5 PRINSIP SPIRITUALITAS ZAKHARIA

5 PRINSIP SPIRITUALITAS ZAKHARIA
5 PRINSIP SPIRITUALITAS ZAKHARIA. Kata Spiritualitas berasal dari kata spiritus (Lat.) atau Spirit (Ingg.) yang artinya roh dan semangat. Kata ini menunjukkan kepada substansi non materil. Dalam konteks Alkitab spiritualitas berkaitan erat dengan hidup yang dipimpin oleh Roh. Dengan demikian Spirtualitas adalah keberadaan seseorang yang tahun bagaimana berelasi dengan Tuhan dan sesama berdasarkan dari Firman Tuhan (Alkitab). 

Adolf Heuken menuliskan bahwa spritualitas memiliki relasi dengan komunitas sedangkan kesalehan bersifat personalitas. Dengan demikian spiritualitas pada prinsipnya memfokuskan pada intimacy manusia kepada Tuhannya yang terefleksi dalam kehidupan sesama

Berdasarkan pengamatan terhadap teks-teks Alkitab yang menuliskan tentang kisah hidup Zakharia, maka ada beberapa point yang memperlihatkan spiritualitas personal Zakharia yang diperlihatkan dalam kehidupan sosialnya, yaitu: melayani Tuhan, benar dihadapan Tuhan, Hidup menurut segala perintah Tuhan dan ketetapan Tuhan dengan tidak beracacat, ketaatan dan hidup memuji Tuhan dan bernubuat.

1.Melayani Tuhan

Alkitab menuliskan bahwa Zakharia memiliki status sebagai Imam di Bait Suci. Status tersebut menunjukkan status spritulitas Zakharia sebagai orang yang memiliki kualifikasi rohani yang baik. Meskipun status imam didapatkan karena memiliki status keturunan dari Harun, namun Zakharia menunjukkan sikap hidup yang sungguh-sungguh melayani Tuhan di Bait Suci (Lukas 1: 8-9).

Spiritualitas Zakharia direfleksikan melalui sikap hidup melayani, meskipun secara status jabatan sebagai imam dimiliki dari garis keturunan keluarga, namun spiritualitas sebagai Pelayan Tuhan, melekat dalam status yang dimilikinya. Zakharia menempatkan status sebagai imam sebagai wadah untuk merefleksikan spiritualitasnya.

Peter Scazzero menuliskan spiritualitas tersebut dengan istilah ‖mendirikan sebuah aturan hidup‖ yaitu sebuah aturan hidup yang formal yang dikombinasikan dengan praktik rohani sehingga menjadi sebuah struktur yang memampukan kita tetap berfokus pada Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Dengan demikian spritualitas Zakharia adalah sebuah perpaduan antara aturan hidup dalam pelayanan dan intimacynya kepada Tuhan.

Prinsip spiritualitas Zakharia tersebut memberikan sebuah koreksi terhadap kehidupan umat Kristen, jabatan yang diterima dalam konteks sosial tidak melepaskan kehidupan spiritualitas, bahkan formasi spiritualitas juga menyesuaikan dengan konteks keberadaan. Dengan demikian jabatan sosial dan keagamaan memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan dalam spiritualitas.

Para pemimpin tidak hanya memberikan pengetahuan dan skill tetapi juga memberikan prinsip spiritualitas. Meskipun sejatinya spiritualitas tidak bergantung pada jabatan yang diemban, namun secara praktis ada efek yang besar jika seorang pemangku jabatan tidak menunjukkan kehidupan spiritualitas yang benar. Pada konteks inilah dibutuhkan formasi rohani yang tepat sebagai pemimpin, pembaharuan formasi rohani tidak membuang prinsip utama, tetapi bagaimana memformulasikan cara-cara dan sikap rohani dengan tepat.

2.Hidup Benar Di Hadapan Tuhan

Alkitab menuliskan kehidupan Zakharia dan istrinya benar dihadapan Tuhan. Apa artinya ’hidup benar dihadapan Tuhan’? bukankah Yesus belum melakukan penebusan. Sehingga pengertian hidup benar diartikan sebagai hidup saleh (Bdg. Nuh (Kejadian 6:9), (Ayub. 1:1,8; 2:3), Simeon (Lukas 2:25)). Kehidupan yang saleh buka berarti kehidupan yang terluput dari kekurangan dan dosa, tetapi hidup yang memiliki relasi intim dengan Tuhan.

Zakharia meskipun menunjukkan sikap hidup yang saleh, namun dia juga pernah jatuh dalam keraguan. Pada waktu Malaikat Gabriel menyampaikan pesan Tuhan, ia menjadi ragu lalu mulutnya menjadi bisu. Meskipun demikian hal tersebut tidak mengurangi nilai kesalehan hidupnya. Spiritualitas ini mengajarkan agar manusia menyadari kasih karunia Tuhan, karena bagaimana pun manusia tidak ada yang kebal dengan dosa, kejatuhan bisa saja terjadi, tetapi relasi dengan Tuhan adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran spiritualitas.

Prinsip spiritualitas Zakharia ini memberikan sebuah formasi rohani baru, meskipun kehidupan manusia pernah jatuh dalam keragu-raguan dan kegagalan, namun spiritulitas tetap harus dijaga agar tidak ikut stagnasi dan terdegradasi. Kasih karunia Tuhan yang mampu menyelesaikan kegagalan manusia untuk melepaskan diri dari dosa, meski terimplementasi dalam kehidupan umat Kristen agar tetap menunjukkan spiritualitas yang benar.

Formasi rohani dari prinsip hidup zakharia yang hidup benar di hadapam Tuhan, tidak mentiadakan keraguraguan. Tetapi bagaimana keraguan tersebut diarahkan dan dibentuk menjadi sebuah instrumen untuk memahami dan percaya kepada Allah. Namun untuk membentuknya tidak mudah, maka disinilah ketergantungan terhadap anugerah dan karya Roh Kudus menjadi sentral dibutuhkan oleh orang percaya.

3.Hidup Menurut Segala Perintah Dan Ketetapan Tuhan Dengan Tidak Bercacat.

Spiritualitas Zakharia terefleksi melalui sikap hidupnya yang menurut kepada perintah Tuhan dan tidak bercacat (Lukas 1: 6). Ungkapan ‖hidup menurut perintah Tuhan‖ dalam King James Version menuliskan ‖walking in the all the commandments‖, hal tersebut menunjukkan pada saat itu Zakharia masih hidup menjalankan semua perintah Tuhan. Selanjutnya ungkapan ‖menurut ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat‖ dalam King James Version menuliskan ‖and ordinaces of the Lord blameless‖ jadi yang tidak bercacat itu adalah Tuhan, Zakahria melakukan ketetapan Tuhan yang kudus.

Kata ’ordinaces’ yang artinya ’tata cara’ dalam konteks Zakharia menunjuk kepada tata cara dalam pelayanan sebagai imam, ada tata cara yang ditetapkan dalam melayani sebagai imam. Dengan demikian spiritualitas Zakharia ialah kepatuhan terhadap hukum Tuhan, Dia menjadi imam yang menuruti setiap peraturan dalam pelayanan.

Sikap Zakharia yang melakukan sikap hidup yang tanpa cacat kepada Tuhan, menurut Scazzero adalah kehidupan spiritualitas kontemplatif. Spiritualitas juga dapat terefleksi melalui tindakan dalam menaati setiap peraturan yang diberikan ditempat bekerja. Zakharia sebagai Imam mematuhi ketetapan yang dibuat di Bait Suci dan juga kepatuhan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan hukum Taurat. Ia melakukan hukum Allah yang kudus yang diberlakukan di Bait Suci.

Spiritualitas Zakhria yang mampu melakukan hukum Tuhan dengan benar menunjukkan kekonsistenan antara pengetahuan dan tindakan Zakharia. Prinsip tersebut menjadi sebuah kontribusi penting dalam formasi rohani Kristen. Meskipun keKristenan tidak memegang konsep pelaksanaan hukum Taurat sebagai legalitas keselamatan, namun kehidupan spiritualitas hendaknya membentuk sikap hidup orang percaya, agar tetap mempertahankan aspek-aspek penting dari pelaksanaan Hukum Taurat.

Meskipun motif legalitas telah ditiadakan dalam konsep orang percaya namun tindakan-tindakan yang menjaga moralitas tetap dilakukan, karena spiritualitas yang bertentangan dengan moralitas akan membawa kehidupan orang percaya pada degradasi spiritualitas. Maka formasi rohani yaitu melakukan perintah Tuhan adalah sebuah bentuk kerohanian yang penting.

4.Ketaatan

Gerald R. McDermott menuliskan ketaatan sebagai salah satu tanda yang meyakinkan seseorang memiliki kerohanian sejati. Dalam pengalaman hidup Zakharia, ia menantikan kelahiran seorang anak sekitar 9 bulan. Kisah Zakharia yang menjadi bisu terjadi sebelum istrinya hamil, oleh karena itu ada waktu yang panjang untuk menanti janji itu, dalam kondisi tidak dapat berbicara ia tetap menunjukkan ketaatan pada waktu memberikan nama anaknya. Dia tetap memberikan nama anak yang lahir Yohanes sesuai dengan apa yang telah disampaikan Allah melalui Malaikat Gabriel (Lukas 1:13, 63).

Tradisi Yahudi biasanya menamai seorang anak dengan nama orang tuanya dan hal tersebut adalah sebuah kehormatan bagi orang tua. Apalagi yang lahir adalah anak pertama. Namun Zakharia menunjukkan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan meskipun tidak memberi nama anak tersebut sesuai dengan namanya sendiri.

Hal tersebut menunjukan spiritualitas Zakharia yang tetap taat meskipun janji itu belum terlihat, bahkan setelah janji itu terealisasi, ia tetap taat menamakan anaknya Yohanes sesuai dengan perintah Tuhan melalui Malaikat Gabriel.

Ketaatan Zakharia juga terlihat dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan di Bait Allah. Hal tersebut menunjukkan spiritualitas Zakharia didasarkan pada ketaatannya kepada Tuhan. Yakub B. Susabda menjelaskan kondisi spirutualitas demikian sebagai God of our Own Relegiosity yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah refleksi tingkah laku agamawi manusia sendiri.

Tindakan ketaatan Zakharia bukanlah natur sepenuhnya dari dirinya sebagai manusia yang juga telah jatuh ke dalam dosa, tetapi tetaplah apa yang dia lakukan yaitu ketaatan, merupakan refleksi dari intimacy kepada Allah dalam aktifitas pelayanan di Bait Suci.

Formasi rohani yang dapat diambil melalui kehidupan Zakharia adalah ketaatan. Sikap hidup taat adalah bagian penting dalam bentuk kerohanian, ketaatan tersebut diarahkan kepada Tuhan dan juga kepada sesama. Secara khusus kepada sesama, orang Kristen harus mampu menunjukkan sikap hidup mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh institusi pemerintah.

Ketaatan menjadi sebuah bentuk yang perlu dihadirkan dalam kehidupan sosial manusia. Namun ketataan tersebut juga memiliki nilai integritas, artinya kerohanian orang percaya disertai ketaatan terhadap nilai yang benar. Formasi rohani demikian akan memberikan implikasi kepada orang percaya untuk mengambil peran dalam berbagai aspek untuk menjadi teladan dalam ketaatan yang benar.

5.Hidup Memuji Tuhan Dan Bernubuat

Spiritualitas zakharia terligat juga dalam ekpresinya memberikan pujian dan nubuat. Zakharia memberikan ucapan syukur atas kelahiran Yohanes (Lukas 1:67-79). Nubuat yang disampaikan Zakharia bukanlah Wahyu Baru tetapi apa yang pernah di ajarkan dalam PL dan juga yang disampaikan Tuhan melalui Malaikat Gabriel. Dengan demikian Zakharia menerangkan Isi Firman Allah yang telah dituliskan dan diperdengarkan kembali pada dirinya tentang kedatangan Mesias. Spiritualitas Zakharia ditunjukkan dengan ekpresi memuji Tuhan dan bersemangat memberitakan tetang janji Tuhan.

Konsep spiritualitas yang berpusat pada Firman Allah disebut juga dengan Spiritualitas pedoman dasar hidup atau Sentralitas Alkitab. Dengan demikian kehidupan spiritualitas yang sehat adalah memiliki sikap hidup yang selalu memberitakan tentang janji Tuhan yang ada di dalam Firman Tuhan.

Zakharia menunjukkan spiritualitas yang bersentralitas pada Firman Tuhan, apa yang dia nubuatkan semuanya sudah ada dalam catatan Alkitab Perjanjian Lama, meskipun ada kalimat yang baru namun substansi nubuatan tidak bertentangan dengan ajaran PL, spiritualitas demikian mengajarkan untuk tetap setia kepada Alkitab Firman Allah.

Formasi rohani dari prinsip spiritualitas Zakharia adalah berpusat kepada Allah baik dalam pujian maupun dalam pemberitaan. Formasi rohani demikian akan memberikan dampak orang percaya atidak sembarangan dalam menerapkan dan menggunakan prinsip spritualitas.

Meskipun ada beragam prinsip spiritualitas namun jika formasi spiritualitas berpusat kepada Allah Tritunggal dan Firman- Nya, maka orang percaya tidak sembarangan menerapkan prinsip spiritualitas, meskipun ada tawaran spiritualitas yang mampu melegakan perasaan dan memuaskan pemikiran, namun formasi rohani yang berpusat kepada Allah Tritunggal dan Firman-Nya akan menolong orang percaya untuk tidak terjebak dalam kepalsuan spiritualitas.

KESIMPULAN

Spiritualitas adalah kehidupan rohani secara personalitas yang direfleksikan kepada komunitas sosial. Sehingga kesalehan yang pada diri person, direfleksikan dalam kehidupan sosialnya. Zakharia secara personalitas adalah orang yang hidup benar dan melakukan perintah Tuhan dengan tidak bercacat. Namun kehidupan tersebut dia juga refleksikan dalam kehidupan sosialnya. Dasar spiritualitas Zakharia bukan karena statusnya sebagai imam, tetapi dasarnya ialah karena intimacy dengan Tuhan. Dengan demikian spiritualitas Zakharia adalah spiritualitas yang berpusat pada iman dan terefleksi kepada tindakan imannya.

BACA JUGA: SPIRITUAL: PERTUMBUHAN DAN KEDEWASAAN

Spiritualitas Zakharia juga bermuara kepada pujian kepada Tuhan dan mempermuliakan nama Tuhan serta memberitakan kebenaran Tuhan. Beradasarkan analisi spiritualitas Zakhria dan problematika yang hadir maka ada beberapa prinsip spiritualitas dalam pembaharuan formasi rohani: 

Pertama, merefleksikan spiritualitas sesuai dengan status dalam kehidupan baik secara sosial maupun secara spiritual. 

Kedua, tidak mundur dalam pelayanan sekalipun pernah mengalami sebuah kegagalan. 

Ketiga, hidup dalam keseimbangan spiritualitas dan kehidupan praktis. 

Keempat, ketaatan sebagai perwujudan dari spiritualitas. 

Kelima, mendasarkan spiritualitas pada pengajaran yang benar dari Alkitab. 

Next Post Previous Post