EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 10-11
Hubungan Matius 10:1-15 dengan kontext yang mendahuluinya.
Matius 9:36-38 - “(36) Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. (37) Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’”.
Mat 9:36-38 ini menunjukkan kurangnya pekerja dalam ladang Tuhan, dan juga menunjukkan adanya perintah Yesus supaya mereka berdoa meminta pekerja.
Sekarang dalam Mat 10:1-dst (khususnya perhatikan ay 5), mereka sendiri diutus untuk menjadi pekerja-pekerja di ladang Tuhan.
Pulpit Commentary: “They were the first response to the prayer for more labourers” (= Mereka adalah jawaban pertama bagi doa untuk lebih banyak pekerja) - hal 424.
Merupakan sesuatu yang baik kalau saudara merasa prihatin melihat kurangnya pekerja dalam gereja saudara, dan merupakan sesuatu yang baik kalau saudara mau berdoa supaya Tuhan mengirimkan lebih banyak pekerja. Tetapi semua itu tidak cukup! Saudara sendiri harus mau menjadi pekerja sesuai dengan karunia saudara, dan sesuai dengan panggilan Tuhan bagi saudara. Sudahkah saudara melayani?
Matius 10:1-4 - “(1) Yesus memanggil kedua belas muridNya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. (2) Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, (3) Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, (4) Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia”.
Matius 10: 1: “Yesus memanggil kedua belas muridNya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan”.
1) Yang memanggil adalah Yesus sendiri (ay 1,5 bdk. 1Korintus 1:1 2Kor 1:1 Gal 1:1,15-17 Ef 1:1).
Kita tidak boleh melayani karena alasan-alasan yang lain (misalnya: dari pada menganggur, atau karena desakan majelis / pendeta / orang kristen yang lain, dsb). Kita harus melayani karena panggilan Tuhan. Memang adanya permintaan dari seseorang bisa / mungkin merupakan panggilan Tuhan, tetapi itu harus dicheck lebih dahulu. Coba periksa apa sebabnya saudara melayani!
2) Bilangan 12 jelas dipilih / ditentukan oleh Yesus secara sengaja untuk menyesuaikan dengan 12 suku Israel dalam Perjanjian Lama.
Calvin: “this number reminded the Jews of the design of his coming; but, as they did not yield to the grace of God, he begat for himself a new Israel” (= bilangan ini mengingatkan orang-orang Yahudi tentang tujuan / maksud kedatanganNya; tetapi, karena mereka tidak menyerah kepada kasih karunia Allah, Ia memperanakkan untuk diriNya sendiri Israel yang baru).
Pulpit Commentary: “As the sons of Jacob were the fathers of Israel according to the flesh, so are the twelve apostles the fathers of Israel after the Spirit” (= Sebagaimana anak-anak Yakub adalah bapa-bapa dari Israel menurut daging, demikianlah kedua-belas rasul adalah bapa-bapa dari Israel menurut Roh) - hal 431.
William Hendriksen: “The fact that Jesus appointed exactly 12 men, no more and no less, indicates that he had in mind the new Israel, for ancient Israel had 12 tribes and 12 patriarchs. The new Israel was going to be gathered from among all the nations, Jews and Gentiles alike” (= Fakta bahwa Yesus menetapkan persis 12 orang, tidak lebih dan tidak kurang, menunjukkan bahwa Ia memikirkan Israel yang baru, karena Israel yang kuno mempunyai 12 suku dan 12 kepala suku. Israel yang baru akan dikumpulkan dari antara semua bangsa, Yahudi maupun non Yahudi).
Penafsiran ini didukung oleh:
Wah 7:4 - 144.000 orang. 144.000 = 12 x 12 x 1000.
Wah 4:1-11 - 24 tahta dan 24 tua-tua. 24 = 12 + 12.
3) Mula-mula orang-orang ini mendapat panggilan untuk mengikut Yesus (Mat 4:19,21 Mat 9:9 Yoh 1:43), dan sekarang mereka mendapat panggilan untuk melayani. Tidak ada orang yang hanya dipanggil untuk ikut Yesus dan tidak dipanggil untuk melayani Dia!
Bdk. Markus 3:14 - “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil”.
KJV: ‘And he ordained twelve, that they should be with him, and that he might send them forth to preach’ (= Dan Ia menentukan dua belas orang, supaya mereka bersama dengan Dia, dan supaya Ia bisa mengutus mereka untuk berkhotbah).
NASB: ‘He appointed twelve, that they might be with Him and that He might send them out to preach’ (= Ia menetapkan dua belas orang, supaya mereka bisa bersama dengan Dia dan supaya Ia bisa mengutus mereka keluar untuk berkhotbah).
William Barclay: “If they were to do his work in the world, they must live in his presence, before they went out to the world; they must go from the presence of Jesus into the presence of men” (= Jika mereka harus mengerjakan pekerjaanNya di dunia, mereka harus hidup di hadapanNya, sebelum mereka keluar kepada dunia; mereka harus pergi dari hadapan Yesus ke hadapan manusia) - hal 361.
Pulpit Commentary: “the closeness of our personal following of Christ is the measure of our power for his service” (= Kedekatan kita dalam mengikut Kristus secara pribadi merupakan ukuran dari kuasa kita untuk pelayananNya) - hal 425.
Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara sudah mengikut Yesus? Kalau ya, sudahkah saudara melayani Dia?
4) Yang diutus oleh Yesus untuk melayani / memberitakan Injil adalah murid-muridNya.
a) Ini menunjukkan bahwa orang yang mengajar / melayani Tuhan harus belajar lebih dulu, dan bahkan terus menerus belajar.
Adam Clarke: “men must be first taught of God, before they be sent of God” (= orang harus diajar lebih dulu oleh Allah, sebelum mereka diutus oleh Allah).
Matthew Henry: “They that design to be teachers must first be learners; they must receive, that they may give; ... Gospel truths must be first committed to them, before they be commissioned to be gospel ministers” (= Mereka yang merencanakan untuk menjadi pengajar / guru harus lebih dulu menjadi pelajar; mereka harus menerima, supaya mereka bisa memberi; ... Kebenaran Injil harus lebih dulu diberikan kepada mereka, sebelum mereka diutus menjadi pelayan-pelayan Injil).
William Barclay: “These men were appointed from amongst the disciples. The word ‘disciple’ means ‘a learner’. The men whom Christ needs and desires are the men who are willing to learn. The shut mind cannot serve him. The servant of Christ must be willing to learn more every day” (= Orang-orang ini ditetapkan dari antara murid-murid. Kata ‘murid’ berarti ‘seorang pelajar / yang belajar’. Orang-orang yang Kristus butuhkan dan inginkan adalah orang-orang yang mau belajar. Pikiran yang tertutup tidak bisa melayani Dia. Pelayan Kristus harus mau belajar lebih banyak setiap hari) - hal 361.
b) Bahkan pelayanan yang paling rendahpun mengharuskan pelayan tersebut belajar Firman Tuhan.
Pulpit Commentary: “even the lowest ministry in the kingdom is not possible to those who have not listened for the voice of Christ and endeavoured to obey him” (= bahkan pelayanan yang paling rendah dalam KerajaanNya tidaklah memungkinkan bagi mereka yang tidak mendengarkan suara Kristus dan berusaha untuk mentaatiNya) - hal 425.
5) Ay 1b: “memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan”.
a) Kata-kata ‘untuk mengusir roh-roh jahat’ dan ‘untuk melenyapkan segala penyakit dan kelemahan’ menunjukkan bahwa orang sakit dibedakan dari orang yang kerasukan setan.
Ayat paralelnya dalam Injil Lukas juga memisahkan seperti itu.
Lukas 9:1 - “Maka Yesus memanggil kedua belas muridNya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit”.
Adam Clarke: “Luke mentions both demons and diseases; therefore he was either mistaken, or demons and diseases are not the same. ... The treatment of these two was not the same: - the demons were to be cast out, the diseases to be healed” (= Lukas menyebutkan baik setan-setan dan penyakit-penyakit; karena itu, atau ia salah, atau setan dan penyakit tidaklah sama. ... Penanganan / pengobatan dari kedua hal ini tidaklah sama: - setan-setan harus diusir, penyakit-penyakit harus disembuhkan).
Pengertian ini penting untuk menghadapi pandangan orang-orang Pentakosta dan Kharismatik yang pada umumnya menganggap bahwa orang sakit karena adanya roh jahat yang merasuk mereka.
b) Mereka tidak diberi kuasa untuk mempertobatkan.
Pulpit Commentary: “Observe that nothing is said of their receiving authority to convert. This God himself keeps” (= Perhatikan bahwa tidak ada apapun yang dikatakan tentang penerimaan mereka terhadap otoritas untuk mempertobatkan. Ini disimpan / ditahan oleh Allah sendiri) - hal 404.
6) Mereka diutus berdua-dua.
Bdk. Mark 6:7 - “Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat”.
Pulpit Commentary: “They were sent out two and two. Christ would have his servants work together; it is not good to be alone” (= Mereka diutus berdua-dua. Kristus ingin pelayan-pelayanNya bekerja-sama; tidaklah baik untuk seorang diri) - hal 418.
Bdk. Pkh 4:9-12 - “(9) Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. (10) Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! (11) Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? (12) Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan”.
Ay 2-4: “(2) Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, (3) Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, (4) Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia”.
1) Mari kita menyoroti 12 rasul ini satu persatu.
a) Simon, yang disebut Petrus.
1. Nama ‘Simon’ diubah menjadi ‘Petrus’.
William Hendriksen: “This new name, meaning rock, was a description not of what Simon was when called, but of what by grace he was to become” (= Nama baru ini, artinya ‘batu karang’, bukan menggambarkan apa adanya Simon pada waktu dipanggil, tetapi menggambarkan Simon akan menjadi apa oleh kasih karunia).
2. Simon Petrus mempunyai banyak kelemahan / kekurangan, seperti:
tidak terpelajar.
Ini terlihat dari fakta bahwa ia adalah nelayan (Mat 4:18), dan juga dinyatakan secara explicit dalam Kis 4:13 - “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus”.
mudah berubah-ubah (Mat 14:28,30 16:16,22 26:33-35,69-75 Yoh 13:8-9 Gal 2:11-12).
sering bicara sembarangan tanpa dipikir (Mark 9:5-6).
3. Bahwa Petrus disebut ‘pertama’ tidak berarti bahwa ia harus dijadikan Paus.
Kata ‘pertama’ (first) dalam bahasa Yunani adalah PROTOS, yang bisa diartikan:
no 1 (menunjukan nomor urut belaka).
yang terutama.
Gereja Roma Katolik mengambil arti kedua untuk mendukung pandangan mereka bahwa Petrus adalah Paus I. Tapi Kitab Suci tidak menunjukan bahwa Petrus mempunyai kedudukan lebih tinggi dari rasul-rasul yang lain. Baca Kis 15 Gal 2:11-14 yang jelas menunjukkan bahwa Petrus bukan pemimpin tertinggi, karena dalam Kis 15 bukan Petrus yang mengambl keputusan dalam Sidang Gereja Yerusalem, dan dalam Gal 2:11-14 ia dihardik dengan keras oleh Paulus.
Jadi, di sini kata PROTOS mungkin hanya menunjukan urut-urutan saja atau hanya sekedar menunjukkan bahwa Petrus adalah orang yang menonjol di antara mereka (Tetapi tetap bukan yang paling tinggi pangkatnya!).
Juga bandingkan dengan Kis 1:13-14 - “(13) Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. (14) Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus”.
Calvin mengomentari text ini dengan mengatakan: kalau karena Petrus disebut pertama kita menyimpulkan bahwa dia mempunyai kedudukan tertinggi, maka konsekwensinya adalah: karena Maria disebut terakhir, ia adalah yang terendah dari perempuan-perempuan yang mengikut Yesus. Ini merupakan konsekwensi yang jelas tidak akan diterima oleh orang-orang Katolik, yang begitu meninggikan Maria!
b) Andreas.
Kelemahan / kekurangannya:
tak terpelajar. Ini terlihat dari fakta bahwa ia adalah nelayan (Mat 4:18).
bersandar pada logika / matematika.
Yoh 6:8-9 - “(8) Seorang dari murid-muridNya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepadaNya: (9) ‘Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?’”.
Penerapan: apakah saudara juga bersandar pada logika / matematika? Kita boleh menggunakan logika / matematika, tetapi kita tidak boleh bersandar pada hal-hal itu. Tuhan ada di atas logika / matematika. Orang yang kekurangan dalam hidupnya padahal ia menggunakan 100 % penghasilannya untuk hidupnya, bisa mencukupi kebutuhan hidupnya hanya dengan 90 % penghasilannya, karena ia memberikan 10 % untuk Tuhan! Orang yang mendapat nilai yang kurang bagus dengan belajar 7 hari dalam seminggu, bisa mendapat nilai yang lebih baik dengan belajar 6 hari dalam seminggu karena ia menghormati hari Sabat dengan tidak belajar pada hari itu.
c) Yakobus.
Lihat di bawah, digabungkan dengan Yohanes, yang adalah saudaranya.
d) Yohanes.
Dalam Markus 3:17, Yakobus dan Yohanes ini disebut ‘anak-anak guruh’. Ada yang menganggap bahwa sebutan ini diberikan karena kepribadian mereka yang pemarah (bdk. Luk 9:54-56 Mark 9:38), tetapi ada yang menganggap bahwa sebutan itu diberikan karena mereka adalah pengkhotbah yang mempunyai suara keras.
Kelemahan / kekurangan mereka:
tak terpelajar. Ini terlihat dari fakta bahwa mereka adalah nelayan (Mat 4:21), dan untuk Yohanes dinyatakan secara explicit bersama-sama dengan Petrus dalam Kis 4:13.
pemarah.
Lukas 9:51-54 - “(51) Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem, (52) dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagiNya. (53) Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalananNya menuju Yerusalem. (54) Ketika dua muridNya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: ‘Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?’”.
Mark 9:38 - mereka mencegah orang yang bukan kelompok mereka mengusir setan dalam nama Yesus.
Mark 9:38 - “Kata Yohanes kepada Yesus: ‘Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi namaMu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.’”.
Mungkin sekali ini menunjukkan bahwa mereka mau memonopoli Yesus, atau memonopoli pengusiran setan untuk golongannya sendiri. Mungkin juga semangat bagi Yesus mereka wujudkan dalam bentuk fanatisme golongan.
William Hendriksen: “James was the first of The Twelve to wear the martyr’s crown (Acts 12:2). While he was the first to arrive in heaven, his brother John was in all probability the last to remain on earth” [= Yakobus adalah yang pertama dari 12 orang itu yang memakai mahkota martir (Kis 12:2). Sementara ia adalah yang pertama sampai di surga, saudaranya, Yohanes, kemungkinan besar merupakan yang terakhir berada / tinggal di bumi].
e) Filipus.
Kelemahan / kekurangannya:
bersandar pada logika / matematika.
Yoh 6:5,7 - “(5) Ketika Yesus memandang sekelilingNya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: ‘Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?’ (6) Hal itu dikatakanNya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukanNya. (7) Jawab Filipus kepadaNya: ‘Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.’”.
lamban mengerti.
Yohanes 14:8 - “Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’”.
f) Bartolomeus / Natanael.
‘Bartolomeus’ artinya ‘anak dari Tholomai’, dan ini bukan nama yang sesungguhnya. Nama yang sesungguhnya adalah Natanael (Yoh 1:45-51).
Kata-katanya dalam Yoh 1:46 menunjukkan bahwa ia sentimen / tidak senang terhadap Nazaret, tetapi akhirnya ia toh menjadi pengikut Yesus, orang Nazaret.
Penerapan: Karena itu jangan takut memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada orang yang sentimen terhadap kekristenan / Reformed. Orang yang sentimen bisa berubah drastis menjadi orang yang setia mati-matian.
g) Tomas.
Kekurangan / kelemahannya:
ia adalah seorang pesimist, yang selalu mengharapkan yang terjelek.
Yoh 11:16 - “Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: ‘Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.’”.
ia tidak mau percaya kalau tidak ada bukti.
Yoh 20:24-25 - “(24) Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. (25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.
h) Matius.
1. Sebagai seorang pemungut cukai, ia bekerja pada pemerintah Romawi; ia pasti adalah orang yang mata duitan dan kejam, karena ia rela memeras rakyat dengan menaikkan pajak.
2. Kerendahan hati Matius.
Nama-nama dari 12 rasul ini dituliskan berpasang-pasangan, mungkin karena mula-mula mereka diutus dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2 orang (Mark 6:7). Hal yang menarik bisa kita dapatkan kalau kita menyoroti pasangan yang di sini disebut ‘Tomas dan Matius pemungut cukai’. Dalam ayat paralelnya dalam Injil Lukas disebutkan ‘Matius dan Tomas’ (Luk 6:15 bdk Mark 3:18). Jadi, pada waktu Matius sendiri menuliskan hal ini, ia menaruh namanya setelah nama Tomas.
Penerapan: apakah saudara mempunyai kerendahan hati untuk selalu mengutamakan dan mendahulukan orang lain dari pada diri saudara sendiri?
3. Ia menambahkan istilah ‘pemungut cukai’ untuk dirinya sendiri.
Ini juga menunjukkan kerendahan hatinya, dan ini juga menunjukkan bahwa ia mengingat siapa dirinya dahulu. Ini juga penting untuk menjadikan rendah hati!
Bandingkan dengan Paulus dalam:
Gal 1:13,14 - “(13) Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. (14) Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku”.
1Tim 1:12-16 - “(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. (14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. (16) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat hidup yang kekal”.
Pernahkah saudara mengingat siapa saudara dahulu?
Tetapi bagaimana dengan Fil 3:14 - “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”?
Apa yang dilakukan Matius maupun Paulus di atas, tidak bertentangan dengan Fil 3:14! Kalau ‘yang di belakang’ itu menghalangi kemajuan kita, maka itu harus dilupakan. Bdk. Luk 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.
Tetapi kalau ‘yang di belakang’ itu bisa mendorong kita untuk maju, maka itu justru harus diingat. Cara kita meninjau apa yang di belakang sangat menentukan apakah hal itu menghalangi kemajuan kita atau mendorong kita untuk maju.
i) Yakobus anak Alfeus / James the Less.
Tak ada informasi lain tentang murid yang satu ini. Jelas ia sangat tidak menonjol.
j) Tadeus.
‘Tadeus’ (Mat 10:3 Mark 3:18) sama dengan ‘Yudas anak Yakobus’ (Luk 6:16), dan juga sama dengan ‘Yudas yang bukan Iskariot’ (Yoh 14:22). Tentang orang ini juga tidak banyak yang bisa diketahui, jelas bahwa ia adalah orang yang sangat tidak menonjol.
k) Simon orang Zelot.
Bdk. Mark 3:18 (lit): ‘Simon the Canaanite’. Istilah ‘the Canaanite’ tidak berarti ‘orang Kanaan’ atau ‘orang Kana’. Kata ini berasal dari kata Ibrani QANA, yang berarti ‘zeal’ (= semangat).
Nama / istilah ‘Zelot’ berasal dari 1Makabe 2:50 - “Sekarang anak-anakku, hendaklah giat untuk hukum Taurat dan mempertaruhkan hidupmu demi perjanjian nenek moyang kita”. Inggris: “Be ye zealous for the Law, and give your lives for the covenant of your fathers” (= Bersemangatlah untuk hukum Taurat, dan berikanlah hidupmu untuk perjanjian nenek moyangmu) - Pulpit Commentary (Luke).
Orang Zelot adalah golongan orang yang anti penjajahan / orang asing / Romawi.
Catatan: 1Makabe termasuk dalam Apocrypha / Deuterokanonika. Kita tidak mengakui ini sebagai Kitab Suci, tetapi hanya sebagai buku kuno yang mempunyai nilai sejarah.
l) Yudas Iskariot.
1. Kata-kata ‘yang mengkhianati Dia’ dalam ay 4, menurut Pulpit Commentary (hal 405) seharusnya adalah ‘yang menyerahkan Dia’.
Sebutan ‘pemungut cukai’ bagi Matius bukanlah sesuatu yang merendahkan / memalukan, tetapi sebutan ‘yang mengkhianati / menyerahkan Dia’ untuk Yudas adalah sesuatu yang memalukan / merendahkan. Mengapa? Karena dosa Matius terjadi sebelum ia ikut Yesus / menjadi rasul. Sedangkan dosa Yudas terjadi sesudah ia ikut Yesus dan menjadi rasul. Disamping itu Matius bertobat sedangkan Yudas tidak.
Karena itu hati-hatilah dengan dosa yang saudara lakukan sesudah saudara menjadi orang kristen. Itu jauh lebih memalukan dari pada dosa yang saudara lakukan sebelum saudara menjadi orang kristen.
2. Yudas Iskariot dari semula hanyalah orang kristen KTP.
Ada orang-orang, khususnya orang Arminian, yang menganggap bahwa tadinya Yudas adalah orang kristen yang sejati yang lalu murtad, dan ini sering dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad dan kehilangan keselamatan. Tetapi ini jelas salah, karena Yudas tidak pernah menjadi orang kristen yang sejati! Ia memang meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus (bdk. Mat 19:27), tetapi dari ayat-ayat di bawah ini terlihat dengan jelas bahwa ia hanya mengikut Yesus secara lahiriah saja!
Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia”.
Yoh 6:70-71 - “(70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu”.
Yoh 12:6 - “Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya”.
Yoh 13:10-11 - “(10) Kata Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.’ (11) Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih.’”.
Yoh 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
Kalau dalam kalangan 12 rasul ini saja bisa kemasukan 1 orang kristen KTP, maka lebih-lebih dalam gereja / persekutuan kita. Selalu ada lalang di antara gandum.
3. Mengapa Yudas Iskariot dipilih oleh Yesus?
a. Karena pengkhianatan oleh Yudas terhadap Yesus adalah Rencana Allah.
William Hendriksen (Luke): “The group included even the man who was going to become a traitor, in order that, without in any way canceling human responsibility, God’s counsel regarding the salvation of his people might be carried out. See Luke 22:22; Acts 2:23” (= Kelompok ini bahkan mencakup orang yang akan menjadi pengkhianat, supaya, tanpa membuang tanggung jawab manusia, rencana Allah mengenai keselamatan umatNya bisa dilaksanakan. Lihat Luk 22:22; Kis 2:23).
Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Pulpit Commentary (Mark): “If it is asked why our Lord should have chosen Judas Iscariot, the answer is that he chose him, although he knew that he would betray him, because it was his will that he should be betrayed by one that had been ‘his own familiar friend,’ and that had ‘eaten bread with him’” (= Kalau ditanyakan mengapa Tuhan kita memilih Yudas Iskariot, jawabannya adalah bahwa Ia memilihnya, sekalipun Ia tahu bahwa ia akan mengkhianatiNya, karena adalah kehendakNya bahwa Ia harus dikhianati oleh seseorang yang adalah ‘teman dekatnya sendiri’, dan yang ‘makan roti bersama Dia’).
Bdk. Yohanes 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu merupakan kutipan dari nubuat yang ada dalam Maz 41:10 - “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku”.
b. Sebagai peringatan bagi gereja, supaya waspada terhadap adanya ‘Yudas’ dalam gereja, bahkan dalam kalangan majelis / pendeta.
c. Supaya orang yang mempunyai jabatan tinggi hati-hati supaya tidak berakhir seperti Yudas.
Pulpit Commentary (Mark): “To fill a spiritual office, and yet to be careless of our own spiritual life, is fatal. ‘Wherefore let him that thinketh he standeth take heed lest he fall’” (= Mengisi suatu jabatan rohani, tetapi sembrono tentang kehidupan rohani diri sendiri, adalah fatal. ‘Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh’).
4. Ini tidak berarti bahwa kita boleh secara sengaja memilih orang kristen KTP menjadi seorang pelayan Tuhan dalam gereja.
Yesus tahu bahwa Yudas Iskariot adalah orang kristen KTP, tetapi Ia toh memilihnya menjadi rasul dan bahkan menjadi bendahara. Lalu apakah dibenarkan kalau kita mengikuti teladan Kristus, dengan menggunakan orang kristen KTP sebagai pelayan Tuhan dalam gereja? Tidak. Yesus adalah Allah dan manusia, dan Ia tahu akan rencana Bapa berkenaan dengan pengkhianatan Yudas (Luk 22:22), dan karena itu Ia memilih Yudas. Tetapi kita tidak tahu rencana Allah, dan rencana Allah yang tidak kita ketahui itu bukanlah pedoman dalam hidup kita (Ul 29:29). Karena itu kita tidak boleh meniru Yesus dalam hal ini.
2) Dengan orang-orang seperti ini (kecuali Yudas Iskariot), yang boleh dikatakan semuanya mempunyai banyak kelemahan / kekurangan, Yesus ‘menggoncangkan dunia’!
Bdk. 1Kor 1:25-29 - “(25) Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. (26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.
Penerapan:
Kalau saudara mempunyai kekurangan / kelemahan, dan kalau saudara bukanlah orang yang mempunyai karunia-karunia yang hebat, janganlah beranggapan bahwa Tuhan tidak bisa / mau memakai saudara. Asal saudara mau menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan, Tuhan mau / bisa memakai saudara sebagai alatNya yang berguna untuk kemuliaanNya!
Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan, jangan merasa kecil hati karena jemaat saudara bukanlah orang-orang yang pandai, dan juga bukan orang-orang yang mempunyai karunia-karunia yang hebat. Asal saudara dan jemaat saudara mau menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan, Tuhan bisa menggunakan saudara dan jemaat saudara untuk hal-hal yang besar.
William Barclay: “They were very ordinary men. ... It has been said that Jesus is looking, not so much for extraordinary men, as for ordinary men who can do ordinary things extraordinarily well. ... No man need ever think that he has nothing to offer Jesus, for Jesus can take what the most ordinary man can offer and use it for greatness” (= Mereka adalah orang-orang biasa. ... Dikatakan bahwa Yesus mencari, bukan orang-orang yang luar biasa, tetapi orang-orang biasa yang bisa melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa baiknya. ... Tak seorangpun perlu untuk berpikir bahwa ia tidak mempunyai apapun untuk dipersembahkan kepada Yesus, karena Yesus bisa mengambil apa yang bisa dipersembahkan oleh orang yang paling biasa dan menggunakannya untuk sesuatu yang besar) - hal 358.
3) Sifat-sifat / keadaan / orang yang bertentangan dalam kalangan murid-murid Yesus:
Petrus (optimis) >< Tomas (pesimis).
orang yang menonjol seperti Petrus >< orang yang sangat tidak menonjol seperti Yudas anak Yakobus dan Yakobus anak Alfeus.
Matius (bekerja kepada Roma) >< Simon orang Zelot (anti bangsa asing / penjajah / Roma).
Tetapi toh mereka bisa bersatu dan bersama-sama berjuang untuk kemuliaan Tuhan.
Penerapan: dalam gereja selalu ada orang-orang yang bertentangan, seperti: yang satu keras / kasar, yang lain lembut; yang satu menonjol, yang lain tidak; yang satu berapi-api, yang lain melempem; yang satu selalu menggunakan taktik, yang lain selalu menghadapi secara frontal; yang satu nekad, yang lain selalu cenderung untuk takut; dsb. Tetapi semua orang-orang ini harus bisa bersatu dan bekerja sama demi kemuliaan Tuhan!
MATIUS 10:5-8
Mat 10:5-8 - “(5) Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, (6) melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (7) Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. (8) Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma”.
Matius 10: 5-6: “(5) Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, (6) melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”.
1) “Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus”.
Bahwa Yesus mengutus murid-muridNya untuk melayani / memberitakan Injil, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah, karena hanya Allah yang mempunyai otoritas untuk melakukan hal itu.
John Wesley: “Herein exercising his supreme authority, as God over all. None but God can give men authority to preach his word” (= Dalam ini dijalankan otoritas tertinggiNya, sebagai Allah di atas semua. Tidak ada siapapun kecuali Allah yang bisa memberi manusia otoritas untuk memberitakan FirmanNya).
2) “(5b) dan Ia berpesan kepada mereka: ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, (6) melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”.
a) Ay 5b: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain”.
Artinya: ‘Jangan menyimpang ke dalam jalan yang menuju ke daerah orang-orang non Yahudi’.
Ini merupakan larangan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non Yahudi, karena Injil tidak akan diberitakan kepada mereka sampai orang-orang Yahudi menolaknya.
Pembatasan ini hanya berlaku pada missi ini saja. Nanti dihapuskan pada waktu Yesus memerintahkan untuk menjadikan semua bangsa muridNya. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Semua peraturan / larangan dalam Mat 10:1-15 berlaku hanya bagi rasul-rasul itu, dan hanya berlaku pada saat itu saja, kecuali hal-hal yang mempunyai dukungan dari bagian-bagian lain dari Kitab Suci.
Calvin: “It is proper to observe, however, that he does not as yet speak of perpetual apostleship, but only of temporary preaching, ... It is of great importance to observe this, that we may not suppose it to be a certain and fixed rule laid down for all ministers of the word, when our Lord gives instructions to the preachers of his doctrine as to what he wishes them to do for a short time. From inattention to this point many have been led astray, so as to demand from all ministers of the word, without distinction, conformity to this rule” (= Tetapi, merupakan sesuatu yang benar untuk memperhatikan, bahwa Ia tidak berbicara tentang kerasulan kekal, tetapi hanya tentang pemberitaan sementara, ... Merupakan sesuatu yang sangat penting untuk memperhatikan hal ini, supaya kita tidak menganggapnya sebagai suatu peraturan yang pasti dan tertentu yang diletakkan untuk semua pelayan firman, pada waktu Tuhan kita memberikan instruksi-instruksi kepada pemberita-pemberita ajaranNya berkenaan dengan apa yang Ia inginkan mereka lakukan untuk waktu yang singkat. Dari tidak adanya perhatian terhadap hal ini banyak orang disesatkan, sehingga menuntut dari semua pelayan firman, tanpa perbedaan, penyesuaian terhadap peraturan ini).
b) ‘orang Samaria’.
Sejarah bangsa Samaria bisa dilihat dalam 2Raja 17:6,24-41.
Mereka tetap dianggap bukan Israel / Yahudi, sehingga pemberitaan Injil kepada mereka juga dilarang pada saat itu.
c) Dalam kehidupanNya sendiri, dengan perkecualian yang sangat jarang (seperti dalam Yoh 4, Mat 15:21), Yesus sendiri memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi saja (Mat 15:24). dan karena itu Ia disebut pelayan orang-orang bersunat.
Ro 15:8 - “Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikanNya kepada nenek moyang kita”.
Bandingkan dengan:
Kis 3:26 - “Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan HambaNya dan mengutusNya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.’”.
Kis 13:46 - “Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: ‘Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain”.
d) “melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”.
1. “umat Israel”.
Jamieson, Fausset & Brown: “Until Christ’s death, which broke down the middle wall of partition (Eph. 2:14), the Gospel commission was to the Jews only” [= Sampai kematian Kristus, yang merubuhkan tembok pemisah (Ef 2:14), otoritas untuk memberitakan Injil adalah hanya kepada orang-orang Yahudi].
Calvin: “Now God had entered into a special covenant with the family of Abraham, and therefore Christ acted properly in confining the grace of God, at the outset, to the chosen people, till the time for publishing it were fully come. But after his resurrection, he spread over all nations the blessing which had been promised in the second place, because then the veil of the temple had been rent, (Matthew 27:51,) and the middle wall of partition had been thrown down, (Ephesians 2:14.) If any one imagine that this prohibition is unkind, because Christ does not admit the Gentiles to the enjoyment of the gospel, let him contend with God, who, to the exclusion of the rest of the world, established with the seed of Abraham alone his covenant, on which the command of Christ is founded” [= Sekarang Allah telah masuk ke dalam perjanjian khusus dengan keluarga Abraham, dan karena itu Kristus bertindak dengan benar dalam membatasi kasih karunia Allah, pada permulaan, kepada bangsa yang terpilih, sampai saat untuk mengumumkannya tiba. Tetapi setelah kebangkitanNya, Ia menyebarkan ke atas semua bangsa berkat yang telah dijanjikan di tempat yang kedua, karena pada saat itu tirai Bait Suci telah terbelah (Mat 27:51), dan tembok pemisah telah dirubuhkan (Ef 2:14). Jika ada orang yang membayangkan bahwa larangan ini tidak baik, karena Kristus tidak menerima orang-orang non Yahudi kepada penikmatan dari Injil, biarlah ia menentang / melawan Allah, yang, dengan mengeluarkan sisa dunia ini, menetapkan perjanjianNya dengan benih Abraham saja, pada mana perintah Kristus ini didasarkan].
Ef 2:14 - “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan”.
Pulpit Commentary (hal 419) mengatakan bahwa untuk saat itu rasul-rasul harus memberitakan Injil hanya kepada orang-orang Yahudi, karena merupakan suatu keharusan bahwa Injil pertama-tama diberitakan kepada mereka; mereka adalah orang-orang perjanjian, anak-anak Kerajaan. Israel sebagai ‘Tanah Kudus / Suci’ harus menjadi pusat dari mana terang dari Injil harus disebarkan ke seluruh dunia. Terang harus dinyalakan pertama-tama di pusat. Gereja harus dibentuk di tempat kelahiran dari iman; dan setelah itu barulah utusan-utusan Kristus diutus untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Pulpit Commentary (hal 438) juga mengatakan bahwa pembatasan yang Yesus berikan ini mengajar kita untuk melayani sesuai dengan batasan yang diberikan kepada kita. Kita tidak perlu merisaukan apa yang ada di luar batasan pelayanan kita.
William Barclay: “The twelve were forbidden to go to the Gentiles; that meant that they could not go north into Syria, nor could they even go east into the Decapolis, which was largely a Gentile region. They could not go south into Samaria for that was forbidden. The effect of this order was in actual fact to limit the first journey of the twelve to Galilee. ... The twelve were not equipped to preach to the Gentiles. They had neither the background, nor the knowledge nor the technique. ... A message has little chance of success, if the messenger is ill-equipped to deliver it. If a preacher or teacher is wise, he will realize his limitations, and will see clearly what he is fitted and what he is not fitted to do. ... But the great reason for this command is simply this - any wise commander knows that he must limit his objectives. He must direct his attack at one chosen point. If he diffuses his forces here, there and everywhere, he dissipates his strength and invites failure” (= Ke 12 rasul dilarang untuk pergi kepada orang-orang non Yahudi; itu berarti bahwa mereka tidak boleh pergi ke utara ke Siria, ataupun pergi ke timur ke Dekapolis, yang pada umumnya merupakan suatu daerah non Yahudi. Mereka tak bisa pergi ke selatan ke Samaria, karena itu dilarang. Akibat dari perintah ini adalah bahwa sebenarnya perjalanan dari 12 rasul yang pertama ini dibatasi pada Galilea. ... 12 rasul itu tidak diperlengkapi untuk memberitakan kepada orang-orang non Yahudi. Mereka tidak mempunyai latar belakang, ataupun pengetahuan atau tehnik. ... Suatu berita mempunyai sedikit kesempatan untuk sukses, jika sang utusan diperlengkapi secara buruk untuk menyampaikannya. Jika seorang pengkhotbah atau pengajar itu bijaksana, ia akan menyadari keterbatasannya, dan akan melihat dengan jelas apa yang cocok dan yang tidak cocok untuk dilakukannya. ... Tetapi alasan yang besar untuk perintah ini hanyalah ini - seadanya komandan tahu bahwa ia harus membatasi tujuan / sasarannya. Ia harus mengarahkan serangannya pada satu titik pilihan. Jika ia menyebarkan kekuatannya di sini, di sana, dan dimana-mana, ia menghamburkan kekuatannya dan mengundang kegagalan) - hal 363,364.
2. “domba-domba yang hilang”.
Kalau orang-orang Yahudi saja, yang adalah bangsa pilihan Allah, disebut ‘domba-domba yang hilang’, bagaimana dengan bangsa-bangsa non Yahudi?
Calvin: “the word ‘sheep’ is applied even to the reprobate, who, properly speaking, did not belong to the flock of God, because the adoption extended to the whole nation; as those who deserved to be rejected, on account of their treachery, are elsewhere called the children of the kingdom, (Matthew 8:12.)” [= kata ‘domba’ diterapkan bahkan kepada orang-orang yang ditentukan untuk binasa, yang berbicara secara benar, tidak termasuk dalam kawanan domba Allah, karena adopsi itu diberikan kepada seluruh bangsa; sebagaimana orang-orang yang layak untuk ditolak karena pengkhianatan mereka di tempat lain (dalam Kitab Suci) disebut ‘anak-anak kerajaan’ (Mat 8:12)].
Bdk. Yer 50:6 - “UmatKu tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya”.
Mengapa domba-domba ini terhilang? Salah satu alasannya diberikan dalam ayat di atas, yaitu karena ‘mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya’. Dengan kata lain gembala-gembalanya tidak menggembalakan mereka dengan baik, sehingga pada hakekatnya mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Bdk. Mat 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”.
Ay 7-8a: “(7) Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. (8a) Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan”.
1) “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat”.
Kata ‘Pergilah’ merupakan present participle (participle = kata kerja + ing), dan kata ‘beritakanlah’ ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah bentuk present), jadi harus dilakukan terus menerus.
Pulpit Commentary: “The true Christian is at heart a missionary, and his evangelic spirit will be seen in his active life. If Christ calls any for himself, it is that he may send them forth for the good of the world” (= Seorang kristen yang sejati dalam hatinya adalah seorang misionaris, dan semangat injilinya akan terlihat dalam kehidupan aktifnya. Jika Kristus memangggil siapapun untuk diriNya sendiri, itu adalah supaya Ia bisa mengutusnya untuk kebaikan dunia ini) - hal 425.
2) “Kerajaan Sorga sudah dekat”.
Matthew Henry: “Now this was the same that John the Baptist and Christ had preached before. Note, People need to have good truths pressed again and again upon them, and if they be preached and heard with new affections, they are as if they were fresh to us” (= Ini adalah sama dengan yang telah diberitakan oleh Yohanes Pembaptis dan Kristus sebelumnya. Perhatikan, umat butuh untuk mendapatkan kebenaran yang baik ditekankan berulang-ulang kepada mereka, dan jika hal-hal itu diberitakan dan didengar dengan kasih yang baru, hal-hal itu menjadi seakan-akan baru bagi kita).
3) “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan”.
a) Ini tidak berarti bahwa setiap pemberita Firman Tuhan harus bisa melakukan mujijat / kesembuhan ilahi, dan sebagainya. Seperti telah saya katakan di atas, semua perintah / larangan dalam kontext ini hanya berlaku untuk para rasul pada saat itu saja. Sebagai argumentasi tambahan bisa kita lihat diri Yohanes Pembaptis, yang sekalipun jelas adalah seorang pemberita Firman Tuhan yang betul-betul diutus oleh Allah, tetapi ia tidak melakukan satu mujijatpun.
Yoh 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”.
Matthew Henry: “When he sent them to preach the same doctrine that he had preached, he empowered them to confirm it, by the same divine seals, ... This is not necessary now the kingdom of God is come; to call for miracles now is to lay again the foundation when the building is reared. The point being settled, and the doctrine of Christ sufficiently attested, by the miracles which Christ and his apostles wrought, it is tempting God to ask for more signs” (= Pada waktu Ia mengutus mereka untuk memberitakan ajaran yang sama dengan yang telah Ia beritakan, Ia memberi kuasa kepada mereka untuk meneguhkannya, dengan meterai ilahi yang sama, ... Sekarang hal ini tidak perlu karena kerajaan Allah sudah datang; meminta mujijat-mujijat sekarang sama dengan meletakkan lagi fondasi pada saat bangunan sudah didirikan. Hal itu sudah dibereskan, dan ajaran Kristus sudah dibuktikan kebenarannya dengan cukup, oleh mujijat-mujijat yang dibuat oleh Kristus dan rasul-rasulNya, sehingga merupakan tindakan mencobai Allah untuk meminta lebih banyak tanda).
b) Ay 8: ‘bangkitkanlah orang mati’.
Bagian ini mempunyai problem text, karena ada manuscripts yang tidak mempunyainya, dan manuscripts yang mempunyainya berbeda satu dengan yang lain (lihat Bruce Metzger). Ada orang-orang yang menolak bagian ini, salah satunya adalah Adam Clarke. Tetapi kelihatannya kebanyakan orang menerima bagian ini.
Mungkin ada penyalin manuscripts yang menghapuskan bagian ini, karena dalam faktanya rasul-rasul ini tak dikatakan membangkitkan siapapun.
Bandingkan dengan:
Mark 6:12-13 - “(12) Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, (13) dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”.
Luk 9:6 - “Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat”.
Dalam kedua text di atas ini, yang merupakan laporan tentang kepergian mereka untuk menjalankan missi mereka, tidak diceritakan bahwa mereka pernah membangkitkan orang mati. Kalau memang mereka membangkitkan orang mati, maka rasanya mustahil bahwa hal itu tidak dilaporkan. Saya tidak tahu mengapa mereka tak membangkitkan siapapun.
c) Perbandingan ‘penyembuhan orang sakit’ dan ‘pembangkitan orang mati’.
Saya ingin membandingkan ‘penyembuhan orang sakit’ dengan ‘pembangkitan orang mati’. Tuhan bisa dan pernah melakukan kedua-duanya. Tetapi mengapa kalau kita / keluarga kita sakit berat, kita berdoa mengharapkan mujijat kesembuhan, sedangkan kalau keluarga kita meninggal dunia, kita tidak berdoa supaya Tuhan membangkitkannya? Saya kira karena adanya Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”. Kalau Tuhan terus menerus / terlalu sering melakukan pembangkitan orang mati, maka ayat ini akan dilanggar. Tetapi kalau Tuhan melakukan mujijat kesembuhan, Ia tidak melanggar firman yang manapun. Jadi, kalau saudara / keluarga saudara sakit berat, berdoalah minta kesembuhan, asal jangan memaksa Tuhan. Tetapi kalau ada keluarga yang meninggal dunia, terimalah itu sebagai kehendak Tuhan.
Ay 8b: “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma”.
1) Ini berlaku untuk Firman Tuhan, keselamatan, dan juga untuk karunia menyembuhkan, mengusir setan, dan sebagainya.
a) Kemampuan menyembuhkan penyakit, mengusir setan, apalagi membangkitkan orang mati, kalau mau dikomersialkan, pasti menghasilkan banyak uang. Tetapi Yesus melarang mereka melakukan hal itu, dan mereka harus melakukannya dengan cuma-cuma.
b) Keselamatan itu kita terima dengan cuma-cuma (Yes 55:1-3 Ro 3:24 Wah 22:17b), dan karena itu kita juga tak boleh menjualnya.
Pada jaman Reformasi surat pengampunan dosa dijual oleh Gereja Roma Katolik pada saat itu. Saya tidak mengerti bagaimana mereka mengharmoniskan praktek mereka itu dengan text ini!
c) Mereka mendapatkan Firman Tuhan / kebenaran dari Yesus dengan cuma-cuma, dan karena itu mereka juga harus mau memberitakannya dengan cuma-cuma.
Tetapi ini tidak berarti bahwa seorang hamba Tuhan tak boleh menerima sesuatu, bahkan uang, untuk kebutuhan hidupnya, dari orang-orang yang ia layani. Dalam kontext inipun, persis setelah Yesus mengatakan ay 8 ini, Ia menyambung dengan mengatakan bahwa mereka dilarang membawa emas, perak, tembaga (ay 9), dan Ia mengatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat upahnya (ay 10b).
Adam Clarke: “A minister or labourer in the Gospel vineyard, though worthy of his comfortable support while in the work, should never preach for hire, or make a secular traffic of a spiritual work. ... He who preaches to get a living, or to make a fortune, is guilty of the most infamous sacrilege” (= Seorang pelayan atau pekerja dalam ladang anggur Injil, sekalipun layak mendapat sokongan yang cukup sementara ada dalam pekerjaan, tidak pernah boleh berkhotbah demi upah, atau membuat suatu perdagangan sekuler dari suatu pekerjaan rohani. ... Ia yang berkhotbah untuk mendapatkan penghasilan, atau untuk menjadi kaya, bersalah tentang pelanggaran dengan nama yang paling buruk).
Barnes’ Notes: “That is, they were not to sell their favors of healing, preaching, etc. They were not to make a MONEY-MAKING BUSINESS of it, to bargain specifically to heal for so much, and to cast out devils for so much. This, however, neither then nor afterward precluded them from receiving a competent support. See Luke 10:7; 1 Cor. 9:8-14; 1 Tim. 5:18.” (= Artinya, mereka tidak boleh menjual kebaikan mereka dalam menyembuhkan, memberitakan, dsb. Mereka tidak boleh membuatnya sebagai BISNIS UNTUK MENCARI UANG, tawar menawar secara khusus berapa harga untuk menyembuhkan, dan berapa harga untuk mengusir setan. Tetapi hal ini, baik pada saat itu maupun setelahnya, tidak menghalangi mereka untuk menerima suatu sokongan yang secukupnya. Lihat Luk 10:7; 1Kor 9:8-14; 1Tim 5:18).
Calvin: “he shows, that no man will be a sincere minister of his word or dispenser of his grace, till he is prepared to bestow his labor gratuitously, and that all hirelings basely corrupt and profane the sacred office of teaching. Yet it is not inconsistent with this gratuitous dispensation, that the teachers of the church receive public salaries, provided that they willingly and generously serve Christ and his church, and that their support is, in some sort, an accessory of their labor” (= Ia menunjukkan, bahwa tidak ada orang yang bisa menjadi pelayan yang sungguh-sungguh / tulus dari firmanNya atau penyalur kasih karuniaNya, sampai ia siap untuk memberikan jerih payahnya dengan murah hati, dan bahwa semua orang upahan secara hina merusak dan mencemarkan jabatan pengajaran yang kudus. Tetapi bukanlah merupakan sesuatu yang tidak konsisten dengan penyaluran yang murah hati ini bahwa pengajar-pengajar gereja menerima gaji umum, asal mereka dengan sukarela dan dengan murah hati melayani Kristus dan gerejaNya, dan bahwa sokongan mereka ini adalah semacam tambahan dari jerih payah mereka) - hal 442-443.
Barclay: “If you are a man of God, you must never give the impression that you are a man of business, out for what you can get. ... the man of God must show by his attitude to material things that his first interest is God” (= Jika engkau adalah manusia dari Allah, engkau tidak pernah boleh memberikan kesan bahwa engkau adalah orang bisnis, mencari apa yang bisa engkau dapatkan. ... manusia dari Allah harus menunjukkan oleh sikapnya kepada hal-hal material bahwa perhatiannya yang pertama adalah Allah) - hal 368.
Barclay: “it was the duty of every Jewish community to support a Rabbi, and the more so because a Rabbi naturally neglects his own affairs to concentrate on the affair of God” (= merupakan kewajiban dari setiap masyarakat Yahudi untuk menyokong seorang Rabi, dan lebih-lebih lagi karena seorang Rabi tentu saja mengabaikan urusannya sendiri untuk berkonsentrasi pada urusan Allah) - hal 368.
Barclay: “Here then is the double truth; the man of God must never be over-concerned with material things, but the people of God must never fail in their duty to see that the man of God receives a reasonable support” (= Maka di sini ada kebenaran ganda; manusia dari Allah tidak pernah boleh terlalu memperhatikan hal-hal materi, tetapi umat Allah tidak pernah boleh gagal dalam kewajiban mereka untuk memperhatikan sehingga manusia dari Allah itu menerima sokongan yang layak) - hal 368.
2) Peraturan ini merupakan perkecualian; dalam arti bahwa peraturan ini berlaku bukan hanya untuk para rasul pada saat itu saja, tetapi juga untuk semua orang Kristen pada segala jaman.
Hal-hal / ayat-ayat yang bisa dipakai untuk mendukung bahwa peraturan ini berlaku untuk semua orang Kristen dalam segala jaman adalah:
a) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu cuma-cuma, seperti:
Yes 55:1-3 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. (3) Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKu; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud”.
Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
Wah 22:17b - “barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”.
Kalau kita menjual Injil, maka keselamatan itu menjadi tidak cuma-cuma.
b) Elisa menolak pemberian / pembayaran dari Naaman.
2Raja 5:15-16 - “(15) Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa dan berkata: ‘Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!’ (16) Tetapi Elisa menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.’ Dan walaupun Naaman mendesaknya supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak”.
Ini tentu juga tidak boleh dimutlakkan dan dianggap sebagai suatu keharusan. Elisa menolak, mungkin sekali karena Naaman adalah seorang kafir, dan ia tidak mau Naaman beranggapan bahwa ia menyembuhkan Naaman karena menginginkan uang dari Naaman.
c) 1Korintus 9:4-18 - “(4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! (16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. (17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil”.
d) Kitab Suci mengecam orang-orang / nabi-nabi palsu yang melayani demi uang. Misalnya:
Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu”.
Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang”.
Ro 16:18 - “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya”.
Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan”.
2Pet 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda”.
e) Kis 8:18-21 - “(18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.’”.
Simon tukang sihir ini pasti ingin membeli karunia itu supaya ia bisa mendapatkan uang dengan memberikan Roh Kudus kepada orang-orang lain. Dalam sejarah ada satu jejak dari Simon tukang sihir ini. Dalam bahasa Inggris ada kata ‘Simony’ yang berasal dari nama ‘Simon’ ini. Kata ‘Simony’ ini berarti: “the buying or selling of sacred or spiritual things, as ecclesiastical pardons, church offices etc” (= pembelian atau penjualan hal-hal / barang-barang yang kudus atau rohani, seperti pengampunan dosa, jabatan-jabatan gereja, dsb).
Catatan: nama Simon tukang sihir ini masuk dalam Webster’s New World Dictionary!
MATIUS 10:9-15
Mat 10:9-15 - “(9) Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. (10) Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. (11) Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. (12) Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. (13) Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. (14) Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. (15) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.’”.
Matius 10: 9-10: “(9) Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. (10) Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”.
1) Jadi, dalam missi itu para rasul itu dilarang untuk membawa:
a) Emas, perak, tembaga dalam ikat pinggang.
Emas, perak, tembaga menunjuk pada mata-mata uang pada saat itu.
Barnes’ Notes: “Pieces of money of ‘small value’ were made of brass” (= Mata uang dengan nilai yang kecil dibuat dari kuningan).
Jadi bisa dikatakan bahwa membawa uang recehpun tidak boleh.
b) Bekal (ay 10). RSV/NIV/NASB: ‘bag’ (= kantong).
Jadi, ini seharusnya adalah ‘kantong’ untuk membawa barang-barang.
c) Baju 2 helai. Jadi, mereka tidak boleh membawa ‘serep’ / baju extra.
d) Kasut. Ini seharusnya adalah ‘sandal’, dan harus diartikan seperti baju. Yang dilarang adalah membawa sandal extra (bdk. Mark 6:9 - “boleh memakai alas kaki”.).
e) Tongkat.
Apakah ini bertentangan dengan Mark 6:8 - “jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat”? Ada macam-macam cara untuk mengharmoniskan 2 bagian yang kelihatannya bertentangan ini:
1. Sama seperti baju dan sandal, yang dilarang adalah membawa tongkat extra.
Ada manuscripts yang menggunakan bentuk jamak RABDOUS (= tongkat-tongkat), bukanlah bentuk tunggal RABDON (= tongkat). Penafsir-penafsir tertentu menyetujui bentuk jamak itu untuk menghilangkan pertentangan ini.
KJV: ‘staves’ (= tongkat-tongkat) - bentuk jamak.
RSV/NIV/NASB: ‘a staff’ (= suatu tongkat) - bentuk tunggal.
Keberatan:
yang betul adalah RABDON (bentuk tunggal) karena manuscripts yang paling kuno menulis demikian (Tasker, Tyndale, hal 107), dan itu adalah pembacaan yang lebih sukar (more difficult reading). Kalau ada perbedaan antar manuscripts, maka biasanya pembacaan yang lebih sukar / tak masuk akal yang diterima.
penggunaan RABDOUS (bentuk jamak) ini aneh. Siapa yang membawa tongkat extra dalam perjalanan?
2. Calvin: RABDON bisa berarti:
‘rod’ (= tongkat yang berat). Ini yang dimaksud oleh Matius (tak boleh dibawa).
‘walking stick’ (= tongkat yang ringan). Ini yang dimaksud oleh Markus (boleh dibawa).
3. Mungkin dari antara 12 rasul itu ada yang sudah mempunyai tongkat dan ada yang belum. Untuk yang sudah mempunyai tongkat, berlaku Mark 6:8 (boleh dibawa); sedangkan bagi yang belum mempunyai tongkat berlaku Mat 10:10 (tidak boleh membawa tongkat, artinya mereka tidak perlu mencari tongkat). Ini penafsiran yang saya setujui.
2) Larangan membawa hal-hal ini dalam ay 9-10 ini, secara implicit menunjukkan bahwa mereka akan dipelihara / dicukupi kebutuhannya oleh orang-orang yang mereka layani. Ini juga menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki orang-orang yang mendapatkan berkat dari Injil / firman yang diberitakan oleh seorang hamba Tuhan, mendukung hamba Tuhan itu dalam kehidupannya.
Spurgeon: “They would not need to pay for food or lodging: the people would entertain them freely, and therefore they required no form of money; not even a copper. They needed not to carry a wallet; for meals would be generously offered them by those whom they instructed and healed. They were not to load themselves with extra clothing; for if the weather should require it, the people would supply it: even if their shoes wore out, their hearers would see them shod. When a ministry is really acceptable, the preacher will not be left to suffer want as to the absolute necessaries of life” (= Mereka tidak akan perlu untuk membayar untuk makanan atau penginapan: orang-orang akan menjamu mereka dengan cuma-cuma, dan karena itu mereka tidak membutuhkan uang dalam bentuk apapun, bahkan mata uang tembagapun tidak. Mereka tidak perlu membawa dompet; karena makanan akan diberikan dengan murah hati kepada mereka oleh mereka yang mereka ajar dan sembuhkan. Mereka tidak boleh membebani diri mereka sendiri dengan pakaian extra; karena jika cuaca membutuhkannya, orang-orang itu akan menyuplainya: bahkan jika sepatu mereka rusak, pendengar-pendengar mereka akan mengusahakan supaya mereka bisa bersepatu. Pada waktu suatu pelayanan betul-betul diterima, sang pengkhotbah tidak akan dibiarkan menderita kekurangan berkenaan dengan hal-hal yang mutlak perlu dalam kehidupan).
Spurgeon: “It is but right and just that people should support in temporals those who minister to them in spirituals, ... The preacher is to preach freely; but those who are benefited are also freely to find meat for him” [= Merupakan sesuatu yang benar bahwa orang-orang menyokong dalam hal-hal sementara / duniawi mereka yang melayani mereka dalam hal-hal rohani, ... Pengkhotbah harus memberitakan dengan cuma-cuma; tetapi mereka yang mendapatkan keuntungan (dari pelayanannya), juga harus mencarikan makan dengan cuma-cuma untuknya].
Matthew Henry: “They might expect that those to whom they were sent would provide for them what was necessary, v. 10. The workman is worthy of his meat. They must not expect to be fed by miracles, as Elijah was: but they might depend upon God to incline the hearts of those they went among, to be kind to them, and provide for them. Though they who serve at the altar may not expect to grow rich by the altar, yet they may expect to live, and to live comfortably upon it, 1 Cor. 9:13-14. It is fit they should have their maintenance from their work” (= Mereka boleh berharap bahwa mereka kepada siapa mereka diutus akan menyediakan untuk mereka apa yang perlu, ay 10. Sang pekerja layak mendapat makanannya. Mereka tidak boleh berharap untuk diberi makan melalui mujijat-mujijat, seperti Elia: tetapi mereka boleh bersandar kepada Allah untuk mencondongkan hati-hati mereka ke antara siapa mereka pergi, sehingga menjadi baik kepada mereka, dan menyediakan untuk mereka. Sekalipun mereka yang melayani mezbah tidak boleh berharap untuk menjadi kaya oleh mezbah, tetapi mereka bisa berharap untuk hidup, dan untuk hidup dengan cukup dengannya, 1Kor 9:13-14. Adalah cocok bahwa mereka harus mendapatkan pemeliharaan mereka dari pekerjaan / pelayanan mereka).
Matthew Henry (tentang Luk 9:3-4): “they must depend upon Providence, and the kindness of their friends, to furnish them with what was convenient for them. They must not take with them either bread or money, and yet believe they should not want. Christ would not have his disciples shy of receiving the kindnesses of their friends, but rather to expect them” (= mereka harus bersandar pada Providensia, dan kebaikan dari teman-teman mereka, untuk menyediakan mereka dengan apa yang cocok / baik untuk mereka. Mereka tidak boleh membawa roti atau uang, tetapi tetap percaya bahwa mereka tidak akan kekurangan. Kristus tidak mau murid-muridNya malu menerima kebaikan dari teman-teman mereka, tetapi sebaliknya, mengharapkannya).
Pulpit Commentary: “As to their maintenance. ... This they were to receive from those to whom they should minister (ver. 9-12); see also 1Cor. 9; Gal 6:6; 1Tim 5:17. They must be under no necessity otherwise to earn their living” [= Berkenaan dengan pemeliharaan mereka. ... Ini harus mereka terima dari mereka kepada siapa mereka harus melayani (ay 9-12); lihat juga 1Kor 9; Gal 6:6; 1Tim 5:17. Mereka tidak boleh ada di bawah keharusan yang berbeda untuk mendapatkan penghidupan mereka] - hal 432.
Gal 6:6 - “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu”.
1Tim 5:17 - “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”.
1Korintus 9:4-14 - “(4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu”.
Dalam 1Kor 9:15 Paulus memang berkata bahwa ia tidak menggunakan hak itu. Ini sama / mirip dengan kasus yang dibicarakan dalam 1Tes 2:9 - “Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu”. Semua ini disebabkan karena kasusnya istimewa. Tetapi secara umum, berlaku apa yang ia katakan dalam 1Kor 9:4-14.
Pada jaman Nehemia, karena persembahan persepuluhan tidak diberikan, orang-orang Lewi terpaksa mencari nafkah sendiri, sehingga tentu tidak bisa melakukan pelayanan.
Neh 13:10 - “Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya”.
3) Larangan membawa bekal dsb ini hanya berlaku untuk para rasul pada missi itu saja.
Ini terlihat dengan jelas kalau kita membaca Luk 22:35-36 - “(35) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?’ Jawab mereka: ‘Suatupun tidak.’ (36) KataNya kepada mereka: ‘Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang”.
Ay 11: “Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat”.
Carilah orang yang layak dan tinggal padanya (bdk. Luk 10:7 - ‘janganlah berpindah-pindah rumah’). Mereka tidak boleh tinggal dalam satu rumah, lalu pindah karena ada rumah lain yang lebih baik dsb.
Barnes’ Notes: “‘And there abide.’ There remain; as Luke adds, ‘Go not from house to house.’ They were to content themselves with one house; not to wander about in the manner of vagrants and mendicants; not to appear to be people of idleness and fond of change; not to seem dissatisfied with the hospitality of the people; but to show that they had regular, important business; that they valued their time; that they were disposed to give themselves to labor, and were intent ONLY on the business for which he had sent them. If ministers of the gospel are useful, it will be by not spending their time in idle chit-chat, and wandering around as if they had nothing to do, but in an honest and laborious improvement of their time in study, in prayer, in preaching, and in visiting their people” (= ‘Dan tinggallah di sana’. Tinggallah di sana; seperti Lukas menambahkan ‘janganlah pergi / pindah dari rumah ke rumah’. Mereka harus puas dengan satu rumah; tidak mengembara dengan cara yang sama seperti seorang pengembara dan pengemis; tidak kelihatan sebagai orang-orang malas dan senang perubahan; tidak kelihatan tidak puas dengan keramahan dari orang-orang; tetapi menunjukkan bahwa mereka mempunyai urusan yang teratur / tetap dan penting; sehingga mereka menghargai waktu mereka; bahwa mereka ingin memberikan diri mereka sendiri kepada pekerjaan / pelayanan, dan hanya asyik dengan urusan untuk mana Ia telah mengutus mereka. Jika pelayan-pelayan dari Injil mau berguna, itu tidak akan terjadi dengan menghabiskan waktu mereka dengan obrolan yang tak berguna, dan berkeliling-keliling / kluyuran seakan-akan mereka tidak mempunyai pekerjaan untuk dilakukan, tetapi dengan meningkatkan nilai dari waktu mereka dengan jujur dan susah payah, dalam belajar, dalam doa, dalam memberitakan / berkhotbah, dan dalam mengunjungi orang-orang mereka).
Catatan: kata-kata ‘janganlah berpindah-pindah rumah’ diambil dari Luk 10:7. Ini sebetulnya merupakan kontext yang berbeda, karena Luk 10:1-12 membicarakan pengutusan 70 murid, bukan 12 rasul.
Tetapi kata-kata Calvin yang menganggap bahwa kalau mereka tinggal lama di suatu rumah, itu akan menjadi beban bagi pemilik rumah, juga patut diperhatikan.
Ay 12-13: “(12) Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. (13) Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu”.
1) Salam.
Adam Clarke: “Peace, SHALOM, among the Hebrews, had a very extensive meaning: - it comprehended all blessings, spiritual and temporal. Hence, that saying of the rabbis ... Great is PEACE, for all other blessings are comprehended in it” (= Damai, SHALOM, di antara orang-orang Ibrani, mempunyai arti yang sangat luas: - itu mencakup semua berkat, rohani dan sementara. Karena itu ada pepatah dari para rabi ... Damai / SHALOM itu besar / agung, karena semua berkat tercakup di dalamnya).
2) Layak atau tidak layak (ay 13).
Ini sama sekali tidak mempersoalkan kelayakan seseorang untuk diselamatkan / masuk surga. Tak ada orang yang layak untuk itu. Layak atau tidak layak di sini hanya suatu istilah. Kalau orang itu layak, maka salam / berkat yang diucapkan betul-betul akan turun ke atasnya, tetapi kalau ia tidak layak, maka salam / berkat yang diucapkan tidak akan turun ke atasnya.
Dan cara untuk mengetahui apakah seseorang itu layak atau tidak, berilah salam kepadanya (12-13). Kalau salam itu ditolak, orang itu tak layak. Kalau salam itu diterima, orang itu layak. Jadi, apakah seseorang itu layak atau tidak, tidak tergantung dari keadaan orang itu sebelum menerima salam tersebut, tetapi tergantung dari bagaimana ia menanggapi salam tersebut. Tanggapannya terhadap salam tersebut menunjukkan bagaimana sikapnya terhadap pembawa berita / pesan dari Yesus, dan inilah yang menentukan apakah ia layak atau tidak.
Knox Chamblin: “‘Worthiness’ relates not to a person’s existing state or achievement, but to the kind of reception he grants to the bearers of Jesus’s message. Whether a home is ‘deserving’ (v. 13), depends on whether the apostles are welcomed and their message heeded (v. 14), ... the ‘unworthy’ are those who reject the apostles and their work” [= ‘Kelayakan’ tidak berhubungan dengan keadaan atau pencapaian orang itu, tetapi pada jenis penerimaan yang ia berikan kepada pembawa pesan / berita dari Yesus. Apakah suatu rumah ‘layak’ (ay 13), tergantung pada apakah rasul-rasul disambut dengan baik dan pesan / berita mereka diperhatikan (ay 14), ... yang ‘tidak layak’ adalah mereka yang menolak rasul-rasul dan pekerjaan mereka] - hal 76,77.
Penerapan: hidup yang penuh kasih, jujur, aktif di gereja, dsb., tentu merupakan hal-hal yang baik, tetapi yang paling menentukan apakah saudara ‘layak’ atau ‘tidak layak’ adalah sikap saudara terhadap pembawa firman dan Firman Tuhan itu sendiri.
Matthew Henry: “Note, The eye of God is upon us, to observe what entertainment we give to good people and good ministers” (= Perhatikan, mata Allah ada pada kita, untuk memperhatikan keramahan bagaimana yang kita berikan kepada orang-orang baik dan pelayan-pelayan Tuhan yang baik).
Bdk. Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.’”.
Ay 14: “Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu”.
1) Test kelayakan di atas belum selesai. Para murid harus memberitakanlah Injil kepada orang-orang itu (ay 14-15). Kalau Injil itu ditolak, orang itu tak layak; dan kalau itu terjadi maka rasul-rasul harus:
a) Meninggalkan rumah atau kota itu.
Kata-kata ‘atau kota itu’ dalam ay 14 tentu tak berarti bahwa kalau 1 atau 2 orang atau bahkan banyak orang menolak Injil, maka seluruh kota harus dikecam / ditinggalkan. Ini hanya berlaku kalau memang seluruh kota menolak Injil. Jadi, adalah mungkin bahwa seluruh kota menolak mereka / Injil yang mereka beritakan.
Pemberitaan Injil tidak perlu / tidak boleh memaksa!
b) Mengebaskan debu sebagai peringatan (Mark 6:11 Luk 9:5 Kis 13:51).
Dalam Pemberitaan Injil, kita tidak boleh selalu ramah / lemah lembut. Kalau Injil ditolak / dihina kita harus menunjukkan sikap keras. Awas, bukan harus marah, tetapi menunjukkan sikap keras! Bandingkan dengan:
sikap Yohanes Pembaptis dalam Mat 3:7-12.
sikap Stefanus dalam Kis 6-7.
sikap Paulus dalam Kis 13:6-12,45-47,50-51 17:32-33 18:6.
sikap Yesus dalam Mat 23:1-39.
Maz 139:21-22 - “(21) Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? (22) Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku”.
Jangan memberitakan Injil dengan cara seolah-olah Injil itu adalah barang murahan / jelek yang tidak laku!
Spurgeon: “Disclaim all fellowship with those who will not have fellowship with your Lord. Be not angry; do not denounce with bitterness; just ‘shake off the dust of your feet,’ and go elsewhere. Don’t depart to rail at the people in private; but let them know that you quit them because they refuse your message. Do this openly, and in the most solemn and instructive manner, hoping that your departing act may be remembered. It is to be feared that we treat rejectors of Christ in a sadly biding manner, and do not hold up their rejection of our King to the detestation it deserves. We ought to let impenitent sinners know that we consider them out of our fellowship. If they will not hear, we must make them see that we disown them, and count them to be unclean, because they refuse Christ Jesus. How little of this is done by the smooth-tongued preachers of today! Men may refuse their gospel, and still be the bosom friends of those who preach to them. Yea, they try even from the pulpit to cheer them in their impenitence by the dream of a ‘larger hope.’” (= Lepaskanlah semua persekutuan dengan mereka yang tidak mau mempunyai persekutuan dengan Tuhanmu. Janganlah marah; janganlah mencela dengan kepahitan; hanya ‘kebaskanlah debu dari kakimu’ dan pergilah ke tempat lain. Janganlah meninggalkan sambil mencemooh kepada orang-orang secara pribadi; tetapi biarlah mereka tahu bahwa engkau meninggalkan mereka karena mereka menolak beritamu. Lakukan ini secara terbuka, dan dengan cara yang paling khidmat dan bersifat mengajar, sambil berharap bahwa tindakan kepergianmu bisa diingat. Ditakutkan bahwa kita memperlakukan penolak-penolak Kristus dengan cara menunggu / bertahan yang menyedihkan, dan tidak menunjukkan pada penolakan mereka kejijikan yang layak didapatkannya. Jika mereka tidak mau mendengar, kita harus membuat mereka melihat bahwa kita menolak mereka, dan menganggap mereka sebagai najis, karena mereka menolak Kristus Yesus. Alangkah sedikit dari hal ini yang dilakukan oleh pengkhotbah-pengkhotbah yang berlidah halus / manis pada jaman ini! Orang-orang boleh menolak Injil mereka, dan tetap adalah sahabat-sahabat baik dari mereka yang memberitakannya kepada mereka. Ya, mereka bahkan berusaha dari mimbar untuk menghibur mereka dalam keadaan tidak bertobat mereka dengan mimpi dari suatu ‘pengharapan yang lebih besar’).
Catatan: saya kira kata-kata / ajaran di atas ini harus dijaga supaya tak dilakukan dengan terlalu extrim, dengan bersikap keras terhadap setiap orang yang menolak untuk percaya kepada Injil. Mungkin harus dibedakan antara 2 kelompok penolak Injil:
1. Orang-orang yang menolak Injil dengan sikap keras, mengejek, menghina, menyerang / menganiaya dsb.
2. Orang-orang yang menolak Injil dengan cara diam saja, atau menolak karena mempunyai argumentasi yang serius.
Mungkin hanya kelompok pertama yang patut mendapat ‘pengebasan debu dari kaki kita’ / sikap keras dari kita!
c) Kalau pemberita Injil tidak boleh beramah-ramah dengan orang yang menolak Injil, bagaimana kira-kira sikap yang seharusnya dari orang kristen yang sejati terhadap nabi-nabi palsu yang memberitakan Injil sesatnya? Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
2Kor 11:3-4 - “(3) Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. (4) Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.
Tit 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.
Adalah aneh bahwa ada banyak orang Kristen yang sekalipun tahu bahwa seorang pendeta itu adalah pengajar sesat, tetapi tetap berhubungan baik / bersahabat dengannya!
2) Yang dipersoalkan dalam ay 14 bukan penolakan terhadap mujijat tetapi terhadap firman.
a) Chamblin mengatakan bahwa ini menunjukkan keunggulan dari firman atas mujijat. Tuhan paling murka kalau firmanNya ditolak!
Calvin: “This form of execration confirms still more what I lately mentioned, that no crime is more offensive to God than contempt of his word: for he does not enjoin them to make use of so solemn a mode in expressing their detestation of adulterers, or murderers, or any description of malefactors” (= Bentuk kutukan / kejijikan ini meneguhkan lebih lagi apa yang tadi saya sebutkan, bahwa tidak ada kejahatan yang lebih menyakitkan hati Allah dari pada kejijikan terhadap firmanNya: karena Ia tidak memerintahkan mereka untuk menggunakan cara menyatakan kejijikan mereka dengan cara yang begitu khidmat terhadap pezinah, atau pembunuh, atau penjahat-penjahat lain manapun).
b) Mungkin bisa ditambahkan bahwa jarang ada orang yang menolak mujijat kesembuhan, pengusiran setan, dsb, tetapi banyak orang menolak Injil / firman! Karena itu jangan heran melihat bahwa gereja-gereja yang menekankan mujijat kesembuhan selalu laris, tak peduli di sana firmannya nggenah atau sesat!
3) “Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu”.
Matthew Henry: “Contempt of the gospel, and contempt of gospel ministers, commonly go together” (= Kejijikan terhadap Injil, dan kejijikan terhadap pelayan-pelayan Injil, biasanya berjalan bersama-sama).
4) Para rasul itu diberi kuasa untuk melakukan mujijat, dsb, dan ini seharusnya meneguhkan firman yang mereka beritakan atau menyatakan kepada orang-orang yang mereka layani bahwa mereka adalah hamba-hamba Tuhan.
Kis 14:3 - “Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karuniaNya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat”.
2Kor 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.
Ibr 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.
5) Tetapi toh akan ada orang yang menolak pemberitaan mereka.
Matthew Henry: “The best and most powerful preachers of the gospel must expect to meet with some, that will not so much as give them the hearing, nor show them any token of respect” (= pemberita-pemberita Injil yang terbaik dan paling berkuasa harus berharap untuk bertemu dengan sebagian orang yang tidak akan mendengarkan mereka, ataupun menghormati mereka).
6) Kalau semua perintah / larangan di atas hanya bersifat sementara, mengapa ayat ini dilakukan oleh Paulus?
Kis 13:51 - “Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium”.
Kis 18:6 - “Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: ‘Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.’”.
a) Karena dalam pengutusan 70 murid perintah ini diulang.
Luk 10:1,10-11 - “(1) Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahuluiNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya. ... (10) Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: (11) Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat”.
b) Karena tindakan itu memang merupakan tradisi / kebiasaan dari orang-orang Yahudi pada jaman itu.
Calvin: “To shake of the dust from the feet was probably a custom then prevalent in Judea, as a sign of execration; and was intended to declare that the inhabitants of the place were so polluted, that the very ground on which they trod was infected” (= Mengebaskan debu dari kaki mungkin merupakan suatu kebiasaan yang pada saat itu umum di Yehuda, sebagai suatu tanda dari kutukan / kejijikan; dan dimaksudkan untuk menyatakan bahwa penduduk dari tempat itu begitu kotor, sehingga tempat yang mereka injak tertular).
William Hendriksen: “After traveling through heathen territory Jews had the custom of shaking the dust off their sandals and clothes before re-entering the Holy Land. They were afraid that otherwise in their own country levitically clean objects might be rendered unclean. What Jesus is saying, therefore, is that even an Israelitish place, be it a house or a city, that refuses to accept the gospel must be considered unclean, as if it were pagan soil. Therefore such a center of unbelief must be treated similarly” (= Setelah bepergian melalui daerah orang kafir, orang-orang Yahudi mempunyai suatu kebiasaan untuk mengebaskan debu dari sandal dan pakaian mereka sebelum memasuki kembali Tanah yang Kudus. Mereka takut bahwa kalau mereka tidak melakukan hal itu, maka hal-hal yang secara hukum lewi adalah tahir bisa berubah menjadi najis. Karena itu, apa yang Yesus sedang katakan, adalah bahwa bahkan dalam suatu tempat Israel, apakah itu rumah atau kota, yang menolak untuk menerima Injil, harus dianggap sebagai najis, seakan-akan itu adalah tanah orang kafir. Karena itu, pusat ketidak-percayaan seperti itu harus diperlakukan dengan cara yang serupa) - hal 460.
Adam Clarke: “The Jews considered themselves defiled by the dust of a pagan country, which was represented by the prophets as a polluted land, Amos 7:7, when compared with the land of Israel, which was considered as a holy land, Ezek. 45:1; therefore, to shake the dust of any city of Israel from off one’s clothes or feet was an emblematical action, signifying a renunciation of all further connection with them, and placing them on a level with the cities of the Heathen” (= Orang-orang Yahudi menganggap diri mereka sendiri dikotori oleh debu dari negeri kafir, yang digambarkan oleh nabi-nabi sebagai negeri yang najis, Amos 7:7, pada waktu dibandingkan dengan tanah Israel, yang dianggap sebagai tanah yang kudus, Yeh 45:1; karena itu, mengebaskan debu dari kota manapun dari Israel dari pakaian atau kaki seseorang merupakan suatu tindakan simbolis, menunjukkan suatu penolakan dari semua hubungan lebih jauh dengan mereka, dan menempatkan mereka pada satu tingkat dengan kota-kota orang kafir).
Catatan: Amos 7:7 itu seharusnya Amos 7:17.
Karena kita bukan orang Yahudi, dan kita tidak mempunyai tradisi seperti itu, maka tentu tindakan pengebasan debu dari kaki seperti itu tidak perlu ditiru secara hurufiah. Text seperti ini perlu dikontextualisasikan, artinya disesuaikan dengan kebiasaan pada jaman dan tempat kita sekarang. Kita bisa menggantinya dengan tindakan / sikap yang menyatakan ketidak-senangan kita terhadap penolakan Injil / Yesus tersebut.
Ay 15: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.’”.
1) Ini merupakan ancaman bagi orang yang menolak Injil.
a) Ada yang menganggap bahwa penghakiman ini menunjuk pada kehancuran Yerusalem, tetapi Calvin menolak pandangan ini, dan ia menganggap bahwa ini menunjuk pada penghakiman akhir jaman.
b) Untuk orang yang menolak Injil, hukuman mereka akan lebih berat dari pada orang-orang Sodom dan Gomora.
Jamieson, Fausset & Brown: “Those cities of the plain, which were given to the flames for their loathsome impurities, shall be treated as less criminal, we are here taught, than those places which, though morally respectable, reject the Gospel message and affront these that bear it” (= Kita diajar di sini bahwa kota-kota dari dataran itu, yang telah diberikan kepada api karena kenajisan mereka yang menjijikkan, akan diperlakukan sebagai penjahat yang lebih ringan, dari pada tempat-tempat itu, yang sekalipun terhormat secara moral, menolak berita Injil dan menghina mereka yang membawanya / menawarkannya).
1. Mengapa hukuman mereka lebih berat dari orang-orang Sodom dan Gomora? Karena mereka menerima terang yang lebih banyak, sehingga dianggap lebih bertanggung jawab.
Bdk. Luk 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
2. Ini jelas menunjukkan bahwa ada tingkat-tingkat hukuman di neraka.
Bdk. Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
Matthew Henry: “there are different degrees of punishment in that day. All the pains of hell will be intolerable; but some will be more so than others. Some sinners sink deeper into hell than others, and are beaten with more stripes” (= ada tingkat-tingkat penghukuman yang berbeda pada hari itu. Semua rasa sakit dari neraka akan tidak tertahankan; tetapi sebagian akan lebih tidak tertahankan dari pada yang lain. Sebagian orang-orang berdosa tenggelam lebih dalam ke dalam neraka dari pada yang lain, dan dipukuli dengan lebih banyak bilur).
Pulpit Commentary: “There are degrees of guilt, and there are degrees of condemnation. Sin against light is far more guilty than sin of ignorance; the greater the light, the greater the guilt” (= Ada tingkat-tingkat kesalahan, dan ada tingkat-tingkat hukuman. Dosa terhadap / menentang terang jauh lebih bersalah dari pada dosa ketidak-tahuan; makin besar terangnya, makin besar kesalahannya) - hal 420.
3. Ini menunjukkan bahwa ‘menolak Injil’ bukan sesuatu yang main-main!
Matthew Henry: “There is a day of judgment coming, when all those that refused the gospel will certainly be called to account for it; however they now make a jest of it. They that would not hear the doctrine that would save them, shall be made to hear the sentence that will ruin them” (= Ada suatu hari penghakiman yang mendatang, pada saat semua mereka yang menolak Injil pasti akan dipanggil untuk mempertanggung-jawabkannya; bagaimanapun mereka sekarang membuatnya sebagai lelucon. Mereka yang tidak mau mendengar doktrin / ajaran yang akan menyelamatkan mereka, akan dibuat untuk mendengar hukuman yang akan menghancurkan mereka).
2) Ini sekaligus merupakan penghiburan bagi para rasul / pemberita Injil itu.
Penolakan terhadap Injil yang kita berikan, apalagi kalau disertai dengan ejekan, hinaan, dan penganiayaan, tentu menyedihkan dan bahkan membuat kita marah / jengkel, dan sebagainya. Merupakan penghiburan bagi kita bahwa orang-orang jahat yang menolak Injil / Yesus itu tidak akan selama-lamanya dibiarkan oleh Allah. Ada saat dimana mereka akan dihukum selama-lamanya karena sikap mereka tersebut.
MATIUS 10:16-22
Mat 10:16-22 - “(16) ‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. (19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. (21) Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. (22) Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
Berbeda dengan dalam Mat 10:1-15, maka Mat 10:16-42 bukan hanya berlaku untuk para rasul pada saat itu.
Calvin: “These words did not merely foretell the consequences of that journey which they were now commencing, but gave them warning as to the whole course of their apostleship” (= Kata-kata ini tidak semata-mata meramalkan konsekwensi dari perjalanan yang sekarang sedang mulai itu, tetapi memberikan mereka peringatan berkenaan dengan seluruh perjalanan kerasulan mereka).
Knox Chamblin: “Vv 5-15 relate directly to the missionary activity that immediately awaits the apostles; but vv 16-42 embrace their and other Christians’ missionary activity beyond the present period” (= Ay 5-15 berhubungan langsung dengan aktivitas misionaris yang segera menunggu rasul-rasul; tetapi ay 16-42 mencakup aktivitas misionaris mereka dan orang-orang kristen yang lain melampaui periode pada saat itu) - hal 74.
Alasannya:
a) Dengan melihat keparalelan dari Injil Matius, Markus dan Lukas.
Mat 10:5-15 Mark 6:8-11 Luk 9:2-5 pengutusan 12 rasul
----------------- Mark 6:12 Luk 9:6 rasul-rasul pergi
Mat 10:16-42 Mark 13 Luk 12,21
Mat 10:5-15 paralel dengan Mark 6:8-11 dan Luk 9:2-5.
Mark 6:12 dan Luk 9:6 menceritakan kepergian rasul-rasul; ini tidak diceritakan dalam Matius.
Matius 10:16-42 mempunyai bagian-bagian paralel yang dicatat dalam Markus dan Lukas, termasuk Luk 12, Mark 13, dan Luk 21.
Jadi harus disimpulkan bahwa ay 16-42 tidak diucapkan oleh Yesus untuk perjalanan misionaris dalam ay 5-15.
b) Matius memang sering menyusun ajaran-ajaran Yesus secara sistimatik, dan di sini ia menggabungkan bermacam-macam ajaran dari Yesus yang berkenaan dengan missi rasul-rasul dan gereja.
c) Dalam ay 5 para rasul dilarang memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi dan Samaria, tetapi ay 18 secara jelas menunjukkan penginjilan kepada orang-orang non Yahudi.
Ay 18: “Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.
KJV: ‘Gentiles’ (= orang-orang non Yahudi).
Lit: ‘nations’ (= bangsa-bangsa).
Jelas bahwa yang dimaksudkan adalah ‘bangsa-bangsa lain’ atau ‘bangsa-bangsa non Yahudi’.
Juga penguasa-penguasa dan raja-raja jelas termasuk orang-orang non Yahudi, tetapi toh rasul-rasul menjadi kesaksian bagi mereka.
d) Selama Yesus masih bersama dengan para murid, mereka tidak menjumpai kesukaran-kesukaran / penderitaan-penderitaan seperti yang Yesus katakan dalam ay 16-42 ini. Misalnya bahwa mereka akan dihadapkan ke Majelis Agama, penguasa dan raja (ay 17-18). Baru setelah kebangkitan dan kenaikan Kristus ke surga mereka mengalami hal-hal tersebut.
Ay 16: “‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.
1) Yesus mengutus kita seperti domba ke tengah-tengah serigala (ay 16).
a) Domba vs serigala.
Kita digambarkan seperti domba yang tidak punya alat pertahanan apa-apa, sedangkan orang dunia digambarkan seperti serigala. Penggambaran ini jelas menunjukkan ada penderitaan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan, terhadap orang-orang kristen. Karena itu kalau hal seperti itu terjadi, jangan terlalu heran.
Adam Clarke: “He who is called to preach the Gospel is called to embrace a state of constant labour, and frequent suffering. He who gets ease and pleasure, in consequence of embracing the ministerial office, neither preaches the Gospel, nor is sent of God. If he did the work of an evangelist, wicked men and demons would both oppose him.” [= Ia yang dipanggil untuk memberitakan Injil dipanggil untuk menerima suatu keadaan bekerja yang terus menerus, dan penderitaan yang sering. Ia yang mendapatkan ketenteraman dan kesenangan, sebagai akibat dari penerimaan kewajiban pelayanan, tidak memberitakan Injil ataupun diutus oleh Allah. Jika ia memang melakukan pekerjaan seorang penginjil, orang-orang jahat dan setan-setan akan menentang dia.].
Penerapan: ‘hamba-hamba Tuhan’ yang selalu menceritakan kesuksesan pelayanannya, tanpa ada tantangan / halangan yang berarti, perlu diragukan keasliannya sebagai hamba Tuhan!
b) Yesuslah yang mengutus kita.
Dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Aku’ ditekankan sehingga sebetulnya bisa diterjemahkan: ‘Aku sendiri mengutus kamu....’.
Fakta bahwa Yesuslah yang mengutus kita, merupakan suatu penghiburan bagi kita, sekalipun kita diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala.
c) Penafsiran yang salah tentang ay 16 ini.
Spurgeon (tentang Mat 10:16): “After all, the mission of sheep to wolves is a hopeful one, since we see in the natural world that the sheep, though so feeble, by far outnumber the wolves who are so fierce. The day will come when persecutors will be as scarce as wolves, and saints as numerous as sheep.” [= Bagaimanapun juga, missi dari domba kepada serigala merupakan suatu missi yang penuh pengharapan, karena kita melihat dalam dunia / alam bahwa domba-domba, sekalipun begitu lemah, jumlahnya jauh melebihi serigala-serigala yang begitu ganas. Akan datang saatnya dimana penganiaya-penganiaya akan sama jarangnya seperti serigala, dan orang-orang kudus akan sama banyaknya seperti domba.] - ‘The Gospel of the Kingdom’ (Libronix).
Ini menarik arti perumpamaan itu terlalu jauh, dan jelas salah. Perumpamaan digunakan hanya untuk menekankan satu / beberapa hal yang sama antara gambaran dan realita / artinya. Karena itu, dalam menafsirkan perumpamaan, kita tidak boleh menyamakan segala sesuatu antara gambaran dan realita / artinya.
Yang dipersoalkan Yesus hanyalah kelemahan dari domba dan kekuatan / keganasan dari serigala, bukan jumlah mereka dalam dunia ini.
Kalau kita mau menarik persamaan-persamaan lain, yang tidak dimaksudkan Yesus, maka akan muncul ajaran-ajaran lucu seperti:
serigala larinya lebih cepat dari domba, dan karena itu orang kristen pasti tak akan menang kalau lomba lari dengan orang dunia.
serigala lebih besar dari domba, dan karena itu orang dunia pasti lebih besar dari orang Kristen.
2) Kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (ay 16).
a) Ular dalam Kitab Suci dikenal karena kecerdikan / kelicikannya.
Kej 3:1a - “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah”.
2Kor 11:3 - “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya”.
b) Merpati dalam Kitab Suci dikenal karena kebodohannya.
Hos 7:11 - “Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur”.
c) Kata ‘tulus’ secara hurufiah artinya adalah ‘unmixed’ / ‘unadulterated’ (= tak bercampur), dan menekankan ‘simplicity of character’ (= karakter yang sederhana, bebas dari kelicikan) - Pulpit Commentary, hal 410.
d) Kita harus menggabungkan ular dan merpati, kecerdikan dan ketulusan.
Knox Chamblin: “without shrewdness, innocence becomes naivete” (= tanpa kecerdikan, ketidak-bersalahan menjadi kenaifan) - hal 77.
Adam Clarke: “The serpent is represented as prudent to excess, being full of cunning, Gen. 3:1; 2Cor. 11:3; and the dove is simple, even to stupidity, Hos. 7:11; but Jesus Christ corrects here the cunning of the serpent, by the simplicity of the dove; and the too great simplicity of the dove, by the cunning of the serpent” (= Ular digambarkan sebagai bijaksana yang berlebihan, karena penuh dengan kecerdikan / kelicikan, Kej 3:1; 2Kor 11:3; dan merpati adalah sederhana, yang bahkan mengarah kepada kebodohan, Hos 7:11; tetapi Yesus Kristus membetulkan di sini kecerdikan / kelicikan dari ular, oleh kesederhanaan dari merpati; dan kesederhanaan yang terlalu besar dari merpati, oleh kecerdikan dari ular).
Jamieson, Fausset & Brown: “how vastly greater would be the influence of Christians upon the world around them if they were more studious to combine the wisdom of the serpent with the harmlessness of the dove! We have Christians and Christian ministers who pride themselves upon their knowledge of the world, and the shrewdness with which they conduct themselves in it; while the simplicity of the dove is almost entirely in abeyance. Even the world can discern this, and, discerning it, despise those who to all appearance are no better than others, and yet pretend to be so. But on the other hand, there are Christians and Christian ministers who have the harmlessness of the dove, but being totally void of the wisdom of the serpent, carry no weight, and even expose themselves and their cause to the contempt of the world” (= betapa sangat besar pengaruh dari orang-orang kristen terhadap dunia di sekitar mereka seandainya mereka lebih berhati-hati untuk menggabungkan hikmat dari ular dengan ketidak-berbahayaan dari merpati! Kita mempunyai orang-orang Kristen dan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta Kristen yang membanggakan diri mereka sendiri tentang pengetahuan mereka tentang dunia, dan kecerdikan dengan mana mereka bersikap di dalamnya; sementara kesederhanaan dari merpati hampir seluruhnya diabaikan. Bahkan dunia bisa melihat hal ini, dan karena mereka melihatnya, mereka lalu meremehkan orang-orang ini yang tak terlihat lebih baik dari orang-orang lain, tetapi mengclaim seperti itu. Tetapi di sisi yang lain, ada orang-orang Kristen dan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta Kristen yang mempunyai ketidak-berbahayaan dari merpati, tetapi karena sama sekali tidak mempunyai hikmat dari ular, tidak mempunyai pengaruh, dan bahkan membuka diri mereka sendiri dan perkara mereka pada penghinaan / kejijikan dari dunia) - pp 6.
Ada orang yang cerdik tetapi tidak tulus. Apakah saudara seperti itu dalam pekerjaan / study saudara?
Ada orang yang tulus, tetapi bodoh (tidak memakai otak / tidak bijaksana). Ini memberikan penderitaan yang tak ada gunanya!
e) Perbedaan ajaran Yesus / Kristen dengan ajaran Yudaisme dalam hal ini.
Adam Clarke mengatakan bahwa dalam Yudaisme ada ajaran yang berbunyi: “The holy blessed God said to the Israelites, Ye shall be toward me as upright as the doves; but, toward the Gentiles, as cunning as serpents” (= Allah yang terpuji dan kudus berkata kepada orang-orang Israel: Engkau harus jujur / tulus seperti merpati terhadap Aku; tetapi, terhadap orang-orang non Yahudi, cerdik / licik seperti ular).
Bandingkan dengan kata-kata Dabney di bawah ini, yang merupakan ajaran Kristen.
Robert L. Dabney: “... God, and not the hearer, is the true object on whom any duty of veracity terminates. God always has the right to expect truth from me, however unworthy the person to whom I speak” (= ... Allah, dan bukan pendengarnya, merupakan obyek / tujuan yang benar terhadap siapa kewajiban kejujuran ditujukan. Allah selalu mempunyai hak untuk mengharapkan kebenaran dari aku, tidak peduli betapa tidak berharganya orang kepada siapa aku berbicara) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 425.
Ay 17-18: “(17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
1) ‘Waspadalah’.
Ini tidak berarti bahwa kita harus hati-hati dengan cara terus diam di rumah. Dalam ay 16, kata-kata ‘Aku mengutus kamu’ harus diperhatikan sehingga tidak menafsir seperti ini. Jadi, harus ada keseimbangan antara ay 16 dan ay 17-18. Kita tidak boleh menjadi terlalu takut sehingga tidak memberitakan Injil, dan terus di rumah. Tetapi kita juga tidak boleh maju tanpa berhati-hati terhadap bahaya dari orang-orang yang memusuhi kita.
2) ‘menyesah kamu’.
Barnes’ Notes: “The instrument formerly used was a ‘rod.’ Afterward they employed thongs or lashes attached to the rod. To make the blows severe and more painful, they sometimes fastened sharp points of iron or pieces of lead in the thongs. These were called ‘scorpions,’ (1 Kings 12:11). The law was express that the number of stripes should not exceed forty. The Jews, to secure greater accuracy in counting, used a scourge with three lashes, which inflicted three stripes at once. With this the criminal was struck thirteen times, making the number of blows thirty-nine. Paul was five times scourged in this way. See 2 Cor. 11:24.” [= Alat yang dulu digunakan adalah sebuah ‘tongkat’. Belakangan mereka menggunakan tali-tali kulit yang dilekatkan pada tongkat itu. Untuk membuat pukulan itu hebat / berat dan lebih menyakitkan, kadang-kadang mereka melekatkan besi dan potongan-potongan timah yang berujung runcing pada tali-tali kulit itu. Ini disebut ‘kalajengking’ / ‘cambuk berduri besi’ (1Raja 12:11). Hukum Taurat adalah jelas / tegas bahwa jumlah dari bilur tidak boleh melebihi 40 (Ul 25:1-3). Orang-orang Yahudi, untuk memastikan keakuratan yang lebih besar dalam menghitung, menggunakan sebuah cambuk dengan 3 tali kulit, yang memberikan 3 bilur sekaligus. Dengan cambuk ini orang kriminal itu dipukul 13 x, membuat jumlah dari pukulan-pukulan itu 39. Paulus dicambuk 5 x dengan cara ini. Lihat 2Kor 11:24].
1Raja 12:11 - “Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi.’”.
KJV: ‘scorpions’ (= kalajengking / cambuk berduri besi).
Ul 25:1-3 - “(1) ‘Apabila ada perselisihan di antara beberapa orang, lalu mereka pergi ke pengadilan, dan mereka diadili dengan dinyatakannya siapa yang benar dan siapa yang salah, (2) maka jika orang yang bersalah itu layak dipukul, haruslah hakim menyuruh dia meniarap dan menyuruh orang memukuli dia di depannya dengan sejumlah dera setimpal dengan kesalahannya. (3) Empat puluh kali harus orang itu dipukuli, jangan lebih; supaya jangan saudaramu menjadi rendah di matamu, apabila ia dipukul lebih banyak lagi”.
2Kor 11:24 - “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan”.
Mengapa hanya 39 x dan bukannya 40 x?
Dalam komentarnya tentang 2Kor 11:24 ini Adam Clarke berkata: “They also thought it right to stop under forty, lest the person who counted should make a mistake, and the criminal get more than forty stripes, which would be injustice, as the law required only forty” (= Mereka juga menganggapnya benar untuk menghentikan di bawah 40, supaya jangan kalau orang yang menghitung membuat kesalahan, si kriminal itu mendapat lebih dari 40 bilur, yang merupakan sesuatu yang tidak adil, karena hukum Taurat menghendaki hanya 40).
Catatan: sebetulnya saya menganggap ini bertentangan dengan kata-kata Barnes di atas. Kalau pencambukan dengan cambuk yang mempunyai 3 tali kulit itu setiap kalinya dihitung 3, maka kalau ada kesalahan penghitungan, maka perbedaannya langsung adalah 3. Dengan demikian, pengurangan dari 40 menjadi 39 itu tak ada gunanya.
Pulpit Commentary memberikan tradisi yang berbeda dengan yang diberikan oleh Barnes di atas, karena Pulpit Commentary mengatakan (Matthew, p 410) bahwa 13 x pencambukan diberikan pada dada, 13 x pada pundak / bahu kiri, dan 13 x pada pundak / bahu kanan.
Adam Clarke, dalam komentarnya tentang 2Kor 11:24 juga mengatakan bahwa 1/3 pencambukan diberikan pada dada, 1/3 pada pundak kiri, dan 1/3 pada pundak kanan.
Tetapi Jamieson, Fausset & Brown, dalam komentarnya tentang 2Kor 11:24, memberikan penjelasan seperti Barnes.
3) ‘di rumah ibadatnya’.
Matthew Henry: “Note, A deal of mischief is often done to good men, under colour of law and justice” (= Perhatikan, Suatu perlakuan jahat sering dilakukan terhadap orang-orang yang baik, di bawah selubung dari hukum dan keadilan).
4) ‘Majelis agama, ... penguasa-penguasa dan raja-raja’.
Clarke mengutip kata-kata Wakefield: “This affords a striking proof of the pre-science of Christ. Who could have thought, at that time, that these despised and illiterate men could excite so much attention, and be called upon to apologize for the profession of their faith before the tribunals of the most illustrious personages of the earth?” (= Ini memberikan suatu bukti yang menyolok tentang pengetahuan lebih dulu dari Kristus. Siapa yang bisa memikirkan, pada saat itu, bahwa orang-orang yang direndahkan dan tidak berpendidikan ini bisa membangkitkan perhatian yang begitu besar, dan dipanggil untuk memberikan pembelaan untuk pengakuan iman mereka di hadapan pengadilan-pengadilan dari orang-orang yang paling terkenal di bumi?).
5) ‘sebagai suatu kesaksian bagi mereka’.
KJV: ‘for a testimony against them’ (= sebagai suatu kesaksian terhadap / menentang mereka).
Seharusnya ‘to them’ (= kepada mereka).
Jadi, mereka akan diadili dengan tujuan supaya bisa bersaksi tentang Kristus kepada orang-orang itu.
Matthew Henry: “Note, God’s people, and especially God’s ministers, are his witnesses (Isa. 43:10), not only in their doing work, but in their suffering work” [= Perhatikan, umat Allah, dan khususnya pelayan-pelayan Allah, adalah saksi-saksiNya (Yes 43:10), bukan hanya dalam melakukan pekerjaan / pelayanan mereka, tetapi dalam penderitaan mereka].
6) ‘orang-orang yang tidak mengenal Allah’.
TB2-LAI: “bangsa yang tidak mengenal Allah”.
Kedua terjemahan di atas ini salah terjemahan.
KJV: ‘Gentiles’ (= bangsa-bangsa non Yahudi).
Ini merupakan suatu petunjuk bahwa Injil tidak akan selama-lamanya dibatasi pemberitaannya kepada ‘domba-domba yang hilang dari umat Israel’ (Mat 10:6), tetapi nanti juga akan diberitakan kepada orang-orang non Yahudi.
Ay 19-20: “(19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”.
Bdk. Lukas 21:12-15 - “(12) Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena namaKu. (13) Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. (14) Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. (15) Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu”.
1) Roh Kudus akan menyertai dan memberi kata-kata pada waktu kita diadili karena Kristus.
Awas, janji ini tidak berlaku untuk:
pengkhotbah yang mau berkhotbah atau untuk guru Sekolah Minggu yang mau mengajar! Karena itu jangan saudara berkhotbah / mengajarkan Firman Tuhan tanpa persiapan, dengan harapan bahwa Roh Kudus akan memberi saudara kata-kata yang akan diajarkan!
seadanya orang Kristen yang diadili. Kalau orang Kristen itu diadili karena urusan sekuler, maka tentu saja janji ini tidak berlaku baginya.
Calvin: “That they may not be alarmed by their present deficiency, he assures them that assistance will come at the very instant when it is needed. Frequently does it happen that the Lord leaves believers destitute of the gift of eloquence, so long as he does not require that they give him a testimony, but, when the necessity for it arrives, those who formerly appeared to be dumb are endued by him with more than ordinary eloquence. Thus, in our own time, we have seen some martyrs, who seemed to be almost devoid of talent, and yet were no sooner called to make a public profession of their faith, than they exhibited a command of appropriate and graceful language altogether miraculous” (= Supaya mereka tidak takut oleh kekurangan mereka pada saat itu, Ia meyakinkan mereka bahwa pertolongan akan datang pada saat itu dibutuhkan. Sering terjadi bahwa Tuhan membiarkan orang-orang percaya tanpa karunia kefasihan bicara sama sekali, selama Ia tidak memerlukan mereka untuk memberikan kesaksian bagiNya, tetapi, pada waktu kebutuhan untuk hal itu tiba, mereka yang tadinya kelihatan bisu diperlengkapi olehNya dengan kefasihan yang luar biasa. Demikianlah, pada jaman kami, kami telah melihat beberapa martir, yang kelihatannya hampir tak mempunyai talenta, tetapi pada waktu dipanggil untuk membuat suatu pengakuan dari iman mereka di depan umum, menunjukkan suatu penguasaan dari bahasa yang tepat dan indah yang sepenuhnya bersifat mujijat).
2) Dalam versi Matius dikatakan ‘Roh Bapamu’ (= Roh Kudus), tetapi dalam versi Lukas dikatakan ‘Aku sendiri’ (= Yesus). Ini bukan kontradiksi. Sekalipun kalau ditinjau dari sudut pribadi, Yesus bukanlah Roh Kudus, tetapi karena mereka mempunyai hanya 1 hakekat, maka bisa dikatakan Roh Kudus yang memimpin ataupun Yesus yang memimpin.
3) Orang yang dipimpin Roh Kudus dalam berbicara tak bisa dibantah oleh lawan-lawannya. Ini terlihat dalam kasus Stefanus, Petrus, Paulus dan sebagainya. Anehnya, orang-orang kristen jaman sekarang, yang katanya penuh dengan Roh Kudus, kalau diserang kepercayaan / prakteknya, tidak bisa / tidak mau membela diri, dengan dalih ‘tidak mau gegeran’.
Ay 21: “Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka”.
1) ‘Orang akan menyerahkan saudaranya’.
Seseorang bisa ‘menyerahkan’ saudaranya, pada saat ia memberitahukan tempat persembunyian saudaranya itu kepada orang-orang yang akan menangkap dan membunuhnya.
2) ‘untuk dibunuh’.
a) Dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri menyuruh bangsa Israel membunuh keluarga yang sesat.
Ul 13:6-9 - “(6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat”.
b) Karena itu, pada waktu orang Kristen dianggap sesat oleh orang-orang Yahudi, maka mereka membunuh orang-orang kristen, dan menganggapnya sebagai ketaatan kepada Tuhan.
Bdk. Yoh 16:1-2 - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah”.
c) Mengapa Kristus mengijinkan pengikutNya dibunuh?
Matthew Henry: “the wisdom of Christ permits it, knowing how to make the blood of the martyrs the seal of the truth, and the seed of the church” (= hikmat Kristus mengijinkannya, karena mengetahui bagaimana untuk membuat darah dari para martir meterai bagi kebenaran, dan benih dari gereja).
Ay 22: “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
1) ‘Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu’.
Spurgeon: “These are heavy words, but true. If we are faithful we shall of necessity make enemies” (= Ini adalah kata-kata yang berat, tetapi benar. Jika kita setia kita pasti akan membuat musuh-musuh).
Matthew Henry: “Ye shall be hated for my name’s sake: ... Note, Those whom Christ loves, the world hates” (= Engkau akan dibenci karena namaKu: ... Perhatikan, Mereka yang dikasihi oleh Kristus, dibenci oleh dunia).
Karena itu adalah aneh kalau hamba-hamba Tuhan tertentu bersaksi bahwa dalam pelayanan mereka bisa dikasihi oleh orang-orang yang tidak percaya! Biasanya ini bisa terjadi karena adanya tindakan / sikap berkompromi dari hamba-hamba Tuhan itu! Mereka seharusnya merenungkan kata-kata Yesus dalam Luk 6:26 - “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.
2) ‘tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat’.
Ay 22 ini tak bertentangan dengan doktrin Perseverance of the saints (= Ketekunan orang-orang kudus)! Ay 22 ini meninjau dari sudut manusia dan menekankan tanggung jawab manusia. Tetapi dari sudut Allah, orang yang sudah selamat, pasti Ia jaga sehingga tidak akan terhilang (Yoh 10:27-30 1Kor 1:8-9).
Matthew Henry: “that he that endures to the end shall be saved, v. 22. Here it is very comfortable to consider, First, that there will be an end of these troubles; they may last long, but will not last always. ... Secondly, That while they continue, they may be endured; as they are not eternal, so they are not intolerable; they may be borne, and borne to the end, because the sufferers shall be borne up under them, in everlasting arms: The strength shall be according to the day, 1 Cor. 10:13” (= bahwa ia yang bertahan sampai kesudahan akan diselamatkan, ay 22. Di sini merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk memikir / mengingat, Pertama, bahwa akan ada akhir dari kesukaran-kesukaran ini; mereka akan berlangsung lama, tetapi tidak akan selalu berlangsung. ... Kedua, Bahwa sementara mereka berlangsung, mereka bisa ditahan; karena mereka tidak kekal, maka mereka tidak tak tertahankan; mereka bisa ditanggung, dan ditanggung sampai akhir, karena para penderita akan ditunjang / dipikul di bawah mereka, pada lengan-lengan kekal: Kekuatan akan ada sesuai dengan hari, 1Kor 10:13).
Bdk. Ul 33:25b - “selama umurmu kiranya kekuatanmu”.
KJV: ‘as thy days, so shall thy strength be’ (= sebanyak hari-harimu, demikianlah kekuatanmu).
1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘But he that endureth to the end shall be saved.’ ... often reiterated by the apostle as a warning against ‘drawing back unto perdition.’ (Heb. 3:6,13; 4-6; 10:23,26-29,38-39; etc.) Since ‘drawing back unto perdition’ is merely the palpable evidence of the lack of ‘root’ from the first in the Christian profession (Luke 7:13), ‘enduring to the end’ is just the proper evidence of its reality and solidity” [= ‘Tetapi ia yang bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan’ ... pernyataan ini sering diulangi oleh sang rasul sebagai suatu peringatan terhadap ‘tindakan mengundurkan diri sampai pada kebinasaan’. (Ibr 3:6,13; 4-6; 10:23,26-29,38-39; dsb.) Karena ‘tindakan mengundurkan diri sampai pada kebinasaan’ adalah semata-mata bukti yang jelas dari tidak adanya ‘akar’ dari semula dalam pengakuan Kristen (Luk 7:13), maka ‘bertahan sampai pada kesudahannya’ adalah bukti yang benar dari kenyataan dan keteguhannya].
Catatan:
Lukas 7:13 itu pasti salah cetak; mungkin seharusnya Luk 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.
Ibr 4-6 mungkin juga salah cetak; mungkin seharusnya adalah Ibr 4:6.
MATIUS 10:23-27
Mat 10:23-27 - “(23) Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang. (24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. (26) Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. (27) Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.
Matius 10: 23: “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang”.
1) “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu”.
Barclay: “No one can read this passage without being deeply impressed with the honesty of Jesus. He never hesitated to tell men what they might expect, if they followed him. ... Plummer comments: ‘This is not the world’s way to win adherents.’ The world will offer a man roses, roses all the way, comfort, ease, advancement, the fulfilment of his worldly ambitions. Jesus offered his men hardship and death. And yet the proof of history is that Jesus was right” (= Tak seorangpun bisa membaca text ini tanpa terkesan secara mendalam dengan kejujuran Yesus. Ia tidak pernah ragu-ragu untuk memberi tahu manusia apa yang bisa mereka harapkan, jika mereka mengikuti Dia. ... Plummer mengomentari: ‘Ini bukan cara dunia untuk memenangkan pengikut-pengikut’. Dunia akan menawarkan kepada seseorang bunga mawar, bunga-bunga mawar di sepanjang jalan, penghiburan, kenyamanan, kemajuan / kenaikan pangkat, penggenapan dari ambisi-ambisi duniawinya. Yesus menawarkan orang-orangNya kesukaran dan kematian. Tetapi sejarah membuktikan bahwa Yesuslah yang benar) - hal 374.
Memang dalam mengajar Firman Tuhan, jujur tak selalu menguntungkan. Tetapi kita tetap harus jujur / benar dalam melakukan pengajaran Firman Tuhan. Jangan memberikan harapan yang sia-sia dan dusta, yang tidak pernah dijanjikan oleh Kitab Suci / Firman Tuhan.
Bandingkan dengan kata-kata dari ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 42, di bawah ini: “Sesudah itu barulah Perjamuan Kudus dilaksanakan. Hamba-Nya Pdt. Yesaya Pariadji menantang peserta retret untuk maju ke depan untuk didoakan. Doa itu meliputi penyempurnaan kehidupan masa depan. Hamba-Nya menjelaskan melalui Perjamuan Kudus ada kuasa yang tiada taranya. Dengan kuasa-Nya Tuhan mampu menyiapkan anak-anak-Nya bukan hanya dalam tingkatan manager tetapi lebih dari itu yaitu tingkatan direktur keatas. Sebab kalau Allah sudah membuka tidak ada seorangpun yang bisa menutupnya”.
Tanggapan saya:
Tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang menunjukkan penggunaan Perjamuan Kudus untuk tujuan seperti itu. Perjamuan Kudus hanyalah untuk memperingati dan memberitakan kematian Kristus. Bukan untuk menyembuhkan penyakit ataupun memberikan kenaikan pangkat!
1Kor 11:25-26 - “(25) Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’ (26) Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”.
Aneh juga bahwa rasul-rasul yang mengikuti Perjamuan Kudus yang dipimpin Yesus sendiri ternyata tidak menjadi manager ataupun direktur. Demikian juga dengan orang-orang kristen abad pertama yang mengikuti Perjamuan Kudus yang dipimpin oleh rasul-rasul sendiri. Mereka tidak menjadi manager / direktur, bahkan mayoritas orang-orang kristen abad pertama miskin. Kelihatannya Pdt. Yesaya Pariadji ‘lebih sakti’ dari pada Yesus dan rasul-rasul sendiri! Atau, Perjamuan Kudus yang dia lakukan ‘lebih benar’ dari pada Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh Yesus maupun oleh rasul-rasul.
2) “larilah ke kota yang lain”.
a) ‘larilah’.
Bagian ini menunjukkan bahwa ‘lari’ pada waktu mau dibunuh gara-gara Kristus, tidak selalu merupakan dosa! Kadang-kadang, kita bukan hanya boleh, tetapi harus, lari.
Yesus sendiri lari dari bahaya.
Mat 12:14-15a - “(14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15a) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana”.
Paulus juga demikian.
Kis 9:23-25 - “(23) Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. (24) Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. (25) Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang”.
Matthew Henry: “Note, In case of imminent peril, the disciples of Christ may and must secure themselves by flight, when God, in his providence, opens to them a door of escape. He that flies may fight again. It is no inglorious thing for Christ’s soldiers to quit their ground, provided they do not quit their colours: they may go out of the way of danger, though they must not go out of the way of duty. ... no sinful, unlawful means be used to make the escape; for then it is not a door of God’s opening” (= Perhatikan, dalam kasus bahaya yang dekat, murid-murid Kristus boleh dan harus mengamankan diri mereka sendiri dengan melarikan diri, pada waktu Allah, oleh providensiaNya, membuka bagi mereka pintu untuk lolos. Ia yang lari bisa bertempur lagi. Bukanlah suatu hal yang tidak mulia bagi tentara Kristus untuk meninggalkan tanah mereka, asal mereka tidak meninggalkan warna mereka: mereka boleh keluar dari jalan bahaya, sekalipun mereka tidak boleh keluar dari jalan kewajiban. ... tidak ada cara / jalan yang berdosa, tidak sah, yang boleh digunakan untuk lolos; karena jika demikian itu bukanlah pintu yang dibuka oleh Allah).
Wycliffe Bible Commentary: “Martyrdom was not to be sought; reasonable care for life was to be taken” (= Kematian syahid tidak boleh dicari; pemeliharaan kehidupan yang logis harus diambil).
Tetapi kalau lari karena takut, seperti yang dilakukan murid-murid Yesus waktu Yesus ditangkap, itu jelas adalah dosa.
Perintah ‘lari’ ini kelihatannya bertentangan dengan cerita tentang kematian syahid dari Petrus. Tetapi, perhatikan kata-kata Calvin, sekalipun dalam hal-hal tertentu mengijinkan seorang pendeta untuk lari, tetapi menambahkan bahwa kalau seadanya tindakan lari itu diijinkan, maka kita tidak bisa membedakan antara seorang pendeta / gembala yang baik dari seorang upahan. Calvin menyalahkan pendeta yang lari karena takut (seperti larinya murid-murid Yesus pada saat Yesus ditangkap), dan mengkhianati jemaatnya karena sifat pengecut.
Calvin: “If a whole church is attacked, or if a part of them is pursued to death, the pastor, whose duty it is to expose his life in place of any individual among them, would do wrong in withdrawing. But sometimes it may happen, that by his absence he will quell the rage of enemies, and thus promote the advantage of the church” (= Jika seluruh gereja diserang, atau jika sebagian dari mereka dikejar untuk dibunuh, sang pendeta / gembala, yang kewajibannya adalah menyerahkan nyawanya sebagai ganti dari setiap individu di antara mereka, bersalah kalau menarik diri / lari. Tetapi kadang-kadang bisa terjadi, bahwa dengan absennya pendeta / gembala tersebut, kemarahan dari musuh-musuh itu akan dipadamkan / diakhiri, dan dengan demikian memberikan keuntungan bagi gereja).
Bdk. Yoh 10:11-12 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu”.
Catatan: sekalipun secara strict / ketat, kata-kata ‘Gembala yang baik’ dalam text ini menunjuk kepada Yesus, tetapi jelas juga bisa diterapkan kepada pendeta / gembala gereja.
b) ‘ke kota yang lain’.
1. Ini bisa menunjukkan bahwa tidak di semua kota ada penganiayaan.
Matthew Henry: “Observe Christ’s care of his disciples, in providing places of retreat and shelter for them; ordering it so, that persecution rages not in all places at the same time; but when one city is made too hot for them, another is reserved for a cooler shade” (= Perhatikan perlindungan / pemeliharaan Kristus terhadap murid-muridNya, dengan menyediakan tempat-tempat pengasingan dan perlindungan untuk mereka; mengaturnya sedemikian rupa, sehingga penganiayaan tidak mengamuk di semua tempat pada saat yang sama; tetapi ketika satu kota dibuat terlalu panas untuk mereka, kota yang lain disediakan untuk suatu bayangan yang lebih dingin).
2. Kalau dianiaya, mereka tidak boleh bersembunyi dan beristirahat dari pekerjaan pemberitaan Injil, tetapi harus mencari kota lain, dimana mereka bisa tetap memberitakan Injil. Mungkin mereka tidak berhasil di suatu kota tetapi bisa berhasil di kota lain.
Calvin: “No permission is granted to them to flee to a retired spot, where they may remain unemployed, but though their labor may have been unsuccessful in one place, the Lord exhorts them to persevere” (= Tidak ada ijin yang diberikan kepada mereka untuk lari ke suatu tempat terpencil / peristirahatan, dimana mereka bisa tinggal menganggur, tetapi sekalipun jerih payah mereka tidak sukses di suatu tempat, Tuhan mendesak mereka untuk bertekun).
Karena itu, kalau saudara memberitakan Injil, dan saudara ditolak, pergilah memberitakan Injil kepada orang lain.
3) “karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang”.
Ini ayat sukar. Apa maksudnya? Para penafsir memberikan tafsiran yang sangat beraneka ragam.
Kata-kata ‘Anak Manusia datang’ ini pasti tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya, karena kalau diartikan demikian, maka itu berarti nubuat tersebut salah! Lalu apa artinya? Ada beberapa kemungkinan:
a) Saat dimana Yesus memberi pertolongan / penghiburan.
b) Kebangkitan Yesus.
c) Pentakosta (bdk. Yoh 14:17-18).
d) Penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Tentang teori ke 4 ini William Hendriksen mengatakan sangat tidak cocok, karena kalau dilihat kata-kata Yesus dalam ay 23 itu, kata-kata tersebut merupakan penghiburan, sedangkan ‘kedatangan Yesus’ pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M. merupakan sesuatu yang menakutkan.
Ay 24-26: “(24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. (26) Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.
1) Murid tidak lebih dari gurunya dan hamba tidak lebih dari tuannya (ay 24-25).
Maksudnya, kalau Yesus sendiri sebagai Guru / Tuan kita telah dihina, menderita, dianiaya dsb, maka sebagai murid / hambaNya kitapun pasti juga mengalami hal-hal itu.
2) Kata ‘Beelzebul’ (ay 25) berasal dari ‘Baal-zebub’ (2Raja 1:2), yang adalah dewa orang Ekron (Adam Clarke). Ini akhirnya menjadi julukan bagi setan. Jadi, pada waktu Yesus disebut demikian, itu merupakan penghinaan yang luar biasa.
3) Orang-orang yang memaki Yesus dengan makian seperti itu, menunjukkan dirinya sebagai musuh setan, tetapi dalam faktanya mereka justru adalah para pelayan setan dan orang yang paling dekat dengan setan.
Matthew Henry: “Satan’s sworn servants would be thought to be his enemies, and they never more effectually do his work, than when they pretend to be fighting against him. Many times they who themselves are nearest akin to the devil, are most apt to father others upon him; and those that paint him on others’ clothes have him reigning in their own hearts. It is well there is a day coming, when (as it follows here, v. 26) that which is hid will be brought to light” [= Pelayan-pelayan sejati dari setan akan dianggap sebagai musuh-musuhnya, dan mereka tidak pernah melakukan pekerjaannya dengan lebih efektif, dari pada ketika mereka berpura-pura berperang melawan dia. Seringkali mereka yang dirinya sendiri adalah keluarga yang paling dekat dengan setan, adalah yang paling condong / tangkas untuk menyebut setan sebagai bapa dari orang-orang lain; dan mereka yang melukiskan dia pada pakaian orang lain, mempunyai dia bertakhta dalam hati mereka sendiri. Merupakan sesuatu yang baik bahwa akan datang suatu hari, dimana (seperti kata-kata yang mengikutinya, ay 26) bahwa ‘apa yang tersembunyi akan disingkapkan’].
4) Ay 26: “Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.
a) “Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka”.
Jangan takut terhadap penganiayaan yang mereka lakukan terhadapmu.
b) “karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.
Ini merupakan alasan mengapa kita tak boleh takut pada penganiayaan, yaitu adanya:
1. Kemahatahuan Tuhan.
2. Pengadilan akhir jaman.
Tuhan melihat semua, dan Ia akan mengadili semua perbuatan, baik atau jahat, dan juga yang tersembunyi.
Pkh 12:14 - “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat”.
Karena itu jangan berkata seperti dalam Yes 40:27 - “Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: ‘Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?’”.
Ay 27: “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.
1) “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, ... dan apa yang dibisikkan ke telingamu”.
Sekalipun memang ada ajaran Yesus yang diberikan kepada para murid dan orang banyak sekaligus, tetapi juga ada yang diberikan ‘secara tersembunyi’ kepada para muridNya.
Bdk. Mark 4:33-34 - “(33) Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, (34) dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-muridNya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri”.
2) “katakanlah itu dalam terang; ... beritakanlah itu dari atas atap rumah”.
a) ‘atap rumah’.
Tasker (Tyndale): “The ‘house-top’ is mentioned because it was a favourite spot for gossip and discussion” (= ‘Atap rumah’ disebutkan karena itu merupakan suatu tempat favorit untuk gosip dan diskusi) - hal 108.
Atap rumah pada saat itu rata / sejajar dengan tanah, dan Fred H. Wight, dalam buku ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 32-33, mengatakan bahwa ‘atap rumah’ mempunyai banyak kegunaan pada jaman itu, yaitu sebagai:
tempat untuk tidur (1Sam 9:26).
tempat penyimpanan gandum, buah-buahan untuk dimatangkan atau dikeringkan (Yos 2:6).
tempat berkumpul pada saat ada kegemparan (Yes 22:1-dst).
tempat beribadah dan berdoa (2Raja 23:12 Zef 1:5 Kis 10:9).
jalan untuk lari dari bahaya (Mat 24:17).
tempat untuk mengumumkan sesuatu kepada masyarakat (Mat 10:27).
Dengan demikian, dalam kebudayaan kita yang berbeda, dengan bentuk atap rumah dan penggunaannya yang berbeda, tentu saja bagian ini harus dikontextualisasikan / disesuaikan dengan jaman / kebiasaan kita pada saat ini.
b) Kata-kata ‘dalam terang’ dan ‘dari atap rumah’ menunjukkan bahwa kita harus memberitakan Injil kepada umum.
Andaikata kita tidak perlu memberitakan Injil, mungkin kita tidak akan menderita, atau setidaknya penderitaan akan berkurang banyak. Mengapa? Karena Pemberitaan Injil merupakan serangan langsung terhadap setan, sehingga ia akan menyerang habis-habisan orang yang memberitakan Injil.
Merupakan sesuatu yang menarik bahwa ay 27 diapit oleh 2 bagian, yaitu:
ay 23-26, yang membicarakan penganiayaan terhadap para murid Yesus / pelayan Yesus
ay 28, yang berbicara tentang pembunuhan terhadap diri kita.
Tetapi ay 27 tetap berbicara tentang keharusan memberitakan Injil / apa yang kita dengar dari Kristus. Jadi, ini menunjukkan bahwa sekalipun diancam oleh bahaya penganiayaan dan pembunuhan, kita tetap tidak boleh takut, dan tidak boleh berhenti dalam memberitakan Injil.
Matthew Henry: “whatever hazards you run, go on with your work, publishing and proclaiming the everlasting gospel to all the world; that is your business, mind that. The design of the enemies is not merely to destroy you, but to suppress that, and, therefore, whatever be the consequence, publish that” (= bahaya / resiko apapun yang engkau alami, teruslah dengan pekerjaan / pelayananmu, mempublikasikan dan memberitakan injil yang kekal kepada seluruh dunia; itu adalah urusanmu, perhatikan / ingatlah itu. Tujuan dari musuh-musuh bukanlah semata-mata menghancurkanmu, tetapi menekan hal itu, dan karena itu, apapun konsekwensinya, publikasikan itu).
Renungkan ini: Kalau hujan atau urusan sedikit saja sudah bisa membuat kita batal ikut Kebaktian / Pemahaman Alkitab / Persekutuan Doa, bagaimana kita bisa terus memberitakan Injil di tengah-tengah penganiayaan dan usaha pembunuhan terhadap diri kita?
3) Ay 27 ini menunjukkan bahwa hanya orang yang mendengar dari Kristus yang bisa / layak untuk memberitakan Firman Tuhan.
Barclay: “the preacher must listen; he must be in the secret place with Christ, that in the dark hours Christ may speak to him, and that in the loneliness Christ may whisper in his ear. No man can speak for Christ unless Christ has spoken to him; no man can proclaim the truth unless he has listened to the truth; for no man can tell that which he does not know” (= sang pengkhotbah harus mendengar; ia harus berada di tempat tersendiri dengan Kristus, supaya pada saat-saat gelap Kristus bisa berbicara kepadanya, dan supaya dalam kesendirian Kristus bisa berbisik di telinganya. Tidak ada orang yang bisa berbicara bagi Kristus kecuali Kristus telah berbicara kepadanya; tidak ada orang bisa memberitakan kebenaran kecuali ia telah mendengar pada kebenaran; karena tidak ada orang bisa menceritakan apa yang ia tidak ketahui) - hal 385.
MATIUS 10:28-31
Mat 10:28-31 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
Ay 28: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
1) ‘Dan janganlah kamu takut’.
a) Sekalipun kontext ini banyak berbicara tentang penganiayaan terhadap orang Kristen, dan bahkan dalam ay 28 ini berbicara mengenai pembunuhan terhadap kita, tetapi pada saat yang sama kontext ini berulang kali memberikan larangan untuk kuatir / takut (ay 19,26,28,31). Nasib kita tidak terletak di tangan orang-orang yang mau menganiaya / membunuh kita, tetapi di tangan Tuhan!
b) Tidak kuatir / tidak takut tidak berarti bahwa kita boleh bertindak gegabah / sembrono! Tuhan yang mengatakan ‘jangan takut / kuatir’, juga mengatakan bahwa kita harus cerdik seperti ular (ay 16), dan menyuruh kita untuk waspada (ay 17). Tindakan gegabah / sembrono sama sekali bertentangan dengan ‘cerdik’ dan ‘waspada’!
2) ‘Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, ... takutlah terutama kepada Dia’.
a) Camkan hal ini: orang yang takut kepada Allah, tidak akan takut kepada manusia, dan sebaliknya, orang yang takut kepada manusia, tidak akan takut kepada Allah!
Matthew Henry: “it is the duty and interest of Christ’s disciples, not to fear the greatest of their adversaries. They who truly fear God, need not fear man; and they who are afraid of the least sin, need not be afraid of the greatest trouble” (= merupakan kewajiban dan hak dari murid-murid Kristus, untuk tidak takut kepada musuh-musuh terbesar mereka. Mereka yang sungguh-sungguh takut kepada Allah, tidak perlu takut kepada manusia; dan mereka yang takut kepada dosa yang terkecil, tidak perlu takut kepada kesukaran yang terbesar).
b) Banyak contoh dari orang-orang yang takut kepada Allah dan tidak takut kepada manusia.
Ada dari mereka yang diselamatkan oleh Allah, tetapi ada juga yang tidak. Yang diselamatkan, seperti Sadrakh, Mesakh & Abednego, Daniel, dsb; sedangkan yang tidak diselamatkan, seperti 10 rasul yang mati syahid, Polycarp, dsb.
Di bawah ini adalah kutipan komentar dari William Hendriksen dan James B. Ramsey tentang Wah 2:10, dimana mereka menceritakan kematian syahid dari Polycarp, yang menunjukkan ia takut kepada Allah dan tidak takut kepada manusia.
William Hendriksen: “It is possible that Polycarp was bishop of the church at Smyrna at this time. He was a pupil of John. Faithful to death, this venerable leader was burned at the stake in the year AD 155. He had been asked to say, ‘Caesar is Lord’, but refused. Brought to the stadium, the proconsul urged him, saying, ‘Swear, and I will set thee at liberty, reproach Christ.’ Polycarp answered, ‘Eighty and six years have I served him, and he never did me any injury: how then can I blaspheme my King and my Saviour?’ When the proconsul again pressed him, the old man answered, ‘Since thou art vainly urgent that ... I should swear by the fortune of Caesar, and pretendest not to know who and what I am, hear me declare with boldness, I am a Christian ...’ A little later the proconsul answered, ‘I have wild beasts at hand; to these will I cast thee, except thou repent. I will cause thee to be consumed by fire, seeing thou despisest the wild beasts, if thou wilt not repent.’ Polycarp said, ‘Thou threatenest me with fire which burneth for an hour, and after a little is extinguished, but art ignorant of the fire of the coming judgment and of eternal punishment, reserved for the ungodly. But why tarriest thou? Bring forth what thou wilt.’ Soon afterwards the people began to gather wood and faggots; the Jews especially, according to custom, eagerly assisting them. Thus Polycarp was burned at the stake” (= Adalah mungkin bahwa Polycarp adalah uskup dari gereja Smirna pada saat itu. Ia adalah murid dari Yohanes. Setia sampai mati, pemimpin yang layak dihormati ini dibakar di tumpukan kayu pada tahun 155 M. Ia telah diminta untuk berkata: ‘Kaisar adalah Tuhan’, tetapi ia menolak. Pada saat dibawa ke gelanggang / arena ia didesak oleh pejabat Romawi yang berkata: ‘Bersumpahlah / kutukilah, dan aku akan membebaskan engkau, celalah Kristus’. Polycarp menjawab: ‘86 tahun aku telah melayani Dia, dan Ia tidak pernah melakukan hal yang melukai / merugikan aku: lalu bagaimana mungkin aku bisa menghujat Rajaku dan Juruselamatku?’. Pada saat sang pejabat menekannya lagi, orang tua ini menjawab: ‘Karena engkau mendesak dengan sia-sia supaya ... aku bersumpah demi nasib baik kaisar, dan berpura-pura untuk tidak tahu siapa dan apa aku ini, dengarlah aku menyatakan dengan keberanian, aku adalah seorang kristen ...’. Sebentar lagi si pejabat menjawab: ‘Aku mempunyai binatang-binatang buas; kepada mereka aku akan melemparkanmu, kecuali engkau bertobat. Aku akan membuat engkau dibakar oleh api, melihat bahwa engkau meremehkan binatang-binatang buas itu, jika engkau tidak bertobat’. Tetapi Polycarp berkata: ‘Engkau mengancam aku dengan api, yang menyala selama 1 jam dan sebentar lagi padam, tetapi engkau tidak tahu tentang api dari penghakiman yang mendekat dan dari penghukuman kekal, disediakan untuk orang-orang jahat. Tetapi mengapa engkau berlambat-lambat? Wujudkanlah apa yang engkau inginkan’. Segera setelah itu orang banyak mulai mengumpulkan kayu dan kayu bakar; khususnya orang Yahudi, seperti biasa, menolong mereka dengan sungguh-sungguh. Demikianlah Polycarp dibakar pada tumpukan kayu) - hal 64.
James B. Ramsey: “‘Swear, curse Christ, and I will set you free.’ ‘Eighty and six years have I served Him, and I have received only good at His hands. Can I then curse Him, my King and my Saviour?’ ‘I will cast you to the wild beasts, if you do not change your mind,’ said the proconsul. ‘Bring the wild beasts hither,’ said Polycarp, ‘for change my mind from the better to the worse I will not.’ ‘Do you despise the wild beasts? I will subdue your spirit by the flames.’ ‘The flames which you menace endure but for a time, and are soon extinguished,’ calmly rejoined the martyr; ‘but there is a fire reserved for the wicked, whereof you know not; the fire of a judgment to come, and of the punishment everlasting.’ These flames soon did their work” (= ‘Bersumpahlah, kutukilah Kristus, dan aku akan membebaskan engkau’. ‘86 tahun aku telah melayani Dia, dan aku hanya menerima yang baik dari tanganNya. Lalu bisakah aku mengutukNya, Rajaku dan Juruselamatku?’. ‘Aku akan melemparkan engkau kepada binatang-binatang buas, jika engkau tidak mengubah pikiranmu’, kata sang pejabat Romawi. ‘Bawalah binatang-binatang buas itu kemari’, kata Polycarp, ‘karena aku tidak akan mengubah pikiranku dari yang baik kepada yang lebih jelek’. ‘Apakah engkau meremehkan / menghina binatang-binatang buas itu? Aku akan menaklukkan rohmu / semangatmu dengan nyala api’. ‘Nyala api yang engkau ancamkan hanya bertahan untuk sementara waktu, dan segera akan padam’, jawab sang martir dengan tenang; ‘tetapi di sana ada api yang disediakan untuk orang jahat, tentang apa engkau tidak tahu; api dari penghakiman yang akan datang, dan dari penghukuman kekal’. Nyala api dengan segera melakukan tugasnya) - hal 135.
c) Ada hal-hal yang lebih buruk dari kematian, atau dengan kata lain, ada hal-hal yang lebih penting dari hidup.
Barclay: “this passage tells us that there are three things which are worse than death; and disloyalty is one of them. If a man is guilty of disloyalty, if he buys security at the expense of dishonour, life is no longer tolerable. He cannot face men; he cannot face himself; and ultimately he cannot face God. There are times when comfort, safety, ease, life itself can cost too much” [= text ini memberi tahu kita bahwa ada 3 hal yang lebih buruk dari kematian, dan ketidak-setiaan (kepada Allah) adalah salah satu darinya. Jika seorang manusia bersalah dalam hal ketidak-setiaan, jika ia membeli keamanan dengan mengorbankan kehormatan, hidup tidak lagi bisa dipertahankan. Ia tidak bisa menghadapi manusia; ia tidak bisa menghadapi dirinya sendiri; dan akhirnya ia tidak bisa menghadapi Allah. Ada saat-saat dimana ketenteraman, keamanan, kenyamanan, kehidupan itu sendiri bisa berharga terlalu tinggi] - hal 388.
3) “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa”.
a) Pada waktu Yesus mengatakan bahwa manusia bisa membunuh tubuh, Ia sebetulnya berbicara dari sudut pandang manusia. Ditinjau dari sudut pandang Allah, manusia bahkan juga tidak bisa membunuh tubuh kita, kalau hal itu tidak dikehendaki / diijinkan Allah! Bandingkan dengan:
Ay 29-31: “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
Yoh 19:10-11 - “(10) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?’ (11) Yesus menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.’”.
Sebagai tambahan, ingat akan kasus Ayub, yang menunjukkan bahwa setan tidak bisa mengapa-apakan Ayub, kecuali Tuhan mengijinkan dia. Bdk. Ayub 1:10-19 2:3-8.
b) Manusia hanya bisa membunuh tubuh kita, tetapi tidak bisa membunuh jiwa kita.
1. Membunuh tubuh dilakukan dengan membunuh orang tersebut, yang menyebabkan terpisahnya tubuh dan jiwa orang tersebut. Ini bisa dilakukan manusia terhadap kita kalau Tuhan mengijinkannya. Tetapi membunuh jiwa berarti memisahkan orang Kristen dari Allah, atau menyebabkan orang Kristen masuk neraka, dan ini tidak mungkin dilakukan oleh manusia.
Matthew Henry: “The soul is killed when it is separated from God and his love, which is its life, and is made a vessel of his wrath; now this is out of the reach of their power. Tribulation, distress, and persecution may separate us from all the world, but cannot part between us and God, cannot make us either not to love him, or not to be loved by him, Rom. 8:35,37” (= Jiwa dibunuh pada waktu jiwa itu dipisahkan dari Allah dan kasihNya, yang adalah kehidupannya, dan dibuat bejana kemurkaanNya; hal ini ada di luar jangkauan kuasa mereka. Kesengsaraan, kesukaran, dan penganiayaan bisa memisahkan kita dari seluruh dunia, tetapi tidak bisa memisahkan kita dari Allah, tidak bisa membuat kita tidak mengasihi Dia atau tidak dikasihi oleh Dia, Ro 8:35,37).
Catatan: istilah ‘bejana kemurkaanNya’ diambil dari Ro 9:22 versi KJV.
Ro 8:35,37-39 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? ... (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
2. Ini jelas menunjukkan bahwa pembunuhan / kematian pada tubuh dibedakan dengan pembunuhan / kematian pada jiwa.
Matthew Henry: “By this it appears, that the soul does not (as some dream) fall asleep at death, nor is deprived of thought and perception; for then the killing of the body would be the killing of the soul too” [= Dengan ini kelihatan bahwa jiwa tidak jatuh tertidur pada saat kematian (seperti yang dimimpikan oleh sebagian orang), juga jiwa itu tidak dibuang / dihilangkan pikiran dan daya memahaminya; karena jika demikian maka pembunuhan terhadap tubuh akan merupakan pembunuhan terhadap jiwa juga].
Bandingkan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa pada saat seseorang mati, jiwa orang itu juga mati.
4) ‘takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka’.
a) Kita harus takut kepada Allahnya, bukan kepada nerakanya.
Adam Clarke: “It is not hell-fire we are to fear, but it is God; without the stroke of whose justice hell itself would be no punishment, and whose frown would render heaven itself insupportable” (= Bukan api neraka yang harus kita takuti, tetapi Allah; karena tanpa pukulan keadilanNya neraka sendiri tidak akan merupakan penghukuman, dan karena wajah merengutNya akan membuat surga sendiri tak tertahankan).
b) Arti dari kata ‘membinasakan’.
William Hendriksen: “The word ‘destroy’ is used here in the sense not of annihilation but of the infliction of everlasting punishment upon a person (25:46; Mark 9:47,48; 2Thess. 1:9)” [= Kata ‘membinasakan’ / ‘menghancurkan’ digunakan di sini bukan dalam arti pemusnahan tetapi dalam arti pemberian hukuman kekal kepada seseorang (25:46; Mark 9:47-48; 2Tes 1:9)] - hal 471-472.
Lagi-lagi bandingkan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa orang-orang jahat nanti dimusnahkan, sehingga tidak mempunyai keberadaan lagi.
c) Arti dari kata ‘neraka’.
William Hendriksen: “As to the word ‘hell,’ which here in the original is GEHENNA (and so also in 5:22,29,30; 18:9; 23:15,33; Mark 9:43-47; Luke 12:5; James 3:6), it generally refers to the abode of the wicked, body and soul, after the judgment day. When that same abode is called HADES the reference is to the time before the judgment day, though HADES also has other meanings in Scripture” [= Berkenaan dengan kata ‘neraka’, yang di sini dalam bahasa aslinya adalah GEHENNA (dan demikian juga dalam 5:22,29,30; 18:9; 23:15,33; Mark 9:43-47; Luk 12:5; Yak 3:6), itu secara umum menunjuk pada tempat tinggal dari orang-orang jahat, tubuh dan jiwa, setelah hari penghakiman. Pada waktu tempat yang sama disebut HADES, itu menunjuk pada tempat itu sebelum hari penghakiman, sekalipun HADES juga mempunyai arti-arti yang lain dalam Kitab Suci] - hal 471-472.
Catatan: dalam Kitab Suci kata HADES cukup sering diartikan sebagai ‘kuburan’, seperti dalam Kis 2:27,31 - “(27) sebab Engkau tidak menyerahkan [NIV/NASB: ‘abandon’ (= meninggalkan)] aku kepada dunia orang mati (HADES), dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. ... (31) Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati (HADES), dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan”.
5) “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Ay 28 ini mendukung pandangan Dichotomy, dan sangat tidak cocok untuk Trichotomy.
Trichotomy mengatakan bahwa manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh; sedangkan Dichotomy mengatakan bahwa manusia terdiri hanya dari 2 bagian, yaitu tubuh dan jiwa / roh.
Kalau pandangan Trichotomy yang benar, maka ayat ini akan jadi aneh sekali, karena ayat ini akan berkata: jangan takut kepada manusia yang bisa membunuh tubuh (1/3 dari kamu), takutlah kepada Allah yang bisa membunuh tubuh dan jiwamu (2/3 dari kamu). Bukankah lebih cocok kalau pandangan Dichotomy yang benar, sehingga ayat ini akan berkata: jangan takut kepada manusia yang bisa membunuh tubuh (1/2 dari kamu), takutlah kepada Allah yang bisa membunuh tubuh dan jiwamu (seluruh dirimu)?
Ay 29-31: “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
1) Ay 29: ‘burung pipit’ adalah seekor binatang kecil, yang jauh lebih rendah dari manusia, dan juga harganya sangat murah.
Mata uang yang dalam Kitab Suci Indonesia dikatakan ‘duit’ di sini, dalam bahasa Yunani adalah ASSARION, dan bernilai sekitar 1/16 dinar, sedangkan 1 dinar adalah upah seorang buruh kasar dalam 1 hari (bdk. Mat 20:2). ASSARION bukanlah mata uang terkecil. Masih ada yang dalam bahasa Yunani disebut KODRANTES (bdk. Mat 5:26 Mark 12:42b), yang bernilai ¼ ASSARION, dan mata uang terkecil adalah LEPTA (Mark 12:42a), yang nilainya ½ KODRANTES.
Catatan: Kitab Suci Indonesia tidak konsisten dalam menterjemahkan mata-mata uang kuno tersebut. Dalam ay 29 ini, yang diterjemahkan dengan ‘duit’ adalah ASSARION, tetapi dalam Mark 12:42b, yang diterjemahkan dengan ‘duit’ adalah KODRANTES.
Mat 20:2 - “Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya”.
Mat 5:26 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas”. Ini salah terjemahan.
NIV: ‘I tell you the truth, you will not get out until you have paid the last penny’ (= Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Engkau tidak akan keluar, sampai engkau membayar sen yang terakhir).
Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘penny’ (= sen) oleh NIV ini adalah KODRANTES.
Mark 12:42 - “Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser (LEPTA), yaitu satu duit (KODRANTES)”.
2) Ada 2 pandangan yang menarik tentang ‘burung pipit’ yang dibicarakan oleh Yesus di sini.
a) Bdk. Im 14:4-7 - “(4) maka imam harus memerintahkan, supaya bagi orang yang akan ditahirkan itu diambil dua ekor burung yang hidup dan yang tidak haram, juga kayu aras, kain kirmizi dan hisop. (5) Imam harus memerintahkan supaya burung yang seekor disembelih di atas belanga tanah berisi air mengalir. (6) Tetapi burung yang masih hidup haruslah diambilnya bersama-sama dengan kayu aras, kain kirmizi dan hisop, lalu bersama-sama dengan burung itu semuanya harus dicelupkannya ke dalam darah burung yang sudah disembelih di atas air mengalir itu. (7) Kemudian ia harus memercik tujuh kali kepada orang yang akan ditahirkan dari kusta itu dan dengan demikian mentahirkan dia, lalu burung yang hidup itu haruslah dilepaskannya ke padang”.
Matthew Henry: “Some think that Christ here alludes to the two sparrows that were used in cleansing the leper (Lev. 14:4-6); the two birds in the margin are called sparrows; of these one was killed, and so fell to the ground, the other was let go. Now it seemed a casual thing which of the two was killed; the persons employed took which they pleased, but God’s providence designed, and determined which. Now this God, who has such an eye to the sparrows, because they are his creatures, much more will have an eye to you, who are his children. If a sparrow die not without your Father, surely a man does not, ... Note, There is enough in the doctrine of God’s providence to silence all the fears of God’s people” [= Sebagian orang beranggapan bahwa di sini Kristus menyinggung 2 burung pipit yang digunakan dalam pentahiran orang kusta (Im 14:4-6); kedua burung itu dalam catatan tepi disebut burung-burung pipit; satu dari burung-burung ini dibunuh, dan dengan demikian ‘jatuh ke tanah’, tetapi yang lain dilepaskan. Kelihatannya merupakan suatu hal yang kebetulan / sembarangan yang mana dari 2 burung itu yang dibunuh; orang-orang yang dipekerjakan mengambil yang mana yang mereka ingini, tetapi providensia Allah merencanakan, dan menentukan yang mana. Allah ini, yang mempunyai perhatian sedemikian rupa terhadap burung-burung pipit, karena mereka adalah makhluk-makhluk ciptaanNya, akan lebih lagi memperhatikan kamu, yang adalah anak-anakNya. Jika seekor burung pipit tidak akan mati tanpa Bapamu, pastilah seorang manusia juga tidak, ... Perhatikan, Doktrin tentang providensia Allah cukup untuk mendiamkan / membungkam semua rasa takut dari umat Allah].
b) Dalam ay 29 ini dikatakan bahwa harga burung pipit itu 2 ekor seduit. Tetapi dalam Luk 12:6 dikatakan 5 ekor dua duit.
Mat 10:29 - “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu”.
Luk 12:6 - “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah”.
Apakah Mat 10:29 bertentangan dengan Luk 12:6? Tidak! Kalau satu duit dapat 2 ekor burung pipit, tetapi kalau 2 duit, bukan dapat 4 ekor, tetapi 5 ekor, karena ditambahi / diimbuhi satu. Mungkin dalam hal ini berlaku kata-kata ‘Buy four get one free’ (= Beli empat dapat satu gratis)! Ini menunjukkan betapa tidak berharganya burung pipit itu! Yang dibicarakan Yesus adalah burung pipit yang dijadikan tambahan / imbuh itu, yang sama sekali tidak ada harganya. Tetapi burung pipit yang tidak berharga itupun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Allah! Tidak satupun dari mereka bisa mati karena flu burung atau karena ditembak, atau karena apapun juga, kecuali Allah menghendaki demikian!
‘Streams in the Desert’, vol 2, December 11: “‘Have you ever noted the Master’s mathematics in these two sparrow texts - Matthew 10:29 and Luke 12:6? The sparrow was sold as an article of food in the Palestine markets. So cheap was the little bird that two of them were sold for the paltry pittance of a farthing. ‘Are not two sparrows sold for a farthing?’ ‘Are not five sparrows sold for two farthings?’ Naturally four of them would be sold for two farthings. But so insignificant were they in the sight of the vendor that, when a buyer came along with two farthings, the seller threw in an extra one, giving five for two, instead of four. Yet of this extra sparrow - almost worthless in the sight of the vendor, the Lord utters this wonderful word, ‘Not one of them is forgotten before God.’ ‘We have been missing a wondrous truth. The God of the universe is also the God of the tiny sparrow” (= Pernahkah kamu memperhatikan matematika dari sang Guru / Tuan dalam 2 text tentang burung pipit ini - Mat 10:29 dan Luk 12:6? Burung pipit dijual sebagai makanan di pasar-pasar Palestina. Begitu murah burung kecil ini sehingga 2 dari mereka dijual untuk satu duit yang tak berharga. ‘Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?’ ‘Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit?’ Sebetulnya 4 dari mereka dijual untuk 2 duit. Tetapi begitu remeh / tak berarti mereka dalam pandangan dari si penjual sehingga pada waktu seorang pembeli datang dengan 2 duit, si penjual memberikan seekor tambahan / extra, sehingga ia memberikan 5 ekor untuk 2 duit, dan bukannya 4 ekor. Tetapi tentang burung pipit extra ini - hampir-hampir tak ada harganya dalam pandangan dari si penjual, Tuhan mengucapkan kata-kata yang luar biasa / indah ini, ‘tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah’ ‘Kita telah kehilangan suatu kebenaran yang luar biasa. Allah dari alam semesta ini juga adalah Allah dari burung pipit yang kecil).
2) Ay 29b: ‘jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu’.
Kata ‘kehendak’ seharusnya tak ada!
NASB: ‘will fall to the ground apart from your Father’ (= akan jatuh ke tanah terpisah dari Bapamu).
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
a) ‘Jatuh ke bumi’ diartikan ‘hinggap di bumi’; dan kata ‘kehendak’ dianggap tidak ada. Jadi arti seluruhnya: burung pipit yang tidak berharga itupun, setiap hinggap di bumi disertai Tuhan! (bdk. Luk 12:6 - “tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah”.).
b) ‘Jatuh ke bumi’ artinya ‘mati’; dan kata ‘kehendak’ dimengerti secara implicit / dianggap ada secara implicit. Jadi, artinya: burung pipit yang tidak berharga itupun tidak bisa mati, kalau Allah tidak menghendakinya. Arti ini yang sesuai dengan kontext karena ay 28 berbicara soal ‘dibunuh / mati’.
3) Ay 30: “Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.
Dari pembicaraan tentang burung pipit, Yesus beralih kepada ‘kamu’. Tetapi Ia tidak membicarakan ‘seluruh kamu’, tetapi ‘rambut kepalamu’. Penafsiran dari kata-kata ‘rambut kepalamupun terhitung semuanya’ harus sejalan dengan ay 28-29. Jadi, harus diartikan bahwa satu helai rambut kitapun tidak mungkin rontok / jatuh ke bumi di luar kehendak Tuhan!
Ini sesuai dengan ayat paralelnya dalam Luk 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang”.
KJV: ‘But there shall not an hair of your head perish’ (= Tetapi tidak akan ada satu helai rambutpun dari kepalamu yang binasa).
4) Ay 29-30 ini menunjukkan bahwa hal-hal yang paling kecil dan remehpun ditetapkan dan diatur oleh Allah!
Spurgeon: “The very hairs of their head are counted and catalogued; and, to the most minute circumstance, all their lives are under the arrangement of the Lord of love. Chance is not in our creed: the decree of the Eternal Watcher rules our destiny, and love is seen in every line of that decree” (= Bahkan rambut dari kepala mereka dihitung dan didaftar; dan, sampai pada keadaan yang paling kecil, seluruh kehidupan mereka ada di bawah pengaturan dari Tuhan yang kasih. ‘Kebetulan’ tidak ada dalam kredo / pengakuan iman kita: ketetapan dari Penjaga yang Kekal memerintah / mengatur nasib kita, dan kasih terlihat dalam setiap baris dari ketetapan itu).
B. B. Warfield: “the minutest occurrences are as directly controlled by Him as the greatest (Matt. 10:29-30, Luke 12:7)” [= Peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terkecil dikontrol secara langsung oleh Dia sama seperti peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terbesar (Mat 10:29-30, Luk 12:7)] - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 296.
Calvin: “I readily acknowledge that, if the nature of things in itself be considered, it will be found that there is some uncertainty: but I maintain that nothing happens through a blind revolution of chance, for all is regulated by the will of God” (= Saya dengan mudah / cepat mengakui bahwa, jika keadaan dari hal-hal dipertimbangkan dalam dirinya sendiri, akan didapatkan bahwa ada ketidak-pastian tertentu: tetapi saya berpendapat bahwa tidak ada apapun terjadi melalui suatu perubahan / gerakan buta yang bersifat kebetulan, karena segala sesuatu diatur oleh kehendak Allah) - hal 465 (bdk. dengan footnotenya).
Calvin: “But anyone who has been taught by Christ’s lips that all the hairs of his head are numbered (Matt 10:30) will look farther afield for a cause, and will consider that all events are governed by God’s secret plan” [= Tetapi setiap orang yang telah diajar oleh bibir Kristus bahwa semua rambut kepalanya terhitung (Mat 10:30) akan melihat lebih jauh untuk suatu penyebab, dan akan menganggap bahwa semua kejadian diatur oleh rencana rahasia Allah] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 2.
Calvin: “... it is certain that not one drop of rain falls without God’s sure command” (= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujanpun yang jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 5.
Bdk. Yer 14:22 - “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”. Bdk. Ayub 28:25-26 37:6,10-13 Maz 68:10 Maz 147:8 Amos 4:7 9:5a,6b.
Siapapun yang mengatakan bahwa saya adalah seorang Hyper-Calvinist, karena saya mempercayai bahwa Allah menentukan segala sesuatu, termasuk dosa, harus memperhatikan kata-kata Calvin ini, yang menunjukkan bahwa saya mempunyai kepercayaan yang sama dengan dia dalam hal ini. Kalau saya adalah seorang Hyper-Calvinist, berarti Calvin sendiri juga adalah seorang Hyper-Calvinist!
5) Kalau saudara merasa heran mengapa hal-hal yang kecil / remeh itu juga ditetapkan dan diatur oleh Allah, seakan-akan Allah itu kekurangan kerjaan (bahasa Jawa: kengangguren), maka ingatlah bahwa:
a) Kedaulatan yang mutlak dari Allah tidak memungkinkan adanya hal yang bagaimanapun kecil dan remehnya ada di luar Rencana Allah dan Providence of God.
b) Semua hal-hal di dunia / alam semesta ini berhubungan satu dengan yang lain, sehingga hal kecil / remeh bisa menimbulkan hal yang besar!
R. C. Sproul: “For want of a nail the shoe was lost; for want of the shoe the horse was lost; for want of the horse the rider was lost; for want of the rider the battle was lost; for want of the battle the war was lost” [= Karena kekurangan sebuah paku maka sebuah sepatu (kuda) hilang; karena kekurangan sebuah sepatu (kuda) maka seekor kuda hilang; karena kekurangan seekor kuda maka seorang penunggang kuda hilang; karena kekurangan seorang penunggang kuda maka sebuah pertempuran hilang (kalah); karena kekurangan sebuah pertempuran maka peperangan hilang (kalah)] - ‘Chosen By God’, hal 155.
Jadi, melalui illustrasi ini terlihat dengan jelas bahwa sebuah paku, yang merupakan hal yang remeh / kecil, ternyata bisa menimbulkan kekalahan dalam peperangan, yang jelas merupakan hal yang sangat besar! Karena itu jangan heran kalau hal-hal yang kecil / remeh juga ditetapkan / direncanakan oleh Allah.
Illustrasi lain: saya pernah menonton film rekonstruksi suatu pembunuhan sebagai berikut: seorang pembunuh melakukan pembunuhan berencana dengan rencana yang begitu matang sehingga hampir-hampir tidak terbongkar. Terbongkarnya pembunuhan itu hanya karena ‘suatu kesalahan remeh’, yaitu dimana setelah membunuh korbannya, si pembunuh menyisir rambut palsu / wignya di kamar tempat ia melakukan pembunuhan, dan lalu meninggalkannya di sana. Ternyata satu helai rambut palsunya rontok, dan tertinggal di kamar, dan gara-gara satu helai rambut itu, akhirnya pembunuhannya terungkap, dan ia tertangkap. Film itu diberi judul ‘Beaten by a Hair’ (= Dikalahkan oleh sehelai Rambut). Saudara masih menganggap bahwa rontoknya sehelai rambut merupakan sesuatu yang remeh, dan karena itu tidak mungkin Allah menentukan hal seperti itu? Ingat bahwa yang remeh bisa menimbulkan akibat yang besar. Jadi, kalau yang remeh bisa terjadi di luar kehendak / pengaturan Allah, maka yang besar juga bisa.
6) Ay 29-31: Penekanan dari seluruh text ini adalah: Kalau burung pipit maupun rambut, yang keduanya begitu remeh, tidak mungkin jatuh ke bumi (mati / rontok) di luar kehendak Tuhan, apalagi kita sebagai manusia, lebih-lebih lagi kalau kita adalah anak-anak Allah. Kita tidak bisa mati dan tidak ada yang bisa membunuh kita, kecuali Tuhan menghendaki / mengijinkan.
Matthew Henry: “that the providence of God is in a special manner conversant about the saints, in their suffering, v. 29-31. It is good to have recourse to our first principles, and particularly to the doctrine of God’s universal providence, extending itself to all the creatures, and all their actions, even the smallest and most minute. The light of nature teaches us this, and it is comfortable to all men, but especially to all good men, who can in faith call this God their Father, and for whom he has a tender concern” (= bahwa providensia Allah dengan cara yang khusus mengenal / akrab dengan orang-orang kudus, dalam penderitaan mereka, ay 29-31. Adalah baik untuk kembali dan berlindung pada doktrin tentang providensia Allah yang universal, yang mencakup semua makhluk ciptaan, dan semua tindakan mereka, bahkan yang paling kecil. Terang dari alam semesta mengajar kita hal ini, dan itu merupakan sesuatu yang menghibur / menyenangkan bagi semua manusia, tetapi khususnya bagi semua orang-orang yang saleh, yang dengan iman bisa memanggil Allah Bapa mereka, dan bagi siapa Ia mempunyai perhatian yang lembut).
Matthew Henry: “‘But the very hairs of your head are all numbered.’ This is a proverbial expression, denoting the account which God takes and keeps of all the concernments of his people, even of those that are most minute, and least regarded. This is not to be made a matter of curious enquiry, but of encouragement to live in a continual dependence upon God’s providential care, which extends itself to all occurrences” (= ‘Tetapi rambut kepalamu semuanya dihitung’. Ini merupakan ungkapan yang bersifat pepatah, yang menunjukkan catatan yang Allah lakukan dan simpan tentang semua perhatian tentang umatNya, bahkan tentang mereka yang paling kecil, dan paling tidak dianggap / diperhatikan. Ini tidak boleh dijadikan suatu persoalan tentang pertanyaan yang tidak perlu, tetapi harus dijadikan suatu dorongan untuk hidup dalam suatu ketergantungan / kebersandaran yang terus menerus pada pemeliharaan dari providensia Allah, yang mencakup segala kejadian).
Matthew Henry: “If God numbers their hairs, much more does he number their heads, and take care of their lives, their comforts, their souls. It intimates, that God takes more care of them, than they do of themselves. They who are solicitous to number their money, and goods, and cattle, yet were never careful to number their hairs, which fall and are lost, and they never miss them: but God numbers the hairs of his people, and not a hair of their head shall perish (Lu. 21:18); not the least hurt shall be done them, but upon a valuable consideration: so precious to God are his saints, and their lives and deaths!” [= Jika Allah menghitung rambut mereka, Ia pasti lebih lagi menghitung kepala mereka, dan memelihara nyawa mereka, penghiburan / pertolongan / ketenteraman mereka, jiwa mereka. Ini mengisyaratkan bahwa Allah lebih memperhatikan / memelihara mereka, dari pada mereka memperhatikan / memelihara diri mereka sendiri. Mereka mempunyai perhatian untuk menghitung uang, harta benda, dan ternak mereka, tetapi tidak pernah mempunyai perhatian untuk menghitung rambut mereka, yang jatuh / rontok dan hilang, dan mereka tak pernah merasa kehilangan rambut tersebut: tetapi Allah menghitung rambut dari umatNya, dan tidak selembar rambutpun dari kepala mereka akan binasa (Luk 21:18); dan tak ada rasa sakit / luka / kerugian yang paling kecil yang akan terjadi pada diri mereka, kecuali karena pertimbangan yang berharga: begitu berharga bagi Allah orang-orang kudusNya, dan nyawa dan kematian mereka!].
Lukas 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang”.
KJV: ‘But there shall not an hair of your head perish’ (= Tetapi tidak akan ada satu helai rambutpun dari kepalamu yang binasa).
Adam Clarke: “The doctrine intended to be inculcated is this: The providence of God extends to the minutest things; everything is continually under the government and care of God, and nothing occurs without his will or permission; if then he regards sparrows, how much more man, and how much more still the soul that trusts in him!” (= Doktrin yang dimaksudkan untuk ditanamkan adalah ini: Providensia Allah menjangkau hal-hal yang terkecil; segala sesuatu terus menerus ada di bawah pemerintahan dan perhatian / pemeliharaan dari Allah, dan tidak ada apapun yang terjadi tanpa kehendakNya atau ijinNya; jika begitu Ia memperhatikan burung pipit, apalagi manusia, dan apalagi jiwa yang percaya kepadaNya!).
Adam Clarke: “All things are ordered by the counsel of God. This is a great consolation to those who are tried and afflicted. The belief of an all-wise, all-directing Providence, is a powerful support under the most grievous accidents of life. Nothing escapes his merciful regards, not even the smallest things of which he may be said to be only the creator and preserver; how much less those of whom he is the Father, Saviour, and endless felicity!” (= Segala sesuatu diatur / diperintah oleh rencana Allah. Ini adalah penghiburan yang besar bagi mereka yang dicobai / diuji dan menderita. Kepercayaan terhadap suatu Providensia yang bijaksana sepenuhnya, dan mengarahkan segala sesuatu, adalah suatu penopang yang kuat di bawah kejadian-kejadian dari kehidupan yang paling menyedihkan. Tidak ada apapun yang lolos dari perhatianNya yang penuh belas kasihan, bahkan tidak hal-hal yang terkecil tentang mana Ia bisa dikatakan hanya sebagai Pencipta dan Pemelihara; lebih-lebih mereka, tentang siapa Ia adalah Bapa, Juruselamat, dan Pemberi kebahagiaan yang kekal!).
Catatan: Adam Clarke adalah seorang Arminian yang sangat keras. Adalah sesuatu yang aneh bahwa ia bisa memberikan ‘komentar Calvinist’ seperti ini tentang text ini! Bagaimana ia bisa menentang doktrin tentang ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yg tidak bersyarat / Predestinasi) dan ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus), dan mengharmoniskannya dengan kata-katanya di sini, merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti!
MATIUS 10:32-36
Mat 10:32-36 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.’ (34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.
Ay 32-33: “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.
1) Kita bukan hanya tidak boleh menyangkal Kristus (ay 33), tetapi kita juga harus mengakui Kristus di depan manusia (ay 32)!
Bdk. Ro 10:9-10 - “(9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”.
2) Keharusan mengakui Yesus di depan manusia menyebabkan penderitaan.
Sama seperti keharusan memberitakan Injil, ini lagi-lagi merupakan sesuatu yang menyebabkan kita akan menderita. Andaikata kita boleh menjadi pengikut Yesus tanpa harus mengakui Yesus di depan manusia, maka kita aman!
Contoh:
Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea (Yoh 19:38-39).
Petrus (Mat 26:69-75).
Pemimpin-pemimpin Yahudi tertentu.
Yoh 12:42-43 - “(42) Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. (43) Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah”.
Apakah dalam hidup saudara, saudara sering tidak mengakui Yesus di depan manusia?
Misalnya:
malu berdoa pada waktu makan di tengah-tengah orang kafir.
kalau memimpin doa di tengah-tengah orang beragama lain, lalu takut menyebut nama Yesus / Kristus.
takut mengakui diri sebagai orang kristen karena takut hubungan dengan orang lain menjadi rusak.
berdiam diri pada waktu orang berbicara salah tentang Yesus / kekristenan.
Ini semua memang menjadikan saudara ‘aman’. Tetapi Yesus tak pernah menghendaki hal ini! Bdk. ay 38-39 - “(38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
Ia menghendaki saudara mengakui Dia di depan manusia! Ini bisa menyebabkan kita dihina, diejek, dikucilkan, bahkan dianiaya / dibunuh!
3) Ada macam-macam cara dengan mana kita bisa menyangkal / tidak mengakui Yesus.
William Barclay: “We may deny him with our words. ... We can deny him by our silence. ... We can deny him by our actions” (= Kita bisa menyangkal Dia dengan kata-kata kita. ... Kita bisa menyangkal Dia dengan berdiam diri. ... Kita bisa menyangkal Dia dengan tindakan-tindakan kita) - hal 391,392.
4) Yang dimaksud dengan ‘menyangkal’ di sini, bukanlah tindakan sesaat, tetapi seluruh kehidupan.
Wycliffe Bible Commentary: “Whosoever shall deny me (cf. 2 Tim 2:12). The Greek tense (aorist, constative) refers not to one moment of denial (e. g., Peter’s), but to the life in its entirety” [= Barangsiapa menyangkal Aku (bdk. 2Tim 2:12). Tensa bahasa Yunani (aorist, constative) tidak menunjuk pada penyangkalan sesaat (misalnya, penyangkalan Petrus), tetapi kepada seluruh kehidupan].
2Tim 2:12 - “jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita”.
Catatan: saya tidak tahu apakah penafsiran menggunakan gramatika bahasa Yunani ini bisa dibenarkan. Kata ARNESETAI, yang diterjemahkan ‘menyangkal’, adalah suatu aorist subjunctive. Ada 2 tense / tensa untuk subjunctive, yaitu present dan aorist. Dan tentang penggunaannya, lihat kutipan di bawah ini.
Gresham Machen: “The aorist subjunctive refers to the action without saying anything about its continuance or repetition, while the present subjunctive refers to it as continuing or as being repeated.” [= Aorist subjunctive menunjuk kepada suatu tindakan tanpa mengatakan apapun tentang keberlanjutan atau pengulangan tindakan tersebut, sedangkan present subjunctive menunjuk kepadanya sebagai berlanjut atau diulangi.] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 131.
Catatan: ada 3 macam mood dalam bahasa Yunani:
a) subjunctive digunakan untuk menyatakan kemungkinan, anggapan, keinginan, dugaan.
b) indicative digunakan untuk menyatakan suatu fakta.
c) imperative digunakan untuk menyatakan perintah.
Tetapi memang tidak mungkin kita menafsirkan bahwa sekali seseorang menyangkal Yesus, maka nanti ia pasti akan disangkal oleh Yesus di depan Bapa di surga, karena kalau demikian maka Petrus pasti masuk neraka.
Ada penafsiran lain tentang hal ini, yang diberikan oleh Word Biblical Commentary.
Word Biblical Commentary: “The verb ἀρνεῖσθαι, ‘deny,’ means strongly to repudiate or disown and thus connotes apostasy (BAGD, 107).” [= Kata kerja ἀρνεῖσθαι / ARNEISTHAI, ‘menyangkal’ berarti menyangkal atau tidak mengakui secara kuat, dan dengan demikian mengandung arti kemurtadan (BAGD, 107).].
A. T. Robertson: “Note accusative here (case of extension), saying ‘no’ to Christ, complete breach. This is a solemn law, not a mere social breach, this cleavage by Christ of the man who repudiates him, public and final.” [= belum diterjemahkan].
5) Ayat paralelnya dalam Injil Markus dan Lukas menggunakan kata ‘malu’.
Mark 8:38 - “Sebab barangsiapa MALU karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.
Lukas 9:26 - “Sebab barangsiapa MALU karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus”.
a) Malu karena Yesus.
Orang-orang Yahudi pada jaman itu mempunyai pemikiran tentang Mesias yang datang dengan kekuatan dan kemegahan, sehingga Yesus yang sebenarnya, yang datang dengan segala kerendahan, bisa membuat malu mereka.
Tetapi jelas bukan hanya mereka yang bisa malu karena Yesus. Orang-orang jaman sekarangpun juga bisa malu karena Yesus.
Bagian akhir dari Mark 8:38 dan Luk 9:26 menunjukkan kemuliaan Yesus pada saat datang kembali nanti. Ini sengaja Ia katakan supaya mereka tidak malu berkenaan dengan diriNya. Sekarang Ia memang datang dalam kehinaan, tetapi nanti Ia akan datang keduakalinya dengan segala kemuliaanNya!
Hal lain yang harus diperhatikan adalah: baik dalam Injil Markus maupun Lukas, text ini langsung dilanjutkan dengan cerita tentang pemuliaan Yesus di atas gunung (Mark 9:2-13 Luk 9:28-36).
b) Kata-kata ‘karena Aku’ dan ‘karena perkataanKu’ menunjukkan bahwa kita bukan hanya tidak boleh malu berkenaan dengan diri Kristusnya, tetapi juga berkenaan dengan ajaranNya.
Barnes’ Notes: “We must be ashamed neither of the person, the character, the doctrines, nor the requirements of Christ” (= Kita tidak boleh malu baik tentang pribadi / diri, karakter, ajaran, maupun tuntutan-tuntutan Kristus).
Injil / ajaran tentang Kristus, atau tentang salib, merupakan sesuatu yang memalukan, khususnya untuk orang Yahudi.
Bdk. Ro 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Bagian yang saya garis bawahi itu salah terjemahan.
TB2-LAI: “aku tidak malu terhadap Injil”.
KJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the Greek’ (= Karena aku tidak malu tentang Injil Kristus: karena itu adalah kuasa / kekuatan Allah kepada keselamatan bagi setiap orang yang percaya; pertama-tama orang Yahudi, dan lalu juga orang Yunani).
Ada ajaran-ajaran Kristen yang sering diserang / dipermalukan, seperti Mat 5:39 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”.
Di satu sisi kita tak boleh malu tentang ajaran ini, tetapi di sisi lain kita juga harus memberikan penafsiran yang benar tentang ayat ini kepada mereka yang menyerangnya, yaitu:
Ayat ini bukannya harus ditafsirkan secara hurufiah. Artinya hanya: tidak boleh membalas.
Ayat ini tidak berlaku untuk serangan yang membahayakan jiwa. Yesus mengatakan ‘menampar’ bukan ‘membacok’!
Juga ajaran-ajaran Kitab Suci tentang mujijat-mujijat, sering diolok-olokkan karena dianggap tidak masuk akal. Misalnya:
Yunus yang tetap hidup sekalipun ditelan ikan besar selama 3 hari.
Yesus yang bangkit setelah mati 3 hari.
Kita bukan hanya tidak boleh malu berkenaan dengan ajaran-ajaran Kitab Suci itu, tetapi kita bahkan harus mempertahankannya / membelanya.
c) Ayat-ayat lain dalam Kitab Suci menambahkan bahwa kita juga:
tidak boleh malu bersaksi tentang Kristus.
tidak boleh malu karena ada hamba Tuhan yang menderita / dipenjara karena Kristus.
tidak boleh malu pada saat kita sendiri menderita karena Kristus.
2Tim 1:8 - “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah”.
2Tim 1:12 - “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
2Tim 1:16 - “Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara”.
2Tim 2:15 - “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu”.
1Pet 4:16 - “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu”.
d) Pada saat kita malu berkenaan dengan Kristus / ajaranNya, kita harus ingat bahwa Yesus / Allah tidak malu karena kita.
Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara”.
Ibr 11:16 - “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka”.
Bahwa Yesus tidak malu menyebut kita saudara, dan Allah tidak malu disebut Allah kita, merupakan sesuatu yang luar biasa, mengingat kita begitu sering memalukan Allah dengan dosa-dosa kita.
6) Akibat penyangkalan terhadap Kristus: Ia akan menyangkal kita.
Adam Clarke: “Let it be remembered, that to be renounced by Christ is to have him neither for a Mediator nor Saviour. To appear before the tribunal of God without having Christ for our Advocate, and, on the contrary, to have him there as our Judge, and a witness against us, - how can a man think of this and not die with horror!” (= Hendaklah diingat, bahwa tidak diakui oleh Kristus berarti tidak mempunyai Dia sebagai Pengantara ataupun Juruselamat. Menghadap / tampil di hadapan pengadilan Allah tanpa mempunyai Kristus sebagai Advokat kita, dan sebaliknya, mendapatkan Dia di sana sebagai Hakim kita, dan sebagai seorang saksi terhadap / menentang kita, - bagaimana seseorang bisa memikirkan hal ini, dan tidak mati dengan ketakutan!).
Ay 34-36: “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.
1) Dalam arti apa Yesus tidak datang membawa damai tetapi pedang?
Yesus datang bukan membawa damai, tetapi pedang (ay 34-36). Apakah ini bertentangan dengan ayat seperti Yes 9:5, yang menyatakan / menubuatkan Dia sebagai ‘Raja damai’? Juga dengan ayat-ayat seperti Yoh 14:27 Gal 5:22 Ro 5:1 2Kor 5:19-21 Ef 2:14-18? Tidak!
a) Yesus memang memberikan damai di hati orang yang percaya.
Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”.
Gal 5:22 - “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan”.
Orang yang percaya Yesus pasti menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus ini memberikan buah, dan salah satunya adalah ‘damai sejahtera’.
b) Yesus mendamaikan orang yang percaya dengan Allah.
Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.
2Kor 5:19-21 - “(19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
c) Yesus mendamaikan orang percaya dengan orang percaya.
Ef 2:14-18 - “(14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa”.
Kalau begitu, apa yang Yesus maksudkan pada waktu Ia berkata bahwa Ia bukan datang membawa damai tetapi pedang? Artinya adalah sebagai berikut: Pada waktu Yesus / Injil diberitakan kepada suatu kelompok orang / keluarga, selalu ada orang-orang yang percaya dan yang tidak percaya. Antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terjadi damai, tetapi terjadi perpecahan dan pertentangan karena Yesus, dan inilah pedang yang Ia maksudkan.
Bandingkan dengan ayat paralelnya dalam Injil Lukas yang mengatakan: “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kataKu kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan” (Luk 12:51).
Hal seperti ini sering terjadi, bahkan dalam Kitab Suci, seperti:
1. Yoh 7:40-43 - “(40) Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.’ (41) Yang lain berkata: ‘Ia ini Mesias.’ Tetapi yang lain lagi berkata: ‘Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! (42) Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.’ (43) Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia”.
2. Kis 14:1-4 - “(1) Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya. (2) Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara itu. (3) Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karuniaNya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. (4) Tetapi orang banyak di kota itu terbelah menjadi dua: ada yang memihak kepada orang Yahudi, ada pula yang memihak kepada kedua rasul itu”.
2) Permusuhan / kebencian karena perbedaan agama adalah yang paling sengit, dan ikatan keluarga seringkali justru memperparah hal itu.
Matthew Henry: “This effect of the preaching of the gospel is not the fault of the gospel, but of those who do not receive it. ... Note, the most violent and implacable feuds have ever been those that have arisen from difference in religion; no enmity like that of the persecutors, no resolution like that of the persecuted” (= Akibat dari pemberitaan Injil bukanlah kesalahan dari Injil, tetapi dari mereka yang tidak menerimanya. ... Perhatikan, permusuhan-permusuhan yang paling sengit dan keras kepala adalah permusuhan-permusuhan yang muncul karena perbedaan agama; tidak ada permusuhan / kebencian seperti permusuhan / kebencian dari penganiaya, tidak ada ketetapan hati seperti ketetapan hati dari orang-orang yang dianiaya).
Matthew Henry: “Note, The strongest bonds of relative love and duty have often been broken through, by an enmity against Christ and his doctrine” (= Perhatikan, ikatan yang terkuat dari kasih dan kewajiban keluarga sering dihancurkan oleh suatu permusuhan / kebencian terhadap Kristus dan ajaranNya).
Spurgeon: “Animosities on account of religion often excite the fiercest of enmities, and nearness of kin inflames rather than quenches the hostility” (= Kebencian karena agama sering membangkitkan kebencian / permusuhan yang paling sengit, dan kedekatan keluarga makin mengobarkan, dan bukannya memadamkan, permusuhan).
3) Kita tidak boleh mundur karena adanya ‘pedang’ ini.
Di dalam dunia ini jauh lebih banyak orang yang tidak percaya. Selalu ada pertentangan antara mereka dan kita. Kalau kita betul-betul hidup sesuai dengan Firman Tuhan, kita pasti menderita karena pertentangan / permusuhan ini! Keharmonisan antara mereka dan kita baru bisa ada, kalau kita berkompromi dengan dosa! Tetapi tentu saja kita tidak boleh melakukan tindakan kompromi tersebut.
Spurgeon: “The coming of Christ into a house is often the cause of variance between the converted and the unconverted. The more loving the Christian is, the more he may be opposed: love creates a tender zeal for the salvation of friends, and that very zeal frequently calls forth resentment. We are to expect this, and not to be put about by it when it occurs. ... We are to press on in confessing the Lord Jesus, come what may of it. Even if our house becomes a den of lions to us, we must stand up for our Lord. The peace-at-any-price people have no portion in this kingdom” (= Kedatangan Kristus ke dalam sebuah rumah sering merupakan penyebab dari perbedaan antara orang-orang yang sudah bertobat dan yang belum bertobat. Makin orang Kristen itu mengasihi, makin ia ditentang: kasih menciptakan suatu semangat yang lembut untuk keselamatan dari sahabat-sahabat, dan semangat itu sering menimbulkan kejengkelan / kebencian. Kita harus mengharapkan hal ini, dan tidak boleh mengubah haluan karena hal itu pada saat hal itu terjadi. ... Kita harus maju terus dalam mengaku Tuhan Yesus, apapun yang diakibatkan olehnya. Bahkan kalau rumah kita menjadi gua / sarang singa bagi kita, kita harus tetap berdiri / bertahan untuk Tuhan kita. Orang-orang yang mengusahakan damai dengan mengorbankan apapun tidak mempunyai bagian dalam kerajaan ini).
Wycliffe Bible Commentary: “Heartbreaking as these divisions are, a disciple must not let his natural affections cause any weakening of his attachment to Christ” (= Sekalipun perpecahan seperti ini sangat menyedihkan, seorang murid tidak boleh membiarkan perasaan alamiahnya menyebabkan melemahnya kasihnya kepada Kristus).
MATIUS 10:37-42
Mat 10:37-42 - “(37) Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu. (38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Matius 10: 37-39: “(37) Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu. (38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
1) Ay 37: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.
a) Tuntutan Yesus supaya kita mengasihi dia lebih dari semua, membuktikan bahwa Ia adalah Allah, karena hanya Allah yang berhak memberikan tuntutan seperti itu.
Spurgeon: “Christ must be first. He herein claims the highest place in every human breast. Could he have done so had he not been divine? No mere prophet would talk in this fashion. Yet we are not sensible of the slightest egotism in his speech, neither does it occur to us that he goes beyond his line. We are conscious that the Son of God has a right to speak thus, and only he” (= Kristus harus yang pertama. Di sini Ia mengclaim tempat tertinggi dalam dada setiap manusia. Bisakah Ia melakukan hal itu seandainya Ia bukan Allah? Tidak ada nabi yang berbicara dengan cara seperti ini. Sekalipun demikian, kita tidak merasakan keegoisan yang terkecil dalam ucapanNya, juga tak terpikirkan oleh kita bahwa Ia berbicara kelewat batas. Kita harus sadar bahwa Anak Manusia mempunyai hak untuk berbicara seperti itu, dan hanya Dia yang mempunyai hak itu).
b) Kita harus mengasihi Yesus lebih dari semua (ay 37).
Word Biblical Commentary: “loyalty to Jesus is more important than family loyalties” (= kesetiaan kepada Yesus lebih penting dari kesetiaan keluarga).
Matthew Henry: “Children must love their parents, and parents must love their children; but if they love them better than Christ, they are unworthy of him. As we must not be deterred from Christ by the hatred of our relations which he spoke of (v. 21,35-36), so we must not be drawn from him, by their love” [= Anak-anak harus mencintai orang tua mereka, dan orang tua harus mencintai anak-anak mereka; tetapi jika mereka mencintai mereka lebih dari Kristus, mereka tidak layak bagiNya. Sebagaimana kita tidak boleh dihalangi dari Kristus oleh kebencian dari keluarga kita yang Ia bicarakan (ay 21,35-36), demikian pula kita tidak boleh ditarik / diambil dari Dia oleh cinta mereka].
Barnes’ Notes: “The meaning of this is clear. Christ must be loved supremely, or he is not loved at all. If we are not willing to give up all earthly possessions, and forsake all earthly friends, and if we do not obey him rather than all others, we have no true attachment to him” (= Arti dari ini adalah jelas. Kristus harus paling dikasihi, atau Ia tidak dikasihi sama sekali. Jika kita tidak bersedia untuk menyerahkan semua milik duniawi, dan meninggalkan semua sahabat duniawi, dan jika kita tidak mentaati Dia lebih dari semua orang yang lain, kita tidak mempunyai kasih yang sejati kepadaNya).
Penerapan: kalau dalam kebaktian / persekutuan / Pemahaman Alkitab saudara tidak mau mematikan handphone, dan setiap kali ada yang menelpon, saudara keluar dan meninggalkan Firman Tuhan, kira-kira saudara mempunyai kasih yang sejati kepada Kristus atau tidak?
c) Kalau kita tidak mengasihi Yesus lebih dari semua, kita tidak layak bagiNya.
Spurgeon: “We must earnestly beware of making idols of our dearest ones, by loving them more than Jesus. We must never set them near the throne of our King. We are not worthy to dwell with Christ above, nor even to be associated with him here, if any earthly object is judged by us to be worthy to rival the Lord Jesus” (= Kita harus dengan sungguh-sungguh berhati-hati berkenaan dengan memberhalakan orang-orang yang paling kita cintai, dengan mengasihi mereka lebih dari Yesus. Kita tidak pernah boleh meletakkan mereka di dekat takhta dari Raja kita. Kita tidak layak untuk tinggal dengan Kristus di atas, bahkan juga tidak layak untuk bersatu / bersekutu dengan Dia di sini, jika suatu obyek duniawi kita nilai sebagai layak untuk menjadi saingan Tuhan Yesus).
Adam Clarke: “If, in order to please a father or mother who are opposed to vital godliness, we abandon God’s ordinances and followers, we are unworthy of anything but hell” (= Jika, untuk menyenangkan seorang ayah atau ibu yang bertentangan dengan kesalehan yang sangat penting, kita meninggalkan peraturan-peraturan dan pengikut-pengikut Allah, kita tidak layak untuk apapun kecuali neraka).
d) Andaikata kita boleh mengasihi keluarga / orang lain lebih dari Yesus, maka mungkin sekali perpecahan / pedang dalam ay 35,36 di atas tidak akan terjadi. Tetapi Yesus menghendaki kita mengasihi / mentaati Dia lebih dari siapapun juga! Ini menyebabkan penderitaan!
Penderitaan itu bisa datang dari:
1. ‘gereja’ (ay 17).
2. Orang beragama lain yang anti kristen (ay 17).
3. Pemerintah yang anti kristen (ay 18).
4. Keluarga (ay 21,34-36).
5. Semua orang (ay 22).
Tetapi perhatikan penderitaan itu haruslah ‘karena Aku’! Jangan menderita karena dosa atau karena ketololan (ay 18,22,39 bdk. Mat 5:10-12 & 1Pet 4:14-16).
Yesus mencari pengikut, tetapi Ia memberitahu lebih dahulu bahwa mereka yang mau mengikuti Dia akan menderita! Ini penting supaya pada waktu penderitaan itu datang, para pengikutNya sudah siap. Alangkah berbedanya ajaran Yesus tentang penderitaan dengan ajaran-ajaran Kharismatik pada umumnya yang boleh dikatakan menghapuskan penderitaan dari hidup orang kristen!
e) Sikap mengutamakan Yesus ini juga harus diterapkan terhadap agama.
Matthew Henry: “if religion be worth any thing, it is worth every thing: and, therefore, all who believe the truth of it, will soon come up to the price of it; and they who make it their business and bliss, will make every thing else to yield to it” (= jika agama itu memang mempunyai suatu nilai, maka itu bernilai segala sesuatu: dan karena itu, semua yang percaya kebenarannya, akan segera datang kepada harga dari agama itu; dan mereka yang membuat agama itu sebagai urusan dan kebahagiaan mereka, akan membuat segala sesuatu yang lain tunduk kepadanya).
Merupakan sesuatu yang menyedihkan kalau ada orang Kristen yang mau pindah agama, gara-gara pacar yang berbeda agama, atau gara-gara pekerjaan, dsb.
2) Ay 38: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu”.
Ay 38 menunjukkan bahwa Yesus tahu kematian yang bagaimana yang akan Ia alami, yaitu penyaliban. Karena itulah para pengikutNya harus memikul salib.
3) Ay 39: “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
a) ‘Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya’.
‘Orang yang mempertahankan nyawanya’ adalah orang yang melakukan segala sesuatu demi kepentingan / kenyamanan dirinya sediri. Bisa saja bahwa ia mempertahankan nyawanya dengan cara yang salah, pada saat sebetulnya Tuhan menghendaki dia untuk mengorbankannya. Orang seperti ini akan kehilangan nyawa / masuk neraka! (bdk. Luk 12:16-21 - orang kaya yang bodoh).
Adam Clarke: “‘He that findeth his life shall lose it,’ was literally fulfilled in Dr. Cranmer. He confessed Christ against the Devil, and his oldest son, the Pope. He was ordered to be burnt; to save his life he recanted, and was, notwithstanding, burnt. Whatever a man sacrifices to God is never lost, for he finds it again in God” (= ‘Ia yang menemukan / mempertahankan nyawanya akan kehilangan nyawanya’, digenapi secara hurufiah dalam Dr. Cranmer. Ia mengaku Kristus terhadap setan, dan anak sulungnya, Sang Paus. Ia diperintahkan untuk dibakar; untuk menyelamatkan nyawanya ia menarik kembali ucapannya, tetapi sekalipun demikian, tetap dibakar. Apapun yang dikorbankan oleh seseorang bagi Allah tidak pernah hilang, karena ia menemukannya lagi dalam Allah).
b) ‘dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya’.
‘Orang yang rela kehilangan nyawa’ adalah orang yang tidak peduli pada kenyamanan diri sendiri. Ia juga betul-betul rela mengorbankan nyawanya demi Tuhan pada waktu hal itu dituntut dari dia. Orang ini akan mendapatkan nyawanya / mendapat hidup kekal. Tetapi perhatikan bahwa orang itu harus kehilangan nyawanya karena Kristus (ay 39 - perhatikan kata-kata ‘karena Aku’), bukan karena hal-hal lain!
Barclay: “The Christian may have to sacrifice his personal ambitions, the ease and the comfort that he might have enjoyed, the career that he might have achieved; he may have to lay aside his dreams, ... He will certainly have to sacrifice his will, for no Christian can ever again do what he likes; he must do what Christ likes” (= Orang Kristen mungkin harus mengorbankan ambisi pribadinya, ketenteraman / kesenangan yang bisa ia nikmati, karir yang bisa ia capai; ia mungkin harus mengesampingkan angan-angannya, ... Ia pasti harus mengorbankan kemauan / kehendaknya, karena tidak ada orang Kristen bisa melakukan lagi apa yang ia senangi; ia harus melakukan apa yang Kristus senangi) - hal 396.
Barclay: “There is no place for a policy of safety first in the Christian life. The man who seeks first ease and comfort and security and the fulfilment of personal ambition may well get all these things - but he will not be a happy man; ... the way to true happiness is to spend life selflessly, for only thus will we find life, here and hereafter” (= Tidak ada tempat untuk politik yang mengutamakan keamanan dalam kehidupan Kristen. Orang yang mencari lebih dulu ketenteraman dan kesenangan dan keamanan dan penggenapan dari ambisi pribadi mungkin mendapatkan hal-hal ini - tetapi ia tidak akan menjadi orang yang berbahagia; ... jalan kepada kebahagiaan yang sejati adalah menghabiskan hidup dengan membuang keegoisan, karena hanya dengan demikian kita akan mendapatkan hidup, di sini dan di alam baka) - hal 397.
Ay 40-42: “(40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
1) “Barangsiapa menyambut kamu”.
Ini menunjukkan bahwa pasti akan ada orang-orang yang akan menyambut mereka. Ini satu penghiburan!
Tetapi kita harus waspada terhadap orang-orang yang menerima kita (karena sungkan, sopan santun dsb) tetapi menolak Yesus / Injil. Jelas ayat-ayat ini tidak memaksudkan orang-orang yang seperti itu.
2) “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku”.
a) Menyambut / menolak nabi asli.
Matthew Henry: “Jesus Christ takes what is done to his faithful ministers, whether in kindness or in unkindness, as done to himself, and reckons himself treated as they are treated. He that receiveth you, receiveth me. Honour or contempt put upon an ambassador reflects honour or contempt upon the prince that sends him, and ministers are ambassadors for Christ” (= Yesus Kristus menganggap apa yang dilakukan kepada pelayan-pelayanNya yang setia, apakah itu sesuatu yang baik atau tidak baik, sebagai dilakukan kepadaNya sendiri, dan menganggap diriNya sendiri diperlakukan sebagaimana mereka diperlakukan. ‘Ia yang menerima kamu, menerima Aku’. Penghormatan dan penghinaan yang diberikan kepada seorang utusan / duta mencerminkan penghormatan atau penghinaan kepada pangeran / raja yang mengutus dia, dan pendeta-pendeta / pelayan-pelayan adalah duta-duta / utusan-utusan Kristus).
Bandingkan dengan:
Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.’”.
Kis 9:1-5 - “(1) Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, (2) dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. (3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu”.
Adam Clarke: “He who speaks against a faithful pastor, it is the same as if he had spoken against God himself” (= Ia yang berbicara menentang seorang pendeta yang setia, adalah sama seakan-akan ia berbicara menentang Allah sendiri).
Bandingkan dengan Miryam dan Harun yang berbicara menentang Musa (Bil 12:1-16).
Bil 12:1-16 - “(1) Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: ‘Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?’ Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. (3) Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (4) Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: ‘Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.’ Maka keluarlah mereka bertiga. (5) Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. (6) Lalu berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firmanKu ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. (7) Bukan demikian hambaKu Musa, seorang yang setia dalam segenap rumahKu. (8) Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hambaKu Musa?’ (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta! (11) Lalu kata Harun kepada Musa: ‘Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. (12) Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya.’ (13) Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: ‘Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.’ (14) Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Sekiranya ayahnya meludahi mukanya, tidakkah ia mendapat malu selama tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali.’ (15) Jadi dikucilkanlah Miryam ke luar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat sebelum Miryam diterima kembali. (16) Kemudian berangkatlah mereka dari Hazerot dan berkemah di padang gurun Paran”.
b) Menyambut nabi palsu.
Sebaliknya, kalau kita menerima nabi palsu, maka berlaku 2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
KJV: ‘(10) If there come any unto you, and bring not this doctrine, receive him not into your house, neither bid him God speed: (11) For he that biddeth him God speed is partaker of his evil deeds’.
Dalam KJV digunakan kata-kata ‘bid him God speed’. Ini merupakan pengucapan suatu keinginan / harapan / doa (wish) supaya orang itu mendapatkan kesejahteraan, nasib baik, sukses, dan sebagainya. Mungkin mirip dengan kata-kata ‘may God bless you’ (= kiranya Allah memberkatimu).
1. “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya”.
a. Rupanya orang kepada siapa rasul Yohanes menujukan suratnya ini adalah orang yang ramah dalam menerima tamu, dan mungkin sekali keramahannya itu menyebabkan ia juga ramah dalam menerima tamu yang adalah nabi palsu.
Matthew Henry mengatakan bahwa mungkin ‘Ibu yang terpilih’ kepada siapa rasul Yohanes menujukan surat ini (2Yoh 1) adalah seseorang yang sangat ramah dalam menerima tamu / hamba Tuhan. Tetapi karena yang sedang dibicarakan di sini adalah nabi-nabi palsu, maka rasul Yohanes melarangnya menerima tamu yang seperti itu.
Barnes’ Notes: “There can be no doubt that she to whom this Epistle was written was accustomed to entertain such teachers” (= Tak diragukan bahwa ia, kepada siapa Surat ini dituliskan, terbiasa menjamu guru-guru seperti itu).
b. Kata-kata rasul Yohanes ini tidak berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh berbuat baik kepada nabi-nabi palsu. Lebih-lebih ini tidak berarti bahwa kita harus menganiaya nabi-nabi palsu itu.
Adam Clarke: “what John says here does not mean that we should deny such the common offices of humanity, charity, and mercy. No. In these offices we are equally bound to all men; far less does it intimate that we should persecute such on account of their heretical or heterodox sentiments” (= apa yang Yohanes katakan di sini tidak berarti bahwa kita harus menyangkal kewajiban-kewajiban umum tentang kemanusiaan, kasih, dan belas kasihan seperti itu. Tidak. Dalam kewajiban-kewajiban ini kita secara sama terikat kepada semua orang; lebih-lebih itu tidak berarti bahwa kita harus menganiaya orang-orang seperti itu karena pandangan sesat atau pandangan yang berbeda dengan pandangan orthodox).
c. Kita boleh melakukan kebaikan umum kepada nabi-nabi palsu, tetapi kita tidak boleh melakukan kebaikan, yang bisa ditafsirkan sebagai menyetujui atau mendukung nabi-nabi palsu itu dalam penyesatan yang mereka lakukan.
Matthew Henry: “‘Support them not: ... Do not welcome them into your family. ... Doubtless such may be relieved in their pressing necessities, but not encouraged for ill service. Deniers of the faith are destroyers of souls” (= ‘Jangan mendukung / menyokong mereka: ... Jangan menyambut mereka dalam keluargamu. ... Tak diragukan bahwa orang-orang seperti itu boleh ditolong dalam kebutuhan-kebutuhan mereka yang mendesak, tetapi tidak dikuatkan untuk pelayanan yang jahat / buruk).
Barnes’ Notes: “This cannot mean that no acts of kindness, in any circumstances, were to be shown to such persons; but that there was to be nothing done which could be fairly construed as encouraging or countenancing them as ‘religious teachers.’ The true rule would seem to be, in regard to such persons, that, so far as we have contact with them as neighbors, or strangers, we are to be honest, true, kind, and just, but we are to do NOTHING that will countenance them as religious teachers, We are NOT to aid their instruction, ... we are NOT to receive them into our houses, or to entertain them as religious teachers; we are NOT to commend them to others, or to give them any reason to use our names or influence in propagating error. ... To do that, to meet such persons with a friendly greeting, would be construed as countenancing their doctrine, and as commending them to others; and hence it was forbidden that they should be entertained as such. This treatment would not be demanded where no such interpretation could be put on receiving a friend or relative who held different and even erroneous views, or in showing kindness to a stranger who differed from us, but it WOULD apply to the receiving and entertaining ‘a professed teacher of religion, as such;’ and the rule is as applicable now as it was then” (= Ini tidak bisa berarti bahwa tidak ada tindakan kebaikan, dalam keadaan apapun, yang boleh ditunjukkan kepada orang-orang seperti itu; tetapi bahwa tidak ada apapun yang boleh dilakukan, yang secara adil bisa ditafsirkan sebagai mendorong atau menyetujui / mendukung mereka sebagai ‘guru-guru agama’. Peraturan yang benar kelihatannya, berkenaan dengan orang-orang seperti itu, bahwa sejauh kita mempunyai kontak / hubungan dengan mereka sebagai tetangga, atau orang-orang asing, kita harus jujur, benar, baik, dan adil, tetapi kita tidak boleh melakukan APAPUN yang akan menyetujui / mendukung mereka sebagai guru-guru agama, Kita TIDAK BOLEH membantu pengajaran mereka, ... kita TIDAK BOLEH menerima mereka dalam rumah kita, atau menjamu mereka sebagai guru-guru agama; kita TIDAK BOLEH merekomendasikan dia kepada orang-orang lain, atau memberi mereka alasan apapun untuk menggunakan nama atau pengaruh kita untuk menyebarkan kesalahan. ... Melakukan hal itu, menemui orang-orang seperti itu dengan salam yang ramah, akan ditafsirkan sebagai menyetujui / mendukung ajaran mereka, dan sebagai merekomendasikan dia kepada orang-orang lain; dan karena itu kita dilarang untuk menjamu mereka seperti itu. Perlakuan ini tidak akan dituntut dimana tidak ada penafsiran seperti itu yang bisa diberikan pada penerimaan seorang teman atau keluarga yang mempercayai pandangan yang berbeda dan bahkan pandangan yang salah, atau dalam menunjukkan kebaikan kepada seorang asing yang berbeda dengan kita, tetapi peraturan itu berlaku pada penerimaan dan tindakan menjamu ‘seorang yang dikenal sebagai guru agama saja’; dan peraturan ini berlaku sekarang sama seperti dulu).
Jadi:
kita boleh menerima seorang keluarga / teman / asing yang mempunyai pandangan yang salah, dan bahkan menjamunya, asal kita tidak melakukan hal itu kepadanya sebagai seorang guru agama.
kita juga boleh berbuat baik kepada guru-guru agama yang salah, selama tindakan kita itu tidak mendukung / menyetujui ajaran mereka. Jadi misalnya ada seorang nabi palsu yang kecelakaan di depan saudara, maka tentu saja kita boleh, bahkan harus, menolongnya. Tetapi jika ada seorang nabi palsu yang membutuhkan makanan / minuman / kendaraan / penginapan supaya bisa melanjutkan pengajaran sesatnya, maka kita dilarang untuk memberikan hal-hal itu. Kalau saudara menganggap tindakan ‘tidak membantu’ ini sebagai kejam, maka pikirkan kekejaman yang saudara lakukan terhadap orang-orang yang masuk neraka karena disesatkan oleh nabi-nabi palsu itu berkat bantuan yang saudara berikan kepadanya!
kita juga tidak boleh merekomendasikan seorang pengajar yang salah kepada orang-orang lain, atau mengijinkan dia untuk menggunakan nama dan pengaruh kita demi pengajarannya yang salah.
d. ‘Janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu’.
Adam Clarke: “Give him no entertainment as an evangelical teacher. Let him not preach under your roof” (= Jangan berikan dia perjamuan sebagai seorang guru injili. Jangan biarkan dia berkhotbah di rumahmu).
e. ‘Janganlah memberi salam kepadanya’.
Bukan seadanya salam tak boleh kita berikan kepada mereka. Kalau itu adalah salam yang umum, seperti ‘Hei’, ‘Halo’, ‘Selamat pagi’, dsb., maka itu boleh dilakukan.
Jamieson, Fausset & Brown: “The greeting forbidden in the case of such is that usual among Christian brethren: not a mere formality, but a token of Christian brotherhood” (= Salam yang dilarang dalam kasus seperti itu adalah salam yang umum di antara saudara-saudara Kristen: bukan semata-mata salam formalitas, tetapi suatu tanda persaudaraan Kristen).
Barnes’ Notes: “The word used expresses the common form of salutation, as when we wish one health, success, prosperity, Matt. 26:49; Acts 15:23; 23:26; James 1:1. It would be understood as expressing a wish for success in the enterprise in which they were embarked; and, though we should love all people, and desire their welfare, and sincerely seek their happiness, yet we can properly wish no one success in career of sin and error” [= Kata yang digunakan menyatakan bentuk salam yang umum, seperti ketika kita mengharapkan untuk seseorang kesehatan, sukses, kemakmuran, Mat 26:49; Kis 15:23; 23:26; Yak 1:1. Itu akan dimengerti sebagai suatu keinginan / harapan / doa (wish) untuk sukses dalam kegiatan dalam mana mereka terlibat; dan sekalipun kita harus mengasihi semua orang, dan menginginkan kesejahteraan mereka, dan dengan sungguh-sungguh mengusahakan kebahagiaan mereka, tetapi kita tidak bisa dengan benar mengharapkan / menginginkan / mendoakan (wish) siapapun untuk sukses dalam karir dosa dan kesalahan].
Adam Clarke mengatakan bahwa kita tak boleh mengucapkan suatu harapan / keinginan / doa (wish) demi kesehatannya, ataupun mengucapkan kata SHALOM kepadanya.
Adam Clarke: “The words mean, according to the eastern use of them, ‘Have no religious connection with him, nor act toward him so as to induce others to believe you acknowledge him as a brother.’” (= Kata-kata itu berarti, menurut penggunaan orang-orang Timur terhadapnya, ‘Jangan mempunyai hubungan agama dengan dia, ataupun bertindak terhadapnya sehingga menyebabkan orang-orang lain percaya bahwa engkau mengakui dia sebagai seorang saudara’).
Kata-kata yang saya garis bawahi ini penting untuk direnungkan. Kita tidak boleh menunjukkan sikap apapun kepada nabi-nabi palsu itu, yang bisa menyebabkan orang-orang lain menganggap dia sebagai saudara kita / orang yang segolongan dengan kita.
f. Jangan melanggar larangan ini dengan alasan kasih!
Jamieson, Fausset & Brown: “True love is combined with hearty separation from all that is false, whether persons or doctrines. Misbelief destroys faith, the source of love, so love itself: therefore love abhors it as overthrowing Christianity, the center of love’s affection” (= Kasih yang sejati digabungkan / disatukan dengan pemisahan yang sungguh-sungguh / sepenuh hati dari semua yang salah / palsu, apakah itu adalah orang atau ajaran. Kepercayaan yang salah menghancurkan iman, sumber dari kasih, dan dengan demikian, juga menghancurkan kasih itu sendiri: karena itu kasih membencinya sebagai penggulingan kekristenan, pusat dari perasaan kasih).
Jamieson, Fausset & Brown: “you wish him it while opposing Christ; so you identify yourself as ‘having communion with (KOINONEI) his evil deeds.’ We cannot have communion with saints and with Antichrist at once” [= kamu mendoakan hal itu sementara ia menentang Kristus; jadi kamu menunjukkan dirimu sendiri sebagai ‘mempunyai persekutuan dengan (KOINONEI) tindakan-tindakan jahatnya’. Kita tidak bisa mempunyai persekutuan dengan orang-orang kudus dan dengan Antikristus pada saat yang sama].
g. Teladan dari rasul Yohanes, yang adalah rasul kasih!
Jamieson, Fausset & Brown: “Here we see John’s naturally fiery zeal directed to a right end (Luke 9:54). Polycarp, disciple of John, told contemporaries of Irenaeus, who narrates it on their authority, that once when John was about to bathe, and heard that Cerinthus, the heretic, was within, he retired with abhorrence, exclaiming, Surely the house will fall in ruins since the enemy of the truth is there!” [= Di sini kita melihat semangat alamiah dari Yohanes diarahkan kepada tujuan yang benar (Luk 9:54). Polycarp, murid dari Yohanes, menceritakan kepada orang-orang yang sejaman dengan Ireneaus, yang menceritakannya berdasarkan otoritas mereka, bahwa suatu saat pada waktu Yohanes mau mandi, dan mendengar bahwa Cerinthus, si orang sesat, ada di dalam, ia mengundurkan diri dengan jijik, sambil berseru, Pasti rumah ini akan roboh karena musuh dari kebenaran ada di sini!].
Luk 9:51-54 - “(51) Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem, (52) dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagiNya. (53) Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalananNya menuju Yerusalem. (54) Ketika dua muridNya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: ‘Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?’”.
Dalam Luk 9 ini, semangat alamiah rasul Yohanes diarahkan secara salah / kepada tujuan yang salah. Tetapi dalam kutipan dari Jamieson, Fausset & Brown di atas, semangat alamiah itu diarahkan secara benar / kepada tujuan yang benar!
2. “Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
Bagian ini memberikan ancaman bagi siapapun yang melanggar larangan dari rasul Yohanes ini. Mereka akan mendapat bagian dalam perbuatan jahat nabi palsu tersebut! Dan ada banyak hal yang pada hakekatnya merupakan pelanggaran terhadap larangan dari rasul Yohanes ini. Perhatikan 2 kutipan di bawah ini.
Matthew Henry: “Favour and affection partake of the sin. We may be sharers in the iniquities of others. How judicious and how cautious should the Christian be! There are many ways of sharing the guilt of other people’s transgressions; it may be done by culpable silence, indolence, unconcernedness, private contribution, public countenance and assistance, inward approbation, open apology and defence” [= Kemurahan / kebaikan hati dan kasih (kepada nabi palsu) berarti mengambil bagian dalam dosa tersebut. Kita bisa menjadi pengambil bagian dalam kejahatan dari orang-orang lain. Alangkah bijaksana dan hati-hatinya seorang kristen harus bertindak! Ada banyak jalan melalui mana kita bisa ambil bagian dalam kesalahan dari pelanggaran-pelanggaran orang-orang lain; itu bisa dilakukan dengan sikap diam yang patut dicela, kemalasan, ketidak-pedulian, kontribusi / sumbangan pribadi, persetujuan dan bantuan umum, penerimaan di dalam hati, pembelaan terbuka].
Kalau dalam suatu pembicaraan di antara banyak orang, seorang nabi palsu menyatakan pandangan sesatnya, lalu ia minta dukungan saudara, dengan berkata: ‘Betul, bukan?’. Apa yang saudara berikan sebagai jawaban? Hanya diam saja atau menyetujui karena sungkan? Kalau demikian, saudara mendapat bagian dalam perbuatan jahat nabi palsu itu! Yang seharusnya saudara lakukan pada saat itu adalah membuang kesungkanan orang Timur, dan dengan tegas mengatakan ‘Tidak!’. Bahkan kalau mungkin, saudara harus menambahkan alasan saudara menentang pandangan sesat tersebut.
Bahkan kalau nabi palsu itu tidak meminta pandangan saudara, dan juga tidak ada orang lain yang meminta pandangan saudara, saudara tidak bisa berdiam diri pada saat seorang nabi palsu menyatakan pandangan sesatnya! ‘Diam’ pada saat seperti itu bisa ditafsirkan sebagai ‘segolongan’!
Adam Clarke: “‘Is partaker of his evil deeds.’ He that acts toward him as if he considered him a Christian brother, and sound in the faith, puts it in his power to deceive others, by thus apparently accrediting his ministry. No sound Christian should countenance any man as a Gospel minister, who holds and preaches erroneous doctrines; especially concerning the Lord Jesus. Nor can any Christian attend the ministry of such teachers without being criminal in the sight of God. He who attends their ministry is, in effect, bidding them God speed; no matter whether such belong to an established church, or to any congregation of dissenters from it” (= ‘ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat’. Ia yang bertindak terhadapnya seakan-akan ia menganggapnya sebagai seorang saudara kristen, dan sehat dalam iman, memberinya kekuatan / kuasa untuk menipu orang-orang lain, dengan seolah-olah mengakui pelayanannya. Tidak ada orang Kristen yang sehat yang boleh menyetujui siapapun sebagai seorang pelayan Injil, kalau orang itu memegang / mempercayai dan memberitakan ajaran-ajaran yang salah; khususnya berkenaan dengan Tuhan Yesus. Juga seorang kristen tidak boleh menghadiri pelayanan dari guru-guru seperti itu tanpa menjadi seorang kriminil di hadapan Allah. Ia yang menghadiri pelayanan mereka, sesungguhnya, mengharapkan / mendoakan kesuksesan mereka; tak peduli apakah orang-orang itu termasuk dalam gereja yang sudah mapan, atau dalam jemaat yang terdiri dari orang-orang yang keluar / memberontak dari suatu gereja).
Catatan: kalau saudara merupakan anggota dari gereja yang sesat, dan saudara terus krasan di gereja itu, perhatikan dan renungkan kata-kata di atas ini!
3. Orang-orang kristen yang berada dalam gereja yang sesat, sangat sukar menghindari dosa ini. Setiap kali mereka pergi ke gereja mereka bertemu dengan guru-guru palsu itu, dan setiap kali mereka bersikap / berkata salah, karena sungkan dsb, maka mereka melanggar apa yang dikatakan rasul Yohanes ini!
3) ‘karena ia adalah muridKu’ (ay 42).
Ini adalah motivasi yang benar dalam menerima orang kristen / nabi atau dalam berbuat baik kepada orang Kristen / nabi. Tanpa ini, semua kebaikan itu tidak dihargai oleh Allah.
Matthew Henry: “That kindness to Christ’s disciples which he will accept, must be done with an eye to Christ, and for his sake. A prophet must be received in the name of a prophet, and a righteous man in the name of a righteous man, and one of those little ones in the name of a disciple; not because they are learned, or witty, nor because they are our relations or neighbours, but because they are righteous, and so bear Christ’s image; because they are prophets and disciples, and so are sent on Christ’s errand. ... you must not only perform the service, but you must convince me that you do it for my sake” (= Kebaikan kepada murid-murid Kristus yang akan diterimanya, harus dilakukan dengan mata yang ditujukan kepada Kristus, dan demi Dia. Seorang nabi harus diterima dalam nama dari seorang nabi, dan seorang benar dalam nama dari seorang benar, dan satu dari orang-orang yang kecil itu dalam nama dari seorang murid; bukan karena mereka terpelajar, atau jenaka / pintar melucu, atau karena mereka adalah famili atau tetangga kita, tetapi karena mereka itu benar, dan dengan demikian memuat gambar Kristus; karena mereka adalah nabi-nabi dan murid-murid, dan dengan demikian mereka diutus atas suruhan Kristus. ... engkau tidak boleh hanya melakukan pelayanan, tetapi engkau harus meyakinkan Aku bahwa engkau melakukannya demi Aku).
Bdk. Ibr 6:10 - “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan TERHADAP NAMANYA oleh pelayanan kamu KEPADA ORANG-ORANG KUDUS, yang masih kamu lakukan sampai sekarang”.
Perhatikan bahwa sekalipun dalam text ini dikatakan bahwa mereka melakukan pelayanan ‘kepada orang-orang kudus’, tetapi juga dikatakan bahwa pekerjaan dan kasih itu mereka tunjukkan ‘terhadap namaNya’.
Adam Clarke: “It is the name of Jesus that sanctifies everything, and renders services, in themselves comparatively contemptible, of high worth in the sight of God” (= Adalah nama Yesus yang menguduskan segala sesuatu, dan membuat pelayanan-pelayanan, yang dalam dirinya sendiri rendah, menjadi bernilai tinggi dalam pandangan Allah).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘In the name of a prophet.’ - for his office’ sake and love to his Master. (See 2 Kin. 4:9-10.)” [= ‘Dalam nama seorang nabi’. - demi jabatan / tugasnya dan kasih terhadap Tuannya (lihat 2Raja 4:9-10)].
2Raja 4:9-10 - “(9) Berkatalah perempuan itu kepada suaminya: ‘Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu ADALAH ABDI ALLAH YANG KUDUS. (10) Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan baiklah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana.’”.
Bdk. 3Yoh 5-8 - “(5) Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing. (6) Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah. (7) Sebab karena namaNya mereka telah berangkat dengan tidak menerima sesuatupun dari orang-orang yang tidak mengenal Allah. (8) Kita wajib menerima orang-orang yang demikian, supaya kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran”.
Barnes’ Notes: “Few would refuse a cup of cold water to any man, if thirsty and weary, and yet not all people would give it to such a one ‘because he was a Christian,’ or to express attachment to the Lord Jesus. In bestowing it on a man ‘because he was a Christian,’ he would show love to the Saviour himself; in the other case he would give it from mere sympathy or kindness, evincing no regard for the Christian, the Christian’s Master, or his cause. In one case he would show that he loved the cause of religion; in the other case, he would not” (= Sedikit orang menolak untuk memberikan secangkir air sejuk kepada siapapun, jika orang itu haus dan lelah, tetapi tidak semua orang mau memberikannya kepada seseorang ‘karena ia adalah orang Kristen’, atau untuk menyatakan kasih kepada Tuhan Yesus. Dalam memberikannya kepada seseorang ‘karena ia adalah seorang kristen’, ia menunjukkan kasih kepada sang Juruselamat sendiri; dalam kasus yang lain ia memberikannya hanya karena simpati atau kebaikan, tidak menunjukkan hormat untuk orang Kristen, Tuan dari orang Kristen itu, atau perkaraNya. Dalam kasus yang satu ia menunjukkan bahwa ia mengasihi perkara agama; dalam kasus yang lain, tidak).
Barnes’ Notes: “Religion is easy, and easily tested, Matt. 10:40-42. What more easy than to give a cup of water to a stranger, and what more easy than to know from what motive we do it! Yet how many are there who, while they would do the thing, would yet ‘lose eternal life’ rather than do it with a view of honoring Christ or showing attachment to him!” (= Agama itu mudah, dan dengan mudah diuji, Mat 10:40-42. Apa yang lebih mudah dari pada memberikan secangkir air sejuk kepada seorang asing, dan apa yang lebih mudah dari pada mengetahui dengan motivasi apa kita melakukannya! Tetapi, betapa banyak orang yang, sekalipun melakukan hal itu, ‘kehilangan hidup yang kekal’ karena mereka tidak melakukannya dengan suatu pandangan yang menghormati Kristus atau menunjukkan kasih kepadaNya!).
4) ‘secangkir air sejuk’.
Pemberian / kebaikan yang kecilpun dihargai oleh Tuhan. Tetapi perlu juga diingat bahwa di negara-negara Timur pada saat itu, kadang-kadang dibutuhkan banyak tenaga untuk mendapatkan air. Juga, pada saat seseorang kepanasan dan sangat kehausan, air menjadi sesuatu yang paling berharga. Jadi, ini bukan suatu pemberian yang remeh.
Matthew Henry: “The extremity may be such, that a cup of cold water may be a great favour. Note, Kindnesses shown to Christ’s disciples are valued in Christ’s books, not according to the cost of the gift, but according to the love and affection of the giver. ... Thus they who are truly rich in graces may be rich in good works, though poor in the world” (= Kebutuhannya yang sangat bisa sedemikian rupa sehingga secangkir air sejuk bisa merupakan suatu kebaikan yang besar. Perhatikan: Kebaikan yang ditunjukkan kepada murid-murid Kristus dinilai dalam buku Kristus, bukan menurut harga / nilai dari pemberiannya, tetapi menurut kasih dan rasa sayang dari si pemberi. ... Jadi mereka yang sungguh-sungguh kaya dalam kasih karunia bisa kaya dalam perbuatan-perbuatan baik, sekalipun miskin dalam dunia).
5) Upah.
Ay 41-42: “Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Ada macam-macam penafsiran tentang hal ini:
ada yang mengatakan bahwa ‘upah seorang nabi / orang benar’ adalah betul-betul upah seorang nabi / orang benar.
ada yang mengatakan bahwa dengan kebaikan itu orang itu menunjukkan bahwa dirinya termasuk dalam satu tubuh dengan nabi / orang benar itu, dan dengan demikian orang itu menjadi pengambil bagian dalam berkat yang diberikan Allah kepada seluruh anggota-anggota tubuh.
Calvin: upah akan disesuaikan dengan tingkat dari orang kepada siapa kebaikan itu diberikan.
MATIUS 11:1-15
Mat 11:1-15 - “(1) Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas muridNya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. (2) Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, (3) lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepadaNya: ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’ (4) Yesus menjawab mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: (5) orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (6) Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’ (7) Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: ‘Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? (8) Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. (9) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. (10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanMu. (11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. (12) Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. (13) Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes (14) dan - jika kamu mau menerimanya - ialah Elia yang akan datang itu. (15) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”.
Matius 11: 1: “Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas muridNya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka”.
Matius tidak menceritakan pengalaman murid-murid yang diutus itu (10:5). Markus dan Lukas menceritakannya tetapi hanya sedikit (Mark 6:12-13 Luk 9:6).
Juga pada ay 7 tidak diceritakan tentang penyampaian kata-kata Yesus kepada Yohanes Pembaptis dan reaksi Yohanes Pembaptis mendengar kata-kata Yesus itu, tetapi Matius melanjutkan ceritanya tetang Yesus. Mengapa? Karena Matius mau memfokuskan ceritanya kepada Yesus dan bukan pada hal-hal yang lain.
Penerapan:
Hidup kita juga harus berpusatkan pada Kristus. Setan ingin kita mengalihkan pandangan kita pada hal-hal lain seperti problem-problem kita, keuangan / pekerjaan kita, keluarga kita, kesenangan-kesenangan duniawi, dsb, tetapi kita harus selalu menjaga supaya kita terus memandang kepada Kristus dan mengarahkan hidup kita kepada Kristus.
Dalam menyampaikan Firman Tuhan, baik melalui khotbah, renungan, pelajaran sekolah minggu, pelajaran agama, sharing, penginjilan pribadi dsb, kita harus bisa memegang arah pembicaraan! Ini khususnya harus dipertahankan dalam penginjilan pribadi; jangan turuti rasa ingin tahu dari si pendengar Firman Tuhan tersebut!
Ay 2-3: “(2) Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, (3) lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepadaNya: ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’”.
BACA JUGA: EKSPOSISI MATIUS 5:1-48
Di sini terlihat ada suatu keragu-raguan! Ada beberapa hal yang bisa dibahas:
1) Itu adalah suatu keragu-raguan tentang Kristus!
Ay 3: ‘yang akan datang itu’ (Lit: ‘the coming one’) adalah gelar untuk Kristus, karena Perjanjian Lama selalu menubuatkan kedatangan Kristus.
Keragu-raguan tentang Kristus adalah sesuatu yang sangat penting untuk dibereskan!
2) Siapa yang ragu-ragu?
Ada yang menyatakan bahwa yang ragu-ragu bukanlah Yohanes Pembaptis, tetapi murid-murid dari Yohanes Pembaptis. Karena murid-murid itu ragu-ragu tentang Yesus Kristus, lalu Yohanes Pembaptis mengirimkan mereka kepada Yesus supaya Yesus membereskan keragu-raguan itu. Tetapi pandangan ini jelas salah karena dalam ay 4 Yesus menyuruh menyampaikan jawabannya kepada Yohanes Pembaptis. Jadi jelas bahwa yang ragu-ragu adalah Yohanes Pembaptis sendiri! Perhatikan bahwa Yohanes Pembaptis adalah:
pendahulu Kristus.
orang yang penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1:15).
seorang pemberita Firman Tuhan.
orang yang membaptis Yesus sendiri.
orang yang rendah hati yang selalu mencari kemuliaan Tuhan (Yoh 3:30).
seorang nabi, bahkan lebih dari nabi (ay 9).
orang yang besar, lebih dari siapapun juga (ay 11).
orang yang dulunya yakin sekali tentang Yesus (Yoh 1:15,29-36).
Tetapi orang yang begitu hebat sekalipun, juga bisa jatuh dalam keragu-raguan! Ini menunjukkan bahwa:
a) Kita harus sadar bahwa kita ini lemah!
1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
b) Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang lemah dan karena itu harus didukung dengan doa oleh jemaatnya!
3) Penyebab keragu-raguan itu.
a) Ia dipenjara oleh Herodes (ay 2 4:12 14:3-4).
Penderitaan fisik bisa mempengaruhi kerohanian / iman kita (bandingkan dengan Elia dalam 1Raja 19).
Karena itu kalau saudara menderita secara fisik, hati-hatilah dengan kerohanian saudara. Dan pada saat saudara melihat orang kristen sakit, berdoalah bukan hanya untuk penyakit jasmaninya saja, tetapi juga untuk kerohaniannya.
b) Ia tidak mengalami pertolongan dari Kristus.
Mungkin ia sudah berbulan-bulan dalam penjara dan berdoa, tetapi tidak ada pertolongan. Problem yang berlarut-larut memang sering melemahkan iman kita. Karena itu ingatlah orang yang mengalami hal seperti itu dan doakan mereka.
c) Pengertian yang kurang tentang Kristus.
Yohanes mengatakan bahwa Yesus akan menghukum, membaptis dengan Roh Kudus dan api (Mat 3:7,10-12), tetapi sekarang ia melihat Yesus terus bersikap kasih dan lemah lembut, tidak pernah menghukum. Ini membingungkan dia! Yohanes Pembaptis tidak mengerti kalau Yesus akan menghukum bukan pada kedatangan yang pertama tetapi pada kedatangan yang kedua.
Dari sini jelas terlihat bahwa kuatnya iman sangat dipengaruhi oleh pengertian yang benar tentang Firman Tuhan! Karena itu kita harus selalu belajar Firman Tuhan dengan tekun! Sudahkah saudara melakukan hal itu?
4) Cara Yohanes Pembaptis menangani keragu-raguan itu.
a) Bukan ditekan atau disimpan dalam hati, tetapi diakui!
Seringkali seseorang malu mengakui bahwa ia mempunyai suatu keragu-raguan, apalagi kalau itu adalah keragu-raguan berkenaan dengan keselamatan! Ia bahkan bisa malu kepada dirinya sendiri sehingga pada saat keragu-raguan itu timbul, ia mengalihkan pikirannya pada hal-hal lain. Ini justru adalah sikap yang salah! Kalau hal yang salah itu tidak diakui keberadaannya, maka hal itu tidak akan pernah bisa dibereskan!
b) Yohanes Pembaptis menyampaikan keragu-raguannya kepada Yesus!
Ia mencari jawabannya pada Yesus sendiri (ay 2-3)! Ini tidak berarti bahwa saudara tidak boleh menyampaikan keragu-raguan itu kepada seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan memang bisa dipakai oleh Tuhan untuk menolong saudara dari keragu-raguan itu, tetapi bagaimanapun, harapan saudara haruslah diletakkan kepada Tuhan dan bukan kepada hamba Tuhan!
Apakah saudara juga mempunyai keragu-raguan? Tentang Kitab Suci sebagai Firman Tuhan? Tentang keilahian Yesus? Tentang keselamatan saudara? Tentang pengampunan? Tentang kepastian masuk surga? Tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga? Jangan biarkan semua itu! Bereskanlah secepat mungkin!
Ay 4-6: “(4) Yesus menjawab mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: (5) orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (6) Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.
1) Ay 4-5: Jawaban Yesus seakan-akan tidak ada hubungannya dengan pertanyaannya. Tetapi sebetulnya bukan tidak berhubungan! Yohanes Pembaptis sebagai orang Yahudi pasti tahu tentang Perjanjian Lama, apalagi tentang bagian-bagian yang berisi nubuat tentang Mesias seperti:
Yes 35:5-6 - “(5) Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. (6) Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”.
Yes 61:1-2 - “(1) Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, (2) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung”.
Bahwa Yesus melakukan mujijat-mujijat yang Ia katakan dalam ay 5 itu, membuktikan bahwa Ia cocok dengan gambaran tentang Mesias dalam Perjanjian Lama, dan karena itu Ia betul-betul adalah Mesias.
Dalam Lukas (Luk 7:20-21), cerita ini terjadi pada saat Yesus melakukan mujijat-mujijat kesembuhan, dan juga dalam Lukas, cerita ini (Luk 7:18-dst) didahului dengan peristiwa dimana Yesus membangkitkan orang mati (Luk 7:11-17), dan bahkan persis sebelum Lukas menceritakan jawaban Yesus, ia menceritakan bahwa Yesus melakukan banyak mujijat penyembuhan.
Luk 7:21 - “Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta”.
2) Ay 6 menunjukkan bahwa kalau kita ikut Yesus, kita pasti akan mengalami banyak hal-hal yang mengecewakan kita (secara daging / duniawi). Misalnya:
tidak ditolong dari problem.
tidak dijawab doanya.
Tetapi semua ini tidak boleh menyebabkan kita berhenti ikut Yesus.
Ay 7-11: “(7) Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: ‘Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? (8) Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. (9) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. (10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanMu. (11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya”.
Di sini kita melihat bagaimana Yesus menggambarkan Yohanes Pembaptis:
1) Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi (ay 7-9).
Bagaimana ini bisa diharmoniskan dengan Yoh 1:21 - “Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ ‘Engkaukah nabi yang akan datang?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’”?
Ini tidak bertentangan dengan Yoh 1:21 karena dalam Yoh 1:21 dikatakan ‘the prophet’ (bukan ‘a prophet’). Jadi, yang dimaksud dalam Yoh 1:21 itu adalah nabi tertentu.
mungkin yang dimaksud adalah nabi dalam Ul 18:15,18 - “(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. ... (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya”.
mungkin yang dimaksud adalah nabi Yeremia. Orang Yahudi juga percaya bahwa sama seperti Elia, Yeremia juga akan datang kembali. Bandingkan dengan Mat 16:14 - “Jawab mereka: ‘Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.’”.
2) Yohanes Pembaptis adalah seseorang yang lebih dari nabi (ay 9). Mengapa? Karena ia adalah pendahulu Kristus (ay 10 - kutipan dari Mal 3:1).
3) Ay 11: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya”.
a) Ay 11a: Yohanes Pembaptis lebih besar dari semua orang yang dilahirkan perempuan (maksudnya nabi-nabi Perjanjian Lama yang lain). Mengapa Yohanes Pembaptis lebih besar? Karena nabi-nabi Perjanjian Lama hanya bisa bernubuat tentang Kristus. Sedangkan Yohanes Pembaptis melihat Kristus sendiri dan ia bisa menunjuk kepada Kristus sebagai penggenapan nubuat mereka.
b) Ay 11b: yang terkecil dalam kerajaan sorga lebih besar dari Yohanes Pembaptis.
Kerajaan Surga di sini tidak menunjuk pada kemuliaan di surga nanti, tetapi menunjuk pada gereja! Jadi, orang Kristen yang paling kecilpun lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Mengapa demikian? Karena sekalipun Yohanes Pembaptis bisa melihat Kristus (dan karena itu ia lebih besar dari nabi-nabi Perjanjian Lama yang lain), tetapi ia tidak mengalami Kristus yang tersalib, bangkit, naik ke surga dsb. Ia memang menubuatkan tentang salib (bdk. Yoh 1:29) tetapi ia tidak melihat penggenapan nubuatnya sendiri. Sedangkan orang Kristen yang paling kecilpun sudah mengetahui (‘mengalami dan melihat’) bahwa Yesus sudah mati untuk dosanya dan sudah bangkit dan sudah naik ke surga. Dalam hal ini kita lebih besar dari Yohanes Pembaptis.
Penafsiran lain tentang bagian ini adalah seperti yang diberikan oleh Pulpit Commentary (‘The Gospel According to St. Luke’, hal 174), yang mengatakan bahwa kata-kata ‘the least’ / ‘yang terkecil’ seharusnya adalah ‘the lesser’ / ‘yang lebih kecil’, dan ini dianggap menunjuk kepada Yesus, yang lebih muda dari pada Yohanes Pembaptis, dan dalam pandangan banyak orang lebih rendah / kecil dari pada Yohanes Pembaptis.
Dari semua penggambaran Yesus tentang Yohanes Pembaptis, jelas bahwa Yesus sangat meninggikan Yohanes Pembaptis. Sekalipun Yohanes Pembaptis ‘jatuh’ dalam keragu-raguan, tetapi ia adalah hamba Tuhan yang baik di mata Yesus.
Penerapan: Kalau kita melihat ada hamba Tuhan yang ‘jatuh’ dalam dosa, jangan terlalu cepat menghakimi dengan mengatakan bahwa orang itu bukanlah hamba Tuhan!
Ay 12: “Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya”.
Ini adalah ayat yang sukar untuk diterjemahkan! Saya memilih terjemahan NIV.
NIV: ‘From the days of John the Baptist until now the Kingdom of Heaven has been forcefully advancing, and forceful men lay hold of it’ (= Sejak jaman Yohanes Pembaptis sampai sekarang Kerajaan Surga telah maju dengan kuat, dan orang-orang kuat memperolehnya).
Jadi, arti dari ay 12 adalah: sejak jaman Yohanes Pembaptis, Kerajaan surga maju pesat, tetapi tidak semua orang mau / bisa masuk. Hanya orang-orang yang ‘kuat’ (artinya yang sungguh-sungguh, yang berani melawan tradisi, yang mau taat kepada Tuhan) yang bisa masuk. Arti seperti ini cocok dengan:
Lukas 13:24 - “Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ‘Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”.
Kis 14:22 - “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”.
Ay 13-14: “(13) Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes (14) dan - jika kamu mau menerimanya - ialah Elia yang akan datang itu”.
1) Ay 13: “Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes”.
Semua nabi + kitab Taurat = Perjanjian Lama.
Arti dari ay 13 ini ialah: dengan munculnya Yohanes Pembaptis jaman Perjanjian Lama mulai berakhir, digantikan dengan jaman Perjanjian Baru.
2) Ay 14: Yohanes Pembaptis ialah Elia (bdk. Mal 4:5 Mat 17:10-14).
Tetapi dalam Yoh 1:21, Yohanes Pembaptis sendiri berkata bahwa ia bukanlah Elia! Ayat yang mengharmoniskan kedua bagian ini adalah Luk 1:17 - “dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya.’”.
Jadi, Yohanes Pembaptis datang dengan roh (= semangat) dan kuasa Elia.
3) Ay 14: ‘jika kamu mau menerimanya...’.
Ini menunjukkan bahwa dalam menerima kebenaran, bukan hanya pikiran (mind) yang berperan, tetapi juga kehendak (will)! Banyak orang yang pikirannya mau menerima / menyetujui suatu ajaran, tetapi kehendak / kemauannya tidak mau menurutinya.
Ay 15: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”.
Ini mungkin adalah ayat yang paling sering diucapkan oleh Yesus. Ayat seperti ini ada di banyak bagian Kitab Suci, seperti:
Mat 13:9 / Mark 4:9 / Luk 8:8.
Mat 13:43.
Mark 4:23 / Luk 14:35.
Wahyu 2:7,11,17,29 Wah 3:6,13,22 Wah 13:9.
Ayat Kitab Suci yang mirip / sejenis: Mark 8:18 Luk 8:18
Baca juga Yak 1: 19!
Banyaknya ayat-ayat seperti ini menunjukkan bahwa mendengar Firman Tuhan bukanlah hal yang mudah! Ada banyak halangan seperti:
kesombongan, merasa sudah mengerti.
kekerasan hati, tidak mau menerima kebenaran yang didengar.
kebodohan (baik jasmani maupun rohani) sehingga tidak bisa mengerti
tidak konsentrasi (karena lelah, mengantuk, tidak interest, karena banyak persoalan dalam pikiran, dsb).
selalu berbicara pada saat mendengar Firman Tuhan (Yak 1:19).
marah pada waktu mendengar Firman Tuhan (Yak 1:19).
motivasi yang salah dalam mendengar Firman Tuhan.
menerapkan Firman Tuhan bukan pada diri sendiri tetapi pada orang lain (Firman Tuhan bukannya menjadi cermin tetapi menjadi kaca spion!).
Karena banyaknya halangan-halangan ini, maka untuk bisa mendengar Firman Tuhan dengan baik, kita harus betul-betul berusaha untuk mempersiapkan diri sebelum mendengar Firman Tuhan, yaitu dengan:
a) Berdoa, mengakui dosa, meminta pimpinan / terang Roh Kudus, dan sebagainya.
b) Jangan datang terlambat, supaya ada waktu untuk menenangkan diri sehingga betul-betul siap menerima Firman Tuhan.
c) Ikutlah dalam puji-pujian dengan sepenuh hati supaya saudara disiapkan untuk menerima Firman Tuhan.
d) Mendengar baik-baik dari awal sampai akhir!
MATIUS 11:16-30
Matius 11:16-19 - “(16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. (18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.’”.
1) Dalam injil Lukas, bagian ini didahului oleh Luk 7:29-30 melalui mana kita bisa mengetahui bahwa dalam hal ini Yesus berbicara tentang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Lukas 7:29-35 - “(29) Seluruh orang banyak yang mendengar perkataanNya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. (30) Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes. (31) Kata Yesus: ‘Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? (32) Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. (33) Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. (34) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. (35) Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.’”.
2) Dalam ay 16-17 ini Yesus memberikan suatu perumpamaan, yang menceritakan tentang dua grup anak, dimana grup ke 1 mengajak bermain tetapi grup ke 2 tidak mau.
a) Ay 17a: grup ke 1 mengajak bermain pesta-pestaan, tetapi grup ke 2 tidak mau.
b) Ay 17b: grup ke 1 mengajak bermain tentang suatu perkabungan (sesuatu yang kontras dengan suatu ajakan yang pertama), tetapi grup ke 2 lagi-lagi tidak mau .
Grup ke 2 yang tidak responsive ini menggambarkan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Pada waktu Yohanes Pembaptis datang ia tidak makan dan tidak minum (ay 18a). Artinya Yohanes Pembaptis makan / minum hal-hal tertentu saja (Luk 7:33 Mat 3:4). Tanggapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: ia kerasukan setan (ay 18b).
Waktu Yesus datang, Ia datang dengan cara yang kontras dengan Yohanes Pembaptis. Ia makan dan minum (ay 19a ). Artinya Yesus makan dan minum seperti orang biasa. Tanggapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: Ia pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa (ay 19b).
Jadi memang Yohanes Pembaptis kontras dengan Yesus, tetapi mereka menolak kedua-duanya. Hal apa yang bisa kita pelajari dari sini?
Hamba Tuhan selalu serba salah.
Hidup seperti Yohanes Pembaptis salah, hidup seperti Yesus (kontrasnya) juga salah. Setiap orang kristen yang sungguh-sungguh (apalagi seorang hamba Tuhan), harus siap untuk ‘selalu disalahkan’! Kita harus belajar menulikan telinga kita terhadap kritik-kritik yang tidak berdasar (ini tidak berarti bahwa kita harus menolak seadanya kritik!).
Kalau seorang tidak mau mendengar kebenaran Firman Tuhan, ia selalu bisa mendapatkan alasan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak Yohanes Pembaptis maupun Yesus dengan alasan-alasan tadi (ay 18b,19b).
Contoh alasan yang sering dipakai untuk menolak FirmanTuhan:
Khotbah terlalu panjang atau terlalu pendek.
Khotbah terlalu gampang atau terlalu sukar.
Khotbah terlalu lunak atau terlalu keras.
Themanya membosankan / tak menarik.
Kalau saudara bertemu dengan orang-orang yang menolak Firman Tuhan dengan berbagai alasan, sebaiknya saudara bertanya kepada dia: sebetulnya, kamu itu rindu pada kebenaran Firman Tuhan atau tidak?
3) Ay 19b: ‘Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya’.
Kata ‘nya’ menunjuk pada ‘hikmat Allah’.
Bdk. Luk 7:35 - “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.’”.
Lit: ‘by all her children’ (= oleh semua anak-anaknya).
Artinya: sekalipun orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mempunyai alasan-alasan untuk menolak Firman Tuhan yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis atau Yesus, tetapi kebenaran dari Firman Tuhan (hikmat Allah) itu terbukti dari orang-orang yang mau menerima Firman Tuhan itu (misalnya: hidup mereka yang berubah, dan sebagainya).
Matius 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
1) Tirus, Sidon, Sodom.
a) Ini adalah kota-kota yang terkenal jahat.
tentang Tirus dan Sidon, bdk. Yes 23 Yeh 26-28 Amos 1:9,10 Yoel 3:4-8.
tentang Sodom, bdk. Kej 13:13 Kej 18:20-21 2Pet 2:6-8.
b) Andaikata mujijat yang dilakukan Yesus terjadi di kota-kota itu, mereka sudah lama bertobat (ay 21b, 23b).
Calvin menganggap di sini Yesus berbicara sesuai dengan kapasitas / pengertian manusia. Jadi artinya hanyalah bahwa orang-orang Khorazim dan Kapernaum lebih jahat dari pada orang-orang Tirus, Sidon, dan Sodom. Tetapi ada penafsir-penafsir yang mengartikan ay 21b,23b secara hurufiah. Kalau diartikan secara hurufiah, lalu timbul pertanyaan: ‘Mengapa Tuhan tidak memberikan mujijat kepada mereka, padahal Ia tahu bahwa kalau mereka melihat mujijat, mereka akan bertobat?’. Jawaban terhadap pertanyaan itu:
1. Tuhan tidak wajib memberikan mujijat itu.
Mereka adalah orang berdosa, dan Tuhan tidak perlu / wajib memberi mujijat dahulu sebelum menghukum mereka. Tuhan berhak langsung menghukum. Sekalipun biasanya Tuhan memberikan peringatan-peringatan lebih dahulu (melalui nabi-nabi yang memberitakan Firman Tuhan dan melakukan mujijat), tetapi itu bukan kewajiban Tuhan. Kalau Ia melakukan hal itu, itu hanya karena belas kasihanNya / kemurahanNya. Tetapi kalau Ia langsung menghukum, Ia tetap adil dan tidak bisa dikatakan jahat / tak adil. Bandingkan dengan Ro 9:15 - “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.
Illustrasi: kalau saudara biasa memberi tip kepada pelayan restoran, dan suatu hari saudara tidak memberi tip, maka saudara akan dianggap jahat. Tetapi jelas ini merupakan anggapan yang semaunya sendiri. Saudara tidak mempunyai kewajiban untuk memberi tip. Kalau biasanya saudara memberi, maka itu karena kemurahan hati saudara, dan kalau saat itu saudara tidak memberi tip, itu merupakan hak saudara, dan saudara tidak bisa dikatakan sebagai jahat.
Penerapan: kalau saudara tidak langsung dihancurkan oleh Allah dan saudara masih diberi kesempatan untuk mendengar / belajar Firman Tuhan, itu adalah kemurahan hati Allah kepada saudara! Apakah saudara mau menyia-nyiakan kemurahan hati Allah itu dengan tak mau belajar Firman Tuhan atau tidak taat kepada Firman Tuhan?
Bdk. Ro 2:4 - “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”.
2. Memang bukan rencana Tuhan bahwa mereka akan diselamatkan.
Sebelum dunia diciptakan, Allah sudah membuat penentuan / predestinasi. Ada orang-orang yang ditentukan untuk selamat (Ro 9:12-13,15,18,23 Ef 1:4,5,11). Ada orang-orang yang ditentukan untuk binasa (Amsal 16:4 Yoh 17:12 Ro 9:12-13,18,22 1Pet 2:8).
Kalau Allah menentukan seseorang untuk binasa, maka Allah akan menghalangi hal-hal yang bisa membuat orang itu bertobat, karena rencana dan ketentuan Allah itu tidak bisa gagal. Bdk. Mat 13:10-15 dimana Yesus sengaja membuat orang-orang tertentu tidak mengerti pengajaranNya sehingga mereka tidak bisa bertobat.
2) Khorazim, Betsaida, Kapernaum.
a) Kota-kota ini mengalami banyak mujijat (dan Firman Tuhan tentunya), tetapi mereka tidak bertobat (ay 20-21,23).
Aneh! Sebelum Tuhan memberi mujijat, Ia pasti tahu bahwa mereka toh tidak akan bertobat. Tetapi mujijat-mujijat itu tetap diberikan! (Bandingkan dengan ketiga kota di atas, yang dikatakan akan bertobat seandainya mereka melihat mujijat. Tetapi mereka justru tidak diberi mujijat). Mengapa? Jawabnya:
Ul 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
Ro 11:33-34 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
b) Yesus mengecam mereka dengan kata ‘celakalah!’ (ay 20), dan Yesus berkata bahwa mereka akan dihukum lebih berat dari Tirus, Sidon dan Sodom (ay 22-24).
Ay 23: istilah ‘dunia orang mati’ (Yunani: HADES) di sini harus diartikan sebagai ‘neraka’ karena:
istilah itu dikontraskan dengan langit / surga (ay 23).
ini terjadi pada hari penghakiman (ay 22,24).
Semua ini mengajar kita apa?
1. Neraka ada tingkat-tingkatnya!
2. Beratnya hukuman nanti dipengaruhi oleh ‘terang’ yang didapatkan (Luk 12:47-48).
Firman Tuhan memang tidak akan kembali kepada Tuhan dengan sia-sia! Atau Firman Tuhan itu mempertobatkan saudara, atau Firman Tuhan itu akan menghukum saudara dengan lebih berat pada hari penghakiman. Karena itu, kalau saudara banyak belajar dan mengerti Firman Tuhan, tetapi saudara belum sungguh-sungguh bertobat, saudara ada dalam bahaya yang sangat besar! Cepatlah bertobat!
Matius 11:25-27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu. (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”.
1) ‘Orang bijak dan pandai’ (ay 25) tidak menunjuk kepada orang yang mempunyai IQ tinggi atau pendidikan tinggi. Di sini jelas menunjuk kepada arti negatif, yaitu orang-orang yang bersandar kepada diri sendiri.
Sebaliknya ‘orang kecil’ (Literal: ‘bayi’) merupakan kebalikan dari yang di atas. Ini adalah orang-orang yang tak bersandar pada diri sendiri.
2) Terhadap orang bijak dan pandai, Tuhan menyembunyikan; terhadap orang kecil / bayi, Tuhan menyatakan. Kalau begitu, apakah keselamatan tergantung dari orangnya? Tidak! Ingat bahwa seseorang bisa menjadi ‘bayi’ atau ‘orang pandai / bijak’, itu juga tergantung Tuhan. Contoh:
1Sam 2:25 2Sam 17:14 - mereka menjadi ‘pandai / bijak’ (tidak mau mendengar nasehat) karena pekerjaan Tuhan.
Kis 16:14 - Lidia mau memperhatikan Firman Tuhan (menjadi ‘bayi’) juga karena pekerjaan Tuhan.
Jadi, pertobatan dan keselamatan tetap tergantung kepada Tuhan. Karena itu dalam ay 26,27 ada kata ‘berkenan’.
3) Yesus bersukacita (Luk 10:21) dan bersyukur (Mat 11:25 - NIV/NASB: ‘praise’ / memuji).
Mengapa Yesus bersukacita / bersyukur / memuji Tuhan?
Karena Allah menyatakan kepada orang kecil.
Karena Allah menyembunyikan terhadap orang pandai / bijak (ay 25).
Dalam predestinasi, ada penentuan selamat dan penentuan binasa. Kita tidak bisa mengerti mengapa Allah yang maha kasih itu menentukan orang-orang tertentu untuk masuk ke neraka. Tetapi sekalipun itu tidak bisa kita mengerti, dengan iman kita bisa bersukacita / bersyukur / memuji Tuhan atas rencanaNya. Karena apa? Karena rencana Allah itu pasti yang terbaik!
Matius 11:28-30 - “ (28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
1) Ay 28: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
Bdk. Yes 50:4 - “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid”.
a) ‘Letih lesu dan berbeban berat’. Artinya:
orang yang merasakan beratnya hukum Taurat dan tradisi orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Bandingkan dengan:
Mat 23:4 - “Mereka (ahli-ahli Taurat & orang-orang Farisi) mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya”.
Kis 15:1,5,10 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ ... (5) Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.’ ... (10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?”.
orang yang merasa beratnya beban dosa. Mungkin orang itu berusaha mati-matian untuk taat kepada Tuhan, tetapi ia sadar bahwa ia tidak mampu. Ini membuat ia takut kepada Allah dan hidupnya menjadi berat.
b) Untuk orang-orang seperti itu, ada undangan dari Yesus (ay 28).
Saudara diundang untuk datang kepada Yesus (bukan kepada gereja, pendeta, baptisan, dan sebagainya).
c) Yesus berjanji akan memberi kelegaan (Inggris: ‘rest’).
Dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Aku’ ditekankan. Jadi, hanya Yesus yang bisa memberi kelegaan tersebut. Yesus masih menambahkan ay 29: ‘jiwamu akan mendapat ketenangan’. Terjemahan ini kurang tepat! NIV: ‘you will find rest for your souls’ (= kamu akan mendapat istirahat untuk jiwamu). Dari ay 28 dan ay 29 ini bisa kita lihat bahwa kita hanya bisa mendapat kelegaan kalau Yesus memberikannya kepada kita.
2) Ay 29-30: “(29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
BACA JUGA: EKSPOSISI INJIL MATIUS PASAL 12-16
a) Pikullah kuk yang Kupasang.
Memikul kuk berarti taat kepada Dia dan mau bekerja untuk Dia. Ia berkata bahwa kukNya enak dan beban yang Ia berikan ringan (ay 30).
Bdk. 1Yoh 5:3-4 - “(3) Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya. Perintah-perintahNya itu tidak berat, (4) sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.
Ini tidak berarti bahwa hidup kristen itu mudah (bdk. Mat 16:24 Yoh 15:18-20 Kis 14:22 2Kor 1:8-9).
Di sini dikatakan ‘ringan’ karena dibandingkan dengan hidup lama.
dalam hidup lama, taat supaya selamat. Ini berat!
dalam hidup baru, taat karena selamat. Ini ringan!
b) Belajarlah kepadaKu.
Kita tidak bisa taat kepada Yesus dan bekerja bagi Yesus / melayani Yesus, kalau kita tidak mau belajar kepadaNya. Maukah saudara rajin belajar Firman Tuhan?.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America