EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 17-20

Pdt.Budi Asali,M.Div.
EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 17-20
MATIUS 17:1-13

Mat 17:1-13 - “(1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. (2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang. (3) Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. (4) Kata Petrus kepada Yesus: ‘Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.’ (5) Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’ (6) Mendengar itu tersungkurlah murid-muridNya dan mereka sangat ketakutan. (7) Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ‘Berdirilah, jangan takut!’ (8) Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. (9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’ (10) Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ (11) Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ (13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”.


Matius 17:1: “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja”.


1) Enam hari kemudian’.

Mari kita membandingkannya dengan ayat-ayat paralelnya dalam Injil Markus dan Lukas.

Markus 9:2 - Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka”.


Lukas 9:28 - Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa”.

Jadi, Markus 9:2 menggunakan kata-kata yang sama, tetapi Luk 9:28 mengatakan ‘kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu’.


Cara mengharmoniskan bagian-bagian yang kelihatannya bertentangan / kontradiksi ini:


a) Luk 9:28 mengatakan kira-kira delapan hari ...’.

NIV: ‘About eight days ...’ (= Kira-kira 8 hari ...).

Kita menekankan kata-kata ‘kira-kira’ ini.


b) Matius dan Markus hanya menghitung hari-hari yang ada di antara Mat 16:21-28 dan Mat 17:1, sedangkan Lukas juga menghitung hari-hari dimana Mat 16:21-28 dan Mat 17:1 terjadi


2) Yesus hanya membawa 3 orang murid, yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus. Mengapa?


a) Karena 3 orang murid ini adalah murid-murid yang paling dekat dengan Dia. Bandingkan dengan Mark 5:37 dan Mat 26:37 dimana juga hanya ketiga murid ini yang diijinkan untuk mengikuti Dia.


Markus 5:37 - “Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.

Matius 26:37 - “Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar”.


b) Kitab Suci berulang-ulang menekankan perlunya 2-3 orang saksi supaya suatu perkara dianggap sah.

Ul 17:6 - “Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati”.

Ul 19:15 - “ ‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan”.

Matius 18:16 - “Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan”.

2Kor 13:1 - “Ini adalah untuk ketiga kalinya aku datang kepada kamu: Baru dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara sah”.

1Tim 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi”.

Ibr 10:28 - “Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi”.


Yesus tidak mau membawa semua murid-muridNya, mungkin karena perahasiaan yang Ia inginkan (bdk. ay 9) akan sukar terlaksana. Jadi, supaya rahasia terjaga, Ia harus membawa sesedikit mungkin murid. Tetapi karena Kitab Suci menekankan 2-3 saksi, maka Ia tidak bisa membawa kurang dari itu.


3) ‘gunung yang tinggi’.

Banyak penafsir yang berusaha untuk mengetahui gunung apa yang dimaksud di sini. Tetapi ini merupakan usaha yang sia-sia dan bodoh. Kita tidak perlu / boleh berusaha untuk mengetahui tentang:

a) Hal-hal yang memang Allah sembunyikan dari kita.

b) Hal-hal yang tidak berguna; apa gunanya mengetahui gunung itu gunung apa?

Dalam belajar Kitab Suci kita harus berani / mau belajar tentang hal-hal yang rumit, tetapi jangan belajar tentang hal-hal rumit yang tidak berguna.


Matius 17: 2: “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang”.


1) ‘Berubah rupa’.

Kata bahasa Yunaninya: METEMORPHOTE. Mungkin saudara pernah mendengar kata yang mirip, yaitu METAMORFOSE (= perubahan bentuk pada binatang-binatang tertentu, seperti ulat berubah menjadi kupu-kupu). Tetapi perubahan yang Yesus alami, bukanlah perubahan bentuk seperti itu. Perubahan yang dimaksudkan di sini hanyalah yang digambarkan oleh ay 2, yaitu Yesus dan pakaianNya menjadi bersinar penuh kemuliaan.


2) Ini menunjukkan keilahian Yesus.

Ini membuktikan bahwa selama masa perendahan diri, Yesus tetap adalah Allah. Jelas bahwa teori Kenosis, yang didasarkan pada penafsiran salah tentang Fil 2:5-7, yang mengatakan bahwa pada masa perendahan diri Yesus mengesampingkan sifat-sifat ilahiNya, tidak bisa dipertahankan.

Doktrin yang benar tentang masa perendahan dari Yesus adalah bahwa Yesus / Logos tidak berubah dalam hakekat, sifat-sifat, maupun kegiatanNya!


3) Dengan menunjukkan keilahianNya, terlihat dengan jelas bahwa pada saat Ia menderita dan mati, Ia melakukan semua itu bukan karena terpaksa, tetapi karena Ia memang rela.


Matius 17: 3: “Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia”.


1) Musa dan Elia.


a) Merupakan sesuatu yang diperdebatkan apakah mereka berdua betul-betul muncul di gunung ini, atau itu hanya merupakan suatu penglihatan.


1. Ada yang beranggapan bahwa ini hanya merupakan suatu penglihatan.

Orang-orang yang mengatakan bahwa itu hanya merupakan penglihatan menggunakan Mat 17:9 sebagai dasar, karena di sana dikatakan: “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’”.

Catatan: kata ‘penglihatan’ di sini, diterjemahkan oleh KJV/RSV/NASB sebagai ‘vision’.

Tasker mengatakan bahwa terjemahan ‘the vision’ bukanlah terjemahan yang baik. Ia menganggap bahwa ‘what you have seen’ (= apa yang telah kaulihat) sebagai terjemahan yang lebih baik. Tetapi perlu diketahui bahwa kata Yunani yang dipakai di sini, yaitu HORAMA, muncul 13 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Mat 17:9  Kis 7:31  Kis 9:10,12  Kis 10:3,17,19  Kis 11:5  Kis 12:9  Kis 16:9,10  Kis 18:9 dan Wah 9:17 dan selalu diterjemahkan ‘vision’ (= penglihatan).


Sekarang mari kita bandingkan dengan Kis 16:9-10 - “(9) Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana”.


Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘penglihatan’, baik dalam Mat 17:9 maupun Kis 16:9-10, adalah sama yaitu HORAMA.


Bagaimana kita akan menafsirkan penglihatan Paulus tentang orang Makedonia ini? Tentu kita tidak akan menafsirkan bahwa orang Makedonia itu betul-betul dibawa oleh Tuhan ke hadapan Paulus, karena itu hanya merupakan penglihatan.

Bandingkan juga dengan Kis 12:9 - “Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan.


Jelas bahwa ayat ini menunjukkan bahwa kalau sesuatu hanya merupakan vision / penglihatan, maka itu tidak sungguh-sungguh terjadi. Demikian juga dengan penampakan Musa dan Elia. Kalau itu memang hanya merupakan vision / penglihatan, maka itu berarti bahwa mereka berdua tidak betul-betul dipindahkan dari surga ke gunung itu.


2. Ada juga yang beranggapan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi.

Ada orang-orang yang mengatakan bahwa penampakan Musa dan Elia tidak mungkin hanya merupakan suatu vision / penglihatan, karena:

a. Kalau demikian maka transfigurasi / perubahan / pemuliaan Yesus juga tidak sungguh-sungguh terjadi. Tetapi tidak mungkinkah bahwa transfigurasinya betul-betul terjadi, tetapi Musa dan Elianya hanya merupakan suatu penglihatan?

b. Karena dalam penampakan tersebut Tuhan Yesus bisa bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Tetapi vision / penglihatan memang bisa berbicara, seperti dalam Kis 16:9, dimana orang Makedonia itu berbicara kepada Paulus.


Calvin menganggap bahwa mungkin sekali Musa dan Elia betul-betul datang.

Calvin: “It is asked, Were Moses and Elijah actually present? or was it only an apparition that was exhibited to the disciples, as the prophets frequently beheld visions of things that were absent? Though the subject admits, as we say, of arguments on both sides, yet I think it more probable that they were actually brought to that place. There is no absurdity in this supposition; for God has bodies and souls in his hand, and can restore the dead to life at his pleasure, whenever he sees it to be necessary” (= Dipertanyakan apakah Musa dan Elia betul-betul hadir? atau apakah itu hanya merupakan suatu penampakan yang ditunjukkan kepada murid-murid, seperti nabi-nabi sering melihat penglihatan tentang hal-hal yang sebetulnya tidak berada di sana? Sekalipun persoalan ini memungkinkan argumentasi dari kedua belah pihak, tetapi saya menganggapnya lebih mungkin bahwa mereka betul-betul dibawa ke tempat itu. Tidak ada yang mustahil dalam anggapan ini; karena Allah memegang tubuh dan jiwa dalam tanganNya, dan bisa menghidupkan kembali orang yang mati sesuai kehendakNya, pada saat Ia menganggapnya perlu) - hal 310.


b) Mengapa Tuhan menunjukkan Musa dan Elia bersama-sama dengan Yesus di gunung ini? Mengapa bukan nabi-nabi yang lain?


Musa dan Elia mempunyai pengalaman-pengalaman hebat yang sama:

1. Pengalaman pribadi di atas gunung bersama Tuhan (Kel 31  1Raja 19:9-18).

2. Mereka berpuasa 40 hari (Kel 24:18  Kel 34:28  1Raja 19:8).

Tetapi bagaimanapun bukan itu alasan yang menyebabkan mereka tampil bersama Yesus di sini.


Tuhan menampakkan Musa dan Elia di dunia bersama-sama dengan Yesus, karena Ia mempunyai maksud khusus. Apakah maksud khusus itu? Bacalah kata-kata Calvin dan Hendriksen di bawah ini.


Calvin: “why did these two appear rather than others who equally belonged to the company of the holy fathers? It was intended to demonstrate that Christ alone is the end of the Law and of the Prophets; ... Elijah was selected, in preference to others, as the representative of all the Prophets; because, though he left nothing in writing, yet next to Moses he was the most distinguished of their number, restored the worship of God which had been corrupted, and stood unrivalled in his exertions for vindicating the Law and true godliness, which was at that time almost extinct” (= mengapa dua orang ini yang muncul dan bukannya orang-orang lain yang termasuk dalam kumpulan bapa-bapa kudus? Itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Kristus sendiri adalah tujuan dari Hukum Taurat dan kitab para nabi; ... Elia dipilih lebih dari yang lain, sebagai wakil dari nabi-nabi, karena sekalipun ia tidak meninggalkan tulisan apapun, tetapi setelah Musa ia adalah yang paling terkenal dari kelompok mereka, ia memulihkan ibadah kepada Allah yang telah rusak, dan tak tertandingi dalam usahanya untuk membela Hukum Taurat dan kesalehan yang sejati, yang pada saat itu hampir punah) - hal 310,311.


William Hendriksen: “Why just these two? Leaving aside all useless speculation, the simplest and best answer still seems to be that Moses and Elijah represented respectively the law and the prophets, both of which Jesus had come to fulfil (Matt. 5:17; Luke 24:27,44)” [= Mengapa hanya 2 orang ini? Mengesampingkan semua spekulasi yang tak berguna, jawaban yang paling sederhana dan paling baik kelihatannya adalah bahwa Musa dan Elia mewakili kitab taurat dan nabi-nabi, untuk mana Yesus telah datang untuk menggenapi (Mat 5:17; Luk 24:27,44)] - hal 667.


Mat 5:17 - “‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.


Luk 24:27,44 - “(27) Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. ... (44) Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’”.


Perjanjian Lama terdiri dari kitab-kitab Taurat dan kitab nabi-nabi. Musa mewakili kitab-kitab Taurat, dan Elia mewakili kitab nabi-nabi. Dan seluruh Perjanjian Lama menunjuk kepada Yesus dan digenapi dalam Yesus! Bandingkan dengan:

  • Ro 10:4 - “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya”. Sebetulnya ayat ini salah terjemahan.

KJV: ‘For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth’ (= Karena Kristus adalah tujuan / akhir dari hukum Taurat untuk kebenaran bagi setiap orang yang percaya). RSV/NIV/NASB juga menterjemahkan seperti KJV.

  • Ef 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera”.


2) Musa dan Elia berbicara dengan Yesus.

Mereka berbicara tentang apa?

Luk 9:31 - “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”.

NIV: ‘They spoke about his departure, which he was about to bring to fulfillment at Jerusalem’ (= Mereka berbicara tentang kepergianNya, yang akan segera Ia genapi di Yerusalem).


Kata ‘kepergian’ jelas menunjuk pada ‘kematian Yesus’. Sekalipun tidak selalu, tetapi kata ‘pergi’ sering digunakan untuk menunjuk pada ‘kematian’. Bandingkan dengan:

  • Yoh 7:33 - “Maka kata Yesus: ‘Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku”.

  • Yoh 8:21 - “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: ‘Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.’”.

Jadi, mereka membicarakan tentang kematian Yesus yang akan segera terjadi.


Leon Morris (Tyndale): “Only Luke tells us that the subject of the conversation was Jesus’ departure, i.e. His death (cf. 2Pet. 1:15). That such a topic was chosen at such time shows how central the death of Jesus is. The use of the word EXODOS for death is unusual and we should probably discern some Exodus typology. The Exodus had delivered Israel from bondage. Jesus by His ‘exodus’ would deliver His people from a far worse bondage” [= Hanya Lukas memberitahu kita bahwa pokok dari pembicaraan adalah kepergian Yesus, yaitu kematianNya (bdk. 2Pet 1:15). Bahwa topik seperti itu dipilih pada saat seperti itu menunjukkan betapa sentralnya kematian Yesus. Penggunaan kata EXODOS untuk ‘kematian’ merupakan sesuatu yang tidak umum, dan mungkin kita harus melihat suatu typology Exodus / Keluaran. Exodus / Keluaran telah membebaskan Israel dari perbudakan. Yesus, oleh Exodus / KeluaranNya, akan membebaskan umatNya dari suatu perbudakan yang jauh lebih buruk] - ‘The Gospel According to St. Luke’, hal 172.


Catatan: 2Pet 1:15 merupakan ayat lain yang menunjukkan bahwa kata ‘kepergian’ digunakan untuk menunjuk pada ‘kematian’.

2Pet 1:15 - “Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.


Yesus, melalui kematianNya, memang membebaskan kita dari perbudakan dosa. Bandingkan dengan:

  • Yoh 8:34,36 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. ... (36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.’”.

  • Ibr 2:14-15 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.


Matius 17: 4: “Kata Petrus kepada Yesus: ‘Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.’”.


1) Bandingkan dengan Markus 9:5-6 dan Lukas 9:33 yang mengatakan bahwa Petrus tidak tahu apa yang ia katakan.

Kata-kata ini memang bodoh sekali. Mengapa?

  • ini menunjukkan bahwa ia tidak mengerti tujuan pemuliaan Yesus itu.

  • ia menyejajarkan Yesus dengan Musa dan Elia.

  • ia mau menahan Musa dan Elia, yang sudah berada dalam kemuliaan, di dunia ini.

  • bdk. Luk 9:31 - Musa dan Elia berbicara tentang kematian Yesus. Tetapi Petrus ingin menahan Yesus di dunia ini.

Petrus mengeluarkan kata-kata bodoh karena ia tidak berpikir sebelum berbicara! Apakah saudara juga sering mengucapkan kata-kata tanpa dipikir? Bandingkan dengan:

  • Hakim 11:30-35 (nazar Yefta).

  • Mat 14:6-11 (sumpah Herodes kepada anak perempuan Herodias).


2) Petrus adalah orang yang aktif; ia ingin berbuat sesuatu (mendirikan kemah).

Tetapi ini adalah saat untuk berdiam diri di hadapan Tuhan! Ia seharusnya memperhatikan, merenung, dan sebagainya. Kita memang harus tahu kapan kita harus bertindak, dan kapan kita harus berdiam diri / merenung!


Matius 17: 5: “Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”.


1) Allah tidak menunjukkan wujud.

Bdk. Ul 4:15-16 - “(15) Hati-hatilah sekali - sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api - (16) supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan”.

Awan menghalangi murid-murid untuk melihat kemuliaan Allah secara langsung. Hanya Firman Tuhan yang terdengar oleh mereka. Ini sesuatu yang penting bagi kita! Kita tidak bisa mengikut Tuhan dengan ‘melihat’ Tuhan! Tuhan telah memberikan Firman Tuhan / Kitab Suci kepada kita. Itulah yang harus kita pelajari dan melalui Firman Tuhan itulah kita mengikut Tuhan!


2) Ay 5b: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”.


a) Yesus adalah Anak.

Jelas bahwa Ia jauh lebih besar dari pada Musa dan Elia yang adalah hamba / pelayan.

Bdk. Ibr 3:1-6 - “(1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, (2) yang setia kepada Dia yang telah menetapkanNya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumahNya. (3) Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. (4) Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. (5) Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, (6) tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumahNya; dan rumahNya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan”.


b) Kita harus mendengar dan taat hanya kepada Yesus. Bukan kepada yang lain!


Kata-kata dalam ay 5b ini jelas meninggikan Yesus dan merendahkan yang lain, bahkan merendahkan Musa dan Elia. Ajaran yang benar memang selalu meninggikan Yesus dan merendahkan manusia, siapapun ia adanya! Karena itu jangan mendewakan / mengkultus-individukan pendeta / pengkhotbah yang hebat / top.


Matius 17: 6-7: “(6) Mendengar itu tersungkurlah murid-muridNya dan mereka sangat ketakutan. (7) Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ‘Berdirilah, jangan takut!’”.


1) ‘Tersungkurlah murid-muridNya’!

Jangan menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk membenarkan ajaran dan praktek tentang ‘nggeblak’ (slain of / by the Spirit)! Murid-murid di sini tidak sedang menerima / dipenuhi oleh Roh Kudus! Mereka hanya sangat ketakutan karena penglihatan itu; ini sangat berbeda dengan orang-orang nggeblak jaman sekarang, yang nggeblak / tersungkur sekalipun tidak mendapat penglihatan apa-apa.


Juga perhatikan bahwa Yesus menyentuh mereka dan menyuruh mereka berdiri.

Ay 7: “Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ‘Berdirilah, jangan takut!’”.

Ini menunjukkan bahwa:


a) Tuhan / Roh Kudus bukanlah penyebab nggeblak / tersungkurnya anakNya.

Kalau orang-orang dari banyak gereja jaman sekarang mengatakan bahwa mereka dinggeblakkan oleh Roh, perlu diragukan, roh siapa itu gerangan? Roh Kudus atau roh setan? Yang senang membuat orang nggeblak memang adalah setan.


Mark 9:17-27 - “(17) Kata seorang dari orang banyak itu: ‘Guru, anakku ini kubawa kepadaMu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. (18) Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-muridMu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.’ (19) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’ (20) Lalu mereka membawanya kepadaNya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: ‘Sudah berapa lama ia mengalami ini?’ Jawabnya: ‘Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.’ (23) Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!’ (24) Segera ayah anak itu berteriak: ‘Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!’ (25) Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!’ (26) Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ (27) Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.


Dari text ini kita bisa melihat bukan hanya bahwa setan membanting-banting seseorang (ay 18,20,22), tetapi juga bahwa Yesus membangunkan orang itu (ay 27).


b) Ia bahkan tidak senang melihat anakNya nggeblak / tersungkur.

Ia menyentuh, memberikan keberanian / membuang ketakutan mereka, dan menyuruh mereka berdiri. Dalam kasus-kasus lain, Ia bahkan membangunkan / memberdirikan mereka, atau memberikan kekuatan kepada mereka sehingga mereka bisa bangun. Bandingkan dengan:

  • Yeh 1:28-2:2 - “(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman. (2:1) FirmanNya kepadaku: ‘Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau.’ (2:2) Sementara Ia berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan ditegakkannyalah aku. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku”.

Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.

Dalam NIV, bagian yang saya garis bawahi itu diterjemahkan sebagai berikut: ‘the Spirit came into me and raised me to my feet’ (= Roh datang / masuk ke dalamku dan mendirikan aku pada kakiku).

Yang dimaksud dari ‘Roh’ bukanlah ‘roh dari Yehezkiel’, tetapi ‘Roh Kudus’. Ialah yang menegakkan Yehezkiel.

  • Yeh 3:23-24 - “(23) Aku bangun dan pergi ke lembah; sesungguhnya di sana kelihatan kemuliaan TUHAN seperti kemuliaan yang telah kulihat di tepi sungai Kebar, dan aku sujud. (24) Tetapi masuklah Roh ke dalam aku dan ditegakkannya aku, lalu Ia berbicara dengan aku, kataNya: ‘Pergilah pulang, kurunglah dirimu di dalam rumahmu”.

Kata yang saya cetak miring itu seharusnya dituliskan ‘Roh’, bukan ‘roh’, karena yang dimaksud adalah ‘Roh Kudus’. Jadi, lagi-lagi terlihat bahwa Roh Kudus yang menegakkan Yehezkiel.

  • Daniel 10:8-10,18-19 - “(8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah. (10) Tetapi ada suatu tangan menyentuh aku dan membuat aku bangun sambil bertumpu pada lutut dan tanganku. ... (18) Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh aku pula dan memberikan aku kekuatan, (19) dan berkata: ‘Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya, jadilah kuat!’ Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: ‘Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan.’.

  • Wah 1:17-18 - “(17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”.


Bandingkan juga dengan ajaran jaman sekarang yang bukan hanya mengatakan bahwa orang-orang kristen dinggeblakkan oleh Roh Kudus, tetapi juga melarang untuk membangunkan orang yang nggeblak itu!


2) Apa yang Yesus lakukan di sini sesuai dengan fungsi Kristus, yaitu memimpin kita supaya bisa / boleh datang ke hadirat Allah dengan keberanian.


Bandingkan dengan:

  • Ef 3:12 - “Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya”.

  • Ibr 10:19-22 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.


Saudara bisa menjadi anak Allah, saudara dibenarkan dan diterima oleh Allah, bukan karena kebenaran saudara sendiri, tetapi karena saudara ada di dalam Kristus! Ingat bahwa ini berlaku bukan hanya untuk saat pertama saudara datang kepada Allah, tetapi juga setelah saudara menjadi orang kristen! Setiap kali saudara mau berbakti, berdoa dsb, jangan mengandalkan kesucian / perbuatan baik saudara sendiri. Ingat bahwa keberadaan saudara di dalam Kristus yang menyebabkan saudara diterima oleh Allah!


Penerapan: kalau kita mau berdoa, setan sering mengingatkan dosa-dosa kita (bukan dosa yang kita pegangi, tetapi dosa-dosa yang sudah kita sesali) dan berkata kepada kita bahwa kita tidak layak datang kepada Tuhan. Pernahkah saudara mengalami hal seperti itu? Ingat bahwa kata-kata itu pasti datang dari setan! Dan pada saat seperti itu, ingatlah bahwa saudara diterima oleh Allah, karena saudara ada di dalam Kristus, bukan karena perbuatan baik saudara!


Matius 17: 8: “Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri”.


Mereka hanya melihat Yesus saja; Musa dan Elianya hilang!


Calvin: “When it is said that in the end they saw Christ alone, this means that the Law and the Prophets had a temporary glory, that Christ alone might remain fully in view. If we would properly avail ourselves of the aid of Moses, we must not stop with him, but must endeavour to be conducted by his hand to Christ, of whom both he and all the rest are ministers. This passage may also be applied to condemn the superstitions of those who confound Christ not only with prophets and apostles, but with saints of the lowest rank, in such a manner as to make him nothing more than one of their number” (= Ketika dikatakan bahwa pada akhirnya mereka hanya melihat Kristus saja, ini berarti bahwa kitab Taurat dan nabi-nabi mempunyai kemuliaan sementara, supaya Kristus sendiri tertinggal dalam pemandangan. Jika kita mau secara benar membantu diri kita sendiri dengan pertolongan Musa, kita tidak boleh berhenti pada dia, tetapi harus berusaha untuk dipimpin oleh tangannya kepada Kristus, terhadap siapa ia dan semua nabi yang lain adalah pelayan. Text ini juga bisa diterapkan untuk mengecam tahyul-tahyul dari mereka yang mencampur-adukkan Kristus bukan hanya dengan nabi-nabi dan rasul-rasul, tetapi juga dengan orang-orang kudus dari tingkat yang paling bawah, dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat Dia tidak lebih dari salah satu dari mereka) - hal 316.


Ay 9-13: “(9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’ (10) Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ (11) Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ (13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”.


1) Yesus berbicara tentang kebangkitanNya dari orang mati (ay 9).

Dalam Mark 9:10 dikatakan bahwa murid-murid lalu berdebat tentang arti dari ‘kebangkitan dari antara orang mati’ itu. Mungkin mereka menafsirkan kata-kata itu secara salah. Yesus memaksudkan kata-kata itu secara hurufiah, mereka menafsirkannya secara simbolis / figurative, sehingga mereka berpikir bahwa saat pemerintahan Kristus akan segera dimulai. Karena itu mereka lalu menanyakan tentang Elia (ay 10). Mereka merasa heran karena Mal 4:5 mengatakan Elia harus menjadi pendahulu Kristus. Sekarang Kristus sudah akan memerintah, tetapi Elianya kok belum muncul? (Ingat bahwa pemunculan Elia yang mereka pikirkan adalah semacam reinkarnasi dari Elia, jadi bukan sekedar penampakan seperti dalam ay 3 di atas).


2) Hubungan Elia dan Yohanes Pembaptis.


a) Dari Mal 4:5  Mat 11:14  Mat 17:10-13 kelihatannya Yohanes Pembaptis adalah Elia atau reinkarnasi dari Elia.

Mat 17:10-13 - “(10) Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ (11) Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ (13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”.


b) Tetapi Yohanes Pembaptis tidak mungkin adalah reinkarnasi dari Elia, karena:

1. Kitab Suci jelas sekali menentang reinkarnasi, karena dalam Ibr 9:27 dikatakan bahwa “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

2. Yohanes Pembaptis sendiri dengan jelas berkata bahwa ia bukanlah Elia.

Yoh 1:21a - “Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’”.


c) Elia dan Yohanes Pembaptis memang mempunyai beberapa persamaan seperti:

  • pakaian (2Raja 1:8  Mat 3:4).

  • semangat / keberanian (Mat 3:7-dst  Mat 14:3-4  1Raja 18:16-19). 

Karena itulah maka Luk 1:17 mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis ‘berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia’. Perlu diketahui bahwa kata ‘roh’ bisa diartikan / diterjemahkan ‘semangat’.


Jadi, kesimpulannya adalah: Yohanes Pembaptis bukanlah Elia / reinkarnasi dari Elia, tetapi hanyalah orang yang mempunyai banyak persamaan dengan Elia.

MATIUS 17:14-21


Mat 17:14-21 - “(14) Ketika Yesus dan murid-muridNya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, (15) katanya: ‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. (16) Aku sudah membawanya kepada murid-muridMu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.’ (17) Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’ (18) Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. (19) Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: ‘Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?’ (20) Ia berkata kepada mereka: ‘Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (21) [Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.]’”.


Matius 17:14: “Ketika Yesus dan murid-muridNya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah”.


Petrus, Yakobus dan Yohanes baru turun dari gunung dimana mereka:

  • sendirian bersama Yesus.

  • melihat Yesus berubah rupa.

  • melihat Musa dan Elia.

  • melihat awan yang terang dan mendengar suara Allah Bapa.


Pasti semua ini membuat mereka berkobar-kobar dalam iman mereka dan membuat mereka merasa makin dekat dengan Yesus. Bdk. Mat 17:4a yang menunjukkan bahwa Petrus merasa sangat bahagia!


Tetapi, setelah mereka turun dari gunung itu, yang mereka jumpai adalah:

  • orang yang kerasukan setan.

  • 9 murid lain yang gagal dalam menyembuhkan orang itu.

  • orang tua yang imannya jelek.

  • ahli-ahli Taurat (bdk. Mark 9:14) yang pasti menyerang 9 murid itu karena kegagalan mereka.

Mark 9:14 - “Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka”.


Jadi, sekarang mereka menghadapi kejadian yang sangat kontras dengan yang mereka alami di atas gunung! Tetapi inilah hidup kristen itu! Ada saat-saat indah / luar biasa yang kita alami, mungkin dalam Saat Teduh, Kebaktian / Pemahaman Alkitab, Camp / Retreat, KKR, dsb, dimana kita merasakan:

  • hiburan yang luar biasa dari Tuhan.

  • cinta Tuhan kepada kita.

  • Tuhan begitu dekat dengan kita.

  • iman kita berkobar-kobar.

  • dan sebagainya.


Tetapi setelah itu ada saat dimana kita harus meninggalkan saat-saat indah / luar biasa itu dan ‘kembali ke dalam dunia’, dimana kita menjumpai segala macam kekacauan, problem, orang-orang yang menjengkelkan / brengsek, dan bahkan dosa! Ini bisa membuat kita kecewa dan kita mungkin menginginkan saat-saat indah itu terus menerus. Tetapi itu tidak mungkin! Itu bukan hidup kristen! Ingat bahwa kita mengalami saat-saat indah / luar biasa itu, gunanya supaya kita bisa menghadapi dunia dengan segala problem, kekacauan dan dosanya!


Kekristenan tidak mengajar kita untuk menjadi pertapa yang menyendiri untuk terus menerus menikmati saat-saat yang indah / luar biasa dengan Tuhan! Kita harus kembali ke dalam dunia! Di situlah kita harus bertugas / hidup bagi Tuhan!

Bdk. Yoh 17:15 - “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat”.


Matius 17: 15: “katanya: ‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air”.


Sekarang, kita meninjau orang yang sakit / dirasuk setan itu.

Ay 15 mengatakan bahwa orang itu ‘sakit ayan’.

RSV: ‘epileptic’ (= epilepsi).

NIV: ‘he has seizures’ (= ia mendapatkan serangan).

KJV/NASB: ‘lunatic’ (= gila).

Interlinear / Lit: ‘moonstruck’ (= kekacauan pikiran yang dianggap disebabkan karena pengaruh dari bulan).


Dari ayat-ayat berikutnya, jelas bahwa orang itu bukan sakit ayan biasa, dan juga bukan gila. Apa yang ia alami disebabkan oleh setan.


Mark 9:17-22 - “(17) Kata seorang dari orang banyak itu: ‘Guru, anakku ini kubawa kepadaMu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. (18) Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-muridMu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.’ (19) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’ (20) Lalu mereka membawanya kepadaNya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: ‘Sudah berapa lama ia mengalami ini?’ Jawabnya: ‘Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.’”.


Kalau kita melihat Mark 9:17,18,20,22a maka terlihat bahwa roh jahat itu:

  • membuatnya menjadi bisu.

  • membanting-bantingnya ke tanah, ke air dan ke api.

  • membuat giginya bekertakan, dan mulutnya berbusa.

  • membuat tubuhnya kejang.

  • membuatnya terguling-guling.


Sungguh aneh bahwa dalam banyak kebaktian / persekutuan kristen jaman sekarang kita bisa menjumpai ‘orang-orang kristen’ yang mengalami hal-hal seperti itu, dan hal yang lebih mengherankan lagi adalah: banyak orang menganggap bahwa orang-orang mengalami itu karena Roh Kudus! Ingat, Roh Kudus / Tuhan tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu terhadap anak-anakNya! Setanlah yang mempunyai hobby untuk melakukan hal-hal tersebut.

Semua ini menunjukkan bahwa setan jauh lebih kuat dari kita. Tetapi, puji Tuhan, Tuhan jauh lebih kuat dari setan, dan Ia yang menahan setan sehingga tidak bisa menjadikan semua kita seperti orang dalam cerita ini!


Ay 17: “Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’”.


1) “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat”.

Kata-kata ini ditujukan kepada siapa?


a) Calvin menganggap bahwa kata-kata ini ditujukan kepada ahli-ahli Taurat (bdk. Mark 9:14 yang menunjukkan adanya ahli-ahli Taurat di sana).

Alasan Calvin: Yesus tidak mungkin mengucapkan kata-kata yang begitu keras kepada orang-orang yang lemah (9 murid). Ia mengucapkan kata-kata keras kepada orang-orang yang tegar tengkuk (ahli-ahli Taurat).

Kalau ini benar, maka ini mengajar kita untuk bersikap / berkata dengan cara yang berbeda terhadap orang yang lemah / tidak mengerti dan kepada orang-orang yang tegar tengkuk.


b) Mayoritas penafsir: kata-kata dalam ay 17 ditujukan kepada semua yang hadir.

Alasannya:

  • bdk. Mark 9:19 - ‘maka kata Yesus kepada mereka.

KJV mengambil dari manuscripts yang berbeda dan menterjemahkan: ‘he answereth him (= Ia menjawab dia). Kalau ini yang benar, maka terlihat dari kontext bahwa kata-kata itu ditujukan kepada orang tua anak itu.

NIV: ‘Jesus replied -’ (= Yesus menjawab -).

RSV/NASB: ‘He answered them (= Ia menjawab mereka).

Manuscripts yang paling kuno tidak mengatakan ‘him’ (= dia), tetapi ‘them’ (= mereka).

  • kata ‘angkatan’ (generation) tidak mungkin ditujukan kepada satu individu (orang tua anak) atau satu grup kecil manusia (9 murid atau ahli-ahli Taurat), tetapi pasti menunjuk kepada semua orang yang hadir.


2) “Berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?”.

Secara implicit kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus tidak akan terus bersama mereka untuk mengajar / menegur mereka. Ada saatnya Ia akan meninggalkan mereka. Perkataan ini perlu direnungkan oleh:

  • orang yang sudah pergi ke gereja dan berulang-ulang mendengar Injil / panggilan Tuhan untuk percaya, tetapi tetap tidak / belum bertobat.

  • orang kristen yang iman, kesucian, pengenalannya terhadap Tuhan tidak bertumbuh.


3) “Bawalah anak itu kemari!”.

Dalam Injil Markus, setelah kalimat itu ada Mark 9:20-24 - “(20) Lalu mereka membawanya kepadaNya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: ‘Sudah berapa lama ia mengalami ini?’ Jawabnya: ‘Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.’ (23) Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!’ (24) Segera ayah anak itu berteriak: ‘Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!’”.


Bagian ini yang akan kita bahas di sini.


a) Mark 9:20 - “Lalu mereka membawanya kepadaNya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa”.


Ketika roh jahat itu melihat Yesus, ia menyerang anak itu secara maximal. Tiap kali seseorang dibawa kepada Kristus, jelas setan akan menyerang! Ia bisa menyerang dengan cara yang ‘halus’ ataupun ‘keras / kasar’. Karena itu:

  • tiap kali saudara mau membawa orang kepada Yesus, doakanlah dia!

  • kalau saudara memutuskan untuk mendekat kepada Kristus, banyaklah berdoa supaya Tuhan menguatkan saudara, karena setan pasti menyarang saudara!


b) Mark 9:22b - “Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami”.


Kata-kata ‘jika Engkau dapat’ menunjukkan iman yang jelek! Bandingkan dengan Mark 1:40 - “Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuanNya, katanya: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.’”. Ini iman yang benar.


c) Mark 9:23 - “Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”.


Ini menunjukkan bahwa iman sering mempunyai peranan besar dalam hal pengabulan doa. Bdk. Mat 17:19-20 - “(19) Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: ‘Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?’ (20) Ia berkata kepada mereka: ‘Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu”.


Tetapi bagaimanapun iman tidak bisa dimutlakkan. Kita tidak boleh mengatakan bahwa kalau tidak ada iman, maka doa tak mungkin dikabulkan. Kita juga tidak boleh mengatakan bahwa kalau ada iman, doa pasti dikabulkan.


d) Mark 9:24 - “Segera ayah anak itu berteriak: ‘Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”.


  • Ini bukan kontradiksi! Orang itu percaya, tetapi ia juga sadar bahwa imannya tidak sempurna (‘iman’ di sini bukan menunjuk pada ‘saving faith’ / ‘iman yang menyelamatkan’, tetapi pada ‘iman mujijat / iman pada waktu berdoa’).

Tetapi sekalipun imannya tidak sempurna, doanya toh dikabulkan. Tuhan tidak menuntut iman yang sempurna (awas, jangan menerapkan ini dalam persoalan ‘saving faith’ / ‘iman yang menyelamatkan’)! Jadi, kalau bisa berdoalah dengan iman, tetapi kalau tidak bisa, sekalipun saudara ragu-ragu, tetaplah berdoa!


  • Orang itu mempunyai keragu-raguan. Tetapi bagusnya adalah: ia dengan tulus menyatakan hal itu kepada Tuhan dan ia minta tolong kepada Tuhan tentang keragu-raguannya itu. Kalau saudara berdoa, berdoalah dengan tulus! Jangan mengatakan kepada Tuhan bahwa saudara percaya, kalau sebetulnya saudara tidak percaya atau ragu-ragu.


Ay 18: “Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga”.


Yesus menegur dengan keras. Yang dimaksud dengan kata-kata ‘dengan keras’ di sini, bukanlah volume suara Yesus. Tetapi tegurannya yang keras. Bdk. NIV: ‘Jesus rebuked the demon’ (= Yesus memarahi roh jahat itu).

Penerapan: dalam berdoa, menyampaikan Firman Tuhan, mengusir setan, yang penting bukanlah suara yang volumenya keras, tetapi iman / kuasa dari Tuhan!


Ay 16,19: “(16) Aku sudah membawanya kepada murid-muridMu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.’ ... (19) Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: ‘Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?’”.


1) Murid-murid merasa heran karena dulu mereka bisa mengusir setan (Mat 10:8  Mark 6:13), tetapi sekarang tidak bisa.

Penyebabnya bukan hanya karena setan-setan mempunyai tingkat kekuatan yang berbeda-beda, tetapi juga karena kuasa yang ada pada kita bisa naik turun tergantung iman dan hubungan kita dengan Tuhan. Karena itu, sukses rohani pada satu saat, tidak boleh membuat kita bangga, sombong ataupun lalai. Kita harus makin berjuang untuk nmeningkatkan kerohanian kita. Kalau tidak, kesuksesan kita akan menjadi penyebab kejatuhan kita.


2) Murid-murid gagal, tetapi mereka mau introspeksi / belajar dari kegagalan mereka! Ini merupakan sesuatu yang bagus sekali! Maukah saudara menirunya kalau saudara gagal, dalam pelayanan, pemberitaan Injil, melawan setan / pencobaan / dosa dsb?


Ay 20-21: “(20) Ia berkata kepada mereka: ‘Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (21) [Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.]’”.


Alasan kegagalan para murid:


1) Kurang percaya (ay 20). NIV: ‘little faith’ (= iman yang kecil).

Ini jelas merupakan iman yang lebih kecil dari pada biji sesawi (ay 20).


2) Kurang berdoa (ay 21 bdk. Mark 9:29).

Mat 17:21 - “[Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.]’”.

Mark 9:29 - “JawabNya kepada mereka: ‘Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.’”.


Perhatikan bahwa ay 21 ada dalam tanda kurung besar / tegak yang menandakan bahwa ayat itu diperdebatkan keasliannya. Tetapi Mark 9:29 tidak berada dalam tanda kurung besar / tegak, dan itu jelas asli, tetapi dalam Mark 9:29 kata ‘berpuasa’ tidak ada. Ini mengajar apa?


a) Keharusan puasa bagi orang yang mau mengusir setan tidak mempunyai dasar Kitab Suci yang kuat! Satu-satunya ayat yang bisa dipakai sebagai dasar adalah Mat 17:21, dan ayat itu diperdebatkan keasliannya! Juga perhatikan bahwa dalam text ini Yesus sendiri juga tidak berpuasa sebelum mengusir setan itu!


b) Setan ada tingkat-tingkatannya, baik dalam kekuatannya maupun dalam kejahatannya.

Bdk. Mat 12:43-45 - “(43) ‘Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.’”.


c) Mark 9:29 tidak boleh diartikan bahwa kalau mau mengusir setan, baru kita berdoa. Perhatikan bahwa Yesus sendiri tidak berdoa di sini. Jadi artinya adalah: harus mempunyai disiplin rohani (khususnya dalam hal berdoa) dalam hidup kita sehari-hari, baru bisa mengusir setan yang kuat. Jadi jelaslah bahwa murid-murid tidak bisa mengusir setan jenis ini karena mereka kurang disiplin dalam kehidupan doa mereka.


Dua hal ini, yaitu kurang iman, dan kurang disiplin dalam kehidupan doa sehari-hari, berhubungan sangat erat. Orang yang kurang percaya, jelas akan malas berdoa! Dan sebaliknya, kalau kita malas berdoa, iman tidak akan bertumbuh!

MATIUS 17:22-27


Matius 17:22-23 - “(22) Pada waktu Yesus dan murid-muridNya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia (23) dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’ Maka hati murid-muridNya itupun sedih sekali”.


1) Bandingkan dengan Mark 9:30-31 - “(30) Yesus dan murid-muridNya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; (31) sebab Ia sedang mengajar murid-muridNya. Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.’”.


Jadi, hal itu hanya diajarkanNya kepada murid-muridNya. Orang-orang lain belum percaya bahwa Yesus adalah Mesias, sehingga tentu tidak mungkin diajar bahwa Mesias harus menderita dan bahkan mati. Lagi-lagi jelas bahwa Yesus tidak mengajarkan sembarang ajaran kepada sembarang orang. Ia menyesuaikan tingkat ajaranNya dengan tingkat kerohanian dan kebutuhan pendengarNya. Ini harus kita teladani.


Catatan: menyesuaikan ajaran dengan orang-orang yang diajar tidak berarti mengubah / mengkompromikan kepercayaan kita seperti yang dilakukan oleh Bambang Noorsena. Untuk menyesuaikan dengan orang-orang Islam, ia lalu membuang / mengubah kepercayaan ajaran tentang keilahian Kristus dan tentang Allah Tritunggal. Ini salah! Dalam menyesuaikan ajaran, kita harus tetap memberikan ajaran yang benar! Kita boleh menahan / tidak memberitakan kebenaran karena suatu alasan tertentu, tetapi kita tidak pernah boleh mengajarkan sesuatu yang salah.


2) Pemberitaan tentang hal ini diulang-ulang oleh Yesus:

  • Pertama dalam Mat 16:21 - “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga”.

  • Kedua dalam Mat 17:22-23 ini.

  • Ketiga dalam Mat 20:18-19 - “(18) ‘Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. (19) Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’”.

  • Keempat dalam Mat 26:2 - “‘Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.’”.


Rasanya pemberitaan / ajaran itu tidak bisa diterima oleh murid-murid sehingga rasanya Yesus mengajar dengan sia-sia.


Tetapi mari kita lihat apa yang terjadi setelah kebangkitan Yesus dalam Luk 24:6-8 - “(6) Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, (7) yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.’ (8) Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.


Jadi, dari sini kita bisa melihat bahwa setelah Yesus bangkit, malaikat mengingatkan murid-murid tentang kata-kata Yesus itu, dan mereka ingat akan kata-kata Yesus tersebut. Andaikata Yesus tidak mengulang-ulang ajaran tersebut, mungkin sekali mereka tidak akan bisa mengingatnya! Tetapi karena Yesus mengulang-ulang ajaran tersebut, mereka ingat dan pastilah itu sangat menguatkan iman mereka pada saat itu. Jadi, apa yang Yesus lakukan, yang kelihatannya sia-sia pada saat itu, ternyata akhirnya ada hasilnya.


Penerapan:

  • kalau saudara adalah seorang Guru Sekolah Minggu / pengkhotbah / pemberita firman / Injil, bertekunlah dalam memberitakan Injil / memberitakan Firman Tuhan, dan janganlah bosan mengulang sesuatu yang sudah pernah saudara beritakan (catatan: tetapi tentu bukan maksudnya mengulang-ulang karena saudara malas mempersiapkan pelajaran yang baru!), sekalipun rasanya tidak ada hasilnya.

  • kalau saudara adalah seorang jemaat, maka dalam mendengarkan firman Tuhan, jangan bosan dengan pemberitaan yang diulang-ulang! Kalau saudara sudah mengerti, dan sudah ingat, maka cobalah mendengar sedemikian rupa sehingga saudara bisa memberitakan hal itu kepada orang lain.


3) Ay 22: ‘diserahkan’.

Dalam bahasa Yunani: PARADIDOSTHAI (berasal dari kata Yunani PARADIDOMI).

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:


a) Kata Yunani ini digunakan dalam Mat 26:15,16,21,23-25,46,48 untuk menunjuk pada pengkhianatan Yudas Iskariot.

Saya berikan salah satu contohnya saja.

Mat 26:15 - “Ia (Yudas Iskariot) berkata: ‘Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?’ Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya”.

Karena itu maka:

  • NIV menterjemahkan: ‘The Son of Man is going to be betrayed into the hands of men’ (= Anak  Manusia akan dikhianati ke dalam tangan manusia).

  • KJV menterjemahkan: ‘The Son of Man shall be betrayed into the hands of men’ (= Anak  Manusia akan dikhianati ke dalam tangan manusia).

Orang-orang yang menerima penafsiran ini menganggap bahwa pemberitaan kedua (dalam Mat 17:22-23) ini lebih lengkap dari pada pemberitaan pertama (dalam Mat 16:21), karena dalam pemberitaan kedua ini, disebutkan tentang pengkhianatan Yudas Iskariot.


b) Kata Yunani ini bisa sekedar berarti: ‘handed over’ / ‘delivered’ (= diserahkan).

RSV/NASB: ‘is going to be delivered’ (= akan diserahkan).

Jadi, ini tidak mesti menunjuk pada pengkhianatan Yudas Iskariot, tetapi menunjuk pada:

  • tindakan musuh-musuh Yesus sehingga Yesus dibunuh.

  • tindakan Bapa dalam menyerahkan Yesus ke tangan manusia.


4) Dalam bagian paralelnya dalam Injil Markus dan Lukas, dinyatakan bahwa mereka tidak mengerti kata-kata Yesus ini.

Mark 9:32 - “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepadaNya”.

Luk 9:45 - “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepadaNya”.


Ada 3 hal yang bisa kita lihat dari ayat-ayat tersebut:


a) Mereka tidak mengerti.

Tidak mengerti dalam hal apa? Mereka tidak mengerti bagaimana Yesus bisa adalah Mesias, tetapi harus mati.

Bdk. Yes 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.

Kata ‘rancangan’ oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘thoughts’ (= pikiran-pikiran). Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa pikiran Allah dan pikiran manusia sangat jauh berbeda. Ini sering menyebabkan kita tidak mengerti Tuhan dan tindakan Tuhan, misalnya pada saat doa kita tidak dijawab, adanya kekacauan dan Tuhan diam saja, gereja yang benar hancur sedangkan gereja yang brengsek justru berkembang pesat. Tetapi dalam ketidak-mengertian itu, sebetulnya kita harus tetap percaya bahwa Tuhan pasti melakukan yang terbaik.


b) Mereka tidak mengerti, karena artinya tersembunyi bagi mereka.

Luk 9:45 - “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepadaNya”.


Dalam Mat 11:25-27 dan Mat 16:16-17 terlihat bahwa seseorang bisa mengerti hanya kalau Tuhan menyatakan kepadanya.

Mat 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Mat 16:16-17 - “(16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.


Bandingkan juga dengan:

  • Luk 24:45 - “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”.

  • 2Kor 3:14 - “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.


Jelas bahwa pengertian kita terhadap kebenaran / Firman Tuhan sangat tergantung kepada Tuhan. Karena itu, sebelum saudara membaca / mendengar / belajar Firman Tuhan, baik dari Kitab Suci, buku rohani, cassette, khotbah Pemahaman Alkitab, dsb, saudara harus dengan sungguh-sungguh berdoa supaya Tuhan memberi pengertian / terang sehingga saudara bisa mengerti. Bagaimanapun seringnya saudara menaikkan doa itu, janganlah saudara berdoa hanya sebagai rutinitas belaka!


c) Mereka tidak mengerti, tetapi mereka takut / segan untuk bertanya.

Ini merupakan sesuatu yang salah dan bodoh! Tetapi, berapa banyak dari saudara yang juga segan / takut bertanya tentang hal-hal yang tidak saudara mengerti?


5) Ay 23b: murid-murid menjadi sedih. Mengapa?


a) Karena mereka tidak mengerti kata-kata Yesus itu.

Kalau mereka mengerti bahwa tanpa kematian Yesus mereka tidak mungkin diampuni / diselamatkan, maka sikap mereka akan lain. Jelas bahwa pengertian Firman Tuhan yang lengkap dan benar merupakan sesuatu yang penting dan akan sangat mempengaruhi sukacita dalam hati kita.


b) Karena mereka tidak memperhatikan kata ‘dibangkitkan’ dalam kata-kata Yesus itu.

Mereka mungkin hanya mendengar bahwa Yesus harus menderita dan mati. Ini sangat tidak menyenangkan mereka, sehingga mereka tidak mendengar lebih jauh. Andaikata mereka mendengar bahwa setelah mati, Ia akan bangkit / dibangkitkan, mungkin mereka tidak akan sedih. Jelas bahwa mendengar dan membaca Firman Tuhan dengan teliti / secara lengkap (sampai selesai) merupakan sesuatu yang sangat penting!


c) Karena mereka cinta kepada Yesus!

‘Tolol tetapi cinta Tuhan’ jauh lebih baik dari pada ‘pandai tetapi tidak cinta Tuhan’, atau ‘pandai, tetapi sudah kehilangan cinta semula kepada Tuhan’.

Renungkan: saudara termasuk golongan yang mana? Apakah saudara mencintai Tuhan?


Matius 17:24-27 - “(24) Ketika Yesus dan murid-muridNya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: ‘Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?’ (25) Jawabnya: ‘Memang membayar.’ Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: ‘Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?’ (26) Jawab Petrus: ‘Dari orang asing!’ Maka kata Yesus kepadanya: ‘Jadi bebaslah rakyatnya. (27) Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagiKu dan bagimu juga.’”.


Matius 17: 24: “Ketika Yesus dan murid-muridNya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: ‘Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?’”.

 

1) ‘Pemungut bea Bait Allah’.

NIV: ‘the collectors of the two-drachma tax’’ (= pemungut dari pajak dua dirham).


2) Tentang bea ini lihat dalam Kel 30:11-16 - “(11) TUHAN berfirman kepada Musa: (12) ‘Apabila engkau menghitung jumlah orang Israel pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada TUHAN uang pendamaian karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu. (13) Inilah yang harus dipersembahkan tiap-tiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu: setengah syikal, ditimbang menurut syikal kudus - syikal ini dua puluh gera beratnya - ;setengah syikal itulah persembahan khusus kepada TUHAN. (14) Setiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu, yang berumur dua puluh tahun ke atas, haruslah mempersembahkan persembahan khusus itu kepada TUHAN. (15) Orang kaya janganlah mempersembahkan lebih dan orang miskin janganlah mempersembahkan kurang dari setengah syikal itu pada waktu dipersembahkan persembahan khusus itu kepada TUHAN untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa kamu sekalian. (16) Dan haruslah engkau memungut uang pendamaian itu dari orang Israel dan menggunakannya untuk ibadah dalam Kemah Pertemuan; supaya itu menjadi peringatan di hadapan TUHAN untuk mengingat kepada orang Israel dan untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa kamu sekalian.’”.

Catatan: 1/2 syikal = 2 dirham.


3) Guna dari bea ini adalah untuk korban binatang dalam Bait Allah, untuk anggur, tepung, minyak, kemenyan yang digunakan dalam Bait Allah, dan juga untuk pakaian imam / imam besar yang bertugas dalam Bait Allah.


Ay 25-26: “(25) Jawabnya: ‘Memang membayar.’ Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: ‘Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?’ (26) Jawab Petrus: ‘Dari orang asing!’ Maka kata Yesus kepadanya: ‘Jadi bebaslah rakyatnya”.


1) Petrus menjawab: Memang membayar!

Ada 2 kemungkinan:

a) Petrus menjawab demikian karena ia cukup kenal Yesus dan ia tahu Yesus pasti membayar.

b) Petrus menjawab demikian karena ia takut. Apalagi Yesus baru mengucapkan ay 22-23 tentang penderitaan / kematianNya. Jadi, Petrus mengucapkan kata-kata ini untuk ‘melindungi’ Yesus!

Penerapan: jangan ‘melindungi’ Tuhan dengan kata-kata yang ngawur / dusta!


2) Yesus mendahului Petrus dengan pertanyaan.

Ini menunjukkan kemaha-tahuan Yesus dan membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!


3) Ay 25: ‘dari rakyatnya atau dari orang asing’.

Kata ‘rakyat’ seharusnya adalah ‘sons’ (= anak-anak).

Kata ‘sons’ (= anak-anak) merupakan suatu kata kiasan yang bukan menunjuk kepada bangsa Israel / Yahudi, karena dari jaman Perjanjian Lama orang Israel membayar bea tersebut. Kata ini menunjuk kepada Yesus sendiri sebagai Anak Allah. Ia seharusnya tak perlu membayar!


Ay 27: “Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagiKu dan bagimu juga.’”.


1) Yesus tidak mau menjadi batu sandungan, sehingga sekalipun seharusnya Ia tidak perlu membayar, tetapi Ia toh mau membayar!

Ada beberapa hal yang bisa kita bahas di sini:


a) Yesus mau membuang haknya demi orang lain.

Bdk. 1Kor 9:4-18 - “(4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihank kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! (16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. (17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil”.


Ini tidak berarti bahwa kita selalu tidak boleh mempertahankan hak. Ini mengajar kita untuk rela untuk tidak mempertahankan hak, kalau ternyata dengan mempertahankan hak itu kita bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.


b) Jangan memutlakkan ke-tidak-mau-an Yesus untuk menjadi batu sandungan ini.

Ay 27 ini harus ditekankan secara seimbang dengan Mat 15:12-14, dimana Yesus tidak peduli kalau Ia menjadi batu sandungan.

Mat 15:12-14 - “(12) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Engkau tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?’ (13) Jawab Yesus: ‘Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. (14) Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.’”.


Jadi, orang kristen memang harus berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan, tetapi pada saat yang sama harus kita ingat, bahwa dalam sikon tertentu, kita harus berani menjadi batu sandungan!

Seseorang mengatakan: “A Christian should not hesitate to give offence, but he should avoid giving needless offence” (= Seorang Kristen tidak boleh ragu-ragu untuk memberikan batu sandungan / menyakiti hati, tetapi ia harus menghindari untuk memberikan batu sandungan / menyakiti hati secara tidak perlu).

Catatan: kata bahasa Inggris ‘to offend’ atau ‘to give offence’ artinya adalah ‘menyakiti hati’. Tetapi dalam Kitab Suci kata-kata itu biasanya diterjemahkan ‘menjadi batu sandungan’, yaitu ‘melakukan sesuatu yang menyebabkan orang lain jatuh / berbuat dosa’.


Dalam ay 27 ini Yesus bisa memilih 2 tindakan yang sama-sama tidak salah (yaitu membayar bea atau tidak membayar bea), tetapi tindakan yang kedua bisa menjadi batu sandungan, sedangkan tindakan yang pertama tidak. Maka Ia memilih tindakan yang tidak menyandungi orang lain.


Bdk. 1Kor 8:8-13 - “(8) ‘Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.’ (9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. (10) Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai ‘pengetahuan’, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku”.


Tetapi seringkali kita harus memilih antara:

  • tindakan yang benar, tetapi menyandungi orang.

  • tindakan yang salah, tetapi tidak menyandungi orang.

Dalam hal ini, kita tidak boleh berkompromi dengan dosa. Tidak peduli tindakan itu menyandungi orang, kita harus memilih tindakan yang benar tersebut. Jadi, pada saat-saat / sikon-sikon dimana kita hanya bisa tidak menjadi batu sandungan, kalau kita berkompromi dengan dosa, kita harus berani menjadi batu sandungan.


Contoh: ada seseorang yang diceraikan istrinya, dan istrinya lalu menikah lagi. Tetapi suami kedua lalu meninggalkan istri ini, dan lalu istri ini ingin rujuk dengan suami pertamanya. Mereka mempunyai 6 anak yang mendukung dan bahkan sangat menginginkan rujuknya papa mamanya. Tetapi Ul 24:1-4 jelas melarang rujuk yang seperti itu, dan sebagai pendeta saya harus menolak untuk menikahkan ulang pasangan yang sudah bercerai ini. Mungkin sekali saya menjadi batu sandungan bagi keluarga ini, tetapi dalam hal ini saya harus berani menjadi batu sandungan!


Contoh lain: saudara diajak oleh keluarga saudara yang non kristen untuk pergi ke luar kota pada hari Sabtu - Minggu, yang akan menyebabkan saudara tidak mungkin pergi ke gereja pada hari Minggunya. Dengan demikian saudara diperhadapkan pada pemilihan 2 tindakan:

  • saudara pergi dengan mereka. Ini jelas merupakan suatu dosa karena saudara tidak pergi ke gereja, tetapi saudara tidak menyandungi keluarga saudara (tidak membuat mereka marah kepada gereja kekristenan / Yesus dsb).

  • saudara tidak mau pergi dengan keluarga saudara tersebut dan saudara memilih untuk pergi ke gereja. Ini tindakan yang benar, tetapi ini bisa menyandungi keluarga saudara tersebut (membuat mereka benci pada kekristenan dsb).

Dalam hal ini, apapun resikonya, saudara harus berani menjadi batu sandungan bagi mereka! Saudara harus memilih tindakan yang benar, sekalipun itu bisa menyandungi mereka. Dalam hal seperti ini, kalau mereka tersandung, itu adalah karena kesalahan mereka sendiri!


d) Apakah dengan membayar bea tersebut Yesus tidak menyumbang kepada setan, mengingat Yudaisme saat itu banyak yang salah dan bahkan sesat? Untuk menjawab pertanyaan itu perhatikan hal-hal ini:

  • Ajaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memang banyak salahnya dan menjurus pada kesesatan. Tetapi ingat bahwa bea itu gunanya bukan untuk mendukung pengajaran  yang sesat dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Gunanya bea itu adalah untuk kelancaran dari hal-hal yang dikerjakan dalam Bait Allah (korban binatang, minyak, tepung, kemenyan, pakaian imam, dsb). Hal-hal itu memang diperintahkan oleh Allah dalam Kitab Suci / Perjanjian Lama, sehingga semua itu sesuai dengan kehendak Allah.

  • jaman sekarang ada banyak gereja, dengan bermacam-macam merk dan aliran, sehingga kalau kita melihat ada gereja-gereja yang brengsek, kita bisa tidak memberi persembahan ke gereja itu, tetapi memberikannya ke gereja yang benar. Tetapi pada jaman itu Bait Allah adalah ‘satu-satunya gereja’, sehingga mau tidak mau persembahan / pajak harus diberikan ke sana!


2) Yesus menyuruh Petrus memancing ikan, dan ikan itu ada uangnya, dan sebagainya.

Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:


a) Bagian ini tidak bersifat hurufiah.

William Barclay mengatakan bahwa bagian ini berarti: Yesus menyuruh Petrus untuk kembali pada pekerjaan lamanya, yaitu memancing ikan, lalu menjual ikan itu supaya mendapat uang untuk membayar bea!

Alasannya:

  • orang Timur sering mendramatisir pada waktu bercerita.

  • betapapun miskinnya mereka, mereka tidak membutuhkan mujijat hanya untuk mendapatkan uang 4 dirham (kira-kira itu sama dengan upah kerja 4 hari dari buruh kasar).

  • dalam Mat 4:3-4 Yesus tidak mau menggunakan keilahianNya / kemaha-kuasaanNya untuk diriNya sendiri.


b) Bagian ini bersifat hurufiah.

Di sini ada 2 macam penafsiran lagi:


1. Ini adalah mujijat.

Yesus mencipta ikan dan uang itu, atau Yesus mencipta uang dalam ikan tersebut.

Keberatan: dalam Mat 4:3-4 Yesus tidak mau menggunakan kemaha-kuasaanNya untuk diriNya sendiri.


2. Ini bukan mujijat, tetapi hanya soal kemaha-tahuan Yesus.

Bahwa bisa ada uang dalam perut seekor ikan, bukanlah merupakan sesuatu yang terlalu aneh, karena ikan-ikan tertentu senang menelan barang-barang apapun yang berkilauan, sehingga bisa saja ada orang yang uangnya jatuh ke air dan lalu ditelan oleh seekor ikan (Catatan: ‘mata uang 4 dirham’ dalam ay 27 itu adalah 1 keping mata uang yang bernilai 4 dirham). Demikian juga kalau Petrus memancing ikan, lalu mendapatkan ikan itu, itu bukan sesuatu yang aneh. Jadi, semua ini bukan mujijat, tetapi hanya menunjukkan kemaha-tahuan Yesus!


Pulpit Commentary: “Though supernatural element is clearly present, the precisely miraculous element is absent” (= Sekalipun elemen supranatural jelas ada, tetapi elemen mujijat yang tepat tidak ada).

Saya condong pada penafsiran ini.


3) Sekalipun tidak diceritakan, tetapi jelas Petrus mentaati perintah tersebut.

Ini menunjukkan iman yang hebat! Cobalah renungkan: andaikata saudara yang mendapat perintah yang begitu tidak masuk akal, maukah saudara mentaatinya?

Dalam hidup kita, Tuhan sering menyuruh kita untuk melakukan hal-hal yang bagi kita merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Tetapi kalau itu betul-betul perintah Tuhan, Ia sendiri akan bekerja sehingga yang mustahil itu bisa terjadi. Beranikah / maukah saudara taat pada perintah Tuhan yang rasanya tidak masuk akal? Iman memandang kepada Tuhan yang maha kuasa, dan bukan pada kemustahilan / ke-tidak-masuk-akal-an perintahNya!

MATIUS 18:1-11


Matius 18:1-5: “(1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’ (2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka (3) lalu berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. (5) Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku.’”.


Matius 18: 1: “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’”.


1) Bandingkan dengan Mark 9:33-34 dan Luk 9:46-47.

Mark 9:33-34 - “(33) Kemudian tibalah Yesus dan murid-muridNya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-muridNya: ‘Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?’ (34) Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka”.


Lukas 9:46-47 - “(46) Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. (47) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya”.


Rasanya ada pertentangan antara ayat-ayat paralel ini dalam persoalan urut-urutan.

  • dalam Mark 9:33-34, urut-urutannya adalah: mereka berdebat - Yesus bertanya - mereka diam - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.

  • dalam Luk 9:46-47, urut-urutannya adalah: mereka berdebat - Yesus tahu apa yang mereka perdebatkan - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.

  • dalam Mat 18:1-2, urut-urutannya adalah: murid-murid datang kepada Yesus dan bertanya - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.


Pengharmonisannya: Mungkin cerita lengkapnya adalah sebagai berikut:

a) Mereka berdebat tentang siapa yang terbesar.

b) Yesus tahu apa yang mereka perdebatkan.

c) Yesus bertanya apa yang mereka perdebatkan.

d) Mula-mula mereka diam (karena malu).

e) Lalu mereka menjelaskan dan menanyakan pandangan Yesus.

f) Yesus mengajar menggunakan anak kecil.

Markus hanya menceritakan: a, c, d, f.

Lukas hanya menceritakan: a, b, f.

Matius hanya menceritakan: e, f.

Ingat bahwa para penulis Injil tidak harus menceritakan setiap cerita secara lengkap. Mereka mempunyai tujuannya masing-masing, sehingga mereka menekankan bagian-bagian sesuai dengan tujuannya masing-masing.


2) Bagian ini (ay 1-5) penting karena pada pasal-pasal terakhir, Matius banyak menekankan / menonjolkan Petrus, seperti:

  • Mat 14:28-29 - Petrus berjalan di atas air.

  • Mat 15:15 - Petrus bertanya tentang ajaran yang sukar.

  • Mat 16:16-20 - Pengakuan Petrus tentang ke-Mesias-an Yesus.

  • Mat 17:1-13 - Petrus ikut ke gunung bersama Yesus.

  • Mat 17:24-27 - Yesus membayar pajak untuk diriNya dan Petrus.


Semua ini bisa menimbulkan kesan bahwa Matius menganggap Petrus sebagai murid / rasul yang terbesar. Tetapi dengan adanya perdebatan di antara murid-murid tentang hal ini, jelaslah bahwa murid-murid tidak menganggap bahwa Petrus adalah yang terbesar. Dan dari jawaban Yesus, maka jelaslah bahwa Yesuspun tidak beranggapan bahwa Petrus adalah yang terbesar.

Dari semua ini jelaslah bahwa Kitab Suci memang tidak mengajarkan adanya satu manusia yang terbesar (paling tinggi pangkatnya) dalam gereja Tuhan!

Jadi, sangat tidak beralasan untuk menganggap Petrus sebagai Paus pertama seperti yang diajarkan oleh Gereja Roma Katolik!


3) Perdebatan murid-murid ini (bdk. Luk 9:46) jelas adalah sesuatu yang berdosa! Mengapa? Karena perdebatan itu menunjukkan adanya ambisi dalam diri mereka untuk menjadi yang terbesar. Karena itulah maka mereka terdiam ketika Yesus menanyakan apa yang mereka perdebatkan.


Ambisi adalah sesuatu yang berbahaya karena akan menyeret kita ke dalam dosa-dosa yang lain! Ambisi bisa terjadi dalam bermacam-macam hal, baik hal-hal yang bersifat jasmani / duniawi (misalnya: ambisi untuk menjadi kaya, terkenal, kedudukan tinggi dsb), maupun dalam hal-hal yang bersifat rohani (misalnya: ingin menjadi orang kristen yang paling mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, ingin menjadi jemaat yang paling rajin, ingin menjadi orang yang memberi persembahan paling besar, ingin menjadi pengkhotbah top dsb).


Karena itu, periksalah diri saudara! Ambisi apa yang ada dalam diri saudara? Mintalah ampun kepada Tuhan dan mintalah supaya Tuhan membuang ambisi-ambisi yang tidak sesuai kehendakNya itu.


Matius 18: 2: “Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka”.


1) Siapa anak kecil itu?

Tradisi mengatakan bahwa anak itu adalah Ignatius (bishop di Antiokhia yang mati syahid pada tahun 107 M pada jaman pemerintahan Kaisar Trajan). Ignatius mempunyai julukan THEOPHOROS / THEOPHORUS yang berarti ‘God carried’ (= Allah membawa / menggendong) dan tradisi lalu berkata bahwa ia mendapat julukan itu, karena Yesus memeluk / menggendongnya di sini. Ada juga yang menganggap bahwa anak itu adalah anaknya Petrus. Siapa anak itu, adalah sesuatu yang tidak bisa dipastikan, dan disamping itu, hal itu juga sama sekali tidak penting. Yang penting adalah apa yang Yesus ajarkan dengan menggunakan anak itu!


2) Yesus memakai anak itu sebagai simbol kerendahan hati.

Memang harus diakui bahwa anak itu, sebagai keturunan Adam, adalah anak yang lahir dalam dosa dan mempunyai kecondongan pada dosa, dan karena itu pasti mempunyai benih-benih kesombongan dalam dirinya. Tetapi bagaimanapun juga, Yesus menggunakan anak kecil ini sebagai simbol kerendahan hati, karena dibandingkan dengan orang dewasa, anak kecil adalah seseorang yang rendah hati (Catatan: anak berusia 8-10 tahun jelas bisa saja sudah sombong, tetapi kalau anak itu berusia 3-4 tahun, sekalipun benih-benih kesombongan ada dalam dirinya, tetapi pasti belum dimanifestasikan keluar).


Ay 3-4: “(3) lalu berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”.


1) Yesus berkata bahwa kita harus ‘menjadi seperti anak kecil’.

  • ini tentu tidak berarti bahwa kita harus bersikap kekanak-kanakan (childish)!

  • ini juga tidak berarti bahwa dalam segala hal, kita harus menjadi seperti anak kecil! Dalam 1Kor 14:20, Paulus berkata: “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.

  • penekanan Yesus adalah bahwa kita harus menjadi seperti anak kecil dalam kerendahan hati. Ini terlihat dari kata-kata ‘merendahkan diri’ dalam ay 4 [NIV/NASB: ‘humbles himself’ (= merendahkan dirinya sendiri)].


2) Ay 4 merupakan jawaban atas pertanyaan murid-murid dalam ay 1. Bandingkan dengan Luk 9:48 & Mark 9:35.

Luk 9:48 - “dan berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.’”.

Mark 9:35 - “Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. KataNya kepada mereka: ‘Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.’”.


Jelas bahwa penilaian Yesus tentang besar tidaknya seorang manusia, berbeda sekali dengan penilaian manusia pada umumnya. Manusia biasanya beranggapan bahwa orang yang besar / hebat adalah orang yang kaya, berkedudukan tinggi, pandai, punya kemampuan-kemampuan / karunia-karunia yang hebat, dan sebagainya. Bahkan orang Kristen biasanya beranggapan bahwa pendeta yang hebat adalah pendeta yang mempunyai gereja yang besar, jemaat yang banyak, gelar yang tinggi, dan sebagainya. Tetapi Yesus beranggapan bahwa orang yang besar adalah orang yang rendah hati yang mau melakukan pelayanan yang rendah dan tempat yang rendah!

Karena itu berhati-hatilah dengan kehidupan saudara, supaya saudara jangan sekedar dianggap besar / hebat oleh manusia, tetapi dianggap tidak berarti oleh Tuhan!


Matius 18: 5: “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku.’”.


1) Menyambut anak kecil dalam nama Yesus.

Apa artinya? Tentu ini tidak berarti bahwa kita harus menyambut seorang anak kecil sambil mengucapkan kata-kata ‘dalam nama Yesus’! Tetapi ini berarti bahwa kita harus menerima / menyambut seorang anak ‘demi / karena Yesus’. Jadi, bukan sekedar karena kasihan, atau karena anak itu lucu, atau karena saudara senang pada anak kecil, tetapi karena / demi Yesus.


2) Menyambut anak dalam nama Yesus berarti menyambut Yesus sendiri. Ini menekankan kesatuan Yesus dengan orang percaya. Bdk. Kis 9:4-5  Mat 25:40,45.


Matius 18:6-11: “(6) ‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (7) Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. (8) Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. (9) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua. (10) Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga. (11) [Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.]’”.


Matius 18: 6: “‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.


1) Ay 6-11 terpisah kontexnya dengan ay 1-5. Dalam Injil Matius memang letaknya berdekatan sehingga hal itu tidak bisa diketahui. Tetapi dalam paralelnya dalam Markus maupun Lukas, kedua kontex itu terpisah.

  • Mat 18:1-5 paralel dengan Mark 9:33-37 / Luk 9:46-48.

  • Mat 18:6-11 paralel dengan Mark 9:42-48 / Luk 17:1-2.


2) Arti ay 6:


a) ‘menyesatkan’.

NIV/RSV: ‘causes to sin’ (= menyebabkan berdosa).

NASB: ‘stumbling blocks’ (= batu sandungan).

KJV: ‘offend’ (= menyandungi).


Kita bisa melakukan hal ini dengan:

  • cara aktif. Misalnya: mengajarkan hal-hal yang salah / sesat.

  • cara pasif. Misalnya: dengan tidak mengajarkan hal-hal yang benar

  • memberikan teladan hidup yang jelek


b) ‘anak-anak kecil’.

Dalam tradisi Yahudi, istilah ini mempunyai 2 kemungkinan arti:


1. Betul-betul anak kecil.

Kalau diartikan demikian, maka ay 6 ini diarahkan terutama kepada orang tua dan guru-guru sekolah minggu!


2. Murid dari seorang guru / orang yang baru dalam iman.

Bdk. Mat 10:42 dimana Yesus menyebut muridNya dengan sebutan ‘orang / anak kecil’. Dalam bahasa Yunaninya, kata yang digunakan di sini persis sama dengan yang digunakan dalam Mat 18:6.

Kalau diambil arti ini, maka ay 6 ini penting untuk semua orang kristen. Kita semua harus berhati-hati supaya tidak menyesatkan orang yang baru bertobat!


c) Batu kilangan diikatkan di leher, lalu orangnya ditenggelamkan di laut.

  • ‘batu kilangan’.

Istilah ‘batu kilangan’ di sini, bahasa Yunaninya berbeda dengan yang dipakai dalam Mat 24:41. Batu kilangan dalam Mat 24:41 itu kecil sehingga bisa diputar oleh orang perempuan. Tetapi, batu kilangan di sini besar dan berat sehingga membutuhkan keledai untuk memutar-nya. Beratnya batu kilangan ini memastikan tenggelamnya orang yang lehernya diberi batu itu.

  • ‘laut’ dan ‘tenggelam’.

Kedua-duanya adalah hal yang sangat menakutkan bagi orang Yahudi (Catatan: ada orang yang menganggap bahwa kata ‘laut’ dalam Wah 21:1 berarti ‘hal-hal yang menakutkan’).

  • Dari hukuman ini, jelaslah bahwa dosa ‘menyesatkan anak kecil’ adalah dosa yang sangat hebat!


Ay 7: “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.


1) Kata ‘harus’ dalam ayat ini jelas menunjukkan bahwa dosa telah ditentukan oleh Allah.

bdk. Luk 17:1 - “Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya”.

Yesus tidak berkata bahwa penyesatan ‘akan ada’ (yang hanya menunjukkan bahwa Ia tahu bahwa penyesatan akan terjadi), tetapi Yesus berkata bahwa penyesatan ‘harus ada’ (ay 7) atau ‘tidak mungkin tidak ada’ (Luk 17:1), dan ini jelas menunjukkan bahwa hal itu sudah ditentukan untuk terjadi.


2) Ada 2 ayat Kitab Suci yang mempunyai kemiripan dengan ay 7 ini yaitu:

  • Luk 22:22 - “Sebab Anak manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

Catatan: perhatikan kata-kata ‘seperti yang telah ditetapkan’ itu.

  • 1Kor 11:19 - “Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji”.


3) Sekalipun penyesatan sudah ditetapkan, dan karena itu harus terjadi, tetapi:


a) Itu tidak berarti bahwa orang yang sesat ataupun yang menyesatkan, dianggap tidak bersalah atau tidak perlu bertanggung jawab!

Ay 7 jelas menunjukkan 2 x kata ‘celakalah’ yang jelas menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas penyesatan / dosa mereka itu!


b) Itu tidak berarti bahwa kita boleh membiarkan orang-orang yang sesat.

Ay 12-14 secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita juga harus mencari orang yang sesat. Ay 15-17 menunjukkan bahwa kita harus menegur orang yang sesat / berdosa supaya ia bertobat dan kembali ke jalan yang benar.


Mat 18:12-14 - “(12) ‘Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? (13) Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. (14) Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.’”.


Mat 18:15-17 - “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.


Ay 8-9: “(8) Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. (9) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua”.


1) Bagian ini tentu tidak bersifat hurufiah, dan karena itu, bagian ini tidak boleh diartikan bahwa:

  • kita betul-betul harus memotong kaki, tangan dsb.

  • di surga ada orang yang cacat.


Arti bagian ini:


a) Mata, tangan, kaki menggambarkan hal-hal yang kita cintai. Wujudnya bermacam-macam, seperti: hobby, pekerjaan, study, dsb. Tetapi kalau hal-hal yang kita cintai itu membawa / menjatuhkan kita ke dalam dosa, maka kita harus rela membuangnya.


Seorang penafsir berkata: “It is better to go to heaven, without enjoying the things that caused us to sin, than to enjoy them here, and then be lost” (= Adalah lebih baik pergi ke surga tanpa menikmati hal-hal yang menyebabkan kita berdosa, dari pada menikmatinya di sini, dan setelah itu terhilang).


b) Kita harus begitu benci pada dosa / penyesatan sehingga kita harus lebih rela kehilangan tangan, kaki, mata dari pada disesatkan.


2) Kalau ay 6-7 menyuruh kita hati-hati supaya tidak menyesatkan orang lain, maka ay 8-9 menyuruh kita hati-hati supaya tidak menyesatkan diri sendiri / membiarkan diri sendiri tersesat. Kita memang harus punya keseimbangan antara perhatian kepada orang lain dan perhatian kepada diri sendiri! (bdk. 1Tim 4:16  Kis 20:28).

Ada banyak orang yang sibuk mengurusi kerohanian orang lain dengan jalan melakukan banyak sekali pelayanan, tetapi ia mengabaikan kerohaniannya sendiri. Sebaliknya ada juga orang yang hanya sibuk mengurusi kerohaniannya sendiri, tetapi tidak mempedulikan orang lain dan tidak mau melayani orang lain. Apakah saudara termasuk dalam salah satu dari dua golongan itu? Bertobatlah dan lakukan kedua-duanya dengan seimbang!


3) Api yang kekal (ay 8).

Bandingkan ini dengan:

  • Mark 9:43 - ‘api yang tak terpadamkan’.

  • Mark 9:44,48 - ‘api yang tak bisa padam dan ulat yang tak bisa mati’.

Ini simbol-simbol dari hukuman / siksaan kekal dalam neraka (bdk. Wah 14:11  20:10). Sekalipun hal-hal ini hanya simbol, tetapi perlu diketahui bahwa kalau simbolnya saja begitu mengerikan, aslinya pasti lebih mengerikan lagi! Karena itu jangan meremehkan neraka! Dan pada waktu saudara memberitakan Injil, tekankan hal ini kepada orang yang saudara injili!


Matius 18: 10: “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga”.


1) Ini berhubungan dengan ay 1-5, karena kesombongan / ambisi untuk menjadi yang terbesar, selalu berhubungan dengan sikap memandang rendah orang lain. Bandingkan dengan Fil 2:3 dimana dikatakan yang sebaliknya: sikap rendah hati akan menganggap orang lain lebih utama / tinggi.


2) Ada malaikat mereka di surga yang memandang wajah Bapa.

Untuk mengetahui arti istilah ini, kita perlu membandingkan dengan Ester 1:14 yang menunjukkan tradisi pada saat itu dimana orang yang memandang wajah raja adalah orang-orang yang dekat dengan raja.


Ester 1:14 - “adapun yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan -, tanya raja”.


Jadi, kalau dikatakan ‘malaikat memandang wajah Bapa’ artinya adalah: malaikat itu dekat dengan Bapa. Tetapi toh dikatakan sebagai ‘malaikat mereka’. Ini semua menunjukkan bahwa anak-anak kecil itu begitu berharga bagi Bapa sehingga Ia menugaskan malaikat-malaikat yang dekat dengan Dia untuk menjaga / mengawasi anak-anak itu. Kalau Bapa begitu tinggi menilai anak-anak kecil itu, jelas bahwa kita tidak boleh menganggap rendah mereka.

Dalam pelayanan, apakah saudara meremehkan anak-anak kecil?


Ay 11: “[Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.]’”.


Ayat ini ada dalam tanda kurung, karena dalam manuscript-manuscript yang terbaik, ayat ini tidak ada. Jadi, ayat ini dianggap sebagai penambahan dan sebetulnya tidak ada dalam Kitab Suci aslinya.

MATIUS 18:12-17


Matius 18:12-14 - “(12) ‘Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? (13) Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. (14) Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.’”.


1) Ay 12-13 adalah suatu perumpamaan, sehingga hanya ada satu penekanan utama dan semua detail-detail yang tidak berhubungan dengan penekanan utama tersebut, harus diabaikan.

Penekanan utama dari perumpamaan ini terlihat pada ay 14, yaitu: Allah menghargai orang yang sesat / hilang (Jadi, jelas ada hubungan dengan ay 10, karena kalau Allah menghargai orang yang hilang / sesat, maka kita jelas tidak boleh memandang rendah mereka).


Orang-orang yang menekankan detail-detail, mempersoalkan bagaimana seorang gembala bisa meninggalkan 99 dombanya untuk mencari seekor domba yang terhilang. Akhirnya timbul beberapa tafsiran yang aneh-aneh, seperti:


  • Ada yang menghurufiahkan bagian tersebut dan berkata bahwa seorang pendeta harus meninggalkan jemaatnya yang setia, untuk mencari jemaat yang terhilang.

Ada yang menambahkan dengan berkata bahwa gembala biasanya bukan cuma 1 orang tetapi 2-3 orang, sehingga bisa saja seorang pergi mencari domba yang sesat, sedangkan yang lain menjaga domba yang tidak hilang.


  • Ada yang menafsirkan bahwa 99 domba itu bukan manusia karena mereka dikatakan ‘tidak sesat’ (ay 13). Mereka adalah para malaikat. Sedang domba yang terhilang itu adalah manusia yang berdosa. Jadi, gembala yang meninggalkan 99 dombanya untuk mencari 1 domba yang terhilang, menggambarkan Yesus yang meninggalkan surga dan para malaikat, untuk berinkarnasi / menjadi manusia untuk mencari manusia yang berdosa.


Saya berpendapat bahwa ‘gembala meninggalkan 99 domba’ hanyalah background / latar belakang dari perumpamaan. Ini adalah detail yang tidak penting dan tidak boleh dipersoalkan. Yang penting adalah penekanan utama dari perumpamaan itu, yaitu: Allah menghargai orang yang sesat / terhilang.


Penerapan: Kalau saudara adalah domba yang terhilang, ingatlah bahwa Allah menghargai saudara! Dia ingin saudara kembali kepada Dia!


2) Apakah ay 14 bertentangan dengan doktrin Predestinasi, khususnya dengan penentuan untuk binasa? Saya berpendapat: tidak!

Penjelasan: 


a) Tujuan bagian ini adalah: Allah menghargai orang yang sesat. Kalau Allah menghargai orang yang sesat, orang kristen jelas juga harus demikian! Jadi, bagian ini memberi tanggung jawab kepada kita untuk menghargai orang yang sesat, bahkan untuk mencari mereka supaya mereka kembali kepada Tuhan. Tetapi ini tidak berarti bahwa Allah tidak menentukan nasib orang-orang itu!


Contoh / illustrasi:

Kis 27:21-34 - “(21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.


Dalam Kis 27:21-25, terlihat jelas bahwa nasib mereka sudah dipastikan (pasti selamat), tetapi dalam Kis 27:26-34 terlihat bahwa mereka punya tanggung jawab untuk melakukan hal-hal tertentu supaya mereka selamat (perhatikan bagian-bagian yang saya gais-bawahi)! Jadi, adanya penentuan Allah, tidak membuang tanggung jawab. Dan sebaliknya, adanya tanggung jawab, tidak berarti bahwa Allah tidak menentukan apa-apa!


b) Kontex di sini berbicara tentang ‘orang yang percaya’. Ini terlihat dari ay 6. Dan bahkan ay 12-13 berbicara tentang ‘domba yang hilang’. Ay 14 juga berbicara tentang ‘anak-anak’! Karena itu, ay 14 bisa ditafsirkan: Allah tidak menghendaki orang yang percaya lalu terhilang. 

Keberatan terhadap pandangan ini: Dalam ay 13 ada kata ‘jika’ yang menunjukkan domba yang hilang itu belum tentu ketemu. Jadi, jelas bahwa domba yang hilang itu tidak menunjuk pada orang kristen, karena tidak mungkin orang kristen bisa hilang lalu tidak ditemukan.


c) Dalam ay 14 ada kata ‘menghendaki’, yang jelas menunjuk pada ‘kehendak Allah’. Tetapi, istilah ‘kehendak Allah’ dalam Kitab Suci bisa mempunyai bermacam-macam arti:

  • Rencana Allah yang kekal. Ini pasti terjadi!

  • Perintah-perintah / hukum-hukum Allah. Ini bisa tidak terjadi / tidak ditaati!

  • Hal yang akan menyenangkan Allah kalau terjadi. Ini juga belum tentu terjadi!

Kalau untuk ay 14, istilah ‘kehendak Allah’ menunjuk pada arti yang ke tiga, maka jelaslah bahwa ayat itu tidak menentang Predestinasi.


d) Doktrin tentang Reprobation (Penentuan Binasa) mempunyai dasar Kitab Suci yang cukup kuat, seperti:

  • ayat-ayat tentang election (Penentuan Selamat) seperti: Kis 13:48  Kis 18:10  Ef 1:4,5,11  Ro 9:6-29  2Tes 2:13  2Tim 1:9  2Tim 2:10  Tit 1:1  Mat 11:25-27  Ro 8:29-30.

Kalau Election (Penentuan Selamat) memang ada, maka pasti Reprobation (Penentuan Binasa) juga ada. Ini adalah konsekwensi yang tidak terhindarkan. Kalau sebagain ditentukan untuk selamat, maka otomatis bagian yang lain ditentukan untuk binasa.

  • Yoh 17:12  Ro 9:13,17-18,21-22  Amsal 16:4.

Karena itu, ay 14 tidak boleh ditafsirkan sehingga menabrak ayat-ayat tersebut di atas!


Catatan: kalau saudara tidak percaya pada predestinasi, maka bacalah ayat-ayat di atas dalam Kitab Suci saudara. Maukah saudara tunduk pada ajaran Kitab Suci / Firman Tuhan?


Matius 18:15-17 - “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.


1) Bagian ini berbicara tentang disiplin gerejani (church discipline).

Kata ‘discipline’ berasal dari kata bahasa Latin DISCO yang berarti ‘to learn’ (= belajar / mempelajari) atau DISCIPLINA yang berarti ‘learning’ (= pengetahuan). Jadi, kata ini berhubungan dengan education / pendidikan.

Pendidikan bisa dilakukan:

  • secara positif: dengan pengajaran Firman Tuhan.

  • secara negatif: dengan pelaksanaan siasat gerejani.


Kalau yang positif ditekankan, maka jemaat akan disucikan oleh Firman Tuhan sehingga yang negatif tidak perlu sering-sering dilakukan. Tetapi kalau yang positif diabaikan, maka yang negatif mungkin harus dilakukan terhadap setiap orang dalam gereja itu, sehingga akhirnya tidak mungkin dilaksanakan. Jadi, jelaslah bahwa pengajaran Firman Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting dalam gereja!


2) Sangat jarang, dan bahkan mungkin tidak ada, gereja yang melakukan siasat gerejani ini, dan ini menunjukkan gereja lebih sungkan / takut kepada manusia dari pada kepada Allah. Ini merupakan sesuatu yang memalukan, lebih-lebih kalau diingat bahwa ada suatu sekte / gereja sesat yang melakukan siasat gerejani secara salah terjemahan serius, yaitu Saksi Yehuwa! Bagaimana mungkin gereja-gereja kristen bisa kalah dalam ketaatan pada Firman Tuhan ini dibandingkan dengan suatu sekte sesat?


Matius 18: 15: “‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali”.


1) ‘Saudaramu’.

Ini menunjukkan bahwa orang itu adalah orang kristen. Kalau ia bukan orang kristen, ay 15 tetap boleh dijalankan (kita boleh menegur), tetapi kita tidak boleh mengucilkan dia / melakukan siasat gerejani terhadap dia!


Bdk. 1Kor 5:9-13 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”.


2) ‘Berbuat dosa’.

Dosa apa yang dimaksudkan di sini?


a) Dosa yang bersifat rahasia (tidak diketahui umum). Apa dasarnya pandangan ini?


  • Ada yang menggunakan kata-kata ‘against you’ (= menentang kamu) dalam ay 15 sebagai dasar. Orang itu berbuat dosa terhadap kamu. Jadi, hanya kamu yang tahu. Orang banyak tidak tahu hal itu.


Tetapi dasar ini kurang kuat karena ada manuscript yang memakai kata-kata ‘against you’ itu, dan ada yang tidak. Karena itulah terjemahan Kitab Suci berbeda-beda:

Kitab Suci Indonesia: tidak ada kata-kata seperti itu.

NIV/KJV/RSV: ada kata-kata itu.

NASB: tidak ada (tetapi ada di foot note).


Pihak yang menganggap ada, berpendapat: bagian ini sebetulnya ada, tetapi sengaja dibuang oleh orang-orang tertentu, supaya ay 15 itu menjadi lebih umum sifatnya (bukan hanya dosa terhadap kamu, tetapi semua dosa).


Pihak yang menganggap tidak ada, berpendapat: bagian ini sebetulnya tidak ada, tetapi ditambahkan oleh orang-orang tertentu, karena adanya kata-kata ‘terhadap aku / against me’ dalam ay 21 yang merupakan tanggapan Petrus terhadap ajaran Yesus dalam ay 15 ini.


Siapa yang benar dari ke dua pihak ini sukar ditentukan. Karena itulah saya anggap dasar ini kurang kuat.


  • Dasar yang lebih kuat adalah ayat-ayat Kitab Suci yang lain seperti 1Tim 5:20 & Gal 2:11-14 yang menunjukkan bahwa ada saat-saat dimana Kitab Suci membenarkan dan bahkan memerintahkan peneguran di depan umum (bukan di bawah 4 mata). Mengapa? Karena dosanya bukan bersifat rahasia (sudah diketahui umum). Kalau kita melihat 1Kor 5:1-5, maka Paulus tidak menyuruh menegur secara pribadi, tetapi langsung membicarakan persoalan itu dalam rapat umum (1Kor 5:4-5). Mengapa? Karena dalam 1Kor 5:1 terlihat jelas bahwa dosa orang itu sudah diketahui umum.


Jadi, ay 15 menyuruh menegur di depan 4 mata, jelas karena ini adalah dosa yang bersifat rahasia (tidak diketahui umum).


b) Dosa yang bisa dibuktikan dengan jelas dari Kitab Suci / Firman Tuhan.

Dasarnya: kata ‘tegurlah’ (ay 15) dalam bahasa Yunaninya adalah ELEGXON yang berarti ‘to reprove’ (= memarahi), tetapi bisa berarti ‘to argue’ (= berdebat, berargumentasi). Jadi kata Yunaninya menunjukkan bahwa di dalam kita menegur, kita harus memberikan argumentasi yang kuat bahwa dia memang bersalah! Dan suatu argumentasi baru bisa kuat kalau ada dasar Kitab Suci yang jelas!


Jangan menegur seseorang kalau ‘dosa’nya hanya didasarkan pada desas desus / gosip. Harus ada saksi atau bukti yang kuat bawa orang itu memang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan!


c) Dosa yang menyolok dan memalukan, kalau diketahui umum.

Dasarnya: bdk. 1Kor 5:1-2,6-8. Contoh dosa: 1Kor 5:9-11.

1Kor 5:1-2,6-11 - “(1) Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. (2) Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu? ... (6) Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? (7) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. (8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. (9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.


Catatan: kata-kata ‘orang kikir’ seharusnya adalah ‘orang tamak’.


Kalau dosanya adalah dosa yang relatif ringan, misalnya orangnya sering datang terlambat, maka ay 15 boleh dilakukan, tetapi ay 16-17 tidak perlu.


3) ‘Tegorlah di bawah 4 mata’.


a) Hal yang salah yang biasanya dilakukan kalau kita melihat / tahu ada orang kristen yang berbuat dosa:

  • diam saja, dengan alasan: harus sabar, tidak boleh menghakimi.

  • menyebar gossip (bdk. 1Kor 13:7  Amsal 10:12).

  • langsung lapor kepada Pendeta dan minta dia yang menegur.

  • menegur dengan surat kaleng (ini menegur di bawah 2 mata, bukan di bawah 4 mata!).

Bertobatlah dari hal-hal ini!


B) Tegoran di sini harus merupakan wujud dari kasih (Amsal 27:5-6).

Kasih tidak berarti ‘sabar’ terus! Ingat bahwa ‘sabar’ terhadap dosa berarti ‘merestui dosa’! Orang yang tidak berani menegor, biasanya karena ia mengasihi dirinya sendiri (takut dimusuhi kalau ia menegor).

Tetapi bisa juga seseorang menegor bukan sebagai perwujudan dari kasih. Ini adalah tegoran dengan motivasi yang salah!


4) Beberapa pesan untuk orang berdosa yang ditegur:


a) Perhatikan Amsal 10:17  12:1,15  15:12,32  28:13-14!


b) Ingat bahwa tegoran bisa merupakan bukti cinta dari orang yang menegor.


c) Ingat bahwa dengan tidak mau bertobat, saudara memaksa orang yang menegor saudara untuk melakukan ay 16, bahkan ay 17!


Matius 18: 16: “Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan”.


1) ‘Jika ia tidak mau mendengarkan engkau’.

Kalau hal ini terjadi, barulah saudara boleh melanjutkan dengan tahap berikutnya (perhatikan bahwa kata-kata yang serupa diulang 2 x dalam ay 17).

Tetapi perhatikan bahwa penolakan yang ia berikan adalah penolakan yang sungguh-sungguh, yang menunjukkan sikap bandel / tegar tengkuk! Jadi, pastikan bahwa itu bukanlah penolakan yang disebabkan karena:

  • panasnya perdebatan dengan saudara.

  • pendekatan yang salah (cara, waktu) pada waktu menegur.

  • ia tak mengerti teguran saudara dengan benar.

  • ia dengan tulus menganggap bahwa Kitab Suci membenarkan / tidak menyalahkan tindakannya.


2) ‘Bawalah seorang atau 2 orang lagi’.


a) Ini bukanlah orang yang harus tahu sendiri dosa orang itu!

Mereka memang disebut ‘saksi’, tetapi perhatikan ay 16! Mula-mula hanya dikatakan ‘satu atau dua orang lagi’ (tidak ada kata ‘saksi’!), setelah itu, bersama dengan orang yang pertama kali menegor, barulah disebut ‘dua atau tiga orang saksi’. Jadi, jelas bahwa mula-mula mereka bukan saksi. Mereka tidak tahu dosa orang itu! Tetapi lalu diberi tahu oleh orang yang pertama yang memang betul-betul mengetahui dosa orang itu, dan lalu diajak untuk menegor dan sekaligus menjadi saksi tentang kebandelan orang itu. Dengan demikian, kalau nanti persoalan ini disampaikan kepada gereja / jemaat, mereka bisa memberi kesaksian bahwa orang itu memang membandel.

Bdk. Ul 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan”.


b) Adanya bagian ini menyebabkan Jay Adams mengatakan kalimat ini:

“Christians must never promise absolute confidentiality to any person” (= Orang kristen tidak pernah boleh menjanjikan perahasiaan mutlak kepada siapapun juga).

Kelihatannya kata-kata ini menunjuk pada kasus dimana seorang kristen melakukan curhat kepada orang kristen lain. Maka si pendengar tidak boleh menjanjikan bahwa ia akan merahasiakan secara mutlak. Mengapa? Karena janji seperti itu bisa menghalanginya untuk mentaati bagian ini pada saat hal itu perlu dilakukan.


c) Sedapat mungkin orang yang akan dijadikan saksi adalah:

  • orang yang bisa menjelaskan / memberikan counseling (ay 17: kata-kata ‘mendengarkan mereka’ secara tidak langsung menyatakan hal ini).

  • orang yang mempunyai otoritas / jabatan dalam gereja, karena mereka harus menjadi saksi kepada jemaat / gereja.

  • orang yang rohani, karena mereka akan ikut menegor dosa seseorang.


Matius 18: 17: “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.


1) ‘Jemaat’ [dalam bahasa Inggris: ‘church’ (= gereja)].

Perhatikan bahwa Yesus tak berkata bahwa persoalan itu harus disampaikan kepada 1 individu tertentu yang dianggap paling tinggi pangkatnya dalam gereja (Pendeta, Penginjil, Ketua Majelis, Ketua Synode, Pendiri dsb). Mengapa tidak? Karena memang dalam suatu gereja tidak boleh ada 1 individu yang mempunyai kekuasaan tertinggi! Kekuasaan tertinggi ada pada suatu badan / grup, yaitu tua-tua (majelis).


Penyampaian kepada jemaat / gereja ini bisa melalui prosedur sebagai berikut:


a) Mula-mula sampaikan kepada majelis / tua-tua.


b) Lalu Majelis menegur orang yang berdosa itu lagi.


c) Kalau orang itu tetap tak mau bertobat, maka orang itu harus dikucilkan.

Siapa yang memutuskan hal ini? Ada 3 pandangan:

  • Majelis / tua-tua.

  • Seluruh jemaat.

  • Majelis mengarahkan / memimpin jemaat untuk memutuskan, tetapi jemaat ikut memutuskan.


d) Kalau sudah diputuskan untuk mengucilkan, keputusan ini harus diumumkan kepada jemaat, dan jemaat harus mentaati keputusan itu!


2) ‘Dianggap sebagai pemungut cukai / orang yang tak kenal Allah’.

Artinya: ia dianggap sebagai bukan kristen sehingga tidak diperbolehkan ikut Perjamuan Kudus (bdk. 1Kor 11:27-31).


Disamping itu berdasarkan 1Kor 5:9-13 dan 2Tes 3:6,14-15 maka jemaat tidak boleh bergaul dengan dia. Tetapi orang itu diijinkan untuk datang ke gereja dan mendengar Firman Tuhan (ingat bahwa tujuan pengucilan ini adalah supaya ia bertobat!).


1Kor 5:9-13 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.


2Tes 3:6,14-15 - “(6) Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. ... (14) Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, (15) tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara”.


Jadi ingat bahwa kalau ada jemaat yang dikucilkan, dan majelis memang benar dalam mengucilkan, maka sebagai jemaat saudara harus tunduk pada pengucilan itu dengan tidak bergaul dengan orang yang dikucilkan itu. Kalau saudara tetap bergaul dengan dia, maka saudara berdosa, dan mungkin juga perlu dikucilkan!

Catatan: Perhatikan bagian yang saya garis bawahi itu. Itu saya tambahkan karena ada banyak gereja-gereja brengsek, yang justru mengucilkan orang-orang yang benar! Martin Luther dikucilkan oleh Gereja Roma Katolik! Atau orang-orang yang Injili dikucilkan dalam gereja-gereja yang liberal. Dalam hal seperti ini, tentu kita tidak boleh mendukung pengucilan yang salah seperti itu!


3) Kalau suatu kali ia bertobat, maka ia harus diampuni dan diterima kembali (2Kor 2:5-11) dan juga harus diumumkan kepada jemaat lagi.

MATIUS 18:18-35


Matius 18:18-20 - “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (19) Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga. (20) Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.


Matius 18: 18: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”.


1) Kata-kata dalam ay 18 ini sudah pernah diucapkan oleh Yesus dalam Mat 16:19, tetapi pada saat itu, kata-kata itu ditujukan kepada Petrus sebagai wakil dari semua murid, dan karena itu kata ‘mu / kau’ (you) yang digunakan ada dalam bentuk tunggal (dalam bahasa Yunaninya). Sedangkan dalam ay 18 ini, kata-kata ini ditujukan kepada semua murid dan karena itu kata ‘kamu’ (you) yang digunakan ada dalam bentuk jamak. Ayat ini memastikan bahwa kata-kata dalam Mat 16:19 itu tidak berlaku hanya untuk Petrus sehingga juga menegaskan bahwa Petrus bukanlah penguasa tertinggi dari gereja.


2) Arti ay 18 ini.

Dalam tradisi Yahudi, ‘mengikat’ diartikan melarang, dan ‘melepaskan’ diartikan mengijinkan. Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan akan bersikap / bertindak sejalan dengan keputusan gereja untuk mengucilkan atau menerima kembali seseorang yang tadinya dikucilkan. Karena itu, kita tidak boleh menganggap enteng pengucilan dari gereja!


3) Tentu saja ay 18 ini ada syaratnya, yaitu (seperti yang sudah saya katakan dalam pelajaran di depan) bahwa gereja memang ada di pihak yang benar dan orang yang dikucilkan itu memang salah dan layak disiasat / dikucilkan (ay 15 - orang itu berbuat dosa!). Kalau ternyata yang salah adalah gerejanya dan orang yang dikucilkan itu justru yang benar, maka jelas ay 18 ini tidak berlaku!


Ay 19-20: “(19) Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga. (20) Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.


1) Ada 2 pandangan tentang ayat-ayat ini:


a) Ada yang berpendapat bahwa ay 19-20 harus dihubungkan dengan ay 18. Jadi, ay 19-20 ditambahkan di sini untuk menunjukkan bahwa ay 18 baru berlaku kalau ada ‘doa’ (ay 19) dan ‘pertemuan dalam nama Yesus’ (ay 20). Dengan demikian, ay 19-20 tidak berlaku umum / dalam segala keadaan.


b) Tetapi, ada pandangan lain yang berkata bahwa ay 19-20 boleh dikatakan terpisah dari ay 18 sehingga ay 19-20 adalah ayat yang berlaku umum.


2) Ay 19 punya persamaan dengan ay 18 yaitu ada keserasian antara apa yang dilakukan oleh gereja di dunia dan apa yang dilakukan oleh Allah di surga.

Tentu ini hanya berlaku kalau gerejanya adalah gereja yang benar!


3) Ay 19: ‘apapun juga’ akan dikabulkan!

Ini harus ditafsirkan dengan memperhatikan:


a) Ayat-ayat seperti Mat 7:11  1Yoh 5:14.

Mat 7:11 - “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya”.

1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

Jadi jelas bahwa kalau permintaan kita tidak baik (dalam pandangan Tuhan) atau tidak sesuai dengan kehendak / Rencana Tuhan, maka Tuhan tidak akan mengabulkannya.


b) Kontex (ay 15-18).

Doa ini berhubungan dengan disiplin gerejani. Jadi ini adalah doa untuk meminta hikmat / pimpinan dari Tuhan dalam melaksanakan disiplin gerejani.

Catatan: Ini kalau saudara mengambil pandangan pertama dari 2 pandangan pada no 1 di atas.


4) Ay 19: ‘sepakat’.

Sesuatu yang sangat penting dalam persekutuan doa, adalah kesepakatan atau kesatuan hati / pikiran.


5) Bandingkan ay 19-20 dengan ay 10,12-14.

Kalau satu orang saja dihargai (ay 10,12-14), maka pasti dua atau tiga orang juga dihargai oleh Tuhan.

Yang penting bukanlah banyaknya orang dalam gereja, tetapi apakah orang-orang itu betul-betul berkumpul dalam nama Yesus atau tidak. Berkumpul dalam nama Yesus tidak berarti bahwa persekutuan itu dibukan dengan doa / ucapan dalam nama Yesus, tetapi artinya adalah bahwa mereka mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus dan mereka percaya akan jasa penebusan Kristus untuk diri mereka. Dengan kata lain, mereka adalah orang kristen yang sejati.


Kalau saudara adalah orang yang selalu menyoroti jumlah orang yang hadir dalam persekutuan / kebaktian, maka perhatikan kata-kata penafsir di bawah ini:

  • “Jesus is just as much present in the little congregation as in the great mass meeting” (= Yesus sama hadirnya dalam jemaat yang kecil seperti dalam pertemuan masa yang besar).

  • “Jesus is not the slave of numbers” (= Yesus bukanlah budak dari jumlah).


Karena itu kalau kita berbakti / mengadakan persekutuan doa hanya dengan sedikit orang, selama kebaktian / persekutuan doa itu dilakukan ‘dalam nama Yesus’, maka kita tidak boleh merasa malas, kecil hati, dsb! Tetapi kita juga tidak boleh sengaja tidak hadir dengan pemikiran bahwa yang hadir sedikit atau banyak toh sama saja!


Matius 18:21-22: “(21) Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?’ (22) Yesus berkata kepadanya: ‘Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”.


1) Matius 18: 21 diucapkan Petrus sebagai reaksi atas ajaran Yesus pada ay 15 yang secara implicit menunjukkan bahwa kalau orang itu bertobat, kita harus mau mengampuni dia.


Pada saat itu para rabi Yahudi, berdasarkan penafsiran yang salah dari ayat-ayat seperti Amos 1:3  2:1,4,6 dsb, mengajarkan bahwa mereka hanya perlu mengampuni sampai 3 x saja, dan kesalahan ke 4 tidak perlu diampuni.


Jadi, kelihatannya, 7 x dalam pertanyaan Petrus ini sudah banyak. Tetapi bagi Yesus itu masih kurang banyak. Yesus menghendaki 70 x 7 x. Ini tentu tidak boleh diartikan secara hurufiah (490 x). Artinya adalah: kita harus mau mengampuni terus-menerus.


2) Bandingkan ay 21-22 dengan Luk 17:4 - “Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.’”.

Tidak jelas apakah 2 bagian ini paralel atau tidak! Ada 2 hal yang penting untuk diperhatikan:


a) Dalam ay 21 bilangan 7 mempunyai arti hurufiah.

Dalam ay 22 bilangan 70 x 7  tidak boleh diartikan secara hurufiah.

Dalam Luk 17:4 bilangan 7 tidak boleh diartikan secara hurufiah.

Dengan penafsiran seperti ini, maka Luk 17:4 tidak bertentangan dengan ay 21-22.


b) Perhatikan juga bahwa:

Luk 17:4 memberi kata-kata ‘dalam sehari’.

Disamping itu, Luk 17:4 menunjukkan bahwa kita harus mengampuni sebanyak orang itu minta ampun! Tetapi bagaimana kalau orangnya tidak minta ampun? Saya berpendapat: kita tetap harus mengampuni, tetapi kita tidak perlu menyatakan hal itu kepada orang itu.


Matius 18:23-35: “(23) Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. (24) Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. (25) Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. (26) Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. (27) Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. (28) Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! (29) Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. (30) Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. (31) Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. (32) Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. (33) Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (34) Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. (35) Maka BapaKu yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.’”.


1) Penjelasan tentang perumpamaan ini:


a) Hamba pertama berhutang 10.000 talenta.

Ini adalah jumlah yang sangat besar (kira-kira 10-15 juta US dolar!). Ia tidak mungkin bisa membayar jumlah itu (Catatan: ia mengucapkan ay 26 bukan karena ia yakin bisa membayar, tetapi hanya karena ia takut).

Perlu diketahui bahwa 1 talenta sama dengan 6.000 dinar, sedangkan 1 dinar adalah upah seorang buruh kasar dalam 1 hari (Mat 20:2,13). Jadi, seorang buruh kasar membutuhkan waktu 1000 minggu (hampir 20 tahun) untuk mendapatkan 1 talenta. Untuk mendapatkan 10.000 talenta, ia membutuhkan waktu 200.000 tahun!

Penerapan: inilah gambaran dosa kita terhadap Tuhan. Sangat banyak, dan kita tidak mungkin bisa membayar! Tetapi Yesus sudah membayar hutang dosa itu. Karena itu, percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara!


b) Ay 25b: ia dan keluarganya dan miliknya harus dijual.

Pada saat itu hal itu memang biasa dilakukan (bdk. Kel 22:3  Im 25:39,47  2Raja 4:1). Jadi, kalau raja itu mau bertindak adil, itulah yang akan terjadi.

Ini sengaja diucapkan oleh raja, supaya orang itu tahu apa yang seharusnya ia dapatkan, sehingga nanti kalau hutangnya dihapuskan, ia akan makin merasakan besarnya kasih / anugerah raja itu.


c) Ay 27: raja menghapuskan hutang itu.

Ternyata raja itu mau bertindak dengan kasih, sehingga hutang itu dihapuskan. Coba bayangkan, apa yang dirasakan oleh hamba itu? Apakah itu juga saudara rasakan pada waktu dosa saudara dihapuskan?


d) Ay 28: hamba kedua berhutang 100 dinar kepada hamba pertama.

Perbandingan kedua hutang dari kedua hamba itu:

  • Kalau 100 dinar ditukar dengan mata uang 6 penny, maka seluruhnya bisa dimasukkan ke dalam saku.

  • Kalau 10.000 talenta ditukar dengan mata uang 6 penny, maka dibutuhkan 8.600 orang, dimana masing-masing mengangkat 1 karung yang beratnya 27 kg, untuk mengangkut semua uang itu. Kalau mereka berbaris dengan jarak 1 meter antara tiap orang, maka mereka akan membentuk barisan sepanjang 8,6 km!

Inilah perbandingan antara dosa / kesalahan orang lain kepada kita dan dosa kita kepada Allah!


e) Sikap hamba pertama kepada hamba kedua.

Ia menangkap dan mencekik hamba kedua itu, baru menyuruh orang itu membayar (ay 28). Sekalipun sikap / kata-kata dari hamba kedua itu (ay 29) sama persis dengan sikap / kata-kata hamba pertama ketika raja menagih hutangnya (ay 26), sehingga seharusnya mengingatkannya bahwa ia baru saja mengalami nasib seperti itu, tetapi ternyata hal itu tidak membuatnya berbelas kasihan kepada hamba kedua. Ia bahkan melakukan ay 30, yaitu memasukkan hamba kedua itu ke dalam penjara.

Penerapan: setiap kali saudara tidak mau mengampuni orang lain, saudara melakukan apa yang dilakukan oleh hamba pertama itu!


f) Pada saat raja tahu hal itu, hutang hamba pertama diberlakukan kembali (ay 32-34).

Ini tidak boleh diartikan bahwa:

  • Tuhan memang suka mengungkit dosa yang sudah Dia ampuni.

  • Keselamatan bisa hilang.

Karena penafsiran seperti itu bertentangan dengan seluruh Kitab Suci!

Arti yang benar: Sekalipun Tuhan murah hati, tetapi kalau kita tidak mau mengampuni orang lain, kita tidak diampuni oleh Tuhan.


Kesimpulan dari perumpamaan ini:

  • dosa kita sangat besar, kita tidak bisa membayarnya.

  • Tuhan sudah mengampuni dosa kita.

  • dosa orang lain kepada kita relatif kecil.

  • kita harus mau mengampuni orang lain.

  • kalau kita tidak mau ampuni, kita tidak diampuni!


2) Dari ay 21-22,35, jelaslah bahwa penekanan utama dari perumpamaan ini adalah: kita harus mau mengampuni orang lain.

Semua detail-detail yang tidak berhubungan dengan penekanan utama ini, tidak perlu dibahas dan tidak perlu diperdulikan. Kalau tetap mau dibahas, bisa menimbulkan ajaran-ajaran yang salah, seperti:

  • dari ay 31 ditafsirkan bahwa Allah tidak mahatahu, sehingga perlu diberi informasi.

  • Ay 31 berbicara tentang ‘kawan-kawan’. Orang-orang ini tidak punya hutang. Siapa mereka? Malaikat? Orang suci?

  • dari ay 27,32-34 ditafsirkan bahwa keselamatan bisa hilang.

Semua ini jelas bukan tujuan dari perumpamaan ini!

MATIUS 19:1-12


Matius 19:1-12 - “(1) Setelah Yesus selesai dengan pengajaranNya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. (2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Iapun menyembuhkan mereka di sana. (3) Maka datanglah orang-orang Farisi kepadaNya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: ‘Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?’ (4) Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? (5) Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.’ (7) Kata mereka kepadaNya: ‘Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?’ (8) Kata Yesus kepada mereka: ‘Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. (9) Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’ (10) Murid-murid itu berkata kepadaNya: ‘Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.’ (11) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. (12) Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.’”.


Matius 19: 1: “Setelah Yesus selesai dengan pengajaranNya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan”.


‘Daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan’.

Daerah ini disebut Perea, dan daerah ini dikuasai oleh Herodes Antipas (pembunuh Yohanes Pembaptis).

Dalam ayat ini terlihat bahwa Yesus bergerak menuju Yerusalem untuk menggenapi nubuatNya dalam Mat 16:21.


Matius 19: 2: “Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Iapun menyembuhkan mereka di sana”.


1) Yesus menyembuhkan orang-orang sakit.

Ini jelas merupakan tindakan kasih. Tetapi apa yang Yesus dapatkan? Dalam ay 3, Ia justru diserang / dicobai oleh tokoh-tokoh agama.


Penerapan: Karena itu kalau saudara berbuat baik / mentaati Allah, janganlah terlalu berharap bahwa saudara selalu akan disenangi oleh orang-orang kristen / tokoh-tokoh gereja. Memang bisa saja perbuatan baik kita menyebabkan orang-orang lalu membalas kita dengan perbuatan baik juga (bdk. 1Pet 3:13). Tetapi sering juga terjadi sebaliknya! (bdk. 1Pet 2:20  3:14,17  4:14-16). Kalau hal ini terjadi, janganlah saudara bingung / kecewa dan janganlah merasa atau menganggap bahwa saudara salah jalan, dsb. Yesuspun mengalami hal yang sama! Bukankah seorang hamba tidak lebih tinggi dari tuannya, dan bukankah seorang murid tidak lebih tinggi dari gurunya (Mat 10:24)? Kalau tuan / gurunya mengalami hal itu, tidaklah aneh kalau hamba / muridnya juga mengalami hal yang sama!


2) Yang diceritakan oleh Matius hanyalah penyembuhan orang sakit yang dilakukan oleh Yesus. Supaya saudara tidak menganggap bahwa penyembuhan orang sakit adalah pelayanan Yesus yang terutama, bacalah cerita paralelnya dalam Mark 10:1 dimana dikatakan bahwa Ia mengajarkan Firman Tuhan. Kalau saudara melihat Mark 1:38, terlihat jelas bahwa pemberitaan Injil / Firman Tuhanlah yang merupakan pelayanan utama dari Tuhan Yesus!


Mark 10:1 - “Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.


Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.


Matius 19: 3: “Maka datanglah orang-orang Farisi kepadaNya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: ‘Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?’”.


1) Pada saat Yesus ada di Galilea, di sana Ia diserang oleh setan dengan menggunakan orang Farisi / ahli Taurat. Sekarang Ia pindah ke Perea, setanpun punya anak buah di sana untuk menyerang Dia.


Ini mengajar kita apa? Adalah sia-sia kalau kita mau lari dari kesukaran dengan pindah rumah, pindah kota, pindah sekolah, pindah pekerjaan dsb. Di tempat yang barupun setan pasti akan menyerang kita. Jadi, janganlah lari! Mendekatlah kepada Tuhan, dan hadapilah setan dengan kekuatan dari Tuhan! Saudara hanya boleh lari dari serangan setan, kalau serangan itu adalah seperti yang dialami oleh Yusuf dalam Kej 39:7-13. Bahkan dalam hal ini saudara harus lari, dan bukannya menghadapi pencobaan itu!


2) Ay 3 ini menunjukkan bahwa orang Farisi mencobai Yesus dengan berusaha menarik Yesus masuk ke dalam kontroversi / perdebatan antara Rabi Shammai versus Rabi Hillel. Mereka adalah 2 rabi Yahudi yang bertentangan pendapat tentang syarat perceraian yang mereka tafsirkan dari Ul 24:1-4.


Ul 24:1-4 - “(1) ‘Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya, (2) dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain, (3) dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi isterinya itu mati, (4) maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN. Janganlah engkau mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu”.


a) Rabi Shammai berpendapat bahwa kata-kata ‘yang tidak senonoh’ dalam Ul 24:1 menunjuk pada perzinahan. Jadi ia berkata bahwa hanya kalau terjadi perzinahan maka perceraian diijinkan.


b) Rabi Hillel menyoroti kata-kata ‘ia tidak menyukai lagi perempuan itu’ dalam Ul 24:1 dan lalu menafsirkan bahwa segala tindakan istri yang tidak menyenangkan suami boleh dijadikan alasan untuk menceraikan istri (termasuk tindakan yang remeh seperti menggosongkan makanan waktu masak, bicara terlalu keras sehingga terdengar oleh tetangga dsb).


Jelas bahwa pandangan Hillel lebih banyak diterima, khususnya oleh orang laki-laki, dari pada pandangan Shammai!


Sekarang perhatikan pertanyaan orang Farisi dalam ay 3 dimana mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?”. Jelas mereka menanyakan apakah Yesus setuju dengan pandangan Hillel yang mengijinkan orang menceraikan istri dengan alasan apa saja.


Pencobaan orang Farisi ini meletakkan Yesus dalam posisi yang sulit:

  • kalau Ia pro Hillel, Ia akan dianggap pro perceraian.

  • kalau Ia pro Shammai, Ia menentang pandangan mayoritas.


Jawaban Yesus ada dalam ay 4-6 di bawah ini.


Matius 19: 4-6: “(4) Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? (5) Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.’”.


1) Jawaban Yesus terhadap pertanyaan / pencobaan itu:

Mula-mula Yesus mengutip 2 buah ayat dari Kitab Suci / Perjanjian Lama:


a) Ay 4 dikutip dari Kej 1:27 (atau Kej 5:2).

Ini untuk mengingatkan mereka tentang penciptaan manusia pertama kalinya. Allah hanya menciptakan 1 laki-laki dan 1 perempuan, sehingga Allah jelas tidak menghendaki polygamy maupun orang yang berganti-ganti pasangan.


b) Ay 5 dikutip dari Kej 2:24.

Ayat ini sering diartikan bahwa kalau orang laki-laki kawin, ia harus keluar dari rumah orang tuanya, tetapi kalau orang perempuan kawin, ia dan suaminya boleh tetap tinggal bersama orang tuanya. Ini adalah penafsiran yang salah!


Arti ayat ini: seseorang yang menikah (baik ia laki-laki maupun perempuan), harus lebih mengutamakan hubungannya dengan pasangannya dari pada hubungannya dengan orang tuanya.

Dalam ay 5 itu dikatakan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging’. Kata ‘bersatu’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘shall be glued to’ (= dilem kepada).

Jelas bahwa ayat inipun menentang polygamy maupun perceraian.


Setelah mengutip 2 ayat Perjanjian Lama itu, maka Yesus lalu memberikan kesimpulannya dalam ay 6: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”.


2) Adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam menjawab pertanyaan orang Farisi yang berkenaan dengan Ul 24:1-4, Yesus sama sekali tidak membahas Ul 24 itu, tetapi Ia menggunakan ayat-ayat lain yang lebih jelas / gamblang.

Kalau saudara berdebat dengan seseorang, dan orang itu menggunakan ayat yang sukar sebagai dasar pandangannya, maka janganlah saudara hanya menyoroti ayat sukar yang dia pakai. Cobalah untuk memikir / mengingat ayat-ayat Kitab Suci yang lain, yang lebih jelas  / gamblang, yang mendukung pandangan saudara dan menghancurkan pandangan orang itu.


Contoh: orang Saksi Yehovah sering menggunakan Mat 5:5 dan Wah 7:4 untuk mengatakan bahwa nanti cuma 144.000 orang yang masuk surga dan selebihnya tinggal di bumi ini yang telah disempurnakan, dalam arti tidak ada lagi dosa dan penderitaan. Ayat yang jelas / gamblang yang menentang pandangan itu adalah 2Pet 3:10-13 yang menyatakan bahwa pada saat Yesus datang kembali, bumi ini akan dihancurkan, dan kita akan mendapat tempat yang baru!


Matius 19: 7-8: “(7) Kata mereka kepadaNya: ‘Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?’ (8) Kata Yesus kepada mereka: ‘Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian”.


1) Ay 7 jelas lagi-lagi menunjuk pada Ul 24:1-4.

Jadi, mereka ingin kembali pada Ul 24 itu. Maksud mereka, kalau perceraian dilarang, lalu bagaimana menafsirkan Ul 24 itu?


2) Dalam ay 7 itu mereka menggunakan istilah ‘memerintahkan’.

Sekalipun memang mereka berkata bahwa ‘Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai’, tetapi orang bisa menerima secara salah, seolah-olah Musa memerintahkan perceraian. Karena itu, pada waktu Yesus menjawab dalam ay 8, Ia tidak mau menggunakan istilah ‘memerintahkan’, tetapi Ia menggunakan istilah ‘mengijinkan’. Itupun tidak berarti bahwa Musa menghalalkan perceraian itu atau menganggapnya tidak dosa. Karena itu Yesus berkata karena ketegaran hatimu maka Musa mengijinkan hal itu’. Jadi, supaya tidak terjadi hal yang lebih buruk seperti istri dipukuli, tidak diberi makan dsb, maka Musa akhirnya mengijinkan perceraian.


3) Sebetulnya, dalam arti yang ketat, Ul 24:1-4 sama sekali tidak memberi ijin cerai / memberi syarat perceraian. Hati-hati kalau saudara menggunakan terjemahan KJV yang salah terjemahan! Terjemahan itu menjadikan Musa betul-betul mengijinkan cerai dan bahkan mengijinkan kawin lagi! Tetapi terjemahan Kitab Suci Indonesia dan juga Kitab Suci bahasa Inggris yang lain, tidak seperti itu. Bacalah sekali lagi Ul 24:1-4 itu, maka saudara akan melihat bahwa tujuan ayat-ayat itu hanyalah memperingatkan seseorang, bahwa kalau ia menceraikan istrinya dan istrinya lalu kawin lagi dengan orang lain, maka sesudah orang lain itu menceraikan perempuan itu, atau bahkan setelah orang lain itu mati sekalipun, laki-laki pertama tidak boleh mengambil kembali istrinya. Secara implicit, bagian ini justru memperingatkan orang untuk tidak gampang-gampang bercerai, karena kalau suatu hari ia menyesal dan ingin rujuk, ia tidak bisa rujuk (kalau istri yang dicerai itu belum kawin lagi, maka rujuk diijinkan, tetapi kalau sudah kawin lagi, rujuk tidak lagi dimungkinkan).


Lalu, kalau Ul 24:1-4 memang tidak mengijinkan perceraian, mengapa dalam ay 8 Yesus mengatakan bahwa Musa mengijinkan perceraian? Ada 2 kemungkinan jawaban:

a) Karena Musa tidak melarang perceraian secara tegas, maka itu dianggap mengijinkan.

b) Waktu Yesus berkata ‘Musa mengijinkan’, Ia tidak memaksudkan Ul 24, tetapi dalam praktek / kenyataannya, dimana Musa memang mengijinkan perceraian.


4) Yesus berani secara terang-terangan mengecam perceraian, padahal:


a) Ia berada di Perea yang termasuk wilayah kekuasaan Herodes Antipas. Ia tahu bahwa Yohanes Pembaptis dibunuh gara-gara menegur Herodes tentang kawin-cerai. Tetapi Yesus tidak takut untuk menyatakan kebenaran! Bagaimana dengan saudara?


b) Pandangan Hillel adalah pandangan mayoritas orang Yahudi pada saat itu! Yesus tidak berusaha untuk jadi ‘netral’! Yesus juga tidak takut menentang pandangan mayoritas! Ia bukan ‘bunglon’! Bagaimana dengan saudara? Khususnya kalau saudara adalah hamba Tuhan, tirulah Yesus, dan jangan menjadi ‘bunglon’!


Ay 9: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’”.


1) Dari Markus 10:10-12 terlihat bahwa ay 9 itu diucapkan hanya kepada murid-murid (ketika mereka  sudah tiba di rumah).


2) ‘kecuali karena zinah’.

Kata-kata ‘kecuali karena zinah’ dalam ay 9 ini berarti bahwa kalau terjadi perzinahan (ini satu-satunya alasan!), maka diijinkan untuk bercerai, dan bahkan untuk kawin lagi. Banyak orang hanya menyoroti ay 6 lalu berkata bahwa bagi orang kristen perceraian dilarang secara mutlak dalam keadaan apapun. Ini salah, karena ay 9 secara jelas berkata bahwa kalau terjadi perzinahan, maka perceraian diijinkan!

Ada juga yang sekalipun melihat ay 9 ini tetapi tetap menafsirkan bahwa orang kristen secara mutlak tidak boleh bercerai, bahkan kalau terjadi perzinahan sekalipun. Alasan mereka kontex dari Mat 19 ini (mulai ay 3-9) jelas menentang perceraian. Terhadap ajaran / penafsiran seperti ini saya jawab sebagai berikut:


a) Kalau memang orang tidak boleh bercerai sekalipun terjadi perzinahan, lalu mengapa dalam ay 9 itu ada kata-kata ‘kecuali karena zinah’? Bukankah sebaiknya dibuang saja supaya tidak membingungkan?


b) Penafsiran yang mengijinkan cerai pada saat terjadi perzinahan tidak bertentangan / dengan kontex. Coba perhatikan: dalam ay 3 orang-orang itu bertanya: Bolehkah menceraikan istri dengan alasan apa saja? Dalam ay 4-6 Yesus memberikan peraturan umum, yaitu orang tidak boleh bercerai. Lalu dalam ay 7 mereka bertanya: Mengapa Musa menyuruh memberi surat cerai? Dan dalam ay 8 Yesus menjawab: karena ketegaran hatimu. Lalu dalam ay 9 Ia menekankan lagi bahwa orang tidak boleh bercerai, tetapi sekarang ini ia memberikan perkecualian, yaitu kalau terjadi zinah. Ini untuk menjawab pertanyaan mereka dalam ay 3. Dengan demikian kesimpulan seluruhnya adalah sebagai berikut: Terhadap pertanyaan: apakah boleh seseorang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja? Yesus menjawab: Tidak, orang hanya boleh cerai kalau terjadi perzinahan!


c) Apa yang diajarkan Yesus dalam Mat 19:9 itu sebetulnya sudah ada dalam Mat 5:32. Supaya saudara melihat kontex ayat itu, saya menuliskan di sini Mat 5:31-32 yang berbunyi sebagai berikut: “(31) Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan istrinya harus memberi surat cerai kepadanya. (32) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zinah, ia menjadikan istrinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah”.

Dalam Mat 19 itu orang masih bisa berkelit dengan mengandalkan kontex, tetapi bagaimana dengan Mat 5:31-32?


d) Bandingkan dengan Yer 3:8 yang berbunyi: “Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal”.


Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mempraktekkan prinsip yang Yesus ajarkan dalam Mat 5:32 dan Mat 19:9 itu. Pada waktu Israel bersundal / berzinah / tidak setia kepada Allah, maka Allah menceraikan Israel dan memberikan surat cerai kepadanya! Memang perzinahan yang dilakukan oleh Israel, adalah perzinahan rohani, dimana mereka tidak setia kepada Allah dan lalu menyembah berhala / allah lain, tetapi prinsipnya sama yaitu: jikalau terjadi perzinahan maka perceraian diijinkan!


Catatan: boleh tidaknya bercerai kalau terjadi perzinahan, sudah saya bahas secara sangat panjang lebar dalam pembahasan Mat 5:31-32 (Exposisi Matius jilid II). Karena itu di sini saya hanya membahas secara singkat saja.


Ay 10: “Murid-murid itu berkata kepadaNya: ‘Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.’”.


1) Pernyataan murid-murid ini menunjukkan bahwa bagi mereka, ajaran Yesus itu begitu berat sehingga lebih baik tidak kawin dari pada harus terikat oleh ajaran yang begitu berat. Jelas bahwa murid-murid itupun tadinya pro Hillel.


2) Kata-kata ‘lebih baik jangan kawin’ adalah sesuatu yang tidak Alkitabiah. Ini bertentangan dengan:

  • Kej 1:28 - “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”.

  • Kej 2:18 - “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”.

  • Kej 9:1 - “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi”.

Memang ayat-ayat ini hanya berlaku umum, tetapi tidak secara mutlak. Jadi, secara umum Allah menghendaki seseorang menikah dan mempunyai anak. Tetapi dalam hal-hal khusus, bisa saja Ia menghendaki seseorang tidak menikah (bdk. ay 12 di bawah).


Ay 11: “Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja”.


1) ‘Akan tetapi’ (ay 11).

Kata ‘tetapi’ selalu mengkontraskan bagian yang di depannya dengan bagian yang di belakangnya. Jadi, dari kata ‘tetapi’ ini sudah jelas bahwa Yesus tidak setuju dengan kata-kata murid-murid dalam ay 10.


2) ‘Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu’.

Kata ‘mengerti’ itu salah terjemahan (idem ay 12b).

NIV/NASB: accept (= menerima).

KJV/RSV: receive (= menerima).

Jadi terjemahan seharusnya adalah ‘menerima’.

Arti: tidak semua orang bisa tidak kawin.


3) ‘Hanya mereka yang dikaruniai saja’.

Arti: hanya mereka yang diberi karunia untuk tidak kawin bisa / boleh hidup membujang (celibat). Bandingkan dengan 1Kor 7:7 - “Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu”.


Ay 12: “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.’”.


1) ‘Orang yang tidak dapat kawin’. Ini salah terjemahan.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘eunuchs’ (= sida-sida).

Ini orang yang dikebiri.


2) Ada 3 golongan orang seperti ini:


a) Orang yang ‘memang lahir demikian dari rahim ibunya’ (ay 12a).

Ini adalah orang yang memang tidak bisa kawin dari lahir karena ia dilahirkan dalam keadaan tidak normal pada alat kelaminnya sehingga memang tidak bisa kawin.


b) ‘Orang yang dijadikan demikian oleh orang lain’ (ay 12b).

Ini menunjuk pada orang-orang semacam sida-sida / penjaga harem raja yang dikebiri oleh raja (bdk. 2Raja-raja 20:18  Ester 2:14-15).


c) ‘Orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga’ (ay 12c).

NASB: ‘who made themselves eunuchs for the sake of the kingdom of heaven’ (= yang membuat diri mereka sendiri sida-sida demi kerajaan sorga).

Origen, seorang bapa gereja, menghurufiahkan ayat ini, lalu mengebiri dirinya sendiri. Tetapi tindakan ini dikecam oleh gereja dan akhirnya Origen sendiri sadar bahwa tindakannya itu salah.

Jadi, bagian ini menunjuk pada orang yang secara sengaja tidak mau kawin (sekalipun ia bisa kawin) demi Tuhan / gereja. Tetapi ayat ini sama sekali tidak berarti bahwa orang itu betul-betul membuat dirinya tidak bisa kawin dengan jalan mengebiri dirinya sendiri!


Bandingkan ayat ini dengan 1Kor 7:32-35 - “(32) Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. (33) Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, (34) dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. (35) Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan”.


Tetapi, bagaimanapun juga golongan ke 3 ini tetap harus memperhatikan ay 11! Jadi, tidak semua orang boleh tidak kawin demi Tuhan / gereja. Mereka hanya boleh tidak kawin demi Tuhan / gereja, kalau mereka punya karunia untuk tidak kawin!

MATIUS 19:13-26


Matius 19:13-15 - “(13) Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-muridNya memarahi orang-orang itu. (14) Tetapi Yesus berkata: ‘Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.’ (15) Lalu Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ”.


Matius 19:13: “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-muridNya memarahi orang-orang itu”.


1) Orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus.

Ini adalah tindakan yang sangat penting! Ada banyak orang tua yang melalaikan hal ini dan membiarkan anak-anak mereka bertumbuh menjadi dewasa tanpa pengenalan yang benar dan cukup tentang Kristus. Kalau anak-anak mereka sudah besar / dewasa dan anak-anak itu hidup brengsek, baru mereka bingung dan berdoa kepada Tuhan. Seharusnya semua orang tua berusaha membawa anak-anak mereka sedini mungkin kepada Kristus.

Bdk. Amsal 22:6 - “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”.


2) Murid-murid Yesus memarahi orang-orang yang membawa anak-anak mereka kepada Yesus dan dengan ini murid-murid itu menghalangi anak-anak untuk datang kepada Yesus.


a) Mungkin sekali motivasi murid-murid itu baik.

Mereka begitu mencintai Yesus dan mereka tak mau Yesus terlalu lelah. Tetapi bagaimanapun juga, tindakan mereka tetap salah! Dan karena itu maka Yesus menjadi marah kepada mereka.

Mark 10:14 - “Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: ‘Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”.

Jelas bahwa tindakan yang salah, sekalipun motivasinya benar, tetap tidak bisa diterima!


b) Meremehkan anak / meremehkan pelayanan terhadap anak, jelas merupakan tindakan / sikap yang keliru!

Contoh:

  • gereja yang tidak mempunyai sekolah minggu, atau yang meremehkan pelayanan sekolah minggu.

  • orang tua yang malas untuk mengantar anaknya ke sekolah minggu.

  • orang kristen yang hanya memberitakan Injil kepada orang dewasa saja, tidak kepada anak.


c) Menghalangi anak datang kepada Yesus, lebih-lebih merupakan tindakan yang salah!

Contoh: orang tua yang melarang anak ke gereja / sekolah minggu dengan alasan:

  • takut pelajaran sekolahnya mundur. Kalau saudara adalah orang tua seperti ini maka pikirkan: apakah saudara senang kalau anak saudara menjadi juara di sekolah, tetapi nanti ia masuk neraka?

  • belum tahu jodohnya agama apa. Seharusnya orang tua membimbing anak-anaknya kepada Kristus dan setelah itu mengarahkan supaya mereka memilih jodoh yang seiman, dan bukannya menunggu anaknya mendapat jodoh dan lalu menyesuaikan agama anaknya dengan agama jodohnya itu!


Ay 14-15: “(14) Tetapi Yesus berkata: ‘Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.’ (15) Lalu Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ”.


1) Yesus mau menerima anak kecil / bayi.

Luk 18:15 - “Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-muridNya memarahi orang-orang itu”.

NIV/NASB: ‘babies’ (= bayi-bayi).

KJV/RSV: ‘infants’ (= bayi-bayi).


Sekalipun saat itu tidak terjadi baptisan (karena saat itu baptisan Kristen belum ada!), tetapi di sini Yesus mau menerima anak kecil / bayi yang belum mengerti tentang Dia / belum beriman kepadaNya, dan ini merupakan salah satu dasar dari baptisan bayi!

Dasar yang lain adalah: karena dalam Perjanjian Lama, bayi disunat pada usia 8 hari, dan dalam Perjanjian Baru sakramen sunat digantikan oleh sakramen baptisan, maka dalam Perjanjian Baru baptisan juga dilakukan terhadap bayi.


2) ‘Orang-orang seperti itu’ (ay 14) adalah ‘orang yang seperti anak kecil’, bukan dalam arti bahwa mereka kekanak-kanakan (childish), tetapi dalam arti bahwa mereka itu mempunyai sifat-sifat seorang anak, seperti:

  • kerendahan hati.

  • ketulusan.

  • ketidak-bersandaran pada diri sendiri.

Sifat-sifat seperti ini penting untuk bisa percaya kepada Kristus, dan karena itu Yesus berkata bahwa orang-orang yang seperti anak kecil itulah yang empunya Kerajaan Allah. Dengan kata lain, orang-orang seperti itulah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Bdk. Mark 10:15 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.’”.


Matius 19:16-26 - “(16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ (20) Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’ (25) Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: ‘Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?’ (26) Yesus memandang mereka dan berkata: ‘Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.’”.


Matius 19: 16: “Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’”.


1) Seorang datang kepada Yesus.

Ia kaya dan Luk 18:18 menyebutkan bahwa ia adalah seorang pemimpin.

Luk 18:18 - “Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: ‘Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’”.

Tetapi orang itu mau datang kepada Yesus dengan bertelut (Mark 10:17) dan mau bertanya kepada Yesus.


Markus 10:17 - “Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalananNya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapanNya ia bertanya: ‘Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’”.


Ini menunjukkan kerendahan hatinya. Ia tidak seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang sombong dan selalu menyerang Yesus.


2) Orang ini kaya dan punya jabatan. Tetapi ia memikirkan hal-hal rohani, yaitu hidup yang kekal. Ini sesuatu yang bagus! Banyak orang hanya memikirkan hal-hal duniawi / jasmani saja.


3) Tetapi, orang ini percaya pada doktrin sesat ‘salvation by works’ (keselamatan melalui ketaatan / perbuatan baik), karena ia mengira bahwa ia harus berbuat sesuatu untuk bisa mendapatkan hidup kekal.

Doktrin sesat ini bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci seperti: 

  • Ro 3:24,27-28 - “(24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

  • Ro 9:30-32 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan.

  • Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat.

  • Gal 3:6-11 - “(6) Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. (7) Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. (8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ‘Olehmu segala bangsa akan diberkati.’ (9) Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. (10) Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’ (11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman.’”.

  • Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

  • Fil 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.


Ingat bahwa kita adalah manusia berdosa yang tidak bisa berbuat baik. Kalaupun kita bisa berbuat baik, perbuatan baik kita tidak bisa menghapus dosa-dosa kita. Karena itu janganlah sekali-kali percaya bahwa saudara bisa selamat / masuk surga dengan usaha saudara berbuat baik. Kita hanya bisa diselamatkan kalau kita percaya / beriman kepada Yesus yang sudah mati untuk menebus dosa-dosa kita. Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang hal ini, bacalah buku saya yang berjudul ‘Fondasi Kekristenan’, Jilid I.


Matius 19: 17: “Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.’”.


1) Ay 17a - “Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik”.

Bdk. Mark 10:18 - “Jawab Yesus: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja”.


a) Bagian ini sering dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah. Tetapi penafsiran seperti ini jelas salah karena bertentangan dengan banyak ayat-ayat Kitab Suci yang jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah (Yoh 1:1  Ro 9:5  Tit 2:13  Ibr 1:8  1Yoh 5:20).


b) Penjelasan ay 17a: Tadi, pemuda itu menyebut Yesus dengan sebutan ‘guru yang baik’ (Mark 10:17). Ini berarti bahwa sekalipun ia menganggap Yesus itu baik, tetapi Yesus tetap dianggapnya sebagai manusia biasa. Yesus mengucapkan ay 17a / Mark 10:18, karena Yesus ingin pemuda itu percaya bahwa Ia baik dan sekaligus adalah Allah.


2) Ay 17b (bdk. Im 18:5  Ro 2:13  Ro 10:5).

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa kalau seseorang mentaati Firman Tuhan, maka ia akan hidup. Tetapi ketaatan itu haruslah merupakan ketaatan yang sempurna! Itu ditunjukkan oleh kata ‘segala’ dalam ay 17b. Jelas bahwa tidak mungkin ada orang yang bisa taat secara sempurna, dan karena itulah maka tidak ada seorangpun bisa dibenarkan oleh Allah karena ketaatan / perbuatan baiknya sendiri. Jadi, tujuan Yesus mengucapkan ay 17b, bukanlah untuk mengajarkan keselamatan / pembenaran melalui ketaatan / perbuatan baik! Tujuan Yesus justru adalah untuk menyadarkan pemuda itu bahwa ia tidak mungkin mendapatkan hidup yang kekal dengan usahanya sendiri.


Ay 18-20: “(18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ (20) Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’”.


1) Ternyata usaha Yesus untuk menyadarkan pemuda itu bahwa ia tidak mungkin bisa masuk surga dengan usahanya sendiri, belum berhasil. Mengapa? Karena pemuda itu adalah orang yang merasa dirinya benar (self righteous person). Ini terlihat dari ay 20.


2) Ay 20 menunjukkan bahwa pemuda itu mengira bahwa ia sudah taat. Ia merasa dirinya baik. Semua ini terjadi karena ia buta terhadap dosa-dosanya.

Ketidakmauannya untuk menjual hartanya dan membagikannya kepada orang miskin (ay 21-22), membuktikan bahwa sebetulnya ia tidak mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri (ay 19).


Ay 21-22: “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya”.


1) Perintah Yesus dalam ay 21 ini tidak berlaku umum, tetapi hanya untuk pemuda ini. Tetapi, andaikata Tuhan memerintahkan hal ini kepada saudara, maukah saudara taat? Atau saudara akan meniru pemuda itu?


2) Tujuan perintah Yesus dalam ay 21: menunjukkan dosa pemuda itu, yaitu adanya ‘allah lain’ dalam diri pemuda itu, yaitu uang / harta, yang ia cintai lebih dari Allah / sesama manusia, bahkan lebih dari hidup yang kekal!

Penerapan: apakah uang, pekerjaan, study, suami / istri / keluarga, hobby merupakan allah lain dalam hidup saudara? Bandingkan dengan Abraham yang mau mempersembahkan Ishak kepada Allah (Kej 22).


3) Ay 22: pemuda itu menolak untuk mentaati Yesus, dan ia pergi meninggalkan Yesus dengan sedih.

  • Setiap orang yang mau percaya dan taat kepada Yesus akan menerima damai dan sukacita, tetapi orang yang menolak Yesus tidak akan pernah mendapat damai dan sukacita yang sejati.

  • Ia pergi dengan sedih, bukan dengan marah. Ini menunjukkan bahwa ia sadar bahwa Yesus memang benar, tetapi bagaimanapun ia tidak mau menurut. Hartanya menjadi penghalang bagi dia untuk datang kepada Tuhan / mendapatkan hidup kekal.


4) Pemuda itu hormat kepada Yesus, mau datang dan bertanya kepada Yesus. Ia mencari hidup kekal, ia orang beragama dan berusaha taat. Tetapi ia meninggalkan Yesus! Ia terhilang! Banyak orang seperti dia, mula-mula kelihatan bagus (pergi ke gereja, belajar Kitab Suci, ikut katekisasi, dibaptis dsb), tetapi akhirnya meninggalkan Yesus. Orang-orang seperti ini akan terhilang! Jangan saudara menjadi orang seperti itu!


Ay 23-26: “(23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’ (25) Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: ‘Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?’ (26) Yesus memandang mereka dan berkata: ‘Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.’”.


1) Sukarnya orang kaya masuk surga digambarkan seperti unta masuk lubang jarum. Ada yang menganggap penggambaran ini tidak masuk akal karena ‘unta’ tak ada hubungannya dengan ‘lubang jarum’. Akhirnya muncul tafsiran-tafsiran seperti ini:

a) Pada tembok kota ada 2 buah pintu, pintu utama dan pintu sempit. Pada malam hari, pintu utama ditutup dan dikunci. Orang yang mau keluar / masuk, harus melalui pintu sempit. Pintu ini begitu kecil / sempit sehingga seorang manusia sukar masuk dengan berjalan tegak. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa pintu ini disebut ‘lubang jarum’.

b) Kata bahasa Yunani untuk ‘unta’ adalah KAMELOS, sedang kata bahasa Yunani untuk kabel / tali / tampar adalah KAMILOS. Jadi, mungkin yang Yesus maksudkan bukan ‘unta’ tetapi ‘tali / tampar’.

Tetapi, sebetulnya kita tak perlu melakukan penafsiran seperti ini. Sekalipun ‘unta’ tidak ada hubungannya dengan ‘lubang jarum’, itu bukanlah hal yang aneh. Bandingkan dengan Mat 23:24 - “Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan”. Jadi, penggambaran ini tidak perlu diubah! Dan artinya adalah: orang kaya sukar sekali masuk ke surga.


2) Mark 10:24 (KJV): ‘Children, how hard it is for them that trust in riches to enter into the kingdom of God’ (= Anak-anak, alangkah sukarnya bagi mereka yang mempercayai kekayaan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah).

Ini karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang berbeda. Manuscript yang dipakai oleh KJV ini tidak terlalu dipercaya, sehingga bagaimanapun terjemahan yang lain (seperti Kitab Suci Indonesia) lebih diterima. Tetapi, bagaimanapun juga, kontex dan seluruh Kitab Suci membenarkan penafsiran seperti itu. Jadi, yang dimaksud dengan orang kaya dalam bagian ini, bukanlah seadanya orang kaya, tetapi orang kaya yang mengandalkan / percaya / bergantung / mencintai kekayaannya.


3) Mengapa kekayaan adalah sesuatu yang berbahaya?

a) Kekayaan menyebabkan rasa cukup sehingga orang yang mempunyainya sering merasa tidak membutuhkan apa-apa, termasuk tidak membutuhkan Tuhan (bdk. Wah 3:17  Luk 12:16-21).

b) Bdk. Mat 6:21 dimana dikatakan bahwa dimana harta kita berada, di situ hati kita berada.

c) Kekayaan sering menguasai pemiliknya.

  • selalu ingin lebih kaya.

Seseorang mengatakan: “Enough is always a little more than a man has” (= Cukup itu selalu sedikit lebih banyak dari yang dipunyai seseorang).

  • mendewakan uang.

d) Kekayaan memberi lebih banyak pencobaan / kesempatan untuk jatuh ke dalam dosa, misalnya piknik pada hari minggu sehingga tidak pergi ke kebaktian, nonton bioskop sehingga tidak ke Pemahaman Alkitab, pergi ke pelacuran, punya istri lebih dari satu, dsb.


4) Sekalipun bagian ini berkata bahwa orang kaya sukar masuk surga, kita tidak boleh menarik kesimpulan bahwa orang miskin akan masuk surga secara otomatis. Kalau saudara tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, maka saudara akan masuk neraka, baik saudara kaya maupun saudara miskin!


5) Ay 25: Ajaran Yesus membuat gempar!

Ajaran yang bikin gempar tidak mesti salah! Bandingkan dengan ajaran Reformed tentang Providence of God yang saya ajarkan.

Tetapi sebaliknya, juga jangan menganggap seadanya ajaran yang membuat gempar adalah ajaran yang benar!


6) Ay 25-26: - “(25) Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: ‘Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?’ (26) Yesus memandang mereka dan berkata: ‘Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.’”.

Ini menekankan bahwa persoalan keselamatan sepenuhnya tergantung kepada Tuhan! Ini cocok dengan ajaran Calvinisme / Reformed!

MATIUS 19:27-30


Mat 19:27-30 - “(27) Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: ‘Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?’ (28) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. (29) Dan setiap orang yang karena namaKu meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. (30) Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.’”.


Matius 19: 27: “Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: ‘Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?’”.


1) ‘telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau’.

Bandingkan dengan Luk 14:33 - “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu”.

Ini memang syarat untuk mengikut Yesus: rela meninggalkan segala sesuatu. Bandingkan juga dengan Mat 19:21-22. Pemuda kaya itu tidak mau meninggalkan harta demi Kristus. Tetapi murid-murid ini sudah meninggalkan segala sesuatu.


Seseorang mengatakan: “The philosopher forsakes all without following Christ; most Christians follow Christ without forsaking all; to do both is apostolic perfection” (= Ahli-ahli filsafat meninggalkan semua tanpa mengikut Kristus; kebanyakan orang kristen mengikut Kristus tanpa meninggalkan segala sesuatu; melakukan keduanya adalah kesempurnaan rasuli).


2) ‘Jadi apakah yang akan kami peroleh?’.

Ada 2 penafsiran tentang kata-kata / pertanyaan ini:

a) Petrus mau ‘dagang’ (ada pamrih) dengan Tuhan.

b) Petrus cuma ingin tahu.

Mungkin ini adalah pandangan yang benar, karena dalam Luk 18:28 maupun Mark 10:28 kata-kata ini tidak ada. Padahal Markus mendapat bahan (dalam menulis Kitab Suci) dari Petrus, sehingga biasanya ia yang paling menonjolkan kejelekan Petrus. Kalau di sini Petrus memang mau ‘dagang’ dengan Tuhan, pasti Markus menuliskan hal itu.


Matius 19: 28: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.


1) ‘Pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaanNya’.

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

a) Ini menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya

b) Ini menunjuk pada saat Kristus naik ke surga. Saat itulah rasul-rasul itu akan menjadi pemerintah gereja.


Saya lebih setuju dengan penafsiran pertama karena:

  • kata-kata ‘pada waktu penciptaan kembali’ cocok dengan penafsiran pertama tetapi tidak cocok dengan penafsiran kedua.

  • penafsiran pertama membuat kontex lebih ‘bagus’ karena ay 28 menunjukkan pahala di surga (nanti), sedangkan ay 29 menunjukkan pahala di dunia (bdk. Mark 10:30 / Luk 18:30 - ‘pada masa ini juga’).

  • dalam ay 27 mungkin sekali Petrus masih memikirkan Kerajaan Mesias yang bersifat duniawi. Dengan menunjuk pada kedatangan ke 2, maka Yesus ingin menghancurkan pemikiran Petrus yang salah.


2) ‘12 suku Israel’.

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:


a) Ini menunjuk pada Israel yang tak percaya.

Alasan: adanya kata ‘menghakimi’ yang menunjuk pada penjatuhan hukuman, sehingga pasti menunjuk pada orang yang tidak percaya.

Keberatan terhadap pandangan ini: Hal seperti ini (menghukum orang), tidak mungkin disebut sebagai pahala bagi orang yang meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.


b) Ini menunjuk pada orang-orang pilihan dari kalangan Israel.

Bandingkan dengan Ro 11:1-7,23-27 - “(1) Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umatNya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. (2) Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: (3) ‘Tuhan, nabi-nabiMu telah mereka bunuh, mezbah-mezbahMu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (4) Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? ‘Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagiKu, yang tidak pernah sujud menyembah Baal.’ (5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. (7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, ... (23) Tetapi merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. (24) Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri. (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. (26) Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. (27) Dan inilah perjanjianKu dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.’”.


c) Ini menunjuk kepada semua orang pilihan.

Ini yang saya anggap benar! Alasannya: ini menunjuk pada peristiwa setelah kedatangan Yesus yang ke 2 kalinya, sehingga tidak mungkin masih ada perbedaan antara Israel dan non Israel.


3) ‘Menghakimi’.

Lagi-lagi ada 2 penafsiran:


a) Betul-betul diartikan ‘menghakimi’. Kristus adalah Hakim, dan mereka satu dengan Kristus sehingga merekapun dianggap menghakimi (Jadi, tidak diartikan bahwa mereka betul-betul menjatuhkan vonis!).


b) Artinya adalah: ‘memerintah’.

Dasar dari penafsiran ini:

  • Hakim-hakim dalam Perjanjian Lama tidak betul-betul menjadi hakim (seperti dalam pengadilan), tetapi menjadi pemimpin / pemerintah.

  • Ayat-ayat Kitab Suci seperti:

  • 2Tim 2:12a - “jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia”.

  • Wah 2:26-27 - “(26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaanKu sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk - sama seperti yang Kuterima dari BapaKu -”.

  • Wah 3:21 - “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhtaKu, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya”.


Ay 29: “Dan setiap orang yang karena namaKu meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal”.


1) ‘Karena namaKu’.

Bandingkan dengan Mark 10:29: ‘karena Aku dan karena Injil’. Jadi, bukan karena gereja, pendeta, dsb. Kita harus fanatik demi Kristus dan Injil / Firman Tuhan, bukan demi gereja, aliran, pendeta, dsb.


2) Yang ditinggalkan: rumah, saudara laki-laki / perempuan, bapa, ibu, anak, ladang (= pekerjaan).

Dalam KJV, dalam ay 29 ini ada kata ‘wife’ (= istri), karena KJV menggunakan manuscript yang berbeda. Demikian juga dalam Mark 10:29. Tetapi dalam Mark 10:30 tidak ada manuscript yang menuliskan ‘wives’ (= istri-istri). Tetapi, dalam Luk 18:29, memang ada kata ‘wife’ (= istri). Ini tentu tidak berarti bahwa ada sikon tertentu dimana demi Kristus kita harus menceraikan istri! Artinya: harus rela kehilangan istri, demi Kristus!


3) Akan menerima kembali 100 x lipat.


a) Bilangan ‘100’ jelas tidak hurufiah, karena Luk 18:30 mengatakan ‘lipat ganda’.


b) Apakah yang kita terima kembali dengan berlipat ganda itu adalah sesuatu yang sama dengan yang kita tinggalkan? Kalau dilihat dari Mark 10:29-30 maka rasanya / kelihatannya ya! Tetapi ini tidak mungkin! Rasul-rasul meninggalkan semua (perahu, jala, rumah cukai dsb), tetapi mereka tidak pernah menerima hal-hal itu kembali dengan berlipat ganda!

Jadi, harus diartikan:


  • berkat yang lebih besar, tetapi bendanya tidak mesti sama dengan yang ditinggalkan. Perhatikan juga  berkat yang lebih besar ini harus dilihat dengan ‘mata yang benar’, bukan dengan ‘mata duniawi’! Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

  • Amsal 15:16 - “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan”.

  • Amsal 16:8 - “Lebih baik sedikit penghasilan disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan”.

  • Amsal 17:1 - “Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai perbantahan”.

  • 1Tim 6:6 - “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan yang besar”.

  • Fil 3:7-8 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia”.


  • keluarga baru dalam Kristus (bdk. Mat 12:46-50  Ro 16:13).


4) Ay 29 mengandung hal yang tidak enak karena meninggalkan rumah, keluarga, pekerjaan pasti menimbulkan kesedihan / penderitaan tertentu. Tetapi Mark 10:30 menunjukkan hal yang lebih tidak enak lagi, yaitu penganiayaan!

Mark 10:30 - “orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal”.

Bandingkan dengan:

  • Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.

  • 2Tim 3:12 - “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.

Jelas bahwa ikut Yesus bukan enak tok, seperti yang diajarkan oleh banyak gereja-gereja jaman sekarang!


Ay 30: “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.’”.


Kalau kita melihat Luk 13:30 maka jelas dari kontexnya bahwa arti dari ‘yang terdahulu’ adalah ‘orang Yahudi’, sedangkan ‘yang terakhir’ adalah ‘orang non Yahudi’. Tetapi di sini kontexnya berbeda, sehingga artinyapun berbeda.

Artinya adalah: Orang-orang yang kelihatannya hebat, belum tentu benar-benar hebat. ‘Waktu’ akan membuktikannya / mengujinya. Bisa-bisa nanti mereka justru sama sekali tidak berarti. Ini sekaligus merupakan peringatan bagi para rasul itu. Mereka kelihatan hebat (mereka adalah orang-orang pertama yang ikut Yesus, mereka meninggalkan segala sesuatu, mereka mempunyai jabatan yang tinggi, dsb), dan Yesus memperingatkan supaya mereka jangan mundur menghadapi ujian waktu sehingga lalu menjadi ‘yang terakhir’ (tapi Yudas tetap jatuh sekalipun ada peringatan ini!). Ini juga merupakan peringatan bagi saudara yang saat ini sedang rajin / bersemangat / berkobar-kobar dalam ikut Yesus. ‘Waktu’ akan menguji saudara, apakah saudara akan tetap seperti itu, atau akan mundur sehingga menjadi ‘yang terakhir’. Karena itu, janganlah kendur sedikitpun dalam mengikut dan melayani Kristus!

Bdk. Ro 12:11-12 - “(11) Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (12) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”.


MATIUS 20:1-16


Mat 20:1-16 - “(1) ‘Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. (2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. (3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. (4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. (5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. (6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? (7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. (8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. (9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. (10) Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. (11) Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, (12) katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. (13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”.


Bagian ini berhubungan erat dengan Mat 19:27-30, khususnya dengan ay 30. Hal ini terlihat dari:


a) Kata ‘adapun’ (Inggris: ‘for’ = karena) pada awal kalimat dalam ay 1. Ini jelas menghubungkan bagian ini dengan Mat 19:27-30.


b) Mat 19:30 hampir sama dengan Mat 20:16, hanya terbalik.


Matius 20: 1-7: “(1) ‘Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. (2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. (3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. (4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. (5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. (6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? (7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku”.


1) Dalam perumpamaan ini terdapat 5 kelompok pekerja:


a) Yang didapat pagi-pagi benar (ay 1-2).

Perjanjian tentang upah: 1 dinar per hari.


b) Yang didapat pukul 9 pagi (ay 3-4).

Perjanjian tentang upah: apa yang pantas.


c) Yang didapat pukul 12 siang (ay 5a).

Perjanjian tentang upah: sama dengan golongan kedua (ay 5).


d) Yang didapat pukul 3 siang (ay 5b).

Perjanjian tentang upah: sama dengan golongan kedua (ay 5).


e) Yang didapat pukul 5 sore (ay 6-7).

Perjanjian tentang upah: tak ada perjanjian sama sekali!


2) Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan?


a) ‘menganggur’ (ay 3,6b).

Ini berlaku untuk semua pekerja itu sebelum mereka bekerja di ladang anggur tuan itu. Dan ini menunjukkan bahwa semua orang, bagaimanapun sibuknya dalam pekerjaannya, kalau ia belum melayani Tuhan di ladang Tuhan sesuai dengan panggilan Tuhan, adalah orang yang menganggur di hadapan Tuhan! Dan Tuhan jelas tidak senang dengan orang yang menganggur! Ini terlihat dari:

  • Ay 6-7: ia mau mempekerjakan orang pada pukul 5 sore (waktu untuk bekerja tinggal 1 jam lagi), menunjukkan bahwa yang ia pikirkan bukan sekedar kebun anggurnya, tetapi orang-orang yang menganggur itu!

  • Mat 25:24-30. Perhatikan bahwa hamba yang tak bekerja itu disebut ‘jahat dan malas’!

   

b) Seperti orang-orang itu dipanggil pada waktu yang berbeda-beda, demikian juga kita dipanggil oleh Tuhan pada waktu yang berbeda-beda. Ada yang sudah dipanggil Tuhan sejak kecil, ada yang sejak remaja / pemuda, ada yang pada saat dewasa, ada yang pada saat sudah tua. Kalau saudara menerima panggilan pelayanan pada saat saudara sudah tua, janganlah menyesali hal itu. Asal saudara bekerja / melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka tidak ada yang perlu disesalkan. Yang perlu disesalkan adalah kalau saudara menolak / menunda untuk memenuhi panggilan Tuhan, atau kalau saudara tidak bekerja dengan sungguh-sungguh!


c) Ada perbedaan mutu di antara para pekerja itu (bukan mutu pekerjaannya, tetapi mutu dari orangnya!).

  • Kelompok 1: mereka sepakat dengan upah 1 dinar / hari (ay 2).

Ini orang yang betul-betul ‘dagang’ dengan Tuhan (melayani dengan pamrih). Karena itu ada yang menganggap bahwa pertanyaan Petrus dalam Mat 19:27 juga bersifat pamrih dan di sini Yesus menegur / menyindir Petrus dengan menggunakan perumpamaan ini.

  • Kelompok 2,3,4 hanya diberitahu bahwa mereka akan menerima upah yang pantas (ay 4: ‘apa yang pantas’ dan ay 5: ‘melakukan sama seperti tadi’). Jelas bahwa orang-orang ini lebih baik dari orang-orang kelompok 1, karena orang-orang ini jelas menunjukkan bahwa mereka percaya pada keadilan / kebaikan tuan itu.

  • Kelompok 5 sama sekali tidak diberitahu soal upah, tapi mereka toh mau bekerja! Mereka bersyukur ada orang yang mempekerjakan mereka pada pukul 5 sore. Ini orang-orang yang melayani Tuhan tanpa pamrih sedikitpun!

Penerapan: kalau saudara melakukan sesuatu untuk Tuhan (baik pelayanan, memberitakan Injil, memberi persembahan dsb), bagaimana sikap hati saudara? Seperti kelompok 1, atau seperti kelompok 2,3,4 atau seperti kelompok 5?


Matius 20: 8-10: “(8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. (9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. (10) Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga”.


1) Urut-urutan pembayaran terbalik. Yang masuk terakhir dibayar dulu. Mengapa?


a) Supaya cerita / perumpamaannya terjadi sesuai keinginan Yesus.

Kalau orang-orang kelompok I dibayar dulu, maka mereka langsung pulang, dan tidak melihat pembayaran terhadap kelompok-kelompok yang lain sehingga jelas cerita / perumpamaannya tidak akan terjadi.


b) Untuk menyesuaikan dengan Mat 19:30 & Mat 20:16.


c) Untuk menunjukkan kedaulatan Allah.

Dalam pembayaran pegawai / pekerja ada hukum yang mengatakan bahwa pembayaran harus pada saat matahari terbenam, tidak boleh ditunda besoknya (Ul 24:15  Im 19:13). Tuan itu sudah menuruti peraturan itu; tentang siapa yang harus dibayar lebih dulu, tidak ada peraturannya, sehingga ia berhak untuk membayar lebih dulu orang-orang kelompok terakhir.


2) Semua pekerja dibayar sama yaitu 1 dinar.

Ada bermacam-macam arti / penafsiran:


a) Di surga semua orang kristen mendapat pahala yang sama.

Ini jelas adalah penafsiran yang salah, karena di surga jelas ada perbedaan pahala / kedudukan. Ini terlihat dari:

  • Ayat-ayat seperti Mat 5:19  Mat 20:20-23  Dan 12:3.

  • Mat 11:22,24 menunjukkan adanya perbedaan hukuman di neraka. Ini jelas menunjukkan bahwa di surga juga ada perbedaan pahala.


b) ‘1 dinar’ diartikan sebagai keselamatan / hidup kekal (jadi, semua sama-sama menerima hidup yang kekal).

Tetapi mereka menerima pembayaran karena mereka bekerja, dan ini bisa menimbulkan ajaran salvation by works (= keselamatan melalui ketaatan / perbuatan baik) yang jelas merupakan ajaran sesat!

Tetapi bisa saja diartikan sebagai berikut: mereka bekerja, menunjukkan mereka beriman. Iman mereka, yang dibuktikan dengan maunya mereka bekerja, itulah yang menyelamatkan mereka.


c) Mereka sama-sama disenangi / dihargai secara sama oleh Allah.


d) Calvin: ini jelas tidak mempersoalkan pahala di surga. Tujuan perumpamaan ini adalah supaya orang yang terdahulu jangan sombong dan menghina orang yang terakhir, karena Allah, kalau Ia mau, bisa membuat yang terakhir itu menjadi sama dengan, bahkan lebih besar dari, yang terdahulu.


e) William Barclay menggabungkan pandangan c) dan d).

“You have received the great privilege of coming into the christian church and fellowship very early, right at the beginning. In later days others will come in. You must not claim a special honour and a special place because you were christians before they were. All men, no matter when they come, are equally precious to God” (= Engkau telah menerima hak yang besar untuk datang ke dalam gereja dan persekutuan kristen sangat awal, pada permulaan. Pada hari-hari yang akan datang orang-orang lain akan datang. Engkau tidak boleh mengclaim kehormatan khusus dan tempat khusus karena engkau sudah menjadi kristen sebelum mereka. Semua orang, tak peduli kapan mereka datang, sama-sama berharga bagi Allah).


“There are people who think that, because they have been members of a church for a long time, the church practically belongs to them and they can dictate its policy. Such people resent what seems to them the intrusion of newblood or the rise of a new generation with different plans and different ways. In christian church seniority does not necessarily mean honour” (= Ada orang-orang yang berpikir bahwa karena mereka telah menjadi anggota gereja untuk waktu yang begitu lama, maka gereja secara praktis menjadi milik mereka dan mereka bisa mendiktekan kebijaksanaannya. Orang-orang seperti itu marah pada apa yang bagi mereka terlihat sebagai pengacauan dari orang-orang baru atau munculnya generasi yang baru dengan rencana-rencana berbeda dan cara-cara yang berbeda. Dalam gereja kristen kesenioran tidak harus berarti kehormatan).


Penerapan: Ini perlu diperhatikan oleh generasi tua dalam gereja! Tetapi hal ini juga perlu diperhatikan oleh generasi yang masih muda, supaya nanti kalau tua, tidak mengulang kesalahan generasi tua sekarang ini!


Matius 20: 11-12: “(11) Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, (12) katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari”.


1) Orang-orang kelompok 1 iri hati, karena merasa diperlakukan tidak adil.

Sesuatu yang menarik dari rasa iri hati adalah bahwa orang yang iri hati itu seringkali bukannya ingin lebih banyak untuk dirinya sendiri, tetapi ingin orang lain yang dikurangi bagiannya (ay 12,15b).

Ada orang yang berkata: “Envy does not demand more for itself, but wishes that others should have less” (= Iri hati tidak menuntut lebih untuk dirinya sendiri, tetapi menginginkan supaya yang lain mendapat lebih sedikit).


2) Orang-orang kelompok 1 ini jelas menganggap upah itu sebagai hak mereka. Ini adalah sesuatu yang salah! Upah / pahala tetap adalah karunia Tuhan bagi kita. Mengapa? Karena Tuhanlah yang memberikan kita kemauan dan kemampuan sehingga kita bisa bekerja bagi Dia!


Bandingkan sikap orang-orang kelompok 1 itu dengan ajaran Yesus dalam Luk 17:7-10 - “(7) ‘Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.’”.


Matius 20: 13-15: “(13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”.


1) Tuan itu terlihat tidak adil di mata orang-orang kelompok 1 itu. Tetapi setelah tuan itu memberi penjelasan dalam ay 13-15, maka siapa yang bisa mengatakan bahwa ia tidak adil? Demikian juga, kadang-kadang Allah itu kelihatannya tak adil, tetapi Ia pasti adil.

Contoh:

  • ajaran tentang predestinasi sering menimbulkan kesan bahwa Allah tidak adil (Ro 9:14). Tetapi sebetulnya tidak! Karena Allah memang berhak melakukan hal itu (Ro 9:15,18), dan dari sudut manusia, orang-orang pilihan menerima kasih karunia / belas kasihan Allah, sedangkan orang-orang bukan pilihan menerima keadilan Allah. Jadi tidak ada orang yang menerima ketidakadilan Allah!

  • doa orang lain dikabulkan oleh Allah, sedangkan doa saudara tidak! Pelayanan orang lain diberkati oleh Allah, sedangkan pelayanan saudara tidak! Pekerjaan orang lain diberkati oleh Allah, sedangkan pekerjaan saudara tidak! Apakah Allah tidak adil? Tidak! Ia berhak memberi ataupun tidak memberi! Ia tidak mempunyai kewajiban terhadap siapapun!


2) Ini menekankan lagi kedaulatan Allah (khususnya ay 14b-15).

Kalau saudara menerima berkat sedikit (atau bahkan tidak menerima berkat sama sekali!), sedangkan orang lain menerima banyak berkat, maka ingatlah bahwa Allah mempunyai hak untuk memberi ataupun tidak memberi kepada saudara! Saudara tidak berhak untuk menuntut Allah!


Ay 16: “Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”.


Dalam KJV ada tambahan: “for many be called, but few chosen”. Ini karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang ada penambahannya. Kalimat ini sebetulnya tidak ada!

MATIUS 20:17-34


Matius 20:17-19 - “(17) Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas muridNya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: (18) ‘Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. (19) Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’”.


1) Dalam ay 17 tidak dijelaskan tentang perasaan / suasana hati dari orang-orang yang mengikuti Yesus. Tetapi dalam paralelnya, yaitu dalam Mark 10:32 dikatakan bahwa murid-murid merasa cemas dan orang-orang yang mengikuti Yesus merasa takut.


Markus 10:32 - “Yesus dan murid-muridNya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas muridNya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diriNya”.


Tetapi terjemahan ini agak kurang tepat! Bandingkanlah dengan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris di bawah ini:

KJV/RSV: ‘amazed ... afraid’ (= heran ... takut).

NASB: ‘amazed ... fearful’ (= heran ... takut).

NIV: ‘astonished ... afraid’ (= heran ... takut).

Literal: ‘they were astonished and the ones following were afraid’ (= mereka heran dan orang-orang yang mengikuti takut).


a) Murid-murid merasa heran karena Yesus tahu bahwa Ia akan ditangkap, dianiaya dan mati di Yerusalem, tetapi Ia toh sengaja pergi ke sana.


b) Orang-orang yang lain takut.

Mereka tidak pernah mendengar dari Yesus bahwa Yesus akan mati di Yerusalem, karena tiap kali Yesus memberitakan hal itu, Ia hanya memberitakan kepada 12 muridNya saja. Tetapi bagaimanapun, orang-orang ini tahu bahwa Yerusalem adalah sarang dari musuh-musuh Yesus, sehingga akan berbahaya bagi Yesus maupun bagi mereka untuk pergi ke Yerusalem. Tetapi, sekalipun mereka takut, mereka terus ikut Yesus. Ini sesuatu yang hebat!


Tetapi tentu saja bahwa yang paling hebat adalah kalau kita bisa ikut dengan iman sehingga terbebas dari rasa takut.


Bdk. Maz 23:1-4 - “(1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. (4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku”.

Penerapan: bagaimana sikap hati saudara dalam mengikut Yesus?


2) Lalu dalam ay 18-19, Yesus memberikan pemberitaan yang ke 3 bahwa Ia akan ditangkap, dibunuh dan akan bangkit dari antara orang mati.

Dalam bagian paralelnya, yaitu dalam Luk 18:31, terdapat tambahan yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi tentang Anak Manusia akan digenapi.

Luk 18:31 - “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: ‘Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi.


Para pengikut Yesus boleh saja heran ataupun takut, tetapi hal itu tetap akan terjadi, karena Firman Tuhan harus digenapi!


3) Luk 18:34 mengatakan bahwa murid-murid tidak mengerti! Ini aneh, karena pemberitaan itu bukan sesuatu yang sukar! Mengapa?

a) Kalau ditinjau dari sudut Allah, maka mereka tidak mengerti karena Allah tidak membukakan mata mereka / tidak memberi terang kepada mereka. Karena itu dalam Luk 18:34 dikatakan bahwa ‘arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka’.

b) Kalau ditinjau dari sudut mereka sendiri, maka mereka tidak mengerti karena mereka tidak mau membuang konsep lama mereka tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias akan menjadi seorang raja duniawi. Mereka tidak bisa mengerti bagaimana Mesias bisa menjadi raja kalau Ia harus mati.

Penerapan: jangan mengukuhi konsep lama yang salah!


Matius 20:20-23 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ (22) Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’”.


Matius 20: 20-21: “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’”.


1) Dalam Injil Matius, yang datang kepada Yesus adalah Yohanes, Yakobus, dan ibu mereka. Bahkan dalam ay 21, ibu merekalah yang berbicara kepada Yesus. Tetapi dalam Injil Markus, Yohanes dan Yakobus sendiri yang datang dan berbicara kepada Yesus (Mark 10:35). Apakah dua bagian ini kontradiksi / bertentangan?


Penjelasan:


a) William Barclay mengatakan (hal 228-229) bahwa Matius menulis 25 tahun setelah Markus. Pada saat itu rasul-rasul sangat dihormati / diagungkan, dan karena itu Matius tidak mau menunjukkan bahwa Yohanes dan Yakobus ternyata mempunyai ambisi yang begitu duniawi, dan karena itu, Matius lalu mengatakan bahwa ibu merekalah yang meminta hal itu.


Ini jelas merupakan penjelasan yang salah dan tolol! Juga ini menunjukkan bahwa William Barclay mempunyai pandangan yang sangat rendah tentang Kitab Suci / Firman Tuhan! Ini juga menunjukkan bahwa ia menuduh Matius sebagai pendusta dan pemfitnah!


b) Orang Yahudi mempunyai pepatah: apa yang seseorang lakukan melalui orang lain, sama dengan kalau ia sendiri yang melakukannya.

Contoh yang lain:

  • bandingkan Mat 8:5-6 dengan Luk 7:3-4. Dalam Matius dikatakan bahwa perwira itu sendiri yang datang dan meminta kepada Yesus, tetapi dalam Lukas dikatakan bahwa ia mengirimkan utusan, yaitu tua-tua Yahudi, untuk datang dan meminta kepada Yesus. Karena tua-tua Yahudi itu melakukan hal itu atas perintah perwira itu, maka bisa dikatakan bahwa perwira itu sendiri yang melakukan hal itu.

  • bandingkan Yoh 3:22,26  4:1 dengan Yoh 4:2. Dalam Yoh 3:22,26 dan 4:1 dikatakan bahwa Yesus membaptis, tetapi dalam Yoh 4:2 dikatakan bahwa Yesus tidak membaptis, tetapi murid-muridNyalah yang membaptis. Karena para murid membaptis atas perintah Yesus, maka bisa dikatakan bahwa Yesus sendiri yang membaptis.


Jadi, kalau Yohanes dan Yakobus meminta hal tersebut melalui ibu mereka, maka artinya sama saja dengan kalau mereka sendiri yang memintanya kepada Yesus. Karena itu maka Markus menceritakan seolah-olah mereka sendiri yang langsung minta kepada Yesus. Calvin mengatakan (hal 418) bahwa permintaan itu asal usulnya dari kedua murid tersebut. Alasannya: Yesus memberikan jawaban kepada mereka.


2) Ibu dari Yohanes dan Yakobus adalah Salome, saudara Maria (ibu Yesus).

Dasar pandangan ini: Matius, Markus dan Yohanes sama-sama menuliskan nama-nama orang perempuan yang ada di dekat salib. Mari kita bandingkan ayat-ayat itu:

  • Mat 27:56: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, ibu dari anak-anak Zebedeus.

  • Mark 15:40: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus muda dan Yoses, Salome.

  • Yoh 19:25: ibu Yesus, saudara ibu Yesus, yaitu Maria istri Klopas, Maria Magdalena.

Jelas sekali bahwa Maria ibu Yakobus dan Yusuf = Maria ibu Yakobus muda dan Yoses = ibu Yesus (bdk. Mat 13:55  Mark 6:3).

Jadi, kesimpulannya: ibu anak-anak Zebedeus = Salome = Maria istri Klopas / saudara ibu Yesus.


Dengan demikian, maka Yohanes dan Yakobus adalah saudara sepupu dari Yesus. Hubungan darah inilah yang rupa-rupanya menyebabkan mereka berani mengajukan permintaan seperti itu kepada Yesus. Mereka mencampur-adukkan hal yang bersifat daging dengan hal yang bersifat rohani!


3) Dalam bagian paralelnya, yaitu Mark 10:35 dikatakan: “Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepadaNya: ‘Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!’”.

KJV: ‘And James and John, the sons of Zebedee, come unto him, saying, Master, we would that thou shouldest do for us whatsoever we shall desire’ (= Dan Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, datang kepadaNya dan berkata: ‘Tuan / Guru, kami ingin Engkau melakukan untuk kami apapun yang kami inginkan’).


Yesus menjawab dengan suatu pertanyaan dalam ay 21a - ‘Apa yang kaukehendaki?’, yang menunjukkan bahwa Ia tidak berjanji untuk mengabulkan seadanya permintaan mereka. Ia bertanya dulu apa permintaannya! Karena itu, jangan berpikir bahwa asal kita berdoa dengan iman dan tekun, kita pasti akan mendapatkan apapun yang kita inginkan / minta!

Bdk. 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, JIKALAU KITA MEMINTA SESUATU KEPADANYA MENURUT KEHENDAKNYA.


4) Ay 21b merupakan permintaan mereka; mereka ingin duduk di kanan dan kiri Yesus dalam KerajaanNya. Mungkin sekali permintaan ini timbul gara-gara ajaran yang baru Yesus ajarkan dalam Mat 19:28 yang mengatakan bahwa murid-murid akan duduk di 12 tahta dalam KerajaanNya.


Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.


Sekarang, Yohanes dan Yakobus ingin takhta yang paling hebat, yaitu yang ada di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus. Hampir semua penafsir beranggapan bahwa mereka memaksudkan kerajaan duniawi dari Kristus.


a) Ada hal-hal yang negatif dalam permintaan mereka:


  • ambisi untuk menjadi yang terhebat / termulia.

Calvin mengatakan (hal 417) bahwa cerita ini merupakan cermin yang jelas dari kesia-siaan manusia; karena cerita ini menunjukkan bahwa semangat yang benar dan kudus sering disertai oleh ambisi, atau sifat jahat yang lain dari daging, sehingga mereka yang mengikuti Kristus mempunyai tujuan yang lain dari yang seharusnya. Dan Calvin mengatakan bahwa mereka yang tidak puas hanya dengan Kristus saja, tetapi mencari hal-hal lain terpisah dari Dia dan janji-janjiNya, telah menyimpang secara buruk dari jalan yang benar.

Calvin juga menambahkan bahwa tidaklah cukup kalau pada awalnya kita mengikut Kristus dengan tulus / setia, tetapi kita tidak dengan setia menjaga kemurnian yang sama, sehingga lalu disimpangkan dari jalan yang benar oleh perasaan / keinginan yang berdosa. Kalau hal seperti itu bisa terjadi dengan kedua murid yang hebat ini, maka jelas hal itu juga bisa terjadi pada diri kita. Karena itu kita harus sangat berhati-hati, supaya tidak disimpangkan oleh ambisi yang jahat dalam jalan kita mengikut Kristus.


  • egoisme.

Seseorang mengatakan: “There was too much of self in this prayer” (= Ada terlalu banyak diri sendiri dalam doa ini).

Tetapi, bagaimana kalau saudara berdoa? Apakah saudarapun selalu berdoa untuk kepentingan saudara sendiri saja? Seringkah saudara menaikkan doa syafaat / doa untuk orang lain, seperti untuk Pendeta / Penginjil saudara, pengurus / majelis saudara, jemaat-jemaat yang lain, orang-orang yang belum bertobat dsb? Atau saudara hanya berdoa untuk diri saudara sendiri saja?


William Hendriksen: “Jesus had been emphasizing that in his kingdom greatness is measured by the yardstick of humility (18:1-4), ... James and John, the sons of Zebedee, had heard all this. But had they taken it to heart? One might inclined to ask, ‘How was it possible that, in spite of all this teaching about humility and service, teaching constantly reinforced by the example of Christ himself (12:15-21; Luke 22:27), the mother of these two disciples comes to Jesus with her two sons, and asks him to assign to them, next to himself, the two highest positions in the kingdom?’ But is it not true that, speaking in general, more than nineteen hundred years of gospel proclamation have not succeeded in teaching men the lesson of self-denial and willingness to be least in the kingdom?” [= Yesus telah menekankan bahwa dalam kerajaanNya kebesaran diukur oleh kerendahan hati (18:1-4), ... Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, telah mendengar semua ini. Tetapi apakah mereka telah menghayatinya? Orang mungkin akan bertanya: ‘Bagaimana mungkin bahwa dengan adanya semua pengajaran tentang kerendahan hati dan pelayanan, pengajaran yang secara terus menerus dikuatkan oleh teladan Kristus sendiri (12:15-21; Luk 22:27), ibu dari 2 murid ini datang kepada Kristus dengan kedua anaknya, dan memintaNya untuk memberikan kepada mereka dua posisi tertinggi dalam kerajaan setelah posisi / kedudukan Yesus sendiri?’ Tetapi berbicara secara umum, tidakkah benar bahwa pemberitaan Injil selama lebih dari 1900 tahun belum berhasil mengajar manusia pelajaran tentang penyangkalan diri dan kemauan untuk menjadi yang terkecil / terendah dalam kerajaanNya?] - hal 744.


b) Ada hal yang positif dalam permintaan mereka: yaitu adanya iman!

Mereka melihat bahwa Yesus ditolak, dimusuhi oleh banyak orang. Dan Yesus sendiri memberitakan bahwa Ia akan dianiaya dan mati dibunuh. Tetapi mereka tetap yakin bahwa akhirnya Yesus akan menang! Mungkin iman mereka ini juga mereka landaskan pada kata-kata Yesus dalam Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.


William Barclay: “It is of immense significance to see that, even in a world in which the dark was coming down, the disciples would not abandon the conviction that the victory belonged to Jesus. In Christianity there must always be this invincible optimism in the moment when things are conspiring to drive a man to despair” (= Merupakan sesuatu yang penting untuk melihat bahwa bahkan dalam suatu dunia dalam mana kegelapan sedang turun, murid-murid itu tidak mau meninggalkan keyakinan bahwa kemenangan adalah milik Yesus. Dalam kekristenan harus selalu ada optimisme yang tak terkalahkan pada saat segala sesuatu bersatu untuk mendorong manusia pada keputusasaan) - hal 230.


Penerapan: kalau saudara mengalami keadaan yang gelap, tetaplah yakin akan kemenangan saudara!


Calvin: “It is unquestionably a noble specimen of faith; but hence we perceive how easily the pure seed is no sooner implanted in our hearts than it becomes degenerate and corrupted; for they imagined to themselves a kingdom which had no existence, and presently committed the folly of desiring the highest place. Since, therefore, this wicked ambition flowed from a general principle of faith, which in itself was highly commendable, we ought to pray, not only that the Lord would open the eyes of our mind, but that he would give us continual direction, and keep our minds fixed on the proper object. We ought also to pray, not only that he would bestow faith upon us, but that he would keep it pure from all mixture” (= Tidak diragukan bahwa ini merupakan contoh iman yang mulia; tetapi karena itu kita mengerti betapa mudahnya benih yang murni yang ditanamkan dalam hati kita itu menjadi merosot dan rusak; karena mereka mengkhayalkan bagi diri mereka sendiri suatu kerajaan yang tidak ada, dan melakukan kebodohan dengan menginginkan tempat yang tertinggi. Karena ambisi yang jahat ini mengalir dari prinsip iman yang umum, yang dalam dirinya sendiri patut dipuji, maka kita harus berdoa, bukan hanya supaya Tuhan membuka mata dari pikiran kita, tetapi juga supaya Ia memberi kita pimpinan terus menerus, dan menjaga supaya pikiran kita diarahkan pada obyek yang benar. Kita juga harus berdoa bukan hanya supaya Ia memberi iman kepada kita, tetapi juga supaya Ia menjaga iman itu tetap murni dari segala campuran) - hal 418.


Matius 20: 22-23: “Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’”.


1) Yesus berkata: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta’ (ay 22).


Pulpit Commentary: “They thought of an earthly kingdom. ... Salome would soon see, one at least of her sons would see, the Lord not sitting on a royal throne, but hanging on the cross. They would see on the right hand and on the left not two great officers, two ministers of state, but two crucified malefactors” (= Mereka berpikir tentang suatu kerajaan duniawi. ... Salome akan segera melihat, dan sedikitnya satu dari anak-anaknya akan melihat, bukan bahwa Tuhan duduk pada takhta kerajaanNya, tetapi tergantung pada kayu salib. Mereka akan melihat pada kanan dan kiriNya, bukan dua pejabat besar, dua menteri negara, tetapi dua penjahat yang tersalib) - hal 291.


Pulpit Commentary: “Many of the gifts we ask at God’s hand are such qualities of soul as can only be produced by long and painful processes. You ask for humility: do you know that herein you ask for humiliation, failure, mortified vanity, disappointed hope, the reproach of men, and the feeling that you are worthy of deeper accusations than any they can bring against you? You ask to be like Christ: but can you drink of his cup, and be baptized with his baptism? These words of your Lord are not spoken to dishearten you, to discourage you from your high aims; but he would have you pray with deliberation, with a mind made up, with a devoted and solemn apprehension of the difficulties before you” (= Banyak pemberian yang kita minta dari tangan Allah yang merupakan kwalitet dari jiwa yang hanya bisa dihasilkan oleh proses yang lama dan menyakitkan. Engkau meminta kerendahan hati: apakah engkau tahu bahwa dalam permintaan itu engkau meminta perendahan / penghinaan, kegagalan, kesia-siaan yang dimatikan, pengharapan yang dikecewakan, celaan manusia, dan perasaan bahwa engkau layak mendapatkan tuduhan yang bisa diberikan siapapun kepadamu? Engkau meminta untuk menjadi seperti Kristus: tetapi bisakah engkau meminum cawanNya, dan dibaptis dalam baptisanNya? Kata-kata Tuhanmu ini tidak diucapkan untuk mematahkan harapanmu, mengecilkan hatimu dari tujuanmu yang tinggi; tetapi Ia ingin engkau berdoa dengan pertimbangan yang mendalam, dengan pikiran yang beres, dengan pengertian tentang kesukaran-kesukaran di depanmu) - hal 300 / 301.


Pulpit Commentary: “We know not what we ask when we desire the glory of the crown without the grace to bear the cross” (= Kita tidak tahu apa yang kita minta pada waktu kita menginginkan kemuliaan dari makhkota tanpa kasih karunia untuk memikul salib) - hal 305.


Pulpit Commentary: “Whom Christ best loves he most reproves” (= Siapa yang paling dikasihi oleh Kristus, dicela / ditegur paling keras) - hal 305.


2) ‘Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’.


a) Matius hanya berbicara tentang cawan; tetapi paralelnya, yaitu Mark 10:38-39 berbicara tentang cawan dan baptisan.

Mark 10:38-39 - “(38) Tetapi kata Yesus kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?’ (39) Jawab mereka: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata kepada mereka: ‘Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima”.

Karena itu, ada yang menganggap bahwa di sini Yesus menunjuk pada Sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus). Tetapi ini jelas tidak mungkin karena:

  • Kalau memang ini menunjuk pada Sakramen, Matius tidak mungkin membuang ‘baptisan’.

  • kontexnya sama sekali tak berhubungan dengan sakramen!

Jadi, arti yang benar: baik ‘cawan’ maupun ‘baptisan’ menunjuk kepada ‘penderitaan’.

Bandingkan dengan

  • Mat 26:39,42 - “(39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. ... (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’”.

  • Luk 12:50 - “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hatiKu, sebelum hal itu berlangsung!”.


Yakobus dan Yohanes memikirkan tentang kemuliaan dalam Kerajaan Yesus. Orang yang terus memikirkan pahala / kemuliaan, biasanya melupakan perangnya. Karena itu, Yesus lalu mengingatkan mereka akan penderitaan! Ini menunjukkan bahwa jalan menuju kemuliaan adalah melalui penderitaan! Seakan-akan Yesus berkata: apakah dalam peperangan ini kamu begitu menganggur sehingga mau membuat persiapan untuk kemenangan?


Calvin (tentang Mat 20:20-23): “Is he not worse than stupid who, amidst so many deaths, entertain himself at his ease by drawing pictures of a triumph?” (= Bukankah ia lebih dari bodoh yang di tengah-tengah begitu banyak kematian, menghibur dirinya sendiri untuk kesenangannya dengan menggambar gambar-gambar kemenangan?) - hal 419.


Kita memang harus beriman akan kemenangan dan memandang pada pahala / surga, di tengah-tengah peperangan / penderitaan, supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Tetapi Calvin berkata (hal 419) bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara orang yang memandang pada pahala / surga sambil terus berperang, dengan orang yang memandang pahala / surga dan melupakan perang!


b) Arti kata-kata ini untuk diri Kristus sendiri.

Pulpit Commentary: “Christ obtained not his crown by wars and victories, but by shame and death” (= Kristus mendapatkan mahkotaNya bukan dengan perang dan kemenangan, tetapi dengan hal yang memalukan dan kematian) - hal 305.


c) Arti kata-kata ini untuk Yakobus dan Yohanes (orang kristen).

Barclay mengatakan (hal 231) bahwa sekalipun kehidupan Kristen berakhir dengan pengenaan mahkota, tetapi dalam kehidupan itu terus menerus ada pemikulan salib.

Matthew Poole mengatakan (hal 94) bahwa bagian ini menunjukkan bahwa orang yang akan menerima pahala terbesar dari Kristus adalah orang yang paling menderita demi Kristus.


Calvin: “The sum of the whole is, that for none but him who has fought lawfully is the crown prepared; and especially, that none will be a partaker of the life and the kingdom of Christ who has not previously shared in his sufferings and death” (= Arti dari seluruhnya adalah bahwa hanya bagi dia yang bertempur secara sah / menurut hukumlah disediakan mahkota; dan khususnya bahwa tidak ada orang yang akan mengambil bagian dalam kehidupan dan kerajaan Kristus yang tidak lebih dulu mengambil bagian dalam penderitaan dan kematianNya) - hal 420.


William Hendriksen: “Jesus, then, reminds them that they do not understand what their request really involves. They forget that a prayer for glory is a prayer for suffering; in other words, that it is the way of the cross, that alone, that leads home” (= Maka Yesus mengingatkan mereka bahwa mereka tidak mengerti apa yang sesungguhnya tercakup dalam permintaan mereka. Mereka lupa bahwa doa untuk kemuliaan adalah doa untuk penderitaan; dengan kata lain, jalan saliblah, dan hanya jalan itu saja, yang memimpin kita pulang ke rumah) - hal 746.


Pulpit Commentary: “They who would reign with Christ must suffer with him. It is vain to think of sharing the final victory if we will not share the previous conflict. ... There is no escaping this condition, although it may assume various forms” (= Mereka yang ingin memerintah bersama Kristus harus menderita dengan Dia. Adalah sia-sia untuk memikirkan tentang mengalami kemenangan terakhir jika kita tidak mengambil bagian dalam konflik sebelumnya. ... Tidak ada jalan untuk lolos dari kondisi ini, sekalipun itu bisa ada dalam berbagai bentuk) - hal 296.


William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him. It is the same for us. We can, if we like, choose the easy way; we can, if we like, refuse the cross that every Christian is called to bear; but if we do, we lose the glory. It is an unalterable law of life that if there is no cross, there is no crown (= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepaskan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolaknya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia. Sama halnya dengan kita. Kita bisa, kalau kita mau, memilih jalan yang mudah; kita bisa, kalau kita mau, menolak salib yang harus dipikul oleh setiap orang kristen; tetapi kalau kita melakukan hal itu, kita kehilangan kemuliaan. Merupakan suatu hukum kehidupan yang tidak bisa berubah bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota).


3) Dalam kata-kata Yesus ini ada terselip suatu penghiburan, karena Yesus berkata Kuminum’ (ay 22) dan ‘cawanKu (ay 23).

Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang akan kita lalui itu juga dilalui / dialami oleh Kristus, bahkan Ia sudah lebih dulu melaluinya!


4) Dalam ay 22b Yohanes dan Yakobus berkata: ‘Kami dapat’.

Kata-kata ini juga bisa disoroti secara positif dan secara negatif:


a) Secara positif.

Sekalipun mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi penderitaan dalam mengikuti Kristus, mereka mengambil keputusan untuk tetap mengikuti Dia.


b) Secara negatif.

Kata ‘kami’ menunjukkan bahwa mereka mempunyai keyakinan kepada diri mereka sendiri, yang jelas merupakan suatu keyakinan yang berlebihan kepada diri mereka sendiri, dan ini justru menyebabkan mereka jatuh (Mat 26:31,56). Bandingkan dengan Yoh 15:5 dan Fil 4:13!


Pulpit Commentary: “This was the language of self-confidence; its vanity was soon made manifest (see ch. 26:31,56). Christ did not rebuke that self-confidence then; he left the rebuking to events” [= Ini merupakan bahasa dari keyakinan kepada diri sendiri; kesia-siaannya segera akan menjadi jelas (lihat pasal 26:31,56). Kristus tidak menegur keyakinan kepada diri sendiri ini pada saat itu; Ia membiarkan peristiwanya (dimana mereka lari meninggalkan Kristus) yang menegurnya] - hal 305.


Matthew Poole: “This was as rashly spoken as the other. How little do we know our own strength. When Christ was apprehended, they all forsook him and fled, chap. 26:56.” (= Ini diucapkan dengan sama gegabahnya seperti kata-kata yang lain / tadi. Alangkah sedikitnya kita mengetahui kekuatan kita sendiri. Pada waktu Kristus ditangkap mereka semua meninggalkanNya dan lari, pasal 26:56) - hal 95.


5) Dalam ay 23a Yesus mengatakan bahwa mereka memang akan meminum cawan, berarti mereka akan menderita!

Hendriksen menganggap (hal 746-747) bahwa kata-kata Yesus ini merupakan suatu nubuat / ramalan tentang kematian syahid dari Yakobus (Kis 12:2) dan pembuangan Yohanes ke pulau Patmos (Wah 1:9), yang merupakan penderitaan yang mereka alami demi Kristus.


Bagi Yakobus, ini berupa penderitaan yang hebat / mengerikan tetapi cepat / singkat, karena ia adalah orang pertama dari para murid Yesus yang mati syahid. Tetapi bagi Yohanes, ini berupa penderitaan yang lama dan berlarut-larut, karena ia di buang ke Patmos dan akhirnya mati pada usia sekitar 100 tahun! Sebagai pengikut Kristus, kita harus siap untuk ‘meminum cawan’ seperti Yakobus atau seperti Yohanes!


William Barclay: “Now life treated James and John very differently. James was the first of the apostolic band to die a martyr (Acts 12:2). For him the cup was martyrdom. On the other hand, by far the greater weight of tradition goes to show that John lived to a great old age in Ephesus and died a natural death when he must have been close on a hundred years old. For him the cup was the constant discipline and struggle of the Christian life throughout the years. It is quite wrong to think that for the Christian the cup must always mean the short, sharp, bitter, agonizing struggle of martyrdom; the cup may well be the long routine of the Christian life, with all its daily sacrifice, its daily struggle, and its heart-breaks and its disappointments and its tears” [= Kehidupan memperlakukan Yakobus dan Yohanes dengan cara yang sangat berbeda. Yakobus adalah orang pertama dari rasul-rasul yang mati sebagai martir (Kis 12:2). Baginya cawan adalah kematian syahid. Di sisi yang lain, dengan beban yang lebih besar tradisi menunjukkan bahwa Yohanes hidup sampai tua di Efesus dan mati secara wajar / alamiah pada saat usianya mendekati 100 tahun. Baginya cawan merupakan disiplin dan pergumulan terus menerus dari kehidupan Kristen selama tahun-tahun tersebut. Adalah salah untuk berpikir bahwa bagi orang Kristen cawan harus selalu berarti pergumulan syahid yang pendek, tajam, pahit, dan menyakitkan; cawan bisa merupakan kehidupan Kristen rutin yang lama, dengan semua pengorbanan sehari-hari, pergumulan sehari-hari, dan hal-hal yang menghancurkan hati, kekecewaan dan air mata] - hal 230-231.


William Barclay: “A Roman coin was once found with the picture of an ox on it; the ox was facing two things - an altar and a plough; and the inscription read: ‘Ready for either.’ The ox had to be ready either for the supreme moment of sacrifice on the altar or the long labour of the plough on the farm. There is no one cup for the Christian to drink. His cup may be drunk in one great moment; his cup may be drunk throughout a lifetime of Christian living. To drink the cup simply means to follow Christ wherever he may lead, and to be like him in any situation life may bring” (= Pernah ditemukan suatu mata uang Romawi dengan gambar seekor sapi jantan padanya; sapi jantan itu menghadapi dua hal - sebuah mezbah dan sebuah bajak; dan ada tulisan yang berbunyi: ‘Siap untuk yang manapun’. Sapi itu harus siap baik untuk saat terpenting dari pengorbanan di mezbah atau pekerjaan membajak yang lama di pertanian. Bukan hanya ada satu cawan untuk diminum orang Kristen. Cawannya bisa diminum pada satu saat yang besar; cawannya bisa diminum sepanjang kehidupan Kristen. Meminum cawan berarti mengikut Kristus kemanapun Ia memimpin, dan menjadi seperti Dia dalam situasi yang bagaimanapun yang dibawa oleh kehidupan) - hal 231.


Saya kuatir bahwa banyak orang Kristen mempunyai mata uang dengan gambar seseorang yang menghadapi ranjang dan meja makan / restoran, dengan tulisan: ‘Siap untuk yang manapun’. Mereka hanya senang makan, dan tidur, tetapi tidak mau melayani, berkorban maupun menderita bagi Tuhan.


6) Dari ay 23b terlihat jelas bahwa:


a) Yesus setuju adanya tingkat-tingkat di surga.

Sekalipun permintaan dari dua murid itu berkenaan dengan kerajaan duniawi, tetapi jawaban Yesus pasti berkenaan dengan surga, dan ini menunjukkan bahwa di surga memang ada tingkatan-tingkatan (bdk. Mat 5:19).


Calvin: “It is also worthy of our notice, that these words do not imply that there will be equality among the children of God, after they have been admitted to the heavenly glory, but rather that to each is promised that degree of honour to which he has been set apart by the eternal purpose of God” (= Patut kita perhatikan bahwa kata-kata ini tidak menunjukkan bahwa ada kesamaan di antara anak-anak Allah, setelah mereka diterima dalam kemuliaan surgawi, tetapi bahwa bagi setiap orang dijanjikan tingkat kehormatan terhadap apa ia telah dipisahkan oleh rencana kekal dari Allah) - hal 422.


b) Yesus berkata bahwa Bapalah yang menentukan tingkat seseorang di surga.


Pulpit Commentary: “Here we see the secondary rank of the Son compared with the Father” (= Di sini kita melihat kedudukan / pangkat sekunder dari Anak dibandingkan dengan Bapa) - hal 296. Saya berpendapat bahwa kata-kata ini berbau ajaran sesat!


Matthew Poole: “This text hath been abused by those who have denied Christ’ Deity, and equality to the Father, as if it served their purpose, because Christ here denieth it in his power to dispose of the kingdom of heaven; ... Christ doth not here speak of what was in his power, but what was his office as Mediator; so his work was to encourage them to fight the good fight, not to dispense out crowns to them. Or else he speaketh of himself as man, as he speaketh, John 14:28.” (= Kata-kata ini disalah-gunakan oleh mereka yang menyangkal ke-allah-an Kristus, dan kesetaraanNya dengan Bapa, seakan-akan kata-kata ini mendukung tujuan mereka, karena di sini Kristus menyangkal bahwa Ia berkuasa untuk menentukan / memberikan kerajaan surga; ... di sini Kristus tidak berbicara tentang apa yang ada dalam kuasaNya, tetapi tentang jabatanNya sebagai Pengantara; dengan demikian pekerjaanNya adalah mendorong mereka untuk bertempur dengan baik, bukan untuk membagikan makhkota kepada mereka. Atau Ia berbicara tentang diriNya sendiri sebagai manusia, seperti pada waktu Ia mengucapkan Yoh 14:28) - hal 95.


William Hendriksen: “as to the request itself, Jesus points out that the degrees and positions of glory in his kingdom have been determined in the Father’s eternal decree. They cannot now be altered by the Mediator” (= berkenaan dengan permintaan itu sendiri, Yesus menunjukkan bahwa tingkat dan kedudukan / posisi kemuliaan dalam kerajaanNya telah ditentukan dalam ketetapan kekal dari Bapa. Itu tidak bisa diubah sekarang oleh sang Pengantara) - hal 747.


Saya berpendapat bahwa bukan hanya Yesus, tetapi juga Bapa sendiri, tidak mungkin mengubah rencana kekal tersebut. Bapa merencanakan rencanaNya, bukan untuk diubah-ubah, tetapi untuk dilaksanakan dengan kesetiaan yang teguh.

Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.  


Padahal tingkat seseorang di surga pasti dipengaruhi oleh dosa-dosanya maupun oleh ketaatannya / tingkat kesuciannya. Kalau tingkat di surga itu telah ditentukan, maka secara implicit ini menunjukkan bahwa dosa-dosa maupun tingkat kesucian seseorang juga sudah ditentukan!

Tetapi, awas! Ini sama sekali tak berarti bahwa kita boleh hidup apatis / menjadi fatalist! Kewajiban kita bukan hidup sesuai dengan Rencana Allah yang tidak kita ketahui, tetapi sesuai dengan kehendak Allah yang Ia nyatakan kepada kita (Ul 29:29)!


7) Yesus jelas menolak doa mereka yang ambisius, egois, dan tidak sesuai dengan rencana Allah itu (ay 22a,23b). Ini menunjukkan bahwa:

a) Doapun tidak bisa mengubah Rencana Allah (bdk. 1Yoh 5:14)! Karena itu hati-hati dengan banyaknya ajaran Arminian yang mengatakan bahwa rencana Allah bisa gagal / berubah, khususnya oleh doa kita.

b) Tuhan tidak senang dengan sikap ambisius dan egois. Karena itu buanglah semua ambisi duniawi dan egoisme dari kehidupan saudara!


Matius 20:24-28 - “(24) Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. (25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.


Matius 20: 24: “Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu”


Murid-murid yang lain menjadi marah kepada Yohanes dan Yakobus. Mengapa? Karena murid-murid yang lainpun juga berambisi untuk menjadi yang termulia / terbesar (ini terbukti dari teguran Yesus kepada mereka dalam ay 25-28).


Pulpit Commentary mengutip kata-kata I. Williams yang berbunyi: “The ambition of one creates envy in others who partake of the same feeling” (= Ambisi dari seseorang menciptakan iri hati dalam orang-orang lain yang mempunyai perasaan yang sama) - hal 282.


Seseorang mengatakan: “They were willing to fight for a crown, but not a towel” (= Mereka mau berkelahi untuk sebuah mahkota, tetapi tidak untuk sebuah handuk).


Keterangan: yang dimaksud dengan ‘towel’ (= handuk), adalah ‘kain lenan’ dalam Yoh 13:4. Pada saat itu tidak ada seorangpun di antara murid-murid yang mau merendahkan diri untuk membasuh kaki sesamanya, sehingga Yesuslah yang melakukan hal itu untuk memberi teladan kepada mereka.


Jelas bahwa dari ay 24 ini terlihat 2 kesalahan dalam diri murid-murid:


1) Mereka marah terhadap Yohanes dan Yakobus. Kalau bisa, mereka ingin menggunakan kekerasan.


2) Ada ambisi dalam diri mereka. Kalau dalam Mat 20:20-21 kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 2 orang murid Yesus yaitu Yohanes dan Yakobus, maka dalam ay 24 ini kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 10 murid yang lain. Jadi, semua murid Yesus mempunyai ambisi yang sama! Ini menunjukkan betapa berbahayanya ambisi itu, dan karena itu kita harus berhati-hati terhadap ambisi!

Renungkan: ambisi yang bagaimana yang ada dalam diri saudara? Ambisi untuk menjadi kaya? Ambisi untuk menjadi terkenal? Ambisi untuk dianggap sebagai paling pandai / hebat? Ambisi untuk mempunyai gereja yang terbesar?


Matius 20: 25-28: “(25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.


1) Ay 25-26a: “(25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26a) Tidaklah demikian di antara kamu”.

Ini untuk menangani kesalahan 1 (kemarahan dan keinginan menggunakan kekerasan).

Dalam ayat ini Yesus menggambarkan pemerintahan yang menggunakan kekerasan / penindasan. Ini jelas adalah pemerintahan dengan sistim diktator! Dan Ia mengatakan bahwa itu adalah pemerintahan dari ‘bangsa-bangsa’. Yang dimaksud dengan ‘bangsa-bangsa’ adalah ‘bangsa-bangsa non Yahudi’. Saat itu, orang Israel / Yahudi dianggap sebagai umat Allah, sedangkan orang-orang non Yahudi dianggap sebagai orang kafir. Jadi dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa pemerintahan bersistim diktator, yang menggunakan kekerasan, adalah pemerintahan kafir! Dan Yesus lalu menambahkan bahwa dalam kalangan Kristen / anak-anak Tuhan, penggunaan sistim diktator, yang selalu menggunakan kekerasan itu, tidak boleh dilakukan!

Adalah sesuatu yang memalukan bahwa dalam banyak gereja, termasuk yang mengaku sebagai Alkitabiah dan Injili, kediktatoran tetap berlangsung!


Adam Clarke: “The government of the Church of Christ is widely different from secular governments. It is founded in humility and brotherly love: ... When political matters are brought into the Church of Christ, both are ruined. ... Every kind of lordship and spiritual dominion over the Church of Christ, like that exercised by the Church of Rome, is destructive and anti-christian” [= Pemerintahan dari Gereja Kristus sangat berbeda dengan pemerintahan sekuler. Itu didasarkan pada kerendahan hati dan kasih persaudaraan: ... Pada waktu persoalan politik dibawa ke dalam Gereja Kristus, keduanya akan hancur. ... Setiap jenis pemerintahan / otoritas dan penguasaan rohani atas Gereja Kristus, seperti yang dilakukan oleh Gereja Roma (Katolik), bersifat merusak dan anti-kristen] - hal 199.


Ajaran Yesus di sini rupa-rupanya sangat berkesan dalam diri Petrus, sehingga dalam suratnya, yaitu dalam 1Pet 5:3 ia menasehati para penatua dengan kata-kata ini: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.

Catatan: Kata ‘memerintah’ dalam 1Pet 5:3 ini dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata yang sama dengan kata ‘memerintah dengan tangan besi’ dalam Mat 20:25.


2) Ay 26b-27: “(26b) Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu’.

Ini untuk menangani kesalahan 2 (ambisi untuk menjadi yang termulia). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat-ayat ini:


a) Orang yang ingin menjadi besar, harus mau menjadi pelayan (DIAKONOS); sedangkan orang yang ingin menjadi yang terkemuka / yang nomer satu (literal: ‘to be first’), harus mau menjadi hamba (DOULOS)!


Pulpit Commentary: “our Lord takes occasion further to tell his disciples (ver. 25-28) that greatness in his kingdom consists not in getting service, but in doing service; not in having servants, but in being servants” [= Tuhan kita menggunakan kesempatan lebih lanjut untuk memberi tahu para murid (ay 25-28) bahwa kebesaran dalam kerajaanNya tidak terdiri dari ‘mendapatkan pelayanan’, tetapi dalam ‘melakukan pelayanan’; bukan dalam ‘mempunyai pelayan-pelayan’, tetapi dalam ‘menjadi pelayan-pelayan’] - hal 300.


Pulpit Commentary: “The man who lives to get is despised. The man who lives to give and serve is commended” (= Orang yang hidup untuk mendapat, direndahkan. Orang yang hidup untuk memberi dan melayani, dipuji) - hal 311.


William Barclay: “Out in the world, said Jesus, it is quite true that the great man is the man who controls others; the man to whose word of command others must leap; the man who with a wave of his hand can have his slightest need supplied. ... But among my followers service alone is the badge of greatness. Greatness does not consist in commanding others to do things for you; it consists in doing things for others; and the greater the service, the greater the honour. Jesus uses a kind of gradation. ‘If you wish to be great,’ he says, ‘be a servant; if you wish to be first of all be a slave.’ Here is the Christian revolution; here is the complete reversal of all the world’s standards” (= Dalam dunia, kata Yesus, adalah benar bahwa orang yang besar adalah orang yang mengontrol orang-orang lain; orang yang perintahnya ditaati dengan segera oleh orang-orang lain; orang yang dengan lambaian langannya bisa mendapatkan kebutuhannya yang terkecil dipenuhi. ... Tetapi di antara para pengikutKu, hanya pelayanan yang merupakan lencana dari kebesaran. Kebesaran tidak terdiri dari ‘memerintah orang-orang lain untuk melakukan hal-hal untukmu’; itu terdiri dari ‘melakukan hal-hal untuk orang-orang lain’; dan makin besar pelayanannya, makin besar kehormatannya. Yesus menggunakan suatu jenis gradasi / tingkat-tingkat. ‘Jika engkau ingin menjadi besar’, kataNya, ‘jadilah seorang pelayan; jika engkau ingin menjadi yang pertama dari semua, jadilah seorang hamba’. Di sinilah revolusi Kristen; di sinilah pembalikan yang sempurna dari semua standard duniawi) - hal 232.


Jadi, kesimpulannya: kalau kita mau menjadi makin tinggi, kita harus mau makin merendahkan diri. Atau, dengan kata lain, makin seseorang merendahkan diri, makin tinggi orang itu di hadapan Allah.


Pulpit Commentary: “They stand highest in the kingdom of heaven who best serve their brethren” (= Mereka yang berdiri paling tinggi dalam kerajaan surga adalah mereka yang terbaik dalam melayani saudara-saudara mereka) - hal 296.


Bandingkan dengan:

  • Mat 18:1-4 - “(1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’ (2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka (3) lalu berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”.

  • Luk 22:24-27 - “(24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. (25) Yesus berkata kepada mereka: ‘Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. (26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. (27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”


Ini terlihat dalam diri Kristus sendiri. Karena Ia mau merendahkan diri, maka Ia ditinggikan.

Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.


Penerapan: apakah saudara masih sering malu untuk melakukan pelayanan-pelayanan yang rendah / remeh? Apakah saudara merasa gengsi saudara turun kalau saudara melakukan hal itu?


b) Ay 26-27 ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan Yesus melarang kita untuk menjabat suatu kedudukan dalam gereja (Pendeta, majelis / tua-tua, diaken, pengurus, dsb).

Dalam Ef 4:11 dan 1Tim 3:1-13, kita melihat adanya jabatan-jabatan dalam gereja, yang jelas merupakan kehendak Tuhan. Jadi, kita boleh saja menduduki jabatan-jabatan di dalam gereja, asal kita tetap rendah hati dan mau melayani sesama kita! (bandingkan dengan 1Pet 5:1-3).


c) Perhatikan kata-kata ‘pelayanmu dan ‘hambamu dalam ay 26-27 ini.

Dalam bagian paralel dari ay 26-27 ini, yaitu Mark 10:44 dikatakan bahwa kita harus mau ‘menjadi hamba dari semuanya.


Ini tentu tidak berarti bahwa kita betul-betul menjadi hamba manusia (bdk. 1Kor 7:23 - “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia) atau bahwa kita harus tunduk kepada orang-orang yang kita layani! Maksudnya adalah bahwa kita harus membaktikan waktu, karunia, tenaga, dan pikiran kita untuk orang-orang yang kita layani. Sekalipun kita harus dengan rendah hati mau melayani sesama manusia, tetapi pada saat yang sama kita harus senantiasa sadar bahwa Tuhan adalah Tuan kita yang sebenarnya! Karena itu, pada saat orang-orang yang kita layani mempunyai keinginan yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, maka kita harus melakukan keinginan Tuhan dan bukan keinginan manusia (Kis 5:29). Ini harus dicamkan oleh hamba-hamba Tuhan yang seringkali betul-betul menjadi hamba manusia, dan bukannya hamba Tuhan!


3) Matius 20: 28: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.


a) ‘Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani’.


1. ‘Datang’.

Sekalipun Yesus memang dilahirkan oleh Maria, tetapi kalau kita meneliti semua ayat-ayat yang berhubungan dengan inkarnasi, maka terlihat bahwa mayoritas ayat-ayat itu bukannya mengatakan bahwa Yesus itu lahir / dilahirkan ke dalam dunia, tetapi datang ke dalam dunia.

‘Datang’ berbeda dengan ‘lahir / dilahirkan’ karena ‘datang’ menunjukkan suatu tindakan aktif dan menunjukkan pre-existence (= keberadaan sebelumnya) dari Yesus, dan ini menunjukkan kekekalan dan keilahian Yesus!


Penerapan:

  • apakah saudara percaya bahwa Yesus yang sudah menjadi manusia itu adalah Allah sendiri?

  • karena Yesus adalah Allah, maka tidak ada orang yang bisa selamat kalau tidak percaya kepada Yesus. Mengapa? Karena tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah!


2. ‘Bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani’ (ay 28).

Kalau seorang presiden / pejabat tinggi datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk melayani, tetapi sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada waktu Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk dilayani sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini dikatakan bahwa Ia datang justru untuk melayani!


Ada banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan:

  • Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”

Ia mengatakan bahwa datang untuk memberitakan Injil, dan ini berarti suatu pelayanan.

  • Yoh 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.

Bahwa pelayanan Ia gambarkan sebagai makananNya, menunjukkan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang rutin dalam hidupNya, dan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang Ia lakukan dengan senang hati, bukan dengan berat hati! Apakah saudara juga bersikap sama seperti Yesus dalam hal pelayanan?

  • Mark 6:30-34 - “(30) Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. (31) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. (32) Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. (33) Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. (34) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”.

Ia sibuk dengan pelayanan sehingga tidak sempat makan. Awas, ini bukanlah sesuatu yang harus ditiru terus menerus, karena memelihara kesehatan juga merupakan kewajiban kita!

  • Luk 23:43 - di kayu salibpun, dalam keadaan menderita kesakitan yang luar biasa, Ia masih melayani penjahat yang bertobat.


Dan perlu diingat bahwa Kristus juga pernah mengatakan bahwa seorang murid tidak lebih dari gurunya, dan seorang hamba tidak lebih dari tuannya. Kalau kita tidak melayani, dan bahkan bersikap sebagai ‘tuan besar’ dalam gereja, maka kita adalah murid yang lebih dari Guru kita, dan hamba yang lebih dari Tuan kita.


b) ‘dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’.


  • Puncak kerendahan hati Kristus adalah penebusan yang Ia lakukan.

Pulpit Commentary: “The crowning example of his humility is that he gave his life as a ransom for the souls of men” (= Teladan puncak dari kerendahan hatiNya adalah bahwa Ia memberikan nyawaNya sebagai tebusan untuk jiwa-jiwa manusia) - hal 283.


  • Tebusan.

  • Kata ‘tebusan’ (= ransom) berarti ‘harga yang dibayar untuk penebusan tawanan’. Dalam peperangan, ada tawanan. Ransom / tebusan adalah uang untuk menebus tawanan itu. Perhatikan bahwa kalau tebusan / ransom itu dibayar, tawanan itu pasti bebas!

  • Tebusan itu dibayar kepada Bapa! Origen mengajarkan bahwa Yesus membayar tebusan kepada setan (Pulpit Commentary, hal 297). Ini adalah ajaran yang salah! Setan tidak berhak menerima tebusan apa-apa, karena manusia berdosa kepada Allah, dan karena itu Yesus harus membayar tebusan kepada Allah!

  • Tebusan itu untuk menebus banyak orang’ (ay 28  bdk. Mark 10:45  Mat 26:28).

Ada pertentangan antara Calvinisme / Reformed dengan Arminianisme dalam hal ini.

Calvinisme berkata: Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan (Limited Atonement), dan penebusan ini memastikan keselamatan orang-orang pilihan itu. Arminianisme berkata: Kristus mati untuk menebus semua orang (Universal Atonement), dan penebusan ini memungkinkan semua orang untuk selamat.

Mat 20:28 ini adalah salah satu dasar dari ajaran Calvinisme ini. Ayat itu mengatakan bahwa Yesus menyerahkan nyawanya untuk menebus banyak (tidak semua!) orang. Memang harus diakui ada ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mati untuk menebus semua orang. Tetapi, dalam Kitab Suci, kata ‘semua’, tidak selalu betul-betul berarti ‘semua’! Contoh: Dalam Ro 5:18 kata ‘semua’ yang pertama, betul-betul berarti ‘semua’, tetapi kata ‘semua’ yang kedua, tidak mungkin diartikan betul-betul ‘semua’, karena kalau diartikan demikian, akan menjurus pada ajaran Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa semua manusia akan masuk surga, tidak ada yang masuk neraka), yang jelas adalah ajaran sesat! Jadi, kata ‘semua’ yang kedua harus diartikan ‘semua orang pilihan / semua orang percaya’!

Disamping itu, ingat bahwa arti / konsep dari kata ransom / tebusan yang sudah kita bahas di atas! Kalau seseorang ditebus, ia pasti bebas! Karena itu, kalau Kristus betul-betul mati untuk semua orang, maka itu berarti semua orang pasti selamat. Ini lagi-lagi adalah Universalisme!

  • Tanpa penebusan ini kita tidak mungkin bisa sampai kepada Allah.

William Barclay: “There is simply the great, tremendous truth that without Jesus Christ and his life of service and his death of love, we could never have found our way back to the love of God. Jesus gave everything to bring men back to God; and we must walk in the steps of him who loved to the uttermost” (= Ada kebenaran yang besar dan hebat bahwa tanpa Yesus Kristus dan kehidupan pelayananNya dan kematian karena kasihNya, kita tidak pernah bisa menemukan jalan kita untuk kembali kepada kasih Allah. Yesus memberikan segala sesuatu untuk membawa manusia kembali kepada Allah; dan kita harus berjalan dalam langkah-langkahNya / mengikutiNya, yang mengasihi dengan sepenuhnya) - hal 235.


  • Ayat ini mengatakan bahwa kita harus seperti Kristus yang rela menyerahkan nyawa menjadi tebusan. Kita memang tidak bisa menebus dosa orang lain, tetapi kita harus rela mengorbankan nyawa demi orang lain.

William Hendriksen: “He who believes John 3:16 must not forget to practice 1John 3:16b!” (= Ia yang mempercayai Yoh 3:16 tidak boleh lupa untuk mempraktekkan 1Yoh 3:16b!) - hal 751.

1Yoh 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Catatan: perhatikan bahwa ayat ini ditulis oleh Yohanes, yang menunjukkan bahwa ia telah mengerti dan menghayati apa yang Yesus ajarkan di sini.


Matius 20:29-34 - “(29) Dan ketika Yesus dan murid-muridNya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (30) Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’ (31) Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, katanya: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’ (32) Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: ‘Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ (33) Jawab mereka: ‘Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.’ (34) Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia”.


Matius 20: 29-30 - “(29) Dan ketika Yesus dan murid-muridNya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. (30) Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’”.


Matius menyebutkan 2 hal yang berhubungan dengan mujijat ini:

  • hal itu terjadi pada saat Yesus keluar dari Yerikho.

  • ada 2 orang buta yang disembuhkan.


Tetapi bagian paralelnya yaitu Mark 10:46 mengatakan bahwa:

  • hal itu terjadi ketika Yesus keluar dari Yerikho.

  • ada 1 orang buta yang disembuhkan yaitu Bartimeus.

Mark 10:46 - “Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-muridNya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan”.


BACA JUGA: EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 21-24


Sedangkan bagian paralel yang lain yaitu Luk 18:35 mengatakan bahwa:

  • hal itu terjadi pada waktu Yesus hampir tiba di Yerikho.

  • ada 1 orang buta yang disembuhkan.

Luk 18:35 - “Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis”.


Cara mengharmoniskan ketiga bagian ini:


1) Perbedaan jumlah orang buta, bukanlah suatu problem besar. Hal seperti itu sering terjadi. Misalnya: Dalam Mark 5:2 / Luk 8:27 diceritakan ada 1 orang kerasukan setan. Tetapi dalam paralelnya, yaitu dalam Mat 8:28 dikatakan ada 2 orang yang kerasukan setan. Bisa saja sebetulnya ada 2 orang kerasukan setan, tetapi yang 1 jauh lebih parah, sehingga Markus dan Lukas hanya menyoroti yang satu itu saja. Ingat bahwa sekalipun mereka hanya menceritakan salah satu dari orang yang kerasukan setan itu, tetapi mereka tidak berkata bahwa saat itu hanya ada 1 orang kerasukan setan!


Dalam bagian ini, mungkin saja ada 2 orang buta, tetapi yang 1 lebih dikenal (Markus memberikan namanya, yaitu Bartimeus), atau ia menjadi jurubicara, sehingga Markus dan Lukas hanya menyoroti yang satu itu saja! Tetapi, lagi-lagi mereka tidak berkata bahwa saat itu hanya ada 1 orang buta!


2) Perbedaan tempat / saat terjadinya mujijatlah yang sukar untuk dijelaskan.

Macam-macam cara untuk mengharmoniskan:


a) Tiga cerita ini bukanlah satu peristiwa yang sama.

Ada yang menganggap bahwa ada 2 peristiwa (Matius sama dengan Markus, tetapi berbeda dengan Lukas).

Bahkan ada yang menganggap ada 3 peristiwa. Jadi Yesus menyembuhkan 4 orang buta ( 2 dalam Matius, 1 dalam Markus, dan 1 dalam Lukas)!

Keberatan terhadap pandangan ini:

  • ketiga cerita itu begitu mirip satu dengan yang lain. Kok bisa begitu kebetulan? 

  • Orang-orang yang mengikut Yesus itu membuat kesalahan yang sama berturut-turut (menegur orang buta yang berteriak kepada Yesus). Ini rasanya keterlaluan!


b) Calvin berpendapat bahwa seorang buta berteriak kepada Yesus pada saat Yesus masuk ke Yerikho, tetapi Yesus membiarkannya. Lalu pada saat Yesus keluar dari Yerikho, orang buta itu berteriak lagi, dan kali ini Yesus mendengarnya dan menyembuhkannya.


Ada penafsir lain yang memberi tambahan sedikit, yaitu, pada saat Yesus keluar, orang buta itu berteriak lagi, tetapi kali itu ia mengajak 1 orang buta yang lain, dan mereka berdua disembuhkan.


Kalau ceritanya seperti itu, maka Matius, Markus, dan Lukas bisa saja menceritakan sebagian-sebagian (ada bagian-bagian yang diloncati), sehingga akhirnya kelihatannya cerita-cerita mereka berbeda.


c) Ada 2 kota Yerikho, yaitu Yerikho lama dan Yerikho baru.

Kota Yerikho mula-mula dihancurkan oleh Yosua pada tahun 1400 SM (Yos 6:20,21,26). Lalu pada tahun 860 SM, raja Ahab membangunnya kembali (1Raja 16:34). Ada penafsir yang berpendapat bahwa kota ini lalu hancur lagi (tidak dijelaskan mengapa dan oleh siapa), lalu dibangun kembali oleh Herodes yang Agung pada abad 1 Masehi.

Ada orang yang berpendapat bahwa kota Yerikho yang lama dan yang baru itu tidak sama letaknya, tetapi berdekatan. Kalau memang demikian, maka bisa saja mujijat yang Yesus lakukan terjadi di antara kedua kota yang berdekatan itu, sehingga saat itu Yesus sedang keluar dari Yerikho yang pertama dan mau masuk ke Yerikho yang kedua.


d) Kata-kata ‘hampir tiba’ dalam Luk 18:35, dalam KJV diterjemahkan ‘was come nigh’ (= mendekati). Ada penafsir yang berpendapat bahwa kata bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan ‘was come nigh’ (= mendekati) maupun ‘was nigh’ (= dekat). Kalau kita memilih terjemahan yang kedua, maka itu berarti bahwa Lukas hanya menceritakan bahwa mujijat itu terjadi dekat dengan Yerikho. Maka dalam hal ini tidak ada pertentangan antara Lukas dan Matius / Markus.


e) Ada penafsir yang memberi kemungkinan sebagai berikut: Yesus masuk ke Yerikho, dan lalu mau meninggalkan Yerikho (1). Pada saat Yesus keluar dari Yerikho, Ia bertemu dengan Zakheus (Perhatikan bahwa dalam Injil Lukas, cerita Zakheus diletakkan dalam Luk 19:1-10, yaitu langsung setelah peristiwa penyembuhan orang buta ini), lalu Yesus ingin menginap di rumah Zakheus (Luk 19:5), sehingga Yesus lalu kembali memasuki Yerikho (2). Kalau peristiwa penyembuhan orang buta itu terjadi pada saat-saat sekitar ini, maka bisa saja Matius dan Markus menceritakannya dengan menyoroti (1), sedangkan Lukas menceritakannya dengan  menyoroti (2), sehingga sekalipun kelihatannya cerita-cerita mereka berbeda satu sama lain, sebetulnya tidak ada pertentangan di antara mereka.


Matius 20: 30-34: “(30) Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’ (31) Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, katanya: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’ (32) Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: ‘Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ (33) Jawab mereka: ‘Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.’ (34) Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia”.


BACA JUGA: EKSPOSISI MATIUS 5:1-48


1) Orang buta itu menyebut Yesus dengan sebutan ‘Anak Daud’ yang jelas merupakan sebutan dari Mesias. Jadi, sekalipun ia buta secara jasmani, tetapi mata hatinya tidak buta.

Ada banyak orang yang mata jasmaninya tidak buta, tetapi mata hatinya buta, sehingga tidak bisa mengenali Yesus sebagai Allah / Tuhan dan Juruselamat dunia satu-satunya!


2) Orang-orang yang kelihatannya ikut Yesus itu, ternyata memarahi orang buta itu waktu ia berseru kepada Yesus. Dengan teguran itu, mereka jelas menghalang-halangi orang buta itu untuk datang kepada Yesus.

Penerapan: apakah saudara juga sering menghalangi seseorang datang kepada Yesus / ke gereja / ke Pemahaman Alkitab dsb?


3) Orang buta itu tekun. Ia tidak mau berhenti / mundur karena teguran orang banyak itu. Ia bahkan berteriak lebih keras lagi. Ketekunannya menyebabkan Yesus akhirnya mengabulkan permintaannya.


Penerapan
: kalau saudara mau belajar Firman Tuhan, tekun berdoa, melayani Tuhan, memberitakan Injil dsb, maka suatu kali saudara pasti akan mendapat komentar orang yang bisa menyebabkan saudara kecil hati / berhenti. Pada saat seperti itu, tirulah orang buta ini! Jangan berhenti, sebaliknya lakukan dengan lebih keras lagi! Tuhan pasti akan memberkati usaha saudara itu!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

Next Post Previous Post