SERI KHOTBAH KISAH PARA RASUL PASAL 1-8

Pdt.Budi Asali, M.Div.
SERI KHOTBAH KISAH PARA RASUL PASAL 1-8
KISAH PARA RASUL 1:1-11

Pendahuluan:

1) Pentingnya belajar Kisah Rasul.

Kisah Rasul adalah kitab yang penting untuk dipelajari karena kitab ini menghubungkan ke 4 kitab Injil dengan surat-surat Paulus. Banyak hal dari surat-surat Paulus yang tidak bisa dimengerti dengan baik kalau kita tidak mengerti latar belakangnya dalam Kisah Rasul.

2) Kitab Kisah Rasul ditujukan kepada Teofilus (Kisah para rasul 1: 1).

Dengan menghubungkan ay 1 ini dengan Lukas 1:1-4, kita bisa melihat dengan jelas bahwa baik Injil Lukas maupun Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas dan ditujukan kepada Teofilus.

3) Thema Kisah Rasul.

Thema Kisah Rasul terdapat dalam Kisah para rasul 1:8 yang berbunyi:

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Dalam Kis 28 Paulus memberitakan Injil di Roma, dan itu dianggap sebagai ‘ujung bumi’.

I) Keharusan memberitakan Injil.

1) Kis 1:8 yang merupakan thema Kisah Rasul ini jelas merupakan perintah Tuhan untuk memberitakan Injil.

2) Perintah untuk memberitakan Injil menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yohanes 14:6 Kis 4:12 1Yohanes 5:11-12).

3) Perintah untuk memberitakan Injil ini berlaku untuk setiap orang kristen (bdk. Mat 28:19-20).

Ingat bahwa sekalipun Amanat Agung dalam Matius 28:19-20 itu sebetulnya diberikan hanya kepada 11 rasul, tetapi rasul-rasul itu lalu diperintahkan untuk mengajarkan segala perintah Yesus kepada orang-orang yang dijadikan murid. Dengan demikian mereka juga harus mengajarkan perintah Yesus untuk memberitakan Injil. Bandingkan juga dengan Kis 8:1b,4 yang menunjukkan bahwa jemaat biasa juga memberitakan Injil. Karena Pemberitaan Injil adalah perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).

Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.

Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang.

Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.

· Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”

Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci Indonesia menterjemahkan bagian yang saya garisbawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu.

· Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.

· Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.

Dari ayat ini terlihat bahwa tidak ada daerah netral. Atau saudara adalah orang yang mengumpulkan bersama Tuhan (melalui Pemberitaan Injil), atau saudara adalah pencerai-berai gereja!

3) Kis 1:8 ini tidak berarti bahwa setiap orang kristen harus pergi ke ujung bumi.

Injil memang harus tersebar kemana-mana, tetapi setiap orang kristen mempunyai ‘ladang’ sendiri-sendiri yang ditentukan oleh Tuhan. Karena itu saudara harus menggumulkan untuk bisa mengetahui kehendak Tuhan bagi saudara dalam persoalan ini.

II) Perlengkapan dalam memberitakan Injil.

Tuhan Yesus menyuruh murid-murid untuk memberitakan Injil, dan Ia memperlengkapi mereka supaya mereka bisa memberitakan Injil. Dalam hal apa Ia memperlengkapi murid-muridNya?

1) Dalam hal iman.

a) Ay 1 berbicara tentang ‘segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus, sampai pada hari Ia terangkat’. Ini mencakup ajaranNya, mujijat-mujijatNya, tindakan kasihNya, dan bahkan kematian dan kebangkitanNya, dan semua ini bertujuan untuk memperlengkapi murid-murid dalam hal iman.

b) Ay 3 mengatakan bahwa Yesus membuktikan kebangkitanNya dengan banyak tanda dan penampakan diri.

Ay 3: “Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.

NIV: ‘and gave many convincing proofs that he was alive’ (= dan memberikan banyak bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia hidup).

KJV/Lit: ‘To whom also he shewed himself alive after his passion by many infallible proofs’ (= Kepada siapa Ia juga menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah penderitaanNya oleh banyak bukti-bukti yang tidak bisa salah).

Pembuktian kebangkitan ini lagi-lagi berfungsi untuk memperlengkapi murid-murid dalam hal iman. Kepercayaan terhadap kebangkitan Yesus dari antara orang mati, atau kepercayaan bahwa Yesus hidup selama-lamanya adalah sesuatu yang sangat penting bagi orang yang memberitakan Injil.

c) Ay 9-10a menunjukkan bahwa murid-murid menyaksikan naiknya Yesus ke surga. Waktu Yesus bangkit, murid-murid tidak melihatNya (mereka hanya melihat Yesus setelah Yesusnya bangkit), tetapi waktu Yesus naik ke surga mereka melihatNya. Rupanya hal itu dianggap masih belum cukup, sehingga dalam ay 10b-11 dikatakan bahwa malaikat memberitahukan kepada murid-murid bahwa Yesus naik ke surga. Dengan demikian mereka bisa betul-betul yakin bahwa Yesus ada di surga.

d) Keyakinan bahwa Yesus ada di surga ini, digabungkan dengan keyakinan bahwa dengan beriman kepada Yesus kita dipersatukan dengan Dia, akan memberikan keyakinan bahwa kalau kita mati, kita juga akan pergi ke surga. Keyakinan masuk surga ini mutlak perlu bagi orang yang memberitakan Injil, karena tanpa hal itu ia tidak akan memberitakan Injil, atau ia akan memberitakan Injil dengan ragu-ragu.

Penerapan:

Kalau saudara mau menjadi saksi Kristus / memberitakan Injil, maka cobalah periksa iman saudara kepada Yesus. Ada banyak orang mau memberitakan Injil, padahal dirinya sendiri sebetulnya belum percaya kepada Yesus. Ini tentu tidak pada tempatnya! Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, bacalah buku saya yang berjudul ‘Fondasi Kekristenan’, supaya saudara bisa mempunyai iman yang sejati kepada Kristus. Baru setelah itu saudara bisa memberitakan Injil.

2) Dalam hal ketaatan.

Untuk ini mari kita membahas ay 4.

a) Ay 4 ini terjemahannya berbeda-beda.

Ada yang menterjemahkan ‘makan bersama-sama’, dan ada yang menterjemahkan sekedar ‘berkumpul’.

NASB: ‘And gathering them together, He ...’ (= Dan setelah mengumpulkan mereka bersama-sama, Ia ...).

KJV: ‘And being assembled together with them ...’ (= Dan setelah dikumpulkan bersama-sama dengan mereka ...).

TL: ‘Tatkala Yesus berhimpun dengan rasul-rasul ...’.

A. T. Robertson mengatakan bahwa kata SUNALIZOMENOS dalam bahasa Yunani berarti ‘being assembled together with them’ (seperti terjemahan KJV di atas). Jadi sebetulnya kata ‘makan’ itu tidak ada. Yang ada adalah kata ‘berkumpul’, tetapi kata ini ada dalam arti aktif. Jadi Yesus yang mengumpulkan murid-murid setelah mereka berpencar waktu Yesus ditangkap / mati.

b) Selanjutnya dalam ay 4 Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu.

Yesus mempunyai alasan mengapa Ia menyuruh mereka menunggu. Ia menyuruh mereka menunggu supaya bisa menerima Roh Kudus bersama-sama, dan baru setelah itu mereka berpencar. Ini dimaksudkan supaya kesatuan mereka bisa terlihat. Kalau mereka langsung berpencar dan lalu menerima Roh Kudus sendiri-sendiri, maka kesatuan mereka tidak terlihat. Tetapi kalau mereka menunggu, lalu menerima Roh Kudus bersama-sama, dan baru setelah itu berpencar, maka kesatuan mereka terlihat dengan jelas. Inilah tujuan Yesus dalam menyuruh mereka menunggu.

c) Bagaimanapun juga, menunggu adalah sesuatu yang sukar.

Ingatlah bagaimana Abraham menunggu anak yang Tuhan janjikan, atau kegagalan Saul dalam menunggu Samuel (1Sam 13:1-14). Jadi, dengan disuruh menunggu, murid-murid diajar untuk taat.

Penerapan:

Ketaatan adalah sesuatu yang penting bagi orang yang memberitakan Injil. Dalam memberitakan Injil, kita berusaha supaya orang percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Bagaimana kita bisa menyuruh orang menerima Dia sebagai Tuhan kalau kita sendiri tidak taat kepadaNya? Jadi jelas bahwa seorang pemberita Injil harus belajar mentaati Tuhan. Ini memang tidak berarti bahwa kita harus suci dahulu, tetapi ini berarti bahwa kita harus mempunyai kerinduan dalam hati kita untuk mentaati Tuhan dan secara tulus / sungguh-sungguh berjuang untuk mentaatiNya!

3) Dalam hal pengertian.

Pertanyaan murid-murid dalam ay 6 menunjukkan adanya banyak pengertian yang salah dalam diri mereka, yang lalu dibetulkan oleh Yesus. Inilah kesalahan-kesalahan dalam pengertian mereka dan pembetulannya:

a) Mereka ingin tahu apa yang tidak boleh mereka ketahui.

Kata-kata ‘pada masa ini’ dalam ay 6 secara implicit menanyakan waktu pemulihan kerajaan. Ini dijawab oleh Yesus dalam ay 7: ‘Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya’.

b) Mereka ingin mendapatkan kerajaan tanpa perang.

Ini terlihat dari pertanyaan mereka dalam ay 6: ‘Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’. Dari pertanyaan ini terlihat bahwa mereka mengira bahwa Yesus sendirilah yang akan memulihkan kerajaan bagi Israel, dan dengan demikian murid-murid tidak perlu berjuang / berperang untuk itu. Yesus menjawab pertanyaan ini dalam ay 8 dimana Ia berkata bahwa mereka harus menjadi saksi / harus memberitakan Injil. Ini berarti mereka harus berperang (secara rohani)! Dan tempat pertama yang harus mereka injili adalah Yerusalem, yang adalah tempat dimana Yesus baru saja disalibkan! Ini jelas menunjukkan kepada murid-murid bahwa dalam pemberitaan Injil / perang itu akan ada banyak kesukaran / penderitaan! William Barclay mengatakan bahwa kata bahasa Yunani untuk ‘saksi’ dan ‘martir’ adalah sama yaitu adalah MARTUS. Ini menunjukkan bahwa orang yang mau menjadi saksi bagi Yesus harus rela menjadi martir / mati syahid!

c) Mereka membayangkan suatu kerajaan duniawi (Ini memang merupakan konsep Yahudi).

Yesus menjawab ini dengan ay 8 dimana Ia mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi / memberitakan Injil. Kalau kerajaan itu dibangun dengan cara memberitakan Injil, maka jelas bahwa kerajaan itu bukan kerajaan duniawi tetapi kerajaan rohani.

Calvin menggunakan ay 8 ini untuk menyerang ajaran Premillenialism (yang percaya bahwa nanti akan ada pemerintahan Kristus di bumi ini selama 1000 tahun) dengan berkata:

“Wherefore, we see that those which held opinion that Christ should reign as a king in this world a thousand years fell into the like folly” (= Karena itu, kita melihat bahwa mereka yang berpendapat bahwa Kristus akan memerintah sebagai raja di dunia ini selama 1000 tahun, jatuh ke dalam ketololan yang sama).

d) Mereka menganggap bahwa kerajaan itu terbatas untuk bangsa Israel / Yahudi saja.

Ini terlihat dari kata-kata ‘kerajaan bagi Israel’ dalam ay 6. Kesalahan ini dibetulkan oleh Yesus dengan mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi / memberitakan Injil, bukan hanya di Yerusalem dan Yudea saja, tetapi juga di Samaria, dan bahkan sampai ke ujung bumi (ay 8)! Ini jelas menunjukkan bahwa kerajaan itu bukan hanya bagi Israel, tetapi untuk semua bangsa yang mau percaya kepada Yesus.

Penerapan:

Sebelum murid-murid pergi untuk memberitakan Injil, mereka diperlengkapi oleh Yesus dalam hal pengertian. Karena itu, kalau saudara mau menjadi orang yang memberitakan Injil / Firman Tuhan, saudarapun juga harus mau rajin dan tekun dalam belajar, supaya saudara mempunyai pengertian yang memadai untuk pelayanan saudara! Jangan menjadi orang yang mau melayani tetapi tidak mau belajar Firman Tuhan. Ketidakmengertian saudara akan Firman Tuhan akan menyebabkan pelayanan saudara menjadi salah. Amsal 19:2 berkata: “tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik”. NIV menterjemahkan: “It is not good to have zeal without knowledge” (= Adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan).

4) Dalam hal kuasa waktu memberitakan Injil.

Ay 4,5,8 mengajar mereka untuk tidak bersandar kepada diri sendiri pada waktu memberitakan Injil, karena ayat-ayat tersebut menjanjikan Roh Kudus yang akan memberikan kuasa kepada mereka pada waktu memberitakan Injil.

Tetapi satu hal yang sangat berbeda antara murid-murid Yesus pada saat itu dengan kita, adalah bahwa mereka saat itu ada sebelum hari Pentakosta, dan kita hidup sesudah Pentakosta. Karena itu mereka harus menunggu, sampai Roh Kudus diberikan kepada mereka pada hari Pentakosta (Kis 2:1-dst). Tetapi kita yang hidup sesudah hari Pentakosta, langsung menerima Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini terlihat dari Ef 1:13b yang berbunyi: “... di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

Tapi, sekalipun kita yang percaya Yesus sudah menerima Roh Kudus sehingga tidak perlu menunggu Roh Kudus lagi, kita tetap harus bersandar kepadaNya dalam memberitakan Injil. Kita harus menyadari bahwa pertobatan / keberhasilan dalam Pemberitaan Injil sepenuhnya tergantung kepadaNya, bukan tergantung pada kepandaian / kemampuan kita.

Penerapan:

Apakah saudara banyak berdoa untuk penginjilan yang saudara lakukan?

Kesimpulan:

Rasul-rasul itu juga adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Tetapi Tuhan memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa menjadi alat Tuhan yang hebat dalam Pemberitaan Injil. Karena itu, kalau saudara mau menyerahkan diri saudara kepada Tuhan, saudarapun pasti akan diperlengkapi sehingga bisa menjadi alatNya yang hebat. Tetapi persoalannya, maukah saudara menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan dalam Pemberitaan Injil?

-AMIN-

Kisah Para Rasul 1:12-26

I) Daftar nama rasul-rasul (Kisah para rasul 1: 13).

Mengapa Lukas menuliskan daftar itu lagi? Karena pada waktu Yesus ditangkap, murid-murid semua melarikan diri (Mat 26:56) sehingga sekarang dirasa perlu untuk mendaftar mereka lagi. Ada 2 hal yang menarik dari daftar rasul itu:

1) Petrus disebut sebagai yang pertama.

Dalam semua daftar rasul-rasul, Petrus selalu disebut sebagai yang pertama (Mat 10:2-5 Mark 3:16-19 Luk 6:14-16). Ini digunakan oleh Gereja Roma Katolik untuk mengatakan bahwa Petrus adalah rasul yang tertinggi (Catatan: Gereja Roma Katolik menganggap Petrus sebagai Paus I). Menanggapi penafsiran ini Calvin berkata: Kalau karena disebut pertama Petrus adalah rasul tertinggi, maka kesimpulan yang juga harus diambil dalam ay 14 adalah bahwa Maria adalah yang terendah dari semua wanita yang mengikut Yesus karena dalam ay 14 itu Maria disebut terakhir.

Petrus disebut pertama karena ia memang paling menonjol sehingga ia menjadi wakil / juru bicara murid-murid yang lain. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia yang paling tinggi kedudukannya dari semua rasul.

2) Yudas Iskariot tidak ada dalam daftar rasul, karena ia sudah mati.

II) Kematian Yudas Iskariot (ay 16-20).

Dalam Mat 27:3-10 juga terdapat cerita kematian Yudas. Ada 2 hal yang kelihatannya bertentangan dengan cerita kematian Yudas dalam Kis 1:16-20 ini, yaitu:

1) Dalam Mat 27 uang dilemparkan oleh Yudas ke Bait Allah dan imam-imam yang menggunakan uang itu untuk membeli tanah. Dalam Kis 1:18 dikatakan Yudaslah yang membeli tanah.

2) Dalam Mat 27 dikatakan bahwa Yudas mati gantung diri. Dalam Kis 1:18 dikatakan Yudas jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan isi perutnya keluar.

Penjelasan / pengharmonisan:

1) Ada beberapa kemungkinan:

a) Imam membeli tanah atas nama Yudas karena Yudaslah yang diang-gap memiliki uang itu dan lalu Lukas menuliskan bahwa Yudas yang membeli tanah.

b) Yudas sudah menyetujui pembelian tanah itu sebelum ia mengkhianati Yesus tetapi ia lalu menyesali perbuatannya dan lalu bunuh diri se-hingga imam-imam yang menyelesaikan / meneruskan pembelian tanah itu atas nama Yudas.

c) Imam-imam yang membeli tanah, sedangkan Yudas mendapatkan tanah itu sebagai kuburannya.

Dalam ay 18 ada kata ‘membeli’. Kata bahasa Yunaninya adalah EKTESATO yang mempunyai beberapa arti sehingga terjemahannya juga berbeda-beda:

NIV/RSV: ‘bought’ (= membeli).

KJV: ‘purchased’ (= membeli).

NASB: ‘acquired’ (= mendapatkan).

Calvin: ‘possessed’ (= memiliki).

A. T. Robertson: ‘obtained’ (= mendapatkan).

Ada penafsir yang mengatakan bahwa kata Yunani EKTESATO itu seharusnya diterjemahkan ‘mendapatkan’. Ini digunakan sebagai sin-diran. Yudas mendapatkan tanah, artinya ia mendapatkan tanah itu sebagai kuburannya.

Kalau penafsiran ini benar, maka pertentangan dalam persoalan ini menjadi hilang. Bukan Yudas, tetapi imam yang membeli tanah, se-dangkan Yudas mendapatkan tanah itu sebagai kuburannya.

2) Mungkin Yudas menggantung diri di pohon yang terletak di tepi tebing / jurang. Setelah ia mati, dahan yang dipakai untuk menggantung diri itu tidak kuat menahan berat badan Yudas sehingga dahan itu patah (ada yang mengatakan bahwa patahnya dahan itu disebabkan karena gempa bumi dalam Mat 27:51) dan mayat Yudas jatuh ke jurang dan lalu perut-nya terbelah dan isi perutnya keluar.

Setelah Yudas mati, apa yang terjadi dengan:

· Jabatan / kerasulan Yudas?

· Yudas sendiri? Selamat atau tidak?

III) Kerasulan Yudas digantikan oleh orang lain.

1) Mengapa Yudas harus diganti?

a) Supaya nubuat dalam Maz 109:8 tergenapi (ay 20b).

b) Karena ia bukan orang kristen.

Yudas diganti bukan karena ia mati. Yakobus juga mati dalam Kis 12:1-2, tetapi ia tidak pernah diganti. Tetapi Yudas harus diganti karena ia bukan orang kristen.

2) Syarat pengganti adalah: ikut Yesus mulai baptisan Yohanes sampai ke-naikan Yesus ke surga, supaya ia bisa menjadi saksi kebangkitan Kristus (ay 21-22).

Orang yang memenuhi syarat (ay 23):

a) Yusuf / Barsabas / Yustus.

Nama Barsabas tidak diketahui dengan pasti artinya. Ada yang meng-artikan ‘the son of an oath’ (= anak sumpah) yang menunjukkan dia sebagai orang yang jujur. Ada yang mengatakan artinya adalah ‘the son of Sabbath / rest’ (= anak Sabat / istirahat). Nama Yustus adalah nama Latin yang artinya adalah ‘just’ (= benar).

b) Matias.

3) Undian (ay 26).

a) Mengapa dilakukan pemilihan dengan undian? Karena rasul harus merupakan pemilihan Allah. Sebelas rasul yang lain dipilih oleh Yesus sendiri. Kalau rasul pengganti Yudas dipilih oleh manusia maka ia akan menjadi rasul yang inferior / lebih rendah dari pada sebelas rasul yang lain. Dengan menggunakan undian, maka jelas bahwa ia adalah pilihan Allah (bdk. Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN”).

b) Kalau toh mau menggunakan undian mengapa dibatasi hanya 2 orang saja? Mengapa tidak 120 orang itu diundi semua? Bukankah ini mem-batasi Allah? Bagaimana kalau Allah ingin memilih orang yang lain dari 2 orang itu?

Jawab:

· Calvin: Roh Kudus memimpin mereka melakukan hal itu.

· Penafsir lain: mereka harus menggunakan otak dan juga meminta pimpinan Allah.

c) Pilihan Allah adalah Matias.

Dari pengundian itu, ternyata yang dipilih oleh Allah adalah Matias (ay 26). Padahal kalau kita melihat ay 23, kelihatannya Yusuf lebih diton-jolkan. Penonjolan Yusuf ini terlihat dari:

· Ia punya 3 nama yang disebutkan semua.

· Namanya disebutkan lebih dahulu dari pada Matias.

· Namanya menunjukkan bahwa ia adalah orang yang jujur.

· Nama Matias tidak diberi embel-embel apa-apa.

Tetapi toh Allah memilih Matias dan bukannya Yusuf (bdk. 1Kor 1:27-29 1Sam 16:1-13).

d) Apakah Matias adalah rasul yang sah?

Pulpit Commentary tentang Mat 10: “For Paul (not Matthias) filled the place forfeited by Judas. The election of Matthias took place before the outpouring of the Spirit, and of the apostleship of Matthias we read no more” [= Karena Paulus (bukan Matias) mengisi tempat yang ditinggalkan oleh Yudas. Pemilihan Matias terjadi sebelum pencurahan Roh, dan tentang kerasulan Matias kita tidak membaca lagi] - hal 431.

Memang ada bermacam-macam keberatan terhadap sahnya Matias sebagai rasul pengganti Yudas:

1. Tidak ada perintah untuk mencari rasul pengganti Yudas dengan menggunakan undian.

Jawab:

· Maz 109:8 harus digenapi; jadi harus ada yang menggantikan Yudas.

· Tidak semua perintah harus dicatat dalam Kitab Suci. Mungkin dalam Kis 1:3 Yesus memerintahkan mereka dan sekaligus memberi mereka petunjuk untuk mencari rasul pengganti Yudas.

2. Rasul-rasul belum menerima Roh Kudus sehingga mereka tidak memenuhi syarat untuk memilih pengganti Yudas.

Jawab: Undian ditentukan oleh Allah, bukan oleh rasul-rasul.

3. Matias tidak disebut lagi dalam Kitab Suci; yang seharusnya menjadi pengganti Yudas adalah Paulus.

Jawab:

· Paulus tidak memenuhi syarat dalam ay 21-22.

· Paulus adalah rasul istimewa untuk bangsa-bangsa non Yahudi (Gal 1:15-16 Gal 2:7-8).

· Bukan hanya Matias saja, tetapi banyak rasul-rasul lain yang namanya tidak disebut lagi dalam Kitab Suci.

Saya berperndapat bahwa pemilihan Matias adalah sah, dan ini terlihat dari fakta ini: setelah kematian Yudas rasul-rasul selalu disebut dengan istilah ‘sebelas rasul’ (Mat 28:16 Mark 16:4 Luk 24:9,33), tetapi setelah pemilihan Matias maka kelihatan ada 12 rasul lagi (Kis 2:14), dan bahkan muncul sebutan ‘dua belas rasul’ lagi (Kis 6:2).

IV) Bagaimana nasib Yudas?

Ada yang mengatakan bahwa Yudas selamat karena ia menyesal. Ini salah. Penyesalan Yudas bukan penyesalan yang benar karena tidak diikuti oleh pertobatan tetapi sebaliknya diikuti dengan tindakan bunuh diri (bdk. 2Kor 7:10 - “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”).

Sebetulnya tindakan bunuh diri itu sudah menunjukkan secara jelas bahwa Yudas tidak selamat. Orang yang mati bunuh diri jelas tidak selamat, bukan karena tindakan bunuh diri itu merupakan dosa yang terlalu besar untuk diampuni, tetapi karena tindakan bunuh diri itu menunjukkan bahwa ia bukan orang percaya. Kalau ia adalah orang percaya, bagi dia berlaku janji Tuhan dalam 1Kor 10:13 yang berbunyi:

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

Bahwa seseorang ternyata tidak kuat menghadapi pencobaan sehingga lalu mati bunuh diri, menunjukkan bahwa ia bukan orang percaya, dan karena itu janji Tuhan itu tidak berlaku baginya.

Hal-hal lain yang menunjukkan bahwa Yudas tidak selamat:

1) Ay 25b: ‘... Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya’.

KJV: ‘that he might go to his own place’ (= supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri).

RSV/NASB: ‘to go to his own place’ (= pergi ke tempatnya sendiri).

NIV: ‘to go to where he belongs’ (= pergi ke tempat yang cocok baginya).

Ada bermacam-macam penafsiran tentang kalimat ini:

a) Ada yang mengatakan bahwa kalimat ini ditujukan kepada Matias (baca seluruh ay 25 itu).

Tetapi ini jelas salah. Kata ‘telah’ dalam ay 25 tidak memungkinkan penafsiran ini.

b) Kebanyakan orang mengatakan bahwa kalimat ini ditujukan kepada Yudas. Tetapi apa artinya?

· Yudas pulang ke rumahnya. Ini tidak ada dasar Kitab Sucinya.

· Yudas kembali pada pekerjaan lamanya. Ini juga tidak ada dasar Kitab Sucinya.

· Yudas mati. Ini masih mungkin benar.

· Yudas pergi ke neraka. Ini penafsiran pada umumnya. Neraka memang adalah tempat yang cocok untuk Yudas. Ini menunjukkan bahwa Yudas tidak selamat.

2) Bagian-bagian Kitab Suci lain, seperti:

· Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia”.

· Yoh 6:70 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis’”.

· Yoh 13:10b-11 - “‘Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua’. Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih’”.

· Yoh 12:6 yang menunjukkan bahwa pada waktu mengikut Yesus Yudas adalah seorang pencuri yang sering mencuri uang kas yang ia pegang.

· Yoh 17:12 dimana Yesus berkata / berdoa:

“Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah men-jaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.

· Mat 26:24 dimana Yesus berkata:

“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dila-hirkan”.

Kalau Yudas selamat, maka saya yakin bahwa kata-kata yang saya garisbawahi ini tidak akan keluar dari mulut Yesus!

Penutup:

Riwayat Yudas Iskariot adalah peringatan bagi kita. Yudas adalah contoh orang yang mengikut Yesus secara lahiriah, atau orang yang mempunyai iman di otak saja. Kalau saudara adalah orang seperti itu, tidak peduli berapa lama saudara menjadi orang kristen, dan tidak peduli betapa tinggi jabatan saudara di gereja, saudara akan menyusul dia! Karena itu ber-tobatlah dan ikutlah / percayalah Yesus dengan sungguh-sungguh.

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 2:1-13

I) Penjelasan tentang Pentakosta.

Pentakosta Perjanjian Baru adalah hari turunnya Roh Kudus yang terjadi pada hari ke 50 setelah Paskah / Easter (hari kebangkitan Yesus).

Tetapi ‘Pentakosta’ dalam ay 1 adalah Pentakosta Perjanjian Lama. Bebera-pa hal yang perlu diketahui tentang Pentakosta Perjanjian Lama ini:

1) Ini adalah hari ke 50 setelah Paskah (ini Paskah Perjanjian Lama) / Pass-over (hari bebasnya bangsa Israel dari Mesir (bdk. dengan Ul 16:1 ten-tang Paskah Perjanjian Lama ini).

2) Hari ini adalah hari untuk memperingati 2 hal, yaitu:

a) Pemberian 10 Hukum Tuhan.

b) Perayaan syukur karena panen gandum (Ul 16:10 Kel 34:22).

3) Pada hari itu orang Israel tidak boleh bekerja (Im 23:21 Bil 28:26).

4) Hari Pentakosta tersebut jatuh pada hari Minggu.

Matthew Henry menganggap bahwa ini merupakan suatu konfirmasi bahwa Sabat Kristen diubah menjadi hari Minggu, karena bukan hanya Yesus bangkit pada hari Minggu tetapi juga hari Pentakosta terjadi pada hari Minggu.

Pentakosta Perjanjian Lama menjadi Pentakosta Perjanjian Baru karena apa yang terjadi dalam Kis 2:1-13.

II) Apa yang terjadi pada hari Pentakosta itu?

Pada saat itu murid-murid sedang berkumpul di suatu tempat sebagai ketaat-an terhadap perintah Yesus dalam Kis 1:4-5. Yang dimaksud dengan ‘suatu tempat’ tidak diketahui dengan pasti. Mungkin ruang atas yang ada dalam Kis 1:3 dan mungkin juga suatu tempat dalam Bait Allah (bdk. Luk 24:53).

Pada saat itu terjadilah hal-hal sebagai berikut:

1) Turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras.

Ay 2: “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk”.

Kitab Suci memang sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8 Yeh 37:9,10,14 Yoh 20:22). Kata bahasa Yunani PNEUMA me-mang bisa diartikan sebagai ‘roh’, ‘angin’ atau ‘nafas’ (sama seperti kata Ibrani RUACH). Karena itulah maka sebelum Roh Kudus turun maka Ia didahului oleh suatu bunyi seperti tiupan angin keras.

2) Tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pa-da mereka masing-masing.

Ay 3: “dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing”.

Roh Kudus juga sering digambarkan sebagai api karena Ia berfungsi untuk menyucikan / menguduskan kita. Karena itu, tanda dari orang yang mempunyai Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus adalah adanya perubahan hidup ke arah yang positif (bukan kemampuan untuk berbahasa Roh!)

3) Roh Kudus turun dan memenuhi mereka (ay 4a).

Ay 4: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.

Ay 4a terjemahan Indonesia kurang lengkap terjemahannya. Seharusnya ada kata ‘semua’.

NIV: ‘All of them were filled with the Holy Spirit’ (= Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus).

Jadi, bukan hanya rasul-rasul saja yang menerima / dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi semua orang kristen pada saat itu. Roh Kudus diberikan bukan hanya kepada orang percaya tertentu saja, tetapi kepada semua orang yang percaya kepada Kristus.

Pemberian Roh Kudus ini adalah penggenapan janji Tuhan dalam Yoh 14:16,17,26 Yoh 15:26,27 Yoh 16:7-11,13,14 Mat 3:11 Kis 1:4,5,8. Tu-han pasti menggenapi janjiNya.

Problem:

Bagaimana mengharmoniskan Kis 2:4 ini dengan Yoh 20:22? Kapan sebetulnya rasul-rasul itu menerima Roh Kudus? Pada Yoh 20:22 atau pada Kis 2:4?

Ada macam-macam penafsiran tentang Yoh 20:22:

a) Yoh 20:22 dihubungkan dengan Kej 2:7 dan Yeh 37:9 dan lalu diarti-kan sebagai kelahiran baru.

Keberatan terhadap penafsiran ini adalah: Murid-murid sudah percaya kepada Kristus sebelum Yoh 20:22 (bdk. Mat 16:16). Itu tidak mungkin terjadi kalau belum ada kelahiran baru (perlu diingat bahwa doktrin yang benar tentang kelahiran baru adalah: kelahiran baru harus men-dahului iman).

b) Penerimaan Roh Kudus disamakan seperti kedatangan Kerajaan Allah yang kadang-kadang dikatakan sudah datang, tetapi kadang-kadang dikatakan sudah dekat (belum datang).

c) Komentar Calvin tentang Yoh 20:22:

“The Spirit was given to the Apostles on this occasion in such a manner, that they were only sprinkled by his grace, but were not filled with full power; for when the Spirit appeared on them in tongues of fire (Acts 2:3) they were entirely renewed” [= Roh diberikan kepada rasul-rasul pada peristiwa ini sedemikian rupa, sehingga mereka hanya diperciki oleh kasih karuniaNya, tetapi tidak dipenuhi dengan kuasa penuh; karena pada waktu Roh menampakkan diri pada mereka dalam lidah-lidah api (Kis 2:3) mereka diperbaharui sepenuhnya].

d) Dalam Yoh 20:22 mereka menerima suatu kuasa rohani sehingga mereka tidak sedih lagi, tetapi mereka baru menerima Roh Kudus dalam Kis 2:4 dan pada saat itu mereka menerima kuasa yang lebih besar lagi.

Dasar yang dipakai:

· Yoh 16:7 - Roh Kudus tidak akan datang sebelum Yesus naik ke surga.

· Kata ‘Roh Kudus’ dalam Yoh 20:22 tidak memakai ‘definite article’ / ‘kata sandang’ (bahasa Inggris: the). Jadi ini tidak menunjuk pada pribadi dari Roh Kudus tetapi pada kuasa Roh Kudus

4) Bahasa lidah / roh (ay 4b-11).

a) Bahasa lidah / roh adalah suatu karunia Roh Kudus yang menyebab-kan rasul-rasul itu lalu bisa berbicara dalam bahasa-bahasa yang sebelumnya tidak mereka kenal / tidak pernah mereka pelajari.

b) Tidak semua orang yang memiliki Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa roh!

Seringkali ada orang yang mengatakan bahwa bahasa roh harus dimi-liki oleh orang yang penuh dengan Roh Kudus, dan ia menggunakan Kis 2 ini sebagai dasar. Ini adalah penafsiran yang salah. Mengapa? Karena Kis 2:4 (dan juga Kis 10:46) adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Bagian semacam ini tidak bisa dijadikan rumus! Contoh lain:

· Bahwa Yesus berpuasa 40 hari / malam, tidak berarti bahwa orang kristen harus juga melakukan hal itu.

· Bahwa Yesus hanya mempunyai 12 murid, tidak berarti bahwa seorang pendeta hanya boleh mempunyai 12 jemaat.

· Bahwa Petrus bisa berjalan di atas air, tidak berarti bahwa orang kristen sekarang harus bisa berjalan di atas air.

Mengapa? Karena semua ini adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive. Ini tidak boleh dijadikan rumus / norma dalam hidup kita!

Dalam Luk 1:67 dikatakan bahwa Zakharia penuh Roh Kudus dan ia lalu bernubuat. Juga dalam Kis 19:6 dikatakan ada orang-orang yang menerima Roh Kudus dan mereka lalu berbahasa roh dan bernubuat. Apakah semua ini juga mau dijadikan rumus, dan kita lalu percaya bahwa orang yang mempunyai Roh Kudus harus bernubuat? Tentu saja tidak, karena bagian-bagian ini juga merupakan bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive!

Perlu juga diingat bahwa pada hari Pentakosta itu mereka bukan hanya menerima Roh Kudus dan berbahasa roh, tetapi juga ada bunyi seperti tiupan angin, dan lidah-lidah api yang hinggap pada mereka masing-masing. Kalau bahasa rohnya diharuskan, maka konsekwensinya angin dan lidah api itu juga harus diharuskan.

Dalam Kitab Suci juga ada peristiwa-peristiwa lain di mana orang per­caya kepada Kristus (dan karena itu jelas mereka menerima baptisan Roh Kudus - bdk. Kis 2:38), tetapi mereka tidak mengalami bahasa roh (Kis 2:41 Kis 8:36-38 Kis 16:14-15,31-33). Stefanus yang penuh Roh Kudus (Kis 7:55) juga tidak pernah dikatakan berbahasa roh.

Juga 1Kor 12:8-10,28-30 jelas sekali menunjukkan bahwa karunia bahasa roh tidak diberikan kepada semua orang percaya, tetapi hanya kepada orang-orang tertentu saja.

1Kor 12:8-10,28-30 - “(8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.

c) Bahasa roh bukanlah karunia yang terutama, bahkan bisa dikatakan itu adalah karunia yang terendah. Ini terlihat dari:

· dalam daftar karunia dalam 1Kor 12:8-10 maupun dalam 1Kor 12:28-30 karunia bahasa roh dan karunia penafsiran bahasa roh selalu ditempatkan pada urutan terakhir.

· seluruh 1Kor 14 menekankan bahwa karunia bernubuat jauh lebih penting / berguna dari pada karunia berbahasa roh. Untuk itu bacalah 1Kor 14 seluruhnya!

d) Karunia bahasa roh adalah suatu karunia yang bersifat mujijat, se-hingga tidak bisa dipelajari / dilatih.

Dimanapun dalam Kitab Suci kita tidak pernah melihat orang mempelajari / melatih / mengusahakan bahasa roh. Karena itu semua bahasa roh yang dipelajari / dilatih / diusahakan adalah palsu dan berasal dari orangnya sendiri. Kalau saudara adalah orang yang mempunyai bahasa roh hasil latihan, ingatlah bahwa saudara sedang memalsukan karunia Allah!

III) Penekanan dari Pentakosta.

Banyak orang yang kalau membahas Pentakosta selalu menekankan bahasa roh. Padahal sebetulnya yang paling ditekankan dalam Pentakosta bukan bahasa roh tetapi Pekabaran Injil. Ini bisa terlihat dari:

1) Roh Kudus memang diberikan supaya mereka bisa memberitakan Injil.

Bandingkan ini dengan Kis 1:8 yang berbunyi:

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Bandingkan juga dengan Yoh 15:26 yang berbunyi:

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebe-naran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”.

2) Semua ini terjadi di Yerusalem pada hari Pentakosta.

Mengapa Allah memilih kota Yerusalem dan mengapa Allah memilih hari Pentakosta? Calvin beranggapan karena pada hari Pentakosta kota Yeru-salem penuh sesak, karena orang-orang Yahudi dari semua penjuru datang ke Yerusalem. Mereka semua kembali ke Yerusalem karena hal ini memang diperintahkan oleh Tuhan (Kel 23:14-17 Kel 34:22-23).

Ay 5 mengatakan: ‘Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit’.

a) Kata ‘diam’ tidak berarti bahwa mereka memang tinggal di sana, tetapi hanya berarti bahwa pada saat itu mereka berada di sana.

b) Kata-kata ‘dari segala bangsa’ artinya dari negara-negara lain.

Jadi ay 5 menunjukkan bahwa pada saat itu Yerusalem dipenuhi oleh orang-orang Yahudi dari negara-negara lain.

Lalu ay 6 mengatakan: ‘Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang ba-nyak’. Kata ‘turun’ itu salah terjemahan, seharusnya adalah ‘terjadi’. Ban-dingkan dengan terjemahan NASB: ‘And when this sound occurred’ (= Dan ketika bunyi itu terjadi).

Bunyi apa yang dimaksud dalam ay 6 itu? Ada 3 kemungkinan:

· suara tiupan angin dalam ay 2.

· kabar tentang rasul-rasul yang berbahasa roh.

· bahasa roh dari rasul-rasul itu.

Saya setuju dengan penafsiran yang ke 3.

Jadi orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu pasti ikut berkeru-mun dan mendengar bahasa roh itu. Dan apa yang mereka dengar? Yang mereka dengar adalah perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (ay 11). Ini jelas menunjuk pada Injil.

Allah memilih saat ini supaya mereka semua bisa mendengar Injil (ay 11 - ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’) dan supaya setelah itu mereka bisa kembali ke negaranya untuk menyebarkan Injil di negaranya masing-masing. Jadi semua ini jelas menunjukkan bahwa Pentakosta menekan-kan Pekabaran Injil.

3) Pada saat itu terjadi bahasa roh.

Mengapa saat itu harus terjadi bahasa roh? Karena orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu mempunyai bahasanya masing-masing. Ada-nya banyak bahasa menghalangi Pekabaran Injil dan kalau Injil hanya diberitakan dalam 1 bahasa saja, maka orang akan beranggapan bahwa Injil itu memang ditujukan hanya untuk satu bangsa / bahasa saja (Yahu-di). Allah tidak mau hal itu terjadi dan Ia lalu memberi bahasa roh. Dengan cara ini maka:

a) Batasan bahasa dihancurkan dan Injil bisa tersebar.

b) Orang tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa / bahasa saja.

Dengan demikian, bahasa roh di sini membuktikan panggilan Allah untuk bangsa non Yahudi.

Juga di sini ada satu hal lain yang menarik. Dalam Kej 11 terjadi peristiwa menara Babel dimana Allah memberikan banyak bahasa untuk menyebarkan manusia. Dalam Kis 2 terjadi peristiwa Penta-kosta dimana Allah memberikan banyak bahasa supaya manusia datang / bersatu dalam Kristus.

Semua hal-hal di atas ini jelas menunjukkan bahwa penekanan dari Penta-kosta adalah Pekabaran Injil!

IV) Hal-hal penting tentang Pemberitaan Injil.

1) Kalau kita memberitakan Injil selalu ada reaksi negatif (ay 13).

Orang-orang itu bukan sekedar menolak Injil tetapi bahkan mengejek orang yang memberitakan Injil.

2) Mujijat tidak menjamin pertobatan.

Kalau kita memberitakan Injil mungkin kita sering mempunyai keinginan untuk bisa melakukan mujijat supaya orang yang kita injili bisa bertobat. Tetapi dalam Kis 2 ini, sekalipun ada banyak yang bertobat (itupun terjadi karena khotbah Petrus, bukan karena bahasa roh / mujijat), tetapi ada banyak yang tidak bertobat sekalipun mereka melihat mujijat yang luar biasa (bdk. Luk 17:11-19 Mat 11:20-24 Luk 16:27-31).

Penutup / Kesimpulan:

Kalau saudara memang sudah mempunyai Roh Kudus, buktikan itu dengan rajin / tekun memberitakan Injil! Dan dalam memberitakan Injil itu, jangan mengharap-kan mujijat untuk memenangkan jiwa, dan jangan takut pada reaksi negatif. Tetapi teruslah memberitakan Injil!

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 2:14-36

I) Khotbah Petrus terdiri dari 3 bagian.

1) Petrus menolak tuduhan mabuk (ay 15).

Argumentasinya adalah bahwa saat itu baru pukul 9 pagi. Biasanya orang mabuk pada waktu malam (bdk. 1Tes 5:7). Jelas bahwa di sini Petrus membela diri terhadap tuduhan fitnahan beberapa orang yang ada dalam ay 13. Dalam menghadapi tuduhan / fitnahan, kadang-kadang kita harus berdiam diri seperti apa yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi kalau tuduhan / fitnahan itu bukan hanya merugikan diri kita sendiri tetapi seluruh kekristenan, maka kita tidak boleh berdiam diri. Kalau orang banyak percaya bahwa rasul-rasul itu mabuk, maka itu betul-betul merupakan suatu bencana bagi kekristenan. Karena itulah maka Petrus membela diri.

2) Petrus menjelaskan bahwa peristiwa itu (dimana rasul-rasul itu berbahasa roh / lidah) adalah penggenapan nubuat nabi Yoel (ay 16-21).

Ay 17-21 adalah kutipan dari Yoel 2:28-32. Kutipan ini terdiri dari 3 bagian:

a) Ay 17-18: tentang janji pencurahan Roh Kudus.

· Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus tidak diberikan kepada semua orang tetapi hanya kepada orang-orang tertentu seperti nabi, imam, dan raja.

· Kata ‘mencurahkan’ (ay 17) menunjukkan pemberian yang berlim-pah-limpah.

· Kata ‘semua manusia’ (ay 17) tentu tidak boleh diartikan semua manusia dalam arti yang mutlak. Kata-kata ‘semua manusia’ digu-nakan supaya kelihatan kontrasnya dengan Perjanjian Lama dima-na Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja. Arti dari ‘semua manusia’ di sini adalah: semua orang yang per-caya kepada Yesus, tak tergantung pada:

* jenis kelamin (‘laki-laki atau perempuan’ - ay 17b).

* usia (‘anak’, ‘teruna’, ‘orang tua’ - ay 17b).

* status (‘hamba’ - ay 18a).

b) Ay 19-20: ini bukan tentang Roh Kudus ataupun bahasa roh / lidah.

· Sebetulnya kalau hanya ingin menjelaskan tentang peristiwa baha-sa roh / lidah itu, Petrus cukup mengutip sampai ay 18 saja. Tetapi Petrus meneruskan kutipan itu karena ia ingin menggunakan peris-tiwa itu sebagai batu loncatan untuk memberitakan Injil kepada orang banyak. Tindakan memberitakan Injil ini menunjukkan bahwa sekalipun difitnah sebagai mabuk, tetapi Petrus tetap mengasihi para pemfitnahnya! Dan kasih inilah yang menyebabkan ia mem-beritakan Injil kepada mereka, supaya mereka bisa diselamatkan.

Penerapan:

* dalam diskusi / perdebatan dengan orang yang belum percaya, selalulah berpikir bagaimana bisa menggunakan semua itu sebagai batu loncatan untuk bisa memberitakan Injil!

* pada waktu ‘diserang’ atau difitnah, tetaplah mengasihi musuh, dan memberitakan Injil kepada mereka, supaya mereka bisa diselamatkan.

· Ay 19-20 ini menunjukkan ancaman.

Calvin menganggap ‘matahari dan bulan’ sebagai manifestasi ka-sih Allah, dan karena itu ‘matahari akan berubah menjadi gelap gulita’ dan ‘bulan akan menjadi darah’ menunjukkan murka Allah.

Tetapi ada penafsir lain yang beranggapan bahwa semua ini ber-sifat hurufiah dan akan betul-betul terjadi pada akhir jaman (bdk. Wah 6:12).

Yang manapun yang benar dari 2 penafsiran ini, ay 19-20 ini tetap merupakan ancaman.

· Kalau ay 17-18 yang berisikan janji pencurahan Roh Kudus itu sudah terjadi, maka ay 19-20 yang berisikan ancaman itu pasti juga akan terjadi.

c) Ay 21: jalan keluar supaya tidak terkena ancaman Tuhan.

Bagian ini ditambahkan dengan tujuan supaya mereka mengerti bah-wa sekalipun ada ancaman yang akan datang, tetapi kalau mereka mau berseru kepada Tuhan, maka ancaman itu tidak akan menimpa mereka. Ini awal dari pemberitaan Injil yang Petrus lakukan.

Lalu, siapa ‘Tuhan’ dalam ay 21 itu? Untuk menjelaskan tentang hal ini, Petrus meneruskan khotbahnya dengan ay 22-36.

3) Petrus memberitakan Injil (ay 22-36).

Ada 2 hal yang ia tekankan dalam pemberitaan Injilnya ini:

a) Tentang dosa mereka (ay 22-23).

Ada 3 hal tentang dosa yang perlu dibahas dalam khotbah Petrus ini:

· Mereka menyalibkan / membunuh Yesus (ay 23).

Petrus memang juga mengatakan bahwa kematian Yesus sudah ditentukan / direncanakan oleh Allah (ay 23), tetapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak berdosa ketika membunuh / menyalibkan Yesus! Karena itu Petrus tetap berkata: ‘kamu salibkan dan kamu bunuh’ (ay 23). Sekalipun Allah menetapkan / merencanakan hal itu, tetapi pada waktu mereka melakukannya mereka tetap diang-gap berdosa dan bertanggung jawab atas dosanya. Mengapa?

* Karena mereka melakukan hal itu dengan kemauan mereka sendiri.

* mereka mempunyai motivasi yang berbeda dengan motivasi Allah dalam menentukan kematian Yesus.

* kehendak Allah yang tidak dinyatakan, bukanlah dasar hidup kita (Ul 29:29).

· Kata-kata ‘oleh tangan bangsa durhaka’ (ay 23b).

Kata ‘durhaka’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘lawless’ (= tidak punya hukum). Ini jelas menunjuk bukan kepada orang Yahudi, tetapi kepada orang Romawi. Memang yang menyalibkan Yesus bukanlah orang Yahudi tetapi orang Romawi. Tetapi bagian ini diucapkan oleh Petrus bukan untuk memperingan dosa mereka, karena ia tetap berkata ‘kamu salibkan / bunuh’ (ay 23). Mengapa? Karena mereka yang berteriak: ‘Lepaskan Barabas, salibkan Dia!’ (Luk 23:18-21).

· Yesus ditentukan oleh Allah dan Ia dinyatakan kepada mereka de-ngan banyak tanda / mujijat (ay 22).

Ini disebutkan oleh Petrus untuk menambah rasa berdosa dalam diri mereka. Mereka bukan sekedar membunuh manusia biasa, tetapi seorang utusan Allah! Demikian juga dalam ay 36 Petrus mengatakan bahwa mereka menyalibkan Tuhan dan Kristus. Ini juga dimaksudkan untuk menambah rasa berdosa dalam diri mereka.

Kesimpulan:

Pada waktu memberitakan Injil, Petrus menekankan tentang dosa. Ini memang suatu elemen yang sangat penting dalam memberita-kan Injil! Tanpa kesadaran akan dosa orang tidak akan merasa membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Tanpa kesadaran bahwa mereka penuh dengan dosa seseorang akan berpikir bahwa ia bisa masuk surga dengan berbuat baik dan ia akan menganut agama yang berdasarkan ‘salvation by works’ (= keselamatan karena ketataan / perbuatan baik). Sebaliknya, orang yang sadar akan dosanya, dan sadar bahwa dirinya penuh de-ngan dosa dan tidak bisa berbuat baik, akan datang kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Juruselamat / Penebus dosa! Karena itu, khususnya kalau saudara adalah seorang pemberita Firman (pengkhotbah, guru sekolah minggu, dosen theologia, dsb) banyaklah mengecam / menyerang dosa. Tetapi juga jangan lupa memberitakan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa!

b) Tentang Yesus:

Beberapa hal tentang Yesus yang ditekankan oleh Petrus:

1. Yesus adalah orang yang dianggap hina / direndahkan.

Ini terlihat dari sebutan ‘Yesus dari Nazaret’ (ay 22). Nazaret adalah tempat yang dianggap hina oleh orang Yahudi (Yoh 1:45-46). Secara manusia / jasmani, Yesus kelihatan hina. Ini sesuai dengan nubuat Yesaya tentang Yesus (Yes 52:14 53:2-3).

Penerapan:

Kalau Yesus dihina / direndahkan, maka demikian juga kekris-tenan, Injil, gereja, dan orang kristen. Tetapi jaman sekarang banyak orang kristen yang ingin mengubah keadaan hina itu menjadi mentereng dan gemerlapan. Misalnya dengan menga-takan bahwa kalau ikut Yesus akan naik Mercy / Boxer. Atau dengan mengatakan bahwa orang kristen akan mengalami mujijat setiap saat. Atau dengan mengatakan bahwa kalau ikut Yesus maka semua problem akan beres dan kita akan sukses secara duniawi. Ini semua adalah Injil / ajaran yang sudah diselewengkan!

2. Yesus adalah orang yang ditentukan oleh Allah, disertai dengan tanda / mujijat (ay 22).

Kata ‘ditentukan oleh Allah’ ini diterjemahkan berbeda-beda.

KJV: approved of God (= disetujui / diakui oleh Allah).

RSV/NASB: attested by God (= disokong / dibuktikan oleh Allah).

NIV: accredited by God (= diakui / diberi kuasa resmi oleh Allah).

Jadi, Yesus yang dipandang hina itu, ternyata diakui oleh Allah dan diberi kuasa resmi sebagai utusanNya. Ini tentu memba-hayakan bagi mereka yang menghina Yesus! Lebih-lebih mengingat bahwa pada penghakiman akhir jaman nanti Yesus akan menjadi Hakim! Itu pasti akan membuat orang-orang yang menghinaNya menjadi gemetar ketakutan!

3. Kematian Yesus (ay 23).

Petrus hanya berbicara singkat tentang kematian Kristus (hanya 1 ayat), tetapi nanti ia berbicara banyak tentang kebangkitan Yesus (ay 24-32). Memang berbeda dengan penginjilan jaman sekarang yang lebih menekankan salib / kematian Kristus dari pada kebang-kitanNya, maka penginjilan yang dilakukan dalam Kisah Rasul lebih menekankan kebangkitan dari pada kematian. Apakah ini berarti bahwa penginjilan jaman sekarang ini tidak alkitabiah? Menurut saya tidak. Perlu diingat bahwa dilihat dari 1Kor 1:18,23 jelas bahwa pada waktu Paulus menginjili orang Korintus, ia juga menekankan salib / kematian Kristus. John Stott mengatakan bah-wa penginjilan dalam Kisah Rasul lebih menekankan kebangkitan karena pada umumnya penginjilan itu dilakukan kepada orang Yahudi. Mereka membutuhkan pengertian bahwa Yesus itu adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan, dan ini tidak akan tercapai kalau kematian Yesus yang ditekankan, karena Mesias yang kalah tidak akan mereka akui sebagai Mesias. Karena itu yang ditekan-kan adalah kebangkitan Yesus, yang menunjukkan kemenangan-Nya.

4. Kebangkitan Yesus (ay 24-32).

a. Ay 25-28 adalah kutipan dari Maz 16:8-11. Orang Yahudi me-ngira bahwa dalam Maz 16 itu Daud berbicara tentang dirinya sendiri karena Daud menggunakan kata ‘aku’. Petrus membuk-tikan bahwa hal ini tidak benar, karena Daud mati (ay 29). Jadi, Maz 16:8-11 itu jelas tidak cocok untuk Daud. Itu adalah ayat yang menunjuk kepada Yesus (ay 25,31-32). Jadi, Kitab Suci / Perjanjian Lama jelas mengajarkan (menubuatkan) kebangkitan Yesus.

b. Dalam ay 32 Petrus mengatakan bahwa mereka semua adalah saksi kebangkitan Yesus.

5. Yesus memberikan Roh Kudus sehingga terjadi peristiwa pada hari Pentakosta ini.

Ay 33: Petrus menyatakan bahwa Yesus yang telah bangkit ini lalu ditinggikan oleh tangan kanan Allah, dan menerima Roh Kudus dari Bapa, yang lalu Ia curahkan pada hari Pentakosta itu. Dan itulah yang mereka lihat dan dengar. Jadi, di sini ia menjelaskan lagi peristiwa bahasa roh / lidah itu.

6. Petrus membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias.

Ay 34-35: Petrus mengutip Maz 110:1 untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan. Lagi-lagi Petrus berargumentasi bahwa dalam Maz 110:1 itu Daud tidak berbicara tentang dirinya sendiri. Alasannya:

· dalam ay 34 (yang dikutip dari Maz 110) dikatakan bahwa Tuhan berfirman kepada orang itu: ‘Duduklah di sebelah kananku’. Ini tidak cocok dengan kehidupan Daud, dan karena itu Petrus berkata: ‘bukan Daud yang naik ke surga’ (ay 34a).

Orang Saksi Yehovah menafsirkan bahwa ayat ini berarti bahwa Daud tidak masuk surga! Tetapi ayat ini tidak berarti bahwa Daud tidak masuk ke surga! Artinya adalah: ‘tubuh Daud tidak masuk ke surga seperti Yesus’ atau ‘Daud tidak naik ke surga dengan cara seperti Yesus’ atau ‘Daud tidak naik ke surga lalu duduk di sebelah kanan Allah seperti Yesus’.

· Ay 35b juga tidak terjadi dalam hidup Daud.

Jadi terbukti bahwa Maz 110:1 bukan untuk Daud tetapi untuk Yesus. Kalau Maz 110 itu memang untuk Yesus maka jelas bahwa Kitab Suci menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan’ [kata ‘tuan’ dalam ay 34b / Maz 110:1 diterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan) oleh Kitab Suci bahasa Inggris].

7. Kesimpulan tentang Yesus.

Ay 36 memberikan kesimpulan tentang Yesus: ‘Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus’.

Kata ‘membuat’ di sini tidak berarti bahwa tadinya Yesus bukan Tuhan dan Kristus, dan lalu oleh Bapa dibuat menjadi Tuhan dan Kristus. Tetapi artinya adalah: Allah telah menunjukkan kepada kamu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus.

Catatan: istilah ‘Kristus’ artinya sama dengan ‘Mesias’.

Sekarang kita menghubungkan ay 36 ini dengan ay 21 tadi. Yang berseru kepada Tuhan akan selamat. Lalu siapakah ‘Tuhan’ itu? Tidak lain, ‘Tuhan’ itu adalah Yesus sendiri. Jadi, siapa yang percaya / berseru kepada Yesus akan selamat! Sesuatu yang sangat menarik dan penting di sini adalah bahwa Petrus tidak mau kalau seseorang hanya ‘berseru kepada nama Tuhan’. Karena itu ia lalu menjelaskan bahwa ‘Tuhan’ itu adalah ‘Tuhan Yesus’. Ia mau supaya orang berseru kepada nama Tuhan Yesus. Mereka inilah yang diselamatkan dari ancaman / murka Allah dalam ay 19-20.

Penerapan:

· Saudara mungkin percaya kepada Tuhan / Allah, tetapi apakah saudara percaya kepada Tuhan Yesus?

· Kalau saudara memberitakan Injil, jangan hanya mendorong supaya orang percaya kepada Tuhan / Allah (semua agama lain juga percaya ini!). Jangan menghindari penggunaan nama Yesus atau Kristus! Dorong supaya orang itu percaya kepada Tuhan Yesus!

II) Hal-hal lain yang bisa dipelajari dari khotbah Petrus.

1) Dalam khotbah ini Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus, menggunakan pembelaan dirinya sebagai batu loncatan untuk memberitakan Injil kepa-da orang banyak itu.

Orang yang penuh Roh Kudus pasti memberitakan Injil, dan bukan sekedar menyombongkan karunia bahasa rohnya! Maukah saudara meniru Petrus?

2) Dalam khotbahnya Petrus menggunakan Kitab Suci maupun kesaksian.

a) Penggunaan Kitab Suci terlihat dari fakta bahwa ia mengutip Kitab Suci / Perjanjian Lama sebanyak 3 x (ay 17-21 ay 25-28 ay 34-35).

Petrus yakin bahwa Kitab Suci adalah Firman Allah. Keyakinan ini terlihat dari:

· Ay 16.

Memang dalam ay 16 seharusnya tidak ada kata ‘Allah’.

NASB: ‘But, this is what was spoken through the prophet Joel’ (= Tetapi, inilah yang dikatakan melalui nabi Yoel).

Tetapi kata ‘through / melalui’ menunjukkan bahwa Petrus yakin bahwa ada ‘seseorang’ yang berbicara melalui Yoel.

· Juga dalam ay 16 ia menyebut ‘nabi Yoel’. Sebutan ‘nabi’ untuk Yoel menunjukkan bahwa Yoel adalah orang yang menerima dan menyampaikan Firman Allah.

· Dalam ay 17 kata-kata ‘demikianlah firman Allah’ merupakan tam-bahan dari Petrus karena tidak ada dalam Yoel 2:28-32. Ini menun-jukkan bahwa ia yakin kalau apa yang dikatakan Yoel adalah Fir-man Allah.

Keyakinan Petrus bahwa Kitab Suci adalah Firman Allah, menye-babkan ia meninggikan otoritas Kitab Suci dan menggunakannya sebagai dasar khotbahnya. Jaman sekarang banyak pengkhotbah yang dalam berkhotbah tidak menggunakan Kitab Suci sebagai dasar, tetapi menggunakan kesaksian, lelucon, cerita sebagai dasar. Mengapa? Karena mereka memang tidak mengakui oto-ritas Kitab Suci sebagai Firman Allah!

b) Kesaksian (ay 32 bdk. Kis 1:22).

Ia dan banyak orang kristen lain, adalah saksi kebangkitan Yesus.

Perhatikan penggunaan Kitab Suci dan kesaksian dalam khotbah Pe-trus:

· ia bukan hanya menggunakan kesaksian tanpa Kitab Suci, seperti yang banyak dilakukan pengkhotbah jaman sekarang.

· ia menguraikan Kitab Suci dahulu (ay 25-28) dan baru setelah itu meneguhkannya dengan kesaksian (ay 32).

· Ia menguraikan banyak Kitab Suci dan memberi sedikit kesaksi-an, bukan sebaliknya. Jelas yang dipentingkan adalah Kitab Suci-nya bukan kesaksiannya.

Kesimpulan:

1) Gunakan setiap kesempatan untuk memberitakan injil.

2) Dalam memberitakan Injil / berkhotbah, gunakanlah Kitab Suci / Firman Allah.

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 2:37-41

Dalam pelajaran lalu, pada waktu membahas Kis 2:14-36, kita telah melihat bagaimana Petrus memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi di hari Penta-kosta, dimana ia menekankan tentang dosa mereka, dan juga bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias / Kristus, yang harus mereka percayai.

I) Reaksi terhadap khotbah Petrus.

1) Hati mereka tertusuk.

Ay 37 versi Kitab Suci Indonesia mengatakan ‘terharu’. Ini salah terje-mahan.

NIV/RSV: cut (= teriris).

NASB: pierced (= tertusuk / tertikam).

KJV/Calvin: pricked (= tertusuk).

Dalam Kis 7:54 orang-orang Yahudi juga ‘tertusuk hatinya’ setelah men-dengar khotbah Stefanus. Tetapi ‘tertusuk’ di sana artinya ‘marah’. Di sini ‘tertusuk’ berarti mereka menjadi sedih. Petrus berhasil meyakinkan mereka akan dosa mereka yaitu menyalibkan Yesus yang adalah Mesias / Tuhan. Ini membuat mereka menjadi sedih. Kesedihan terhadap dosa adalah awal pertobatan dan merupakan sesuatu yang sangat penting (bdk. Mat 5:4 2Kor 7:10).

Penerapan

Apakah saudara sering / pernah mengalami kesedihan yang ditimbulkan oleh kesadaran akan dosa saudara? Kalau ya, itu baik; kalau tidak, itu menandakan saudara belum pernah bertobat / bukan orang kristen sejati, dan juga belum selamat. Bertobatlah sebelum terlambat!

2) Mereka bertanya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?’ (ay 37).

Ini suatu reaksi yang harus ada setelah seseorang mendengar khotbah dan disadarkan akan dosa-dosanya. Ia harus ingin berbuat sesuatu untuk membereskan dosa itu! Ada orang yang sadar akan dosanya tetapi acuh tak acuh dan tidak berbuat apa-apa. Ada lagi orang yang menjadi putus asa (seperti Yudas).

Penerapan:

Reaksi yang bagaimana yang ada dalam diri saudara setelah saudara disadarkan akan dosa saudara?

II) Jawaban Petrus.

Yang ditanya adalah semua rasul (ay 37: ‘saudara-saudara’), tetapi Petrus lagi-lagi menjadi jurubicara. Dan ia lalu berkhotbah lagi. Lukas hanya mem-berikan ringkasannya dalam ay 38-40. Bahwa ini adalah suatu ringkasan, jelas terlihat dari kata-kata ‘banyak perkataan lain lagi’ (ay 40).

Dalam khotbah ke 2 ini Petrus memberikan:

A) Perintah.

Petrus memberi mereka perintah untuk:

1) Bertobat (ay 38).

Pertobatan berarti ‘perubahan pada pikiran’ (conversion of the mind). Orang yang hanya berubah secara lahiriah (misalnya dulu tidak ke gereja, sekarang ke gereja), tetapi hati / pikirannya tidak berubah, tidak bisa dikatakan bertobat.

Pertobatan bisa diartikan 2 hal:

· Datang kepada Kristus, dan percaya / menerimaNya sebagai Tu-han dan Juruselamat. Pertobatan yang ini hanya bisa terjadi satu kali saja dalam hidup seseorang.

· Pertobatan dari dosa-dosa setelah kita percaya. Ini harus terjadi terus menerus / berulang-ulang dalam sepanjang hidup orang kris-ten.

Pertobatan yang dimaksud oleh Petrus adalah pertobatan dalam arti pertama, yaitu datang / percaya kepada Kristus. Ini bisa terlihat dari kata bahasa Yunani yang digunakan oleh Petrus. Ia menggunakan kata Yunani METANOESATE yang ada dalam bentuk aorist imperative (= kata perintah bentuk aorist / lampau).

Dalam bahasa Yunani ada 2 jenis kata perintah:

¨ Aorist imperative (= kata perintah bentuk aorist / lampau).

Ini digunakan kalau orang yang memerintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan hanya 1 x saja.

¨ Present imperative (= kata perintah bentuk present).

Ini digunakan kalau orang yang memerintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan terus-menerus.

Andaikata Petrus menggunakan present imperative (= kata perintah bentuk present), maka itu berarti bahwa perintahnya itu harus dilaku-kan terus menerus (bdk. Ef 5:18 yang menggunakan present impera-tive). Tetapi karena Petrus menggunakan aorist imperative, maka pe-rintah ini hanya perlu dilakukan satu kali saja. Jadi jelas bahwa ini me-nunjuk pada pertobatan dalam arti pertama, yang memang hanya bisa dilakukan satu kali saja, bukan pada pertobatan dalam arti kedua yang harus dilakukan terus menerus / berulang-ulang.

Jadi maksud Petrus adalah: dahulu kamu membenci Yesus dan bahkan menyalibkanNya / membunuhNya (ay 23,36); sekarang kamu harus mempunyai pemikiran / sikap yang berbeda terhadap Yesus. Datanglah kepadaNya, dan percayalah kepadaNya. Inilah pertobatan yang dimaksud oleh Petrus!

Penerapan:

¨ Dahulu saudara membenci Yesus atau acuh tak acuh terhadap Yesus. Apakah sekarang hati / pikiran saudara sudah berubah? Ada banyak orang yang hanya berubah sikap / pemikirannya tentang gereja (dulu anti gereja, sekarang pro gereja), tetapi sikap hatinya terhadap Yesus tidak berubah (tetap acuh tak acuh). Ini bukan pertobatan.

¨ Kalau saudara memberitakan Injil, berusahalah bukan hanya sam-pai orang itu berubah sikap terhadap gereja, kekristenan ataupun Kitab Suci. Berusahalah sampai orang itu berubah sikap terhadap Yesus!

2) Memberi diri untuk diselamatkan dari angkatan yang jahat ini (ay 40b).

Perintah ini sebetulnya sama, atau setidaknya tidak terlalu berbeda, dengan perintah untuk bertobat dalam ay 38 di atas. Tetapi dalam pembahasannya kita bisa mendapatkan hal-hal yang berbeda.

a) Di sini Petrus menyebut mereka sebagai ‘angkatan yang jahat’.

Perhatikan bahwa Petrus tidak memperhalus kata-katanya de-ngan menggunakan istilah ‘angkatan yang kurang baik’. Me-ngapa? Karena istilah halus itu akan memperlunak dosa mere-ka. Pada waktu saudara memberitakan Injil, saudara harus berani menyebut dosa sebagai dosa! Jangan memperlunak-nya, misalnya dengan menggunakan istilah ‘kelemahan’ dsb.

b) Kata-kata ‘berilah dirimu diselamatkan’ dalam bahasa Yunaninya adalah SOTHETE. Ini merupakan suatu aorist imperative yang ada dalam bentuk pasif.

· Karena ini adalah aorist imperative, maka perintah ini juga hanya perlu dilakukan satu kali saja.

Ini jelas bertentangan dengan ajaran Arminian yang berkata bahwa orang kristen bisa kehilangan keselamatannya, lalu bisa bertobat lagi dan diselamatkan lagi, dst. Kalau ajaran Arminian ini benar, maka di sini Petrus seharusnya tidak menggunakan aorist imperative tetapi present imperative, yang harus dilakukan berulang-ulang.

· Berbeda dengan perintah untuk bertobat dalam ay 38 yang ada dalam bentuk aktif, maka SOTHETE ada dalam bentuk pasif. NIV/KJV/RSV menterjemahkan ‘Save youselves’ (= selamatkanlah dirimu sendiri), yang jelas merupakan bentuk aktif. Ini salah! Kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri (bdk. Ro 3:20 Gal 2:16a). Kita diselamatkan oleh Tuhan. Tetapi bentuk pasif ini tidak boleh diartikan bahwa kita harus pasif total dalam hal keselamatan. Kita diperintahkan untuk diselamatkan. Jadi, kita harus mau diselamatkan.

3) Memberi diri dibaptis dalam nama Yesus Kristus (ay 38).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Kalau pertobatan tadi menyangkut hati / pikiran (hal yang ada di dalam), maka baptisan menyangkut apa yang kelihatan (hal lahir-iah). Kalau hati / pikiran berubah (bertobat) maka yang diluarpun juga akan berubah. Banyak orang pada waktu diinjili berkata: ‘Yang penting hati saya percaya, tidak perlu dibaptis / pergi ke gereja dsb’. Ini omong kosong! Kalau hati / pikiran orang itu betul-betul bertobat, tidak mungkin hidup lahiriahnya tidak berubah ke arah positif!

b) Perintah ini dalam bahasa Yunaninya adalah BAPTISTHETO, yang lagi-lagi merupakan suatu aorist imperative (= kata perintah bentuk aorist / lampau), yang hanya perlu dilakukan satu kali saja.

Jadi, jangan minta dibaptis berulang-ulang! Jangan percaya pada orang yang mengatakan bahwa baptisan percik itu tidak sah dan harus diulang! Dengan mengulang baptisan, saudara menghina baptisan yang pertama! Suatu baptisan tidak sah dan perlu diulang kalau:

· tidak menggunakan air. Misalnya baptisan bendera dari ‘Bala Keselamatan’.

· dilakukan oleh gereja yang secara teoritis tidak mengakui Allah Tritunggal. Misalnya baptisan di gereja Saksi Yehovah.

Selanjutnya kata BAPTISTHETO itu ada dalam bentuk pasif. Jadi kita harus mau dibaptis. Kita tidak boleh membaptis diri sendiri.

c) ‘dalam nama Yesus Kristus’ (ay 38).

Apakah ini bertentangan dengan Mat 28:19 yang menyuruh mem-baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus? Tidak mungkin! Tidak bisa dibayangkan bahwa semua rasul-rasul itu secara te-rang-terangan melanggar perintah Yesus dalam Mat 28:19 itu. Lalu apa artinya ‘memberi diri dibaptis dalam nama Yesus’? Ada bebe-rapa kemungkinan:

* artinya adalah baptisan Kristen.

* artinya: sesuai dengan ajaran Yesus.

* artinya: supaya pada waktu orang itu dibaptis ia melihat kepada Kristus, dan menyadari bahwa tanpa jasa penebusan Kristus baptisan itu sia-sia.

Yang jelas, ‘dalam nama Yesus Kristus’ bukanlah formula baptisan! Dengan kata lain, itu bukanlah kata-kata yang diucapkan oleh si pembaptis pada waktu ia membaptis. Formula baptisan hanya ada dalam Mat 28:19!

Penerapan:

Ada gereja-gereja / pendeta-pendeta yang berdasarkan ayat ini, dan juga Kis 10:48 dan Kis 19:5, lalu mengubah formula baptisan dalam Mat 28:19. Mereka membaptis dengan berkata: ‘Aku mem-baptis engkau dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus’. Ini salah!

B) Janji.

Kalau perintah di atas ditaati, maka ada janji, yaitu:

1) Mereka akan menerima pengampunan dosa (ay 38).

Ini akibat dari pertobatan / datang kepada Yesus, bukan karena bap-tisan.

2) Mereka akan menerima karunia Roh Kudus (ay 38).

Artinya bukanlah bahwa mereka akan menerima ‘karunia dari Roh Kudus’, tetapi bahwa mereka akan menerima ‘karunia berupa Roh Kudus itu sendiri’.

Tidak dikatakan / dijanjikan bahwa mereka akan menerima bahasa roh / lidah seperti para rasul. Juga dalam ay 41-dst tidak ada bahasa roh / lidah.

Bagi siapa janji pengampunan dosa dan pemberian Roh Kudus itu ber-laku? Dalam ay 39 Petrus berkata bahwa janji itu berlaku bagi:

· ‘kamu’, artinya ‘orang Yahudi’.

· ‘anak-anakmu’. Ada yang menggunakan bagian ini untuk mendukung doktrin tentang baptisan bayi (infant baptism). Sekalipun saya setuju dengan baptisan bayi, tetapi saya berpendapat bahwa ayat ini kurang kuat untuk dijadikan dasar dari baptisan bayi.

· ‘orang yang masih jauh’, artinya ‘orang non Yahudi’ (bdk. Ef 2:11,13, 17).

Kesimpulan: janji itu berlaku untuk semua orang.

III) Tanggapan mereka.

1) Menerima perkataan Petrus / Firman Tuhan (ay 41).

Perhatikan bahwa mereka bertobat bukan karena mujijat yang terjadi (bahasa roh), tetapi karena Firman Tuhan yang diberitakan oleh Petrus (bdk. ay 37: ‘mendengar hal itu’).

Penerapan:

Apakah saudara menjadi orang kristen hanya karena saudara mengalami / melihat mujijat? Itu bukan pertobatan. Dengarkanlah Injil / Firman Tuhan dan bertobatlah.

2) Memberi diri dibaptis (ay 41).

a) Orang yang sungguh-sungguh bertobat pasti mau dibaptis. Baptisan memang tidak menyelamatkan kita, tetapi tetap harus dilakukan karena:

· itu adalah perintah Tuhan (Mat 28:19 Kis 2:38).

· itu merupakan pengakuan kepada dunia / orang di sekitar saudara bahwa saudara adalah orang kristen (bdk. Mat 10:32-33).

b) Cara baptisan.

Apakah orang-orang itu dibaptis dengan baptisan selam? Rasa-rasanya tidak, karena:

· jumlah 3000 orang itu membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak.

· Yerusalem / Palestina kekurangan air. Satu-satunya mata air di Yerusalem adalah kolam Siloam (Yoh 9:7).

· Tidak dikatakan bahwa mereka pergi ke sungai / kolam, dan dalam Bait Allah tidak ada kolam.

c) Saat baptisan.

Mereka dibaptis ‘pada hari itu’ (ay 41). Ini menunjukkan bahwa:

· mereka tidak menunda-nunda.

Apakah saudara adalah orang yang sering menunda-nunda dalam mentaati Tuhan, baik dalam persoalan baptisan, memberi persem-bahan persepuluhan, melayani Tuhan, dsb?

· pada saat itu tidak ada katekisasi. Katekisasi memang penting supaya orang yang akan dibaptis itu betul-betul mengerti dan percaya. Tetapi kalau kita menjadikan katekisasi sebagai syarat mutlak bagi baptisan, itu jelas tidak alkitabiah.

Penutup:

Orang-orang ini menerima dan mentaati Firman Tuhan. Bagaimana sikap sau-dara terhadap Firman Tuhan?

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 2:41-47

I) Terbentuknya gereja mula-mula.

1) Orang-orang itu menerima Firman Tuhan (ay 41).

Kata ‘menerima’ dalam ay 41 itu oleh RSV/NASB diterjemahkan ‘received’ (= menerima); oleh NIV diterjemahkan ‘accepted’ (= menerima); oleh KJV diterjemahkan ‘gladly received’ (= menerima dengan gembira).

Yang dimaksud oleh KJV jelas bukan ‘menerima firman dengan gembira yang bersifat hura-hura’.

Seorang penafsir yang bernama Ironside mengatakan: Saya selalu curiga terhadap orang-orang yang selalu menerima firman dengan gembira, karena firman seharusnya sering membuat kita harus sedih (misalnya kalau firman itu menunjukkan dosa-dosa kita). Dalam Mat 13:20-21 orang yang disebut tanah golongan II / tanah berbatu menerima firman dengan gembira. Tetapi mereka lalu murtad pada waktu penindasan / kesukaran datang. Sebaliknya, orang yang termasuk tanah golongan IV / tanah subur dikatakan ‘mendengar firman itu dan mengerti’ (tidak ada kata-kata ‘dengan gembira’).

Jelas bahwa kata-kata yang diberikan oleh KJV ini tidak boleh diartikan menerima firman Tuhan dengan gembira yang bersifat hura-hura (secara daging).

Interlinear Yunani - Inggris menterjemahkan ‘welcoming’.

Jadi artinya adalah bahwa orang-orang itu menyambut / menerima Firman Tuhan secara positif. Ini jelas menunjukkan bahwa mereka percaya pada Firman Tuhan itu dan mau tunduk pada Firman Tuhan itu. Apakah ini adalah sikap saudara terhadap Firman Tuhan?

2) Orang-orang itu memberi diri dibaptis (ay 41).

Baptisan ini merupakan:

· tanda / simbol dari penyucian dosa.

· tanda / simbol persatuan dengan Kristus.

· suatu pengakuan kepada dunia bahwa mereka menjadi pengikut Kristus.

· tanda / simbol suatu kehidupan yang baru dan pemutusan dengan hidup yang lama.

3000 orang dalam Kis 2:41 ditambahkan kepada 120 orang pada Kis 1:15 dan semua ini membentuk gereja yang mula-mula.

II) Gereja yang mula-mula.

1) Tempat.

Ay 46 menunjukkan bahwa tempat yang mereka pakai adalah Bait Allah dan rumah mereka masing-masing.

a) Jelas bahwa mereka tidak mempunyai gedung gereja.

· Bait Allah bukan gedung gereja karena Bait Allah adalah tempat ibadah Yahudi.

· Orang kristen abad I selalu berbakti di rumah biasa (bdk. Ro 16:5 1Kor 16:19 Kol 4:15 Filemon 2).

Jelas bahwa gedung gereja bukanlah syarat mutlak suatu gereja. Kebaktian tidak harus diadakan dalam suatu gedung gereja untuk bisa dikatakan sebagai sah.

b) Penggunaan Bait Allah adalah sesuatu yang aneh.

Mengapa mereka tetap pergi ke Bait Allah? Apakah itu berarti bahwa mereka tetap menganut agama Yahudi tetapi juga menganut kekris-tenan (syncretisme)? Jelas tidak mungkin. Lalu mengapa?

· mereka tidak memutuskan hubungan dengan orang-orang Yahudi supaya bisa memberitakan Injil kepada mereka.

· mereka tidak bisa menemukan tempat yang bisa menampung 3000 orang lebih untuk belajar Firman Tuhan. Bait Allah adalah satu-satunya tempat yang memungkinkan hal itu.

2) Aktivitas mereka.

Ada yang tidak bisa kita tiru, yaitu yang ada dalam ay 43.

a) Perhatikan bahwa hanya rasul-rasul yang melakukan mujijat / tanda.

Jaman sekarang banyak orang menganggap bahwa semua orang kristen harus bisa melakukan mujijat. Tetapi, kalau saudara membaca seluruh Kisah Rasul, saudara akan melihat bahwa itu tidak benar. Hanya rasul atau orang yang mempunyai jabatan tinggi yang bisa melakukan hal itu. Rasul-rasul memang mendapat perintah khusus dari Kristus (Mat 10:5-8). Ini hanya untuk saat itu dan hanya bagi mereka, bukan untuk kita pada jaman ini. Ini terlihat dari perintah memberitakan Injil yang hanya ditujukan kepada orang Yahudi. Juga pada ayat itu ada perintah untuk membangkitkan orang mati, sesuatu yang jelas tidak pernah bisa dilakukan pada jaman ini. Jadi, kalau ada orang yang menganggap bahwa Mat 10:5-8 ini berlaku untuk mereka pada jaman ini, biarlah mereka mencoba untuk membangkitkan orang mati!

b) Tuhan memberikan rasul-rasul itu kemampuan untuk melakukan mu-jijat, dan ini menyebabkan mereka semua ketakutan (ay 43).

Siapa ‘mereka’ ini? Ada 2 pandangan:

· Orang kristen. Kalau ini yang benar, maka ‘takut’ di sini artinya adalah hormat, takjub, kagum.

· Orang non kristen. Kalau ini yang benar, maka itu menunjukkan bahwa Allah membuat mereka takut dengan tujuan supaya gereja yang baru lahir itu terlindung.

Ada yang bisa kita tiru:

1. Penekanan Firman Tuhan (ay 42).

Ada 4 hal yang disebutkan dalam ay 42, yaitu:

· Pengajaran rasul-rasul.

· Persekutuan.

· Berkumpul untuk memecahkan roti.

· Berdoa.

Jadi, Firman Tuhan (pengajaran rasul-rasul) ditempatkan pada rang-king I! Dalam semua gereja, Firman Tuhan harus menduduki tempat terutama / paling penting!

Hamba Tuhan sendiri harus mengutamakan Firman Tuhan. Memang hamba Tuhan juga punya tugas-tugas lain, seperti bezoek, coun-seling, rapat, dsb, tetapi semua itu tidak boleh menggeser Firman Tuhan.

Jemaat juga harus menekankan Firman Tuhan. Sekalipun hamba Tuhan menekankan Firman Tuhan, tetapi kalau jemaatnya tidak, maka tidak ada gunanya.

Ada 2 hal yang oleh jemaat sering lebih dipentingkan dari pada Fir-man Tuhan, yaitu:

¨ puji-pujian.

Ini menyebabkan mereka mencari gereja yang puji-pujiannya ba-gus, tanpa peduli ajarannya bagaimana. Ini salah. Memang puji-pujian juga penting, dan karena itu jangan lalu tidak ikut menyanyi dalam kebaktian. Tetapi bagaimanapun juga puji-pujian tidak se-penting Firman Tuhan.

¨ persekutuan.

Ini menyebabkan mereka pergi ke gereja dimana mereka mem-punyai banyak teman, tidak peduli ajaran gerejanya bagaimana. Atau mereka tidak mau meninggalkan gereja lama mereka yang jelas-jelas sesat, hanya karena di sana mereka punya banyak teman. Ini juga salah! Memang persekutuan penting, dan harus diusahakan. Tetapi persekutuan tidak sepenting Firman Tuhan.

Tetapi jemaat juga bisa jatuh pada extrim sebaliknya, yaitu hanya menekankan Firman, dan meremehkan hal-hal yang lain. Karena itu mereka datang terlambat dalam kebaktian, karena hanya mau men-dengar khotbah. Ini jelas juga salah. Bahwa Firman Tuhan adalah yang terpenting, tidak berarti bahwa hal-hal yang lain seperti doa, puji-pujian, dan persekutuan boleh diabaikan.

Satu hal yang perlu disoroti dari ay 42 dalam persoalan belajar Firman Tuhan adalah kata ‘bertekun’. Belajar Firman Tuhan harus dilakukan dengan tekun! Ada 2 hal yang perlu ditekankan tentang ‘bertekun’:

à jangan belajar Firman Tuhan hanya beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, lalu berhenti.

Amsal 19:27 berbunyi: “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan”. Tetapi ini kurang tepat terjemah-annya.

NIV: “Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge” (= berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

NASB: “Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge” (= berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

Ayat ini menjamin, bagaimanapun hebatnya saudara belajar Fir-man Tuhan, masuk sekolah theologia sekalipun, kalau saudara berhenti, saudara akan tersesat!

à belajarlah Firman Tuhan secara rutin, jangan hanya kadang-kadang!

Ingat bahwa sekalipun pemberitaan Firman Tuhan yang bersifat insidentil (seperti Camp, Retreat, Seminar, KKR, dsb) itu penting, tetapi Firman Tuhan yang bersifat rutin (Kebaktian, Pemahaman Alkitab, saat teduh) jauh lebih penting dan berguna bagi pertum-buhan iman kita. Firman Tuhan yang bersifat insidentil hanya menjadi pelengkap, bukan dimaksudkan untuk berdiri sendiri.

Illustrasi:

Ada 2 orang anak, yang pertama diberi makan biasa secara rutin (3 x sehari), yang kedua diberi makanan istimewa (di restoran yang termahal) tetapi hanya 3 bulan sekali. Yang mana yang ber-tumbuh?

2. Persekutuan (ay 42).

Perhatikan beberapa hal sehubungan dengan hal ini:

a) Mereka sering berkumpul.

· ay 42 - ‘selalu berkumpul’.

· ay 44 - ‘tetap bersatu’.

Ini tentu tidak berarti mereka tinggal serumah, tetapi artinya adalah bahwa mereka sering bertemu dan mereka sehati.

Penerapan:

Ikutlah dalam acara-acara yang membina persekutuan, seperti Camp, perjamuan kasih, persekutuan Rumah Tangga. Juga berilah waktu sebelum dan sesudah kebaktian, untuk bisa bersekutu!

b) Mereka saling menolong (ay 44-45).

Kata-kata ini tidak berarti bahwa Alkitab merestui komunisme! Juga tidak berarti bahwa semua orang menumpuk harta menjadi satu dan semua orang boleh menggunakan semaunya. Ay 44-45 me-nunjukkan bahwa mereka yang berkelebihan, mau menolong mereka yang kekurangan. Apakah saudara mau melakukan hal yang serupa? Keadaan sekitar kita membentuk kita menjadi orang egois yang tidak peduli penderitaan orang lain, dan ini menye-babkan pada waktu kita membaca ay 44-45 ini kita bahkan merasa bahwa ini merupakan tindakan yang extrim, padahal itu adalah tindakan kasih!

c) Mereka makan bersama-sama (ay 46).

Dan mereka melakukan semua ini dengan gembira, tulus hati dan sambil memuji Allah (ay 46).

Persekutuan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanpa hal ini ge-reja tidak bisa bertumbuh. Ada banyak orang yang membutuhkan kasih dan perhatian, sehingga kalau mereka masuk ke suatu gereja dan tidak mendapatkan hal itu, mereka akan keluar lagi.

Hal-hal yang merusak persekutuan:

· sikap acuh tak acuh.

· iri hati.

· kebencian / ketidaksenangan.

· gossip / fitnah.

· kemunafikan.

· kata-kata yang menyakitkan hati.

· utang. Ini menyebabkan orang yang berhutang sungkan bertemu, dan demikian juga orang yang dipinjam uangnya itu bisa takut ber-temu karena takut dimintai pinjaman lagi.

3. Mengadakan Perjamuan Kudus.

Dalam ay 42 dan ay 46 dikatakan bahwa mereka memecah-mecahkan roti. Istilah ‘memecah-mecahkan roti’ ini bisa menunjuk pada makan roti biasa (Luk 24:30), tetapi bisa juga menunjuk pada Perjamuan Kudus (Luk 22:19 Kis 20:7). Karena itu di dalam bagian ini ada macam-macam pendapat:

· ada yang menganggap ini adalah makan roti biasa.

· ada yang menganggap ini adalah Perjamuan Kudus.

· ada yang menganggap ini adalah Perjamuan Kudus dan makan biasa.

· Calvin menganggap bahwa ay 42 menunjuk pada Perjamuan Ku-dus, sedang ay 46 menunjuk pada makan roti biasa. Alasan Calvin adalah: ay 42 membicarakan acara resmi dari gereja, sedangkan ay 46 membicarakan hal-hal yang tidak resmi (biasa).

4. Doa (ay 42).

Ini jelas merupakan persekutuan doa. Adanya janji Tuhan dalam Mat 18:19 menunjukkan bahwa persekutuan doa mempunyai kuasa lebih besar dari doa pribadi.

Penerapan:

Mungkin saudara sudah berdoa secara pribadi untuk gereja saudara, tetapi apakah saudara ikut dalam persekutuan doa untuk mendukung gereja? Tanpa persekutuan doa, gereja tidak mungkin bisa maju!

Billy Graham punya team doa lebih dari 100 orang. Spurgeon mempu-nyai 700 orang yang melakukan persekutuan doa dalam gerejanya. Ini menyebabkan mereka diberkati dalam pelayanannya!

Banyak orang kristen tidak mau ikut persekutuan doa karena:

· tidak punya beban / kesadaran.

Apakah saudara tidak terbeban supaya pelayanan kita ini maju?

· tidak bisa berdoa.

Kalau tidak bisa sebetulnya harus belajar supaya bisa. Dan disam-ping itu dalam persekutuan doa, kita tidak memaksa orang yang tak bisa doa untuk memimpin doa.

· sibuk.

Saya punya buku berjudul ‘Too busy not to pray’ (= terlalu sibuk untuk tidak berdoa). Ini menunjukkan bahwa makin sibuk sese-orang, makin ia tidak bisa tidak berdoa!

· merasa tidak mendapat apa-apa.

Kalau ikut Pemahaman Alkitab senang, karena merasa dapat berkat, tetapi kalau ikut persekutuan doa merasa tidak dapat apa-apa. Ini egoisme. Kita harus mau datang untuk memberi bukan hanya untuk menerima!

Juga, persekutuan doa harus dilakukan dengan tekun. Ay 42 dalam terjemahan Indonesia terdiri dari 2 kalimat. Tetapi seharusnya hanya 1 kalimat. Perhatikan terjemahan NIV di bawah ini:

“They devoted themselves to the apostles’ teaching and to the fellowship, to the breaking of bread and to prayer” (= Mereka bertekun dalam penga-jaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, dalam pemecahan roti dan dalam doa).

Jadi, kata ‘bertekun’ dalam ay 42 itu juga ditujukan kepada perseku-tuan doa. Apakah saudara tekun dalam mengikuti persekutuan doa?

III) Akibat aktivitas mereka itu.

1) Mereka disukai semua orang (ay 47).

Pada waktu menafsirkan ayat seperti ini, kita juga harus memperhatikan ayat-ayat seperti: Mat 10:34-36 Yoh 15:18-20 2Tim 3:12. Jadi, kata-kata ‘semua orang’ dalam ay 47 tidak boleh dimutlakkan. Harus diartikan ‘banyak orang’, karena pasti ada juga yang membenci mereka.

2) Gereja bertumbuh (ay 47).

Ini merupakan pekerjaan Tuhan (ay 47 bdk. 1Kor 3:6-7).

Penutup / Kesimpulan:

Apakah saudara mau gereja saudara bertumbuh? Kalau ya, tirulah gereja abad pertama, khususnya dalam penekanan Firman Tuhan, persekutuan dan doa!

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 3:1-26

I) Mujijat.

1) Orang itu betul-betul lumpuh.

Jaman sekarang banyak pengemis yang cuma pura-pura sakit. Ada cerita tentang orang memberi uang kepada pengemis buta. Pada waktu uang itu ia lemparkan kepada pengemis buta itu, pengemis itu dengan sigap menangkap uang itu. Orang itu lalu berkata: ‘Hei, kamu tidak buta; mana pengemis buta yang biasanya ada di sini?’. Pengemis itu menjawab: ‘Ia pergi nonton bioskop!’. Ini memang cuma cerita, tetapi jelas bahwa jaman sekarang ada banyak pengemis yang cuma pura-pura sakit. Yang sema-cam ini sama sekali tidak perlu dibantu! Bdk. Amsal 3:27 yang berbunyi:

“Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak meneri-manya, padahal engkau mampu melakukannya”.

Ini secara implicit menunjukkan adanya orang-orang yang tidak berhak menerima kebaikan, terhadap siapa kita justru harus menahan kebaikan!

Tetapi orang lumpuh dalam cerita ini benar-benar lumpuh. Ini terlihat dari ay 2: ‘dari lahir’, ‘harus diusung’, ‘diletakkan’. Juga dari ay 9-10 dimana kita lihat ada banyak orang yang tahu bahwa ia memang lumpuh.

2) Orang itu mengemis di pintu gerbang Bait Allah dan meminta uang kepa-da Petrus dan Yohanes. Ia tidak mempunyai harapan sembuh, ia hanya meminta uang.

Penerapan:

Adakah problem dalam hidup saudara yang sudah begitu lama, sehingga saudara tidak lagi mengharapkan pertolongan Tuhan tentang problem itu? Berhentilah dari keputusasaan itu dan teruslah berharap kepada Tuhan!

3) Ada saling tatap mata (ay 4-5).

Ini bukan suatu rumus yang harus dilakukan kalau kita mau mendoakan orang sakit. Petrus melakukan hal ini hanya supaya orang lumpuh itu mau memperhatikan mereka.

4) Jawaban Petrus (ay 6).

Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari jawaban Petrus ini.

a) Rasul-rasul itu tidak mempunyai emas dan perak.

Mereka bukan hanya tidak kaya, tetapi bahkan miskin. Orang kristen memang tidak harus kaya seperti yang diajarkan oleh Theologia Ke-makmuran.

b) Petrus berkata: ‘Apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu’.

Ini suatu konsep yang penting dalam banyak hal, seperti:

· pada waktu menolong orang.

Tolonglah dengan apa yang ada pada saudara.

· pada waktu mau memberi persembahan bagi Tuhan / gereja.

Jangan berkhayal menjadi milyarder supaya bisa memberi banyak. Berilah apa yang ada pada saudara. Tuhan tidak pernah menuntut supaya saudara memberikan apa yang saudara tidak punyai.

· pada waktu mau melayani Tuhan.

Jangan berkata: ‘Andaikata saya bisa berkhotbah dan mengajar, saya pasti mau melayani Tuhan’. Layanilah dengan karunia yang ada pada saudara, dan janganlah berkhayal tentang karunia yang tidak saudara miliki.

c) ‘Demi nama Yesus Kristus’.

Ini bukan semacam mantera / kata-kata magic. Kalau saudara tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, tidak ada gunanya saudara menggunakan kata-kata ini, baik dalam doa maupun mengusir setan (bdk. Kis 19:13-16), dsb.

Petrus menggunakan nama Yesus di sini untuk menunjukkan bahwa ia melakukan mujijat itu bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Yesus.

d) ‘Berjalanlah’.

Dalam KJV: ‘rise up and walk’ (= bangkit dan berjalanlah).

Perbedaan ini terjadi karena perbedaan manuscript. Manuscript yang lebih kuno (jadi, yang lebih dekat dengan aslinya, dan karena itu lebih dipercaya) hanya menggunakan satu kata perintah, yaitu ‘berjalanlah’.

5) Orang itu sembuh (ay 7).

Ia mendapat kesembuhan dan kekuatan dan bahkan juga kemampuan berjalan tanpa pernah belajar jalan (ingat bahwa ia lumpuh sejak lahir).

II) Apa yang terjadi setelah kesembuhan itu?

1) Orang itu senang sekali dan ia memuji Tuhan (ay 8-9).

Pikirkan baik-baik: orang itu memuji Tuhan karena ia bisa berjalan. Per-nahkah saudara memuji Tuhan atau bersyukur kepada Tuhan karena saudara bisa berjalan? Sebetulnya ada begitu banyak berkat yang Tuhan berikan kepada kita untuk mana kita tidak pernah memuji Dia dan ber-syukur kepadaNya! Cobalah renungkan berkat-berkat itu dan pujilah Tuhan / bersyukurlah kepada Tuhan atas semua berkat-berkat itu.

2) Orang banyak melihat orang lumpuh yang sudah sembuh itu dan mereka datang kepada Petrus dan Yohanes (ay 9-11).

Ay 11 mengatakan bahwa orang lumpuh yang sudah sembuh itu ‘tetap mengikuti’ Petrus dan Yohanes. Kata-kata ‘tetap mengikuti’ seharusnya adalah ‘memegangi dan tidak mau melepaskan’ atau ‘nggandoli’ (NASB: ‘clinging’; NIV: ‘held on’). Ini menunjukkan rasa syukurnya kepada Petrus dan Yohanes. Tetapi bagaimanapun ia sadar bahwa yang menyembuh-kan dirinya adalah Allah, dan karena itu ia memuji Allah (ay 8-9).

Tetapi sikap orang lumpuh ini berbeda dengan sikap orang banyak. Orang banyak itu hanya melihat kepada Petrus dan Yohanes dan tidak kepada Allah. Mereka menganggap kedua rasul ini sebagai sumber ke-sembuhan.

Penerapan:

Kalau saudara disembuhkan oleh seorang dokter, atau mendapat perto-longan dari seseorang, atau mendapat berkat Firman Tuhan dari pen-deta, selalulah sadar bahwa semua itu sebetulnya datang dari Tuhan! Pendeta dan dokter hanyalah alat Tuhan.

III) Apa yang dilakukan oleh Petrus?

1) Petrus menolak pujian itu dan bahkan menegur orang banyak itu (ay 12), dan ia lalu mengarahkan segala pujian dan kemuliaan kepada Allah / Yesus (ay 13-16; Catatan: ‘kepercayaan dalam Nama Yesus’ dalam ay 16 menunjuk kepada iman Petrus, bukan kepada iman orang lumpuh itu).

Paulus pernah mengalami hal seperti ini, dan ia juga melakukan hal yang sama (Kis 14:10-18).

Ini sikap yang benar dari seorang hamba Tuhan. Kalau orang memujinya, padahal sebetulnya Tuhanlah yang berhak atas pujian itu, maka ia harus menolak pujian itu dan mengarahkannya kepada Tuhan.

Ini juga berlaku untuk jemaat biasa! Mungkin ada orang yang memuji / menyanjung saudara karena saudara adalah:

· guru sekolah minggu yang bagus.

· penyanyi solo / koor yang hebat.

· pemain musik yang bagus.

· orang kristen yang maju pesat dalam kesucian hidup atau pengertian Firman Tuhan.

Apa yang saudara lakukan? Menerima pujian itu atau mengarahkannya kepada Allah?

2) Petrus memberitakan Injil.

Ada beberapa hal yang ia lakukan dalam pemberitaan Injil itu:

a) Ia menegur dosa (ay 13b-15a).

Dalam peneguran dosa ini Petrus menyatakan mereka sebagai pem-bunuh Yesus. Untuk memperbesar perasaan bersalah dalam diri me-reka, Petrus mengatakan:

· ‘walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan’ (ay 13b). Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak bersalah. Jadi mereka menyerahkan orang yang tidak bersalah untuk dihukum mati.

· ’serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu’ (ay 14). Ini lebih-lebih menunjukkan kegilaan mereka. Mereka bukan hanya menginginkan Yesus yang tidak bersalah itu dihukum mati, tetapi juga menginginkan supaya seorang pembunuh dibebaskan.

Peneguran dosa adalah suatu elemen yang sangat penting dalam pe-nginjilan. Calvin berkata:

“It was impossible to bring them truly to God, unless they were first brought to the knowledge of their sins” (= Adalah tidak mungkin untuk sungguh-sungguh membawa mereka kepada Allah, kecuali mereka pertama-tama dibawa pada pengenalan terhadap dosa-dosa mereka).

Penerapan:

· banyak orang melakukan penginjilan cepat-cepatan tanpa pene-guran dosa, tetapi langsung menyuruh orang percaya kepada Yesus. Memang dalam kasus-kasus tertentu dimana waktunya me-mang tidak ada, hal ini terpaksa harus dilakukan. Tetapi kalau waktunya memungkinkan, maka ini adalah cara penginjilan yang salah. Sebelum orang itu sadar bahwa ia adalah orang yang berdosa, ia tidak akan membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat dosa.

· orang yang dalam ‘memberitakan Injil’ hanya memberitakan Yesus sebagai penyembuh, pemberi berkat / kekayaan, biasanya juga tidak melakukan penyadaran akan dosa. Ini lagi-lagi adalah pe-nginjilan yang salah.

· kalau saya memberi katekisasi, saya selalu mengajarkan 10 hukum Tuhan, karena dengan demikian orang akan disadarkan akan banyaknya dosa mereka. Setelah itu baru saya ajarkan bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa-dosa mereka itu.

b) Petrus memberi pengharapan.

· Ay 17: ‘karena ketidaktahuan’.

* Mereka tidak tahu bahwa Yesus adalah Allah / Mesias sendiri. Mereka memang sudah sering mendengar tentang hal ini, tetapi mereka tidak percaya (bdk. Luk 23:34 Kis 13:27 1Kor 2:8 1Tim 1:13).

* Ini tidak berarti bahwa mereka tidak berdosa. Mereka tetap berdosa, tetapi dosa mereka lebih ringan dibandingkan kalau mereka melakukan hal itu dengan tahu / sadar / sengaja. Karena mereka melakukannya karena ketidaktahuan, maka se-tidaknya mereka tidak melakukan dosa menghujat Roh Kudus, yang tidak bisa diampuni (bdk. Mat 12:31-32).

* Petrus menambahkan bagian ini supaya mereka melihat bahwa mereka masih ada harapan. Ingat bahwa dalam Perjanjian La-ma orang yang melakukan pembunuhan dengan sengaja dihu-kum dengan hukuman mati (Ul 19:11-13), tetapi orang yang melakukan pembunuhan dengan tidak disadari / tidak disengaja tidak dihukum dengan hukuman mati (bdk. Ul 19:1-10).

· Ay 18:

* Petrus mengatakan bahwa melalui dosa itu (pembunuhan ter-hadap Yesus), Allah menggenapi rencanaNya. Ini menunjukkan bahwa Allah bisa mengubah sesuatu yang berdosa menjadi sesuatu yang baik yang berguna untuk kemuliaanNya. Tetapi ingat, bahwa dosa itu tetap adalah dosa.

* Petrus mengatakan ay 18 ini untuk memberi harapan. Dengan kata lain ay 18 bisa dikatakan sebagai berikut: ‘Kamu memang berbuat dosa dengan membunuh Yesus. Tetapi itu justru ada-lah Rencana Allah. Sekarang Rencana Allah bahwa Yesus harus mati untuk menebus dosa, sudah terlaksana. Dan karena itu ada harapan bagi kamu yang berdosa’.

Jadi, baik dalam ay 17 maupun ay 18 Petrus memberi harapan. Kalau kita memberitakan Injil, memang penting untuk menegur dosa, tetapi jangan biarkan orang itu putus asa dalam dosanya. Beritakan bahwa Yesus sudah mati untuk menebus dosanya untuk memberikan harap-an kepada dia.

c) Petrus menyuruh mereka bertobat (ay 19).

Ay 19: ‘sadarlah dan bertobatlah’. Ini salah terjemahan.

NASB: ‘Repent therefore and return’ (= karena itu bertobatlah dan berbaliklah).

Banyak penafsir yang beranggapan bahwa:

· ‘bertobatlah’ berhubungan dengan ‘inward change’ / perubahan di dalam diri kita. Misalnya:

* dulu tidak peduli kepada Allah, sekarang peduli dan bahkan mengasihi Allah.

* dulu tidak percaya kepada Yesus, sekarang percaya.

* dulu tidak rindu Firman Tuhan, sekarang rindu.

* dulu meremehkan dosa, sekarang membenci dosa.

· ‘berbaliklah’ berhubungan dengan ‘outward change’ / perubahan di luar (perubahan hidup). Misalnya:

* dulu suka berdusta sekarang jujur.

* dulu suka marah sekarang sabar.

* dulu mencuri listrik, sekarang tidak.

* dulu tidak pernah ke gereja / suka membolos, sekarang rajin ke gereja.

Kedua hal ini harus ada dalam diri orang yang betul-betul sudah bertobat.

Dalam soal ketaatan, Petrus menambahkan:

¨ ay 22-23 yang merupakan kutipan dari Ul 18:15-19. Yesus adalah nabi itu, dan karena itu berdasarkan Ul 18:15-19, Ia harus ditaati.

¨ ay 25: ‘Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu’.

NIV: ‘And you are heirs of the prophets’ (= dan kamu adalah pewaris dari nabi-nabi itu).

NASB/Lit: ‘It is you who are the sons of the prophets’ (= Kamulah anak-anak dari nabi-nabi itu).

Istilah ‘sons’ (= anak-anak) menunjukkan mereka sebagai pengikut / murid dari nabi-nabi. Nabi-nabi itu berbicara tentang hal ini (ay 24). Mengapa tidak percaya dan tidak mau taat kepada Yesus?

d) Kalau mereka bertobat, maka mereka akan:

· diampuni dosanya (ay 19).

· mendapat damai dan sukacita (ay 20).

‘Waktu kelegaan’ seharusnya adalah ‘times of refreshing’ (= waktu penyegaran). Ada yang menafsirkan bahwa ini terjadi nanti pada waktu Yesus datang kembali, dan ada pula yang menafsirkan bahwa ini adalah sukacita dan damai yang diterima seseorang pada waktu ia bertobat / percaya kepada Yesus.

Penutup:

Dalam Kis 2 pada waktu menerima ejekan / hinaan, Petrus lalu memberitakan Injil kepada orang-orang yang menghina / mengejeknya. Sekarang dalam Kis 3, pada waktu menerima pujian / sanjungan, Petrus memberitakan Injil kepada orang-orang yang memuji / menyanjungnya.

Ada orang yang kalau dipuji / disanjung, mau memberitakan Injil; tetapi kalau dihina lalu menjadi marah dan tidak memberitakan Injil. Ada yang sebaliknya, kalau dihina tetap sabar dan mau memberitakan Injil; tetapi pada waktu dipuji / disanjung menjadi lupa daratan oleh pujian / sanjungan itu, sehingga lalu justru tidak memberitakan Injil.

Ada orang yang kalau hidupnya enak, mau memberitakan Injil; tetapi pada waktu hidupnya menjadi tidak enak / menderita, lalu ngambek dan tidak lagi mem-beritakan Injil. Sebaliknya ada orang yang pada waktu menderita, tetap tekun memberitakan Injil; tetapi pada waktu hidupnya menjadi enak, justru lalu tidak lagi memberitakan Injil.

Semua ini salah. Kita harus meniru Petrus yang baik dihina maupun dipuji tetap memberitakan Injil. Kita harus menggunakan setiap kesempatan untuk membe-ritakan Injil, sesuai dengan 2Tim 4:2-5. Maukah saudara?

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 4:1-22

Pendahuluan:

Pada waktu saudara bersaat teduh atau mendengar khotbah, kadang-kadang saudara mendengar Firman Tuhan yang relevan dengan hidup saudara, misal-nya:

· saudara sedang mencari jodoh dan saudara mendapatkan 2Kor 6:14.

· saudara sedang dalam problem dan saudara mendapatkan Ro 8:28.

· saudara sedang bingung karena disuruh berdusta oleh boss / orang tua saudara dan saudara mendapatkan Kis 5:29.

· dsb.

Tetapi kadang-kadang, bahkan mungkin sering, saudara mendapatkan Firman Tuhan yang sama sekali tidak relevan dengan hidup saudara, misalnya:

¨ saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang syarat / kewajiban seorang majelis / hamba Tuhan, padahal saudara adalah seorang jemaat biasa.

¨ saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang bagaimana caranya menjadi orang tua yang baik, padahal saudara masih remaja dan belum menikah.

¨ saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang bagaimana caranya menjadi seorang istri yang baik, padahal saudara adalah seorang laki-laki.

¨ saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang bagaimana harus setia kepada Tuhan dalam kemiskinan, padahal saudara adalah orang kaya.

¨ saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang sikap yang benar terhadap orang tua, padahal orang tua saudara sudah mati.

¨ saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang bagaimana mencari jodoh yang sesuai dengan kehendak Tuhan, padahal saudara sudah menikah.

¨ dsb.

Pada saat saudara mendapatkan Firman Tuhan yang tidak relevan seperti itu maka apa yang saudara lakukan? Bukankah saudara cenderung untuk tidak memperhatikannya atau melupakannya begitu saja?

I) Nubuat / perintah / janji Tuhan yang tidak relevan.

Suatu hari rasul-rasul mendapatkan suatu nubuat / perintah / janji Tuhan yang kelihatannya tidak relevan. Ini terdapat dalam Mat 10:17-20 Mark 13:9-11 Luk 12:11-12 Luk 21:12-15. Ini tidak relevan karena pada saat itu murid-murid itu tidak sedang menghadapi persidangan / akan menghadapi per-sidangan. Tetapi toh ada perintah / janji seperti itu.

Ada 2 perintah:

· jangan kuatir / takut.

· beritakanlah Injil pada saat seperti itu (Luk 21:13).

Ada 2 janji:

¨ mereka akan diberi kata-kata oleh Tuhan.

¨ tidak akan ada yang bisa membantah mereka.

II) Nubuat Yesus itu menjadi kenyataan.

Dalam Kis 3 Petrus berkhotbah; lalu apa yang terjadi dalam Kis 4?

1) Mereka (Petrus dan Yohanes) didatangi oleh para tokoh agama Yahudi (ay 1-2).

a) Yang dikirim untuk mendatangi mereka adalah orang-orang top kare-na orang-orang dalam kalangan agama Yahudi menganggap Pembe-ritaan Injil sebagai dosa yang serius.

b) Orang-orang yang mendatangi itu marah (ay 2).

Ini perlu kita bandingkan dengan Kis 2:47 yang mengatakan bahwa orang kristen disukai oleh semua orang. Jelas bahwa kata ‘semua’ itu tidak mungkin dimutlakkan. Orang kristen yang betul-betul mau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan memang tidak mungkin bisa disukai semua orang (bdk. Yoh 15:18-21 2Tim 3:12). Bahkan bisa saja ada orang-orang yang mula-mula menyukai kita sebagai orang kristen, tetapi setelah kita mulai memberitakan Injil kepadanya, menegur dosanya dsb, lalu menjadi benci kepada kita.

c) Mengapa mereka marah?

Imam-imam mungkin marah karena menganggap bahwa rasul-rasul itu tidak mempunyai hak untuk berkhotbah, sedangkan orang Saduki mungkin marah karena rasul-rasul memberitakan adanya kebangkitan (ay 2 bdk. Kis 3:15 bdk. Mat 22:23).

Orang-orang top ini berusaha ‘menjaga mimbar’. Tetapi karena mere-ka salah mengerti Firman Tuhan dan bahkan mempunyai pengertian yang sesat, maka mereka bukan mencegah masuknya ajaran sesat tetapi sebaliknya mencegah masuknya ajaran yang benar.

Contoh:

· Komisi Theologia GKI yang menyensor hamba Tuhan yang per-caya pada Yoh 14:6, yang menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.

· Saya mendengar dengan telinga saya sendiri, satu pendeta GKI (yang oleh kebanyakan orang kristen masih dianggap sebagai pendeta GKI yang injili) dengan nada bangga berkata bahwa Pdt. Stephen Tong dilarang berkhotbah di GKI. Kalau tokoh injili ditolak, bisakah saudara bayangkan bagaimana keadaan gereja itu?

· Toko Buku kristen yang menolak buku saya yang menyerang To-ronto Blessing, karena mereka pro Toronto Blessing. Sebaliknya, saya melihat banyak toko buku kristen dipenuhi dengan buku-buku yang salah dan bahkan sesat, misalnya buku-buku yang ditulis oleh Dr. Norman Vincent Peale dan Robert Schuller, yang adalah bapak dan tokoh dari Positif thinking!

Penerapan:

Sebetulnya semua orang kristen harus banyak belajar Firman Tuhan, tetapi lebih-lebih lagi orang kristen yang melayani, dan lebih-lebih lagi orang kristen yang berfungsi sebagai ‘penjaga mimbar’. Kalau saudara berfungsi sebagai ‘penjaga mimbar’, saudara harus banyak belajar Firman Tuhan, rajin datang dalam Pemahaman Alkitab, belajar buku-buku rohani, dsb.

Contoh ‘penjaga mimbar’:

¨ pendeta / penginjil.

¨ majelis / pengurus gereja.

Kalau saudara adalah majelis / pengurus yang tidak pernah ikut Pemahaman Alkitab atau yang ‘murtad’ dari Pemahaman Alkitab, bertobatlah! Kalau saudara tidak mau bertobat, lebih baik saudara mengundurkan diri dari jabatan itu, dari pada saudara menjadi penjaga mimbar yang brengsek!

¨ pengurus persekutuan.

Anehnya, pengurus Komisi Pemuda Remaja biasanya hanya mau aktif dalam kebaktian / persekutuan Pemuda Remaja, tetapi biasa-nya tidak ada yang muncul dalam Pemahaman Alkitab!

¨ pemilik / pimpinan toko buku kristen dan / atau orang yang ditu-gaskan untuk menyensor buku-buku yang dijual di toko itu. Tugas ini tidak bisa diserahkan kepada sembarang orang, tetapi kepada orang yang mengerti Firman Tuhan dengan benar dan yang rajin belajar Firman Tuhan.

2) Mereka (Petrus dan Yohanes) ditangkap dan ditahan (ay 3).

a) Kalau ada satu pelayanan yang paling mudah menyebabkan orang kristen menderita, maka itu adalah pelayanan Pemberitaan Injil! Karena itu kalau dalam hidup saudara relatif tidak banyak penderi-taan, itu mungkin sekali karena saudara jarang / tidak pernah mem-beritakan Injil.

b) Kelihatannya, dengan ditangkap dan dipenjarakannya rasul-rasul, ma-ka habislah riwayat kekristenan / gereja saat itu. Tetapi betulkah demikian? Perhatikan ay 4. Rasul-rasul itu boleh dibelenggu, tetapi Firman Tuhan tidak bisa dibelenggu (bdk. Fil 1:12-14).

3) Mereka (Petrus dan Yohanes) diadili (ay 5-7).

Dari ay 1-2 kelihatannya mereka ditangkap karena memberitakan Injil / kebangkitan, tetapi dari ay 5-7 dan dari jawaban Petrus dalam ay 8-10 kelihatannya mereka ditanyai karena penyembuhan orang lumpuh itu.

4) Mereka (Petrus dan Yohanes) diancam (ay 17,18,21).

Kalau saudara memberitakan Injil, dan lalu diancam, jangan terlalu heran. Ini sudah biasa terjadi sejak abad pertama.

Dengan terjadinya semua ini, nubuat / perintah / janji Yesus yang tadinya kelihatan tidak relevan, sekarang menjadi relevan!

III) Sikap / tindakan Petrus.

1) Petrus tidak takut.

· Bacalah sekali lagi jawaban Petrus dalam ay 8-12. Apakah ada kesan takut? Sama sekali tidak!

· Ay 13 mengatakan: ‘Ketika sidang melihat keberanian Petrus dan Yo-hanes ...’.

· Pada waktu dilarang memberitakan Injil (ay 18), Petrus juga tidak menunjukkan rasa takut, dan ia menjawab dalam ay 19-20.

* Ay 19: Petrus sendiri tentu sudah memutuskan untuk lebih men-taati Allah dari pada manusia, tetapi untuk menyerang mereka ia berkata: “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah”.

* Ay 20: Petrus mengatakan: “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar”.

Kalau ada banyak orang kristen bisa tidak memberitakan Injil, mungkin sekali penyebabnya adalah mereka memang belum mengalami pertemuan dengan Yesus / belum percaya kepada Yesus! Orang yang sudah percaya kepada Yesus dan diselamat-kan, tidak mungkin tidak memberitakan Injil.

· Juga perhatikan ay 21. Setelah diancampun Petrus tetap tidak takut!

Apakah saudara menganggap sikap seperti ini sebagai sikap extrim, dan karenanya tidak boleh ditiru pada jaman ini? Perlu diingat bahwa orang Yahudi mungkin sekali mempunyai sifat religius dan fanatisme yang pa-ling hebat di seluruh dunia. Tetapi menghadapi orang-orang seperti itu Petrus toh berani bersikap seperti itu!

Mengapa Petrus bisa tidak takut? Tidak lain karena ia ingat, percaya dan taat pada perintah dan janji Tuhan Yesus yang tadinya tidak relevan itu! Petrus percaya bahwa Tuhan Yesus pasti menepati janjiNya itu dan Tuhan Yesus memang menepati janjiNya itu. Ini terlihat dari:

a) Ay 8: ‘Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus’.

Roh Kudus memenuhi Petrus untuk memimpin Petrus dalam berbi-cara. Kalau melihat sikap / kata-kata Petrus tadi saudara berpendapat bahwa itu adalah sikap yang extrim, maka ingatlah bahwa Petrus ber-sikap / berkata seperti itu pada saat ia dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus! Ini mestinya menyadarkan saudara bahwa ‘sikap bijaksana’ untuk tidak memberitakan Injil ataupun untuk tidak memberitakan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan, seperti yang dianjur-kan oleh kebanyakan gereja / hamba Tuhan jaman sekarang, adalah sikap salah yang bersifat pengecut!

b) Ay 14-17: Tokoh-tokoh agama Yahudi itu memang tidak bisa memban-tah mereka, padahal Petrus dan Yohanes adalah ‘orang biasa yang tidak terpelajar’ (ay 13). Karena tidak bisa membantah, maka mereka ‘main kayu’ (ay 17).

Penerapan:

Sikap tidak takut ini sangat penting dalam Pemberitaan Injil. Mengapa? Karena kalau ada satu pelayanan yang paling dibenci oleh setan, itulah Pemberitaan Injil. Mengapa? Karena melalui Pemberitaan Injil itu anak setan bisa bertobat dan menjadi anak Allah! Karena itu setan selalu mengerahkan anak-anaknya untuk mengejek, membenci, menyerang, mengancam, menangkap, menganiaya. dan bahkan membunuh orang-orang yang memberitakan Injil. Kalau saudara takut, bubarlah penginjilan!

Tetapi saudara mungkin berkata: ‘Bagaimana kalau saya tidak takut, dan tetap setia dalam memberitakan Injil, lalu saya ditangkap, disiksa, dan dibunuh?’. Saya harus katakan bahwa hal itu memang mungkin sekali terjadi. Dalam text hari ini memang Petrus dibebaskan, tetapi dalam Kis 5 ia ditangkap lagi dan disesah (Kis 5:40). Dan akhir hidup dari 10 rasul (kecuali Yudas dan Yohanes) adalah melalui kematian syahid! Kalau saudara harus mengalami hal seperti itu karena Pemberitaan Injil, maka saudara memikul salib bagi Kristus (Mat 16:24), dan Kristus menyebut saudara sebagai orang yang berbahagia (Mat 5:10-12).

2) Petrus memberitakan Injil.

a) Mula-mula ia menjelaskan kepada mereka tentang kesembuhan itu.

Petrus berkata bahwa Yesuslah yang menyembuhkan (ay 8-10). Teta-pi berbeda dengan kebanyakan orang Kharismatik dan Pentakosta jaman sekarang, yang kalau ‘memberitakan Injil’ hanya berbicara tentang kemampuan Yesus dalam menyembuhkan orang sakit, Petrus melanjutkan dengan berbicara tentang kematian dan kebangkitan Yesus (ay 10b)! Inilah penginjilan yang benar! Bdk. 1Kor 15:3-4.

b) Petrus melanjutkan dengan ay 11.

Ini adalah kutipan dari Maz 118:22 (bdk. Mat 21:42 Luk 20:17). Dalam Maz 118:22 pemazmur / Daud merasa ditolak oleh manusia, tetapi ia tahu bahwa Allah memilih dia. Tetapi Maz 118:22 ini mempunyai arti kedua yang lebih dalam pada diri Yesus / Mesias. Yesus / Mesias juga ditolak oleh manusia, tetapi ditinggikan / dipilih oleh Allah!

Penerapan:

Hati-hati untuk tidak menolak / merendahkan orang yang dipilih oleh Allah, dan sebaliknya hati-hatilah untuk tidak memilih / meninggikan orang yang ditolak oleh Allah!

c) Petrus melanjutkan lagi dengan ay 12 yang berbunyi:

“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

Di sini Petrus secara jelas / tegas menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan / ke surga! Bdk. Yoh 14:6 1Yoh 5:11-12.

Seorang penafsir bernama Ironside mengatakan:

“Remember, it must be Christ or hell, and to neglect the one is to choose the other” (= Ingat, harus Kristus atau neraka, dan mengabaikan yang satu berarti memilih yang lain).

Petrus bukan hanya tidak takut, tetapi ia bahkan memberitakan Injil kepada tokoh-tokoh agama Yahudi itu. Ini bisa terjadi karena Petrus ingat, percaya dan taat pada janji / perintah Tuhan Yesus yang tidak relevan pada saat diberikan, tetapi menjadi relevan pada saat ini.

Kesimpulan:

Tidak ada Firman Tuhan yang tidak relevan. Mungkin Firman Tuhan yang sau-dara terima tidak berguna pada saat ini, tetapi pasti berguna di kemudian hari. Misalnya:
· saudara mendengar / membaca Firman Tuhan tentang syarat / kewajiban seorang majelis / hamba Tuhan, padahal saudara adalah seorang jemaat biasa. Tetapi siapa tahu suatu hari saudara menjadi majelis / hamba Tuhan? Atau saudara bisa menggunakan Firman Tuhan itu untuk membedakan mana majelis / hamba Tuhan yang baik dan mana yang tidak baik, atau meng-gunakannya untuk menasehati majelis / hamba Tuhan yang salah.

· saudara mendengar / membaca Firman Tuhan tentang bagaimana caranya menjadi orang tua yang baik, padahal saudara masih remaja dan belum menikah. Jelas bahwa Firman Tuhan ini bisa berguna dan menjadi relevan bagi saudara pada saat saudara menikah dan mempunyai anak. Kalaupun saudara akhirnya terus tidak menikah, atau menikah tetapi tidak mempunyai anak, saudara bisa menggunakan Firman Tuhan itu untuk menasehati orang lain yang mempunyai anak.

· saudara mendengar / membaca Firman Tuhan tentang bagaimana caranya menjadi seorang istri yang baik, padahal saudara adalah seorang laki-laki. Firman Tuhan ini bisa berguna bagi saudara dalam mencari seorang istri yang baik (kalau saudara belum beristri), atau untuk menasehati wanita lain supaya menjadi istri yang baik.

· saudara mendapatkan Firman Tuhan tentang bagaimana harus setia kepada Tuhan dalam kemiskinan, padahal saudara adalah orang kaya. Tetapi siapa yang tahu nasib saudara? Bagaimana kalau saudara bangkrut? Bukankah pada saat itu Firman Tuhan itu lalu menjadi relevan? Kalaupun saudara tidak jatuh bangkrut, saudara tetap bisa menggunakan Firman Tuhan itu untuk menasehati orang kristen yang miskin.

· saudara mendengar / membaca Firman Tuhan tentang sikap yang benar terhadap orang tua, padahal orang tua saudara sudah mati. Firman inipun bisa tetap saudara gunakan dalam menasehati orang lain yang masih mempunyai orang tua, atau saudara gunakan untuk mendidik anak saudara sehingga mereka mempunyai sikap yang benar kepada saudara.

· saudara mendengar / membaca Firman Tuhan tentang bagaimana mencari jodoh yang sesuai dengan kehendak Tuhan, padahal saudara sudah meni-kah. Firman Tuhan ini juga bisa saudara pakai untuk menasehati orang-orang yang belum menikah!

Jadi, mulai sekarang, janganlah menganggap ada Firman Tuhan yang tidak relevan sehingga boleh diabaikan! Perhatikan semua Firman Tuhan, dan sim-pan dalam hati saudara, karena suatu hari pasti akan ada gunanya!

-AMIN-

Kisah Para Rasul 4:23-31

I) Tindakan pada waktu mengalami kesukaran.

Gereja abad pertama ini mengalami kesukaran. Apa yang mereka lakukan pada waktu mengalami kesukaran?

1) Mereka (kedua rasul) mensharingkan kesukaran / penderitaan kepada jemaat (ay 23). Ini adalah sesuatu yang penting pada waktu kita mengalami kesukaran / penderitaan. Mengapa?

a) Mensharingkan berkat tok sama dengan menceritakan half truth (= setengah kebenaran) tentang kekristenan!

Kalau semua orang kristen hanya mensharingkan berkat, itu akan menimbulkan kesan bahwa ikut Kristus itu enak terus, dan ini jelas salah! Ini bukan hanya salah tetapi juga berbahaya dan merugikan. Mengapa? Karena orang luar yang mendapat kesan bahwa ikut Yesus itu enak terus, lalu mengikut Yesus, dan mereka mendapati bahwa faktanya tidaklah demikian. Mereka akan merasa tertipu oleh kekristenan, dan ini akan menyebabkan mereka membenci kekristenan dan menganggapnya sebagai suatu dusta. Mereka bahkan mungkin akan menceritakan hal ini kepada orang-orang lain.

b) Terus memendam semua kesukaran / penderitaan untuk diri sendiri, bisa merusak diri sendiri, karena menyebabkan kita merasa tertekan, stress, dsb. Tetapi kalau kita mensharingkan kesukaran / penderitaan itu, kita bisa merasa lega.

c) Dengan mensharingkan kesukaran / penderitaan yang kita alami, kita bisa mendapatkan nasehat, penghiburan, pertolongan, dan dukungan doa.

Catatan:

· kita harus sharing kepada orang yang nggenah, jangan kepada se-adanya orang!

· bahkan untuk hal-hal yang bersifat sangat pribadi, sebaiknya kita hanya mensharingkannya kepada Tuhan!

2) Jemaat mau mendengar sharing tersebut (ay 24a).

a) Reaksi yang salah.

Seringkali pada waktu ada orang mensharingkan problemnya, ada reaksi yang salah, seperti:

· Tidak mau mendengar.

· Mendengar, tetapi bersikap acuh tak acuh.

Penerapan: Pada waktu saudara mendengar bahwa ada 10 gereja dirusak dan dirampok, orang-orangnya dianiaya dan diperlakukan secara tidak senonoh, bagaimana reaksi saudara?

· Mendengar, lalu menjadikan bahan gossip.

Karena itulah, maka dalam hal-hal tertentu kita harus berhati-hati untuk tidak sharing kepada sembarang orang.

b) Reaksi yang benar.

Bukan hanya mau mendengar, tetapi juga harus ada kasih, simpati, mau menasehati, menghibur, menolong dan mendoakan (bdk. Ro 12:15b - ‘menangislah dengan orang yang menangis’; 1Kor 12:26a - ‘jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita’).

Penerapan: Renungkan, reaksi yang bagaimana yang ada dalam diri saudara pada waktu mendengar sharing? Kalau saudara sering bereaksi secara salah, maukah saudara mengubahnya?

3) Mengadakan persekutuan doa.

a) Mereka mendoakan rasul / hamba Tuhan (ay 29 bdk. Ef 6:18-20).

Banyak jemaat mempunyai anggapan bahwa merekalah yang harus didoakan oleh hamba Tuhan, bukan sebaliknya. Tetapi ini salah. Sekalipun hamba Tuhan memang mempunyai tugas untuk mendoakan jemaat, tetapi jemaatpun mempunyai tugas untuk mendoakan hamba Tuhan! Ingat bahwa hamba Tuhan bukanlah superman rohani! Ia juga adalah manusia yang lemah, yang con-dong kepada dosa, yang sama sekali bukan tandingan dari setan, sehingga kalau tidak didukung dalam doa, ia akan jatuh / hancur.

b) Mereka berdoa dengan satu hati.

Dalam ay 24 dikatakan bahwa mereka ‘berseru bersama-sama’.

NIV/RSV: ‘they raised / lifted their voices together’ (= mereka menaik-kan suara mereka bersama-sama).

Baik Kitab Suci Indonesia maupun NIV dan RSV salah terjemahan.

Kata yang diterjemahkan ‘bersama-sama’ adalah HOMOTHUMADON, yang terjemahan seharusnya adalah ‘with one accord’ (= dengan sua-ra bulat, seia sekata). Ini terjemahan yang diambil oleh KJV, NKJV, ASV, dan NASB.

Kata Yunani yang sama digunakan dalam Kis 1:14 dan diterjemahkan ‘sehati’.

Beberapa hal yang bisa dipelajari dari hal ini:

· ay 24 ini jelas tidak bisa dipakai untuk mendukung ‘doa bersuara’, karena ayat ini tidak menunjukkan mereka sama-sama membuka suara, tetapi bahwa mereka berdoa dengan sehati! Bahkan bisa dikatakan bahwa ayat ini menentang doa bersuara, karena dalam doa bersuara dimana semua orang buka suara, sebetulnya tidak ada kesehatian dalam doa itu, karena sekalipun topik yang didoakan sama, tetapi jelas setiap orang berdoa secara berbeda. Misalnya, sekalipun semua mendoakan tentang hamba Tuhan, tetapi mungkin yang seorang mendoakan keluarganya, yang seorang mendoakan kesehatannya, yang seorang mendoakan kerohaniannya, dsb.

1Kor 14:16 berbunyi sebagai berikut: “Sebab, jika engkau meng-ucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?”.

Ini adalah ayat yang melarang doa pengucapan syukur dengan bahasa roh, karena pendengar yang tentu saja tidak mengerti doa itu tidak bisa mengaminkan doa itu. Dari ayat ini terlihat suatu prinsip dalam persekutuan doa, yaitu satu orang berdoa dengan suara keras, dan yang lain mendengarkan dan ikut mengaminkan (tindakan mengaminkan ini cukup dilakukan dalam hati, bukan dengan suara keras sehingga menganggu konsentrasi orang lain). Supaya saudara tidak menganggap bahwa ini sekedar merupakan tafsiran saya, saya berikan tafsiran / komentar Calvin tentang ayat ini, dimana ia berkata:

“Paul’s expression, however, intimates, that some one of the ministers uttered or pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in their minds the words of that one person, until he had come to a close, and they all said Amen - to intimate, that the prayer offered up by that one person was that of all of them in common” (= ungkapan Paulus menunjukkan bahwa salah seorang pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka semua berkata Amin - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang itu adalah doa mereka semua).

Hal ini juga terlihat dari:

* 1Taw 16:7-36.

Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa beberapa orang memimpin nyanyian (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang menyanyi bersama-sama, karena kata-katanya sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.

* Maz 106:1-48.

Sekalipun tidak disebutkan secara explicit, tetapi dari kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucap-kan ‘amin’.

* Ul 27:14-26.

Ini adalah pembacaan Firman Tuhan / ayat Kitab Suci. Bebe-rapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.

· Kata HOMOTHUMADON.

* kata ini digunakan dalam Kis 1:14 2:46 4:24 5:12 15:25 dan Ro 15:6 untuk menunjuk pada kesatuan / kesehatian orang percaya.

* kata ini juga digunakan dalam Kis 7:57 18:12 19:29 untuk menunjuk pada kesatuan orang kafir dalam menentang gereja.

Kalau orang kafir bersatu menentang gereja, sedangkan gereja terpecah belah, maka gereja pasti kalah! Karena itu doakanlah dan usahakanlah kesatuan, dimulai dengan gereja kita sendiri!

· Persekutuan doa dalam ay 24 ini menunjukkan kesatuan gereja abad pertama, karena bukan saja mereka mau peduli dan men-doakan rasul-rasul yang mengalami kesukaran / penderitaan, te-tapi mereka juga bisa bersatu hati dalam doa!

II) Hal-hal yang bisa dipelajari dari isi doa mereka.

1) Mereka tidak mulai dengan menceritakan kesukaran mereka, tetapi mereka mulai dengan menyadari dan mengakui Allah sebagai pencipta (ay 24b bdk. dengan doa raja Hizkia dalam 2Raja-raja 19:15-dst).

Ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan khusus-nya pada waktu kita berdoa untuk kesukaran kita. Kalau kita memulai doa kita dengan menceritakan betapa besar kesukaran kita, maka besar kemungkinan bahwa isi doa itu sendiri akan melemahkan iman kita, membuat kita kecil hati, putus asa, dsb. Tetapi kalau kita me-mulai doa kita dengan menyatakan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta, maka kata-kata itu sendiri akan menguatkan iman kita. Setelah itu barulah kita menyatakan permintaan kita, dan kita akan bisa lebih mempunyai iman pada saat menaikkan permintaan itu.

Penerapan:

· Kalau saudara berdoa untuk rencana pembelian gedung gereja, ba-gaimana doa saudara? Apakah saudara memulai doa saudara dengan menceritakan kesukaran (harga gedung Rp 750 juta, uang kita cuma Rp 80 juta, jemaat kita sedikit, dsb), atau saudara memulainya dengan menujukan pikiran saudara pada kemahakuasaan Allah?

· Kalau saudara berdoa untuk keluarga saudara yang sakit berat, bagaimana doa saudara? Apakah saudara memulai dengan meng-gambarkan kepada Allah betapa beratnya penyakit itu, dan bahwa dokter sudah angkat tangan, dsb? Atau saudara memulai doa dengan menujukan pikiran saudara pada kemahakuasaan Allah?

· Kalau saudara berdoa untuk problem ekonomi saudara, bagaimana doa saudara? Apakah saudara memulai doa itu dengan menceritakan kepada Allah betapa banyak hutang saudara dan betapa banyaknya problem dalam pekerjaan saudara, dsb? Atau maukah saudara memulai doa itu dengan menujukan pikiran saudara pada kemaha-kuasaan Allah?

2) Mereka memandang pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Provi-dence of God). Dari mana kita bisa melihat hal ini?

a) Ay 24: ‘Ya Tuhan’.

KJV/NASB: Lord (= Tuhan).

RSV/NIV: Sovereign Lord (= Tuhan yang berdaulat).

Kata bahasa Yunaninya adalah DESPOTES, dari mana kata bahasa Inggris despot (= raja / penguasa lalim) diturunkan.

Tentu saja pada waktu kata ini digunakan untuk Tuhan, tidak dimak-sudkan bahwa Tuhan itu lalim. Yang ditekankan adalah otoritas, kua-sa dan kedaulatan Tuhan dalam memerintah seluruh alam semesta, dimana Ia tidak tergantung oleh siapapun / apapun di luar diriNya.

b) Allah sebagai pencipta (ay 24).

Kalau Allah adalah pencipta, Allah pasti menguasai dan mengatur ciptaanNya itu dan dengan demikian segala ciptaanNya tergantung kepada Dia!

c) Ay 27-28 jelas menunjukkan Rencana Allah dan Providence of God!

Orang-orang itu (Herodes dan Pontius Pilatus) berbuat dosa pada waktu mereka membunuh Yesus, tetapi dengan itu mereka melak-sanakan Rencana Allah (Ini tentu tidak bisa diartikan bahwa mereka mentaati Allah. Mereka melakukan dosa dengan tujuan / motivasi yang berbeda! Allah merencanakan kematian Yesus untuk menebus dosa manusia. Mereka membunuh Yesus bukan supaya Yesus menjadi Pe-nebus dosa!).

Ay 28: ‘kuasa dan kehendakMu’.

NIV: ‘Your power and will’ (= kuasa dan kehendakMu).

NASB: ‘thy hand and thy purpose’ (= tanganMu dan rencanaMu).

RSV: ‘thy hand and thy plan’ (= tanganMu dan rencanaMu).

KJV: ‘thy hand and thy counsel’ (= tanganMu dan rencanaMu).

Lukas menambahkan kata ‘hand / tangan’ untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi tidak hanya karena adanya Rencana Allah, tetapi juga karena adanya tangan / kuasa Allah yang mengatur semua itu (Providence of God). Jadi, segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak!) bisa terjadi karena Allah menetapkan dan melaksanakan ketetapanNya. Karena itu ada orang yang berkata : “A Calvinist is a someone who sees God in everything” (= Calvinist adalah seorang yang melihat Allah dalam segala sesuatu).

Kepercayaan pada Rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) adalah sesuatu yang sangat penting pada waktu kita menghadapi problem! Kalau kita menganggap bahwa segala sesuatu (atau hal-hal tertentu) terjadi secara kebetulan, maka kita pasti akan kuatir. Tapi, kalau kita percaya bahwa segala sesuatu bisa terjadi hanya kalau Allah sudah menentukan dan menggunakan kuasaNya untuk melaksanakan keten-tuanNya, maka kita tidak akan kuatir karena kita tahu bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman Allah yang mengasihi kita (bdk. Ro 8:28).

Jemaat abad pertama itu percaya pada Rencana Allah dan pelaksana-annya (Providence of God) sehingga mereka punya keyakinan yang besar dalam kesukaran. Ini nyata dalam kata ‘sia-sia’ yang mereka ucap-kan dalam ay 25 akhir. Memang, semua yang melawan Rencana Allah, pasti gagal / sia-sia!

3) Mereka mengingat / mengutip Firman Tuhan dalam doa (ay 25-26 bdk. Maz 2:1-2).

Jangan mengutip ayat dalam doa untuk ‘pamer ayat hafalan’ atau untuk ‘berkhotbah dalam doa’.

Tetapi kita bisa mengutip ayat Kitab Suci dalam doa untuk menguatkan keyakinan dalam doa, atau untuk mengclaim janji Tuhan.

Dalam bagian ini jemaat abad pertama menganggap bahwa ay 27-28 merupakan penggenapan nubuat Maz 2:1-2. Ini sesuatu yang penting! Dalam hidup kita, kita harus bisa melihat hal-hal di sekeliling kita sebagai penggenapan Firman Tuhan. Itu bisa menguatkan iman kita.

Misalnya:

· Banyak problem dalam ikut Yesus. Ini menggenapi Mat 24:11, 24.

· Adanya banyak nabi-nabi palsu. Ini menggenapi Mat 24:11,24.

· Jaman ini jarang ada orang senang dengan Firman Tuhan yang sungguh-sungguh (bukan yang banyak dongeng / kesaksian / lelucon-nya, tetapi yang betul-betul membahas Firman Tuhan / Kitab Suci). Ini menggenapi 2Tim 4:3-4.

Kalau kita hanya melihat hal-hal yang terjadi itu saja, kita akan menjadi susah. Tetapi kalau kita bisa melihatnya sebagai penggenapan Firman Tuhan, kita dikuatkan karena kita bisa makin yakin bahwa Alkitab me-mang adalah Firman Tuhan yang benar!

4) Mati terhadap diri sendiri.

Perhatikan bahwa dalam doa itu, jemaat abad pertama ini tidak meminta supaya bebas dari problem, dan bahkan tidak meminta perlindungan dari Tuhan terhadap ancaman orang-orang Yahudi (permintaan ini mungkin ada tetapi secara implicit). Jelas bahwa mereka tidak perduli pada diri mereka sendiri! Yang mereka minta adalah:

· Keberanian untuk memberitakan Firman Tuhan (ay 29).

Mereka minta keberanian untuk rasul-rasul yang baru saja menunjuk-kan keberanian mereka (Kis 4:13). Ini jelas menunjukkan bahwa mereka sadar bahwa tadi rasul-rasul itu bisa berani karena Tuhan memberikan keberanian. Karena itu mereka minta keberanian lagi, supaya rasul-rasul itu tetap berani.

· Kuasa untuk melakukan mujijat (ay 30).

Perhatikan bahwa dua hal yang mereka minta ini justru adalah hal-hal yang menyebabkan mereka mendapatkan kesukaran (Kis 3). Tetapi seka-rang mereka justru meminta 2 hal itu lagi! Ini betul-betul menunjukkan bahwa mereka memang mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Tuhan!

Ini adalah sikap yang penting dalam doa! Banyak orang berdoa dengan sikap yang egois. Mereka tidak berdoa untuk kemuliaan Tuhan tetapi untuk kesenangan diri sendiri!

Bagaimana dengan saudara? Dengan sikap bagaimana saudara berdoa?

III) Jawaban Doa (ay 31).

1) Tempat itu goyang. Mujijat ini menunjukkan:

· kuasa Allah.

· kehadiran Allah.

· doa mereka didengar oleh Allah.

2) Mereka dipenuhi oleh Roh Kudus.

Berbeda dengan baptisan Roh Kudus yang hanya bisa terjadi satu kali, kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang.

3) Mereka memberitakan Firman Tuhan dengan berani.

Ada hubungan yang erat antara kepenuhan Roh Kudus dan pemberitaan Firman Tuhan! Orang yang penuh Roh Kudus tidak mesti berbahasa Roh, tetapi ia mesti taat kepada Tuhan. Di sini, ketaatan itu diwujudkan dengan memberitakan Firman Tuhan dengan berani.

Orang yang penuh Roh Kudus pasti akan berani memberitakan Firman Tuhan! Bagaimana dengan saudara?

4) Ay 33: ‘kuasa yang besar’.

Ini menunjukkan bahwa mereka diberi kuasa untuk melakukan mujijat-mujijat sesuai dengan permintaan mereka dalam ay 30.

Kesimpulan:

Tuhan mendengar dan mengabulkan doa mereka! Kalau dulu Tuhan bisa mela-kukan hal itu, sekarangpun Ia bisa! Apakah saudara mempunyai problem / kesu-karan? Bawalah kepada Tuhan dalam doa dengan sikap yang sama seperti yang ada pada jemaat abad pertama! Tuhan akan mendengar dan mengabulkan doa saudara! Seseorang mengatakan : “Sorrow looks back, worry looks around, faith looks up” (= kesedihan melihat kebelakang, kekuatiran melihat ke sekeliling, iman melihat ke atas). Dalam menghadapi segala problem, hadapilah dengan melihat ke atas / berdoa! Maukah saudara melakukan hal itu?

-AMIN-

Kisah Para Rasul 4:32-5:11

I) Keindahan gereja abad pertama.

1) Ada kesatuan (4:32).

Dalam Kis 4:4 dikatakan bahwa jumlah jemaat sudah mencapai 5000 orang, tetapi mereka toh bisa bersatu. Dan kesatuan ini bukan hanya kesatuan secara lahiriah saja (dipersatukan oleh organisasi atau sekedar kumpul-kumpul), tetapi merupakan kesatuan hati / pikiran (4:32). Kesa-tuan seperti ini memang merupakan kehendak Tuhan untuk orang-orang Kristen (Fil 2:2 Yoh 17:20-21).

Mengapa mereka bisa bersatu?

a) Karena ada Pemberitaan Injil (4:33a).

Ini menyebabkan orang-orang itu betul-betul bertobat dan datang kepada Kristus. Mereka bukan orang-orang Kristen KTP, tetapi orang kristen sejati yang memiliki Roh Kudus, dan Roh Kudus inilah yang mempersatukan mereka.

b) Karena ada pengajaran Firman Tuhan yang kuat (Kis 2:42).

Pengajaran Firman Tuhan mempersatukan cara berpikir, tujuan dan motivasi mereka sehingga mereka bisa bersatu.

c) Karena ada penganiayaan terhadap gereja / orang kristen (Kis 3-4).

Ini menyebabkan orang kristen KTP memilih untuk keluar dari gereja. Dan penganiayaan ini juga menyebabkan orang-orang kristen yang dianiaya ini makin bersatu.

Penerapan:

Jadi, ada 3 unsur pemersatu, yaitu Pemberitaan Injil, pengajaran Firman Tuhan, dan penganiayaan. Kalau dalam gereja saudara tidak ada Pemberitaan Injil ataupun pengajaran Firman Tuhan yang baik, maka jangan harapkan akan ada kesatuan / kesehatian. Tetapi bisa saja bahwa suatu gereja ada banyak Pemberitaan Injil dan Firman Tuhan, tetapi masih kurang kesatuan. Gereja yang seperti itu harus bertobat, karena kalau tidak maka Tuhan akan memaksa mereka bersatu melalui pemberian penganiayaan.

2) Ada kasih.

Banyak orang menganggap lawan dari ‘kasih’ adalah ‘benci’. Ini tidak sepenuhnya benar. Lawan kata dari ‘kasih’ adalah ‘selfishness / egoisme’.

Ini terlihat dari:

· 1Kor 13:4-5 - “Kasih ... tidak mencari keuntungan diri sendiri ...”.

· Gal 5:22-23 menyebutkan 9 hal yang merupakan buah Roh dimana yang pertama adalah kasih, sedangkan Gal 5:19-21 menyebutkan sederetan hal yang merupakan perbuatan daging (kontras dengan buah Roh), dan salah satu di antaranya adalah ‘kepentingan diri sendiri’ (Gal 5:20).

Pada jemaat abad pertama, tidak ada egoisme (ay 32b). Ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul penuh dengan kasih! Saling mengasihi dan membuang egoisme memang adalah perintah Kitab Suci yang harus di-taati oleh semua orang kristen (Fil 2:3-8).

Penerapan: Apakah pada saudara ada kasih atau ada egoisme? Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1Kor 11:20-22). Kalau ada saudara se-iman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh?

3) Kesatuan dan kasih itu ada wujudnya (4:34-37).

Kesatuan dan kasih mereka bukan hanya sekedar bersifat teoritis / hanya di mulut saja (bdk. Yak 2:15-16 1Yoh 3:18). Orang-orang kaya menjual rumah dan tanah untuk membantu orang miskin, padahal hal semacam itu bukanlah suatu keharusan. Tidak ada perintah dari rasul supaya mereka menjual rumah dan tanah untuk menolong orang miskin (bdk. Kis 5:4). Tetapi mereka toh melakukan hal itu! Mereka betul-betul bebas dari sifat kikir / pelit / tamak. Bagaimana dengan saudara?

II) Cacat dalam gereja abad pertama.

Mungkin setelah Kis 4:34-37 terjadi, orang banyak lalu memuji orang-orang yang telah menjual tanah / rumahnya untuk menolong orang miskin. Ini menyebabkan Ananias dan Safira lalu ikut-ikutan menjual tanah / rumah dan mempersembahkan sebagian hasil penjualan kepada rasul-rasul. Dosa mereka bukan terletak pada persembahan yang hanya sebagian itu, tetapi karena mereka berdusta dan mengatakan bahwa itu adalah seluruh hasil penjualan tanah / rumah mereka. Jadi dosa mereka adalah:

1) Motivasi yang salah dalam memberi.

Orang-orang dalam Kis 4:34-37 memberi karena unselfishness / tidak ada egoisme. Tetapi Ananias dan Safira justru memberi karena selfishness / egoisme. Mereka memberi karena mereka ingin dipuji (bdk. Mat 6:2-4).

Penerapan: Apakah saudara sering memberi dengan motivasi yang bersifat egois? Misalnya:

· memberi supaya diberkati Tuhan secara berlipat ganda.

· memberi supaya tidak dihukum Tuhan.

· memberi supaya ada damai dan sukacita dalam hati.

· memberi karena malu kalau tidak memberi.

2) Dusta (5:3,4b,8).

3) Dosa ini disepakati dan direncanakan bersama-sama (ay 4b,9).

III) Hukuman Tuhan.

1) Kata-kata Petrus, atau lebih tepat, kata-kata Tuhan melalui Petrus.

Ay 3-4 - “Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kua-samu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah”.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari bagian ini:

a) Petrus tahu kejahatan mereka (ay 3-4).

Dalam Kitab Suci sering terjadi bahwa seorang hamba Tuhan bisa tahu kejahatan seseorang, tentu karena Tuhan memberitahu dia. Tetapi:

· ini tidak berarti bahwa seorang hamba Tuhan harus selalu tahu kejahatan orang lain. Kalau Tuhan tidak memberitahu, tentu hamba Tuhan itu tidak akan tahu. Ada banyak kasus dimana seorang hamba Tuhan tidak tahu kejahatan orang, seperti:

* Waktu Ishak didustai oleh Yakub dan Ribka (Kej 27:18-29).

* Waktu Yakub didustai anak-anaknya (Kej 37:31-35).

* Waktu Yosua didustai oleh orang Gibeon (Yosua 9).

* 11 rasul tidak tahu kejahatan / pengkhianatan Yudas Iskariot.

· ini juga tidak berarti bahwa orang yang bisa tahu kejahatan / isi hati orang lain, pasti adalah hamba Tuhan. Bisa saja ia tahu ka-rena menggunakan kuasa gelap (seperti telepati, dsb).

b) Dari kata-kata Petrus ini terlihat bahwa Roh Kudus adalah Allah sen-diri, karena dalam ay 3 Petrus berkata ‘engkau mendustai Roh Kudus’ tetapi dalam ay 4 Petrus berkata ‘Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah’, dan dalam ay 9 Petrus berkata: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?’.

c) Dosa kepada manusia sama dengan dosa kepada Allah.

Sebetulnya Ananias dan Safira berdusta kepada manusia. Mungkin sekali mereka mengatakan kepada Petrus bahwa yang mereka per-sembahkan adalah seluruh hasil penjualan tanah mereka. Tetapi toh Petrus berkata: bahwa ‘mereka mendustai Roh Kudus / Allah’ (ay 3-4) dan ‘mencobai Roh Tuhan’ (ay 9).

Ada banyak orang yang kalau berbuat dosa, beranggapan bahwa dosa itu tidak ada hubungannya dengan Allah. Mungkin ia berang-gapan bahwa hanya dosa-dosa tertentu yang berhubungan dengan Allah, seperti kalau ia membolos dari kebaktian, atau kalau ia tidak memberi persembahan persepuluhan, atau kalau ia menyembah berhala, dsb. Tetapi dosa-dosa yang lain, seperti berdusta, tidak tunduk kepada suami, tidak mengasihi istri, tidak hormat kepada orang tua, bahkan berzinah, dsb, ia anggap merupakan dosa antara manu-sia dengan manusia. Tetapi ini jelas tidak benar. Semua dosa adalah dosa kepada Allah. Bandingkan ini juga dengan doa pengakuan dosa raja Daud dalam Maz 51 yang merupakan pengakuan dosanya karena berzinah dengan Batsyeba, membunuh Uria dsb. Ia berkata dalam Maz 51:6: “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah ber-dosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat”.

d) Dari kata-kata ‘hatimu dikuasai Iblis’ terlihat dengan jelas bahwa Iblis / setan selalu ikut campur dalam terjadinya dosa. Tetapi perhatikan juga bahwa Petrus tidak lalu menengking ‘roh dusta’ atau ‘roh kesombong-an’ atau ‘roh ingin dipuji’ dari diri Ananias. Sebaliknya Petrus (dan ju-ga Tuhan) tetap menyalahkan Ananias maupun Safira. Ini terlihat dari:

· Ay 3-4: ‘engkau mendustai Roh Kudus ... engkau merencanakan per-buatan itu ... Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah’.

· Ay 9: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tu-han?’

· hukuman mati kepada mereka berdua (ay 5,10).

Contoh lain: Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena godaan Iblis, tetapi Adam dan Hawa tetap bertanggung jawab atas dosanya dan mereka dihukum (Kej 3).

Jadi, sekalipun seseorang berbuat dosa karena godaan setan, orang itu sendiri yang berbuat dosa, dan ia tetap bertanggung jawab atas dosanya. Kita tidak boleh menjadikan roh jahat sebagai kambing hitam, dan melemparkan semua tanggung jawab kepada roh jahat itu.

2) Ananias dihukum mati dan dikubur (ay 5-6), dan sebentar lagi Safira yang juga berdusta (ay 7-8) mengikuti jejak suaminya (ay 9-10).

Ay 5,10: ‘putuslah nyawanya’.

KJV: ‘gave up / yielded up the ghost’ (= menyerahkan roh).

RSV/NIV: ‘died’ (= mati).

NASB: ‘breathed his / her last’ (= menghembuskan nafas terakhir).

Kata Yunani yang dipakai adalah EXEPSUXEN (dalam Perjanjian Baru kata ini hanya digunakan 3 x, yaitu dalam Kis 5:5,10 Kis 12:23), yang berasal dari kata dasar EKPSUCHO. Kata EKPSUCHO ini pasti berasal dari 2 kata Yunani yaitu EK [= from (= dari), out from (= keluar dari), away from (= jauh dari)] + PSUCHE [= soul (= jiwa)]. Kata Yunani ini menunjukkan bahwa mati merupakan perpisahan dari tubuh dengan jiwa.

Penerapan: Kalau selama ini saudara adalah orang yang meremehkan dusta, renungkan hukuman Tuhan kepada kedua pendusta ini, dan bertobatlah!

Ada orang yang mempertanyakan: mengapa Allah bertindak begitu keras terhadap Ananias dan Safira? Jawabnya:

a) Allah itu berdaulat, dan karena itu Ia berhak untuk menghukum pada saat dan dengan cara yang Ia kehendaki. Ia berhak untuk berbelas-kasihan dan menunda penghukuman supaya orang itu bertobat (Ro 2:4), tetapi ia juga berhak untuk langsung menghukum. Bdk. Ro 9:15 yang berbunyi: “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati’”.

b) Kitab Suci tidak menceritakan kehidupan Ananias dan Safira sebelum saat ini. Mungkin Ananias dan Safira sudah lama hidup dalam dosa, dan Allah sudah lama bersabar terhadap mereka. Tetapi mereka tetap tidak bertobat, dan karena itu sekarang Allah menghukum mereka. Faktor ini juga harus kita perhitungkan dalam kasus-kasus lain dimana Allah tidak memberikan peringatan / kesempatan bertobat, tetapi lang-sung menghukum seseorang dengan keras, yaitu dengan hukuman mati. Misalnya kasus Uza dalam 2Sam 6:6-7.

c) Saat itu gereja baru berdiri sehingga harus ada disiplin yang keras supaya yang lain menjadi takut untuk berbuat dosa (perhatikan ay 5b,11 dimana dikatakan bahwa orang-orang menjadi takut).

Penutup / kesimpulan:

Sebagus-bagusnya gereja, karena gereja terdiri dari manusia berdosa, pasti tetap ada cacatnya. Tetapi Allah tidak mau membiarkan cacat itu. Allah ingin gereja dimurnikan. Karena itu mari kita melihat dalam diri kita, secara individuil maupun kolektif, untuk melihat hal-hal jelek apa yang masih ada. Sebelum Allah menghajar / menghukum, marilah kita bertobat dan menyucikan diri kita dari segala hal yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Maukah saudara?

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 5:12-42

I) Alasan pertumbuhan Gereja abad pertama.

1) Ada banyak mujijat (ay 12,15,16).

Mujijat memang tidak mempertobatkan, tetapi setidaknya mujijat menarik banyak orang untuk datang, sehingga mereka bisa mendengar Firman Tuhan / Injil dan bertobat.

2) Adanya kesatuan dalam gereja itu.

Ini sebetulnya bisa terlihat dari ay 12b, tetapi Kitab Suci Indonesia, yang hanya mengatakan ‘mereka selalu berkumpul’, salah terjemahan.

NASB: ‘and they were all with one accord in Solomon’s portico’ (= dan mereka semua dengan satu hati / pikiran ada di serambi Salomo).

Kesatuan ini penting karena menyebabkan orang krasan di gereja. Su-dahkah saudara berjuang untuk bersatu, memperhatikan dan mengasihi jemaat yang lain?

3) Ada Pemberitaan Injil dan Firman Tuhan.

Dalam ay 12 pada waktu mereka berkumpul, pasti juga ada pemberitaan Injil / Firman Tuhan. Ini menyebabkan banyak orang bertobat dan gereja bertumbuh.

4) Adanya disiplin Tuhan.

Ay 13: ‘tidak ada yang berani menggabungkan diri’. Apa sebabnya? Karena disiplin yang Tuhan tunjukkan dalam Kis 5:1-11 (hukuman mati terhadap Ananias dan Safira). Ini menyebabkan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh percaya menjadi takut untuk bergabung. Kelihatannya hal ini justru menghambat pertumbuhan gereja! Tetapi bukan demikian halnya. Justru karena orang-orang yang tidak sungguh-sungguh tidak berani bergabung, maka gereja menjadi murni. Gereja yang dipenuhi orang kristen KTP pasti akan memberikan kesaksian yang jelek terhadap dunia. Tetapi gereja abad pertama ini murni sehingga bisa memberikan kesaksian yang baik terhadap dunia. Apa akibatnya? Ay 13: mereka dihormati orang. Ini akhirnya mengakibatkan banyak orang yang justru datang kepada Tuhan (ay 14).

Penerapan:

Disiplin yang Tuhan lakukan di sini memang jarang terjadi (sekalipun masih ada). Tetapi Tuhan memerintahkan kita untuk melakukan disiplin yang lain, yaitu siasat gerejani (Mat 18:15-17 1Kor 5:1-13). Ada 2 hal yang perlu diketahui sehubungan dengan siasat gerejani ini:

· kalau saudara adalah pendeta / majelis, jangan takut untuk menegur jemaat yang berdosa. Kalau memang diperlukan, saudara bahkan harus berani melakukan siasat gerejani / pengucilan terhadap jemaat yang berdosa dengan cara yang tegar tengkuk, misalnya kalau mereka bercerai lalu kawin lagi, atau bahkan melakukan polygamy. Dan jangan hanya menyoroti peristiwa Ananias dan Safira dan lalu berpendapat bahwa disiplin gereja itu adalah hak Tuhan, bukan urusan kita. Ingat bahwa Tuhan sendiri memerintahkan hal itu (Mat 18:15-17 1Kor 5:1-13). Ini memurnikan gereja saudara. Mungkin keli-hatannya ini akan menghambat pertumbuhan gereja, bahkan mungkin menyebabkan orang-orang tertentu lalu meninggalkan gereja karena menganggap gereja ‘tidak kasih’, tetapi pada akhirnya ini justru akan menumbuhkan gereja.

· saudara yang adalah jemaat biasa, jangan terlalu cepat menyalahkan pendeta / majelis kalau mereka menegur jemaat yang salah atau bah-kan melakukan siasat gerejani terhadapnya. Memang, kalau pendeta / majelis itu mengucilkan orang yang justru injili dan alkitabiah (seperti yang banyak dilakukan dalam kalangan gereja yang liberal), maka tentu saja saudara harus menentangnya. Tetapi kalau orang yang dikucilkan / disiasat itu memang berdosa dengan cara yang tegar tengkuk, maka jangan menyalahkan pendeta / majelis yang mengu-cilkan orang itu! Sebaliknya, saudara harus mendukung pengucilan itu, karena kalau tidak demikian pengucilan itu tidak efektif.

II) Ada serangan.

1) Ay 17-18.

a) Golongan Saduki ini adalah golongan mayoritas di dalam Sanhedrin / Mahkamah Agama. Mereka tidak percaya pada kebangkitan orang mati (bdk. Mat 22:23-33 Kis 23:6-10). Jadi jelas bahwa mayoritas dari Mahkamah Agama ternyata adalah orang sesat! Ini pasti akan menyesatkan seluruh ‘gereja’.

Penerapan:

Karena itu hati-hati dalam memilih majelis. Jangan mengangkat seseorang menjadi majelis hanya karena ia kaya dan mempunyai gelar! Majelis tentu tidak harus orang suci, tetapi setidaknya ia haruslah orang yang sungguh-sungguh percaya yang mempunyai pengertian Firman Tuhan yang baik, dan mempunyai hati seorang murid (mau belajar).

b) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘iri hati’ (ay 17) adalah ZELOS, yang artinya adalah sesuatu yang berkobar-kobar dalam hati [catatan: dari kata Yunani ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘zeal’ (= semangat)]. Kata ini bisa diartikan secara positif seperti dalam Yoh 2:17 2Kor 7:7 2Kor 11:2, tetapi juga bisa diartikan secara negatif seperti dalam Kis 13:45 dan dalam ay 17 ini.

NIV/NASB/RSV: ‘jealousy’ (= kecemburuan / iri hati).

KJV: ‘indignation’ (= kejengkelan / kemarahan).

Mungkin kedua arti ini harus digabungkan. Mereka iri hati karena banyak orang mengikuti rasul-rasul itu, dan mereka marah / jengkel karena rasul-rasul berkhotbah tentang kebangkitan Yesus dan tidak mempedulikan larangan mereka dalam Kis 4.

Di sini terlihat bahwa orang-orang ini mempunyai semangat, teta-pi pengetahuan / pengertian Firman Tuhannya kacau, sehingga akhirnya semangat mereka ditujukan untuk menentang kebenar-an. Bandingkan dengan Amsal 19:2 yang berkata: “tanpa pengeta-huan, kerajinanpun tidak baik”. NIV: “It is not good to have zeal without knowledge” (= adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa penge-tahuan).

Celakanya, ada banyak orang yang pengetahuan / pengertian Firman Tuhannya baik, tetapi loyo / tidak mempunyai semangat! Melayani Tuhan tidak mau, memberitakan Injil tidak mau, berdoa malas, memberi persembahan enggan, dsb. Apakah saudara adalah orang yang seperti itu?

c) Rasul-rasul ditangkap dan dipenjarakan (ay 18).

Penerapan:

· Kalau hal ini menimpa saudara, bagaimana sikap saudara? Ber-henti memberitakan Injil? Kompromi dengan orang kafir? Marah / kecewa kepada Tuhan? Ingat bahwa Yesus sudah lebih dahulu menderita dan mati bagi saudara, karena itu saudarapun harus rela menderita, dan bahkan mati bagi Tuhan!

· kalau saudara mendengar ada orang yang masuk penjara karena memberitakan Injil, bagaimana sikap saudara? Maukah saudara mendukung dia / keluarganya? Atau saudara malah menghakimi orang itu dengan berkata: ‘Itu salahnya sendiri, dia terlalu fanatik sih!’? Celakalah saudara yang tidak mau mendukung / menolong orang yang masuk penjara / menderita karena melayani Tuhan / memberitakan Injil!

2) Ay 26-28.

Mujijat yang terjadi dalam ay 19 itu jelas bagi mereka (perhatikan ay 23). Tetapi mereka mengeraskan hati dan menangkap rasul-rasul itu lagi.

Pada waktu menangkap mereka tidak menggunakan kekerasan karena takut kepada orang banyak. Mereka tidak takut kepada Allah, tetapi takut kepada manusia. Ini kebalikan dari apa yang Yesus katakan dalam Mat 10:28.

Akhirnya rasul-rasul lalu dihadapkan kepada Mahkamah Agama dan kepada mereka dituduhkan 2 hal:

· Mereka tetap memberitakan Injil sekalipun telah dilarang (ay 28a).

· Mereka menyebabkan tokoh-tokoh agama itu dianggap sebagai pem-bunuh Kristus (ay 28b).

3) Ay 33: ‘tertusuk’ (bdk. Kis 7:54).

Mereka menjadi sangat marah waktu mendengar ‘khotbah’ rasul-rasul dalam ay 29-32, dan mereka bahkan ingin membunuh rasul-rasul itu.

Penerapan:

Seringkah / pernahkah saudara menjadi marah kepada pengkhotbah waktu saudara mendengar Firman Tuhan? Kalau ya, saudara segolongan / sekwalitet dengan orang-orang itu. Bertobatlah!

4) Ay 40: mereka menyesah rasul-rasul itu.

a) Dalam Ul 25:1-3 dikatakan bahwa hukuman cambuk hanya boleh dila-kukan sebanyak 40 x. Tetapi pada prakteknya, supaya jangan terjadi kelebihan karena salah hitung, maka mereka hanya mencambuk se-banyak 39 x (bdk. 2Kor 11:24).

b) Kata ‘menyesah’ (ay 40) dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata yang paling keras untuk mencambuk.

c) Hal ini sudah dinubuatkan oleh Yesus (Matius 10:17).

III) Sikap Tuhan.

1) Menolong dengan mujijat (ay 19-20).

a) William Barclay (yang memang adalah orang yang anti mujijat) meng-anggap ini belum tentu merupakan mujijat karena kata Yunani ANG-GELOS bisa diterjemahkan ‘malaikat’ atau ‘utusan’.

Tetapi ay 23 jelas menunjukkan bahwa itu adalah mujijat.

b) Ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan apa yang terjadi saat itu), dan ini tidak boleh dianggap sebagai rumus. Tidak semua orang kristen yang masuk penjara akan mengalami hal seperti itu. Yohanes Pembaptis juga masuk penjara dan akhirnya dipenggal.

c) Tujuan Allah melakukan mujijat itu: supaya baik rasul-rasul / gereja maupun tokoh-tokoh Yahudi itu tahu bahwa Allah ada di pihak gereja / rasul-rasul.

2) Menolong dengan cara biasa / bukan mujijat (ay 33-39).

a) Allah memakai Gamaliel (guru Paulus - bdk. Kis 22:3) untuk menolong rasul-rasul.

b) Kata-kata / nasehat Gamaliel dalam ay 35-39 tidak sepenuhnya benar. Kesalahan kata-kata Gamaliel:

· ajaran yang bukan dari Allah tidak selalu hilang dengan sendirinya. Kata-kata salah dari Gamaliel ini dipakai oleh orang-orang tertentu dalam persoalan Toronto Blessing. Mereka berkata sebaiknya kita melihat perkembangan dari Toronto Blessing; kalau Toronto Bless-ing itu bukan dari Allah nanti akan hilang dengan sendirinya. Tetapi ini tidak benar! Lihatlah agama-agama lain, sekte-sekte dsb, yang sekalipun ada yang lalu hilang dengan sendirinya, tetapi juga ada banyak yang bukan hanya bisa bertahan, tetapi bahkan berkembang dengan hebat. Jelas bahwa apa yang bukan dari Allah tidak selalu hilang dengan sendirinya.

· Gamaliel melihat suatu ajaran itu betul atau tidak bukan dengan membandingkan ajaran itu dengan Kitab Suci / Firman Tuhan, tetapi dengan melihat hasil akhirnya.

· Gamaliel melarang untuk menghukum karena Allah akan meng-hukum. Bagaimana dengan perampok, pencuri, pembunuh, dsb? Apakah mereka juga tidak boleh dihukum?

c) Mahkamah Agama itu menerima kata-kata / nasehat Gamaliel.

· Mereka menolak khotbah Petrus yang betul-betul adalah Firman Tuhan, tetapi menerima kata-kata Gamaliel yang penuh dengan kesalahan.

· Aneh! Mengapa Mahkamah Agama yang mayoritas terdiri dari orang-orang Saduki itu mau menerima nasehat Gamaliel yang ada-lah orang Farisi? (Bdk. Kis 23:6-10). Pasti Allah yang bekerja sehingga mereka mau menerima kata-kata itu.

d) Pertolongan Allah melalui Gamaliel ini tidak kelihatan sebagai mujijat.

Penerapan:

Kalau saudara minta tolong kepada Tuhan, jangan memaksa Tuhan / mendikte Tuhan untuk melakukan mujijat. Ia bisa menolong dengan atau tanpa mujijat. Misalnya saudara sakit, jangan lalu menolak dokter / obat, dan menuntut kesembuhan ilahi. Tuhan bisa menyembuhkan saudara melalui mujijat / kesembuhan ilahi, tetapi Tuhan juga bisa menyembuhkan saudara melalui dokter, obat, olah raga, diet dsb.

3) Membiarkan mereka (ay 40).

Kali ini Tuhan tidak menolong rasul-rasul! Tuhan membiarkan mereka dicambuki. Mengapa? Karena salib harus ada dalam kehidupan Kristen.

IV) Sikap rasul-rasul.

1) Ay 21: mereka memberitakan Injil (mentaati perintah dalam ay 20).

Mereka tidak berhenti memberitakan injil, mereka tidak menunda Pembe-ritaan Injil, mereka tidak mengurangi Pemberitaan Injil, mereka juga tidak memberitakan Injil secara diam-diam / sembunyi-sembunyi (ay 21,25). Padahal mereka baru dipenjarakan.

Bandingkan ini dengan sikap kebanyakan orang kristen jaman ini, yang sekalipun tidak pernah dipenjara karena Injil, tetap takut untuk membe-ritakan Injil!

2) Ay 29-32: ini adalah jawaban terhadap kata-kata imam besar (ay 28).

a) Ay 29: harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Ini berlawanan dengan sikap orang-orang Yahudi itu dalam ay 26.

b) Ay 30:

· ‘Allah nenek moyang’. Ini untuk menunjukkan bahwa rasul-rasul itu tidak mengikuti allah lain.

· rasul-rasul itu memberitakan kebangkitan Yesus kepada orang-orang Saduki yang anti kebangkitan orang mati!

· ‘kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh’.

Kalau tadi dalam ay 28b terlihat bahwa mahkamah agama / imam besar marah karena gara-gara rasul-rasul itu mereka dianggap sebagai pembunuh Kristus, maka di sini rasul-rasul itu menegas-kan bahwa memang mereka adalah pembunuh Kristus. Rasul-rasul itu tidak mau berkompromi dalam persoalan dosa. Mereka tidak mau mengatakan ‘dosa’ sebagai ‘tidak dosa’ ataupun menutup-nutupi dosa mahkamah agama itu!

c) Ay 31a:

· Yesus ditinggikan oleh Allah.

· Yesus adalah ‘pemimpin’ [NIV/NASB: ‘prince’ (= pangeran)]. Ini menunjukkan Yesus sebagai orang yang berkuasa.

· Yesus adalah ‘Juruselamat’.

Penerapan: jangan hanya memperkenalkan Yesus sebagai Peno-long / pemberi berkat, tetapi terutama Yesus sebagai Juruselamat.

d) Ay 31b: ‘supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa’.

Kitab Suci Indonesia ini terjemahannya kurang tepat.

NASB: ‘to grant repentance to Israel and forgiveness of sins’ (= mem-berikan pertobatan kepada Israel dan pengampunan dosa-dosa).

NIV: ‘that he might give repentance and forgiveness of sins to Israel’ (= supaya Ia bisa memberikan pertobatan dan pengampunan dosa-dosa kepada Israel).

Dari terjemahan NIV maupun NASB terlihat bahwa baik ‘pertobatan’ maupun ‘pengampunan dosa’ adalah pemberian Yesus. Seluruh kese-lamatan kita adalah pemberian Tuhan!

e) Ay 32:

· ‘kami adalah saksi’. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mau berhenti bersaksi bagi Tuhan / memberitakan Injil.

· dikatakan bahwa ‘Roh Kudus diberikan kepada orang yang taat’, karena ketaatan adalah bukti iman.

· Roh Kudus juga adalah saksi. Jadi dalam bersaksi tentang Kristus mereka disertai oleh Roh Kudus.

3) Ay 41-42:

a) Mereka gembira (ay 41).

Ini tidak berarti bahwa mereka tidak merasa sakit karena penyesahan itu. Mereka pasti merasa sakit, tetapi mereka tetap gembira, mungkin karena mereka ingat kata-kata Yesus dalam Mat 5:10-12.

b) Tiap hari mereka memberitakan Injil di Bait Allah dan dari rumah ke rumah (ay 42).

Kesimpulan:

Sikap rasul-rasul tidak tergantung sikap Tuhan. Apakah Tuhan menolong melalui mujijat atau menolong dengan cara biasa, atau bahkan pada saat Tuhan tidak menolong dan membiarkan mereka menderita, mereka tetap taat dengan terus memberitakan Injil!

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 6:1-7

Dengan bertumbuhnya gereja, maka muncullah problem (ay1).

I) Apa problemnya? (ay 1).

1) Problem saat itu adalah dalam persoalan pembagian makanan kepada orang yang miskin (bdk. ay 2 - ‘melayani meja’).

Adanya pembagian makanan kepada janda-janda menunjukkan bahwa gereja abad pertama melayani bukan hanya dalam hal rohani, tetapi juga dalam hal jasmani!

Dalam pelayananNya, Yesus juga memperhatikan kedua hal ini, yaitu jasmani dan rohani. Contohnya: dalam Mark 6:34 Ia melakukan pelayan-an rohani, yaitu mengajar Firman, dan dalam Mark 6:35-44 Ia melakukan pelayanan jasmani, yaitu memberi makan orang banyak.

Gereja bisa menuju extrim kiri dimana mereka hanya melakukan pela-yanan dalam persoalan jasmani, misalnya memperhatikan kebutuhan orang miskin dalam gereja, menyumbang yatim piatu, korban bencana alam, dsb, tetapi tidak memberitakan Injil / Firman Tuhan.

Tetapi gereja juga bisa extrim ke sebelah kanan, dimana gereja begitu menekankan hal rohani, sehingga mengabaikan pelayanan yang bersifat jasmani, seperti menolong orang miskin dalam gereja.

2) Mula-mula hal itu ditangani oleh rasul-rasul sendiri.

Dari Kis 4:35,37 (persembahan untuk orang miskin diletakkan di depan kaki rasul-rasul) bisa ditarik kesimpulan bahwa mungkin sekali sampai saat itu, pelayanan meja ditangani oleh rasul-rasul sendiri. Tetapi mung-kin akhirnya mereka menjadi kewalahan menangani hal itu, setelah jum-lah jemaat menjadi lebih banyak.

3) Timbul sungut-sungut karena ada yang merasa diperlakukan tidak adil (ay 1).

Keluhan ini mungkin saja tidak betul. Mungkin mereka hanya merasa seolah-olah diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi mungkin juga memang terjadi ketidak-adilan, tetapi yang tidak disengaja, karena bertindak adil secara murni terhadap banyak orang merupakan sesuatu yang sangat sukar untuk bisa dilakukan.

4) Problem ini merupakan serangan setan dari dalam.

Kalau dalam Kis 4-5 setan menyerang gereja dengan penganiayaan dari luar, maka sekarang setan menyerang dengan problem dari dalam (perpecahan). Kita harus selalu waspada terhadap serangan jenis ini! Setan memang senang memecah-belah kita dengan memberikan rasa iri, sentimen, benci, dsb.

II) Cara rasul-rasul menangani problem itu.

1) Rasul-rasul tak mau menangani sendiri pelayanan meja itu!

Mengapa? Karena mereka tahu tugas mereka yang terutama yaitu mem-beritakan Firman Tuhan (ay 2-4).

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari hal ini:

a) Hamba Tuhan harus tahu bahwa pelayanan utamanya adalah memberitakan Firman Tuhan. Pelayanan yang lain (bezoek, coun-selling, organisasi, dsb) sekalipun juga penting, tetapi bukanlah yang terutama. Hal ini harus juga disadari oleh jemaat supaya jemaat tidak menuntut hamba Tuhan melakukan pelayanan-pelayanan sekunder sehingga mengabaikan pelayanan primer!

b) Pelayanan Firman bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

Kata-kata ‘memusatkan pikiran’ dalam ay 4, menunjukkan bahwa pe-layanan Firman Tuhan adalah sesuatu yang berat dan membutuhkan konsentrasi! Jangan anggap bahwa pekerjaan seorang hamba Tuhan itu ringan / enak!

c) Hamba Tuhan tidak boleh menangani semua pelayanan!

Ia harus berani menolak pelayanan yang mengganggu pelayanan Fir-man Tuhan!

Ay 2: ‘Kami tak merasa puas’. Ini salah terjemahan! Terjemahan huruf-iahnya sebetulnya adalah: ‘It is not pleasing’ (= itu tidak menyenang-kan). Tentu saja yang dimaksud adalah ‘tidak menyenangkan Allah’. Allah tidak senang kalau hambaNya melakukan pelayanan-pelayanan remeh / sekunder, sehingga mengabaikan pelayanan yang terutama / primer!

Kalau kita sedang melakukan hal yang terbaik, maka setan sering da-tang dan menyodorkan kepada kita hal yang baik, supaya kita meng-abaikan hal yang terbaik (bdk. Luk 10:38-42). Memang bisa saja pada waktu kita mau melakukan hal yang terbaik, setan lalu datang dan menawarkan hal yang berdosa, tetapi ini merupakan serangan yang terlihat dengan jelas. Kelicinan setan justru adalah bahwa pada waktu kita mau melakukan hal yang terbaik, ia bukan menawarkan dosa, tetapi menawarkan hal yang baik.

Dalam suatu renungan harian dikatakan sebagai berikut:

“The great enemy of the life of faith in God is not sin, but the good which is not good enough. The good is always the enemy of the best” (= musuh besar dari hidup beriman kepada Allah bukanlah dosa, tetapi hal yang baik yang tidak cukup baik. Hal yang baik selalu merupakan musuh dari hal yang terbaik) - ‘My Utmost for His Highest’, tgl 25 Mei.

Penerapan:

Uang yang seharusnya bisa diberikan untuk Tuhan / persembahan pembangunan gedung gereja, lalu disumbangkan orang miskin (Bdk. kata-kata Yesus dalam Yoh 12:8 - “orang-orang miskin akan selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak selalu ada pada kamu”). Ingat bahwa kalau semua orang kristen berbuat seperti ini, gerejanya yang akan bang-krut!

2) Rasul-rasul memberi mandat kepada orang lain untuk menangani pela-yanan itu (ay 3).

a) Hamba Tuhan memang bertugas untuk mendidik jemaat sehingga jemaat bisa melayani (Ef 4:11-12).

Pada waktu rasul-rasul merasakan bahwa mereka tidak mungkin melakukan pelayanan meja tanpa mengganggu pelayanan Firman, mereka bukannya menelantarkan pelayanan meja itu, tetapi memberi-kannya kepada orang lain / jemaat (ay 3). Dengan demikian mereka bukan saja tidak menelantarkan pelayanan mereka, tetapi juga men-didik jemaat untuk melayani.

Hamba Tuhan yang menangani semua pelayanan mungkin adalah hamba Tuhan yang rajin, tetapi bagaimanapun ia tidak benar!

b) Ada 7 orang yang diangkat menjadi diaken-diaken pertama dalam gereja.

Dari mana kita bisa mengatakan bahwa 7 orang ini adalah diaken?

· ay 1: kata ‘pelayanan’ dalam bahasa Yunaninya adalah DIAKONIA.

· ay 2: kata ‘melayani’ dalam bahasa Yunaninya adalah DIAKO-NEIN.

c) Cara mengangkat:

· Tidak dengan cara diktator, padahal mereka adalah rasul-rasul! Mereka menggunakan cara demokrasi / musyawarah.

* ay 2: rasul-rasul memanggil semua murid.

* ay 3: rasul-rasul menyuruh murid-murid itu memilih (ay 3: ‘pilihlah’).

* ay 5: ‘usul’ (NIV: ‘proposal).

Sebetulnya kata bahasa Yunaninya adalah LOGOS (= word / kata, atau speech / perkataan). Tapi dari kata ‘diterima’ dalam ay 5, maka terjemahan ‘usul’ itu bisa diterima.

Ini adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan gereja! Tidak ada orang yang berhak mengambil keputusan sendiri, kecuali dalam hal yang urgent / mendesak, dimana tidak ada waktu untuk mengadakan rapat / pembicaraan. Setiap orang kristen harus belajar untuk tidak mengambil keputusan sen-diri, dan juga untuk menghormati keputusan rapat!

Juga bagian ini mengajar bahwa dalam pemilihan pejabat gereja, jemaat terlibat!

· Tidak dengan memberi kebebasan mutlak!

Rasul-rasul memberikan syarat-syarat (ay 3).

* ‘tujuh’ bukan lambang apa-apa, dan ini tidak mutlak (jadi, ini tidak berarti bahwa gereja harus mempunyai 7 diaken).

* ‘tujuh orang’ [Inggris: ‘seven men’ (= 7 orang laki-laki)].

Ada yang menganggap hal ini sebagai dasar bahwa diaken harus laki-laki. Tetapi mungkin hal ini terjadi karena pada jaman itu perempuan tidak dianggap, sehingga diaken harus laki-laki.

* ‘terkenal baik’.

NIV membuang hal ini tanpa alasan!

NASB: ‘of good reputation’ (= mempunyai reputasi yang baik).

* ‘penuh Roh’.

Ini bisa terlihat bukan dari karunia bahasa Roh, tetapi dari buah roh (Gal 5:22-23) dalam hidup mereka.

* ‘penuh hikmat’.

Artinya: Mengerti Firman Tuhan (bdk. Maz 119:98-100), dan takut kepada Allah (Amsal 1:7).

Jadi dalam gereja harus dihindarkan 2 extrim:

¨ cara diktator.

¨ kebebasan mutlak.

Yang benar adalah cara musyawarah, tapi harus ada pengarahan.

d) Diaken-diaken yang diangkat (ay 5).

Ada beberapa hal yang perlu disoroti:

· mereka mau diangkat sebagai diaken / diberi pelayanan untuk menangani meja.

Penerapan:

Banyak jemaat yang sadar bahwa hamba Tuhannya harus meng-khususkan diri dalam pelayanan Firman, tetapi pada waktu ada pelayanan yang tidak bisa ditangani oleh hamba Tuhan dan lalu diberikan kepada mereka, mereka menolak. Kalau saudara adalah orang seperti ini sadarlah bahwa secara tidak langsung saudara menghendaki hamba Tuhannya yang menangani semua pela-yanan.

· Stefanus ditonjolkan, mungkin karena ia lebih baik / hebat dari yang lain, tetapi lebih mungkin lagi, karena Lukas (penulis Kisah Rasul) ingin bercerita tentang Stefanus dalam Kis 6:8-7:60.

· Nikolaus. Tidak ada dasar untuk beranggapan bahwa ia adalah Nikolaus dalam Wah 2:6,15.

· Semua nama dari ke tujuh orang itu adalah nama Yunani. Jadi, mereka berasal dari golongan yang merasa diperlakukan tidak adil! Inilah kebijaksanaan dari gereja abad pertama itu! Dengan demikian sekarang tidak ada alasan untuk merasa diperlakukan dengan tidak adil.

3) Jadi jelas bahwa sekalipun rasul-rasul tidak menangani sendiri pelayanan meja itu, tetapi mereka tetap menyelesaikan problem pelayanan meja itu.

Sesuatu yang penting diperhatikan adalah: sekalipun ini adalah problem dari orang-orang miskin dalam gereja, tetapi rasul-rasul tetap mau mem-bereskannya. Bandingkan dengan banyak pendeta yang hanya mau menangani problem dari jemaat yang kaya, tetapi mengabaikan problem jemaat yang miskin.

III) Akibat (ay 7).

Firman Tuhan tersebar. Artinya: Firman Tuhan diterima oleh lebih banyak orang. Dengan kata lain: gereja bertumbuh.

Karena rasul-rasul memusatkan perhatiannya pada pemberitaan Firman Tuhan dengan jalan mengoperkan sebagian pelayanan kepada orang-orang lain, maka gereja bertumbuh!

Karena itu dalam satu gereja, baik pendeta, majelis, maupun jemaat, harus sama-sama berusaha supaya hamba Tuhan bisa berkonsentrasi penuh pada persiapan dan pemberitaan Firman Tuhan!

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 6:8-15

I) Stefanus.

A) Diri Stefanus.

1) Stefanus adalah orang yang ‘penuh iman dan Roh Kudus’ (ay 5).

Perhatikan bahwa sekalipun Stefanus penuh dengan Roh Kudus, ia tidak pernah berbahasa Roh.

2) Stefanus adalah orang yang ‘penuh karunia dan kuasa’ (ay 8).

Kitab Suci Indonesia mengatakan ‘karunia’ tetapi terjemahan huruf-iahnya adalah ‘kasih karunia’ [NIV: ‘full of God’s grace and power’ (= penuh dengan kasih karunia dan kuasa Allah)].

Tetapi perbedaan ini tidak terlalu menjadi soal di sini, karena memang kalau kita bisa mempunyai karunia tertentu, maka itu merupakan wujud kasih karunia Tuhan bagi kita.

Jadi, Stefanus mempunyai banyak macam karunia-karunia dan juga mempunyai kuasa untuk melakukan mujijat dan / atau dalam pem-beritaan Firman Tuhan.

Catatan: KJV menterjemahkan ay 8 ini ‘full of faith and power’ (= penuh dengan iman dan kuasa), tetapi ini diambil dari manuscript yang berbeda.

3) Stefanus mempunyai hikmat (ay 10 bdk. ay 3).

Hikmat jelas mencakup pengetahuan Kitab Suci / Firman Tuhan (Maz 119:98-100). Memang orang yang mempunyai pengetahuan Kitab Suci belum tentu berhikmat, tetapi orang tidak bisa berhikmat kalau tidak mempunyai pengetahuan Kitab Suci

B) Pelayanan Stefanus.

1) Ia melayani sebagai diaken (ay 5).

Ia melakukan pelayanan meja / melayani orang miskin dalam gereja sehingga rasul-rasul bisa bebas dari tugas itu dan bisa berkonsentrasi pada doa dan Firman Tuhan (ay 2-4).

Penerapan: Apakah pendeta saudara banyak mengerjakan hal-hal yang remeh / sekunder yang menyebabkan ia tidak bisa berkonsen-trasi pada doa dan Firman Tuhan? Kalau ya, pikirkan yang mana dari hal-hal itu yang bisa saudara tangani supaya ia bisa lebih berkonsen-trasi pada doa dan Firman Tuhan!

2) Ia mengadakan mujijat dan tanda (ay 8).

3) Ia bersoal jawab / berdebat (ay 9-10).

a) Stefanus memang berdebat.

Kata ‘bersoal jawab’ dalam ay 9 diterjemahkan ‘argue’ (= berdebat / berargumentasi) oleh NIV/NASB, dan diterjemahkan ‘dispute’ (= bercekcok / berdebat) oleh KJV/RSV.

Dan dari kata-kata ‘mereka tidak sanggup melawan’ dalam ay 10 juga terlihat bahwa ini adalah suatu perdebatan.

Ini perlu dicamkan karena pada jaman ini kebanyakan orang kris-ten menganggap bahwa berdebat adalah sesuatu yang negatif. Kalau saudara adalah orang kristen seperti itu, renungkan bagian ini dan buanglah pemikiran bahwa berdebat adalah sesuatu yang negatif!

b) Dalam perdebatan ini ia memberitakan Injil.

· Ini menunjukkan orang kristen boleh berdebat asal dengan motivasi yang benar. Terhadap orang kristen yang selalu menghindari perdebatan, saya ingin ingatkan 1Pet 3:15b yang berbunyi: “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang me-minta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu”. Ini adalah suatu ayat yang mengharuskan setiap orang kristen untuk belajar berapologetik (membela pandangannya pada waktu diserang).

· Ini juga menunjukkan bahwa dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan, sekalipun kita tidak boleh bersandar pada logika / otak kita, tetapi kita harus memakainya. Ini berlaku baik dalam pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang bersifat pribadi maupun masal (berkhotbah).

c) Dalam berdebat tidak ada orang yang bisa melawan Stefanus (ay 9-10).

Ada banyak orang yang mengaku dirinya penuh dengan Roh Kudus, tetapi anehnya, pada waktu pandangan / prakteknya diserang, ia tidak bisa menjawab serangan itu kecuali dengan menghindarinya dan berkata: ‘Kita tidak usah berdebat’, atau ‘Orang kristen tidak boleh berdebat’, atau ‘Ini tidak bisa dijelaskan kepada orang yang belum mengalaminya’, atau ‘Jangan menghakimi’, dsb. Ini omong kosong. Dalam Kitab Suci, baik nabi-nabi, Yohanes Pembaptis, rasul-rasul (Petrus, Paulus, dsb), maupun Yesus sendiri, sering berdebat dan mereka selalu menang!

4) Ia memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada Mahkamah Agama Yahudi (Kis 7).

Dari sini bisa kita lihat bahwa Stefanus tidak puas hanya dengan 1 pelayanan, ia mencari yang lain yang bisa ia kerjakan. Bagaimana de-ngan saudara? Kalau saudara sudah melakukan 1 pelayanan, apakah saudara lalu merasa sudah cukup? Pelayanan lain apakah yang bisa sau-dara lakukan tetapi belum saudara lakukan? Maukah saudara melakukan-nya?

Juga kita melihat bahwa Stefanus mulai dengan pelayanan kecil, tapi ia melakukannya dengan penuh tanggung jawab, sehingga Tuhan memberi-kan pelayanan yang lebih besar (bdk. Luk 16:10).

Penerapan:

· Kalau gereja mengangkat pekerja, sebaiknya berikan pelayanan kecil dulu. Kalau orang yang diangkat itu ternyata bertanggung jawab da-lam pelayanan kecil itu, baru ia diberi pelayanan yang lebih besar!

· Kalau saudara diangkat sebagai pekerja, setialah dalam pelayanan kecil, baru saudara akan mendapat pelayanan yang lebih besar.

C) Ada penyertaan Roh Kudus dalam hidup dan pelayanan Stefanus.

Ini terlihat dari:

· Ay 5 yang menunjukkan bahwa ia penuh dengan Roh Kudus.

· Ay 8 yang mengatakan bahwa ia penuh dengan karunia / kasih karunia dan kuasa Allah.

· Ay 10 yang menunjukkan bahwa ia dipimpin Roh Kudus dalam ber-debat.

Kesimpulan dari semua ini: Stefanus adalah orang kristen yang luar biasa / hebat.

II) Serangan terhadap Stefanus.

1) Setan menyerang.

Mengapa setan menyerang Stefanus?

a) Melihat orang kristen yang begitu hebat, setan tidak mungkin berdiam diri. Ia pasti menyerang!

Penerapan:

· Kalau saudara adalah orang kristen yang bersungguh-sungguh hidup bagi Tuhan, saudara pasti juga akan mendapat serangan setan. Karena itu banyaklah berdoa supaya Tuhan menjaga / menolong saudara dalam menghadapi serangan setan itu. Jangan pernah lengah!

· Sebaliknya kalau hidup saudara relatif bebas dari serangan setan, maka jelas saudara bukan orang kristen yang hebat, bahkan mungkin sekali saudara bukan orang kristen sama sekali!

· Kalau saudara melihat hamba Tuhan yang betul-betul dipakai oleh Tuhan, yakinlah bahwa ia pasti juga diserang setan habis-habisan. Banyaklah berdoa untuk dia!

b) Setan menyerang Stefanus karena Stefanus membantu rasul-rasul.

Mungkin setan berharap agar dengan jatuhnya Stefanus, rasul-rasul tidak bisa berkonsentrasi pada pemberitaan Firman Tuhan. Karena itu kalau saudara melihat orang-orang yang membantu pelayanan se-orang hamba Tuhan, maka saudara juga harus mendoakan mereka, karena mereka pasti juga diserang oleh setan.

2) Setan menggunakan manusia untuk menyerang Stefanus.

a) Orang-orang yang menyerang Stefanus.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang mereka:

· Mereka adalah orang-orang Yahudi yang tahu Firman Tuhan tetapi tidak bertobat! Orang seperti ini yang paling berbahaya.

· Mereka adalah orang-orang yang fanatik, tetapi tanpa Roh Kudus.

Fanatisme yang membabi buta, yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus maupun Firman Tuhan, menyebabkan mereka menghalal-kan segala macam dosa seperti memfitnah, mengajukan saksi palsu, dan bahkan membunuh.

Apakah saudara fanatik? Itu baik, kalau dipimpin oleh Roh Kudus dan sesuai dengan Firman Tuhan! Tetapi jangan menjadi orang fanatik yang membabi buta dan tidak perduli pada Firman Tuhan!

· Mereka bertambah jahat setelah mendengar Firman Tuhan / kebenaran! Memang kalau saudara mendengar Firman Tuhan, akan timbul 2 kemungkinan: atau saudara dikuduskan oleh Firman itu, atau saudara justru bertambah jahat!

b) Cara mereka menyerang Stefanus.

Dengan menghasut / memfitnah, menangkap / mengadili dan meng-ajukan saksi palsu (ay 11-14). Bandingkan dengan apa yang dialami Stefanus disini dengan apa yang dialami oleh Yesus (Mat 26:60-65).

Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari sini:

· Stefanus mengalami apa yang sudah dialami oleh Yesus.

Bandingkan ini dengan Yoh 15:18-20a yang berbunyi: “Jikalau du-nia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepa-damu: Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu”.

Apakah saudara rela juga mengalaminya demi Yesus?

· Hamba Tuhan pasti sering difitnah!

Karena itu jangan cepat-cepat menerima omongan yang negatif tentang seorang hamba Tuhan.

1Tim 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung oleh dua atau tiga orang saksi”.

· Hamba Tuhan sering difitnah karena khotbahnya (ay 11)!

Banyak orang mengutip khotbah itu cuma sebagian, atau mengu-tipnya secara out of context, dan lalu menambah-nambahinya sehingga menjadi sesuatu yang sama sekali lain dengan apa yang dimaksudkan oleh pengkhotbahnya. Jelas bahwa ini sebetulnya merupakan suatu fitnahan!

* Bandingkan dengan Pdt. dr. Yusuf B. S. dan Guy Duty yang dalam bukunya memfitnah Calvinisme dan bahkan Calvin dan Agustinus! Kalau mau tahu tentang hal ini bacalah buku saya yang berjudul ‘Calvinisme Yang Difitnah!’.

* Saya pernah memimpin Pemahaman Alkitab di suatu gereja, dimana dalam acara tanya jawab terjadi suatu perdebatan. Dalam perdebatan itu saya menyatakan bahwa orang kristen harus mengalami penderitaan, dan tidak selalu harus disem-buhkan dari penyakit. Orang yang berdebat dengan saya itu lalu menyebarkan fitnah di luar (termasuk di BAMAG) dan me-ngatakan bahwa saya adalah orang Liberal yang tidak percaya pada kesembuhan.

c) Fitnahan orang-orang ini.

1. Tentang Bait Allah (ay 14).

Yesus memang menubuatkan keruntuhan Bait Allah, tetapi Ia tidak pernah mengatakan bahwa Ia yang akan meruntuhkan Bait Allah (bacalah Yoh 2:18-21 Mat 24:1-2 Yoh 4:19-24). Jadi, tidak mung-kin Stefanus mengatakan bahwa Yesus yang akan meruntuhkan Bait Allah. Mungkin Stefanus menyinggung-nyinggung kata-kata Yesus yang berhubungan dengan keruntuhan Bait Allah dalam ayat-ayat tersebut di atas, dan oleh mereka kata-kata itu dikutip sebagian dan lalu diberi tambahan-tambahan sehingga menjadi fitnahan seperti itu.

2. Tentang Hukum Taurat.

a. Mungkin Stefanus mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan (bdk. Yoh 5:18 Yoh 10:33 Mat 26:63-65).

b. Tetapi lebih mungkin lagi, Stefanus mengatakan bahwa cere-monial law (= hukum-hukum yang berhubungan dengan upa-cara keagamaan, seperti penyembelihan domba kalau ada dosa, dsb) telah dihapuskan. Orang-orang Yahudi menggang-gap bahwa hukum Taurat bersifat kekal. Pada waktu Stefanus mengatakan ceremonial law dihapuskan, itu mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Musa dan terhadap Allah.

III) Sikap Stefanus waktu diserang.

Ada 2 tafsiran tentang ay 15:

1) Muka Stefanus mengeluarkan sinar (terjadi mujijat).

Saya tidak setuju dengan pandangan ini. Pada waktu muka Musa ber-sinar, bangsa Israel menjadi takut (Kel 34:30). Karena itu kalau muka Stefanus betul-betul bersinar, pasti orang-orang Yahudi itu tidak akan berani mengadili apalagi membunuh dia.

2) Wajah Stefanus menunjukkan ketenangan, kasih, keberanian, keya-kinan.

Ini menunjukkan bahwa ditengah-tengah segala macam serangan setan ia tetap yakin bahwa Allah itu menyertai dia dan bahwa Allah akan berjanji untuk menolong dia untuk berbicara (bdk. Mat 10:17-20).

Kesimpulan:

Kalau saudara ikut Tuhan dan setan menyerang saudara sehingga saudara mengalami segala macam penderitaan, apakah saudara lalu jadi takut dan mundur? Atau, maukah saudara seperti Stefanus dengan tetap beriman dan yakin akan penyertaan Tuhan? Kiranya Tuhan memberkati saudara!

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 7:1-53

I) Tuduhan terhadap Stefanus (Kis 6:11,13,14).

1) Tentang Bait Allah.

Mungkin Stefanus menyinggung / mengutip kata-kata Tuhan Yesus se-perti dalam Yoh 2:18-21 Mat 24:1-2 Yoh 4:19-24 dan oleh mereka lalu diputar-balikkan dan menjadi tuduhan seperti itu.

2) Tentang hukum Taurat dan adat istiadat, penghujatan terhadap Musa dan Allah.

· Mungkin Stefanus memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias dan ini dianggap sebagai penghujatan terhadap Allah (Mat 26:63-65 Yoh 5:18 Yoh 10:33).

· Mungkin Stefanus menghapus ceremonial law dan ini dianggap meng-hujat Musa dan Allah.

II) Pembelaan Stefanus.

Dalam Mat 10:17-20 Yesus berjanji bahwa pada saat seperti ini Roh Kudus akan memimpin dalam berbicara. Tetapi mengapa pembelaan Stefanus ini kelihatannya tidak karuan / tidak terarah / tanpa tujuan?

Rupa-rupanya ini terjadi karena pembelaan Stefanus dalam 7:2-50 belum selesai, tetapi lalu terputus oleh kemarahan / omelan orang-orang Yahudi, sehingga Stefanus lalu berganti haluan dan menghardik mereka dalam 7:51-53. Ini lalu terputus lagi oleh kemarahan orang-orang Yahudi yang lalu me-nyeret Stefanus dan membunuhnya. Adanya interupsi-interupsi ini menye-babkan pembelaan Stefanus tidak kelihatan arahnya.

Tetapi bagaimanapun tetap ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari pembelaan Stefanus ini:

1) Tentang tuduhan menghujat Allah:

a) Dalam ay 2 Stefanus menyebut Allah dengan sebutan ’Allah yang mahamulia’ (the God of Glory).

Ini menunjukkan bahwa ia menghormati Allah. Jadi, tidak mungkin ia menghujat Allah!

b) Mungkin ia dianggap menghujat Allah karena memberitakan Yesus sebagai Mesias / Anak Allah. Ini dia pertahankan dengan:

· Ay 37 - Musa sendiri menubuatkan tentang Yesus (bdk. Ul 18:15-19).

· Ay 52 - nabi-nabi lain juga menubuatkan tentang Yesus.

· Ay 52 - Yesus adalah Orang Benar.

· Cerita tentang Yusuf (ay 9-19) dan Musa (ay 20-44).

Baik Yusuf maupun Musa adalah ‘penyelamat’ tetapi mereka dito-lak / dianiaya. Baik Yusuf maupun Musa adalah type (= gambar-an) dari Kristus. Karena itu sekalipun Kristus ditolak / dibunuh, Ia tetap adalah Penyelamat.

2) Tentang tuduhan menghujat Musa.

Ini dijawab oleh Stefanus dalam ay 25,30-38, dimana dengan jelas ia menyatakan pandangannya tentang Musa, yaitu bahwa:

· Musa memang dipanggil oleh Tuhan.

· Musa dipakai Tuhan untuk melepaskan bangsa Israel.

· Musa melakukan mujijat-mujijat.

· Musa bernubuat.

· Musa menjadi pengantara antara Allah dan Israel (Allah berfirman kepada Israel dengan perantaraan Musa).

Dengan kepercayaan seperti ini tentang Musa, tidak mungkin Stefanus menghujat Musa!

3) Tentang tuduhan menghina Bait Allah.

Dari Yoh 4:20 terlihat bahwa orang Yahudi sangat menekankan:

· Kota tempat ibadah yaitu Yerusalem.

· Gedung Bait Allah.

Kefanatikan seperti ini juga terlihat pada orang-orang kristen jaman seka-rang, misalnya:

¨ Ada banyak orang yang anti pada kebaktian-kebaktian yang tidak diadakan di gedung gereja. Tetapi, coba pikir, apakah jemaat abad I mempunyai gedung gereja?

¨ Kalau bukan gereja resmi tidak boleh mengadakan sakramen (Bap-tisan dan Perjamuan Kudus), dsb.

Stefanus menjawab fanatisme mereka dengan berkata:

* Abraham (ay 2-dst) maupun Yusuf (ay 9-dst) kedua-duanya tinggal di luar Kanaan (sebagian besar hidup mereka ada di luar Kanaan), dan mereka hidup pada saat Bait Allah maupun Kemah Suci belum ada. Tetapi toh ibadah mereka diterima oleh Allah. Jadi tempat maupun gedung Bait Allah itu tidak mutlak!

* Ay 45-46 - Mulai jaman Musa ada Kemah Suci (Ini Bait Allah portable / knockdown). Kemah Suci terus pindah-pindah tempat. Tetapi mereka toh bisa berbakti kepada Tuhan.

* Ay 47 - Salomo mendirikan Bait Allah yang permanen. Tetapi Stefanus menambahkan ay 48-50 yang menyatakan bahwa Allah tidak terku-rung dalam gedung Bait Allah tersebut!

Dari semua ini jelaslah bahwa Bait Allah tidak mutlak dan tidak kekal!

4) Tentang tuduhan menghina / mengubah Hukum Taurat / adat istiadat.

a) Tentang sunat (ay 8).

Dari ay 8 terlihat dengan jelas bahwa ia percaya bahwa sunat adalah perjanjian dari Tuhan! Tetapi ia juga menceritakan bahwa ‘janji Tuhan’ (ay 5-7) sudah diberikan sebelum sunat itu ada (ay 8). Kalau kita lihat kitab Kejadian, kita juga melihat bahwa Abraham sudah dibenarkan oleh Allah (Kej 15:6) sebelum ada sunat (Kej 17).

Jadi, Stefanus tidak merendahkan sunat, karena ia mengatakan bah-wa sunat adalah ‘tanda perjanjian’, tetapi ia juga tidak terlalu mening-gikan sunat seolah-olah sunat itulah yang membenarkan seseorang. Ia meletakkan sunat pada tempat yang seharusnya.

Penerapan:

Apakah saudara menempatkan baptisan pada tempat yang seharus-nya? Saudara bisa meletakkan baptisan pada tempat yang terlalu tinggi, yaitu kalau saudara menganggapnya sebagai jalan keselamat-an atau jaminan keselamatan. Ini salah! Baptisan sama sekali tidak menyelamatkan; hanya iman kepada Kristus yang menyelamatkan! Tetapi sebaliknya saudara juga bisa meletakkan baptisan pada tempat yang terlalu rendah, yaitu kalau saudara menganggapnya tidak perlu (baik terhadap diri saudara maupun terhadap anak / cucu saudara).

b) Hukum-hukum Musa diberikan oleh Tuhan (ay 38).

Jadi Stefanus percaya bahwa Hukum Taurat (termasuk sunat) adalah dari Tuhan. Mungkin sekali sebetulnya ia mau menjelaskan mengapa ia menghapuskan ceremonial law, tetapi kemarahan orang-orang Yahudi menyebabkan ia tidak keburu menjelaskan hal itu.

Dari semua pembelaan terhadap tuduhan / fitnahan ini, ada satu hal yang bisa kita dapatkan, yaitu: kalau orang kristen difitnah, khususnya kalau fitnahan itu bisa merugikan Tuhan / kekristenan / gereja / pelayanan orang itu, maka ia harus membela diri. Bukan demi dirinya sendiri, tetapi demi Tuhan / kekristenan / gereja!

Contoh: di internet ada tulisan yang menyerang Pdt. Dr. Billy Graham, dan menganggapnya sesat, masuk gerakan anti Kristus dsb. Tetapi Dr. Whitlock, Presiden dari Reformed Theological Seminary (RTS) di Jackson, Mississippi, menganggap hal itu sebagai fitnahan. Saya berpendapat bahwa kalau hal itu memang fitnahan, maka Pdt. Dr. Billy Graham harus membantah hal itu.

III) Serangan Stefanus (ay 51-53).

Pada waktu pembelaannya yang Alkitabiah itu ditanggapi oleh orang-orang Yahudi dengan kemarahan, maka Stefanus bukannya menjadi takut, tetapi bahkan lalu ‘menyerang’ mereka dan ia menggambarkan mereka sebagai:

1) Keras kepala (ay 51).

Kata ‘keras kepala’ seharusnya adalah ‘tegar tengkuk’ (stiff-necked). Gambarannya adalah sapi yang tidak mau dipasangi kuk.

Israel dulu juga tegar tengkuk (Kel 32:9 33:3,5) dan orang Yahudi saat itu juga tegar tengkuk. Bagaimana dengan saudara?

2) Tidak bersunat hati / telinga (ay 51).

Mereka membanggakan sunat lahiriah tetapi Stefanus mengatakan bah-wa mereka tidak bersunat hati (tidak bertobat dari dalam) dan telinga (tidak mau dengar / peduli Firman Tuhan).

Ini juga kondisi Israel dulu (Im 26:41 Ul 10:16 Yer 4:4 Yer 9:25-26).

Jangan meniru mereka dengan membanggakan baptisan yang tidak disertai iman / pertobatan yang sejati!

3) Menentang Roh Kudus (ay 51).

Mendengar Firman Tuhan tetapi tidak mau taat adalah menentang Roh Kudus. Apakah saudara juga sering bersikap seperti ini?

4) Menganiaya / membunuh nabi-nabi (ay 51-52).

Nenek moyang mereka menganiaya dan membunuh nabi-nabi jaman dulu (ay 52). Orang-orang Yahudi itu menganggap bahwa mereka berbeda dengan nenek moyang mereka dalam hal ini (Mat 23:30 - “Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu”), tetapi Stefanus mengatakan bahwa mereka sama dengan nenek moyang mereka! Persamaannya:

Nenek moyang mereka:

· ay 9: menjual Yusuf karena iri hati.

· ay 25,27-28,35,39a: tidak mengerti Musa dan menolak Musa.

· ay 39b: mereka ingin kembali ke Mesir. Ini menyedihkan Musa dan melawan Musa.

· ay 40-43: mereka menyembah berhala. Ini lagi-lagi menyakiti dan melawan Musa.

· ay 52: mereka menganiaya / membunuh nabi-nabi yang menubuatkan tentang Yesus.

Orang Yahudi saat itu (ay 52b): mengkhianati (melalui Yudas Iskariot) dan membunuh Yesus, yang adalah Mesias sendiri. Ini lebih hebat lagi dosanya!

Penerapan:

Melihat bahwa banyak ‘umat Allah’ di setiap jaman yang menganiaya / membunuh hamba Tuhan, maka kita perlu sangat berhati-hati untuk tidak melakukan hal yang sama! Sebaliknya, saudara harus menghormati ham-ba Tuhan. Memang kalau seorang pendeta / penginjil adalah nabi palsu, saudara bukan saja tidak perlu, tetapi bahkan tidak boleh meng-hormatinya. Ini terlihat dari 2Yoh 10-11 yang berbunyi: “Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

Tetapi sebaliknya, kalau seorang pendeta / penginjil betul-betul adalah hamba Tuhan, saudara harus menghormatinya. Ini terlihat dari:

· 1Tes 5:12-13a - “Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena peker-jaan mereka”.

· 1Tim 5:17 - “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”.

· Fil 2:29-30 - “Jadi sambutlah dia (Epafroditus) dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia. Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepa-daku”.

Juga perhatikan peringatan dan janji Yesus di bawah ini:

¨ Mat 10:40-41 - “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar”.

¨ Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”.

5) Mempunyai hukum Taurat tetapi tidak taat (ay 53).

Mungkin penekanan Stefanus di sini adalah dalam hal Yesus. Hukum Taurat menubuatkan tentang Yesus (ay 37,52b), tetapi mereka menolak Yesus dan bahkan membunuhNya. Dengan tindakan ini mereka tidak mentaati hukum Taurat.

Kesimpulan dari 5 hal ini adalah: mereka sama dengan nenek moyang me-reka (ay 51b). Orang seharusnya harus belajar dari sejarah (1Kor 10:1-11). Tetapi orang-orang Yahudi ini tidak! Bagaimana dengan saudara?

Penutup:

Apa yang bisa kita pelajari dari Kis 7 ini? Stefanus adalah orang yang berani. Ia memang penuh kasih (ay 60), tetapi ia keras dan berani. Gereja saat ini mem-butuhkan orang-orang seperti ini. Maukah saudara berani bagi / demi Tuhan?

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 7:54-8:4

I) Kematian Stefanus.

1) Orang-orang Yahudi menjadi marah (7:54).

Dalam 7:2-53 Stefanus mengadakan pembelaan, tetapi ia sekaligus mem-beritakan Firman Tuhan / menyerang mereka / menegur dosa-dosa mereka. Ibr 4:12 mengatakan bahwa Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun dan Firman Tuhan menusuk amat dalam. Tetapi ada dua macam tertusuk:

a) Tertusuk lalu bertobat.

Ini terjadi dalam Kis 2:37. Kitab Suci bahasa Indonesia secara salah menterjemahkan ‘terharu’; terjemahan yang benar adalah ‘tertusuk’ / ‘teriris hatinya’.

b) Tertusuk dalam arti marah.

Ini terjadi dalam Kis 5:33 dan Kis 7:54 ini.

Yang mana yang sering menjadi reaksi saudara pada waktu mendengar Firman Tuhan?

2) Stefanus.

a) Ia penuh dengan Roh Kudus (7:55).

Ini berarti ia dikuasai dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus.

b) Menatap ke langit (7:55).

Ia menujukan pandangannya kepada Allah! Biasanya orang yang sedang menderita / mengalami sesuatu yang berbahaya / menakutkan terus menujukan pandangannya pada penderitaannya atau pada sesuatu yang menakutkan itu!

Contoh:

· Yakub dalam Kej 37:33-35.

· Ibu bayi-bayi Betlehem yang dibunuh Herodes (Mat 2:18).

Ini justru salah. Kita harus menujukan pandangan kita kepada Allah. Kita harus merenungkan kasih, kuasa, kesetiaan, keadilan Allah, dsb. Semua ini bisa menguatkan kita menghadapi bahaya / penderitaan itu.

c) Melihat penglihatan (7:55).

· Penglihatan ini hanya terlihat oleh Stefanus. Andaikata semua orang Yahudi itu juga bisa melihatnya, mereka pasti tidak berani membunuh Stefanus.

· Biasanya mujijat diberikan untuk mengkonfirmasikan bahwa sese-orang itu adalah seorang hamba Tuhan / rasul / nabi (bdk. 2Kor 12:12), tetapi di sini jelas itu bukan tujuannya, karena penglihatan itu hanya terlihat oleh Stefanus. Di sini, tujuan dari mujijat / peng-lihatan itu adalah untuk menghibur / menguatkan Stefanus. Stefa-nus sedang menghadapi maut dan Tuhan memberikan sesuatu yang luar biasa bagi dia untuk menguatkan dia. Dari peristiwa ini bisa kita pelajari bahwa kalau bahaya besar / penderitaan besar, maka kasih karunia Allah juga makin besar. Itu menyebabkan kita tidak akan pernah kekurangan kasih karunia Allah (bdk. 2Kor 12:9).

d) Memberitakan penglihatan itu kepada orang Yahudi (7:56).

Dengan kata lain Stefanus berkata: Yesus yang kalian musuhi dan bunuh itu ada di surga di tempat yang paling terhormat!

Catatan: sebelah kanan Allah tidak boleh diartikan secara hurufiah. Ingat Allah itu maha ada. Kedudukan di sebelah kanan Allah menun-jukkan kedudukan yang paling terhormat.

Dalam keadaan yang berbahaya seperti itu Stefanus masih berani memberitakan penglihatan tentang Yesus. Ini betul-betul luar biasa, dan ini sesuai dengan kata-kata Paulus dalam 2Tim 4:2 - “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nya-takanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala ke-sabaran dan pengajaran”.

Kalau dalam keadaan tidak berbahaya saja saudara tidak mau / tidak berani memberitakan Injil, bagaimana dalam keadaan berbahaya?

3) Tanggapan orang-orang Yahudi.

a) Berteriak-teriak dan menutup telinga (7:57).

Ini mereka lakukan karena mereka menganggap kata-kata Stefanus sebagai hujatan dan mereka tidak mau mendengar hujatan itu lebih banyak lagi.

Penerapan:

Pada saat saudara mendengar Firman Tuhan (yang menegur sau-dara), apakah saudara juga sering berhenti mendengar? Ini bisa sau-dara lakukan dengan sekedar tidak mempedulikan firman atau dengan berbicara kepada orang di sebelah saudara, dsb. Bandingkan sikap ini dengan Yak 1:19 yang berbunyi: “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”.

b) Menyerbu, menyeret dan merajam Stefanus (7:57-58).

· Hukum Taurat memang mengatakan bahwa seorang penghujat ha-rus dihukum mati dengan dirajam (Im 24:10-16,23 bdk. Yoh 10:31-33).

· Tetapi pada saat itu Palestina ada dibawah kekuasaan Romawi sehingga sebetulnya Sanhedrin / Mahkamah Agama itu tidak ber-hak membunuh / menghukum mati seseorang (Yoh 18:31). Tetapi saking marahnya, mereka mengabaikan semua ini.

· ‘Saksi-saksi’ (7:58) adalah saksi-saksi palsu dalam Kis 6:13.

Menurut Ul 17:7 pada saat merajam, maka para saksi harus me-lempar batu pertama.

· Mereka melepas jubah dan meletakkannya di bawah kaki Saulus (7:58), karena mereka mau merajam Stefanus.

4) Stefanus berdoa (7:59-60).

a) Stefanus berdoa biasa, bukan dengan bahasa roh (padahal ia penuh Roh Kudus).

b) Stefanus menujukan doanya kepada Yesus (7:59) dan saat itu ia dipenuhi Roh Kudus sehingga jelas bahwa tindakannya itu dipimpin oleh Roh Kudus dan tidak mungkin salah!

Jadi, berdoa kepada Yesus tidak salah! Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Allah, sehingga kita boleh berdoa kepada yang manapun dari Mereka!

c) Stefanus tetap tenang, sekalipun ia menghadapi kematian yang me-ngerikan.

Mengapa Stefanus bisa tetap tenang sekalipun ia menghadapi kematian yang mengerikan, sedangkan banyak orang lain meng-hadapi kematian yang ‘enak’ / ‘tenang’ tetapi mereka mengha-dapinya dengan takut / gelisah? Karena Stefanus memiliki Yesus dan orang-orang itu tidak! Kalau saat ini saudara menghadapi kematian, bisakah saudara tenang? Kalau tidak, datanglah kepa-da Yesus dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara!

d) Stefanus betul-betul penuh dengan kasih!

Ia mempraktekkan Mat 5:44 dengan berdoa bagi musuh-musuhnya (7:60). Dan doa ini, setidaknya sebagian dari doa ini, dijawab / dikabulkan oleh Tuhan, karena akhirnya Saulus bertobat dan bahkan menjadi rasul yang terbesar! Mungkin Stefanus sendiri tidak pernah mengira bahwa doanya akan menghasilkan sesuatu yang begitu hebat. Memang Allah bisa mengabulkan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan (Ef 3:20). Karena itu banyaklah berdoa, khususnya untuk orang-orang yang belum percaya.

e) Stefanus ingat akan Firman Tuhan / tindakan / kata-kata Yesus pada saat ia ada dalam bahaya / mengalami rasa sakit / hampir mati.

· kata-katanya dalam 7:59 mirip dengan kata-kata Yesus dalam Luk 23:46.

· kata-katanya dalam 7:60 mirip dengan kata-kata Yesus dalam Luk 23:34.

Jelas bahwa ia bisa melakukan semua itu karena ia banyak mem-pelajari / merenungkan Firman Tuhan. Memang pada jaman Stefanus itu keempat kitab Injil belum ada, tetapi jelas bahwa rasul-rasul dalam pengajarannya banyak menceritakan tindakan dan kata-kata Yesus, khususnya di sekitar penderitaan / salib. Dan Stefanus mendengar semua ini dari pengajaran Firman Tuhan dari rasul-rasul.

Penerapan:

Karena itu saudara juga harus rajin / tekun dalam membaca, belajar dan merenungkan Firman Tuhan, baik dalam Saat Teduh, dalam Pemahaman Alkitab, dalam Kebaktian! Ini akan banyak manfaatnya khususnya pada waktu saudara menghadapi problem, penderitaan, penganiayaan, bahkan kematian.

II) Penganiayaan terhadap Gereja.

Setelah Stefanus mati, orang-orang Yahudi bukannya bertobat ataupun puas, tetapi malah menjadi makin haus darah! Sekarang mereka menyerang gereja! (8:1b,3). Jadi, orang kristen ditangkapi, dipenjarakan, disiksa, dipak-sa menyangkal iman dan bahkan dibunuh. Ini terlihat dari kesaksian Paulus sendiri dalam Kis 22:4-5 dan Kis 26:10-11.

Hal yang perlu direnungkan / dipikirkan adalah bahwa hal ini juga bisa terjadi pada diri kita. Menjelang akhir jaman, dengan kedatangan anti Kristus, dsb, maka kita akan memasuki masa kesukaran besar. Kita / orang kristen bukannya akan mengalami rapture / pengangkatan sehingga terluput dari masa kesukaran besar seperti yang jaman sekarang banyak diajarkan (bdk. Wah 7:14 - “mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar”). Karena itu penganiayaan seperti itu bisa menjadi pengalaman kita! Apakah saudara siap menghadapi penganiayaan? Karena itu, gunakan masa ini baik-baik untuk menguatkan iman saudara sehingga kalau masa kesukar-an besar itu datang, saudara bisa berdiri teguh!

III) Apa yang dilakukan oleh Gereja?

1) Jemaat menguburkan dan meratapi Stefanus (8:2).

Kita tidak pernah membaca dalam Kitab Suci bahwa orang-orang kristen pada saat itu lalu menyalahkan Stefanus. Sebaliknya dari penguburan dan peratapan terhadap Stefanus yang diceritakan di sini, jelas bahwa jemaat tidak menyalahkan Stefanus!

Coba bayangkan, andaikata saat ini ada orang yang berkobar-kobar memberitakan Injil dengan cara benar sehingga ia lalu dibunuh. Dan setelah itu muncul penganiayaan terhadap orang kristen, termasuk pada saudara, apakah saudara tidak akan menyalahkan kefanatikan orang itu? Kalau saudara menyalahkan, saudara salah! Tidak peduli betapa hebat-nya akibat negatif yang timbul akibat tindakan benar seseorang, kita tidak boleh menyalahkan orang itu!

2) Jemaat tersebar (8:1b).

Apakah ‘lari’ dari penganiayaan seperti itu adalah dosa? Perlu diketahui bahwa kalau kita mau dibunuh / dianiaya, maka kita tidak boleh me-nyerahkan diri kita begitu saja, karena ini sama dengan bunuh diri / tidak mengasihi diri sendiri. Jadi, kecuali ada alasan khusus, maka dalam keadaan seperti itu sebetulnya kita justru harus lari.

Sekalipun dalam keadaan seperti itu kita boleh lari, tetapi itu bisa merupakan dosa, kalau larinya dengan takut / tidak beriman seperti yang terjadi dalam Mark 14:50-52. Tetapi juga bisa bukan dosa kalau seperti dalam Mat 12:14-15 & Kis 9:23-26, dimana orangnya lari / menyingkir hanya untuk melindungi nyawanya, tetapi tetap dengan beriman kepada Tuhan dan dengan tidak takut.

Jemaat abad pertama ini tidak takut. Apa buktinya? Mereka berani menguburkan dan meratapi Stefanus (8:2), bukannya bersikap seolah-olah mereka tidak kenal dia!

3) Rasul-rasul tidak lari, mereka tetap di Yerusalem (8:1b). Mengapa?

a) Mungkin karena mereka disuruh Tuhan untuk tetap di Yerusalem (bdk. Kis 18:5-11).

b) Mungkin mereka bersikap sebagai gembala yang harus mempertahan-kan domba-domba mereka (bdk. Yoh 18:3-9 Yoh 10:11-13).

c) Mungkin kalau mereka lari, maka ‘predikat pengecut’ akan merugikan gereja dan melemahkan iman orang-orang kristen yang lain.

Jadi, kalau terjadi hal seperti itu, seorang hamba Tuhan boleh lari atau tidak, tergantung pada:

· kehendak Allah.

· lari itu menguntungkan atau merugikan gereja / kekristenan?

Tetapi ternyata Allah melindungi rasul-rasul itu dan tidak ada yang ditang-kap / dibunuh. Ingat bahwa sekalipun Allah bisa saja melindungi, tetapi tidak selalu Ia mau melindungi. Kenyataannya 10 dari 12 rasul mati syahid (kecuali Yudas Iskariot dan Yohanes)!

4) Jemaat memberitakan Injil (8:4).

a) Ini bukti lain bahwa sekalipun mereka lari, tetapi mereka tidak takut.

Mereka lari bukan untuk bersembunyi dan menunggu saat yang baik. Mereka memberitakan Injil (bdk. 2Tim 4:2). Jelas bahwa mereka menggunakan akal sehatnya (lari, tidak mau mati konyol), tetapi akal sehat mereka tetap tidak membuat mereka kehilangan keberanian untuk memberitakan Injil. Ada banyak orang yang berani memberita-kan Injil tanpa menggunakan akal sehatnya! Tetapi sebaliknya juga ada yang menggunakan akal sehat terlalu banyak, sehingga lalu tidak memberitakan Injil.

b) Jemaat / orang kristen saat itu tetap setia kepada Tuhan sekalipun harus menderita.

Mereka kehilangan rumah, pekerjaan, harta, bahkan mungkin keluarga. Tetapi mereka tetap setia kepada Tuhan dan itu mereka tunjukkan dengan memberitakan Injil. Bagaimana dengan saudara? Maukah tetap setia kepada kekristenan meskipun harus kehilangan segala sesuatu? Kalau tanpa penderitaanpun saudara sudah tidak setia, sukar diharapkan bahwa dalam penderitaan saudara bisa setia!

c) Kekristenan makin ditekan, makin berkembang! (bdk. Kel 1:12).

Mungkin sekali, penganiayaan terjadi karena orang kristen terus ber-kumpul di Yerusalem dan tidak melakukan Kis 1:8! Tuhan membe-rikan penganiayaan supaya kekristenan berkembang! Apakah sau-dara menunggu Tuhan memberikan penganiayaan baru saudara mau memberitakan Injil?

d) Yang memberitakan Injil adalah jemaat biasa!

Ingat bahwa rasul-rasul tetap di Yerusalem. Jadi yang tersebar dan memberitakan Injil adalah jemaat biasa. Berdasarkan hal itu, jangan menganggap saudara tidak perlu memberitakan Injil karena saudara bukan pendeta, penginjil, majelis, dsb. Pokoknya saudara adalah orang kristen, saudara harus memberitakan Injil! Maukah saudara memberitakan Injil? Baca Mat 12:30!

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 8:5-25

I) Filipus.

1) Sama seperti Stefanus, ia bukanlah seorang rasul, tetapi diaken (Kis 6:5).

Alasannya:

· Kis 8:1b mengatakan bahwa rasul-rasul tetap di Yerusalem.

· Kis 8:14 menunjukkan bahwa masih dibutuhkan rasul untuk menum-pangi tangan. Kalau Filipus adalah seorang rasul, tentu tidak hal ini tidak dibutuhkan.

2) Ia memberitakan Injil (ay 5,12).

a) Di tengah-tengah kesedihan karena kematian Stefanus, ia tetap memberitakan Injil!

Ini harus ditiru! Kita harus melayani / memberitakan Injil bukan hanya pada masa senang tetapi juga pada masa sedih (2Tim 4:2).

b) Ia memberitakan Injil disertai tanda-tanda / mujijat-mujijat (ay 6,13).

Tidak semua orang kristen harus bisa melakukan mujijat! Dalam Kitab Suci, selain Yesus dan rasul-rasul, orang yang bisa melakukan mujijat hanyalah Stefanus (Kis 6:8), Barnabas (Kis 14:3) dan Filipus! Tetapi sekalipun kita tidak bisa melakukan mujijat, kita tetap harus membe-ritakan Injil!

c) Kepada siapa ia memberitakan Injil? Ia memberitakan Injil kepada:

· orang-orang Samaria yang adalah musuh orang Yahudi dan yang dipandang rendah oleh orang Yahudi.

Maukah saudara memberitakan Injil kepada orang yang ‘lebih rendah’ dari saudara (seperti pegawai, pembantu rumah tangga)?

· tukang sihir dan pengikut-pengikutnya (ay 9-13)!

Kebanyakan orang kristen tidak mau memberitakan Injil kepada orang yang ‘tidak mungkin’ bertobat. Tetapi ini salah! Kita harus memberitakan Injil kepada mereka! Ingat bahwa pertobatan tidak tergantung pada saudara maupun pada mereka, tetapi tergantung pada Tuhan.

d) Filipus rajin memberitakan Injil sehingga ia dikenang terus sebagai pemberita Injil (Kis 21:8).

Jadi sama seperti Stefanus, Filipus tidak puas hanya dengan satu pelayanan saja (sebagai diaken) dan ia selalu memberitakan Injil. Ini ciri orang yang penuh Roh Kudus (bdk. Kis 6:3), yaitu selalu ingin berbuat lebih banyak untuk Tuhan.

Penerapan:

Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara selalu ingin berbuat sebanyak mungkin bagi Tuhan, atau sebaliknya?

II) Orang Samaria.

1) Orang-orang Samaria bermusuhan dengan orang Yahudi.

Permusuhan ini terlihat dalam banyak bagian Kitab Suci, antara lain Luk 9:51-56 Yoh 4:9 Yoh 8:48. Jelas bahwa ada ‘gap’ (= celah) yang sangat besar antara orang Yahudi dan Samaria!

2) Orang-orang Samaria itu memperhatikan Filipus (kata ‘menerima’ dalam ay 6 seharusnya adalah ‘memperhatikan’).

a) Ini langkah yang penting menuju iman! Memang orang yang men-dengar belum tentu akan percaya, tetapi orang yang tidak mau / tidak bisa mendengar pasti tidak akan percaya, karena iman timbul dari pendengaran (Ro 10:14-17). Karena itu, berusahalah untuk bisa menjadi pendengar Firman yang baik!

b) Orang-orang Samaria ini tadinya memperhatikan tukang sihir (kata ‘mengikuti’ dalam ay 10 seharusnya juga adalah ‘memperhatikan’).

Kita memang harus memilih satu diantara dua hal ini: memperhatikan Tuhan / Firman Tuhan, atau memperhatikan setan. Kalau saudara tidak memperhatikan Tuhan / Firman Tuhan, pasti saudara sedang memperhatikan setan!

3) Mereka percaya dan dibaptis (ay 12).

Sekalipun baptisan tidak menyelamatkan, tetapi setiap orang yang per-caya harus mau dibaptis, karena itu adalah perintah Tuhan!

4) Ditumpangi tangan sehingga menerima Roh Kudus (ay 14-17).

a) Ay 16 - ‘hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus’ (bdk. Kis 2:38 10:48 19:5).

Ada beberapa hal yang akan saya bahas dari bagian ini:

· Ini bukan formula baptisan! Formula baptisan hanya ada dalam Mat 28:19! Ada gereja-gereja yang menganggap ini sebagai for-mula baptisan, sehingga mereka lalu membaptis dengan kata-kata ‘dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus’. Ini salah!

· Arti kata-kata ini:

* dibaptis dengan otoritas Yesus.

* dibaptis sehingga masuk ke dalam tubuh Kristus (gereja).

· kata ‘hanya’ dalam ay 16 tidak bermaksud untuk merendahkan / menghina baptisan! Kata ‘hanya’ secara tidak langsung menunjuk-kan bahwa seharusnya pertobatan / baptisan dan penerimaan Roh Kudus sama-sama sudah terjadi (bdk. Kis 2:38). Tetapi dalam kasus ini ternyata penerimaan Roh Kudus belum terjadi. Hanya baptisannya yang terjadi.

b) Penerimaan Roh Kudus (ay 17).

Ada 2 penafsiran:

· Ini adalah karunia-karunia Roh Kudus (bahasa roh, nubuat, dsb). Dasarnya:

* adanya ‘gap’ (= selang waktu) antara saat percaya dan saat penerimaan Roh Kudus adalah sesuatu yang bertentangan dengan Yoh 7:38,39 Ef 1:13 Ro 8:9.

* Simon bisa melihat penerimaan ‘Roh Kudus’ itu (ay 18). Jadi pasti yang diterima saat itu bukanlah Roh Kudusnya, tetapi karunia-karunia Roh Kudus, seperti bahasa Roh, nubuat dsb.

* ay 20 menyebut hal itu sebagai ‘karunia Allah’.

· Ini adalah Roh Kudus.

Lalu mengapa ada ‘gap’ (= selang waktu) antara saat percaya dan saat penerimaan Roh Kudus? Ini disebabkan karena adanya per-pecahan / permusuhan di antara orang Yahudi dan orang Samaria. Kalau orang Samaria percaya kepada Yesus dan langsung mene-rima Roh Kudus, maka mungkin gereja akan pecah menjadi dua. Tetapi dengan adanya penundaan penerimaan Roh Kudus, lalu dengan adanya rasul-rasul Yahudi dari Yerusalem yang menum-pangkan tangan sehingga Roh Kudus diberikan, maka orang Sa-maria akan sadar bahwa mereka yang sudah percaya kepada Yesus harus bersatu dengan orang Yahudi yang juga percaya Yesus. Dan orang-orang Yahudi yang mengetahui bahwa orang Samaria menerima Roh Kudus karena penumpangan tangan oleh rasul-rasul Yahudi, akan menerima orang Samaria itu. Dengan demikian gereja akan tetap bersatu.

Catatan: ‘gap’ seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi (Efesus 1:13 Yohanes 7:38,39). Jadi, pada jaman sekarang, kalau seseorang per-caya kepada Yesus, ia akan langsung menerima Roh Kudus! Karena itu orang kristen sejati tidak perlu mencari baptisan Roh Kudus!

Hal yang menarik adalah bahwa orang-orang Samaria itu tidak di-layani dengan ‘doa pelepasan’ padahal mereka adalah pengikut-pengikut tukang sihir! Doa pelepasan bagi orang yang betul-betul kristen adalah sesuatu yang tidak pernah ada dalam Kitab Suci!

III) Simon.

1) Ia terkenal dengan nama Simon Magus.

Kata ‘Magus’ memang tidak ada dalam Kitab Suci kita, tetapi kata ini banyak digunakan oleh para penafsir.

Kata ‘Magus’ adalah bentuk singular / tunggal dari ‘Magi’ (Mat 2:1 versi NIV/NASB; dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘orang-orang ma-jus’). Kata ‘Magus’ / ‘Magi’ berasal dari kata-kata ‘melakukan sihir’ dalam ay 9, yang dalam bahasa Yunaninya adalah MAGEUON. Jadi, nama itu menunjukkan bahwa ia adalah tukang sihir. Sebagai seorang tukang sihir, ia diikuti banyak orang (ay 9-11).

2) Ia menjadi percaya, lalu dibaptis (ay 13).

Tetapi dari teguran Petrus kepada dia dalam ay 20-23, jelas bahwa ia bukan orang kristen yang sejati. Jadi imannya mungkin adalah:

· iman intelek (hanya di otak).

· iman mujijat (bdk. ay 13b).

3) Ia selalu bersama-sama dengan Filipus dan ia takjub pada mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Filipus (ay 13b).

Calvin mengatakan bahwa hal ini menunjukkan sukarnya membedakan orang kristen yang sungguh-sungguh dengan orang kristen yang palsu! Orang ini aktif dan mengikut dengan antusias, tetapi ia bukan orang kristen yang sejati.

4) Ia melihat Roh Kudus diberikan melalui penumpangan tangan rasul-rasul dan ia lalu mau membeli kemampuan itu dengan uang (ay 18-19).

Penekanan ay 19 jelas pada kata ‘aku’, bukan pada kata-kata ‘ia boleh menerima Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mencari kemuliaan diri sendiri. Dulu ia diikuti banyak orang dan sekarang ia tetap menginginkan hal itu terjadi. Mungkin sekali ia mengikuti Filipus dengan maksud untuk mengetahui rahasia Filipus supaya ia sendiri bisa melakukan mujijat dan supaya ia diikuti oleh banyak orang.

Jawaban Petrus terhadap penawaran ini (ay 20-23):

a) Ini adalah teguran yang sangat keras. Dalam Kitab Suci orang yang munafik selalu diperlakukan dengan keras.

b) Karunia Allah adalah sesuatu yang gratis dan tidak boleh diperjual-belikan. Bandingkan dengan penjualan pengampunan dosa oleh gere-ja Roma Katolik pada jaman Reformasi!

c) Dalam ay 22 ada perintah untuk bertobat.

Ada 2 hal yang perlu disoroti dari ay 22 ini:

· Dalam bahasa Yunaninya ada kata EI ARA (= if perhaps / jika mungkin). Jadi seharusnya adalah: Bertobatlah, mungkin Allah akan mengampuni. Ini untuk menekankan besarnya dosa Simon dan untuk memperbesar motivasi Simon untuk bertobat. Tetapi tentu saja, kalau Simon betul-betul bertobat, Tuhan pasti meng-ampuninya.

· Di sini ada teguran keras disertai perintah untuk bertobat. Jadi Petrus masih memberi harapan.

d) Sesuatu yang harus kita perhatikan dari jawaban Petrus ini adalah bahwa Petrus tidak menengking roh jahat dari tukang sihir ini. Juga tidak ada doa pelepasan. Orang kristen / hamba Tuhan yang ‘tergila-gila’ dengan penengkingan setan ataupun doa pelepasan, seharusnya merenungkan bagian ini!

Catatan:

Saya bukan anti secara total terhadap penengkingan setan. Dalam kasus orang non kristen / kristen KTP yang betul-betul kerasukan setan (saya tidak percaya ada orang kristen sejati bisa kerasukan setan!), tentu saya setuju kalau dilakukan penengkingan. Tetapi saya tidak setuju kalau sedikit-sedikit orang melakukan penengkingan setan atau doa pelepasan, padahal tidak ada bukti jelas bahwa orangnya kerasukan setan!

5) Tanggapan Simon Magus (ay 24).

Tidak ada kepastian apakah Simon bertobat atau tidak. Tetapi rupa-rupanya Simon tidak bertobat karena:

a) Ia meminta Petrus berdoa untuk dia, padahal tadinya Petrus menyuruh dia yang berdoa (ay 22). Tidak bisa berdoa atau tidak mau berdoa sendiri adalah ciri orang kafir (bandingkan dengan Firaun yang selalu minta Musa berdoa untuk dia).

b) Ay 24 menunjukkan bahwa ia tidak menyesali dosa. Ia hanya takut pada hukuman dosa.

Disamping itu, tradisi dan tulisan-tulisan dari bapa-bapa gereja menye-butkan bahwa Simon menjadi anti Kristus abad I dan ia terus menentang kekristenan dan diri Petrus. Tetapi bagaimanapun semua ini tidak pasti benar.

Tetapi dalam sejarah ada satu jejak dari Simon Magus ini. Dalam bahasa Inggris ada kata ‘Simony’ yang berasal dari nama Simon. Kata ‘Simony’ ini berarti: “the buying or selling of sacred or spiritual things, as ecclesiastical pardons, church offices etc” (= pembelian atau penjualan hal-hal / barang-barang yang kudus atau rohani, seperti pengampunan dosa, jabatan-jabatan gereja, dsb).

Catatan: nama Simon Magus masuk dalam Webster’s New World Dictionary!

Kesimpulan:

Filipus rajin memberitakan Injil sehingga terus dikenang sebagai Pemberita Injil (Kis 21:8).

Simon Magus ingin membeli karunia Allah dan akhirnya ia terus dikenang melalui kata ‘Simony’.

Tindakan-tindakan saudara bisa menyebabkan saudara dikenang terus, tetapi saudara bisa dikenang sebagai seseorang yang baik atau seseorang yang jahat. Karena itu renungkan seluruh segi hidup saudara. Apakah saudara akan dike-nang seperti Filipus atau seperti Simon Magus?

-AMIN-

KISAH PARA RASUL 8:26-40

I) Sida-sida dari Ethiopia.

Catatan: sida-sida adalah pejabat istana yang dikebiri.

1) Ia beribadah di Yerusalem (ay 27b).

Jadi mungkin ia adalah pengikut agama Yahudi dan ia tidak malu menun-jukkan dirinya sebagai penganut agama itu.

2) Ia membaca Kitab Suci (ay 28).

Banyak orang kristen tidak membawa Kitab Sucinya kalau bepergian, apalagi membacanya dalam perjalanan. Tetapi orang ini membaca Kitab Suci dalam perjalanan. Kerinduan / cintanya akan Kitab Suci adalah sesuatu yang harus kita tiru.

Penerapan:

Rajinlah bersaat teduh, baik pada saat saudara ada di rumah maupun pada waktu saudara bepergian.

3) Ia tidak mengerti apa yang ia baca (ay 31), tetapi ia toh membaca terus.

Ini menunjukkan bahwa ia mempunyai ketekunan. Ada banyak orang yang berhenti membaca Kitab Suci dengan alasan bahwa mereka sudah membaca dan mereka tidak mengerti. Memang dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar dimengerti, tetapi ada juga bagian-bagian yang mudah dimengerti. Kita harus terus membaca sekalipun ada bagian-bagian yang tidak kita mengerti, karena pada saat kita membaca bagian-bagian yang mudah, kita bisa mengerti dan itu bisa berguna bagi kita.

4) Ia mempunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci (ay 31).

Banyak orang tidak ingin mengerti Kitab Suci. Mereka hanya ingin men-dengar kata-kata Pendeta / pengkhotbah, tetapi Kitab Sucinya sendiri tidak mereka pedulikan. Atau mereka hanya ingin tahu tentang topik-topik tertentu saja, tetapi mereka tidak ingin mengerti arti dari ayat-ayat Kitab Suci. Lebih-lebih mereka tidak ingin tahu bagaimana ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan bisa diharmoniskan. Ini sikap yang salah! Orang kristen harus mermpunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci!

5) Sekalipun ia adalah seorang pejabat, tetapi ia mempunyai kerendahan hati, yang ditunjukkannya dengan:

a) Mau mengakui bahwa ia tidak mengerti (ay 31).

Merasa tidak mengerti, atau merasa butuh tambahan pengertian, ada-lah sesuatu yang sangat penting kalau saudara memang mau tumbuh dalam iman. Perasaan ini biasanya ada dalam diri orang kristen yang masih baru, tetapi seringkali hilang setelah orang itu mulai banyak mengerti Kitab Suci. Tetapi, begitu seseorang merasa sudah mengerti, atau sudah cukup mengerti sehingga tidak membutuhkan tambahan pengertian, maka pasti orang itu tidak akan bertambah maju dalam pengertian. Hal ini sebetulnya berlaku bukan hanya terhadap Kitab Suci secara keseluruhan, tetapi juga terhadap topik-topik tertentu. Kalau saya mempelajari topik tertentu misalnya Predestinasi, maka saya mempunyai perhatian khusus tentang bagian yang tidak saya mengerti, misalnya adanya serangan yang tidak bisa saya jawab. Tetapi kalau semua itu sudah beres, saya tetap mempelajarinya melalui buku-buku yang ada karena saya berpikir mungkin masih ada hal-hal tentang Predestinasi yang sama sekali belum saya ketahui.

b) Tidak malu diajar orang lain, yang bahkan tidak ia kenal (ay 31,34).

Kitab Suci memang perlu diberi penjelasan (Neh 8:9) dan Tuhan mempunyai anak-anak yang Ia beri karunia pengajaran (Roma 12:7b Ef 4:11-12). Karena itu, kitapun harus mau menerima pengajaran Kitab Suci dari hamba-hamba Tuhan yang memang dipakai oleh Tuhan untuk mengajarkan Kitab Suci.

II) Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida.

1) Filipus mendapat pimpinan Tuhan (ay 26).

‘Jalan sunyi’ (ay 26) seharusnya adalah ‘padang pasir’. Jadi, Filipus disuruh meninggalkan orang-orang Samaria yang sudah bertobat karena penginjilan yang ia lakukan (8:4-25), lalu pergi ke padang pasir, dimana pasti tidak banyak manusianya. Ini menunjukkan bahwa pimpinan Tuhan sering tidak cocok dengan logika / pemikiran kita (Yes 55:8-9). Tetapi Filipus taat (ay 26).

2) Tuhan memberi pimpinan lagi (ay 29).

Ketaatan Filipus dalam ay 26 menyebabkan Tuhan memberikan pimpinan lagi. Memang kalau kita mau taat, Tuhan akan mempimpin terus / lagi. Sebaliknya kalau kita mendapat pimpinan Tuhan dan kita tidak mau taat, maka lambat atau cepat Tuhan akan berhenti memimpin kita.

Dan sekarang dalam ay 29 terlihat bahwa pimpinan Tuhan dalam ay 26 tadi tidak ngawur, dan ketaatan Filipus tidaklah sia-sia. Memang ketaatan kepada Tuhan tidak pernah sia-sia.

3) Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida (ay 32-35).

Ay 32-33 adalah kutipan dari Yes 53:7b-8a versi Septuaginta / LXX (Per-janjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani). Perhatikan bahwa ada perbedaan menyolok antara versi Ibrani dan versi Yunani.

Ay 32-33 - “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demi-kianlah Ia tidak membuka mulutNya. Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceritakan asal usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi”.

Yes 53:7b-8a - “seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia ter-ambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup”.

Sida-sida itu bertanya kepada Filipus: “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?” (ay 34). Sebetulnya pada waktu menjawab pertanyaan itu, Filipus bisa saja:

a) Hanya menjelaskan pertanyaan itu dan tidak memberitakan Injil.

Misalnya dengan berkata: ‘O nabi itu berkata demikian tentang dirinya sendiri’. Atau ‘O nabi itu berkata demikian tentang Yesus / Mesias’.

b) Menjelaskan bahwa LXX / Septuaginta itu salah terjemahan.

Tetapi bukan itu yang dilakukan oleh Filipus. Ia tahu bahwa sida-sida itu belum percaya, dan yang terpenting baginya adalah Injil. Jadi, ia me-makai pertanyaan sida-sida dan Yes 53:7-8 itu hanya sebagai batu lon-catan untuk memberitakan Injil kepadanya (ay 35).

Penerapan:

Pada waktu saudara ditanyai oleh orang yang belum percaya, baik dia itu kristen KTP atau kafir total, jangan asal menjawab. Berusahalah untuk memberitakan Injil.

Misalnya:

· kalau saudara berbicara dengan orang yang belum percaya tentang buku ‘Wahyu Tuhan Yesus tentang Neraka’, saudara tidak perlu memperdebatkan apakah buku itu wahyu palsu atau asli. Saudara bisa memakai pembicaraan tentang neraka dalam buku itu sebagai batu loncatan untuk memberitakan Injil.

· kalau ada orang yang belum percaya bertanya tentang Allah Tri-tunggal, maka saudara bisa menjawab sebagai berikut: “Allah Tritung-gal itu begini: Bapa itu Allah; Anak itu juga adalah Allah, tetapi Ia lalu menjadi manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dan Ia mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Dengan demikian kalau kita mau percaya kepada Yesus, kita akan diampuni”.

Dengan demikian saudara memang tidak menjawab pertanyaannya sepenuhnya, karena saudara mengabaikan Roh Kudus sebagai pri-badi ke 3 dari Allah Tritunggal, tetapi saudara memberitakan Injil kepada dia. Pikirkan: apa gunanya doktrin Allah Tritunggal bagi orang yang belum percaya? Yang ia butuhkan adalah Injil, bukan doktrin Allah Tritunggal!

III) Baptisan terhadap sida-sida.

1) Sida-sida itu minta dibaptis (ay 36).

a) Perhatikan bahwa bukan Filipus yang mendesak dia untuk dibaptis.

Ada banyak orang yang senang mendesak orang lain untuk dibaptis. Sikap ini menunjukkan kurangnya pengertian tentang baptisan, iman dan keselamatan. Kalau baptisan memang bisa menyelamatkan, maka tentu kita harus mendorong seadanya orang untuk dibaptis. Tetapi karena yang menyebabkan seseorang selamat itu adalah imannya kepada Kristus, maka kita hanya perlu memberitakan Injil. Kalau ia menerima penginjilan itu, baru kita menjelaskan mengapa ia harus dibaptis. Tetapi kita tidak perlu mendesaknya untuk dibaptis. Kalau ia betul-betul percaya, ia pasti akan mau sendiri sekalipun tidak didesak!

b) Sida-sida itu sendiri yang minta dibaptis (ay 36) dan ini merupakan sesuatu yang baik karena:

· Ini menunjukkan bahwa sida-sida itu ingin mentaati Tuhan. Ini bukti iman (Yak 2:17,26). Tentu bukti iman bukan hanya mau dibaptis. Kalau saudara mau dibaptis, tetapi dalam banyak hal lain tetap sengaja memelihara dosa, maka itu tentu membuktikan bahwa saudara belum beriman.

· Ini menunjukkan bahwa sida-sida itu tidak malu menjadi orang kristen / menunjukkan imannya kepada orang lain. Dan jangan berpikir bahwa pada saat itu tidak ada orang lain kecuali Filipus dan sida-sida. Perhatikan ay 38 dimana sida-sida menyuruh meng-hentikan kereta. Ini menunjukkan bahwa pada saat itu sedikitnya ada satu orang lain. Memang mengingat bahwa sida-sida itu adalah seorang pejabat, tidak mungkin ia bepergian sendirian.

2) Filipus membaptis sida-sida (ay 37-38).

Penjelasan tentang ay 37:

· perhatikan bahwa dalam Kitab Suci Indonesia ay 37 itu ada dalam tanda kurung. Demikian juga dalam NASB. Dalam NIV dan RSV ba-gian ini bahkan dihapus dari text dan hanya diletakkan di footnote / catatan kaki. Hanya KJV yang menuliskan bagian itu seperti biasa.

· bagian itu tidak ada dalam manuscript-manuscript kuno.

· bagian ini ada dalam manuscript-manuscript yang lebih baru, tetapi bervariasi (berbeda antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain).

Karena itu harus disimpulkan bahwa ay 37 itu tidak ada dalam manuscript asli / autograph.

Jadi, tidak ada jawaban dari Filipus yang ditulis di sini. Tetapi yang jelas Filipus tidak berkeberatan apa-apa untuk membaptis (ay 38). Andaikata Filipus adalah orang jaman sekarang, mungkin ia akan keberatan mem-baptis, dengan alasan:

¨ saya bukan pendeta tetapi hanya diaken / Pemberita Injil.

¨ tidak ada gereja yang menaungi.

¨ tidak ada majelis yang menyaksikan.

¨ kita tidak berada dalam gedung gereja.

¨ kamu belum ikut katekisasi, dsb.

Tetapi Filipus tidak menyatakan keberatan seperti itu. Tanpa banyak bicara, Filipus membaptis sida-sida itu.

3) Apakah baptisan di sini adalah baptisan selam?

Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa hal yang harus kita pe-lajari.

a) Kata-kata ‘ada air’ (ay 36).

Kata-kata ‘ada air’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah TI HUDOR. HUDOR artinya ‘air’; sedangkan TI bisa berarti ‘a certain’ (= tertentu) seperti dalam KJV, atau ‘some’ (= sedikit). Kalau bagian ini diartikan ‘some water’ (= sedikit air), jelas menunjuk pada air yang cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge:

“He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang ma-nusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

b) Sekarang kita perhatikan ay 38-39.

Ay 38: ‘turun ke dalam air’ (NIV: ‘went into the water’).

Ay 39: ‘keluar dari air’ (NIV: ‘came up out of the water’).

Dilihat sepintas, rasanya hal ini mendukung baptisan selam. Tetapi mari kita pelajari secara lebih seksama.

Ada 2 kemungkinan menafsirkan istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ ini. Pertama, sida-sida itu betul-betul direndam seluruhnya dalam air, lalu keluar dari air. Kedua, ia masuk ke dalam air, tetapi hanya sampai sebatas kaki / paha, lalu keluar dari air.

Orang yang pro baptisan selam tentu senang dengan kemungkinan yang pertama, tetapi kemungkinan pertama ini justru tidak mungkin, karena ay 38 berkata ‘keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu’ dan ay 39 berkata ‘mereka keluar dari air’. Jadi kalau ay 38-39 diartikan bahwa sida-sida itu diselam / direndam total, maka itu juga harus berlaku untuk Filipus sebagai orang yang membaptis, dan ini jelas tidak mungkin (bisakah saudara bayangkan bahwa baik yang dibaptis maupun yang membaptis sama-sama ‘selulup’ di dalam air?).

BACA JUGA: SERI KHOTBAH KISAH PARA RASUL PASAL 19-28

Karena itu, yang benar pasti adalah kemungkinan yang kedua, yaitu mereka berdua masuk ke dalam air, tetapi air hanya merendam mere-ka sebatas betis atau paha, dan Filipus lalu melakukan baptisan tuang atau percik, dan lalu mereka berdua keluar dari air.

Kesimpulan:

Filipus tidak membaptis sida-sida itu dengan baptisan selam! Mungkin dari seluruh Kitab Suci, bagian ini adalah bagian yang paling menyolok dan kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan penyelaman! Karena itu jangan percaya omongan banyak orang yang berkata bahwa baptisan selam adalah satu-satunya baptisan yang sah!

4) Setelah Baptisan.

a) Filipus dilarikan oleh Roh Kudus (ay 39) dan terus memberitakan Injil mulai dari Asdod sampai Kaisarea (ay 40). Tidak heran dalam Kis 21:8 Filipus disebut ‘Pemberita Injil’. Maukah saudara memberitakan Injil seperti Filipus?

b) Sida-sida meneruskan perjalanan dengan sukacita (ay 39).

BACA JUGA: SERI KHOTBAH KISAH PARA RASUL PASAL 9-18

Orang yang mau percaya kepada Kristus memang akan men-dapatkan sukacita (bdk. Kis 16:34 Gal 5:22). Dan selanjutnya, makin seseorang taat, makin ia akan dipenuhi sukacita dari Tuhan. Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mau percaya kepada Kristus, dan terus berbuat dosa, tidak akan pernah mendapat sukacita maupun damai. Karena itu jangan terus ada di luar Kristus. Datanglah dan percayalah kepada Kristus sebagai Juru-selamat dan Tuhan saudara, dan sama seperti sida-sida itu saudara akan bersukacita. https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post