EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 6-9

Pdt.Budi Asali, M.Div.

EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 6-9

Matius 6:1-6,16-18

Kalau dalam Matius 5:21-48 Tuhan Yesus menyerang ajaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, maka dalam Mat 6:1-18 Tuhan Yesus menyerang praktek / kehidupan dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ajaran mereka yang salah menimbulkan praktek / kehidupan yang salah, dan kedua-duanya diserang oleh Tuhan Yesus.


Schema / bagan Matius 6:1-18:


Matius 6:1 - thema.


Mat 6:2-4 → contoh pertama: tentang memberi sedekah.


Mat 6:5-6 → contoh kedua: tentang berdoa.


Matius 6:7-15 - tentang doa.


Mat 6:16-18 → contoh ketiga: tentang berpuasa.


Jadi Mat 6:7-15 agak menyimpang dari fokus seluruh teks, dan karena itu akan dibahas secara terpisah dalam pelajaran yang akan datang, sedangkan dalam pelajaran ini hanya akan dibahas Mat 6:1-6,16-18.


Mat 6:1-6,16-18 - “(1) ‘Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.’ (5) ‘Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. ... (16) ‘Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (17) Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, (18) supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.’”.


Matius 6:1: “‘Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga”.


1) Penekanan: jangan melakukan perbuatan baik untuk pamer!

Kata-kata ‘supaya dilihat’ dalam bahasa Yunaninya adalah THEATHENAI (= to be seen / untuk dilihat). Kata ‘theater’ berasal dari kata Yunani tersebut. Jadi, kita tidak boleh menjadikan dunia ini sebagai suatu theater / tempat pertunjukan untuk memamerkan kebaikan kita.


2) Kata-kata ‘kewajiban agama’ dalam bahasa Yunani adalah DIKAIOSUNE, yang seharusnya berarti ‘kebenaran’.

NASB: ‘righteousness’ (= kebenaran).

NIV: ‘acts of righteousness’ (= tindakan-tindakan kebenaran).


3) Apakah Mat 6:1 ini bertentangan dengan Matius 5:16 - “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.’”?

Jawab: Mat 6:1 tidak bertentangan dengan Mat 5:16 karena Mat 6:1 melarang melakukan perbuatan baik di depan manusia dengan motivasi untuk kemuliaan diri sendiri. Sedangkan Mat 5:16 menyuruh untuk menunjukkan perbuatan baik di depan manusia dengan motivasi supaya Tuhan dipermuliakan.


4) Matius 6:1 ini tidak berarti ‘jangan pamer, supaya kamu mendapat upah.

Mat 6:1 hanya mengajarkan bahwa kalau kita memamerkan perbuatan baik kita maka kita tidak akan mendapatkan upah. Upah / pahala adalah sesuatu yang aneh. Kalau kita melakukan sesuatu yang baik dengan tujuan untuk mendapatkan upah / pahala, kita justru tidak akan mendapat upah / pahala. Tetapi kalau kita melakukan sesuatu yang baik tanpa tujuan untuk mendapatkan upah / pahala, kita justru akan mendapatkannya.


Matius 6: 2-4: “(2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.’”.


1) Contoh pertama ini mengecam tindakan ‘memamerkan pemberian sedekah’ dan ini bisa terlihat dari:


a) Kata-kata ‘Janganlah engkau mencanangkan hal itu’ (ay 2).

NASB: ‘do not sound a trumpet before you’ (= janganlah membunyikan terompet di depanmu).

NIV: ‘do not announce it with trumpets’ (= janganlah mengumumkannya dengan terompet).

Apakah peniupan terompet itu betul-betul dilakukan oleh orang-orang Farisi, atau itu hanya sekedar merupakan ‘karikatur’ dari Tuhan Yesus tentang orang-orang Farisi, tidak terlalu jadi soal. Bagaimanapun juga, arti bagian ini jelas, yaitu: tidak boleh pamer!


b) Tindakan seperti itu disebut sebagai tindakan ‘orang munafik’ (ay 2).

Kata yang diterjemahkan ‘orang munafik’ dalam bahasa Yunaninya adalah HUPOKHRITAI, yang arti sebenarnya adalah aktor / pemain sandiwara. Jadi, orang yang memamerkan kebaikannya oleh Tuhan Yesus disebut sebagai aktor / pemain sandiwara. Kelihatannya mereka menolong orang, tetapi tujuan mereka adalah supaya mereka dipuji orang. Ini jelas merupakan suatu sandiwara.


c) Kata-kata ‘Jangan diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu’ (ay 3).


  • Ini bisa diartikan bahwa terhadap orang yang paling dekatpun kita tidak boleh pamer. 

Calvin: “By this expression he means that we ought to be satisfied with having God for our only witness” (= Dengan ungkapan ini Ia memaksudkan bahwa kita harus puas dengan mempunyai Allah sebagai satu-satunya saksi).


  • Tetapi, bahwa Tuhan Yesus menggunakan istilah ‘tangan kiri’ yang adalah anggota tubuh kita sendiri, menunjukkan bahwa sebetulnya bukan saja terhadap orang yang dekat saja kita tidak boleh pamer, tetapi terhadap diri kita sendiripun kita tak boleh pamer. Pamer terhadap diri sendiri bisa dilakukan dengan mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan lalu memuji diri sendiri dan sebagainya (bdk. Luk 18:12).


John Stott: “We are not to be self-conscious in our giving, for our self-consciousness will readily deteriorate in self-righteousness” (= Kita tidak boleh sadar akan diri sendiri dalam memberi, karena kesadaran akan diri sendiri akan dengan mudah memburuk menjadi sikap menganggap benar diri sendiri).


John Stott: “Christian giving is to be marked by self sacrifice and self forgetfulness, not by self congratulation” (= Pemberian Kristen harus ditandai dengan pengorbanan diri sendiri dan pelupaan diri sendiri, bukan dengan pemberian selamat kepada diri sendiri).


2) Ay 3-4 tidak boleh dimutlakkan, dan karena itu bagian ini tidak berarti bahwa kalau kita mau memberi uang pada seorang pengemis, kita harus menunggu sampai pukul 12 malam dimana tidak ada seorangpun bisa melihat pemberian sedekah itu. Ingat, penekanan bagian ini adalah tidak boleh pamer dengan tujuan supaya dipuji. Jadi, bukan perahasiaannya yang ditekankan, tetapi motivasi ingin dipujinya.


3) Kalau seseorang memberi sedekah dengan motivasi pamer, apa yang terjadi?


Ay 2: ‘mereka sudah mendapat upahnya’.

Kata-kata ‘mereka sudah mendapat’ dalam bahasa Yunaninya adalah APEKHOUSIN (APEKHO) yang merupakan istilah perdagangan dan artinya adalah ‘sudah menerima sepenuhnya (bukan hanya menerima uang muka) dan memberikan tanda terima untuk itu’.

NASB: ‘they have their reward in full (= mereka mendapatkan pahala mereka sepenuhnya).

NIV: ‘they have received their reward in full (= mereka telah menerima pahala mereka sepenuhnya).

Jadi, pujian manusia yang mereka dapatkan adalah upah / pahala mereka sepenuhnya, sehingga selanjutnya tidak ada lagi upah / pahala dari Allah.


4) Sebaliknya, kalau seseorang memberi sedekah secara tersembunyi (bukan untuk pamer), maka ia akan mendapat upah / pahala dari Allah. Tidak ada manusia yang tahu kebaikannya, tetapi Allah tahu dan akan memberinya upah / pahala. Upah / pahala dari Allah bisa diberikan di surga, tetapi bisa juga dalam hidup di dunia berupa kepuasan, damai, sukacita dan sebagainya.


Ay 5-6: “(5) ‘Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”


Penekanan dari contoh kedua ini adalah: jangan berdoa dengan tujuan pamer.

Jadi, bagian ini tidak berarti bahwa:

  • kita tidak boleh berdoa sambil berdiri pada waktu ada di tempat ibadah / gereja (bdk. ay 5).

  • kita tidak boleh berdoa di tikungan jalan raya (bdk. ay 5).

  • kalau mau berdoa harus di dalam kamar dan pintu harus ditutup (bdk. ay 6).

  • kalau berdoa tidak boleh diketahui orang lain sama sekali.


Ini terlihat dari kehidupan Tuhan Yesus sendiri dimana kita melihat bahwa:

  • Ia tidak selalu berdoa dalam kamar (bdk. Mark 1:35  Mat 26:36-46).

  • Ia kadang-kadang berdoa di depan banyak orang (bdk. Luk 3:21  Luk 23:34  Yoh 11:41-42).


Ingat bahwa bagian ini tidak mengajar dimana kita boleh / tidak boleh berdoa, juga tidak menekankan perahasiaan doa, tetapi menekankan bahwa kita tidak boleh memamerkan doa dengan tujuan supaya dipuji manusia.


Penerapan:

  • kalau tidak ada orang, kita tidak berdoa waktu makan. Tetapi kalau ada orang-orang kristen di sekitar kita, kita lalu berdoa waktu mau makan.

  • senang memimpin doa di depan banyak orang, supaya bisa menunjukkan ‘kehebatannya’ dalam berdoa.

  • pada waktu memimpin doa, membuat kalimat-kalimat indah, supaya dianggap hebat. Kalau orang yang memimpin doa ini memang seseorang yang berjiwa puitis, dan doanya menunjukkan hal itu, itu tentu tidak salah. Jadi sekali lagi saya tekankan, yang dipersoalkan dalam larangan ini adalah motivasi pamernya.


Ay 16-18: “(16) ‘Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (17) Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, (18) supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.’”.


1) Bagian ini menunjukkan bahwa orang Kristen harus berpuasa. Ini bisa terlihat dari:


a) ‘kebenaran’ / ‘kewajiban agama’ (ay 1) diberi 3 contoh yaitu memberi sedekah (ay 2-4), berdoa (ay 5-6), berpuasa (ay 16-18). Kalau memberi sedekah itu diharuskan, berdoa juga diharuskan, bisakah kita bayangkan bahwa contoh yang ke 3, yaitu berpuasa, tidak diharuskan dan bahkan tidak perlu dilakukan?


b) Dalam Mat 6:2,5,16 kata ‘apabila’ terjemahan Inggrisnya adalah ‘when’ (= pada waktu), bukan ‘if’ (= jika). Kalau digunakan if you fast’ / jika engkau berpuasa’ maka itu berarti bahwa Tuhan Yesus menganggap bahwa belum tentu orang-orang yang diajar itu akan berpuasa. Tetapi penggunaan when you fast’ / pada waktu engkau berpuasa’ menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menganggap bahwa mereka pasti akan berpuasa.


Apa yang sampai saat ini tidak saya mengerti adalah: kapan dan untuk apa kita harus berpuasa. Ada banyak khotbah, pengajaran, dan buku yang membahas hal ini, tetapi menurut saya semuanya tidak bisa memberikan dasar Kitab Suci yang meyakinkan.


2) Contoh ketiga ini menekankan bahwa kita tidak boleh memamerkan puasa.

Cara orang-orang Yahudi memamerkan puasa adalah dengan membuat mukanya suram / mengubah air muka dengan sengaja (mungkin supaya orang yang melihatnya lalu bertanya sehingga mereka bisa menjelaskan). Tuhan Yesus memerintahkan mereka melakukan ay 17. Ini bukan sesuatu yang aneh tetapi sesuatu yang mereka lakukan sehari-hari.


3) Kalau mereka berpuasa untuk pamer, mereka mendapat upah sepenuhnya berupa pujian manusia, tidak ada lagi upah dari Allah. 


Ketiga hal di atas tadi (memberi sedekah, berdoa, berpuasa) hanya contoh. Tentu saja dalam semua perbuatan baik kita tidak boleh pamer. Misalnya:

  • dalam melakukan pelayanan.

  • dalam memberitakan Injil.

  • dalam belajar Firman Tuhan.

  • dalam ketaatan terhadap Firman Tuhan.

  • khususnya dalam memberi persembahan di gereja.

Karena itu kalau saudara memberikan persembahan, janganlah menuliskan nama terang, tetapi pakailah kode / nama samaran.


Sedangkan untuk gereja, janganlah menuliskan nama terang dari orang yang memberikan persembahan dalam warta tertulis / lisan. Sekalipun orangnya menuliskan nama terang, pada warta tertulis / lisan, tuliskan singkatan saja!


Sekalipun sebetulnya bukan perahasiaannya yang ditekankan, tetapi motivasi pamernya, tetapi kalau hal itu diketahui oleh orang-orang, itu dengan mudah bisa memicu kesombongan dalam diri saudara. Mungkin karena itulah, sekalipun penekanannya adalah pada motivasi pamernya, tetapi perahasiaannya tetap diberikan dalam ketiga contoh ini (ay 3-4,6,18). Jadi, kecuali ada tujuan positif, maka rahasiakanlah semua perbuatan baik saudara!

MATIUS 6:7-15


Mat 6:7-15 - “(7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya. (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) (14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’”.


Ay 7-8: “(7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya”.


1) Ay 7: ‘janganlah kamu bertele-tele’.

Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan ‘bertele-tele’ adalah kata yang unik yang tidak dijumpai di tempat lain. Karena itu kata itu tidak diketahui dengan tepat terjemahannya.

NASB: ‘do not use meaningless repetition’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang tidak mempunyai arti).

NIV: ‘do not keep up babbling’ (= janganlah terus menerus mengoceh).

RSV: ‘do not heap up empty phrases’ (= janganlah menumpuk ungkapan-ungkapan yang kosong).

KJV: ‘use not vain repetitions’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang sia-sia).


Banyak penafsiran tentang hal ini:

  • Ini menunjuk pada doa yang dipanjang-panjangkan.

Perhatikan kata-kata ‘banyaknya kata-kata’ dalam ay 7. Calvin menganggap kata-kata ini berarti ‘pembicaraan yang tidak berarti’.

  • Ini menunjuk pada doa yang isinya kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang, padahal kalimatnya tidak berarti.

  • Ini menunjuk pada doa yang hanya dengan bibir / lidah, tetapi tidak dengan hati.

  • Ini menunjuk pada doa dengan tujuan memberi informasi kepada Tuhan.

Bdk. ay 8 - “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.


Contoh:

  • Kis 19:34 - “Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: ‘Besarlah Artemis dewi orang Efesus!’.

  • 1Raja 18:25-29 - “(25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ (26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ (28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan [KJV: ‘they prophesied’ (= mereka bernubuat)] sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian”.

  • doa rosario dalam Katolik.

  • doa Bapa Kami dalam kebaktian, sekalipun tidak selalu, tetapi sering menjadi doa seperti itu.


2) Ay 8: “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.


Untuk mengatasi kesalahan dalam ay 7 itu, lalu Yesus mengatakan ay 8 ini.

Tetapi ay 8 ini menimbulkan problem: Kalau memang Allah tahu apa yang kita perlukan sebelum kita meminta hal itu kepadaNya, lalu apa gunanya kita berdoa? Calvin mengatakan bahwa orang kristen berdoa bukan untuk memberi informasi kepada Tuhan tentang hal-hal yang tidak diketahuiNya, atau untuk mendorongNya untuk melakukan kewajibanNya, atau untuk mendesak Dia untuk melakukan sesuatu yang segan dilakukanNya. Orang kristen berdoa supaya:

  • mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk mencari Dia.

  • mereka bisa mempraktekkan iman pada janji-janjiNya.

  • mereka bisa menenangkan kekuatiran mereka dengan mencurahkannya kepada Tuhan.

  • mereka bisa menyatakan bahwa hanya dari Dia saja mereka mengharapkan hal-hal yang baik, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.


Calvin: “We must, ... maintain both of these truths, that He freely anticipates our wishes, and yet that we obtain by prayer what we ask” (= Kita harus, mempertahankan kedua kebenaran ini, bahwa Ia dengan bebas mengantisipasi / mendahului keinginan-keinginan kita, tetapi sekalipun demikian kita mendapatkan melalui doa apa yang kita minta) - hal 314.


DOA BAPA KAMI


Matius 6:9-13: “(9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.].


1) Doa ini juga ada dalam Injil Lukas, yaitu dalam Luk 11:2-4 - “(2) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu. (3) Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya (4) dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.’”.


Calvin mengatakan bahwa tidak ada kepastian apakah Yesus mengajar Doa Bapa Kami ini hanya satu kali atau dua kali. Ada orang yang menganggap dua kali, karena dalam Injil Matius Yesus mengajarkan tanpa diminta sedangkan dalam Injil Lukas Yesus mengajarkan setelah diminta. Tetapi Calvin mengatakan bahwa mungkin saja Matius tidak menceritakan tentang permintaan itu.


2) Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus mengajarkan doa ini atas permintaan murid-murid. Bdk. Lukas 11:1 - “Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepadaNya: ‘Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.’”.


Kita memang perlu meminta agar Tuhan mengajar kita berdoa. Bandingkan dengan Roma 8:26-27 - “(26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”.


Karena itu, merupakan sesuatu yang penting untuk memulai doa kita dengan permintaan: ‘Tuhan, tolong pimpin aku supaya bisa berdoa sesuai dengan kehendakMu’.


3) Tujuan pemberian Doa Bapa Kami.


a) Doa Bapa Kami tujuannya bukan untuk didoakan kata demi kata.


Calvin: “Christ does not enjoin his people to pray in a prepared form of words,” [= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berdoa dengan suatu bentuk / susunan kata-kata yang sudah disiapkan,] - hal 316.


Pada catatan kakinya diberikan terjemahan yang lain, dimana dikatakan: “Christ does not command his people to adhere to certain words.” [= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berpegang pada kata-kata tertentu.] - hal 316 (footnote).


Calvin melanjutkan: “It was not the intention of the Son of God ... to prescribe the words which we must use, so as not to leave us at liberty to depart from the form which he has dictated.” [= Bukanlah merupakan maksud dari Anak Allah ... untuk menentukan kata-kata yang harus kita gunakan, sehingga tidak memberikan kita kebebasan untuk menyimpang dari bentuk yang telah Ia diktekan / perintahkan.] - hal 316.


Jadi, menurut Calvin (dan saya setuju dengan dia), tujuan Yesus dalam memberikan Doa Bapa Kami bukanlah untuk didoakan kata demi kata seperti yang dilakukan oleh banyak gereja-gereja Protestan dan Katolik.


Bukti / alasan dari pandangan ini:


1. Ay 9: ‘berdoalah demikian’.

RSV: ‘Pray then like this [= Maka berdoalah seperti ini].

NASB: ‘pray, then, in this way [= Maka, berdoalah dengan cara ini].

KJV: After this manner therefore pray ye’ [= Karena itu, berdoalah kamu menurut cara ini].


Tidak dikatakan ‘pray in these words’ [= berdoalah dengan kata-kata ini].


Jadi, kita tidak harus berdoa persis seperti itu kata demi kata.


2. Doa Bapa Kami dalam Matius 6:9-13 berbeda dengan Luk 11:2-4. Mengapa? Ada 2 kemungkinan:


a. Luk 11:2-4 adalah singkatan dari Mat 6:9-13.


b. Tuhan Yesus mengajar lebih dari satu kali dan bentuknya berbeda.


Yang manapun yang benar dari 2 kemungkinan ini, tidak terlalu jadi soal. Tetapi ini jelas menunjukkan bahwa kita tidak harus berdoa persis seperti itu, karena kalau kita memang harus berdoa seperti itu kata demi kata, maka tidak mungkin bisa ada 2 versi!


b) Doa Bapa Kami diberikan sebagai contoh / model doa, tentang apa yang seharusnya kita minta dalam doa.


Calvin: “Christ ... only points out what ought to be the object of all our wishes and prayers.” [= Kristus ... hanya menunjukkan apa yang seharusnya merupakan obyek dari semua keinginan dan doa kita.] - hal 316.


Calvin: “His intention rather was, to guide and restrain our wishes, that they might not go beyond those limits” [= MaksudNya adalah, untuk memimpin dan mengekang keinginan-keinginan kita, supaya tidak melampaui batas] - hal 316.


4) Doa Bapa Kami bukan mantera.

Gereja Katolik menggunakan Doa Bapa Kami, doa Salam Maria dan sebagainya sebagai semacam mantera (harus berdoa tiga kali dan sebagainya). Ini tidak pernah diajarkan dalam Kitab Suci.


5) Arti Doa Bapa Kami.


a) ‘Bapa kami yang di surga’ (ay 9).


1. Pada permulaan doa, bahkan sebelum doa, kita harus sadar kepada siapa kita berbicara. Kita berbicara bukan sekedar kepada manusia biasa tetapi kepada Bapa yang di surga! Sekalipun ini merupakan sesuatu yang sangat jelas, tetapi kenyataanya banyak orang melupakan hal ini! Ini menyebabkan mereka bisa berdoa dengan sikap kurang ajar / tidak hormat, seenaknya sendiri, main perintah seperti boss, dan sebagainya.


2. Kata ‘Bapa’ menunjukkan hubungan yang dekat, kasihNya, dsb.

Kalau saudara tidak yakin bahwa Allah adalah Bapa saudara, atau bahwa saudara adalah anakNya, maka sebetulnya saudara tidak layak untuk berdoa kepadaNya. Jadi, percayalah dahulu kepada Yesus, supaya saudara menjadi anak Allah (Yoh 1:12), dan barulah saudara boleh berdoa kepadaNya.


Juga kalau saudara memberikan counseling / bimbingan kepada orang kafir / orang kristen KTP yang sedang menderita, terkena musibah dsb, jangan menyuruh dia berdoa kalau ia belum percaya kepada Kristus. Itu tidak ada gunanya. Memang kadang-kadang Tuhan bisa mendengar dan mengabulkan doa dari orang yang belum percaya kepadaNya (mungkin dengan tujuan supaya orang itu mau percaya), tetapi pada umumnya Ia tidak mau mendengarkan doa orang yang bukan anakNya!


Calvin: “as it would be the folly and madness of presumption, to call God our Father, except on the ground that, through our union to the body of Christ, we are acknowledged as his children, we conclude, that there is no other way of praying aright, but by approaching God with reliance on the Mediator” (= sebagaimana merupakan kelancangan yang bodoh dan gila untuk menyebut Allah Bapa kita, kecuali atas dasar bahwa melalui persatuan kita dengan tubuh Kristus, kita diakui sebagai anak-anakNya, kami menyimpulkan bahwa tidak ada jalan lain untuk berdoa dengan benar, kecuali dengan mendekati Allah dengan bersandar pada sang Pengantara) - hal 317-318.

Bdk. 1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.


3. Kata-kata ‘di surga’ bukan menekankan ‘tempat dari Allah’ dan tidak berarti bahwa Allah hanya ada di surga (karena Ia maha ada). Bdk. 2Taw 2:6 - “... langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Dia”. Jadi, yang ditekankan oleh kata-kata ini adalah penghormatan kepadaNya, dan juga keilahian, otoritas, kuasa dari Allah. Ia berbeda dengan yang lain!


4. Kata-kata ‘Bapa’ dan ‘yang di surga’ harus ditekankan secara seimbang. Kalau hanya ditekankan ‘Bapa’ kita akan datang kepada Dia dengan kurang ajar / tidak hormat. Kalau hanya ditekankan ‘di surga’, kita akan takut datang kepada Dia.


b) ‘Dikuduskanlah namaMu’ (ay 9).

‘Nama Allah’ berarti ‘diri Allah’ sendiri. Ini terlihat dari ayat-ayat seperti:

  • Maz 9:11 - “Orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN”.

  • Yoh 17:6,26 - “(6) Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. ... (26) dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.’”.

Kata ‘namaMu’ dalam ayat-ayat di atas ini jelas tidak menunjuk pada nama YHWH / YAHWEH, tetapi menunjuk pada diri Allah sendiri.


Bagian ini adalah suatu doa supaya Allah dihormati / dimuliakan dan diakui oleh manusia. Calvin berkata bahwa kebalikan dari ini adalah pada waktu manusia berbicara tentang Allah tanpa rasa hormat kepadaNya.


Calvin: “the highest dishonour that can be done to him is unbelief and contempt of his word” (= sikap tidak hormat tertinggi yang bisa dilakukan terhadap Dia adalah ketidak-percayaan dan sikap menghina / memandang rendah terhadap firmanNya) - hal 319.


c) ‘Datanglah kerajaanMu’ (ay 10).

Bagian ini adalah suatu doa supaya Allah memerintah. Memang Allah sudah memerintah, tetapi ada banyak orang yang tidak mengakuiNya sebagai Raja. Kita berdoa supaya orang-orang itu mau mengakuiNya sebagai Raja.

Ini tidak berarti kita hanya perlu berdoa seperti ini dan tidak perlu memberitakan Injil. Kita harus berdoa dan bekerja! Jadi, kita harus berdoa supaya semua orang mau tunduk pada pemerintahan Allah, tetapi kita juga harus memberitakan Injil / Firman Tuhan supaya semua orang bisa percaya dan tunduk kepada Kristus.


Calvin mengatakan (hal 320) bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, maka pemberitaan Firman Tuhan tidak akan ada gunanya. Jadi keduanya harus digabungkan supaya Kerajaan Allah bisa ditegakkan. Karena itu kita berdoa supaya Allah bekerja, baik melalui firmanNya maupun RohNya, supaya seluruh dunia tunduk kepadaNya.


d) ‘Jadilah kehendakMu’ (ay 10).

Istilah ‘kehendak Allah’ bisa menunjuk pada rencana kekalNya yang pasti akan terlaksana, tetapi bisa juga menunjuk pada firmanNya.

Dalam arti yang pertama, ini merupakan suatu pernyataan bahwa kita mau menerima kehendak Allah (bdk. Mat 26:42). 


Dalam arti yang kedua, ini adalah suatu doa supaya firman / hukum-hukum Allah ditaati. Kalimat selanjutnya dari Doa Bapa Kami ini menunjukkan bahwa di surga malaikat-malaikat sudah mentaati Allah, dan kita berdoa supaya di bumi hal itu juga terjadi.


e) ‘Di bumi seperti di surga’ (ay 10).

Kalimat ini berhubungan bukan hanya dengan kalimat ke 4 di atas, tetapi berhubungan dengan kalimat ke 2, ke 3, ke 4.

Di surga hal-hal tersebut di atas (no 2-4) sudah terjadi. Kita berdoa supaya hal-hal tersebut juga terjadi di bumi.

Saksi-Saksi Yehuwa menafsirkan bahwa ini menunjuk pada bumi yang akan disempurnakan (Firdaus), yang akan menjadi tempat tinggal dari orang-orang yang diselamatkan, selain dari 144.000 orang yang masuk surga. Ini jelas merupakan penafsiran yang sesat.


f) ‘Berikanlah kepada kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’ (ay 11).


1. Kata ‘makanan’ secara hurufiah adalah ‘roti’.

NASB: ‘Give us this day our daily bread (= Berilah kami hari ini roti harian kami).

  • Ada yang menganggap bahwa dengan ‘roti / makanan’ di sini bukanlah betul-betul roti / makanan karena mereka menganggap permintaan seperti itu terlalu duniawi. Mereka lalu menafsirkan ‘roti’ sebagai Firman Tuhan / Perjamuan Kudus. Tetapi ini salah! Allah memang juga memperhatikan kebutuhan jasmani kita. Bdk. Yoh 6:5 - “Ketika Yesus memandang sekelilingNya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: ‘Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?’”.

  • Calvin menganggap bahwa kata ‘roti’ mencakup segala macam makanan, dan bahkan segala kebutuhan jasmani kita.


2. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang secukupnya’ dalam Kitab Suci Indonesia, oleh NASB diterjemahkan ‘daily’ (= harian) adalah EPIOUSION.


Calvin menafsirkan bahwa arti dari kata ini adalah ‘terus menerus’. Jadi, karena kita tiap hari mempunyai kebutuhan jasmani, maka kita meminta supaya setiap hari Tuhan memberikan kebutuhan kita secara terus menerus / tanpa terputus.


Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan bahwa kata ini tidak pernah muncul di bagian lain dari Kitab Suci kita, dan bahkan juga tidak dalam tulisan-tulisan non kristen, sehingga sukar diketahui artinya. Ia sendiri menganggap bahwa arti dari kata itu adalah ‘yang secukupnya’ (seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia). Tetapi sebetulnya terjemahan ‘daily’ (= harian) dari NASB juga memberikan arti yang tidak terlalu berbeda.


Jadi kata ini mengajarkan kita untuk tidak meminta secara serakah. Mintalah apa yang benar-benar dibutuhkan.

Bdk. Amsal 30:8-9 - “(8) Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (9) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku”.


3. Bukan hanya orang miskin, tetapi orang kayapun juga harus menaikkan doa seperti ini. Mengapa? Karena kita sepenuhnya tergantung kepada Tuhan dan segala kekayaan bisa hilang dalam sekejap (bdk. Ayub).


Calvin: “unless God feed us daily, the largest accumulation of the necessaries of life will be of no avail. Though we may have abundance of corn, and wine, and every thing else, unless they are watered by the secret blessing of God, they will suddenly vanish, or we will be deprived of the use of them, or they will lose their natural power to support us, so that we shall famish in the midst of plenty” (= kecuali Allah memberi kita makan setiap hari, pengumpulan yang terbesar dari kebutuhan-kebutuhan hidup akan sia-sia / tak berguna. Sekalipun kita mempunyai jagung dan anggur dan segala sesuatu yang lain berlimpah-limpah, kecuali semua itu diairi oleh berkat rahasia dari Allah, mereka akan lenyap dengan tiba-tiba, atau kita tidak akan bisa menggunakannya, atau mereka akan kehilangan kekuatan alamiahnya untuk menopang kita, sehingga kita akan kelaparan / mati kelaparan di tengah-tengah kelimpahan) - hal 324-325.


Calvin: “A certain man has abundant wine and grain. Since he cannot enjoy a single morsel of bread apart from God’s continuing favor, his wine and granaries will not hinder him from praying for his daily bread” (= Seorang tertentu mempunyai anggur dan padi / gandum berlimpah-limpah. Karena ia tidak bisa menikmati sepotong kecil rotipun terpisah dari kemurahan / kebaikan hati yang terus menerus dari Allah, anggur dan lumbung-lumbungnya tidak menghalangi dia untuk berdoa untuk roti hariannya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XX, No 7.


Bdk. Mazmur 104:27-28 - “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan”.


Illustrasi / contoh: beberapa waktu yang lalu sebuah pesawat jatuh di pegunungan. Ada orang-orang yang tidak mati pada saat pesawat jatuh, tetapi pada waktu ditemukan mereka sudah mati dengan perut terikat. Mengapa? Untuk menahan lapar, karena mereka tidak mempunyai makanan. Mereka bisa naik pesawat, jadi pasti bukan termasuk orang miskin. Tetapi mereka bisa mati kelaparan. Ini menunjukkan bahwa tanpa berkat dari Tuhan, semua kekayaan tidak berguna. Orang kayapun butuh diberi makan oleh Tuhan!


4. Adanya doa ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu bekerja.

Bdk. 2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.


Sebaliknya, kalau kita bekerja, dan bisa mendapatkan makanan, kita tidak boleh sombong dan menganggap bahwa kita bisa mencukupi kebutuhan kita sendiri. Pekerjaan kita, kalau bukan karena berkat Tuhan, tidak akan ada hasilnya / gunanya.

Bdk. Maz 127:1-2 - “(1) Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur”.


Calvin: “The fields must, no doubt, be cultivated, labour must be bestowed on gathering the fruits of the earth, and every man must submit to the toil of his calling, in order to procure food. But all this does not hinder us from being fed by the undeserved kindness of God, without which men might waste their strength to no purpose. We are thus taught, that what we seem to have acquired by our own industry is his gift” (= Tidak diragukan bahwa ladang-ladang harus diusahakan / ditanami, jerih payah harus diberikan untuk mengumpulkan buah-buah dari bumi, dan setiap orang harus bekerja sesuai panggilannya, untuk mendapatkan makanan. Tetapi semua ini tidak menghalangi diri kita untuk diberi makan oleh kebaikan yang tidak layak kita dapatkan dari Allah, tanpa mana orang-orang akan menghabiskan kekuatan mereka tanpa ada gunanya. Maka kita diajar bahwa apa yang kelihatannya kita dapatkan oleh kerajinan kita adalah pemberianNya) - hal 325.


g) ‘Dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami’ (ay 12).


  • Kata ‘kesalahan’ seharusnya adalah ‘hutang’ (Inggris: ‘debts’). Bagian paralelnya dalam Luk 11:4 menggunakan istilah ‘dosa’ (Yunani: HAMARTIA). Dosa memang adalah suatu hutang (bdk. Lukas 7:36-50)!


  • Ini merupakan doa pengakuan dosa, dan ini merupakan sesuatu yang penting sekali. Dosa merusak persekutuan dengan Allah, menghalangi doa kita sehingga tidak bisa mencapai Allah (Yes 59:1-2), menghalangi berkat Tuhan, menarik kita pada dosa-dosa lain, menghancurkan damai dan sebagainya. Karena itu, dosa harus dibereskan secepatnya. Calvin beranggapan (hal 326) bahwa kita harus memulai doa kita dengan pengakuan dosa.


  • Jangan beranggapan bahwa semua orang mempunyai hak untuk meminta ampun atas dosa-dosanya! Kata pertama dalam Doa Bapa Kami ini adalah ‘Bapa’. Ini menunjukkan bahwa yang boleh meminta ampun atas dosa-dosanya adalah ‘anak-anak Allah’ saja, yaitu orang-orang yang percaya kepada Yesus (Yoh 1:12). Kalau kita bukan anak Allah karena iman kita kepada Yesus Kristus, kita tidak akan pernah mendapatkan pengampunan dosa!

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

  • Luk 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.

  • Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.

  • Kis 13:38 - “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.

  • Kis 26:18 - “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan”.


  • ‘seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami’.

Bagian ini diperluas dalam ay 14-15 - “(14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’” (bdk. Mat 18:22-35).


Ini tidak boleh diartikan bahwa pengampunan yang kita berikan menyebabkan kita diampuni. Mengapa? Karena kalau diartikan seperti ini akan menjadi ajaran ‘keselamatan karena perbuatan baik’ yang merupakan ajaran sesat yang bertentangan dengan banyak ayat-ayat Kitab Suci seperti Ef 2:8-9 dan sebagainya. Jadi, bagaimana artinya? Iman kita yang menyebabkan kita diampuni, tetapi iman harus dibuktikan dengan maunya kita mengampuni orang lain.


Calvin: “This condition is added, that no one may presume to approach God and ask forgiveness, who is not pure and free from all resentment. And yet the forgiveness, which we ask that God would give us, does not depend on the forgiveness which we grant to others: ... Christ did not intend to point out the cause, but only to remind us of the feelings which we ought to cherish towards brethren, when we desire to be reconciled to God” (= Syarat ini ditambahkan, supaya tak seorangpun berani mendekati Allah dan meminta pengampunan, jika ia tidak murni dan bebas dari semua kemarahan / kebencian. Tetapi pengampunan yang kita minta Allah berikan kepada kita, tidak tergantung pada pengampunan yang kita berikan kepada orang-orang lain: ... Kristus tidak bermaksud untuk menunjukkan penyebabnya, tetapi hanya mengingatkan kita tentang perasaan yang harus kita pelihara terhadap saudara-saudara kita, pada waktu kita ingin diperdamaikan dengan Allah) - hal 327.


  • Kita minta ampun langsung kepada Bapa. Pengantara kita adalah Yesus Kristus (1Tim 2:5), bukan pendeta, pastor dan sebagainya. Bandingkan dengan orang Katolik yang mengaku dosa kepada pastor!


  • Satu pertanyaan yang dibahas oleh Calvin adalah: pemberesan dosa tentu lebih penting dari makanan. Lalu mengapa doa tentang makanan didahulukan dari pada doa tentang pengakuan / pengampunan dosa? Calvin menjawab: “Though the forgiveness of sins is to be preferred to food, as far as the soul is more valuable than the body, yet our Lord commenced with bread and the supports of an earthly life, that from such a beginning he might carry us higher” (= Sekalipun pengampunan dosa harus lebih didahulukan dari makanan, sebagaimana jiwa lebih berharga dari tubuh, tetapi Tuhan kita mulai dengan roti dan penopang dari kehidupan duniawi, supaya dari permulaan seperti itu Ia bisa membawa kita lebih tinggi) - hal 322.


h) ‘Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat’ (ay 13).

Ada 2 problem dengan kalimat ini:

1. Allah tidak mencobai kita (Yak 1:13). Lalu untuk apa kita berdoa seperti itu?

2. Pencobaan bermanfaat bagi kita (Yak 1:2-4). Lalu mengapa kita minta supaya terhindar dari pencobaan?


Jawab:

  • pencobaan di sini adalah pencobaan di dalam hati / pikiran. Kita tidak minta dijauhkan dari pencobaan dari luar karena yang ini membawa kebaikan. Kita minta dihindarkan dari pencobaan di dalam karena yang ini adalah dosa.

  • Ini bukan permintaan supaya terhindar dari pencobaan / tidak terkena pencobaan, tetapi permintaan supaya tidak jatuh ke dalam dosa pada waktu menghadapi pencobaan. Jadi, ini adalah suatu permintaan supaya Tuhan tidak mengijinkan kita untuk mendapatkan pencobaan yang akan menjatuhkan kita dalam dosa.


i) ‘Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin’ (ay 13b).

Bagian ini diperdebatkan keasliannya dan karena itu bagian ini diletakkan di dalam tanda kurung tegak. Memang kalau tidak ada kalimat ini, doa Bapa Kami ini menjadi ‘aneh’, karena terhenti secara tiba-tiba. Tetapi bagaimanapun juga, Luk 11:2-4 juga tidak memiliki bagian itu. Disamping itu, untuk Mat 6:9-13, manuscript-manuscript yang kuno tidak memiliki kalimat itu dan manuscript-manuscript yang memiliki kalimat itu, kalimatnya bervariasi / berbeda satu dengan yang lain.

Kesimpulan: kalimat ini tidak ada dalam aslinya!


6) Peninjauan terhadap Doa Bapa Kami secara keseluruhan.


a) Ay 9-10: 3 permintaan untuk kemuliaan Allah.

Ay 11-13: 3 permintaan untuk diri sendiri.

Jadi, dalam doa kemuliaan Allah harus lebih diutamakan dari kepentingan diri sendiri, tetapi permintaan untuk diri sendiri tetap tidak boleh diabaikan.


Calvin: “in prayer Christ enjoins us to consider and seek the glory of God, and, at the same time, permits us to consult our own interest” (= dalam doa, Kristus memerintahkan kita untuk memikirkan dan mencari kemuliaan Allah, dan pada saat yang sama, mengijinkan kita untuk mempertimbangkan / mengingat kepentingan kita sendiri) - hal 316.


Calvin: “we must not be so exclusively occupied with what is advantageous to ourselves, as to omit, in any instance, to give the first place to the glory of God” (= kita tidak boleh sibuk / dipenuhi semata-mata dengan apa yang menguntungkan diri kita sendiri, sehingga menghapuskan, dalam keadaan apapun, untuk memberikan tempat pertama bagi kemuliaan Allah) - hal 322.


Karena itu, tentu saja kalau kepentingan kita sendiri bertentangan dengan kemuliaan Allah, maka kemuliaan Allahlah yang harus kita cari / doakan!


b) Bagian yang untuk diri sendiri (ay 11-13) terdiri dari permintaan yang bersifat jasmani dan rohani. Kedua-duanya perlu dalam hidup kita!

Kalau saudara berdoa apakah saudara meminta hanya hal-hal yang bersifat jasmani saja? Atau sebaliknya saudara hanya meminta hal-hal yang bersifat rohani saja? Mintalah kedua-duanya!

Dalam doa Bapa Kami ini permintaan untuk jasmani didahulukan. Ini tidak berarti bahwa jasmani lebih penting dari rohani. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini: 

  • Mark 2:1-12 - Yesus mengampuni dosa dahulu, baru menyembuhkan penyakit orang itu.

  • Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

  • 1Tim 4:7-8 - “(7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. (8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.


c) Masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, tercakup dalam doa ini.

Ay 11: ‘hari ini’. Ini masa sekarang.

Ay 12: tentang kesalahan / dosa. Ini menunjuk pada masa lampau.

Ay 13: tentang pencobaan. Ini menunjuk pada masa yang akan datang.

Jadi, seluruh hidup diserahkan kepada Tuhan dalam doa.


d) Allah Tritunggal merupakan obyek dari doa kita.

Ay 11: minta makanan. Ini diarahkan kepada Bapa.

Ay 12: minta ampun. Ini diarahkan kepada Yesus.

Ay 13: minta tolong dalam menghadapi pencobaan. Ini diarahkan kepada Roh Kudus. 


Jadi, dalam doa, kita minta supaya Allah Tritunggal campur tangan dalam hidup kita.

MATIUS 6:19-34


Kalau Matius 6:1-18 menangani hidup pribadi kita, maka Mat 6:19-34 menangani hidup kita dalam hubungannya dengan orang banyak (mencari uang).


Kalau Mat 6:1-18 mengurus hal-hal yang bersifat ‘agama / rohani’ (sedekah, doa, puasa), maka Mat 6:19-34 mengurus hal-hal yang bersifat ‘duniawi’ (cari uang).


Catatan: sebetulnya di hadapan Allah segala tindakan kita (termasuk cari uang) adalah tindakan yang bersifat rohani!


Matius 6:19-24 - “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.


Ay 19: ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi’.


1) Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh bekerja mencari uang.

Kitab Suci bahkan mengharuskan kita bekerja; ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

  • Amsal 6:6-11 - “(6) Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: (7) biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, (8) ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. (9) Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? (10) ‘Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring’ - (11) maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata”.

  • Amsal 30:25 - “semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas”.

  • 2Tes 3:6-11 - “(6) Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. (7) Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, (8) dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. (9) Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. (10) Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (11) Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna”.

  • Tit 3:14 - “Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah”.


2) Ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak boleh kaya.

Ingat bahwa banyak orang beriman seperti Abraham, Ayub, Salomo, dsb, yang adalah orang kaya!


Jadi, arti ay 19 adalah:


a) Kita tak boleh mengumpulkan harta demi harta itu sendiri. Bdk. Luk 12:16-21 (perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh).


b) Kita tak boleh mengumpulkan harta secara egois.

Ay 19 (NIV): ‘Do not store up for yourselves treasures on earth’ (= Janganlah menumpuk untuk dirimu sendiri harta di bumi).


Mengapa kita tidak boleh menimbun harta di bumi?


1) Harta dunia bisa rusak / hilang tetapi harta surgawi adalah kekal.

Ay 19-20: “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.


Cerita tentang Ayub dalam Kitab Suci, dan krismon beberapa waktu yang lalu menunjukkan secara jelas, betapa mudahnya seseorang jadi bangkrut / miskin. Jadi, janganlah menimbun harta duniawi, tetapi carilah harta surgawi. Kita tidak bisa ‘menimbun harta dunia’ (cinta uang, egois) dan pada saat yang sama memiliki harta surgawi.


2) Hati kita selalu mengikuti harta kita.

Ay 21: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”.

Bdk. Maz 62:11b - “apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya”.

Orang yang mengejar harta / mencintai uang, pikirannya / hatinya pasti terus tertuju pada uang. Orang yang mengejar harta di surga, selalu memikirkan bagaimana ia bisa menyenangkan / memuliakan Tuhan.


Penerapan: yang mana yang lebih saudara pikirkan dari 2 pertanyaan ini:

  • bagaimana saya bisa menjadi lebih kaya / mendapat uang lebih banyak?

  • bagaimana saya bisa menyenangkan / memuliakan Tuhan?


3) Hidup kita tergantung pada pandangan mata kita.

Ay 22-23: “(22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu”.


  • ‘Mata adalah pelita tubuh’ (ay 22).

Ini adalah kiasan. Hampir semua yang dilakukan oleh tubuh tergantung pada kemampuan mata untuk melihat. Karena itu mata disebut sebagai pelita tubuh.

  • ‘Jika matamu baik’ (ay 22), artinya jika mata saudara diarahkan kepada harta surgawi.

  • ‘teranglah seluruh tubuhmu’ (ay 22), artinya hidup saudara akan baik.

  • ‘Jika matamu jahat’ (ay 23a), artinya mata saudara diarahkan kepada harta duniawi.

  • ‘gelaplah seluruh tubuhmu’ (ay 23b), artinya hidup kita akan jahat.

Bdk. 1Tim 6:9-10 - “(9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.

  • ‘Jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu’.

Kata ‘terang’ menunjuk pada mata / pandangan mata kita; sedangkan kata ‘kegelapan’ menunjuk pada sifat kita yang berdosa.

Jadi, artinya adalah: kita pada dasarnya sudah berdosa; kalau mata kita diarahkan pada yang jahat (harta duniawi), maka kita akan makin berdosa / jahat.


4) Kita tak bisa mengabdi pada 2 tuan.

Ay 24: “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.


a) Kata ‘tuan’ dalam bahasa Yunaninya adalah KURIOS, yang berarti ‘pemilik’ / ‘owner’.

b) Kata ‘mengabdi’ seharusnya berarti ‘memperhambakan diri’.

Seorang pelayan memang bisa bekerja pada 2 majikan, tetapi seorang budak / hamba adalah milik dari tuannya, sehingga tidak mungkin seorang hamba bisa mempunyai dua tuan. 


Jadi, kita harus memilih: Allah atau uang!

  • Orang-orang seperti Matius dan Zakheus memilih Allah / Yesus (Mark 2:14  Lukas 19:8).

  • Pemuda kaya memilih uang (Mat 19:21-22).


Bagaimana dengan saudara? Yang mana yang saudara pilih?


5) Uang makin lama makin menjerat kita.

Wiliam Barclay memberikan penjelasan tentang kata ‘Mamon’. Ia mengatakan bahwa ‘mamon’ berarti ‘milik secara materi’ / ‘material possessions’ dan ini sebetulnya bukanlah suatu kata yang mengandung arti buruk.


  • mamon berasal dari suatu kata yang berarti ‘to entrust’ (= mempercayakan). Jadi, mamon adalah harta yang dipercayakan kepada bank / orang lain.

  • lama kelamaan, mamon bukan lagi sesuatu yang dipercayakan tetapi menjadi sesuatu yang dipercaya.

  • akhirnya, mamon menjadi dewa dalam hidup manusia dan lalu ditulis dengan diawali huruf besar (Mamon).


Jadi, dari perkembangan arti kata ‘mamon’ ini sudah jelas terlihat bahwa mamon yang mula-mula tidak ada jeleknya itu makin lama makin menjerat manusia. Uang memang merupakan sesuatu yang berbahaya. Kalau kita tidak berhati-hati, maka bukan kita yang menguasai uang, tetapi uang yang menguasai kita.


Bdk. Ayub 31:24-28 - “(24) Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku; (25) jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah; (26) jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari”.


Matius 6:25-34 - “(25) ‘Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.


1) Hubungan Mat 6:19-24 dengan Mat 6:25-34.

Dua bagian ini sebetulnya sama-sama mempersoalkan uang (makanan, minuman, pakaian dalam Mat 6:25-34 juga harus dibeli dengan uang).

Tetapi ‘mengejar uang’ lebih banyak dilakukan oleh orang kaya, sedangkan ‘kuatir’ lebih banyak dilakukan oleh orang miskin.


Setan memang adalah seseorang yang licin sekali. Terhadap seseorang ia menggoda supaya orang itu mengejar harta dunia. Kalau orang itu menolak, dan orang itu mau mengejar harta surgawi, maka setan datang dengan siasat yang lain dan ia akan berkata pada orang itu: ‘Kamu mengejar harta surgawi, lalu besok mau makan apa? Pakai pakaian apa?’. Dengan kata lain, ia menggoda orang itu untuk kuatir.


Tetapi Tuhan Yesus telah memperlengkapi kita, baik dengan Mat 6:19-24 maupun Mat 6:25-34, untuk menghadapi kedua macam serangan setan itu. Jadi, sebetulnya sekalipun setan itu hebat, bagi kita telah disediakan senjata Firman Allah yang bisa memperlengkapi kita secara sempurna. Tetapi, kita harus mau belajar Firman Tuhan supaya kita bisa menggunakannya untuk menghadapi serangan setan.


Calvin (tentang Mat 4:4): “Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed” (= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata) - hal 214.


2) Mengapa kita tidak boleh kuatir.


a) Ay 25b: “Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”.

  • hidup lebih penting dari makanan.

  • tubuh lebih penting dari pakaian.

Artinya: kalau Allah mau memberikan hidup / tubuh, Ia pasti juga mau memberi makanan / pakaian (yang kurang penting).

Illustrasi: orang tua mau membelikan anaknya sepeda motor, pasti juga mau membelikan bensinnya.


b) Ay 26: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”.


Burung diberi makan, sedangkan kita jauh lebih berharga dari burung karena kita adalah gambar Allah dan anak Allah. Jadi, kita pasti juga diberi makan.

Illustrasi: orang tua mau memberi makan pelayan, anjing, kucing. Pasti juga mau memberi makan anaknya.

Catatan: kata-kata ‘tidak menabur’, ‘tidak menuai’, dsb., tidak berarti bahwa burung tidak bekerja!


c) Ay 28-30: “(28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?”.


Bunga diberi pakaian, sedang kita jauh lebih berharga dari bunga. Bunga rumput hanya berumur satu hari, kita kekal! Jadi, kita pasti juga diberi pakaian.


Catatan: sama seperti dalam kasus burung di atas, kata-kata ‘tidak bekerja’, ‘tidak memintal’, dsb., tidak berarti bahwa tanaman bunga itu tidak bekerja. Ia bekerja, misalnya akarnya mencari makanan dalam tanah dan sebagainya.


d) Ay 26,32: ‘Bapamu’. Jadi, kita adalah anak-anak Allah. Dan Bapa kita tahu kebutuhan kita, dan Ia pasti memelihara kita. Bdk. Anmsal 10:3.

Ay 32: “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu”.


e) Kuatir bukan hanya tidak berguna, tetapi bahkan merugikan.


1. Ay 27: “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”

Jadi, kekuatiran tidak ada gunanya, tidak bisa memperpanjang hidup. Lamanya kita hidup telah ditentukan Allah. Selain dari ayat ini, hal itu juga terlihat dari:

  • 2Sam 7:12 - “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya”.

  • Maz 39:5-6 - “‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.


Pertanyaan: Lalu bagaimana dengan ayat-ayat seperti:

  • Amsal 3:1,2 - “Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.

  • Kel 20:12 - “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”.


Jawab: Ayat-ayat ini hanya meninjaunya dari sudut pandangan manusia. Kalau seseorang taat kepada Tuhan, maka Tuhan memberkati dia, sehingga seolah-olah umurnya bertambah panjang. Sebaliknya kalau seseorang tidak taat, Tuhan memberikan hukuman mati kepadanya, sehingga seolah-olah usianya menjadi singkat. Tetapi sebetulnya semuanya telah ditentukan Tuhan. Jangan lupa bahwa taat atau tidaknya seseorang juga telah ditentukan oleh Tuhan.


2. Kekuatiran bukan saja tidak berguna, tetapi bahkan merugikan, karena bisa memberikan bermacam-macam penyakit, seperti maag, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.


f) Ay 30: “Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?”.

Kekuatiran menunjukkan kurang / tidak percaya, dan ini adalah dosa (bdk. Matius 8:26  14:31  16:8).


g) Ay 34: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.

Kekuatiran akan hari esok menyebabkan kita memikul beban yang terlalu berat, karena Tuhan hanya memberi kekuatan untuk beban hari ini.


3) Sikap yang benar.


a) Kita tidak boleh kuatir.

Tetapi ada ‘tidak kuatir’ yang salah, dan ada ‘tidak kuatir’ yang benar.


  • ‘Tidak kuatir’ yang salah:

  • Tidak kuatir karena percaya pada diri sendiri, orang tua, suami dan sebagainya. Ini salah! Kitab Suci mengecam orang yang percaya kepada manusia.

Yes 2:22 - Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?”.

Yes 31:1 - “Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN”.

  • Tidak kuatir karena bersikap apatis / acuh tak acuh. Ini fatalist (menyerah pada nasib)! Ini juga salah!


  • ‘Tidak kuatir’ yang benar:

Tidak kuatir, karena percaya kepada Tuhan.

Ay 30: “Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?”.

Untuk ini kita harus mengenal Tuhan dan supaya bisa mengenal Tuhan, kita harus belajar Firman Tuhan!


b) Mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya.

Ay 33: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

‘Mencari Kerajaan Allah’ berarti hidup untuk Tuhan, mentaati Tuhan, mengutamakan Tuhan. Kalau kita melakukan itu, Tuhan berjanji akan mencukupi kebutuhan kita.

Kita melihat suatu contoh dalam doa Salomo dalam 1Raja 3:5-13. Karena ia tidak meminta kekayaan, umur panjang dsb, tetapi meminta sesuatu yang bisa memuliakan Allah, maka Allah justru memberi semuanya untuk dia. Banyak orang yang mau dicukupi dulu, baru hidup untuk Tuhan. Ini terbalik!


c) Hidup untuk sehari saja (ay 34).

Ay 34: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.

Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh merencanakan untuk masa depan (bdk. Kej 41:33-36  Amsal 6:6-11). Ini hanya berarti bahwa kita tidak boleh menguatirkan masa depan. Jadi, hidup / tenaga / pikiran dipusatkan untuk hari ini saja.

Illustrasi: kalau saudara mau menebang hutan; jangan melihat pada semua pohon yang harus saudara tebang, karena itu akan membuat saudara putus asa karena banyaknya pekerjaan yang harus saudara lakukan. Lihatlah pada 1 pohon saja, dan tebanglah pohon itu! Setelah pohon itu tumbang, baru lihat pohon lain, dst!

MATIUS 7:1-6


Matius 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.


1) Arti yang salah dari kata-kata ‘jangan menghakimi’:


a) Yesus melarang adanya pengadilan.

Penafsiran ini jelas salah karena bertentangan dengan bagian-bagian Kitab Suci di bawah ini:

  • Kel 18:13-26 dimana Musa dan sejumlah orang menjadi hakim.

  • 1Raja 3:16-28 dimana Salomo menjadi hakim.

  • adanya pemberian Undang-Undang untuk pengadilan dalam Kitab Suci / Perjanjian Lama, seperti dalam Kel 21:12-dst.

  • Roma 13:1-5 - “(1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. (2) Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. (3) Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. (4) Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (5) Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita”.


b) Kita tidak boleh melakukan siasat gerejani.

Jaman sekarang ini kita mungkin sudah tidak lagi pernah mendengar tentang adanya gereja yang menjalankan siasat gerejani, dan kata-kata ‘jangan menghakimi’ ini sering dipakai oleh pendeta / majelis untuk tidak melakukan siasat gerejani. Tetapi ini jelas merupakan penggunaan yang salah, karena bertentangan dengan:

  • Mat 18:15-17 - “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.

  • 1Kor 5:1-2,9-13 - “(1) Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. (2) Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu? ... (9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”.

Kedua text di atas ini jelas mengatakan bahwa dalam hal-hal tertentu siasat gerejani harus dilakukan!


William Hendriksen: “Luke 6:37 has been used at times as an excuse for laxity in exercising church discipline, but in the light of its context, and also of Matt. 18:15-18 and John 20:23, such use of this passage is without any justification” (= Lukas 6:37 kadang-kadang digunakan sebagai suatu alasan untuk tidak melakukan disiplin gerejani, tetapi dalam terang dari kontexnya, dan juga dari Mat 18:15-18 dan Yoh 20:23, penggunaan seperti itu dari text ini tidak dapat dibenarkan) - ‘The Gospel of Luke’, hal 355.


Yoh 20:23 - “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’”.


c) Kita harus membutakan diri terhadap kesalahan orang lain; kita tidak boleh menilai orang lain ataupun mengkritik / menegur orang lain.

Secara sadar atau tidak, ada banyak sekali orang kristen ataupun hamba Tuhan yang mengambil penafsiran ini. Ini terlihat pada waktu mereka menggunakan kata-kata ‘jangan menghakimi’ ini terhadap orang yang mencela suatu ajaran sesat atau seorang nabi palsu.

Orang-orang ini tidak menyadari bahwa pada waktu mereka mengatakan kata-kata ‘jangan menghakimi’ kepada seseorang, mereka sendiri sudah menghakimi orang itu!


Alasan yang sering dikemukakan untuk melarang menghakimi secara total:


1. Itu tidak kasih.

Tanggapan saya: Ini salah, karena kita menilai seseorang bisa dengan tujuan meluruskan orang itu dari kesalahan / kesesatannya, dan juga untuk menolong supaya orang lain tidak ikut dengan kesesatan tersebut.


2. Kita tidak boleh bertengkar, kita harus cinta damai.

Tanggapan saya: Ini salah, karena:

  • kalau kita membiarkan kesesatan dengan alasan cinta damai, kita tidak mencintai orang-orang yang bisa menjadi korban kesesatan itu.

  • menyatakan kesalahan / kesesatan seseorang tidak berarti harus bertengkar. Tetapi kalau toh terpaksa bertengkar, karena orang yang ditegur tidak mau bertobat, perlu kita ketahui bahwa kebenaran lebih berharga dari pada perdamaian, dan perdamaian harus rela dikorbankan demi kebenaran. Dalam Yak 3:17 dikatakan: “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”. Perhatikan bahwa ‘murni’ mendahului ‘pendamai’, dan karena itu kebenaran harus lebih diutamakan dari perdamaian.

Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya di pintu gereja Wittenberg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam gereja! Beranikah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggapnya sebagai orang yang tidak cinta damai?

Thomas Manton (tentang Yak 3:17): “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish” (= Jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa) - hal 316.

Calvin, dalam komentarnya tentang Ef 5:11, berkata: “But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish” (= Dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).


3. Kita tidak maha tahu.

Tanggapan saya: Sekalipun kita memang tidak maha tahu, tetapi Allah telah memberi kita Kitab Suci / Firman Tuhan, yang salah satu fungsinya adalah ‘menyatakan kesalahan’.

2Tim 3:16-17 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.

Jadi, dengan belajar Kitab Suci kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah / sesat. Mengatakan ‘kita tidak tahu’ seringkali bukan merupakan perwujudan dari kerendahan hati, tetapi justru merupakan perwujudan dari suatu sikap tegar tengkuk, yang sekalipun sudah diberi tahu tetapi tetap tidak mau tahu!


4. Hanya Allah yang berhak menghakimi (Yak 4:12  Ro 12:17-20).

Tanggapan saya: Ayat-ayat ini digunakan secara out of context / keluar dari kontextnya, karena Ro 12:17-20 itu diberikan dalam kontext yang melarang balas dendam, dan Yak 4:12 dalam kontext orang yang menyalahkan orang lain berdasarkan pemikirannya sendiri, bukan berdasarkan Firman Tuhan. Jadi, semua ini tidak bisa diterapkan kepada orang yang menilai orang lain betul-betul berdasarkan Kitab Suci / Firman Tuhan.


Saya berpendapat bahwa kita boleh menilai, menyalahkan, dan mengecam seseorang, karena:

a. Yesus sendiri mengecam dan mengutuk orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, orang-orang Saduki, dan ajarannya (Mat 5:20-48  Mat 6:1-18  Mat 15:1-14  Mat 16:1-12  Mat 21:45  Mat 22:29  Mat 23:1-36).

b. Paulus juga mengutuk para nabi palsu (Gal 1:6-9), dan memarahi jemaat Korintus karena mereka sabar terhadap nabi-nabi palsu (2Kor 11:4). Ia juga menyetujui kecaman terhadap orang Kreta dan memerintahkan Titus untuk menegur mereka (Tit 1:12-13), mengecam Himeneus, Filetus dan Aleksander (1Tim 1:20  2Tim 2:17,18  2Tim 4:14).

c. Yohanes mengecam Diotrefes (3Yoh 9-10).

d. Dalam Yoh 7:24 Yesus berkata: “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”.

Dengan kata-kata ini, Yesus jelas membolehkan kita untuk menghakimi / menilai orang lain asal kita melakukannya dengan adil, dengan memperhatikan fakta-fakta secara keseluruhan.

e. Kitab Suci juga memberikan perintah atau larangan berkenaan dengan nabi-nabi palsu, seperti:

  • 2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

  • Tit 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.

Bagaimana bisa melaksanakan hal ini kalau kita tidak lebih dulu menilai dan membentuk pandangan bahwa seseorang itu memang adalah nabi palsu?

f. Dalam Kitab Suci juga ada ayat-ayat yang menyuruh kita menguji segala sesuatu / pengajar-pengajar, seperti:

  • 1Tes 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.

Bagaimana kita bisa memegang yang baik, kalau tidak menilai lebih dulu mana yang baik dan mana yang buruk, dan lalu membuang yang buruk?

  • 1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

g. Larangan menghakimi ini (Mat 7:1-5) disusul dengan larangan untuk memberikan barang kudus kepada anjing atau mutiara kepada babi (Mat 7:6). Bagaimana kita bisa mentaati larangan dalam Mat 7:6 ini, kalau kita tidak lebih dulu menilai dan membentuk suatu pandangan bahwa seseorang itu adalah anjing / babi, yang tidak layak diberi mutiara / barang yang kudus? Juga Mat 7:15 menyuruh berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu. Bagaimana kita bisa mentaati peringatan / perintah ini kalau kita tidak membentuk suatu pandangan bahwa seseorang itu adalah nabi palsu. Lebih-lebih Mat 7:15 itu dilanjutkan dengan Mat 7:16, yang mengatakan bahwa dari buahnya kita mengenal pohonnya. Karena itu, jelas bahwa kita boleh memastikan bahwa suatu pohon itu jelek, kalau kita melihat buah yang jelek.

h. Ay 3-5 yang berbunyi: “(3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”, tidak berarti kita harus mendiamkan kesalahan orang lain, tetapi bahwa kita harus mengoreksi diri sendiri lebih dulu sebelum mengoreksi orang lain.


Bertentangan dengan banyak orang jaman sekarang yang menganggap bahwa kita sama sekali dilarang untuk menghakimi, hampir semua penafsir mengatakan bahwa kita harus menghakimi!


Pulpit Commentary: “Men must be judged by us also. We have to decide whether we will give them our confidence, our friendship; whether we will admit them into the family circle, into the society, into the Church. To decline to judge men is to neglect one of the most serious duties and most weighty obligation of our life” (= Kita juga harus menghakimi manusia. Kita harus memutuskan apakah kita akan memberikan mereka kepercayaan kita, persahabatan kita; apakah kita akan menerima mereka ke dalam lingkungan keluarga, ke dalam masyarakat, ke dalam Gereja. Menolak untuk menghakimi manusia berarti mengabaikan salah satu kewajiban yang paling serius dan penting dari hidup kita) - ‘The Gospel According to Luke’, hal 159.


Calvin: “this passage is altogether misapplied by those persons who would desire to make that moderation, which Christ recommends, a pretence for setting aside all distinction between good and evil. We are not only permitted, but are even bound, to condemn all sins; unless we choose to rebel against God himself, - nay, to repeal his laws, to reverse his decisions, and to overturn his judgment-seat. It is his will that we should proclaim the sentence which he pronounces on the actions of men: only we must preserve such modesty towards each other, as to make it manifest that he is the only Lawgiver and Judge, (Isa 33:22)” [= text ini disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin membuat penghakiman terbatas / tak berlebihan yang dinasehatkan Kristus sebagai suatu alasan untuk menyingkirkan semua perbedaan antara baik dan jahat. Kita bukan hanya diijinkan, tetapi bahkan diharuskan, untuk mengecam semua dosa; kecuali kita memilih untuk memberontak terhadap Allah sendiri, - tidak, mencabut hukum-hukumNya, membalik keputusan-keputusanNya, dan membalik takhta penghakimanNya. Merupakan kehendakNya bahwa kita menyatakan hukuman yang Ia umumkan terhadap tindakan-tindakan manusia: hanya kita harus menjaga kerendahan hati satu terhadap yang lain, sehingga menjadi nyata bahwa Ia adalah satu-satunya Pemberi hukum dan Hakim (Yes 33:22)] - hal 346-347.


2) Arti yang benar dari kata-kata ‘jangan menghakimi’:

Larangan menghakimi ini kelihatannya ditujukan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, dan / atau orang-orang yang segolongan dengan mereka, yang:


a) Menganggap diri sendiri benar.

D. Martyn Lloyd-Jones memberi contoh penghakiman yang salah yang dimaksudkan oleh Yesus, yaitu orang Farisi yang berdoa di Bait Suci yang berkata: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini (Luk 18:11).

Di belakang penghakiman yang salah ada ‘self-righteous spirit’ (= roh yang menganggap diri sendiri benar). Karena itu Yesus menambahkan Mat 7:3-5 / Luk 6:41-42.


D. Martyn Lloyd-Jones: “What is this spirit that condemns? It is a self-righteous spirit. Self is always at the back of it, and it is always a manifestation of self-righteousness, a feeling of superiority, and a feeling that we are all right while others are not. That then leads to censoriousness, and a spirit that is always ready to express itself in a derogatory manner. And then, accompanying that, there is the tendency to despise others, to regard them with contempt. I am not only describing the Pharisees, I am describing all who have the spirit of the Pharisee” (= Apakah roh yang menghukum ini? Itu adalah roh yang merasa dirinya sendiri benar. Diri sendiri / si aku selalu ada di belakangnya, dan itu selalu merupakan manifestasi dari perasaan bahwa dirinya sendiri benar, suatu perasaan superior / lebih tinggi, dan suatu perasaan bahwa kita benar sementara orang lain tidak. Itu lalu membawa kepada sikap suka mengkritik, dan suatu roh / semangat yang selalu siap untuk menyatakan dirinya sendiri dengan cara yang merendahkan orang lain. Dan lalu, bersama-sama dengan itu, di sana ada kecenderungan untuk menghina orang lain, memandang orang lain dengan jijik. Saya bukan hanya menggambarkan orang Farisi, saya menggambarkan semua yang mempunyai roh orang Farisi) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 167.


b) Terlalu gampang dan cepat menyalahkan orang lain sebelum mengetahui seluruh persoalannya lebih dulu. Bdk. Yoh 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”.


c) Menegur / mengecam dengan kemarahan yang tak terkendali, tanpa kasih / belas kasihan.

Bandingkan dengan Yohanes dan Yakobus yang ingin menurunkan api dari langit ke atas orang-orang Samaria (Luk 9:51-56). Pulpit Commentary (hal 159) mengatakan bahwa penghakiman seperti ini mempunyai kecenderungan untuk menghancurkan dari pada memperbaiki.


d) Membesar-besarkan kesalahan orang lain.


e) Mempunyai sikap hyper-critical / terlalu kritis, yang biasanya selalu mencari-cari kesalahan orang, dan merasa senang pada saat bisa menemukan dan mengecam kesalahan orang lain.


D. Martyn Lloyd-Jones: “a very vital part of this spirit is the tendency to be hypercritical. Now there is all the difference in the world between being critical and being hypercritical. ... The man who is guilty of judging, in the sense in which our Lord uses the term here, is the man who is hypercritical, which means that he delights in criticism for its own sake and enjoys it. I am afraid I must go further and say that he is a man who approaches anything which he is asked to criticize expecting to find faults, indeed, almost hoping to find them. ... Love ‘hopeth all things’, but this spirit hopes for the worst; it gets a malicious, malign satisfaction in finding faults and blemishes” (= suatu bagian vital dari roh ini adalah kecenderungan untuk menjadi terlalu kritis. Ada perbedaan yang sangat besar antara kritis dan terlalu kritis. ... Orang yang dipersalahkan tentang penghakiman, dalam arti yang digunakan oleh Tuhan kita di sini, adalah orang yang terlalu kritis, yang berarti bahwa ia menyenangi kritik demi kritik itu sendiri dan menikmatinya. Saya harus meneruskan dan berkata bahwa ia adalah orang yang mendekati segala sesuatu, untuk mana ia diminta untuk mengkritik, sambil mengharapkan bahwa ia akan menemukan kesalahan-kesalahan. ... Kasih ‘mengharapkan segala sesuatu’, tetapi roh ini mengharapkan yang terburuk; ia mendapatkan kepuasan yang jahat dan membahayakan dalam menemukan kesalahan-kesalahan dan cacat-cacat) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 167.


D. Martyn Lloyd-Jones: “If ever we know the feeling of being rather pleased when we hear something unpleasant about another, that is this wrong spirit. If we are jealous, or envious, and then suddenly hear that the one of whom we are jealous or envious has made a mistake and find that there is an immediate sense of pleasure within us, that is it” (= Jika kita pernah mengetahui perasaan senang pada waktu kita mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain, maka inilah roh yang salah itu. Jika kita cemburu atau iri hati, dan lalu tiba-tiba kita mendengar bahwa orang terhadap siapa kita cemburu atau iri hati itu telah membuat kesalahan dan kita mendapatkan bahwa di dalam diri kita langsung ada perasaan gembira, maka itulah roh itu) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 168.


3) Mengapa kita tidak boleh menghakimi?

Catatan: tentu saja yang saya maksud dengan ‘tidak menghakimi’ di sini adalah ‘tidak menghakimi secara salah’.


a) Kita sendiri mempunyai banyak kesalahan, bahkan mungkin kesalahan yang lebih besar (ay 3-5).

Bdk. Ro 2:1-3 - “(1) Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (2) Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. (3) Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?”.


b) Orang yang menghakimi / menghukum akan dihakimi / dihukum; balasan ini bisa datang dari manusia dan / atau dari Allah.

Ada orang yang keberatan terhadap kata ‘dihakimi’ / ‘dihukum’, karena mereka berpendapat bahwa orang kristen tidak bisa dihakimi / dihukum. Untuk menjawab ini maka Lloyd-Jones mengatakan bahwa ada 3 macam penghakiman dari Allah kepada kita:

1. Penghakiman akhir jaman yang menentukan kita masuk surga atau neraka.

Orang kristen yang sejati pasti lulus dalam penghakiman ini. Penebusan Kristus membuat mereka pasti diampuni dan masuk surga. Tetapi masih ada 2 penghakiman lain, yang mempengaruhi orang kristen!

2. Penghakiman / penghukuman dalam arti menghajar (Ibr 12:5-11).

3. Penghakiman untuk menentukan pahala.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.


D. Martyn Lloyd-Jones lalu menyimpulkan: “Though we are Christians, and are justified by faith, and have an assurance of our salvation, and know we are going to heaven, we are yet subject to this judgment here in this life, and also after this life” (= Sekalipun kita adalah orang-orang Kristen, dan dibenarkan oleh iman, dan mempunyai keyakinan keselamatan, dan tahu bahwa kita akan pergi ke surga, tetapi kita menjadi sasaran penghakiman ini di sini dalam kehidupan ini, dan juga setelah kehidupan ini) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 176.


c) Penghakiman yang kita lakukan akan menjadi standard penghakiman terhadap diri kita sendiri.

Ay 2: “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”.


D. Martyn Lloyd-Jones: “The second reason for not judging is that, by so doing, we are not only produce judgment for ourselves, we even set the standard of our own judgment” (= Alasan kedua untuk tidak menghakimi adalah bahwa dengan melakukan itu kita bukan hanya menghasilkan penghakiman terhadap diri kita sendiri, tetapi kita bahkan menetapkan standard penghakiman kita sendiri) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 176.


Calvin mengatakan bahwa ini berarti bahwa orang yang murah hati akan diperlakukan dengan murah hati. Tetapi Calvin juga mengingatkan bahwa juga sering terjadi bahwa orang kristen yang murah hati justru diperlakukan dengan jelek, difitnah dan sebagainya. Kalau ini terjadi maka harus dingat 2 hal:

1. Tidak ada orang kristen yang bisa melakukan semua ini dengan sempurna. Semua orang pernah melakukan penghakiman yang salah, sehingga kalau mereka mengalami penghakiman yang salah, mereka tetap layak mendapatkannya.

2. Suatu saat Tuhan akan memunculkan kebenaran mereka.


4) Cara memberikan kritikan / teguran yang benar.


a) Kita harus mempunyai motivasi yang benar, yaitu kasih.

Kalau kita mau mengkritik / menegur tetapi dalam hati kita tidak ada kasih maka sebaiknya kita membatalkan rencana untuk menegur itu. Kalau kita menegur dengan motivasi kasih maka kita akan menegur untuk kebaikan orang yang kita tegur. Teguran yang diberikan hanya untuk melampiaskan kejengkelan jelas tidak diberikan dengan kasih.


b) Kritikan baru boleh diberikan setelah kita mengetahui duduk perkaranya dengan benar / jelas. Bdk. Yoh 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”. Jadi, jangan mengkritik hanya karena saudara mendengar kabar angin, atau pada waktu saudara hanya tahu sebagian dari fakta-fakta yang ada.


c) Kritikan baru boleh diberikan setelah saudara mengintrospeksi diri saudara sendiri (ay 3-5).

  • Adanya dosa dalam diri kita bisa menyebabkan kita ‘melihat’ dosa-dosa yang sebetulnya tidak pernah ada pada diri orang yang kita tegur. Misalnya: kalau saudara benci / sentimen pada seseorang, maka segala yang orang itu lakukan akan saudara rasakan sebagai sesuatu yang salah. Saudara harus membereskan dosa saudara ini dulu, dan kalau saudara sudah bisa mengasihi orang itu, maka saudara mungkin akan melihat bahwa banyak (bahkan mungkin semua) kesalahan orang itu sebetulnya tidak pernah ada.

Illustrasi: Orang melihat tetangganya menjemur pakaian yang masih kotor, padahal sebetulnya kaca jendelanya sendiri, melalui mana ia melihat jemuran tetangganya, yang kotor.

  • Pada waktu saudara introspeksi mungkin saudara lalu melihat bahwa saudara pernah melakukan dosa-dosa tertentu di masa lalu terhadap mana saudara sudah bertobat. Ini tidak perlu dan tidak boleh menyebabkan saudara takut untuk menegur. Ay 5 menunjukkan bahwa kalau balok di mata kita itu sudah dikeluarkan, maka kita boleh mengeluarkan selumbar dari mata saudara kita.


d) Pada waktu mengkritik, saudara harus menunjukkan kesalahan orang itu dengan jelas / specific, bukan secara samar-samar / kabur / tidak jelas. Kalau saudara menyatakannya secara samar-samar, maka orang itu tidak tahu tindakan apa yang menyebabkan ia menjadi batu sandungan sehingga ia tidak bisa mengubah tindakannya. Jadi, sebutkan tindakan apa yang menyebabkan ia menjadi batu sandungan.

Misalnya:

  • jangan menegur seseorang dengan kata-kata ‘kamu itu menjengkelkan’. Ini tidak jelas, dan tidak memungkinkan orang itu untuk bertobat / memperbaiki dirinya. Saudara harus menegur dengan jelas, misalnya: ‘kamu itu menjengkelkan, karena kalau berhutang tidak pernah membayar’, atau ‘kamu itu menjengkelkan, karena selalu tidak menepati janji’.

  • jangan menegur seorang pengkhotbah dengan mengatakan ‘khotbahmu jelek’. Saudara harus memberi tahu ‘jelek dalam hal apa’? Tidak ada arahnya? Tidak sistimatis? Tidak ada penerapan? Tidak ada pendalaman?

  • jangan menegur seorang pengurus dengan mengatakan ‘kamu tidak becus jadi pengurus’. Saudara harus menjelaskan ‘dalam hal apa dia tidak becus’. Tidak becus karena acara yang dibuat tidak menarik? Tidak becus dalam mengakrabkan anggota-anggota pengurus yang lain? Tidak becus dalam menggerakkan anggota-anggota pengurus yang lain untuk bekerja?


e) Kritikan harus diberikan dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat.

1. Cara yang tepat tergantung situasi dan kondisi; bisa berupa teguran yang keras atau yang lemah lembut, bisa langsung atau melalui orang lain atau bahkan melalui surat (tetapi jangan melalui surat kaleng, karena ini bertentangan dengan Mat 18:15, yang mengharuskan peneguran di bawah empat mata).

2. Saat yang tidak tepat juga sangat penting (Amsal 15:23  25:11).

Kalau kita menegur orang pada saat orang itu sedang marah atau sedang sangat sedih, itu tentu salah.


Matius 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.


1) Barang kudus dan mutiara (barang berharga). Apa artinya? Ada 2 penafsiran:


a) Perjamuan Kudus.

Jadi, yang dimaksud dengan ‘barang kudus’ dan ‘mutiara’ adalah roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus. Ini tidak boleh diberikan kepada ‘anjing’ / ‘babi’ yang diartikan sebagai orang yang belum kristen. Penafsiran ini tidak bisa dibenarkan karena ay 6b ada kata-kata ‘diinjak-injak’ dan ‘mengoyak’ yang menjadi kehilangan artinya kalau ‘barang kudus’ dan ‘mutiara’ diartikan demikian.


b) Firman Tuhan / Injil.

Dari kedua istilah yang digunakan oleh Yesus ini, kita harus tahu betapa tingginya kita harus menilai Firman Tuhan / Injil! Jangan sedikitpun punya perasaan merendahkan terhadap Firman Tuhan / Injil, kalau saudara tidak mau disebut sebagai babi dan anjing!


2) Babi dan anjing.

Ada 2 pandangan lagi tentang babi dan anjing ini:


a) Orang-orang non Yahudi.

Ini jelas adalah penafsiran dari orang-orang Yahudi abad-abad pertama. Mereka menganggap Injil / Firman Tuhan hanya boleh diberitakan kepada orang Yahudi. Ini tentu bertentangan dengan Mat 28:19 dan Kis 1:8, yang jelas memerintahkan kita untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa.


b) Orang-orang yang tidak menghargai Injil dan lalu menghina / menghujat injil atau membuatnya sebagai lelucon / bahan guyonan. Terhadap orang-orang seperti ini penginjilan harus dihentikan.

Injil adalah sesuatu yang kudus / berharga. Memang Injil harus diberitakan kepada orang jahat / yang belum percaya, tetapi kalau mereka menghinanya, kita harus berhenti dalam memberitakan Injil. Jelas bahwa tidak semua orang yang tidak percaya bisa dianggap sebagai anjing / babi. Hanya mereka yang menghinanya bisa dianggap seperti itu.


Karena itu kalau saudara tetap ‘bertekun’ dalam memberitakan Injil sekalipun orang yang saudara injili itu membuatnya sebagai guyonan dan ejekan, sadarilah bahwa itu bukanlah ketekunan dalam memberitakan Injil, tetapi dosa!


William Hendriksen: “Christ’s disciples must not endlessly continue to bring the gospel message to those who scorn it. To be sure, patience must be exercised, but there is a limit. ... Staying on and on in the company of those who ridicule the Christian religion is not fair to other fields that are waiting to be served” (= Murid-murid Kristus tidak boleh terus menerus membawa berita Injil kepada mereka yang memandang rendah / mencemoohkannya. Jelas bahwa kita harus sabar, tetapi ada batasnya. ... Tinggal terus menerus dalam kumpulan orang-orang yang mengejek / mentertawakan / mencemoohkan agama Kristen merupakan sikap yang tidak adil terhadap ladang-ladang lain yang sedang menunggu untuk dilayani) - hal 359-360.


Hendriksen juga menunjukkan beberapa fakta yang penting berkenaan dengan hal ini, yaitu:

  • Herodes telah cukup banyak mendengar dari Yohanes Pembaptis (Mark 6:20), dan karena itu Yesus tidak mau berbicara sepatah katapun kepadanya (Luk 23:9).

  • Yesus menginstruksikan murid-muridNya untuk tidak tinggal terlalu lama di tempat-tempat yang menolak pemberitaan Injil mereka (Mat 10:14,23). Ini dituruti oleh Paulus (Kis 13:45-46  Kis 18:5-6  Kis 28:23-28).

  • Yesus memberikan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (Luk 13:6-9) yang jelas menunjukkan bahwa kesabaran Allah bukanlah tanpa batas.

  • Tit 3:10-11 - “(10) Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. (11) Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri”.

  • Amsal 29:1 - “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi”.


3) Tuhan sendiri juga akan ‘mentaati’ Mat 7:6 ini, dengan menarik Injil / FirmanNya dari orang-orang yang tidak menghargainya.


Yoh 12:35-36 - “(35) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. (36) Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka”.


Bdk. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.


Karena itu bertobatlah secepatnya, dan hargailah Firman Tuhan!

MATIUS 7:7-14


Mat 7:7-11: “(7) ‘Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (8) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, (10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan? (11) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.’”.


1) Ay 7 merupakan suatu perintah untuk berdoa.

Doa bukan sekedar sesuatu yang diijinkan tetapi merupakan sesuatu yang diperintahkan. Karena itu, ‘tidak berdoa’ merupakan suatu dosa.

Bdk. 1Sam 12:23 - “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus”.


Ada orang-orang yang menganggap doa itu tak ada gunanya karena berdoa atau tidak berdoa toh tidak ada bedanya. Orang yang tidak berdoa juga diberi makan, lulus ujian dan sebagainya. 

Pada waktu menjawab pandangan ini ada dua hal yang perlu kita perhatikan:

a) Dalam hal jasmani, memang ada kemungkinan orang yang tak berdoapun akan menerima sesuatu dari Tuhan. Tetapi kita tetap harus membedakan antara pemberian Tuhan sebagai Pencipta kepada manusia ciptaanNya dan pemberian Tuhan sebagai Bapa kepada anakNya.

b) Dalam hal rohani, orang yang tidak meminta tidak akan menerima.

Misalnya: pengampunan dosa hanya diberikan oleh Allah kepada mereka yang memintanya.


Jadi, berdoa ada gunanya dan kita diperintahkan untuk berdoa. Seberapa banyak saudara berdoa?


2) Kata-kata ‘mintalah’, ‘carilah’, dan ‘ketoklah’ dalam ay 7 ada dalam bentuk present imperative. Dalam bahasa Yunani ada dua bentuk perintah yaitu:

  • aorist imperative: ini adalah perintah yang hanya perlu dilakukan 1 x. Contoh: Yoh 2:7.

  • present imperative: ini adalah perintah yang harus dilakukan terus-menerus. Contoh: Ef 5:18.

Kata-kata dalam Mat 7:7 itu ada dalam bentuk present imperative dan karena itu berarti bahwa kita harus terus menerus berdoa. Adakah saudara sudah berdoa dengan tekun?


3) Tuhan hanya memberi yang baik kepada kita (ay 11).


a) Ayat yang paralel dengan Mat 7:11 adalah Luk 11:13 - “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.’”.

Tetapi di situ disebutkan ‘Roh Kudus’ (dalam bahasa Yunani tanpa definite article ‘the’). Apa artinya? Ada beberapa penafsiran:


1. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud betul-betul Roh Kudus (pribadi ke-3 dari Allah Tritunggal), tetapi ini hanya berlaku untuk jaman itu. Mereka disuruh minta Roh Kudus karena pada saat itu Roh Kudus belum turun (peristiwa itu terjadi sebelum hari Pentakosta). Pada jaman ini setiap orang yang percaya kepada Kristus, pasti sudah menerima Roh Kudus sehingga tak perlu minta lagi (Ef 1:13  Ro 8:9-11).


2. Itu berarti ‘kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita’.

Pulpit Commentary: “Here the Lord, ... pictures the case of one who deserves a special deepening of the spiritual life, and prays some prayer for the presence of the Holy Spirit. Such a prayer, says Christ, must be granted” (= Di sini Tuhan, ... menggambarkan kasus dari seseorang yang layak mendapatkan pendalaman kehidupan rohani yang khusus, dan mendoakan suatu doa untuk kehadiran dari Roh Kudus. Doa seperti itu, kata Kristus, pasti dikabulkan) - hal 302.


3. Itu berarti hal-hal yang bersifat rohani.

Calvin (hal 354) termasuk dalam golongan ini.


Calvin: “Instead of ‘good things’ (AGATHA) in the last clause, Luke says ‘the Holy Spirit.’ This does not exclude other benefits, but points out what we ought chiefly to ask: for we ought never to forget the exhortation, ‘Seek first the kingdom of God, and his righteousness; and all other things shall be added to you,’ (Matthew 6:33.) It is the duty of the children of God, when they engage in prayer, to strip themselves of earthly affections, and to rise to meditation on the spiritual life. In this way, they will set little value on food and clothing, as compared to the earnest and pledge of their adoption, (Romans 8:15; Ephesians 1:14:) and when God has given so valuable a treasure, he will not refuse smaller favors” [= Dalam anak kalimat yang terakhir Lukas bukannya mengatakan ‘hal-hal yang baik’ (AGATHA) tetapi ‘Roh Kudus’. Ini tidak membuang / mengeluarkan manfaat / kebaikan yang lain, tetapi menunjukkan apa yang terutama harus kita minta: karena kita tidak pernah boleh melupakan desakan ‘Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu’ (Mat 6:33). Merupakan kewajiban dari setiap anak Allah, pada waktu mereka berdoa, untuk membuang dari diri mereka semua kecintaan pada dunia, dan untuk bangkit pada perenungan tentang kehidupan rohani. Dengan cara ini, mereka akan menilai rendah makanan dan pakaian, dibandingkan dengan jaminan dan janji dari pengadopsian mereka, (Ro 8:15; Ef 1:14) dan pada waktu Allah telah memberikan harta yang begitu tak ternilai, Ia tdak akan menolak kebaikan-kebaikan yang lebih kecil] - hal 354.


4. Ada yang berkata bahwa istilah ‘Roh Kudus’ mencakup ‘semua hal yang baik’.


William Hendriksen: “Here Matthew’s version has ‘good gifts,’ while Luke’s has ‘the Holy Spirit.’ These two are in perfect accord, for is not the Holy Spirit the very Source of all that is good?” (= Di sini versi Matius mengatakan ‘’pemberian yang baik’ sementara versi Lukas mengatakan ‘Roh Kudus’. Kedua hal ini sesuai secara sempurna, karena bukankah Roh Kudus adalah Sumber dari semua yang baik?) - hal 613-614.


Bandingkan Luk 11:13 ini dengan Yes 44:3b - “Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu ke atas anak cucumu”. Ini bisa dianggap sebagai 2 kalimat paralel yang sinonim / berarti sama, sehingga ‘RohKu’ = ‘berkatKu’.


Saya condong pada penafsiran yang terakhir ini.


b) Waktu kita menafsirkan ay 7-8, kita harus memperhatikan ay 9-11.

Ada banyak orang yang menafsirkan ay 7-8 terlepas dari ay 9-11 sehingga mereka menyimpulkan bahwa Allah akan memberikan segala sesuatu yang kita minta. Ini salah! Karena jelas sekali ay 11 mengatakan bahwa Allah hanya memberi yang baik kepada kita. Yang dimaksud dengan ‘yang baik’ itu jelas adalah yang baik dari sudut pandang Allah, bukan sudut pandang kita.


c) Kalau Allah memberikan semua yang kita minta, itu sebetulnya adalah malapetaka bagi kita karena kita akan menerima segala sesuatu menurut kebijaksanaan kita. Kalau Allah menyensor permintaan kita, maka kita akan menerima segala sesuatu sesuai kebijaksanaan Allah.

Illustrasi: kalau orang tua menuruti segala permintaan anak, itu mencelakakan / membunuh anak itu!


Seseorang mengatakan: “The Lord’s answers to prayers are infinitely perfect, and they will show that often when we were asking for a stone that looked like bread, He was giving us bread that to our shortsightedness looked like stone” (= Jawaban-jawaban Tuhan terhadap doa-doa adalah sempurna secara tak terbatas, dan mereka menunjukkan bahwa seringkali pada saat kita meminta untuk suatu batu yang kelihatannya seperti roti, Ia memberikan kepada kita roti yang bagi penglihatan kita yang cupet terlihat seperti batu) - ‘Streams in the Desert’, vol 2, January 7.


d) Kadang-kadang ada orang yang berdoa untuk meminta sesuatu yang jelas-jelas adalah dosa tetapi dikabulkan. Bagaimana hal itu terjadi? Penjelasan:

  • pengabulan itu mungkin datang dari setan.

  • pengabulan itu bisa datang dari Tuhan karena Tuhan hendak menghajar orang itu (1Sam 8:6-9).


e) Supaya doa kita tak sia-sia, maka kita harus meminta apa yang baik. Supaya kita tahu apa yang baik, kita harus belajar Firman Tuhan! Jadi, doa tidak bisa dipisahkan dari Firman Tuhan. Orang yang tidak mengerti Firman Tuhan tidak akan bisa berdoa dengan baik / benar.


Mat 7:12 - “‘Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.


Confucius mengatakan kalimat ini secara negatif: ‘Jangan lakukan kepada orang lain sesuatu yang engkau tak ingin dilakukan terhadap dirimu sendiri’.

Tuhan Yesus mengajarkan sesuatu yang positif dalam ay 12 ini. Yang positif lebih luas dari yang negatif. Contoh: ‘Kasihilah sesamamu’ (positif) lebih luas dari ‘Jangan membunuh’ (negatif).


Untuk mentaati ajaran Confucius kita hanya perlu berpikir: ‘Apakah aku senang orang lain melakukan hal ini terhadap aku?’. Tetapi untuk melakukan ajaran Yesus dalam ay 12 ini membutuhkan imaginasi: ‘Apa yang aku ingin orang lakukan terhadap aku dalam situasi ini?’.


Ay 12b mirip dengan Mat 22:40. Tetapi ay 12b salah terjemahan. NASB menterjemahkan ‘for this is the Law and the Prophets’ (= karena inilah hukum Taurat dan kitab para nabi).

Jadi, sebetulnya tidak ada kata ‘seluruh’ dalam ay 12b. Dalam Mat 22:40 ada kata ‘seluruh’. Mengapa berbeda? Mat 22:37-39 membicarakan kasih pada Allah dan kasih kepada manusia yang memang merupakan inti dari seluruh Perjanjian Lama. Sedangkan Mat 7:12a hanya membahas tentang kasih kepada manusia saja. Karena itu tak digunakan kata ‘seluruh’ dalam Mat 7:12b.


Mat 7:13-14 - “(13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; (14) karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.’”.


1) 2 pintu dan 2 jalan.


a) Ada yang menganggap bahwa pintu = jalan. Tetapi ada 2 alasan yang tidak memungkinkan penafsiran seperti itu:

  • ay 13 dan 14 mengatakan ‘pintu dan jalan’ bukan ‘pintu atau jalan’.

  • ‘pintu’ hanya dilewati sesaat saja; ‘jalan’ dilewati untuk jangka waktu yang cukup lama.

Ada yang menganggap ‘jalan’ mendahului ‘pintu’. Jadi, ‘pintu’ diartikan sebagai kematian (akhir dari ‘jalan’). Tetapi ay 13 dan ay 14 kedua-duanya mendahulukan ‘pintu’ dari pada ‘jalan’!

Jadi, ‘pintu’ bisa diartikan sikap terhadap Kristus (tindakan sesaat saja). Sedangkan ‘jalan’ diartikan seluruh hidup kita / sikap kita terhadap Firman Tuhan.


b) Pintu / jalan yang sempit menunjukkan ada banyak hal yang harus ditinggalkan yaitu segala dosa. Bahkan kadang-kadang keluarga, uang dan sebagainya.

Pintu / jalan yang lebar menunjukkan kita bisa membawa segala sesuatu yang kita senangi (seadanya dosa-dosa kita).


c) Pintu / jalan yang lebar menggambarkan hidup yang gampang dan enak. Bisa nyogok, curi, dusta, kompromi, ngerpek, punya banyak istri, zinah dan sebagainya.

Pintu / jalan sempit menggambarkan kesukaran! Mat 7:13 mengatakan ‘Masuklah ...’. Tetapi ayat paralelnya yaitu Luk 13:24 mengatakan ‘Berjuanglah ...’ [NIV: ‘Make every effort ...’ (= Lakukan setiap usaha)]. Ini semua jelas menunjukkan bahwa kita tidak mungkin masuk surga tanpa melalui kesukaran (bdk. Kis 14:22  Fil 1:29  2Tim 3:12).


d) Yesus hanya memberikan 2 pilihan:

  • pintu sempit - jalan sempit - kehidupan (surga).

  • pintu lebar - jalan lebar - kebinasaan (neraka).

Ada banyak orang yang menginginkan jalan yang ke 3 yaitu ‘jalan yang cukupan’. Karena itu mereka hidup berkompromi dengan dunia!

Theologia Kemakmuran mengajarkan bahwa pintu dan jalan yang lebar akan menuju pada kehidupan / surga, dan jelas bertentangan dengan kata-kata Yesus di sini.


e) Problem: Im 26:1-13 mengatakan kalau ikut Tuhan bakal enak dan sebaliknya Im 26:14-39 mengatakan kalau tidak ikut Tuhan bakal menderita. Baca juga Ul 30:15-20 dan Yos 1:1-9. Semua ini rasanya bertentangan dengan Mat 7:13-14.


Penjelasan Calvin:


1. Orang-orang suci Perjanjian Lama juga menderita. Jadi, jelas bahwa ketaatan kepada Tuhan tidak menyebabkan hidup jadi enak tanpa kesukaran.


2. Dalam Perjanjian Lama Allah mendidik bangsa Israel seperti mendidik anak-anak. Allah ingin mereka melihat kasihNya / berkat surgawi melalui berkat-berkat jasmani.

Dalam Perjanjian Baru Allah mendidik orang Kristen seperti mendidik orang dewasa. Allah ingin kita melihat kasihNya / berkat surgawi sekalipun kita tak mengalami berkat jasmani. Mengapa? Karena sudah ada salib Kristus, sehingga tanpa berkat jasmani yang berkelimpahan kita sudah harus bisa melihat kasih Allah. Tetapi orang-orang dalam Perjanjian Lama hidup sebelum salib Kristus, sehingga tanpa adanya berkat jasmani sukar untuk bisa melihat kasih Allah.


3. Berkat / kutuk jasmani dalam Perjanjian Lama merupakan type / bayangan dari berkat / kutuk rohani dalam Perjanjian Baru.


2) 2 grup manusia: banyak dan sedikit.


a) Kecenderungan manusia adalah memilih yang gampang, memilih dosa, mengikuti orang banyak. Karena itulah jalan lebar dipilih oleh banyak orang.


b) ‘sedikit’ maksudnya dalam perbandingan dengan yang ikut jalan lebar, karena Wah 7:9 jelas mengatakan ‘tak terhitung banyaknya’ orang yang masuk surga.


c) Orang yang sungguh-sungguh ikut Tuhan / orang Kristen asli selalu merupakan golongan minoritas! Ingat jaman Elia, Sodom dan Gomora, Nuh, Tuhan Yesus. Jadi, kalau mau jadi orang Kristen sungguh-sungguh jangan harapkan akan disenangi / didukung banyak orang!


3) 2 tujuan: kehidupan (surga) dan kebinasaan (neraka).


a) Tidak ada tempat yang ke 3 (tempat penantian, api penyucian dan sebagainya)!


b) Supaya kita mau ikut jalan sempit, Yesus menghubungkan jalan sempit dengan kehidupan (bdk. Ro 8:18  2Kor 4:17).

MATIUS 7:15-29


Matius 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.


1) Nabi-nabi palsu itu berbahaya!

Ay 15: “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

Bahwa mereka berbahaya bisa terlihat dari:


a) Kata ‘serigala’ yang jelas merupakan seekor binatang yang berbahaya bagi seekor domba. Bdk. Kis 20:29.


b) Mereka ‘menyamar sebagai domba’ (ay 15).

NASB/NIV: ‘come to you in sheep’s clothing’ (= datang kepadamu dalam pakaian domba).

Jadi, serigala itu datang kepada domba dengan pakaian / kulit domba. Mereka cuma pakaian / kulitnya saja yang kristen, tetapi dalamnya tidak! Serigala biasa sudah berbahaya, tetapi serigala yang menyamar sebagai domba jauh lebih berbahaya lagi!


c) Mereka disebut sebagai ‘nabi-nabi palsu’ (ay 15).

Jadi, serigala-serigala itu bukan menyamar sebagai orang-orang Kristen biasa, tetapi sebagai ‘nabi’.


1. Nabi adalah orang yang mempunyai kedudukan tinggi.

Jadi, mereka menyamar sebagai orang yang punya kedudukan tinggi seperti Majelis, Pengurus komisi dan sebagainya.


2. Nabi adalah orang yang memberitakan Firman Tuhan.

Jadi, mereka menyamar sebagai orang yang memberitakan Firman Tuhan seperti Pendeta, Penginjil, dosen sekolah theologia, guru Sekolah Minggu, guru agama, penginjil pribadi (dalam kasus Saksi Yehuwa), dan sebagainya. Ini yang membuat mereka sangat berbahaya. Dengan pengajaran mereka yang sesat mereka menyesatkan banyak orang.


2) Karena mereka itu berbahaya, maka kita diperintahkan untuk waspada terhadap mereka (ay 15).


a) Nabi-nabi palsu sudah ada pada jaman Yesus.

Ini terlihat dari ay 15 dimana Yesus menggunakan kata ‘datang’ / ‘come’, bukan ‘akan datang’ / ‘will come’. Tetapi menjelang akhir jaman (sekarang ini!), maka nabi-nabi palsu akan semakin banyak (Mat 24:11-14,24). Jadi, kita harus makin waspada.


b) Cara berwaspada:

  • banyak berdoa untuk meminta Tuhan memimpin dalam pengertian Firman Tuhan.

  • banyak membaca / belajar Firman Tuhan.

  • hati-hati dalam memilih gereja / pengkhotbah.

  • hati-hati dalam memberi persembahan. Kalau saudara memberikan persembahan kepada gereja yang sesat, pada hakekatnya saudara memberi persembahan kepada setan!

  • jangan menganggap setiap pendeta / hamba Tuhan sebagai pendeta / hamba Tuhan. Saudara harus memeriksa dulu apakah orang itu betul-betul hamba Tuhan atau nabi palsu.


3) Ciri-ciri nabi palsu:


a) Buah / kehidupan yang jahat.

Ay 16-20:  “(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”.

Dikatakan di sini bahwa dari buahnya kita bisa mengenal mereka. Apa artinya ‘buah’? Ada yang mengartikan ‘ajaran’, ada pula yang mengatakan ‘pengaruh ajaran’, ada lagi yang mengatakan ‘kehidupan’. Yang mana benar? Mari kita membandingkan ay 16-20 ini dengan Mat 3:8-10 dan Mat 12:33-37.


Mat 3:8-10 - “(8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (9) Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! (10) Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api”.

Mat 12:33-37 - “(33) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. (34) Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. (36) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. (37) Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.’”.


Perhatikan bahwa ketiga bagian ini mengandung ayat-ayat yang mirip / sama. Jadi, arti ‘buah’ dalam ketiga bagian ini pasti sama, dan jelas bahwa artinya adalah ‘kehidupan’. Arti ini cocok dengan kontext (lihat ay 21,23 yang menunjukkan kehidupan yang jahat dari nabi palsu).


Jadi, ciri nabi palsu adalah hidup yang jahat. Contoh:


1. Mengejar keuntungan.

Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu”.

Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.


2Pet 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”.

Ro 16:18 - “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.

Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja yang ‘Cho Yesu’ / ‘Cho gereja’!


2. Baik kepada orang yang menguntungkan.

Mikha 3:5,11 - “(5) Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang. ...  (11) Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.


Test tentang kehidupan ini sukar dilakukan karena:

  • kita sukar tahu tentang kehidupan nabi itu.

  • nabi palsu bisa pura-pura saleh.

  • semua nabi asli juga adalah manusia berdosa (bdk. Daud berzinah, membunuh, dan sebagainya). Memang sebetulnya, sekalipun nabi palsu maupun asli itu adalah manusia berdosa, tetapi ada bedanya. Nabi asli punya kesungguhan untuk taat. Tetapi inipun adalah sesuatu yang sukar terlihat.

Test ini hanya bisa kita pakai kalau kita dekat dengan nabi itu sehingga tahu betul-betul tentang hidupnya.


b) Nubuat yang meleset.

Ul 18:22 - “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.

Kalau ia bernubuat / meramal tentang masa depan dan meleset (sekalipun hanya meleset satu kali) maka ia adalah nabi palsu! Karena itu perhatikanlah orang-orang yang sering mengeluarkan nubuat! Khususnya Saksi-Saksi Yehuwa yang para tokohnya berulang kali menubuatkan kedatangan Yesus yang keduakalinya, tetapi berulang kali gagal / meleset! Demikian juga dengan sekte di Bandung baru-baru ini.


c) Ajaran yang sesat.

Ul 13:1-3 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu”.

2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.


Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.


1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.


2Yoh 7-11 - “(7) Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (8) Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. (9) Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. (10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.


Kesalahan ajarannya bisa berupa suatu ajaran yang menyenangkan orang, ajaran yang tidak menegur dosa, ajaran yang memberitakan yang enak-enak saja.


2Taw 18:12 - “Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan YANG BAIK bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’”.

Yer 8:11 - “Mereka mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera”.

Yer 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.


2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.

1Yoh 4:5 - “Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka”.


d) Motivasi yang salah.

Misalnya mencari kemuliaan diri sendiri

Yoh 7:18 - “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya”.

Bdk. Yoh 3:30 - “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”.

Ini juga sukar terlihat tetapi kadang-kadang bisa terlihat dengan jelas! Misalnya: Pendeta yang melarang jemaatnya untuk berbakti di gereja lain atau memberi persembahan kepada gereja lain atau melayani di gereja lain, sekalipun gereja lain itu tidak sesat. Pendeta seperti ini hanya menginginkan jemaat itu untuk dirinya sendiri dan bukan untuk Tuhan.


Contoh lain: Pendeta yang sengaja pamer kepandaiannya pada waktu khotbah.

Seseorang mengatakan: “No man can at one and the same time prove that he is clever and that Christ is wonderful” (= Tidak ada orang yang pada saat yang sama bisa membuktikan bahwa ia adalah orang yang pandai dan bahwa Kristus itu sangat indah / luar biasa).


4) Nasib akhir dari nabi-nabi palsu.

Ay 21-23: “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.


a) Masuk surga? Tidak!

Orang-orang ini menyebut ‘Tuhan, Tuhan’. Jadi, mereka mengaku diri sebagai orang Kristen. Dan orang-orang ini melayani Tuhan (ay 22). Tetapi orang-orang ini tidak taat kepada Tuhan (ay 21,23). Ini kontradiksi dengan sebutan ‘Tuhan’ yang mereka gunakan.

Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

2Tim 2:19b - “‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.


Yesus mengatakan bahwa orang-orang ini tidak akan masuk surga (ay 21). Ay 21 ini tidak mengajarkan ‘keselamatan melalui perbuatan baik’! Penafsiran terhadap ay 21 ini tidak boleh bertentangan dengan Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.


Calvin mengomentari ay 21b dengan kata-kata ini: “These words, therefore, do not exclude faith, but presuppose it as the principle from which other good works flow” (= Karena itu, kata-kata ini bukannya membuang iman, tetapi mensyaratkannya sebagai asal usul / sumber dari mana semua perbuatan baik mengalir).


Jadi, ay 21 itu menunjuk pada orang-orang yang tidak membuktikan ‘iman’nya dengan perbuatan baik. Mereka tidak masuk surga dengan ‘iman’ seperti itu.

Bdk. Yak 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.


b) Masuk neraka? Ya! Karena memang hanya ada 2 tempat setelah kematian. Jadi, kalau tidak masuk surga, tentu masuk neraka!

Bdk. 2Pet 2:12-13 - “(12b) oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, (13a) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka”.


Ada 2 hal yang harus diperhatikan dari Mat 7:21-23:


1. Ay 22: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?”.

Ada lagi 2 hal yang harus diperhatikan:

a) Sekalipun mereka bernubuat, mengusir setan, dan melakukan banyak mujijat, dan sekalipun mereka melakukan semua itu demi nama Yesus, mereka tetap adalah nabi-nabi palsu. Jadi, janganlah menganggap kata-kata ‘demi nama Yesus’ sebagai jaminan keaslian kekristenan / kenabian seseorang.

b) Dari kata-kata dalam ay 22 ini kelihatannya mereka mengira mereka selamat, atau, mereka memprotes dalam usaha mereka supaya selamat (bdk. Mat 25:44). Ini sia-sia!


2. Ay 21-23 tidak mengajarkan bahwa keselamatan bisa hilang!

Ada 3 alasan:

a) Kontext (ay 15-23) berbicara tentang nabi palsu!

b) Orang-orang itu dikatakan sebagai ‘pembuat kejahatan’ (ay 23).

Jadi, iman mereka tidak dibuktikan dengan perbuatan baik, dan karena itu iman mereka mati / tidak ada (bdk. Yak 2:17,26). Jadi, mereka hanya orang Kristen KTP. Ini cocok dengan gambaran ‘serigala yang memakai pakaian domba’ (ay 15), yang menunjukkan bahwa mereka bukan domba yang sejati. Karena mereka cuma Kristen KTP, jelas bahwa mereka bukan kehilangan keselamatan, tetapi mereka memang tidak pernah selamat!

c) Ay 23 Yesus berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu!’.

Seandainya mereka pernah betul-betul percaya dan diselamatkan, maka pasti Yesus pernah mengenal mereka! Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

  • Yoh 10:27 - “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”.

  • 2Tim 2:19a - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’”.


Kalau nabi-nabi palsu itu tidak masuk surga, tetapi masuk neraka, dan demikian juga dengan para pengikutnya. Jadi, pastikanlah bahwa saudara tidak mengikuti nabi-nabi palsu itu!


Mat 7:24-29 - “(24) ‘Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. (26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. (27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.’ (28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”.


1) Ay 24-27: “(24) ‘Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. (26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. (27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.’”.


Sebagai penutup khotbahnya Yesus memberikan illustrasi ini. Dua orang itu mirip, sama-sama membangun rumah. Bedanya tidak terlihat karena terletak pada fondasinya. Tetapi kalau kesukaran datang, bedanya akan terlihat.

Yesus memberikan bagian ini sebagai penutup khotbahNya karena Ia ingin mereka tidak sekedar menjadi pendengar Firman, tetapi juga pelaku Firman!


Yak 1:22-25 - “(22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.


2) Ay 28-29 - “(28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”.


Kesan pendengar:


a) ‘Ia (Yesus) mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa’. Apa artinya?

1. Ada yang menafsirkan karena Yesus sering mengajar: Aku berkata ...’.

2. Adanya kuasa Roh Kudus yang menyertaiNya.

Bdk. Luk 4:32,36 - “(32) Mereka takjub mendengar pengajaranNya, sebab perkataanNya penuh kuasa. ... (36) Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: ‘Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar.’”.


b) Orang banyak itu ‘takjub’ (ay 28).

Ini tidak cukup! Mereka harus taat! (bdk. ay 24-27).

Penerapan: Apakah saudara sering merasakan keindahan suatu khotbah? Lalu, apakah saudara hanya sekedar mengagumi keindahan khotbah itu, atau saudara juga mau mentaatinya?

MATIUS 8:1-4


Mat 8:1 - “Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia”.


Yesus turun dari bukit. Dalam Mat 5:1 Ia naik ke bukit lalu memberikan khotbah di bukit (Mat 5-7), lalu sekarang Ia turun dari bukit.


Mat 8:2-4 - “(2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.’ (3) Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. (4) Lalu Yesus berkata kepadanya: ‘Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.’”.


1) Bagian ini pararel dengan Mark 1:40-45 dan Luk 5:12-16.


2) Orang kusta.


a) Penafsiran populer yang salah tentang kusta / orang yang sakit kusta.


1. Kusta merupakan hukuman dosa.

Memang ada orang yang karena dosanya lalu dihukum dengan penyakit kusta, seperti:

  • Miryam (Bil 12:1-10).

  • Gehazi (2Raja 5:26-27).

  • raja Uzia (2Raja 15:4-5  2Taw 26:19-21 - catatan: Uzia = Azarya).

Tetapi jelas bahwa tidak semua orang menderita penyakit kusta karena dosanya.


2. Mengalegorikan bagian ini.

Bagian ini sebetulnya merupakan bagian yang bersifat hurufiah, bukan lambang. Tetapi banyak orang mengalegorikan bagian ini dengan mengatakan bahwa orang kusta adalah lambang dari orang yang berdosa. Ia datang kepada Yesus dan kustanya disembuhkan. Itu lambang dari orang berdosa yang datang kepada Kristus, lalu dosanya diampuni / disucikan. Sekalipun ajaran ini injili, tetapi dasar dan penafsirannya salah.


3. Roma Katolik juga mengalegorikan bagian ini.

Mereka mengatakan orang kusta adalah lambang orang berdosa dan Yesus menyuruh orang itu pergi kepada imam yang adalah lambang dari pastor (priest). Ini mereka jadikan dasar dari ajaran mereka tentang sakramen pengakuan / pengampunan dosa. Tetapi ini jelas tak masuk akal, karena orang kusta itu sudah sembuh sebelum ia datang kepada imam, dan tujuan pergi kepada imam hanya untuk mendapat pernyataan tahir saja (bdk. Im 14:1-dst).


b) Kusta dalam Kitab Suci belum tentu sama dengan kusta jaman ini.

Dalam NIV diberikan catatan kaki yang berbunyi: ‘The Greek word was used for various diseases affecting the skin not necessarily leprosy’ (= Kata Yunaninya digunakan untuk bermacam-macam penyakit kulit, tidak harus kusta).


c) Orang kusta.


1. Sangat menderita lahir maupun batin.

a. Penderitaan fisik terjadi karena penyakit itu sendiri.

William Barclay: “In Palestine there were two kinds of leprosy. There was one which was rather like a very bad skin disease, and it was the less serious of the two. There was one in which the disease, starting from a small spot, ate away the flesh until the wretched sufferer was left with only the stump of a hand or a leg. It was literally a living death” (= Di Palestina ada 2 jenis penyakit kusta. Yang satu lebih menyerupai penyakit kulit yang parah, dan ini yang tak terlalu serius dari 2 penyakit kusta ini. Yang satunya adalah dimana penyakit itu, mulai dari suatu bintik kecil, memakan habis daging sampai penderita yang celaka itu ditinggalkan dengan hanya puntungan tangan atau kaki. Ini secara hurufiah adalah orang mati yang hidup).

b. Penderitaan batin terjadi karena ia diasingkan dan dianggap najis.


2. Tidak bisa disembuhkan kecuali oleh mujijat.

Im 13-14 tidak menunjukkan cara penyembuhan kusta karena sebetulnya kusta memang tidak bisa disembuhkan (pada jaman itu). Reaksi raja Israel dalam 2Raja 5:7 menunjukkan bahwa kusta memang tidak bisa disembuhkan kecuali oleh mujijat.


3. Selalu diasingkan supaya tidak menulari / menajiskan orang lain (Im 13:45-46  Bil 5:1-2). Bahkan kalau ia adalah raja sekalipun, ia akan tetap diasingkan  (2Raja 15:5  2Taw 26:19-21).

William Barclay mengatakan bahwa kalau orang kusta memasukkan kepalanya ke dalam sebuah rumah, maka seluruh rumah dianggap najis. Dan jarak minimum antara orang kusta dan orang sehat adalah 4 hasta (± 180 cm). Kalau angin bertiup dari orang kusta ke arah orang sehat maka jarak minimum adalah 100 hasta (± 45 meter).


d) Orang kusta dalam bacaan kita ini sudah mencapai stadium lanjut.

Ini bisa terlihat dari kata-kata penuh kusta’ dalam Luk 5:12. Jadi, ia sudah lama sangat menderita.


3) Apa yang dilakukan oleh orang kusta itu?


a) Datang kepada Yesus (ay 2).

  • Bagaimana orang kusta itu bisa menemui Yesus padahal Yesus ada dalam sebuah kota (Luk 5:12a)? Mungkin Yesus ada di perbatasan kota, atau mungkin orang kusta itu nekad dan melanggar larangan untuk tinggal ‘di luar perkemahan’ dalam Im 13:45-46.

  • Berbeda dengan 10 orang kusta dalam Luk 17:12 yang berdiri agak jauh, maka orang ini datang mendekat. Pasti ia tidak akan berani datang seperti itu kepada orang lain, siapapun juga adanya orang itu. Tetapi mungkin ia sudah mendengar tentang kuasa dan kasih Tuhan Yesus sehingga ia berani datang kepada Yesus.


b) Menyembah Yesus (ay 2).

Ini jelas adalah sikap hormat. Tetapi tidak jelas apakah ia menghormati Yesus sebagai Allah atau sekedar sebagai nabi. Tetapi kata ‘sujud menyembah’ dalam ay 2 ini dalam bahasa Yunaninya sama dengan kata ‘sujud menyembah’ dalam Mat 4:9-10. Dalam Mat 4:10 Yesus melarang menyembah siapapun kecuali Allah, tetapi dalam bagian ini Ia menerima sembah dari orang kusta itu. Ini hanya memberikan 2 kemungkinan: atau Ia adalah nabi palsu yang kurang ajar, atau Ia adalah Allah sendiri. Yang mana yang saudara pilih?


c) Ia berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku’ (ay 2).


1. ‘Tuan’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘tuan’ adalah KURIE, dan sekalipun sebetulnya kata ini memang bisa diterjemahkan ‘tuan’ (Inggris: ‘Sir’), tetapi mungkin di sini harus diterjemahkan ‘Tuhan’ (NIV/NASB: Lord), karena orang itu yakin bahwa Yesus mampu menyembuhkan dia.


2. Ini adalah pandangan / kepercayaan yang benar!

Orang itu yakin bahwa Yesus bisa menyembuhkan dia (beda sekali dengan orang dalam Mark 9:22), tetapi ia tidak yakin apakah Yesus mau menyembuhkannya. Ia tidak yakin karena memang Yesus tidak pernah berjanji untuk menyembuhkannya.

Bdk. Dan 3:17-18 - “(17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.’”. Ini salah terjemahan.

KJV: ‘(17) If it be so, our God whom we serve is able to deliver us from the burning fiery furnace, and he will deliver us out of thine hand, O king. (18) But if not, be it known unto thee, O king, that we will not serve thy gods, nor worship the golden image which thou hast set up’ [= (17) Jika demikian, Allah kami yang kami layani / sembah mampu melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala, dan Ia akan melepaskan kami dari tanganmu, ya raja. (18) Tetapi jika tidak, hendaklah engkau mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan melayani / menyembah allah-allahmu, ataupun menyembah patung emas yang telah engkau dirikan].

Terjemahan Kitab Suci Indonesia menunjukkan bahwa ketiga orang itu tidak yakin bahwa Allah bisa melepaskan mereka dari api tersebut. Tetapi dalam KJV mereka yakin akan kemampuan Allah, tetapi mereka tidak yakin apakah Allah mau atau tidak melepaskan mereka dari api tersebut.

Banyak orang yakin dan ‘beriman’ bahwa Tuhan akan menyembuhkan dirinya sendiri / orang lain yang sakit, padahal Yesus tidak pernah berjanji untuk melakukan hal itu. ‘Iman’ seperti itu tidak punya dasar Kitab Suci sehingga tidak bisa disebut sebagai iman! Bdk. Ro 10:17.


4) Reaksi Tuhan Yesus.


a) Yesus mengulurkan tanganNya dan menjamah orang itu (ay 3).

  • biasanya orang yang menjamah orang kusta lalu menjadi najis. Tetapi waktu Yesus menjamah orang kusta itu, orang kustanya menjadi tahir.

  • Yesus menjamah orang itu karena Ia berbelas kasihan kepada orang itu. Ini tidak berarti bahwa hamba Tuhan harus menjamah yang mempunyai penyakit yang menular. Tidak pernah ada janji bahwa hamba Tuhan tidak akan ketularan kalau ia menjamah orang yang mempunyai penyakit yang menular!

  • Yesus tidak selalu menjamah orang yang sakit. Dalam Mat 8:5-13 Yesus menyembuhkan seseorang dari jarak jauh! Jadi, jelaslah bahwa ‘menjamah’ bukanlah suatu rumus yang harus selalu dilakukan waktu mendoakan orang sakit. Tetapi jaman sekarang hal itu menjadi semacam rumus!


b) Yesus mau menyembuhkan orang itu (ay 3).


1. Ia menyembuhkan hanya dengan menggunakan firmanNya!


2. Ini suatu mujijat / kesembuhan ilahi!

William Hendriksen: “The healing brought about by Jesus were complete and instantaneous” (= Kesembuhan yang diadakan oleh Yesus adalah sempurna dan langsung).

Dua ciri kesembuhan ilahi:

  • Kesembuhannya terjadi seketika, tidak secara bertahap. Semua kesembuhan ilahi / mujijat dalam Kitab Suci terjadi seketika! Dalam Mark 8:22-25 sekalipun kelihatannya kesembuhan terjadi secara bertahap, tetapi dalam jangka waktu yang sangat singkat, sehingga itupun harus dianggap seketika.

William Hendriksen: “Let the healers of today imitate this! Let them cure every illness immediately” (= Biarlah penyembuh-penyembuh jaman ini meniru hal ini. Biarlah mereka menyembuhkan setiap penyakit secara langsung).


Jaman sekarang banyak orang yang bersaksi bahwa mereka mengalami mujijat / kesembuhan ilahi tetapi secara bertahap. Ini bukan kesembuhan Ilahi. Memang kesembuhan yang bertahap tetap berasal dari Tuhan, tetapi itu bukan kesembuhan ilahi!

  • Kesembuhannya terjadi secara sempurna / total. Semua kusta orang itu hilang, tidak tertinggal sedikitpun. Semua kesembuhan ilahi dalam Kitab Suci terjadi secara sempurna! Tetapi jaman sekarang banyak orang yang bersaksi bahwa mereka mendapatkan kesembuhan ilahi yang tidak sempurna. Misalnya: orang lumpuh disembuhkan sehingga bisa berjalan, tetapi masih pincang. Orang sakit jantung disembuhkan tetapi masih tidak bisa olah raga. Ini semua bukan kesembuhan ilahi!


3. Penyembuhan orang sakit kusta yang dilakukan Yesus ini adalah ciri dari Mesias (Mat 11:2-5  Yes 35:5-6).


c) Yesus memberi larangan dan perintah (ay 4).


1. Larangannya: Jangan memberi tahu siapapun.

  • Larangan seperti ini sering terjadi misalnya dalam Mat 9:30  12:16  17:9  Mark 5:43  7:36, tetapi tidak selalu Yesus memberikan larangan seperti itu (bdk. Mark 5:19-20).

  • Larangan ini aneh! Bukankah waktu itu banyak orang yang melihat hal itu? (bdk. ay 1). Belum tentu, karena ay 1 dan ay 2 belum tentu berhubungan. Dalam Injil Matius khotbah di bukit (Mat 5-7) mendahului peristiwa penyembuhan orang kusta ini, tetapi dalam Injil Lukas peristiwa penyembuhan orang kusta ini (Luk 5:12-16) mendahului khotbah di bukit (Luk 6:17-dst). Andaikatapun Matiuslah yang menulis sesuai dengan urutan-urutan waktu, tetap ada kemungkinan bahwa antara ay 1 dan ay 2 ada selang waktu, sehingga waktu Yesus menyembuhkan orang kusta itu peristiwa itu tidak disaksikan oleh banyak orang dalam ay 1 itu.

  • Mengapa Yesus melarang orang itu memberi tahu orang lain? Untuk ini ada bermacam-macam jawaban / penafsiran:

  • Orang itu dilarang hanya sampai ia menunjukkan diri kepada imam. Jadi, maksud Yesus adalah jangan menunda untuk menunjukkan diri kepada imam.

  • Yesus tahu bahwa kalau banyak orang tahu bahwa Ia bisa melakukan mujijat, mereka akan menjadikanNya raja atas mereka (bdk. Yoh 6:15). Yesus melarang supaya hal itu tidak terjadi.

  • Yesus melarang karena orang itu harus belajar dulu; setelah itu baru boleh memberitakan. Jadi, dengan kata lain Ia berkata: jangan tergesa-gesa menjadi pengkhotbah, belajarlah lebih dulu supaya nanti bisa menjadi pengkhotbah yang baik. Mungkin ini harus diperhatikan oleh orang-orang Islam yang menjadi Kristen dan langsung menjadi pengkhotbah tanpa belajar / sekolah theologia! Juga oleh banyak pengkhotbah yang mau mengajar tetapi tdak mau belajar!

  • Yesus tidak mau dikenal sebagai pembuat mujijat tetapi sebagai Juruselamat.

  • Itu adalah saat perendahan yang dialami oleh Yesus sehingga tidak pantas Ia dipuji-puji karena mujijat yang Ia lakukan.

  • Yesus ingin menghindari iri hati dan permusuhan yang akan timbul kalau Ia dikenal sebagai orang yang bisa melakukan mujijat.

  • Supaya Ia terus mempunyai kebebasan dalam memberitakan Firman Tuhan (Mark 1:45). 


Calvin: “Hence we learn the reason why Christ did not wish the miracle to be so soon made known. It was that he might have more abundant opportunity and freedom for teaching. ... the common people were so eager to demand miracles, that no room was left for doctrine. He wished that they would all be more attentive to the word than to signs” (= Karena itu kita mempelajari alasan mengapa Kristus tidak ingin mujijat itu disampaikan / diberitakan begitu cepat. Itu adalah supaya Ia mendapat kesempatan dan kebebasan yang lebih banyak untuk pengajaran. ... manusia umum begitu ingin menuntut mujijat, sehingga tidak ada tempat yang tersisa untuk doktrin. Ia ingin supaya mereka semua lebih memperhatikan firman dari pada tanda).

Ini adalah penafsiran yang paling sesuai kontext! Akhirnya setelah orang itu tidak mentaati larangan Yesus itu dan menyebarkan peristiwa itu (Mark 1:45), maka Yesus tidak bebas lagi memberitakan Firman Tuhan.

Jelas bahwa Yesus lebih mementingkan pemberitaan Firman Tuhan dari pada penyembuhan orang sakit! Ini harus diperhatikan oleh gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik yang kelewat menekankan kesembuhan.


2. PerintahNya: Tunjukkan dirimu kepada imam, dst.

  • Ini menunjukkan bahwa Yesus menghormati / mentaati / menghendaki orang mentaati Perjanjian Lama (bdk. Im 14:1-dst - itu jelas perintah Perjanjian Lama / Hukum Taurat).

Sejak kematian Yesus, Im 13-14 memang tidak perlu dilakukan lagi karena ini termasuk ceremonial law / hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan (Ef 2:15). Bagian Perjanjian Lama yang termasuk moral law / hukum moral, seperti 10 hukum Tuhan, terus berlaku sampai akhir jaman (Mat 5:17-19).

  • ‘sebagai bukti bagi mereka’ (ay 4).

NASB: ‘as a testimony to them’ (= sebagai suatu kesaksian bagi mereka).


Apa artinya? Lagi-lagi ada macam-macam penafsiran:

  • ‘mereka’ menunjuk kepada orang-orang Yahudi. Jadi, artinya: supaya mereka tahu bahwa ia sudah sembuh dari kustanya karena imamlah yang berhak untuk menyatakan bahwa seorang kusta sudah sembuh.

  • ‘mereka’ menunjuk kepada imam-imam. Artinya: sebagai bukti kepada imam-imam bahwa Yesus adalah hamba Allah yang mentaati Taurat. Tetapi ini berarti orang itu harus memberi tahu imam-imam bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya. Ini bertentangan dengan larangan Yesus di atas tadi.

  • ‘mereka’ menunjuk kepada imam-imam. Artinya: supaya imam-imam tahu bahwa Yesus mempunyai kuasa ilahi. Ini juga berarti bahwa orang itu harus memberitahu imam-imam bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya. Ini bertentangan dengan larangan Yesus.

  • ‘mereka’ menunjuk kepada imam-imam. Artinya: supaya mereka tahu engkau sudah sembuh. Mereka tidak perlu tahu siapa yang menyembuhkan engkau.


5) Reaksi orang itu.

Injil Matius tidak menceritakan reaksi orang itu, tetapi Injil Markus dan Lukas menceritakannya, yaitu dalam Mark 1:45  / Luk 5:15-16.

Mark 1:45 - “Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru”.

Luk 5:15-16 - “(15) Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. (16) Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa”.


a) Sekalipun tidak dikatakan bahwa orang itu pergi kepada imam, bisa dipastikan ia pergi kepada imam, karena tanpa pernyataan sembuh dari imam ia akan tetap dianggap najis.


b) Orang itu memberitahu banyak orang bahwa Yesus menyembuhkannya (bdk. Mark 7:36 - “Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarangNya mereka, makin luas mereka memberitakannya”).

Ia melanggar larangan Yesus.

  • mungkin motivasinya baik tetapi ia tetap berdosa dengan melanggar larangan itu.

  • mungkin ia merenungkan larangan itu lalu menganggapnya tidak bijaksana sehingga tetap ia langgar.

Penerapan: perintah / larangan Tuhan bukan untuk direnungkan betul / tidaknya. Semua pasti betul dan harus ditaati!

  • orang itu mungkin berkobar-kobar semangatnya dalam melayani Tuhan, tetapi ia berdosa karena semangatnya tidak disalurkan sesuai kehendak Tuhan.


c) Orang ini baru menerima berkat Tuhan, tetapi langsung menyakiti hati Tuhan.

Penerapan: banyak orang melakukan hal yang serupa, misalnya:

  • seseorang berdoa minta anak, tetapi setelah diberi anak, justru lalu tidak ke gereja atau tidak ikut Pemahaman Alkitab karena sibuk mengurusi anak.

  • seseorang berdoa minta pacar, tetapi setelah diberi pacar, terus berpacaran dan meninggalkan Tuhan.

  • diberi Tuhan berkat berupa mobil, lalu digunakan untuk piknik pada hari minggu dan tidak ke gereja.

  • lulus ujian, lalu pesta pora dan melupakan Tuhan.

  • dapat pekerjaan yang enak, lalu mendewakan uang dan melupakan Tuhan.


6) Akibat ketidak-taatan orang itu.

a) Pelayanan Yesus menjadi terhalang.

Mark 1:45 - “Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru”.

Maksud baik orang itu, yang bertentangan dengan Firman Tuhan, justru sekarang menjadi penghalang bagi pelayanan Yesus.

b) Banyak orang datang kepada Yesus, tetapi sebagian untuk mendengar Firman Tuhan dan sebagian untuk mendapat kesembuhan (Luk 5:15). Bisa dipastikan bahwa yang mencari kesembuhan jauh lebih banyak dari yang mencari Firman Tuhan!


7) Apa tindakan Yesus selanjutnya?


a) Yesus menghindari mereka (Luk 5:16)!

Luk 5:16 versi NIV mengandung kata ‘often’ (= sering).

NIV: ‘But Jesus often withdrew to lonely places dan prayed’ (= Tetapi Yesus sering mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa).

NASB juga memberi tambahan seperti itu.

Tetapi sebetulnya kata ‘often’ itu tidak ada. Kalau kata itu ditambahkan, maka Luk 5:15 kelihatannya terputus dari Luk 5:16. Padahal Luk 5:16 adalah akibat Luk 5:15. Yesus sengaja menghindari orang banyak itu! Mengapa?


Calvin: “He avoided a crowd of men because He saw that He would not satisfy the wishes of the people without doing so many miracles as to prevent them from thinking properly about His doctrine” (= Ia menghindari kerumunan banyak orang karena Ia melihat bahwa Ia tidak bisa memuaskan keinginan dari orang-orang itu tanpa melakukan begitu banyak mujijat sehingga membuat mereka tidak bisa berpikir benar tentang ajaranNya).


Terlalu banyak orang yang minta kesembuhan. Kalau Yesus menuruti semua itu maka semua itu akan menyebabkan orang-orang itu tidak bisa berpikir secara benar tentang apa yang Ia ajarkan. Karena itulah Yesus menghindar!

Dari sini bisa kita lihat:

  • Yesus mengutamakan pengajaran Firman Tuhan.

  • Yesus tidak selalu menyembuhkan orang sakit yang datang kepadaNya! Alangkah berbedanya ini dengan kepercayaan banyak orang saat ini yang menganggap Yesus selalu mau menyembuhkan!


b) Yesus menghindari pelayanan untuk berdoa (Luk 5:16).

William Hendriksen: “Jesus gave us an example by not allowing anything to stand in the way of regular seasons of prayer” (= Yesus memberi kita suatu teladan dengan tidak mengijinkan apapun untuk menghalangi saat doa rutin).

Kalau pelayanan saja harus ditinggal demi waktu doa rutin, lebih-lebih hal-hal lain seperti pekerjaan, study, hobby, dsb.

Yesus tidak membiarkan kesibukanNya mengatur Dia / waktuNya, tetapi Dialah yang mengatur waktuNya dan kesibukanNya.

Kalau kita tak mau mengatur waktu / kesibukan kita, dan kita membiarkan kesibukan mengatur kita dan waktu kita, maka kita tak akan pernah ada waktu untuk Tuhan! Bdk. Marta dalam Luk 10:38-42.


Adam Clarke: “A man can give nothing unless he first receive it; and no man can be successful in the ministry who does not constantly depend upon God ... Why is there so much preaching and so little good done? Is it not because the preachers mix too much with the world, keep too long in the crowd, and are so seldom in private with God?” (= Seseorang tidak bisa memberi apa-apa kecuali ia menerimanya lebih dulu; and tidak ada orang bisa sukses dalam pelayanan kalau ia tidak terus-menerus bergantung kepada Allah ... Mengapa ada banyak pemberitaan / khotbah dan begitu sedikit hal baik yang terjadi? Apakah ini bukannya karena pengkhotbah-pengkhotbah bercampur terlalu banyak dengan dunia, berada terlalu lama dalam kumpulan orang banyak, dan begitu jarang berada sendirian dengan Allah?).


c) Yesus berdoa di tempat yang sunyi (Luk 5:16).

Luk 5:16 - “Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa”.

  • Ini tidak berarti kita tidak boleh berdoa kalau sedang ramai. Tetapi, kalau bisa, usahakanlah untuk membuat sunyi tempat saudara berdoa (misalnya: matikan TV / tape dan sebagainya) atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berdoa.

  • alangkah bertentangannya cara Yesus dalam berdoa ini dengan praktek-praktek jaman sekarang seperti:

  • doa diiringi musik / band.

  • doa bersuara.

  • sebagian jemaat berdoa, sebagian lainnya menyanyi.


MATIUS 8:5-17


Mat 8:5-13: “(5) Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepadaNya: (6) ‘Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku akan datang menyembuhkannya.’ (8) Tetapi jawab perwira itu kepadaNya: ‘Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. (9) Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.’ (10) Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikutiNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. (11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’ (13) Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: ‘Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.’ Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya”.


1) Apakah Mat 8:5-13 = Luk 7:1-10 = Yoh 4:46-53?


a) Mat 8:5-13 dan Luk 7:1-10.

Dalam Mat 8 perwira itu sendiri yang pergi kepada Yesus. Dalam Luk 7 perwira itu menyuruh orang untuk pergi kepada Yesus. Ini menyebabkan ada yang berpandangan bahwa Mat 8 dan Luk 7 adalah 2 cerita yang berbeda. Jadi, ada perwira II yang meniru perwira I.

Keberatan terhadap pandangan ini adalah: begitu banyak detail-detail yang sama antara Mat 8 dan Luk 7 menyebabkan hal itu rasanya tidak masuk akal.

Mat 8:5-13 jelas memang sama / paralel dengan Luk 7:1-10!

Orang-orang Yahudi mempunyai anggapan bahwa apa yang dilakukan seseorang melalui orang lain; ia sendirilah yang melakukan hal itu.

Illustrasi: dalam hidup kita sekalipun kita sering berkata: ‘Saya membangun rumah’, padahal kenyataannya kita menyuruh orang (tukang batu) untuk membangun rumah.

Contoh dalam Kitab Suci:

  • Yoh 3:22,26 dan Yoh 4:1 mengatakan Yesus yang membaptis

Tetapi Yoh 4:2 mengatakan Yesus sendiri tidak membaptis; murid-muridNyalah yang membaptis. Jadi, Yesus membaptis melalui murid-muridNya sebagai agen.

  • Mark 10:35 - Yohanes dan Yakobus sendiri yang minta kepada Yesus.

Tetapi dalam Mat 20:20, yang minta adalah ibu mereka. Jadi, Yohanes dan Yakobus minta lewat ibunya sebagai agen.


b) Mat 8:5-13 dan Yoh 4:46-53.

Ini memang merupakan 2 cerita yang berbeda. Perbedaannya:


Mat 8:5-13 Yoh 4:46-53

---------------------------------------------------------------------------

perwira pegawai istana

yang sakit adalah hamba yang sakit adalah anak

melarang Yesus datang meminta Yesus datang


Kesimpulan: Mat 8:5-13 = Luk 7:1-10 ≠ Yoh 4:46-52.


2) Perwira.


a) Orang ini adalah seorang ‘perwira’ (ay 5).

Dalam bahasa Inggris  disebut ‘centurion’, yaitu kepala atas 100 orang prajurit. Orang ini jelas bukan orang Yahudi tetapi dari Luk 7:5, yang mengatakan bahwa ia mengasihi bangsa Yahudi dan menanggung pembangunan rumah ibadat Yahudi / synagogue, kelihatannya ia masuk agama Yahudi.


b) Orang ini mempunyai problem yaitu hambanya sakit (ay 6  bdk. Luk 7:2).


c) Orang ini mengasihi hambanya yang sakit.

Luk 7:2 - ‘sangat dihargainya’.

KJV: ‘who was dear to him’ (= yang disayanginya).

Kasih ini menyebabkan ia berdoa untuk hambanya (ay 5-6).

Penerapan: bagaimana sikap saudara kalau pembantu saudara sakit? Apakah saudara berdoa supaya dia disembuhkan? Atau saudara tidak peduli? Bdk. Amsal 12:10 - “Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam”.


d) Orang ini rendah hati.

Orang-orang Yahudi menganggap ia ‘layak’ untuk ditolong (Luk 7:5). Tetapi ia sendiri menganggap dirinya ‘tidak layak’ (ay 8  bdk. Luk 7:6-7). Mungkin sekali rasa tidak layak itu ada karena ia tahu batasan yang keras antara Yahudi dan non Yahudi (bdk. Yoh 18:28  Kis 10:28  Kis 11:2-3  Gal 2:11-14). Rasa tidak layak harus ada pada diri kita waktu kita berdoa / datang kepada Tuhan. Bukan rasa tidak layak karena kita bukan bangsa Yahudi, tetapi karena kita adalah orang yang berdosa (bdk. Luk 18:9-14).


e) Orang ini beriman (ay 8b-9).

  • tidak ada takhyul dalam imannya; ia yakin Yesus bisa menyembuhkan tanpa menyentuh.

  • arti ay 9: Kalau aku yang adalah seorang bawahan bisa memberi perintah dan perintah itu bisa terlaksana, apalagi Engkau yang bukan seorang bawahan!


3) Sikap Tuhan Yesus.


a) Yesus ‘heran’ melihat iman orang itu (ay 10).

Bandingkan dengan Mark 6:6a dimana Yesus heran melihat ketidak-percayaan orang-orang Nazaret.

Yesus dikatakan ‘heran’. Ini meninjau Yesus sebagai sebagai manusia. Waktu itu kesadaran manusiaNyalah yang muncul. Sebagai Allah, Yesus tidak mungkin bisa merasa heran.


b) Yesus memuji iman orang itu (ay 10).

Hal yang sama Ia lakukan kepada seorang perempuan Kanaan (Mat 15:28). Ini menunjukkan bahwa Yesus senang melihat orang beriman kepada Dia!


c) Yesus mengatakan ay 11-12: “(11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.


1. Ay 11: 

  • istilah ‘Kerajaan Sorga’ di sini jelas menunjuk kepada ‘surga’. Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa dari orang-orang sebelum jaman Pentakosta tidak ada yang masuk surga, tetapi paling-paling tinggal di bumi yang disempurnakan, yang mereka sebut sebagai Firdaus. Tetapi ini merupakan penafsiran yang sangat tidak masuk akal, karena ay 11 kontras dengan ay 12. Ay 12 jelas berbicara tentang neraka, sehingga ay 11 pasti berbicara tentang surga. Dan ay 11 mengatakan bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub masuk surga.

  • Ay 11 ini menunjukkan bahwa banyak orang non Yahudi akan selamat / masuk surga. Perwira ini hanya contoh / salah satu diantara mereka. Ini sesuai dengan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama seperti Kej 12:1-3  Yes 2:2-3  Yes 11:10  Yes 49:6  Mikha 4:1-2.


2. Ay 12:

  • Istilah ‘anak kerajaan’ menunjuk kepada orang-orang Yahudi.

  • Kata ‘kegelapan’ digunakan untuk mengkontraskan dengan Allah yang adalah terang. Atau, gelap bisa berhubungan dengan penjara bawah tanah yang gelap dari orang-orang Romawi.

  • ‘paling gelap’. Orang Yahudi tahu banyak, jadi dituntut banyak (Luk 12:47-48).

  • ‘ratap’ (= weep). Ini kontras dengan keadaan di surga yang tanpa air mata (Wah 21:4).

  • ‘kertak gigi’ menggambarkan rasa sakit / amarah.


3. Ay 11-12 ini tentu tidak berarti bahwa semua orang Yahudi akan masuk neraka dan semua orang non Yahudi akan masuk surga. Tetapi bagaimanapun ini merupakan surprise / kejutan, khususnya bagi orang-orang Yahudi yang beranggapan bahwa semua orang Yahudi akan masuk surga secara otomatis, dan bahwa semua orang non Yahudi akan masuk neraka.

Penerapan: Jangan heran kalau nanti ada banyak orang yang aktif ke gereja, melayani Tuhan, bahkan ‘hamba Tuhan’ yang masuk neraka, karena mereka sebetulnya bukan orang yang percaya kepada Yesus (bdk. Mat 7:21-23). Juga jangan heran kalau nanti ada penjahat / pelacur yang ternyata masuk surga karena mereka bertobat dan betul-betul percaya kepada Yesus!


d) Yesus menyembuhkan (ay 13). 

  • kesembuhan ilahi selalu terjadi seketika, bukan melalui proses.

  • ay 13 ini hanya berlaku untuk perwira itu. Ayat ini tidak berlaku umum.


Mat 8:14-17 - “(14) Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. (15) Maka dipegangNya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia. (16) Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. (17) Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.’”.


1) Petrus punya ibu mertua (ay 14), dan itu berarti ia punya istri (bdk. 1Kor 9:5).

a) Gereja Katolik melarang para hamba Tuhan untuk menikah. Tetapi Petrus yang mereka akui sebagai Paus I ternyata menikah! Ini betul-betul suatu kontradiksi!

b) Hidup membujang tidak berpengaruh pada kesucian! Pernikahan / sex diciptakan oleh Allah!

c) Hanya orang yang mempunyai karunia untuk membujang boleh hidup membujang (Mat 19:10-12  1Kor 7:7). Jangan memutuskan untuk hidup membujang hanya karena saudara patah hati!


2) Ay 15.

Dalam Luk 4:39 dikatakan bahwa Yesus menghardik demam itu. Ini tidak berarti bahwa orang itu demam karena dirasuk setan! Penyakit memang bisa terjadi karena kerasukan setan tetapi tidak selalu demikian.


3) Ay 15 menunjukkan bahwa setelah disembuhkan (menerima berkat), orang itu melayani.

Mungkin saudara tidak pernah mengalami kesembuhan ilahi. Tetapi itu tidak berarti bahwa saudara tidak pernah menerima berkat. Keselamatan adalah berkat terbesar! Tetapi sudahkah saudara melayani?


4) Ay 16 Yesus mengusir roh-roh jahat.

Dalam Mark 1:34 Yesus melarang setan-setan itu bicara.

Mark 1:34 - “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia”.

Karena apa? Yesus tidak mau dipublikasikan oleh setan. Itu sama dengan bekerja sama dengan setan. Hal yang mirip juga dilakukan Paulus. Ia menengking roh jahat yang mempublikasikan dirinya.

Bdk. Kis 16:16-18 - “(16) Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. (17) Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: ‘Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.’ (18) Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu”.


5) Ay 16: ‘menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit’.

Terjemahan ini kurang lengkap, karena seharusnya ada kata ‘semua’.

NIV: all the sick’ (= semua orang sakit).

Yesus menyembuhkan semua orang yang sakit itu. Tetapi ini tetap tidak boleh diartikan bahwa orang Kristen yang sakit pasti disembuhkan oleh Yesus. Mengapa? Karena dalam bagian-bagian Kitab Suci yang lain kita melihat bahwa Yesus tidak selalu menyembuhkan semua yang sakit! (bdk. Luk 5:15-16  Yoh 5:1-18).


6) Ay 17 merupakan kutipan dari Yes 53:4a.

Pertanyaan: apakah Yes 53:4 itu bicara tentang penyakit jasmani atau rohani (dosa)?


a) Ada yang berpendapat bahwa Yes 53:4 itu bicara tentang penyakit jasmani dan rohani. Semua ditanggung oleh Yesus. Tetapi penafsir ini tetap berkata bahwa orang yang percaya kepada Yesus pasti akan menerima pengampunan dosa (kesembuhan atas penyakit rohani), tetapi belum tentu mengalami kesembuhan jasmani. Pembebasan dari problem jasmani baru akan kita alami pada saat kita mati atau pada saat Kristus datang kedua-kalinya.

Kalau memang Yes 53:4 ditafsirkan sebagai penyakit jasmani dan rohani, maka tak ada problem lagi dengan Mat 8:17.


b) Ada yang berpendapat bahwa Yes 53 hanya berbicara soal penyakit rohani atau dosa. Memang kalau dilihat kontexnya (Yes 53:4-6) maka ‘penyakit’ dalam Yes 53:4 adalah penyakit rohani atau dosa. Demikian juga kalau kita melihat pada 1Pet 2:22-25.

Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

1Pet 2:22-25 - “(22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. (23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.


Problemnya adalah: kalau Yes 53:4 diarahkan pada penyakit rohani / dosa, mengapa Matius mengutip ayat itu pada waktu Yesus memberikan kesembuhan jasmani?

Jawaban: Yesus sering melakukan mujijat karena Ia hendak mengajar sesuatu. Contoh:

  • Ia mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9 untuk menunjukkan diriNya sebagai ‘terang dunia’ (Yoh 9:5).

  • Ia membangkitkan Lazarus dalam Yoh 11 untuk menunjukkan diriNya sebagai ‘Kebangkitan dan Hidup’ (Yoh 11:25).

  • Ia memperbanyak roti dalam Yoh 6 untuk menunjukkan diriNya sebagai ‘Roti Hidup’ (Yoh 6:35).

Jadi, dalam Mat 8 ini juga demikian. Ia menyembuhkan penyakit jasmani untuk menunjukkan diri sebagai penyembuh penyakit rohani atau dosa. Karena itulah Matius lalu mengutip Yes 53:4 dan mengatakan bahwa ayat itu tergenapi saat itu.


Calvin: “Matthew quotes this prediction, after having related that Christ cured various diseases; though it is certain that he was appointed not to cure bodies, but rather to cure souls; for it is of spiritual disease that the Prophet intends to speak. But in the miracles which Christ performed in curing bodies, he gave a proof of the salvation which he brings to our souls. That healing had therefore a more extensive reference than to bodies, because he was appointed to be the physician of souls; and accordingly Matthew applies to the outward sign what belonged to the truth and reality” (= Matius mengutip ramalan ini, setelah menceritakan bahwa Kristus menyembuhkan bermacam-macam penyakit; sekalipun sudah tentu bahwa Ia ditetapkan bukan untuk menyembuhkan tubuh, tetapi untuk menyembuhkan jiwa; karena adalah penyakit rohanilah yang dibicarakan oleh sang nabi. Tetapi dalam mujijat-mujijat yang dilakukan Kristus dalam menyembuhkan tubuh, Ia memberi suatu bukti tentang keselamatan yang Ia bawa kepada jiwa kita. Karena itu kesembuhan itu mempunyai hubungan yang lebih luas dengan jiwa dari pada tubuh, karena Ia ditetapkan sebagai dokter untuk jiwa; dan sesuai dengan itu Matius menerapkan pada tanda lahiriah apa yang termasuk pada kebenaran dan kenyataan) - hal 115.


F. F. Bruce: “The visible operation of His healing power was the evident token of His forgiving power (Mk. 2:10 f.). So, then, all the miracles of healing are in a sense parables of the soul’s deliverance from sin, and therefore the prominent place they occupy in the Gospel story is amply justified.” [= Pekerjaan yang bisa dilihat dari kuasaNya yang menyembuhkan merupakan tanda yang jelas dari kuasa mengampuniNya (Mark 2:10-dst). Maka, semua mujijat-mujijat kesembuhannya dlkm suatu arti adalah perumpamaan-perumpamaan tentang pembebasan jiwa dari dosa, dan karena itu tempat yang menonjol yang mereka tempati dalam cerita Injil dibenarkan secara cukup.] - ‘The New Testament Documents: Are They Reliable?’, hal 70.

MATIUS 8:18-34


Mat 8:18-22: “(18) Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingiNya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepadaNya: ‘Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (20) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’ (21) Seorang lain, yaitu salah seorang muridNya, berkata kepadaNya: ‘Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.’ (22) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.’”.


Dalam Mat 8:18-22 ini hanya diceritakan tentang 2 orang (dalam Luk 9:57-62 yang merupakan bagian paralelnya ada 3 orang).


1) Orang pertama (ay 19-20).


a) Orang ini adalah seorang ahli Taurat dan ia mau ikut Yesus.

Kata-katanya kelihatannya menunjukkan bahwa ia adalah orang yang rohani. Tetapi dari jawaban Yesus pada ay 20 bisa disimpulkan bahwa orang ini ingin ikut Yesus karena ia mengira bahwa ikut Yesus itu bakal enak (karena Yesus bisa melakukan segala macam mujijat). Orang ini tidak tahu apa-apa tentang penyangkalan diri, pemikulan salib, penderitaan karena / demi Kristus dan sebagainya.


b) Jawaban Yesus kepada orang pertama ini (ay 20):

  • ay 20 menunjukkan Yesus tidak punya tempat tinggal. Ia ditolak dimana-mana.

  • Orang Kristen yang menganggap bahwa ikut Yesus itu enak tok, perlu memperhatikan dan merenungkan ay 20 ini! Juga ayat-ayat seperti Mat 10:16  Mark 13:12-13  Yoh 15:18-19  Yoh 16:33  Fil 1:29  2Tim 3:12.

  • Yesus tidak melakukan propaganda bahwa ikut Dia itu enak. Ia langsung memberitahu bahwa ikut Dia itu berat dan ada ‘ongkos yang harus dibayar’. Ini jelas bertentangan dengan banyak ajaran pada saat ini yang mengatakan bahwa ikut Yesus pasti kaya, sembuh dari sakit, bebas dari problem dan sebagainya. Yesus tidak pernah mengajarkan ajaran yang seperti ini!


2) Orang kedua (ay 21-22).


a) Ay 21: “Seorang lain, yaitu salah seorang muridNya, berkata kepadaNya: ‘Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.’”.


Ada orang-orang yang menafsirkan bahwa ayah orang itu memang baru saja mati. Tetapi rasanya tidak mungkin Yesus melarang orang itu untuk mengubur ayahnya kalau ayahnya betul-betul baru mati. Penafsir yang lain menganggap bahwa tradisi saat itu adalah bahwa seorang anak harus menguburkan ayahnya. Jadi, biasanya anak tidak mau pergi jauh sebelum ayahnya mati dan ia kuburkan. Jadi, yang diminta oleh orang ini adalah penundaan untuk ikut Yesus sampai ayahnya mati, barulah ia mau ikut Yesus.


Apa yang ingin dilakukan oleh orang itu (mengubur ayah) adalah sesuatu yang baik (bdk. Mat 15:3-9). Tetapi ia mengutamakan hal itu lebih dari ikut Yesus. Ini yang salah!

Penundaan yang ingin ia lakukan menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai kesadaran bahwa ikut Yesus / melayani Yesus adalah sesuatu yang sangat mendesak dan tidak boleh ditunda. Tetapi banyak orang Kristen seperti itu. Mereka menunda untuk belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan dan sebagainya dengan pikiran: ‘Lain kali toh masih bisa’. Apakah saudara juga berpikir seperti itu? Bertobatlah!


b) Ay 22: “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.’”.


Artinya: orang yang mati rohani bisa menguburkan ayahmu, tetapi kamu harus ikut Aku dan mengabarkan Injil (Lukas 9:60). Ini menunjukkan bahwa ada tugas-tugas yang bisa dilakukan oleh orang lain, bahkan oleh orang yang tidak Kristen sekalipun. Tetapi ada tugas-tugas yang hanya bisa dilakukan oleh orang Kristen yang sungguh-sungguh. Misalnya memberitakan Injil. Ini harus diprioritaskan!


Penerapan: Apakah saudara punya aktivitas-aktivitas dunia (sekalipun itu baik) sehingga saudara lalu tidak mempunyai waktu untuk melayani Tuhan? Ingat bahwa aktivitas duniawi itu bisa dilakukan oleh orang lain, yang kafir sekalipun. Tetapi pelayanan di gereja tidak bisa dilakukan oleh orang kafir. Kapan saudara mau meninggalkan aktivitas duniawi itu dan mulai melayani Tuhan?

Dalam pelayananpun ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh banyak orang, misalnya jadi bendahara, penulis, dan sebagainya. Ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh sedikit orang, misalnya menjadi liturgist, organist dan sebagainya. Ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh sangat sedikit orang, misalnya berkhotbah / mengajar. Saudara harus berusaha untuk lebih menggunakan karunia-karunia yang jarang ada!


3) Perbandingan antara orang pertama dan orang kedua:

Orang pertama: too ready to follow Jesus (= terlalu siap untuk mengikut Yesus).

Orang kedua: too unready to follow Jesus (= terlalu tidak siap untuk mengikut Yesus).


Mat 8:23-27 - “(23) Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-muridNyapun mengikutiNya. (24) Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. (25) Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Tuhan, tolonglah, kita binasa.’ (26) Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. (27) Dan heranlah orang-orang itu, katanya: ‘Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?’”.


1) Bagian ini pararel dengan Mark 4:35-41 dan Luk 8:22-25.


2) Ay 23 (bdk. Mark 4:35).

Yesus yang mengajak, dan Yesus beserta murid-murid dalam perahu. Tetapi mereka toh terkena badai. Jelas bahwa ikut / taat kepada Yesus tidak menjamin bahwa hidup ini akan bebas dari kesukaran!


3) Ay 24: ‘sekonyong-konyong’.

Letak geografis danau Galilea menyebabkan badai sering datang secara mendadak. Badai itu jelas bukan suatu kebetulan. Itu memang direncanakan / diatur oleh Allah untuk menguji iman murid-murid. Memang kalau hidup serba tenang / enak, kita tidak bisa melihat lemahnya iman kita. Kalau kesukaran sudah datang, maka baru kita bisa melihat lemahnya iman kita.


4) Ay 24: ‘Yesus tidur’.

Ini jelas menunjuk pada kemanusiaan Yesus. Tetapi hakekat ilahi (divine nature) tetap mengontrol diri Yesus sehingga sekalipun Ia tidur, itu tidak berarti Ia tidak mengontrol segala sesuatu!


5) Ay 25: murid-murid takut.

Rasa takut murid-murid dalam ay 25 ini adalah rasa takut yang disebabkan kurang / tidak beriman. Itu jelas adalah dosa!


6) Ay 25: kata-kata yang diucapkan berbeda dengan Mark 4:38 dan Luk 8:24.

Penjelasan: pada waktu ketakutan mungkin setiap murid berteriak-teriak. Matius menuliskan teriakan murid yang satu, Markus menuliskan teriakan murid yang lain dan sebagainya.


7) Ay 26: di sini Yesus menegur dulu, baru menenangkan badai. Ini terbalik dengan yang di Markus dan Lukas. Penulis Kitab Suci tidak selalu menulis sesuai dengan urut-urutan waktu. Tidak diketahui yang mana yang sesuai dengan urut-urutan waktu.


8) Ay 26 - Yesus menenangkan badai. Ini menunjukkan keilahian Yesus (bdk. ay 27). Tadi pada waktu Yesus tidur, itu menunjukkan kemanusiaan Yesus. Dia memang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.


Mat 8:28-34 - “(28) Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. (29) Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’ (30) Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. (31) Maka setan-setan itu meminta kepadaNya, katanya: ‘Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.’ (32) Yesus berkata kepada mereka: ‘Pergilah!’ Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. (33) Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. (34) Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka”.


1) Bagian ini pararel dengan Mark 5:1-20 dan Luk 8:26-39.


2) Ay 28: ‘Gadara’. Mark 5:1 - ‘Gerasa’.

Ada yang mengatakan dua nama itu sama. Ada juga yang mengatakan bahwa Gerasa terletak 12 mil sebelah tenggara Gadara dan mungkin peristiwa itu terjadi di antara dua tempat itu sehingga Matius menyebut Gadara dan Markus menyebut Gerasa.


3) Ay 28: dua orang. Mark / Luk - hanya 1 orang.

Mungkin sekali waktu itu ada 2 orang yang kerasukan setan, tetapi yang satu lebih parah keadaannya sehingga Markus / Lukas hanya menyoroti yang satu itu.


4) Ay 28: orang yang kerasukan itu sangat berbahaya dan sangat kuat (bdk. Mark 5:3-4).

Setan memang bisa memberi kekuatan luar biasa / gaib seperti ‘tenaga dalam’, ilmu kebal dan sebagainya.


5) Ay 29: ini diucapkan karena Yesus menyuruh mereka keluar (Mark 5:7-8).

Setan mengaku Yesus sebagai Anak Allah tetapi ia bisa mendustai manusia sehingga manusia tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.


Setan tahu bahwa ada waktunya ia akan disiksa!

Kata-kata ‘sebelum waktunya’ (ay 29) bisa berarti:

  • ia tahu bahwa saat itu memang belum waktunya.

  • ia mengucapkan hanya karena takut kalau-kalau waktu itu sudah tiba.


Setan minta beberapa hal:

  • supaya tidak disuruh ke jurang maut (Luk 8:31) dan supaya tidak disuruh keluar daerah itu (Mark 5:10). Mungkin kedua hal ini sama artinya yaitu setan minta tidak diusir ke daerah yang tidak berpenghuni. Ini menunjukkan keinginan mereka yang luar biasa untuk menggoda / menyerang manusia.

  • minta ijin masuk ke dalam babi-babi (ay 31).


6) Ay 32: Yesus mengijinkan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi dan setan itu membunuh babi-babi itu. Dari sini bisa kita dapatkan beberapa hal: 

  • untuk menyerang / membunuh babipun setan membutuhkan ijin Tuhan, apalagi menyerang / membunuh kita!

  • Kalau Allah tidak menguasai, orang yang kerasukan itupun pasti sudah dibunuh oleh setan dari tadi. Jadi, sekalipun kelihatannya orang yang kerasukan itu dikuasai sepenuhnya oleh setan, tetapi Allah tetap menguasai seluruhnya.

  • setan membunuh babi-babi dengan tujuan menyerang pemilik babi (bdk. Ayub).


7) Ay 32: mengapa Yesus mengijinkan setan masuk ke dalam babi dan membunuh babi-babi itu?

Ada beberapa penafsiran:

  • untuk menghukum pemilik babi, karena babi adalah binatang haram. Tetapi, pemiliknya belum tentu adalah orang Yahudi sehingga tidak terikat dengan peraturan itu.

  • Yesus ingin menguji pemilik babi.

  • Yesus ingin menunjukkan bahwa 2 manusia jauh lebih berharga dari 2000 babi.

  • Yesus ingin orang yang kerasukan itu melihat bukti bahwa setan memang sudah keluar dari dirinya. Kalau setan hanya sekedar keluar dan tak terjadi apa-apa, maka orang itu mungkin masih akan bertanya-tanya: ‘Betulkah setannya sudah keluar dari diriku?’. Tetapi sekarang, dengan setan-setan itu masuk ke dalam babi lalu babi-babi lari dan masuk danau, ia bisa yakin bahwa setan memang sudah keluar dari dirinya.


8) Ay 33-34: orang banyak / pemilik babi:

  • takut, mungkin karena:

  • melihat keilahian Yesus.

  • takut akan rugi lebih banyak.

  • minta Yesus pergi. Mereka lebih senang tidak ada Yesus dari pada harus rugi! Mereka lebih melihat pada kerugiannya daripada berkat yang diberi Yesus (orang yang sembuh).


9) Mark 5:18-20 dan Luk 8:38-39: bagian ini tidak ada dalam Matius.


Mark 5:18-20 - “(18) Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. (19) Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: ‘Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!’ (20) Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran”.


Luk 8:38-39 - “(38) Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia diperkenankan menyertaiNya. Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kataNya: (39) ‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya”.


Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari sini:

  • orang itu bebas dari setan; ini tidak berarti bahwa ia boleh hidup semaunya. Yesus memberi perintah yang harus ia taati.

  • Yesus menyuruh orang itu ‘sharing’ (= membagikan pengalaman).

Ini merupakan sesuatu yang penting. Setiap saudara harus belajar untuk sharing, khususnya tentang pertobatan saudara / bagaimana saudara mengenal Kristus!

  • Yesus yang menyembuhkan orang itu. Tetapi dalam Mark 5:19 Yesus menyuruh orang itu untuk menceritakan apa yang diperbuat Tuhan atasnya, sedangkan dalam Luk 8:39 Yesus menyuruh orang itu untuk memberitakan apa yang telah diperbuat Allah atasnya. Lalu bagaimana tanggapan orang itu? Orang itu lalu memberitakan apa yang diperbuat Yesus atasnya (Mark 5:20  Luk 8:39). Jadi, jelas bahwa ‘Yesus’ dan ‘Tuhan’ / ‘Allah’ bisa dibolak-balik dan itu berarti Yesus adalah Tuhan / Allah!

  • orang banyak di daerah itu mengusir Yesus. Tetapi Yesus tetap mengasihi / mengasihani mereka. Buktinya? Ia meninggalkan seorang (atau 2 orang) ‘penginjil’ di sana.

MATIUS 9:1-13


Matius 9:1-8 - “(1) Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kotaNya sendiri. (2) Maka dibawa oranglah kepadaNya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni.’ (3) Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: ‘Ia menghujat Allah.’ (4) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? (5) Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? (6) Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu - : ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’ (7) Dan orang itupun bangun lalu pulang. (8) Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia”.


Bagian ini paralel dengan Mark 2:1-12 dan Luk 5:17-26.


Ay 1: “Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kotaNya sendiri.


‘KotaNya sendiri’ menunjuk pada kota Kapernaum (bdk. Mark 2:1). Sebetulnya Yesus lahir di Betlehem dan dibesarkan di Nazaret. Kapernaum disebut ‘kotaNya sendiri’ karena Ia sering pergi ke sana.


Ay 2: “Maka dibawa oranglah kepadaNya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni.’”.


Bdk. Mark 2:2-5 - “(2) Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, (3) ada orang-orang datang membawa kepadaNya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. (4) Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepadaNya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atasNya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. (5) Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!’”.


1) 4 orang membawa si lumpuh kepada Yesus (Mark 2:3).

Dari bagian ini kita bisa mempelajari beberapa hal yang penting tentang suatu pelayanan:


a) Ada kesatuan di antara 4 orang itu, dan ada 1 tujuan, yaitu membawa si lumpuh kepada Yesus.


b) Ada kerja sama. Ini mutlak harus ada dalam pelayanan.


c) Ada ketekunan. Mereka tidak putus asa sekalipun ada halangan (banyak orang menghalangi pintu masuk).


d) Ada kasih kepada orang yang dilayani. Kasih ini menyebabkan mereka mau berkorban tenaga, waktu, perasaan, dsb.


Adakah hal-hal ini dalam pelayanan saudara?


2) Penderitaan sering membawa seseorang kepada Kristus.

Kelumpuhan itu jelas merupakan suatu penderitaan. Banyak orang pada waktu menderita justru lari ke dalam dosa. Tetapi bagi orang lumpuh ini, penderitaannya justru membawanya kepada Yesus.


3) Yesus ‘melihat’ iman mereka (ay 2b).


a) Ini merupakan bukti keilahian Yesus. Ia bisa melihat iman.


b) Ada yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘mereka’ hanyalah 4 orang yang mengusung si lumpuh. Tetapi ini tidak mungkin, karena kalau si lumpuh itu sendiri tidak beriman, ia tidak mungkin mendapat pengampunan dosa (bdk. Ibr 11:6). Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘mereka’ adalah 4 orang yang mengusung dan si lumpuh sendiri.


4) ‘Percayalah ...’ (ay 2c). Ini salah terjemahan.

NIV/RSV: ‘take heart’ (= teguhkanlah hatimu).

NASB: ‘take courage’ (= beranikanlah dirimu).

KJV: ‘be of good cheer’ (= bergembiralah).

Kata Yunani yang sama dalam Mat 9:22 diterjemahkan ‘teguhkanlah hatimu’.


5) ‘Dosamu sudah diampuni’ (ay 2c).


a) Ini menunjukkan bahwa mungkin sekali orang itu lumpuh karena dosa.


b) Yang diinginkan oleh orang itu pasti adalah kesembuhan jasmani. Tetapi yang Yesus berikan adalah kebutuhan orang itu, yaitu kesembuhan jiwanya, sekalipun orang itu tidak meminta hal itu.


c) Yesus lebih mementingkan kesembuhan rohani / jiwa dari pada kesembuhan jasmani. Apakah kita / gereja kita juga seperti itu?


Ay 3: “Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: ‘Ia menghujat Allah.’”.


1) ‘Ahli Taurat’.

Bagian paralelnya dalam Luk 5:17 versi Kitab Suci Indonesia tetap menterjemahkan ‘ahli Taurat’. Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris memberikan terjemahan yang berbeda.

NIV/NASB/RSV: ‘teachers of the law’ (= guru-guru hukum Taurat).

KJV: ‘doctors of the law’ (= doktor-doktor hukum Taurat).

Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang belajar dan mengajar hukum Taurat.


2) Mereka menganggap bahwa Yesus menghujat Allah (bdk. Mark 2:7).

Mereka mempunyai pandangan yang benar, yaitu bahwa hanya Allah saja yang bisa mengampuni dosa. Lalu mereka melihat Yesus mengampuni dosa. Dari 2 hal ini sebetulnya ada 2 kesimpulan yang bisa mereka ambil:

a) Yesus adalah Allah.

b) Yesus menghujat Allah, karena sekalipun Ia adalah manusia biasa yang bukan Allah, Ia mengampuni dosa, dan itu berarti menyamakan diri dengan Allah (bdk. Yoh 10:32-33).

Dari 2 kemungkinan ini mereka secara salah memilih yang kedua!


3) Mereka berkata ‘dalam hatinya’.

Jadi, ini adalah ketidak-senangan yang tidak diungkapkan (berbeda dengan Mat 8:34 dan Mat 9:11). Sebetulnya lebih baik mengungkapkan ketidak-senangan dari pada memendamnya, karena memendam ketidak-senangan biasanya berakhir dengan penyebaran gossip pada waktu orang yang tak disenangi itu tidak ada.


Ay 4-7: “(4) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? (5) Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? (6) Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu - : ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’ (7) Dan orang itupun bangun lalu pulang. (8) Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia”.


1) Yesus mengetahui pikiran mereka (ay 4a).

Dalam 1Kor 2:11 dikatakan bahwa yang tahu pikiran seseorang hanyalah roh orang itu.

1Kor 2:11a - “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia?”.

Tetapi seseorang bisa mengetahui pikiran orang lain:

  • dengan pertolongan Tuhan. Contoh: nabi-nabi dan rasul-rasul sering bisa tahu pikiran orang lain (Misalnya: Kis 5:1-4  1Raja 14:1-6).

  • dengan pertolongan setan. Karena itu jangan terlalu heran dan lalu percaya kepada orang yang tahu pikiran saudara atau problem / penyakit saudara. Ia mungkin saja menggunakan kuasa gelap.

  • kalau orang itu adalah Tuhan sendiri.


2) Mana yang lebih mudah?

Dari sudut manusia memang gampang untuk berkata ‘dosamu sudah diampuni’. Karena apa? Karena tidak ada buktinya apakah hal itu betul-betul terjadi atau tidak. Tetapi kalau harus mengucapkan kalimat itu dan harus betul-betul terjadi, maka itu jelas mustahil. Juga mengatakan ‘bangunlah dan berjalanlah’ dan harus betul-betul terjadi, adalah sesuatu yang mustahil bagi manusia.

Tetapi bagaimana kalau ditinjau dari sudut Tuhan? Ada yang mengatakan bahwa bagi Tuhan, mengampuni dosa lebih sukar, karena untuk bisa mengampuni dosa Ia harus menjadi manusia dulu dan mati menebus dosa manusia. Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit, Ia tidak perlu melakukan semua itu. Tetapi kalau penyakit orang itu terjadi karena dosanya, maka jelas bahwa penyakit itu tidak akan sembuh sebelum dosanya diampuni.


Jadi, saya berpendapat bahwa pertanyaan Yesus dalam ay 5 ini harus dijawab sebagai berikut: ‘Bagi manusia dua hal itu sama-sama mustahil, sedangkan bagi Allah sama-sama mungkin / bisa dilakukan’.


Arti dari bagian ini: dalam ay 2 Yesus mengampuni dosa. Ini merupakan suatu claim bahwa Ia adalah Allah. Tetapi tidak ada bukti bahwa pengampunan dosa itu betul-betul terjadi. Karena itu, claimnya sebagai Allah juga tidak terbukti. Karena itu, Ia lalu membuktikan claimnya sebagai Allah itu, dengan menyembuhkan orang lumpuh itu. Ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah, dan ini membuktikan bahwa pengampunan dosa yang tadi Ia ucapkan memang betul-betul terjadi.


Ay 8: “Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia”.


Pada waktu melihat mujijat itu, orang banyak itu kagum, takut, dan memuliakan Allah. Tetapi mereka toh tetap tidak percaya kepada Yesus! Dari mana kita bisa tahu bahwa mereka masih tetap tidak percaya?


1) Sampai Yesus mati dan bangkit, hanya ada 11 murid dan sedikit orang yang betul-betul percaya kepada Yesus.


2) Ay 8b mengatakan: ‘Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.

a) Jelas bahwa mereka masih tetap menganggap Yesus sebagai manusia, bukan sebagai Allah.

b) Kata ‘manusia’ sebetulnya ada dalam bentuk jamak (Inggris: ‘men’). Yang dimaksud adalah ‘seluruh umat manusia’ (human race). Jadi, mereka menganggap Yesus hanya sebagai salah satu dari ‘human race / umat manusia’.


Dalam Mat 8:1-17 Yesus menunjukkan kuasaNya atas penyakit.

Dalam Mat 8:23-27 Yesus menunjukkan kuasaNya atas alam (badai, ombak, angin, dsb).

Dalam Mat 8:28-34 Yesus menunjukkan kuasaNya atas setan.

Dalam Mat 9:1-8 Yesus menunjukkan kuasaNya atas dosa!


Mat 9:9-13 - “(9) Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku.’ Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. (10) Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya. (11) Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: ‘Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’ (12) Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.


Bagian ini paralel dengan Mark 2:13-17 dan Luk 5:27-32.


Ay 9: “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku.’ Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia”.


1) Orang yang bernama ‘Matius’ dalam ay 9 ini sama dengan ‘Lewi’ dalam Mark 2:14 / Luk 5:27. Ialah yang nantinya menulis Injil Matius ini.

Ia adalah:

  • orang Yahudi.

  • seorang pemungut cukai (Luk 5:27).

  • orang yang kaya.

  • orang yang dibenci masyarakat karena ia bekerja sebagai penagih pajak untuk pemerintah Romawi (yang adalah penjajah dan orang kafir), dan pada waktu menagih pajak, pemungut cukai ini memeras rakyat dengan cara menaikkan pajak dan mengkorupsi kelebihannya.


2) Matius dipanggil oleh Yesus pada waktu ia ada di rumah cukai.

Ia masih ada di dalam dosa (sebetulnya pekerjaan sebagai penagih pajak bukanlah dosa, tetapi tindakan korupsinya jelas adalah dosa). Tetapi ia toh dipanggil oleh Yesus. Inilah kasih Allah kepada orang berdosa!


3) Matius ikut Yesus, padahal dalam panggilan Yesus kepadanya tidak ada janji berkat apa-apa! Ini merupakan sesuatu yang luar biasa!


4) Matius meninggalkan segala sesuatu.

Luk 5:28 - “Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia”.


a) Ini kontras sekali dengan sikap pemuda kaya dalam Mat 19:22.


b) Mengapa Matius harus meninggalkan segala sesuatu?

Pekerjaan pemungut cukai sebetulnya tidak dosa kalau dilakukan dengan benar. Ini terlihat dari:

  • Yesus tidak menyuruh Zakheus meninggalkan pekerjaannya (Luk 19:1-10).

  • Yohanes Pembaptis tidak menyuruh pemungut cukai meninggalkan pekerjaannya (Luk 3:12-13).

Tetapi untuk Matius, pekerjaan itu tidak memungkinkan ia memenuhi panggilan Tuhan, sehingga pekerjaan itu harus ditinggalkan. Di sini kita bisa mempelajari sesuatu yang penting: panggilan Tuhan harus diutamakan lebih dari segala sesuatu!


c) Waktu Matius mengikut Yesus ia mendapat sesuatu (damai, sukacita, dsb), tetapi ia juga kehilangan sesuatu (pekerjaan, harta, teman-teman, dsb). Kalau kita mau ikut Yesus kita akan mengalami hal yang sama. Harus ada kemauan untuk mengorbankan sesuatu!


Ay 10: “Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya”.


1) Pesta itu diadakan oleh Matius (Luk 5:29).

Ini mungkin merupakan pesta perpisahan dengan teman-temannya, tetapi jelas juga merupakan usaha Matius untuk memperkenalkan teman-temannya kepada Yesus. Orang yang sudah diampuni pasti mempunyai keinginan untuk membawa orang lain kepada Yesus. Adakah keinginan itu ada pada saudara?


2) Yesus ikut pesta.

Ini menunjukkan bahwa pesta bukanlah dosa. Orang kristen tidak pernah diperintah oleh Tuhan untuk menjauhi dunia sedemikian rupa sehingga menjadi seorang pertapa!


3) Yesus berkumpul / bergaul dengan orang-orang berdosa.

Ini kontras dengan sikap orang-orang Farisi yang menjauhi orang berdosa. Kita memang harus mau bergaul dengan orang berdosa / bejad, tetapi tetap ada batas-batasnya. Kalau pergaulan saudara dengan orang berdosa itu menyebabkan saudara jatuh ke dalam dosa, maka sebaiknya saudara menghindari hal itu. Misalnya: ex perokok sebaiknya tidak bergaul dengan perokok! Ex morfinist / pengguna narkoba sebaiknya jangan bergaul dengan morfinist / pengguna narkoba! Ex pezinah sebaiknya jangan bergaul dengan pezinah. Ini bukan sikap sok suci, tetapi hanya merupakan penjagaan supaya saudara tidak kembali ke dalam dosa yang lalu.


Ay 11: “Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: ‘Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’”.


1) Orang Farisi itu pasti tidak ikut pesta ini.

Mereka menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain (Luk 18:9) dan menganggap bahwa kalau mereka berkumpul atau bergaul dengan orang berdosa, maka mereka akan menjadi najis.


2) Mereka mengkritik Yesus yang berkumpul dan bergaul dengan orang berdosa. Mereka memang pintar mengecam dosa, tetapi mereka tidak berusaha mempertobatkan orang berdosa itu. Mereka seperti seorang dokter yang hanya mau mendiagnose pasiennya dari jauh, tetapi tidak mau mendekati pasiennya dan tidak mempunyai keinginan mengobati / menyembuhkan pasiennya.


Ay 12-13: “(12) Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.


1) Ay 13a merupakan kutipan dari Hos 6:6.

Hos 6:6 - “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran”.

Penekanan Hos 6:6 itu adalah: Tuhan menginginkan mereka mempunyai belas kasihan / kebaikan kepada sesama manusia. Tidak berarti bahwa persembahan itu tidak penting, tetapi persembahan yang disertai kehidupan yang jahat kepada sesama manusia, tidak akan diterima oleh Allah.

Yesus mengutip Hos 6:6 untuk menekankan perlunya kasih / kebaikan / belas kasihan kepada sesama manusia.


2) ‘pergilah dan pelajarilah’ (ay 13a) artinya adalah ‘renungkanlah’.

‘Menghindari orang berdosa’ adalah tradisi orang Farisi yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Kalau saja mereka mau merenungkan Firman Tuhan, maka tradisi seperti itu pasti tidak akan ada. Karena itu merenungkan Firman Tuhan adalah sesuatu yang penting!


Penerapan: dalam hidup saudara mungkin ada banyak tradisi yang bertentangan dengan Kitab Suci, tetapi tidak saudara sadari karena saudara tidak atau kurang merenungkan Kitab Suci. Misalnya:

  • datang terlambat dalam kebaktian. Kalau saja saudara merenungkan bahwa dalam 2Tim 2:3-4 orang kristen disebut sebagai ‘prajurit’, yang tentu harus mempunyai kedisiplinan dalam hal waktu, maka mestinya tradisi datang terlambat dalam kebaktian itu tidak akan ada dalam hidup saudara!

  • tidak / jarang bersaat-teduh / berdoa. Kalau saja saudara merenungkan Yoh 15:1-8 yang menggambarkan bahwa kita sebagai ranting anggur harus terus melekat pada pokok anggur, maka mestinya saudara akan menjadi orang kristen yang banyak berdoa / bersaat teduh secara teratur.

  • tidak melakukan pelayanan apa-apa. Mayoritas orang kristen termasuk di sini! Kalau saja mereka mau merenungkan bahwa setiap orang kristen adalah anggota tubuh Kristus (1Kor 12:27) yang pasti mempunyai fungsi / kegunaan, maka mereka mestinya akan mau melayani Tuhan.


3) Ay 12,13b:


a) Bagian ini tidak berarti bahwa manusia cuma sakit secara rohani. Kitab Suci mengatakan bahwa manusia berdosa itu mati secara rohani (Ef 2:1). Perumpamaan Yesus di sini tidak boleh diartikan sehingga keluar dari tujuannya / fokusnya!


b) Bagian ini tidak berarti bahwa di dunia ini ada orang benar. Yang dimaksud oleh Yesus dengan ‘orang benar’ adalah ‘orang berdosa yang merasa dirinya benar’.


c) Ay 13b merupakan ayat yang penting dalam memberitakan Injil, yaitu:

  • kalau kita berhadapan dengan orang yang putus asa melihat banyaknya dosa-dosanya. Menggunakan ayat ini beritahu orang itu bahwa Yesus justru mencari orang seperti Dia. Tambahkan juga Yoh 6:37 untuk menunjukkan bahwa kalau Ia mau datang kepada Yesus, ia pasti tidak akan ditolak.

  • kalau kita berhadapan dengan orang yang membanggakan kebaikannya. Beritahu dia, bahwa kalau ia merasa diri baik, Yesus justru tidak mencari dia, sehingga ia pasti akan binasa dalam neraka!


d) Dalam Luk 5:32 ada tambahan: ‘supaya mereka bertobat’.

Ini adalah sesuatu yang penting. Yesus memang mengasihi orang berdosa dan mau menerima mereka. Tetapi mereka harus bertobat dari segala dosa mereka dan berbalik kepada Tuhan!

Ini merupakan sesuatu yang harus ditekankan dalam memberitakan Injil. Jangan hanya memberitakan bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan diampuni dan masuk surga. Beritakan juga bahwa orang yang mau ikut Yesus harus mau bertobat!

MATIUS 9:14-17


Mat 9:14-17 - “(14) Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: ‘Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?’ (15) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (16) Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. (17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.’”.


Mat 9:14-17 ini mempunyai 2 bagian paralel yaitu Mark 2:18-22 dan Luk 5:33-39.


Ay 14: “Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: ‘Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?’”.


1) ‘murid-murid Yohanes’.

Bandingkan dengan ayat-ayat paralelnya di bawah ini.

Mark 2:18 - “Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: ‘Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?’”.

Luk 5:33 - Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: ‘Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-muridMu makan dan minum.’”.


Dalam Matius, yang datang kepada Yesus adalah ‘murid-murid Yohanes’.

Dalam Markus, yang datang kepada Yesus adalah ‘orang-orang’.

Dalam Lukas, yang datang kepada Yesus adalah ‘orang-orang Farisi’.


Cara mengharmoniskan bagian-bagian ini adalah dengan menafsirkan bahwa ‘orang-orang’ dalam Mark 2:18 adalah gabungan dari ‘murid-murid Yohanes’ dan ‘orang-orang Farisi’. Sekarang ada 2 kemungkinan:

a) Kedua grup itu datang kepada Yesus, tetapi Matius dan Lukas hanya menceritakan salah satu.

b) Orang-orang Farisi menghasut murid-murid Yohanes untuk melancarkan kritik kepada Yesus tentang murid-muridNya. Matius hanya menyoroti grup orang yang betul-betul datang kepada Yesus yaitu murid-murid Yohanes. Lukas menyoroti grup yang menjadi sumber terjadinya persoalan itu, yaitu orang-orang Farisi. Sedangkan Markus menyoroti keduanya.


2) Baik dalam Matius, Markus, maupun Lukas, bagian ini ditulis persis setelah cerita tentang panggilan Lewi / Matius dan pesta yang diadakan oleh Lewi / Matius. Mungkin sekali peristiwa itu memang terjadi persis sesudahnya. Jadi, melihat Yesus dan murid-muridNya makan dan minum dalam pesta itu, maka orang-orang itu lalu mengkritikNya dalam persoalan puasa.


3) Bandingkan Mat 9:14 dengan Mat 9:11.

Mat 9:11,14 - “(11) Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: ‘Mengapa GURUMU makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’ ... (14) Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: ‘Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi MURID-MURIDMU tidak?’”.

Dalam Mat 9:11, pada waktu Yesus dianggap salah, kritik dilancarkan kepada murid-muridNya. Sebaliknya, dalam Mat 9:14, pada waktu murid-murid Yesus dianggap salah, kritik dilancarkan kepada Yesus. Ini ciri khas orang yang kurang ajar. Kalau si A salah, ia ceritakan kepada si B; kalau si B salah, ia ceritakan kepada si A. Apakah saudara juga demikian? Bandingkan ini dengan Mat 18:15 yang mengatakan bahwa kita harus menegur orang yang berbuat salah itu sendiri.

Mat 18:15 - “‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali”.


4) Tentang puasa, dalam Kitab Suci sebetulnya keharusan puasa bagi seluruh bangsa Israel hanyalah 1 tahun 1 x yaitu pada hari raya Pendamaian (Im 16:29-34  Im 23:26-32  Bil 29:7-11).

Tetapi orang-orang Farisi berpuasa 2 x seminggu (Luk 18:12).


Murid-murid Yohanes berpuasa mungkin karena:

  • sedih karena penangkapan terhadap Yohanes.

  • ikut-ikutan orang Farisi.

  • ajaran / teladan Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 11:18).


Jadi, mereka berpuasa bukan karena diharuskan oleh Firman Tuhan (kalau memang itu adalah puasa yang diharuskan oleh Firman Tuhan, pasti Yesus juga menyuruh murid-muridNya berpuasa), tetapi karena keinginan mereka sendiri atau sekedar sebagai tradisi. Tetapi mereka lalu memaksa orang lain (murid-murid Yesus) untuk juga berpuasa mengikuti mereka. Ini jelas salah. Mereka tidak berhak melakukan hal itu. Hanya Kitab Suci yang boleh dijadikan standard hidup.


Penerapan: Dalam gereja ada:

a) Hal-hal yang dilakukan karena diperintahkan oleh Tuhan dalam Kitab Suci. Misalnya: Perjamuan Kudus, Baptisan, pemberitaan Firman Tuhan, Pemberitaan Injil, doa, adanya tua-tua / diaken, dan sebagainya.

Hal-hal ini mutlak, dalam arti semua orang Kristen / gereja harus melakukannya.

b) Hal-hal yang dilakukan karena tradisi / kebijaksanaan manusia.

Misalnya: adanya katekisasi sebelum baptisan, pendeta memakai toga dalam kebaktian, adanya doa Bapa Kami dan 12 Pengakuan Iman Rasuli dalam kebaktian, penggunaan organ / band dalam kebaktian, tepuk tangan dalam kebaktian, dan sebagainya.

Hal-hal seperti ini tidak mutlak, dan kita tidak boleh memaksa siapapun untuk melakukan hal-hal tersebut.


5) Yohanes Pembaptis adalah orang yang mempersiapkan jalan bagi Yesus. Jadi, ajarannya pasti sejalan dan banyak persamaannya dengan ajaran Yesus. Tetapi ada beda antara Yohanes Pembaptis dan Yesus yaitu yang bisa saudara lihat dalam Mat 11:18-19 - “(18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.’”.

Dalam hal yang penting / essential (yaitu dalam hal ajaran), Yohanes Pembaptis sama dengan Yesus. Mereka berbeda dalam hal-hal yang remeh. Tetapi orang-orang Farisi / murid-murid Yohanes justru menyoroti perbedaannya dan melupakan persamaannya.


Dalam hidup orang kristen / gereja ada:


a) Hal-hal yang remeh, seperti:

  • cara memuji Tuhan dengan / tanpa band, dengan / tanpa tepuk tangan.

  • bolehkah makan dideh / darah?

  • bolehkah orang mati dikremasi / diperabukan?


b) Hal-hal yang cukup penting, seperti:

  • predestinasi, ada atau tidak?

  • bisakah keselamatan hilang?

  • haruskah orang kristen berbahasa roh / lidah?


c) Hal-hal yang sangat penting / essential, seperti:

  • Kitab Suci adalah Firman Allah.

  • Yesus dan Roh Kudus adalah Allah sendiri.

  • Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

  • adanya surga dan neraka.

  • kita diselamatkan karena iman kepada Yesus dan bukan karena perbuatan baik / ketaatan.


Membicarakan, mengetahui / mengerti tentang perbedaan yang remeh / cukup penting adalah hal yang harus dilakukan. Tetapi jangan terus menerus menyoroti hal-hal itu sehingga melupakan persamaan dalam hal-hal yang essential / sangat penting. Kalau kita sebagai orang Reformed bertemu dengan orang Arminian dan lalu berdebat tentang predestinasi dan melupakan bahwa kita sama-sama percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat, maka kita tidak bisa bersatu / saling mengasihi dengan dia. Kita lupa bahwa dia adalah saudara seiman kita dan kita akan menganggapnya sebagai musuh kita!


6) Banyak orang beranggapan bahwa ‘mengumbar nafsu’ adalah dosa. Tetapi mereka lalu jatuh ke dalam extrim yang lain dimana mereka lalu beranggapan bahwa orang harus menjadi pertapa untuk bisa suci. Karena itu mereka lalu mengucilkan diri, berpuasa, dan sebagainya Ini bukanlah kekristenan! Dalam kekristenan, kesucian tidak didapat dengan menjadi pertapa.


Ay 15: “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa”.


1) Untuk bisa mengerti jawaban Yesus ini, kita perlu mengerti tradisi orang Yahudi pada jaman itu dalam pernikahan. Mereka berbulan madu di rumah. 1 minggu setelah pernikahan, rumah terus dibuka. Teman-teman dekat mempelai bersama-sama dengan kedua mempelai dan kedua mempelai diperlakukan sebagai raja dan ratu. Dalam keadaan seperti ini tentu tidak mungkin ada seorang sahabat yang lalu berpuasa.

Tradisi inilah yang menjadi latar belakang jawaban Yesus. Saat dimana Yesus (mempelai pria) bersama-sama dengan murid-muridNya (sahabat-sahabat mempelai pria) adalah saat bersukacita, bukan saat susah, sehingga tidak cocok untuk berpuasa.


2) Yesus berkata bahwa pada saat mempelai pria ‘diambil dari mereka’, maka mereka akan berpuasa. Sukar untuk menafsirkan dengan pasti apa maksud ayat ini.


Yesus Yesus Yesus Yesus Yesus

ada tidak ada ada tidak ada ada?




_____________________________________________________________

    M     B N P


Catatan: M = mati disalib; B = bangkit; N = naik ke surga; P = hari Pentakosta.


Saat dimana Yesus ‘diambil dari mereka / murid-muridNya’ bisa menunjuk kepada:

a) Saat Yesus mati disalib.

Mayoritas penafsir mengambil pandangan ini. Ini berarti bahwa setelah kematian Yesus barulah murid-murid berpuasa. Tetapi problem dengan pandangan ini adalah: Kitab Suci tidak pernah menceritakan bahwa murid-murid Yesus berpuasa di antara kematian dan kebangkitan Yesus!

b) Saat Yesus naik ke surga.

Problem dengan pandangan ini adalah: saat Yesus naik ke surga, bukan merupakan saat dukacita bagi murid-murid Yesus. Padahal ay 15 menunjukkan bahwa itu adalah saat dukacita.


Hal-hal lain yang menyebabkan bagian ini sukar ditafsirkan dengan pasti:

1. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus turun sehingga Yesus hadir / ada lagi bersama murid-muridNya, melalui Roh Kudus. Tetapi bagaimanapun, ini bukanlah kehadiran jasmani, tetapi kehadiran secara rohani. Apakah kita harus menganggap Yesus ada atau tidak ada bersama murid-muridNya?

2. Puasa-puasa yang dilakukan dalam Kisah Rasul semua terjadi setelah Pentakosta. Tetapi dilakukan bukan karena dukacita tetapi biasanya berhubungan dengan pelayanan (Kis 13:2-3  Kis 14:23).


Semua ini menyebabkan saya tidak bisa mengambil kesimpulan yang pasti tentang arti ayat ini.


3) Dari ay 15 ini jelas bahwa Yesus mengatakan bahwa saat yang tepat untuk berpuasa adalah pada waktu kita sedih. Jadi, tidak sepatutnya kita berpuasa sekedar sebagai tradisi, tanpa tujuan / sebab apa-apa. Jadi, mungkin kita bisa berpuasa pada saat kita merasa sedih karena ada dosa yang menyebabkan kita lalu tidak merasakan kehadiran Kristus dalam hidup kita.


Ay 16-17: “(16) Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. (17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.’”.


Ini adalah 2 perumpamaan:


1) Kain yang belum susut akan menyusut kalau kena air, sehingga akan menyebabkan baju tua itu sobek lebih besar lagi.


2) Anggur yang baru mengeluarkan gas. Kantong kulit yang baru masih mempunyai sifat lentur / elastis sehingga bisa menahan tekanan gas itu. Tetapi kantong kulit yang sudah tua, sudah kehilangan sifat lentur / elastisnya sehingga akan pecah bila diisi dengan anggur baru.


Perlu diketahui bahwa bagian ini adalah bagian yang sangat sukar, sehingga muncul bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:


a) Calvin.

Baju / kantong tua mudah pecah / sobek. Ini menggambarkan kelemahan murid-murid Yesus. Kain yang belum susut / anggur baru menggambarkan disiplin yang terlalu keras. Jadi, artinya: belum waktunya menyuruh murid-murid yang lemah itu melakukan disiplin yang begitu keras seperti puasa.


b) William Barclay.

Arti ay 16: kadang-kadang ‘menambal’ adalah suatu ketololan. Kita harus memulai dengan sesuatu yang baru.

Arti ay 17: pikiran kita harus lentur / elastis, dalam arti kita harus mau menerima ide-ide baru.


Keberatan saya: kelihatannya ay 16-17 merupakan 2 perumpamaan yang menunjuk pada 1 arti yang sama. Yesus sering memberikan beberapa perumpamaan berturut-turut untuk menekankan suatu kebenaran tertentu. 

Contoh: Luk 15 memberikan 3 cerita berturut-turut yang mempunyai penekanan / arti / fokus yang sama.


c) William Hendriksen.

Kain yang belum susut / anggur baru menunjuk pada keselamatan / kekayaan rohani dalam Kristus. Ini cocok dengan baju baru / kantong baru menunjuk pada rasa syukur dan sukacita. Inilah sikap yang tepat untuk menerima berkat-berkat rohani di dalam Kristus.


d) Anggur baru / kain yang belum susut menunjuk pada ajaran keselamatan karena iman.

Baju / kantong tua menunjuk pada ajaran keselamatan karena perbuatan baik.

2 ajaran ini tak cocok untuk digabungkan.


e) Kain yang belum susut / anggur baru menunjuk pada kekristenan.

Baju / kantong tua menunjuk pada Yudaisme / agama Yahudi.

Dua ajaran ini tidak bisa digabungkan. Yesus anti pada syncretisme (= penggabungan 2 agama atau lebih).


f) Kekristenan bukanlah Yudaisme yang ditambal-tambal. Harus dibuang sama sekali dan mulai dengan suatu yang baru.


Saya paling condong pada arti no e).


Luk 5:39 - “Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.’”.


Ayat ini tidak ada dalam Matius dan Markus. Ayat ini juga ditafsirkan bermacam-macam:


1) Anggur tua menunjuk pada ajaran Yesus (lebih enak).

Jadi, maksud Yesus dengan Luk 5:39 ini ialah: murid-muridKu sudah mengecap ajaranKu yang lebih enak sehingga mereka pasti tidak akan mau kembali pada ajaran orang Farisi / Yudaisme (anggur baru).


Keberatan saya:

  • ajaran orang Farisi ada lebih dulu dari ajaran Yesus, sehingga aneh kalau digambarkan dengan anggur baru.

  • dalam Mat 9:17 anggur baru menunjuk pada kekristenan / ajaran Yesus.


2) Anggur tua menunjuk pada ajaran Yesus, karena anggur tua tidak mempunyai kemegahan seperti anggur baru. Tetapi toh anggur tua lebih enak / lebih baik dari anggur baru (ajaran orang Farisi).


Keberatan saya: dalam Mat 9:17 anggur baru menunjuk pada ajaran Yesus.


3) Anggur tua menunjuk pada ajaran orang Farisi; anggur baru menunjuk pada ajaran Yesus.

Ayat ini menyerang kekolotan orang Farisi yang tidak mau berubah / tak mau menerima ajaran baru.


Keberatan terhadap penafsiran ini: mengapa anggur tua yang lebih enak ditujukan pada ajaran orang Farisi? Bukankah ajaran Yesus yang lebih enak?


Jawabnya: ini adalah suatu perumpamaan. Tujuannya hanya menyerang kekolotan orang Farisi tanpa mempersoalkan ajaran siapa yang lebih enak. Bandingkan dengan Luk 18:1-8 dimana Allah ‘digambarkan’ sebagai hakim yang lalim.


Saya menerima penafsiran no 3 ini.


Penerapan: Jangan bersikap kolot. Jangan terus berpegang pada apa yang ada dalam otak saudara. Saudara harus mau:

  • mengubah pikiran saudara dengan yang baru.

  • menambah pikiran saudara dengan yang baru.

Tetapi tentu saja ada syaratnya, yaitu ajaran yang baru itu harus sesuai dengan Kitab Suci / berdasarkan Kitab Suci! Jadi kalau saudara menerima ajaran seperti Toronto Blessing, yang tidak ada dasar Kitab Sucinya, maka itu bukan berpikiran terbuka, tetapi justru tolol!

MATIUS 9:18-26


Mat 9:18-26 - “(18) Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’ (19) Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-muridNya. (20) Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya. (21) Karena katanya dalam hatinya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’ (22)  Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: ‘Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.’ Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. (23) Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, (24) berkatalah Ia: ‘Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.’ Tetapi mereka menertawakan Dia. (25) Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. (26) Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu”.


Ay 18-19: “(18) Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’ (19) Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-muridNya”.


1) ‘Baru saja meninggal’ (ay 18).

Ay 18: “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’”.

Mark 5:23 - “dan memohon dengan sangat kepadaNya: ‘Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.’”.

Luk 8:42 - “karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak”.

Ay 18 yang mengatakan ‘baru saja meninggal’ ini kelihatannya bertentangan / kontradiksi dengan Mark 5:23: ‘sedang sakit, hampir mati’, dan Luk 8:42: ‘hampir mati’.


Cara mengharmoniskan:

a) Matius menceritakan secara singkat tanpa mempedulikan detail-detailnya, sedangkan Markus dan Lukas menceritakan detail-detailnya.

b) Kata-kata Yairus yang sebenarnya adalah: ‘Anakku sakit begitu berat sehingga pasti saat ini ia sudah mati’. Matius lalu mengambil sebagian dari kata-kata ini dan Markus / Lukas mengambil bagian yang lain.

Ini adalah satu penafsiran yang mungkin sekali. Memang dalam Mark 5:23 dikatakan: ‘Supaya ia selamat dan tetap hidup’. Ayat ini seolah-olah menentang penafsiran ini. Tetapi kata ‘tetap’ dalam ayat itu sebetulnya tidak ada sehingga penafsiran ini tetap mempunyai kemungkinan untuk benar.

c) Anak itu masih hidup waktu Yairus meninggalkan rumah, tetapi sudah mati waktu Yairus berbicara dengan Yesus. Matius memasukkan fakta itu ke dalam perkataan Yairus, sedangkan Markus / Lukas menceritakan kata-kata Yairus sesuai dengan anggapan Yairus (Yairus tidak tahu anaknya sudah mati). Ini juga merupakan penafsiran yang mungkin sekali benar.

Sekalipun memang tidak bisa dipastikan mana penafsiran yang benar, tetapi yang jelas ayat-ayat ini tidak harus bertentangan.


2) Iman Yairus lebih kecil dari iman perwira dalam Mat 8:5-13 karena Yairus merasa perlu Yesus datang ke rumahnya sedangkan perwira itu menganggap Yesus bisa menyembuhkan tanpa datang. Juga Mark 5:36 (“Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: ‘Jangan takut, percaya saja!’”) menunjukkan secara tak langsung iman Yairus hancur waktu diberitahu bahwa anaknya mati.


Tetapi dengan iman yang semacam itu ia toh berdoa dan doanya dikabulkan! Memang bagus sekali kalau kita bisa berdoa dengan iman yang hebat, tetapi kalau tidak bisa, janganlah lalu takut berdoa; tetapi sebaliknya, tetaplah berdoa!


Catatan: ‘Iman’ di sini bukanlah ‘saving faith’ (= iman yang menyelamatkan)! Iman di sini hanya suatu kepercayaan bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Iman seperti ini tidak menyelamatkan kita!


Ay 20-22: “(20) Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya. (21) Karena katanya dalam hatinya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’ (22)  Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: ‘Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.’ Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu”.


1) Penderitaan perempuan ini:


a) Pendarahan.

Ini sudah merupakan penderitaan, tetapi dengan adanya Im 15:19-27 (ini merupakan ceremonial law / hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan, yang sudah tidak berlaku lagi jaman ini) maka penderitaan perempuan ini semakin hebat, karena ia tidak bisa berbakti atau bersekutu dengan orang lain!


Im 15:19-27 - “(19) Apabila seorang perempuan mengeluarkan lelehan, dan lelehannya itu adalah darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis sampai matahari terbenam. (20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. (21) Setiap orang yang kena kepada tempat tidur perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (22) Setiap orang yang kena kepada sesuatu barang yang diduduki perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh diri dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (23) Juga pada waktu ia kena kepada sesuatu yang ada di tempat tidur atau di atas barang yang diduduki perempuan itu, ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga. (25) Apabila seorang perempuan berhari-hari lamanya mengeluarkan lelehan, yakni lelehan darah yang bukan pada waktu cemar kainnya, atau apabila ia mengeluarkan lelehan lebih lama dari waktu cemar kainnya, maka selama lelehannya yang najis itu perempuan itu adalah seperti pada hari-hari cemar kainnya, yakni ia najis. (26) Setiap tempat tidur yang ditidurinya, selama ia mengeluarkan lelehan, haruslah baginya seperti tempat tidur pada waktu cemar kainnya dan setiap barang yang didudukinya menjadi najis sama seperti kenajisan cemar kainnya. (27) Setiap orang yang kena kepada barang-barang itu menjadi najis, dan ia harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam”.


b) Lama sekali, yaitu 12 tahun!


c) Kehabisan uang.

Mark 5:26 - Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk”.

Ia sudah mencari semua tabib sehingga menghabiskan semua uangnya untuk itu. Ini menambah penderitaannya lagi.


2) Iman perempuan ini.


a) Imannya berbau takhyul.

Ay 21: “Karena katanya dalam hatinya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’”.


b) Imannya lemah.

Ini terlihat dari kata-kata ‘teguhkanlah hatimu’ dalam ay 22.

Tetapi kata-kata “imanmu telah menyelamatkan (seharusnya: ‘menyembuhkan’) engkau” menunjukkan bahwa imannya ada.


c) Ia mengira Yesus tidak akan tahu kalau jubahnya dipegang. Ini menunjukkan imannya jelek!


Tetapi ia toh disembuhkan! Tuhan tidak menuntut iman yang sempurna sebelum mengabulkan permohonan kita!


3) Perempuan ini menginterupsi tanpa permisi.

Yesus sedang ada urusan penting dengan Yairus, tetapi perempuan ini memotong di tengah jalan! Ini adalah sesuatu yang salah tetapi banyak dilakukan.

Contoh:

  • memotong pembicaraan 2 orang.

  • mengajak bicara orang yang sedang sibuk bekerja / belajar / nonton TV.

Sekalipun ini kelihatan sepele, tetapi ini bisa membuat orang jengkel sehingga bisa merusak persekutuan / hubungan! Karena itu hal-hal seperti ini harus diwaspadai.


4) Mark 5:29: ‘seketika itu’.

Kesembuhan ilahi harus terjadi secara langsung, bukan melalui proses! Bagian ini memang bersifat descriptive (= bersifat menggambarkan), tetapi semua kesembuhan ilahi dalam Kitab Suci terjadi secara langsung, sehingga ini harus dijadikan rumus / hukum!


5) Yesus tahu tindakan perempuan itu dan Yesus bertanya.

Mark 5:30-33 - “(30) Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diriNya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: ‘Siapa yang menjamah jubahKu?’ (31) Murid-muridNya menjawab: ‘Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekatMu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?’ (32) Lalu Ia memandang sekelilingNya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. (33) Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepadaNya”.


a) Yesus bertanya dalam Mark 5:30, bukan karena Ia tak tahu, tetapi karena Ia ingin perempuan itu sharing (bdk. Luk 8:47). Beranikah saudara mensharingkan berkat Tuhan?


b) Perempuan itu menjadi takut, mungkin karena ia menganggap ia telah menajiskan Yesus (bdk. Im 15:19-27).


c) Murid-murid Yesus tolol tetapi sok pintar (Mark 5:31)! Dalam gereja banyak orang-orang seperti ini. Apakah saudara sering seperti itu?


6) Perempuan itu sembuh karena memegang jubah Yesus.

Dalam Kis 19:11-12 ada orang-orang yang disembuhkan dengan sapu tangan / kain Paulus. Ini adalah bagian yang bersifat descriptive / bersifat menggambarkan apa yang terjadi, dan ini bukanlah suatu norma / rumus / hukum, sehingga tak perlu / tak boleh ditiru / dijadikan rumus / hukum.


7) Ay 22: ‘imanmu telah menyelamatkan engkau’.

a) Kata ‘menyelamatkan’ seharusnya adalah ‘menyembuhkan’.

b) Ayat ini tidak berlaku umum! Dalam Kitab Suci ada bagian yang tidak berlaku umum seperti Mat 10:5-10  Mat 14:29  Hos 1:2  Mat 1:20-21  Luk 1:31.

Bagaimana kita tahu apakah suatu bagian yang berlaku umum atau tidak! Kita harus membandingkan dengan seluruh Kitab Suci! Dalam Kitab Suci tidak semua orang beriman disembuhkan dari penyakit (2Kor 12:7-10  1Tim 5:23  2Tim 4:20). Jadi, jelas Mat 9:22 tidak berlaku umum!


8) Yesus mengucapkan ay 22 supaya orang-orang itu tidak terus menganggap najis perempuan itu.


9) Mark 5:24 menunjukkan bahwa pada saat itu ada banyak orang. Tetapi Yesus toh memperhatikan satu pribadi (perempuan itu)! Bandingkan juga dengan Luk 18:35-43  Luk 19:1-5.

Jangan menganggap Tuhan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan problem saudara! Ia memperhatikan saudara secara pribadi!


Ay 23-26: “(23) Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, (24) berkatalah Ia: ‘Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.’ Tetapi mereka menertawakan Dia. (25) Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. (26) Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu”.


1) Anak itu (anak Yairus) sudah mati.

Bahwa anak itu sudah mati jelas terlihat dari ay 23 yang menunjukan ada peratap profesional. Juga hal itu dinyatakan dengan jelas dikatakan dalam Mark 5:35 - “Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ‘Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?’”.


2) Sudut peninjauan.

Dari sudut Yairus, mungkin sekali ia lalu menyalahkan perempuan dalam ay 20-22 itu. Andaikata tidak ada interupsi itu maka mungkin Yesus bisa tiba pada waktunya dan menyembuhkan anaknya.

Kalau Yairus memandang secara itu, maka ia mungkin akan menjadi jengkel, marah, dsb. Tetapi kalau Yairus mau memandang dari sudut Allah, bahwa Allahlah yang menentukan / merencanakan segala sesuatu dan Allah jugalah yang melaksanakan segala rencana itu, maka ia tidak akan jengkel, marah, kecewa, dsb.

Contoh: Ayub 1:21 menunjukkan Ayub tidak marah kepada orang Syeba dan Kasdim yang merampok miliknya. Ia melihat semua itu dari sudut Allah. Kej 45:4-8 dan Kej 50:15-21 juga menunjukkan bahwa Yusuf juga melakukan hal yang serupa.


Disamping itu ay 20-22 seharusnya bisa menguatkan iman Yairus. Setelah ia melihat bahwa hanya dengan memegang jubah Yesus perempuan itu bisa sembuh, Yairus seharusnya lebih percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan / membangkitkan anaknya. Dari sini kita bisa belajar bahwa sudut peninjauan dari suatu hal merupakan sesuatu yang penting! Karena itu, belajarlah untuk meninjau dari sudut yang benar! 


3) Ay 24 merupakan jawaban / kata-kata Yesus.


a) William Barclay mengatakan bahwa mungkin sekali Yesus memang memaksudkan bahwa anak itu belum mati. Barclay menambahkan bahwa di sini Yesus memberikan diagnose ilahi, bukan kesembuhan ilahi. Ini jelas merupakan pandangan yang salah! Luk 8:55 mengatakan ‘roh anak itu kembali’!


b) ‘tidur’.

Untuk ini lihat Yoh 11:11 dimana Lazarus juga dikatakan ‘tidur’. Tetapi dari Yoh 11:13,14,17 jelas bahwa Lazarus betul-betul mati! Lalu mengapa Yesus menggunakan kata ‘tidur’ untuk orang yang sudah mati? Karena Ia mau menunjukkan bahwa orang itu akan bangun / hidup kembali.


c) Yesus mengatakan kata-kata ini pada waktu Yairus sedang kecewa / putus asa. Adalah penting untuk mau mendengar Firman Tuhan waktu kita sedang susah, kecewa, putus asa, dan sebagainya!


d) Orang-orang mentertawakan Yesus! (bdk. Kej 18:10-15).

Mengapa mereka mentertawakan Yesus? ada 2 kemungkinan:

  • mereka mengartikan kata-kata Yesus secara hurufiah.

  • mereka tahu arti kata-kata Yesus, tetapi mereka tak percaya.


4) Ay 25: anak itu bangkit (bdk. Luk 8:55).

Luk 8:55 - anak itu diberi makan (bdk. Luk 24:41-43).

Mark 5:42 - anak itu bangkit dan berjalan.

Semua ini untuk menunjukkan bahwa anak itu betul-betul hidup kembali.

Perhatikan bahwa ini adalah bagian yang bersifat descriptive (bersifat menggambarkan)! Karena itu, ini bukan rumus! 


Anak itu bangkit dengan tubuh lama, dan pada suatu hari pasti akan mati lagi. Pada waktu Yesus bangkit, Ia memang bangkit dengan tubuh lamaNya (karena itu kuburNya menjadi kosong), tetapi tubuh lama itu lalu diubahkan menjadi tubuh kebangkitan dan karena itu Ia tidak mati lagi. Karena itu Yesus tetap disebut sebagai yang pertama / sulung dari orang-orang yang bangkit dari antara orang mati (1Kor 15:20-23  Kol 1:18  Wah 1:5).


5) Ay 26 kabar tersiar.

Dalam Mark 5:43 dan Luk 8:56 dikatakan bahwa Yesus melarang mereka untuk menceritakan hal itu. Larangan ini aneh! Pada saat itu banyak orang tahu kalau anak itu mati. Setelah anak itu bangkit, sekalipun Yairus tidak bercerita orang-orang toh akan tahu juga. Lalu, mengapa Yesus melarang untuk cerita tentang hal itu? Saya tidak mengerti mengapa Yesus melarang, Yairus pasti juga tidak mengerti! Tetapi tugas Yairus adalah taat pada perintah itu. Pokoknya ia mengerti perintahnya apa, itu sudah cukup! Tidak perlu mengerti mengapa perintah itu diberikan oleh Yesus.


Lihatlah Abraham dalam Kej 12:1-3 (bdk. Ibr 11:8) dan juga dalam Kej 22. Abraham tidak bertanya mengapa ia harus pergi dari kampung halamannya? Bukankah Allah bisa menjadikannya bangsa yang besar di sana? Ia juga tidak bertanya: ‘Mengapa aku harus mengorbankan Ishak?’. Abraham mengerti apa yang diperintahkan, sekalipun ia tidak mengerti mengapa perintah itu diberikan. Tugas Abraham bukan untuk mengerti alasan pemberian perintah itu, tetapi untuk taat pada perintah itu!

Ini juga merupakan tugas saudara. Taatlah sekalipun tidak mengerti alasan pemberian perintah itu!

MATIUS 9:27-38


Mat 9:27-34 - “(27) Ketika Yesus meneruskan perjalananNya dari sana, dua orang buta mengikutiNya sambil berseru-seru dan berkata: ‘Kasihanilah kami, hai Anak Daud.’ (28) Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepadaNya dan Yesus berkata kepada mereka: ‘Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?’ Mereka menjawab: ‘Ya Tuhan, kami percaya.’ (29) Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: ‘Jadilah kepadamu menurut imanmu.’ (30) Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kataNya: ‘Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini.’ (31) Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu. (32) Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. (33) Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: ‘Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.’ (34) Tetapi orang Farisi berkata: ‘Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.’”.


1) Sebutan ‘Anak Daud’ (ay 27) berarti mereka menganggap / mengakui Yesus sebagai Mesias. Bandingkan dengan:

  • Mat 1:1 - “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham”.

  • Luk 1:32 - “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya.

  • Mat 21:9,14-16 - “(9) Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikutiNya dari belakang berseru, katanya: ‘Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!’ ... (14) Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepadaNya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkanNya. (15) Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuatNya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: ‘Hosana bagi Anak Daud!’ hati mereka sangat jengkel, (16) lalu mereka berkata kepadaNya: ‘Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?’”.

  • Mat 22:41-45 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’”.


2) Mula-mula doa / permintaan 2 orang itu ‘tak digubris’ oleh Yesus.

Hal seperti ini sering terjadi (bdk. Mat 15:22-23  Yoh 11:3-6). Mungkin Yesus ingin menguji iman / ketekunan mereka. Karena itu kalau saudara mengalami hal seperti itu, dimana doa saudara seakan-akan tidak dipedulikan oleh Tuhan, jangan putus asa dalam berdoa! Doa dari 2 orang buta itu akhirnya dikabulkan!


3) Dalam ay 28-29 Yesus menanyakan iman mereka dan lalu berkata: ‘Jadilah kepadamu menurut imanmu’ (ay 29b). Hal seperti ini sering terjadi, dan bahkan dalam Mat 13:58, karena tidak ada iman, Yesus tidak melakukan banyak mujijat!

Tetapi bagaimanapun hal ini tidak selalu berlaku! Perhatikan dua hal ini:


a) Yesus tidak selalu menanyakan iman; dalam Mat 9:32-33 Ia tidak menanyakan iman mereka.

Mat 9:32-33 - “(32) Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. (33) Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: ‘Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.’”.


b) Yesus sering menyembuhkan orang yang tidak beriman.

Misalnya: orang yang kerasukan setan dalam Mat 8:28 tetap disembuhkan padahal ia tidak beriman.


Sekarang banyak orang kristen atau hamba Tuhan, yang kalau mendoakan orang sakit dan tidak berhasil, lalu menyalahkan si sakit dan menuduhnya ‘tidak beriman’ atau ‘belum bertobat dari dosa-dosa tertentu’. Ini adalah sesuatu yang tidak Alkitabiah! Bahkan dalam Mat 17:14-20, pada waktu murid-murid tidak bisa menyembuhkan orang yang kerasukan setan, Yesus menegur / menyalahkan murid-muridNya, bukan orang yang kerasukan itu!


Mat 17:14-20 - “(14) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, (15) katanya: ‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. (16) Aku sudah membawanya kepada murid-muridMu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.’ (17) Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’ (18) Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. (19) Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: ‘Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?’ (20) Ia berkata kepada mereka: ‘Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu”.


Tetapi awas, ini juga bukan sesuatu yang berlaku umum! Kalau tidak sembuh, tidak mesti itu adalah kesalahan dari orang yang mendoakan! Semua tergantung pada kehendak Tuhan.


4) Dua orang buta itu begitu dapat berkat, langsung tidak taat (ay 30-31).

Penerapan: orang yang mula-mula aktif dalam gereja, setelah mendapat berkat (pekerjaan, mobil, pacar), lalu mulai meninggalkan Tuhan.

Motivasi 2 orang buta itu mungkin baik, tetapi motivasi yang baik tidak bisa mengubah tindakan yang salah menjadi benar!


5) Orang ini bisu karena kerasukan setan (ay 32  bdk. Mat 12:22  Mat 17:14-18). 

Sekalipun hal seperti itu sering terjadi, itu tidak berarti bahwa semua penyakit disebabkan karena kerasukan setan. Dasarnya:


a) Kitab Suci membedakan antara ‘orang sakit’ dan ‘orang kerasukan setan’ (Mat 4:24  Mat 8:16  Mat 10:8).


b) Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menengking setan kalau mau menyembuhkan orang sakit (bdk. Mat 9:28-30  Kis 3:6-7  Kis 9:33-35).


Banyak orang protestan yang tak percaya adanya orang yang kerasukan setan. Ini tolol dan tak Alkitabiah! Tetapi banyak orang Kharismatik / Pentakosta yang jatuh kepada extrim yang lain, dimana mereka menganggap orang sakit pasti kerasukan setan, sehingga mereka selalu menengking setan kalau mereka menghadapi orang sakit. Ini juga salah!


6) Penyembuhan orang buta / bisu adalah tanda Mesias.

Bdk. Yes 35:5-6 - “(5) Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. (6) Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”.

Ayat ini jelas berbicara tentang kedatangan Mesias (bdk. Yes 35:4). Dan dikatakan bahwa pada saat itu orang lumpuh dan bisu akan sembuh.


Bdk. Mat 12:22-23 - “(22) Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’”.

Pada saat Yesus menyembuhkan orang buta dan bisu, maka orang-orang yang melihatnya ingat akan nubuat Yesaya itu, dan lalu menduga bahwa Yesus adalah Anak Daud / Mesias.


Mat 11:2-6 - “(2) Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, (3) lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepadaNya: ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’ (4) Yesus menjawab mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: (5) orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (6) Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.

Untuk menjawab keragu-raguan Yohanes Pembaptis tentang Ke-Mesias-an Yesus, Yesus hanya menceritakan apa yang Ia lakukan, yaitu menyembuhkan orang buta, lumpuh dan sebagainya.


7) Terhadap tindakan Yesus itu ada:


a) Pujian (ay 33b).


b) Kutukan / hujatan (ay 34).


1. Orang memang bisa mengusir setan dengan kuasa setan, misalnya dukun. Tetapi tuduhan itu tak cocok bagi Yesus yang selalu hidup suci.


2. Orang-orang Farisi ini tidak buta secara jasmani seperti 2 orang dalam ay 27, tetapi mereka buta rohani.


3. Orang-orang Farisi itu tidak dirasuk oleh setan seperti orang dalam ay 32, tetapi mereka dikuasai oleh setan.


Kalau kita ikut Yesus, maka dalam segala tindakan ketaatan yang kita lakukan, 2 tanggapan seperti itu bisa kita alami! Jangan sombong waktu dipuji dan jangan berhenti mentaati Tuhan waktu dikutuk!


Mat 9:35-38 - “(35) Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. (36) Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. (37) Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’”.


1) Ay 35: “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”.


a) Yesus berkeliling ke semua kota dan desa untuk memberitakan Injil.

Ini sesuai dengan perintahNya dalam Mat 28:19 - ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’.

Apakah saudara pergi mencari orang yang akan saudara injili, atau saudara hanya menunggu orang kafir datang kepada saudara baru saudara injili?

Belajar Firman Tuhan adalah sesuatu yang baik, tetapi kalau saudara terus belajar Firman Tuhan (ikut Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Seminar, Retreat, dsb) sehingga saudara tidak mempunyai waktu untuk pergi memberitakan Injil, maka saudara telah menjadi orang kristen yang tidak seimbang!


b) Yesus melayani dalam rumah-rumah ibadat.

Baik Yesus maupun rasul-rasul menekankan sekali pelayanan dalam Bait Allah ataupun dalam rumah-rumah ibadat (synagogue). Dalam melakukan pelayanan, orang Kristen harus berpusatkan pada gereja!


c) Yesus memberitakan Injil dan berbuat baik (menyembuhkan orang sakit). Dua hal ini kedua-duanya penting.


1. Berbuat baik tanpa memberitakan Injil tidak menyelamatkan orang.

Ingat bahwa seseorang baru bisa selamat kalau ia percaya kepada Yesus, dan ia tidak mungkin percaya kalau ia tidak lebih dulu mendengar Injil (Ro 10:13-14). Karena itu, sesuci apapun saudara hidup, kalau saudara tidak memberitakan Injil, saudara tidak bisa menyelamatkan orang! Berbuat baik merupakan sesuatu yang mendukung pemberitaan Injil, tetapi tidak bisa menggantikannya! Dan disamping itu, kalau saudara hanya berbuat baik tetapi tidak memberitakan Injil, jelas bahwa saudara tidak menuruti teladan Yesus! Ini perlu dicamkan oleh orang-orang Liberal yang mengesampingkan pemberitaan Injil, dan hanya menekankan perlunya berbuat baik!


2. Memberitakan Injil tanpa berbuat baik bisa menjadi batu sandungan.


2) Ay 36: “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”.


a) Ini menunjukkan kondisi rohani jaman itu, yaitu:


1. ‘lelah’.

KJV: ‘fainted’ (= lemah, pingsan). Ini karena perbedaan manuscript.

RSV/NIV: ‘were harassed’ (= kuatir, tersiksa, bingung).

NASB: ‘were distressed’ (= menderita, susah).


2. ‘terlantar’.

KJV: ‘were scattered abroad’ (= tersebar).

RSV/NIV: ‘helpless’ (= tak berdaya).

NASB: ‘downcast’ (= sedih / putus asa).

Kata Yunaninya menunjuk kepada orang yang mabuk / terluka yang dibiarkan begitu saja tergeletak di tanah. Jadi, orang itu membutuhkan pertolongan, tetapi tidak ditolong.


3. ‘Seperti domba tak bergembala’ (bdk. Yeh 34).

Saat itu ada tokoh-tokoh agama (ahli Taurat, imam-imam, dsb) tetapi toh Yesus berkata bahwa mereka seperti domba yang tidak bergembala. Ini seperti keadaan jaman ini. Banyak pendeta yang tidak menggembalakan jemaatnya, misalnya dengan cara:

  • Mengajar Firman Tuhan asal-asalan, sehingga jemaatnya tidak mengerti Firman Tuhan sekalipun sudah bertahun-tahun pergi ke gereja itu dengan rajin.

  • Tidak menjaga / memperingatkan jemaatnya dari ajaran sesat.


b) Yesus berbelas kasihan melihat kondisi rohani mereka.

Kita sering hanya berbelas kasihan melihat kondisi jasmani dari orang-orang di sekitar kita. Marilah kita lebih memperhatikan kondisi rohani mereka! Misalnya kalau ada daerah terkena bencana alam, seperti gempa bumi, banjir dsb, maka banyak orang Kristen yang menolong mereka secara jasmani, tetapi mengabaikan kondisi rohani mereka yang menyedihkan, dan tidak memberitakan Injil kepada mereka!


3) Ay 37-38: “(37) Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’”.


Baca Juga: Eksposisi Injil Matius Pasal 10-11


Ada banyak pelayanan / pekerjaan, tetapi hanya sedikit pekerja / pelayan. Cara mengatasinya? Mereka disuruh untuk berdoa dan meminta supaya Tuhan memberi pekerja / pelayan. Yesus sendiri berdoa semalam-malaman sebelum Ia memilih / memanggil 12 orang untuk menjadi murid-muridNya (Luk 6:12-16).


Jadi, kalau kita kekurangan pekerja, hal pertama yang kita lakukan seharusnya bukanlah langsung mencari orang dan mendorong mereka untuk melayani. Yang pertama-tama harus dilakukan adalah berdoa supaya Tuhan mengirim lebih banyak pekerja (pendeta, penginjil, guru Sekolah Minggu, guru agama, dosen theologia, pengurus / majelis, penginjil pribadi, dan sebagainya). Maukah saudara berdoa untuk hal itu?.


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 6-9


Next Post Previous Post