omong kosong. Demikian juga kalau ia terus menerus meninggikan Roh Kudusnya dan bukan Kristusnya. Meninggikan Roh Kudus sebetulnya tidak salah, karena Ia juga adalah Allah sendiri. Tetapi kalau seseorang hanya meninggikan Roh Kudus tetapi tidak meninggikan Kristus, orang itu pasti tidak dipenuhi oleh Roh Kudus, dan mungkin bahkan sama sekali tidak memiliki Roh Kudus.

b) Kita tidak boleh menggunakan Roh Kudus sebagai kedok untuk menentang Kristus ataupun ajaranNya.

Calvin: “Christ now reminds them that the Spirit will not come to erect any new kingdom, but rather to confirm the glory which has been given to him by the Father. For many foolishly imagine that Christ taught only so as to lay down the first lessons, and then send the disciples to a higher school. In this way they make the Gospel to be of no greater value than the Law, of which it is said that it was a schoolmaster of the ancient people (Gal. 3:24). This error is followed by another equally intolerable, that having bid adieu to Christ, as if his reign were terminated, and he were now nothing at all, they substitute the Spirit in his place. ... If Scripture is quoted against the Pope, he maintains that we ought not to confine ourselves to it, because the Spirit is come, and has carried us above Scripture by many additions. ... Thus, by a false pretence of the Spirit, the world was bewitched to depart from the simple purity of Christ; for as soon as the Spirit is separated from the word of Christ, the door is open to all kinds of delusions and impostures. A similar method of deceiving has been attempted, in the present age, by many fanatics. The written doctrines appeared to them to be literal, and, therefore, they chose to contrive a new theology that would consist of revelations” [= Sekarang Kristus mengingatkan mereka bahwa Roh Kudus tidak akan datang untuk mendirikan kerajaan yang baru, tetapi sebaliknya meneguhkan kemuliaan yang telah diberikan kepadaNya oleh Bapa. Karena banyak yang membayangkan secara bodoh bahwa Kristus mengajar hanya untuk meletakkan pelajaran-pelajaran pertama, dan lalu mengutus murid-murid ke sekolah yang lebih tinggi. Dengan cara ini mereka membuat Injil tidak lebih besar nilainya dari pada Taurat, karena tentang Taurat dikatakan bahwa itu merupakan penuntun bagi orang kuno (Gal 3:24). Kesalahan ini diikuti oleh kesalahan yang lain yang sama tidak bisa ditoleransinya, yaitu, setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Kristus, seakan-akan pemerintahanNya sudah berakhir, dan sekarang Ia sama sekali bukan apa-apa, dan mereka menggantikan Roh Kudus di tempatNya. ... Jika Kitab Suci dikutip menentang Paus, ia mempertahankan bahwa kita tidak boleh membatasi diri kita pada Kitab Suci, karena Roh Kudus sudah datang, dan telah membawa kita di atas Kitab Suci dengan banyak penambahan-penambahan. ... Demikianlah, dengan kedok palsu Roh Kudus, dunia disihir untuk menyimpang dari kemurnian yang sederhana dari Kristus; karena, begitu Roh Kudus dipisahkan dari firman Kristus, pintu terbuka bagi semua jenis khayalan dan penipuan. Metode penipuan yang mirip telah dicoba pada jaman ini oleh banyak orang fanatik. Doktrin tertulis terlihat bagi mereka sebagai hurufiah, dan karena itu mereka memilih untuk menyusun teologia yang baru yang terdiri dari wahyu-wahyu] - hal 145-146.

2) ‘sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu’.

NASB: ‘for He shall take of Mine, and shall disclose it to you’ (= karena Ia akan mengambil milikKu, dan akan menyingkapkannya kepadamu).

NIV: ‘by taking from what is mine and making it known to you’ (= dengan mengambil dari apa yang adalah milikKu dan memberitahukannya kepadamu).

Calvin menafsirkan bahwa ini menunjuk pada penerapan penebusan Kristus oleh Roh Kudus kepada kita.

William Hendriksen: “He will take that which is Christ’s - the very substance of his teaching regarding the purpose of redemption, manner of salvation, etc. - and will enlarge on it. Whatever Christ has done, is doing, will do (for the Church) is the theme of the Holy Spirit’s teaching” [= Ia akan mengambil apa yang adalah milik Kristus - inti dari ajaranNya mengenai tujuan penebusan, cara keselamatan, dsb. - dan akan memperluasnya / membicarakannya dengan lebih lengkap / terperinci. Apapun yang Kristus telah lakukan, sedang lakukan, akan lakukan (untuk Gereja) adalah thema dari pengajaran Roh Kudus] - hal 329.

Ay 15: “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu.’”.

1) ‘Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya’.

Adam Clarke: “If Christ had not been equal to God, could he have said this without blasphemy?” (= Seandainya Kristus tidak setara dengan Allah, bisakah Ia mengatakan hal ini tanpa menghujat?) - hal 633.

2) Ay 15b mengulang ay 13b, dan sudah dibahas di atas.

-o0o-
Yohanes 16:16-33

Yohanes 16: 16: “‘Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku.’”.

1) ‘Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi’.

Ini jelas menunjuk kepada kematianNya, yang akan terjadi dalam beberapa jam lagi dari saat itu.

Calvin mengatakan bahwa Kristus berulangkali memberitahu bahwa Ia akan meninggalkan para murid. TujuanNya adalah:

· untuk menguatkan para murid pada saat hal itu terjadi.

· supaya para murid menginginkan Roh Kudus. Mereka tidak akan menginginkan Roh Kudus itu selama Kristus masih bersama mereka secara jasmani.

2) ‘dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku’.

Leon Morris (NICNT) mengatakan bahwa problem utama dengan bagian ini adalah arti dari kata-kata ‘kamu akan melihat Aku’. Ada yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada kedatangan Yesus dalam Roh Kudus; ada pula yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati, dan ada juga yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada kenaikan Yesus ke surga dan kedatanganNya yang keduakalinya.

Calvin menganggap bahwa ay 16 ini menunjuk pada kedatangan Yesus dalam Roh Kudus. Saya condong pada pandangan Calvin, karena kontext Yoh 14-16 memang tentang Roh Kudus.

Calvin menambahkan bahwa kata-kata ‘tinggal sesaat’ yang kedua menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah sangat penting.

Calvin: “He shows for what reason he foretold that his departure was at hand, and, at the same time, added a promise about his speedy return. It was, that they might understand better that the aid of the Spirit was highly necessary” (= Ia menunjukkan mengapa Ia memberi tahu lebih dulu bahwa Ia akan segera meninggalkan mereka, dan pada saat yang sama Ia menambahkan suatu janji bahwa Ia akan segera kembali, supaya mereka bisa mengerti dengan lebih baik bahwa pertolongan dari Roh adalah sangat dibutuhkan) - hal 149.

Tasker (Tyndale, hal 183) mengatakan bahwa ada yang mengatakan bahwa 2 kata ‘melihat’ dalam ay 16 ini menggunakan kata Yunani yang berbeda. Kata Yunani yang pertama menunjuk pada ‘penglihatan fisik’ sedangkan kata Yunani yang kedua menunjuk pada ‘penglihatan rohani’. Kalau ini benar, ini mendukung pandangan Calvin. Tetapi Tasker sendiri meragukan penafsiran ini.

Hendriksen (hal 330) setuju dengan Calvin, tetapi lalu menambahkan bahwa kebangkitan Kristus dan kedatangan Roh Kudus tidak bisa dipisahkan (hal 331).

3) Hubungan ay 16 dengan ay 20 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita”.

‘Tidak melihat Aku’ dan ‘melihat Aku’ dalam ay 16 ini yang menyebabkan ‘menangis dan meratap / berdukacita’ dan ‘sukacita’ dalam ay 20. Memang bagi orang Kristen / anak Tuhan, ‘melihat Yesus’ menyebabkan sukacita dan ‘tidak melihat Yesus’ menyebabkan kesedihan. Bandingkan dengan Mat 5:8 yang mengatakan bahwa orang yang murni hatinya akan melihat Allah. Jadi, makin kita menyucikan diri, makin kita melihat Yesus, dan makin kita bersukacita.

4) Dalam KJV ada tambahan.

KJV: ‘A little while, and ye shall not see me: and again, a little while, and ye shall see me, because I go to the Father’ (= Sesaat lagi, dan engkau tidak akan melihat Aku: dan lalu, sesaat lagi, dan engkau akan melihat Aku, karena Aku pergi kepada Bapa).

Pada umumnya para penafsir menganggap bahwa tambahan ini tidak orisinil.

Yohanes 16: 17-18: “Mendengar itu beberapa dari muridNya berkata seorang kepada yang lain: ‘Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?’ Maka kata mereka: ‘Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksudNya.’”.

1) Ketidak-mengertian para murid.

Leon Morris (NICNT): “Godet sagely remarks: ‘Where for us all is clear, for them all was mysterious. If Jesus wishes to found the Messianic kingdom, who go away? If He does not wish it, why return?’” (= Godet berkata dengan bijaksana: ‘Dimana untuk kita semua jelas, untuk mereka semua misterius. Jika Yesus ingin mendirikan kerajaan Mesias, mengapa Ia pergi? Jika Ia tidak menginginkannya, mengapa Ia kembali?) - hal 703-704.

2) Ay 17 menunjukkan bahwa ada 2 hal yang tidak dimengerti oleh para murid. Hal yang pertama diambil dari kata-kata Yesus dalam ay 16. Hal yang kedua, yaitu kata-kata ‘Aku pergi kepada Bapa’ (ay 17 akhir), diambil oleh para murid dari kata-kata Yesus dalam Yoh 16:10.

3) Mereka hanya bertanya satu sama lain, tetapi malu bertanya kepada Yesus, mungkin karena tidak mengerti sama sekali. Bandingkan dengan kalau Pemahaman Alkitab dan tidak mengerti apa-apa lalu malu untuk bertanya.

Yohanes 16: 19-21: “Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepadaNya, lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia”.

1) ‘Yesus tahu’.

Ini menunjukkan kemahatahuan Yesus.

2) Yesus menjawab kebutuhan mereka, bukan pertanyaan mereka.

3) ‘Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira’.

· Hendriksen mengatakan bahwa kata ‘dunia’ di sini khususnya menunjuk kepada para tokoh Yahudi yang memusuhi Yesus.

· Orang brengsek / sesat pasti senang kalau nabi asli mati!

· Ini sesuatu yang memang sering terjadi, dimana dunia bergembira tetapi anak-anak Tuhan harus berduka cita! Contoh: Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-21), Maz 73, Yer 12:1-2.

4) ‘kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita’.

a) Sama seperti dengan ay 16 di atas, maka ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kebangkitan Yesus dari antara orang mati, karena memang setelah Yesus bangkit, maka para murid bersukacita. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ini menunjuk pada saat pencurahan Roh Kudus.

b) Barclay: “There may be a time when it looks as if to be a Christian brings nothing but sorrow, and to be of the world brings nothing but joy. But the day will come when the roles are reversed. The world’s careless joy will turn to sorrow; and the Christian’s apparent sorrow will turn to joy. The Christian must always remember, when his faith costs him dear, that this is not the end of things and that sorrow will give way to joy” (= Ada saat dimana seakan-akan menjadi seorang Kristen tidak membawa apapun selain kesedihan, dan menjadi orang dunia tidak membawa apapun selain sukacita. Tetapi akan datang saatnya dimana semua itu akan dibalik. Sukacita dunia yang ceroboh akan berubah menjadi kesedihan; dan kesedihan Kristen akan berubah menjadi sukacita. Pada waktu iman harus dibayar mahal, orang Kristen harus selalu ingat, bahwa ini bukanlah akhirnya, dan bahwa kesedihan akan memberi jalan kepada sukacita) - hal 198.

c) Hendriksen mengatakan bahwa kata-kata ‘tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita’ tidak sekedar berarti bahwa kesedihan mereka akan disusul oleh kegembiraan, tetapi bahwa peristiwa yang membuat mereka sedih itu akan menjadi alasan kegembiraan mereka.

William Hendriksen: “In the light of Easter and of Pentecost, the source of mourning, namely the cross, becomes the source of exultation, so that Paul can exclaim, ‘Far be it from me to glory, save in the cross of our Lord Jesus Christ’” (= Dalam terang dari Paskah dan Pentakosta, sumber perkabungan, yaitu salib, menjadi sumber kegembiraan yang meluap-luap, sehingga Paulus bisa berseru: ‘Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus’) - hal 333.

Catatan: kutipan ayat dari Gal 6:14.

Hendriksen menambahkan bahwa illustrasi dalam ay 21 cocok dengan ini. Kelahiran dari anak itu menyakitkan, tetapi setelah itu peristiwa itu sendiri memberikan sukacita.

Barnes’ Notes: “You will not only rejoice at my resurrection, but even my death, now the object of so much grief to you, shall be to you a source of unspeakable joy. It will procure for you peace and pardon in this life, and eternal joy in the world to come. ... And thus in our afflictions, if we could see the whole case, we should rejoice. As it is, when they appear dark and mysterious, we may trust in the promise of God that it will be for our welfare. We may also remark here, that the apparent triumphs of the wicked, though they may produce grief at present in the minds of Christians, will be yet overruled for their good. Their joy will be turned into mourning, and the mourning of the Christians into joy; and the wicked man may be doing the very thing - as they were in the crucifixion of the Lord Jesus - that shall yet be made the means of promoting the glory of God and the good of his people, Ps. 76:10” (= Engkau tidak hanya akan bersukacita pada kebangkitanKu, tetapi bahkan kematianKu, yang sekarang merupakan obyek kesedihan bagimu, akan menjadi sumber dari sukacita yang tak terkatakan bagimu. Itu akan menyebabkan / memastikan untukmu damai dan pengampunan dalam hidup ini, dan sukacita yang kekal dalam dunia yang akan datang. ... Dan karena itu dalam penderitaan / kesusahan kita, jika kita bisa melihat seluruh kasus, kita harus bersukacita. Dengan demikian, pada saat kelihatan gelap dan misterius, kita bisa percaya kepada janji Allah bahwa itu adalah untuk kesejahteraan kita. Kita juga bisa mengatakan di sini, bahwa apa yang terlihat sebagai kemenangan orang jahat, sekalipun itu menghasilkan kesedihan dalam pikiran orang Kristen pada saat ini, akan dibalikkan untuk kebaikan mereka. Sukacita mereka akan berubah menjadi perkabungan, dan perkabungan orang-orang Kristen akan berubah menjadi sukacita; dan orang jahat bisa melakukan sesuatu - seperti dalam kasus penyaliban Tuhan Yesus - yang akan dibuat menjadi jalan / cara untuk memajukan kemuliaan Allah dan kebaikan umatNya, Maz 76:11) - hal 343.

Maz 76:11 - “Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagiMu, dan sisa panas hati itu akan Kauperikatpinggangkan”.

KJV: ‘Surely the wrath of man shall praise thee: the remainder of wrath shalt thou restrain’ (= Sesungguhnya murka manusia akan memuji Engkau: sisa kemurkaan akan Engkau kekang).

Yohanes 16: 22: “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu”.

1) Hendriksen: ini menunjuk pada jaman Roh Kudus.

Yesus mengatakan bahwa Ia akan melihat para murid lagi. Kata-kata ini merupakan pasangan dari kata-kata dalam ay 19 - ‘Kamu akan melihat Aku’. Dan Hendriksen (hal 333) mengatakan bahwa ‘saling melihat lagi satu sama lain’ ini tidak menunjuk pada kebangkitan Yesus, tetapi pada jaman Roh Kudus. Ini terlihat dari:

· kata-kata ‘hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu’ pada akhir ay 22.

· awal ay 23 - ‘Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu’.

Kedua hal ini, khususnya yang kedua, jauh lebih cocok untuk menunjuk pada jaman Roh Kudus dari pada jaman kebangkitan / setelah kebangkitan.

2) ‘hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu’.

Leon Morris (NICNT): “The thought is not, of course, that believers never know sorrow. It is rather that after they have come to understand the significance of the cross they are possessed by a deep-seated joy. This joy is independent of the world. The world did not give it and the world cannot take it away” (= Pemikirannya tentu bukannya bahwa orang-orang percaya tidak pernah mengenal kesedihan. Tetapi bahwa setelah mereka mengerti arti dari salib mereka mempunyai sukacita yang kedudukannya ada di dalam. Sukacita ini tak tergantung pada dunia. Dunia tidak memberikan sukacita ini dan dunia tidak bisa mengambilnya) - hal 707.

Yohanes 16: 23: “Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu”.

1) Kata ‘ask’ pada ay 23a (diterjemahkan ‘menanyakan’ dalam Kitab Suci Indonesia) mempunyai 2 kemungkinan arti:

· bertanya / menanyakan suatu pertanyaan. Leon Morris memilih arti ini, dan mengatakan bahwa ini mungkin menunjuk pada jaman Roh Kudus dimana para murid tidak akan lagi bertanya-tanya seperti dulu, karena Roh Kudus akan mengajar mereka (bdk. 14:26 16:13).

· meminta. Orang-orang memilih arti kedua ini karena melihat ay 23bnya yang membicarakan permintaan kepada Bapa. Ini lalu diartikan bahwa Yesus mengatakan bahwa dalam berdoa mereka tidak boleh berdoa kepadaNya tetapi kepada Bapa. Tetapi penafsiran ini bertentangan dengan Yoh 14:14 yang jelas mengijinkan kita untuk berdoa kepada Yesus.

Calvin mengambil pandangan pertama, dan ia berkata bahwa ini menunjukkan perbedaan dengan keadaan dimana mereka belum mempunyai Roh Kudus. Pada saat itu mereka begitu lamban dalam mengerti ajaran-ajaran Kristus (bdk. 13:36 14:5,8,22 16:18). Tetapi nanti pada saat mereka sudah menerima Roh Kudus maka Roh Kudus akan memberikan pencerahan yang membuat mereka mengerti.

Calvin: “True, the apostles did not cease to ask at the mouth of Christ, even when they had been elevated to the highest degree of wisdom, but this is only a comparison between the two conditions” (= Memang benar bahwa rasul-rasul tidak berhenti bertanya kepada Kristus, bahkan pada saat mereka telah diangkat pada tingkat hikmat yang tertinggi, tetapi ini hanya merupakan perbandingan di antara kedua keadaan) - hal 152.

Calvin membandingkan dengan Yer 31:34a - “Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN”. Bdk. 1Yoh 2:27 - “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari padaNya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapanNya mengajar kamu tentang segala sesuatu - dan pengajaranNya itu benar, tidak dusta - dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia”.

Calvin: “The prophet assuredly does not take away or set aside instruction, which must be in its most vigorous state in the kingdom of Christ; but he affirms that, when all shall be taught by God, no room will be any longer left for this gross ignorance” (= Jelas sang nabi tidak membuang atau menyingkirkan pengajaran, yang harus ada dalam keadaannya yang paling giat / bersemangat dalam kerajaan Kristus; tetapi ia menegaskan bahwa pada saat semua akan diajar oleh Allah, tidak ada tempat lagi yang tersisa untuk ketidaktahuan / kebodohan yang besar / menyolok ini) - hal 152.

Jadi jelas bahwa ay 23 ini, dan juga Yer 31:34 dan 1Yoh 2:27, tidak boleh diartikan seakan-akan orang Kristen akan mengerti segala sesuatu dan tidak lagi perlu belajar!

2) ‘Sesungguhnya’.

RSV/NASB: ‘Truly, truly’ (= Sesungguhnya).

KJV: ‘Verily, verily’ (= Dengan sesungguhnya).

Lit: ‘Amin, Amin’.

Leon Morris (NICNT): “Moreover, ‘verily, verily’ commonly introduces a new thought. ... The asking in prayer at the end of the verse thus appears to be something different from the asking at the beginning” (= Lebih lagi, kata ‘sesungguhnya’ biasanya memperkenalkan suatu pemikiran yang baru. ... Maka permintaan dalam doa pada akhir dari ayat ini kelihatannya merupakan sesuatu yang berbeda dari pertanyaan pada permulaan ayat ini) - hal 707.

Jadi, sekalipun ay 23b berbicara mengenai doa, tetapi ay 23a tidak berbicara mengenai doa, tetapi mengenai pertanyaan kepada Kristus.

3) ‘segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu’.

Ada 2 macam terjemahan dalam penempatan kata-kata ‘dalam namaKu’ ini.

a) Ada yang menghubungkannya dengan permintaan para murid (KJV/NIV).

KJV: ‘Whatsoever ye shall ask the Father in my name, he will give it you’ (= Apapun yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, Ia akan memberikannya kepadamu).

NIV: ‘my Father will give you whatever you ask in my name’ (= BapaKu akan memberimu apapun yang engkau minta dalam namaKu).

b) Ada yang menghubungkannya dengan pemberian dari Bapa (RSV/NASB/ Kitab Suci Indonesia).

RSV: ‘if you ask anything of the Father, he will give it to you in my name’ (= jika kamu meminta apapun kepada Bapa, Ia akan memberikannya kepadamu dalam namaKu).

NASB: ‘if you shall ask the Father for anything, He will give it to you in My name’ (= jika engkau meminta kepada Bapa apapun, Ia akan memberikannya kepadamu dalam namaKu).

Leon Morris memilih pandangan kedua; Hendriksen juga demikian.

William Hendriksen: “We now learn that not only the asking is in Christ’s name, but so is also the giving. The Father will give in harmony with his entire redemptive revelation which centers in the Son, and on the basis of his love for the Son and of the latter’s sacrifice” (= Sekarang kita belajar bahwa bukan hanya permintaan dilakukan dalam nama Kristus, tetapi juga pemberiannya / pengabulannya. Bapa akan memberi sesuai dengan wahyu penebusan yang berpusatkan pada Anak, dan berdasarkan pada kasihNya untuk Anak dan pengorbanan Anak) - hal 335.

Yohanes 16: 24: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.

1) ‘Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu’.

Hendriksen (hal 335) mengatakan bahwa sampai saat ini kalau para murid berdoa, mereka berdoa langsung kepada Allah, tanpa menyebut nama Yesus.

Hendriksen menambahkan bahwa ada orang yang menganggap bahwa kata-kata Yesus ini merupakan teguran terhadap kesalahan para murid, tetapi ada juga yang menganggap bahwa mereka tidak salah karena penebusan belum terjadi. Hendriksen mengatakan bahwa textnya tidak berpihak ke pihak manapun dari 2 penafsiran ini. Penekanan utamanya hanyalah bahwa mulai saat ini ada perubahan dalam cara mereka berdoa dimana mereka harus berdoa dalam nama Yesus.

Calvin mengatakan (hal 153) bahwa sekalipun para murid sudah diajar dengan cukup jelas bahwa Yesus adalah Pengantara pada Bapa, tetapi pengetahuan mereka begitu kabur, sehingga mereka belum bisa berdoa dalam nama Yesus dengan cara yang benar. Atau kemungkinan lain adalah bahwa sekalipun mereka berdoa dengan menggunakan Pengantara, sesuai dengan ajaran Hukum Taurat, tetapi mereka tidak mengerti dengan jelas dan benar apa artinya hal itu.

2) Doa dalam nama Yesus.

Calvin: “It was, therefore, one of the principle of faith, that prayers offered to God, when there was no Mediator, were rash and useless” (= Karena itu, merupakan suatu prinsip iman bahwa doa-doa yang dinaikkan kepada Allah, tanpa Pengantara, adalah gegabah dan tak berguna) - hal 153.

Calvin: “we have the heart of the Heavenly Father, as soon as we have placed before Him ‘the name’ of the Son” (= kita mempunyai hati dari Bapa surgawi, begitu kita menempatkan di hadapanNya ‘nama’ dari Anak) - hal 158.

Calvin: “We are said ‘to pray in the name’ of Christ when we take him as our Advocate, to reconcile us, and make us find favour with his Father, though we do not expressly mention his name with our lips” (= Kita dikatakan ‘berdoa dalam nama’ dari Kristus pada waktu kita menggunakanNya sebagai Advokat kita, untuk memperdamaikan kita, dan membuat kita diperkenan oleh Bapa, sekalipun kita tidak menyebutkan namaNya dengan bibir kita) - hal 154.

C. H. Spurgeon: “The man who, despite the teaching of Scripture, tries to pray without a Saviour insults the Deity; and he who imagines that his own natural desires, coming up before God, unsprinkled with the precious blood, will be an acceptable sacrifice before God, makes a mistake: he has not brought an offering that God can accept, any more than if he had struck off a dog’s neck, or offered an unclean sacrifice” (= Orang yang, bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, berusaha untuk berdoa tanpa seorang Juruselamat, menghina Allah; dan ia yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa keinginan-keinginan alamiahnya sendiri naik ke hadapan Allah, tanpa diperciki dengan darah yang berharga, akan menjadi suatu korban yang diterima di hadapan Allah, melakukan suatu kesalahan: ia tidak membawa persembahan yang bisa diterima Allah, sama seperti kalau ia memotong leher seekor anjing, atau mempersembahkan korban yang najis) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 204.

3) ‘Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.

a) ‘Mintalah’.

Kata ‘mintalah’ (Yunani: AITEITE) merupakan suatu present imperative (kata perintah bentuk present), dan ini berarti bahwa itu merupakan suatu perintah yang harus dilakukan terus menerus.

b) ‘supaya penuhlah sukacitamu’.

Leon Morris (NICNT): “the purpose of all this is their joy. ... Notice that this is connected with prayer. They are to pray in order that their joy may be made complete. It cannot be made complete in any other way” (= tujuan dari semua ini adalah sukacita mereka. ... Perhatikanlah bahwa ini berhubungan dengan doa. Mereka harus berdoa supaya sukacita mereka menjadi penuh. Itu tidak bisa terjadi dengan cara lain) - hal 708.

Penerapan: karena itu banyaklah berdoa, dan bahkan, berdoalah selalu!

Yohanes 16: 25: “Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu”.

1) ‘Semuanya ini’.

Hendriksen mengatakan (hal 336) bahwa kata-kata ‘semuanya ini’ menunjuk pada semua yang diajarkanNya pada malam itu, dan bahkan mungkin pada semua yang telah diajarkanNya sampai pada saat itu.

2) ‘Kukatakan kepadamu dengan kiasan’.

KJV: ‘in proverbs’ (= dalam pepatah).

RSV: ‘in figures’ (= dalam gambaran).

NIV: ‘figuratively’ (= dengan kiasan / lambang).

NASB: ‘in figurative language’ (= dalam bahasa kiasan / lambang).

Leon Morris (hal 709, footnote) mengatakan bahwa kata Yunani yang dipakai adalah PAROIMIA, yang berasal dari 2 kata Yunani yaitu PARA (di samping) + OIMOS (jalan). Jadi artinya adalah ‘a wayside saying, a byword, maxim, proverb’ (= peribahasa / pepatah).

Memang banyak ajaran Yesus yang membingungkan. Bagi kita yang sudah mengerti dan terbiasa dengan penggunaan bahasa seperti itu, ini tidak merupakan problem. Tetapi bagi orang yang pertama kali mendengarNya, tentu membingungkan. Misalnya kata-kata / ajaran Yesus tentang:

· membangun kembali Bait Allah dalam 3 hari (Yoh 2:19).

· kelahiran kembali (Yoh 3:1-8).

· air hidup yang memuaskan secara terus menerus (Yoh 4:13-14).

· dagingNya yang harus dimakan dan darahNya yang harus diminum setiap orang (Yoh 6:53-56).

· diriNya yang sudah ada sebelum Abraham (Yoh 8:58).

Barnes mengatakan bahwa sekalipun bagi kita pernyataan Tuhan Yesus tentang kematian dan kebangkitanNya cukup jelas, tetapi bagi para rasul yang dipenuhi dengan prasangka Yahudi yang menolak untuk mempercayai bahwa Mesias harus mati, itu merupakan hal yang sukar dan kabur.

Calvin mengatakan bahwa ayat ini tidak berarti bahwa Kristus betul-betul mengajar supaya mereka tidak mengerti. Tetapi kebutaan mereka yang menyebabkan semua ini.

3) ‘Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu’.

a) Mengapa tidak dari dulu Yesus mengajar dengan cara seperti ini?

Karena penebusan belum terjadi, dan karena Roh Kudus belum dicurahkan.

William Hendriksen: “Until the Man of Sorrows has actually suffered and died on the cross and until he is risen, this cross cannot be fully revealed. Until the Helper has arrived, the Father cannot be fully declared” (= Sampai Yesus betul-betul telah menderita dan mati pada kayu salib dan sampai Ia bangkit, salib ini tidak bisa dinyatakan sepenuhnya. Sampai sang Penolong telah tiba, Bapa tidak bisa dinyatakan sepenuhnya) - hal 337.

b) Kapan saat yang dimaksud oleh Yesus itu?

Ada yang mengatakan setelah Pentakosta, dan ada yang mengatakan setelah kebangkitan (Luk 24:25-27,32 Kis 1:3). Saya lebih condong untuk memilih ‘setelah Pentakosta’, karena kontex dari Yoh 16 memang tentang Roh Kudus.

Hendriksen juga mengatakan bahwa janji Yesus ini digenapi dalam surat-surat dari rasul-rasul, yang sekalipun memang tetap mengandung hal-hal yang sukar (bdk. 2Pet 3:15-16), tetapi tetap lebih langsung dan lebih terbuka. Khususnya ajaran tentang rencana Allah dalam persoalan penebusan dilakukan secara lebih jelas dan terbuka (bdk. Ro 3:21-25 Ro 5 Ro 8 Ef 1:13-14 Fil 2:9-10 1Pet 1:3-12 1Yoh 3 dsb).

Penerapan:

· Mungkin saudara pernah menginginkan untuk hidup pada jaman Yesus melayani di dunia ini, supaya saudara bisa menanyakan secara langsung hal-hal yang tidak saudara mengerti. Tetapi dari kata-kata ini, kelihatan bahwa kita yang hidup pada jaman Roh Kudus ini (setelah Pentakosta), memiliki keuntungan dalam persoalan pengertian. Tetapi lalu mengapa masih ada orang-orang yang sesat / salah? Ini pasti karena kesalahan mereka sendiri, yaitu:

* mungkin mereka bukan anak Allah.

* mungkin mereka tidak merindukan kebenaran.

* mungkin mereka tidak berdoa supaya Tuhan memberikan kebenaran kepada mereka.

* mungkin mereka tidak mencarinya dalam Kitab Suci dan mereka tidak mempedulikan otoritas Kitab Suci.

· Ini menyebabkan kita harus berpikir dahulu sebelum menganjurkan orang yang belum percaya untuk membaca Injil Yohanes, seperti yang biasa dilakukan banyak orang kristen. Mungkin surat Roma atau Galatia lebih baik karena lebih terbuka / jelas, khususnya dalam persoalan penebusan dan keselamatan.

c) Ini menyebabkan seakan-akan ada perbedaan antara ajaran Yesus dan ajaran rasul-rasul dalam Perjanjian Baru.

Calvin: “The Holy Spirit, certainly, did not teach the apostles anything else than what they had heard from the mouth of Christ himself, but, by enlightening their hearts, he drove away their darkness, so that they heard Christ speak, as it were, in a new and different manner, and thus they easily understood his meaning” (= Roh Kudus pasti tidak mengajar rasul-rasul itu apapun yang lain dari pada apa yang mereka dengar dari mulut Kristus sendiri, tetapi dengan menerangi hati mereka, Ia menyingkirkan kegelapan mereka, sehingga mereka seakan-akan mendengar Kristus berbicara dengan cara yang baru dan berbeda, dan dengan demikian mereka bisa mengerti maksudNya dengan mudah) - hal 156.

Karena itu bagian ini penting dalam menghadapi tuduhan orang Islam maupun Yahudi yang mengatakan bahwa ajaran Yesus bertentangan dengan ajaran Paulus dan rasul-rasul yang lain.

Ay 26: “Pada hari itu kamu akan berdoa dalam namaKu. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa”.

1) ‘Pada hari itu kamu akan berdoa dalam namaKu’.

Kalau tadinya mereka tidak pernah berdoa dalam nama Yesus (ay 24), maka nanti pada ‘jaman Roh Kudus’ mereka akan berdoa dalam nama Yesus.

2) ‘Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa’.

a) Penekanan dari bagian ini hanyalah bahwa kalau dulu para murid itu tidak bisa berdoa sendiri, sehingga Yesus harus mendoakan mereka, maka nanti pada ‘jaman Roh Kudus’ mereka bisa berdoa sendiri. Ini khususnya harus diperhatikan oleh orang-orang Kristen yang selalu meminta pendeta mendoakan mereka, karena merasa bahwa doa mereka sendiri ‘tidak manjur’.

b) Kalimat terakhir dari ay 26 ini tidak berarti bahwa Yesus sama sekali tidak pernah lagi mendoakan mereka, karena kalau ditafsirkan seperti ini akan bertentangan dengan 1Yoh 2:1 Ro 8:34 Ibr 7:25 yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Jurusyafaat kita.

1Yoh 2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”.

Ro 8:34 - “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

NASB: ‘who also intercedes for us’ (= yang juga menjadi penengah / jurusyafaat kita).

Ibr 7:25 - “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”.

NIV: ‘to intercede for them’ (= untuk menjadi penengah bagi mereka).

Bahkan Hendriksen mengatakan (hal 338) bahwa pada ‘jaman Roh Kudus’ itu doa para murid tetap membutuhkan sokongan dari doa syafaat Yesus. Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah Yoh 14:6 Ibr 7:24-25 Ibr 13:15.

Ibr 7:24-25 - “Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamatNya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”.

Ibr 13:15 - “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”.

Catatan: Kata-kata ‘oleh Dia’ seharusnya adalah ‘through Him’ (= melalui Dia).

Ay 27: “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.

1) Kata Yunani untuk ‘mengasihi’.

William Hendriksen: “The verb for ‘love’ here in verse 27 is jilei. However, either verb (jilew or agapaw) is used in the Fourth Gospel to express the love of the Father for the disciples, and the love of the disciples for Jesus. In such contexts the verbs are probably almost identical in meaning” [= Kata kerja untuk ‘mengasihi’ di sini dalam ayat 27 adalah jilei (PHILEI). Tetapi baik kata kerja jilew (PHILEO) atau agapaw (AGAPAO) digunakan dalam Injil keempat ini untuk menyatakan kasih dari Bapa untuk para murid, dan kasih dari para murid untuk Yesus. Dalam kontex-kontex seperti itu kata-kata kerja itu mungkin hampir identik artinya] - hal 338.

2) ‘sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku’.

Apakah bagian ini menunjukkan bahwa Bapa mengasihi para murid karena mereka mengasihi Yesus? (Catatan: pembahasan semacam ini sudah ada dalam pembahasan Yoh 14:21).

Calvin: “if it is only when we have loved Christ that God begins to love us, it follows that the commencement of salvation is from ourselves, because we have anticipated the grace of God” (= jika hanya setelah kita mengasihi Kristus maka barulah Allah mulai mengasihi kita, maka permulaan keselamatan adalah dari diri kita sendiri, karena kita telah mengantisipasi / mendahului kasih karunia Allah) - hal 158.

Bandingkan dengan:

· 1Yoh 4:10 - “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.

· 1Yoh 4:19 - “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”.

Calvin: “God loves men in a secret way, before they are called, if they are among the elect; for he loves his own before they are created; but, as they are not yet reconciled, they are justly accounted ‘enemies’ of God, as Paul speaks, ‘When we were ENEMIES, we were reconciled to God by the death of his Son,’ (Roh orang mati. 5:10.) On this ground it is said that we are loved by God, when we love Christ; because we have the pledge of the fatherly love of Him from whom we formerly recoiled as our offended Judge” [= Allah mengasihi manusia dengan cara rahasia, sebelum mereka dipanggil, jika mereka termasuk orang-orang pilihan; karena Ia mengasihi milikNya sebelum mereka diciptakan; tetapi karena mereka belum diperdamaikan, mereka secara benar dianggap sebagai ‘musuh-musuh’ Allah, seperti dikatakan oleh Paulus: ‘Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya’ (Ro 5:10). Berdasarkan hal inilah dikatakan bahwa kita dikasihi oleh Allah, pada waktu kita mengasihi Kristus; karena kita mempunyai jaminan kasih seorang bapa dari Dia, yang tadinya kita takuti sebagai Hakim yang marah kepada kita] - hal 158-159.

Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Augustine: “He would not have wrought in us something He could love, were it not that He loved ourselves before He wrought it” (= Ia tidak akan mengerjakan dalam kita sesuatu yang bisa Ia kasihi, jika bukannya bahwa Ia mengasihi kita sebelum Ia mengerjakan hal itu) - hal 711.

3) ‘dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah’.

Ini menunjukkan bahwa iman yang benar mencakup kepercayaan bahwa Yesus mempunyai asal usul dari surga. Dengan kata lain, Yesus adalah Allah.

Yohanes 16: 28: “Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa”.

1) ‘Aku datang dari Bapa’.

KJV/NASB: ‘I came forth from the Father’ (= Aku tampil ke depan dari Bapa).

RSV/NIV: ‘I came from the Father’ (= Aku datang / keluar / berasal dari Bapa).

Bdk. Yoh 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.

Kata Yunani yang digunakan dalam Yoh 8:42 sama dengan yang digunakan dalam ay 28 ini, dan juga sama dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 27 akhir, yaitu evxhlton (EXELTON). Juga kata ‘datang dari’ pada akhir ay 30 menggunakan kata dasar yang sama.

Mengapa ayat-ayat ini mengatakan bahwa Yesus ‘keluar’ dari Bapa? Bukankah Yesus ‘diperanakkan’ oleh Bapa, sedangkan kata ‘keluar’ seharusnya ditujukan kepada Roh Kudus? Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius no 20-22 yang berbunyi sebagai berikut: “20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar”.

Tentang Yoh 8:42, Calvin berkata bahwa dalam bagian itu Yesus tidak berbicara tentang hakekatNya, tetapi tentang jabatan / misi / pelayananNya. Penafsiran ini sesuai dengan lanjutan kata-kata Yesus dalam Yoh 8:42c - ‘Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku’.

Rupanya ay 27-28 ini juga harus ditafsirkan seperti itu (khususnya perhatikan ay 28, yang menunjukkan misi Tuhan Yesus).

Ini berbeda dengan kata ‘keluar’ yang ditujukan kepada Roh Kudus dalam Yoh 15:26, yang menggunakan kata Yunani evkporeuetai (EKPOREUETAI).

2) ‘Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa’.

a) Keilahian Kristus.

Kata-kata ‘Aku datang’ menunjukkan pre-existence dan keilahian Yesus.

Perhatikan juga bahwa bagi Kristus baik ‘datang ke dalam dunia’ maupun ‘meninggalkan dunia’, digambarkan sebagai tindakan aktif, dan ini lagi-lagi menunjukkan keilahianNya.

b) ‘Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa’.

· Kristus mengatakan bahwa pada waktu meninggalkan dunia ini Ia pergi kepada Bapa. Ini menunjukkan 2 hal:

* setelah kepergianNya Ia menjadi penguasa seluruh alam semesta.

* pemberian berkat dari Dia tidak terhenti dengan kepergianNya.

· William Hendriksen: “The path of suffering, crucifixion, resurrection, ascension is, from one aspect, a departure from the world; from another point of view, it is a journey to the Father” (= Jalan penderitaan, penyaliban, kebangkitan, kenaikan adalah, dari satu aspek, suatu kepergian dari dunia; dari sudut pandang yang lain, itu merupakan suatu perjalanan kepada Bapa) - hal 339.

Penerapan: Kita juga bisa memandang ‘kepergian’ (menjadi tua, sakit, mati) kita dengan cara yang sama. Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam Fil 1:21-23 2Kor 5:1,8.

· Leon Morris (NICNT): “Here we have the great movement of salvation. It is a twofold movement, from heaven to earth and back again. Christ’s heavenly origin is important, else He could not be the Saviour of men. But His heavenly destination is also important, for it witnesses to the Father’s seal on the Son’s saving work” (= Di sini kita mempunyai gerakan yang besar dari keselamatan. Itu merupakan gerakan ganda, dari surga ke bumi dan kembali lagi. Asal usul surgawi Kristus merupakan sesuatu yang penting, karena kalau tidak Ia tidak bisa menjadi Juruselamat manusia. Tetapi tujuan surgawi juga penting, karena itu memberi kesaksian tentang pengesahan Bapa pada pekerjaan penyelamatan Anak) - hal 711.

Ay 29-30: “Kata murid-muridNya: ‘Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.’”.

1) “Kata murid-muridNya: ‘Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan”.

Hendriksen berpendapat bahwa para murid mengira bahwa apa yang tadi Yesus katakan (ay 25) sudah terjadi sekarang, tetapi mereka salah sangka, dan Yesus tidak berusaha membetulkan mereka, mungkin karena waktu memang sudah tidak memungkinkan.

Calvin mengatakan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa murid-murid dikuatkan oleh penghiburan yang Kristus berikan, sekalipun sebetulnya mereka belum mengerti sepenuhnya apa yang Kristus katakan.

Calvin: “he who has only tasted a little of the doctrine of the Gospel is more inflamed, and feels much greater energy in that small measure of faith, than if he had been acquainted with all the writings of Plato” (= ia yang telah mencicipi hanya sedikit dari ajaran Injil, lebih dikobarkan, dan merasakan lebih banyak kekuatan dalam ukuran kecil dari iman itu, dari pada jika ia telah mempelajari / mengenal semua tulisan Plato) - hal 160.

Penerapan: ini perlu dihayati oleh semua pelayan firman, sehingga mereka betul-betul mengajarkan Firman Tuhan, dan bukannya filsafat yang tidak ada gunanya.

2) ‘Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu’.

Ini berhubungan dengan ay 18-19, dimana sekalipun para murid tidak bertanya kepada Yesus, tetapi Yesus tahu pikiran mereka. Dan artinya dari kata-kata ini adalah: Sekarang kami tahu bahwa Engkau maha tahu, dan tanpa seseorang bertanya kepadaMu, Engkau tahu apa yang ada dalam pikirannya.

3) “Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.’”.

Dari pengetahuan mereka tentang kemaha-tahuan Yesus itu mereka lalu menarik kesimpulan ini.

Ay 31-32: “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.”.

1) “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Percayakah kamu sekarang?”.

Kata-kata Yesus ini, ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya, bisa diterjemahkan ke dalam kalimat tanya (seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, KJV, RSV, NASB), bisa juga sebagai kalimat positif [seperti dalam terjemahan NIV: ‘You believe at last!’ (= Akhirnya kamu percaya!)].

Sekalipun diterjemahkan ke dalam kalimat tanya, itu tidak berarti bahwa Yesus meragukan iman mereka. Bahwa Yesus tidak meragukan iman mereka terlihat dari Yoh 17:8b dimana Yesus berkata dalam doanya: “Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.

Lalu apa maksudnya kata-kata ini?

· William Hendriksen: “the Lord, though accepting their confession at face-value, wishes to put them on guard against over-confidence” (= Tuhan, sekalipun menerima pengakuan mereka apa adanya, ingin supaya mereka berjaga-jaga terhadap keyakinan yang berlebih-lebihan) - hal 341.

Bandingkan dengan 1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.

· William Hendriksen: “The Master does not in any way deny the presence of genuine faith in the hearts of his friends ...; but he stresses the imperfect character of that faith” (= Sang Guru / Tuan sama sekali tidak menyangkal adanya iman yang sejati dalam hati dari teman-temanNya ..., tetapi Ia menekankan ketidak-sempurnaan iman itu) - hal 343.

Penerapan: Memang selama kita hidup di dunia ini, iman kita tidak akan pernah sempurna. Memang iman yang tidak sempurna ini tetap akan menyelamatkan kita selama itu betul-betul adalah iman yang benar, tetapi bagaimanapun juga merupakan kewajiban kita untuk berusaha menyempurnakan / meningkatkan iman kita dalam sepanjang hidup kita, melalui doa, Firman Tuhan dan pengudusan.

Bandingkan dengan:

* 1Pet 2:1-2 - “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.

* 2Pet 1:5-11 - “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

2) ‘Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang’.

Istilah seperti ini menunjuk pada suatu proses yang sedang berlangsung.

William Hendriksen: “In a way it is still future, for Jesus and the disciples have not yet crossed the brook ... Yet, in another sense, this season has already arrived, for a. Judas is even now on the way, and b. so certain it is that the predicted event will occur that to the mind of Christ it is already present” (= Dalam arti tertentu, itu masih akan datang, karena Yesus dan murid-muridNya belum menyeberangi sungai ... Tetapi dalam arti yang lain, saat itu sudah tiba, karena a. Yudas sekarang sedang dalam perjalanan, dan b. begitu pastinya bahwa kejadian yang diramalkan itu akan terjadi sehingga bagi pikiran Kristus kejadian itu sudah ada) - hal 341.

3) ‘bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri’.

a) Bandingkan nubuat Yesus ini dengan:

· Zakh 13:7 - “‘Hai pedang, bangkitlah terhadap gembalaKu, terhadap orang yang paling karib kepadaKu!’, demikianlah firman TUHAN semesta alam. ‘Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai! Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah”.

· Mat 26:31 - “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai”.

b) Pengakuan iman yang disusul dengan penderitaan.

Perhatikan bahwa iman mereka yang diutarakan dalam ay 30 tadi langsung disusul oleh pemberitaan tentang penderitaan yang harus mereka hadapi (ay 31-33).

Pulpit Commentary: “The faith now acknowledged was destined to be severely tried” (= Iman yang diakui sekarang ditentukan untuk diuji dengan hebat) - hal 314.

Karena itu kalau saudara memberitakan Injil kepada seseorang dan orang itu mau percaya, saudara harus memperingatkan supaya ia berjaga-jaga terhadap datangnya penderitaan. Mengapa? Karena di satu pihak setan pasti menyerang orang yang beriman, dan di lain pihak iman yang benar itu memang harus mengalami ujian dari Tuhan. Dalam menghadapi serangan / penderitaan tersebut, bisa dipastikan kita pernah, dan bahkan sering, jatuh. Dan sekalipun kejatuhan tersebut merupakan dosa, tetapi ini juga mempunyai manfaat, yaitu untuk mencegah kita dari kesombongan dan keyakinan yang berlebih-lebihan.

Calvin: “As the disciples were too highly pleased with themselves, Christ reminds them that, remembering their weakness, they ought rather to confine themselves within their own little capacity. Now, we never are fully aware of what we want, and of our great distance from the fulness of faith, till we come to some serious trial; for then the fact shows how weak our faith was, which we imagined to be full” (= Karena murid-murid terlalu puas / senang dengan diri mereka sendiri, Kristus mengingatkan mereka bahwa mengingat kelemahan mereka, mereka seharusnya membatasi diri mereka di dalam kapasitas mereka yang kecil. Kita tidak akan pernah menyadari sepenuhnya apa yang kita butuhkan / apa yang tidak kita miliki, dan besarnya jarak kita dari iman yang penuh, sampai kita menghadapi ujian yang serius; karena pada saat itu fakta menunjukkan betapa lemahnya iman kita, yang kita bayangkan sebagai iman yang penuh) - hal 160-161.

Barnes’ Notes: “Though they supposed that they had unshaken faith - faith that would endure every trial, yet he told them that they would need all their confidence in God. When we feel strong in the faith, we should examine ourselves. It may be that we are deceived; and it may be that God may even then be preparing trials for us that will shake our faith to its foundation” (= Sekalipun mereka menganggap bahwa mereka mempunyai iman yang tidak tergoyahkan - iman yang akan bertahan terhadap setiap ujian, tetapi Ia memberitahu mereka bahwa mereka membutuhkan seluruh keyakinan mereka kepada Allah. Pada saat kita merasa kuat dalam iman, kita harus memeriksa diri kita sendiri. Bisa saja bahwa kita tertipu; dan mungkin pada saat itu Allah sedang mempersiapkan ujian-ujian untuk kita yang akan menggoncangkan iman kita sampai pada fondasinya) - hal 344.

c) Hendriksen mengatakan bahwa memang setelah Yesus mati, para murid kembali ke rumahnya masing-masing. Itu sebabnya Maria Magdalena bisa dengan mudah menemukan mereka (bdk. Yoh 20:2). Juga mereka kembali pada pekerjaannya semula (bdk. Yoh 21:3), sekalipun mungkin sekali ini tidak berlaku untuk semua murid, karena tidak terbayangkan bahwa Matius kembali menjadi pemungut cukai.

Penerapan: penderitaan yang hebat sering dipakai oleh setan untuk membujuk seorang hamba Tuhan / pelayan Tuhan untuk meninggalkan pelayanan dan kembali pada keadaan dan pekerjaannya yang semula. Karena itu semua hamba Tuhan / pelayan Tuhan harus waspada terhadap hal ini!

4) ‘dan kamu meninggalkan Aku seorang diri’.

a) Orang kristen yang sejati, bisa meninggalkan Yesus untuk sementara waktu, tetapi Yesus tidak pernah meninggalkan orang kristen yang sejati!

Pulpit Commentary: “Although genuine faith may sometimes leave Jesus, he never leaves genuine faith” (= Sekalipun iman yang sejati bisa kadang-kadang meninggalkan Yesus, Ia tidak pernah meninggalkan iman yang sejati) - hal 329.

Bandingkan dengan 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.

b) Ini menunjukkan keluar-biasaan Yesus, yang sekalipun tahu akan kelemahan dan kegagalan para muridNya, tetapi tetap mengasihi mereka.

Barclay: “Here is perhaps the most extraordinary thing about Jesus. He knew the weakness of his men; he knew their failure; he knew that they would let him down in the moment of his direst need; and yet he still loved them; and what is even more wonderful - he still trusted them. He knew men at their worst and still loved and trusted them. It is quite possible for a man to forgive someone and, at the same time, to make it clear that he is never prepared to trust that person again. But Jesus said: ‘I know that in your weakness you will desert me; nevertheless I know that you will still be conquerors.’ Never in all the world were forgiveness and trust so combined. What a lesson is there! Jesus teaches us how to forgive, and how to trust the man who was guilty of failure” (= Di sinilah mungkin hal yang paling luar biasa tentang Yesus. Ia tahu kelemahan dari orang-orangNya, Ia tahu kegagalan mereka; Ia tahu bahwa mereka akan mengecewakanNya pada saat Ia paling membutuhkan; tetapi Ia tetap mengasihi mereka; dan apa yang lebih hebat - Ia tetap mempercayai mereka. Ia mengetahui hal yang terjelek dari manusia dan tetap mengasihi dan mempercayai mereka. Adalah mungkin bagi seseorang untuk mengampuni seseorang dan pada saat yang sama tidak mempercayai orang itu lagi. Tetapi Yesus berkata: ‘Aku tahu bahwa dalam kelemahanmu kamu akan meninggalkan Aku; tetapi sekalipun demikian Aku tahu bahwa engkau tetap akan menjadi pemenang’. Di dunia ini tidak pernah ada pengampunan dan kepercayaan yang dikombinasikan seperti itu. Di sini kita mendapat pelajaran yang luar biasa. Yesus mengajar kita bagaimana mengampuni, dan bagaimana mempercayai manusia yang bersalah dalam kegagalan) - hal 202.

Catatan: apa yang tidak saya terima dari kata-kata ini adalah dimana Barclay berkata bahwa Yesus mempercayai murid-muridNya. Jelas bahwa Yesus tidak mempercayai manusia, siapapun juga adanya orang itu, karena Ia tahu apa yang ada dalam diri manusia (bdk. Yoh 2:23-25). Ia tahu bahwa dalam diri manusia tidak ada sesuatupun yang baik (bdk. Ro 7:18-19). Boleh dikatakan bahwa sebetulnya Yesus bukannya mempercayai para muridNya, tetapi Ia mempercayai apa yang Ia sendiri bisa lakukan terhadap para murid yang jelek itu. Dengan kasih karuniaNya dan kuasaNya Ia bisa membentuk mereka sehingga menjadi orang-orang yang berguna bagiNya. Perhatikan apa yang dikatakan Leon Morris di bawh ini.

Leon Morris (NICNT): “The limitations of the disciples’ faith are shown in that they will shortly abandon their Lord. Their failure at the moment of crisis is faithfully recorded and it has its importance. The church depends ultimately on what God has done in Christ, not on the courage and wit of its first members” (= Keterbatasan dari iman murid-murid ditunjukkan dalam hal dimana mereka sebentar lagi akan meninggalkan Tuhan mereka. Kegagalan mereka pada saat krisis dicatat dengan setia dan ini mempunyai kepentingannya. Gereja bergantung pada apa yang Allah lakukan dalam Kristus, bukan pada keberanian dan akal / kecerdasan dari anggota-anggotanya yang mula-mula) - hal 713.

c) Sikap Yesus yang tetap mengasihi para muridNya di tengah-tengah kelemahan dan kegagalan mereka, harus kita tiru.

Barclay: “He knew that his friends would abandon him, yet at the moment he did not upbraid them, and afterwards he did not hold it against them. He loved men in all their weakness; saw them and loved them as they were. Love must be clear-sighted. If we idolize a person and think him faultless, we are doomed to disappointment. We must love him as he really is” (= Ia mengetahui bahwa teman-temanNya akan meninggalkanNya, tetapi pada saat itu Ia tidak mencela / memarahi mereka, dan setelah itu Ia tidak mendendam terhadap mereka. Ia mengasihi manusia dalam semua kelemahan mereka; melihat kelemahan-kelemahan itu dan mengasihi orang-orang itu sebagaimana adanya mereka. Kasih harus melihat dengan jelas. Jika kita mengidolakan seseorang dan mengira bahwa ia tidak bercacat, kita pasti akan kecewa. Kita harus mengasihi dia sebagaimana adanya dia) - hal 203.

Penerapan:

· bisakah saudara mengasihi suami, istri, anak, orang tua, teman saudara sebagaimana adanya mereka? Maukah berusaha meniru Kristus dalam hal ini?

· ini juga harus diterapkan secara timbal balik dalam hubungan guru sekolah Minggu dengan murid-muridnya, dan pendeta dengan jemaatnya.

5) ‘Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku’.

a) Penafsiran yang salah tentang kata-kata ini.

Ada penafsir-penafsir yang menekankan kata-kata ini kelewat batas karena mereka mengatakan bahwa bahkan pada saat Yesus berteriak ‘Eli, Eli lama sabakhtani?’, Bapa tetap tidak meninggalkan Dia. Contoh:

· Pulpit Commentary: “This fellowship was essential. Being one in nature and essence, nothing could separate him from this. ... It is true that at that darkest moment on the cross he exclaimed, ‘My God, my God,’ etc. - the full meaning of which we probably can never know. When drinking the very dregs of the cup of our curse, he could not describe his experience better than by saying that he felt as if the Father had for a moment hid his face from him. But he was still conscious of his fellowship, addressed him as his God, and soon committed his Spirit unto his loving care” (= Persekutuan ini bersifat hakiki. Karena satu dalam hakekat, tidak ada yang bisa memisahkanNya dari ini. ... Memang benar bahwa pada saat tergelap di kayu salib Ia berseru, ‘AllahKu, AllahKu’, dst. - kalimat mana yang artinya mungkin tidak akan pernah kita ketahui. Pada waktu meminum ampas dari cawan kutukan kita, Ia tidak bisa menggambarkan pengalamanNya dengan cara yang lebih baik dari pada dengan mengatakan bahwa Ia merasakan seakan-akan Bapa untuk sementara waktu menyembunyikan wajahNya dari Dia. Tetapi Ia tetap sadar akan persekutuanNya, menyebutNya sebagai AllahNya, dan segera setelahnya Ia menyerahkan RohNya ke dalam pemeliharaanNya yang penuh kasih) - hal 330.

· Thomas Whitelaw: “The momentary feeling of forsakenness by the Father which Christ experienced of the cross (Matt. 27:46) must be explained in harmony with this” [= Perasaan sementara tentang ditingalkan oleh Bapa yang dialami Kristus pada kayu salib (Mat 27:46) harus dijelaskan secara harmonis dengan ini] - hal 342.

Ini jelas merupakan penafsiran yang salah, karena kalau Yesus tidak betul-betul ditinggal oleh Bapa, itu menunjukkan bahwa Ia tidak betul-betul memikul hukuman dosa, yaitu keterpisahan dengan Allah (2Tes 1:9 Yes 59:1-2).

Tasker (Tyndale): “Only for a brief, though terrible, moment will that consciousness of the Father’s love be withdrawn. Made sin on behalf of sinners He will experience the separation from God that is the essence of sin, and cry ‘My God, why hast thou forsaken me?’” (= Hanya untuk waktu yang singkat, sekalipun mengerikan, kesadaran akan kasih Bapa itu akan ditarik. Dibuat menjadi dosa demi orang-orang berdosa, Ia akan mengalami perpisahan dengan Allah yang merupakan hakekat dari dosa, dan berteriak: ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’) - hal 186.

b) Penafsiran yang benar tentang kata-kata ini.

William Hendriksen mengatakan bahwa Yesus makin lama makin diisolasi. Ia akan ditinggalkan oleh para murid / pengikutNya (Mark 14:50), dan pada akhirnya akan ditinggal oleh BapaNya (Mat 27:46). Tetapi pada waktu para murid / pengikutNya meninggalkanNya, Ia belum ditinggalkan oleh Bapa, sehingga Ia masih bisa berkata: ‘Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku’. Ini selalu menjadi penghiburanNya sampai saat itu, sesuai dengan yang Ia katakan dalam Yoh 8:29 - “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya.’”.

c) Karena Yesus mengalami keterpisahan dengan Bapa untuk memikul hukuman dosa kita, maka bagi kita yang percaya, kata-kata Yesus ini bisa selalu kita terapkan dalam hidup kita. Sekalipun seluruh dunia meninggalkan kita, tetapi Bapa tidak mungkin meninggalkan kita (bdk. Ibr 13:5). Dan kalau saudara adalah seorang yang betul-betul melayani Tuhan dan saudara lalu ditinggalkan oleh orang-orang yang saudara layani, maka percayalah bahwa Tuhan tidak meninggalkan saudara.

Calvin: “Whoever shall meditate on this in a proper manner will remain firm, though the whole world be shaken, and the revolt of all men will not overturn his faith; for we do not render to God the honour which is due to him, if we are not satisfied with having God alone” (= Siapapun yang merenungkan hal ini dengan cara yang benar akan tetap teguh, sekalipun seluruh dunia digoncangkan, dan pemberontakan dari semua manusia tidak akan menjatuhkan iman kita; karena kita tidak memberikan kepada Allah hormat yang seharusnya untuk Dia, jika kita tidak puas dengan hanya mempunyai Allah saja) - hal 161.

Barnes’ Notes: “It matters little who else forsakes us, if God be with us in the hour of pain and of death. And though poor, forsaken, or despised, yet if we have the consciousness of his presence and his favour, then we may fear no evil: his rod and his staff, they will comfort us. Without his favour, then, death will be full of horrors, though we be surrounded by weeping relatives, by all the honours, and splendour, and wealth which the world can bestow” (= Tidak terlalu berarti siapa lagi yang meninggalkan kita, jika Allah beserta kita pada saat sakit dan mati. Dan sekalipun kita miskin, ditinggalkan, atau dihina / diremehkan, tetapi jika kita mempunyai kesadaran tentang kehadiranNya dan perkenanNya, maka kita tidak akan takut pada bencana apapun: gadaNya dan tongkatNya, mereka akan menghibur kita. Tanpa perkenanNya, maka kematian akan sangat menakutkan, sekalipun kita dikelilingi oleh keluarga yang menangisi kita, oleh semua kehormatan, dan kemegahan, dan kekayaan yang bisa diberikan oleh dunia) - hal 345.

Pulpit Commentary: “the human desertion made the Divine all the more precious and sweet. ... We should not be disappointed or despair if in the hour of trial we are deserted by the best of friends. Think of Jesus. ... When deserted by friends and by all, God comes nearest to us. The least of man the most of God, often; furthest from earth the nearest to heaven” (= Tindakan manusia meninggalkan kita membuat Allah makin berharga dan manis. ... Kita tidak boleh merasa kecewa atau putus asa jika pada saat ujian kita ditinggalkan oleh teman-teman yang terbaik. Pikirkan tentang Yesus. ... Pada waktu ditinggalkan oleh teman-teman dan oleh semua, Allah datang paling dekat kepada kita. Paling sedikit dari manusia, paling banyak dari Allah, dan seringkali; paling jauh dari bumi, paling dekat dengan surga) - hal 331.

Pulpit Commentary: “When men showed themselves furthest from him, God was nearest” (= Pada waktu manusia menunjukkan diri mereka sendiri paling jauh darinya, Allah paling dekat) - hal 340.

d) Pada saat matipun orang kristen pasti mengalami penyertaan dan kehadiran Allah.

Barnes’ Notes: “The Christian can die, saying, I am not alone, because the Father is with me. The sinner dies without a friend that can sustain, and without one source of real joy” (= Orang Kristen bisa mati sambil berkata: aku tidak sendirian, karena Bapa menyertai aku. Orang berdosa mati tanpa seorang teman yang bisa menyokong, dan tanpa satupun sumber sukacita yang sejati) - hal 345.

Yohanes 16: 33: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.’”.

1) Ia menjanjikan damai kepada pengikut / murid yang gagal.

Leon Morris (NICNT): “He assured them of the peace He would give them. He loved them for what they were and despite their shortcomings. ... And, in full knowledge that they would act in this way, He had promised them peace” (= Ia meyakinkan mereka tentang damai yang akan Ia berikan kepada mereka. Ia mengasihi mereka sebagaimana adanya mereka dan sekalipun mereka mempunyai kelemahan / kekurangan. ... Dan dalam pengetahuan penuh bahwa mereka akan bertindak seperti itu, Ia telah menjanjikan mereka damai) - hal 714.

2) Kata-kata ‘dalam Aku’ kontras dengan ‘dalam dunia’; sedangkan ‘damai sejahtera’ kontras dengan ‘penganiayaan’.

Sedangkan kata ‘penganiayaan’, oleh KJV/RSV/NASB diterjemahkan ‘tribulation’ (= kesengsaraan), dan oleh NIV diterjemahkan ‘trouble’ (= kesukaran).

William Hendriksen: “The term which is correctly rendered ‘tribulation’ has the primary meaning (both in Greek and in English): ‘pressure.’” [= Istilah yang secara benar diterjemahkan ‘kesengsaraan’ mempunyai arti utama (baik dalam Yunani maupun Inggris): ‘tekanan’] - hal 343.

Jadi, dalam dunia orang-orang Kristen akan selalu mendapatkan kesukaran / kesengsaraan / penganiayaan / tekanan, tetapi dalam Kristus mereka mempunyai damai.

Calvin: “Since, therefore, ‘the world’ is like a troubled sea, true ‘peace’ will be found nowhere but in Christ” (= Karena ‘dunia’ itu seperti laut yang berombak-ombak, ‘damai’ yang sejati tidak akan ditemukan dimanapun selain dalam Kristus) - hal 162.

Pulpit Commentary: “The difficulty of a Christian life is to live in the world and in Christ at the same time. It would be easy to live in the world in complete agreement with it, and it would be easy to live in heaven as a perfect saint; but to live in the world and in Christ means a conflict with the former, and it is the difficulty to triumph” (= Sukarnya hidup kristen adalah untuk hidup dalam dunia dan dalam Kristus pada saat yang sama. Adalah mudah untuk hidup dalam dunia dalam persetujuan sepenuhnya dengan dunia, dan adalah mudah untuk hidup di surga sebagai orang kudus yang sempurna; tetapi hidup dalam dunia dan dalam Kristus berarti konflik dengan dunia, dan itu merupakan suatu kesukaran untuk dimenangkan) - hal 333.

3) “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.’”.

Leon Morris (NICNT): “This statement, spoken as it is in the shadow of the cross, is audacious. The cross would seem to the outsider to be Christ’s total defeat. He sees it as His complete victory over all that the world is and can do to Him. He goes to the cross not in fear or in gloom, but as a conqueror” (= Pernyataan ini, diucapkan sebagaimana adanya dalam bayang-bayang dari salib, merupakan sesuatu yang berani. Bagi orang luar, salib kelihatannya merupakan kekalahan total dari Kristus. Ia melihatnya sebagai kemenanganNya yang lengkap / sempurna atas dunia dan apa yang dunia bisa lakukan terhadapNya. Ia pergi menuju salib bukan dengan takut atau murung, tetapi sebagai seorang pemenang) - hal 714-715.

William Barclay: “The victory which I will win can be your victory too. The world did its worst to me, and I emerged victorious. Life can do its worst to you, and you too can emerge victorious. You too can possess the courage and the conquest of the Cross” (= Kemenangan yang akan Aku menangkan bisa menjadi kemenanganmu juga. Dunia melakukan yang terburuk kepadaKu, dan Aku muncul sebagai pemenang. Kehidupan bisa melakukan yang terburuk bagimu, dan engkau juga bisa muncul sebagai pemenang. Engkau juga bisa memiliki keberanian dan kemenangan dari Salib) - hal 203.

William Hendriksen: “this very principle - namely, that what happens to the Master will happen to the disciple - also applies in the opposite direction: the disciple can expect to conquer because of his relation to the Master. The words, ‘Be of good courage. I have conquered the world,’ clearly imply, ‘And therefore you, my followers, will also conquer.’” (= prinsip ini, yaitu bahwa apa yang terjadi dengan Tuan / Gurunya akan terjadi dengan muridNya - juga diterapkan dalam arah yang berlawanan: sang murid bisa mengharapkan untuk menang karena hubungannya dengan sang Tuan / Guru. Kata-kata ‘kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia’, secara jelas menunjukkan: ‘Dan karena itu engkau, para pengikutKu, juga akan menang’.) - hal 344.

Barnes’ Notes: “The world is a vanquished enemy. Satan is a humbled foe. And all that the believers have to do is to put their trust in the Captain of their salvation, putting on the whole armour of God; assured that the victory is theirs” (= Dunia adalah musuh yang telah ditaklukkan, Setan adalah musuh yang telah direndahkan. Dan semua yang harus dilakukan oleh orang-orang percaya adalah percaya kepada Kapten keselamatan mereka, mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah; dengan yakin bahwa kemenangan adalah milik mereka) - hal 345.

-o0o-

Yohanes 17:1-5

Pendahuluan.

William Hendriksen: “Is this prayer a model for our prayers? In a certain sense it is; for example, this prayer indicates that the glory of God should be the purpose of our petitions; also, it shows that we should pray not only for ourselves but also for others. Nevertheless, in an even deeper sense, this prayer of the great Highpriest, Jesus Christ, can never become a model for our prayers. It is altogether unique. Of this prayer Jesus never said, ‘After this manner you must pray.’” (= Apakah doa ini merupakan suatu model / contoh untuk doa-doa kita? Dalam arti tertentu memang demikian; sebagai contoh, doa ini menunjukkan bahwa kemuliaan Allah harus merupakan tujuan dari permintaan-permintaan kita; juga doa ini menunjukkan bahwa kita harus berdoa bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang-orang lain. Tetapi dalam arti yang lebih dalam, doa dari Imam Besar Yesus Kristus ini tidak pernah bisa menjadi suatu model / contoh untuk doa-doa kita. Doa ini sama sekali unik. Tentang doa ini Yesus tidak pernah berkata: ‘Menurut cara ini engkau harus berdoa’ (bdk. Mat 6:9)] - hal 347.

Salah satu keunikan yang tidak mungkin ditiru adalah: doa ini tidak mencakup pengakuan dosa, tetapi sebaliknya menunjukkan kesadaran Kristus bahwa Ia telah mentaati Bapa secara sempurna (ay 4).

Dalam ay 1-5 Kristus berdoa untuk diriNya sendiri.

Yohanes 17: 1: “Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ‘Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau.”.

1) ‘Demikianlah kata Yesus.’.

Ini membicarakan apa yang Ia katakan dalam pasal sebelumnya.

2) “Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ‘Bapa, ...”.

a) Doa ini dinaikkan setelah Ia selesai mengajar.

Calvin: “Now he most properly betakes himself to prayer; for doctrine has no power, if efficacy be not imparted to it from above. He, therefore, holds out as an example to teachers, not to employ themselves only in sowing the word, but, by mingling their prayers with it, to implore the assistance of God, that his blessing may render their labour fruitful.” [= Sekarang Ia secara benar berdoa; karena ajaran tidak mempunyai kuasa, jika kuasa untuk menghasilkan keefektifan tidak diberikan dari atas. Karena itu Ia terus menjadi suatu teladan bagi pengajar-pengajar, untuk tidak memakai diri mereka sendiri saja dalam menaburkan firman, tetapi dengan mencampur doa mereka dengan firman itu, meminta pertolongan Allah, supaya berkatNya bisa membuat pekerjaan mereka berbuah.] - hal 163.

Penerapan: semua pemberita Firman Tuhan, baik pendeta, penginjil, dosen theologia, guru agama, guru Sekolah Minggu, ataupun penginjil pribadi, harus banyak berdoa untuk orang-orang yang mereka layani, karena tanpa itu tidak akan ada buah pelayanan. Ini juga berlaku untuk pelayanan yang lain seperti koor / paduan suara, vocal group, pengurus komisi, majelis, dan bahkan untuk pelayanan yang sederhana seperti mengajak orang ke gereja. Apakah saudara berdoa untuk orang-orang yang saudara layani?

b) ‘Lalu Ia menengadah ke langit’.

KJV: ‘and lifted up his eyes to heaven’ [= dan mengangkat mataNya ke surga].

1. Mengapa Yesus menengadah ke langit / surga?

Bandingkan dengan kalimat pertama dari Doa Bapa Kami: ‘Bapa kami yang di sorga’. Sekalipun Allah itu maha ada / tak terbatas tempat, tetapi surga adalah tempat dimana Ia paling hadir / menyatakan diriNya dengan paling mulia (Poole, hal 367). Bandingkan dengan Maz 123:1-2 - “(1) KepadaMu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. (2) Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.”.

Calvin: “He looked towards heaven, not as if God’s presence were confined to heaven, for he filleth also the earth, (Jer. 23:24,) but because it is there chiefly that his majesty is displayed. Another reason was, that by looking towards heaven, we are reminded that the majesty of God is far exalted above all creatures.” [= Ia memandang ke surga, bukan seakan-akan kehadiran Allah dibatasi di surga, karena Ia juga memenuhi bumi (Yer 23:24), tetapi karena di sanalah keagunganNya ditunjukkan secara terutama. Alasan yang lain adalah bahwa dengan memandang ke surga, kita diingatkan bahwa keagungan dari Allah jauh ditinggikan di atas semua ciptaan / makhluk-makhluk ciptaan.] - hal 163.

Calvin juga menambahkan bahwa orang berdoa dengan tangan terangkat, tujuannya juga sama dengan ini.

2. Tetapi bagaimanapun, sikap / posisi tubuh seperti ini (menengadah ke langit) bukanlah suatu keharusan, dan ini terlihat dari:

a. Pada kesempatan yang lain Yesus berdoa dengan bersujud (Mat 39:26) atau merebahkan diri ke tanah (Mark 14:35).

Mat 39:26 (KJV): ‘fell on his face’ [= jatuh pada mukaNya].

b. Pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus tentang 2 orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa, tidak berani menengadah ke langit (Luk 18:13), tetapi doanya dikabulkan oleh Allah. Tetapi Calvin membandingkan sikap Yesus dalam doa dengan sikap pemungut cukai dalam Luk 18:13, dan mengatakan:

“But it was proper that Christ should pray in a different manner, for he had nothing about him of which he ought to be ashamed; and it is certain that David himself prayed sometimes in one attitude, and sometimes in another, according to the circumstances in which he was placed.” [= Tetapi adalah benar bahwa Kristus berdoa dengan cara yang berbeda, karena Ia tidak mempunyai apapun tentang diriNya tentang mana Ia harus merasa malu; dan adalah pasti bahwa Daud sendiri kadang-kadang berdoa dengan sikap tertentu, dan kadang-kadang dengan sikap yang lain, sesuai dengan keadaan dalam mana Ia diletakkan.] - hal 164.

3. Yang terpenting dalam berdoa bukanlah posisi tubuh secara lahiriah, tetapi sikap hati! Matthew Poole menganggap bahwa posisi tubuh secara lahiriah tidak harus mengikuti sikap hati, tetapi Calvin berpendapat sebaliknya.

Matthew Poole: “The lifting up of the soul to God, wherein the main and spiritual part of prayer lies, doth not necessarily require the lifting up of the eyes.” [= Mengangkat jiwa kepada Allah, dalam mana bagian yang utama dan rohani dari doa terletak, tidak mengharuskan kita untuk mengangkat mata / menengadah.] - hal 367.

Calvin: “if we desire actually to imitate Christ, we must take care that outward gestures do not express more than is in our mind, but that the inward feeling shall direct the eyes, the hands, the tongue, and every thing about us.” [= jika kita ingin betul-betul meniru Kristus, kita harus berhati-hati supaya sikap lahiriah tidak menyatakan lebih dari pada yang ada dalam pikiran kita, tetapi bahwa perasaan di dalam akan mengarahkan mata, tangan, lidah, dan segala sesuatu tentang kita.] - hal 164.

3) ‘Bapa, telah tiba saatnya’.

a) Yang Ia maksudkan adalah saat untuk mati.

Matthew Poole: “that is, the hour of my passion, the time wherein thou hast determined that I should die;” [= yaitu, saat penderitaanKu, saat dimana Engkau telah menentukan bahwa Aku harus mati;] - hal 367.

b) Ini menunjukkan bahwa setiap hal dalam kehidupan Yesus, bahkan setiap peristiwa dalam sejarah, telah ditetapkan saatnya.

William Hendriksen: “The expression, ‘The hour has arrived’ shows once more that Jesus is conscious of the fact that for every event in the mighty drama of redemption (yes and for every event that ever takes place in history) there is a stipulated moment in the eternal decree ...” [= Ungkapan ‘telah tiba saatnya’ menunjukkan sekali lagi bahwa Yesus sadar akan fakta bahwa untuk setiap peristiwa dalam drama penebusan yang hebat itu (ya dan untuk setiap peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah) ada saat yang ditetapkan dalam ketetapan kekal ...] - hal 348.

4) ‘permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’.

a) ‘permuliakanlah AnakMu’.

1. Poole (hal 367) beranggapan bahwa di sini Yesus meminta Bapa memuliakan diriNya dengan cara membangkitkanNya dari kematian, lalu menaikkanNya ke surga, atau dengan menolongNya untuk bisa meminum cawan murka Allah.

2. F. F. Bruce (hal 329) mengatakan bahwa berbeda dengan banyak orang lain, Yesus mencari kemuliaan / hormat hanya dari Allah.

Bandingkan dengan:

a. Yoh 5:44 - “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?”.

b. Yoh 5:41 - “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.”.

3. Sekalipun kemuliaan Anak jelas merupakan ketetapan Allah, tetapi Kristus tetap berdoa untuk hal itu.

Calvin: “the object of Christ’s prayer, that his death may produce, through the power of the Heavenly Spirit, such fruit as had been decreed by the eternal purpose of God; for he says that the hour is come, not an hour which is determined by the fancy of men, but an hour which God had appointed. And yet the prayer is not superfluous, because, while Christ depends on the good pleasure of God, he knows that he ought to desire what God promised would certainly take place. True, God will do whatever he has decreed, not only though the whole world were asleep, but though it were opposed to him; but it is our duty to ask from him whatever he has promised, because the end and use of promises is to excite us to prayer.” [= tujuan doa Kristus adalah supaya kematianNya bisa menghasilkan, melalui kuasa dari Roh surgawi, buah sedemikian rupa seperti yang telah ditetapkan oleh rencana kekal Allah; karena Ia berkata bahwa ‘saatnya telah tiba’, bukan saat yang ditentukan oleh kesukaan manusia, tetapi saat yang telah ditetapkan oleh Allah. Dan doa itu tidaklah berlebihan / tak berguna, karena sementara Kristus bergantung pada kerelaan kehendak Allah, Ia tahu bahwa Ia harus menginginkan apa yang Allah janjikan pasti akan terjadi. Memang benar, Allah akan melakukan apapun yang telah Ia tetapkan, bukan hanya sekalipun seluruh dunia tidur, tetapi juga sekalipun seluruh dunia menentangNya; tetapi merupakan kewajiban kita untuk meminta dari Dia apapun yang Ia janjikan, karena tujuan dan kegunaan dari janji-janji adalah untuk menggerakkan kita untuk berdoa.] - hal 164-165.

Dari kata-kata ini terlihat bahwa sekalipun Calvin mempercayai kedaulatan / penetapan Allah, tetapi ia tidak pernah menganjurkan atau membenarkan sikap apatis / pasif, tetapi sebaliknya ia tetap menekankan tanggung jawab manusia.

Penerapan:

a. Sekalipun kita tahu bahwa setan sudah ditetapkan untuk dihukum (Mat 8:29 Yudas 6), tetapi kita tetap harus berjuang melawannya dan berdoa untuk menentang segala pekerjaannya.

b. Sekalipun Allah berjanji mencukupi kebutuhan hidup kita (Mat 6:25-34) tetapi kita tetap wajib berdoa untuk itu (Mat 6:11).

c. Sekalipun kita tahu bahwa kita tidak bisa kehilangan keselamatan kita (Yoh 10:27-29), kita tetap harus berjuang dengan takut dan gentar (Fil 2:12).

b) ‘supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’.

1. Dari kalimat ini terlihat bahwa kalimat sebelumnya tidak menunjukkan suatu keegoisan dalam diri Yesus.

William Hendriksen: “When Jesus adds, ‘that the Son may glorify thee,’ he shows that his prayer is not a selfish prayer. Jesus wants to be glorified in order that by means of this glory he may glorify the Father” (= Pada waktu Yesus menambahkan: ‘supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, Ia menunjukkan bahwa doaNya bukanlah merupakan doa yang egois. Yesus menginginkan untuk dipermuliakan supaya melalui kemuliaanNya Ia bisa mempermuliakan Bapa) - hal 349.

Penerapan: kita boleh saja berdoa supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, gelar yang lebih hebat, selama kita tidak meminta hal-hal itu semata-mata demi kemuliaan diri kita sendiri, tetapi kita ingin supaya melalui semua itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Ingat bahwa ‘memuliakan Allah’ harus menjadi tujuan hidup setiap orang (1Kor 10:31).

2. Ada hubungan timbal balik antara kemuliaan Yesus dan kemuliaan Bapa.

Dari kata-kata ‘permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, terlihat adanya hubungan timbal balik antara pemuliaan Anak dan pemuliaan Bapa. Karena itu kalau Kristus dimuliakan, itu bukannya mengecilkan kemuliaan Bapa, tetapi sebaliknya juga memuliakan Bapa.

Yohanes 17: 2: “Sama seperti Engkau telah memberikan kepadaNya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya.”.

1) ‘Sama seperti Engkau telah memberikan kepadaNya kuasa atas segala yang hidup,’.

Ini mencakup semua orang, dan bukan hanya orang-orang yang percaya atau orang-orang pilihan. Yesus memang berkuasa atas segala sesuatu dan atas semua orang, bahkan yang tidak percaya, dan yang ditetapkan untuk binasa (reprobate).

2) ‘demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya.’.

Berbeda dengan kalimat di atas, maka kalimat ini hanya mencakup orang pilihan.

William Hendriksen: “Jesus is thinking of all those who have been given to him in the eternal decree of election” (= Yesus sedang memikirkan semua mereka yang telah diberikan kepadaNya dalam ketetapan pemilihan yang kekal) - hal 350.

Calvin: “it is not the office of Christ to give life to all, but only to the elect whom the Father has committed to his protection” (= bukanlah tugas Kristus untuk memberikan kehidupan kepada semua orang, tetapi hanya kepada orang-orang pilihan yang telah dipercayakan / diserahkan oleh Bapa kepada perlindunganNya) - hal 168.

3) Seluruh kalimat ini mengkontraskan ‘semua orang’ (ay 2a) dengan ‘orang-orang pilihan’ (ay 2b).

Calvin: “So then, the kingdom of Christ extends, no doubt, to all men; but it brings salvation to none but the elect” (= Jadi, tak diragukan lagi bahwa kerajaan Kristus menjangkau semua orang; tetapi itu membawa keselamatan tidak kepada siapapun selain orang-orang pilihan) - hal 165-166.

Barnes’ Notes: “God has a plan in all he does, extending to men as well as to other objects. One part of his plan was that the atonement of Christ should not be in vain. ... It is to be observed here that the Saviour, in this prayer, makes an important distinction between ‘all flesh,’ and those who were ‘given him.’ He has power over all. He can control, direct, restrain them. Wicked men are so far under his universal dominion, and so far restrained by his power, that they shall not be able to prevent his bestowing redemption on those who were given him, i.e., all who will believe on him” (= Allah mempunyai suatu rencana dalam semua yang Ia lakukan, dan rencana ini menjangkau manusia maupun hal-hal yang lain. Sebagian dari rencanaNya adalah bahwa penebusan Kristus tidak boleh menjadi sia-sia. ... Harus diperhatikan di sini bahwa sang Juruselamat, dalam doa ini, membuat suatu pembedaan yang penting antara ‘semua manusia’ dan mereka yang ‘diberikan kepadaNya’. Ia mempunyai kuasa atas semua. Ia bisa mengontrol, mengarahkan, mengekang mereka. Orang-orang jahat berada di bawah kuasa universalNya sedemikian rupa, dan dikekang oleh kuasaNya sedemikian rupa, sehingga mereka tidak akan bisa mencegahNya untuk memberikan penebusanNya kepada mereka yang diberikan kepadaNya, yaitu semua orang yang akan percaya kepadaNya) - hal 345.

Yohanes 17: 3: ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’.

1) Kata ‘mengenal’ sebetulnya adalah ‘tahu’ / ‘mengetahui’.

Jadi ayat ini menunjukkan betapa pentingnya ‘pengetahuan rohani’ yang benar tentang Allah / Yesus Kristus. Bandingkan dengan:

· Yer 4:22 - “Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu”.

· Hos 4:6 - “UmatKu binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imamKu; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu”.

· Mat 22:29 - “Yesus menjawab mereka: ‘Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.

· Fil 3:7-11 - “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati”.

Tetapi perlu dicamkan, bahwa pengetahuan yang memberikan hidup yang kekal itu bukanlah sekedar pengetahuan intelektual, tetapi disertai dengan iman dan kasih. Karena itu Kitab Suci Indonesia menterjemahkan dengan kata ‘mengenal’.

2) Ayat ini tidak berarti bahwa kita harus mengikuti urut-urutannya yaitu mengenal Allah dulu dan baru setelah itu mengenal Yesus Kristus.

Calvin: “The reason why he says this is, that there is no other way in which God is known but in the face of Jesus Christ, who is the bright and lively image of Him. As to his placing the Father first, this does not refer to the order of faith, as if our minds, after having known God, afterwards descend to Christ; but the meaning is, that it is by the intervention of a Mediator that God is known” (= Alasan mengapa Ia mengatakan hal ini adalah bahwa tidak ada jalan dalam mana Allah dikenal kecuali dalam wajah dari Yesus Kristus, yang adalah gambarNya yang terang dan hidup. Bahwa Bapa ditempatkan di tempat pertama, ini tidak menunjuk pada urut-urutan iman, seakan-akan pikiran kita, setelah mengenal Allah, setelah itu turun kepada Kristus; tetapi artinya adalah: bahwa oleh campur tangan seorang Pengantaralah Allah dikenal) - hal 166.

3) ‘satu-satunya Allah yang benar’.

Adam Clarke: “What is said here of the only true God seems said in opposition to the gods whom the heathens worshipped; not in opposition to Jesus Christ himself, who is called the true God by John, in 1 Epist. 5:20.” (= Apa yang dikatakan di sini tentang satu-satunya Allah yang benar kelihatannya dikatakan untuk mengkontraskan dengan allah-allah / dewa-dewa yang disembah oleh orang-orang kafir; bukan untuk mengkontraskan dengan Yesus Kristus sendiri, yang disebut ‘Allah yang benar’ oleh Yohanes dan 1Yoh 5:20) - hal 637.

1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

Ay 4: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya”.

1) Yesus menyelesaikan tugas / pekerjaanNya.

Calvin: “Nor does he speak only of the office of teaching, but includes also the other parts of his ministry; for, though the chief part of it still remained to be accomplished, namely, the sacrifice of death, by which he was to take away the iniquities of us all, yet, as the hour of his death was already at hand, he speaks as if he had already endured it.” [= Ia tidak berbicara hanya tentang tugas pengajaranNya, tetapi juga mencakup bagian-bagian lain dari pelayananNya; karena, sekalipun bagian yang terutama dari pelayananNya masih tetap belum tercapai / diselesaikan, yaitu korban kematian, dengan mana Ia mengambil kejahatan-kejahatan kita semua, tetapi karena saat kematianNya sudah dekat, Ia berbicara seakan-akan Ia telah mengalamiNya.] - hal 168.

Saya berpendapat bahwa kata-kata Calvin ini juga berlaku untuk kata-kata ‘sudah selesai’ (Yoh 19:30) di atas kayu salib, yang Ia ucapkan sebelum Ia mengalami kematian.

2) Dengan menyelesaikan tugas / pekerjaanNya itu Yesus memuliakan Allah.

Setiap orang kristen / anak Tuhan juga mempunyai tugas yang Allah ingin mereka lakukan.

Ef 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

Kita harus meniru Kristus dengan memuliakan Allah melalui penyelesaian tugas kita tersebut.

Ay 5: “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.

1) Sebelum dunia ada / diciptakan, Kristus sudah memiliki kemuliaan.

a) Ini menunjukkan bahwa Kristus itu kekal dan Ia adalah Allah sendiri.

Matthew Poole: “Christ was glorified with his Father before the world was, which he could not have been if he had not been eternal God” (= Kristus dipermuliakan dengan BapaNya sebelum dunia ada, dan ini tidak mungkin bisa terjadi seandainya Ia bukanlah Allah yang kekal) - hal 368.

b) Selain menunjukkan kekekalan Kristus, ini juga menunjukkan perbedaan antara pribadi Bapa dan Anak.

Calvin: “This is a remarkable passage, which teaches us that Christ is not a God who has been newly contrived, or who has existed only for a time; for if his glory was eternal, himself also has always been. Besides, a manifest distinction between the person of Christ and the person of the Father is here expressed” (= Ini merupakan text yang luar biasa, yang mengajar kita bahwa Kristus bukanlah suatu Allah yang baru dibuat / ditemukan, atau yang ada hanya untuk suatu saat; karena jika kemuliaanNya kekal, maka Ia sendiri juga selalu demikian. Disamping itu, di sini dinyatakan suatu perbedaan yang jelas antara pribadi dari Kristus dan pribadi dari Bapa) - hal 169.

Ini sesuai dengan Pengakuan Iman Athanasius No 5: “Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain”.

c) Bandingkan pandangan tentang kekekalan Kristus ini dengan kata-kata Servetus, yang pada tahun 1531 menerbitkan buku yang berjudul ‘Errors on the Trinity’ [= Kesalahan-kesalahan pada (doktrin) Tritunggal], dimana ia menyerang baik doktrin Allah Tritunggal, yang ia sebut sebagai monster berkepala tiga, maupun keilahian kekal dari Kristus. Ia lalu dihukum mati dengan dibakar karena kesesatannya.

Philip Schaff: “In the last moment he is heard to pray, in smoke and agony, with a loud voice: ‘Jesus Christ, thou Son of the eternal God, have mercy upon me!’. This was at once a confession of his faith and of his error. He could not be induced, says Farel, to confess that Christ was the eternal Son of God” (= Pada saat terakhir terdengar ia berdoa, dalam asap dan penderitaan yang hebat, dengan suara keras: ‘Yesus Kristus, Engkau Anak dari Allah yang kekal, kasihanilah aku!’. Ini sekaligus merupakan pengakuan imannya dan kesalahannya. Ia tidak bisa dibujuk, kata Farel, untuk mengaku bahwa Kristus adalah Anak yang kekal dari Allah) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 785.

2) Calvin menganggap bahwa doa Kristus supaya diriNya dipermuliakan ini menunjuk pada pemuliaan Kristus pada kedatanganNya yang keduakalinya (bdk. Fil 2:10).

-o0o-
Yohanes 17:6-19

Yohanes 17: 6: “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu”.

1) Kalau tadi dalam ay 1-5 Kristus berdoa untuk diriNya sendiri, maka mulai ay 6-19 Kristus mulai berdoa untuk murid-muridNya.

Tetapi William Hendriksen mengatakan (hal 363) bahwa sekalipun dalam ayat-ayat ini Yesus berdoa untuk murid-muridNya, tetapi kita juga menemukan dalam ayat-ayat ini pernyataan-pernyataan yang begitu umum, sehingga bisa diterapkan juga kepada semua orang percaya.

2) ‘Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia’.

a) ‘Aku telah menyatakan namaMu’.

Kata ‘nama’ di sini jelas bukan sekedar menunjuk pada nama Allah, yaitu Yahweh, tetapi menunjuk kepada seluruh diri / pribadi Allah.

Barnes’ Notes: “The word ‘name’ here includes the attributes or character of God. ... The word ‘name’ is often used to designate the ‘person’” (= Kata ‘nama’ di sini mencakup sifat-sifat atau karakter dari Allah. ... Kata ‘nama’ sering digunakan untuk menunjuk pada ‘pribadi’) - hal 346.

Leon Morris (NICNT): “The ‘name’ stands for the whole person .... To manifest the name of God then is to reveal the essential nature of God to men” (= Kata ‘nama’ mewakili seluruh pribadi ... Jadi, menyatakan nama Allah berarti menyatakan sifat yang hakiki dari Allah kepada manusia) - hal 723.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Maz 20:8 - “Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita”.

· Maz 22:23 - “Aku akan memasyhurkan namaMu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah”.

· Yes 52:6 - “Sebab itu umatKu akan mengenal namaKu dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!”.

b) ‘kepada semua orang yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia’.

Kelihatannya kata-kata ‘semua orang’ di sini menunjuk kepada orang-orang pilihan, dan ini terlihat dari kata-kata selanjutnya, yaitu ‘yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia’, dan juga dari kalimat selanjutnya (ay 6b).

Leon Morris (NICNT): “Here the point is that the revelation was not made indiscriminately. It was made to those whom God gave Jesus (cf. 6:37) out of the world ....” [= Di sini yang ditekankan adalah bahwa penyataan itu tidak dilakukan tanpa pandang bulu. Penyataan itu dilakukan bagi mereka yang diberikan oleh Allah kepada Yesus (bdk. 6:37) dari dunia ini ...] - hal 723.

Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

c) Kalimat ini menunjukkan bahwa Yesus menyatakan diri Allah kepada orang-orang pilihan.

Memang iman keluar dari predestinasi. Bandingkan dengan Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.

d) Ini tidak berarti bahwa Kristus tidak memberitakan Injil kepada orang-orang yang bukan pilihan (reprobate).

· Calvin berkata bahwa Kristus tidak pernah kekurangan kerajinan ataupun kesetiaan dalam memanggil semua orang untuk datang kepada Allah (external calling / panggilan luar), tetapi hanya di antara orang-orang pilihan sajalah jerih payahNya berbuah (internal or effectual calling / panggilan di dalam atau panggilan efektif).

Bandingkan dengan Mat 11:27b - “tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”. Ini pasti menunjuk pada internal or effectual calling / panggilan di dalam atau panggilan efektif.

· Tetapi dari Mat 13:10-17 kelihatannya Yesus mengajar orang-orang pilihan dan orang-orang yang bukan pilihan dengan cara yang berbeda.

Tetapi kita, yang tidak bisa membedakan orang-orang pilihan dan orang-orang bukan pilihan, harus memberitakan Injil / Firman Tuhan secara sama kepada semua orang yang bisa kita jangkau.

e) ‘Menyatakan nama Bapa’ (ay 6) berhubungan dengan ‘memuliakan Bapa’ (ay 4).

Poole (hal 368) mengatakan bahwa kalimat ini berhubungan dengan ay 4 - “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi”. Jadi memuliakan Allah dilakukan dengan menyatakan Allah kepada manusia.

Karena itu, kalau saudara mau memuliakan Allah, yang memang harus merupakan tujuan hidup manusia (1Kor 10:31), maka saudara harus menyatakan nama Bapa. Dengan kata lain, saudara harus memberitakan Injil / Firman Tuhan.

3) ‘Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu’.

Kata-kata ‘mereka itu milikMu’ ada dalam bentuk lampau (KJV: ‘thine they were’ ).

Calvin: “By adding these words, he points out, first, the eternity of election; and, secondly, the manner in which we ought to consider it. Christ declares that the elect always belonged to God. God therefore distinguished them from the reprobate, not by faith, or by any merit, but by pure grace; for, while they are alienated from him to the utmost, still he reckons them as his own in his secret purpose” (= Dengan menambahkan kata-kata ini, Ia pertama-tama menunjukkan kekekalan dari pemilihan; dan kedua, cara dengan mana kita harus memikirkannya. Kristus menyatakan bahwa orang-orang pilihan selalu adalah milik Allah. Karena itu Allah membedakan mereka dari orang-orang bukan pilihan, bukan oleh iman, atau oleh kebaikan / jasa apapun, tetapi oleh kasih karunia yang murni; karena pada waktu mereka masih terasing / terpisah sepenuhnya dari Dia, Ia tetap memperhitungkan mereka sebagai milikNya dalam rencana rahasiaNya) - hal 170. Bdk. Ro 9:10-13!

Hendriksen (hal 353) mengatakan bahwa di sini Yesus berpikir tentang orang-orang pilihan, tetapi khususnya tentang para murid yang ada bersama Dia di ruang atas tersebut (bdk. ay 12).

4) ‘dan mereka telah menuruti firmanMu’.

KJV: ‘and they have kept thy word’ (= dan mereka telah memelihara / mentaati firmanMu).

Calvin: “The word of God flows out to the reprobate, but it takes root in the elect, and hence they are said to keep it” (= Firman Allah mengalir keluar kepada orang-orang bukan pilihan, tetapi berakar dalam orang-orang pilihan, dan karena itu dikatakan bahwa mereka memelihara / mentaatinya) - hal 171.

Yohanes 17: 7: “Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepadaKu itu berasal dari padaMu”.

1) Orang-orang yang percaya mempercayai bahwa firman yang Yesus ajarkan itu berasal dari Allah.

Kata-kata ‘semua yang Engkau berikan kepadaKu’ menunjuk pada firman yang Yesus ajarkan (bdk. ay 8); dan kata ‘tahu’ di sini menunjukkan pada pengertian dan kepercayaan / iman.

Bandingkan dengan 1Tes 2:13 - “Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi - dan memang sungguh-sungguh demikian - sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya”.

2) Calvin mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya itu tidak menilai Kristus secara daging, tetapi mempercayai keilahianNya.

Calvin: “Here our Lord expresses what is the chief part in faith, which consists in our believing in Christ in such a manner, that faith does not rest satisfied with beholding the flesh, but perceives his Divine power. For, when he says, ‘They have known that all things which thou hast given me are from thee,’ he means, that believers feel that all that they possess is heavenly and divine. And, indeed, if we do not perceive God in Christ, we must remain continually in a state of hesitation” (= Di sini Tuhan kita menyatakan bagian yang terutama dari iman, yang terdiri dari kepercayaan kita kepada Kristus dengan cara sedemikian rupa, sehingga iman tidak berhenti dengan memandang dagingNya, tetapi mengerti / merasakan kuasa ilahiNya. Karena pada waktu Ia berkata ‘Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepadaKu itu berasal dari padaMu’, Ia memaksudkan bahwa orang-orang percaya merasakan bahwa apa yang mereka miliki bersifat surgawi dan ilahi. Dan memang, jika kita tidak mengerti / merasakan Allah dalam Kristus, kita pasti terus ada dalam keadaan ragu-ragu) - hal 171.

Orang-orang yang menilai Kristus secara daging, akan menolakNya.

Mat 13:54-57a - “Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’ Lalu mereka kecewa dan menolak Dia”.

Paulus sendiri dahulu menilai Kristus menurut daging, tetapi ia lalu bertobat.

2Kor 5:16b - “Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian”.

KJV: ‘though we have known Christ after the flesh, yet now henceforth know we him no more’ (= sekalipun kami pernah mengenal Kristus menurut daging, tetapi sekarang dan selanjutnya kami tidak mengenalNya demikian lagi).

Penerapan: bagaimana penilaian saudara sendiri tentang Kristus?

Yohanes 17: 8: “Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.

1) ‘Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka’.

Ini tidak berarti bahwa Kristus sendiri sebetulnya tidak tahu apa-apa, dan semua yang Ia tahu dan sampaikan Ia terima dari Bapa. Calvin mengatakan bahwa Kristus mengatakan bahwa firman yang Ia sampaikan itu Ia dapatkan dari Bapa, dengan 2 alasan:

a) Supaya orang tidak menganggap bahwa firman itu berasal usul dari manusia atau dari dunia ini.

b) Karena di sini Ia berbicara sebagai seorang Pengantara / pelayan Allah.

2) ‘dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku’.

Ada hubungan yang erat antara ‘penerimaan Firman’ dan ‘iman kepada Kristus’! Karena itu jangan mempercayai omongan busuk dari orang-orang Liberal, yang seakan-akan meninggikan Yesus tetapi merendahkan Firman Tuhan / Kitab Suci.

Contoh:

a) Pdt. Yohanes Bambang Mulyono (GKI), dalam buku sesatnya yang berjudul ‘Tuhan Ajarlah Aku’:

· “Oleh karena itu firman Allah sejati tidak pernah hanya merupakan suatu kumpulan ayat-ayat dalam Kitab Suci. Pendewa-dewaan kumpulan ayat-ayat dalam Kitab Suci sebenarnya sama saja dengan pemberhalaan. Iman kristen menyadari, bahwa firman Allah sejati menjelma menjadi Yesus Kristus yang adalah Anak Allah. Artinya firman Allah sejati tidak pernah menjelma menjadi sebuah ‘buku yang turun dari sorga’” (hal 77).

· “Atas dasar pemikiran yang demikian, theologia Alkitab tidak pernah mendudukkan Alkitab sejajar dengan Firman Allah sendiri. Alkitab adalah alat yang dipakai oleh Allah untuk menyampaikan firmanNya. Sedangkan firman Allah yang sejati (realitas obyek­tif-ilahi) menjelma menjadi manusia yang kelihatan dan yang menyejarah. Sebab itu sikap penghargaan kita yang tinggi terhadap Alkitab sebagai alat dari firman Allah tidak boleh melebihi penghargaan kita kepada Yesus Kristus. Jadi Alkitab berada di bawah kuasa pribadi Yesus Kristus, tidak boleh sebaliknya!” (hal 214).

· “Semua usaha pene­litian ilmiah ini tidak menggoyahkan iman mereka, sebab iman mereka tertuju kepada Yesus Kristus bukan kepada Alkitab” (hal 215).

b) Pdt. Eka Darmaputera, Ph. D., dalam majalah ‘Penuntun’ terbitan GKI Jawa Barat, vol 1, No 2, Januari - Maret 1995:

“‘Firman itu adalah Allah’, begitu tulis Yohanes. Di sini juga amat jelas bahwa yang dimaksud dengan Firman Allah bukanlah Alkitab. Bagi orang Kristen, Alkitab bukan Allah, dan Allah bukan Alkitab. Orang Kristen menyembah Allah, tidak menyembah Alkitab. Orang Kristen menyembah Allah yang hidup, tidak menyembah sebuah buku. Dari segi bahasa, ‘Alkitab’ (kata Yunaninya biblion / biblos; Arab: qitab) artinya tidak lain adalah ‘buku’! Bahaya mempersamakan ‘Alkitab’ dengan ‘Allah’ itulah yang disebut ‘bibliolatri’ (= memberhalakan sebuah buku). ... Firman Allah, secara teologis, adalah Yesus Kristus, bukan Alkitab!” (hal 123).

Bandingkan kata-kata kedua orang sesat di atas ini dengan komentar John Murray, tentang seorang teman seja­watnya yang bernama E. J. Young (yang memang sangat getol dalam mempertahankan otoritas Kitab Suci), yang berbunyi sebagai berikut: “He knew nothing of an antithesis between devotion to the Lord and devotion to the Bible. He revered the Bible because he revered the Author” (= Ia tidak mengenal pertentangan antara kesetiaan / pembaktian diri terhadap Tuhan dan kese­tiaan / pembaktian diri terhadap Alkitab. Ia menghormati Alkitab karena ia menghormati Pengarangnya).

Penerapan: apakah saudara meninggikan / menghormati baik Kristus maupun Kitab Suci?

Yohanes 17: 9: “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu”.

1) ‘Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka’.

a) Orang-orang Arminian / non Reformed menganggap bahwa kata-kata ini tidak boleh diartikan secara mutlak. Jadi, kata-kata ini tidak berarti bahwa Yesus tidak pernah berdoa untuk dunia / reprobate.

Pulpit Commentary: “Surely this is not an assertion that he would never pray, or that he had not already prayed, for the world” (= Pasti ini bukanlah suatu pernyataan yang tegas bahwa Ia tidak akan pernah berdoa, atau bahwa Ia belum pernah berdoa, untuk dunia) - hal 345.

Pulpit Commentary: “The world is only for a moment outside the sphere of his supplications. ... His prayer for the world will be for its conversion; his prayer for his disciples is for their sanctification and preservation. ... He will in a few hours pray for the world. ‘Father, forgive them; they know not what they do.’ ... There is an implicit prayer for the world implied in the prayer for Christian unity. ‘That the world may know that thou hast sent me.’” [= Dunia ini hanya untuk sementara waktu ada di luar ruang lingkup permohonanNya. ... DoaNya untuk dunia adalah untuk pertobatannya; doaNya untuk para muridNya adalah untuk pengudusan dan penjagaan / pemeliharaan mereka. ... Beberapa jam lagi Ia berdoa untuk dunia: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’. ... Secara implicit ada doa untuk dunia dalam doa untuk kesatuan Kristen. ‘supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku’ (ay 21b)] - hal 356-357.

Catatan: bagian yang terakhir ini (yang saya garis-bawahi) jelas ngawur, tetapi ini baru akan saya bahas dalam pembahasan Yoh 17:21 nanti.

Barnes’ Notes: “This passage then settles nothing about the question whether Christ prayed for sinners. He now prayed for his disciples, who were not those who hated him and disregarded his favours. He afterwards extended the prayer for all who should become Christians, ver. 20. When on the cross, he prayed for his crucifiers and murderers, Luke 23:34” (= Jadi, text ini tidak menjawab apa-apa tentang pertanyaan apakah Kristus berdoa untuk orang-orang berdosa. Sekarang Ia berdoa untuk murid-muridNya, yang bukan merupakan orang-orang yang membenciNya dan mengabaikan kebaikanNya. Selanjutnya Ia memperluas doaNya untuk semua yang akan menjadi orang-orang Kristen, ay 20. Pada waktu di atas kayu salib, Ia berdoa untuk para penyalib dan pembunuhNya, Luk 23:34) - hal 346.

b) Pandangan Martin Luther.

Pulpit Commentary: “Luther says, ‘In the same sense in which he prays for the disciples, he does not pray for the world.’” (= Luther berkata: ‘Dalam arti yang sama seperti dimana Ia berdoa untuk para murid, Ia tidak berdoa untuk dunia’) - hal 346.

c) Calvin sendiri mengatakan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah berdoa untuk orang-orang yang termasuk reprobate.

Calvin: “he shows that he asks nothing but what is agreeable to the will of the Father, because he pleads with the Father in behalf of those only whom the Father himself willingly loves” (= Ia menunjukkan bahwa Ia tidak meminta apapun kecuali apa yang sesuai dengan kehendak Bapa, karena Ia meminta kepada Bapa hanya demi mereka yang Bapa sendiri kasihi dengan sukarela) - hal 172.

Catatan: Dari bagian terakhir kutipan ini (bagian yang saya garis bawahi) kelihatannya Calvin berpandangan bahwa Kristus hanya mengasihi orang-orang pilihan.

Calvin: “He openly declares that he does not pray for the world, because he has no solicitude but about his own flock, which he received from the hand of the Father” (= Ia menyatakan secara terbuka bahwa Ia tidak berdoa untuk dunia, karena Ia tidak mempunyai perhatian kecuali terhadap kawanan dombaNya, yang Ia terima dari tangan Bapa) - hal 172.

Ada orang-orang yang membantah hal ini dengan mengatakan bahwa dalam 1Tim 2:1 kita diperintahkan untuk berdoa bagi semua orang, lalu bagaimana kita meniru Kristus dengan hanya berdoa untuk orang-orang pilihan?

Calvin: “I reply, the prayers which we offer for all are still limited to the elect of God. We ought to pray that this man, and that man, and every man, may be saved, and thus include the whole human race, because we cannot yet distinguish the elect from the reprobate; and yet, while we desire the coming of the kingdom of God, we likewise pray that God may destroy his enemies” (= Saya menjawab, doa-doa yang kita naikkan untuk semua orang tetap dibatasi pada orang-orang pilihan Allah. Kita harus berdoa supaya orang ini, dan orang itu, dan setiap orang, bisa diselamatkan, dan dengan demikian mencakup seluruh umat manusia, karena kita tidak bisa membedakan orang pilihan dengan orang yang ditetapkan untuk binasa; tetapi, pada waktu kita menginginkan datangnya kerajaan Allah, kita juga berdoa supaya Allah menghancurkan musuh-musuhNya) - hal 172.

Calvin: “These words serve also to expose the stupidity of those who, under the pretence of election, give themselves up to indolence, whereas it ought rather to arouse us to earnestness in prayer, as Christ teaches us by his example” (= Kata-kata ini berfungsi untuk menyingkapkan kebodohan dari mereka yang, di bawah kepura-puraan pemilihan, menyerahkan diri mereka sendiri pada kelambanan / kemalasan, padahal kita seharusnya dibangkitkan pada kesungguhan dalam doa, seperti yang Kristus ajarkan melalui teladanNya) - hal 173.

Maksud kata-kata ini adalah: sekalipun percaya pada doktrin tentang pemilihan / predestinasi, kita tidak boleh hanya ‘berserah’ pada predestinasi itu tetapi kita tetap mempunyai tanggung jawab untuk berdoa. Ini menunjukkan bahwa sekalipun Calvin menekankan kedaulatan Allah / predestinasi, tetapi ia juga tetap menekankan tanggung jawab manusia.

d) Di antara orang-orang Reformedpun ada yang bimbang / tidak jelas posisinya dalam persoalan apakah Kristus mendoakan dunia / reprobate atau tidak.

William Hendriksen: “It is with reference to (peri) the elect that Jesus is making request, ... It is for these given ones that he lays down his life ...; hence, it is also for them - for them alone - that he makes (is constantly making) this request” [= Berkenaan dengan (peri) orang-orang pilihanlah Yesus melakukan permohonan, ... Untuk orang-orang yang diberikan kepadaNya inilah Ia menyerahkan nyawaNya ...; karena itu, juga untuk merekalah - untuk mereka saja - Ia membuat (dan terus menerus membuat) permohonan ini] - hal 354.

Bandingkan dengan:

· Ro 8:34 - “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

· Ibr 7:25 - “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”.

· Ibr 9:24 - “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita”.

· 1Yoh 2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”.

Dilihat dari kata-kata di atas, kelihatannya William Hendriksen percaya bahwa Kristus berdoa hanya untuk orang-orang pilihan. Tetapi perhatikan kata-katanya selanjutnya di bawah ini.

William Hendriksen: “This does not necessarily mean that Jesus never in any sense prayed for those who in their ignorance afflicted him (considered as a group). Did he not pray with reference to those who crucified him, in order that the thunderbolts of God’s wrath might be held in abeyance? See Luke 23:34” [= Ini tidak harus diartikan bahwa Yesus dalam arti apapun tidak pernah berdoa untuk mereka yang dalam ketidak-tahuannya menyakiti Dia (dipandang sebagai sebuah grup). Bukankah Ia berdoa berkenaan dengan mereka yang menyalibkanNya, supaya petir murka Allah bisa ditahan dalam penangguhan? Lihat Luk 23:34] - hal 354 (footnote).

Ini menyebabkan saya bingung tentang posisi Hendriksen dalam persoalan ini, karena kata-kata di atas ini kelihatannya menunjukkan bahwa ia mempercayai bahwa Yesus berdoa untuk reprobate. Sekarang perhatikan lagi kata-katanya di bawah ini.

William Hendriksen: “However, the prayer for spiritual safeguarding, sanctification, and glorification (see on 17:11,15,17,24) is not for those who until the end of their life basely reject the Savior. The words, ‘Not for the world am I making request’ are very clear. Between the purpose of the atonement and the purpose of Christ’s Highpriestly prayer, there is perfect agreement. ... Not all were given. Jesus did not die for all” [= Tetapi bagaimanapun, doa untuk perlindungan / penjagaan rohani, pengudusan, dan pemuliaan (lihat tentang 17:11,15,17,24) bukanlah untuk mereka yang sampai akhir hidup mereka secara hina menolak sang Juruselamat. Kata-kata ‘bukan untuk dunia Aku berdoa’ sangat jelas. Antara tujuan dari penebusan dan tujuan dari doa Kristus sebagai Imam Besar, ada suatu persetujuan yang sempurna] - hal 355.

e) Orang-orang Reformed pada umumnya juga berpandangan seperti Calvin.

John Owen: “... we know that Christ refused to pray for the world, in opposition to his elect” (= ... kita tahu bahwa Kristus menolak untuk berdoa untuk dunia, dikontraskan dengan orang pilihan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 177.

Pulpit Commentary: “We have here a striking illustration of the definiteness of the prayer of Jesus. He knows exactly for whom he is praying, and what he wants for them. He defines them positively, and he defines them negatively” (= Di sini kita mempunyai ilustrasi yang menyolok tentang kepastian / ke-tertentu-an / keterbatasan dari doa Yesus. Ia tahu secara persis untuk siapa Ia sedang berdoa, dan apa yang Ia inginkan untuk mereka. Ia mendefinisikan mereka secara positif, dan Ia mendefinisikan mereka secara negatif) - hal 374-375.

1. Ini dihubungkan secara erat dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

Kalau Yesus tidak mati untuk menebus orang-orang yang termasuk reprobate / orang yang ditentukan untuk binasa, maka adalah aneh kalau Ia mendoakan mereka. Dan sebaliknya, kalau Ia tidak mau mendoakan mereka, adalah aneh kalau Ia mati bagi mereka.

R. C. Sproul: “Jesus’ atonement and his intercession are joint works of his high priesthood. He explicitly excludes the non-elect from his great high priestly prayer. ‘I do not pray for the world but for those whom you have given Me’ (John 17:9). Did Christ die for those for whom he would not pray?” [= Penebusan dan pengantaraan / doa syafaat Yesus adalah pekerjaan gabungan dari keimam-besaranNya. Ia secara explicit mengeluarkan / tidak memasukkan orang yang bukan pilihan dari doa imam besarNya. ‘Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu’ (Yoh 17:9). Apakah Kristus mati untuk mereka bagi siapa Ia tidak berdoa?] - ‘Chosen by God’, hal 206.

John Owen: “He did not suffer for them, and then refuse to intercede for them; he did not do the greater, and omit the less” (= Ia tidak menderita untuk mereka, dan lalu menolak untuk berdoa syafaat bagi mereka; Ia tidak melakukan yang lebih besar dan menghapus yang lebih kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 176.

John Owen: “the oblation and intercession of Christ are of equal compass and extent in respect of their objects, or the persons for whom he once offered himself and doth continually intercede, and so are to be looked on one joint means for the attaining of a certain proposed end” (= pengorbanan dan doa syafaat Kristus mempunyai batas dan luas yang sama berkenaan dengan obyeknya atau dengan orang-orang untuk siapa Ia sekali mengorbankan diriNya dan mendoakannya secara terus-menerus, dan dengan demikian harus dianggap sebagai satu cara gabungan untuk mencapai tujuan tertentu) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 187.

Arthur W. Pink: “Note particularly that the death and intercession of Christ have one and the same object! ... If then Christ intercedes for the elect only, and ‘not for the world,’ then He dies for them only” (= Perhatikan secara khusus bahwa kematian dan penengahan / doa syafaat Kristus mempunyai satu obyek yang sama! ... Karena itu jika Kristus menengahi / berdoa syafaat hanya untuk orang pilihan, dan ‘bukan untuk dunia’, maka Ia mati hanya untuk mereka) - ‘The Sovereignty of God’, hal 60.

2. Ini juga dihubungkan dengan selalu dikabulkannya doa Kristus.

John Owen mengatakan bahwa Bapa selalu mendengar doa Anak / Yesus, dan ini ditunjukkan dalam 2 text Kitab Suci di bawah ini:

· Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.

· Maz 2:7-8 - “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu”.

John Owen: “therefore, if he should intercede for all, all should undoubtedly be saved” (= karena itu, jika Ia berdoa syafaat untuk semua, tidak diragukan bahwa semua akan diselamatkan) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 177.

Tetapi bagaimana dengan Luk 23:34? Apakah ini menunjukkan bahwa Yesus berdoa untuk orang non pilihan?

Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’”.

a. Pertama-tama perlu diketahui bahwa kalimat ini diragukan keasliannya karena manuscript-manuscript yang terbaik tidak mempunyai ayat ini!

NIV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some early manuscripts do not have this sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak mempunyai kalimat ini).

RSV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Other ancient authorities omit the sentence ‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas kuno yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang mereka perbuat’).

NKJV memberikan catatan tepi yang berbunyi: “NU brackets the first sentence as a later addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam kurung sebagai penambahan belakangan).

ASV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some ancient authorities omit ‘And Jesus said, Father, forgive them; for they know not what they do.’” (= Beberapa otoritas kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’).

KJV dan NASB tidak memberikan catatan kaki apapun.

Pulpit Commentary: “These words are missing in some of the oldest authorities. They are found, however, in the majority of the most ancient manuscripts and in the most trustworthy of the old versions, and are undoubtedly genuine” (= Kata-kata ini tidak ada dalam beberapa dari otoritas yang paling tua. Tetapi kata-kata itu ditemukan dalam mayoritas dari manuscripts yang paling kuno dan dalam versi-versi tua yang paling bisa dipercaya, dan tidak diragukan merupakan bagian yang asli) - hal 240.

Leon Morris (Tyndale): “There is textual doubt about this prayer. It is absent from many of the best MSS and some critics argue that it must be rejected, since it would scarcely have been omitted if genuine. Against that is the fact that other very good MSS do attest it. Early copyists may have been tempted to omit the words by the reflection that perhaps God had not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and afterwards may well have looked like anything but forgiveness. We should regard the words as genuine” [= Ada keraguan textual tentang doa ini. Doa ini absen dalam banyak manuscripts terbaik dan sebagian pengkritik berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena tidak mungkin itu dihapuskan kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta bahwa manuscripts lain yang sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin mula-mula mungkin tergoda untuk menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa mungkin Allah tidak mengampuni bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70 M dan sesudahnya (kehancuran Yerusalem) sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap kata-kata ini sebagai asli] - hal 326-327.

The New Bible Commentary: Revised: “34a is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang menakutkan dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus dipertahankan atau sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai potongan tradisi dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh penyalin-penyalin yang merasa bahwa itu tidak pantas atau tidak dijawab] - hal 923.

A. T. Robertson: “Some of the oldest and best documents do not contain this verse, and yet, while it is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they are utterly unlike any one else” (= Beberapa dari dokumen-dokumen yang tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa itu merupakan suatu bagian dari Injil Lukas, adalah pasti bahwa Yesus mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu sama sekali tidak seperti kata-kata siapapun juga) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 284-285.

Bruce M. Metzger: “The absence of these words from such early and diverse witnesses ... is most impressive and can scarcely be explained as a deliberate excision by copyists who, considering the fall of Jerusalem to be proof that God had not forgiven the Jews, could not allow it to appear that the prayer of Jesus had remained unanswered. At the same time, the logion, though probably not a part of the original Gospel of Luke, bears self-evident tokens of its dominical origin, and was retained, within double square brackets, in the traditional place where it had been incorporated by unknown copyists relatively early in the transmission of the Third Gospel” (= Absennya kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ... merupakan sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai penghilangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang, menganggap kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni orang-orang Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak dijawab. Pada saat yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan suatu bagian dari Injil Lukas yang asli, mempunyai tanda-tanda yang jelas bahwa itu berasal usul dari Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung ganda, dalam tempat tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh penyalin-penyalin yang tak dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran Injil ketiga ini) - ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180.

b. Untuk siapa Yesus menaikkan doa ini?

1. Ada yang menganggap bahwa doa ini mencakup semua yang hadir pada saat itu, dan bahkan mencakup semua manusia, termasuk kita.

C. H. Spurgeon: “I believe that it was a far-reaching prayer, which indeed included Scribes and Pharisees, Pilate and Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a certain sense, since we were all concerned in that murder; but certainly the immediate persons, upon whom that prayer was poured like precious nard, were those who there and then were committing the brutal act of fastening him to the accursed tree” (= Saya percaya bahwa itu merupakan doa yang jangkauannya jauh, yang mencakup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan orang non Yahudi - ya, seluruh umat manusia dalam arti tertentu, karena kita semua tersangkut dalam pembunuhan itu; tetapi pasti orang-orang yang langsung didoakan oleh doa yang seperti minyak wangi yang mahal itu adalah mereka yang ada di sana pada saat itu dan sedang melakukan tindakan brutal dengan memakukan Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483.

C. H. Spurgeon: “for, though we were not there, and we did not actually put Jesus to death, yet we really caused his death, and we, too, crucified the Lord of glory; and his prayer for us was, ‘Father, forgive them, for they know not what they do.’” (= karena, sekalipun kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh Yesus, tetapi kita sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga menyalibkan Tuhan kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.

2. Ada juga yang membatasi orang-orang yang didoakan

David Gooding: “it was prayed on behalf of the soldiers who in all truthfulness did not know what they were doing. False sentiment must not lead us to extend the scope of his prayer beyond his intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well what he is doing and has no intention of either stopping or repenting would be immoral: it would amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ certainly did not do that” (= itu didoakan demi para tentara yang memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh membimbing kita untuk memperluas jangkauan doanya lebih dari yang Ia maksudkan. Mendoakan pengampunan untuk seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia lakukan dan tidak bermaksud untuk berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang tidak bermoral: itu berarti mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat, pada dosanya. Kristus pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According to Luke’, hal 342.

Catatan: saya tidak setuju dengan bagian akhir dari kata-kata David Gooding ini, karena maksud Kristus dengan doa itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu ‘diampuni tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni melalui pertobatan’.

A. T. Robertson: “Jesus evidently is praying for the Roman soldiers, who were only obeying, but not for the Sanhedrin” (= Yesus jelas sedang berdoa untuk para tentara Romawi, yang hanya mentaati perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 285.

Calvin: “It is probable, however, that Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them” (= tetapi adalah mungkin bahwa Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah orang-orang yang tidak punya harapan, adalah sia-sia bagiNya untuk berdoa untuk mereka) - hal 301.

Sukar untuk menetapkan batasan dari doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ sebetulnya merupakan batasan dari doa tersebut. Para tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dan bahkan sebagian para tokoh Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui secara penuh kejahatan mereka. Ini terlihat dari beberapa ayat di bawah ini:

· Kis 3:14-17 - “Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”.

Catatan: kata ‘semua’ (yang saya cetak miring) seharusnya tidak ada! Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti pemimpin-pemimpinmu), dan dengan NASB: ‘just as your rulers did also’ (= sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).

· Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”.

KJV: ‘they knew him not’ (= mereka tidak mengenalNya).

RSV: ‘did not recognize him’ (= tidak mengenaliNya).

NASB: ‘recognizing neither Him’ (= tidak mengenaliNya).

NIV: ‘did not recognize Jesus’ (= tidak mengenali Yesus).

Tetapi ada satu hal yang saya pikirkan, yang tidak pernah dibicarakan oleh para penafsir, yaitu tentang mereka yang menghujat Roh Kudus dan dikatakan tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga hadir pada saat itu. Bukankah mereka tahu apa yang mereka lakukan? Kalau itu benar, maka Kristus pasti tidak berdoa untuk mereka. Bandingkan juga dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.

c. Apakah Bapa menjawab doa ini?

Sebagian jawaban adalah bahwa kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi. Lalu Injil diberitakan kepada mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa kepada Tuhan dan diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat dan diselamatkan (Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan dalam Kis 6:7 dikatakan “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.

Calvin: “Nor can it be doubted that this prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many of the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (= Tidak bisa diragukan bahwa doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini adalah penyebab mengapa banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman darah yang telah mereka curahkan) - hal 301.

d. Kesimpulan: tetap ada kemungkinan bahwa dalam Luk 23:34 ini Yesus membatasi doanya untuk orang-orang pilihan dari orang-orang yang hadir saat itu, dan doa itu dikabulkan oleh Bapa dengan mempertobatkan mereka belakangan.

2) ‘mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu’.

Bagian ini mendukung doktrin tentang predestinasi.

Calvin: “Christ expressly declares that they who are given to him belong to the Father; and it is certain that they are given so as to believe, and that faith flows from this act of giving. Now if the origin of faith is this act of giving, and if election comes before it in order and time, what remains but that we acknowledge that those whom God wishes to be saved out of the world are elected by free grace?” (= Kristus secara jelas menyatakan bahwa mereka yang diberikan kepadaNya adalah milik Bapa; dan adalah pasti bahwa mereka diberikan supaya percaya, dan bahwa iman merupakan akibat dari tindakan memberi ini. Sekarang jika asal usul dari iman adalah tindakan memberi ini, dan jika pemilihan terjadi sebelumnya dalam urut-urutan dan waktu, bukankah kita harus mengakui bahwa mereka yang ingin Allah selamatkan dari dunia ini dipilih oleh kasih karunia yang bebas / cuma-cuma?) - hal 173.

Yohanes 17: 10: “dan segala milikKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka”.

1) ‘dan segala milikKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu’.

a) Ini menunjukkan kesatuan Yesus dan Bapa.

William Hendriksen: “This last statement is astounding. It makes sense only if the Father and the Son are one in essence (cf. 10:30)” [= Pernyataan terakhir ini sangat mengherankan / mengejutkan. Itu masuk akal hanya jika Bapa dan Anak adalah satu dalam hakekat (bdk. 10:30)] - hal 355.

Calvin: “All these things are spoken for the confirmation of our faith. We must not seek salvation anywhere else than in Christ. But we shall not be satisfied with having Christ, if we do not know that we possess God in him. We must therefore believe that there is such unity between The Father and the Son as makes it impossible that they shall have anything separate from each other” (= Semua hal-hal ini dikatakan untuk meneguhkan iman kita. Kita tidak boleh mencari keselamatan di tempat lain manapun juga selain di dalam Kristus. Tetapi kita tidak akan puas dengan memiliki Kristus, jika kita tidak mengetahui bahwa kita memiliki Allah dalam Dia. Karena itu kita harus percaya bahwa ada suatu kesatuan sedemikian rupa antara Bapa dan Anak sehingga membuatnya mustahil bahwa yang satu mempunyai apapun terpisah dari yang lainnya) - hal 174.

b) Calvin juga berkata bahwa kata-kata ini tujuannya untuk menunjukkan bahwa Bapa pasti mendengar dan mengabulkan doa ini. Karena Kristus berdoa untuk milikNya dan milikNya juga adalah milik Bapa, maka Bapa pasti mendengar dan mengabulkan doaNya.

2) ‘dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka’.

Bagian ini dipakai oleh Calvin untuk mendukung doktrin Perseverance of the Saints (= Ketekunan orang-orang kudus), yang menekankan bahwa orang kristen yang sejati tidak bisa kehilangan keselamatannya.

Calvin: “this is a most excellent testimony for confirming our faith, that Christ never cease to care for our salvation, since he ‘is glorified in us’” (= ini merupakan kesaksian yang sangat bagus untuk meneguhkan iman kita, bahwa Kristus tidak pernah berhenti memperhatikan / memelihara keselamatan kita, karena Ia ‘dimuliakan di dalam kita’) - hal 174.

Yohanes 17: 11: “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita”.

Ayat ini diterjemahkan secara berbeda-beda. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris di bawah ini.

KJV: ‘And now I am no more in the world, but these are in the world, and I come to thee. Holy Father, keep through thine own name those whom thou hast given me, that they may be one, as we are’ (= ).

RSV: ‘And now I am no more in the world, but they are in the world, and I am coming to thee. Holy Father, keep them in thy name, which thou hast given me, that they may be one, even as we are one’ (= ).

NIV: ‘I will remain in the world no longer, but they are still in the world, and I am coming to you. Holy Father, protect them by the power of your name - the name you gave me - so that they may be one as we are one’ (= ).

NASB: ‘And I am no more in the world; and yet they themselves are in the world, and I come to Thee. Holy Father, keep them in Thy name, the name which Thou hast given Me, that they may be one, even as We are’ (= )

1) ‘Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia’.

a) Calvin mengatakan bahwa ini merupakan alasan lain mengapa Yesus mendoakan murid-muridNya. Selama Ia bersama mereka, Ia menjaga / memimpin mereka (bdk. ay 12). Tetapi sebentar lagi Ia akan meninggalkan mereka, dan karena itu Ia mendoakan mereka, supaya Bapa memelihara mereka dalam dunia.

Penerapan: kalau saudara adalah seorang guru Sekolah Minggu atau seorang pendeta, dan saudara akan meninggalkan murid-murid / jemaat saudara, mungkin karena saudara harus pindah ke tempat lain, apakah saudara berdoa untuk mereka atau tidak mempedulikan mereka dengan pemikiran: ‘Sekarang mereka toh bukan urusanku lagi’?

b) Di sini Kristus berbicara tentang kemanusiaanNya.

Sebagai Allah Ia maha ada, sehingga tidak mungkin Ia tidak ada lagi dalam dunia, tetapi sebagai manusia Ia tidak maha ada, dan karena itu setelah Ia mati, bangkit, dan naik ke surga, maka Ia tidak ada lagi dalam dunia ini!

Ini perlu diperhatikan oleh orang-orang Katolik dan Lutheran, yang dalam doktrin mereka tentang Perjamuan Kudus, mensyaratkan sifat maha ada dari manusia Yesus.

2) ‘tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu’.

a) ‘Bapa yang kudus’.

Leon Morris (NICNT): “Now God was often thought of as remote and lofty, as a Being great and dignified indeed, but distant and aloof. The need now was for a stress on His love and His care. So Jesus speaks mostly of God in terms like ‘Father’. But the holiness is still there. It is not to be overlooked or forgotten. The expression ‘Holy Father’ is a reminder of both aspects of God’s nature” (= Allah sering dipikirkan sebagai jauh dan tinggi, sebagai seorang Makhluk yang agung dan bermartabat / berwibawa, tetapi jauh. Yang dibutuhkan sekarang adalah suatu penekanan pada kasih dan perhatianNya. Karena itulah pada umumnya Yesus berbicara tentang Allah dengan istilah ‘Bapa’. Tetapi kekudusanNya masih ada di sana. Itu tidak boleh diabaikan atau dilupakan. Ungkapan ‘Bapa yang Kudus’ merupakan pengingat akan kedua aspek dari sifat Allah) - hal 727.

b) ‘dalam namaMu’.

Adam Clarke: “By the ‘name,’ here, it is evident that the doctrine or knowledge of the true God is intended; as if our Lord had said, Keep them in that doctrine which thou hast given me” (= Dengan kata ‘nama’ di sini, jelas yang dimaksudkan adalah ajaran atau pengetahuan tentang Allah yang benar; seakan-akan Tuhan berkata: Jagalah mereka dalam ajaran yang telah Engkau berikan kepadaKu itu) - hal 638.

Matthew Henry: “‘keep them through thine own name.’ That is, [1.] Keep them for thy name’s sake; so some. ‘Thy name and honour are concerned in their preservation as well as mine, for both will suffer by it if they either revolt or sink.’ The Old Testament saints often pleaded, for thy name’s sake; and those may with comfort plead it that are indeed more concerned for the honour of God’s name than for any interest of their own. [2.] keep them in thy name; so others; the original is so, en to onomati. ‘Keep them in the knowledge and fear of thy name; keep them in the profession and service of thy name, whatever it cost them. Keep them in the interest of thy name, and let them ever be faithful to this; keep them in thy truths, in thine ordinances, in the way of thy commandments.’ [3.] keep them by or through thy name; so others. ‘Keep them by thine own power, in thine own hand; keep them thyself, undertake for them, let them be thine own immediate care. Keep them by those means of preservation which thou hast thyself appointed, and by which thou hast made thyself known. Keep them by thy word and ordinances; let thy name be their strong tower, thy tabernacle their pavilion.’” (= belum diterjemahkan ).

Barnes’ Notes: “‘Through thine own name.’ Our translators seem to have understood this expression as meaning ‘keep by thy power,’ but this probably is not its meaning. It is literally ‘keep in thy name.’ And if the term name be taken to denote God himself and his perfections ..., it means ‘keep in the knowledge of thyself. Preserve them in obedience to thee and to thy cause. Suffer them not to fall away from thee and to become apostates.’” (= belum diterjemahkan ).

Wycliffe Bible Commentary: “The best attested Greek text reads, ‘I was keeping them in thy name which thou gavest to me’. Not only did Jesus keep his own disciples by the authority of the Father, but he kept them by the truth and power of the nature of God, which he himself revealed” (= belum diterjemahkan ).

Vincent: “‘Those whom’. hous. The correct reading is hoo, referring to ‘name.’ ‘Thy name which Thou hast given me.’ So in John 17:12” (= ).

c) ‘peliharalah mereka’.

Pulpit Commentary: “The perseverance of the saints is the fruit of Christ’s prayer” (= Ketekunan orang-orang kudus adalah buah dari doa Kristus) - hal 357.

3) ‘supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita’.

a) Perhatikan bahwa kesatuan orang-orang percaya merupakan keinginan dan doa Kristus! Karena itu kita harus sangat waspada terhadap perpecahan, khususnya dalam suatu gereja lokal.

b) Yang dimaksudkan dengan kesatuan, bukanlah kesatuan secara organisasi, tetapi kesatuan hati dan pikiran, dan ini tetap bisa diusahakan sekalipun ada perbedaan doktrinal (selama bukan doktrin dasar) maupun merk gereja / aliran.

A. T. Robertson: “Oneness of will and spirit (HEN, neuter singular), not one person (HEIS, masculine singular) for which Christ does not pray. Each time Jesus uses HEN (verses 11,21,22) and once, EIS HEN, ‘into one’ (verse 23). This is Christ’s prayer for all believers, for unity, not for organic union of which we hear so much” [= Kesatuan dari kehendak dan roh (HEN, netral tunggal), bukan satu pribadi (HEIS, laki-laki tunggal) untuk mana Kristus tidak berdoa. Setiap kali Yesus menggunakan HEN (ayat 11,21,22) dan satu kali, EIS HEN, ‘menjadi satu’ (ayat 23). Ini adalah doa Kristus untuk semua orang percaya, untuk kesatuan, bukan untuk persatuan organik tentang mana kita mendengar begitu banyak] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 278.

Leon Morris (NICNT): “Enthusiasts for the ecumenical movement sometimes speak as though the reunion of Christendom would mean the answer to Christ’s prayer. While it is true that unity of organization can be an impressive witness to unity of spirit, yet as such it is merely outward. It is not this that is in mind here. It is something much more difficult. It is unity of heart and mind and will” (= Orang-orang yang bersemangat untuk gerakan oikumene kadang-kadang berbicara seakan-akan persatuan kembali dari kekristenan berarti terjawabnya doa Kristus. Sekalipun memang benar bahwa kesatuan organisasi bisa merupakan kesaksian yang mengesankan tentang kesatuan roh, tetapi kesatuan seperti itu hanya bersifat lahiriah. Bukan ini yang dipersoalkan di sini, tetapi sesuatu yang jauh lebih sukar, yaitu kesatuan dari hati, pikiran, dan kehendak) - hal 727-728.

Yohanes 17: 12: “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.

1) ‘Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa’.

Ini lagi-lagi mendukung doktrin Perseverance of the Saints (= Ketekunan orang-orang kudus), yang menyatakan bahwa orang-orang yang betul-betul percaya tidak mungkin kehilangan keselamatannya.

Pulpit Commentary: “They are kept, (1) not from suffering, (2) nor from all sin, (3) but from perishing everlastingly” [= Mereka dijaga / dipelihara, (1) bukan dari penderitaan, (2) ataupun dari semua dosa, (3) tetapi dari binasa secara kekal] - hal 357.

Hutcheson mengatakan (hal 361) bahwa bagian ini menunjukkan bahwa selama orang kristen ada dalam dunia, maka ia selalu membutuhkan suatu pemeliharaan / penjagaan dari luar dirinya, yaitu dari Tuhan / Roh Kudus. Kalau penjagaan ini dibuang, semua orang kristen akan murtad.

Sekalipun Kitab Suci menunjukkan bahwa orang kristen tidak mungkin kehilangan keselamatannya, tetapi Yesus tetap mengusahakan (melalui doaNya di sini) supaya orang-orang kristen itu tidak kehilangan keselamatan mereka. Kita juga harus melakukan hal yang sama. Adanya jaminan bahwa keselamatan kita tidak bisa hilang tidak membuang tanggung jawab kita untuk berusaha supaya kita dan orang-orang kristen yang lain tidak kehilangan keselamatan, misalnya dengan:

· mendoakan hal itu. Khususnya doakan hamba-hamba Tuhan yang injili / alkitabiah supaya rendah hati dan tetap ada di jalan yang benar, baik dalam kehidupannya maupun dalam kepercayaan dan ajarannya.

· tekun dalam belajar Firman Tuhan dan mendorong orang kristen lain untuk juga melakukan hal itu.

· selalu berusaha taat / membuang dosa, dan berhati-hati terhadap keduniawian, dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

· waspada terhadap kesesatan dan kesalahan pengajaran. Jangan menjadi orang yang mengaminkan seadanya ajaran, sekalipun ajaran itu diberitakan oleh ‘pengkhotbah yang top’!

2) ‘selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci’.

a) ‘supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci’.

Pengkhianatan Yudas memang sudah dinubuatkan.

Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.

Maz 41:10 - “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku”. Bdk. Yoh 13:18.

Dan hal itu dinubuatkan karena sudah ditentukan oleh Allah.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

Ayat-ayat lain yang berbicara tentang Yudas adalah:

· Kis 1:20 - “Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain”.

· Maz 69:26 - “Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah-kemah mereka tidak ada penghuninya”.

· Maz 109:8 - “Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain”.

b) ‘selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa’.

KJV/RSV/NASB: ‘but the son of perdition’ (= kecuali anak kebinasaan / neraka).

NIV: ‘except the one doomed to destruction’ (= kecuali orang yang ditentukan / ditakdirkan untuk kehancuran).

1. Bagian ini tidak berarti bahwa Yudas termasuk dalam orang-orang yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus, lalu dijaga oleh Kristus, tetapi penjagaanNya gagal dan ia terhilang.

Perkecualian yang dimaksud hanyalah berhubungan dengan kata-kata ‘tidak binasa’ dalam kalimat sebelumnya, bukan berhubungan dengan seluruh kalimat sebelumnya.

Kita tidak bisa menafsirkan bahwa Yudas adalah orang yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus, tetapi lalu terhilang, sehingga ia merupakan perkecualian dibandingkan dengan yang lain, karena:

a. Dari semula kitab-kitab Injil memang tidak pernah menunjukkan Yudas sebagai orang kristen sejati.

b. Penafsiran seperti ini akan bertentangan dengan Yoh 6:39 - “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.

c. Sebutan ‘anak kebinasaan / neraka’ menunjukkan bahwa dalam rencana kekal Allah ia memang ditetapkan untuk binasa.

Memang tentang arti dari istilah ini ada ketidaksetujuan di antara para penafsir.

Barnes’ Notes: “The term ‘son’ was given by the Hebrews to those who possessed the character described by the word or name following. Thus, sons of Belial - those who possessed his character. Children of wisdom - those who were wise, Matt. 11:19. Thus Judas is called a son of perdition because he had the character of a destroyer. He was a traitor, a murderer” (= Istilah ‘anak’ diberikan oleh orang-orang Ibrani kepada mereka yang memiliki sifat yang digambarkan oleh kata atau nama yang mengikuti kata ‘anak’ itu. Jadi, ‘anak-anak Belial’ adalah mereka yang mempunyai sifat Belial. ‘Anak-anak hikmat’ menunjuk kepada mereka yang bijaksana, Mat 11:19. Jadi Yudas disebut ‘anak kebinasaan / kehancuran’ karena ia mempunyai sifat sebagai seorang pembinasa / penghancur. Ia adalah seorang pengkhianat, seorang pembunuh) - hal 347.

Catatan:

· istiliah ‘son / daughter of Belial’ (= anak laki-laki / perempuan dari Belial) muncul banyak kali dalam KJV, yaitu dalam Ul 13:13 Hak 19:22 20:13 1Sam 1:16 2:12 10:27 25:17 2Sam 23:6 1Raja 21:10,13 2Taw 13:7.

· Mat 11:19b (KJV): ‘But wisdom is justified of her children’ (= Tetapi hikmat dibenarkan oleh anak-anaknya).

· saya tidak menganggap penafsiran dari Barnes ini sebagai penafsiran yang benar.

Leon Morris (NICNT): “‘The son of perdition’ points to character rather than destiny. The expression means that he was characterized by ‘lostness’, not that he was predestined to be ‘lost’” (= ‘Anak kebinasaan / neraka’ menunjuk lebih pada karakter dari pada pada nasib / takdir. Ungkapan ini berarti bahwa ia mempunyai ciri ‘terhilang’ dan bukannya bahwa ia ditentukan untuk ‘hilang’) - hal 728.

Saya juga tidak setuju dengan penafsiran ini.

Matthew Poole: “As ‘the son of death,’ 2Sam. 12:5, signifies one appointed to die, or that deserveth to die; and ‘the child of hell,’ Matt. 23:15, siginifies one who deserveth hell; so the son of perdition may either signify one destined to perdition, or one that walketh in the high and right road to perdition, or rather both; one who being passed over in God’s eternal counsels, as to such as shall be saved, hath by his own wilful apostacy brought himself to eternal perdition, or into such a guilt as I know thou wilt destroy him” (= Seperti ‘anak kematian’, 2Sam 12:5, menunjuk kepada orang yang ditetapkan untuk mati, atau orang yang layak untuk mati; dan ‘anak neraka’, Mat 23:15, menunjuk kepada orang yang layak masuk neraka; demikian juga ‘anak kebinasaan / neraka’ bisa menunjuk kepada seseorang yang ditentukan untuk kebinasaan / neraka, atau seseorang yang berjalan dalam jalan yang menuju kebinasaan / neraka, atau mungkin keduanya; seseorang yang dilewati dalam rencana kekal Allah berkenaan dengan orang-orang yang akan diselamatkan, dan yang dengan kemurtadannya sendiri yang disengaja, membawa dirinya sendiri pada kebinasaan kekal, atau ke dalam suatu kesalahan yang akan menyebabkan Allah menghancurkannya) - hal 369.

William Hendriksen: “‘The son of perdition’ (a Semitism; cf. Matt. 23:15; 2Thess. 2:3) is the utterly lost one, designated unto perdition. That Judas was meant is clear from a comparison of passages: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Though, on the one hand, Judas was fully responsible, on the other hand, this deed was included in the divine decree from eternity, and in prophecy. ... Hence, when the disciples hear Jesus speaking to the Father about the accomplishment of his task with respect to them, and the fulfilment of prophecy even in the case of the son of perdition, they are strengthened in their faith, and begin to realize that nothing and no one ever defeats the divine purpose” [= Anak kebinasaan / neraka (suatu istilah Semitic; bdk. Mat 23:15; 2Tes 2:3) adalah orang yang hilang sama sekali, ditetapkan untuk kebinasaan / neraka. Bahwa Yudas yang dimaksudkan adalah jelas dari perbandingan text-text: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Sekalipun di satu sisi, Yudas sepenuhnya bertanggung jawab, tetapi di sisi lain, tindakan ini telah tercakup dalam ketetapan ilahi dari kekekalan, dan dalam nubuatan. ... Karena itu, pada waktu para murid mendengar Yesus berbicara kepada Bapa tentang pencapaian dari tugasNya berkenaan dengan diri mereka, dan penggenapan nubuat bahkan dalam kasus ‘anak kebinasaan / neraka’, mereka dikuatkan dalam iman mereka, dan mulai menyadari bahwa tidak ada apapun dan siapapun yang pernah menggagalkan rencana Allah] - hal 358.

Calvin: “Judas is excepted, and not without reason; for, though he was not one of the elect and of the true flock of God, yet the dignity of his office gave him the appearance of it. ... that no one might think that the eternal election of God was overturned by the damnation of Judas, he immediately added, that he was ‘the son of perdition.’ By these words Christ means that his ruin, which took place suddenly before the eyes of men, had been known to God long before; for ‘the son of perdition,’ according to the Hebrew idiom, denotes a man who is ruined, or devoted to destruction” (= Yudas dikecualikan, dan bukannya tanpa alasan; karena sekalipun ia bukanlah salah seorang dari orang-orang pilihan dan dari kawanan domba Allah, tetapi kewibawaan dari jabatannya seolah-olah menunjukkan hal itu. ... supaya tidak seorangpun berpikir bahwa pemilihan kekal dari Allah dibalikkan oleh penghukuman Yudas, Ia langsung menambahkan, bahwa ia adalah ‘anak kebinasaan / neraka’. Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa kehancurannya, yang terjadi secara mendadak di hadapan manusia, telah diketahui oleh Allah jauh sebelumnya; karena ‘anak kebinasaan / neraka’ menurut ungkapan Ibrani, menunjuk pada seseorang yang dihancurkan, atau disediakan untuk kehancuran) - hal 176.

Ketiga komentar terakhir inilah yang saya terima.

2. Sekalipun Yudas ditetapkan dan dinubuatkan untuk mengkhianat dan binasa, tetapi bukan Allah atau nubuat itu yang harus dipersalahkan, tetapi Yudas sendiri.

Banyak orang lalu menanggap bahwa Yudas tidak bersalah, dan bahkan ada yang menganggapnya berjasa. Tetapi Kitab Suci menyatakan sebaliknya.

· Luk 22:22b - “celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”

· Mat 26:24b - “celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.

· Bandingkan juga dengan Ro 9:19-21 - “Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

Dalam Ro 9:19 itu dipertanyakan mengapa seseorang yang ditentukan untuk binasa harus disalahkan, karena bukankah apa yang ditentukan itu tidak bisa tidak terjadi? Dalam Ro 9:20-21 Paulus tidak menjawab / menjelaskan bagaimana orang yang ditentukan binasa itu bisa tetap dipersalahkan. Ia sebaliknya menghardik orang yang menanyakan pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa Allah berhak melakukan apa saja.

Calvin: “it would be a most unfounded argument, if any one were to infer from this, that the revolt of Judas ought to be ascribed to God rather than to himself, because the prediction laid him under no necessity. ... It is not in the prophesies, therefore, that we must go to seek the cause of events. I acknowledge, indeed, that nothing happens but what has been appointed by God; but the only question now is, Do those things which it has foretold, or predicted, lay men under a necessity? which I have already demonstrated to be false” (= merupakan suatu argumentasi yang tak berdasar jika seseorang menyimpulkan dari sini bahwa pemberontakan Yudas harus diperhitungkan kepada Allah dan bukannya kepada Yudas sendiri, karena ramalan itu tidak meletakkan dia dibawah paksaan. ... Karena itu, kita harus pergi untuk mencari penyebab dari peristiwa-peristiwa bukan dalam nubuat-nubuat. Saya memang mengakui bahwa tidak ada apapun yang terjadi kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah; tetapi satu-satunya pertanyaan sekarang adalah: ‘Apakah hal-hal itu yang telah diberitahukan sebelumnya, atau diramalkan, meletakkan manusia di bawah paksaan?’ yang telah saya tunjukkan sebagai sesuatu yang salah) - hal 176-177.

Catatan: kata ‘necessity’ di sini harus diartikan sebagai ‘paksaan’. Jadi, Calvin berpendapat bahwa sekalipun pengkhianatan Yudas itu telah ditetapkan / dinubuatkan sehingga pasti terjadi, tetapi tidak ada siapapun / apapun yang memaksa Yudas untuk melakukan hal itu. Ia melakukannya dengan sukarela / dengan kemauannya sendiri.

Calvin: “Nor was it the design of Christ to transfer to Scripture the cause of the ruin of Judas, but he only intended to take away the occasion of stumbling, which might shake weak minds” (= Juga bukan merupakan maksud Kristus untuk mentransfer kepada Kitab Suci penyebab kehancuran dari Yudas, tetapi Ia hanya memaksudkan untuk membuang batu sandungan, yang bisa menggoncangkan pikiran yang lemah) - hal 177.

Maksud dari Calvin mungkin adalah: Kristus menyatakan ini supaya pada waktu Yudas berkhianat dan binasa, para murid yang lain tidak goncang imannya, tetapi menyadari bahwa semua itu sudah ditetapkan dan dinubuatkan.

William Hendriksen: “Calvin comments beautifully, stressing the fact that neither God nor the prophecy can be blamed for the sin of Judas. That disciple had not been compelled to sin. He sinned of his own accord” (= Calvin memberikan komentar yang indah, menekankan fakta bahwa baik Allah maupun nubuat tidak bisa disalahkan karena dosa Yudas. Murid itu tidak dipaksa untuk berbuat dosa. Ia berbuat dosa atas kehendaknya sendiri) - hal 358 (footnote).

Leon Morris (NICNT): “The reference to the fulfilling of Scripture brings out the thought of divine purpose. This does not mean that Judas was an automaton. He was responsible person and acted freely. But God used his evil act to bring about his purpose. There is a combination of the human and the divine, but in this passage it is the divine side rather than the human which receives stress” (= Referensi pada penggenapan Kitab Suci menghasilkan pemikiran tentang rencana ilahi. Ini tidak berarti bahwa Yudas adalah orang yang bergerak secara otomatis / robot. Ia adalah manusia yang bertanggung jawab dan bertindak secara bebas. Tetapi Allah menggunakan tindakan jahatnya untuk melaksanakan rencanaNya. Ada suatu kombinasi antara yang manusiawi dan yang ilahi, tetapi dalam text ini sisi ilahinyalah yang ditekankan, dan bukannya sisi manusiawinya) - hal 728.

3. Leon Morris juga mengatakan (hal 728, footnote) bahwa istilah Yunani yang diterjemahkan ‘the son of perdition’ (= anak kebinasaan / neraka) di sini, muncul lagi dalam 2Tes 2:3 - “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa”.

KJV: ‘Let no man deceive you by any means: for that day shall not come, except there come a falling away first, and that man of sin be revealed, the son of perdition’ (= Janganlah membiarkan seorangpun menipu engkau dengan cara apapun; karena Hari itu tidak akan datang sebelum datang kemurtadan lebih dulu, dan manusia dosa / durhaka dinyatakan, anak kebinasaan / neraka).

4. Kebinasaan Yudas terjadi karena cinta uang; ini harus menjadi peringatan kepada semua orang yang tamak / cinta uang!

Adam Clarke:

“‘Perdition’ or ‘destruction’ is personified; and Judas is represented as being her son, i.e. one of the worst of men ... And all this he was capable of through the love of money! ... To Judas and to all his brethren, who sell God and their souls for money, ... we may apply those burning words of Mr. Blair, with very little alteration:

‘O cursed lust of gold! when for thy sake

The wretch throws up his interest in both worlds,

First hanged in this, then damned in that to come.’”

[= ‘Kebinasaan’ atau kehancuran digambarkan sebagai pribadi; dan Yudas digambarkan sebagai anaknya, yaitu orang yang terburuk ... Dan semua ini terjadi melalui cinta uang! ... Bagi Yudas dan semua saudara-saudaranya, yang menjual Allah dan jiwa mereka demi uang, ... kami bisa menerapkan kata-kata yang berapi-api dari Mr. Blair, dengan sedikit perubahan:

‘O nafsu terhadap emas yang terkutuk! pada waktu demi engkau

Orang-orang celaka membuang perhatian / minatnya di kedua dunia,

Pertama menggantung (diri) dalam dunia ini, lalu dihukum dalam dunia yang akan datang.’] - hal 638.

Yohanes 17: 13: “Tetapi sekarang, Aku datang kepadaMu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacitaKu di dalam diri mereka”.

1) ‘Tetapi sekarang, Aku datang kepadaMu’.

a) Yesus menyadari bahwa saatnya sudah tiba bagiNya untuk meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa. Jadi, bagian ini artinya bukanlah ‘Aku datang kepadaMu dengan suatu permintaan’, tetapi ‘Aku sedang meninggalkan dunia ini dan dalam perjalanan untuk kembali kepadaMu’.

b) Mati dibicarakan sebagai sesuatu yang manis.

George Hutcheson: “Christ’s removal out of the world looked very sweet upon him, as being a coming to his Father, with whom he is so familiar; and in him death is sanctified and sweetened to all his followers, as being a departing to him, that they may be with him for ever, Phil. 1:23 1Thess 4:17” (= Penyingkiran Kristus dari dunia ini kelihatan manis bagiNya, sebagai suatu tindakan mendatangi BapaNya, dengan siapa Ia begitu akrab; dan dalam Dia kematian dikuduskan dan dimaniskan bagi semua pengikut-pengikutNya, sebagai suatu tindakan pergi kepadaNya, supaya mereka bisa bersama dengan Dia selama-lamanya, Fil 1:23 1Tes 4:17) - hal 362.

2) ‘Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia’.

Calvin mengatakan (hal 177) bahwa kata-kata ‘sementara Aku masih ada di dalam dunia’ maksudnya ‘di hadapan para murid, sehingga bisa mereka dengar’.

3) ‘supaya penuhlah sukacitaKu di dalam diri mereka’.

a) Calvin juga mengatakan (hal 177) bahwa ay 13 ini menunjukkan bahwa Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh ini bukan karena kuatir dengan keselamatan dari para murid, tetapi untuk mengobati kekuatiran mereka / menenangkan mereka. Dengan mereka mendengar doa Kristus bahwa mereka diletakkan di tangan Bapa, maka mereka akan menjadi tenang.

b) ‘sukacitaKu’.

Kristus mengatakan ‘sukacitaKu’ karena Ia adalah penyebab dari sukacita itu.

Calvin: “in us there is nothing but alarm and uneasiness, but in Christ alone there is peace and joy” (= dalam kita tidak ada apapun selain ketakutan dan kegelisahan, tetapi dalam Kristus saja ada damai dan sukacita) - hal 178.

Karena itu kalau saudara mau mendapatkan sukacita, janganlah mencarinya melalui hal-hal duniawi apapun, yang paling-paling bisa memberikan sukacita dan damai yang semua dan bersifat sementara. Datanglah kepada Kristus dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Bagi saudara yang sudah percaya kepadaNya, mendekatlah kepada Dia. Makin kita mendekat dan taat, makin besar damai dan sukacita yang kita alami.

Yes 48:18 - “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti”.

Yohanes 17: 14: “Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”.

1) ‘Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka’.

Calvin mengatakan (hal 178) bahwa di sini Kristus memberikan alasan lain mengapa Ia berdoa untuk para murid, yaitu karena dunia membenci mereka. Ia juga menyatakan alasan mengapa dunia membenci mereka, yaitu karena mereka telah menerima Firman Allah, yang tidak bisa diterima oleh dunia.

Pulpit Commentary: “They who receive the Word cross the world’s path” (= Mereka yang menerima Firman berselisih jalan / bersilangan dengan jalan dunia ini) - hal 358.

Adam Clarke: “How terrible is the perversion of human nature! Men despise that which they should esteem, and endeavour to destroy that without which they must be destroyed themselves” (= Alangkah buruknya kejahatan / kesesatan dari manusia! Manusia menghina apa yang seharusnya mereka hargai, dan berusaha untuk menghancurkan sesuatu tanpa mana mereka sendiri harus dihancurkan) - hal 639.

Hendriksen menghubungkan bagian ini dengan akhir ay 13 yang berbicara tentang sukacita, dan ia berkata bahwa Firman Tuhan memang mendatangkan sukacita bagi yang mendengar dan menerimanya tetapi pada saat yang sama Firman Tuhan itu juga menimbulkan kebencian dari dunia terhadap mereka. Karena itu kalau saudara adalah orang kristen yang betul-betul hidup sesuai Firman Tuhan, janganlah terlalu mengharapkan pujian / sanjungan dari dunia.

Illustrasi: seorang misionaris yang telah melayani selama 42 tahun di Cina dan seorang ‘entertainer’ (= penghibur) yang terkenal yang berada di Cina selama 2 minggu, sama-sama kembali ke Amerika Serikat dengan kapal yang sama. Pada waktu mereka tiba, banyak penggemar dari ‘entertainer’ tersebut yang menyambutnya, tetapi tidak ada seorangpun yang menyambut si misionaris. Misionaris tersebut lalu mengeluh kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku memberikan 42 tahun hidupku bagi Cina, dan ia hanya berada di sana selama 2 minggu, tetapi begitu banyak yang menyambut dia sewaktu dia pulang, dan tak seorangpun yang menyambutku’. Dan Tuhan menjawabnya: ‘Nak, kamu belum pulang ke rumah!’.

2) ‘karena mereka bukan dari dunia’.

a) Dalam arti apa para murid itu dikatakan ‘bukan dari dunia’?

Leon Morris mengatakan (hal 729) bahwa dalam arti tertentu tentu saja para murid itu bisa dikatakan ‘dari dunia’ ini. Tetapi Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa orang harus dilahir-barukan supaya bisa melihat Kerajaan Allah. Dalam keadaan sudah lahir baru ini, maka para murid ‘bukan dari dunia’ ini.

Calvin juga mengatakan (hal 178) bahwa para murid dikatakan ‘bukan dari dunia’ karena semua mereka yang dilahir-barukan oleh RohNya dipisahkan dari dunia ini.

b) Ini juga merupakan alasan mengapa dunia membenci mereka (bdk. Yoh 15:19-20).

William Hendriksen: “The world hates the disciple because he is so totally different” (= Dunia membenci seorang murid karena ia berbeda secara total) - hal 359.

John G. Mitchell: “I am sure one of the reasons why we Christians do not experience the enmity of the world more is because we have compromised with it. ... One of the great tragedies is that so many professing Christians are living as those who are in the world. They have been tainted and affected by the materialistic and humanistic philosophy and morals of the world” (= Saya yakin bahwa salah satu alasan mengapa kita orang-orang Kristen tidak mengalami lebih banyak permusuhan / kebencian dari dunia adalah karena kita telah berkompromi dengannya. ... Salah satu tragedi yang besar adalah bahwa begitu banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen hidup seperti mereka yang ada dalam dunia ini. Mereka telah dinodai dan dipengaruhi oleh filsafat materialistis dan humanistis dan moral dari dunia) - hal 335.

George Hutcheson: “So that when it seems otherwise, we may reckon either that professors of religion are but too much like the world, and little like Christ, or that the world’s malice is but overpowered and bridled till they get an opportunity” [= Sehingga jika kelihatannya tidak demikian (maksudnya jika orang kristen tidak dimusuhi / dibenci oleh dunia), kita boleh menganggap atau bahwa para pengaku agama ini terlalu banyak menyerupai dunia, dan terlalu sedikit menyerupai Kristus, atau kebencian dunia dikuasai dan dikekang sampai mereka mendapatkan kesempatan] - hal 363.

Bandingkan bagian akhir kutipan di atas dengan 2Tes 2:3b-10 - “Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu? Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka”.

3) ‘sama seperti Aku bukan dari dunia’.

a) Kristus memang bertentangan dengan dunia.

Pulpit Commentary: “This constant contrast between the mind of Christ and the spirit of the world pervades the New Testament. Christ had exposed its hypocrisies, and denounced its idols, and inverted its standards, and repudiated its smile, and condemned its prince, and was now indifferent to its curse” (= Kontras yang terus menerus antara pikiran Kristus dan roh dari dunia memenuhi Perjanjian Baru. Kristus telah menyingkapkan kemunafikannya, dan mencela berhalanya, dan membalikkan standardnya, dan menolak untuk menerima senyumnya, dan mengecam / mengutuk penguasanya, dan sekarang tidak peduli pada kutukannya) - hal 348.

b) Kalau kita dibenci oleh dunia, maka kita mempunyai persamaan dengan Kristus, dan itu merupakan suatu kehormatan bagi kita.

George Hutcheson: “It may encourage them also in this conflict, that in their state and suffering they have a conformity with Christ their Head. ... their separation from the world is an evidence of their conformity with Christ, and consequently that they are like to him, in enduring opposition from the world because thereof” (= Dalam konflik dengan dunia ini hal ini juga bisa menguatkan mereka, bahwa dalam keadaan dan penderitaan mereka, mereka mempunyai kemiripan dengan Kristus, Kepala mereka. ... pemisahan mereka dari dunia merupakan suatu bukti dari kemiripan mereka dengan Kristus, dan karenanya mereka juga serupa dengan Dia, dalam bertahan terhadap oposisi dari dunia karena hal itu) - hal 363,364.

Pulpit Commentary: “It is the honour of believers that they are linked with Christ as the objects of the world’s hatred” (= Merupakan kehormatan dari orang-orang percaya bahwa mereka dihubungkan dengan Kristus sebagai obyek kebencian dunia) - hal 358.

Bdk. Kis 5:41 - “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”.

Yohanes 17: 15: “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat”.

1) ‘Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia’.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Orang kristen tidak boleh hidup menyendiri / memisahkan diri dari dunia.

William Barclay: “The first essential is to note that Jesus did not pray that his disciples should be taken out of this world. He never prayed that they might find escape; he prayed that they might find victory. The kind of Christianity which buries itself in a monastery or a convent would not have seemed Christianity to Jesus at all. He insisted that it was in the rough and tumble of life that a man must live out his Christianity” (= Hal penting pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa Yesus tidak berdoa supaya murid-muridNya diambil dari dunia ini. Ia tidak pernah berdoa supaya mereka lolos; Ia berdoa supaya mereka mendapatkan kemenangan. Jenis kekristenan yang mengubur dirinya sendiri dalam sebuah biara sama sekali tidak terlihat sebagai kekristenan bagi Yesus. Ia bersikeras bahwa melalui hidup yang berat / sukar dan terombang-ambing dan jatuh bangunlah seseorang harus menjalani kekristenannya) - hal 215.

b) Orang kristen tidak boleh berharap untuk bebas dari kesukaran / penderitaan, atau minta supaya cepat mati / masuk surga.

Pulpit Commentary: “The desire of death is unlawful in the saints, ... because God can be more honoured by our steadfast endurance than by our escape from duty. ... It is beter for us to be kept from sin in our afflictions than from the afflictions themselves” (= Keinginan akan kematian merupakan sesuatu yang salah dalam diri orang-orang kudus, ... karena Allah bisa lebih dihormati oleh ketahanan / kesabaran yang setia dari diri kita dari pada oleh penghindaran kita dari kewajiban. ... Adalah lebih baik bagi kita untuk dijaga dari dosa dalam penderitaan kita dari pada dijaga dari penderitaan itu sendiri) - hal 358.

Leon Morris mengatakan bahwa Musa, Elia, dan Yunus pernah berdoa supaya diambil oleh Tuhan dari dunia ini (Bil 11:15 1Raja 19:4 Yun 4:3,8), tetapi tidak ada dari doa-doa itu yang dikabulkan.

c) Yesus tidak meminta supaya Bapa mengambil para murid tetapi membiarkan mereka berada dalam dunia, karena mereka mempunyai tugas:

· untuk memberitakan Injil kepada dunia.

· untuk memelihara dan melayani gereja.

Bandingkan dengan Fil 1:21-26 - “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu”.

Kalau sampai saat ini belum waktunya bagi saudara untuk mati, maka tugas itu juga berlaku bagi saudara. Janganlah melalaikan tugas itu!

2) ‘tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat’.

a) ‘yang jahat’.

Tentang kata ‘yang jahat’ ini, ada yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada ‘setan’, dan ada yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada ‘kejahatan’. Saya berpendapat ini tidaklah terlalu berbeda.

b) Ini menunjukkan bahwa orang kristen aman di tengah-tengah segala gangguan.

Calvin: “He shows in what the safety of believers consists; not that they are free from every annoyance, and live in luxury and at their ease, but that, in the midst of danger, they continue to be safe through the assistance of God” (= Ia menunjukkan dalam hal apa orang-orang percaya itu aman; bukan bahwa mereka bebas dari setiap gangguan, dan hidup dalam kemewahan dan ketenteraman, tetapi bahwa di tengah-tengah bahaya, mereka terus aman melalui pertolongan Allah) - hal 178-179.

c) Leon Morris (NICNT): “They have a task to do in the world so it is important that they should be in the world. But it is equally important that they should be kept from evil, for evil is fatal to the discharge of their task” (= Mereka mempunyai suatu tugas untuk dilakukan dalam dunia sehingga adalah penting bahwa mereka ada dalam dunia ini. Tetapi adalah sama pentingnya bahwa mereka harus dijaga dari kejahatan, karena kejahatan merupakan sesuatu yang fatal dalam pelaksanaan tugas mereka) - hal 730.

Ay 16: “Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”.

Ini merupakan pengulangan dari apa yang sudah Ia katakan dalam ay 14, dan di sini kata-kata ini digunakan untuk mendasari permintaannya pada ay 17. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa di sini kata-kata ini dikatakan sebagai alasan supaya Allah melindungi mereka dari yang jahat (ay 15).

Yohanes 17: 17: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran”.

Calvin mengatakan bahwa ada 2 hal yang dimaksudkan oleh bagian ini:

1) Yesus meminta supaya Bapa memisahkan para murid itu untuk diriNya sendiri dan membela mereka sebagai miliknya yang kudus.

2) Yesus meminta supaya Bapa menyucikan kehidupan mereka dengan kebenaran, yaitu FirmanNya.

a) Kata ‘menguduskan’ memang bisa digunakan dalam arti ‘menyucikan’, seperti dalam 1Tes 5:23 - “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita”.

b) Pengudusan dilakukan dengan kebenaran, yaitu firman.

Calvin: “he points out the means of sanctification, and not without reason; for there are fanatics who indulge in much useless prattle about sanctification, but who neglect the truth of God, ... Again, as there are others who chatter quite as foolishly about the truth, and yet disregard the word, Christ expressly says that the truth, by which God sanctifies his sons, is not to be found any where else than in the word” (= Ia menunjukkan cara / jalan dari pengudusan, dan bukannya tanpa alasan; karena ada orang-orang fanatik yang menuruti hatinya dengan banyak ocehan yang tak berguna tentang pengudusan, tetapi yang mengabaikan kebenaran Allah, ... Juga karena ada orang-orang lain yang mengoceh secara sama bodohnya tentang kebenaran, tetapi yang mengabaikan firman, maka Kristus secara explicit menyatakan bahwa kebenaran, dengan mana Allah menguduskan / menyucikan anak-anakNya, tidak akan ditemukan di tempat lain selain dalam firman) - hal 179-180.

Ef 5:25-26 - “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman”.

Yoh 15:3 - “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu”.

Maz 119:9 - “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu”.

Penerapan: bandingkan dengan cara pengudusan dalam kalangan Kharismatik yang dilakukan dengan menengking roh-roh jahat, atau dengan berdoa dengan bahasa roh.

William Hendriksen: “This sanctification can take place only if the entire personality is desirous of being governed by the truth” (= Pengudusan ini hanya bisa terjadi jika seluruh kepribadian ingin untuk diperintah oleh kebenaran) - hal 361.

William Hendriksen: “the truth, i.e., by God’s redemptive revelation in Christ, as the ultimate standard of life and doctrine. This truth is embodied in Christ, in him alone. He is the truth (see on 14:6). However, the word of the Father, which had been given to the disciples, must be the source of truth for these men when Jesus is no longer personally with them. That word is truth. It is wholly infallible. Without it the work of sanctification is entirely impossible. Jesus requests, therefore, that the Father may cause these men, in an ever increasing degree, to love that word, and to live according to the truth of God revealed in this message which they had received from him, and which he, in turn, had received from the Father” [= kebenaran, yaitu wahyu yang bersifat penebusan dari Allah dalam Kristus, sebagai standard terakhir / tertinggi dalam kehidupan dan pengajaran. Kebenaran ini diwujudkan dalam Kristus, dan hanya dalam Dia. Ia adalah kebenaran (lihat tentang 14:6). Sekalipun demikian, firman Bapa, yang telah diberikan kepada para murid, harus menjadi sumber dari kebenaran bagi orang-orang ini pada saat Yesus tidak lagi bersama mereka. Firman itu adalah kebenaran. Itu sepenuhnya tidak bisa salah. Tanpa itu pekerjaan pengudusan sama sekali mustahil. Karena itu Yesus meminta supaya Bapa membuat orang-orang ini makin lama makin mencintai firman itu, dan hidup menurut kebenaran Allah yang dinyatakan dalam berita / pesan yang telah mereka terima dari Dia, dan yang telah Ia terima dari Bapa] - hal 361.

Ay 18: “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;”.

Yesus memberikan argumentasi lain supaya Bapa menolong para murid. Para murid mempunyai misi yang sama dengan Kristus sendiri, yang jelas merupakan misi yang berat. Seandainya kita diutus ke dalam dunia yang serupa / sama dengan kita, atau dunia yang mengasihi kita, maka tugas itu tidaklah berat. Tetapi faktanya adalah bahwa kita diutus ke dalam dunia dengan keharusan hidup berbeda dengan dunia, sehingga menyebabkan dunia membenci kita. Bdk. Mat 10:16 - “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala”. Karena itulah maka tugas kita menjadi berat, dan kita tidak mungkin berhasil tanpa pertolongan Bapa / Roh Kudus.

Yohanes 17: 19: “dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran”.

1) ‘Aku menguduskan diriKu bagi mereka’.

Ada beberapa penafsiran tentang kata-kata Yesus ini:

a) Leon Morris mengatakan bahwa kata-kata ‘Aku menguduskan diriKu’ artinya ‘Aku menyerahkan nyawaKu’.

Clarke menambahkan (hal 639), bahwa Yer 12:3 menggunakan kata ini (baik dalam Ibrani maupun Yunani) dalam arti ‘devoting to death’ (= menyerahkan / mempersembahkan untuk kematian).

Yer 12:3 - “Ya TUHAN, Engkau mengenal aku, Engkau melihat aku, dan Engkau menguji bagaimana hatiku terhadap Engkau. Tariklah mereka ke luar seperti domba-domba sembelihan, dan khususkanlah mereka untuk hari penyembelihan”.

NIV: ‘set them apart for the day of slaughter!’ (= pisahkanlah mereka untuk hari penyembelihan).

b) Barnes (hal 347) mengatakan bahwa kata ‘menguduskan’ di sini tidak menunjuk pada penyucian pribadi, karena Yesus tidak berdosa. Jadi ia menafsirkan bahwa kata ini menunjuk pada pemisahan diriNya / penyerahan diriNya untuk pelayanan dan penebusan.

c) Calvin kelihatannya beranggapan bahwa ini menunjuk baik kepada penyerahan / pembaktian diri kepada Bapa, kesucian hidup Kristus, maupun kematianNya di atas kayu salib.

Calvin: “he consecrated himself to the Father, that his holiness might come to us; ... though this sanctification belongs to the whole life of Christ, yet the highest illustration of it was given in the sacrifice of his death” (= Ia menyerahkan / membaktikan diriNya sendiri kepada Bapa, supaya kesucianNya bisa datang kepada kita; ... sekalipun pengudusan ini berhubungan dengan seluruh kehidupan Kristus, tetapi gambaran tertinggi dari hal itu diberikan dalam korban kematianNya) - hal 181.

2) ‘supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran’.

a) Arti kata-kata ini.

Barnes menafsirkan bahwa kata-kata ini artinya adalah:

· supaya mereka mendapatkan teladan tentang cara yang benar dalam melakukan pelayanan.

· supaya mereka disucikan dari dosa-dosa mereka melalui pencurahan darahKu.

Calvin mengatakan bahwa ini bukan berbicara mengenai pembenaran saja tetapi juga pengudusan.

Bdk. 1Kor 1:30 - “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita”.

b) Kata-kata ini tidak boleh diartikan bahwa kita tidak perlu melakukan pengudusan / pembaktian diri kepada Allah.

A. T. Robertson: “The act of Christ helps us, but by no means takes the place of personal consecration on the part of the believer. This high and holy prayer of Christ should shame any one who uses the livery of heaven to serve the devil in as does, alas, sometimes happen” (= Tindakan Kristus menolong kita, tetapi sama sekali tidak boleh menggantikan pengabdian / pembaktian pribadi dari pihak orang percaya. Doa yang mulia dan suci dari Kristus seharusnya membuat malu siapapun yang menggunakan pakaian surga untuk melayani setan, seperti yang kadang-kadang terjadi) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 280.

Illustrasi: Chris Evert (ex juara dunia tenis putri) pernah ditanya oleh seorang wartawan olah raga: ‘Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu berhenti main tenis?’.

Ia menjawab: ‘Aku akan bepergian’.

Si wartawan heran dan bertanya lagi: ‘Bepergian?’.

‘Ya, aku ingin melihat banyak hal, misalnya tembok Berlin’.

‘Tetapi, bukankah kamu sudah pernah main tenis di Berlin?’.

‘Ya, tetapi pada saat itu aku hanya main tenis. Aku tidak pernah melihat apapun yang lain’.

Inilah dedikasi / pembaktian diri. Seandainya saja semua orang kristen membaktikan diri kepada Tuhan, sama seperti Chris Evert membaktikan dirinya kepada tenis!!

-o0o-

Yohanes 17:20-26

Yohanes 17: 20: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka”.

1) Ini merupakan awal dari bagian ke 3 dari doa Yesus.

Kalau dalam bagian pertama (ay 1-5), Ia berdoa untuk diriNya sendiri, dan dalam bagian kedua (ay 6-19) Ia berdoa untuk para murid, maka pada bagian ketiga ini (ay 20-dst) Ia berdoa untuk orang-orang yang percaya oleh pemberitaan para murid.

2) Yesus berdoa untuk kita.

Sampai saat ini Ia hanya berdoa untuk rasul-rasul yang percaya (Yudas tak termasuk). Tetapi mulai ay 20 ini Ia memperluas scope doanya, sehingga mencakup orang-orang lain. Tetapi siapa orang-orang yang dimaksud di sini?

a) Yang jelas, doa ini tidak mencakup orang-orang yang bukan pilihan (reprobate).

Matthew Poole: “Christ did not pray for any reprobates, not for any that were and should die unbelievers: he prayed before for those who actually did believe; he prayeth here for them that should believe; but we never read that he prayed for any others. Now whether he laid down his life for those for whom he would not pray, lieth upon them to consider, who are so confident that he died for all and every man” [= Kristus tidak berdoa untuk orang yang ditetapkan untuk binasa, tidak untuk siapapun yang adalah orang tak percaya dan mati sebagai orang tak percaya: tadi (dalam Yoh 17:9) Ia berdoa untuk mereka yang sungguh-sungguh sudah percaya; di sini Ia berdoa untuk mereka yang harus percaya; tetapi kita tidak pernah membaca bahwa Ia berdoa untuk orang lain. Sekarang apakah Ia menyerahkan nyawaNya untuk mereka bagi siapa Ia tidak mau berdoa, terserah kepada mereka untuk mempertimbangkan, yang begitu yakin bahwa Ia mati untuk semua dan setiap orang] - hal 370.

b) Lalu untuk siapa Ia berdoa di sini?

· William Hendriksen mengatakan (hal 363) bahwa dalam bagian ini Yesus tidak membandingkan 2 grup orang, yaitu yang sudah percaya dan yang akan percaya. Yang Ia bandingkan adalah 11 rasul di satu sisi, dan di sisi yang lain adalah orang-orang yang percaya oleh pemberitaan mereka. Dari grup kedua ini ada yang sudah percaya, ada yang belum percaya.

· Leon Morris (NICNT) menganggap (hal 733, footnote) bahwa ‘orang-orang yang percaya’ dalam ay 20 ini menunjuk kepada orang-orang yang akan percaya kepada pemberitaan orang-orang Kristen pada saat itu.

Yang manapun yang benar dari kedua pandangan ini, kita yang percaya tetap termasuk dalam orang-orang yang didoakan oleh Yesus.

Barnes’ Notes: “It is a matter of unspeakable joy that each Christian, however humble or unknown to men, however poor, unlearned, or despised, can reflect that he was remembered in prayer by him whom God heareth always. We value the prayers of pious friends. How much more should we value this petition of the Son of God! To that single prayer we, who are Christians, owe infinitely more real benefits than the world can ever bestow. And in the midst of any trials, we may remember that the Son of God prayed for us, and that the prayer was assuredly heard, and will be answered in reference to all who truly believe” (= Merupakan sukacita yang tak terkatakan bahwa setiap orang kristen, betapapun rendahnya atau tidak terkenalnya bagi manusia, betapapun miskinnya, tak terpelajar, atau hinanya, bisa membayangkan bahwa ia diingat dalam doa oleh Dia yang selalu didengar oleh Allah. Kita menghargai doa-doa dari teman-teman yang saleh. Alangkah lebihnya kita harus menghargai permohonan dari Anak Allah! Kepada doa yang satu ini, kita yang adalah orang-orang kristen menerima jauh lebih banyak kebaikan / manfaat dari pada yang bisa diberikan oleh dunia. Dan di tengah-tengah pencobaan apapun, kita bisa mengingat bahwa Anak Allah berdoa untuk kita, dan bahwa doa itu pasti didengar, dan akan dijawab berkenaan dengan semua yang betul-betul percaya) - hal 347.

Calvin mengatakan bahwa doa ini merupakan jaminan bagi kita, karena jika kita percaya kepada Kristus melalui pemberitaan Injil, maka kita dikumpulkan bersama dengan rasul-rasul ke dalam perlindunganNya yang setia, sehingga tidak seorangpun dari kita yang akan binasa. Jadi rupanya Calvin beranggapan bahwa doa untuk pemeliharaan / perlindungan terhadap para rasul di atas (ay 11,15), juga berlaku untuk orang-orang yang akan percaya oleh pemberitaan para rasul tersebut.

3) Sekalipun Yesus menghadapi saat yang buruk, Ia tetap percaya bahwa akan ada banyak orang yang akan menjadi percaya karena pemberitaan para rasul (ay 20b).

Di sini saya akan membahas komentar bodoh dari William Barclay.

William Barclay: “we see his confidence in his men. He knew that they did not fully understand him; he knew that in a very short time they were going to abandon him in his hour of sorest need. Yet to these very same men he looked with complete confidence to spread his name throughout the world. Jesus never lost his faith in God or his confidence in men” (= kita melihat keyakinanNya kepada orang-orangNya. Ia tahu bahwa mereka tidak sepenuhnya mengerti Dia; Ia tahu bahwa dalam waktu yang singkat mereka akan meninggalkan Dia dalam saat kebutuhanNya yang terberat. Tetapi kepada orang-orang yang sama ini Ia memandang dengan keyakinan penuh untuk menyebarkan namaNya di seluruh dunia. Yesus tidak pernah kehilangan imanNya kepada Allah atau keyakinanNya kepada orang-orangNya) - hal 217.

Kata-kata Barclay yang bodoh ini bertentangan dengan Yoh 2:24-25 - “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.

Yang benar adalah: Yesus bukannya mempunyai keyakinan kepada murid-muridNya, tetapi Ia tahu apa yang Ia sendiri akan lakukan di dalam dan melalui para muridNya itu. Ingat bahwa kalau seseorang bisa melakukan apapun yang benar, itu pasti karena adanya pekerjaan Allah dalam diri orang tersebut (1Kor 15:10).

4) Bagian ini menekankan pentingnya Firman Tuhan.

Perhatikan kata-kata ‘percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka’.

Lit: ‘through their word’ (= melalui kata / firman mereka).

Iman memang tumbuh melalui pendengaran terhadap firman Tuhan (Ro 10:17), dan karenanya orang kristen KTP harus mau mendengar Firman Tuhan / Injil.

Tentang kata-kata ini Calvin memberikan komentar sebagai berikut: “But woe to the Papists, whose faith is so far removed from this rule, that they are not ashamed to vomit out this horrid blasphemy, that there is nothing in Scripture but what is ambiguous, and may be turned in a variety of ways. The tradition of the Church is therefore their only authoritative guide to what they shall believe. But let us remember that the Son of God, who alone is competent to judge, does not approve of any other faith than that which is drawn from the doctrine of the apostles, and sure information of that doctrine will be found no where else than in their writings” (= Tetapi celakalah / terkutuklah para pengikut Paus, yang imannya digeser begitu jauh dari peraturan ini, sehingga mereka tidak malu untuk memuntahkan hujatan yang mengerikan ini, bahwa di sana tidak ada apapun dalam Kitab Suci kecuali apa yang berarti ganda, dan bisa dibelokkan dengan bermacam-macam cara. Karena itu, tradisi dari Gereja merupakan satu-satunya pembimbing mereka yang berotoritas tentang apa yang akan mereka percayai. Tetapi hendaklah kita ingat bahwa Anak Allah, yang merupakan satu-satunya orang yang mampu menghakimi, tidak menyetujui iman lain manapun selain dari iman yang didapatkan dari ajaran rasul-rasul, dan informasi yang pasti tentang ajaran itu tidak akan ditemukan di tempat lain selain dalam tulisan-tulisan mereka) - hal 182.

Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “Bagi Gereja Katolik sumber iman bukanlah Alkitab saja, melainkan juga Tradisi” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku IV, hal 26-27.

Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang): “ada perbedaan fundamental antara Gereja Katolik dan non-katolik mengenai sumber iman. Bagi Gereja Katolik Sabda Allah itu hidup! Sabda Allah dihayati dan dipelihara tidak hanya dalam Alkitab melainkan juga dalam seluruh kehidupan iman Gereja, yakni dalam Tradisi yang berbentuk ibadat, ajaran kepemimpinan Gereja dan sebagainya. Berkat tuntunan Roh Kudus sendiri Sabda Allah itu dipelihara dalam Tradisi dan menjadi semakin matang dan jelas dalam perkembangan sejarah. Sedangkan gereja-gereja Reformasi hanya menerima Alkitab sebagai sumber iman mereka” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku II, hal 50.

Dr. H. Pidyarto O.Carm (Uskup Malang):

“Tradisi dan Alkitab. Salah satu hal yang membedakan Gereja Katolik dari Gereja Protestan adalah paham mengenai bagaimana wahyu Allah disimpan dan diteruskan kepada umat manusia di segala tempat dan jaman. Menurut Gereja Katolik: melalui Tradisi dan Alkitab! Apakah Tradisi itu? Bagaimana hubungannya dengan Alkitab? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kita bahas ajaran Gereja Katolik mengenai terjadinya Alkitab.

Pertama-tama, ada Allah yang mewahyukan Diri-Nya melalui para nabi, utusan-Nya. Para nabi itulah yang mewartakan sabda-sabda Allah. Tetapi Allah bersabda juga melalui karya-karya-Nya yang agung dan melalui peristiwa-peristiwa hidup. Jadi, dengan kata dan perbuatan Allah mewahyukan Diri-Nya, artinya Ia memperkenalkan siapa Diri-Nya dan apakah rencana-Nya untuk keselamatan manusia. ... Wahyu Allah inilah yang diterima oleh sekelompok umat manusia yang kita sebut Gereja (baik dalam bentuk permulaannya, yakni bangsa Israel, maupun dalam bentuk yang sudah tetap, yakni Gereja Yesus Kristus). Wahyu Allah itu bergema dan dihayati oleh Gereja dalam ibadat, ajaran dan seluruh kehidupan mereka. Inilah yang disebut Tradisi. Tradisi adalah Sabda Allah sejauh diterima dan dihayati Gereja dalam hidupnya, ajarannya dan ibadatnya. Atau dapat dikatakan juga bahwa Tradisi adalah Iman Gereja terhadap Wahyu Allah / Sabda Allah.

Lama-kelamaan, ketika para rasul Yesus mulai wafat satu per satu, timbul kebutuhan untuk menuliskan ajaran-ajaran yang mereka wariskan secara lisan itu, agar Gereja mempunyai pegangan. Untuk tujuan ini Roh Allah mengilhami orang-orang tertentu dalam Gereja untuk menuliskan apa yang dihayati dalam Tradisi itu dalam Alkitab. Jadi dalam arti tertentu, Alkitab itu adalah bagian dari Tradisi atau bentuk tertulis dari Tradisi. Tetapi berkat ilham Roh Kudus, Alkitab mempunyai nilai istimewa sebab Allah sungguh-sungguh bersabda melalui kata-kata manusia dalam Alkitab.

Dari uraian ini nampak betapa eratnya hubungan Tradisi dengan Alkitab. Oleh sebab itu Alkitab harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Alkitab lepas dari Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Alkitab.” - ‘Mempertanggungjawabkan Iman Katolik’, buku I, hal 33-34.

Saya menganggap kata-kata uskup ini sebagai penjelasan yang bodoh dan sesat. Untuk itu perhatikan Luk 1:1-4 - “Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar”.

Dari sini terlihat bahwa penulisan Kitab Suci dilakukan untuk mendapatkan kepastian tentang mana yang benar dan mana yang salah. Karena itu kalau setelah ada Kitab Suci, tradisi tetap dipertahankan, itu merupakan kebodohan!

Disamping itu adalah suatu omong kosong bahwa mereka menghayati Tradisi dalam terang Alkitab, karena merupakan sesuatu yang menyolok bahwa dalam Gereja Roma Katolik ada begitu banyak ajaran yang sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci, dan bahkan bertentangan dengan Kitab Suci, seperti:

Maria yang lahir dan hidup tanpa dosa. Ini bertentangan dengan Ro 3:23.

Doa dan penyembahan yang ditujukan kepada Maria. Ini bertentangan dengan Mat 4:10.

Pastor yang tidak boleh menikah. Ini bertentangan dengan banyak fakta Kitab Suci yang menunjukkan bahwa imam-imam Perjanjian Lama, nabi-nabi, dan rasul-rasul (bahkan Petrus - Mark 1:30), mempunyai istri.

Api pencucian. Ini bertentangan dengan kesempurnaan penebusan Kristus (Yoh 19:30), dan juga dengan Ro 8:1.

Paus yang kata-katanya tidak bisa salah (pada waktu berbicara dari kursinya - EX KATHEDRA). Padahal Petrus, yang diakui oleh Gereja Roma Katolik sebagai Paus pertama, kata-katanya bisa salah (Mat 16:22-23 Mark 9:5-6 Mat 26:33-35,69-75).
dsb.

Yohanes 17: 21: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.

1) ‘supaya mereka semua menjadi satu’.

a) Kesatuan orang-orang kristen merupakan pemulihan dari kehancuran umat manusia.

Calvin: “the ruin of the human race is, that, having been alienated from God, it is also broken and scattered in itself. The restoration of it, therefore, on the contrary, consists in its being properly united in one body” (= kehancuran dari umat manusia adalah bahwa setelah dipisahkan dari Allah, mereka juga terpecah-pecah dalam dirinya sendiri. Karena itu pemulihannya, sebaliknya, terdiri dari penyatuannya secara benar dalam satu tubuh) - hal 183.

b) Kesatuan yang bagaimana yang dimaksudkan / diinginkan oleh Yesus, dan apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkannya?

William Barclay: “What was that unity for which Jesus prayed? It was not a unity of administration or organization; it was not in any sense an ecclesiastical unity. ... Christians will never organize their Churches all in the same way. They will never worship God all in the same way. They will never even all believe precisely the same things. But Christian unity transcends all these differences and joins men together in love. The cause of Christian unity at the present time, and indeed all through history, has been injured and hindered, because men loved their own ecclesiastical organizations, their own creeds, their own ritual, more than they loved each other. If we really loved each other and really loved Christ, no Church would exclude any man who was Christ’s disciple. Only love implanted in men’s hearts by God can tear down the barriers which they have erected between each other and between their Churches” (= Kesatuan apa yang didoakan oleh Yesus ini? Itu bukan kesatuan pemerintahan atau organisasi; itu sama sekali bukan kesatuan gereja. ... Orang-orang kristen tidak akan pernah mengorganisir gereja-gereja mereka dengan cara yang sama. Mereka tidak akan pernah menyembah / beribadah kepada Allah dengan cara yang sama. Bahkan mereka tidak akan pernah mempercayai hal-hal yang persis sama. Tetapi kesatuan kristen melampaui semua perbedaan-perbedaan ini dan menggabungkan orang-orang dalam kasih. Kesatuan kristen pada saat ini, dan bahkan dalam sepanjang sejarah, telah dilukai dan dihalangi, karena manusia mengasihi organisasi gereja mereka sendiri, pengakuan iman mereka sendiri, upacara mereka sendiri, lebih dari pada mereka mengasihi satu sama lain. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi satu sama lain dan sungguh-sungguh mengasihi Kristus, tidak ada gereja yang akan mengeluarkan siapapun yang adalah murid Kristus. Hanya kasih yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Allah bisa merobohkan penghalang-penghalang yang telah mereka dirikan di antara mereka dan di antara gereja-gereja mereka) - hal 218.

Barnes’ Notes: “Christians are all redeemed by the same blood, and are going to the same heaven. They have the same wants, the same enemies, the same joys. Though they are divided into different denominations, yet they will meet at last in the same abodes of glory. Hence they should feel that they belong to the same family, and are children of the same God and Father” (= Orang-orang kristen semuanya ditebus dengan darah yang sama, dan sedang menuju ke surga yang sama. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama, musuh yang sama, sukacita yang sama. Sekalipun mereka terbagi dalam denominasi-denominasi yang berbeda, tetapi akhirnya mereka akan bertemu di tempat tinggal kemuliaan yang sama. Karena itu mereka harus merasa bahwa mereka termasuk dalam keluarga yang sama, dan adalah anak-anak dari Allah dan Bapa yang sama) - hal 347.

Barnes’ Notes: “On the ground of this union they are exhorted to love one another, to bear one another’s burden, and to study the things that make for peace, and things wherewith one may edify another” (= Berdasarkan kesatuan ini mereka didesak untuk mengasihi satu sama lain, untuk saling menanggung beban, dan untuk mempelajari hal-hal yang mendatangkan damai, dan hal-hal dengan mana yang satu bisa mendidik / membangun yang lain) - hal 347.

Penerapan: apakah saudara berdoa untuk kesatuan gereja ini? Apakah ada orang dalam gereja ini kepada siapa saudara merasa sentimen, tidak senang, dsb? Kalau ada, apakah saudara berdoa dan berusaha supaya saudara bisa bersatu dan saling mengasihi dengan orang itu? Bdk. Ro 12:10 - “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.

c) Adam Clarke mengatakan (hal 639) bahwa doa ini dijawab secara hurufiah dalam diri orang-orang percaya abad pertama.

Kis 4:32 - “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama”.

Adam Clarke: “And why is it that believers are not in the same spirit now? Because they neither attend to the example nor to the truth of Christ” (= Dan mengapa orang-orang percaya tidak ada dalam roh yang sama sekarang? Karena mereka tidak memperhatikan / mendengarkan pada teladan ataupun pada kebenaran Kristus) - hal 639.

2) ‘sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau’.

a) Kita tidak bisa menafsirkan bahwa kesatuan di antara orang-orang kristen adalah sama dalam segala hal dengan kesatuan antara Bapa dan Anak (bdk. ay 22b).

Mengapa? Karena kata ‘sama seperti’, yang muncul 2 x, yaitu dalam Yoh 17:21a,22b, dalam bahasa Yunaninya adalah kaqwj (KATHOS), yang artinya adalah ‘as’ (= seperti), dan kata ‘seperti’ jelas tidak menunjukkan kesamaan yang mutlak atau kesamaan dalam segala hal! Dalam NWT versi Indonesia (Kitab Suci dari Saksi Yehovah) kata itu diterjemahkan ‘sebagaimana’, mungkin dengan tujuan untuk membuat kesatuan antara Bapa dan Yesus itu betul-betul sama dengan kesatuan antar orang-orang percaya.

Barnes’ Notes: “This does not affirm that the union between Christians should be in all respects like that between the Father and the Son, but only in the points in which they are capable of being compared. It is not the union of nature which is referred to, but the union of plan, of counsel, of purpose” (= Ini tidak menegaskan bahwa kesatuan antara orang-orang kristen harus dalam segala hal seperti kesatuan antara Bapa dan Anak, tetapi hanya dalam hal-hal dalam mana mereka bisa dibandingkan. Bukan kesatuan hakekat yang dimaksudkan, tetapi kesatuan rencana dan tujuan) - hal 347.

Leon Morris (NICNT): “This does not mean that the unity between the Father and the Son is the same as that between believers and God. But it does mean that there is an analogy” (= Ini tidak berarti bahwa kesatuan antara Bapa dan Anak sama dengan kesatuan antara orang-orang percaya dan Allah. Tetapi itu berarti bahwa ada persamaannya) - hal 734.

William Hendriksen: “The unity for which Jesus is praying is not merely outward. He guards against this very common misinterpretation. He asks that the oneness of all believers resemble that which exists eternally between the Father and the Son. In both cases the unity is of a definitely spiritual nature. To be sure, Father, Son, and Holy Spirit are one in essence; believers, on the other hand, are one in mind, effort, and purpose. ... These two kinds of unity are not the same. Nevertheless, there is a resemblance” (= Kesatuan untuk mana Yesus berdoa bukanlah semata-mata kesatuan lahiriah. Ia menjaga terhadap penyalah-tafsiran yang sangat umum ini. Ia meminta supaya kesatuan dari orang-orang percaya menyerupai kesatuan yang ada secara kekal antara Bapa dan Anak. Dalam kedua kasus kesatuannya jelas bersifat rohani. Memang Bapa, Anak, dan Roh Kudus, satu dalam hakekat; sedangkan orang-orang percaya, satu dalam pikiran, usaha dan tujuan. ... Kedua jenis kesatuan ini tidak sama. Tetapi di sana ada kemiripan) - hal 364.

F. F. Bruce: “The unity for which he prays is a unity of love; it is, in fact, their participation in the unity of love which subsists eternally between the Father and the Son. ... Earlier, the Evangelist has observed that Jesus, by his death, would ‘gather into one the dispersed children of God’ (John 11:52). It is this same unity for which Jesus now prays, and his language makes it plain that it is a unity of love - a unity which has its root within the soul but is manifested in outward action” [= Kesatuan untuk mana Ia berdoa adalah kesatuan kasih; dan dalam faktanya itu merupakan partisipasi mereka dalam kesatuan yang ada secara kekal antara Bapa dan Anak. ... Sebelumnya, sang Penginjil (rasul Yohanes) telah menyebutkan bahwa Yesus, oleh kematianNya, akan ‘mengumpulkan menjadi satu anak-anak Allah yang tercerai berai’ (Yoh 11:52). Adalah kesatuan yang sama ini untuk mana Yesus sekarang berdoa, dan bahasaNya membuat jelas bahwa itu adalah kesatuan kasih - suatu kesatuan yang mempunyai akarnya dalam jiwa tetapi yang dinyatakan dalam tindakan lahiriah / luar] - hal 335.

b) Kesatuan dari Allah Tritunggal bukan hanya mempunyai kemiripan dengan kesatuan dari orang-orang percaya, tetapi bahkan juga menjadi dasar dari kesatuan orang-orang percaya.

Selanjutnya Hendriksen menambahkan (hal 364) bahwa kesatuan dari Allah Tritunggal itu juga merupakan fondasi dari kesatuan orang-orang percaya. Hanya orang-orang yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, dan ada di dalam Bapa dan Anak, yang merupakan suatu kesatuan rohani.

Perhatikan juga bahwa yang didoakan supaya menjadi satu adalah orang yang percaya / akan percaya. Sebelum seseorang percaya kepada Kristus, tidak mungkin ia bisa bersatu dengan yang sudah percaya.

A. T. Robertson: “The only possible way to have unity among believers is for all of them to find unity first with God in Christ” (= Satu-satunya cara yang memungkinkan untuk mempunyai kesatuan di antara orang-orang percaya adalah dengan semua mereka mendapatkan lebih dahulu kesatuan dengan Allah dalam Kristus) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 280.

Ada beberapa hal yang bisa didapatkan dari sini:

· merupakan suatu kebodohan yang sangat besar kalau orang kristen menikah dengan orang kafir / orang kristen KTP. Bdk. 2Kor 6:14-16a - “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?”.

· orang kristen KTP, kalau tidak mau bertobat, bisa merupakan sumber perpecahan dalam gereja!

· kita tidak harus, dan bahkan tidak boleh, berusaha untuk bersatu dengan golongan orang kristen yang sesat, seperti Liberal, Katolik, Saksi Yehovah, dsb.

c) Sekalipun kesatuan merupakan sesuatu yang penting, tetapi kita tidak boleh mengusahakan kesatuan dengan mengorbankan kebenaran.

William Hendriksen: “Believers, therefore, should always yearn for peace, but never for peace at the expense of the truth, for ‘unity’ which has been gained by means of such a sacrifice is not worthy of the name” (= Karena itu orang-orang percaya harus selalu merindukan damai, tetapi bukan damai yang terjadi karena pengorbanan kebenaran, karena ‘kesatuan’ yang didapat melalui pengorbanan seperti itu, tidak layak mendapatkan nama itu) - hal 365.

Penerapan: jangan takut gegeran, kalau ada ajaran sesat (bdk. Wah 2:2 2Kor 11:4).

3) ‘agar mereka juga di dalam Kita’.

Calvin: “we are one with the Son of God; not because he conveys his substance to us, but because, by the power of his Spirit, he imparts to us his life and all the blessings which he has received from the Father” (= kita satu dengan Anak Allah; bukan karena Ia memberikan zatNya kepada kita, tetapi karena oleh kuasa RohNya, Ia memberikan kepada kita hidupNya dan semua berkat-berkat yang telah Ia terima dari Bapa) - hal 184.

4) ‘supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku’.

a) Penafsiran Arminian tentang bagian ini.

Pulpit Commentary: “The world will believe, - this is the final purpose of the intercession concerning the disciples; so though above he did not pray for the world as the then immediate object of his intercession, the poor world is in his heart, and the saving of the world the end of his incarnation” (= Dunia akan percaya, - inilah tujuan akhir dari doa syafaat berkenaan dengan murid-murid; sehingga sekalipun di atas Ia tidak berdoa untuk dunia sebagai obyek langsung dari doa syafaatNya, tetapi dunia itu ada dalam hatiNya, dan penyelamatan dari dunia merupakan tujuan dari inkarnasiNya) - hal 350.

b) Penafsiran Calvin / Reformed tentang bagian ini.

· Baik John Owen maupun Calvin tidak setuju kalau ‘dunia’ di sini diartikan ‘orang-orang pilihan / percaya’, karena dalam seluruh kontex Yoh 17 ini kata ‘dunia’ selalu menunjuk kepada ‘reprobate’ (= orang-orang yang ditentukan untuk binasa)!

Calvin: “the word ‘world’ throughout the whole of this chapter, denotes the reprobate” (= kata ‘dunia’ disepanjang pasal ini menunjuk kepada orang-orang yang ditentukan untuk binasa) - hal 184.

· Kata ‘percaya’ di sini digunakan dalam arti ‘tahu’. Ini terjadi pada saat dunia diyakinkan oleh pengalaman mereka akan kemuliaan / keilahian Kristus. Tetapi ini hanyalah kepercayaan yang bersifat intelektual, bukan kepercayaan di hati (Calvin, hal 184).

Bdk. Yoh 13:34-35 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.’”.

Memang ada sesuatu yang aneh di sini. Kalau mengenai Yoh 13:34-35 itu, maka itu masih masuk akal. Karena kalau kita saling mengasihi, orang akan tahu bahwa kita murid Yesus, karena Yesus memang penuh dengan kasih. Tetapi kalau mengenai ay 21b ini, mengapa orang bisa tahu bahwa Yesus itu datang dari Allah, hanya karena orang kristen bersatu? Mungkin kata-kata Barclay di bawah ini bisa memberikan jawaban.

William Barclay: “Further, as Jesus saw it and prayed for it, it was to be precisely that unity which convinced the world of the truth of Christianity and of the place of Christ. It is more natural for men to be divided than to be united. It is more human for men to fly apart than to come together. Real unity between all Christians would be a ‘supernatural fact which would require a supernatural explanation.’” (= Selanjutnya, sebagaimana Yesus melihatnya dan berdoa untuknya, kesatuan itulah yang meyakinkan dunia tentang kebenaran kekristenan dan tentang tempat dari Kristus. Adalah lebih alamiah bagi manusia untuk terpecah dari pada untuk bersatu. Adalah lebih manusiawi bagi manusia untuk berpisah dari pada untuk berkumpul. Kesatuan yang sejati antara semua orang-orang kristen merupakan ‘suatu fakta supranatural yang membutuhkan penjelasan supranatural’) - hal 218.

c) Bagaimanapun, ini menunjukkan bahwa kesatuan kristen memberikan suatu pengaruh tertentu kepada dunia.

Kalau orang-orang percaya bersatu maka mereka akan mempunyai pengaruh bagi dunia, tetapi kalau orang-orang percaya bertengkar satu sama lain, maka pengaruh itu tidak akan ada.

A. T. Robertson: “Beyond a doubt, strife, wrangling, division are a stumbling block to the outside world” (= Tak diragukan bahwa perselisihan / percekcokan, pertengkaran, perpecahan merupakan suatu batu sandungan bagi dunia luar) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 280.

William Barclay: “It is the tragic fact that it is just that united front that the Church has never shown to men. Faced by the disunity of Christians, the world cannot see the supreme value of the Christian faith. It is our individual duty to demonstrate that unity of love with our fellow men which is the answer to Christ’s prayer” (= Merupakan suatu fakta yang tragis bahwa justru muka yang bersatu itu yang tidak pernah ditunjukkan oleh gereja kepada manusia. Berhadapan dengan perpecahan dari orang-orang kristen, dunia tidak bisa melihat nilai yang tertinggi dari iman kristen. Merupakan kewajiban individu kita untuk menunjukkan kesatuan dari kasih dengan sesama manusia kita yang merupakan jawaban dari doa Kristus) - hal 218.

Yohanes 17: 22: “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:”.

1) ‘Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu’.

a) Ada yang menganggap bahwa kata ‘kemuliaan’ menunjuk pada surga.

Adam Clarke: “the words may therefore be understood of the glory which they were to share with him in heaven” (= karena itu kata-kata itu bisa dimengerti tentang kemuliaan yang akan ikut mereka alami dengan Dia di surga) - hal 640.

Problem dengan pandangan ini adalah bahwa dalam ay 22a itu Yesus berkata: “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu”.

b) Calvin mengatakan (hal 184-185) bahwa maksud bagian ini adalah bahwa gambar dan rupa Allah dalam diri kita yang telah dirusakkan oleh dosa, dipulihkan dalam Kristus.

2Kor 3:18 - “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya, dalam kemuliaan yang semakin besar”.

Saya merasa ini tidak cocok dengan kontexnya, karena kontexnya menunjukkan bahwa Yesus menerima kemuliaan itu dari Bapa, dan Ia lalu memberikannya kepada kita.

c) Ada yang menafsirkan bahwa kata ‘kemuliaan’ ini menunjuk pada salib, karena salib adalah kemuliaan Kristus, dan Yesus memang sering membicarakan salibNya sebagai kemuliaan.

William Barclay: “a Christian’s glory is the cross that he must bear. It is an honour to suffer for Jesus Christ. We must never think of our cross as our penalty; we must think of it as our glory. The harder the task a knight was given, the greater he considered its glory. The harder the task we give a student, or a craftsman, or a surgeon, the more we honour him. In effect, we say that we believe that nobody but he could attempt that task at all. So when it is hard to be a Christian, we must regard it as our glory given to us by God” (= kemuliaan Kristen adalah salib yang harus ia pikul. Merupakan suatu kehormatan untuk menderita bagi Yesus Kristus. Kita tidak pernah boleh berpikir tentang salib kita sebagai hukuman kita; kita harus berpikir tentangnya sebagai kemuliaan kita. Makin berat tugas yang diberikan kepada seorang ksatria, makin besar ia menganggapnya sebagai kemuliaannya. Makin berat tugas yang kita berikan kepada seorang pelajar, atau seorang tukang, atau seorang ahli bedah, makin kita menghormatinya. Sebetulnya kita mengatakan bahwa kita percaya bahwa tidak ada orang lain selain dia yang bisa mengerjakan tugas itu. Demikianlah pada saat merupakan sesuatu yang berat untuk menjadi seorang kristen, kita harus menganggapnya sebagai kemuliaan kita yang diberikan kepada kita oleh Allah) - hal 219.

Leon Morris (NICNT): “just as His true glory was to follow the path of lowly service culminating in the cross, so for them the true glory lay in the path of lowly service wherever it might lead them ... For them, too, the way of the cross is the way of true glory” (= sama seperti kemuliaanNya yang sejati mengikuti pelayananNya yang rendah yang mencapai puncaknya pada kayu salib, demikianlah bagi mereka kemuliaan yang sejati terletak di jalan pelayanan yang rendah kemanapun itu akan membimbing mereka ... Juga bagi mereka, jalan salib adalah jalan dari kemuliaan yang sejati) - hal 734-735.

d) Ada yang menganggap bahwa tinggalnya Kristus di dalam kita itulah yang merupakan kemuliaan kita.

William Hendriksen: “When believers are in Christ (cf. ‘that they also may be in us,’ verse 21), then Christ is in them. This is their glory. By ‘the glory which thou hast given me’ Jesus refers to the fact that the Father manifested himself in the Son (‘thou in me,’ verse 21). By ‘I have given them’ he means that he (i.e., Jesus) manifested himself in the lives of believers. To be able to say, ‘Christ only, always, living in us,’ is their glory” [= Pada waktu orang-orang percaya ada dalam Kristus (bdk. ‘agar mereka juga di dalam Kita’, ay 21), maka Kristus ada dalam mereka. Inilah kemuliaan mereka. Dengan kata-kata ‘kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu’ Yesus menunjuk pada fakta bahwa Bapa menyatakan diriNya sendiri dalam Anak (‘Engkau dalam Aku’, ay 21). Dengan kata-kata ‘Aku telah memberikan kepada mereka’ Ia memaksudkan bahwa Ia (yaitu Yesus) menyatakan dirinya sendiri dalam kehidupan orang-orang percaya. Bisa mengatakan, ‘Kristus saja, selalu, hidup / tinggal dalam kita’, merupakan kemuliaan mereka] - hal 365.

2) ‘supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu’.

a) Dalam pembahasan ay 21 yang lalu kita sudah melihat bahwa kata-kata ini tidak boleh diartikan bahwa kesatuan orang-orang percaya sama dalam segala hal dengan kesatuan antara Yesus dengan Bapa.

Leon Morris (NICNT): “This time Jesus prays that they may be one just as the Father and the Son are one. The bond which unites believers is to be of the very closest” (= Kali ini Yesus berdoa supaya mereka menjadi satu sama seperti Bapa dan Anak adalah satu. Ikatan yang mempersatukan orang-orang percaya adalah ikatan yang paling erat) - hal 735.

b) Para Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan bagian ini untuk mengatakan bahwa kesatuan Bapa dan Anak itu hanya dalam hal kesatuan pemikiran / tujuan.

Untuk menjawabnya kita bisa mengajak mereka untuk melihat Yoh 10:30-33 - “(30) Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.’”.

Dalam Yoh 10:30 itu, kalau Yesus memaksudkan hanya kesatuan tujuan, maka tidak mungkin itu menyebabkan Ia mau dilempari dengan batu, dan disamping itu kata-kata orang-orang Yahudi dalam Yoh 10:33 jelas menunjukkan bahwa mereka mengerti bahwa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah penyamaan / penyetaraan diriNya dengan Bapa.

Juga bandingkan dengan:

· Yoh 5:17-18 - “Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.

· Fil 2:5-7 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Ay 23: “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.

1) ‘Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu’.

a) Penafsiran sesat dari Witness Lee (Gereja Sidang Jemaat Kristus) tentang bagian ini:

“These two spirits, God as The Holy Spirit and the spirit of man, become joined, united so to speak, as one entity, whereby man becomes divine, possessing the very life, nature, and essence of God. Likewise, God the Father, Son, and the Holy Spirit, are said to possess the very life, nature, and essence of mankind. … Do you know what it means to be a real Christian? To be a real Christian simply means to be mingled with God, to be a God-man. It is not enough to be a good man; we have to be a God-man. … The eternal purpose of God is to mingle Himself with humanity. He is working toward this one thing today. This oneness is not simply a joining or uniting together; it is far more than this. It is a mingling together, a blending together, which is much deeper. It is a mingling of the divine nature with the human nature until they become one. … The issue of the Triune God entering into and mingling with us, the tripartite man, is that we become one with the Triune God (John 17:21a,23a) and are one spirit with the Triune God (1 Cor. 6:17) as a hybrid entity of divinity and humanity blended together. Every saved person is a hybrid of divinity and humanity mingled together. The dual nature of this hybrid is the divine with the human. Though we are human beings, we have God within us. Since God and man have become one entity, we are the God-men” [= Kedua roh, Allah sebagai Roh Kudus dan roh manusia, menjadi bergabung, bisa dikatakan bersatu, sebagai sebuah kesatuan dimana manusia menjadi ilahi, mempunyai kehidupan, sifat, dan hakekat dari Allah. Demikian juga, Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dikatakan mempunyai kehidupan, sifat, dan hakekat dari umat manusia. ... Tahukan engkau apa artinya menjadi orang Kristen yang sejati? Menjadi orang Kristen yang sejati berarti bercampur dengan Allah, menjadi seorang manusia-Allah (a God-man). Tidak cukup menjadi seorang manusia yang baik (a good man); kita harus menjadi seorang manusia-Allah (a God-man). ... Tujuan / rencana yang kekal dari Allah adalah untuk mencampurkan diriNya sendiri dengan kemanusiaan. Ia sedang bekerja menuju satu hal ini sekarang. Kesatuan ini bukanlah sekedar suatu penggabungan atau penyatuan; tetapi jauh lebih dari pada itu. Itu adalah percampuran, yang merupakan sesuatu yang jauh lebih dalam. Itu adalah percampuran dari hakekat ilahi dengan hakekat manusia sampai mereka menjadi satu. ... Persoalan dari Allah Tritunggal yang masuk ke dalam dan bercampur dengan kita, manusia yang terdiri dari 3 bagian, adalah supaya kita menjadi satu dengan Allah Tritunggal (Yoh 17:21a,23a) dan menjadi satu roh dengan Allah Tritunggal (1Kor 6:17) sebagai suatu kesatuan yang berasal dari campuran dari keilahian dan kemanusiaan yang dicampurkan. Setiap orang yang sudah diselamatkan adalah suatu percampuran dari keilahian dan kemanusiaan. Hakekat ganda dari percampuran ini adalah ilahi dengan manusiawi. Sekalipun kita adalah manusia, kita mempunyai Allah di dalam kita. Karena Allah dan manusia telah menjadi satu kesatuan, kita adalah manusia-manusia-Allah (God-men)].

b) Tinggalnya Kristus / Roh Kudus di dalam kita merupakan rahasia dari kesatuan.

Leon Morris (NICNT): “Indwelling is the secret of it all. ... This indwelling is purposive. It looks for the disciples to be ‘perfected into one’” (= Tinggalnya Yesus di dalam mereka merupakan rahasia dari semuanya. ... Tinggalnya Yesus di dalam mereka mempunyai tujuan, yaitu supaya para murid disempurnakan menjadi satu) - hal 735.

Karena itu kita tidak bisa dan tidak boleh bersatu dengan orang-orang sesat / nabi-nabi palsu, karena mereka mempunyai roh yang berbeda (2Kor 11:4).

c) Barnes mengatakan (hal 348) bahwa akan datang saatnya dimana doa Yesus untuk kesatuan orang-orang percaya ini dijawab, dan pada saat itu Gereja akan bersatu.

Kita harus berusaha untuk bersatu dan saling mengasihi dengan kasih yang tulus / tidak pura-pura (bdk. Ro 12:9a).

Illustrasi: ada cerita tentang orang yang ingin damai dengan saudaranya. Tetapi mengapa ia ingin berdamai? Karena saudara sedang sekarat, dan saudaranya itu sangat kaya. Jadi ia ingin berdamai karena menginginkan warisan dari saudaranya itu. Ini jelas kasih yang tidak tulus!

2) ‘agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku’.

a) Ada yang berpandangan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa ‘dunia’ betul-betul bertobat dan diselamatkan.

Adam Clarke: “That the Jewish people first, and secondly the Gentiles, may acknowledge me as the true Messiah, and be saved unto eternal life” (= Supaya pertama-tama bangsa Yahudi, dan setelah itu bangsa-bangsa non Yahudi, bisa mengakui Aku sebagai Mesias yang benar, dan diselamatkan kepada hidup yang kekal) - hal 640.

Keberatan terhadap pandangan ini: dalam pembahasan ay 21 di atas, kita sudah melihat bahwa baik Owen maupun Calvin menganggap bahwa kata ‘dunia’ di sini menunjuk kepada reprobate (= orang yang ditentukan untuk binasa) karena demikianlah arti dari kata itu dalam seluruh Yoh 17. Juga kata ‘tahu’ di sini dan kata ‘percaya’ dalam ay 21, hanya menunjuk pada pengetahuan / kepercayaan intelektual, yang tidak disertai iman yang sejati, sehingga tidak menyelamatkan orang tersebut.

b) Kalau dilihat dari kalimat sebelumnya maka kata ‘mereka’ yang saya garis bawahi dari ay 23b itu, tidak menunjuk kepada ‘dunia’ tetapi kepada ‘orang-orang percaya’.

Ay 20-23 - “Dan bukan untuk mereka (rasul-rasul) ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.

Demikian juga kalau kita melanjutkan pembacaan sampai pada ay 24-26, terlihat dengan jelas bahwa kata ‘mereka’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang percaya’ bukan kepada ‘dunia’.

c) Tafsiran Calvin dan pandangannya tentang kasih Allah kepada ‘dunia’.

KJV: ‘that the world may know that thou hast sent me, and hast loved them, as thou hast loved me’ (= supaya dunia bisa tahu bahwa Engkaulah yang mengutus Aku, dan telah mengasihi mereka, seperti Engkau telah mengasihi Aku).

Calvin: “He likewise adds, ‘and hast loved them, AS THOU HAST LOVED ME.’ By these words he intended to point out the cause and origin of the love; for particle ‘as,’ means ‘because,’ and the words ‘as thou hast loved me,’ mean, ‘because thou hast loved me;’ for to Christ alone belongs the title of ‘Well-beloved,’ (Matth. 3:17; 17:5.) Besides, that love which the heavenly Father bears towards the Head is extended to all the members, so that he loves none but in Christ.” [= Ia juga menambahkan: ‘dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku’. Dengan kata-kata ini Ia bermaksud untuk menunjukkan / menjelaskan penyebab dan asal usul dari kasihNya; karena kata ‘seperti’ berarti ‘karena’, dan kata-kata ‘SEPERTI Engkau mengasihi Aku’ berarti ‘KARENA Engkau mengasihi Aku’; karena hanya Kristus saja yang memiliki gelar ‘yang kekasih / yang Kukasihi’ (Mat 3:17; 17:5). Disamping itu, kasih yang dimiliki oleh Bapa surgawi terhadap Kepala diperluas kepada semua anggota-anggota, sehingga Ia tidak mengasihi siapapun kecuali dalam Kristus] - hal 185.

Ini kelihatannya bertentangan dengan kata-katanya pada waktu membahas tentang Yoh 3:16, dimana Calvin berkata: “Christ brought life, because the heavenly Father loves the human race, and wishes that they should not perish” (= Kristus membawa kehidupan, karena Bapa surgawi mengasihi umat manusia, dan menginginkan bahwa mereka tidak binasa) - hal 123.

Tetapi Calvin rupanya ingat apa yang ia katakan dalam tafsirannya tentang Yoh 3:16, yang kelihatannya bertentangan dengan kata-katanya di sini, sehingga di sini ia lalu menambahkan sebagai berikut:

“Yet this gives rise to some appearance of contradiction; for Christ, as we have seen elsewhere, declares that the unspeakable ‘love of God’ towards ‘the world’ was the reason why ‘he gave his only-begotten Son,’ (John 3:16.) ... in that, and similar passages, ‘love’ denotes the ‘mercy’ with which God was moved towards unworthy persons, and even towards his enemies, before he reconciled them to himself. It is, indeed, a wonderful goodness of God, and inconceivable by the human mind, that, exercising benevolence towards men whom he could not but hate, he removed the cause of the hatred, that there might be no obstruction to his love. And, indeed, Paul informs us that there are two ways in which we are loved in Christ; first, because the Father ‘chose us in him before the creation of the world,’ (Eph. 1:4;) and, secondly, because in Christ God hath reconciled us to himself, and hath showed that he is gracious to us, (Rom. 5:10.) Thus we are at the same time the enemies and the friends of God, until, atonement having been made for our sins, we are restored to favour with God. But when we are justified by faith, it is then, properly, that we begin to be ‘loved’ by God, as children by a father. That ‘love’ by which Christ was appointed to be the person, in whom we should be freely chosen before we were born, and while we were still ruined in Adam, is hidden in the breast of God, and far exceeds the capacity of the human mind. True, no man will ever feel that God is gracious to him, unless he perceives that God is pacified in Christ. But as all relish for the love of God vanishes when Christ is taken away, so we may safely conclude that, since by faith we are ingrafted into his body, there is no danger of our falling from ‘the love of God;’ for this foundation cannot be overturned, that we are ‘loved,’ because the Father ‘hath loved’ his Son” [= Tetapi ini kelihatannya menimbulkan kontradiksi; karena Kristus, seperti telah kita lihat di tempat lain, menyatakan bahwa kasih Allah yang tak terkatakan terhadap ‘dunia’, merupakan alasan mengapa Ia memberikan AnakNya yang tunggal (Yoh 3:16). ... dalam text itu, dan text-text lain yang serupa, ‘kasih’ menunjuk pada ‘belas kasihan’ dengan mana Allah digerakkan menuju orang-orang yang tidak layak, dan bahkan menuju musuh-musuhNya, sebelum Ia mendamaikan mereka dengan diriNya sendiri. Memang merupakan kebaikan Allah yang luar biasa, dan tidak dapat dibayangkan / dimengerti oleh pikiran manusia, bahwa dengan menjalankan kebaikan terhadap orang-orang yang hanya bisa Ia benci, Ia menyingkirkan penyebab dari kebencian tersebut, supaya di sana tidak ada halangan bagi kasihNya. Dan memang Paulus memberitahu kita bahwa ada dua jalan / cara dalam mana kita ‘dikasihi’ dalam Kristus; pertama, karena Bapa memilih kita dalam Dia sebelum penciptaan dunia (Ef 1:4); dan kedua, karena dalam Kristus Allah telah mendamaikan kita dengan diriNya sendiri, dan telah menunjukkan bahwa Ia bermurah hati kepada kita (Ro 5:10). Demikianlah kita pada saat yang sama adalah musuh-musuh dan sahabat-sahabat Allah, sampai setelah dilakukan penebusan untuk dosa-dosa kita, kita kembali disenangi Allah. Tetapi ketika kita dibenarkan oleh iman, itulah saatnya yang tepat, dimana kita mulai dikasihi oleh Allah, sebagai anak dikasihi oleh ayahnya. Kasih itu, dengan mana Kristus ditetapkan sebagai pribadi dalam siapa kita dipilih sebelum kita dilahirkan, dan sementara kita masih hancur / rusak di dalam Adam, tersembunyi dalam dada Allah, dan jauh melebihi kapasitas pikiran manusia. Memang benar bahwa tidak seorangpun akan pernah merasakan bahwa Allah itu bermurah hati kepadanya, kecuali ia melihat / mengerti bahwa Allah ditenangkan di dalam Kristus. Tetapi karena semua jejak / rasa untuk kasih Allah lenyap pada waktu Kristus disingkirkan, demikianlah kita bisa dengan aman menyimpulkan bahwa, karena kita dicangkokkan ke dalam tubuhNya oleh iman, tidak ada bahaya untuk jatuh dari ‘kasih Allah’; karena fondasi ini tidak bisa dibalikkan, bahwa kita ‘dikasihi’ karena Bapa ‘telah mengasihi’ AnakNya] - hal 185.

Catatan: Sekalipun kata Yunani yang dipakai, yaitu kaqwV (KATHOS), memang bisa berarti ‘as’ (= seperti), ataupun ‘because’ (= karena), tetapi saya tidak yakin bahwa Calvin bisa dibenarkan pada waktu ia mengatakan bahwa kata ‘as’ dalam ay 23b itu harus diartikan ‘because’.

Yohanes 17: 24: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.

1) ‘Ya Bapa’.

George Hutcheson: “Christ, who began his prayer with the sweet style of ‘Father,’ ver. 1, doth so often repeat the same, ver. 11, here, and ver. 25, that the thoughts of that relation might sweeten his heart, and renew his ardour and affection” (= Kristus, yang memulai doaNya dengan gaya / cara yang manis dengan menyebut ‘Bapa’, ay 1, begitu sering mengulang hal yang sama, ay 11, di sini, dan ay 25, supaya pemikiran tentang hubungan itu bisa memaniskan hatiNya, dan memperbaharui semangat dan perasaan / kasihNya) - hal 369.

2) ‘Aku mau’.

KJV: ‘I will’ (= Aku mau).

RSV/NASB: ‘I desire’ (= Aku menginginkan).

NIV: ‘I want’ (= Aku mau / menghendaki).

Kata Yunani yang digunakan adalah qelw (THELO).

Pulpit Commentary: “qelw means less than ‘I will,’ and more than ‘I desire,’ and is destitute of that element of ‘counsel’ or deliberation that is involved in Boulomai” [= qelw (THELO) lebih lemah dari ‘Aku menghendaki’, dan lebih kuat dari ‘Aku menginginkan’, dan tidak mempunyai elemen ‘rencana’ atau kesengajaan yang tercakup dalam boulomai] - hal 351.

Catatan: boulomai (BOULOMAI) artinya ‘merencanakan’ / ‘menghendaki’.

Tetapi Hendriksen mempunyai pandangan yang berbeda.

William Hendriksen: “‘Father ..., I desire ... it is my pleasure, my delight.’ This type of ‘desiring’ is not weaker than ‘willing’. ... The Greek qelw as here used, combines the ‘delight’ element in the verb ‘I desire’ with the ‘deliberation and determination’ element in the verb ‘I will’” (= ‘Bapa ..., Aku menginginkan .... itu merupakan sesuatu yang menyenangkanKu, kesukaanKu’. ‘Keinginan’ jenis ini tidak lebih lemah dari pada ‘menghendaki’. ... Kata Yunani qelw seperti yang digunakan di sini, mengkombinasikan elemen ‘kesenangan’ dalam kata kerja ‘Aku menginginkan’ dengan elemen ‘kesengajaan dan keputusan’ dari kata kerja ‘Aku menghendaki’) - hal 366.

Thomas Whitelaw: “Having accomplished the work God had entrusted to His hands (ver. 4), Christ was entitled to claim the stipulated reward - to say not merely ‘I ask,’ ‘I wish’ (though either of these would have been enough), but ‘I will’; ... And just because an ‘I will’ of the glorified Christ cannot fail, the ultimate glorification of the Church is sure” [= Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan oleh Allah ke dalam tanganNya (ay 4), Kristus berhak untuk menuntut pahala / upah yang ditentukan - untuk tidak sekedar mengatakan ‘Aku minta’, ‘Aku ingin / berharap’ (sekalipun ini sebetulnya sudah cukup), tetapi ‘Aku mau’; ... Dan karena kata-kata ‘Aku mau’ dari Kristus yang dimuliakan tidak bisa gagal, maka pemuliaan yang terakhir dari Gereja adalah pasti] - hal 367.

3) ‘Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu’.

a) Surga (dan neraka) adalah suatu tempat.

Ada hamba Tuhan yang mengajarkan bahwa surga dan neraka bukanlah suatu tempat / lokasi, tetapi hanya merupakan suatu kondisi. Ini jelas merupakan sesuatu yang salah / ngawur, dan pandangan seperti ini tidak pernah saya jumpai dalam buku tafsiran / theologia manapun.

Pulpit Commentary mengatakan (hal 371-372) bahwa kata-kata ‘di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku’ menunjukkan bahwa surga adalah suatu tempat. Ini juga didukung oleh Yoh 14:2-3 - “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

Pulpit Commentary juga memberikan dasar lain sebagai berikut: “It may be said that the resurrection-body will be spiritual. Yes, but spiritual not as distinguished from material, but from carnal and corrupt. ... And if the resurrection-body will in any way material, then it must have a material locality, and heaven must be a place” (= Bisa dikatakan bahwa tubuh kebangkitan akan bersifat rohani. Ya, tetapi bersifat rohani bukan dalam arti dibedakan dengan materi, tetapi dibedakan dengan sifat daging dan jahat. ... Dan jika tubuh kebangkitan ini dengan cara apapun bersifat materi, maka ia harus mempunyai tempat yang juga bersifat materi, dan surga pastilah merupakan suatu tempat) - hal 372.

b) Kata-kata / doa di sini mempunyai arti yang mirip dengan janji dalam Yoh 14:2-3, tetapi kata-kata di sini mempunyai ruang lingkup yang lebih luas.

William Hendriksen: “This request puts a foundation under the promise of 14:3. ... The Son requests that the Father cooperate with him in carrying out the promise which had been made to the disciples, and which is now extended so as to include ‘all the given ones’” (= Permintaan ini memberikan suatu fondasi di bawah janji dari 14:3. ... Anak meminta supaya Bapa bekerja sama denganNya dalam melaksanakan janji yang telah dbuat kepada murid-murid, dan yang sekarang diperluas sehingga mencakup ‘semua orang-orang yang diberikan kepada Yesus’) - hal 367.

c) Kata-kata ini baru tergenapi sepenuhnya pada kedatangan Yesus yang keduakalinya, tetapi juga mencakup saat dimana seorang percaya mati dan masuk ke surga.

Thomas Whitelaw: “The full realization of this destiny would only be experienced at the parousia or second coming; yet the thought is not excluded, but rather included, that His people on leaving earth should be admitted into His presence: cf. 2Cor. 5:8; Phil 1:23.” (= Realisasi sepenuhnya dari tujuan ini hanya akan dialami pada kedatangan Kristus yang keduakalinya; tetapi ini bukan membuang, tetapi bahkan mencakup, pemikiran bahwa umatNya, pada saat meninggalkan dunia, akan diterima di dalam hadiratNya: bdk. 2Korintus 5:8; Filipi 1:23) - hal 358.

Thomas Whitelaw: “Now Christ coexists with the Church ... : then the Church will coexist with Christ ... - an important difference. Now Christ comes down to be with His Church; then the Church will be taken up to be with Christ” (= Sekarang Kristus ada bersama-sama dengan Gereja ... : nanti Gereja akan ada bersama-sama dengan Kristus ... - suatu perbedaan yang penting. Sekarang Kristus turun untuk bersama-sama dengan GerejaNya; nanti Gereja akan diangkat untuk bersama-sama dengan Kristus) - hal 366.

Ia menambahkan bahwa sekarang kita masih ada dalam masa penderitaan, pencobaan, peperangan, disiplin, dsb, tetapi nanti kita akan bersama-sama dengan Kristus di surga.

Kis 14:22 - “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”.

Seseorang mengatakan: “The path of sorrow and that path alone leads to the land where sorrow is unknown” (= Jalan kesedihan dan hanya jalan itu memimpin kita ke negeri dimana kesedihan tidak dikenal).

d) Kata-kata terakhir Yesus sebelum salib, bukanlah kata-kata keputus-asaan, tetapi kata-kata kemuliaan.

Barclay: “From this prayer Jesus was to go straight out to the betrayal, the trial and the Cross. He was not to speak to his disciples again. It is a wonderful and a precious thing to remember that before these terrible hours his last words were not of despair but of glory” (= Dari doa ini Yesus akan langsung pergi kepada pengkhianatan, pengadilan dan salib. Ia tidak akan berbicara kepada murid-muridNya lagi. Adalah sesuatu yang sangat indah dan berharga untuk mengingat bahwa sebelum saat-saat yang mengerikan ini, kata-kata terakhirnya bukanlah kata-kata keputus-asaan, tetapi kata-kata kemuliaan) - hal 220.

Ay 25: “Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;”.

1) ‘Ya Bapa yang adil’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘righteous’ (= benar).

Pulpit Commentary mengatakan (hal 359) bahwa pemikiran tentang Bapa yang benar ini merupakan sesuatu yang menghibur untuk orang-orang yang benar dan yang tertindas, tetapi merupakan sesuatu yang mengerikan untuk orang-orang yang jahat / tak beriman.

2) ‘memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;’.

Di sini Kristus mengkontraskan dunia dengan diriNya dalam persoalan pengenalan terhadap Bapa. Dan Ia juga membedakan / mengkontraskan dunia dengan orang-orang yang percaya. Pengenalan terhadap Yesus / Bapa adalah hal yang membedakan antara dunia dengan orang-orang yang percaya.

Yohanes 17:26: “dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.’”.

1) ‘dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya’.

Leon Morris (NICNT): “Jesus has revealed the Father to His followers and He says now that He will do this again. This may refer to the revelation in the cross, or it may refer to the work of the Holy Spirit whom He has promised to send (15:26). The following reference to love may perhaps make it a little more likely that it is the cross that is primarily in mind” [= Yesus telah menyatakan Bapa kepada pengikut-pengikutNya dan sekarang Ia berkata bahwa Ia akan melakukan hal itu lagi. Ini bisa menunjuk kepada penyataan / wahyu dalam salib, atau ini bisa menunjuk pada pekerjaan Roh Kudus yang telah Ia janjikan untuk dikirimkan (15:26). Kata-kata berikutnya tentang kasih (ay 26b) menyebabkan lebih mungkin bahwa salib adalah hal yang terutama yang ada dalam pemikiranNya] - hal 738.

Adam Clarke mengatakan (hal 640) bahwa kata-kata ‘Aku akan memberitahukannya’ menunjuk pada pembicaraan Yesus dengan para muridNya selama 40 hari setelah kebangkitanNya (Luk 24:13-32,44-49 Kis 1:3), dan juga Ia lakukan oleh Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta.

Yang manapun yang benar dari penafsiran-penafsiran di atas, kata-kata ini tetap menunjukkan adanya kemajuan dalam pengenalan / pengetahuan. Sekalipun secara strict / ketat, ini berlaku untuk para rasul, tetapi ini jelas juga berlaku bagi kita.

Calvin: “Though he speaks of the apostles, we ought to draw from this a general exhortation, to study to make constant progress, and not to think that we have run so well that we have not still a long journey before us, so long as we are surrounded by the flesh” (= Sekalipun Ia berbicara tentang rasul-rasul, kita harus menarik dari sini suatu desakan / nasehat yang bersifat umum, untuk belajar untuk terus menerus membuat kemajuan, dan berpikir bahwa sekalipun kita sudah berlari dengan sedemikian baik, kita tetap mempunyai perjalanan yang panjang di depan kita, selama kita masih ada di dalam daging) - hal 189.

BACA JUGA: EKSPOSISI YOHANES 18:1-40

Illustrasi: Cheetah adalah binatang darat yang tercepat di dunia. Baik bentuk tubuhnya, jantungnya yang besar, paru-parunya, dan bahkan lubang hidungnya disesuaikan untuk berlari dengan kecepatan tinggi. Kalau ia berlari maka panjang langkahnya sekitar 7 meter, dan ia melangkah 4 langkah per detik. Ia bisa berlari dari kecepatan nol sampai mencapai 100 km / jam hanya dalam 3 detik, padahal Ferrari yang terbaru membutuhkan 4 detik. Dan Cheetah bisa mencapai kecepatan maximum 112 km / jam, dan bahkan ada yang mengatakan 120 km / jam. Tetapi ia hanya bisa lari seperti itu dalam jarak sekitar 400 meter, karena hal itu akan membuat temperatur tubuhnya terlalu tinggi, sehingga setelah itu ia harus beristirahat selama sedikitnya 30 menit untuk menurunkan suhu tubuhnya itu. Ini berbeda dengan kuda / kijang yang sekalipun tidak bisa lari secepat Cheetah, tetapi bisa mempertahankan larinya untuk waktu yang lama. Dalam belajar Firman Tuhan, kita tidak boleh seperti Cheetah, tetapi harus seperti kuda!

2) ‘supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka’.

KJV: ‘that the love wherewith thou hast loved me may be in them’ (= supaya kasih dengan mana Engkau telah mengasihi Aku ada di dalam mereka).

Maksudnya adalah: Yesus meminta supaya Bapa mengasihi mereka dengan kasih yang sama seperti Bapa mengasihi Yesus.

3) “dan Aku di dalam mereka.’”.

Calvin: “And, indeed, as was said a little before, so far as relates to us, apart from Christ, we are hated by God, and he only begins to love us, when we are united to the body of his beloved Son” (= Dan memang, seperti yang baru saya katakan, sejauh berkenaan dengan kita, terpisah dari Kristus, kita dibenci oleh Allah, dan Ia hanya mulai mengasihi kita, pada waktu kita dipersatukan kepada tubuh dari AnakNya yang kekasih) - hal 189.

Calvin: “This clause deserves our attention, for it teaches us that the only way in which we are included in that love which he mentions is, that Christ dwells in us; for, as the Father cannot look upon his Son without having likewise before his eyes the whole body of Christ, so, if we wish to be beheld in him, we must be actually his members” (= Kalimat ini layak mendapatkan perhatian kita, karena kalimat ini mengajar kita bahwa satu-satunya jalan dalam mana kita tercakup dalam kasih yang Ia sebutkan itu adalah bahwa Kristus tinggal di dalam kita; karena, sebagaimana Bapa tidak bisa memandang AnakNya tanpa juga meletakkan di depan mataNya seluruh tubuh Kristus, sehingga jika kita ingin untuk dipandang dalam Dia, kita harus sungguh-sungguh menjadi anggota-anggotaNya) - hal 189.

Catatan: supaya tidak salah mengerti terhadap kata-kata Calvin di sini, baca lagi komentar Calvin yang saya berikan pada bagian terakhir dari pembahasan ay 23. Kalau saudara melihat bagian itu saudara akan melihat bahwa Calvin tidak memaksudkan bahwa sebelum kita percaya Yesus kita sama sekali tidak dikasihi oleh Bapa. Kalau ditafsirkan demikian maka akan bertentangan dengan Ro 5:8. Jadi maksud Calvin adalah bahwa sebelum kita percaya, sekalipun kita tetap dikasihi tetapi kita juga adalah musuh Allah. Baru setelah kita percaya kepada Yesus maka kasih itu tidak lagi tercampur dengan permusuhan, karena semua permusuhan telah dibereskan pada salib Kristus. https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post